perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id hubungan ibu .../hubungan... · dapat menyelesaikan...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN IBU HAMIL SEBAGAI PEROKOK PASIF DENGAN
KEJADIAN PREEKLAMSIA DI RSUD Dr. MOEWARDI
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Muflihah Isnawati
G0009134
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul: Hubungan Ibu Hamil sebagai Perokok Pasif dengan
Kejadian Preeklamsia di RSUD Dr. Moewardi
Muflihah Isnawati, NIM: G0009134, Tahun: 2012
Telah disetujui untuk diuji di hadapan Tim Ujian Skripsi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari………..….., Tanggal…………….…….2012
Pembimbing Utama
Rustam Sunaryo, dr.,Sp.OG.
NIP. 19480224 197603 1 002
Penguji Utama
Dr. Hj. Sri Sulistyowati, dr.,Sp.OG.(K)
NIP. 19620822 198912 2 001
Pembimbing Pendamping
Prof. Bhisma Murti, dr.,MPH,M.Sc,Ph.D
NIP. 19551021 199412 1 001
Penguji Pendamping
Dra. Fitriyah
NIP. 19520624 198003 2 002
Tim Skripsi
Muthmainah, dr.,M.Kes
NIP. 19660702 198802 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul: Hubungan Ibu Hamil sebagai Perokok Pasif dengan
Kejadian Preeklamsia di RSUD Dr. Moewardi
Muflihah Isnawati, NIM: G0009134, Tahun: 2012
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Pada Hari………..….., Tanggal…………….…….2012
Pembimbing Utama Nama : Rustam Sunaryo, dr.,Sp.OG. NIP : 19480224 197603 1 002 (………………………..) Pembimbing Pendamping Nama : Prof. Bhisma Murti, dr.,MPH,M.Sc,Ph.D NIP : 19551021 199412 1 001 (………………………..) Penguji Utama Nama : Dr. Hj. Sri Sulistyowati, dr.,Sp.OG.(K) NIP : 19620822 198912 2 001 (………………………..) Anggota Penguji Nama : Dra. Fitriyah NIP : 19520624 198003 2 002 (………………………..)
Surakarta, …………………………
Ketua Tim Skripsi
Muthmainah, dr.,M.Kes
NIP. 19660702 198802 2 001
Dekan FK UNS
Prof, Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM
NIP. 19510601 197903 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan penulis tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, …………..................
Muflihah Isnawati
NIM. G0009134
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Muflihah Isnawati, G0009134, 2012. Hubungan Ibu Hamil Sebagai Perokok Pasif dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD Dr. Moewardi. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Latar Belakang: Preeklamsia dan eklamsia merupakan urutan kedua penyebab kematian ibu setelah kasus perdarahan. Gangguan kehamilan dapat disebabkan dari bahaya merokok. Departemen Kesehatan melaporkan, tingginya angka konsumsi rokok di Indonesia terbukti dengan separuh lebih (57%) rumah tangga di Indonesia mempunyai sedikitnya satu perokok. Lebih bahaya lagi 85,4 persen perokok aktif merokok di dalam rumah bersama anggota keluarga sehingga mengancam kesehatan anggota keluarga lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan ibu hamil sebagai perokok pasif dengan kejadian preeklamsia.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan case control. Sebanyak 60 subjek penelitian yang dipilih dengan purposive sampling dan fixed disease sampling adalah pasien ibu hamil yang memeriksakan diri di Poli Kandungan RSUD Dr.Moewardi dan ibu melahirkan di RSUD Dr.Moewardi. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan rekam medik pasien. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan model regresi logistik ganda dan diolah dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 20.00 for Windows.
Hasil Penelitian: Ibu hamil yang terpapar asap rokok memiliki risiko mengalami preeklamsia 8.38 kali lebih besar daripada ibu hamil yang tidak terpapar asap rokok setelah mengontrol berat badan ibu hamil, status gravida, dan status ANC (OR = 8.38; CI = 95%; 1.53, 45.90; p = 0.014).
Simpulan Penelitian: Terdapat hubungan yang signifikan antara ibu hamil sebagai perokok pasif dengan kejadian preeklamsia. Ibu hamil yang terkena paparan asap rokok memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami preeklamsia. Simpulan ini dibuat setelah mengontrol pengaruh berat badan ibu hamil, status gravida, dan status antenatal care.
Kata kunci: Ibu hamil, perokok pasif, preeklamsia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan taufik, hidayah, kekuatan serta kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul “Hubungan Ibu Hamil Sebagai Perokok Pasif dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD Dr.Moewardi”.skripsi ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh rasa hormat, ucapan terimakasih penulis berikan kepada:
1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. H. Rustam Sunaryo, dr., Sp.OG. selaku Pembimbing Utama yang telah menyediakan waktu untuk membimbing penulis.
3. Prof. Bhisma Murti, dr., MPH, MSc, PhD selaku Pembimbing Pendamping yang tak henti-hentinya bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulis.
4. Dr. Hj. Sri Sulistyowati, dr., Sp.OG (K) selaku Penguji Utama yang telah memberikan banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
5. Fitriyah, dra. selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
6. Ari Probandari, dr., MPH, PhD. Dan Muthmainah, dr., M.Kes selaku Tim Skripsi FK UNS, atas kepercayaan, bimbingan, koreksi dan perhatian yang sangat besar sehingga terselesainya skripsi ini.
7. Yang tercinta, Ayahanda Mudasir dan Ibunda Ngatijah serta kakak saya, Muhammad Alfian Rosyadi dan adik saya, Muhammad Alfaiz Hamdan dan seluruh keluarga besar yang senantiasa mendoakan tiada henti, dan memberikan dukungan dalam segala hal sehingga terselesaikannya skripsi ini.
8. Partner skripsi sekaligus sahabat saya, Ratih Puspa Wardani dan Puspa Damayanti yang setia memberikan semangat, bantuan dan mendampingi berjuang bersama saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabat Wisma Nurul Fikri, sahabat Wisma Deka, sahabat kelompok 13 dan teman-teman Pendidikan Dokter FK UNS 2009 atas semangat dan bantuan serta waktu yang selalu tersedia.
10. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu proses penelitian ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.
Surakarta, Juli 2012 Muflihah Isnawati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA……………………………………………………………………. vi
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. vii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….. ix
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….. x
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….. xi
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………… 1
B. Perumusan Masalah…………………………………………........... 3
C. Tujuan Penelitian…………………………………………….......... 4
D. Manfaat Penelitian………………………………………………… 4
BAB II. LANDASAN TEORI………………………………………………… 5
A. Tinjauan Pustaka…………………………………………………... 5
1. Rokok………………………………………………………….. 5
2. Preeklamsia…………………………………………………….. 8
3. Paparan Asap Rokok terhadap Perokok Pasif………………… 15
4. Hubungan Ibu Hamil Sebagai Perokok Pasif dengan
Preeklamsia…………………………………………………….. 16
B. Kerangka Pemikiran………………………………………………...19
C. Hipotesis…………………………………………………………… 20
BAB III. METODE PENELITIAN…………………………………………... 21
A. Jenis Penelitian…………………………………………………… 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
B. Lokasi Penelitian………………………………………………….. 21
C. Subjek Penelitian…………………………………………………... 21
D. Teknik Sampling…………………………………………………… 22
E. Besar Sampel……………………………………………………… 22
F. Variabel Penelitian………………………………………………… 23
G. Definisi Operasional Variabel……………………………………… 23
H. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data………………………... 27
I. Teknik Analisis Data………………………………………………. 27
J. Rancangan Penelitian……………………………………………… 29
BAB IV. HASIL PENELITIAN…………………………………………….... 30
A. Karakteristik Sampel Penelitian…………………………………… 30
B. Hasil Uji Analisis Bivariat………………………………………… 32
C. Hasil Uji Analisis Regresi Logistik Ganda……………………….. 37
BAB V. PEMBAHASAN……………………………………………………. 38
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN……………………………………….. 43
A. Simpulan…………………………………………………………… 43
B. Saran……………………………………………………………… 43
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 44
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Millennium Development Goals (MDGs) merupakan kerangka kerja
pembangunan yang telah disepakati seluruh anggota Perserikatan Bangsa
Bangsa (PBB), termasuk Indonesia. Salah satu sasaran MDGs adalah terkait
kesehatan ibu dan anak. Indikator MDGs yang kelima yaitu terkait angka
kematian ibu (AKI), merupakan salah satu indikator yang diperkirakan sulit
dicapai. Kesulitan ini tidak hanya dirasakan Indonesia tetapi juga di banyak
negara berkembang di dunia. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2007, angka kematian ibu (AKI) adalah 228 kematian ibu per
100.000 kelahiran hidup. Masih perlu upaya yang lebih keras guna mencapai
target MDGs pada 2015, yaitu angka kematian ibu AKI sebesar 102 per
100.000 kelahiran hidup (Depkes,2011a). Menurut World Health Organization
(WHO) tahun 2008, rasio kematian ibu di Indonesia tergolong tinggi yaitu 240
kematian per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di Malaysia hanya 31
kematian per 100.000 kelahiran hidup, di China 38 kematian per 100.000
kelahiran hidup, di Amerika 12 kematian per 100.000 kelahiran hidup.
Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dipengaruhi oleh faktor sosial,
ekonomi dan budaya. Penyebab utama kematian ibu, yaitu perdarahan pasca
persalinan, eklamsia dan infeksi. Kematian ibu di rumah sakit disebabkan
karena banyaknya kasus kegawat-daruratan pada kehamilan, persalinan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
nifas. Penyebab langsung kematian ibu yang terbanyak adalah: perdarahan,
hipertensi pada kehamilan, partus macet, infeksi dan komplikasi aborsi
(Depkes, 2011a).
Preeklamsia dan eklamsia merupakan kesatuan penyakit langsung
disebabkan oleh kehamilan, walaupun belum jelas bagaimana hal itu terjadi
(Prawirohardjo, 2009). Menurut Sofwan, rata-rata pasien preeklamasia dan
eklamsia di Indonesia adalah 5%. Data ini hanya yang masuk di RS
pendidikan di Indonesia, belum di RS swasta. Preeklamsia dan eklamsia ini
merupakan urutan kedua penyebab kematian ibu setelah kasus perdarahan
(Depkes, 2005).
Menurut Dinas Kesehatan Kota Surakarta, berdasarkan persalinan
dengan komplikasi tahun 2006, insiden preeklamsia sebesar 13, 42% (Ryadi,
2008). Di RSUD Dr. Moewardi, selama periode 1 Januari sampai 31
Desember 2001 terdapat 162 kasus preeklamsia berat dan eklamsia dengan
insiden 4,4% dari seluruh persalinan (Sihwiyana, 2003). Preeklamsia
merupakan pendahuluan dari terjadinya eklamsia.
Rokok masih menjadi salah satu penyebab penting meningkatnya
penyakit kronis serta tingginya angka kematian penduduk dunia (Metsios,
2011). Data epidemi di dunia menunjukkan, tembakau membunuh lebih lima
juta orang setiap tahunnya. Jika hal ini terus berlanjut, diproyeksikan pada
tahun 2020 terjadi 10 juta kematian, dengan 70% kematian di negara sedang
berkembang (Depkes, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Indonesia termasuk negara konsumen rokok terbesar urutan ke-3 di
dunia setelah China dan India dengan konsumsi 220 milyar batang per tahun
2005. Tingginya angka konsumsi rokok di Indonesia terbukti dengan separuh
lebih (57%) rumah tangga di Indonesia mempunyai sedikitnya satu perokok
(Depkes, 2010). Lebih bahaya lagi 85,4 persen perokok aktif merokok di
dalam rumah bersama anggota keluarga sehingga mengancam kesehatan
anggota keluarga lainnya (Depkes, 2011b).
Salah satu dari bahaya merokok adalah gangguan pada kehamilan.
Rokok mengandung beberapa zat yang dapat membahayakan janin seperti
nikotin, radikal bebas dan oksidan. Zat ini dapat menyebabkan terjadinya
defisiensi folat, Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) dan hipertensi dalam
kehamilan (Titisari, 2011).
Ibu hamil yang tidak merokok pun bila sehari-hari selalu berada di
antara perokok dan selalu terpapar asap rokok (perokok pasif), bisa mengalami
efek negatif yang hampir sama tingkatannya dengan perokok aktif (Titisari,
2011).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah
terdapat hubungan ibu hamil sebagai perokok pasif dengan kejadian
preeklamsia di RSUD Dr. Moewardi.
B. Perumusan Masalah
Adakah hubungan ibu hamil sebagai perokok pasif dengan kejadian
preeklamsia?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui hubungan ibu hamil sebagai perokok pasif dengan
kejadian preeklamsia.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris (data)
tentang adanya hubungan ibu hamil sebagai perokok pasif dengan kejadian
preeklamsia.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti kepada
masyarakat tentang adanya hubungan ibu hamil sebagai perokok pasif
dengan kejadian preeklamsia. Jika hipotesis dalam penelitian ini benar,
maka dapat dijadikan acuan dalam penyuluhan di masyarakat agar
meningkatkan kewaspadaan ibu dan peran keluarga dalam hal
menghindari paparan asap rokok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Rokok
a. Pengertian
Rokok merupakan produk utama dari hasil pengolahan
tembakau yang diramu secara khusus dari berbagai macam jenis dan
mutu tembakau (Titisari, 2011).
Merokok berarti membakar tembakau dan daun tar, dan
menghisap asap yang dihasilkannya. Asap ini membawa bahaya dari
sejumlah kandungan tembakau dan asap yang dihasilkannya (Husaini,
2006). Merokok merupakan faktor risiko utama terhadap berbagai
penyakit pada manusia, seperti kanker paru, PPOK, penyakit
kardiovaskuler, dan kanker mulut (Purnamasari, 2006). Selain itu,
salah satu bahaya merokok adalah gangguan kehamilan dan janin
(Titisari, 2011; Hawamdeh, 2003).
b. Zat yang terkandung dalam rokok
Asap rokok mengandung sekitar 4.000 zat kimia yang
kebanyakan toksik (bersifat racun), di antaranya adalah nikotin, tar,
karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO), asam sianida (HCN),
amonia (NH4OH), formaldehid dan lain-lain (Kabo, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Zat-zat yang berbahaya dalam asap rokok selain sebagai
karsinogen dan kokarsinogen, 40% kandungan rokok merupakan bahan
beracun yang berefek candu (Titisari, 2011). Kandungan asap rokok
selengkapnya akan disajikan dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Unsur Asap Rokok
Senyawa Efek Fase Partikel
Tar Hidrokarbon aromatik polinuklear Nikotin Fenol Kresol β-Naftilamin N-Nitrosonor nikotin Benzo(a)piren Logam (nikel, arsen, polonium210) Indol Karbazol Katekol
Karsinogen Karsinogen Stimulator, depressor ganglion, kokarsinogen Kokarsinogen dan iritan Kokarsinogen dan iritan Karsinogen Karsinogen Karsinogen Karsinogen Akselator tumor Akselator tumor Kokarsinogen
Fase Gas Karbon monoksida Asam hidrosianat Asetaldehid Akrolein Amonia Formaldehid Oksida dari nitrogen Nitrosamin Hidrazin Vinil Klorida
Pengurangan transpor dan pemakaian O2
Sitotoksin dan iritan Sitotoksin dan iritan Sitotoksin dan iritan Sitotoksin dan iritan Sitotoksin dan iritan Sitotoksin dan iritan Karsinogen Karsinogen Karsinogen
Sumber: Purnamasari, 2006
Beberapa zat yang terkandung dalam rokok dan bahayanya antara lain
adalah:
1). Nikotin:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Nikotin merupakan satu zat kimia yang bersifat adiktif. Nikotin
memasuki sirkulasi darah apabila perokok aktif menggigit ujung rokok
atau menelan asap rokok. Pada perokok pasif, nikotin memasuki sistem
sirkulasi darah apabila asap rokok dihirup secara tidak sengaja.
