dialog antar

3
Dialog Antar-agama Harus Ditindaklanjuti Yogyakarta, Kompas - Dialog dan kerja sama antar-agama yang berlangsung di Yogyakarta harus dilanjutkan dengan tindakan nyata. Seluruh rekomendasi dari pertemuan tersebut akan didiskusikan para tokoh agama yang hadir dengan pemerintah mereka masing-masing guna memperkuat kerukunan umat beragama dan kelompok. Demikian salah satu pernyataan bersama dialog mengenai kerja sama antar- agama yang disampaikan ketua pelaksana dan juru bicara dialog, Din Syamsuddin, dan Richard Randerson, peserta dari Selandia Baru, Selasa (7/12) di Yogyakarta. Pernyataan itu sekaligus menandai ditutupnya dialog yang berlangsung dua hari. Dalam pernyataan bersama, para peserta juga menyatakan komitmen mendalam untuk membangun perdamaian dan sikap saling menghargai perbedaan agama di wilayah Asia- Pasifik. Mereka mengutuk kekerasan dan terorisme yang dianggap sebagai musuh peradaban. Peserta dialog mencatat pernyataan penting dari Presiden Indonesia dalam pidato pembukaan Senin kemarin. Saat itu Presiden menyatakan, prasangka etnik dan agama yang dikombinasikan dengan persaingan politik dan ekonomi akan memicu konflik, yang suatu saat bisa meledak. Hal itu bisa dihindari jika umat beragama tidak mengingkari perbedaan. Dialog antar-agama yang dihadiri 13 negara peserta ini dianggap telah mencapai tujuannya, yakni mengembangkan saling pengertian dan harmoni di antara komunitas lintas agama di kawasan Asia-Pasifik. Dialog mengenai kerja sama antar-agama dianggap sebagai proses awal dari komunikasi langsung lebih jauh di antara tokoh-tokoh agama guna membangun masa depan yang damai dan harmonis. Di masa depan, pengembangan budaya damai dan saling menerima yang didasarkan atas hubungan setara harus lebih dikembangkan melalui pendidikan. Karena itu, pemerintah di kawasan Asia-Pasifik diimbau mendukung inisiatif dialog dan kerja sama antar-agama di masa mendatang. Din mengatakan, delegasi dan Pemerintah Indonesia secara resmi mengusulkan pembentukan sebuah lembaga kerja sama budaya dan lintas agama yang pusatnya berkedudukan di Yogyakarta.

Upload: ireneandrayani

Post on 29-Sep-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas dialog beragama

TRANSCRIPT

Dialog Antar-agama Harus Ditindaklanjuti

Dialog Antar-agama Harus Ditindaklanjuti

Yogyakarta, Kompas - Dialog dan kerja sama antar-agama yang berlangsung di Yogyakarta harus dilanjutkan dengan tindakan nyata. Seluruh rekomendasi dari pertemuan tersebut akan didiskusikan para tokoh agama yang hadir dengan pemerintah mereka masing-masing guna memperkuat kerukunan umat beragama dan kelompok.

