desinfeksi permukaan kerja (kelompok 3)

15

Click here to load reader

Upload: raymondanugrah

Post on 22-Dec-2015

396 views

Category:

Documents


87 download

DESCRIPTION

PSPDG Fak. Kedokteran Unsrat

TRANSCRIPT

Page 1: Desinfeksi Permukaan Kerja (Kelompok 3)

TUGAS KELOMPOK

“DESINFEKSI PERMUKAAN KERJA”

Disusun Oleh:

Kelompok 3

Resa Alfason S. 120113031 Johanis Gabrila 120113064 Pricilia Kaawoan 120113007 Olivia Cindy Simatupang 120113042 Nikhe D. Nubatonis 120113036 Zakarias Kantohe 120113113 I Kadek Harianto 120113067 Ewithya Hassan 120113019 Adiyatma Mokoginta 120113063 Yoddy Guntur Saputra 120113106 Dana A.A.Permata 120113037 Sheren Ch. Mendur 120113033 Retno Puspitaningtyas 120113076 Jecklin Makolit 120113027 Gloria Lumimuut Rambet 120113023 Bayu Kresna Rante 120113031 Marly H. Ratulangi 120113112 Heldin Kasiha 120113057 Olivia R. Anggow 120113053 Sheily Sanger 120113109

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGIFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGIMANADO

2015KATA PENGANTAR

Page 2: Desinfeksi Permukaan Kerja (Kelompok 3)

Puji dan syukur patut kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

bimbingan dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas ini

sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan.

Dalam tugas kelompok ini, saya sebagai penyusun, membahas mengenai “Desinfeksi

Permukaan Kerja” pada praktek kedokteran gigi. Berbagai sumber telah kami telaah dan

kami cantumkan kedalam tugas kelompok ini.

Sebagai penyusun, kami berharap semoga tugas ini dapat menjadi suatu pembelajaran

berharga bagi Civitas Akademika PSPDG FK Unsrat, khususnya bagi mahasiswa-mahasiswi

di semester 6 yang sedang dalam tahap pembelajaran Modul Manajemen Praktek Kedokteran

Gigi.

Dalam tugas ini, kami sebagai penyusun menyadari bahwa tugas individu ini masih

sangat jauh dari kesempurnaan bak pepatah “Tak ada gading yang tak retak”. Oleh karena itu,

kami sebagai penyusun mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca. Sekian dan

terimakasih.

Manado, 28 Februari 2015

Penyusun

BAB I

Page 3: Desinfeksi Permukaan Kerja (Kelompok 3)

PENDAHULUAN

Kedokteran gigi merupakan salah satu bidang yang rawan untuk terjadinya

kontaminasi silang antara pasien-dokter gigi, pasien-pasien dan pasien-perawat. Menurut

Anonima (2008), adanya medical history pada rekam medis dapat mempermudah dokter gigi

untuk mencurigai adanya penyakit infeksi yang diderita pasien. Namun, tidak semua pasien

dengan penyakit infeksi dapat langsung diidentifikasi oleh medical history, pemeriksaan fisik,

atau test laboratorium. Keterbatasan ini lah yang mengantar para pelaku medis untuk

menerapkan konsep pencegahan universal. Pencegahan universal mengacu pada metode

kontrol infeksi pada semua darah manusia dan cairan tubuh (pada bidang kedokteran gigi:

saliva) yang diperlakukan dengan sama jika diketahui telah terinfeksi HIV, HIB, dan patogen

lain yang dibawa darah. Pencegahan universal adalah prosedur kontrol infeksi yang

diterapkan pada semua pasien.

Pada klinik dental, saliva pasien, dental plak, darah, pus, dan cairan krevikular dapat

teraerosol dan meninggalkan noda. Mikroorganisme dapat menyatu dengan material-material

tersebut dan menyebabkan infeksi hingga dapat menularkan penyakit. Beberapa penyakit

yang paling umum adalah influenza, penumonia, TB, herpes, hepatitis dan AIDS

(Anonima,2008). Salah satu cara pencegahan terjadinya cross-infection adalah dengan

penerapan kontrol infeksi yang baik dan benar.

Pada dunia kedokteran gigi, penyakit dapat ditularkan dari pasien ke pasien, dokter

gigi ke pasien, dan pasien ke dokter gigi, jika tindakan pencegahan yang memadai tidak

dilaksanakan. Menurut Kohli dan Puttaiah (2007), beberapa cara penularan penyakit

berdasarkan keparahannya antara lain:

Page 4: Desinfeksi Permukaan Kerja (Kelompok 3)

1. Perkutaneus (resiko tinggi)

Inokulasi mikroba dari darah dan saliva yang ditularkan melalui jarum atau benda

tajam.

