perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · untuk meningkatkan hasil belajar ipa tentang energi...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG ENERGI
PADA SISWA KELAS IV SDN TREKO I MUNGKID MAGELANG
TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011
OLEH
SUMIYATUN
XI808076
Skripsi Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program PJJ ICT PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010/2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
ABSTRAK
Sumiyatun, PENERAPAN “PROBLEM BASED LEARNING” UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SDN TREKO I KECAMATAN MUNGKID KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011, Skripsi,Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada materi energi bunyi melalui penerapan model problem based learning pada siswa kelas IV SDN Treko I Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang tahun pelajaran 2010 / 2011. Metode penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas ( Class Action Research ) dengan menggunakan populasi sebanyak 26 siswa yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan di kelas IV SDN Treko I Mungkid Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011. Data dikumpulkan dengan teknik dokumentasi, tes tertulis, catatan lapangan dan observasi. Simpulan dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya kenaikan hasil belajar secara nyata, pada sebelum siklus siswa yang memperoleh nilai sesuai / di atas dengan KKM sebanyak 14 siswa atau 54 %, pada siklus I dan siklus II sebanyak 22 siswa atau 85 % siswa memperoleh nilai sesuai / di atas dengan KKM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
ABSTRAC
Sumiyatun, APPLICATION OF "PROBLEM BASED LEARNING" SAINS STUDY RESULTS TO IMPROVE STUDENT IN CLASS I SUB IV SDN TREKO Mungkid MAGELANG DISTRICT OF STUDY 2010/2011, Research Surakarta: Faculty of Teaching and Education Sciences University of Sebelas Maret Surakarta.
The research was carried out aiming to improve learning outcomes of Natural Sciences on the material energy sound through the application of problem based learning model in the four class students of State Elementary School Treko I Mungkid District of Magelang regency year 2010/2011. This research method using a Classroom Action Research by using a population of as many as 26 students consisting of 8 male students and 18 female students in the four class students State Elementary School Treko I Mungkid Magelang Year 2010/2011. Data collected by the engineering documentation, tests, and observations. The conclusions from the results of this study indicate that the increase of learning results in really, on before the cycle of students receiving appropriate value / KKM above with as many as 14 students or 54%, in cycle I and cycle II as many as 22 students or 85% of students received grades in accordance / above the minimum criteria for completeness.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
MOTTO
1. Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman kepada Nya dan
akan mengangkat beberapa derajat bagi orang yang memiliki ilmu
pengetahuan (Al Quran Surat Al Mujadalah: 27)
2. Barang siapa keluar untuk mencari ilmu, maka ia termasuk di jalan Alloh
sampai ia kembali (HR, Turmudzi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
PERSEMBAHAN
Segala yang pernah dilalui jadikanlah suatu pengalaman, segala yang
sedang dilalui adalah kenyataan, dan segala yang akan dilalui adalah harapan dan
cita-cita. Skripsi ini dipersembahkan kepada :
1. Ayah dan Ibu yang selalu memberikan dukungan
dalam setiap langkahku dengan doanya.
2. Suamiku, yang dengan sabar membantu demi
terselesaikannya Skripsi ini
3. Almamater PGSD Program PJJ FKIP. UNS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Proposal Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Penerapan Problem Based
Learning untuk Meningkatkan Hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SDN Treko
I Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang TahunPelajaran 2010/2011.
Keberhasilan proposal penelitian tindakan kelas ini dapat terwujud tidak
hanya atas hasil kerja penulis sendiri namun juga berkat bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs Rusdiana Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta.
3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd selaku Ketua Program PJJ S1 PGSD FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dr. Suwarta WA, M.Pd Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, saran, dan petunjuk serta semangat hingga selesainya skripsi ini.
5. Drs. Chumdari, M.Pd Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, saran, dan petunjuk serta semangat hingga selesainya skripsi ini.
6. Isti Rokasih, M.Pd, selaku Kepala Sekolah SDN Treko I, Mungkid,
Magelang.
7. Keluarga Suparman, S.Pd,M.Si yang telah membantu dan menyumbangkan
ilmunya demi terselesainya skripsi ini.
8. Semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya skripsi ini.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari
Allah SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan di
dalam penyusunan Skripsi ini yang sebenarnya tidak dikehendaki. Akhir kata
penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
pendidikan dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan seperti yang diharapkan
oleh semua pihak. Semoga Allah Ta’ala selalu membimbing kita semua. Amin.
Surakarta, 07 Juni 2011
Sumiyatun, A.Ma.Pd
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iii
HALAMAN ABSTRAK ...................................................................... iv
ABSTRAC ............................................................................................ v
HALAMAN MOTTO .......................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... vii
KATA PENGANTAR ……………………………………………….. viii
DAFTAR ISI ………………………………………………………… x
DAFTAR TABEL ................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xvi
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………... 1
B. Identifikasi Masalah ………………………………………. 3
C. Pembatasan Masalah ……………………………………… 3
D. Rumusan Masalah ………………………………………… 3
E. Tujuan Penelitian ………………………………………….. 4
F. Manfaat Penelitian ................................................................ 4
BAB II. LANDASAN TEORI ……………………………………… 5
A. Tinjauan Pustaka ………………………………………….. 5
1. Tinjauan tentang model problem based learning
(Pembelajaran Berdasarkan Masalah) ........................... 5
a. Hakikat Pembelajaran ............................................. 5
b. Hakikat Model Pembelajaran ................................. 7
c. Ciri-ciri Model Pembelajaran ................................ 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar..... 11
e. Jenis hasil belajar ................................................... 11
f. Hakekat model problem Based
Learning (pembelajaran berdasarkan
masalah) ................................................................. 12
g. Ciri-ciri Model Problem Based Learning .............. 13
h. Manfaat model Problem Based Learning .............. 14
i. Sintaks Problem Based Learning .......................... 14
2. Tinjauan tentang Hasil Belajar Ilmu
Pengetahuan Alam ........................................................ 16
a. Hakekat Belajar ..................................................... 16
b. Ciri-ciri Belajar ...................................................... 17
c. Pengertian Hasil Belajar ........................................ 18
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar .. 19
e. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam .... 21
f. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ..... 22
g. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Alam
Sekolah Dasar ........................................................ 22
h. Materi Energi ......................................................... 23
i. Karakteristik Siswa Usia Sekolah Dasar ............... 23
j. Penerapkan Model Problem Based Learning
dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Ilmu
Pengetahuan Alam Siswa ....................................... 25
B. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................. 26
C. Kerangka Berfikir.......... ...................................................... 26
D. Hipotesis Tindakan ............................................................... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................ 28
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 28
1. Tempat Penelitian .......................................................... 28
2. Waktu Penelitian ........................................................... 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................. 28
1. Bentuk Penelitian .......................................................... 28
2. Strategi Penelitian........................................................... 29
C. Subjek Penelitian .................................................................. 30
D. Data dan Sumber Data .......................................................... 30
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 30
F. Validitas Data ....................................................................... 31
G. Teknik Analisis Data ............................................................ 31
H. Indikator Kinerja .................................................................. 33
I. Prosedur Penelitian ............................................................... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................... 35
A. HASIL PENELITIAN .......................................................... 35
1. Kondisi awal sebelum penelitian ................................... 35
a. Kondisi awal siswa ................................................. 35
b. Hasil Observasi Pra Siklus ..................................... 35
c. Aktivitas Siswa ...................................................... 37
2. Pelaksanaan Penelitian Tindakan siklus I .................... 37
a. Pelaksanaan Penelitian Tindakan ke – 1 pada
siklus I ....................................................................
37
b. Pengamatan Penelitian Tindakan ke – 2 pada
siklus I ..................................................................
41
c. Pelaksanaan Tindakan ke – 3 pada siklus I ............ 44
3. Pelaksanaan penelitian siklus II .................................... 47
a. Pelaksanaan Penelitian Tindakan ke – 1 pada
siklus II ...................................................................
47
b. Pengamatan Penelitian Tindakan ke – 2 pada
siklus II ..................................................................
50
c. Pelaksanaan Penelitian Tindakan ke – 3 pada
siklus II ..................................................................
53
B. RANGKUMAN HASIL PENELITIAN............................. 56
C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ............................. 58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ............................ 60
A. SIMPULAN .......................................................................... 60
B. IMPLIKASI HASIL PENELITIAN .................................... 60
C. SARAN ................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 62
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Tahapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tabel 2 : Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Sebelum Pelaksanaan
Problem Based Learning
Tabel 3 : Hasil Percobaan Siswa Terhadap Tiga Sumber Bunyi
Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Tindakan 1 siklus I pada
Pelaksanaan Problem Based Learning
Tabel 5 : Contoh Makhluk Hidup Dan Jenis Bunyi Yang Didengar
Tabel 6 : Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Tindakan 2 Siklus I pada
Pelaksanaan Problem Based Learning
Tabel 7 : Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Tindakan 3 Siklus I pada
Pelaksanaan Problem Based Learning
Tabel 8 : Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Tindakan 1 Siklus II pada
Pelaksanaan Problem Based Learning
Tabel 9 : Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Tindakan 2 Siklus II pada
Pelaksanaan Problem Based Learning
Tabel 10 : Contoh Lembar Kerja Siswa
Tabel 11 : Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Tindakan 3 Siklus II pada
Pelaksanaan Problem Based Learning
Tabel 12 : Tabel distribusi sebelum siklus, siklus I, dan siklus II
Tabel 13 : Rekapitulasi Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Bagan kerangka berpikir
Gambar 2 : Daur penelitian tindakan kelas (Depdikbud, 1999 : 20)
Gambar 3 : Model Analisis Interaktif
Gambar 4 : Grafik Hasil Penilaian Sebelum Pelaksanaan Problem Based
Learning
Gambar 5 : Grafik Hasil Penilaian Pelaksanaan Problem Based Learning
Gambar 6 : Grafik Hasil Penilaian Pelaksanaan Problem Based Learning
Gambar 7 : Grafik Hasil Penilaian Pelaksanaan Problem Based Learning
Gambar 8 : Grafik Hasil Penilaian Pelaksanaan Problem Based Learning
Gambar 9 : Grafik Hasil Penilaian Pelaksanaan Problem Based Learning
Gambar 10 : Grafik Hasil Penilaian Pelaksanaan Problem Based Learning
Gambar 11 : Sebelum dan Sesudah Siklus
Gambar 12 : Grafik Rekapitulasi Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Silabus IPA
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I dan siklus II
Lampiran 3 : Lembar Pengamatan Kegiatan Guru
Lampiran 4 : Daftar Nilai Siswa
Lampiran 5 : Pengamatan Kegiatan Guru
Lampiran 6 : Foto Kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Alasan peneliti melakukan penelitian di SDN Treko I Kec Mungkid Kab
Magelang karena adanya masalah pembelajaran yang membuat hasil belajarnya selalu
rendah. Masalah ini datang dari guru dan siswa. Rendahnya hasil pembelajaran ini
sejak dulu sampai sekarang.
Masalah yang datang dari guru diantaranya: mengajar tidak menggunakan RPP,
tidak menggunakan alat peraga atau media yang tepat, adakalanya guru meninggalkan
kelas karena alasan tertentu, bila hasil pembelajaran sangat rendah guru menyalahkan
siswa dan orang tua siswa.
Masalah yang datang dari siswa juga banyak sekali diantaranya adalah sebagai
berikut: malas belajar, saat pembelajaran berlangsung siswa bicara sendiri,
mengantuk, bosan, hasil belajar rendah dan lain sebagainya.
Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah
masih rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA. Hal ini nampak dari
nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA yang masih di bawah nilai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal). Anggapan yang kemudian terjadi adalah mata
pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang sulit dan cenderung tidak disukai
siswa. Anggapan yang demikian itu menjadikan nilai atau prestasi belajar IPA
menjadi semakin menurun. Oleh karena itu peneliti memandang perlu untuk
menyajikan materi pembelajaran mata pelajaran IPA yang mudah dipahami oleh
siswa. Dengan demikian, nilai atau prestasi siswa dalam mata pelajaran IPA secara
berangsur-angsur dapat diperbaiki sampai pada taraf yang maksimal.
Melihat mata pelajaran IPA yang memiliki karakteristik, siswa memahami alam
semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran dengan menggunakan prosedur
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
yang benar dan dijelaskan dengan penalaran yang saheh sehingga menghasilkan
simpulan yang benar.
Disamping itu tujuan pembelajaran IPA ( Ilmu Pengetehuan Alam) SD adalah
(1) memahami konsep IPA yang keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari; (2)
memiliki ketrampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang
alam sekitar; (3) mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda
serta kejadian di lingkungan sekitar; (4) bersifat ingin tahu, terbuka, kritis,mawas diri,
bertanggung jawab dan mandiri; (5) mampu menerapkan konsep IPA untuk
menjelaskan gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan ssehari-hari; (6)
mampu menerapkan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan suatu
masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari; (7) mengenal dan memupuk
rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan
Tuhan. (Permendiknas, 2006 : 6).
Oleh sebab itu, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai salah
satu bidang studi di Sekolah Dasar (SD) khususnya di kelas tinggi yaitu kelas IV
untuk memberikan sumbangan sebesar-besarnya dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan.
