iiirepo.apmd.ac.id/675/1/skripsi deryanto kusuma adi... · 2019. 5. 16. · 1 bab i pendahuluan a....

60

Upload: others

Post on 27-Mar-2021

5 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama
Page 2: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama
Page 3: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

KARYA TULIS INI SAYA PERSEMBAHKAN UNTUK

ALM. BAPAK DANIEL PANDANGA

IBU

KELUARGA

DAN

ALMAMATER TERCINTA

Page 4: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah dan Yesus Kristus yang telah

memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun

dapat melaksanakan kewajiban terakhir sebagai mahasiswa umtuk melengkapi

persyaratan sarjana S-1 melalui skripsi yang bertitel: Peran Pendamping Desa

Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Wonokerto, Kecamatan Turi Kabupaten

Sleman, Daerah Istimewah Yogyakarta.

Intention is the key to success. Niat adalah kunci kesuksesan, itulah

ungkapan sederhana tetapi mengandung makna yang teramat dalam. Disebut

demikian karena untuk meraih kesuksesan haruslah ada niat yang kuat dengan

demikian apapun tugas kerja kita maka akan berjalan dan sukses. Penyusun

menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini tidaklah gampang atau semudah

yang di pikirkan maka dari itu kita perlu niat yang tinggi sehingga semuanya

dapat berjalan dan sukses.

Dalam kesempatan ini, penyusun ingin menyampaikan ucapan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah dan Yesus Kristus yang telah melimpahkan Rahmat, Berkat dan

Tuntunan-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Sutoro Eko Yunanto, M.si selaku Ketua STPMD “APMD

“Yogyakarta

3. Bapak Drs. YB. Widyo Hari Murdianto, M.Si selaku Ketua Program Studi

Ilmu Pemerintahan STPMD “APMD “Yogyakarta sekaligus Dosen

Pembimbing saya yang telah memberikan bimbingan skripsi saya.

Page 5: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

v

4. Kepala Desa Wonokerto, Perangkat Desa, Pendamping Desa dan seluruh

Lembaga desa serta masyarakat Wonokerto yang telah mengijinkan penulis

untuk melakukan wawancara, menggali informasi dalam penelitian dalam

rangka penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Alm. Daniel Pandanga dan Ibu Carolina Harobu selaku orang tua yang

selalu memberi dukungan baik secara moral dan moril. Elviana Ina Pandanga

S,Hut, Nikson Chen Hary, Calysta Hary, Adriana Ina Pandanga, Agus

Pandanga selaku saudara dan saudari saya yang juga selalu mendukung secara

moral dan selalu mendoakan saya.

6. Istri dan anak tercinta yang selalu menemani, menyemangati, mendoakan saya

dalam membuat skripsi ini.

Yogyakarta, 6 Maret 2019

Deryanto Kusuma Adi Pandanga

Page 6: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

vi

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama: Deryanto Kusuma Adi Pandanga

NIM: 12520018

Program Studi: Ilmu Pemerintahan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan disuatu perguruan tinggi dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang perna

ditulis yang diterbitkan oleh yang lain, kecuali secara tertulis dalam naskah ini

dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 25 Februari2019

Deryanto Kusuma Adi Pandanga

Page 7: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

vii

MOTTO

Intention Is The Key To Success

Page 8: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN....................................................................... iii

HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................. vi

DAFTAR ISI ................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi

SINOPSIS..................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 8

E. Kerangka Konseptual................................................................ 8

1. Pengertian Peranan ............................................................. 8

2. Pengertian Pendamping Desa .............................................. 11

3. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ................................ 15

4. Pengertian Pembangunan .................................................... 24

F. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 37

G. Metode Penelitian ..................................................................... 38

1. Jenis Penelitian ................................................................... 38

2. Unit analisis ........................................................................ 38

3. Metode Pengumpulan Data ................................................. 43

Page 9: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

ix

4. Teknik Analisis Data........................................................... 45

BAB II PROFIL DESA WONOKERTO ..................................................... 47

A. Sejarah Desa ............................................................................. 47

B. Geografis Desa.......................................................................... 49

C. Demografis ............................................................................... 51

D. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya ........................................ 57

E. Sarana dan Prasarana................................................................. 65

F. Pemerintahan Desa Wonokerto ................................................. 66

G. Pendamping Desa Kecamatan ................................................... 77

BAB III ANALISIS DATA PERANAN PENDAMPING DESA

KECAMATAN DALAM MENDAMPINGI PERENCANAAN

PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ... 79

A. Analisis Data............................................................................. 79

1. Mendampingi Desa Dalam Proses Perencanaan

Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa.... 79

2. Meningkatkan Prakarsa, Kesadaran, dan Partisipasi

Masyarakat Desa Dalam Pembangunan yang partisipatif ..... 86

3. Melakukan Peningkatan Kapasitas Bagi Pemerintah Desa

Dalam Hal Pembangunan Dan Pemberdayaan Masyarakat

Desa .................................................................................... 90

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 95

A. Kesimpulan ............................................................................... 95

B. Saran ......................................................................................... 96

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

x

DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Deskripsi informan secara umum ............................................... 39

Tabel I.2 Deskripsi informan menurut usia ............................................... 40

Tabel I.3 Deskripsi informan menurut jenis kelamin ................................. 41

Tabel I.4 Deskripsi informan menurut pekerjaan ...................................... 42

Tabel I.5 Deskripsi informan menurut tingkat pendidikan ......................... 42

Tabel II.1 Penggunaan Lahan Eksisting Desa Wonokerto .......................... 51

Tabel II.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan jenis kelamin ............................. 52

Tabel II.3 Jumlah Penduduk Dan Luas Wilayah Padukuhan....................... 53

Tabel II.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Struktur Umur ........................... 54

Tabel II.5 Jumlah penduduk berdasarkan Struktur Pendidikan ................... 55

Tabel II.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan mata Pencaharian ...................... 56

Tabel II.7 jumlah Organisasi Kemasyarakatan ........................................... 58

Tabel II.8 Sebaran fasilitas Ekonomi Desa Wonokerto............................... 61

Tabel II.9 Potensi Ekonomi Desa Wonokerto............................................. 62

Tabel II.10 Profil Pendamping desa Kecamatan ........................................... 78

Page 11: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

xi

SINOPSIS

Adanya suatu aturan atau kebijakan yang dibuat oleh pemerintah adalah

sebagai upaya untuk membagun dan mencapai kesejahteraan. Untuk mencapai

kesejahteraan tersebut maka kebijakan tersebut harus dijalankan dengan sebaik-

baiknya. Untuk itu pemerintah menetapkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa. Untuk pembangunan dan pemberdayaan Masyarakat. Kemudian

dituangkan dalam Peraturan Kementerian Desa No 3 Tahun 2015 tentang adanya

Pendamping Desa untuk membantu aparat desa dalam membangun masyarakat

desa yang lebih maju dan mandiri. Pendamping desa bertugas mengawal

pembangunan baik dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.

menciptakan proses pembangunan yang partisipatif serta melakukan

pemberdayaan terhadap masyarakat. Saat ini pemberdayaan masyarakat yang

dilakukan oleh Pendamping Desa sudah berjalan hampir 4 Tahun lamanya. Dan

untuk itu peneliti tertarik untuk mengkaji dan meneliti tentang peran pendamping

desa dalam pemberdayaan masyarakat sebagai bentuk dari implementasi

kebijakan pemerintah yang terdapat dalam Undang-Undang untuk kesejahteraan

masyarakat.

Adapun rumusan masalah yang diambil antara lain: 1) Bagaimana peran

pendamping desa mendampingi desa dalam proses perencanaan pembangunan

desa dan pemberdayaan masyarakat desa di Desa Wonokerto?, 2)Bagaimana

Peran Pendamping Desa dalam meningkatkatkan prakarsa, kesadaran, dan

partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan desa yang partisipatif di Desa

Wonokerto?, 3) Bagaimana Peran Pendamping Desa melakukan peningkatan

kapasitas bagi pemerintah desa dalam pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat desa di Desa Wonokerto?. Dalam penelitian ini saya menggunakan

penelitian deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data dengan 1). Wawancara,

2). Dokumentasi, 3). Tujuan dari penelitian deskriptif kualitatif adalah

mendeskripsikan peran pendamping desa dalam pemberdayaan masyarakat.

Tujuan ini juga menetukan bagaimana kita mengelolah hasil penelitian yaitu

dengan membuat analisisnya memakai metode penelitian ini.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti dapat

menarik kesimpulan di antaranya yaitu: 1) Pendampingan yang dilakukan oleh

Pendamping Desa Kecamatan kepada Pemerintah Desa Wonokerto sudah berjalan

dengan lancar dan Pemerintah Desa sudah memberika ruang atau kesempatan

kepada masyarakat untuk mengambil tindakan dalam keputusan melalui

musyawarah dusun (MUSDUS) dan musyawarah desa (MUSDES). 2)

Pendamping Desa Kecamatan dan Pemerintah Desa sudah melakukan pendekatan

dalam meningkatkan kesadaran, partisipasi masyarakat guna pembangunan yang

partisipatif. Tingkat partisipasi karang taruna yang masih jadi maslah dalam

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. 3) Pendamping Desa sudah

jalankan tugasnya dengan baik dalam hal peningkatan kapasitas pemerintah desa

dalam pembangunan dan pemberdayaan dan pemerintah dea pun sudah

melakukan peningkatan kapasitas kepada masyarakat guna pembangunan dan

pemberdayaan masyarakat.

