dgl gdq $oglql .dlkdwx
TRANSCRIPT
Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Kinerja Karyawan Front Desk Hotel Bumi Senyiur SamarindaIwan Khrisnanto dan Aditya Pratomo
Strategi Pengembangan Desa Wisata Yenwaupnor Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat
Kusmayadi dan Aldini Kaihatu
3, Oktober
Hal. i J-STP VOL. 2 NO. 3 2017
Volume 2, No. 3 ISSN: 2541 - 447X (cetak) Oktober 2017 2541 - 4488 (online)
Publikasi empat bulanan oleh Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta yang didukung oleh Ikatan
Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI), Himpunan Lembaga Pendidikan Tinggi Pariwisata Indonesia
(Hildiktipari), Association for Tourism Research and Education on Indonesia (ATREI).
SUSUNAN REDAKTUR
PENANGGUNGJAWAB
Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Ka. Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
EDITOR AHLI
Prof. Dr. Ir. I.Gde Pitana, M.Sc Prof. Dr. Kohar Sulistyadi, MSIE
Founder Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia Universitas Sahid Jakarta Prof. Azril Azahari, Ph.D Dr. Nugroho, B Sukamdani, MBA, BET
Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia Universitas Sahid Jakarta Prof. Marie Cristine Bonneau Dr. Tonny Hendratono
L’ Universite d’Angers Perancis Universitas Bunda Mulia (ICPI) Prof. Phillippe Violer Dr. Sylvine Pickel Chevalier
L’ Universite d’Angers Perancis L’ Universite d’ Anger France (ATREI) Devi Roza Krisnandhi Kausar, PhD Hera Oktadiana, Ph.D, CHE
Universitas Pancasila (ICPI) Universitas Bina Nusantara (ICPI) Prof. Dr. Kholil, M.Kom Jacob Ganef Pah, MS
Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung Prof. Dr. Ir. Giyatmi, M.Si Nana Trianasari, Ph.D
Universitas Sahid Jakarta Ganesha University of Education I. Made Sudjana, SE, MM, CHT, CHA Munawaroh, SE, MM
Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional (ICPI) Swiss German University Dr. Yohanes Sulistyadi Prof. Dr. I. Nyoman Darma Putra, M.Litt
Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Univeritas Udayana
PENYUNTING PELAKSANA
Dr. Asep Parantika Kadek Wiweka Ketua Wakil Ketua Anggota
Dr. Leylia Khairani Budi Setiawan Wakil Ketua Penyunting Anggota Darmawan Damanik Nenny Wahyuni Anggota Anggota Kusmayadi Murhadi
Anggota Anggota Derinta Entas Maryetti Anggota Anggota
SEKRETARIAT DAN PEMASARAN Canda Fitriona FX Setiyo Wibowo Sekretaris Distribusi Ramon Hurdawaty Baskoro Harwindito Manajemen naskah Manajemen Naskah Bambang Widodo Heru Suheryadi IT Versi Online Manajemen Naskah Aang Sunarto Mulyati IT Versi Online Keuangan DITERBITKAN OLEH:
Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta
ALAMAT REDAKTUR Jl. Kemiri Raya No. 22, Pamulang Tangerang Selatan
Tel: 021 7402329, 740 2339 Fax: 021 7428152 e-mail:
website: http://journal.stpsahid.ac.id
Hal. ii J-STP VOL. 2 NO. 3 2017
Volume 2, No. 3 ISSN: 2541 - 447X (cetak) Oktober 2017 2541 - 4488 (online)
DARI REDAKTUR
Jurnal Sains Terapan Pariwisata (J-STP) merupakan nama baru dari Jurnal Sains Kepariwisataan dan
Pengetahuan Umum yang mulai terbit Pebruari 2002. Perubahan nama ini didasarkan atas
perkembangan ilmu pariwisata di Indonesia yang sudah diakui sebagai ilmu mandiri sejak tahun 2008.
J-STP hadir sebagai wahana studi inovatif yang berkontribusi terhadap pemahaman teoritis dan praktis
bagi para akademisi dan mahasiswa serta peminat pariwisata termasuk hsopitaliti didalamnya. Secara
khusus J-STP bertujuan untuk berkontribusi terhadap penyebaran pengetahuan melalui publikasi
artikel studi literatur, hasil penelitian dan praktik baik penggunaan metodologi dalam penyelesaian
masalah. Selain itu jurnal ini diharapkan mampu berperan penting dalam pariwisata ASEAN dan
Internasional.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan J-STP,
kritik dan saran kami harapkan dari pembaca demi perbaikan jurnal kami untuk kedepannya.
Jakarta, Oktober 2017
Ir. Kusmayadi, MM
Hal. iii J-STP VOL. 2 NO. 3 2017
Volume 2, No. 3 ISSN: 2541-447X(cetak) Oktober 2017 2541-4488 (online)
DAFTAR ISI i. Susunan Redaktur ii. Dari Redaktur iii. Daftar Isi
222 Pengaruh Komunikasi Interpersonal
Terhadap Kinerja Karyawan Front
Desk Hotel Bumi Senyiur Samarinda
Iwan Krisnanto dan Aditya Pratomo 231 Strategi Pengembangan Desa Wisata
Yenwaupnor Kabupaten Raja Ampat
Papua Barat
Kusmayadi dan Aldini Kaihatu 248 Tren Adult Coloring Books di Desatinasi
Pariwisata, Studi kasus: Denpasar, Bali
Ni Luh Putu Trisdyani
262 Pengembangan Produk Wisata Alternatif
Berbasis Edukasi di Geopark Batur,
Kintamani
Komang Trisna Pratiwi Arcana dan I
Wayan Arcana
287 Pengaruh Daya Tarik Wisata Pantai
Gandoriah Terhadap Motivasi
Kunjungan Wisatawan di Kota Pariaman
Titing Kartika, Septy Indrianty dan Sonya
Putri Yuliani
300 Pengembangan Kuliner Sate Taichan
Goreng Sebagai Atraksi Wisata di Kota
Bekasi
Ramon Hurdawaty, Maryetti dan Sekar
Ayu Dewinda
311 Efektifitas Pembelajaran Dengan Metode
Number Head Together Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Materi Membersihkan dan Merapihkan
Kamar Kelas XI AP 3 SMK Pariwisata
Triatmajaya Singaraja Kabupaten
Buleleng
Yudhiet Fajar Dewantara dan Antonius
Rizki Krisnadi
324 Analisis Anggaran Operasional Dan
Realisasinya Sebagai Alat Bantu
Manajemen Dalam Penilaian Kinerja
Perusahaan
Budi Bagaskoro dan Aulia Jihan
338 Daya Tarik Masyarakat Desa Adat
Using Kemiren Dalam Mempromosikan
Wisata Budaya Di Banyuwangi
Baskoro Harwindito dan Umi Akroma
Sapii
354 Analisis Konsep Hotel Syariah Pada Hotel Sofyan Jakarta Sebagai World’s Best Family Friendly Hotel. Aditya Pratomo dan Agung Gita Subakti
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.222-230
@STPS 2017, All Rights Reserved
222 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN FRONT DESK HOTEL BUMI SENYIUR SAMARINDA
Interpersonal Communication Effect On Performance Of Employees Front Desk
Hotel Bumi Senyiur Samarinda
Iwan Khrisnanto1*, Aditya Pratomo2
1,2 Universitas Bina Nusantara, Faculty of Economic and Communication, Hotel
Management Department, Jln KH Syahdan No 9, Kemanggisan, Palmerah,
Jakarta 11480, Indonesia
*
Email: [email protected]
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dan pengaruh komunikasi
interpersonal terhadap kinerja front desk agent pada front office department di Hotel
Bumi Senyiur Samarinda. Analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis
deskriptif dan analisis regresi linear sederhana. Hasil dari penelitian ini menunjukan
terdapat pengaruh komunikasi interpersonal yang signifikan terhadap kinerja front desk
agent sebesar 52.4% dengan korelasi sebesar 0.724 yang menandakan terdapat hubungan
yang kuat antara kedua variabel tersebut. Simpulan yang didapat adalah bahwa kinerja
front desk agent akan ikut meningkat jika komunikasi interpersonal juga ditingkatkan.
Kata kunci: Front desk agent, Komunikasi interpersonal, Kinerja, Hotel, analisis
kuantitatif
ABSTRACT
The purpose of this research is to know the relationship and influence of interpersonal
communication to front desk agent performance at front office department at Hotel Bumi
Senyiur Samarinda. The analysis used in this research is descriptive analysis and simple
linear regression analysis. The result of this research shows that there is significant
interpersonal communication effect on front desk agent performance of 52.4% with
correlation of 0.724 indicating strong relationship between the two variables. The
conclusion is that the performance of front desk agent will increase if interpersonal
communication is also improved.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.222-230
@STPS 2017, All Rights Reserved
223 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Keywords: Front desk agent, Interpersonal Communication, Performance, Hotel,
quantitative analysis
Riwayat Artikel :
Diajukan: 10 September 2017
Direvisi: 02 Oktober 2017
Diterima: 15 Oktober 2017
P E N D A H U L U A N
Manusia adalah individu yang
memiliki kebutuhan dan kemampuan
untuk berkomunikasi dan berinteraksi
dengan manusia lain. Interaksi yang
terjadi antar manusia ini merupakan
bagian dari aktivitas yang dilakukan
berulang kali pada setiap diri manusia.
Komunikasi antarpribadi (interpersonal
communication) adalah komunikasi
antara orang-orang secara tatap muka,
yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara
langsung, baik secara verbal ataupun
nonverbal (Mulyana, 2015:81).
Tujuan dari adanya proses
komunikasi adalah sebagai media
penyampaian pesan dari pemberi pesan
kepada penerima pesan sehingga
terjalin sistem komunikasi yang baik
antar keduanya. Di dalam lingkungan
kerja, terciptanya sistem komunikasi
yang baik dan lancar dapat membangun
kerjasama kelompok yang solid antar
satu individu dengan individu lainnya
untuk mencapai tujuan bersama yaitu
memberikan kualitas pelayanan yang
maksimal kepada konsumen.
Kelompok adalah sekumpulan
orang yang mempunyai tujuan bersama,
yang berinteraksi satu sama lain untuk
mencapai tujuan bersama (adanya
saling ketergantungan), mengenal satu
sama lainnya, dan memandang mereka
sebagai bagian dari kelompok tersebut,
meskipun setiap anggota boleh jadi
punya peran berbeda (Mulyana,
2015:82). Komunikasi juga merupakan
unsur penting dalam membangun suatu
hubungan antar sesama manusia, dalam
hal ini antara pimpinan dengan
karyawan, dan sesama karyawan.
Komunikasi interpersonal yang
terjadi dalam suatu kelompok
memegang peranan yang vital dalam
koordinasi kerjasama suatu divisi.
Melalui komunikasi interpersonal,
seorang karyawan dapat menyuarakan
ide kreatif, gagasan positif, informasi,
dan keluhan kepada pimpinan atau
rekan karyawan lain, serta seorang
pimpinan dapat memberikan instruksi,
motivasi, teguran dan apresiasi kepada
karyawannya. Koordinasi dalam suatu
divisi dapat berjalan dengan baik jika
mutu komunikasi interpersonal dapat
dijaga. Dengan adanya pola koordinasi
yang baik, maka mempunyai lebih
besar kemungkinan berhasilnya
kegiatan operasional yang akan
berlangsung. Oleh karena itu kualitas
komunikasi interpersonal dapat
menentukan keberhasilan suatu divisi,
dan berdampak pada meningkatnya
kinerja karyawan.
Front office department
membutuhkan tenaga kerja yang
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.222-230
@STPS 2017, All Rights Reserved
224 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
berkualitas agar dapat memberikan
hasil kerja yang baik. Kemampuan
karyawan front office department
dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya menentukan impresi awal
yang baik, kurang baik atau buruk pada
tamu yang datang ke Hotel tersebut.
Tugas dan tanggung jawab dari front
office department selain memanajemen
keperluan kamar, adalah sebagai pusat
informasi baik bagi tamu dan karyawan
Hotel. Bagi tamu, karyawan front office
department diharapkan mampu
memberikan informasi yang jelas,
benar dan cepat tentang produk,
aktivitas, pelayanan yang diberikan
pada Hotel tersebut. Bagi kolega
sesama karyawan pun diharapkan
seorang karyawan front office
department dapat memberikan
informasi seputar keluhan tamu,
fasilitas kamar yang harus diperbaiki,
dan dapat berkoordinasi dengan
departemen lain.
Pentingnya memiliki karyawan
front desk agent yang berkualitas adalah
untuk mendapatkan umpan balik yang
memuaskan, yaitu meningkatnya
kualitas kinerja pada front office
department. Tenaga kerja yang
berkualitas disini tidak hanya dapat
mengerjakan tugas dan tanggung
jawabnya tetapi juga mempunyai
kemampuan berkomunikasi yang
efektif sehingga tujuan dari komunikasi
tersebut dapat tercapai dengan
sempurna.
Setelah melakukan observasi pada
tanggal 4 sampai 7 Desember 2016 di
Hotel Bumi Senyiur Samarinda dan
wawancara pada tanggal 4 dan 5
Desember 2016 dengan dua orang
front desk agent menunjukan kondisi
komunikasi yang terjadi tidak efektif,
maksudnya cara berkomunikasi tidak
memberikan hasil yang positif dimana
jika terjadi kesalahan dalam pekerjaan
mereka tidak saling memberikan
arahan, petunjuk, dan saran. Hal ini
menyebabkan kurang baiknya
penerimaan umpan balik yang
dikarenakan perbedaan persepsi setiap
karyawan front desk agent terhadap
pemaknaan informasi yang mereka
terima.
Dari hasil pemaparan di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah: untuk
melihat bagaimana komunikasi
interpersonal front desk agent Hotel
Bumi Senyiur Samarinda, kemudian
untuk melihat bagaimana kinerja front
desk agent Hotel Bumi Senyiur
Samarinda. Serta untuk melihat
bagaimana pengaruh komunikasi
interpersonal terhadap kinerja front
desk agent Hotel Bumi Senyiur
Samarinda.
M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N
Menurut Sugiyono (2012:18)
desain penelitian adalah semua proses
yang diperlukan dalam perencanaan
dan pelaksanaan penelitian.
Berdasarkan jenis data yang digunakan
pada penelitian ini, jenis penelitian ini
adalah kuantitatif, dimana metode
penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme, yang digunakan
untuk meneliti pada populasi atau
sampel tertentu, pengumpulan data
menggunakan instrument penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif atau
statistik, dengan tujuan untuk menguji
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.222-230
@STPS 2017, All Rights Reserved
225 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
hipotesis yang telah ditetapkan.
(Sugiyono 2012:11). Dengan kata lain,
penelitian kuantitatif karena data
penelitian berupa angka-angka dan
analisis menggunakan statistik.
Sedangkan menurut tingkat
eksplanasinya, jenis penelitian ini
adalah deskriptif, dimana metode
penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri atau
lebih (independen) tanpa membuat
perbandingan atau menggabungkan
antara variabel satu dengan yang lain.
(Sugiyono 2012:35).
Melihat dari hubungan antar
variabel, jenis penelitian ini adalah
asosiatif hubungan kausal. Dimana
penelitian asosiatif merupakan
penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan dua variabel atau
lebih. (Sugiyono 2012:36) Dalam
penelitian ini maka akan dapat
dibangun suatu teori yang dapat
berfungsi untuk menjelaskan,
meramalkan, dan mengontrol suatu
gejala. Adapaun metode penelitian yang
digunakan adalah survei yang dilakukan
pada populasi besar maupun kecil,
tetapi data yang dipelajari adalah data
dari sampel yang diambil dari populasi
tersebut, sehingga ditemukan kejadian-
kejadian relatif, distribusi, dan
hubungan-hubungan antara variabel
sosiologis maupun psikologis.
(Sugiyono 2012:11)
Terkait dengan horison waktu,
penelitian ini menggunakan cross-sectional yang berarti data yang dipakai
untuk meneliti suatu fenomena tertentu
diambil dalam suatu kurun waktu saja
(Sugiyono, 2012:42). Waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan
penelitian ini kurang lebih empat
bulan, dari bulan Oktober 2016 sampai
Januari 2017. Penelitian ini dilakukan
di Hotel Bumi Senyiur yang berlokasi
di Jl. Pangeran Diponogoro, No.17-19
Samarinda, Kalimantan Timur. Dalam
penelitian ini populasi yang ditetapkan
adalah 10 orang front desk agent di
Hotel Bumi Senyiur Samarinda.
Sedangkan sampel yang diambil dari
populasi harus betul-betul representatif
(mewakili) dari keseluruhan populasi
tersebut. Dan jumlah populasi relatif
kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain
sampel jenuh adalah sensus, dimana
semua anggota populasi dijadikan
sampel.
Dalam metode penelitian,
terdapat dua hal utama yang
mempengaruhi kualitas data hasil
penelitian, yaitu, kualitas instrumen
penelitian dan kualitas pengumpulan
data. Data primer pada penelitian ini
diperoleh dari pengamatan
(observation) teknik pengumpulan data
yang mempunyai ciri yang spesifik bila
dibandingkan dengan teknik yang lain,
yaitu wawancara dan kuesioner
(Sugiyono, 2012 : 145). Dalam
penelitian ini, penulis melakukan
pengamatan secara langsung baik pada
saat front desk agent sedang melakukan
tugasnya dan menghadiri briefing front desk agent pada tanggal 4 sampai 7
Desember 2016 di Hotel Bumi Senyiur
Samarinda. Kemudian teknik
wawancara (Interview). Perolehan data
lainnya melalui wawancara yang
dilakukan kepada front office manager Hotel Bumi Senyiur Samarinda, bapak
Ari Apriadi pada hari senin 5
Desember 2016 dengan durasi
wawancara selama 20 menit, bertempat
di ruang kantor front office manager,
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.222-230
@STPS 2017, All Rights Reserved
226 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
untuk mendapatkan ijin penelitian serta
informasi terkait dengan topik
penelitian yang mencangkup proses
komunikasi interpersonal serta
hambatan dari komunikasi
interpersonal yang dihadapi front desk agent di Hotel Bumi Senyiur. Selain
itu, peneliti juga melakukan wawancara
dengan dua orang front desk agent
pada tanggal 4 Desember 2016 masing-
masing dengan durasi wawancara
selama 15 menit, bapak Waldi dan ibu
Brigitta bertempat di ruang back office front office department di Hotel Bumi
Senyiur Samarinda. Dan yang terakhir
pengumpulan data dengan kuesioner,
dimana proses dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan
atau pernyataan tertulis kepada para
responden untuk dijawab. Kuesioner
yang digunakan pada penelitian ini
memuat 20 pernyataan. Pada penelitian
ini kuesioner akan disebarkan kepada
seluruh yaitu front desk agent berjumlah 10 orang yang berperan
sebagai responden. Dalam penelitian
ini jenis skala yang digunakan pada
kuesioner adalah menggunakan skala
Likert untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena
sosial. (Sugiyono 2012: 93). Data
lainnya yang merupakan data sekunder
diperoleh dari studi pustaka yaitu
penulis mendapatkan informasi dan
masukan-masukan dengan cara
membaca buku-buku, e-book, artikel,
dan jurnal yang berkaitan dengan
penelitian ini.
Teknik analisa data yang
digunakan pada penelitian ini
menggunakan regreasi linear
sederhana, teknik ini menggunakan
satu variabel bebas (independent) dan
satu variabel terikat (dependent). Dalam penelitian ini variabel bebas
tersebut adalah Komunikasi
Interpersonal dan variabel terikatnya
adalah kinerja. Regresi linear sederhana
adalah salah satu alat yang dapat
digunakan dalam memprediksi
permintaan di masa yang akan datang
berdasarkan data masa lalu atau untuk
mengetahui pengaruh satu variabel
bebas (independent) adalah
menggunakan regresi linear. Rumus
regresi linear sederhana adalah sebagai
berikut:
1. Rumus persamaan regresi
2. Mencari nilai konstanta
3. Mencari konstanta
Keterangan:
Y = variabel terikat
X = variabel bebas
dan = konstanta
= jumlah data
H A S I L D A N P E M B A H A S A N
Berdasarkan hasil uji validitas
menggunakan bantuan program SPSS
versi 22 terhadap variabel X
(Komunikasi Interpersonal) melalui 11
butir pernyataan, diperoleh hasil bahwa
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.222-230
@STPS 2017, All Rights Reserved
227 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
11 pernyataan tersebut memiliki nilai
yang baik karena > .
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
validitas keseluruhan item pada alat
ukur komunikasi interpersonal adalah
baik. Sedangkan uji validitas
menggunakan bantuan program SPSS
versi 22 terhadap variabel Y (Kinerja
Karyawan) melalui 9 butir pernyataan,
diperoleh hasil bahwa 9 pernyataan
tersebut memiliki nilai yang baik karena
> . Dapat disimpulkan
bahwa validitas keseluruhan item pada
alat ukur kinerja karyawan adalah baik.
Sehingga dapat digunakan untuk
mengukur variabel Y (Kinerja
Karyawan).
Untuk hasil uji reliabilitas
menggunakan bantuan program SPSS
versi 22 terhadap variabel X
(Komunikasi Interpersonal) melalui 11
butir pernyataan, diperoleh hasil nilai
alpha cronbach 0.906>0,6 dengan
demikian seluruh pertanyaan dapat
dikategorikan reliabel dan konsisten
dalam memberikan penilaian pada
kuesioner. Sedangkan uji reliabilitas
menggunakan bantuan program SPSS
versi 22 terhadap variabel Y (Kinerja
Karyawan) melalui 9 butir pernyataan
dipelorel nilai alpha cronbach
0.917>0,6 dengan demikian seluruh
pertanyaan dapat dikategorikan reliabel
dan konsisten dalam memberikan
penilaian pada kuesioner.
Analisa deskriptif dilakukan untuk
menjelaskan masing-masing variabel,
yaitu variabel X (Komunikasi
Interpersonal) dan variabel Y (Kinerja
Karyawan). Analisa statistik deskriptif
dibutuhkan untuk menjawab rumusan
masalah deskriptif yang terdapat pada
bab satu. Pada tahap ini dilakukan
analisis pada komunikasi interpersonal
yang telah diberikan kepada 10
responden front desk agent. Beberapa
hal yang akan dianalisis meliputi 5
(lima) dimensi komunikasi
interpersonal berdasarkan teori DeVito
(2014:285-290) yang menjelaskan
dimensi openness (keterbukaan),
emphaty (empati), supportiveness
(sikap mendukung), positiveness (sikap
positif) dan equality (kesetaraan).
Pengolahan variabel komunikasi
interpersonal (X) memiliki nilai mean
keseluruhan sebesar 4.21 dengan nilai
mean indikator tertinggi sebesar 4.70
pada butir pernyataan ke 5 yaitu, saya
selalu siap memberikan dukungan dan
semangat kepada rekan kerja saya.
Sedangkan nilai mean indikator
terendah sebesar 3.70 pada butir
pernyataan ke 3 yaitu, saya mampu
untuk melihat dan memahami suatu
masalah dari sudut pandang rekan kerja
saya.
Untuk frekuensi tanggapan
responden, didapatkan nilai mean dari
dimensi openess yaitu 4.05 artinya
penilaian responden diantara setuju
dan sangat setuju. Nilai mean dimensi
empathy yaitu 3.90 artinya penilaian
responden diantara ragu-ragu dan
setuju. Nilai mean dimensi
supportiveness yaitu 4.50 artinya
penilaian responden diantara setuju
dan sangat setuju. Dan nilai mean
dimensi positiveness dan equality yaitu
4.25 artinya penilaian responden
diantara setuju dan sangat setuju.
Pada tahap analisis pada kinerja
karyawan (Y) yang telah diberikan
kepada 10 responden front desk agent.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.222-230
@STPS 2017, All Rights Reserved
228 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Hasil pengolahan variabel kinerja
karyawan (Y) memiliki nilai mean
keseluruhan sebesar 4.42 dengan nilai
mean indikator tertinggi sebesar 4.80
pada butir pernyataan ke 1 yaitu, saya
mengikuti prosedur saat menyelesaikan
pekerjaan sesuai dengan standar
perusahaan. Sedangkan nilai mean
indikator terendah sebesar 3.50 pada
butir pernyataan ke 8 yaitu, saya selalu
mendapat pujian dan penghargaan dari
rekan kerja dan atasan saat berhasil
melakukan pekerjaan dengan baik.
Dan frekuensi tanggapan responden,
didapatkan nilai mean dari dimensi
quality dan need for supervision yaitu
4.65 maka artinya penilaian dari
responden diantara setuju dan sangat
setuju. Nilai mean dari dimensi quantity
yaitu 4.30 artinya penilaian responden
diantara setuju dan sangat setuju. Nilai
mean dari dimensi timeliness yaitu 4.45
artinya penilaian responden diantara
setuju dan sangat setuju. Dan nilai
mean dimensi interpersonal impact
yaitu 4.00 artinya penilaian responden
setuju.
Analisis regresi linear sederhana
untuk koefisien determinasi untuk
mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi dari
variabel dependen. Koefisien
determinasi dapat diperoleh dengan
cara mengkuadratkan koefisien korelasi
atau R Squared (R2). Berdasarkan
pengolahan data yang dilakukan
didapatkan nilai R2 sebesar 0.524,
sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa komunikasi interpersonal (X)
mempengaruhi kinerja karyawan (Y)
sebesar 52.4%. Sedangkan sisanya
47.6% dipengaruhi oleh variabel-
variabel lainnya yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
Menurut Sugiyono (2012:250)
pedoman untuk memberikan
interpretasi koefisien korelasi sebagai
berikut:
Tabel 1: Pedoman Untuk
Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 1,000
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono, 2012
Berdasarkan tabel di atas, maka
koefisien korelasi yang ditemukan
sebesar 0.724 termasuk pada kategori
kuat. Jadi terdapat hubungan yang kuat
antara komunikasi interpersonal
terhadap kinerja kinerja front desk agent pada front office department di
Hotel Bumi Senyiur Samarinda. Untuk
tabel hasil pengujian koefisiensi regresi,
diperolehlah hasil
Y (Kinerja Karyawan) = 17.456
+ 0.482 X (Komunikasi Interpersonal)
Dari persamaan di atas dapat di
analisis jika komunikasi interpersonal
tanpa kinerja karyawan (X=0), maka
diperkirakan kinerja karyawan sebesar
17.456 Apabila nilai komunikasi
interpersonal meningkat, maka
diperkirakan kinerja karyawan juga
akan mengalami peningkatan. Sebagai
contoh jika (X=1) maka Y = 17.456 +
0.482 (1), akan diperoleh Y = 17.938
sehingga kinerja karyawan dapat terus
meningkat seiring dengan peningkatan
komunikasi interpersonal. Nilai Sig.
sebesar 0.018 menunjukan bahwa ada
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.222-230
@STPS 2017, All Rights Reserved
229 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
pengaruh yang signifikan antara
komunikasi interpersonal terhadap
kinerja front desk agent karena 0.018 <
0.05 dimana 0.05 merupakan taraf
signifikan.
Dari hasil pengolahan data,
maka di dapatkan ringkasan sebagai
berikut: Tabel 2: Hasil Pengolahan Data
Hubun
gan
Variabe
l
Korel
asi
Pengar
uh
Persam
aan
Regresi
Uji
Signifi
kan
X Y 0.724
(Kuat
)
52,4 % Y =
17.456
+ 0.482
(X)
Signifi
kan
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (2016)
Uji hipotesis pada penelitian ini
di rumuskan sebagai berikut:
Ha: Adanya pengaruh antara
komunikasi interpersonal terhadap
kinerja front desk agent pada front office department di Hotel Bumi
Senyiur Samarinda.
Ho: Tidak ada pengaruh antara
komunikasi interpersonal terhadap
kinerja front desk agent pada front office department di Hotel Bumi
Senyiur Samarinda. Dengan Kriteria
penilian sebagai berikut:
a. Jika,- ,
maka Ho diterima dan Ha di
tolak
b. Jika, > maka Ho
ditolak dan Ha di terima
Hasil SPSS didapat =
2,968
Sedangkan untuk menghitung
nilai adalah sebagai
berikut:
= 0,05
df = n-2
= 10 – 2 = 8
= 2,306 (berdasarkan dari
hasil lampiran )
Karena > , dimana
2,968 > 2,306 maka Ho ditolak dan Ha
di terima, yang artinya adanya pengaruh
antara komunikasi interpersonal
terhadap kinerja front desk agent pada
front office department di Hotel Bumi
Senyiur Samarinda.
P E N U T U P
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh penulis
mengenai pengaruh komunikasi
interpersonal terhadap kinerja pada
front desk agent pada front office department di Hotel Bumi Senyiur
Samarinda, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut: 1. Komunikasi
interpersonal pada front desk agent pada front office department di Hotel
Bumi Senyiur Samarinda diujikan
melalui lima dimensi yaitu, openness,
emphaty, supportiveness, positiveness dan equality untuk melihat bagaimana
komunikasi interpersonal front desk agent. Maka berdasarkan hasil
penelitian, komunikasi interpersonal
front desk agent di dominasi oleh
faktor supportiveness. 2. Kinerja front desk agent pada front office department di Hotel Bumi Senyiur Samarinda
dinilai melalui lima dimensi yaitu,
quality, quantity, timeliness, need for
supervision, dan interpersonal impact untuk menentukan bagaimana kinerja
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.222-230
@STPS 2017, All Rights Reserved
230 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
front desk agent. Maka hasil dari
penelitian menunjukan kinerja front desk agent di dominasi faktor quality dan need for supervision. 3. Komunikasi interpersonal berpengaruh
sebesar 52,4% terhadap kinerja front desk agent dan nilai korelasi sebesar
0.724 sehingga hubungan antar dua
variabel dinyatakan kuat.
Berdasarkan kesimpulan yang
ada, maka peneliti menyarankan
tindakan yang perlu dilakukan oleh
pihak Hotel Bumi Senyiur adalah
sebagai berikut: 1. Melakukan penilaian
kinerja front desk agent sebagai dasar
memberikan bonus. 2. Aktif
memberikan apresiasi dalam bentuk
pujian kepada individu front desk agent Membangun komunikasi antar pribadi
dengan banyak melakukan diskusi dan
memberikan saran serta kritik yang
membangun
D A F T A R P U S T A K A
Atambo, N. W., & Momanyi. D. K.
(2016). Effects of Internal
Communication on Employee
Performance: A Case Study of
Kenya Power and Lighting
Company, South Nyanza
Region, Kenya. Imperial
Journal of Interdisciplinary
Research (IJIR). 2(5). 328.
Devito, Joseph. (2014). Komunikasi
Antar Manusia: Edisi Kelima.
Jakarta: Karisma Publishing.
Hasibuan, M., S., P. (2013).
Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyana, Deddy. (2015). Ilmu
Komunikasi Suatu Pengantar:
Cetakan Kesembilan Belas.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sandhi, W., M. (2015). Pengaruh
Komunikasi Interpersonal
Terhadap Kinerja Karyawan
Sekolah Tinggi Agama Buddha
Negeri (STABN) Raden Wijaya
Wonogiri Jawa Tengah. Jurnal
Komunikasi. 6(1). 775.
Sugiyono. (2012). Metode penelitian
kuantitatif kualitatif dan R&D.
Jakarta: Alfabeta.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.231-247
@STPS 2017, All Rights Reserved
231 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
STRATEGI PENGEMBANGAN DESA WISATA YENWAUPNOR KABUPATEN RAJA AMPAT PROVINSI PAPUA BARAT
Kusmayadi¹
Aldini Kaihatu²
Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta
ABSTRAK
Kabupaten Raja Ampat memiliki empat desa wisata seperti Desa Wisata Arborek, Desa
Wisata Yenwaupnor, Desa Wisata Sauwandarek, dan Desa Wisata Sawinggarai yang memiliki
berbagai tempat wisata menarik, namun Desa Wisata Yenwaupnor, dinilai mempunyai banyak
potensi. Desa Wisata Yenwaupnor merupakan desa wisata yang berlokasi di distrik Meos
Mansar, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Desa Wisata Yenwaupnor memiliki
keindahan laut, pantai, dan hutan yang masih alami. Masyarakat sebagian besar berprofesi
sebagai petani dan nelayan. Keunikan Desa Wisata Yenwaupnor adalah salah satu desa wisata
yang memiliki tempat berkumpulnya Burung Cendrawasih. Burung Cendrawasih menjadi ciri
khas Desa Wisata Yenwaupnor dengan menjadi penghasilan buat masyarakat setempat.
Perlunya langkah strategis untuk mengembangkan Desa Wisata Yenwaupnor. Penelitian ini
bertujuan untuk memformulasikan strategi pengembangan yang tepat untuk diterapkan di Desa
Wisata Yenwaupnor melalui strategi VICE dengan menganalisis faktor internal yang terdiri
dari pengunjung, industri, masyarakat, dan lingkungan. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah VICE (visitor, industry, community,
environment) Hasil penelitian ini menunjukan telah tersusunnya strategi pengembangan untuk
diterapkan oleh kepala kampung Desa Wisata Yenwaupnor dan Pemerintah Raja Ampat.
Saran untuk pihak masyarakat desa adalah membuat sebuah konsep perencanaan dan untuk
pemerintah disarankan untuk lebih memperhatikan masyarakat dan desa wisata yang berada di
Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Kata kunci: Faktor internal, Komponen 3A, Analisis VICE, Desa Wisata Yenwaupnor
ABSTRACT
Raja Ampat regency has four tourist villages such as Arborek Tourism Village, Yenwaupnor
Tourism Village, Sauwandarek Tourism Village, and Sawinggarai Tourism Village which has
many interesting sights, but Yenwaupnor Tourism Village is considered to have a lot of
potential. Yenwaupnor Tourism Village is a tourist village located in Meos Mansar district, Raja
Ampat Regency, West Papua Province. Yenwaupnor Tourism Village has the beauty of the
sea, beach, and unspoiled forest.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.231-247
@STPS 2017, All Rights Reserved
232 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
People mostly work as farmers and fishermen. The uniqueness of Yenwaupnor Tourism
Village is one of the tourist villages that has a place of gathering Bird of Paradise. Birds of
Paradise are characteristic of Yenwaupnor Tourism Village by becoming income for local
people. The need for strategic steps to develop Yenwaupnor Tourism Village. This research
aims to formulate the right development strategy to be applied in Yenwaupnor Tourism Village
through VICE strategy with internal factor factor consisting of visitor, industry, community, and
environment. This research uses qualitative method. The data analysis technique used is VICE
(visitor, industry, society, environment) The result of this research is shown the compilation of
development strategy to be applied by village head of Yenwaupnor Tourism Village and Raja
Ampat Government. Suggestion for the village community is a building for development
located in Raja Ampat Regency, West Papua Province. Keywords: Internal factors, Component 3A, VICE Analysis, Yenwaupnor Tourist Village
Riwayat Artikel :
Diajukan: 03 Agustus 2017
Direvisi: 16 September 2017
Diterima: 30 September 2017
P E N D A H U L U A N
Indonesia adalah negara kepulauan
yang sangat besar, yang dihuni oleh
bermacam-macam ras, suku, dan etnis yang
berbeda-beda. Masing-masing daerah
tersebut memiliki keunggulan sendiri-
sendiri termasuk potensi alamnya. Hal ini
tentunya sangat menguntungkan dalam
bidang kepariwisataan. Dengan banyaknya
potensi alam yang dimiliki tersebut akan
menarik banyak wisatawan asing untuk
berkunjung ke Indonesia dan akan
memberikan keuntungan tersendiri bagi
negara.
Di dunia internasional, Indonesia
memang terkenal dengan potensi
pariwisatanya yang beraneka macam. Mulai
dari pantainya yang indah, pegunungan
yang hijau, dan peninggalan-peninggalan
bersejarah seperti candi juga banyak di
temukan di Indonesia. Salah satu daerah
yang menjadi pusat tujuan wisata adalah
Bali yang terkenal dengan keindahan
alamnya dan tradisi budaya yang masih
kental. Selain Bali, daerah tujuan wisata
alam yang lainnya adalah Raja Ampat.
Jika dibandingkan dengan Bali, Raja
Ampat memang kalah. Namun Raja
Ampat tetap bisa dikatakan sebagai daerah
tujuan wisata yang banyak di cari
wisatawan. Hal ini bisa dilihat dari jumlah
kunjungan wisatawan yang relatif
meningkat dari tahun 2007 hingga tahun
2013, rata- rata setiap tahun terjadi
peningkatan jumlah wisatawan asing sekitar
1.000 hingga 1.500 orang, namun pada
tahun 2014 jumlah wisatawan asing
meningkat hingga lebih dari 2.000 orang
dibandingkan dengan tahun sebelumnya,"
kata Koordinator Staf Layanan Jasa
Pemeliharaan Lingkungan Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD) Unit Pelaksana
Teknis Dinas (UPTD) Kawasan
Konservasi Perairan (KKP) Raja Ampat,
Amy Sarta di Sorong, Papua Barat.
(http://www.antarasulsel.com)
Kabupaten Raja Ampat juga terkenal
dengan jenis wisata yang khas, yaitu jenis
wisata bahari. Para wisatawan mulai
menggemari tempat wisata yang tidak
hanya sekedar menyajikan keindahan
alamnya saja tetapi lebih kepada interaksi
masyarakat. Oleh karena itu mulai
berkembang jenis wisata minat khusus,
yaitu wisata alternative yang disebut desa
wisata. Desa Wisata Yenwaupnor
menawarkan kegiatan wisata yang
menekankan pada unsur-unsur
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.231-247
@STPS 2017, All Rights Reserved
233 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
pengalaman dan bentuk wisata aktif yang
melibatkan wisatawan berhubungan
langsung dengan masyrakat setempat.
Dengan menonjolkan ciri keramahan
masyarakat setempat diharapkan Desa
Wisata Yenwaupnor mampu bersaing
dengan tempat wisata lain.
Salah satu desa wisata yang ada di
Kabupaten Raja Ampat adalah Desa
Wisata Yenwaupnor. Desa tersebut
memiliki beberapa daya pikat bagi
wisatawan untuk dikunjungi dan menjadi
obyek wisata. Di daerah tersebut
merupakan desa wisata yang bisa kita
lakukan di tempat yang indah ini. Salah
satunya adalah melihat keanekaragaman
Burung Cendrawasih menari, tidak hanya
Burung Cendrawasih melainkan Burung
Beo, Pekakak, Elang, dan Enggrang.
Bahkan banyak juga wisatawan yang
sengaja berkunjung langsung ke Desa
Wisata Yenwaupnor untuk melihat
langsung burung-burung tersebut.
Perkembangan Desa Wisata
Yenwaupnor diharapkan mempunyai
dampak ekonomi terhadap suatu wilayah,
antara lain peningkatan jumlah wisatawan,
peningkatan pendapatan masyarakat, serta
peningkatan pendapatan daerah. Raja
Ampat merupakan salah satu kota di
Indonesia yang sukses dengan
pengembangan konsep desa wisata. Salah
satu kabupaten yang berhasil dalam
pengembangan desa wisata adalah Desa
Wisata Yenwaupnor. Terdapat desa wisata
lain yang menjadi tujuan wisatawan,
diantaranya Desa Wisata Yenwaupnor,
Arborek, Sauwandarek, dan Sawingrai.
Tiap desa wisata ini memiliki ciri khas
tersendiri yang membedakan dengan desa
wisata lainnya. Seperti misalnya Desa
Wisata Yenwaupnor dikenal dengan
pesona burung cendrawasih, Desa Wisata
Arborek dikenal melalui atraksi Ikan Pari
(Manta), Desa Wisata Sauwandarek
terkenal dengan rumah- rumah
penduduknya yang masih berbentuk asli
tempo dulu dengan atap dari daun yang
masih asli, dan Desa Wisata Sawingrai
terkenal dengan penghasil udang (Lobster)
terbanyak.
Sebagai salah satu desa wisata di
Kabupaten Raja Ampat yang memang jauh
dari perkotaan, masyarakat Desa Wisata
Yenwaupnor memanfaatkan potensi-
potensi yang mereka miliki dengan
menonjolkan keindahan alam dan budaya
lokal yang mereka miliki, akan tetapi Desa
Wisata Yenwaupnor belum dapat
berkembang sesuai yang diharapkan.
Selain itu minimnya penelitian yang
dilakukan di Desa Wisata Yenwaupnor
membuat peneliti menjadikan desa wisata
tersebut sebagai objek penilitian dalam
proyek akhir ini.
VICE (visitor, industry,
communities and environment)
merupakan sebuah akronim untuk model
internasional yang spesifik pada ekspektasi
stakeholders yang terlibat dalam suatu
destinasi wisata. Visitor atau pengunjung
melihat pada aspek penyambutan,
keterlibatan, dan kepuasan, industry atau
industri melihat pada pencapaian
keuntungan dan kemakmuran industri
tersebut, communities atau masyarakat
melihat pada aspek penggunaan dan
keuntungan yang didapatkan oleh
masyarakat setempat, dan terakhir
environment atau lingkungan yang melihat
pada aspek penjagaan dan pemeliharaan
sumber daya lokal yang terdapat di suatu
obyek wisata.( Bassey Benjamin Esu,
Ezekial Ebitu,2014)
Berdasarkan uraian sebelumnya maka
penulis tertarik untuk memilih judul
proyek akhir “STRATEGI
PENGEMBANGAN DESA WISATA
YENWAUPNOR KABUPATEN RAJA
AMPAT PROVINSI PAPUA BARAT”.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.231-247
@STPS 2017, All Rights Reserved
234 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
I d e n t i f i k a s i M a s a l a h
Berdasarkan latar belakang di atas,
peneliti merasa tertarik untuk mencari tahu
tentang apa saja daya tarik Desa Wisata
Yenwaupnor dan dengan masih banyaknya
potensi pariwisata di Desa Wisata
Yenwaupnor, peneliti ingin mengetahui
lebih jauh bagaimana strategi
pengembangan potensi Desa Wisata
Yenwaupnor menjadi sebuah daya tarik
T u j u a n P e n e l i t i a n
1. Bagaimana gambaran destinasi Desa
Wisata Yenwaupnor berdasarkan
VICE?
2. Bagaimana strategi pengembangan
Desa Wisata Yenwaupnor?
T E L A A H P U S T A K A
D e f i n i s i D e s a d a n D e s a W i s a t a
Desa dan desa adat menurut UU no.6
tahun 2014 tentang Desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal
usul, dan/atau hak tradisional yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pembangunan desa merupakan faktor
penting bagi pembangunan daerah dengan
tujuan untuk mengentaskan kemiskinan
dan mengurangi kesenjangan
pembangunan antar wilayah. Berdasarkan
tingkat perkembangannya sesuai dengan
kriteria dari Direktorat Perkotaan dan
Perdesaan, BAPPENAS, status desa dapat
dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Desa Tertinggal: desa yang belum
memenuhi Standar Pelayanan
Minimum (SPM) dalam aspek
kebutuhan sosial, infrastruktur dasar,
sarana dasar, pelayanan umum, dan
penyelenggaraan pemerintahan.
2. Desa Berkembang: desa yang telah
memenuhi SPM namun secara
pengelolaan belum menunjukkan
keberlanjutan.
Desa Mandiri: desa yang telah
memenuhi SPM dan secara kelembagaan
telah memiliki keberlanjutan. (qtd. in Buku
Panduan Pengembangan desa Wisata
Hijau, 2012: 20)
Pengertian desa wisata berbeda
dengan wisata desa. Desa wisata menurut
Nuryanti (1993) adalah desa yang
menunjukkan tema produk pariwisata yang
diutamakannya. Tema ini serupa dengan
pilihan tema lain seperti desa industri, desa
kerajinan, desa kreatif, dan desa gerabah.
Sedangkan wisata desa adalah kegiatan
wisata yang mengambil pilihan lokasi di
desa, dan jenis kegiatannya tidak harus
berbasis pada sumber daya perdesaan.
Berdasarkan tingkat perkembangannya,
desa wisata dibagi menjadi tiga kategori,
yaitu:
Desa Wisata Embrio: desa yang
mempunyai potensi wisata yang dapat
dikembangkan menjadi desa wisata dan
sudah mulai ada gerakan masyarakat/desa
untuk mengelolanya menjadi desa wisata.
Desa Wisata Berkembang: desa wisata
embrio yang sudah dikelola oleh
masyarakat dan pemerintah desa, sudah
ada swadaya masyarakat/desa untuk
pengelolaannya, sudah mulai
melaksanakan promosi dan sudah ada
wisatawan yang mulai tertarik untuk
berkunjung.
Desa Wisata Maju: desa wisata yang
sudah berkembang dengan adanya
kunjungan wisatawan secara kontinu dan
dikelola secara profesional dengan
terbentuknya forum pengelola, seperti
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.231-247
@STPS 2017, All Rights Reserved
235 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Koperasi/ Badan Usaha Milik Desa
(BUMdes), selanjutnya disebut BUMdes,
serta sudah mampu melakukan promosi
dan pemasaran dengan baik.
K o m p o n e n 3 A D e s a W i s a t a D a l a m P e n g e m b a n g a n D e s a W i s a t a
Ambarwati Kusumaningrum (2009:
24) menyatakan ada 4 faktor yang terdapat
di kawasan yang dijadikan sebagai daerah
tujuan wisata, antara lain sebagai berikut :
Amenitas, Merupakan sarana dan
prasarana yang mendukung
kenyamanan wisatawan pada saat
menikmati obyek dan daya tarik wisata
yang disajikan seperti: sarana ibadah,
kamar kecil, penerangan, sarana
komunikasi, keamanan, pusat oleh-
oleh, dan cinderamata.
Aksesibilitas, kemudahan dalam
mencapai obyek wisata antara lain:
kemudahan transportasi, jalan yang
layak, jenis kendaraan yang dapat
melintas, ramburambu lalu lintas yang
mengatur kelancaran perjalanan
menuju ke obyek wisata.
Aktraksi, merupakan sesuatu yang
dapat dinikmati, dilihat oleh wisatawan
selama berada di obyek wisata antara
lain: panorama alam, peninggalan
sejarah, segala atraksi kesenian dan
budaya.
S t r a t e g i V I C E P e n g e m b a n g a n D e s a W i s a t a
Konsep pariwisata berkelanjutan
dalam strategi VICE dipandang sebagai
interaksi antar Visitor dengan Industry
yang melayaninya, Community dan
kebudayaan yang menjadi tuan rumah
dalam hal ini adalah masyarakat desa
wisata dan dampak secara kolektif yang
ditimbulkan kepada Environment ditempat
interaksinya berada. (Driving Tourism
Sustaining Communities, 2017: 16) Secara
komprehensif, stragei VICE dapat
diuraikan sebagai berikut ini:
Visitors. Wisatawan yang datang ke
suatu destinasi wisata, dapat memberikan
dampak terhadap terhadap objek wisata
yang dikunjunginya. Mereka datang ke
daerah tersebut dalam jangka waktu
tertentu, menggunakan sumber daya dan
fasilitasnya dan biasanya mengeluarkan
uang untuk berbagai keperluan, dan
kemudian meninggalkan tempat
tersebut untuk kembali ke rumah atau
daerah asalnya. Jika wisatawan yang datang
ke destinasi tersebut sangat banyak,
mengeluarkan sebegitu banyak uangnya
untuk membeli berbagai keperluan selama
liburannya, tidak dapat dibantah akan
berdampak pada kehidupan ekonomi
daerah tersebut baik langsung maupun
tidak langsung. (Pitana, I Gde dan I Ketut
Surya Diarta, 2009).
Menurut Undang-Undang Pariwisata
no 10 tahun 2009, Industri Pariwisata
adalah kumpulan usaha pariwisata yang
saling terkait dalam rangka menghasilkan
barang dan/atau jasa bagi pemenuhan
kebutuhan wisatawan dalam
penyelenggaraan pariwisata.
Sebagaimana yang dikemukakan
UNWTO (United Nations World
Tourism Organization) dalam the
International Recommendations for
Tourism Statistics 2008, Industri Pariwisata
meliputi; Akomodasi untuk pengunjung,
Kegiatan layanan makanan dan minuman,
Angkutan penumpang, Agen Perjalanan
Wisata dan Kegiatan reservasi lainnya,
Kegiatan Budaya, Kegiatan olahraga dan
hiburan.
Community. Komponen community
dalam pengembangan sebuah desa wisata
lebih dalam dikaji melalui prinsip
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.231-247
@STPS 2017, All Rights Reserved
236 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Community based-tourism yang menurut
Rest merupakan pariwisata yang dikelola
dan dimiliki oleh masyarakat, untuk
masyarakat, dengan tujuan agar wisatawan
dapat meningkatkan kesadaran mereka
dan belajar tentang kehidupan masyarakat
lokal serta dapat meningkatkan ekonomi
masyarakat lokal (qtd. in Putri, 2013).
Strategi community based-tourism ini telah
digunakan untuk pengembangan pariwisata
di beberapa negara berkembang di ASIA
(Rocharungsat, 2008: 60). Dari penerapan
community based-tourism tersebut banyak
penelitian yang mengkaji evaluasi kriteria
sukses community based-tourism.
Environment. Permanasari (2011: 10)
menyatakan bahwa konsep
pemberdayaan masyarakat mengacu pada
bagaimana masyarakat lokal memiliki
pengaruh yang besar dalam memanfaatkan
lingkungan hidup mereka. Pemanfaatan
lingkungan hidup yang bijak dapat
dilaksanakan melalui konsep ecotourism.
Menurut Pahlano (2012),
„Ecotourism‟ mutlak memperhatikan
pemeliharaan lingkungan alam
(conservation), bukan sebaliknya
mengubah keaslian alam sehingga
menganggu keseimbangan alam.
Pemahaman pariwisata ekologi adalah
untuk menyokong atau menopang
keseimbangan hubungan antara manusia
dengan lingkungan alamnya. Kualifikasi
aktivitas dalam ecotourism senantiasa
berorientasi terhadap cara-cara
pengembangan dan pemeliharaan
keutuhan alam yang berkelanjutan.
M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N
A . R a n c a n g a n M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n D a n U n i t A n a l i s i s
M e t o d e K u a l i t a t i f
Untuk menjawab dan memecahkan
permasalahan yang dirumuskan di atas,
diperlukan kerangka konsep atau model
yang merupakan abstraksi dari penelitian
ini. Secara kualitatif penelitian ini diawali
dengan adanya pengembangan pariwisata
khususnya Desa Wisata Yenwaupnor dan
merupakan salah satu sektor andalan bagi
pertumbuhan perekonomian Kabupaten
Raja Ampat. Pemerintah Kabupaten Raja
Ampat memegang peranan penting dalam
pengembangan kepariwisataan di
Kabupaten Raja Ampat. Adapun program
Pemerintah Kabupaten Raja Ampat dalam
bidang kepariwisataan yaitu mendorong
pengembangan desa wisata secara bersama-
sama dengan swasta dan masyarakat.
Dalam upaya pelestarian daya tarik
wisata minat khusus di Kabupaten Raja
Ampat yang dalam penelitian ini adalah
Desa Wisata Yenwaupnor, maka terlebih
dahulu dilakukan analisis terhadap kondisi
lingkungan internal (kekuatan dan
kelemahan) dan kondisi lingkungan
eksternal (peluang dan ancaman). Dalam
upaya pelestarian dan pengembangan Desa
Wisata Yenwaupnor di Kabupaten Raja
Ampat, maka penelitian ini dirancang
menggunakan konsep dan analisis VICE.
Konsep VICE yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
Visitors
Industry
Community
Environment
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.231-247
@STPS 2017, All Rights Reserved
237 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
U n i t A n a l i s i s
Unit analisis adalah satuan kecil dari
sumber informasi yang dianalisis. Unit
analisis dalam penelitian ini adalah Dinas
Pariwisata Kabupaten Raja Ampat dan
Kepala Kampung Yenwaupnor sebagai
pengelola desa wisata serta wisatawan yang
berkunjung.
V a r i a b e l D a n D e f i n i s i O p e r a s i o n a l V a r i a b e l
V a r i a b l e
Variabel merupakan konsep yang
mempunyai bermacam-macam nilai.
Variabel yang digunakan, umumnya nyata,
dapat dimengerti, diraba, dan dapat dilihat,
sehingga tidak menimbulkan keraguan
akan maknanya. Dilain pihak, variabel
yang dibangun dalam ilmu sosial
memerlukan definisi yang jelas supaya
tidak terdapat keraguan dan dapat
memperjelas arti ataupun untuk membuat
variabel tersebut dapat digunakan secara
operasional. Variabel dalam penelitian ini
sebagai strategi pengembangan Desa
Wisata Yenwaupnor.
D e f i n i s i O p e r a s i o n a l V a r i a b e l
Adapun definisi operasional dari
variabel yang penulis kemukakan pada
proyek akhir ini adalah strategi
pengembangan Desa Wisata Yenwaupnor
dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten Raja Ampat sebagai
strategi kedepan untuk mengidentifikasi
faktor internal dan eksternal yang
mendukung dan yang tidak mendukung
dalam pencapaian tujuan pengembangan
desa wisata tersebut.
S u b y e k D a n I n f o r m a n P e n e l i t i a n
S u b y e k P e n e l t i a n
Subyek penelitian merupakan sesuatu,
baik orang, benda ataupun lembaga
(organisasi), yang sifat menjadi bahan
untuk penelitian. Dengan kata lain subyek
penelitian sebagai suatu yang dialami
dirinya melekat atau terkandung obyek
penelitian. Subyek peneliti yaitu Desa
Wisata Yenwaupnor.
I n f o r m a n P e n e l i t i a n
Informan penelitian adalah seseorang
yang memiliki informasi yang akurat dan
dapat dipercayai mengenai data obyek yang
sedang diteliti, untuk dimintai informasi
obyek penelitian tersebut. Informan dalam
penelitian ini adalah Dinas Pariwisata
Kabupaten Raja Ampat, Kepala Kampung
Desa Wisata Yenwaupnor, Masyarakat
desa wisata dan wisatawan. Informan dalam
penelitian ini sebanyak lima orang dari
internal desa wisata serta wisatawan yang
ada selama tiga minggu penelitian.
P r o s e d u r P e n a r i k a n S a m p e l
Dalam penelitian deskriptif kualitatif
tidak menggunakan istilah populasi, tetapi
situs sosial yang terdiri atas tiga elemen
yaitu : tempat, pelaku dan aktivitas yang
berinteraksi secara sinergis. Dalam
penelitian deskriptif kualitatif tidak
menggunakan populasi, karena penelitian
kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang
ada pada situasi sosial tertentu dan hasil
kajiannya tidak akan diberlakukan
kepopulasi, tetapi ditransfer ketempat lain
pada situasi sosial yang memiliki kesamaan
dengan situs sosial kasus yang dipelajari.
Menurut sugiyono (2012: 299) dalam
bukunya yang berjudul Metode Penelitian
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.231-247
@STPS 2017, All Rights Reserved
238 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Kuantitatif Kualitatif, menyatakan bahwa
penelitian kualitatif : “Penetuan sumber
data pada orang yang diwawancarai
dilakukan secara purposive, yaitu dipilih
dengan pertimbangan dan tujuan tertentu”.
Teknik penarikan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
Purposive Sampling, yaitu teknik
pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan
tertentu ini misalnya orang tersebut
dianggap paling tahu tentang apa yang kita
harapkan, atau mungkin dia sebagai
penguasa sehingga memudahkan peneliti
menjelajahi obyek atau situs sosial yang
diteliti. Teknik ini dilakukan dengan
wawancara kepada Dinas Pariwisata satu
orang, Kepala Kampung satu orang,
wisatawan satu orang, Masyarakat dua
orang.
P r o s e d u r P e n g u m p u l a n D a t a
Di dalam teknik pengambilan data,
digunakan beberapa teknik
pengambilan yaitu:
Kuisioner. Untuk mendapatkan data
mengenai keadaan wisatawan yang
berkunjung secara sosio-demografi,
geografi dan psikografi.
Teknik wawancara. yaitu untuk
mendapatkan data dengan jalan
melakukan wawancara atau Tanya
jawab mendalam secara langsung
antara peneliti dengang informan.
Dokumen. Dokumen merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan,
gambar atau karya-karya monumental
dari seseorang. Dalam teknik ini,
penulis menggunakan dokumentasi
foto untuk mencari, meneliti guna
mengetahui profil dan pengembangan
Desa Wisata Yenwaupnor sejauh ini.
