deskripsi penerapan scaffolding untuk mengatasi...

18
DESKRIPSI PENERAPAN SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA KELAS VII SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI OPERASI HIMPUNAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Kristen Satya Wacana Oleh: Eka Dwiputri Haryani 202013061 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

Upload: letuyen

Post on 06-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

DESKRIPSI PENERAPAN SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESALAHAN

SISWA KELAS VII SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL

MATERI OPERASI HIMPUNAN

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Pada Universitas Kristen Satya Wacana

Oleh:

Eka Dwiputri Haryani

202013061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

DESKRIPSI PENERAPAN SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESALAHAN

SISWA KELAS VII SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI OPERASI

HIMPUNAN

Eka Dwiputri Haryani1, Novisita Ratu

2

Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga, Jawa Tengah 50711 1Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email: [email protected]

2Dosen Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses scaffolding untuk mengatasi kesalahan dalam

menyelesaikan soal materi operasi himpunan. Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan dengan

pemberian scaffolding. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Salatiga siswa kelas VII E yaitu siswa yang

sudah mempelajari materi operasi himpunan untuk tingkat SMP. Teknik pengambilan subjek menggunakan

teknik purposive sampling, dimana subjek dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Subjek dalam penelitian ini

adalah 3 subjek dari kelas VII E SMP Negeri 3 Salatiga. Ketiga subjek dipilih dengan kategori siswa

berkemampuan rendah berdasarkan uji tes yang telah dilakukan yaitu nilai antara 0-36, serta harus memiliki

kemampuan komunikasi yang baik. Hasil penelitian menunjukan bahwa kesalahan yang paling banyak

dilakukan oleh siswa adalah tipe IV (Weakness in Process) dengan persentase kesalahan sebesar 40,62%.

Kesalahan pada tipe lain memiliki persentase yang lebih rendah, yaitu pada tipe I (Reading Error) sebesar

4,69%, tipe II (Reading Comprehension difficulty) sebesar 6,25%, pada tipe III (Transform Error) yaitu sebesar

15,62%, pada tipe V (Encoding Error) yaitu sebesar 26,56%, dan pada tipe VI (Corelles Error) yaitu 6,25%.

Selain itu, kesalahan yang telah subjek penelitian lakukan yaitu pada tipe kesalahan IV (Weakness in Process)

dan tipe kesalahan V (Encoding Error) yang selanjutnya diberikan scaffolding. Pada kesalahan tipe IV

(Weakness in Process) bentuk scaffolding yang diberikan adalah dengan meneliti kembali hasil pekerjaan

(Reviewing) dan membangun pemahaman ulang apabila subjek tidak memahami konsep (Restructuring). Pada

kesalahan tipe V (Encoding Error) bentuk scaffolding yang diberikan adalah dengan meminta subjek untuk

meneliti kembali hasil pekerjaannya (Reviewing). Penerapan scaffolding dapat membantu untuk mengatasi

kesalahan dalam menyelesaikan soal pada materi operasi himpunan.

Kata Kunci :scaffolding, analisis kesalahan, operasi himpunan

PENDAHULUAN

Matematika adalah sebagai suatu ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat

untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi,

analisis dan konstruksi, generalitas dan individualitas, serta mempunyai cabang-cabang

antara lain aritmetika, aljabar, geometri, himpunan dan analisis Hamzah (2008 : 129). Pada

pendidikan tingkat SMP pelajaran matematika yang diajarkan berkaitan dengan pemecahan

masalah, seperti pada materi himpunan. Materi himpunan merupakan salah satu materi pada

pelajaran matematika yang diajarkan pada kelas VII SMP semester I. Salah satu kajian dalam

materi himpunan yaitu operasi pada himpunan. Operasi himpunan ini meliputi irisan dan

gabungan, operasi yang digunakan berbeda dengan operasi pada bilangan yang biasa

digunakan pada tingkat Sekolah Dasar, maka pemahaman konsep perlu ditekankan sedini

mungkin karena menurut Rusfansyah (2008) menyatakan bahwa himpunanadalah konsep

dasar dari semua cabang matematika.Topik ini termasuk bagian dari aljabar yang materinya

terkait erat dengan situasi nyata dalam kehidupansehari-hari dan banyak masalah yang dapat

diselesaikandengan menggunakan prinsip dan aturan himpunan.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di lapangan yang telah dilakukan di SMP Negeri

3 Salatiga pada kelas VII E dan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika,

diperoleh informasi bahwa siswa sering melakukan kesalahan ketika menyelesaikan soal

terkait materi operasi himpunan, nilai ulangan terkait materi himpunan juga tidak bagus,

banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah standar.Pada penelitian yang dilakukan oleh

Sadam (2013) menyatakan bahwa menurut indikator kesulitan belajar pada materi himpunan,

terdapat sebesar 43,95% indikator kesulitan belajar konsep, indikator kesulitan belajar prinsip

sebesar 68,31%, dan indikator kesulitan belajar operasi himpunan sebesar 77,62%.