Kebanyakan perokok aktif, akan menelan asap rokok kira-kira 10 kali
selama 5 menit pada sebatang rokok yang dinyalakan. Maka, jika
perokok aktif tersebut merokok hampir 30 batang rokok per hari,
perokok akan memasukkan 300 sedutan nikotin ke dalam tubuhnya.
Setelah memasuki sirkulasi darah, nikotin akan menstimulasi
kelenjar adrenal untuk menghasilkan hormon epinefrin. Epinefrin akan
merangsang sistem saraf pusat dan meningkatkan tekanan darah,
respirasi dan denyut jantung. Glukosa akan dikeluarkan ke sirkulasi
darah ketika nikotin menekan pengeluaran insulin di pankreas. Hal ini
menyebabkan perokok aktif mempunyai peningkatan kadar gula darah
yang kronik (National Institute of Health, 2009).
Nikotin juga meningkatkan produksi dopamin yang memicu pada
rangsangan kesenangan di otak. Pada perokok aktif yang telah lama
merokok, stimulasi yang berkepanjangan di sistem saraf pusat akan
menyebabkan timbulnya gejala adiktif (National Institute of Health,
2009). Cotinine sebagai metabolit nikotin meningkatkan aksi
vasokontriksi dariprostaglandin E2 dan akumulasi cotinine pada aliran
darah janin mempengaruhi secara paksa terjadinya prematuritas dan
aborsi spontan (Titisari, 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2). Gas Karbonmonoksida (CO)
Gas karbonmonoksida ini merupakan gas yang bersifat toksik
yang bertentangan dengan gas oksigen dalam transport hemoglobin.
Terdapat 2-6% gas CO pada saat merokok. Gas CO yang dihisap
oleh perokok paling rendah 400 ppm (part per milyar) yang dapat
meningkatkan kadar karboksi-hemoglobin dalam darah sejumlah
kira-kira 2-16%. Kadar normal karboksihemoglobin hanya 1% pada
bukan perokok. Apabila kebiasaan merokok ini diteruskan, maka
terjadinya polisitemia yang akan mempengaruhi sistem saraf pusat
(National Institute of Health, 2009).
3). Zat-zat lain:
Rokok atau pun asap rokok mempunyai campuran bahan
kimia yang kompleks. Antaralain adalah karbon monoksida, tar,
formaldehid, sianida dan ammonia yang bersifat karsinogenik.
Karbonmonoksida meningkatkan risiko berlakunya penyakit
kardiovaskuler. Paparan kepada tar dapat meningkatkan risiko
penyakit kanker paru, emfisema dan masalah pada bronkiolus.
(National Institute of Health, 2009).
2. Preeklamsia
a. Pengertian
Preeklamsia adalah penyakit tekanan darah sekurang-
kurangnya 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu disertai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
dengan proteinuria sekurang-kurangnya 300 mg/24 jam atau
pemeriksaan dengan dipstick ≥ 1 + (North, 2011; Prawirohardjo 2009).
Preeklamsia merupakan suatu sindrom spesifik kehamilan dengan
penurunan perfusi pada organ-organ akibat vasospasme dan aktivasi
endotel. Proteinuria adalah tanda yang penting dari preeklamsia
(Leveno, 2005).
Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda
lain. Bila peningkatan tekanan darah tercatat pada waktu kunjungan
pertama kali dalam trimester pertama atau kedua awal, ini mungkin
menunjukkan bahwa penderita menderita hipertensi kronik. Tetapi bila
tekanan darah ini meninggi dan tercatat pada akhir trimester kedua dan
ketiga, mungkin penderita menderita preeklamsia (Rozikhan, 2007).
Diagnosis preeklamsia ditegakkan berdasarkan atas timbulnya
hipertensi disertai proteinuria setelah kehamilan 20 minggu (Milne,
2005). Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan jarak
waktu 6 jam pada keadaan istirahat. Tetapi bila diastolik sudah
mencapai 100 mmHg atau lebih, ini sebuah indikasi terjadi
preeklamsia berat (Rozikhan, 2007).
Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan
dalam jaringan tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat
badan serta pembengkakan pada kaki, jari-jari tangan, dan muka, atau
pembengkakan pada ekstremitas dan muka (Prawirohardjo, 2009).
Edema pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan diagnosis
preeklamsia. Kenaikan berat badan ½ kg setiap minggu dalam
kehamilan masih diangap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu
beberapa kali atau 3 kg dalam sebulan harus dicurigai preeklamsia.
Atau bila terjadi pertambahan berat badan lebih dari 2,5 kg tiap
minggu pada akhir kehamilan mungkin merupakan tanda preeklamsia.
Pertambahan berat badan yang tiba-tiba ini disebabkan retensi air
dalam jaringan dan kemudian edema tampak dan edema tidak hilang
dengan istirahat. Hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap
timbulnya preeklamsia (Rozikhan, 2007).
Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang
melebihi 0,3 g/liter dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan
kualitatif menunjukkan 1+ atau 2 + (menggunakan metode
turbidimetrik standard) atau 1g/liter atau lebih dalam air kencing yang
dikeluarkan dengan kateter atau midstream untuk memperoleh urin
yang bersih yang diambil minimal 2 kali dengan jarak 6 jam
(Prawirohardjo, 2009). Proteinuria biasanya timbul lebih lambat dari
hipertensi dan tambah berat badan. Proteinuria sering ditemukan pada
preeklamsia karena vasospasme pembuluh-pembuluh darah ginjal.
Karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup serius. Di
samping adanya gejala yang tampak di atas pada keadaan yang lebih
lanjut timbul gejala-gejala subjektif yang membawa pasien ke dokter.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Preeklamsia dibagi dalam golongan ringan dan berat, tanda
/gejala preeklampsia ringan adalah:
1) Tekanan darah sistolik/diastolik ≥ 140/90 mmHg.
2) Proteinuria: ≥300mg/24 jam atau ≥ 1 + dipstick.
3) Edema: edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata.
Sedangkan penyakit preeklamsia digolongkan berat apabila
satu atau lebih tanda/gejala di bawah ini ditemukan:
1) Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan
diastolik110 mmHg atau lebih.
2) Proteinuria 5 gram atau lebih dalam 24 jam, 3+ atau 4+ pada
pemeriksaan semikuantitatif.
3) Oliguria, air kencing kurang dari 500 cc dalam 24 jam.
4) Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah
epigastrium.
5) Edema paru-paru atau sianosis (Prawirohardjo, 2009).
b. Etiologi
Penyebab preeklamsia/eklamsia sampai sekarang belum
diketahui secara pasti. Banyak teori yang menerangkan namun belum
dapat memberi jawaban yang memuaskan (Susianto, 2009). Teori yang
dewasa ini banyak dikemukakan adalah iskemia plasenta. Namun teori
ini tidak dapat menerangkan semua hal yang berkaitan dengan kondisi
ini. Hal ini disebabkan karena banyaknya faktor yang menyebabkan
terjadinya preeklamsia/eklamsia (Wibowo dan Rachimhadi, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Ada beberapa teori mencoba menjelaskan perkiraan etiologi
dari kelainan tersebut di atas, sehingga kelainan ini sering dikenal
sebagai the diseases of theory (Sudhabrata K, 2001). Adapun teori-
teori tersebut antara lain:
1). Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pada preeklamsia/eklamsia didapatkan kerusakan pada
endotel vaskuler, sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin
(PGI2) yang pada kehamilan normal meningkat, aktivasi
penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti
dengan trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi
antitrombin III sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivasi trombosit
menyebabkan pelepasan tromboksan (TxA2) dan serotonin,
sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.
2). Peran Faktor Imunologis
Preeklamsia/eklamsia sering terjadi pada kehamilan
pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini
dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan
blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna,
yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya. Fierlie F.M.
(1992) mendapatkan beberapa data yang mendukung adanya sistem
imun pada penderita preeklamsia/eklamsia:
a). Beberapa wanita dengan preeklamsia/eklamsia mempunyai
kompleks imun dalam serum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
b). Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system
komplemen pada preeklamsia/eklamsia diikuti dengan
proteinuria.
