desain studi n sampling

26
DESAIN PENELITIAN Desain penelitian dibagi berdasarkan tujuan yaitu sebagai berikut : 1) Studi Deskriptif : mendeskripsikan suatu kejadian penyakit / masalah kesehatan(outcome)berdasarkan karakteristik orang (person), tempat (place), dan waktu (time).Dan dapat menjawab pertanyaan who, when, where, what. Dalam studi ini termasuk di dalamnya : a) Laporan kasus seri kasus b) Studi cross-sectional c) Studi korelasi 2) Studi Analitik : Studi yang menjelaskan mengapa penyakit atau masalah kesehatan tersebut timbul, mendeskripsikan hubungan atau asosiasi antara pajanan (exposure) dan penyakit (outcome). Dapat menjawab pertanyaan how/why. Dalam studi ini termasuk di dalamnya : a) Kasus control b) Studi Kohort c) Studi intervensi / Eksperimen

Upload: grace-adrianne

Post on 29-Dec-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Desain Studi n Sampling

DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian dibagi berdasarkan tujuan yaitu sebagai berikut :

1) Studi Deskriptif : mendeskripsikan suatu kejadian penyakit / masalah

kesehatan(outcome)berdasarkan karakteristik orang (person), tempat (place), dan waktu

(time).Dan dapat menjawab pertanyaan who, when, where, what. Dalam studi ini termasuk

di dalamnya :

a) Laporan kasus seri kasus

b) Studi cross-sectional

c) Studi korelasi

2) Studi Analitik : Studi yang menjelaskan mengapa penyakit atau masalah kesehatan tersebut

timbul, mendeskripsikan hubungan atau asosiasi antara pajanan (exposure) dan penyakit

(outcome). Dapat menjawab pertanyaan how/why. Dalam studi ini termasuk di dalamnya :

a) Kasus control

b) Studi Kohort

c) Studi intervensi / Eksperimen

1. Studi Kasus

Laporan kasus merupakan rancangan studi yang menggambarkan kejadian satu kasus baru yang

menarik, misalnya terjadi kasus keracunan merthyl mercuri di Teluk Minimata Jepang. Serial kasus

merupakan rancangan studi yang menggambarkan kejadian sekumpulan kasus baru dengan

Page 2: Desain Studi n Sampling

diagnosis serupa, misal pada tahun 1985 ditemukan penyakit break dancing neck.

Kegunaan studi kasus :

Identifikasi penyakit baru

Formulasi hipotesis (mengembangkan hipotesis)

Kelemahan studi ini adalah :

Tidak ada grup kontrol

Tidak dapat dilakukan studi hipotesa

2. Studi Cross-Sectional

Penelitian cross-sectional adalah penelitian yang mengukur prevalensi penyakit. Penelitian ini

bertujuan untuk mempelajari hubungan penyakit dengan paparan dengan cara mengamati status

paparan dan penyakit secara serentak pada individu dan populasi tunggal pada satu saat atau periode

tertentu. Cara pengamatan yang dilakukan melalui pengamatan subjek studi yang hanya satu kali

dalam suatu saat atau suatu periode tertentu, tidak ada follow up untuk mencari hubungan antara

variable independen (faktor resiko) dengan variable dependen (efek).

Langkah – langkah :

Untuk melakukan penelitian dengan pendekatan cross-sectional dibutuhkan langkah – langkah

sebagai berikut :

1. Identifikasi dan perumusan masalah

2. Menentukan tujuan penelitian

3. Menentukan lokasi dan populasi studi

4. Menentukan cara dan besar sampel

5. Memberikan definisi operasional

6. Menentukan variable yang akan diukur

7. Menyusun instrument pengumpulan data

Keuntungan :

1. Desain relative mudah, murah dan hasilnya cepat diperoleh

2. Dapat dipakai untuk meneliti sekaligus banyak variable

3. Tidak terancam loss to follow up (drop out)

4. Dalam penelitian epidemiologi, pendekatan cross-sectional merupakan cara yang cepat dan

murah untuk mendeteksi adanya kejadian luar biasa

5. Dalam hal tertentu, pendekatan cross-sectional dapat digunakan untuk memperkirakan

adanya hubungan sebab akibat

Page 3: Desain Studi n Sampling

6. Penelitian cross-sectional dapat menghasilkan hipotesis spesifik untuk penelitian analitis

7. Pendekatan cross-sectional dapat digunakan untuk mengetahui prevalensi penyakit tertentu

dan masalah kesehatan yang terdapat di masyarakat dan dengan demikian dapat digunakan

untuk menyusun perencanaan pelayanan kesehatan

Kerugian :

1. Sulit menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data resiko dan efek dilakukan pada

saat yang bersamaan

2. Penelitian cross-sectional tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan yang terjadi

dengan berjalannya waktu

3. Informasi yang diperoleh tidak mendalam sehingga sering kali masalah kesehatan yang

dicari tidak diperoleh

4. Tidak dapat meneliti kasus penyakit yang jarang dan tidak dapat menggambarkan

perkembangan penyakit secara akurat

Contoh sederhana : Ingin mengetahui hubungan antara anemia besi pada ibu hamil dengan Berat

Badan Bayi Lahir (BBL), dengan menggunakan rancangan atau pendekatan cross sectional.