Penelusuran terhadap kesalahan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan

guru untuk mengatasi permasalahan yang dialami siswa ketika belajar matematika

(Rahmawati, 2013). Setelah dilakukan identifikasi kesalahan maka akan diperoleh bentuk dan

penyebab kesalahan siswa, sehingga guru dapat memberikan bantuan yang tepat bagi siswa.

Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut guru dapat memberikan bantuan

yang efektif kepada siswa berupa scaffolding. Pemberian scaffolding merupakan salah satu

strategi dalam pembelajaran matematika yang dapat memfasilitasi siswa untuk

mengembangkan pengetahuan yang dimiliki dan membantu meningkatkan kemampuan

pemahaman konsep siswa serta meminimalisir kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal,

(Suherman, 2003:234). Anghileri (Imam, 2013) mengemukakan tiga tingkat scaffolding

sebagai serangkaian strategi yang dapat terlihat di kelas. Tingkat paling dasar adalah

envirounmental provisions, pada tingkat kedua yaitu explaining, reviewing, and

restructuring, dan pada tingkat tiga yaitu developing conceptual thinking yaitu interaksi guru

diarahkan untuk pengembangan pemikiran konseptual.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Sugiyanti (2015) melalui skripsinya

yang berjudul “Scaffolding untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas

VIII D SMP Negeri 15 Semarang” menunjukan bahwa pembelajaran matematika berbasis

scaffolding dapat meningkatkan aktivitas keaktifan siswa, dapat dilihat pada persentase yang

dicapai pada siklus I yaitu 66,41% dan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu menjadi

86,33%. Penelitian yang dilakukan oleh Sri (2015) melalui skripsinya yang berjudul

“Diagnosis Kesulitan Pemecahan Masalah Statistika Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Turen

Malang dan Upaya Mengatasinya dengan Pemberian Scaffolding” mahasiswa Program Studi

Magister Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang. Hasil dari skripsinya

menunjukan bahwa siswa kelompok berkemampuan rendah kesulitan dalam memahami

masalah, siswa kelompok berkemampuan sedang kesulitan dalam menyatakan fakta dalam

kalimat matematika dan menyelesaikan masalah. Siswa berkemampuan tinggi semuanya

kesulitan dalam memeriksa kembali jawaban dan mengkomunikasikan jawaban. Secara

umum, dengan pemberian scaffolding yang bervariasi, sesuai kebutuhan siswa, kemampuan

siswa dalam memecahkan masalah statistika dapat meningkat.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan dengan pemberian scaffolding.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Salatiga siswa kelas VII E yaitu siswa yang

sudah mempelajari materi operasi himpunan untuk tingkat SMP. Penelitian ini dilaksanakan

pada bulan September 2016 sampai Maret 2017. Teknik pengambilan subjek menggunakan

teknik purposive sampling, dimana subjek dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Subjek dalam

penelitian ini adalah 3 subjek dari kelas VII E SMP Negeri 3 Salatiga. Ketiga subjek dipilih

dengan kategori siswa berkemampuan rendah berdasarkan tes yang telah dilakukan yaitu nilai

antara 0-36, serta harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik.Scaffolding yang

digunakan mengacu pada tahapan scaffolding Anghileri yaitu Level 1 – Enviromental

Provision, Level 2 – Explaining, Reviewing, Restructuring, dan Level 3 – Developing

Conceptual Thinking.Instrumen utama yang digunakan dalampenelitian ini adalah peneliti

sendiri dan instrumen pendukungnya adalah soal tes, pedoman scaffolding, soal uji yang

serupa setelah pemberian scaffolding, dan tape recorder.Data diperolehmelalui lembar

jawaban siswa yang telah dikerjakan pada saat tes, rekaman wawancara subjek penelitian

bersamaan dengan proses scaffolding, serta lembar jawaban siswa setelah pemberian

scafffolding. Adapun instrumen soaltesdapatdilihatpada tabel 1.

