perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id perlindungan ... · penulisan hukum ( skripsi ) disusun...

86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK ATAS TANAH DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TEMBUS (JALAN ALTERNATIF) KABUPATEN MAGETAN-KABUPATEN KARANGANYAR Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh MARDIYAN HADI NUGROHO E1107178 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: others

Post on 06-Jan-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK ATAS TANAH

DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN

JALAN TEMBUS (JALAN ALTERNATIF)

KABUPATEN MAGETAN-KABUPATEN KARANGANYAR

Penulisan Hukum

( Skripsi )

Disusun dan Diajukan Untuk

Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1

dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh

MARDIYAN HADI NUGROHO

E1107178

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK ATAS TANAH

DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN

JALAN TEMBUS (JALAN ALTERNATIF)

KABUPATEN MAGETAN-KABUPATEN KARANGANYAR

Oleh

MARDIYAN HADI NUGROHO

E1107178

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum

(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, 30 Maret 2011

Dosen Pembimbing

Pius Triwahyudi, S.H., M.Si. NIP. 195602121985031004

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi)

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK ATAS TANAH

DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN

JALAN TEMBUS (JALAN ALTERNATIF)

KABUPATEN MAGETAN-KABUPATEN KARANGANYAR

Oleh

MARDIYAN HADI NUGROHO

E1107178

Telah diterima dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan

Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada : Hari : Kamis Tanggal : 07 April 2011

DEWAN PENGUJI

1. Purwono Sungkowo Raharjo, S.H. ( ................................. ) Ketua

2. Wasis Sugamdha, S.H., M.H. ( .................................. )

Sekretaris 3 Pius Triwahyudi, S.H., M.Si. ( ................................. )

Anggota

Mengetahui Dekan,

(Mohammad Jamin, S.H., M.Hum)

NIP. 196109301986011001

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : MARDIYAN HADI NUGROHO

NIM : E1107178

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul:

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK ATAS TANAH

DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN

TEMBUS (JALAN ALTERNATIF) KABUPATEN MAGETAN-KABUPATEN

KARANGANYAR adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya

dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar

pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi)

dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, 30 Maret 2011

Yang membuat pernyataan

MARDIYAN HADI NUGROHO

NIM. E1107178

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Mardiyan Hadi Nugroho, E1107178.2011. PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK ATAS TANAH DALAM PENGADAAN TANAH UNTUKN PEMBANGUNAN JALAN TEMBUS (JALAN ALTERNATIF) KABUPATEN MAGETAN-KABUPATEN KARANGANYAR. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemegang hak atas tanah memperoleh perlindungan hukum dalam Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar dari 2 (dua) peristiwa konkrit atau fakta hukum, yaitu tentang prosedur pengadaan tanah serta musyawarah bentuk dan besarnya ganti kerugian. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif yang bersifat preskriptif, menentukan hukum in concreto ada tidaknya perlindungan hukum bagi pemegang hak atas tanah dalam Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar. Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder. Sumber data sekunder yang digunakan mencangkup bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi kepustakaan. Kemudian data tersebut dimintakan penjelasan dan konfirmasi dari Kepala Bagian Administrasi Pemerintahan Umum Kabupaten Magetan, Kepala bagian Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Magetan dan staff Badan Pertanahan Nasional Bagian Pengadaan Tanah. Analisis data yang yang dilaksanakan dengan interpretasi terhadap peristiwa konkrit (dalam permasalahan penelitian nomor 1 dan 2) untuk dijadikan peristiwa hukum (jawaban permasalahan nomor 1 dan 2). Untuk memperoleh jawaban atas permasalahan nomor 3, perlindungan hukum bagi pemegang hak atas tanah dalam Pengadaan Tanah, digunakan silogisme deduksi. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan, Kesatu, Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar sudah sesuai prosedur Keppres Nomor 55 tahun 1993, terbukti dengan adanya permohonan ijin pemabngunan, pembentukan panitia pengadaan tanah, panitia pengadaan tanah juga telah membentuk Tim Inventarisasi serta melakukan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakan serta sosialisai yang di lakukan berkali-kali sampai terjadinya kesepakatan antara Panitia Pengadaan Tanah dengan masyarakat Pemegang Hak Atas Tanah. Kedua musyawarah bentuk dan besarnya ganti kerugian sudah terjadi kesepakatan, dengtan adanya Berita Acara Penyerahan Hak Atas Tanah Dan Pembayaran Ganti Rugi Nomor : 01/PLH/XII/2003 Dukuh Cemorosewu Desa Ngancar Kecamatan Plaosan, Nomor : 01/PLH/1/2004 untuk Dukuh Singolangu Kelurahan Sarangan Kecamatan Plaosan serta perhutani di tukar dengan tanah penganti. Ketiga, Pemegang hak atas tanah mendapatkan perlindungan hukum dalam pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tembus (jalan alternatif) Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar. Kata kunci : Prosedur, Ganti Kerugian.

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT Mardiyan Hadi Nugroho, E1107178.2011. LAW PROTECTION FOR LANDHOLDER ON LAND PROCUREMENT FOR BUILDING NEW ROAD (ALTERNATIVE ROAD) BETWEEN MAGETAN RESIDENCE-KARANGANYAR RESIDENCE. Faculty of Law Sebelas Maret University.

The aims of this research is to know even the landholder have law protection on land procurement for building new road (alternative road) between Magetan residence-karanganyar residence from 2 (two) concrete phenomenon or law fact, that are about procedure of land procurement and deliberation of form and number of compensation .

This research is prescriptive normative law research; decide in concerto law the resistant of law protection for landholder for land procurement for building new road (alternative road) between Magetan residence-karanganyar residence. It uses secondary data. The secondary data include: primary law matter, secondary law matter, and tertiary law matter. It uses library technique to collect data. Then the data will be asked and confirm to chief of government administration Magetan residence, chief of directorate general of highway construction and maintenance (Bina Marga) public works department Magetan residence and staff of land affairs department, land procurement section. Data analysis that is performed with interpretation to concrete phenomenon (on research question number 1 and 2) in order to law phenomenon (answer question number 1 and 2). To get answer for question number 3, law protection for landholder on land procurement, used deductive syllogism.

Based on the result of the research and explanation the conclusions are; first, land procurement for building new road (alternative road) between Magetan residence-karanganyar residence is appropriate for procedure of presidential decree number 55, year 1993, proved with application building license, land procurement committee forming, land procurement committee also forming Inventories team also do counseling to the people and socialization over and over until agreement reached between land procurement committee and landholder. Second: deliberation of form and number of compensation reached agreement; it is firmly by official report for transfer of land property and compensation payment Number: 01/PLH/XII/2003 Cemorosewu hamlet, Ngancar village, Plaosan sub district, Number: 01/PLH/1/2004 for Singolangu hamlet, Sarangan village, Plaosan sub district includes forestry department exchanged with land substitute. Third: land holder is protecting by law on land procurement for building new road (alternative road) between Magetan residence-Karanganyar residence.

Keywords: procedure, compensation.

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di

dalamnya selama ada langit dan bumi kecuali jika Tuhanmu menghendaki;

sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.

“QS. Hud: 108”

Manusia yang paling lemah ialah orang yang tidak mampu mencari teman. Namun yang lebih

lemah dari itu ialah orang yang mendapatkan

banyak teman tetapi menyiakannya.

“Ali Bin Abu Thalib”

Rahasia terbesar dalam hidup: Melewati hari ini dengan penuh makna. Makna tentang cinta,

ilmu, dan iman. Dengan cinta hidup menjadi indah. Dengan ilmu

hidup menjadi mudah. Dan dengan iman hidup menjadi terarah.

“Safruddin”

Tidak ada keberhasilan dan kegagalan dalam hidup, yang ada hanya

prestasi sebagai batu loncatan.

“Ian Gardner”

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan sebagai wujud syukur, cinta dan terima kasih kepad a:

1. Allah SWT sang penguasa alam atas segala karunia, rahmat dan nikmat yang telah

diberikan-Nya;

2. Nabi Muhammad SAW, sebagai Uswatun Hasanah yang telah memberi suri tauladan

yang baik bagi umatnya;

3. Ayahanda Sukarni BA dan Ibunda tercinta Sumirah, S.H yang telah memberikan kasih

sayang yang tiada duanya kepada penulis;

4. Kakakku Yeni Kurniawati. S.Kep Ners selalu memberikan nasehat serta dukunganya;

5. Sahabat-sahabatku yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini dan juga untuk

kekompakan selama ini (Pandu, Tari, Ginanjar, Mahendra KP, Dewi Astutik, Nunung

Irawan);

6. Teman-teman Fakultas Hukum UNS angkatan 2007;

7. Semua pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini;

8. Almamaterku, Fakultas Hukum UNS, yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan dan

pengalaman untuk menghadapi kehidupan yang sesungguhnya.

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang melimpahkan segala rahmat

dan hidayah-Nya. Yang selalu memberikan jalan dan kemudahan kepada penulis

sehingga Penulisan Hukum (Skripsi) yang berjudul, “PERLINDUNGAN HUKUM

BAGI PEMEGANG HAK ATAS TANAH DALAM PENGADAAN TANAH

UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TEMBUS (JALAN ALTERNATIF)

KABUPATEN MAGETAN-KABUPATEN KARANGANYAR” dapat

terselesaikan tepat waktu.

Penulisan hukum ini disusun untuk memenuhi dan melengkapi syarat-

syarat untuk memperoleh derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum di Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Banyak hambatan dan permasalahan yang

dihadapi penulis dalam menyelesaikan Penulisan Hukum ini baik secara langsung

maupun tidak langsung. Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam

menyelesaikan Penulisan Hukum ini tidak bisa terlepas dari bantuan semua pihak

yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung,

secara materiil maupun non materiil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada:

1. Allah SWT, atas segala rahmat dan karunianya;

2. Nabi Muhammad SAW, semoga penulis dapat istiqomah dijalan-Nya hingga

akhir jaman;

3. Bapak Muhammad Jamin, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan ijin dan kesempatan

kepada penulis untuk dapat melaksanakan Penulisan Hukum ini;

4. Pembantu Dekan I, yang telah membantu dalam pemberian ijin dilakukannya

penulisan ini;

5. Bapak Pius Triwahyudi S.H., M.S.I., selaku pembimbing skripsi dalam

penulisan hukum ini yang dengan kesabaran dan kebesaran hati telah

membimbing, mengarahkan, serta membantu penulis dalam menyelesaikan

penulisan hukum ini;

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

6. Bapak Lego Karjoko, S.H., M.H. selaku Ketua Pengelolaan Penulisan Hukum

Fakultas Hukum UNS yang telah membantu penulis dalam menyusun judul

penulisan hukum ini;

7. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang tidak dapat

saya sebutkan satu persatu, atas semua ilmu pengetahuan yang tiada terkira

berharganya bagi hidup dan kehidupan penulis;

8. Seluruh Pimpinan dan Staf Administrasi Fakultas Hukun Universitas Sebelas

Maret, atas semua kemudahan, fasilitas serta kesempatan-kesempatan yang

telah diberikan;

9. Pengelola Penulisan Hukum (PPH) Fakultas Hukum UNS;

10. Ayahanda Sukarni, B.A dan Ibunda Sumirah, S.H yang penuh kasih sayang

merawat dan membesarkan penulis, yang selalu memberikan dukungan moril

dan materiil sehingga penulisan hukum ini dapat terselesaikan;

11. Kakakku Yeni Kurniawati. S.Kep. Ners selalu memberikan nasehat serta

dukunganya;

12. Teman-teman yang selalu membantuku Sri Lestari Handayani, Pandu Jaya

Hartono, Ginanjar Wahyudi, Mahendra Kusuma Priyambada, Dewi Astutik

Handayani, Nunung Irawan;

13. Teman-teman angkatan 2007 Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta;

14. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas semua

bantuan baik materiil maupun imateriil.

Penulis menyadari bahwa Penulisan Hukum ini sangat jauh dari sempurna,

Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penulisan

hukum ini dan kedepannya sangat diperlukan dari para pembaca akan penulis

terima dengan senang hati. Akhir kata, semoga penulisan hukum ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, 30 Maret 2011

Mardiyan Hadi Nugroho NIM. E1107178

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................................... iv

ABSTRAK ......................................................................................................................... v

ABSTRACT........................................................................................................................ vi

HALAMAN MOTTO ........................................................................................................ vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................................ viii

KATA PENGANTAR........................................................................................................ ix

DAFTAR ISI....................................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ......................................................... 10

C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 11

D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 12

E. Metode Penelitian ...................................................................................... 13

F. Sistematika Penulisan Hukum .................................................................. 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori .......................................................................................... 19

1. Tinjauan Tentang Perlindungan Hak Atas Tanah ............................. 19

2. Tinjauan Tentang Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum.... 21

a) Pengadaan tanah ............................................................................ 21

b) Kepentingan Umum ...................................................................... 26

c) Panitia Pengadaan Tanah .............................................................. 31

d) Ganti Kerugian .............................................................................. 35

e) Tata Cara atau Prosedur Pengadaan tanah bagi

pelaksananan pembangunan untuk kepentingan umum ............. 38

B. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 43

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum Kabupaten Magetan..................................................... 47

B. Prosedur Dan Pelaksanaan Pengadaan Tanah Untuk

Pembangunan Jalan Tembus Kabupaten Magetan- Kabupaten

Karanganyar Di Kabupaten Magetan. .................................................... 48

C. Bentuk Dan Besarnya Ganti Kerugian ..................................................... 64

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................. 72

B. Saran-Saran ................................................................................................ 73

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setelah Indonesia merebut kemerdekaan maka perjalanan yang akan di

lanjutkan oleh bangsa Indonesia adalah merubah keadaan bangsa Indonesia

menuju masyarakat yang lebih baik di segala bidang kehidupan yang tertuang

dalam sebuah pembangunan. Pembangunan bisa di istilahkan dengan

pertumbuhan, perubahan sistem, moderisasi atau perbaikan sosial ekonomi.

Dalam kaitannya dengan pembangunan, Lili Rasyidi berpendapat bahwa

“Pembangunan sebagai suatu cara mengubah masyarakat yang terpola dan

teratur di maksudkan untuk meningkatkan peradaban manusia, kualitas hidup

manusia baik kesehatan, intelektualitas, kesejahteraan maupun kesenangan

hidup”

Pada intinya, pembangunan adalah suatu proses yang akan berjalan terus

menuju kearah sistuasi yang lebih baik dari situasi sebelumnya. Sehingga

Untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan

spirituil berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam wadah negara Kesatuan

Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat

dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tentaram,tertib dan dinamis

dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib, dan damai

tujuan di maksudkan dibutuhkan suatu strategi tersendiri yang tertuang dalam

kebijaksanaan pemerintah (public policy). Kebijaksanaan pemerintah ini di

perlukan sebagai suatu acuan sekaligus merupakan kesimpulan dari banyaknya

kepentingan yang ada dalam masyarakat.

Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang diterapkan

dalam pemerintah dalam bentuk pembangunan jangka pendek (PELITA) dan

pembangunan jangka panjang (PJP) menuntut adanya sesuatu sistematika

dalam pelaksanaanya. Hal ini akan menghindarkan dari suatu kesalahan yang

bisa berakibat fatal atau merugikan. Dengan perencanaan terdahulu akan di

ketahui bidang – bidang apa yang harus didahulukan.

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Pada pembangunan jangka panjang kedua ini, dititikberatkan pada

pembangunan bidang ekonomi sebagai pengerak utama pembangunan. Di

samping sebagai penggerak utama pembangunan, maka pertumbuhan ekonomi

sekaligus akan memberikan pedoman bagi pertumbuhan pembangunan

nasional pada umumnya.

Titik berat pada pembangunan bidang ekonomi di Indonesia dan pada

negara berkembang lainya, tidak lain adalah untuk memperbaiki kesejahteraan

sekaligus sebagi suatu hal yang di munculkan dari suatu tata ekonomi dunia

baru, yaitu tata ekonomi yang bersifat transnasional atau yang di istilahkan

dengan globalisasi ekonomi.

Sebagai suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dari faktor-faktor lain, maka

pembangunan dibidang ekonomi membutuhkan banyak dukungan sarana

maupun prasarana yang berupa fisik maupun non fisik. Dukungan ini dapat

berbentuk kebijaksanaan pemerintah, dana, undang-undang atau peraturan

maupun sumberdaya manusia sendiri. Dan salah satu pendukung ekonomi

adalah bidang transportasi.

Sebagai urat nadi pembangunan ekonomi khususnya dan pembangunan

nasional pada umumnya, maka bidang transportasi menjadi kebutuhan pokok.

Dalam GBHN Bab IV huruf F bidang ekonomi angka 5, disebutkan :

Pembangunan transportasi yang berperan sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, sosial budaya, politik dan pertahanan keamanan diarahkan pasal terwujudnya sistem transportasi nasional yang handal, berkemampuan tinggi, aman, nyaman dan efisien dalam menunjang sekaligus mengerakan dinamika pembanguan mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa, mendukung pola distribusi nasional, serta mendukung pengembangan wilayah dan peningkatan hubungan internasional yang lebih memantabkan perkembangan kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara dalam rangka perwujudan wawasan nusantara. Permasalahan selanjutnya yang muncul adalah berkenaan dengan

penyediaan lahan untuk keperluan pembangunan prasarana transportassi

tersebut. Kita tahu bahwa jumlah tanah adalah konstan sementara jumlah

penduduk bertambah. Untuk itu diperlukan suatu pengaturan atau mekanisme

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

tersendiri yang tepat, terlebih lagi akhir-akhir ini nilai tanah strategis baik dari

segi ekonomi, politik maupun sosial budaya.

Keberadaan tanah sangat penting artinya bagi manusia, karena tanah

merupakan salah satu sumber kehidupan. Setiap orang akan berusaha untuk

mendapatkan tanah dan berupaya memperjuangkannya untuk memenuhi hajat

hidupnya dan mempertahankan kehidupan dan ekosistem kelompoknya.

Karena tanah yang ada sangat terbatas dan tidak pernah bertambah, maka untuk

menghindarkan terjadinya benturan kepentingan antara individu dan kelompok

masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan akan tanah, pemerintah

sebagai pelaksana dari kekuasaan negara mempunyai peranan sesuai dengan

kewenangan yang ada padanya untuk mengatur dan menyelenggarakan

peruntukan, penggunaan, persediaan, dan pemeliharaan tanah termasuk

mengatur hubungan-hubungan hukum dan perbuatan-perbuatan hukum antara

individu atau kelompok masyarakat dengan tanah (Supardy Marbun, 2005.

“Persoalan Areal Perkebunan pada Kawasan Kehutanan”. Jurnal Hukum. Vol.