Studi Kepustakaan. Metode ini
digunakan dalam usaha untuk
mengumpulkan data sekunder,
dengan cara membaca dokumen,
buku-buku, media masa, dan literatur
lainnya yang berkaitan dengan masalah
penelitian.
M e t o d e A n a l i s i s D a t a
Analisa data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data model interaktif
yang memiliki empat komponen, yaitu
pengumpulan data, pemilihan data atau
reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan (Slamet, 2006: 140-143) yang
dapat dijabarkan sebagai berikut :
Pengumpulan data, dilakukan dalam
aneka cara yaitu observasi, wawancara tidak
berstruktur serta data dokumentasi,
kemudian data yang diperoleh melalui
pencatatan di lapangan dianalisa melalui
tiga jalur kegiatan yaitu pemilihan data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Pemilihan data atau reduksi data,
diartikan sebagai proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data kasar yang muncul
catatan-catatan tertulis di lapangan (field
note). Pemilihan data sudah dimulai sejak
peneliti mengambil keputusan dan
menyatakan paradigm penelitian, tentang
pemilihan kasus, pernyataan yang diajukan
dan tentang tata cara pengumpulan data
yang dipakai pada saat pengumpulan data
berlangsung. Pemilihan data berlangsung
terus-menerus selama penelitian kualitatif
berlangsung dan merupakan bagian dari
analisis.
Penyajian data, meliputi berbagai jenis
gambar atau skema, jaringan kerja,
keberkaitan kegiatan dan table yang dapat
membantu satu rakitan informasi yang
memungkinkan kesimpulan dapat
dilakukan. Hal ini merupakan kegiatan
yang dirancang untuk merakit secara
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.231-247
@STPS 2017, All Rights Reserved
239 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
teratur agar mudah dilihat dan dimengerti
sebagai informasi yang lengkap dan saling
mendukung.
Penarikan kesimpulan, yang
merupakan proses konklusi yang terjadi
selama pengumpulan data dari awal sampai
proses pengumpulan data terakhir.
Kesimpulan yang perlu diverifikasi yang
dapat berupa suatu penggolongan yang
meluncur cepat sebagai pemikiran kedua
yang timbul melintas dalam pikiran peneliti
dengan melihat field note (Heribertus,
2002 : 96).
V a l i d i t a s D a n O t e n t i s i t a s D a t a
Validitas data atau kesahihan data
dilakukan oleh peneliti dengan maksud
supaya hasil penelitiannya benar-benar
dapat dipertanggung-jawabkan, karena
validitas data menunjukkan mutu seluruh
proses pengumpulan data dalam
penelitian. Data yang telah terkumpul,
diollah dan diuji kebenarannya mealui
tekhnik triangulasi.
Dalam pennelitian ini digunakan
tekhnik triangulasi sumber yang
mengarahkan penulis agar dalam
mengumpulkan data, peneliti wajib
menggunakan beragam sumber data yang
tersedia. Artinya data yang sama atau yang
sejenis akan lebih mantap kebenarannya
disbanding apabila digali dari berbagai
sumber yang berbeda. Triangulasi sumber
dapat dilakukan dengan cara:
1) membandingkan apa yang dikatakan
informan satu dengan informan yang
lain,
2) membandingkan keadaan dan
perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang lain,
3) membandingkan hasil wawancara
dengan isi suatu dokumen. (Moleong,
2004: 331)
W a k t u D a n T e m p a t P e n e l i t i a n
Dalam pelaksanaan penelitian ini
penulis membutuhkan waktu selama satu
bulan yaitu dari tanggal 15 Juni 2017
sampai dengan tanggal 15 Juli 2017.
Tempat yang dijadikan sebagai tempat
penelitian adalah Desa Wisata
Yenwaupnor Distrik Waigeo Kabupaten
Raja Ampat.
H A S I L D A N P E M B A H A S A N
G a m b a r a n U m u m L o k a s i P e n e l i t i a n
a. L e t a k G e o g r a f i s
Desa wisata Yenwaupnor terletak di
pulau Mansuar yang termasuk dalam
Distrik Meos Mansaar yang secara gografis
terletak pada posisi 0o 20‟ LS- 0o30‟LS
dan 130o30 – 131o43‟BT dengan luas
wilayah 22,32 km2 dengan bats wilayah
sebagai berikut:
Sebelah utara berbatasan dengan
Pulau Gam.
Sebelah selatan berbatsan dengan
Selat Dampier.
Sebelah timur berbatsan dengan
Distrik Waigeo Selatan.
Sebelah barat berbatasan dengan
Kepulauan Fam.
b. L e t a k a d m i n i s t r a t i v e
Desa Wisata Yenwaupnor adalah
salah satu kampung yang pada awalnya
bernama kampung kormansiwin, yang
administrative yang terletak di distrik meos
mansar Kabupaten Raja Ampat Provinsi
Papua Barat.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.231-247
@STPS 2017, All Rights Reserved
240 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
c. I k l i m
Hasil pengamatan Badan Metreologi
dan Geofisika Sorong, curah hujan dalam
10 tahun terakhir (1993-2003) yaitu rata-
rata 2512 mm / tahun, dengan curah hujan
tertinggi pada bulan juli yaitu 298 mm dan
jumlah hari hujan 19 hari. Suhu udara
maksimum rata-rata 31,25 C dan minimum
25,15 dengan kelembapan rata-rata 8/1,5%
keadaan iklim termasuk bila
diklasifikasikan menurut kategori Schmidt
dan Futguson termasuk daerah dengan tipe
iklim A.
d. T o p o g r a f i
Keadaan Topografi pada wilayah
Kabupaten Raja Ampat sebagian besar ±
70% merupakan perairan yang
memisahkan pulau yang satu dengan pulau
yang lain. Pulau-pulau tersebut bervariasi
luasnya yang terdiri dari 4 (empat) pulau
besar yaitu: Pulau Waigeo, Pulau Batanta,
Pulau Salawati dan Pulau Misool.
e. M a t a P e n c a h a r i a n
Mayoritas mata pencaharian
penduduk Kampung Yenwaupnor adalah
nelayan. Mata pencaharian sebagai nelayan
adalah merupakan mata pencaharin pokok
yang dianggap memberikan hasil bagi
penduduk setempat, karena hanya
dengan hasil penangkapan ikan yang dijual,
bisa dapat memenuhi kebutuhan
penduduk. Disamping mata pencaharian
sebagai nelayan, masyarakat kampung
Yenwaupnor juga memiliki mata
pencaharian sebagai petani, serta
terdapat beberapa warga masyarakat yang
memiliki pekerjaan sebagai pegawai negeri
dan wirausaha.
f. S e j a r a h d a n B u d a y a M a s y a r a k a t
Sejarah masyarakat di Kampung
Yenwaupnor tidak terlepas dari sejarah
masyarakat Biak dan Numfor di Wilayah
Teluk Cenderawasih. Orang Biak dan
Numfor bermigrasi ke Raja Ampat dalam
beberapa periode waktu dan sejarah,
bermula dari pelayaran hongi dan
pembayaran upeti kepada Sultan Tidore/
Ternate. Periode perjalanan suku Biak dan
Numfor berikutnya mengikuti arah
perjalanan Koreri (Manarmarker) dalam
legenda kepercayaan tradisional Biak.
Migrasi terakhir diperkirakan terjadi pada
akhir tahun 1950-an. Oleh karena
masyarakat di Kampung Yenwaupnor
berasal dari Biak maka budaya dan bahasa
mereka juga sama dengan bahasa Biak.
yang membedakannya hanya dialek atau
ragam bahasanya. umumnya penduduk asli
Kampung Yenwaupnor beragama Kristen
Protestan.
Berdasarkan kondisi geografis dan
ragam ekosistem, maka masyarakat
Kampung Yenwaupnor tergolong
masyarakat pesisir/ nelayan. Masyarakat
Kampung Yenwaupnor dalam
menjalankan kelangsungan hidupnya
paling banyak memanfaatkan hasil
laut dan potensi lingkungan perairan dan
pesisir. Sistem ekonomi masyarakat
Kampung Yenwaupnor tidak lagi
dikategorikan pada tingkat subsisten, tetapi
sudah tergolong sistem perdagangan
karena hasil laut yang diperoleh tidak
hanya untuk dikonsumsi sendiri melankan
sudah didistribusikan dengan imbalan
ekonomis kepada pihak lain.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.231-247
@STPS 2017, All Rights Reserved
241 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
P e r k e m b a n g a n P a r i w i s a t a R a j a A m p a t
a . K u n j u n g a n W i s a t a w a n
Jumlah wisatawan mancanegara yang
berkunjung ke Raja Ampat dari tahun ke
tahun menunjukkan peningkatan.
Terhitung tahun 2004 sampai dengan
tahun 2008, peningkatan kunjungan
Wisatawan pertahun sebesar 98,29 %
untuk wisatawan mancanegara dan 73,31 %
untuk Wisatawan domestik. Wisatawan
yang berkunjung ke Kepulauan Raja
Ampat biasanya tinggal di resort yang ada
di Distrik Mios Mansaar (Papua Diving
dan masyarakat) namun ada yang tinggal di
atas kapal (liveaboard) dengan lama tinggal
6 sampai 21 hari. Wisatawan yang
menggunakan kapal biasanya tujuan
perjalannya tidak hanya ke Mios Mansaar
tetapi sampai di Kofiau dan Misool.
Wisatawan asing yang tinggal di atas kapal
(liveaboard) pada umumnya mengikuti
paket kunjungan (paket liveaboard) yang
disediakan oleh perusahaan penyedia jasa
ekowisata. Musim kunjungan Wisatawan
liveaboard ke Raja Ampat adalah mulai
dari bulan September sampai bulan Mei
setiap tahunnya.
b . K o n t r i b u s i P a r i w i s a t a t e r h a d a p P A D
Pendapatan sektor pariwisata sebesar
ini diperoleh dari pajak orang asing/turis
saja. Padahal bila potensi wisata yang
dimiliki ini dikembangkan dengan baik
maka tentu dapat memberikan kontribusi
yang signifikan bagi PAD Kabupaten Raja
Ampat, dan sekaligus dapat meningkatkan
taraf hidup masyarakat. Guna menggenjot
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor
pariwisata, pemerintah Raja Ampat
sedang berusaha mengembangkan
potcnsi pariwisata yang ada, khususnya
pariwisata kelautan (wisata bahari), dan
menempatkan sektor pariwisata sebagai
sektor unggulan kedua setelah sektor
perikanan dan kelautan.
P e m b a h a s a n P e n e l i t i a n
A n a l i s i s K o m p o n e n 3 A D e s a W i s a t a Y e n w a u p n o r
a . A m e n i t a s
Merupakan sarana dan prasarana yang
mendukung kenyamanan wisatawan pada
saat menikmati obyek dan daya tarik wisata
yang disajikan di desa wisata yenwaupnor.
Sarana dan prasarana yang ada di Desa
Wisata Yenwaupnor : Sarana Ibadah,
Kamar Kecil, Penerangan, Sarana
Komunikasi, Keamanan, dan
Cinderamata.
b . A k s e s b i l i t a s
Merupakan kemudahan dalam
mencapai obyek wisata antara lain :
Kemudahan Transportasi, Kondisi Jalan,
Jenis kendaraan yang dapat melintas, dan
Rambu Jalan.
c . A t r a k s i
Merupakan sesuatu yang dapat
dinikmati, dan dilihat oleh wisatawan
selama berada di obyek wisata antara lain :
Panorama Alam, Peninggalan Sejarah,
Kesenian dan Budaya.
A n a l i s i s V I C E
V i s i t o r s
Kunjungan wisatawan ke Desa Wisata
Yenwaupnor menghasilkan dampak yang
berpengaruh dalam kehidupan ekonomi,
sosial budaya maupun lingkungan
masyarakat maupun objek wisata. Interaksi
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.231-247
@STPS 2017, All Rights Reserved
242 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
yang bersifat akumulatif dan intensif antara
wisatawan dengan masyarakat setempat
menimbulkan dampak atau perubahan
sosial budaya yang bersifat negatif maupun
positif. Dampak yang dapat ditimbulkan
oleh wisatawan Desa Wisata Yenwaupnor
adalah perubahan yang terjadi sebagai
akibat dari tindakan wisatawan, baik
disadari atau tidak disadari, disengaja atau
tidak sengaja, sehingga menimbulkan
perubahan yang diinginkan atau tidak
diinginkan terhadap ekosistem Desa
Wisata Yenwaupnor. Berikut ini beberapa
karakter wisatawan yang ada di Desa
Wisata Yenwaupnor dalam beberapa
tahun terakhir.
I n d u s t r y
a . A k o m o d a s i
Jenis akomodasi yang ada di Desa
Wisata Yenwaupnor tersedia dalam bentuk
homestay yang dikelola oleh masyarakat
dan resort yang dikelola oleh pengusaha di
bidang akomodasi. Total jumlah homestay
yang ada di Desa Wisata Yenwaupnor
adalah 5 unit, sedangkan untuk resort
berjumlah 9 unit.
b . P e l a y a n a n m a k a n a n d a n m i n u m a n
Pelayanan makanan dan minuman
yang ada di Desa Wisata Yenwaupnor
dikelola seluruhnya oleh pihak homestay,
sementara untuk pelayanan makanan dan
minuman yang ada di area Desa Wisata
Yenwaupnor sejauh ini belum ada.
Makanan dan minuman khas yang
ditawarkan oleh pihak homestay adalah
papeda dan berbagai jenis hasil olahan laut.
c . A n g k u t a n p e n u m p a n g
Selain transportasi laut sebagai moda
penghubung antar pulau di Kabupaten
Raja Ampat, tidak ada lagi angkutan yang
ada di Desa Wisata Yenwaupnor. Semua
kegiatan masyarakat termasuk kegiatan
wisatawan mengelilingi area Desa Wisata
Yenwaupnor dilakukan dengan berjalan
kaki. Hal ini sesuai dengan kondisi
geografis desa yang merupakan sebuah
pulau terpisah dari Pulau Papua.
d . A g e n w i s a t a
Keberadaan agen wisata di Kabupaten
Raja Ampat terpusat hanya di Kota Sorong
dan Kabupaten Waisai. Desa Wisata
Yenwaupnor merupakan salah satu dari
beberapa destinasi yang sering dimasukkan
kedalam paket wisata oleh beberapa agen
wisata. Meskipun kunjungan ke destinasi
Desa Wisata Yenwaupnor masih jauh bila
dibandingkan dengan beberapa destinasi
lain seperti gugusan Pulau Wayag,
Pianemo, Pasir Timbul dan Arborek.
e . K e g i a t a n b u d a y a
Aktivitas kebudayaan yang ada di Desa
Wisata Yenwaupnor yang dipertujukkan
setiap kali wisatawan berkunjung adalah
tarian sambutan seperti Yosim Pancar atau
Suling Tambur. Sementara untuk aktivitas
keseharian masyarakat yang dapat dilihat
dan dilakukan oleh wisatawan antara lain
seni kerajinan tangan, Suling Tambur,
aktivitas mencari ikan sebagai nelayan,
makan pinang, hingga ikut memasak
masakan khas Papua.
K e g i a t a n o l a h r a g a d a n h i b u r a n Hiburan utama yang
ditawarkan Desa Wisata Yenwaupnor
adalah atraksi Burung Cenderawasih yang
dapat diamati secara langsung setiap pagi
mulai dari pukul 05.00-10.00 WIT.
Kegiatan olahraga yang bisa dilaksanakan
wisatawan di desa wisata ini adalah diving
dan snorkling yang dilakukan di sekitar
area Desa Wisata Yenwaupnor.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.231-247
@STPS 2017, All Rights Reserved
243 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
f . C o m m u n i t y
P e r e n c a n a a n
Parameter yang digunakan untuk
menentukan derajat partisipasi masyarakat
dalam tahap perencanaan adalah
keterlibatan dalam identikasi masalah,
perumusan tujuan, dan pengambilan
keputusan terkait pengembangan desa
wisata. Penelitian ini menunjukkan bahwa
sebagian besar masyarakat Desa Wisata
Yenwaupnor mengaku dilibatkan dalam
identikasi masalah dan ikut terlibat dalam
pengambilan keputusan terkait
pengembangan desa wisata. Mereka diajak
berdialog dalam mengidentikasi kebutuhan
masyarakat lokal.
Hal ini terjadi, mengingat (1) gagasan
pengembangan desa wisata dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten Raja Ampat
dengan melibatkan masyarakat sebagai
pemilik sumber daya, sehingga masyarakat
Desa Wisata Yenwaupnor memahami latar
belakang pengembangan desa wisata; (2)
masyarakat lokal bersedia menjalankan apa
yang diprogamkan oleh pemerintah,
misalnya, kesediaan menerima kedatangan
wisatawan dan menyerahkan lahan untuk
dibangun fasilitas wisata; dan (3)
masyarakat lokal berkekuatan
untuk berpartisipasi aktif dalam arti
ikut memberi warna terhadap keputusan
yang akan diambil oleh pemerintah. Pada
tahap ini, partisipasi yang dilakukan oleh
masyarakat tergolong berhasil melibatkan
masyarakat.
a . I m p l e m e n t a s i
Parameter Partisipasi masyarakat
dalam tahap implementasi adalah
keterlibatan di dalam pengelolaan usaha-
usaha pariwisata, misalnya, sebagai
pengelola penginapan, pengelola rumah
makan, pemandu wisata, karyawan hotel,
karyawan hotel, dan pengelola atraksi
wisata. Keterlibatan masyarakat lokal
dalam tahap implementasi dalam arti
pemanfaatan peluang terlihat minim.
Sekalipun wujud partisipasi itu ada,
bentuknya lebih pada pengelolaan
usahausaha berskala kecil. Hal ini terlihat
kontras dengan partisipasi masyarakat luar
yang memonopoli usaha berskala besar.
Misalnya, dari tujuh fasilitas wisata berupa
4 buah sarana akomodasi dan 3 buah
restoran, lima di antaranya dikelola oleh
orang asing, dan hanya dua buah yang
dikelola oleh masyarakat lokal.
Penyebabnya adalah karena peluang usaha
tersebut memerlukan modal besar, risiko
bisnis yang tinggi, persaingan ketat, dan
menuntut kompetensi yang tinggi.
Masyarakat Desa Wisata Yenwaupnor
dengan kompetensi bisnis yang rendah dan
keterbatasan modal menyebabkan mereka
tidak mampu bersaing dengan para pemilik
modal besar yang umumnya berasal dari
luar desa. Ironisnya, para pemilik modal
besar tidak hanya menekuni usaha berskala
besar, juga mengambil alih usaha berskala
kecil yang pada mulanya dikelola
masyarakat lokal. Akibatnya, sebagian
besar hasil usaha-usaha tersebut tidak
terdistribusi di tingkat lokal melainkan
mengalir keluar desa.
b. M o n i t o r i n g d a n
E v a l u a s i
Masyarakat lokal memiliki peran
kontrol yang sangat substansial
dalam pengembangan desa wisata karena kontrol terhadap proses pengambilan keputusan harus diberikan kepada mereka yang nantinya menanggung akibat pelaksanaan pengembangan termasuk kegagalan atau dampak negatif yang terjadi akibat pengembangan desa wisata. Oleh karena itu,
kewenangan pengambilan keputusan
harus diberikan kepada masyarakat lokal.
Parameter partisipasi masyarakat dalam
pengawasan adalah keterlibatan dalam
tim pengawasan berikut kewenangan
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.231-247
@STPS 2017, All Rights Reserved
244 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
yang dimiliki. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Keterlibatan
masyarakat lokal dalam melakukan
pengawasan terhadap pengembangan
desa wisata terlihat minim. Alasannya,
karena perencanaan pengembangan
dilakukan oleh pemeritah secara top-
down, sehingga masyarakat tidak
berkompotensi untuk melakukan
pengawasan.
E n v i r o n m e n t
a. Keanekaragaman hayati
Objek wisata di Papua ini banyak
menawarkan pesona keanekaragaman
hayati, yang melimpah, sekitar 540 jenis
karang dan 1.511 spesies ikan. 75 %
spesies karang yang ditemukan di seluruh
dunia ada di Papua, yang jumlahnya sekitar
10 kali lipat jumlah jenis karang yang
pernah ditemukan di seluruh Karibia.
Selain itu, 27 spesies ikan langka yang
merupakan endemik Papua, serta 5 spesies
penyu laut langka, 13 spesies hewan
mamalia laut, dan 57 species udang mantis.
Jadi bisa dibayangkan keunikan yang
dimiliki oleh Papua. Salah satu kabupaten
yang menjadi andalan dalam sektor
pariwisata di Papua adalah Kabupaten Raja
Ampat.
Burung Cenderawasih adalah unggas
endemik Papua yang dapat di temukan di
Desa Wisata Yenwaupnor. Daya tarik
Burung Cenderawasih yang dapat
disaksikan langsung saat burung ini
melakukan atraksi menari pada jam- jam
tertentu, yaitu pada pagi dan petang hari di
musim kawin di habitat aslinya. Atraksi
menari ini sebenarnya adalah gerakan
serupa tarian yang dilakukan oleh Burung
Cenderawasih jantan untuk memikat betina
pada musim kawin. Atraksi ini bisa dilihat
sepanjang tahun, kecuali bulan Desember
dan Februari saat Burung Cendrawasih
betina bertelur. Burung- burung ini
biasanya melakukan tarian di pagi hari
(05.00-10.00 WIT ), dan pada sore hari
(16.30-18.00 WIT).
Konsep tentang Desa Wisata
Yenwaupnor diarahkan bahwa Kampung
Yenwaupnor diharapkan menjadi area
konservasi Burung Cenderawasih, dimana
para wisatawan bisa menikmati dan atraksi
Burung Cenderawasih yang sedang
bercengkrama. Konsep rancangan
(desain) pengembangan Kampung
Yenwaupnor sebagai kawasan desa wisata
meliputi:
Pembangunan kawasan di Kampung
Yenwaupnor, sebagai kawasan yang
bersahabat bagi Burung
Cenderawasih.
Penataan kawasan Kampung
Yenwaupnor sebagai kawasan wisata
dan konservasi Burung Cenderawasih.
Secara rutin akan diadakan program-
program pendukung yang dapat
menarik wisatawan untuk datang ke
kawasan Desa Wisata Yenwaupnor.
Secara terprogram dan bertahap akan
dikembangkan ke arah penyediaan
sarana pendukung wisata dengan
atraksi Burung Cenderawasih.
Model pengelolaan lingkungan desa
wisata diarahkan pada partisipasi
(pelibatan) aktif seluruh warga masyarakat
Kampung Yenwaupnor dengan
memanfaatkan lahan pemukiman untuk
pengembangan desa wisata semaksimal
mungkin.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.231-247
@STPS 2017, All Rights Reserved
245 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
K E S I M P U L A N D A N S A R A N
K E S I M P U L A N
Berdasarkan uraian, analisis dan
pembahasan hasil penelitian mengenai
strategi pengembangan Desa Wisata
Yenwaupnor Kabupaten Raja Ampat
Provinsi Papua Barat, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Gambaran Destinasi Desa
Wisata Yenwaupnor
Visitors: Kunjungan wisatawan ke
Desa Wisata Yenwaupnor menghasilkan
dampak yang berpengaruh dalam
kehidupan ekonomi, sosial budaya
maupun lingkungan masyarakat maupun
objek wisata. Dampak yang dapat
ditimbulkan oleh wisatawan Desa Wisata
Yenwaupnor adalah perubahan yang
terjadi sebagai akibat dari tindakan
wisatawan, baik disadari tidak disadari
disengaja atau tidak sengaja sehingga
menimbulkan perubahan yang diinginkan
atau tidak diinginkan terhadap ekosistem
Desa Wisata Yenwaupnor.
Industry: Keberadaan homestay
diharapkan oleh masyarakat mampu
memberikan tambahan pendapatan
kepada masyarakat. Sejauh ini pengelolaan
homestay di Desa Wisata Yenwaupnor
sudah baik, namun masih ada beberapa
kekurangan seperti ketersediaan sarana
kebersihan. Pelayanan makanan dan
minuman yang ada di Desa Wisata
Yenwaupnor dikelola seluruhnya oleh
pihak homestay. Selain transportasi laut
sebagai moda penghubung antar pulau di
Kabupaten Raja Ampat, tidak ada lagi
angkutan yang ada di Desa Wisata
Yenwaupnor. Desa Wisata Yenwaupnor
merupakan salah satu dari beberapa
destinasi yang sering dimasukkan kedalam
paket wisata oleh beberapa agen wisata.
Aktivitas kebudayaan yang ada di Desa
Wisata Yenwaupnor dipertunjukkan setiap
kali wisatawan berkunjung. Hiburan utama
yang ditawarkan Desa Wisata Yenwaupnor
adalah atraksi Burung Cenderawasih yang
dapat diamati secara langsung setiap pagi
mulai dari pukul 05.00-10.00 WIT.
Community: Partisipasi yang
dilakukan oleh masyarakat Desa Wisata
Yenwaupnor bersifat aktif dan langsung,
namun secara ekonomis Desa Wisata
Yenwaupnor belum mampu memberikan
manfaat yang merata. Dalam hal
pengawasan dan evaluasi, masyarakat
memilih berpartisipasi pada pengawasan
yang bersifat preventif untuk mencegah
tindakan-tindakan negatif yang dapat
menggangu keamanan desa.
Environtment: Konsep tentang Desa
Wisata Yenwaupnor diarahkan bahwa
Kampung Yenwaupnor diharapkan
menjadi area konservasi Burung
Cenderawasih yang merupakan endemik
Papua. Namun pengembangan
desa wisata dengan menggunakan
tekhnologi ramah lingkungan masih
terbatas karena minimnya aliran listrik dan
jaringan komunikasi yang ada di Desa
Wisata Yenwaupnor menjadikan
tekhnologi yang digunakan pun masih
bersifat seadanya.
Berdasarkan hasil analisis VICE di
atas, maka strategi yang dapat dilakukan
untuk mengembangkan pariwisata di
kawasan Desa Wisata Yenwaupnor, poin
terpenting adalah sebagai berikut:
Mengembangkan, menata dan
memelihara potensi objek dan daya
tarik wisata yang dimiliki oleh Desa
Wisata Yenwaupnor, seperti atraksi
wisata alam dan budaya, serta
keunikan tapak pengembangan desa
wisata.
Melakukan perbaikan aksesbilitas
dalam rangka memberikan
kemudahan bagi wisatawan untuk
menuju lokasi desa wisata.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.231-247
@STPS 2017, All Rights Reserved
246 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Menyediakan, mengembangkan dan
memelihara berbagai sarana dan
prasarana penunjang kegiatan wisata di
Desa Wisata Yenwaupnor.
Mengembangkan koordinasi dengan
stakeholder dan menjalin ikatan
kerjasama dengan investor dalam
rangka mengembangkan desa wisata di
Kampung Yenwaupnor.
Meningkatkan promosi objek dan
daya tarik, dengan tujuan membentuk
dan meningkatkan citra dari Desa
Wisata Yenwaupnor sebagai salah satu
daerah tujuan wisata yang potensial di
Kabupaten Raja Ampat, sehingga
berdampak pada peningkatan jumlah
wisatawan.
Memberikan pembinaan kelompok
sadar wisata, memberikan penyuluhan
kepada para pelaku pariwisata, serta
melibatkan masyarakat dalam setiap
tahap pengembangan desa wisata.
S A R A N
Berdasarkan kesimpulan di
atas maka peneliti memberikan
saran: Dampak yang dapat ditimbulkan
oleh wisatawan Desa Wisata Yenwaupnor
baik disadari maupun tidak akan
berpengaruh terhadap ekosistem Desa
Wisata Yenwaupnor. Oleh karena itu,
pengembangan Desa Wisata Yenwaupnor
sebaiknya melibatkan masyarakat yang
lebih mengetahui kondisi lokal dan
lingkungan hidup mereka. Pengembangan
Desa Wisata juga harus memberikan
keuntungan bagi seluruh elemen
pembentuknya, seperti wisatawan yang
mendapatkan apa yang ia inginkan, industri
pariwisata mendapatkan keuntungan secara
finansial sehingga perekonomian
masyarakat meningkat, serta peningkatan
kelestarian alam terutama habitat alami
dari Burung Cenderawasih di desa wisata
ini.
D A F T A R P U S T A K A
Panga, Nurhaya J. (2015). Kunjungan
Wisman ke Raja Ampat Meningkat
Pesat. Available at:
http://www.antarasulsel.com/berit
a/64176/kunjungan-wisman-ke-
raja-ampat-meningkat-pesat.
Accessed: 15 Mei 2017)
Bassey Benjamin Esu,
Ezekial Ebitu.(2010).Promoting
an Emerging
Tourism Destination. Global
Journal of Management and
Business
Research, 10(1).Available at:
http://globaljournals.org/GJMBR_
Volume10/GJMBR_Vol10_Issue1
_Version1_GJ9.pdf Accessed: 5
juni 2017
Buku Panduan Pengembangan desa
Wisata Hijau. (2012). Kementrian
Koperasi dan UKM Republik
Indonesia
Nuryanti, (1993). Concept, Perspective and
Challenges. Makalah bagian dari
Laporan konferensi Internasional
Mengenai Pariwisata Budaya.
Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Kusumaningrum, Ambarwati. (2009).
Pengembangan Obyek Wisata
Pantai Wediombo Sebagai Daya
Tarik Wisata di Kabupaten
Gunungkidul.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Failte. (2017). Driving Tourism, Sustaining
Communities, Our Priorities to
2017. Ireland: National Tourism
Development Authority.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.231-247
@STPS 2017, All Rights Reserved
247 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Pitana, I Gde dan I Ketut Surya Diarta.
2009. Pengantar Ilmu Pariwisata.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Putri, Hemas Prabawati Jakti. (2013).
Faktor – Faktor Keberhasilan
Pengembangan Desa Wisata di
Dataran Tinggi Dieng. Jurnal
Tekhnik PWK, 2(3), 559-568
Rocharungsat, Pimrawee.(2008).
Community-Based Tourism in
Asia, in : Moscardo, Gianna. (eds)
Community Capacity for tourism
development.
USA:CABI
Permanasari, Ika Kusuma. (2011).
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Desa
Wisata Dalam Usaha Peningkatan
Kesejahteraan (Desa Candirejo,
Magelang, Jawa Tengah).
Jakarta: FE UI
Daud, J.R. Pahlano. (2012). Pariwisata dan
Lingkungan. Available at:
http://zonageologi.blogspot.co.i
d/2012/04/pariwisata-dan-
lingkungan.html (Accessed: 15
Mei 2017)
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kualitatif,
Kuantatif dan R and D. Bandung:
Alfabeta.
Slamet, Y. (2006). Metode Penelitian
Sosial. Jakarta: LPP UNS dan UNS
Press, persada.
Heribertus, S. (2002). Metodologi
penelitian kualitatif. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret Press.
Moleong, L.J. (2004). Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p.248-261
@STPS 2017, All Rights Reserved
248 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
TREN ADULT COLORING BOOKS DI DESTINASI PARIWISATA
STUDI KASUS: DENPASAR, BALI
Ni Luh Putu Trisdyani¹
Universitas Hindu Indonesia Denpasar (UNHI), Bali
Email: [email protected]
Penelitian ini dibiayai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat
Direktorat Jendral Penguat Riset dan Pengembangan Kementrian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
ABSTRAK
Buku mewarnai telah lama dikenal sebagai salah satu media pembelajaran
yang efektif bagi anak-anak, hal ini disebabkan karena buku mewarnai
lebih interaktif dan memiliki tampilan (visualisasi) yang menarik. Fakta
yang menarik adalah, dewasa ini tren perkembangan buku mewarnai
(coloring book) juga semakin meningkat pesat pada kalangan masyarakat
atau komunitas yang tergolong dewasa (adult) dan telah terbukti membawa
manfaat ekonomis yang cukup tinggi. Namun, terbatasnya kajian
mengenai fenomena tersebut, menyebabkan pertanyaan mendasar tentang
mengapa buku mewarnai semakin digemari mayarakat pada kalangan
orang dewasa? dan apa yang mendorong mereka untuk menggemari
kegiatan tersebut?, belum bisa dijelaskan secara ilmiah. Berdasarkan
realita tersebut, maka penelitian ini perlu dilakukan dengan tujuan untuk
mengidentifikasi munculnya tren buku mewarnai untuk orang dewasa dan
identifikasi visual buku mewarnai dari perspektif kajian seni sehingga
selanjutnya dapat terus dikembangkan kepada model visual yang relevan
pada buku mewarnai untuk orang dewasa.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif kualitatif dan interpretatif dengan pengumpulan data melalui
teknik sampling, dimana dalam penelitian ini adalah purposive sampling
pada 100 sampel melalui survey dan focus group discussion melalui
orang-orang yang dianggap sebagai kunci (key person) serta paham tentang
perkembangan buku mewarnai untuk orang dewasa di masyarakat.
Adapun instrumen penelitian digunakan dalam penelitian ini adalah
pedoman wawancara, panduan observasi, kuesioner, kamera, dan alat-alat
untuk mencatat. Sedangkan data sekunder diperoleh dari penerbit buku,
makalah atau pun penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Data yang terkumpul selanjutnya dinalisis dan disajikan dalam bentuk
deskriptif berdasarkan interpretasi peneliti.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p.248-261
@STPS 2017, All Rights Reserved
249 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Kata Kunci : buku mewarnai, orang dewasa, seni rupa, desain komunikasi visual
Riwayat Artikel :
Diajukan: 05 Agustus 2017
Direvisi: 18 Agustus 2017
Diterima: 29 September 2017
P E N D A H U L U A N
Buku mewarnai telah lama dikenal
sebagai salah satu media pembelajaran yang
efektif bagi anak-anak, hal ini disebabkan
karena buku mewarnai lebih interaktif dan
memiliki tampilan (visualisasi) yang menarik.
Fakta yang menarik adalah, dewasa ini tren
perkembangan buku mewarnai (coloring
book) juga semakin meningkat pesat pada
kalangan masyarakat atau komunitas yang
tergolong dewasa (adult) dan telah terbukti
membawa manfaat ekonomis yang cukup
tinggi. Namun, terbatasnya kajian mengenai
fenomena tersebut, menyebabkan pertanyaan
mendasar tentang mengapa buku mewarnai
digemari mayarakat pada kalangan orang
dewasa? dan apa yang mendorong mereka
untuk menggemari kegiatan tersebut?, belum
bisa dijelaskan secara ilmiah. Berdasarkan
realita tersebut, maka penelitian ini perlu
dilakukan dengan tujuan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang melatar
belakangi munculnya tren buku mewarnai
untuk orang dewasa dan identifikasi visual
buku mewarnai dari perspektif kajian seni
sehingga selanjutnya dapat terus
dikembangkan kepada model visual yang
relevan pada buku mewarnai untuk orang
dewasa.
Kata Kunci : tren, buku mewarnai untuk
orang dewasa (adult coloring books), desain
komunikasi visual.
M A T E R I D A N M E T O D E
Materi dalam penelitian ini adalah buku-
buku mewarnai untuk orang dewasa (adult
coloring books) yang beredar di pasar
perbukuan Denpasar. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode deskriptif kualitatif dan interpretatif
dengan pengumpulan data melalui teknik
sampling, dimana dalam penelitian ini adalah
purposive sampling pada 100 sampel melalui
survey dan focus group discussion melalui
orang-orang yang dianggap sebagai kunci
(key person) serta paham tentang
perkembangan buku mewarnai untuk orang
dewasa di masyarakat. Adapun instrumen
penelitian digunakan dalam penelitian ini
adalah pedoman wawancara, panduan
observasi, kuesioner, kamera, dan alat-alat
untuk mencatat. Sedangkan data sekunder
diperoleh dari penerbit buku, makalah atau
pun penelitian-penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Data yang terkumpul
selanjutnya dinalisis dan disajikan dalam
bentuk deskriptif berdasarkan interpretasi
peneliti.
H A S I L D A N P E M B A H A S A N
3.1 Faktor-faktor yang melatar belakangi
munculnya trend mewarnai pada orang
dewasa saat ini.
Ada berbagai macam faktor atau alasan
mengapa orang dewasa melakukan kegiatan
mewarnai gambar. Berdasarkan observasi,
studi literatur, dan survey melalui kuisioner,
faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan
menjadi 2 faktor, yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal meliputi seluruh
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p.248-261
@STPS 2017, All Rights Reserved
250 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
dorongan yang muncul dari dalam diri,
sedangkan faktor eksternal meliputi semua
dorongan yang bersasal dari luar diri yang
memotivasi munculnya tren mewarnai
dikalangan orang dewasa saat ini.
3.1.1 Faktor Internal
a. Alasan Psikologis (menenangkan/
menyenangkan/ releave stress/ melatih fokus/
melatih kesabaran)
Dosen Desain Komunikasi Visual IKJ
(Kompas TV Live, 10 April 2016)
berpendapat bahwa aktivitas mewarnai
gambar yang dilakukan oleh orang dewasa
dapat memberikan efek teraupetik/ relaksasi
yang baik pada otak. Hal serupa juga
dinyatakan oleh Narulita, bahwa memilih
lalu memutuskan warna apa yang akan
digunakan pada detail ilustrasi yang begitu
rumit menjadi semacam meditasi bagi
dirinya, sehingga semakin lama aktivitas
mewarnai menimbulkan efek yang
menenangkan (Focus Group Discussion, 22
Juli 2017). Salah seorang responden
menyebut bahwa aktivitas mewarnai
memberi efek menyenangkan karena tidak
ada rule apapun didalamnya. Setiap orang
bebas memilih dan mewarnai objek yang dia
suka, tanpa harus terikat oleh apapun.
“Warna rambut tidak harus selalu hitam dan
warna daun tidak harus selalu hijau, dan hal
tersebut sangatlah menyenangkan”.
Gambar 01
Postingan responden yang mewakili alasan “menyenangkan”
Sumber: dok. Tabrak Warna Bali
Alasan psikologis yang lainnya adalah
melatih kesabaran dan melatih fokus.
Dengan detail ilustrasi yang sangat rumit,
dapat membuka lobus frontal otak (bagian
otak yg berfungsi mengorganisir &
memecahkan masalah serta membuat pikiran
jd fokus) (NET NEWS, 10 Agustus 2015).
Salah seorang informan (I Ketut Adi)
menyatakan bahwa dirinya tertarik melakukan
aktivitas mewarnai sebagai releave stress dari
pekerjaannya sehari-hari sebagai seorang
Pegawai Negri Sipil (PNS). Awalnya karena
melihat temannya (seorang guru seni) yang
telah lebih dahulu melakukan aktivitas
tersebut, pada akhirnya beliau mencoba
kegiatan tersebut karena latar belakang
keluarga juga sangat dekat dengan kegiatan
kesenirupaan.
b. Kebutuhan Bersosialisasi/ Mendekatkan
Hubungan Keluarga
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p.248-261
@STPS 2017, All Rights Reserved
251 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Sarjani berpendapat bahwa orang dewasa
dengan tipikal pendiam cenderung akan lebih
sulit melakukan sosialisasi melalui komunikasi
dengan orang lain. Melalui aktivitas mewarnai
yang dilakukan berkelompok/ komunitas,
akan memancing komunikasi-komunikasi dari
setiap anggotanya, sehingga terjadi sebuah
proses sosialisasi (Focus Group Discussion,
22 Juli 2017). Pendapat lain dari seorang
psikolog (NET TV, 3 Februari 2016)
menyatakan bahwa salah satu faktor dan
alasan orang dewasa melakukan aktivitas
mewarnai adalah karena aktivitas tersebut
faktanya dapat mempererat hubungan
keluarga. Anggota keluarga yang secara
bersama-sama melakukan kegiatan
mewarnai, dengan berbagai macam alasan
pasti akan saling berkomunikasi. Komunikasi
yang terus dilakukan akan secara alamiah
lebih mendekatkan setiap angota keluarga
secara psilokogis.
Gambar 02
Postingan responden yang mewakili alasan “mendekatkan hubungan keluarga”
Sumber: dok. Tabrak Warna Bali
Melalui postingan diatas responden
menulis “…it’s been a while doing hybernate…
(coloring collaboration w/ hubby)” yang berarti
“…sesaat melakukan hibernasi (diam/ stanby)…
(kolaborasi mewarnai dengan suami)”. Dapat
dilihat bahwa aktivitas mewarnai yang dilakukan
responden dengan pasangannya (suami) secara
tidak langsung akan terjadi komunikasi-
komunikasi selama mereka melakukan aktivitas
mewarnai, dan dapat mempererat hubungan
mereka. Hal serupa juga dirasakn oleh salah satu
informan (Ni Luh Supadmi), karena aktivitas
tersebut dapat mendekatkan hubungan dirinya
yang telah memiliki 3 orang cucu. Di sela-sela
pekerjaannya sebagai seorang guru, beliau
melakukan aktivitas mewarnai bersama dengan
cucu-cucunya. Aktivitas tersebut, sedikit tidaknya
dapat memancing percakapan-percakapan antara
dirinya dengan cucu-cucunya, sehingga secara
tidak langsung dapat semakin mempererat
hubungan antara nenek dan cucu.
d. Aktualisasi Diri/ Meningkatkan
Kepercayaan Diri
Tidak ada aturan apapun yang
diberlakukan dalam aktivitas mewarnai pada
orang dewasa, sehingga yang diperlukan
hanyalah kepercayaan diri dari orang yang
melakukannya. Dengan rutin melakukan
aktivitas mewarnai gambar, lambat laun
kepercayaan diri pada seorang dewasa akan
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p.248-261
@STPS 2017, All Rights Reserved
252 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
semakin terlatih dari proses pemilihan warna
yang dilakukan selama mewarnai. Phrana,
desainer komunikasi visual berpendapat
bahwa mewarnai sangat baik sekali dilakukan
bagi orang yang sulit mengekspresikan
perasaan, karena warna-warna yang
dituangkan dalam ilustrasi dapat
merefleksikan keadaan jiwa/ mood seseorang
pada saat itu (Focus Group Discussion, 22
Juli 2017).
Gambar 03
Postingan responden yang mewakili alasan “mengasah kreativitas/ aktualisasi diri”
Sumber: dok. Tabrak Warna Bali
Dari postingan di atas dapat dilihat bahwa
quote “you are amazing! Remember that” yang
ditulis responden secara tidak langsung ditujukan
untuk dirinya sendiri dan orang lain. Responden
bermaksud memberi semangat bahwa setiap orang
harus mengingat bahwa mereka adalah individu
yang menarik dan special, sehingga sudah
selayaknya bisa menjadi individu yang lebih
percaya diri.
e. Mengisi waktu luang dengan cara yang
mudah dan murah
Rahma (admin Tabrak Warna Bali)
berpendapat bahwa mewarnai menjadi
aktivitas yang mudah dan murah untuk
dirinya. Dengan kesibukan pekerjaan sehari-
hari, dirinya tidak memiliki banyak waktu
untuk melakukan aktivitas lainnya seperti
bersepeda atau traveling yang memerlukan
fasilitas yang tidak murah dan memerlukan
waktu khusus juga untuk dilakukan.
Mewarnai adalah salah satu alternatif aktivitas
untuk mengisi waktu luangnya yang mudah
dan murah menurutnya.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p.248-261
@STPS 2017, All Rights Reserved
253 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Gambar 04
Postingan responden yang mewakili alasan “mengisi waktu luang”
Sumber: dok. Tabrak Warna Bali
Postingan “Just enjoy your Saturday with
positive mind and positive thinking”
menggambarkan bahwa aktivitas mewarnai adalah
salah satu aktivitas yang dipilih responden untuk
menikmati akhir pekan.
f. Hobi Dari postingan “Yuhuuuu Finaly!!! My first
experience. And now this is my new hobby”,
menggambarkan bahwa aktivitas mewarnai
menjadi hobi baru yang dilakukan oleh
responden.
Gambar 05
Postingan responden yang mewakili alasan “hobi”
Sumber: dok. Tabrak Warna Bali
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p.248-261
@STPS 2017, All Rights Reserved
254 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
g. Mengenang Masa Kecil Dari postingan “Hoby lama bersemi
kembali” dapat dilihat bahwa ada semacam flash
back yang dirasakan responden dengan aktivitas
ini. Kenangan/ hobi masa kecil yang telah lama
dilupakan, kini kembali lagi ingin dirasakan
melalui aktivitas mewarna.
Gambar 06
Postingan responden yang mewakili alasan “mengenang masa kecil”
Sumber: dok. Tabrak Warna Bali
h. Istirahat dari Gadget
Salah seorang psikolog menyebut bahwa
alasan yang dirasakan oleh masyarakat dari
aktivitas mewarnai, karena dapat memberi
kesempatan untuk sejenak lepas dari
penggunaan gadget terus menerus yang
pastinya akan menimbulkan kejenuhan dan
berbagai dampak negatif (NET TV, 3
Februari 2016). Demikian pula halnya seperti
yang dirasakan oleh seorang informan (I
Made Hendra Guna) yang sehari-hari bekerja
sebagai pegawai swasta. Faktor utama yang
menyebabkan dirinya sangat menggemari
kegiatan mewarnai, karena dapat mengalihkan
ketergantungannya dari gadget. Awalnya dia
mencoba aktivitas lain seperti memancing dan
aero plane agar dapat mengurangi
ketergantungannya terhadap gadget. Namun,
cost yang diperlukan untuk kedua aktivitas
tersebut sangatlah tinggi, dan perlu waktu
khusus agar dapat melakukannya. Akhirnya,
berdasarkan informasi dari media sosial
dirinya mulai mengenal adult coloring book,
dan saat ini mulai menggemarinya.
Setidaknya 2 kali dalam seminggu dia
melakukan aktivitas mewarnai, dan perlahan
ketergantungan terhadap gadget dapat
dikurangi, karena jika sedang mood, dirinya
dapat menghabiskan waktu berjam-jam
dalam aktivitas tersebut.
3.1.2 Faktor Eksternal
a. Maraknya Media Sosial
Maraknya media sosial saat ini nyatanya
turut mendukung setiap fenomena menjadi
tren yang akhirnya berkembang luas.
Informasi-informasi yang ada di satu tempat
pada suatu waktu, menjadi omni present
sehingga dengan seketika dan begitu cepat
bisa menyebar keseluruh seantero jagad
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p.248-261
@STPS 2017, All Rights Reserved
255 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
dunia ini. Keberadaan media sosial menjadi
semacam ajang show off setiap aktivitas yang
dilakukan oleh individu.
Ari, merupakan salah satu responden
yang menganggap media sosial akhir-akhir ini
sangat marak sekali menampilkan postingan-
postingan mengenai buku mewarnai untuk
orang dewasa, sehingga dirinya menjadi
tertarik untuk mencoba aktivitas tersebut
(wawancara, 9 April 2017). Sebagai seorang
desainer pakaian khususnya kebaya,
mewarnai merupakan aktivitas yang biasa
dilakukan. Namun, akhir-akhir ini dia melihat
bahwa begitu banyak postingan tentang adult
coloring books dan postingan karya-karya
mewarnai yang beredar di instagram dan
media sosial lainnya. Berdasarkan hal
tersebut, dia tertarik untuk mencoba aktivitas
mewarnai dan mulai menggemarinya.
b. Evolusi taste membaca
Ada yang beranggapan bahwa tren
mewarnai pada orang dewasa yang sedang
terjadi saat ini merupakan evolusi manusia
dalam taste membaca. Maksudnya adalah,
manusia saat ini sedang mengalami masa
kebosanan dalam membaca buku teks,
sehingga begitu ada sesuatu baru yang
ditawarkan dan itu adalah gambar-gambar
indah yang menarik visual, maka dengan
cepat akan mudah diterima oleh khalayak
umum. Sumardiana, seorang illustrator
berpendapat bahwa dia melihat semacam
fenomena dimana masyarakat sudah mulai
mengalami kejenuhan terhadap text book.
Hal tersebut juga dibuktikan dengan semakin
banyaknya penerbitan buku-buku yang
menggunakan metode kreatif dengan
mempertimbangkan aspek visual lebih serius
dalam berbagai genre buku, sehingga tiap
buku saat ini berlomba-lomba untu menarik
konsumen dengan visualisasi yang bagus
mulai dari format dan kontennya.
3.2 Respon Masyarakat Denpasar
terhadap Tren Buku Mewarnai pada Orang
dewasa (adult coloring books).
Menurut Soemanto (1998) respon
yang muncul kedalam kesadaran, dapat
memperoleh dukungan atau rintangan dari
respon lain. Dukungan terhadap respon
dapat menimbulkan rasa senang. Sebaliknya
respon yang mendapat rintangan akan
menimbulkan rasa tidak senang.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat
diketahui bahwa indikator dari respon adalah
senang atau positif dan tidak senang atau
negatif. Respon masyarakat Denpasar
terhadap tren adult coloring books dapat
dilihat dari 3 aspek, yaitu:
3.2.1. Persepsi Masyarakat terhadap Adult
Coloring Books
Persepsi adalah suatu proses kognitif
yang dialami seseorang didalam memahami
informasi baik lewat penglihatan,
pendengaran, penghayatan, perasaan dan
penerimaan. Dalam mengetahui dan
mengukur respon masyarakat Denpasar
terhadap tren mewarnai pada orang dewasa,
diperlukan adanya pengetahuan dari
masyarakat agar respon bisa muncul
kemudian. Tehnik sampling yang digunakan
dalam penelitian ini adalah purposive
sampling pada orang-orang yang pernah
melakukan aktivitas mewarnai pada adult
coloring books. Hasil persepsi masyarakat
Denpasar terhadap tren mewarnai pada
orang dewasa dapat dilihat dari beberapa hal,
antara lain:
3.2.1.1. Lamanya masyarakat Denpasar
mengenal adult coloring books.
Indikator persepsi dapat dilihat salah
satunya dari lamanya masyarakat telah mengenal
adult coloring books yang menjadi tren saat ini.
Berdasarkan survey yang dilakukan, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p.248-261
@STPS 2017, All Rights Reserved
256 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Tabel 1
Hasil kuisioner mengenai lamanya responden
mengenal adult coloring book
Lamanya
mengenal Adult
Coloring Books
Jumlah
Responden
(dalam
angka)
Jumlah
Responden
(%)
12 bulan 23 27,7%
5 bulan 12 14,5%
6 bulan 11 13,3%
1 bulan 8 9,6%
4 bulan 7 8,4%
2 bulan 6 7,2%
7 bulan 6 7,2%
24 bulan 5 6%
3 bulan 2 2,4%
36 bulan 2 2,4%
8 bulan 1 1,2%
Tabel menunjukkan bahwa prosentase
terbesar mengenai lamanya masyarakat telah
mengenal adult coloring books adalah kurun
waktu 1 tahun sebesar 27,7% dan kurun waktu 5
bulan sebesar 14,5%. Sarjani menyebut bahwa
tren mewarnai mulai masuk ke Indonesia sekitar
tahun 2015, dan buku-buku mewarnai untuk
orang dewasa mulai banyak terlihat dipasaran
sekitar awal tahun 2016, sehingga cukup relevan
dengan hasil survey yang telah dilakukan (Focus
Group Discussion, 22 Juli 2017).
3.2.1.2. Sumber awal masyarakat Denpasar
mengenal adult coloring books.
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa
masyarakat Denpasar mengenal tren buku
mewarnai untuk orang dewasa melalui media
sosial (54%), toko buku (53%), teman (19%),
sumber lainnya seperti berita TV atau Koran
sebanyak (8%). Hasil tersebut menunjukkan
bahwa media sosial memiliki kontribusi
terbesar dalam rangka memberi
penegetahuan tentang tren buku mewarnai
untuk orang dewasa yang sedang terjadi saat
ini.
Fakta tersebut sesuai dengan fakta
yang ditemukan oleh peneliti dilapangan,
bahwa ada lebih dari 250 nama untuk
hastag (#) coloring yang ada di media sosial
seperti facebook, twitter, instagram, ello,
tumblr, pinterest, dan lainnya. Sedangkan
ada sekitar 6.072.000 postingan terkait adult
coloring books yang ada di media sosial
(www.top-hashtags.com, 25 juli 2017). Selain
itu, aplikasi-aplikasi online terkait coloring
books juga turut berkontribusi terhadap
informasi tentang adult coloring books yang
demikian cepat di masyarakat. Berdasarkan
observasi, meneliti menemukan lebih dari 20
aplikasi terkait adult coloring books seperti
colrify, color diary, mandala, dan lain-lain.
Selanjutnya, masyarakat juga pertama
kali mengenal adult coloring books dari
display-display yang ada pada toko buku.
Berdasarkan observasi di lapangan, toko
buku - toko buku besar yang ada di
Denpasar seperti Gramedia umumnya
berada pada areal pusat-pusat perbelanjaan
yang ramai dikunjungi masyarakat. Alasannya
karena pada umumnya masyarakat
menggemari tipe pusat perbelanjaan dengan
tipe one stop shoping, karena lebih praktis
dan efisien. Dengan tipe one stop shoping,
baik disengaja maupun tidak disengaja
masyarakat yang lewat maupun yang dengan
sengaja mengunjungi toko buku, akan
langsung terfokus pada display buku-buku
mewarnai untuk orang dewasa yang didisplay
khusus dan umumnya ditempatkan di dekat
pintu masuk toko sebagai centre of interest.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p.248-261
@STPS 2017, All Rights Reserved
257 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Gambar 07
Diagram hasil kuisioner mengenai sumber awal responden mengenal adult coloring book
Sumber: Data olahan penelitian
5.2.1.3. Pengetahuan masyarakat Denpasar
mengenai nama penulis (author) adult coloring
books.
Indikator lain yang dapat dilihat untuk
mengetahui persepsi masyarakat Denpasar
terhadap tren adult coloring books adalah
tentang pengetahuan masyarakat mengenai penulis
(author) adult coloring books. Hasil dari kuisioner
dapat dirangkum dalam tabel berikut:
Tabel 2
Tabel hasil kuisioner mengenai pengetahuan
responden tentang
author adult coloring books
Nama Penulis
(author)
Jumlah
Responden
(dalam
angka)
Jumlah
Responden
(%)
Johanna Basford 40 43%
I.B.G Wiraga 19 20,4%
Tria N & Khaleeza 13 13,
9%
Yulianto Qin 8 8,6%
Megamuden 2 2,1%
Nicholas
Chandrawinata
1 1%
Maria Trolle 1 1%
Jhon Paul Patton 1 1%
Kerby Rosanes 1 1%
Mel Elliot 1 1%
Joy Ting 1 1%
Rony Setiawan 1 1%
Anisa Meilasyari 1 1%
Ranggi ariliah 1 1%
Emma Farrarons 1 1%
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa
Johanna Basford dengan jumlah responden 40
orang menjadi penulis (author) dengan jumlah
yang paling dikenal dan diminati oleh masyarakat
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p.248-261
@STPS 2017, All Rights Reserved
258 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Denpasar. Faktanya, Johanna Basford adalah
seorang illustrator yang berasal dari skotlandia
yang pertama kali mempopulerkan adult coloring
books dengan karya pertamanya yang fenomenal
berjudul “secret garden” yang terbit tahun 2013
dan terjual sebanyak 6 juta copy dalam 1 tahun.
Selanjutnya, Johanna basford juga menulis buku
mewarnai untuk orang dewasa lainnya dengan
judul “Enchanted Forest”, “Lost Ocean”, “Magical
Jungle, “ dan Johanna’s Cristmast”. Berdasarkan
hasil observasi dilapangan sekitar bulan Februari
2016, peneliti juga mendapatkan fakta bahwa stok
buku terbanyak dan terlaris di toko-toko buku di
Denpasar adalah “Secret Garden” karya Johanna
Basford.
Penulis berikutnya yang dikenal dan
menjadi favorit pada masyarakat Denpasar adalah
I.B.G Wiraga, dengan responden 19 orang.
