diagnosis tb pada anak

5
DIAGNOSIS TB PADA ANAK Diagnosis kerja TB anak dibuat berdasarkan adanya kontak terutama dengan pasien TB dewas aktif/baru, kumpulan gejala dan tanda klinis, uji tuberculin, dan gambaran sug toraks. Meskipun demikian, sumber penularan/kontak tidakselalu dapat teridentifikasi, sehingga analisis yang seksama terhadap semua data klinis sangat diperlukan. Diagnosis p dapat ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB pada pemeriksaan apusan langsung ( direct smear ),dan/ataubiakanyang merupakan pemeriksaan baku emas ( gold standard ),atau gambaran PA TB. Hanya saja, diagnosis pasti pada anak sulit didapatkan karena jumlah kum yang sedikit pada TB anak ( paucibacillary ), dan lokasi kuman di daerah parenkim yang jauh dari bronkus, sehingga hanya 10-15% pasien TB anak yang hasil pemeriksaan mikrobiol positif/ditemukan kuman TB. Diagnosis TB tidak dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis da pemeriksaan radiologis. Oleh karena itu, analisis kritis perlu dilakukan terhad mungkin fakta untuk menegakkan diagnosis. Kesulitan menegakkan diagnosis TB pada anak menyebabkan banyak usaha membuat pedoman diagnosis dengan sistem scoring dan alur diagnostik, misalnya pedoman yang dibuat oleh W Stegen dan Jones, dan UKK Respirologi PP IDAI. WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) membuat kriteria untuk membuat diagnosis TB pada anak. Tabel 4.4.8 Petunjuk WHO untuk diagnosis TB anak a. Dicurigai tuberkulosis 1. Anak sakit dengan riwayat kontak pasien tuberkulosis dengan diagnosis pasti 2. Anak dengan: Keadaan klinis tidak membaik setelah menderita campak atau bat rejan Berat badan menurun, batuk dan mengi yang tidak membaik denga pengobatan antibiotika untuk penyakit pernapasan Pembesaran kelenjar superfisialis yang tidak sakit b. Mungkin tuberkulosis Anak yang dicurigai tuberkulosis ditambah: Uji tuberculin positif (10 mm atau lebih) Foto rontgen paru sugestif tuberkulosis Pemeriksaan histologis biopsi sugestif tuberkulosis Respons yang baik terhadap pengobatan dengan OAT c. Pasti tuberkulosis ( confirmed TB ) Ditemukan basil tuberkulosis pada pemeriksaan langsung atau biakan

Upload: ninataniaaa

Post on 09-Oct-2015

38 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

task

TRANSCRIPT

DIAGNOSIS TB PADA ANAK
Diagnosis kerja TB anak dibuat berdasarkan adanya kontak terutama dengan pasien TB dewasa
aktif/baru, kumpulan gejala dan tanda klinis, uji tuberculin, dan gambaran sugestif pada foto
toraks. Meskipun demikian, sumber penularan/kontak tidak selalu dapat teridentifikasi,
sehingga analisis yang seksama terhadap semua data klinis sangat diperlukan. Diagnosis pasti
dapat ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB pada pemeriksaan apusan langsung (direct
smear ), dan/atau biakan yang merupakan pemeriksaan baku emas (gold standard ), atau
gambaran PA TB. Hanya saja, diagnosis pasti pada anak sulit didapatkan karena jumlah kuman
yang sedikit pada TB anak ( paucibacillary ), dan lokasi kuman di daerah parenkim yang jauh dari
bronkus, sehingga hanya 10-15% pasien TB anak yang hasil pemeriksaan mikrobiologiknya
positif/ditemukan kuman TB. Diagnosis TB tidak dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan radiologis. Oleh karena itu, analisis kritis perlu dilakukan terhadap sebanyak
mungkin fakta untuk menegakkan diagnosis.
Kesulitan menegakkan diagnosis TB pada anak menyebabkan banyak usaha membuat pedoman
diagnosis dengan sistem scoring dan alur diagnostik, misalnya pedoman yang dibuat oleh WHO,
Stegen dan Jones, dan UKK Respirologi PP IDAI. WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) membuat
kriteria untuk membuat diagnosis TB pada anak.
Tabel 4.4.8 Petunjuk WHO untuk diagnosis TB anak
a. Dicurigai tuberkulosis
1. Anak sakit dengan riwayat kontak pasien tuberkulosis dengan diagnosis pasti
2. Anak dengan:
rejan
  Berat badan menurun, batuk dan mengi yang tidak membaik dengan
pengobatan antibiotika untuk penyakit pernapasan
  Pembesaran kelenjar superfisialis yang tidak sakit
b. Mungkin tuberkulosis
  Uji tuberculin positif (10 mm atau lebih)
  Foto rontgen paru sugestif tuberkulosis
  Pemeriksaan histologis biopsi sugestif tuberkulosis
  Respons yang baik terhadap pengobatan dengan OAT
c. Pasti tuberkulosis (confirmed TB)
  Ditemukan basil tuberkulosis pada pemeriksaan langsung atau biakan
 