Page 12: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,

selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan, kepentingan masyarakat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak

asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Desa atau sebutan lainnya yang sangat beragam di Indonesia pada

awalnya merupakan organisasi komunitas lokal yang mempunyai batas-batas

wilayah, dihuni oleh sejumlah penduduk dan mempunyai adat istiadat untuk

mengelola wilayahnya sendiri.

Desa sekarang ini sedang menjadi primadona. Banyak pihak yang dulu

skeptis melihat desa kini mulai melirik desa. Ada yang melihat desa semata

sebagai lokasi pemberdayaan serta pembangunan dengan beragam program

yang diusung, ada pula yang menjadikan desa sebagai basis transformasi nilai-

nilai menuju desa yang mandiri dan berdaulat.

Setelah sekian lama masyarakat desa serta elemen-elemen sosial dari

latar yang beragam antara lain pihak universitas, lembaga swadaya masyarakat

(LSM), komunitas pemerhati desa yang getol memperjuangkan desa agar desa

memiliki regulasi berupa payung hukum yang jelas dalam pengaturannya

Page 13: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

2

akhirnya mendapat kejelasan dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 Tentang Desa dipenghujung tahun 2013 silam.

Kehadiran undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa (UU Desa)

menendai babak baru dan perubahan dalam politik pembangunan nasional,

dimana Desa menjadi titik tumpuh yang mendapatkan perhatian serius.

UU Desa diyakini sebagai gerbang harapan menuju kehidupan berdesa

yang lebih maju.Sebagai dasar hukum bagi keberadaan Desa, UU Desa

mengonstruksi cara pandang baru praksis berdesa ( pemerintahan,

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa ).Desa dikukuhkan sebagai

subjek yang mengatur dan mengurus dirinya sendiri dalam arti lainnya dapat

dikatakan bahwa saat ini desa membangun yang artinya desa diharapkan

mampu mengatur dirinya sendiri.

Undang-Undang Desa mengandung semangat serta mendorong desa

menemukan kembali identitasnya setelah sekian lama desa dieksploitasi oleh

supra desa. Desa yang dihuni lebih dari 60 persen populasi dari republik ini

dari orde ke orde mengalami involusi, marginalisasi serta krisis multidimensi

berkepanjangan akibat ideologi developmentalisme yang dipraktikkan rejim

pemerintah. Dadang Juliantara (2002) menyebut tiga krisis yang menimpa

desa antara lain krisis keadilan, krisis produktivitas dan krisis demokrasi.

Sutoro Eko (2005), akademisi, peneliti sekaligus aktivis pemerhati

desa menggambarkan, desa terus mengalami involusi meski proyek-proyek

pembangunan dan bantuan dana terus menetes pada desa. Corpus besar

pemerintahan dan pembangunan di Indonesia menempatkan desa dalam posisi

Page 14: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

3

marginal. Desa menjadi obyek pengaturan, kebijakan, pembangunan,

eksploitasi kapital, “politik etis” atau tempat membuang bantuan. Keadilan

sosial tidak berpihak pada masyarakat desa. Akibatnya desa menderita

kemiskinan, keterbelakangan, ketidakberdayaan, ketergantungan dan

kedodoran menghadapi pertumbuhan kota.

Dengan demikian UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa mengandung

dua misi utama. Pertama, undang-undang desa berupaya melakukan koreksi

perlakuan terhadap desa pada masa lalu, dimana desa mengalami eksploitasi

dan marginalisasi secara sistematik. Kedua, regulasi tersebut berupaya

memproyeksi ke masa depan, membangkitkan desa dari keterpurukan agar

berdaya, berdaulat dalam mengambil keputusan politik pembangunan.

Substansi undang-undang desa tersebut kemudian diturunkan dalam

Peraturan Menteri Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pendampingan Desa.

Konsekuensinya ialah cara pandang, metode, praktik kerja dan SDM dituntut

untuk berubah, bangkit dan mampu meneruskan modalitas yang dimiliki untuk

melakukan pembaharuan desa. Aktor negara (disemua lini pemerintahan) dan

masyarakat sipil serta semua pelaku-pelaku ekonomi berinteraksi

menerjemahkan semangat pembaharuan desa agar lebih bermakna secara

praksis sehingga UU Desa mampu mencapai tujuan ideal.

Disinilah peran krusial pendamping desa sebagaimana tertuang dalam

UU Desa dan Peraturan Menteri Tentang Pendamping Desa. Pengalaman

selama ini menunjukkan, pendamping desa mampu mendinamisasi desa baik

dalam konteks diskursus dan praksis. Aktivis LSM, akademisi serta pekerja

Page 15: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

4

sosial paling tidak telah memberikan perspektif baru di level komunitas,

menyemai bibit keberdayaan sebagai pilar warga yang aktif dan kritis.

Berbagai kasus dan agenda lokal untuk beragam sektor terpecahkan dari

kehadiran pendamping desa.

Pendamping desa adalah kegiatan untuk melakukan tindakan

pemberdayaan masyarakat melalui asistensi, pengorganisasian, pengarahan

dan fasilitasi desa. Misi besar pendamping desa adalah pemberdayaan

masyarakat desa menjadi maju, kuat, mandiri dan demokratis. Kegiatan

pendampingan membentang dari pembangunan kapasitas pemerintah,

mengorganisasi dan membangun kesadaran kritis masyarakat. Selain itu juga

memfasilitasi pembangunan partisipatif, memfasilitasi dan memperkuat

musyawarah desa sebagai arena demokrasi dan akuntabilitas lokal hingga

mengisi kekosongan antara pemerintah dan masyarakat.Intinya pendampingan

desa adalah menciptakan suatu frekuensi yang sama antara pendamping

dengan yang didampingi.

Dengan hadirnya kebijakan penempatan pendamping desa sebagai

amanat Undang Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa maka hadirlah

peraturan menteri desa, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi No.

3 tahun 2015 tentang Pendamping Desa yang membahas mengenai

pendamping desa termasuk di dalamnya mengenai pemberdayaan masyarakat

yang menjadi fokus utama pendamping desa.Oleh karena itu para pendamping

desa harus mampu memahami apa yang menjadi tujuan dari pendampingan

mereka dan harus memahami apa yang menjadi amanat dalam Undang

Page 16: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

5

Undang desa agar fungsi pendampingan dapat berjalan secara maksimal dan

memenuhui target yang diharapkan pemerintah serta masyarakat.

Kendati demikian, realitas desa yang berubah dan dinamis dari masa

ke masa menutup kemungkinan menggunakan pendekatan atau pola lama bagi

para pendamping desa dalam mengadvokasi permasalahan desa yang semakin

kompleks.

Berangkat dari argumentasi-argumentasi di atas, penulis tertarik

meneliti peranan pendamping desa kaitannya dengan UU Desa dan Peraturan

Menteri Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pendampingan Desa dalam menjawab

tantangan-tantangan atau problematika yang melingkupi desa selama ini, serta

memberi kritik sekaligus membangun perspektif baru dalam diskursus

pendampingan desa demi terselenggaranya desa yang mandiri, otonom dan

berdaulat.

Adanya Pendamping Desa ini terutama yang bertugas dalam

pemberdayaan merupakan wujud dari pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang Desa, terdapat pada Bab 1 Ketentuan Umum yaitu pada

pasal 1 ayat 4 poin pertama berisikan tentang pemberdayaan masyarakat Desa

sebagai upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat

dengan meningkatkan pengetahuan sikap, keterampilan perilaku, kemampuan,

kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan,

program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan

prioritas kebutuhan masyarakat Desa.

Page 17: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

6

Secara umum, pemerintah desa belum memfasilitasi proses dan

pendekatan yang lebih partisipatif. Proses penetapan prioritas ini berdampak

pada penundaan atau tidak terlaksananya kegiatan pembangunan yang

menurut masyarakat dianggap sangat dibutuhkan. Demikian pula yang terjadi

di Desa Wonokerto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman. Masih minimnya

pemberdayaan masyarakat dan perorganisasian masyarakat dapat di lihat dari

peningkatan usaha dan kemandirian masyarakat yang masih rendah,

pengelolaan aset wisata yang tidak maksimal.

Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk membangun dan

memberdayakan masyarakat desa agar menjadi desa yang mandiri. Dengan

tingkat pemberdayaan yang tinggi, masyarakat desa akan mampu

menyelesaikan permasalahan dan urusan pemerintahannya sendiri. Dengan

keikutsertaan masyarakat dalam perencanaan pelaksanaan dan pengawasan

terhadap pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah desa diyakini

mampu meningkatkan kemakmuran dan menciptakan masyarakat yang

sejahtera. Maka pemerintah menugaskan pendamping desa untuk

mendampingi pemerintah desa dalam proses pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat desa.

Menurut Permendes No 3 Tahun 2015 ada tujuh tugas dari

Pendamping Desa yang ada di kecamatan, dari ketujuh tugas itu ada beberapa

tugas Pendamping Desa yang tidak sepenuh nya berjalan dengan lancar di

Desa Wonokerto yaitu dalam mendapinigi Desa dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pemantauan terhadap pembangunan dan pemberdayaan

Page 18: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

7

masyarakat Desa yang ada di Desa Wonokerto tersebut, kurangnya pantauan

dari Pendamping Desa dan partipasi masyarakat dalam pembangunan desa.

Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui sejauhmana peran dari pendamping

Desa dalam Mendampingi Desa Wonokerto dalam hal perencanaan,

pelaksanaan, dan pemantauan terhadap pembangunan yang parsipatif dan

peningkatan kapasitas bagi pemerintah desa dalam hal pembangunan dan

pemberdayaan masyarakat desa di Desa Wonokerto Kecamatan Turi

Kabupaten Sleman.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka penulis

merumuskan masalah yaitu sebagai berikut: “Bagaimana peranan Pendamping

Desa dalam mendampingi perencanaan pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk menggambarkan peranan dari Pendamping Desa dalam

perencanaan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

2. Untuk menggambarkan bagaimana peranan dari Pendamping Desa itu

sendiri dalam pembangunan desa yang partisipatif

3. Untuk menggambarkan sejauhmana peranan dari Pendamping Desa dalam

melakukan peningkatan kapasitas bagi pemerintah desa..

Page 19: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

8

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini, diharapkan dapat memperkaya

mengenai peranan Pendamping Desa mendampingi desa dalam

pembangunan desa yang partisipatif dan peningkatan kapasitas bagi

pemerintah desa, lembaga kemasyarakatan desa dalam hal pembangunan

dan pemberdayaan masyarakat desa yang ada di Desa Wonokerto,

Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman.

2. Manfaat Praktis

Memberikan tambahan pengetahuan kepada peneliti maupun

pembaca mengenai tugas dan fungsi dari Pendamping Desa dalam

melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat.

E. Kerangka Konseptual

Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, perlu mengemukakan

teori-teori sebagai kerangka berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana

penelitian menyoroti masalah yang dipilih. Sugiyono (2005: 55) menyatakan

bahwa landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar

yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba. Dalam penelitian ini

yang menjadi kerangka teorinya adalah sebagai berikut:

1. Pengertian Peranan

Dalam pengertian umum, peranan dapat diartikan sebagai

perbuatan seseorang atas sesuatu pekerjaan. Menurut Kamus Umum

Page 20: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

9

Bahasa Indonesia, Peranan adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang

dalam suatu peristiwa. Peran merupakan suatu aspek yang dinamis dari

suatu kedudukan (status). Peranan merupakan sebuah landasan persepsi

yang digunakan setiap orang yang berinteraksi dalam suatu kelompok atau

organisasi untuk melakukan suatu kegiatan mengenai tugas dan

kewajibannya. Dalam kenyataannya, mungkin jelas dan mungkin juga

tidak begitu jelas. Tingkat kejelasan ini akan menentukan pula tingkat

kejelasan peranan seseorang (Sedarmayanti, 2007: 33).

Menurut Sarwono (2014:215) teori peran (Role Theory) adalah

teori yang merupakan perpaduan berbagai teori, orientasi, maupun disiplin

ilmu. Selain dari psikologi, teori peranan berawal dari dan masih tetap

digunakan dalam sosiologi dan antropologi. Dalam ketiga bidang ilmu

tersebut, istilah peranan dari dunia teater. Dalam teater, seorang aktor

harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dalam posisinya sebagai

tokoh itu ia diharapkan untuk berperilaku secara tertentu.

Menurut Linton dalam Syam (2014:71) menggambarkan teori

peranan sebagai interaksi sosial di dalam lingkungan tertentu yang sudah

ditetapkan oleh 12 budaya. Sesuai dengan teori ini, peranan menuntun kita

untuk berperilaku di kehidupan sehari-hari. Maksudnya perilaku

ditentukan oleh peranan. Horoepoetri dkk (2003:79) menyebutkan

beberapa dimensi peranan sebagai berikut:

1. Peranan sebagai suatu kebijakan, penganut paham ini berpendapat

bahwa peranan merupakan suatu kebijaksanaan yang tepat dan baik

Page 21: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

10

untuk dilaksanakan.

2. Peranan sebagai strategi, penganut paham ini mengatakan bahwa peran

merupakan strategi untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat

(public support).

3. Peranan sebagai alat komunikasi. Peranan didayagunakan sebagai

instrument atau alat untuk mendapatkan masukan berupa informasi

dalam proses pengambilan keputusan.

4. Peranan sebagai alat penyelesaian sengketa, peranan didayagunakan

sebagai suatu cara utuk mengurangi atau meredam konflik melalui

usaha pencapaian consensus dari pendapat-pendapat yang ada.

5. Peranan sebagai terapi. Peranan dilakukan sebagai upaya masalah-

masalah psikologis masyarakat seperti halnya perasaan

ketidakberdayaan, tidak percaya diri dan perasaan bahwa diri mereka

bukan komponen penting dalam masyarakat.

Menurut Soekanto (2003: 243) peranan adalah aspek dinamis

kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan

kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu

peranan. Setiap orang memiliki macam-macam peranan yang berasal dari

pola-pola pergaulan hidup. Hal ini sekaligus berarti bahwa peranan

menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-

kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat dalam menjalankan suatu

peranan. Peranan mencakup tiga hal yaitu:

a) Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

Page 22: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

11

tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan

rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam

kehidupan masyarakat.

b) Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh

individu dalam masyarakat dalam organisasi.

c) Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku yang penting bagi

struktur sosial masyarakat.

2. Pengertian Pendamping Desa

Tenaga Pendamping Desa ialah sebuah jabatan dibawah naungan

kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi

Indonesia, yang ditugaskan untuk mendampingi pemerintah dalam

pemberdayaan masyarakat Desa dalam rangka mengimplementasikan

Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa. Yang dimaksud dengan

tenaga pendamping profesional ialah pendamping Desa sebagai mana yang

dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 47 Tahun

2015 perubahan atas peraturan pemerintah nomor 43 tahun 2014 tentang

peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa.

Dalam pasal 129 sebagai penjelasan dari pasal 128 ayat (2) yang dimaksud

tenaga pendamping profesional adalah:

a) Tenaga pendamping lokal Desa yang bertugas di Desa untuk

mendampingi Desa dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, kerja

sama Desa, pengembangan BUM Desa, dan pembangunan yang

berskala lokal Desa;

Page 23: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

12

b) Tenaga pendamping Desa yang bertugas di kecamatan untuk

mendampingi Desa dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, kerja

sama Desa, pengembangan BUM Desa, dan pembangunan yang

berskala lokal Desa;

c) Tenaga pendamping teknis yang bertugas di kecamatan untuk

mendampingi Desa dalam pelaksanaan program dan kegiatan sektoral;

dan

d) Tenaga ahli pemberdayaan masyarakat yang bertugas meningkatkan

kapasitas tenaga pendamping dalam rangka penyelenggaraan

Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, , pembinaan

kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.

Pendamping Desa yang dibantu oleh tenaga ahli infrastruktur dan

pemberdayaan menjalankan tugasnya mendampingi pemerintah Desa

dalam melaksanakan pembangunan Desa sesuai dengan tuntunan Undang-

Undang dan peraturan pemerintah Negara Republik Indonesia. Status

Pendamping Desa Pendamping Desa adalah tenaga pembantu, yaitu untuk

membantu pemerintah dalam melaksanakan tugasnya dalam pembangunan

Desa. Penyelenggaraan pemberdayaan dan pendampingan terhadap

masyarakat sejatinya adalah tugas pemerintah sesuai dengan ketentuan

Undang-Undang yakni 8 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

47 Tahun 2015. Pendamping Desa bukan pegawai negeri ataupun pejabat

publik, namun hanya sebagai tenaga kontrak yang ahli dan berkompeten

dalam bidang pendampingan dan pemberdayaan yang direkrut oleh

Page 24: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

13

Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi

republik Indonesia untuk ditugaskan membantu pemerintah mendampingi

Desa dalam mengimplementasikan Undang-Undang No 6 Tahun 2014

yakni tentang penyelenggaraan dan pembangunan Desa. Status

pendamping Desa ialah tenaga kontrak, yaitu pendamping Desa bekerja

dengan pemerintah dengan ikatan kontrak kerja yang memiliki jangka

waktu yang telah ditentukan. Pendamping Desa yang direkrut oleh

Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

Republik Indonesia melakukan kontrak kerja dengan pihak pemberi kerja

(pemerintah) melalui Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Artinya, apabila

sudah habis masa kontraknya maka tugas seorang pendamping Desa

dinyatakan selesai dan telah gugur kewajibanya untuk membantu Desa

dampinganya sesuai dengan ketentuan kontrak kerja yang dibuat dan

disepakati.

Terbentuknya pendampingan desa merupakan implementasi dari

UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa dan Permendes No 3 Tahun 2015.

Dalam Permendes No 3 Tahun 2015 pendampingan desa ialah kegiatan

untuk melakukan tindakan pemberdayaan masyarakat melalui asistensi,

pengorganisasian, pengarahan dan fasilitasi desa.

Secara defenisi operasional pendampingan adalah membantu

masyarakat baik individu maupun kelompok untuk menemukan

kemampuan yang ada pada diri mereka. Agar masyarakat mendapatkan

kecakapan untuk mengembangkan kemampuan hingga mencapai tujuan-

Page 25: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

14

tujuannya. Dalam hal ini pendampingan dilakukan demi untuk

kepentingan pihak yang didampingi bukan kepentingan orang yang

mendampingi atau mencari keuntungan demi kepentingan sendiri (Abdul

Katar, 2015).