Ketika tren adult coloring books muncul
sekitar pertengahan tahun 2015, selain buku-
buku mewarnai karya penulis luar negeri, ada
juga buku karya penulis lokal Bali yaitu I.B.G
Wiraga yang meluncurkan adult coloring
books bertema lokal Bali dengan judul
“Coloring Books for Adults: BALI” terbitan
Kompas Gramedia Jakarta pada bulan
Agustus 2015. Selanjutnya I.B.G Wiraga juga
menerbitkan buku sejenis dengan judul
“Coloring postcard: BALI”, “Coloring Books
for Adults: BALI (travel edition)”, dan “Bali
Coloring Book: NIRVANA”. Phrana
menyebut, ilustrasi-ilustrasi dengan tema lokal
genius Bali yang ditampilkan pada buku karya
I.B.G Wiraga menjadi keunikan tersendiri
dibanding buku-buku yang sudah ada di
pasaran sehingga sangat dekat dengan
psikologis masyarakat Bali pada umumnya
(Focus Group Discussion, 22 Juli 2017)
3.2.1.4. Pengetahuan masyarakat mengenai
perbedaan pada buku mewarnai untuk anak-
anak dan adult coloring books.
Hal lain yang dapat dijadikan sebagai
indikator persepsi masyarakat terhadap tren
adult coloring books yaitu pengetahuan
tentang perbedaan mendasar buku mewarnai
untuk anak-anak dengan adult coloring books.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan
kepada 100 sample dapat dirumuskan pada
tabel sebagai berikut:
Tabel 3
Pengetahuan masyarakat mengenai
perbedaan pada
buku mewarnai untuk anak-anak dan
adult coloring books
Perbedaan
buku
mewarnai
anak-anak dan
dewasa
Jumlah
Responden
(dalam
angka)
Jumlah
Responden
(%)
Ilustrasi 81 81%
Tema 19 19%
Berdasarkan data diatas dapat
disimpulkan bahwa persepsi masyarakat
terhadap buku mewarnai untuk orang
dewasa cukup baik, karena masyarakat
memahami perbedaan buku mewarnai untuk
anak-anak dan adult coloring books. Phrana
(desainer) menyatakan bahwa ciri khas dari
adult coloring books yang paling jelas dapat
dilihat dari detail ilustrasinya yang umumnya
cukup rumit jika dibandingkn dengan buku
mewarnai untuk dewasa. Konon, detail yang
rumit tersebut bertujuan dalam rangka
memberi berbagai manfaat psikologis pada
orang dewasa (Focus Group Discussion, 22
Juli 2017).
3.2.2 Sikap Masyarakat terhadap Tren
Mewarnai pada Orang Dewasa
Sikap merupakan kecenderungan
atau kesediaan seseorang untuk bertingkah
laku tertentu jika menghadapi rangsangan
tertentu. Sikap masyarakat terhadap tren
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p.248-261
@STPS 2017, All Rights Reserved
259 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
mewarnai pada orang dewasa adalah suatu
keadaan yang memungkinkan timbulnya
reaksi dan tingkah laku masyarakat terhadap
tren mewarnai pada orang dewasa. Indikator
sikap masyarakat Denpasar terhadap tren
adult coloring books dapat dilihat diantaranya
dari alasan melakukan kegiatan mewarnai dan
dampak yang dirasakan setelah melakukan
kegiatan mewarnai. Rangkuman hasil survey
dapat dijabarkan sebagai berikut:
3.2.2.1. Alasan masyarakat Denpasar
melakukan kegiatan mewarnai pada adult
coloring books.
Berdasarkan hasil survey terhadap 100
sampel yang dilakukan di Denpasar,
ditemukan beragam alasan mengenai latar
belakang masyarakat Denpasar melakukan
aktivitas mewarnai pada adult coloring books
antara lain:
Memberikan efek terapeutik/
menyenangkan/ rileks/ mengembalikan
mood
Melatih kesabaran
Melatih pikiran menjadi lebih fokus
Aktualisasi diri/ mengasah kreativitas/
meningkatkan kepercayaan diri
Karena hobi
Ingin istirahat sejenak dari gadget
Ingin mengenang masa kecil
Untuk sosialisasi/ mempererat hubungan
keluarga
Mengisi waktu luang
3.2.2.2. Pertimbangan masyarakat Denpasar
memilih adult coloring books.
Tabel 4
Hasil Kuisioner mengenai pertimbangan
responden dalam
memilih Adult Coloring Books
Pertimbangan Jumlah
Responden
Jumlah
Responden
(dalam
angka)
(%)
Tema 64 64%
Ilustrasi 23 23%
Harga 13 13%
Dari data diatas dapat diketahui bahwa
pertimbangan masyarakat Denpasar dalam
memilih buku mewarnai untuk orang
dewasa adalah berdasarkan tema nya.
Pengamatan juga dilakukan secara
langsung pada toko-toko buku di Denpasar
terhadap stok dan tema-tema yang diminati
oleh masyarakat. Beberapa tema seperti
flora, doodle, dan lokal Bali merupakan
tema yang diminati masyarakat Denpasar.
3.2.2.3. Tanggapan masyarakat Denpasar
mengenai tren adult coloring books.
Hampir 99% responden memberikan
tanggapan positip terhadap tren buku
mewarnai untuk orang dewasa saat ini.
Alasan yang dikemukakan beragam, antara
lain karena bisa menjadi alternatif media
terapeutik, hiburan, banyak manfaat terkait
psikologis, releave stress, membuat suasana
hati menjadi lebih baik, dan lainnya.
3.2.3 Partisipasi Masyarakat terhadap Tren
Adult Coloring Books
Partisipasi masyarakat Denpasar
terhadap tren adult coloring books adalah
suatu proses sikap mental dimana
masyarakat ikut aktif menyumbang kreatifitas
dan inisiatifnya dalam aktivitas mewarnai
adult coloring books. Partisipasi masyarakat
Denpasar dapat dilihat dari dari intensitas
aktivitas-aktivitas baik secara offline maupun
aktivitas yang diposting melalui media sosial
secara online yang telah dirangkum dalam
tabel sebagai berikut:
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p.248-261
@STPS 2017, All Rights Reserved
260 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Gambar 08
Diagram intensitas masyarakat Denpasar dalam melakukan aktivitas mewarnai
pada adult coloring books
Sumber: Data olahan penelitian
Dari diagram diatas, dapat diketahui
bahwa intensitas masyarakat Denpasar dalam
melakukan aktivitas mewarnai yang
mendapatkan prosentase terbesar yaitu 1-4
kali dalam sebulan, dengan prosentase 60,8%.
Rahma, admin komunitas Tabrak Warna Bali
menyatakan bahwa weekend adalah hari yang
dipilihnya untuk melakukan aktivitas
mewarnai. Karena sehari-hari sudah sangat
disibukan dengan pekerjaan, maka kegiatan
mewarnai dilakukan sebagai stress releave
akibat rutinitas sehari-hari. Dan 1-4 kali dalam
sebulan merupakan intensitas yang cukup
untuk tujuan refreshing di akhir pekan
(wawancara, 25 Mei 2017).
Berdasarkan penjabaran ke 3 aspek
diatas, dapat disimpulkan bahwa respon
masyarakat Denpasar terhadap tren adult
coloring books terbilang cukup baik.
D A F T A R P U S T A K A
Anonim. 2011. “Green Growth 2050 Road
Map For Bali Sustainable Tourism
Development”. Kementrian Pariwisata
Dan Ekonomi Kreatif, Republik
Indonesia.
Carter, Jeremy. 2015. Why are Australian
Adults Drawn to Colouring in Books.
www.abc.net.au/radionational/program
s/booksandarts/why-are-australian-
adults-drawn-to-colouring-in-
books/6750808
Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain
Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi
Offset
Masri, Andry. 2010. Strategi Visual.
Yogyakarta: Jalasutra.
Mumford, Tracy. 2016. How Adult Coloring
Books Became a Million-Dollar
Trend.
www.mprnews.org/story/2016/02/10/b
ooks-how-adult-coloring-books-
became-popular.
Marsh, Laura. 2015. The Radical History of
1960s Adult Coloring Books. These
subversive coloring books ridiculed
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p.248-261
@STPS 2017, All Rights Reserved
261 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
pill-popping executives, hipsters,
communist-hunters, and conspiracy
theorists.
newrepublic.com/article/126580/radical-
history-1960s-adult-coloring-books.
Rosner, Marianne dan Sandra A Krasovec.
2007. Desain Kemasan. Jakarta: PT
Gelora Aksara Pratama.
Rusta, Surianto. 2008. Layout, Dasar dan
Penerapannya. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Supriyanto, Rakhmat. 2010. Desain
Komunikasi Visual – Teori dan
Aplikasi. Yogyakarta: Andi Offset.
Suyanto, M. 2004. Aplikasi Desain Grafis
Untuk Periklanan. Yogyakarta: Andi
Wikipedia. 2016. Coloring book.
en.wikipedia.org/wiki/Coloring_book
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 262-286
@STPS 2017, All Rights Reserved
262 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
PENGEMBANGAN PRODUK WISATA ALTERNATIF BERBASIS EDUKASI DI GEOPARK BATUR, KINTAMANI
Komang Trisna Pratiwi Arcana1¹
I Wayan Arcana²
Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional (STPBI)
Email: [email protected]; [email protected]
Penelitian ini dibiayai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jendral
Penguat Riset dan Pengembangan Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Nomor SK: 1043/K8/KM/2017
ABSTRAK
Sebagai bagian dari Global Geopark Network (GGN) atau jaringan taman bumi global
(UNESCO, 2015), kawasan wisata Geopark Batur memiliki peran untuk memperkenalkan serta
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang geologi, terutama terkait dengan reduce, reused,
dan recycle suatu sumber daya dalam pariwisata (green tourism). Disisi lain, potensi wisata yang
ada di kawasan kaldera Geopark Batur mendukung untuk dikembangkan atau dikemas sebagai
produk wisata edukasi, yang sesuai dengan tujuan Global Geopark Network (GGN).
Berdasarkan fakta tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi
pengembangan produk wisata edukasi yang sesuai dengan potensi kawasan wisata Geopark
Batur, Kintamani, Bali. Sehingga kemudian dapat diimplementasikan oleh masyarakat sekitar
dan menjadi salah satu bentuk pariwisata alternatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dan kuantitatif. Adapun intrumen penelitian digunakan dalam penelitian ini adalah
pedoman wawancara, panduan observasi, open ended questionaire, kuesioner riset SWOT dan
dokumentasi. Data yang terkumpul selanjutnya dinalisis dengan analisis SWOT dan disajikan
dalam bentuk deskriptif. Berdasarkan hasil kajian potensi produk wisata dari atribut atraksi
wisata, akses, fasilitas wisata, ketersediaan paket wisata, aktivitas wisata di destinasi dan prasarana
pendukung destinasi wisata di Kawasan Geopark Batur menunjukkan bahwa destinasi ini berada
pada tahapan Konsolidasi. Strategi pengembangan produk wisata yang tepat dengan menata
ulang pengelolaan destinasi, memberikan pelatihan sadar wisata, guiding, dan pelayanan pada
masyarakat lokal, membenahi sarana prasarana pendukung, merangkai perhelatan khusus
terkait Geopark Batur, menyusun paket wisata khusus berbasis edukasi bagi para pelajar dan
mahasiswa, serta mengembangkan desa wisata berbasis budaya, pertanian, alam, dan edukasi
untuk mengembalikan kejayaan destinasi wisata.
Kata Kunci: Produk Wisata (6A), Pariwisata Alternatif, Wisata Edukasi, Analisis SWOT, Geopark Batur, Kintamani.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 262-286
@STPS 2017, All Rights Reserved
263 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Riwayat Artikel :
Diajukan: 03 Agustus 2017
Direvisi: 16 Agustus 2017
Diterima: 25 September 2017
P E N D A H U L U A N
Lingkungan merupakan salah satu
elemen penting dalam parwisata, yang
terdiri dari lingkungan alam (natural
environment) dan buatan (built
environment) (Mason, 2003: 61; Yoeti
(2002: 5). Pemanfaatan lingkungan sebagai
komoditi pariwisata dapat menimbulkan
berbagai macam pengaruh, baik positif
(benefit) maupun negatif (cost). Hal
tersebut juga diungkapkan oleh Goeldner
dan Ritchie (2009: 31-32), yang
berpendapat bahwa pariwisata dapat
menyerupai suatu keping uang logam,
dimana di satu sisi dapat mengkonservasi
lingkungan itu sendiri, dan di sisi lain dapat
menimbulkan penurunan kualitas
lingkungan dan menciptakan berbagai
dampak.
Bali merupakan salah satu destinasi
wisata di Indonesia yang memanfaatkan
berbagai sumber daya, yang terdiri dari
alam, sosial-budaya, dan buatan. Khusus
untuk sumber daya lingkungan, Bali
memiliki berbagai daya tarik (attraction),
seperti pantai, air terjun, sungai, laut, gua,
hutan dan kawasan pegunungan. Pitana dan
Diarta (2009: 59) menegaskan bahwa daya
tarik wisata tersebut dapat menjadi energi
utama bagi keseluruhan sistem pariwisata
yang mengakibatkan permintaan akan suatu
perjalanan wisata bagi para wisatawan.
Fenomena tersebut dapat digambarkan
melalui data statistik jumlah sebaran
kunjungan wisatawan pada Kota atau
Kabupaten di Bali.
Berdasarkan data sebaran kunjungan
wisatawan pada kota atau kabupaten di Bali
tahun 2015, dapat diketahui bahwa Bali
memiliki berbagai potensi wisata yang
tersebar di berbagai Kota atau Kabupaten.
Namun, sebaran atau distribusi jumlah
objek wisata belum merata pada tiap-tiap
daerah. Hal tersebut terlihat dimana
hampir sebagian besar atau 75% kunjungan
masih terkonsentrasi pada Kabupaten
Tabanan, Gianyar, dan Badung yang
merupakan bagian Bali selatan. Fakta
tersebut mendorong daerah lain untuk
melakukan pengembangan produk wisata
yang lebih inovatif dan bervariatif
(diversifikasi). Hal ini dilakukan agar
wisatawan mendapatkan berbagai alternatif
pilihan produk, sehingga tertarik untuk
mengunjungi daerah tersebut.
Pengembangan suatu produk wisata
dapat dilakukan dengan mengamati motif
atau tujuan wisatawan melakukan
perjalanan. Dickman (1989: 112)
menyatakan, bahwa salah satu motivasi
wisatawan melakukan perjalanan atau
kegiatan wisata adalah “to see natural
wonders” atau untuk melihat keajaiban
alam suatu destinasi. Namun selain
menikmati lingkungan alam, wisatawan juga
memiliki ketertarikan untuk melihat
kebudayaan masyarakat lokal. Oleh karena
itu, setiap daerah perlu mengemas potensi
yang dimiliki sehingga dapat menarik minat
wisatawan untuk berkunjung.
Kabupaten Bangli merupakan salah
satu daerah yang memiliki potensi
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 262-286
@STPS 2017, All Rights Reserved
264 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
pariwisata berupa pegunungan, dimana
kawasan Gunung Batur merupakan salah
satu objek yang menyediakan keragaman
potensi wisata, seperti keindahan alam,
kesenian dan budaya lokal. Berdasarkan
data statistik kunjungan wisatawan, lebih
dari 80% wisatawan (509.983) yang datang
ke Kabupaten Bangli bertujuan untuk
mengunjungi Gunung Batur. Kemudian,
apabila dibandingkan dengan objek wisata
lainnya, Gunung Batur berada di posisi ke
lima di bawah objek wisata tanah lot,
uluwatu, bedugul dan danau bratan.
Berdasarkan fakta tersebut, maka
Kabupaten Bangli, khususnya kawasan
wisata Gunung Batur berpeluang untuk
melakukan pengembangan produk wisata
agar lebih atraktif dan bervariasi dengan
memanfaatkan potensi yang dimiliki.
Berbagai inovasi telah dilakukan oleh
pemerintah daerah untuk mengembangkan
produk wisata di kawasan Gunung Batur.
Salah satunya pada tahun 2012, dimana
kawasan kaldera Gunung Batur telah
ditetapkan sebagai bagian dari Global
Geopark Network (GGN) atau jaringan
taman bumi global (UNESCO, 2015).
Geopark berperan untuk memperkenalkan
serta meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang geologi, terutama terkait dengan
reduce, reused, dan recycle suatu sumber
daya dalam pariwisata (green tourism). Hal
tersebut sesuai dengan tujuan pemerintah
Indonesia untuk membangun pariwisata
Bali sebagai destinasi yang penting dalam
lingkup global atau internasional, dimana
tertuang pada peta pembangunan pariwisata
Bali 2050 atau dikenal dengan “a green
growth 2050 roadmap for Bali tourism”.
Langkah tersebut merupakan
pengembangan produk dari sisi strategi
pemasaran, khususnya berkaitan dengan
branding. Namun, selain melalui strategi
pemasaran, kawasan wisata Geopark batur
juga perlu merancang strategi produk wisata
berkaitan dengan brand tersebut.
Kawasan kaldera Geopark Batur
terletak pada ketinggian 1.000 mdpl. hingga
2.172 mdpl. di wilayah Kecamatan
Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi
Bali. Kawasan wisata ini memiliki berbagai
potensi sumber daya antara lain, kaldera
yang berukuran 13,8 x 10 km, dan
merupakan salah satu yang terbesar di
dunia. Disana juga terdapat danau Batur
yang memiliki luas sekitar 16 km² dan
dilengkapi dengan keindahan alam serta
unsur seni dan budaya masyarakat lokal
(Master Plan Geopark Batur, 2011: 3).
Selain itu, disana juga terdapat salah satu
desa budaya yang menarik dan dikenal
dengan karakteristiknya seperti Desa
Trunyan. Pada kawasan tersebut juga
terdapat Museum Gunung Merapi Batur
yang menyediakan fasilitas pendukung
wisata edukasi. Berdasarkan potensi wisata
dan kesan yang ingin dibangun pada
kawasan kaldera Geopark Batur, maka
pengembangan produk wisata yang dikemas
kearah pariwisata edukasi perlu dilakukan.
Namun, sebelum melakukan
pengembangan, perlu ditentukan strategi
yang tepat khususnya terkait dengan produk
wisata edukasi (educational tourism
product).
Pariwisata edukasi (educational
tourism) merupakan salah satu jenis dari
bentuk pariwisata alternatif (alternative
tourism) yang berkembang diantara periode
pariwisata konvensional (conventional) dan
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 262-286
@STPS 2017, All Rights Reserved
265 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
modern (modern). Secara umum,
pariwisata alternatif cenderung
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip
keberlanjutan (sustainability). Beberapa
contoh jenis pariwisata alternatif adalah
indigenous tourism, pro-poor tourism,
community-based tourism, ecotourism,
(soft) adventure tourism, dan berbagai jenis
wisata lainnya (Leksakundilok, 2004: 97).
Seperti karakteristik atraksi pariwisata pada
umunya, pariwisata edukasi juga
memanfaatkan berbagai sumber daya,
seperti sumber daya alam (nature), sumber
daya budaya (culture), dan buatan manusia
(man-made). Pengemasan potensi kawasan
wisata Geopark Batur kearah wisata edukasi
merupakan salah satu langkah diversifikasi
produk wisata yang ada di Bali. Sehingga
wisatawan memiliki berbagai alternatif
atraksi wisata untuk dikunjungi.
Pengembangan strategi promosi yang
dilakukan kawasan wisata Geopark Batur
belum diikuti dengan pengembangan
produk wisata yang sesuai dengan image
dan brand yang ingin dibangun. Disisi lain,
potensi wisata yang ada di kawasan kaldera
Geopark Batur mendukung untuk
dikembangkan atau dikemas sebagai
produk wisata edukasi, yang sesuai dengan
tujuan Global Geopark Network (GGN).
Berdasarkan fenomena tersebut, maka
fokus penelitian ini adalah untuk
menentukan strategi produk wisata edukasi
yang sesuai dengan potensi kawasan wisata
Geopark Batur, Kintamani, Bali. Sehingga
kemudian dapat diimplementasikan oleh
masyarakat sekitar dan menjadi salah satu
bentuk pariwisata alternatif di Kabupaten
Bangli, maupun di Bali secara umum.
Dimana pada akhirnya akan mendatangkan
keuntungan pariwisata, baik secara
ekonomi dan mendukung aspek sosial
budaya.
R U M U S A N M A S A L A H
Berdasarkan latar belakang dan
identifikasi masalah diatas, maka dapat
dijabarkan beberapa permasalahan
penelitian sebagai berikut:
Apa sajakah potensi pada kawasan
wisata Geopark Batur yang dapat dikemas
sebagai produk wisata edukasi?
Apa sajakah faktor-faktor kekuatan,
kelemahan, peluang, serta tantangan
pengembangan produk wisata edukasi di
kawasan wisata Geopark Batur?
Bagaimanakah strategi pengembangan
produk wisata alternatif berbasis edukasi
yang sesuai dengan potensi kawasan wisata
Geopark Batur?
Bagaimanakah karakteristik dan
motivasi wisatawan serta konsep pemasaran
produk wisata edukasi yang tepat dengan
potensi kawasan wisata Geopark Batur?
K A J I A N P U S T A K A
3.1 Produk Wisata
Destinasi wisata merupakan elemen
penting di dalam sistem pariwisata.
Menurut Leiper (1990), destinasi adalah
tempat dimana kompleksitas dari aktifitas
pariwisata itu terjadi. Untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan seseorang selama
berwisata, destinasi berusaha menawarkan
produk yang menjadi karakteristik serta
pelayanan yang menjadi pilihan mereka.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 262-286
@STPS 2017, All Rights Reserved
266 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Seperti yang telah disebutkan di awal bahwa
motivasi adalah faktor pendorong
wisatawan dan faktor penarik adalah faktor
yang mempengaruhi kapan, dimana, dan
bagaimana seorang wisatawan melakukan
perjalanan wisata. Pemilihan destinasi ini
sangat dipengaruhi oleh faktor pendorong
dan faktor penarik tersebut (Crompton,
1979 ; Kim, Lee dan Klenosky, 2003 ;
Klenosky, 2002 ; dan Rittichainuwat, 2008
dalam Prayag, 2010 : 2).
Sebagai komponen penyedia (tourism
supply) dalam industri pariwisata, destinasi
wisata terdiri atas kombinasi produk wisata
yang terdiri atas attraction, accessibility,
amenities, dan ancillary service (Cooper,
et.al.,1993 : 81). Namun dalam
perkembangan selanjutnya, beberapa
akademisi mulai mengembangkan
komponen yang membentuk produk wisata
yang sebelumnya dikenal dengan 4A saat
ini menjadi 6A (Buhalis, 2000 : 98), atribut
destinasi wisata tersebut adalah Attraction,
Accessibility, Aminities, Available package,
Activities, Ancillary Service.
3.2 Siklus Hidup Destinasi
World Tourism Organization
(UNWTO, 2014:2), menyatakan bahwa
jumlah destinasi wisata yang dibuka dewasa
ini semakin meningkat, hal tersebut
merubah posisi pariwisata sebagai industri
yang menjadi kunci utama penggerak
perekonomian suatu negara. Dapat
dipahami bahwa sektor pariwisata telah
berkontribusi dalam menarik para investor
untuk berinvestasi pada suatu destinasi yang
selanjutnya meningkatkan perkembangan
destinasi wisata secara tidak langsung.
Tentunya hal tersebut tidak akan dapat
berjalan secara berkelanjutan tanpa
pengelolaan destinasi yang komprehensif
dan kerja sama dari berbagai stakeholder
yang terlibat.
Destinasi adalah elemen penting
dalam sistem pariwisata. Destinasi adalah
suatu area dimana kompleksitas aktifitas
pariwisata terjadi. Mengadopsi product life-
cycle dalam teori pemasaran dimana
sebuah produk tumbuh berlahan,
diperkenalkan, kemudian berkembang
makin pesat, namun sebelum stabil
kemudian terjadi penurunan, Butler
merancang model siklus hidup destinasi
yang dikenal dengan destination life-cycle
(Butler, 1980 dalam Mason, 2003 : 23).
Siklus hidup destinasi tersebut dirancang
untuk mengetahui evolusi dari produk dan
destinasi wisata mulai dari tahapan Hal ini
menjadi sangat penting bagi pengelola
destinasi wisata untuk mengetahui posisi
produk wisata berdasarkan siklus tersebut,
dan langkah apa yang dapat dilakukan
untuk mencegah terjadinya penurunan
(decline).
3.3 Geopark (Taman Bumi)
Salah satu komponen pembentuk
produk wisata adalah natural attractions
yang mencangkup gunung, pantai, gua,
sawah, dan situs bersejarah. Gunung
menjadi daya tarik wisata alam yang
menonjol karena bentang alam atau
pemandangannya, serta udara yang sejuk
dan memberi kesan nyaman. Tidak dapat
dipungkiri, gunung menjadi produk wisata
yang diunggulkan dan diandalkan oleh
suatu destinasi. Geopark atau taman bumi
sendiri merupakan teritori atau kawasan
dengan geoheritage tertentu dan memiliki
unsur kelangkaan serta estetika. Istilah
Geopark sendiri disebut sebagai tempat
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 262-286
@STPS 2017, All Rights Reserved
267 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
perlindungan yang terdiri dari beberapa
geologi terpilih, ekologi, arkeologi, budaya
dan situs warisan budaya (UNESCO, 2012;
Newsome, Downling dan Leung, 2012;
Farsani et.al., 2011) dalam Jaafar et.al.
(2014: 43). Sehingga, pendekatan yang
digunakan dalam konsep Geopark itu
sendiri adalah konservasi, pendidikan, dan
pembangunan berkelanjutan. Dalam
Geopark itu sendiri selain terkandung
keindahan bentang alam dan kekayaan
alamnya sebagai komponen geologi yang
membentuknya, juga warisan budaya yang
menjadi untaian yang saling melengkapi
dan menjadikannya atraksi yang unik dan
patut dilestarikan.
3.4 Educational Tourism (ET)
Konsep ET dilihat dari pendekatan
segmentasi pasar telah disusun oleh Richie
(2003 : 13). Meskipun sulit untuk
mengelompokan segmen pasar ET, akan
tetapi model tersebut mencoba untuk
membedakan antara motivasi wisatawan
yang tergolong „tourism first‟ atau
„education first‟. Pada dasarnya yang
membedakan adalah tourism first dimana
motivasi utama adalah pariwisata dan
educational first dimana motivasi utama
adalah pembelajaran/pendidikan (Ritchie,
2003:14). Ia mencatat bahwa ET sebagai
sebuah sistem yang terdiri dari elemen-
elemen demand (costumer atau tourist) dan
supply (product atau destination) yang
menghasilkan educational tourist
experience.
The Canadian Tourism Commision
atau CTC (2001) dalam Ritchie (2003:14-
15) mencatat dua komponen utama ET
dari sudut pandang supply: produk wisata
yang utama dan elemen pendukung.
Komponen utama ET produk termasuk
diantaranya, yaitu Attractions dan Events;
Resource Specialist‟s; Affinity Travel
Planner‟s; dan Tour serta Receptive
Operators. Sedangkan, elemen pendukung
atau layanan pendukung yang dibutuhkan
termasuk diantaranya seperti
Transportation; Hospitality Services; Travel
Services; dan Destination Marketing
Organisations.Kombinasi kedua elemen
tersebut dapat menghasilkan pengalaman
tentang ET kepada educational tourist.
Ritchie (2003:17) menyatakan, bahwa
berdasarkan konsep-konsep yang telah
dijelaskan sebelumnya dapat diketahui
bahwa komponen pembelajaran (learning
component) dari perjalanan tersebut dapat
secara formal dikelola oleh tour operator,
guide atau attraction, atau juga dapat
dikelola oleh individu secara informal
dengan memanfaatkan keanekaragaman
budaya, alam atau kehidupan sosial.
Kalinowski dan Wiler (1992:17) dalam
Ritchie (2003:17) berpendapat bahwa
educational travel dapat melayani berbagai
tujuan, seperti rasa ingin tahu tentang orang
lain seperti bahasa dan budaya; ketertarikan
tentang seni, arsitektur, musik atau cerita
rakyat; memberikan inspirasi tentang
kepedulian lingkungan, alam, flora dan
fauna; atau memperdalam ketertarikan
akan warisan budaya dan tempat-tempat
bersejarah.
Berdasarkan definisi diatas maka ET
dapat difenisikan sebagai suatu aktifitas
wisata yang dilakukan oleh mereka yang
tinggal/bermalam selama liburan, dimana
pendidikan dan pembelajaran merupakan
bagian tujuan utama atau sekunder. Hal ini
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 262-286
@STPS 2017, All Rights Reserved
268 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
dapat berupa ET secara umum dan study
tour, perjalanan pelajar dalam tingkat
sekolah, universitas baik domestik atau
internasional, termasuk sekolah bahasa,
kunjungan sekolah dan pertukaran pelajar.
ET dapat dikelola secara formal atau
independen dan dapat dilakukan dengan
memanfaatkan artraksi alam atau buatan
manusia (Ritchie, 2003: 18).
M E T O D E
Penelitian dimulai berdasarkan
fenomena yang muncul di kawasan Batur
Global Geopark yang telah ditetapkan
sebagai bagian dari Global Geopark
Network (GGN) atau jaringan taman bumi
global, dimana salah satu tujuannya adalah
memperkenalkan (nilai-nilai edukasi)
kawasan tersebut melalui pariwisata atau
umumnya dikenal dengan istilah pariwisata
edukasi. Namun citra yang telah
diperkenalkan kepada wisatawan tersebut
belum diikuti oleh pengembangan produk
wisata sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Oleh karena itu, kajian ini menggunakan
teori pariwisata edukasi sebagai basis
strategi pengembangan produk wisata,
dimana secara spesifik penelitian ini
mengkaji tentang potensi wisata (baik dari
segi wisatawan maupun destinasi) di
kawasan Batur Global Geopark sebagai
atraksi wisata edukasi.
Kajian ini mengkombinasikan kedua
bentuk metodologi baik kuantitatif dan
kualitiatif atau yang biasa dikenal dengan
pendekatan “multi method” (Jonker and
Pennink, 2010; Sugiyono, 2007) yang
disajikan dalam bentuk deskripsi. Intrumen
penelitian digunakan dalam penelitian ini
adalah pedoman wawancara, panduan
observasi, open ended questionaire, focus
group discussion (FGD), dokumentasi,
kamera, dan alat-alat untuk mencatat. Unit
analisis dalam penelitian ini adalah
masyarakat desa (tokoh masyarakat dan
anggota masyarakat) di sekitar kawasan
Geopark Batur, serta dari industri dan
institusi pariwisata seperti Destination
Management Organization (DMO)
Wingkang Ranu dan akademisi yang
memahami tentang geowisata.
Metode kualitatif dilakukan dengan
cara melakukan observasi nonpartisipan
(non-participant observation) ke kawasan
Batur Global Geopark untuk mengamati
dan menganalisa potensi wisata, dimana
selanjutnya pengumpulan data dalam
periode tersebut dilakukan dengan teknik
wawancara (Sugiyono, 2007) atau
pembicaraan informal yang dipandu oleh
instrument atau pedoman wawancara
kepada para pelaku pariwisata, dan
pengelola terkait dengan karakteristik dan
perilaku wisatawan. Sedangkan metode
kuantitatif dilakukan dengan menyebarkan
open-ended questionnaire kepada
wisatawan baik lokal, domestik maupun
internasional (58 reponden) yang dipilih
dengan accidental sampling yang bertujuan
untuk mengetahui karakteristik dan
motivasi kunjungan mereka. Sebagai
bentuk kajian kepariwisataan, penelitian ini
dirancang dengan menggunakan paradigma
interpretatif ilmu sosial (Jennings, 2001:
38). Sementara hasil dari data yang
didapatkan melalui open ended
questionaire dan focus group discussion
(FGD) akan diinterpretasikan oleh penulis
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 262-286
@STPS 2017, All Rights Reserved
269 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
melalui tahapan koding dan
mengelompokkan jawaban. Informasi
tersebut selanjutnya akan dianalisa
menggunakan teknik statistik deskriptif
untuk mengetahui kekuatan, kelemahan,
peluang, serta ancaman (SWOT),
dilanjutkan dengan menyusun Matrik
SWOT sehingga selanjutnya dirumuskan
strategi produk wisata edukasi yang sesuai
dengan potensi wisata di kawasan Batur
Global Geopark dalam bentuk deskripsi
(Sugiyono, 2007).
H A S I L D A N
P E M B A H A S A N
Penelitian ini dilakukan di Kawasan
Wisata Kintamani, yang merupakan sebuah
kecamatan di Kabupaten Daerah Tingkat II
Bangli, Provinsi Bali, Indonesia.
Kintamani. Secara geografis Kecamatan
Kintamani terletak di sebelah Timur Laut
Kota Denpasar dengan jarak kurang lebih
67 km atau sebelah Utara Kota Bangli
dengan jarak kurang lebih 27 km, dan
terletak di kawasan perbukitan dan
pegunungan Bali. Kawasan Kintamani
merupakan salah satu Kawasan Daya Tarik
Wisata Khusus (KDTWK) yang telah
ditetapkan dalam Peraturan Daerah
Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Provinsi Bali bersama dengan
beberapa kawasan lain yang terletak di
Pulau Bali (Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Bangli, 2014).
Sebagai salah satu KDTWK di Indonesia,
Kawasan Kintamani dibatasi dalam
pengembangannya karena lebih diarahkan
pada upaya pelestarian budaya dan
lingkungan hidup, meskipun di dalamnya
terdapat atraksi wisata, aksesibilitas, fasilitas
maupun fasilitas pendukung industri
pariwisata. Batasan dalam pengembangan
ini menyebabkan tidak ada satu pun hotel
berbintang dengan pemanfaatan sumber
daya alam yang besar berlokasi di kawasan
ini. Selain potensi wisata, kawasan
Kintamani juga menyimpan keragaman
budaya (Cultural Diversity) dan keragaman
hayati (Biodiversity).
Kawasan Kaldera Batur ditetapkan
sebagai salah satu anggota jaringan Geopark
(Taman Bumi) atau Global Geopark
Network (GGN) di dunia pada tanggal 20
September 2012 oleh Organisasi
Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan
Kebudayaan PBB atau United Nations
Educational, Scientific and Cultural
Organization (UNESCO)
(http://travel.kompas.com, diakses pada
tanggal 12 Oktober 2012). Dengan predikat
dan citra baru sebagai salah satu jaringan
taman bumi dunia yang akan dipromosikan
oleh UNESCO menjadikan kawasan
Geopark Batur sebagai salah satu kawasan
yang warisan geologinya harus dilindungi.
Tujuan utama dari Gaeopark Batur
mencangkup tiga hal yang saling terkait
yaitu (1) Perlindungan aspek geologis; (2)
edukasi terhadap fenomena pembentukan
muka bumi; (3) Geowisata dimana kegiatan
Geopark Batur mampu mendukung
perekonomian masyarakat lokal dan
Sustainable Development. Geopark Batur
menawarkan potensi diversifikasi produk
wisata untuk mewujudkan citra baru dari
Kawasan Wisata di Kintamani.
Menjadi bagian dari jaringan Taman
Bumi global diharapkan akan
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 262-286
@STPS 2017, All Rights Reserved
270 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
meningkatkan kunjungan wisatawan ke
Indonesia dan Kawasan Wisata Kintamani,
Bali khususnya. Setelah ditetapkan sebagai
bagian dari jaringan taman bumi global,
tabel 5.3 di bawah ini memberi gambaran
tentang rekapitulasi jumlah kunjungan
wisatawan di Batur Global Geopark pada
umumnya dan Kabupaten Bangli
khususnya pada tahun 2007 – 2016.
Khususnya di kawasan wisata Batur,
Kintamani (Batur, Penulisan, Trunyan dan
Batur Global Geopark) terjadi peningkatan
yang cukup signifikan dari tahun 2012 –
2016 dimana tingkat pertumbuhan pada
tahun 2016 mencapai 13,89 persen.
Kawasan Batur mencapai total 492.201
jumlah kunjungan, Kawasan Penulisan yang
berada di Desa Sukawana mencapai total
1.388 wisatawan, Trunyan dengan total
12.989 jumlah wisatawan, dan Geopark
Batur mencapai total 46.851 jumlah
kunjungan wisatawan. Sementara jumlah
retribusi di kawasan wisata Batur Kintamani
juga meningkat hingga mencapai angka Rp.
12,499,060,500 pada tahun 2015 (total
Pendapatan Asli Daerah) dari Rp.
4,820,228,000 total PAD pada tahun 2012
(Data olahan Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Bangli, 2016).
Tabel 01
Data Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Obyek dan Daya Tarik Wisata
Di Kabupaten Bangli Tahun 2007 – 2016
NO TAHUN BATUR PENGLIPURAN KEHEN PENULISAN TRUNYAN GEOPAR
K BATUR TOTAL
PERTUMBUH-AN
(%)
1 2007 319.859 17.189 11.496 929 3.302 0 352.775 0,00
2 2008 394.682 20.898 11.329 2.931 7.367 0 437.207 23,93
3 2009 483.381 21.869 12.830 2.901 5.725 0 526.706 20,47
4 2010 368.363 29.281 13.073 2.197 5.229 0 418.143 (20,61)
5 2011 488.933 32.503 13.291 1.217 5.560 25.113 566.617 35,51
6 2012 458.184 32.668 12.669 899 14.432 29.300 548.152 (3,26)
7 2013 509.983 41.813 10.373 800 16.546 37.122 616.637 12,49
8 2014 500.324 64.692 16.563 1.026 15.184 49.818 647.607 5,02
9 2015 473.010 49.951 18.395 1.050 12.081 55.862 610.349 (5,75)
10 2016 492.201 123.133 18.561 1.388 12.989 46.851 695.123 13,89
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli Tahun 2017
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 262-286
@STPS 2017, All Rights Reserved
271 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Kecamatan Kintamani memiliki
beragam obyek wisata potensial yang dapat
dikembangkan sebagai produk wisara
alternatif berbasis edukasi. Adapun kajian
produk wisata di Kawasan Geopark Batur
adalah sebagai berikut:
a. Potensi sebagai Atraksi Wisata Edukasi
Attractions: Sebagai Taman Bumi
Global dengan pola pengembangan
kawasan berkelanjutan, daya tarik yang ada
di kawasan Batur Global Geopark
memadukan tiga keragaman yaitu, Geologi
(Geodiversity) seperti batuan tertua yang
dapat dijumpai berumur 5 juta hingga 20
juta tahun lalu yang bersumber dari
kegiatan gunung api Batur. Proses geologi
tersebut menyajikan bentuk kaldera dalam
kaldera dan mempersembahkan kekayaan
warisan Geologi; Keragaman Hayati
(Biodiversity) seperti flora yang
mendominasi hutan tanaman di kawasan
Penelokan yaitu Pinus Merkusii,
Eucalyptus Urophylla, Akasia, Mahoni,
Snorkeling, Kembang Sepatu dan Dadap.
Selain itu terdapat pula fauna satwa liar
seperti trenggiling, gagak, becia, musang,
tupai, trenggiling, dan satu flora fauna
endemis yang khas yaitu pohon Taru
Menyan di Desa Trunyan dan Anjing
Kintamani; Cultural Diversity yang
menyajikan keunikan dari tradisi Desa
Trunyan yang merupakan kelompok “Bali
Aga” dan tradisi tidak mengkremasi orang
meninggal. Selain itu atraksi tarian Kang
Ching-Wie dan Barong Landung yang
merupakan kisah nyata dari Kerajaan
Balingkang di Bali, Pura Ulun Danu Batur
dan Pura Dalem Balingkang; Education
seperti Musium Gunung Api Batur serta
agrotourism terutama jeruk dan kopi.
Accessibility: Aksesibilitas merupakan
dukungan sistem transportasi yang dapat
dijangkau oleh wisatawan baik dari daerah
asalnya hingga menuju destinasi wisata.
Adapun sistem transportasi yang dimaksud
meliputi rute, jalur trasportasi, terminal,
bandara, pelabuhan, hingga moda
transportasi lain seperti sungai ataupun
danau. Kintamani, Batur bisa ditempuh
dari Kabupaten Badung (Bandara
Internasional I Gusti Ngurah Rai) selama
kurang lebih 1,5 – 2 jam dengan kendaraan
roda empat. Disekitar lokasi ini juga
terdapat terminal bus transportasi umum
dan tergolong mudah untuk dijangkau
secara akses fisik dengan kondisi jalan yang
cukup baik (beraspal). Selain kendaraan
roda empat untuk menuju Kintamani,
Batur juga dapat diakses dengan kendaraan
roda dua selama kurang lebih 2,5 jam dari
bandara. Penunjuk arah menuju Batur
Global Geopark juga dapat ditemui dengan
mudah sepanjang jalan. Namun fasilitas
tersebut tidak disertai dengan kondisi jalan
yang pada kenyataannya cenderung
berlubang dan berpasir sehinga sangat
membahayakan para pengendara.
Amenities: Di sekitar kawasan Batur
Global Geopark juga terdapat sejumlah
sarana akomodasi untuk mendukung
aktivitas pariwisata yang berlangsung seperti
Hotel Melati dengan kapasitas mencapai
180 kamar dan Pondok Wisata sejumlah
34 kamar. Sementara Rumah Makan
seperti restoran yang menawarkan menu
halal, maupun makanan khas Desa Batur,
Indonesian Food dan Western Food
berjumlah hingga 26 rumah makan dengan
kapasitas total adalah 4.369 kursi tersebar
di Penelokan, Batur Tengah, Kintamani,
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 262-286
@STPS 2017, All Rights Reserved
272 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
dan Toyabungkah. Namun saat ini banyak
fasilitas akomodasi dan rumah makan yang
terpaksa gulung tikar mengingat persaingan
semakin tinggi dan ketidakmampuan dalam
memenuhi tuntutan komisi dari tour guide
atau travel agent hingga 60 % dari harga
paket per orang. Kondisi ini dianggap
sangat merugikan pengelola yang harus
menanggung biaya operasional dan gaji
pegawai (hasil wawancara dengan Ibu Tir
pemilik Hotel Bumi Ayu dan Hotel
Gunawan (sudah ditutup), pada 3 April
2017). Pemerintah Kabupaten Bangli,
Kecamatan Kintamani menyiapkan sarana
berjualan bagi masyarakat lokal atau
pengusaha yang ingin menawarkan
kerajinan tangan dan cinderamata lainnya
yaitu membangun Pasar Seni. Pasar Seni
juga dibangun mengingat fenomena
pedagang acung yang tidak terkontrol di
kawasan Penelokan Batur terutamanya.
Available package: Sebuah destinasi
wisata menurut sistem pariwisata tidak
hanya dapat dijangkau langsung oleh
wisatawan dengan mengelola perjalanannya
sendiri, namun tersedia pula fasilitas
dengan melibatkan pihak ketiga sebagai
penghubung (intermediaries) dengan
destinasi wisata yaitu agen perjalanan wisata.
Kintamani dengan keindahan Gunung
Batur dan Danau Batur serta berbagai
aktifitas wisata yang bisa dilakukan di
destinasi ini mendorong agen – agen
perjalanan untuk menyusun paket wisata
baik bagi wisatawan domestik yang
cenderung menyukai kegiatan kuliner dan
berfoto di sekitar kawasan Penelokan,
hingga wisatawan mancanegara yang
menyukai kegiatan petualangan, sightseeing,
sport tourism dan budaya. Berdasarkan
beberapa paket wisata yang ditawarkan
sebagian besar kunjungan ke kawasan
Kintamani Batur ini tidak untuk menginap
atau overnight dengan beberapa alasan
seperti ketersediaan akomodasi yang sesuai
kebutuhan wisatawan, iklim atau cuaca,
minimnya fasilitas pendukung wisata
lainnya, alasan ketidaknyamanan sikap dan
perilaku masyarakat lokal. Selain kondisi
minimnya fasilitas yang memadai, paket
wisata yang ditawarkan juga tidak
menawarkan aktifitas menambah wawasan
atau knowledge meskipun kondisi
geografis, alam, dan budaya dari destinasi
ini sangat kaya untuk dikaji.
Activities: Salah satu persyaratan
pending untuk menjadi destinasi wisata
adalah tawaran aktifitas yang dapat
dilakukan oleh wisatawan di destinasi
tersebut. Aktiftas yang ditawarkan tentu
sangat beragam sesuai dengan karakteristik
geografis dan fasilitas buatan yang dibangun
untuk mendukung hasrat dan permintaan
wisatawan. Terdapat beberapa aktivitas yang
dapat dilakukan oleh wisatawan di kawasan
Kaldera Geopark Batur diantaranya
bersepeda, off road (motor dan mobil),
berendam air panas di Toya Bungkah Hot
Spring, menikmati boat di danau, jogging,
trekking ke Gunung Batur, Camping,
meneliti tumbuhan, bebatuan (geology),
sightseeing, mengunjungi Museum Gunung
Api Batur, mengunjungi Desa Bali Aga,
Desa Terunyan dan cara penguburan
masyarakat Desa terunyan hingga
menyaksikan atraksi seni budaya.
Ancillary Service: Ketersediaan fasilitas
pendukung yang digunakan oleh wisatawan
selama berkunjung ke destinasi adalah
fasilitas tambahan selain fasilitas utama
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 262-286
@STPS 2017, All Rights Reserved
273 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
seperti akomodasi, rumah makan atau toko
cinderamata. Selain itu organisasi atau
kelembagaan yang mendukung kegiatan
wisata. Adapun fasilitas pendukung yang
dapat ditemui di sekitar kawasan wisata
Batur Global Geopark seperti terdapat
tourist information center, puskesmas,
ATM Machine, dan papan informasi
terkait atraksi wisata.
b. Karakteristik dan Motivasi Wisatawan
Adapun karaktersitik demografi
wisatawan yang berkunjung dapat dilihat
dari beberapa aspek, dintaranya bila dilihat
berdasarkan jenis kelamin,
kewarganegaraan, pendidikan, pekerjaan,
hingga pendapatan yang secara rinci dapat
dilihat dalam tabel 1. Dalam penelitian ini
karekteristik responden berdasarkan jenis
kelamin yang dapat digunakan untuk
mengetahui berapa banyak pria dan wanita
yang mengunjungi Global Geopark Batur.
Berdasarkan jumlah responden di Global
Geopark Batur berjumlah 58 responden
dengan total 29 orang dan total persentase
50 persen pria dan total 59 orang dengan
jumlah persentase 50 persen adalah wanita.
Sementara karakteristik responden
berdasarkan jenis kewarganegaraan yang
mengunjungi Global Geopark Batur,
dengan jumlah total 58 orang dari beberapa
negara yaitu terdapat 29 orang dan total
persentase 50 persen dari Asia, 7 orang
dan total persentase 12 persen dari
Amerika, 11 orang dengan total persentase
19 persen dari Eropa, dan 11 orang dengan
total persentase 19 persen dari Australia.
Jika ditinjau dari tingkat pendidikan
responden, diketahui wisatawan yang
mengunjungi Global Geopark Batur
terdapat 12 orang dengan total persentase
21 persen memiliki jenjang pendidikan
Sekolah Menengah Atas, 32 orang dengan
total persentase 55 persen berpendidikan 1-
3 tahun di universitas atau sarjana dan 14
orang dengan total persentase 24 persen
pendidikan 4-5 tahun universitas atau pasca
sarjana.
Tabel 2
Karakteristik Demografis Wisatawan di Kawasan Wisata Batur
NO KETERANGAN JUMLAH PERSENTASE
1 Jenis Kelamin Pria 29 Orang 50%
Wanita 29 Orang 50%
Jumlah 58 orang 100%
2 Kewarganegaraan
Asia 29 Orang 50%
Amerika 7 Orang 12%
Eropa 11 Orang 19%
Australia 11 Orang 19%
Jumlah 58 orang 100%
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 262-286
@STPS 2017, All Rights Reserved
274 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
3 Pendidikan
SMA 12 Orang 21%
1-3 Tahun Universitas/ Sarjana
32 Orang 55%
4-5 Tahun Universitas/ Master 14 Orang 24%
Jumlah 58 orang 100%
5 Pekerjaan
Pelajar 11 Orang 19%
Pendidik 8 Orang 14%
Karyawan 27 Orang 46%
Wiraswasta 8 Orang 14%
Pegawai Negeri Sipil 4 Orang 7%
Jumlah 58 orang 100%
6
Pendapatan
(Dollar Amerika/
USD)
< 5,000/tahun 0 0%
5,000 - 50,000/tahun 27 Orang 47%
50, 001 - 500,000/tahun 11 Orang 19%
> 500,000/tahun 0 0%
Tidak ada jawaban 20 Orang 34%
Jumlah 58 orang 100%
7 Status Menikah 28 Orang 49%
Belum Menikah 30 Orang 51%
Jumlah 58 orang 100%
Sumber: Data Olahan Peneliti (2017)
Karakteristik responden ditinjau
berdasarkan jenis pekerjaan yang
mengunjungi Global Geopark Batur,
diketahui terdapat 11 orang dengan total
persentase 19 persen adalah pelajar, 8
orang dengan total persentase 14 persen
adalah pendidik, 27 orang dengan total
persentase 46 persen adalah karyawan, 8
orang dengan total persentase 14 adalah
wiraswasta dan 4 orang dengan total
persentase 7 persen adalah pegawai negeri
sipil. Dapat ditinjau karakteristik wisatawan
yang mengunjugi Batur Geopark dengan
jumlah 58 responden, diketahui jumlah
pendapatan lebih kecil 5,000 Dollar
Amerika (USD) sampai 50,000 USD
sejumlah 27 orang dengan total persentase
47 persen. Pendapatan lebih kecil 50.001
USD sampai 500,000 USD sejumlah 11
orang dengan total persentase 19 persen
pertahun. Sedangkan sejumlah 20 orang
degan total persentase 34 persen tidak
bersedia memberikan jawaban. Jumlah
responden yang mengunjungi Global
Geopark Batur jika dilihat berdasarkan
status pernikahan responden, diketahui
bahwa 28 orang responden sudah menikah
dengan jumlah peresentase 49 persen.
Sementara responden yang belum menikah
berjumlah 30 orang atau sebesar 51 persen
dari total responden.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 262-286
@STPS 2017, All Rights Reserved
275 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Ditinjau dari karakteristik perilaku
wisatawan atau travel behavior characteristic
berdasarkan sumber informasi darimana
wisatawan mengetahui Global Geopark
Batur maka terdapat jumlah keseluruhan
77 jawaban dari 58 responden. Responden
dapat memilih jawaban lebih dari satu
jawaban karena banyaknya informasi yang
di dapat oleh responden. Responden
mendapat informasi dari biro perjalanan
wisata sebanyak 24 jawaban dengan
persentase sebesar 31 persen. Responden
mendapat informasi dari internet sebanyak
24 jawaban dengan persentase sebesar 31
persen. Responden yang mendapat
informasi dari teman sebanyak 17 jawaban
dengan persentase sebesar 22 persen.
Responden yang mendapat informasi dari
brosur sebanyak 3 jawaban dengan
persentase sebesar 4 persen. Responden
yang mendapat informasi dari mulut ke
mulut sebanyak 2 jawaban dengan
persentase sebesar 3 persen. Responden
yang mendapat informasi dari televisi
sebanyak 1 jawaban dengan persentase
sebesar 1 persen. Responden yang
mendapat informasi dari buku sebanyak 5
jawaban dengan persentase sebesar 7
persen. Responden yang mengunjungi
Global Geopark Batur karena sudah
menjadi satu dalam paket wisata sebanyak 1
jawaban dengan persentase sebesar 1
persen. Namun tidak ada responden yang
mendapat informasi mengenai Geopark
Batur dari majalah maupun koran.
Berdasarkan karakteristik perilaku
wisatawan atau travel behavior characteristic
berdasarkan moda transportasi yang
digunakan menuju Geopark Batur maka
terdapat jumlah keseluruhan 62 jawaban
dari 58 responden. Responden dapat
memilih jawaban lebih dari satu jawaban
karena banyaknya moda transportasi yang
digunakan oleh responden. Responden
menggunakan bis pariwisata menuju Global
Geopark Batur terdapat 8 jawaban dengan
persentase sebesar 13 persen. Responden
yang menggunakan bis wisata terorganisasi
terdapat 29 jawaban dengan persentase 47
persen. Responden yang menggunakan
mobil pribadi, teman, perusahaan sebanyak
7 jawaban dengan persentase sebesar 11
persen. Responden yang menyewa mobil
menuju Global Geopark Batur sebanyak 9
jawaban dengan persentase sebesar 14
persen. Responden yang menggunkan taksi
menuju Global Geopark Batur sebanyak 3
jawaban dengan persentase sebesar 5
persen. Responden yang menggunakan
motor menuju Global Geopark Batur
sebanyak 5 jawaban dengan persentase
sebesar 8 persen. Responden yang berjalan
kaki menuju Global Geopark Batur
sebanyak 1 jawaban dengan persentase
sebesar 2 persen. Tidak ada responden
yang menggunakan transportasi sepeda
maupun truk atau mobil van menuju
Global Geopark Batur.
Karakteristik perilaku wisatawan atau
travel behavior characteristic berdasarkan
tingkat frekuensi responden mengunjungi
tempat tujuan maka dari 58 responden
terdapat 43 responden yang baru pertama
kali mengunjungi Global Geopark Batur
dengan persentase sebesar 74 persen.
Terdapat responden yang baru dua kali
mengunjungi Geopark Batur sebanyak 8
responden dengan persentase sebesar 14
persen. Dan terdapat responden yang telah
mengunjungi Global Geopark Batur
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 262-286
@STPS 2017, All Rights Reserved
276 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
sebanyak 3 kali sebanyak 7 orang dengan
persentase 12 persen.
Ditinjau dari motivasi perjalanan wisata
yang mengunjungi Global Geopark Batur
berdasarkan tujuan wisata dapat diketahui
terdapat 86 jawaban dari 58 responden.
Responden dapat memilih jawaban lebih
dari satu dikarenakan jenis tempat tujuan
wisata yang beragam. Responden
mengunjungi Global Geopark Batur
dengan tujuan untuk liburan dan rekreasi
sebanyak 46 jawaban dengan persentase
sebesar 53 persen. Responden dengan
tujuan untuk belanja sebanyak 1 jawaban
dengan persentase sebesar 1 persen.
Responden dengan tujuan untuk minat
khusus budaya sebanyak 11 jawaban
dengan persentase sebesar 13 persen.
Responden dengan tujuan untuk
menikmati kuliner sebanyak 2 jawaban
dengan persentase sebesar 2 persen.
Responden dengan tujuan untuk istirahat
dan relaksasi sebanyak 13 jawaban dengan
persentase sebesar 15 persen. Responden
dengan tujuan untuk menghindari
keramaian dan kesibukan sebanyak 8
jawaban dengan persentase sebesar 9
persen.
Ditinjau dari motivasi wisatawan yang
mengunjungi Global Geopark Batur
berdasarkan jenis kunjungan dapat
diketahui terdapat 58 responden.
Responden yang menyatakan penduduk
lokal daerah sekitar Global Geopark Batur
sebanyak 18 orang dengan persentase
sebesar 31 persen. Responden yang
menyatakan kunjungan dari rumah keluar
daerah sebanyak 14 orang dengan
persentase sebesar 24 persen. Responden
yang menyatakan kunjungan sementara dan
tinggal di luar daerah sebanyak 9 orang
dengan persentase sebesar 16 persen.
Responden yang menyatakan kunjungan
bebas lebih dari 1 hari sebanyak 3 orang
dengan persentase sebesar 5 persen.
Responden yang menyatakan paket liburan
inklusif sebanyak 14 orang dengan
persentase sebesar 24 persen. Lebih rinci
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Ditinjau dari motivasi wisatwan yang
mengunjungi Global Geopark Batur
berdasarkan tujuan wisata dapat diketahui
terdapat 125 jawaban dari 58 responden.
responden dapat memilih jawaban lebih
dari satu dikarenakan jenis dan tempat
tujuan wisata yang beragam. Terdapat
responden yang bertujuan mengungunjugi
wisata bangunan sebanyak 7 jawaban
dengan persentase 5 persen, responden
yang memiliki tujuan minat khusus
sebanyak 12 jawaban dengan persentase 10
persen, dan responden yang memiliki
tujuan untuk mencari suasana damai dan
tenang sebanyak 34 jawab dengan jumlah
persentase 27 persen. Responden dengan
tujuan mengunjungi dan menggunakan
fasilitas olahraga sebanyak 5 jawaban
dengan jumlah persentase 4 persen,
responden dengan tujuan mengunjungi
fasilitas hiburan dan rekreasi sebanyak 4
jawaban dengan jumlah persentase 3% dan
responden yang memiliki tujuan untuk
mengunjungi budaya sebanyak 6 jawaban
dengan jumlah persentase 5 persen.
