dermatitis statis

13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Kulit 2.1.1 Lapisan Kulit Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang essensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. 1 Gambar 1. Anatomi Kulit Pembagian kulit secara garis besar terdiri dari 3 lapisan utama, yaitu : 1 6

Upload: shinta-lisseva

Post on 15-Dec-2015

36 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

kulit dan kelamin

TRANSCRIPT

Page 1: Dermatitis Statis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Kulit

2.1.1 Lapisan Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang essensial dan vital serta

merupakan cermin kesehatan dan kehidupan.1

Gambar 1. Anatomi Kulit

Pembagian kulit secara garis besar terdiri dari 3 lapisan utama, yaitu :1

1. Lapisan epidermis

a. Stratum korneum (lapisan tanduk); terdiri dari sel-sel gepeng mati, tak

berinti dan protoplasma menjadi keratin

b. Stratum lusidum; terdiri dari sel-sel gepeng mati, tak berinti dan

protoplasma menjadi protein eleidin

6

Page 2: Dermatitis Statis

c. Startum granulosum (lapisan keratohialin); sel-sel gepeng berbutir kasa

dan berinti

d. Stratum spinosum; sel- sel yang mengalami mitosis, terdapat sel

langerhans

e. Stratum basale; sel-sel yang mengalami mitosis, berfungsi reproduktif

dan mengandung melanosit

2. Lapisan dermis

a. Pars papilare; bagian yang menonjol ke arah lapisan epidermis, berisi

ujung serabut saraf dan pembuluh darah.

b. Pars retikulare; bagian di bawahnya yang menonjol ke arah lapisan

subkutan, berisi serabut-serabut penunjang seperti kolagen, elastin dan

retikulin.

3. Lapisan subkutis; terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di

dalamnya, yang berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat

ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening.

2.1.2 Faal Kulit1

1. Proteksi; kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau

mekanis dengan bantalan lemak, melanosit (tanning), keratinisasi (barrier)

2. Absorpsi; permeable tehadap O2, CO2 dan uap air sehingga mengambil bagian

dalam fungsi respirasi

3. Ekskresi; kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau

sisa metabolism dalam tubuh berupa NaCl, Urea, asam urat dan ammonia.

7

Page 3: Dermatitis Statis

4. Persepsi; terdapat ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.

a. Badan Ruffini panas

b. Badan Krause dingin

c. Badan taktil Meissner rabaan

d. Badan Merkel Ranvier rabaan

e. Badan Veter Paccini tekanan

5. Pengaturan suhu tubuh; dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan

(otot berkontraksi) pembuluh darah kulit.

6. Pembentukan pigmen; melanosom yang dibentuk oleh melanosit tergantung

pajanan sinar matahari.

7. Keratinisasi; berlangsung selama 14-21 hari dan dapat membantu peranan

perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologis.

2.2 Dermatitis Statis

2.2.1 Definisi

Dermatitis stasis adalah dermatitis sekunder akibat insufiensi kronik vena

(hipertensi vena) tungkai bawah.1

Dermatitis stasis merupakan penyakit inflamasi kulit yang sering terjadi di

ekstremitas bawah (tungkai) pada pasien dengan insufisiensi dan hipertensi vena.2

2.2.2 Epidemiologi2

Dermatitis Stasis lebih banyak terjadi pada wanita usia pertengahan atau

lanjut, kemungkinan karena efek hormonal serta kecenderungan terjadinya

trombosis vena dan hipertensi saat kehamilan.

8

Page 4: Dermatitis Statis

Insidens pada wanita lebih banyak menderita dari pada pria.

Dijumpai pada orang dewasa dan orang tua, tidak pada anak-anak.

Banyak terjadi pada orang gemuk,

Banyak berdiri

Banyak melahirkan (multipara).

2.2.3 Etiopatogenesis

Mekanisme timbulnya dermatitis statis ini masih belum jelas. Ada beberapa

teori yang menjelaskan mekanisme timbulnya dermatitis stasis, yaitu :1,3,4

1. Meningkatnya tekanan hidrostatik dalam sistem vena, terjadinya kebocoran

fibrinogen masuk kedalam dermis. Selanjutnya fibrinogen diluar pembuluh

darah akan berpolimerasi membentuk selubung fibrin perikapiler dan

interstitium, sehingga menghalangi difusi oksigen dan makanan yang

dibutuhkan untuk kelangsungan hidup kulit, akibatnya akan terjadi kematian

sel. Tetapi ada data yang kurang mendukung hipotesis tersebut antara lain

bawah derajat endapan fibrin tidak ada hubungan dengan luasnya insufisiensi

vena dan tekanan oksigen. Demikian pula selubung fibrin sekeliling kapiler

dermis tidak kontinu dan tidak teratur, sehingga sulit berperan sebagai sawar

fisis, terutama untuk molekul kecil seperti oksigen dan nutrien lain. Teori lain

menyatakan adanya hubungan arterio-vena, mengakibatkan hipoksi dan

kekurangan bahan makanan di kulit yang terkena gangguan.

9

Page 5: Dermatitis Statis

2. Ada juga hipotesis perangkap faktor pertumbuhan (growth factor “trap”

hypothesis), yang menyatakan bahwa keluarnya molekul makro, misalnya

seperti fibrinogen, σ2- macroglobulin, ke dalam dermis akibat hipertensi vena

atau kerusakan kapiler, akan memperangkap growth factor dan substansi

stimulator lain atau homeostatic, sehingga tidak mampu mempertahankan

integritas jaringan dan proses perbaikan bila terjadi luka akibat trauma yang

ringan sekalipun.