Dalam Permendes No 3 Tahun 2015 tugas pendamping desa ialah

mendampingi desa dalam penyelenggaraan pembangunan desa dan

pemberdayaan masyarakat desa. Adapun tugas-tugasnya meliputi antara

lain:

a) Mendampingi desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan

terhadap pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.

b) Mendampingi desa dalam melaksanakan pengelolaan pelayanan social

dasar, pengembangan usaha ekonomi desa, pendayagunaan sumber

daya alam dan teknologi tepat guna, pembangunan sarana prasarana

desa dan pemberdayaan masyarakat desa.

c) Melakukan peningkatan kapasitas bagi pemerintahan desa, lembaga

kemasyarakatan desa dalam hal pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat desa.

d) Melakukan pengorganisasian di dalam kelompok-kelompok

masyarakat desa.

e) Melakukan peningkatan kapasitas bagi kader pemberdayaan

masyarakat desa dan mendorong kader-kader pembangunan desa yang

baru.

f) Mendampingi desa dalam pembangunan kawasan perdesaan secara

Page 26: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

15

partisipatif.

g) Melakukan koordinasi pendampingan di tingkat kecamatan dan

memfasilitasi laporan pelaksanaan pendampingan oleh Camat kepada

pemerintah daerah kabupaten/kota.

Tugas-tugas pendampingan tersebut kemudian diarahkan pada

tercapainya tujuan sebagaimana terkandung pada substansi UU Desa serta

Permendes No 3 Tahun 2015 berikut ini:

a) Meningkatkan kapasitas, efektivitas dan akuntabilitas pemerintahan

desa dan pembangunan desa.

b) Meningkatkan prakarsa, kesadaran dan partisipasi masyarakat desa

dalam pembangunan desa yang partisipatif.

c) Meingkatkan sinergi program pembangunan desa antarsektor.

d) Mengoptimalkan aset lokal desa secara emansipatoris.

3. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya”

yang berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut

maka pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya,

atau proses untuk memperoleh daya/ kekuatan/ kemampuan, dan atau

proses pemberian daya/ kekuatan/ kemampuan dari pihak yang memiliki

daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya.

Pengertian “proses” menunjukan pada serangkaian tindakan atau

langkah-langkah yang dilakukan secara kronologis sitematis yang

mencerminkan pertahapan upaya mengubah masyarakat yang kurang atau

Page 27: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

16

belum berdaya menuju keberdayaan. Proses akan merujuk pada suatu

tindakan nyata yang dilakukan secara bertahap untuk mengubah kondisi

masyarakat yang lemah, baik knowledge, attitude, maupun practice (KAP)

menuju pada penguasaan pengetahuan, sikap-perilaku sadar dan

kecakapan-keterampilan yang baik.

Makna “memperoleh” daya/ kekuatan/ kemampuan menunjuk pada

sumber inisiatif dalam rangka mendapatkan atau meningkatkan daya,

kekuatan atau kemampuan sehingga memiliki keberdayaan. Kata

“memperoleh” mengindikasikan bahwa yang menjadi sumber inisiatif

untuk berdaya berasal dari masyarakat itu sendiri. Dengan demikian

masyarakat yang mencari, mengusahakan, melakukan, menciptakan situasi

atau meminta pada pihak lain untuk memberikan daya/ kekuatan/

kemampuan.

Iklim seperti ini hanya akan tercipta jika masyarakat tersebut

menyadari ketidakmampuan/ ketidakberdayaan/ tidak adanya kekuatan,

dan sekaligus disertai dengan kesadaran akan perlunya memperoleh daya/

kemampuan/ kekuatan.

Makna kata “pemberian” menunjukkan bahwa sumber inisiatif

bukan dari masyarakat. Insisatif untuk mengalihkan daya/ kemampuan/

kekuatan, adalah pihak-pihak lain yang memiliki kekuatan dan

kemampuan, misalnya pemerintah atau agen-agen lainnya. Senada dengan

pengertian ini Prijono, dkk (1996: 77) menyatakan bahwa: pemberdayaan

mengandung dua arti.

Page 28: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

17

Pengertian yang pertama adalah to give power or authority,

pengertian kedua to give ability to or enable. Pemaknaan pengertian

pertama meliputi memberikan kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau

mendelegasikan otoritas kepada pihak yang kurang/ belum berdaya. Di sisi

lain pemaknaan pengertian kedua adalah memberikan kemampuan atau

keberdayaan serta memberikan peluang kepada pihak lain untuk

melakukan sesuatu.

Berbeda dengan pendapat Pranarka, Sumodiningrat

(Sumodiningrat, 2000 dalam Ambar Teguh, 2004: 78-79) menyampaikan:

pemberdayaan sebenarnya merupakan istilah yang khas Indonesia

daripada Barat. Di barat istilah tersebut diterjemahkan sebagai

empowerment, dan istilah itu benar tapi tidak tepat. Pemberdayaan yang

kita maksud adalah memberi “daya” bukan “kekuasaan” daripada

“pemberdayaan” itu sendiri. Barangkali istilah yang paling tepat adalah

“energize” atau katakan memberi “energi” pemberdayaan adalah

pemberian energi agar yang bersangkutan mampu untuk bergerak secara

mandiri.

Bertolak pada kedua pendapat diatas dapat dipahami bahwa untuk

konteks barat apa yang disebut dengan empowerment lebih merupakan

pemberian kekuasaan daripada pemberian daya. Pengertian tersebut sangat

wajar terbentuk, mengingat lahirnya konsep pemberdayaan di barat

merupakan suatau reaksi atau pergulatan kekuasaan, sedangkan dalam

konteks Indonesia apa yang disebut dengan pemberdayaan merupakan

Page 29: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

18

suatu usaha untuk memberikan daya, atau meningkatkan daya (Tri

Winarni, 1998: 75-76).

Berkenaan dengan pemaknaan konsep pemberdayaan masyarakat,

Winarni mengungkapkan bahwa inti dari pemberdayaan adalah meliputi

tiga hal yaitu pengembangan, (enabling), memperkuat potensi atau daya

(empowering), terciptanya kemandirian (Tri Winarni, 1998: 75).

Pada hakikatnya pemberdayaan merupakan penciptaan suasana

atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang

(enabling). Logika ini didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada

masyarakat yang sama sekali tanpa memiliki daya. Setiap masyarakat pasti

memiliki daya, akan tetapi kadang-kadang mereka tidak menyadari atau

daya tersebut masih belum diketahui secara eksplisit.

Oleh karena itu daya harus digali dan kemudian dikembangkan.

Jika asumsi ini berkembang maka pemberdayaan adalah upaya untuk

membangun daya, dengan cara mendorong, memotivasi dan

membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya

untuk mengembangkannya.

Di samping itu hendaknya pemberdayaan jangan menjebak

masyarakat dalam perangkap ketergantungan Pemberdayaan merupakan

suatu proses bertahap yang harus dilakukan dalam rangka memperoleh

serta meningkatkan daya sehingga masyarakat mampu mandiri (Tri

Winarni, 1998: 76).

Page 30: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

19

Pemberdayaan memiliki makna membangkitkan sumber daya,

kesempatan, pengetahuan dan keterampilan masyarakat untuk

meningkatkan kapasitas dalam menentukan masa depan mereka (Suparjan,

dkk 2003: 43).

Konsep utama yang terkandung dalam pemberdayaan adalah

bagaimana memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk

menentukan sendiri arah kehidupan dalam komunitasnya.

Pemberdayaan memberikan tekanan pada otonom pengambilan

keputusan dari suatu kelompok masyarakat. Penerapan aspek demokrasi

dan partisipasi dengan titik fokus pada lokalitas akan menjadi landasan

bagi upaya penguatan potensi lokal.

Pada aras ini pemberdayaan masyarakat juga difokuskan pada

penguatan individu anggota masyarakat beserta pranata-pranatanya.

Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan ini adalah menempatkan

masyarakat tidak sekedar sebagai obyek melainkan juga sebagai subyek.

Konteks pemberdayaan, sebenarnya terkandung unsur partisipasi

yaitu bagaimana masyarakat dilibatkan dalam proses pembangunan, dan

hak untuk menikmati hasil pembangunan. Pemberdayaan mementingkan

adanya pengakuan subyek akan (charity), pemberdayaan sebaliknya harus

mengantarkan pada proses kemandirian. (Tri Winari, 1998: 76).

Akar pemahaman yang diperoleh dalam diskursus ini adalah:

a) Daya dipahami sebagai suatu kemampuan yang seharusnya dimiliki

oleh masyarakat, supaya mereka dapat melakukan sesuatu

Page 31: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

20

(pembangunan) secara mandiri.

b) Pemberdayaan merupakan suatu proses bertahap yang harus dilakukan

dalam rangka memperoleh serta meningkatkan daya sehingga

masyarakat mampu mandiri (Tri Winarni, 1998: 76).

Pemberdayaan memiliki makna membangkitkan sumber daya,

kesempatan, pengetahuan dan keterampilan masyarakat untuk

meningkatkan kapasitas dalam menentukan masa depan mereka (Suparjan,

dkk, 2003: 43).

Konsep utama yang terkandung dalam pemberdayaan adalah

bagaimana memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk

menentukan sendiri arah kehidupan dalam komunitasnya.

Pemberdayaan memberikan tekanan pada otonom pengambilan

keputusan dari suatu kelompok masyarakat. Penerapan aspek demokrasi

dan partisipasi dengan titik fokus pada lokalitas akan menjadi landasan

bagi upaya penguatan potensi lokal. Pada aras ini pemberdayaan

masyarakat juga difokuskan pada penguatan individu anggota masyarakat

beserta pranata-pranatanya.

Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan ini adalah

menempatkan masyarakat tidak sekedar sebagai obyek melainkan juga

sebagai subyek.