Terdapat responden yang bertujuan
mengunjugi tempat religius sebanyak 6
jawaban dengan jumlah persentase 5
persen, responden yang bertujuan
mengunjungi atraksi kesenian seperti tarian
dan kerajinan lokal sebanyak 3 jawaban
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 262-286
@STPS 2017, All Rights Reserved
277 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
dengan jumlah persentase 2 persen.
Responden yang mengunjugi Global
Geopark Batur dengan tujuan melihat dan
merasakan keramahan dan keramatamahan
penduduk setempat sebanyak 8 jawaban
dengan jumlah persentase 6 persen.
Terdapat responden yang memiliki tujuan
untuk mengunjugi aktivitas terntu sebanyak
3 jawaban dengan jumlah persentase 2
persen, terdapat tujuan responden yang
mengunjungi Global Geopark Batur untuk
menikmati panorama alam sebanyak 8
jawaban dengan jumlah persentase 2
persen. Terdapat juga responden lain
memiliki tujuan untuk mengujungi
akomodasi wisata yang berkualitas sebanyak
4 jawaban dengan jumlah persentase 3
persen, responden yang memiliki tujuan
untuk mengunjugi kegiatan ekowisata
sebanyak 9 jawaban dengan jumlah
persentase 7 persen, responden yang
bertujuan untuk melihat dan menikmati
festival atau event sebanyak 3 jawaban
dengan jumlah persentase 2 persen.
c. Posisi Destinasi Kawasan Geopark
Batur Kintamani berdasarkan Analisis
Destination Life Cycle
Berdasarkan hasil kajian potensi
produk wisata dari atribut atraksi wisata,
akses, fasilitas wisata, ketersediaan paket
wisata, aktivitas wisata di destinasi dan
prasarana pendukung destinasi wisata di
Kawasan Geopark Batur, maka analisis
Siklus Hidup Destinasi Wisata
menunjukkan bahwa destinasi ini berada
pada tahapan Konsolidasi (Consolidation)
dimana pada tahapan ini perekonomian
masyarakat lokal yang berada dekat dari
Objek Daya Tarik Wisata bersumber dari
industri pariwisata. Tingkat kunjungan
wisatawan meningkat namun mengalami
fluktuasi yang cukup signifikan pada
periode tertentu. Meskipun data kunjungan
wisatawan pada tahun 2016 mengalami
peningkatan hingga 13,89 persen namun
belum mampu mengembalikan kejayaan
pesona Kintamani seperti pada era tahun
1990-an (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Bangli, 2017). Kawasan wisata
di Kintamani sempat kehilangan
kejayaannya bahkan masih berusaha untuk
mendapatkan kembali kepercayaan
wisatawan untuk datang berkunjung.
Banyak ditemui fasilitas wisata seperti hotel
dan restoran yang sudah tidak beroperasi
dan bangunannya terbengkalai bahkan
menghalangi jarak pandang ke Kaldera
Gunungapi Batur (hasil wawancara dengan
Ibu Tri, Pengelola Penginapan Bumi Ayu,
pada tanggal 24 Mei 2017).
Kemajuan teknologi dan arus
globalisasi yang kian pesat menuntut para
pelaku wisata di kawasan Geopark Batur
untuk lebih tanggap dengan pasar atau
karakter wisatawan masa kini. Fasilitas yang
sudah tua dan tidak memberi ragam
produk semakin kurang diminati.
Masyarakat lokal yang berperan besar
sebagai penggerak roda industri juga masih
memerlukan binaan dan membangun
kesadaran mereka akan pentingnya
mewujudkan konsep berkelanjutan
terutama karena Kintamani merupakan
Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus
(KDTWK). Potensi alam dan budaya yang
dimiliki kawasan harus dikonservasi agar
masyarakat tidak kehilangan kesempatan
untuk menawarkan atraksi alam dan budaya
yang menjadi daya tarik utama.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 262-286
@STPS 2017, All Rights Reserved
278 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
d. Analisis SWOT dan Analisis Strategi
Pengembangan Produk Wisata
berbasis Edukasi
Tahapan ini akan mengidentifikasi
berbagai faktor-faktor internal (kekuatan
dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal
(peluang dan ancaman) pada kawasan
wisata Geopark Batur (baik dari sisi
wisatawan dan potensi wisata) yang
kemudian dikaji kedalam matriks SWOT
sebelum merumuskan strategi yang
dikelompokan menjadi empat bagian,
dimana strategi tersebut berdasarkan
prinsip-prinsip dan konsep produk wisata
edukasi yang bermuara untuk menghasilkan
educational tourist experience. Adapun
data kuesioner terkait analisis kondisi
internal dan eksternal ini didapatkan
melalui Focus Group Discussion (FGD)
yang dijawab oleh 10 orang responden yang
terdiri dari 8 orang respoden berasal dari
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Bangli (Bidang Pengelola Daya
Tarik Wisata; Bidang Pemasaran; dan
Bidang Pengendalian Daya Tarik Wisata);
Kepala Desa Batur Tengah (I Made
Sasmika); Ketua Local Working Group
(Nyoman Muliawan). Adapun data kajian
Matriks SWOT adalah sebagai berikut:
Tabel 3
Matrik SWOT
ANALISIS INTERNAL (Internal Factor Analysis Strategy) Bobot Relatif Rating Skor
KEKUATAN (STRENGHT (S))
Memiliki daya tarik Pemandangan dan pedesaan (alam), Suasana damai
dan tenang, Minat Bersejarah, Situs Pendidikan, Liburan Budaya,
Arsitektur, Fasilitas Hiburan dan Rekreasi dan Tempat Keagamaan
4.3 0.0799 3.6 0.2877
Memiliki berbagai kegiatan seperti bersepeda, off road (motor dan mobil),
pemandian air panas, menikmati pemandangan di danau dengan kapal,
jogging, tracking ke Gunung Batur, Berkemah, Meneliti tanaman dan
bebatuan.
4.3 0.0799 3.5 0.2797
Pengunjung dapat memanfaatkan keuntugan dari destinasi untuk menikmati
waktu senggang, liburan dan rekreasi, menghindari keramaian & hiruk
pikuk kehidupan sehari-hari, transit dan kegiatan beragama / ziarah. 3.9 0.0724 3 0.2174
Memiliki Museum Geologi dan Gunung Api yang memiliki pengetahuan
khusus untuk Keahlian Geologi. 4.4 0.0817 3.5 0.2862
Peran Adat dan peraturan adat masih kental dan sangat terlibat dalam
masyarakat. 4 0.0743 3.1 0.2304
Geopark Global Geopark Network memiliki penduduk lokal yang unik dan
gaya hidup tradisional di wilayahnya seperti Desa Trunyan & Desa Pinggan
yang kaya akan latar belakang sejarah dan keunikan agama.
4.2 0.0780 3.5 0.2732
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 262-286
@STPS 2017, All Rights Reserved
279 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
JUMLAH 25.1 0.4665 1.5749
KELEMAHAN (WEAKNESS (W)) Bobot Relatif Rating Skor
Event, Ekowisata, Keramahan dan keramahtamahan penduduk setempat
belum menjadi daya tarik, bahkan minat budaya, masakan, pendidikan dan
pelatihan, olahraga belum menjadi faktor utama untuk berkunjung.
4.3 0.0799 2.4 0.1918
Kawasan wisata tidak dikelola dengan baik. 4.4 0.0817 1.6 0.1308
Pemanfaatan media promosi elektronik dan internet kurang dari 10%, yang
menyebabkan kurangnya informasi pada setiap objek wisata. 4.1 0.0762 2.1 0.1600
Kurangnya transportasi umum yang tersedia ke lokasi wisata (3% bus dan
1% taksi) 3.5 0.0650 2.1 0.1366
Kurangnya etika masyarakat setempat saat menyambut kedatangan
wisatawan, seperti pedagang lokal yang memaksa turis untuk membeli
barang dagangan.
4 0.0743 2 0.1486
Banyak fasilitas pariwisata seperti restoran dan hotel yang dibangun di
sekitar pemandangan Gunung Batur yang megah sehingga menghalangi
pandangan luas ke atraksi alam ini. 4.4 0.0817 1.6 0.1308
Praktisi lokal pariwisata memiliki keterampilan dan pengetahuan yang
sangat rendah dalam mengelola daya tarik wisata mereka. 4 0.0743 2.1 0.1561
JUMLAH 28.7 0.5334 1.0550
Total Bobot x Skor untuk Faktor Internal 53.8 1 2.6299
ANALISIS EFAS (External Factor Analysis Strategy) Bobot Relatif Rating Skor
KESEMPATAN (OPPORTUNITY (O))
Bagian dari Global Geopark Network (GGN) atau jaringan taman bumi
global. 4.2 0.0762 3.6 0.2744
Lebih dari 50% turis di usia produktif, 70% di antaranya berpendidikan,
sarjana, magister, dan doktor 3.3 0.0598 2.7 0.1617
Potensi pasar yang tersedia dari semua jenjang pendidikan di Bali 3.8 0.0689 3.2 0.2206
Kemajuan dan kemudahan teknologi. 3.6 0.0653 3.1 0.2025
Batur memilikinya budaya tradisional dan keunikan (Desa Terunyan &
Pura Dalem Belingkang) untuk dikembangkan sebagai Desa Wisata
berbasis Budaya dan Pendidikan.
4.5 0.0816 3.6 0.2940
Kawasan konservasi yang melindungi ekosistem untuk mendukung (flora,
fauna, keanekaragaman hayati) 4.1 0.0744 2.9 0.2157
Memiliki Situs Kajian Geografis (Geosite), Budaya, Agrowisata, dan
Gunung Api sebagai investasi di Sektor Pariwisata 4.2 0.0762 3.3 0.2515
JUMLAH 27.7 0.5027 1.6206
ANCAMAN (THREAT (T)) Bobot Relatif Rating Skor
Munculnya berbagai pencemaran alam di sekitar Danau Batur 4.1 0.07441 1.6 0.1190
Adanya tambang batu alam dan pasir yang mengancam sumber daya alam
Gunung Batur 4.2 0.07622 1.5 0.1143
Citra yang buruk dari masyarakat lokal (terutama pedagang acung dan local
guide) 3.7 0.06715 1.9 0.1275
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 262-286
@STPS 2017, All Rights Reserved
280 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Pengembangan infrastruktur pendukung pariwisata (akomodasi dan
restoran) yang tidak terkendali 4.2 0.07622 1.5 0.1143
Banyak Kawasan Wisata dibangun di area rawan tanah longsor dan tidak
aman 4 0.07259 1.5 0.1088
Kegiatan wisata mengancam budidaya Ikan Mujair di Danau Batur 3.5 0.06352 1.8 0.1143
Sumber daya pariwisata yang tidak dapat dikelola dengan baik terutama
sumber daya alam 3.7 0.06715 1.6 0.1074
JUMLAH 27.4 0.49727 0.8059
Total Bobot x Skor untuk Faktor Eksternal 55.1 1 2.4266
Sumber: Data Diolah Peneliti (2017)
Berdasarkan analisis faktor internal
(IFAS) dan analisis faktor eksternal (EFAS)
di Geopark Batur, Kintamani maka
didapatkan 4 set formulasi alternated
strategi yang disajikan dalam TOWS
matriks sebagai berikut:
a. Strategi Strenght Opportunities (SO):
yaitu strategi yang meningkatkan indikator
kekuatan dari Geopark Batur Kintamani
untuk merebut peluang sebagai berikut:
1. Menggarap pasar pelajar yang
berpendidikan untuk menikmati destinasi
dengan maksimal terutama untuk
meningkatkan kunjungan ke Museum
Gunung Api Batur.
2. Menyediakan program Kelompok
Kerja Nyata (KKN) dengan bekerja sama
dengan universitas negeri dan swasta.
3. Mengelola produk wisata yang ada
dan bekerja sama dengan masyarakat lokal
maupun para akademisi dan staf ahli untuk
menyusun sarana informasi bagi para
pengunjung dengan lebih komprehensif
dan mudah dipahami.
4. Menjaga dan merawat potensi wisata
alam serta melakukan konservasi pada
ekosistem yang terancam punah namun
menjadi keunikan bagi destinasi baik
kekayaan hayati, budaya maupun natural.
5. Memaksimalkan peranan
masyarakat lokal dengan menawarkan
program sadar wisata dan pelatihan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan dan
pengelolaan destinasi wisata.
b. Strateggi Strenght Threats (ST): yaitu
strategi yang disusun dengan cara
menggunakan semua kekuatan dari
Geopark Batur Kintamani untuk mengatasi
ancaman sebagai berikut:
1. Melakukan zonasi yang jelas tentang
area galian yang bisa dan tidak bisa
dilakukan oleh masyarakat umum.
2. Melakukan penyuluhan terkait
pentingnya menjaga kelestarian attraksi
alam dan sumber kehidupan bagi
masyarakat kintamani khususnya Danau
Batur.
3. Membangun citra yang baik dengan
membenahi sarana prasarana dan
profesionalitas para pelaku industri melalui
pelatihan bekerja sama dengan Asosiasi
Pariwisata; Akademisi; atau relawan yang
memiliki pemahaman serupa untuk
membantu meningkatkan industri
pariwisata di Kintamani.
4. Bekerja sama dengan Dinas
Perikanan atau Non Govermental
Organization (NGO) yang memiliki
pemahaman tentang konservasi ekosistem
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 262-286
@STPS 2017, All Rights Reserved
281 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
khususnya dalam hal ini ikan mujair di
Danau Batur.
5. Melakukan dialog atau diskusi
mendalam bersama pemerintah setempat
terkait batasan atau aturan yang pasti untuk
pembangunan fasilitas pariwisata
(akomodasi dan restoran) di sepanjang
kawasan wisata Gunung dan Danau Batur.
6. Mengidentifikasi bangunan yang
tidak layak atau non produktif serta
produktif untuk mengantisipasi bencana
yang tidak diharapkan terutama pada
kawasan rawan longsor.
c. Strategi Weakness Opportunities (WO):
yaitu strategi yang disusun dengan cara
meminimalkan kelemahan dari Geopark
Batur Kintamani untuk menguatkan
peluang yang ada, sebagai berikut:
1. Meminimalisir kegiatan promosi
yang konvensional dengan menyusun
strategi promosi menuju digitalisasi sesuai
dengan strategi promosi Kementrian
Pariwisata seperti memanfaatkan aplikasi,
media sosial, media elektronik, dan
peningkatan branding dengan mengadakan
perhelatan khusus secara berkala setiap
tahunnya seperti Festival atau Perlombaan
di kawasan Geopark Batur, Kintamani.
Kegiatan branding juga dapat dilakukan
dengan menjadi sponsor atau menambah
anggaran media promosi melalui elektronik
atau iklan. Selain itu melebarkan jaringan
dengan mengundang aktifis atau kaum
muda yang kreatif untuk menyusun
promotional tools yang menarik dan
mudah diingat di benak konsumen dalam
jangka panjang.
2. Menghapuskan pedagang acung di
sekitar kawasan wisata karena mampu
memberi citra negatif bagi kualitas atraksi
yang ditawarkan serta pengelola destinasi itu
sendiri.
3. Meminimalisir tenaga atau pelaku
wisata yang tidak profesional dan tidak
memiliki pemahaman terkait pengelolaa
kepariwisataan.Melakukan lokakarya
berkala bagi para pelaku wisata terkait
teknik pelayanan, berbahasa asing yang
baik, dan psikologi pelayanan di kawasan
Batur Global. Serta memaksimalkan
kinerja Local Working Group yang sudah
dibentuk untuk mengelola potensi wisata di
masing – masing daerah dengan
membandingkan atau studi literatur
destinasi sejenis dan kebutuhan pasar
dewasa ini.
4. Meminimalisir keluhan wisatawan
terkait ketidaknyamanan berkunjung ke
Kintamani, dengan menyusun Paket Wisata
Edukasi. Paket wisata khusus ini untuk
memberikan pengalaman edukasi sekaligus
berlibur yang menyenangkan dan
bermanfaat.
5. Meninimalisir dampak negatif dari
industri pariwisata. Bekerja sama dengan
akademisi untuk melakukan kajian terkait
pengembangan destinasi dan produk wisata
alternatif sperti edukasi dan ekowisata yang
mengacu kepada konsep berkelanjutan.
6. Meninimalisir korban pengguna
jalan menuju kawasan Gunung Batur
karena berbatu, berlubang, dan berpasir.
Melakukan peningkatan sarana dan
prasarana seperti aksesibilitas dan
transportasi umum dan perbaikan jalan
utama menuju kawasan Geopark Batur
Kintamani.
7. Melestarikan keunikan Desa
Terunyan serta mempromosikan keunikan
tradisi dengan menawarkan pengalaman
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 262-286
@STPS 2017, All Rights Reserved
282 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
mengunjungi Desa Terunyan, mempelajari
sejarah nya serta menikmati kuliner lokal
yaitu Ikan Mujair yang dikelola langsung
oleh masyarakat lokal. Melibatkan
masyarakat lokal lebih aktif mulai dari
perencanaan sampai dengan pengelolaan
destinasi wisata.
8. Mengurangi kesan negatif dan
kurangnya kesadaran wisatawan atau target
pasar terkait destinasi wisata dengan
membuat video promosi yang menarik
dengan menggunakan peralatan yang masa
kini serta konsep promosi yang sesuai
dengan target market yaitu kaum pelajar,
penikmat alam, petualang, dan pemerhati
alam serta budaya.
d. Strategi Weakness Threat (WT): yaitu
strategi yang disusun dengan cara
meminimalkan kelemahan dari Geopark
Batur Kintamani untuk menghindari
ancaman, sebagai berikut:
1. Mengembangkan destinasi wisata
dengan menambah sarana prasarana yang
sesuai dengan karakter produk yaitu
edukasi; petualangan; budaya; pertanian;
dan alam.
2. Merencanakan dan mengadakan
event berskala nasional dan internasional di
kawasan Danau Batur, Kintamani.
3. Membina atau menghapuskan
pedagang acung di sekitar kawasan wisata.
Pemerintah daerah diharapkan menindak
tegas para pedagang acung yang
meresahkan wisatawan dengan memastikan
pemanfaatan Pasar Seni di Penelokan
Kintamani.
4. Menambah penunjuk arah dan
sarana informasi terkait berbagai objek daya
tarik wisata.
5. Menyusun peta wisata yang
memudahkan para wisatawan khususnya
pada atraksi wisata budaya (Desa
Terunyan); atraksi wisata alam (Gunung
dan Danau Batur; serta Hutan Lindung dan
Geopark Batur); atraksi wisata pertanian;
sumber mata air panas (toya bungkah) dan
atraksi wisata buatan (Musium Gunung Api
Batur).
5. Mengevaluasi kinerja Local
Working Group (LWG) secara berkala.
6. Menyediakan pemandu wisata yang
profesional dan mampu memberikan
informasi terkait destinasi wisata.
Berdasarkan tabel 2 tentang Matrik
SWOT Geopark Batur, Kintamani maka
didapatkan titik koordinat sumbu X dengan
mengurangi skor total komponen Strenght
(S) dengan skor total komponen Weakness
(W) sebagai berikut: 1,575 – 1,055 = 0.52
(bernilai positif). Sementara titik koordinat
sumbu Y diperoleh dengan mengurangi
skor total komponen Opportunity (O)
dengan skor total komponen Threat (T)
sebagai berikut: 1.621 – 0.806 = 0.815
(bernilai positif). Maka berdasarkan
diagram bobot dan rating SWOT diketahui
bahwa Geopark Batur, Kintamani berada
pada kuadran I yaitu Growth Oriented
Strategi dimana kondisi ini masih
menguntungkan jika destinasi mampu
memanfaatkan peluang dan kekuatan yang
dimiliki untuk tumbuh dan berkembang.
Adapun strategi pengembangan produk
wisata alternatif berbasis yang dapat
dilakukan ssadalah sebagai berikut:
a. Menyusun paket wisata edukasi dimulai
dari Musium Gunung Api Batur untuk
mempelajari sejarah Gunung Batur serta
kekayaan geografis yang terkandung di
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 262-286
@STPS 2017, All Rights Reserved
283 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
dalamnya baik alam, budaya, dan sejarah,
kemudian menuju kawasan Geopark Batur
untuk mempelajari secara langsung
kekayaan Geosite dan keindahan kaldera
Batur, dilanjutkan dengan menikmati
keindahan Danau Batur sebagai sumber
kehidupan dan mata air di Pulau Bali dan
hidupnya berbagai ekosistem danau salah
satunya ikan mujair yang menjadi kuliner
khas di Kintamani; mengunjungi Desa
Terunyan untuk mempelajari sejarah salah
satu Desa Bali Kuno dan keunikan cara
penguburan mayat di bawah pohon Taru
Menyan; dan diakhiri dengan wisata
pertanian seperti sayuran organik, buah
jeruk, markisa, terong belanda, cengkeh
dan kopi Kintamani. Kegiatan perjalanan
edukasi ini harus dikelola oleh masyarakat
lokal sehingga masyarakat akan tertantang
untuk selalu meningkatkan kemampuan
dan menghargai potensi alam, budaya
maupun buatan yang tersedia demikian
berlimpahnya di Kintamani.
b. Mengembangan strategi promosi digital
dengan memanfaatkan media sosial dan
elektronik serta mengurangi kegiatan
promosi media cetak yang tidak terlalu
perlu. Penyusunan materi prmosi dapat
melibatkan aktivis muda yang kreatif dan
memiliki visi yang sama untuk
mengembangkan destinasi. Selain itu,
destinasi wisata melalui Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Bangli juga perlu
menyusun gift away yang bermanfaat
dengan desain yang menarik serta kualitas
yang baik untuk meningkatkan citra selain
karena Geopark Batur telah menjadi salah
satu warisan taman bumi dunia (GGN).
c. Melakukan pelatihan sadar wisata dan
pengelolaan wisatawan khususnya Eropa
dan Asia yang paling banyak mengunjungi
destinasi serta wisatawan domestic yang
sangat tertarik untuk menikmati kuliner dan
swafoto berlatar belakang Danau dan
Gunung Batur. Potensi ini harus
dimaksimalkan dan di kembangan dengan
membangun objek swafoto atau festival
kuliner yang mengangkat kuliner lokal
seperti contohnya Ikan Mujair Batur yang
sangat authentic. Selain itu upaya
meningkatkan kesadaran akan branding
baru melalui predikat sebagai salah satu
Global Geopark Network, Geopark Batur
juga dapat merangkai kegiatan festival
gunung api Batur dengan merangkul
stakeholder untuk
mengimplementasikannya.
d. Mengembangkan pasar pelajar yang
berpendidikan untuk menikmati destinasi
dengan maksimal terutama untuk
meningkatkan kunjungan ke Museum
Gunung Api Batur mengingat rata – rata
pengunjung berlatar pendidikan yang tinggi
hingga pasca sarjana. Kondisi ini
membuktikan bahwa Geopark Batur,
Kintamani perlu menyusun promosi wisata
dan mengemasnya dengan lebih atraktif
dan bekerja sama institusi akademisi dan
praktisi yang memilki visi yang sama tidak
hanya pada musim liburan sekolah namun
secara berkala dan seasonal.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 262-286
@STPS 2017, All Rights Reserved
284 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Diagram 1
Kuadran Analisis SWOT
Sumber: Data Olahan Peneliti (2017)
K E S I M P U L A N D A N S A R A N
Berdasarkan kajian diatas maka
penelitian ini menemukan fakta bahwa
secara umum kawasan wisata Geopark
Batur ini memiliki potensi yang cukup kuat
untuk dikembangkan sebagai produk wisata
edukasi. Hal tersebut terlihat dari
tersedianya daya tarik dan aktivitas wisata
yang dapat dimanfaatkan seperti yang
terkait dengan bahasa dan budaya daerah
lokal, seni arsitektur, music, kehidupan
masyarakat desa, kegiatan tentang
kepedulian lingkungan dan alam, serta flora
dan fauna, hingga memperdalam
ketertarikan akan warisan budaya dan
tempat-tempat bersejarah. Berbagai potensi
tersebut dapat memberikan educational
tourist experience bagi wisatawan.
Sedangkan dari sisi pasar atau wisatawan
yang mengunjungi kawasan ini, memiliki
pasar potensial yang tinggi dimana lebih
dari 70% wisatawan berlatar belakang
pendidikan tinggi (pasca sarjana). Meskipun
jika dilihat dari segi motivasi, sebagian besar
wisatawan masih tergolong „tourism first‟
dibanding „education first‟. Namun hal
tersebut masih dapat ditingkatkan dengan
mengembangkan pasar pada segmen study
tour atau perjalanan yang dilakukan oleh
pelajar dalam tingkat sekolah, universitas
baik domestik atau internasional, termasuk
sekolah bahasa, kunjungan sekolah dan
pertukaran pelajar.
Adapun strategi yang dapat digunakan
dalam mengembangkan pariwisata edukasi
di kawasan wisata Batur Global Geopark
adalah dengan cara memanfaatkan image
Global Geopark Network untuk
memperkenalkan produk melalui media
elektronik dan internet, terutama melalui
berbagai jenis sosial media yang semakin
berkembang. Menangkap pasar potensial
Kekuatan Kelemahan
Peluang
Ancaman
Y
( 0,520 ; 0,815 )
Kuadran I Kuadran III
Kuadran IV Kuadran II
Mendukung Strategi
Agresif
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 262-286
@STPS 2017, All Rights Reserved
285 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
terutama kalangan pelajar, mulai dari SD,
SMP, SMA hingga perguruan tinggi, serta
mengemas atraksi dan aktivitas wisata
dengan unsur-unsur edukasi. Sedangkan
untuk meminimalisir kelemahan dapat
dilakukan dengan cara melibatkan
masyarakat lokal dalam berbagai aktivitas
wisata serta sosialisasi tentang sapta pesona
(prinsip-prinsip penyelenggaraan pariwisata)
sehingga image masyarakat lokal akan
semakin baik. Beberapa strategi tersebut
juga perlu didukung oleh para pembuat
kebijakan (baik aparat desa, pemerintah
lokal maupun pusat) terutama terkait
dengan pencemaran alam di sekitar danau
dan hutan, aktivitas tambang batu alam dan
pasir, serta aturan tentang tata kelola
pembangunan sarana prasarana pendukung
pariwisata (akomodasi dan restoran).
Strategi tersebut perlu diimplementasikan
secara terintegrasi dan menyeluruh agar
dapat saling mendukung antara pariwisata
dan edukasi atau dengan kata lain
menciptakan pariwisata edukasi.
D A F T A R P U S T A K A
Anonim, “Green Growth 2050 Road Map
For Bali Sustainable Tourism
Development”. Kementrian
Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif,
Republik Indonesia, 2015.
Anonim, “Master Plan Batur Inner Kaldera
Geopark Bali Indonesia”.
Kementrian Pariwisata Dan Ekonomi
Kreatif, Republik Indonesia, 2011.
Anonim. 2014. “UNWTO 2014”. Tourism
Highlights 2014 Edition.
Anonim. 2016. “Kecamatan Kintamani
Dalam Angka 2016”.
(www.banglikab.bps.go.id, diakases
pada tanggal 10 November 2016).
Anonim. 2016. “Buku Panduan Museum
Gunungapi Batur”. Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Bangli.
Buhalis, Dimitrios, “Marketing The
Competitive Destination Of The
Future”. Tourism Management 21:
97 – 116.
(www.elsevier.com/locate/tourman,
diakses pada tanggal 17 Agustus
2013), 2000.
Cooper, Chris. et.al., “Tourism Principles
and Practice”. England: Longman,
1993.
Data Kunjungan Wisatawan Pada Kota
Atau Kabupaten Di Bali.
(http://www.disparda.baliprov.go.id/infor
masi/2013, diakses Pada Tanggal 5
Januari 2015).
Dickman, Sharron, “Tourism An
Introductory Text”. Australia:
Edward Arnold (Australia) Pty Ltd,
1989.
Prihtiyani, Eny. 8 Oktober 2012. “Kaldera
Batur Ditetapkan sebagai Taman
Bumi
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 262-286
@STPS 2017, All Rights Reserved
286 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Global”.(http://travel.kompas.com/read/
2012/10/08/15392836/Kaldera.Batur.Dit
etapkan.sebagai.Taman.Bumi.Global,
diakses pada tanggal 12 Oktober
2012).
Goeldner, Charles R., and J.R. Brent
Ritchie. 2009. ”Tourism Principles,
Practice, and Philosophies”. Eleventh
Edition. New Jersey: John Wiley &
Sons, Inc.
Jaafar, Mastura et.al. 2014. “Geopark
Ecotourism Product Development: A
Study On Tourist Differences”. Asian
Social Science. Volume 10, Number
11: 42 – 55. (http://dx.doi.org/, diakses
pada tanggal 11 Januari 2015).
Jennings, Gayle. 2001. “Tourism
Research”. Australia: John Wiley &
Sons Australia, Ltd.
Leiper, N. 1990. “Tourism Systems”.
Department of Management Systems,
Occasional Paper 2, Massey
University, Auckland, New Zealand.
Leksakundilok, Anucha. 2004.
“Community Participation In
Ecotourism Development In
Thailand”. Thesis. Australia:
University Of Sidney.
Mason, Peter. 2003. “Tourism Impacts,
Planning and Management”. Oxford:
Butterworth – Heinemann.
Pitana, I Gde, dan I Ketut Surya Diarta,
“Pengantar Ilmu Pariwisata”.
Yogyakarta: C.V. ANDI OFFSET,
2009.
Prayag, Girish, “Image As Pull Factors Of
A Tourist Destination: A Factor –
Cluster Segmentation Analysis”.
Tourism Analysis, Vol.15, pp. 1 – 14,
2010.
Ritchie et al., “Aspects of Tourism: 10,
Managing Educational Tourism”.
Channel View Publications, 2003.
Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D”. Cetakan Ketiga.
Bandung: Alfabeta, 2007.
UNESCO. 2015. “Global Network Of
National Geoparks”.
(http://www.globalgeopark.org., diakses
pada tanggal 15 Januari 2015).
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 2,p.287-299
@STPS 2017, All Rights Reserved
287 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
PENGARUH DAYA TARIK WISATA PANTAI GANDORIAH TERHADAP MOTIVASI KUNJUNGAN WISATAWAN
DI KOTA PARIAMAN
The Attractiveness Effect On The Motivation Of Tourist
To Visit Gandoriah Beach
Titing Kartika¹
STIEPAR YAPARI, Bandung.
Septy Indrianty²
STIEPAR YAPARI, Bandung.
Sonya Putri Yuliani ³
Alumni STIEPAR YAPARI, Bandung,
ABSTRAK
Daya tarik wisata merupakan salah satu motivasi pendorong wisatawan untuk
berkunjung ke sebuah destinasi wisata. Pantai Gandoriah merupakan sebuah daya
tarik wisata yang berada di Kota Pariaman, provinsi Sumatera Barat. Berdasarkan
data kunjungan wisatawan tahun 2016, banyak wisatawan yang telah datang
mengunjungi Pantai Gandoriah, yang terkenal dengan kecantikan alam dan empat
pulau yang berada disekitar pantai dan budaya tabuiknya. Daya tarik wisata
merupakan salah satu faktor penting dalam menarik motivasi wisatawan untuk
berkunjung. Daya tarik wisata yang baik dapat memotivasi wisatawan untuk
berkunjung. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi daya tarik wisata
yang ada di Pantai Gandoriah, mengidentifikasi motivasi berkunjung wisatawan
serta mengetahui seberapa erat hubungan antara daya tarik wisata dengan motivasi
kunjungan wisatawan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif
kuantitatif, Dalam penelitian ini ditetapkan sampel untuk pengumpulan data
melalui penyebaran kuesioner adalah sebesar 100 orang yang dari hasil
perhitungan Metode Slovin. Masing-masing pertanyaan kuesioner diberi
pembobotan dengan menggunakan skala Likert. Kemudian digunakan
perhitungan Korelasi Pearson Product Moment untuk mengukur hubungan antar
variabel. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa secara keseluruhan
daya tarik wisata berpengaruh terhadap motivasi berkunjung, hal ini dilihat dari
nilai atraksi, aksesbilitas dan sarana dan prasarana mempengaruhi motivasi sebesar
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 2,p.287-299
@STPS 2017, All Rights Reserved
288 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
47%, selebihnya atau sebesar 53% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
diikutsertakan dalam penelitian ini
Kata Kunci : Daya tarik wisata, Motivasi Kunjungan
ABSTRACT
The Tourist attraction is one of the driving motivations of tourists to visit a tourist
destination. Gandoriah Beach is a tourist attraction located in Pariaman City,
West Sumatra Province. Based on data tourism visit 2016, many tourists visited
Gandoriah Beach is well known with the beauty of beach and the four islands
around the beach and the culture of Tabuik. Tourist attraction is one of the most
important things to motivate tourist to visit. A good tourist attraction will motivate
tourists to visit a destination. The purpose from this research was to identify the
tourist attraction of Gandoriah Beach, identified the tourist motivation, and
analyze the correlation between the tourist attraction with visiting tourists
motivation of Gandoriah Beach. This study used descriptive quantitative method.
In the study presenting determined the sample of data collection through 100
people questionares which obtained from the calculation method of slovin. Each
questionares is given a weighting questions using likert scale.then used Pearson
Product Moment Correlation to measure the relationship between variabels. The
result shows that, overall the attractiveness visitors on the motivations appeal of a
visit, this can be seen from the value of the attractions, accessbility and amenitas
affect motivation about by 47%, or the rest of 53% influenced by other factors not
included in the study.
Keywords: Tourist attraction, Visiting motivation
Riwayat Artikel :
Diajukan: 03 Agustus 2017
Direvisi: 16 September 2017
Diterima: 30 September 2017
P E N D A H U L U A N
Perkembangan kepariwisataan di
Indonesia diarahkan pada
peningkatan peran pariwisata dalam
kegiatan ekonomi yaitu meningkatkan
investasi sektor pariwisata yang dapat
menciptakan lapangan kerja serta
kesempatan berusaha dengan tujuan
untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat serta penerimaan devisa
negara yang mana sesuai dengan
Undang - Undang Nomor 10 tahun
2009 tentang kepariwisataan yang
menyatakan bahwa penyelenggaraan
kepariwisataan ditujukan untuk
meningkatkan pendapatan nasional
dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat, memperluas dan
memeratakan kesempatan berusaha
dan lapangan kerja, mendorong
pembangunan daerah,
memperkenalkan dan
mendayagunakan objek dan daya
tarik wisata di Indonesia serta
memupuk rasa cinta tanah air dan
mempererat persahabatan antar
bangsa.
Perjalanan wisata dilakukan oleh
manusia untuk memenuhi
kebutuhannya dalam mencari suatu
pengalaman baru yang belum pernah
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 2,p.287-299
@STPS 2017, All Rights Reserved
289 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
mereka dapatkan sebelumnya.Faktor
- faktor yang mempengaruhi
seseorang untuk melakukan
perjalanan wisata ini menjadi hal yang
sangat menarik untuk dijadikan
arahan dalam pengembangan daya
tarik wisata.
Motif atau faktor yang
mempengaruhi para wisatawan dapat
dijadikan acuan untuk para pelaku
pariwisata dari mulai pemerintah,
penyedia jasa wisata, pengelola tempat
wisata dalam menentukan kebijakan-
kebijakan maupun keputusan yang
sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan dari wisatawan itu sendiri.
Jadi melakukan perjalanan wisata
merupakan salah satu kebutuhan yang
harus dipenuhi untuk keluar dari
kejenuhan bekerja terutama bagi
penduduk dari negara-negara yang
telah maju, salah satunya Indonesia
yang memiliki daya tarik objek wisata
yang beraneka ragam mulai dari
wisata alam, sejarah, budaya dan
wisata bahari.
Sumatera Barat adalah salah satu
propinsi yang memiliki
keanekaragaman daya tarik wisata dan
tempat-tempat objek wisata yang
bervariasi dan wisatawan bisa memilih
objek dan daya tarik apa saja sesuai
dengan keinginanan wisatawan mulai
dari wisata budaya, sejarah, gunung,
pulau yang mana belum semuanya
diketahui oleh wisatawan. Daya tarik
dan objek wisata yang ada di
Sumatera Barat bisa menjadi tempat
berwisata dan menjadi daya tarik
wisatawan yang berkunjung dan
menjadi daftar kunjungan wisatawan
ke salah satu kota nya yaitu Kota
Pariaman.Kota Pariaman sebagai kota
otonom dengan perjuangan yang amat
panjang menuju kota yang defenitif,
Kota Pariaman akhirnya resmi
terbentuk sebagai kota otonom pada
tanggal 2 Juli 2002 berdasarkan
Undang-Undang No 12 Tahun 2002
tentang pembentukan Kota Pariaman
di Provinsi Sumatera Barat. Kota
Pariaman terbentang pada jalur
strategis lintas Sumatera Bagian Barat
yang menghubungkan propinsi
Sumatera Utara dan propinsi
Sumatera Barat, berjarak sekitar 56
km dari Padang dan sekitar 25 km
dari Bandara Internasional
Minangkabau. Kota ini berada pada
ketinggian antara 2 m sampai dengan
35 m di atas permukaan laut. Kota ini
memiliki luas daratan 73,36 km²
dengan panjang pantai kurang lebih
12,00 km serta luas perairan laut
282,69 km² dengan beberapa pulau
kecil.
Daya tarik wisata di kota ini
adalah pantainya yang landai dan
bersih serta memiliki empat pulau
yang dua diantara pulau tersebut
sudah menjadi daya tarik dan
kunjungan wisatawan yaitu Pulau
Angso Duo dan Pulau Kasiak dan
Penangkaran Penyu yang juga
menjadi destinasi kunjungan ke Kota
Pariaman, Serta atraksi wisata yang
paling terkenal dan paling banyak
menarik wisatawan adalah pesta
budaya tabuik yang dilaksanakan satu
kali setiap tahunnya pada tanggal 1
sampai 10 Muharram yang banyak
menarik wisatawan domestik dan
internasional. Terbukti dari data
statistik yang ada wisatawan yang
berkunjung ke objek wisata Kota
Pariaman khususnya ke Pantai
Gandoriah semakin meningkat setiap
tahun.
TABEL 1
Jumlah Kunjungan Wisatawan Objek
Wisata di Kota Pariaman Tahun
2011-2016
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 2,p.287-299
@STPS 2017, All Rights Reserved
290 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kota Pariaman,2017
Dari tabel 1 di atas, terlihat
bahwa jumlah pengunjung objek
wisata Kota Pariaman mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun.
Salah satu objek wisata yang banyak
dikunjungi oleh wisatawan adalah
Pantai Gandoriah karena wisatawan
yang datang ke Kota Pariaman akan
memasuki gerbang Pantai Gandoriah
dan kegiatan event dan atraksi wisata
juga lebih di pusatkan di Pantai
Gandoriah. Untuk berlibur ke Pantai
Gandoriah, wisatawan tidak perlu
mengeluarkan biaya masuk ke pantai
ini.Pemeritah Kota Pariaman
membebaskan biaya masuk ke Pantai
Gandoriah guna meningkatkan
kunjungan wisata.Bahkan fasilitas
parkir dan keamaan dibuat di dalam
lokasi wisata agar wisatawan tetap
nyaman selama berlibur di Pantai
Gandoriah.
Pantai Gandoriah terletak di
Kecamatan Pariaman Tengah tepat
berada di Pusat Kota
Pariaman.Keindahan secara fisik
Pantai Gandoriah relatif landai
dengan kemiringan 0-2%. Bagian
pinggiran sebagian kecil ditumbuhi
pohon pinus dan pohon kepala dan
lahan sekitar pantai merupakan
daerah urban / kota serta
pemukiman. Pemandangan /
landscape cukup menarik untuk
dinikmati karena kondisi lingkungan
pantai yang relatif terjaga. Warna
pasir kuning gading tanpa lumpur,
kondisi air laut dekat pantai tidak
bening, agak keruh terutama jika
hujan, tinggi ombak maksimal 1,2
meter, lebar pantai maksimal 15
meter. Berbagai atraksi wisata
ditawarkan oleh objek daya tarik
wisata Pantai Gandoriah dari wisata
aktif seperti surfing, berenang, olah
raga pantai.
Wisatawan yang datang
berkunjung ke Pantai Gandoriah
bukan hanya termotivasi melihat
atraksi wisata yang bersifat pasif
seperti menikmati view panorama
pantai /sunset tetapi juga menikmati
suguhan ciri khas masakan nasi sek,
sala lauk, keripik udang yang dijual
dan dihasilkan oleh masyarakat lokal
Kota Pariaman dan cindera mata khas
Kota Pariaman. Selain itu wisatawan
juga bisa melakukan kegiatan
berwisata religi ke Pulau Angso Duo
yang berada dekat dengan Pantai
Gandoriah.Untuk menuju pulau ini
wisatawan menyewa perahu atau
speedboat, wisatawan hanya
memerlukan waktu 20 menit
perjalanan.Selain menikmati alam
wisatawan bisa menikmati kegiatan
seperti snorkerling, berenang, foto-
foto serta menikmati kuliner dan
minuman yang sudah tersedia di
sekitar pulau.Tidak hanya itu daya
tarik wisatawan berkunjung ke Pulau
Angso Duo juga di motivasi ingin
berziarah ke makan sepanjang 5
meter yang merupakan makam dari
kerabat ulama besar di
minangkabau.Disini pun telah
tersedia musholla untuk melakukan
shalat.
Tahun
Jumlah Wisatawan (Orang)
Mancanegara Domestik Jumlah
2012 121 750.200 750.321
2013 34 791.624 791.658
2014 73 1.233.668 1.233.741
2015 1.146 2.674.523 2.675.699
2016 628 2.907.194 2.907.822
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 2,p.287-299
@STPS 2017, All Rights Reserved
291 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Jika dilihat dari motivasi
wisatawan yang datang ke Kota
Pariaman sangatlah beraneka ragam,
karena pesona dan daya tarik
wisatawan untuk datang berkunjung
juga memiliki tujuan dan minat yang
bervariasi.Jika melihat potensi yang
dimiliki, Pantai Gandoriah memiliki
daya tarik dan keunikan. Atas dasar
latarbelakang tersebut maka tujuan
dalam penulisan jurnal ini adalah
untuk mengetahui daya tarik wisata
Pantai Gandoriah bagi wisatawan,
untuk mengetahui motivasi wisatawan
berkunjung ke Pantai Gandoriah, dan
untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh daya tarik wisata terhadap
motivasi kunjungan wisatawan ke
Pantai Gandoriah.
L A N D A S A N T E O R I
K o n s e p D a y a T a r i k W i s a t a
Daya tarik wisata Menurut
Happy Marpaung (2002:78): “adalah
suatu bentukan dari aktifitas dan
fasilitas yang berhubungan, yang dapat
menarik minat wisatawan atau
pengunjung untuk datang ke suatu
daerah atau tempat tertentu”. Objek
dan daya tarik wisata sangat erat
hubungannya dengan travel
motivation dan travel fashion, karena
wisatawan ingin mengunjungi serta
mendapatkan suatu pengalaman
tertentu dalam
kunjungannya.Menurut Oka A Yoeti
(2010 :34-35). Daya tarik wisata itu
(Tourist Attractions), pada suatu
daerah tujuan wisata pada dasarnya
ada tiga hal yang selalu menjadi
pertanyaan wisatawan kalau
berkunjung, yaitu :
1. Something to see
Artinya pada setiap daerah tujuan
wisata hendaknya selalu ada yang
menarik untuk dilihat atau
disaksikan, aneh, unik, dan langka
yang menjadi daya tarik, mengapa
wisatawan perlu datang ke daerah
tujuan wisata tersebut.
2. Something to do
Artinya pada suatu daerah tujuan
wisata itu, hendaknya selain
banyak yang dapat dilihat atau
disaksikan, juga banyak rekreasi
yang dapat dilakukan, sehingga
tidak monoton.
3. Something to buy
Artinya hal ini penting sekali
dalam bisnis
pariwisata.Wisatawan itu tidak
dapat dipisahkan dari oleh-oleh,
sebagai kenang-kenangan telah
datang berkunjung ke daerah
tujuan wisata tersebut.Karena itu,
cendera mata khas daerah sudah
harus disediakan, walau bentuk
apapun.
Daya tarik wisata menurut
Undang- Undang No. 10 tahun 2009
menyatakan: Daya tarik wisata adalah
segala sesuatu yang memiliki
keunikan, kemudahan, dan nilai yang
berupa keanekaragaman kekayaan
alam, budaya, dan hasil buatan
manusia yang menjadi sasaran atau
kunjungan wisatawan.
Suwantoro (2014:19) objek
dan daya tarik wisata dikelompokan
kedalam 3 jenis :
1. Objek dan daya tarik wisata
alam: merupakan objek dan
daya tarik wisata ciptaan
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 2,p.287-299
@STPS 2017, All Rights Reserved
292 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Tuhan yang maha Esa,yang
berwujud keadaan alam dan
flora dan fauna.
2. Objek dan daya tarik wisata
budaya : merupakan daya
tarik wisata yang lebih
memperhatikan adat istiadat
dan kebudayaan suatu daerah
seperti tarian–tarian, upacara
adat, dan lain-lain yang
berkaitan dengan kebudayaan.
3. Objek dan daya tarik wisata
minat khusus :merupakan
objek dan daya tarik wisata
yang khusus dilakukan oleh
wisatawan yang memiliki hobi,
seperti wisata arung jeram,
surfing.
Menurut Janiaton Damanik dan
Helmut F. Weber (2006 : 11) :
“Berhasilnya suatu tempat
menjadi daerah objek dan daya tarik
wisata sangat tergantung pada tiga A,
yaitu atraksi, aksesbilitas, dan
amenitas,
1. Atraksi dapat dibedakan
menjaditigayakni:
a. Atraksi alam meliputi
pemandangan alam, pantai,
gunung, sungai dan lain-lain
b. Atraksi budaya meliputi
peninggalan–peninggalan
bersejarah seperti candi, adat
istiadat.
c. Adapun atraksi buatan
manusia seperti, kebun raya
bogor, taman safari, festival,
pameran, taman impian jaya
ancol dan lain-lain.
2. Aksesbilitas, mencakup
keseluruhan infrastruktur
transportasi yang
menghubungkan wisatawan
dari tempat tinggalnya
menuju tempat wisata dan
selama wisatawan berada di
daerah tujuan wisata.
3. Amenitas,yaitu tersedianya
fasilitas–fasilitas seperti tempat
penginapan, restoran, tempat
hiburan dan lain-lain”.
M o t i v a s i W i s a t a w a n
Motivasi wisatawan melakukan
perjalanan wisata salah satunya untuk
mecari kegembiraan dan
kesenangan.Menurut Handoko
(2001:225)“motivasi adalah suatu
keadaan dalam pribadi yang
mendorong keinginan individu untuk
melakukan keinginan tertentu guna
mencapai tujuan” sedangkan Menurut
Oka A. Yoeti (2006:1) sebab-sebab
orang melakukan perjalanan wisata
antara lain:
1. Ingin melihat bangsa–bangsa
lain, bagaimana tata cara
hidup mereka sehari-sehari,
cara mereka bekerja dan
menggunakan waktu
senggangnya.
2. Ingin melihat dan
menyaksikan sesuatu yang
istimewa, unik dan berbeda
dengan yang lainnya.
3. Untuk memperoleh
wawasan yang lebih luas,
meningkatkan saling
pengertian dan melihat apa
yang terjadi di negara lain.
4. Untuk mengikuti suatu
peristiwa(event) tertentu dan
ingin berpartisipasi dalam
event dimaksud.
5. Untuk menghilangkan
kebosanan atau stress yang
dialami.
6. Menggunakan kesempatan
yang ada, mumpung ada
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 2,p.287-299
@STPS 2017, All Rights Reserved
293 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
waktu dan badan masih
sehat.
7. Untuk mengunjungi tanah
leluhur nenek moyang,
orang tua dan kota tempat
kita dilahirkan.
8. Untuk tujuan kesehatan,
berobat, atau olahraga di
tempat yang dikunjungi.
9. Ingin melihat perkembangan
ekonomi dan teknologi yang
dicapai suatu negara.
10. Ingin melakukan
petualangan, mencari sensasi
atau ingin menemukan
sesuatu yang baru yang
belum pernah dilakukan.
J e n i s M o t i v a s i
Motivasi menurut Macintos
(dalam Oka A Yoeti 2010 : 4-6)
mengatakan bahwa motivasi
dikelompokkan dalam 4 besar, yaitu:
1. Physiological motivations (motivasi
yang bersifat fisik atau fisiologis)
Motivasi ini banyak hubunganya
dengan hasrat untuk mengembalikan
kondisi fisik(Recovery) beristirahat,
santai, berolah raga, atau
pemeliharaan kesehatan agar
kegairahan bekerja timbul kembali
dll.
2. Cultural motivation (motivasi
budaya) Motivasi ini erat sekali
kaitannya dengan keinginan untuk
melakukan perjalanan wisata agar
dapat melihat dan menyaksikan hasil
kebudayaan negara-negar lain, the way of life penduduknya, hasil
kebudayaannya, adat istiadatnya yang
banyak berbeda dengan bangsa
lainnya.
3. Social motivation atau interpersonal motivation (motivasi
yang bersifat sosial). Motivasi ini
berhubungan dengan keinginan untuk
melihat tanah kelahiran, kampung
nenek moyangnya berasal. Semuanya
ini memotivasi mereka untuk
mengunjungi tanah leluhurnya, kota
tempat ia dilahirkan, jadi motivasi
perjalanan wisata ini didorong adanya
keinginan untuk mengunjungi
saudara, kerabat, kenalan, kawan-
kawan, ingin mencari teman sama-
sama bermain waktu kecil dulu.
4. Status dan Prestige Motivation(status dan pretise), yaitu
banyaknya orang yang melakukan
perjalanan wisata merupakan suatu
peningkatan status atau pretisenya.
Motivasi ini kurang rasional, karena
kepergiannya sebenarnya hanya untuk
memperlihatkan pada tetangga atau
teman satu kantor bahwa mereka
mampu untuk melakukan adakalanya
perjalanan wisata., jadi sifat perjalanan
wisatanya dilakukan sangat emosional,
dan dihubungkan dengan perjalanan
bisnis, dinas, pendidikan, profesi,
hobi dan lain-lain.
M E T O D E P E N E L I T I A N
Dalam mengumpulkan dan
menganalis data, langkah yang penting
adalah menentukan populasi karena
merupakan sumber data penelitian
yang dapat dijadikan sebagai objek
penelitian. Menurut Sugiyono (2008 :
115) :“Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek
atau subjek tertentu yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik
kesimpulannya”.Populasi dalam
penelitian ini adalah Wisatawan disini
diartikan sebagai orang-orang yang secara
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 2,p.287-299
@STPS 2017, All Rights Reserved
294 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
faktual sedang melakukan perjalanan ke
objek tersebut. Mengingat populasi
wisatawan pada waktu penelitian
dilakukan tidak diketahui dengan pasti,
maka penelitian menggunakan teknik
accidental sampling.Sehingga kuesioner
dibagikan kepada responden yang
ditemui secara kebetulan dengan
jumlah 100 responden.
Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif kuatitatif dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif.
Menurut Sugiyono (2008:29) bahwa,
Penelitian deskriptif, yaitu suatu
metode yang berfungsi atau
memberikan gambaran terhadap
objek yang diteliti melalui data sample
atau populasi sebagaimana adanya,
tanpa melakukan analisis dan
membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum.Metode kuantitatif
menurut Sugiyono (2008:13)
menyatakan bahwa “Metode
Kuantitatif adalah metode yang
berlandaskan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, teknik
pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan secara random,
pengumpulan data menggunakan
instrumen peneltian.
Operasional variabel dalam
penelitian ini yaitu daya tarikyang
menjadi variabel bebas (X) yang mana
penelitian ini memiliki tiga aspek
variabel, yaituAtraksi, Aksesbilitas,
Sarana dan Prasarana. Selanjutnya,
motivasi sebagai variabel terikat (Y)
memiliki empat aspek variabel, yaitu
Physical motivation, cultural
motivation, interpersonal motivation,
dan satus and prestige motivation.
Instrumen penelitian ini
menggunakan skala likert. Skala
likertmenurut Sugiyono (2013:94)
yaitu skala digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat responden
tentang fenomena sosial. Dengan
Skala likert maka variabel akan
diukur dan dijabarkan menjadi
indikator variabel, kemudian
indikator tersebut dijadikan sebagai
titik tolak ukur menyusun item-item
instrumen yang dapat berupa
pertanyaan baik yang bersifat
favorable (positif) maupun
unfavorable (negatif).
P E M B A H A S A N
D a y a T a r i k W i s a t a
Hasil analisis dari tanggapan
responden terhadap variabel daya
tarik yang ada di Pantai Gandoriah,
bahwasanya mayoritas responden
penelitian memberikan jawaban
setuju (positif) dengan tingkat
cumulative percent mencapai 80 %.
Dari hasil analisis dari atraksi wisata
yang ada di Pantai Gandoriah, yang
menjadi daya tarik utama yaitu dari
atraksi wisata alam dan budaya.
Keindahan, kebersihan dan kesejukan
suasana Pantai yang dikelilingi empat
pulau yaitu Pulau Kasiak, Pulau
Angso Duo, Pulau Tangah dan Pulau
Ujuang yang mana salahsatunya sudah
banyak dikunjugi wisatawan yaitu
wisata ke Pulau Angso Duo dan event
dan kegiatan budaya yaitu atraksi
budaya Tabuik yang telah menjadi
event tahunan Kota Pariaman dalam
memperingati kematian hasan dan
husen cucu Nabi Muhammad SAW
yang akhir dari ritualnya pembuangan
tabuik ke Pantai Gandoriah. Daya
Tarik budayanya mampu
mendatangkan wisatawan baik
domestik maupun mancanegara dan
berbagai macam event yang diadakan
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 2,p.287-299
@STPS 2017, All Rights Reserved
295 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
di Pantai Gandoriah seperti event
musik, budaya, dan bisnis. Wisatawan
juga dapat melakukan berbagai
aktifitas wisata Pantai seperti
berenang, surfing, olahraga pantai,
bersepeda dan membeli soevenir
yang tersedia disekitar Pantai
Gandoriah.
Aksesbilitas menuju Pantai
Gandoriah Kota Pariaman sangat
mudah dijangkau oleh berbagai
macam transportasi diantaranya
kereta api, bus, mobil pribadi, sepeda
motor. Informasi dan papan
penunjuk tujuan wisata Pantai
Gandoriah sudah sangat mudah di
akses walaupun dari Bandara BIM
menuju Pantai Gandoriah dengan
akses jalan yang sangat bagus,
didukung oleh penunjuk lokasi yang
memudahkan wisatawan menuju
objek wisata Pantai Gandoriah.Sarana
dan Prasarana yang ada di Pantai
Gandoriah sudah memenuhi standar
ideal sebuah daya tarik wisata dengan
adanya akomodasi Hotel yang tidak
jauh dari Pantai Gandoriah serta
restoran, cafe, pondok-pondok
makan sekitar pantai serta tersedianya
kamar bilas, toilet dan mesjid yang
berlokasi tidak jauh dari Pantai
Gandoriah dan Pulau Angso Duo.
Senada dengan daya tarik
wisata Menurut Happy Marpaung
(2002:78): “adalah suatu bentukan
dari aktifitas dan fasilitas yang
berhubungan, yang dapat menarik
minat wisatawan atau pengunjung
untuk datang ke suatu daerah atau
tempat tertentu”. Objek dan daya
tarik wisata sangat erat hubungannya
dengan travel motivation dan travel
fashion, karena wisatawan ingin
mengunjungi serta mendapatkan
suatu pengalaman tertentu dalam
kunjungannya. Salah satunya produk
wisata yang mana semua produk yang
diperuntukan bagi atau dikonsumsi
oleh seseorang selama melakukan
kegiatan wisata.Produk wisata ini,
identik dengan potensi pariwisata
yang dikelola atau dikemas sehingga
menjadi aktraksi wisata, akan tetapi
tidak hanya atraksi wisata saja yang
menjadi produk wisata tetapi masih
ada lainnya yang merupakan produk
wisata seperti aksesbilitas dan
amenitas atau yang sering disebut
dengan tiga A, seperti yang
dikemukakan oleh Janiaton
Damanik dan Helmut F. Weber
(2006 : 11)
1. Motivasi Wisatawan
Hasil analisis dari tanggapan
responden terhadap motivisi
kunjungan wisatawan ke Pantai
Gandoriah bahwasanya mayoritas
responden penelitian memberikan
jawaban setuju (positif) dengan tingkat
cumulative percent mencapai 95 %.
