eksplorasi tipe dialog pada diskusi antar...
TRANSCRIPT
EKSPLORASI TIPE DIALOG PADA DISKUSI
ANTAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN KIMIA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Suci Nurmilah
NIM 11140162000032
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
iv
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
v
ABSTRAK
Suci Nurmilah, “Eksplorasi Tipe Dialog Pada Diskusi Antar Siswa Dalam
Pembelajaran Kimia”, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.
Pembelajaran dialog perlu dibiasakan dalam setiap proses belajar untuk melatih
kemampuan lisan siswa agar lebih berkualitas. Selain itu, kurikulum 2013 saat ini
juga menuntut siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, salah satu
cara untuk mewujudkan keduanya ialah dengan metode diskusi kelompok karena
metode ini dapat menstimulus siswa secara tidak langsung untuk aktif berinteraksi
dengan teman sebaya, sehingga memotivasi siswa untuk saling berdialog
mengemukakan ide, pendapat atau bahkan menyanggah pendapat satu sama lain.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, dialog siswa dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu
tipe dialog kumulatif, tipe dialog disputasional, dan tipe dialog eksploratori.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipe dialog yang muncul dan dominan
yang terjadi pada siswa selama proses pembelajaran kimia di salah satu Madrasah
Aliyah Negeri Jakarta Selatan yang telah menerapkan kurikulum 2013. Model
yang digunakan dalam penelitian ialah studi kasus dengan teknik pengumpulan
data berupa observasi. Data yang diambil berupa video pada proses diskusi
pembelajaran kimia siswa kelas X Agama dan X IPA selama 3 pertemuan yang
kemudian ditranskrip dan dianalisis berdasarkan indikator tipe dialog kumulatif,
disputasional dan eksploratori. Hasil dari analisis didapatkan bahwa ketiga tipe
dialog muncul dalam diskusi namun memiliki persentase yang berbeda-beda.
Sedangkan tipe dialog yang muncul lebih dominan ialah tipe dialog kumulatif dan
tipe dialog yang muncul paling rendah ialah tipe dialog eksploratori.
Kata Kunci : Dialog, Kurikulum, Kumulatif, Disputasional, Eksploratori
vi
ABSTRACT
Suci Nurmilah, “Eksploration of the Type Dialogue at Discussions between
Students in Chemistry Learning”, Department of Chemistry Education,
Department of Science Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Science, State
Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.
Dialogue learning require to be accustomed in each studying process to train
students verbal abilities to be more qualified. Moreover, curriculum 2013
requires students to play an active role in the learning process, on of the ways to
realize both of them is discussion group method because this method can
stimulate students indirectly to be more active in interacting with peers, so can
motivate students to dialogue with each other expressing ideas, opinions or even
refuting each other's opinions. Based on these characteristics, student dialogue
can be categorized into three types, there are cumulative talk, disputational talk,
and the last exploratory talk. This study aims to determine the type of dialogue
that appears and dominant in students during the chemistry learning process in
one of the South Jakarta State Madrasa Aliya that has implemented the
curriculum 2013. The model used in the research is case study with data
collection techniques is observation. The data obtained is a video on the
discussion process of chemistry learning in 10th grade high school students which
majored in Religion and Science for 3 meetings and then transcribed and
analyzed based on cumulative, disputational and exploratory dialog type
indicators. The results of the analysis found that the three types of dialogue
appeared in the discussion but had different percentages. While, the dialogue type
that appears more dominant is the type of cumulative talk and the lowest is
exploratory talk.
Keywords : Dialogue, Curriculum, Cumulative, Disputational, Exploratory
vii
KATA PENGANTAR
Kepada Dzat yang Maha Agung, Allah SWT. Segala Puji bagi Engkau atas
segala nikmat dan kasih sayang-Mu. Alhamdulillah, karena ridho-Nya peneliti
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa
dilimpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para
sahabatnya.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat akademis
untuk menyelesaikan studi S1 program studi Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta. Skripsi yang berjudul “Eksplorasi Tipe Dialog pada Diskusi Antar Siswa
dalam Pembelajaran Kimia” ini merupakan wujud tertulis dari penelitian yang
peneliti lakukan di salah satu sekolah di Jakarta.
Penulis sadar, dalam rangka menuntaskan skripsi ini tidak lepas dari
bimbingan dan partisipasi berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis persembahkan
penghargaan dan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Ibu Dr. Sururin, M.Ag, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta..
2. Bapak Burhanudin Milama, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Bapak Tonih Feronika, M.Pd, selaku Sekertaris Program Studi Pendidikan
Kimia sekaligus dosen pembimbing penasehat akademik Pendidikan Kimia
Angkatan A 2014 yang telah memberikan masukan dan arahan selama 10
semester perkuliahan.
4. Ibu Salamah Agung, Ph.D selaku dosen penguji I atas segala masukannya
guna memperbaiki skripsi penulis.
5. Ibu Nanda Saridewi, M.Si selaku dosen penguji II atas segala masukannya
guna memperbaiki skripsi penulis.
6. Bapak Dedi Irwandi, M.Si, selaku pembimbing I dan Bapak Munasprianto
Ramli, Ph.D selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan
viii
mencurahkan pikirannya untuk memberikan arahan, bimbingan, motivasi dan
sabar dalam membimbing penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini.
7. Bapak Drs. H. Hanapi, Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Negeri 11 Jakarta,
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di
sekolah tersebut dan Ibu Tuti Janatun, M.Pd, selaku guru kimia MAN 11
Jakarta yang telah membantu dalam proses penelitian.
8. Teruntuk kedua orang tua tercinta bapak dan mamah, Bapak E.Suhendar &
Ibu Mimi yang selalu mencurahkan cinta, kasih sayang, dan mengajari
penulis untuk selalu berdo’a dan berusaha. Hanya Allah yang dapat membalas
semuanya. Teruntuk Kakak tercinta Agus Setiawan dan Inawati, adik
tersayang Emilya Putri, serta keponakan tersayang Rakha Putra Setiawan
terimakasih atas semangat, kesabaran dan do’anya.
9. Teruntuk sahabat-sahabat tercinta Auliya, Asti, Devita dan Nahaary yang
selalu memberikan semangat, bantuan dan motivasi yang luar biasa. Teman-
teman seperjuangan program studi Pendidikan Kimia 2014 A dan B yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa
terimakasih penulis kepada mereka.
10. Kepada Asep Saepudin, S.E yang selalu memberikan perhatian, do’a,
motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan kepada semua pihak yang telah
membantu terselesainya skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini menjadi kontribusi serta menambah pustaka
dan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan. Saran dan masukan dari para
pembaca untuk perbaikan ketidaksempurnaan skripsi ini sangat diharapkan.
Jakarta, 16 Juli 2019
Suci Nurmilah
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .............................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................... iii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI .................................................. iv
ABSTRAK .......................................................................................................... v
ABSTRACT........................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii
DAFTAR DIAGRAM ..................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah .............................................................................. 4
D. Rumusan Masalah .................................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5
BAB II KAJIAN TEORITIS ............................................................................ 6
A. Interaksi Sosial ...................................................................................... 6
B. Teori Sosiokultural .............................................................................. 18
C. Pembelajaran Dialog ............................................................................ 20
D. Hasil Penelitian yang Relevan .............................................................. 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 31
A. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 31
B. Metode Penelitian ................................................................................ 31
C. Prosedur dan Pengumpulan Data Penelitian ......................................... 32
D. Analisis Data ....................................................................................... 34
x
E. Reliabilitas dan Validitas ..................................................................... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 40
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 40
B. Pembahasan ......................................................................................... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 81
A. Kesimpulan.......................................................................................... 81
B. Saran ................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 83
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator Tipe-Tipe Dialog ................................................................. 28
Tabel 3.1 Contoh Tipe Dialog Disputasional ...................................................... 36
Tabel 3.2 Contoh Tipe Dialog Kumulatif ........................................................... 36
Tabel 3.3 Contoh Tipe Dialog Eksploratori ........................................................ 37
Tabel 4.1 Persentase Dialog Materi dan Non Materi Siswa Kelas A ................... 41
Tabel 4.2 Persentase Dialog Materi dan Non Materi Siswa Kelas B ................... 41
Tabel 4.3 Persentase Tipe-Tipe Dialog yang Muncul pada Kelas A dan Kelas B 43
Tabel 4.4 Penggalan Dialog Kumulatif pada Kelas A Pertemuan Pertama .......... 56
Tabel 4.5 Penggalan Dialog Kumulatif pada Kelas A Pertemuan Kedua ............ 57
Tabel 4.6 Penggalan Dialog Kumulatif pada Kelas A Pertemuan Ketiga ............ 58
Tabel 4.7 Penggalan Dialog Disputasional pada Kelas A Pertemuan Pertama .... 60
Tabel 4.8 Penggalan Dialog Disputasional pada Kelas A Pertemuan Kedua ...... 60
Tabel 4.9 Penggalan Dialog Disputasional pada Kelas A Pertemuan Ketiga ...... 61
Tabel 4.10 Penggalan Dialog Kumulatif pada Kelas B Pertemuan Pertama ....... 63
Tabel 4.11 Penggalan Dialog Kumulatif pada Kelas B Pertemuan Kedua .......... 65
Tabel 4.12 Penggalan Dialog Kumulatif pada Kelas B Pertemuan Ketiga.......... 66
Tabel 4.13 Penggalan Dialog Disputasional pada Kelas B Pertemuan Pertama .. 67
Tabel 4.14 Penggalan Dialog Disputasional pada Kelas B Pertemuan Kedua .... 68
Tabel 4.15 Penggalan Dialog Disputasional pada Kelas B Pertemuan Ketiga .... 69
Tabel 4.16 Penggalan Dialog Eksploratori pada Kelas B Pertemuan Pertama ..... 70
Tabel 4.17 Penggalan Dialog Eksploratori pada Kelas B Pertemuan Kedua........ 72
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian ............................................................. 32
xiii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Persentase Tipe-Tipe Dialog Antar Siswa Kelas A pada Pertemuan
Pertama ......................................................................................... 44
Diagram 4.2 Persentase Tipe-Tipe Dialog Antar Siswa Kelas A pada Pertemuan
Kedua ............................................................................................ 46
Diagram 4.3 Persentase Tipe-Tipe Dialog Antar Siswa Kelas A pada Pertemuan
Ketiga............................................................................................ 47
Diagram 4.4 Persentase Tipe-Tipe Dialog Antar Siswa Kelas B pada Pertemuan
Pertama ......................................................................................... 49
Diagram 4.5 Persentase Tipe-Tipe Dialog Antar Siswa Kelas B pada Pertemuan
Kedua ............................................................................................ 51
Diagram 4.6 Persentase Tipe-Tipe Dialog Antar Siswa Kelas B pada Pertemuan
Ketiga............................................................................................ 53
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Transkrip Dialog kelas IPA ............................................................. 89
Lampiran 2 Perhitungan Persentase Tipe Dialog di Kelas Agama dan Kelas IPA
...................................................................................................... 131
Lampiran 3 Surat Bimbingan Skripsi ............................................................... 133
Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Peneltian ................................................... 135
Lampiran 5 Surat Rekomendasi Izin Penelitian ................................................ 136
Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian .......................................................... 137
Lampiran 7 Lembar Uji Referensi .................................................................... 138
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pembelajaran yang berpusat pada guru atau TCL (Teacher
Centered Learning) dapat mempengaruhi kualitas pendidikan menjadi
rendah. Proses pembelajaran ini masih dilaksanakan di sekolah karena guru
menganggap proses pembelajaran tersebut lebih praktis sehingga tidak
banyak menyita waktu, sebagaimana guru hanya menyajikan materi secara
teori dan abstrak sedangkan siswa cederung pasif (Desstya, 2012, hlm.
172).
Proses pembelajaran tersebut juga menjadi salah satu penyebab
rendahnya prestasi belajar, karena siswa yang pasif dalam proses
pembelajaran akan mengakibatkan kemampuan berpikirnya menjadi tidak
dapat berkembang. Selain itu, dapat membatasi dan bahkan tidak
memberikan ruang untuk siswa yang aktif sehingga dalam pembelajaran
siswa tidak memiliki kesempatan untuk dapat mengembangkan potensi yang
ada pada dirinya (Wijaya, 2015, hlm. 41).
Pemerintah tengah berupaya untuk menghindari hal tersebut dengan
cara meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Salah satu caranya ialah
dengan pembaruan kurikulum secara berkala, pembaruan ini dimaksudkan
agar terwujudnya proses pembelajaran yang berkualitas bagi siswa demi
terciptanya sumber daya manusia yang lebih baik (Istiana, Catur dan
Sukardjo, 2015, hlm. 65).
Proses pembelajaran yang berkualitas ialah pembelajaran yang
menempatkan siswa sebagai pusat proses pembelajaran atau students
centered learning. Berdasarkan permendikbud Nomor 81A tahun 2013
Pendidikan di Indonesia telah menerapkan kurikulum 2013 yang telah
merancang bahwa kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang:
(1) berpusat pada siswa, (2) mengembangkan kreativitas siswa, (3)
menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai,
2
etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman
belajar yang beragam dengan strategi dan metode pembelajaran yang
menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. Menurut
permendikbud No 81A tahun 2013 prinsip tersebut bertujuan agar setiap
individu siswa mampu menjadi pembelajar yang mandiri dan dapat
menumbuhkan kreativitas, kemandirian, kerja sama, solidaritas,
kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan hidup guna membentuk
watak serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa.
Salah satu proses pembelajaran yang dapat menempatkan siswa
sebagai pusat pembelajaran ialah diskusi (Antika, 2014, hlm. 254). Menurut
kurikulum 2013 pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru
ke siswa. Karena, siswa memiliki kemampuan untuk mencari, mengolah,
mengkonstruksi, serta menggunakan pengetahuan secara aktif. Maka, perlu
adanya pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengkonstruksi pengetahuannya agar siswa dapat memahami dan
menerapkannya, maka perlu ada dorongan pada siswa untuk dapat
memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, dan berupaya
keras mewujudkan idenya (Machali, 2014 , hlm. 90). Pengetahuan seorang
siswa dapat dikonstruk atau dibangun apabila siswa tersebut terlibat secara
sosial dalam dialog dan aktif dalam percobaan-percobaan serta pengalaman
di dalam diskusi (Mamin, 2008, hlm. 58).
Kegiatan diskusi tidak terlepas dari interaksi antar siswa. Proses
interaksi ini melibatkan individu secara fisik maupun psikologis yang
kemudian menghasilkan komunikasi di antara individu (Rahmawati & Yani,
2014, hlm. 105). Dalam suatu diskusi kelompok, teman sebaya dianggap
menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar (Aziz,
Tarmedi & Untung, 2015, hlm. 235).
Proses pembelajaran diskusi menuntut siswa untuk aktif berpendapat
serta berargumentasi dalam memecahkan masalah (Prianto, 2017, hlm. 33).
Penelitian mengenai diskusi kelompok yang telah dilakukan sebagian besar
berfokus pada hasil atau prestasi siswa tanpa melihat proses berjalannya
3
diskusi itu sendiri. Sementara itu, tren dalam bidang pendidikan saat ini
memandang bahwa proses pembelajaran menekankan pengembangan
pengetahuan dan pemahaman melalui pembicaraan dan penyelidikan
(Muhonen, Puttonen, Pakarinen, Poikkeus, & Lerkkanen, 2016, hlm. 143).
Menurut Howe & Abedin dalam Muhonen (2016, hlm.143) berpendapat
bahwa kualitas dialog kelas dalam diskusi saat ini diakui menjadi salah satu
faktor yang mendorong pembelajaran dan pemahaman lebih mendalam pada
interaksi antar siswa.
Beberapa penelitian mengenai proses pembelajaran dialog telah
dilakukan di negara maju, karena topik ini dianggap penting sehingga
berkembang pesat di sana. Akan tetapi, tidak terjadi di Indonesia
dikarenakan tidak ditemukan literatur atau penelitian yang diterbitkan
mengenai dialog kelas di Indonesia (Ramli, 2015, hlm. 55).
Riset-riset mengenai dialog kelas ini terkait dengan teori sosiokultural
Vygotsky yang menekankan pentingnya interaksi sosial untuk membangun
pengetahuan, pengembangan dan pembelajaran, dan peran utama bahasa
baik sebagai mediator budaya atau alat untuk berpikir (Muhonen, 2016, hlm.
144). Salah satu proses interaksi sosial ialah mengkonstruksi pengetahuan
yang melibatkan komunitas dan lingkungan (Asniar, 2016, hlm. 32).
Interaksi sosial ini penting untuk memenuhi perkembangan remaja secara
fisik, psikis serta sosial (Fatnar & Anam, 2014, hlm. 71)
Menurut Burbules dalam Alvarez (2014, hlm. 337) pada proses
pembelajaran terdapat interaksi percakapan yang disengaja yang disebut
dengan dialog. Namun, beberapa orang berpendapat bahwa dialog terjadi di
semua kelas karena pada semua kelas terjadi percakapan, tetapi tidak semua
dikatakan sebagai dialog karena dialog hanya terjadi jika kriteria tertentu
terpenuhi.
Sejalan dengan yang dikatakan oleh Burbules di atas pembelajaran
dialogis yaitu memanfaatkan kekuatan berbicara untuk merangsang dan
mengembangkan kemampuan berpikir siswa, serta belajar dan proses
pemahaman (Muhonen, 2016, hlm. 144). Alexander dalam Muhonen (2016,
4
hlm. 144) mendefinisikan 'interaksi dialogis' sebagai pertukaran di mana
siswa mengajukan pertanyaan, menjelaskan poin dari sudut pandang mereka
dan membuat komentar tentang ide masing-masing atau pertukaran ide yang
mendorong pertanyaan yang lebih lanjut.
Dalam pembelajaran dialog kelas terdapat dua sumber jenis dialog
yang dapat diketahui yakni dialog antara guru dengan siswa dan dialog
siswa antar siswa. Dialog antara guru dengan siswa diketahui lebih banyak
dialog presentasi sebagaimana guru hanya menjelaskan (Barnes, 2008, hlm.
5). Sedangkan dialog antar siswa merujuk kepada studi-studi terdahulu,
Mercer (2008) mengklasifikasikan tipe dialog kelas antar siswa menjadi tiga
yaitu : dialog disputasional, dialog kumulatif dan dialog ekploratori. Dari
ketiga tipe dialog tersebut terdapat perbedaan dan kriteria pada masing-
masingnya. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik
untuk mengetahui tipe dialog antar siswa yang muncul serta dominan yang
dihasilkan pada proses diskusi siswa dalam pembelajaran kimia.
B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :
1. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga mengakibatkan
siswa menjadi pasif.
2. Penelitian mengenai diskusi lebih banyak berfokus pada hasil atau
prestasi siswa tanpa melihat proses berjalannya diskusi iu sendiri.
3. Adanya pemikiran bahwa kualitas dialog siswa dalam diskusi dianggap
menjadi salah satu faktor yang dapat mendorong proses pembelajaran
lebih mendalam.
C. Pembatasan Masalah
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti melakukan pembatasan
pada penggunaan eksplorasi tipe dialog yang muncul antar siswa:
1. Tipe dialog yang diidentifikasi antar siswa dalam pembelajaran kimia.
5
2. Tipe dialog yang diidentifikasi menggunakan pendekatan dari Mercer
dimana Mercer membagi dialog menjadi : dialog disputational, dialog
kumulatif dan dialog eksploratori.
D. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah tersebut, didapat rumusan masalah antara lain :
1. Bagaimana tipe dialog pada diskusi antar siswa dalam pembelajaran
kimia?
2. Tipe dialog apa yang lebih dominan pada diskusi antar siswa dalam
pembelajaran kimia?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tipe dialog pada diskusi antar siswa dalam
pembelajaran kimia.
2. Untuk mengetahui tipe dialog yang lebih dominan pada diskusi antar
siswa dalam pembelajaran kimia.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literatur dalam dunia
pendidikan dikarenakan ini merupakan penelitian yang baru di
Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti yang lain dapat menambah pengetahuan mengenai
penggunaan dialog percakapan antar siswa dalam pembelajaran.
b. Bagi guru dapat dijadikan informasi mengenai interaksi atau keaktifan
peserta didik pada pembelajaran berkolaborasi dengan teman sebaya
c. Bagi praktisi pendidikan dapat digunakan sebagai salah satu sumber
pengetahuan bahwa dialog dalam percakapan yang muncul pada siswa
dapat menentukan pembelajaran dan pemahaman siswa yang lebih
mendalam.
6
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Interaksi Sosial
Pada dasarnya manusia dibagi menjadi tiga golongan berdasarkan sifat
yang dimilikinya yaitu 1) manusia sebagai makhluk individual; 2) manusia
sebagai makhluk sosial; dan 3) manusia sebagai makhluk berketuhanan.
Sebagai makhluk sosial, di dalam hidupnya manusia dituntut untuk
melakukan hubungan sosial antarsesamanya disamping tuntutannya untuk
hidup berkelompok (Santosa, 2014, hlm. 10). Setiap individu manusia adalah
makhuk sosial yang senantiasa hidup bermasyarakat baik secara fisik maupun
psikologis dan didalamnya terdapat interaksi sosial yang tercipta secara alami
dan menjadi faktor utama untuk saling mempengaruhi antara dua orang atau
lebih untuk mengadakan hubungan timbal balik (Fatnar & Anam, 2014, hlm.
71; Walgito, 2010, hlm. 23).
Menurut Walgito (2010, hlm. 23). interaksi ialah suatu proses
pengalaman hasil belajar yang memerlukan latihan untuk memiliki
kemampuan keterampilan dalam berinteraksi, karena seseorang yang kurang
berlatih dalam interaksi maka akan kurang terampil dalam berinteraksi.
Liliweri (2014, hlm. 22) juga berpendapat bahwa interaksi sosial merupakan
proses yang dilakukan setiap orang dan bersifat kompleks karena melewati
serangkaian pengorganisasian atau penginterpretasian persepsi seseorang
terhadap orang lain dalam situasi bersama. Ciri-ciri dari interaksi sosial ialah :
1) adanya pelaku yang berjumlah 2 orang atau lebih ; 2) terdapat hubungan
timbal balik antar pelaku individu; 3) dimulai dengan kontak langsung dan 4)
memiliki tujuan jelas (Muslim, 2013, hlm. 486).
1. Pengertian Interaksi Sosial Menurut Pakar
Terdapat pengertian interaksi sosial menurut beberapa pakar yang di
ungkapkan oleh Rifa’I (2011, hlm. 45). yaitu sebagai berikut:
7
a. Menurut Bonner, interaksi sosial ialah hubungan antar individu yang
saling memengaruhi, mengubah dan memperbaiki tingkah laku
individu satu sam lain.
b. Menurut Young, interaksi sosial ialah hubungan timbal balik antar
individu.
c. Menurut psikologi tingkah laku, interaksi sosial adalah interaksi antar
individu yang di dalamnya terdapat stimulus, respon dan timbal balik.
Jadi interaksi sosial merupakan hubungan antar individu dua orang
atau lebih yang saling mempengaruhi, mengubah dan memperbaiki satu
sama lain serta memuat stimulus, respon dan timbal balik di dalamnya.
2. Aspek-Aspek Interaksi Sosial
Setelah diketahui definisi dari interaksi sosial, Santosa (2004, hlm.
11) menyebutkan aspek-aspek di dalam interaksi sosial sebagai berikut :
a. Adanya hubungan
Adanya hubungan baik antar individu maupun dengan kelompok
merupakan hal yang pasti ada pada interaksi.
b. Ada individu
Pada saat melaksanakan hubungan, interaksi sosial menuntut individu
untuk berperan di dalamnya.
c. Ada tujuan
Pada interaksi sosial terdapat tujuan tertentu di dalamnya seperti
saling memengaruhi satu sama lain.
d. Adanya hubungan dengan stuktur dan fungsi kelompok
Interaksi sosial individu tidak terpisah dengan kelompok karena tiap
individu memiliki peranannya masing-masing hal ini menyebabkan
adanya hubungan individu dengan struktur dan fungsi kelompok.
3. Faktor – Faktor yang Berpengaruh dalam Interaksi Sosial
Selain menyebutkan aspek-aspek interaksi sosial sebelumnya,
Santosa (2004, hlm. 12) juga menyebutkan adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan suatu interaksi sosial. Faktor-faktor tersebut
ialah :
8
a. The nature of the social situation
Situasi sosial tertentu secara tidak langsung membentuk tingkah laku
seseorang sesuai dengan keadaan tersebut.
b. The norms prevailing in any given social group
Terjadinya interaksi antar individu juga di pengaruhi oleh norma-
norma yang dominan dalam kelompok.
c. Their own personality ternds
Adanya tujuan pribadi dalam interaksi sosial memengaruhi tingkah
laku seorang individu.
d. A person’s transitory tendencies
Pada dasarnya interaksi individu bersifat sementara sesuai dengan
posisi dan situasinya.
e. The process of perceiving and interpreting a situation
Bagi setiap individu situasi memiliki arti tertentu oleh sebab itu
penafsiran individu terhadap situasi berbeda-beda.
4. Syarat syarat terjadinya interaksi sosial
Terdapat 2 syarat terjadinya proses interaksi sosial yaitu sebagai berikut :
a. Kontak sosial, adanya hubungan antar individu yang bersifat
langsung, seperti : bersentuhan, percakapan dan bertatap muka
sebagai bentuk aksi reaksi.
b. Komunikasi, bentuk penyampaian pesan baik secara langsung
maupun dengan menggunakan alat bantu untuk mendapatkan respon
dari individu lain (Muslim, 2013, hlm. 486).
5. Macam-macam interaksi sosial
Rifai’I (2011, hlm. 45) mengkategorikan interaksi sosial menjadi
dua macam yang pertama berdasarkan subjek dan yang kedua
berdasarkan caranya. Berikut ini macam-macam interaksi sosial menurut
Rifa’I :
a. Berdasarkan subjeknya, interaksi sosial dibagi menjadi 3 yaitu :
1) Interaksi antar individu.
2) Interaksi antar individu dengan kelompok, atau sebaliknya.
9
3) Interaksi antar kelompok
b. Berdasarkan dari segi caranya, terdapat dua macam interaksi sosial
yakni :
1) Interaksi langsung, yaitu interaksi fisik, seperti berkelahi.
2) Interaksi simbolik, yaitu interaksi baik secara lisan ataupun
tulisan serta simbol lain seperti isyarat dan sebagainya.
Selain itu, Muslim (2013, hlm. 486) menambahkan bahwa terdapat
macam-macam interaksi sosial yang dilihat dari segi bentuknya yaitu
asosiatif dan disosiatif
a. Asosiatif
Asosiatif ialah suatu bentuk interaksi sosial yang mengarah kepada
persatuan dan interaksi ini terbagi menjadi 3 :
1) Kerja sama (Cooperation)
Kerja sama merupakan bentuk interaksi yang timbul akibat
adanya tujuan bersama atau kepentingan yang berkaitan erat
antara sesama anggota kelompok (Santosa, 2004, hlm. 22 ;
Soekanto, 2002, hlm. 72).
Berdasarkan pelaksanaannya kerja sama dibagi menjadi 4 macam
yaitu bargaining, ko-optasi (co-optation), koalisi (coalition), dan
joint-venture
a) Bargaining atau tawar menawar ialah kesepakatan antara dua
orang atau lebih dalam melaksanakan pertukaran barang atau
jasa.
b) Ko-optasi (co-optation) adalah suatu rangkaian penerimaan
hal-hal baru dalam kepemimpinan sebagai bentuk antisipasi
adanya ketidakstabilan suatu organisasi.
c) Koalisi (coalition) ialah penggabungan antara organisasi bisa
dua atau lebih yang memiliki tujuan bersama untuk
kepentingan organisasi agar tetap stabil.
10
d) Joint venture ialah kerjasama suatu organisasi atau jasa yang
dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan (Santosa, 2004,
hlm. 22-23 ; Soekanto, 2002, hlm. 75).
2) Akomodasi (Accomodation)
Akomodasi ialah bentuk penyelesaian suatu masalah pertikaian
antar individu maupun kelompok untuk mengatasi ketegangan
tanpa merugikan pihak lain (Rifa’I, 2011, hlm. 45 ; Soekanto,
2002, hlm. 76).
Berikut ini adalah tujuan dari akomodasi :
a) Mengurangi ketegangan antar individu atau kelompok karena
adanya perbedaan pendapat.
b) Upaya pencegahan meledaknya pertentangan sementara
waktu.
c) Menumbuhkan kerja sama antar kelompok sebagai akibat
psikologis dan kebudayaan yang berbeda.
d) Berusaha menyatukan antar kelompok sosial yang terpisah
(Santosa, 2004, hlm. 25 ; Soekanto, 2002, hlm. 76).
Selain memilik tujuan, terdapat bentuk-bentuk akomodasi yaitu
sebagai berikut :
a) Coercion ialah akomodasi yang prosesnya terjadi karena
paksaan.
b) Compromise (kompromi) ialah salah satu proses penyelesaian
masalah dengan cara mengurangi tuntutan indivu yang
terlibat.
c) Arbitration ialah kondisi akomodasi dimana individu-individu
yang berbeda pendapat tidak dapat menemukan jalan keluar.
d) Mediation (mediasi) suatu kondisi adanya pihak ketiga yang
turut serta membantu penyelesaian masalah.
e) Consiliation ialah mempertemukan titik permasalahan yang
menjadi perselisihan pihak-pihak agar tercapai tujuan
bersama.
11
f) Toleration (toleransi) bentuk penyelesaian masalah dengan
persetujuan formal.
g) Stalemate suatu keadaan dimana pihak-pihak memiliki
kekuatan yang seimbang sehingga berhenti berselisih pada
saat interaksi sosial.
h) Adjucation atau pengadilan ialah suatu proses penyelesaian
masalah melalui pengadilan (Santosa, 2004, hlm. 25).
3) Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi ialah suatu bentuk usaha mengurangi sikap egoisme
pada individu atau kelompok guna meminimalisir terjadinya
perselisihan atau pertentangan guna tercapainya tujuan bersama
dengan berusaha menyamakan sikap, proses mental serta tindakan
(Soekanto, 2002, hlm. 80-81)
Untuk mempermudah terjadinya proses asimilasi terdapat faktor-
faktor yang mendukung antara lain sebagai berikut :
a) Adanya toleransi pihak-pihak yang terkait.
b) Ekonomi yang seimbang di antara keduanya.
c) Memiliki sikap saling menghargai antar individu dan budaya.
d) Memiliki sikap terbuka terutama pihak yang berkuasa di
masyarakat.
e) Adanya persamaan unsur budaya.
f) Perkawinan campuran.
g) Adanya bahaya yang ditujukan kepada kedua pihak dari luar.
