diabetes 2 (2)

Upload: leli-apriyani

Post on 05-Apr-2018

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    1/65

    HIPERKOAGULASI PADA PENDERITA ULKUS KAKI DIABETIKA

    PENELITIAN POTONG LINTANG

    DI DEPARTEMEN / SMF ILMU PENYAKIT DALAM

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    RSUP H. ADAM MALIK / RSUD. Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

    JUNI 2008 AGUSTUS 2008

    TESIS

    OLEH

    SUHARTONO

    DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    RSUP H. ADAM MALIK / RSUD. Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

    MEDAN

    2009

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    2/65

    DIAJUKAN DAN DIPERTAHANKAN DIDEPAN SIDANG LENGKAP

    DEWAN PENILAI DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

    FAKULTAS KEDOKTERAN USU

    DAN DITERIMA SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENDAPATKAN

    KEAHLIAN DALAM BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM

    PEMBIMBING TESIS

    (Dr. H. DAIRION GATOT, SpPD)

    DISAHKAN OLEH :

    KEPALA DEPARTEMEN

    ILMU PENYAKIT DALAM

    FAKULTAS KEDOKTERAN USU

    KETUA PROGRAM STUDI

    ILMU PENYAKIT DALAM

    FAKULTAS KEDOKTERAN USU

    (Dr SALLI R NASUTION, SpPD-KGH) (Dr ZULHELMI BUSTAMI, SpPD-KGH)

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    3/65

    DEWAN PENILAI

    1. Dr. Dharma Lindarto, SpPD-KEMD

    2. Dr. Adin A St. Bagindo, SpPD-KKV

    3. Dr. Juwita Sembiring SpPD-KGEH

    4. Dr. Alwinsyah Abidin, SpPD-KP

    5. Dr. Blondina Marpaung, SpPD-KR

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    4/65

    KATA PENGANTAR

    Dengan segala kerendahan hati terlebih dahulu penulis mengucapkan segala

    puji bagi kebesaran Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan rahmatNya

    sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis/karya ilmiah akhir ini dengan judul

    Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika yang merupakan

    persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Dokter Ahli dibidang Ilmu Penyakit

    Dalam pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

    Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi

    maupun bahasanya, namun demikian penulis berharap tulisan dapat menambah

    wacana tentang kejadian hiperkoagulasi pada penderita ulkus kaki diabetika.

    Pada kesempatan ini rasa terima kasih yang setulusnya ingin penulis ucapkan

    dengan penghargaan yang setinggi-tingginya atas segala jasa-jasa yang diberikan,

    kepada :

    1. Prof. Dr. Lukman Hakim Zain, SpPD-KGEH, selaku ketua Departemen Ilmu

    Penyakit Dalam FK-USU (1997 2005) yang telah berkenan menerima penulis

    untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam pada

    tahun 2002.

    2. Dr. Salli Roseffi Nasution, SpPD-KGH dan Dr. Refli Hasan, SpPD, SpJP, sebagai

    ketua dan sekretaris Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU yang banyak

    memberikan kemudahan kepada penulis selama menjalani pendidikan.

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    5/65

    3. Dr. Zulhelmi Bustami, SpPD-KGH dan Dr. Dharma Lindarto, SpPD-KEMD,

    sebagai ketua dan sekretaris Program Pendidikan Penyakit Dalam yang telah

    banyak memberikan kemudahan, perhatian dan bimbingan kepada penulis selama

    menjalani pendidikan.

    4. Dr. Dairion Gatot, SpPD dan Dr.Soegiarto Gani, SpPD, selaku pembimbing tesis

    yang dengan kesabaran dan ketelitiannya membimbing dan mengarahkan penulis

    sampai selesainya karya tulis ini.

    5. Para staf Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU yang telah berkenan

    memberikan dukungan kepada penulis agar dapat diterima untuk mengikuti

    Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam pada tahun 2002 :

    Prof. Harun Rasyid Lubis, Prof. T. Renardi Haroen, Prof. M. Yusuf Nasution,

    Prof. Bachtiar Fanani Lubis, Prof. Habibah H Nasution, Prof. Azhar Tanjung,

    Prof. Azmi S Kar, Dr. Nur Aisyah dan Dr. Bachtiar Panjaitan.

    6. Staf Departemen/SMF Ilmu Penyakit Dalam FK-USU/ RSUP. H. Adam Malik

    Medan/RSUD Dr. Pirngadi Medan: Prof. Pangarapen Tarigan, Prof. Sutomo

    Kasiman, Prof. OK Moehad Sjah, Prof. Gontar A Siregar, Prof. Harris Hasan, Dr.

    Rusli Pelli (Alm), Dr. A. Adin St. Bagindo, Dr. Sjafii Piliang, Dr. Lufti Latief, Dr.

    Sri M. Soetadi, Dr. OK. Alfien Syukran (Alm), Dr. Chairul Bahri (Alm), Dr.

    Abdurrahim R Lubis, Dr. Betthin Marpaung, Dr. Mabel Sihombing, Dr. Umar

    Zain, Dr. Juwita Sembiring, Dr. Alwinsyah Abidin, Dr. Josia Ginting, Dr. Armon

    Rahimi, Dr. Haryanto Yosoef, Dr. Leonardo P Dairy, Dr. Tunggul Ch Sukendar

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    6/65

    (Alm), Dr. Zuhrial, Dr. Mardianto, Dr. Dr. E.N. Keliat, Dr. Pirma Siburian, Dr.

    Daud Ginting, Dr. Saut Marpaung Dr. Tambar Kembaren, Dr. Blondina

    Marpaung, Dr. Jerahim Tarigan, Dr. Dasril Efendi, Dr. Rahmad Isnanta, Dr. Santi

    safril yang telah memberikan bimbingan pada penulis selama mengikuti

    pendidikan.

    7. Direktur RSUD. Dr. Pirngadi Medan, RSUP. H. Adam Malik Medan dan Manajer

    RS PN3 Sri Pamela Tebing Tinggi yang telah memberi kemudahan dan keizinan

    dalam menggunakan fasilitas dan sarana rumah sakit dalam menjalani pendidikan.

    8. Kawan-kawan penulis saat mengikuti PPDS Ilmu Penyakit Dalam : Dr. Marna

    Surya Ismi, Dr. Corry C Silaen, Dr. Lita Septina, Dr. Sabar P Sembiring, Dr.

    Iman R Tarigan, Dr. Munadi, Dr. Deske M Rangkuti, Dr. Masrul Lubis dan

    teman-teman lainnya yang dengan penuh kesetiakawanan dan kebersamaan

    memberi bantuan, dorongan dan pengorbanan selama menjalani pendidikan

    sehingga terjalin rasa persaudaraan yang erat.

    9. Para medis dan seluruh karyawan/ti di RSUD. Dr. Pirngadi Medan dan RSUP. H.

    Adam Malik Medan yang telah banyak membantu penulis selama menjalani

    pendidikan.

    10.Para pasien rawat inap dan rawat jalan di RSUP. H. Adam Malik Medan dan

    RSUD. Dr. Pirngadi Medan, karena tanpa mereka mustahil penulis dapat

    menyelesaikan pendidikan ini.

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    7/65

    11.Pemerintah Kota Medan, Rektor USU dan Dekan FK-USU yang telah

    memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan ini.

    12.Dr. H. Parsaulian O Nasution, DTM&H (Alm), yang telah banyak meluangkan

    waktu dan tenaganya untuk memperjuangkan penulis agar dapat mengikuti

    Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam.

    13.Dr. H. Sjahrial R Anas, yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan

    kepada penulis dalam pengembangan karir dan keahlian.

    14.Prof. Dr. Azmi S Kar, SpPD-KHOM, yang telah banyak memberi bimbingan

    kepada penulis dalam bidang hematologi dan onkologi medik penyakit dalam.

    15.Dr. Asnawi Arif Rangkuti, SpPD, yang senantiasa memberikan bantuan,

    dukungan dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan.

    Kepada yang mulia ayahanda Rafik Sunaryo dan IbundaThamsik yang sangat

    ananda sayangi dan kasihi, tiada kata-kata yang paling tepat untuk mengungkapkan

    perasaan hati, rasa terima kasih atas segala jasa-jasa ayahanda dan ibunda yang tiada

    mungkin terucapkan dan terbalaskan.

    Kepada yang terhormat mertuaku Drs. H. Muchlis Tanjung dan Hj. Nurasiani

    Hutajulu yang telah memberi semangat kepada penulis sehingga terselesainya

    pendidikan ini.

    Khusus untuk istri tercinta Muji Dalifah, serta ketiga anakku yang tersayang

    Fathan Chandra, Farhan Aidhil dan Fannisa Adani, yang selalu menjadi

    penambah semangat serta pelipur lara, baik dikala senang maupun susah. Sulit

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    8/65

    rasanya memilih kata yang tepat untuk menyampaikan rasa terima kasih atas segala

    kesabaran, keikhlasan serta pengorbanan yang telah kalian berikan selama ini.

    Semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaik bagi kita untuk menambah

    kebahagian di dunia dan akhirat.

    Kepada saudara-saudaraku : Lily Sunaryo dan Thamrin Budiman yang telah

    banyak memberikan bantuan, semangat dan dorongan selama pendidikan, terima

    kasihku yang tak terhingga untuk segalanya.

    Sebenarnya masih banyak lagi ucapan terima kasih yang selayaknya saya

    sampaikan kepada berbagai pihak yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu

    pada kesempatan ini, dalam hal ini izinkanlah saya menyampaikan rasa terima kasih

    yang setulusnya secara menyeluruh.

    Akhirnya izinkanlah penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas

    kesalahan dan kekurangan selama mengikuti pendidikan ini, semoga segala bantuan,

    dorongan dan petunjuk yang diberikan kepada penulis selama mengikuti pendidikan

    kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT yang maha pengasih,

    maha pemurah dan maha penyayang. Amin ya Rabbal Alamin.

    Medan, Januari 2009.

