pustaka.uns.ac.id digilib.uns.ac/peran...a. partisipasi orang tua dalam pendidikan anak keluarga...
TRANSCRIPT
BAB III
HASIL PENELITIAN
PARTISIPASI
A. Partisipasi Orang tua Dalam Pendidikan Anak
Keluarga merupakan lembaga pendidikan terkecil, tempat sebuah
kehidupan dimulai dan saat pendidikan dimulai. Pendidikan keluarga
adalah sebuah proses pemindahan dan pembentukan kehidupan yang ada
dalam diri orang tua yaitu ayah dan ibu. Kesatuan pendidikan itu dasarnya
adalah hidup bersama, melaksanakan nilai-nilai, dan membimbing
perkembangan anak (Pengantar Sosiologi Mikro, 2008:165-166).
Di dalam keadaan yang normal, maka lingkungan pertama yang
berhubungan dengan anak adalah orang tuanya, saudara-saudaranya yang
lebih tua (kalau ada) serta mungkin kerabat dekatnya yang tinggal
serumah. Melalui lingkungan itulah si anak mengenal dunia sekitarnya dan
pola pergaulan hidup yang berlaku sehari-hari. Melalui lingkungan itulah
anak mengalami proses sosialisasi awal (Soerjono Soekanto,1990:443).
Untuk menunjang pendidikan anak, orang tua harus aktif
berpartisipasi, tidak hanya menyerahkan sepenuhnya pendidikan ke
lembaga sekolah. Partisipasi orang tua dalam pendidikan anak bisa berupa
memotivasi anak, membiayai pendidikan mereka, menyediakan tempat,
fasilitas-fasilitas, waktu dan situasi yang cukup untuk mendukung belajar
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
di rumah. Karena tanpa adanya kepedulian/kesadaran dari orang tua itu
sendiri maka kemampuan/potensi dari si anak tidak akan berkembang.
Semenjak anak menjadi remaja seumuran anak SMA/sederajat
maka pergaulan dan interaksi dengan orang tuanya menjadi berubah.
Semakin dewasa seorang anak, maka peran dan partisipasi orang tua akan
semakin berkurang, bahkan suatu saat seorang anak dewasa adalah
“teman” dari orang tua mereka.
Orang tua tidak segan-segan menanyakan atau meminta pendapat
anaknya, sebab orang tua menilai anaknya sudah bisa berpikir dewasa dan
mampu untuk menentukan sikap/pilihannya. Seperti halnya dalam
pemilihan sekolah atau menentukan pilihannya setelah lulus
SMA/sederajat. Dari 10 orang tua yang menjadi informan dalam penelitian
ini kesemuanya memilih menyerahkan sepenuhnya keputusan dalam
pemilihan sekolah SMA kepada anak-anak mereka. Begitu pun tentang
pilihan anak mereka setelah lulus SMA nantinya mau kuliah atau bekerja.
Seperti pernyataan yang disampaikan oleh Bp. Muhammad Rosyid,
62 Tahun. Beliau menyatakan bahwa:
“Saya menyerahkan kepada anak saya mbak dalam pemilihan sekolahwaktu masuk SMA. Begitupun setelah anak saya lulus SMA, terserahdia mo bekerja atau kuliah. Kalau saya sih mbak pengennya dia kuliah,tetapi kalau saya tanya dia mesti bilang kalau nanti g mau kuliah pilihbekerja saja. Ya sudah saya ma istri manut saja, toh itu keinginannyasendiri. Apapun pilihan dia, saya mendukung”.
Orang tua memberikan kebebasan dalam pemilihan sekolah atau
keputusannya setelah lulus kepada anak pasti ada alasan yang mendasari.
Selain melihat bahwa anak mereka sudah dewasa juga terkait dengan
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
keuangan atau biaya sekolah nantinya. Dari jawaban informan tidak jarang
orang tua yang mengungkapkan bahwa sebenarnya anak ingin kuliah
setelah lulus SMA tetapi untuk melanjutkan kuliah dirasa tidak mungkin
karena terbentur masalah biaya.