01, No. 1)

Ada berbagai kepentingan yang kelihatanya saling bertentangan antara

satu dengan yang lainnya berkenaan dengan persoalan tanah dalam

pembangunan. Di satu pihak pembangunan sangat memerlukan tanah sebagai

sarana utama sedangkan dilain pihak sebagian besar dari warga masyarakat

juga memerlukan tanah sebagai tempat pemukiman dan tempat mata

pencahariannya. Bilamana tanah tersebut diambil begitu saja dan dipergunakan

untuk keperluan pembangunan, maka harus mengorbankan hak asasi warga

masyarakat yang seharusnya jangan sampai terjadi dalam Negara yang

menganut prinsip “rule of law” akan tetapi bilamana hal ini di biarkan maka

usaha-usaha pembangunan akan macet.

Selain konteks politik dan ekonomi, sengketa tanah terjadi karena

lemahnya posisi hukum tanah komunal dalam kerangka hukum nasional. Status

hukum hak atas tanah komunal ditunjukkan dengan adat di Indonesia diatur

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

dalam Pasal 5 Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 dapat

diringkas sebagai berikut yakni adat tidak boleh bertentangan dengan

kepentingan nasional, adat tidak boleh bertentangan dengan sosialisme

Indonesia, adat tidak boleh bertentangan dengan hukum agraria atau hukum

pemerintah lainnya, semua tanah-tanah adalah milik negara. Merupakan

terjemahan dalam bahasa Indonesia yang disadur dari jurnal internasional yang

mengemukakan in addition to the political and economic contexts, land dispute

occur due to the weak legal position of communal lands in the frame work of

national law. the legal status of communal land rights indicated by adat in

indonesia set forth in agrarian law article 5 1960 may be summarized as

follows adat must not be contrary to national interests, adat must not be

contrary to indonesia socialism, adat must not be contrary to the princilpes of

agrarian law or other government law, all lands belong to the state (Minako

Sakai. 2002. “Land Dispute Resolution in the Political Reform at the time of

Desentralization in Indonesia”. The Indonesian Journal of Anthropology. Vol

Spesial, No. 15).

Dalam hal ini pemerintah perlu mengadakan pendekatan pada

masyarakat dengan memberikan pengertian bahwa tanah mempunyai fungsi

sosial sebagaiman diatur dalam Pasal 6 UUPA, yaitu bahwa semua hak atas

tanah mempunyai fungsi sosial. Pasal ini akan menghubungkan antara negara

sebagai penguasa atas tanah dan rakyat sebagai pemegang hak atas tanah dalam

hal pembangunan.

Tanah mempunyai fungsi sosial apabila dikaitkan dengan usaha pemilikanya/penguasaanya maka usaha tersebut harus tidak akan menim bulkan kerugian pada lingkungan. Pemanfaatan tanah harus sesuai dengan kepentingan masyarakat banyak, karena tanah mempunyai fungsi sosial. Pengunaan tanah harus disesuaikan dengan keadaannya ssifat daripada haknya, hingga bermanfaat baik bagi kesejahteraan dan kabahagiaan yang mempunyainya maupun bermanfaat pula bagi masyarakat dan Negara. Tetapi dalam pada itu, ketentuan tersebut tidak berarti, bahwa kepentingan perseorangan akan terdesak sama sekali oleh kepentingan umum (masyarakat). Undang-Undang Pokok Agraria memperhatikan pada kepentingan-kepentingan perseorangan. Kepentingan masyarakat dan kepentingan perseorangan haruslah

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

haruslah salaing mengimbangi, hingga akhirnya akan tercapai tujuan pokok: kemakmuran, keadilan dan kebahagiaan bagi rakyat seluruhnya. Untuk itu perlu adanya perencanaan peruntukan dan pengunaan tanah. Sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan oleh Pemerintah, terpenuhilah fungsi sosialnya (Lieke Lianadevi Tukgali, 2010: 40-41)

Pemerintah selaku penyelengara pemerintahan tertinggi mempunyai

kewenangan untuk melakukan tindakan yang menyangkut kepentingan pribadi

warga masyarakat, apabila kepentingan umum menghendakinya berdasarkan

Pasal 18 UUPA yang menyebutkan bahwa: “Untuk kepentingan umum

termasuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari

rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti kerugian yang

layak dan menurut cara yang diatur oleh undang-undang”

Dalam Pasal 18 ini mengandung beberapa pengertian sebagai berikut:

1. Pencabutan hak-hak atas tanah dimungkinkan tetapi ada syarat-syarat

harus dipenuhi terlebih dahulu.

2. Antara salah satu syarat yang terpenting adalah perlu diadakan

pengantian kerugian. Pencabutan hak atas tanah tersebut.

3. Syarat-syarat lain adalah pencabutan hak ini dilakukan demi kepentingan

umum. Dalam kepentingan umum ini termasuk kepentingan bangsa dan

negara serta kepentingna bersama dari rakyat. Kepentingan perseorangan

harus tunduk kepada kepentingan umum,

4. Oleh karena itu segala sesuatu ini dimaksudkan untuk memberi jaminan

kepada khalayak ramai, maka perlu diatur dalam bentuk undang-undang.

Jenis pembangunan untuk kepentingan umum di Indonesia berbeda dengan kepentingan umum di negara-negara lain. Karena kepentingan umum merupakan suatu konsep hukum, maka maknaya dapat ditafsirkan berbeda antara negara yang satu dengan negara lain, akan tetapi secara general kepentingan umum mempunyai nilai-nilai yang universal. Kepentingan Umum merupakan konsep hukum yang hanya dapat ditetapkan kriteria-kriterianya, dan tidak dapat dirumuskan pengertianya. Kepentingan umum adalah suatu konsep hukum yang kabur (vage) dan hanya untuk alasan praktis konsep kepentingan umum ditetapkan secara enumeratif, dan ini dianut oleh hukum positif di indonesia (Lieke Lianadevi, Tukgali 2010: 43-44)

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Untuk memberikan perlindungan sekaligus jaminan bagi atas khalayak

ramai berkenaan dengan pencabutan hak atas tanah untuk kepentingan

pembangunan, maka dikeluarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1961

tentang pencabutan Hak-hak Atas tanah dan Benda-beda yang Ada Diatasnya.

Dalam Pasal 1 Undang-undang Nomor 20 Tahun 1961 ini disebutkan:

Untuk kepentingan umum, termassuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat, demikian pula kepentingan pembangunan, maka presiden dalam keadaan yang memaksa setelah mendengar Menteri Agraria, Mentri Kehakiman dan mentri yang bersangkutan dapat mencabut hak-hak atas tanah dan benda-benda yang ada di atasnya Pengadaan tanah merupakan suatu keharusan untuk menunjang

terwujudnya sarana umum dan apabila pemerintah sendiri tidak mempunyai

tanah untuk itu maka satu-satunya jalan dengan pengadaan tanah dari tanah

yang dihaki atau dimiliki orang masyarakat baik secara individu maupun

kelembagaan. Tanah di Indonesia mempunyai fungsi sosial artinya kegunaan

tanah lebih mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan umum

atau golongan. Yang menjadi kendala dalam melaksanakan fungsi sosial adalah

awamnya masyarakat, akibat dari awamnya masyarakat itu mereka mengangap

kepemilikan tanah iru berlaku mutlak, artinya hak kepemilikanya tidak bisa

digangu gugat oleh siapapun termasuk oleh Negara (Mudakir Iskandar, 2007:

5).

Negara mempunyai hak terhadap tanah untuk menguasai, sebagaimana

diterangkan dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi bumi dan air

dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Penjabaran dari

UUD 1945 itu dijelaskan dalam UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-

Pokok Agraria, yang di dalamnya mengatur dan membenarkan pengadaan

tanah untuk pembangunan kepentingan umum yang dalam Pasal 2 ayat (2) UU

Nomor 5 Tahun 1960 disebutkan, bahwa kewenangan negara adalah :

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

1. Kewenangan untuk mengatur dan menyelengarakan peruntukan

pengunaan, persediaan, dan pemeliharaan bumi air, dan ruang angkasa

tersebut.

2. Menentukan dan mengatur hubungan hukum antara orang-orang dengan

bumi air dan ruang angkasa.

3. Menentukan hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan hukum

yang mengenai bumi air dan ruang angkasa.

Sebagai aturan pelaksanaanya dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 55

Tahun 1993, tentang pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk

kepentingan umum. Bahwa di dalam pencabutan hak-hak atas tanah dan

benda-benda yang ada diatasnya supaya hanya dilaksanakan benar-benar untuk

kepentingan umum dan dilakukan dengan hati-hati serta cara-cara yang adil

dan bijaksana, segala sesuatu sesuai dengan ketentuan-ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Keputusan Presiden maupun Peraturan Presiden ini akan memberikan

gambaran bahwa pemerintah tidak begitu saja mengambil tanah dari rakyat

walaupun dipergunakan untuk pembangunan. Pelindungan terhadap pemegang

hak atas tanah tetap menjadi perhatian utama, terlebih lagi bahwa sebagian

besar warga masyarakat Indonesia bermata pencaharian petani.

Kebijakan ini tidak lain mengigatkan kesejahteraan masyarakat pada

umumnya dan bukan sebaliknya. Sebuah kebijakan harus memperhatikan

dampak yang akan timbul baik pada waktu dekat maupun pada jangka panjang

tentunya akan banyak bersentuhan dengan faktor-faktor lain.

Pengadaan tanah untuk kepentingan umum oleh pemerintah dilaksanakan dengan cara pelepasan atau penyerahan hak atass tanah. Di luar itu, pengadaan tanah dilaksanakan dengan cara jual-beli, tukar-menukar, atau cara lain yang disepakati. Dalam Kepres Nomor 55 Tahun 1993 pengadaan tanah dilakukan atas dasar musyawarah langsung. Yang dimaksud dengan musyawarah adalah proses atau kegiatan saling mendengar dengan sikap saling menerima pendapat dan keinginan yang didasarkan atas kesukarelaan antara para pihak untuk memperoleh kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian (Maria S.W, Sumardjono, 2006: 73-74).

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Dalam peraturan presiden Nomor 36 Tahun 2005 juncto Peraturan

Presiden Nomor 65 Tahun 2006, disebutkan bahwa Pengadaan Tanah adalah

setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti rugi

kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman dan

benda-benda yang berkaitan dengan tanah dan pengadaan tanah selain bagi

pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum harus dilakukan dengan

cara jual-beli, tukar-menukar atau cara lain yang disepakati secara sukarela

oleh pihak yang bersangkutan. Di dalam pengadaan tanah ada beberapa istilah-

istilah sebagai berikut :

1. Pelepasan atau penyerahan hak atas tanah adalah kegiatan melepaskan

hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah dengan tanah yang

dikuasainya dengan memberikan ganti rugi atas dasar musyawarah.

2. Hak atas tanah adalah hak atas bidang tanah sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-

Pokok Agraria.

3. Pencabutan hak atas tanah. Pencabutan hak adalah pengambilan tanah

kepunyaaan sesuatu pihak oleh Negara secara paksa yang mengakibatkan

hak atas tanah itu menjadi hapus, tanpa yang bersangkutan melakukan

suatu pelangaran atau lalai dalam memenuhi suatu kewajiban

4. Ganti kerugian tanah adalah suatu penggantian hak atas tanah berikut

sesuatu yang berkaitan dengan tanah yang pembayaran nilainya harus

seimbang dengan tanah yang diganti rugi sebagai akibat dari pelepasan

atau penyerahan hak atass tanah (Lieke Lianadevi Tukgali 2010: 43-46).

Bila musyawarah berkali-kali tidak mencapai kesepakatan, Panitia pengadaan tanah yang terdiri dari sembilan orang mengeluarkan keputusan mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian tersebut, dengan memperhatikan aspirasi yang berkembang dalam musyawarah. Pemegang hak atas tanah yang tidak menerima keputusan tersebut, dapat mengajukan keberatan kepada Gubernur/KDH Tingkat I, dan Gubernur mengupayakan menyelesaikanya dengan mempertimbangkan pendapat dan keinginan para pihak, untuk selanjutnya mengeluarkan keputusan

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

yang dapat mengukuhkan atau mengubah keputusan panitia (Maria S.W, Sumardjono, 2006:74). Berbeda dengan keadaan sebelumnya, dalam Kepres Nomor 55 tahun

1993 ini apabila upaya penyelesaian yang ditempuh gubernur tetap ditolak oleh

pemegang hak, dan lokasi pembangunan tidak dapat dipindahkan, maka secara

eksplisit disebutkan bahwa Gubernur yang bersangkutan mengajukan usul

penyelesaian dengan cara pencabutan hak atas tanah, sebagaimana diataur

dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961. Dengan demikian jelaslah

bahwa upaya pencabutan hak ini merupakan jalan terakhir bila upaya yang lain

telah gagal.

Pelaksanaan pengadaan tanah menurut Kepres Nomor 55 Tahun 1993 ini

dilakukan dengan memperhatikan peran tanah dalam kehidupan manusia dan

prinsip penghormatan terhadap hak atas tanah dan diusahakan dengan cara

yang seimbang untuk tingkat pertama ditempuh dengan musyawarah langsung

dengan para pemegang hak atas tanah. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari

adanya pihak-pihak yang merasa dirugikan dan menyebabkan permaslahan

menjadi berlarut-larut, seperti pada beberapa kasus dibawah ini :

1. Indopos tanggal 01 Mei 2010 memberitakan : Kemacetan terjadi ruas tol

arah Jakarta-BSD pada 27 April 2010 lalu. Ini menyusul pemblokiran jalan

di Km 3,8, Pondok Ranji, Ciputat Timur, Kola Tangerang Selatan,

menggunakan steger yang dilakukan oleh 14 orang keluarga Natigor

Panjaitan. Mereka mengklaim, aksi tersebut dilakukan lantaran ruas yang

merupakan lahan milik Natijior Panjailan itu belum mendapat ganti rugi

sejak 1995 dalam penbangunan jalan tol Jakarta - Serpong. "Kami

menghentikan aksi pemblokiran karena polisi meminta," kata Karno Yaret

Hutapea, juru bicara keluarga Natigor Panjailan. (http://bataviase.co.id

/category/media/indo-pos)

2. Koransuroboyo Pada tanggal 06 Agustus 2010 memberitakan : Kejaksaan

Negeri Situbondo, Jawa Timur akhirnya menahan satu dari tiga tersangka

kasus dugaan korupsi pengadaan tanah SMK Negeri 1 Suboh, Situbondo

senilai Rp650 juta yakni pejabat pengawas Dinas Pendidikan Kabupaten

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Situbondo, Mashudi (43). penahanan Mashudi yang diduga kuat terlibat

dalam kasus korupsi pengadaan tanah SMK Negeri 1 Suboh itu hanya

untuk kelancaran penyidikan, bukan karena tujuan lain. (http://www

.koransuroboyo.com/2010/08/kejaksaan-situbondo-tahan-pejabat.html).

Seperti halnya kasus–kasus tersebut pelaksanaan pengadaan tanah untuk

pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif) yang menghubungkan

Kabupaten Magetan dengan Kabupaten Karanganyar tidak terlepas dari

berbagai permasalahan. Maka berdasarkan latar belakang masalah ini, penulis

tertarik untuk mengkaji lebih mendalam mengenai pelaksanaan dan habatan-

hambatan yang di hadapi dalam pengadaan tanah tersebut dengan mengambil

judul: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK ATAS

TANAH DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN

JALAN TEMBUS (JALAN ALTERNATIF) KABUPATEN MAGETAN-

KABUPATEN KARANGANYAR.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan judul yang diangkat dalam penelitian ini, penulis membatasi

permasalahan pada Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Hak Atas Tanah

Dalam Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif)

Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar khususnya di Kabupaten

Magetan.

2. Perumusan Masalah

Untuk memperjelas agar permasalahan yang ada nantinya dapat di bahas

lebih terarah dan sesuai dengan sasaran yang di harapkan maka pentingnya

bagi penulis untuk merumuskan permasalahnya yang akan di bahas.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yang di rumuskan penulis

adalah:

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

a. Apakah prosedur pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tembus (jalan

alternatif) Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar sudah sesuai

dengan peraturan perundang-undangan, Kepres Nomor 55 Tahun 1993?

b. Apakah dalam musyawarah sudah tercapai kesepakatan mengenai bentuk

dan besarnya ganti rugi?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini di laksanakan agar dengan tujuan dapat memberikan suatu

manfaat ini dapat menemukan inti sari hukum dari gejala-gejala hukum yang

terkandung dari materi atau obyek yang di teliti melalui suatu kegiatan ilmiah.

Kegiatan ilmiah tersebut dilakukan berdasarkan pada metode-metode,

sistimatika dan pemikiran tertentu yang pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan

mengenai gejala-gejala hukum tersebut dengan cara menganalisa secara seksama.

Pemeriksaan terhadap fakta hukum juga di lakukan untuk kemudian di

usahakan mengenai suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang

terjadi di dalam gejala yang bersangkutan.

Berdasarkan hal tersebut diatas penelitian ini mempunyai tujuan sebagai

berikut:

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui prosedur pengadaan tanah dalam pembangunan jalan

tembus (jalan alternatif) Kabupaten Magetan–Kabupaten Karanganyar

apakah sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, Keppres No 55

Tahun 1993.

b. Untuk mengetahui apakah sudah tercapai kesepakatan mengenai bentuk dan

besarnya ganti rugi.

2. Tujuan Subyektif

Untuk memperoleh pengetahuan yang lengkap dan jelas dalam menyusun

penulisan hukum, sebagai salah satu prasyarat yang di wajibkan dalam

mencapai gelar kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarata.

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Untuk memperoleh menambah, memperluas, mengembangkan

pengetahuan dan pengalaman serta pemahaman aspek hukum di dalam teori

dan praktik laporan hukum yang sangat berarti bagi penulis.

Untuk memberi gambaran pemikiran bagi ilmu pengetahuan hukum pada

umumnya dan Hukum Adminitrasi Negara. Untuk melatih kemampuan dan

ketrampilan penulisan hukum penulis.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan hal tersebut di atas, manfaat yang hendak di capai oleh penulis

adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan

pengetahuan dan pemikiran dalam Perlindungan hukum bagi pemegang hak

atas tanah dalam pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tembus (jalan

alternatif) Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar.

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk mendalami teori-teori yang

telah di tulis selama menjalani kuliah strata satu Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta. Serta memberikan landasan untuk penelitian lebih

lanjut.

Hasil penelitian ini di harapkan dapat di pergunakan sebagai salah satu

materi mengajar mata kuliah Hukum Adminitrasi Negara.

2. Manfaat Praktis

Peneliti ini di harapkan dapat menjadi masukan untuk penelitian-

penelitian yang serupa di masa mendatang. Untuk memberi jawaban atas

permasalahan yang di teliti. Serta untuk mengembangkan penalaran,

membentuk pola pikir dinamis sekaligus untuk mengetahui sejauh mana

kemampuan penulis dalam melakukan penerapan ilmu hukum untuk

menganalisa suatu permasalahan.