    Penulis,

    Dr. Suhartono

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    9/65

    DAFTAR ISI

    Hal

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

    DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi

    DAFTAR TABEL .................................................................................................. viii

    ABSTRAK ............................................................................................................. x

    BAB I : PENDAHULUAN . .............................................................................. 1

    BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 4

    2.1. Mekanisme Hemostasis ..... ......................................................... 4

    2.2. Patofisiologi Trombosis .............................................................. 8

    2.3. Gangguan Hemostasis Pada Ulkus Kaki Diabetika .................... 10

    2.4. Pemeriksaan Penyaring Hemostasis ............................................ 15

    BAB III : PENELITIAN SENDIRI ...................................................................... 17

    3.1. Latar Belakang Penelitian ........................................................... 17

    3.2. Perumusan Masalah .................................................................... 20

    3.3. Hipotesa ..................................................................................... 20

    3.4. Tujuan Penelitian ....................................................................... 20

    3.5. Manfaat Penelitian ..................................................................... 20

    3.6. Kerangka Konsepsional ............................................................. 21

    3.7. Bahan dan Cara Penelitian .......................................................... 21

    3.8. Analisa statistik .......................................................................... 23

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    10/65

    3.9. Defenisi operasional .................................................................. 23

    3.10. Kerangka operasional ................................................................ 25

    BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 26

    4.1. Hasil penelitian ......................................................................... 26

    4.2. Pembahasan ............................................................................... 31

    BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 37

    DAFTAR KEPUSTAKAAN ................................................................................. 38

    LAMPIRAN

    1. Master tabel Penelitian ........................................................................ 42

    2. Penjelasan aktifitas penelitian dan Informed Consent ........................ 43

    3. Persetujuan komite etik tentang pelaksanaan penelitian ........................ 45

    4. Status Penelitian ................................................................................... 46

    5. Daftar Riwayat Hidup .......................................................................... 48

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    11/65

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1: Karakteristik Populasi Penelitian ............................................................. 26

    Tabel 2: Hasil Pemeriksaan Penyaring Hemostasis................................................ 28

    Tabel 3: Gambaran Kejadian Hiperkoagulasi......................................................... 29

    Tabel 4: Hubungan Status Koagulasi dengan Kadar D-dimer ............................... 30

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    12/65

    DAFTAR SINGKATAN

    UKD : Ulkus Kaki Diabetika

    ADP : Adenosine Diphosphate

    ATP : Adenosine Triphosphate

    KGD : Kadar Gula Darah

    AMP : Adenosine Monophosphate

    PDGF : Platelet Derived Growth Factor

    HMWK : High Molecular Weight Kininogen

    PK : Pre Kallikrein

    TF : Tissue Factor

    PF : Platelet Factor

    t-PA : Tissue Plasminogen Activator

    u-PA : Urokinase Plaminogen Activator

    FDP : Fibrin Degradation Product

    AT : Anti Trombin

    vWF : von Willebrand FactorPAI-1 : Plasminogen Activator Inhibitor-1

    NO : Nitric Oxide

    TAT : Trombin Anti Trombin

    F1+2 : Prothrombin Activation Fragmen 1+2

    SIRS : Systemic Inflammatory Response Syndrome

    DIC : Disseminated Intravascular Coagulation

    APTT : Activated Partial Thromboplastin Time

    PT : Prothrombin Time

    INR : International Normalized Ratio

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    13/65

    Abstrak

    Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika

    Suhartono, Dairion Gatot

    Divisi Hematologi dan Onkologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas

    Kedokteran Universitas Sumatera UtaraRSUP. H. Adam Malik / RSU Dr. Pirngadi Kota Medan.

    Latar belakang : Trombosis merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka

    kesakitan, kecacatan dan kematian pada penderita ulkus kaki diabetika. Pengobatanyang diberikan setelah terjadi manifestasi trombosis sering memberikan hasil yang

    mengecewakan. Mengenali secara dini keadaan hiperkoagulsi sebagai faktor resiko

    yang mendasari terjadinya trombosis dapat dilakukan untuk mencegah danmengurangi kejadian trombosis.

    Tujuan : Untuk mengetahui kejadian hiperkoagulasi pada penderita ulkus kaki

    diabetika dan membandingkannya dengan penderita diabetes melitus tanpa ulkus kakidiabetika.Bahan dan Cara : Penelitian ini dilakukan secara potong lintang. Subjek penelitianterdiri dari 37 penderita ulkus kaki diabetika dan 10 penderita diabetes melitus tanpa

    ulkus kaki diabetika sebagai kontrol. Pada seluruh subjek penelitian dilakukan

    pemeriksaan penyaring hemostasis yang terdiri dari masa protrombin plasma (PPT),masa tromboplastin parsial teraktivasi (aPTT), kadar fibrinogen dan D-dimer.

    Hasil : Pada kelompok ulkus kaki diabetika didapatkan perubahan hemostasis dengan

    kategori hiperkoagulasi berupa peningkatan kadar D-dimer (94,5%), pemendekanaPTT (27%), peningkatan kadar fibrinogen (18,9%) dan pemendekan PT (10,8%),sedangkan pada kelompok kontrol berupa pemendekan aPTT (20%) dan peningkatan

    kadar D-dimer (30%). Kejadian hiperkoagulasi pada kelompok ulkus kaki diabetika

    dan kelompok kontrol masing-masing sebesar 65% dan 30%, secara statistik hasil iniberbeda bermakna (p : 0,04). Didapatkan adanya keadaan hiperkoagulasi pada subjek

    ulkus kaki diabetika dengan manifestasi gangren dan tanpa manifestasi gangren

    masing-masing sebanyak 100% dan 94%, sedangkan 51,4% subjek ulkus kakidiabetika yang mengalami hiperkoagulasi tidak didapatkan adanya manifestasi klinis.

    Kesimpulan : Adanya kecenderungan peningkatan kejadian hiperkoagulasi pada

    penderita ulkus kaki diabetika. Hiperkoagulasi meningkatkan resiko untuk terjadinya

    gangren pada penderita ulkus kaki diabetika. Hanya sebagian penderita ulkus kakidiabetika dengan hiperkoagulasi yang memiliki manifestasi klinis. Pemberian obat

    antiagregasi platelet belum adekuat untuk mencegah terjadinya hiperkoagulasi pada

    penderita ulkus kaki diabetika.

    Kata kunci : Diabetes melitus, ulkus kaki diabetika, hiperkoagulasi, trombosis.

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    14/65

    B A B I

    P E N D A H U L U A N

    Berbagai penelitian eksperimental dan observasional telah membuktikan

    bahwa hiperglikemia, hiperinsulinemia dan resistensi insulin yang terjadi secara

    berkepanjangan dapat meningkatkan aktivitas koagulasi dan mengurangi aktivitas

    antikoagulasi dari sistem hemostasis. Perubahan keseimbangan hemostasis ini

    menyebabkan penderita diabetes melitus berada dalam keadaan hiperkoagulasi.1,2.

    Virchow (1845) menyatakan bahwa perubahan daya beku darah menjadi salah

    satu faktor utama yang berperan dalam patofisiologi terjadinya trombosis. Darah

    yang mengalami hiperkoagulasi cenderung lebih mudah membeku bila mendapat

    stimulus koagulasi dan bekuan yang terbentuk akan lebih sulit untuk dilarutkan.3, 4.

    Trombosis adalah suatu keadaan dimana terjadi pembentukan massa abnormal

    yang berasal dari komponen-komponen darah di dalam sistem peredaran darah.

    Trombosis yang terjadi pada arteri akan mengakibatkan terganggunya aliran darah

    yang membawa suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan yang berada pada bagian distal

    tempat terjadinya trombosis. Gangguan perfusi ini akan menyebabkan kerusakan dan

    kematian jaringan.5, 6.

    Trombosis hingga saat ini masih menjadi salah satu penyebab kecacatan dan

    kematian dalam pengelolaan ulkus kaki diabetika. Adanya trombosis pada pembuluh

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    15/65

    darah yang memberikan suplai darah ke daerah luka akan menghambat proses

    penyembuhan luka dan menyebabkan terjadinya gangren.

    7

    Sekitar 50 - 70% amputasi pada penderita ulkus kaki diabetika disebabkan

    oleh adanya manifestasi gangren dan 6 30% pasien yang pernah mengalami

    amputasi akan mengalami re-amputasi dalam waktu 1 3 tahun setelah amputasi

    pertama Diantara penderita yang telah mengalami amputasi, sebanyak 11 - 41% akan

    meninggal dalam setahun setelah amputasi, 20 50% setelah 3 tahun pasca amputasi

    dan 39 - 68 % setelah 5 tahun pasca amputasi.8, 10, 11.

    Pengobatan yang diberikan setelah munculnya manifestasi klinis dari

    trombosis sering memberikan hasil yang mengecewakan dalam pengelolaan ulkus

    kaki diabetika. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mencegah dan

    mengurangi kejadian trombosis dengan mengenali secara dini faktor resiko yang

    mendasari terjadinya proses trombosis.

    11

    Keadaan hiperkoagulasi sebagai faktor resiko yang mempermudah dan

    memperberat proses trombosis dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium

    terhadap beberapa parameter yang mengambarkan faal hemostasis. Dengan

    mengetahui adanya keadaan hiperkoagulasi maka dapat dilakukan berbagai upaya

    pencegahan dan pengobatan terhadap kemungkinan terjadinya trombosis melalui

    pemberian antikoagulan dan anti agregasi trombosit.12,13.

    Kalani dkk dalam penelitiannya pada penderita ulkus kaki diabetika kronik di

    Swedia, mendapatkan adanya hubungan antara kepadatan struktur gel fibrin yang

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    16/65

    terbentuk dengan fungsi hemostasis. Pada kelompok penderita yang mendapat

    dalteparin dan aspirin dijumpai perbaikan fungsi mikrosirkulasi kulit dan angka

    amputasi yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang memperoleh

    aspirin dan plasebo.14, 15.

    Pada saat ini upaya untuk mencegah terjadinya trombosis dalam pengelolaan

    ulkus kaki diabetik dilakukan dengan pemberian anti agregasi trombosit seperti

    aspirin, clopidogrel dan cilostazol. Strategi ini menunjukkan bahwa keadaan

    hiperkoagulasi sebagai faktor resiko terhadap kejadian trombosis masih belum

    mendapat perhatian yang optimal dalam pengelolaan ulkus kaki diabetik.10, 11.

    Dalam penelesuran kepustakaan yang dilakukan penulis terhadap berbagai

    tulisan tentang ulkus kaki diabetika yang telah dipublikasi ternyata masih sangat

    sedikit tulisan yang berhubungan dengan masalah hiperkoagulasi pada penderita

    ulkus kaki diabetika.

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    17/65

    B A B II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Mekanisme Hemostasis

    Hemostasis merupakan suatu mekanisme tubuh yang amat penting untuk

    menghentikan perdarahan secara spontan dan mempertahankan darah tetap dalam

    kondisi cair di dalam pembuluh darah. Kelangsungan dari fungsi hemostasis ini

    sangat bergantung pada keseimbangan antara aktivitas koagulasi dan antikoagulasi

    yang dihasilkan oleh interaksi yang terintegrasi dari endotel pembuluh darah,

    trombosit, protein pembekuan darah, protein antikoagulasi dan enzim fibrinolisis.16.

