diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan ...repo.stikesperintis.ac.id/464/1/kti...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU, STATUS GIZI DAN CUCI
TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANDALAS PADANG
KARYA TULIS ILMIAH (KTI)
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program
Studi DIII Gizi
OLEH :
YOLA FITRI HANDAYANI
(1613411026)
PROGRAM STUDI DIII GIZI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG
2019
KATA PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrohim
Dan jangankamumengikuti
Apa yang tidakmempunyaipengetahuantentangnya
Akan dimintapertanggungjawabannya (AL-Iaradayat 16)
Yaallah…..
Andaikanengkauizinkanakuuntuktanpakkembali
Langkah yang pernahakulangkahkan
Izinkanakumemujakebesaranmu
Ampunidarisemuakekilafanku
Pujidan puja atassemua yang engkaukaruniakan
Kumulaiperjuanganku
Kupercayakanhatikupadaiktiardandoa
Karya Tulis Ilmiah Ini Aku Persembahkan kepada yang kusayangi
Kedua orang tuadankeluargatercinta
Semuanya takakan pernah ada tanpa cinta, doadan air mata akhir dari perjalanan yang panjang,
satu halberat yang pernah aku lewati doa mu selalu kuharapkan iringilangkah ku tuk jelang hari
esok. Terimakasih atas dukungan semangat yang tiadah entinya sampai karya tulis ilmiah ini
selesai tepat padawaktunya… yeeeeee Alhamdulillah akhirnyawisudajuga
Teruntuk dosen pembimbing
Makasih kepadaibu Maria Nova,M.Kes yang telah membimbing sampai Karya Tulis Ilmiah Ini
selesai.
My best friends
Untuk sibuntel ( Afifah Nadya ) dan dedek emass ( Winda Rahmadhani ) makasih telah
menemani perjalanan ini dan terlibat, memotifasi, dukungan dan semangatnya, hiburannya,
jalan-jalannya dan kegilaannya, sukamaupun dukannya. Selamat buat kita bertiga dan
Alhamdulillah kitawisuda barengya..
Thank you very much bp 2016 atas perhatian dan bantuannya semoga kebersamaan yang kita
jalani tetap awet dan swett..
Salam manis
YolaFitriHandayani, Amd, Gz
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama :YOLA FITRI HANDAYANI
Tempat / Tgl Lahir : Padang Tongga 13 Juni 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Padang Tongga, Kenagarian Manggopo, Kecamatan Lubuk
Basung
No. Telp/ Handphone : 081267548662
PENDIDIKAN FORMAL
2005-2007 SDN 50 Padang Tongga
2010-2013 SMPN 2 Lubuk Basung
2013-2016 SMAN 3 Lubuk Basung
2016-2019, Program Studi Diploma III Gizi STIKes Perintis Padang
PENGALAMAN MEDIS
Februari- maret 2019, Praktek Kerja Lapangan di RS Aulya Hospital
Pekanbaru
Maret- April 2019, Pengabdian Masyarakat Praktek Kerja Lapangan di
Kenagarian Simpang Sugiran, Kecamatan Guguk, Kabupaten 50 Kota
Juli 2019, Karya Tulis Ilmiah
Judul : Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu, Status Gizi Dan Cuci Tangan
Dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 3-6 Tahun Di Wilayah Kerja
Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun 2019
PROGRAM STUDI DIII Gizi
STIKesPerintis Padang
Karya Tulis Ilmiah Juli 2019
Nama : YOLA FITRI HANDAYANI
Nim :1613411026
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU, JAMBAN SEHAT, DAN CUCI
TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI
PUSKESMAS ANDALAS PADANG
Viii+ 55Halaman + 5Tabel+10Lampiran
ABSTRAK
Diare merupakan merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini di sebabkan karena
morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Pada tahun 2000 sampai tahun 2010
surve morbiditas yang di lakukan oleh subdit Diare Departemen Kesehatan Republik
Indonesia didapatkan insiden diare meningkat. Tujuan penelitian untuk Mengetahui
hubungan tingkat pengetahuan ibu, jamban sehat, dan cuci tangan dengan kejadian
diare pada anak usia 3-6 tahun di puskesmas andalas padang.
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain Cross sectinal
study.Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2019di Puskesmas Andalas Padang,
sasaran47 orang responden, teknik pengumpulan data yaitu data primer, teknik
pengambilan sampelnya teknik simple random sampling. Teknik pengolahan data
dengan editing, coding, data entry, tabulating, cleaning serta analisa data dengan
analisaunivariat dan analisabivariat dengan uji Chi-Square.
Dari hasilpenelitiandidapatkan kejadian diare anemia yaitu (66%),
pengetahuan baik sebanyak (70,2%), status gizi baik yaitu (48, 9%), dan cuci
tanganbaik yaitu (66,1%).Ada hubungan pengetahuan dengan kejadian diare dengan
(p = 0,028), ada hubungan status gizi dengankejadian diare dengan (p = 0,004) dan
ada hubungan cuci tangandengan kejadian diare dengan (p = 0,002).
Pengetahuan, status gizi dan cuci tangan yang tepat dapat mempengaruhi kondisi
kesehatan anak, terutama meminimalisir angka kejadian diare pada balita. Diharapkan
pelayanankesehatanlebih ditingkatkankepadabalitaagar dapat membantu ibu untuk
memenuhi nutrisi selama masa tumbuh kembang anakdan membantu ibu mencukupi
asupan nutrisi terutama untuk menghindari balita dari kejadian diare,.
DaftarPustaka :30 ( 2008-2017)
Kata Kunci :Kejadian diare, pengetahuan, status gizi, cuci tangan.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmaddanhidayah-Nya.
Terutama nikmat iman, serta kenikmat kesehatan yang telah di limpahkan kepada
hamba-Nya. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW,
serta keluarga, parasahabat, dan parapengikut yang senantiasa setia dan menyebarkan
sunna-sunnah hingga akhirzaman.
Penyelesaian penulis Karya Tulis Ilmiah dengan judul“ HUBUNGAN
TINGKAT PENGETAHUAN IBU, STATUS GIZI DAN CUCI TANGAN
DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS ANDALAS KOTA PADANG “
Sebagai salah satus yarat mencapai gelar Ahli Madia Gizi di Sekolah Tinggi
Kesehatan Perintis Padang tidak lepas partisipasibanya kpihak. Pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak YendrizalJafri, S.Kp, M. Biomed selaku Ketua STIKes Perintis
Padang.
2. Ibu Alya Misdhal Rini, S.Gz. M.Biomed selaku ketua Program studi DIII Gizi
STIKes Perintis Padang.
3. Ibu Maria Nova, SKM. M.Kes Selaku pembimbing yang telah memberikan
motivasi, bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan proposal ini.
4. Seluruh dosen dan staf pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis
Padang yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.
5. Terimakasih untuk orang tua serta keluarga tercinta yang telah memberikan
semangat, dorongan dan doa yang tulus kepada penulis dalam
mempersiapkan diri untuk menjalani semua tahap-tahap dalam penyusun
proposal penelitian.
Atas segala bantuan tersebut penulis hanturkan ribuan terimakasih, doa dan
harapan kepada semuany aAllas SWT melipat gandakan pahala yang berlimpah.
Penulis menyadari bahwa masih banyak ketidak sempurnaan dalam penulisan Karya
Tulis Ilmiah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
mendukung demi hasil yang lebihbaik, semoga hasil dari Karya Tulis Ilmiah ini
mendapat Ridho dari Allah SWT dan bermanfaat bagi kita semuanya, Amin
YaRabbalAlamin. Atas segala perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.
Padang, Januari 2019
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................... v
DAFTAR BAGAN .................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................
1.1 LatarBelakang ............................................................................................. 1
1.2 RumusanMasalah ........................................................................................ 3
1.3 TujuanPenelitian ......................................................................................... 3
1.4 ManfaatPenelitian ....................................................................................... 4
1.5 Ruang Lingkup ........................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 6
2.1 Diare ........................................................................................................... 6
2.1.1. Pengertian Diare ............................................................................. 6
2.1.2. Klasifikasi Diare ............................................................................. 7
2.1.3. Patofisiologi Diare .......................................................................... 8
2.1.4. Tanda dan Gejala ............................................................................ 9
2.1.5. Komplikasi ...................................................................................... 10
2.1.6. Pencegahan Diare ........................................................................... 12
2.1.7. Faktor-faktor mempengaruhi diare ................................................. 12
2.2. Pengetahuan ............................................................................................... 17
2.2.1. Pengertian Pengetahuan .................................................................. 16
2.2.2. Tingkat Pengetahuan ...................................................................... 17
2.2.3. Pengukuran Pengetahuan ................................................................ 19
2.2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ............................ 19
2.3. Status Gizi ................................................................................................. 21
2.3.1. Pengertian ....................................................................................... 21
2.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi status gizi ................................ 22
2.4. Mencuci tangan ......................................................................................... 23
2.4.1. Pengertian ........................................................................................ 23
2.4.2.Sabun cuci tangan ............................................................................. 24
2.4.3 Cuci tangan menggunakan sabun ..................................................... 34
2.5. Kerangka Teori .......................................................................................... 26
2.6. Hipotesis .................................................................................................... 27
2.7. Kerangka Konsep ...................................................................................... 28
2.8. Defenisi Operasional ................................................................................. 29
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 30
3.1 DesainPenelitian ......................................................................................... 31
3.2 Tempat danWaktu penelitian ...................................................................... 31
3.3 PopulasidanSampel ..................................................................................... 31
3.4 Pengumpulan Data ...................................................................................... 33
3.5 Pengolahan Data ......................................................................................... 35
3.6 Analisa data ................................................................................................ 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian ....................................................... 40
4.2 Karateristik Responden ............................................................................ 41
4.3 Hasil Penelitian ........................................................................................ 41
4.3.1 Analisa Univariat ............................................................................ 41
4.3.2 Analisa Bivariat ............................................................................... 45
4.4 Hasil Pembahasan ....................................................................................... 49
4.4.1 Analisa Univariat ............................................................................ 49
4.4.2 Analisa Bivariat ............................................................................... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 60
5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 60
5.2 Saran ............................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 63
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 DistribusiFrekuensiKarakteristikRespondenDi Wilayah
KerjaPuskesmasAndalas Padang Tahun 2019
Tabel 4.2 DistribusiFrekuensiRespondenBerdasarkanKejadianDiarePadaAnakUsia
3-6 Tahun Di Wilayah KerjaPuskesmasAndalas Padang Tahun 2019
Tabel 4.3 DistribusiFrekuensiRespondenBerdasarkanPengetahuanPadaAnakUsia
3-6 Tahun Di Wilayah PuskesmasAndalas Padang Tahun 2019
Tabel 4.4 DistribusiFrekuensiRespondenBerdasarkanCuciTanganPadaAnakUsia
3-6 Tahun Di Wilayah KerjaPuskesmasAndalas Padang Tahun 2019
Tabel 4.5 DistribusiFrekuensiRepondenBerdasarkanCuciTanganPadaAnakUsia 3-
6 Tahun Di Wilayah KerjaPuskesmasAndalas Padang Tahun 2019
Tabel 4.6 HubunganPengetahuandenganDiarePadaAnakUsia 3-6 Tahun Di
Wilayah KerjaPuskesmasAndalas Padang Tahun 2019
Tabel 4.7 Hubungan Status GizidenganDiarePadaAnakUsia 3-6 Tahun Di
Wilayah KerjaPuskesmasAndalas Padang Tahun 2019
Tabel 4.8 HubunganCuciTangandenganDiarePadaAnakUsia 3-6 Tahun Di
Wilayah KerjaPuskesmasAndalas Padang Tahun 2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pneumonia dan diare merupakan penyebab kematian balita sebesar 40% di
seluruh dunia setiap tahunnya. Diare adalah pembunuh utama anak-anak, pada tahun
2015 sebanyak 9% dari semua kematian anak balita di seluruh dunia.Ini berarti untuk
lebih dari 1.400 anak-anak meninggal setiap hari, atau sekitar 526.000 anak pertahun.