(Santosa, 2004, hlm. 26 ; Soekanto, 2002, hlm. 82-83).
Selain faktor-faktor yang mendukung asimilasi di sisi lain
terdapat juga faktor-faktor yang dapat menghambat terjadinya
asimilasi yaitu:
a) Adanya golongan yang terisolasi seperti golongan minoritas.
b) Minimnya pengetahuan budaya.
c) Memiliki ketakutan terhadap suatu budaya tertentu.
12
d) Mendiskriminasi suatu kebudayaan kelompok atau golongan
(Soekanto, 2002, hlm. 85-86).
Terdapat dua jenis bentuk asimilasi yaitu sebagai berikut :
a) Alienation (pengasingan) yaitu kondisi interaksi sosial
individu yang kurang baik.
b) Stratification ialah suatu kondisi individu yang memiliki
derajat lebih tinggi atau kekuasaan memberikan batasan dalam
masyarakat (Santosa, 2004, hlm. 26-27).
b. Disosiatif
Disosiatif ialah suatu bentuk interaksi sosial yang mengarah pada
pemisahan (Muslim, 2013, hlm. 487). Bentuk interaksi ini terbagi
menjadi :
1) Persaingan (competition)
Suatu keadaan dimana individu atau kelompok berjuang secara
kompetitif untuk mencapai kemenangan tanpa melibatkan adanya
kekerasan (Soekanto, 2002, hlm. 91). Persaingan memiliki fungsi
sebagai berikut :
a. Menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang
bersaing.
b. Sebagai solusi untuk menarik perhatian masyarakat sehingga
keinginan masyarakat dapat terpenuhi.
c. Memberikan peranan pada individu yang sesuai dengan
kemampuan maupun kedudukannya.
d. Sebagai alat yang dapat mengatur pembagian kerja individu
agar berjalan secara efektif (Santosa, 2004, hlm. 23 ;
Soekanto, 2002, hlm. 93).
2) Pertentangan (conflict)
Pertentangan disebut juga pertikaian yaitu suatu interaksi sosial
antar individu maupun kelompok yang dilakukan dengan cara
menantang pihak lain melalui ancaman hingga kekerasan demi
13
tercapai tujuannya (Santosa, 2004, hlm. 24 ; Soekanto, 2002, hlm.
: 98-99).
Pertikaian atau pertentangan tidak akan terjadi begitu saja apabila
tidak ada sebab-musabab, berikut ini ialah faktor yang mendorong
terjadinya pertikaian, antara lain sebagai berikut :
a) Perbedaan kepribadian atau sikap pada individu.
b) Latar belakang budaya yang berbeda.
c) Perbedaaan kepentingaan.
d) Perubahan sosial yang mengubah nilai dalam masyarakat
(Santosa, 2004, hlm. 24 ; Soekanto, 2002, hlm. 99).
Seperti yang lainnya pertikaian atau pertentangan memiliki
beberapa bentuk, yaitu :
a) Pertentangan pribadi maknanya terjadi antar individu.
b) Pertentangan rasial maknanya pertentangan karena adanya
perbedaan ras, suku dan budaya.
c) Pertentangan kelas sosial terjadi karena adanya perbedaan
kepentingan dan kelas di masyarakat.
d) Pertentangan politik yang berhubungan antara suatu golongan
masyarakat.
e) Pertentangan internasional terjadi karena adanya perbedaan
kepentingan antarnegara (Santosa, 2004, hlm. 24 ; Soekanto,
2002, hlm. : 102).
Pertikaian atau pertentangan memberikan dampak-dampak
sebagai berikut :
a) Meningkatnya rasa solidaritas dalam kelompok
b) Rusaknya persatuan kelompok.
c) Kepribadian individu yang mengalami perubahan.
f) Habisnya harta benda serta berjatuhan korban (Santosa, 2004,
hlm. 24 ; Soekanto, 2002, hlm. : 103).
14
3) Kontravensi
Kontravensi ialah suatu keadaan interaksi sosial yang berada di
antara persaingan dan konflik biasanya pelaku menyembunyikan
sikap tidak senang atau bahkan terang-terangan dengan
memprovokasi, berkhianat, menghasut, memfitnah bahkan sampai
mengintimidasi suatu individu atau kelompok dan menghasilkan
kebencian tapi tidak sampai pada titik persaingan maupun konflik
(Soekanto, 2002, hlm. 95-96).
Menurut Melchioriyusni, Zikra, dan Said (2013, hlm. 102) dalam kasus
interaksi sosial antar siswa yang terjadi di sekolah dengan teman sebaya
maupun kelompok akan terjadi proses saling mempengaruhi antar individu
siswa dan menghasilkan suatu bentuk kerja sama, persaingan bahkan sampai
terjadi konflik.
Nasution dalam Rifa’I (2011, hlm. 133) mengatakan bahwa di sekolah
kita dapat mengetahui kedudukan seorang siswa atau antar siswa seperti
kedudukan yang berdasarkan usia maupun tingkatan kelas, hubungan struktur
sosial dengan kurikulum, kecocokan kelompok di sekolah, hubungan struktur
masyarakat dengan kelompok, kelompok elite serta kelompok siswa yang
aktif dalam organisasi sekolah.
6. Macam-macam Kelompok
Terdapat berbagai macam-macam kelompok yang berbeda–beda di
dalam masyarakat. Macam-macam kelompok tersebut diklasifikasi
menjadi :
a. Ukuran suatu kelompok; yaitu kelompok kecil yang tidak lebih dari
20 orang dan sebaliknya kelompok besar yang terdiri dari 20 orang
atau lebih.
b. Tujuan; individu-individu yang sengaja dibentuk menjadi suatu
kelompok pasti memiliki tujuan yang sama.
c. Value (nilai); suatu kelompok dapat dibentuk karena individu
memiliki nilai yang sama contohnya kelompok keagamaan.
15
d. Duration (jangka waktu); yaitu kelompok dengan jangka waktu yang
panjang atau lama dan kelompok dengan jangka waktu pendek
karena jika tujuan bersama telah tercapai maka kelompok tersebut
membubarkan diri.
e. Scope of activities; yaitu kelompok yang memiliki banyak aktivitas
yang berbeda beda, contohnya kelompok keluarga.
f. Minat; suatu kelompok dapat terbentuk karena individu di dalamnya
memiliki minat yang sama.
g. Daerah asal; individu-individu yang memiliki latar belakang daerah
yang sama akan membentuk suatu kelompok misalnya kelompok
mahasiswa daerah Bogor.
h. Formalitas; termasuk di dalamnya kelompok formal dan kelompok
informal.
Berdasarkan pemaparan tesebut dapat disimpulkan bahwa
terbentuknya kelompok dapat terjadi karena adanya persamaan tertentu,
seperti : tujuan, nilai, minat, pekerjaa dan lain sebagainya (Walgito,
2010, hlm. 10-12).
7. Fase – Fase dalam Interaksi Sosial
Fase-fase interaksi sosial dihasilkan dari proses analisis karena
interaksi yang kompleks, berikut ini fase-fase di dalam interaksi sosial :
a. Terdapat aspek yang harus dipenuhi dalam interaksi sosial.
b. Terdapat dimensi waktu yang dapat digunakan interaksi sosial dalam
berinteraksi.
c. Terdapat masalah yang berkaitan antara satu dengan yang lain yang
bersifat individu atau kelompok.
d. Terdapat ketegangan pada setiap individu dalam proses
menyelesaikan masalah.
e. Terdapat integrasi yakni proses penyelesaian dari permasalahan yang
ada (Santosa, 2004, hlm. 27-28).
16
8. Kriteria untuk Analisis Interaksi
Menurut Bales dalam Santosa (2004, hlm. 28) terdapat dua kriteria
yang digunakan dalam menganalisis interaksi sosial yakni :
a. Bidang sosio-emosional termasuk di dalamnya reaksi positif dan
negatif
1) Perilaku yang menunjukkan reaksi positif :
a) Kesetiakawanan, saling menolong, dan saling berbagi;
b) Kegelisahan, kepuasan, dan kesenangan;
c) Persetujuan, dukungan serta pengertian.
2) Reaksi-reaksi negatif menunjukkan :
a) Timbul konflik dan perbedaan pendapat;
b) Kegelisahan serta sikap tidak peduli;
c) Ketidakcocokkan, penampikan dan formalitas.
b. Pada bidang tugas dikelompokkan menjadi dua yaitu memberi
jawaban dan meminta tugas.
1) Memberi jawaban termasuk di dalamnya:
a) Saran dan tujuan;
b) Pendapat, memberi nilai, dan analisis;
c) pemberitahuan, peninjauan, dan pengulangan.
2) Meminta tugas-tugas, meliputi meminta :
a) Saran, tujuan, serta kegiatan yang bersifat positif;
b) Pendapat, penilaian, dan analisis;
c) Orientasi, informasi, dan pengulangan.
9. Interaksi dalam kelompok
Dalam interaksi kelompok, masing-masing anggota perlu
memotivasi dirinya masing-masing untuk saling menjelaskan, berdiskusi,
membantu, berbagi, serta saling mengajarkan (Fetherston, 2006, hlm.
164). Keterampilan sosial lainnya yang diperlukan agar kelompok
berfungsi secara efektif ialah mencakup keterampilan dalam membangun
kepercayaan, kepemimpinan, manajemen konflik, memberi dan
menerima kritik yang bersifat membangun serta kemampuan untuk
17
berkompromi dan bernegosiasi, hal ini merupakan satu set persyaratan
yang harus ada pada bagian dari setiap anggota kelompok (Fetherston,
2006, hlm. 164).
Pada proses pembelajaran di kelas diperlukan waktu yang cukup
lama untuk mengembangkan hal tersebut dan beberapa siswa mungkin
akan mengalami kesulitan untuk mengembangkan keterampilan tingkat
tinggi ini, maka peran seorang guru sangat perlu untuk membantu
kelompok berfungsi secara efektif, selain itu guru juga perlu mengetahui
kapan harus campur tangan dan kapan harus menjauh. (Fetherston, 2006,
hlm. 164).
a. Tahapan-tahapan Interaksi
Terdapat beberapa tahapan interaksi seseorang menurut DeVito
dalam Walgito (2010, hlm. 24-25), yakni :
1) Tahapan Kontak
Tahap ini merupakan tahap pertama yang melibatkan indera
yaitu: penglihatan yaitu tertariknya seseorang terhadap orang lain
karena cantik, tampan, dan sebagainya yang mendorong individu
untuk melakukan kontak dengan orang lain, kemudian
pendengaran yaitu menariknya seseorang karena memiliki suara
yang merdu dan yang terakhir ialah pembauan yaitu apabila orang
lain memiliki bau yang menarik maka akan terjadi kontak dengan
orang lain tersebut dan jika dilanjutkan maka seseorang akan
memasuki tahap keterlibatan.
2) Tahapan Keterlibatan
Pada tahap ini proses pengenalan lebih lanjut dimulai dengan
bertanya mengenai tempat tinggal atau pekerjaan, lalu diakhir
tahap ini individu akan dihadapkan pada proses pemutusan, tetap,
atau pun dilanjutkan pada tahap selanjutnya yaitu tahap
keintiman.
18
3) Tahap Keintiman
Pada tahap ini gerjadi interaksi yang lebih intens dan rahasia antar
individu yang berkomitmen dan pada akhirnya terbentuk ikatan
sosial.
B. Teori Sosiokultural
1. Teori Konstruktivisme Sosial dari Vygotsky
Konstruktivisme merupakan suatu teori yang beranggapan bahwa
seseorang di lingkungan yang sama dapat membangun pengetahuan yang
berbeda–beda karena pengalaman masing-masing individu sebelumnya
berinteraksi dengan lingkungan (Rusman., Kurniawan & Riyana, 2015,
hlm. 36). Vygotsky memandang bahwa pada konstruktivisme,
pengetahuan dibangun antar individu secara berkolaborasi dan dapat
disesuaikan oleh tiap individu secara internal sehingga individu dapat
saling tukar pikiran, ide dan gagasan (Thobroni, 2015, hlm. 116).
Teori pembelajaran konstruktivisme dari Vygotsky juga dapat
disebut sebagai pembelajaran kognisi sosial yang mana beranggapan
bahwa perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh budayanya
(Suyono & Hariyanto, 2011, hlm. 109-110). Selan itu, pada pembelajaran
sosiokultural teori ini menegaskan pada aspek internal dan eksternal
dalam berinteraksi dan juga pada lingkungan sosial pembelajaran
(Thobroni, 2015, hlm. 117).
Pembelajaran konstruktivisme lebih mementingkan pada proses
menyelesaikan masalah, mengembangkan konsep serta membangun
pemecahan masalah itu sendiri daripada mengikuti prosedur demi sebuah
hasil dan pembelajaran ini memiliki ciri seperti terdapat kegiatan
eksperimen, adanya pertanyaan, investigasi dan terdapat hipotesis
(Rusman et al., 2015, hlm. 37). Selain ciri-ciri pembelajaran
konstruktivisme memiliki prinsip-prinsip dasar yang menjadi pondasi
terjadinya proses pembelajaran tersebut, seperti (1) permasalahan
berkaitan dengan krbutuhan iswa; (2) konsep-konsep utama dijadikan
19
gambaran dalam menyusun pembelajaran; (3) menghargai pandangan
siswa; (4) menyesuaika kebutuhan materipelajaran siswa; dan (5)
pembelajaran siswa dinilai secara kontekstual (Rusman et al., 2015, hlm.
37).
Peyusunan kurikulum pada bidang sains terdapat beberapa hal yang
wajib dipikirkan, menurut Driver keterlibatan pemikiran para
konstruktivis dalam bidang sains, yaitu :
a. Anak dipandang aktif, purposif serta bertanggung jawab dalam
proses pembelajaran.
b. Adanya perubahan konsep pada anak sehingga dapat membangun
pengetahuan yang dapat menghasilkan pembelajaran yang bermakna.
c. Memandang pengetahuan sebagai sesuatu yang pribadi namun di
konstruk secara bersama.
d. Adanya pandangan bahwa mengajar tidak hanya bentuk transfer
pengetahuan, namun bentuk negosiasi yang bermakna.
e. Kurikulum sebagai acuan anak dalam membangun pengetahuannya
agar sesuai dengan gagasan sains yang sekolah harapkan (Dahar,
R.W., 2011, hlm. 162-163).
2. Zona Perkembangan Proksimal (Zone of Proximal Development)
Zona perkembangan proksimal (Zone of Proximal Development)
adalah kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang belum
pernah dihadapinya namun masih dalam jangkauannya (Trianto, 2007,
hlm. 27). Pada zona tersebut terdapat jarak perkembangan siswa yakni
perkembangan aktual dan perkembanga potensial yang telah
dikemukakan vygotsky bahwa perkembangan aktual ialah kemampuan
siswa untuk mengatasi masalah dengan kemampuannya sendiri atau
dapat disebut dengan “kemampuan intramental” sedangkan
perkembangan potensial ialah kemampuan siswa dalam menyelesaikan
masalah namun dengan bantuan eksternal seperti orang dewasa maupun
teman sebaya dan kemampuan ini disebut sebagai “kemampuan
intermental” (Thobroni, 2015, hlm. 179). Vygotsky yakin bahwasanya
20
fungsi mental seseorang akan lebih terlihat pada saat proses diskusi antar
individu sebelum fungsi tersebut terserap pada diri individu itu sendiri
(Trianto, 2007, hlm. 27).
Konsep zona perkembangan proksimal diartikan sebagai penggunaan
penerapan scaffolding, yaitu memandang zona tersebut sebagai suatu
perancah yaitu sejenis wilayah penyangga yang membantu mencapai
taraf perkembangan yang lebih tinggi (Thobroni, 2015, hlm. 179).
Scaffolding ialah sebuah bantuan berupa petunjuk, peringatan,
dorongan dan pemecahan masalah pada tahap awal pembelajaran yang
diberikan pada siswa namun secara bertahap bantuan tersebut dikurangi
setelah siswa mampu untuk menyelesaikan masalah sendiri dan
kemudian mmberikan kesempata pada siswa untuk memiliki tanggung
jawab yang lebih besar (Thobroni, 2015, hlm. 116).
Hasil dari gagasan vygotsky mengenai zona perkembangan
proksimal ini menjadi dasar berkembangnya teori belajar dan
pembelajaran yang dapat meningkatnya kualitas serta perkembangan
kognitif siswa karena beberapa konsep mengatakan bahwasanya
perkembangan dan belajar itu bersifat saling terkait satu sama lain, dan
kemampuan perkembangan pada individu itu bersifat context dependent
atau tidak bisa dipisahkan dari konteks sosial (Thobroni, 2015, hlm. 179).
C. Pembelajaran Dialog
1. Definisi Pembelajaran Dialog
Pendidikan terlihat seperti yang terjadi pada dialog, dengan interaksi
antara siswa dan guru mencerminkan perkembangan sejarah, nilai-nilai
budaya serta praktek-praktek sosial dari masyarakat dan komunitas yang
ada pada institusi pendidikan (Drummond, S.R, 2003, hlm. 100).
Menurut Alexander dalam Muhonen (2016, hlm. 144) pembelajaran
dialogis memanfaatkan kemampuan bicara untuk merangsang dan
mengembangkan proses berpikir, proses belajar serta pemahaman-
pemahaman siswa yang tentunya melibatkan interaksi dialogis. Definisi
21
'interaksi dialogis' itu sendiri ialah sebagai bentuk pertukaran di mana
siswa mengajukan pertanyaan, menjelaskan pandangan atau pendapat
mereka dan membuat komentar atau mengkritisi tentang ide-ide masing-
masing karena inti dari dialog itu sendiri adalah bentuk dari sebuah
pertukaran ide-ide ataupun pendapat.
2. Definisi Dialog
Dialog adalah bentuk percakapan-percakapan pada sebuah sandiwara
ataupun cerita yang dapat dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan
jumlah peserta (Tarigan, 2005, hlm. 4.58). Dialog dengan dua peserta
disebut dengan percakapan seperti bertelepon, tanya jawab dan
wawancara. Kemudian, dialog dengan peserta yang lebih dari dua orang
dikategorikan menjadi beberapa seperti diskusi kelompok kecil, diskusi
kelompok besar, diskusi panel, musyawarah dan lain sebagainya
(Tarigan, 2005, hlm. 4.58)
Bahasa merupakan sarana komunikasi yang menjadi bagian
terpenting dalam suatu dialog. Dialog tidak akan terjadi tanpa adanya
bahasa, karena pada hakikatnya berbahasa berarti berdialog (Hendrikus,
1990, hlm 96). Bahasa dialog yang tertulis dapat diuraikan menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil lagi seperti dari segi ejaan, tanda baca,
pemilihan kata, struktur kata serta kalimat (Tarigan, 2005, hlm. 4.62).
Dialog tidak serta merta seseorang berbicara sedangkan yang lain
hanya mendengar. Akan tetapi, sebenarnya ialah suatu proses saling
bergantinya peranan antara pembicara dan pendengar seperti yang
disampaikan oleh ilmu dialogika yaitu ilmu yang mengenai berbagai
hakikat dialog dan penerapan dalam pembicaraan antar individu manusia
(Hendrikus, 1990, hlm. 96). Dialogikan ini terbagi menjadi dua yakni
dialogika spesialis yang berarti pembicaraan antar dua atau tiga orang
dalam kelompok kecil dengan jumlah peserta biasanya 3-4 orang, dan
yang kedua dialogika generalis yaitu segala bentuk tukar pikiran antar
individu dalam kelompok yang lebih besar (Hendrikus, 1990, hlm. 96).
22
Pada setiap dialog selalu ditemukan adanya dua aktivitas berbahasa,
yang pertama yaitu ketika siswa melakukan kegiatan berbicara seperti
memberikan ide, pendapat ataupun gagasan, dan yang kedua diwaktu
yang sama ketika siswa lain berperan sebagai penyimak (Tarigan, 2005,
hlm. 4.62). Kedua hal ini berlanjut pada fase berikutnya, dimana
penyimak berubah peran menjadi pembicara saat siswa yang
bersangkutan menyatakan pendapat dan begitu pun sebaliknya pembicara
beralih peran menjadi penyimak, beralihnya kedua peran tersebut terjadi
secara spontan selama proses dialog berlangsung (Tarigan, 2005, hlm.
4.62).
3. Sejarah dalam penelitian pembelajaran dialog
Menurut Mercer dan Dawes (2014, hlm. 430) sejarah mengenai
penelitian pembelajaran dialog ini dimulai sekitar tahun 1970 hingga
sekarang dengan berfokus pada pembelajaran interaksi antara guru dan
siswa. Hal ini bermula ketika sebuah buku yang berjudul “The Language
Of Teaching” karya John Furlong dan Tony Edwards diterbitkan pada
tahun 1978. Dalam buku tersebut memuat studi singkat mengenai dialog
kelas dan hal ini menjadi perkembangan terkini dalam penelitian
pendidikan.
Studi singkat mengenai dialog kelas tersebut didukung oleh
penelitian sebelumya pada tahun 1967 oleh Amidon dan tahun 1970 oleh
Hunter dan Flanders yang mengatakan bahwa telah ditemukan adanya
ketertarikan terhadap karakteristik yang spesifik pada dialog di dalam
kelas (Mercer & Dawes, 2014, hlm. 430). Salah satunya ialah seperti
penggunaan pertanyaan oleh guru, terutama penggunaannya dalam hal
“observasi sistematis” yang tidak melibatkan rekaman hanya catatan
kejadian atau lembar observasi pada pengamatan interaksi secara nyata
(Mercer & Dawes, 2014, hlm. 430). Kemudian, Flanders mengatakan
adanya aturan “dua per tiga” pada penelitian yaitu di dalam sebuah
pembelajaran, seseorang biasanya berbicara dua per tiga waktu, dan dua
23
per tiga dari pembicaraan tersebut biasanya dilakukan oleh guru (Mercer
& Dawes, 2014, hlm. 431)
Menurut Mercer setelah melihat beberapa penelitian mengenai
dialog kelas di tahun 1970-an tersebut, untuk mengetahui seberapa besar
kotribusi siswa terhadap pengembangan pemahaman bersama dengan
cara memeriksa struktur dan isi dialog dalam pelajaran tidaklah cermat.
Sehingga, dibutuhkan peneliti yang memiliki akses untuk merekam video
dan audio saat proses pembelajaran karena hasil transkrip tersebut yang
akan di analisis dengan cermat. (Mercer & Dawes, 2014, hlm. 430-431)
Selama tahun 1970-an sampai awal 1980-an ketertarikan terhadap
fungsi sosial dan pengetahuan bahasa berkembang dikalangan psikolog,
sosiolog, antropolog dan ahli bahasa. Kemudian, hal tersebut memicu
munculnya jenis sosiologi, yakni etnometodologi baru yang berfokus
pada interaksi sosial ditingkat mikro dan menghasilkan pendekatan baru
yang dapat menganalisis dialog. Meskipun, pendekatan baru ini masih
jarang dilakukan dalam penelitian kelas akan tetapi penelitian ini
memiliki pengaruh yang luas pada penelitian pendidikan (Mercer &
Dawes, 2014, hlm. 431). Menurut Britton dalam Mercer dan Dawes
(2014, hlm. 431) menambahkan bahwa konsep pembelajaran Vygotsky
menekankan pentingnya dialog yang diucapkan untuk perkembangan
kognitif siswa. Konsep tersebut mengenai hubungan antara bahasa dan
pemikiran yang memiliki pengaruh signifikan terhadap penelitian
pendidikan.
Pada tahun 1975 ahli bahasa Inggris Sinclair dan Coulthard
mengidentifikasi adanya unit interaksional yang umum antar guru dan
siswa (Mercer & Dawes, 2014, hlm. 432). Unit itu disebut dengan IRF
(Initiation-Response-Follow up) kemudian Mehan seorang ahli sosiolog
menyebutnya dengan IRE (Initiation-Response-Evaluation). Unit
interaksional atau struktur ini berguna bagi ilmuwan sosial. Akan tetapi,
Edwards dan Furlong dalam bukunya mempertanyakan perlukah guru
mengetahui situasi yang mereka hadapi saat di kelas, kemudian akhirnya
24
mereka mengklaim bahwa hal tersebut memang sangat berguna bagi guru
untuk menambah pengetahuan mengenai sifat dialog di dalam kelas
(Mercer & Dawes, 2014, hlm. 432).
Pada pertengahan tahun 1980-an penelitian tentang dialog kelas telah
mendapat minat interdisipliner dan internasional yang luas seperti :
psikolog, ahli sosiolinguistik dan antropolog. Ahli sosiolog dan ahli
bahasa (misalnya Edwards & Mercer, 1987/2012; Green & Wallat, 1981;
Hargreaves, 1984; Mercer & Edwards, 1981; Spindler, 1982) penelitian-
penelitian ini telah memperkenalkan kesadaran pada tim pembuat
kebijakan pendidikan, bahwa pentingnya pembelajaran dialog kelas
dalam pendidikan (Mercer & Dawes, 2014, hlm. 434).
Penelitian-penelitian mengenai dialog kelas yang telah berlangsung
selama bertahun-tahun tersebut memberikan hasil yang mengesankan.
Salah satunya ialah guru yang menggunakan strategi dialog tertentu
secara teratur, maka partisipasi siswa di kelas dan hasil belajar mereka
cenderung menguntungkan kelas (Mercer & Dawes, 2014, hlm. 439).
4. Manfaat pembelajaran dialog
Pembelajaran dialogis dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan
mempromosikan bentuk interaksi yang memiliki hasil pendidikan yang
paling menguntungkan (Mercer & Dawes, 2014, hlm. 437). Pada intinya
adalah menegaskan bahwa perkembangan pembelajaran dan intelektual
siswa akan menjadi lebih baik, setidaknya untuk beberapa waktu di kelas.
Siswa didorong dan didukung untuk berperan aktif dan proporsional
dalam kegiatan diskusi di kelas (Mercer & Dawes, 2014, hlm. 437).
Artinya, pengajaran dialogis adalah di mana antara guru dan siswa saling
memberikan kontribusi substansial dan signifikan. Siswa dibantu melalui
pemikirannya terhadap gagasan atau tema tertentu agar lebih meningkat,
lebih jelasnya bertujuan untuk mengamati agar guru dapat mendorong
siswa untuk menggunakan bahasa lisan dalam mengeksplorasi dan
memperluas pemahaman mereka sendiri (Mercer & Dawes, 2014, hlm.
437).
25
Pembelajaran dialog mendukung siswa dalam belajar berbicara atau
dialog serta memberi mereka kesempatan untuk berbicara dalam belajar
(Mercer & Littleton, 2007, hlm. 69). Melalui integritas sistematis
interaksi yang dipimpin oleh guru dan berbasis diskusi kelompok, siswa
dibantu untuk memahami tujuan dari aktivitas kelompok serta
penggunaan bahasa lisan yang sama pentingnya dengan pembelajaran
yang berkualitas tinggi seperti pembelajaran kurikulum (Mercer &
Littleton, 2007, hlm. 69).
Terinspirasi dari gagasan Vygotsky bahwa terdapat dua aspek
fungsional interaksi di dalam kelas, sebagai berikut :
a. Penggunaan interaksi lisan oleh guru pada siswa sebagai sarana
untuk ‘perancah’ pengembangan pengetahuan dan pemahaman
mereka.
b. Nilai potensial dari diskusi kelompok teman sebaya sebagai cara lain
untuk mempromosikan perkembangan semacam itu (Drummond,
S.R., 2003, hlm. 101).
5. Proses pembelajaran dialog
Pembelajaran dialog didasarkan pada kumpulan penelitian yang luas
mengenai dialog dalam pembelajaran dan pengajaran (Alexander, 2017,
hlm. 1). Oleh karena itu, hal ini memiliki hubungan erat dengan beberapa
pendekatan lain yang menggunakan label ‘dialogis’. Penelitian tersebut
dalam konteks tertentu meraih tiga hal yaitu 1) bukti psikologis, yang
menunjukkan hubungan erat dan penting antara bahasa dan pemikiran,
dan kemampuan bahasa lisan untuk memungkinkan, mendukung dan
meningkatkan perkembangan kognitif siswa; 2) penelitian kelas yang
menunjukkan bagaimana cara pengajaran berulang atau IRE (inisiasi-
respons-evaluasi), berpusat pada pertanyaan tertutup, mengingat jawaban
dan umpan balik; 3) berbagai pendekatan telah dirancang untuk
mengatasi masalah ini (Alexander, 2017, hlm. 1).
Beberapa penelitian berfokus pada dialog guru dan beberapa lainnya
pada dialog siswa. Alexander (2017, hlm. 1) mengamati keduanya
26
dengan alasan meskipun dialog siswa harus menjadi perhatian utama
peneliti, karena perannya dalam pengembangan pemikiran, pembelajaran
dan pemahaman, sebagian besar melalui dialog gurulah bahwasanya
dialog siswa didorong, difasilitasi, dimediasi, diselidiki dan bahkan
diperluas. Kemudian, Alexander juga menunjukkan bagaimana dialog
kelas dibentuk oleh cara mengajar yang berbeda dan tertanam secara
budaya, yang ia bedakan sebagai 'transmisi', 'inisiasi', 'negosiasi',
'fasilitasi' dan 'akselerasi', dan secara kolektif, komunitarian dan
individualis tentang hubungan sosial. Maka, timbulah target akan
kebutuhan setiap guru untuk mengembangkan repertoar yang luas dengan
memanfaatkan keterampilan dan strategi pedagogi berbasis dialog
(Alexander, 2017, hlm. 1-2).
Keempat repertoar dasar dalam kerangka pembelajaran dialog
menurut Alexander (2017, hlm. 2) ialah :
a. Bagi guru: pengaturan organisasi untuk dialog
b. Bagi guru dan siswa: berdialog untuk kehidupan sehari-hari
c. Bagi guru: mengajar dialog
d. Bagi siswa: belajar dialog
Di luar unsur repertoar terdapat seperangkat indikator dimana guru
dapat merencanakan dan meninjau ulang praktik mereka, dan lima
prinsip utama seperti (kolektivitas, timbal balik, akumulasi, dukungan,
tujuan) dimana sifat dialogis dinilai.