Dari hasil analisis motivasi wisatawan
dari hasil pertanyaan variabel motivasi
bahwasanya motivasi wisatawan
berkunjung ke Pantai Gandoriah di
bagi menjadi empat jenis motivasi
yaitu :
1. Physical motivation yaitu
motivasi yang banyak
melakukan kegiatan tujuannya
untuk beristirahat, rekreasi,
olahraga dan menikmati
keindahan Pantai Gandoriah
2. Cultural motivation yaitu
motivasi yang berhubungan
dengan aktivitas budaya
dimana tujuan wisatawan ke
Pantai Gandoriah untuk
melihat tradisi masyarakat
lokal, berziarah ke kuburan
panjang yang ada di Pulau
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 2,p.287-299
@STPS 2017, All Rights Reserved
296 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Angso Duo yang tidak jauh
ditempuh melalui dermaga
Pantai Gandoriah.
3. Interpersonal motivation, yaitu
motivasi yang bersifat sosial.
Yang mana wisatawan yang
datang berkunjung ke Pantai
Gandoriah yaitu untuk
bertemu dan berkumpul
bersama teman sebaya,kerabat,
saudara dll.
4. Status dan prestige motivation.
Motivasi yang didorong untuk
memenuhi status dan prestise.
Yang mana wisatawan yang
datang ke Pantai Gandoriah
karena hobi, life style dan
tujuan bisnis.
Dilihat dari Analis Korelasi
berganda variabel daya tarik terhadap
motivasi sebesar 0,686 artinya adanya
hubungan yang kuat antar variabel
daya tarik dan motivasi .Hal ini
membuktikan bahwa daya tarik wisata
mempengaruhi motivasi wisatawan
untuk berkunjung ke Pantai
Gandoriah. Mengetahui motivasi
wisatawan merupakan hal yang
penting bagi Dinas Pariwisata Kota
Pariaman, pengelola objek wisata
dalam menentukan strategi yang baik
dalam meningkatkan jumlah
kunjungan. Motivasi wisatawan
berkunjung merupakan bagian dari
sikap dan keinginan untuk ingin tau
dan ingin menikmati dan merasakan
pengalaman yang akhirnya
mendorong wisatawan untuk
melakukan perjalanan wisata ke suatu
objek wisata.
2. Pengaruh Daya Tarik Wisata
Terhadap Motivasi Wisatawan
Besarnya pengaruh daya tarik
wisata Pantai Gandoriah terhadap
motivasi kunjungan wisatawan di Kota
Pariaman mencapai 47%Dikuatkan
oleh Suwantoro (2014:19): daya tarik
wisata yang baik mampu menarik
kunjungan wisatawan berkunjung,
serta dilengkapi fasilitas dan sarana
dan prasarana yang tentunya
dapatmenunjang aktivitas dan
kelancaran serta kenyaman wisatawan
selama melakukan perjalanan wisata.
Maka oleh sebab itu objek dan daya
tarik wisata sejatinya harus dijaga dan
dikelola secara profesional sehingga
dapat menambah dan menarik
wisatawan untuk lebih lama lagi
menikmati perjalanan wisata.sehingga
jika daya tarik ditingkatkan maka
motivasi wisatawan pun akan
meningkat dan tentunya jumlah
kunjungan pun mengalami
peningkatan.
Berdasarkan hasil hitung uji
koefisien determinasi (R2) diketahui
bahwa koefisien determinasi (R2)
yang diperoleh sebesar 0.470 atau 47
%. Hal ini berarti 47 % daya tarik
wisata Pantai Gandoriah dapat
mempengaruhi motivasi wisatawan
berkunjung ke Pantai Gandoriah dan
sisanya sebesar 53%, di pengaruhi
variabel-variabel lain yang tidak di
teliti dalam penelitian ini. Selanjutnya
berdasarkan hasil uji f Hipotesis
secara simultan bahwanya
h >nilai (28,413 >
3,009).Dengantingkatsignifikan
0,000lebihkecildari 5%.a. Sesuai
dengan hipotesis yang menyatakan
bahwa daya tarik wisata Pantai
Gandoriah berpengaruh signifikan
terhadap motivasi kunjungan
wisatawan di Kota Pariaman maka
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 2,p.287-299
@STPS 2017, All Rights Reserved
297 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
dengan ini H 0 di tolak dan Ha
diterima.
P E N U T U P
K e s i m p u l a n
Berdasarkan hasil analisis dari
pengolahaan data secara statistik yang
telah dipaparkan, maka dapat
disimpulkan hal – hal sebagai berikut
:
1.Hasil perolehan data mengenai
daya tarik wisata Pantai
Gandoriah termasuk ke dalam
“Baik”. Terlihat pada faktor daya
tarik dalam atraksi, khususnya
pada daya tarik alam, Pantai dan 4
Pulau yang mengelilingi Pantai dan
atraksi budaya dan event yang
diadakan di Pantai Gandoriah
serta didukung oleh aksesbilitas
dan sarana dan prasarana yang
baik.
2.Hasil perolehan data mengenai
motivasi kunjungan wisatawan ke
Pantai Gandoriah termasuk
kedalam kategori ”Baik”. Artinya,
daya tarik yang ada di Pantai
Gandoriah memotivasi berbagai
jenis motivasi wisatawan datang ke
Pantai Gandoriah yang mana
ditanggapi “Baik” oleh responden.
Hal ini merupakan peluang dan
kesempatan wisatawan untuk
menikmati daya tarik yang ada di
Pantai Gandoriah dan tentunya
mengembalikan suasana hati,
bersosialisasi, melihat kebiasaan
masyarakat lokal dan tentunya
meninggalkan pengalaman yang
berkesan dengan adanya motivasi
untuk melakukan perjalanan wisata
3. Berdasarkan hasil hitung sebesar
47% daya tarik wisata Pantai
Gandoriah berpengaruh terhadap
motivasi kunjungan wisatawan
sisanya sebesar 53%, di pengaruhi
variabel-variabel lain yang tidak di
teliti dalam penelitian ini.
S a r a n
1. Sarana untuk Pemerintah dan
pengelola untuk daya tarik wisata
Pantai Gandoriah agar dapat
selalu mempertahankan
keindahan dan kelestarian objek
wisata serta menambah dan
menciptakan tema-tema wisata
yang bisa menarik wisatawan,
menambah wahana permainan.
2. Saran untuk Pemerintah dan
pengelola untuk meningkatkan
motivasi wisatawan untuk
berkunjung ke Pantai Gandoriah
dengan cara menambah lebih
even dan kegiatan di Pantai
Gandoriah sehingga lebih
memotivasi wisatawan untuk
berkunjung ke Pantai Gandoriah
3. Hasil penelitian menunjukan
bahwa terdapat pengaruh yang
positif antara daya tarik wisata
terhadap motivasi kunjungan
wisatawan ke Pantai Gandoriah.
Dalam meningkatkan jumlah
kunjungan wisatawan ke Pantai
Gandoriah, Dinas Pariwisata dan
pengelola tentunya dapat
Merawat dan menambah fasilitas
umum di lokasi wisata Pantai
Gandoriah, karena setiap
wisatawan selalu menggunakan
fasilitas umum untuk keperluan
masing-masing. Fasilitas umum
seperti sarana ibadah, sarana
MCK, kamar ganti, sarana
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 2,p.287-299
@STPS 2017, All Rights Reserved
298 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
kebersihan tempat untuk
bersantai dan lainnya yang sangat
penting untuk ada dan dirawat
keberadaannya.
4. Pemerintah memiliki peran penting
dalam memperhatikan fasilitas-
fasilitas ini demi menjaga
kenyamanan wisatawan.
Pemerintah dan pengelola agar
dapat menambah atau
membangun pusat perbelanjaan
dan tempat penjualan produk
kerajinan khusus yang
berhubungan dengan produk khas
atau lokal dan cindera mata Kota
Pariaman di lokasi objek wisata.
Pusat perbelanjaan ini nanti dapat
menarik wisatawan lebih banyak
lagi ke pantai Gandoriah. Jika
pemerintah melihat kesempatan
ini dan mewujudkannya dalam
bentuk pusat perbelanjaan, maka
akan berimbas terhadap
perekonomian masyarakat
sekitarnya serta Kerja sama antara
pemerintah, pengunjung dan
masyarakat setempat sangat perlu
selalu dipertahankan dan
ditingkatkan untuk menciptakan
suasana yang aman,nyaman,dan
kondusif tentunya akan tercipta
suasana yang damai dan sejahtera.
D A F T A R P U S T A K A
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kota Pariaman.(2017). Buku Statistik Kepariwisataan Kota Pariaman 2016 dan 2017.
Kota Pariaman: Disbudpar.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kota Pariaman.Map Kota
Pariaman Provinsi Sumatra Barat dan SekitarnyaEdisi 01
2015.Kota Pariaman:
Disbudpar.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kota Pariaman.Brosur Pesta Hoyak Tabuik Piaman 2017.Kota Pariaman:
Disbudpar.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kota Pariaman.Brosur Pulau
Angso Duo.Kota Pariaman:
Disbudpar.
Damanik, J & Weber, H. F.(2006).
Perencanaan Ekowisata. Andi
Handoko, H. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia dan Personalia. Yogyakarta: UGM
Marpaung. H. (2002), Pengetahuan Kepariwisataan, Bandung: Alfabeta
Penerbit Gava Media,
Yogyakarta.
Profil Pemerintah Kota Pariaman
Diakses 18 Mei 2017.Dari
https://pariamankota.go.id.
Pantai Gandoriah, Primadona Wisata
Masyarakat PariamanDiakses
2 Agustus 2017.Dari
www.indonesiakaya.com
R, Basiya & Rozak, H.A.
(2012).Kualitas daya tarik
wisata, kepuasan dan minat
kunjungan kembali wisatawan
mancanegara di Jawa
Tengah.Jurnal Dinamika Kepariwisataan Vol. XI No. 1
Sayangbatti, D. P& Baiquni, M.
(2013).Motivasi dan persepsi
wisatawan tentang daya tarik
destinasi terhadap minat
kunjungan kembali di Kota
Wisata Batu.Jurnal Nasional Pariwisata Vol 5, no 2.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 2,p.287-299
@STPS 2017, All Rights Reserved
299 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Suwantoro, G (2004), Dasar-Dasar Pariwisata. Yogykarta, ANDI.
Undang Undang Republik Indonesia
No 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan
Yoeti, Oka A 2010. Dasar-dasar pengertian hospitality dan pariwisata.Bandung :
PT.Alumni
Yoeti, Oka A. 2006. Pariwisata Budaya: Masalah dan solusinya. Jakarta: PT.
Pradnya Paramita.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p.300-310
@STPS 2017, All Rights Reserved
300 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
PENGEMBANGAN KULINER SATE TAICHAN GORENG SEBAGAI ATRAKSI WISATA DI KOTA BEKASI
Ramon Hurdawaty¹, Maryetti², Sekar Ayu Dewinda³
Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta
[email protected]¹, [email protected]²
ABSTRAK:
Sate Taichan Goreng terletak di Galaxy dan Harapan Indah, Bekasi yang memiliki cita rasa dan
variasi menu yang unik. Ada Taichan Paha, Sayap Taichan, Sate Kulit, Sate Kikil, Sate Cumi-
Cumi, dan variasi Sate lainnya. Dalam penelitian ini, ingin mengetahui bagaimana
pengembangan kuliner Sate Taichan sebagai atraksi wisata kuliner di Bekasi. Sedangkan untuk
metode penelitian yang penulis gunakan adalah deskriptif dan juga menggunakan analisis
SWOT yang bertujuan untuk mencari dan mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman. Penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kalimat tertulis atau lisan dari
orang berpengaruh dan kompeten dalam pengelolaan Taichan Goreng. Teknik pengumpulan
data adalah data primer dan data sekunder, seperti observasi, wawancara, dokumentasi,
perpustakaan, dan internet. Atraksi wisata dari kuliner Sate Taichan Goreng yaitu what to see
meliputi bisa melihat cara membakar satenya tersebut, what to do dengan adanya fasilitas yang
ada dan mencicipi banyaknya pilihan menu yang ditawarkan, what to buy meliputi jenis
makanannya itu sendiri, what to arrived meliputi kendaraan yang digunakan bisa menggunakan
kendaraan pribadi dan jarak tempuh jika dari Jakarta memakan waktu kurang lebih satu jam,
dan what to stay terdapat penginapan atau hotel-hotel kecil yang ada di sekitar tempat tersebut.
Analisis SWOT terhadap pengembangan makanan Sate Taichan Goreng di Kota Bekasi,
khususnya Kota Bekasi menunjukkan bahwa posisi makanan sate taichan goreng berada pada
posisi Strengths-Opportunity (SO). Maka, perlu dilakukan program pengembangan dalam
rangka untuk memafaatkan kekuatan dan peluang yang ada di antaranya adalah: adaptasi menu,
melibatkan media masa, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, membuka pasar
tradisional, dan kreatif dalam mengolah sebuah makanan.
Kata kunci: taichan, atraksi, pengembangan kuliner
ABSTRACT
Sate Taichan Goreng is located in Galaxy and Harapan Indah, Bekasi which has a unique taste
and many variation menu. There are Taichan Paha, Taichan Wings, Sate Kulit, Sate Kikil, Sate
Cumi-Cumi, and other variation of Sate. In this study, like to know how Satay Taichan culinary
development as a culinary attraction in Bekasi. As for the research methods by the author used
is descriptive and also use SWOT analysis which aims to seek and know the strengths,
weaknesses, opportunites, and threats. The research that generates descriptive data in the form
of sentences written or oral from influential people and competent in the management of
Taichan Goreng. Technique to collect the data is primary data and secondary data, like
observation, interview, documentation, library, and internet. Tourist attractions from the
culinary Sate Taichan Goreng is “what to see”, inlude can see how to burn sate, “what to do”
with the existing facilities and tasted many menu choices offered, “what to buy” include the type
of food , “what to arrived” include a vehicle that used can use private vehicles and mileage if
from Jakarta takes approximately one hour, and “what to stay” there are inn or small hotels that
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p.300-310
@STPS 2017, All Rights Reserved
301 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
exist around the place. SWOT analysis on food development of Taichan in Bekasi City,
especially Bekasi City shows that the position of Sate taichan is in Strengths-Opportunity (SO)
position. Thus the development program needs to be done in order to utilize the strengths and
opportunities that exist are: menu adaptation, involving mass media, improving the quality of
human resources, opening up traditional markets, and creative in processing a food
Keywords: taichan, attraction, culinary development
Riwayat Artikel :
Diajukan: 03 Agustus 2017
Direvisi: 16 Agustus 2017
Diterima: 25 September 2017
P E N D A H U L U A N
Kuliner berasal dari bahasa Inggris
culinary yang memiliki arti sebagai sesuatu
yang digunakan dalam memasak atau
berkaitan dengan memasak. Menurut
Kementrian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif (2014), kuliner adalah kegiatan
persiapan, pengolahan, penyajian produk
makanan, dan minuman yang menjadikan
unsur kreativitas, estetika, tradisi, dan/atau
kearifan lokal; sebagai elemen terpenting
dalam meningkatkan cita rasa dan nilai
produk tersebut, untuk menarik daya beli
dan memberikan pengalaman bagi
konsumen.
Kota Bekasi merupakan salah
satu kota yang terdapat di provinsi Jawa
Barat, Indonesia. Kota ini merupakan
bagian dari megapolitan Jabodetabek dan
menjadi kota satelit dengan jumlah
penduduk terbanyak di Indonesia. Saat ini
Bekasi berkembang menjadi tempat tinggal
kaum urban dan sentra industri. Kota
bekasi juga dijuluki sebagai Kota Patriot
dan Kota Pejuang
Kota Bekasi terkenal dengan daerah
industri, jarang terkenal dengan pariwisata
atau pun kulinernya. Tetapi saat ini, Bekasi
ingin terlihat lebih maju dengan kulinernya,
yang sama dengan semboyannya “Bekasi
Maju, Sejahtera, dan Ihsan”. Kuliner
merupakan sebuah gaya hidup yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan sehari -
hari, karena setiap orang memerlukan
makanan yang sangat dibutuhkan sehari -
hari. Mulai dari makanan yang sederhana
hingga makanan yang berkelas tinggi dan
mewah. Semua itu, membutuhkan
pengolahan yang serba tepat dan enak.
Banyak yang menyukai jalan-jalan, bisa
dipastikan juga menyukai kuliner.
Tempat kuliner di Kota Bekasi yang
sedang jadi bahan pembicaraan banyak
masyarakat, yaitu Sate Taichan. Sate
Taichan mulai dikenal di kalangan
masyarakat Jakarta, khususnya anak muda
pada awal tahun 2016. Pelopor utama ada
di Senayan, dan sekarang sudah banyak
masyarakat yang membuka usaha Sate
Taichan, dari outlet maupun warung tenda
yang berjualan di pinggir jalan.
Saat ini Sate Taichan Goreng yang
merupakan salah satu kuliner favorit di
Bekasi berlokasi di Harapan Indah dan
Grand Galaxy. Makanan ini sangat ramai
diperbincangkan oleh masyarakat,
khususnya anak muda baik di Bekasi,
maupun di luar Bekasi. Di sosial media
terutama Instagram, anak muda ataupun
pengunjungnya memasang foto-foto mereka
dengan menu yang dipilihnya. Dikatakan
favorit, karenafollowers (pengikut) di
instagram Sate Taichan Goreng itu sendiri
sudah memiliki seratus ribu lebih pengikut,
serta sering kali mendapatkan empat
bintang dan banyak ulasan yang positif di
aplikasi zomato.
Sate Taichan Goreng ini sangat dikenal
oleh masyarakat tidak lain adalah karena
pemiliknya itu seseorang dari selebgram
yang sedang banyak dibicarakan oleh anak
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p.300-310
@STPS 2017, All Rights Reserved
302 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
muda. Dan juga karena menu yang
disajikan sangat bervariasi, sehingga
membuat pengunjung mempunyai pilihan.
Begitu juga dengan rasa gurih dan pedas
yang membuat pengunjung ingin mencoba
kembali.
Sate Taichan Goreng atau juga dikenal
sebagai Sate Jepang Pedas merupakan
restoran kecil atau kedai makan yang satu -
satunya di Bekasi telah menarik perhatian
pengunjung asli Bekasi maupun daerah
lainnya. Dibutuhkan waktu kurang lebih
satu jam untuk mencapai restoran tersebut
dari Jakarta.
Salah satu kebutuhan pokok manusia
adalah pangan. Dalam usaha memenuhi
kebutuhan tersebut bisa dilakukan dengan
penganekaragaman jenis makanan. Usaha
kuliner melihat peluang tersebut, sehingga
bermunculanlah kuliner-kuliner yang
menarik. Pada saat ini kuliner di Kota
Bekasi semakin menghadapi persaingan
yang tajam. Banyaknya bermunculan
kuliner-kuliner franchise dan kuliner dari
daerah lain.Ini memberi warna baru dalam
wisata kuliner di Kota Bekasi. Untuk itu
kuliner Sate Taichan Goreng di Bekasi
harus bisa mempertahankan diri dan
sekaligus harus memenangkan persaingan.
Berdasarkan latar belakang diatas
penulis tertarik untuk meneliti tentang
”Pengembangan Kuliner Sate Taichan
Goreng sebagai Atraksi Wisata di Kota
Bekasi.”
P E R U M U S A H M A S A L A H
Adapun perumusan masalah yang akan
diuraikan penulis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Apa saja atraksi wisata Sate Taichan
Goreng?
Bagaimana strategi pengembangan Sate
Taichan Goreng sebagai atraksi wisata di
Kota Bekasi?
T I N J A U A N P U S T A K A
Kuliner
Istilah kuliner di Indonesia dapat
dikatakan baru terdengar gaungnya sejak
tahun 2005 berkat “Wisata Kuliner”,
sebuah tayangan televisi yang meliput
tempat-tempat makan unik atau sudah
memiliki reputasi yang baik. Sejak saat itu,
kata kuliner menjadi semakin populer dan
menjadi sesuatu yang identik dengan
mencicipi berbagai jenis makanan dan
minuman. Di Indonesia belum ada sumber
resmi yang menyatakan definisi dari
kuliner, baik secara umum maupun dalam
konteks ekonomi kreatif. Secara bahasa,
kuliner diserap dari bahasa Inggris:
culinary–memiliki arti sebagai sesuatu yang
digunakan dalam memasak atau berkaitan
dengan memasak.
Kuliner menurut Kementrian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2014),
yaitu kegiatan persiapan, pengolahan,
penyajian produk makanan, dan minuman
yang menjadikan unsur kreativitas, estetika,
tradisi, dan/atau kearifan lokal; sebagai
elemen terpenting dalam meningkatkan cita
rasa dan nilai produk tersebut, untuk
menarik daya beli dan memberikan
pengalaman bagi konsumen.
Pengembangan Kuliner
Pada umumnya industri kuliner
didefinisikan lebih ke arah pelayanan
makanan dan minuman (food service). Hal
ini karena pada area tersebut lebih
dibutuhkan kemampuan dan keahlian
kuliner seperti memasak berbagai menu
makanan yang dilakukan di dapur dan
kemudian menyajikannya di sebuah piring
dengan penataan yang menggugah selera.
Seiring perkembangan dunia kuliner,
beberapa klasifikasi mulai memasukkan
produk makanan hasil olahan atau
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p.300-310
@STPS 2017, All Rights Reserved
303 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
kemasan ke dalam ruang lingkup kuliner,
yaitu untuk kategori specialty foods.
Berdasarkan The Specialty Food
Association, Specialty Foods didefinisikan
sebagai: Foods, beverages or confections
meant for human use that are of the highest
grade, style and/or quality in their category.
Their specialty nature derives from a
combination of some or all of the following
qualities: their uniqueness, exotic origin,
particular processing, design, limited
supply, unusual application or use,
extraordinary packaging or channel of
distribution/sale, the common denominator
of which is their unusually high quality”.
Atau dalam bahasa Indonesia: “Makanan,
minuman, maupun permen/olahan gula
untuk konsumsi manusia yang memiliki
kelas, model, dan kualitas tinggi pada
kelompoknya. Spesialisasi produk yang
pada akhirnya menyebabkan produk-
produk ini memiliki kualitas yang tinggi
muncul dari kombinasi beberapa atau
seluruh hal berikut: keunikannya,
keeksotisan asal mulanya, kekhasan proses
pembuatannya, desainnya, keterbatasan
jumlahnya, ketidakumuman
penggunaannya, ketidakbiasaan cara
pengemasannya, maupun ketidakbiasaan
cara distribusinya”.
Atraksi Wisata
Menurut Yoeti (1996:172)
menerangkan bahwa “Atraksi wisata
merupakan sinonim dari pengertian
entertainment, yaitu sesuatu yang
dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat
dilihat, dinikmati dengan melibatkan orang
lain.” Jadi atraksi wisata adalah sesuatu yang
menarik untuk dilihat, dirasakan, dinikmati
dan dimiliki oleh wisatawan, yang dibuat
oleh manusia dan memerlukan
persiapan terlebih dahulu sebelum
diperlihatkan kepada wisatawan.
Wisata Kuliner
Istilah wisata kuliner pertama kali
diperkenalkan oleh Lucy M. Long yang
seorang akademis pada tahun 1998 untuk
mengekspresikan idenya berbagi
pengalaman budaya melalui makanan.
Sejak saat itu International Culinary
Tourism Association mengadopsi istilah
“culinary tourism”. Wisata kuliner adalah
program yang mengangkat tema beragam
makanan, khususnya yang disajikan warung-
warung pinggir jalan dan berharga murah
serta dipenuhi pelanggan. Istimewanya,
tempat-tempat yang dikunjungi tersebar
diseluruh pojok kota, kabupaten, kota
propinsi atau Ibukota.
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Ketiga (2003) wisataadalah
berpergian bersama-sama (untuk
memperluas pengetahuan, bersenang-
senang, bertamasya). Sedangkan kuliner
berarti masakan atau makanan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa wisata kuliner adalah
perjalanan yang memanfaatkan masakan
serta suasana lingkungannya sebagai objek
tujuan wisata. Wisata kuliner dapat
ditemukan baik di daerah perkotaan
maupun pedesaan dan selalu tersedia
sepanjang tahun.
M E T O D O L O G I
P E N E L I T I A N
Pada penelitian ini, penelitian yang
digunakan adalah penelitian kualitatif dan
metode penelitian yang penulis gunakan
adalah deskriptif dan juga menggunakan
analisis SWOT yang bertujuan untuk
mencari dan mengetahui kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman.
Penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kalimat tertulis atau lisan
dari orang berpengaruh dan kompeten
dalam pengelolaan Taichan Goreng. Dan
teknik pengumpulan data adalah data
primer dan data sekunder, seperti
observasi, wawancara, dokumentasi,
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p.300-310
@STPS 2017, All Rights Reserved
304 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
perpustakaan, dan internet. Adapun sampel
dalam penelitian ini adalah responden yang
berkunjung ke Kota Bekasi untuk
menikmati Sate Taichan Goreng. Untuk
menentukan jumlah sampel digunakan
Purposive Sampling.
H A S I L D A N
P E M B A H A S A N
Sejarah Sate Taichan Goreng
Sate taichan adalah sate Jepang dan
salah satu menu kuliner yang unik dan
sedang hits di Senayan, Jakarta Pusat. Sate
taichan menggunakan daging ayam yang
sebelumnya sudah di potong kecil-kecil lalu
ditusuk dengan sebuah bambu atau kayu
dan langsung dibakar kemudian disiram
dengan sambal cabai rawit merah.
Walaupun sate taichan sebenarnya sudah
ada sejak beberapa tahun lalu, namun
semenjak kehadiran Sate Taichan Goreng
milik selebgram Rachel Vennya dan Niko
membuat nama sate taichan paling banyak
dicari oleh masyarakat yang penasaran apa
sebenarnya kelezatan sate taichan tersebut.
Pada pertengahan tahun 2015, Niko Al-
Hakim memiliki sebuah ide untuk
mengembangkan sate taichan menjadi
sebuah resto dengan variasi menu yang
lebih variatif dan belum ada
dimanapun. Ide awal sampai
pengembangannya, Niko pun menggarap
sendiri tetapi sang istri, Rachel membantu
di sisi pemasarannya.
Pada bulan Mei 2016, mereka
membuat resto pertamanya di Dago,
Bandung dengan alasan mereka memiliki
beberapa teman dari luar kota yang hobi
makan sate taichan kalau sedang di Jakarta.
Jadi founder tersebut ingin membuka resto
pertama di Bandung. Berkat antusias positif
dari penikmat kuliner, saat ini tercatat
sudah 6 cabang yang di buka, yaitu di
Tebet, Bandung, Harapan Indah, Malang,
Galaxy, dan Palembang hanya dalam waktu
8 bulan.
Peneliti sendiri memilih objek di
Harapan Indah, Bekasi karena ingin
membuka lebar seluk beluk dan kuliner
yang terdapat di Bekasi, yang bukan hanya
dijadikan kaum urban dan sentra bisnis.
Menu yang ditampilkan pun
menggugah selera, seperti taichan wings,
aglio olio taichan, sate taichan ayam paha,
sate usus, sate telur puyuh, sate kulit, sate
kikil, sate kerang, sate udang, sate cumi-
cumi, serta ramyeon.
Atraksi Wisata Sate Taichan Goreng di
Kota Bekasi
Di Kota Bekasi wisata kuliner
berperan dalam perkembangan pariwisata
kuliner, karena suatu obyek wisata akan
terasa jenuh dan kurang menarik apabila
dalam suatu obyek wisata tersebut tidak di
dukung oleh suatu tempat untuk menikmati
makanan khas daerah atau khas nusantara.
Akan tetapi dengan seiring majunya zaman
dan beranekaragam bentuk makanan
modern, maka para pelaku wisata kuliner
di Kota Bekasi juga mulai mengembangkan
makanan khas Kota Bekasi dan
mempunyai trik-trik sendiri agar dapat
bersaing dengan makanan modern dan
diberi pengarahan oleh pemerintah tentang
cara mengembangkan dan pengemasan
agar makanan khas Kota Bekasi dapat
bersaing dengan makanan modern yang ada
pada saat ini.
Masyarakat dan wisatawan merupakan
faktor yang sangat penting menjadi dalam
rencana pengembangan suatu tempat
wisata. Persepsi dan pendapat mereka
menjadi pertimbangan dalam menyusun
perencanaan atau kebijakan-kebijakan.
Persepsi masyarakat dan wisatawan
menunjuk adanya aktifitas mengindera,
menginterpretasi, dan memberi penilaian
terhadap obyek fisik maupun sosial.
Penginderaan ini tergantung pada stimulus
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p.300-310
@STPS 2017, All Rights Reserved
305 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
fisik maupun sosial dan lingkungannya.
Dengan demikian secara ringkasnya
persepsi dikatakan menyangkut penilaian
terhadap suatu obyek. Dalam penelitian ini
penilaian diberikan oleh pengunjung pada
wisata kuliner Sate Taichan Goreng di Kota
Bekasi.
Suatu atraksi wisata dapat menarik
untuk dikunjungi oleh wisatawan harus
memenuhi syarat-syarat untuk
pengembangan daerahnya. Syarat-syarat
tersebut adalah:
What to see
Ditempat tersebut harus ada objek dan
atraksi wisata yang berbeda dengan yang
dimiliki daerah lain. Dengan kata lain
daerah tersebut harus memiliki daya tarik
khusus dan atraksi budaya yang dapat
dijadikan “entertainment” bagi wisatawan.
What to see disini meliputi bisa melihat
membakar satenya tersebut.
What to do
Ditempat tersebut selain dapat dilihat
dan disaksikan, harus disediakan fasilitas
penunjang yang dapat membuat
pengunjung merasa nyaman ditempat
tersebut.
What to buy
Tempat kuliner tersebut yang bisa
dibeli hanyalah menu makanannya itu
untuk dinikmati.
What to arrived
Di dalamnya termasuk aksesbilitas,
bagaimana kita mengunjungi tempat kuliner
tersebut, kendaraan apa yang akan
digunakan dan berapa lama tiba ketempat
tujuannya tersebut.
What to stay
Bagaimana pengunjung akan tinggal
untuk sementara dan diperlukan
penginapan-penginapan, baik hotel
berbintang atau hotel non berbintang.
Deskripsi Hasil Survey
Karakteristik pengunjung terhadap
kuliner Sate Taichan yang berkunjung ke
Kota Bekasi berbeda-beda. Berdasarkan
100 kuesioner yang disebar diperoleh
karakteristik pengunjung sebagai berikut:
Karakteristik pengunjung (responden)
berdasarkan jenis kelamin
Dari sisi jenis kelamin responden yang
berkunjung ke Sate Taichan Goreng antara
lain laki-laki dan perempuan, diperoleh
data yang dapat dilihat pada tabel dan
gambar sebagai berikut:
Tabel 1. Karakteristik pengunjung
berdasarkan jenis kelamin
Jenis
kelamin
Jumlah %
Laki-laki 30 30%
Perempuan 70 70%
Jumlah 100 100
Sumber: diolah dari data
Karakteristik pengunjung (responden)
berdasarkan usia
Dari segi usia responden yang
mengunjungi Sate Taichan Goreng yang
dijadikan sampel dan mengisi angket,
diperoleh data yang dapat dilihat pada tabel
dan gambar berikut:
Tabel 2 Karakteristik pengunjungberdasarkan
usia
Usia Jumlah %
< 18 tahun 12 1
2
%
18 – 25 tahun 58 5
8
%
> 25 tahun 30 3
0
%
Jumlah 100 1
0
0
Sumber: diolah dari data
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p.300-310
@STPS 2017, All Rights Reserved
306 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Berdasarkan tabel dan diagram
diatas, dari rentang usia 18 tahun hingga
diatas 50 tahun dan yang paling banyak
berkunjung adalah berusia 18-25 tahun
yaitu 58% atau 58 orang.Hal ini dapat
disimpulkan bahwa pengunjung yang
berkunjung terbanyak pada usia remaja
dan dewasa.
a. Karakteristik pengunjung (responden)
berdasarkan jenis pekerjaan
Dari sisi jenis pekerjaan responden yang
mengunjungi Sate Taichan Goreng yang
dijadikan sampel dan mengisi kuesioner
berdasarkan jenis pekerjaan antara lain
pelajar atau mahasiswa, karyawan swasta
dan wiraswasta. Diperoleh data yang dapat
dilihat pada tabeldan gambar dibawah ini:
Tabel 1. Karakteristik pengunjung
berdasarkan jenis kelamin
Jenis
kelamin
Jumlah %
Laki-laki 30 30%
Perempuan 70 70%
Jumlah 100 100
Sumber: diolah dari data
Pengunjung berdasarkan tabel dan gambar
diatas diperoleh data bahwa pekerjaan
yang paling dominan adalah karyawan
swasta sebesar 50% atau 50 orang.
b. Karakteristik pengunjung (responden)
berdasarkan domisili
Dari sisi domisili responden yang
mengunjungi Sate Taichan Goreng yang
dijadikan sampel dan mengisi kuesioner
antara lain dari Kota Bekasi dan di luar
Bekasi. Data tersebut dapat dilihat pada
tabel dan gambar berikut:
Tabel 4. Karakteristik pengunjung
berdasarkan domisili
Domisili Jumlah %
Jakarta 30 30%
Tangerang 10 10%
Bekasi 50 50%
Lainnya 10 10%
Jumlah 100 100
Sumber: diolah dari data
Berdasarkan tabel dan gambar diatas
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
respondenyang berkunjung asli dari Kota
Bekasi dengan prosentase sebesar 50% atau
50 orang.
Strategi pengembangan Sate Taichan
Goreng sebagai atraksi wisata kuliner di
Kota Bekasi
Wisata kuliner Sate Taichan Goreng
di Kota Bekasi diproyeksikan sebagai pusat
jajan yang diharapkan ramai orang
membeli.Dari parapengunjung yang
dijadikan informan menyatakan bahwa
wisata kuliner Sate Taichan Goreng di Kota
Bekasi sangat layak jika dikembangkan
sebagai tujuan wisata kuliner, hanya saja
mereka memberikan beberapa catatan yang
berupa saran dan harapan yang perlu
diperhatikan dalam perencanaannya.
Saran dan harapan tersebut antara lain
harga dibuat tidak terlalu mahal, promosi
harus gencar. Jadi potensi yang ada
sangatlah mendukung, hanya saja perlu
dilakukan pembenahan.
Berdasarkan wawancara dengan
pemilik usaha Sate Taichan Goreng di Kota
Bekasi, upaya yang sudah dilakukan yaitu
membuat promosi melalui media sosial
dikarenakan pemilik tersebut seorang
selebgram yaitu orang atau artis yang
terkenal di media sosial instagram yang
diharapkan banyak perhatian atau disukai
oleh teman-teman dan pengguna instagram
lainnya. Banyak kendala atau permasalahan
yang dihadapi pengelola dalam upayanya
mendatangkan pengunjung sebanyak-
banyaknya dan menjadikan wisata kuliner
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p.300-310
@STPS 2017, All Rights Reserved
307 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Sate Taichan Goreng di Kota Bekasi
sebagai pusat jajan yang ramai antara lain:
Makin banyaknya usaha atau pedagang
pedagang kecil sate taichan.
Lokasi yang cukup jauh bagi
pengunjung diluar Bekasi.
Dalam upaya mengatasi permasalahan-
permasalahan tersebut, pihak pengelola
sudah melakukan berbagai langkah.
Langkah-langkah tersebut antara lain:
Memperbanyak variasi menu yang
berbeda dari yang lain, dan kemungkinan
tidak ada di pedagang sate taichan lainnya.
Membuat promosi atau aktif dalam
media sosial.
Pihak pengelola mempunyai rencana
yang akan dilaksanakan padamasa-masa
mendatang antara lain menambah fasilitas
atau sarana dan prasarana, meningkatkan
promosi, serta membuka cabang lebih
banyak. Upaya untuk dapat mendatangkan
pengunjung berkunjung ke Sate Taichan
Goreng di Kota Bekasi membutuhkan
kerjasama terintegrasi antar instansi
pemerintah, maupun masyarakat.Tempat
ini diproyeksikan sebagai salah satu ikon
pariwisata Kota Bekasi, namun keberadaan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata belum
dilibatkan dalam pengelolaannya. Padahal
untuk pengembangan wisata kuliner Sate
Taichan Goreng di Kota Bekasi seharusnya
ada kerjasama dan koordinasi yang
terintegrasi antar dinas di lingkungan
pemerintah Kota Bekasi agar proyek yang
menggunakan anggaran Pemerintah Daerah
dapat berhasil.
Dalam mengembangkan wisata kuliner
Sate Taichan Goreng di Kota Bekasi
sebagai tujuan wisata kuliner dibutuhkan
strategi-strategi yang tepat. Strategi-strategi
yang bisa ditempuh tersebut antara lain:
Meningkatkan kenyamanan,
keamanan, dan kepuasan pengunjung di
Sate Taichan Goreng di Kota Bekasi.
Membuka cabang lebih banyak.
Berdasar penjaringan data mengenai
asal informasi, mayoritas pengunjung
menyatakan mereka di ajak teman atau
saudara dan merasa penasaran dengan
makanan tersebut. Namun sesudah sampai
di tempat tersebut mereka kecewa karena
situasi yang sangat ramai dan merasa
kepanasan. Hal itu membuktikan bahwa
promosi yang paling efektif adalah dari
mulut ke mulut (word to mouth), yaitu
pengunjung yang datang terlebih dahulu
akan menceritakan pengalamannya kepada
orang lain sehingga orang lain tersebut
tertarik dan juga akan datang berkunjung.
Langkah yang harus ditempuh oleh
pengelola untuk meningkatkan
kenyamanan, keamanan, dan kepuasan
pada Sate Taichan Goreng di Kota Bekasi
antara lain:
Menyajikan makanan yang berkualitas
baik dari rasa, aroma, warna, variasi menu,
standard porsi, dan penyajian.
Menjaga kualitas pelayanan yang baik,
yaitu penampilan pelayan, keramahan,
kecepatan dan ketepatan atau keterampilan
dalam melayani pengunjung.
Standar harga yang ditetapkan sesuai
dengan yang didapatkan pengunjung.
Menciptakan suasana atau atmosphere
penampilan tempat meliputi keindahan,
dekorasi ruang, kebersihan, pengaturan
meja dan kursi, sehingga pengunjung
merasa nyaman.
Menjamin keamanan pengunjung dari
tindak kejahatan dengan cara menyediakan
tempat parkir yang dijaga dengan baik, serta
menjaga keamanan lingkungan di sekitar.
P E M B A H A S A N
Lingkungan yang dihadapi oleh kuliner
Sate Taichan Goreng di Kota Bekasi terdiri
dari lingkungan eksternal yang sulit
dikendalikan. Termasuk didalamnya adalah
adanya ancaman dan peluang usahayang
muncul dari pihak lain. Disamping itu
kuliner ini juga mempunyai lingkungan
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p.300-310
@STPS 2017, All Rights Reserved
308 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
internal yang dapat menghadapi ancaman
tersebut, sekaligus dapat meraih peluang
yang muncul. Lingkungan internal ini lebih
dapat dikendalikan dibandingkan dengan
lingkungan eksternal sebelumnya. Yang
termasuk didalamnya adalah kekuatan dan
kelemahan yang ada pada kuliner Sate
Taichan Goreng itu sendiri.
Lingkungan internal, terdiri dari
kekuatan dan kelemahan.
Kekuatan yang dimiliki kuliner Sate
Taichan Goreng di Kota Bekasi adalah
sebagai berikut:
Rasa masakan yang khas dan cocok
dengan selera banyak orang
Banyak variasi menu atau jenis
makanan yang ditawarkan
Tingginya minat pengunjung yang ingin
berkunjung ke Kota Bekasi
Kelemahan yang juga dimiliki oleh
kuliner tersebut adalah:
Harga yang sedikit mahal.
Sistem antriannya tidak teratur.
Lokasi yang cukup jauh dari
pengunjung yang berasal dari Jakarta
Lingkungan eksternal, terdiri dari
peluang dan ancaman yang mungkin diraih
oleh kuliner Sate Taichan Goreng di Kota
Bekasi adalah:
Semakin meningkatnya pengunjung,
membuat pemilik membuka cabang
lebih banyak.
Semakin banyaknya orang mengenal
Sate Taichan Goreng di Kota Bekasi
karena adanya promosi di instagram
yang pemiliknya pun seorang
selebgram yang banyak disukai orang.
Adanya dukungan pemerintah untuk
melakukan pengembangan wisata
kuliner di Bekasi.
Semakin berkembangnya wisata
kuliner
Sedangkan ancaman yang sedang
menghadang kuliner tersebut adalah:
Daya tarik Sate Taichan Goreng belum
begitu mendominasi.
Bermunculannya produk-produk
kuliner lainnya yang dapat menggeser
Sate Taichan Goreng.
Berdasarkan Matriks SWOT dapat
dipahami bahwa pengembangan wisata
kuliner Sate Taichan Goreng di Kota
Bekasi berada pada posisi Strengths
Opportunity (SO). Karena menciptakan
strategi untuk memanfaatkan peluang yang
ada, sehingga akan memberikan dampak
positif terhadap pengembangan wisata
kuliner Sate Taichan Goreng di Kota
Bekasi. Agar pengembangan wisata kuliner
Sate Taichan Goreng di Kota Bekasi
mampu menjadi tuan rumah sendiri, maka
perlu dilakukan program pengembangan,
baik bagi pihak pengolah makanan Sate
Taichan Goreng di industri pariwisata
maupun pada pihak pemerintah.
Program tersebut seperti :
Perlu dilakukan program
pengembangan dalam rangka untuk
memafaatkan kekuatan dan peluang yang
ada di antaranya adalah:
Adaptasi menu
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p.300-310
@STPS 2017, All Rights Reserved
309 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Pengembangan produk atau kreasi
menu restoran sebaiknya dimulai atau
diakhiri berdasarkan pada keinginan atau
pendapat konsumen. Terdapat berbagai
macam bentuk adaptasi menu yang dapat
dilakukan seperti menawarkan menu paket
dengan menampilkan menu utama.
Promosi di media massa
Dalam hal ini, perlu melibatkan media
massa dan para pelaku bisnis untuk
menulis semacam artikel mengenai
berbagai jenis makanan Sate Taichan
Goreng yang ada di Kota Bekasi. Semua
jenis makanan tradisional yang ada di Kota
Bekasi masing-masing memiliki latar
belakang tersendiri. Selain itu, perlu
bantuan dari media untuk melakukan kerja
sama dengan pihak pengelola agar dapat
dipromosikan jenis-jenis makanan
tradisional yang ada.
Meningkatkan kualitas Sumber Daya
Manusia
Sumber daya manusia diakui sebagai
salah satu komponen vital dalam
pembangunan pariwisata karena sebagai
salah satu industri jasa, sikap dan
kemampuan staf akan berdampak krusial
terhadap pelayanan pariwisata yang
diberikan kepada wisatawan yang secara
langsung akan berdampak pada
kenyamanan, kepuasan, dan kesan atas
kegiatan wisata yang dilakukannya. Kualitas
sumber daya manusia sangat penting dalam
meningkatkan kemampuan dan
profesionalisme, pemerintah perlu untuk
memberikan pelatihan khusus yang
terampil dalam bidang industri pariwisata.
Membuka pasar
Pasar adalah tempat yang mempunyai
unsur sosial, ekonomis, kebudayaan, politis
dan lain-lain, tempat pembeli dan penjual
(atau penukar tipe lain) saling bertemu
untuk mengadakan tukar-menukar. Dalam
hal ini belum tersedianya pasar tradisional
yang secara khusus menawarkan produk-
produk sate taichan goreng dan berbagai
jenis makanan tradisional yang ada di Kota
Bekasi.
Kreatif dalam mengolah sebuah
makanan
Kreativitas adalah kemampuan
seseorang untuk mencipta yang ditandai
dengan originalitas dalam berekspresi yang
bersifat imajinatif. Meningkatkan mutu
kualitas makanan Sate Taichan Goreng
serta dapat bersaing dengan makanan
lainnya maka sebagai pemilik sate taichan
goreng harus mampu dalam
mengkreasikan sebuah menu yang dapat
menarik minat pengunjung. maka dari itu
para pelaku dan mampu menciptakan
sebuah menu khususnya menu lokal agar
dapat bersaing dengan makanan lainnya.
S I M P U L A N
Dari informasi yang diperoleh, maka
dapat disimpulkan bahwa atraksi wisata dari
kuliner Sate Taichan Goreng yaitu what to
see meliputi bisa melihat cara membakar
satenya tersebut, what to do dengan adanya
fasilitas yang ada dan mencicipi banyaknya
pilihan menu yang ditawarkan, what to buy
meliputi jenis makanannya itu sendiri, what
to arrived meliputi kendaraan yang
digunakan bisa menggunakan kendaraan
pribadi dan jarak tempuh jika dari Jakarta
memakan waktu kurang lebih satu jam, dan
what to stay terdapat penginapan atau hotel-
hotel kecil yang ada di sekitar tempat
tersebut.
Diperlukan strategi pemasaran yang
lebih cocok untuk memasarkan Sate
Taichan Goreng dan dukungan banyak
pihak terutama pemerintah Kota Bekasi.
Pemerintah Kota Bekasi dapat mendesain
program pengembangan bagi wisata kuliner
di Kota Bekasi. Serta melakukan strategi
pengembangan membuka cabang lebih
banyak khususnya di Jakarta, meningkatkan
sarana adan prasarana yanga ada serta
meningkatkan kenyamanan, kepuasan dan
keamanan pengunjung tersebut.
Terkait dengan analisis SWOT
terhadap pengembangan makanan Sate
Taichan Goreng di Kota Bekasi, khususnya
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p.300-310
@STPS 2017, All Rights Reserved
310 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Kota Bekasi menunjukkan bahwa posisi
makanan sate taichan goreng berada pada
posisi Strengths-Opportunity (SO). Maka,
perlu dilakukan program pengembangan
dalam rangka untuk memafaatkan kekuatan
dan peluang yang ada di antaranya adalah:
adaptasi menu, melibatkan media masa,
meningkatkan kualitas sumber daya
manusia, membuka pasar tradisional, dan
kreatif dalam mengolah sebuah makanan.
D A F T A R P U S T A K A
A, Yoeti, Oka. Edisi Revisi 1996. Pengantar
Ilmu Pariwisata. Bandung: Penerbit
Angkasa
Alwi. (2001). Kamus Besar Bahasa
Indonesia Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, Balai Pustaka
Arikunto (2006). Prosedur Penelitian:
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta
Hisyam. (1998). Analisa SWOT Sebagai
Langkah Awal Perencanaan Usaha.
Makalah. Jakarta: SEM Institute
Irianto, Kus. (2004). Gizi dan Pola Hidup
Sehat. Bandung: CV. Yrama Widya
Judarwanto. (2008). Perilaku Makan Anak
Sekolah. Direktorat Bina Gizi
Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Kementrian Pariwisata dan Ekonomi. (Mei-
Juni 2014). Focus Group Discussion
Subsektor Kuliner
Lazuradi, Mandra & Mochamad Sandy
Triady. (2015). Ekonomi Kreatif:
Rencana Pengembangan Kuliner
Nasional 2015-2019. Jakarta: PT.
Republik Solusi
Margono. (2007). Metodologi Penelitian
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Mariana. (2006). Widya Karya Nasional
Pangan dan Gizi. Ketahanan Pangan
danGizi di Era Otonomi Daerah dan
Globalisasi. Jakarta: LIPI
Pendit, Nyoman S. (1994). Ilmu Pariwisata:
Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta:
Pradnya Paramita
Pendit, Nyoman S. (2005). Ilmu Pariwisata:
Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta:
Pradnya Paramita
Rangkuti, Freddy. (2008). Analisis SWOT:
Teknik Membedah Kasus Bisnis.
Edisi 15. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D). Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung:
Alfabeta
Sugiyono. (2013). Metodologi Penelitian
Administratif. Bandung: Alfabeta
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 10 (2009) Tentang
Kepariwisataan
Wolf, Erick (2006). Culinary Tourism: The
Hidden Harvest. Kendall/Hunt
Publishing
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.311-323
@STPS 2017, All Rights Reserved
311 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN DENGAN METODE NUMBER HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI MEMBERSIHKAN DAN MERAPIHKAN KAMAR KELAS XI AP
3 SMK PARIWISATA TRIATMAJAYA SINGARAJA KABUPATEN BULELENG
Learning Effectiveness With Number Head Together Methods To Increase Student
Learning Result In Material Clean And Activate Room Class Xi Ap 3 Smk Tourism
Triatmajaya Singaraja Regency Of Buleleng
Yudhiet Fajar Dewantara¹, Antonius Rizki Krisnadi²
¹Program Studi Hospitality dan Pariwisata , Fakultas Humaniora , Universitas Bunda
Mulia, Jl. Lodan Raya No. 2, Jakarta, 14430
ABSTRACT
This research aims to know the efectifitas of learning about lesson cleaning and tidy up the
guest room use learning methods Number Head Together in Class XI AP SMK
Triatmajaya Singaraja. This research is a classroom action that uses design research model
of Spiral Kemmis and Taggart MC with procedure planning, implementation, observation,
and reflection. Data collection techniques using achievement test, observation, interview
and documentation. Analysis using descriptive analysis. The results showed that : It can be
seen from the value of the average grade of the first cycle of 60.17 for the first pre-test and
post-test 86.72 to I. As for the second cycle of 68.86 for the second pre-test to post-test and
92.37 II. If improvement of learning achievement using the Number Head Together has
increased 82.76% in the first cycle and second cycle of 88.31%. Based on these data all
students can achieve at the end of a standard action KKM.
Keywords: Achievement, Cooperative Learrning, Number Head Together
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efectifitas belajar tentang pelajaran
membersihkan dan merapikan kamar tamu dengan Menggunakan Metode pembelajaran
Number Head Together di kelas XI AP SMK Triatmajaya Singaraja. Penelitian ini adalah
tindakan kelas yang menggunakan desain penelitian model Spiral Kemmis dan Taggart MC
dengan prosedur perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan refleksi. Teknik
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.311-323
@STPS 2017, All Rights Reserved
312 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
pengumpulan Data menggunakan tes prestasi, observasi, wawancara dan dokumentasi.
Analisis data menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: dapat
dilihat dari nilai rata-rata kelas siklus pertama 60.17 untuk pertama pra- tes dan pasca tes
86.72. Untuk kedua siklus 68.86 untuk pra-tes kedua pasca tes 92.37 . Jika peningkatan
belajar prestasi yang menggunakan metode Number Head Together telah meningkat
82.76% di siklus pertama dan kedua siklus 88.31%. Berdasarkan data ini semua siswa dapat
mencapai pada akhir tindakan standar KKM.
Kata kunci: Prestasi, Cooperative Learrning, Number Head Together
Riwayat Artikel :
Diajukan: 11 September 2017
Direvisi: 10 Oktober 2017
Diterima: 15 Oktober 2017
P E N D A H U L U A N
Pendidikan adalah suatu hal yang
harus dipenuhi dalam upaya
meningkatkan taraf hidup bangsa
Indonesia agar tidak sampai tertinggal
dengan bangsa lain. Untuk mewujudkan
sistem pendidikan yang demikian itu
perlu adanya peran aktif dari semua
pihak diantaranya adalah pemerintah,
orang tua siswa, guru dan lain-lain.
Pembelajaran merupakan usaha-usaha
yang dilakukan guru untuk
menghidupkan, merangsang,
mengarahkan dan mempercepat
perubahan perilaku belajar, baik ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik
(Sudjana,2008)
Berdasarkan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), dalam
pembelajaran menyiapkan kamar tamu
strategi belajar merupakan faktor penentu
dan encapai keberhasilan belajar. Mata
pelajaran Menyiapkan Kamar tamu pada
tingkat satuan sekolah kejuruan pada
dasarnya diarahkan agar siswa memiliki
penguasaan konsep
pariwisata di lingkungan industri.
Pemelajaran Menyiapkan Kamar tamu
seyogyanya mampu membuat siswa
secara aktif mengikuti proses belajar
mengajar di kelas, karena siswa diberikan
peluang sebesar-besarnya untuk
menemukan konsep-konsep materi
pelajaran di lingkungan paririwisata
sekitar mereka. Melihat kondisi tersebut,
maka, penggunaan metode pembelajaran
yang tepat menjadi daya dukung utama
bagi guru sebagai upaya untuk
menciptakan suasana belajar siswa secara
aktif.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru bidang studi Akomodasi Perhotelan
di SMK Pariwisata Triatmajaya
Kabupaten Buleleng diperoleh informasi
bahwa hasil belajar siswa terhadap mata
pelajaran Menyiapkan Kamar tamu
masih tergolong rendah, hal ini dapat
dilihat dari hasil nilai siswa yang hanya
55% mampu memperoleh nilai di atas 85,
sedangkan 45% mendapat kan nilai di
bawah 85, hal ini menunjukkan bahwa
hasil belajar tidak sesuai dengan Kriteria
Ketuntasan Minimum yang ditetapkan
sekolah yaitu 85. Guna meningkatkan
keaktifan proses belajar bagi siswa,
peneliti tertarik untuk melakukan
pembelajaran Inovatif dengan metode
Number Head Together. Konsep
pembelajaran Inovatif dengan metode
Number Head Together akan
mendorong guru dan peserta didik
melaksanakan praktik pembelajaran
secara aktif dan kreatif sehingga dapat
diharapkan tercapainya peningkatan
dalam pembelajaran.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.311-323
@STPS 2017, All Rights Reserved
313 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Metode Pembelajaran dengan
metode Number Head Together mendorong peserta didik untuk berani
mengemukakan pendapat. Pembelajaran
dengan metode Number Head Together di awali oleh penjelasan guru mengenai
materi pokok yang akan dipelajari.
Peserta didik diberi kesempatan
membaca dan mempelajari materi
tersebut. Selain itu siswa dalam suatu tim
untuk berdiskusi memecahkan masalah,
menyelesaikan tugas, atau mengerjakan
sesuatu untuk tujuan bersam.
Metode pembelajaran Number
Head Together dapat diterapkan pada
materi Membersihkan dan Merapihkan
Kamar , hal ini dikarenakan dalam proses
pembelajaran metode Number Head Together menerapkan siswa – siswa
untuk saling berdiskusi dalam
kelompoknya untuk dapat
mendiskusikan materi atau permasalahan
yang terdapat dalam materi merapihkan
dan menyiapkan kamar. Hal ini sesuai
dengan indikator dan kompetensi yang
diharapkan yang juga harus sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Adapun tujuan penelitian ini adalah
untuk : Mengetahui aktifitas
pembelajaran Membersihkan dan
Merapihkan Kamar dengan
menggunakan metode pembelajaran
Number Head Together pada siswa
Kelas XI AP 3 SMK Pariwisata
Triatmajaya Singaraja. Mengetahui hasil
belajar siswa dengan menggunakan
metode pembelajaran Number Head
Together pada materi Membersihkan
dan Merapihkan Kamar Kelas XI AP 3
SMK Pariwisata Triatmajaya Singaraja.
T I N J A U A N P U S T A K A
K o n s e p T e n t a n g B e l a j a r d a n P e m b e l a j a r a n
Tujuan belajar adalah ingin
mendapatkan pengetahuan, ketrampilan
dan penanaman sikap mental atau nilai-
nilai. (Sardiman, 2006:21-29).
Pencapaian tujuan belajar akan
menghasilkan hasil belajar, hasil belajar
itu meliputi: Hal ihwal keilmuan dan
pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif),
hal ihwal personal, kepribadian atau sikap
(afektif) dan hal ihwal kelakuan,
ketrampilan atau penampilan
(psikomotorik).
Perumusan tujuan merupakan hal
utama yang harus dilakukan oleh seorang
pendidik dalam kegiatan pembelajaran.