Tabel 1. Instrumen Soal Tes

Kompetensi

Dasar Indikator Bentuk Soal

Nomor

Soal

Menjelaskan

pengertian

himpunan,

himpunan

bagian,

komplemen

himpunan,

operasi

himpunan, dan

menunjukan

contoh dan

bukan contoh

Menggunakan

kardinalitas

untuk

menyelesaikan

soal cerita

Dari hasil wawancara terhadap sejumlah siswa, diketahui

bahwa 20 orang menyukai musik pop, 15 orang menyukai

musik dangdut, 5 orang menyukai musik pop dan dangdut,

dan 10 orang tidak menyukai musik pop dan dangdut.

a. Berapa orang yang hanya menyukai musik pop?

b. Berapa orang yang hanya menyukai musik dangdut?

c. Berapa siswa seluruhnya?

1

Hasil pengumpulan data di suatu sekolah terhadap 100 siswa

diperoleh keterangan bahwa 30 siswa tidak gemar

berolahraga, 40 siswa gemar sepak bola, 54 siswa gemar

basket, dan sisanya gemar kedua-duanya. Hitung jumlah siswa

yang gemar kedua olahraga tersebut?

2

Dari 1000 penduduk, diketahui bahwa 720 penduduk gemar

menonton film drama keluarga, 200 penduduk gemar

menonton film kartun dan drama keluarga. Berapa banyak

penduduk yang hanya gemar menonton film kartun?

3

PEMBAHASAN

Hasil penelitian berupa deskripsi kesalahan siswa dalam mengerjakan soal materi

operasi himpunan dan deskripsi penerapan scaffolding untuk mengatasi kesalahan siswa kelas

VIIE dalam menyelesaikan soal materi operasi himpunan.Berikut adalah tabel data hasil

pekerjaan siswa.

Tabel 2. Data Hasil Pekerjaan Siswa

No Soal Keterangan

∑B ∑S ∑TM Total

1 2 22 0 24

2 14 10 0 24

3 17 7 0 24

Total 33 39 0 72

Persentase 45,83% 51,17% 0 100%

Keterangan:

∑B : Jumlah siswa yang menjawab benar

∑S : Jumlah siswa yang menjawab salah

∑TM : Jumlah siswa yang tidak menjawab

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa persentase kesalahan siswa kelas

VIIE dalam mengerjakan soal terkait operasi himpunan adalah 51,17% dengan jumlah

jawaban salah sebanyak 39. Soal nomor 1 merupakan soal dengan jawaban salah terbanyak,

yaitu sebanyak 22 siswa menjawab soal dengan salah. Berdasarkan data tersebut, diketahui

bahwa persentase kesalahan siswa lebih besar dibandingkan dengan persentase jawaban benar

dan persentase yang tidak menjawab, sehingga kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh

siswa perlu dikaji lebih lanjut.

Data hasil pekerjaan siswa selanjutnya dikelompokkan menjadi 6 tipe kesalahan

menurut Newman. Jumlah tiap tipe kesalahan pada masing-masing soal dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 3. Data Kesalahan Tiap Tipe Kesalahan

Tipe Ke- Tipe Kesalahan No 1 No 2 No 3 Total

I Reading Error 1 1 1 3

II Reading Comprehension difficulty 1 1 2 4

III Transform Error 4 4 2 10

IV Weakness in Process 18 3 5 26

V Encoding Error 10 2 5 17

VI Corelles Error 2 1 1 4

Total 32 12 16 64

Gambar 1. Persentase Tiap Tipe Kesalahan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 24 siswa dengan menggunakan

3 butir soal uraian tentang materi operasi himpunan, kesalahan yang paling banyak dilakukan

oleh siswa adalah tipe IV (Weakness in Process) dengan persentase kesalahan sebesar

40,62%. Kesalahan pada tipe lain memiliki persentase yang lebih rendah, yaitu pada tipe I

(Reading Error) sebesar 4,69%, tipe II (Reading Comprehension difficulty) sebesar 6,25%,

pada tipe III (Transform Error) yaitu sebesar 15,62%, pada tipe V (Encoding Error) yaitu

sebesar 26,56%, dan pada tipe VI (Corelles Error) yaitu 6,25%.