6. Tipe Dialog dalam Pembelajaran
Menurut Fischer dan Mercer pada analisis data SLANT (Spoken
Language and New Technology), Para peneliti menyusun tipe dialog
menjadi tiga bagian, yang dirancang untuk mencerminkan bagaimana
proses dialog yang terjadi antar siswa di dalam kelas :
a. Tipe percakapan disputasional, ditandai dengan individu yang secara
egois berusaha memaksakan pandangan atau pendapat mereka
terhadap orang lain (Phillipson & Wegerif, 2017, hlm. 18). Adanya
ketidaksepakatan dan pengambilan keputusan secara individual, ada
27
beberapa upaya untuk mengumpulkan sumber daya, menawarkan
kritik yang membangun atau membuat saran. Tipe disputasional juga
memiliki beberapa fitur wacana yang khas seperti pertukaran singkat
yang terdiri dari pernyataan dan pertentangan atau pernyataan kontra
('Ya, memang begitu.' 'Tidak, tidak!') (Mercer & Littleton, 2007,
hlm. 58-59).
b. Tipe percakapan kumulatif, di mana ditandai oleh individu yang
tidak secara kritis menyetujui pendapat satu sama lain (Phillipson &
Wegerif, 2017, hlm. 18). Pembicara membangun secara positif tapi
tidak kritis terhadap apa yang orang lain katakan, para partner dialog
menggunakan pembicaraan untuk membangun 'pengetahuan umum'
dengan akumulasi, wacana kumulatif ditandai dengan pengulangan,
konfirmasi dan elaborasi (Mercer & Littleton, 2007, hlm. 59).
c. Tipe percakapan eksploratori, di mana para partner dialog terlibat
secara kritis namun konstruktif atau membangun dengan gagasan
masing-masing, pernyataan dan saran diberikan untuk pertimbangan
bersama, hal ini mungkin menimbulkan adanya sanggahan namun
sanggahan dibolehkan dan hipotesis alternatif ditawarkan, kemudian
para partner dialog berpartisipasi secara aktif, dan pendapat-
pendapat dikemukakan dan dipertimbangkan sebelum keputusan
dibuat bersama. Dibandingkan dengan dua jenis sebelumnya, dalam
pengetahuan tipe percakapan eksploratori dibuat lebih akuntabel atau
dapat dipertanggungjawabkan dan penalaran lebih terlihat dalam
percakapan (Mercer & Littleton, 2007, hlm. 58-59).
Untuk tipe eksploratori ini ada beberapa aturan dasar yang perlu
digunakan untuk mewujudkannya :
1. semua informasi yang relevan dibagi di antara kelompok
2. pernyataan dan pendapat harus didukung dengan alasan
3. Penting untuk menyanggah dan mendiskusikan asersi dan pendapat
4. Pilihan alternatif dipertimbangkan secara hati-hati sebelum
keputusan dibuat
28
5. Setiap orang dalam kelompok harus didorong untuk berbicara oleh
anggota lainnya
6. kontribusi diperlakukan dengan hormat;
7. kelompok harus berusaha mencapai kesepakatan
8. kelompok tersebut menerima tanggung jawab kolektif atas
keputusan yang diambil dan tindakan yang diambil karena
keputusan tersebut (Phillipson & Wegerif, 2017, hlm. 18-19).
Berikut indikator tipe-tipe dialog dari masing-masing tipe dialog
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Indikator Tipe-Tipe Dialog
No Tipe Dialog Indikator
1. Disputasional
1. Adanya dominasi
2. Perintah dan pernyataan
3. Pemaksaan pendapat
4. Pengambilan keputusan secara
individual.
5. Ada upaya untuk mengumpulkan
sumber.
6. Adanya kritik atau saran yang
bersifat membangun.
7. Terjadi pertukaran singkat berupa
pertentangan atau pernyataan
kontra (‘Ya, memang begitu.’
‘Tidak, tidak!’).
2. Kumulatif
1. Terjadinya pengulangan,
konfirmasi, elaborasi.
2. Dialog bersifat membangun atau
positif tetapi tidak kritis.
3. Eksploratori 1. Adanya dialog yang bersifat kritis
dan konstruktif atau membangun.
29
2. Pernyataan ditawarkan untuk
kepentingan bersama.
3. Para partner dialog berpartisipasi
dengan aktif.
4. Segala macam pendapat
dipertimbangan bersama.
5. Keputusan akhir diputuskan
bersama.
(Mercer & Littleton, 2007, hlm. 58-59).
D. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penelitian-penelitian yang telah
dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Berikut ini penelitian yang
relevan dengan penelitian yang dilakukan :
1. Penelitian yang telah dilakukan oleh Christine Howe pada penelitiannya
yang berjudul “Advances in research on classroom dialogue:
Commentary on the articles”, dengan mereview penelitian-penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa model atau tipe dialog kelas tertentu
dengan interaksi antar siswa di dalam kelompok-kelompok kecil
(kolaborasi) dapat berkontribusi terhadap hasil belajar siswa (Howe,
2017, hlm. 61).
2. Penelitian yang telah diakukan oleh C. van der Veen, dan B. van Oers
pada penelitiannya yang berjudul “Advances in research on classroom
dialogue: learning outcomes and assessments”, menunjukkan bahwa
studi tentang dialog kelas tidak difokuskan hanya pada hasil belajar
materi pelajaran, tetapi juga menunjukkan hasil berharga lainnya yaitu
kompetensi lisan seperti argumentatif dan pengembangan identitas
spesifik (Van Der Veen & Oers, 2017, hlm. 4).
3. Penelitian yang dilakukan oleh Christine Howe yang berjudul
“Scaffolding in context: Peer interaction and abstract learning”, pada
penelitiannya tersebut dilakukan studi terkait dengan suatu perancah
30
yang berkontribusi terhadap interaksi antar siswa dalam pembelajaran
abstrak (Howe, 2013, hlm. 3).
4. C. van deer Veen, Claudia van Kruistum & Sarah Michaels yang
berjudul “Productive Classroom Dialogue as an Activity of Shared
Thinking and Communicating: A Commentary on Marsal” menjelaskan
bahwa dialog kelas yang produktif dapat dilihat sebagai pendekatan
pelengkap yang mendukung guru dalam membawa dialog di dalam kelas.
Seperti tujuannya adalah untuk memperkenalkan anak-anak pada
pembelajaran bermakna. Melalui dialog kelas yang aktif, anak-anak
belajar bagaimana untuk bekerja sama secara kolaboratif demi kemajuan
dalam berkomunikasi serta berpikir (Van Der Veen, Van Kruistum
Michaels, 2015, hlm. 320).
5. Penelitian yang dilakukan oleh Munasprianto Ramli pada tahun 2015
yang berjudul “The Nature Of Dialogue In The Primary Science
Classroom In Indonesia” menjelaskan bahwa karena adanya perubahan
kurikulum siswa dituntut untuk memiliki nilai karakter yang baik untuk
mengatasai masalah sosial yang banyak terjadi di Indonesia. Untuk itu
melalui kemampuan bahasa dalam sains pemerintah berharap dapat
meningkatkan kemampuan siswa Indonesia di PISA dan TIMSS. Melalui
kurikulum yang baru ini, siswa diberikan ruang yang lebih untuk saling
berdiskusi atau berdialog antar sesamanya dan telah diindikasi bahwa
tipe dialog di Indonesia pada tingkat sekolah dasar di Jakarta yang lebih
dominan ialah tipe kumulatif (Ramli, 2015, hlm. 55-56).
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari – April pada semester genap
tahun pelajaran 2017/2018 pada siswa program IPA dan program Agama
kelas X yang bertempat di MAN 11 Jakarta.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Metode penelitian kualitatif yaitu salah satu metode penelitian yang
mengumpulkan serta menganalisis data yang bersifat kualitatif, seperti kata-
kata dan perbuatan atau tingkah laku manusia. Peneliti tidak harus
mengkuantifikasikan atau menghitung data yang telah didapatkannya,
melainkan menafsirkannya atau menangkap apa yang dihasilkan dari data
yang telah didapatkan (Afrizal, 2015, hlm. 31. Oleh karena itu, peneliti perlu
menafsirkan data yang berupa kata-kata dan perbuatan atau tingkah laku
manusia. Sehingga, diperlukan kata-kata serta perbuatan atau tingkah laku
manusia yang cukup mendalam serta bervariasi, data semacam ini
dimungkinkan untuk diolah mengguakan teknik pengumpulan data kualitatif
(Afrizal, 2015, hlm. 31).
Penelitian kualitatif (Qualitative Research) ini digunakan karena data
penelitian berupa transkrip dialog yang mana sifat dari data tersebut
membutuhkan metode ini. Selain itu, seperti yang tertulis pada pertanyaan
penelitian yaitu untuk mengetahui bagaimana dialog kelas yang terjadi dan
seperti apa dialog yang lebih dominan. Kemudian, karena topik yang di
angkat ini benar-benar perlu untuk di eksplorasi secara rinci dan mendalam.
Metode penelitian ini digunakan untuk mempelajari subjek pada latar
alamiahnya yaitu alami, normal, dan tidak adanya intervensi atau perlakuan
yang diberikan oleh peneliti kepada subjek (Herdiansyah, 2010, hlm. 16).
32
Dalam penelitian ini model yang digunakan yakni penelitian studi kasus
(case study) menurut Creswell dalam Herdiansyah (2012, hlm. 76) karena
model penelitian tersebut menekankan pada hal eksplorasi dari suatu “sistem
yang terbatas” batasan yang dimaksud dalam hal ini ialah waktu, tempat serta
kasus yang diangkat oleh peneliti namun model penelitian ini bersifat
komprehensif, intens, terperinci serta mendalam.
C. Prosedur dan Pengumpulan Data Penelitian
1. Prosedur Penelitian
Prosedur pada penelitian ini dapat dilihat pada bagan di bawah ini :
Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian
Perencanaan Penelitian
Studi Literatur
Pembelajaran Dialog
Penentuan Tema Berdasarkan
Tipe Dialog Mercer
Indikator
Pengumpulan Data
Observasi
Video & Voice Recorder
Transkrip Video
Analisis Data
Kesimpulan
33
2. Pengumpulan Data Penelitian
Pada proses pengumpulan data, subjek penelitian adalah sekolah
yang telah menerapkan kurikulum 2013 dan partisipannya ialah
siswa jurusan IPA dan Agama kelas X di MAN 11 Jakarta. Peneliti
menentukan patisipan dengan cara non-random sampling atau non-
probability sampling yaitu dimana individu-individu atau bagian dari
populasi tidak memiliki kemungkinan yang sama untuk terpilih
karena adanya pertimbangan-pertimbangan tertentu yang mendasari
dalam pemilihan partisipan (Herdiansyah, 2012, hlm. 106).
Pertimbangan dalam penelitian ini dilihat dari kemudahan akses
peneliti menuju subjek saat melakukan penelitian. Sedangkan
metode yang digunakan ialah Purposeful sampling dimana dalam
menentukan partisipan ditentukan berdasarkan pertimbangan tertentu
(Herdiansyah, 2012, hlm. 106). Dalam hal ini, pertimbangannya
ialah tidak hanya kemudahan akses di madrasah tersebut akan tetapi
juga keterbatasan waktu.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti dapat dikatakan sebagai
instrumen sementara, sedangkan instrumen lainnya yaitu berupa
buku catatan, tape recorder (video/ audio), kamera dan lain
sebagainya, namun walaupun menggunakan alat rekam atau kamera,
peneliti tetap mengendalikan peranan utamanya sebagai alat
penelitian (Prastowo, 2012, hlm. 43). Penelitian semacam ini tidak
menggunakan instrumen yang baku, namun hanya berupa rambu-
rambu pengamatan (Sugiyono, 2017, hlm. 109). Menurut Nasution
dalam Prastowo (2012) peneliti dapat dikatakan sebagai key
instrument yang berarti peneliti adalah alat penelitian yang utama
(Prastowo, 2012, hlm. 43).
Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah observasi.
Menurut Bungin (2007, hlm. 118) observasi adalah proses
pengamatan hasil kerja pancaindra mata yang didukung dengan
pancaindra lainnya. Tujuan dasar dari observasi ialah untuk
34
memaparkan lingkungan yang diamati, kegiatan yang sedang
berlangsung, individu-individu yang ikut terlibat, serta aktivitas dan
perilaku yang muncul selama proses penelitian (Herdiansyah, 2012,
hlm. 132). Pada observasi ini peneliti berperan sebagai non
partisipan atau bertindak sebagai partisipasi pasif dimana peneliti
mengamati langsung kegiatan namun tidak ikut melibatkan diri
dalam kegiatan tersebut (Sugiyono, 2017, hlm. 108). Adapun data
yang diperoleh dari observasi ini berupa transkrip dialog antar siswa
yang berasal dari video hasil rekaman kegiatan diskusi selama proses
pembelajaran kimia berlangsung, untuk lebih jelasnya transkrip hasil
observasi dan analisis dapat dilihat pada Lampiran 1.
D. Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini di analisa menggunakan analisis
tematik dikarenakan data yang diperoleh cukup banyak (pada 6 kali
pertemuan) sehingga membutuhkan analisis yang dapat mengolah data
tersebut menjadi lebih terperinci, data yang akan diolah ialah berupa transkip
dialog antar siswa dalam suatu kelompok diskusi. Menurut Braun dan Clarke
(2006, hlm. 12) analisis tematik ialah analisis yang digunakan untuk
mengidentifikasi, menganalisa serta mengolah pola dalam suatu data
kualitatif karena pendekatannya yang mudah diakses serta fleksibel. Adapun
langkah-langkahnya terbagi menjadi 6 tahapan yaitu :
1. Familiarisasi data : Peneliti menyalin data verbal yang diperoleh dari
rekaman video atau recorder menjadi sebuah transkrip dialog, kemudian
membaca data secara berulang kali untuk menemukan data yang krusial,
sehingga data tersebut dapat dieliminasi.
2. Mensistematikan kode : Pada tahap ini peneliti menggunakan kode-kode
berdasarkan landasan yang telah ada yaitu kode yang telah di
kembangkan oleh Mercer untuk mengkategorikan berbagai indikator tipe
dialog.
3. Pengembangan tema : Mengumpulkan kode-kode menjadi sebuah tema
yang potensial, serta mengumpulkan semua data yang relevan untuk
35
masing-masing tema potensial. Pada transkrip video, kode-kode
diberikan sebuah tema berdasarkan penentuan tipe dialog menurut
Mercer dan Littleton (2007) untuk mennetukan tipe dialog pada diskusi
antar siswa.
4. Meninjau tema : Peneliti memeriksa apakah tema telah sesuai dengan
kode dan seluruh kumpulan data transkrip video.
5. Mendefinisikan dan menamai tema : Analisis secara terus menerus untuk
memperbaiki masing-masing tema secara khusus, dan keseluruhan data
yang diilustrasikan analisisnya, sehingga diperoleh definisi serta nama
yang jelas untuk setiap tema. Pada transkrip video tema dialog telah
dibagi menjadi 3 menurut Mercer dan Littleton (2007) yaitu
disputasional, kumulatif dan eksploratori.
6. Menghasilkan laporan : Kesempatan terakhir untuk analisis data setelah
tahap sebelumnya. Pemilihannya secara jelas, seperti intisari yang
menarik dipilih untuk analisis akhir yang berkaitan dengan pertanyaan
penelitian dan literatur, serta menghasilkan laporan ilmiah (Braun &
Clarke, 2006, hlm. 87). Pada hasil laporan transkrip video peneliti
menyajikan diagram perbandingan persentase dari kemunculan masing-
masing tipe dialog yang diperoleh berdasarkan jumlah kata yang muncul
dalam setiap tipe dialog. Adapun persentase itu peneliti peroleh melalui
perhitungan berikut:
%Tipe Dialog =
x 100
Berikut ini merupakan contoh analisis dialog pada masing-masing tipe-
tipe dialog yaitu :
36
1. Tipe dialog disputasional
Tabel 3. 1. Contoh Tipe Dialog Disputasional
Siswa Dialog Keterangan
S2 : ini NaNO nya 2. Pernyataan
S3 : 3. NaNO3 dini !! Pemaksaan
pendapat S2 : apaan sih ?
S3 : NaNO3 lu bilang tadi NaNO2
S2 : ini maksud gua 2 ada Na. Apaaa? Pernyataan
S3 : emang lu ga liat 2?? Tiga..! Pemaksaan
pendapat
Penggalan dialog di atas menunjukkan adanya pernyataan oleh
S2 yang kemudian di respon dengan pemaksaan pendapat yang
dilakukan oleh S3. Jika dilihat pada Tabel 2.1 mengenai indikator
tipe dialog Mercer, maka penggalan dialog tersebut memenuhi
indikator 2 dan 3 dari tipe dialog disputasional
2. Tipe dialog kumulatif
Tabel 3. 2 Contoh Tipe Dialog Kumulatif
Siswa Dialog Keterangan
S1 : C, C = B (membantu S3 mengerjakan
soal)
Pengulangan
dan
Konfirmasi S5 : oh jadinya a b c d ya?
S1 : iya.| abc Konfirmasi |
Pengulangan
S3 : abc Pengulangan
S1 : tadi c kan ada 3CHO. | jadi ? jadi tetep
8 donggg Konfirmasi
S3 : oh iya..
37
Penggalan transkrip dialog di atas menunjukkan bahwa pada
dialog antara S1 dan S5 tedapat pengulangan kata yang dilakukan
oleh S5 serta terdapat konfirmasi mengenai kebenaran cara
penyelesaian suatu soal pada S1. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia konfirmasi ialah berupa penegasan, pengesahan, atau
pembenaran. Kemudian, S1 membenarkan atau secara tidak
langsung mengesahkan pertanyaan S5. Selanjutnya, diikuti
pengulangan kata yang diucapkan oleh S1 dan S3 serta konfirmasi
jawaban oleh S3 mengenai soal pada S1. Berdasarkan ciri-ciri
tersebut, diketahui bahwa penggalan dialog di atas memenuhi
indikator 1 kumulatif yang menurut Mercer yaitu berupa
pengulangan dan konfirmasi. Sehingga dialog di atas masuk kategoti
tipe dialog kumulatif.
3. Tipe Dialog Eksploratori
Tabel 3. 3 Contoh Tipe Dialog Eksploratori
Siswa Dialog Keterangan
S1 : 2 sama a. (bicara dengan S2)
S2 : N-nya
S2 : *tidak terdengar jelas* kalo kayak gini
jadinya satu harusnya dua (bicara dengan
S1)
Pendapat
diberkan
untuk
kepentingan
bersama
S1 : engga setau gua, itu tuh Na-nya tuh 2. Ini
harus sama *tidak terdengar jelas* (bicara
dengan teman-temannya) Kritis dan
konstruktif S1 : Na-nya 4 berarti.. (bicara dengan teman
temanya)
S3 : udah ini ga usah ditambah 2 lagi.. ini kan
udah 2. Ini udah 2.(bicara dengan teman-
temannya)
Kritis dan
konstruktif
S6 : 2 dong ? (bicara dengan S1) Kritis dan
38
S1 : S-nya ? (bicara dengan teman-temannya) konstruktif
S2 : dikali (bicara dengan S1)
S1 : satu ohh.. bener… ini udah bener aul…!
Ini benerr.. (bicara dengan S2)
S5 : ini tiga udah kan ? (bertanya pada teman-
temannya)
Keputusan
bersama
S3 : udah ini bener…
S1 : Na = 2, terus H=2, S =1, O =4. dah
(menjelaskan pada teman-temannya)
S3 : dah udah.
Penggalan dialog di atas menunjukkan adanya dialog yang
berupa pernyataan pendapat yang diberikan untuk kepentingan
bersama yang dilakukan oleh S2. Namun, kemudian terdapat dialog
yang cukup kritis yang dikemukakan oleh S1 terhadap pernyataan S2.
Dialog ini bersifat konstruktif karena S1 memberikan kritikan
disertai alasan yang mendukung. Selain itu, terdapat pula dialog kritis
dan bersifat konstruktif yang diucapkan oleh S3 kepada teman
sekelompoknya. Kemudian, di akhir penggalan dialog di atas terdapat
pengambilan keputusan mengenai jawaban suatu soal secara bersama
oleh anggota kelompok dan jika dilihat secara seksama penggalan
dialog di atas menunjukkan siswa dalam kelompok tersebut
berpartisipasi aktif dalam diskusi kelompok. Berdasarkan ciri-ciri
tersebut dan merujuk pada studi Mercer, maka penggalan dialog ini
dikategorikan sebagai tipe dialog eksploratori.
E. Reliabilitas dan Validitas
Reliabilitas didefinisikan sebagai keajegan atau kekonsistenan
(ketidakberubahan). Jika mengacu pada definisi tersebut, maka dalam
penelitian kualitatif kurang dapat diterima karena : 1. sifat penelitian yang
subjektif (personal), 2. situasi dan kondisi lapangan yang dinamis (senantasa
39
berubah dan tidak ajeg), dan 3. Proses interaksi hubungan antara peneliti
dengan subjek yang diteliti sangat bersifat dinamis (Herdiansyah, 2010, hlm.
186-188). Sedangkan validitas merupakan sebuah keakuratan. Dalam
penelitian kualitatif validitas lebih sering disebut dengan istilah autentisitas
atau keaslian. Autentisitas diartikan sebagai jujur, adil, seimbang dan sesuai
berdasarkan sudut pandang individu/subjek yang bersangkutan. Untuk
mewujudkan validitas pada penelitian kualitatif membutuhkan serangkaian
upaya yang sistematis tidak mudah dinamis (Herdiansyah, 2010, hlm. 190).
Pada dasarnya dalam penelitan kualitatif istilah reliabilitas dan validitas
menggunakan istilah khas yakni autentifikasi, transferabilitas, auditabilitas
dan konformabilitas yang bertujuan untuk meningkatkan atau
mengoptimalkan rigor penelitian. Rigor adalah tingkat derajat di mana hasil
temuan dalam penelitian kualitatif bersifat autentik dinamis (Herdiansyah,
2010, hlm. 194).
40
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Konten Diskusi Antar Siswa dalam Pembelajaran Kimia pada Kelas
A dan Kelas B
Partisipan pada penelitian ini terdiri dari dua kelas yakni siswa
kelas X dari kelas A dan kelas B, sedangkan data yang diperoleh adalah
data kualitatif dari hasil observasi yang direkam menggunakan kamera
handphone selama kegiatan diskusi pembelajaran kimia berlangsung
kemudian diubah menjadi transkrip dialog antar siswa. Dialog tersebut
dikategorikan menjadi konten diskusi materi dan konten diskusi non
materi. Materi yang dimaksud ialah dialog antar siswa yang memuat
materi pelajaran kimia sedangkan non materi ialah dialog antar siswa
yang tidak memuat materi pelajaran kimia didalamnya selama kegiatan
diskusi berlangsung.
Hasil penelitian yang diperoleh pada siswa kelas A dan siswa kelas
B dalam 3 pertemuan disajikan dalam bentuk Tabel 4.1 dan 4.2 berikut di
bawah ini. Dalam tabel tersebut berisi tingkat persentase yang
menggambarkan konten diskusi antar siswa. Konten diskusi yang
dimaksud dalam hal ini ialah seberapa besar dialog antar siswa yang
berdiskusi tersebut berkaitan dengan materi pelajaran kimia dan tidak
berkaitan dengan materi pelajaran kimia. Hasil persentase dialog kelas A
dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut:
41
Tabel 4.1 Persentase Dialog Materi dan Non Materi Siswa Kelas A
Pertemuan Topik Diskusi Kelas Materi Non Materi
1 Redoks A 37% 63%
2 Persamaan
Reaksi A 32% 68%
3 Persamaan
Reaksi A 15% 85%
Rata-rata 28% 72%
Berdasarkan Tabel 4.1 pada pertemuan pertama dengan materi
redoks tingkat persentase dialog antar siswa yang memuat materi di
dalamnya muncul sekitar 37% sedangkan non materi 63%. Pada
pertemuan kedua dan ketiga materi yang didiskusikan sama yakni
persamaan reaksi. Persentase dialog pada pertemuan kedua yang memuat
materi di dalamnya muncul lebih rendah dari pada pertemuan pertama
yaitu sekitar 32% sedangkan non materi ialah 68%. Pertemuan ketiga
memiliki persentase dialog yang memuat materi di dalamnya paling
rendah di antara pertemuan pertama dan kedua yaitu sekitar 15%
sedangkan non materinya sekitar 85%. Hasil transkrip dialog diskusi
siswa yang memuat materi pelajaran kimia pada kelas A ini memiliki
rata-rata 28% sedangkan non materi 72%. Hasil persentase tipe dialog
pada kelas B dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2 Persentase Dialog Materi dan Non Materi Siswa Kelas B
Pertemuan Topik Diskusi Kelas Materi Non Materi
1 Persamaan Reaksi B 63% 37%
2 Persamaan Reaksi B 28% 72%
3 Stoikiometri B 38% 62%
Rata-rata 43% 57%
42
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas pada kelas B pertemuan pertama dan
kedua materi pembelajaran kimia atau topik yang didiskusikan antar
siswa adalah persamaan reaksi, setelah melalui proses analisis hasil
menunjukkan bahwa antara materi dan non materi pada pertemuan
pertama diketahui persentase dialog antar siswa yang mengandung materi
ialah sekitar 63% sedangkan non materi sekitar 37%. Pada pertemuan
kedua dengan materi yang sama tingkat persentase dialog yang
mengandung materi lebih rendah dari pertemuan pertama yaitu sekitar
28% sedangkan non materi sekitar 72%. Dan pada pertemuan ketiga
tingkat persentase dialog antar siswa yang mengandung materi lebih
rendah dari pertemuan pertama namun lebih tinggi dar pertemuan kedua
yakni sebesar 38% sedangkan non materi ialah 62%. Persentase dialog
yang memuat materi paling tinggi di kelas B ialah pada pertemuan
pertama. Hasil transkrip dialog antar siswa yang memuat materi pelajaran
kimia memiliki nilai rata-rata 43% sedangkan non materi 57%.
Besarnya persentase-persentase tersebut diambil dari dialog antar
siswa selama proses diskusi pada pembelajaran kimia dalam bentuk
transkrip. Transkrip tersebut dianalisis dengan cara coding atau
pengkodean berdasarkan indikator tipe dialog yang telah tersedia pada
Tabel 2.1 halaman 29. Menurut Gunawan (2013, hlm. 242) pengkodean
ialah proses analisis data yang dirinci, dikonseptualisasikan serta
disajikan kembali bersama dalam cara baru. Hasil dari pengkodean
transkrip ini menghasilkan 2 macam konten diskusi antar siswa yaitu
konten diskusi yang berkaitan dengan materi pelajaran kimia dan konten
diskusi yang tidak berkaitan dengan materi pelajaran kimia atau disebut
dengan non materi. Kemudian, dialog dalam diskusi yang memuat materi
dan non materi ini dikonversi dalam bentuk persen (%) berdasarkan
perhitungan kata per total kata dalam word transkrip tersebut.
43
2. Tipe-tipe Dialog yang Muncul pada Percakapan Antar Siswa dalam
Pembelajaran Kimia di Kelas A dan Kelas B
Tipe dialog yang muncul pada kelas A dan kelas B yang telah
melalui proses analisis pada transkrip disajikan dalam bentuk persen (%)
seperti pada Tabel 4.3 di bawah ini. Penyajian ini didapat dari
perhitungan kata dalam word transkrip tersebut yang memenuhi kategori
atau indikator dari masing-masing tipe dialog tersebut.
Tabel 4.3 Persentase Tipe-Tipe Dialog yang Muncul pada Kelas A dan
Kelas B
No Tipe Dialog
Kelas A Kelas B
Pertemuan ke-
1 2 3 1 2 3
1. Disputasional 14% 8% 5% 23% 4% 11%
2. Kumulatif 23% 24% 10% 38% 23% 27%
3. Eksploratori 0% 0% 0% 2% 1% 0%
4. Non Dialog 63% 68% 85% 37% 72% 62%
a. Tipe Dialog Antar Siwa pada Kelas A
Pada pertemuan pertama di kelas A materi yang didiskusikan
oleh siswa ialah materi reduksi oksidasi (redoks) dan persentase tipe-
tipe dialog yang muncul telah disajikan dalam bentuk Diagram 4.1 di
bawah ini. Tipe-tipe dialog yang muncul di antaranya tipe
disputasional sekitar 14%, dan tipe kumulatif sekitar 23%,
sedangkan tipe eksploratori tidak tampak pada pertemuan pertama,
dan sisanya 63% berupa non dialog atau dialog yang tidak memuat
materi yang seharusnya mereka diskusikan atau disebut dengan non
materi.
44
Diagram 4.1 Persentase Tipe-Tipe Dialog Antar Siswa Kelas A pada
Pertemuan Pertama
1) Contoh tipe dialog disputasional yang muncul pada pertemuan
pertama di kelas A :
S2 : engga nih nih, kayak gini.. -2
S1 : yah itu muatannya 2
S2 : yaudah berarti itu -4. -4 berarti *tidak terdengar
jelas*. -4 berarti…
S1 : +2 dong ?
S2 : ko +2 doang mi ? (pada S1).. 3 nya ga di itung ?
S5 : iya 3 nya ga diitung ya? 3 nya gak diitung ?
S1 : 3 itu -6.
S3 : sabarrr guyssss..
S5 : iya soalnya -2 x 3 ya? (D1, D3, D6)
S2 : baldaaaaa Tanya nih nomor 2 yang c gimana caranya
(meminta temannya S4) (D2)
2) Contoh tipe dialog kumulatif yang muncul pada pertemuan
pertama di kelas A :
S1 : jadi biloks O kan -2. Nah -2 itu dikali 2 jadi -4 nah di
sini..
S4 : kenapa di kali 2 ?
S3 : karna kalo dikali 3 jawabannya 6 !
S1,dkk : hahaha
14%
23%
63%
disputasional
kumulatif
nondialog/materi
45
S5 : soalnya bawahnya 2 (mungkin yang dimaksud angka
indeks). Iya ga sih ? sotoy aja nih gua seriusan. (K2)
S1 : iya.. iya pinter !
S5 : 2, 2 dikali -2 jadinya -4.
S2 : -4 sama … sama dong…
S5 : berarti… tar dulu mi, misalnya bawahannya 4. Berarti 4 x
4 ? eh 4 x 2. hah gimana?
S1 : kalau bawahnya 4, dikali 2 hasilnya 8. Karena biloks O
itu kan -2. Biloks O noh -2.
S2 : berarti ininya 3 dong mi ? yak an?
S1 : iya..
S1 : yeehh udah ngerti guaa.. (K1)
Pada pertemuan kedua di kelas A materi yang didiskusikan
ialah persamaan reaksi. Persentase tipe dialog yang muncul pada
pertemuan ini tidak jauh berbeda dari pertemuan pertama yaitu tipe
dialog yang muncul berupa tipe dialog kumulatif dan tipe dialog
disputasional, namun yang membedakan di sini ialah persentasenya,
persentae tipe-tipe dialog yang muncul pada pertemuan kedua ini
dapat dilihat pada Diagram 4.2 di bawah ini. Pada pertemuan kedua
tipe dialog kumulatif yang muncul lebih tinggi dari pertemuan
pertama yaitu sekitar 24%, sedangkan tipe dialog disputasional yang
muncul lebih rendah dari pertemuan pertama yaitu sekitar 8%, dan
tipe dialog eksploratori masih belum terlihat sama seperti pertemuan
pertama sedangkan sisanya 68% berupa non dialog atau dialog yang
tidak berkaitan dengan materi (non materi).