    Pembuluh darah yang normal dilapisi oleh sel endotel. Dalam keadaan yang

    utuh sel endotel bersifat antikoagulan dengan menghasilkan inhibitor trombosit

    (nitrogen oksida, prostasiklin, ADPase), inhibitor bekuan darah/lisis (heparan, tissue

    plasminogen activator, urokinase plasminogen aktivator, trombomodulin, inhibitor

    jalur faktor jaringan). Sel endotel ini dapat terkelupas oleh berbagai rangsangan

    seperti asidosis, hipoksia, endotoksin, oksidan, sitokin dan shear stress. Endotel

    pembuluh darah yang tidak utuh akan menyebabkan vasokonstriksi lokal,

    menghasilkan faktor koagulasi (tromboplastin, faktor von Willebrand, aktivator dan

    inhibitor protein C, inhibitor aktivator plasminogen tipe 1), terbukanya jaringan ikat

    subendotel (serat kolagen, serat elastin dan membran basalis) yang menyebabkan

    aktivasi dan adhesi trombosit serta mengaktifkan faktor XI dan XII.2

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    18/65

    Trombosit dalam proses hemostasis berperan sebagai penambal kebocoran

    dalam sistem sirkulasi dengan membentuk sumbat trombosit pada daerah yang

    mengalami kerusakan. Agar dapat membentuk suatu sumbat trombosit maka

    trombosit harus mengalami beberapa tahap reaksi yaitu aktivasi trombosit, adhesi

    trombosit pada daerah yang mengalami kerusakan, aggregasi trombosit dan reaksi

    degranulasi. Trombosit akan teraktivasi jika terpapar dengan berbagai protein

    prokoagulan yang dihasilkan oleh sel endotel yang rusak. Adhesi trombosit pada

    jaringan ikat subendotel terjadi melalui interaksi antara reseptor glikoprotein

    membran trombosit dengan protein subendotel terutama faktor von Willebrand

    sedangkan aggregasi trombosit terjadi melalui interaksi antar reseptor trombosit

    dengan fibrinogen sebagai mediator. Pada reaksi degranulasi trombosit akan

    melepaskan berbagai senyawa yang terdapat dalam granul sitoplasma trombosit

    (serotonin, katekolamin, histamin, ADP, ATP, siklik AMP, ion kalsium dan kalium,

    faktor trombosit 3 dan 4, B-tromboglobulin, PDGF, plasminogen, fibrinogen, protein

    plasma, tromboksan A2). Senyawa-senyawa ini akan menstimulasi aktivasi dan

    aggregasi trombosit lebih lanjut hingga menghasilkan sumbat trombosit yang stabil,

    mengaktifkan membran fosfolipid dan memfasilitasi pembentukan komplek protein

    koagulasi yang terjadi secara berurutan.2,16.

    Proses pembekuan darah terdiri dari serangkaian reaksi enzimatik yang

    melibatkan protein plasma yang disebut sebagai faktor pembekuan darah, fosfolipid

    dan ion kalsium. Faktor pembekuan beredar dalam darah sebagai prekursor yang akan

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    19/65

    diubah menjadi enzim bila diaktifkan. Enzim ini akan mengubah prekursor

    selanjutnya untuk menjadi enzim. Jadi mula-mula faktor pembekuan darah bertindak

    sebagai substrat dan kemudian sebagai enzim. Proses pembekuan darah dimulai

    melalui dua jalur yaitu jalur intrinsik yang dicetuskan oleh adanya kontak faktor

    pembekuan dengan permukaan asing yang bermuatan negatif dan melibatkan F.XII,

    F.XI, F.IX, F.VIII, HMKW, PK, PF.3 dan ion kalsium, serta jalur ekstrinsik yang

    dicetuskan oleh tromboplastin jaringan dan melibatkan F.VII, ion kalsium. Kedua

    jalur ini kemudian akan bergabung menjadi jalur bersama yang melibatkan F.X, F.V,

    PF-3, protrombin dan fibrinogen. Rangkaian reaksi koagulasi ini akan membentuk

    trombin dan mengubah fibrinogen menjadi benang-benang fibrin yang tidak larut.

    Fibrin sebagai hasil akhir dari proses pembekuan darah akan menstabilkan sumbatan

    trombosit.16,17

    Pembekuan darah merupakan suatu proses autokatalitik dimana sejumlah

    kecil enzim yang terbentuk pada tiap reaksi akan menimbulkan enzim dalam jumlah

    besar pada reaksi selanjutnya. Oleh karena itu perlu ada mekanisme kontrol untuk

    mencegah aktivasi dan pemakaian faktor pembekuan darah secara berlebihan yaitu

    aliran darah, mekanisme pembersihan seluler dan inhibitor alamiah. Aliran darah

    berperan dengan menghilangkan dan mengencerkan faktor pembekuan darah yang

    aktif dari tempat luka yang selanjutnya faktor pembekuan darah yang aktif ini akan

    dibersihkan dari sirkulasi darah oleh hati. Dalam keadaan normal plasma darah

    mengandung sejumlah protein yang dapat menghambat enzim proteolitik yang

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    20/65

    disebut sebagai inhibitor seperti antitrombin, alfa 2 makroglobulin, alfa 1 antitripsin,

    C1 esterase inhibitor, protein C dan S. Inhibitor ini berfungsi untuk membatasi reaksi

    koagulasi agar tidak berlangsung secara berlebihan sehingga pembentukan fibrin

    hanya terbatas disekitar daerah yang mengalami cedera. Antitrombin akan

    menghambat aktivitas trombin, F.XIIa, F.XIa, F.Xa, F.IXa, F.VIIa, plasmin dan

    kalikrein. Protein C yang diaktifkan oleh trombin dengan kofaktor trombomodulin

    akan memecah F.Va dan F.VIIIa menjadi bentuk yang tidak aktif dengan adanya

    kofaktor protein S. Alfa 1 antitripsin akan berperan dalam menginaktifkan trombin,

    F.XIa, kalikrein dan HMWK. C1 inhibitor akan menghambat komponen pertama dari

    sistem komplemen, F.XIIa, F.XIa dan kalikrein.2,5.

    Untuk membatasi dan selanjutnya mengeliminasi bekuan darah maka sistem

    fibrinolisis mulai bekerja sesaat setelah terbentuknya bekuan fibrin. Deposisi fibrin

    akan merangsang aktivasi plasminogen menjadi plasmin oleh aktivator plasminogen

    seperti tissue plasminogen aktivator (t-PA), urokinase plasminogen aktivator (u-PA),

    F.XIIa dan kallikrein. Plasmin yang terbentuk akan memecah fibrinogen dan fibrin

    menjadi fibrinogen degradation product (FDP). Dengan proses ini fibrin yang tidak

    diperlukan dilarutkan sehingga hambatan terhadap aliran darah dapat dicegah. Untuk

    menghindari terjadinya aktivitas fibrinolisis yang berlebihan, tubuh mempunyai

    mekanisme kontrol berupa inhibitor aktivator plasminogen (PAI-1) yang akan

    menginaktivasi t-PA maupun u-PA, dan alfa 2 antiplasmin yang akan menetralkan

    aktivitas plasmin yang masuk ke sirkulasi.16

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    21/65

    Adanya defek pada salah satu atau beberapa komponen yang berperan dalam

    proses hemostasis ini akan menganggu keseimbangan hemostasis dan menimbulkan

    masalah mulai dari perdarahan yang sulit diatasi setelah terjadinya luka sampai

    pembekuan darah yang tidak pada tempatnya dalam pembuluh darah.17

    2.2. Patofisiologi Trombosis

    Trombosis adalah pembentukan suatu massa abnormal di dalam sistem

    peredaran darah yang berasal dari komponen-komponen darah. Trombosis terjadi

    karena adanya ketidakseimbangan antara faktor trombogenik dengan mekanisme

    proteksi sebagai akibat dari meningkatnya stimulus trombogenik atau penurunan

    mekanisme proteksi. Ada 3 hal yang menjadi penyebab timbulnya trombosis yaitu

    kelainan endotel pembuluh darah, perubahan aliran darah yang melambat/stasis dan

    perubahan daya beku darah/hiperkoagulasi.3,17,18.

    Sel endotel pembuluh darah yang utuh akan melepaskan berbagai senyawa

    yang bersifat antitrombotik untuk mencegah trombosit menempel pada

    permukaannya. Sifat non trombogenik ini akan hilang bila endotel mengalami

    kerusakan/terkelupas karena berkurangnya produksi senyawa antitrombotik dan

    meningkatnya produksi senyawa protrombotik. Berbagai senyawa protrombotik yang

    dilepaskan ini akan mengaktifkan sistem pembekuan darah dan menyebabkan

    menurunnya aktifitas fibrinolisis sehingga meningkatkan kecenderungan untuk terjadi

    trombosis. Bila kerusakan endotel terjadi sekali dan dalam waktu singkat, maka

    lapisan endotel normal akan terbentuk kembali, proliferasi sel otot polos berkurang

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    22/65

    dan intima menjadi tipis kembali. Bila kerusakan endotel terjadi berulang-ulang dan

    berlangsung lama, maka proliferasi sel otot polos dan penumpukan jaringan ikat serta

    lipid berlangsung terus sehingga dinding arteri akan menebal dan terbentuk bercak

    aterosklerosis. Bila bercak aterosklerotik ini robek maka jaringan yang bersifat

    trombogenik akan terpapar dan terjadi pembentukan trombus.17, 18

    Aliran darah yang melambat bahkan stasis akan mengakibatkan gangguan

    pembersih faktor koagulasi aktif, mencegah bercampurnya faktor koagulasi aktif

    dengan penghambatnya, mencegah faktor koagulasi aktif dilarutkan oleh darah yang

    tidak aktif. Keadaan ini akan mengakibatkan terjadinya akumulasi faktor-faktor

    pembekuan yang aktif dan dapat merusak dinding pembuluh darah. Perubahan aliran

    darah ini dapat diakibatkan oleh imobilisasi, obstruksi vena dan meningkatnya

    viskositas darah.17, 20.

    Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan antara proses aktivasi dan

    inhibisi sistem pembekuan darah. Kecenderungan trombosis timbul bila aktivasi

    sistem pembekuan meningkat dan atau aktivitas inhibisi sistem pembekuan menurun.

    Menurut beberapa peneliti, darah penderita trombosis lebih cepat membeku

    dibandingkan orang normal dan pada penderita-penderita tersebut dijumpai

    peningkatan kadar berbagai faktor pembekuan terutama fibrinogen, F.V, VII, VIII

    dan X. Menurut Schafer penyebab lain yang dapat menimbulkan kecenderungan

    trombosis yaitu defisiensi AT, defisiensi protein C, defisiensi protein S,

    disfibrinogenemia, defisiensi F.XII dan kelainan struktur plasminogen.12,17, 20.

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    23/65

    2.3. Gangguan Hemostasis pada Ulkus Kaki Diabetika

    Hiperglikemia, resistensi insulin dan peningkatan asam lemak bebas yang

    dialami penderita diabetes melitus secara berkepanjangan akan meningkatkan

    aktivitas jalur sorbitol, sintesis advance glycosilation end products, produksi radikal

    bebas oksidatif, aktivasi protein kinase C (PKC) dan pelepasan sitokin oleh jaringan

    adiposa. Aktivasi bebagai jalur seluler ini akan menimbulkan gangguan faal atau

    kerusakan pada endotel pembuluh darah. Perubahan fungsi endotel pada penderita

    diabetes melitus telah banyak dibuktikan baik secara invivo maupun invitro. Pada sel

    endotel yang mengalami disfungsi akan terjadi peningkatan produksi berbagai

    senyawa yang bersifat protrombotik dan vasokonstriksi seperti tissue factors (TF),

    faktor von Willebrand (vWF), faktor aktivasi platelet (PAF), endotelin, tromboksan

    A2, PAI-1, dan penurunan produksi berbagai senyawa yang bersifat antitrombotik

    dan vasodilatasi seperti nitrogen oksida (NO), prostasiklin, ADPase, trombomodulin,

    heparin sulfat dan aktivator plasminogen.21, 22, 23.