Hal ini dituturkan oleh ibu Sutarmini, 40 Tahun yang mengatakan
bahwa:
“Saya tuh pengennya ya anak saya kuliah mbak setelah lulus SMA,tetapi kelihatane tidak mungkin karena tidak ada biaya. Sebenarnyaanak saya juga pengen kuliah tetapi melihat orang tuanya tidak punyabiaya jadi dia pengen bekerja saja. Mungkin anak saya kasihan maorang tuane, kan penghasilan saya sama suami juga untuk membiayaiadik-adiknya juga yang masih SMP dan SD”.
Hal yang serupa juga di ungkapkan oleh ibu Sri Rejeki, 44 Tahun
yang mengakui bahwa:
“Saya tuh pengennya nyekolahin anak sampai tinggi mbak. tapi maugimana lagi tidak ada biaya. Apalagi penghasilan suami saya tidaktetap, ditambah anak saya tiga-tiganya masih sekolah semua. Untukmembiayai dia sekolah SMA saja sudah lumayan berat apalagi jikananti kalau sudah lulus mau kuliah”.
Dari dua ungkapan di atas ternyata ada banyak faktor yang
mempengaruhi partisipasi orang tua dalam dalam pendidikan anak-anak
mereka. Bisa jadi keterbatasan keuangan, minat anak sendiri yang kurang
untuk belajar atau bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Faktanya ada
keluarga yang mampu membiayai anaknya untuk sekolah ke jenjang yang
lebih tinggi tetapi minat anak sendiri yang tidak mau, dia lebih memilih
untuk bekerja. Lain lagi ada keluarga yang kepingin menyekolahkan
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
anaknya sampai kuliah, anaknya pun juga ingin tetapi hanya karena tidak
memiliki biaya maka keinginan itu sirna.
a) Indikator partisipasi dalam pendidikan
Orang tua selaku “sumber ilmu” bagi anak-anaknya tentunya
memberikan terbaik apa yang bisa diberikan. Partisipasi orang tua
dalam pendidikan anak memiliki beberapa indikator, diantaranya
adalah:
- Definisi partisipasi dalam pendidikan
Kata partisipasi memiliki pengertian yang luas. Oleh sebab itu
banyak tokoh yang kemudian memberikan definisi dari partisipasi.
Partisipasi lebih sering digunakan dalam bidang politik.
Menurut Suharto dan Iryanto (1989), pengertian partisipasi
adalah hal turut berperan serta di suatu Kegiatan, keikutsertaan, peran
serta. Dengan demikian dapat dikatakan partisipasi tersebut sama
dengan peran serta.
Menurut Soerjono Soekanto (1993:355) menyebutkan bahwa
partisipasi merupakan setiap proses identifikasi atau menjadi peserta,
suatu proses komunikasi atau kegiatan bersama dalam suatu situasi
sosial tertentu (http://lppbi-fiba.blogspot.com).
Partisipasi menurut Huneryager dan Heckman (1992) adalah
sebagai keterlibatan mental dan emosional individu dalam situasi
kelompok yang mendorongnya memberi sumbangan terhadap tujuan
kelompok serta membagi tanggungjawab bersama mereka.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
Partisipasi dalam pendidikan bisa dikatakan bahwa orang tua
ikut serta atau aktif dalam membimbing/memotivasi dan menyertai
anak menempuh pendidikan. Membimbing/memotivasi dapat dimulai
sejak dini ketika si anak masih kecil. Sehingga ketika sudah besar,
orang tua tinggal menyesuaikan perannya menurut usia dan
perkembangan si anak.
Yang sering terjadi sekarang ini adalah para orang tua tidak
memiliki banyak waktu untuk melaksanakan perannya sebagai
pendidik anak di rumah. Hal ini karena hampir sebagian orang tua
menghabiskan waktunya sehari-hari untuk bekerja, terkadang para ibu
juga bekerja untuk membantu perekonomian keluarga.
Partisipasi dalam pengembangan pendidikan anak perlu
ditumbuhkan dengan adanya kemauan dan kemampuan tidak hanya
dari orang tua saja tetapi dari pihak lain juga harus ikut serta seperti
dari pihak sekolah maupun pemerintah. Hal itu karena berbagai pihak
harus saling bahu-membahu melengkapi untuk meningkatkan mutu
pendidikan anak. Jika mutu pendidikan anak meningkat maka
penghidupan ke depannya pasti juga akan meningkat.