Berdasarkan tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di atas,
peneliti dapat menerapkan model problem based learning sebagai strategi pemecahan
masalahnya untuk memberdayakan karakteristik siswa itu sendiri. Dipandang dari
kualitas hasil yang akan diperoleh siswa, maka model problem based learning akan
memiliki kontribusi yang lebih baik daripada model konvensiomal yang menerapkan
satu arah dari guru saja.
Dalam model pembelajaran problem based learning pembelajaran didasarkan
pada permasalahan yang membutuhkan penyelidikan dan penyelesaian nyata
sehingga siswa semangat untuk berusaha menyelesaikan masalah secara mandiri.
Dengan pengalaman tersebut siswa dapat memecahkan masalah serupa dalam
kehidupan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih
dalam tentang penerapan model problem based learning untuk meningkatkan hasil
belajar Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa kelas IV SDN treko I Kecamatan
Mungkid Kabupaten Magelang.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Sebagian siswa, pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dianggap mata
pelajaran yang membosankan.
2. Pada umumnya pembelajaran yang bersifat konvensional kurang memberi
kesempatan pada siswa untuk memberikan potensi dirinya sehingga siswa
kurang semangat dalam pembelajarannya.
3. Biasanya guru memberi tugas menghafal konsep-konsep Ilmu Pengetehuan
Alam (IPA) namun tidak pernah memberi tugas untuk menyelidiki dan
menemukan konsep Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
4. Pembelajaran model problem based learning lebih meningkatkan pembelajaran
yang brorientasi pada penyelidikan, akibatnya anak bersemangat mengikuti
pelajaran Ilmu Pengetehuan Alam (IPA).
C. Pembatasan Masalah
Dengan adanya permasalahan yang cukup banyak, maka peneliti membatasi
masalah dengan upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada materi energi
energi panas, bunyi dan alternatif dengan menggunakan model problem based
learning di SDN treko I Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang. Media yang
dipakai sebagai sumber energi dalam proses pembelajarannya berasal dari piring,
meja, dan kain.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah
penelitian yaitu apakah model pembelajaran problem based learning dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
meningkatkan hasil belajar ILmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa kelas IV SDN
Treko I Kecamatan Munkid Kabupaten Magelang?
E. Tujuan penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) pada materi enegi bunyi melalui penerapan model problem
based learning pada siswa kelas IV SDN Treko I Kecamatan Mungkid Kabupaten
Magelang tahun pelajaran 2010 / 2011.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
1. Secara praktis
a. Untuk siswa, sebagai motivasi belajar siswa agar prestasi belajar pada mata
pelajaran IPA akan lebih baik.
b. Untuk guru, sebagai bahan referensi bagi guru dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran IPA pada siswa SDN Treko I.
c. Untuk sekolah, dapat memberikan referensi untuk mengatasi kendala yang
ada dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa dengan pembelajaran
mata pelajaran IPA pada siswa kelas IV SDN Treko I.
2. Manfaat Teoritis
a. Dapat menjadi referensi bagi penelitian sejenis
b. Dapat memperkaya khasanah keilmuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan tentang model pembelajaran problem based learning
(Pembelajaran Berdasarkan Masalah)
a. Hakekat Pembelajaran
Pembelajaran menurut UU SPN No. 20 tahun 2003 adalah proses prosedur
dengan pendidikan pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran mempunyai dua
manfaat dan karakter. Pertama dalam proses pembelajaran, proses mental siswa
dilibatkan secara maksimal maksudnya siswa tidak hanya mendengar dan mencatat
melainkan harus juga berpikir. Keduanya dengan pembelajaran, terbangun suasana
dialogis dan proses Tanya jawab secara terus menerus yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir siswa, sehingga siswa dapat memperoleh
pengetahuan yang mereka kontruksi sendiri.
Pembelajaran menurut Gagne dalam www. http//krisna.blog.uns.ac.id adalah
suatu sistim yang bertujuan untuk membantu proses belajar mengajar siswa yang
berisi serangkaian peristiwa yang dirancang untuk mempengaruhi dan mendukung
terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.
Pembelajaran menurut tim dosen strategi belajar dan mengajar UNS (2006: 6)
adalah proses membelajarkan siswa menggunakan azas pendidikan maupun teori
belajar. Dua hal ini merupakan penentu utama keberhasilan. Pembelajaran
merupakan proses komunikasi dua arah, yang mana mengajar dilakukan pihak guru
sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh siswa.
Pembelajaran menurut Oemar Hamalik dalam St, Y. Slamet dan Suwarto
(2007: 110) adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk
mencapai tujuan. Manusia terlibat dalam sitem pengajaran tediri dari siswa, guru, dan
tenaga lainnya misalnya laboratorium. Material meliputi buku-buku, papan tulis,
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
fotografi, audio, dan video tape. Fasilitas perlengkapan meliputi ruang kelas,
perlengkapan, audiovisual, juga computer. Prosedur meliputi jadwal dan informasi,
praktek, belajar, dan sebagainya.
Untuk itu jika dilihat dari kondisi pembelajaran maka pendidikan formal harus
mampu memaksimalkan peluang bagi siswa, demi berlangsungnya interaksi yang
hakiki, bukan sekedar menyampaikan pengetahuan dan membentuk ketrampilan yang
diperlukan saja. Jika pembelajaran hanya menyampaikan pengetahuan dan
membentuk ketrampilan yang diperlukan saja , maka hal itu hanya akan menurunkan
kualitas pembelajaran.
Pembelajaran menurut Winfred F.Hill (2008:33) adalah studi mengenai
bagaimana kognisi dimodifikasi oleh pengalaman. Dalam pembelajaran siswa
pengetahuannya terbentuk atas persepsi, sikap atau keyakinan yang dimiliki individu
dalam menghadapi lingkungannya.
Menurut Corey dalam tim dosen SBM UNS (2007: 6) pembelajaran adalah
suatu proses dimana lingkungan seseorang disengaja dikelola untuk memungkinkan
ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau
menghasilkan respond terhadap situasi tertentu.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat peneliti simpulkan pembelajaran adalah
proses mengatur lingkungan agar terjadi interaksi siswa dengan lingkungannya. Pada
suatu saat siswa menerima rangsangan di lingkungan yang luas, sementara pada saat
lain rangsangan itu terlalu kecil. Lingkungan yang diharapkan tentu saja lingkungan
yang seimbang dengan kondisi siswa agar tidak terlalu besar memberi rangsang,
tetapi tidak terlalu kecil dari rangsangan. Lingkungan yang terlalu besar memberi
rangsangan dapat mengakibatkan siswa menjadi ketergantungan, sehingga kurang
membangkitkan kreativitas siswa. Sedangkan lingkungan yang terlalu kecil dari
rangsangan mengakibatkan siswa kurang mendapatkan hasil belajar secara maksimal.
Pada gilirannya siswa akan kurang menguasai konsep dasar yang diajarkan dalam
proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
b. Hakekat Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan salah satu bagian dari keseluruhan sistim
belajar yang tidak dapat dipisahkan dari sistim yang satu denga sistim yang lainnya.
Menurut Joyse dalam Triyanto (2007: 5) model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan
pembelajaran di kelas / pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya: buku-buku, computer,
film, kurikulum, dan lain-lain. Setiap model pembelajaran mengarahkan guru
mendesain pembelajaran untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut tim dosen strategi belajar dan pembelajaran UNS (2007: 24) model
pembelajaran adalah suatu pola intruksional yang memberi proses spesifik dan
penciptaan situasi lingkungan tertentu yang mengakibatkan para siswa berinteraksi
sehingga terjadi perubahan khusus pada tingkah laku mereka.
Menurut Nurulwati dalam Triyanto (2007: 5) model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis yang
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu
dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan aktivitas belajar.
Menurut Arends dalam Triyanto (2007: 7) menyatakan the term taching model
refers a particular approach intruktion that ingcludes its goals, sintax, environment,
and management system. Istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan
pembelajaran tertentu, tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan pengelolaannya.
Dari beberapa pendapat berikut diatas peneliti dapat menyimpulkan sebagai
berikut : Model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan sebagai
pedoman untuk melaksanakan pembelajaran yang merupakan strategi belajar dalam
pembelajaran yang memberi proses spesifik dan penciptaan situasi lingkungan
tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang mengarah pada suatu pendekatan
pembelajaran tertentu yaitu tujuannya, tingkah laku mengajar, lingkunganya,dan
pengelolaannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
c. Ciri-ciri Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran memiliki makna yang lebih luas dari pada strategi,
metode atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat cirri khusus yang tidak
dimiliki oleh Strategi, metode, dan prosedur. Ciri-ciri menurut Triyanto (2007: 6)
tersebut adalah : rasional teoritik yang disusun oleh pencipta dan para
pengembangnya, landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar
(tujuan pembelajaran yang akan dicapai), tingkah laku mengajar yang diperlukan agar
model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, lingkungan belajar yang
diperlukan agar tujuan belajar dapat dicapai. Empat ciri khusus model pembelajaran
yaitu :
1) Istilah model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran
yang luas dan menyeluruh. Contohnya pada model pembelajaran
berdasarkan masalah, kelompok-kelompok siswa bekerja sama memecahkan
suatu masalah yang disepakati oleh siswa dan guru. Ketika guru sedang
menerapkan model pembelajaran tersebut, sering kali siswa menggunakan
berbagai-macam ketrampilan, prosedur pemecahan masalah dan berfikir
kritis. Model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh teori belajar
kontruktivistas. Pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan
permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama antara
siswa-siswa. Dalam model pembelajaran ini guru memandu siswa
menguraikan pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan, guru
memberi contoh mengenai penggunaan ketrampilan dan strategi yang
dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru
menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya
penyelidikan siswa.
2) Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan
pembelajaran sintaks (tingkah laku mengajar) dan sifat lingkungan
belajarnya. Sebagai contoh pengklasifikasian berdasarkan tujuan adalah
pembelajaran langsung, Suatu model pembelajaran yang baik untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
membantu siswa mempelajari ketrampilan dasar mengelompokkan energi
bunyi ke dalam tiga jenis bunyi yaitu ultrasonik, audiosonik, dan infrasonik
atau topik-topik yang berkaitan dengan penggunaan alat. Akan tetapi ini
tidak sesuai bila digunakan untuk mengajarkan konsep-konsep yang
memerlukan analisis.
3) Sintaks (tingkah laku mengajar) dari suatu model pembelajaran adalah pola
yang menggambarkan urutan alur tahap keseluruan yang pada umumnya
disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks (tingkah laku
mengajar) dari suatu model pembelajaran tertentu menunjukkan denga jelas
kegiatan yang harus dilakukan oleh guru dan siswa. Sintaks (tingkah laku
mengajar) dari bermacam-macam pembelajaran memiliki komponen-
komponen yang sama. Contoh setiap model pembelajaran diawali dengan
upaya menarik perhatian siswa dan motivasi siswa agar siswa terlibat dalam
pembelajaran. Setiap akhir pembelajaran diakhiri denga tahap penutup
pelajaran, didalamnya meliputi kegiatan merangkum pokok-pokok pelajaran
yang dilakukan siswa dengan bimbingan guru.
4) Tiap-tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan
lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Misalnya model pembelajaran
kooperatif memerlukan lingkungan pembelajaran yang fleksibel seperti
tersedia meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Pada model pembelajaran
problem solving harus melaksanakan penyelidikan-penyelidikan atau
eksperimen.
Selain itu cirri-ciri khusus pada suatu model pembelajaran menurut nieveen
dalam Triyanto(2007: 8), suatu model pembelajaran dikatakan baik jika kriteria
memenuhi sebagai berikut : 1) Aspek validitas; 2) Aspek praktis; 3) Aspek efektif.
1) Apek validitas dikaitkan dengan dua hal yaitu apakah model dikembangkan
dan didasarkan pada rasional teoritik yang kuat dan model terdapat
konsistensi internal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2) Aspek praktis yaitu jika memenuhi kriteria sebagai berikut : apa bila para
ahli dan praktisi menyatakan apa yang dikembangkan dapat diterapkan dan
kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat
diterapkan.
3) Aspek efektif yaitu para ahli menyatakan bahwa model tersebut efektif dan
secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan
harapan.
Sedangkan menurut Tim Dosen UNS Strategi Belajar Mengajar (2007 : 24)
cirri-ciri model pembelajaran adalah:
1) Memiliki prosedur ilmiah
Suatu model pembelajaran yang harus dimiliki suatu prosedur yang
sistematik untuk mengolah tingkah laku siswa.
2) Memiliki spesifikasi dan hasil belajar
Suatu model pembelajaran menyebutkan hasil-hasil belajar mendetail
mengenai penampilan siswa.
3) Menyebutkan spesifikasi lingkungan belajar
Setiap model pembelajaran menyebutkan secara tegas kondisi lingkungan,
respond dari para siswa yang diobservasi.
4) Memiliki kinerja penampilan
Suatu model pembelajaran menunjukkan kriteria penerimaan penampilan
yang diharapkan dari para siswa. Model pembelajaran merencanakan
tingkah laku yang diharapkan siswa yang dapat didemontrasikan setelah
langkah pembelajaran tertentu.