Konteks pemberdayaan, sebenarnya terkandung unsur partisipasi

yaitu bagaimana masyarakat dilibatkan dalam proses pembangunan, dan

hak untuk menikmati hasil pembangunan. Pemberdayaan mementingkan

Page 32: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

21

adanya pengakuan subyek akan kemampuan atau daya (power) yang

dimiliki obyek. Secara garis besar, proses ini melihat pentingnya

mengalihfungsikan individu yang tadinya obyek menjadi subyek

(Suparjan, dkk, 2003: 44).

Menurut Djohani dalam Kusnadi, dkk (2005: 220), menyebutkan

pemberdayaan masyarakat dimaksudkan mengembangkan kemampuan

masyarakat agar secara berdiri sendiri memiliki keterampilan untuk

mengatasi masalah-masalah mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat

adalah upaya untuk menciptakan atau meningkatkan kapasitas masyarakat,

baik secara individu maupun berkelompok dalam memecahkan berbagai

persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan

kesejahteraannya.

Menurut Sunartiningsih (2004: 140), menyebutkan proses

pemberdayaan masyarakat yang dilakukan diharapkan mampu:

1) Menganalisis situasi yang ada dilingkungannya.

2) Mencari pemecahan masalah berdasarkan kemampuan dan

keterbatasan yang mereka miliki.

3) Meningkatkan kualitas hidup anggota.

4) Meningkatkan penghasilan dan perbaikan penghidupan di masyarakat.

5) Mengembangkan sistem untuk mengakses sumber daya yang

diperlukan.

Terdapat empat prinsip yang sering digunakan untuk suksesnya

program pemberdayaan yaitu prinsip kesetaraan, pasrtisipasi, keswadayaan

Page 33: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

22

atau kemandirian dan berkelanjutan ajiati dkk, 2005:54, adapun penjelasan

terhadap prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat tersebut ialah sebagai

berikut:

1) Prinsip Kesetaraan

Prinsip utama yang harus dipegang dalam proses

pemberdayaan masyarakat ialah adanya kesetaraan atau kesejajaran

kedudukan antara masyarakat dengan lembaga yang melakukan

program-program pemberdayaan masyarakat, baik laki-laki maupun

perempuan. Dinamika yang dibangun ialah hubungan kesetaraan

dengan mengembangkan mekanisme berbagai pengetahuan,

pengalaman, serta keahlian satu sama lain. Masing-masing saling

mengakui kelebihan dan kekurangan, sehingga terjadi proses saling

belajar.

2) Partisipasi

Program pemberdayaan yang dapat menstimulasi kemandirian

masyarakat ialah program yang sifatnya partisipatif, direncanakan,

dilaksanakan, diawasi dan dievaluasi oleh masyarakat. Namun untuk

sampai pada tingkat tersebut perlu waktu dan proses pendampingan

yang melibatkan pendamping yang berkomitmen tinggi terhadap

pemberdayaan masyarakat.

3) Keswadayaan

Prinsip keswadayaan ialah menghargai dan mengedepankan

kemampuan masyarakat dari pada bantuan pihak lain. Konsep ini tidak

Page 34: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

23

memandang orang miskin sebagai objek yang tidak berkemampuan

melainkan sebagai subjek yang memiliki kemampuan sedikit.

Mereka memiliki kemampuan untuk menabung pengetahuan

yang mendalam tentang kendala-kendala usahanya, mengetahui

kondisi lingkungannya, memiliki tenaga kerja dan kemauan serta

memiliki norma-norma bermasyarakat yang sudah lama dipatuhi.

Semua itu harus digali dan dijadikan modal dasar bagi proses

pemberdayaan. Bantuan dari orang lain yang bersifat materiil harus

dipandang sebagai penunjang sehingga pemberian bantuan tidak justru

melemahkan tingkat keswadayaannya.

4) Berkelanjutan

Program pemberdayaan perlu dirancang untuk berkelanjutan,

sekalipun pada awalnya peran pendamping lebih dominan dibanding

masyarakat sendiri. Tapi secara perlahan dan pasti, peran pendamping

akan makin berkurang, bahkan akhirnya dihapus, karena masyarakat

sudah mampu mengelola kegiatannya sendiri.

Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk

membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian

tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan

apa yang mereka lakukan tersebut. Lebih lanjut perlu ditelusuri apa

yang sesungguhnya dimaknai sebagai suatu masyarakat yang mandiri.

Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu kondisi yang

dialami masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan,

Page 35: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

24

memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi

mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan

mempergunakan daya dan kemampuan yang terdiri atas kemampuan

kognitif, konatif, psikomotorik, dengan pengerahan sumber daya yang

dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut, dengan

demikian untuk menuju mandiri perlu dukungan kemampuan berupa

sumber daya manusia yang utuh dengan kondisi kognitif, konatif,

psikomotorik dan afektif, dan sumber daya lainnya yang bersifat fisik-

material.

4. Pengertian Pembangunan

Teori pembangunan (community development teory) adalah

merupakan suatu proses perencanaan sosial (sosial paln) yang dilakukan

oleh birokrat perencanaan pembangunan, untuk membuat suatu perubahan

yang dapat mendatangkan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat,

sebagaiman dijelaskan oleh Arief Budiman dalam bukunya Agus Salim

yang berjudul perubahan sosial: sketsa teori dan metodologi kasus di

Indonesia adalah ukuran pencapaian hasil pembangunan paling tidak harus

mencapai lima unsur yang dapat dilihat secara objektif yaitu:

1) Pembangunan pada awalnya dilihat dalam kerangka pertumbuhan

ekonomi masyarakat disuatu negara. Pembangunan akan berhasil

dengan indikator bahwa pertumbuhan ekonomi masyarakat cukup

tinggi diukur dari produktivitas masyarakat disetiap tahun.

Page 36: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

25

2) Dicapainya pemerataan disuatu masyarakat dalam suatu negara,

ukuran yang dilakukan adalah memakai perhitungan indeks gini, yang

dapat mengukur adanya ketimpangan pembangian pendapat

masyarakat. Negara yang berhasil pembangunannya dengan demikian

adalah negara yang produktivitasnya tinggi, penduduk makmur, dan

sejahtera.

3) Kualitas kehidupan yang diukur dari tingkat kesejahteraan penduduk

disuatu negara dengan menggunakan tolak ukur PQLI (physical quality

of life indeks) yang berasal dari tiga indikator meliputi angka rerat

harapan hidup bayi setelah satu tahun, angka rerat jumlah kematian

bayi dan prosentasi buta huruf.

4) Kerusakan lingkungan harus pula diperhitungkan. Negara yang tinggi

produktivitasnya dapat berada pada sebuah proses kemiskinan

penduduknya. Hal itu bisa terjadi karena produktivitasnya yang tinggi

tidak memperdulikan dampak terhadap lingkungan. Lingkungan

semakin rusak, sumberdaya terkuras hebat padahal kecepatan alam

untuk merehabilitsi dirinya lebih lambat dibandingkan dengan proses

pengrusakan alam.

5) Pembangunan harus dapat menciptakan keadilan sosial dan

kesinambungan. Pembangunan yang sedang berlangsung sering kali

menghasilkan kondisi ketimpangan yang sangat mencolok bagi

masyarakatnya. Pembangunan yang membuat orang kaya semakin

kaya sementara orang miskin semakin terpuruk, kondisi ini jelas akan

Page 37: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

26

mendatangkan kerawanan bagi sebuah negara. Oleh karena itu

konfigurasi kekuatan sosial disuatu masyarakat akan mengarah kepada

kemungkinan pertentangan yang semakin menajam.

Pada hakekatnya, pengertian pembangunan secara umum pada

hakekatnya adalah proses perubahan yang terus menerus untuk menuju

keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma tertentu. Mengenai

pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-

macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja

diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu

dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara

umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses

untuk melakukan perubahan (Tjokrowinoto, Moejiarto. 2007:15), untuk

lebih jelasnya berikut ini disajikan pengertian pembangunan menurut

beberapa ahli.

Siagian (2008:21) memberikan pengertian tentang pembangunan

sebagai suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan

yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan

pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation

building), sedangkan Beratha (1991:36) memberikan pengertian yang

lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih

baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana. Pembangunan

(development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system

sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan

Page 38: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

27

teknologi, kelembagaan, dan budaya (Affandi, 1996:49). Portes (dalam

Affandi, 1996:50) mendefinisiskan pembangunan sebagai transformasi

ekonomi, sosial dan budaya. Sama halnya dengan Portes, menurut Deddy

T. Tikson (dalam Affandi 1996:50) bahwa pembangunan nasional dapat

pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara

sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan.

Sedangkan dalam pengertian ekonomi murni, pembangunan adalah

suatu usaha proses yang menyebabkan pendapatan perkapita masyarakat

meningkat dalam jangka panjang (Bintoro, 1978:13), dengan demikian,

proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat,

ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada level makro

(nasional) dan mikro. Makna penting dari pembangunan adalah adanya

kemajuan/perbaikan (progress), pertumbuhan dan diversifikasi.

Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas, pembangunan

adalah semua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya

secara sadar dan terencana (Trijono Lambang, 2007:73).

Pembangunan yang langsung tertuju kepada masyarakat telah

dimulai pada tahun 1950-an dan 1960-an, dimana di seluruh dunia muncul

dua macam pendekatan dalam pembangunan perdesaan, yaitu pendidikan

penyuluhan (extention education) dan pembangunan masyarakat

(community development). Di tahun 1966 Joseph Di Franco

membandingkan kedua macam pendekatan tersebut secara menyekuruh

berdasarkan tujuan, proses, bentuk organisasi dan prinsip–prinsipnya.