- Motivasi dari orang tua kepada anak
Interaksi antara semua anggota keluarga merupakan simbol
ikatan manusiawi yang ideal. Sehingga interaksi antara orang tua dan
anak menjadi sangat penting, terlebih lagi jika memiliki anak yang
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
mulai memasuki masa remaja. Motivasi orang tua penting dilakukan
saat anak masih mengenyam pendidikan baik formal maupun non
formal, sebab keluarga adalah motivator yang paling dekat dengan
lingkungan si anak.
Kalau pada anak, orang tualah yang harus menanamkan agar si
anak berpengetahuan sedangkan pada remaja orang tua harus
memberikan pengertian melalui cara-cara yang dewasa. Sebab, remaja
lebih banyak memerlukan pengertian daripada sekedar pengetahuan
semata, dia harus emngerti mengapa manusia tidak boleh terlalu bebas
dan juga tidak boleh terlalu terikat. Oleh sebab itu, antara kebebasan
dan disiplin harus serasi/seimbang menurut masing-masing kondisi
yang dialami.
Suasana keluarga yang positif bagi motivasi dan keberhasilan
studi adalah keadaan yang menyebabkan anak atau remaja merasa
dirinya aman atau damai bila berada di tengah keluarga tersebut.
Merasa aman atau damai dengan artian bahwa apa yang mereka
lakukan mendapat persetujuan dan dukungan keluarga. Dengan begitu
anak atau remaja termotivasi dalam hatinya untuk mendapatkan hasil
yang baik.
Mungkin sistem belajar anak SMA dengan anak SD akan
sedikit berbeda, seperti halnya waktu belajar dan pendampingan orang
tua. Biasanya untuk anak SMA, saat belajar mereka tidak perlu lagi
membutuhkan pengawasan orang tua. Orang tuapun juga menyadari
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
bahwa anak mereka sudah mulai dewasa dan bisa membagi waktunya,
kapan untuk belajar kapan untuk bermain.
Orang tua sendiri juga berpikiran begitu karena disamping anak
belajar di rumah anak mereka juga mengikuti les privat, pelajaran
ekstrakuliluler atau pelajaran tambahan di sekolahannya. Sebagian
besar anak-anak mereka mengikuti pelajaran tambahan di sekolah
karena merupakan kebijakan dari masing-masing sekolah. Les privat,
pelajaran tambahan, dan ekstrakulikuler merupakan beberapa kegiatan
yang dirasa orang tua dapat membantu kelancaran pendidikan yang
mereka tempuh.
Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Sugiyarti, 42 tahun yang
mengatakan bahwa:
”Anak-anak saya yang sudah bersekolah apalagi yang tingkat SMPdan SMA saya ikutkan les privat di rumah, walaupun di sekolahmereka sudah ada pelajaran tambahan dan ekstrakulikuler.Sebelum saya ikutkan les privat, saya tanya dulu sama anaknya,apakah mau les privat dirumah? Kalau anaknya mau ya sayaikutkan kalau tidak mau ya tidak. Saya tenang kalau anak ikut lesprivat, karena saya tahu kemampuan mereka jadi dengan ikut lesdirasa bisa membantu nilai-nilai terlebih jika sedang UN.Sebenarnya saya menyerahkan kepada anaknya sendiri, kalauorang tua kan hanya bisa mendorong/mendukung keinginannya”.
Seberapapun besar motivasi yang sudah diberikan orang tua
kalau dari dalam diri sang anak tidak setuju/merespon baik maka akan
percuma juga.
b) Pola asuh orang tua di rumah
Pola pendidikan di dalam keluarga pastinya akan berbeda-
beda menurut “parenting style” yang diterapkan setiap orang tua.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
Orang tua memiliki cara tersendiri untuk membentuk dan
mengarahkan anak-anaknya ke arah yang lebih baik. Berikut ini
ada beberapa “parenting style” yang biasanya diterapkan orang tua
kepada anak:
- Authoritarian (otoriter)
- Permissive (serba membolehkan)
- Authotative (berwenang) (Dr, H, Syamsu Yusuf LN, M, Pd.