(WHO 2013)
Diare merupakan merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini di sebabkan karena
morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Pada tahun 2000 sampai tahun 2010
surve morbiditas yang di lakukan oleh subdit Diare Departemen Kesehatan Republik
Indonesia didapatkan insiden diare meningkat. Pada tahun 2000 insiden diare yaitu
301/1000 penduduk, tahun 2003 insiden diare naik menjadi 374/1000 penduduk,
tahun 2006 insiden diare naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 insiden
diare menjadi 411/1000 penduduk (Depkes RI,2011)
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), studi Mortalitas dan
Riset Kesehatan Dasar (Risedas) dari tahun ke tahun di ketahui bahwa diare masih
menjadi penyebab utama kematian anak di Indonesia. Penyebab utama kematian
akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di ru,ah maupun di sarana
kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat
dan tepat (Depkes RI, 2011)
Berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, diare merupakan penyebab
kematian peringkat ke-13 sedangkan proposi kematian 3,5%. Sedangkan berdasarkan
penyakit menular, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-3 setelah
Tuberculosis dan Pneumonia (Depkes RI ,2011) Kebiasaan yang berhubungan
dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah
mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar,
sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi
makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak menurunkan angka kejadian
diare sebesar 47% (Kemenkas Ri,2011)
Banyak faktor yang secara lansung maupum tidak lansung dapat menjadi faktor
pendorong terjadinya diare. Penyebab tidak lansung atau faktor-faktor yang
mempermudah atau mempercepat terjadinya diare seperti : status gizi, pemberian ASI
Eklusif , lingkungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) , kebiasaan mencuci
tangan, perilaku makan, imunisasi dan sosial ekonomi. Penyebab lansung antara lain
infeksi bakteri virus dan parasit , malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia maupun
keracunan oleh racun yang diproduksi olehjasad renik, ikan,buah dan sayur-sayuran
(Zaitun, 2011)
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbetuknya tindakan
atau praktik seseorang (overt behavior). karena daripengalaman dan penelitian
ternyata perilaku yang di dasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
prilaku yang tidak di sadari oleh pengetahuan(Notoatmodjo,2003) praktik itu sendiri
merupakan tindakan seseorang dalam melaksanakan apa yang di ketahui atau yang
disikapi (dinilai baik) (Notoamodjo,2007).
Pengetahuan ibu mengenai diare meliputi pengertian, penyebab, gejala klinis,
pencegahan, dan cara penanganan yang tepat dari penyakit diare pada balita, berperan
penting dalam penurunan angka kematian dan pencegahan kejadian diare serta
malnutrisi pada anak.pengetahuan juga mrmpengaruhi tindakan ibu tentang
pencegahan terhadap suatu penyakit kusus nya diare.
Berdasarkan permasalahan di atas hal inilah yang melatarbelakangi saya sebagai
penulis untuk memberikan sebuah gagasan mengenai “ faktor-faktor yang mengenai
kejadian Diare pada Anak Usia 3-6 Tahun (Balita) Di Wilayah kerja puskesmas
andalas padang
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dapat di simpulkan “
Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu, jamban sehat, dan cuci tangan dengan
kejadian diare pada anak usia 3-6 tahun di puskesmas andalas padang”
1.3 Tujuan Penelitian
1.2.1 Tujuan Umum :
Mengetahui faktor yang mengetahui kejadian diare anak usia 3-6 tahun di
wilayah kerja puskesmas Andalas pada tahun 2019.
1.2.2 Tujuan Khusus:
a. Diketahuinya distribusi frekuensi kejadian diare usia 3-6 tahun di wilayah kerja
puskesmas Andalas Kota Padang.
b. Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan dan sikap ibu tentang diare di wilayah
kerja Puskesmas Andalas Kota Padang.
c. Diketahui distribusi frekuensi tentang jamban bersih dengan kejadian diare di
wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang.
d. Diketahui distribusi frekuensi tentang cara cuci tangan dengan kejadian diare di
wilayah kerja puskesmas Andalas kota Padang.
e. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan ibu dengan diare.
f. Diketahuinya hubungan antara status gizi dengan diare.
g. Diketahuinya hubungan antara cara cuci tangan dengan diare.
1.3 Manfaat penelitian
1.3.1 Manfat bagi peneliti
a. mengasah kemampuan untuk melaksanakan penelitian yang memiliki tingkat
objektiviti yang tinggi.
b. Melatih kemampuan berinteraksi dengan masyarakat.
c. Menambah pengetahuan peneliti terhadap hubungan tingkat pendidikan
d. Sebagai alat atau bahan mengurangi angka krjadian diare padabalita.
1.3.2 Manfaat bagi Responden
Agar responden dapat mengetahui dan mencegah kejadian diare pada balita.
1.3.3 Manfaar bagi Puskesmas
a. Sebagai bahan masukan terhadap pemerintah melakukan penyuluhan tentang
diare pada balita.
b. Sebagai data awal untuk penelitian selanjutnya guna mengembangkan program
penyuluhan mengenai diare pada balita.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Diare
2.1.1 Definisi Diare
Diare akut merupakan masalah yang sering terjadi pada balita. Setiap tahun di
perkirakan sebanyak 2 milyar kasus diare terjadi di seluruh dunia. Infeksi bakteri
merupakan salah satu penyebab diare cair ataupun diare berdarah. Etiologi diare akut
yaitu bakteri, virus, protozoa, dan helmitnhs. Diagnosis dan memperhitungkan
kebutuhan cairan pengganti, serta pemilihan anti biotik yang dapat menjadi elemen
penting dalam tatalksana diare akut (Amin,2015).
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan kondisi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering
(biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari ( Kemenkes,2011). Menurut Arifianto
(2012) diare adalah produksi tinja yang lebih cair dibandingkan biasanya frekuensi
buang air besar (BAB) menjadi lebih sering. Umumnya, anak-anak mengalami BAB
tidak mencapai tiga kali sehari sehingga frekuensi lebih dari tiga kali sering di
gunakan sebagai patokan diare meskipun tidak selalu.
Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar(kotoran), serta pada kandungan
air dan volume kotoran itu. Diare dapat menjadi masalah yang berat. Diare yang berat
juga dapat menyebabkan dehitrasi atau masalah gizi yang berat (Yayasan
Spiritia,2015).
2.1.1 Klasifikasi diare
Klarifikasi diare di bagi menjadi diare akut dan kronis. Diare akut yaitu diare
yang berlansung jurang dari 14 hari. Diare kronik, yaitu diare yang berlansung lebih
dari 14 hari dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidaj bertambah ( failure
to thrive) selama masa diare tersebut ( Kamenkas 2011).
Menurut Sudaryat (2007) diare diklasifikasikan menjadi beberapa diantaranya:
1. Diare kronik di bagi menjadi 5 :
a. Diare psrsisten : Diare yang di sebabkan oleh infeksi.
b. Protacted diare : Diare yang berlansung lebih dari dua minggu dengan
tinja cair dan frekuensi lebih dari 4x atau lebih perhari.
c. Diare intraktabel :Diare yang timbul berulang kali dalam waktu yang
singkat ( misalnya 1-3 bulan ).
d. Prolonget diare : Diare yang berlansung dari 7 hari.
e. Chronic non specific diarrhea :Diare yang berlansung lebih dari 3
minggu tetapi tidak di sertai gangguan pertumbuhan dan tidak ada
tanda-tanda infeksi maupun malabssorpsi.
Penyebab diare dapat di bagi menjadi 2 bagian ialah penyebab lansung dan
penyebab tidak lansung atau faktor-faktor yang dapat mempermudah atau
mempercepat terjadinya diaredi tinjau dari sudut fatopisiologi kehilangan cairan
tubuh penyebab diare atau dapat di bagi menjadi 2, yaitu :
1. Diare sakresi di sebabkan oleh :
a. Inveksi virus, kuman-kuman patogen dan aptogen
b. Hiperperistaltik husus halus yang dapat di sebabkan oleh bahan-
bahan kimia, makanan ( misalnya keracunan makanan , makanan
yang pedas, sudah basi,dll), gangguan syaraf, hawa dingin, alergi,
dsb.
c. Definisi imun terutama SigA( secretory immunoglobin a) yang
mengakibatkan terjadinya bakteri atau jamur tumbuh berlipat
ganda.
2. Diare Osmotik , di sebabkan oleh:
a. Malabsorpsi makanan
b. KKP ( Kekurangan kalopi protein)
c. BBLR dan bayi baru lahir
2.1.3 Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi (Sudaryat, 2007) :
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kekurangan air (output) lebih banyak dari pemasukan air
(input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare
1. Gangguan keseimbangan asam-asam (metabolik asidisis) :
a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja.
b. Adanya ketosis kelaparan, Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga
benda keton tertimbun dalam tubuh.
c. Terjadinya penimbunan asam latktat karena adanya anoksida jaringan.
d. Produksi metabolisme yang sangat asam meningkat karena tidak dapat di
keluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria)
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.
2. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3 % dari anak-anak yang menderita diare. Pada
anak-anak dengan gizi baik/cukup, hipoglikemia ini jarang terjadi lebih sering terjadi
pada anak sebelumnya pernah menderita KKP. Hal ini terjadi karena :
a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu.
b. Adanya gangguan absobsi glukosa (walaupun jarang terjadi)
Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai
40mg% pada bayi dan 50mg% pada anak-anak.
Gejala: lemah, apatis, peka ransang, bekeringat, pucat, syok, kejang, sampai
koma.
2.1.4. Tanda dan Gejala
1. Diare akut
a. Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
b. Onset yang tak terduga dari buang air besar yang encer, gas-gas dalam
perut, rasa tidak enak, nyeri perut.
c. Nyeri pada kuadrat bawah di sertai kram dan bunyi pada perut.
d. Demam
2. Diare kronik
Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang.
a. Penurunan BB dan nafsu makan.
b. Demam indikasi terjadi infeksi.
c. Dehidrasi tanda-tandanya di potensi takikardi, denyut lemah.
2.1.5. Komplikasi
Menurut Maryuanin(2010) sebagai akibat diare akan terjadi beberapa hal sebagai
berikut:
1. Kehilangan air ( Dehitrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan
(input), merupakan terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa( metabolik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicaebonat bersama tinja. Metabolisme
lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertibun dalam tubuh, terjadinya
penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang
bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal ( terjadi olgoria
atau anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam
cairan intraseluler.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3 % anak yang menderita diare. Lebih sering pada
anak yang sebelumnya telah menderita kekurangan Kalori protein (KKP). Hal ini
terjadi karena adanya gangguan penyimpanan atau penyediaan glikogen dalam hati
dan adanya gangguan etabol glukosa. Gejala hip0glikemia akan muncul jika kadar
glukosa darah menurun hingga 40% pada bayi dan 50% pada anak-anak .
4. Gangguan Gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini di sebabkan oleh
makanan sering di hentikan oleh orang tua karna takut diare atau muntah yang
bertambah hebat, walaupun susu di teruskan sering di berikan dengan pengeluaran
dan susu yang encer ini di berikan terlalu lama, makanan yang di berikan sering tidak
dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistalitik.
5. Gangguan Sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya befusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis menurun dan bila tidak segera
diatasi klien akan meninggal.
2.1.6 Pencegahan diare
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat di
lakukan adalah (Kemenkas, 2011).
1. Perilaku sehat
a. Pemberian ASI
b. Makanan pendamping ASI
c. Mencuci tangan
d. Menggunakan air bersih yang cukup
e. Menggunakan jamban
f. Membuang tinja yang benar
g. Pemberian imunisasi campak
2. Penyehatan Lingkungan
a. Penyediaan air bersih
b. Pengelolaan sampah
c. Sarana pembuangan air limbah
2.1.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare
Permasalahan kesehatan muncul dapat di gambarkan melalui konsep segi tiga
epidemologi, yaitu adanya agen, host, dan lingkungan. Segitiga epideomologi
tersebut dapat di jabarkan sebagai berikut ini :
1) Agen
Agen penyebab diare dapat berupa bakteri ataupun virus. Menurut Sudaryat
(2007) bahwa diare dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti :
a) Enteropatogen bakteri
Enteropatogen bakteri dapat menyebabkan diare radang dan diare non radang dan
enteropatogen spesifik dapat di sertai dengan salah satu manifestasi klinis. Umumnya
diare radang akibat Aeromonas spp, campylobacter jejuni. Clostridium difficile, E.
coli enterohemoragik, plesiomonas shigelloides, salmonella spp, shiglla spp, vibrio
parahaemolyticus dan vinrio cholerae. Infeksi yarsinea dan salmonella paling sering
di jumpai pada anak berusia 1 bulan hingga 1 tahun. Sementara infeksi shigella dan
campylobacter paling sering jumpai pada anak usia 1-5 tahun.
b) Enteropatogen parasite
Giardia lambia adalah penyebab penyakit diare yang paling sering di amerika
serikat. Phatogen lain adalah cryptosporium. Entamoeba histolytica, strongyloides
stercoralis, isspora belli, dan Enterocytozoon bieneusi.
c) Enteropatogen virus
Empat penyebab gastroentereritir virus adalah adenovirus enteric, astovirus
dan kalsivirus. Rotavirus terutama di jumpai pada anak usia 4 bulan hingga 3 tahun.
Menurut Nelson (2000) dalam Ratna (2015) faktor penyebab diare adalah :
a. Faktor Infeksi
(1) Infeksi in ternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Infeksi internal ini meliputi : Infeksi bakteri (vibrio,
E. Coli, Salmonella, shigela, campylobacter, Yersina , Aeromonas). virus (
Enterovitus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus), dan parasit yang terdiri dari cacing
(Ascaris, thrichiuris, oxyuris, strogyloides).
(2) Infeksi parental yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan,
seperti otitis media akut (OMA) Tonsilofsringitis, Bronemonia, Ensefalitis dan
sebagiannya, Keadaan ini terdapat pada bayi dan anak berumur 2 tahun.
2) Host
Host merupakan manusia yang rentan terhadap infeksi virus atau bakteri
penyebab diare. Menurut Nelson (2000) dalam Ratna (2015) faktor penyebab diare :
a) Faktor Malabsorbsi
Malabsobsi Karbohidrat : disakarida (intolerasi laktosa, maltose, sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, galaktosa). pada bayi dan anak yang
terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.
a. Malabsorbsi lemak.
b. Malabsorbsi protein.
b) Faktor Makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
c) Faktor Psikilogis
Faktor psikiologis meliputi rasa takut dan cemas, Walaupun jarang dapat
menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.
Secara klinis penyebab diare dapat di kelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu (
Kemenkas,2011):
a. Malabsorpasi
b. Alergi
c. Keracunan
d. Imunodefisiensi
e. Sebab-sebab lainnya( perilaku, lingkungan, sanitasi lingkungan).
Menurut Sudaryat (2007) bahwa diare dapat di sebabkan oleh beberapahal
seperti :
a. Kekurangan gizi, seperti kelaparan, kekurangan zat putih telur.
b. Alergi susu diare biasanya timbul beberapa menit atau jam setelah minum
susu tersebut, biasanya pada alergi susu sapi dan produk-produk yang terbuat
dari produk sapi.
c. Keracunan makanan/minuman yang di sebabkan oleh bakteri maupun bahan
kimia.
3) Lingkungan
Lingkungan merupakan keadaan tempat tinggal atau lingkungan sekitar manusia
yang dapat mempengaruhi kejadian diare. Menurut Kemenkes (2011) bahwa
lingkungan seperti sanitasi lingkungan yang kurang sehat dan menyebabkan kejadian
diare.
Lingkungan yang sehat tentunya tergantung dari prilaku manusia itu sendiri
seperti apa. Menurut Notoatmodjo (2012), teori yang mempengaruhi perilaku,
kususnya perilaku yang berhubungan dari kesehatan.
Menurut Lewrence Green dalam perilaku kesehatan di pengaruhi oleh 3 faktor
yaitu :
a) Faktor predisposisi
Termasuk di dalamnya adalah pengetahuan. Sikap, kepercayaan, tradisi,
kebiasaan nilai budaya atau norma yang di yakini seseorang
b) Faktor pendukung
Yaitu faktor lingkungan yang memfasilitaskan perilaku seseorang, Faktor
pendukung di sini adalah ketersediaan sumber-sumber atau fasilitas. Misalnya
puskesmas, obat-obatan, alat -alat kontrasepsi, air bersih dan sebagainya.
c) Faktor pendorong atau penguat
Faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau
tidak. Perilaku orang lain yang berprngaruh ( toko masyarakat , toko agama, guru,
orang tua, petugas kesehatan, pemegang kekuasaaan). yang dapat menjadi pendorong
seseorang untuk perilaku.
2.2 Pengetahuan
2.2.1 Pengertian pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca
indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, pencium, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh dari mata dan telinga (
Notostmodjo,2012)
Pengetahuan ini sendri di pengaruhi oleh faktor pendidikan formal.
Pengetahuan sangat herat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan
bahwa pendidikan yang tinggi maka orang tersebut maka semakin luas pula
pengetahuannya. Perlu ditekankan. Bukan berarti seseorang yang berpendidikan
rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang suatu
objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif. kedua aspek itu yang
menentukan sikap seseorang semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui,
maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu .
2.2.2 Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan mempunyai enam tingkat yaitu :
1) Tahu(know)
Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau ransangan yang telah di
terima. Oleh bebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang di ketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan,menjelaskan,menyebutkan
contoh,menyimpulkan,meramaikan,dansebagainya terhadap objek yang dipelajari
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).Aplikasi disini dapat diartikan
sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,rumus,metode,prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis(Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen,tetapi masih didalam suatu struktur organisasi dan
masih ada kaitan nya satu sama lain. kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja,seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan lain sebagainya.
5) Sintesis(Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek.penilaian-penilaian itu didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri,atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.
6) Evaluasi(Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
prnilaian terhadap suatu materi atau ditentukan sendiri,atau menggunakan kriteria-
kriteria yang ada.
2.2.3 Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat di ukur dengan wawancara atau kuesoner yang
menanyakan tentang isi materi yang akan di ukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalam pengetahuan yang ingin di ketahui atau yang ingin kita ukur
dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmojo 2007).
pengukuran pengetahuan terbagi menjadi dua yaitu :
1) Tingkat pengetahuan baik bila jumlah jawaban benar > 50%
2) Tingkat pengetahuan kurang bila jumlah jawaban benar < 50%
2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pengetahuan
Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmojo (2007),
adalah sebagai berikut :
1) Umur
Umur merupakan variabel yang selalu di perhatikan dalam penelitian-
penelitian epideomologi yang merupakan salah satu hal yang mempengarui
pengetahuan. Umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun yang di hitung
sekajak dilahirkan. Semakin tinggi umur seseorang maka semakin bertambah pula
ilmu atau pengetahuan yang di miliki karena pengetahuan seseorang di peroleh dari
pengalaman sendiri maupun pengalaman yang di peroleh dari orang lain.