5) Memiliki spesifikasi cara-cara pelaksanaannya
Suatu model pembelajaran menyebutkan mekanisme yang menunjuk reaksi
siswa dan interaksinya dengan lingkungan.
Dari beberapa pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa ciri-ciri
pembelajaran adalah suatu model pembelajaran yang dapat diklasifikasikan
berdasarkan tujuan pembelajaran sintaks dan sifat lingkungan belajarnya, baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
(validitas, praktis, dan efektif), memiliki prosedur ilmiah, spesifikasi hasil
belajar, spesifikasi lingkungan belajar, memiliki kinerja penampilan, dan
memiliki spesifikasi cara-cara pelaksanaannya.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Wasty Soemanto (2003:113) dalam belajar, banyak sekali faktor yang
mempengaruhi belajar namun dari sekian banyaknya faktor yang mempengaruhi
belajar, hanya dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu:
1) Faktor-faktor stimulus belajar, stimulus belajar adalah segala hal di luar
individu yang merangsang individu itu untuk mengadakan reaksi atau
pembuatan belajar, misalnya panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan
pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat ringannya tugas, dan suasana
lingkungan eksternal.
2) Faktor-faktor metode belajar, metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat
mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh si pelajar, maka metode yang
dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar.
Misalnya tentang kegiatan berlatih atau praktek, menghafal atau menginggat,
pengenalan tentang hasil-hasil belajar, dan bimbingan dalam belajar.
3) Faktor-faktor individual, faktor-faktor individual ini merupakan faktor yang
juga sangat besar penggaruhnya terhadap belajar seseorang, misalnya tentang
kematangan individu, usia, perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya,
motivasi, dan kondisi kesehatan.
e. Jenis Hasil Belajar
Gagne (1988: 159) menjelaskan jenis-jenis hasil belajar sebagai akibat dari
kegiatan pembelajaran yang efektif. Hasil belajar ini merupakan indikator utama bagi
siswa dalam mengembangkan proses belajar materi selanjutnya. Hasil belajar tersebut
adalah ketrampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap, dan
keterampilan motorik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
f. Hakekat model problem Based Learning (pembelajaran berdasarkan
masalah)
Problem Based Learning merupakan salah satu model yang menyajikan
kepada siswa situasi masalah ontentik dan berma’na yang dapat memudahkan kepada
mereka untuk melakukan penyelidikan. Menurut Dewey dalam Triyanto (2007: 67)
model berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respon, yang
merupakan hubungan antara dua arah yaitu belajar dan lingkungan. Lingkungan
memberikan masukan pada siswa berupa bantuan dan masalah. Kemudian syaraf otak
menafsirkan bantuan itu secara efektif, sehingga masalah yang dihadapi dapat
diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman
yang diperoleh siswa dari lingkungan, akan menjadikan bahan atau materi yang dapat
digunakan untuk memperoleh pedoman dan tujuan belajarnya. Pembelajaran
berdasarkan masalah merupakan pendekatan efektif untuk pembelajaran proses
berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memperoleh
informasi yang sebenarnya sudah ada dalam benak siswa.
Pembelajaran berdasarkan masalah atau Problem Based Learning menurut
http://www,Irckesehatan.net/cdroms_htm/pbl/pbl.htm adalah proses pembelajaran
yang diawali dari masalah-masalah yang ditemukan dalam lingkungan pekerjaan.
Difinisi lain dari model penerapan Problem Based Learning (PBL) menurut
http://www,Irckesehatan.net/cdroms_htm/pbl/pbl.htm adalah lingkungan belajar yang
di dalamnya menggunakan masalah untuk belajar. Sebelum pebelajar mempelajari
suatu hal, mereka diharuskan mengidentifikasi suatu masalah baik yang dihadapi
secara nyata maupun telaah kasus. Masalah diajukan sedemikian rupa sehingga para
pebelajar menemukan kebutuhan belajar yang dibutuhkan agar mereka dapat
memecahkan masalah tersebut.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan model pembelajaran berdasarkan masalah
adalah model pembelajaran yang menggunakan penyelesaian nyata dari permasalahan
yang nyata pula yang pada akhirnya memunculkan pengetahuan yang berma’na.
Dengan mencari pemecahan masalah secara mandiri, akan mendapatkan suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
pengalaman yang kongkrit dan akan dapat digunakan untuk memecahkan masalah
yang serupa.
g. Ciri-ciri Model Problem Based Learning
Menurut Arends (1997:349) cir-ciri pembelajaran berdasarkan masalah adalah
sebagai berikut:
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran bukan
mengorganisasikan prinsip-prinsip atau ketrampilan akademik tertentu,
pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran disekitar
pertanyaan dan masalah yang keduanya secara sosial penting secara pribadi
bermakna bagi siswa. Mereka sederhana dan memungkinkan adanya
berbagai macam solusi untuk situasi itu.
2. Berfokus pada keterkaitan antara disiplin. Pembelajaran berdasarkan
masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu. Misal IPA,
Matematika, IPS. Masalah yang nyata dalam pemecahannya siswa
meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.
3. Penyelidikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan
siswa melakukan penyelidikan secara autentik untuk mencari penyelesaian
nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah,
mengembangkan hipotesis dan memprediksi, mengumpulkan, dan
menganalisa informasi, melakukan eksperimen, membuat refensi,dan
merumuskan kesimpulan.
4. Menghasilkan produk dan memamerkannya. Pembelajaran berdasarkan
masalah menuntut siswa untuk menghasilkan pruduk tertentu dalam bentuk
karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili
bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk tersebut
berupa laporan, model fisik, video maupau program computer. Karya nyata
dan peragaan seperti yang mereka pelajari dan menyediakan suatu
alternative terhadap laporan tradisionel atau makalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
5. Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang
bekerjasama satu dengan yang lainnya. Biasanya dengan berpasangan
dengan teman sebangkunya. Bekerjasama memberikan motivasi untuk
melanjutkan tugas-tugas kompleks, memperbanyak peluang untuk bebagi
inkuiri dan dialog untuk mengembangkan ketrampilan sosial dan
ketrampilan berfikir.
h. Manfaat model Problem Based Learning
Manfaat pembelajaran berdasarkan masalah menurut Ibrahim dalam Triyonto
(2007: 70) adalah pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk
membantu guru, memberikan informasi sebanyak banyaknya kepada siswa tetapi
dikembangkan untuk membantu kemampuan berfikir, berpikir pemecahan masalah,
ketrampilan intelektual siswa, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan
mereka dalam pengalaman nyata/ stimulus dan menjadi pebelajar yang
otonom/mandiri.
Menurut Sudjna dalam triyanto (2007: 71) Manfaat khusus yang diperoleh dari
model Problem Based Learning adalah membantu siswa merumuskan tugas-tugas,
bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku,
tetapi dari masalah yang ada disekitarnya.
Menurut uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem
Based Learning bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa dalam
memecahkan masalah secara mandiri berdasarkan pengalaman yang telah ada pada
siswa itu sendiri.
i. Sintaks Problem Based Learning
Pembelajaran Berdasarkan Masalah menurut Nur dalam Triyanto (2007: 72)
terdiri dari lima langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa
dengan situasi masalah, diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Kelima langkah tersebut dijelaskan pada tabel I di bawah ini.
Tabel 1 : Tahapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tahap Tingkah laku guru Tahap 1Orientasi
Guru menjelaskan pembelajaran
Tahap 2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
Tahap 3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan kerja yang sesuai seperti laporan,video, dan model serta membantu membagi tugas dengan temannya
Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang merka gunakan
Menurut Ibrahim dalam Triyanto (2003: 15) di dalam Problim Based
Learning, peran guru berbeda dengan kelas tradisional, peran guru antara lain sebagai
berikut:
1. Mengajukan masalah atau mengorientasikan siswa kepada masalah
autentik yaitu masalah kehidupan nyata sehari-hari.
2. Memfasilitasi atau membimbing penyelidikan misalnya melakukan
pengamatan atau melakukan eksperimen.
3. Memfasilitasi dialog siswa.
4. Mendukung belajar siswa.
5. Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang
bekerjasama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama motivasi untuk secara
berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak
peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog untuk mengembangkan
keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.
Dari kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
Problem Based Learning sebagai berikut:
1) Tugas-tugas perencanaan
Karena hakekatnya Interaktif, model pembelajaran berdasarkan masalah
membutuhkan banyak perencanaan, seperti halnya model-model
pembelajaran yang berpusat pada siswa lainnya.
2) Tugas interaktif.
a) Orientasi siswa pada masalah
Siswa memahami tujuan pembelajaran yang akan dicapai
b) Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Dalam model ini dibutuhkan keterampilan kerjasama antar siswa untuk
penyelidikan.
c) Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
(1)Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi.
(2)Guru mendorong pertukaran pendapat.
(3)Puncak proyek pengajaran berdasarkan masalah adalah penciptaan dan
peragaan artefak seperti laporan, poster, model-model fisik.
d) Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Tugas guru adalah membantu siswa menganalisis masalah dan mengevaluasi
proses berpikir mereka sendiri dan ketrampilan yang mereka gunakan.
2. Tinjauan tentang Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
a. Hakekat Belajar
Belajar menurut Tim Dosen Strategi Belajar Mengajar UNS (2007: 2) adalah
suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
dapat ditunjukkan dalam bentuk pengetahuannya, pemahamannya, sikap atau tingkah
laku, Keterampilannya, kecakapannya, kemampuan ,daya reaksi dan daya
penerimaannya.
Belajar adalah proses perubahan secara aktif, proses mereaksi terhadap semua
situasi yang ada di sekitar individu, yang diarahkan pada suatu tujuan, Proses berbuat
berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati dan memahami suatu yang
dipelajari (http/krisna.blog.uns..ac.id,).
Belajar menurut Forest W. Parkey dalam Nasibi Lapono (2008: 14) belajar
adalah kegiatan pemrosesan informasi, membuat penalaran, mengembangkan
pemahaman, dan meningkatkan penguasaan ketrampilan dalam proses belajar.
Belajar menurut Skiner adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka
responnya menjadi baik. Sebaliknya bila orang tidak belajar maka responnya menjadi
menurun.
Belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (11:247) adalah”penguasaan
ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan
nilai angka atau tes yang diberikan oleh guru”.
Berdasarkan beberapa pendapat peneliti dapat menyimpulkan bahwa belajar
adalah proses perubahan tingkah laku Pada diri seseorang baik secara kognitif,
afektif, dan psikomotor yang berupa pemahaman, pengetahuan, sikap, tingkah laku,
ketrampilan, kecakapan, kemampuan, daya reaksi dan daya penerimaan baik bila
seseorang saat belajar, dan menurun bila seseorang tidak belajar.
b. Ciri-ciri belajar
Belajar merupakan tindakan yang kompleks. Oleh karena itu belajar memiliki
cirri-ciri sebagai berikut:
1) Siswa bertindak sebagai pembelajar
2) Siswa memperoleh hasil dan pengalaman hidup
3) Internal pada diri pembelajar
4) Berada di sembarang tempat
5) Berlangsung sepanjang hayat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
6) Memiliki motivasi yang kuat
7) Dapat memecahkan masalah
8) Mempertinggi martabat pembelajar
9) Hasil belajar merupakan dampak pengiring.
Menurut Dosen Pengembang MKDK-IKIP Semarang dalam Nabisi Lapono
(2008:12) karakteristik perubahan tingkah laku adalah sebagai berikut:
1) Perubahan tingkah laku secara sadar atau merasa dirinya terjadi perubahan.
Contoh, seseorang merasa pengetahuannya bertambah.
2) Perubahan dalam belajar kontinu dan fungsional.
Perubahan yang terjadi dalam individu berlangsung terus menerus .
3) Perubahan dalam belajar bersifat positip dan aktif. Dalam perubahan belajar
senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik
dari sebelumnya.
4) Perubahan dalam belajar bersifat tidak sementara. Perubahan yang terjadi
bersifat menetap atau permanen untuk beberapa saat saja.
5) Perubahan dalam belajar bertujuan.
Perubahan tingkah laku ini terjadi karena ada tujuan yang ingin dicapai.
Perubahan belajar terarah pada tingkah laku yang benar disadari.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa cirri
proses belajar yaitu:
1). Usaha untuk memperoleh suatu pengetahuan, nilai, dan sikap.
2). Belajar menghasilkan adanya perubahan tingkah laku.
3). Fenomena tingkah laku adalah interaksi aktif dengan lingkunganya.
c. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Catharina Tri Anni (2002:4) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar
juga merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar
(H. Nashar, 2004: 77). Hasil belajar adalah terjadinya perubahan dari hasil masukan
pribadi berupa motivasi dan harapan untuk berhasil dan masukan dari lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
berupa rancangan dan pengelolaan motivasional tidak berpengaruh terdadap besarnya
usaha yang dicurahkan oleh siswa untuk mencapai tujuan belajar (Keller dalam H
Nashar, 2004: 77). Seseorang dapat dikatakan telah belajar sesuatu apabila dalam
dirinya telah terjadi suatu perubahan, akan tetapi tidak semua perubahan yang terjadi.