2001: 51-52)
Dari beberapa “parenting style” yang disebutkan di atas,
kemampuan orang tualah yang berperan penting. Orang tua harus
mampu mengikuti perkembangan jaman sehingga pola asuh yang
diterapkan sesuai dengan apa yang dirasakan oleh anak.
Dari pola asuh yang diterapkan orang tua dari kecil hingga
besar sedikit banyak akan berdampak pada kepribadian anak
kelak. Pola asuh yang diterapkan untuk mendidik anak yang kecil
dengan anak yang menginjak masa remaja juga tentunya sangat
berbeda. Orang tua tidak bisa menyamakan pola asuh untuk anak
SD dengan anak SMA. Karena kita tahu psikologi anak kecil
dengan anak remaja sangat jauh berbeda.
Pada masa kanak-kanak, interaksi antara ibu dengan anak
tidak dapat tergantikan karena ibu menjadi orang pertama yang
dikenal anak-anak mereka. Sehingga tidak salah hingga sekarang
pola asuh terhadap anak-anak, ibu lebih berperan ketimbang bapak.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
Hal ini dikarenakan sebagian besar bapak harus bekerja di luar
rumah sehingga interaksi antara bapak dan anak menjadi lebih
sedikit. Walaupun porsinya lebih sedikit ketimbang ibu, akan tetapi
bapak masih tetap mengkontrol perkembangan anak.
Seperti yang diungkapkan oleh Bp. Endro Suwarno Sadino,
51 Tahun yang mengatakan bahwa:
“Walaupun saya bekerja dari pagi sampai sore di pasar, tetapimasalah mengurus anak harus tetap diasuh bersama-samabapak dan ibu. Tidak mungkin pengasuhan anak diserahkansemua kepada istri, saya juga harus ikut mengurus. Apalagisaya dengan anak-anak itu sangat dekat, jadi jika anak-anaktidak ada di rumah suka kangen. Obatnya ya saya teleponmereka, jadi menurut saya komunikasi antara orang tua dananak itu sangat penting tidak boleh putus”.
Dari ungkapan diatas dapat diketahui bahwa pola asuh
orang tua itu sangat penting, karena dengan pola interaksi tersebut
hubungan antara orang tua dengan anak bisa semakin kuat.
Pikunas (1976:72) mengemukakan pendapat Becker,
Deutsch, Kohn, dan Sheldon tentang kaitan antara kelas sosial
dengan cara atau teknik orang tua dalam mengatur anak, yaitu:
a) Kelas bawah (Lower Class), cenderung lebih keras dan lebih
sering menggunakan hukuman fisik, dibandingkan dengan
kelas menengah.
b) Kelas Menengah (Middle Class), cenderung lebih
memberikaan pengawasan, dan perhatiannya sebagai orang tua.
Para ibunya merasa bertanggungjawab terhadap tingkah laku
anak-anaknya dan menerapkan control yang lebih halus.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
Mereka mempunyai ambisi untuk meraih status yang lebih
tinggi dan menekan anak untuk mengejar statusnya melalui
pendidikan atau latihan professional.
c) Kelas Atas (Upper Class), cenderung lebih memanfaatkan
waktu luangnya dengan kegiatan-kegiatan tertentu, lebih
memiliki latar belakang pendidikan yang reputasinya tinggi,
dan biasanya senang mengembangkan apresiasi estetikanya.
Anak-anaknya cenderung memiliki rasa percaya diri dan
cenderung bersikap memanipulasi aspek realitas. (Dr, H,
Syamsu Yusuf LN, M, Pd. 2001: 53).
Adapun pengaruh status ekonomi terhadap kepribadian
remaja, adalah orang tua dari status ekonomi rendah cenderung
lebih menekankan kepatuhan kepada figure-figur yang mempunyai
otoritas, kelas menengah dan atas cenderung menekankan kepada
pengembangan inisiatif, keingintahuan, dan kreativitas anak.
c) Partisipasi orang tua di sekolah anak
Dari 10 informan yang terdiri atas ayah dan ibu, mayoritas
orang tua yang menghadiri undangan/acara sekolah adalah ibu. Hal
ini lumrah karena kebanyakan ayah harus bekerja dari pagi sampai
sore, sehingga untuk menghadiri undangan di sekolah anak ayah
harus meliburkan diri/telat datang ke pasar.