2) Pendidikan
Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan seluruh kemampuan
dan perilaku manusia melalui pengetahuan, sehingga dalam pendidikan perlu di
pertimbangkan umur ( proses perkembangan klien) dan hubungan dengan proses
belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhipresepsi seseorang atau lebih mudah menerima ide-ide dan teknologi.
3) Paparan media masa
Melalui berbagai media massa baik cetak maupun eletronik maka berbagai
informasi dapat di terima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering
tepapar media masa akan memproleh informasi yang lebih banyak dan dapat
mempengaruhi tingkat pengetahuan yang di miliki.
4) Sosial ekonomi (Pendapatan)
Dalam memenuhi kebutuhan primer, maupun sekunder keluarga. Status
ekonomi yang baik akan lebih mudah tercukupi di bandingkan dengan orang yang
memiliki status ekonomi rendah, semakin tinggi status sosial ekonomi seseorang
semakin mudah dalam mendapatkan pengetahuan , sehingga menjadikan hidup lebih
berkualitas.
5) Hubungan Sosial
Faktor hubungan soaial mempengaruhi kemampuan individu sebagai
komunikasi untuk menerima pesan menurut model komunikasi media. Apa bila
hubungan sosial sesorang dengan individu baik maka pengetahuan yang di miliki
juga akan bertambah.
6) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu sumber pengetahuan atau suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuann, hal ini di lakukan dengan cara mengulang
kembali pengalaman yang di peroleh dalam memecahkan permasalahan yang di
hadapi pada masa yang lalu.
2.3 Status Gizi
2.3.1 Pengertian
Status gizi merupakan hasil dari keseimbangan atau perwujudan dari nutrisi
dalam bentuk variabel (Supariasa, 2014). Keseimbangan antara 25 asupan dan
kebutuhan zat gizi menentukan seseorang tergolong dalam kriteria status gizi tertentu,
dan meruapakan gambaran apa yang dikonsumsinya dalam rentang waktu yang cukup
lama (Sayoga, 2011). Status gizi juga dapat diartikan sebagai gambaran kondisifisik
seseorang sebagai refleksi dari keseimbangan energi yang masuk dan energi yang
dikeluarkan oleh tubuh (Marmi, 2013)
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
a. Faktor internal
Faktor internal yang mempengaruhi status gizi antara lain (Marmi, 2013)
1) Usia
Usia akan mempengaruhi kemampuan dan pengalaman yang dimiliki orang
tua dalam pemberian nutrisi pada anak dan remaja.
2) Kondisifisik
Jika seseorang sakit, atau dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya
memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang
buruk.Anakdanremajapadaperiodehidupinikebutuhanzatgizidigunakanuntukpe
rtumbuhancepat.
1) Infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau
menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan.
a. Faktorekstenal
Faktoreksternal yang mempengaruhi status giziantaralain(Marmi, 2013)
1) Pendapatan
Masalah gizi sering terjadi karena kemiskinan yang memnyebabkan adalah
tarafekonomi keluarga, yang bearhubungan dengan daya beli keluarga tersebut.
2) Pendidikan
Pendidikanjugamenjadimasalahpenyebabnyakuranggizi, pendidikan gizi
merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan prilaku orang tua atau
masyarakat tenntang status gizi yang baik.
3) Pekerjaan
Bekerja dalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupan keuarganya. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap
kehidupan keluarga.
4) Budaya
Budayaa dalah satu cirikhas, akan mempengaruhi tingkah laku.
2.4 Mencuci Tangan
2.4.1 Pengertian
Tangan adalah media utama bagi penularan kuman -kuman penyebab
penyakit. Akibat kurangnya kebiasaan cuci tangan, anak-anak merupakan penderita
tertinggi dari penyakit diare dan penyakit pernapasan. Hingga tak jarang berujung
pada kematian, ( Nadesul 2006).
Mencuci tangan merupakan salah satu cara untuk menghindari penularan
penyakit yang di tularkan melalui makanan. Kebiasaan mencuci tangan secara teratur
perlu di latih pada anak, jika sudah terbiasa mencuci tangan sehabis bermain atau
ketika akan makan maka di harapkan kebiasaan akan terbawa smpai tua ( Samsurdjal
2209).
2.4.2 Sabun cuci tangan
Sabun adalah kumpulan senyawa yang terdiri dari satu jenis asam amono atau
lebih atau ekuivalennya dan alkali (Fazlisia 2014). sabun tercipta dari reaksi yang
terjadi ketika minyak/ lemak di campurkan dengan larutan alkali (NaOH atau KOH).
Reaksi adalah (Puspita dkk, 2012).
2.4.3 Cuci tangan menggunakan sabun
1) Pengertian
Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk
menjadi bersih dan memutuskan mata ramtai kuman. Mencuci tangan dengan sabun
di kenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena
tangan sering menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen
berpindah dari satu orang ke orang lain. Baik dengan kontak lansun g maupun dengan
kontak tidak lansung (Kemenkes ,2014)
2) Waktu mencuci tangan
Farida (2009) menjelaskan bahwa waktu mencuci tangan , yaitu :
a) Sebelum
1. Makan
2. Minum
3. Memasak
4. Memegang makan atau menyajikan
b) Setelah
1. Dari Toilet
2. Buang Air besar
3. Memegang Binatang
4. Bercocok Tanam
5. Bermain
3) Manfaat Mencuci Tangan
Manfaat mencuci tangan menurut Depkes RI (2013) bahwa:
a. Tangan jadi bersih dan bebas kuman
b. Mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera, disentri, thypus, cacingan,
penyakit kulit, flu burung.
Sedangkan menurut sulutg (2012) bahwa manfaat mencuci tangan, yaitu :
a. Membuang kotoran yang menempel di tangan
b. Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan
c. Mencegah penularan kuman penyakit/ infeksi pada orang lain
4) Cara mencuci tangan dengan sabun
Cara mencuci tangan dengan sabun menurut WHO (2009) ada 6 langkah
antara lain:
a. Basahi kedua telapak tangan hingga pergelangan tangan memakai air yang
mengalir, ambil sabun kemudian usap lalu gosok ke dua telapak tangan secara
lembut.
b. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian, jangan
terburu-buru.
c. Jangan lupa jari-jari anda . gosok sela-sela jari ingga bersih’
d. Bersih kan ujung jari secara bergantian
e. Gosok dan putar kedua ibu jari secara pergantian
f. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok berlahan
2.5. Kerangka Teori
Kerangka teori Modifikasi : Notoatmodjo (2012), Nelson (2000) dalam Ratna (2015),
Kemenkas (2011)2.6. Kerangka Konsep
Host
Keracunan Makanan atau
minuman
Personal hygiene ( Kebiasaan
mencuci tangan menggunakan
sabun)
Pengetahuan
Kejadian Diare
Agen
Entropatogen
Entropatogen
parasit
Eteropatogen
Virus
Lingkungan
Jamban sehat
Toko Masyarakat
Petugas Kesehatan
Orang Tua
Independent Dependent
2.7. HIPOTESIS
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu :
1. Adanya hubungan antara pengaruh diare dengan kejadian diare pada anak usia 3-
6 tahun
2. Adanya bubungan kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun dengan
kejadian diare pada anak usia 3-6 tahun
3. Adanya hubungan status gizi diare pada anak usia 3-6 tahun
Kebiasaan cara mencuci
tangn pakai sabun
Pengetahuan
Status Gizi
Kejadian diare
B. Defenisi Operasional
N
o
Variabel DefenisiOpe
rasional
AlatUkur Cara
pengukuran
Hasil Ukur Skala
Ukur
1 Diare Diare
adalahsuatuk
ondisidimana
seseorangbua
ng air
besardengank
ondisilembek
ataucair
Kuesioner Wawancara 1. diare
2. tidak
diare
(Sri
Handayani
2012)
Ordinal
2 Pengetahua
n orang tua
`
Segalasesuatu
yang di
ketahuiibuten
tangpenyakit
diaredankese
hatanlingkun
gan
Kuesioner Wawancara 1=Kurang
< 75%
2=Baik ≥
75%
(Depkes RI
2013)
Ordinal
3 Status Gizi Status
gizimerupak
anhasildarik
eseimbanga
natauperwuj
udandaridari
nutrisidalam
bentukvaria
bel
Timbangan Antropometri 1. Gizi
baik = > -
2SD
Sampai +
2SD.
2. Gizi
kurang = <
- 2SD dan
> + 2SD
(Depkes
2013)
Ordinal
4 Mencuci
tangan
Merupakan
salah satu
cara untuk
menghindari
penularan
penyakit yang
di tularkan
melalui
makanan
Kuesioner Wawancara 1.tidak
baik = <
50%
2.Baik = ≥
50%
(Depkes
2013)
Ordinal
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini penelitian kuantitatif desain cross sectional, yaitu
menganalisis sejauh mana hubungan faktor resiko tertentu terhadap adanya suatu
kejadian tertentu (efek). Menganalisis hubungan variabel independen (kebiasaan cuci
tangan dan pengetahuan terhadap penggunaan jamban sehat) dan variabel dependen
(diare) pada objek penelitian di ukur dalam waktu yang bersamaan atau sekaligus
(Notoatmodjo, 2005).
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini di salah satu puskesmas yaitu puskesmas Andalas Kota
Padang. Dilakukan pada bulan November 2018 - Juli 2019.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak dengan usia 3-6 tahun di
wilayah kerja puskesmas Andalas sebanyak 90 orang
3.3.2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah bagian dari populasi yang diteliti. Dalam
penelitian ini, tidak semua populasi dijadikan sampel. Teknik pengambilan sampel
yang akan dilakukan secara Simple Random Sampling yaitu pengambilan anggota
sampel dan populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan stratayang ada
dalam populasi ini (Sujarweni, 2014). Pengambilan sampel diambil dari anak di
wilayah kerja Puskesmas Andalas di Kota Padang.
Perhitungan sampel menggunakan rumus :
⁄
⁄
Keterangan :
n = Besar Sampel
N = jumlah populasi
d = Derajat ketepatan (presisi) 10% (0,1)
Z = tingkat kepercayaan (presisi) 95% nilai ⁄ = 1, 96
P = proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, bila tidak diketahui
proporsinya, ditetapkan 50% (0,50) (Sujarweni, 2014).
Adapun penentuan sampel didasarkan atas kriteria inklusi. Kriteria inklusi
merupakan data persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh subjek agar
dapat diikutsertakan sebagai sumber dalam penelitian.