Berdasarkan hasil pekerjaan siswa dari 24 siswa yang menjadi subjek penelitian,

selanjutnya dipilih 3 siswa sebagai subjek penelitian yang akan diberi scaffolding, pemilihan

subjek penelitian tersebut berdasarkan pada 3 siswa yang memperoleh nilai terendah dari

hasil pekerjaan siswa setelah dikoreksi. Selanjutnya pemberian scaffolding didasarkan pada

jenis kesalahan yang dilakukan siswa ketika mengerjakan soal matematika. Pemberian

scaffolding terhadap masing-masing subjek tidak sama, pemberian scaffolding tergantung

pada jenis kesalahan yang dilakukan oleh subjek. Berikut tabel subjek penelitian:

Tabel 4. Data Subjek Penelitian

Inisial Kategori Nilai Tes

SF Rendah 35,71

BM Rendah 32,85

AA Rendah 32

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%

40.00%

45.00%

Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV Tipe V Tipe VI

4,69% 6,25%

15,62%

40,62%

26,56%

6,25%

A. Subjek SF

Subjek SF dalam mengerjakan soal terkait operasi himpunan melakukan kesalahan pada

tabel berikut ini:

Tabel 5. Tipe kesalahan subjek SF tiap nomor soal

No

Soal

Kesalahan yang dilakukan

Tipe

I

Tipe

II

Tipe

III

Tipe

IV

Tipe

V

Tipe

VI

1 √ √ √ × × √

2 √ √ √ × × √

3 √ √ √ × × √

Keterangan Tabel:

√= Tidak melakukan kesalahan

× = Melakukan kesalahan

Contoh hasil pekerjaan subjek SF pada kesalahan tipe IV sebagai berikut:

Gambar 2. Contoh Kesalahan Tipe IV pada

Soal Nomor 1

Gambar 3.Hasil Pekerjaan Subjek SF Setelah

Pemberian Scaffolding

Transkip Wawancara 1 Subjek SF

Pemberian Scaffolding tahap Reviewing pada soal

nomor 1 c

P : “Nomor 1 c itu yang dicari apa?”

S : “banyak siswa seluruhnya”

P : “padahal ini kalo dijumlah hasilnya

seluruh siswa nggak?”

S : “Eeemm, enggak ding mbak”

Pemberian scaffolding tahap restructuring pada soal

nomor 1 c

P : “Ini kamu dapet 35, itu dari?”

S : “suka pop, suka dangdut, trus tidak suka,

abis itu dijumlah”

P : “Terus ini kan yang kamu jumlahke yang

suka dangdut, pop, trus tidak suka, nah

kalau seluruhnya, haruse yang kamu

jumlahkan?”

S : “Eee, kurang yang suka keduanya”

(membenarkan jawabannya)

Hasil pekerjaan subjek SF soal nomor 1 pada gambar 2 terlihat bahwa subjek SF

sudah menuliskan informasi-informasi penting yang ada dalam soal, namun pada jawaban

yang telah subjek SF tuliskan pada nomor 1 a dan b tidak diberi cara atau metode yang

digunakan subjek dan pada nomor 1c terjadi kesalahan. Melalui wawancara mendalam

untuk soal nomor 1a dan 1b, subjek SF sudah mampu menjelaskan metode atau langkah-

langkah yang subjek SF gunakan dengan benar, sehingga tidak diberikan

scaffolding.Scaffolding yang diberikan kepada subjek SF yaitu pada tahapreviewingdan

restructuringuntuk soal nomor 1c.

Pada tahapreviewing dapat dilihat pada transkip wawancara 1 diatas yaitu meneliti

kembali jawaban dengan yang dicari dalam soal. Pada tahaprestructuring dapat dilihat pada

transkip wawancara 1 soal nomor 1c diatas yaitu subjek SF diminta untuk meneliti

penjumlahan yang dilakukan seperti dapat dilihat pada transkip wawancara diatas, ternyata

subjek SF lupa menjumlahkan siswa yang suka keduanya.

Subjek SF dalam mengerjakan soal juga melakukan kesalahan pada tipe V

(Encoding Error). Berikut contoh hasil pekerjaan subjek SF pada kesalahan tipe V soal

nomor 3:

Gambar 4. Contoh Kesalahan Tipe V pada

Soal Nomor 3

Gambar 5.Hasil Pekerjaan Subjek SF Setelah

Pemberian Scaffolding

Transkip Wawancara 2 Subjek SF

Pemberian Scaffolding tahap Reviewing pada soal

nomor 3

P : “Nah, ini kamu jawab 480. Bisa

jawab 480 darimana nak?”