Risiko preeklamsia akan meningkat apabila wanita berganti
pasangan seksual. Paparan berulang terhadap sperma dari individu
yang sama juga merupakan faktor pencegah terjadinya
preeklamsia. Walaupun belum jelas dipahami, hipotesis yang
mendasari efek protektif dari paparan sperma yaitu bahwa sel T
dalam traktus genitalis dapat mengenali antigen tanpa adanya
human leucocyt antigen (HLA) kelas I pada antigen precenting
cells (APC), sehingga trofoblas yang mengandung sedikit HLA
klasik dapat dikenali. Selain itu limfosit T kurang respon terhadap
HLA kelas I paternal yang mungkin berpengaruh terhadap reaksi
imun (Ardini, 2005).
3). Peran Faktor Genetik/familial
Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik
pada kejadian preeklamsia/eklamsia antara lain:
a). Preeklamsia/eklamsia hanya terjadi pada manusia.
b).Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi
preeklamsia/eklamsia pada anak-anak dari ibu yang menderita
preeklamsia/eklamsia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
c). Kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklamsia/eklamsia
pada anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat
preeklamsia/eklamsia dan bukan pada iparnya.
4). Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron System (RAAS) .
c. Faktor risiko
Berbagai faktor risiko preeklamsia:
1). Faktor yang berhubungan dengan kehamilan
a). Kelainan kromosom
b). Mola hidatidosa
c). Hidrops fetalis
d). Kehamilan multifetus
e). Inseminasi donor atau donor oosit
f). Kelainan struktur kongenital
2). Faktor spesifik maternal
a). Primigravida
b). Usia > 35 tahun
c). Usia < 20 tahun
d). Ras kulit hitam
e). Riwayat preeklamsia pada keluarga
f). Nulipara
g). Preeklamsia pada kehamilan sebelumnya
h). Kondisi medis khusus: diabetes gestational, diabetes tipe 1,
obesitas, hipertensi kronis, penyakit ginjal, trombofilia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
i). Stres
j). Perokok
3). Faktor spesifik paternal
a). Primipaternitas
b). Partner pria yang pernah menikahi wanita yang kemudian hamil
dan mengalami preeklamsia (Wagner, 2004; Vikse, 2008; Qiu,
2009; Angelini, 2010).
3. Paparan Asap Rokok terhadap Perokok Pasif
Analisis World Health Organization (WHO), menunjukkan bahwa
efek buruk asap rokok terhadap perokok pasif lebih besar daripada
perokok aktif. Ketika perokok membakar sebatang rokok dan
menghisapnya, asap yang dihisap oleh perokok disebut asap utama
(mainstream) dan asap yang keluar dari ujung rokok disebut asap
sampingan (side stream). Asap sampingan ini terbukti mengandung lebih
banyak hasil pembakaran tembakau dibandingkan pada asap utama. Asap
ini mengandung karbon monoksida 5 kali lebih besar, tar dan nikotin 3 kali
lipat, dan nitrosamine yang kadarnya mencapai 50 kali lebih besar pada
asap sampingan dibanding dengan kadar asap utama. Demikian juga
dengan zat-zat racun lainnya dengan kadar yang lebih tinggi pada asap
sampingan (Umami, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
4. Hubungan Ibu Hamil sebagai Perokok Pasif dengan Preeklamsia
Manifestasi preeklamsia dapat berkembang saat kehamilan < 34
minggu (early onset preeclampsia), dan ≥ 34 minggu (late onset
preeclampsia), selama persalinan, atau setelah melahirkan. Preeklamsia
onset dini biasanya dikaitkan dengan plasentasi abnormal terkait dengan
cacat invasi trofoblas dan ditemukan bukti lesi iskemik plasenta.
Sedangkan preeklamsia late onset biasanya tidak berhubungan dengan lesi
namun berkaitan dengan faktor ibu, seperti tingginya body mass index
(Valensise, 2008).
Curah jantung dan resistensi perifer total merupakan dua penentu
utama yang mempengaruhi tekanan darah. Maka berbagai faktor yang
terlibat dalam mempengaruhi curah jantung dan resistensi perifer total
akan mempengaruhi tekanan darah (Sherwood, 2001). Salah satunya
adalah kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok.
Dengan menghisap sebatang rokok maka akan mempunyai
pengaruh besar terhadap kenaikan tekanan darah atau hipertensi. Hal ini
dapat disebabkan karena merokok secara aktif maupun pasif pada dasarnya
mengisap karbon monoksida (CO) yang menyebabkan pasokan O2
jaringan berkurang. Sel tubuh yang kekurangan oksigen akan berusaha
meningkatkan yaitu melalui kompensasi pembuluh darah dengan jalan
spasme dan mengakibatkan meningkatnya tekanan darah (Syazana, 2011).
Hal ini mendukung teori iskemia plasenta pada preeklamsia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan
oksidan. Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia
adalah radikal hidroksil yang sangat toksik khususnya terhadap membran
sel endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil akan merusak membran sel,
yang mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida
lemak. Peroksida lemak selain akan merusak membrane sel juga akan
merusak nucleus dan protein sel endotel. Kerusakan membrane sel endotel
mengakibatkan terganggunya fungsi endotel bahkan rusaknya seluruh sel
endotel, padahal endotel berfungsi mengatur tonus vaskular, mencegah
thrombosis, mengatur aktivitas fibrinolisis, mencegah perlekatan leukosit
dan mengatur pertumbuhan vaskular (Dharma, 2005).
Pada kerusakan endotel vascular terjadi penurunan produksi
prostasiklin (PGI2) yang pada kehamilan normal meningkat, aktivasi
penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti dengan
thrombin dan plasmin. Thrombin akan mengkonsumsi antitrombin III
sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan
tromboksan (TxA2) dan serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan
kerusakan endotel (Sudhaberata, 2001).
Pada disfungsi endotel terjadi ketidakseimbangan substansi
vasoaktif sehingga dapat terjadi hipertensi. Disfungsi endotel juga
menyebabkan permeabilitas vascular meningkat sehingga menyebabkan
edema dan proteinuria. Peran disfungsi endotel itulah yang mendasari
pathogenesis preeklamsia (Dharma, 2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Selain itu, asap rokok juga mengandung nikotin. Nikotin
mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat meningkatnya kebutuhan
oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, efek nikotin
menyebabkan perangsangan terhadap hormon epinefrin (adrenalin) yang
bersifat memacu peningkatan frekuensi denyut jantung, tekanan darah,
kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung.
Jantung tidak diberikan kesempatan istirahat dan tekanan darah akan
semakin meninggi, berakibat timbulnya hipertensi. Nikotin juga
mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh lainnya. Efek lain
nikotin adalah merangsang berkelompoknya trombosit (sel pembekuan
darah), trombosit akan menggumpal dan akhirnya akan menyumbat
pembuluh darah yang sudah sempit akibat asap yang mengandung gas CO
yang berasal dari rokok. Dari gambaran di atas baik gas CO maupun
nikotin berpacu menyempitkan pembuluh darah dan menyumbatnya
sekaligus (Syazana, 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
B. Kerangka Pemikiran
: tidak diteliti
: diteliti
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Asap rokok
Pola hidup :
1) Konsumsi alkohol 2) Konsumsi obat-
obatan
Faktor kehamilan ibu:
1. Antenatal Care (ANC) 2. BMI 3. Status gravida a. Riwayat
preeklamsia/eklamsia b. Riwayat hipertensi
kehamilan c. Kondisi medis tertentu
Preeklamsia
CO Nikotin
Iskemia plasenta
Oksidan
Disfungsi endotel
Kel. adrenal
Adrenalin
Tekanan darah
Permeabilitas vaskular Substansi vasoaktif tidak seimbang
Edema Proteinuria Hipertensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
C. Hipotesis
Terdapat hubungan ibu hamil sebagai perokok pasif dengan kejadian
preeklamsia. Ibu hamil perokok pasif memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
mengalami preeklamsia dari pada tidak perokok pasif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan studi kasus
kontrol. Penelitian merupakan penelitian observasional karena peneliti hanya
mengamati (mengukur) variabel yang diteliti, tidak memberikan intervensi
(perlakuan). Penelitian merupakan analitik karena memiliki hubungan variabel
yaitu paparan rokok pasif dan kejadian preeklamsia.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dijadikan sebagai obyek penelitian adalah RSUD Dr.