Jadi hasil belajar merupakan pencapaian tujuan belajar dan hasil belajar sebagai
produk dari proses belajar, maka didapat hasil belajar.
d. Faktor-faktor yang Memperngaruhi Hasil Belajar
Menurut Dalyono (1997: 55-60) berhasil tidaknya seseorang dalam
belajar disebabkan oleh dua faktor yaitu:
1) Faktor Intern (yang berasal dari dalam diri orang yang belajar)
(a) Kesehatan, kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya
terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang yang tidak selalu sehat, sakit
kepala, demam, pilek batuk dan sebagainya dapat mengakibatkan tidak
bergairah untuk belajar. Demikian pula halnya jika kesehatan rohani
(jiwa) kurang baik.
(b) Intelegensi dan Bakat, kedua aspek kejiwaan ini besar sekali pengaruhnya
terhadap kemampuan belajar. Seseorang yang mempunyai intelegensi
baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnyapun cenderung
baik. Bakat juga besar pengaruhnya dalam menentukan keberhasilan
belajar. Jika seseorang mempunyai intelegensi yang tinggi dan bakatnya
ada dalam bidang yang dipelajari, maka proses belajar akan lebih mudah
dibandingkan orang yang hanya memiliki intelegansi tinggi saja atau
bakat saja.
(c) Minat dan Motivasi, Minat dapat timbul karena adanya daya tarik dari
luar dan juga datang dari sanubari. Timbulnya minat belajar disebabkan
beberapa hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan
martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang
atau bahagia. Begitu pula seseorang yang belajar dengan motivasi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
kuat, akan melaksanakan kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh,
penuh gairah dan semangat berbeda dengan minat. Motivasi adalah daya
penggerak atau pendorong.
(d) Cara belajar, cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian
hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan factor
fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang
kurang.
2) Faktor Ekstern (yang berasal dari luar diri orang belajar)
(a) Keluarga, faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan anak dalam belajar, misalnya tinggi rendahnya pendidikan,
besar kecilnya penghasilan dan perhatian.
(b) Sekolah, keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat
keberhasilan anak. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian
kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau
perlengkapan di sekolah dan sebagainya, semua ini mempengaruhi
keberhasilan belajar.
(c) Masyarakat, keadaan masyarakat juga menentukan hasil belajar. Bila
sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang
yang berpendidikan, terutama anak-anaknya, rata-rata bersekolah tinggi
dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak giat belajar.
(d) Lingkungan sekitar, keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat
mempengaruhi hasil belajar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah,
suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan sebagainya semua ini akan
mempengaruhi kegairahan belajar.
3) Klasifikasi Hasil belajar
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan menggunakan
klasifikasi hasil belajar Benyamin S. Bloom dalam Catharina Tri Ani (2006:7-12)
secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Tiga ranah itu adalah sebagai berikut:
(1) Ranah Kognitif Ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan intelektual
seseorang. Hasil belajar kognitif melibatkan siswa kedalam proses
berpikir seperti menginggat, memahami, menerapkan, menganalisa
sintesis dan evaluasi.
(2) Ranah Afektif, ranah afektif berkaitan dengan kemampuan yang
berkenaan dengan sikap, nilai perasaan dan emosi. Tingkatan-
tingkatannya aspek ini dimulai dari yang sederhana sampai kepada
tingkatan yang kompleks, yaitu penerimaan, penanggapan penilaian,
pengorganisasian, dan karakterisasi nilai.
(3) Ranah Psikomotor, ranah Psikomotor berkaitan dengan kemampuan
yang menyangkut gerakan-gerakan otot. Tingkatan-tingkatan aspek ini,
yaitu gerakan refleks keterampilan pada gerak dasar kemampuan
perseptual, kemampuan dibidang pisik, gerakan-gerakan skil mulai dari
keterampilan sederhana sampai kepada keterampilan yang kompleks dan
kemampuan yang berkenaan dengan non discursive komunikasi seperti
gerakan ekspresif dan interpretative.
e. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Leo Sutrisno, Hery Krisnandi, Kartono (2007: 19) IPA adalah usaha memahami
alam semesta melalui pengamatan yang tepat (corect) pada sasaran serta
menggunakan prosedur yang benar (true) dan dijelaskan dengan penalaran sahih
(valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth). Jadi IPA mengandung tiga
hal yaitu:
a). Proses (usaha manusia memahami alam semesta).
b). Prosedur (pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar) dan
c). Produk (kesimpulan lainnya betul).
Menurut Wikepedia dalam Leo Sutrisno at all (2007:27) Ilmu Pengetahuan
Alam adalah sebuah mata pelajaran yang membahas ilmu biologi, fisika, dan kimia
untuk siswa Sekolah Dasar (SD) dan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Dilihat dari pendapat tersebut di atas maka peneliti dapat membuat kesimpulan
Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari alam sekitar baik yang biotik
maupun yang abiotik dengan jalan mengadakan pengamatan langsung dari bebagai
jenis lingkungan alam dan buatan manusia dengan prosedur yang tepat sehingga
memperoleh kesimpulan yang benar.
f.Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Tujuan pembelajaran IPA SD adalah: (1) memahami konsep IPA dan
keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari, (2) memiliki pengetahuan proses untuk
mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar, (3) mempunyai minat
untuk mempelajari benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitar, (4) bersifat
ingin tahu, kritis, terbuka, mawasdiri, tanggung jawab, dan mandiri, (5) mampu
menerapkan konsep IPA untuk menjelaskan gejala alam dan memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari, (6) mampu menerapkan teknologi sederhana yang
berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-
hari, (7) mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga
menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan (permendiknas,2006: 6).
Menurut Widyastuti (2009) adalah mengembangkan pengetahuan dan
pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Melihat uraian di atas dapat ditarik kesimpulan, tujuan IPA di SD adalah siswa
mampu memiliki ketrampilan, mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam
sekitarnya dengan pengamatan dan percobaan sehingga bisa mengakui kebesaran
Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupannya sehari-hari.
g. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Dasar
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan yang berkaitan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistimatis. IPA bukan hanya penguasaan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, melainkan juga
merupakan suatu penemuan. Pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian
pengalaman secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
proses ilmiah. Setiap siswa diajak untuk mengenal dirinya sendiri, lingkungan, alam
semesta, teknologi yang akan membawanya pada sebuah pemahaman tentang IPA.
Ruang lingkup bahan kajian IPA SD/MI semester 2 aspek energi dan perubahan serta
bumi dan alam semesta.
Melalui konsep IPA manusia dapat memanfaatkan alam secara bijaksanauntuk
menghasilkan produk ilmiah dalam rangka memenuhi kebutuhan yang kompleks.
Inilah yang menjadi dasar belajar IPA. Kemajuan teknologi yang pesat telah
mendorong manusia belajar IPA. Berbagai kemajuan teknologi saat ini tidak bisa
lepas dari peranan IPA sebagai disiplin ilmu. Untuk itulah sangat penting bagi
seorang siswa mempelajari IPA, yang nanti dapat diaplikasikan di lingkung sekitar.
h. Materi Energi
Materi Energi untuk kelas IV SD meliputi energy panas, energy bunyi, energy
alternative, dan model perubahan energy. Cakupan materi tersebut berdasarkan
kurikulum KTSP dan diambilkan dari buku IPA kelas IV karangan Budi Wahyono
dan Setyo Nurachmandani yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional Tahun 2008.
Referensi di atas merupakan sumber utama bagi peneliti untuk membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), baik siklus I maupun siklus II, maupun
dalam menyusun materi evaluasi (tes formatif).
i. Karakteristik Siswa Usia Sekolah Dasar
Anak usia SD dalam hal ini anak yang duduk di bangku kelas I hingga VI, yang
terbagi dua kelompok yaitu anak usia kelas rendah yang berusia 6 sampai 9 tahun
dan usia kelas tinggi yang berusia 10 hingga 12 tahun. Hal ini sesuai dengan
Peraturan Pemerintah RI nomor 28 1990 tentang pendidikan dasar pada pasal 15
ayat 1 yang berbunyi untuk dapat diterima sebagai siswa SD seorang anak harus
berusia sekurang-kurangnya 6 tahun.
Anak usia kelas tinggi sekolah dasar telah berada pada taraf operasional
kongkret. Usia anak kelas ini sudah dapat berpikir logis, dan sudah mengalami
perkembangan secara holistik dalam setiap aspek fisik, koknitif, maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
emosionalnya. Setiap anak saling mempengaruhi aspek yang lainnya. Sehubungan
dengan aspek perkembangan anak kelas tinggi 4 - 6 menurut Samino Sangadji et all
(2003: 7) menyatakan bahwa perkembangan merupakan suatu proses yang sifatnya
menyeluruh (holistik).
Untuk memahami tingkat perkembangan koknitif anak dapat untuk hasil
penelitian piaget dalam Ruminati (2007: 8) menyatakan bahwa perkembangan
koknitif anak diklasifikasikan dalam 4 tahap yaitu: 1) tahap sensori motor pada usia
0-2 tahun; 2) tahap pra operasional 2-8 tahun; 3) tahap periode operasi kongkrit pada
usia 8-12 tahun; 4) tahap operasi formal pada usia 12 tahun ke atas.
Berdasakan pengelompokan tahap perkembangan anak usia sekolah dasar
tersebut, berarti anak di kelas-kelas awal sekolah dasar termasuk dalam tahap
perkembang akhir pra operasional yaitu anak-anak dalam periode 9 tahun.
Selanjutnya anak-anak dikelas lanjut sekolah dasar yaitu termasuk dalam tahap
operasional kongkret sebab usia mereka antara 8 sampai 14 tahun.
Karakteristik perkembangan anak pada tahap praoperasional menurut Piaget
dalam Zulkfli (2003: 21) yaitu : 1) aktivitas kognitif didasarkan pada pengalaman
langsung panca indra. 2) Fase operasional yaitu anak tidak terikat lagi pada
lingkungan sensori. Kesanngupan menyimpang tanggapan semakin besar. Anak suka
meniru orang lain dan mampu menerima [khayalan dan suka bercerita tentang hal-hal
yang fantastis, dan sebagainya. 3) Fase operasi konhkret yaitu pada fase ini cara anak
berpikir mulai logis. Bentuk aktivitas dapat ditentukan dengan peraturan yang
berlaku. Anak masih berpikir harfiyah sesuai dengan tugas yang diberikan
kepadanya. 4) Fase operasi formal yaitu dalam fase ini anak telah mampu
mengembangkan pola-pola berpikir formal, telah mampu berpikir logis bahkan
abstrak. Anak telah mampu menangkap arti simbolis, dan mengumpulkan suatu
berita, dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
j. Penerapkan Model Problem Based Learning dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Siswa
Penerapan Problem Based Learning pada anak usia dini dalam hal ini siswa
kelas IV SD merupakan suatu model yang memilih penyajian bahan pelajaran yang
harus dikerjakan oleh siswa secara bersama dalam bentuk pengamatan dan
penyelidikan. Kegiatan kelompok yang satu dengan yang lain boleh sama boleh juga
berbeda atau seimbang dengan pemecahan masalahnya. Dalam pembelajaran
Problem Based Learning diperlukan kerjasama untuk memecahkan suatu
permasalahan dengan penyelidikan dan pengamatan sehingga siswa mampu
mengembangkan pikiran yang akhirnya memiliki kemandirian memecahkan masalah
dalam pembelajaran.
Penerapan belajar disesuaikan dengan perkembangan anak usia kelas tinggi
bahwa pada umumnya anak-anak pada usia 8-14 tahun. Anak usia tinggi pada SD
tersebut berada pada masa berpikir oprasional kongkret. Anak pada usia tersebut
sudah mampu berpikir secara logis, mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
holistik yang meliputi fisik, kognitif maupun sosial emosional. Setiap perkembangan
tersebut saling mempengaruhi.
Pembelajaran IPA pada usia SD dimaksud untuk mengembangkan gagasan
tentang alam sekitar. Anak mempunyai minat untuk mempelajari dan mengenal
benda-benda serta peristiwa lingkungan sekitar sehingga dapat memupuk rasa cinta
alam.
Berdasarkan uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa ada pengaruh
signifikan antara penerapan model pembelajaran problem Based Learning dengan
hasil belajar IPA siswa. Model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil
belajar IPA siswa karena model ini sesuai dengan karakteristik dengan perkembangan
siswa. Selain itu model pembelajaran Problem Based Learning juga sangat sesuai
dengan karakteristik IPA Yaitu memahami alam semesta melalui pengamatan yang
tepat sasaran dengan menggunakan prosedur yang benar dan dijelaskan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
penalaran yang sahih sehingga menitik beratkan pada masalah berdasarkan
pengamatan dan penyelidikan.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Yunita Ismiyarti (2010: 53-76) mengadakan penelitian. Hasil penelitian ini dapat
dilihat kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor meningkat setelah menggunakan
model pembelajaran kooperatif type jigsaw, dengan meningkatnya kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotor siswa berarti kemampuan pemahaman siswa juga meningkat.
Peningkatan tersebut terbukti dari hasil perbandingan nilai rata-rata yang diperoleh
sebelum menggunakan metode jigsaw yaitu 53,63. Setelah menggunakan metode jigsaw
pada siklus I menjadi 67,27 dan pada siklus II menjadi 79,32.