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

E. Metode Penelitian

Pemilihan jenis metode tertentu dalam suatu penelitian sangat penting

karena akan berpengaruh pada hasil penelitian nantinya. Suatu penelitian, metode

penelitian merupakan salah satu faktor penting yang menunjang suatu kegiatan

dan proses penelitian. Metodelogi pada hakekatnya memberikan pedoman,

tentang cara-cara seorang ilmuwan mempelajari, menganalisa dan memahami

lingkungan-lingkungan yang dihadapinya (Soerjono Soekanto, 2006 : 6).

Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan

penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang sistematis yang

menyangkut masalah kerjanya yaitu cara kerja untuk dapat memahami yang

menjadi sasaran penelitian yang bersangkutan, melalui prosedur penelitian dan

teknik penelitian.

Adapun metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif disebut juga

penelitian hukum doktrinal atau penulisan hukum kepustakaan. Yaitu

penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau

bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang diperoleh dari hasil penelitian

dan kajian bahan-bahan pustaka. Bahan-bahan tersebut disusun secara

sistematis, dikaji kemudian ditarik kesimpulan dalam hubungannya dengan

masalah yang diteliti. Penelitian hukum normatif sering kali hukum

dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan

(law in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang

merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas (Amiruddin &

H. Zainal Asikin, 2008: 118). Penelitian hukum normatif adalah suatu

prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika

keilmuan hukum dari sisi normatifnya (Johnny Ibrahim, 2006: 57).

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

2. Sifat Penelitian

Dalam usaha memperoleh bahan hukum yang diperlukan untuk

menyusun penulisan hukum ini, maka akan dipergunakan metode penelitian

preskriptif dan terapan. Sebagai suatu ilmu yang bersifat preskriptif, ilmu

hukum mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum,

konsep-konsep hukum dan norma-norma hukum. Sebagai ilmu terapan ilmu

hukum menetapkan standar prosedur, ketentuan-ketentuan, rambu-rambu

dalam melaksanakan aturan hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2005: 22).

3. Pendekatan Penelitian

Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode yuridis normatif.

Menurut Johnny Ibrahim (2005: 300-322) “dalam kaitannya dengan penelitian

normatif dapat digunakan beberapa pendekatan, diantaranya pendekatan

Perundang-undangan, pendekatan konsep, pendekatan analitis, pendekatan

perbandingan , pendekatan filsafat dan pendekatan kasus”. Pendekatan yang

digunakan penulis adalah Pendekatan Perundang-undangan (Statute

Approach), Pendekatan undang-undang (statute approach) dilakukan dengan

menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu

hukum yang sedang ditangani. Bagi penelitian untuk kegiatan praktis,

diperlukan dalam mempelajari konsistensi dan kesesusaian antara suatu

undang-undang dengan undang-undang lainnya atau antara undang-undang dan

Undang-Undang Dasar atau antara regulasi dan undang-undang. Hasil dari

telaah tersebut merupakan suatu argumen untuk memecahkan isu yang

dihadapi.

4. Jenis Bahan Hukum Penelitian

Bahan hukum adalah suatu keterangan atau fakta dari obyek yang diteliti.

Berkaitan dengan jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis yang merupakan

penelitian normatif, maka jenis bahan hukun yang digunakan dalam penelitian

ini adalah jenis bahan hukum sekunder. Bahan hukum sekunder didapat dari

sejumlah keterangan atau fakta-fakta yang diperoleh secara tidak langsung,

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

yaitu melalui bahan hukum yang diperoleh dengan cara penelitian kepustakaan

yang terdiri dari dokumen-dokumen, buku-buku literatur, himpunan peraturan

perundang-undangan yang saat ini berlaku, hasil penelitian yang berwujud

laporan, Berita acara, bahan-bahan dari internet maupun bentuk-bentuk lain

yang berkaitan dengan masalah penelitian.

5. Sumber Bahan Hukum

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi misalnya laporan atau

dokumen. Data yang diperoleh dari bahan kepustakaan, bahan-bahan

dokumenter, tulisan ilmiah dan sumber-sumber lain yang berhubungan erat

dengan masalah yang diteliti.

Johnny Ibrahim (2005: 295-296) mengatakan dalam bukunya yang

berjudul bahan hukum yang dikaji data sekunder dibidang hukum ditinjau dari

kekuatan mengikatnya dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer yang mengikat yang terdiri dari norma atau

kaidah dasar yaitu pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, peraturan dasar yang terdiri dari batang tubuh

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

ketetapan Mejelis Permusyawaratan Rakyat, Peraturan PerUndang-

undangan, bahan hukum yang tidak dikodifikasi seperti hukum adat,

yuisprudensi, traktat, bahan hukum dari zaman penjajahan yang hingga kini

masih brlaku seperti Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

2) Undang-Undang Dasar 1945

3) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

Pokok Agraria, (UUPA).

4) Undang-undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak Atas

Tanah dan Benda-benda yang ada diatasnya.

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

5) Keputusan Presiden No 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

6) Peraturan Mentri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional

Tahun 1994 Sebagai Peraturan Pelaksanaan Kepres Nomor 55 Tahun

1993.

b. Bahan hukum sekunder

Memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti

rancangan peraturan perUndang-undangan, hasil karya ilmiah para sarjana

dan hasil-hasil penelitian.

c. Bahan hukum tersier atau penunjang

Bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan

hukum primer dan bahan hukum sekunder misalnya dari media internet,

kamus, Berita Acara Kesepakatan Harga Rugi Pembebasan Tanah Jalan

Alternatif Sarangan Tawangmangu, Berita Acara Penyerahan Pelepasan

Hak Atas Tanah Dan Pembayaran Ganti Rugi.

Adapun mengenai sumber data pada penulisan hukum ini Karena

bersifat normatif Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data

sekunder yang meliputi bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier

sebagai pendukung dari bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian

ini adalah literatur, buku, koran, media internet, Berita Acara Kesepakatan

Harga Rugi Pembebasan Tanah Jalan Alternatif Sarangan Tawangmangu,

Berita Acara Penyerahan Pelepasan Hak Atas Tanah Dan Pembayaran Ganti

Rugi, serta peraturan yang ada kaitannya dengan pengadaan tanah untuk

kepentingan umum.

6. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam suatu penelitian merupakan hal yang sangat

penting dalam penulisan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik

pengumpulan data. Studi kepustakaan, yaitu suatu bentuk pengumpulan data

lewat membaca buku literatur, mengumpulkan, membaca dokumen yang

berhubungan dengan obyek penelitian, dan mengutip dari data-data sekunder

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

yang meliputi peraturan perundang-undangan, dokumen, berita acara dan

bahan-bahan kepustakaan lain dari beberapa buku-buku referensi, artikel-

artikel dari beberapa jurnal, arsip, peraturan perundang-undangan, laporan,

teori-teori, media masa seperti koran, internet dan bahan-bahan kepustakaan

lainnya yang relevan dengan masalah yang diteliti.

7. Teknik Analisis Data

Penelitian ini mengunakan teknik analisis data dengan logika deduktif.

Menurut Johny Ibrahim yang mengutip pendapatnya Bernard Arif Shiharta,

logika deduktif merupakan suatu teknik untuk menarik kesimpulan dari hal

yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual. (Johni Ibrahim,

2006: 249). Sedangkan Prof. Peter mahmud Marzuki yang mengutip

pendapatnya Philiphus M. Hadjon Menjelaskan metode deduksi sebagaimana

silogisme yang diajarkan oleh Aristoteles, pengunaan metode deduksi

berpangkal dari pengajuan premis mayor (pernyataan bersifat umum).

Kemudian diajukan premis minor (bersifat khusus), dari kedua premis itu

kemudian ditarik suatu kesimpulan atau conclusion. (Peter Mahmud Marzuki,

2008: 47). Jadi yang dimaksud dengan pengelolahan bahan hukum dengan cara

deduktif adalah menjelaskan sesuatu dari hal-hal yang sifatnya umum,

selanjutnya menarik kesimpulan dari hal itu yang sifatnya lebih khusus.

Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dengan melakukan

inventarisasi sekaligus mengkaji dari penelitian kepustakaan, aturan

perundang-undangan berserta dokumen-dokumen yang dapat membantu

menafsirkan norma tersebut dalam mengumpulkan data, kemudian data itu

diolah dan dianalisis untuk menjawab permasalahan yang diteliti. Tahap

terakhir adalah menarik kesimpulan dari data yang telah diolah, sehingga pada

akhirnya dapat diketahui tentang perlindungan hukum bagi pemegang hak atas

tanah dalam pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tembus.

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

F. Sistematika Skripsi

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh tentang sistematika

penulisan hukum yang sesuai dengan aturan baru dalam penulisan hukum maka

penulis menggunakan sistematika penulisan hukum. Adapun sistematika

penulisan hukum ini terdiri dari 4 ( empat ) bab yang tiap bab terbagi dalam sub-

sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman terhadap

keseluruhan hasil penelitian ini. Sistematika keseluruhan penulisan hukum ini

adalah sebagi berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan mengenai pengadaan tanah yang

meliputi pengertian pemegang hak atas tanah, pengadaan tanah,

jenis, dasar hukum pengadaan tanah untuk kepentingan umum,

pembahasan kepentingan umum, panitia pengadaan tanah, ganti

kerugian dan prosedur pengadaan tanah untuk kepentingan

umum.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai prosedur pengadaan tanah

untuk pembangunan jalan tembus (jalan alternatif) Kabupaten

Magetan–Kabupaten Karanganyar sudah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan, Kepres No 55 Tahun 1993.

Serta mengenai kesepakatan bentuk dan besarnya ganti rugi.

BAB IV : PENUTUP

Dalam bab ini memuat mengenai kesimpulan dan saran penulis

atas pembahasan permasalahan tersebut dalam bab-bab

sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Pemegang Hak Atas Tanah

Peraturan hukum yang pertama kali dikeluarkan oleh Pemerintah

bersama DPR, yang memberikan dasar hukum pencabutan hak bagi suatu hak

atas tanah yang dimiliki oleh seseorang, adalah Undang-Undang Nomor 20

Tahun 1961 Tentang Pencabutan Hak Atas Tanah dan Benda-Benda Di

Atasnya. Dasar ini yang merupakan pelaksanaan Pasal 18 UUPA, dalam

rangka melaksanakan usaha-usaha penbangunan negara. Dalam Keputusann

Presiden Nomor 55 Tahun 1993 dijelaskan bahwa Hak Atas Tanah adalah hak

atas sebagian tanah sebagaimana diatur dalam UUPA, namun kejelasan ini

diperluas dengan peraturan Mentri Negara Agraria /Kepala Badan Pertanahan

Nasional Nomor 1 tahun 1994 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Keputusan

Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 1993 Tentang Pengadaan Tanah

Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Di dalam Pasal 1

Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 di jelaskan bahwa Pemegang Hak

Atas Tanah adalah orang atau badan hukum yang mempunyai hak atas tanah

menurut UUPA sedangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005

yang dimaksud Hak Atas Tanah adalah hak atas bidang tanah sebagaimana

diatur didalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 (Lieke Lianadevi

Tukgali 2010:192).

Menurut Keppres Nomor 55 Tahun 1993 Pengertian Hak Atas Tanah

adalah Orang atau badan hukum yang mempunyai hak atas tanah menurut

Undang-undang Pokok Agraria, termasuk bangunan, tanaman dan atau benda-

benda lain yang terkait dengan tanah yang bersangkutan.

Hak Atas Tanah dalam Undang-Undang Pokok Agraria Pasal ayat (1)

dan (2) menyatakan:

a. Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam Pasal

2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik

sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan hukum.

b. Hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini menberi

wewenang untuk mengunakan tanah yang bersangkutan demikian pula

tubuh bumi dan air serta ruang yang ada di atasnya, sekedar diperlukan

untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan pengunaan tanah itu

dalam batas-batas menurut undang-undang ini dan peraturan-peraturan

hukum lain yang lebih tinggi.

Dalam Pasal 16 Undang-Undang Pokok Agraria Hak Atas Tanah di

bagi menjadi enam antara lain :

a. Hak Milik adalah hak yang terkuat, terpenuh dan turun temurun yang dapat

dipunyai oleh orang dengan mengingat adanya fungsi sosial. Jangka waktu

hak milik tidak terbatas.

b. Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai

langsung oleh negara dengan jangka waktu 25-35 tahun dan dapat

diperpanjang untuk waktu 25 tahun lagi.

c. Hak Guna Bangunan adalah hak untuk memdirikan bangunan diatas tanah

yang dikuasai langsung oleh negara dengan jangka waktu 30 tahun dapat

diperpanjang 30 tahun dan dapat pula diperbarui untuk 30 tahun.

d. Hak Pakai adalah hak untuk mengunakan dan/atau memungut hasil dari

tanah yang langsung dikuasai oleh negara atau atau tanah milik orang lain

yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan

pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikanya atau dengan

perjanjian dengan pemilik tanah.

e. Hak Sewa adalah hak untuk mengunakan tanah sesuai dengan jangka waktu

yang telah di tentukan sesuai dengan perjanjian.

f. Hak Membuka tanah adalah hak untuk membuka tanah hutan sebagai tanah

persawahan tetapi di batasi dengan sesuai dengan peraturan tertentu.

Kepemilikan tanah itu tidak berlaku mutlak karena semua tanah di Indonesia di kuasai oleh negara. Tanah di Indonesia mempunyai fungsi sosial artinya kegunaan dari tanah itu lebih mengutamakan kepentingan

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

umum atau kepentingan individu atau golongan. Yang menjadi kendala dalam melaksanakan fungsi sosial adalah awamnya masyarakat dan akibat dari awamnya masyarakat itu di anggap kepemilikan dari tanah berlaku mutlak, hak kepemilikannya tidak bisa digangu gugat oleh siapa pun, termasuk oleh Negara (Mudakir Iskandar Syah, 2007: 5-6).

Dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960

disebutkan bahwa kewenangan Negara adalah :

1) Kerwenangan untuk mengatur dan menyelengarakan peruntukan

pengunaan, persediaan, dan pemeliharaaan bumi air, dan ruang angkasa

tersebut;

2) Menentukan dan mengatur hubungan hukum antara orang-orang dengan

bumi air dan ruang angkasa;

3) Menentukan hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan hukum

yang mengenai bumi dari air dan ruang angkasa.

Kekuasaan negara terhadap tanah ini bukan kekuasaan mutlak, maksudnya kekuasaan untuk berbuat apa saja terhadap tanah, air dan ruang angkasa, akan tetapi kekeuasaan negara ini sebatas menguasai, dan dasar dari penguassaan ini harus jelas karena demi rakyat dan kepentingan umum. Kekuasaan Negara untuk menguasai atas tanah ini atas dasar dari penerapan fungsi sosial tanah. Asas menguasai ini hanya hanya berada pada Negara, oleh karena itu perorangan atau kelembagaan yang ada dalam masyarakat tidak berhak melaksanakan asas menguasai tanah dengan alasan fungsi sosial dari tanah itu sendiri (Mudakir Iskandar Syah. 2007:6).

2. Tinjauan Tentang Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum

a. Pengadaan Tanah

1) Pengertian Pengadaan Tanah

Dalam Pasal 1 ayat (1) Keppres Nomor 55 Tahun 1993 tentang

Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan

Umum, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pengadaan tanah

adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara ganti

kerugian kepada yang berhak atas tanah tersebut.

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Istilah pengadaan tanah ini lahir karena keterbatasan persediaan

tanah, sehingga untuk memperolehnya perlu dilakukan dengan

memberikan ganti kerugian kepada yang berhak atas tanah itu.

Pengunaan istilah pengadaan tanah itu telah ada sejak

dikeluarkanya aturan mentri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1985 tentang

Tata Cara Pengadaan Tanah Untuk keperluan Proyek Pembangunan di

Wilayah Kecamatan. Sedangkan sebelumya, berdasarkan PMDN Nomor

15 Tahun 1975 tentang ketentuan Tata Cara Pembebasan Tanah, bahwa

untuk mendapatkan tanah bagi pelaksanaan proyek-proyek pembangunan

mengunakan istilah pembebasan tanah. Namun kedua PMDN ini telah

dicabut dan diganti dengan Keppres Nomor 55 Tahun 1993 tentang

Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan

Umum

Alasan ditetapkanya Keppres Nomor 55 Tahun 1993 ini antara

lain :

1. Persoalan tentang tanah dalam pembangunan adalah persoalan yang

menarik sekaligus unik mengigat pembangunan nasional sangat

membutuhkan tanah tetapi kebutuhan tersebut tidak terlalu mudah

untuk dipenuhi. Hal yang demikian sudah disadari oleh semua pihak

dan dalam konteks dengan peraturan yang baru ini tampak dengan

jelas dari kesadaran yang menyatakan :

(1) Bahwa pembangunan nasional, khususnya pembangunan berbagai

fasilitas untuk kepentingan umum, memerlukan bidang tanah

yang cukup dan untuk itu pengadaanya perlu dilakukan dengan

sebaik-baiknya.

(2) Bahkan pelaksanaan pengadaan tanah tersebut dilakukan dengan

memperhatikan peran tanah dalam kehidupan manusia dan prinsip

penghormatan terhadap hak-hak yang sah atas tanah.

(3) Bahwa atas dasar pertimbangan tersebut pengadaan tanah untuk

kepentingan umum diusahakan dengan cara yang seimbang dan

untuk tingkat pertama.

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

2. Peraturan mengenai pengadaan tanah sebelum berlakunya peraturan

ini sangat beragam, walau demikian UUPA sebagai induk dari

segenap peraturan pertanahan secara eksplisit telah diatur dalam pasal

18 UUPA mengenai “Pencabutan Hak Atas Tanah Untuk Kepentingan

Umum”, dengan Peraturan Pelaksanaannya Nomor 20 Tahun 1961

tentang Pencabutan Hak Atas Tanah dan Benda-benda yang ada di

atasnya, namun dalam prakteknya hampir tidak pernah dilaksanakan,

sedangkan untuk memenuhi kebutuhan ditetapkan peraturan mengenai

pembebasan tanah.

3. Dalam praktek pelaksanaan pembebasan tanah baik yang menyangkut

pengadaan tanah bagi kepentingan pembangunan untuk kepentingan

umum maupun pembebasan tanah untuk kepentingan swasta selalu

menimbulkan masalah, sehingga banyak yang mempersoalkan apakah

hal ini terjadi karena kekurang beresan peraturan atau tidak siapnya

aparat atau hanya sebagai akses yang biasa terjadi. Tetapi apapun

alasan yang umumnya dirugikan oleh keadaan tersebut adalah rakyat,

sehingga perlu diadakan usaha perbaikan yang sudah dimulai dengan

pembenahan kelembagaan dan sekaligus dengan penertipan personal

dan sekarang melalui perbaikan ini “noda-noda hitam” yang selama

ini selalu terdapat dalam pelaksanan pengadaan tanah bagi

pembangunan tidak ada lagi dimasa mendatang (Abdurrahman, 1994:

1-3).