Moewardi tepatnya di Ruang Mawar 1 dan Ruang Poliklinik Obsgyn pada
bulan April - Juni 2012.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang digunakan adalah semua ibu hamil dan pasien
bersalin di RSUD Dr. Moewardi dengan:
1. Kriteria inklusi:
a. Ibu hamil dengan usia kehamilan ≥20 minggu.
b. Janin tunggal
2. Kriteria eksklusi:
a. Ibu perokok aktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
b. Janin yang dikandung mengalami cacat kongenital
c. Mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan
d. Diabetes melitus, penyakit jantung, penyakit ginjal.
D. Teknik Sampling
Sampel pada penelitian ini diambil dengan metode fixed- disease
sampling. Fixed-disease sampling (Murti, 2006) merupakan prosedur
pencuplikan berdasarkan status pengambilan subjek, sedang status paparan
subjek bervariasi mengikuti status pengambilan subjek yang sudah fixed. Pada
pengambilan sampel ini, kelompok kasus dan kelompok kontrol berasal dari
satu populasi sumber, sehingga peneliti dapat melakukan perbandingan yang
valid antara kedua kelompok studi dalam keempat variabel.
E. Besar Sampel
Menurut Thabane dalam Murti 2006, salah satu teknik untuk
mengontrol pengaruh faktor perancu (confounding factor) adalah
memperhitungkan pengaruh itu dengan model analisis multivariat ketika
peneliti sudah mempunyai data. Penelitian ini akan menggunakan analisis
multivariat.
Jumlah sampel ditentukan dari variable independen x (15-20
observasi) (Hair dalam Murti, 2006). Dalam penelitian ini terdapat empat
variabel independen sehingga jumlah sampel minimum yang diperlukan
adalah 4 x 15 = 60 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
F. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : Status perokok pasif.
2. Variabel terikat : Kejadian preeklamsia.
3. Variabel perancu : Berat badan ibu hamil (BMI), status gravida dan
riwayat pemeriksaan kehamilan (ANC).
G. Definisi Operasional Variabel
1. Kejadian preeklamsia
Definisi:
Preeklamsia adalah peningkatan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg
setelah kehamilan 20 minggu disertai proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau
pemeriksaan dengan dipstick ≥ 1 + (North, 2011; Prawirohardjo, 2009).
a. Tekanan darah
Tekanan darah diukur pada arteri brachialis menggunakan
sphygmomanometer air raksa. Tekanan darah terdiri dari sistolik yaitu
tekanan maksimum dinding arteri pada saat kontraksi ventrikel kiri dan
diastolik, yaitu tekanan minimum dinding arteri pada saat relaksasi
ventrikel kiri. Tekanan sistolik ditentukan berdasarkan bunyi korotkoff
1 sedangkan diastolik korotkoff 5. Pada saat pemeriksaan tekanan
darah, pasien dalam kondisi tenang, lengan yang diperiksa bebas dari
pakaian, istirahat sekitar 5 menit setelah melakukan aktivitas fisik
ringan dan tidak minum kafein minimal 30 menit sebelum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
pemeriksaan. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan minimal 2 kali
dengan selang waktu 6 jam (Redhono, 2009)
b. Proteinuria
Proteinuria dapat dinilai menggunakan carik celup (dipstick)
atau dengan tes kolorimetri. Dipstick urin mengukur albumin tetapi
relatif tidak sensitif dan tidak akurat. Dipstick umumnya mendeteksi
kadar protein dalam kisaran dari 300-500 mg albumin/24 jam. Tes ini
didasarkan pada perubahan warna indikator tetrabromophenol. Reaksi
positif ditandai dengan perubahan warna dari kuning lalu hijau dan
kemudian biru kehijauan. Pada tes kolorimetri, albumin adalah protein
utama terdeteksi, namun protein lain juga dapat ditemukan. Normal
individu mengekskresikan kurang dari 20 mg albumin per hari.
Tingkat ekskresi albumin dalam kisaran 30 sampai 300 mg/24 jam
disebut sebagai mikroalbuminuria, dan tingkat lebih dari 300 mg/hari
merupakan kadar albuminuria (Duddleston, 2004).
Interpretasi hasil pada dipstick :
(-) : kuning
(+) : kuning kehijauan
(++) : hijau
(+++) : hijau kebiruan
(++++) : biru kehijauan
Alat ukur : Rekam medik
Skala pengukuran : Kategorikal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
2. Status perokok pasif
Definisi:
Perokok pasif adalah orang-orang bukan perokok yang berada
di lingkungan yang tercemar asap rokok, baik di lingkungan rumah,
lingkungan tempat kerja maupun tempat umum. Perokok pasif minimal
terpapar 15-60 menit/hari. Diidentifikasi dari kuesioner nomor 8 dan
12 (lampiran.3).
Alat ukur : Kuesioner
Skala pengukuran : Kategorikal
3. Body Mass Index (BMI)
Definisi:
BMI merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan
(membandingkan) berat badan dengan tinggi badan. BMI digunakan
untuk mengklasifikasikan individu underweight, overweight dan
obesitas pada orang dewasa. Kenaikan berat badan ibu hamil selama
kehamilan rata-rata 12, 5 kg. Berat badan ideal ibu hamil sebenarnya
tidak ada rumusnya, tetapi rumusannya bisa dibuat yaitu dengan dasar
penambahan berat ibu hamil tiap minggunya yang dikemukakan oleh
para ahli berkisar antara 350-400 gram, kemudian ditambahkan dengan
berat badan yang ideal untuk seseorang agar dapat menopang aktifitas
normal yaitu dengan melihat berat badan yang sesuai dengan tinggi
badan sebelum hamil, serta umur kehamilan dalam minggu.
BBIH = BBI + (UH x 0,35)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Dimana
BBIH : Berat badan ideal ibu hamil yang akan dicari (BMI)
BBI : Berat badan ideal sebelum hamil
UH : Usia kehamilan dalam minggu
0,35 : Tambahan berat badan kg per minggunya (0,35 kg)
Alat ukur : Rekam medik
Skala pengukuran : Kontinu, dalam analisis skala kontinyu diubah
menjadi kategorikal
4. Status gravida
Definisi:
Status gravida adalah status berdasarkan kehamilan yang
sedang dialami. Primigravida apabila kehamilan yang dialami ibu
adalah yang pertama kali, secundigravida apabila kehamilan ibu adalah
yang kedua, multigravida apabila kehamilan ibu adalah yang ketiga
atau lebih.
Alat ukur : Kuesioner
Skala pengukuran : Kategorikal
5. Antenatal Care (ANC)
Definisi:
ANC adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk memeriksa
keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya
koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Frekuensi yang
disarankan oleh Departemen Kesehatan RI yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
a. Minimal satu kali pada trimester I
b. Minimal satu kali pada trimester II
c. Minimal dua kali pada trimester III
Hasil pengukuran didapatkan tiga kelompok yaitu :
a. ANC teratur jika sesuai dengan pedoman di atas atau lebih
b. ANC tidak teratur jika frekuensi maksimal kurang empat kali atau
c. Tidak pernah ANC
Alat ukur : Kuesioner
Skala pengukuran : Kategorikal
H. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data
1. Data mengenai preeklamsia diambil dari data rekam medik subjek
penelitian.
2. Subjek penelitian mengisi biodata.
3. Subjek penelitian mengisi kuesioner penelitian mengenai hubungan
paparan asap rokok pada ibu hamil (perokok pasif) dengan kejadian
preeklamsia.
I. Teknik Analisis Data
Analisis statistik dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik
ganda. Analisis regresi logistik ganda adalah alat statistik yang sangat kuat
untuk menganalisis pengaruh antara sebuah paparan dan penyakit (yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
P
1 p
diukur ordinal) dan dengan serentak mengontrol pengaruh sejumlah faktor
perancu potensial.
Menurut Murti (1997), model regresi logistik selanjutnya dapat
digunakan untuk:
1. Mengukur pengaruh antara variabel respon dan variabel prediktor setelah
mengontrol pengaruh prediktor (kovariat) lainnya.