46
Diagram 4.2 Persentase Tipe-Tipe Dialog Antar Siswa Kelas A pada
Pertemuan Kedua
1) Contoh tipe dialog disputasional yang muncul pada pertemuan
kedua di kelas A :
S6 : ihh L. L apa?… i….i…
S5 : yang tadi dicatet (berbicara antusias pada S4)
S3 : Fe?
S5 : bukan..!!!
S6 : logam kan padet kan ? “P” ?? | eh G G
S5 : eh yang tadi lu | ihhhh G mah gas!!!
S3 : S?
S6 : S.. S..
S5 : kayaknya S deh..
S4 : solid padatan..
S6 : iya S padat… kalo ini nih I, larutan I yang pertama tadi
*tidak terdengar jelas* larutan.
S5 : (mengangguk) (D5, D6)
2) Contoh tipe dialog kumulatif yang muncul pada pertemuan
kedua di kelas A :
S1 : C, C = B (membantu S3 mengerjakan soal)
S5 : oh jadinya a b c d ya?
S1 : iya.| abc
S3 : abc
8%
24%
68%
disputasional
kumulatif
nondialog/materi
47
S1 : tadi c kan ada 3CHO. | jadi ? jadi tetep 8 donggg)
S3 : oh iya.. (K1)
Pada pertemua ketiga materi yang didiskusikan pada kelas A
sama dengan pertemuan kedua yaitu persamaan reaksi, tingkat
persentase tipe-tipe dialog yang muncul pada pertemuan ini sangat
rendah dibanding dua pertemuan sebelumnya karena lebih
didominasi oleh non dialog atau dialog yang tidak berkaitan dengan
materi (non materi) yakni sekitar 85%. Tingkat persentase tipe-tipe
dialog yang muncul pada pertemuan ketiga telah disajikan pada
Diagram 4.3 dengan nilai persentase ialah 5% tipe dialog
disputasional, dan 10% tipe dialog kumulatif kedua tipe dialog ini
memiliki tingkat persentase yang lebih rendah dari dua pertemuan
sebelumnya, sedangkan tipe dialog eksploratori masih sama seperti
dua pertemuan sebelumnya yaitu 0% atau dapat dikatakan tidak
muncul pada pertemuan ini.
Diagram 4.3 Persentase Tipe-Tipe Dialog Antar Siswa Kelas A pada
Pertemuan Ketiga
1) Contoh tipe dialog disputasional yang muncul pada pertemuan
ketiga di kelas A :
S3 : oh jadi a berapa.. eh 13 nih 13.. nah bener nih dicari nih
koefisiennya berapa (pada S2)
S1 : koefisiennya lu.. elu tambahin *tidak terdengar jelas* iya
kaya gitu caraya ! (pada S2). 21 21 21…!
5%
10%
85%
disputasional
kumulatif
nondialog/materi
48
S2 : (terlihat bingung)
S1 : e.. e iya bener e ko g? noh noh ! (pada S2). (D2, D3, D7)
S2 : kali 2 ya?
S1 : bukann… dikali 2.. tar dulu di ini samain kaya gini.
(sambil menunjukkan kertas pada S2). (D3)
2) Contoh tipe dialog kumulatif yang muncul pada pertemuan
ketiga di kelas A :
S4 : 2. (mencoba membantu S2 mengerjakan)
S2 : *tidak terdengar jelas* berapa? (pada S4)
S4 : 2
S2 : yang di kanan? Yang kanan? (bertanya pada S4)
S4 : yang kanan 2.
S2 : gimana si ? (sambil mengecek jawaban)
S4 : hah 3 5 ?
Tipe-tipe dialog yang muncul pada kelas A ialah tipe dialog
kumulatif dan tipe dialog disputasional, sedangkan tipe dialog
eksploratori belum terlihat dari ketiga pertemuan tersebut.
b. Tipe Dialog Antar Siswa pada Kelas B
Pada pertemuan pertama di kelas B, materi yang didiskusikan
ialah persamaan reaksi, tipe-tipe dialog yang muncul pada pertemuan
ini ialah tipe disputasional, tipe kumulatif dan tipe eksploratori
seperti yang disajikan pada Diagram 4.4 di bawah ini. Persentase
dari tipe-tipe dialog tersebut ialah tipe dialog disputasional sekitar
23%, tipe dialog kumulatif sekitar 38% dan tipe dialog eksploratori
sekitar 2%. Sedangkan sisanya ialah non dialog atau dialog yang
tidak memuat materi di dalamnya (non materi) yaitu sekitar 37%.
49
Diagram 4.4 Persentase Tipe-Tipe Dialog Antar Siswa Kelas B pada
Pertemuan Pertama
1) Contoh tipe dialog disputasional yang muncul pada pertemuan
pertama di kelas B
S6 : coba sini…!! (meminta salah satu kertas soal pada S5)
S5 : ini… (bicara dengan S4 sambil menepuk-nepuk kertas
soal)
S3 : engga.. engga.. lu gak usah liat sono lu liat soal ini aja
yang pertama dulu makanya disuruh isi yang pertama
dulu… (bicara pada S4)
S4 : tadi itu… (bicara dengan S3 sambil menunjuk papan tulis)
S3 : beda ini yang di sini (bicara dengan S4 sambil menunjuk
kertas soal)
S2 : tambah 5 ya 5 ? (bicara dengan S1)
S1 : tapi ini? (bicaraa dengan S2)
S5 : emang reaktan ? (bertanya pada S6 yang sedang menulis
jawaban)
S6 : ini kan di sebelah ini, ini kan di sebelah kiri.. ini di
sebelah kanan.. D1, D3
2) Contoh tipe dialog kumulatif yang muncul pada pertemuan
pertama di kelas B
S5 & S6 : Atom-atom apa saja yang terlibat dalam reaksi
pembakaran gas metana (membaca soal)
23%
38%
2%
37%
disputasional
kumulatif
eksploratori
nondialog/materi
50
S1 : 4Al + 3O2 = 2Al2O3 (bicara dengan S2)
S3 : 2 x 1? 2 x 1? (membantu S4 mengerjakan dan bertanya
pada diri sendiri)
S4 : 2+2 berapa? (bertanya pada S3)
S3 : 4. (menjawab S4)
S4 : 4. (meyakinkan jawaban S3)
S3 : satu emang? (bertanya pada S4)
S4 : iya.. (menjawab S3)
S6 : CH4 gas metana, bener gak si? Atom apa saja berarti ini
atom kan ? (bicara dengan S5)
S5 : oksigen. O2, CO2 H2O (bicara dengan S6)
S6 : sekarang O2 CO2 H2O pas. Yuk misalnya isi dulu yak pake
pensil (bicara dengan S5)
S3 : emang d nya 2? (bertanya pada S4)
S4 : iya. 2a = d (menjawab S3)
S3 : oh iya. (bicara dengan S4)
S4 : maka harga b = ? (bertanya pada S3)
S3 : 2. b-nya 2 (menjawab S4). (K1, K2)
3) Contoh tipe dialog eksploratori yang muncul pada pertemuan
pertama di kelas B
S1 : 2 sama a. (bicara dengan S2)
S2 : N-nya
S2 : *tidak terdengar jelas* kalo kayak gini jadinya satu
harusnya dua (bicara dengan S1)
S1 : engga setau gua, itu tuh Na-nya tuh 2. Ini harus sama
*tidak terdengar jelas* (bicara dengan teman-temannya)
S1 : Na-nya 4 berarti.. (bicara dengan teman temanya namun
kamera terhalangi oleh kertas yang dipegang oleh S6)
S6 : 2 dong ? (bicara dengan S1)
S3 : udah ini ga usah ditambah 2 lagi.. ini kan udah 2. Ini
udah 2.(bicara dengan teman-temannya)
51
S1 : S-nya ? (bicara dengan teman-temannya)
S2 : dikali (bicara dengan S1)
S1 : satu ohh.. bener… ini udah bener aul…! Ini benerr..
(bicara dengan S2)
S5 : ini tiga udah kan ? (bertanya pada teman-temannya)
S3 : udah ini bener…
S1 : Na = 2, terus H=2, S =1, O =4. dah (menjelaskan pada
teman-temannya)
S3 : dah udah. (E1, E2, E3, E5)
Pada pertemuan kedua di kelas B materi yang didiskusikan
masih sama seperti pertemuan pertama yaitu persamaan reaksi,
begitu pula dengan tipe-tipe dialog yang muncul. Namun, yang
membedakan ialah persentase masing-masing dari tipe dialog
tersebut. Persentase tipe-tipe dialog yang muncul ini telah disajikan
pada Diagram 4.5 yakni tipe dialog disputasional muncul hanya
sekitar 4%, tipe dialog kumulatif sekitar 23% dan tipe dialog
eksploratori sekitar 1% ketiga tipe-tipe dialog yang muncul ini
memiliki tingkat persentase yang lebih rendah dari pertemuan
pertama, sedangkan sisanya ialah 72% berupa non dialog atau dialog
yang tidak memuat non materi (non materi).
Diagram 4.5 Persentase Tipe-Tipe Dialog Antar Siswa Kelas B pada
Pertemuan Kedua
4%
23%
1%
72%
disputasional
kumulatif
eksploratori
nondialog/materi
52
1) Contoh tipe dialog disputasional yang muncul pada pertemuan
kedua di kelas B
S4 : ko dikali 2?
S5 : kan H nya kan 2, disini kan 2 .
S1 : maksudnya apaan si?
S4 : biar jadi 4
S5 : iya biar jadi 4.
S1 : ya 2 kali 2…
S4 : 2 kali 2..?
S5 : kan
S3 : 2 x 2
S5 : kan H2O nia.. kan kalo dijelasin H2O , biar jadi 4 berarti
jadinya 2H2O
S1 : iyaa.. (D1, D6)
2) Contoh tipe dialog kumulatif yang muncul pada pertemuan
kedua di kelas B
S5 : CH4 + O2?
S1 : iya CH4.
S5 : ini ? (menunjuk hasil reaksi)
S4 : H2O
S1 : H2O uap air.
S5 : CO2, 2H2O (menuliskan hasil reaksi) *tidak terdengar
jelas* (membaca soal)
S1,4 : CH4 , O2 , CO2, + H2O (membantu menyebutkan untuk
temannya yang menulis)
S4 : pereaksi, hasil reaksi (membantu menjawab soal yang
lain)
S1 : hasil reaksi yang produk. Dah. (K1,K2)
3) Contoh tipe dialog eksploratori yang muncul pada pertemuan
kedua di kelas B
S4 : berarti… dua, dua,
53
S1 : berarti yang di kanan ?
S4 : yang di kanan dua, sebelah sini berarti ?
S1 : 5.
S5 : kalo di kanan 2 berarti ?
S1 : 2 x ? eh tiga?
S5 : eeehh…, biar jadi …. Berarti 10 dong harusnya ya? biar
sama.
S4 : ka suci ka, ka suci
S1 : ini 5 lah ! ini kan 5 2. Ini 5 eh engga
S5 : berarti 5 2 kayaknya 2,5 deh ni. (E3)
Pada pertemuan ketiga di kelas B materi yang didiskusikan
adalah stoikiometri, berbeda dengan pertemuan pertama dan kedua
pada pertemuan ini tidak ditemukan adanya tipe dialog eksploratori,
presentase tipe-tipe dialog yang muncul pada pertemuan ini disajikan
pada Diagram 4.6 di bawah ini. Tipe-tipe dialog yang muncul ialah
disputasional 11%, tipe dialog kumulatif 27%, dan sisanya berupa
non dialog (non materi) 62%. Tipe dialog disputasional pada
pertemuan ini memiliki tingkat persentase yang lebih rendah dari
pertemuan pertama, namun lebih tinggi jika dibandingkan dengan
pertemuan kedua. Begitu pula dengan tipe dialog kumulatif pada
pertemuan ini yang memiliki tingkat persentase lebih rendah dari
pertemuan pertama namun lebih tinggi jika dibandingkan pada
pertemuan kedua.
Diagram 4.6 Persentase Tipe-Tipe Dialog Antar Siswa Kelas B pada
Pertemuan Ketiga
11%
27%
62%
disputasional
kumulatif
nondialog/materi
54
1) Contoh tipe dialog disputasional yang muncul pada pertemuan
ketiga di kelas B
S5 : C C C ? (bertanya pada S1)
S1 : 12
S2 : dik… kalkulator dikk… 80 x 22,4 buru!! (meminta S3
menghitung dengan kalkulator)
S5 : N N …? (bertanya kembali pada temannya S1 yang
memegang tabel periodic unsure)
S3 : noh reyhan mana orangnya reyhan (merespon S2)
S5 : nih 14.. (menemukan Ar N pada tabel periodic unsure
yang dipegang S1). 39 x 4 berapa? (bertanya pada
temannya). 9x4 =36, 12.. 15. 156.. (sambil menghitung
dengan perkalian bersusun) *tidak terdengar jelas* (lanjut
menghitung tapi tidak terdengar jelas). (D1, D2, D5)
2) Contoh tipe dialog kumulatif yang muncul pada pertemuan
ketiga di kelas B
S2 : 4x8, 8x4… (berpikir). 8x4 berapa ca? (bertanya pada S4).
S4 : 8x4. 8 8 16….+ 16 (berpikir).
S2 : hah? (merespon S4)
S4 : 8x4 ya? (bertanya pada S2 dan berpikir). 32..! (memberi
jawaban pada S2)
S2 : 22,4x80 (bertanya pada S3)
S3 : berapa? (bertanya pada S2)
S2 : 22,4x80 | 1792 (bicara dengan S3 kemudian melihat hasil
jawabannya).
S1 : ini apa? (bertanya dengan S5)
S3 : 1792..! (mengorekesi yang ditulis S2). (K1, K2)
Pada kelas A dan kelas B ini kegiatan diskusi masih
didominasi oleh dialog yang tidak berkaitan dengan materi pelajaran
kimia, sedangkan untuk tipe dialog antar siswa yang mendominasi
pada kelas A dan kelas B sama yaitu tipe dialog kumulatif, berbeda
55
dengan kelas A pada kelas B telah muncul tipe dialog eksploratori
walaupun dengan persentase yang sangat kecil.
B. Pembahasan
1. Tipe-Tipe Dialog Antar Siswa
Proses pembelajaran yang menggunakan metode diskusi pasti akan
memicu adanya dialog antar siswa sebagaimana menurut Tarigan &
Tarigan (1987, hlm. 128) bahwa teknik pembelajaran diskusi dapat
digunakan untuk mengembangkan dan melatih keterampilan berbicara
siswa, serta menuntut siswa untuk memikirkan masalah yang
didiskusikan. Dialog antar siswa yang muncul pada saat pembelajaran
diskusi ada yang memuat materi pelajaran, dan ada pula dialog yang
tidak memuat materi pelajaran. Dialog yang memuat materi pelajaran
dikategorikan menjadi beberapa tipe dialog, menurut Mercer dan
Littleton (2007, hlm. 58-59) ada tiga tipe dialog yaitu tipe dialog
disputasional, tipe dialog kumulatif dan tipe dialog eksploratori.
Persentase tipe-tipe dialog yang muncul di kelas A dan kelas B dapat
dilihat pada Tabel 4.3 halaman 43 secara keseluruhan dan pada Diagram
4.1- 4.6 untuk masing-masing pertemuan di kelas A dan kelas B.
a. Tipe-tipe Dialog yang Muncul pada Percakapan Antar Siswa
dalam Pembelajaran Kimia di Kelas A dan Kelas B
Tabel 4.1 halaman 41 menunjukkan bahwa pada kelas A,
persentase dialog antar siswa yang mendiskusikan materi sebagian
besar masih tergolong rendah dengan rata-rata 28% yang terdiri dari
37% pada pertemuan pertama, 32% pada pertemuan kedua, dan 15%
pada pertemuan ketiga. Persentase dialog antar siswa yang
mendiskusikan materi ini mempengaruhi tipe-tipe dialog yang
dihasilkan. Semakin banyak siswa mendiskusikan materi maka
semakin tinggi kemungkinan tipe-tipe dialog itu akan muncul.
Sebaliknya, semakin sedikit siswa yang mendiskusikan materi maka
56
kemungkinan muncul tipe-tipe dialog itu akan semakin sedikit
karena siswa lebih banyak berdiskusi di luar materi.
Tipe-tipe dialog antar siswa yang muncul pada kelas A dapat
dilihat pada Tabel 4.3 halaman 43, salah satu tipe dialog yang
muncul adalah tipe dialog kumulatif sebagaimana dikatakan oleh
Mercer dan Littleton (2007, hlm. 59) bahwa tipe ini merupakan salah
satu tipe dialog yang bersifat membangun dan positif akan tetapi
memiliki kekurangan yakni tidak kritis terhadap pendapat orang lain.
Berikut ini tipe dialog kumulatif pada kelas A :
1) Tipe Dialog Kumulatif pada Kelas A Pertemuan Pertama
Tabel 4. 4 Penggalan Dialog Kumulatif pada Kelas A
Pertemuan Pertama
Siswa Dialog Keterangan
S5
: nih +1, +1 dari Na, terus kan -6 dari
O3, kita cari .. cari yang lainnya.. ini
kan hasilnya nol. Kalo misalnya -6 +1
jadinya? Nah -6 biar abis harus
ditambah berapa? +5 kan ? +5 nya
ditulis. ngerti ngga ? jadi sama kayak
gini sebenernya…
Elaborasi
S1 : mmmmmmm… (tanda mengerti) Tidak kritis
S2 : jadi hasilnya nol gitu ? Konfirmasi
S5 : iya..
S2 : jadi sama aja 6 sama 6 kan ? Konfirmasi
S1 : jadi gini doang ?
Tidak kritis
S5
: iya.. cuman karna.. dini..! ini kan 3
unsur, jadi harus dipisah pisah.. K1,
K2
57
Pada penggalan transkrip dialog di atas diindikasi bahwa
dialog S5 menunjukkan elaborasi karena S5 berupaya
menjelaskan pengerjaan soal pada anggota kelompoknya yang
lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia elaborasi
merupakan pengerjaan secara tekun dan cermat. Kemudian S1
menjawanya dengan gumaman arti mengerti atau setuju.
Namun, S1 tidak memberikan komentar apapun terhadap
penjelasan S5. Maka, hal ini diduga bahwa S1 menyetujui
penjelasan S5 namun tidak kritis. Di sisi lain, S2 menanyakan
kebenaran hasil jawaban dari sebuah soal dan S5 mendukung
atau mengesahkan jawaban tersebut. Lalu, S2 menanyakan
kembali kebenaran sebuah jawaban soal. Dialog ini diindikasi
adanya konfirmasi antara S2 dan S5. Kemudian, S1 turut
bertanya pada S5 mengenai pengerjaan sebuah soal. Namun S5
menjawab S1 secara tidak kritis. Dari penggalan dialog
tersebut diketahui bahwa dialog tersebut memenuhi indikator 1
dan 2 kumulatif, sehingga masuk ke dalam kategori tipe dialog
kumulatif. Karena, tipe kumulatif menurut Mercer di tandai
dengan adanya konfirmasi serta persetujuan pendapat secara
tidak kritis.
2) Tipe Dialog Kumulatif pada Kelas A Pertemuan Kedua
Tabel 4.5 Penggalan Dialog Kumulatif pada Kelas A
Pertemuan Kedua
Siswa Dialog Keterangan
S1 : C, C = B (membantu S3
mengerjakan soal)
Pengulangan
dan
Konfirmasi S5 : oh jadinya a b c d ya?
S1 : iya.| abc Konfirmasi |
Pengulangan
S3 : abc Pengulangan
58
S1 : tadi c kan ada 3CHO. | jadi ? jadi
tetep 8 donggg Konfirmasi
S3 : oh iya..
Berdasarkan penggalan transkrip dialog di atas
menunjukkan bahwa pada dialog antara S1 dan S5 tedapat
pengulangan kata oleh S5 serta terdapat konfirmasi mengenai
kebenaran cara penyelesaian suatu soal pada S1. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia konfirmasi ialah berupa
penegasan, pengesahan, atau pembenaran. Kemudian, S1
membenarkan atau secara tidak langsung mengesahkan
pertanyaan S5. Selanjutnya, diikuti pengulangan kata yang
diucapkan oleh S1 dan S3 serta konfirmasi jawaban oleh S3
mengenai soal pada S1. Berdasarkan ciri-ciri tersebut diketahui
bahwa penggalan dialog di atas memenuhi indikator 1
kumulatif menurut Mercer yaitu berupa pengulangan dan
konfirmasi. Sehingga dialog di atas masuk kategoti tipe dialog
kumulatif.
3) Tipe Dialog Kumulatif pada Kelas A Pertemuan Ketiga
Tabel 4.6 Penggalan Dialog Kumulatif pada Kelas A
Pertemuan Ketiga
Siswa Dialog Keterangan
S4 : 2. (mencoba membantu S2
mengerjakan)
Pengulangan S2
: *tidak terdengar jelas* berapa?
(pada S4)
S4 : 2
S2 : yang di kanan? Yang kanan?
(bertanya pada S4) Pengulangan
S4 : yang kanan 2.
59
S2 : gimana si ? (sambil memeriksa
jawaban) Konfirmasi
S4 : hah 3 5?
Penggalan transkrip di atas menunjukkan adanya kata
pengulangan oleh S4 dan S2. Selain itu, adanya bentuk
konfirmasi berupa pertanyaan yang dilakukan oleh S2 dan S4
mengenai kebenaran jawaban suatu soal. Berdasarkan ciri-ciri
tersebut, penggalan dialog di atas memenuhi indikator 1 dari
tipe kumulatif. Sebagaimana menurut Mercer dan Littleton
(2007, hlm. 59) tipe dialog kumulatif salah satunya di tandai
oleh adanya pengulangan dan konfirmasi.
Selain itu, tipe dialog yang muncul di kelas A ialah tipe dialog
disputasional, tipe ini menunjukkan kondisi di mana siswa saling
berselisih pendapat yang kurang bermakna terhadap materi atau
topik itu sendiri dan siswa saling memaksakan pendapatnya masing-
masing. Hal ini serupa dengan yang dikatakan Mercer dan Littleton
(2007, hlm. 58-59) bahwasanya tipe disputasional ini ditandai
dengan adanya perselisihan pendapat, pengambilan keputusan yang
dilakukan secara individual, dan lain-lain, sebagaimana yang telah
dituangkan menjadi indikator pada Tabel 2.1 halaman 28 Sedangkan
tipe dialog eksploratori tidak terlihat pada kelas A yang artinya pada
kelas ini belum muncul tipe dialog antar siswa yang mengeksplor
lebih dalam mengenai topik atau materi pada mata pelajaran kimia.
Berikut ini tipe dialog disputasional yang terjadi di kelas A :
60
1) Tipe Dialog Disputasional pada Kelas A Pertemuan Pertama
Tabel 4.7 Penggalan Dialog Disputasional pada Kelas A
Pertemuan Pertama
Siswa Dialog Keterangan
S2 : ini NaNO nya 2. Pernyataan
S3 : 3. NaNO3 dini..! Pemaksaan
pendapat S2 : apaan sih ?
S3 : NaNO3 lu bilang tadi NaNO2
S2 : ini maksud gua 2 ada Na. Apaaa? Pernyataan
S3 : emang lu ga liat 2?? Tiga..! Pemaksaan
pendapat
Penggalan dialog di atas menunjukkan adanya
pernyataan oleh S2 serta pemaksaan pendapat yang dilakukan
oleh S3. Jika dilihat pada Tabel 2.1 mengenai indikator tipe
dialog Mercer, maka penggalan dialog tersebut memenuhi
indikator 2 dan 3 dari tipe dialog disputasional.
2) Tipe Dialog Disputasional pada Kelas A Pertemuan Kedua
Tabel 4.8 Penggalan Dialog Disputasional pada Kelas A
Pertemuan Kedua
Siswa Dialog Keterangan
S6 : ihh L. L apa?… i….i…
S5 : yang tadi dicatet (berbicara pada S4)
S3 : Fe?
S5 : bukan..!!! Dominasi
S6 : logam kan padet kan? “P” ?? | eh G
G Pemaksaan
pendapat S5 : eh yang tadi lu | ihhhh G mah gas!!!
S3 : S?
S6 : S.. S..
61
S5 : kayaknya S deh..
Kritik atau
saran yang
membangun
S4 : solid padatan..
S6
: iya S padat… kalo ini nih I, larutan
I yang pertama tadi *tidak terdengar
jelas* larutan.
Penggalan dialog di atas menunjukkan adanya dominasi
yang dilakukan oleh S5 serta pemaksaan pendapat oleh S5 dan
S6. Kemudian, adanya kritik atau saran yang bersifat
membangun yang dilakukan S5, S4 serta S6. Apabila merujuk
pada indikator tipe dialog Mercer (2007, hlm. 58-59) ciri-ciri
pola dari penggalan dialog tersebut termasuk ke dalam kategori
tipe dialog disputasional.
3) Tipe Dialog Disputasional pada Kelas A Pertemuan Ketiga
Tabel 4.9 Penggalan Dialog Disputasional pada Kelas A
Pertemuan Ketiga
Siswa Dialog Keterangan
S3
: oh jadi a berapa.. eh 13 nih 13.. nah
bener nih dicari nih koefisiennya
berapa (pada S2)
Perintah
S1
: koefisiennya lu.. elu tambahin *tidak
terdengar jelas* iya kaya gitu caranya!
(pada S2). 21 21 21…! Dominasi
S1 : e.. e iya bener e ko g? noh noh! (pada
S2).
S2 : kali 2 ya?
S1
: bukann… dikali 2.. tar dulu di ini
samain kaya gini. (sambil
menunjukkan kertas pada S2).
Pemaksaan
pendapat
62
Berdasarkan penggalan dialog di atas S3 mengucapkan
kata-kata yang ditujukan pada S2 berupa perintah yang tersirat
dalam dialog. Kemudian, isi dialog S1 jika dilihat dari kata-
kata atau kalimat pada penggalan dialog tersebut serta nada
bicara pada video, diindikasi berupa dominasi dan pemaksaan
pendapat terhadap S2 mengenai cara pengerjaan suatu soal.
Jika merujuk pada studi Mercer mengenai tipe-tipe dialog,
maka penggalan dialog di atas menunjukkan tipe dialog
disputasional. Karena, dialog tersebut memenuhi salah satu
indikator disputasional yakni adanya dominasi, perintah dan
pemaksaan pendapat.
Sedangkan pada kelas B telah disajikan Tabel 4.2 halaman 41
yang menunjukkan persentase dialog antar siswa yang
mendiskusikan materi pelajaran kimia masih rendah namun lebih
tinggi dibanding kelas A yaitu dengan rata-rata 43%. Pada
pertemuan pertama persentase dialog yang muncul dan memuat
materi cukup tinggi sekitar 63%, sedangkan pada pertemuan kedua
hanya 28% dan pertemuan ketiga 38%. Nilai persentase ini
menunjukkan sejauh mana siswa-siswi dalam suatu kelompok
menggali lebih dalam materi yang harus dipecahkan oleh mereka
dengan bantuan satu sama lain sesama anggota kelompoknya.
Sebagaimana menurut Vygotsky dalam Fetherston (2006, hlm. 159)
bahwa pemahaman siswa berkembang melalui interaksi dengan
individu lainnya yang memiliki pemahaman yang lebih mendalam
pada suatu subjek, selain itu pengetahuan juga berkembang melalui
konflik kognitif dan negosiasi sosial.
Tingkat persentase dialog antar siswa kelas B yang membahas
materi pelajaran kimia ini akan mempengaruhi tipe-tipe dialog yang
muncul sama halnya seperti pada kelas A. Semakin tinggi persentase
dialog yang memuat materi maka semakin besar kemungkinan
semua tipe dialog akan muncul. Sebagaimana menurut Phillipson
63
dan Wegerif (2017, hlm 6) berpendapat bahwa pembelajaran dialog
pada bentuk tertentu memiliki fungsi untuk meningkatkan
pembelajaran kelompok serta proses pemikiran siswa. Persentase
tipe-tipe dialog yang muncul pada kelas B dapat dilihat pada Tabel
4.3 halaman 42 dan Diagram 4.4, 4.5 dan 4.6. Pada tabel tersebut
menunjukkan bahwa salah satu tipe dialog yang muncul pada kelas
B ialah tipe dialog kumulatif. Tipe kumulatif yang muncul pada
diskusi antar siswa dalam pembelajaran kimia pada pertemuan
pertama sebesar 38%, pertemuan kedua sebesar 23% dan pertemuan
ketiga sebesar 27%. Berikut ini adalah salah satu penggalan tipe
dialog kumulatif pada masing-masing pertemun di kelas B :
1) Tipe Dialog Kumulatif pada Kelas B Pertemuan Pertama
Tabel 4.10 Penggalan Dialog Kumulatif pada Kelas B
Pertemuan Pertama
Siswa Dialog Keterangan
S5 &
S6
: Atom-atom apa saja yang terlibat
dalam reaksi pembakaran gas
metana (membaca soal)
Elaborasi S1
: 4Al + 3O2 = 2Al2O3 (bicara
dengan S2)
S3
: 2 x 1? 2 x 1? (membantu S4
mengerjakan dan bertanya pada
diri sendiri)
S4 : 2+2 berapa? (bertanya pada S3)
S3 : 4. (menjawab S4) Pengulangan
S4 : 4. (meyakinkan jawaban S3)
S3 : satu emang? (bertanya pada S4) Konfirmasi
S4 : iya.. (menjawab S3)
S6 : CH4 gas metana, bener gak si?
Atom apa saja berarti ini atom kan Konfirmasi
64
? (bicara dengan S5)
S5 : oksigen. O2, CO2 H2O (bicara
dengan S6)
Elaborasi S6
: sekarang O2 CO2 H2O pas. Yuk
misalnya isi dulu yak pake pensil
(bicara dengan S5)
S3 : emang d nya 2? (bertanya pada
S4) Konfirmasi
S4 : iya. 2a = d (menjawab S3)
S3 : oh iya. (bicara dengan S4) Tidak kritis
S4 : maka harga b = ? (bertanya pada
S3) Elaborasi
S3 : 2. b-nya 2 (menjawab S4). (K1,
K2)
Penggalan tipe dialog di atas dikategorikan tipe dialog
kumulatif. Seperti yang dilihat pada dialog di atas terdapat
bentuk percakapan antar siswa berupa elaborasi oleh S1, S3,
S4, S5 dan S6. Menurut Munandar dalam Hasanah, Rudibyani
dan Tania (2018, hlm. 143) elaborasi merupakan indikator
prilaku individu yang meliputi mencari arti yang lebih
mendalam mengenai jawaban atau pemecahan soal.