Kriteria inklusi :
1. Ibu yang dapat membaca dan mampu berkomunikasi dengan baik.
2. Ibu bersedia dijadikan responden dan bersedia untuk di wawancara.
Kriteria ekslusi :
1. Ibu tidak berada dilokasi penelitian
2. Ibu tidak bersedia dijadikan responden
3.4. Pengumpulan Data, Pengolahan, dan Analisa Data
3.4.1. Pengumpulan data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder.
1.Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti terhadap
responden. Data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti berupa data identitas,
pengetahuan tentang cuci tangan dan jamban sehat terhadap diare, menggunakan
kuesioner dan lembar observasi, dan data diare responden dengan menggunakan
kuesioner.
a) Data dasar anak dan keluarga
b) Kebiasaan cuci tangan
2. Data Sekunder
` Data sekunder meliputi pengumpulan data yang diinginkan peneliti diperoleh
dari orang lain atau tempat lain dan bukan dilakukan oleh peneliti sendiri. Data
sekunder peneliti ini adalah data yang diperoleh dari kepala Puskesmas tentang diare.
Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1) Kuesioner
Kuesioner yang digunakan berisikan tentang pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan tentang kejadian diare terhadap status gizi. Pertanyaan yang
diajukan berupa :
a) Data dasar anak dan keluarga
b) Pengetahuan ibu tentang diare
3.4.2 Pengukuran Variabel
A. Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan menggunakan kuesioner yang berisikan 10
pertanyaan tertutup yang ditanyakan orang tua anak melalui wawancara
langsung dengan mencheklist salah satu pilihan jawaban.
B. Mencuci Tangan
Pengambilan data mencuci tangan dilakukan dengan menggunakan kuesioner
pertanyaan yang berisikan 6 pertanyaan.
C. Jamban Sehat
Pengukuran jamban sehat dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang
berisikan 5 pertanyaan.
D. Diare
Pengukuran diare dengan menggunakan kuesioner
3.4.3. Pengolahan Data
Data yang didapatkan dari responden akan diolah dan didistribusikan sesuai
dengan variabel penelitian, dengan langkah-langkah :
a) Editing
Editing merupakan kegiatan pemeriksaan kembali kuesioner yang telah diisi
pada saat pengumpulan data, apakah dapat dibaca, semua pertanyaan terjawab
atau terdapat kesalahan-kesalahan lainnya.
b) Coading
Merupakan kegiatan mengubah data dalam bentuk yang lebih ringkas dengan
menggunakan kode-kode tertentu. Coading bertujuan untuk mempermudah
pada saat analisis dan mempercepat input data.
c) Entry
Setelah data diedit dan dilakukan pemberian kode, langkah selanjutnya adalah
pemasukan data (entry), apabila menggunakan komputer untuk pengolahan
data maka cukup membuat file dan memasukkan satu persatu ke dalam file
data komputer sesuai dengan SPSS
d) Cleaning
Pembersihan data dilakukan untuk mempertimbangkan data yang tidak sesuai
dengan jawaban yang tersedia dalam kuesioner atau data yang mengganggu
atau dengan melihat distribusi frekuensi dari variable dan melihat
kelogisannya.
e) Processing
Dilakukan dengan menggunakan program statistik, kuesioner, dibuat dengan
memberikan nilai pada masing-masing pertanyaan, untuk hasil pengolahan
data disajikan dalam bentuk tabel.
3.4.4. Analisa data
Proses analisa data dapat dilakukan dengan dua tahap yaitu analisa data
univariat dan analisa data bivariat.
a. Analisa Univariat
Analisa yang dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi masing-
masing variabel yaitu independen (perilaku makan orangtua dengan kejadian
picky eating) dan variabel dependen (status gizi). Penyajian data dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi dan dipresentasikan.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan menguji untuk menguji hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen dengan menggunakan uji statistik chi
square tingkat kepercayaan 95%, dengan rumus :
∑
Keterangan :
chi square
nilai observasi (hasil)
nilai ekspektasi
∑ jumlah total
3.4.5. Etika Penelitian
Ada beberapa hal yang menyangkut etika penelitian, yaitu :
A. Informed Consent, yaitu peneliti memberikan informasi kepada responden
secara detail tentang tujuan dari penelitian dan menjelaskan kepada responden
bahwa data hanya digunakan untuk pengembangan ilmu.
B. Anonimity, yaitu nama responden hanya diketahui oleh peneliti. Pada
publikasi juga tidak dicantumkan nama responden melainkan menggunakan
kode angka.
C. Confidentiality, yaitu data atau informasi yang didapat selama penelitian akan
dijaga kerahasiaannya dan hanya peneliti yang dapat melihat data tersebut.
D. Do not harm, yaitu meminimalkan kerugian dan memaksimalkan manfaat
yang ditimbulkan pada penelitian ini.
E. Fair treatment, yaitu melakukan perlakuan yang adil dan memberikan hak
yang sama pada setiap responden.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Puskesmas Andalas didirikan pada tahun 1975. Pertama kali dipimpin oleh dr.
Tamrin dengan 6 orang pegawai yang terdiri dari 1 orang bidan, 1 orang perawat, 1
orang tenaga sanitasi, 1 orang pembantu bidan, 1 orang pembantu perawat dan 1
orang tenaga tata usaha dengan 11 program pokok.
Wilayah kerja Puskesmas Andalas setelah pemekaran kota Padang menjadi 11
kecamatan, Alai masuk ke Padang Utara dan 3 buah Pustu di bawah Puskesmas Alai
menjadi milik Puskesmas Andalas, sehingga pegawai Puskesmas Andalas juga
bertambah menjadi 15 orang.
4.1.2. Keadaan Geografis
Puskesmas Andalas terletak di kelurahan Andalas dengan wilayah kerja
meliputi 10 kelurahan dengan luas 8.15 Km2dengan batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Padang Utara,Kuranji
Sebelah Selatan : Kecamatan Padang Selatan
Sebelah Barat : Kecamatan Padang Barat
Sebelah Timur : Kecamatan Lubuk Begalung, Pauh
yang terdiri dari 10 Kelurahan :
1. Kelurahan Sawahan
2. Kelurahan Jati Baru
3. Kelurahan Jati
4. Kelurahan Sawahan Timur
5. Kelurahan Simpang Haru
6. Kelurahan Andalas
7. Kelurahan Kubu Marapalam
8. Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah
9. Kelurahan Parak Gadang Timur
10. Kelurahan Ganting Parak Gadang
Puskesmas adalah unit pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kota yang
bertanggungjawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas
berperan menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat
kesehatan yang optimal. Dengan demikian Puskesmas berfungsi sebagai alat
pengerak pembengun berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan
masyarakat serta pusat pelayanan kesehatan starata pertama.
Agar upaya kesehatan terselenggara secara optimal, maka puskesmas harus
melaksanakan managemen dengan baik. Managemen puskesmas adalah rangkaian
kegiatan yang dilaksanakan secara sistermatis untuk menghasilkan luaran puskesmas
secara efektif dan efisien. Managemen puskesmas terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban.
Perencanaan tingkat puskemas disusun untuk mengatasi masalah kesehatan
yang ada diwilayah kerja, baik upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan
pengembangan maupun upaya kesehatan penunjang. Perencanaan ini di susun untuk
kebutuan satu tahun agar puskesmas mampu melaksanakannya secara efisien, efektif,
dan dapat dipertanggungjawabkan.
Puskesmas Andalas terletak di Kelurahan Andalas dengan wilayah kerja
meliputi 10 Kelurahan dengan luas 8,15 KM2
dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut:
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Padang Utara, Kuranji
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Padang Selatan
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Padang Barat
SebelahTimur : Berbatasan denganLubeg, Pauh
4.2 Karakteristik Responden
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Di Wilayah Kerja Puskesmas
Andalas Padang Tahun 2019
Karakteristik f %
Umur :
<20tahun
20-40tahun
>40 tahun
10
36
1
21,3
76,6
2,1
Jumlah 47 100
Pendidikan :
SMP
SMA
D3
S1/S2
5
16
16
10
10,6
34
34
21,3
Jumlah 47 100
Pekerjaan :
Karyawati
IRT
PNS
13
24
10
27,7
51,1
21,3
Jumlah 47 100
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sebagian besar (76,6%) ibu balita
berumur 20-40 tahun. Lebih dari separuh (34%) ibu balita berpendidikan SMA dan
Diploma dan lebih dari separuh (51,1%) ibu balita adalah ibu rumah tangga.
4.3 Hasil Penelitian
4.3.1 Analisa Univariat
Analisa univariat ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian sehingga dapat mengetahui distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel penelitian (variabel independen dan variabel
dependen) dan memperoleh hasil sebagai berikut :
4.3.1.1 Kejadian Diare
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan distribusi frekuensi responden
berdasarkan kejadian diare pada anak usia 3-6 Tahun Di Wilayah Kerja
Puskesmas Andalas Padang dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini :
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Diare Pada Anak
Usia 3-6 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas
Padang Tahun 2019
No Kejadian Diare f %
1
Diare 31 66
2 Bukan Diare 16 34
Total 47 100
Berdasarkan tabel 4.2, dari 47 responden terdapat 31 (66%) anak menglaami
diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2019.
4.3.1.2 Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan distribusi frekuensi responden
berdasarkan pengetahuanpada anak usia 3-6 Tahun Di Wilayah Kerja
Puskesmas Andalas Padangdapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini:
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan PengetahuanPada Anak
Usia 3-6 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas
Padang Tahun 2019
No Pengetahuan f %
1
Baik 33 70,2
2 KurangBaik 14 29,8
Total 47 100
Berdasarkan tabel 4.3dari 47 responden terdapat 33 (70,2%)dengan
pengetahuan baik Pada Anak Usia 3-6 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas
Andalas Padang Tahun 2019.
4.3.1.3 Status Gizi
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan distribusi frekuensi responden
berdasarkan status gizi pada anak usia 3-6 Tahun Di Wilayah Kerja
Puskesmas Andalas Padangdapat dilihat pada tabel 4.4di bawah ini:
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan status giziPada Anak Usia 3-
6 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas
Padang Tahun 2019
No Status Gizi f %
1
Baik 23 48,9
2 Kurang Baik 24 51,1
Total 47 100
Berdasarkan tabel 4.4 dari 47 responden terdapat 24 (51,1%) dengan
status gizi baik Pada Anak Usia 3-6 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas
Padang Tahun 2019.
