perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id implementasi …... · perpustakaan.uns.ac.id...

175
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user IMPLEMENTASI KURIKULUM KHUSUS AUTIS DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) AUTIS ALAMANDA SURAKARTA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan Oleh Endah Resnandari Puji Astuti S 811008016 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: hoangcong

Post on 18-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IMPLEMENTASI KURIKULUM KHUSUS AUTIS DI SEKOLAH LUAR

BIASA (SLB) AUTIS ALAMANDA SURAKARTA

TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister

Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh

Endah Resnandari Puji Astuti

S 811008016

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

IMPLEMENTASI KURIKULUM KHUSUS AUTIS DI SEKOLAH LUAR

BIASA (SLB) AUTIS ALAMANDA SURAKARTA

TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister

Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh

Endah Resnandari Puji Astuti

S 811008016

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum Khusus Autis di Sekolah Luar Biasa (SLB) Autis Alamanda Surakarta. TESIS. Pembimbing I : Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd, II: Dr. Nunuk Suryani, M.Pd. Program Studi Teknologi Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ABSTRAK

SLB Autis Alamanda merupakan salah satu sekolah luar biasa di Surakarta yang memberikan pelayanan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus, khususnya autisme.

Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) memperoleh gambaran pelaksanaan kurikulum khusus autis di SLB Autis Alamanda, (2) mengidentifikasi hasil yang dicapai dari pelaksanaan kurikulum khusus autis di SLB Autis Alamanda, (3) mengidentifikasi kendala yang ditemui dalam pelaksanaan kurikulum khusus autis di SLB Autis Alamanda.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Strategi penelitian yang digunakan adalah tunggal terpancang. Sumber data penelitian berasal dari informan, tempat dan peristiwa, serta dokumen atau arsip. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara/interview, dan analisis dokumen. Untuk pengujian validitas data, digunakan triangulasi data dan metode. Teknik analisis yang digunakan melalui cara: (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, yaitu merupakan proses pengolahan, pemusatan perhatian dan penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang diperoleh di lapangan, (3) penyajian data, yaitu dengan menyajikan berbagai informasi yang diseleksi dalam rangka penarikan kesimpulan, dan (4) verifikasi data.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa SLB Autis Alamanda menggunakan kurikulum khusus autism dari Catherine Maurice yang mana kurikulum tersebut berorientasi pada penanganan perilaku anak. Metode pembelajaran yang digunakan yaitu metode ABA (Applied Bahaviour Analysis) dan Sensori Integrasi (SI) dari okupasi terapi. Pemberian pelayanan pendidikan dilakukan secara one-on-one untuk intervensi dini pada penanganan perilaku autism. Disediakan pula kelas klasikal sebagai kelas transisi untuk mempersiapkan anak menuju sekolah regular. Kendala-kendala yang ditemui dalam pelaksanaan kurikulum khusus terjadi pada perekrutan guru dengan kualifikasi yang sesuai, peningkatan pengalaman guru, penyusunan dan evaluasi program pengajaran individual (PPI), pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan metode pembelajaran serta pengadaan sarana dan media pembelajaran.

Kata kunci : SLB Autis Alamanda, autism, kurikulum khusus, Catherine

Maurice , ABA (Applied Bahaviour Analysis), Sensori Integrasi (SI), one-on-one.

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. The Implementation of An Autism Specific Curriculum in Alamanda Surakarta Autism Special School. Thesis. Consultant I : Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd, Consultant II : Dr. Nunuk Suryani, M.Pd. Educational Technology Program, Graduate Program, Sebelas Maret University Surakarta.

ABSTRACT

Alamanda Autism Special School is one of special school in Surakarta that provides educational services for children with special needs, especially autism.

The objectives of this research are : (1) obtaining the implementation of an autism specific curriculum in Alamanda Autism Special School, (2) identifying the result that in achived from the implementation of an autism specific curriculum in Alamanda Autism Special School, (3) identifying the obstacle in implementing an autism specific curriculum in Alamanda Autism Special School.

The method that is used in this research is descriptive qualitatitive method. The research strategy is single – rooted. The sources of the research data are from informant, place and event, and document or record. This research uses purposive sampling technique. The techniques of collecting data are observation, interview, and document analysis. For testing the data validity, the researcher uses triangulation of data and methods. The analysis techniques are : (1) data collection, (2) data reduction, those are processing, focusing the attention and simplification, and transformation of raw data obtained in the field, (3) data presentation, is presenting the selected informations is drawing the conclusion, and (4) data verivication.

The result of the research shows that Alamanda Autism Special School uses an autism special curriculum from Chaterine Maurice which is oriented on handling of the children’s behavior. The learning methods are ABA (Aplied Behavior Analysis) method and Sensory Integration (SI) of occupational therapy. The provision of educational services is done by one on one for early intervention in the autism behavioral treatment. Beside that, it is provided the classical class as a transition class for preparing the children to the regular school. The problems that are encountered in the implementation of the special curriculum occured in the recruitment of the suitably qualified teachers, improving the teachers’ experience, Individualized Educational Program (IEP) preparation and evaluation, learning implementation, teaching method implementation and procurement of the equipment and instructional media.

Key words : Alamanda Autism Special School, Autism, special curriculum, Catherine Maurice, ABA (Aplied Behavior Analysis), Sensory Integration (SI), one on one.

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

COVER ………………….....……………………………………...…………......

HALAMAN JUDUL ……..…………………………………………….………..

PENGESAHAN PEMBIMBING …………………………………………..…...

PENGESAHAN PENGUJI ……………………………………………….…….

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN HAK PUBLIKASI …………………

PERSEMBAHAN …………………………………………………………..…...

KATA PENGANTAR …………………………………………….……..………

ABSTRAK ……………………………………..…………………….…………..

DAFTAR ISI……...…………………………………………………………..…..

DAFTAR TABEL……………..……………………………………………..…..

DAFTAR GAMBAR…………………………………………..…..….………….

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………..………………...

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

ix

xi

xiv

xv

xvi

.BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………….

A. Latar Belakang Masalah...…………………………….……..………….

B. Identifikasi Masalah…………………………..……..………....…..……..

C. Pembatasan Masalah…………………………..…………...……………

D. Rumusan Masalah………………………………………………………

E. Tujuan Penelitian…………………………………………...………….…

F. Manfaat Hasil Penelitian……………………………………..…………

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………...

A. Kajian teori……....……………………………………………………….

1. Teori Tentang Kurikulum…………..................................................

2. Teori Tentang Kurikulum Khusus……………….……...……………

3. Teori Tentang Anak Autis……………………………….................

4. Teori Tentang Kurikulum Khusus Autis…………………................

B. Penelitian yang Relevan…………………………………………………..

C. Kerangka Pikir…………………………………….…...……………

1

1

5

6

6

6

7

8

8

8

37

43

47

61

65

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN……………………………………

A. Metodologi Penelitian……………………………………………………

1. Lokasi Penelitian…………………………………………..…….……

2. Bentuk dan Strategi Penelitian………………………….……………

3. Sumber Data dan Teknik Sampling…………………………………..

4. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………

5. Keabsahan Data ………………………………………………………

6. Analisis Data …………………………………………………………

B. Prosedur dan Jadwal Penelitian …………………………………………..

1. Prosedur Penelitian …………………………………………………

2. Jadwal Penelitian ……………………………………………………..

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………

A. Deskripsi Lokasi Penelitian………………………………………..…….

1. Sejarah Berdirinya SLB Autis Alamanda………………………….

2. Lokasi SLB Autis Alamanda ………………………………………...

3. Visi dan Misi SLB Autis Alamanda……………………………….

4. Sumber Daya Manusia ……………………………………………….

5. Sarana Prasarana dan Media Pembelajaran di SLB Autis

Alamanda……………………..……………………….…………..

B. Temuan Penelitian…………………………………………………....….

1. Pelaksanaan Kurikulum Khusus di SLB Autis Alamanda …………...

2. Hasil Belajar Siswa SLB Autis Alamanda ………………………..

3. Kendala Pelaksanaan Kurikulum Khusus di SLB Autis Alamanda….

C. Pembahasan………………………………………………………………

1. Pelaksanaan Kurikulum Khusus di SLB Autis Alamanda …………...

2. Hasil Belajar Siswa SLB Autis Alamanda ………………………..

3. Kendala Pelaksanaan Kurikulum Khusus di SLB Autis Alamanda

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN………………………

A. Kesimpulan……………………………………………………………

B. Implikasi ………………..……………………………………………..

67

67

67

67

69

71

74

75

77

77

79

80

80

80

81

81

82

87

90

91

119

123

134

136

153

155

161

161

164

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

C. Saran ………………….……………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..

164

166

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.

Tabel 2.

Tabel 3.

Tabel 4.

Tabel 5.

Tabel 6.

Tabel 7.

Rencana Waktu Penelitian…………………………………...........

Daftar Pendidik SLB Autis Alamanda………………………….....

Daftar Tenaga Kependidikan SLB Autis Alamanda………………

Keadaan Siswa SLB Autis Alamanda Tahun Ajaran 2010/2011…

Sarana SLB Autis Alamanda………………………………………

Prasarana SLB Autis Alamanda…………………………………..

Pelatihan Guru SLB Autis Alamanda Tahun Ajaran 2010/2001...

79

83

85

87

88

89

127

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.

Gambar 2.

Gambar 3.

Gambar 4.

Arahan Pengembangan Pencapaian Tujuan Pendidikan………

Alur Layanan PLB …………………………....………………

Kerangka Pikir Penelitian …………………………………….

Proses Analisis Interaktif ……………………………….…….

.

29

51

66

77

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1.

Lampiran 2.

Lampiran 3.

Lampiran 4.

Lampiran 5.

Lampiran 6.

Lampiran 7.

Lampiran 8.

Lampiran 9.

Lampiran 10.

Lampiran 11.

Lampiran 12.

Lampiran 13.

Lampiran 14.

Lampiran 15.

Lampiran 16.

Catatan Lapangan 1……………………………………….............

Catatan Lapangan 2……………………………………………….

Catatan Lapangan 3 ……………………………………..………..

Catatan Lapangan 4 ……………………………………………...

Media Pembelajaran SLB Autis Alamanda…………...……..…...

Foto-foto Kegiatan Belajar SLB Autis Alamanda ………………

Jadwal Kegiatan Sabtu (Play Therapy)………………..................

Kurikulum Autis SLB Autis Alamanda …………………………

Lembar Program Harian dan Pemeliharaan Siswa ………………

Contoh Pengisian Lembar Program Harian dan Pemeliharaan

Siswa................................................................................................

Lembar Assessment Siswa Baru SLB Autis Alamanda ………..

Contoh Laporan Assessment Awal Siswa....................................

Contoh Evaluasi Siswa 3 Bulan ………….…………………..….

Contoh Laporan Evaluasi 6 Bulan (1 Semester)….……………...

Contoh Pengisian Buku Penghubung Siswa….………………….

Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ………………….

169

195

246

252

255

259

268

277

328

334

348

351

357

366

388

395

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia memiliki keingintahuan terhadap setiap hal yang ada dan

yang sedang terjadi di sekitarnya. Oleh sebab itu, manusia senantiasa ingin

mengembangkan pengetahuan yang dimiliki serta mengembangkan potensi yang

dimilikinya. Salah satu usaha manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan serta

mengembangkan potensi yang dimiliki yaitu melalui jalur pendidikan. Hal ini

dapat dilihat dari pengertian pendidikan dalam Undang-undang RI Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Berdasarkan pasal di atas dapat diketahui bahwa dalam kehidupannya,

manusia membutuhkan pendidikan sebagai upaya untuk mengenali dirinya

sendiri, mempelajari berbagai keterampilan yang sesuai dengan kemampuan dan

minatnya serta untuk mengenali lingkungan sekitarnya, baik dalam lingkungan

terkecil yaitu lingkungan keluarga, bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara.

Melihat kenyataan bahwa pendidikan merupakan salah satu hal yang

penting, maka setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk mendapatkan

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

dan merasakan pendidikan. Seperti yang tertuang dalam UU RI nomor 20 tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 1 bahwa setiap warga

negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.

Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan yang diselenggarakan tidak membedakan

jenis kelamin, suku, ras, kedudukan sosial dan tingkat kemampuan ekonomi.

Tidak terkecuali juga para penyandang cacat. Khusus bagi para penyandang cacat

disebutkan pula dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 pasal 5 ayat 2 bahwa warga

negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau

sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Pendidikan khusus yang dimaksud

adalah pendidikan luar biasa, dimana setiap kebutuhan khusus tersebut akan

memperoleh pelayanan khusus yang sesuai dengan kemampuan, karakteristik ,

dan kebutuhannya.

Sekolah-sekolah khusus yang telah ada dalam memberikan pelayanan

yang sesuai dengan kondisi anak antara lain sekolah khusus tunanetra untuk anak

tunanetra (SLB A), sekolah khusus tunarungu wicara untuk anak tunarungu

wicara (SLB B), sekolah khusus tunagrahita untuk anak tunagrahita (SLB C),

sekolah khusus tunadaksa untuk anak tunadaksa (SLB D), sekolah khusus

tunalaras untuk anak tunalaras (SLB E), sekolah khusus autis untuk anak autis,

dan sekolah khusus untuk berbagai jenis kebutuhan khusus yang dapat dimasuki

oleh berbagai jenis kebutuhan khusus (SLB).

Sekolah-sekolah khusus tersebut memberikan pelayanan khusus

pendidikan luar biasa yang diarahkan pada pengembangan sikap dan kemampuan

kepribadian anak, bakat, kemampuan mental, dan fisik sampai mencapai potensi

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

mereka yang optimal. Pendidikan luar biasa bertujuan untuk membekali siswa

berkebutuhan khusus agar dapat berperan aktif di dalam masyarakat.

Salah satu jenis kebutuhan anak yang memerlukan pelayanan khusus

yaitu anak autis.

Autisma berarti suatu kecacatan perkembangan yang dengan mantap

mempengaruhi komunikasi lisan dan non lisan dan interaksi sosial, pada

usia dibawah 3 tahun, yang berdampak pada perolehan pendidikan pada

anak. Karakteristik lain yang dikaitkan dengan anak autis adalah perulangan

aktifitas, penolakan terhadap perubahan lingkungan atau perubahan rutinitas

harian dan tanggapan yang tak lazim pada perasaan. Istilah tersebut berlaku

jika perolehan pendidikan anak kurang baik karena anak mengalami

gangguan emosional. (www.unj.ac.id)

Melihat kecenderungan perilaku anak autis seperti halnya tersebut

diatas maka perlu dipikirkan pola pendidikan yang tepat bagi mereka. Pola

pendidikan formal di sekolah umum/reguler kurang cocok bagi anak autis sebab

perhatian guru terhadap perkembangan murid dirasa masih kurang. Selain itu,

pola pendidikan formal di sekolah umum yang menekankan aspek akademik dan

sosialisasi terhadap lingkungan dikhawatirkan akan menyulitkan anak autis untuk

beradaptasi dengan pola tersebut. Dalam Theo Peeters (2004:12) disebutkan

bahwa “Pendidikan Khusus” secara tradisional masih kurang khusus. Dari

pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan khusus dengan

pembelajaran secara tradisional pun masih dirasa kurang cocok untuk anak autis.

Hal ini disebabkan karena anak autis sangat berbeda dengan penderita cacat

mental lain, berbeda dengan anak-anak yang memiliki masalah kejiwaan, berbeda

dengan anak-anak yang terlambat bicara, dan berbeda dengan anak-anak yang

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

mengalami gangguan pendengaran. Oleh sebab itu, pendidikan khusus autis

merupakan salah satu alternatif pendidikan tepat bagi anak autis.

Kebutuhan anak autis yang begitu khusus menuntut adanya suatu

kurikulum dan standar pengajaran dengan pendekatan yang berbeda dengan

pendekatan-pendekatan di sekolah khusus lainnya. Seperti halnya Zelan dalam

Adriana Soekandar Ginanjar ( 2007 : 1) berpendapat bahwa individu autistik

berbeda dengan individu lainnya sehingga perlu diberi pendekatan dengan

pendekatan humanistik yang memandang mereka sebagai individu yang utuh dan

unik. Oleh sebab itu, sekolah khusus autis pada umumnya memiliki kurikulum

yang berbeda dengan sekolah-sekolah lain.

Penelitian tentang Pengembangan Model Modifikasi Kurikulum

Sekolah Inklusif Berbasis Kebutuhan Individu Peserta Didik (Abdul Salim : 2010)

merupakan salah satu penelitian yang relevan dengan penelitian ini sebab dalam

penelitian tersebut memandang bahwa peserta didik berkebutuhan khusus (ABK)

terdapat perbedaan karakter dan kemampuan yang tampak mencolok pada hampir

semua bidang baik akademik maupun non akademik. Implikasi dari perbedaan

tersebut menyebabkan bentuk layanan pendidikan harus sesuai dengan kebutuhan

masing-masing anak. Oleh sebab itu, dalam penelitian tersebut melakukan

pengembangan penyesuaian (modifikasi) kurikulum (bahan ajar), peran serta

guru, sarana prasarana, dana, dan managemen (pengelolaan kelas dalam kegiatan

belajar mengajar). Penelitian tersebut menjelaskan bahwa selain KTSP yang

dikembangkan dengan mengacu pada Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi

dasar (KD) yang terdapat dalam standar isi (SI) dan standar kompetensi lulusan

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

(SKL), juga mengembangkan program pengajaran individual yang mengacu pada

kurikulum khusus.

Seperti halnya penelitian di atas, penelitian ini akan membahas tentang

kurikulum khusus yang dikembangkan di SLB Autis Alamanda. Kurikulum

tersebut tentu saja berbeda dengan kurikulum yang digunakan di sekolah-sekolah

khusus lain maupun sekolah umum. Kurikulum ini dikembangkan dengan

mengacu pada karakteristik, kebutuhan, dan kemampuan yang berbeda pada anak

autis. Selain itu, SLB Autis Alamanda juga mengembangkan PPI yang mengacu

pada kurikulum khusus tersebut. Pelaksanaan kurikulum khusus ini pun

menggunakan berbagai pendekatan yang berbeda dengan pendekatan-pendekatan

pembelajaran lainnya.

Untuk dapat mengetahui lebih dalam mengenai kurikulum khusus dan

implementasi kurikulum yang digunakan di SLB Autis Alamanda, peneliti

melakukan studi mengenai implementasi kurikulum khusus di SLB Autis

Alamanda.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat teridentifikasi

adalah sebagai berikut :

1. Kebutuhan dan karakteristik anak autis yang sangat khusus.

2. Kurikulum dibuat dan dikembangkan oleh masing-masing sekolah dengan

berpatokan pada kebutuhan anak.

3. Implementasi kurikulum khusus di tiap sekolah khusus berbeda-beda.

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

C. Pembatasan Masalah

1. Permasalahan yang dibahas dibatasi pada implementasi kurikulum khusus

autis yang dilaksanakan di SLB Autis Alamanda.

2. Implementasi kurikulum meliputi pengadaan kurikulum, pelaksanaan

pembelajaran, hasil yang dicapai, serta kendala-kendala dalam pelaksanaan

kurikulum khusus tersebut.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

disampaikan di atas, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan kurikulum khusus autis di SLB Autis Alamanda?

2. Bagaimana hasil yang dicapai?

3. Kendala apa yang ditemui dalam pelaksanaan kurikulum tersebut?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk memperoleh gambaran pelaksanaan kurikulum khusus autis di SLB

Autis Alamanda.

2. Untuk mengidentifikasi hasil yang dicapai dari pelaksanaan kurikulum khusus

autis di SLB Autis Alamanda.

3. Untuk mengidentifikasi kendala yang ditemui dalam pelaksanaan kurikulum

khusus autis di SLB Autis Alamanda.

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

F. Manfaat Hasil Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan pengetahuan bagi pendidikan, khususnya mengenai

implementasi kurikulum khusus bagi anak autis.

b. Sebagai bahan perbandingan untuk penelitian yang relavan.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar teoretis untuk

pengembangan penelitian lebih lanjut yang sejenis.

2. Manfaat Praktis

Memberikan gambaran tentang kelebihan dan kelemahan kurikulum

sehingga dapat menjadi suatu masukan positif untuk perbaikan dan

pengembangan kurikulum di sekolah yang bersangkutan.

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Teori tentang Kurikulum

a. Definisi Kurikulum

Menurut Tim Pengembang Ilmu Pendidikan (2007 : 94), ada tiga

konsep tentang kurikulum, yaitu: pertama, kurikulum sebagai substansi, suatu

kurikulum dipandang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid

di sekolah atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Kedua,

kurikulum sebagai suatu sistem kurikulum yaitu merupakan bagian dari sistem

persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem

kurikulum mencakup sistem personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara

menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan

menyempurnakannya. Ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi yaitu

bidang studi kurikulum. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah

mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum.

Tidak jauh berbeda dari pendapat Tim Pengembang Ilmu Pendidikan,

Wina Sanjaya (2009: 4) menyebutkan bahwa apabila dilihat dari penelusuran

konsep, pada dasarnya kurikulum memiliki tiga dimensi pengertian yaitu

kurikulum sebagai mata pelajaran, kurikulum sebagai pengalaman belajar, dan

kurikulum sebagai perencanaan program pembelajaran.

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Dari kedua konsep kurikulum di atas, kita dapat mendefinisikan

beberapa pengertian kurikulum yaitu kurikulum sebagai mata pelajaran (bidang

studi), kurikulum sebagai pengalaman belajar, kurikulum sebagai perencanaan

program pembelajaran (substansi), dan kurikulum sebagai suatu system

kurikulum. Kurikulum sebagai mata pelajaran ditemukan dari definisi yang

dikemukakan Robert M. Hutchin dalam Wina Sanjaya (2009:4) yang

menyatakan : “ The curriculum should include grammer, reading, thetoric and

logic, and mathematic, and addition at the secondary level introduce the great

books of the western world”.(dalam kurikulum harus memuat mata pelajaran

tata bahasa, membaca, teori dan logika, dan matematika, dan memperkenalkan

tentang dunia barat ). Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa dalam konsep

kurikulum sebagai mata pelajaran (bidang studi) tujuan utama yaitu untuk

memperoleh ijazah. Dalam ijazah memuat berbagai mata pelajaran dan nilai-

nilai berdasarkan standar tertentu. Apabila siswa telah berhasil mencapai nilai

dengan standar tertentu, siswa akan memperoleh ijazah kelulusan yang berarti

bahwa siswa telah menguasai pelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Jadi dapat dikatakan bahwa keberhasilan siswa bila ditinjuai dari kurikulum

sebagai mata pelajaran yaitu apabila siswa telah berhasil mencapai nilai

tertentu berdasarkan suatu standar yang telah ditentukan.

Definisi kurikulum sebagai pengalaman belajar dapat ditemukan dari

pendapat M. Skilbeck (1984) dalam

http://maydina.multiply.com/journal/item/551/Apa_itu_kurikulum

mendefinisikan kurikulum sebagai “The learning experiences of students, in so

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

far as they are expressed or anticipated in goals and objectivies, plans and

designs for learning and implementation of these plans and design in school

environments”. (pengalaman-pengalaman siswa yang diekspresikan dan

diantisipasikan dalam cita-cita dan tujuan-tujuan, rencana-rencana dan desain-

desain untuk belajar dan implementasi dari rencana-rencana dan desain-desain

tersebut di lingkungan sekolah).

Pengertian kurikulum di atas mengandung arti bahwa kurikulum itu

memiliki tujuan tertentu. Setelah tujuan itu jelas, barulah mendesain metode

pembelajaran yang menunjang proses pembelajaran tesebut. Dalam pengertian

kurikulum ini penerapan dari model desain sistem pembelajaran itu hanya

terbatas pada lingkungan sekolah saja, sehingga kegiatan sekolah yang

dilakukan diluar lingkungan sekolah tidak dianggap sebagai kurikulum

walaupun menunjang proses pembelajaran.

Konsep kurikulum sebagai suatu program atau rencana pembelajaran

dapat ditemukan dalam pendapat yang dikemukakan oleh Hilda Taba (1962)

dalam Wina Sanjaya (2009:8) yang mengatakan : “A curriculum is a plan for

learning: therefore, what is known about the learning process and the

development of the individual has bearing on the shaping of a curriculum”.

(kurikulum adalah suatu rencana pembelajaran: oleh karena itu apa yang

diketahui tentang proses pembelajaran dan perkembangan individu termuat

dalam bentuk kurikulum). Pendapat tersebut selanjutnya diikuti oleh tokoh-

tokoh lain seperti Daniel Tanner dan Lauren Tanner yang menyatakan bahwa

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

kurikulum adalah perencanaan yang berisi tentang petunjuk belajar serta hasil

yang diharapkan.

Dafinisi kurikulum menurut UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 19 sejalan dengan konsep kurikulum sebagai

suatu rencana pembelajaran. Dalam undang-undang tersebut menyebutkan

bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

isi, bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu.

Dari beberapa definisi tentang kurikulum di atas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa kurikulum ialah suatu patokan rencana-rencana dalam hal

penyelenggaran pembelajaran yang memiliki tujuan dan cita-cita tertentu yang

berlandaskan pada isi materi dan pengalaman-pengalaman belajar yang harus

dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang

dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta

implementasi dari dokumen-dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.

Kurikulum harus bersifat fleksible (dapat mengalami perbaikan) dan didesain

oleh sekolah agar murid-murid itu memiliki representasi fungsi langsung di

masyarakat. Dalam hal ini kegiatan pembelajaran yang dilakukan sekolah itu

tidak harus dilakukan di sekolah, dan tidak terbatas pada akademis semata,

Pendidikan karakter, watak, dan tingkah laku juga dapat masuk dalam

kurikulum.

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

b. Landasan Kurikulum

Kurikulum memiliki peran yang sangat penting dan pengaruh yang

besar dalam system pendidikan. Oleh sebab itu, dalam mengembangkan suatu

kurikulum harus memiliki dasar-dasar tertentu yang kuat, yang didasarkan pada

hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam sehingga kurikulum

tersebut dapat dipertanggungjawabkan dikemudian hari serta tidak

menyebabkan kegagalan pendidikan. Dasar-dasar tertentu tersebut adalah

suatu landasan kurikulum yang merupakan suatu fondasi yang harus dibangun

dengan kuat.

Dalam Wina Sanjaya (2009:42) disebutkan bahwa ada tiga landasan

pengembangan kurikulum yaitu landasan filosofis, psikologis, dan landasan

sosiologis-teknologis ;

1) Landasan filosofis

Landasan filosofis menempatkan filsafat sebagai salah satu

landasan pengembangan kurikulum. Dalam filsafat, dikenalkan beberapa

aliran filsafat, seperti : perenialisme, essensialisme, eksistesialisme,

progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum

pun senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan

mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang

dikembangkan.

Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati (2003)

dalamhttp://www.infogue.com/viewstory/2009/02/07/landasan_kurikulum_i

ndonesia/?url=http://masterdagan.blogspot.com/2009/02/landasan-

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

kurikulum.html, diuraikan tentang isi dari masing-masing aliran filsafat,

kaitannya dengan pengembangan kurikulum, yaitu :

a) Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran

dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu.

Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan

sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada

kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat

dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.

b) Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian

pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi

anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran

lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga

untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme,

essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.

c) Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan

tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti

memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya

hidup di dunia ? Apa pengalaman itu ?

d) Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan

individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan

proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar

peserta didik aktif.

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

e) Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme.

Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat

ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual

seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan

tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini

akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah,

dan melakukan sesuatu. Penganut aliran ini menekankan pada hasil

belajar dari pada proses.

Aliran filsafat perenialisme, essensialisme, eksistensialisme

merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model

Kurikulum Subjek-Akademis (konsep kurikulum mata pelajaran).

Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan

model kurikulum pendidikan pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme

banyak diterapkan dalam pengembangan model kurikulum pendidikan.

Dalam Wina Sanjaya (2009:43) disebutkan bahwa sebagai suatu

landasan fundamental, filsafat memegang peran penting dalam proses

pengembangan kurikulum. Ada empat fungsi filsafat dalam proses

pengembangan kurikulum. Pertama, filsafat dapat menentukan arah dan

tujuan pendidikan. Dengan filsafat sebagai pandangan hidup, maka dapat

ditentukan tujuan dari pendidikan itu. Kedua, filsafat dapat menentukan isi

atau materi pelajaran yang harus diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai. Ketiga, filsafat dapat menentukan strategi atau cara pencapaian

tujuan. Filsafat sebagai system nilai dapat dijadikan suatu pedoman dalam

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

merencanakan kegiatan pembelajaran. Keempat, filsafat dapat dijadikan

sebagai penentu tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran.

Dari beberapa pendapat tentang landasan filosofis di atas dapat

diketahui bahwa suatu kurikulum harus memiliki landasan filosofis untuk

membawa suatu kurikulum pada tujuan, proses, dan hasil yang sesuai

dengan tujuan pendidikan. Pendapat dari Wina Sanjaya bahwa filsafat

merupakan suatu landasan fundamental merupakan pendapat yang sangat

sesuai bagi penulis sebab filsafat sebagai landasan kurikulum dapat

membawa kurikulum pada arah dan tujuan yang jelas sehingga akan tampak

jelas kemana peserta didik akan dibawa oleh kurikulum tersebut.

Selanjutnya dapat diketahui pula peserta didik seperti apa yang akan

diciptakan dan diterjunkan dalam masyarakat dari pelaksanaan isi kurikulum

tersebut. Dengan filsafat dapat diketahui hakikat dari pengetahuan yang

harus dipelajari sehingga dapat dijadikan suatu pedoman dalam

merencananan kegiatan pembelajaran. Selain itu dengan filsafat dapat

dijadikan tolok ukur dalam mencapai keberhasilan proses pembelajaran dan

system nilai yang harus diwariskan pada peserta didik sebagai generasi

penerus.

2) Landasan Psikologis

Kurikulum hendaknya harus memperhatikan kondisi psikologi

perkembangan dan psikologi belajar anak. Hal ini disebabkan karena setiap

anak didik memiliki keunikan, kebutuhan, kemampuan yang berbeda-beda.

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Selain itu minat, bakat maupun potensi yang dimiliki pun berbeda-beda

sesuai dengan tahapan perkembangannya.

Pemahaman tentang psikologi perkembangan dan psikologi belajar

anak sangatlah penting dalam melakukan pengembangan maupun

perancangan kurikulum. Pentingnya pemahaman tentang masa

perkembangan anak disebabkan karena setiap anak memiliki karakteristik

perkembangan tertentu. Beberapa karakteristik perkembangan anak dalam

Abdul Salim (1993:6) yaitu :

a) Bahwa perkembangan anak berlangsung menurut pola tertentu, dimulai

dari bayi yang masih sangat tergantung pada orang lain dan lingkungan

hingga dewasa yang dapat mandiri.

b) Ada perbedaan perkembangan pada setiap individu

c) Perkembangan dini merupakan dasar perkembangan selanjutnya.

d) Perkembangan kemampuan anak dimulai dari yang sederhana menuju ke

yang kompleks, dari hal-hal yang bersifar riil menuju ke hal-hal yang

bersifat abstrak.

Dari pendapat Abdul Salim di atas dapat diketahui bahwa setiap

individu akan mengalami suatu perkembangan yang berbeda-beda

berdasarkan pola tertentu. Perkembangan setiap anak dimulai dari hal-hal

yang paling sederhana menuju hal-hal yang kompleks. Oleh sebab itu, setiap

pendidik perlu mengetahui karakteristik perkembangana anak agar dapat

memberikan pendidikan yang tepat sesuai usia perkembangan anak terutama

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

pada masa perkembangan dini yang merupakan dasar perkembangan

selanjutnya bagi setiap individu.

Dalam Wina Sanjaya (2009:48) dijelaskan pula bahwa pentingnya

pemahaman tentang masa perkembangan disebabkan karena beberapa

alasan, antara lain :

a) Setiap anak didik memiliki tahapan atau masa perkembangan tertentu.

Pada setiap tahapan itu anak memiliki tugas-tugas dan karakteristik

tertentu, sehingga apabila tugas-tugas tersebut belum dapat dikuasai

maka anak akan mengalami hambatan pada tahapan perkembangan

selanjutnya.

b) Anak didik yang sedang pada masa perkembangan merupakan periode

yang sangat menentukan untuk keberhasilan dan kesuksesan hidup

mereka.

c) Pemahaman terhadap perkembangan anak akan memudahkan dalam

melaksanakan tugas-tugas pendidikan, baik dalam pemberian batuan

selama proses pembelajaram maupun mengantisipasi kejadian-kejadian

yang tidak diharapkan.

Penulis sependapat dengan Wina Sanjaya yang mengemukakan

beberapa alasan tentang pentingnya pemahaman tentang masa

perkembangan. Bagi seorang pendidik pemahaman ini sangatlah penting

untuk membantu memberikan pendidikan yang tepat dan sesuai untuk anak

didiknya. Dengan pemahaman masa perkembangan anak, pendidik dapat

membantu peserta didik dalam memberikan respon secara tepat pada

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

perilaku tertentu seorang anak. Dalam tahapan perkembangan terdapat

urutan yang dapat diramalkan sehingga dapat membantu pendidik mengenal

perkembangan yang khusus dan memprediksi fase perkembangan

berikutnya yang sesuai. Hal ini sangatlah penting sebab perkembangan pada

suatu tahap merupakan landasan bagi perkembangan selanjutnya.