2. Keistimewaan analisis regresi ganda logistik dibanding dengan analisis
ganda linier adalah kemampuannya mengkonversi koefisien regresi (bi)
menjadi Odds Ratio (OR). Untuk variabel prediktor yang berskala
kategorikal, maka rumus OR = Exp (bi).
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Murti, 2006) :
ln = a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4
di mana :
p : Probabilitas untuk perokok pasif
1 - p : Probabilitas untuk tidak perokok pasif
a : Konstanta
b1..b4 : Konstanta regresi variabel bebas X1…X4
X1 : Perokok pasif (0: bukan perokok; 1: perokok pasif)
X2 : BMI (0: < 25 kgBB/m²; 1: ≥ 25 kgBB/m²)
X3 : Status gravid (0: multigravida; 1: primigravida)
X4 : Status ANC (0: K4; 1: K1/K2/K3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
J. Rancangan Penelitian
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian
Ibu Hamil dan ibu melahirkan di RSUD Dr Moewardi
Preeklamsia Tidak Preeklamsia
Kuesioner
Terpapar asap rokok
Tidak terpapar asap rokok
Tidak terpapar asap rokok
Terpapar asap rokok
Analisis data
Fixed disease sampling
Ibu hamil dan ibu melahirkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian mengenai hubungan ibu hamil sebagai perokok pasif dengan
kejadian preeklamsia di RSUD Dr. Moewardi telah dilaksanakan pada bulan April
- Juni 2012 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Sampel penelitian berjumlah 60
orang terdiri dari 20 sampel preeklamsia dan 40 sampel bukan preeklamsia.
Berikut ini disampaikan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel dan
grafik.
A. Karakteristik Sampel Penelitian
Tabel 4.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Perokok Pasif
No Status Perokok Pasif Frekuensi (n)
%
1. Perokok Pasif 41 68.33 2. Bukan Perokok Pasif 19 31.67 Jumlah 60 100
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil yang diteliti
merupakan perokok pasif.
Tabel 4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Berat Badan Ibu Hamil (BBIH)
No. Status obesitas Frekuensi (n)
%
1. Obesitas 12 20 2. Tidak obesitas 48 80 Jumlah 60 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian tidak
obesitas.
Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Gravida
No. Status Gravida Frekuensi (n)
%
1. Primigravida 25 41.67 2. Secundigravida dan multigravida 35 58.33 Jumlah 60 100
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil yang diteliti
adalah secundigravida dan multigravida.
Tabel 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Riwayat Pemeriksaan Kehamilan
(ANC)
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil yang
diteliti sudah melakukan pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC)
dengan teratur.
Tabel 4.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Preeklamsia
No Status Preeklamsia Frekuensi % 1. Preeklamsia 20 33.33 2. Tidak preeklamsia 40 66.67 Jumlah 60 100
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa jumlah sampel tidak preeklamsia
lebih banyak daripada sampel preeklamsia.
No Riwayat Pemeriksaan Kehamilan (ANC)
Frekuensi (n)
%
1. Tidak teratur 1 1.67 2. Teratur 59 98.33 Jumlah 60 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
B. Hasil Uji Analisis Bivariat
Data dalam penelitian ini dianalisis dengan uji analisis bivariat.
Dengan uji tersebut dapat diketahui apakah hubungan yang teramati antara
kedua variabel secara statistik bermakna. Penelitian ini mengamati hubungan
antara variabel bebas status perokok pasif dengan variabel terikat preeklamsia
serta variabel perancu berupa berat badan ibu hamil, status gravida dan status
ANC. Adanya variabel perancu berpengaruh terhadap hasil analisis data yang
didapat. Untuk mengendalikannya, dilakukan analisis regresi logistik. Uji
statistik menggunakan Chi Square Test dengan Confidence Interval (CI) =
95%.
Tabel 4.6 Analisis bivariat Status Perokok Pasif dengan Kejadian Preeklamsia
Variabel Kejadian Preeklamsia Total OR P Positif n (%) Negatif n
(%) Perokok pasif 18 (43.9) 23 (56.1) 41 (100) - - Bukan perokok pasif
2 (10.5) 17 (89.5) 19 (100) 6.65 0.011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Gambar 4.1 Presentase Kejadian Preeklamsia Menurut Status Perokok Pasif
Dari Tabel 4.6 dan Gambar 4.1 kejadian preeklamsia lebih banyak
dijumpai pada ibu hamil perokok pasif daripada ibu hamil bukan perokok pasif.
Analisis bivariat terhadap hubungan antara status perokok pasif dengan kejadian
preeklamsia, menunjukkan bahwa kelompok sampel perokok pasif memiliki risiko
mengalami preeklamsia 6.65 kali lebih besar daripada kelompok sampel bukan
perokok pasif secara signifikan (OR= 6.65; CI 95%; 1.36, 32.61; p = 0.011), tetapi
hasil ini belum mengontrol pengaruh dari variabel perancu.
Tabel 4.7 Analisis Bivariat Hubungan Berat Badan Ibu Hamil dengan Kejadian
Preeklamsia
Variabel Kejadian Preeklamsia Total OR P Positif n (%) Negatif n (%)
Obesitas 6 (50.0) 6 (50.0) 12 (100) - - Tidak obesitas 14 (29.2) 34 (70.8) 48 (100) 2.43 0.171
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Gambar 4.2 Persentase Kejadian Preeklamsia Menurut Berat Badan Ibu Hamil
Dari Tabel 4.7 dan Gambar 4.2 didapatkan ibu hamil yang obesitas lebih
banyak ditemukan pada ibu hamil bukan perokok pasif daripada ibu hamil
perokok pasif. Analisis bivariat terhadap hubungan antara status obesitas dengan
kejadian preeklamsia menunjukkan hubungan yang tidak signifikan (p = 0.171).
Ibu hamil dengan obesitas memiliki risiko mengalami preeklamsia 2.43 kali lebih
besar daripada ibu hamil tidak obesitas (OR = 2.43; CI 95%; 0.67, 8.84; p =
0.171).
Tabel 4.8 Analisis Bivariat Hubungan Status Gravida dengan Kejadian
Preeklamsia
Variabel Kejadian Preeklamsia Total OR P Positif n (%) Negatif n (%)
Primigravida 7 (28.0) 18 (72.0) 25 (100) - - Secundigravida dan multigravida
13 (37.1) 22 (62.9) 35 (100) 0.66 0.459
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Gambar 4.3 Presentase Kejadian Preeklamsia Menurut Status Gravida
Dari Tabel 4.8 dan Gambar 4.3 didapatkan kejadian preeklamsia lebih
sering ditemukan pada secundigravida dan multigravida daripada primigravida.
Analisis bivariat terhadap hubungan antara status gravida dengan kejadian
preeklamsia menunjukkan hubungan yang tidak signifikan (p = 0.459). Ibu hamil
primigravida memiliki risiko mengalami preeklamsia 0.66 kali lebih besar
daripada ibu hamil secundigravida dan multigravida (OR = 0.66; CI 95%; 0.22,
2.00; p = 0.459).
Tabel 4.9 Analisis Bivariat Hubungan Status ANC dengan Kejadian Preeklamsia
Variabel Kejadian Preeklamsia Total OR P Positif n (%) Negatif n (%)
ANC tidak teratur
1 (100) 0 (0.00) 1 (100) - -
ANC teratur 19 (32.2) 40 (67.8) 59 (100) - 0.154
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Dari Tabel 4.9 didapatkan ibu hamil dengan ANC tidak teratur yang
mengalami preeklamsia sebanyak 1 orang (100%). Pada ibu hamil dengan
ANC teratur yang mengalami preeklamsia sebanyak 19 orang (32.2%) dan yang
tidak mengalami preeklamsia sebanyak 40 orang (67.8%). Analisis bivariat
terhadap hubungan antara status ANC dengan kejadian preeklamsia, menunjukkan
hubungan tidak signifikan (p = 0.154).