Bp. Trisyono,50 Tahun mengungkapkan bahwa:
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
“Yang biasanya menghadiri undangan/rapat di sekolah anakadalah ibu. Jujur saja mbak, saya kerja dari pagi sampai sorejadi untuk datang ke sekolah kayaknya tidak bisa. Kalau ibukan tidak ada pekerjaan cuman dirumah saja, jadi lebih banyakibu yang datang ke sekolah”.
Berbeda dengan pernyataan Bp. Trisyono, kalau Bp.
Purwanto 43 Tahun mengungkapakan bahwa:
“Yang biasa datang kalau ada undangan/acara dari sekolah yasaya mbak. Kalau istri saya tuh repot berjualan makanan dipasar klewer mbak, g bisa libur. Ya jadi saya yang datang kesekolah walaupun kadang telat bekerja di pasar. Pokoknya sayausahain datang ke sekolah bagaimanapun caranya”.
Dari dua pernyataan di atas dapat di ambil kesimpulan
bahwa orang tua baik ayah atau ibu memiliki partisipasi di sekolah
anaknya. Walaupun hanya menghadiri undangan/acara di sekolah
setidaknya orang tua mau untuk mengetahui dan melihat apa yang
terjadi/perkembangan di sekolah anak mereka. Partisipasi orang tua
sekecil apapun di sekolah anak akan sangat membantu
perkembangan pendidikan putra-putrinya.
Memang kebanyakan untuk jaman sekarang orang tua
sepenuhnya menyerahkan pendidikan anak kepada pihak sekolah.
Memang peranan sekolah dalam mengembangkan kepribadian
anak sangat besar saat anak tidak berada di rumah. Sekolah
merupakan factor penentu bagi perkembangan kepribadian anak
baik dalam cara berpikir, bersikap maupun cara berperilaku.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
Sekolah berperan sebagai substitusi keluarga, dan guru substitusi
orang tua.
Dari pengertian di atas maka antara orang tua anak- guru
harus ada hubungan interaksi yang harmonis. Jadi, tidak hanya
antara guru – anak saja, sebab orang tua juga wajib memantau
perkembangan anak-anak mereka. Hubungan yang harmonis antara
hubungan tigaan ini meiliki keuntungan untuk mengkontrol proses
belajar yang terjadi di dalam kegiatan belajar di sekolah yang
sedang berlangsung.
B. Prestasi Anak di Sekolah
Prestasi yang di dapat melalui proses belajar baik dalam
pendidikan formal maupun non formal. Belajar, menurut anggapan banyak
orang adalah suatu proses yang terjadi dalam otak manusia. Secara singkat
dan secara umum, belajar dapat diartikan sebagai “perubahan perilaku
yang relative tetap sebagai hasil adanya pengalaman” (Drs. Alex Sobur,
M.Si, 2003: 217-218).
Setiap anak memiliki kecerdasan masing-masing sehingga
berpengaruh terhadap daya tangkap akan sesuatu yang dipelajarinya.
Proses belajar berlangsung dengan adanya seorang dewasa yang dominan
dalam kegiatan pendidikan. Pendidikan formal berlangsung di sebuah
lembaga pendidikan yang dinamakan dengan sekolah.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
Di sekolah orang yang melakukan proses pendidikan adalah guru.
Gurulah yang memimpin kegiatan belajar mengajar dengan para siswanya.
Konsep pendidikan yang berlangsung di sekolah formal mengakomodasi
hubungan searah, yaitu guru sebagai orang dewasa “sumber ilmu” yang
nantinya diajarkan kepada para murid-muridnya.
Prestasi anak di sekolah tidak terlepas dari partisipasi orang tua dan
tentunya berkat guru yang mengajar di sekolah. Tetapi jangan dilupakan
juga sebesar apapun partisipasi orang tua dan guru kalau si anak tidak aktif
untuk belajar maka tidak ada gunanya.
Untuk mencapai sebuah prestasi di bidang akademis banyak hal
yang musti dilakukan, tidak hanya belajar semata. Akan tetapi niat dari diri
si anak untuk mau berkembang, peran dan partisipsi orang tua dan guru
juga akan sangat berpengaruh.