Tahap pertama : Mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti dan kedudukanya masing-

masing.

Variabel dependen (efek ) : BBL

Variebel independen (risiko ) : anemia besi

Variabel independent (risiko) yang dikendalikan : paritas, umur ibu, perawatan kehamilan, dan sebagainya.

Tahap kedua : menetapkan subjek penelitian atau populasi dan sampelnya.Subjek penelitian : ibu-

ibu yang baru melahirkan, namun perlu dibatasi daerah mana ereka akan diambil contohnya lingkup

rumah sakit atau rumah bersalin. Demikian pula batas waktu dan cara pengambilan sampel, apakah

berdasarkan tekhnik random atau non-random.

Tahap ketiga : Melakukan pengumpulan data, observasi atau pengukuran terhadap variabel

dependen-independen dan variabel-variabel yang dikendalikan secara bersamaan (dalam waktu

yang sama) Caranya mengukur berat badan bayi yang sedang lahir, memeriksa Hb ibu, menanyakan

umur, paritas dan variabel-variabel kendali yang lain.

Page 4: Desain Studi n Sampling

Tahap keempat : Mengolah dan menganalisis data dengan cara membandingkan.Bandingkan BBL

dengan Hb darah ibu. Dari analisis ini akan diperoleh bukti adanya atau tidak adanya hubungan

antara anemia dengan BBL.

3. Studi Korelasi

Studi Korelasi merupakan studi epidemiologi yang bertujuan untuk mendeskripsikan

hubungan korelatif antara penyakit dengan karakteristik suatu populasi pada waktu yang sama atau

pada populasi yang sama pada waktu yang berbeda.

Karakteristik dari populasi yang akan di teliti biasanya tergantung pada minat seorang

peneliti, misalnya, mengenai jenis kelamin, umur, kebiasaan mengkonsumsi makanan tertentu, obat-

obatan, rokok, aktifitas, tempat tinggal dan lain-lain. Contohnya adalah :

Hubungan antara tingkat penjualan obat anti asma dengan jumlah kematian yang

diakibatkan oleh penyakit ashma

Hubungan antara jumlah konsumsi rokok pada satu wilayah dengan jumlah kematian yang

diakibatkan oleh penyakit paru

Kelebihan dari Studi korelasi adalah sangat tepat bila digunakan sebagai dasar penelitian

untuk melihat hubungan antara fakor paparan dengan penyakit, karena mudah dilakukan dengan

informasi yang tersedia sehingga dapat muncul hipotesis kausal dan selanjutnya dapat diuji dengan

rancangan studi epidemiologi analitik..

Kelemahan dari studi korelasi adalah studi korelasi mengacu pada populasi (kelompok),

sehingga tidak dapat mengidentifikasikan kondisi per individu dalam kelompok tersebut.selain itu

dalam studi korelasi juga tidak dapat mengontrol faktor perancu yang potensial, misalnya dalam

studi korelasi mengenai hubungan antara jumlah perokok dengan jumlah penderita kanker paru,

pada studi korelasi tidak mampu untuk mengidentifikasikan faktor perancu lain seperti, faktor

polusi, jenis pekerjaan, aktifitas, asbes dan lain-lain.

4. Studi Kasus Kontrol

Adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana faktor resiko dipelajari dengan

menggunakan pandekatan retrospective. Dengan kata lain, efek (penyakit atau status kesehatan)

diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor resiko diidentifikasi adanya atau terjadinya pada waktu

yang lalu.

Study Case Control ini didasarkan pada kejadian penyakit yang sudah ada sehingga

memungkinkan untuk menganalisa dua kelompok tertentu yakni kelompok kasus yangg menderita 

penyakit atau terkena akibat yang diteliti, dibandingkan dengan kelompok yang tidak menderita

Page 5: Desain Studi n Sampling

atau tidak terkena akibat. Intinya penelitian case control ini adalah diketahui penyakitnya kemudian 

ditelusuri penyebabnya.