2. Kontak langsung (resiko tinggi)

Tersentuh atau terpaparnya kulit yang tidak utuh terhadap lesi oral yang menginfeksi,

permukaan jaringan yang terinfeksi, atau cairan yang terinfeksi, percikan cairan yang

terinfeksi.

3. Inhalasi aerosol atau droplet yang mengandung patogen (resiko sedang)

Menghirup bioaerosol yang mengandung material infektif saat menggunakan

handpiece dan scaler atau droplet nucleii yang berasal dari batuk.

4. Kontak tidak langsung

Menyentuh permukaan benda mati yang terkontaminasi pada ruangan perawatan atau

ruang operasi.

BAB II

PEMBAHASAN

Page 5: Desinfeksi Permukaan Kerja (Kelompok 3)

A. Definisi Desinfeksi

Desinfeksi adalah proses pembuangan semua mikroorganisme patogen pada

objek yang tidak hidup dengan pengecualian pada endospora bakteri. Desinfeksi juga

dikatakan suatu tindakan yang dilakukan untuk membunuh kuman patogen dan

apatogen tetapi tidak dengan membunuh spora yang terdapat pada alat perawatan

ataupun kedokteran.

Desinfeksi dilakukan dengan menggunakan bahan desinfektan melalui cara

mencuci ,mengoles , merendam dan menjemur dengan tujuan mencegah terjadinya

infeksi, dan mengondisikan alat dalam keadaan siap pakai.

B. Kriteria Desinfektan

Kriteria desinfeksi yang ideal adalah :

1. Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar.

2. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan

kelembaban.

3. Tidak toksik pada hewan dan manusia.

4. Tidak bersifat korosif.

5. Tidak berwarna dan meninggalkan noda.

6. Tidak berbau.

7. Bersifat biodegradable / mudah diurai

8. Larutan stabil

9. Mudah digunakan dan ekonomis.

10. Aktivitas berspektrum luas.

Page 6: Desinfeksi Permukaan Kerja (Kelompok 3)

C. Macam-Macam Desinfektan

1. Alkohol

Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit.

Alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran

gigi untuk mendesinfeksi permukaan, tetapi American Dental Association

(ADA) tidak menganjurkan pemakaian alkohol untuk mendisinfeksi

permukaan oleh karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa.

2. Aldehid

Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang popular pada kedokteran

gigi , baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi . Aldehid merupakan

desinfektan yang kuat. Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi

alat-alat yang tidak dapat disterilkan. Alat yang selesai didisinfeksi, diulas

dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi

dengan aquades karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat

mengiritasi kulit atau mukosa. Operator harus memakai masker, kacamata

pelindung dan sarung tangan heavy duty.

3. Biguanid

Klorheksidin merupakan contoh biguanid yang digunakan secara luas dalam

bidang kedokteran gigi sebagai antiseptik kontrol plak. Misalnya, 0,4% larutan

pada deterjen digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin

glukonat pada larutan air digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan

pada konsentrasi lebih tinggi yaitu 2% digunakan sebagai disinfeksi gigi

tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri gram (+) maupun gram (-).

4. Senyawa Halogen

Page 7: Desinfeksi Permukaan Kerja (Kelompok 3)

Hipoklorit dan povidon iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halida

seperti chloros, domestos dan betadine. Walaupun murah dan efektif zat ini

dapat menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan oleh bahan

organik.

5. Fenol

Larutan jernih tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk

membersihkan alat yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh

zat organik. Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah.Namun karena

sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini , banyak digunakan di

Rumah Sakit dan laboratorium.

6. Klorsilenol

Merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai

antiseptic , aktivitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya

terbatas sebagai desinfektan ( misalnya detol ). Aktifitasnya rendah terhadap

banyak bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai desinfektan.

D. Cara Kerja Desinfeksi

Cara kerja desinfeksi menurut prosesnya yaitu :

1. Denaturasi protein mikroorganisme. Perubahan strukturnya hingga sifat-sifat

khasnya hilang.

2. Pengendapan protein dalam protoplasma ( zat-zat halogen, fenol, alcohol, dan

garam logam ).

3. Oksidasi protein( Oksidanasia ).

4. Mengganggu sistem dan proses enzim ( zat-zat halogen, alcohol ,dan garam

logam ).

Page 8: Desinfeksi Permukaan Kerja (Kelompok 3)

5. Modifikasi dinding sel dan atau membran sitoplasma ( desinfektasi dengan

aktivitas permukaan ).

