differential diagnosis thyroid

5
Differential Diagnosis Diagnosis yang dari Penyakit Graves secara umumnya dengan ophthalmophaty. Pada orang dewasa, penyakit Graves’ kemungkinan lebih sulit untuk dilakukan diagnosis dan kemungkinan manifestasi kliniknya hanya dengan adanya penyakit jantung atau penurunan berat badan (apathetic atau masked thyrotoxicosis). Beberapa pasien kemungkinan memiliki kelenjar tirod dengan ukuran normal. Hormon tiroid bebas (T4 dan T3) diperkirakan selalu tinggi, meskipun beberapa pasien terjadi hanya peningkatan pada T3 bebas (T3 toksikosis). Pada penyakit Graves’. TSH level dilakukan pengukuran dengan menggunakan uji sensitifitas yang selalu tertekan, dan scaning tiroid yang memperlihatkan penyebaran uptake dari isotop dan terkadang pyramidal lobe (AACE, 2006). Toksik adenoma (“hot nodule”) berhubungan dengan TSH level yang rendah, dengan atau tanpa kenaikan dari T4 bebas atau T3. Scaning tiroid menunjukkan fungsi dari nodule dan penekanan dari jaringan ekstranodular tiroid. Toksik multinodular goiter memiliki karakteristik yang sama dana mirip dengan hasil laboratorium dari toksik nodule, tetapi kelenjar tiroid terjadi pembesaran dan menyusun beberapa nodule. Pada kasus yang sama, radioaktif iodine uptake selalu meningkat tetapi masih dalam rentang normal (AACE, 2006). Rendahnya uptake radioiodine pada konjungsi dengan kelenjar tiroid yang lemah pada scaning tiroid digolongkan menjadi subacute thyroiditis, silent thyroiditis, iodine- induced hyperthyroidism, and factitious thyroxine-induced hyperthyroidism. Semua kondisi ini berhubungan dengan

Upload: afrida-dwie-rahmatul-aryani

Post on 17-Jan-2016

59 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Differential Diagnosis Thyroid

Differential Diagnosis

Diagnosis yang dari Penyakit Graves secara umumnya dengan ophthalmophaty. Pada

orang dewasa, penyakit Graves’ kemungkinan lebih sulit untuk dilakukan diagnosis dan

kemungkinan manifestasi kliniknya hanya dengan adanya penyakit jantung atau penurunan

berat badan (apathetic atau masked thyrotoxicosis). Beberapa pasien kemungkinan memiliki

kelenjar tirod dengan ukuran normal. Hormon tiroid bebas (T4 dan T3) diperkirakan selalu

tinggi, meskipun beberapa pasien terjadi hanya peningkatan pada T3 bebas (T3 toksikosis).

Pada penyakit Graves’. TSH level dilakukan pengukuran dengan menggunakan uji

sensitifitas yang selalu tertekan, dan scaning tiroid yang memperlihatkan penyebaran uptake

dari isotop dan terkadang pyramidal lobe (AACE, 2006).

Toksik adenoma (“hot nodule”) berhubungan dengan TSH level yang rendah, dengan

atau tanpa kenaikan dari T4 bebas atau T3. Scaning tiroid menunjukkan fungsi dari nodule

dan penekanan dari jaringan ekstranodular tiroid. Toksik multinodular goiter memiliki

karakteristik yang sama dana mirip dengan hasil laboratorium dari toksik nodule, tetapi

kelenjar tiroid terjadi pembesaran dan menyusun beberapa nodule. Pada kasus yang sama,

radioaktif iodine uptake selalu meningkat tetapi masih dalam rentang normal (AACE, 2006).

Rendahnya uptake radioiodine pada konjungsi dengan kelenjar tiroid yang lemah pada

scaning tiroid digolongkan menjadi subacute thyroiditis, silent thyroiditis, iodine-induced

hyperthyroidism, and factitious thyroxine-induced hyperthyroidism. Semua kondisi ini

berhubungan dengan perubahan peningkatan T4 dan T3 pada RIA selama fase hipertiroid

(AACE, 2006).

Thyroiditis subakut klasik biasanya terasa sakit, terkadang menyebabkan demam, dan

self-limited. Hipertiroid merupakan akibat dari pelepasan hormone tiroid yang tersimpan dari

kelenjar tiroid yang mengalami radang. Seringkali, fase awal hipertiroid mengarah pada fase

hipotiroid selama periode 2 atau 3 bulan. Tiroiditis silent (tanpa rasa sakit), dianggap sebagai

gangguan autoimun, memiliki tempat yang sama dan sangat umum terjadi pada wanita post

partum. Iodine-induced hyperthyroidism sering terjadi pada populasi yang lebih tua dan

biasanya terlihat dengan adanya nontoksik nodular goiter. Beban yodium, berasal dari

suplemen atau obat oral atau dari kontras agen intravena yang menginduksi hipertiroid, yanag

mana tidak mudah untuk diatasi dan membutuhkan terapi khusus (AACE, 2006).

