pustaka.uns.ac.id digilib.uns.ac/peran...a. partisipasi orang tua dalam pendidikan anak keluarga...

24
BAB III HASIL PENELITIAN PARTISIPASI A. Partisipasi Orang tua Dalam Pendidikan Anak Keluarga merupakan lembaga pendidikan terkecil, tempat sebuah kehidupan dimulai dan saat pendidikan dimulai. Pendidikan keluarga adalah sebuah proses pemindahan dan pembentukan kehidupan yang ada dalam diri orang tua yaitu ayah dan ibu. Kesatuan pendidikan itu dasarnya adalah hidup bersama, melaksanakan nilai-nilai, dan membimbing perkembangan anak (Pengantar Sosiologi Mikro, 2008:165-166). Di dalam keadaan yang normal, maka lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang tuanya, saudara-saudaranya yang lebih tua (kalau ada) serta mungkin kerabat dekatnya yang tinggal serumah. Melalui lingkungan itulah si anak mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan hidup yang berlaku sehari-hari. Melalui lingkungan itulah anak mengalami proses sosialisasi awal (Soerjono Soekanto,1990:443). Untuk menunjang pendidikan anak, orang tua harus aktif berpartisipasi, tidak hanya menyerahkan sepenuhnya pendidikan ke lembaga sekolah. Partisipasi orang tua dalam pendidikan anak bisa berupa memotivasi anak, membiayai pendidikan mereka, menyediakan tempat, fasilitas-fasilitas, waktu dan situasi yang cukup untuk mendukung belajar digilib.uns.ac.id pustaka.uns.ac.id commit to users

Upload: doanmien

Post on 26-Apr-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB III

HASIL PENELITIAN

PARTISIPASI

A. Partisipasi Orang tua Dalam Pendidikan Anak

Keluarga merupakan lembaga pendidikan terkecil, tempat sebuah

kehidupan dimulai dan saat pendidikan dimulai. Pendidikan keluarga

adalah sebuah proses pemindahan dan pembentukan kehidupan yang ada

dalam diri orang tua yaitu ayah dan ibu. Kesatuan pendidikan itu dasarnya

adalah hidup bersama, melaksanakan nilai-nilai, dan membimbing

perkembangan anak (Pengantar Sosiologi Mikro, 2008:165-166).

Di dalam keadaan yang normal, maka lingkungan pertama yang

berhubungan dengan anak adalah orang tuanya, saudara-saudaranya yang

lebih tua (kalau ada) serta mungkin kerabat dekatnya yang tinggal

serumah. Melalui lingkungan itulah si anak mengenal dunia sekitarnya dan

pola pergaulan hidup yang berlaku sehari-hari. Melalui lingkungan itulah

anak mengalami proses sosialisasi awal (Soerjono Soekanto,1990:443).

Untuk menunjang pendidikan anak, orang tua harus aktif

berpartisipasi, tidak hanya menyerahkan sepenuhnya pendidikan ke

lembaga sekolah. Partisipasi orang tua dalam pendidikan anak bisa berupa

memotivasi anak, membiayai pendidikan mereka, menyediakan tempat,

fasilitas-fasilitas, waktu dan situasi yang cukup untuk mendukung belajar

digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id

commit to users

di rumah. Karena tanpa adanya kepedulian/kesadaran dari orang tua itu

sendiri maka kemampuan/potensi dari si anak tidak akan berkembang.

Semenjak anak menjadi remaja seumuran anak SMA/sederajat

maka pergaulan dan interaksi dengan orang tuanya menjadi berubah.

Semakin dewasa seorang anak, maka peran dan partisipasi orang tua akan

semakin berkurang, bahkan suatu saat seorang anak dewasa adalah

“teman” dari orang tua mereka.

Orang tua tidak segan-segan menanyakan atau meminta pendapat

anaknya, sebab orang tua menilai anaknya sudah bisa berpikir dewasa dan

mampu untuk menentukan sikap/pilihannya. Seperti halnya dalam

pemilihan sekolah atau menentukan pilihannya setelah lulus

SMA/sederajat. Dari 10 orang tua yang menjadi informan dalam penelitian

ini kesemuanya memilih menyerahkan sepenuhnya keputusan dalam

pemilihan sekolah SMA kepada anak-anak mereka. Begitu pun tentang

pilihan anak mereka setelah lulus SMA nantinya mau kuliah atau bekerja.

Seperti pernyataan yang disampaikan oleh Bp. Muhammad Rosyid,

62 Tahun. Beliau menyatakan bahwa:

“Saya menyerahkan kepada anak saya mbak dalam pemilihan sekolahwaktu masuk SMA. Begitupun setelah anak saya lulus SMA, terserahdia mo bekerja atau kuliah. Kalau saya sih mbak pengennya dia kuliah,tetapi kalau saya tanya dia mesti bilang kalau nanti g mau kuliah pilihbekerja saja. Ya sudah saya ma istri manut saja, toh itu keinginannyasendiri. Apapun pilihan dia, saya mendukung”.

Orang tua memberikan kebebasan dalam pemilihan sekolah atau

keputusannya setelah lulus kepada anak pasti ada alasan yang mendasari.

Selain melihat bahwa anak mereka sudah dewasa juga terkait dengan

digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id

commit to users

keuangan atau biaya sekolah nantinya. Dari jawaban informan tidak jarang

orang tua yang mengungkapkan bahwa sebenarnya anak ingin kuliah

setelah lulus SMA tetapi untuk melanjutkan kuliah dirasa tidak mungkin

karena terbentur masalah biaya.

Hal ini dituturkan oleh ibu Sutarmini, 40 Tahun yang mengatakan

bahwa:

“Saya tuh pengennya ya anak saya kuliah mbak setelah lulus SMA,tetapi kelihatane tidak mungkin karena tidak ada biaya. Sebenarnyaanak saya juga pengen kuliah tetapi melihat orang tuanya tidak punyabiaya jadi dia pengen bekerja saja. Mungkin anak saya kasihan maorang tuane, kan penghasilan saya sama suami juga untuk membiayaiadik-adiknya juga yang masih SMP dan SD”.

Hal yang serupa juga di ungkapkan oleh ibu Sri Rejeki, 44 Tahun

yang mengakui bahwa:

“Saya tuh pengennya nyekolahin anak sampai tinggi mbak. tapi maugimana lagi tidak ada biaya. Apalagi penghasilan suami saya tidaktetap, ditambah anak saya tiga-tiganya masih sekolah semua. Untukmembiayai dia sekolah SMA saja sudah lumayan berat apalagi jikananti kalau sudah lulus mau kuliah”.

Dari dua ungkapan di atas ternyata ada banyak faktor yang

mempengaruhi partisipasi orang tua dalam dalam pendidikan anak-anak

mereka. Bisa jadi keterbatasan keuangan, minat anak sendiri yang kurang

untuk belajar atau bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Faktanya ada

keluarga yang mampu membiayai anaknya untuk sekolah ke jenjang yang

lebih tinggi tetapi minat anak sendiri yang tidak mau, dia lebih memilih

untuk bekerja. Lain lagi ada keluarga yang kepingin menyekolahkan

digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id

commit to users

anaknya sampai kuliah, anaknya pun juga ingin tetapi hanya karena tidak

memiliki biaya maka keinginan itu sirna.

a) Indikator partisipasi dalam pendidikan

Orang tua selaku “sumber ilmu” bagi anak-anaknya tentunya

memberikan terbaik apa yang bisa diberikan. Partisipasi orang tua

dalam pendidikan anak memiliki beberapa indikator, diantaranya

adalah:

- Definisi partisipasi dalam pendidikan

Kata partisipasi memiliki pengertian yang luas. Oleh sebab itu

banyak tokoh yang kemudian memberikan definisi dari partisipasi.

Partisipasi lebih sering digunakan dalam bidang politik.

Menurut Suharto dan Iryanto (1989), pengertian partisipasi

adalah hal turut berperan serta di suatu Kegiatan, keikutsertaan, peran

serta. Dengan demikian dapat dikatakan partisipasi tersebut sama

dengan peran serta.

Menurut Soerjono Soekanto (1993:355) menyebutkan bahwa

partisipasi merupakan setiap proses identifikasi atau menjadi peserta,

suatu proses komunikasi atau kegiatan bersama dalam suatu situasi

sosial tertentu (http://lppbi-fiba.blogspot.com).

Partisipasi menurut Huneryager dan Heckman (1992) adalah

sebagai keterlibatan mental dan emosional individu dalam situasi

kelompok yang mendorongnya memberi sumbangan terhadap tujuan

kelompok serta membagi tanggungjawab bersama mereka.

digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id

commit to users

Partisipasi dalam pendidikan bisa dikatakan bahwa orang tua

ikut serta atau aktif dalam membimbing/memotivasi dan menyertai

anak menempuh pendidikan. Membimbing/memotivasi dapat dimulai

sejak dini ketika si anak masih kecil. Sehingga ketika sudah besar,

orang tua tinggal menyesuaikan perannya menurut usia dan

perkembangan si anak.

Yang sering terjadi sekarang ini adalah para orang tua tidak

memiliki banyak waktu untuk melaksanakan perannya sebagai

pendidik anak di rumah. Hal ini karena hampir sebagian orang tua

menghabiskan waktunya sehari-hari untuk bekerja, terkadang para ibu

juga bekerja untuk membantu perekonomian keluarga.

Partisipasi dalam pengembangan pendidikan anak perlu

ditumbuhkan dengan adanya kemauan dan kemampuan tidak hanya

dari orang tua saja tetapi dari pihak lain juga harus ikut serta seperti

dari pihak sekolah maupun pemerintah. Hal itu karena berbagai pihak

harus saling bahu-membahu melengkapi untuk meningkatkan mutu

pendidikan anak. Jika mutu pendidikan anak meningkat maka

penghidupan ke depannya pasti juga akan meningkat.

- Motivasi dari orang tua kepada anak

Interaksi antara semua anggota keluarga merupakan simbol

ikatan manusiawi yang ideal. Sehingga interaksi antara orang tua dan

anak menjadi sangat penting, terlebih lagi jika memiliki anak yang

digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id

commit to users

mulai memasuki masa remaja. Motivasi orang tua penting dilakukan

saat anak masih mengenyam pendidikan baik formal maupun non

formal, sebab keluarga adalah motivator yang paling dekat dengan

lingkungan si anak.

Kalau pada anak, orang tualah yang harus menanamkan agar si

anak berpengetahuan sedangkan pada remaja orang tua harus

memberikan pengertian melalui cara-cara yang dewasa. Sebab, remaja

lebih banyak memerlukan pengertian daripada sekedar pengetahuan

semata, dia harus emngerti mengapa manusia tidak boleh terlalu bebas

dan juga tidak boleh terlalu terikat. Oleh sebab itu, antara kebebasan

dan disiplin harus serasi/seimbang menurut masing-masing kondisi

yang dialami.

Suasana keluarga yang positif bagi motivasi dan keberhasilan

studi adalah keadaan yang menyebabkan anak atau remaja merasa

dirinya aman atau damai bila berada di tengah keluarga tersebut.

Merasa aman atau damai dengan artian bahwa apa yang mereka

lakukan mendapat persetujuan dan dukungan keluarga. Dengan begitu

anak atau remaja termotivasi dalam hatinya untuk mendapatkan hasil

yang baik.

Mungkin sistem belajar anak SMA dengan anak SD akan

sedikit berbeda, seperti halnya waktu belajar dan pendampingan orang

tua. Biasanya untuk anak SMA, saat belajar mereka tidak perlu lagi

membutuhkan pengawasan orang tua. Orang tuapun juga menyadari

digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id

commit to users

bahwa anak mereka sudah mulai dewasa dan bisa membagi waktunya,

kapan untuk belajar kapan untuk bermain.

Orang tua sendiri juga berpikiran begitu karena disamping anak

belajar di rumah anak mereka juga mengikuti les privat, pelajaran

ekstrakuliluler atau pelajaran tambahan di sekolahannya. Sebagian

besar anak-anak mereka mengikuti pelajaran tambahan di sekolah

karena merupakan kebijakan dari masing-masing sekolah. Les privat,

pelajaran tambahan, dan ekstrakulikuler merupakan beberapa kegiatan

yang dirasa orang tua dapat membantu kelancaran pendidikan yang

mereka tempuh.

Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Sugiyarti, 42 tahun yang

mengatakan bahwa:

”Anak-anak saya yang sudah bersekolah apalagi yang tingkat SMPdan SMA saya ikutkan les privat di rumah, walaupun di sekolahmereka sudah ada pelajaran tambahan dan ekstrakulikuler.Sebelum saya ikutkan les privat, saya tanya dulu sama anaknya,apakah mau les privat dirumah? Kalau anaknya mau ya sayaikutkan kalau tidak mau ya tidak. Saya tenang kalau anak ikut lesprivat, karena saya tahu kemampuan mereka jadi dengan ikut lesdirasa bisa membantu nilai-nilai terlebih jika sedang UN.Sebenarnya saya menyerahkan kepada anaknya sendiri, kalauorang tua kan hanya bisa mendorong/mendukung keinginannya”.

Seberapapun besar motivasi yang sudah diberikan orang tua

kalau dari dalam diri sang anak tidak setuju/merespon baik maka akan

percuma juga.

b) Pola asuh orang tua di rumah

Pola pendidikan di dalam keluarga pastinya akan berbeda-

beda menurut “parenting style” yang diterapkan setiap orang tua.

digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id

commit to users

Orang tua memiliki cara tersendiri untuk membentuk dan

mengarahkan anak-anaknya ke arah yang lebih baik. Berikut ini

ada beberapa “parenting style” yang biasanya diterapkan orang tua

kepada anak:

- Authoritarian (otoriter)

- Permissive (serba membolehkan)

- Authotative (berwenang) (Dr, H, Syamsu Yusuf LN, M, Pd.

2001: 51-52)

Dari beberapa “parenting style” yang disebutkan di atas,

kemampuan orang tualah yang berperan penting. Orang tua harus

mampu mengikuti perkembangan jaman sehingga pola asuh yang

diterapkan sesuai dengan apa yang dirasakan oleh anak.

Dari pola asuh yang diterapkan orang tua dari kecil hingga

besar sedikit banyak akan berdampak pada kepribadian anak

kelak. Pola asuh yang diterapkan untuk mendidik anak yang kecil

dengan anak yang menginjak masa remaja juga tentunya sangat

berbeda. Orang tua tidak bisa menyamakan pola asuh untuk anak

SD dengan anak SMA. Karena kita tahu psikologi anak kecil

dengan anak remaja sangat jauh berbeda.

Pada masa kanak-kanak, interaksi antara ibu dengan anak

tidak dapat tergantikan karena ibu menjadi orang pertama yang

dikenal anak-anak mereka. Sehingga tidak salah hingga sekarang

pola asuh terhadap anak-anak, ibu lebih berperan ketimbang bapak.

digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id

commit to users

Hal ini dikarenakan sebagian besar bapak harus bekerja di luar

rumah sehingga interaksi antara bapak dan anak menjadi lebih

sedikit. Walaupun porsinya lebih sedikit ketimbang ibu, akan tetapi

bapak masih tetap mengkontrol perkembangan anak.

Seperti yang diungkapkan oleh Bp. Endro Suwarno Sadino,

51 Tahun yang mengatakan bahwa:

“Walaupun saya bekerja dari pagi sampai sore di pasar, tetapimasalah mengurus anak harus tetap diasuh bersama-samabapak dan ibu. Tidak mungkin pengasuhan anak diserahkansemua kepada istri, saya juga harus ikut mengurus. Apalagisaya dengan anak-anak itu sangat dekat, jadi jika anak-anaktidak ada di rumah suka kangen. Obatnya ya saya teleponmereka, jadi menurut saya komunikasi antara orang tua dananak itu sangat penting tidak boleh putus”.

Dari ungkapan diatas dapat diketahui bahwa pola asuh

orang tua itu sangat penting, karena dengan pola interaksi tersebut

hubungan antara orang tua dengan anak bisa semakin kuat.

Pikunas (1976:72) mengemukakan pendapat Becker,

Deutsch, Kohn, dan Sheldon tentang kaitan antara kelas sosial

dengan cara atau teknik orang tua dalam mengatur anak, yaitu:

a) Kelas bawah (Lower Class), cenderung lebih keras dan lebih

sering menggunakan hukuman fisik, dibandingkan dengan

kelas menengah.

b) Kelas Menengah (Middle Class), cenderung lebih

memberikaan pengawasan, dan perhatiannya sebagai orang tua.

Para ibunya merasa bertanggungjawab terhadap tingkah laku

anak-anaknya dan menerapkan control yang lebih halus.

digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id

commit to users

Mereka mempunyai ambisi untuk meraih status yang lebih

tinggi dan menekan anak untuk mengejar statusnya melalui

pendidikan atau latihan professional.

c) Kelas Atas (Upper Class), cenderung lebih memanfaatkan

waktu luangnya dengan kegiatan-kegiatan tertentu, lebih

memiliki latar belakang pendidikan yang reputasinya tinggi,

dan biasanya senang mengembangkan apresiasi estetikanya.

Anak-anaknya cenderung memiliki rasa percaya diri dan

cenderung bersikap memanipulasi aspek realitas. (Dr, H,

Syamsu Yusuf LN, M, Pd. 2001: 53).

Adapun pengaruh status ekonomi terhadap kepribadian

remaja, adalah orang tua dari status ekonomi rendah cenderung

lebih menekankan kepatuhan kepada figure-figur yang mempunyai

otoritas, kelas menengah dan atas cenderung menekankan kepada

pengembangan inisiatif, keingintahuan, dan kreativitas anak.

c) Partisipasi orang tua di sekolah anak

Dari 10 informan yang terdiri atas ayah dan ibu, mayoritas

orang tua yang menghadiri undangan/acara sekolah adalah ibu. Hal

ini lumrah karena kebanyakan ayah harus bekerja dari pagi sampai

sore, sehingga untuk menghadiri undangan di sekolah anak ayah

harus meliburkan diri/telat datang ke pasar.

Bp. Trisyono,50 Tahun mengungkapkan bahwa:

digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id

commit to users

“Yang biasanya menghadiri undangan/rapat di sekolah anakadalah ibu. Jujur saja mbak, saya kerja dari pagi sampai sorejadi untuk datang ke sekolah kayaknya tidak bisa. Kalau ibukan tidak ada pekerjaan cuman dirumah saja, jadi lebih banyakibu yang datang ke sekolah”.

Berbeda dengan pernyataan Bp. Trisyono, kalau Bp.

Purwanto 43 Tahun mengungkapakan bahwa:

“Yang biasa datang kalau ada undangan/acara dari sekolah yasaya mbak. Kalau istri saya tuh repot berjualan makanan dipasar klewer mbak, g bisa libur. Ya jadi saya yang datang kesekolah walaupun kadang telat bekerja di pasar. Pokoknya sayausahain datang ke sekolah bagaimanapun caranya”.

Dari dua pernyataan di atas dapat di ambil kesimpulan

bahwa orang tua baik ayah atau ibu memiliki partisipasi di sekolah

anaknya. Walaupun hanya menghadiri undangan/acara di sekolah

setidaknya orang tua mau untuk mengetahui dan melihat apa yang

terjadi/perkembangan di sekolah anak mereka. Partisipasi orang tua

sekecil apapun di sekolah anak akan sangat membantu

perkembangan pendidikan putra-putrinya.

Memang kebanyakan untuk jaman sekarang orang tua

sepenuhnya menyerahkan pendidikan anak kepada pihak sekolah.

Memang peranan sekolah dalam mengembangkan kepribadian

anak sangat besar saat anak tidak berada di rumah. Sekolah

merupakan factor penentu bagi perkembangan kepribadian anak

baik dalam cara berpikir, bersikap maupun cara berperilaku.

digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id

commit to users

Sekolah berperan sebagai substitusi keluarga, dan guru substitusi

orang tua.

Dari pengertian di atas maka antara orang tua anak- guru

harus ada hubungan interaksi yang harmonis. Jadi, tidak hanya

antara guru – anak saja, sebab orang tua juga wajib memantau

perkembangan anak-anak mereka. Hubungan yang harmonis antara

hubungan tigaan ini meiliki keuntungan untuk mengkontrol proses

belajar yang terjadi di dalam kegiatan belajar di sekolah yang

sedang berlangsung.

B. Prestasi Anak di Sekolah

Prestasi yang di dapat melalui proses belajar baik dalam

pendidikan formal maupun non formal. Belajar, menurut anggapan banyak

orang adalah suatu proses yang terjadi dalam otak manusia. Secara singkat

dan secara umum, belajar dapat diartikan sebagai “perubahan perilaku

yang relative tetap sebagai hasil adanya pengalaman” (Drs. Alex Sobur,

M.Si, 2003: 217-218).

Setiap anak memiliki kecerdasan masing-masing sehingga

berpengaruh terhadap daya tangkap akan sesuatu yang dipelajarinya.

Proses belajar berlangsung dengan adanya seorang dewasa yang dominan

dalam kegiatan pendidikan. Pendidikan formal berlangsung di sebuah

lembaga pendidikan yang dinamakan dengan sekolah.

digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id

commit to users

Di sekolah orang yang melakukan proses pendidikan adalah guru.

Gurulah yang memimpin kegiatan belajar mengajar dengan para siswanya.

Konsep pendidikan yang berlangsung di sekolah formal mengakomodasi

hubungan searah, yaitu guru sebagai orang dewasa “sumber ilmu” yang

nantinya diajarkan kepada para murid-muridnya.

Prestasi anak di sekolah tidak terlepas dari partisipasi orang tua dan

tentunya berkat guru yang mengajar di sekolah. Tetapi jangan dilupakan

juga sebesar apapun partisipasi orang tua dan guru kalau si anak tidak aktif

untuk belajar maka tidak ada gunanya.

Untuk mencapai sebuah prestasi di bidang akademis banyak hal

yang musti dilakukan, tidak hanya belajar semata. Akan tetapi niat dari diri

si anak untuk mau berkembang, peran dan partisipsi orang tua dan guru

juga akan sangat berpengaruh.

Dari 5 keluarga kuli panggul yang menjadi informan dalam

penelitian ini, di dapat hasil bahwa anak-anak mereka yang sekolah SMA,

prestasinya biasa-biasa saja tidak ada yang menonjol. Akan tetapi untuk

kreativitas di luar akademis anak-anak mereka cukup lumayan.

Seperti pernyataan Bp. Endro Suwarno Sadino, 51 Tahun yang

menyatakan bahwa:

“Prestasi anak-anak saya dari yang sekolah SD sampai SMA semuanyacukup mbak, walaupun tidak terlalu menonjol di kelasnya. Anak sayaitu yang paling menonjol di bidang musik dan komputer. Dia dulusering ngeband bareng teman-temannya, sampai dia bela-belainngumpulian uang buat beli gitar. Jadi ddia tiap ada waktu luang buatmain gitar”.

digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id

commit to users

Dari ungkapan orang tua di atas memang walaupun anak mereka

tidak terlalu menonjol di sekolah (bidang akademis) tetapi untuk bidang

lainnya boleh dibilang ada bakat.

a) Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi anak

Prestasi anak di sekolah tentunya tidak di dapatkan dengan mudah

dan cepat. Prestasi yang di dapat anak pastinya memerlukan partisipasi dari

berbagai pihak seperti orang tua sendiri maupun guru.

Proses dalam belajar merupakan faktor yang paling penting.

Soepartinah Pakasi dalam bukunya Anak dan Perkembangannya (1981),

menguraikan beberapa sifat proses belajar sebagai berikut: ((Drs. Alex

Sobur, M.Si, 2003: 235-237).

1) Belajar merupakan suatu interaksi antara anak dan lingkungan

2) Belajar berarti berbuat

3) Belajar berarti “mengalami”

4) Belajar adalah suatu aktivitas yang bertujuan

5) Belajar memerlukan motivasi

6) Belajar memerlukan kesiapan pada pihak anak

7) Belajar memerlukan kesiapan pada pihak anak

8) Belajar bersifat integrative

digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id

commit to users

b) Fasilitas-fasilitas pendukung belajar yang disediakan orang tua

Untuk mendukung belajar anak di rumah, orang tua perlu

meluangkan waktu, tempat dan fasilitas-fasilitas yang memadai. Hal

tersebut untuk menyesuaikan kebutuhan bagi anak untuk belajar yang

tidak disediakan oleh sekolah. Fasilitas-fasilitas pendukung belajar anak

diantaranya adalah:

1. Buku-buku pendamping selain buku paket yang telah disediakan oleh

sekolah

2. Komputer/laptop

3. Tempat dan waktu belajar yang tenang

4. Menghadirkan guru privat di rumah, dll.

Berbagai fasilitas di atas tentunya akan sangat mendukung belajar

anak-anak di rumah. Disamping mendapat fasilitas-fasilitas di sekolah

tentunya anak-anak mereka juga butuh menggunakan saat di rumah.

Sehingga mau tidak mau terkadang orang tua butuh menyesuaikan

keadaan yang di butuhkan seorang anak untuk mencapai apa yang

diinginkan. Tidak jarang, orang tua rela untuk mati-matian menyediakan

fasilitas yang dibutuhkan anak meskipun untuk membelinya butuh uang

yang besar karena harganya tidak murah.

Misalnya buku-buku pendamping, walaupun sudah di pinjamkan

buku-buku paket dari sekolah terkadang guru juga sering menyuruh

muridnya untuk membeli buku pendamping untuk setiap mata pelajaran.

digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id

commit to users

Padahal buku pendamping tidak murah harganya, itupun belum termasuk

LKS (Lembar Kerja Siswa) yang biasanya juga di pakai untuk nilai

kompetensi.