3. Hipotesis lain yaitu karena terperangkapnya sel darah putih (white cell

trapping hypothesis), yang menyatakan bahwa akibat hipertensi vena maka

perbedaan tekanan antara system arteri dan vena menurun, kecepatan aliran

darah dalam kapiler antara dua system tersebut berkurang, yang

mengakibatkan agregrasi eritrosit dan sumbatan oleh leukosit di dalam

kapiler, sehingga terjadi iskemia. Sumbatan leukosit ini selain menimbulkan

sawar fisis, juga dapat menyebabkan pelepasan mediator tertentu (termasuk

enzim proteolitik, misalnya kolagenase dan etalase; sitokin, radikal bebas,

dan faktor kemotatik), yang dapat mempengaruhi permeabilitas pembuluh

darah sehingga molekul yang besar, misalnya fibrinogen dapat keluar ke

jaringan perikapiler.

4. Insufisiensi vena merupakan suatu keadaan di mana aliran darah vena tidak

cukup kuat untuk kembali ke jantung, sehingga cenderung menumpuk dan

bahkan kembali ke jaringan. Penyebabnya antara lain oleh inkompetensi

katup vena oleh suatu sebab yang belum diketahui. Keadaan ini dapat

10

Page 6: Dermatitis Statis

diperparah oleh kondisi jika tubuh sedang berdiri dalam jangka waktu yang

relatif lama sehingga semakin mempersulit naiknya darah dari vena di

ekstremitas menuju jantung. Hal ini ditandai antara lain dengan pelebaran

pembuluh vena secara abnormal, disebut sebagai varises (varicose vein).

2.2.4 Gambaran Klinis

Akibat tekanan vena yang meningkat pada tungkai bawah, akan terjadi

pelebaran vena atau varises, dan edema. Lambat laun kulit berwarna merah

kehitaman dan timbul purpura (karena ekstravasasi sel darah merah ke dalam

dermis), dan hemosiderosis. Edema dan varises mudah terlihat bila penderita lama

berdiri. Kelainan ini dimulai dari permukaan tungkai bawah bagian medial atau

lateral di atas maleolus. Kemudian secara bertahap akan meluas ke atas sampai di

bawah lutut, dan ke bawah sampai di punggung kaki. Dalam perjalanan

selanjutnya terjadi perubahan ekzematosa berupa eritema, skuama, dan kadang

eksudasi, dan gatal. Bila telah berlangsung lama kulit akan menjadi tebal dan

fibrotik, meliputi sepertiga tungkai bawah, sehingga tampak seperti botol yang

terbalik. Keadaan ini disebut lipodermatosklerosis.1

Dermatitis statis dapat mengalami komplikasi berupa ulkus diatas maleolus

disebut ulkus venosum atau ulkus varikosum ; dapat pula mengalami infeksi

sekunder, misalnya selulitis. Dermatitis statis dapat diperberat karena mudah

teriritasi oleh bahan kontaktan, atau mengalami autosensitisasi.1

Gambaran histopatologis yang ditemukan adalah epidermis tampak

hiperkeratosis, akantosis. Pada dermis terjadi vasodilatasi ujung-ujung pembuluh

darah dan sebukan hemosiderin dalam dermis dan sel-sel polinukleus.5

11

Page 7: Dermatitis Statis

Gambar 2. Statis Dermatitis

2.2.5 Diagnosis

Diagnosis didasarkan atas gambaran klinis. Adapun diagnosis banding dari

dermatitis statis adalah :1,5

1. Dermatitis kontak alergik : biasanya jelas ada kontak; berbatas tegas serta

tidak ada hemosiderin

2. Ulkus tropicum : harus dibedakan dengan ulkus varikosa. Bentuk bundar, tepi

meninggi dan dasar yang kotor serta sekret yang kuning kehijau-hijauan.

3. Dermatitis Numularis

12

Page 8: Dermatitis Statis

2.2.6 Pengobatan

Prinsip pengbatannya adalah menghindarkan gangguan aliran vena dan edem.

Harus dihindari banyak berdiri lama.Kalau pasien gemuk ,berat badannya harus

diturunkan.1

Untuk mengatasi edema ,tungkai dinaikkan waktu tidur dan waktu duduk. Bila

tidur kaki diangkat diatas permukaan jantung selama 30 menit,dilakukan 3-4 kali

sehari,maka edema akan menghilang /mengurang dan mikrosirekulasi akan

membaik. Dapat pula bila malam hari ,kaki tempat tidur disebelah bawah diganjal

dengan balok setinggi 15 sampai 20 cm (sedikit lebih tinggi daripada etak kor).

Apabila sedang menjalankan aktivitas ,memakai kaos kaki penyangga varises atau

pembalut elastic.1,3

Eksudat dikompres dan setelah kering diberi krim kortikosteroid potensi

rendah sampai sedang. Antibiotic sistemik diberikan untuk mengatasi infeksi

sekunder.2,3

Pada dermatitis yang akut,dapat diberikan salap yang tidak menimbulkan

iritasi dan sensitasi kulit,misalnya salap iktiol 2 % dalam salep seng oksida.2

Pada dermatitis akut dan eksudatif dapat dilakukan kompres larutan perak

nitrat 0,25 % - 0,5% atau larutan permanganas kalikus 1 : 10000. Bila keadaan

memberat dapat diberikan kortikosteroid sistemik.2

13

Page 9: Dermatitis Statis

2.2.7 Komplikasi

Dermatitis stasis dapat mengalami komplikasi berupa ulkus diatas maleolus

desebut ulkus venosum atau ulkus varikosum, dapat pla mengalami infeksi

skunder, misalnya selulitis. Dermatitis stasis dapat diperberat karena mudah

teriritasi oleh bahan kontakan.1

Gambar 3. Komplikasi Dermatitis Statis

2.2.8 Prognosis

Sering residif. Jika factor penyumbat dapat dihilangkan, prognosis baik.5

14