Dari pendapat Abdul Salim mengenai karakteristik perkembangan

anak dan Wina Sanjaya mengenai pentingnya pemahaman tentang masa

perkembangan marupakan dua hal yang sangat diperlukan bagi seorang

pendidik dalam memberikan pendidikan bagi peserta didik. Melalui

pemahaman pada kedua hal tersebut pendidik dapat memperoleh gambaran

yang nyata tentang anak/peserta didik, sehingga pendidik dapat mempunyai

gambaran umum mengenai perkembangan anak. Selanjutnya, pemahaman

ini dapat membantu pendidik untuk merespon sebagaimana mestinya pada

perilaku tertentu pada seorang anak. Pemahaman ini juga akan sangat

membantu dalam mengenali berbagai penyimpangan yang mungkin terjadi

pada anak didik. Dengan demikian, pendidik dapat melakukan penanganan

sedini mungkin terhadap penyimpangan-penyimpangan atau keterlambatan-

keterlambatan yang terjadi pada peserta didik.

Selain psikologi perkembangan, pengembangan kurikulum tidak

lepas pula dari psikologi belajar. Psikologi belajar merupakan suatu studi

tentang bagaimana individu belajar. Para pengembang kurikulum perlu

memahami tentang psikologi belajar karena pada dasarnya kurikulum

disusun untuk membelajarkan siswa.

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Teori belajar merupakan landasan terjadinya suatu proses belajar

yang menuntun terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar dapat

didefinisikan sebagai integrasi prinsip-prinsip yang menuntun di dalam

merancang kondisi demi tercapainya tujuan pendidikan. Dengan adanya

teori belajar akan memberikan kemudahan bagi pendidik dalam

menjalankan model-model pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Jadi, dengan memahami psikologi perkembangan anak pendidik

dapat mengetahui secara umum kebutuhan peserta didik sesuai usia

perkembangan anak. Untuk pemahaman secara lebih khusus dan individual

diperlukan pemahaman secara lebih mendalam terhadap kebutuhan masing-

masing individu dengan perkembangan yang unik dan berbeda-beda.

Melalui pemahaman tentang psikologi belajar para perancang kurikulum

dapat benar-benar menyesuaikan rancangan kurikulum sesuai dengan

perkembangan kemampuan anak, karakteristik dalam setiap tahap

perkembangan, serta kebutuhan anak pada setiap tahapan perkembangan

tersebut.

3) Landasan Sosiologis Teknologis

Pentingnya landasan sosiologis teknologis dimaksudkan untuk

mempersiapkan siswa agar dapat berperan aktif dalam masyarakat. Hal ini

disebabkan karena manusia merupakan makhluk social yang membutuhkan

orang lain dalam hidupnya, oleh sebab itu pengembangan kurikulum

memerlukan suatu landasan yang menekankan pada kehidupan sosial

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

manusia, hubungan antar individu, antar golongan, antar lembaga sosial atau

masyarakat. Di dalam kurikulum bukan hanya berisi berbagai nilai suatu

masyarakat, akan tetapi bermuatan segala sesuatu yang berkaitan dengan

kebutuhan masyarakat karena manusia berasal dari masyarakat dan akan

kembali ke masyarakat pula.

Dalam http://rizcafitria.wordpress.com/2010/07/05/landasan-

sosiologis-pengembangan-kurikulum/#comment-25 disebutkan bahwa ada

beberapa faktor yang memberikan pengaruh terhadap pengembangan

kurikulum dalam masyarakat, antara lain :

a) Kebutuhan masyarakat

Kebutuhan masyarakat tak terbatas dan beraneka ragam. Oleh karena itu,

lembaga pendidikan berusaha menyiapkan tenaga-tenaga terdidik yang

terampil yang dapat dijadikan sebagai penggali kebutuhan masyarakat.

b) Perubahan dan perkembangan masyarakat

Masyarakat adalah suatu lembaga yang hidup, selalu berkembang dan

berubah. Perubahan dan perkembangan nilai yang ada dalam masyarakat

sering menimbulkan konflik antar generasi. Dengan diadakannya

pendidikan, diharapkan konflik yang terjadi antar generasi dapat teratasi.

c) Tri pusat pendidikan

Yang dimaksud dengan tri pusat pendidikan adalah bahwa pusat

pendidikan dapat bertempat di rumah, sekolah , dan di masyarakat. Selain

itu, media massa, lembaga pendidikan agama, serta lingkungan fisik juga

dapat berperan sebagai pusat pendidikan.

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Melihat kenyataan bahwa kebutuhan hidup masyarakat sangat

banyak dan tak terbatas serta kehidupan masyarakat yang selalu megalami

perubahan dan perkembangan seperti pendapat dalam situs yang tersebut di

atas, maka sangat tepat bila kehidupan dalam masyarakat memberikan

pengaruh yang besar pada kurikulum di sekolah. Peserta didik maupun para

pendidik yang berasal dari keluarga-keluarga kecil merupakan bagian dari

masyarakat, sehingga kebutuhan, perubahan dan perkembangan yang terjadi

dalam masyarakat perlu menjadi pertimbangan dalam perencanaan maupun

perkembangan kurikulum.

Menurut Wina Sanjaya (2009:55) untuk menentukan asas

sosiologis-teknologis dalam proses menyusun dan mengembangkan suatu

kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat, perlu

mengkaji berbagai hal, antara lain :

a) Kekuatan sosial yang dapat mempengaruhi kurikulum

Masyarakat selalu mengalami perubahan, baik terjadi pada system nilai,

pola kehidupan, struktur sosial, kebutuhan, maupun tuntutan masyarakat.

Oleh sebab itu, penyerapan informasi yang dibutuhkan masyarakat

merupakan salah satu langkah penting dalam proses penyusunan

kurikulum.

b) Kemajuan IPTEK sebagai bahan pertimbangan penyusunan kurikulum

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hasil kemampuan

berpikir manusia. Hal ini telah membawa manusia ke dalam kehidupan

yang penuh dengan berbagai teknologi. Melihat kenyataan bahwa

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat dan

cepat, maka kurikulum yang berfungsi sebagai alat pendidikan harus

terus menerus diperbaharui mengukuti perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi tersebut baik isi maupun prosesnya. Para pengembang

kurikulum, khususnya guru harus terus mengikuti dan memahami

perubahan-perubahan perkembangan itu, sehingga kurikulum yang

digunakan sebagai alat pendidikan dapat berfungsi secara maksimal.

Berdasarkan pendapat Wina Sanjaya mengenai beberapa hal yang

perlu dikaji dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum, maka dapat

diketahui bahwa kekuatan social yang berasal dari masyarakat melalui

berbagai penyerapan informasi yang didapatkan dari masyarakat sangat

berpengaruh terhadapt perubahan dan perkembangan kehidupan dalam suatu

masyarakat. IPTEK yang merupakan suatu hasil dari pemikiran masyarakat

pun memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kebutuhan,

perubahan dan perkembangan masyarakat sehingga segala sesuatu yang

berupa informasi yang diserap dari masyarakat perlu dipertimbangkan

dalam kurikulum di sekolah. Oleh sebab itu, kurikulum hendaknya bersifat

fleksibel mengingat kebutuhan, perubahan, perkembangan, dan kemajuan

informasi sangat cepat melalui berbagai media baik media cetak maupun

elektronik.

Jadi, dalam penyusunan dan pengembangan setiap kurikulum perlu

adanya suatu landasan/dasar yang kuat baik dari segi filosofis/keilmuan,

psikologis (psikologi perkembangan dan psikologi belajar), dan dari segi

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

sosiologis. Hal ini dimaksudkan agar kurikulum dapat menjadi suatu

patokan dalam pembelajaran, tidak terombang ambing, memiliki tujuan

yang jelas, dan dapat dipertanggungjawabkan.

c. Desain Kurikulum

Desain merupakan rancangan, pola, atau model. Jadi yang dimaksud

dengan mendesain kurikulum adalah merancang kurikulum agar sesuai dengan

misi dan visi sekolah. Beberapa desain kurikulum yang dirumuskan para ahli

seperti McNeil (1977) dalam Wina Sanjaya (2009:63) membagi desain

kurikulum manjadi empat model yaitu model kurikulum humanistic, kurikulum

rekontruksi social, kurikulum teknologi, dan kurikulum subjek akademik.

Sedangkan Alexander dan Lewis (1981) membagi desain kurikulum majadi

kurikulum subject matter disiplin, kompetensi yang bersifat spesifik atau

kurikulum teknologi, kurikulum sebagai proses, kurikulum sebagai fungsi

social, dan kurikulum berdasarkan minat individu. Sedangkan Evelyn.J.Sowell

(1996:57) menjelaskan mengenai beberapa desain kurikulum yaitu subject

matter designs, society-cultur based-designs, dan learner based design.

Beberapa pembagian desain kurikulum yang disampaikan beberapa ahli di atas

merupakan pembagian desain kurikulum yang tidak jauh berbeda anatara pakar

yang satu dengan pakar yang lain.

Subject matter design pada dasarnya merupakan desain kurikulum

dimana kurikulum dipusatkan pada isi atau materi yang akan diajarkan.

Kurikulum disusun dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah. Desain

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

kurikulum saperti ini merupakan dasain kurikulum yang banyak digunakan

terutama di Indonesia.

Society-cultur based-designs merupakan desain kurikulum yang

memfokuskan pada masalah-masalah penting yang dihadapi dalam masyarakat

khususnya dalam masalah social dan kebudayaan masyarakat.

Learner based design merupakan kurikulum yang berpusat pada

siswa. Kurikulum ini mengutamakan perkembangan afektif siswa sebagai

prasyarat dan sebagai bagian integral dari proses belajar. Kurikulum ini

didasarkan pada asumsi bahwa pendidikan diselenggarakan untuk membantu

peserta didik. Oleh karena itu, pendidikan tidak boleh terlepas dari kehidupan

peserta didik. Kurikulum yang berorientasi pada siswa menekankan kepada

siswa sebagai sumber isi kurikulum. Pendekatan yang digunakan dalam desain

kurikulum ini yaitu pendekatan humanistic .

Dalam Nasution (1999:49) menyatakan bahwa para pendidik

humanistic yakin bahwa kesejahteraan mental dan emosional siswa harus

dipandang sentral dalam kurikulum, sehingga dalam belajar dapat memberikan

hasil yang maksimal. Pendidikan yang berpusat pada siswa memfokuskan

kurikulum pada kebutuhan siswa baik personal maupun social. Misalnya

diajarkan bagaimana cara bergaul, saling bertukar pengalaman, berkelakuan

sopan, menjaga persahabatan, dan lain sebagainya.

Dalam Nasution (1999:49) disebutkan juga mengenai asumsi-asumsi

yang mendasarkan pendekatan humanistic dalam kurikulum ini yaitu :

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

1) Siswa akan lebih giat belajar dan bekerja bila harga dirinya dikembangkan

sepenuhnya.

2) Siswa yang diturut sertakan dalam perencanaan dan pelaksanaan

pembelajaran akan merasa bertanggung jawab atas keberhasilannya.

3) Hasil belajar akan meningkat dalam suasana belajar yang diliputi oleh rasa

saling percaya , saling membantu, saling mempedulikan, dan bebas dari

ketegangan yang berlebihan.

4) Guru yang berperan sebagai fasilitator belajar memberi tanggung jawab

kepada siswa atas kegiatannya belajar dan memupuk sikap positif terhadap

“apa sebab” dan “bagaimana” mereka belajar.

5) Kepedulian siswa akan pelajaran memegang peran penting dalam pengusaan

bahan pelajaran itu.

6) Evaluasi diri merupakan bagian yang penting dalam proses belajar yang

memupuk harga diri.

Alice Crow dalam Wina Sanjaya (2009:71) menyarankan beberapa

hal dalam mendesain kurikulum yang berorientasi pada siswa yaitu :

1) Kurikulum harus disesuaikan dengan perkembangan anak

2) Isi kurikulum harus mencakup keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang

dianggap berguna untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.

3) Anak hendaknya ditempatkan sebagi subjek belajar yang berusaha untuk

belajar mandiri. Artinya siswa harus didorong uttuk melakukan berbagai

aktivitas belajar, bukan hanya sekedar menerima informasi dari guru.

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

4) Diusahakan apa yang dipelajari siswa sasuai dengan minat, bakat, dan

tingkat perkembangan mereka. Maksudnya, apa yang seharusnya dipelajari

bukan ditentukan dan dipandang baik dari sudut guru atau sudut orang lain

akan tetapi ditentukan dari sudut anak itu sendiri.

Jadi, desain kurikulum yang berpusat pada siswa memandang manusia

sebagai pribadi yang unik yang memiliki kemampuan, karakteristik,

kebutuhan, bakat serta minat yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat

perkembangan peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum perlu menyesuaikan

dengan peserta didik.

Dari beberapa desain kurikulum yang telah dijelaskan di atas berarti

setiap sekolah dapat memilih desain kurikulum yang paling sesuai dengan visi,

misi, dan tujuan sekolah. Selain itu, pemilihan desain kurikulum pun harus

menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik yang ada di sekolah

tersebut.

d. Komponen-Komponen Kurikulum

Dalam komponen kurikulum beberapa hal yang perlu diperhatikan dan

dipertimbangkan, yaitu: a) tujuan yang ingin dicapai, b) materi yang perlu

disiapkan untuk mencapai tujuan, c) susunan materi/pengalaman belajar, dan

d) evaluasi apakah tujuan yang ditetapkan tercapai (Nana Syaodih

Sukmadinata, 2010: 102)

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Komponen-komponen kurikulum antara lain:

1) Tujuan Kurikulum

Tujuan kurikulum pada hakikatnya adalah tujuan dari setiap

program pendidikan yang akan diberikan pada anak didik Dalam perspektif

pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas

dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Oleh sebab itu kurikulum sebagai salah satu rencana pembelajaran

harus memiliki tujuan yang jelas. Dalam Undang –undang No 20 tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasiolal disebutkan bahwa kurikulum

merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan dan isi

atau bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2010:103), tujuan kurikulum

dirumuskan berdasarkan dua hal yaitu : perkembangan tuntutan kebutuhan

dan kondisi masyarakat serta didasari oleh pemikiran-pemikiran dan terarah

pada pencapaian nilai-nilai filosofis, terutama falsafah Negara. Sedangkan

menurut Wina Sanjaya (2009:101) mengatakan mengenai beberapa alasan

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

perlunya tujuan dirumuskan dalam kurikulum yaitu : a) tujuan erat

kaitannya dengan arah dan sasaran yang harus dicapai oleh setiap upaya

pendidikan; b) melalui tujuan yang jelas maka dapat membantu para

pengembang kurikulum dalam mendesain model kurikulum yang dapat

digunakan bahkan akan membantu guru dalam mendesain system

pembelajaran; c) tujuan kurikulum yang jelas dapat digunakan sebagai

kontrol dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran.

Dalam Nana Syaodih (2010:103) tujuan-tujuan mengajar dibedakan

atas beberapa kategori sesuai dengan perilaku yang menjadi sasarannya.

Gege dan Briggs mengemukakan lima kategori tujuan yaitu intellectual

skill, cognitive strategies, verbal information, motor skills dan attitudes.

Bloom menggolongkan tiga klasifikasi tujuan atau tugas domain yaitu

domain kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan dalam Wina Sanjaya

(2009:106) dijelaskan bahwa menurut hirarkisnya tujuan pendidikan terdiri

atas tujuan yang sangat umum sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik

dan dapat diukur. Tujuan pendidikan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi

empat, yaitu :

a) Tujuan Pendidikan Nasional (TPN), adalah tujuan umum yang sarat

dengan muatan filosofis suatu bangsa. TPN merupakan sasaran akhir

yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha pendidikan, artinya

setiap lembaga dan penyelenggara pendidikan harus dapat membentuk

manusia yang sesuai dengan rumusan-rumusan itu.

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

b) Tujuan Institusional (TI), adalah tujuan yang harus dicapai setiap

lembaga pendidikan. Tujuan ini merupakan kualifikasi yang harus

dimiliki siswa setelah mereka menempuh atau dapat menyelesaikan

program di suatu lembaga tertentu.

c) Tujuan Kurikuler (TK), adalah tujuan yang harus dicapai setiap bidang

studi atau mata pelajaran. Tujuan kurikuler merupakan kualifikasi yang

harus dimiliki setiap siswa setelah mereka menyelesaikan suatu bidang

studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan.

d) Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP), adalah kemampuan

(kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh

siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu.

Hubungan setiap klasifikasi tujuan dari tujuan umum sampai tujuan

khusus dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Arah Pengembangan dan Pencapaian Tujuan Pendidikan

Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan Institusional

Tujuan Kurikuler

Tujuan Pembelajaran

Arah penjabaran tujuan

Arah pencapaian tujuan

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Pada gambar di atas menjelaskan bahwa tujuan pendidikan nasional

merupakan sasaran pencapaian akhir dari proses pendidikan. Tujuan

Pendidikan Nasional tersebut melahirkan tujuan institusional yang

merupakan tujuan dari suatu lembaga pendidikan dimana tujuan lembaga

tersebut selanjutnya memiliki tujuan kurikuler untuk setiap mata pelajaran.

Penjabaran dari tujuan kurikuler itu sendiri merupakan tujuan pembelajaran

yang haus dicapai untuk satu kali pertemuan.

Lebih jauh lagi, dengan mengutip dari beberapa ahli, Nana Syaodih

Sukmadinata (2010:105) memberikan gambaran spesifikasi dari tujuan yang

ingin dicapai pada tujuan pembelajaran, yakni :

1. Menggambarkan apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh peserta didik,

dengan : (a) menggunakan kata-kata kerja yang menunjukkan perilaku

yang dapat diamati; (b) menunjukkan stimulus yang membangkitkan

perilaku peserta didik; dan (c) memberikan pengkhususan tentang

sumber-sumber yang dapat digunakan peserta didik dan orang-orang

yang dapat diajak bekerja sama.

2. Menunjukkan perilaku yang diharapkan dilakukan oleh peserta didik,

dalam bentuk: (a) ketepatan atau ketelitian respons; (b) kecepatan,

panjangnya dan frekuensi respons.

3. Menggambarkan kondisi-kondisi atau lingkungan yang menunjang

perilaku peserta didik berupa : (a) kondisi atau lingkungan fisik; dan (b)

kondisi atau lingkungan psikologis.

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Jadi tujuan yang dirumuskan oleh seorang guru ketika melakukan

pembelajaran baik didalam maupun diluar kelas untuk setiap kali pertemuan

adalah tujuan pembelajaran. Walaupun tujuan yang dirumuskan tersebut

merupakan tujuan pembelajaran, tetapi seorang guru tidak boleh lupa bahwa

tujuan akhir dari proses tersebut harus tetap mengarah pada tujuan

pendidikan nasional.

2) Komponen Isi/Materi

Materi atau isi kurikulum adalah segala sesuatu isi atau materi

kurikulum yang harus dipahami siswa dalam upaya mencapai tujuan

kurikulum. Selain itu, isi atau materi kurikulum diberikan kepada anak

didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan.

Dalam http://whyfaqoth.blogspot.com/2011/04/komponen-dan-

pengembangan-kurikulum.html menyebutkan kriteria yang dapat membantu

pada perancangan kurikulum dalam menentukan isi kurikulum yaitu:

a) Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan

siswa.

b) Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial.

c) Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji

d) Isi kurikulum mengandung bahan pelajaran yang jelas

e) Isi kurikulum dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan.

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Selain itu, disebutkan pula bahwa materi kurikulum pada

hakekatnya adalah isi kurikulum yang dikembangkan dan disusun dengan

prinsip-prinsip sebagai berikut :

a) Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau

topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses

pembelajaran

b) Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran

c) Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Dalam Wina Sanjaya (2009:114) dijelaskan bahwa isi atau materi

kurikulum harus bersumber pada tiga hal berikut :

a) Masyarakat sebagai sumber kurikulum

Pendidikan merupakan bekal bagi peserta didik agar dapat hidup

di masyarakat. Oleh sebab itu, isi atau materi kurikulum harus

memperhatikan dan menyesuaikan pula dengan kebutuhan serta

karakteristik masyarakat di lingkungan sekitar. Siswa sebagai peserta

didik perlu diperkenalkan dengan lingkungan sekitarnya, sebab

lingkungan sekitar serta masyarakat di setiap daerah memiliki

karakteristik dan keunikan yang berbeda-beda.

b) Siswa sebagai sumber isi/materi kurikulum

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perumusan isi

kurikulum berkaitan dengan siswa yaitu :

(1) Kurikulum sebaiknya disesuaikan dengan perkembangan anak.

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

(2) Isi kurikulum sebaiknya mencakup keterampilan, pengetahuan, dan

sikap yang dapat digunakan siswa dalam pengalamannya sekarang

dan juga berguna untuk menghadapi kebutuhannya pada masa yang

akan datang.

(3) Siswa hendaknya didorong untuk belajar berkat kegiatannya sendiri

dan tidak sekedar menerima secara pasif apa yang diberikan guru.

(4) Apa yang dipelajari siswa hendaknya sesuai dengan minat dan

keinginan siswa.

Jadi untuk merumuskan materi kurikulum tidak hanya

bersumber dari masyarakat, melainkan perlu memperhatika kebutuhan,

karakteristik, minat serta tahapan perkembangan dari siswa.

c) Ilmu pengetahuan sebagai sumber materi kurikulum

Ilmu merupakan pengetahuan yang terorganisir secara sistematis

dan logis. Dengan demikian tidak semua pengetahuan dapat dikatakan

ilmu. Ilmu hanya merujuk pada pengetahuan yang memilki objek dan

metode tertentu.

3) Strategi pelaksanaan kurikulum

Strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta peralatan

mengajar yang digunakan dalam pengajaran. Tetapi pada hakikatnya strategi

pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu saja. Strategi dan sumber

mengajar merupakan salah satu bagian yang penting dalam kurikulum agar

apa yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dengan

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

adanya perencanaan yang cermat mengenai strategi dan sumber belajar lebih

dapat menjamin bahwa kurikulum dapat diwujudkan dan apa yang diajarkan

dapat dikuasai siswa.

Strategi pelaksanaan kurikulum berhubungan dengan bagaimana

kurikulum itu dilaksanakan di sekolah. Kurikulum merupakan rencana, ide,

harapan, yang harus diwujudkan secara nyata di sekolah, sehingga mampu

mengantarkan anak didik mencapai tujuan pendidikan. Dalam Nasution

(1999:79) mengemukakan beberapa alasan tentang perlunya perencanaan

strategi mengajar, yaitu:

a) Menjamin agar kurikulum yang direncanakan dapat dilaksanakan

sehingga tujuan tercapai.

b) Agar pelajaran yang sama yang diberikan oleh beberapa tenaga pengajar

dilakukan secara konsisten sehingga tidak merugikan kelas tertentu.

c) Mengusahakan agar dalam proses belajar mengajar diterapkan berbagai

strategi mengajar yang serasi dan tidak hanya terbelenggu oleh metode

ceramah.

d) Membantu guru memberi pelajaran yang efektif serta menarik dengan

menyediakan sumber belajar

e) yang memadai.

Saat ini sangat banyak strategi mengajar yang telah kita kenal

seperti demonstrasi, praktek latihan, analisis, problem solving, inquiri, kerja

lapangan dan sebagainya. Dalam memilih strategi yang tepat untuk suatu

pembelajaran tertentu seorang pengajar perlu memperhatikan tujuan yang

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

ingin dicapai baik tujuan umum maupun tujuan khusus, keadaan peserta

didik, fasilitas yang ada, serta alokasi waktu yang tersedia. Untuk satu

pelajaran dapat digunakan lebih dari satu strategi mengajar agar tujuan dapat

lebih mudah tercapai dan mencegah terjadinya kebosanan pada siswa.

Sumber mengajar pun perlu dipersiapkan dalam pengembangan

kurikulum. Tenaga pengajar hendaknya dikerahkan untuk bersama-sama

menyiapkan segala sumber belajar yang diperlukan dalam rangka

pencapaian tujuan pembelajaran. Untuk mengembangkan sumber mengajar,

tenaga pengajar dapat dibagi dalam sejumlah kelompok menurut bidang dan

keterampilannya masing-masing.

Sumber belajar dapat berupa bahan cetakan, buku pelajaran atau

buku referensi, majalah, transparansi, proyektor, diagram, permainan

simulasi, tape (peta rekaman) audio dan video, peta, gambar, dan segala alat

serta bahan lain yang dapat menunjang proses belajar mengajar.

4) Evaluasi kurikulum

Dalam Nasution (1999:88) disebutkan beberapa tujuan

dilaksanakannya evaluasi kurikulum, yaitu :

a) Mengetahui sejauh manakah siswa mencapai kemajuan sesuai dengan

tujuan yang telah ditetapkan.

b) Menilai efektivitas kurikulum

c) Menentukan faktor biaya, waktu, dan tingkat keberhasilan kurikulum

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Berdasarkan hasil evaluasi dapat dibuat keputusan mengenai

kurikulum itu sendiri, pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang

diperlukan.

Jenis-jenis penilaian meliputi :

a) Penilaian awal pembelajaran (Input program)

b) Penilaian proses pembelajaran (Program)

c) Penilaian akhir pembelajaran.(output program)

Dari berbagai uraian mengenai komponen-komponen yang harus

ada dalam kurikulum, dapat disimpulkan bahwa setiap kurikulum harus

memiliki : a) tujuan kurikulum, sehingga suatu kurikulum memiliki arah

yang jelas dalam menuntun peserta didiknya; b) isi kurikulum, isi/materi

kurikulum harus sinkron dengan tujuan yang telah ditetapkan, sesuai dengan

kebutuhan dan kondisi siswa, serta dapat mempersiapkan siswa menuju

kehidupan bermasyarakat; c) strategi pelaksanaan kurikulum, merupakan

suatu cara yang dilakukan untuk dapat mencapai tujuan kurikulum yang

telah dirumuskan. Strategi pelaksanaan kurikulum dapat mencakup metode,

media maupun berbagai pendekatan yang dilakukan dalam menyampaikan

isi/materi kurikulum kepada peserta didik; d) evaluasi kurikulum,

merupakan penilaian mengenai pelaksanaan kurikulum baik mengenai

keberhasilan maupun kegagalan, kekurangan ataupun mengenai hal-hal

yang perlu dikembangkan lagi maupun efektifitas pelaksanaan kurikulum

dalam pembelajaran.

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

2. Teori Tentang Kurikulum Khusus

Kurikulum yang dikembangkan untuk anak-anak berkebutuhan khusus

berbeda dengan struktur kurikulum umum. Peserta didik berkelainan dapat

dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu peserta didik berkelainan tanpa disertai

dengan kemampuan intelektual dibawah rata-rata dan peserta didik berkelainan

disertai dengan kemampuan intelektual dibawah rata-rata.

Dalam Martinis Yamin (2008:82) menyebutkan bahwa kurikulum

pendidikan khusus terdiri dari 8 sampai 10 mata pelajaran, muatan local, program

khusus, dan pengembangan diri. Muatan local merupakan kegiatan kurikuler

untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas daerah,

potensi daerah, dan prospek pengembangan daerah termasuk keunggulan daerah,

yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada.

Program khusus berisi kegiatan yang bervariasi sesuai dengan jenis ketunaannya,

yaitu program orientasi dan mobilitas untuk peserta didik tunanetra, bina

komunikasi persepsi bunyi dan irama untuk peserta didik tunarungu, bina diri

untuk peserta didik tunagrahita, bina gerak untuk peserta didik tunadaksa, serta

bina pribadi dan social untuk peserta didik tunalaras. Sedangkan pengembangan

diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan

diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan

minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.

Dalam Martinis Yamin (2008:83) disebutkan pula bahwa peserta didik

tanpa disertai dengan kemampuan intelektual di bawah rata-rata, dalam batas

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

tertentu masih dimungkinkan untuk mengikuti kurikulum standar meskipun harus

dengan penyesuaian-penyesuaian. Peserta didik berkelainan yang disertai dengan

kemampuan intelektual dibawah rata-rata, diperlukan kurikulum yang sangat

spesifik, sederhana dan bersifat tematik untuk mendorong kemandirian dalam

hidup sehari-hari.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, struktur kurikulum

satuan pendidikan khusus dikembangkan dengan memperhatikan hal-hal sebagai

berikut :

1. Kurikulum untuk peserta didik berkelainan tanpa disertai dengan kemampuan

intelektual di bawah rata-rata menggunakan sabuah kurikulum SDLB A, B, E

; SMPLB A, B, D; dan SMALB A, B, D, E (A=tunanatra, B = tunarungu, D =

tunadaksa, E = tunalaras).

2. Kurikulum untuk peserta didik berkelainan yang disertai dengan kemampuan

intelektual di bawah rata-rata, menggunakan sebuah kurikulum SDLB C, C1,

D1, G, dan SMALB C, C1, D1, G (C = tunagrahita ringan, C1 = tunagrahita

sedang, D1 = tunadaksa sedang, G = tunaganda).

3. Kurikulum satuan pendidikan SDLB A, B, D, E relative sama dengan

kurikulum SD umum. Pada satuan pendidikan SMPLB A, B, D, E, dan

SMALB A, B, D, E, dirancang untuk peserta didik yang tidak memungkinkan

dan/atau tidak berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan sampai pada

jenjang pendidikan tinggi.

4. Proporsi muatan isi kurikulum satuan pendidikan SMPLB A, B, D, E terdiri

atas 60% - 70% aspek akademik dan 40% - 30% berisi aspek keterampilan

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

vokasional. Muatan isi kurikulum satuan pendidikan SMALB A, B, D , E

terdiri atas 40% - 50% aspek akademik dan 60% - 50% aspek keterampilan

vokasional.

5. Kurikulum satuan pendidikan SDLB, SMPLB, SMALB C, C1, D, G,

dirancang sangat sederhana sesuai dengan batas-batas kemampuan peserta

didik dan sifatnya lebih individual.

6. Pembelajaran untuk satuan pendidikan khusus SDLB, SMPLB, dan SMALB

C, C1, D1, G menggunakan pendekatan tematik.

7. Standar kompetensi (SK) dan Kompetansi Dasar (KD) mata pelajaran umum

SDLB, SMPLB, SMALB A, B, D, E mengacu pada SK dan KD sekolah

umum yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan khusus peserta

didik, dikembangkan oleh BSNP, sedang SK dan KD untuk mata pelajaran

program khusus dan keterampilan dikembangkan oleh satuan pendidikan

khusus dengan memperhatikan jenjang dan jenis satuan pendidikan.

8. Pengembangan SK dan KD untuk semua mata pelajaran pada SDLB dan

SMPLB dan SMALB C, C1, D1, G diserahkan kepada satuan pendidikan

khusus yang bersangkutan dengan memperhatikan tingkat dan jenis satuan

pendidikan.

9. Struktur kurikulum pada satuan pendidikan khusus SDLB dan SMPLB

mengacu pada struktur kurikulum SD dan SMP dengan penambahan program

khusus sesuai jenis kelainan, dengan alokasi waktu 2 jam/minggu. Untuk

jenjang SMALB, program khusus bersifat kasuistik sesuai dengan kondisi

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

dan kebutuhan peserta didik tertentu, dan tidak dihitung sebagai beban

belajar.

10. Program khusus berisi kegiatan yang bervariasi sesuai dengan jenis

ketunaannya, yaitu :

a. program orientasi dan mobilitas untuk peserta didik tunanetra,

b. bina komunikasi persepsi bunyi dan irama untuk peserta didik tunarungu,

c. bina diri untuk peserta didik tunagrahita ringan dan sedang,

d. bina gerak untuk peserta didik tunagrahita ringan,

e. bina pribadi dan social untuk peserta didik tunalaras

f. bina diri dan bina gerak untuk peserta didik tunadaksa sedang dan

tunaganda.

11. Jumlah dan alokasi waktu jam pelajaran diatur sebagai berikut :

a. Jumlah jam pembelajaran SDLB A, B, D, E kelas I, II, dan III berkisar

antara 28 – 30 jam pembelajaran/minggu dan 34 jam

pembelajaran/minggu untuk kelas IV, V, VI. Kelebihan 2 jam pelajaran

dari SD umum karena ada tambahan mata pelajaran program khusus.

b. Jumlah jam pembelajaran SMPLB A, B, D , E kelas VII, VIII, IX adalah

34 jam/minggu. Kelebihan 2 jam pembelajaran dari SMP umum karena

ada penambahan mata pelajaran program khusus.

c. Jumlah jam pembelajaran SMALB A, B, D, E kelas X, XI, XII adalah 36

jam / minggu, sama dengan jumlah jam pembelajaran SMA umum.

Program khusus pada jenjang SMALB bersifat fakultatif dan tidak masuk

beban pelajaran.

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

d. Jumlah jam pembelajaran SDLB, SMPLB, SMALB C, C1, D1, G sama

dengan jumlah jam pelajaran pada SDLB, SMPLB, SMALB A, B, D, E

tetapi pada penyajiannya melalui pendekatan tematik.

e. Alokasi per jam pembelajaran untuk SDLB, SMPLB, dan SMALB A, B,

D, E maupun C, C1, D1, G masing-masing 30’, 35’ dan 40’. Selisih 5

menit dari sekolah regular disesuaikan dengan kondisi peserta didik

berkelainan.

f. Satuan pendidikan khusus SDLB dan SMPLB dapat menambah

maksimum 6 jam pembelajaran/ minggu untuk keseluruhan jam

pembelajaran, dan 4 jam pembelajaran untuk tingkat SMALB sesuai

kebutuhan peserta didik dan satuan pendidikan bersangkutan.