Kehadiran Keppres Nomor 55 Tahun 1993 ini dapat lebih

memberikan jaminan kepada rakyat dengan adanya landasan dan

pembatasan dasar pengadaan yang hanya dibatasi untuk kepentingan

umum dan penyempurnaan prosedural maupun mengenai ganti kerugian.

2) Jenis Pengadaan Tanah.

Pada garis besarnya di kenal dua jenis pengadaan tanah, yaitu :

a) Pengadaan Tanah untuk Keperluan Pemerintahan terbagi menjadi :

(1) Pengadaan tanah untuk kepentingan umum;

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

(2) Pengadaan tanah bukan untuk kepentingan umum (kepentingan

komersial).

b) Pengadaan Tanah untuk Keperluan Swasta Digolongkan menjadi :

(1) Pengadaan tanah untuk kepentingan komersial;

(2) Pengadaan tanah bukan untuk kepentingan komersial, yaitu yang

bersifat menunjang kepentingan umum atau termasuk dalam

pembangunan sarana umum dan fasilitas-fasilitas sosial.

3) Macam-Macam Cara Pengadaan Tanah.

Pengadaan tanah bagi kegiatan kepentingan umum oleh pemerintah

dilaksanakan dengan cara sebagai berikut, yaitu :

a) Pelepasan atau penyerahan hak;

b) Jual beli;

c) Tukar-menukar;

d) Cara lain yang disepakati secara sukarela;

e) Pencabutan hak atas tanah. (Maria S.W, Sumardjono, 2001: 74).

Berdasarkan Pasal 2 ayat (2) dan (3) Keppres Nomor 55 Tahun

1993 ada dua macam cara pengadaan tanah untuk keperluan

pembangunan kepentingan umum yaitu :

a) Pelepasan atau penyerahan hak atas tanah. Cara ini dilakukan bagi

pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum oleh pemerintah.

b) Jual beli, tukar menukar atau cara lain untuk di sepakati secara

sukarela oleh pihak-pihak yang bersangkutan.

Cara ini dilakukan untuk pelaksanan pembangunan kepentingan

umum oleh pemerintah dan untuk pelaksanaan pembangunan untuk

kepentingan umum yang memerlukan tanah yang luasnya tidak lebih dari

1 (satu) hektar (Passal 23).

Pelepasan atau penyerahan hak atas tanah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 dilakukan berdasarkan prinsip penghormatan terhadap hak

atas tanah.

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

4) Dasar Hukum Pengadaan Tanah

Dalam UUPA Nomor 5 Tahun 1960 hanya mengatur tetang

pencabutan hak atas tanah untuk kepentingan umum, Pasal 18 dan Pasal-

Pasal berikutnya tidak ada ketentuan yang mengatur mengenai

pengadaan tanah. Hal ini mengandung penafsiran bahwa untuk

memenuhi pengadaan tanah bagi pelaksanan pembangunan ditempuh

melalui prosedur pencabutan hak atas tanah yang selanjutnya diatur

dalam undang-undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak

Atas Tanah dan Benda-benda Yang Ada di Atasnya.

Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Keppres Nomor 55

Tahun 1993 ada berbagai cara pengadaan tanah namun yang dimaksud

dalam Keppres ini hanyalah pelepasan atau penyerahan hak sebagai cara

pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan

umum. Ada dua dasar hukum dari pelepasan atau penyerahan hak sebagai

cara pengadaan tanah, yaitu :

a) Berdasar hukum Materiil

Pasal 1 butir 2 Keppres Nomor 55 Tahun 1993 merumuskan bahwa

pelepasan atau penyerahan hak atas tanah adalah kegiatan melepaskan

hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah adalah kegiatan

melepaskan hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah dengan

tanah yang dikuasainya dengan memberikan ganti kerugian atas dasar

musyawarah. Dari hal tersebut jelas terlihat bahwa pengadaan tanah

ini diperlukan kesepakatan antara pihak pemegang hak atas tanah,

baik mengenai penyerahan tanah yang bersangkutan maupun

pemberian imbalan atau ganti kerugian. Jadi dasar hukum materiil

pengadaan hukum tanah ini adalah hukum perdata, khususnya hukum

perikatan. Artinya setidak-tidaknya perbuatan hukum yang

bersangkutan berlaku syarat-syarat yang diatur di dalam hukum

perjanjian (Pasal 1320 KUHPerdata).

b) Dasar Hukum Intern Administratif

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Keppres Nomor 55 Tahun 1993 merupakan peraturan yang

intern-administratif dalam pelaksanan pelepasan atau penyerahan hak

sebagai cara pengadaan tanah. Artinya di dalamnya terkandung

ketentuan-ketentuan yang berupa instruksi atau petunjuk yang harus

dilakukan oleh instansi yang memerlukan tanah dan pejabat-pejabat

yang berwenang di bidang pertanahan.

b. Kepentingan Umum

1) Pengertian Kepentingan Umum

Menurut Sudikno Mertokusumo dalam Listyawati (2009; 511-512)

menjelaskan:

Kepentingan umum yang diatur di berbagai peraturan Perundang-undangan tersebut belum tepat karena makna dari kepentingan umum sangat luas dan seiring dengan perkembangan manusia dan zaman. Pada dasarnya kepentingan umum merupakan kepentingan yang harus didahulukan dari kepentingan lain. Secara filosofis pengertian-kepentingan umum tersirat dalam UUD, secara teoritis kepentingan umum merupakan resultante hasil menimbang-nimbang banyak kepentingan di dalam masyarakat kemudian menetapkan kepentingan yang utama menjadi kepentingan umum. Secara praktis pengertian kepentingan umum akhirnya di serahkan kepada hakim dengan tetap menghormoati semua kepentingan dan mengacu dalam undang-undang. Arti kepentingan umum secara luas adalah kepentingan negara

yang termasuk di dalamnya kepentingan pribadi maupun golongan,atau

dengan kata lain kepentingan umum merupakan kepentingan yang

menyangkut sebagian besar masyarakat.

Arti kepentingan umum dilihat dari segi yuridis normatif yaitu Perpres Nomor 36 Tahun 2005, menjelaskan yang dimaksud kepentingan umum adalah kepentingan sebagaian besar mayarakat. Sedangkan dari sudut pandang ketentuan yang diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993, yang dimaksud kepentingan umum adalah kepentingan seluruh lapisan masyarakat (Mudakir Iskandar Syah, 2007:13).

Huybers dalam Maria S.W, Sumardjono (2001: 107)

mendefinisikan kepentingan umum sebagi kepentingan masyarakat

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

sebagai keseluruhan yang memiliki ciri-ciri tertentu, antara lain

menyangkut perlindungan hak-hak individu sebagai warga negara dan

menyangkut pengadaan serta pemeliharaan sarana publik dan pelayanan

publik.

Kepentingan umum dapat dijabarkan melalui dua cara:

a) Berupa pedoman umum yang menyebutkan bahwa pengadaan tanah

dilakukan berdasarkan alasan kepentingan umum melalui berbagai

istilah;

b) Penjabaran kepentingan umum dalam daftar kegiatan.

Dalam pasal 5 Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 tersebut

suatu kegiatan yang mempunyai sifat kepentingan umum merupakan

kegiatan pembangunan yang dilakukan untuk mencari keuntungan.

Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 juga menegaskan bahwa

penetapan pembangunan untuk kepentingan umaum harus sesuai dan

berdasarkan kepada Rencana Tata Ruang (RUTR) yang ditetapkan

terlebih dahulu. Oleh karena itu pelaksanaan oleh karena itu pelaksanaan

pembangunan untuk kepentingan umum yang tidak sesuai dengan RUTR

dapat dinyatakan sebagai bukan kepentingan umum. Keputusan Presiden

Nomor 55 Tahun 1993 kemudian digantikan dengan Peraturan Presiden

Nomor 36 Tahun 2005 dan diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65

Tahun 2006. Istilah Keputusan Presiden menjadi Perturan Presiden

dengan adanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Berserta Peraturan

Pelaksanaanya (Lieke Lianadevi Tukgali, 2010:184-185).

Landasan hukum pengadaan tanah untuk kepentingan umum pada

saat ini adalah Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 sebagaimana

telah telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006

Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005

Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum. Pasal 1 angka 5 Peraturan Presiden Nomor 36

Tahun 2005 mengatakan bahwa kepentingan umum adalah sebagian

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

besar lapisan masyarakat yang dalam Pasal 5-nya disebutkan bahwa

pembangunan untuk kepentingan umum yang dilakukan Pemerintah atau

Pemerintah Daerah diuraikan dalam tujuh jenis kegiatan.

Berbeda dengan Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 yang

di intruksikan melalui Instrusi Presiden Nomor 9 Tahun 1973

menyebutkan bahwa kegiatan pembangunan untuk kepentingan umum

selain yang dimaksudkan dalam penjabaran jenis kegiatan, ditetapkan

dengan Keputusan Presiden. Dalam Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun

2006, Kepentingan umum dilasanakan oleh Pemerintah atau Pemerintah

Daerah. Dalam Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 di tambahkan

akan dimiliki dan tidak digunakan untuk mencari keuntungan.

Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 juncto Peraturan

Presiden 65 Tahun 2006, makna kepentingan umum telah bergeser.

Kepentingan umum sebagai kepentingan sebagian besar lapisan

masyarakat tidak dibatasi seperti dalam Keputusan presiden Nomor 55

Tahun 1993 sehingga menbuka penafsiran yang longar contoh pergeseran

makna itu adalah dimasukkanya jalan tol dalam salah satu kegiatan yang

bersifat kepentingan umum. Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993

Tidak memuat hal itu. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 dalam

mengemas kepentingan umum memperluas maknanya sebagai

kepentingan umum sebagian besar lapisan masyarakat berbeda dengan

Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 dalam pengertian umum

adalah kepentingan seluruh masyarakat, sehingga Keputusan Presiden

Nomor 55 Tahun 1993 akan lebih memadai dan sesuai dengan pengertian

yang terkandung dalam Pasal 18 UUPA yakni kepentingan umum,

termasuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari

rakyat, yang berarti kepentingan seluruh lapisan masyarakat. Sedangkan

pengertian pengertian kepentingan umum dalam Peraturan Presiden

hanya kepentingan sebagian besar saja bukan seluruh kepentingan

masyarakat didalam penulisan ini penulis mengunakan acuan Keppres

Nomor 55 Tahun 1995 tentang pengadaan tanah untuk kepentingan

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

umum karena pengadaan tanah yang penulis tulis terjadi pada tahun

2003/2004 atau pada saat Keppres Nomor 55 Tahun 1993 tersebut

berlaku.

2) Pembatasan Kepentingan Umum

Kepentingan umum di tinjau dari tiga peraturan perundang-

undangan yaitu Keppres Nomor 55 Tahun 1993, tidak hanya

memperhatikan kemanfaatan dari kepentingan umum, tetapi juga

membatasi siapa yang menjadi pelaksana pembangunan kepentingan

umum dan sifat pembangunan umum yaitu dilakukan dan selanjutnya

dimiliki oleh pemerintah dan tidak digunakan untuk mencari keuntungan.

Peratutan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 yang merupakan perubahan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005, dalam hal pembatasan kepentingan umum dikatakan bahwa pembanguhan itu dilaksanakan Pemerrintah/Pemerintah daerah yang selanjutnya dimiliki atau akan dimiliki Pemerrintah/Pemerintah Daerah; sedang dalam Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tidak memberi pembatasan sama sekali. Jadi dalam Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 ini memperluas pembatasan kepentingan umum dengan memuat kata “atau akan” dimiliki oleh Pemerintah/Pemerintah Daerah serta menghapuskan kata “tidak digunakan untuk mencari keuntungan” (Lieke Lianadevi Tukgali, 2010: 186).

Di dalam Keppres Nomor 55 Tahun 1993, kegiatan yang termasuk

kategori kepentingan umum dibatasi pada terpenuhinya ketiga unsur,

yaitu :

a) Kepentingan seluruh lapisan masyarakat;

b) Pembangunan yang selanjutnya dimiliki oleh pemerintah;

c) Tidak digunakan untuk mencari keuntungan.

Pembangunan sarana pendidikan, agama, infrastruktur atau pembangun fisik lainya tentu memerlukan lahan yang terkadang dilakukan dengan cara mengambil lahan milik penduduk, atau masyrakat adat (tanah ulayat). Dimasa lalu kebutuhan akan lahan tersebut sering dilakukan dengan cara pembebasan tanah dengan pengantian kerugian yang dirasakan tidak seimbang. Karena dalam

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

praktek pembebasan lahan pada masa pemerintaha sering lebih mementingkan aspek hak menguasai tanah oleh negara dan mengabaikan aspek kemakmuran rakyat. Padahal sesuai paham Negara kesejahteraan yang dianut di Indonesia Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 telah menentukan keseimbangan diantara keduanya, oleh karenanya di era reformasi dan keterbukaan ini sering terjadi kasus individu atau massyarakat yang tanahnya pernah dibebaskan dengan alasan untuk kepentingan umum mengugat atau mempersoalkan kembali ganti rugi yang pernah diterima. Akibanya pembangunan infrastuktur sering terhambat persoalan pembebasan lahan bahkan mengantung terutama apabila tidak ada kesepakatan tentang ganti rugi. Menyandari akan hal ini maka pemerintah mengambil kebijaksanaan mempercepat proses pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum dengantetap memperhatikan prinsip penghormatan terhadap hak-hak yang sah atas tanah tersebut dan bersikap trasparan dengan mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tanggal 3 Mei tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Ujang Bahar 2008: 124-125) Pasal 5 dari Keppres Nomor 55 Tahun 1993 selain membatasi apa

yang dimaksud dengan pembangunan untuk kepentingan umum, juga

menentukan bidang-bidang yang termasuk kategori kegiatan

pembangunan untuk kepentingan umum, yaitu :

a) Jalan umum, termasuk saluran pembuangan air;

b) Waduk, bendungan dan bangunan pengairan lainya termasuk saluran

irigasi;

c) Rumah sakit umum dan pusat-pusat kesehatan masyarakat;

d) Pelabuhan atau bandar udara atau terminal;

e) Peribadatan;

f) Pendidikan atau sekolahan;

g) Pasar umum atau pasar INPRES;

h) Fasilitas pemakamann umum;

i) Fasilitas keselamatan umum seperti antara lain tanggul penangulangan

bahaya banjir lahar dan lain-lain bencana;

j) Pos dan telekomunikasi;

k) Sarana olah raga;

l) Stasiun penyiaran radio, televisi beserta sarana pendukungnya;

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

m) Kantor pemerintahan;

n) Fasilitass angkatan bersenjata republik Indonesia.

Kegiatan pembangunan untuk kepentingan umum masih di

mungkinkan ada bidang-bidang pembangunan untuk kepentingan umum

selain yang tersebut di atas

c. Panitia Pengadaan Tanah

1) Susunan Kepanitiaan

Menurut Keppres Nomor 55 Tahun 1993 Pasal 1 butir 4, yang

dimaksud Panitia yang dibentuk untuk membantu pengadaan tanah bagi

pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum.

Ada dua macam panitia pengadaan tanah, yaitu :

a) Panitia pengadaan tanah Kabupaten/Kotamadya, yakni panitia

Pengadaan Tanah yang dibentuk setiap Kabupaten/Kotamadya. Dalam

Peraturan Mentri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional

Nomor 1 Tahun 1994 selanjutnya disebut Panitia.

b) Panitia Pengadaan Tanah propinsi, dibentuk di Tingkat Propinsi.

Baik Panitia Pengadaan Tanah yang dibentuk di setiap

Kabupaten/Kotamadya maupun di tingkat Propinsi dibentuk oleh

Gubenur.

Panitia Pengadan Tanah (Panitia) dibentuk tanah di tingkat

Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II. Menurut ketentuan Pasal 7

Keppres Nomor 55 Tahun 1993, susunan panitia ini adalah sebagai

berikut:

a) Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II sebagai Ketua

merangkap anggota;

b) Kepala Kantor Pertanahan atau Kabupaten/Kotamadya sebagai wakil

ketua merangkap anggota;

c) Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Banguanan sebagai

anggota;

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

d) Kepala Instansi Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab di bidang

bangunan sebagi anggota;

e) Kepala Instansi pemerintahan daerah yang bertanggung jawab di

bidang perhutanan/pertanian sebagai anggota;

f) Camat yang wilayangnya meliputi bidang tanah dimana rencana dan

pelaksanaan pemlaksanaan akan berlangsung, sebagai anggota;

g) Lurah atau Kepala Desa yang wilayahnya meliputi bidang tanah

dimana rencana dan pelaksanan pembangunan akan berlangsung,

sebagai anggota;

h) Asisten Sekertaris Wilayah Daerah Bidang Pemerintahan atau Kepala

Bagian Pemerintahan pada Kantor Bupati/Walikota sebagai Sekertaris

I, bukan anggota;

i) Kepala Seksi pada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya sebagai

Sekertaris II, bukan anggota.

Melihat komposisi panitia pengadaan tanah diatas, maka panitia

yang bersangkutan adalah panitia daerah yang berada dibawah tanggung

jawab pemerintahan daerah setempat, sedangkan Badan Pertanahan

Nasional hanya berkewajiban membantu pelaksananan tugas yang

dimaksud, baik dalam kepemimpinan maupun keseketariatan.

Pada Pasal 6 ayat (3) Keppres Nomor 55 Tahun 1993 menyatakan

bahwa pada pengadaan tanah yang berkenaan dengan tanah yang terletak

di dua wilayah kabupaten/Kotamadya atau lebih, dilakukan dengan

bantuan panitia pengadaan tanah tingkat I yang bersangkutan. Sedangkan

keanggotanya sejauh mungkin mewakili instansi-instansi terkait di

Tingkat Propinsi dan Daerah Tingkat II yang bersangkutan.

Pembentukan Panitia Pengadaan Tanah di Tingkat Propinsi

dipersiapkan oleh Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional bersama

Asisten Wilayah Daerah Bidang Ketataprajaan yang di tetapkan dengan

Keputusan Gubernur.

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Susunan Panitia Pengadaan Tanah tersebut berdasarkan Peraturan

Mentri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1

Tahun 1994 adalah sebagai berikut:

a) Gubernur atau pejabat yang di tunjuk, sebagai ketua merangkap

anggota;

b) Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional sebagai wakil

Ketua merangkap anggota;

c) Kepala Kantor wilayah Direktorat jendral Pajak sebagai anggota;

d) Kepala Instansi pemerintah Daerah Tingkat I yang bertanggung jawab

di bidang bangunan sebagai anggota;

e) Kepala Instansi Pemerintahan Daerah Tingkat I yang beertanggung

jawab di bidang perhutanan/pertanian sebagai anggota;

f) Kepala Instansi Pemerintah lainya didaerah Tingkat I lainya yabg

dianggap perlu sebagai anggota;

g) Kepala Biro Tata Pemerintahan sebagai Sekertaris I bukan anggota;

h) Kepala bidang hak-hak atas taanah pada Kantor Wilayah Badan

Pertanahan Nasional Propinsi sebagai Sekertaris II bukan anggota.