4.3.1.4 Cuci Tangan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan distribusi frekuensi responden
berdasarkan cuci tangan pada anak usia 3-6 Tahun Di Wilayah Kerja
Puskesmas Andalas Padangdapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini:
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Cuci TanganPada Anak
Usia 3-6 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas
Padang Tahun 2019
No Cuci Tangan f %
1
Baik 32 68,1
2 Kurang Baik 15 31,9
Total 47 100
Berdasarkan tabel 4.4 dari 47 responden terdapat 32 (68,1%) dengan cuci
tangan baik Pada Anak Usia 3-6 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas
Padang Tahun 2019
4.3.2 Analisa Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara dua variabel
yaitu variabel independen (pengetahuan, status gizi, cuci tangan) dan variabel
dependen (kejadian diare). Semua variabel merupakan data kategorik sehingga
menggunakan uji Chi-Square dan memperoleh hasil sebagai berikut :
4.3.2.1 Hubungan Pengetahuan dengan Diare Pada Anak Usia 3-6 Tahun Di
Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang
Hasil penelitian hubungan Pengetahuan dengan Diare Pada Anak Usia 3-
6 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang tahun 2019dapat dilihat
pada tabel 4.6 di bawah ini :
Tabel 4.6
Hubungan Pengetahuan dengan Diare Pada Anak Usia 3-6 Tahun Di Wilayah
Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2019
Pengetahuan
Kejadian Diare Total
p value Diare Bukan Diare
f
%
f
% f
%
Baik 18 54,5 15 45,5 33 100
0,028
Kurang Baik 13 92,9 1 7,1 14 100
Total 31 66 16 34 47 100
Berdasarkan tabel 4.6dapat dilihatbahwa dari 47 responden yang
mengalami kejadian diare terdapat ibu balita dengan pengetahuan baik yaitu
(54,5%) dibandingkan dengan ibu balita dengan pengetahuan kurang baik yaitu
(92,9%). Berdasarkan hasil uji Chi-Squaremenunjukkan nilai p value = 0,028 (p
≤ 0,05), ini berarti ada hubungan pengetahuan dengan kejadian diare pada anak
usia 3-6 tahun di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang.
4.3.2.2 Hubungan Status Gizi dengan Diare Pada Anak Usia 3-6 Tahun Di
Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang
Hasil penelitian hubungan Status Gizi dengan Diare Pada Anak Usia 3-6
Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang tahun 2019dapat dilihat
pada tabel 4.7 di bawah ini :
Tabel 4.7
Hubungan Status Gizi dengan Diare Pada Anak Usia 3-6 Tahun
Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2019
Status Gizi
Kejadian Diare Total
p value Diare Bukan Diare
f
%
f
% f
%
Baik 10 43,5 13 56,5 23 100
0,004
Kurang Baik 21 87,5 3 12,5 24 100
Total 31 66 16 34 47 100
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa dari 47 responden yang
mengalami kejadian diare terdapat balita dengan status gizi baik yaitu (43,5%)
dibandingkan dengan balita dengan status gizi kurang baik yaitu (87,5%).
Berdasarkan hasil uji Chi-Square menunjukkan nilai p value = 0,004 (p ≤ 0,05),
ini berarti ada hubungan status gizi dengan kejadian diare pada anak usia 3-6
tahun di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang.
4.3.2.3 Hubungan Cuci Tangan dengan Diare Pada Anak Usia 3-6 Tahun Di
Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang
Hasil penelitian hubungan Cuci Tangan dengan Diare Pada Anak Usia 3-
6 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang tahun 2019dapat dilihat
pada tabel 4.8 di bawah ini :
Tabel 4.8
Hubungan Cuci Tangan dengan Diare Pada Anak Usia 3-6 Tahun Di Wilayah
Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2019
Cuci Tangan
Kejadian Diare Total
p value Diare Bukan Diare
f
%
f
% f
%
Baik 16 50 16 50 32 100
0,002
Kurang Baik 13 95 2 5 15 100
Total 31 66 16 34 47 100
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa dari 47 responden yang mengalami
kejadian diare terdapat balita dengan cuci tangan baik yaitu (50%) dibandingkan
dengan balita dengan cuci tangan kurang baik yaitu (95%). Berdasarkan hasil uji Chi-
Square menunjukkan nilai p value = 0,002 (p ≤ 0,05), ini berarti ada hubungan cuci
tangan dengan kejadian diare pada anak.
4.4 PEMBAHASAN
4.4.1 Analisa Univariat
4.4.1.1 Kejadian Diare
Berdasarkan Hasil Penelitian yang di lakukan kepada 47 responden
terdapat 31 (66%) anak menglaami diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas
Padang Tahun 2019.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ali (2014)
dengan judul Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada
Baduta Di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan didapatkan
bahwa responden yang mengalami diare yaitu 39 (70,2%) responden
dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami diare yaitu 21
(29,8%)responden.
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga
kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011). Diare dapat disebabkan oleh
transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Diseluruh dunia
terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap tahunnya, dan
20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di negara berkembang
berhubungan dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare dapat melibatkan
lambung dan usus (Gastroenteritis), usus halus (Enteritis), kolon (Kolitis) atau
kolon dan usus (Enterokolitis) (Wong, 2008).
Menurut analisa peneliti didapatkan bahwa lebih dari separuh responden
mengalami diare. Hasil penelitian didapatkan balita sering mengalami sakit,
kurang aktif serta pola makan yang tidak teratur. Balita yang mengalami diare
juga kurang atau tidak pernah melakukan pemeriksaan BB/TB ke pelayanan
kesehatan terdekat. Artinya balita yang mengalami diare cendrung terjadi
karena kurangnya pemahaman ibu akan pentingnya kontrol rutin anak pada usia
3-6 tahun.
Berdasarkan penyebaran kusioner didapatkan juga bahwa, jika dilihat
dengan kasat mata untuk anak-anak sekarang sudah jarang main pasir atau
kotor-kotoran namun masih rentang untuk mengalami diare. Hal ini dapat
terjadi karena balita masih terbiasa dengan pola makan dan kebiasaan yang
kurang higiene, sehingga beresiko untuk mengalami diare.
Hasil penyebaran kusioner didapatkan bahwa ibu mengetahui tanda dan
gejala diare seperti anak BAB lebih dari 4x dalam waktu yang berdekatan. Ibu
juga mengetahui penyebab diare pada anak serta makanan yang baik untuk
menghindari anak dari diare.
4.4.1.2 Pengetahuan
Berdasarkan Hasil Penelitian yang di lakukan kepada47 responden
terdapat 33 (70,2%) dengan pengetahuan baik Pada Anak Usia 3-6 Tahun Di
Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2019.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Widodo (2015) Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Dukungan
Keluarga Dengan kejadian diare pada balita Di Rsjd Surakarta didapatkan
bahwa responden menunjukkan bahwa 4 orang atau 8% pengetahuannya
masuk kategori kurang, 30 responden atau 60% pengetahuannya masuk
kategori sedang, sedangkan 16 responden (32%)pengetahuannya masuk
kategori tinggi.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan itu terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). Sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut
terjadi proses yang berurutan, yakni :awareness (kesadaran), interest (tertarik),
evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya). Trial (orang telah mulai mencoba prilaku baru), adoption (subyek
telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya
terhadap stimulus) (Notoatmodjo, 2010).
Menurut analisa peneliti didapatkan bahwa lebih dari separoh responden
memiliki pengetahuan tinggi. Pengetahuan tinggi yang dimiliki responden dapat
mempegaruhi balita untuk tidak mengalami diare. Semakin rendah pengetahuan
keluarga dalam menjaga dan mengasuh anak balita semakin besar pula resiko
balita mengalami diare. Hasil penelitian didapatkan juga, banyak balita yang
suka jajan semabrangan, tidak memperhatikan kebersihan jajannya yang
dikonsumsi. Sehingga balita tersebut mudah terserang penyakit salah satunya
diare.
Hasil penyebaran kusioner didapatkan juga ibu selalu mengajarkan anak
untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, tidak boleh makan
sembarangan dan banyak minum es atau permen yang tidak sehat. Selain itu ibu
juga mengetahui buah terbaik untuk anak terhindar dari diare.
4.4.1.3 Status Gizi
Berdasarkan Hasil Penelitian yang di lakukan kepada47 responden
terdapat 24 (51,1%) dengan status gizi baik Pada Anak Usia 3-6 Tahun Di
Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2019.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ali (2014)
dengan judul Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada
Anak Di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan didapatkan
bahwa responden yang memiliki status gizi baik, lebih banyak yaitu 31 (53,1 %)
responden dari pada responden yang memiliki status gizi rendah, yaitu 19(46,9%)
responden.
Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang
makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal(Almatsier,2011).Zat
gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya,
yaitu mengahasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta
mengatur proses-proses kehidupan (Almatsier,2011). Status gizi adalah
ekspresi dari keadaan keseimabngan dalam bentuk variabel tertentu, atau
perujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. (Suppariasa,2010).
Berdasarkan analisa peneliti didapatkan bahwa responden yang
memiliki status gizi kurang cedrung mudah dan rentang mengalami sakit.
Balita dengan status gizi kurang baik juga beresiko untuk mengalami berbagai
penyakit infeksi. Hasil penelitian didapatkan, balita dengan status gizi kurang
rata-rata berada dilingkungan keluarga dengan sosial ekonomi menengah
kebawah. Balita dengan status gizi kurang baik memiliki berat badan yang
tidak sesuai dengan usia perkembangnnya saat ini. Sehingga balita tersebut
rentan untuk mengalami demam atau pilek ketika terjadi pertukaran cuaca.
Hal ini disebabkan kembali oleh status imunisasi yang kurang serta daya imun
tubuh yang tidak optimal.
Hasil penyebaran kusioner didapatkan bahwa status gizi anak baik.
Hal ini terjadi karena ibu yang memiliki pengetahuan tinggi tentang nutrisi
lebih protektif terhadap konsumsi makanan yang di perlukan anak. Selain itu
makanan 4 sehat 5 sempurna mampu membantu anak untuk mendapatkan gizi
yang baik.
4.4.1.4 Cuci Tangan
Berdasarkan Hasil Penelitian yang di lakukan kepada47 responden
terdapat 32 (68,1%) dengan cuci tangan baik Pada Anak Usia 3-6 Tahun Di
Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2019.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ali (2014)
dengan judul Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada
Anak Di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan didapatkan
bahwa responden yang memiliki kebiasaan cuci tangan buruk, lebih banyak
yaitu 35 (65,1 %) responden dari pada responden yang memiliki kebiasaan cuci
tangan baik, yaitu 19(34,9%) responden.