    Keadaan hiperglikemia yang lama telah terbukti dapat menimbulkan berbagai

    perubahan pada trombosit, seperti penurunan fluiditas membran, meningkatnya

    aktivitas Ca2+

    ATPase, berkurangnya aktivitas Na+/K

    +ATPase, menurunnya turnover

    phosphoinositoside, meningkatnya aktivitas cGMP phosphodiesterase, meningkatnya

    produksi TxA2, meningkatnya metabolisme asam arachidonat, menurunnya aktivitas

    antiagregasi dari insulin dan HDL, meningkatnya respon agregasi terhadap LDL,

    menurunya kadar antioksidan, meningkatnya ekspresi reseptor permukaan (IIb/IIIa,

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    24/65

    ADP, vW, Ia/IIa), ukuran trombosit menjadi lebih besar dan immatur, menurunnya

    sintesa nitrit oksida dan prostasiklin, meningkatkan pelepasan protein granular (P-

    selectin, PAI-1, PF-4, PDGF, -thromboglobulin). Berbagai perubahan yang terjadi

    ini menyebabkan berkurangnya inhibitor endogen dan memacu peningkatan aktivasi

    trombosit secara instrinsik sehingga trombosit penderita diabetes melitus menjadi

    lebih sensitif terhadap rangsangan adhesi dan aggregrasi. Adanya beberapa

    perubahan pada lingkungan luar trombosit seperti meningkatnya vWF, fibrinogen,

    dan oksidasi/glikasi LDL, dan berkurangnya sintesa prostasiklin dan nitrit oksida oleh

    endotel, meningkatnya interaksi dengan pembuluh darah akan memperkuat keadaan

    hiperaktivitas trombosit.24,25,26.

    Berbagai penelitian yang dilakukan pada penderita diabetes melitus

    melaporkan peningkatan kadar dari berbagai faktor pembekuan darah yang berperan

    pada jalur intrinsik (kallikrein, vWF, F.VIII, F.IX, F.XII), maupun yang berperan

    pada jalur ekstrinsik (TF dan F.VII).27

    Meningkatnya Kadar F.VIIa, F.VIIc dan F.VIIIc, prothrombin activation

    fragmen 1+2 (F1+2) dan thrombin-antithrombin complexes (TAT) pada individu

    sehat yang terpapar dengan keadaan hiperglikemia selama beberapa jam

    menunjukkan bahwa keadaan hiperglikemia yang berkepanjangan akan merangsang

    aktivasi sistem koagulasi. 28,29.

    Bolaman dkk, mendapatkan aktivitas antikoagulan alamiah (antitrombin III,

    protein C dan protein S) yang lebih rendah pada penderita diabetes melitus

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    25/65

    dibandingkan dengan individu sehat. Menurunnya aktivitas antitrombin III akan

    meningkatkan aktivitas dari trombin dan menurunnya aktivitas protein C dan S) akan

    meningkatkan aktivitas faktor V dan VIII.30,31.

    Stegenga dkk. dalam penelitiannya terhadap individu sehat yang dibuat

    terpapar dengan keadaan hiperglikemia dan hiperinsulinemia mendapatkan bahwa

    hiperinsulinemia yang berlangsung secara lama an akan menyebabkan meningkatnya

    kadar dan aktivitas dari PAI-1, dan menurunnya aktivitas dari plasma plasminogen

    aktivator (tPA). Perubahan ini menypeebabkan berkurangnya aktivitas fibrinolisis.33

    Fibrinogen yang mengalami glikosilasi akan membentuk bekuan fibrin yang

    memiliki pori-pori yang lebih kecil dan terdiri dari serabut-serabut fibrin dengan

    berdiameter kecil, yang lebih resisten terhadap degradasi oleh plasmin. Keadaan ini

    membuat bekuan yang terbentuk menjadi lebih sulit dan butuh waktu yang lebih lama

    untuk dilarutkan.

    27,28,34,35.

    Berbagai penelitian eksperimental dan observasional diatas menunjukkan

    bahwa perubahan metabolisme yang terjadi pada penderita diabetes melitus dapat

    menimbulkan keadaaan hiperkoagulasi.

    Salah satu manifestasi klinis yang terkait dengan keadaan hiperkoagulasi dan

    trombosis pada penderita diabetes melitus berupa gangren kaki diabetika. Banyak

    kasus kaki diabetika dengan manifestasi gangren harus berakhir dengan amputasi dan

    berdasarkan studi deskriptif dilaporkan bahwa 6 30% pasien yang pernah

    mengalami amputasi akan mengalami resiko reamputasi dalam waktu 1-3 tahun

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    26/65

    setalah amputasi pertama. Sekitar 14,3 % penderita gangren kaki diabetika akan

    meninggal dalam setahun setelah amputasi dan sekitar 37% akan meninggal dalam 3

    tahun setelah amputasi.11,12.

    Mardi dkk (2004) mendapatkan adanya manifestasi gangren pada 71,2%

    penderita ulkus kaki diabetik yang menjalani perawatan di RSUD Koja Jakarta Utara

    dari Januari 1999 Desember 2004.37

    Tseng dalam suatu survei yang dilakukannya terhadap populasi kaki diabetes

    di Taiwan mendapatkan 26,9% penderita ulkus kaki diabetik akhirnya berkembang

    menjadi gangren dan sekitar 50 - 70% amputasi pada ulkus kaki diabetik disebabkan

    oleh adanya manifestasi jaringan gangren.8

    Mayfield dkk (1998) mendapatkan adanya manifestasi gangren pada 18,2%

    veteran yang menjalani perawatan di seluruh rumah sakit AS karena menderita

    ulkus kaki diabetika dan sekitar 50,5% tindakan amputasi yang dilakukan pada

    penderita ulkus kaki diabetika tersebut berkaitan dengan adanya manifestasi

    gangren.9

    Manifestasi gangren terjadi karena adanya trombosis pada pembuluh darah

    arteri yang memberikan suplai darah ke daerah luka. Trombosis yang terjadi akan

    menghambat aliran darah yang mengangkut zat makanan, oksigen dan obat-obatan ke

    daerah luka sehingga menimbulkan kematian jaringan dan mempermudah

    berkembangnya infeksi kuman saprofit pada jaringan yang rusak tersebut.6

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    27/65

    Proses trombosis yang terjadi tersebut dimulai oleh kerusakan dinding

    pembuluh darah yang selanjutnya memicu aktivasi sistem pembekuan darah secara

    berlebihan dan berkepanjangan. Kerusakan dinding pembuluh darah pada penderita

    ulkus kaki diabetika dapat disebabkan oleh erosi atau koyaknya plak arterosklerosis

    yang terdapat pada pembuluh darah arteri yang mendarahi daerah luka.38,39,40.

    Santos dkk. menemukan 72,9% pasien ulkus kaki diabetika yang mengalami

    amputasi minor dan 90,2% pasien ulkus kaki diabetika yang mengalami amputasi

    mayor terkait dengan adanya manifestasi gangren. Sekitar 66,7% pasien gangren kaki

    diabetik yang menjalani amputasi mayor dan 27,1% pasien yang menjalani amputasi

    minor terkait dengan riwayat penyakit arteri perifer.41

    Dalam penelitian yang dilakukan Moulik dkk. terhadap penderita ulkus kaki

    diabetika yang baru terjadi dengan durasi < 1 bulan, mendapatkan 41% diantaranya

    menderita penyakit pembuluh darah perifer, dan pada 59% penderita ulkus kaki

    diabetika yang mengalami amputasi didapatkan adanya penyakit pembuluh darah

    perifer.42

    Beberapa keadaaan yang terdapat pada penderita ulkus kaki diabetika seperti

    neuropati dan gangguan fungsi imunitas menjadikan luka ulkus kaki diabetika

    sebagai daerah yang sangat baik untuk pertumbuhan kuman. Infeksi pada daerah luka

    ini bila tidak terkendali dengan baik akan menyebabkan terjadinya edema pada

    daerah sekitar luka dan vaskulitis septik pada arteri digital atau arteri kecil pada

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    28/65

    telapak kaki. Keadaan ini dapat menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah dan

    menyebabkan trombosis.

    38,39,43.

    Anandi, dkk. mendapatkan infeksi polimikrobial pada luka gangren kaki

    diabetika, dan hasil kultur menunjukkan adanya pertumbuhan 2 jenis kuman pada

    41% sampel dan lebih dari 2 jenis kuman pada 59% sampel.44

    2.4. Pemeriksaan Penyaring Hemostasis

    Adanya gangguan hemostasis dapat diketahui dengan melakukan beberapa

    pemeriksaan laborotorium yang dapat mengevaluasi aktivitas koagulasi dan aktivitas

    fibrinolisis. Pemeriksaan yang secara rutin dapat dilakukan antara lain : plasma

    prothrombin time, activated partial thromboplastin time, thrombine time dan kadar D-

    Dimer.

    Masa prothrombin plasma (PT) digunakan untuk menguji pembekuan darah

    melalui jalur ekstrinsik dan jalur bersama yang melibatkan faktor pembekuan VII, X,

    V, protrombin dan fibrinogen. Pemeriksaan ini adalah mengukur lamanya terbentuk

    bekuan bila ke dalam plasma yang diinkubasi pada suhu 37o

    ditambahkan reagan

    tromboplastin jaringan dan kalsium. Nilai normal dari pemeriksaan ini berkisar antara

    11-15 detik.

    Masa thromboplastin parsial teraktivasi (apTT) digunakan untuk menguji

    pembekuan darah melalui jalur intrinsik dan jalur bersama yang melibatkan faktor

    XII, prekalikrein, kininogen, faktor XI, IX, VIII, X, V, protrombin dan fibrinogen.

    Prinsip pemeriksaan ini adalah mengukur lama terbentuknya bekuan bila kedalam

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    29/65

    plasma ditambahkan reagen tromboplastin parsial dan aktivator serta ion kalsium

    pada suhu 37

    o

    C. Reagen tromboplastin parsial adalah fosfolipid sebagai pengganti

    PF-3. Nilai normal dari pemeriksaan in berkisar antara 20 40 detik.

    Masa trombin digunakan untuk menguji perubahan fibrinogen menjadi fibrin.

    Prinsip pemeriksaan ini adalah mengukur lama terbentuk nya bekuan pada suhu 37oC

    bila ke dalam plasma ditambahkan reagen trombin. Nilai normal dari pemeriksaan ini

    berkisar antara 16 20 detik.

    D-Dimer merupakan suatu protein yang dilepaskan kedalam sirkulasi selama

    proses penghancuran bekuan fibrin. D-Dimer digunakan untuk mendeteksi cross

    linked fibrin dari fragmen protein yang dihasilkan oleh aktivitas proteolitik plasmin

    terhadap fibrin atau fibrinogen. Kadar D-dimer normal < 500 ng/dl. Meningkatnya

    kadar D-dimer berhubungan dengan meningkatnya aktivitas sistem koagulasi.2,13,20.