Selanjutnya, penggalan dialog di atas menunjukkan adanya
bentuk percakapan berupa pengulangan kata dan konfirmasi.
Konfirmasi yang dimaksud dalam hal ini ialah menegaskan
atau membenarkan pertanyaan ataupun mengenai jawaban.
Selain itu, terdapat pola dialog antara S4 dan S3 di mana S3
menyetujui jawaban atau pendapat S4 secara tidak kritis. Hal
ini sesuai dengan yang dikatakan Phillipson & Wegerif (2017,
hlm. 18) bahwa tipe dialog yang ditandai dengan adanya siswa
65
yang tidak kritis menyetujui pendapat satu sama lain ialah tipe
dialog kumulatif.
2) Tipe Dialog Kumulatif pada Kelas B Pertemuan Kedua
Tabel 4.11 Penggalan Dialog Kumulatif pada Kelas B
Pertemuan Kedua
Siswa Dialog Keterangan
S5 : CH4 + O2? Konfirmasi
S1 : iya CH4
S5 : ini ? (menunjuk hasil reaksi)
S4 : H2O
Pengulangan
S1 : H2O uap air.
S5 : CO2, 2H2O (menuliskan hasil
reaksi) *tidak terdengar jelas*
(membaca soal)
S1 &
S4
: CH4 , O2 , CO2, + H2O (membantu
menyebutkan untuk temannya
yang menulis)
S4 : pereaksi, hasil reaksi (membantu
menjawab soal yang lain)
S1 : hasil reaksi yang produk. Dah.
Penggalan dialog di atas menunjukkan adanya indikator
tipe dialog kumulatif berupa konfirmasi dan pengulangan.
Indikator konfirmasi ditujukan oleh dialog antara S1 dan S5
dibagian awal. Di mana S5 bertanya mengenai kebenaran suatu
jawaban pada S1. Sedangkan indikator pengulangan kata
ditujukan oleh dialog yang dilakukan oleh S1, S4 dan S5
selanjutnya. Hal ini sesuai dengan studi Mercer bahwa tipe
dialog kumulatif selain ditandai dengan adanya percakapan
yang tidak kritis juga ditandai dengan adanya konfirmasi dan
pengulangan (Mercer & Littleton, 2007, hlm. 59).
66
3) Tipe Dialog Kumulatif pada Kelas B Pertemuan Ketiga
Tabel 4.12 Penggalan Dialog Kumulatif pada Kelas B
Pertemuan Ketiga
Siswa Dialog Keterangan
S2 : 4x8, 8x4… (berpikir). 8x4 berapa
ca? (bertanya pada S4). Pengulangan
S4 : 8x4. 8 8 16….+ 16 (berpikir).
S2 : hah? (merespon S4)
Konfirmasi S4 : 8x4 ya? (bertanya pada S2 dan
berpikir). 32..! (memberi jawaban
pada S2)
S2 22,4x80 (bertanya pada S3)
Pengulangan
S3 : berapa? (bertanya pada S2)
S2 : 22,4x80 | 1792 (bicara dengan S3
kemudian melihat hasil
jawabannya).
S3 : 1792..! (mengorekesi yang ditulis
S2).
Pada tahap awal penggalan dialog diatas terdapat
pengulangan kata antara S2 dan S4. Kemudian, adanya
konfirmasi atau klarifikasi dalam kalimat tanya yang
dilakukan S4 terhadap S2 mengenai penegasan pertanyaan
serta memberikan kebenaran jawaban kepada S2. Menurut
Maisarah, Mahmud dan Subhayni (2017, hlm. 178) konfirmasi
dapat dikatakan sebagai bentuk kalimat tanya klarifikasi.
Selanjutnya, terdapat pengulangan kata yang dilakukan juga
oleh S2 dan S3 mengenai pertanyaan dan jawaban soal.
Indikator yang terdapat pada penggalan dialog berupa
pengulangan dan konfirmasi. Hal ini menunjukkan tipe dialog
pada penggalan kata tersebut ialah tipe kumulatif.
67
Selain tipe dialog kumulatif, tipe dialog disputasional juga
muncul pada dialog siswa di kelas B dengan persentase 23% pada
pertemuan pertama, 4% pada pertemuan kedua dan 11% pada
pertemuan ketiga. Berikut ini adalah salah satu contoh penggalan
dialog disputasional pada kelas B :
1) Tipe Dialog Disputasional pada Kelas B Pertemuan Pertama
Tabel 4.13 Penggalan Dialog Disputasional pada Kelas B
Pertemuan Pertama
Siswa Dialog Keterangan
S6 : coba sini…!! (meminta salah satu
kertas soal pada S5) Perintah
S5 : ini… (bicara dengan S4 sambil
menepuk-nepuk kertas soal)
S3
: engga.. engga.. lu gak usah liat sono
lu liat soal ini aja yang pertama dulu
makanya disuruh isi yang pertama
dulu…! (bicara pada S4)
Dominasi
S4 : tadi itu…? (bicara dengan S3 sambil
menunjuk papan tulis) Pemaksaan
pendapat S3
: beda ini yang di sini..!! (bicara
dengan
S4 sambil menunjuk kertas soal)
S2 : tambah 5 ya 5 ? (bicara dengan S1)
S1 : tapi ini?? (bicaraa dengan S2)
S5 : emang reaktan ? (bertanya pada S6
yang sedang menulis jawaban) Pemaksaan
pendapat S6
: ini kan di sebelah ini, ini kan di
sebelah kiri.. ini di sebelah kanan
Penggalan dialog di atas menunjukkan adanya dialog
siswa berupa perintah yang dilakukan S6 kepada S5.
68
Kemudian, adanya dialog yang bersifat mendominasi yang
dilakukan S3 kepada S4 serta terdapat dialog berupa
pemaksaan pendapat yang dilakukan S3 terhadap S4, dan S5
terhadap S6. Dominasi menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia memiliki arti menguasai. Begitu pula menurut
Partanto dan Barry dalam Mursidi (2016, hlm. 94) mengartikan
dominasi sebagai penguasaan atau pengaruh besar. Dalam
dialog tersebut terdapat beberapa siswa yang bersifat
menguasai dialog karena menganggap dirinya lebih
mengetahui dibanding temannya yang lain. Berdasarkan ciri-
ciri tersebut penggalan dialog ini termasuk kategori tipe dialog
disputasional. Karena, ditemukannya indikator 1, 2 dan 3 tipe
dialog disputasional.
2) Tipe Dialog Disputasional pada Kelas B Pertemuan Kedua
Tabel 4.14 Penggalan Dialog Disputasional pada Kelas B
Pertemuan Kedua
Siswa Dialog Keterangan
S4 : ko dikali 2?
Pemaksaan
pendapat
S5 : kan H nya kan 2! disini kan 2!!
S1 : maksudnya apaan si?
S4 : biar jadi 4?
S5 : iya biar jadi 4!!
S1 : ya 2 kali 2…!
S4 : 2 kali 2..?
S5 : kan
S3 : 2 x 2
S5
: kan H2O nia.. kan kalo dijelasin
H2O , biar jadi 4 berarti jadinya
2H2O
Kritik yang
membangun
S1 : iyaa..
69
Dialog di atas menunjukan adanya pemaksaan pendapat
yang dilakukan S1 dan S5 terhadap S4, dikarenakan S4 yang
terlihat kurang mengerti terhadap penjelasan S1 dan S5
sehingga muncul sedikit perdebatan di dalamnya. Kemudian,
S5 memberikan penjelasan lebih rinci kepada S4 dimaksudkan
agar S4 paham apa yang tengah dbicarakan. Maka, dialog S5
ini dikategorikan sebagai sebuah pendapat atau kritik yang
membangun, siswa yang memberikan kritik menunjukkan
bahwa siswa tersebut tengah mengalami proses berpikir kritis
pada dirinya. Menurut Irawan (2014, hlm. 47) berpikir kritis
merupakan proses mental untuk menganalisis maupun
mengevaluasi informasi. Berdasarkan ciri-ciri yang telah
disebutkan, dialog ini masuk ke dalam kategori tipe dialog
disputasional.
3) Tipe Dialog Disputasional pada Kelas B Pertemuan Ketiga
Tabel 4.15 Penggalan Dialog Disputasional pada Kelas B
Pertemuan Ketiga
Siswa Dialog Keterangan
S5 : C C C ? (bertanya pada S1) Mencari
sumber S1 : 12
S2
: dik… kalkulator dikk… 80 x 22,4
buru!! (meminta S3 menghitung
dengan kalkulator)
Perintah
S5
: N N …? (bertanya kembali pada
temannya S1 yang memegang tabel
periodic unsure)
Mencari
sumber
S3 : noh reyhan mana orangnya reyhan
(merespon S2)
S5 : nih 14.. (menemukan Ar N pada
tabel periodic unsure yang dipegang
Mencari
sumber
70
S1). 39 x 4 berapa? (bertanya pada
temannya). 9x4 =36, 12.. 15. 156..
(sambil menghitung dengan perkalian
bersusun) *tidak terdengar jelas*
(lanjut menghitung tapi tidak
terdengar jelas).
Penggalan dialog di atas menunjukkan adanya dialog
upaya pencarian atau pengumpulan sumber yang dilakukan
oleh S5 dan S1 dalam menyelesaikan sebuah soal. Selain itu,
terdapat dialog yang berisi perintah yang dilakukan S2
terhadap S3. Menurut Mercer dan Littleton (2007, hlm. 59)
salah satu ciri tipe dialog disputasional ialah terdapat upaya
pengumpulan sumber serta adanya perintah.
Jenis tipe dialog yang terakhir menurut Mercer ialah tipe
dialog eksploratori. Tipe dialog ini muncul pada kelas B dengan
persentase 2% pada pertemuan pertama dan 1% pada pertemuan
kedua. Berikut ini adalah contoh tipe dialog eksploratori pada kelas
B :
1) Tipe Dialog Eksploratori pada Kelas B Pertemuan Pertama
Tabel 4.16 Penggalan Dialog Eksploratori pada Kelas B
Pertemuan Pertama
Siswa Dialog Keterangan
S1 : 2 sama a. (bicara dengan S2)
S2 : N-nya
S2 : *tidak terdengar jelas* kalo kayak
gini jadinya satu harusnya dua
(bicara dengan S1)
Pendapat
diberkan
untuk
kepentingan
bersama
S1 : engga setau gua, itu tuh Na-nya tuh
2. Ini harus sama *tidak terdengar
Kritis dan
konstruktif
71
jelas* (bicara dengan teman-
temannya)
S1 : Na-nya 4 berarti.. (bicara dengan
teman temanya)
S3 : udah ini ga usah ditambah 2 lagi..
ini kan udah 2. Ini udah 2.(bicara
dengan teman-temannya)
Kritis dan
konstruktif
S6 : 2 dong ? (bicara dengan S1)
Kritis dan
konstruktif
S1 : S-nya ? (bicara dengan teman-
temannya)
S2 : dikali (bicara dengan S1)
S1 : satu ohh.. bener… ini udah bener
aul…! Ini benerr.. (bicara dengan
S2)
S5 : ini tiga udah kan ? (bertanya pada
teman-temannya)
Keputusan
bersama
S3 : udah ini bener…
S1 : Na = 2, terus H=2, S =1, O =4. dah
(menjelaskan pada teman-temannya)
S3 : dah udah.
Penggalan dialog di atas menunjukkan adanya dialog
yang berupa pernyataan pendapat yang diberikan untuk
kepentingan bersama yang dilakukan oleh S2. Namun,
kemudian terdapat dialog yang cukup kritis yang dikemukakan
oleh S1 terhadap pernyataan S2. Dialog ini bersifat konstruktif
karena S1 memberikan kritikan disertai alasan yang
mendukung. Menurut Nurhidayati (2017, hlm. 4) konstruktif
diartikan sebagai penyusunan pengetahuan melalui aktivitas
kolaboratif, refleksi dan interpretasi. Selain itu, terdapat pula
dialog kritis dan bersifat konstruktif yang diucapkan oleh S3
72
kepada teman sekelompoknya. Kemudian, di akhir penggalan
dialog di atas terdapat pengambilan keputusan mengenai
jawaban suatu soal secara bersama oleh anggota kelompok dan
jika dilihat secara seksama penggalan dialog di atas
menunjukkan siswa dalam kelompok tersebut berpartisipasi
aktif dalam diskusi kelompok. Berdasarkan ciri-ciri tersebut
dan merujuk pada studi Mercer, maka penggalan dialog ini
dikategorikan sebagai tipe dialog eksploratori.
2) Tipe Dialog Eksploratori pada Kelas B Pertemuan Kedua
Tabel 4.17 Penggalan Dialog Eksploratori pada Kelas B
Pertemuan Kedua
Siswa Dialog Keterangan
S4 : berarti… dua, dua
Partisipasi
aktif
S1 : berarti yang di kanan ?
S4 : yang di kanan dua, sebelah sini
berarti?
S1 : 5.
S5 : kalo di kanan 2 berarti ?
S1 : 2 x ? eh tiga?
S5 : eeehh…, biar jadi …. Berarti 10
dong harusnya ya? biar sama.
S1 : ini 5 lah..! ini kan 5 2. Ini 5 eh engga Pernyataan
untuk
bersama S5
: berarti 5 2 kayaknya 2,5 deh ni.
Pada pertemuan ini tipe dialog eksploratori muncul
hanya 1%. Penggalan dialog di atas merupakan salah satu tipe
tersebut. Penggalan itu menunjukan bahwa antar dialog di atas
siswa berpartisipasi aktif dalam memecahkan permasalahan.
Selain itu, terdapat dialog yang diindikasi sebagai pendapat
yang ditawarkan untuk kepentingan bersama dalam
73
memecahkan masalah. Sehingga, di simpulkan bahwa
penggalan dialog di atas ialah tipe dialog eksploratori. Menurut
Hambali (2016, hlm. 97) dialog eksplorasi ialah dialog yang
berisi tanya jawab yang berkenaan dengan objek. Objek yang
dimaksud dalam hal ini ialah soal atau materi yang tengah
didiskusikan oleh siswa.
Presentase munculnya tipe dialog eksploratori masih sangat
rendah di kelas B bahkan tidak terjadi sama sekali di kelas A, hal ini
dikarenakan siswa tidak dibiasakan untuk berkomunikasi lisan
(bertanya dan berdiskusi) dalam pembelajaran sebelumnya, sehingga
kualitas dialog antar siswa dalam kegiatan diskusi tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Sebagaimana menurut Asniar (2016, hlm.
36) kemampuan berbicara di depan publik atau di depan kelas akan
memiliki kelemahan apabila komunikasi lisan kurang dibiasakan
dalam pembelajaran. Komunikasi lisan adalah komunikasi yang
digunakan secara verbal seperti halnya bertanya atau menjawab
pertanyaan, serta berpendapat atau berargumen (Wangsa et al., 2017,
hlm. 28). Tarigan (2008, hlm. 3) berpendapat bahwasannya untuk
mengasah keterampilan berbicara maka diperlukan banyaknya
praktik serta latihan.
Wangsa, Suyana, Amalia & Setiawan (2017, hlm. 28) dalam
penelitiannya yang berjudul Upaya Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi dan Pemahaman Konsep Siswa Melalui Pembelajaran
Inkuiri Berbantu Teknik (TSTS) menjelaskan bahwa kemampuan
komunikasi siswa memiliki peran penting pada proses berjalannya
pembelajaran karena hal tersebut dapat merubah situasi
pembelajaran ke arah yang lebih baik dengan adanya interaksi sosial
antar siswa maupun antar siswa dengan guru.
Selain itu, menurut Veen dan Oers (2017, hlm. 4) pada
penelitiannya yang berjudul “Advances in research on classroom
dialogue: learning outcomes and assessments”, menunjukkan
74
bahwa studi tentang dialog kelas tidak difokuskan hanya pada hasil
belajar materi pelajaran, tetapi juga menunjukkan hasil berharga
lainnya yaitu kompetensi lisan seperti argumentatif dan
pengembangan identitas spesifik.
Tipe-tipe dialog yang muncul pada kelas A dan kelas B
memiliki perbedaan, Perbedaan ini dapat dilihat dari berbagai faktor
salah satunya ialah saat proses pembelajaran di kedua kelas tersebut.
Proses pembelajaran akan menjadi menyenangkan bagi siswa apabila
di dalamnya terdapat faktor-fakor yang mendukung kegiatan
tersebut. Faktor-faktor tersebut tidak hanya dari dalam diri siswa
(internal) namun juga dari luar (eksternal) salah satunya ialah guru.
Menurut Barnes (2008, hlm. 5) dalam penelitiannya ditemukan
banyak guru yang memliki tipe dialog lebih ke arah presentasi dan
menulis yang terlalu cepat ketika siswa berusaha mencerna informasi
baru. Sehingga siswa kesulitan untuk menghubungkan informasi
baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya.
Faktor eksternal ini seharusnya dimanfaatkan seorang guru
untuk menstimulus dan membantu siswa agar siswa dapat
mengekspresikan gagasan serta mengkomunikasikan ide ilmiahnya
(Wangsa et al., 2017, hlm. 28). Selain itu, agar siswa termotivasi
dalam kegiatan belajar. Motivasi yang rendah akan mengakibatkan
kemampuan penguasaan konsep siswa terhadap materi juga menjadi
rendah, karena untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik siswa
harus memiliki motivasi belajar yang kuat (Purpuniyanti, 2017, hlm.
246). Selain itu, lingkungan belajar juga perlu dipersiapkan untuk
mendukung kegiatan belajar selama proses pembelajaran karena hal
ini merupakan pusat pengajaran yang baik (Barnes, 2008, hlm. 6).
Sunyono dalam Sari, Sunyono dan Rosilawati (2018, hlm. 27)
menyebutkan bahwa untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa
dalam belajar kimia, guru harus berusaha menciptakan pembelajaran
75
yang inovatif dan kreatif agar kualitas pembelajaran dapat
meningkat.
Reward atau penghargaan ialah salah satu metode yang dapat
digunakan seorang guru untuk menumbuhkan motivasi serta rasa
kompetisi yang ada dalam diri siswa. Reward atau penghargaan ini
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan persentase
tipe dialog yang muncul pada kedua kelas tersebut, karena di kelas B
guru menerapkan metode ini untuk meningkatkan motivasi dan rasa
kompetisi siswa saat diskusi kelompok, sedangkan di kelas A guru
yang mengajar di kelas tersebut tidak menerapkan metode tersebut
sehingga tidak ada penghargaan khusus kepada siswa. Menurut
Karunia dan Khotimah (2015, hlm. 13) adanya pemberian reward
atau penghargaan menghasilkan suasana belajar yang lebih baik
daripada pembelajaran yang tidak menggunakan metode reward
tersebut. Ketika suasana kelas dirasa menyenangkan bagi siswa
maka siswa pun akan aktif dan antusias selama proses pembelajaran.
Oleh karena itu, hasil persentase tipe dialog yang muncul antar siswa
di antara kelas A dan kelas B, lebih banyak muncul di kelas B karena
siswa lebih aktif dengan adanya pemberian reward tersebut.
b. Tipe Dialog Antar Siswa yang Dominan Muncul pada Topik
Diskusi di Kelas A dan Kelas B
Persentase tipe dialog antar siswa yang paling tinggi muncul di
kelas A ada pada pertemuan pertama dengan total persentase 37%
yang terdiri dari 14% tipe dialog disputasional dan 23% tipe dialog
kumulatif, topik diskusi pada pertemuan ini ialah redoks. Kemudian
di susul oleh pertemuan kedua dengan total persentase 32% dan
pertemuan ketiga hanya 15%. Topik diskusi pada pertemuan kedua
dan ketiga ini ialah persamaan reaksi. Namun, dari ketiga pertemuan
di kelas Agama ini tipe dialog yang dominan ialah tipe kumulatif.
Sedangkan pada kelas B, persentase tipe dialog antar siswa
yang paling tinggi muncul pada pertemuan pertama dengan topik
76
diskusi persamaan reaksi dan persentase totalnya sekitar 63% yang
terdiri dari 23% tipe disputasional, 38% tipe kumulatif, dan 2% tipe
eksploratori. Kemudian disusul oleh pertemuan ketiga dengan topik
diskusi stoikiometri dengan total persentase 38% dan yang terakhir
pada pertemuan kedua dengan topik persamaan reaksi sekitar 28%.
Semakin tinggi persentase tipe dialog maka semakin tinggi pula
kemungkinan tipe-tipe dialog itu muncul seperti pada persentase tipe
dialog kelas B pada pertemuan pertama. Namun, Tipe dialog yang
dominan muncul pada kelas B tetap sama dengan kelas A ialah tipe
dialog kumulatif.
Ramli (2015, hlm. 56) dalam penelitiannya yang berjudul The
Nature of Dialogue in the Primary Science Classroom in Indonesia
menjelaskan bahwa saat ini tipe dialog antar siswa di tingkat sekolah
dasar pada mata pelajaran IPA atau sains di Indonesia sebagian besar
bersifat kumulatif. Tipe dialog ini ditandai oleh individu-inidvidu
yang tidak kritis menyetujui pendapat satu sama lain dalam rangka
untuk menjaga keharmonisan kelompok (Phillipson & Wegerif,
2017, hlm. 18). Tipe dialog kumulatif ini muncul karena memang
keterampilan berkomunikasi siswa yang masih rendah, berdasarkan
pengamatan peneliti bahwasanya di sekolah tersebut jarang diberikan
kesempatan untuk berdiskusi atau kesempatan untuk
mengembangkan dialog yang bersifat eksploratori. Menurut Asniar
(2016, hlm. 37) dalam penelitiannya bahwa untuk mengasah
keterampilan berbicara siswa diperlukan adanya pelatihan dan
pembiasaan dalam hal berargumentasi.
Tipe dialog eksploratori sebenarnya merupakan tipe dialog
yang diharapkan lebih banyak muncul pada diskusi siswa, karena
tipe dialog ini menunjukkan bahwa siswa berperan secara efektif
dalam kegiatan tersebut. Namun, pada kenyataannya proses
pembelajaran masih didominasi oleh guru atau berpusat pada guru
sehingga siswa menjadi pasif dan aktivitas belajar pun menjadi
77
rendah dengan begitu proses pembelajaran menjadi tidak
bersemangat dan tidak efektif (Barus & Sani, 2017, hlm. 17) . Hal
tersebut berbanding terbalik dengan kondisi tipe dialog eksploratori
menurut Barnes (2008, hlm. 4) bahwa tipe dialog eksploratori
menunjukkan bahwa siswa lebih fokus dan berusaha untuk
mengeluarkan ide, menyimak, melihat apa yang telah diciptakan,
serta menyusun informasi.
2. Karakterisitik Diskusi Antar Siswa dalam Pembelajaran Kimia
Karakteristik diskusi antar siswa dalam pembelajaran kimia di
kelas A dan kelas B dalam hal ini terbagi menjadi dua macam yaitu
materi dan non materi yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan 4.2 halaman
41. Tabel ini menunjukkan persentase dialog yang berkaitan dengan
materi dan non materi yang terlihat selama proses diskusi. Materi yang
dimaksud dalam hal ini ialah diskusi yang menghasilkan dialog antar
siswa yang membicarakan atau membahas materi pelajaran kimia di
dalamnya selama kegiatan diskusi, maka hal ini disebut dengan materi.
Sedangkan yang dimaksud non materi ialah sebaliknya yaitu dialog antar
siswa yang didalamnya tidak membicarakan atau membahas materi
pelajaran kimia, atau selama kegiatan diskusi tersebut siswa tidak
membahas topik yang seharusnya, pada kondisi seperti ini disebut
dengan non materi.
a. Konten Diskusi Antar Siswa dalam Pembelajaran Kimia di
Kelas A dan Kelas B
Persentase dialog yang memuat konten diskusi berupa materi
dan non materi pada mata pelajaran kimia di kelas A telah disajikan
dalam Tabel 4.1 halaman 41, hasil tersebut menunjukkan bahwa
ketiga pertemuan pada kelas A memiliki tingkat persentase yang
cukup rendah dengan nilai rata-rata 28%. Rendahnya persentase
dialog antar siswa dikarenakan bahwa pada kelas ini mata pelajaran
kimia merupakan hanya mata pelajaran lintas minat yang ditentukan
oleh kebijakan kurikulum yang baru. Berdasarkan Permendikbud
78
No. 64 Tahun 2014 tentang Peminatan pada Pendidikan Menengah,
bahwa lintas minat ialah sebuah program kurikuler yang disiapkan
untuk mengakomodasi perluasan minat, bakat dan/atau kemampuan
akademik siswa dengan orientasi penguasaan kelompok pada mata
pelajaran keilmuan di luar pilihan. Sedangkan bagi siswa kelas B
mata pelajaran kimia merupakan pelajaran yang wajib untuk mereka
pelajari lebih detail karena banyaknya materi prasyarat yang harus
dimiliki mereka sebelum memasuki materi pelajaran berikutnya yang
lebih dalam dan lebih tinggi tingkatannya. Hal tersebut berdampak
pada hasil persentase dialog antar siswa yang diperoleh yaitu rata-
rata 43%. Hasil dari persentase dialog antar siswa yang memuat
materi dan non materi pada kelas B dapat dilihat pada Tabel 4.2
halaman 41.
Materi yang dijadikan topik diskusi merupakan suatu bagian
yang penting, karena berperan sebagai kunci pada proses berjalannya
diskusi. Proses diskusi akan berjalan dengan baik apabila siswa
memahami dan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai topik
yang dijadikan sebagai bahan diskusi, seperti yang terjadi pada kelas
A dan kelas B. Pada kelas A topik yang dijadikan materi diskusi
pada mata pelajaran kimia ialah reaksi redoks dan persamaan reaksi,
dari kedua topik ini persentase dialog antar siswa yang membahas
materi kimia lebih tinggi muncul pada topik reaksi redoks dengan
persentase 37%, karena topik ini merupakan topik prasyarat untuk
materi selanjutnya yaitu materi persamaan reaksi. Oleh karena itu,
materi persamaan reaksi ini membutuhkan pengetahuan dan
pemahaman yang lebih mendalam sehingga dianggap lebih rumit
dibandingkan dengan materi prasyarat sebelumnya (redoks).
Menurut Astutik, Fariati dan Herunata (2017, hlm. 22-23) konsep-
konsep dalam materi kimia cenderung berkaitan satu dengan yang
lain, kesalahan memahami konsep pada salah satu materi cenderung
menimbulkan kesalahan konsep pada materi lain yang berkaitan
79
sehingga untuk memahami konsep materi yang lebih tinggi
tingkatannya diperlukan pemahaman konsep materi dasar secara
benar untuk membangun konsep materi yang baru. Hal ini menjadi
salah satu faktor pada materi persamaan reaksi di kelas A tidak
memiliki persentase yang lebih besar dari materi redoks dikarenakan
pada materi redoks pun persentase siswa yang mendiskusikan materi
hanya 37%.
Sedangkan pada kelas B topik yang dijadikan materi diskusi
pada mata pelajaran kimia ialah persamaan reaksi dan stoikiometri,
dari kedua topik tersebut persentase dialog antar siswa yang
membahas materi lebih tinggi muncul pada topik persamaan reaksi
(63%). Menurut Gabel, Samuel dan Hunn dalam Winarni, Ismayani
dan Fitriani (2013, hlm. 44) konsep persamaan reaksi ialah suatu
materi yang dibutuhkan dalam konsep stoikiometri karena konsep ini
merupakan salah satu jembatan untuk seluruh konsep kimia. Seperti
yang telah diketahui bahwa pada topik stoikiometri itu tidak hanya
berisi konsep-konsep teoritis namun juga melibatkan perhitungan
kimia seperti perhitungan jumlah mol zat, mengkonversikan jumlah
mol menjadi jumlah partikel, massa serta volume, tidak lupa
mengenai penentuan pereaksi pembatas dan juga menentukan rumus
kimia. Namun, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
memahami konsep kimia karena ilmu kimia yang bersifat abstrak.
Selain itu, siswa juga sulit membangun konsep dasar kimia karena
tidak terbiasa dalam memahami hubungan antar konsep kimia
(Widiyowati, 2014, hlm. 99-100). Seperti halnya pada materi
perhitungan kimia yang tidak hanya menuntut siswa untuk
menyelesaikan perhitungan kimia, namun siswa juga dituntut untuk
dapat menghubungkan konsep dasar sebelumnya lalu
menerapkannya pada konsep mengenai perhitungan kimia. Hal ini
menjadi salah satu faktor yang membuat materi perhitungan kimia
bukan materi yang mudah, karena perhitungan kimia merupakan
80
materi yang lebih rumit dan kompleks dibandingkan materi
persamaan reaksi. Dilihat dari persamaan kedua kelas tersebut,
dialog dalam diskusi lebih banyak terjadi pada topik yang tidak
terlalu rumit karena siswa lebih mudah untuk memahami materi-
materi tersebut.
81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipe-tipe dialog yang muncul
dan untuk mengetahui tipe dialog yang dominan antar siswa dalam
pembelajaran kimia. Berdasarkan hasil analisis serta pembahasan pada
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Tipe dialog pada diskusi antar siswa dalam pembelajaran kimia sesuai
dengan studi Mercer yaitu tipe dialog disputasional, kumulatif dan
eksploratori. Namun, ketiga tipe dialog tersebut muncul dengan
persentase yang berbeda beda dan beragam. Tipe dialog disputasional
pada kelas A pertemuan I 14%, pertemuan II 8% dan pertemuan III 5%,
sedangkan kelas B pada pertemuan I 23%, pertemuan II 4% dan
pertemuan III 11%. Kemudian, tipe dialog kumulatif pada kelas A
pertemuan I 23%, pertemuan II 24%, dan pertemuan III 10% pada kelas
B pertemuan I 38%, pertemuan II 23% dan pertemuan III 27%.
Selanjutnya, tipe dialog eksploratori di kelas A belum terlihat sedangkan
di kelas B 2% pada pertemuan pertama dan 1% pada pertemuan kedua.
Sisanya berupa non dialog atau dialog yang tidak sesuai dengan indikator
tipe dialog Mercer.
2. Tipe dialog yang lebih dominan muncul pada diskusi antar siswa dalam
pembelajaran kimia ialah tipe dialog kumulatif.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Eksplorasi
Tipe Dialog yang Muncul pada Percakapan Antar Siswa dalam Pembelajaran
Kimia, peneliti memberikan saran sebagai berikut:
82
1. Seorang guru sebaiknya memberikan ruang lebih banyak kepada siswa
untuk saling berdiskusi agar dialog siswa lebih terarah dan bermakna
sehingga tipe dialog yang dihasilkan lebih berkualitas.