Berdasarkan analisa peneliti didapatkan bahwa lebih dari separuh
responden sudah mengetahui apa itu cuci tangan serta manfaat cuci tangan.
Namun masih ada sebagian kecil balita yang tidak mencuci tangan sebelum
mengkonsumsi makanan, sehingga kuman dan infeksi sangan mudah masuk
kedalam tubuh. Selain itu didapatkan juga bahwa balita yang suka bermain
pasir pekarangan rumah cendrung lupa mencuci tangan ketika mencicipi
makanan yang tersedia di dekatnya.
Berdasarkan penyebaran kusioner didapatkan bahwa ibu setuju jika
setelah dari luar anak harus cuci tangan dan anak harus rutin mencuci tangan
dengan sabun sebelum dan sesudah makan. Anak juga harus mencuci tangan
dengan sabun atau anti septik sebelum dan sesudah memegang mainan.
4.4.2 Analisa Bivariat
4.4.2.1 Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Diare
Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 47 responden yang
mengalami kejadian diare terdapat ibu balita dengan pengetahuan baik yaitu
(54,5%) dibandingkan dengan ibu balita dengan pengetahuan kurang baik
yaitu (92,9%). Berdasarkan hasil uji Chi-Squaremenunjukkan nilai p value
= 0,028 (p ≤ 0,05), ini berarti ada hubungan pengetahuan dengan kejadian
diare pada anak usia 3-6 tahun di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ali (2014) dengan judul Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Diare Pada Anak Di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan terdapat hubungan yangbermakna dan signifikan antara
pengetahuan terhadap kejadian diare. Didapatkan nilai significancy (p) =
0,018 pengetahuan terhadap kejadian diare, artinya semakin
tinggipengetahuan ibu balita maka semakin rendah kejadian diare,
begitupun sebaliknya.
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya
(tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011). Diare dapat
disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus.
Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare
setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di
negara berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi. Gangguan
diare dapat melibatkan lambung dan usus (Gastroenteritis), usus halus
(Enteritis), kolon (Kolitis) atau kolon dan usus (Enterokolitis) (Wong,
2008).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan itu terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior).
Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri
orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :awareness (kesadaran),
interest (tertarik), evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya). Trial (orang telah mulai mencoba prilaku
baru), adoption (subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus) (Notoatmodjo, 2010).
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ambari (2010) yang menyatakan bahwa Semakin tinggi pengetahuan
seseorang, maka semakin tinggi pula keberfungsian dalam lingkungan
keluarganya. Sebaliknya semakin rendah pengetahuan seseorang, semakin
rendah pula keberfungsian ibu dalam merawat dan mengasuh serta
memperhatikan tumbuh kembang anaknya.
Menurut analisis peneliti, hal ini disebabkan karena pengetahuan
seseorang, dapat meningkatkan kemampuan ibu dalam merawat anaknya.
Keterbatasan pengetahuan ibu dapat mempengaruhi balita untuk beresiko
lebih tinggi terkena diare. Tingginya pengetahuan ibu dapat membantu ibu
untuk lebih paham manfaat pemberian ASI Ekslusif serta manfaat
imunisasi agar balita terhindar dari stunting.
Berdasarkan penyebaran kusioner didapatkan bahwa 18 (54,5%)
responden dengan pengetahuan baik namun tetap mengalami diare. Hal ini
dapat terjadi karena pengetahuan yang dimiliki responden tidak teraplikasi
secara nyata dalam mendidik buah hatinya. Selain itu didapatkan juga
bahwa faktor nutrisi dan hygien juga mempengaruhi seorang balita
menglaami diare atau tidak. Sementara, dari 1 (4,8%) responden dengan
pengetahuan rendah namun tidak mengalami diare. Hal ini dapat terjadi
karena kebersihan dan nutrisi yang dimiliki responden cukup baik
sehingga balitanya dapat terhindar dr penyakit diare.
4.4.2.2 Hubungan Status Gizi dengan Diare
Berdasarkan Hasil Penelitian yang di lakukan kepada 47 responden
yang mengalami kejadian diare terdapat balita dengan status gizi baik yaitu
(43,5%) dibandingkan dengan balita dengan status gizi kurang baik yaitu
(87,5%). Berdasarkan hasil uji Chi-Square menunjukkan nilai p value =
0,004 (p ≤ 0,05), ini berarti ada hubungan status gizi dengan kejadian diare
pada anak usia 3-6 tahun di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang.
Hasil penelitian ini sejala dengan penelitian yang dilakukan oleh
Widodo (2015) Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dan Dukungan
Keluarga Dengan kejadian stunting didapatkan hasil analisis diperoleh
nilai chisquare sebesar 0,007 dengan probabilitassebesar 2,256. Hasil
perbandingan antara nilaiChi Square hitung dengan Chi Square tabelpada
df = 2 (1,99) menunjukkan bahwa nilaiChi Square hitung besar dari Chi
Squaretabel (2,256 > 1,99) atau dilihat dari nilaiprobabilitas menunjukkan
bahwa nilaiprobabilitas lebih besar dari level of significant5 % (0,007 <
0,05), berarti Ho diterima dan Haditolak.
Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang
makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal (Almatsier,2011).
Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya, yaitu mengahasilkan energi, membangun dan memelihara
jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan (Almatsier,2011). Status
gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimabngan dalam bentuk variabel
tertentu, atau perujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu.
(Suppariasa,2010).
Berdasarkan analisa peneliti didapatkan bahwa 10 (43,5%)
responden dengan status gizi baik namun tetap mengalami diare. Hal ini
dapat terjadi karena ibu dan balita kurang menjaga hygiene balita terutama
soal makanannya serta balita suka jajan sembarangan. Sehingga balita
cukup rentan untuk terkena diare. Sementara 3 (12,5%) responden dengan
status gizi kurang namun tidak mengalami diare. Hal ini dapat terjadi
karena personal hygiene itu merupakan hal yang paling penting yang
harus di perhatikan ibu agar anak tidak mengalami diare. Kebersihan diri
dan makanan sangat berpengaruh terhadap kejadian diare.
4.4.2.3 Hubungan Cuci Tangan dengan Kejadian Diare
Hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari 47 responden yang
mengalami kejadian diare terdapat balita dengan cuci tangan baik yaitu
(50%) dibandingkan dengan balita dengan cuci tangan kurang baik yaitu
(95%). Berdasarkan hasil uji Chi-Square menunjukkan nilai p value = 0,002
(p ≤ 0,05), ini berarti ada hubungan cuci tangan dengan kejadian diare pada
anak usia 3-6 tahun di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Widodo
(2015) Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Personal Hygiene
(cuci tangan) Dengan kejadian diare didapatkan ada hubungan
yangbermakna dan signifikan antara cuci tangan terhadapkejadian diare.
Didapatkan nilai significancy (p) =0,003.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
olehSihaan, C (2012) mendapatkan bahwa faktor yang mempengaruhi
kejadian diare yaitu personal hygiene rendah 75 (75,8%) responden
danhanya sebanyak 24 (24,2%) responden yang personal hygiene tinggi.
Dapat disimpulkanbahwa tingginya angka kejadian diare dapat
dipengaruhi personal hygiene.
Menurut analisis peneliti, menerapkan personal hygiene diri di
wilayah ini sangat sulit. Hal ini dapat dilihat dari hasil penyebaran
kusioner bahwa terdapat 16 (50 %) balita dengan cuci tangan baik namun
tetap menglaami diare sebaliknya 2(5%) balita dengan cuci tangan kurang
baik namun tidak diare. Artinya personal hygiene ini merupakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi kejadian diare pada balita. Selain itu
didapatkan juga balita yang lebig cendrung main pasir, main comot
makanan sambil main , lebih beresiko untuk terkena diare daripada yang
menjaga personal hygienenya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas maka dari penelitian
ini dapat disimpulkan beberapa hal mengenai Hubungan Tingkat Pengetahuan
Ibu, Status Gizi Dan Cuci Tangan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 3-6
Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2019, yaitu sebagai
berikut:
1. Terdapatlebih dari separoh(66%) respondenmengalami diarePadaAnakUsia 3-
6 Tahun Di Wilayah KerjaPuskesmasAndalas Padang Tahun 2019
2. Terdapatlebih dari separoh (70,2%) responden memiliki pengetahuan
tinggiPadaAnakUsia 3-6 Tahun Di Wilayah KerjaPuskesmasAndalas Padang
Tahun 2019
3. Terdapatlebih dari separoh (51,1%) respondenmemiliki status gizi kurang
PadaAnakUsia 3-6 Tahun Di Wilayah KerjaPuskesmasAndalas Padang
Tahun 2019
4. Terdapatlebih dari separoh (68,1%) respondendengan personal hygiene (cuci
tangan) baik PadaAnakUsia 3-6 Tahun Di Wilayah KerjaPuskesmasAndalas
Padang Tahun 2019
5. Terdapathubungan pengetahuan dengan kejadian diare 0,028PadaAnakUsia 3-
6 Tahun Di Wilayah KerjaPuskesmasAndalas Padang Tahun 2019
6. Terdapathubungan status gizi dengan kejadian anemia 0,004PadaAnakUsia 3-
6 Tahun Di Wilayah KerjaPuskesmasAndalas Padang Tahun 2019
7. Terdapathubungancuci tangan dengan kejadian diare 0,002PadaAnakUsia 3-6
Tahun Di Wilayah KerjaPuskesmasAndalas Padang Tahun 2019.
5.2.Saran
5.2.1. Bagi Peneliti
Untuk mengetahui dan menambah wawasan dalam melakukan penelitian mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada balita umur3-6 tahun.
5.2.2. Bagi Instusi Pendidikan
Hasil peneliti ini di harapkan menjadi tambahan literature dan sumbangan ilmu
dalam meningkatkan referensi bidang ilmu gizi.
5.2.3. Bagi Ibu/Orang Tua
Diharapkan hasil peneliti ini dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang diare
sehingga dapat melakukan tindakan pencegahan dalam perawatan pada anaknya.
.
DAFTAR PUSTAKA
Amin. (2015). Tatalaksana diare akut. Continu Medikal Education, 42(7)
Almatsier, S., 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Anonim, 2013
Ariani, Putri. 2016. Diare Pencegahan dan Pengobatanya. Pelemsari RT. 03/01
Prenggan Kotagede Yogyakarta.