Dari 5 keluarga kuli panggul yang menjadi informan dalam
penelitian ini, di dapat hasil bahwa anak-anak mereka yang sekolah SMA,
prestasinya biasa-biasa saja tidak ada yang menonjol. Akan tetapi untuk
kreativitas di luar akademis anak-anak mereka cukup lumayan.
Seperti pernyataan Bp. Endro Suwarno Sadino, 51 Tahun yang
menyatakan bahwa:
“Prestasi anak-anak saya dari yang sekolah SD sampai SMA semuanyacukup mbak, walaupun tidak terlalu menonjol di kelasnya. Anak sayaitu yang paling menonjol di bidang musik dan komputer. Dia dulusering ngeband bareng teman-temannya, sampai dia bela-belainngumpulian uang buat beli gitar. Jadi ddia tiap ada waktu luang buatmain gitar”.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
Dari ungkapan orang tua di atas memang walaupun anak mereka
tidak terlalu menonjol di sekolah (bidang akademis) tetapi untuk bidang
lainnya boleh dibilang ada bakat.
a) Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi anak
Prestasi anak di sekolah tentunya tidak di dapatkan dengan mudah
dan cepat. Prestasi yang di dapat anak pastinya memerlukan partisipasi dari
berbagai pihak seperti orang tua sendiri maupun guru.
Proses dalam belajar merupakan faktor yang paling penting.
Soepartinah Pakasi dalam bukunya Anak dan Perkembangannya (1981),
menguraikan beberapa sifat proses belajar sebagai berikut: ((Drs. Alex
Sobur, M.Si, 2003: 235-237).
1) Belajar merupakan suatu interaksi antara anak dan lingkungan
2) Belajar berarti berbuat
3) Belajar berarti “mengalami”
4) Belajar adalah suatu aktivitas yang bertujuan
5) Belajar memerlukan motivasi
6) Belajar memerlukan kesiapan pada pihak anak
7) Belajar memerlukan kesiapan pada pihak anak
8) Belajar bersifat integrative
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
b) Fasilitas-fasilitas pendukung belajar yang disediakan orang tua
Untuk mendukung belajar anak di rumah, orang tua perlu
meluangkan waktu, tempat dan fasilitas-fasilitas yang memadai. Hal
tersebut untuk menyesuaikan kebutuhan bagi anak untuk belajar yang
tidak disediakan oleh sekolah. Fasilitas-fasilitas pendukung belajar anak
diantaranya adalah:
1. Buku-buku pendamping selain buku paket yang telah disediakan oleh
sekolah
2. Komputer/laptop
3. Tempat dan waktu belajar yang tenang
4. Menghadirkan guru privat di rumah, dll.
Berbagai fasilitas di atas tentunya akan sangat mendukung belajar
anak-anak di rumah. Disamping mendapat fasilitas-fasilitas di sekolah
tentunya anak-anak mereka juga butuh menggunakan saat di rumah.
Sehingga mau tidak mau terkadang orang tua butuh menyesuaikan
keadaan yang di butuhkan seorang anak untuk mencapai apa yang
diinginkan. Tidak jarang, orang tua rela untuk mati-matian menyediakan
fasilitas yang dibutuhkan anak meskipun untuk membelinya butuh uang
yang besar karena harganya tidak murah.
Misalnya buku-buku pendamping, walaupun sudah di pinjamkan
buku-buku paket dari sekolah terkadang guru juga sering menyuruh
muridnya untuk membeli buku pendamping untuk setiap mata pelajaran.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
Padahal buku pendamping tidak murah harganya, itupun belum termasuk
LKS (Lembar Kerja Siswa) yang biasanya juga di pakai untuk nilai
kompetensi.