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    30/65

    B A B III

    PENELITIAN SENDIRI

    3.1. Latar Belakang

    Dalam keadaan normal darah senantiasa berada di dalam pembuluh darah dan

    berbentuk cair. Keadaan ini dapat diperoleh bila terdapat keseimbangan antara

    aktivitas koagulasi dengan aktivitas fibrinolisis pada sistem hemostasis yang

    melibatkan endotel pembuluh darah, trombosit, protein pembekuan, protein

    antikoagulan dan enzim fibrinolisis. Terjadinya defek pada salah satu atau beberapa

    komponen ini akan menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan hemostasis dan

    menimbulkan komplikasi perdarahan atau trombosis.2

    Dalam berbagai penelitian diketahui bahwa pada penderita diabetes melitus

    terdapat keadaan hiperkoagulasi karena hiperglikemia, hiperinsulinemia dan

    resistensi insulin yang terjadi pada penderita diabetes melitus dapat memicu

    terjadinya perubahan pada komponen-komponen yang berperan dalam faal

    hemostasis sehingga menyebabkan terjadinya peningkatkan aktivitas koagulasi

    dengan penurunan aktivitas fibrinolisis. Abnormalitas hemostasis yang muncul ini

    akan mempermudah terjadinya aktivasi proses hemostasis dan menyebabkan respon

    koagulasi yang terjadi berlangsung secara berlebihan. Adanya keadaan

    hiperkoagulasi ini akan menyebabkan penyandang diabetes melitus memiliki

    kecenderungan yang meningkat untuk mengalami trombosis dibandingkan dengan

    penderita non diabetes melitus. Sekitar 80% penyebab kematian pada penderita

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    31/65

    diabetes melitus terkait dengan trombosis pada pembuluh darah jantung, otak dan

    kaki dengan manifestasi klinik berupa infark miokard, stroke dan gangren kaki

    diabetik.25,27,28.

    Trombosis menjadi salah satu penyulit yang meningkatkan angka morbiditas

    dan mortalitas dalam pengelolaan komplikasi ulkus kaki diabetik. Pembuluh darah

    pada daerah ekstremitas bawah bagian distal merupakan salah satu daerah yang

    sering mengalami trombosis pada penderita diabetes melitus. Terjadinya trombosis

    akan menganggu suplai darah ke daerah luka sehingga akan menghambat proses

    penyembuhan luka dan menyebabkan terjadinya gangren. Mardi dkk (2004)

    mendapatkan ulkus kaki diabetik sebanyak 28,4% dari penderita kaki diabetik yang

    menjalani perawatan di RSUD Koja Jakarta Utara dari tahun 1999 2004, dimana

    sebanyak 72,1% diantaranya telah terjadi gangren. Sedangkan Tseng (2003) dalam

    survei yang dilakukan pada populasi kaki diabetes di Taiwan menemukan 26,9%

    ulkus kaki diabetik akhirnya berkembang menjadi gangren. Sekitar 50 - 70%

    amputasi pada ulkus kaki diabetik disebabkan oleh adanya gangren. Sebanyak 11-

    41% akan meninggal dalam setahun setelah mengalami amputasi, 2050% setelah 3

    tahun pasca amputasi dan 39-68 % setelah 5 tahun pasca amputasi.6,8,11,37.

    Salah satu upaya untuk mengurangi kecacatan dan kematian akibat ulkus kaki

    diabetik dapat dilakukan dengan mencegah terjadinya trombosis pada pembuluh

    darah yang memberikan suplai darah ke daerah luka. Keadaan Hiperkoagulasi

    sebagai faktor resiko yang mempermudah dan memperberat trombosis dapat

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    32/65

    diketahui melalui pemeriksaan laboratorium terhadap beberapa parameter fungsi

    hemostasis. Dengan mengetahui adanya keadaan Hiperkoagulasi maka dapat

    dilakukan upaya pencegahan dan pengobatan terhadap kemungkinan terjadinya

    trombosis melalui pemberian antikoagulan dan anti aggregasi trombosit.10,17.

    Pada saat ini upaya untuk mencegah terjadinya trombosis dalam pengelolaan

    ulkus kaki diabetik dilakukan dengan pemberian anti agregasi trombosit seperti

    aspirin, clopidogrel dan cilostazol. Strategi ini menunjukkan bahwa keadaan

    hiperkoagulasi sebagai faktor resiko terhadap kejadian trombosis masih belum

    mendapat perhatian dalam upaya pengelolaan ulkus kaki diabetik.11

    Kalani dkk (2003) dalam penelitiannya pada penderita ulkus kaki diabetik

    kronik dengan PAD di Swedia, menjumpai adanya peningkatan kadar dari beberapa

    parameter hemostasis yang menunjukkan terjadinya hiperkoagulasi dan mendapatkan

    adanya hubungan antara kepadatan struktur gel fibrin yang terbentuk dengan fungsi

    hemostasis. Pada kelompok penderita yang mendapat pemberian dalteparin dan

    aspirin dijumpai perbaikan fungsi mikrosirkulasi kulit dan angka amputasi yang lebih

    rendah dibandingkan dengan kelompok yang memperoleh aspirin dan plasebo.14,15

    Data mengenai hiperkoagulasi pada penderita ulkus kaki diabetik sampai saat

    ini sepengetahuan penulis belum ada di Indonesia, khususnya di Medan. Oleh karena

    itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai status hemostasis pada

    kelompok penderita ini.

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    33/65

    3.2. Perumusan masalah

    Apakah terdapat peningkatan hiperkoagulasi pada penderita ulkus kaki diabetik

    dibanding kontrol (penderita diabetes melitus tanpa ulkus kaki).

    3.3. Hipotesa Penelitian

    Terdapat peningkatan hiperkoagulasi pada penderita ulkus kaki diabetik

    dibanding kontrol.

    3.4. Tujuan Penelitian

    Untuk mengetahui adanya peningkatan hiperkoagulasi pada penderita ulkus

    kaki diabetik.dibanding penderita diabetes melitus tanpa ulkus kaki.

    3.5. Manfaat Penelitian

    Untuk memperoleh data tentang hiperkoagulasi pada penderita ulkus kaki

    diabetik, sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap resiko terjadinya

    trombosis dalam pengelolaan ulkus kaki diabetik.

    Dapat menjadi panduan untuk meningkatkan modalitas pengobatan dalam

    mencegah terjadinya trombosis pada penderita ulkus kaki diabetika.

    Sebagai data dasar bagi penelitian-penelitian selanjutnya terhadap upaya

    menurunkan morbiditas dan mortalitas ulkus kaki diabetik.

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    34/65

    3.6. Kerangka Konsepsional

    Hiperkoagulasi

    Ulkus Kaki Diabetik ( + )

    Melitus

    Diabetes

    Ulkus Kaki Diabetik ( - )

    3.7. Bahan dan Cara

    1. Desain:

    Penelitian bersifat deskriptif analitik dengan metode pengumpulan data

    dilakukan secara potong lintang.

    2. Waktu dan Tempat

    Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2008 - Juli 2008 atau sampai jumlah

    sampel memenuhi target di RSUP. H. Adam Malik Medan dan RSU Dr.

    Pirngadi Kota Medan serta beberapa rumah sakit swasta yang ada di

    sekitarnya.

    3. Populasi dan sampel

    Semua penderita DM tipe 2 dan penderita ulkus kaki diabetik yang

    menjalani perawatan di RSU Dr.Pirngadi Kota Medan, RSUP H.Adam

    Malik dan beberapa rumah sakit swasta yang ada di sekitarnya.

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    35/65

    4. Besar Sampel 45

    Perkiraan besar sampel ditentukan dengan memakai rumus :

    Dimana :

    z = nilai normal berdasarkan = 0,05 dan z = 1,96

    P = prevalensi ulkus kaki diabetik = 0,28.

    Q = 1 0,28 = 0,72

    d = besarnya penyimpangan yang dapat ditolerir, ditentukan 20%

    (Z )2 PQ

    d2n =

    (1,96) 2 (0,28)(0,72)

    (0,2) 2n =

    3,84 x 0,20

    0,04= 20 orang

    Untuk kontrol ditetapkan sebanyak 10 orang.

    5. Kreteria inklusi dan eksklusi

    A. Inklusi :

    1. Penderita DM tipe 2 dengan ulkus pada kaki.

    2. Penderita DM tipe 2 tanpa ulkus di kaki sebagai kontrol

    3. Bersedia mengikuti penelitian.

    B. Eksklusi

    1. Sedang menggunakan antikoagulan

    2. Menggalami gangguan fungsi hati atau fungsi ginjal

    3. Sedang dalam keadaan gagal jantung atau retensi cairan sistemik

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    36/65

    4. Riwayat operasi besar < 3 bulan

    5. Sedang dalam kehamilan atau menderita penyakit keganasan

    6. Cara kerja

    - Seluruh subjek penelitian dimintakan persetujuan secara tertulis tentang

    kesediaan mengikuti penelitian (informed consent).

    - Dicatat data demografi dan data klinis subjek penelitian.

    - Dilakukan pengambilan sampel darah setelah subjek penelitian

    menjalani puasa 8-10 jam untuk pemeriksaan penyaring hemostasis

    meliputi masa protrombin, masa tromboplastin parsial teraktivasi, kadar

    fibrinogen dan D-dimer.

    3.8. Analisa Data

    - Data kuantitatif ditampilkan dalam bentuk mean SD

    - Data kategorikal ditampilkan dalam bentuk jumlah dan persentase

    - Uji Chi-Square digunakan untuk perbandingan data kategorikal

    - Uji t tidak berpasangan digunakan pada perbandingan data parametrik

    - Hasil analisa statistik memiliki kemaknaan jika nilai p < 0,05

    - Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS.

    3.9. Definisi operasional

    a. DM tipe 2 :

    Keluhan klasik diabetes + KGD sewaktu 200 mg/dl atau KGD puasa

    126 mg/dl.

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    37/65

    - Dalam 2 masa pemeriksaan : KGD sewaktu 200 mg/dl atau KGD puasa

    126 mg/dl.

    b. Ulkus kaki diabetik :

    Adanya manifestasi ulkus pada kaki penderita DM tipe 2.

    c. Derajat keparahan ulkus kaki diabetik menurut Wagner10

    Grade 1 : ulkus superfisial tanpa terlibat jaringan dibawah kulit

    Grade 2 : ulkus dalam tanpa terlibat tulang / pembentukan abses.

    Grade 3 : ulkus dalam dengan selulitis/abses atau osteomielitis

    Grade 4 : gangren lokal

    Grade 5 : gangren luas / melibatkan keseluruhan kaki

    d. Pemeriksaan penyaring hemostasis13

    Pemeriksaan laboratorium : aPTT, PT, kadar fibrinogen dan D-dimer.

    e. Hiperkoagulasi

    46

    Bila satu atau lebih dari hasil pemeriksaan hemostasis dengan nilai :

    Rasio aPTT < 0,8 x nilai kontrol, rasio PT < 0,8 x kontrol, INR < 0,9, kadar

    D-dimer > 500 ng/dl, kadar fibrinogen > 400 mg/dl.

    f. Hipokoagulasi :

    Bila ada satu atau lebih kelainan hemostasis dengan rasio aPTT > 1,2 x nilai

    kontrol, rasio PT > 1,2 x kontrol, INR > 1,3, fibrinogen < 150 mg/dl.

    g. Status DIC :

    Bila didapati adanya status hipokoagulasi disertai dengan trombosis.

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    38/65

    h. Kondisi penyerta

    Keadaan fisik atau penyakit yang juga dijumpai pada penderita saat

    dilakukan pegumpulan data.

    3.9 Kerangka Operasional

    Subjek penelitian :

    Penderita Ulkus kaki Diabetik

    Pemeriksaan Hemostasis

    aPTT, PT/INR, kadar fibrinogen dan D-dimer

    Pencatatan data demografi / data klinis

    Anamnese + Pemeriksaan fisik

    Kontrol :

    Penderita DM tanpa Ulkus

    Penderita DM tipe 2

    Kriteria inklusi / eksklusi

    STATUS HEMOSTASIS

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    39/65

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1. HASIL PENELITIAN

    Penelitian ini dilakukan dari bulan Juni 2008 sampai Agustus 2008 di RSU

    Dr. Pirngadi Kota Medan, RSUP. H. Adam Malik dan beberapa RSU swasta di

    sekitar Medan. Selama kurun waktu tersebut didapatkan sebanyak 37 orang penderita

    ulkus kaki diabetika (UKD) dan 10 orang kontrol yang memenuhi kriteria penelitian.