Perencanaan dan proses pembelajaran
memiliki tiga tujuan utama, yaitu: 1. Aspek kognitif
Menurut Utami Munandar
(2009:162-163), taksonomi Bloom
terdiri dari 6 (enam) tingkat perilaku
kognitif, yaitu: Pengetahuan ,
Pemahaman, Penerapan, Analisis,
Sintesis, Evaluai 2. Aspek afektif
Afektif didefinisikan sebagai
keadaan internal seseorang yang
mempengaruhi pilihan-pilihan
atas tindakan pribadi yang
dilakukan. Bloom berpendapat
yang dikutip oleh Ana Suhaenah
Suparno (2001: 9-10), bahwa
sikap meliputi 3 komponen, yaitu
kognitif, afektif dan konatif. 3. Aspek psikomotorik
Psikomotorik merupakan
keterampilan siswa selama proses
pembelajaran salah satu contoh
pada pembelajaran praktik.
Keterampilan siswa selama proses
pembelajaran perlu diperhatikan
guna meningkatkan kreativitas
(Daryanto, 2008:120). Aspek
psikomotorik ini siswa dilatih
untuk memperhatikan sanitasi
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.311-323
@STPS 2017, All Rights Reserved
314 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
dan hygiene serta berani
mengeluarkan ide baru suatu
produk.
4. Proses belajar mengajar
Menurut Muhibin Syah (2005 :
132) ada tiga hal yang
mempengaruhi dalam belajar,
yaitu faktor internal, eksternal dan
faktor pendekatan belajar. Faktor
internal atau faktor dalam diri
siswa meliputi keadaan atau
kondisi jasmani dan rohani siswa,
aspek psikologis siswa seperti
inteligensi siswa, sikap, bakat dan
minat siswa.
T i n j a u a n t e n t a n g P e m b e l a j a r a n M e n y i a p k a n K a m a r T a m u
Bidang keahlian Housekeeping
adalah bidang yang mencakup ruang
lingkup keindahan, kerapian, kebersihan,
kelengkapan dan kesehatan seluruh
kamar, juga area – area umum lainnya,
agar seluruh tamu maupun karyawan
dapat merasa nyaman dan aman berada
di dalam hotel. Mata pelajaran
Menyiapkan Kamar Tamu merupakan
komponen mata pelajaran keahlian yang
mempunyai arti sangat luas dalam
memberikan pemahaman tentang dasar-
dasar Housekeeping, siswa diberikan
pelajaran praktek dan pelajaran teori
dengan perbandingan pelajaran praktek
sebesar 60% dan pelajaran teori 40%.
Program diklat Menyiapkan Kamar
Tamu (Preparing The Guest Room) yang
diberikan pada kelas XI AP (Akomodasi
Perhotelan) di SMK Pariwisata
TRIATMA JAYA Singaraja adalah
program keahlian Perhotelan sesuai
dengan kurikulum Spektrum selama
dua semester, termasuk dalam program
produktif.
Tabel 1. Kompetensi Kejuruan Menyiapkan
Kamar Tamu Kelas XI
Standar
Kompetensi
Kompetensi Dasar
Menyiapkan
Kamar
Tamu
1. Menata perlengkapan
dan trolley
2. Membersihkan dan
merapikan kamar
(Sumber: Silabus Kelas XI Semester Gasal
2013/2014)
P e m b e l a j a r a n K o o p e r a t i f ( C o o p e r a t i v e L e a r n i n g )
Menurut Etin dan Raharjo
(2008:4), cooperative learning
mengandung pengertian sebagai suatu
sikap atau perilaku bersama dalam
bekerja atau membantu diantara sesama
dalam struktur kerjasama yang teratur
dalam kelompok yang terdiri dari dua
orang atau lebih, dimana keberhasilan
kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan
dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Cooperative learning juga dapat diartikan
sebagai suatu struktur tugas bersama
dalam suasana kebersamaan di antara
sesama anggota kelompok.
M e t o d e N u m b e r H e a d T o g e t h e r
Number Head Together adalah
suatu Model pembelajaran yang lebih
mengedepankan kepada aktivitas siswa
dalam mencari, mengolah, dan
melaporkan informasi dari berbagai
sumber yang akhirnya dipresentasikan di
depan kelas (Rahayu, 2006). Struktur
tersebut dikembangkan sebagai bahan
alternatif dari sruktur kelas tradisional
seperti mangacungkan tangan terlebih
dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh
guru untuk menjawab pertanyaan yang
telah dilontarkan. Suasana seperti ini
menimbulkan kegaduhan dalam kelas,
karena para siswa saling berebut dalam
mendapatkan kesempatan untuk
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.311-323
@STPS 2017, All Rights Reserved
315 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
menjawab pertanyaan peneliti (Tryana,
2008).
L a n g k a h - l a n g k a h P e m b e l a j a r a n N u m b e r H e a d T o g e t h e r
Langkah-langkah tersebut
kemudian dikembangkan oleh Ibrahim
(2000: 29) menjadi enam langkah sebagai
berikut :
L a n g k a h - l a n g k a h P e m b e l a j a r a n N u m b e r H e a d T o g e t h e r
Langkah-langkah tersebut
kemudian dikembangkan oleh Ibrahim
(2000: 29) menjadi enam langkah sebagai
berikut : Langkah 1. Persiapan, Langkah
2. Pembentukan kelompok Langkah
3. Tiap kelompok harus memiliki buku
paket atau buku panduan, Langkah
4. Diskusi masalah, Langkah
5. Memanggil nomor anggota atau
pemberian jawaban, Langkah 6. Memberi
kesimpulan
H i p o t e s i s T i n d a k a n
Berdasarkan gambar kerangka
pikir penelitian di atas, maka hipotesis
tindakan penelitian ini adalah: Jika
mengggunakan metode pembelajaran
Number Head Together , hasil belajar
Menyiapkan Kamar Tamu siswa kelas
XI AP 3 SMK Pariwisata Singaraja
Kabupaten Buleleng dapat ditingkatan.
M E T O D E P E N E L I T I A N
P e n d e k a t a n d a n J e n i s P e n e l i t i a n
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif.
Penelitian merupakan jenis penelitian
tindakan kelas (Classroom actiont
research). Penelitian tindakan kelas
menurut Kunandar (2008:41) adalah:
Tindakan yang secara sadar dilakukan
oleh guru untuk mengembangkan
kemampuan dalam mendeteksi dan
memecahkan masalah-masalah yang
terjadi dalam pembelajaran di kelas
melalui tindakan bermakna yang
diperhitungkan dapat memecahkan
masalah atau memperbaiki situasi dan
kemudian secara cermat mengamati
pelaksanaannya untuk mengukur tingkat
keberhasilannya”. Penelitian
dilaksanakan di SMK Pariwisata
Triatmajaya Singaraja Kabupaten
Bulelengada bulan Juli sampai Agustus
2013. Semester ganjil tahun pelajaran
2013-2014.
P r o s e d u r P e n e l i t i a n
Aqib (2009:30) menjelaskan
bahwa: Tahapan harus dimulai dengan
mengidentifikasi masalah (pra penelitian).
Hal penting yang dilakukan adalah
menetapkan fokus masalah. Penetapan
fokus masalah penelitian dimaksudkan
untuk mengidentifikasi masalah yang
timbul atas pembelajaran yang
dilaksanakan guru selama ini.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.311-323
@STPS 2017, All Rights Reserved
316 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
A . P e l a k s a n a a n T i n d a k a n
Untuk mengetahui secara jelas deskripsi
pelaksanaan tindakan pada masing-
masing siklus, selanjutnya akan di uraikan
sebagai berikut :
1 . P e l a k s a n a a n S i k l u s 1
a . T a h a p P e r e n c a n a a n ( P l a n i n g )
1) Mengidentifikasi masalah
2) Menganalisis dan
merumuskan masalah
3) Merancang metode
pembelajaran number head together
4) Mendiskusikan penerapan
metode number head together 5) Menyiapkan perangkat
pembelajaran (RPP, Media,
Kriteria Penilaian, Alat
Evaluasi)
6) Menyusun kelompok belajar
siswa
7) Merencanakan tugas
kelompok
b . T a h a p M e l a k u k a n T i n d a k a n ( A c t i o n )
1) Melaksanakan langkah-
langkah sesuai perencanaan
2) Menerapkan metode
pembelajaran number head together
3) Melakukan pengamatan
terhadap setiap langkah-
langkah kegiatan sesuai
rencana pelaksanaan
pembelajaran (aktivitas guru
dan siswa).
4) Memperhatikan alokasi waktu
yang ada dengan banyaknya
kegiatan yang dilaksanakan.
5) Mengantisipasi dengan
melakukan solusi apabila
menemui kendala saat
melakukan tahap tindakan.
c . T a h a p M e n g a m a t i ( o b s e r v a s i )
1) Melakukan diskusi dengan
guru SMK Pariwisata Triatma
Jaya dan kepala Sekolah
untuk rencana observasi
2) Melakukan pengamatan
terhadap penggunaan metode
pembelajaran number head together yang dilakukan guru
Akomodasi Perhotelan kelas
XI
3) Mencatat setiap kegiatan dan
perubahan yang terjadi saat
number head together sedang
berjalan di kelas.
4) Melakukan diskusi dengan
guru untuk membahas tentang
kelamahan-kelemahan atau
temmuan-temuan kegiatan
melalui observasi, serta
memberikan saran dan
perbaikannya.
d . T a h a p r e f l e k s i ( R e f l e c t i o n )
1) Menganalisis temuan saat
melakukan observasi
pelaksanaan observasi.
2) Menganalisis kelemahan dan
keberhasilan guru saat
menggunakan metode
number head together untuk
menentukan rencana tindak
lanjut kegiatan.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.311-323
@STPS 2017, All Rights Reserved
317 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
3) Melakukan refleksi terhadap
penggunaan metode number head together.
4) Melakukan refleksi terhadap
aktivitas mengajar guru.
5) Melakukan refleksi terhadap
aktivitas belajar siswa.
2 . P e l a k s a n a a n S i k l u s 2
a . T a h a p P e r e n c a n a a n ( P l a n i n g )
1) Hasil refleksi dievaluasi,
didiskusikan, dan mencari
upaya perbaikan untuk
diterapkan pada
pembelajaran berikutnya.
2) Mendata masalah dan
kendala yang dihadapi saat
pembelajaran.
3) Merancang perbaikan II
berdasarkan refleksi siklus I
b . T a h a p M e l a k u k a n T i n d a k a n ( A c t i o n )
1) Melakukan analisis
pemecahan masalah
2) Melaksanakan tindakan
perbaikan II dengan
memaksimalkan penggunaan
metode number head together dalam proses
pembelajaran.
c . T a h a p M e n g a m a t i ( o b s e r v a s i )
1) Melakukan pengamatan
terhadap penggunaan metode
number head together baik
guru maupun siswa.
2) Mencatat perubahan yang
terjadi.
3) Melakukan diskusi membahas
masalah yang dihadapi saat
pembelajaran dan memberikan
balikan.
d . T a h a p r e f l e k s i ( R e f l e c t i o n )
1) Merefleksi proses pebelajaran
metode number head together.
2) Merfleksi hasil belajar siswa
dengan menggunakan
metode pembelajaran
number head together. 3) Menganalisis temuan dan
hasil akhir penelitian
4) Rekomendasi. Dari tahap
kegiatan pada siklus I dan II,
hasil yang diharapkan adalah:
a) Siswa memiliki aktivitas
belajar yang baik karena
selalu aktif terlibat dalam
proses pembelajaran
Menyiapkan Kamar
Tamu.
b) Guru memiliki
kemampuan merancang
dan menggunakan metode
pembelajaran Number head together dalam
mencapai tujuan
pembelajaran Menyiapkan
Kamar Tamu
M e t o d e P e n g u m p u l a n D a t a
D o k u m e n t a s i
Menurut Sugiono (2009:329),
dokumentasi merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlaku dan biasa
berbentuk gambar, tulisan, atau karya
monumental seseorang yang berguna
untuk menambah kredibilitas dari hasil
observasi dan wawancara dalam
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.311-323
@STPS 2017, All Rights Reserved
318 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
penelitian
O b s e r v a s i
Observasi yaitu kegiatan untuk
melakukan pengukuran. Akan tetapi,
observasi atau pengamatan di sini
diartikan lebih sempit, yaitu pengamatan
dengan menggunakan indera penglihatan
yang berarti tidak mengajukan
pertanyaan-pertanyaan. (Irawan
Soeharsono, 2004: 69).
W a w a n c a r a
Wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu (Moleong, 2007:
186). Wawancara ini dilakukan kepada
perwakilan siswa keas XI yang menurut
Susilo (2007:22), wawancara dilakukan
terhadap 3 anak dengan kriteria pintar, 3
anak dengan kriteria tidak pandai, 3 anak
dengan kriteria antusias tinggi, 3 anak
dengan kriteria antusias rendah.
Instrumen penelitian yang digunakan
adalah lembar wawancara.
T e s H a s i l B e l a j a r
Untuk mengetahui prestasi belajar
siswa pada tiap siklus digunakan tes. Tes
digunakan untuk mengetahui sejauh
mana tingkat kemampuan siswa dalam
mengetahui kriteria keberhasilan tes yang
berhubungan dengan pengajaran
mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejauh mana
tingkat pencapaian kompetensi
siswa sebagai hasil dari proses
pembelajaran.
2. Untuk mengetahui efektivitas
pembelajaran
3. Untuk mengetahui ketepatan
tekhnik bentuk, dan kualitas
instrumen yang digunakan.
(Depdiknas, 2007:7)
T e k n i k A n a l i s a D a t a
Teknik analisis data yang
digunakan dalam peneltian ini adalah
analisis persentase. Analisis data ini
dilaksanakan secara bertahap dan
berkeseimbangan disetiap akhir siklus.
Data yang dianalisis meliputi data hasil
pengamatan aktivitas guru, aktivitas
belajar siswa, dan hasil belajar siswa
dengan mengacu pada kriteria tingkat
pengusaan atau ketuntasan yang
dikemukakan oleh Sudjana (2005: 67),
sebagai berikut :
Tabel 2 Kriteria Tingkat Ketuntasan
Rentang Skor Kriteria Penilaian
90 – 100% Baik Sekali
70 – 89% Baik
60 – 69% Cukup
0 – 59% Kurang
Untuk mengetahui tingkat
keberhasilan pencapaian teknik
analisis data dapat dirumuskan kriteria
sebagai berikut: Pengelolaan
pembelajaran yang dinilai melalui
lembar penilaian aktivitas guru dan siswa
memperoleh skor minimal 70%
mencapai kategori baik. Standar
ketuntasan minimal hasil belajar siswa
secara klasikal ≥ 80% dari jumlah siswa
yang memperoleh nilai KKM ≥ 70. Data
hasil belajar siswa, penilaian aktivitas
guru dan aktivitas belajar siswa diolah
secara deskriptif dengan menggunakan
persentase, maka digunakan rumus yang
dikemukakan Indrianto, dkk (2012: 31)
sebagai berikut :
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.311-323
@STPS 2017, All Rights Reserved
319 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
𝐾𝑒𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑘𝑙𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑙 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑎𝑙
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎𝑥100%
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙𝑥 100%
H A S I L P E N E L I T I A N D A N P E M B A H A S A N
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XI AP 3 SMK Pariwisata Triatma
Jaya Singaraja dengan jumlah siswa 29 orang. Kompetensi pembelajaran siswa dirangkum
dalam dua siklus pembelajaran. Tiap siklus dilakukan untuk masing-masing satu kali
pertemuan dan diawali dengan pre test serta satu kali tes akhir/evaluasi siklus (post test). Tiap
pertemuan dilaksanakan dilaksanakan satu kali dalam seminggu, dengan alokasi waktu 3 jam
pelajaran. Pertemuan siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 22 Agustus 2013.
Pertemuan siklus II dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 29 Agustus 2013.
Hasil prestasi belajar pada siklus I menunjukkan saat pre-test I sebanyak 2 siswa telah
mencapai KKM, dan 27 siswa belum mencapai KKM, sedangkan pada post test I siswa yang
sudah mencapai KKM sebanyak 2 6 siswa, dan 3 siswa belum mencapai KKM. Nilai
rata-rata yang diperoleh pada pre- test I adalah 60,17 dan pada post test adalah 86,72. Berikut
ini untuk memudahkan dalam membaca, data tersebut digambarkan dalam diagram batang.
Gambar 1. Diagram Batang Hasil Pre-Test I dan Post Test I Pada Siklus I
Sumber : Hasil Olah data penulis, 2014
Sedangkan untuk hasil prestasi belajar pada siklus II menunjukkan pada saat pre-test II
sebanyak 6 siswa telah mencapai KKM,dan 23 siswa belum mencapai KKM, sedangkan pada
post test II sebanyak seluruh siswa sudah mencapai KKM. Nilai rata-rata yang diperoleh
pada pre- test II adalah 68,86 dan pada post test II adalah. 92,37
Gambar 2 Diagram Batang Hasil Pre-Test II dan Post Test II Pada Siklus II
0
20
40
Belum
Memenuhi
KKM
Memenuhi
KKM
27
2 3
26
Ju
mla
h s
isw
a 29
ora
ng
Pre-Test
Post Test
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.311-323
@STPS 2017, All Rights Reserved
320 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Sumber : Hasil Olah data penulis, 2014
Dari semua hasil tes pada siklus I dan siklus II dapat dilihat keseluruhannya pada
diagram batang dibawah ini:
Gambar 3. Diagram Batang Persentase Hasil Tes Prestasi Belajar pada Siklus I dan siklus II
Sumber : Hasil Olah data penulis, 2014
Dapat dilihat pada diagram bahwa mulai dari siklus I sampai siklus II, hasil prestasi
siswa terus mengalami peningkatan. Pada pre- test I sebesar 93,10 % belum memenuhi
KKM dan 6,90 % memenuhi KKM. Sedangkan pada post test I adalah 10,34 % belum
memenuhi KKM dan 89,66% sudah memenuhi KKM. Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan hasil prestasi belajar siswa sebesar 82.76 % setelah menerapkan metode
pemebelajaran tipe Number Head Together pada mata pelajaran Menyiapkan Kamar Tamu
Kenaikan hasil prestasi belajar berlanjut pada siklus II dengan hasil pre-test II sebesar
0
10
20
30
Belum
Memenuhi
KKM
Memenuhi
KKM
23
6
0
29
Ju
mla
h s
isw
a 29 o
ran
g
Pre-Test
Post Test
0,00
50,00
100,00
Belum
Memenuhi
KKM
Memenuhi
KKM
93,10
6,90
79,31
20,69 10,34
89,66
0
100
JU
mla
h s
isw
a 29 o
ran
g
Pre-Test I
Pre-test II
Post Test I
Post Test II
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.311-323
@STPS 2017, All Rights Reserved
321 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
0
20
40
60
80
100
Pre-Test
I
Pre-Test
I
Post Test
II
Post Test
II
60,17 68,86
86,72 92,37
JU
mla
h s
isw
a 29 o
ran
g
Pre-Test I
Pre-Test I
Post Test II
Post Test II
79,31 % belum mencapai KKM dan 20,69 % sudah memenuhi KKM. Sedangkan pada post test II seluruh siswa atau 100 % sudah mencapai KKM. Terjadi peningkatan hasil prestasi
belajar siswa sebesar 88,31 %. Angka ini mengalami kenaikan 5,55 % dari siklus I
Sebesar 82,76. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran tipe Number Head Together pada mata pelajaran Pengolahan Makanan Kontinental berhasil diterapkan untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Dari pemaparan data di atas menunjukkan bahwa ada peningkatan prestasi belajar
siswa. Peningkatan ini selain dapat dilihat dari nilai tes masing-masing siswa, juga dapat
dilihat melalui peningkatan rata-rata kelas. Nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 60,17
untuk pre-test I dan 86,72 untuk post test I. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata kelas pada
pre test II sebesar 68,86 dan 92,37 untuk post test II. Baik pada pre- test maupun post test nilai rata-rata kelas selalu mengalami peningkatan sebagai akibat dari adanya hasil
prestasi belajar siswa.
Kenaikan nilai rata-rata kelas dikarenakan siswa mampu menerapkan metode
pembelajaran tipe Number Head Together pada mata pelajaran Menyiapkan Kamar Tamu
dengan baik. Berikut disajikan diagram nilai rata-rata tes siklus I dan tes siklus II
Gambar 4.4. Diagram Batang Nilai Rata-Rata Kelas
Dari data di atas dapat disimpulkan penelitian yang dilakukan peneliti berjudul,
mengalami peningkatan di setiap siklusnya. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas pada
siklus I dan Siklus II. Nilai rata-rata kelas pada siklus I adalah 60,17 untuk pre test I dan 86,72
untuk post test I. Sedangkan untuk siklus II adalah 68.86 untuk pre test II dan 92,37 untuk
post test II. Berdasarkan data tersebut seluruh siswa diakhir tindakan dapat mencapai standar
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Jadi pada penelitian ini mengalami keberhasilan dengan
menggunakan penerapan metode Number Head Together, hal ini juga dapat dilihat dari
prosentase peningkatan prestasi belajar pada siklus I sebesar 82.76 % dan siklus II sebesar
88.31 %, yang mengalami peningkatan sebesar 5,55 %.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.311-323
@STPS 2017, All Rights Reserved
322 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
S I M P U L A N
Pelaksanaan aktivitas pembelajaran
teori mata pelajaran Menyiapkan Kamar
Tamu dengan menerapkan metode
pembelajaran Number Head Together sangat efektif dilaksanakan di SMK
Pariwisata Triatma Jaya Singaraja karena
dengan pembelajaran tersebut siswa dapat
memahami materi yang akan dipelajari,
meningkatkan kualitas proses pembelajaran
dan prestasi belajar siswa.
Terdapat peningkatan hasil prestasi
belajar pembelajaran teori mata pelajaran
Menyiapkan Kamar Tamu dengan
menerapkan metode pembelajaran
Number Head Together SMK Pariwisata
Triatma Jaya Singaraja pada kompetensi
dasar Membersihkan dan Merapihkan
Kamar Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-
rata kelas pada siklus I dan Siklus II. Nilai
rata-rata kelas pada siklus I adalah 60.17
untuk pre test I dan 86.72 untuk post test I. Sedangkan untuk siklus II adalah 68.86
untuk pre test II dan 92.37 u ntuk post test II. Berdasarkan data tersebut seluruh siswa
diakhir tindakan dapat mencapai standar
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa analisis data penelitian dengan
menerapkan metode pembelajaran
Number Head Together mengalami
peningkatan prestasi belajar pada siklus I
sebesar 82.76 % dan siklus II sebesar 88.31
%, yang mengalami peningkatan sebesar
5.55 %.
Agar proses pembelajaran
menyiapkan kamar tamu lebih efektif dan
memberikan hasil yang optimal,
berdasarkan pengamatan yang dilakukan
oleh peneliti selama melaksananakan
penelitian tindakan kelas pada kelas XI
Akomodasi Perhotelan (AP) 3 SMK
Pariwisata Triatma Jaya Singaraja ada
beberapa temuan yang peneliti peroleh
yang dapat dijadikan sebagai bahan
masukan dan pertimbangan dan perhatian
oleh semua pihak yaitu sebagai berikut:
1. Guru diharapkan bisa menerapkan
metode pembelajaran koooperatif
tipe Number Head Together sebagai salah satu alternatif untuk
meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar siswa dalam proses belajar
mengajar.
2. Guru memerlukan persiapan
matang untuk menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe
Number Head Together dalam
proses belajar mengajar, sehingga di
peroleh hasil yang optimal
3. Bagi guru SMK Pariwisata Triatma
Jaya pada umumnya dan guru
Akomodasi Perhotelan pada
khususnyanya agar menggunakan
metode pembelajaran koorperatif
khususnya metode Number Head Together dalam usaha
meningkatkan prestasi dan motivasi
siswanya.
4. Bagi sekolah, agar dapat
mengembangkan informasi
perkembangan siswa dalam belajar
dan sebagai dorongan pada guru
bidang studi untuk melaksanakan
model pembelajaran yang
memerlukan kekompakan dan
berkerjasama.
5. Bagi siswa, agar meningkatkan
partisipasinya dalam proses
pembelajaran di sekolah dan lebih
meningkatkan motivasi dan prestasi
belajar.
6. Bagi Masyarakat untuk dapat
dijadikan bahan penelitian
mengenai metode kooperatif lebih
luas dan lebih baik.
Setelah diadakan penelitian tindakan
kelas dengan metode Number Head Together, peneliti menghimbau kepada
para guru untuk melaksanankan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dengan berbagai
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.311-323
@STPS 2017, All Rights Reserved
323 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
metode pembelajaran di mata pelajaran
yang lain agar tercipta pembelajaran yang
efektif, sehingga dapat meningkatkan mutu
atau kualitas pendidikan
D A F T A R P U S T A K A
Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan
Kelas untuk Guru. Bandung:
Yrama Widya. Grasinda.
Depdiknas. 2008. Panduan Analisis Butir
Soal. Jakarta. Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah. Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Atas.
Etin Solihatin dan Raharjo. (2007).
Cooperative Learning Analisis
Model Pembelajaran IPS. Jakarta:
Bumi Aksara.
Kamdi, Waras. 2010. Inisiasi Pembelajaran
IPA di Sekolah Dasar. Online.
http://www/wordpress.com.
Diakses tanggal 3 Mei 2013.
Kunandar. 2008. Langkah Mudah
Penelitian Tindakan Kelas.
Sebagai Pengembangan Profesi
Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Latifah, Melly. 22 september 2016. 09.30
wita. [tehubung berkala].
http://tumbuh-kembang-
anak.blogspot.com/2008/03/meto
de-pembelajaran-yang-
baik.html.loc.cit
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan
Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta.
Rineka Cipta.
Nardi.22 september 2016. 09.45.
pembelajaran Number Head
Together. [Terhubung
bekala].http://nardishome.blogspot.co
m/2011/04/pembelajaran-numbered-
head-together-nht.html
Robert E. Slavin. (2008). Cooperative
Learning Teori, Riset, Praktek.
Bandung: Nusa Media
Sudjana, Nana. 2009. Cara Belajar Siswa
Aktif dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur
Penelitian Suatu Pendidikan
Praktek. Jakarta: Bumi aksara
Syah, Muhibbin. 2005. Proses Belajar
Mengajar. Bandung. Bumi Aksara.
____________ . 2006. Psikologi Belajar.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.324-337
@STPS 2017, All Rights Reserved
324 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
ANALISIS ANGGARAN OPERASIONAL DAN REALISASINYA SEBAGAI ALAT BANTU MANAJEMEN DALAM PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN
(STUDY KASUS OAKWOOD PREMIER COZMO JAKARTA)
Analysis Of Operational Budget And Realization As A Management Tool
In Company Performance Assessment
(Case Study Oakwood Premier Cozmo Jakarta)
Budi Bagaskoro
Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta
Aulia Jihan
Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta
ABSTRAK
Hotel merupakan akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan dengan
menyediakan jasa penginapan, makanan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang
dikelola secara komersial. Anggaran perusahaan merupakan rencana tentang kegiatan perusahaan
yang didasari oleh uang, meskipun tidak semua rencana didasari oleh anggaran. Rencana ini
mencakup berbagai kegiatan operasional yang didasari oleh cash flow dan dikenal dengan istilah
Budget Perusahaan. Dengan adanya budget perusahaan maka pihak manajer dapat mengendalikan
dan melakukan kontrol terhadap biaya yang akan dikeluarkan serta dapat dijadikan pedoman umum
atau pemberi arah kerja yang tepat bagi pihak pelaksana dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan.
Analisis varians dalam penelitian ini adalah proses untuk mengidentifikasi adanya penyimpangan
antara biaya produksi yang dianggarkan dengan realisasi biaya produksi yang terjadi. Analisis varians
dapat dilakukan untuk menganalisis data yang berasal dari beberapa jenis dan desain penelitian.
Selisih tahun 2014 sebesar Rp.18.170.253 meningkat pada tahun 2015 sebesar Rp.535.943.681
kemudian selisih menurun pada tahun 2016 sebesar Rp.-847.787.920 Anggaran yang disusun sifatnya
tetap (fix), sehingga tidak dapat dipergunakan secara efektif, apabila terjadi penyimpangan dari yang
telah direncanakan tidak bisa menyesuaikan terhadap anggaran. Sebaiknya perusahaan melakukan
analisis variance biaya yang terjadi, sehingga penyebab terjadinya selisih dapat diketahui dengan cepat
untuk menghindari terjadinya pemborosan atau hal yang tidak menguntungkan bagi perusahaan.
Kata Kunci: Analisis,Anggaran Biaya Operasional dan Realisasinya,Oakwood Premier Cozmo Jakarta.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.324-337
@STPS 2017, All Rights Reserved
325 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
ABSTRACT
The hotel is an accommodation that uses part or all of the building by providing lodging services,
beverage food and other commercial services that are commercially managed. Corporate budgets are
plans for money-driven corporate activities, although not all plans are based on budgets. This plan
covers various cash flow operational activities and is known as Corporate Budget. With the budget
company then the manager can control and control the costs to be incurred and can be used as a
general guidance or the right direction of work for the implementers in the business achievement of
corporate goals. Analysis of variance in this research is process to identify existence of deviation
between production cost which budgeted with realization of cost of production happened. Analysis of
variance can be done to analyze data derived from several types and research design. The difference
in 2014 amounting to Rp.18,170,253 increases in 2015 amounting to Rp.535,943,681 then the
difference decreases in 2016 amounting to Rp.-847,787,920 The budget is fixed in nature, so it can
not be used effectively, in case Deviation from the planned can not adjust to the budget. Companies
should analyze the cost variance that occurs, so that the cause of the difference can be known quickly
to avoid the occurrence of waste or unfavorable for the company.
Keywords: Analysis, Budget Operational Costs and Realization, Oakwood Premier Cozmo Jakarta.
Riwayat Artikel :
Diajukan: 03 Mei 2017
Direvisi: 16 Mei 2017
Diterima: 30 Mei 2017
P E N D A H U L U A N
Persaingan dalam dunia usaha adalah
faktor eksternal yang tidak mungkin dapat
dihindari dan tidak dapat dikendalikan oleh
suatu perusahaan, namun demi
mempertahankan keberadaannya, suatu
perusahaan dapat melakukan upaya-upaya
dari dalam (intern) perusahaan. Upaya
internal yang dapat dilakukan antara lain
dengan memaksimalkan pemanfaatan
sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Pemanfaatan sumber daya secara maksimal
dapat dicapai bila ada perencanaan yang baik.
Setiap perusahaan didirikan dengan
maksud untuk mencapai suatu tujuan yang
telah ditetapkan. Sebagaimana diketahui
bahwa tujuan perusahaan dalam suatu
kondisi perekonomian yang kompetitif
adalah untuk memperoleh keuntungan
maksimal dengan pertumbuhan perusahaan
dalam jangka panjang dan juga untuk
menjaga kelangsungan hidup perusahaan itu
sendiri. Dalam rangka untuk mencapai
tujuannya, maka setiap perusahaan senantiasa
berusaha untuk meningkatkan efektifitas
maupun efisiensi kerjanya. Untuk
mengkoordinasikan kegiatan perusahaan
dalam mencapai tujuannya, disusunlah
strategi-strategi sebagai petunjuk di dalam
mencapai tujuannya. Untuk memastikan
bahwa perusahaan melaksanakan strateginya
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.324-337
@STPS 2017, All Rights Reserved
326 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
secara efektif dan efisien, manajemen
melakukan suatu proses yang disebut dengan
pengendalian (control).Salah satu bentuk
pengendalian adalah dengan menggunakan
anggaran. Anggaran yang dibuat merupakan
suatu pengarahan perhatian, karena
membantu para manajer untuk memusatkan
perhatian pada masalah operasional atau
keuangan pada waktu yang lebih awal untuk
pengendalian yang lebih efektif dan efisien.
Anggaran merupakan rencana tentang
kegiatan perusahaan yang mencakup
berbagai kegiatan operasional yang saling
berkaitan dan saling mempengaruhi satu
sama lain sebagai pedoman untuk mencapai
tujuan dan sasaran organisasi. Pada
umumnya anggaran disusun secara tertulis.
Selain itu, anggaran lazim disebut
perencanaan dan pengendalian laba, yaitu
proses yang ditunjukan untuk membantu
manajemen dalam perencanaan dan
pengendalian yang efektif Prawironegoro dan
Purwanti (2008). Anggaran dibuat dengan
memperhitungkan faktor ketidakpastiannya
untuk kemudian dilaksanakan. Selain itu,
anggaran mempunyai fungsi pengendalian
(budgetary control) yaitu dengan
membandingkan antara rencana yang
tercantum dalam anggaran dengan kenyataan
yang terjadi. Proses ini dimulai setelah tahap
perencanaan selesai dimana diperoleh data
mengenai biaya yang sebenarnya timbul dan
jika memang terdapat selisih anggaran yang
material maka pihak manajemen dapat
mengambil langkah-langkah yang perlu untuk
memperbaiki selisih anggaran tersebut
dengan segera.
Dengan memperhatikan
perkembangan Oakwood Premier Cozmo
Jakarta yang memiliki anggaran biaya
operasional, untuk menunjang kelancaran
aktivitas dalam Apartment maka diperlukan
suatu kebijakan mengenai anggaran tersebut.
Agar penerimaan dan pengeluaran berjalan
sesuai dengan target yang diharapkan, maka
harus dibuat suatu prosedur penyusunan
anggaran untuk memudahkan dalam
menentukan langkah-langkah kegiatan yang
akan dicapai di masa yang akan datang. Pada
dasarnya penyusunan anggaran bertujuan
agar sumber daya dalam hotel dapat
digunakan seefisien dan seefektif mungkin.
Anggaran yang telah disusun dapat
menjadi pedoman bagi pihak yang terkait
dalam perusahaan sekaligus dapat digunakan
sebagai tolak ukur terhadap selisih anggaran
yang seringkali terjadi dalam hotel. Sehingga
bila anggaran dapat difungsikan dengan benar
diharapkan tujuan hotel dapat tercapai.
Selain itu, perencanaan dan pengendalian
melalui penyusunan anggaran ini juga sangat
diperlukan untuk membantu peramalan
(forecast) keadaan hotel di masa datang.
T I N J A U A N P U S T A K A
A n g g a r a n d a n R a t i o
K e u a n g a n
Menurut Rudianto (2009:3),
„‟anggaran adalah rencana kerja organisasi
di masa mendatang yang diwujudkan dalam
bentuk kuantitatif, formal dan sistematis‟‟.
Ciri-ciri anggaran menurut Rudianto
(2009:6) adalah dalam satuan moneter
didukung oleh satuan kuantitatif lain,
misalnya unit. Penyusunan rencana kerja
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.324-337
@STPS 2017, All Rights Reserved
327 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
dalam satuan moneter, bertujuan untuk
mempermudah membaca atau
memahaminya. Karena itu, sebaiknya
anggaran disusun dalam bentuk kuantitatif
moneter yang ringkas. Menurut
Prawironegoro dan Purwanti (2009:8),
anggaran bertujuan untuk memberikan tugas
kepada manajer untuk membuat rencana
kerja. Manajer harus berpikir proaktif tentang
perubahan yang akan terjadi di masa yang
akan datang. Kemampuan memprediksi di
masa yang akan datang itu dituangkan dalam
bentuk angka-angka satuan fisik dan satuan
uang yang berorientasi pada kelangsungan
hidup perusahaan. Keunggulan anggaran
adalah hasil analisis lingkungan internal
perusahaan yaitu analisis data historis
perusahaan yang menjelaskan kekuatan dan
kelemahannya kemudian dijadikan bahan
baku untuk membuat program kerja di masa
mendatang. Kelemahan anggaran adalah
prediksi kegiatan bisnis di masa mendatang
belum tentu tepat atau belum tentu
mendekati kenyataan.
Anggaran berhubungan erat dengan
proses manajemen. Proses manajemen
merupakan saling berhubungan unsur-unsur
Perencanaan (planning), yaitu menyusun
rencana sebagai dasar pedoman
kerja,Pengorganisasian (organizing),yaitu
menyusun struktur organisasi yang
merupakan pemberian wewenang dan
permintaan tanggung jawab,penataan
(staffing),yaitu membina,membimbing,dan
mengarahkan sumber daya
manusia,pengarahan (leading), yaitu
melakukan kerjasama dan koordinasi antar
bagian,pengendalian (cotrolling), yaitu
pengawasan atas pelaksanaan kerja berdasar
rencana yang telah ditetapkan.
Ratio adalah Menurut Subramanyam
et al. (2013: 3) “analisis laporan keuangan
merupakan analisis dari alat dan teknik
analitis untuk laporan keuangan bertujuan
umum dan data-data yang berkaitan untuk
menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang
bermanfaat dalam analisis bisnis”.
Berdasarkan pengertian tersebut maka
analisis laporan keuangan merupakan suatu
upaya untuk menggali lebih banyak informasi
yang terkandung dalam laporan keuangan
serta hubungan-hubungan yang signifikan
diantara mereka dengan tujuan untuk
mengetahui kondisi keuangan perusahaan
sehingga lebih bermanfaat bagi para
pengambil keputusan.
K i n e r j a / O r g a n i s a s i
P e r u s a h a a n
Menurut Sedarmayanti (2011:260)
mengungkapkan bahwa: “Kinerja merupakan
terjemahan dari performance yang berarti
Hasil kerja seorang pekerja, sebuah proses
manajemen atau suatu organisasi secara
keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut
harus dapat ditunjukkan buktinya secara
konkrit dan dapat diukur (dibandingkan
dengan standar yang telah ditentukan).”
Fungsi-fungsi pekerjaan /kegiatan yang terkait
kinerja perusahaan Ada beberapa fungsi
pekerjaan kegiatan yang terkait yaitu strategi
perusahaan , pemasaran , operasional ,
sumber daya manusia , dan keuangan .
Tujuan manajemen kinerja dari suatu
organisasi ada berbagai macam, di antaranya
adalah menerjemahkan dari visi dan misi
organisasi ke dalam tujuan dan hasil yang
jelas mudah dipahami dan dapat diukur
sehingga membantu keberhasilan
organisasi,menyediakan informasi untuk
menilai, mengelola dan meningkatkan
keberhasilan kinerja keseluruhan
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.324-337
@STPS 2017, All Rights Reserved
328 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
organisasi,mengubah paradigma dari
orientasi pengendalian dan ketaatan menjadi
pendekatan strategik yang berkelanjutan
kepada keberhasilan organisasi.
M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n
Metode penelitian yang digunakan
adalah Analisis penyimpangan (Variance
Analysis), yang merupakan suatu metode
perbandingan yang digunakan untuk
mengetahui selisih antara anggaran dengan
realisasi yang dicapai oleh perusahaan dalam
kegiatan operasionalnya serta penyebab
terjadi penyimpangan atau perbedaan. Dalam
melakukan analisis varians akan dihasilkan
penyimpangan antara anggaran dan realisasi.
Penyimpangan atau variansi tersebut ada yang
bersifat favorable dan unfavorable. Dalam
menentukan favorable dan unfavorable
terdapat perbedaan yang sangat signifikan
antara pendapatan dan biaya. Dari segi
pendapatan apabila anggaran lebih kecil dari
realisasi maka penyimpangan yang terjadi
menguntungkan atau (favorable). Sedangkan
apabila anggaran lebih besar dari realisasi
maka penyimpangan tersebut merugikan atau
unfavorable. Namun hal tersebut berbeda
pada segi biaya. Apabila anggaran lebih kecil
dari realisasi maka penyimpangan merugikan
atau unfavorable. Sedangkan apabila
anggaran lebih besar dari realisasi maka
penyimpangan tersebut menguntungkan atau
favorable.
H A S I L D A N P E M B A H A S A N
G a m b a r a n U m u m L o k a s i
P e n e l i t i a n
Oakwood Premier Cozmo Jakarta
resmi di buka pada tanggal 8 Januari 2008,
berlokasi di pusat bisnis Jl. Dr. Ide Agung
Anak Gede Agung Blok E4.2 No.1
Kuningan, Jakarta 12950,
Indonesia.Oakwood Premier Cozmo Jakarta
merupakan salah satu Premium Serviced
Apartment setara bintang 5 dari hasil kerja
sama antara Oakwood Worldwide dengan
PT. Cozmo Serviced Apartment dan PT.
Transpacific. Definisi dari serviced apartment
sendiri merupakan sebuah apartemen yang
memiliki pelayanan setara dengan hotel,
sehingga tamu dapat merasakan kenyaman
pelayanan hotel setiap hari di apartemen-nya
sendiri.
Target pasar serviced apartment ini
adalah para pebisnis yang sedang dalam
kegiatan bisnis maupun sedang berlibur di
indonesia, namun juga tidak menutup
kemungkinan bagi sekmen pasar
lain.Oakwood Premier Cozmo Jakarta
memiliki 192 unit hunian yang ada di 42
lantai.Walaupun berbasis apartemen,
Oakwood juga melayani penyewaan kamar
perhari seperti di hotel.
F a k t o r - F a k t o r y a n g p e r l u
d i p e r h a t i k a n d a l a m p r o s e s
p e n y u s u n a n a n g g a r a n p a d a
O a k w o o d P r e m i e r C o z m o
J a k a r t a
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.324-337
@STPS 2017, All Rights Reserved
329 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Saat proses penyusunan anggaran
pada Oakwood Premier Cozmo Jakarta,
terdapat berbagai pertimbangan yang perlu
diperhatikan. Mengabaikan Direktur Kepala
SubDirektorat Kepala SubDirektorat Kepala
SubDirektorat Kepala Divisi Kepala Dinas
Direktur Utama berbagai faktor eksternal
dan internal di dalam proses penyusunan
anggaran merupakan penyebab kegagalan
realisasi anggaran di dalam perusahaan.
Karena itu, faktor eksternal dan internal yang
terkait tersebut harus diperhatikan dalam
proses penyusunan anggaran. Beberapa
pertimbangan yang menyangkut dengan
penyusunan anggaran pada Oakwood
Premier Cozmo Jakarta tahun 2014 sampai
2016 antara lain :
F a k t o r I n t e r n a l
1. Realisasi kegiatan usaha semester I tahun
berjalan
Salah satu faktor yang harus
diperhatikan dalam menyusun anggaran
adalah realisasi kegiatan usaha semester I
tahun berjalan. Faktor ini ditentukan
karena ketika penyusunan anggaran akan
dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan
suatu penganalisaan realisasi semester
sebelumnya apakah meningkat atau
menurun dari dana yang telah
dianggarkan. Peningkatan atau
penurunan dari selisih antara anggaran
dan realisasi menjadi acuan dalam
penganggaran untuk periode selanjutnya.
Hal ini mencakup data historis mengenai
penjualan dan biayabiaya yang
berhubungan dengan kegiatan
operasional Oakwood Premier Cozmo
Jakarta tahun 2014 sampai 2016 dan ini
bertujuan agar dalam penganggaran
periode selanjutnya tidak terjadi selisih
anggaran yang mempunyai selisih sangat
signifikan antara anggaran dan
realisasinya.
2. Estimasi hasil kegiatan yang dapat
dicapai pada semester II tahun berjalan
Selain realisasi kegiatan usaha
semester I tahun berjalan, faktor lainnya
yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan anggaran adalah estimasi
hasil kegiatan yang dapat dicapai pada
semester II tahun berjalan. Estimasi
tersebut dikombinasikan dengan realisasi
kegiatan semester I yang merupakan
estimasi terakhir yang digunakan sebagai
titik tolak penyusunan anggaran tahun
mendatang. Penyusunan estimasi
terakhir yang disebutkan di atas
dimaksudkan agar anggaran tahun
mendatang menggambarkan hubungan
dengan hasil kegiatan yang diperkirakan
dapat dicapai sampai akhir tahun
berjalan.
3. Pertimbangan penting lainnya
Faktor penting lainnya yang menjadi
bahan pertimbangan dalam penyusunan
anggaran adalah target tahunan
Oakwood Premier Cozmo Jakarta tahun
2014 sampai 2016 yang dituangkan
dalam program-program tahunannya.
Program-program tersebut memberikan
acuan kepada tim penyusun anggaran
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.324-337
@STPS 2017, All Rights Reserved
330 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
untuk mempertimbangkan anggaran
yang akan disusunnya.
F a k t o r E k s t e r n a l
a.Pertumbuhan GDP (Gross Domestic
Product)
Peningkatan GDP ini mengacu pada
pertumbuhan ekonomi secara nasional
khususnya dalam bidang perhotelan.
Sehingga jika terjadi pertumbuhan ekonomi
secara pesat maka akan mempengaruhi
jumlah pendapatan yang dianggarkan
Oakwood Premier Cozmo Jakarta tahun
2014 sampai 2016. Saat ini Oakwood
Premier Cozmo Jakarta telah melakukan
kerjasama dengan hotel di Korea Selatan
untuk memperluas sekaligus meningkatkan
pertumbuhan ekonominya.
b.Laju inflasi
Inflasi adalah suatu keadaan dalam
perekonomian dimana terjadi kenaikan
harga-harga secara umum. Laju inflasi tidak
dapat diprediksi secara akurat oleh suatu
perusahaan. Dalam menyusun anggaran,
Oakwood Premier Cozmo Jakarta tahun
2014 sampai 2016 mengasumsikan
persentase inflasi yang akan terjadi pada
tahun berikutnya berdasarkan trend inflasi
yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.
Inflasi ini secara langsung akan
mempengaruhi besarnya jumlah anggaran
hotel yang harus dianggarkan agar tidak
terjadi selisih anggaran secara signifikan. Laju
inflasi berdampak terhadap pendapatan dan
biaya-biaya yang dikeluarkan oleh hotel
dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.
Jika kenaikan inflasi yang sangat signifikan
terjadi pada pertengahan tahun saat anggaran
sudah dilakukan, maka hotel akan
melakukan RUPS kembali untuk mengubah
penganggarannya.
P r o s e d u r P e n y u s u n a n A n g g a r a n p a d a O a k w o o d P r e m i e r C o z m o J a k a r t a
Untuk melaksanakan rencana
kegiatan kerja khususnya dalam penyusunan
anggaran, maka Oakwood Premier Cozmo
Jakarta memiliki kebijakan yang telah
ditetapkan untuk dipatuhi para pelaksananya,
kebijakan tersebut meliputi :
a.Anggaran dan program kerja menjadi
sarana pengukur dan pengendalian
b.Didasarkan pada pertimbangan manfaat,
biaya, dan skala prioritas
c.Dijabarkan kedalam program kerja yang
terperinci
d.Anggaran yang sudah disahkan merupakan
komitmen untuk dilaksanakan
e.Anggaran yang belum terealisasi hanya
dapat dipakai setelah diajukan kembali pada
tahun berikutnya.
Oakwood Premier Cozmo Jakarta
memiliki penyusunan anggaran yang
ditetapkan yaitu penyusunan Rencana
Anggaran yang di dalamnya terdapat
anggaran biaya operasional. Adapun langkah
dalam penyusunan anggaran biaya
operasional pada Oakwood Premier Cozmo
Jakarta adalah sebagai berikut :
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.324-337
@STPS 2017, All Rights Reserved
331 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
a.Pengumpulan materi RKA(Rencana Kerja
Anggaran) yang telah dikoordinasi dengan
Perencanaan (EMA) yang dilakukan oleh
bidang terkait, Manajer Enjinering dan
Manajer Aset dan Supervisor Senior
Anggaran
b.Kemudian melakukan penjabaran KK1
dan KK2 untuk data Program Pemeliharaan
dan Program Anggaran oleh tim
c.Setelah dilakukan penjabaran, maka data
tersebut diserahkan kepada Supervisor
Senior Akuntansi untuk dibahas
d.Jika data tersebut tidak di setujui maka
akan dilakukan evaluasi kembali, tetapi jika
data tersebut di setujui oleh Supervisor
Senior Akuntansi maka akan dilanjutkan ke
pembahasan draft RKA Tahap I di UBP
e.Melakukan penyusunan draft RKA hasil
pembahasan oleh Manajer Enjinering dan
Manajer Aset dan Supervisor Senior
Anggaran
f.Pembahasan draft RKA di kantor pusat
Indonesia Power untuk di evaluasi apakah
usulan RKA tersebut sudah sesuai dengan
yang di rencanakan.
g.Jika RKA tersebut tidak disetujui oleh
kantor pusat maka draft RKA akan
diserahkan kembali kepada Supervisor
Senior Anggaran untuk di evaluasi, tetapi jika
RKA tersebut di setujui maka akan langsung
dibuatkan berita acara hasil pembahasan awal
RKA.
h.Mengeluarkan berita acara hasil
pembahasan awal . Setelah mengeluarkan
berita acara pembahasan awal, Supervisor
Senior Anggaran mengentry data awal ke
Program Anggaran.
i.Menyusun proyeksi keuangan dan
penyusutan oleh Supervisor Senior Anggaran
dan Supervisor Senior Akuntansi.
j.Setelah di adakan Rapat Umum Pemegang
Saham, Manajer Enjinering dan Manajer
Aset, Supervisor Senior Anggaran, Manajer
Kehumasan dan SDM, General Manajer
Oakwood Premier Cozmo Jakarta
membahas Rencana kerja Anggaran hasil
Rapat Umum Pemegang Saham.
k.Mengadakan kontrak manajemen (RKA)
yang disekati oleh General Manajer.
l.Setelah diadakannya kontrak kerja
manajemen (RKA), Supervisor Senior
Anggaran meng-up data Program Anggaran.
m.Setelah meng-up data Supervisor Senior
Anggaran dan bidang terkait
mendistribusikan Rencana Kerja Anggaran
ke User.
A n a l i s i s V a r i a n s t e r h a d a p A n g g a r a n O p e r a s i o n a l d a n R e a l i s a s i n y a
Salah satu fungsi dari anggaran adalah
sebagai alat pengendalian (controlling).
Pengendalian berarti melakukan evaluasi
(menilai) atas pelaksanaan pekerjaan, dengan
cara membandingkan realisasi anggaran
dengan rencana anggaran dan melakukan
tindakan perbaikan apabila dipandang perlu
(jika ada selisih anggaran yang merugikan).
Apabila dilihat dari fungsi tersebut, maka
perlu dilakukan analisis varians terhadap
anggaran dan realisasi. Analisis varians adalah
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.324-337
@STPS 2017, All Rights Reserved
332 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
membandingkan antara kinerja standar
dengan kinerja aktual. Evaluasi varians dapat
dilakukan secara kuartalan, bulanan, setiap
hari atau setiap jam, tergantung pada penting
atau tidaknya mengidentifikasi masalah
dengan cepat. Karena perusahaan tidak
mengetahui angka aktual hingga akhir
periode, maka varians hanya dapat dilakukan
pada akhir periode. Pada Oakwood Premier
Cozmo Jakarta, evaluasi varians tersebut
diadakan setiap tiga bulan sekali. Pada saat
pengganggaran yang telah ditetapkan pada
awal tahun, maka akan dilakukan evaluasi
terhadap selisih anggaran yang terjadi antara
anggaran operasional dan realisasinya setelah
tiga bulan berjalan. Realisasi tersebut akan
disesuaikan terhadap perencanaan anggaran
yang telah ditentukan sebelumnya agar tidak
terjadi selisih anggaran yang signifikan dan
untuk mengidentifikasi apakah harus ada
perubahan terhadap jumlah yang dianggarkan
yang disebabkan oleh faktor internal maupun
faktor eksternal perusahaan.
Pelaksanaan biaya operasional
Oakwood Premier Cozmo Jakarta setiap
triwulan akan menerbitkan anggaran tunai
(AT) yang merupakan rencana alokasi rinci
dari suatu anggaran. Anggaran biaya
operasional diterbitkan atas dasar penetapan
anggaran biaya operasional ketempat
anggaran tunai. Berikut adalah perbandingan
rencana dan realisasi anggaran biaya
operasional pada Oakwood Premier Cozmo
Jakarta tahun 2014 sampai 2016.
Tabel 1. Perbandingan Rencana dan
Realisasi Anggaran Biaya operasional
Oakwood Premier Cozmo Jakarta tahun
2014 sampai 2016
URAIAN
ANGGARAN
REALISASI
Pendapatan
Pendapatan Pihak
Afiliasi
Occupancy (%) 12 12,25
Number of cover 11.561 22.963
Pendapatan Sewa Kamar
968.551.400
993.373.756
Pendapatan Food and
Beverage
870.246.800
1.102.428.913
Pandapatan Telepon
0
0
Pendapatan
Laundry
0
0
Meeting room 55.213.800 53.027.592
Drug Store 0 0
Pendapatan Lain- lain
0
0
(-) Discount 0 0
1.894.012.000 2.148.830.261
Pendapatan Pihak
Ketiga
Occupancy (%) 45 49,17
Number of cover 45.464 91.254
Pendapatan Sewa Kamar
3.874.199.600
3.973.487.524
Pendapatan Food and
Beverage
3.480.981.200
4.409.708.153
Pendapatan
Telepon
385.479.000
177.145.570
Pendapatan
Laundry
184.697.000
200.744.701
Meeting room 220.849.200 212.102.866
Drug Store 33.856.000 51.253.500
Pendapatan Lain- lain
365.686.000
483.646.688
(-) Discount 0 0
8.545.748.000 9.508.089.00
2
Total Pendapatan
10.439.760.000
11.656.919.2
63
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.324-337
@STPS 2017, All Rights Reserved
333 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Oleh karena itu, dalam penyusunan
anggaran sebaiknya diperhatikan secara teliti
dan cermat mengenai faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi penganggaran pada
kelompok pendapatan. Hal ini dapat
mengenai program- program kerja yang akan
dilakukan perusahaan pada periode tersebut
dan investasi atau fasilitas-fasilitas yang
dimiliki perusahaan sudah memadai atau
belum dan jika belum maka fasilitas mana
yang perlu diperbaiki sehingga dapat
diestimasi jumlah pendapatan yang akan
dihasilkan dari masing-masing profit center
berdasarkan pendapatan tahun lalu dan
perbaikan fasilitas hotel. Dengan demikian,
selisih anggaran yang terjadi antara anggaran
dan realisasi pun dapat diminimalisir.
Pada tahun 2014 sampai 2016,
kinerja Oakwood Premier Cozmo Jakarta
dapat dikatakan sudah baik meskipun dengan
selisih-selisih anggaran yang signifikan
jumlahnya. Pada tahun berikutnya
diharapkan selisih anggaran yang terjadi
memiliki besar selisih yang tidak terlalu
signifikan sehingga hasil yang diharapkan
sesuai dengan yang direncanakan. Oleh sebab
itu, sebaiknya perusahaan mempertahankan
kinerjanya yang sudah baik tersebut atau
bahkan meningkatkan kinerja aktual
perusahaannya pada tahun berikutnya.
B i a y a V a r i a b e l
Biaya variabel yang termasuk dalam
kegiatan operasional Oakwood Premier
Cozmo Jakarta meliputi biaya upah langsung,
biaya perawatan, biaya peralatan, biaya listrik,
biaya air, biaya telepon, biaya cetak atau alat
kantor, biaya asuransi, biaya pastry, biaya
Food and Beverage, biaya bahan bakar, biaya
toiletris or guest and cleaning supplies, dan
biaya lain-lain. Biaya upah langsung pada
biaya variabel ini meliputi gaji untuk
karyawan casual, Pekerja Karyawan
Borongan (PKB) yaitu karyawan yang
diterima melalui outsourcing.
Perhitungan analisis varians yang dilakukan
pada biaya upah langsung (Tabel 2) halaman
menghasilkan sebuah selisih anggaran Rp -
91.778.918. Hal ini menunjukkan bahwa
selisih anggaran yang terjadi pada komponen
biaya upah langsung ini merugikan karena
anggaran yang telah ditentukan jumlahnya
lebih kecil dibandingkan dengan realisasinya,
namun selisih anggaran yang terjadi memiliki
beda (varians) yang tidak terlalu signifikan.
Biaya perawatan memiliki selisih anggaran
sebesar Rp -78.750.784,. Anggaran yang telah
ditentukan jumlahnya lebih kecil
dibandingkan dengan realisasinya. Hal ini
dikarenakan adanya perbaikan terhadap
fasilitas sekitar hotel yaitu perawatan terhadap
taman hotel yang banyak pohon kambojanya
sehingga pohon-pohon tersebut perlu
ditebang karena ada kesan menakutkan bagi
beberapa pengunjung sehingga perlu
perbaikan terhadap taman hotel. Hasil
analisis varians pada biaya peralatan dengan
tingkat selisih anggaran sebesar Rp
23.509.862. Jumlah anggaran yang lebih
besar ini menimbulkan selisih anggaran yang
favorable. Hal ini disebabkan adanya
pembelian peralatan pada saat perbaikan
ruang meeting room dan perbaikan pada
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.324-337
@STPS 2017, All Rights Reserved
334 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
taman hotel tidak terlalu besar biayanya
sehingga biaya perawatan yang dianggarkan
lebih dari cukup untuk perawatan fasilitas
hotel tersebut.