Komputer/laptop untuk sekarang merupakan alat yang penting
untuk mendukung belajar si anak. Sekarang bukan hanya untuk mengetik
tetapi juga untuk mencari data-data lewat internet. Padahal harga
komputer/laptop per unit nya tidak murah, akan tetapi para orang tua harus
membeli agar belajar anak-anak mereka bisa maksimal.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
106
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai kesimpulan-kesimpulan yang dapat
diambil dalam penelitian. Penelitian ini di latar belakangi oleh peran kuli panggul
di pasar Klewer Surakarta dalam pendidikan formal anak tingkat SMA. Selain itu,
penelitian ini berusaha meneliti karakteristik sosial ekonomi keluarga kuli
panggul di Pasar Klewer Surakarta, serta ingin mengetahui dan memahami secara
mendalam mengenai peran mereka khususnya dalam pendidikan formal anak
tingkat SMA. Walaupun hanya berprofesi sebagai kuli panggul di pasar Klewer
Surakarta dengan penghasilan yang tidak begitu besar, para orang tua ini akan
berusaha semaksimal mungkin agar anak-anak mereka bisa bersekolah setinggi-
tingginya dan dapat meraih mimpi atau cita-cita yang diharapkan.
Untuk menunjang pendidikan anak, orang tua harus aktif berperan, tidak
hanya menyerahkan sepenuhnya pendidikan ke lembaga pendidikan formal seperti
sekolah. Peran orang tua dalam pendidikan anak dapat berupa sebagai pendidik
(second teacher), pembimbing (problem solver), membiayai pendidikan, penyedia
fasilitas-fasilitas (provider), dan sebagai teladan dan cara partisipasi orang tua
dalam berperan sebagai “guru ke-2” dalam proses pembelajaran anak yaitu orang
tua menunggu dan membimbing aktivitas belajar anak, menjelaskan langkah-
langkah dalam belajar, menerangkan hal-hal yang tidak dimengerti, mencarikan
jawaban bahkan sampai ikut mengerjakan tugas-tugasnya. Karena tanpa adanya
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
107
kepedulian/kesadaran dari orang tua itu sendiri maka kemampuan/potensi dari
anak tidak akan berkembang secara maksimal.
Perhatian orang tua terutama dalam hal pendidikan anak sangatlah
diperlukan. Terlebih lagi yang harus difokuskan adalah perhatian orang tua
terhadap aktivitas belajar yang dilakukan anak sehari-hari dalam kapasitasnya
sebagai pelajar dan penuntut ilmu, yang akan diproyeksikan kelak sebagai
pemimpin masa depan. Bentuk perhatian orang tua terhadap pendidikan atau
belajar anak dapat berupa pemberian bimbingan dan nasihat, pengawasan
terhadap belajar anak, pemberian motivasi dan penghargaan serta pemenuhan
kebutuhan belajar anak.
Pengawasan orang tua terhadap anaknya biasanya lebih diutamakan
dalam masalah belajar. Dengan cara ini orang tua akan mengetahui kesulitan
apa yang dialami anak, kemunduran atau kemajuan belajar anak, apa saja yang
dibutuhkan anak sehubungan dengan aktifitas belajarnya, dan lain-lain. Dengan
demikian orang tua dapat membenahi segala sesuatunya hingga akhirnya anak
dapat meraih hasil belajar yang maksimal. Pengawasan atau kontrol yang
dilakukan orang tua tidak hanya ketika anak di rumah saja, akan tetapi
hendaknya juga terhadap kegiatan anak di sekolah. Pengetahuan orang tua tentang
pengalaman anak di sekolah sangat membantu orang tua untuk lebih dapat
memotivasi belajar anak dan membantu anak menghadapi masalah-masalah di
sekolah serta tugas-tugas sekolah.
Ungkapan bahwa “apabila pendapatan yang dihasilkan sedikit maka wajar
jika anak-anaknya tidak bersekolah hingga jenjang pendidikan tinggi”. Hal iu
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
108
agaknya tidak berlaku bagi sebagian kuli panggul di pasar Klewer Surakarta,
sebab para orang tua yang menjadi informan dalam penelitian ini tetap mampu
menyekolahkan anak-anaknya hingga jenjang pendidikan tingkat SMA.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sbb:
1. Sebagai kuli panggul di pasar Klewer Surakarta walaupun dengan
penghasilan tidak menentu setiap harinya tidak membuat para orang tua ini
lantas mengabaikan pendidikan anak-anaknya. Hal ini terlihat dari
kegigihan mereka untuk menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang
pendidikan tinggi yaitu tingkat SMA.