12. Muatan isi pada setiap mata pelajaran diatur sebagai berikut :

a. Muatan isi setiap mata pelajaran pada SDLB A, B, D, E pada dasarnya

sama dengan SD umum, tetapi karena kelainan dan kebutuhan

khususnya, maka diperlukan modifikasi dan / atau penyesuaian secara

terbatas

b. Muatan isi mata pelajaran program khusus disusun tersendiri oleh satuan

pendidikan

c. Muatan isi pelajaran SMPLB A, B, D, E bidang akademik mengalami

modifikasi dan penyesuaian dalam SMP umum sehingga menjadi sekitar

60% - 70 %. Sisanya sekitar 40% - 30% muatan isi kurikulum ditekankan

pada bidang keterampilan dan vokasional

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

d. Muatan isi mata pelajaran keterampilan vokasional meliputi tingkat

dasar, tingkat terampil, dan tingkat mahir. Jenis keterampilan yang akan

dikembangkan, diserahkan kepada satuan pendidikan sesuai dengan

minat, potensi, kemampuan dan kebutuhan peserta didik serta kondisi

satuan pendidikan.

e. Muatan isi mata pelajaran untuk SMALB A, B, D , E bidang akademik

mengalami modifikasi dan penyesuaiana dari SMA umum sehingga

menjadi sekitar 40% - 50% bidang akademik dan sekitar 50% - 60%

bidang keterampilan vokasional.

f. Muatan kurikulum SDLB, SMPLB, SMALB C, C1, D1, G lebih

dilaksanakan pada kemampuan menolong diri sendiri dan keterampilan

sederhana yang memungkinkan untuk menunjang kemandirian peserta

didik. Oleh karena itu, proporsi muatan keterampilan vokasional lebih

diutamakan.

g. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan

kebutuhan, bakat dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi

sekolah

Berdasarkan uraian mengenai kurikulum khusus untuk anak

berkebutuhan khusus sesuai perundang-undangan dan peraturan pemerintah

tentang Sistem Pendidikan Nasional, dapat diketahui bahwa kurikulum untuk anak

berkebutuhan khusus tanpa disertai dengan kemampuan intelektual dibawah rata-

rata dalam batas tertentu mengikuti kurikulum standar dengan penyesuaian-

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

penyesuaian dan tambahan program khusus sesuai jenis kelainan. Sedangkan

untuk anak autis belum diatur secara spesifik dalam perundang-undangan. Oleh

sebab itu, sekolah-sekolah autis perlu memodifikasi dan melakukan penyesuaian-

penyesuaian kurikulum dengan menyesuaiakan kebutuhan setiap peserta didik

yang ada di sekolahnya.

3. Teori tentang Anak Autis

Definisi gangguan autistic dalam DSM-IV (Diagnostic Statistical

Manual, edisi ke-4, dikembangkan oleh American Psychiatric Association) dalam

Theo Peeters (2004:1) adalah sebagai berikut :

A. Terdapat paling sedikit enam pokok dari kelompok 1, 2 dan 3 yang

meliputi paling sedikit dua pokok dari kelompok 1, paling sedikit satu

kelompok dari kelompok 2 dan paling sedikit satu pokok dari kelompok 3.

1. Gangguan kualitatif dalam interaksi social yang ditunjukkan oleh paling

sedikit dua diantara berikut ini:

a. Ciri gangguan yang jelas dalam penggunaan berbagai perilaku non

verbal (bukan lisan) seperti kontak mata, ekspresi wajah, gestur,

dan gerak isyarat untuk melakukan intaraksi social.

b. Ketidakmampuan mengambangkan hubungan pertemanan sebaya

yang sesuai dengan tingkat perkembangannya.

c. Ketidakmampuan turut merasakan kegembiraan orang lain.

d. Kekurangmampuan dalam berhubungan emosional secara timbale

balik dengan orang lain.

2. Gangguan kualitatif dalam berkomunikasi yang ditunjukkan oleh paling

sedikit salah satu dari yang berikut ini :

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

a. Keterlambatan dan kekurangan secara menyeluruh dalam

berbahasa lisan (tidak disertai usaha untuk mengimbanginya

dengan penggunaan gesture atu mimic muka sebagai cara

alternative dalam berkomunikasi).

b. Ciri kemampuan yang jelas pada kemampuan untuk memulai atau

melanjutkan pembicaraan dengan orang lain meskipun dalam

percakapan sederhana.

c. Penggunaan bahasa yang repetitif (diulang-ulang) atau stereotip

(meniru-niru) atau bersifat idiosinktratik (aneh).

d. Kurang beragamnya spontanitas dalam permainan pura-pura atau

meniru orang lain yang sesuai dengan tingkat perkembangannya.

3. Pola minat perilaku yang terbatas, repetitif, stereotip seperti yang

ditunjukkan oleh paling tidak satu dari yang berikut ini :

a. Meliputi keasyikan dengan satu atau lebih pola minat yang terbatas

atau stereotip yang bersifat abnormal baik dalam intensitas maupun

focus.

b. Kepatuhan yang tampaknya didorong oleh rutinitas atau ritual

spesifik (kebiasaan tertentu) yang nonfungsional (tidak

berhubungan dengan fungsi).

c. Perilaku gerakan stereotip dan repetitive (seperti terus menerus

membuka-tutup genggaman, memutir jari atau tangan atau

menggerakkan tubuh dengan cara yang kompleks.

d. Keasyikan yang terus-menerus terhadap bagian-bagian dari sebuah

benda.

B. Perkembangan abnormal atau terganggu sebelum usia 3 tahun seperti yang

ditunjukkan oleh keterlambatan atau fungsi yang abnormal pada paling

sedikit satu dari bidang-bidang berikut ini : (1) interaksi social, bahasa

yang digunakan dalam perkembangan social, (2) bahasa yang digunakan

dalam komunikasi social, atau (3) permaianan sisbolik atau imajinatif.

C. Sebaiknya tidak disebut dengan Gangguan Rett, gangguan integrative

Kanak-kanak, atau Sindrom Asperger.

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Dalam Ron Leaf&John McEachin (1999 : 7) menyebutkan bahwa

:“autism is a severe distruption of the normal developmental processes that

occurs in the first two years of life. It leads to impaired language, play, cognitive,

social and adaptive functioning, causing children to fall father ang farther behind

their peers as they grow older”. ( autis adalah gangguan proses perkembangan

yang berat (kompleks) yang terjadi pada tahun kedua hidup seorang anak. Mereka

mengalami gangguan dalam bahasa, bermain, kognitif, social dan penyesuaian diri

yang menyebabkan anak akan tertinggal dari perkembangan anak seusianya).

Dalam Ron Leaf&John McEachin (1999:7) dijelaskan pula beberapa

karakteristik yang menonjol pada anak autis yaitu:

autistic children do not learn in the same way that other children normally

learn. They seem unable to understand simple verbal and non verbal

communication, are confused by sensory input, and withdraw in varying

degrees from people and the world around them. They become preoccupied

with certain activities and objects that interfere with development of play.

They show little interest in other children and tend not to learn by observing

and imitating others.(anak autis tidak dapat belajar dengan cara yang sama

dengan anak normal. Mereka terlihat tidak mampu mengerti komunikasi

verbal dan non verbal sederhana, kebingungan dalam menerima rangsangan

sensori, dan lambat laun akan menarik diri dari orang lain dan

lingkungannya. Mereka menjadi asik dengan aktivitas tertentu dan obyek-

obyek yang mengganggu dengan memainkannya. Mereka terlihat kurang

tertarik dengan anak lain dan cenderung tidak belajar dari memperhatikan

atau menirukan orang lain).

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa karakteristik yang menonjol

pada anak autis yaitu bahwa belajar anak autis tidak dapat disamakan dengan anak

normal lainnya karena mereka mengalami ketidakmampuan dalam menangkap

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

dan mengerti komunikasi baik secara verbal maupun non verbal, mengalami

kebingungan dalam menerima rangsangan, menarik diri dari orang di sekitarnya.

Sebagian besar anak autis akan asik dengan aktivitas tertentu dan obyek-obyek

yang mengganggu dengan memainkannya. Anak autis juga terlihat kurang tertarik

dengan anak lain dan cenderung tidak belajar dari memperhatikan atau menirukan

orang lain.

Pendapat yang sama pun diungkapkan dalam

http://www.autis.info/index.php/tentang-autisme/apa-itu-autisme menyebutkan

bahwa autisme adalah gangguan perkembangan yang sangat kompleks pada anak,

yang gejalanya sudah timbul sebelum anak itu mencapai usia tiga tahun. Penyebab

autisme adalah gangguan neurobiologis yang mempengaruhi fungsi otak

sedemikian rupa sehingga anak tidak mampu berinteraksi dan berkomunikasi

dengan dunia luar secara efektif. Gejala yang sangat menonjol adalah sikap anak

yang cenderung tidak mempedulikan lingkungan dan orang-orang di sekitarnya,

seolah menolak berkomunikasi dan berinteraksi, serta seakan hidup dalam

dunianya sendiri. Anak autis juga mengalami kesulitan dalam memahami bahasa

dan berkomunikasi secara verbal.

Gejala-gejala autistic juga disampaikan oleh Leo Kanner dalam Rudy

Sutadi, Lucky Azizah Bawazir, Nia Tanjung & Rina Adeline (2003:9) memberi

istilah infantile autism yang menerangkan berbagai gejala didapati pada masa

kanak-kanak dengan menggambarkan kesendirian (menikmati bermain seorang

diri) pada anak autism begitu hebat, keterlambatan dalam perkembangan bahasa,

menghafalkan sesuatu tanpa berpikir, melakukan aktifitas spontan terbatas,

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

stereotip, obsesi terhadap cemas dan takut akan perubahan, kontak mata dan

hubungan dengan orang lain sangat buruk, serta lebih menyukai gambar atau

benda-benda mati.

Dijelaskan pula dalam http://www.yousaytoo.com/definisi-dan-

karakteristik-perilaku-autisme/175190 bahwa autisme adalah gangguan

perkembangan yang kompleks yang gejala-gejalanya meliputi perbedaan dan

ketidakmampuan dalam berbagai bidang seperti kemampuan komunikasi sosial,

kemampuan motorik kasar dan motorik halus, dan kadang kemampuan intelektual.

Tanda-tanda ini semuanya dimulai sebelum anak berusia tiga tahun.

Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan

bahwa autis adalah gangguan perkembangan pervasive yang kompleks pada anak

yang ditunjukkan dengan adanya gangguan perilaku interaksi sosial, gangguan

komunikasi, dan pola minat perilaku terbatas yang stereotip (diulang-ulang) serta

ketidakmampuan dalam motorik kasar maupun motorik halus. Gejala-gejala atau

gangguan ini muncul sebelum anak berusia tiga tahun. Oleh sebab itu, diagnosis

dini serta pemberian penangangan sedini mungkin sangat diperlukan untuk

mengurangi bahkan menghilangkan gejala-gejala autistic yang muncul pada anak.

4. Teori tentang Kurikulum Khusus Autis

Saat ini belum ada kurikulum yang baku untuk pendidikan bagi anak

autis. Hal tersebut disebabkan karena penyusunan kurikulum autis perlu

mempertimbangkan kondisi dan kebutuhan siswa yang berbeda-beda. Kurikulum

anak autis berbeda dengan anak normal di SD umum/regular maupun kurikulum

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

khusus lainnya. Kurikulum anak normal bisa didasarkan pada tingkat

perkembangan dan usia anak sehingga dari anak tingkat sekolah dasar kelas

rendah sampai kelas tinggi bisa diprediksikan hampir sama atau dengan kata lain

bersifat homogen. Untuk kurikulum khusus A, B, D, dan E dapat mengikuti

kurikulum standar dengan dilakukan penyesuaian-penyesuaian tertentu sesuai

dengan kondisi peserta didik. Untuk kurikulum C, C1, D1, dan G dirancang

sangat sederhana sesuai dengan batas-batas kemampuan peserta didik dan sifatnya

lebih individual.

Berbeda dengan anak autistic, mereka mengalami hambatan dalam

komunikasi, interaksi social, perilaku, kemampuan motorik kasar dan halus yang

terganggu dan bahkan tidak jarang pula mengalami gangguan dalam kemampuan

intelektual. Gangguan yang terjadi pada setiap anak pun bervariasi dan berbeda-

beda sehingga mereka membutuhkan pelayanan pendidikan yang bersifat sangat

individual.

Kurikulum yang digunakan untuk anak autis adalah kurikulum yang

menekankan pada pengembangan kemampuan anak, komunikasi anak, sosialisasi

dan kemudian baru mengarah pada akademik anak. Hal ini sesuai dengan

pendapat Ron Leaf&John McEachin (1999:9), yang menyatakan bahwa isi

kurikulum untuk anak autis harus mencakup semua keterampilan anak sehingga

dapat difungsikan dan digunakan untuk menikmati hidup secara

penuh. Kurikulum harus mencakup pengajaran keterampilan yang mungkin tidak

diperlukan oleh anak biasa secara formal seperti bermain dan imitasi. Sebuah

penekanan yang kuat juga harus diberikan untuk belajar bicara, pengembangan

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

keterampilan konseptual dan akademis, bermain dan keterampilan sosial. Namun,

apabila anak semakin besar, penekanan harus bergeser ke pengetahuan praktis dan

keterampilan adaptif. Kurikulum harus diurutkan sesuai dengan tahapan

perkembangan mulai dari konsep dan keterampilan yang mudah sampai pada

keterampilan kompleks. Namun urutan materi pembelajaran yang diberikan

kepada anak tidak boleh bersifat kaku. Dalam hal ini harus benar-benar

menyesuaikan dengan kondisi atau keadaan anak. Sebagai contoh, meskipun

polanya tidak biasa, beberapa anak belajar membaca sebelum mereka bisa bicara.

Dalam menjalankan kurikulum khusus bagi anak autis, pemberian

pelayanan pendidikannya harus bersifat individual karena kebutuhan dan

gangguan autistic setiap siswa berbeda-beda. Oleh sebab itu diperlukan suatu

program pengajaran individual (PPI) bagi setiap siswa autistic.

Program pengajaran individual (PPI) diturunkan dari istilah aslinya yang

berbahasa Inggris yaitu Individualized Educational Program (IEP). Dalam

Sunardi (2005: 60) dijelaskan bahwa PPI disusun untuk setiap anak luar biasa.

Oleh karena sifat PPI sangat individual, karakteristik anak yang dimaksud harus

dideskripsikan secara lengkap baik mengenai tingkat kemampuan maupun tingkat

kelemahan dalam semua aspek yang berkaitan dengan pendidikan, termasuk

prestasi belajar, tingkat kecerdasan, kondisi emosi, kemampuan sosialisasi, fisik,

kesehatan dan sebagainya.

Menurut Gordon S. Gibb & Tina Taylor Dyches (2000:1) tujuan

penyusunan IEP adalah :

a. Writing the IEP brings you together with the other people who are most

concerned with the educations of students with disabilities. The people in

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

this group, called the multidisciplinary team or the IEP team, discuss

each student’s needs and jointly decide on appropriate directions for

each student’s learning. The contributions of each member or IEP team

are important for student success.

b. Writing the IEP creates a document which describes the team’s plans for

meeting a student’s educational needs. The IEP provides a formal

reverence for accounting for the student’s progress, and also represents

a commitment by the school or district to provide the resources required

to meet the student’s needs. ((a) menyusun IEP mengajarkan kamu untuk

bersama-sama dengan orang lain yang lebih focus dengan pendidikan

anak berkebutuhan khusus. Orang-orang dalam satu kelompok, disebut

tim IEP, mendiskusikan kebutuhan setiap anak dan bersama-sama

memutuskan penanganan yang tepat untuk pembelajaran setiap anak.

Peran setiap anggota tim sangatlah penting untuk keberhasilan anak. (b)

menulis IEP menciptakan sebuah dokumen yang menggambarkan

rencana tertentu untuk memenuhi kebutuhan pendidikan siswa.

IEP merupakan laporan formal mengenai kemajuan siswa serta

merupakan komitmen sekolah dan daerah untuk menyediakan sumber

daya yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan siswa).

Dari pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa tujuan dari penyusunan

IEP/PPI adalah bersama-sama membentuk suatu tim untuk mendiskusikan

tentang pendidikan anak luar biasa. Dalam tim EIP mendiskusikan mengenai

kebutuhan setiap anak dan bersama-sama memutuskan penanganan yang tepat

untuk pembelajaran setiap anak. Selain itu, IEP merupakan laporan formal

mengenai kemajuan siswa serta merupakan komitmen sekolah dan daerah untuk

menyediakan sumber daya yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan siswa.

Penyusunan dan pelaksanaan PPI merupakan suatu proses yang

sistematik. Menurut Marsh, Price dan Smith dalam Sunardi (2005: 67) proses

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

pengembangan dan pelaksanaan PPI meliputi tahap awal (penjaringan dan

rujukan), lanjutan (evaluasi dan assessment), dan penulisan PPI. Proses tersebut

dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2. Alur Layanan PLB (Sunardi 2005:67)

Dari gambar 2 mengenai alur layanan PLB dapat dijelaskan bahwa proses

dimulai dari penjaringan dan identifikasi ABK. Setiap sekolah perlu memiliki

Penjaringan dan Identifikasi

Rujukan ke Tim

Pertemuan Tim

Assessment

Pertemuan Tim

Program Pengajaran

Negatife

Positif

Negatif

Positif

Pelaksanaan

Evaluasi

Kelas Biasa

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

program penjaringan untuk mengidentifikasi anak bermasalah yang mungkin

terganggu dalam mengikuti proses belajar dan hasil belajarnya. Proses

penjaringan dapat dilakukan dengan cara melakukan tes hasil belajar, tes

kelompok, dan angket yang disebarkan kepada guru untuk mengidentifikasi

murid-murid yang bermasalah. Selain dengan melakukan tes, penjaringan dan

identifikasi dapat dilakukan dengan mengadakan kampanye kepedulian kepada

masyarakat, survey yang disebarkan kepada tokoh-tokoh masyarakat, dan

berkomunikasi dengan guru umum di sekolah regular.

Dalam melakukan penjaringan dan identifikasi kemungkinan akan

ditemukan murid-murid yang mengalami masalah di kelas. Setiap anak yang

menunjukkan tanda-tanda bermasalah akan dirujuk kepada tim PLB. Berdasarkan

hasil rujukan tersebut maka tim PLB akan melakukan pertemuan guna

memperoleh informasi lengkap mengenai anak yang bermasalah.

Setelah melakukan pertemuan, dilakukan pula assessment formal untuk

mengetahui tingkat kemampuan anak di berbagai aspek dan untuk menentukan

jenis dan tingkat penyimpangannya. Setelah semua data assessment terkumpul,

dilakukanlah pertemuan tim assessment untuk mengetahui permasalahan yang ada

pada anak, menentukan jenis kelainan (bila ada), dan menetapkan lingkungan

pendidikan yang paling tepat untuk anak. Apabila melalui pertemuan tim

assessment ini tidak ditemui karakteristik luar biasa pada anak, maka anak tidak

memerlukan layanan khusus, namun sebaliknya jika anak menunjukkan adanya

karakteristik sebagai anak luar biasa maka diperlukan layanan khusus, sehingga

diperlukan program pengajaran individual (PPI). PPI disusun berdasarkan hasil

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

assessment yang telah dilakukan oleh tim assessment. PPI yang telah disusun akan

dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan anak. Evaluasi program dilakukan untuk

mengetahui perkembangan anak serta tambahan program yang mungkin

dibutuhkan anak.

PPI disusun oleh sebuah tim yang disebut tim PPI. Menurut Gordon S.

Gibb & Tina Taylor Dyches (2000:1-2) tim PPI terdiri dari “parents of the

student, a reguler education teacher, a special education teacher, a local

education agency representative, a person to interpret evalualuation results, other

knowledgeable that the persons or school may invite, and the student, if

appropriate” (orang tua siswa, guru umum, guru khusus, perwakilan pendidikan

daerah, seseorang untuk menafsirkan hasil evaluasi, orang memiliki pengetahuan

lain yang dibutuhkan atau sekolah dapat mengundang, dan siswa jika

memungkinkan).

Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa tim PPI terdiri dari : a)

orang tua siswa, orang tua siswa sangat mengetahui tentang kondisi siswa oleh

sebab itu mereka diberi kesempatan seluas-luasnya untuk ikut serta merencanakan

program pendidikan untuk putra-putrinya. Mereka juga diminta untuk

memberikan masukan setiap saat bila ada perkembangan/perubahan dalam PPI; b)

guru umum, guru umum diperlukan apabila anak berkebutuhan khusus masuk

dalam kelas umum sehingga diperlukan kerja sama dan masukan dari guru umum;

c) guru PLB/guru khusus, merupakan guru yang akan memberikan pelayanan

langsung kepada anak berkebutuhan khusus. Guru khusus memiliki hasil

assessment terkini yang digunakan untuk memberikan penjelasan mengenai

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

pelayanan/pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak; d) perwakilan

pendidikan daerah, perwakilan ini biasanya digantikan oleh kepala sekolah atau

seseorang yang ditunjuk oleh kepala sekolah yang dengan hak untuk bertindak

dan menyetujui PPI tersebut; e) seseorang untuk menafsirkan hasil evaluasi,

merupakan seseorang seperti psikolog sekolah yang memiliki keahlian khusus

dalam mengelola hasil evaluasi, orang tersebut harus mampu menjelaskan hasil

evaluasi kepada anggota yang lain dalam tim PPI tersebut; f) orang lain yang

memiliki pengetahuan yang dibutuhkan dalam penyususnan PPI seperti psikolog,

tutor pribadi, terapis okupasi, fisio terapis dan lain-lain; g) siswa yang

bersangkutan, jika memungkinkan dan siswa tersebut mampu mengerti tentang

kebutuhannya.

Gordon S. Gibb & Tina Taylor Dyches (2000:1) juga menyebutkan

langkah-langkah dalam penyususnan IEP yaitu :

a. Describe the student

b. Describe the student’s present levels of educational performance

c. Write the student’s annual goals, with benchmarks or short-term objectives

d. Describe the special education and related service needed to achieve the

goals

e. Describe the extent to which the student will not participate in the general

curriculum

f. Explain the student’s participation in statewide and district assessments

g. Describe ways that the student’s parents will be regularly informed of

progress toward goals.

Dari pendapat di atas dijelaskan bahwa langkah-langkah dalam

menyusun IEP yaitu : a) mendeskripsikan anak; b) mendeskripsikan tingkat

kemampuan anak saat ini; c) menuliskan tujuan tahunan anak, baik jangka

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

panjang maupun jangka pendek; d) mendeskripsikan pendidikan khusus dan

hubungan kebutuhan pelayanan untuk keberhasilan tujuan; e) mendeskripsikan

perluasan yang tidak dapat diikuti siswa dalam kurikulum umum; f) menjelaskan

partisipasi anak dalam assessment; g) mendeskripsikan kebiasaan apa yang orang

tua inginkan untuk diinformasikan dari kemajuan tujuan.

Pendapat yang sama juga di kemukakan oleh Sunardi (2005: 62) bahwa

secara garis besar PPI harus meliputi :

a. Deskripsi tingkat kemampuan awal anak sekarang

b. Tujuan umum (jangka panjang) dan tujuan khusus (jangka pendek)

c. Rincian layanan pendidikan khusus dan layanan lain yang terkait, termasuk

seberapa besar anak dapat berpartisipasi dalam pendidikan di kelas biasa

d. Tanggal dimulainya setiap program, termasuk perkiraan selesai dan

evaluasinya

e. Criteria untuk menentukan ketercapaian setiap tujuan.

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa penyusunan PPI merupakan suatu

hal yang sangat penting untuk anak berkebutuhan khusus. Dalam penyusunannya,

perlu memperhatikan beberapa hal yaitu : deskripsi tingkat kemampuan awal anak

sekarang yaitu mendeskripsikan mengenai kemampuan dan prestasi anak,

kelebihan dan kelemahan anak serta kondisi-kondisi khusus pada anak. Untuk

mengetahui deskripsi anak dan tingkat kemampuan anak dapat dilakukan dengan

melakukan tes formal, tes informal, observasi atau membuat alat ukur lainnya.

Tujuan jangka panjang merupakan pernyataan mengenai hal-hal yang akan

dicapai pada akhir tahun. Sedangkan tujuan jangka pendek merupakan pernyataan

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

yang lebih spesifik/lebih khusus mengenai keterampilan yang akan dikembangkan

untuk mencapai tujuan tahunan tertentu. Setelah mempelajari deskripsi tingkat

kemampuan anak dan merumuskan tujuan untuk pendidikan anak, maka langkah

selanjutnya yaitu membuat daftar layanan khusus yang diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan khusus anak, baik dalam aspek pendidikan maupun aspek

lain yang terkait. Dalam hal ini perlu dijelaskan pula seberapa besar partisipasi

anak dapat diikutkan dalam kelas biasa untuk diberikan kesempatan berinteraksi

dengan teman-teman normal. Dalam PPI harus memuat rencana tanggal

dimulainya kegiatan untuk setiap tujuan khusus, jangka waktu kegiatan, dan

tangggal evaluasi untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan tersebut. Oleh

sebab itu, diperlukan adanya suatu criteria ketercapaian tujuan yang dapat diamati

dan dinilai berupa kemampuan yang dapat ditunjukkan anak.

Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Autisme disebutkan pula bahwa

pembelajaran yang diberikan kepada anak autis haruslah bersifat menyeluruh

sesuai dengan kebutuhan anak. Pembelajaran yang diberikan kepada anak autis

antara lain :

a. Educational Treatment, meliputi tetapi tidak terbatas pada: Applied

Behavior Analysis (ABA) yang prinsip-prinsipnya digunakan dalam

penelitian Lovaas sehingga sering disamakan dengan Discrete Trial

Training atau Intervensi Perilaku Intensif.

b. Pendekatan developmental yang dikaitkan dengan pendidikan yang dikenal

sebagai Floortime.

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

c. TEACCH (Treatment and Education of Autistic and Related

Communication – Handicapped Children).

d. Biological Treatment, meliputi terapi tidak terbatas pada: diet, pemberian

vitamin dan pemberian obat-obatan untuk mengurangi perilaku-perilaku

tertentu (agresivitas, hiperaktif, melukai diri sendiri, dsb.).

e. Speech – Language Therapy (Terapi Wicara), meliputi tetapi tidak terbatas

pada usaha penanganan gangguan asosiasi dan gangguan

proses auditory/pendengaran.

f. Komunikasi, peningkatan kemampuan komunikasi, seperti PECS (Picture

Exchange Communication System), bahasa isyarat, strategi visual

menggunakan gambar dalam berkomunikasi dan pendukung-pendukung

komunikasi lainnya.

g. Pelayanan Autisme Intensif, meliputi kerja team dari berbagai disiplin ilmu

yang memberikan intervensi baik di rumah, sekolah maupun lingkungan

sosial lainnya.

h. Terapi yang bersifat Sensoris, meliputi tetapi tidak terbatas pada

Occupational Therapy (OT), Sensory Integration Therapy (SI) dan Auditory

Integration Training (AIT).

Dengan adanya berbagai jenis perlakuan dan pembelajaran yang

diberikan kepada anak maka diharapkan dapat meningkatkan fungsionalitas anak

dan mengurangi gangguan serta hambatan autisme. Yang perlu diingat adalah

bahwa memberikan perlakuan dan pembelajaran kepada anak autis harus

disesuaikan dengan kebutuhan anak, berdasarkan pada potensinya, kekurangannya

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

dan tentu saja sesuai dengan minat anak sendiri. Terapi harus dilakukan secara

multidisiplin ilmu, misalnya menggunakan; okupasi terapi, terapi wicara dan

terapi perilaku sebagai basisnya. Tenaga ahli yang menangani anak harus mampu

mengarahkan pilihan-pilihan terhadap berbagai jenis terapi yang ada saat ini.

Melihat kebutuhan pendidikan anak autis seperti yang telah dipaparkan di

atas, maka dapat dikatakan bahwa sekolah autis membutuhkan tenaga pengajar

atau pendidik dari berbagai bidang ilmu sesuai dengan kebutuhan pendidikannya.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan pasal 29 ayat 5a menyebutkan bahwa pendidik pada

SDLB/SMPLB/SMALB, atau bentuk lain yang sederajat harus mamiliki

kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana

(S1) latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan khusus atau

sarjana yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan. Sedangkan untuk

tenaga kependidikan pada pasal 35 ayat 1e menyebutkan bahwa tenaga

kependidikan SDLB, SMPLB, SMALB atau bentuk lain yang sederajat sekurang-

kurangnya terdiri atas kepala sekolah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan,

tenaga laboratorium, tenaga kebersihan sekolah, teknisi sumber belajar, psikolog,

pekerja social, dan terapis.

Jadi, sesuai dengan pasal tersebut maka pendidik di SLB harus

merupakan lulusan dari sarjana program pendidikan khusus atau sarjana yang

sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan. Sedangkan untuk tenaga

kepandidikan dapat terdiri dari kepala sekolah, tenaga administrasi, tenaga

perpustakaan, tenaga laboratorium, tenaga kebersihan sekolah, teknisi sumber

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

belajar, psikolog, pekerja social, dan terapis. Untuk tenaga terapis dapat memilih

terapis sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang ada di setiap SLB.

Selain mengenai pendidik dan tenaga kependidikan, sebuah SLB juga

membutuhkan sarana dan prasarana untuk menunjang kelancaran proses belajar

mengajar yang ada di sekolah tersebut. Dalam Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 42

ayat (1) mengenai standar sarana dan prasarana menyebutkan bahwa setiap satuan

pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan,

media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta

perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang

teratur dan berkelanjutan. Ayat (2) menyebutkan bahwa setiap satuan pendidikan

wajib memiliki prasarana yang meliputi , lahan, ruang kelas, ruang pimpinan

satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang

laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi

daya dan jasa, tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat

berekreasi dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses

pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

Lebih spesifik dijelaskan pada Lampiran Peraturan Mentri Pendidikan

Nasional No. 33 Tahun 2008 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SDLB,

SMPLB, dan SMALB poin (D) mengenai kelengkapan saranan dan prasarana

menyebutkan bahwa setiap SDLB, SMPLB, dan SMALB sekurang-kurangnya

memiliki ruang pembelajaran umum, ruang pembelajaran khusus, dan ruang

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

penunjang sesuai dengan jenjang pendidikan dan jenis ketunaan peserta didik

yang dilayani.

Jadi dari peraturan mentri tersebut dapat diketahui bahwa selain ruang

pembelajaran umum, SDLB, SMPLB, maupun SMALB perlu memiliki ruang

pembelajaran khusus dan ruang penunjang pendidikan sesuai dengan jenis

ketunaan peserta didik, misalnya untuk tunanetra memerlukan ruang Orientasi

Mobilitas (OM), untuk tunarungu memerlukan Ruang Bina Persepsi Bunyi dan

Irama (BPBI) dan ruang terapi wicara, begitu pula dengan jenis kebutuhan khusus

lainnya, tak terkecuali dengan sekolah autis. Untuk peserta didik autis di sekolah

autis, juga memerlukan ruang pembelajaran khusus yaitu ruang terapi baik untuk

okupasi terapi, fisio terapi, terapi wicara, maupun untuk terapi perilaku.

Untuk media pembelajaran bagi anak autis disebutkan oleh Wawan RM

(2012:13) bahwa strategi visual bagi anak berkebutuhan khusus adalah salah satu

pilihan yang efektif untuk pembelajaran. Linda Hadgdon dalam makalah yang

disampaikan Wawan RM (2012:13) juga menjelaskan mengenai alasan pemilihan

strategi visual bagi anak berkebutuhan khusus antara lain, karena banyak anak

dengan gangguan komunikasi dan perilaku adalah pembelajar visual, kebanyakan

masalah perilaku dan keterampilan social pada ABK berhubungan dengan

kurangnya pemahaman, ABK banyak memperhatikan kekuatan dalam memahami

informasi secara visual dibanding apa yang didengar, visual sangat membantu

dalam pemrosesan bahasa, pengorganisasian pikiran, daya ingat akan informasi

dan keterampilan yang penting dalam komunikasi serta karena informasi visual

akan bertahan lama, tidak bersifat sementara, dan tidak cepat hilang.

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Dari berbagai macam kebutuhan yang diperlukan oleh anak autis seperti

yang telah dijelaskan di atas, maka sebuah sekolah autis dapat menyusun

kurikulum khusus yang dimodifikasi menyesuaikan dengan kondisi, kebutuhan,

karakteristik, dan minat anak autis serta mempersiapkan berbagai sarana prasarana

dan media pembelajaran yang dibutuhkan. Kurikulum tersebut harus bersifat

fleksibel dan mempertimbangkan kemampuan individual tiap peserta didik.

B. Penelitian yang Relevan

Dalam I.G.A. Alit Suryawati (2004) disebutkan bahwa penelitian yang

berjudul “Model Komunikasi Penanganan Anak Autis Melalui Terapi Bicara

Metode Lovass” ini bertujuan untuk membantu orang tua yang memiliki

anak autis untuk menunjukkan bagaimana bentuk komunikasi aktif dua arah

sehingga komunikasi yang dilakukan dapat efektif dan efisien, untuk

mengajar anak autis bagaimana untuk bersosialisasi tidak hanya di depan umum

tetapi juga dalam keluarga. Selain berkomunikasi, juga diajarkan generalisasi

langsung dengan subjek, orang lain, guru dan objek dalam lingkungan yang

heterogen, untuk mengajar materi akademik setelah komunikasi dan

kemampuan sosialisasi terbentuk, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk

mengobati anak autis, apakah anak autis dapat disembuhkan atau tidak, apa

penyebab autisme.

Gangguan-gangguan dalam berkomunikasi menjadi penyebab terjadinya

hambatan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Sehingga terapi komunikasi

menjadi hal penting bagi penyembuhan anak yang mengalami gejala atau

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

menderita autis. Komunikasi yang dapat membangun konsentrasi pada anak autis

akan menjadi terapi yang signifikan dengan tingkat penyembuhan. Untuk itu

Metode LOVAAS yang merupakan metode yang menekankan pada analisis

perilaku diharapkan akan menunjang penyembuhan penderita autisme.

Terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini.