C. Hasil Uji Analisis Regresi Logistik Ganda
Tabel 4.10 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda tentang
Perokok Pasif, Status Obesitas, Status Gravida, dan Status ANC
dengan Kejadian Preeklamsia
Variabel OR CI 95%
p Batas Bawah Batas Atas
Perokok pasif 8.38 1.53 45.90 0.014 Obesitas 2.82 0.66 11.99 0.160 Primigravida 0.53 0.15 1.84 0.314 ANC - 0.00 - 1.000 N observasi = 60
Nagelkerke R2 = 26.20% -2 loglikelihood = 63.83
Tabel 4.10 menunjukkan hasil analisis regresi logistik ganda bahwa
terdapat hubungan yang secara statistik signifikan antara perokok pasif dengan
kejadian preeklamsia. Ibu hamil perokok pasif memiliki risiko mengalami
preeklamsia 8.38 kali lebih tinggi daripada ibu hamil bukan perokok (OR = 8.38;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
CI = 95%; 1.53, 45.90; p = 0.014). Analisis ini telah mengontrol pengaruh faktor
perancu status obesitas, status gravida, dan status ANC.
Nagelkerke R2 = 26.20% mengandung arti variabel independen dalam
model regresi logistik yaitu perokok pasif, status obesitas, status gravid dan status
ANC secara bersama mampu menjelaskan terjadinya preeklamsia sebesar 26.20%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian yang berjudul ”Hubungan Ibu Hamil Sebagai Perokok Pasif
dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD Dr. Moewardi” dilakukan pada bulan
April 2012 di bangsal Mawar I dan Poliklinik Obsgyn RSUD Dr. Moewardi dan
setelah diseleksi dengan kriteria inklusi dan ekslusi didapatkan 60 subjek
penelitian yang terdiri dari 40 pasien bukan preeklamsia dan 20 pasien
preeklamsia.
Distribusi sampel penelitian berdasarkan status perokok pasif pada Tabel
4.1 didapatkan sebagian besar ibu hamil merupakan perokok pasif (68.33%). Hal
ini menunjukkan bahwa kebiasaan merokok sudah membudaya di kalangan
masyarakat Indonesia. Tingginya angka konsumsi rokok di Indonesia terbukti
dengan separuh lebih (57%) rumah tangga di Indonesia mempunyai sedikitnya
satu perokok (Depkes, 2010). Sebanyak 85,4% perokok aktif merokok di dalam
rumah bersama anggota keluarga sehingga mengancam kesehatan anggota
keluarga lainnya (Depkes, 2011). Salah satunya adalah meningkatkan risiko
terjadinya preeklamsia pada ibu hamil.
Berdasarkan Tabel 4.2 didapatkan 48 orang (80%) sampel tidak obesitas
yaitu berat badan saat hamil tidak melebihi berat badan ideal sesuai usia
kehamilan dan tinggi badan.
Pada Tabel 4.3 didapatkan 25 ibu hamil primigravida dan 35 ibu hamil
adalah secundigravida dan multigravida. Hal ini mungkin disebabkan karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
sebagian besar pasien di poli kandungan RSUD Dr. Moewardi dan kamar bersalin
RSUD Dr. Moewardi adalah secundigravida dan multigravida, sehingga pada
penelitian ini banyak subjek penelitian yang secundigravida dan multigravida
daripada primigravida.
Berdasarkan Tabel 4.4 didapatkan 59 orang (98.33%) sampel penelitian
melakukan Antenatal Care (ANC) secara teratur yaitu minimal satu kali pada
trimester I, satu kali pada trimester II dan minimal dua kali pada trimester III.
Ketika ANC dianalisis baik menggunakan analisis bivariat maupun analisis
regresi logistik ganda, hasil tidak dapat diketahui adanya Odds Ratio (OR).
Tingginya angka ibu hamil yang secara teratur melakukan ANC menunjukkan
bahwa tingkat kesadaran ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan sudah tinggi.
Pada Tabel 4.5 persentase ibu hamil dalam penelitian ini yang mengalami
preeklamsia lebih sedikit dibandingkan dengan ibu hamil yang bukan
preeklamsia. Dapat terlihat dari persentase 33.3% pasien yang menjadi subjek
penelitian mengalami preeklamsia sedangkan 66.7% pasien tidak mengalami
preeklamsia. Pengambilan subjek penelitian berstatus preeklamsia lebih sedikit
dibanding subjek penelitian berstatus bukan preeklamsia karena pasien ibu hamil
di RSUD Dr. Moewardi kebanyakan bukan preeklamsia.
Tabel 4.6 dan Gambar 4.1 menunjukkan hubungan yang signifikan antara
ibu hamil sebagai perokok pasif dengan kejadian preeklamsia (OR= 6.65; CI 95%;
1.36, 32.61; p = 0.011), tetapi hasil ini belum mengontrol pengaruh dari variabel
perancu. Ibu hamil sebagai perokok pasif memiliki risiko mengalami preeklamsia
6,65 kali lebih tinggi daripada ibu hamil bukan perokok pasif. Hal ini sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
dengan yang diungkapkan Titisari (2011) bahwa ibu hamil yang tidak merokok
pun bila sehari-hari selalu berada di antara perokok dan selalu terpapar asap rokok
(perokok pasif), bisa mengalami efek negatif.
Asap rokok mengandung berbagai macam senyawa yang berbahaya bagi
kesehatan ibu hamil dan janin, di antaranya adalah karbonmonoksida (CO) dan
Nikotin. Pada penelitian Wickstrom (2007), aktivasi nikotin menyebabkan
terjadinya vasokonstriksi pada pembuluh darah dikarenakan pelepasan
katekolamin oleh adrenal dan sel saraf. Hal ini salah satu yang memacu terjadinya
hipertensi, sebuah fenomena awal yang jika dibiarkan bisa berakibat terjadinya
preeklamsia. Selain itu, karbonmonoksida memiliki afinitas lebih tinggi dalam
mengikat Hb dibandingkan dengan oksigen. Hal ini menyebabkan iskemia
plasenta sehingga terjadi disfungsi endotel yang memacu peningkatan
permeabilitas vaskular sehingga terjadi preeklamsia.
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko terjadinya preeklamsia
(Angelini, 2010). Tabel 4.7 dan Gambar 4.2 menunjukkan hubungan yang
signifikan antara status obesitas dengan kejadian preeklamsia (OR = 2.43; CI
95%; 0.67, 8.84; p = 0.171). Ibu hamil dengan obesitas memiliki risiko
mengalami preeklamsia 2.43 kali lebih tinggi daripada ibu hamil yang tidak
obesitas. Pada orang obesitas pembuluh darah cenderung lebih sempit sehingga
lebih berisiko mempunyai tekanan darah tinggi yang merupakan awal sebab
terjadinya preeklamsia.
Tabel 4.8 dan Gambar 4.2 menunjukkan hubungan yang tidak signifikan
antara hubungan status gravida dengan preeklamsia (OR = 0.66; CI 95%; 0.22,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
2.00; p = 0.459). Ibu hamil primigravida memiliki risiko preeklamsia 0.66 kali
lebih sering daripada secundigravida atau multigravida. Hal ini mungkin
disebabkan karena faktor usia juga menjadi faktor risiko terjadinya preeklamsia.
Ibu yang hamil ketika usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun lebih
berisiko mengalami preeklamsia. Meskipun pada penelitian ini subjek penelitian
tidak ada yang berumur lebih dari 35 tahun, tetapi faktor usia tetap berpengaruh,
di mana usia ibu hamil yang mendekati 35 tahun kemungkinan mempunyai risiko
yang lebih besar daripada usia-usia di bawahnya.
Untuk semakin memperjelas hubungan dari hasil analisis data yang
didapat maka dilakukan kontrol terhadap variabel perancu (status obesitas, satus
gravida dan status ANC) dengan analisis regresi logistik ganda. Pada analisis
bivariat, ibu hamil dengan status perokok pasif secara signifikan mempunyai
risiko mengalami preeklamsia 6,65 kali lebih tinggi daripada ibu hamil bukan
perokok pasif. Setelah mengontrol variabel status obesitas, status gravida, dan
status ANC dengan analisis regresi logistik, risiko tersebut naik menjadi 8.38 kali
lebih besar dan secara statistik signifikan (OR = 8.38; CI = 95%; 1.53, 45.90; p =
0.014). Sedangkan pada ibu hamil dengan obesitas mempunyai risiko preeklamsia
2.43 kali lebih besar dibandingkan ibu hamil tidak obesitas. Setelah mengontrol
variabel status perokok pasif, status gravida, dan status ANC dengan analisis
regresi logistik, risiko tersebut naik menjadi 2.82 kali lebih besar.