Biaya listrik termasuk pada kategori
selisih anggaran Rp-327.855.945. Hasil
analisis varians pada biaya air memiliki
jumlah selisih anggaran Rp 56.654.100.
Anggaran yang telah ditentukan jumlahnya
lebih besar dibandingkan dengan realisasinya.
Sama halnya dengan hasil analisis varians
pada biaya telepon yang menghasilkan Rp
128.207.440. Anggaran yang telah ditentukan
jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan
realisasinya. Dalam hal ini biaya telepon
menghasilkan selisih anggaran yang
menguntungkan karena pada saat sekarang
sudah banyak orang yang menggunakan
handphone daripada telepon.
Hasil analisis varians pada biaya cetak
atau alat kantor menghasilkan selisih
anggaran Rp 24.500.651. Dalam hal ini, alat
kantor merupakan peralatan yang diperlukan
untuk masing-masing divisi hotel, sedangkan
biaya peralatan yang sebelumnya telah
disebutkan adalah merupakan biaya bagi
peralatan untuk keperluan fasilitas
perhotelan.
Hasil analisis varians terhadap biaya
pastry menghasilkan sebuah selisih anggaran
Rp -116.850.967. Anggaran yang telah
ditentukan jumlahnya jauh lebih kecil
dibandingkan dengan realisasinya. Hal ini
dikarenakan pemesanan terhadap kue-kue
dalam pelaksanaan event atau acara-acara
lebih besar dibandingkan dengan yang
dianggarkan. Selain itu juga disebabkan
karena banyaknya event- event yang diadakan
pada tahun 2014 sehingga biaya pastry pun
akan meningkat. Oleh sebab itu, biaya
tersebut memiliki selisih yang sangat
signifikan.
Biaya Food and Beverage juga
memiliki Rp -219.102.642. Hasil analisis
varians pada biaya bahan bakar menghasilkan
selisih anggaran Rp -49.789.500. Anggaran
yang telah ditentukan jumlahnya lebih kecil
dibandingkan dengan realisasinya. Hal ini
dikarenakan pemakaian atas bahan bakar
solar untuk keperluan BBM (Bahan Bakar
Minyak) bagi kendaraan divisi hotel dan gas
untuk keperluan dapur pada restoran serta
pemakaian genset yang melebihi jumlah yang
dianggarkan dalam pemakaiannya pada tahun
tersebut. Perhitungan analisis varians yang
dilakukan pada biaya toiletris or guest and
cleaning supplies menghasilkan Rp-
118.713.149.
Total biaya variabel menghasilkan
selisih anggaran sebesar Rp -908.467.759.
Secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2
berikut.
Table 2. Biaya variable operasional
Oakwood Premier Cozmo Jakarta Tahun
2014 sampai 2016
URAIAN
ANGGARAN
REALISASI
Upah Langsung 1.976.481.000 2.068.259.918
Biaya Perawatan 380.330.000 459.080.784
Biaya Peralatan 104.560.000 81.050.138
Listrik 845.628.000 1.173.483.945
Air 182.834.000 126.179.900
Telepon 231.289.000 103.081.560
Biaya Cetak atau
Alat Kantor
136.658.000
112.157.349
Biaya Tenaga Ahli 0 0
Biaya Asuransi 0 0
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.324-337
@STPS 2017, All Rights Reserved
335 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Biaya Pastry 48.004.000 164.854.967
Biaya Food and Beverage
1.514.663.000
1.733.765.642
Biaya Bahan Bakar 28.778.000 78.567.500
Biaya Toiletris or Guest and
Cleaning Supplies
166.866.000
285.579.149
Biaya Lain-lain 235.971.000 374.468.907
Total Biaya
Variabel
5.852.062.000
6.760.529.759
A n a l i s i s P e n y u s u n a n A n g g a r a n B i a y a O p e r a s i o n a l P a d a O a k w o o d P r e m i e r C o z m o J a k a r t a
Pada Oakwood Premier Cozmo
Jakarta telah dibentuk bagian anggaran yang
memiliki tugas antara lain menyusun dan
memantau anggaran pendapatan dan belanja
perusahaan, serta kebutuhan dana
pembangunan dan pemugaran sarana hotel.
Selain itu, bagian anggaran ini mempunyai
fungsi untuk menyusun dan mengendalikan
anggaran pengusahaan. Sebelum bagian
anggaran menyusun rencana anggaran, maka
dibentuk terlebih dahulu panitia anggaran
yang bertujuan untuk mengevaluasi rencana
anggaran. Dalam menyusun anggaran biaya
operasional Oakwood Premier Cozmo
Jakarta menggunakan dua prosedur
penyusunan anggaran baik secara Bottop Up
dan secara Top Down atau disebut dengan
prosedur campuran yaitu penyusunan
anggaran dimulai dari atasan yang kemudian
selanjutnya dilengkapi dan dilanjutkan oleh
karyawan bawahannya, dengan demikian
penganggaran akan sama dengan kondisi,
fasilitas, dan kemampuan masing-masing
bagian secara terpadu karena adanya
partispasi dan komunikasi aktif antara
manajer dengan bagian lain yang terdapat
pada perusahaan dalam penyusunan
anggaran.
Dari keterangan di atas dapat
disimpulkan bahwa dalam penyusunan
anggaran biaya operasional Oakwood
Premier Cozmo Jakarta sudah memenuhi
aturan-aturan yang telah di tetapkan oleh
kantor pusat, namun terkadang masih ada
kekurangan atau kekeliruan dalam
penyusunan anggaran biaya operasional yang
masih harus di perbaiki lagi dalam
penyusunannya oleh perusahaan.
Menurut analisis penulis, dalam
realisasi anggaran biaya operasional
Oakwood Premier Cozmo Jakarta setiap
triwulan akan menerbitkan anggaran tunai
(AT) yang merupakan rencana alokasi rinci
dari suatu anggaran. Anggaran biaya
operasional diterbitkan atas dasar penetapan
anggaran biaya operasional ketempat
anggaran tunai. Berikut perbandingan
realisasi anggaran biaya operasional pada
Oakwood Premier Cozmo Jakarta tahun
2014 sampai 2016.
Tabel 3. Perbandingan Realisasi Anggaran
Biaya operasional Oakwood Premier Cozmo
Jakarta tahun 2014 sampai 2016
Tahun Pusat
pertanggungjawaban
Anggaran
Realisasi Analisis
Varians
2014
Dept. Resident
Manager,
Maintenance, Food and
Beverage, dan Room
3.921.092.000
4.100.785.759
-179.693.759
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.324-337
@STPS 2017, All Rights Reserved
336 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Dept. Purchasing dan
SDM
249.872.000
63.052.861
186.819.139
Dept. Marketing 386.655.000 375.610.127 11.044.873
2015
Dept. Resident
Manager,
Maintenance, Food and
Beverage, dan Room
4.824.470.000
4.186.456.499
638.013.501
Dept. Purchasing dan
SDM
61.771.000
159.862.389
-98.091.389
Dept. Marketing 519.565.000 523.543.431 -3.978.431
2016
Dept. Resident
Manager,
Maintenance, Food and
Beverage, dan Room
5.333.927.000
6.038.504.440
-704.577.440
Dept. Purchasing dan
SDM
378.733.000
126.801.020
251.931.980
Dept. Marketing 497.205.000 892.347.460 -395.142.460
( Sumber : Oakwood Premier Cozmo Jakarta )
Berdasarkan data diatas, penelitian ini
menemukan fakta bahwa anggaran
operasional dan realisasinya berjalan dengan
baik karena bisa dilihat dari data anggaran
yang digunakan mengalami turun dan naik
biaya yang digunakan setiap tahun nya. Setiap
department harus bekerja sama dengan baik
dengan department finance karena biar tidak
ada kesalah fahaman biaya berapa yang akan
digunakan.
K E S I M P U L A N
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan
yang telah diuraikan maka dapat
disimpulkan:
1. Penyusunan anggaran operasional
pada Oakwood Premier Cozmo
Jakarta hanya disusun oleh bagian
administrasi dan keuangan saja,
anggaran yang disusun berdasarkan
taksiran kuantitas pekerjaan yang
harus dilakukan untuk menyelesaikan
produk berdasarkan tahun-tahun
sebelumnya.
2. Anggaran yang disusun sifatnya tetap
(fix), sehingga tidak dapat
dipergunakan secara efektif, dan
apabila terjadi penyimpangan dari
yang telah direncanakan tidak bisa
menyesuaikan terhadap anggaran.
3. Laporan pengendalian yang dibuat
oleh Oakwood Premier Cozmo
Jakarta hanya berisi anggaran,
realisasi dan selisih. Perusahaan tidak
memberi penjelasan mengenai
penyebab selisih yang terjadi, karena
perusahaan tidak melakukan analisis
dan evaluasi terhadap selisih yang
ada.
D A F T A R P U S T A K A
Hansen dan Mowen.(2006).Akuntansi
Manajemen,Edisi 8.Jakarta:Salemba
Empat
Harahap,S. Syafri. (2001). Teori Akuntansi Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Harahap,S. Syafri. (2012).Teori Akuntansi
Edisi Revisi (2011).Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Husein Umar.(2003).Evaluasi Kinerja Perusahaan.Jakarta:Gramedia
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3,p.324-337
@STPS 2017, All Rights Reserved
337 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Kinerja Karyawan Menurut Para Ahli.
http://www.adaddanuarta.blogspot.co
m>2014/11 (diakses tanggal 08 juni
2017)
langkah penganggaran.” Jakarta : Erlangga.
Mahsun ,Mohammad.(2006).Pengukuran
Kinerja sektor Pelayanan
Publik.Yogyakarta:Gava Media
Nafarin,M.(2007).Penganggaran Perusahaan.Jakarta:Salemba Empat.
Prawironegoro, Darsono dan Ari Purwanti.
(2009). Akuntansi Manajemen.Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Rudianto. (2009).Akuntansi Manajemen.Yogyakarta : Grasindo
Shim Jae, K dan Siegel Joel G, alihbahasa
Julius Mulyadi,(2000)“Budgeting:
Pedoman langkah-
Subramanyam, K. R. dan John J. Wild.
(2013). Analisis Laporan Keuangan.
Edisi 10.BukuDua.Yang
Dialihbahasakan oleh Dewi Yanti.
Jakarta: Salem
Sugiyono,(2014),Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif,dan Kombinasi (Mixed Methods).Bandung:Alfabeta
Welsch,Glean A,Hilton dan Gordon.(2000).
Anggaran:Perencanaan dan Pengendalian Laba Buku 1.Edisi 1.Terjemahan oleh Purwatiningsih
dan Maudy Warouw.Jakarta:Salemba
Empat.
Williams, J. H. (2008). Employee
engagement: Improving participation
in safety. Professional Safety, 53(12),
40-45.
Wolchik, S. A., West, S. G., Sandler, I. N.,
Tein, J.-Y., Coatsworth, D., Lengua,
L.,...Griffin, W. A. (2000). An
experimental evaluation of theory-
based mother and mother-child
programs for children of divorce.
Journal of Consulting and Clinical Psychology, 68, 843-856.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol. 2, No. 3,p. 338-353
@STPS 2017, All Rights Reserved
338 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
DAYA TARIK MASYARAKAT DESA ADAT USING KEMIREN DALAM MEMPROMOSIKAN WISATA BUDAYA DI
BANYUWANGI
Attractiveness of Using Kemiren Traditional Village in Promoting
Cultural Tourism in Banyuwangi
Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta
Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta
ABSTRAK
Indonesia memiliki banyak ragam wisata dan budaya terbentang dari sabang sampai
merauke, dengan ciri khas disetiap daerahnya melambangkan dari daerah tersebut.
Objek wisata itu adalah segala sesuatu yang ada di sebuah daerah tujuan wisata yang
merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ketempat tersebut.
Daerah tujuan wisata biasanya menggunakan budayanya sebagai daya tarik untuk
mengembangkan daerah tersebut. Seperti desa adat yang terletak di Banyuwangi
tepatnya di desa Kemiren. Desa wisata yang berbasis budaya ini memiliki banyak
keistimewaan dibandingkan dengan desa lainya sehingga Pemerintah Provinsi
menetapkan desa ini sebagai desa adat yang masih mempertahankan keusinganya.
Desa ini memiliki tiga daya tarik wisata yang sudah dikemas kedalam sebuah paket
wisata. Penelitian ini menggunakan metode deduktif- kualitatif berarti cara
memperoses seluruh data dan mennggambarkan mereka berbasis pada teori yang
ditetapkan oleh penulis dan bergabung dengan hasil observasi, mengumpulkan data
dan dokumentasi.
Kata Kunci: Daerah Tujuan Wisata, Daya Tarik Wisata, Wisata Budaya,
ABSTRACT
Indonesia has many varieties of tourism and culture stretching from sabang to
merauke, with the characteristic of each region symbolizing the area. The tourist
attraction is everything that is in a tourist destination that is an attraction for people
to come to visit the place. Tourist destination areas usually use their culture as an
attraction to develop the area. Like the traditional village located in Banyuwangi
precisely in Kemiren village. This culture-based tourism village has many features
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol. 2, No. 3,p. 338-353
@STPS 2017, All Rights Reserved
339 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
compared to other villages so the Provincial Government establishes this village as a
traditional village that still retains its original. This village has three tourist attractions
that have been packaged into a tour package. This study using deductive-qualitative
methods means how to process all data and describe them based on the theory set
by the author and join the results of observation, collecting data and documentation.
Keywords: Tourism Destination, Travel Attractions, Cultural Tourism
Riwayat Artikel :
Diajukan: 03 Agustus 2017
Direvisi: 16 September 2017
Diterima: 05 Oktober 2017
P E N D A H U L U A N
Negara Indonesia memiliki
beraneka ragam wisata dan budaya
yang terbentang dari sabang sampai
merauke. Mulai dari tempat wisata
dan objek wisata kaya akan keindahan
wisata alam, taman wisata, taman
budaya, dan wisata kulinernya.
Banyak orang mengatakan bahwa
Negara Indonesia itu merupakan
salah satu surga dunia yang banyak
memiliki keanekaragaman wisata
begitu indah dan memiliki kekhasan
dimana disetiap daerahnya itu
memiliki kebudayaan berbeda-beda
yang melambangkan ciri khas dari
daerah tersebut.
Secara Etimologi mengungkapkan
bahwa“Pariwisata berasal dari bahasa
sangsekerta yang terdiri dari dua suku
kata yaitu Pari dan Wisata”. Pari yang
berarti banyak atau berputar-putar,
berkali-kali, berkeliling-keliling.
Sedangkan Wisata yang berarti
perjalanan dari satu tempat ke tempat
yang lain.
Bangsa Indonesia memiliki
keragaman kebudayaan dikarenakan
Negara Indonesia mempunyai banyak
pulau. Disetiap pulaunya memiliki
budaya masing-masing. Sehingga,
setiap manusia yang bertempat tinggal
disuatu pulau memiliki budaya yang
lain lagi dengan pulau lain.
Kebudayaan mempunyai kegunaan
yang sangat besar bagi manusia,
adanya suatu kebudayaan yang
dimiliki oleh masyarakat itu sendiri
maka muncullah suatu nilai-nilai, ide-
idedan gagasan dalam pikiran
manusia bersifat abstrak. Suatu
gagasan, nilai-nilai, ide-ide dan
gagasan itu muncul sejak dahulu dan
diwariskan dari generasi ke generasi.
Suatu kebudayaan diwariskan pada
generasi ke generasi melewati proses
belajar dengan begitu kebudayaan
selalu diteruskan dari waktu ke waktu
Wisata budaya adalah sebuah
kegiatan perjalanan yang dilakukan
oleh seseorang atau berkelompok
dengan mengunjungi tempat tertentu
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol. 2, No. 3,p. 338-353
@STPS 2017, All Rights Reserved
340 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
untuk tujuan beerekreasi,
pengembangan pribadi atau
mempelajari daya tarik budaya
dengan memanfaatkan potensi
budaya dari tempat yang dikunjungi
tersebut.
Kebudayaan memiliki faktor
terpenting untuk menunjukan
eksitensi mereka dengan
menggunakan, bahasa, sistem
pengetahuan, organisasi sosial, sistem
peralatan hidup dan tekhnologi,
sistem mata pencaharian hidup,
kesenian dan sistem religi. Budaya
tersebut merupakan bagian yang tak
dapat terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung
mengganggap bahwa budaya itu
diwariskan secara genetis. Suatu
kebudayaan itu sangatlah erat
hubungannya dengan masyarakat.
Seperti yang diusulkan oleh Herkovit
dan Malinowski (2006:30),
mengatakan, bahwa segala sesuatu
yang terdapat dalam masyarakat itu
ditentukan oleh suatu kebudayaan
yang dimiliki oleh masyarakat itu
sendiri.(qtd,in Setiade,2006:30).
Dalam suatu kebudayaan juga
terdapat sebuah nilai-nila kearifan.
Nilai itu sendiri menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, bukanlah
suatu fakta yang dapat ditangkap oleh
indra. Nilai disini bersifat abtrak
(tidak nyata). Nilai merupakan
sesuatu hal yang berharga,
bermutu,menunjukan kualitas
berguna bagi kehidupan mereka.
Suatu nilai tersebut tidaklah dapat
dinyatakan dalam bentuk uang atau
rupiah. Kelangsungan kearifan lokal
akan tercermin dalam nilai-nilai itu
menjadi pegangan kelompok
masyarakat tertentu yang biasanya
akan menjadi bagian hidup yang tak
terpisahkan dan dapat diamati
melalui sikap dan perilaku mereka
sehari-hari.
Nilai-nilai Kearifan lokal
mengandung kebaikan bagi
kehidupan. Dalam bingkaikearifan
lokal antar individu dan antar
kelompok masyarakat saling
melengkapi bersatu, berinteraksi
dengan memelihara nilai dan norma
sosial yang berlaku.
Membicarakan mengenai
pariwisata budaya terdapat di desa
Kemiren Kecamatan Glagah
Kabupaten Banyuwangi memiliki
beberapa keistimewaan yang berbeda
dengan desa Using lainnya. Desa
berbasis budaya itu menjadikan
budayanya sebagai daya tarik
wisata.Desa Kemiren memiliki tiga
daya tarikyaitu Kesenian, Kuliner dan
Upacara adat. Beberapa kesenian
yang seringkali dipertontonkan dalam
penyambutan seperti Barong,
Gandrung, Gedhogan, Kuntulan,
Angklung Paglak dan Tabuhan
Bonang. Desa Kemiren memiliki
makanan khas yaitu Pecel Pithik
(pecel ayam) disajikan sebagai
pelengkap dalam setiap tradisi
upacara adat maupun tradisi-tradisi
lainya. Tidak hanya makanan desa
Kemiren juga memiliki minuman
khas yaitu kopi Jaran Goyang. Selain
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol. 2, No. 3,p. 338-353
@STPS 2017, All Rights Reserved
341 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
kesenian dan kuliner desa Kemiren
memiliki upacara adat besar yang
setiap tahunnya selalu digelar yaitu “
Barong Ider Bumi dan Tumpeng
Sewu” keduaanya merupakan
upacara adat desa paling sakral
terdapat unsur nilai-nilai religius
mengenai keselamatan desa yang
hingga saat ini masih dijaga dan
dipertahankan. Barong Ider Bumi
adalah slametan tolak balak
diselenggarakan pada setiap hari
kedua bulan syawal dan dilaksanakan
waktu siang hingga menjelang sore
hari , sedangkan Upacara adat
Tumpeng Sewu adalah kegiatan
upacara bersih desa atau slametan
kampung yang wajib dilaksanakan
oleh masyarakat desa Kemiren,
masyarakat Kemiren percaya bila
tidak melaksanakan kedua upacara
tersebut akan terkena balak
(musibah), Upacara adat tumpeng
sewu ini dilaksanakan setiap bulan
Dzulhijjah.
Warga masyarakat desa Kemiren
sangat memegang teguh adat istiadat
nenek moyangnya. Kebudayaan
warga masyarakat desa Kemiren
seperti bahasa, kepercayaan
masyarakatnya tentang perintah-
perintah yang wajib dilaksanakan
sangatlah kental dan masih
dilestarikan.Masyarakat desa Kemiren
bekerjasama dengan pihak – pihak
yang terkait seperti Dinas Pariwisata
Banyuwangi yang memprmosikan
desa Kemiren melalui event tahunan,
seniman desa Kemiren
mempromosikan wisata budaya desa
Kemiren.
T I N J A U A N P U S T A K A
P e n g e r t i a n P a r i w i s a t a
Istilah Pariwisata berasal dari kata
“Pari” yang berarti berkeliling atau
bersama dan suku kata “Wisata”
berarti perjalanan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa Pariwisata adalah
perjalanan berkeliling dari suatu
tempat ketempat lainya.
James J Spillane mengatakan
bahwa“ Pariwisata adalah perjalanan
dari suatu tempat ke tempat lain dan
bersifat sementara, dilakukan
perorangan ataupun kelompok
sebagai usaha mencari keseimbangan,
keserasian dalam dimensi sosial
budaya dan ilmu’’ (qtn, in
Hadiwijoyo, 2012 :42).
Oka A Yoeti (2002 : 23)
mendefinisikan mengenai pengertian
pariwisata itu “ Segala kegiatan dalam
masyarakat yang berhubungan dengan
wisatawan. Sedangkan semua
kegiatan-kegiatan yang dilakukan
untuk mendatangkan para wisatawan,
seperti pembangunan hotel,
pemugaran objek wisata, pembuatan
pusat rekreasi, penyelenggaraan
pekan, penyediaan angkutan, dan lain
sebagainya semua itu disebut sebagai
Kepariwisataan”.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol. 2, No. 3,p. 338-353
@STPS 2017, All Rights Reserved
342 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
W i s a t a w a n
Menurut Gamal (2004:4),
Seseorang atau kelompok orang yang
melakukan suatu perjalanan wisata
disebut dengan wisatawan (tourist),
jika lama tinggalnya sekurang-
kurangnya 24 jam didaerah atau
negara yang dikunjungi. Apabila
mereka tinggal di daerah atau negara
yangdikunjungi dengan waktu kurang
dari 24 jam maka mereka disebut
pelancong (excursionst).
Sunaryo (2013:2) memaparkan
bahwa batasan pengertian lain juga
telah dikemukakan oleh World
Tourism Organization (WTO) bahwa
wisatawan sebagai seseorang atau
sekelompok orang yang melakukan
perjalanan ke suatu atau beberapa
Negara di luar tempat tinggal biasa
(home base), untuk periode kurang
dari 12 (dua belas) bulan dan
memiliki tujuan untuk melakukan
berbagai aktivitas.
Lebih lanjut dapat dikatakan
bahwa hakekat yang terkandung
dalam pengertian tentang wisatawan
yang sedang melakukan perjalanan
wisata seperti yang telah diuraikan
diatas, pada intinya suatu perjalanan
yang dilakukan oleh seseorang dalam
rangka memenuhi kebutuhan
sekundernya yang berupa kegiatan
untuk berekreasi setelah merasa lelah
atau jenuh dalam menjalani pekerjaan
atau rutinitasnya sehari-hari.
J e n i s - j e n i s P a r i w i s a t a
Pembangunan Industri Pariwisata
Indonesia juga harus didasarkan atas
prinsip-prinsip, jenis-jenis pariwisata
harus kita ketahui dan perhitungkan
supaya bagianya dapat diberikan
pengertian dan tempat wajar di dalam
pembangunan industri. Dengan kata
lain paling penting kita dahulukan
dan yang kurang penting kemudian.
Jenis-jenis Pariwisata menurut Oka A
Yoety (2002:42) berikut jenis-jenisnya
antara lain :
1. Pariwisata Budaya ( cultural
tourism)
Perjalanan yang dilakukan atas
dasar keinginan untuk
memperluas pandangan hidup
seseorang dengan jalan
mengadakan kunjungan atau
peninjauan ke tempat lain atau
luar negeri, mempelajari keadaan
rakyat, kebiasaan, dan adat
istiadat mereka, cara hidup
budaya mereka, dan seni
mereka. Jenis pariwisata
kebudayaan ini adalah jenis yang
paling popular di Tanah air.
Karena pariwisata ini telah
menunjukan bahwa jenis wisata
inilah yang paling utama bagi
wisatawan asing yang datang ke
negara ini dimana mereka ingin
melihat kesenian,
tarian,monument sejarah dan
segala sesuatu yang berhubungan
dengan kehidupan kebudayaan
di Indonesia.
2. Pariwisata Kesehatan
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol. 2, No. 3,p. 338-353
@STPS 2017, All Rights Reserved
343 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Perjalanan seseorang wisatawan
dengan tujuan untuk menukar
keadaan dan lingkungan tempat
sehari-hari di mana ia tinggal
demi kepentingan beristirahat
dalam artian jasmani dan rokhani
dengan mengunjungi tempat
peristirahatan seperti mata air
panas mengandung mineral yang
dapat menyembuhkan.
3. Pariwisata Olahraga
Perjalanan yang dilakukan oleh
wisataan untuk menghadiri pesta
olahraga atau berolahraga disuatu
tempat atau suatu negara. seperti
acara Asean Games, Olympiade
4. Pariwisata Komersil
Wisata komersil adalah suatu
perjalanan yang dilakukan untuk
mengunjungi pameran-pameran
atau pekan raya yang bersifat
komersil seperti pameran
industri, pameran perdagangan
dsb. Pada mulanya banyak sekali
orang berpendapat bahwa
tidaklah dapat digolongkan ke
dalam dunia kepariwisataan
dengan alasan bahwa perjalanan
serupa ini, yaitu ke pameran atau
pekan raya bersifat komersil yang
dilakukan oleh orang-orang khusus
mempunyai tujuan-tujuan tertentu
untuk urusan bisnis mereka dalam
pekan raya tersebut.
5. Pariwisata Industri
Biasanya Perjalanan ini erat
hubunganya dengan perjalanan
yang dilakukan oleh rombongan
pelajar atau mahasiswa ataupun
orang awan dengan mengujungi
pabrik-pabrik dengan maksud
dan tujuannya untuk melakukan
penelitian atau peninjauan. Hal
ini banyak dilakukan di negeri-
negeri yang telah maju
perindustriannya di mana
masyarakat berkesempatan untuk
mengadakan kunjungan ke
daerah pabrik industri berbagai
jenis barang yang dihasilkan
secara masal di negeri itu.
6. Pariwisata Sosial
Yang dimaksud dengan
Pariwisata sosial adalah
pengorganisasian suatu
perjalanan yang murah dan
mudah untuk memberi
kesempatan kepada masyarakat
ekonomi lemah untuk
melakukan perjalanan.
7. Pariwisata Maritim (bahari)
Jenis wisata ini biasanya dikaitkan
dengan kegiatan olahraga di air,
danau,pantai, teluk dan laut,
misalnya berlayar, menyelam
sambil mengambil gambar,
kompetisi berselancar dll.
8. Pariwisata Cagar Alam
Wisata cagar alam biasanya
diselengarakan oleh agen atau
biro perjalanan yang
mengkhususkan usaha dengan
jalan ke tempat-tempat atau
daerah cagar alam, taman
lindung dll. Wisata ini sering
dikaitkan dengan keindahan
alam.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol. 2, No. 3,p. 338-353
@STPS 2017, All Rights Reserved
344 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
P e n g e r t i a n D a y a T a r i k
Daya Tarik atau kata lain dari
objek wisata namun sesuai dengan
peraturan pemerintah Indonesia
tahun 2009 kata objek wisata tidaklah
relevan digunakan untuk
menyebutkan sebuah daerah tujuan
wisatawan maka digunakanlah “Daya
Tarik Wisatawan”.
Undang-Undang Republik
Indonesia No. 10 tahun 2009. Daya
Tarik Wisata adalah segala sesuatu
yang memiliki keunikan, kemudahan
dan nilai berupa keanekaragaman
kekayaan alam, budaya dan hasil
buatan manusia yang menjadi sasaran
atau kunjungan wisatawan.
Ismayanti (2010:147)
mendefinisikan daya tarik sebagai
berikut “Daya tarik wisata adalah
fokus utama penggerak pariwisata di
sebuah destinasi”. Dalam hal ini
berarti bahwa daya tarik wisata
merupakan penggerak utama.
Happy Marpaung (2002:78)
mendefinisikan obyek dan daya tarik
wisata itu adalah suatu bentukan atau
aktivitas dan fasilitas yang
berhubungan yang dapat menarik
minat wisatawan atau pengunjung
untuk datang ke suatu daerah atau
tempat tertentu.
P e n g e r t i a n D e s t i n a s i W i s a t a
Dalam undang-undang
kepariwisataan no 10 tahun 2009 yang
dimaksud dengan destinasi wisata
atau daerah tujuan wisata adalah
kawasan geografis yang berada dalam
satu wilayah administratife yang
didalamnya terdapat sebuah daya
tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas
pariwisata, aksesibilitas serta
masyarakat saling terkait dan
melengkapi terwujudnya
kepariwisataan.Destinasi wisata
memiliki beberapa karakteristik
seperti berikut :
1. Proses Lingkungan
Destinasi terbentuk dan dibentuk
dengan sedemikian rupa
sehingga menjadi sebuah daya
tarik bagi wisatawan. Proses
pembentukan itu meliputi
topografi, bentuk alam
(gunung,sungai,laut) flora dan
fauna temperaturan erosi dan
proses yang lain.
2. Struktur Ekonomis
Pertumbuhan ekonomi menjadi
ciri sebuah destinasi termasuk
tingkat perekonomian keragaman
kegiatan ekonomi, karakter tata
ruang, pola investasi dan
karakteristik impor – ekspor.
3. Organisasi Politik
Kegiatan wisata dipengaruhi oleh
faktor politik baik di negara asal
wisatawan maupun di negara
tujuan wisata. Struktur politik
yang mempengaruhi kegiatan
wisata seperti peraturan insentif
investaris dan prinsip kenegaraan
4. Tingkat Pembangunan Destinasi
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol. 2, No. 3,p. 338-353
@STPS 2017, All Rights Reserved
345 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Pemberdayaan masyarakat
tersebut menjadi perhatian dalam
pembangunan sebuah destinasi
wisata. hal ini merupakan salah
satu tujuan pembangunan
kepariwsataan.
5. Organisasi dan Struktural Sosial
Kategori ini memasukan dalam
profil demografi masyarakat,
kekuatan kebudayaan lokal,
ketersediaan insfrastruktur pola
kehiduapan sosial, peran wanita
dalam tenaga kerja bahasa sikap
perilaku norma dan nilai dan
tradisi.
P a r i w i s a t a B u d a y a
Tylormengusulkan bahwa,
“Pengertian Budaya adalah
keseluruhan komplek meliputi
pengetahuan, kepercaayaan, kesenian
moral, keilmuan hukum,adat-istiadat
dan kemampuan yang lain serta
kebiasaan yang didapat oleh manusia
sebagai anggota masyarakat.(qtd,in
Setiade,2006:30).
Koentjaraningrat mengusulkan
bahwa kebudayaan dibagi dalam tiga
wujud yaitu :
1. Wujud sebagai kompleks daria
ide-ide gagasan, nilai-nilai,
norma-norma dan peraturan.
2. Wujud tersebut menunjukan
wujud ide dari kebudayaan yang
sifatnya abstrak, tak dapat
dipegang ataupun difoto dan
tempatnya dialam pikiran warga
masyarakat di mana
kebudayaan yang bersangkutan
itu hidup.
3. Wujud kebudayaan sebagai suatu
kompleks aktivitas serta
tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat.
4. Wujud tersebut disebut sistem
sosial, karena menyangkut
tindakan dan kelakuan berpola
dari manusia itu sendiri. Wujud
ini bisa diobservasi, difoto dan
didokumentasikan karena dalam
sistem sosial ini terdapat aktivitas
manusia yang berinteraksi dan
berhubungan serta bergaul satu
dengan lainnya dalam
masyarakat.
5. Wujud kebudayaan sebagai benda-
benda hasil karya manusia.
6. Wujud ini disebut kebudayaan
fisik. Dimana wujud budaya ini
hampir seluruhnya merupakan
hasil fisik, sifatnya paling konkrit
dan berpa benda-benda atau hal-
hal yang dapat diraba, dilihat dan
difoto yang berwujud besar atau
kecil. Contohnya Candi
Borobudur, kain batik dll. (qtd,
in Prasetya, 2006:2).
S i f a t - S i f a t B u d a y a
Menurut Setiade et al (2006:33), sifat-
sifat budaya itu akan memiliki ciri-ciri
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol. 2, No. 3,p. 338-353
@STPS 2017, All Rights Reserved
346 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
yang sama bagi semua kebudayan
manusia tanpa membeda-bedakan
faktor ras, lingkungan alam atau
peendidikan. Sifat hakiki dari
kebudayaan antara lain :
1. Budaya terwujud dan tersalurkan
dari perilaku manusia.
2. Budaya telah ada terlebih dahulu
daripada lahirnya suatu generasi
tertentu akan mati dengan
habisnya usia generasi yang
bersangkutan
3. Budaya diperlukan oleh manusia
dan diwujudkan dalam tingkah
lakunya.
4. Budaya mencakup aturan yang
berisikan kewajiban-kewajiban,
tindakan-tindakan yangditerima
dan ditolak, tindakan-tindakan
yang dilarang dan tindakan-
tindakan yang diizinkan.
U n s u r - u n s u r B u d a y a
Dalam sistem budaya ini
terbentuk adanya unsur-unsur budaya
yang paling berkaitan satu dengan
lainnya. Sehingga tercipta sebuah tata
kelakuan manusia yang terwujud
dalam unsur kebudayaan sebagai satu
kesatuan.
Malinowski mengusulkan
(2006:35)menyebutkan memilki 4
unsur pokok yaitu Sistem norma
sosial yang memungkinkan kerja
sama antara para anggota masyarakat
untuk menyesuaikan dirinya dengan
alam sekelilingnya, Organisasi
ekonomi, Alat-alat dan lembaga
pendidikan, Organisasi kekuatan.
(qtd, in Setiade, 2006:35)
Herkovits mengusulkan bahwa,
unsur pokok kebudayaan adalah Alat-
alat teknologi, Sistem ekonomi,
Keluarga dan Kekuasaan politik. (qtn,
in Setiade, 2006:35).
W u j u d B u d a y a
Hoeningman mengusulkan bahwa
wujud suatu kebudayaan dibedakan
menjadi tiga wujud yakni gagasan,
aktivitas, dan artefak :
1. Gagasan (Wujud Ideal),
Wujud ideal kebudayaan adalah
kebudayaan berbentuk
kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-
nilai, norma-norma, peraturan
dan sebagainya, sifatnya abstrak
tidak dapat diraba atau disentuh.
Wujud ini biasanya terletak
dalam kepala atau alam pikiran
warga masyarakatnya.
2. Aktivitas (Tindakan),
Wujud kebudayaan sebgai suatu
tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat itu. Wujud ini
sering disebut sebagai sistem
sosial. Sistem sosial terdiri dari
aktivitas-aktivitas manusia yang
saling berinteraksi, mengadakan
kontak, serta bergaul dengan
manusia lainnya menurut pola-
pola tertentu yang berdasarkan
adat tata kelakuan.
3. Artefak (karya)
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol. 2, No. 3,p. 338-353
@STPS 2017, All Rights Reserved
347 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Wujud kebudayaan fisik yang
berupa hasil dari aktvitas,
perbuatan, dan karya semua
manusia dalam masyarakat
berupa benda-benda atau hal-hal
yang dapat dilihat, diraba dan
didokumentasikan. Sifat dari
artefak ini paling konkrit
dibandingkan ketiga wujud
kebudayaan tersebut. (qtn, in
Setiade, 2006:33)
4. Artefak (karya)
Wujud kebudayaan fisik yang
berupa hasil dari aktvitas,
perbuatan, dan karya semua
manusia dalam masyarakat
berupa benda-benda atau hal-hal
yang dapat dilihat, diraba dan
didokumentasikan. Sifat dari
artefak ini paling konkrit
dibandingkan ketiga wujud
kebudayaan tersebut. (qtn, in
Setiade, 2006:33)
P e n g e r t i a n K e a r i f a n L o k a l
Menurut Prasiasia (2011:43),
Kearifan Lokal merupakan kebijakan
manusia dan komunitas dengan
bersandar pada filosofi, nilai-nilai,
etika cara-cara perilaku yang
melembaga secara tradisional
mengelola sumber daya alam, sumber
daya manusia dan sumber daya
budaya untuk kelestarian. Kearifan
lokal terdiri dari dua kata yaitu
kearifan (wisdom) dan lokal (local)
atau setempat. Kearifan lokal juga
dapat diartikan sebagai perilaku
manusia dalam berhubungan dengan
alam dan lingkungan sekitar yang
dapat bersumber dari nilai-nilai,
agama, adat istiadat, petuah nenek
moyang, atau budaya setempat, yang
terbangun secara ilmiah dalam suatu
komunitas masyarakat untuk
beradaptasi dengan lingkungan
sekitarnya.
M e t o d e P e n e l i t i a n
Metode penelitian yang penulis
pilih adalah metode penelitian
deduktif kualitatif. Dimana penulis
lebih memberikan informasi sesuai
dengan kenyataan dilapangan. Penulis
melakukan kegiatan seperti
wawancara kepada masyarakat sekitar,
pada aparatur desa dan meminta data-
data terbaru dari pihak yang menurut
penulis penting dan berpengaruh
untuk penyusunan proyek akhir.
Menurut Mukhtar (2013:29)
mengatakan bahwa :
“Penelitian deskriptif kualitatif
adalah sebuah penelitian yang
dimaksudkan untuk mengungkap
sebuah fakta empiris secara objektif
ilmiah dengan berlandaskan pada
logika keilmuan , prosedur dan
didukungoleh metodologi dan teoritis
yang kuat sesuai disiplin keilmuan
yang di tekuni.”
Penulis memaparkan atau
memberikan garis besar mengenai
yang berkaitan dengan desa wisata
adat Using Kemiren seperti daya
tarik wisata, tentang masyarakat desa
adat Using Kemiren dalam
mempromosikan wisata budaya, cara
masyarakat Kemiren dalam menjaga,
melestarikan budaya , dan
mewujudkan kearifan lokal. Selain itu
penulis memberikan ide-ide untuk
dapat membantu mengembangkan
desa adat Using Kemiren.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol. 2, No. 3,p. 338-353
@STPS 2017, All Rights Reserved
348 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
U n i t A n a l i s a
Unit Analisa yang digunakan
dalam penelitian ini, menurut penulis
sangat penting terlibat dalam
menyampaikan sebuah informasi
yang terdiri dari Kepala Desa
Kemiren, Sekretaris Desa Kemiren,
Aparatur-aparatur desa,Tokoh
masyarakat desa, seniman desa,
budayawan desa Kemiren,
masyarakat setempat dan remaja
anggota Karang Taruna desa
Kemiren.
P r o s e d u r P e n g u m p u l a n D a t a
Data adalah hasil pengukuran
atau pengamatan suatu variable yang
bentuknya dapat berupa, angka, kata-
kata atau citra. Dalam pengumpulan
data-data untuk proyek akhir ini
penulis melakukan beberapa cara
diantaranya :
1. Studi Kepustakaan
Untuk melengkapi data dan
informasi yang lebih akurat dan
relevan sebagai landasan teori
yang dibutuhkan. Maka, penulis
membaca dan mempelajari buku-
buku tentang yang terkait dengan
isi pembahasan penulis serta
mengumpulkan beberapa data-
data yang berhubungan dengan
masalah yang ditelti.
2. Observasi
Sutrisno Hadi mengatakan bahwa
“ observasi merupakan suatu
proses yang kompleks, suatu
proses yang tersusun dari berbagai
proses biologi dan psikologis.
Dua diantaranya yang terpenting
adalah proses-proses pengamatan
dan ingatan”. (qtn. in Sugiyono,
2007 :166)
Penulis melakukan observasi
lapangan selama dua minggu yang
terhitung mulai pada tanggal 7 -
20 September 2015. Penulis
secara langsung turun ke lapang
untuk meneliti daya tarik
masyarakat desa adat kemiren
dalam mempromosikan wisata
budaya di Banyuwangi. Selain itu
penulis juga meneliti tentang
masyarakat desa adat using
Kemiren dalam mempromosikan
wisata budaya di Banyuwangi, cara
masyarakat Using Kemiren dalam
menjaga, melestarikan budaya ,
dan mewujudkan kearifan lokal.
3. Wawancara
Menurut Moelong (2006 :
186)mengusulkan
bahwa“Wawancara merupakan
percakapan yang dilakukan oleh
dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai
(interviewee) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan tersebut.”
Menurut Mukhtar (20013: 118 )
mengatakan bahwa “Wawancara
adalah proses tanya jawab antara
peneliti dengan subjek penelitan
atau informen dalam satu situasi
sosial .’’
Dalam penelitian yang dilakukan
di desa Kemiren ini penulis
melakukan wawancara kepada
orang-orang yang berkaitan
dengan desa Kemiren. Penulis
melakukan wawancara kepada
Kepala desa Kemiren Ibu Lilik
Yulianti, Sekretaris desa Kemiren
Bapak Eko Wiliam, Budayawan
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol. 2, No. 3,p. 338-353
@STPS 2017, All Rights Reserved
349 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Kemiren Bapak H.Djuhadi
Timbul, seniman desa Kemiren
bapak Purwadi, Chak Haidi,
warga desa Kemiren Ibu
Rajaonah dan Rajaoni, remaja
karang taruna desa Kemiren
Arista dan Andi.
4. Dokumentasi
Menurut Mukhtar (2013: 101), “
data dokumen dapat berupa foto
gambar, grafik, struktur organisasi,
catatan- catatan bersejarah dan
sebagainya ’’ . Dokumentasi
sangat penting untuk itu penulis
menyajikan data-data
dokumentasi kegiatan selama
penulis melakukan penelitian di
desa adat Using Kemiren
Banyuwangi. Tidak hanya
kegiatan yang dilakukan oleh
penulis saja, namun penulis akan
memberikan data-data sebuah
kegiatan yang ada di desa
Kemiren. Data tersebut dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.1
Sumber dan Teknik Pengambilan Data
Jenis Data Sumber Data Teknik Pengambilan
Data
Keterangan
PRIMER
Aparatur Desa,
Tokoh Masyarakat,
Para pelaku seni/
seniman,Budayawan
Melakukan dengan
Wawancara
Wawancara secara terbuka dengan
mengajukan beberapa pertanyaan
yang berhubungan atau terkait dengan
apa saja yang berkaitan dengan
pembahasan penulis
Objek Wisata, Desa
Adat Using Kemiren
Observasi
Mengamati apa saja yang ada di desa
Kemiren, seperti kesenian, makanan
khas, ritual adat, arsitektur rumah
Using, fasilitas yang ada dan amenitas.
SEKUNDER
Buku referensi Studi Kepustakaan
Data-data mengenai daya tarik desa
kemiren dsb
Data Lokasi
Dokumentasi
Menyajikan berupa foto-foto kegiatan
yang dilakukan penulis , foto-foto
kegiatan masyarakat desa Kemiren.
Sumber : Data Penulis 2015
M e t o d e P e n e l i t i a n
Metode analisa data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisa data Deskriptif
Kualitatif.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol. 2, No. 3,p. 338-353
@STPS 2017, All Rights Reserved
350 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
A n a l i s a D a t a D e s k r i p t i f K u a l i t a t i f
Mukhtar (2013: 120), memaparkan
bahwa “analisa data ditentukan oleh
pendekatan penelitian masing-masing
, dapat dilakukan dengan pendekatan
penelitian deskriptif kualitatif. Analisa
deskriptif kualitatif adalah yang
didasarkan pada data-data yang
diperoleh dari informan yang
kemudian digambarkan secara
umum”.
Dalam penelitian ini analisa data
yang dipaparkan oleh penulis
berdasarkan pada uraian wawancara
dengan informan yaitu aparatur desa
Kemiren, budayawan desa, seniman
desa Kemiren, masyarakat dan remaja desa
Kemiren.
Adapun metode analisa data yang
digunakan oleh penulis pada
penelitian ini adalah Analisis SWOT.
Analisis SWOT itu adalah
identifikasih berbagai faktor secara
sistematis yang digunakan untuk
merumuskan strategi dalam
perusahaan dalam penelitian ini
adalah objek wisata desa adat Using
Kemiren. Menurut Stephen
Pelayanan Mary dan Robbins
Coulter, adalah suatu analisa
organisasi dengan menggunakan
kekuatan,kelemahan kesempatan
serta ancaman dari lingkungan. (qtn.
In Erwin Suryatama, 2014: 25).
Analisis SWOT adalah identifikasi
berbagai faktor secara sistematis yang
digunakan untuk merumuskan
strategi dalam perusahaan yang dalam
penelitian ini adalah objek wisata desa
adat Using Kemiren Banyuwangi.
Analisa ini didasarkan pada logika
untuk memaksimalkan Kekuatan
(Strenght) dan Peluang
(Oppourtunity) dan meminimalkan
Kelemahan (Weakness) dan
Ancaman (Threats) secara
bersamaan. Penelitian ini
ditentukan oleh dua faktor kombinasi
yaitu faktor internal (Internal Factors Analysis Summary) dan faktor
external (Ekternal Factors Analysis Summary). Adapaun yang termasuk
kedalam faktor internal/IFAS adalah
Kekuatan (Strenght) dan Kelemahan
(Weakness) sedangkan yang termasuk
kedalam faktor external/EFAS adalah
Ancaman (Threath) dan Peluang
(Oppourtunity). Adapun diagram
mengenai Analisis SWOT dibawah
ini
Diagram. 3.2
Analisis SWOT
Sumber Data :Rangkuti (2014:20)
BERBAGAI PELUANG
KELEMAHAN
INTERNAL
KEKUATAN
EXTERNAL
BERBAGAI ANCAMAN
ss
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol. 2, No. 3,p. 338-353
@STPS 2017, All Rights Reserved
351 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Selanjutnya penulis akan
menggunakan matrik SWOT, dalam
buku Rangkuti (2005: 102),
menjelaskan bahwa alat yang dapat
digunakan untuk menggambarkan
bagaimana faktor external (peluang
dan ancaman) yang dihadapai
dipadukan dengan faktor internal
(kekuatan dan kelemahan) yang
dimiliki adalah melalui matrik
SWOT.
Sumber : Rangkuti (2005:105)
W a k t u d a n T e m p a t P e n e l i t i a n
W a k t u P e n e l i t i a n
Penelitian ini dilakukan selama 14
hari oleh penulis yang dilakukan pada
periode Bulan September 2015.
Terhitung mulai dilaksanakannya
kegiatan penelitian itu pada tanggal 7 -
20 September 2015.
T e m p a t P e n e l i t i a n
Desa adat Using ini terletak di desa
Kemiren, Kecamatan Glagah
Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur.
Desa wisata adat Using Kemiren ini
merupakan salah satu desa yang
mayoritas penduduknya adalah Using
masih menggunakan bahasa asli dari
kota Banyuwangi yaitu bahasa Using.
Desa Kemiren memiliki banyak
keunikan yang jarang ditemui di desa
lainnya. Lokasi desa ini sangat
strategis karena keberadaan desa
Kemiren di bawah lereng Gunung
Ijen yang merupakan salah satu
gunung di Banyuwangi.
K E S I M P U L A N
Berdasarkan penelitian mengenai
Daya tarik masyarakat desa adat
Using Kemiren dalam
mempromosikan wisata budaya di
Banyuwangi yang telah penulis teliti,
maka penulis akan menarik
kesimpulan dan memberikan saran
yang sekiranya bisa menjadi bahan
masukan semua pihak.
1. Desa adat Using Kemiren salah
satu desa di Banyuwangi hingga
saat ini masih mempertahankan
keosinganya, dan
mengembangkan kebudayaan
yang dimilikinya. Desa adat Using
Kemiren kaya akan budaya dan
Faktor
Internal
Faktor
Eksternal
Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
Peluang (O) Strategi SO
Menggunakan
kekuatan untuk
memanfaatkan
Peluang
Strategi WO
Memanfaatkan
peluangan untuk
mengatasi
kelemahan
yanga da
Ancamana (T) Strategi ST
Menggunakan
kekuatan untuk
menghindari
ancaman
Stategi WT
Meminimalkan
kelemahan dan
menghindari
ancaman
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol. 2, No. 3,p. 338-353
@STPS 2017, All Rights Reserved
352 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
tradisi menjadikan sebagai daya
tarik wisata budaya bagi
wisatawan. Desa yang memiliki
dua upacara adat yang sangat
sakral yaitu Ider Bumi dan
Tumpeng Sewu, selain upacara
adat desa Kemiren memiliki
hidangan khas yaitu Pecel Pithik
(pecel ayam). Tidak hanya itu
didesa Kemiren memiliki
Kesenian yang seringkali
diperlihatkan kepada wisatawan.
Kesenian itu masih terjaga
keosinganya dan jarang ditemui di
desa-desa Using Lainnya.
2. Desa Kemiren mulai dikenal oleh
mancanegara, banyak wisatawan
asing maupun lokal yang datang
untuk menikmati suasana
pedesaan melainkan mengunjungi
event yang digelar di desa
Kemiren melalui rentetan acara
Banyuwangi festifal yang
diselenggarakan oleh Pemkab
Banyuwangi.
3. Adanya Strategi-sstrategi terpilih
dalam penelitian ini adalah :
a. Lokasi desa adat Using
Kemiren yang Strategis,
dengan rating yang sangat
penting (4) bobot relatif 0.10
dan skor 0.40
b. Ketiga daya tarik wisata
budaya didesa Kemiren
memiliki kekuatan yang
sangat tinggi , dengan rating
sangat penting (4) bobot relatif
0.10 dan skor 0.40
c. Kurangnya penguatan
Branding Image untuk desa
Kemiren , dengan rating
sangat penting (4) bobot relatif
0.25 dan skor 1.00
d. Tidak adanya sarana dan
prasarana sebagai penunjang
pariwisata , dengan rating
sangat penting (4) dengan
bobot 0.10 dan skor 0.40
e. Kebijakan Pemerintah,
dengan rating sangat penting
(4) bobot relatife 0.15 dan
skor 0.60
f. Daya tarik wisata budaya desa
adat Using Kemiren akan
punah, dengan rating sangat
penting (4) bobot relative
0.25 dan skor 1.00.
D A F T A R P U S T A K A
Hardiwijoyo. Suryo. S (2012).
Perencanaan Pedesaan Berbasis
Masyarakat. Yogyakarta:Graha Ilmu.
Ismayati. (2010). Pengantar
Pariwisara. Jakarta: PT. Gasindo
Marpaung, Happy (2002).
Pengetahuan Kepariwisataan.
Bandung: Alfabeta
Moelong, Lexy J. (2006). Metode
Penelitian Deskriptif Kualitatif.
Jakarta: REFERENSI (Gp Press
Group).
Putu Oka Prasisasia Dewa (2010).
Wacana Kontemporen Pariwisata.
Jakarta: Salemba Humanaika
Rangkuti Freddy (2005), Analisis
SWOT Teknik Membedah Kasus
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol. 2, No. 3,p. 338-353
@STPS 2017, All Rights Reserved
353 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Bisnis Reorientasi Konsep
Perencanaan Strategi Untuk
Menghadapi Abad 21, Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama
Rangkuti Freddy. (2004), Analisis
SWOT Teknik Membedah Kasus
Bisnis. Jakarta :PT Gramedia Pustaka
Utama
Setialde et al (2006). Ilmu Sosial dan
Budaya Dasar. Jakarta: Kencan
Prenada Media Grup.
Sugiyono, (20110). Metode Penelitian
Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Penerbit Alfabeta
Sunaryo, Bambang, M.Sc, MS (2013).
Destinasi Pariwisata. Yogyakarta:
Gava Media.
Undang-Undang Republik
Indoenesia No 10 Tahun 2009
Yoety. Oka. A (1996). Pengantar
Ilmu Pariwisata. Bandung: Penerbit
Angkasa.
https://legendakita.wordpress.com/20
08/09/03/asal-usul-kota-banyuwaangi
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupat
en_Banyuwangi
https://id.wikipedia.org/wiki/Data
https://id.wikipedia.org/wiki/objek_wi
sata
https://www.kanal.web.id/2015/08/pe
ngertian-wisata-budaya-html
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 354-367
@STPS 2017, All Rights Reserved
354 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
ANALISIS KONSEP HOTEL SYARIAH PADA HOTEL SOFYAN JAKARTA SEBAGAI WORLD’S BEST FAMILY FRIENDLY HOTEL
Hotel Concept Analysis Of Syariah On Hotel Sofyan Jakarta
As World's Best Family Friendly Hotel
Aditya Pratomo¹
Binus University
Agung Gita Subakti²
Binus University
ABSTRACT
Hotel Syariah is a hotel that offers facilities that conform to Islamic values. Hotel Sofyan Betawi
Jakarta is one of the first and first syariah hotels in Indonesia. The purpose of this research is 1).
to know the implementation of the concept of Hotel Sharia in Sofyan Betawi Hotel Jakarta, 2).
To know the strategy in running the concept of Hotel Sharia in Sofyan Betawi Hotel Jakarta to
get Worlds's Best Family Friendly Hotel award, 3). To know the impact received by Sofyan
Betawi Hotel after awarded World's Best Family Friendly Hotel. The method used in this
research is descriptive qualitative method by conducting in-depth interviews using checklist and
interview guide. Results obtained: 1). Hotel Sofyan Betawi runs 60 absolute subunsures and 14
subunsures are not absolute from a total of 74 subunsures that are full of hotels that run the
Hotel Sharia concept according to Candidate Parekraf. 2/2014, 2). Hotel Sofyan Betawi
regularly improves facilities and infrastructure in terms of products, services and management.
3. The World's Best Family Friendly Hotel awarded by Sofyan Betawi Hotel has a positive
impact on hotel, guest, employee, community and government management. Conclusion from
this research that almost 100% Hotel Sofyan Betawi already meet criteria of Hotel Syariah Hilal
2
Keywords: concept hotel hotel sofyan betawi, Sharia, world's best family friendly hotel.
ABSTRAK
Hotel Syariah adalah hotel yang menawarkan fasilitas yang sesuai dengan nilai Islam. Hotel
Sofyan Betawi Jakarta merupakan salah satu dan hotel syariah pertama di Indonesia. Adapun
tujuan penelitian ini adalah 1). untuk mengetahui implementasi konsep Hotel Syariah pada
Hotel Sofyan Betawi Jakarta, 2). Untuk mengetahui strategi dalam menjalankan konsep Hotel
Syariah pada Hotel Sofyan Betawi Jakarta sehingga mendapatkan penghargaan Worlds’s Best
Family Friendly Hotel, 3). Untuk mengetahui dampak yang diterima Hotel Sofyan Betawi
setelah mendapatkan penghargaan World’s Best Family Friendly Hotel. Metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif dengan melakukan wawancara
mendalam dengan menggunakan checklist dan panduan wawancara. Hasil yang diperoleh: 1).
Hotel Sofyan Betawi menjalankan 60 subunsur mutlak dan 14 subunsur tidak mutlak dari total
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 354-367
@STPS 2017, All Rights Reserved
355 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
74 subunsur yang ahrus dipenuhi oleh hotel yang menjalankan konsep Hotel Syariah menurut
Permen Parekraf No. 2/2014, 2). Hotel Sofyan Betawi secara berkala melakukan perbaikan
sarana dan prasarana dalam hal produk, pelayanan, dan pengelolaan, 3. Penghargaan World’s
Best Family Friendly Hotel yang diraih oleh Hotel Sofyan Betawi berdampak positif bagi
management hotel, tamu, karyawan, masyarakat dan pemerintah. Simpulan dari penelitian ini
bahwa hampir 100% Hotel Sofyan Betawi sudah memenuhi kriteria Hotel Syariah Hilal 2.