2) Tugas Panitia Pengadaan Tanah

1) Panitia Pengadaan Tanah (Panitia)

Pasal 8 Keppres Nomor 55 Tahun 1993 menentukan bahwa

tugas Panitia Pengadaan Tanah adalah sebagai berikut :

(1) Mengadakan penelitian dan inventarisasi atas tanah dan benda-

benda yang ada kaitanya dengan tanah yang hak atanya akan

dilepaskan atau diserahkan;

(2) Mengadakan penelitian mengenai status hukum tanah yang hak

atasnya akan dilepaskan atau diserahkan dan dokumen yang

mendukungnya.

(3) Menaksir dan mengusulkan besarnya ganti kerugian atas tanah

yang hak atasnya akan dilepaskan atau diserakan;

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

(4) Memberikan penjelasan atau penyuluhan kepada pemegang hak

atas tanah mengenai rencana dan tujuan pengadaan tanah tersebut;

(5) Mengadakan musyawarah dengan para pemegang hak atas tanah

dan Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah dalam rangka

menetapkan bentuk dan/atau besarnya ganti kerugian;

(6) Menyaksikan pelaksanaan penyerahan uang ganti kerugian

kepada para pemegang hak atas tanah, bangunan, tanaman dan

benda-benda lain yang ada di atasnya;

(7) Membuat berita acara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah.

2) Panitia Pengadaan Tanah Propinsi

Pasal 4 ayat (3) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala

Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1994 menytakan bahwa

tugas Panitia Pengadaan Tanah Tingkat Propinsi adalah :

(1) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas panitia apabila lokasi

pembangunan terletak di dua wilayah Kabupaten/Kotamadya atau

lebih;

(2) Membantu Gubernur dalam mengambil keputusan mengenai

bentuk dan besarnya ganti kerugian dalam hal ada keberatan

terhaddap keputusan panitia.

d. Ganti Kerugian

1) Pengertian Ganti Kerugian dan yang diberi Ganti Kerugian

Pengadaan tanah untuk kepentingan umum mensyaratkan adanya

ganti kerugian yang layak kepada pemegang hak atas tanah. Ganti

kerugian tersebut merupakan hak masyarakat yang harus dilaksanakan

oleh pemerintah sebagai pihak yang memerlukan tanah. Dalam peraturan

perundang-undangan Hukum Agraria tidak diberikan penjelasan

mengenai istilah ganti rugi. Di dalam hukum perdata ganti rugi diartikan

sebagai pembayaran kerugian yang diderita oleh seorang karena adanya

wanprestasi/ingkar janji.

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Di dalam pembebasan tanah, ganti rugi tidak berkaitanh dengan

adanya kerugian yang disebabkan oleh wanprestasi ataupun perbuatan

melawan hukum. Dengan demikian teori ganti yang terdapat dalam

hukum perdata memang tidak dapat dipergunakan dalam pelaksanaan

pembebasan hak atas tanah, dalam pembebasan hak atas tanah terdapat

dua fenomena yang bersifat kontras, yakni kepentingan umum dan

kepentingan individu. Sehubungan dengan hal itu ganti kerugian dalam

pembebassan tanah merupakan sarana mutlak dalam rangka

menyerasikan antara kepentingan umum dan kepentingan individu. Di

dalam pembebasan tanah, untuk menentukan besarnya ganti kerugian

ditentukan dengan memperbaiki beberapa faktor yaitu letak lokasi tanah,

jenis tanah dan harga umum tanah setempat. Di samping itu juga melihat

kedudukan atau fungsi tanah bagi pemiliknya. Apabila tanah itu

berfungsi sebagai satu-satunya sumber kehidupan, baik berupa tanah

pertanian maupun tanah perkarangan, yang diatasnya dibangun tempat

usaha, semestinya jumlah ganti kerugian dibedakan dengan pemilik tanah

yang lain (Lieke Lianadevi Tukgali 2010: 198).

Pasal 1 butir 7 Keppres Nomor 55 Tahun 1993 merumuskan bahwa

ganti kerugian adalah pengantian nilai tanah berikut bangunan, tanaman

dan atau benda-benda lain yang terkait dengan tanah sebagai akibat

pelepasan atau penyerahan hak atas tanah, sedang pelepasan atau

penyerahan hak atas tanah adalah kegiatan melepaskan hubungan hukum

antara pemegang hak atas tanah dengan tanah yang dikuasainya dengan

memberikan ganti kerugian atsa dasar musyawarah .

Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 telah memberikan

pedoman dasar hukum yang jelas dalam Pasal 12 ini menyatakan bahwa

ganti kerugian dalam rangka pengadaan tanah diberikan untuk :

a) Hak atas tanah;

b) Bangunan;

c) Tanaman;

d) Benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah.

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Pemberian ganti kerugian ini merupakan imbalan yang diterima

pemegang hak atas tanah sebagi penganti dari nilai tanah termasuk segala

benda yang ada diatasnya, yang telah di lepaskan atau diserahkan.

Pemberian ganti kerugian ini harus seimbang dengan nilai tanah

termasuk segala benda yang ada diatasnya. Sebagai tolak ukur

keseimbangan ini bahwa ganti kerugian yang diterima pemegang hak atas

tanah ini tidak boleh membuat seseorang menjadi lebih kaya atau

sebaliknya menjadi lebih miskin dari keadaan semula.

Ganti kerugian merupakan hak dari para pemegang hak atas tanah

yang telah melepaskan atau menyerahkan tanahnya. Tidak ada wewenang

dari siapapun termasuk pemerintah untuk mengambil tanah dari rakyat

tanpa pemberian ganti kerugian.

2) Bentuk dan Besarnya Ganti Kerugian

Berdasarkan Pasal 13 Keppres Nomor 55 Tahun 1993, bentuk ganti

kerugian dapat berupa :

a) Uang;

b) Tanah penganti;

c) Pemukiman kembali (relokasi);

d) Gabungan dari dua atau lebih;

e) Bentuk lain yang disepakati bersama.

Sedangkan penggantian terhadap tanah yang dikuasai dengan hak

ulayat diberikan dalam bentuk pembangunan fasilitas umum atau bentuk

lain yang beermanfaat bagi masyarakat setempat.

Besarnya ganti kerugian ditetapkan dengan mengunakan dasar dan

cara perhitungan atas dasar dan cara perhitungan atas dasar sebagai

berikut :

a) Harga tanah yang didasarkan atas nilai nyata atau sebenarnya dengan

memperhatikan nilai jual objek pajak bumi dan bangunan tahun

terakhir untuk tanah yang bersangkutan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi harga tanah yaitu :

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

(1) Lokasi tanah;

(2) Jenis hak atas tanah;

(3) Status penguasaan tanah;

(4) Peruntukan tanah;

(5) Kesesuain penggunaan tanah dengan rencana tanah dengan rencan

tata ruang wilayah;

(6) Prasarana yang tersedia;

(7) Fasilitas dan utilitas;

(8) Lingkungan;

(9) Lain-lain yang mempengaruhi harga tanah.

b) Nilai jual bangunan yang ditaksir oleh Instansi Pemerintah Daerah

yang bertangung jawab di bidang bangunan;

c) Nilai jual tanaman yang ditaksir oleh Instansi Pemerintah daerah yang

bertangung jawab di bidang pertanian.

Mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian yang didasarkan atas

dasar perhitungkan tersebut ditetapkan dalam musyawarah antara

pemegaang hak atas tanah dan Instansi Pemerintah yang memerlukan

tanah.

3) Penerima Ganti Kerugian

Berdasarkan ketentuan Pasal 17 Keppres Nomor 55 Tahun 1993

bahwa ganti kerugian diserahkan langsung kepada pemegang hak atas

tanah atau ahli warisnya yang sah dan nadzir bagi tanah wakaf.

Sedangkan dalam hal tanah, bangunan, tanaman atau benda yang

berkaitan dengan tanah yang dimiliki bersama-sama oleh beberapa orang,

dan salah satu atau beberapa orang dari mereka tidak dapat ditemukan,

maka ganti kerugian diskonsinasikan di Pengadilan Negeri setempat oleh

Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah.

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

e. Tata Cara Atau Prosedur Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

1) Penetapan Lokasi

Dalam Keppres Nomor 55 Tahun 1993 tidak ada ketentuan

mengenai penetapan lokasi untuk pengadaan tanah. Untuk itu

berdasarkan pada ketentuan Pasal 25 Keppres ini, maka di tetapkanlah

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional

Nomor 1 Tahun 1994 sebagai peraturan pelaksanaan Keppres Nomor 55

Tahun 1993.

Berdasarkan ketentuan Pasal 6 Peraturan Menteri Negara

Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1994,

langkah yang harus ditempuh oleh Instansi Pemerintah yang memerlukan

tanah adalah :

a) Instansi pemerintah yang memerlukan tanah mengajukan permohonan

penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum kepada

Bupati/Walikotamadya melalui kepala kantor Pertanahan

Kabupaten/Kotamadya Setempat.

b) Apabila tanah yang diperlukan terletak di 2 (dua) wilayah

Kabupaten/Kotamadya atau di Wilayah DKI Jakarta, maka

permohonan penetapan lokasi diajukan kepada Gubernur melalui

Kepala kantor Wilayah Badan Pertanahan Propinsi.

c) Permohonan penetapan lokasi tersebut dilengkapi dengan keterangan

mengenai :

(1) Lokasi tanah yang diperlukan;

(2) Luas dan gambar kasar tanah yang diperlukan;

(3) Pengunaan tanah pada saat permohonan diajukan;

(4) Uraian rencana proyek yang akan dibangun, disertai keterangan

mengenai aspek pembiayaan, lamanya pelaksanaan

pembangunan.

Setelah menerima permohonan penetapan lokasi,

Bupati/Walikotamadya memerintahkan kepada kepala Kantor Pertanahan

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

untuk melakukan koordinassi dengan Ketua Bappeda tingkat II, Asisten

Sekertaris Wilayah Daerah bidang Ketataprajaan dan instansi terkait

untuk melakukan penelitian mengenai kesesuaian peruntukan tanah yang

dimohonkan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

Jika berdasar penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa

peruntukan tanah yang dimohonkan telah sesuai dengan RTRW, maka

Bupati/Walikotamadya memberikan persetujuan penetapan lokasi yang

dipersiapakan oleh Kepala Kantor Pertanahan Wilayah Badan Pertanahan

Nasional Propinsi.

Bagi pengadaan tanah yang luasnya lebih dari 1 (satu) hektar,

setelah diterimanya penetapan lokasi pembangunan, Instansi

pemerintahan yang memerlukan tanah segera megajukan permohonan

pengadaan tanah kepada Panitia dengan melampirkan persetujuan

penetapan tersebut. Sedangkan pengadaan tanah yang luasnya kurang

dari 1 (satu) hektar, tidak perlu mengajukan permohonan kepada panitia.

Melainkan setelah menerima persetujuan penetapan lokasi pembangunan

untuk kepentingan umum, Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah

dapat melaksanakan pengadaan tanah secara langsung dengan pemegang

hak atas tanah dan pemilik bangunan, tanaman dan tau benda-benda lain

yang terkait dengan tanah yang bersangkutan atas dasar kesepaakatan.

2) Penyuluhan

Setelah menerima permohonan dari Instansi Pemerintah yang

memerlukan tanah, panitia mengundang Instansi pemerintah tersebut

untuk mempersiapkan pengadaan tanah yang diawali dengan

memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang terkena lokasi

pembangunan mengenai maksud dan tujuan pembangunan, agar

masyarakat memahami dan menerima pembangunan yang akan

dilaksanakan.

Dalam hal pembangunan yang bersangkutan mempunyai dampak

yang penting dan mendasar pada kehidupan masyarakat, penyuluhan

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

dilakukan dengan melibatkan peran serta tokoh masyarakat dan pimpinan

informal setempat.

3) Inventarisasi

Selanjutnya panitia melakukan kegiatan inventarisasi mengenai

bidang-bidang tanah, termassuk bangunan, tanaman dan atau benda-

benda lain yang terkait dengan tanah yang bersangkutan tanah adalah :

a) Instansi pemerintah yang memerlukan tanah mengajukan permohonan

penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum kepala

Bupati/Walikotamadya melalui Kepala Kantor pertanahan

Kabupaten/Kotamadya setempat.

b) Apabila tanah yang diperlukan terletak di 2 (dua) wilayah

Kabupaten/Kotamadya atau di Wilayah DKI Jakarta, maka

permohonan penetapan lokasi diajukaan kepala Gunernur melalui

kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Propinsi.

c) Permohonan penetapan lokasi tersebut dilengkapi dengan keterangan

mengenai :

(1) Lokasi tanah yang diperlukan;

(2) Luas dan gambar kasar tanah yang diperlukan;

(3) Penggunaan tanah pada saat permohonan diajukan;

(4) Uraian rencana proyek yang akan dibangun, disertai keterangan

mengenai aspek pembiayaan, lamanya pelaksanaan

pembangunan.

Setelah menerima permohonan penetapan lokasi,

Bupati/Walikotamadya memerintahkan kepada Kepala Kantor

Pertanahan untuk melakukan koordinasi dengan Ketua Bappeda tingkat

II, Asisten Sekertaris Wilayah Daerah Bidang Ketataprajaan dan

Instansi terkait untuk melalukan penelitian mengenai kesesuaian

peruntukan tanah yang dimohonkan dengan Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW).

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Jika berdasarkan penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan

bahwa peruntukan tanah yang dimohonkan telah sesuai dengan RTRW,

maka Bupati/Walikotamadya memberikan persetujuan persetujuan

penetapan lokasi yang mempersiapakan oleh Kepala Kantor Pertanahan

Kabupaten/Kotamadya atau Kantor Kantor Wilayah Badan Pertanahan

Nasional Propinsi.

Dalam kegiatan inventarisasi ini, panitia dapat menugaskan

petugas dari instansi yang bertangung jawab di bidang yang

bersangkutan. Petugas inventarisasi itu adalah :

a) Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya setempat untuk melakukan

pengukuran dan pemetaan, penyelidikan riwayat tanah, pengusaan dan

penggunaan tanah untuk mengetahui luas, status, pemegang hak dan

pengunaan tanah;

b) Instansi Pemerintahan Daerah Tingkat II yang bertangung jawab di

bidang bangunan melakukan pengukuran dan pendataan untuk

mengetahui pemilik, jenis, luas, konstruksi dan kondisi bangunan;

c) Instansi Pemerintah Daerah Tingkat II yang bertangung jawab di

bidang pertanian dan perkebunan, melakukan pendataan untuk

mengetahui pemilik, jenis, umur, dan kondisi tanaman.

Bilamana berdasarkan inventarisasi tersebut tampak bahwa proyek

yang bersangkutan mempunyai dampak yang potensial terhadap

lingkungan, maka perlu dibuat Penyajian Informasi Lingkungan (PIL)

dan atau Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL).

4) Musyawarah Mengenai Bentuk dan Besarnya ganti kerugian

Langkah selanjutnya setelah penetapan lokasi dan penyuluhan

termasuk inventarisasi, Panitia mengundang instansi pemerintah yang

memerlukan tanah dan pemegang hak atas tanah serta pemilik bangunan

dan atau benda-benda lain yang terkait dengan tanah yang bersangkutan

untuk mengadakan musyawarah mengenai bentuk dan besarnya ganti

kerugian.

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Pengertian musyawarah disebutkan dalam Pasal 1 butir 5 Keppres

Nomor 55 Tahun 1993 yang menyatakan bahwa musyawarah adalah

proses atau kegiatan saling menerima pendapat dan keinginan yang

didasarkan atas kesukarelaan antara pihak pemegang hak atas tanah dan

pihak yang memerlukan tanah untuk memperoleh kesepakatan mengenai

bentuk dan besarnya ganti kerugian.

Pelaksanaan musyawarah telah digariskan dalam Pasal 10 Keppres

Nomor 55 Tahun 1993 yang menyatakan bahwa :

a) Musyawarah dilakukan secara langsung antara pemegang hak atas

tanah yang bersangkutan dengan Instansi Pemerintah yang

memerlukan tanah.

b) Dalam hal jumlah pemegang hak atas tanah tidak memungkinkan

untuk terselengaranya musyawarah secara efektif, maka musyawarah

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan Panitia

Pengadaan Tanah dengan wakil-wakil yang ditunjuk diantara dan oleh

para pemegang hak atas tanah yang sekaligus bertindak selaku kuasa

mereka.

c) Musyawarah sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) dipimpin

oleh ketua panitia pengadaan tanah.

Ada dua kemungkinan setelah dilakukanya musyawarah yaitu

terjadi kesepakatan atau sebaliknya tidak terjadi kesepakatan mengenai

ganti kerugian.

Apabila musyawarah menghasilkan kesepakatan, maka panitia

mengeluarkan keputusan tentang bentuk dan besarnya ganti kerugian.

Tetapi bila kesepakatan belum tercapai, maka diadakan lagi musyawarah

hingga tercapai kesepakatan. Namun apabila musyawarah yang telah

diupayakan tetap tidak membawa hasil, panitia mengeluarkan keputusan

mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian bedasarkan nilai nyata atau

sebenarnya dengan memperhatikan nilai jual objek pajak dan faktor-

faktor yang mempengaruhi harga tanah, serta sejauh mungkin

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

memperhatiakn pendapat, keinginan, saran, dan pertimbangan yang

berlangsung dalam musyawarah.

Keputusan Panitia mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian

yang belum berdasarkan kesepakatan ini bukan merupakan keputusan

final yang dapat dipaksakan. Terhadap keputusan tersebut dapat diajukan

kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I

B. Kerangka Pemikiran

Mengenai kerangka pemikiran dalam penelitian ini dibuat dalam suatu bagan sebagai berikut:

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Penemuan Hukum

an

Penerapan

Hukum

Gambar 1: Skema Kerangka Pemikiran

Peristiwa Hukum

1. Apakah prosedur pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tembus (jalan alternatif ) Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan Keppres Nomor 55 Tahun 1993.

2. Apakah Dalam musyawarah sudah tercapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi

(Premis Minor)

Peristiwa Kongkrit

(Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Hak Atas Tanah Untuk Pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten

Magetan-Kabupaten Karanganyar)

1. Terjadinya perolehan tanah dari masyarakat ke pemerintah dengan cara : a. Musyawarah. b. Ganti kerugian.

2. Adanya pengadaan tanah untuk kepentingan umum yaitu pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tembus Kab. Magetan-Kab. Karanganyar.

Prosedur pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tembus (jalan alternatif) Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar sudah sesuai dengan Keppres Nomor 55 Tahun 1993 atau belum, serta di dalam musyawarah sudah atau belum mengenai tercapainya kesepakatan bentuk dan besarnya ganti kerugian.

Kesimpulan

Peraturan Perundang –Undangan Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum

1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak Atas Tanah dan Benda-benda yang ada diatasnya.

3. Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum.