Page 39: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

28

Kesimpulannya adalah terdapat lebih banyak persamaannya dibandingkan

perbedaannya. Hal tersebut disebabkan karena kedua pendekatan

menginginkan perubahan perilaku dalam perilaku individu, pengembangan

masyarakat secara langsung berkewajiban memajukan pelayanan

pemerintah lokal (daerah) juga berkewajiban memajukan organisasi sosial

atau kelompok masyarakat (Daldjoeni, 2004:119).

Pada dekade tujuh puluhan timbul perubahan pendekatan terhadap

pembangunan. Siagian (2008:127), mendefiniskan pembangunan sebagai

upaya untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam mempengaruhi

masa depannya. Ada empat implikasi dari definisi tersebut, yaitu:

1. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan optimal manusia,

baik individu maupun kelompok.

2. Pembangunan berarti mendorong timbulnya kebersamaan, kemerataan

dan kesejahteraan.

3. Pembangunan berarti mendorong dan menaruh kepercayaan untuk

membimbing dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan yang ada

padanya kepercayaan ini dinyatakan dalam bentuk kesempatan yang

sama, kebebasan memilih dan kekuasaan memutuskan.

4. Pembangunan berarti mengurangi ketergantungan Negara yang satu

dengan Negara lain dan menciptakan hubungan saling menguntungkan

dan dihormati.

Menurut Undang Undang No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional Pasal 1 ayat 3, Sistem Perencanaan

Page 40: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

29

Pembangunan Nasional adalah kesatuan tata cara perencanaan

pembanunan untuk menghasilkan rencana–rencana pembangunan dalam

jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh

unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah.

Perencanaan Pembangunan dapat dilihat perbedanya dari segi jangka

waktu rencana (Tjokrowinoto, 2007:75), yaitu:

1. Rencana Jangka Panjang. Perencanaan ini meliputi jangka waktu 10

tahun keatas.

2. Rencana Jangka Menengah. Perencanaan ini meliputi jangka waktu

antara 3 sampai dengan 8 tahun.

3. Rencana Jangka Pendek. Perencanaan dengan jangka waktu setengah

sampai dengan 2 tahun.

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana

pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya–

sumberdaya yang ada dan bersama sama mengambil inisiatif

pembangunan daerah. Oleh karena itu pemerintah daerah beserta

partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumberdaya–

sumberdaya yang ada harus mampu menaksir potensi sumberdaya–

sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun

perekonomian daerah. Pembangunan daerah adalah seluruh pembangunan

yang dilaksanakan di daerah dan meliputi aspek kehidupan masyarakat,

dilaksanakan secara terpadu dengan mengembangkan swadaya gotong

royong serta partisipasi masyarakat secara aktif. Dalam hubungan ini

Page 41: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

30

pembangunan daerah diarahkan untuk memanfaatkan secara maksimal

potensi sumber daya alam dan mengembangkan sumber daya manusia

dengan meningkatkan kualitas hidup, keterampilan, prakarsa dengan

bimbingan dan bantuan dari pemerintah. Dengan demikian ciri pokok

pembangunan daerah adalah:

a. Meliputi seluruh aspek kehidupan

b. Dilaksanakan secara terpadu

c. Meningkatkan swadaya masyarakat

Pembangunan daerah dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Tujuan

pembangunan jangka pendek adalah menunjang atau mendukung

keberhasilan pembangunan proyek–proyek penunjang daerah. Tujuan

pembangunan jangka panjang adalah mengembangkan seluruh desa di

Indonesia menjadi desa swasembada melalui tahap–tahap desa swadaya

dan swakarya dan memperhatikan keserasian pembangunan daerah

pedesaan dan daerah perkotaan, imbangan kewajiban antara pemerintah

dan masyarakat serta keterpaduan yang harmonis antara program sektoral

atau regional dengan partisipasi masyarakat yang disesuaikan dengan

kebutuhan masyarakat setempat dalam rangka pemerataan pembangunan

di seluruh Indonesia (Hikmat, 2001:64)

Secara umum pembangunan desa berbentuk pembangunan fisik

dan pembangunan non fisik atau mental spiritual. Pembangunan fisik

dapat berupa pembangunan sarana dan prasarana, misalnya: jembatan,

Page 42: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

31

gorong–gorong, kebun percontohan, MCK, sarana ibadah, dan lain–lain.

Sedangkan pembangunan non fisik berupa pemberian kursus, penyuluhan

tentang kesehatan, kewirausahaan, penyuluhan tentang hidup sehat dan

lain–lain.

Oleh sebab itu dapat diketahui bahwa suatu perencanaan

pembangunan, khususnya perencanaan pembangunan desa sangat

membutuhkan pendekatan yang menyeluruh.Perencanaan pembangunan

desa merupakan perencanaan pembangunan yang dilakukan masyarakat

sendiri, dari dan untuk masyarakat sendiri, dengan pengarahan, bimbingan,

bantuan, dan pembinaan serta pengawasannya dilakukan oleh pemerintah.

Jadi, dengan proses pembangunan yang seperti ini apa yang menjadi

harapan dan keinginan masyarakat desa dapat terpenuhi dan diwujudkan

dalam bentuk nyata berlandaskan musyawarah. Musyawarah merupakan

salah satu asas dasar negara Indonesia. Musyarawah pembangunan yang

diadakan oleh Pemerintah Desa disebut Musyawarah Perencanaan

Pembangunan (Musrenbang) Desa

Musrenbang Desa dalam penjelasannya pada Buku 1 tentang

Panduan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa/

Kelurahan tahun 2008 adalah forum musyawarah tahunan para pemangku

kepentingan (stakeholder) menyepakati rencana kegiatan untuk tahun

anggaran berikutnya. Musrenbang desa/ kelurahan dilakukan setiap bulan

Januari untuk menyusun rencana kegiatan tahunan desa dengan mengacu/

memperhatikan kepada rencana pembangunan jangka menengah desa

Page 43: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

32

(RPJM Desa) yang sudah disusun. Musrenbang yang bermakna, akan

membangun kesepahaman tentang kepentingan dan kemajuan desa,

dengan memotret potensi dan sumber-sumberpembangunan yang tersedia

baik dari dalam desa sendiri maupun dari luar desa.Musrembang adalah

forum publik perencanaan (program) yang diselenggarakan oleh lembaga

publik yaitu pemerintah desa/ kelurahan bekerjasama dengan warga dan

para pemangku kepentingan.Penyelenggaraan musrenbang merupakan

salah satu tugas pemerintah desa/ kelurahan untuk menyelenggarakan

urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

Penyusunan Perencanaan Pembangunan Desa disusun secara

berjangka yang meliputi:

a) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu

6(enam) tahun, dan

b) Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut rencana kerja

pemerintah Desa, merupakan penjabaran dari rencana pembangunan

jangka menengah Desa untuk jangka waktu 1(satu) tahun.

Menurut Hanafiah (1892), pengertian pembangunan mengalami

perubahan karena pengalaman pada tahun 1950-an sampai tahun 1960-an

menunjukkan bahwa pembangunan yang berorientasi pada kenaikan

pendapatan nasional tidak bisa memecahkan masalah pembangunan. Hal

ini terlihat dari taraf hidup sebagian besar masyarakat tidak mengalami

perbaikan kendatipun target kenaikan pendapatan nasional pertahun

Page 44: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

33

meningkat. Dengan kata lain, ada tanda-tanda kesalahan besar dalam

mengartikan istilah pembangunan secara sempit.

Akhirnya disadari bahwa pengertian pembangunan itu sangat luas

bukan hanya sekadar bagaimana menaikkan pendapatan nasional saja.

Pembangunan ekonomi itu tidak bisa diartikan sebagai kegiatan-kegiatan

yang dilakukan negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf

hidup masyarakatnya.

Berbagai sudut pandang dapat digunakan untuk menelaah

pembangunan pedesaan. Menurut Haeruman ( 1997 ), ada tiga sisi

pandang untuk menelaah pedesaan, yaitu:

a) Pembangunan pedesaan dipandang sebagai suatu proses alamiah yang

bertumpu pada potensi yang dimiliki dan kemampuan masyarakat

Desa itu sendiri. Pendekatan ini meminimalkan campur tangan dari

luar sehingga perubahan yang diharapkan berlangsung dalam rentang

waktu yang panjang.

b) Sisi yang lain, memandang bahwa pembangunan pedesaan sebagai

suatu interaksi antar potensi yang dimiliki oleh masyarakt Desa dan

dorongan dari luar untuk mempercepat pemabangunan pedesaan.

c) Pembangunan Desa adalah proses kegiatan pembangunan yang

berlangsung diDesa yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan

penghidupan masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomer: 72 tahun 2005 Tentang Desa sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) bahwa perencanaan pembangunan Desa disusun secara

Page 45: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

34

partisipatif oleh pemerintahan Desa sesuai dengan kewenangannya dan

menurut ayat (3) bahwa dalam menyusun perencanaan pembangunan

Desa wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan Desa.

Dalam merealisasikan pembangunan desa agar sesuai dengan apa

yang diharapkan perlu memperhatikan beberapa pendekatan dengan ciri-

ciri khusus yang sekaligus merupakan identitas pembangunan desa itu

sendiri, seperti yang dikemukakan oleh Kansil (dalam Todaro dan Smith,

2006:251) yaitu:

1) Komprehensif multi sektoral yang meliputi berbagai aspek, baik

kesejahteraan maupun aspek keamanan dengan mekanisme dan sistem

pelaksanaan yang terpadu antar berbagai kegiatan pemerintah dan

masyarakat.