Kelebihan penelitian Case Control

Adanya kesamaan ukuran waktu antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol

Adanya pembatasan atau pengendalian faktor resiko sehingga hasil penelitian lebih tajam

dibanding hasil rancangan cross sectional

Tidak menghadapi kendala etik seperti pada penelitian eksperimen (kohort)

Tidak memerlukan waktu lama ( lebih ekonomis )

Kekurangan Rancangan Penelitian Case Control

Pengukuran variabel yang retrospective, objektivitas, dan reabilitasnya kurang karena subjek

penelitian harus mengingatkan kembali faktor-faktor resikonya.

Tidak dapat diketahui efek variabel luar karena secara teknis tidakdapat dikendalikan.

Kadang-kadang sulit memilih kontrol yang benar-benar sesui dengan kelompok kasusu

karena banyaknya faktor resiko yang harus dikendalikan.

Contoh Sederhana : Penelitian ingin membuktikan hubungan antara malnutrisi/ kekurangan gizi

pada anak balita dengnan perilaku pemberian makanan oleh ibu.

Tahap pertama : Mengidentifikasi variabel dependen ( efek ) dan variabel- variabel independen

(faktor resiko ).

Variabel dependen : malnutrisi

Variabel independen : perilaku ibu dalam memberikan makanan.

Variabel independen yang lain : pendidikan ibu, pendapatan keluarga, jumlah anak, dan

sebagainya.

Tahap kedua : Menetapkan objek penelitian, yaitu populasi dan sampel penelitian. Objek

penelitian disini adalah pasangan ibu dan anak balitanya. Namun demikian perlu dibatasi pasangan

ibu dan balita daerah mana yang dianggap menjadi populasi dan sampel penelitian ini.

Tahap ketiga : Mengidentifikasi kasus, yaitu anak balita yang menderita malnutrisi (anak balita

yang memenuhi kebutuhan malnitrisi yang telah ditetapkan, misalnya berat per umur dari 75 %

standar Harvard. Kasus diambil dari populasi yang telah ditetapkan.

Tahap keempat : Pemilihan subjek sebagai kontrol, yaitu pasangan ibu-ibu dengan anak balita

mereka. Pemilihan kontrol hendaknya didasarkan kepada kesamaan karakteristik subjek pada kasus.

Misalnya ciri-ciri masyarakatnya, sosial ekonominya dan sebagainya.

Tahap kelima : Melakukan pengukuran secara retrospektif, yaitu dari kasusu (anak balita

malnutrisiI itu diukur atau ditanyakan kepada ibu dengan menggunakan metose recall mengenai

perilaku memberikan jenis makanan , jumlah yang diberikan kepada anak balita selama 24 jam.

Page 6: Desain Studi n Sampling

Tahap keenam : Melakukan pengolahan dan analisis data .Dengan membandingkan proporsi

perilaku ibu yang baik dan yang kurang baik dalam hal memberikan makanan kepada anaknya pada

kelompok kasus, dengan proporsi perilaku ibu yang sama pada kelompok kontrol. Dari sini akan

diperoleh bukti ada tidaknya hubungan perilaku pemberian makanan dengan malnutrisi pada anak

balita.

5. Studi Kohort

Adalah penelitian observasional analitik yang didasarkan pada pengamatan sekelompok

penduduk tertentu dalam jangka waktu tertentu. Dalam hal ini kelompok penduduk yang diamati

merupakan kelompok penduduk dengan 2 kategori tertentu yakni yang terpapar dan atau yang tidak

terpapar terhadap faktor yang dicurigai sebagai faktor penyebab. Penelitian cohort adalah kebalikan

dari case control. faktor resiko (penyebab) telah diketahui terus diamati secar terus menerus akibat

yang akan ditimbulkannya.

Kelebihan Penelitian Cohort :

Dapat mengatur komparabilitas antara dua kelompok (kelompok subjek dan kelompok

kontrol) sejak awal penelitian.

Dapat secara langsung menetapkan besarnya angka resiko dari suatu waktu ke waktu yang

lain.

Ada keseragaman observasi, baik terhadap faktor resiko maupun efek dari waktu ke waktu.

Kekurangan Penelitian Cohort

Memerlukan waktu yang cukup lama

Memerlukan sarana dan pengelolaan yang rumit

Kemungkinan adanya subjek penelitian yang drop out dan akan mengganggu analisis hasil

Ada faktor resiko yang ada pada subjek akan diamati sampai terjadinya efek (mungkin

penyakit) maka hal ini berarti kurang atau tidak etis.