4. Peraturan Mentri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Tahun 1994 Sebagai Peraturan Pelaksanaan Keppres Nomor 55 Tahun 1993.

(Premis Mayor)

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Keterangan kerangka pemikiran :

Di dalam pembangunan jalan tembus (jalan alternatif) Kabupaten

Magetan – Kabupaten Karanganyar yang pertama dilakukan yaitu penetapkan

lokasi. Penetapan lokasi itu dilakukan oleh instansi pemerintah yang

memerlukan Keterangan tanah kemudian mengajukan permohonan penetapan

lokasi pembangunan untuk kepentingan umum kepada Bupati/Walikotamadya

melalui Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya setempat. Tanah

yang dibutuhkan dalam pembangunan jalan tembus (jalan alternatif) Kabupaten

Magetan-Kabupaten Karanganyar itu adalah tanah milik warga sehinga di

dalam pembangunan jalan tembus (jalan alternatif) Kabupaten Magetan-

Kabupaten Karanganyar ini harus mengunakan pengadaan tanah.

Pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan

cara memberikan ganti kerugian kepada yang melepaskan atau menyerahkan

tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah.

Pengadaan tanah tersebut di atur di dalam peraturan perundang-undangan yaitu

Keppres Nomor 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan

Umum, peraturan perundang-undangan tersebut mengatur tentang pengadaan

tanah bagi pelaksaanan pembangunan untuk kepentingan umum. Di dalam

pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tembus (jalan alternatif) Kabupaten

Magetan-Kabupaten Karanganyar sudah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan, Kepres Nomor 55 Tahun 1993 dan di dalam musyawarah apakah

sudah tercapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi. Untuk

melaksanakan pengadaan tanah tersebut maka di bentuklah panitia pengadaan

tanah. Panitia pengadaan tanh tersebut bertugas mengadakan musyawarah

dengan warga yang tanahnya terkena pengadaan tanah, melakukan penyuluhan

kepada warga yang tanahnya terkena pengadaan tanah agar warga terebut

mengetahui fungsi dari pengadaan tanah tersebut, mengadakan inventarisasi

mengenai bidang-bidang tanah, termasuk bangunan, tanaman dan atau benda-

benda lain yang terkait dengan tanah yang bersangkutan, penetapan ganti

kerugian itu dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama tidak boleh dilakukan

secara paksa. Setelah semuanya terjadi kesepakatan maka terjadilah pelepasan,

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

penyerahan dan permohonan hak atas tanah dari warga pemegang hak atas

tanahnya tersebut sehinnga pengadaan tanah tersebut sah dilakukan. Kemudian

dapat disimpulkan Sudah atau belum diterapkannya Perlindungan Hukum Bagi

Pemegang Hak Atas Tanah Untuk Pembangunan Jalan Tembus (Jalan

Alternatif) Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Magetan

Kabupaten Magetan terletak di wilayah Propinsi Jawa Timur adalah

termasuk dalam wilayah koordinasi pembantu Gubernur untuk Wilayah Madiun

yang berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah.

Secara administratif, Kabupaten Magetan berbatasan dengan wilayah-

wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah barat Gunung Lawu, menuju kebarat daya merupakan deretan gunung-

gunung Sidoramping, gunung Jobolarangan dan Gunung Kukusan, berbatasan

dengan Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah.

2. Bagian Utara merupakan dataran yang bergelombang naik, mengarah dari arah

timur ke barat sampai ke kaki gunung Lawu berbatasan dengan Kabupaten

Ngawi.

3. Bagian sebelah selatan merupakan dataran rendah berbatasan dengan

Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah.

4. Bagian sebelah Timur dataran rendah melandai berbatasan dengan Kabupaten

Madiun.

Sungai yang memotong daerah Magetan menjadi dua bagian mulai dari

pangkal sumber dibawah Cemorosewu, gunung Kendil dan gunung Sidoramping

adalah sungai Gandong yang merupakan jalur bersejarah, penuh dengan misteri

serta ditaburi dengan makam-makam peninggalan kuno.

Kabupaten Magetan merupakan Kabupaten terkecil kedua di Propinsi Jawa

Timur setelah Kabupaten Sidoarjo. Dengan luas wilayah kurang lebih 668.850

Km2. Dengan jumlah penduduknya adalah 692.208 jiwa. Terbagi menjadi menjadi

18 Kecamatan dan 235 Desa.

Produk unggulan yang dimiliki oleh Kabupaten Magetan diantaranya adalah

kerajinan kulit yang berada di jalan sawo Kelurahan Selosari, disitu terdapat

perkampungan pengrajin kulit yang sudah terkenal. Selain itu Magetan juga

memiliki kerajinan bambu dan batik juga. Disektor pertanian magetan juga

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

terkenal dengan jeruk pamelonya, daerah penghasil jeruk tersebut di singkat

BETA SOKA (Bendo, Takeran dan Sukomoro) , selain jeruk juga ada durian

taring.

Karena letak geografisnya, Magetan mengalami 2 masalah yaitu

keterisolasian daerah dan ketersediaan air yang terbatas di musim kemarau

(magetan bagian selatan). Untuk mengatasi 2 masalah tersebut, Pemerintahan

Magetan melakukan pembangunan jalan tembus Magetan–Karanganyar dan juga

membangun Waduk Gondang di daerah Poncol.

B. Prosedur Dan Pelaksanaan Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Jalan

Tembus Kabupaten Magetan- Kabupaten Karanganyar Di Kabupaten

Magetan

1. Tujuan Pengadaan Tanah

Sebagaimana telah dikekemukaan sebelumnya bahwa dalam rangka

pelaksanaan proyek-proyek pembangunan, tanah merupakan salah satu sarana

yang ssangat penting. Masalah pengadaan tanah untuk keperluan tersebut

tidaklah mudah untuk dipecahkan. Dengan semakin meningkatnya

pembangunan, kebutuhan akan tanah semakin meningkat pula, sedangkan

persediaan tanah relatif tetap bahkan semakin berkurang.

Dengan adanya keterbatasan lahan dan tuntutan akan kebutuhan lahan

proyek pembangunan yang harus dilaksanakan pasa lokasi yang telah

dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah, maka dengan terpaksa

mengambil tanah milik rakyat. Pengambilan itu dilakukan dengan cara

pengadaan tanah dimana bagi mereka yang tanahnya terkena proyek

pembangunan diberikan sejumlah ganti kerugian baik untuk tanahnya sendiri,

bangunan maupun tanaman yang ada di atasnya.

Berkaitan dengan pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif)

Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar, berdasarkan penjelasan singkat

rencana pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten Magetan–

Kabupaten Karanganyar dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan akan

kebutuhan yang meliputi :

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

1) Peningkatan jaringan jalan seiring dengan meningkatnya arus lalu lintas

antar kota dan propinsi.

2) Penambahan prasarana transportasi dalam rangka mewujudkan

pengembangan wilayah kota dan daerah.

3) Sebagai jalan alternatif penghubung antar propinsi jawa timur dan jawa

tengah.

4) Antisipasi kemacetan akibat kepadatan lalu lintas antar propinsi.

5) Penunjang pembangunan prasarana/sarana sub sektor lainya, seperti :

1) Menujang sarana trasportasi ke objek wisata yang ada di daerah Magetan

seperti: Telaga Sarangan dan sekitarnya.

2) Menujang sarana trasportasi ke objek wisata yang ada di daerah

Karanganyar seperti: grojogan sewu dan sekitarnya.

2. Prosedur Permohonan Perijinan Pengadaan Tanah

Dalam memenuhi kebutuhan akan penyediaan lahan untuk pembangunan

Jalan Tembus (Jalan alternatif) Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar,

Bupati Magetan selaku Ketua Panitia Pengadaan Tanah yang membutuhkan

tanah di haruskan mengajukan permohonan pengadaan tanahnya sesuai

prosedur berdasarkan peraturan yang berlaku.

Pengajuan pengadaan tanah untuk pembangunan Jalan Tembus (Jalan

alternatif) Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar di Daerah Tingkat II

Magetan adalah sebagai berikut :

a. Bupati Magetan sesuai Keppres Nomor 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan

Tanah Untuk Kepentingan Umum mengajukan Kepada Gubernur Jawa

Timur tertanggal 12 Agustus 1994 Nomor 591/1368/580.352.2 tentang

Pembentukan Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Magetan.

b. Gubernur Jawa Timur mengeluarkan Surat Keputusan Nomor

188/185/KPTS/013/2002 tentang Panitia Pengadaan Tanah Untuk

Kepentingan Umum Kabupaten Magetan untuk membentuk Panitia

Pengadaan Tanah Pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten

Magetan – Kiabupaten Karanganyar.

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

c. Bupati Magetan selaku Ketua Panitia Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan

Pembangunan untuk Kepentingan Umum Kabupaten Magetan mengajukan

pemohonan tertanggal 25 Januari 2002 Nomor : 050/03/403.201/2002 yang

ditujukan Mentri Perhutanan Republik Indonesia dan kepada Gubernur Jawa

Timur dan Isi dari surat tersebut perihal permohonan izin Pembangunan

Jalan Tembus Sarangan - Cemorosewu di Kabupaten Magetan.

d. Setelah Bupati Magetan Mengajukan Permohonan kepada Mentri

Perhutanan Republik Indonesia, Direktur Perum Perhutani juga mengajukan

surat permohonan kepada Mentri Perhutani Republik Indonesia tertanggal

31 Maret 2002 Nomor : 98/044.3/KUM/DIR perihal permohonan izin

Pembangunan Jalan Tembus Sarangan-Cemorosewu di Kabupaten

Magetan.

e. Atas surat permohonan tersebut, Gubernur Jawa Timur memberikan

tangapan dengan memberikan Rekomendasi Pembangunan Jalan Tembus

Magetan (Jawa Timur)-Karanganyar (Jawa Tengah) tertanggal 26 Juli 2002

Nomor: 188/6270/013/2002. Dalam surat tersebut, Gubernur memberikan

persyaratan bahwa :

1) Dalam pengadaan tanah agar betul-betul dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku dan dilakukan secara koordinir dengan instansi

terkait sesuai Keppres Nomor 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah

Bagi Pelaksanaan Pembanguanan Untuk Kepentingan Umum.

2) Pengadaan tanah tersebut harus memperoleh persetujuan warga yang

tanahnya terkena pengadaan tanah dan Mentri Perhutanan Republik

Indonesia karena Pembangunan Jalan Tembus Kabupaten Magetan–

Kabupaten Karanganyar, tanah yang digunakan meliputi tanah warga

dan tanah Perhutani.

f. Sehubungan dengan surat Bupati Magetan Nomor: 050/403.201/2002

tanggal 25 Januari 2002 dan surat Direktur Utama Perhutani Nomor:

96/044.3/KUM/DIR tanggal 31 Maret 2002, perihal permohonan izin dan

pembangunan jalan tembus Sarangan-Cemorosewu di Kabupaten Magetan

dengan ini Mentri Kehutanan Republik Indonesia mengeluarkan Surat

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Keputusan Nomor : S. 74/Menhut-VII/2004 perihal izin pembangunan jalan

tembus Sarangan-Cemorosewu Kabupaten Magetan dengan persyaratan

sebagai berikut :

1) Pemerintah Kabupaten Magetan agar menyiapkan calon lahan

kompensasi dengan ketentuan :

a) Memiliki status tanah yang jelas dan bertitel hak atas nama Bupati

Magetan; bebas dari pembebanan hak; bebas dari sengketa;

b) Berbatasan langsung dengan kawasan hutan

c) Memenuhi syarat tehnis untuk dijadikan kawasan hutan dan,

d) Calon lahan kompensasi agar dilaporkan kepada kami selambat-

lambatnya 1 (satu) tahun terhitung sejak surat ditandatangani untuk

dilakukan pemerikasaan dan dinyatakan layak dan tidak untuk

ditunjuk menjadi kawasan hutan.

2) Menyerahkan lahan kompensasi seluas kurang lebih 10,50 ha (ratio 1 : 1)

kepada Departemen Kehutanan selambat-lambatnya 2 (dua) tahun sejak

surat ini di tanda tangani;

3) Membayar ganti rugi nilai tegakan atas hutan tanaman atau membayar

PSDH dan DR atas tegakan hutan alam yang di tebang;

4) Menanggung biaya pengukuran, pemetaan dan pemansangan batas

kawasan hutan yang dipinjam pakai maupun terhadap lahan kompensasi;

5) Menyerahkan lahan kompensasi yang telah diperiksa oleh Tim

Departemen Kehutanan dan dinyatakan layak/memenuhi syarat untuk

ditunjuk/dijadikan kawasan hutan;

6) Membuat dan menandatangani Berita Acara/Perjanjian Pinjam Pakai

Kawasan Hutan dengan Kompensasi bersama kepala Badan Planologi

kehutanan atas nama Mentri Kehutanan.

3. Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Daerah Tingkat II Magetan

Bagi pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan Jalan Tembus

(Jalan alternatif) Kabupaten Magetan–Kabupaten Karanganyar yang harus

berdasarkan peraturan yang berlaku, maka di bentuk panitia pengadaan Tanah.

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Berdasarkan keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor

188/185/KPTS/013/2002 pada tanggal 16 Juli 2002 tentang Pembentukan

Panitia Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan umum Kabupaten Magetan.

Adapun susunan Panitia Pengadaan Tanah yang dimaksud adalah sebagai

berikut :

a. Drs. Saleh Muljono, MM., Bupati Magetan Sebagai Ketua Merangkap

Anggota;

b. R. Slamet Santoso, SH., Kepala Badan Pertanahan Nasional Kabupaten

Magetan Sebagai Wakil Ketua merangkap Anggota;

c. Drs. Warsito, MM., Asiaten Pemerintahan Kabupaten Magetan sebagai

sebagai Sekertaris I bukan Anggota;

d. Ribut Hari Cahyono, SH., Kepala Seksi Hak Atas Tanah Kantor Pertanahan

Kabupaten Magetan sebagai Sekrtaris II

e. Sumarno, SH., Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan sebagai

Anggota;

f. Ir. Syamsul Hadi, Kepala Dinas Pekerjaaan Umum Kabupaten Magetan

sebagai Anggota;

g. Ir. Tirsam Yusup, MSI., Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Magetan

sebagai Anggota;

h. Sunarti Condrowati, S Sos. MSi., Camat Plaosan sebagai Anggota;

i. Yulianto, Lurah Desa Ngancar sebagai Anggota;

j. Wahyudiyono, Lurah Desa Sarangan sebagai Anggota.

Melihat susunan Panitia tersebut diatas dapat diketahui bahwa Panitia

Pengadaan Tanah merupakan Panitia Tetap. Dalam kepanitiaan ini yang

mungkin berganti dari keanggotaanya adalah camat dan lurah/Kepala Desa

sesui dengan wilayah mana tanah tersebut berada. Jadi pembentukan panitia ini

berdasarkan penunjukan karena jabatan orang lain yang bersangkutan, bukan

berdasarkan suatu pembentukan yang sifatnya insidentil untuk suatu kegiatan

tertentu dimana apabila kegiatan tersebut sudah selesai dilaksanakan, maka

dapat dibubarkan.

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Berkaitan dengan lokasi pembangunan yang terletak di satu wilayah

Kecamatan meliputi dua desa yaitu Desa Ngancar dan Desa Sarangan, Bupati

langsung menunjuk Camat dan Kepala Desa yang wilayahnya terkena proyek

pembangunan Jalan Tembus (Jalan alternatif) Kabupaten Magetan-Kabupaten

Karanganyar.

Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, panitia pengadaaan tanah

bertangung jawab kepada Bupati Magetan.

4. Tim Inventarisasi

Untuk mempermudah dan melengkapi tugas-tugas panitia Pengadaan

Tanah, dibentuk Tim Inventarisasi tanah, bangunan dan tanaman yang terkait

dalam rangka pengadaan tanah untuk pembangunan Jalan Tembus (Jalan

alternatif) Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar Kabupaten Magetan.

Tim inventarisasi ini tertdiri dari 3 (tiga) Instansi Pemerintah yang bertangung

jawab di bidangnya masing-masing, yaitu :

a. Rohmani Hartanto, Kasubsi Pengukuran Pemetaan dan Konversi Kantor

Pertanahan Kabupaten Magetan sebagai Ketua.

b. Ir. Suharno, Kasi Bina Progam Cabang Dinas Perhutani Kabupaten

Magetan, Sebagai Sekretaris.

c. Darmanto, Staf Teknik DPU Kabupaten Magetan, sebagai Anggota.

Dari ketiga instansi pemerintah tersebut masing-masing mempunyai tugas

sebagai berikut :

a. Unsur dari Kantor Pertanahan untuk mengetahui luas tanah yang terkena

proyek ;

b. Unsur dari dinas perhutani untuk mengetahui jumlah dan jenis tanaman

yang terkena proyek ;

c. Unsur dari Dinas Pekerjaan Umum untuk mengetahui luas, jenis bangunan

yang terkena proyek dan benda-benda yang ada di atasnya.

Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, Tim Inventarisasi didampingi oleh

aparat desa setempat yang mengerti dan mengetahui keadaan desa tersebut.

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

5. Pelaksanaan Pengadaan Tanah

Persiapan mengenai pembangunan Jalan Tembus (Jalan alternatif)

Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar telah diadakan beberapa kali

pertemuan antara Pimpinan proyek, Bupati, Camat dan Kepala Desa yang

wilayahnya terkena proyek pembangunan.

a. Dari rapat yang dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2003 di informasikan

bahwa akan diadakan pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif)

Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar. Pada trahap ini perencanaan

pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten Magetan-

Kabupaten Karanganyar dalam taraf survey dan permohonan ijin lokasi

pembangunan.

b. Kemudian pada tanggal 5 Juni 2003 diadakan rapat di Kantor Bappeda

Kabupaten Magetan ynag isinya memberikan akan adanya proyek

pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten Magetan-

Kabupaten Karanganyar yang merupakan proyek nasional dimana dana

yang digunakan untuk pembangunan jalan tersebut berasal dari APBN dan

APBD. Rencana pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten

Magetan-Kabupaten Karanganyar melewati 2 (dua) desa dan satu

kecamatan.

c. Pada tanggal 12 September 2003 diadakan rapat pendahuluan yang

dilaksanakan di Kantor Kabupaten Daerah Tingkat II Magetan yang

dipimpin oleh Pembantu Gubernur Jawa Timur dan Bupati Magetan. Dalam

rapat tersebut dikemukakan juga bahwa :

1) Proyek pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten

Magetan-Kabupaten Karanganyar segera dilaksanakan, untuk itu pada

akhir tahun anggaran 2003/2004 masalah pembebasan atau pengadaan

tanah untuk keperluan proyek harus selesai dilaksanakan.

2) Dana yang dipergunakan untuk pembebasan tanah diperoleh 100% dari

Pemerintah daerah Tingkat II (APBD).

3) Panjang jalan sebesar 11,2 Km.