Pertama, berat ringannya derajat kelainan. Semakin berat derajat kelainan dan

jenis kelainan perilakunya, semakin sulit untuk kembali normal. Namun perlu

diingat khususnya bagi anak autisma, sekalipun derajat autisma anak sangat

ringan, diapun harus diterapi. Sebab apabila tidak, maka anak autism ringan dapat

berubah menjadi berat pada usia lebih tua. Di samping autisma tanpa terapi

perilaku, tidak mungkin menjadi normal dengan perlakuan yang tradisional saja.

Kedua, usia anak pertama kali ditangani secara benar dan teratur. Usia

ideal adalah 2-3 tahun, karena pada usia ini perkembangan otak paling cepat.

Namun bukan berarti bahwa pada usia lebih dari 3 tahun harus dibiarkan. Karena

tidak ada alternatif lain, maka sekalipun usia anak melampaui 5 tahun, terapi tetap

dilakukan sekalipun tidak secepat usia ideal. Minimal kalau masih bisa, anak

diajarkan dengan keterampilan atau okupasi yang dapat memandirikan

kehidupannya kelak.

Ketiga, pada intensitas penanganannya, metode LOVAAS menetapkan

40 jam/minggu. Persyaratan ini sangat sulit dipenuhi oleh para orang tua. Karena

apabila akan dilakukan di sekolah, mereka membenturkan pada masalah biaya

yang besar. Bila akan dilakukan di rumah mereka sendiri tidak mempunyai waktu

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

yang cukup, karena masih ada anak-anak yang lain atau karena mereka harus

bekerja mencari nafkah.

Keempat, dalam hal IQ anak, makin cerdas seorang anak, makin cepat dia

menangkap materi yang diberikan. Namun perlu diperhatikan, bahwa selain

kecerdasan intelegensia, kecerdasan emosional juga dilatih, karena banyak anak,

terutama autisma, yang memiliki kesulitan mengendalikan emosinya.

Diperkirakan sekitar 0-40% anak autisma memiliki IQ di atas normal.

Kelima, keutuhan pusat bahasa di otak anak. Pusat berbahasa berada di

lobus parietalis kiri. Apabila mengalami kelainan atau kerusakan, maka anak akan

kesulitan berkata-kata. Latihan PECS (Picture Exchange Communication System)

dan Compic (Computerized Pictograph) atau bahasa gambar dapat dimanfaatkan

untuk anak ini.

Sedangkan dalam Adriana Soekandar Ginanjar (2007) menjelaskan

bahwa adanya berbagai kelemahan dari pendekatan yang memandang autisme

sebagai abnormalitas mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang

autisme melalui pendekatan fenomenologis, yaitu sebuah pendekatan yang

berupaya untuk menangkap realitas seperti apa adanya, tanpa diarahkan oleh

predisposisi atau latar belakang teori tertentu. Strategi penelitian yang digunakan

adalah studi kasus, sementara proses pengumpulan dan analisis data mengambil

mengambil model grounded theory. Penyajian hasil analisis didasarkan pada

model penjelasan tentang manusia dari Anton Bakker (2000).

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk : 1) Memperoleh pemahaman

yang utuh dan mendalam mengenai autism; 2) Memperoleh gambaran tentang

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

aspek sensorik, psikologis, dan agama pada individu SA; 3) Menemukan cara-cara

tepat untuk membantu individu SA menyesuaikan diri dan mengembangkan

potensi-potensi secara optimal.

Kompleksitas spektrum autistik yang terungkap melalui penelitian ini

menunjukkan bahwa untuk dapat memahami individu SA dibutuhkan kerangka

berpikir holistik, yaitu yang memandang setiap individu sebagai kesatuan dari

taraf-taraf neurologis, biologis, psikologis, dan agama atau spiritualitas. Walaupun

secara umum terdapat kesamaan-kesamaan diantara individu SA, namun bila

diperhatikan secara lebih mendalam, keunikan masing-masing sesungguhnya

lebih menonjol. Prinsip-prinsip perkembangan manusia juga perlu diterapkan

karena setiap individu SA terus berubah sepanjang kehidupan.

Hasil analisis data dalam penelitian ini disajikan berdasarkan empat taraf

yang tersusun dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Keempat taraf

yang saling berkaitan tersebut adalah taraf sensorik, taraf kognitif, taraf emosi dan

interaksi interpersonal, dan taraf agama dan spiritualitas.

Anak autis merupakkan anak yang unik dan mengalami gangguan yang

sangat beragam. Keragaman juga terdapat pada simtom-simtom yang tampak.

Secara umum, ciri-ciri anak SA usia balita memang memiliki banyak kesamaan

dan sesuai dengan criteria diagnostik pada DSM-IV. Namun dengan

bertambahnya usia, keunikan masing-masing individu SA semakin menonjol baik

pada aspek kognitif, emosi, interaksi sosial, maupun agama. Sebagai pedoman

yang digunakan secara luas, DSM-IV sangat bermanfaat untuk menentukan

diagnosis spektrum autistik untuk selanjutnya menentukan penanganan dini yang

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

tepat. Namun demikian untuk memahami perkembangan individu SA secara utuh,

dibutuhkan pengamatan dan evaluasi yang terus menerus sepanjang kehidupan

mereka. Peneliti berpendapat bahwa DSM-IV memiliki beberapa keterbatasan

dalam menggambarkan kompleksitas autisme, yaitu autisme hanya digambarkan

melalui simtom-simtom yang tampak pada masa kanak-kanak; tidak

mengikutsertakan karakteristik positif dan keunggulan yang dimiliki oleh anak-

anak SA; dan tidak menggunakan prinsip-prinsip perkembangan manusia tetapi

memandang autisme sebagai kondisi yang cenderung statis.

Berkaitan dengan hal tersebut maka para profesional yang berkecimpung

dibidang autism harus melakukan pemantauan secara kontinyu terhadap

perkembangan setiap anak SA agar penanganan yang diberikan sesuai dengan

kondisi anak.

C. Kerangka Pikir

Dalam pelaksanaan kurikulum khusus autis di SLB Autis Alamanda tentu

tidak lepas dari berbagai pendukung seperti sumber daya manusia dari pengajar di

sekolah tersebut yang meliputi tingkat pendidikan dan pengalaman mengajar,

sarana prasarana yang ada di sekolah tersebut, media pembelajaran serta

perencanaan dalam penyusunan kurikulum khusus autis tersebut.

Dalam pelaksanaan kurikulum khusus autis ada banyak hal yang perlu

menjadi perhatian antara lain yaitu assessmen siswa untuk mengetahui sejauh

mana kemampuan siswa, penyusunan program individual untuk masing-masing

siswa, pelaksanaan pembelajaran, metode pembelajaran yang diterapkan dalam

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

pelaksanaan kurikulum khusus tersebut, pemanfaatan media serta pemanfaatan

sarana prasarana yang ada di sekolah tersebut.

Setelah melaksanakan pembelajaran tentu kita perlu mengetahui hasil

dari pembelajaran yang menerapkan kurikulum khusus tersebut. Kita juga perlu

mengetahui kendala yang dirasakan selama pelaksanaan kurikulum tersebut

sehingga akan menjadi suatu evaluasi dan pertimbangan dalam perbaikan atau

pengembangan kurikulum khusus tersebut.

Untuk lebih jelasnya kerangka pikir tersebut dapat di gambarkan sebagai

berikut :

Gambar 3. Kerangka Pikir Penelitian

Sarana prasarana dan Media pembelajaran anak autis

SDM Guru : - Pendidikan - Pengalaman

kerja Pelaksanaan Kurikulum: - Assessment siswa - Penyusunan

Program Individual - Pelaksanaan

pembelajaran - Metode

pembelajaran - Pemanfaatan media - Pemanfaatan sarana

prasarana - Evaluasi program

Hasil Belajar

Kendala

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SLB Autis Alamanda. SLB ini beralamat di

Jalan Siwalan No. 39 Rt.2/XIV – Kerten, Laweyan, Surakarta. Pemilihan tempat

penelitian ini dikarenakan penulis merupakan salah satu pengajar di SLB Autis

Alamanda, sehingga mengetahui keadaan objek penelitian yang sebenarnya dan

didasarkan pada tersedianya dukungan terhadap data yang diperlukan.

2. Bentuk dan Strategi Penelitian

a. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif, karena dalam

mengkaji masalah, peneliti tidak membuktikan atau menolak hipotesis yang

dibuat sebelum penelitian tetapi mengolah data dan menganalisis suatu

masalah secara non numerik.

Suharsimi Arikunto (2002 : 10-11) mengatakan diantara banyak

model yang ada dalam penelitian kualitatif, yang dikenal di Indonesia adalah

penelitian naturalistic atau kualitatif naturalistik. Istilah “naturalistik

menunjukkan bahwa pelaksanaan penelitian ini memang terjadi secara

alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan

dan kondisinya, menekankan pada deskripsi secara alami”.

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Menurut Bogdan dan Taylor dalam Lexy J. Moleong (2008 : 4)

menyatakan : “Metodologi kualitatif adalah prosedur yang dihasilkan data

deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati”.

Berdasarkan teori tentang penelitian kualitatif tersebut, peneliti

menggunakan jenis penelitian deskriptif, karena jenis penelitian ini

memusatkan pada deskripsi data yang berupa kalimat-kalimat yang memiliki

arti mendalam yang berasal dari informan dan perilaku yang diamati.

b. Strategi Penelitian

Dalam setiap penelitian agar tujuan yang telah direncanakan dapat

dicapai dan untuk mengkaji permasalahan penelitian secara detail dan

lengkap maka diperlukan strategi penelitian yang tepat. Strategi yang dipilih

oleh peneliti digunakan sebagai dasar untuk mengamati, mengumpulkan data

dan untuk menyajikan analisis hasil penelitian. Strategi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah model tunggal terpancang. H.B. Sutopo (2002 :

42) menjelaskan sebagai berikut : “bentuk penelitian terpancang (embedded

research) yaitu penelitian kualitatif yang sudah menentukan fokus penelitian

berupa variabel utamanya yang akan dikaji berdasarkan pada tujuan dan

minat penelitinya sebelum peneliti ke lapangan studinya”.

Penelitian kualitatif apabila dilihat dari sifatnya dapat dibedakan

menjadi tiga macam, yaitu eksploratif, eksplanatif, deskriptif. Eksploratif

adalah penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal baru, eksplanatif

adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan sesuatu patokan untuk

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

membuktikan suatu pendapat. Deskriptif adalah penelitian yang bertujuan

untuk menggambarkan data dengan kata-kata atau uraian penjelasan.

Dalam penelitian ini, peneliti sudah menentukan terlebih dahulu

fokus pada variabel tertentu. Akan tetapi dalam hal ini peneliti tetap tidak

melepaskan variabel fokusnya (pilihannya) dari sifatnya yang holistik

sehingga bagian-bagian yang diteliti tetap diusahakan pada posisi saling

berkaitan dengan bagian-bagian dari konteks secara keseluruhan guna

menemukan makna yang lengkap.

Jadi penelitian ini menggunakan strategi tunggal terpancang karena

objek penelitian adalah tunggal yaitu hanya kurikulum di SLB Autis

Alamanda. Terpancang sendiri mempunyai arti yaitu untuk mengetahui

implementasi kurikulum khusus Autis di SLB Autis Alamanda.

3. Sumber Data dan Teknik Sampling

a. Sumber Data

Sumber-sumber data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini

adalah data yang berupa informan, tempat dan peristiwa, serta dokumen atau

arsip.

1) Informan

Informan adalah orang yang mengetahui permasalahan yang

akan dikaji dan bersedia memberikan informasi yang benar kepada

peneliti dalam menunjang data penelitian. Di dalam penelitian kualitatif,

informan ini disebut responden.

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Menurut HB. Sutopo (2002 : 50) “Dalam penelitian kualitatif,

posisi narasumber sangat penting, sebagai individu yang memiliki

informasi”. Informan merupakan tumpuan pengumpulan data bagi

peneliti dalam mengungkapkan permasalahan penelitian.

Dalam penelitian ini yang ditunjuk sebagai key informan kepala

SLB Autis Alamanda, wakil kepala SLB Autis Alamanda, dan guru-guru

di SLB Autis Alamanda.

2) Peristiwa / Aktivitas

Dalam penelitian ini peristiwa atau aktivitas yang dijadikan

sumber data penelitian adalah aktivitas belajar siswa di sekolah. Hal ini

berkaitan dengan implementasi kurikulum khusus autis yang

dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar siswa.

3) Arsip dan Dokumen

Arsip dan dokumen menjadi data pendukung yang sangat

penting terhadap kevalidan data secara menyeluruh dalam penelitian.

Pengambilan data pendukung ini berkaitan dengan dokumentasi yang

terdapat catatan-catatan penting.

Dalam penelitian ini, dokumen dan arsip yang digunakan antara

lain :

a) Kurikulum Khusus yang digunakan di SLB Autis Alamanda.

b) Buku Laporan Hasil belajar siswa

c) Rekaman dan gambar/foto-foto kegiatan siswa.

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

b. Teknik Sampling

Teknik sampling dalam penelitian ini, cenderung memilih

informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber

data yang mantap dan mengetahui masalahnya secara mendalam. Menurut

Goetz dan Le Compte dalam H.B. Sutopo (2002 : 185) bahwa “Purposive

Sampling yaitu teknik mendapatkan sampel dengan memilih individu-

individu yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara

mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data”.

Jadi dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling

yaitu sampel dengan memilih individu-individu yang dianggap mengetahui

informasi dan masalah yang berkaitan dengan penelitian secara mendalam.

Individu yang dipilih untuk dijadikan sample tersebut yaitu Kepala

Sekolah, wakil kepala sekolah, dan guru-guru SLB Autis Alamanda. Focus

penelitian yaitu pada implementasi kurikulum khusus Autis dalam

pembelajaran untuk anak autis di SLB Autis Alamanda.

4. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sutrisno Hadi (1993: 104) ”Baik buruknya suatu hasil research

sebagian tergantung pada teknik pengumpulan datanya, akurat dan reliabel

pekerjaan research mempergunakan teknik-teknik, prosedur-prosedur, alat-alat

serta kegiatan yang dapat dihandalkan”.

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara operasional yang ditempuh

oleh peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan. Untuk menghasilkan data

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

yang objektif maka perlu diperhatikan teknik pengumpulan data yang digunakan

sebagai alat pengumpul atau pengambil data. Dalam penelitian ini teknik

pengumpulan data yang diperlukan adalah :

a. Wawancara/Interview

Metode wawancara/interview adalah proses tanya jawab antar dua

orang yang dilaksanakan secara sistematis yang pelaksanaannya secara lisan

untuk memperoleh keterangan dari responden (Sutrisno Hadi, 1993:193).

Pendapat yang tidak jauh berbeda juga disampaikan oleh Lexy J. Moleong

(2008 : 186) mengemukakan bahwa wawancara adalah percakapan dengan

maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara (interviwer) yang mengajukan pertanyaan dan yang

diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada kepala SLB Autis

Alamanda, wakil kepala SLB Autis Alamanda, dan guru-guru SLB Autis

Alamanda.

b. Observasi

Metode Observasi adalah usaha atau cara untuk mengumpulkan data

dengan pengamatan dan pencatatan pada fenomena-fenomena yang terjadi di

lapangan atau yang diteliti (Sutrisno Hadi, 1993:136). Sedangkan menurut

pendapat H.B. Sutopo (2002 : 64) bahwa teknik observasi digunakan untuk

menggali data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda, serta

rekanan gambar.

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Penelitian ini menggunakan teknik observasi langsung yaitu cara

pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala-

gejala yang tampak pada objek penelitian yang dilakukan secara langsung

pada tempat terjadinya peristiwa. Observasi yang dilakukan peneliti adalah

observasi langsung berupa pengamatan dan pencatatan mengenai

implementasi kurikulum khusus Autis di SLB Autis Alamanda.

c. Analisis Dokumen

Analisis dokumen merupakan teknik penelitian yang dilakukan

dengan cara mencatat dan mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan

dokumen yang isinya berhubungan dengan masalah dan tujuan penelitian.

H.B. Sutopo (2002 : 54) mengemukakan bahwa “dokumen adalah bahan

tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu,

sedangkan arsip merupakan catatan rekaman yang lebih bersifat formal dan

terencana dalam organisasi”.

Dokumen yang dianalisis dalam penelitian yang dilakukan penulis

yaitu :

1) Kurikulum Khusus yang digunakan di SLB Autis Alamanda.

2) Buku Laporan Hasil belajara siswa

3) Rekaman dan gambar kegiatan-kegiatan siswa.

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

5. Keabsahan Data

Keabsahan data menunjukkan mutu seluruh proses pengumpulan data

dalam suatu penelitian, mulai dari penjabaran konsep sampai pada data siap

dianalisa. Keabsahan data dapat di uji dengan menggunakan trianggulasi. Menurut

Lexy J. Moleong (2008 : 330) mengemukakan bahwa “Trianggulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu

dan untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”.

Dalam penelitian ini, untuk memperdalam tingkat kepercayaan atau

teknik pemeriksaan keabsahan data, dipergunakan triangulasi. Menurut H.B

Sutopo (2002: 78) ”Triangulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir

fenomonologi yang bersifat multiperspektif. Artinya untuk menarik kesimpulan

yang mantap diperlukan tidak hanya satu cara pandang”. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Patton dalam H.B Sutopo ( 2002: 78) menyatakan bahwa:

”Ada empat macam triangulasi: (1) Data triangulation, dimana peneliti

menggunakan beberapa sumber data yang sama, (2) investigator

triangulation yaitu pengumpulan data yang sama dan dilakukan oleh

beberapa peneliti, (3) metodological triangulation yaitu penelitian yang

dilakukan dengan menggunakan data yang sejenis, tetapi dengan

menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda, dan (4) theoritical

triangulation yaitu menggunakan penelitian tentang topik yang sama dan

datanya dianalisis dengan menggunakan beberapa perspektif teoretis yang

berbeda”.

Trianggulasi data yang diterapkan dalam penelitian ini adalah triangulasi

data dan trianggulasi metode. Sebab cara ini mengarahkan peneliti agar dalam

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

pengumpulan data menggunakan beragam data yang tersedia, artinya data yang

sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa

sumber yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan cara mencari

data dari informan yang berbeda. Sedangkan trianggulasi metode yang peneliti

terapkan bahwa pengumpulan data dilakukan dengan berbagai metode atau teknik

pengumpulan data. Hal ini berarti bahwa pada satu kesempatan peneliti

menggunakan teknik wawancara dan hasilnya di uji dengan menggunakan teknik

observasi. Penerapan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda ini sedapat

mungkin untuk menutupi kelemahan atau kekurangan dari satu teknik tertentu

sehingga data yang diperoleh benar-benar akurat.

6. Analisis Data

Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah model analisis

interaktif mengalir, yaitu model analisis yang menyatu dengan proses

pengumpulan data dalam suatu siklus. Secara garis besar analisi interaktif

mengalir terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi

data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Untuk lebih

jelasnya dapat peneliti uraikan mengenai tiga alur kegiatan dalam analisis

interaktif mengalir yakni sebagai berikut :

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan kegiatan yang digunakan untuk

memperoleh informasi yang berupa kalimat-kalimat yang dikumpulkan

melalui kegiatan observasi, wawancara, dan dokumen. Data yang

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

dikumpulkan masih berupa data mentah, sehingga harus di analisis agar

menjadi data yang lebih teratur.

b. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses pengolahan, pemusatan perhatian dan

peyederhanaan, pengabsahan dan transformasi data kasar yang muncul dari

catatan-catatan di lapangan. H.B. Sutopo (2002 : 92) berpendapat bahwa

“reduksi data adalah bagian dari proses analisis, yang mempertegas,

memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting dan

mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan peneliti dapat dilakukan”.

c. Sajian Data

Penyajian data adalah suatu usaha untuk menyusun sekumpulan

informasi yang telah diperoleh di lapangan, kemudian data disajikan secara

jelas dan sistematis sehingga akan memudahkan peneliti dalam mengambil

kesimpulan/ verifikasi. Penyajian data akan membantu peneliti untuk

memahami dan menginterpretasikan apa yang terjadi dan apa yang

seharusnya dilakukan tersebut dengan teori-teori yang ada.

d. Penarikan Kesimpulan/verifikasi

Penarikan kesimpulan/verifikasi adalah analisis rangkaian

pengolahan data yang berupa gejala kasus yang didapat di lapangan. Apabila

ternyata data yang diperoleh belum valid, maka proses analisis diulang lagi

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

dari awal sampai diperoleh data yang benar-benar akurat, cocok dan kokoh,

sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dapat digambarkan

dengan skema sebagai berikut:

Gambar 4. Proses Analisis Interaktif

(Sumber: H.B Sutopo, 2002 : 96)

B. Prosedur dan Jadwal Penelitian

1. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa langkah atau melalui

beberapa prosedur yaitu :

a. Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah merencanakan segala

sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian, yakni mengurus

perijinan penelitian, menyusun protokol penelitian, pengembangan pedoman

pengumpulan data, dan menyusun jadwal kegiatan penelitian.

Pengumpulan Data

Reduksi Data Sajian Data

Penarikan Kesimpulan/

Verifikasi

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

b. Pengumpulan Data

Kegiatan yang dilakukan setelah persiapan penelitian selesai adalah

mengumpulkan data di lapangan dengan observasi, wawancara mendalam,

dan mencatat serta menyimpan dokumen. Setelah data terkumpul tahap

selanjutnya melakukan review dan pembahasan beragam data yang telah

terkumpul. Tahap yang terakhir yaitu memilah dan mengatur data sesuai

kebutuhan.

c. Analisis Data

Kegiatan yang dilakukan setelah pengumpulan data adalah

menentukan teknik analisa data yang tepat. Selanjutnya mengembangkan

sajian data dengan analisis lanjut kemudian dicocokkan dengan temuan

lapangan. Setelah mendapatkan data yang sesuai intensitas kebutuhan maka

dilakukan proses verivikasi dan pengayaan dengan mengkonsultasikan

kepada orang yang lebih ahli. Setelah selesai, baru dibuat simpulan akhir

sebagai temuan peneliti.

d. Penulisan Laporan

Tahap penulisan laporan dilakukan dengan menyusun laporan awal

dari hasil analisis data yang diperoleh di lapangan. Selanjutnya dilakukan

review laporan dengan dilakukan pengecekan ulang laporan yang telah

tersusun agar lebih valid. Tahap selanjutnya yaitu penyusunan laporan akhir.

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

2. Jadwal Penelitian

Pelaksanaan penelitian memerlukan waktu tujuh bulan yaitu dimulai

sejak Bulan November 2011 sampai Bulan Mei 2012. Kegiatan tersebut dapat

digambarkan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 1. Rencana Waktu Penelitian

No

Kegiatan

Bulan dan Minggu

Nov Des Jan Feb Maret April Mei 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4

1. Persiapan Proposal

2. Perijinan

3. Penyusunan Rencana

4. Pengumpulan Data

5. Analisis Data

6. Penyusunan Laporan

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya SLB autis Alamanda

Sebelum menjadi Sekolah Luar Biasa, Alamanda merupakan suatu

lembaga terapi yang didirikan dengan tujuan untuk membantu menangani anak-

anak dengan berbagai gangguan tumbuh kembang (Autisme, ADHD, CP, Down

Syndrome, dan lain-lain) dari berbagai kalangan kelas ekonomi. Pusat terapi ini

pada mulanya bernama Taman Alamanda yang didirikan pada tanggal 1 Maret

2001. Pada awalnya Taman Alamanda bertempat di Jl. Kasuari III No.I Manahan

Surakarta. Taman Alamanda berada dibawah naungan LAHSI (Lembaga Aksi

Hidup Sehat Indonesia) yaitu sebuah LSM yang bergerak dibidang penanganan

AIDS/ HIV. Pada perkembangannya LAHSI lebih memfokuskan pada

penanganan HIV/AIDS, sehingga Taman Alamanda diambil alih oleh

Dr.Sholichah KW yang saat itu bekerja sebagai salah satu staff LAHSI yang

peduli dibidang gangguan tumbuh kembang anak.

Dalam masa kepemimpinan Dr.Sholichah KW, Taman Alamanda yang

saat itu masih menjadi sebuah pusat terapi berganti nama menjadi Alamanda

“Brighter Kids” dengan harapan sesuai dengan slogan terbaru anak-anak

berkebutuhan khusus ini mendapat masa depan yang cerah. Kemudian dalam

perkembangan selanjutnya, pada tahun 2006 secara resmi Alamanda ‘Brighter

Kid’s’ mendapatkan izin dari Departemen Pendidikan & Kebudayaan menjadi

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

sebuah SLB sehingga berganti nama menjadi SLB Autis Alamanda. Saat ini SLB

Autis Alamanda beralamat di Jl. Siwalan RT 2 / XIV, Kerten, Laweyan,

Surakarta.

2. Lokasi SLB Autis Alamanda

SLB Autis Alamanda beralamat di Jl. Siwalan RT 2 / XIV, Kerten,

Laweyan, Surakarta. Lokasi SLB Autis Alamada cukup strategis karena sarana

transportasi menuju SLB mudah. Walaupun tidak berada tepat di pinggir jalan

besar, SLB Autis Alamanda dekat dengan beberapa lembaga pendidikan, Rumah

Sakit Besar, serta beberapa pusat perbelanjaan. Selain itu, dengan keberadaan

yang tidak tepat di pinggir jalan besar merupakan suatu kelebihan tersendiri bagi

SLB Autis Alamanda karena suasana belajar dapat lebih tenang dan aman untuk

anak-anak saat bermain di luar ruangan. Hal ini dapat menjadi salah satu

pertimbangan orang tua dalam memilih sekolah untuk putra-putrinya.

SLB Autis Alamanda sampai saat ini masih menempati bangunan

diatas tanah milik Pemerintah Kota Surakarta dengan luas 200 m2.

3. Visi dan Misi SLB Autis Alamanda

a. Visi

Terwujudnya pelayanan yang optimal sehingga anak berkebutuhan khusus

(ABK) dapat berprestasi, mandiri dan bermanfaat bagi masyarakat.

b. Misi

1) Mengembangkan potensi yang ada pada anak dengan pembelajaran yang

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

efektif dan efisien.

2) Meningkatkan ketrampilan anak

3) Meningkatkan kemampuan bergaul dan bersosialisasi di masyarakat

4. Sumber Daya Manusia

SLB Autis Alamanda merupakan salah satu sekolah luar biasa di

Surakarta yang memberikan pelayanan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan

khusus seperti Autis, ADHD, Down Syndrome, Slow Learner dll. Anak-anak

berkebutuhan khusus memiliki kebutuhan pendidikan yang berbeda dengan anak-

anak lain seusianya sehingga diperlukan pendidik atau guru yang berkompeten

dalam bidang pendidikan khusus yang dapat menangani anak-anak dengan

berbagai kebutuhan khusus.

Di SLB Autis Alamada ada 9 pengajar dengan kualifikasi 4 tenaga non

kependidikan dan 5 tenaga pendidikan. Kesemuanya memiliki keahlian-keahlian

tertentu untuk melayani anak berkebutuhan khusus. Berdasarkan studi

dokumentasi terhadap data guru di SLB Autis Alamanda, tenaga pengajar yang

ada antara lain lulusan dari PLB (pendidikan luar biasa), OT (okupasi Terapi), FT

(Fisio Terapi), dan Psikologi. Dengan adanya guru atau pendidik yang menangani

dan melayani kebutuhan anak sesuai dengan keahliannya pelayanan di SLB Autis

Alamanda dapat dilakukan secara maksimal dan memperoleh hasil yang maksimal

pula.

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

a. Pendidik

Pendidik di SLB Autis Alamanda berasal dari lulusan Sarjana

Pendidikan Luar Biasa yang memiliki keahlian dalam menangani anak-anak

berkebutuhan khusus. Masa kerja dari tenaga pendidik di SLB Autis Alamanda

beragam, ada yang telah lebih dari 11 tahun, ada pula yang kurang dari 1 tahun.

Berikut adalah data guru, pendidikan, dan masa kerja:

Tabel 2. Daftar Pendidik SLB Autis Alamanda Surakarta

No. Nama Tanggal Lahir Pend. Masa

kerja

1. Yatmi, S, Pd Surakarta, 5 April 1971 S1 PLB 11 tahun

2 Wilis Palupi,

S.Pd

Surakarta, 6 Pebruari

1980

S1 PLB 7 tahun

3

Istiqomah, S.Pd Karanganyar, 3 Januari

1978

S1 PLB 4 tahun

4 Puji Hastuti Surakarta, 30 November

1987

S 1 PLB 1 tahun

5. Endah Resnandari

Puji A, S.Pd Ruteng, 25 Oktober 1987 S1 PLB 2 tahun

6 Siti Aminah,

AMF. S.Pd

Karanganyar,

15 Mei 1979

D3 AFIS ska

S1 PLB

10 tahun

b. Tenaga Kependidikan

Selain pendidik, di SLB autis Alamanda juga ada tenaga kependidikan dari

beberapa lulusan yang diperlukan dalam menangani anak berkebutuhan khusus di

SLB autis Alamanda. Tenaga kependidikan yang ada di SLB Autis Alamanda yaitu :

Page 94: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

1) Okupasi Terapis

Melihat kenyataan bahwa anak-anak berkebutuhan khusus di SLB

Autis Alamanda memiliki berbagai macam karakteristik, kebutuhan serta

permasalahan yang berbeda-beda baik permasalahan fisik, mental maupun social,

maka SLB Autis Alamanda menyediakan pelayanan yang berupa terapi okupasi.

Okupasi terapi bertujuan untuk membantu anak-anak berkebutuhan

khusus dengan kelainan dan atau gangguan fisik, mental maupun sosial, yang

penekanan penanganannya pada aspek sensomotorik dan proses neurologis.

Penanganan permasalahan anak dengan okupasi terapi dilakukan dengan

memanipulasi, memfasilitasi, dan menginhibisi lingkungan, sehingga individu

mampu mencapai peningkatan, perbaikan, dan pemeliharaan kualitas hidupnya.

Dalam memberikan pelayanan kepada anak berkebutuhan khusus di

SLB Autis Alamanda, terapis okupasi memperhatikan aset (kemampuan) dan

limitasi (keterbatasan) yang dimiliki anak, dengan memberikan manajemen

aktifitas yang bertujuan dan bermakna. Hal ini dilakukan agar anak dapat

mencapai kemandirian dalam aktifitas produktifitas (sekolah/akademik),

kemampuan perawatan diri (self care), dan kemampuan penggunaan waktu luang

(leisure) serta bersosialisasi sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara

optimal.

2) Fisio Terapi

Adanya fisio terapis di SLB Autis Alamanda bertujuan untuk

memberikan pelayanan kepada anak berkebutuhan khusus dalam usaha

Page 95: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh dengan

menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan ( fisik,

elektroterapeutis dan mekanis ), pelatihan fungsi, dan komunikasi.

3) Psikolog

Adanya psikolog di SLB Autis Alamanda bertujuan untuk memberikan

pelayanan konsultasi baik bagi orang tua siswa maupun orang luar yang ingin

berkonsultasi mengenai anak berkebutuhan khusus. Selain itu psikolog bersama

guru-guru lain juga memonitor setiap perilaku dan perkembangan anak

berkebutuhan khusus sehingga apa saja kebutuhan pendidikan anak dapat segera

terpenuhi.

Tabel 3. Daftar Tenaga Kependidikan SLB Autis Alamanda

No Nama Tanggal Lahir Pendidikan Masa Kerja

1 Tri Retno Hastuti,

Amd.OT

Karanganyar,

19 Januari 1977

D3 AOT Ska 10 tahun

2 S u m a r t i,

Amd.OT

Sukoharjo, 02

November 1979

D3 AOT Ska 10 tahun

3 Siti Aminah, AMF.

S.Pd

Karanganyar,

15 Mei 1979

D3 AFIS ska dan

S1 PLB

10 tahun

4 Krisna Nofianti

Sudarsono,S.Psy

Sukoharjo, 24

November 1980

S1 Psikologi 6 tahun

5 Daryanto Karanganyar, 16

Juni 1976

SMA 10 tahun

Page 96: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Berdasarkan data di atas, pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di

SLB Autis Alamanda berasal dari lulusan PLB, okupasi terapi, fisio terapi dan

psikologi. Menurut Wilis Palupi dengan tenaga pengajar dari lulusan tersebut,

SLB Autis Alamanda masih kekurangan tenaga speech therapy (terapi wicara)

untuk menangani gangguan bicara pada anak autis. Untuk memenuhi kekurangan

tenaga speech therapy, SLB Alamanda mengikutkan guru-guru dalam berbagi

pelatihan tentang terapi bicara anak autis.

c. Siswa SLB Autis Alamanda

Siswa SLB Autis Alamanda pada tahun ajaran 2010/2011 berjumlah

25 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Siswa-

siswa tersebut masuk dalam jenjang sekolah dasar (SD). Jumlah 25 siswa SLB

Autis Alamanda merupakan siswa yang duduk pada kelas I sampai kelas III

SD. Jenis kebutuhan khusus yang diterima sebagai siswa di SLB Autis

Alamanda tidak hanya siswa yang berkebutuhan khusus autis, melainkan ada

siswa dengan kebutuhan khusus lain. Hingga tahun ajaran 2010/2011 ini siswa

yang ada di SLB Autis Alamanda terdiri dari 16 siswa autis, 3 siswa ADHD, 4

siswa slow learner (lambat belajar), 1 siswa down syndrome, dan 1 siswa

gangguan bicara. Kesemuanya mendapatkan pelayanan pendidikan yang

berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini akan disajikan table

keadaan siswa SLB Autis Alamanda tahun ajaran 2010/2011.