Demikian salah satu pernyataan bersama dialog mengenai kerja sama antar-agama yang disampaikan ketua pelaksana dan juru bicara dialog, Din Syamsuddin, dan Richard Randerson, peserta dari Selandia Baru, Selasa (7/12) di Yogyakarta.Pernyataan itu sekaligus menandai ditutupnya dialog yang berlangsung dua hari.Dalam pernyataan bersama, para peserta juga menyatakan komitmen mendalam untuk membangun perdamaian dan sikap saling menghargai perbedaan agama di wilayah Asia- Pasifik. Mereka mengutuk kekerasan dan terorisme yang dianggap sebagai musuh peradaban.Peserta dialog mencatat pernyataan penting dari Presiden Indonesia dalam pidato pembukaan Senin kemarin. Saat itu Presiden menyatakan, prasangka etnik dan agama yang dikombinasikan dengan persaingan politik dan ekonomi akan memicu konflik, yang suatu saat bisa meledak. Hal itu bisa dihindari jika umat beragama tidak mengingkari perbedaan.Dialog antar-agama yang dihadiri 13 negara peserta ini dianggap telah mencapai tujuannya, yakni mengembangkan saling pengertian dan harmoni di antara komunitas lintas agama di kawasan Asia-Pasifik.Dialog mengenai kerja sama antar-agama dianggap sebagai proses awal dari komunikasi langsung lebih jauh di antara tokoh-tokoh agama guna membangun masa depan yang damai dan harmonis.Di masa depan, pengembangan budaya damai dan saling menerima yang didasarkan atas hubungan setara harus lebih dikembangkan melalui pendidikan. Karena itu, pemerintah di kawasan Asia-Pasifik diimbau mendukung inisiatif dialog dan kerja sama antar-agama di masa mendatang.Din mengatakan, delegasi dan Pemerintah Indonesia secara resmi mengusulkan pembentukan sebuah lembaga kerja sama budaya dan lintas agama yang pusatnya berkedudukan di Yogyakarta.Usulan itu, lanjut Din, telah diterima seluruh peserta dan akan dilaksanakan. Lembaga ini akan berskala regional atau internasional.Diharapkan pula, para tokoh agama dari berbagai negara itu dapat mendorong lembaga budaya dan lintas agama di tingkat lokal terlebih dulu."Kami harapkan dalam enam bulan lembaga kerja sama budaya dan agama di tingkat regional sudah terbentuk," tutur Din.Tantangan ke depanDin menjelaskan, selama dua hari berdialog, tokoh-tokoh agama menyadari dua tantangan besar yang dihadapi agama- agama besar saat ini, yakni peradaban global yang bersifat materialistis, hedonis, individualis, dan sekuler. Sifat peradaban seperti itu dianggap memicu hancurnya moralitas."Semua bentuk kemungkaran kini muncul dan menjadi keprihatinan kami," katanya.Tantangan lain adalah berkembangnya terorisme dan ekstremisme di hampir seluruh belahan bumi.Tokoh agama menilai, terorisme tidak memiliki akar agama dan bertentangan dengan moralitas. "Ini bukan gejala keagamaan," kata Din.Meski tokoh agama menilai terorisme juga dipicu kesenjangan sosial-politik, mereka menyadari, kalangan agama tidak bisa melepas tanggung jawab.Menurut Din, saat ini memang ada gejala salah interpretasi terhadap agama. Akibatnya, pemahaman agama lebih menekankan wajah keras agama. Agama dipandang sebagai alat merebut hegemoni dan mengeliminasi orang lain.Tokoh agama sadar, lanjut Din, pentingnya pendidikan agama yang menekankan kuasa lembut agama, seperti ajaran cinta kasih, perdamaian, persaudaraan, dan harmoni.Pendidikan pentingSecara terpisah, Komaruddin Hidayat, pengamat agama dan sosial dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, mengatakan, radikalisme umat beragama dapat dikurangi dengan mengintensifkan dialog antar-agama dan pendidikan. "Harus ada upaya menyadarkan masyarakat bahwa kita hidup dalam rumah tangga besar yang anggotanya memiliki perbedaan," katanya.Sr Patricia Madigan, peserta dari Australia, menambahkan, dialog antarkelompok moderat dari komunitas berbeda akan mempersempit gerak orang- orang yang ingin melakukan kekerasan. Selain itu, dialog semacam ini menjadi sarana untuk memahami agama orang lain sekaligus mempertebal iman.Mgr Rey Manuel Mousanto, peserta dari Filipina, mengatakan, di negaranya sudah ada konferensi uskup dan ulama sejak tahun 1990-an guna mengurangi prasangka agama di Filipina. (BSW)Sumber: Kompas, Rabu, 8/12/04 ed by KS