S : “Eemmm, 720 dikurangi 200

ketemunya kan 520. Terus 1000

dikurangi 520 ketemunya 480”

P : “480 itu yang suka?”

S : “Kartun”

P : “Kalau yang ditanyakan di soal apa?

Berarti?”

S : “480 masih dikurangi yang gemar

menonton kedua-duanya”

P : “Itu yang apa?”

S : “Yang hanya gemar nonton film

kartun mbak”

Gambar 4 menunjukkan hasil pekerjaan subjek SF pada nomor 3, terlihat bahwa

subjek SF telah menuliskan informasi penting yang ada dalam soal, namun jawaban yang

telah subjek SF tuliskan tidak lengkap karena tidak diberi keterangan jawaban. Scaffolding

yang diberikan yaitu tahap reviewing terlihat pada transkip wawancara 2 yaitusubjek SF

diminta untuk meneliti kesesuaian jawaban yang telah subjek SF tuliskan yaitu 480 masih

harus dikurangi jumlah penduduk yang gemar menonton keduanya agar mendapatkan

jumlah penduduk yang hanya gemar menonton film kartun.

Subjek SF mengerjakan soal yang sama secara benar, kemudian subjek SF diberikan

soal tambahan untuk memastikan bahwa subjek SF sudah benar-benar memahami cara

menyelesaikan soal terkait operasi himpunan dengan baik. Gambar 3 dan gambar 5

merupakan hasil pekerjaan subjek setelah pemberian scaffolding yang menunjukan bahwa

subjek dapat mengerjakan soal secara benar, sehingga proses scaffolding dianggap cukup.

Temuan pada subjek SF adalah subjek SF kurang teliti dalam mengerjakan soal padahal

subjek SF sudah memahami materi terkait operasi himpunan.

B. Subjek BM

Subjek BM dalam mengerjakan soal terkait operasi himpunan melakukan kesalahan

sebagai berikut:

Tabel 6. Tipe kesalahan subjek BM tiap nomor soal

No

Soal

Kesalahan yang dilakukan

Tipe

I

Tipe

II

Tipe

III

Tipe

IV

Tipe

V

Tipe

VI

1 √ × √ × √ √

2 √ × √ √ √ √

3 √ × √ √ √ √

Keterangan:

√= Tidak melakukan kesalahan

× = Melakukan kesalahan

Pada soal nomor 1, 2 dan 3 subjek BM melakukan kesalahan tipe II (Comprehesion

Difficulty), hal ini terlihat dari jawaban subjek BM yang tidak menuliskan apa yang

diketahui dan ditanyakan pada soal. Melalui wawancara mendalam subjek BM sudah

memahami soal dengan benar sehingga tidak ada scaffolding yang diberikan pada tahap ini.

Hal ini dibuktikan dengan subjek BM mampu menyebutkan apa yang diketahui dan

ditanyakan pada soal nomor 1, 2, dan 3.

Selain itu, pada soal nomor 1 ditemukanjuga kesalahan pada tipe IV yaitu subjek BM

melakukan kesalahan dalam perhitungan, serta subjek BM tidak menuliskan tahapan yang

dilakukan. Berikut contoh hasil pekerjaan subjek BM pada kesalahan tipe IV:

Gambar 6. Contoh Kesalahan Tipe IV pada

Soal Nomor 1

Gambar 7.Hasil Pekerjaan Subjek BM Setelah

Pemberian Scaffolding

Transkip Wawancara 3 Subjek BM

Pemberian Scaffolding tahap Reviewing pada soal

nomor 1a

P : “Coba lihat jawabanmu yang 1 a ini,

jawabanmu berapa?”

S : “25”

P : “kenapa 25?”

S : “Karena 20 siswa menyukai musik pop

dan 5 siswa menyukai musik pop dan

dangdut, terus dijumlah”

P : “kenapa dijumlah?”

S : “Karena yang ditanya, jumlah siswa

yang hanya suka pop”

Pemberian Scaffolding tahap Restructuring pada soal

nomor 1a

P : “Kalo suka keduanya udah termasuk

suka pop nggak?”

S : “Eee, udah mbak”

P : “Kalo yang hanya suka pop, haruse?”

S : “dikurangi mbak”

P : “Udah tau salahnya?”