Page 97: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Tabel 4. Keadaan Siswa SLB Autis Alamanda Tahun Ajaran 2010/2011

No

Jenjang

Kelas Jenis Kelamin Jumlah

Keterangan L P

1 SDLB I 12 7 19 12 autis, 2 ADHD, 3 slow

learner, 1 gangguan bicara, 1 down syndrome

II 3 1 4 3 autis, 1 ADHD

III 1 1 2 1 autis, 1 slow learner

IV 0 0 0

V 0 0 0

VI 0 0 0

Jumlah

16 9 25

TOTAL

16 9 25

5. Sarana Prasarana dan Media Pembelajaran

di SLB Autis Alamanda

Dalam rangka memperlancar berbagai kegiatan pembelajaran, maka SLB

Autis Alamanda menyediakan sarana prasarana serta media pembelajaran. Berikut

adalah rincian sarana prasarana dan media pembelajaran yang ada di SLB Autis

Alamanada.

Page 98: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

a. Sarana Prasarana

Tabel 5. Sarana SLB Autis Alamanda

Nama Jumlah Jenis Sarana

Meja Siswa 25 Meja Kelas

Meja Kepala Sekolah 1 Meja Kepala sekolah

Meja Tamu 1 stel Meja tamu

Meja Komputer 4 Meja Komputer

Meja Makan 1 Meja makan siswa

Kursi siswa 25 kursi siswa

kursi makan 25 kursi makan

Papan tulis 8 Papan tulis

Papan Data 6 Papan Data

Papan Pengumuman 2 Papan Pengumuman

Lemari Peraga 2 Lemari Peraga

Lemari Perpustakaan 1 Lemari Perpustakaan

Lemari Data 1 Lemari Data

Lemari Guru (Loker) 1 Lemari Guru

Komputer 1 Alat peraga multimedia

Komputer 1 Alat peraga lainnya

Printer 2 Alat peraga lainnya

TV 1 Alat peraga lainnya

Torso Manusia 1 Alat peraga IPA

Globe 1 Alat peraga IPS

Buku Pegangan Siswa 198 Alat peraga lainnya

Buku Fiksi 90 Alat peraga lainnya

Buku Non Fiksi 98 Alat peraga lainnya

Buku Referensi 150 Alat peraga lainnya

Page 99: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Tabel 6. Prasarana SLB Autis Alamanda

Kode Nama Jenis Prasarana

RK 1A Ruang Kelas 1 A Ruang Teori kelas

RK 1B Ruang Kelas 1 B Ruang Teori kelas

RK 1C Ruang Kelas 1 C Ruang Teori kelas

RK 1D Ruang Kelas 1 D Ruang Teori kelas

RK 1E Ruang Kelas 1 E Ruang Teori kelas

RK 2A Ruang Kelas 2A Ruang Teori kelas

RK 2B Ruang Kelas 2B Ruang Teori kelas

RK 3 Ruang Kelas 3 Ruang Teori kelas

R-Kepsek Ruang Kepala Sekolah Ruang Kepala Sekolah

R-Guru Ruang Guru Ruang Guru

R-UKS Ruang UKS Ruang UKS

R-TU Ruang TU Ruang TU

R-Bermain dan SI Ruang Bermain dan SI Ruang Bermain

R-olah raga ruang olah raga ruang olahraga

R-Tamu ruang tamu ruang tamu

R-Makan ruang makan ruang makan

R-Kantor ruang kantor ruang kantor

R-Gudang ruang gudang ruang gudang

R-Perpustakaan ruang perpustakaan ruang perpustakaan

Tempat Tunggu Tempat tunggu Tempat tunggu orang tua

Tempat parkir tempat parkir tempat parkir

KM-1 Kamar Mandi kamar mandi

KM-2 Kamar Mandi kamar mandi

Berdasarkan tabel sarana prasarana di atas, dapat dilihat berbagai sarana dan

prasarana yang disediakan SLB Autis Alamanda untuk memperlancar kegiatan

pembelajaran. Menurut kepala sekolah dan wakil kepala SLB Autis Alamanda,

Page 100: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

sarana dan prasarana yang disediakan SLB Autis Alamanda saat ini masih belum

memenuhi standar, mengingat bahwa pengadaan tanah dan gedung SLB Autis

Alamanda masih berstatus meminjam kepada Pemerintah Kota Surakarta. Hingga

saat ini SLB Autis Alamanda masih mengusahakan untuk pengadaan tanah dan

gedung sendiri.

b. Media Pembelajaran

Media pembelajaran yang digunakan di SLB Autis Alamanda sangat

beragam karena materi yang diberikan berbeda dengan materi pembelajaran umum.

Media pembelajaran di SLB Autis Alamanda disesuaikan dengan materi

pembelajaran yang diberikan kepada setiap siswa dengan berbagai kebutuhan yang

berbeda-beda. Berbagai media pembelajaran yang ada di SLB Autis Alamanda

merupakan media pembelajaran yang dipergunakan untuk pembelajaran di kelas dan

media pembelajaran sensori integrasi. Media pembelajaran yang ada di SLB Autis

Alamanda disajikan pada table 8 mengenai media pembelajaran di SLB Autis

Alamanda (Lampiran 5 : 255 ).

B. Temuan Penelitian

Penelitian yang berjudul “Implementasi Kurikulum Khusus Autis di SLB

Autis Alamanda” bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan kurikulum

khusus autis yang dilaksanakan di SLB Autis Alamanda. Aspek yang menjadi

fokus dalam penelitian pelaksanaan kurikulum khusus ini meliputi pelaksanaan

Page 101: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

kurikulum khusus autis, hasil belajar siswa dan kendala-kendala dalam

pelaksanaan kurikulum khusus autis di SLB Autis Alamanda.

1. Pelaksanaan Kurikulum Khusus di SLB Autis Alamanda

SLB Autis Alamanda menggunakan kurikulum khusus yang disiapkan

untuk memberikan pelayanan yang bersifat individual kepada anak

berkebutuhan khusus autis di SLB Autis Alamanda. Berbeda dengan kurikulum

SLB A, B, C, D, dan E yang telah berorientasi pada mata pelajaran, kurikulum

khusus di SLB Autis Alamanda berorientasi pada penanganan perilaku anak.

Seperti yang disampaikan oleh kepala SLB Autis Alamanda bahwa kurikulum

khusus autis di SLB Autis Alamanda merupakan kurikulum yang ditujukan

khusus untuk menangani berbagai permasalahan pada anak autis. SLB Autis

Alamanda masih menggunakan kurikulum khusus dari Catherine Maurice.

Kurikulum ini lebih menekankan pada penanganan perilaku. (CL1 : 176 , 15

Februari 2012). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Wilis Palupi sebagai

berikut :

Sebagian besar anak-anak di Alamanda adalah anak-anak autistik, dan

memang dari awal kita menggunakan kurikulumnya autis yaitu kurikulum

yang dibikin oleh Catherine Maurice. Beliau merupakan pakar autisme

dimana menerbitkan buku yang salah satunya berjudul “Behavioral

Intervention for Young Children with Autism”. Disitu ada kurikulum untuk

penanganan anak autistik sudah secara komprehensif dan sangat terukur.

Materinya diberikan dengan metode ABA. Kemudian untuk aplikasi

kurikulumnya di Alamanda kita mengambil dari buku yang telah

Page 102: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

diterjemahkan oleh Bapak Handojo. Beliau merupakan pendiri Agca Center.

Jadi dalam bukunya itu beliau sudah mentranslate kurikulum dari buku

Catherine Maurice ini dalam bentuk bahasa Indonesia yang kemudian itu

kita pakai di sini. Kemudian keterpaduan dalam aplikasinya itu kita

sesuaikan dengan kebutuhan anak yaitu memadukan dengan pemberian

terapi yang lain misalnya SI (Sensori Integrasi) dari OT (Okupasi Terapi)

dan terapi wicara. (CL 2 : 203-204, 20 April 2012)

Jadi kurikulum khusus Autis di SLB Autis Alamanda merupakan

kurikulum yang disadur dari buku Catherin Maurice dimana dalam aplikasinya

dipadukan dengan terapi Okupasi dan terapi wicara sesuai dengan kebutuhan

anak. Berdasarkan studi dokumen pada kurikulum khusus di SLB Autis

Alamanda, materi yang diberikan berupa aktivitas-aktivitas untuk memperbaiki

perilaku negative dan berbagai permasalahan pada anak autis. Materi pada

kurikulum khusus tersebut terdiri dari materi tingkat dasar, intermediate

(menengah), dan tingkat advance (atas) yang meliputi kemampuan mengikuti

pelajaran (kepatuhan dan kontak mata, kemampuan menirukan (imitasi),

kemampuan bahasa reseptif (kognitif), kemampuan bahasa ekspresif, kemampuan

pre akademik – akademik, dan kemampuan bantu diri.

Pemberian pelayanan pendidikan di SLB Autis Alamanda bersifat sangat

individual. Berbagai proses mulai dari penerimaan siswa baru dilakukan sangat

individual sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak. Seperti yang diungkapkan

oleh wakil kepala sekolah (CL2 : 210, 17 Februari 2012), bahwa penerimaan siswa baru

di SLB Autis Alamanda dapat berlangsung kapan saja. Pemberian pelayanan pendidikan

di SLB Autis Alamanda dimulai dari melakukan assessment terhadap siswa baru,

penyususnan program individual untuk setiap siswa, pelaksanaan program

Page 103: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

individual/pelaksanaan pembelajaran dengan metode ABA dan ditunjang berbagai

media pembelajaran yang sesuai, dan evaluasi program individual.

a. Assessment siswa

Assessment merupakan penilaian awal terhadap anak sebelum anak

masuk menjadi siswa di SLB Autis Alamanda. Seperti yang diungkapkan oleh

kepala SLB Autis Alamanda bahwa proses assessment dilakukan dengan

mewawancarai kedua orang tua siswa untuk mengetahui latar belakang,

hambatan dan kondisi sosial anak. Selain itu ada pula lembar assessment yang

harus diisi oleh orang tua untuk mengetahui kondisi anak / riwayat anak sejak

lahir. Selain itu, assessment juga dilakukan terhadap anak oleh tim assessment

untuk mengetahui bagaimana kondisi riil dan tingkat kemampuan anak. (CL1:

181, 15 Februari 2012)

Wakil kepala SLB Autis Alamanda, Wilis Palupi juga menambahkan

bahwa selain terhadap orang tua, assessment di SLB Autis Alamanda juga

dilakukan langsung terhadap anak. Assessment terhadap anak dilakukan oleh

tim assessment yang terdiri dari guru PLB, tenaga okupasi terapi, psikologi,

dan fisio terapi. Tujuan assessment seperti yang diungkapkan oleh Wilis Palupi

yaitu “assessment jelas kita gunakan untuk mengetahui seberapa jauh sih

kondisi anak dengan kebutuhannya. Karena itu nanti besic kita untuk

penyusunan program anak selanjutnya.” (CL2 : 213, 17 Februari 2012).

Lamanya proses assessment terhadap anak dilakukan selama satu minggu.

Wilis Palupi juga menyebutkan materi yang diberikan saat assessment pada

anak meliputi :

Page 104: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

1) Kontak mata

2) Kepatuhan duduk mandiri didalam kelas

3) Kepatuhan diluar kelas

4) Kemampuan anak berdasarkan pada kurikulum khusus pada tingkat

dasar, intermediate ataupun advance meliputi kemampuan menirukan

(imitasi), kemampuan bahasa reseptif (kognitif), kemampuan bahasa

ekspresif, kemampuan pre akademik – akademik, kemampuan bantu diri

dan materi tentang sensori integrasi

5) Kemampuan berkomunikasi

6) Kemampuan bersosialisasi

7) Kemampuan beradaptasi

8) Kemampuan emosional

9) Perilaku negatif

10) Reinforcement ( R+ / R- )

Selanjutnya, hasil assessment terhadap anak akan disimpulkan untuk

penyusunan evaluasi awal dan program pengajaran individual ( PPI ). Hasil

dari assasment, dilaporkan ke orang tua dalam bentuk tulisan dan lisan serta

diskusi tentang perencanaan program pengajaran individual (PPI) bersama

orang tua. (CL2 : 213-214, 17 Februari 2012).

b. Penyusunan Program Pengajaran Individual (PPI) di SLB Autis Alamanda

Hasil assessment terhadap anak yang telah dilakukan selama satu

minggu, akan didiskusikan dalam tim assessment untuk mengetahui berbagai

Page 105: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

gangguan, hambatan, perilaku menyimpang, maupun potensi serta bakat yang

dimiliki anak. Hasil tersebut kemudian akan dilaporkan kepada orang tua

sebagai tindak lanjut penyusunan perencanaan program individual (PPI).

Penyusunan PPI untuk setiap anak di SLB Autis Alamanda menyesuaikan

dengan kondisi, kemampuan, serta kebutuhan anak. Penyusunan PPI mengacu

pada kurikulum khusus yang gunakan di SLB Autis Alamanda. (CL2 : 217, 17

Februari 2012).

Dari tim assessment SLB Autis Alamanda tersebut kemudian akan

ditunjuk satu orang penanggung jawab yang akan memimpin penyusunan

program pengajaran individual (PPI) untuk anak. Dalam penyusunan PPI,

orang tua juga harus turut serta terlibat memikirkan program yang tepat untuk

anak. Orang tua dapat memberikan masukan dan pertimbangan atas rencana

program pendidikan untuk anak. Orang tua juga harus konsisten turut serta

melaksanakan program tersebut terutama saat berada di rumah.

Komunikasi yang baik antara tim PPI, baik antar guru maupun orang

tua sangat diperlukan dalam memantau setiap perkembangan dan perubahan

yang ditunjukkan oleh anak. Salah satu usaha yang dilakukan di SLB Autis

Alamanda untuk berkomunikasi antara tim PPI terutama dengan orang tua

yaitu dengan menyediakan buku penghubung. Melalui buku penghubung, dapat

dilihat setiap perkembangan yang ditunjukkan oleh anak. Selain itu, laporan

harian secara langsung kepada orang tua harus intensif dilakukan untuk

mengetahui setiap perkembangan dan kebutuhan baru yang mungkin

Page 106: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

dibutuhkan oleh anak. Hal tersebut diungkapkan oleh Wilis Palupi selaku wakil

kepala SLB Autis Alamanda sebagai berikut :

Biasanya memang kita melakukan komunikasi dengan orang tua setiap

hari. Itu yang memegang peranan penting untuk mengetahui

perkembangan anak. Jadi pertemuan itu bisa ketika awal datang, biasanya

kita menanyakan bagaimana kondisi anak atau ada beberapa orang tua

yang cukup responsive ketika datang sudah bilang mengenai kondisi

anaknya dan mohon untuk perhatian beberapa parilaku negative anak yang

mungkin sering muncul. Jadi seperti itu, dari komunikasi secara langsung.

Selain itu, dapat juga lewat tulisan melalui buku penghubung yang telah

kita sediakan. (CL2 : 222-223, 17 Februari 2012)

c. Pelaksanaan Pembelajaran di SLB Autis Alamanda

1) Materi Pembelajaran dalam Kurikulum Khusus

Kurikulum khusus yang diterapkan di SLB Autis Alamanda

merupakan kurikulum yang berbeda dengan kurikulum yang berorientasi

pada mata pelajaran. Oleh sebab itu, pelaksanaan pembelajaran yang

diterapkan pun berbeda. Dalam kurikulum khusus di SLB Autis Alamanda

menekankan pada perbaikan perilaku anak. Materi-materi yang diberikan

merupakan materi untuk menangani perilaku pada anak. Sesuai dengan studi

dokumentasi terhadap kurikulum khusus di SLB Autis Alamanda, dapat

dilihat bahwa materi pada kurikulum khusus tersebut terdiri dari materi

tingkat dasar, intermediate (menengah), dan tingkat advance (atas) yang

meliputi kemampuan mengikuti pelajaran (kepatuhan dan kontak mata),

kemampuan menirukan (imitasi), kemampuan bahasa reseptif (kognitif),

kemampuan bahasa ekspresif, kemampuan pre akademik – akademik, dan

Page 107: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

kemampuan bantu diri. Untuk tingkat advanced ada 3 tambahan kategori

yaitu kemampuan sosialisasi dan kemampuan bahasa abstrak serta kesiapan

masuk sekolah. Dalam penyampaian materi kepada anak, SLB Autis

Alamanda menggunakan metode ABA (Applied Bahaviour Analysis).

Struktur materi dalam kurikulum khusus SLB Autis Alamanda adalah

sebagai berikut :

a) Kemampuan Mengikuti Pelajaran (Kepatuhan dan Kontak Mata)

Kepatuhan dan kemampuan kontak mata pada anak sangat

penting karena kedua hal tersebut merupakan dasar untuk mengajarkan

dan memberikan materi kepada anak. Oleh sebab itu, guru harus

memiliki kasih sayang, kehangatan dan kedekatan hubungan terhadap

anak. Kedekatan hubungan dan kasih sayang bukan berarti memanjakan

anak. Ketegasan dalam pembelajaran tetap harus diterapkan guna

keberhasilan pembelajaran.

b) Kemampuan menirukan (Imitasi)

Kemampuan menirukan merupakan kemampuan dasar manusia.

Kemampuan menirukan diberikan kepada anak agar anak mampu

menirukan atau mengikuti tindakan yang dilakukan orang lain.

Kemampuan imitasi merupakan dasar untuk mengembangkan

keterampilan dasar yang lain seperti kemampuan verbal, bermain, social,

dan bantu diri. Dengan kemampuan imitasi anak akan belajar dengan

melihat perilaku positif yang dilakukan orang lain.

Page 108: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

c) Kemampuan bahasa reseptif (kognitif)

Kemampuan bahasa reseptif merupakan kemampuan untuk

meningkatkan pemahaman bahasa anak, pemahaman terhadap

kegiatan/aktivitas yang dilakukan, pemahaman terhadap konsep dan

belajar berbagai nama obyek di sekitar anak. Pembelajaran kemampuan

bahasa reseptif diberikan melalui perintah/instruksi sederhana,

mengidentifikasi berbagai obyek baik nama mapun fungsi benda melalui

obyek langsung, gambar, dan suara yang ada di sekitar anak.

d) Kemampuan bahasa ekspresif

Kemampuan bahasa ekspresif merupakan kemampuan untuk

mengingat dan menggali hal-hal yang sudah diajarkan pada anak untuk

diekspresikan. Kemampuan bahasa ekspresif merupakan dasar untuk

mengembangkan komunikasi anak. Dengan mengajarkan kemampuan

bahasa ekspresif pada anak, diharapkan anak akan memiliki keinginan

untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Pembelajaran

bahasa ekspresif dilakukan melalui pemberian materi menunjukkan

sesuatu yang dinginkan/tidak diinginkan, menunjukkan sesuatu yang

disukai/tidak disukai, saling menyapa, menjawab pertanyaan-pertanyaan

social, melabel benda-benda melalui fungsinya, melabel kepemilikan dan

melabel berbagai rasa.

e) Kemampuan Pra-Akademik

Kemampuan pra – akademik pada anak diberikan sebagai

persiapan sebelum anak menuju pada kemampuan akademik. Pada

Page 109: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

kemampuan pra – akademik penekanan dilakukan terhadap visualisasi

anak agar anak dapat menggunakan ingatannya. Oleh sebab itu,

diperlukan pendukung berbagai media pembelajaran yang relevan.

Materi dalam kemampuan pra-akademik meliputi mencocok

(matching), menyelesaikan aktivitas sederhana secara mandiri,

identifikasi warna, identifikasi bentuk, identifikasi huruf, identifikasi

angka, menghafalkan angka dan menghitung benda-benda.

f) Kemampuan bantu diri

Kemampuan bantu diri diberikan agar anak memiliki kemampuan

untuk melakukan kegiatan rutin sehari-hari secara mandiri misalnya

makan, minum, buang air kecil/besar, melapas/memakai pakaian dan

lain-lain. Kemampuan bantu diri diberikan mulai dari kemampuan bantu

diri yang paling sederhana pada tingkat dasar seperti minum dengan

gelas dan menyendok makanan sampai pada kemampuan bantu diri yang

lebih kompleks pada tingkat advanced seperti menggosok gigi dan

menutup reseliting. Kemampuan bantu diri sangat diperlukan dalam

pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus dalam usaha menuju pada

kemandirian anak berkebutuhan khusus.

g) Kemampuan Akademik

Kemampuan akademik diberikan pada tingkat advanced sebagai salah

satu persiapan untuk anak sebelum masuk dalam kelas regular. Materi

kemampuan akademik dalam kurikulum ini meliputi mengeja kata

sederhana, menjelaskan arti suatu kata, identifikasi sinonim, identifikasi

Page 110: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

hubungan antara kata-kata, identifikasi angka genap dan angka ganjil,

menjumlahkan dibawah sepuluh, menulis kata-kata sederhana dari

ingatan dan identifikasi kata-kata sajak.

h) Kemampuan Bersosialisasi

Kemampuan bersosialisasi juga diberikan pada tingkat advanced.

Kemampuan ini diberikan untuk mempersiapkan anak menghadapi

teman-teman sebaya di lingkungan barunya (di sekolah regular). Materi

dalam kemampuan bersosialisasi lebih banyak menekankan pada

kemapuan anak untuk berinteraksi, bersosialisasi, dan memberikan

respon terhadap aktifitas social yang dilakukan anak. materi dalam

kemampuan bersosialisasi meliputi imitasi aksi dengan teman, mengikuti

arahan, menjawab pertanyaan teman, merespon ajakan bermain dari

teman, bermain permainan papan dengan teman, mengajak teman untuk

bermain, menjelaskan sesuatu kepada teman, memberkan komentar

kepada teman saat bermain, meminta bantuan dari teman, dan

menawarkan bantuan kepada teman.

i) Kesiapan Masuk Sekolah Regular

Kemampuan kesiapan masuk sekolah regular merupakan kemampuan-

kemampuan yang diberikan kepada anak dalam menghadapi situasi

secara kelompok. Materi-materi yang diberikan yaitu meninggu giliran,

menunjukkan respon-respon baru melalui pengamatan, mengikuti

instruksi dalam kelompok, member informasi dalam kelompok, dan

Page 111: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

melantunkan sajak-sajak dalam kelompok. Materi-materi ini bersifat

fleksibel, dapat diubah sesuai dengan kebutuhan setiap anak.

j) Sensori Integrasi

Sebagian besar anak autis mengalami perkembangan motorik

yang kurang baik. Gerak kasar maupun gerak halus anak terlihat kurang

luwes bila dibandingkan dengan anak-anak seumurnya. Pada anak-anak

ini perlu diberi bantuan pelayanan okupasi untuk membantu menguatkan,

memperbaiki koordinasi dan keterampilan ototnya. Misalnya otot jari

tangan perlu dikuatkan dan dilatih supaya anak bisa menulis dan

melakukan semua hal yang membutuhkan keterampilan otot jari tangan.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru okupasi terapi,

menjelaskan bahwa proses sensori adalah kemampuan untuk memproses

atau mengorganisasikan input sensorik yang diterima. Informasi sensorik

yang diterima akan masuk ke otak dapat melalui mata, telinga, hidung,

lidah, kulit, otot dan persendian dan keseimbangan. (CL3 : 246, 20

Februari 2012).

Dijelaskan pula oleh guru okupasi terapi mengenai tujuan

pemberian pelayanan dengan metode Sensori Integrasi (SI) adalah

sebagai berikut :

Pendekatan SI diberikan untuk memperbaiki gangguan sensori anak-

anak yang banyak terlihat dengan mengadaptasikan untuk beberapa

kondisi atau situasi secara berlahan, sehingga perilaku anak dapat

menjadi lebih adaptif serta lebih peka dan dapat memberikan

tanggapan/respon secara wajar terhadap rangsangan sensori yang

datang dari luar tubuhnya. (CL3 : 246, 20 Februari 2012).

Page 112: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan terhadap kegiatan

pembelajaran SI, pemberian pelayanan okupasi dengan pendekatan

Sensori Integrasi (SI) di SLB Autis Alamanda dilakukan di dalam

ruangan yang telah disediakan berbagai macam input yang berupa media-

media bermain untuk anak. Misalnya untuk keseimbangan disediakan

tangga, prosotan, papan panjat dan trampoline. Untuk taktil disediakan

media pasir atau kain bertekstur.

2) Pelaksanaan Pembelajaran di SLB Autis Alamanda

Berdasarkan pengamatan lapangan penulis menemukan bahwa

pelaksanaan pembelajaran di SLB Autis Alamanda berlangsung selama 6

hari dalam satu minggu. Selama 5 hari siswa-siswa di SLB Autis Alamanda

akan memperoleh pembelajaran sesuai dengan program individual siswa

masing-masing. Pada Hari Sabtu seluruh siswa akan mendapatkan

pembelajaran klasikal secara bersama-sama. Pelaksanaan pembelajaran di

SLB Autis Alamanda dibagi dalam dua kelompok kelas yaitu kelas

individual dan kelas klasikal.

a) Kelas Individual

Mengingat kecenderungan anak autis memiliki gangguan dalam

bahasa, komunikasi, perilaku sosial, dan interaksi maka pemberian

pelayanan pendidikan awal di SLB Autis Alamanda di berikan secara

individual. Pembelajaran harian untuk tingkat mula/ awal dan kelas satu

dilakukan secara individual. Pembelajaran diberikan sesuai teknik dalam

Page 113: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

metode ABA yaitu pemberian pembelajaran secara One – on – one

artinya dalam satu kelas, satu siswa ditangani oleh satu orang guru.

Pemberian materi pembelajaran disesuaikan dengan program individual

setiap anak. Waktu pembelajaran individual di SLB Autis Alamanda

dibagi dalam 2 sesi yaitu dari jam 08.00 – 10.00 dan jam 10.00 – 12.00.

(CL1 : 183, 15 Februari 2012).

Berdasarkan hasil wawancara terhadap kepala SLB Autis

Alamanda, di SLB Autis Alamanda terdapat 6 kelas individual dengan

ukuran kelas yaitu 1,5 m x 2 m. Kelas individual ditata khusus tanpa ada

benda-benda yang mencolok, menarik atau mengganggu perhatian anak.

Dalam kelas individual ketersediaan meja dan kursi disesuaikan dengan

kondisi anak. Apabila anak masih belum bisa tenang duduk di kursi,

maka dapat melakukan pembelajaran di lantai. Tetapi bila telah dapat

tenang dapat dilakukan dikursi yang dirancang khusus untuk

pembelajaran individual yaitu kursi kecil dan meja yang diberi lubang

setengah lingkaran, yang bertujuan agar anak tidak bisa keluar dengan

mudah dari kursi. Namun apabila anak telah dapat tenang, dapat

diberikan meja dan kursi biasa yang sesuai dengan ukuran tubuh dan usia

anak. Untuk yang kelas klasikal umumnya menggunakan meja dan kursi

biasa seperti di sekolah-sekolah lain. (CL1 : 178, 15 Februari 2012).

Page 114: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

b) Kelas Klasikal

Selain memberikan pelayanan secara individual kepada setiap

siswa, SLB Autis Alamanda juga memberikan pelayanan secara klasikal

pada siswa-siswanya. Siswa-siswa yang dapat masuk ke kelas klasikal

adalah siswa-siswa yang sudah memenuhi criteria tertentu. Seperti yang

diungkapkan oleh Yatmi selaku kepala SLB Autis Alamanda, bahwa

siswa yang dapat masuk ke dalam kelas klasikal yaitu siswa yang sudah

bisa menerima instruksi kelompok dan kemampuan akademik dasarnya

sudah ada. (CL1 : 177, 15 Februari 2012). Secara lebih terperinci

dijelaskan lagi oleh Wilis Palupi sebagai berikut :

Jadi, ada beberapa persyaratan ketika anak dapat duduk di kelas

klasikal. Pertama, memang pemahaman anak tentang lingkungan

sudah bagus, kedua secara komunikasi anak sudah mampu dua arah

atau kalau tidak anak sudah paham instruksi. Jika memang anak

belum dua arah dia paham instruksi individu dan instruksi kelompok.

Kemudian beberapa kepatuhan dasar yang ada di intervensi dini itu

sudah dilewati, jadi dia sudah bisa duduk tenang, kemudian kembali

lagi pada instruksi kelompok yang sudah bisa dipenuhi, kontak

matanya sudah ada pada guru, walaupun beberapa anak kadang-

kadang masih tidak maksimal, tapi focus perhatiannya sudah bisa

lebih difokuskan untuk pelaksanaan pembelajaran bersama. (CL2 :

208, 17 Februari 2012)

Di SLB Autis Alamanda terdapat 2 ruang kelas klasikal dengan

jumlah siswa yaitu 2-3 siswa setiap kelas. Tujuan diadakannya kelas

klasikal yaitu agar siswa belajar bersosialisasi dan berinteraksi dengan

orang lain. Kelas klasikal ini juga merupakan kelas transisi yaitu sebagai

Page 115: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

jembatan agar siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan sebelum anak

masuk ke sekolah reguler.(CL1 : 177-178, 15 Februari 2012).

Pembelajaran harian untuk kelas klasikal di SLB Autis Alamanda

merupakan pembelajaran untuk siswa kelas 2 dan kelas 3. Pembelajaran

yang diberikan merupakan pembelajaran yang memadukan antara

program individual setiap anak dari kurikulum khusus dengan kurikulum

SLB-C yang pemberiannya dilakukan dengan tematik. Hal ini

disebabkan karena kelas ini juga mempersiapkan anak untuk masuk ke

sekolah regular, yang mana pembelajarannya berorientasi pada mata

pelajaran. (CL2 : 209, 17 Februari 2012).

3) Kegiatan ekstrakurikuler

Berdasarkan hasil wawancara, Wilis Palupi mengungkapkan bahwa

kegiatan ekstrakurikuler di SLB Autis Alamanda dilaksanakan satu kali

dalam satu minggu yaitu pada hari Sabtu. Kegiatan ekstrakurikuler

diberikan secara klasikal oleh guru. Dalam mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler ini, siswa-siswa SLB Autis Alamanda dibagi menjadi 2

kelompok yaitu kelompok tari dan kelompok olah raga. Pembagian siswa-

siswa tersebut berdasarkan pada kemampuan setiap siswa. Bagi siswa yang

memiliki kemampuan dalam tari, akan diikutkan dalam kelompok tari.

Tetapi, bagi siswa yang tidak dapat mengikuti kegiatan tari diikutkan dalam

kegiatan olah raga. (CL2 : 226, 17 Februari 2012)

Page 116: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Baik kegiatan ekstrakurikuler tari maupun olah raga, SLB Autis

Alamanda menghadirkan guru khusus ekstrakurikuler yang sesuai dengan

bidangnya. Untuk guru tari dihadirkan guru lulusan seni tari ISI Surakarta,

sedangkan untuk guru olahraga dihadirkan guru lulusan PJOK dari UNS.

(CL1 : 185, 15 Februari 2012)

Berdasarkan studi dokumen mengenai terapi permainan SLB Autis

Alamanda (Lampiran 7 : 268), selain kegiatan tari dan kegiatan olah raga,

kegiatan pada hari Sabtu juga diisi dengan berbagai kegiatan permainan

sebagai ajang komunikasi dan sosialisasi bagi siswa-siswa SLB Autis

Alamanda. Permainan dilaksanakan dalam suasana klasikal atau

kebersamaan. Dalam pelaksanaanya dapat dilakukan secara individual

dengan menunggu giliran atau kompetisi, maupun bersama-sama dengan

cara bermain bersama. Berdasarkan studi dokumen dari SLB Autis

Alamanda, kegiatan-kegiatan selain olah raga dan tari yang dilakukan di

hari Sabtu antara lain lomba lintasan, gerak dan lagu, bernyanyi, finger

painting, play dough, motor planning, dexterity play, estafet rintangan,

fishing competition, permainan skate board, permainan dutch, menyobek

dan menempel, mengecap, permainan bowling, printing dan scribbling,

membuat jus buah, serta bercocok tanam.

Dari berbagai aktivitas ekstrakurikuler baik tari, olah raga maupun

berbagai aktivitas lain di hari Sabtu, memiliki tujuan, baik secara individu

maupun secara kelompok. Tujuan secara individu merupakan tujuan yang

akan didapatkan oleh masing-masing anak misalnya dalam meningkatkan

Page 117: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

konsentrasi dan kemampuan motorik setiap anak. Untuk tujuan secara

kelompok lebih menekankan pada tujuan berkomunikasi dua arah,

bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain. (CL4 : 253, 9 April 2012)

Selain beberapa tujuan di atas, diungkapkan pula oleh Krisna

Nofianti sebagai berikut :

Selain itu, semua aktivitas yang diberikan dirancang agar semua siswa

dapat belajar dalam suasana kebersamaan, kelompok, dan menekankan

pada interaksi dan sosialisasi anak. Berbagai aktivitas yang diberikan

sangat kental menghadirkan suasana kompetisi dan kebersamaan baik

antara individu maupun kelompok. Dalam kegiatan ini anak akan

dibelajarkan untuk bekerja sama, berbagi, bersaing secara sehat,

menunggu giliran, bersabar berpendapat, mengungkapkan pikiran

secara santun dan yang pasti banyak mengajarkan anak bagaimana

besikap dan bertindak dalam suasana kebersamaan saat berinteraksi

dengan orang lain. (CL4 : 253, 9 April 2012)

4) Kegiatan Outing SLB Autis Alamanda

Selain kegiatan ekstrakurikuler, di SLB Autis Alamanda

mengadakan suatu kegiatan belajar di luar sekolah yang dilakukan sekali

dalam 2 bulan. Kegiatan tersebut dinamakan outing class. Tujuan kegiatan

outing class sesuai yang diungkapkan Yatmi selaku kepala SLB Autis

Alamanda adalah berikut :

Tujuannya selain adaptasi tempat baru karena kebanyakan anak-anak

belum terbiasa dan mereka memiliki kendala terhadap tempat baru, kita

juga membelajarkan kepada orang tua bagaimana orang tua

mengerahkan anak ke tempat-tempat umum. Karena beberapa anak

Page 118: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

memang masih mengalamai kesulitan dalam beradaptasi dengan

tempat-tempat umum. (CL1 : 184, 15 Februari 2012)

Dari pernyataan yang disampaikan kepala SLB Autis Alamanda

tersebut dapat diketahui bahwa kegiatan ini dilakukan untuk

mengadaptasikan dan pengenalan anak dengan lingkungan social secara

umum serta generalisasi program ke obyek nyata. Selain itu, kegiatan outing

class juga merupakan sarana untuk menunjukkan cara penanganan anak

yang tepat kepada orang tua. Jadi, dalam kegiatan ini orang tua akan

diberikan masukan cara menangani anak ketika beradaptasi dengan

lingkungan baru atau di tempat-tempat umum.