    Tabel 1 : Karakteristik Populasi Penelitian

    U K D

    (n = 37)

    Kontrol

    (n = 10)

    Jenis kelamin ( L / P ) 20 / 17 5 / 5

    Umur (thn) 50,5 5,8 53,3 7,1

    IMT (m/kg2) 22,8 2,8 24,3 2,6

    KGD (mg/dl) 327 119 306 116

    Lama DM (thn) 7,5 3,5* 4,9 2,1

    Lama ulkus (minggu) 7,8 3,9 -

    Hb (mg/dl) 9,2 1,5* 12,4 0,8

    Lekosit (103/mm

    3) 17,6 9,3* 7,1 1,6

    Trombosit (103/mm

    3) 401,7 126 335,4 78,9

    * Uji t tidak berpasangan ( p < 0,05)

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    40/65

    Pada tabel 1 dapat dilihat perbandingan nilai rata-rata dari variable umur,

    indeks massa tubuh, lama DM, kadar gula darah, Hemoglobin, lekosit dan trombosit

    antara kelompok ulkus kaki diabetika dengan kelompok kontrol. Analisa statistik

    dengan menggunakan uji t tidak berpasangan menunjukkan bahwa hanya pada

    variabel Hemoglobin, lekosit dan lama menderita DM yang didapatkan berbeda

    secara bermakna (p< 0,05).

    Penderita ulkus kaki diabetika yang menjadi sampel dalam penelitian ini

    sebanyak 37 orang, dimana terdiri dari 54% (20 orang) laki-laki dan 46% (17 orang)

    perempuan. Pada kelompok ini didapatkan umur rata-rata 50,5 5,8 tahun dengan

    rentang umur antara 39 60 tahun dan distribusi umur terbanyak 51 s/d 60 tahun

    sebanyak 56,75% (21 orang), 41 s/d 50 tahun sebanyak 37,8% (14 orang) dan < 40

    tahun sebanyak 5,4% (2 orang). Nilai rata-rata dari lamanya manifestasi ulkus kaki

    diabetika adalah 7,8 3,9 minggu, dengan distribusi lama ulkus terbanyak 4 s/d 8

    minggu sebanyak 62,1% (23 orang), > 8 minggu sebanyak 29,7% (11 orang) dan < 4

    minggu sebanyak 8,1% (3 orang). Penderita ulkus kaki diabetika dengan manifestasi

    gangren didapatkan sebanyak 48,6% (18 orang), dengan manifestasi SIRS didapatkan

    sebanyak 83,7% (31 orang), manifestasi anemia didapatkan sebanyak 94,5% dengan

    distribusi anemia ringan sebanyak 27% ( 10 orang), anemia sedang sebanyak 54%

    (20 orang) dan anemia berat sebanyak 13,5% (5 orang). Sebanyak 55% penderita

    ulkus kaki diabetika telah mendapat pengobatan anti aggregasi platelet.

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    41/65

    Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Penyaring Hemostasis

    U K D

    (n = 37)

    KONTROL

    (n = 10)

    RASIO APTT

    Hipokoagulasi

    Normokoagulasi

    Hiperkoagulasi

    5

    22

    10

    1

    7

    2

    RASIO PT

    Hipokoagulasi

    Normokoagulasi

    Hiperkoagulasi

    17

    16

    4

    3

    7

    -

    INR

    Hipokoagulasi

    Normokoagulasi

    Hiperkoagulasi

    FIBRINOGEN

    Hipokoagulasi

    Normokoagulasi

    Hiperkoagulasi

    15

    20

    2

    1

    29

    7

    2

    8

    -

    1

    9

    -

    D-DIMER*

    < 500 ng/dl

    > 500 ng/dl

    2

    35

    7

    3

    * Uji statistik Kai Kuadrat ( p = 0,00 )

    Pada tabel 2 dapat dilihat kategori status koagulasi dari masing-masing

    parameter pemeriksaan penyaring hemostasis yang dilakukan pada subjek penelitian.

    Status hiperkoagulasi pada kelompok ulkus kaki diabetika didapatkan sebanyak

    94,5% pada penilaian kadar D-dimer, sebanyak 27% pada penilaian rasio aPTT,

    sebanyak 18,9% pada penilaian kadar fibrinogen, sebanyak 10,8% pada penilaian

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    42/65

    rasio PT dan sebanyak 5,4% pada penilaian INR. Sedangkan pada kelompok kontrol

    status hiperkoagulasi didapatkan sebanyak 30% pada penilaian kadar D-dimer dan

    sebanyak 20% pada penilaian rasio aPTT. Analisa statistik dengan menggunakan uji

    kai kuadrat menunjukkan bahwa perbandingan proporsi status hiperkoagulasi antara

    kelompok penderita ulkus kaki diabetika dan kelompok kontrol didapatkan berbeda

    secara bermakna (p < 0,05) hanya pada hasil pemeriksaan D-dimer.

    Tabel 3. Gambaran Kejadian Hiperkoagulasi Subjek Penelitian

    KEADAAN HIPERKOAGULASI

    ADA TIDAK ADA

    JUMLAH

    U K D 24 13 37

    KONTROL 3 7 10

    Uji statistik kai kuadrat ( p = 0,04 )

    Dari tabel 3 terlihat bahwa kejadian hiperkoagulasi pada kelompok ulkus kaki

    diabetika didapatkan sebanyak 65% (24 orang) dan pada kelompok kontrol sebanyak

    30% (3 orang). Proporsi kejadian hiperkoagulasi pada kelompok penderita ulkus kaki

    diabetika lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol dan analisa statistik

    dengan menggunakan uji kai kuadrat didapatkan bahwa proporsi kejadian

    hiperkoagulasi antara kedua kelompok berbeda secara bermakna ( p < 0,05 ).

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    43/65

    Tabel 4. Hubungan Status Koagulasi dengan Kadar D-dimer Pada UKD

    KADAR D-DIMERSTATUS KOAGULASI*

    < 500 ng/dl > 500 ng/dl

    JUMLAH

    Hipokoagulasi

    Normokoagulasi

    Hiperkoagulasi

    -

    1

    1

    12

    7

    16

    12

    8

    17

    JUMLAH 2 35 37

    * aPTT, PT/INR, Fibrinogen

    Dari tabel 4 terlihat bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan aPTT, PT/INR dan

    fibrinogen didapatkan sebanyak 32,5% (12 orang) dengan status hipokoagulasi,

    21,6% (8 orang) dengan status normokoagulasi dan 45,9% dengan status

    hiperkoagulasi.

    Berdasarkan hasil pemeriksaan penyaring hemostasis lengkap yang terdiri dari

    aPTT, PT/INR, fibrinogen dan D-dimer didapatkan sekitar 65% (24 orang) penderita

    ulkus kaki diabetika dikategorikan berada dalam keadaan hiperkoagulasi, yang terdiri

    atas 45,98% (17 orang) penderita dengan status hiperkoagulasi dan 18,92% (7 orang)

    penderita status normokoagulasi dengan kadar D-dimer > 500 ng/dl. Disamping itu

    didapatkan sebanyak 32,5% (12 orang) memiliki status DIC (status hipokoagulasi

    dengan kadar D-dimer > 500 ng/dl).

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    44/65

    4.2. PEMBAHASAN

    Berbagai penelitian menunjukkan bahwa hiperglikemia, hiperinsulinemia dan

    resistensi insulin dapat meningkatkan aktivitas koagulasi dan menurunkan aktivitas

    antikoagulasi dari komponen-komponen yang berperan dalam proses hemostasis,

    Sehingga darah menjadi lebih mudah membeku dan bekuan yang terbentuk akan

    lebih sulit untuk dihancurkan. Perubahan daya beku darah ini dikenal sebagai

    keadaan hiperkoagulasi.1,25-28.

    Suatu hasil pemeriksaan penyaring hemostasis dikategorikan sebagai status

    hiperkoagulasi bila salah satu dari parameter yang diperiksa didapatkan memiliki

    kriteria : rasio aPTT < 0,8 x nilai kontrol, rasio PT < 0,8 x kontrol, INR < 0,9, kadar

    fibrinogen > 400 mg/dl dan kadar D-dimer > 500 ng/dl.

    Pada penelitian ini didapatkan adanya keadaan hiperkoagulasi pada penderita

    ulkus kaki diabetika sebanyak 65% (24 orang) dan sebanyak 30% (3 orang) pada

    kelompok kontrol yang merupakan penderita diabetes melitus tanpa ulkus di kaki.

    Perbedaan proporsi hiperkoagulasi yang cukup besar ini menunjukkan bahwa

    kejadian hiperkoagulasi pada penderita diabetes melitus cenderung semakin

    meningkat dengan terjadinya ulkus kaki diabetika.

    Diana dan Dary (1999) mendapatkan kejadian hiperkoagulasi pada penderita

    ulkus kaki diabetika sebanyak 85% dan angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan

    yang didapatkan penulis dalam penelitian ini. Perbedaan ini kemungkinan karena

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    45/65

    pada penelitian diluar negeri tersebut menggunaan parameter hemostasis yang lebih

    spesifik seperti AT.

    47

    Bila penderita ulkus kaki diabetika dalam penelitian ini dikelompokkan lagi

    menjadi kelompok dengan manifestasi gangren dan tanpa manifestasi gangren

    ternyata didapatkan hiperkoagulasi pada 100% subjek dengan manifestasi gangren

    dan 94% subjek tanpa manifestasi gangren. Hasil ini menunjukkan bahwa adanya

    keadaan hiperkoagulasi akan meningkatkan resiko untuk terjadinya manifestasi

    jaringan gangren pada penderita ulkus kaki diabetika.

    Keadaan hiperkoagulasi akan menyebabkan terjadinya mikrotrombi pada

    pembuluh darah disekitar luka sehingga menganggu transportasi oksigen, zat

    makanan, obat-obatan dan mediator kimia ke daerah luka sehingga menghambat

    proses penyembuhan luka, memimbulkan kematian jaringan dan mempermudah

    berkembangnya bakteri

    10,39,43

    Wada dkk (2006) mengungkapkan bahwa semua pasien yang didapatkan

    mengalami emboli paru, koagulasi intravaskular disseminata, infark miokard akut dan

    trombosis vena dalam, mempunyai kadar D-dimer yang tinggi. Oleh karena itu kadar

    D-dimer yang tinggi dapat digunakan sebagai petanda adanya trombosis, namun

    manifestasi klinis adanya trombosis hanya dijumpai bila trombosis yang terjadi

    menimbulkan penyumbatan pembuluh darah secara total atau hampir total.50

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    46/65

    Kadar D-dimer yang meningkat diatas 500 ng/dl menandakan terjadinya

    peningkatan aktivitas fibrinolisis sekunder untuk menghancurkan deposit bekuan

    fibrin stabil yang terdapat di dalam pembuluh darah.49

    Pada penelitian ini didapatkan nilai rata rata kadar D-dimer pada kelompok

    penderita ulkus kaki diabetika lebih besar 3,6 kali dibandingkan dengan kelompok

    kontrol (1287.8 684.6 VS 358 175,9 ng/dl) dan peningkatan kadar D-dimer

    diatas 500 ng/dl didapatkan pada kelompok penderita ulkus kaki diabetika dan

    kelompok kontrol masing-masing sebesar 94,5% dan 30%, dimana secara statistik

    hasil ini berbeda bermakna. Hasil ini menunjukkan bahwa pada penderita ulkus kaki

    diabetika terjadi peningkatan resiko untuk mengalami trombosis.