2. Untuk mengetahui keterkaitan antara kualitas dialog siswa terhadap hasil
belajar atau prestasi belajar kimia siswa perlu dilakukan penelitian yang
lebihlanjut.
3. Dibutuhkan adanya proses pembelajaran yang menuntut siswa aktif
dalam berdiskusi agar kualitas dialog siswa terasah menjadi lebih baik.
83
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif : Sebuah Upaya Mendukung
Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada.
Alexander, R. (2017). Dialogic Teaching in Brief. Diakses dari
http://www.robinalexander.org.uk/wp-content/uploads/2012/10/Dialogic-
teaching-in-brief-170622.pdf.
Alvarez, C. A. (2014). Dialogue in the Classroom : The Ideal Method for Values
Education in Multicultural Contexts. Procedia – Social and Behavioral
Sciences “6th
International Conference on Intercultural Education”
“Education and Health : From a Transcultural Perspective, 132, 336-342.
Antika, R. R. (2014). Proses Pembelajaran Berbasis Student Centered Learning
(Studi Deskriptif di Sekolah Menengah Pertama Islam Baitul ‘Izzah,
Nganjuk). Biokultur, 3(1), 251-263.
Asniar. (2016). Profil Penalaran Ilmiah dan Kemampuan Berargumentasi
Mahasiswa Sains dan Non Sains. Jurnal Penelitian dan Pembelajaran
IPA, 2(1), 30-41.
Astuti, T. P., Fariati & Herunata. (2017). Identifikasi Konsep Sukar dan
Kesalahan Konsep Reaksi Redoks. Jurnal Zarah, 5(1), 22-28.
Aziz, M.A., Tarmedi, E & Untung, S.H. (2015). Hubungan Antara Kelompok
Teman Sebaya dengan Prestasi Belajar Siswa SMKN. Journal Of
Mechanical Engineering Education, 2(2), 233-238.
Barnes, D. (2008). Exploratory Talk in School : Inspired by the Work of Douglas
Barnes. doi:10.4135/9781446279526.
Barus, E. L & Sani, R. A. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Latihan Inkuiri
terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Usaha dan Energi di
Kelas X Semester II. Jurnal Inpafi, 5(4), 16-22.
Braun, V & Clarke, V. (2006). Using Thematic Analysis in Psychology.
Qualitative Research in Psychology, 3, 77-101.
84
Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Prenada Media Group.
Dahar, R. W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga.
Desstya, A., Haryono & Saputro, S. (2012). Pembelajaran Kimia dengan Metode
Teams Games Tournament (TGT) Menggunakan Media Animasi dan
Kartu Ditinjau dari Kemampuan Memori dan Gaya Belajar Siswa. Jurnal
Inkuiri, 1(3), 177-182.
Drummond, S. R, & Mercer, N. (2003). Scaffolding the Development of Effective
Collaboration and Learning. International Journal of Educational
Research, 39, 99-111.
Fatnar, V. N., & Anam, C. (2014). Kemampuan Interaksi Sosial Antara Remaja
yang Tingg.al di Pondok Pesantren dengan yang Tinggal Bersama
Keluarga. Jurnal Fakultas Psikologi, 2(2), 71-75.
Fetherston, T. (2006). Becoming an Effective Teacher (1st ed). Melbourne : Pty
Ltd.
Gunawan, I. (2013). Metode Penelitian Kualitatif : Teori dan Praktik (Edisi
Pertama). Jakarta : PT Bumi Aksara.
Hambali, I. (2016). Model Dialog “4d” untuk Meningkatkan Kesadaran Multi-
Kultural Siswa SMA di Kota Malang. Jurnal Kajian Bimbingan dan
Konseling, 1(3), 95-103.
Hasanah, M., Rudibyani, R.B & Tania, L. (2018). Penerapan Discovery Learning
untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Elaborasi pada Materi Larutan
Penyangga. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, 7(1), 142-153.
Hendrikus, D. W., (1990). Retorika : Terampil Berpidato, Berdiskusi,
Berargumentasi, Bernegosiasi. Jakarta : Kanisius.
Herdiansyah, H. (2010). Metodologi Penelitan Kualitatif : Untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta : Salemba Humanika.
Howe, C. (2013). Scaffolding in Context: Peer Interaction and Abstract Learning.
Learning, Culture and Social Interaction, 2, 3-10.
Howe, C. (2017). Advances in Research on Classroom Dialogue: Commentary on
the Articles. Learning and Instruction, 48, 61-65.
85
Irawan, A. (2014). Pengaruh Kecerdasan Numerik dan Penguasaan Konsep
Matematika terhadap Kemampuan Berpikir Kritik Matematika. Jurnal
Formatif, 4(1), 46-55.
Istiana, G. A., Catur S, A. N & Sukardjo, J. S. (2015). Penerapan Model
Pembelajaran Discovery Learning untuk Meningkatkan Aktivitas dan
Prestasi Belajar Pokok Bahasan Larutan Penyangga pada Siswa Kelas XI
IPA Semester II SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2013/2014.
Jurnal Pendidikan Kimia, 4(2), 65-73.
Karunia, N. D & Khotimah, R. P. (2015). Pengaruh Pemberian Reward terhadap
Hasil Belajar Matematika Siswa ditinjau dari Sikap Siswa dalam Belajar.
(Artikel Publikasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta). Diakses Dari
http://eprints.ums.ac.id/32900/9/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf.
Liliweri, A. (2014). Sosiologi dan Komunikasi Organisasi (Edisi Pertama).
Jakarta : PT Bumi Aksara.
Machali, I. (2014). Kebijakan Perubahan Kurikulum 2013 dalam Menyongsong
Indonesia Emas Tahun 2045. Jurnal pendidikan islam, 4(1), 71-94.
Maisarah, S., Mahmud, S & Subhayni. (2017). Ragam Pertanyaan yang
Digunakan Guru dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pada
Kelas XI SMA Negeri 1 Ingin Jaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Jurusan
PBSI, 2(2), 178-191.
Mamin, R. (2008). Penerapan Metode Pembelajaran Scaffolding pada Pokok
Bahasan Sistem Periodik Unsur. Jurnal Chemica, 10(2), 55-60.
Marlina, M. E. (2013). Kurikulum 2013 yang Berkarakter. Jurnal Pendidikan
Ilmu-Ilmu Sosial, 5(2), 27-38.
Melchioriyusni., Zikra & Said, A. (2013). Interaksi Sosial Siswa dengan
Kelompok Teman Sebaya di Sekolah dan Implikasinya terhadap
Pelayanan BK. Jurnal Konseling dan Pendidikan, 1(2), 102-108.
Mercer, N & Dawes, L. (2014). The Study of Talk Between Teachers and
Students, from the 1970s until the 2010s. Oxford Review of Education,
40(4), 430-445.
86
Mercer, N (2008). The Seeds of Time: Why Classroom Dialogue Needs a
Temporal Analysis. Journal of the Learning Sciences, 17(1), 33-59.
Mercer, N & Littleton, K. (2007). Dialogue and the Development of Children’s
Thingking : A sosiocultural approach. New York : Routledge.
Muhonen, H., Puttonen, H. R., Pakarinen, E., Poikkeus, A. M & Lerkkanen,
M.K. (2016). Scaffolding Through Dialogic Teaching in Early School
Classrooms. Teaching and Teacher Education, 55, 143-154.
Mursidi, A. (2016). Dominasi Kiai dalam Pendidikan di Pondok Pesantren Ihya’
Ulumiddin. Jurnal Historia, 4(2), 91-102.
Muslim, A. (2013). Interaksi sosial dalam masyarakat multietnis. Jurnal diskursus
islam, 1(3), 484-494.
Nurhidayati, E. (2017). Pedagogi Konstruktivisme dalam Praksis Pendidikan
Indonesia. Indonesian Journal of Educational Counseling, 1(1), 1-14.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2014 tentang
Peminatan pada Pendidikan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013 tentang
Implementasi Kurikulum Lampiran IV.
Phillipson, N & Wegerif, R. (2017). Dialogic Education : Mastering Core
Concepts Through Thinking Together. New York : Routledge
Prastowo, A. (2012). Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Yogyarta : Ar-Ruzz Media.
Prianto, T. P. (2017). Metode Diskusi Macromedia Flash untuk Peningkatan
Hasil Belajar Alat Ukur Mekanik. Jurnal Taman Vokasi, 5(1), 31-39.
Purpuniyanti, M. (2017). Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Kimia melalui
Pembelajaran Kooperatif STAD ( Student Teams Achievement Division)
pada Pokok Pembahasan Larutan Penyangga Siswa Kelas XI IPA 2
SMAN 1 Wonosegoro Tahun Pelajaran 2016/2017. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Sains, 243-248.
Rahmawati1, V. E & Yani, D. P. (2014). Hubungan Interaksi Sosial dengan Hasil
Prestasi Belajar Mahasiswa Semester IV Program Studi Diploma III
Kebidanan Unipdu Jombang. Jurnal Edu Health, 4(2), 104-111.
87
Ramli, M. (2015). The Nature of Dialogue in the Primary Science Classroom in
Indonesia. International Journal of Teaching and Education, 3(4), 54-67.
Rifa’I, M. (2011). Sosiologi Pendidikan : Struktur dan Interaksi Sosial di dalam
Institusi Pendidikan. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Rusman, Kurniawan, D & Riyana, C. (2015). Pembelajaran Berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi : Mengembangkan Profesionalitas Guru (Edisi
Pertama). Jakarta : Rajawali Press.
Santosa, S. (2004). Dinamika Kelompok (Edisi Revisi). Jakarta : PT Bumi Aksara.
Sari, N. M. R., Sunyono & Rosilawati, I. (2018). Pengaruh Scaffolding dalam
Pembelajaran SiMaYang untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan
Penguasaan Konsep. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, 7(1),
26-37.
Soekanto, S. (2002). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Suyono & Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran : Teori dan Konsep Dasar.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Tarigan, D & Tarigan, H. G. (1987). Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa.
Bandung : Angkasa.
Tarigan, D. (2005). Pendidikan Keterampilan Bahasa. Jakarta : Universitas
Terbuka.
Tarigan, H. G. (2008). Menyimak : Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung : Angkasa.
Thobroni, M. (2015). Belajar dan Pembeajaran : Teori dan Praktik. Yogyakarta :
Ar-Ruzz Media.
Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.
Van Der Veen, C & Oers, B,V. (2017). Advances in Research on Classroom
Dialogue: Learning Outcomes And Assessments. Learning and
Instruction, 48,1-4.
88
Van Der Veen, C., Van Kruistum, C & Michaels, S. (2015). Communicating: A
Commentary On Marsal. Mind, Culture, And Activity, 22, 320-325.
Walgito, B. (2010). Psikologi Kelompok. Yogyakarta : C.V Andi Offset.
Wangsa P. P. G., Suyana, I., Amalia, L & Setiawan, A. (2017). Upaya
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemahaman Konsep Siswa
melalui Pembelajaran Inkuiri Berbantu Teknik TSTS (Pada Materi Gerak
Lurus di SMAN 6 Bandung). Jurnal Wahana Pendidikan Fisika, 2(2), 27-
31.
Widiyowati, I. I. (2014). Hubungan Pemahaman Konsep Struktur Atom Dan
Sistem Periodik Unsur Dengan Hasil Belajar Kimia Pada Pokok Bahasan
Ikatan Kimia. Pancaran, 3(4), 99-116.
Wijaya, R. S. (2015). Hubungan Kemandirian dengan Aktivitas Belajar Siswa.
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling, 1(3), 40- 45.
Winarni, S., Ismayani, A & Fitriani. (2013). Kesalahan Konsep Materi
Stoikiometri yang Dialami Siswa SMA. Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA,
14(1), 43-59.
89
Lampiran 1 Transkrip Dialog kelas IPA
Kelas X IPA 1
Tanggal 03 April 2018
Materi Persamaan Reaksi
Keterangan
T : Teacher (guru)
O : Observer (peneliti)
S1, S2, S…dst : Siswa 1, Siswa 2, Siswa…, dst
Si : Siswi
Sa : Siswa
SS : Siswa-siswi
Kategori Tipe Dialog
Disputasional Dialog berwarna hijau
Kumulatif Dialog berwarna biru
Eksploratori Dialog berwarna ungu
Pendialog Dialog Jenis Dialog
O
jangan diapa-apain ya tolong (bicara pada salah
satu siswa dari kelompok lain yang duduk dekat
dengan alat rekam sambil menempelkan kedua
telapak tangan)
Sa emangnya saya Tuhan harus begini? (berbicara
sambil memperagakan yang dilakukan observer)
T perhatikan-perhatikan.. ssyuuuttt..! Ramagi….
Si iya bu (siswi lain yang menjawab)
Sa iya bu (siswa yang bernama ramagi menjawab)
T
duduk. Di situ dituliskan ya, CH4 direaksikan
dengan ? O2 ya kan? Halloo?? (menunggu
respon siswa). *tidak terdengar jelas* sendiri itu
lho..
Si iya O2 (seorang siswi menjawab)
S6 lu dulu apa reyhan dulu ? (bertanya pada S1
untuk menuliskan urutan nama kelompok)
S1 reyhan dulu.
T CH4..
90
Si jika direaksikan (seorang siswa melanjutkan
membaca soal)
T direaksikan dengan ?
Si O2
T O2. Menghasilkan apa itu ?
S5 karbondioksida dan uap air.
T karbondioksida itu apa ?
SS CO2
Sa besok libur.. besok libur.. (seorang siswa dari
kelompok lain berbicara sendiri)
T CO ? du?
SS duaaaa…
T di tambah apa ?
SS ini, uap air..
T uap air. Air itu apa air ?
SS H2O
T gitu reaksinya nanti tinggal ngisi titik titiknya
itu..
S1 oohhh…
T yo lanjut terus.. yang udah selesai langsung
kumpulin ke depan.
S5 ada kertas ga?
Si ayo gecee….. (siswi lain pada kelompoknya)
S1 pake pulpen apa pensil? (bertanya pada S2)
S2 pake pul.. pensil aja dulu.
S4
nih gua ada itu ko (bicara pada S5) | jadi
sekarang kalo *tidak terdengar jelas* (bertanya
pada S1)
S1 langsung aja (pada S4). | *tidak terdengar jelas*
pensil gua (pada S2)
O diem dong say… (menegur halus siswa yang
ingin memainkan kamera)
S4 gua dong gentian (meminta selembaran kertas
soal pada S6)
S2 *tidak terdengar jelas* pensil aul (bicara pada
S1)
Sa reyhan reyhan… gini han (memanggil S4)
S4 *membaca soal*
O 1,2,3,4,5,6 (menghitung jumlah siswa pada
91
kelompok tersebut)
Sa ye di sini ga diadain saya masih di sono (bicara
pada observer)
O kerja.. bantuin temennya..(menegur siswa
tersebut)
S6 dari mana sih awalnya..? (bertanya pada S5)
S5 ga dikasih halaman ya tadi ? (pada S6)
S6 engga masalahnya… ini ada 4 lembar doang
S5
yaudah gapapa entar diituin.. (pada S6) | kakak..
nanti urutin lagi *tidak terdengar jelas* (pada
observer meminta untuk mengurutkan kertasnya
lagi nanti)
T selisihnya dua dua (mengumumkan nilai pada
siswa)
S1 2Mg + O2 = 2Mg *tidak terdengar jelas*
(berdiskusi dengan S2)
O dicopotin ? haha (pada S6)
T *tidak terdengar jelas*
Si kak suci kak kak.. kak..kak kak.. (seorang siswi
memanggil observer)
S2 kak ini kaya gini doang kan ? bertanya pada
observer)
S6
kak.. ini materi ya? (bertanya sambil
menunjukkan salah satu lembar diskusi pada
observer)
O kenapa?
S6 ini materi ?
S4
eh dil di.. ini ko *tidak terdengar jelas* ini
maksudnya apa ini atom-atom (bertanya pada
S5)
O
ini di isi nih berapa angka angkanya… cara
matematik ini lho (sambil menunjuk kerts
tersebut)
T
titik titiknya diisi titik titiknya. Eh dikirinya..,
makanya kalo dipisah bikin *tidak terdengar
jelas*
S6 iya bu shafa bingung…
S2 *tidak terdengar jelas*
S1 langsung aja…
92
S2 *tidak terdengar jelas*
S1 kan ini dikali
S4 bu bu yang ini itu ya? yang mana sih ? (bertanya
pada guru)
T yang ini yang itu ?
S4 kalo yang ini ? (bertanya pada guru)
S6 sebelumnya yang mana ya ? (mencari kertas soal
yang lain dan bicara pada S5)
S5 dhiya udah lupa ini kan *tidak terdengar jelas*
(mencoba mencocokkan keterkaitan kertas soal)
T lah iya ini ..
S4 oh berarti misalnya nyari ? (pada guru)
T yang itu kan depan itu yang halaman 2 kan?
(merespon S4)
S4 yang.. yang dikiri itunya berapa…? (bertanya
pada guru)
T hheemm
S4 ohh… | ini nih (pada S5)
S5 *tidak terdengar jelas*( mengambil kertas soal
dari S4)
S4 ini yang di papan tulis kan ? (bertanya pada S5)
Disputasional
: Indikator 2
dan 3
S1 & S2 *tidak terdengar jelas* (berdiskusi)
S5 ini sambungin dulu… (bicara pada S6 sambil
mengurutkan kertas soal)
S4 dhi.. ini yang di papan tulis kan? (bertanya pada
S5)
S2
*tidak terdengar jelas*kalo ini 2 berarti ini 2 ya?
1,2. Ini 5, 4, 5 *tidak terdengar jelas* (bicara
dengan S1)
S4 bukan ? (bertanya pada S5)
S5 ini ditulisin (bicara dengan S4)
S4 itu juga yang di sono (bicara dengan S5 dan
menunjuk papan tulis)
S5 ya.. lanjutannya… (bicara dengan S4)
S2 make 4 (membicarakan soal lain dengan S1)
S1 4 + (membicarakan soal lain dengan S2)
S6 coba sini… (meminta salah satu kertas soal pada
S6)
Disputasional
: Indikator 1
dan 3 S3 engga.. engga.. lu gak usah liat sono lu liat soal
93
ini aja yang pertama dulu makanya disuruh isi
yang pertama dulu… (bicara pada S4)
S5 ini… (bicara dengan S4 sambil menepuk-nepuk
kertas soal)
S4 tadi itu… (bicara dengan S3 sambil menunjuk
papan tulis)
S2 tambah 5 ya 5 ? (bicara dengan S1)
S1 tapi ini? (bicaraa dengan S2)
S2 *tidak terdengar jelas*
S5 emang reaktan ? (bertanya pada S6 yang sedang
menulis jawaban)
S3 beda ini yang di sini (bicara dengan S4 sambil
menunjuk kertas soal)
S6 ini kan di sebelah ini, ini kan di sebelah kiri.. ini
di sebelah kanan..
S5 *tidak terdengar jelas*
S1 menjadi? (bicara bersamaan dengan S2)
S2 menjadi? (bicara bersamaan dengan S1)
S1 & S2 *tidak terdengar jelas* (berdiskusi mengerjakan
soal)
S6 terus mana lagi ? (bertanya mengenai soal
selanjutnya pada S5)
Kumulatif :
Indikator 1
dan 2
S5 iya iya iya ini (memberikan kertas soal pada S5)
S1 iya bener (berbicara dengan S2)
S6 halamanin aja ya? (bertanya pada S5)
S5
2 atau ini 3 bukan ? (memberi tahu urutan
halaman pada kertas tersebut), ini taro paling
belakang kayaknya. (mellihat kertas soal yang
sedang dikerjakan oleh S1 & S2)
S1 I ? (bicara dengan S2)
S2 2 (pada S1)
S1 = ? *tidak terdengar jelas* ini 4 ya? (pada S2)
S2 *tidak terdengar jelas* (diskusi dengan S1)
S1 O-nya 4 ya? (bertanya pada S2)
S4 i i.. ? (bicara paada kamera)
S2 *tidak terdengar jelas* (bicara dengan S1)
S1 10? (bertanya pada S2) | Al ini 2 (membaca soal)
S2 *tidak terdengar jelas*
S6 emang ini apa? (bertanya pada S5) Kumulatif :
94
S5 (menunjukkan yang ditanya S6 di kertas soal) Indikator 1
dan 2 S6
(membaca soal) reaktan atau apa tadi ?? oh ini
pereaksi…
S5 pereaksi.. (merespon S6)
S5 pereaksi disebut pereaksi tulis cepetan (meminta
S6 untuk menulis)
S6 produk atau? (bertanya pada S5)
S5 hasil. Hasil reaksi (menjawab S6)
S2 Al nya 2 *tidak terdengar jelas* satu-satu… Disputasional
: Indikator 3 S1 gimana Aul ? (bertanya pada S2)
S2 berarti jangan 2 (bicara dengan S1)
S2 di sini dibagi 8 2 4, O-nya? (bicara dengan S1
sambil berhitung untuk menyelesaikan soal)
Kumulatif :
Indikator 1
dan 2
S1 ini 3.. (bicara dengan S2)
S2 iyaa.. (berbicara dengan S1) K2
S1 gimana tadi ? 2Al + 3 (bertanya pada S2)
S2 4 n nya.. (berbicara dengan S1)
S4 ini yang mana ? (tiba-tiba bertanya pada S5)
S1 hah ? (merespon S2)
S5 (menunjukkan bagian yang ditanya oleh S4
dikertas soal)
S4 tau.. itunya yang mana? (bertanya kembali pada
S5)
S5 *tidak terdengar jelas*
S2 di sini 4 kan ? nah di sini 2. Jadi sama… (bicara
dengan S1)
S1 ini 4.. eh gak mungkin (bicara dengan S2)
S6
kayaknya nungguin yang ini selesai dulu deh
ya… (bicara pada teman-temannya yang lain
sambil melihat kertas soal yang dikerjakan oleh
S1 & S2) Disputasional
: Indikator 3
dan 7 S3 lah ? sesuai halamannya dulu… (merespon S6)
S4 engga… (merespon S6)
O engga.. itu ngerjainnya bertahap..
S5 *tidak terdengar jelas* (merespon S6)
S6 ya kan ka?
Disputasional
: Indikator 1
S4 oohhhhh ini nih…
O ke sini dulu, ke sini dulu.. kesini.. bertahap..
S5 ke sini, ke sini, baru ke sini.. (membantu
95
menjelaskan proses pengerjaannya pada S6)
S3
ga usah langsung kerjain semua… (memprotes
temannya karena pengerjaan soal dibagi-bagi
tidak bersama-sama karena ada proses
tahapannnya)
T kalo diputus itunya kertasnya staplesnya harus
tau urutannya…
S5 iya bu..
T halaman 1 mana tadi, halaman 2, halaman 3.. D1
S1 penghapus mana dah ? penghapus –penghapus
… (bertanya pada temannya)
Kumulatif :
Indikator 1
S2 ini 4 ya? (bertanya pada S1)
S6 niih nih nih nih.. (memberikan penghapus pada
S1)
S4
(membaca soal) ini ini gua tau nih.. gua kerjain
ya (meminta izin pada teman-temannya untuk
mengerjakan salah satu soal)
S5 *tidak terdengar jelas* pake pensil (memberikan
pensil untuk S4 mengerjakan)
S6 (membaca soal)
S4
jika harga a =1, a = c diperoleh c = 1. Dari
persamaan 2a = d, diperoleh d = 2(1) 2, d = 2.
harga a = 1 dan c = 1, maka dapat dicari harga b
dari persamaan: 2b = 2c ? 2c tuh 2 + d | 2+2 | 2 +
2 ? (membaca dan mengerjakan soal)
S1 gimana ul jadinya? 2x2 = 4. 4 as ga bisa ya?
(bertanya pada S2)
S2 *tidak terdengar jelas*
S5 (membaca soal) K1
S5 & S6 (membaca soal yang sama)
S6 misi dah aul.. (mengambil kertas soal yang ada
pada S1 dan S2)
Sa eh ini ko AC nya mati dah, nyalain dong AC
(seorang siswa bertanya pada temannya)
T ga bisa ya? yaudah kalo gabisa yaudah.. (pada
siswa yang mencoba menyalakan AC)
S5 & S6 Atom-atom apa saja yang terlibat dalam reaksi
pembakaran gas metana (membaca soal)
Kumulatif :
Indikator 1
dan 2 S1 4Al + 3O2 = 2Al2O3 (bicara dengan S2)
96
S3 2 x 1? 2 x 1? (membantu S4 mengerjakan dan
bertanya pada diri sendiri)
S4 2+2 berapa? (bertanya pada S3)
S3 4. (menjawab S4)
S4 4. (meyakinkan jawaban S3)
S3 satu emang? (bertanya pada S4)
S4 iya.. (menjawab S3)
S6 CH4 gas metana, bener gak si? Atom apa saja
berarti ini atom kan ? (bicara dengan S5)
S5 oksigen. O2, CO2 H2O (bicara dengan S6)
S6 sekarang O2 CO2 H2O pas. Yuk misalnya isi dulu
yak pake pensil (bicara dengan S5)
S3 emang d nya 2? (bertanya pada S4)
S4 iya. 2a = d (menjawab S3)
S3 oh iya. (bicara dengan S4)
S4 maka harga b = ? (bertanya pada S3)
S6 Pensil gua mana sii (bicara dengan S5 kemudian
mencari pensilnya)
S3 2. b-nya 2 (menjawab S4)
Si ka suci ka suci… (seorang siswi memanggil
observer)
S4 Masukkan koefisien tersebut dalam persamaan
reaksi ! (membaca perintah soal selanjutnya)
Kumulatif :
Indikator 2 S1
eh ini gimana coba liat dah ? (menunjukkan hasil
pengerjaan soalnya dengan S2 kepada teman-
teman sekelompoknya yang lain?
S3 (mengabil kertas soal yang dipegang S4)
S4 ohhh ini… (mengerti yang dimaksud soal) K2
S2 ini salah satunya mana ini kan harusnya Al
(bertanya pada S1)
Disputasional
: Indikator 1
dan 3
S1 ini Al (bicara dengan S2)
S2 *tidak terdengar jelas*
S6 misi dah (merasa terhalangi oleh kertas soal yang
dipegang S1)
S5 ya bener udah.. (bicara dengan S1)
S2 tapi a nya ? (bertanya pada S1 & S5)
S1 iya ini 2 ini beda (bicara dengan S2 & S5)
S5 ini a-nya, a-nya 4, ini a-nya ? (bicara dengan S1
& S2)
97
S2 ini a-nya 2 (bicara dengan S1 & S5)
S5 2. (bicara dengan S1 & S2)
S1 ini kan 2x2 aul… (bicara dengan S2)
S2 kan yang di kali 2 ini doang L nya 4, A nya
1,berarti 2x1 (bicara dengan S1)
S6 oohhhh… dhiya dhiya dhiya.., eh ada ada punya
gua bawa inian ga ? (bicara dengan S5)
S4 eh dhil dhil dhil lu ngerti kaga ? *tidak
terdengar jelas* (bicara dengan S5)
Kumulatif :
Indikator 1
S1 ini Al2. 2 x 2 ? 4 (bicara dengan S2)
S5 *tidak terdengar jelas* (bicara dengan S4)
S6
CH4 kan bener kan gas metana kan ? oleh
oksigen berarti hasilnya C terus O (berbicara
dengan S5)
S5 iya O2 CO2 H2O (berbicara denan S6)
S6 engga… C, O sama H
S5 o iya ya atom ya.. (berbicara dengan S6)
S6
*tidak terdengar jelas* tuh kan ya.. ya kan?
(bicara dengan S5 sambil menjelaskan yang
dimaksud kertas soal)
S1 nih 2x2 kan 4 sama sama C ada 2, 4C. 4 4C
(menjelaskan pada S2)
Disputasional
: Indikator 3
S2 ini kan 4, 4x1 ini 2x2, kalo ini kan 4x1 2x1
bukan 2x2 (bicara dengan S1)
S1 emang harus sama ? (bicara dengan S2)
S2 kan sama kan? (bicara dengan S1)
S1 kan sama ini 4sama L. 2x2 ? (bicara dengan S2)
S2 kan yang sama L nya bukan sama A (bicara
dengan S1)
S1 ini nih ..! (mengoper barang dari S6 yang
dipinjam siswi lain)
S2 *tidak terdengar jelas*
S1 Al itu satu itu …(bicara dengan S2)
S2 emang? (pada S1)
S4 iya ya.. *tidak terdengr jelas* sama dengan 1?
(berbicara dengan S3) Kumulatif :
Indikator 1
dan 2
S3 ini apaan nih? (bertanya pada S4)
S3 yang sebelah kiri nih (bicara dengan S4)
S4 ooohhh… (bicara dengan S3)
98
S3 atom C a ya kan? (bertanya pada S4)
S4 terus Al (bicara dengan S3)
S4 terus, jumlah sesudah reaksi sama dengan c
(bicara dengan S3)
S3 *tidak terdengar jelas*
S4 nih.. huruf C sebelum reaksi a sesudah reaksi c. a
nya satu c nya satu (berbicara dengan S3)
S4 karena ini C. a c 1 berarti ini c ya? yak an ?
(bertanya pada S3)
S4 4a, 4a berarti. (berdiskusi dengan S3)
S4 4
S4 ini mana nih? 2d, 2. O = 2b , 2b itu 4. 2c, 2 + 2
(bicara dengan S3)
S3 4
S4 2d, 2 (bicara dengan S3)
S5 bacain ya (berbicara dengan S6)
Kumulatif :
Indikator 1
S6 C, O sama H. (bicara dengan S5)
S5 mana lagi ? (bicara dengan S6 melihat soal
selanjutnya)
Si Si : shafa shafa eh *tidak terdengar jelas*
dong (meminjam sesuatu pada S6)
S6
(membaca soal) sebelumnya.. ini kita itung gak
sih *tidak terdengar jelas* ini kita itung ga?
(bertanya pada S5)
S1 iya Al itu satu ituu… (pada S2) | ini bener ga sih
shaf ? (bertanya pada S6)
S5 kalo di itung ini nih (pada S6)
S6 ini ya *tidak terdengar jelas* (pada S5) | apaan ?