E. Desinfeksi Permukaan Kerja

Dalam praktek dokter gigi, permukaan lingkungan (yaitu, permukaan atau

peralatan yang tidak berkontak langsung dengan pasien) dapat menjadi terkontaminasi

selama perawatan. Permukaan tertentu, terutama yang sering tersentuh (misalnya,

light handle, unit switches, dan tombol laci) dapat berfungsi sebagai tempat

penampungan kontaminasi mikroba, meskipun tidak berhubungan langsung dengan

penularan infeksi pada pasien ke pekerja kesehatan, maupun sebaliknya. Permukaan

lingkungan dapat dibagi menjadi 2, yaitu clinical contact surfaces dan housekeeping

surfaces (Kohn dkk, 2003).

Clinical contact surfaces dapat terkontaminasi langsung dari material pasien

baik dengan semprotan langsung atau percikan yang terakumulasi selama prosedur

dental atau melalui kontak dengan gloves pekerja kesehatan. Contoh yang termasuk

dalam clinical contact surfaces antara lain: light handle, switches, peralatan dental

radiografi, sisi kursi komputer dental, tempat penyimpanan material dental yang

reusable, pegangan laci, countertops, pena, telefon dan pegangan pintu (Kohn dkk,

2003). Menurut Kohli dan Puttaiah (2007), beberapa barang/peralatan yang

memerlukan pelindung antara lain :

a. Dental Unit Light handles

b. Dental Unit electrical or mechanical controls

c. Dental Chair Head Rest

Page 9: Desinfeksi Permukaan Kerja (Kelompok 3)

d. Dental Chair Arm Rests

e. Dental Unit controls including the Bracket Table

f. Highspeed Handpiece couplings and hose (extended 6 inches below the

coupling covering the hoses)

g. Slow speed motor, coupling and hose (extended 6 inches below the coupling

covering the hoses)

h. Air/water syringe and hose (extended 6 inches below coupling covering the

hose)

i. Saliva ejector handpiece and hose (extended 6 inches below coupling covering

the hose)

j. HVE handpiece and hose (extended 6 inches below coupling covering the

hose)

k. X-ray unit handles and cone

l. X-ray Unit controls

m. Bite Block of the Panoramic X-ray Unit

n. Intra Oral Digital Sensors

o. RVG equipments

p. Apex locators

q. Endosonic Ultrasonic Units

r. NITI Torque control hand pieces

Lapisan pelindung permukaan dan peralatan dapat mencegah kontaminasi

clinical contact surfaces, tetapi ini sangat efektif bagi permukaan yang sulit

dibersihkan. Yang termasuk lapisan pelindung adalah bungkus plastik bening, tas,

Page 10: Desinfeksi Permukaan Kerja (Kelompok 3)

seprai, tabung, dan plastic-backed kertas atau bahan lain yang tahan terhadap

kelembaban. Karena penutup tersebut dapat terkontaminasi, mereka harus dihapus

dan dibuang dengan kondisi tangan yang masih bersarung. Setelah menghilangkan

lapisan pelindung, periksa permukaan untuk memastikan tidak ada yang kotor.

Permukaan harus dibersihkan dan didesinfeksi hanya jika terdapat kontaminasi yang

jelas (Kohn dkk, 2003).

Bukti tidak mendukung bahwa permukaan rumah tangga (misalnya, lantai,

dinding) menimbulkan risiko penularan penyakit dalam perawatan kesehatan gigi.

Sebenarnya, penghilangan fisik mikroorganisme dengan menyeka atau menyikat

mungkin sama pentingnya, jika tidak lebih begitu, daripada efek antimikroba

disediakan oleh agen digunakan. Sebagian besar housekeeping surface perlu

dibersihkan hanya dengan deterjen dan air atau desinfektan / detergen yang sudah

terdaftar EPA, tergantung pada sifat permukaan dan jenis dan tingkat kontaminasi

(Kohli dan Puttaiah, 2007).

BAB III

PENUTUP

Page 11: Desinfeksi Permukaan Kerja (Kelompok 3)

Kesimpulan dan Saran

Desinfeksi permukaan kerja merupakan salah satu bentuk desinfeksi

kimia dalam praktik kedokteran gigi. Desinfeksi permukaan kerja penting dilakukan

guna mencegah terjadinya penyebaran infeksi akibat bakteri, virus atau

mikroorganisme yang terdapat pada dental unit dan juga instrument kerja, dan

lingkungan kerja.

Desinfeksi permukaan kerja merupakan salah satu protocol dalam

universal precaution sehingga perlu diperhatikan oleh klinisi khususnya dokter gigi.

Selain untuk merawat kebersihan dental unit, juga instrument kerja, maupun

lingkungan kerja, hal ini juga sangat penting untuk menjamin kelesamatan kerja dan

juga kesehatan operator, assistant operator maupun pasien.