S : “Udah mbak”

Hasil pekerjaan subjek BM pada gambar 6 terlihat bahwa subjek BM telah

menuliskan jawaban namun tidak diberi cara atau metode yang digunakan subjek dan terjadi

kesalahan. Scaffolding yang diberikan kepada subjek BM yaitu tahapreviewingdan

restructuring. Dapat dilihat pada transkip wawancara 3 untuk soal 1a diatas ternyata metode

yang subjek BM gunakan salah yaitu subjek BM menjumlahkan 20 dengan 5 padahal

seharusnya mengurangkan 20 dengan 5, maka scaffolding yang digunakan adalah tahap

reviewing yaitu melihat kembali jawaban yang telah subjek tuliskan dengan menanyakan

metode yang digunakan subjek yaitu menjumlahkan 20 dengan 5.

Pada tingkat restructuring dapat dilihat pada transkip wawancara 3 soal nomor 1a

diatas yaitu subjek BM diberikan pertanyaan arahan suka keduanya apakah sudah termasuk

suka pop, sehingga subjek BM dapat menemukan kembali bahwa jawabannya salah, karena

soal yang diminta adalah hanya suka musik pop.

Subjek BM mengerjakan soal yang sama secara benar, kemudian subjek BM

diberikan soal tambahan untuk memastikan bahwa subjek BM sudah benar-benar

memahami cara menyelesaikan soal terkait operasi himpunan dengan baik. Terlihat pada

gambar 7 bahwa subjek SF sudah mengerjakan soal tambahan dengan benar, sehingga

proses pemberian scaffoldingdianggap sudah cukup. Hal tersebut berdampak dapat

membantu siswa dalam mengerjakan soal operasi himpunan. Temuan pada subjek BM

adalah subjek BM kurang teliti dalam mengerjakan soal padahal apabila subjek

BMmengerjakan dengan konsentrasi dan tidak terburu-buru, subek BM dapat

menyelesaikan soal dengan benar.

C. Subjek AA

Subjek AA dalam mengerjakan soal terkait operasi himpunan melakukan kesalahan

sebagai berikut:

Tabel 7. Tipe kesalahan subjek AA tiap nomor soal

No

Soal

Kesalahan yang dilakukan

Tipe

I

Tipe

II

Tipe

III

Tipe

IV

Tipe

V

Tipe

VI

1 √ × √ × √ √

2 √ × × √ √ √

3 √ × √ √ × √

Keterangan:

√= Tidak melakukan kesalahan

× = Melakukan kesalahan

Pada soal nomor 1, 2 dan 3 subjek AA melakukan kesalahan tipe II (Comprehesion

Difficulty), hal ini terlihat dari jawaban subjek AA yang tidak menuliskan apa yang

diketahui dan ditanyakan pada soal. Melalui wawancara mendalam subjek AA sudah

memahami soal dengan benar sehingga tidak ada scaffolding yang diberikan pada tahap ini.

Hal ini dibuktikan dengan subjek AA mampu menyebutkan apa yang diketahui dan

ditanyakan pada soal nomor 1, 2, dan 3.

Pada nomor 1, subjek AA juga melakukan kesalahan tipe IV (Weakness in

process).Contoh hasil pekerjaan subjek AA pada kesalahan tipe IV sebagai berikut:

Gambar 8. Contoh Kesalahan Tipe IV pada

Soal Nomor 1

Gambar 9.Hasil Pekerjaan Subjek AA Setelah

Pemberian Scaffolding

Transkip Wawancara 4 Subjek AA

Pemberian Scaffolding tahap Reviewing pada soal

nomor 1a

P : “1a ini udah bener apa salah?”

S : “Salah mbak”

P : “Salahnya dimana?”

S : “Harusnya itu kan dikurangke mbak,

aku ngerjainnya tak tambah”

P : “Kok bisa gitu?”

S : “Karena yang suka keduanya itu

ternyata kan udah masuk di yang suka

pop. Gitu. hehe”

Pemberian Scaffolding tahap Restructuring pada soal

nomor 1c

P : “Brarti kalo buat nyari seluruhnya?”

S : “Dijumlah semua mbak”

P : “Semua itu apa aja?”

S : “Yang suka pop, suka dangdut, suka

keduanya”

P : “Itu udah semuanya?”

S : “Eemm, eh iya, ditambah yang tidak

suka juga”

P : “Berarti ada berapa?”

S : “Eee, 15 ditambah 5 trus ditambah 10

ditambah 10”

P : “Berapa itu?”