2) Perpaduan sasaran sektoral dengan regional dengan kebutuhan

essensial kegiatan masyarakat.

3) Pemerataan dan penyebarluasan pembangunan keseluruhan pedesaan

termasuk desa-desa di wilayah kelurahan.

4) Satu kesatuan pola dengan pembangunan nasional dan regional dan

daerah pedesaan dan daerah perkotaan serta antara daerah

pengembangan wilayah sedang dan kecil.

5) Menggerakkan partisipasi, prakarsa dan swadaya gotong royong

masyarakat serta mendinamisir unsur-unsur kepribadian dengan

teknologi tepat waktu.

Page 46: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

35

Ciri Ciri Dan Prinsip Pembangunan Desa Menurut Pedoman

peningkatan kapasitas pemerintahan desa (2004:157) Perencanan

Pembangunan Desa Bersama Masyarakat (PPDBM) adalah model

perencanaan pembangunan skala lingkungan dari, oleh, dan untuk

masyarakat yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Perencanaan

Perencanan adalah serangkaian kegiatan mulai dari

indentifikasi kebutuhan masyarakat sampai dengan penetapan program

pembangunan.

2) Pembangunan skala lingkungan

Pembangunan skala lingkungan adalah semua program

peningkatan kemakmuran, kesejahteraan, ketentraman, dan kedamaian

masyarakat dilingkungan pemukiman tingkat Rt, Rw, dusun atau desa.

3) Dari masyarakat

Dari masyarakat artinya adalah adalah bertumpu pada masalah,

kebutuhan, aspirasi, usulan, dan sumber daya masyarakat setempat.

4) Oleh masyarakat

Oleh masyarakat artinya adalah mengikut sertakan warga dan

kelembagaan masyarakat setempat.

5) Untuk masyarakat

Untuk masyarakat artinya adalah menghasilkan program

pembangunan yang berdampak peningkatan kemakmuran,

kesejahteraan, ketentraman, dan kedamaian masyarakat.

Page 47: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

36

Sedangkan menurut Sojogyo dan Sagojo (1996:136) pembangunan

desa harus dilakukan secara menyeluruh terpadu dan terkoordinasi.

Berdasarkan hal tersebut maka terdapat pokok-pokok rumusan dalam

pembangunan desa yaitu:

1. Prinsip-prinsip pembangunan desa meliputi:

a) Imbangan kewajiban yang serasi antara pemerintah dengan

masyarakat.

b) Dinamis dan berkelanjutan.

c) Menyeluruh, terpadu dan terkoordinasikan.

2. Pokok-pokok kebijaksanaan pembangunan Desa antara lain:

a) Pemanfaatan Sumber Daya Manusia dan potensi alam.

b) Pemenuhan kebutuhan esensial masyarakat.

c) Peningkatan prakarsa dan swadaya gotong-royong masyarakat.

d) Peningkatan kehidupan ekonomi yang koorperatif.

3. Sasaran Pembangunan Desa

Menjadikan semua desa-desa diseluruh wilayah Indonesia

memiliki tingkat klasifikasi desa swasembada yaitu desa yang

berkembang dimana taraf hidup dan kesejahteraan masyarakatnya

menunjukkan kenyataan yang makin meningkat.

4. Obyek dan Subyek Pembangunan

Yang menjadi objek pembangunan adalah desa secara

keseluruhan yang meliputi segala potensi manusia, alam dan

teknologinya, serta yang mencakup segala aspek kehidupan dan

Page 48: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

37

penghidupan yang ada di desa. Usaha pembangunan desa juga

diarahkan kepada menjadikan desa itu bukan saja sebagai obyek tetapi

juga sebagai subyek pembangunan yang mantap.

Tujuan perencanaan pembangunan sebagai berikut:

1) Mengkoordinasikan antar pelaku pembangunan.

2) Menjamin sinkronisasi dan sinergi dengan pelaksanaan pembangunan

daerah.

3) Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,

penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan.

4) Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.

5) Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya Desa secara efisien,

efektif, berkeadilan dan berkelanjutan.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dapat mempertegas fokus kajian dan

subyek penelitian. Fokus penelitian yang di maksud dalam hal ini adalah

terkait dengan peran pendamping desa dalam pemberdayaan masyarakat desa

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Desa dan Permendes No 3 Tahun

2015 di Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, DIY sebagai

berikut:

a) Mendapingi desa dalam proses perencanaan pembangunan desa dan

pemberdayaan masyarakat desa.

b) Meningkatkan prakarsa,kesadaran dan partisipasi masyarakat desa dalam

Page 49: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

38

pembangunan desa yang partisipatif.

c) Melakukan peningkatan kapasitas bagi pemerintah desa dalam hal

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan jenis penelitian

deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif

yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan prilaku yang dapat

diamati. Penelitian kualitatif juga merupakan suatu pendekatan induktif

untuk penyusunan pengetahuan yang menggunakan riset dan menekankan

subjektifitas serta arti pengalaman bagi individu (Brockopp, Marie T,

Hastings-Tolsma, 2000).

2. Unit analisis

1) Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, lokasi yang diambil untuk melakukan

penelitian adalah Desa Wonokerto,Kecamatan Turi, Kabupaten

Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

2) Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah Peranan Pendamping Desa

Kecamatan Dalam Perencanaan Pembangunan dan Pemberdayaan

Page 50: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

39

Masyarakat Desa di Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten

Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

3) Subyek Penelitian

Penelitian ini mengambil tempat atau lokasi di Desa

Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Turi, DIY. Teknik

pengambilan informan atau narasumber tidak di batasai, tetapi

diisesuaikan dengan kebutuhan dan kelengkapan data. Teknik

penentuan informan dilakukan dengan teknik purposive yakni

mengambil informan berdasarkan pihak-pihak yang terkait untuk

menjadikan sumber data yang akan diperlukan. Adapun identitas

informan dapat dikategorikan sebagai berikut:

a. Distribusi Informen secara umum

Tabel I.1

Deskripsi informan secara umum

No Nama Umur Jenis

Kelamin Pekerjaan Pendidikan

1 Tomon 49 tahun Laki-laki Kepala Desa D3

2 Widodo 47 tahun Laki-laki Perangkat Desa SLTA

3 Bambang 46 tahun Laki-laki Perangkat Desa SLTA

4 Eko wahyudi 51 tahun Laki-laki Perangkat Desa S.1

5 Ariyanto 37 tahun Laki-laki Pendampig Desa S.1

6 Sariyo 66 tahun Laki-laki Tokoh Masyarakat SLTA

7 Marjuni 47 tahun Laki-laki Tokoh Masyarakat SLTA

8 Sulastri 36 tahun Perempuan Tokoh Masyarakat S.1

9 Jumingin 52 tahun Laki-laki Masyarakat SLTA

10 Sari 48 tahun Perempuan Masyarakat SLTP

Sumber data primer 2018

Page 51: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

40

Berdasarkan deskripsi informan dari tabel I.1 yang

diperoleh langsung dari informan saat di wawancarai maka dapat

diketahui bahwa jumlah keseluruhan informan adalah 10 orang

dengan varian umur dari 30 sampai 60 tahun dan mayoritas bekerja

sebagai perangkat desa dan tokoh masyarakat serta berpendidikan

SLTP hingga S1.

b. Deskripsi Informan Menurut Umur dan Jenis kelamin

Berdasarkan data yang diperoleh dari informan maka

peneliti memperoleh identitas informan. Maka data yang didapat

dari informan dapat dilihat pad tabel berikut ini:

Tabel I.2

Deskripsi informan menurut usia

No Kelompok Umur Jumlah Persentase ( % )

1 30-40 2 orang 20 %

2 41-50 5 orang 50 %

3 51-60 2 orang 20%

4 61 keatas 1 orang 10%

Sumber data primer 2018

Berdasarkan dari tabel I.2 tersebut maka dapat dilihat

deskripsi informan berdasarkan golongan usia, di dominasi oleh

golongan informan berusia 41 tahun ke atas dengan presentase 50

%. Hal ini karena saat melakukan penelitian melakukan wawancara

tanpa disengaja sudah berumur 41 tahun ke atas.

Page 52: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

41

Melihat usis informan yang di dominasi oleh golongan usia

41 tahun ke atas, diharapakan mereka dapat memberikan informasi,

data ataupun pengalaman tentang pendamping desa dalam

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa di Desa

Wonokerto.

Tabel I.3

Deskripsi informan menurut jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase ( % )

1 Laki-laki 8 80 %

2 Perempuan 2 20%

Jumlah 10 100 %

Sumber data primer 2018

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel I.3 mengenai

deskripsi informan berdasarkan jenis kelamin, maka dapat

disimpulkan mayoritas di dominasi oleh kelompok berjenis

kelamin laki-laki didasarkan keseluruhan informan yang

diwawancarai sebagai informan saat melaksanakan penelitian di

Dsa Wonokerto yang secara kebetulan di dominasi oleh laki-laki.

Walaupun di dominasi oleh kelompok laki-laki diharapkan dapat

memberikan informasi, data dan gambaran tentang permasalahan

yang menjadi tujuan penelitian.