2. Peran sebagai pendidik (second teacher), pembimbing (problem solver),
membiayai pendidikan, penyedia fasilitas-fasilitas (provider), dan sebagai
teladan di rumah merupakan tanggungjawab orang tua. Walaupun dalam
pelaksanakannya sering menemui banyak hambatan.
3. berbagai cara dilakukan oleh orang tua agar tetap mampu membiayai serta
menyediakan kebutuhan belajar anak.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
109
B. SARAN
Saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi orang tua
a) Jangan mudah putus asa dalam berpartisipasi dalam pendidikan
anak. Karena pendidikan adalah salah satu jalan untuk mengubah
masa depan, dengan ilmu yang didapat di sekolah maka anak akan
mampu berkompetisi di dunia kerja.
b) Dengan penghasilan yang pas-pasan, asalkan mampu mengelola
keuangan maka akan ada uang yang nantinya digunakan untuk
simpanan.
c) Lebih memperbanyak komunikasi dan interaksi dengan anak, dengan
begitu orang tua akan tahu apa yang dibutuhkan anak.
2. Bagi anak
a) Tetap giat belajar, agar mampu meraih prestasi di sekolah.
Buktikan bahwa anak seorang kuli panggul mampu berkompetisi
dengan anak yang lain.
b) Patuhilah apa yang dikatakan orang tua, sebab perkataan mereka
untuk kebaikanmu sendiri.
3. Bagi sekolah
a) Hendaknya sekolah memberikan bantuan/keringanan bagi siswa
dari keluarga yang tidak mampu (dalam hal ini anak kuli panggul).
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
110
b) Janganlah memberatkan orang tua dalam pembiayaan sekolah
seperti diharuskan membeli buku-buku pendamping yang mahal,
sebab sudah ada buku paket dan LKS.
4. Bagi pemerintah
a) Hendaknya lebih banyak mengadakan program-program bantuan
dalam bidang pendidikan bagi masyarakat kurang mampu yaitu
kalangan menengah ke bawah. Sehingga pendidikan bukanlah
suatu hal yang mahal.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
1
Daftar Pustaka
Amsori. 2008. Pemenuhan Hak Ekosob di Bidang Pendidikan
Anonim. 2006. Profil Pendidikan 2006/2007
Anonim. 2008. Surakarta Dalam Angka 2008
Dirdjosisworo, Soejono. 1985. Asas-Asas Sosiologi. Bandung: Armico
K, J, Veeger. 1990. Realitas Sosial Refleksi Filsafat Social Atas Hubungan
Individu-Masyarakat dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Karsidi, Ravik. 2005. Sosiologi Pendidikan. Surakarta: UNS Press
Kartono, Kartini. 1997. Tinjauan Holistik Mengenai Tujuan Pendidikan Nasional.
Jakarta: Rajawali rosdakarya
Ritzer, George. 2004. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada
Rukmini, Mimin, R Muhammad Mihradi. 2006. Pegangan Ringkas Pemenuhan
HAM Pendidikan dan Kesehatan di Daerah. Jakarta: Pusat Telaah dan
Informasi Regional (PATTIRO)
Salim, Agus. Pengantar Sosiologi Mikro. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR
Slamet, Y. 2006. Metode Penelitian Sosial. Surakarta: UNS Press
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: CV
PUSTAKA SETIA
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada
Soemidjo, Wahyu. 1985. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: PT Rineka Cipta
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
2
Sutopo, H, B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar teori dan terapannya
dalam penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press
Tirtaharja, Umar. 1994. Pengantar Pendidikan. Proyek Pembinaan dan Mutu
Pendidikan. Dirjendikti. Depdikbud
Yusuf, Syamsu LN. 2001. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung:
PT REMAJA ROSDAKARYA
Website:
http://lppbi-fiba.blogspot.com/2009/03/teori-partisipasi-dalam-dinamika-
sosial.html.
http://satrioarismunandar.multiply.com/journal/item/13
http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/06/teori-tindakan-dan-teori-sistem-
talcott.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Birokrasi
http://prabusetiawan.blogspot.com/2009/05/pengertian-anak.html
http://benramt.wordpress.com/ruang-pails/iv-pendidikan-formal-non-formal-dan-
informal/
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan#Pendidikan_formal
www.damandiri.or.id/file/suwandiunairbab21.pdf
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users