S : “40 mbak”

Hasil pekerjaan subjek AA pada soal nomor 1, ditemukan kesalahan pada tipe IV

yaitu subjek AA melakukan kesalahan dalam perhitungan yang dilakukan subjek saat

mengerjakan soal. Scaffolding yang diberikan kepada subjek AA pada nomor 1a yaitu

tahapreviewing dapat dilihat pada transkip wawancara 4 diatas subjek AA diajak untuk

melihat kembali jawaban yang telah dikerjakan untuk mencari kesalahan, sehingga subjek

AA dapat menemukan kesalahannya yaitu seharusnya mengurangkan jumlahsiswa yang

menyukai pop dan jumlah siswa yang menyukai keduanya.

Pada soal nomor 1c scaffolding yang digunakan adalah tahap restructuring dapat

dilihat pada transkip wawancara 4 yaitu subjek AA diberikan pertanyaan arahan “jika

mencari siswa seluruhnya, berarti yang harus dijumlahkan apa saja” sehingga subjek AA

dapat menemukan jumlah dari seluruh siswa yaitu dengan menambahkan jumlahsiswa yang

suka musik pop, siswa yang menyukai keduanya, siswa yang suka dangdut dan juga siswa

yang tidak suka musik.

Gambar 9 diatas menunjukan bahwa soal tambahan yang diberikan kepada subjek AA

dapat dikerjakan secara benar, sehingga proses pemberian scaffolding dianggap sudah

cukup. Pemberian scaffolding berpengaruh dapat membantu siswa dalam mengerjakan soal

operasi himpunan.

Pada soal nomor 2 subjek AA melakukan kesalahan pada tipe III (Transform), hal ini

terlihat dari jawaban subjek AA yang tidak dapat menuliskan jawaban dengan

menggunakan kalimat matematika dengan benar. Melalui wawancara mendalam subjek AA

dapat menjelaskan jawabannya secara sistematis dengan menggunakan bahasanya sendiri

dan dapat dipahami, sehingga tidak ada scaffolding yang diberikan pada tahap ini.

Pada soal nomor 3 kesalahan yang dilakukan subjek AA pada tipe V (Encoding

Error), berikut contoh pekerjaan subjek AA:

Gambar 10. Contoh Kesalahan Tipe V pada

Soal Nomor 3

Gambar 11.Hasil Pekerjaan Subjek AA

Setelah Pemberian Scaffolding

Transkip Wawancara 5 Subjek AA

Pemberian Scaffolding tahap Reviewing pada soal

nomor 3

P : “Ini jawabanmu berapa?” (menunjuk

jawaban subjek)

S : “ketemunya 280”

P : “Kok bisa 280?”

S : “Ini kan penduduk seluruhnya ada

1000 terus dikurangi 720 itu kan yang

suka drama, yang 200 ini kan suka

keduanya, udah termasuk di yang suka

drama, jadi kalo 1000 dikurangke yang

720 itu nanti udah dapet yang hanya

suka kartun mbak”

P : “Berarti 280 itu apa?”

S : “Yang dicari mbak, hanya gemar

nonton film kartun”

Scaffolding yang diberikan yaitu pada tahap reviewing terlihat pada transkip

wawancara 5 subjek AA diminta untuk melihat kembali jawaban yang telah subjek AA

tuliskan dan menjelaskan cara mengerjakannya sehingga subjek AA dapat mengutarakan

maksud dari jawaban yang telah subjek AA tuliskan. Subjek AA mencari jawaban dengan

mengurangkan 1000 dengan 720 sehingga mendapatkan 280 sebagai siswa yang hanya

gemar menonton kartun.

Gambar 11 diatas menunjukan bahwa soal tambahan yang diberikan kepada subjek

AA dapat dikerjakan secara benar, sehingga proses pemberian scaffolding dianggap sudah

cukup. Pemberian scaffolding berpengaruh dapat membantu siswa dalam mengerjakan soal

operasi himpunan. Temuan pada subjek AA adalah subjek AA terlalu terburu-buru dalam

mengerjakan soal padahal apabila ia mengerjakan dengan konsentrasi dan tidak terburu-

buru, subjek AA dapat menyelesaikan soal dengan benar.