Contoh Sederhana : Penelitian yang ingin membuktikan adanya hubungan antara Ca paru (efek)

dengan merokok (resiko) dengan menggunakan pendekatan atau rancangan prospektif.

Tahap pertama : Mengidentifikasi faktor efek (variabel dependen) dan resiko (variabel

independen) serta variabel-variabel pengendali (variabel kontrol).

Variabel dependen : Ca. Paru

Variabel independen : merokok

Variabel pengendali : umur, pekerjaan dan sebagainya.

Tahap kedua : Menetapkan subjek penelitian, yaitu populasi dan sampel penelitian. Misalnya yang

menjadi populasi adalah semua pria di suatu wilayah atau tempat tertentu, dengnan umur antara 40

Page 7: Desain Studi n Sampling

sampai dengan 50 tahun, baik yang merokok maupun yang tidak merokok.

Tahap ketiga : Mengidentifikasi subjek yang merokok (resiko positif) dari populasi tersebut, dan

juga mengidentifikasi subjek yang tidak merokok (resiko negatif) sejumlah yang kurang lebih sama

dengan kelompok merokok.

Tahap keempat : Mengobservasi perkembangan efek pada kelompok orang-orang yang merokok

(resiko positif) dan kelompok orang yang tidak merokok (kontrol) sampai pada waktu tertentu,

misal selama 10 tahun ke depan, untuk mengetahui adanya perkembangan atau kejadian Ca paru.

Tahap kelima : Mengolah dan menganalisis data. Analisis dilakukan dengan membandingkan

proporsi orang-orang yang menderita Ca paru dengan proporsi orang-orang yang tidak menderita

Ca paru, diantaranya kelompok perokok dan kelompok tidak merokok.

6. Studi Eksperimental

Penelitian ini merupakan metode yang paling kuat untuk mengungkapkan hubungan sebab

akibat. Hambatan utama dalam penelitian eksperimen pada manusia adalah faktor etis. Secara

umum, uji klinis merupakan suatu penelitian yang dilakukan terhadap sekelompok individu dengan

intervensi oleh peneliti yang dilakukan secara aktif dan terencana kemudian hasilnya dibandingkan

dengan kelompok lain yang tidak menerima perlakuan sebagai pembanding. Uji klinis dimaksudkan

mencari efektivitas atau efisiensi obat untuk menyembuhkan penyakit tertentu. Penelitian ini

dilakukan dengan membandingkan hasil obat yang diberikan pada sekelompok penderita dengan

kelompok lain yang mendapatkan obat lain atau placebo sebagai control dengan maksud untuk

menentukan apakah obat yang diujicoba itu lebih efisien dibandingkan dengan obat yang telah ada.

Penderita yang datang ke RS dan memenuhi kriteria penelitian

Klp. Exp intervensi outcome dibandingkan

Randomisasi Klp. Ktrl intervensi alternative/placebo outcome

Langkah – langkah :

1. Tentukan latar belakang masalah

2. Tentukan pertanyaan penelitian dan rumuskan tujuan penelitian dengan jelas

3. Rumuskan hipotesis penelitian

4. Tentukan pemeriksaan hasil yang dikehendaki

5. Tentukan populasi studi dan kriteria subjek studi

6. Tentukan cara dan perkiraan besarnya sampel yang digunakan

7. Tentukan apakah uji klinis dilakukan dengan penyamaran atau tidak

8. Tentukan rancangan analisis

9. Penarikan kesimpulan hasil penelitian

Page 8: Desain Studi n Sampling

Keuntungan :

1. Dapat digunakan untuk mencari efisiensi dan efektivitas obata atau prosedur pengobatan

2. Digunakan sebagai penelitian lanjutan setelah keberhasilan pada hewan percobaan sebelum

obat atau prosedur pengobatan digunakan secara luas

3. Dapat mengendalikan intervensi yang diberikan

Kerugian :

1. Hambatan faktor etis

2. Kesulitan dalam menentukan waktu yang tepat untuk melakukan uji klinis

Karakteristik Penelitian Eksperimen

Menggunakan kelompok kontrol sebagai garis dasar untuk dibandingkan dengan kelompok

yang dikenai perlakuan eksperimental.

Menggunakan sedikitnya dua kelompok

Harus mempertimbangkan kesahihan ke dalam (internal validity).

Harus mempertimbangkan kesahihan keluar (external validity).

Beberapa Bentuk Desain Penelitian Eksperimen

Menurut Prof. Dr. Sugiyono dalam bukunya “Metode Penelitian Pendidikan” tahun 2010, beliau

membagi desain penelitian ekperimen kedalam 3 bentuk yakni pre-experimental design, true

experimental design, dan quasy experimental design.