  Identifikasi Mycobacterium tuberculosis pada karakteristik biakan
Kriteria WHO ini telah dievaluasi secara prospektif oleh Houwart, dkk, denga hasil baik. Penilaian
pada 258 anak dengan “mungkin tuberkulosis” sesuai criteria WHO maka setelah diikuti lebih
lanjut 109 (42%) menjadi “pasti tuberkulosis” dengan biakan positif, 86 (33%) diagnosisnya tetap
“mungkin tuberkulosis”, sedangkan 63 (24%) bukan tuberkulosis. Diantara 109 anak dengan
biakan positif, 11 anak foto rontgen parunya normal.
Unit Kerja Koordinasi Respirologi PP IDAI sudah pernah membuat alur diagnosis TB anak yang
dimuat dalam buku Pedoman Nasional Penanggulangan TB yang diterbitkan oleh Departemen
Kesehatan RI. Dalam alur diagnosis tersebut, terdapat 10 butir kriteria tuberkulosis anak, bila
terpenuhi tiga atau lebih, anak sudah dapat didiagnosis TB. Setelah dievaluasi pelaksanaannya di
lapangan, alur diagnosis tersebut sangat berpotensi menyebabkan terjadinya overdiagnosis TB
pada anak.
1.  Mempunyai sejarah kontak erat dengan pasien TB dengan BTA (+)
2.  Uji tuberkulin yang positif (> 10 mm)
3.  Gambaran foto rontgen sugestif TB
4.  Terdapat reaksi kemerahan yang cepat (dalam 3-7 hari) setelah imunisasi dengan
BCG
5.  Batuk-batuk lebih dari 3 minggu
6.  Sakit dan demam lama atau berulang, tanpa sebab yang jelas
7.  Berat badan yang turun tanpa sebab yang jelas atau berat badan kurang baik yang
tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi ( failure to
thrive)
8.  Gejala-gejala klinis spesifik (pada kelenjar limfe, otak, tulang dll)
9.  Skofuloderma
Bila >= 3
Dianggap TB
Beri OAT
Observasi 2
Membaik Memburuk/tetap
TB Bukan
 
 
Untuk mengatasi hal tersebut, IDAI bekerjasama dengan Depkes RI dan didukung WHO,
membentuk kelompok kerja TB anak (Pokja TB Anak). Salah satu tugas Pokja ini adalah
mengembangkan sistem scoring yang baru untuk meningkatkan sensitifitas dan spesifisitas
diagnosis TB pada anak. Sistem scoring yang telah disusun tersebut diuji coba melalui tiga
tahapan penelitian. Penelitian pertama berupa penerapan sistem scoring terhadap sekitar 200
pasien TB anak dengan biakan positif (confirmed TB). Penelitian kedua adalah penerapan sistem
scoring terhadap pasien TB anak di RS yang menjalani prosedur diagnostic lengkap termasuk
pemeriksaan mikrobiologik. Dari kedua tahapan penelitian tersebut didapatkan sistem scoring
dengan cut off point. Penelitian tahap ketiga adalah penerapan sistem scoring di puskesmas
untuk melihat kelayakan dan kemampulaksanaan petugas kesehatan di lapangan. Revisi sistem
skoring diagnosis TB anak dapat dilihat sebagai berikut:
Parameter 0 1 2 3
Kontak TB Tidak jelas - Laporan keluarga
(BTA negatif atau
mm, atau >= 5
  Kejang
  Gejala klinis
  Uji tuberkulin
  Foto Ro
 
  bila dijumpai gambaran milier atau skrofuloderma, langsung didiagnosis TB
  Berat badan dinilai saat pasien dating (moment opname)
  Demam dan batuk tidak memiliki respons terhadap terapi baku
  Foto toraks bukan merupakan alat diagnostic utama pada TB anak
  Gambaran sugestif TB, berupa: pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal
dengan/tanpa infiltrat; konsolidasi segmental/lobar; kalsifikasi dengan infiltrat;
atelektasis; tuberkuloma. Gambaran milier tidak dihitung dalam skor karena
diperlakukan secara khusus
  Mengingat pentingnya peran uji tuberkulin dalam mendiagnosis TB anak, maka
sebaiknya disediakan tuberkulin di tempat pelayanan kesehatan
  Pada anak yang diberi imunisasi BCG, bila terjadi reaksi cepat BCG (<= 7 hari) harus
dievaluasi dengan sistem scoring TB Anak, BCG bukan merupakan alat diagnostik
  Diagnosis kerja TB anak ditegakkan bila jumlah skor >= 6 (skor maksimal 13)
Jika ditemukan gambaran milier, kavitas atau efusi pleura pada foto toraks, dan/atau terdapat
tanda-tanda bahaya, seperti kejang, kaku kuduk, dan penurunan kesadaran, serta tanda
kegawatan lain seperti sesak napas, pasien harus dirawat inap di RS. Bila dijumpai gibbus dan
koksitis, pasien harus dikonsultasikan ke bedah ortopedi dan neurologi anak.
Sistem scoring dikembangkan terutama untuk penegakan diagnosis TB anak pada sarana
kesehatan dengan fasilitas yang terbatas. Untuk mendiagnosis TB di sarana yang memadai,
sistem scoring hanya digunakan sebagai uji tapis. Setelah itu dilengkapi dengan pemeriksaan
penunjang lainnya, seperti bilas lambung (BTA dan kultur M. tuberculosis), patologi anatomic,
pungsi pleura, pungsi lumbal, CT-Scan, funduskopi, serta pemeriksaan radiologis untuk tulang
dan sendi.
Referensi:
Rahajoe, N. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Halaman 207-211