5) Kegiatan home/school visit

Kegiatan home visit merupakan kegiatan sekolah dimana guru-guru

dalam satu tim melakukan kunjungan ke rumah siswa. Kegiatan ini

bertujuan untuk melihat kondisi dan perilaku anak di rumah. Selain itu dapat

terlihat pula perlakuan orang tua terhadap anak di rumah. Hal ini sesuai

dengan yang dijelaskan Wilis Palupi sebagai berikut :

Salah satu tujuannya yaitu untuk melakukan pemeliharaan terhadap

program yang diberikan di sekolah dan di rumah. Kita dalam satu tim

akan datang ke sana untuk melihat secara langsung kondisi anak di

rumah, kemudian mendiskusikan kesulitan-kesulitan yang dialami

orang tua, dan penerapannya. Penerapan dari materi yang kita berikan

di sekolah untuk diterapkan di rumah. Terutama sih seperti itu. Jadi

lebih ke monitoring secara langsung yang ingin kita ketahui. Kalau

untuk school visit, biasanya orang tua yang minta waktu, jadi mau

Page 119: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

ketemu atau kadang kita menawarkan pada orang tua bila memang ada

permasalahan-permasalahan tertentu dari anak yang perlu untuk

didiskusikan bersama antara orang tua dan guru. Dan memang kita

terbuka untuk itu. (CL2 : 226-227, 17 Februari 2012)

Ditambahkan pula oleh kepala SLB Autis Alamanda bahwa dalam

kegiatan home visit, guru-guru dalam satu tim akan melakukan diskusi

bersama orang tua mengenai kendala-kendala/kesulitan yang dialami dalam

penanganan anak saat di rumah dan alternatif penanganan yang tepat untuk

anak. Kegiatan home visit SLB Autis Alamanda dilaksanakan minimal satu

kali dalam satu semester (per 6 bulan) untuk setiap anak. (CL1 : 185, 15

Februari 2012)

d. Metode Pembelajaran di SLB Autis Alamanda

Menurut hasil wawancara pada kepala SLB Autis Alamanda (CL1 :

185, 15 Februari 2012), dalam penyampaian materi pembelajaran, SLB Autis

Alamanda menggunakan metode ABA (Applied Bahaviour Analysis).

Dijelaskan pula bahwa ABA merupakan suatu metode tata laksana perilaku

yang sangat terstruktur, terarah, dan terukur dengan menekankan pada analisis

perilaku sehingga diharapkan akan menunjang penyembuhan autisme.

Ditambahkan oleh wakil kepala SLB Autis Alamanda (CL2 : 232, 17 Februari

2012) bahwa penerapan metode ABA dilakukan terstruktur dengan

menggunakan teknik DTT (Discrete Trial Training). Teknik DTT merupakan

teknik uji coba yang jelas/nyata dimana pelaksanaannya terdiri dari siklus yang

mana akan dimulai dari pemberian suatu instruksi kepada anak, pemberian

Page 120: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

reward jika anak dapat melaksanakan instruksi tersebut secara benar,

pemberian prompt/bantuan setelah 3 kali instruksi ketika anak belum dapat

melakukan instruksi tersebut. Siklus dari DTT dapat digambarkan sebagai

berikut :

1 siklus

instruksi ke 1 (tunggu 3-5detik)

instruksi ke 2 (tunggu 3–5 detik)

instruksi ke 3 (tunggu 3–5 detik)

Bila tidak ada respon, lanjutkan dengan

Bila tidak ada respon, lanjutkan dengan

Langsung lakukan prompt dan beri

imbalan

Diungkapkan pula oleh Wilis Palupi (CL2 : 232 , 17 Februari 2012),

dalam pelaksanaan metode ABA dengan teknik DTT, beberapa hal yang perlu

menjadi perhatian yaitu :

1) Instruksi, instruksi merupakan perintah yang diberikan guru pada anak.

Perintah yang diberikah harus berupa perintah yang jelas (suara dan

intonasi yang jelas), singkat, dan tidak membingungkan. Dalam

memberikan perintah kepada anak guru juga harus tegas artinya tidak bisa

ditawar-tawar dan harus tuntas artinya pemberian perintah harus sesuai

dengan siklus DTT, tidak boleh setengah-setengah karena akan

menyebabkan ketidakkonsistenan pada anak.

2) Prompt, merupakan bantuan yang diberikan apabila anak belum mau

memberikan respon terhadap instruksi/perintah guru. Pemberian bantuan

semakin lama harus semakin dikurangi dan pada akhirnya harus

dihilangkan agar anak dapat melakukan suatu aktivitas secara mandiri.

Page 121: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

Prompt dapat diberikan dengan berbagai cara misalnya menunjuk, gerakan

tubuh, gerakan mata, ataupun secara verbal.

3) Reinforcement, merupakan imbalan/reward yang diberikan kepada anak

sebagai hadiah setelah anak dapat melakukan aktivitas dengan benar.

Pemberian imbalan dimaksudkan agar perilaku adaptif yang telah

terbentuk dapat terus dipertahankan oleh anak secara konsisten. Pemberian

reinforcement atau imbalan dapat bervariasi, tergantung pada kondisi

setiap anak. Imbalah yang dapat diberikan misalnya berupa makanan,

pujian, sentuhan atau bentuk interksi social yang disukai anak atau

permainan.

Untuk penilaian harian dengan metode ABA ini Wilis Palupi

mengungkapkan sebagai berikut :

ABA menerapkan penilaian yang terstruktur, jadi kita pakainya yang P

(prompt), A (achive), dan P+. P dimana anak sama sekali tidak merespon

dan selama instruksi anak terus kita bantu (prompt). Kemudian kalau P+,

ketika sekali dalam 1 siklus (3 kali instruksi) kemudian kita prompt,

kemudian setelahnya yang ke 2 dan ke 3 dari rangkaian siklus ini anak

mampu melaksanakan instruksi ini. Kemudian kalau achive (A), anak

dari awal kita berikan itu selama 3 kali instruksi dapat secara mandiri

merespon instruksi tersebut. (CL2 : 232-233, 17 Februari 2012)

Hal tersebut tidak jauh berbeda dari pengamatan pada lembar program

harian siswa mengenai cara pencataan hasil dari siklus ABA (Lampiran 9: 328)

yaitu dengan memberi nilai P apabila anak masih memerlukan prompt/bantuan

penuh dari guru. Memberikan nilai P+ apabila anak dapat melakukan instruksi

dengan prompt minimal dari guru, misalnya dari tiga siklus, anak diberi prompt

Page 122: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

di awal atau pada silkus pertama, sedangkan untuk siklus kedua dan ketiga

anak dapat melakukan secara mandiri (tanpa bantuan). Pemberian nilai A

(achived) pada suatu aktivitas diberikan apabila anak merespon 3 instruksi

pertama secara berturut-turut dengan benar dan mandiri (tanpa prompt dari

guru). Apabila dalam penilaian suatu aktivitas anak telah dapat mencapai nilai

A selama 9 kali berturut-turut (penilaian dilakukan oleh tim PPI), maka anak

akan diberikan nilai M (mastered). Setelah mencapai penilaian M (mastered),

pemberian aktivitas tersebut dapat dihentikan dan materi tersebut dimasukkan

dalam program maintenance (pemeliharaan). Maintenance dilakukan minimal

satu kali dalam satu minggu selama 5 – 9 minggu berturut-turut. Apabila dalam

jangka waktu tersebut anak mendapat nilai A, maka materi tersebut dianggap

telah dapat dikuasai anak sehingga akan dilanjutkan dengan generalisasi yaitu

penerapan dalam kehidupan sehari-hari oleh subyek yang berbeda, obyek yang

berbeda, dan tempat/situasi yang berbeda pula. Pembelajaran generalisasi di

SLB Autis Alamanda dapat dilakukan saat jam-jam pelajaran klasikal, istirahat

bersama, dan dalam kegiatan outing class.

Wilis Palupi (CL2 : 233, 17 Februari 2012) juga menambahkan selain

DTT, beberapa teknik ABA yang digunakan di SLB Autis Alamanda yaitu :

1) Kepatuhan dan kontak mata, merupakan dasar utama sebelum masuk ke

materi lain

2) One on one, penanganan satu siswa oleh satu guru.

3) Fading yaitu mengarahkan ke perilaku target dengan prompt penuh lalu

digradasi

Page 123: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

4) Shaping yaitu mengajarkan perilaku melalui tahap pembentukan yang

semakin mendekati

5) Chaining yaitu perilaku kompleks yang dibagi dalam aktivitas kecil

dengan pembagian dan pemberian secara berututan mulai dari yang paling

sederhana.

6) Discrimination training yaitu melakukan identifikasi dengan pembanding

7) Matching yaitu menyamakan item

8) Mengenalkan konsep warna, bentuk, huruf dan sebagainya.

Selain dengan menggunakan metode ABA, SLB Autis Alamanda juga

menggunakan metode sensori integrasi (SI) sebagai salah satu metode dari

okupasi terapi. Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru okupasi terapi

(CL3 : 246-247, 20 Februari 2012), pemberian pembelajaran dengan metode SI

diberikan untuk memperbaiki gangguan sensori anak-anak yang banyak terlihat

dengan mengadaptasikan untuk beberapa kondisi atau situasi secara berlahan,

sehingga perilaku anak dapat menjadi lebih adaptif serta lebih peka dan dapat

memberikan tanggapan/respon secara wajar terhadap rangsangan sensori yang

datang dari luar tubuhnya. Pembelajaran SI yang diberikan di SLB Autis

Alamanda dilakukan dengan mengadaptasikan anak untuk menerima input-

input sensorik dengan menggunakan media-media yang ada seperti bola

bobath, vestibular board, ayunan, brushing, dan sebagainya.

Dijelaskan pula oleh Sumarti mengenai contoh-contoh gangguan

sensori pada anak autis yang ditemui di SLB Autis Alamanda sebagai berikut :

Page 124: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

Anak autis di Alamanda memang sebagian besar mengalami gangguan

dalam sensori. Ada yang memberikan rangsangan sensori itu secara

belebihan, ada pula yang kurang atau tidak ada responnya terhadap

rangsangan sensori. Yang ada di Alamanda misalnya ada anak yang

memberikan respon sensori berlebihan seperti misalnya karena

keseimbangan, dia selalu berputar-putar tanpa merasa pusing, tidak bisa

diam pinginnya selalu bergerak. Terus karena perabaan, misalnya hand

flapping, suka memukul-mukul kepalanya sendiri atau menggedor-

gedorkan kepala/badannya ke tembok, suka merobek kertas, dan

menendang temannya. Kemudian kalau yang kerena rasa sendinya

misalnya tidak bisa mengontrol saat bermain bola, dia cenderungnya

melempar terlalu kuat, atau ada juga yang selalu menghentakan kakinya

ke lantai dengan keras. Untuk yang berlebihan pada rangsangan

penglihatan misalnya anak akan melihat sesuatu yang menarik untuk dia

secara terus-menerus. Untuk yang karena penciuman dan pengecap

misalnya suka menciumi apa saja baik makanan maupun benda, suka

menggigit pensil, terluhat sering merasa gemas dengan mengertakkan

giginya, dan makan cenderung diemut lama. Untuk yang pendengaran

misalnya suka dan selalu berbicara sendiri, tidak memperhatikan

instruksi yang diberikan guru walaupun dengan suara yang keras, suka

membuat suara-suara tertentub baik dengan memukul-mukul benda atau

bergumam sendiri. Kalau untuk yang kurang dalam merespon sensori

tentu akan memperlihatkan perilaku yang berlawanan dengan yang

berlebihan misalnya menolak dipeluk, merasa tidak nyaman dengan

lingkungan baru, takut bila bermain prosotan, takut naik tangga, menolak

melompat, berjalannya menjinjit seolah tidak mau menyentuh tanah atau

krikil, melempar bola terlalu lemah, tidak ada kontak mata, tidak

menyukai keramaian, menutup telinga jika mendengar suara keras atau

menolak mendengar suara music, makan tidak dikunyah cenderung

langsung di telan dan masih banyak conoh-contoh perilaku lainnya ya.

(CL3 : 247-249, 20 Februari 2012).

Page 125: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

Dijelaskan pula oleh Sumarti mengenai materi-materi sensori integrasi

yang diberikan di SLB Autis Alamanda misalnya bagi anak yang mengalamai

gangguan keseimbangan akan diberikan materi seperti meniti di papan titian,

berdiri di papan vestibular (papan keseimbangan) dengan diberi aktivitas lain,

memanjat dinding panjat, naik turun tangga, dan lain sebagainya. Untuk anak

yang mengalami gangguan dalam peraba (taktil) diberikan materi berjalan di

pasir atau di tanah tanpa alas kaki dan aktivitas di atas bola bobath bertekstur.

Untuk anak yang mengalami gangguan persendian diberikan materi seperti

gulung sandwich,dan ditindih. Sedangkan untuk yang mengalami gangguan

dalam visual dapat diberi materi seperti lempar tangkap bola, memasukkan

bola ke dalam ring, menendang bola ke gawang, dan lain sebagainya. Materi

lain yang juga diberikan yaitu materi untuk meningkatkan respon oromotor

(motorik mulut) misalnya meniup, menelan, menggigit, mengunyah, dan

menyedot dengan sedotan. Untuk meningkatkan body awareness diberi

aktivitas seperti memasuki trowongan, gulung sandwich, aktivitas di atas bola

bobath, dan lain-lain. Untuk aplikasi pelaksanaan materi SI ini dapat dilakukan

secara terpisah sesuai kebutuhan setiap anak, dapat pula dilakukan dalam

aktivitas klasikal yaitu dimasukkan dalam permainan secara kelompok. Materi-

materi SI yang lain dapat diberikan secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan

setiap anak. (CL3 : 249-251, 20 Februari 2012).

Page 126: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

e. Pemanfaatan sarana prasarana dan media pembelajaran

Apabila dilihat secara langsung, sarana-prasarana di SLB Autis Alamanda

terbilang masih minim, namun dengan sarana dan prasarana yang dimiliki SLB

Autis Alamanda saat ini, SLB Autis Alamanda telah dapat melaksanakan

kegiatan pembelajaran dengan lancar. Sarana dan prasarana yang telah ada,

dimanfaatkan semaksimal mungkin sesuai dengan fungsi, kegunaan, dan

kebutuhan dari SLB Autis Alamanda.

Hampir setiap materi yang diberikan kepada siswa-siswa SLB Autis

Alamanda harus menggunakan media pembelajaran baik media visual, peraba,

audio, audiovisual, maupun perpaduan antara ketiganya. Kesemuanya sangat

disesuaikan dengan materi pembelajaran, kebutuhan, dan kemampuan siswa.

Diungkapkan oleh kepala SLB Autis Alamanda bahwa setiap materi yang

membutuhkan media pembelajaran di SLB Autis Alamanda selalu diusahakan

pengadaannya guna kelancaran kegiatan pembelajaran dan memaksimalkan

penyerapan materi pembelajaran oleh siswa. (CL1 : 186, 15 Februari 2012).

Ditambahkan pula oleh Kepala SLB Autis Alamanda bahwa media

pembelajaran di SLB Autis Alamanda digunakan sebagai sarana untuk

menyampaikan materi kepada siswa-siswa. Sesuai dengan materi yang diberikan

kepada siswa, dalam pembelajaran SLB Autis Alamanda banyak menggunakan

media pembelajaran yang menekankan pada aspek visual dan peraba misalnya

berupa kartu bergambar, kartu huruf, kartu angka, kartu urutan kegiatan, maupun

kartu berbagai profesi. Hal ini disebabkan karena siswa akan lebih mudah memahami

Page 127: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

materi bila disampaikan dengan menggunakan media visual maupun peraba. (CL1 :

186-187, 15 Februari 2012).

f. Evaluasi Perencanaan Program Individual (PPI)

Berdasarkan wawancara terhadap wakil kepala SLB Autis Alamanda

disebutkan bahwa dalam melaksanakan pembelajaran di SLB Autis Alamanda,

selama satu semester (6 bulan) setiap guru harus melakukan evaluasi/penilaian

harian, evaluasi tim setiap satu bulan, evaluasi tim besar setiap tiga bulan, dan

evaluasi semester setiap enam bulan. Evaluasi-evaluasi tersebut bersifat

individual kepada setiap siswa SLB Autis Alamanda. (CL2 : 238, 17 Februari

2012).

Dijelaskan pula oleh wakil kepala sekolah bahwa evaluasi harian harus

dilakukan setiap guru setelah memberikan meteri pembelajaran kepada setiap

siswa. Penilaian tersebut merupakan penilaian pelaksanaan program harian

(program individual anak). Penilaian tersebut ditulis dalam lembar program

harian anak dan juga dideskripsikan dalam buku penghubung yang merupakan

laporan harian kepada orang tua (Lampiran 15 : 388 ). Disini orang tua dapat

mengevaluasi dan memberikan masukan terhadap pemberian materi kepada

siswa. (CL2 : 238, 17 Februari 2012).

Evaluasi tim dilakukan setiap satu bulan sekali. Evaluasi tim dihadiri

oleh anggota dalam satu tim dan dipimpin oleh Penanggung Jawab (PJ)

anak/siswa. Dalam pertemuan tim ini lebih menekankan pada evaluasi

mengenai aplikasi pelaksanaan materi dan penyamaan pemberian materi

Page 128: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

kepada anak. Selain itu didiskusikan pula kesulitan-kesulitan dan cara

pemberian materi yang dianggap tepat untuk anak. (CL2 : 239, 17 Februari

2012).

Evaluasi yang dilakukan setiap tiga bulan dihadiri oleh kepala sekolah,

sie kurikulum, dan anggota tim. Dalam evaluasi ini satu tim akan memberikan

laporannya mengenai pelaksanaan program individual yang telah dilaksanakan

selama tiga bulan dan hasil yang telah dicapai serta berbagai masukan dari

orang tua (Lampiran 13 : 357). Dalam evaluasi tiga bulan ini akan didiskusikan

mengenai berbagai kesulitan dalam pelaksanaan PPI dan menemukan solusi

bersama yang dianggap paling tepat dan efektif untuk anak. Selain itu, dalam

pertemuan ini dapat pula dilakukan beberapa tindakan seperti menghapus

pemberian suatu materi yang selama 3 bulan tidak ada peningkatan (stak) dan

mengganti dengan materi lain yang dianggap lebih dibutuhkan dan sesuai

dengan kemampuan anak saat itu. Penambahan materi juga dapat dilakukan

bila anak dianggap mampu dan membutuhkan materi baru tersebut. (CL2 : 239,

17 Februari 2012).

Evaluasi setiap enam bulan merupakan evaluasi secara tertulis yang

disampaikan kepada orang tua (Lampiran 14 : 366). Penanggung jawab (PJ)

setiap anak akan membuat laporan pembelajaran yang telah dilakukan selama 6

bulan dan hasil yang telah dicapai anak. Selain itu, penanggung jawab juga

akan berdiskusi dengan orang tua untuk merencanakan program pembelajaran

selanjutnya. (CL2 : 239, 17 Februari 2012).

Page 129: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

2. Hasil Belajar Siswa SLB Autis Alamanda

Sampai saat ini SLB Autis Alamanda belum meluluskan peserta didik dari

tingkat sekolah dasar luar biasa, tetapi SLB Autis Alamanda telah dapat

mengantarkan peserta didik untuk dapat melanjutkan pendidikannya di sekolah

regular. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Wilis Palupi sebagai berikut :

Disini kurang lebih dalam 2 tahun terakhir ini sudah mulai ada kelas transisi

dimana kelas transisi ini memang ditujukan untuk anak-anak yang sudah

bisa berada di kelas klasikal, jadi artinya tidak lagi one – on – one, satu anak

dengan satu guru, tapi sudah mulai anak belajar dengan ada teman yang lain.

Kelas transisi ditujukan juga untuk anak-anak supaya nantinya kalau

memang dia sudah memungkinkan dikondisikan untuk bisa ke sekolah

umum. (CL2 : 240, 20 April 2012)

Jadi, SLB Autis Alamanda menyediakan kelas transisi sebagai intervensi

dini terhadap gangguan-gangguan perilaku dan konsentrasi seperti autis dan

ADHD. Kelas transisi ini mempersiapkan peserta didik yang mengalami

gangguan perilaku agar dapat meminimalkan atau bahkan menghilangkan perilaku

negative pada anak sehingga dapat belajar bersama-sama di kelas dan sekolah

regular. Bagi siswa yang kemampuannya tidak dapat mengikuti di sekolah

regular, SLB Autis Alamanda tetap menyediakan pelayanan pendidikan sesuai

dengan kemampuan dan kebutuhan anak. (CL2 : 240, 17 Februari 2012).

Dijelaskan pula oleh kepala SLB Autis Alamanda, Ibu Yatmi, bahwa di

SLB Autis Alamanda disediakan 2 kelas transisi yang merupakan kelas klasikal

dengan jumlah 2-3 orang siswa untuk setiap kelas. Kriteria siswa dapat masuk ke

dalam kelas transisi ini yaitu anak sudah memiliki kemampuan dalam menarima

Page 130: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

instruksi kelompok, sudah ada kemampuan interaksi social pada anak,

kemampuan kemandirian siswa sudah ada, dan anak telah dapat menguasai

kemampuan akademik dasar sesuai kurikulum khusus yang digunakan di SLB

Autis Alamanda. (CL1 : 190, 10 April 2012).

Dijelaskan lebih lanjut oleh kepala SLB Autis Alamanda bahwa dalam

proses transisi anak dari SLB Autis Alamanda ke kelas/sekolah regular, anak akan

didampingi dengan seorang guru pendamping khusus (shadow) selama masih

diperlukan sebagai upaya membantu penyesuaian anak di kelas regular. (CL1 :

190-191, 10 April 2012). Ditambahkan pula oleh wakil kepala sekolah SLB Autis

Alamanda bahwa hal-hal yang perlu mendapat perhatian bagi guru pendamping

khusus selama menjadi shadow adalah bahwa tugas dari shadow bukanlah

membantu anak secara penuh, melainkan hanya membimbing anak untuk dapat

menyelesaikan tugas secara mandiri, selain itu shadow juga bertugas untuk

membantu menjembatani sosialisasi dan interaksi anak dengan teman-temannya,

selalu memberikan motivasi positif kepada anak, serta memberikan kontrol

perilaku jika perilaku negative anak masih ada. Shadow juga tetap harus memiliki

program dan mencatat hasil program tersebut, baik kemajuan anak, hambatan,

serta generalisasi program tersebut untuk melihat seberapa jauh kemajuan anak

dan kapan shadow harus dilepas dari anak. (CL2 : 241-242, 17 Februari 2012).

Berdasarkan hasil wawancara terhadap kepala SLB Autis Alamanda,

dalam kurun waktu 2 tahun ini SLB Autis Alamanda telah dapat mengantarkan 8

orang siswa untuk melanjutkan ke sekolah regular pada tingkat Taman Kanak-

kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD). Rata-rata usia siswa yang mengikuti kelas

Page 131: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

transisi antara 7 – 8 tahun. Dijelaskan pula bahwa perlu memperhatikan

kemampuan anak dalam menempatkan anak pada tingkatan sekolah, baik tingkat

Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD). (CL1 : 191, 10 April 2012).

Wilis Palupi juga mengungkapkan sedikit pengalaman SLB Autis

Alamanda dalam mengantarkan siswa ke kelas transisi sebagai berikut :

Sampai saat ini sudah ada 8 anak yang ditransisikan ke sekolah umum.

Yang terakhir itu namanya Fikri Fadullah. Jadi pada saat itu kondisi anak

ketika datang ke Alamanda, dia memang autistic banget / autistic murni,

pada awal masuk kondisi anak benar-benar yang autistic murni dan memang

harus mendapatkan intervensi dini. Sampai kemudian verbalnya sudah

keluar , sudah mulai komunikasi 2 arah, dan terutama perilakunya sudah

banyak ditekan jadi artinya persyaratan dia untuk bisa mengikuti satu kelas

dengan tidak tampak / tidak muncul perilaku autistic yang mengganggu, itu

sudah dibilang hampir tidak ada, kemudian kita transisikan ke TK dulu

dengan pendampingan. Jadi kita ada/menyediakan shadow. Targetnya

memang waktu itu 3 bulan, dan sebelum ditransisikan ke sekolah umum kita

para guru ke sana, kita satu tim ke sekolah yang dituju, jadi kita

memberikan gambaran tentang kondisi anak, sekaligus minta izin bahwa

nanti akan ada shadow. Kami juga jelaskan bahwa nanti shadow ini tidak

menetap. Jadi waktu itu tergetnya 3 bulan dan setelah 3 bulan itu anak sudah

harus dilepas. Tapi kemudian tidak sampai lama kita evaluasi Fikri sudah

bisa di gradasi dengan jarak yang semakin jauh, sampai kemudian

dikondisikan untuk belajar secara mandiri di kelas, Dan Alhamdulillah

cukup bagus. Tapi memang sampai sekarang juga masih melakukan

pendampingan dengan terapi perilaku di rumah. (CL2 : 242-243, 20 April

2012)

Prestasi-prestasi dari peserta didik di SLB Autis Alamanda sampai saat ini

masih belum nampak. Namun, SLB Autis Alamanda terus menggali kemampuan-

Page 132: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

kemampuan dan bakat-bakat peserta didik agar dapat mencapai prestasi.

Sebagaimana yang diungkapkan kepala SLB Autis Alamanda, bahwa dalam

mengasah bakat dan minat siswa-siswa SLB Autis Alamanda yang dianggap

memiliki kemampuan dalam berbagai bidang baik keterampilan, seni, maupun

olah raga, SLB Autis Alamanda berusaha memberikan fasilitas kepada peserta

didik yang dianggap memiliki kemampuan tersebut. (CL1 : 191, 10 April 2012).

Dijelaskan oleh kepala SLB Autis Alamanda, untuk peserta didik yang

memiliki kemampuan dalam bidang seni tari, SLB Autis Alamanda mendatangkan

guru tari sehingga hasil dari latihan tari tersebut dapat diikutkan dalam berbagai

lomba dan acara-acara baik acara yang dilaksanakan SLB Autis Alamanda sendiri

maupun acara keluar yang diadakan lembaga lain. Untuk peserta didik yang

memiliki kemampuan dalam bidang olah raga, SLB Autis Alamanda juga

mendatangkan guru olah raga serta menyediakan fasilitas olah raga seperti

peralatan basket, volley, dan bulu tangkis. Untuk siswa yang memiliki bakat

dalam music dan bernyanyi, SLB Autis Alamanda menyediakan fasilitas berupa

peralatan music yaitu piano, rebana, dan peralatan bernyanyi seperti mic, tape, tv,

dan vcd. Untuk kegiatan music dan bernyanyi pembelajarannya dilakukan oleh

guru-guru SLB Autis Alamanda. Sedangkan untuk mengasah keterampilan

lainnya, SLB Autis Alamanda menyediakan fasilitas peralatan untuk membuat

telur asin dan membuat jus buah. Pelatihan pembuatannya dilakukan setiap bulan.

Hal ini dimaksud agar siswa memiliki tambahan keterampilan yang diharapkan

dapat dikembangkan diluar sekolah. (CL1 : 191-192, 10 April 2012).

Page 133: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

Kegiatan-kegiatan yang pernah diikuti oleh SLB Autis Alamanda dalam

satu tahun terakhir yang mengikutsertakan siswa-siswanya dengan menampilkan

berbagai bakat yang dimiliki anatara lain kegiatan Pekan Olah Raga dan Kesenian

(Porseni) PLB yang diadakan setiap tahun, kegiatan ulang tahun SLB Autis

Alamanda dan bakti social diadakan setiap tahun, kegiatan Hari Autis Sedunia,

kegiatan yang dilaksanakan oleh lambaga-lembaga tertentu seperti Presious One

di Mal Paragon, dan kegiatan lomba bina diri siswa SLB. Diungkapkan pula

bahwa SLB Autis Alamanda selalu mengikutsertakan siswa-siswanya dalam

berbagai kegiatan luar sekolah sebagai salah satu pembelajaran bersosialisasi dan

berinteraksi anak terhadap lingkungannya serta menumbuhkan motivasi

berprestasi pada peserta didiknya. (CL1 : 193, 10 April 2012).

3. Kendala Pelaksanaan Kurikulum Khusus SLB Autis Alamanda

Dalam pelaksanaan kurikulum khusus, SLB Autis Alamanda menemui

beberapa kendala-kendala antara lain :

a. Perekrutan guru baru

Dalam perekrutan guru, SLB Autis Alamanda memilih guru sesuai

dengan kualifikasi pendidikan yang telah ditentukan yaitu dari lulusan PLB,

okupasi terapi, fisio terapi, psikologi, dan speech terapi. Tidak sedikit

pelamar dari lulusan tersebut ingin menjadi guru di SLB Autis Alamanda,

namun yang pada akhirnya menjadi kendala adalah permasalahan upah/gaji

guru. (CL2 : 200, 17 Februari 2012). Kepala SLB Autis Alamanda

mengungkapkan bahwa SLB Autis Alamanda belum dapat memberikan upah

Page 134: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

yang lebih sebab pembiayaan untuk upah/gaji guru masih berasal dari SPP

siswa. Diungkapkan pula bahwa UMR (Upah Minimal Regional) di wilayah

Surakarta sekitar Rp 800.000,- , namun SLB Autis Alamanda belum dapat

memenuhi upah/gaji guru dengan ketentuan UMR tersebut sehingga beberapa

guru memilih tidak melanjutkan menjadi guru di SLB Autis Alamanda.

Tercatat sudah ada 3 guru yang memutuskan untuk tidak melanjutkan

mengajar di SLB Autis Alamanda dalam kurun waktu 2 tahun terakhir. (CL1 :

169-170, 10 April 2012).

Selain itu, kendala lain yang juga terjadi adalah ditemukannya guru

yang tidak dapat menguasai materi-materi untuk pembelajaran anak autis

misalnya materi metode ABA. Baik pendidik maupun tenaga kependidikan di

SLB Autis Alamanda harus menjalani seleksi dan training selama 3 bulan

sebelum masuk dan menangani anak di SLB Autis Alamanda. Seleksi dan

training ini dilakukan agar setiap guru dibekali keterampilan dan keahlian

dalam menangani setiap anak di SLB Autis Alamanda. Hal ini juga dilakukan

untuk menjamin mutu pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus

di SLB Autis Alamanda. Selama 3 bulan menjalani masa training biasanya

calon guru yang tidak dapat diterima menjadi guru di SLB Autis Alamanda

adalah calon guru yang kurang dapat mengaplikasikan metode ABA pada

peserta didik. (CL1 : 171-172, 15 Februari 2012).

Diungkapkan pula oleh wakil kepala SLB Autis Alamanda mengenai

pembagian materi selama 3 bulan dalam training guru di SLB Autis

Alamanda sebagai berikut :

Page 135: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

Dua minggu awal akan diberikan materi yang disampaikan oleh kepala

sekolah. Materi yang diberikan meliputi tumbuh kembang anak,

kurikulum khusus autis, metode penanganan dengan metode ABA, dan

perencanaan program individual anak. Kemudian 2 minggu berikutnya

mulai kita perlihatkan di kelas atau melalui CCTV, jadi tergantung

kondisi anaknya apabila memungkinkan guru masuk ke dalam kelas akan

diikutkan di kelas, namun bila tidak memungkinkan akan melalui CCTV.

Kemudian Untuk bulan kedua mulai masuk tim dengan pendampingan.

Bulan ketiga ini mulai dikondisikan untuk menangani satu kasus anak

walaupun masih tetap dalam pendampingan namun lebih dimandirikan.

Untuk bulan ke tiga calon guru akan diberi kepercayaan untuk

memegang anak secara langsung dan menyusun program individual anak

Nah, yang bulan ketiga ini menentukan sekali apakah dia sudah bisa

mengaplikasikan, sejauh mana ilmu yang diterimanya. Kita lihat apakah

ini memang bisa lanjut atau tidak.. (CL2 : 199, 17 Februari 2012)

Materi yang sering menjadi kendala dalam training guru yaitu materi

mengenai pelaksanaan metode ABA. Sering kali calon guru kurang dapat

menerapkan emosi yang sesuai antara pemberian reward pada anak dengan

emosi saat memberi ketegasan. Dijelaskan oleh Wilis Palupi bahwa dalam

memberikan reward berupa pujian kepada anak sangat memerlukan suatu

mimik wajah dan emosi yang terlihat senang. Namun bila memberikan

ketegasan pada anak pun perlu ada pembedaan mimik wajah dan emosi yang

tegas (bukan marah). Diungkapkan oleh Wilis Palupi bahwa anak autis butuh

pembeda yang jelas bahwa yang benar harus diberi reward dan bila salah

harus dengan emosi dan mimik yang tegas. (CL2 : 200-201, 17 Februari

2012).