1. Pre-experimental design

Desain ini dikatakan sebagai pre-experimental design karena belum merupakan eksperimen

sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya

variabel dependen. Rancangan ini berguna untuk mendapatkan informasi awal terhadap pertanyaan

yang ada dalam penelitian. Bentuk Pre- Experimental Designs ini ada beberapa macam antara lain :

a) One – Shoot Case Study (Studi Kasus Satu Tembakan)

Dimana dalam desain penelitian ini terdapat suatu kelompok diberi treatment (perlakuan) dan

selanjutnya diobservasi hasilnya (treatment adalah sebagai variabel independen dan hasil adalah

sebagai variabel dependen). Dalam eksperimen ini subjek disajikan dengan beberapa jenis

perlakuan lalu diukur hasilnya.

b) One – Group Pretest-Posttest Design (Satu Kelompok Prates-Postes)

Kalau pada desain “a” tidak ada pretest, maka pada desain ini terdapat pretest sebelum diberi

perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat

Page 9: Desain Studi n Sampling

membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

c) Intact-Group Comparison

Pada desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi dibagi dua yaitu;

setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan) dan setengah untuk kelompok kontrol

(yang tidak diberi perlakuan).

2. True Experimental Design

Dikatakan true experimental (eksperimen yang sebenarnya/betul-betul) karena dalam desain ini

peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan

demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri

utama dari true experimental adalah bahwa, sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun

sebagai kelompok kontrol diambil secara random (acak) dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah

adanya kelompok kontrol dan sampel yang dipilih secara random. Desain true experimental terbagi

atas :

a) Posstest-Only Control Design

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok

pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut

kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol.

b) Pretest-Posttest Control Group Design.

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak/random, kemudian diberi pretest

untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol.

c) The Solomon Four-Group Design.

Dalam desain ini, dimana salah satu dari empat kelompok dipilih secara random. Dua kelompok

diberi pratest dan dua kelompok tidak. Kemudian satu dari kelompok pratest dan satu dari

kelompok nonpratest diberi perlakuan eksperimen, setelah itu keempat kelompok ini diberi posttest.

3. Quasi Experimental Design

Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit

dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya

untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Walaupun

demikian, desain ini lebih baik dari pre-experimental design. Quasi Experimental Design digunakan

karena pada kenyataannya sulit medapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian.

Dalam suatu kegiatan administrasi atau manajemen misalnya, sering tidak mungkin menggunakan

sebagian para karyawannya untuk eksperimen dan sebagian tidak. Sebagian menggunakan prosedur

kerja baru yang lain tidak. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan dalam menentukan kelompok

kontrol dalam penelitian, maka dikembangkan desain Quasi Experimental. Desain eksperimen

Page 10: Desain Studi n Sampling

model ini diantarnya sebagai berikut:

a) Time Series Design

Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih secara random.

Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai empat kali dengan maksud untuk

mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi perlakuan. Bila hasil pretest

selama empat kali ternyata nilainya berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak

menentu, dan tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok dapay diketahui dengan jelas,

maka baru diberi treatment/perlakuan. Desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok

saja, sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol.

b) Nonequivalent Control Group Design

Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini

kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Dalam desain ini,

baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati kelompok tersebut

dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok yang ada diberi pretes, kemudian

diberikan perlakuan, dan terakhir diberikan postes.

c) Conterbalanced Design

Desain ini semua kelompok menerima semua perlakuan, hanya dalam urutan perlakuan yang

berbeda-beda, dan dilakukan secara random.

4. Factorial Design

Desain Faktorial selalu melibatkan dua atau lebih variabel bebas (sekurang-kurangnya satu yang

dimanipulasi). Desain faktorial secara mendasar menghasilkan ketelitian desain true-eksperimental

dan membolehkan penyelidikan terhadap dua atau lebih variabel, secara individual dan dalam

interaksi satu sama lain. Tujuan dari desain ini adalah untuk menentukan apakah efek suatu variabel

eksperimental dapat digeneralisasikan lewat semua level dari suatu variabel kontrol atau apakah

efek suatu variabel eksperimen tersebut khusus untuk level khusus dari variabel kontrol, selain itu

juga dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan yang tidak dapat dilakukan oleh desain

eksperimental variabel tunggal.