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

d. Pada tanggal 03 Oktober 2003 diadakan rapat mengenai pelaksanaan dari

hasil rapat pendahuluan yang bertempat di Kantor Bupati Magetan. Isi dari

rapat tersebut tentang rencana kerja untuk pelaksanaan pembebasan tanah.

Dikemukakan bahwa untuk terlaksananya pembebasan tanah tersebut harus

mengadakan :

1) Penyuluhan I

Dalam penyuluhan tahap ini yang perlu dibicarakan kepada para

Pemegang Hak Atas Tanah atau calon orang-orang yang tanahnya

terkena pengadaan tanah adalah :

a) Memberitahu kepada masyarakat tentang kemungkinan tanahnya akan

terkena proyek pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif)

Kabupaten Magetan–Kabupaten Karanganyar. Mengigat pentingnya

jalan tersebut yang akan akan menghubungkan antara dua Propinsi

yaitu Propinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah, maka kepada pemilik

tanah dimintai pengertian demi terlaksananya proyek tersebut.

b) Kepada Kepala Desa yang wilayahnya terkena proyek pembangunan,

agar menghubungi para pemilik tanah.

2) Setelah dilaksanakan Penyuluhan tahap I selanjutnya melakukan

pendataan dan pengukuran mengenai :

a) Luas tanah yang terkena proyek ;

b) Penggunaan tanah yang terkena proyek ;

c) Jenis tanh ;

d) Kondisi tanah ;

e) Pemilikan, jenis dan benda-benda yang ada di atasnya, baik milik

penduduk maupun milik instansi lain seperti Perhutani, PLN, PDAM

dan sebagainya ;

f) Prasarana dan fasilitas umum yang terkena proyek ;

g) Tanah yang akan dipergunakan untuk pembanguan Jalan Tembus

(Jalan Alternatif) Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar.

e. Pada tanggal 06 Oktober 2003 diadakan rapat lanjutan di Kantor Bupati

Magetan yang hasilnya mengenai hal-hal yang harus ditempuh dan petunjuk

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

dalam rangka persiapan Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten

Magetan-Kabupaten Karanganyar, antara lain :

1) Pengurusan ijin lokasi yang harus segera diselesaikan

2) Untuk daerah-daerah yang bterkena proyek dilakukan pendataan tanah,

bangunan dan tanaman serta benda-benda lain yang terkait dengan tanah.

3) Pendataan-pendataan tersebut akan dipergunakan sebagai bahan dalam

penyuluhan dan musyawarah penentuan ganti kerugian.

4) Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam rangka pengadaan tanah,

yaitu :

a) Harga dasar tanah;

b) Kemampuan pemilik tanah;

c) NJOP atau Nilai Jual Objek Pajak.

d) Tanah yang terkena, sebagian atau seluruhnya.

5) Kepada pimpinan proyek dimintakan pembagian atau pengalokasian dana

secara jelas mengenai pengunaan dana dari APBN dan APBD Tingkat II.

Dalam kesempatan ini pimpinan proyek menegaskan bahwa dalam

pembebasan tanah untuk keperluan pembangunan Jalan Tembus (Jalan

Alternatif) Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar ini didasarkan

kepada Keppres Nomor 55 Tahun 1993.

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan oleh Panitia Pengadaan Tanah

adalah :

1. Pengurusan ijin lokasi;

2. Permohonan dari Bagian Proyek Pembangunan Jalan dan Jembatan;

3. Melakukan pendataan tanah, bangunan dan tanaman;

4. Menyusun daftar nama para pemilik tanah yang terkena proyek yang

akan diundang dalam rapat/penyuluhan.

Langkah-langkah yang dilakukan Panitia Pengadaan Tanah, yaitu:

1) Penyuluhan I, dalam penyuluhan ini yang perlu dilakukan adalah ijin

kepada Dinas Perhutani dan masyarakat untuk melakukan proyek, biaya

sertifikat, PBB untuk tahun yang akan datang.

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

2) Penyuluhan II, dalam penyululuhan ini membicarakan mengenai bentuk

dan besarnya ganti rugi. Perlu dijelaskan kepada masyarakat tentang

adanya perbedaan besarnya ganti rugi untuk tanah yang terkena total dan

yang terkena sebagian.

f. Pada tanggal 21 Oktober 2003 diadakan rapat di Kantor Bupati Magetan. Isi

pokok rapat tersebut bahwa Kepala Desa Ngancar dan Kepala Desa

Sarangan supaya mencocokan rencana pembangunan Jalan Tembus (Jalan

Alternatif) Kabupaten Magetan–Kabupaten Karanganyar dengan peta desa.

Dari pencocokan tersebut akhirnya diketahui orang-orang/para pemilik yang

terkena pengadaan tanah yaitu :

1) Desa Ngancar sejumlah 27 orang, total luas tanah yang terkena

pengadaan tanah kurang lebih 2.778 M.

2) Desa Sarangan sejumlah 59 orang, total luas tanah yang terkena

pengadaan tanah kurang lebih 33.080 M .

3) Dinas Perhutani kurang lebih seluas 10.50 ha

Penyuluhan merupakan suatu upaya pendekatan pada masyarakat dan

instansi pemerintah yang tanahnya terkena lokasi pembangunan.

Diadakanya penyuluhan adalah suatu keharusan sebagaiman telah diatur

dalam Peraturan Mentri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 1 Tahun 1994.

Instansi pemerintah harus meminta ijin terlebih dahulu kepada masyarakat

dan Mentri Perhutani atas pengunaan tanah mereka untuk pelaksanaan

proyek pembangunan. Adanya penyuluhan mengenai rencana dan tujuan

pembangunan, agar masyarakat memahami dan menerima pembangunan

yang akan dilaksanakan.

g. Pada tanggal 03 November 2003, dilaksanakan penyuluhan Tahap I yang

bertempat di Kelurahan Sarangan. Rapat ini dihadiri oleh para pemilik tanah

atau Pemegang Hak Atas Tanah yang terkena proyek dari Desa Sarangan,

Desa Ngancar dan perwakilan dari Dinas Perhutanian serta Panitia

Pengadaan Tanah dan Pihak Proyek.

Penyuluhan ini berisi penjelasan kepada masyarakat dan Dinas Perhutani

khususnya kepada para Pemegang Hak Atas Tanah yang terkena pengadaan

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

tanah mengenai rencana dan tujuan pembangunan Jalan Tembus (Jalan

Alternatif) Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar, serta dilakukan

tanya jawab oleh para peserta dengan Panitia Pengadaan Tanah dan

Pimpinan Proyek.

Hasil dari rapat penyuluhan tahap I ini di simpulkan, bahwa :

1) Warga masyarakat pada dasarnya tidak keberatan akan adanya proyek

pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten Magetan –

Kabupaten Karanganyar. Warga menyadari bahwa dengan dibangunya

jalan akan memperlancar dan membantu pembangunan didaerah.

2) Pada rapat ini masalah ganti rugi belum dibicarakan.

3) Ijin kepada para pemilik tanah bahwa dalam waktu dekat akan dilakukan

inventarisasi mengenai tanah, banguan dan tanaman.

Pada Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten Magetan –

Kabupaten Karanganyar semua jenis kendaraan boleh masuk, maksudnya

bahwa jalan yang dibangun merupakan jalan umum bukan jalan toll dimana

untuk jalan toll hanya kendaraan-kendaraan tertentu yang dapat

mengunakanya dan dipungut biaya. Dari sinilah kita dapat melihat bahwa

pengadaan tanah bagi pembanguan untuk kepentingan umum sesuai kriteria

atau macam bidang-bidang yang termasuk kepentingan umum berdasarkan

Keppres No 55 Tahun 1993 Pasal 5, dimana unsur-unsur bahwa

pembangunan tersebut untuk kepentingan umum seluruh lapisan

masyarakat, selanjutnya dimiliki oleh pemerintah dan tidak digunakan untuk

mencari keuntungan semata.

h. Setelah dilakukan penyuluhan, dilanjutkan dengan inventarisasi yang

pelaksanaanya adalah sebagai berikut :

1) Pematokan tanah yang terkena proyek.

2) Pengukuran oleh Tim Inventarisasi dari kantor Pertanahan bersama

perangkat desa setempat.

3) Inventarisasi mengenai bangunan dan tanaman oleh tim inventarisasi

dari Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Pertanian.

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Berdasarkan hasil inventarisasi oleh Tim Inventarisasi oleh Tim

Inventarisasi selanjutnya diketahui :

1) Status tanah yang terkena proyek semuanya adalah tanah dengan status

hak milik, yang berupa tanah persawahan milik masyarakat.

2) Serta sebagaian tanah tersebut berupa hutan lindung milik perhutani.

Dari hasil Inventarisasi tanah, para pemilik tanah terbagi menjadi dua yaitu :

1) Yang terkena total, yaitu seluruh tanahnya terkena proyek pembangunan

Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten Magetan–Kabupaten

Karanganyar, kalaupun ada sisa tanahhanya sebagian kecil sehingga tidak

dapat dimanfaatkan atau tidak layak untuk dijadikan persasawahan

kembali. Maka sisa tanah yang sedikit itu dianggap terkena pengadaan

tanah untuk keperluan proyek tersebut.

2) Yang terkena sebagian, yaitu tanah yang sebagian kecil atau sebagian

besar terkena proyek pembangunan. Namun tanah yang tersisa atau

tertinggal masih memungkinkan atau layak untuk dijadikan persawahan

kembali.

i. Pada tanggal 22 November 2003 diadakan penyuluhan Tahap II bertempat

di Kantor Kelurahan Sarangan. Penyuluhan ini bersifat musyawarah antara

Panitia Pengadaan Tanah, Bagian Proyek Pembangunan Jalan dan

Jembatan, Pemilik tanah dari Dukuh Singolangu Kelurahan Sarangan dan

Dukuh Cemorosewu Desa Ngancar, Perwakilan Dinas Perhutani serta

perangkat desa. Kemudian di sepakati bentuk ganti rugi berupa :

1) Bagi masyarakat yang tanahnya terkena pengadaan tanah bentuk ganti

ruginya berupa uang;

2) Bagi Perhutani yang tanahnya terkena pengadaan tanah bentuk ganti

ruginya berupa tanah penganti.

j. Pada tanggal 2 Desember 2003 di Kantor Kelurahan Sarangan dan Desa

Ngancar diadakan sosialisasi mengenai besarnya ganti rugi, masyarakat

pemilik tanah di Dukuh Singolangu Kelurahan Sarangan menawarkan

harga Rp.150.000/M2 sedangkan Tim pembebasan dari Kabupaten ditawar

dengan harga Rp.75.000/M2, masyarakat pemilik tanah Dukuh

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Cemorosewu Desa Ngancar menawarkan harga Rp.200.000 / M2 sedangkan

sedangkan Tim pembebasan dari Kabupaten ditawar dengan harga

Rp.100.000 / M2 kedua masyarakat Dukuh Singolangu Kelurahan Sarangan

dan Dukuh Cemorosewu Desa Ngancar tidak setuju.

k. Pada tanggal 5 Desember 2003 di Kantor Kelurahan Sarangan dan Desa

Ngancar diadakan sosialisasi mengenai besarnya ganti rugi yang ke dua,

masyarakat pemilik tanah di Dukuh Singolangu Kelurahan Sarangan

menawarkan harga Rp.100.000 / M2, masyarakat pemilik tanah Dukuh

Cemorosewu Desa Ngancar menawarkan harga Rp.150.000 / M2 akhinya

kedua masyarakat Dukuh Singolangu Kelurahan Sarangan dan Dukuh

Cemorosewu Desa Ngancar usulanya di setujui / disepakati.

Prosedur Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum Menurut Keppres

Nomor 55 Tahun 1993 adalah dalam pasal 6 Keppres Nomor 55 tahun 1993

Pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilakukan dengan bantuan Panitia

Pengadaan Tanah yang dibentuk oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I. Panitia

Pengadaan Tanah dibentuk disetiap Kabupaten atau Kotamadya Tingkat II.

Pengadaan tanah berkenaan dengan tanah yang terletak di dua wilayah

Kabupaten/Kotamadya atau lebih dilakukan dengan bantuan Panitia Pengadaan

Tanah Tingkat Propinsi yang diketuai atau dibentuk oleh Gubernur Kepala Daerah

Tingkat I yang bersangkutan, yang susunan keanggotaannya sejauh mungkin

mewakili Instansiinstansiyang terkait di Tingkat Propinsi dan Daerah Tingkat II

yang bersangkutan.

Susunan Panitia Pengadaan Tanah menurut Pasal 7 Keppres Nomor 55

Tahun 1993 antara lain :

1. Bupati/Walikotamadya sebagai Ketua merangkap Anggota;

2. Kapala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya sebagai Wakil Kwtua

merangkap Anggota;

3. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan sebagai Anggota;

4. Kepala Instansi Pemerintah Daerah yang bertanggungjawab dibidang

bangunan, sebagai Anggota;

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

5. Kepala Instansi Pemerintah Daerah yang bertanggungjawab dibidang

pertanian, sebagai Anggota;

6. Camat yang wilayahnya meliputi bidang tanah dimana rencana dan

pelaksanaan pembangunan akan berlangsung sebagai Anggota;

7. Lurah/Kepala Desa yang wilayahnya meliputi bidang tanah dimana rencana

dan pelaksanaan pembangunan akan berlangsung, sebagai Anggota;

8. Asisten Sekretaris Wilayah Desa Bidang Pemerintahan atau Kepala Bagian

Pemerintahan pada Kantor Bupati/Walikotamadya sebagai SekretarisI bukan

Anggota;

9. Kepala Seksi pada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya sebagai

Sekretaris II bukan Anggota.

Dalam keppres Nomor 55 Tahun 1993 tidak ada ketentuan mengenai tata

cara pengadaan tanah. Untuk itu berdasarkan pada ketentuan Pasal 25 Keppres ini,

maka di tetapkanlah Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan

Nasional Nomor 1 Tahun 1994 sebagai peraturan pelaksanaan Keppres Nomor 55

Tahun 1993.

Berdasarkan ketentuan Pasal 6 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala

Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1994, langkah yang harus ditempuh

oleh Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah adalah:

1. Instansi pemerintah yang memerlukan tanah mengajukan permohonan

penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum kepada

Bupati/Walikotamadya melalui kepala kantor Pertanahan

Kabupaten/Kotamadya Setempat.

2. Apabila tanah yang diperlukan terletak di 2 (dua) wilayah

Kabupaten/Kotamadya atau di Wilayah DKI Jakarta, maka permohonan

penetapan lokasi diajukan kepada Gubernur melalui Kepala kantor Wilayah

Badan Pertanahan Propinsi.

3. Permohonan penetapan lokasi tersebut dilengkapi dengan keterangan

mengenai:

a. Lokasi tanah yang diperlukan;

b. Luas dan gambar kasar tanah yang diperlukan;

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

c. Pengunaan tanah pada saat permohonan diajukan;

d. Uraian rencana proyek yang akan dibangun, disertai keterangan mengenai

aspek pembiayaan, lamanya pelaksanaan pembangunan.

Setelah penetapan lokasi sudah mendapat persetujuan selanjutnya dalam

Pasal 8 Keppres Nomor 55 Tahun 1993 menjelaskan tentang tugas panitia

pengadaan tanah, tugas Panitia Pengadaan Tanah antara lain :

1. Mengadakan penelitian dan inventarisasi atas tanah, bangunan, tanaman, dan

bendabenda lain yang ada kaitannya dengan tanah yang hak atasnya akan

dilepaskan atau diserahkan;

2. Mengadakan penelitian mengenai status hukum tanah yang hak atasnya akan

dilepaskan atau diserahkan dan dokumen yang mendukungnya;

3. Menaksir dan mengusulkan besarnya ganti kerugian atas tanah yang hak

atasnya akan dilepaskan atau diserahkan;

4. Memberi penjelasan atau penyuluhan kepada pemegang hak atas tanah

mengenai rencana dan tujuan pengadaan tanah tersebut;

5. Mengadakan musyawarah dengan para pemegang hak atas tanah dan Instansi

Pemerintah yang memerlukan tanah dalam rangka menetapkan bentuk dan/atau

besarnya ganti kerugian;

6. Menyaksikan pelaksanaan penyerahan uang ganti kerugian kepada para

pemegang hak atas tanah bangunan, tanaman, dan benda-benda lain yang ada

diatasnya;

7. Membuat berita acara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah.

Dalam Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, dan Pasal 14 Keppres

Nomor 55 Tahun 1993 mengatur mengenai musyawarah dalam Pengadaan Tanah

Untuk Kepentingan Umum.

1. Pasal 9

Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum

dilakukan melalui musyawarah.

2. Pasal 10

a. Ayat (1) Musyawarah dilakukan secara langsung antara pemegang hak atas

tanah yang bersangkutan dan Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah.

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

b. Ayat (2) Dalam hal jumlah pemegang hak atas tanah tidak memungkinkan

terselenggaranya musyawarah secara efektif, maka musyawarah

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan Panitia Pengadaan

Tanah dan Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah dengan wakil-wakil

yang ditunjuk diantara dan oleh para pemegang hak atas tanah, yang

sekaligus bertindak selaku kuasa mereka.

c. Ayat (3) Musyawarah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipimpin oleh

Ketua Panitia Pengadaan Tanah.

3. Pasal 11

Musyawarah dilakukan di tempat yang ditentukan dalam surat undangan.

4. Pasal 12

Ganti kerugian dalam rangka pengadaan tanah diberikan untuk :

a. Hak atas tanah;

b. Bangunan;

c. Tanaman;

d. Benda-benda lain, yang berkaitan dengan tanah.

5. Pasal 13

Bentuk ganti kerugian dapat berupa :

a. Uang;

b. Tanah pengganti;

c. Pemukiman kembali;

d. Gabungan dari dua atau lebih untuk ganti kerugian sebagaimana daimaksud

dalam huruf a, huruf b, dan huruf c; dan

e. Bentuk lain yang disetujui oleh pihak-pihak yang bersangkutan.

6. Pasal 14

Penggantian terhadap bidang tanah yang dikuasai dengan hak ulayat diberikan

dalam bentuk pembangunan fasilitas umum atau bentuk lain yang bermanfaat

bagi masyarakat setempat.

Dari unsur-unsur diatas maka dapat di simpulkan bahwa Pengadaan Tanah

Dalam Pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten Magetan-

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Kabupaten Karanganyar sudah sesuai dengan prosedur Keppres Nomor 55 Tahun

1993 karena sudah memenuhi unsur-unsur dalam pengadaan tanah yaitu adanya

pembentukan panitia berdasarkan keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I

Jawa Timur Nomor 188/185/KPTS/013/2002 pada tanggal 16 Juli 2002 tentang

Pembentukan Panitia Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum Kabupaten

Magetan. Adanya penyuluhan-penyuluhan kepada mayarakat pemegang hak atas

tanah yang dilakukan selama berkali-kali bahwa akan di adakan pembangunan

jalan tembus, melakukan invetarisasi mengenai tanah yang terkena pengadaan

tanah, mengadakan musyawarah tentang bentuk dan besarnya ganti kerugian

sampai terjadinya kesepakatan baru dilaksanakan pengadaan tanah tersebut.