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Barness LA, John SC. Nutrisi: ilmu kesehatan anak Nelson Vol. 1 (terjemahan).
Jakarta: EGC; 2000.
Budiman dan Riyanto, Agus. 2014. Kapita Selekta Kuesioner pengetahuan dan sikap
dalam penelitian kesehatan. Jakarta. Salemba Medika
Budiman, Suyono M.Sc, 2016, Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam konteks kesehatan
lingkungan , Badan Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2015. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2
Depkes RI. 2010. Penanggulangan Diare. Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI. 2013. Manajemen Puskesmas. Jakarta: Depkes RI.
Dinas Kesehatan Kota Padang. Profil kesehatan tahun 2012. Padang: Dinas
Kesehatan Kota Padang; 2013.
Depkes Kesehatan RI. 20011 Pemerantasan Penyakit Diare.Jakarta:Ditjen PPM dan
PL.i8
Depkes RI. (2015). Buku saku petugas kesehatan lintas dia jakarta:Depkes RI
Gunardi et al, 2013 Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Dinas
Kesehatan Kota padang. (2016). Profil Kesehatan Kota Padang tahun 2015
Huffman SL, Combest C. 2005. Role of breast-feeding in the prevention and
treatment of diarrhea. Journal Diarrheal Dis Res 2005
Irianto, 2018. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Kemenkas RI. (2011).Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare pada Balita.Jakarta:
Direktorat Jendral Pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.
Kementrian Kesehatan RI. (2014) Profil Kesehatan Indonesia 2014.
http:/www.depkes.go.id. Di akes 23 Mai 2016.
Kementerian Kesehatan. Kerangka kebijakan gerakan sadar gizi dalam rangka 1000
HPK. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2012.
Manary JM, Noel WS. Aspek kesehatan masyarakat pada gizi kurang: gizi kesehatan
masyarakat. Jakarta: EGC; 2008.
Mansjoer , 2013.. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Notoatmodjo, S. 2013. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo.2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekijo. 2005 . Metodeologi Kesehatan, Edisi Revisi jakarta, PT
Rineka Cipta
Notoatmodjo.S. (2011) Mwtodwologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka cipta.
Ratna, (2015) . Pengetahuan penyuluhan PHBStentang cuci tangan pada siswa kelas
V di SDN Bulukantil Surakarta.
Rahmawati, A. 2013. Penanganan Diare Di Rumah Tangga Merupakan Upaya
Menekan Angka Kesakitan Diare Pada Anak Balita. Jurnal Kesehatan
Masyarakat.2013; 19 (1).
Sulug.(2012). Kegiatan penyuluhan tentang kegiatan demonstran cara mencuci
tangan yang benar di SD N 16 DAN SDN 19. Laporan pengabdian
Masyarakat. Bukit Tinggi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Fort De Kock
Bukittinggi.
Samsuridjal. (2009) Raih kembali kesehatan. Jakarta: Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Saworno,2006 Diare Akut Klinik dan Laboratorium, 58-63 Rineka cipta, Jakarta.
Sodikin , 2015. 2012. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Yogyakarta: D- Medika.
Soepardi 2013. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.
World Health Organization disease (serial online) 2013 April (diunduh 7 juli 2013).
Tersedia dari: URL: HYPERLINK
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/
WSP. (2009) Buku Informasi pilihan jamban sehat. Diakses pada 2November 2016
dari www.sbm.com
Waladow G, Sarah MW, Julia VR. Hubungan pola makan dengan status gizi pada
anak usia 3-5 394 http://jurnal.fk.unand.ac.id Jurnal Kesehatan Andalas. 2016;
5(2) tahun di wilayah kerja Puskesmas Tompaso Kecamatan Tompaso.
Manado: Universitas Sam Ratulangi Manado; 2012.
Widyawati, 2015. Buletin Jendela Data dan Informasi Situasi Diare di Indonesia.
Jakarta. Kementrian Kesehatan .
Yayasan Spiritia.(2015) Lembaran Informasi tentang diare.Jakarta: Yayasan
SpiritiaDepartemen Kesehatan RI. Riset kesehatan dasar 2013. Jakarta: Badan
Litbangkes, Depkes RI; 2013.
Lampiran 2
KUESIONER
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU, STATUS GIZI DAN CUCI
TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANDALAS PADANG
IDENTITAS RESPONDEN
Nama Responden :
Umur Responden :
Pendidikan formal terakhir :
Pekerjaan Responden :
Umur anak :
BB Anak :
PENGETAHUAN
1. Apakah Ibu pernah mendengar tentang penyakit diare?
a) Pernah
b) Tidak pernah
c) Lupa
2. Jika pernah apakah ibu tahu apa yang di maksud dengan penyakit diare ?
a)Muntah
b)Mencret
c)Muntah dan Mencret
3. Apakah ibu mengetahui penyebab penyakit diare?
a)Ya
b) Tidak
c) Sedikit
4.Jawaban no 3 ya , Apa saja yang dapat menyebabkan diare?
a) Tidak cuci tangan sebelum makan
b) Makanan yang bersih
c) Makan banyak
5. Menurut ibu, diare dapat menular melalui apa saja ?
a) Udara
b) Makanan dan minuman
c) Tidak tau
6. Menurut ibu berapa kali buang air besar dalam sehari hingga di sebut sebagai
penyakit diare?
a) 1 -3 kali
b) Lebih dari 3 kali
c) Tidak tahu
7.Bagaimana cara mencegah diare ?
a) Selalu menjaga kebersihan makanan dan minuman
b) Mencuci tangan sebelum makan
c) Makan dengan porsi banyak
8.Apa yang pertama kali harus diberikan kepada penderita diare?
a)Minuman bergas
b)Pengganti oralit ( air tajin)
c) Tidak tahu
9. Jika anak ibu terkena diare apakah anda tetap mengasih dia makan?
a) Ya
b) Tidak
c) Sedikit
10.Apa buah yang bagus untuk diare?
a) Pepaya
b) Salak
11. Apakah ibu setuju, bahwa sebelum makan harus cuci tangan dengan sabun ?
a) Ya
b) Tidak
12. Apakah ibu setuju, setelah buang air besar cuci tangan dengan sabun ?
a) Ya
b) Tidak
13. Apakah ibu setuju, setelah melakukan kegiatan di luar rumah, anak harus cuci
tangan aewaktu pulang ?
a) Ya
b) Tidak
14. Apakah ibu setuju cuci tangan harus menggunakan air bersih ?
a) Ya
b) Tidak
15. Apakah ibu tau kalau tidak cuci tangan sebelum makan bisa menyebabkan diare?
a) Ya
b) Tidak
HASIL OLAH DATA
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid < 20 tahun 10 21,3 21,3 21,3
21-40 tahun 36 76,6 76,6 97,9
> 40 tahun 1 2,1 2,1 100,0
Total 47 100,0 100,0
pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid karyawati 13 27,7 27,7 27,7
IRT 24 51,1 51,1 78,7
PNS 10 21,3 21,3 100,0
Total 47 100,0 100,0
pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SMP 5 10,6 10,6 10,6
SMA 16 34,0 34,0 44,7
D3 16 34,0 34,0 78,7
S1/S2 10 21,3 21,3 100,0
Total 47 100,0 100,0
B. ANALISA BIVARIAT
DIARE
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid DIARE 31 66,0 66,0 66,0
BUKAN DIARE 16 34,0 34,0 100,0
Total 47 100,0 100,0
PENGETAHUAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid BAIK 33 70,2 70,2 70,2
KURANG 14 29,8 29,8 100,0
Total 47 100,0 100,0
STATUS GIZI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid baik 23 48,9 48,9 48,9
kurang baik 24 51,1 51,1 100,0
Total 47 100,0 100,0
CUCI TANGAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid BAIK 32 68,1 68,1 68,1
KURANG BAIK 15 31,9 31,9 100,0
Total 47 100,0 100,0
C. ANALISA BIVARIAT
1. Diare dengan Pengetahuan
Crosstab
DIARE
Total DIARE BUKAN DIARE
PENGETAHUAN BAIK Count 18 15 33
Expected Count 21,8 11,2 33,0
% within PENGETAHUAN 54,5% 45,5% 100,0%
KURANG Count 13 1 14
Expected Count 9,2 4,8 14,0
% within PENGETAHUAN 92,9% 7,1% 100,0%
Total Count 31 16 47
Expected Count 31,0 16,0 47,0
% within PENGETAHUAN 66,0% 34,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 6,426a 1 ,011
Continuity Correctionb 4,833 1 ,028
Likelihood Ratio 7,604 1 ,006
Fisher's Exact Test ,017 ,010
Linear-by-Linear Association 6,289 1 ,012
N of Valid Cases 47
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,77.
b. Computed only for a 2x2 table
2. Diare dengan Status Gizi
Crosstab
DIARE
Total DIARE BUKAN DIARE
STATUS GIZI baik Count 10 13 23
Expected Count 15,2 7,8 23,0
% within STATUS GIZI 43,5% 56,5% 100,0%
kurang baik Count 21 3 24
Expected Count 15,8 8,2 24,0
% within STATUS GIZI 87,5% 12,5% 100,0%
Total Count 31 16 47
Expected Count 31,0 16,0 47,0
% within STATUS GIZI 66,0% 34,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 10,137a 1 ,001
Continuity Correctionb 8,271 1 ,004
Likelihood Ratio 10,707 1 ,001
Fisher's Exact Test ,002 ,002
Linear-by-Linear Association 9,921 1 ,002
N of Valid Cases 47
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,83.
b. Computed only for a 2x2 table
3. Diare dengan Cuci Tangan
Crosstab
DIARE
Total DIARE BUKAN DIARE
CUCI TANGAN BAIK Count 16 16 32
Expected Count 21,1 10,9 32,0
% within CUCI TANGAN 50,0% 50,0% 100,0%
KURANG BAIK Count 13 2 15
Expected Count 9,9 5,1 15,0
% within CUCI TANGAN 95,0% 5,0% 100,0%
Total Count 31 16 47
Expected Count 31,0 16,0 47,0
% within CUCI TANGAN 66,0% 34,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 11,371a 1 ,001
Continuity Correctionb 9,253 1 ,002
Likelihood Ratio 15,922 1 ,000
Fisher's Exact Test ,001 ,000
Linear-by-Linear Association 11,129 1 ,001
N of Valid Cases 47
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,11.
b. Computed only for a 2x2 table
DOKUMENTASI