Setiap penelitian mempunyai keterbatasan. Keterbatasan inilah yang
menyebabkan hasil yang diperoleh kurang maksimal. Beberapa hal yang menjadi
keterbatasan penelitian ini yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
1. Setiap jenis rokok mempunyai kandungan nikotin yang berbeda-beda.
Sehingga efek terhadap terjadinya preeklamsia pun akan berbeda pula. Pada
penelitian ini, penulis tidak menanyakan kadar nikotin pada rokok yang
dikonsumsi responden.
2. Menurut Qiu (2009) stres merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
preeklamsia. Namun pada penelitian ini penulis tidak menjadikan stres sebagai
kriteria eksklusi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Penelitian menyimpulkan, terdapat hubungan yang signifikan antara
ibu hamil sebagai perokok pasif dengan risiko terjadinya preeklamsia. Ibu
hamil perokok pasif memiliki risiko mengalami preeklamsia 8.38 kali lebih
tinggi daripada ibu hamil bukan perokok. Simpulan ini telah mengendalikan
status obesitas, status gravida, dan status ANC sebagai faktor perancu (OR =
8.38; CI = 95%; 1.53, 45.90; p = 0.014).
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka saran-saran
penulis adalah sebagai berikut:
1. Edukasi terhadap suami dan keluarga ibu hamil mengenai bahaya asap
rokok yang tidak hanya berdampak kepada perokok aktif tetapi juga
berdampak pada perokok pasif yaitu ibu hamil dan kondisi kandungannya.
2. Pemasangan tanda dilarang merokok pada lingkungan kerja khususnya di
tempat kerja yang ada pekerja perempuan.
3. Mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai efek asap rokok terhadap
kehamilan dengan ukuran sampel yang lebih besar (wanita yang bekerja di
luar/pabrik-pabrik), dan mengontrol pengaruh dari stres.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
DAFTAR PUSTAKA
Angelini DJ (2010). Super-obesity foreshadows preeclampsia. BJOG 117:997.
Ardini DS (2005). Efek pemberian kombinasi vitamin E dan vitamin C terhadap
kadar nitrit oxide (NO) pada preeklamsia. Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro Semarang. Tesis.
Departemen Kesehatan RI (2005). Kesehatan masyarakat.
http://www.depkes.go. id/index.php/component/content/article/41-
kliping/696-26januari2005. html - Diakses 25 Desember 2011.
Departemen Kesehatan RI (2010). Aksi simpati memperingati hari tanpa
tembakau sedunia. http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-
release/1092-aksi-simpati-memperingati-hari-tanpa-tembakau-sedunia.
html- Diakses 13 Januari 2012.
Departemen Kesehatan RI (2011a). Lima strategi operasional turunkan angka
kematian ibu. http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-
release/1387-lima-strategi-operasional-turunkan-angka-kematian-
ibu.html - Diakses 25 Desember 2011.
Departemen Kesehatan RI (2011b). Melalui regulasi terbaik kita lindungi
generasi muda dari bahaya merokok. http://www.depkes.go.id/
index.php/berita/press-release/1530-melalui-regulasi-terbaik-kita-lindun
gi-generasi-muda-dari-bahaya-merokok.html – Diakses 25 Desember
2011.
Dharma R, Wibowo N, Raranta HPT (2005). Disfungsi endotel pada
preeklamsia. Makara Kesehatan 9:63-69.
Duddleston DN (2004). Proteinuria as a mortality risk. Journal of Insurance
Medicine 36:262–266.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Hawamdeh A, Kasasbeh FA, Ahmad MA (2003). Effects of passive smoking on
children’s health:a review. Eastern Mediterranean Health Journal 9:
441-447
Husaini A (2006). Tobat merokok. Jakarta : Pustaka IIMaN. hal : 20-26
Kabo P (2008). Mengungkap pengobatan penyakit jantung koroner. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Leveno KJ (2009). Obstetri williams. Edisi 21. Jakarta: EGC.
Metsios GS, Flouris AD, Angioi M, Koutedakis Y (2011). Passive Smoking and
the Development of Cardiovascular Disease in Children: A Systematic
Review. Cardiology Research and Practice 10:4061
Milne F, Redman C, Walker J, Baker P, Black R, Blincowe J, Cooper C, et al.
(2005). The pre-eclampsia community guideline (PRECOG): how to
screen for and detect onset of pre-eclampsia in the community. BMJ
330:57.
Murti B (1997). Prinsip dan metode riset epidemiologi.Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Murti B (2006). Desain dan ukuran sampel untuk penelitian kuantitatif dan
kualitatif di bidang kesehatan. Yogyakarta: UGM.
National Institute of Health (2009). Cigarettes and other tobacco products.
National Institute on Drug Abuse. http://www.drugabuse.
gov/infofacts/tobacco.html -Diakses 23 Januari 2011.
North RA, Cowan LM, Dekker GA, Poston L, Chan EHY, Stewart AW, Black
MA, et al. (2011). Clinical risk prediction for pre-eclampsia in
nulliparous women: development of model in international prospective
cohort. BMJ 342:1875.
Prawirohardjo S (2009). Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. hal :
531-550.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Purnamasari Y, Adithama TY, Murti B (2006). Pengaruh peraturan sekolah
terhadap kebiasaan merokok pada personalia sekolah menengah
pertama di surakarta. Jakarta: Universitas Indonesia. Tesis.
Qiu C, Williams MA, Margalit RC, Cripe SM, Sorensen TK (2009).
Preeclampsia risk in relation to maternal mood and anxiety disorders
diagnosed before or during early pregnancy. AJH 4: 397–402.
Redhono D, Suryawaty B, Wulandari RS (2009). Pemeriksaan vital sign. Dalam
: Buku Pedoman Keterampilan Klinis. Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Rozikhan (2007). Faktor-faktor risiko terjadinya preeklamsia berat di Rumah
Sakit Dr. H. Soewondo Kendal. Semarang, Program Magister
Epidemiologi Universitas Diponegoro. Tesis.
Ryadi PDU (2008). Holistic and comprehensive management eclampsia.
Surakarta: FK UNS.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
Sihwiyana B (2003). Hubungan antara stress psikologis dalam kehamilan
dengan preeklamsia berat. Surakarta, Bagian/ SMF Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Tesis.
Sudhaberata K (2001). Profil penderita preeklampsia-eklampsia di RSU tarakan
kaltim.
Susianto IA, Suharsono, Hadijono S (2009). Kadar TNF-α, IL-6 dan trofoblas
pada preeklampsia-eklampsia. M Med Indones 4: 166-174
Syazana NA (2011). Pengaruh tekanan darah pada perokok di kalangan
mahasiswa lelaki angkatan 2007 Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Titisari BR (2010). Pengaruh ibu hamil sebagai perokok pasif dengan bayi
berat badan lahir rendah di Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta.Skripsi.
Umami RM (2010). Perancangan dan pembuatan alat pengendalian asap rokok
berbasis mikrokontroler AT89S8252. Jurnal Neutrino 2: 155-163
Valensise H, Vasapollo B, Gagliardi G, Novelli GP (2008). Early and late
preeclampsia: two different maternal hemodynamic states in the latent
phase of the disease. Ahajournals 52:873-880.
Vikse BE, Irgens LM, Leivestad T, Skjaerven R, Iversen BM (2008).
Preeclampsia and the risk of end-stage renal disease. N Engl J Med
359:800-809.
Wagner LK (2004). Diagnosis and management of preeclampsia. Am Fam
Physician. 12: 2317-2324.
Wibowo B, Rachimhadi T (2006). Preeklampsia dan eklampsia. Dalam: Ilmu
Kebidanan. Edisi III. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. hal: 281-99.
Wickstom R (2007). Effect of nicotine during pregnancy: human and
experimental evidence. Bentham Science Publishers: 213-222.
World Health Organization (2008). Global health observatory data repository.
http://apps.who.int/ghodata/?vid=240 – Diakses 9 April 2012.