Page 136: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

Ditambahkan pula oleh kepala SLB Autis Alamanda bahwa selain

materi metode ABA, SLB Autis Alamanda pernah tidak meluluskan calon

guru dalam proses training karena permasalahan kedisiplinan yang tidak

dapat dipenuhi (jam kedatangan di sekolah, jam pulang sekolah, dan

kehadiran di sekolah) serta calon guru tidak mampu menangani/menguasai

beberapa anak dengan karakteristik berbeda (seperti anak yang masih sering

tantrum atau pun anak dengan perilaku negalif yang masih tinggi). (CL1 :

172, 10 April 2012).

b. Peningkatan pengalaman guru

Berdasarkan hasil wawancara kepada Kepala SLB yaitu Ibu Yatmi,

diungkapkan bahwa dalam meningkatkan mutu, kualitas, dan pengalaman

guru SLB Autis Alamanda, berbagai pelatihan untuk guru diadakan dengan

mendatangkan ahli yang berkompeten dalam bidangnya. Namun, untuk

mendatangkan tenaga ahli dalam memberikan pelatihan kepada guru, SLB

Autis Alamanda memerlukan biaya yang terbilang banyak sehingga

permasalahan pembiayaan menjadi suatu kendala yang cukup berarti. (CL1 :

173, 15 Februari 2012).

Diungkapkan pula agar guru-guru SLB Autis Alamanda dapat tetap

meningkatkan pengalaman mengajar, maka SLB Autis Alamanda

mengikutsertakan guru-guru dalam berbagai pelatihan dan seminar yang tidak

memakan banyak biaya namun tetap sesuai dengan kebutuhan pengalaman

guru di SLB Autis Alamanda. (CL1 : 173, 15 Februari 2012). Menurut studi

Page 137: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

dokumen SLB Autis Alamanda mengenai pelatihan guru, berbagai pelatihan

selama Tahun Ajaran 2010/2011 dalam rangka meningkatkan pengalaman

dan kemampuan guru dalam mengajar antara lain :

Tabel 7 . Pelatihan Guru SLB Autis Alamanda Tahun Ajaran 2010/2011

No. Nama Guru Jenis Pelatihan Keterangan

1. Sumarti, Amd.OT Pelatihan Autis “Autis dapat

ditanggulangi”

1 hari

2. Siti Aminah, AMF. S.Pd Diklat “Profesionalisme Guru” 4 hari

Yatmi, S, Pd

3. Wilis Palupi, S.Pd Pelatihan mengenai “Metode Gland

Doman”

1 hari

4. Yatmi, S, Pd Bintek Keterampilan teknis untuk Guru

SLB/SDLB Provinsi Jawa Tengah

4 hari

Wilis Palupi, S.Pd

5. Tri Retno Hastuti,

Amd.OT

Bintek Pengembangan Keterampilan Anak

SLB

4 hari

6. Siti Aminah, AMF. S.Pd Pelatihan Fisio Terapi untuk ABK 1 hari

7. Istiqomah, S.Pd Pelatihan Penggunaan Alat bantu

Metematika

1 hari

8. Wilis Palupi, S.Pd Workshop tentang KTSP 3 hari

Siti Aminah, AMF. S.Pd

9. Istiqomah, S.Pd Pelatihan guru “Menjadi Guru yang

Energik”

1 hari

Tri Retno Hastuti,

Amd.OT

10 Yatmi, S, Pd Pelatihan Pengembangan Pendidikan

Budaya dan Karakter Bangsa

3 hari

11. Endah Resnandari Puji A,

S.Pd

Pelatihan Sistem Informasi Manajemen

PLB I

3 hari

12. Siti Aminah, AMF. S.Pd Pelatihan Pembuatan Modul Pembelajaran

Sekolah Inklusi

3 hari

13. Istiqomah, S.Pd Pelatihan Pengembangan Keterampilan

terapi untuk Anak ABK

3 hari

Page 138: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

14. Endah Resnandari Puji A,

S.Pd

Pelatihan Sistem Informasi Manajemen

PLB II (Lanjutan)

3 hari

15 Siti Aminah, AMF. S.Pd Pelatihan “Implementasi Pendidikan

Berkarakter”

3 hari

16. Krisna Nofianti

Sudarsono,S.Psy

Pelatihan Braille 3 hari

Puji Hastuti, S.Pd

17.

Endah Resnandari Puji A,

S.Pd

Pelatihan Pengembangan Model

Kurikulum Program Terapi untuk ABK

(Fisio Terapi, Terapi Wicara, terapi ABA,

Terapi Musik)

3 hari

18 Siti Aminah, AMF. S.Pd Pelatihan mengenai Bina Wicara 3 hari

19. Tri Retno Hastuti,

Amd.OT

Pelatihan Bina Gerak untuk ABK 3 hari

20. Wilis Palupi, S.Pd Pelatihan Pengembangan Terapi ABK 3 hari

21. Puji Hastuti, S.Pd Pelatihan Pengembangan Kurikulum

BKPBI

3 hari

Dari data pelatihan yang diikuti oleh guru-guru SLB Autis Alamanda,

ditemukan bahwa berbagai pelatihan yang diikuti merupakan pelatihan yang

ditujukan untuk penanganan dan pembelajaran bagi ABK. Pelatihan yang

diikuti merupakan pelatihan yang relevan guna meningkatkan pengetahuan,

pengalaman, dan kemampuan guru dalam menangani anak berkebutuhan

khusus di SLB Autis Alamanda.

Selain dengan mengikutsertakan guru-guru dalam berbagai pelatihan,

Wilis Palupi juga menambahkan bahwa dalam usaha meningkatkan

pengalaman mengajar dan membekali guru-guru dalam memberikan

pembelajaran yang tepat untuk anak-anak berkebutuhan khusus, maka SLB

Autis Alamanda mengadakan rotasi penghendelan anak/siswa. Hal ini

Page 139: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

dimaksudkan agar setiap guru mampu menangani dan memberikan pelayanan

pendidikan yang tepat untuk berbagai karakteristik anak yang berbeda-beda.

Penghendelan terhadap satu anak akan dilakukan dalam satu tim, sehingga

anggota tim yang lain dapat memberikan masukan pada guru yang lain dan

dapat melakukan diskusi mengenai pemberian pendidikan yang tepat untuk

anak didiknya. (CL2 : 201, 17 Februari 2012).

c. Penyusunan dan evaluasi PPI

Dalam penyusunan PPI, kendala yang ditemukan yaitu saat

mengadakan assessment terhadap siswa baru tidak semua siswa menunjukkan

perilaku totalitasnya, sehingga setelah PPI tersusun perlu ada tinjau ulang

atau mengevaluasi kembali PPI yang telah disusun. Dijelaskan lebih lanjut

oleh Wilis Palupi bahwa perilaku totalitas maksudnya adalah bahwa setiap

siswa baru yang masuk ke SLB Autis Alamanda untuk melakukan

assessment, mereka tentu akan beradaptasi terlebih dahulu. Setiap anak

membutuhkan waktu yang berbeda-beda dalam menjalani proses adaptasi

hingga anak merasa nyaman dengan lingkungan yang baru. Selama proses

adaptasi tersebut setiap anak juga menunjukkan perilaku yang berbeda-beda,

ada yang hanya duduk diam tanpa menghiraukan instruksi, ada yang

sepanjang proses assessment terus menangis, ada yang hanya menunjukkan

perilaku menurut karena masih takut dengan orang-orang baru, dan ada pula

yang telah cepat beradaptasi sehingga proses assessment selama satu minggu

mendapatkan hasil yang sesungguhnya. (CL2 : 215-216, 17 Februari 2012).

Page 140: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

Selain dari anak, kendala lain juga terjadi pada orang tua, yaitu ketika

orang tua diminta bersama-sama untuk melakukan penyusunan dan evaluasi

PPI banyak dari mereka menyerahkan sepenuhnya kepada guru. Setelah PPI

berjalan, orang tua baru memberikan keluhan sehingga PPI perlu dievaluasi

dan direvisi kembali. (CL1 :183, 15 Februari 2012)

d. Pelaksanaan pembelajaran

SLB Autis Alamanda merupakan SLB swasta yang berada dibawah

naungan dinas, sehingga SLB Autis Alamanda dituntut untuk melaksanakan

kurikulum sesuai dengan ketetapan pemerintah yaitu dengan melaksanakan

kurikulum yang berorientasi pada mata pelajaran. Hal ini menjadi kendala

bagi SLB Autis Alamanda sebab hampir semua siswa di SLB Autis

Alamanda memiliki gangguan dalam perilaku, sosialisasi, komunikasi,

konsentrasi, interaksi, dan aktivitas sehari-hari. Kurikulum yang berorientasi

pada mata pelajaran tentu bukan merupakan alternative yang tepat untuk

pembelajaran siswa di SLB Autis Alamanda. Pembelajaran yang

dilaksanakan di SLB Autis Alamanda tetap menggunakan kurikulum khusus

yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa. Hal tersebut diungkapkan

oleh Wilis Palupi sebagai berikut :

Karena kita merupakan sekolah yang bernaung di bawah dinas, kita kan

harus mengikuti program yang berasal dari dinas, jadi ada pendidikan

agama diberikan, Bahasa Indonesia diberikan, walaupun di ABA sendiri

program-program dasar seperti itu sudah ada, misalnya dari menulis

sendiri di ABA sudah ada secara terstruktur sekali tahapan-tahapannya.

Tetapi kita tetap harus mengikuti di dinas. Kesulitannya adalah walaupun

Page 141: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

anak-anak yang sudah masuk ke kelas klasikal, secara kognitif ternyata

masih banyak yang belum bisa memahami materi-materi yang abstrak.

Terutama misalnya materi PPkn tentang moralitas dan sebagainya, Jadi

kesulitannya ketika dalam satu kelas itu ada 2 anak pemahamannya

berbeda. Jadi kesulitannya disitu, ketika aplikasi kita harus bisa ending

output-nya itu 2 anak harus bisa mengusai meteri ini tapi dengan cara

yang berbeda. Itu kesulitan yang luar biasa yang kita temukan. Belum

lagi kebutuhan individualnya seperti ADL nya, fine motor-nya, SI nya

kan tetap harus diberikan. Jadi biasanya lebih ke pengaturan regulasi

ketika pemberian materi supaya itu bisa sempurna. Sempurna dalam

artian itu bisa diberikan dan hasilnya baik. Jadi yang masih jadi kendala

ya mengenai aplikasi yang seperti itu. (CL2 : 225-226, 17 Februari

2012).

e. Pelaksanaan metode pembelajaran

Metode pembelajaran yang digunakan di SLB Autis Alamanda yaitu

metode ABA (Applied Bahaviour Analysis). Diungkapkan oleh Wilis Palupi

bahwa tidak semua siswa di SLB Autis Alamanda dapat diberikan

pembelajaran dengan menggunakan metode tersebut karena tidak semua

anak-anak di SLB Autis Alamanda adalah anak-anak autistic, ada yang slow

learner dan down syndrome. (CL2 : 234, 17 Februari 2012).

Dijelaskan lebih lanjut oleh Wilis Palupi bahwa anak slow learner

memiliki karakteristik berbeda dengan anak autis yaitu mengalami hambatan

atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan adaptasi social,

sehingga mereka memerlukan waktu yang lebih lama dan pengulangan-

pengulangan materi yang sama untuk dapat memahami suatu materi. Karena

karakteristik yang berbeda tersebut maka, metode yang digunakan dalam

Page 142: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

menyampaikan materi pun berbeda. Metode yang digunakan yaitu lebih

menekankan pada penggunaan metode visual seperti dengan menampilkan

gambar kegiatan dan gambar urutan kejadian. Selain itu, metode lain yang

digunakan yaitu metode praktek langsung agar siswa lebih mudah

memahami dan mengingat, serta dengan menggunakan metode bermain peran

misalnya saat mengajarkan pembelajaran uang dan jual beli, anak dapat

melakukan praktek dengan melakukan peran berjualan atau berperan sebagai

pembeli. (CL2 : 235-236, 17 Februari 2012).

Untuk anak down syndrome metode yang digunakan juga berbeda

terutama pada cara penyampaian yang tidak bisa disamakan dengan

penyampaian pembelajaran pada anak autis, karena terkadang ketegasan yang

digunakan dapat membuat anak down syndrome semakin drop. Tatapi untuk

materi pembelajaran SLB Autis Alamanda tetap mengacu pada kurikulum

khusus. Pembelajaran untuk anak down syndrome lebih menekankan pada

pemberian aktivitas-aktivitas yang menyenangkan dan menarik misalnya

pembelajaran dengan menggunakan foto atau gambar-gambar yang

mencolok, gambar urutan aktivitas, pemberian aktivitas bermain sambil

belajar seperti bermain bola untuk meningkatkan kekuatan motorik anak, play

dough, meronce, memasang puzzle sederhana, dan lain-lain. Penekanan juga

diberikan pada kemampuan bahasa dan bicara, bantu diri, serta kemampuan

motorik anak. Pemberian metode yang berbeda disebabkan karena

karakteristik anak yang berbeda-beda. Anak down syndrome akan

memberikan perhatian penuh terhadap hal-hal yang disukai. Selain itu anak

Page 143: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

down syndrome juga lebih banyak belajar dengan cara menirukan orang lain.

(CL2 : 234-235, 17 Februari 2012).

Kendala lain juga terjadi dalam pelaksanaan metode sensori integrasi

(SI). Seperti yang diungkapkan oleh Sumarti bahwa kendala dalam

pelaksanaan metode sensori integrasi antara lain karena waktu pemberian

pelayanan sensori integrasi (SI) yang kurang sebab harus ada pembagian

dengan materi-materi lain dalam satu sesi pembelajaran (2 jam), alat-alat/

media sensori integrasi yang ada di Alamanda masih terbatas, dan kurang

konsistennya pemberian pelayanan sensori integrasi (SI) di rumah sehingga

hasilnya menjadi kurang maksimal. (CL3 : 250, 20 Februari 2012)

f. Pengadaan media pembelajaran

Berdasarkan hasil wawancara terhadap kepala SLB Autis Alamanda,

dalam pengadaan media pembelajaran, kesulitan yang ditemukan yaitu karena

tidak semua media yang dibutuhkan oleh siswa-siswa SLB Autis Alamanda

ada di daerah Surakarta. Beberapa media pembelajaran perlu didatangkan dari

luar daerah. Ditambahkan oleh Yatmi, media tersebut perlu didatangkan dari

luar daerah sebab bahan-bahan yang digunakan harus menggunakan bahan

khusus dengan standart tertentu. (CL1 : 180, 10 April 2012).

Selain itu ada juga media-media pembelajaran yang perlu memesan

sendiri seperti puzzle bentuk, papan jahit, alat pertukangan, alat otomotif, dan

lain-lain. Sedangkan untuk media pembelajaran lain ada pula yang

pengadaannya dengan membuat sendiri sesuai dengan kreasi guru-guru di

Page 144: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

SLB Autis Alamanda, seperti media untuk predressing, scribble, dan berbagai

kartu-kartu pembelajaran. (CL1 : 180-181, 10 April 2012).

C. Pembahasan

SLB Autis Alamanda sebagai salah satu sekolah luar biasa di Surakarta

yang memberikan pelayanan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus,

menurut penulis telah menggunakan kurikulum yang sangat sesuai dengan

tuntutan kebutuhan anak berkebutuhan khusus. Kurikulum yang diterapkan

merupakan kurikulum yang memandang siswa sebagai pribadi yang unik serta

memiliki perbedaan-perbedaan antara individu yang satu dengan yang lain.

Kurikulum khusus autis ini juga memandang berbagai karakteristik anak autis

secara menyeluruh seperti kontak mata, imitasi, kemampuan berbahasa,

kemampuan bersosialisasi dan berinteraksi, kemampuan bina diri serta

kemampuan motorik anak. Semua hal tersebut telah tertuang dalam kurikulum

khusus di SLB Autis Alamanda.

Sebagaimana yang telah diuraikan pada bab 2 dalam pendapat Martinis

Yamin (2008:82) menyebutkan bahwa kurikulum pendidikan khusus terdiri dari 8

sampai 10 mata pelajaran ditambah muatan local, program khusus, dan

pengembangan diri. Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa kurikulum

yang ditetapkan pemerintah untuk anak berkebutuhan khusus mengacu atau

berorientasi pada mata pelajaran. Martinis Yamin (2008:83) juga menjelaskan

bahwa peserta didik berkelainan yang disertai dengan kemampuan intelektual

dibawah rata-rata, diperlukan kurikulum yang sangat spesifik, sederhana dan

Page 145: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

bersifat tematik untuk mendorong kemandirian dalam hidup sehari-hari. Dari

pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa apabila anak berkebutuhan khusus

berkelainan disertai dengan kemampuan intelektual di bawah rata-rata

memerlukan kurikulum yang lebih spesifik, sederhana, dan bersifat tematik dalam

rangka mendorong kemandirian siswa.

Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa anak berkebutuhan khusus

seharusnya diberikan suatu kurikulum yang berbeda dengan anak-anak normal

mengingat bahwa kemampuan mereka sangat berbeda antara individu yang satu

dengan yang lain. Kurikulum yang mengacu dan berorientasi pada mata pelajaran,

menurut penulis merupakan kurikulum yang kurang sesuai dengan kebutuhan

peserta didik berkebutuhan khusus terutama untuk peserta didik dengan

intelektual dibawah rata-rata dan dengan gangguan perilaku. Anak-anak

berkebutuhan khusus tersebut tentu akan mengalami banyak tekanan bila

dipaksakan untuk mengikuti pembelajaran dengan struktur mata pelajaran yang

sangat bersifat kognif.

Kurikulum yang diterapkan untuk anak berkebutuhan khusus seharusnya

merupakan kurikulum yang berbicara atas nama kepentingan dan kebutuhan anak

didik, baik secara khusus maupun secara umum. Kurikulum untuk anak

berkebutuhan khusus seharusnya harus menggunakan pendekatan humanistic,

mengingat kebutuhan setiap anak berkebutuhan khusus berbeda-beda dan anak

berkebutuhan khusus memiliki ciri khas yang berbeda anatara setiap individu.

Kurikulum untuk anak berkebutuhan khusus seharusnya memandang anak sebagai

individu yang memiliki kemampuan heterogen. Kurikulum tersebut harus

Page 146: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

menghargai perbedaan kebutuhan dan kepentingan anak didik sehingga mereka

harus mendapatkan pelayanan yang berlainan antara satu dengan yang lain.

1. Pelaksanaan Kurikulum Khusus di SLB Autis Alamanda

a. Assessment Siswa

Assessment di SLB Autis Alamanda merupakan penilaian awal

terhadap anak sebelum anak masuk menjadi siswa di sekolah tersebut. Tujuan

assessment adalah untuk mengetahui kondisi anak, mengkaji sejauh mana

perilaku dan kemampuan anak serta menentukan pendidikan yang tepat dan

sesuai dengan kebutuhan anak. Assessment terhadap siswa di SLB Autis

Alamanda dilakukan dengan memberikan beberapa perlakuan terhadap anak

dalam jangka waktu tertentu. Dalam proses assessment dilakukan juga

wawancara terhadap orang tua untuk mengetahui latar belakang, hambatan dan

kondisi sosial anak. Selain itu, ada pula lembar assessment yang harus diisi

oleh orang tua untuk mengetahui kondisi anak / riwayat anak sejak lahir. Hal

ini sependapat dengan Sunardi (2005:69) yang menyatakan bahwa tujuan dari

assessment formal adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan anak di

berbagai aspek dan untuk menentukan jenis dan tingkat penyimpangannya.

Assessment ini dilakukan sebelum anak memperoleh layanan PLB.

Di SLB Autis Alamanda assessment terhadap anak dilakukan oleh tim

assessment yang terdiri dari guru PLB, tenaga okupasi terapi, psikologi, dan

fisio terapi. Dalam Sunardi (2005:70) menyebutkan bahwa komposisi tim

evaluasi harus terdiri dari minimal seorang guru kelas dan masing-masing

Page 147: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

seorang tenaga dari setiap profesi yang diujikan. Hal ini berarti bahwa

komponen tim evaluasi perlu menyesuaikan dengan materi assessment yang

diberikan. Materi yang di berikan saat assessment pada anak di SLB Autis

Alamanda meliputi: (1) kontak mata; (2) kepatuhan duduk mandiri di dalam

kelas; (3) kepatuhan diluar kelas, (4) kemampuan anak berdasarkan pada

kurikulum khusus pada tingkat dasar, intermediate ataupun advance meliputi

kemampuan menirukan (imitasi), kemampuan bahasa reseptif (kognitif),

kemampuan bahasa ekspresif, kemampuan pre akademik – akademik,

kemampuan bantu diri dan materi tentang sensori integrasi; (5) kemampuan

berkomunikasi; (6) kemampuan bersosialisasi; (7) kemampuan beradaptasi; (8)

kemampuan emosional, (9) perilaku negatif; dan (10) Reinforcement (R+ / R-).

Materi assessment tersebut tidak jauh berbeda dengan pendapat

Sunardi (2005:70) yang menyatakan bahwa komponen yang harus dimasukkan

dalam proses assessment adalah :

1) Tes kemampuan akademik, termasuk di dalamnya yaitu tentang tes-tes

pengusaan keterampilan akademik dan prestasi belajar di sekolah. Hasil

tes ini harus menunjukkan tingkat kemampuan yang dicapai, kelemahan,

dan bidang-bidang yang belum dikuasai oleh anak.

2) Tes intelegensi, untuk memperoleh gambaran tentang tingkat

kemampuan umum anak.

3) Tes perilaku social dan adaptif, merupakan kemampuan memenuhi

tuntutan social di lingkungannya secara efektif. Aspek yang termasuk di

Page 148: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

dalamnya antara lain tingkat kemandirian, kemampuan berkomunikasi,

perkembangan motorik-perseptual, sosialisasi, dan bina diri.

4) Kemampuan bahasa, baik bahasa reseptif maupun bahasa ekspresif.

5) Riwayat perkembangan anak, baik riwayat kesehatan, perkembangan

pendidikan, maupun tentang keluarga.

6) Komponen lain seperti kondisi kesehatan umum, opthamologis,

neurologis, audiologist, dan psikiatris anak.

Dari komponen-komponen assessment yang dijelaskan oleh Sunardi,

terlihat bahwa assessment yang telah diterapkan di SLB Autis Alamanda dapat

dikatakan telah sesuai dengan teori tersebut. Materi-materi assessment yang

diberikan kepada anak menyesuaikan dengan kurikulum khusus yang

diterapkan di SLB Autis Alamanda.

b. Penyusunan Program Pengajaran Individual (PPI)

Kurikulum khusus yang telah diterapkan di SLB Autis Alamanda

merupakan kurikulum yang melihat pada karakteristik, kemampuan, dan

kebutuhan anak dalam memberikan pelayanan pada siswa dengan kebutuhan

yang berbeda-beda antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. SLB Autis

Alamanda menerapkan pembuatan Program Pengajaran Individual (PPI) pada

setiap siswa. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan pelayanan pendidikan bagi

setiap siswa berbeda-beda. Penerapan penggunaan PPI di SLB Autis Alamanda

senada dengan pendapat Sunardi (2005: 60) yang menjelaskan bahwa PPI

disusun untuk setiap anak luar biasa. Sifat PPI sangat individual, karakteristik

Page 149: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

setiap anak harus dideskripsikan secara lengkap baik mengenai tingkat

kemampuan maupun tingkat kelemahan dalam semua aspek yang berkaitan

dengan pendidikan, termasuk prestasi belajar, tingkat kecerdasan, kondisi

emosi, kemampuan sosialisasi, fisik, kesehatan dan sebagainya.

Penyusunan PPI di SLB Autis Alamanda melibatkan satu tim yang

terdiri dari guru khusus (PLB), kepala sekolah, guru dari okupasi terapi, tenaga

psikologi, serta orang tua siswa. Hal tersebut sejurus dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Gordon S. Gibb & Tina Taylor Dyches (2000:1-2) yang

menyatakan bahwa tim PPI terdiri dari orang tua, guru umum, guru khusus

(PLB), perwakilan pendidik (kepala sekolah), penafsir evaluasi, pakar/ahli

psikologi, fisio terapi maupun okupasi, serta bisa juga melibatkan siswa yang

bersangkutan bila dimungkinkan. Sesuai dengan pendapat tersebut dapat dilihat

bahwa SLB Autis Alamanda telah melakukan penyusunan PPI sesuai dengan

criteria penyusunan PPI. Perlunya dibentuk tim dari berbagai bidang ilmu

dalam penyususnan PPI dimaksud agar dapat memberikan pelayanan

pendidikan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak setelah dilihat dari

sudut pandang berbagai bidang ilmu.

Penyusunan PPI oleh tim PPI di SLB Autis Alamanda diawali dengan

kegiatan assessment selama satu minggu terhadap siswa baru, kemudian

dilanjutkan dengan mengadakan pertemuan tim untuk melakukan penyusunan

PPI. Setelah itu, PPI tersebut akan dilaksanakan dan dilakukan evaluasi setiap

1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan. Pelaksanaan PPI seperti yang dilakukan di SLB

Autis Alamanda sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Marsh, Price dan

Page 150: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

Smith dalam Sunardi (2005: 67) bahwa proses pengembangan dan pelaksanaan

PPI meliputi tahap awal (penjaringan dan rujukan), lanjutan (evaluasi dan

assessment), dan penulisan PPI, serta dilanjutkan dengan pelaksanaan PPI dan

evaluasi terhadap program tersebut sebagaimana yang ditampilkan lebih jelas

dalam gambar 2 mengenai alur layanan PLB . Untuk tahap penjaringan, SLB

Autis Alamanda pernah melakukan penjaringan dan sosialisasi ABK secara

berkala setiap 6 bulan sekali di beberapa posyandu di daerah Surakarta. Tetapi,

untuk 2 tahun terakhir SLB Autis Alamanda lebih bersifat menunggu siswa

yang datang mendaftar ke SLB Autis Alamanda.

Menurut penulis, kegiatan penjaringan terhadap ABK perlu

dilaksanakan terutama di sekolah-sekolah dasar, mengingat saat ini masih

banyak anak-anak berkebutuhan khusus yang kurang mendapat pelayanan

pendidikan yang sesuai di sekolah-sekolah umum. Sosialisasi dan penjaringan

juga perlu di lakukan di masyarakat sebab masih banyak orang tua yang belum

sadar tentang pendidikan yang tepat bagi anak, terutama orang tua yang

memiliki anak berkebutuhan khusus.

c. Pelaksanaan Pembelajaran SLB Autis Alamanda

Kurikulum khusus yang digunakan SLB Autis Alamanda merupakan

kurikulum yang berorientasi pada pengembangan perilaku anak sehingga

materi yang diberikan pun berbeda. Materi dalam kurikulum khusus ini terdiri

dari materi tingkat dasar, intermediate (menengah), dan tingkat advanced (atas)

yang meliputi kemampuan mengikuti pelajaran (kepatuhan dan kontak mata),

Page 151: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

kemampuan menirukan (imitasi), kemampuan bahasa reseptif (kognitif),

kemampuan bahasa ekspresif, kemampuan pre akademik – akademik, dan

kemampuan bantu diri. Untuk tingkat advanced ada 3 tambahan kategori yaitu

kemampuan sosialisasi, kemampuan bahasa abstrak serta kesiapan masuk

sekolah.

Materi-materi tersebut merupakan materi-materi yang sesuai dengan

materi kurikulum yang dijelaskan Catherine Maurice, Gina Green, dan Stephen

C. Luce (1996:66) yang membagi materi kurikulum kedalam tiga tingkatan

yaitu beginning Curriculum guide (kurikulum permulaan), intermediate

curriculum guide (kurikulum pertengahan), dan advanced curriculum guide

(kurikulum lanjutan). Dalam kurikulum tersebut dijelaskan pula materi-materi

yang disampaikan beserta aktivitas-aktivitas yang diberikan secara terperinci

sesuai dengan tingkatannya yaitu attending skills, imitation skills, receptive

language skills, expressive language skills, pre-academic skills dan self-help

skills. (keterampilan perhatian, keterampilan menirukan, keterampilan bahasa

reseptif, keterampilan bahasa ekspresif, keterampilan pre-akademik, dan

keterampilan bantu diri).

Apabila memperhatikan materi-materi kurikulum yang dilaksanakan

di SLB Autis Alamanda, dapat dilihat bahwa materi yang diberikan merupakan

materi yang menyasuaikan dengan karakteristik anak autisme secara meyeluruh

dan kebutuhan-kebutuhannya untuk dapat diterima dalam masyarakat serta

agar dapat berkembang seperti anak-anak normal lainnya. Hal ini sesuai

dengan pendapat Wina Sanjaya (2009:114) yang menjelaskan bahwa isi atau

Page 152: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

materi kurikulum harus bersumber pada tiga hal yaitu, pertama, masyarakat

sebagai sumber kurikulum karena pendidikan merupakan bekal bagi peserta

didik agar dapat hidup di masyarakat. Kedua, siswa sebagai sumber isi/materi

kurikulum sehingga pemilihan materi/isi kurikulum harus menyesuaikan

dengan perkembangan anak, isi kurikulum sebaiknya mencakup keterampilan,

pengetahuan, dan sikap yang dapat digunakan siswa dalam pengalamannya

sekarang dan juga berguna untuk menghadapi kebutuhannya pada masa yang

akan datang, siswa hendaknya didorong untuk belajar berkat kegiatannya

sendiri dan tidak sekedar menerima secara pasif apa yang diberikan guru, dan

apa yang dipelajari siswa hendaknya sesuai dengan minat dan keinginan siswa.

Ketiga, ilmu pengetahuan sebagai sumber materi kurikulum, karena ilmu

pengetahuan selalu berkembang.

Pelaksanaan pembelajaran di SLB Autis Alamanda berlangsung dari

hari Senin sampai Sabtu dengan ketentuan 2 jam pelajaran untuk setiap anak

dalam satu sesi. Jadi dalam satu minggu setiap anak akan mendapat

pembelajaran selama 12 jam. Selebihnya, SLB Autis Alamanda menyerahkan

kelanjutan pembelajaran di rumah oleh orang tua. Oleh sebab itu, peran orang

tua sangatlah penting dalam keberhasilan pendidikan untuk anak. Usaha yang

dilakukan SLB Autis Alamanda agar dapat mencapai keberhasilan anak yaitu

dengan melakukan komunikasi secara intensif terhadap orang tua, baik

komunikasi secara langsung maupun melalui media lain seperti buku

penghubung. Selain itu, SLB Autis Alamanda membuka seluas-luasnya kepada

orang tua yang ingin berkonsultasi mengenai perkembangan anak. SLB Autis

Page 153: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

Alamanda juga melakukan kegiatan home visit untuk melakukan komunikasi

secara langsung dengan orang tua dan berdiskusi mengenai permasalahan anak

yang ada di rumah. Bagi orang tua yang menginginkan anaknya memperoleh

pembelajaran atau terapi tambahan di luar jam sekolah, SLB Autis Alamanda

juga dapat mengusahakan hal tersebut. Besarnya peran orang tua dalam

keberhasilan anak sejalan dengan pendapat Ron Leaf&John McEachin, (1999 :

10) yang menyatakan “the involvement of the family is critical in the treatment

process. No one knows your child better than you are ultimately the ones who

care the most and are most affected by your child’s disorder.” (keterlibatan

anggota keluarga sangatlah penting dalam keberhasilan proses terapi. Tidak

ada yang paling mengenal anak kecuali orang tua yang merupakan pengasuh

dan pembimbing utama dalam kehidupan anak). Beberapa orang tua mungkin

dapat memberikan pelayanan pendidikan bagi anaknya, namun ada juga yang

perlu mendatangkan terapis ataupun memasukkan anak di sekolah khusus

untuk dapat diberikan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya.

Sebagai kelanjutan pembelajaran yang telah diberikan di sekolah, orang tua

dapat mengajak anak bepergian ke tempat-tempat umum seperti supermarket,

restoran, taman, dan rumah saudara. Kegiatan-kegiatan seperti itu

menunjukkan bahwa orang tua telah membantu dalam proses generalisasi

kemampuan anak. (Ron Leaf&John McEachin, 1999 : 10). Hal yang sama

juga diungkapkan oleh O. Ivar Lovaas (1981:109) yaitu “stimulus

generalization is the extent to which a behavior that is taught in one situation

is subsequently performed in other situation, even though that other situation

Page 154: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144

was not involved in the original teaching.” (stimulus generalisasi adalah

perluasan dimana perilaku yang diajarkan di sebuah situasi kemudian

ditunjukkan dalam situasi yang berbeda, bahkan berpikir pada situasi yang lain

tidak terlibat dalam pembelajaran sesungguhnya). Jadi generalisasi merupakan

penerapan perilaku yang telah diajarkan dalam berbagai situasi yang berbeda-

beda, baik menyangkut subyek atau orang yang memberikan instruksi, obyak

atau tempat, serta instruksi yang berbeda-beda. O. Ivar Lovaas (1981:109-110)

juga menjelaskan mengenai beberapa prosedur yang dapat dilakukan untuk

proses stimulus generalisasi yaitu work in several environments yaitu

mengajarkan pada beberapa lingkungan, have several “teachers” yaitu

mempunyai beberapa pengajar/guru untuk menghindari adanya ketergantungan

anak pada satu orang pengajar, program common stimuli yaitu menguasahakan

suatu kemiripan perlakuan atau keadaan yang tampak sebagai awal

pelaksanaan program generalisasi, dan common reward schedules yaitu

pemberian hadiah/penghargaan yang terjadwal artinya pemberian penghargaan

yang semakin lama semakin dikurangi untuk mencegah terjadinya

ketergantungan anak terhadap penghargaan/hadiah.