Kata Kunci: konsephotel syariah, hotel sofyan betawi, world’s best family friendly hotel
Riwayat Artikel :
Diajukan: 01 September 2017
Direvisi: 02 Oktober 2017
Diterima: 20 Oktober 2017
P E N D A H U L U A N
Pariwisata halal adalah bagian dari
industri pariwisata yang ditujukan untuk
wisatawan Muslim. Pelayanan wisatawan
dalam pariwisata halal merujuk pada
aturan-aturan Islam. Dikutip dari
sofyanhotel(2017), wisata halal bukan hanya
ke tempat-tempat wisata religi atau ziarah
saja, melainkan lebih ke pada
pelaksanaannya yang mengedepankan
pelayanan berbasis standar halal umat
Muslim.
Standardisasi dalam pariwisata adalah
upaya untuk mengembangkan fasilitas,
prosedur, dan tindakan dengan cara
tertentu untuk memastikan bahwa kualitas
layanan yang diberikan kepada pelanggan
telah memenuhi kebutuhan wisatawan
dengan baik. Bagi wisatawan Muslim,
kebutuhan standarisasi jasa pariwisata
sangat berbeda dari jenis wisatawan
internasional lainnya. Kebutuhan untuk
beribadah dan fasilitas ibadah yang
dilakukan sehari-hari terkadang tidak dapat
diakomodasi oleh industri pariwisata
internasional. Misalnya, penyediaan
makanan halal, penyediaan fasilitas terpisah
untuk pria dan wanita, fasilitas ibadah, dan
lain sebagainya adalah beberapa poin yang
belum dipertimbangkan sepenuhnya dalam
penerapan standar pariwisata internasional.
Sebagai contoh, dalam industri
akomodasi yang mengembangkan
standardisasi internasional memasukan
komponen penilaian penyediaan minuman
beralkohol sebagai salah satu komponen
standar hotelnya untuk menentukan
klasifikasi kelas bintang. Terdapat pula
hotel yang tidak menunjukan arah kiblat di
dalam kamar hotel untuk menunjukan arah
shalat bagi umat Islam. Restoran juga tidak
seluruhnya memiliki sertifikasi halal yang
dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang.
Selain itu, dalam dunia usaha perjalanan
wisata internasional, pihak tour operator
terkadang tidak memasukan waktu untuk
berhenti beribadah agar peserta wisata
menjalankan sholat lima waktu. Beberapa
hal tersebut adalah beberapa contoh
standardisasi pariwisata internasional yang
belum seluruhnya dapat mengakomodasi
kebutuhan dan kepentingan wisatawan
Muslim dalam melakukan perjalanan
wisata. Hal tersebut juga mengindikasikan
terbentuknya gagasan untuk
mengembangkan standardisasi pariwisata
Islami untuk wisatawan Muslim(Widawati,
dan Setiyorini.2014:4).
Seiring dengan semakin
berkembangnya ekonomi Syariah di
Indonesia, saat ini banyak lembaga yang
menerapkan prinsip Syariah dalam
menjalankan usahanya seperti perbankan
Syariah, asuransi Syariah, reksadana
Syariah, pasar modal Syariah hingga sektor
bisnis di bidang perhotelan juga
menerapkan prinsip Syariah. Alhasil, tidak
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 354-367
@STPS 2017, All Rights Reserved
356 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
sedikit hotel yang mulai menerapkan
prinsip-prinsip Syariah dalam menjalankan
kegiatan operasional bisnisnya (Warits,
2010: 9). Menurut Shamim, 2009; Yuni
dan Nor 'Ain, 2010; Yusof dan
Muhammad, 2013, Syariah-Compliant
Hotel (SCH) adalah konsep yang relatif
baru. SCH juga dikenal sebagai hotel
Syariah, yang dapat diartikan sebagai hotel
yang menyediakan layanan sesuai dengan
prinsip Syariah. Kata "Syariah" dianggap
sebagai kode etik yang mengatur kehidupan
umat Islam (Saad, Ali, dan Abdel Ati,
2014).
Mengutip laporan terbaru Indonesia
Islamic Finance Report (IIFR) 2016 pada
dream (2016), peluang bisnis Syariahdi
Indonesia diantaranya terbentang di sektor
wisata halal, kuliner halal, dan fashion
Islami. Khusus di bisnis wisata halal, IIFR
menyebut Indonesia masih memiliki
peluang besar dalam mengembangkan
sektor ini. IIFR mencatat Majelis Ulama
Indonesia (MUI) saat ini baru mencatat dua
hotel yang mengantongi lisensi Syariah.
Yaitu Hotel Sofyan Betawi di Jakarta dan
Tuara Natama Hotel di Sidempuan, Jawa
Barat. Sertifikasi halal memang belum
menjadi kewajiban bagi semua hotel.
Namun ini menjadi pijakan bagi traveler
Muslim yang butuh pelayanan penunjang
ibadah. Hotel yang menyediakan sajadah,
arah kiblat, pemisahan ruang olahraga dan
fasilitas rekreasi diharapkan akan dapat
mengundang turis asing.
Bisnis hotel Syariah memang tidak
mudah, ada banyak persyaratan yang harus
dipenuhi investor, terutama prinsip Syariah
itu sendiri yang terkait dengan kaidah
halallan thoyiban. Kaidah ini meliputi dana
investasi, pengelolaan, plus makanan dan
minuman. Segala hal harus sesuai Syari’ah.
Dalam hal ini operasional pun, mulai dari
pakaian Muslim untuk petugas hotel,
seleksi tamu hotel, pemisahan tamu laki-
laki dan perempuan yang akan
menggunakan fasilitas, hingga pelarangan
minuman berakhohol. Pertumbuhan hotel
Syariah ini terhitung lambat dibandingkan
dengan hotel konvensional, sampai saat ini
jumlah hotel berlabel Syariah bisa dihitung
dengan jari. Hal ini bukan berarti bisnis
hotel Syariah tidak menguntungkan.
Sebaliknya, fasilitas akomodasi dengan
label khusus tersebut justru sangat
menjanjikan.
Hal ini mempertimbangkan kuatnya
pasar domestik yang didorong pesatnya
aktivitas meeting, incentives, convention,
exhibition dan meningkatnya jumlah
pelancong bisnis(Mabruroh, 2016). Dikutip dari traveldream (2016), keberadaan
hotel Syariah saat ini semakin banyak dilirik
dan diminati kalangan traveler. Bahkan ada
sebagian dari mereka yang lebih memilih
meginap di hotel Syariah ketimbang hotel
konvensional karena merasa lebih nyaman.
Mengutip pada kompas (2014), Bayu juga
mengemukakan bahwa hotel berbasis
Syariah diaggap lebih aman dan nyaman
oleh keluarga yang menginap. Karena itu,
meski peraturannnya tidak sebebas hotel
konvensional dan hidangan yang
ditawarkan pun halal, hotel berbasis Syariah
justru menjadi pilihan.
Walaupun menerapkan konsep
Syariah Islam, namun hotel Syariah terbuka
kepada semua konsumen tanpa
membedakan latar belakang agama, suku,
kebangsaan dan sebagainya. Akan tetapi,
penerapan tersebut tetap harus
memperhatikan aturan yang berlaku, yang
jelas berbeda dengan aturan di hotel
konvensional pada umumnya. Salah satu
hotel Syariah yang menyuguhkan
kenyamanan fasilitas semacam itu adalah
Hotel Sofyan Betawi.
Hotel Sofyan yang merupakan hotel
pertama di Indonesia yang mengusung
konsep Syariah. Hotel Sofyan layak
menjadi pilihan para wisatawan Muslim
yang mendambakan kenyamanan
maksimal, namun tetap ingin menjaga
prinsip-prinsip Syari’ah selama menginap.
Hotel Sofyan memiliki restoran yang
menyajikan makanan halal yang telah
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 354-367
@STPS 2017, All Rights Reserved
357 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
bersertifikasi MUI. Untuk sajian bar
misalnya, hanya meracik minuman herbal
dan non-alkohol. Di hotel ini tersedia pula
fasilitas kebugaran Fitness Center. Selain
itu, di setiap kamar juga disediakan sajadah
dan kitab suci Al Qur’an. Kualitas dari
beragam fasilitas dan layanan Hotel Sofyan
yang telah diakui banyak pihak. Tak heran
jika hotel ini pun sukses menyabet sederet
penghargaan pariwisata di level nasional
bahkan global.
Pada tahun 2015, salah satu hotel
milik jaringan Sofyan Hotels, yaitu Hotel
Sofyan Betawi berhasil dinobatkan sebagai
kategori Hotel Keluarga Ramah Wisatawan
Muslim Terbaik atau World’s Best Family
Friendly Hotel dalam ajang internasional
World Halal Travel Awards 2015.
Selain kualitas dan sederet
penghargaan yang diraih, hal lain yang
menjadi keunggulan Hotel Sofyan Betawi
adalah lokasinya yang strategis. Lokasi
Hotel Sofyan Betawi, terletak di Jalan Cut
Mutia No.9 Menteng, Jakarta Pusat. Sangat
mudah di akses dari Stasiun Kereta Api
Gambir serta berjarak cukup dekat dengan
Monumen Nasional, Pusat Perbelanjaan
Tanah Abang, Pusat Pemerintahan, Istana
Negara, dan Kantor Gubernur DKI.
Melihat berbagai keunggulan yang
ditawarkan, Hotel Sofyan Betawi bisa
menjadi pilihan menginap paling tepat bagi
wisatawan Muslim selama liburan.
Berdasarkan latar belakang yang ada di
atas maka tujuan peneliti ini adalah untuk
1) Untuk mengetahui implementasi konsep
Hotel Syariah pada Hotel Sofyan Betawi
Jakarta. 2) Untuk mengetahui strategi dalam
menjalankan Konsep Hotel Syariah
padaHotel Sofyan Betawi Jakarta sehingga
mendapatkan penghargaan sebagai
kategoriWorld’s Best Family Friendly
Hotel.3) Untuk mengetahui dampak yang
diterima oleh Hotel Sofyan Betawi Jakarta
setelah memenangkan kategori World’s
Best Family Friendly Hotel dalam ajang
World Halal Travel Awards 2015.
L A N D A S A N T E O R I
D e f i n i s i H o t e l S y a r i a h
Pengertian hotel Syariah adalah hotel
yang menerapkan syariah Islam ke dalam
kegiatan operasional hotel. Kesyariahan
hotel ditonjolkan oleh manajemen dengan
memunculkan moto, logo, ornamen
interior, fasilitas kamar, fasilitas hotel
maupun seragam atau pakaian yang
dikenakan para karyawan hotel. (Widyarini:
2013, 2)Hotel syariah juga merupakan salah
satu model hotel yang menawarkan fasilitas
yang sesuai dengan nilai Islam, sehingga
mampu meminimalisir adanya praktek
perzinahan, minuman keras, pshycotropika,
perjudian. (Fitria S Salma: 2015; 325). Dari
Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif Nomor 2 tahun 2014 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Usaha Hotel
Syariah yang diundangkan pada 17/1/204,
Usaha Hotel Syariah adalah usaha hotel
yang penyelenggaraannya harus memenuhi
kriteria Usaha Hotel Syariah yang
mencakup aspek produk, pelayanan, dan
pengelolaan.
Hotel Syariah adalah salah satu model
hotel yang menawarkan fasilitas yang sesuai
dengan nilai Islam, sehingga mampu
meminimalisir adanya praktek perzinahan,
minuman keras, pshycotropika, perjudian.
Apabila hotel tegas dalam memberlakukan
syarat-syarat tamu pengunjung, maka
masyarakat juga akan berpikir ulang untuk
melakukan yang melanggar pidana. Hotel
Syariah adalah salah satu tawaran yang
menarik dalam rangka meningkatkan
kualitas moral dan karakter bangsa
Indonesia yang luhur.Nilai maqashid
Syariah yang diusung dalam hotel ini adalah
demi memberikan nilai kemashlahatan
masyarakat dan untuk mencegah perbuatan
maksiat (Sabri, 2010: 119).
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 354-367
@STPS 2017, All Rights Reserved
358 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
P e r a t u r a n T e r k a i t H o t e l S y a r i a h
Menurut Permen Parekraf No. 2/2014,
terdapat dua jenis Kriteria Hotel Syariah
yang telah dibagi menjadi Kriteria Hotel
Syariah Hilal 1 dan Kriteria Hotel Syariah
Hilal 2. Hilal-1 adalah penggolongan untuk
usaha hotel Syariah yang dinilai memenuhi
seluruh kriteria Usaha Hotel Syariah yang
diperlukan untuk melayani kebutuhan
minimal wisatawan Muslim.
Mulai dari aspek produk yang terdiri
dari: 1) Toilet Umum (Public Rest Room)
2) Kamar Tidur Tamu 3)Kamar Mandi
Tamu 4) Dapur 5) Ruang Karyawan 6)
Ruang Ibadah 7) Kolam Renang 8) Spa.
Untuk aspek pelayanan terdiri dari : 1)
Kantor Depan 2) Tata Graha 3) Makan dan
Minum 4) Olahraga, rekreasi dan
kebugaran 5) Spa (Apabila Ada) 6) Fasilitas
Hiburan dan lain-lain. Sedangkan aspek
pengelolaan terdiri dari manajemen usaha
dan Sumber Daya Manusia.
Hotel Syariah Hilal 2merupakan hotel
dengan penggolongannya untuk melayani
kebutuhan moderat wisatawan Muslim.
Kriteria mutlak untuk usaha hotel syariah
hilal-2 terdiri dariAspek Produk mulai dari
: 1) Lobby, 2)Front Office; 3) Toilet Umum
(Public Rest Room); 4) Kamar Tidur Tamu
5) Kamar Mandi Tamu 6) Dapur; 7) Ruang
Karyawan; 8) Ruang Ibadah 9) Interior/
ornamen 10) Kolam renang 11) Spa.
Untuk aspek pelayanan terdiri dari 1)
Kantor Depan; 2)Tata Graha; 3)Makan dan
minum; 4)Public barOlahraga; 5) rekreasi
dan kebugaran; 6)Kolam renangSpa
(Apabila Ada); 7)Konsultasi; 8) Keramah
tamahan; 9)Fasilitas Hiburan. Sedangkan
untuk Aspek Pengelolaan berupa: 1)
Organisasi yang memiliki Struktur
organisasi yang mengakomodasi Dewan
Pengawas Syariah, kemudian memiliki
Standar Operating Procedure Hotel
Syariah dan memiliki pernyataan tertulis
yang menyatakan usaha dikelola secara
Syariah; 2) Manajemen Usaha; 3) Sumber
Daya Manusia yang memiliki dan
melaksanakan program pengembangan
kompetensi SDM yang bermuatan Syariah.
W o r l d H a l a l T r a v e l A w a r d s 2 0 1 5
World Halal Travel Awards adalah
penghargaan yang diberikan kepada
destinasi-destinasi halal. Destinasi halal
yang dimaksud adalah tujuan wisata yang
lengkap dengan fasilitas halal, pariwisata
ramah wisatawan Muslim (moslem friendly
tourism). Ajang internasional tersebut
diadakan setiap setahun sekali dan
pelaksanaan nya itu selama 3 hari.
(Kemenpar, 2016). World Halal Travel
Awards 2015 ini merupakan ajang bagi
pelaku industri yang bergelut dalam
penyediaan barang ataupun jasa untuk
pariwisata halal (Nationalgeographic, 2016).
Penghargaan ini menjadi salah satu
tolak ukur bagi industri pariwisata halal
dunia. Menteri Pariwisata Arief Yahya
menilai penghargaan World Halal Travel
Awards 2015 sebagai penghargaan
prestisius. Apalagi acara ini didukung
Wakil Presiden dan sekaligus Perdana
Menteri UAE Syaikh Muhammad bin
Rashid Al Maktoum, para menteri
pariwisata Liga Arab bersama Otoritas
Pariwisata Abu Dhabi dan perusahaan
multinasional sekelas Ogilvy, Shaza Group
dan lainnya (Republika, 2015).
Adapun, cara untuk melakukan voting
online World Halal Travel Awards dapat
dilakukan oleh seluruh masyarakat dengan
klik bit.ly/votewhta lalu isi biodata singkat
dan kemudian klik list nominator di
masing-masing kateogori dan pilih
nominator dari Indonesia sebagaimana
daftar di atas lalu klik SUBMIT. Setelah
berhasil akan mendapatkan email berisi,
“Thank you for submitting your votes for
the World Halal Travel Awards
2015”.(Gomuslim, 2015)Ada 14 kategori
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 354-367
@STPS 2017, All Rights Reserved
359 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
yang dibuka dan yang menjadi pemenang
juga terpilih berdasarkan voting terbanyak.
W o r l d ’ s B e s t F a m i l y F r i e n d l y H o t e l
World’s Best Family Friendly Hotel
adalah salah satu penghargaan yang
diberikan karena hotel tersebut memiliki
keramah tamahan yang baik, pelayanan
yang baik serta juga merupakan hotel halal
yang baik untuk berkumpul keluarga.
Dalam kategori World's Best Family
Friendly Hotel, Hotel Sofyan Betawi
Jakarta Indonesia antara lain bersaing
dengan Adenya Hotel & Resort (Turki);
Alanda Hotel, Marbella Angel's Peninsula,
Turkey Armed Forces Officers Club &
Hotel, Abu Dhabi (UEA), dan Gloria
Hotel di Dubai (UEA). Hotel Sofyan
Betawi mendapat suara sebanyak 41.000
orang di ajang World Halal Travel Awards
2015 ini, sehingga diganjar banyak pujian
sejumlah pihak dan sorotan positif dari
beberapa media (Antaranews, 2015).
Mengutip dari travel reservasi (2016),
inilah rahasia Hotel Sofyan Betawi bisa
mendapatkan penghargaan bergengsi
tingkat dunia tersebut yaitu World’s Best
Family Friendly Hotel: 1)Sertifikat Halal
MUI; 2) Restoran Tersertifikasi Halal; 3)
Tersedianya Sajadah dan Kitab Suci Al-
Quran di Kamar; 4) Memiliki Musholla
Besar dan Nyaman; 5) Pelayanan Ramah
dan Bersahabat.
K e r a n g k a P e n e l i t i a n
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian
Sumber: Penulis, 2017
M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n
Pendekatan penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dimana
penelitian bertujuan untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain,
secara holistik, dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus yang alamiah dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah
(Moleong, 2011: 6). Adapun pendekatan
penelitian kualitatif yang digunakan pada
penelitian ini dimaksudkan untuk
memperoleh informasi mengenai
implementasi konsep hotel Syariah pada
Hotel Sofyan Betawi Jakarta, strategi dalam
menjalankan konsep Syariah pada Hotel
Sofyan Betawi Jakartasehingga
mendapatkan penghargaan sebagai World’s
Best Family Friendly Hotel dan juga
mengenai dampak yang diterima setelah
Hotel Sofyan Betawi memenangkan
penghargaan dengankategori World’s Best
Kriteria Hotel
Syariah
(Peraturan
Menteri Pariwisata
dan Ekonomi
Kreatif RI No.2
Tahun 2014)
Hotel Sofyan
Betawi
World’s Best
Family
Friendly
Hotel 2015
Implementasi
Hotel Sofyan
Betawi Jakarta.
Kriteria Hilal 2 :
- Produk
- Pelayanan
- Pengelolaan
Strategi menjalankan
konsep Hotel Syariah
:
1. Strategi Produk
2. Strategi Pelayanan
3. Strategi
Pengelolaan
Dampak yang
diterima :
1. Management
Hotel
2. Tamu
3. Karyawan
4. Masyarakat
5. Pemerintah
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 354-367
@STPS 2017, All Rights Reserved
360 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Family Friendly Hotel dalam ajang World
Halal Travel Award 2015.
Pada penelitian ini bersifat
deskriptif yang bertujuan membuat
deskripsi secara sistematis, faktual, dan
akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat
populasi atau objek tertentu (Kriyantono,
2006: 69). Dalam konteks penelitian ini
mendeskripsikan secara sistematis
berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Usaha Hotel Syariah
terhadap Hotel Sofyan Betawi.
Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif-kualitatif. Menurut Ardianto
(2010: 6) metode deskriptif-kualitatif
adalah suatu metode yang mencari teori,
bukan menguji teori. Selain itu, ciri lain
metode deskriptif-kualitatif ialah
menitikberatkan pada observasi dan
suasana alamiah (natural setting). Adapun
objek penelitian yang dikaji adalah Hotel
Sofyan Betawi Syariah di Jl. Cut Meutia
No.9, RT.10/RW.5, Cikini, Menteng, Kota
Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta 10330 (021) 3905011 dengan
Website sofyanhotel.com.
Untuk teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam metodologi kualitatif
ini adalah wawancara mendalam (in depth
interview), observasi, dan kajian dokumen.
Adapun wawancara yang dilakukan
sebanyak 3 sesi. Pertama bersama Bapak
Sulasman sebagai Staff HRD. KeduaBapak
Ivan Ngaginta sebagai Staff Standarisasi
&Corporate Sales. Ketigadengan Bapak
Rahmat Utomo sebagai HRD Head Office,
dan semua wawancara tersebut dilakukan
secara tatap muka.
Teknik analisis data yang digunakan
berupa reduksi data (data reduction),
penyajian data (data display), dan
conclusion drawing/ verification (Sugiyono,
2007). Kemudian langkah selanjutnya
menguji keabsahan data dengan teknik
triangulasi, yaitu pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara dan
berbagai waktu (Sugiyono, 2009: 372).
Triangulasi terdiri dari beberapa macam, di
antaranya adalah triangulasi sumber, teknik,
dan waktu.
A N A L I S A D A N P E M B A H A S A N
S e j a r a h S o f y a n H o t e l s
Pada awal tahun 1970-an
Perusahaan memulai usahanya di bidang
properti dengan membangun dan
mengoperasikan hotel kelas menengah,
gedung perkantoran dan rumah tinggal
untuk disewakan. Sejalan dengan
perkembangan bisnis properti yang
ditekuni, Perusahaan, yang pada saat itu
bernama Rangkaian Sofyan Hotels
kemudian mampu memiliki 2 (dua) buah
Hotel Berbintang Dua, yaitu Hotel
Menteng I, dengan kapasitas 60 kamar
berlokasi di Jalan Gondangdia Lama No.
28 dan Hotel Menteng II dengan kapasitas
80 kamar berlokasi di Jalan Cikini Raya
No. 105. Kedua hotel tersebut berbadan
Hukum PT. Menteng Sarana Wisata.
Pada tahun 1983 dilakukan
restrukturisasi Perusahaan dengan menjual
asset PT. Menteng Sarana Wisata.
Restrukturisasi tersebut dilakukan untuk
makin memantapkan posisi badan hukum
pengelolaan rangkaian Sofyan Hotels.
Sebagai kelanjutan dari Restrukturisasi
Perusahaan, kemudian dibentuk satu
badan hukum baru yaitu PT. Djambak
Mas, yang dijalankan dan dikelola oleh para
profesional berpengalaman di bidang
perhotelan maupun dari perusahaan
sebelumnya.Perkembangan selanjutnya
ketika oleh pemegang saham PT Djambak
Mas, dirasakan adanya kebutuhan untuk
mengembangkan sayap usaha dan modal
maka dibentuklah PT Sofyan Hotels pada
awal Januari 1989.
Perusahaan memiliki keyakinan
bahwa bidang usaha hotel yang dikelola
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 354-367
@STPS 2017, All Rights Reserved
361 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
secara Syariah memiliki prospek yang
baik di masa yang akan datang karena
penerapan Syariah dalam bisnis perhotelan
justru menguntungkan, terlebih kini segmen
Syariah kian digandrungi dan telah menjadi
gaya hidup umat muslim. Penerapan
Syariah dalam operasional PT Sofyan
Hotels, Tbk mulai berangsur dilakukan
sejak tahun 1993.Proses tersebut terus
berlanjut dengan melalui tahapan berikut :
1) Tahap Pengkondisian (tahun 1993
sampai dengan tahun 1997); 2) Tahap
Perubahan (tahun 1998 sampai dengan
tahun 2002); 3) Tahap Konsolidasi (tahun
2003 sampai dengan tahun 2007); 4) Tahap
Pemantapan dan Pengembangan Awal
(tahun 2008 sampai dengan tahun
2012)Proses menuju hotel Syariah mulai
dilakukan dengan menghapus menu
makanan babi Tahun 1994, 1998 Santai
Music Club di Hotel Sofyan Betawi ditutup,
tahun 1999 Terminal Discotheque di Hotel
Sofyan Tebet ditutup, tahun 2000 Health
Centre di Hotel Sofyan Betawi ditutup,
Maret tahun 2000 minuman beralkohol
dihapuskan, November 2001 Health
Centre di Hotel Sofyan Cikini ditutup,
Februari tahun 2002 seleksi tamu mulai
diberlakukan, Mei tahun 2002 seleksi tamu
mulai diberlakukan, Maret tahun 2003 PSP
selesai ditulis ulang kemudian
disosialisasikan kepada karyawan, Juni
tahun 2003 Perubahan Anggaran Dasar
Perseroan untuk asas usaha dan organisasi
baru dalam perseroan, dan 26 Juli 2013
Sertifikat Lembaga Bisnis Syariah dari
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia.
I m p l e m e n t a s i K o n s e p H o t e l S y a r i a h
Berdasarkan wawancara dengan
Bapak Rahmat selaku HRD Head Office
pada hari Rabu, 26 Juli 2017 di Hotel
Sofyan Betawi, penulis melakukan checklist
di lembar lampiran mengenai implementasi
Konsep Hotel Syariah menurut Peraturan
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Usaha
Hotel Syariah yang dibagi menjadi dua
kriteria mutlak dan kriteria tidak mutlak
usaha Hotel Syariah yaitu Kriteria Hotel
Syariah Hilal 1 dan Kriteria Hotel Syariah
Hilal 2.
Menurut kebutuhan Muslim Hotel
Sofyan Betawi sudah berada pada halal ke
3, yaitu bukan hanya memiliki fasilitas yang
memudahkan tamu untuk beribadah dan
restoran yang sudah bersertifikasi halal,
tetapi juga sudah sampai pada pengelolaan
bisnisnya, seperti pengelolaan keuangan
yang menggunakan perhitungan secara
Islami, yaitu menggunakan jasa bank dan
asuransi yang Syariah, dan mengeluarkan
zakat rutin setiap tahunnya. Sehingga yang
di checklist oleh Bapak Rahmat adalah
lampiran pada kriteria Hotel Syariah Hilal
2 karena belum terdapat lagi peraturan
baru dengan penambahan kriteria Hotel
Syariah Hilal 3.Hotel Sofyan Betawi sudah
memenuhi Kriteria Hotel Syariah Hilal 2
yang terbagi dalam 3 Aspek. Aspek Produk
terdapat 40 Sub-unsur, Aspek Pelayanan
terdapat 28 Sub-unsur, dan Aspek
Pengelolaan terdapat 6 Sub-unsur.
Berdasarkan kriteria hotel syariah
hilal 2 : dari aspek produk di dalam Lobby
Hotel Sofyan Betawi tersedianya bacaan
Islami. Bacaan yang terdapat di Lobby
berupa majalah atau tabloid Islam namum
tidak semua nya adalah majalah Islami,
terdapat juga koran dan majalah lain
mengenai pariwisata.Pada Counter Front
Office yang ada di Hotel Sofyan Betawi
memberikan informasi tertulis yang
menyatakan tidak menerima pasangan yang
bukan mahram karena memang sudah
sangat jelas ini adalah hotel Syariah
sehingga tamu yang menginap juga harus
pasangan suami istri.
Khusus di dalam toilet umum, pada
toilet umum pria tersedia penyekat antara
urinoir satu dengan urinoir yang lain
sebagai penyekat untuk menjaga
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 354-367
@STPS 2017, All Rights Reserved
362 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
pandangan. Tersedia juga peralatan yang
praktis untuk bersuci dengan air di urinoir
dan kloset berupa semprotan kloset wasser
bukan hanya dengan tissue.
Di setiap kamar tidur tamu selalu di
sediakan sajadah dan juga petunjuk arah
kiblat yang ada di langit-langit kamar, selain
itu juga ada jadwal waktu shalat secara
tertulis seperti kertas kecil semacam waktu
imsakiyah, di sediakan Al Qur’an bku do’a.
Kamar bernuansa islami tanpa akses siaran
pornografi, di mini bar semua produk
sudah berlogo halal resmi. Di dalam kamar
mandi tamu tersedia peralatan yang praktis
untuk bersuci dengan air yaitu dengan
menggunakan semprotan kloset wasser,
serta peralatan untuk berwudhu yang baik
yaitu dengan menggunakan shower. Dan
dapur atau pantry yang ada di Hotel Sofyan
Betawi semuanya mengolah makanan dan
minuman yang halal.
Ruang Karyawanpun tersedia
peralatan untuk bersuci yang baik, adanya
penyekat antara urinoir satu dengan urinoir
yang lain berupa tembok kecil di toilet pria
untuk karyawan agar menjaga
pandangan.Tersedia juga peralatan untuk
berwudhu di kamar mandi karyawan
berupa semprotan klost wasser. Serta
dilengkapi dengan ruang shalat yang bersih
dan terawat untuk karyawan itu tempatnya
sama di Musholla juga.
Hotel Sofyan Betawi memiliki
Musholla di lantai 1 yang mudah
ditemukan dengan kondisi yang bersih dan
juga terawat.Area shalat laki-laki dan
perempuan memang terpisah dan beda
ruangan shalat. Dan ukuran area shalat laki-
laki lebih besar dibanding ukuran area
shalat perempuan.Tersedia perlengkapan
shalat yang baik dan terawat seperti
mukena, sajadah serta juga terdapat Al
Qur’an. Sirkulasi udara yang baik karena
area shalat laki-laki dan perempuan
memiliki AC. Bahkan mushalla
menyediakn sound system juga untuk
mengumandangkan adzan yang dapat di
dengar di seluruh area hotel.
Dalam pelayanan, staff di kantor
depan dapat menyeleksi terhadap tamu
yang datang berpasangan. Tentu nya staff
sudah di latih untuk mengetahui bagaimana
melihat gerak-gerik tamu yang datang
berpasangan, benarkah suami istri atau
bukan. Semesra-mesra nya suami istri itu
akan ketahuan. Jika terlihat bukan sepasang
suami istri akan di tegur secara halus. Dan
meminta tamu tersebut membaca peraturan
tertulis yang ada di counter depan bahwa
tidak boleh pasangan menginap jika bukan
mahram.
Staff di kantor depan dapat
memberikan informasi Masjid terdekat
dengan hotel. Tentu dapat dilihat sendiri
bahwa Hotel Sofyan Betawi berdekatan
sekali dengan Masjid Cut Meutia yaitu
berseberangan. Selain itu memberikan
informasi jadwal waktu sholat, informasi
kegiatan bernuansa Islami apabila sedang
ada kegiatan Islami di Hotel Sofyan Betawi,
informasi restoran atau rumah makan halal
yang ada di sekitar Hotel Sofyan Betawi.
Bagian Housekeeping menyediakan
perlengkapan shalat yang bersih dan terawat
di Musholla hotel maupun memberikan
kepada tamu yang membutuhkan di dalam
kamar seperti jika tamu ingin menggunakan
mukena di kamar, pihak Housekeeping
akan membawakan nya. Housekeeping juga
selalu menyediakan Al Qur’an di setiap
kamar.
Untuk area restoran Hotel Sofyan
Betawi tidak menyediakan makanan dan
minuman yang non halal, menyediakan
Ta’jil pada saat bulan Ramadhan,
menyediakan makan sahur pada bulan
Ramadhan pengganti Breakfast. Namun
bagi tamu yang non muslim atau sedang
tidak berpuasa tetap dapat sarapan pagi di
waktu jam breakfast.
Prihal manajemen usaha, hotel
Sofyan Betawi memiliki dan juga
menerapkan Sistem Jaminan Halal.Sistem
Jaminan Halal yang perlu difokuskan yaitu
pada produk yaitu makanan halal. Karena,
makanan halal itu tidak hanya pada hasil
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 354-367
@STPS 2017, All Rights Reserved
363 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
jadi, tapi terkait dengan proses dan bahan
bakunya. Jadi halal itu bukan hanya pada
produk akhirnya, tetapi meliputi
rangkaiannya dari bahan baku dan
prosesnya. Karena dari material makanan
nya pun sudah dipilih yang halal seperti
bumbu masak nya, susu, daging juga kan
terkadang penjual hanya menjual saja tetapi
hotel juga harus memastikan bahwa daging
yang diperoleh dari penjagalannya itu juga
sudah bersertifikasi halal dari MUI jadi
hotel hanya dapat menerima daging yang
sudah bersertifikasi halal. Lalu juga sayur,
buah, beras yang sudah di jamin tidak ada
pemutih nya dan pengawet nya. Jadi untuk
material makanan yang ada disini bisa
pihak hotel telfon untuk dibawakan
ataupun pihak hotel yang belanja sendiri.
Setelah barang sampai pun juga ada SOP
bagaimana hotel memperlakukan barang-
barang material makanan nya lalu barang-
barang juga harus langsung di simpan di
gudang, di chiller dan harus dipisahkan
antara sayur dan daging. Sehingga hotel
berani mendeklarasikan bahwa restoran di
Hotel Sofyan Betawi itu memiliki SJH pada
pengolahan produk makanan.
Untuk Sumber Daya Manusia
(SDM), Hotel Sofyan Betawi memiliki dan
melaksanakan program pengembangan
kompetensi SDM yang bermuatan Syariah.
Jadi disini terdapat program Pendidikan
Akidah Akhlak (PAA) yang wajib diikuti
oleh semua staff Hotel Sofyan Betawi
maupun Hotel Sofyan Tebet, jadi seperti
pengajian didalam ruangan kelas, itu tetap
di anggap masuk kerja meskipun bukan ke
hotel tapi ke kelas. Sekelas itu bisa 25-30
orang karena digabung dengan staff Hotel
Sofyan Tebet. Itu biasa nya dari jam 7-3
sore, ada 2 materi yang disampaikan.
Untuk tingkat manager juga ada pengajian,
Pak Hafidz yang mengajar. Kelas nya itu
ada di gedung daerah Cikini. Tujuan di
adakan PAA ini untuk menciptakan nilai-
nilai Syariah pada diri karyawan agar dapat
menjadi karyawan yang kompeten sesuai
yang kita harapkan dan inginkan. Di Hotel
Sofyan Betawi khusus karyawati muslimah
menggunakan seragam sesuai dengan cara
berpakaian wanita dalam Islam yaitu
menggunakan jilbab dan pakaian yang
tertutup.
Berdasarkan wawancara dari
penjabaran hasil checklist diatas dapat
diberi kesimpulan:
Tabel Hasil Jawaban Checklist
No Jawaban Mutlak Tidak
Mutlak
1 Iya 50 9
2 Tidak 0 5
3 Tidak
Tersedia
10 0
Sumber: Penulis, 2017
Bahwa sudah hampir 100% Hotel
Sofyan Betawi telah mengimplementasikan
Kriteria Hotel Syariah Hilal 2 menurut
Permen Parekraf No. 2/2014
S t r a t e g i d a l a m m e n j a l a n k a n K o n s e p H o t e l S y a r i a h p a d a H o t e l S o f y a n B e t a w i s e h i n g g a m e n d a p a t k a n p e n g h a r g a a n s e b a g a i W o r l d ’ s B e s t F a m i l y F r i e n d l y H o t e l .
Menurut kebutuhan Muslim Hotel
Sofyan Betawi sebenarnya sudah memasuki
kriteria hilal ke 3. Tentu tambahan hilal
tersebut belum ada di Peraturan Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik
Indonesia Nomer 2 Tahun 2014. Dan
tentu nya perlu strategi atau pendorong dari
konsep hotel Syariah yang diterapkan pada
Hotel Sofyan Betawi terhadap pilihan
wisatawan untuk menginap disini. Ini
berguna untuk mengetahui cara yang
diterapkan oleh Hotel Sofyan Betawi dalam
menjalankan aktivitas perhotelannya dan
juga untuk mengetahui apakah konsep
hotel Syariah di Hotel Sofyan Betawi
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 354-367
@STPS 2017, All Rights Reserved
364 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
menjadi faktor pendorong wisatawan untuk
menginap. Sehingga Hotel Sofyan Betawi
bisa mendapat voting tertinggi dalam
penghargaan World’s Best Family Friendly
Hotel pada ajang World Halal Travel
Awards 2015 itu.
Berdasarkan wawancara dengan
Bapak Rahmat pada tanggal 26 Juli 2017,
Bapak Rahmat menjelaskan strategi-strategi
Hotel Sofyan Betawi dalam menjalankan
konsep hotel Syariah yang diambil dari 3
Aspek Kriteria Hilal 2 pada Permen
Parekraf No. 2/2014. Pada Aspek Produk,
tentu strategihotelakan terusmemenuhi dan
menjalankan kebutuhan wisatawan muslim
sepertisetiap kamar di dalam hotel sudah
disediakan sajadah, Al Quran, dan arah
kiblat yang bukan di taruh di laci namun
dipasang di langit-langit. Saluran TV yang
tersedia di dalam kamar juga bersifat bebas
dari pornografi, dan bentuk dekorasi di
dalam kamar pun tidak bersifat hiasan,
seperti gambar manusia dan binatang
karena itu tidak di perbolehkan melainkan
kita hanya memberikan hiasan berupa
tulisan kaligrafi, serta posisi kasur dan
kamar mandi juga harus berlawanan arah
dengan arah Mekkah.
Kemudian kamar mandi sudah
dilengkapi keran urinoir, semprotan wasser
yang bisa digunakan untuk bersuci dan
peralatan mandi yang bersifat halal dan
ramah lingkungan. Musholla hotel pun juga
ditempatkan dilantai 1 yang biasanya di
tempat lain Musholla ditempatkan di
basement.Ruang Musholla di hotel juga
terpisah antara laki-laki dan perempuan.
Pihak hotel juga selalu menjaga kondisi
Musholla serta perlengkapan sholat agar
tetap bersih dan terawat dan Musholla di
hotel pun juga selalu mengumandangkan
adzan pada saat jam waktu sholat tiba.
Pada Aspek Pelayanan, disini strategi hotel
yaitu untuk terus menjamin dan menjaga
makanan yang tersedia disini adalah
makanan yang halal, tidak mengandung
babi, dan tidak menyediakan minuman
beralkohol, serta menyediakan area makan
khusus wanita dan keluarga. Pihak hotel
juga sangat menekankan bahwa tidak boleh
ada pasangan yang bukan mahram untuk
check in disini. Para staff Hotel Sofyan
Betawi juga memiliki pengetahuan yang
luas untuk memberikan informasi yang
dibutuhkan para tamu. Fasilitas Gym yang
hotel punya meski kecil juga diatur dan
dibedakanpembagian waktu untuk laki-laki
dan perempuan. Sapaan
Assalammu’alaikum selalu menjadi ciri
khas para staff Hotel Sofyan Betawi dalam
menyapa para tamunya.
Pada Aspek Pengelolaan, tentu
Hotel Sofyan Betawi harus melaksanakan
segala kegiatan operasionalnya sesuai
dengan SOP hotel Syariah yang telah ada.
Para staff hotel harus memakai seragam
yang bersih dan rapi, dan bagi wanita wajib
menggunakan seragam yang sesuai dengan
syariat Islam yaitu dengan memakai jilbab
dan pakaian yang tertutup. Pihak hotel juga
menyediakan waktu untuk staff melakukan
shalat berjamaah dan membuat batasan
waktu kerja saat bulan Ramadhan. Semua
staff hotel juga diberikan pendidikan akidah
akhlak yang wajib diikuti agar dapat
menciptakan nilai-nilai Syariah pada diri
karyawan dan juga agar dapat menjadi
karyawan yang kompeten sesuai yang hotel
harapkan. Dan strategi hotel itu yaitu untuk
terus mendeklarasikan Sistem Jaminan
Halal pada produk makanan yang ada di
restoran hotel yang sudah pasti terjamin
halal.
D a m p a k P e n g h a r g a a n W o r l d ’ s B e s t F a m i l y F r i e n d l y H o t e l p a d a H o t e l S o f y a n B e t a w i
Peneliti kembali melanjutkan wawancara
dengan Bapak Rahmat untuk mengetahui
dampak pada Hotel Sofyan Betawi setelah
memenangkan penghargaan World’s Best
Family Friendly Hotel di ajang
internasional tersebut.Dampak pada
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 354-367
@STPS 2017, All Rights Reserved
365 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
Management Hotel terlihat dapat
memberikan citra positif dan
melambungkan nama Hotel Sofyan Betawi
ke mancanegara, karena dengan
penghargaan ini dapat menajamkan nama
Hotel Sofyan Betawi sebagai hotel halal
berkelas dunia dan juga dapat
membuktikan bahwa di Indonesia memiliki
hotel berkonsep halal yang diakui
keberadaannya oleh dunia. Karena itu
penghargaan ini patut disyukuri,
dipertahankan, dan harus ditingkatkan
kualitasnya oleh Management Hotel. Selain
itu dapat memacu pertumbuhan wisata
halal ke depannya karena membawa
dampak positif bagi pengembangan wisata
halal di Tanah Air. Karena setelah
menyabet pengharaan ini, Hotel Sofyan
Betawi dikunjungi beberapa perwakilan
travel agent besar dari Timur Tengah untuk
kerjasama.
Untuk tamu-tamu hotelpun, terlihat
mengalami peningkatan, banyak tamu dan
sejumlah pihak asing yang datang karena
tertarik untuk mengetahui hotel ini lebih
jauh, termasuk rahasia kemenangan kita di
ajang berkelas internasional itu. Dan juga
tamu ingin merasakan dan melihat secara
langsung pantaskah Hotel Sofyan Betawi
mendapat penghargaan sebagai World’s
Best Family Friendly Hotel.Tamu merasa
senang dan bangga karena dapat
mengunjungi bahkan menginap di hotel
Syariah yang telah diakui dunia karena
memiliki keramahtamahan serta fasilitas
untuk memenuhi kebutuhan wisatawan
Muslim yang baik. Tidak hanya itu, tamu
pun merasa sangat aman dan nyaman sekali
ketika menginap di Hotel Sofyan Betawi
karena nuansa Islami nya itu, membuat
tamu merasa seperti berada di rumah
sendiri.
Para karyawan hotelpun tentu saja
merasa bangga karena Hotel Sofyan Betawi
dapat memenangkan penghargaan di ajang
internasional World Halal Travel Awards
2015itu.Karyawan juga semakin percaya
diri karena dapat bekerja di Hotel Sofyan
Betawi yang sudah dikenal oleh pariwisata
halal dunia, dan tentu saja kualitas kerja
karyawan semakin meningkat dalam
memberikan pelayanan dan fasilitas yang
terbaik untuk tamu dalam menjaga
penghargaan yang telah di raih oleh Hotel
Sofyan Betawi itu.
Masyarakatpun akhirnya
mengetahui bahwa Hotel Sofyan adalah
perusahaan hotel Syariah terbaik yang ada
di Indonesia. Terbukti Hotel Sofyan Betawi
dapat memenangkan penghargaan di ajang
internasional yang diselenggarakan di Abu
Dhabi pada tahun 2015 itu.Masyarakat juga
memiliki pandangan positif terhadap Hotel
Sofyan Betawi dengan konsep pariwisata
halal yang sudah semakin berkembang saat
ini.
Keberhasilan hotel ini juga
memberikan dampak bagi pemerintah
dengan tingginya animo wisatawan
khususnya dari negara Muslim, untuk
datang ke Indonesia.Karena secara
psikologis, wisatawan yang berasal dari
negara-negara Islam akan lebih nyaman
datang ke Indonesia apalagi berwisata ke
daerah dengan predikat wisata halal. Dan
itu akan menguntungkan pemerintah
pariwisata.Dengan penghargaan ini juga
akan memudahkan Indonesia menjaring
pasar wisata Timur Tengah yang sangat
potensial.
Dengan adanya ajang pariwisata
halal dunia ini, pemerintah menjadi tahu
bahwa masih banyak juga yang harus
dibenahi oleh pemerintah dan pihak-pihak
terkait dalam mengembangakan wisata halal
di Tanah Air, karena masih banyak pihak
yang belum memahami apa itu wisata halal.
Sehingga solusi nya pemerintah harus terus
mensosialisasikan wisata halal agar pihak-
pihak terkait dapat menjadi lebih paham
dan bisa terus berbenah.
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 354-367
@STPS 2017, All Rights Reserved
366 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
P E N U T U P
Berdasarkan hasil penelitian penulis
mengenaiAnalisis Konsep Hotel Syariah
pada Hotel Sofyan Betawi Jakarta Sebagai
World’s Best Family Friendly Hotel dalam
World Halal Travel Awards 2015, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Dari
Permen Parekraf No. 2/2014, terdapat dua
jenis Kriteria Hotel Syariah yaitu Kriteria
Hotel Syariah Hilal 1 dan Kriteria Hotel
Syariah Hilal 2. Hotel Sofyan Betawi sudah
memenuhi Kriteria Hotel Syariah Hilal 2
yang terbagi dalam 3 Aspek. Aspek Produk
terdapat 40 Subunsur, Aspek Pelayanan
terdapat 28 Subunsur, dan Aspek
Pengelolaan terdapat 6 Subunsur dengan
total keseluruhan nya ada 74 Sub-unsur.
Dari hasil jawaban checklist, terdapat
jawaban Iya sebanyak 50 untuk kriteria
mutlak dan 9 untuk kriteria tidak mutlak.
Lalu terdapat jawaban Tidak sebanyak 5
untuk kriteria tidak mutlak. Dan terdapat
jawaban Tidak Tersedia sebanyak 10 untuk
kriteria mutlak. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa hampir 100% Hotel
Sofyan Betawi sudah memenuhi Kriteria
Hotel Syariah Hilal 2.; 2) Strategi yang
dijalankan pada Hotel Sofyan Betawi yaitu
dengan menerapkan Konsep Hotel Syariah
Hilal 2 dari Permen Parekraf No. 2/2014
dengan memberikan strategi terhadap 3
Aspek yaitu Aspek Produk, Aspek
Pelayanan dan Aspek Pengelolaan. Karena
strategi tersebut lah Hotel Sofyan Betawi
dapat memenangkan penghargaan sebagai
World’s Best Family Friendly Hotel.3)
Adanya dampak yang diterima oleh Hotel
Sofyan Betawi setelah mendapatkan
penghargaan sebagai World’s Best Family
Friendly Hotel, yang terdiri Dampak Positif
dan Dampak Negatif. Narasumber
menjawab bahwa terdapat 2 Dampak
Positif untuk Management Hotel, 3
Dampak Positif untuk Tamu, 3 Dampak
Positif untuk Karyawan, 4 Dampak Positif
untuk Masyarakat, 2 Dampak Positif untuk
Pemerintah dan 1 Dampak Negatif untuk
Pemerintah.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat
dikemukakan beberapa saran yang
sekiranya dapat dijadikan bahan masukan
dan bermanfaat bagi pihak hotel, yaitu : 1)
Memberikan tanda dilarang merokok
disetiap kamar; 2) Menyediakan mukena
dan sarung disetiap ruang kamar untuk
menunjang kebutuhan tamu dalam
beribadah di kamar; 3) Diharapkan
kedepan Hotel Sofyan Betawi sudah
menyediakan nasehat keislaman di dalam
kamar agar tamu dapat bermuhasabah diri
dan lain sebagainya. Adapun secara
akademis, perlu mengadakan penelitian
lanjutan mengenai bagaimana Dampak dari
implementasi konsep Hotel Syariah yang
lebih spesifik terhadap karyawan di Hotel
Sofyan Betawi, dengan melibatkan seluruh
karyawan menjadi responden.
D A F T A R P U S T A K A
Ardianto. (2010). Metode Penelitian untuk
Public Relations Kuantitatif dan
Kualitatif. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
Basalamah, Anwar. (2011). Hadirnya
Kemasan Syariah Dalam Bisnis
Perhotelan di Tanah Air. Binus
Business Review, Vol. 2 No. 2 : 763-
769.
Eid, Riyad dan El-Gohary Hatem. (2016).
Muslim Tourist Perceived Value in
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.2, No. 3, p. 354-367
@STPS 2017, All Rights Reserved
367 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017
the Hospitality and Tourism
Industry. Journal of Travel Research,
54 No.6.
Jaelani, Aan. (2017). Halal tourism industry
in Indonesia: Potential and prospects.
Munich Personal RePEC Archive.
Kriyantono. (2006).Teknik Praktis Riset
Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Mabruroh. (2016). Analisis Keputusan
Menginap Di Hotel Syariah
Berdasarkan harga, Kualitas
Pelayanan, Dan Lokasi Pada
Pelanggan Hotel Syariah Di
Surakarta. Jurnal Unmuh Jember.
Manna Al Qathtan.Pengertian Syariah.
Sumber Hukum Islam.
Miles dan Huberman dalam Sugiyono
(2007). Teknik Analisis Data
Kualitatif.
Moleong. (2011). Metodologi penelitian
kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif. (2014). Pedoman
Penyelenggaraan Usaha Hotel
Syariah, No.2, 17/1/204.
Saad, Ali, dan Abdel Ati. (2014). Sharia-
Compliant Hotels In Egypt: Concept
And Challenges. An International
Journal of Akdeniz University
Tourism Faculty. Advances in
Hospitality and Tourism Research
(AHTR), 2(1): 1-15.
Sabri, Fahruddin Ali. (2010).
Perkembangan Hotel Syari’ah di
Indonesia: Mengonsep Pariwisata
Islami. Karsa, Vol. XVIII No. 2.
Seltiiz, Wrightsman, dan Cook dalam
Ardianto. (2010). Metode Deskriptif-
Kualitatif.
Sofyan. (2011). Bisnis Syariah Mengapa
Tidak. Jakarta: Penerbit PT. Kompas
Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Warits. (2010). Pengaruh Kualitas
Pelayanan Dan Penerapan Prinsip-
Prinsip Syari’ah Terhadap Minat
Konsumen Hotel Syari’ah.
Widawati, dan Setiyorini. (2014). Perspektif
Sosiolinguistik: Dialog antara Islam
dan Non-Islam tentang Standardisasi
Pariwisata Islami. Jurnal Manajemen
Resort and Leisure, Vol. 11, No. 2.
Widyarini. (2013). Pengelolaan Hotel
Syariah di Yogyakarta. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol.
VI1I, No. 1, Desember: 2.
Widyarini., dan Kartini, Fitri. (2014).
Variabel Yang Mempengaruhi
Keputusan Pemilihan Hotel Syariah.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam.
Vol. IX, No. 1, Desember: 88.
Pedoman Penulisan Jurnal Sains Terapan Pariwisata (J-STP)
1. Naskah a. Naskah yang dikirim belum pernah di publikasikan di media lain. Hal ini di
buktikan dengan surat pernyataan di atas meterai bahwa naskah tersebut belum pernah di publikkasikan di media lain.
b. Naskah di ketik mengunakan program Microsoft Words dengan mengunakan huruf Times New Roman,ukuran Font 12,di atas kertas A4 berjarak satu spasi dengan panjang 13 - 20 halaman (termasuk gambar atau grafik atau tabel).
c. Naskah di tulis dalam bahasa indonesia atau bahasa inggris.Sistematika penulis mencakup: nama penulis serta abstrak disertai kata kunci,pendahuluan,metodologi,hasil dan pembahasan,simpulan dan daftar rujukan.
d. Nama penulis di cantumkan tanpa gelar akademik,di sertai nama dan alamat lembaga asal,dan di tempatkan di bawah judul naskah.
e. Naskah di serahkan dalam bentuk print out (hard copy)1 eksemplar dan cakram padat (CD) dapat di kirim melalui pos ke alamat : Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan, Tlp. (021) 7402329, Fax (021) 7428152, atau di kirimkan melalui pos elektronik (e-mail) sabagai lampiran (attachment) ke alamat:[email protected]
2. Judul
Judul tidak boleh lebih dari 12 kata dan di ketik dengan huruf kapital di tengah-tengah dengan huruf kapital ukuran 14.Judul naskah dapat meliputi tema: a. Kepariwisataan b. Perhotelan c. Hospitaliti d. Gastronomi e. Manajemen Pariwisata (Tourism Management) f. Ekonomi dan pariwisata berbasis masyarakat g. Tema lain yang memiliki hubungan dangan pariwisata
3. Abstrak
Naskah abstrak dibuat dalam bahasa yaitu bahasa indonesia dan bahasa inggris.Panjang masing-masing abstrak 200 kata dan minimal berisi judul artikel, tujuan, metode dan hasil penilitia.
4. Kata Kunci (Key Word) Kata kunci maksimum terdiri dari 6 kata atau gabungan kata dan cara pengurutannya dari spesifik ke yang umum.
5. Pendahuluan Pendahuluan berisi tentang latar belakang,konteks penelitian,hasil kajian pustaka dan tujuan penelitian.
6. Metodologi Metodologi berisikan mengenai paparan mengenai rancangan penelitian,sumber data,teknik pengumpulan data,serta analisis data yang di lakukan oleh penulis.
7. Hasil dan pembahasan Hasil penelitian berisikan tentang paparan hasil analisis berkaitan dangan tujuan penelitian.pembahasan juga meliputi pemaknaan hasil dan perbandingan dengan teori dan /atau hasil penelitian sejenis maupun dengan penelitian sebelumnya.
8. Simpulan Bagian simpulan berisikan temuan hasil penelitian berupa jawaban atas pertanyaan penelitian maupun intisari hasil pembahasan.Simpulan di sajikan dalam bentuk paragraf.
9. Pengutipan Pengutipan atau perujukan mengunakan teknik rujukan berkurung (Nama akhir,tahun: halaman).Contoh: (Wiweka,2010:6)
10. Daftar Rujukan Daftar rujukan memuat sumber-sumber yang di rujuk.Jurnal ini mengikuti APA (American Psychological Association) format dengan contoh sebagai berikut: Buku oleh satu penulis Ismayati. (2010). Pengantar Pariwisata.Jakarta: Grasindo. Buku oleh dua penulis: Beck, C. A. J., & Sales, B. D. (2001).Family mediation: Fact, myths,and
future prospects. Washington DC: American Psychology Association. Lebih dari satu buku dengan penulis yang sama pada tahun yang sama: Roy, A. (1998a). Chaos Theory. New york: Macmillan Publishing Enterprises. Roy, A (1998b). Classic Chaos. San Francisco, CA:Jossey Bamar. Buku yang telah diedit: Mitchell, T. R.& Larson, J. R. (Eds.). (1987). People in organizations: An intoduction to organizational behavior. New York: McGraw-Hill.
Buku tidak di sertai nama penulis dan editor: Merriam-Webster’s collegiate dictionary (10 ed. ). (1993). Springfield,
MA: Meriam-Webster. Buku yang di revisi: Beck, C. A. J., Sales, B. D. (2001). Family mediation: Fact, myths, and future
prospects (Rev. Ed.). Washington, DC: American Psychology Association. Dokumen Resmi Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa. (1978).Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta:Depdikbud. Skripsi, Tesis,Disertai dan laporan Penelitian Agitari, E. (2011). Pengembangan Kawasan Terpadu Dalam Pemberdayaan
Masyarakat di Perkebunan Bukit Tinggul. Skripsi tidak di terbitkan. Bandung: STIEPAR Yapari-Aktripa Bandung.
Jurnal satu penulis: Bryan, H. (1977). Leisure value system and recretion specialization: The
Case of trout fisherman. Journal of leisure Researech, 9,174-87. Jurnal dua penulis: Klimoski, R., & Palmer, S. (1993). The ADA and the hiring process in
organizations. Consulting Psychology Journal: Practic and Research, 45,10-36.
Majalah dan koran: Kandel, E. R., & Squire, L. R (2000, November 10). Neurosee : Breaking down scientific barriers to the study of brain and mind. Science,290,1113-1120. Ensiklopedia atau kamus: Sadie,S. (Ed.) (1980).The new Grove dictionary of music and musicians (6 ed. , Vols. 1 − 20).London: Macmillan. Media audio visual: Scorsese, M. (Prosedure), & Lonergan, K. (Writer/Director). (2001). You Can count on me [Motion pikture]. United States: Paramount Pictures. Rekaman suara: Costa, P. T., Jr. (Seaker).(1988). Personality, continuity, and changes of
adult life (Cassette Recording No.207-433-88A-B).Washington, DC: Smerican Psycological Association.
Internet World Trade Organization.Diakses tanggal 7 mei 2011.Dari http://www. Unwto.org./facts/eng/htm