Tidak semua peningkatan hasil dari T4 dan T3 pada RIA dan tidak semua penekanan

TSH level berhubungan dengan hipertiroid. Pemberian estrogen atau kehamilan

meningkatkan thyroxine-binding globulin dan hasilnya adalah peningkatan T3 dan T4 total

pada RIA tetapi T4 dan T3 bebas normal dan hasil normal juga terdapat pada TSH assay.

Page 2: Differential Diagnosis Thyroid

Euthyroid hyperthyroxinemia kemungkinan juga diakibatkan karena adanya abnormal ikatan

protein lainnya, termasuk albumin dan prealbumin. Sama halnya dengan resistensi hormone

tiroid dapat meningkatkan serum T4 level tanpa hipertiroid. Pemberian kortikosteroid,

penyakit severe dan disfungsi pituitary dapat menyebabkan peningkatan TSH level pada

absens hipertiroid (AACE, 2006).

Diagnosis

Kombinasi FT4 atau FT4I serum yang rendah dan TSH serum meningkat adalah

diagnostic adanya hipotiroidisme primer. Kadar T3 bervariasi dan dapat berada dalam batar

normal. Uji positf terhadap autoantibody tiroid mengarah tiroiditis Hashimoto yang

mendasari. Pada pasien dengan miksedema hipofisis. FT4 atau FT3 akan rendah tetapi TSH

serum tidak akan meningkat. Kemudian mungkin perlu membedakan penyakit hipofisis dari

hipotalamus, dan untuk hal ini uji TSH paling membantu. Tidak adanya respons TSH

terhadap TRH menunjukkan adanya defisiensi hipofisis. Respon parsial atau ‘normal’

menunjukkan bahwa fungsi hiposis intake tapi bahwa defek ada pada sekresi TRH

hipotalamus (Anwar, 2005).

Diagnosis hipotiroidisme. Tiroksin bebas (FT4) maupun indeks bebas (FT4I) dapat

bersama TSH sebagai penilaian (Anwar, 2005).

Page 3: Differential Diagnosis Thyroid

Penyakit Graves kadang-kadang terdapat dalam bentuk tidak biasa atau atipis, di

mana diagnosisnya bisa tidak begitu jelas. Atrofi otot yang menonjol mengarah pada adanya

miopati berat yang harus dibedakan dari kelainan neurologis primer. Paralisis periodik

tirotoksis biasanya terjadi pada pria Oriental dan datang dengan serangan mendadak paralisis

flasid dan hipokalemia. Paralisis membaik sendirinya dan dapat dicegah dengan tambahan

K+ dan penghambat beta-adrenergik. Penyakit ini diobati dengan terapi tirotoksikosis yang

tepat. Pasien dengan penyakit jantung tiroid muncul terutama dengan gejala keterlibatan

jantung --khususnya fibrilasi atrial refrakter yang tidak peka terhadap digoksin-- atau gagal

jantung dengan curah yang tinggi. Kira-kira 50% pasien ini tidak terbukti ada penyakit

jantung yang mendasari, dan masalah jantung disembuhkan dengan terapi tirotoksikosis.

Pasien-pasien tua akan datang dengan penurunan berat badan, goiter kecil, fibrilasi atrial

lambat, dan depresi berat, dan tidak ada gambaran klinis adanya peningkatan reaktivitas

katekolamin. Pasien flasid ini menderita "hipertiroidisme apatetik". Akhirnya, beberapa

wanita muda mengalami amenorea dan infertilitas sebagai gejala-gejala primer. Pada semua

contoh-contoh ini, diagnosis penyakit Graves biasanya dapat dibuat dengan pemeriksaan

klinis dan laboratories (Anwar, 2005).

Pada sindroma disebut "hipertiroksemia disalbuminenik familial", protein abnormal

seperti albumin ada pada serum yang sebagian mengikat T4 tapi tidak T3. Hal ini berakibat

peningkatan T4 dan FT4I serum, tapi T3, T4 bebas, dan TSH normal. Hal yang penting ialah

membedakan keadaan eutiroid dengan hipertiroidisme. Di samping tidak adanya gambaran

klinis hipertiroidisme, T3 serum dan kadar TSH normal akan menyingkirkan diagnosis

hipertiroidisme (Anwar, 2005).

Anwar, Rusnawa. 2005. Fungsi Kelainan Kelenjar Tiroid. Subbagian Fertilitas dan

Endokrinologi Reproduksi Bagian Obstetri dan Ginekologi. Fakultas Kedokteran

Universitas Padjajaran. Bandung.

American Association of Clinical Endocrinologists. Medical Guidelines For Clinical Practice

for The Evaluation and Treatment of Hyperthiroidism and Hypothiroidism.

Endocrine Practice. 2006. Volume 8 No. 6 (457 – 469).