    Diantara subjek penelitian yang mengalami hiperkoagulasi, ternyata hanya

    48,6% saja yang didapatkan memiliki manifestasi klinik yang terkait dengan

    trombosis berupa gangren diabetika, sedangkan 51,4% lainnya tidak didapatkan

    manifestasi klinis yang terkait dengan trombosis.

    Di Micco dkk (2004) menyatakan bahwa sebagian besar penderita yang

    mengalami hiperkoagulasi bersifat asimptomatik dan diketahui secara kebetulan pada

    saat dilakukan pemeriksaan laboratorium.48

    Bila dikaji lebih lanjut, ternyata diantara penderita ulkus kaki diabetika yang

    mengalami trombosis (kadar D-dimer > 500 ng/dl) terdapat 34,3% dengan status

    hipokoagulasi (rasio aPTT > 1,2 x kontrol, rasio PT > 1,2 x kontrol, INR > 1,3 atau

    Fibrinogen < 150 mg/dl), sebanyak 20% dengan status normokoagulasi dan sebanyak

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    47/65

    45,7% dengan hiperkoagulasi (rasio aPTT < 0,8 x nilai kontrol, rasio PT < 0,8 x

    kontrol, INR < 0,9, kadar fibrinogen > 400 mg/dl). Hasil ini menunjukkan bahwa

    keadaan hiperkoagulasi pada penderita ulkus kaki diabetika memiliki kecenderungan

    untuk berkembang menjadi koagulasi intravaskular disseminata (KID).

    Kadar D-dimer > 500 ng/dl dengan status hipokoagulasi disebabkan oleh

    menurunnya aktivitas dari faktor-faktor pembekuan pada jalur intrinsik, ekstrinsik

    dan jalur bersama karena peningkatan penggunaan faktor-faktor pembekuan dalam

    pembentukan mikrotrombi yang berlangsung secara hebat atau terus menerus ini

    tidak dapat diimbangi oleh kecepatan produksinya. Kadar D-dimer > 500 ng/dl

    dengan status normokoagulasi dapat dijumpai bila mekanisme kompensasi tubuh

    mampu mengatasi peningkatan konsumsi faktor-faktor pembekuan untuk

    pembentukan mikrotrombi. Kadar D-dimer > 500 ng/dl dengan status hiperkoagulasi

    dapat dijumpai bila tubuh memiliki kadar faktor-faktor pembekuan yang lebih tinggi

    dari normal sebelum terjadinya proses pembentukan mikrotrombi.27,28,31. 53

    Sebanyak 65% (24 orang) penderita ulkus kaki diabetika yang berada dalam

    keadaan hiperkoagulasi memerlukan antikoagulan untuk memperbaiki aliran darah ke

    daerah luka, sedangkan 32,4% (12 orang) penderita ulkus kaki diabetika yang

    mengalami trombosis dengan kekurangan faktor pembekuan memerlukan subsitusi

    faktor pembekuan sebelum pemberian antikoagulan.

    Berbagai kondisi yang sering dialami oleh penderita ulkus kaki diabetika

    seperti sepsis, anemia, imobilisasi dan edema neuropati pada daerah sekitar luka

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    48/65

    dapat menimbulkan dan memperberat aktivasi koagulasi pada penderita ulkus kaki

    diabetika. Pada sepsis terjadi peningkatan pelepasan faktor jaringan, gangguan fungsi

    antikoagulan fisiologis dan meningkatnya PAI-1 akan memperkuat aktivitas

    koagulasi.Anemia akan mengurangi kemampuan transportasi oksigen ke jaringan dan

    menimbulkan keadaan hipoksia yang dapat menyebabkan sel endotel pembuluh darah

    kehilangan kemampuan untuk mencegah trombosis. Imobilisasi dan edema di daerah

    sekitar luka akan menimbulkan hambatan terhadap pengenceran dan pembersihan

    faktor pembekuan yang teraktivasi sehingga memperberat keadaan hiperkoagulasi

    yang telah ada16, 17,51-57.

    Pada penelitian ini sebanyak 55% subjek kelompok penderita ulkus kaki

    diabetika mendapat pengobatan antiplatelet (aspilets) dan 70% diantara subjek yang

    mendapatkan obat antiplatelet tersebut masih berada dalam keadaan hiperkoagulasi.

    Secara statistik tidak didapatkan adanya perbedaan yang bermakna terhadap proporsi

    hiperkoagulasi antara kelompok penderita ulkus kaki diabetika yang mendapat

    antiplatelet dan tidak mendapat antiplatelet. Hasil ini mengambarkan bahwa

    pemberian antiplatelet saja belum optimal dalam pencegahan dan penanggulangan

    kejadian hiperkoagulasi pada penderita ulkus kaki diabetika, sehingga memerlukan

    pemberian antikoagulan sebagai terapi tambahan.

    Keadaan hiperkoagulasi pada penderita diabetes melitus selain disebabkan

    oleh hipersensitivitas trombosit terhadap rangsangan agregasi, juga terkait dengan

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    49/65

    meningkatnya aktivitas protein koagulasi, menurunnya aktivitas protein inhibitor

    alamiah dan menurunnya aktivitas fibrinolisis.

    26,27,28,35

    Karena keterbatasan jumlah sampel maka penelitian ini hanya bersifat

    deskriptif untuk mengetahui kejadian hiperkoagulasi pada penderita ulkus kaki

    diabetika. Kejadian hiperkoagulasi pada penelitian ini tidak ditentukan dengan

    petanda yang lebih spesifik seperti F1+2, TAT, AT III, PAI-1, tPA, protein S/C

    karena keterbatasan dana.

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    50/65

    B A B V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. KESIMPULAN

    5.1.1. Kejadian hiperkoagulasi pada penderita ulkus kaki diabetika yang

    didapatkan pada penelitian ini sebesar 65%.

    5.1.2. Terdapat kecenderungan peningkatan kejadian hiperkoagulasi pada

    penderita ulkus kaki diabetika.

    5.1.3. Manifestasi klinis yang terkait dengan adanya trombosis arteri hanya

    didapatkan pada 48,6% penderita ulkus kaki diabetika yang mengalami

    hiperkoagulasi.

    5.1.4. Pemberian obat antiplatelet saja belum cukup adekuat untuk mencegah

    terjadinya hiperkoagulasi pada penderita ulkus kaki diabetika.

    5.2. SARAN

    5.2.1. Perlu dilakukan deteksi secara dini akan adanya keadaan hiperkoagulasi

    dengan melaksanakan pemeriksaan penyaring hemostasis pada setiap

    penderita ulkus kaki diabetika.

    5.2.2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mencegah terjadinya keadaan

    hiperkoagulasi pada penderita ulkus kaki diabetika melalui pemberian

    antikoagulan profilaksis..

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    51/65

    DAFTAR KEPUSTAKAAN

    1. Benyamin A F, Gustaviani R. Gangguan Hemostasis pada Diabetes Melitus.

    Dalam : Aru W Sundaru dkk. (editor) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisikeempat. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.2006.

    2. Suharti C. Dasar-Dasar Hemostasis. Dalam : Aru W Sundaru dkk. (editor) BukuAjar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi keempat. Jakarta. Pusat Penerbitan DepartemenIlmu Penyakit Dalam FKUI. 2006.

    3. Makin A, Silverman SH. Peripheral Vascular Disease and Virchows Triad forThrombogenesis. Q J Med 2002 ; 95 : 199 - 210.

    4. Tadjoedin H. Kondisi Hiperkoagulabilitas. Dalam : Aru W Sundaru dkk. (editor)Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi keempat. Jakarta. Pusat Penerbitan

    Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006.

    5. Supardiman I. Trombosis. Dalam : Aru W Sundaru dkk. (editor) Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam. Edisi keempat. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

    Penyakit Dalam FKUI. 2006.

    6. Saleh S. Gangguan peredaran cairan tubuh, elektrolit dan darah. Dalam :Himawan S. (editor), Kumpulan Kuliah Patologi. Jakarta. Bagian Patologi

    Anatomi FKUI. 1994.7. Dahlan M. Tatalaksana Bedah Oklusi Arteri Perifer. Dalam : Siti Setiadi

    dkk.(editor) Naskah Lengkap Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit Dalam

    2005. Pusat Penerbitan Departemen Penyakit Dalam FKUI. Jakarta. 2005.8. Tseng C H. Prevalence and Risk Factors of Diabetic Foot Problems in Taiwan.

    Diabetes Care 2003 ; 26 (12) : 3351.

    9. Mayfield JA, et al, The Epidemiology of Lower Extremity Disease in VeteransWith Diabetes. Diabetes Care 2005 ; Vol.27 (Suppl.2) : B39 44.

    10.Waspadji S. Kaki Diabetes. Dalam : Aru W Sundaru dkk. (editor) Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam. Edisi keempat. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

    Penyakit Dalam FKUI. 2006.11.Cahyono JBSB. Manajemen Ulkus Kaki Diabetik. Dexa Media 2007 ; 20 (3) :

    103 106.

    12.Grant P J. Is hypercoagulability an issue in arterial thrombosis? Yes. Journal ofThrombosis and Haemostasis 2004 ; 2 : 690 1.

    13.Aulia D. Pemeriksaan penyaring pada kelainan hemostasis. Dalam : Rahayu DSetiabudy (editor). Hemostasis dan Trombosis. Edisi Ketiga. Jakarta. Balai

    Penerbit FKUI. 2007.14.Kalani M, et al. Effect of Dalteparin on Healing of Chronic Foot Ulcers in

    Diabetic Patients With Peripheral Arterial Occlusive Disease. Diabetes care. 2003; Vol.26 : 2575 2580.

    15.Kalani M, et al. Beneficial effects of dalteparin on haemostatic function and localtissue oxygenation in patients with diabetes, severe vascular disease and foot

    ulcers. Thrombosis Research 2007 ; 120 : 653 661.

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    52/65

    16.Oesman F, Setiabudy R D. Fisiologi Hemostasis dan Fibrinolisis. Dalam :Rahajuningsih D Setiabudy (editor). Hemostasis dan Trombosis. Edisi ketiga.

    Jakarta. Balai Penerbit FKUI. 2007.17.Setiabudy R D. Patofisiologi Trombosis. Dalam : Rahajuningsih D Setiabudy(editor) Hemostasis dan Trombosis. Edisi ketiga. Jakarta. Balai Penerbit FKUI.

    2007.

    18.Tambunan K L. Patogenesis Trombosis. Dalam : Aru W Sundaru dkk. (editor)Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi keempat. Jakarta. Pusat Penerbitan

    Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006.

    19.Mohler ER, Schafer AI. Atherothrombosis : Disease, Initiation, Progression andTreatment. In : Marshall A Lichteman, et al. (editors). Williams Hematology. 7

    th

    edition. USA. McGraw Hill Medical. 2006.