Berikut tabel pemberian scaffolding berdasarkan tipe kesalahan yang dilakukan oleh

ketiga subjek penelitian:

Tipe Kesalahan Scaffolding yang Diberikan

Tipe Kesalahan IV (Weakness

in Process)

Tahap reviewing dan restructuring

Meneliti kembali hasil pekerjaan (Reviewing) dan membangun

pemahaman ulang apabila subjek tidak memahami konsep

(Restructuring)

Tipe Kesalahan V (Encoding

Error)

Tahap reviewing

Meminta subjek untuk meneliti kembali hasil pekerjaannya

(Reviewing)

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai deskripsi penerapan scaffolding untuk

mengatasi kesalahan siswa kelas VIISMP dalam menyelesaikan soal materi operasi

himpunan, kesalahan-kesalahan siswa digolongkan ke dalam tipe kesalahan menurut teori

Newman. Kesalahan yang paling banyak dilakukan oleh siswa adalah tipe IV (Weakness in

Process) dengan persentase kesalahan sebesar 40,62%. Kesalahan pada tipe lain memiliki

persentase yang lebih rendah, yaitu pada tipe I (Reading Error) sebesar 4,69%, tipe II

(Reading Comprehension difficulty) sebesar 6,25%, pada tipe III (Transform Error) yaitu

sebesar 15,62%, pada tipe V (Encoding Error) yaitu sebesar 26,56%, dan pada tipe VI

(Corelles Error) yaitu 6,25%.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kesalahan yang telah subjek penelitian

lakukan yaitu pada tipe kesalahan IV (Weakness in Process) dan tipe kesalahan V

(Encoding Error) yang selanjutnya diberikan scaffolding.Pada kesalahan tipe IV (Weakness

in Process) bentuk scaffolding yang diberikan adalah dengan meneliti kembali hasil

pekerjaan (Reviewing) dan membangun pemahaman ulang apabila subjek tidak memahami

konsep (Restructuring). Pada kesalahan tipe V (Encoding Error) bentuk scaffolding yang

diberikan adalah dengan meminta subjek untuk meneliti kembali hasil pekerjaannya

(Reviewing). Penerapan scaffolding dapat membantu untuk mengatasi kesalahan dalam

menyelesaikan soal pada materi operasi himpunan.

Berdasarkan hasil penelitian ini guru sebaiknya berani dalam melakukan kreativitas,

totalitas dan perubahan dalam proses pembelajaran, serta memperhatikan setiap masalah

yang terjadi sehingga dapat dicari jalan keluarnya. Hal tersebut dikarekan konsep-konsep

dasar yang dimiliki siswa masih sangat lemah. Kepada peneliti lain yang berminat untuk

melakukan penelitian lanjutan ataupun penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini,

peneliti menyarankan untuk melakukan penelitian pengembangan yang berupa

pengembangan pedoman scaffolding operasi himpunan maupun materi yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Anghileri, Julia.2006. Scaffolding Practices that Enhance Mathematics Learning. In Journal

of Mathematics Teacher Education. Vol.9: 33-52. Bandung.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. KurikulumTingkat satuan Pendidikan 2006.

Jakarta.

Evi Tiarmauli Katarina br Sidabalok. 2015. Analisis Penyelesaian Soal Cerita Berdasarkan

Tahapan Polya Pada Materi Irisan dan Gabungan Himpunan Siswa Kelas VII B SMP

Kristen Satya wacana.

Fernandez, Manuel. 2001. Reconceptualizing “Scaffolding” dan Zona Perkembangan

Terdekat dalam Konteks Belajar Kolaboratif Simetris. Journal of Classrom

Interaction Vol. 36, No 2 tahun 2001.

Hanifah, A. N & Rini Setianingsih. 2014. Penggunaan Scaffolding untuk Mengatasi

Kesalahan Siswa Kelas VII H SMP Negeri 2 Mojokerto dalam Menyelesaikan Soal

Cerita pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel. Jurnal Ilmiah Pendidikan

Matematika. Vol.3 No.

Miles, M. B & Huberman, A. M. 1992. Analisis Data Kualitatif: Terjemahan oleh Tjetjep

Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press.

Prizka Yulina Avinda Lisca. 2012. Analisis Tipe-Tipe Kesalahan Pada Penyelesaian Soal

Cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Pada Siswa Kelas VIII SMP Kristen

02 Salatiga.

Puspita Rahayuningsih & Abdul Qohar. 2014. Analisis Kesalahan Menyelesaikan Soal

Cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dan Scaffolding-nya Berdasarkan

Analisis Kesalahan Newman Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Malang. Jurnal

Pendidikan Matematika dan Sains Tahun II, No.2.