TEKNIK SAMPLING

Teknik Sampling dibagi atas 2 yaitu :

A. Teknik Sampling Probabilitas :

Teknik sampling probabilitas dapat kita sebut dengan Random Sampling. Random

Page 11: Desain Studi n Sampling

sampling/sampling probabilitas adalah sesuatu cara pengambilan sample yang memberikan

kesempatan atau peluang yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. maksudnya jika

elemen populasinya ada 50 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut

mempunyai kemungkinan 25/50 untuk bisa dipilih menjadi sampel. Syarat pertama yang harus

dilakukan untuk mengambil sampel secara acak adalah memperoleh atau membuat kerangka sampel

atau dikenal dengan nama “sampling frame”. Yang dimaksud dengan kerangka sampling adalah

daftar yang berisikan setiap elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel. Elemen populasi

bisa berupa data tentang orang/binatang, tentang kejadian, tentang tempat, atau juga tentang benda.

Macam-macam Sampling Probabilitas :

Pada sampel acak (random sampling) dikenal dengan istilah simple random sampling, stratified

random sampling, cluster sampling, systematic sampling

1) Simple random sampling:

Merupakan suatu teknik sampling yang dipilih secara acak, cara ini dapat diambil bila analisa

penelitian cenderung bersifat deskriptif atau bersifat umum. Setiap unsur populasi harus memiliki

kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel.

Prosedurnya :

1. Susun “sampling frame”

2. Tetapkan jumlah sampel yang akan diambil

3. Tentukan alat pemilihan sampel

4. Pilih sampel sampai dengan jumlah terpenuhi

Semua unsur dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota

sampel. Anggota sampel dipilih secara acak dengan cara:

Pengundian menggunakan nomor anggota sebagai nomor undian

Menggunakan table angka random (bilangan acak) berdasarkan nomor anggota

Syarat Penggunaan Metode Simple Random Sampling:

• Sifat populasi adalah mempunyai karakteristik yang sama (homogen)

• Keadaan anggota populasi tidak terlalu tersebar secara geografi

• Harus ada kerangka sampling (sampling frame) yang jelas

Kelebihan : Prosedur penggunaannya sederhana, mengatasi bias yang muncul dalam pemilihan

anggota sampel dan kemampuan menghitung standard error

Page 12: Desain Studi n Sampling

Kelemahan : Persyaratan penggunaan metode ini sulit dipenuhi, tidak bisa dilakukan saat populasi

sampel berjumlah banyak

2) Stratified Random Sampling :

Populasi dikelompokkan menjadi sub-sub populasi berdasarkan criteria tertentu yang

dimiliki unsur populasi. Masing-masing sub populasi diusahakan homogen. Dari masing-masing

sub populasi selanjutnya diambil sebagian anggota secara acak dengan komposisi proporsional atau

disproporsional. Total anggota yang dipilih ditetapkan sebagai jumlah anggota sampel penelitian

Contoh: Dari 1000 populasi pemilih pada PEMILU akan diambil 100 orang (10%) sebagai sampel

berdasarkan usia pemilih secara proporsional

Prosedurnya :

1. Siapkan “sampling frame”

2. Bagi sampling frame tersebut berdasarkan strata yang dikehendaki

3. Tentukan jumlah sampel dalam setiap stratum

4. Pilih sampel dari setiap stratum secara acak

Syarat Penggunaan Metode Stratified Random Sampling:

1. Populasi mempunyai unsure heterogenitas

2. Diperlukan kriteria yang jelas dalam membuat stratifikasi/lapisan sesuai dengan unsure

heterogenitas yang dimiliki

3. Harus diketahui dengan tepat komposisi jumlah anggota sampel yang akan dipilih (secara

proporsional atau disproporsional)

Kebaikan : Semua ciri-ciri populasi yang heterogen dapat terwakili

Kelemahan: Memerlukan pengenalan terhadap populasi yang akan diteliti untuk menentukan ciri

heterogenitas yang ada pada populasi

3) Cluster Random Sampling/sampel gugus :

Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti

atau sumber data sangat luas. Teknik ini digunakan pada populasi yang tidak homogen, dipilih

kelompok yang lebih homogen. Dalam penggunaan sampel cluster ini umumnya kesatuan yang

diteliti merupakan kelompok yang lebih besar. Teknik ini dimaksudkan agar semua perbedaan

dalam populasi terwakili.

Misalnya, dalam satu organisasi terdapat 100 departemen. Dalam setiap departemen terdapat

banyak pegawai dengan karakteristik berbeda pula. Beda jenis kelaminnya, beda tingkat

Page 13: Desain Studi n Sampling

pendidikannya, beda tingkat pendapatnya, beda tingat manajerialnnya, dan perbedaan-perbedaan

lainnya. Jika peneliti bermaksud mengetahui tingkat penerimaan para pegawai terhadap suatu

strategi yang segera diterapkan perusahaan, maka peneliti dapat menggunakan cluster sampling

untuk mencegah terpilihnya sampel hanya dari satu atau dua departemen saja.