(merespon S1)
S1 shafa ini bener gaa? (bertanya pada S6)
Disputasional
: Indikator 1
dan 3
S2 ininya A nya kan ya salah ya? (bertanya pada
S6)
S1 dua (bicara dengan S6)
S6 A-nya 4 kali lah, 2 bener (sambil memeriksa
jawaban temannya)
S1 bener engga ? (bertanya pada S6)
S6 bener… (menjawab S1)
S1 Al itu tuh satu itu… satu bebas.. (berbicara
dengan S2)
99
S5 ini nih… (bicara dengan S6) Disputasional
: Indikator 2 S6 *tidak tedengar jelas*
S5 di coret coretan aja.. (bicara dengan S6)
S2 *tidak terdengar jelas*
S1
pantesan ya aul,gua jadi bingung.. kan tadi gua
udah , gua udah..… O-nya berapa? (bicara
dengan S2)
S2 *tidak terdengar jelas* konsentrasi! (bicara
dengan S1)
S6 CH4 + O2 CO2 + H2O (bicara dengan S5)
S4 eh udah nih (bicara dengan S5)
Disputasional
: Indikator 3
S1 & s2 *tidak terdengar jelas* (berdiskusi)
S3 kalo yang ini? belom ? (bicara dengan S4)
S4 eh gua tinggal yang ini doang nih woy (bicara
dengan S5)
S1 3.
Kumulatif :
Indikator 1
dan 2
S2 3x2 = 6 *tidak terdengar jelas*
S6 sekarang aja (pada S5)
S1 3. 3 masa 3 ? iya ga?
S2
iya 2. Iya iya iya… gimana nis? Coba *tidak
terdengar jelas* tambahin di situ 2 (bertanya
pada S1)
S5 & s6 *tidak terdengar jelas* (berdiskusi)
S1 4. (pada S2)
S4 nih H-nya berarti 4 dong.. (bicara dengan S3)
S5 bener engga? (bicara dengan S6)
T ayo cepet cepet cepet..
S2 iya (bicara dengan S1)
Kumulatif :
Indikator 1
S1 O-nya ? (bertanya pada S2)
S2 O-nya diginiin kan 4. (bicara dengan S1)
S1 O-nya ini 4 ditambah 2 6 sama… nahhhh…
(bicara dengan S2)
S1 C3
S2 C3H8
S1 C3H8
S2 tambah.
S1 tambah?
S2 3O2
S1 3O2 (kemudian melanjutkan mencatat hasil
100
jawaban)
S5 1 berarti dikali 3. O ini satu yang ini 2 *tidak
terdengar jelas* (berbicara dengan S6)
Disputasional
: Indikator 1
dan 4
S4 eh nih udah nih
S5 tar dulu tar dulu tar dulu bentar..
S6
(mengambil kertas soal yang sudah dikerjakan
oleh S4 dan S3 serta melihat hasil jawaban yang
dikerjakan S4 dan S3)
S4 yang ini doang, nomor 2 dong.. (menunjukkan
hasil jawaban yang sudah dikerjakan pada S6)
S6 Masukkan koefisien tersebut (membaca soal),
angkanya masukin..
S4 angka apaan ? ini satu ini satu gitu ? bantuin
dong gua *tidak terdengar jelas* banget
S1 & s2 *tidak terdengar jelas* (berdiskusi)
S5 bu … (memanggil guru)
Kumulatif :
Indikator 1
dan 2
T hmmmm?
S5 ini kan *tidak terdengar jelas* (menjelaskan
pertanyaan)
T bukan itu sebelum disetarakan… !
S4 kayak gini nih… (pada S5)
T dibaca dibaca dibaca..!
S6 *tidak terdengar jelas* sebelah kiri sama sebelah
kanan (menjelaskan pada S5)
S5 sebelum dan sesudah.. (bicara dengan S5)
S6 ini sebelum yang ini sesudah… (bicara dengan
S5)
S4 eh shaf ini belum… (bicara dengan S6)
S1 Cl-nya 2. *tidak terdengar jelas* ini nya 2
(bicara dengan S2)
S2 iya pas pas pas pas.. (bicara dengan S1)
Si yang ini 2Al punya Al sama O kan? (seorang
siswi bertanya pada guru)
Sa Al doang kan bu? (seorang siswa dari kelompok
siswi tersebut menambahkan)
T Al doang…. Ini kan udah ada plus nyaa (guru
menjelaskan pada siswi yang bertanya tersebut)
Si Ohhhhh
T oohhhhhhhh…. (mengulang siswi tersebut)
101
S6 ka suci mana ya? (mencari observer untuk
bertanya)
Sa eehh heehh (seorang siswa yang terkena kamere
karena S6 keluar menyenggolnya)
S6 eeeehhh sorry (meminta maaf pada siswa
tersebut)
S1 & s2 *tidak terdengar jelas* (berdiskusi
menyelesaikan soal)
T
heeh dimasukin ke sini ya kan a nya ketemu
berapa b nya ketemu berapa (menjelaskan pada
salah satu siswi yang bertanya)
S6 tinggal lu masukin doang alisa.. (berbicara pada
siswa lain)
T
ayo ayo yang halaman terakhir banyak
kerjaannya itu… (mengingatkan kembali pada
siswa siswi agar segera menyelesaikannya)
Sa iya bu… (seorang siswa menjawab)
S6 *tidak terdengar jelas* (menjelaskan pada S4)
S2 Zn *tidak terdengar jelas* H-nya 2 (bicara
dengan S1)
Kumulatif :
Indikator 1
dan 2
S1 H-nya 2, nah sekarang a. (bicaea dengan S2)
S4 eh maksdunya gimana sih ?abcd? (bertanya pada
S6)
S3 apaan si? (ikut ertanya pada S6)
S6 (mau memberikan kertas soal tersebut kembali
pada S4)
S4 lu aja deh lu aja.. (menyerahkan soal tersebut
pada S6)
S6 nah sekarang satu. (bicara dengan S4)
S4 a nya 1 (bicara dengan S6)
S6 ini ? b misalnya (bicara dengan S4)
S4 b b-nya 2 (bicara dengan S6)
S6 yang c? (bicara dengan S4)
S4 c-nya satu (bicara dengan S6)
S3 S3 : satu (bicara dengan S6)
S3 & s4 d dua. (pada S6)
S1 itu mana yang kotak-kotak?? Eh yang kotak
kotak.. tabel periodic.(bicara pada S2)
T yang belum *tidak terdengar jelas* alasannya !
102
(pada para siswa siswi)
S2 eh shafa ada tabel perioik ga? (bicara pada S6)
S4 ah gampang… (bicara pada S3 mengenai soal
yang dikerjakan)
S6 hah ? ada ! (pada S2)
S1 lu lu banyak kerjaan ? (pada S4)
S4 udah e z (pada S1)
S1 engga ada kocak.. (bicara dengan S4)
S4 ez tau ez engga? (bicara dengan S1)
S6 ada tadi mana ya? (bicara pada S6)
S5 tadi ? (bicara pada S6)
S6 nih nih nih (menemukan tabel periodic unsur
yang dicari S2)
S6 mana lagi deuh mana deuh? (bicara pada S5
untuk mengerjakan soal yang lain)
S5 ini (bicara dengan S6)
S6 c-nya sebelum reaksi berarti berapa nih? (bicara
pada S5)
Kumulatif :
Indikator 2
S5 *tidak terdengar jelas*
S6 terus sesudahnya c nya berapa? (bicara dengan
S5)
S5 *tidak terdengar jelas* terus ini 2. berarti…
(bicara dengan S6)
S2 itu apaan reaksi logam natrium. (bicara dengan
S1)
Disputasional
: Indikator 1,
2 dan 5
S1
reaksi logam natrium .. logam natrium dengan…
logam natrium mana logam natrium? (bicara
dengan S2 sambil membaca soal)
S2 L L L L L (mencari logam natrium dalam tabel
unsure periodic)
S1 & s2 (mencari logam natrium dalam tabel periodic
unsur)
S1
cari logam natrium (meminta bantuan temannya
S3 untuk mencari logam natrium dalam tabel
periodic unsur)
S4 *tidak terdengar jelas* natrium disini eg*
sodium itu Na..!
S3 *tidak terdengar jelas*
S2 logam natrium, terus? Asam klorida? (bicara
103
dengan S1)
S1 asam klorida.. (bicara dengan S2)
S2 asam klorida CO du? (bicara dengan S1)
S1 NaOH ya? (bicara dengan S2 )
S4 nih natrium sodium (bicara dengan S3)
S2 eh shafa asam kloridan apaan shafa? (bicara
dengan S6)
Kumulatif :
Indikator 1
dan 2
S1 NaOH bukan sii asam klorida ? (bicara dengan
S6)
S5 NaOH NaOH NaOH (bicara dengan S1)
S6 N a O H (bicara dengan S1)
S2 iya N a O H (bicara dengan S2)
S1 kalo misalkan logam natrium ? (bicara dengan
S6 & S5)
S2 logam natrium apaan? (bicara dengan S6 & S5)
S6 ini tata nama emang ? (bicara dengan S1)
S1 nama dulu terus abis itu.. iya nama ini na (bicara
dengan S6)
S5 gua aja gua aja.. (mengambil pensil yang
dipegang S6 dan melanjutkan mengerjakan soal)
S1 nama namanya.. (bicara dengan S6)
Kumulatif :
Indikator 1
dan 2
S2 yang kaya tadi itu lho yang kata.. (bicara dengan
S6)
S1 ya kan ? (bicara dengan S6)
S6 berarti bikin reaksi yang kaya gitu ya? (bicara
dengan S1)
S1 sepertinya (bicara dengan S6)
T *tidak terdengar jelas* (menegur S4)
Disputasional
: Indikator 1
dan 2
S4 udah bu udah kerja (menjawab guru)
T
sampe selesai dong…. Itu kan yang halaman
terakhir banyak ituu… yang halaman terakhir itu
yang dibagi-bagi…
S6 *tidak terdengar jelas* (memberikan kertas soal
lagi pada S4)
S3 emang a-nya ga dijawab? (bicara dengan S6)
S5 terusin, nih ini nih…! (bicara dengan S4)
S2 yang kata air di *tidak terdengar jelas* menjadi
(bicara dengan S1) Kumulatif :
Indikator 1 S1 *tidak terdengar jelas* yang jelas makanya…
104
(bicara dengan S2) | natri.. eh logam natrium
apaan.. (bicara dengan S6 kemudian mencari
pada tabel periodic unsur) | natrium natrium coba
(bicara dengan S2)
S3 logam Na, logam Na (bicara dengan S1)
S6 Na, Na natrium.. (bicara dengan S1)
Sa eh ada dede ada dede ada dede (seorang siswa
menggoda S3 dibalik kamera)
S2 nih.. (bicara dengan S1)
S1 logam…(bicara dengan S2)
T dilaporinnya kalo udah semuanya.. jangan
Cuma 2 halaman..
Si ngantri dong reyhan.. ah elahhh (seorang siswi
memarahi S4)
S4 nyamperin makanyaaa.. (jawab S4 pada siswi
tersebut)
S6 yang kaya gini lho.. apaan ini namanya tadi?
Timbale (II) Pb
Kumulatif :
Indikator 1
dan 2
S1 oh yang ituu… (bicara dengan S6)
S6 Iyaaa
S5 ini ini ini bukan ? (bicara dengan S6)
S6 sama aja cuma dari sini doang nih sa.. dari sini..
(bicara dengan S1)
S1 oohhhh…
S5 dicoret-coretan dulu aja coba (bicara dengan S1)
S2 di ini ada di LKS deh kayaknya.. (bicara dengan
S1,S5, S6)
S1 kan ini pake pensil (bicara dengan S5)
S5 oh iya
S6 tinggal gini doang berarti Pb, Pb berapa tadi? 2
ya? timbal (II) terus apa lagi? (bicara dengan S1)
S1 Nitrat
S6 nitrat N ya? (bicara dengan S1)
S1 iya, eh aul..
S2 yang mana sih ? (bicara dengan S1)
S6 eh nitrat bukan nitrit ? (bicara dengan S1)
S1 ah pusing..
S6 nitrat ya? NO3, terus? Terus apaan lagi tadi ?
(bicara dengan S1)
105
S1 tuh tuuh (berusaha melihat kertas soal yang ada
pada S3)
S2 nitrat…
S1 kalium ioi… iodida. (bicara dengan S6)
S6 apah ? (bertanya paa S1)
S2 iodida (bicara dengan S6)
S1 kalium iodida (bicara dengan S6)
S6 tadi asam apaan? (bicara dengan S1)
S1 jadi + berarti (bicara dengan S6)
S4 eh bener bener (tiba-tiba datang setelah bertanya
pada observer) Disputasional
: Indikator 1
dan 7 S5
*tidak terdengar jelas* liatin ada duanya
(meminta S3 memeriksa kertas soal yang dibawa
S4)
S3 emang gabisa di jawab apa (bicara dengan S5)
S1 iodida (berusaha mencari senyawa iodide di
dalam buku catatannya)
Kumulatif :
Indikator 1
dan 2
S6 HCl kan asam klorida kan ? (bertanya pada S5)
S2
asam klorida ini HCl, iya HCl (menemukan
nama senyawa asam kloridan di dalam buku
catatan dan memberitahukan S6)
S6 ini HCl akan menghasilkan.. larutan natrium..
NaCl + gas hydrogen
S5 & s6 (berdiskusi soal lain)
S2
kalium, magnesium, aluminium, perak, barium,
kalsium, rubidium, litium, (membaca buku
catatan)
S1
disetarain juga ul, disetarain deh ul
(memberitahu S2 bahwa soal tersebut juga harus
disetarakan)
Kumulatif :
Indikator 1
dan 2
S2 emang disetarain ? oh iya haha kemudian
setarakan.. (bicara dengan S1)
T yang udah selesai siapa yang udah selesai….??
S2 eh berarti disamain dong setarakan kayak gini?
(bicara dengan S1)
Si dede ? iya iya iya (seeorang sisiwi memanggil
S3)
S1 iya tapi masih pake cara *tidak terdengar jelas*
(bicara dengan S2)
106
S2 cuman pake cara langsung aja (bicara dengn S1)
S1 oh yang ngevlog diaaa. (salah seorang siswi
bicara di belakang kamera)
S3
udah matiin matiin.. gua ganteng, yaudah matiin
! (bicara dengan salah satu siswa/I di belakang
kamera)
S1 Pb emang apaan ? larutan ? langsung berarti ya ?
(bicara dengan S2)
Kumulatif :
Indikator 1
dan 2
Si ka | ka..| ka..| ka suci … (beberapa siswa
memanggil observer)
S2 larutan timbal.. sama aja caranya kayak tadi kan
ya? (bertanya pada s1)
T
atom-atom apa saja yang terlibat dalam reaksi
pembakaran gas metana? *tidak terdengar jelas*
C, H, O (guru menjelaskan kepada salah satu
siswa/i)
S1 eeh shafa shafa ini Pb apaan sii? (bertanya pada
S6)
S6 Pb timbal (menjawab S1)
S5 power bank (ikut menjawab S1)
S1 timbal? Di... Kalo disetarain Pb nya diitung apa
engga ? (bertanya pada S6)
S6 coba *tidak terdengar jelas* disetarain
(memberikan buku pada S1)
S4 bagi *tidak terdengar jelas* ta* (bicara di
belakang kamera dengan salah satu siswa)
Sa
heh.. bu bu ngomongnya bu raihan fakhri,
anaknya siapa lu anaknya siapa?? Ga usah
rusuhhh.. (bicara dengan S4 di belakang kamera)
S6 Tanya ka suci aja… (bicara denga S1)
S5
ka suci.. ini kan.. ini gimana ini setara terus ini
jika belum setara berarti ini ga usah disetarain ?
(bertanya pada observer)
Kumulatif :
Indikator 1
dan 2
O sekarang.. eh tadi kakak mau ngasih tau deh ini
timbale (II) iodide ya
S6 berarti Pb (II) .. (memastikan pada observer)
O PbI2
S5 ka ini bener ? (bertanya pada observer)
S6 PbI2 berarti ya? (bicara dengan S1)
107
Sa biarin jangan di matiin… (seorang siswa di
belakang kamera)
S6 ka? (memanggil dan bertanya pada observer)
O apa?
S2 ka ini timbal… (bicara dengan observer)
S1 ka ka ka ka…kaya gini ka?
O ini O-nya yang belum setara (bicara dengan S5
& S6)
S6 ooohhh…
S1 ka ka kayak gini ka? (bertanya pada observer)
Disputasional
: Indikator 1,
2 dan 3
S6 O dua nah di sini O dua juga.. (memahami soal
yang sudah dikerjakan)
O bukan… di sininya nih.. (bicara dengan S1)
S1 di mananya? (bertanya pada observer)
O PbI2 tulis.. (meminta S1 untuk menuliskannya
terlebih dahulu)
S5 ini O-nya 2 semua ka (bicara dengan observer)
S6 ini kan 1 x 2 (bicara dengan observer)
O O-nya ? (bertanya pada S5)
Kumulatif :
Indikator 1
dan 2
S5 dua.
O 2 + 2 ? (bertanya pada S5)
S5 oiya ya..
O inih ? (bertanya pada S6)
S6 berarti ini harus di… depannya 2 ? (bertanya
pada observer)
O nih
S5 2CO2 ? (bertanya pada observer)
S1 ih saya ga ngerti…
S6 iya ka? 2CO2 ya ka? (bertanya pada observer)
O iya..
S1 ka kan larutan timbal Pb.. (bicara dengan
observer)
O enggak.. yang ini.. 2O2 yang ininya yang diganti
(bicara dengan S5 & S6)
S6 iya 2O2 ya jadinya ya? (bertanya pada observer)
O iya.
S1 ka… kan larutan timbal Pb (bicara dengan
observer)
O iya.. yang ininya maksud kakak… (menjelaskan
108
pada S1)
S4
ngapain sih dikk? Engga ada duit..(bicara dengan
salah satu siswa yang berusaha emeriksa saku
kemejanya)
S1 berarti kan Pb 2, terus kan nit.. kan kalium…
(berusaha bertanya apa yang siswi tsb maksud)
O Pb NO3 dua kali (bicara dengan S1)
S1 dua kali? (berusaha mencerna yang dimaksud
observer)
O iya.. itu tata nama (bicara dengan S1)
S1 iyaa tata nama.. (baru menyadari yang dimaksud
observer)
S5 ihhh jangan dorong dorong ih sakit (berusaha
memarahi S4 yang mendorong meja)
S6 eh jangan dorong-dorong dongg.. (bicara dengan
S4)
S4 bukan gua, dia .. (bicara dengan S5 & S6)
S5
dika jangan dorong-dorong dong kelomok lu
mana sih ? (bicara dengan siswa yang membuat
mereka kesal)
S6 dika *tidak terdengar jelas* (berusaha memarahi
siswa tersebut juga)
S3 & S4 (tertawa)
S1 kalium… *tidak terdengar jelas*, kalium iodida
emanga apaan? (bertanya pada S1)
Disputasional
Indikator 1
dan 2
S2 kalium iodida inian…
S3 ka dimatiin, matiin aja kaa.. (berbicara dengan
observer meminta kamera dimatikan)
Si ka, ka, ka ka ka.. (seorang siswi memanggil
observer)
S4 liat ? liat? (bertanya pada temannya untuk
memastikan wajahnya di kamera)
S1
reyhan reyhan gentian ke (memberikan kertas
soal dan meminta S4 untuk bergantian
mengerjakan)
S4 dih apa apaan… (bicara dengan S1) D1, D2
Sa gini de de.... ! dede..! (seorang siswa memanggil
S3 dari belakang kamera)
S6 2H2 (berdiskusi dengan S5)
109
S3 kalo ga ngerti… *tidak terdengar jelas* (bicara
dengan S1,S2, dan S4)
S2 ka.. ka.. (memanggil observer)
Sa saya mau nanya ka? Saya ka.. (seorang siswa
mendatangi observer untuk bertanya)
S1 eh ini nama ininya.. *tidak terdengar jelas* baru
disetarain..! (bicara dengan S3 & S4)
Disputasional
: Indikator 1
dan 3
Sa ka ini buat apaan sii? Buat apaan ?? (seorang
siswa bertanya pada observer mengenai kamera)
Sa di situ kaa.. (meminta observer pindah)
O di sini aja di sini aja.. (bicara pada siswa yang
ingin bertanya tersebut)
S4 yang mana nanamanya sii? (bertanya pada S1 &
S2)
S2 itu yang nama-nama senyawa itu… *tidak
terdengar jelas* (bicara pada S4)
S1 yang nama-nama senyawa… (bicara pada S4)
S6 ini nih nih nih… (memberikan buku catatn pada
S4)
Sa nini maksudnya ape? Di sini tuh apa ka?
(bertanya pada observer)
S6 bukan ini sa… (membantu S1 untuk mencari
catatan mengenai tata nama senyawa)
O
kamu tulis lagi reaksi tadi… ini.. ini.. udah setara
apa belum, kalo belum kamu samain tulis taro di
*tidak tedengar jelas* kalo uda setara.. (berusaha
menjelaskan pada siswa tersebut)
Sa oh iya iya..
Si ka suci ka suci… (seorang siswi bertanya)
T
yah 90 nya melayang dahh.. (guru
memberitahukan bahwa nilai 90 untuk kelompok
yang selesai paling dulu sudah hangus)
S4 nah natrium klorida di situ apaan ? (bertanya
pada S1,S2, dan S6)
Kumulatif :
Indikator 1
S6 NaCl..
S4 NaCl + hydrogen. H2O dong? (bertanya pada
teman-temannya)
S6 ka kalo udah bener giniin ka? ini bener ga sih
ka? (bertanya pada observer)
110
Si ka badan saya gedean (seorang siswi yang lewat
di depan observer)
O bentar yaa..
S3 apaan sih lu ? apaan tadi ? (bertanya pada S4)
S4 *tidak terdengar jelas*
S6 ka?
Kumulatif
Indikator 1
dan 2
O apah ?
S6 ka nih ini tadi aku bingung dah, ini gini kan
maksudnya? (bertanya pada observer)
S3 eh apaan ? (mengulang pertnyaan pada S4)
S2 tadi apa nis *tidak terdengar jelas* (bertanya
pada S1)
S1 kalium……??
S6
halaman 1 mana halaman 1? (bertanya pada S5
kemudian S5 memberikan kertas yang dimaksud
S6)
S3 kalium klorida itu… (bicara dengan S4 sambil
mencari di buku catatan)
O kalium iodida…? (bertanya pada S2)
S2 iya.
O KI, KI
S3 natrium klorida apaan ya natrium klorida ?
berbicara sendiri sambil mencari dibuku catatan)
Si ka ini gimana sih ka ? kan O2-nya bingung dah…
(seorang siswi bertanya pada observer)
S3 eh natrium klorida apaan ?( bertanya pada S2)
S2 KI, KI (menjawab S3)
S4 KI, KI pake pensil odonggg ! (memberi tahukan
pada S4)
S5 pake pensil tuhhh ! (memberikan pensil pada S4)
Sa ka kalo timbal 2 apa ka? (seorang siswa
bertanya)
Si Pb II ya? (seorang siswi menambahkan)
Sa Pb 2 ya ka? (bertanya pada observer)
O
ini pake rumus yang a b c d tadi. Yang a, b, c, d
gituuu.. (menjawab seorang siswi yang bertanya
tersebut)
Si ooohh.. kalo yang ini, yang ini juga sama?
(bertanya pada observer)
111
Si Pb2 ? (bertanya pada observer)
O Pb(NO3)2
O NO-nya di dalam kurung…
Sa NO? (bertanya pada observer)
O NO3
Sa NO3 dalam kurung kan ? (bertanya pada
observer)
O ya..
Sa x 2 ? (bertanya pada observer)
Si ka suci ini juga sama pake cara yang tadi?
(bertanya pada observer)
O iya yang a b c.
Si oh jadi dia di depan ini nih a, ini b, ini c, ini d ?
(bicara dengann observer)
O iya..
Sa ohh.. Pb nya ya di dalam kurung ? (bertanya
pada observer)
S3 hydrogen H2O ya? (bertanya pada S4)
Kumulatif :
Indikator 1
dan 2
S4 + dong ? (bertanya pada S5)
S3 H2O, H2O (memberi tau S4)
S1 + (memberi tahu S4)
S6 eh ini 4 ? (bertanya pada S5)
S3 terus? apalagi ? (bertanya pada S1)
S4 udah ? (bertanya pada S1)
S1 *tidak terdengar jelas* ini apanya? Tanda panah
? (bicara dengan S4)
S3
lah berarti gua salah.. bukan H5 kloridanya,
NaCl nya jangan-jangan nanti salah. Berarti
natrium dulu Na, dengan larutan dengan berarti
+ ya? (bertanya pada S1)
S1 iya..
S3 larutan asam klorida, asam kloria apaan ?
(bertanya pada teman-temannnya)
S2 asam klorida tadi… (bicara dengan S3 sambil
melihat buku catatannya)
T
ayo tata namanya *tidak terdengar jelas* harus
bisa donggg.. (mengingatkan siswa/I pada
materi tata nama)
S3 asam klorida apaan ? (bertanya pada S2)
112
S1 asam klorida HCl (memberi tahu S3)
Sa ka, ka , ka.. kakak.. ka, ka… (memanggil
observer)
O nah kamu bikin kaya gini teus disetarain
(berbicara dengan sala h satu siswa)
Si disetarainnya yang kayak gimana? (bertanya
pada observer)
Sa kakak (seorang siswa memanggil observer)
Si ka suci | kak kakak *tidak terdengar jelas* ka
(beberapa siswi memanggil observer)
Si
tadi kaya gini *tidak terdengar jelas* terus di
setarain kaya gini (seorang berbicara dengan
observer)
Si ka ini gimana sih tadi ? (seorang siswi lain
bertanya pada observer)
Si ka, kalium iodida hehehe
O ini yang pake a,b,c,d yang kayak tadi di depan..
(menjawab siswi yang bertanya tersebut)
Si ini pake ini juga ? (bertanya lagi pada observer)
O
iya.. kalo, kalo kamu ga bisa pake cara langsung
pake cara matematis (menjelaskan pada siswi
tersebut)
S3
nih, NaCl.. ko KI sih? KI entar asam klorida
dulu baru natrium klorida (berbicara dengan S4
dan menemukan senyawa unsure yang
berhubungan dengan soal yang dikerjakan)
Kumulatif :
Indikator 1
dan 2
S4 plus, plus, plus?? (bertanya pada S1)
S1 natrium klorida apaan itu ? natrium, klorida,
klorida (bertanya pada S4)
S4 NaCl
S3 NaCl, gas hydrogen gas + (berusaha membantu
S4 mengerjakan soal)
S2 iya
T
kemudian di tata nama di tata nama (berteiak
berusaha memberitahu siswa/I untuk mengingat
materi tata nama)
Si ini *tidak terdengar jelas* semuanya pake abcd-
nya semuanya? (bertanya pada observer)
O kalo udah setara mah yaudah ga usah . kalo
113
misalkan kaya gini nih abcd kan terlalu panjang
kalo pake cara langsung. *tidak terdengar jelas*
S1 *tidak terdengar jelas* nanti disetarain… (bicara
dengan S4)
Kumulatif :
Indikator 2
S4 larutan nih timbal 2, 2 berarti 2 (bicara dengan
S1)
S1 Pb 2 Pb *tidak terdengar jelas* (bicara dengan
S4)
S6 ka.. ka.. ini bener ga tulisnya variabel ini salah
satu ? (bertanya pada observer)
O *tidak terdengar jelas*
S4 ka, kalium iodida apaan deh de? Ka.. io.. iodida
iodida.. kalium iodida (bertanya pada S3)
Disputasional
: Indikator 1
dan 2
T lihat di tata nama…! (pada beberapa siswa/I
yang bertanya)
Si ka suci… (seorang siswi memanggil)
S6 satu lagi dong.. (bicara pada teman-temannya)
S4 yang yang hek hek..ta ….. aduh aduh aduh sakit
(tiba-tiba kakinya terinjak oleh siswi yang lewat)
S3 iodida apaan? (sambil mencari dibuku catatan)
S6 udah ko ini udah gak di pake (bicara dengan S1)
Si kalium apa sih kalium K ya ? (seorang siswi
pada kelompok lain)
S5 bukunya mana lagi dah ? (bertanya pada teman-
temannya)
S3 penta penta iodida mana iodida (bicara dengan
S4 sambil melihat buku catatan)
S6
ini makanya nih yang udah ga kepake pengen
gua rapihin dulu.. *tidak terdengar jelas* (bicara
dengan S5)
Si kakak ga akan di mainin ko (bicara pada
observer)
S3 3, 3 yang mana han ? (bertanya pada S4)
S4 oohh itu +3
S3 eh itu apaan, itu apaan di itu apaan dia? Ini yang
+3 itu apaan ? (bertanya pada S4) Disputasional
: Indikator 3 S4 itu.. kalium idodia.
S3 kalium idodia, kalium KBr.. KBr (mencari di
buku catatan dan memberi tahu S4)
114
S1 itu keitung shafa… (bicara dengan S6 sambil
menunjuk kertas soal yang dimaksud)
S4 KBr bukannya kalium bromida? (bertanya
kembali pada S3)
S3 emang apaan ? (bertanya pada S4)
S4 iodida.
S3 sama aja ini mah (bicara dengan S4) D3
S4 kalium iodida.
Kumulatif :
Indikator 1
dan 2
S3 berarti K… (bicara dengan S4 sambil
menerawang memikirkan kalium iodida)
S4 kalium, terus ? (bertanya pada S1 & S2)
S2 KI, KI. KI (memberti tahu S3 & S4)
S3 iya iya..
S1 KI kalium KI (bicara dengan S4)
S4 KI terus itu 2 dalam kurung 2 iodida ingetnya
tuh. K2I gitu (bicaa dengan teman-temannya)
S2 orang KI doang kataanya (bicara pada S4)
S1 KI kalium …! (bicara pada S4)
S4 eh disitukan ada golongan ya… dalam kurung 2
Kumulatif :
Indikator 2
Si ka suci.. (seorang siswi memanggil observer)
S1 iya Pb.. (bicara dengan S4)
S4 iya berarti pas sebelum kata ke-2 nya ada 2
dulu..(bicara dengan S1)
S6
ih gua gabisa keluar nihh.. (bicara pada
temannya saat hendak keluar dari temapt duduk
karena terlalu sempit)
S5
*tidak terdengar jelas* udah belum? Ka suci…
(berbicara dengan S6 dan kemudian memanggil
observer)
S6
*tidak terdengar jelas* (bicara dengan S5
kemudian pergi dari mejanya untuk bertanya
pada observer)
S4 aduh ehh… (bicara dengan salah satu siswi dari
kelompok lain)
S3 golongan 2 apa sih ? 2 a ya? (bertanya pada
temannya sambil melihat tabel periodik unsur)
S4 boong banget ada 2 ada 2 (bicara dengan
kelompok lain)
S3 pelit luu.. (ikut berbicara dengan kelompok
115
tersebut)
S4 de de de de gua di ujung tombak nih de (bicara
dengan S3)
Si ka suci …. | ka suci… (seorang siswi memanggil
observer)
S3 konser, diem lu (bicara dengan S4)
S4 entar lu ke sananya ?