Penelitian lain yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Ana Irawanti
(2010: 45-62). Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa teknik pembelajaran
“Simpan Pinjam” dapat meningkatkan kemampuan dan minat belajar siswa kelas VIII
SMP Negeri II Trucuk dalam menulis puisi. Peningkatan tersebut terbukti dari hasil
perandingan nilai rata-rata yang diperoleh sebelum mengunakan teknik pembelajaran
simpan pinjam yaitu 52,59 setelah menggunakan teknik pembelajaran simpan pinjam
pada siklus I menjadi 65,37, pada siklus II menjadi 80,35.
C. Kerangka Berpikir
Di dalam pembelajaran di SDN Treko I khususnya dalam mata pelajaran IPA,
banyak yang hasil belajarnya rendah. Hal tersebut Akibat dari pembelajaran yang bersifat
konvensional. Rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari berbagai hal, diantaranya
siswa banyak bicara sendiri saat pembelajaran, banyak siswa yang tidak mengerjakan
pekerjaan rumah, siswa merasa kesal jika mendapat tugas dari guru, dan nilai IPA siswa
banyak yang di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Tindakan peneliti untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN
Treko I adalah dengan menggunakan model Problem Based Learning. Model Problem
Based Learning ini merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada
banyaknya masalah yang membutuhkan penyelesaian sehingga menghasilkan
pengetahuan yang bermakna. Kelebihan dari pembelajaran Problem Based Learning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
memberikan pengalaman yang berbeda karena pembelajaran tersebut melatih siswa
mendifinisikan dan mengorganisasikan tugas belajarnya, mengumpulkan Informasi,
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penyelesaian masalah, membuat
laporan dan melakukan refleksi eksperimen. Hal ini dapat berakibat pada
meningkatanya hasil belajar IPA siswa.
Berdasarkan hal tersebut maka kerangka pemikiran dapat digambarkan secara
sistematis ke dalam bagan berikut:
Gambar 1. Bagan kerangka berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pemikiran selanjutnya maka dapat disusun hipotesis
tindakan. Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan model
Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV
SDN Treko I Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011.
Kondisi Awal
Pembelajaran yang bersifat konvensional
hasil belajar IPA siswa rendah
SIKLUS I Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan Model Problem Based Learning
Penggunaan Model Problem Based Learning
Tindakan SIKLUS II Refleksi dari siklus I Pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning dengan materi yang berbeda Hasil belajar IPA
siswa meningkat Kondisi Akhir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Treko I Kecamatan Mungkid Kabupaten
Magelang yang memiliki 9 ruang, terdiri dari 6 ruang kelas dengan ukuran 6 x 6 m, 1
ruang perpustaan, 1 ruang musholla, 1 kantor kepala sekolah dan guru, dengan
tenaga kependidikan sejumlah 11 yang terdiri dari 1 kepala sekolah, 9 guru, dan 1
penjaga sekolah. Terdapat alasan bagi peneliti untuk pemilihan sekolah ini sebagai
lokasi penelitian adalah :
a. Peneliti sebagai guru di SDN Treko I dan mengajar di kelas IV sejak tahun
2003.
b. Sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai obyek penelitian.
c. Berdasarkan hasil pengamatan penelitian di lapangan terdapat
permasalahan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
2. Waktu Penelitian
. Waktu penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, mulai bulan januari hingga
bulan juni tahun 2011
B. Bentuk Dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom actions
research). Menurut Wardani (2007 : 3). Penelitian Tindakan Kelas merupakan
terjemahan dari classroom actions research. Yang berarti satu action research yang
dilakukan di kelas.
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dalam
kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerjanya
sebagai guru, sehingga diharapkan hasil belajar siswa menjadi meningkat.
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitia yang reflektif. Kegiatan
penelitian berangkat dari permasalahan yang riil yang dihadapi oleh guru dalam
proses pembelajaran.
2. Strategi Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan setrategi model siklus. Wardani (2007 : 23)
menyatakan bahwa PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur atau siklus
yang terdiri dari 4 tahap, yaitu merencanakan, melakukan tindakan, mengamati dan
melakukan refleksi seperti tampak pada gambar 2 sebagai berikut :
Gambar 2 : Daur penelitian tindakan kelas (Depdikbud, 1999 : 20)
Adapun rancangan penelitian sebagai berikut :
a. Perencanaan Tindakan
Kegiatan ini meliputi :
1) Membuat perencanaan pengajaran
2) Membuat lembar observasi
3) Membuat alat evaluasi
b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan
pembelajaran sebagai yang telah derencanakan.
c. Observasi
Dalam tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan.
Perencanaan siklus selanjutnya Tindakan Perencanaan
Refleksi Pengamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
d. Refleksi Tindakan
Dalam tahap ini data-data yang diperoleh melalui observasi yang
dikumpulkan dan dianalisis, guna mengetahui seberapa jauh tindakan telah
membawa perubahan dan apa atau di mana perubahan terjadi.
C. Subjek Penelitian
Dalam hal ini peneliti mengambil subjek penelitian sebanyak 26 siswa yang
terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan pada kelas IV SDN Treko I Kec
Mungkid Kab Magelang. Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan
materi energy. Dikarenakan subjek diambil seluruhnya untuk penelitian, maka
penelitian ini bersifat populatif.
D. Data dan Sumber Data
Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi Hasil Belajar dalam
pembelajaran ILmu Pengetahuan Alam. Data penelitian itu dikumpulkan dari
berbagai sumber data yang meliputi :
1) Informan atau nara sumber, yaitu siswa dan guru kelas IV.
2) Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembeljaran Ilmu
Pengetahuan Alam
3) Dokumen atau arsip, antara lain berupa kurikulum, rencana pelaksanaan
pembelajaran, hasil pekerjaan siswa, dan buku penilaian
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data diatas meliputi pengamatan,
kajian dokumen, dan tes formatif, masing-masing metode dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pengamatan
Peneliti mengamati proses pembelajaran dan pengumpulan data mengenai
segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran baik yang terjadi pada
guru, siswa, dan situasi kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
2. Kajian Dokumen
Kajian dokumen dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada,
yaitu tes tulis, dan nilai IPA siswa.
3. Tes tulis
Tes tulis digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran IPA
pada siswa disetiap akhir pertemuan.
F. Validitas Data
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya
sehingga data tersebut dapat dipertanggung jawabkan dan dapat dijadikan sebagai
dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk memeriksa
validitas data adalah dengan triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan
sarana diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data itu (lexy
H. Moleong.1995:178). Teknik triangulasi yang digunakan antara lain berupa
triangulasi sumber data dan triangulasi metode pengumpulan data. Misalnya untuk
mengetahui rendahnya hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam dan factor-faktor
penyebabnya, peneliti melakukan hal-hal berikut : Guru mengajar siswa dengan
model konvensional (dengan ceramah guru saat mengajar Ilmu Pengetahuan Alam)
selanjutnya mengobservasi untuk mengidentifikasi belajar siswa.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis
kualitatif dengan model interaktif sebagaimana yang disarankan oleh Miles dan
Huberman. Model analisis interaktif mempunyai tiga buah komponen pokok, yaitu
reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan (verifikasi). Aktifitasnya
dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu
proses siklus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Untuk lebih jelasnya, proses analisis kualitatif dengan model interaktif dapat
digambarkan pada gambar 3 dengan skema sebagai berikut.
Gambar : 3. Model Analisis Interaktif
Langkah-langkah analisis :
1. Melakukan analisis awal bila data yang didapat di kelas sudah cukup, data
dikumpulkan.
2. Mengembangkan dalam bentuk sajian data, dengan menyusun coding yang
berguna untuk penelitian lanjut.
3. Melakukan verifikasi, pengayaan, dan pendalaman data apa bila dalam
persiapan analisis ternyata ditemukan data yang kurang lengkap atau
kurang jelas, maka perlu dilakukan pengumpulan data lagi secara khusus.
4. Melakukan analisis antar kasus, dikembangkan struktur sajian datanya bagi
susunan laporan.
5. Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian.
6. Merumuskan implikasi kebijakan sebagai bagian dari pengembangan saran
dalam laporan akhir penelitian.
Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data-data yang telah
berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriptif komparatif dan teknik
analisis kritis. Teknik statistik deskriptif digunakan untuk data kuantitatif, yakni
dengan membandingkan hasil antar siklus. Misalnya membandingkan hasil belajar
Ilmu Pengetahuan Alam siswa sebelum tindakan, setelah siklus I, setelah siklus II,dan
seterusnya.
Reduksi Data
Pengumpulan Data
Sajian Data
Penarikan simpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
H. Indikator Kinerja
Menurut Sarwiji Suwandi (2008 : 70) indikator kinerja merupakan rumusan
kinerja yang akan dijadikan acuan atau tolok ukur dalam menentukan keberhasilan
atau keefektifan penelitian.
Penelitian ini akan diakhiri setelah 60% siswa telah mengalami peningkatan
hasil belajarnya yang telah memenuhi K K M IPA 6,00 jika dihitung 26 x 60% =
15.60.
Sesuai penghitungan, berarti paling sedikit 17 siswa dari 26 siswa kelas IV
harus mengalami peningkatan hasil belajarnya dengan nilai IPA diatas KKM. Jika
batas KKM tersebut sudah tercapai, berarti siklus dapat dihentikan dan penelitian
dikatakan telah memenuhi standar yang ditetapkan peneliti.
I. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menempuh prosedur dengan tahap-tahap
sebagai berikut :
1. Siklus pertama (Sklus I)
a. Tahap menentukan teknik dan rencana pemantauannya. Merencanakan
tindakan yang dilakukan pada siklus I, dengan siswa mengikuti
pembelajaran IPA.
b. Tahap pelaksanaan hipotesis tindakan. Melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan pada siklus I yaitu pembelajaran IPA dengan menggunakan
media buku ajar yang ada.
c. Tahap memantau dan menganalisis pelaksanaan hipotesis tindakan.
Melakukan pengamatan dan analisis terhadap pelaksanaan pembelajaran
siklus I.
d. Tahap refleksi. Melaksanakan refleksi / tindakan pada siklus I oleh peneliti.
2. Siklus ke dua (Siklus II)
a. Tahap menentukan teknik dan rencana pemantauanya. Merencanakan
tindakan pada siklu II yang berdasarkan perbaikan pada siklus I dengan
penyelidikan yang dilakukan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
b. Tahap pelaksanaan hipotesis tindakan. Melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan pada siklus I yaitu pembelajaran IPA dengan pengamatan dan
penyelidikan.
c. Tahap memantau dan menganalisis pelaksanaan hipotesis. Melakukan
pengamatan dan analisis terhadap pelaksanaan pembelajaran siklus II.
d. Mengadakan refleksi. Melaksanakan refleksi pada siklus II oleh peneliti.
3. Apabila belum tercapai tujuannya dapat dilanjutkan ke siklus berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Kondisi Awal Sebelum Penelitian
a. Kondisi Awal Siswa
Jumlah siswa kelas IV SDN Treko I yang diikut sertakan dalam penelitian
ini adalah 26 siswa yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.
Sedangkan ruang kelasnya seluas 36 m2.. Berdasarkan pengamatan awal yang
dilakukan peneliti terhadap seluruh siswa kelas IV SDN Treko I pada awal
semester II tahun pelajaran 2010 / 2011, masih rendahnya hasil belajar yang di
capai siswa dalam pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Hal ini ditunjukan
dengan fakta disetiap mengadakan ulangan harian nilai yang didapat banyak yang
di bawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).
Informasi nilai tentang kondisi awal siswa dapat dilihat pada hasil ulangan
harian yang pernah dilakukan oleh peneliti. Dari ulangan tersebut diperoleh data
nilai ulangan harian siswa pada kompetensi dasar energi bunyi dengan KKM 60
belum bisa memuaskan, terbukti hanya 14 dari 26 siswa yang sudah tuntas,
sedangkan 12 siswa masih di bawah jauh dari KKM.
b. Hasil observasi pra siklus
Sebelum peneliti melakukan tindakan terlebih dulu melakukan observasi
untuk mengetahui keadaan siswa yang berkaitan dengan pembelajaran IPA bagi
siswa kelas IV, dalam hal ini peneliti melakukan penilaian hasil pembelajaran
sebelum pelaksanaan problem based learning.
Dari hasil observasi dan penilaian yang dilakukan oleh peneliti diperoleh
hasil sebagai berikut :
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Tabel 2 : Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Sebelum Pelaksanaan Problem Based Learning
Interval x f f kum f % f % kum
0 - 16 8 1 1 4 4
17 - 33 25 4 5 15 19
34 - 50 42 7 12 27 46
51 - 67 59 10 22 38 85
68 - 84 76 4 26 15 100
85 - 101 93 0 0 0 0
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai tertinggi sebanyak
38, 5 % yang berada pada interval 51 – 67 dengan nilai tengah 59. Nilai rata-rata
sebesar 49,23 diperoleh dari jumlah nilai seluruh siswa yakni 1280 : 26 (jumlah
siswa). Sebanyak 14 siswa atau sebesar 53% siswa telah mengalami ketuntasan
belajar, Sedangkan nilai terendah sebanyak 3,8 %.
Selanjutnya dari tabel distribusi frekuensi yang telah dibuat, dapat
disajikan dalam bentuk/grafik. Hal ini dimaksudkan agar data yang diperoleh
dapat dengan mudah dipahami.