Prosedur :

1. Susun sampling frame berdasarkan gugus – Dalam kasus di atas, elemennya ada 100

departemen.

2. Tentukan berapa gugus yang akan diambil sebagai sampel

3. Pilih gugus sebagai sampel dengan cara acak

4. Teliti setiap pegawai yang ada dalam gugus sample

Kelebihan : lebih tepat dalam menduga populasi karena variasi pada populasi dapat terwakili oleh

sampel

Kekurangan : harus memiliki informasi dan data yang cukup tentang variasi populasi penelitian,

kadang – kadang ada perbedaan jumlah yang besar antara masing – masing strata/lapisan/tingkat

4) Systematic Sampling atau Sampel Sistematis :

Merupakan teknik sampling dimana penentuan sampel dengan cara menentukan lebih dulu

interval antar 2 responden atau individu.

Prosedurnya :

1. Susun sampling frame

2. Tetapkan jumlah sampel yang ingin diambil

3. Tentukan K (kelas interval)

4. Tentukan angka atau nomor awal di antara kelas interval tersebut secara acak atau random –

biasanya melalui cara undian saja.

5. Mulailah mengambil sampel dimulai dari angka atau nomor awal yang terpilih.

6. Pilihlah sebagai sampel angka atau nomor interval berikutnya

Contoh : Populasi ( ibu – ibu yang mempunyai balita) sebanyak 2050 orang. Ingin didapatkan

sampel sebanyak 106 orang.

Buat daftar dari 2050 ibu – ibu yang mempunyai balita

Interval 20 dari 2050 dibagi 106

Dari daftar tersebut, yang dipilih menjadi sampel adalah daftar nomor 20, 40, 60, 80 dst.

sampai mendapatkan 106 sampel

Page 14: Desain Studi n Sampling

Kelebihan : lebih praktis dan hemat dibanding dengan pengambilan acak sederhana

Kekurangan : tidak bisa digunakan pada penelitian yang heterogen karena tidak mempunyai atau

menangkap keragaman populasi heterogen.

5. Multistage sampling

Proses pengambilan sampel dilakukan bertingkat, baik bertingkat dua maupun lebih. Misalnya:

provinsi → kabupaten → Kecamatan → desa → Lingkungan → KK. Misalnya kita ingin

meneliti Berat badan dan Tinggi badan murid SMA. Sesuai kondisi dan perhitungan, maka jumlah

sampel yang akan diambil ± 2000.

Indonesia

27 Propinsi

Propinsi SUMUT

Kabupaten Deli Serdang

Kecamatan Hamparan Perak

Ada 3 SMA (± 2000)

Cara ini dipergunakan bila:

Populasinya cukup homogen

Jumlah populasi sangat besar

Populasi menempati daerah yang sangat luas

Biaya penelitian kecil

Keuntungan: Biaya transportasi kurang

Kerugian:

Prosedur estimasi sulit

Prosedur pengambilan sampel memerlukan perencanaan yang lebih cermat

B. Teknik Sampling NonProbabilitas/Nonrandom Sampling atau Sampel Tidak Acak:

Teknik sampling nonprobabilitas adalah suatu teknik pengambilan sampel secara tidak acak

nonrandom sampling . Tidak semua populasi mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih

Page 15: Desain Studi n Sampling

menjadi sampel. Pada saat melakukan pemilihan satuan sampling tidak dilibatkan unsur peluang,

sehingga tidak diketahui unsure peluang sesuatu unit sampling terpilih kedalam sampling. Unsur

populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena kebetulan atau karena faktor lain

yang sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti. Sampling tipe ini tidak boleh dipakai untuk

menggeneralisasi hasil penelitian terhadap populasi, karena dalam penarikan sampel sama sekali

tidak ada unsur probabilitas.

B. Macam-macam Sampling NonProbabilitas :

1) Convenience Sampling :

Merupakan teknik dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain

kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang

tadi ada di situ atau kebetulan dia mengenal orang tersebut. Oleh karena itu ada beberapa penulis

menggunakan istilah accidental sampling– tidak disengaja – atau juga captive sample (man-on-the-

street) Jenis sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang kemudian

diikuti oleh penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak (random). Beberapa kasus

penelitian yang menggunakan jenis sampel ini, hasilnya ternyata kurang obyektif.

Contoh : misalnya ada seorang peneliti ingin mengetahui tentang kebersihan wilayah Jakarta

Selatan ia menanyakan kepada orang yang ada dijalan atau orang dia jumpai bukan orang yang

mengerti tentang kebersihan wilayah Jakarta Selatan seperti petugas kebersihan atau mendatangi

kantor gubernur atau walikota Jakarta Selatan.