S3 *tidak terdengar jelas*
S1 kalium iodida ya? (bertanya pada S2)
S2 (mengangguk)
S4 ada apa *tidak terdengar jelas*
S3 *tidak terdengar jelas* tapi utas nya ga ada b*go
(bicara dengan S3)
S4 hah?
S3 Utas
S4 *tidak terdengar jelas*
S1 ion… ion apaan ? (bertanya pada S2) Kumulatif :
Indikator 2 S2 I….!
S1 iya benerrr ituu… (bicara dengan S2)
S2 *tidak terdengar jelas*
S3
temen gua ngomongnya ga pada ikut, terus kata
dia gini, kaga gua ga ikut *tidak terdengar jelas*
(bicara dengan S4)
S4 hahh ?
S3
eh berarti kalo misalkan nama unsurnya dari
*tidak terdengar jelas* berarti DE *tidak
terdengar jelas*, (berbicara dengan S4| sini sini
sini (meminta pensil pada S2)
S4
gak boleh lu pertama, kelompok lu supaya gak
pertama, bodo amat (bicara dengan seorang
siswa yang lewat dan menjegalnya)
Sa gak berkah lu.
S4 bodo amat…
Sa bisa aja terakhir
S4
bodo amat.. (pada siswa tersebut) | milkita tuh..
milkita tuh (memberi kode pada seorang siswi
kelompok lain yang memiliki permen milkita)
Si ka natrium hidroksida NaOH ya? (seorang siswi
bertanya pada observer)
116
Sa nih kayaknya udah selesai nih (seorang siswa
bicara mengenai kelompok tersebut)
S6
nih tinggal disetarain sama natrium.., natrium
sulfat sama air. Air H2O ya? (tiba-tiba datang
setelah bertanya pada observer)
Kumulatif :
Indikator 1
dan 2 S1 hah disetarain ? iya (menjawab S6)
S2 air H2O
Si cepetan cepetan woy woy cepetan (bicara dengan
teman kelompoknya)
S6
asam sulfat apa asam sulfat ? asam sulfat NHAS
kan ya? sulfat S bukan ? (bertanya pada teman-
temannya)
Disputasional
: Indikator 2
dan 5
S3 iya. Iya iya.. sulfat (men jawab S3)
S6 sulfur kali S (bicara dengan S3)
S3 ehh.. coba di buku di buku (menyarankan S6)
S5 Tanya deh sulfat Tanya tanya sulfat. (meminta
temannya untuk bertanya pada guru)
S2 sulfat.. sulfat.. (bicara dengan S1)
S3 di buku ada.. di buku tulisnya ada catetan..
(memberi tahu teman-temannya)
S5 aduuhhh kaki gua di injek muluuu (mengeluh
pada temannya yang selalu menginjak kakinya)
S2 Su (tiba-tiba memberi tahu S6 bahwa sulfat
adalah Su) | sul.. sul.. (bicara dnegan S3)
Kumulatif :
Indikator 1
dan 2
S5 sulfat apa bu ? (bertanya pada guru)
S6 ibu, sulfat nama senyawanya apa bu? (bertanya
pada guru)
T hah ?
S6 natrium sulfat N bu ya? (bertanya pada guru)
T natrium ?
S1-6 Sulfat
T Na2SO4.
S5 oohh.. Na2SO4
S1 Na
S3 Na2SO4
S1 Na2SO4 (mendikte S6)
S6 nah ini disetarain..
S1 H yang ini kan gak ada O-nya, O-nya cuma ada
satu
Disputasional
: Indikator 1,
117
S6 *tidak terdengar jelas* (membaca soal) 3 dan 6
T makanya kalo susah langsung, cara mate-matika
abcde. (bicara pada siswa/ lain)
S1 kan katanya harus sama.. gimana sih (bicara
pada S6)
S3 hydrogen.. ih hydrogen mah .. (melihat
kejanggalan pada jawaban)
S1 bukannya H2 doang H2 doang…..!
S6 H2, H2, H2. (kemudian memperbaiki jawaban)
S3 hydrogen H2O, H2O air ! (menyalahkan S4)
S2 H2O air kan ? (bertanya pada S3)
S3 woo H2O air ! (masih menyalahkan S4)
S6 lu bisa nyetarain gak ? (bertanya pada S4).
bantuin lu bisa nyetarain ga? (bertanya pada S3)
Disputasional
: Indikator 2
S4 nyetarain kayak gimana ? (bertanya pada S6)
S3 kayak tadi yang.. yang koefisiennya (memberi
tahu S4)
S6 tadi yang disetarain (bicara dengan S4)
S4 cara matematika ? (bertanya pada S6)
S6 (menggelengkan kepala) cara cepet aja..
S4 cara langsung ?
S6 S6 : (menganggukan kepala)
S2 *tidak terdengar jelas*
S1 2HCl (mengerjakan soal)
Kumulatif :
Indikator 1
dan 2
S1 a kan 1, Cl satu. (mengerjakan soal dibantu S2)
S2 2 HCl, 2 semua (bicara dengan S1)
S1 jadi Na 2, terus H 2, Cl … (bicara dengan S2)
S1 Clnya 2. Cl nya 2 (bicara dengan S2)
S1 Na-nya 2;2, H-nya 1;2 (bicara dengan S2 sambil
mengerjakan soal)
S5 ini O-nya berarti, berarti ini kan 1. Ini bener 5
kan itungannya? (bertanya pada S6)
Disputasional
: Indikator 3
S6 bener bener bener
S4 *tidak terdengar jelas*(bicara dengan S5 & S6)
S5 O-nya 5, disini 4, disini 5 berarti udah pas
(bicara dengan S6)
S6 N nya gitu emang ? (berbicara dengan S5)
S5 udah N nya udah *tidak terdengar jelas* (bicara
dengan S6)
118
S6 N-nya 1, 2
S5 ama ini 2, *tidak terdengar jelas*
S6 2.
S5 dikali kan di sini (bicara dengan S6) | ibu..
(memanggil guru)
T whatss?
S4 satu per.. satu per dua (bicara dengan S5)
S5 ini bu, ini nih di sini H-nya 3, kan ini 1 *tidak
terdengar jelas* 3, (bicara dengan guru)
S4 ½ dila (bicara dengan S5)
T hmmm, satu H-nya….
S5 satu ? di sini 2/3. Jadi H-nya 2 per *tidak
terdengar jelas* (bicara dengan guru)
T yeu.. ya gatau caranya gimanaa (bicara dengan
S5)
S6 kayak 6 dibagi bu? (bertanya pada guru)
S4 ½ ....! (bicara dengan S6)
S1 *tidak terdengar jelas*
S5 ihh setengah per 2 berapa? (merespon dan
bertanya pada S4)
S6 *tidak terdengar jelas*
S4 setengah jadi bagi 2 setengah juga (bicara
dengan S5)
S6 setengah bagi dua *tidak terdengar jelas*
(berbicara dengan S4)
S3 setengah bagi 2 seperempat seperempat. (bicara
pada S5 & S6)
S2 eh kalo yang dikurung gini gimana nih ?
(bertanya pada S1)
Kumulatif :
Indikator 1
dan 2 S1 di kali. NO3 dikali ini (menjawab S2)
S2 berarti NO5 gitu ? (bertanya pada s1)
S1 NO3, NO6 (bicara dengan S2)
S1 ini kan NO-nya 3. Berarti ini 2, 2 kan ? (bicara
dengan S2)
S2 NO-nya 3 *tidak terdengar jelas* hasilnya
kan?(bicara dengan S1) K1, K2
S5 & S6 (berdikusi) *tidak terdengar jelas* Disputasional
: Indikator 3 T 10 menit lagiii..! (mengumumkan bahwa waktu
tinggal 10 menit lagi)
119
S6 aahh ibuuuuuu…
S3 udah udah jangan… jangan.. (bicara pada S5 &
S6)
S4 satu ini satu, lah ko 2 sii ? (bicara dengan S5)
S5 ko 2 sii (bertanya pada S6)
S4 1 lah.. ini kan nyetarain kan? (bertanya pada S5)
S1 2KI (bicara dengan S2)
Kumulatif :
Indikator
1dan 2
S2 engga I-nya, I-nya 2 bener jadi 2 *tidak
terdengar jelas* (bicara dengan S1)
T 10 menit lagi….
S1 2KI ya kan bener ? terus?? Pb-nya 1, I-nya 2
bener bener.. (bicara dengan S2)
S2 satu per satu…. (bicara dengan S1)
S1 ga usah, ga usah kan (bicara dengan S2)
S2 biasa aja ga usah panik, ga usah panik..! (bicara
dengan S1)
S1 berarti Pb-nya, Pb-nya satu.. (bicara dengan S2)
T 10 menit… kasih kakaknya biar dikoreksi dulu..
S1 NO-nya? (bicara dengan S2)
S2 6.(menjawab S1)
S1 6 (mengulang S2), K-nya 2 udah.udah kan ?
(bicara dengan S2)
S2 I-nya ?
S1 oiya.. I-nya
S2 I-nya 2.
S1 dah. NaOH (bicara dengan S2)
S4 buuuu…! (memanggil guru)
Sa eh liat dong! (seorang siswa mendatangi
kelompok tersebut)
S6
*tidak erdengar jelas* coba dari lanjutan.. ini
sama (bicara dengan S1 sambil memberikan
kertas yang berisi penyelesaian soal yang
dikerjakan S1 & S2) Kumulatif :
Indikator 1
dan 2
S1 oh ya iya iya..
S5 nih NH-nya yang ribet nya (berbicara dengan S1
sambil menunjuk penyelesaian soal tersebut)
T kalo susah pake cara langsung.. pake abc cara
matema? tika..
S5 ih ih entar dulu dah…
120
S2 kita gak pake kali kali lagi… (bicara pada S5 &
S6)
S5 ini kan 2 nya punya nol, eh punya O.
S2 iya jadinya..
S5
berarti kalo di sini 3, berarti di sini pasti 3 lah.
(bicara dengan teman-temannya dan langsung
mengambil kertas tersebut untuk
memperbaikinya)
S2 iyaaahh.. (mengiyakan pendapat S5)
S4 nah gitu heueh..! bagus pemikiran ku juga *tidak
terdengar jelas*
Si ka suci (seorang siswi memanggil observer)
S1 bukannya ini jadinya 2, kan 2. 2 NaOH terus..
(bicara dengan S6)
Disputasional
: Indikator 1,
2 dan 3
S6 isinya berarti.. (bicara dengan S1) | 3 ya dila?
(bicara dengan S6) | 3 lah (bicara dengan S1)
S5 3. Ini punya O kan ? yaudah 3 berarti ini di sini
(bertanya pada S1)
S6 berarti..
S1 ini ? (bertanya pada S5 & S6)
S5 udahh…
T yang gak selesai *tidak terdengar jelas* ibu
tungguin..
S1 yang ini yang ini emang bener ul aul periksa
lagi dah… (bicara dengan S2)
T ayo semangat semangat semangat…!
S4 semangkaaaa!!
S1 2 sama a. (bicara dengan S2)
Eksploratori :
Indikator
1,2,3 dan 5
S2 N-nya
T harus sampai selesaiii !!
S2 *tidak terdengar jelas* kalo kayak gini jadinya
satu harusnya dua (bicara dengan S1)
S1
engga setau gua, itu tuh Na-nya tuh 2. Ini harus
sama *tidak terdengar jelas* (bicara dengan
teman-temannya)
T yang udah selesai kumpulinnn..!
S1
*tidak terdengar jelas* Na-nya 4 berarti.. (bicara
dengan teman temanya namun kamera terhalangi
oleh kertas yang dipegang oleh S6)
121
S6 2 dong ? (bicara dengan S1)
S3 udah ini ga usah ditambah 2 lagi.. ini kan udah 2.
Ini udah 2.(bicara dengan teman-temannya)
S1 S-nya ? (bicara dengan teman-temannya)
S2 dikali (bicara dengan S1)
S1 satu ohh.. bener… ini udah bener aul…! Ini
benerr.. (bicara dengan S2)
S5 ini tiga udah kan ? (bertanya pada teman-
temannya)
S3 udah ini bener…
S1 Na = 2, terus H=2, S =1, O =4. dah
(menjelaskan pada teman-temannya)
S3 dah udah.
S6 buuuuuu (memanggil guru)
Disputasional
: Indikator 3
S4 ka.. ka sucii.. (memanggil observer)
S5 staples staplesss…!
S4 ka udah kaaa.. (memanggil observer)
S3 nih straples nih (memberikan staples pada S6)
S5 kakak coba kaa..
S4
udah udah jangan, jangan rapih-rapih. Bodo
amat (bicara dengan S6 yang merapikan kertas
soal)
S6 iiihh.. entar kalo ada yang salah gimana ? (bicara
dengan S4)
S4 bodo amatt…
S5 coba cek duluu udah bener belum.. (bicara pada
S4)
S4 ka ka udah kaa.. (memanggil observer)
Sa 2 nya gak ada (seorang siswa bicara dengan
temannya)
Si kakak ga tau udah apa belom cek dulu (seorang
siswi kelompok lain memanggil observer)
S1 kaaaaaa cek duluuuu (memanggil observer)
S4 kak kak ini kaa…
Si 2 di sini harus ada 2. (seorang siswi bicara
dengan teman kelompoknya)
S6 eh awas reyy
S2 nisa pensil lu pada ilang. (bicara dengan S1)
T *tidak terdengar jelas* ada yang kosong.
122
S6 gak ada yang kosong bu di isi semuaaa (bicara
dengan guru)
T heh raihannn ? (memanggil S4)
S5 hahahaha
Si yeehh udahhhh? (sisiwi kelompok lain pada
temannyaa)
Si udah udah… (siswi kelompok lain)
S4 yoii…
Si kakak udah udah..
Sa udah…
S4 betullllll yang pertamaa..
S5 aaaa yang ga ngerti gak tauu
O yang b masih salah satu… (bicara dengan
kelompok tersebut)
S1 haaaaaaaaaaa (menjerit histeris)
S1-S6 (langsung berdiskusi)
S6 ini apa ini ? (bicara pada teman-temannya)
S4 salaahh.. salaahh… salah.. (meledeki kelompok
lain agar terdpat kesalahan di pengerjaannya)
Si jeng jeng jeng jenggggg..
S1 3 benerrr… *tidak terdengar jelas*
S6 O-nya berapa tadi (bicara dengan S1)
S5 *tidak terdengar jelas*
S4 yeee salaahhhh (meledek kelompok lain)
S1
kakak kakak kaaakk… kak udah kak yeey (teriak
histeris dan memberikan hasil pekerjaan
kelompoknya)
O *tidak terdengar jelas*
S1 udahhhh… itu udahh..
S4 oeeee uuyyyy… (joget kegirangan)
O masih salahhh… *tidak terdengar jelas* (bicara
dengan kelompok tersebut)
S6 haha ah ibu mahh
S5 ih ini tuh harusnya *tidak terdengar jelas*
S1-6 (berdiskusi)
S1
eh jangan panik tau jangan panik. Jangan panik
jangan panik. (menennagkan teman
kelompoknya)
Kumulatif :
Indikator 2
S5 ini 6.
123
S6 ini 6 nissss bicara dengan S1)
S5 ini O-nya tuh.. O-nya.. O-nya 4 *tidak terdengar
jelas*
S6 oohhh jadi..
Sa/Si
ssyuuutttttttt sssttttt ssssttttt .. sssttt ssssttt
sssstttttt (mencoba mendiamkan karena suasana
kelas sangat bising)
S2 lu jangan panik gebl*k (bicara dengan S1)
S4 cepet cepet cepettt… (meminta temannya segera
menyelesaikan jawaban yang salah)
S1 terlalu panik. K2
T eeeeeeehhhhhhhhh….!!
Sa wwooooooyyyyyy !!!sssssyyyyyyyytttttttt
(memnita semua temannya untuk tidak berisik)
S4 yoyoyo….
S5 C. C-nya satu bener kannn? (bertanya pada yang
lain) Kumulatif :
Indikator 2
S1
iyaa.. bener.. Cl-nya 3 berarti kan *tidak
terdengar jelas*-nya 4. Engga ga bisa gituu…
(pada S5)
S5 iyayayaya…
S6 *tidak terdengar jelas*
S1, S5 & S6 (berdiskusi) *tidak terdengar jelas*
T oy oy oyyyy (meminta siswa/I diam)
S4 2 singgit 2 singgit 2 singgit… (menambah
keramaian kelas)
S1 ini berarti 2 + 4 *tidak terdengar jelas* (tiba-tiba
S2 menghalangi S1 saat bicara)
Disputasional
: Indikator 6
S6 10.. 10…. ! (bicara dengan S1)
S5 *tidak terdengar jelas* ko ini 4 dari manaaaa??
(bicara dengan S1)
S1 4 x *tidak terdengar jelas*
S2 4 x 1 = 4
S5 4 ini berapa? 6 4 = 10
S6 6 4= 10
S1
10 berarti ini 10. Iya benerrr 5…! Udah udah
udah jangan panik jangan panik. Iya bener 5
(bicara dengan S5), berarti …..
S6 ko lima?
124
T okee yang udah selesaiiii?? (bertaya paada
siswa/i)
Sa bu entar duluuu.. bu nih..
S1 *tidak terdengar jelas*
S4 gi gi gi.. kita tim penyemangat hahaha (bicara
dengan siswa lain)
Sa eh gua ngerjain enak aja luuu.. (menjawab S4)
S4 gua juga ngerjain…
S1 ini ini inihh… jangan panic jangan panik jangan
panik….
S6
nih reihann cobaaa kasih reihannn…
(memberikan kertas soal + jawaban pada S4
untuk diberikan pada guru/observer) | yang d
buu… (bicara dengan guru)
S5 salah lagi nih..
S1 *tidak terdengar jelas*
S4 kak.. kak.. kak.. kak.. kakk.. (memanggil
observer)
Sa/Si ssssyyyytttt sssyyttt ssyyttttt
S4 udah udah…
Sa belommmm..
S5 salah lagi nih salah lagi nih…
S6 jangan gitu napaaa…
Sa salahh salahhhh tuh… salaahhhhhh..
salaaahhhhhhhhhhhh)
S2 ini punya siapa far ? (bertanya pada S5)
S6 guaa…
S5 gua eh bukan..
S1 eh *tidak terdengar jelas* punya gua ?
S6 eh ini punya gua ini ya? (menunjukkan pensil)
S6 iya
Sa ka ka gimana sih ka ? (bertanya pada observer
S6 mampir dulu hahaha (memasukkan pensil ke
tempat pensilnya)
S2 hehh orang jauhhh (pada salah satu siswi)
Si anjayy di videoin juga lu… (pada S2)
S5 tuh kan masih salah dibilangin (bicara dengan
S6)
Si yo yo yo guysss, ini namanya shafa nih ini
125
namanya shafa yang ini shafa, yang ini dikaa nih
guysss (pada kamera)
S1,S5 & S6 (berdiskusi)
Si ayo kita pindah ke kelompok… (seorang siswi
memainkan kamera)
S1 inikan 2, 2 ditambah 4 6 (bicara dengan S6)
Kumulatif :
Indikator 1
dan 2
S6 6..
S1 ini aturan 6 yak? (bertanya pada S6)
Sa bener… bener..
Sa
salah salah..! salah salah salah udah salah!
Salaaaaaaahhhhh!! (berharap kelompok lain
yang sedang dikoreksi salah)
S6 *tidak terdengar jelas* nya berapa ini berapa
tadi? 2 + 4 ya?(bertanya pada S1)
S4 salah salaah.. yeeeee (ikut meledek kelompok
lain tersebut)
S1
maksudnya? Nih ini kan 2Na, ini kan Na 2 ini
udah bener.. ini kan 2 O, O 2O berarti kan 2
*tidak terdengar jelas* berarti 2+4 6. Setelah itu
dicampurkan harus 6 O-nya. (menjelaskan pada
teman-temannya)
Sa salah salahhhh….! (masih memerhatikan
kelompok lain yang sedang dikoreksi)
S1 jadi 4. 4 6 (bicara dengan S2 S5 S6)
S2 berarti di sini 3? (bertanya pada S1)
S1 berarti itu 2. (bicara dengan S2 S5 S6)
T sini sini sssyyuutt sini…! (memanggil siswa/i)
S6 *tidak terdengar jelas* 4 dongg (bicara dengan
S1)
S1 bener 4.. *tidak terdengar jelas* -nya 2. Benerrr
4, 4 bener 4 4 4 nih. (teriak histeris)
S5 ini .. (memberikan pensil kepada S1)
Kumulatif :
Indikator 1
S2 penghapus penghapus…!
S6 (menghapus jawaban yang salah)
S1
nih ini kan 4 nih, ini 4H, 4H, terus ini kan 4 ini
kan 2ini punya 2. 2+2 4. 4 terus ini….
(menjelaskan pada teman-temannya)
S4 udah katanya H-nya doang (biacara dengan S1)
S6 *tidak terdengar jelas*
126
S5 H-nya berapa? (bertanya pada S1)
S1 8.
S2 eh berarti kalo jadi H-nya 6 nis.. (bicara dengan
S1)
S5 ini nya nih..
Si
haii guys kalian lagi pada sibuk ya? aku tau ko
perasaan kalian.. (seorang siswi dengan suara
keras di belakang kamera)
S1
ini baru, ini baru… *tidak terdengar jelas* tapi
ini gimana jadinya… berarti tambah ini
berubah…? Kalo mau kaya gini harus 2.
Berubah semuaaa *tidak terdengar jelas* (bicara
dengan S5& S6)
S2 mel sono mel… lu gak ngerjain? (bicara dengan
siswi yang di elakang kamera tersebut)
Si aku tau ko perasaan kalian kayak gimana!
(seorang siswi di belakang kamera)
S2 kerjain mell..! (bicara dengan siswi tersebut)
Si
huys kasian banget tau si reyhan noh reyhan, itu
namanya reyhan kalo ada yang mau kenalan itu
namanya reyhan, noh itu reyhan. Ini shafa nh
guys.. ini nissa guys.. (seorang siswi bicara di
belakang kamera)
S2 mel.. nomor 2 yang c mel.. ambil (bertanya
mengenai soal pada siswi tersebut)
Si gua gatau hahahaha..
S6 buat apaan sih divideoin ? (bertanya pada siswi
tersebut)
S4 yeeee salaahhhhh (berharap jawaban kelompok
lain yang sedang dikoreksi itu salah)
S1 iya santai ajaa.. (bicara dengan teman
kelompoknya)
S5 & S6 *tidak terdengar jelas)
S1 ini tulis aja ya.. 2 = 2 berarti … (bicara dengan
teman-temannya)
S2 *tidak terdengar jelas*
Sa/Si
yeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee!! (sekelompok
siswa/I bersorak sorai gembira karena
kelompoknya lah yang pertama berhasil
127
menjawab soal dengan baik)
S1 N-nya 2. 2+2 = 4, a 4 ada 2 berarti 2 *tidak
terdengar jelas* (bicara pada S5 & S6)
S5 & S6 *tidak terdengar jelas*
S4 lu aja nyontekkk… (bicara dengan salah satu
siswa/i)
Sa bu apaan bu? (bertanya pada guru)
S1
2x2. Tuh diketawain tuh (sambil menunjuk ke
arah belakang). 2x2 *tidak terdengar jelas*
(bicara dengan S5&S6)
S4 nyontek ya? (bicara dengan siswa/I yang sedang
mengumpulkan tugasnya ke guru)
Sa kaga demi Allah.. kaga dikasih tau (bicara
dengan S4)
S1
tapi ini kan, berarti 2x2 berarti ini ada 2 terus
OH-nya 4. Udah bener udah benerr udah bener
udah benerrr aaaaa (bicara dengan S5 & S6 lalu
teriak kegirangan)
T yang gak setara atom apaa? (bertanya pada
siswa/i)
S6 hapus dulu.. gua hapus semuanya yaa.. (meminta
izin pada S1)
S1 iya hapus ajaa.. (bicara dengan S6) | Ka
suciiiiiiiiiii (memanggil observer)
S5 ka suci mana ya?
S6 ke bu tuti aja udahhhh (menyarankan pada
temannya
S2 ke bu tuti aja niss (bicara pada S1)
S4 udahh tanyain napa daripada rame niss
(menyarankan pada S1)
Sa guys ok fun ! (tiba-tiba seorang siswa muncul di
depan kamera)
S1
benerr benerrrrr benerrrrrrrr benerrr benerrrrrrr…
bener kan gua bilang, bener inii (teriak
kegirangan setelah bertanya pada observer lalu
mendatangi S6)
S6 nih nih di sini tulis tulis… (bicara dengan S1)
S1 (kemudian menyalinjawaban yang benar di
kertas soal)
128
S4 eh fi fi lu kelompok mana fi? (bertanya pada
salah satu siswa)
Sa lu kelompok pertama yang bener ya? (seorang
siswa bertanya pada siswa lain)
S4
parah banget, bu.. bu… bu..dia bantuin
kelompok lain bu (melaporkan siswa dri
kelompok yang sudah selesai membantu
kelompok lain)
S6 bu ini bu… (memanggil guru untuk
mengumpulkan jawaban kelompoknya)
S4
curang lu..! (pada kelompok tersebut) | eh fi fi
jangan curang lahh… jangan curang laahhhh…
(pada siswi tersebut).
S6 dahhh bu… ya Allah semoga bener ya Allah
hehe salah mulu.
S5 kadang belain temen juga salah ya.. (bicara
dengan S2 sambil minum)
S2 *tidak terdengar jelas*
S5
kalo sekelas gampang *tidak terdengar jelas* ya?
(bicara denganS2) INGET..!! hahahaha (bicara
pada kamera)
S6 haha dilla lagi ceramah..
S5 udah kan ? lagi ngomong hehehe sambil melihat
kamera) | ah lagi gossip jugaa…
O diemmm… ini siapa sih namanya? Diemmmm
(menegur siswa yang memainkan kamera)
T 6 ini? iya heeh (memberi tahu bahwa jawaban
kelompok tersebut sudah betul semua
S6 udah bu bener bu? (bertanya pada guru)
T udah..
S6 Alhamdulillah… salah mulu nomer terakhir ya..
(bicara dengan S1)
S1 A-nya.
T kedua nilainya?
O ciyee udah bener yaa (pada kelompok tersebut)
S6 ini buku siapa siapa aja ? (bertanya pada teman-
temannya)
Sa bener?
S1 dah. Pussiingg..
129
O ini bisaaaa (pada kelompok tersebut)
T nomer 2, nomer 2 berarti berapa ituuuu?
(bertanya pada siswa/i)
Sa/Si 87…
S1 89
S6 8semmb.. naikin buuu..!
Sa bu ko angkanya kayaknya turun bu (bertanya
pada guru)
S6 88
Sa kemaren kan 90 lebih kayaknya bu… (bicara
dengan guru mencoba bernegosisi)
S6 88
Sa naikin lah bu lebih satu… (seorang siswa
mencoba bernegosiasi)
S6 ya Allah…
S1 turun jadi kedua.
S6 gapapa…
T
terusss eiyy halloo… yang sudahhh. Ko gak ini
(bermasalah dengan projector). Nah ini buat PR
di rumah !
Si hahhh emang ada PR buu? (betanya pada guru)
T ayo cepetan… *tidak terdengar jelas*
O
udah? (bertanya pada siswa yang ingin
mengumpulkan tugasnya). Ke bu tuti ajaa..
(menyarankan ke guru langsung)
S6 yah belum saya*tidak terdengar jelas*. PR ya?
S1 lagi males sekarang (bicara dengan S6)
S6 seru euy seru ngerjain kayak gini ya..? kalo
sendiri kan bingung… kalo barengan kan..
Si emang banyak orang yang siriikkk (tiba-tiba
seorang siswi melewati meja kelompok tersebut)
Si hhhhhhhh (seorang siswi lain menjawab sindiran
siswi tersebut)
Si eh nisa nis nis, nisa (seorang siswi lain
memanggil S1)
S5 ini *tidak terdengar jelas* pensil mana ?
(bertanya pada S6)
Sa ini kayaknya langsung deh (seorang siswa
bertanya pada teman kelompoknya)
130
O ini udah selesai ya kamu? (bertanya pada S6)
S6 iya saya ka, yang kemaren wa kakak…
O okeeee…
131
Lampiran 2 Perhitungan Persentase Tipe Dialog di Kelas Agama
dan Kelas IPA
1. Transkrip I
2. Transkrip II
3. Transkrip III
Perhitungan tipe dialog (PERSAMAAN REAKSI – Kelas Agama 03-04-
2018)
TIPE DIALOG jumlah kata total kata persentase
disputasional 232 4665 4.97%
kumulatif 473 4665 10.14%
eksploratori 0 4665 0.00%
non dialog/materi 3960 4665 84.89%
Perhitungan tipe dialog (REDOKS – Kelas Agama 20-02-2018)
TIPE DIALOG jumlah kata total kata persentase
disputasional 805 5607 14.36%
kumulatif 1302 5607 23.22%
eksploratori 0 5607 0.00%
non dialog/materi 3500 5607 62.42%
Perhitungan tipe dialog (PERSAMAAN REAKSI - Kelas Agama 03-04-
2018)
TIPE DIALOG jumlah kata total kata persentase
disputasional 423 5409 7.82%
kumulatif 1329 5409 24.57%
eksploratori 0 5409 0.00%
non dialog/materi 3657 5409 67.61%
132
4. Transkrip IV
Perhitungan tipe dialog (PERSAMAAN REAKSI - Kelas IPA 03-04-
2018)
TIPE DIALOG jumlah kata total kata persentase
disputasional 2471 10593 23.33%
kumulatif 4003 10593 37.79%
eksploratori 169 10593 1.60%
non dialog/materi 3950 10593 37.29%
5. Transkrip V
6. Transkrip VI
Perhitungan tipe dialog (STOIKIOMETRI – Kelas IPA 24-04-2018)
TIPE DIALOG jumlah kata total kata persentase
disputasional 429 3856 11.13%
kumulatif 1028 3856 26.66%
eksploratori 0 3856 0.00%
non
dialog/materi 2399 3856 62.21%
Perhitungan tipe dialog (PERSAMAAN REAKSI - Kelas IPA 03-04-
2018)
TIPE DIALOG jumlah kata total kata persentase
disputasional 317 7490 4.23%
kumulatif 1719 7490 22.95%
eksploratori 84 7490 1.12%
non dialog/materi 5370 7490 71.70%
133
Lampiran 3 Surat Bimbingan Skripsi
134
135
Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Peneltian
136
Lampiran 5 Surat Rekomendasi Izin Penelitian
137
Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian
138
Lampiran 7 Lembar Uji Referensi
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154