Pemberian pelayanan pendidikan di SLB Autis Alamanda dilakukan

dalam 2 kategori kelas yaitu kelas individual dan kelas klasikal. Siswa yang

masuk dalam kelas individual merupakan siswa yang masih dalam intervensi

dini atau siswa-siswa dengan perilaku autistic yang masih tinggi sehingga

masih sangat membutuhkan penanganan perilaku secara intensif. Siswa-siswa

tersebut akan diberikan pelayanan pendidikan secara one-on-one artinya dalam

Page 155: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145

satu kelas satu siswa akan dihendel oleh satu guru. Kelas yang digunakan

untuk pembelajaran individual di SLB Autis Alamanda merupakan kelas

khusus berukuran 2 m x 1,5 m yang ditata khusus tanpa ada benda-benda yang

mencolok, menarik atau mengganggu perhatian anak. Hal ini sependapat

dengan Ron Leaf&John McEachin, (1999 : 12) yang menyatakan bahwa

pembelajaran untuk anak autis pada awalnya proses belajar dilakukan pada

situasi yang mengarah pada keberhasilan, ini berarti menghindarkan anak dari

distraksi lingkungan (mengkondisikan ruangan yang bersih dari berbagai

gambar/hiasan dan suasana yang tenang).

Sedangkan untuk anak-anak yang masuk dalam kelas klasikal

merupakan anak-anak yang sudah mampu menerima instruksi secara bersama-

sama (kelompok), pemahaman anak tentang lingkungan sudah bagus, sudah

dapat melakukan komunikasi dua arah, dan sudah dapat menguasai beberapa

kepatuhan dasar yang ada di intervensi dini, termasuk sudah dapat duduk

dengan tenang. Kelas klasikal ini juga merupakan kelas transisi yaitu sebagai

jembatan agar siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan dan menerima

kahadiran orang lain (teman satu kelas) sebelum anak masuk ke sekolah

regular. Dalam kelas ini anak akan dibelajarkan untuk dapat bersosialisasi dan

berintaraksi dengan teman lain. Apabila anak dianggap telah mampu untuk

masuk ke sekolah regular, maka anak akan dicobakan masuk mengikuti kelas

regular di sekolah regular dengan pendamping khusus (shadow). Shadow tidak

akan mendampingi anak secara terus menerus, lambat laun shadow harus

dihentikan dan anak dikondisikan untuk belajar secara mandiri di sekolah

Page 156: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146

umum. Hal serupa diungkapkan pula oleh Handojo (2008:32) yang menyatakan

bahwa anak dengan kelainan perilaku , terutama penyandang autisme yang

telah mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik dapat dicoba untuk

memasuki sekolah ‘normal’ sesuai dengan umurnya. Yang perlu diingat yaitu

bagi anak dengan autism yang masuk sekolah normal harus ‘dibayangi’ terus

(oleh shadower atau helper) agar bila terjadi kesulitan komunikasi anak dapat

segera dibantu atau dijembatani dengan instruksi yang dimengerti anak.

Selain kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dari hari Senin

sampai Jumat, SLB Autis Alamanda juga mengadakan kegiatan ekstrakurikuler

dan kegiatan outing class yang merupakan kegiatan tambahan selain kegiatan

rutin. Kegiatan ekstrakurikuler di SLB Autis Alamanda diisi dengan kegiatan

tari dan olah raga selain juga ditambah dengan kegiatan secara klasikal

(bersama-sama) sebagai ajang interaksi dan sosialisasi siswa-siswa di SLB

Autis Alamanda. Kegiatan tambahan tersebut biasanya diisi dengan kegiatan-

kegiatan yang bervariasi seperti gerak dan lagu, lomba ketangkasan dan

konsentrasi, lomba mewarnai, bowling, membuat jus, membuat telur asin, dan

lain sebagainya. Tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan-kegiatan

tambahannya yaitu untuk membelajarkan siswa bekerja sama, berbagi, bersaing

secara sehat, menunggu giliran, bersabar, berpendapat, mengungkapkan pikiran

secara santun dan yang pasti banyak mengajarkan anak bagaimana besikap dan

bertindak dalam suasana kebersamaan saat berinteraksi dengan orang lain.

Sedangkan untuk kegiatan outing merupakan kegiatan keluar sekolah untuk

mengadaptasikan siswa ke tempat-tempat umum serta membantu

Page 157: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147

membelajarkan orang tua menangani anak di tempat-tempat umum. Baik

kegiatan ekstrakurikuler maupun outing class merupakan kegiatan yang rutin

dilaksanakan di SLB Autis Alamanda dalam upaya untuk menggeneralisasikan

pembelajaran yang telah diberikan pada lingkungan yang sesungguhnya. Hal

ini sependapat dengan Ron Leaf&John McEachin, (1999 : 13) yang

menjelaskan bahwa untuk pembelajaran anak selanjutnya (setelah

pembelajaran secara individual), proses belajar harus dapat diberikan di

lingkungan yang sebenarnya. Jadi, proses pembelajaran harus dilakukan di

seluruh ruangan di dalam rumah dan juga di tempat-tempat umum. Cara ini

ditujukan untuk mempersiapkan anak nantinya untuk belajar di sekolah umum.

d. Metode Pembelajaran SLB Autis Alamanda

Metode pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan meteri-

materi pembelajaran kepada siswa juga berbeda dengan metode pembelajaran

di sekolah regular. SLB Autis Alamanda menggunakan metode ABA (Applied

Bahaviour Analysis). ABA merupakan metode yang menggunakan prosedur

perubahan perilaku, dengan menekankan pada pemberian konsekuensi dari apa

yang kita rasakan, pelajari dan perilaku yang kita harapkan tetap muncul

dikemudian hari, untuk membantu individu membangun kemampuan dengan

ukuran nilai-nilai yang ada di masyarakat. SLB Autis Alamanda memilih

metode ABA karena ABA merupakan suatu metode tata laksana perilaku yang

sangat terstruktur, terarah, dan terukur dengan menekankan pada analisis

perilaku sehingga diharapkan akan menunjang penyembuhan autisme.

Page 158: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148

Penerapan metode ABA di SLB Autis Alamanda dilakukan terstruktur dengan

menggunakan teknik DTT (Discrete Trial Training) dimana pelaksanaannya

terdiri dari siklus yang mana akan dimulai dari pemberian suatu instruksi

kepada anak, pemberian reward jika anak dapat melaksanakan instruksi

tersebut secara benar, pemberian prompt/bantuan setelah 3 kali instruksi ketika

anak belum dapat melakukan instruksi tersebut. Penerapan teknik DTT dalam

pembelajaran anak autis di SLB Autis Alamanda dirasa tepat karena menurut

Ron Leaf&John McEachin, (1999 : 131) metode pembelajaran dari ABA yang

banyak digunakan adalah DTT. DTT merupakan proses belajar untuk

mengembangkan hampir semua keterampilan termasuk bahasa, kognitif,

komunikasi, bermain, bersosialisasi, dan bantu diri. Dijelaskan pula

terstrukturnya DTT melibatkan beberapa proses yaitu ; memecah keterampilan

menjadi bagian-bagian yang kecil, melatih suatu sub keterampilan sampai

dikuasai benar, anak mempraktekkannya secara berulang-ulang pada periode

waktu tertentu, memberikan bantuan seperlunya/sebanyak yang dibutuhkan,

dan menggunakan prosedur reinforcement (penguat).

Teknik lain dari ABA yang digunakan di SLB Autis Alamanda antara

lain kepatuhan dan kontak mata, one-on-one, fading, shaping, chaining,

discrimination training, matching, mengenalkan konsep warna, bentuk, huruf

dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Catherine

Maurice (1996:188) yang menyarankan juga beberapa metode dalam

kurikulum ABA yaitu shaping, prompting, prompting fading, dan chaining.

Shaping diberikan bila anak sama sekali belum memiliki suatu

Page 159: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149

keterampilan/belum menguasai suatu keterampilan. Jadi guru anak membentuk

keterampilan pada anak. Prompting digunakan untuk memberikan bantuan

kepada anak untuk mengkoreksi respon yang salah. Prompt fading yaitu

melunturkan prompt atau bantuan yang diberikan kepada anak agar anak tidak

selalu tergantung pada prompt. Chaining yaitu mengajarkan suatu perilaku

kompleks menjadi bagian-bagian yang labih kecil dan sederhana, dapat pula

disebut sebagai menganalisis suatu materi menjadi bagian-bagian yang

sederhana. Dalam Handojo (2009:10-11) dijelaskan pula mengenai teknik-

teknik lain dari metode ABA yaitu discrimination training atau discriminating,

matching atau mencocokkan, fading, shaping, dan chaining. Ditekankan oleh

Catherine Maurice (1996:188) bahwa dalam memilih berbagai teknik atau

metode pembelajaran untuk anak harus memperhatikan dengan tepat mengenai

tingkat kemampuan anak saat ini, gaya belajarnya, dan kemampuannya untuk

belajar.

Materi yang ada dalam kurikulum khusus autis merupakan materi

yang tepat untuk pendidikan bagi anak dengan gangguan perilaku, konsentrasi,

komunikasi dan interaksi social. Pemberian materi dengan menggunakan

metode ABA merupakan satu rangkaian pembelajaran yang sesuai dengan

kebutuhan anak sebab metode ABA merupakan metode yang terstruktur dan

dapat diukur. Teknik-teknik yang diterapkan dalam metode ABA merupakan

teknik-teknik yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anak seperti

menekankan pada kepatuhan dan kontak mata dan pemberian materi secara

Page 160: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

150

one-on-one yang berarti pemberian materi tersebut bersifat sangat individual

sesuai dengan kebutuhan individual setiap anak.

Selain metode ABA, SLB Autis Alamanda juga menggunakan metode

sensori integrasi (SI) sebagai usaha untuk memperbaiki gangguan sensori anak

autis dengan mengadaptasikan berbagai kondisi dan situasi secara berlahan,

misalnya menggunakan media-media sensori integrasi (SI) yang ada di SLB

Autis Alamanda. Gangguan sensori integrasi (SI) pada anak autis sesuai

dengan pendapat yang dikemukakan Bundy, Lane dan Murray dalam Tri

Gunadi (2008:1) menyatakan bahwa sebagian besar hasil penelitian

menunjukkan bahwa, anak dan orang dewasa dengan Autism Spectrum

Disorder (ASD), menunjukkan perilaku-perilaku yang tidak biasa terhadap

suatu respon sensorik. Ayres dalam Tri Gunadi (2008:1) juga menyatakan

bahwa mereka mengalami kesulitan untuk mengolah input sensorik yang

masuk, misalnya bila dipanggil namanya mereka tidak merespon, diajak bicara,

tidak menanggapi.

Pelaksanaan metode SI di SLB Autis Alamanda dilakukan dengan

mengadaptasikan anak untuk menerima input-input sensorik dengan

menggunakan media-media yang ada di SLB Autis Alamanda seperti bola

bobath, vestibular board, ayunan, brushing, dan lain sebagainya. Hal ini tidak

jauh berbeda dengan pendapat yang disampaikan Tri Gunadi (2008:7) yang

menyatakan bahwa terapi okupasi dengan pendekatan SI menggunakan

pendekatan bermain dengan anak, karena dunia bermain adalah dunia terdekat

untuk dapat menggambarkan perilaku anak. Di dalam ruang terapi, disediakan

Page 161: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

151

berbagai macam input untuk dapat diolah , input yang tersedia misalnya input

proprioseptif berupa perlengkapan main, yaitu luncuran, “prosotan”, input

vestibular, berupa berbagai macam bentuk ayunan, trampolin. Input taktil

(kulit) diwakili oleh bermacam-macam tekstur permukaan lantai, kain, dan

lain-lain.

e. Pemanfaatan Sarana Prasarana dan Media Pembelajaran SLB Autis Alamanda

Sarana dan prasarana pendidikan yang ada di SLB Autis Alamanda

masih belum memenuhi SNP (Standar Nasional Pendidikan) sebagaimana yang

telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional No 33 tahun

2008 tentang Standar Sarpras untuk SLB, namun SLB Autis Alamanda terus

berupaya untuk menyediakan sarana prasarana yang sesuai standar nasional.

SLB Autis Alamanda juga akan terus memberikan pelayanan secara maksimal

kapada peserta didiknya. Hal ini, terbukti dengan kepercayaan orang tua yang

mempercayakan putra putrinya untuk diberi pendidikan di SLB Autis

Alamanda.

Sebagian besar media yang dipergunakan di SLB Autis Alamanda

adalah media yang menekankan pada pembelajaran secara visual dan peraba

peserta didik. Penggunaan media visual dirasa lebih efektif untuk

menyampaikan informasi, materi, dan pesan pembelajaran kepada peserta didik

dengan gangguan perilaku mengingat banyak diantara mereka masih kesulitan

dalam konsentrasi, kontak mata, komunikasi, bicara, interaksi, dan memahami

hal-hal yang bersifat abstrak. Penggunaan media visual dianggap lebih mudah

Page 162: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

152

diterima anak jika dibandingkan dengan media lain. Hal ini senada dengan

pendapat Linda Hadgdon dalam makalah yang disampaikan Wawan RM

(2012:13) mengenai alasan pemilihan strategi visual bagi anak berkebutuhan

khusus antara lain karena banyak anak dengan gangguan komunikasi dan

perilaku adalah pembelajar visual, kebanyakan masalah perilaku dan

keterampilan social pada ABK berhubungan dengan kurangnya pemahaman,

ABK banyak memperhatikan kekuatan dalam memahami informasi secara

visual dibanding apa yang didengar, visual sangat membantu dalam

pemrosesan bahasa, pengorganisasian pikiran, daya ingat akan informasi dan

keterampilan yang penting dalam komunikasi serta karena informasi visual

akan bertahan lama, tidak bersifat sementara, dan tidak cepat hilang. Dengan

alasan-alasan itulah maka SLB Autis Alamanda lebih menekankan penggunaan

media visual dalam pembelajaran dan menyampaikan informasi kepada peserta

didik.

Dalam pemanfaatan berbagai media pembelajaran yang ada di SLB

Autis Alamanda, tidak hanya terbatas pada pembelajaran di dalam kelas saja.

Media-media pembelajaran tersebut juga dimanfaatkan dalam kegiatan

bermain saat istirahat untuk mengisi waktu luang siswa. Selama istirahat

berlangsung, guru tetap mengawasi setiap siswa dan mengarahkan siswa untuk

melakukan kegiatan baik secara individual atau berkelompok dengan teman-

temannya. Hal ini dimaksud agar siswa autis atau dengan gangguan perilaku

yang lain tidak menggunakan waktu luangnya untuk melakukan kegiatan-

kegiatan negative atau menyendiri.

Page 163: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

153

f. Evaluasi Program Pengajaran Individual (PPI)

Evaluasi PPI yang dilaksanakan di SLB Autis Alamanda terbagi

menjadi 3 tahap yaitu evaluasi bulanan, evaluasi 3 bulan, dan evaluasi 6 bulan.

Dengan adanya evaluasi PPI yang dilaksanakan secara berkala dan dalam

jangka waktu yang tidak terlalu lama diharapkan akan dapat memberikan

pelayanan yang terbaik untuk anak. Setiap kebutuhan anak akan dapat segera

diberikan dan pemberian pelayanan pendidikan dapat terus diperbaharui sesuai

dengan tuntutan kebutuhan perkembangan kemampuan anak. Dengan adanya

evaluasi yang berkala, PPI akan bersifat lebih fleksibel menyesuaikan dengan

kondisi anak. Hal ini sejalan dengan pendapat Handojo (2008:67) yang

menjelaskan bahwa program materi biasanya dibuat untuk 3 bulan dan diakhiri

dengan evaluasi akhir. Setelah itu dibuat lagi program materi untuk 3 bulan

berikutnya. Dengan cara ini dapat dipastikan semua materi terapi perilaku yang

diperlukan seorang anak dapat terpenuhi dan dapat dilihat tingkat kemajuan

seorang anak. Selain itu, apabila terjadi stagnasi pada suatu materi, maka dapat

diteliti dimana terjadinya kesalahan, sehingga dapat dikoreksi dengan segera.

2. Hasil Belajar Siswa SLB Autis Alamanda

Berdasarkan temuan penelitian, SLB Autis Alamanda belum meluluskan

peserta didik dari tingkat sekolah dasar luar biasa, tetapi SLB Autis Alamanda

telah dapat mengantarkan peserta didik untuk dapat melanjutkan pendidikannya di

sekolah regular melalui kelas transisi. Kelas transisi merupakan kelas peralihan

bagi anak-anak dengan gangguan perilaku sebagai persiapan masuk ke kelas dan

Page 164: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

154

sekolah regular. Pendapat mengenai kelas transisi dijelaskan oleh Tri Gunadi

(2009:5) yang menyatakan bahwa kelas ini ditujukan untuk anak yang

memerlukan layanan khusus termasuk anak autistik yang telah diterapi secara

terpadu dan terstruktur. Program kelas transisi bertujuan membantu anak autistik

dalam mempersiapkan transisi ke bentuk layanan pendidikan lanjutan. Dalam

kelas transisi akan digali dan dikembangkan kemampuan, potensi dan minat anak

sehingga akan terlihat gambaran yang jelas mengenai tingkat keparahan serta

keunggulan anak (child’s deficits and strengths) yang merupakan karakteristik

spesifik dari tiap-tiap individu. Berdasarkan karakteristik dan tingkat kemajuan

anak yang dicapai dalam program sebelumnya, dapat dibuat rencana pendidikan

lanjutan yang paling sesuai. Kelas transisi merupakan titik acuan dalam pemilihan

bentuk pendidikan selanjutnya.

Dalam melepas anak dari kelas transisi ke kelas regular, SLB Autis

Alamanda menyediakan guru pendamping khusus yang disebut shadow selama

masih diperlukan sebagai upaya membantu penyesuaian anak di kelas reguler.

Sedangkan persyaratan siswa SLB Autis Alamanda dapat masuk ke kelas transisi

yaitu anak sudah memiliki kemampuan dalam menarima instruksi kelompok,

sudah ada kemampuan interaksi social pada anak, kemampuan kemandirian siswa

sudah ada, dan anak telah dapat menguasai kemampuan akademik dasar sesuai

kurikulum khusus yang digunakan di SLB Autis Alamanda. Tri Gunadi (2009:6)

juga menjelaskan bahwa prasyarat untuk program transisi ke sekolah umum salah

satunya adalah diperlukan guru SD umum terlatih dan terapis sebagai pendamping

(shadow). Selain itu, yang menjadi persyaratan lain adalah usia anak antara 4

Page 165: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

155

sampai 8 tahun, karakteristik anak sudah ada verbal, sudah dapat menerima

instruksi dan sudah ada kontak mata dengan batasan kemampuan adalah program

kurikulum awal atau kurikulum khusus yang dibuat oleh Catherine Maurice,

masalah utama adalah dalam sosialisasi dan akademis, termasuk masalah

konsentrasi, kepatuhan dan berinteraksi dengan teman sebaya, kelas ini berada

dalam satu lingkungan sekolah reguler untuk memudahkan proses transisi

dilakukan ( misalnya: mulai latihan bergabung dengan kelas reguler pada saat olah

raga atau istirahat atau prakarya dan sebagainya).

Prestasi-prestasi dari peserta didik di SLB Autis Alamanda sampai saat

ini masih belum nampak. SLB Autis Alamanda masih terus menggali

kemampuan-kemampuan dan bakat-bakat peserta didik agar dapat mencapai

prestasi dengan memberikan fasilitas pembelajaran khusus kepada peserta didik

yang dianggap memiliki kemampuan baik dalam olah raga maupun kesenian

seperti menari dan bernyanyi. SLB Autis Alamanda juga selalu mengikutsertakan

siswa-siswanya dalam berbagai kegiatan luar sekolah sebagai salah satu

pembelajaran bersosialisasi dan berinteraksi anak terhadap lingkungannya serta

menumbuhkan motivasi berprestasi pada peserta didiknya.

3. Kendala Pelaksanaan Pembelajaran di SLB Autis Alamanda

a. Perekrutan guru baru

Dalam perekrutan guru, SLB Autis Alamanda masih terkendala pada

pengadaan guru dengan kualifikasi yang sesuai dan dalam memenuhi upah/gaji

guru. Sampai saat ini SLB Autis Alamanda masih kekurangan beberapa tenaga

Page 166: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

156

kependidikan yaitu terapis wicara dan psikolog. Untuk memenuhi kebutuhan

tersebut, selama ini SLB Autis Alamanda masih mengandalkan pengetahuan,

keterampilan, dan pengalaman dari guru PLB untuk memberikan pelayanan

kepada anak dengan gangguan bicara. Sedangkan untuk pemenuhan upah/gaji

guru, SLB Autis Alamanda masih membebankan pada penarikan SPP siswa.

Usaha yang dilakukan SLB autis Alamanda dalam meningkatkan kesejahteraan

guru yaitu dengan mengupayakan setiap guru terdaftar di dinas daerah maupun

propinsi sehingga dapat memperoleh tunjangan lain atau terdaftar dalam

sertifikasi guru.

b. Peningkatan pengalaman guru

Dalam peningkatan pengalaman guru, kendala yang ditemukan di

SLB Autis Alamanda yaitu permasalahan pembiayaan. Untuk mendatangkan

tenaga ahli untuk memberikan pelatihan kepada guru, SLB Autis Alamanda

memerlukan biaya yang terbilang banyak sehingga permasalahan pembiayaan

menjadi suatu kendala yang cukup berarti.

Cara yang dilakukan SLB Autis Alamanda dalam mengatasi kendala

ini yaitu dengan mengajukan proposal kerjasama dan bantuan ke beberapa

instansi yang relevan dan kepada dinas kota mapun provinsi. Selain itu, dengan

diskusi atau tukar pengalaman dan pengetahuan antar guru juga banyak

dilakukan untuk memperbanyak pengetahuan mengenai penanganan anak.

Page 167: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

157

c. Penyusunan dan evaluasi PPI

Dalam penyususnan PPI, kendala yang ditemukan yaitu ketika

mengadakan assessment terhadap siswa baru tidak semua siswa menunjukkan

perilaku totalitasnya, sehingga setelah PPI tersusun perlu ada tinjau ulang atau

mengevaluasi kembali PPI yang telah disusun. Kendala lain juga terjadi pada

orang tua yang kurang aktif dan kurang responsive dalam merencanakan

pendidikan untuk anaknya.

Penanganan dari permasalahan tersebut yaitu dengan pengadaan

evaluasi yang sesering mungkin/kontinyu sesuai dengan jadwal evaluasi

sehingga tiap kebutuhan baru dari anak dapat segera teratasi. Sedangkan untuk

permasalahan orang tua, SLB Autis Alamanda memberikan penyuluhan dan

sosialisasi baik secara bersama-sama kepada wali murid dalam suatu acara

tertentu yang telah terjadwal maupun secara khusus pada orang tua yang

dianggap perlu memperoleh sosialisasi khusus tentang anak dan kebutuhan

anak autistic.

d. Pelaksanaan pembelajaran

Dalam pelaksanaan pembelajaran, SLB Autis Alamanda terkendala

pada pelaksanaan kurikulum KTSP yang berorientasi pada mata pelajaran

sebagaimana yang telah ditetapkan sesuai undang-undang, sebab siswa-siswa

dengan kebutuhan khusus di SLB Autis Alamanda belum dapat mengikuti

kurikulum tersebut sehingga pembelajaran yang dilaksanakan di SLB Autis

Alamanda tetap harus menggunakan kurikulum khusus yang sesuai dengan

Page 168: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

158

kondisi dan kebutuhan siswa. Cara yang dilakukan untuk mengatasi masalah

tersebut yaitu dengan tetap memberikan laporan dan pengertian bahwa kondisi

anak-anak di SLB Autis Alamanda memang belum memungkinkan untuk

menggunakan kurikulum yang berorientasi pada mata pelajaran.

Kendala lain yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu

terjadi pada orang tua siswa yang kurang aktif dalam melaksanakan program

pembelajaran individual di rumah. Konsistensi antara apa yang dilakukan di

sekolah dengan di rumah sangat diperlukan. Jika terdapat perbedaan yang

mencolok, antara perlakuan anak di rumah dan di sekolah, kemajuan anak autis

akan sulit dicapai. Anak mengalami kebingungan atas apa yang ada pada

lingkungannya. Untuk mengatasi hal tersebut, SLB Autis Alamanda melakukan

komunikasi intensif antara sekolah dan orang tua baik melalui laporan buku

penghubung harian, laporan langsung, evaluasi PPI maupun dalam kegiatan

home/school visit.

e. Pelaksanaan metode pembelajaran

Dalam pelaksanaan metode pembelajaran, kendala yang ditemukan

yaitu pada siswa dengan gangguan selain autis, metode ABA (Applied

Bahaviour Analysis) tidak dapat digunakan secara sempurna sebab anak-anak

dengan gangguan yang berbeda memiliki karakteristik yang berbeda pula

sehingga penyampaian materi pada anak-anak tersebut memerlukan metode

yang berbeda.

Page 169: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

159

Penanganan yang dilakukan dalam permasalahan ini yaitu dengan

menerapkan metode lain yang sesuai dengan kebutuhan setiap anak. Misalnya

untuk anak-anak slow learner tidak dapat menggunakan siklus DTT sebab anak

dengan slow learner memerlukan waktu belajar yang lebih lama dan perlu

pengulangan lebih banyak dibandingkan dengan anak-anak lainnya. Metode

yang digunakan di SLB Autis Alamanda dengan menggunakan metode

pembelajaran visual untuk mempermudah dan meningkatkan pemahaman anak

terhadap materi/informasi yang disampaikan.

Kendala lain juga terjadi pada pelaksanaan metode sensori integrasi

yaitu dikarenakan waktu pemberian yang kurang karena harus ada pembagian

dengan materi-materi lain, alat-alat/media SI yang ada di SLB Autis Alamanda

masih terbatas, dan kurang konsistennya pemberian pelayanan SI di rumah

sehingga hasilnya menjadi kurang maksimal. Untuk mengatasi masalah-

masalah tersebut, selama ini SLB Autis Alamanda terus berupaya menambah

media-media SI baik dengan membeli ataupun mengajukan permohonan

bantuan kepada pemerintah. Sedangkan untuk permasalahan orang tua, SLB

Autis Alamanda terus berusaha memberikan pengertian tentang pentingnya

konsistensi pemberian materi pembelajaran antara di rumah dan di sekolah

demi keberhasilan pendidikan untuk anak.

f. Pengadaan media pembelajaran

Dalam pengadaan media pembelajaran, kesulitan yang ditemukan

yaitu karena tidak semua media yang dibutuhkan oleh siswa-siswa SLB Autis

Page 170: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

160

Alamanda ada di daerah Surakarta, sehingga pengadaannya perlu dengan cara

memesan ke daerah lain. Untuk mengatasi hal tersebut, selama ini SLB Autis

Alamanda telah memiliki tempat pemesanan khusus untuk media pembelajaran

baik di luar daerah ataupun dalam kota. Selain itu, SLB Autis Alamanda juga

melakukan pengadaan sendiri beberapa media dengan cara membentuk tim

kreatif khusus untuk merancang dan membuat media-media pembelajaran

untuk siswa-siswa SLB Autis Alamanda.

Page 171: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

161

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan

tentang implementasi kurikulum khusus autis di SLB Autis Alamanda, dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Kurikulum di SLB Autis Alamanda

a. Sebelum diterima menjadi siswa SLB autis Alamanda, siswa terlebih dahulu

akan menjalani proses assessment yaitu penilaian awal terhadap kemampuan

siswa.

b. Pemberian materi untuk setiap siswa berbeda-beda antara individu yang satu

dengan yang lain yaitu dengan menerapkan pembuatan Program

Pelaksanaan Individual (PPI).

c. Pelaksanaan pembelajaran di SLB Autis Alamanda berlangsung dari Hari

Senin sampai Jumat yang dibagi dalam dua kelompok kelas yaitu kelas

individual dan kelas klasikal. Pemberian pembelajaran di kelas individual

bersifat sangat individual dengan menerapkan pembelajaran one-on-one

yaitu satu siswa akan dihendle oleh satu guru. Sedangkan untuk kelas

klasikal setiap kelas berisi 2-3 siswa dimana pemberian pembelajarannya

dilakukan secara bersama-sama dengan memadukan kurkulum khusus autis

yang mengacu pada perbaikan perilaku, komunikasi, sosialisasi dan

interaksi anak dengan kurikulum SLB-C yang memperkenalkan siswa pada

Page 172: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

162

pembelajaran di sekolah regular, sebab kelas klasikal merupakan kelas

transisi sebagai kelas persiapan untuk anak autis menuju sekolah regular.

d. Pada Hari Sabtu siswa SLB Autis Alamanda diberi kegiatan ekstrakurikuler

yang diisi dengan kegiatan menari, kegiatan olah raga, dan berbagai

kegiatan permainan dan kompetisi sebagai ajang sosialisasi dan interaksi

anak-anak autis di SLB Autis Alamanda.

e. Setiap 2 bulan sekali SLB Autis alamanda mengadakan kegiatan keluar

yaitu outing class sebagai pembelajaran bagi orang tua siswa dalam

menghandel anak di tempat-tempat umum dan sebagai generalisasi materi

yang telah diberikan di sekolah pada obyak-obyak langsung di tempat

umum.

f. Kegiatan home/school visit di SLB autis Alamanda dilaksanakan setiap 6

bulan sekali untuk setiap anak. Kegiatan ini bertujuan untuk melihat kondisi

dan perilaku anak serta perlakuan orang tua terhadap anak di rumah.

g. Dalam pelaksanaan kurikulum khusus, SLB Autis Alamanda menggunakan

metode ABA (Applied Bahaviour Analysis) yang dipilih karena terarah,

terstruktur dan terukur. Teknik ABA yang digunakan yaitu teknik DTT

(Discrete Trial Training), kepatuhan dan kontak mata, one-on-one, fading,

shaping, chaining, discrimination training, matching, serta mengenalkan

konsep warna, bentuk, dan huruf. SLB Autis Alamanda juga menggunakan

metode Sensori Integrasi (SI) dari okupasi terapi. Pembelajaran SI lebih

banyak menekankan pada kemampuan motorik anak, baik dalam

Page 173: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

163

meningkatkan kemampuan keseimbangan, perabaan, rasa sendi,

penglihatan, penciuman dan pengecap, serta pendengaran.

2. Hasil yang dicapai :

a. SLB Autis Alamanda belum meluluskan peserta didik dari tingkat sekolah

dasar luar biasa, tetapi SLB Autis Alamanda telah dapat mengantarkan

peserta didik untuk dapat melanjutkan pendidikannya di sekolah regular

melalui kelas transisi yang dibuka di SLB Autis Alamanda.

b. SLB Autis Alamanda mengikutkan siswa-siswanya dalam berbagai

kegiatan keluar, baik lomba maupun dalam mengisi berbagai acara sebagai

ajang sosialisasi interaksi, dan generalisasi siswa autisme.

3. Kendala :

Dalam pelaksanaan kurikulum, SLB Autis Alamanda masih menemui

kendala-kendala baik dari perekrutan guru dengan kualifikasi yang sesuai,

peningkatan pengalaman guru, penyusunan dan evaluasi PPI terutama pada

orang tua yang cenderung kurang responsive dalam memberikan masukan

mengenai pendidikan yang tepat untuk anaknya, pelaksanaan pembelajaran,

pelaksanaan metode pembelajaran serta pengadaan sarana dan media

pembelajaran.

Page 174: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

164

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan tentang implementasi

kurikulum khusus autis di SLB Autis Alamanda Surakarta, maka implikasi yang

dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Pemberian pelayanan pendidikan untuk siswa berkebutuhan khusus autism

sangat sesuai apabila menggunakan kurikulum yang berorientasi pada

karakteristik serta kabutuhan anak autism yaitu menekankan pada

penanganan perilaku, komunikasi, sosialisasi, interaksi, dan kemandirian diri.

2. Dalam memberikan pelayanan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus

autism tenaga pengajar yang dipilih harus memiliki kualifikasi pendidikan

yang sesuai agar dapat memberikan pelayanan pendidikan secara tepat dan

optimal bagi peserta didik.

3. Peran orang tua dalam keberhasilan pendidikan untuk anak autis sangatlah

besar, sehingga orang tua perlu memahami tentang anak autis, kebutuhan diri

anak autism, kebutuhan pendidikannya, serta cara penanganan yang tepat bagi

setiap perilaku yang ditunjukkan anak autism.

C. Saran

Berdasarkan hasil analisis data penelitian di lapangan maka dapat

dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Kepada SLB Autis Alamanda

a. SLB Autis Alamanda hendaknya perlu mengadakan lokakarya kurikulum

khusus autis untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai

Page 175: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix Endah Resnandari Puji Astuti. 2012. Implementasi Kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

165

kurikulum dalam usaha pengembangan kurikulum khusus autis di SLB

Autis Alamanda.

b. SLB Autis Alamanda hendaknya dapat mengaktifkan kembali kegiatan

penjaringan yang dilakukan setiap 6 bulan sekali baik di puskesmas

maupun di sekolah-sekolah lain sebagai salah satu usaha meningkatkan

kesadaran orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus agar

memperolah pendidikan yang tepat serta untuk lebih memperkenalkan

SLB Autis Alamanda di masyarakat.

2. Kepada Guru SLB Autis Alamanda

Personal guru hendaknya dapat mengembangkan pengetahuan dan

kemampuan dalam penguasaan terhadap kurikulum dan metode ABA dengan

sharing guru minimal 3 bulan sekali sehingga dapat memberikan pelayanan

yang optimal pada anak.

3. Kepada Orang Tua Siswa SLB Autis Alamanda

a. Orang tua hendaknya harus lebih responsive ketika melakukan

penyusunan PPI, sehingga pemberian pendidikan untuk anak dapat benar-

benar sesuai dengan kebutuhan anak.

b. Orang tua hendaknya harus lebih aktif dalam memberikan pendidikan

yang terbaik untuk anak terutama konsistensi pemberian materi di rumah

sebagai kelanjutan pembelajaran di sekolah demi keberhasilan pendidikan

untuk anak autism.