Page 53: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

42

c. Deskripsi informan menurut pekerjaan

Tabel I.4

Deskripsi informan menurut pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1 Kepala Desa 1 10 %

2 Perangkat Desa 3 30 %

3 Pendamping Desa 1 10 %

4 Tokoh Masyarakat 3 30 %

5 Masyarakat ( Petani ) 2 20 %

Jumlah 10 100 %

Sumber data primer 2018

Berdasarkan dari apa yang telah disajikan di dalam tabel I.4

tersebut, mengenai deskripsi informan berdasarkan pekerjaan

masing-masing informan. Maka dapat disimpulkan keseluruhan

informan di dominasi oleh informan yang bekerja sebagai

perangkat desa dan tokoh masyarakat.

d. Deskripsi informan menurut tingkat pendidikan

Tabel I.5

Deskripsi informan menurut tingkat pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 SLTP 1 10 %

2 SLTA 5 50 %

3 D3 1 10 %

4 S1 3 30 %

Jumlah 10 100 %

Sumber data primer 2018

Kemudian selanjutnya distribusi informan berdasarkan

tabel I.5 tersebut, mengenai deskripsi informan berdasarkan

Page 54: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

43

golongan pendidikan. Maka dapat disimpulkan bahwa hampir

semua informan yang di wawancarai dalam penelitian ini di

dominasi oleh orang-orang yang berpendidikan terakhir SLTA

/SMA dengan jumlah total 5 orang kalau di presentase 50 % dari

total keseluruhan informan. Berdasarkan kesimpulan dari tabel

III.5 mayoritas informan yang di dominasi oleh kelompok

pendidikan SMA dikarenakan saat wawancara, mayoritas informan

secara kebetulan berdasarkan jawaban yang diberikan para

informan berpendidikan akhir SMA. Dengan pendidikan akhir

yang di kenyam oleh informan diharapkan para informan dapat

memberikan informasi, data atau gambaran tentang hal yang

diteliti yaitu peran pendamping desa kecamatan dalam

pemberdayaan masyarakat di Desa Wonokerto.

3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik:

a. Observasi

Metode ini menggunakan pengamatan atau penginderaan

langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses atau perilaku.

Pengumpulan data dengan menggunakan alat indera dan diikuti dengan

pencatatan secara sistematis terhadap gejala-gejala/fenomena yang

diteliti.Observasi dilakukan bila belum banyak keterangan yang

dimiliki tentang masalah yang diselidiki.Dari hasil observasi, dapat

Page 55: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

44

diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang masalahnya dan mungkin

petunjuk-petunjuk tentang cara memecahkan. Penggunaan metode

observasi dalam penelitian ini, sesuai yang dikemukakan oleh Blak dan

Champion (1999: 286-287), antara lain: pertama, untuk mengamati

fenomena sosial-keagamaan sebagai peristiwa aktual yang

memungkinkan peneliti memandang fenomena tersebut sebagai proses;

kedua, untuk menyajikan kembali gambaran dari fenomena sosial-

keagamaan dalam laporan penelitian dan penyajiannya; dan ketiga,

untuk melakukan eksplorasi atas setting sosial di mana fenomena itu

terjadi.Sementara H.B. Sutopo (1997:10-11). Mengemukakan bahwa

teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang

berupa peristiwa, tempat, lokasi dan benda serta rekaman gambar.

Observasi dapat dilakukan, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Observasi langsung dapat mengambil peran maupun tidak

berperan. Spradley (1980), menjelaskan bahwa peran peneliti dalam

metode observasi dapat dibagi menjadi: (1). Tak berperan sama sekali,

(2). Berperan aktif, (3). Berperan pasif, dan (4). Berperan penuh,

dalam arti peneliti benar-benar menjadi warga atau anggota kelompok

yang sedang diamati.

b. Wawancara

Sedangkan penggunaan wawancara mendalam (dept interview)

dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data primer dari

Page 56: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

45

subyek penelitian dengan cara wawancara mendalam yang tidak

berstruktur, dengan pertimbangan supaya dapat berkembang sesuai

dengan kepentingan penelitian.Menurut Hadawi Nawawi. Interview

adalah usaha untuk mengumpulkan informasi dengan mengajukan

sejumlah pertanyaan secara lisan.(Hanawi,1983:63)

c. Dokumentasi

Dokumen menurut bahasa inggris berasal dari kata document

yang memiliki arti suatu yang tertulis atau tercetak dan segala benda

yang mempunyai keterangan-keterangan dipilih untuk di kumpulkan,

disusun, di sediakan atau untuk disebarkan.Pengertian dokumen

menurut Louis Gottschalk (1986;38)Dokumen merupakan sumber

tertulis bagi informasi sejarah sebagai kebalikan daripada kesaksian

lisan,artefak,peninggalan-peninggalan terlukis dan petilasan-petilasan

arkeologis.Dokumen diperuntukan untuk surat-surat resmi dan surat-

surat Negara seperti surat perjanjian,undang-undang,hibah dan

konsesi.Dokumen dalam ari luas merupakan proses pembuktian yang

didasarkan atas sumber jenis apapun,baik yang bersifat tulisan, lisan,

gambaran atau arkeologis.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif

yang dilakukan secara induktif dan interpretatif yaitu, sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. (Bondan dan

Page 57: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

46

Taylor, Ibid hal 3).

Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara

holistic (utuh).

Analisis data dilakukan secara induktif dengan alasan:

a. Proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan ganda

sebagaimana yang terdapat dalam data.

b. Analisis induktif akan lebih dapat membuat hubungan peneliti dengan

informan menjadi eksplisit dan dapat dikenal.

c. Dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat tidaknya menemukan

pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan dan yang

terakhir dapat menghitung niali-nilaisecara eksplisit sebagai bagian

dari struktur analistik. (Lexy J.Moleong, Ibid. Hal.5).

Page 58: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

47

BAB II

PROFIL DESA WONOKERTO

A. Sejarah Desa

Desa Wonokerto berdiri pada tahu 1947 yang merupakan pengabungan

dari 4 Kalurahan yaitu, Kalurahan Tunggularum, Kalurahan Ledok Lempong

dan Kalurahan Dadapan . Sejarah Desa Wonokerto dibagai menjadi 5

kategori:

1. Tahun 1947 - 1954

Pada tahun tersebut dipimpin oleh Bapak Niti Pawiro, pusat

pemerintaan desa berada di Padukuhan Dadapan menempati Rumah Bapak

Lurah Niti Pawiro. Pada masa tersebut pembangunan desa belum dapat

dilaksanakan sebagaimana mestinya dikarenakan terbatasnya dana dan

situasi masih dalam gejolak kemananan.

2. Tahun 1954-1961

Pada tahun tersebut Desa Wonokerto dipimpin oleh Wiro

Sudarmo, Kantor Pemerintahan Desa berada di Padukuhan Sangurejo.

Pada masa tersebut telah dirintis pembangunan jalan, jembatan saluran air

dan pembuatan lapangan Punthuk

3. Tahun 1962-1996

Pada masa tersebut Desa Wonokerto dipimpin oleh Bapak Sastro

Diharjo, awal kepemimpinannya Kantor Kepala Desa Wonokerto masih di

Rumah Bapak Lurah Desa yaitu di Nganggrung Lor Wonokerto Turi

Page 59: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

48

Sleman dan sedangkan mulai tahun 1968 Kantor Desa Wonokerto pindah

di Dusun Imorejo, Wonokerto, Turi. Hasil-hasil Pembangunan:

a. Pembangunan Saluan air Bedhog Krasak, Sempu Baru, Sempu I dan

Pandan Arum

b. Pembangunan jalan Tembus Imorejo – Kiringan

c. Pembangunan jalan Sempu- Kaliurang

d. Pembangunan jalan Nganggrung – Garongan

e. Pembangunan SD Banyuurip I dan II, SD Ngangrung I dan II, SD Muh

Balerante,

f. Pembangunan Gedung Kantor Desa dan Barak pengungsian

g. Pembangunan Puskesmas Pembantu

4. Tahun1996 – 2004

Kepala Desa Dijabat Oleh Bapak Suhartono. Hasil-hasil

pembangunan antara lain:

a. Rehab Pasar Desa

b. Pembangunan Kios Desa

c. Pembangunan Pasar Ikan

5. Tahun 2005 -2015

Kepala Desa Dipimpin oleh Bapak Kasidi. Hasil-hasil

pembangunan antara lain:

a. Pembangunan Gedung Kantor Desa

b. Pembuatan Pendopo Kantor Desa Wonokerto

Page 60: iiirepo.apmd.ac.id/675/1/SKRIPSI DERYANTO KUSUMA ADI... · 2019. 5. 16. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

49

6. Tahun 2016- sampai sekarang

Kepala Desa dipimpin oleh Bapak Tomon . hasil-hasil

pembangunan antara lain:

a. Desa wisata

b. Rehab pasar ikan

B. Geografis Desa

Secara administratif Desa Wonokerto merupakan salah satu desa yang

berada di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta. Wilayah Desa Wonokerto memiliki batas-batas dengan wilayah

sebagai berikut:

1. Sebelah Utara: Desa Girikerto Kecamatan Turi

2. Sebelah Timur: Desa Girikerto Kecamatan Turi

3. Sebelah Selatan: Desa Wonokerto Kecamatan Turi

4. Sebelah Barat: Desa Srumbung Kabupaten Magelang, Jawa Tengah

Luas wilayah Desa Wonokerto 1.002,9 Ha, yang terdiri dari wilayah

untuk sawah/pertanian, ladang/tegalan, perkebunan, permukiman, industri,

perdagangan dan jasa, hutan rakyat dan lain-lain. Adapun perinciannya dapat

dilihat dalam tabel sebagai berikut: