difteri.pptx

34
Hendra Kurniawan D I F T E R I DIVISI PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI DEPT. KEP. MEDIKAL BEDAH FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

Upload: shelly-yankcan

Post on 06-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Hendra Kurniawan

D I F T E R I

DIVISI PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSIDEPT. KEP. MEDIKAL BEDAH

FAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

JEMBER

PENDAHULUAN

• Penyakit ini masih merupakan masalah pada anak-anak sampai umur 14 tahun

• Case fatality rate (CFR) yang tertinggi terutama didapatkan pada anak-anak berumur di bawah satu tahun

• WHO menyarankan pemberian booster pada anak usia masuk sekolah, kurang lebih pada umur 5 tahun

• Menurut data yang didapat dari laporan RS mengenai jumlah penderita menurut golongan umur, menunjukkan kurang lebih 50% dari penderita-penderita difteri yang dirawat terdiri dari kelompok anak usia sekolah

• Untuk mencegahnya, dalam PPI (Program Pengembangan Imunisasi), imunisasi difteri dilaksanakan dengan pemberian vaksinasi DPT kepada bayi berumur 3—14 bulan paling sedikit dua kali

PETA EPIDEMIOLOGI DIFTERI

• 2011Difteri di Provinsi Jawa Timur Sebanyak 21 kematian dari 304 kasus di tahun 2010 dan meningkat tajam di tahun 2011 sebanyak 665 kasus dengan 20 kematian KLB (Kejadian Luar Biasa) penyakit difteri di Jatim pada Oktober 2011

DEFINISI

Penyakit akut pada tonsil, faring dan hidung, kadang-kadang pada selaput lendir dan kulit dengan kuman penyebab penyakit adalah Corynebacterium diphtheriae

Salah satu penyakit infeksi akut yang sangat menular dan disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae dengan tanda pembentukan pseudomembran pada kulit dan mukosa (Soedarmo, et al., 2010).

ETIOLOGI

KARAKTERISTIK BAKTERI

Batang gram positif Tidak berspora,

bercambuk, ataupun kapsul

Membentuk sudut tajam antara satu dengan yang lainnya, khas seperti korek api

Pada agar tellurite koloni akan berwarna abu-abu tua atau hitam

Ciri khas Corynebacterium diphtheriae adalah kemampuannya memproduksi eksotoksin baik in-vivo maupun in-vitro

• Secara umum dikenal 3 tipe utama C. diphteriae: tipe gravis, intermedius, dan mitis

• Mempunyai banyak tipe serologis pada seorang px bisa terdapat kolonisasi lebih dari 1 C. diphteriae

KONSEP PEMBENTUKAN PROTEIN DI DALAM SELDimulai dari penggabungan 2 AA

yang telah diikat 2 transfer RNA (tRNA) yang mendapati kedudukan P dan A dalam ribosom

Bila rangkaian AA ini akan ditambah dengan AA lain utk membentuk POLIPEPTIDA diperlukan proses translokasi

TRANSLOKASI: pindahnya gabungan tRNA dipeptida dari kedudukan A ke kedudukan P

Memerlukan enzim translokase yang aktif

PATOGENESIS

• Kuman masuk melalui hidung dan mulut dan akan menempel di mukosa saluran napas bagian atas

• Mulai memproduksi toksin yang merembes ke sekelilingnya

• Menyebar ke seluruh tubuh melalui pembuluh limfe dan pembuluh darah

• Efek toksin: hambatan pembentukan protein dalam sel

• Toksin difteri mula-mula menempel pada membran sel dengan bantuan fragmen B dan selanjutnya fragmen A akan masuk

• Inaktivasi enzim translokase melalui proses:

NAD + EF2 ADP-ribosil-EF2 + Nikotinamid + H2

• ADP-ribosil-EF2 yang inaktif ini menyebabkan proses translokasi tidak berjalan tidak terbentuk rangkaian polipeptida yang diperlukan SEL MATI

• Nekrosis tampak jelas di daerah kolonisasi kuman

• Terjadi nekrosis sel yang menyatu dengan nekrosis jaringan dan membentuk eksudat

• Produksi toksin kian meningkat dan daerah infeksi makin meluas dan dalam disertai terjadinya eksudat fibrin perlengketan resiko perdarahan !!!

• Toksin ini akan beredar dalam tubuh melalui darah

• Pada proses selanjutnya membran akan terlepas sendiri pada masa penyembuhan

MANIFESTASI KLINIS

• Masa inkubasi umumnya 2-5 hari• Peningkatan suhu tubuh,

berkisar antara 37,8°-38,9°C• Pada mulanya tenggorokan

hanya hiperemis tetapi kebanyakan sudah terjadi bentukan membran putih/keabu-abuan

• Bisa disertai adanya bullneck• Dapat timbul oedema tonsil dan

uvula

Difteria Hidung

Hanya sekitar 2% dari kasus difteri

Gejalanya paling ringanSulit dibedakan dengan pilek

biasaPanas subfebrisSekret hidung bisa unilateral

atau bilateralCepat menghilang dengan

pemberian antitoksin

Difteria Tonsil dan Faring

Gejala tdk khas yang sering muncul: anoreksia, malaise, sakit tenggorokan, panas subfebris

Dalam 24jam timbul eksudat / membran di daerah fausial

Kasus berat dapat disertai bullneck

Difteria LaringKebanyakan merupakan

penjalaran dari difteria faringKlinis sulit dibedakan dari

obstruksi laringitis akut yang disebabkan infeksi lain

Sering disertai panas, batuk, suara serak

Pada kasus yang sangat berat resiko meninggal tinggi

Difteria LainTerjadi diluar saluran napas:

kulit, konjungtiva, telinga, dan vulvovaginal

Termasuk tipe unusual / not common

Difteria kulit ditandai ulkus berbatas jelas dengan dasar membran putih / abu-abu

DIAGNOSIS

• Adanya membran di tenggorok• Untuk pemeriksaan bakteriologi,

bahan yang diambil adalah membran atau bahan dibawah membran

• Pemeriksaan darah dan urine• Shick test*

* Shick Test

Digunakan untuk menentukan status imunitas seseorang. Caranya adalah dengan inj.toksin secara IC sebanyak 0,1 ml

Bila dalam tubuh sudah terdapat antitoksin akan dinetralisasi shg tdk terjadi reaksi kulit

Bila tdk terdapat antitoksin eritema, swollen, sakit 3-5 hari setelah penyuntikan

PENATALAKSANAAN

• PENGOBATAN UMUM

• PENGOBATAN KHUSUS

BIAKAN UJI SCHICK TINDAKAN

(-) (-) Bebas isolasi : anak yang telah mendapat imunisasi

dasar diberikan booster toksoid difteria

(+) (-) Pengobatan karier : Penisilin 100 mg/kgBB/hari

oral/suntikan, atau eritromisin 40 mg/kgBB/hari

selama 1 minggu

(+) (+) Penisilin 100 mg/kgBB/hari oral/suntikan atau

eritromisin 40 mg/kgBB + ADS 20.000 KI

(-) (+) Toksoid difteria ( imunisasi aktif), sesuaikan dengan

status imunisasi

PREVENTIF

Isolasi penderita

Pencegahan terhadap kontak

Imunisasi

THANK YOU