Gambar 4: Grafik Hasil Penilaian Sebelum Pelaksanaan Problem Based Learning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
c. Aktifitas Siswa
Jumlah siswa didalam kelas sudah ideal (26 siswa) dengan ukuran kelas
(36 m2), namun interaksi dalam pembelajaran belum berlangsung secara
maksimal. Siswa masih sering minta ijin ke belakang, semangat belajar kurang,
banyak bermain saat pembelajaran berlangsung, bila ditanya kurang memberi
respons.
Pada saat diberikan evaluasi sebagian besar siswa tidak siap mengikuti
evaluasi, hal ini ditunjukkan dengan mengeluh kepada peneliti. Oleh karenanya
dapat dilihat dari hasil belajar yang masih rendah sebagaimana yang telah
disebutkan di atas. Diwaktu mengerjakan soal cenderung anak membuka buku
untuk mencari jawabannya.
2. Pelaksanaan Penelitian tindakan Siklus I
a. Pelaksanaan Penelitian tindakan -1 Siklus I
Siklus I dilaksanakan selama 2 minggu yaitu pada minggu pertama dan
kedua bulan Februari ( 1 Februari, 3 Februari, dan 8 Februari 2011) dengan
kompetensi dasar : “Mendiskripsikan energi bunyi yang terdapat di lingkungan
sekitar serta sifat- sifatnya”. Jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran siklus I
sebanyak 26 siswa yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan,
dengan tahapan sebagai berikut :
1) Tahap perencanaan
Pada tahap perencanaan ini terdiri dari 6 indikator yaitu menulis kembali
macam-macam energi bunyi yang ada di lingkungan sekitar, menyebutkan
pengertian bunyi, frekuensi, dan amplitudo, mejelaskan beda bunyi ultrasonik,
audiosonik, dan infrasonik, memberi contoh makhluk hidup yang bisa
mendengarkan bunyi ultrasonik atau infrasonik, mendemontrasikan perambatan
bunyi pada benda padat, benda cair, dan benda gas, membuat simpulan presentasi
hasil percobaan.
Dengan berpedoman pada standar kompetensi mata pelajaran IPA, peneliti
mengadakan persiapan untuk siklus pertama sebagai berikut :
a) Memilih pokok bahasan atau indikator yang sesuai dengan energi
bunyi yaitu : Menyebutkan pengertian bunyi, frekuensi, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
amplitudo (pada pertemuan ke 1 siklus 1), mejelaskan beda bunyi
ultrasonik, audiosonik, dan infrasonik (pada pertemuan ke 2 siklus 1)
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (R P P) sesuai
indikator.
b) Menyiapkan peralatan dan media pembelajaran.
c) Setiap akan mengadakan pembelajaran, peneliti sebagai peneliti,
menata dan mempersiapkan ruangan sebaik mungkin sehingga siswa
tenang dan nyaman dalam melaksanakan pembelajaran mata
pelajaran IPA.
2) Tindakan ke – 1 pada siklus 1.
Pertemuan ke – 1 pada siklus 1 ini dilaksanakan pada hari Selasa 01
Februari 2011. Pada pertemuan ini terdiri dari 2 indikator yaitu menulis kembali
macam-macam energi bunyi yang ada di lingkungan sekitar, menyebutkan
pengertian bunyi, frekuensi, dan amplitudo.
Sebelum pembelajaran dimulai semua alat dan media pembelajaran yang
akan digunakan telah disiapkan oleh peneliti. Pemelajaran diawali dengan
memunculkan permasalahan yang terdapat pada pembelajaran mata pelajaran IPA
yang dihadapi siswa. Diantaranya, sumber bunyi piring dengan sumber bunyi
meja ternyata hasilnya tidak sama, mengapa? Apa sebenarnya bunyi itu? Dari
manakah asal bunyi? Bagaimanakah proses terjadinya bunyi? Setelah siswa
terlibat untuk memecahkan masalah, peneliti membagi kelompok kerja siswa yang
mana masing-masing kelompok diberi alat-alat percobaan dan memberi petunjuk
pelaksanaan percobaan tentang sumber energi bunyi, juga membagi tabel
pengamatan untuk kegiatan pembelajaran siswa.
Masing-masing kelompok mulai melakukan percobaan. Kelompok pertama,
salah satu siswa mengetuk piring, mengetuk meja, mengetuk kain dengan sendok.
Semua siswa dalam kelompok itu mendengarkan dan membandingkan hasil bunyi
dari ketiga ketukan itu. Kemudian siswa mengisi lembar percobaan dari hasil
percobaan. Hasil pengisian lembar percobaan oleh siswa dapat dilihat pada tabel 3
di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Tabel 3 : Hasil Percobaan Siswa Terhadap Tiga Sumber Bunyi
No Nama Benda Jenis Bunyi
Kuat Kuat Lemah 1. Piring
2. Meja
3. Kain
Setelah siswa menyelesaikan indikator pertama langkah berikutnya adalah
kegiatan pembelajaran untuk menyelesaikan indikator ke dua yakni dengan
peneliti bertanya kepada siswa berbagai hal yang berhubungan dengan pengertian
bunyi, frekuensi, dan amplitudo.
Peneliti memberikan arahan bagi jawaban siswa yang belum benar dan
penegasan bagi jawaban siswa yang sudah benar, hal ini dilakukan agar jawaban
siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Pada tahap berikutnya, siswa melakukan refleksi dengan bimbingan peneliti.
Refleksi tersebut dilakukan untuk mengevaluasi pemecahan masalah yang mereka
lakukan melalui percobaan.
Pada kegiatan akhir peneliti melakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan mengukur tingkat
keberhasilan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
3) Pengamatan tindakan ke – 1 pada siklus 1.
Dalam kegiatan siswa, peneliti melakukan pengamatan tentang
kekompakan, keaktifan dan ketelitian. Hasil pengamatan tersebut dapat dilihat
bahwa sebanyak 50 % siswa melakukan kegiatan dengan kriteria baik, sebanyak
19,2 % siswa melakukan kegiatan dengan kriteria cukup, sebanyak 30,8 % siswa
melakukan kegiatan dengan kriteria kurang.
4) Refleksi tindakan ke – 1 pada siklus I
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada tindakan I, pada awal
pembelajaran masih ada siswa minta izin ke belakang, berbicara dengan teman,
melamun dan kurang perhatian pada penjelasan guru. Dalam kegiatan inti peneliti
mulai menyampaikan materi. Sebagian besar siswa belum bisa menerima dengan
jelas tentang materi yang telah disampaikan oleh peneliti. Oleh karenanya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
peneliti menggunakan model pembelajaran problem based learning untuk
mengatasi masalah tersebut dengan cara peneliti menugaskan siswa melakukan
percobaan tentang sumber energi bunyi. Hasilnya siswa dapat menyimpulkan
bahawa setiap benda yang bergetar menghasilkan bunyi. Salah satu yang
menyebabkan benda bergetar adalah dengan dipukul.
Berdasarkan hasil penilaian di atas dapat disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi sebagai berikut :
Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Tindakan 1 siklus I pada Pelaksanaan Problem Based Learning
Interval x f f kum f % f % kum
20 - 33 26,5 9 9 35 35
34 - 46 40 3 12 12 46
47 - 59 53 0 0 0 0
60 - 73 66,5 4 16 15 61
74 - 87 80,5 10 26 38 100
88 - 101 94,5 0 0 0 0
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai tertinggi sebanyak
38 % yang berada pada interval 74 – 87 dengan nilai tengah 80,5. Nilai rata-rata
sebesar 51,53 diperoleh dari jumlah nilai seluruh siswa yakni 1340 : 26 (jumlah
siswa). Sebanyak 14 siswa atau sebesar 53% siswa telah mengalami ketuntasan
belajar, Sedangkan nilai terendah sebanyak 3,8 %.
Selanjutnya dari tabel distribusi frekuensi yang telah dibuat, dapat disajikan
dalam bentuk/grafik. Hal ini dimaksudkan agar data yang diperoleh dapat dengan
mudah dipahami.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Gambar 5 : Grafik Hasil Penilaian Pelaksanaan Problem Based Learning
b. Pelaksanaan Penelitian tindakan ke – 2 Siklus I
Pertemuan ke – 2 pada siklus 1 ini dilaksanakan pada hari Jum’at 04
Februari 2011. Pada pertemuan ini terdiri dari 2 indikator yaitu mejelaskan beda
bunyi ultrasonik, audiosonik, dan infrasonik serta memberi contoh makhluk hidup
yang bisa mendengarkan bunyi ultrasonik atau infrasonik.
1) Tahap perencanaan
Dengan berpedoman pada standar kompetensi mata pelajaran IPA, peneliti
mengadakan persiapan untuk siklus pertama sebagai berikut :
a) Memilih pokok bahasan atau indikator yang sesuai dengan energi
bunyi yaitu : Mejelaskan beda bunyi ultrasonik, audiosonik, dan
infrasonic.
b) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (R P P) sesuai
indikator.
c) Menyiapkan peralatan dan media pembelajaran.
d) Setiap akan mengadakan pembelajaran, peneliti sebagai peneliti,
menata dan mempersiapkan ruangan sebaik mungkin sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
siswa tenang dan nyaman dalam melaksanakan pembelajaran mata
pelajaran IPA.
2) Tindakan ke - 2 siklus I
Sebelum pembelajaran dimulai semua alat dan media pembelajaran yang
akan digunakan telah disiapkan oleh peneliti. Pembelajaran diawali dengan
memunculkan permasalahan yang terdapat pada pembelajaran mata pelajaran IPA
yang dihadapi siswa. Permasalahan itu adalah memahami arti dari jenis bunyi
ultrasonik, audiosonik, dan infrasonik. Kemudian guru memberi penjelasan pada
siswa mengenai pengertian tentang bunyi ultrasonik, audiosonik, dan infrasonik,
serta berbagai makhluk hidup yang mampu mendengarkan jenis bunyi tersebut di
atas. Contoh yang diberikan oleh peneliti tercantum pada tabel di bawah ini.
Tabel 5: Contoh Makhluk Hidup Dan Jenis Bunyi Yang Didengar
No Makhluk Hidup Jenis Bunyi
Ultrasonik Audiosonik Infrasonik
1. Manusia
2. Lumba-lumba
3. Kuda
Untuk memperdalam pemahaman siswa maka peneliti meberikan lembar
kegiatan siswa yang berupa tabel isian tentang berbagai makhluk hidup dengan
jenis bunyi yang didengar. Agar siswa terjalin kerja sama antara satu dengan yang
lainnya maka tugas lembar kegiatan siswa tersebut dikerjakan dengan
berkelompok.
Diakhir pelajaran peneliti membahas hasil kerja kelompok siswa tersebut
serta memberikan penguatan (reinforcement) agar siswa memiliki ingatan yang
kuat terhadap materi tersebut.
3) Pengamatan tindakan ke – 2 siklus I
Dalam kegiatan siswa, peneliti melakukan pengamatan tentang
kekompakan, keaktifan dan ketelitian. Hasil pengamatan tersebut dapat dilihat
bahwa sebanyak 53,8 % siswa melakukan kegiatan dengan kriteria baik,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
sebanyak 19,2 % siswa melakukan kegiatan dengan kriteria cukup, sebanyak 27 %
siswa melakukan kegiatan dengan kriteria kurang. 14/5/7
4) Refleksi tindakan ke – 2 siklus I
Tindakan ke - 2 pada siklus I tidak jauh berbeda dengan tindakan ke - 1
walaupun pada tindakan ke - 2 ini telah terjadi kemajuan yaitu siswa tidak
melamun, perhatiannya meningkat, siswa lebih antusias meskipun masih ada
beberapa siswa yang bercakap-cakap dengan temannya.
Berdasarkan hasil penilaian di atas dapat disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi sebagai berikut :
Tabel 6 : Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Tindakan 2 Siklus I pada Pelaksanaan Problem Based Learning
Interval x f f kum f % f % kum
20 - 33 26,5 1 1 4 4
34 - 46 40 8 9 31 35
47 - 59 53 0 0 0 35
60 - 73 66,5 11 20 42 77
74 - 87 80,5 4 24 15 92
88 - 101 94,5 2 26 8 100
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai tertinggi sebanyak
8 % yang berada pada interval 88 – 101 dengan nilai tengah 94,5. Nilai rata-rata
sebesar 58,46 diperoleh dari jumlah nilai seluruh siswa yakni 1520 : 26 (jumlah
siswa). Sebanyak 17 siswa atau sebesar 65% siswa telah mengalami ketuntasan
belajar, Sedangkan nilai terendah sebanyak 15 %.
Selanjutnya dari tabel distribusi frekuensi yang telah dibuat, dapat disajikan
dalam bentuk/grafik. Hal ini dimaksudkan agar data yang diperoleh dapat dengan
mudah dipahami.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Gambar 6: Grafik Hasil Penilaian Pelaksanaan Problem Based Learning
c. Pelaksanaan tindakan ke – 3 pada siklus 1
Pertemuan ke – 3 pada siklus 1 ini dilaksanakan pada hari Selasa 08
Februari 2011. Pada pertemuan ini terdiri dari 2 indikator yaitu mendemontrasikan
perambatan bunyi pada benda padat, cair, gas dan membuat simpulan presentasi
hasil percobaan tentang bunyi.