Kelebihan: Mudah dan cepat digunakan

Kelemahan: Jumlah sampel mungkin tidak representative karena tergantung hanya pada anggota

sampel yang ada pada saat itu

2) Snowball Sampling – Sampel Bola Salju:

Metode pengambilan sampel dengan secara berantai (multi level).

Sampel awal ditetapkan dalam kelompok anggota kecil

Masing-masing anggota diminta mencari anggota baru dalam jumlah tertentu

Masing-masing anggota baru diminta mencari anggota baru lagi.

Contoh: Akan diteliti mengenai pendapat mahasiswa terhadap pemberlakuan kurikulum baru di

Gunadarma, sampel ditentukan sebesar 100 mahasiswa, peneliti menentukan sampel awal 10

mahasiswa. Masing-masing mencari 1 orang mahasiswa lain untuk dimintai pendapatnya. Dan

seterusnya hingga diperoleh sampel dalam jumlah 100 mahasiswa

Kelebihan : Mudah digunakan

Kelemahan: Membutuhkan waktu yang lama

Page 16: Desain Studi n Sampling

3) Purposive Sampling

Merupakan teknik sampling yang satuan samplingnya dipilih berdasarkan pertimbangan

tertentu dengan tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang memiliki karakteristik atau kriteria

yang dikehendaki dalam pengambilan sampel. Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan

maksud dan tujuan yang diinginkan peneliti atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti

menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki atau mengetahui informasi yang

diperlukan bagi penelitian yang dia buat. Pengambilan sampel ini dapat dibagi dua yaitu judgment

sampling dan quota sampling:

Judgment sampling ialah teknik pengambilan sampling dimana sampel yang dipilih

berdasarkann penilaian peneliti bahwa dia atau seseorang yang paling baik jika dijadikan

sampel penelitiannya.

Contoh : misalnya dalam suatu perusahaan untuk memperoleh data tentang bagaimana satu proses

produksi direncanakan oleh suatu perusahaan, maka manajer produksi merupakan orang yang

terbaik untuk bisa memberikan informasi. Jadi, judment sampling umumnya memilih sesuatu atau

seseorang menjadi sampel karena mereka mempunyai “information rich”.

Quota sampling ialah teknik pengambilan sampling dalam bentuk distratifikasikan secara

proposional, namun tidak dipilih acak melainkan secara kebetulan saja.

Contoh : di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60% dan perempuan 40% . Jika seorang

peneliti ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua jenis kelamin tadi maka dia harus

mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18 orang sedangkan pegawai perempuan 12 orang.

Sekali lagi, teknik pengambilan ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan secara acak, melainkan

secara kebetulan saja.

4) Saturation Sampling / Sampling Jenuh

Metode pengambilan sampel dengan mengikutsertakan semua anggota populasi sebagai

sampel penelitian. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relative kecil, kurang dari 30 orang

atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.

Contoh: Akan diteliti mengenai pendapat mahasiswa terhadap pemberlakuan kurikulum baru di

Gunadarma, peneliti menentukan sampel dengan menambil seluruh mahasiswa aktif di Gunadarma

sebagai sampel penelitian

Kelebihan : Memerlukan waktu untuk pengumpulan data sampel

Kelemahan : Tidak cocok untuk populasi dengan anggotanya yang besar

5). Consecutive Sampling

Page 17: Desain Studi n Sampling

Merupakan non probability sampling yang paling mendekati probability sampling.

Consecutive sampling menjadi pilihan peneliti yang tidak mendapatkan kerangka sampel. Pada

consecutive sampling semua subyek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan

dimasukan kedalam penelitian sampai jumlah subyek terpenuhi. Cara ini merupakan cara yang

paling baik dan sering kali sebagai cara termudah dalam teknik non-probabilty sampling. Agar

pemmilihan subyek penelitian dapat menyerupai hasil dengan probability sampling, maka jangka

waktu dalam penelitian harus tidak terlalu pendek,tertama untuk penyakit yang di pengaruhi oleh

musim.

Contoh : seorang peneliti ingin meneliti kasus TB di poli TB RS ABC. Peneliti mengambil setiap

kedatangan pasien TB dengan no urut ganjil (atau urutan dari urut pertama) sebagai sampel sampai

dipenuhi sejumlah sampel. Kedatangan pasien dan nomor urut ganjil, dianggap mendekati prosedur

acak (diacak oleh alam).

Page 18: Desain Studi n Sampling