Sehingga dapat di simpulkan bahwa pengadaan tanah untuk pembangunan jalan

tembus (jalan alternatif ) Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar khususnya

di Kabupaten Magetan sudah sesuai prosedur Keppres Nomor 55 Tahun 1993.

C. Bentuk Dan Besarnya Ganti Kerugian

Dalam pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tembus (jalan tembus)

Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar. Penghitungan bentuk dan besarnya

ganti kerugian berdasarkan pada harga dasar tanah dan Nilai Jual Ojek Pajak,

harga tanah di Dukuh Singolangu dan Dukuh Cemorosewu sangat murah karena

lokasi tanah tersebut di lereng gunung dan jauh dari jangkauan manusia harga

dasarnya Rp.75.000 / M2 Nilai Jual Ojek Pajaknya Rp.20.000 / M2 Sedangkan

Dukuh Cemorosewu harga dasarnya Rp.100.000 / M2 Nilai Jual Ojek Pajaknya

Rp.25.000 / M2 kemudian panitia pengadaan tanah menentukan bentuk dan

besarnya ganti rugi dengan melalui sosialisasi dan musyawarah kepada

masyarakat pemegang hak atas tanah.

Pada tanggal 02 Desember 2003 telah diadakan sosialisali bentuk dan

besarnya ganti rugi di Kantor Kelurahan Sarangan dan Desa Ngancar diadakan

sosialisasi mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi, Pada sosialisasi tersebut

masyarakat pemilik tanah di Dukuh Singolangu Kelurahan Sarangan

menawarkan harga Rp.150.000/M2 sedangkan Tim pembebasan dari Kabupaten

ditawar dengan harga Rp.75.000/M2, masyarakat pemilik tanah Dukuh

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Cemorosewu Desa Ngancar menawarkan harga Rp.200.000/M2 sedangkan

sedangkan Tim pembebasan dari Kabupaten ditawar dengan harga

Rp.100.000/M2 kedua masyarakat Dukuh Singolangu Kelurahan Sarangan dan

Dukuh Cemorosewu Desa Ngancar tidak setuju. Kemudian Pada tanggal 5

Desember 2003 di Kantor Kelurahan Sarangan dan Desa Ngancar diadakan

sosialisasi mengenai besarnya ganti rugi yang ke dua, masyarakat pemilik tanah di

Dukuh Singolangu Kelurahan Sarangan menawarkan harga Rp.100.000/M2,

masyarakat pemilik tanah Dukuh Cemorosewu Desa Ngancar menawarkan harga

Rp.150.000/M2 akhinya kedua masyarakat Dukuh Singolangu Kelurahan

Sarangan dan Dukuh Cemorosewu Desa Ngancar usulanya di setujui/disepakati.

Sedangkan tanah milik Dinas Perhutani ganti rugi berupa tanah penganti lokasi

tanah kompensasi di Gunung Blego Desa Ngunut Kecamatan Parang Kabupaten

Magetan.

Ganti rugi bagi pemegang hak atas tanah untuk Pembangunan jalan Tembus

(Jalan Alternatif) Kabupaten Magetan–Kabupaten Karanganyar, ganti ruginya

berupa uang dan yang mendapakan ganti rugi hanya tanahnya saja karena yang

terkena pengadaan tanah berupa tanah persawahan sehingga tidak dihitung

mengenai nilai jual bangunan dan nilai jual tanaman yang kena pengadaan tanah

kalaupun ada tanaman diatasnya di tunggu tanaman itu sampai selesai di panen

baru dilaksanakan pengadaan tanahnya. Tanah milik Dinas Perhutani ganti rugi

berupa tanah penganti lokasi tanah kompensasi di Gunung Blego Desa Ngunut

Kecamatan Parang Kabupaten Magetan, pohon tegakan diganti dengan reboisasi.

Setelah sidang penentuan ganti rugi tanah, bangunan dan tanaman telah

terjadi kesepakatan antara pemegang hak atas tanah dan Panitia Pengadaan Tanah

Serta Bagian Proyek Pembangunan Jalan dan Jembatan, maka berdasarkan hasil

Inventarisasi tanah, bangunan dan tanaman yang terkait, oleh Sekertaris Panitia

Pengadaan Tanah disusun suatu daftar yang dilampirkan di dalam berita acara

panitia Pengadaan Tanah lengkap dengan daftar pembayaran ganti kerugian atas

tanah, bangunan dan tanaman beserta daftar pernyataan pelepasan hak atas tanah

dan pembayaran ganti rugi.

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Berdasarkan kesepakatan antara Bendaharawan proyek, Panitia Pengadaan

Tanah dan para pemegang hak atas tanah di tentukan hari pelaksanaan

pembayaran ganti kerugian tersebut. Pembayaran ganti kerugian dilakukan

dengan tunai di kantor Balai Desa Ngancar Kecamatan Plaosan pada tanggal 31

Desember 2003 Berdasarkan Berita Acara Pernyataan Pelepasan/Penyerahan Hak

Atas Tanah Dan Pembayaran Ganti Rugi Nomor : 01/PLH/XII/2003 dan di

Kantor Kelurahan Sarangan Kecamatan Plaosan pada tanggal 09 Januari 2004

Berdasarkan Berita Acara Pernyataan Pelepasan/Penyerahan Hak Atas Tanah Dan

Pembayaran Ganti Rugi Nomor : 01/PLH/I/2004 dan disaksikan oleh Panitia

Pengadaan Tanah Kabupaten Daerah Tingkat II Magetan. Sedangkan untuk tanah

Perhutani Perjanjian Serah Terima antara Bupati Magetan dengan Departemen

Kehutanan dilaksanakan pada tanggal 24 Juni 2004 dengan luas tanah 10,95 HA.

Dalam pembayaran ganti rugi pengadaan tanah tersebut, yang perlu di

perhatikan adalah :

1. Penerima ganti rugi menandatangani daftar pembayaran ganti rugi atas tanah,

bangunan atau tanaman, sebelum ditandatangani di jelaskan terlebih dahulu

mengenai :

a. Bukti kepemilikan tanah baik berupa Petok atau Sertifikat;

b. Luas tanah seluruhnya;

c. Luas tanah yang yang dibebaskan;

d. Harga satuan;

e. Jumlah besarnya Ganti Rugi Tanah.

2. Setelah penerima ganti rugi menandatangani daftar pembayaran ganti rugi dan

menyetujui besarnya harga ganti rugi yang dibayarkan sesuai dengan keadaan

tanah, bangunan dan tanaman yang terkena, kemudian menandat5angani surat

pernyataan pelepasan hak atas tanah dan surat-surat yang diperlukan serta

menyerahkan surat-surat bukti hak atas tanahnya, baik berupa sertifikat

maupun petok yang di miliki oleh Pemegang Hak atas Tanah. Pemegang Hak

atas Tanah menerima ganti rugi yang besarnya telah di sepakati.

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Untuk tanah yang terkena sebagian, biaya penyertifikatan tanah sisa sesuai

dengan keputusan rapat pada penentuan ganti rugi, ditangung oleh bagian proyek

pembangunan. Jadi yang bersangkutan setelah bmenyerahkan sertifikat tanahnya,

akan menerima sertifikat sisa dari tanahnya tersebut.

Setelah para pemilik tanah yang terkena proyek menyatakan melepaskan

hak atas tanahnya berserta bangunan dan tanamann serta telah menyerahkan bukti

haknya, status tanah berubah menjadi tanah Negara dimana hak atas tanah

tersebut dapat dimohonkan sesuai peraturan yang berlaku kepada yang

berwenang.

Menurut Keppres Nomor 55 Tahun 1993 bentuk dan besarnya ganti

kerugian di atur di dalam Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16, Pasal

17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 22.

1. Pasal 12

a. Tanaman;

b. Benda-benda lain, yang berkaitan dengan tanah.

2. Pasal 13

Bentuk ganti kerugian dapat berupa :

a. Uang;

b. Tanah pengganti;

c. Pemukiman kembali;

d. Gabungan dari dua atau lebih untuk ganti kerugian sebagaimana daimaksud

dalam huruf a, huruf b, dan huruf c; dan

e. Bentuk lain yang disetujui oleh pihak-pihak yang bersangkutan.

3. Pasal 14

Ganti kerugian dalam rangka pengadaan tanah diberikan untuk :

a. Hak atas tanah;

b. Bangunan.

Penggantian terhadap bidang tanah yang dikuasai dengan hak ulayat diberikan

dalam bentuk pembangunan fasilitas umum atau bentuk lain yang bermanfaat

bagi masyarakat setempat.

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

4. Pasal 15

Dasar dan cara perhitungan ganti kerugian ditetapkan atas dasar :

a. Harga tanah yang didasarkan atas nilai nyata atau sebenarnya, dengan

memperhatikan nilai jual obyek Pajak Bumi dan Bangunan yang terkait

untuk tanah yang besangkutan;

b. Nilai jual bangunan yang ditaksir oleh Instansi Pemerintah Daerah yang

brtanggungjawab di bidang pertanian;

c. Nilai jual tanaman yang ditaksir oleh Instansi Pemerintah Daerah yang

betanggungjawab di bidang pertanian.

5. Pasal 16

Bentuk dan besarnya ganti kerugian atas dasar cara perhitungan cara yang

dimaksud dalam pasal 15 ditetapkan dalam musyawarah.

6. Pasal 17

a. Ayat (1) Ganti kerugian diserahkan langsung kepada :

1) Pemegang atas tanah atau ahli warisnya yang sah;

2) Nadzir,bagi tanah akaf.

b. Ayat (2) Dalam hal tanah,bangunan,tanaman atau benda yang berkaitan

dengan tanah yang dimilikibersama oleh beberapa orang,sedangkan satu

atau beberapa orang dari mereka tidak dapat ditemukan,maka ganti kerugian

yang menjadi hak orang yang tidak dapat diketemukan

tersebut,dikonsinyasikan di pengadilan Negeri setempat oleh Instansi

Pemerintah yang memerlukan tanah.

7. Pasal 18

Apabila dalam musyawarah telah dicapai kesepakatan antara pemegang hak

atas tanah dan Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah,Panitia Pengadaan

Tanah mengeluarkan keputusan mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian

sesuai dengan kesepaktan tersebut.

8. Pasal 19

Apabila musyawarah telah diupayakan berulangkali dan kesepakatan mengenai

bentuk dan besarnya ganti kerugian tidak tercapai juga, Panitia Pengadaan

Tanah mengelurkan keputusan mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian,

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

dengan sejauh mungki memperhatikan pendapat, keinginan, saran, dan

pertimbangan yang berlangsung dalam musyawarah.

9. Pasal 20

a. Ayat (1) Pemegang hak atas tanah yang tidak mennerima keputusan panitia

Pengadaan Tanah dapat mengajukan keberatan kepada Gubernur Kepala

Daerah Tingkat I disertai penjelasan mengenai sebab-sebab dan alasan

keberatan tersebut.

b. Ayat (2) Gubernur Kepala Daerah Tingkat I mengupayakan penyelesaian

mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian tersebut, dengan

mempertimbangkan pendapat dan keinginan semua pihak.

c. Ayat (3) Setelah mendengar dan memperlajari pendapat dan keinginan

pemegang hak atas tanah serta pertimbangan Panitia Pengadaan

Tanah,Gubernur Kepala Daerah Tingkat I mengelurkan keputusan yang

dapat mengukuhkan atau mengubah keputusan Panitia Pengadaan Tanah

mengenai bentuk dan atau besarnya ganti kergian yang akan diberikan.

10. Pasal 21

a. Apabila upaya penyelesaian yang ditempuh Gubernur Kepala Daerah

Tingkat I tidak diterima oleh pemegang hak atas tanah dan lokasi

pembangunan yang bersangkutan tidak dapat dipindahkan,maka Gubernur

Kepala Daerah Tingkat I yang bersangkutan mengajukan usul penyelesaian

dengan cara pencabutan atas tanah sebagaimana yang diatur dalam Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang pencabutan hak-hak Atas Tanah dan

Bendabenda Yang Ada Di atasnya.

b. Usul penyelesaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan oleh

Gubernur Kepala Daerah kepada Menteri Negara Agraria/Kepala Badan

Pertanahan Nasional melalui Menteri Dalam Negeri,dengan tembusan

Kepada Menteri dari Instansi yang memerlukan tanah dan Menteri

Kehakiman.

c. Setelah menerima usul penyelesaian sebagaimana diimaksud dalam ayat (1)

dan (2),Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional

berkonsultasi dengan Menteri Dalam Negeri,Menteri dari instansi yang

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

memerlukan tanah,dan menteri kehakiman. Permintaan untuk melakukan

pencabutan hak atas tanah di sampaikan kepada presiden oleh Menteri

Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional yang ditandatangani

serta oleh Menteri Dalam Negeri,Menteri dari instansi yang memerlukan

pengadaan tanah,dan Menteri Kehakiman.

11. Pasal 22

Terhadap tanah yang di garap tanpa ijin yang berhak atas kuasanya,

penyelesaiannya dilakukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Prp

Tahun 1960 Tentang larangan pemakaian Tanah Tanpa ijin yang berhak atau

kuasanya.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa bentuk dan besarnya

ganti kerugian dalam Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Jalan Tembus (Jalan

Alternatif) Kabupaten Magetan-Kabupaten karanganyar khususnya di Kabupaten

Magetan sudah sesuai dengan prosedur Keppres Nomor 55 tahun 1993 serta sudah

tercapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian. Didalam

penetapan bentuk dan besarnya ganti kerugian panitia sudah mempertibangkan

besarnya ganti kerugian dengan melihat harga dasar tanah dan Nilai Jual Ojek

Pajak, bentuk ganti kerugian bagi masyarakat pemegang hak atas tanah berupa

uang, tanah masyarakat yang di hitung hanya nilai tanahnya saja karena yang

terkena pengadaan tanah hanya tanah persawahan sehingga tidak ada bangunan

permanen atau pohon yang bermanfaat. Bagi tanah perhutani di ganti ganti dengan

tanah penganti lokasi tanah kompensasi di Gunung Blego Desa Ngunut

Kecamatan Parang Kabupaten Magetan, pohon tegakan diganti dengan reboisasi.

Penetapan bentuk dan besarnya ganti rugi tersebut sesuai kesepakatan antara

pemegang hak atas tanah dengan panitia pengadaan tanah melalui sosialisasi dan

musyawarah.

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

BAB IV

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis lakukan, maka

penulis dapat mengambil kesimpulan dan memberikan saran-saran.

A. Simpulan

Dari uraian penulis tentang Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Hak Atas

Tanah Untuk Pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten Magetan-

Kabupaten Karanganyar. Prosedur Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Jalan

Tembus Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar Di Kabupaten Magetan

sudah sesuai dengan Keppres Nomor 55 Tahun 1993 serta di dalam musyawah

sudah tercapai kesepakatan bentuk dan besarnya ganti rugi.

1. Prosedur Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Jalan Tembus Kabupaten

Magetan-Kabupaten Karanganyar Di Kabupaten Magetan sudah sesuai dengan

Keppres Nomor 55 Tahun 1993, terbukti dengan adanya pembentukan panitia

pengadaan tanah serta ijin permohonan lokasi dan permohonan pengadaan

tanah antara lain: Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor

188/185/KTPS/013/2002 tentang Panitia Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan

Umum Kabupaten Magetan, Surat Permohonan ijin Dari Bupatri Magetan

Kepada Mentri Perhutanan Republik Gubernur Jawa Timur Nomor:

050/03/403.201/2002, perihal permohonan izin Pembangunan Jalan Tembus

Sarangan-Cemorosewu di Kabupaten Magetan. Dengan adanya surat

permohonan Bupati Kabupaten Magetan Mentri Kehutanan Republik

Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Nomor: S. 74/Menhut-VII/2004

perihal izin pembangunan jalan tembus Sarangan-Cemorosewu Kabupaten

Magetan. Panitia pengadaan tanah juga telah membentuk Tim Inventarisasi,

melakukan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakan, sosialisai yang di

lakukan berkali-kali, serta m,elakukan musyawarah sampai terjadinya

kesepakatan bentuk dan besarnya ganti kerugian antara Panitia Pengadaan

Tanah dengan masyarakat Pemegang Hak Atas Tanah.

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

2. Kesepakatan bentuk dan besarnya ganti rugi dalam Pengadaan Tanah Untuk

Pembangunan Jalan Tembus Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar di

Kabupaten Magetan sudah tercapai di dalam musyawarah, terbukti dengan

adanya Berita Acara kesepakatan ganti rugi pembebasan tanah jalan alternatif

Sarangan Tawangmangu Dukuh Singolangu Kelurahan Sarangan Kecamatan

Plaosan pada hari Rabu tanggal 31 Desember 2003 serta adanya berita acara

Pernyataan Pelepasan/Penyerahan Hak Atas Tanah Dan Pembayaran Ganti

Rugi Nomor: 01/PLH/XII/2003 untuk Dukuh Cemorosewu Desa Ngancar

Kecamatan Plaosan dengan bentuk dan besarnya ganti rugi berupa uang

Rp.150.000/ M2, Berita Acara Pernyataan Pelepasan/Penyerahan Hak Atas

Tanah Dan Pembayaran Ganti Rugi Nomor: 01/PLH/1/2004 untuk Dukuh

Singolangu Kelurahan Sarangan Kecamatan Plaosan dengan bentuk dan

besarnya ganti rugi berupa uang Rp.100.000/M2, dan Perhutani dengan adanya

perjanjian serah terima tanah kompensasi antara Bupati Magetan dengan

Departemen Kehutanan Atas Pengunaan Kawasan Hutan Untuk Pembangunan

jalan Tembus Sarangan-Cemorosewu Pada Tanggal 24 Juni 2004 dengan Luas

10,95 HA.

B. Saran

Sehubungan dengan Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Hak Atas Tanah

Dalam Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Jalan Tembus (Jalan Alternatif)

Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar, penulis akan memberikan saran-

saran sebagai berikut :

1. Kepada Pemerintah Kabupaten Magetan, sehubungan dengan Pembangunan

Jalan Tembus (Jalan Alternatif) Kabupaten Magetan-Kabupaten Karanganyar,

hendaknya mempertimbangkan bentuk dan besarnya ganti kerugian dengan

baik, apabila dengan uang sebesar itu dapat di belikan tanah seperti itu lagi atau

tidak.

2. Kepada para pemegang hak atas tanah yang tanahnya akan dipergunakan bagi

pembangunan untuk kepentingan umum dapat membantu dan meperlancar

pelaksanaanya, baik sejak penyuluhan, inventarisasi maupun musyawarah

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERLINDUNGAN ... · Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

penentuan ganti kerugian agar tidak menghambat jalanya pembangunan

nasional.