1) Tahap perencanaan
Dengan berpedoman pada standar kompetensi mata pelajaran IPA, peneliti
mengadakan persiapan untuk siklus pertama sebagai berikut :
a) Memilih pokok bahasan atau indikator yang sesuai dengan energi
bunyi yaitu : Mendemontrasikan perambatan bunyi pada benda
padat, cair, dan gas.
b) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (R P P) sesuai
indikator.
c) Menyiapkan peralatan dan media pembelajaran.
d) Setiap akan mengadakan pembelajaran, peneliti sebagai peneliti,
menata dan mempersiapkan ruangan sebaik mungkin sehingga siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
tenang dan nyaman dalam melaksanakan pembelajaran mata
pelajaran IPA.
2) Tindakan ke - 3 siklus I
Sebelum pembelajaran dimulai semua alat dan media pembelajaran yang
akan digunakan telah disiapkan oleh peneliti. Pemelajaran diawali dengan
memunculkan permasalahan yang terdapat pada pembelajaran mata pelajaran IPA
yang dihadapi siswa. Permasalahan itu adalah bagaimana bunyi dapat sampai ke
telinga? Benda apa yang menjadi perantara sehingga bunyi dapat didengar?
Langkah peneliti selanjutnya mengadakan percobaan untuk menjelaskan
tentang cepat rambat bunyi dan berbagai macam benda yang dapat menjadi
perantara sehingga bunyi dapat didengar.
Peneliti menjelaskan berbagai alat yang dipakai dalam pelaksanaan
percobaan tersebut. Dengan bimbingan peneliti setiap kelompok siswa diminta
untuk melakukan percobaan tentang bunyi merambat melalui benda padat, benda
cair, dan benda gas, menggunakan alat-alat yang telah disiapkan. Kemudian setiap
kelompok siswa disuruh membuat simpulan. Kegiatan akhir siswa membacakan
hasil simpulannya di depan kelas, dan teman lain kelompok memberikan refleksi.
3) Pengamatan tindakan ke – 3 siklus I
Dalam kegiatan siswa, peneliti melakukan pengamatan tentang
kekompakan, keaktifan dan ketelitian. Hasil pengamatan tersebut dapat dilihat
bahwa sebanyak 57,7 % siswa melakukan kegiatan dengan kriteria baik,
sebanyak 23 % siswa melakukan kegiatan dengan kriteria cukup, sebanyak 19,3 %
siswa melakukan kegiatan dengan kriteria kurang. 15/6/5
4) Refleksi tindakan ke – 3 siklus I
Dalam tindakan ke - 3 siklus I peneliti dalam membuka pelajaran terlebih
dahulu memberi nasehat kepada siswa agar siswa lebih siap dalam melaksanakan
pembelajaran. Hasilnya selama kegiatan pembelajaran berlangsung peneliti tidak
banyak memberikan interupsi kepada siswa sehingga kegiatan pembelajaran dapat
berlangsung dengan lebih kondusif.
Berdasarkan tindakan ke - 3 siklus I di atas dapat disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 7 : Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Tindakan 3 Siklus I pada Pelaksanaan Problem Based Learning
Interval x f f kum f % f % kum
20 - 33 26,5 1 1 4 4
34 - 46 40 5 6 19 23
47 - 59 53 0 0 0 23
60 - 73 66,5 11 17 42 65
74 - 87 80,5 6 23 23 88
88 - 101 94,5 3 26 12 100
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai tertinggi sebanyak
12 % yang berada pada interval 88 – 101 dengan nilai tengah 94,5. Nilai rata-rata
sebesar 63,84 diperoleh dari jumlah nilai seluruh siswa yakni 1660 : 26 (jumlah
siswa). Sebanyak 20 siswa atau sebesar 77 % siswa telah mengalami ketuntasan
belajar, Sedangkan nilai terendah sebanyak 4 %.
Selanjutnya dari tabel distribusi frekuensi yang telah dibuat, dapat disajikan
dalam bentuk/grafik. Hal ini dimaksudkan agar data yang diperoleh dapat dengan
mudah dipahami.
Gambar 7: Grafik Hasil Penilaian Pelaksanaan Problem Based Learning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
3. Pelaksanaan Penelitian Siklus II
a. Pelaksanaan Penelitian tindakan -1 Siklus II
Dalam menyajikan siklus II ini peneliti berusaha mengidentifikasi
permasalahan yang terjadi selama proses pembelajaran pada siklus I, selanjutnya
dari berbagai masalah yang telah diidentifikasi dicari solusinya pada siklus II.
Dari tindakan I sampai dengan tindakan III ditemukan masalah sebagai berikut :
1) Tindakan I
a) Konsep tentang amplitudo dan frekuensi belum dapat dimengerti
oleh siswa.
b) Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung masih terdapat siswa
yang kurang berani dalam mengajukan pertanyaan maupun
mengemukakan pendapatnya.
2) Tindakan II
a) Media yang berupa tilpun tiruan yang terbuat dari kaleng dan
benang kurang dapat memberikan pengalaman belajar bagi siswa
karena sebagian besar siswa tidak dapat mendengarkan suara dari
temannya pada saat menggunakan media tersebut.
b) Karena keterbatasan peneliti media yang telah direncanakan belum
dapat disiapkan seluruhnya.
3) Tindakan III
a) Pada saat siswa melakukan presentasi belum mampu menanggapi
apa yang menjadi refleksi siswa lain.
b) Siswa masih menemui kesulitan dalam membuat simpulan
meskipun telah diarahkan oleh peneliti.
Kemudian peneliti melakukan langkah-langkah demi menyempurnakan
kekurangan yang terdapat pada tindakan I sampai dengan tindakan III dari siklus
I. Langkah penyempurnaan ini diterapkan pada siklus II.
Siklus II dilaksanakan selama 2 minggu yaitu pada minggu ke tiga bulan
Februari dan minggu pertama bulan Maret ( 23 Februari, 02 Maret, dan 4 Maret
2011) dengan kompetensi dasar : Menjelaskan energy alternative dan
penggunaannya. Jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran siklus II sebanyak 26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
siswa yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan, dengan tahapan
sebagai berikut :
1) Tahap Perencanaan
Dengan berpedoman pada standar kompetensi mata pelajaran IPA, peneliti
mengadakan persiapan untuk siklus pertama sebagai berikut :
a) Memilih indikator yang sesuai dengan energi alternative yaitu :
b) Memberi contoh benda-benda yang menggunakan sumber energi
alternatif.
c) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (R P P) sesuai
indikator.
d) Menyiapkan peralatan dan media pembelajaran.
e) Setiap akan mengadakan pembelajaran, peneliti sebagai peneliti,
menata dan mempersiapkan ruangan sebaik mungkin sehingga
siswa tenang dan nyaman dalam melaksanakan pembelajaran mata
pelajaran IPA.
2) Tindakan ke - 1 siklus II
Sebelum pembelajaran dimulai semua alat dan media pembelajaran yang
akan digunakan telah disiapkan oleh peneliti. Pemelajaran diawali dengan
memunculkan permasalahan yang terdapat pada pembelajaran mata pelajaran IPA
yang dihadapi siswa. Permasalahan itu adalah apakah energy itu? Apakah energy
alternative itu? Kita dapati dari manakah energy itu? Dimanakah energy
alternative kita peroleh?
Langkah peneliti selanjutnya siswa diminta mengambil alat – alat untuk
mengadakan percobaan yaitu mencuci sapu tangan, membuat parasut yang
digunakan sebagai bahan untuk menjelaskan tentang cara menggunaka energy
alternative diantaranya panas matahari dan angin, secara sederhana.
Peneliti menjelaskan berbagai energy alternative dan penggunaannya, yang
kemudaian siswa mengerjakan lembar kerja siswa dengan bimbingannya. Setiap
kelompok dengan diwakili ketuanya, siswa disuruh mempresentasikan hasil
kerjanya di depan kelas, kelompok lain member refleksi atas presentasinya dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
kelompok tersebut member tanggapan. Dari pembelajaran tadi kemudian siswa
membuat simpulan.
3) Pengamatan tindakan 1 siklus II
Dalam kegiatan siswa, peneliti melakukan pengamatan tentang
kekompakan, keaktifan dan ketelitian. Hasil pengamatan tersebut dapat dilihat
bahwa sebanyak 73,1 % siswa melakukan kegiatan dengan kriteria baik,
sebanyak 15,4 % siswa melakukan kegiatan dengan kriteria cukup, dan sebanyak
11,5 % siswa melakukan kegiatan dengan kriteria kurang.
4) Refleksi tindakan ke – 1 siklus II
Dalam siswa membacakan hasil kerja kelompok, sudah bagus tapi saat ada
refleksi dari kelompok lain kelompok tersebut belum berani menanggapinya
karena takut salah. Peneliti belum maksimal dalam memberikan bimbingannya
tentang cara untuk menanggapi refleksi dari kelompok lain.
Dari hasil pembelajaran peneliti menyajikan alat evaluasi berupa soal yang
berbentu objektif dan hasilnya sebagai berikut :
Dari hasil evaluasi yang dilakukan dapat disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi sebagai berikut :
Tabel 8 : Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Tindakan 1 Siklus II pada Pelaksanaan Problem Based Learning
Interval x f f kum f % f % kum
20 - 33 26,5 2 2 8 8
34 - 46 40 2 4 8 16
47 - 59 53 0 0 0 16
60 - 73 66,5 13 17 50 66
74 - 87 80,5 6 23 23 89
88 - 101 94,5 3 26 12 100
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai tertinggi sebanyak
12 % yang berada pada interval 88 – 101 dengan nilai tengah 94,5. Nilai rata-rata
sebesar 64,61 diperoleh dari jumlah nilai seluruh siswa yakni 1680 : 26 (jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
siswa). Sebanyak 22 siswa atau sebesar 85% siswa telah mengalami ketuntasan
belajar, Sedangkan nilai terendah sebanyak 8 %.
Selanjutnya dari tabel distribusi frekuensi yang telah dibuat, dapat disajikan
dalam bentuk/grafik. Hal ini dimaksudkan agar data yang diperoleh dapat dengan
mudah dipahami.
Gambar 8: Grafik Hasil Penilaian Pelaksanaan Problem Based Learning
b. Pelaksanaan Penelitian tindakan - 2 Siklus II
1) Tahap Perencanaan
Dengan berpedoman pada standar kompetensi mata pelajaran IPA, peneliti
mengadakan persiapan untuk siklus pertama sebagai berikut :
a) Memilih indikator yang sesuai dengan energi alternative yaitu :
Memberi contoh penggunaan energy alternative dibanding dengan
yang saat ini digunakan.
b) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai
Indikator.
c) Menyiapkan peralatan dan media pembelajaran.
d) Setiap akan mengadakan pembelajaran, peneliti sebagai peneliti,
menata dan mempersiapkan ruangan sebaik mungkin sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
siswa tenang dan nyaman dalam melaksanakan pembelajaran mata
pelajaran IPA.
2) Tindakan ke - 2 siklus II
Sebelum pembelajaran dimulai semua alat dan media pembelajaran yang
akan digunakan telah disiapkan oleh peneliti. Pemelajaran diawali dengan
memunculkan permasalahan yang terdapat pada pembelajaran mata pelajaran IPA
yang dihadapi siswa. Permasalahan itu adalah apakah energy itu? Apakah energy
alternative itu? Kita dapati dari manakah energy itu? Dimanakah energy
alternative kita peroleh?
Langkah peneliti selanjutnya siswa diminta mengambil alat – alat untuk
mengadakan percobaan yaitu mencuci sapu tangan, yang digunakan sebagai bahan
untuk menjelaskan tentang cara menggunaka energy alternative diantaranya panas
matahari dan angin, secara sederhana.
Peneliti menjelaskan berbagai energy alternative dan penggunaannya, yang
kemudaian siswa mengerjakan lembar kerja siswa. Dengan bimbingan peneliti
setiap kelompok siswa diminta untuk mengerjaka lembar kerja siswa, yang
kemudian setiap kelompok siswa disuruh membuat simpulan. Kegiatan akhir
siswa membacakan hasil simpulannya di depan kelas, dan teman lain kelompok
memberikan refleksi.
3) Pengamatan tindakan 2 siklus II
Dalam kegiatan siswa, peneliti melakukan pengamatan tentang
kekompakan, keaktifan dan ketelitian. Hasil pengamatan tersebut dapat dilihat
bahwa sebanyak 76,9 % siswa melakukan kegiatan dengan kriteria baik,
sebanyak 15,4 % siswa melakukan kegiatan dengan kriteria cukup, dan sebanyak
7,7 % siswa melakukan kegiatan dengan kriteria kurang.