    20.Goodnight SHG, Hathway WE. Disorders of Hemostasis and Thrombosis. New

    York. McGraw Hill. 2001.21.Subekti I. Patogenesis dan Pengelolaan Neuropati Diabetika. Dalam : ProsedingSimposium Current Diagnosis and Treatment in Internal Medicine 2005. Pusat

    Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta. 2005 : 109 116.22.Jansson P. Endothelial Dysfunction in Insulin Resistance and Type 2 Diabetes. J

    Intern Med 2007 ; 262 : 173 183.23.Beckmen JA, Cieager MA, Libby P. Diabetes and Atherosclerosis. JAMA 2002 ;

    287 : 2570 80.

    24.Vinik AI, et al. Platelet Dysfunction in Type 2 Diabetes. Diabetes Care 2001 ; 24(8) : 1476 1485.

    25.Colwell JA, et al. Atherosclerosis and Thrombosis in Diabetes Mellitus. In : John

    H Bowker, Michael A Pfeifer (editors). Levin and ONeals The Diabetic Foot. 7

    th

    edition. Philadelphia. Mosby Elservier. 2008.26.Ceriello A. Coagulation Activation in Diabetes Mellitus. Diabetologica 1993; 36 :

    1119 1125.

    27.Carr M E. Diabetes mellitus A hypercoagulable state. Journal of Diabetes and ItsComplications 2001 ; 15 : 44 54Rauwerda J A. Acute Problems of Diabetic

    Foot. Acta Chir belg 2004 ; 104 : 140-7.

    28.Kluft C, Jespersen J. Diabetes as a Procoagulant Condition. The British Journal ofDiabetes and Vascular Disease 2002 ; 2 (5) : 358 362.

    29.Piemontino U, Ceriello A, Di Minno G,. Hemostatic and Metabolic Abnormalitiesin Diabetes Mellitus. Haematologica 1994 ; 79 : 387 392.

    30.Bolaman, et al. The Change of Coagulation Parameters and MicrovascularComplications in Diabetes Mellitus. Endocrinologist 2007 ; 17 (4) : 196 199.

    31.Onbasi K, et al. Diabetes Mellitus and The Natural Anticoagulants. TurkishJournal of Endocrinology and Metabolism 1999 ; 2 : 53 63

    32.Reinhardt KM, et al. Coagulation Inhibitors and Glycaemic Control in NonInsulin Dependent Diabetes Mellitus. Glycosylation & Disease 1994;1(4):287-91.

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    53/65

    33.Stegenga M E, et al. Hypergycemia Stimulates Coagulation, WhereasHyperinsulinemia Impairs Fibrinolysis in Healthy Humans. Diabetes 2006 ; 55 :

    1807 - 1812.34.Meigs JB, et all. Hyerinsulinemia, Hyperglicemia and Impaired Hemostasis.JAMA 2000 ; 283 (2) : 221- 228

    35.Grant P J, Diabetes mellitus as a prothrombotic condition. Journal of InternalMedicine 2007 ; 262 : 157 172.

    36.Rao AK, et al. Activation of The Tissue Factor Pathway of Blood CoagulationDuring Prolonged Hyperglicemia in Young Healthy Men. Diabetes 1999 ; 48 :

    1158 1161.

    37.Santoso M, Yuliana M, Mujono W, Kusdiantomo. Pattern of Diabetic Foot atKoja Regional General Hospital, Jakarta From 1999 2004. Acta Medica

    Indonesiana 2005 ; 37 (4) : 187 189.

    38.Giurini J M, Lyons T E,. Diabetic Foot Complications : Diagnosis andManagement. Lower Extremity Wounds 2005 ; 4(3) : 171 182.39.Rauwerda J A,. Acute Problem of the Diabetic Foot. Acta Chir Belg (2004) ; 104

    : 140 147.40.Mekkes J.R, Loots,M.A.M., Van Der Wal A.C., Bos J.D. Causes, Investigation

    and treatment of leg Ulceration. British Journal of dermatology 2003 ; 148 : 388 401

    41.Dos Santos VP, Da Silveira, Caffaro R A,. Risk Factors for Primary Amputationin Diabetic Patients. Sao Paulo Medical Journal 2006 ; 124 (2) : 66 70.

    42.Moulik PK, Mtonga R. Amputation and Mortality in New-Onset Diabetic FootUlcers Stratified by Etiology. Diabetes Care 2003 ; 26 (2) : 491- 494.

    43.Burakowska A K, Edmonds M. Role of the Microcirculation in Diabetic FootUlceration. Lower Extremity Wounds 2006 ; 5 (3) : 144 148.44.Anandi C, et al. Bacteriology of Diabetic Foot Lesions. Indian Journal of Medical

    Microbiology 2004 ; 22 (3) : 175 178.

    45.Dahlan MS. Statistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan. PT. ArkansEntertaenment and Education. Jakarta. 2004.

    46.Eppy. Hiperkoagulasi Pada Pasien Kanker Paru Bukan Sel Kecil. Dexa Media2007 ; 1 (20) : 9 15.

    47.Diana S, Dary S. Alterations of The Hemostasia in Patient With Diabetic Foot.Available from : http : //www.indexmedico.com/publicaciones/pie_diabetico/

    Sandoval_english.htm.

    48.Di Micco P, et al. Acquired Cancer Related Thrombophilia Testified by IncreasedLevel of Prothrombin Fragment 1+2 and D-dimer in Patients Affected by Solid

    Tumour. Experimental Oncology 2002 ; 24 : 108 111.

    49.Sprong et al. Blood Coagulation and The Risk of Atherotrombosis. TrombosisJournal 2004 ; 2 : 12 22.

    50.Wada H, et al. Elevated Levels of Soluble Fibrin or D-dimer indicate High Riskof Thrombosis. Journal of Thrombosis and Hemostasis 2006 ; 4 : 1253 1258.

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    54/65

    51.Chen K, dkk. Antitrombin III Levels, Disseminated Intravascular Coagulation andSeverity of Sepsis. Dalam : Buku Abstrak KONAS PETRI VIII, PERPARI V,

    PKWI. Malang. 2002.52.Handayani S. Antitrombin III Pada Sepsis. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-USU. 2007. Tesis.

    53.Amarel A, Opal SM, Vincent JL. Coagulation in Sepsis. Intensive Care Med 2004; 30 : 1032 1040.

    54.Guntur A. Imunopatobiologik Sepsis dan Penatalaksanaannya. Dalam : BukuProceding Simposium Nasional Sepsis dan Antimikrobial Terkini. PETRI Cabang

    Surakarta. 2007.

    55.Sukrisman L. Koagulasi Intravaskular Diseminata. Dalam : Aru W Sundaru dkk.(editor) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi keempat. Jakarta. Pusat

    Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006.

    56.Atmakusuma D. Anemia Pada Penyakit Kronik dan Kanker. Dalam : BukuProseding Simposium Current Diagnosis and treatment in Internal Medicine2003. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta. 2003.

    57.Franchini M, et al. Iron and thrombosis. Ann Hematol 2008 ; 87 : 167 173.

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    55/65

    Lampiran 1.

    MASTER TABEL PENELITIAN

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    56/65

    Lampiran 2.

    LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK

    Selamat pagi/siang Bapak/Ibu, saya dr. Suhartono, pada hari ini akan

    melakukan penelitian yang berjudul : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki

    Diabetika. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang

    hiperkoagulasi yang menjadi faktor resiko terjadinya trombosis pada penderita ulkus

    kaki diabetika, dimana trombosis merupakan salah satu keadaan yang dapat

    menyebabkan gangguan penyembuhan luka, kecacatan dan kematian pada penderita

    ulkus kaki diabetika.

    Pada Bapak/Ibu akan dilakukan pemeriksaan penyaring hemostasis untuk

    mengetahui adanya hiperkoagulasi. Pemeriksaan dilakukan dengan mengambil

    sample darah sebanyak 5 ml melalui pembuluh darah vena yang terdapat di daerah

    lipatan siku tangan.

    Dengan pemeriksaan penyaring hemostasis ini dapat dideteksi secara diniadanya resiko trombosis dan informasi ini nantinya dapat menjadi panduan

    pemberiaan obat untuk mencegah terjadinya trombosis dalam pengelolaan ulkus kaki

    diabetika.

    Keikutsertaan Bapak/Ibu dalam penelitian ini adalah sukarela dan tidak

    dipungut biaya apapun. Bila ada keterangan yang saya berikan masih belum jelas atau

    masih ada hal-hal yang hendak ditanyakan, maka Bapak/Ibu dapat menghubungi saya

    N a m a : dr. Suhartono

    Alamat : SMF Penyakit Dalam RSU Dr.Pirngadi Kota Medan

    No. Telp : (061) 4536022 4158701 Ext. 853.

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    57/65

    FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

    ( Informed Consent )

    Nama instansi : Divisi Hematologi-Onkologi Medik, Departemen Ilmu Penyakit

    Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

    Surat Persetujuan Ikut Penelitian

    Saya yang bertandatangan dibawah ini :

    Nama : ..................................................................................................

    Umur : ..................................................................................................

    Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan

    Pekerjaan : ..................................................................................................

    Alamat : ..................................................................................................

    Setelah mendapat penjelasan secukupnya serta menyadari manfaat dan resiko dari

    penelitian tentang Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika. Saya

    dengan sukarela menyatakan bersedia untuk diikutsertakan dalam penelitian diatas.

    Bila sewaktu-waktu saya sebagai pihak yang diteliti merasa dirugikan oleh pihak

    peneliti maka saya berhak membatalkan persetujuan ini tanpa menuntut ganti rugi.

    Medan, ......................... 2008.

    Peserta Penelitian

    ( ............................................. )

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    58/65

    Lampiran 3.

    Persetujuan Komite Etik Tentang Pelaksanaan Penelitian

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    59/65

    Lampiran 4.

    STATUS PENELITIAN

    Anamnese Pribadi

    1. Nama : .......................................................................................

    2. Umur : .......................................................................................

    3. Jenis Kelamin : .......................................................................................

    4. Pendidikan : .......................................................................................

    5. Alamat : .......................................................................................

    Anamnese Penyakit

    1. Riwayat penyakit terdahulu ..........................................................................

    .......................................................................................................................

    2. Riwayat pemakaian obat ...............................................................................

    .......................................................................................................................

    Pemeriksaan Fisik

    1. Keadaan umum : ......................................................................................

    2. Keadaan gizi : ......................................................................................

    3. Kepala : ......................................................................................

    4. Leher : ......................................................................................

    5. Thorax : ......................................................................................

    6. Abdomen : ......................................................................................

    7. Extremitas : ......................................................................................

    Suhartono : Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetika, 2009

    USU Repository 2008

  • 8/2/2019 Diabetes 2 (2)

    60/65

    Derajat Keparahan Ulkus Kaki Menurut Kriteria Wagner

    Grade klasifikasi

    1 Ulkus superfisial tanpa keterlibatan jaringan dibawahnya

    2 Ulkus yang dalam tanpa keterlibatan tulang maupun pembentukan abses

    3 Ulkus yang dalam dengan selulitis dan terbentuk abses / osteomielitis

    4 Gangren lokal

    5 Gangren yang luas meliba