Komputer/laptop untuk sekarang merupakan alat yang penting

untuk mendukung belajar si anak. Sekarang bukan hanya untuk mengetik

tetapi juga untuk mencari data-data lewat internet. Padahal harga

komputer/laptop per unit nya tidak murah, akan tetapi para orang tua harus

membeli agar belajar anak-anak mereka bisa maksimal.

digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id

commit to users

106

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai kesimpulan-kesimpulan yang dapat

diambil dalam penelitian. Penelitian ini di latar belakangi oleh peran kuli panggul

di pasar Klewer Surakarta dalam pendidikan formal anak tingkat SMA. Selain itu,

penelitian ini berusaha meneliti karakteristik sosial ekonomi keluarga kuli

panggul di Pasar Klewer Surakarta, serta ingin mengetahui dan memahami secara

mendalam mengenai peran mereka khususnya dalam pendidikan formal anak

tingkat SMA. Walaupun hanya berprofesi sebagai kuli panggul di pasar Klewer

Surakarta dengan penghasilan yang tidak begitu besar, para orang tua ini akan

berusaha semaksimal mungkin agar anak-anak mereka bisa bersekolah setinggi-

tingginya dan dapat meraih mimpi atau cita-cita yang diharapkan.

Untuk menunjang pendidikan anak, orang tua harus aktif berperan, tidak

hanya menyerahkan sepenuhnya pendidikan ke lembaga pendidikan formal seperti

sekolah. Peran orang tua dalam pendidikan anak dapat berupa sebagai pendidik

(second teacher), pembimbing (problem solver), membiayai pendidikan, penyedia

fasilitas-fasilitas (provider), dan sebagai teladan dan cara partisipasi orang tua

dalam berperan sebagai “guru ke-2” dalam proses pembelajaran anak yaitu orang

tua menunggu dan membimbing aktivitas belajar anak, menjelaskan langkah-

langkah dalam belajar, menerangkan hal-hal yang tidak dimengerti, mencarikan

jawaban bahkan sampai ikut mengerjakan tugas-tugasnya. Karena tanpa adanya

digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id

commit to users

107

kepedulian/kesadaran dari orang tua itu sendiri maka kemampuan/potensi dari

anak tidak akan berkembang secara maksimal.

Perhatian orang tua terutama dalam hal pendidikan anak sangatlah

diperlukan. Terlebih lagi yang harus difokuskan adalah perhatian orang tua

terhadap aktivitas belajar yang dilakukan anak sehari-hari dalam kapasitasnya

sebagai pelajar dan penuntut ilmu, yang akan diproyeksikan kelak sebagai

pemimpin masa depan. Bentuk perhatian orang tua terhadap pendidikan atau

belajar anak dapat berupa pemberian bimbingan dan nasihat, pengawasan

terhadap belajar anak, pemberian motivasi dan penghargaan serta pemenuhan

kebutuhan belajar anak.

Pengawasan orang tua terhadap anaknya biasanya lebih diutamakan

dalam masalah belajar. Dengan cara ini orang tua akan mengetahui kesulitan

apa yang dialami anak, kemunduran atau kemajuan belajar anak, apa saja yang

dibutuhkan anak sehubungan dengan aktifitas belajarnya, dan lain-lain. Dengan

demikian orang tua dapat membenahi segala sesuatunya hingga akhirnya anak

dapat meraih hasil belajar yang maksimal. Pengawasan atau kontrol yang

dilakukan orang tua tidak hanya ketika anak di rumah saja, akan tetapi

hendaknya juga terhadap kegiatan anak di sekolah. Pengetahuan orang tua tentang

pengalaman anak di sekolah sangat membantu orang tua untuk lebih dapat

memotivasi belajar anak dan membantu anak menghadapi masalah-masalah di

sekolah serta tugas-tugas sekolah.

Ungkapan bahwa “apabila pendapatan yang dihasilkan sedikit maka wajar

jika anak-anaknya tidak bersekolah hingga jenjang pendidikan tinggi”. Hal iu

digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id

commit to users

108

agaknya tidak berlaku bagi sebagian kuli panggul di pasar Klewer Surakarta,

sebab para orang tua yang menjadi informan dalam penelitian ini tetap mampu

menyekolahkan anak-anaknya hingga jenjang pendidikan tingkat SMA.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sbb:

1. Sebagai kuli panggul di pasar Klewer Surakarta walaupun dengan

penghasilan tidak menentu setiap harinya tidak membuat para orang tua ini

lantas mengabaikan pendidikan anak-anaknya. Hal ini terlihat dari

kegigihan mereka untuk menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang

pendidikan tinggi yaitu tingkat SMA.

2. Peran sebagai pendidik (second teacher), pembimbing (problem solver),

membiayai pendidikan, penyedia fasilitas-fasilitas (provider), dan sebagai

teladan di rumah merupakan tanggungjawab orang tua. Walaupun dalam

pelaksanakannya sering menemui banyak hambatan.

3. berbagai cara dilakukan oleh orang tua agar tetap mampu membiayai serta

menyediakan kebutuhan belajar anak.

digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id

commit to users

109

B. SARAN

Saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi orang tua

a) Jangan mudah putus asa dalam berpartisipasi dalam pendidikan

anak. Karena pendidikan adalah salah satu jalan untuk mengubah

masa depan, dengan ilmu yang didapat di sekolah maka anak akan

mampu berkompetisi di dunia kerja.

b) Dengan penghasilan yang pas-pasan, asalkan mampu mengelola

keuangan maka akan ada uang yang nantinya digunakan untuk

simpanan.

c) Lebih memperbanyak komunikasi dan interaksi dengan anak, dengan

begitu orang tua akan tahu apa yang dibutuhkan anak.

2. Bagi anak

a) Tetap giat belajar, agar mampu meraih prestasi di sekolah.

Buktikan bahwa anak seorang kuli panggul mampu berkompetisi

dengan anak yang lain.

b) Patuhilah apa yang dikatakan orang tua, sebab perkataan mereka

untuk kebaikanmu sendiri.

3. Bagi sekolah

a) Hendaknya sekolah memberikan bantuan/keringanan bagi siswa

dari keluarga yang tidak mampu (dalam hal ini anak kuli panggul).

digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id

commit to users

110

b) Janganlah memberatkan orang tua dalam pembiayaan sekolah

seperti diharuskan membeli buku-buku pendamping yang mahal,

sebab sudah ada buku paket dan LKS.

4. Bagi pemerintah

a) Hendaknya lebih banyak mengadakan program-program bantuan

dalam bidang pendidikan bagi masyarakat kurang mampu yaitu

kalangan menengah ke bawah. Sehingga pendidikan bukanlah

suatu hal yang mahal.

digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id

commit to users

1

Daftar Pustaka

Amsori. 2008. Pemenuhan Hak Ekosob di Bidang Pendidikan

Anonim. 2006. Profil Pendidikan 2006/2007

Anonim. 2008. Surakarta Dalam Angka 2008

Dirdjosisworo, Soejono. 1985. Asas-Asas Sosiologi. Bandung: Armico

K, J, Veeger. 1990. Realitas Sosial Refleksi Filsafat Social Atas Hubungan

Individu-Masyarakat dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama

Karsidi, Ravik. 2005. Sosiologi Pendidikan. Surakarta: UNS Press

Kartono, Kartini. 1997. Tinjauan Holistik Mengenai Tujuan Pendidikan Nasional.

Jakarta: Rajawali rosdakarya

Ritzer, George. 2004. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada

Rukmini, Mimin, R Muhammad Mihradi. 2006. Pegangan Ringkas Pemenuhan

HAM Pendidikan dan Kesehatan di Daerah. Jakarta: Pusat Telaah dan

Informasi Regional (PATTIRO)

Salim, Agus. Pengantar Sosiologi Mikro. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR

Slamet, Y. 2006. Metode Penelitian Sosial. Surakarta: UNS Press

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: CV

PUSTAKA SETIA

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada

Soemidjo, Wahyu. 1985. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: PT Rineka Cipta

digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id

commit to users

2

Sutopo, H, B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar teori dan terapannya

dalam penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press

Tirtaharja, Umar. 1994. Pengantar Pendidikan. Proyek Pembinaan dan Mutu

Pendidikan. Dirjendikti. Depdikbud

Yusuf, Syamsu LN. 2001. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung:

PT REMAJA ROSDAKARYA

Website:

http://lppbi-fiba.blogspot.com/2009/03/teori-partisipasi-dalam-dinamika-

sosial.html.

http://satrioarismunandar.multiply.com/journal/item/13

http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/06/teori-tindakan-dan-teori-sistem-

talcott.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi

http://id.wikipedia.org/wiki/Birokrasi

http://prabusetiawan.blogspot.com/2009/05/pengertian-anak.html

http://benramt.wordpress.com/ruang-pails/iv-pendidikan-formal-non-formal-dan-

informal/

http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan#Pendidikan_formal

www.damandiri.or.id/file/suwandiunairbab21.pdf

digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id

commit to users

3

Skripsi:

Mariana Agustina Dewi. Hubungan Latar Belakang Pendidikan dan Kinerja

Orang tua dengan Kesadaran Pendidikan Anak para Pedagang Kaki Lima di

Jalan Saman Hudi Sukoharjo. Skripsi. UNS

digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id

commit to users