4) Refleksi tindakan ke – 2 siklus II
Karena siswa masih kurang sekali rasa percaya dirinya maka peneliti
memberi motifasi agar siswa percaya diri, dengan menyarankan pada anggota lain
untuk mencari jawaban dari buku. Hal ini dimaksudkan agar kelompok itu dapat
menanggapi refleksi dari temannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Dari hasil pembelajaran peneliti menyajikan alat evaluasi berupa soal yang
berbentu objektif dan hasilnya dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi sebagai berikut :
Tabel 9: Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Tindakan 2 Siklus II pada Pelaksanaan Problem Based Learning
Interval x f f kum f % f % kum
20 - 33 26,5 2 2 8 8
34 - 46 40 4 6 15 23
47 - 59 53 0 0 0 23
60 - 73 66,5 6 12 23 46
74 - 87 80,5 6 18 23 69
88 - 101 94,5 8 26 31 100
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai tertinggi sebanyak
31 % yang berada pada interval 88 – 101 dengan nilai tengah 94,5. Nilai rata-rata
sebesar 70,76 diperoleh dari jumlah nilai seluruh siswa yakni 1840 : 26 (jumlah
siswa). Sebanyak 20 siswa atau sebesar 77 % siswa telah mengalami ketuntasan
belajar, Sedangkan nilai terendah sebanyak 8 %.
Selanjutnya dari tabel distribusi frekuensi yang telah dibuat, dapat
disajikan dalam bentuk/grafik. Hal ini dimaksudkan agar data yang diperoleh
dapat dengan mudah dipahami.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Gambar 9: Grafik Hasil Penilaian Pelaksanaan Problem Based Learning
c. Pelaksanaan Penelitian tindakan - 3 Siklus II
1) Tahap perencanaan
Dengan berpedoman pada standar kompetensi mata pelajaran IPA, peneliti
mengadakan persiapan untuk siklus pertama sebagai berikut :
a) Memilih pokok bahasan atau indikator yang sesuai dengan energi
bunyi yaitu : Menjelaskan keuntungan energy alternative disbanding
yang saat ini digunakan.
b) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (R P P) sesuai
indikator.
c) Menyiapkan peralatan dan media pembelajaran.
d) Setiap akan mengadakan pembelajaran, peneliti sebagai peneliti,
menata dan mempersiapkan ruangan sebaik mungkin sehingga siswa
tenang dan nyaman dalam melaksanakan pembelajaran mata
pelajaran IPA.
2) Tindakan ke - 3 siklus II
Sebelum pembelajaran dimulai semua alat dan media pembelajaran yang
akan digunakan telah disiapkan oleh peneliti. Pembelajaran diawali dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
memunculkan permasalahan yang terdapat pada pembelajaran mata pelajaran IPA
yang dihadapi siswa. Permasalahan itu adalah apa keuntungan penggunaan energy
alternative? Kemudian guru memberi penjelasan pada siswa mengenai
keuntungan penggunaan energy alternative, missal panas matahari, angin, dan air.
Selanjutnya siswa mengerjkan lembar kerja siswa. Lembar kerja yang disajikan
adalah sebagai berikut :
Tabel 10: Contoh Lembar Kerja Siswa
Carilah contoh suatu alat dari penggunaan energi alternatif!
No Nama enery alternatif Nama alat Keuntungan 1. Angin a. . . .
b. . . . a. . . . b. . . .
2. Air a. . . . b. . . .
a. . . . b. . . .
3. Matahari a. . . . b. . . .
a. . . . b. . . .
4. Panas bumi a. . . . b. . . .
a. . . . b. . . .
5. Kotoran hewan a. . . . b. . . .
a. . . . b. . . .
Diakhir pelajaran peneliti membahas hasil kerja kelompok siswa tersebut
serta memberikan penguatan (reinforcement) agar siswa memiliki ingatan yang
kuat terhadap materi tersebut.
3) Pengamatan tindakan ke – 3 siklus II
Dalam kegiatan siswa, peneliti melakukan pengamatan tentang
kekompakan, keaktifan dan ketelitian. Hasil pengamatan tersebut dapat dilihat
bahwa sebanyak 80,8 % siswa melakukan kegiatan dengan kriteria baik, sebanyak
11,5 % siswa melakukan kegiatan dengan kriteria cukup, sebanyak 7,7 % siswa
melakukan kegiatan dengan kriteria kurang.
4) Refleksi tindakan ke – 3 siklus II
Tindakan ke - 3 pada siklus II tidak jauh berbeda dengan tindakan ke - 2
walaupun pada tindakan ke - 3 ini telah terjadi kemajuan yaitu siswa mulai
mengeluarkan pendapatnya walau masih dengan bimbingan peneliti. Siswa lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
antusias meskipun masih ada satu kelompok yang belum berani bicara / menjawab
pertanyaan.
Berdasarkan hasil evaluasi berupa soal yang berbentuk objektif dan hasilnya
sebagai berikut :
Tabel 11 : Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Tindakan 3 Siklus II pada Pelaksanaan Problem Based Learning
Interval x f f kum f % f % kum
20 - 33 26,5 1 1 4 4
34 - 46 40 1 2 4 8
47 - 59 53 0 0 0 8
60 - 73 66,5 7 9 27 35
74 - 87 80,5 10 19 38 73
88 - 101 94,5 7 26 27 100
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai tertinggi sebanyak
27 % yang berada pada interval 88 – 101 dengan nilai tengah 94,5. Nilai rata-rata
sebesar 76,92 diperoleh dari jumlah nilai seluruh siswa yakni 2000 : 26 (jumlah
siswa). Sebanyak 24 siswa atau sebesar 92 % siswa telah mengalami ketuntasan
belajar, Sedangkan nilai terendah sebanyak 4 %.
Selanjutnya dari tabel distribusi frekuensi yang telah dibuat, dapat disajikan
dalam bentuk/grafik. Hal ini dimaksudkan agar data yang diperoleh dapat dengan
mudah dipahami.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Gambar 10: Grafik Hasil Penilaian Pelaksanaan Problem Based Learning
B.Rangkuman Hasil Penelitian Sebelum siklus, Siklus I, dan Siklus II
Sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan pendekatan Problem Base
Learning, sesuai dengan observasi yang dilakukan oleh peneliti diperoleh
informasi bahwa hasil belajar siswa kelas IV SDN Treko I Tahun Pelajaran
2010/2011 rata-rata berada di bawah nilai ketuntasan minimal (KKM).
Setelah peneliti melakukan siklus I diperoleh hasil penelitian ini pada siklus
I diperoleh data 64,5% mengalami kenaikan hasil belajar, 7,6% hasil belajarnya
tetap, dan 27% mengalami penurunan hasil belajar.
Peneliti melanjutkan dengan melakukan siklus II diperoleh hasil sebanyak
70,76% siswa mengalami kenaikan hasil belajar, sebanyak 15,4% siswa tidak
mengalami perubahan / tetap, sedangkan 7,7% siswa mengalami pasarkaenurunan
hasil belajar.
Berdasarkan kegiatan sebelum tindakan, siklus I dan siklus II dapat disusun
tabel rekapitulasi sebagaimana ditulis di bawah ini :
Tabel 12 : Tabel Rekapitulasi Sebelum Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Tindakan Nilai Terendah Nilai Tertinggi Nilai Rata-rata Sebelum Siklus 0 80 49,23 Siklus I 27 100 70,80 Siklus II 27 100 73,03
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai terendah sebelum siklus
sebesar 0 (nol) sedangkan pada siklus I dan siklus II sebesar 27. Kemudian nilai
tertinggi sebelum siklus sebanyak 80, sedangkan pada siklus I dan siklus II nilai
tertingginya sebesar 100. Nilai rata-rata sebelum siklus sebesar 49,23, siklus I
sebesar 70,80 dan pada siklus II sebesar 73,03. Nilai rata-rata menunjukkan
adanya kenaikan dari sebelum siklus, siklus I dan siklus II.
Selanjutnya berdasarkan tabel di atas, dapat disajikan dalam bentuk/grafik.
Hal ini dimaksudkan agar data yang diperoleh dapat dengan mudah dipahami.
Gambar 11: Sebelum dan Sesudah Siklus
Selanjutnya disajikan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dari
sebelum siklus, siklus I, dan siklus II. Rekapitulasi nilai KKM dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 13 : Rekapitulasi Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal
Aspek Sebelum Siklus Siklus I Siklus II
Rata-rata 49,23 70,80 73,03
KKM 14 22 22
Persentase 54 % 85 % 85 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Selanjutnya berdasarkan tabel di atas, dapat disajikan dalam bentuk/grafik.
Hal ini dimaksudkan agar data yang diperoleh dapat dengan mudah dipahami.
Gambar 12 : Grafik Rekapitulasi Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk meningkatkan hasil beljar IPA,
maka pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran problem based learning diharapkan membawa perubahan pada
proses pembelajaran IPA di kelas IV SDN Treko I Kecamatan Mungkid
Kabupaten Magelang untuk Kegiatan Pembelajaran selanjutnya.
Hasil belajar yang berupa nilai prestasi baik sebelum dan sesudah
menggunakan model pembelajaran problem based learning dapat dilihat pada
tabel 13.
Dari tabel 13 tersebut menunjukkan bahwa adanya kenaikan hasil belajar
secara nyata, pada sebelum siklus siswa yang memperoleh nilai sesuai / di atas
dengan KKM sebanyak 14 siswa atau 54 %, pada siklus I dan siklus II sebanyak
22 siswa atau 85 % siswa memperoleh nilai sesuai / di atas dengan KKM.
Penelitian yang dilakukan oleh Yunita Ismiyarti (2010 : 53-76)
menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif type jigsaw dapat
meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Peningkatan tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
terbukti dari hasil perandingan nilai rata-rata yang diperoleh sebelum mengunakan
model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan metode jigsaw yaitu 53,63
setelah menggunakan metode jigsaw pada siklus I menjadi 67,27, pada siklus II
menjadi 79,32.
Penelitian yang dilakukan oleh Ana Irawanti (2010 : 45 - 62) menunjukkan
bahwa teknik pembelajaran simpan pinjam dapat meningkatkan kemampuan dan
minat belajar siswa. Peningkatan tersebut terbukti dari hasil perandingan nilai
rata-rata yang diperoleh sebelum mengunakan teknik pembelajaran simpan
pinjam yaitu 52,59 setelah menggunakan teknik pembelajaran simpan pinjam
pada siklus I menjadi 65,37, pada siklus II menjadi 80,35.
Dari dua penelitian di atas, adanya hasil yang relevan dengan temuan
peneliti yang menunjukkan bahwa adanya kenaikan hasil belajar secara nyata,
pada sebelum siklus siswa yang memperoleh nilai sesuai / di atas dengan KKM
sebanyak 14 siswa atau 54 %, pada siklus I dan siklus II sebanyak 22 siswa atau
85 % siswa memperoleh nilai sesuai / di atas dengan KKM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan Dari uraian dan penjelasan yang telah dibahas di bab-bab sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa Problem Based Learning yang diterapkan dalam
pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada siswa kelas IV
SDN Treko I Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa adanya kenaikan hasil belajar secara nyata, pada sebelum
siklus siswa yang memperoleh nilai sesuai / di atas dengan KKM sebanyak 14
siswa atau 54 %, pada siklus I dan siklus II sebanyak 22 siswa atau 85 % siswa
memperoleh nilai sesuai / di atas dengan KKM.
B. Implikasi hasil penelitian Berdasarkan simpulan hasil penelitian, maka implikasi dari hasil penelitian
ini adalah :
1. Problem Based learning baik berupa penyelidikan, pengamatan, dan
percobaan dapat diterapkan pada setiap pembelajaran IPA dan pembelajaran
lainnya.
2. Problem Based learning dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar,
ketertarikan, dan keaktifan siswa dalam belajar.
3. Problem Based learning dapat dimanfaatkan oleh guru untuk melatih siswa
dalam bekerja sama, melatih keberanian siswa, melatih kemandirian siswa,
dan meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa.
4. Problem Based learning sesuai untuk mata pelajaran IPA karena mata
pelajaran IPA membutuhkan pengamatan dan penyelidikan karena untuk
model Problem Based learning prosesnya dengan pengamatan dan
penyelidikan.
60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
C. SaranBerdasarkan hasil penelitian ini, maka disarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Bagi Guru
a. Hendaknya model Problem Based learning dapat diterapkan dalam
proses pembelajaran IPA dan dikembangkan lebih lanjut dalam
rangka peningkatan hasil belajar di Sekolah Dasar / MI khususnya
mata pelajaran IPA.
b. Hendaknya guru mempersiapkan secara cermat perangkat
pendukung pembelajaran dan fasilitas belajar yang diperlukan
karena sangat mempengaruhi efektifitas dan efisien pembelajaran
sehingga berpengaruh pada semangat belajar siswa. Selain itu guru
perlu memahami kepribadian, karakteristik, kemampuan, dan
pengalaman siswa, agar dalam proses pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan dan potensi siswa.
2. Bagi Siswa
a. Hendaknya siswa semangat untuk belajar dengan model Problem
Based learning agar hasil belajarnya meningkat.
b. Hendaknya siswa ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran,
selalu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru, agar hasil
belajarnya meningkat.
3. Bagi Sekolah
Sekolah mengusahakan tersedianya kelengkapan yang mendukung proses
pembelajaran seperti gambar, buku-buku penunjang, alat peraga, dan bila
memungkinkan computer sebagai sarana multi media, sehingga guru
mampu menerapkan berbagai model pembelajaran salah satunya model
Problem Based learning agar hasil belajarnya meningkat.