dermatitis statis

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG Dermatitis stasis merupakan penyakit inflamasi kulit yang sering terjadi di ekstremitas bawah (tungkai) pada pasien dengan insufisiensi dan hipertensi vena. Penyakit ini umumnya menyerang pada usia pertengahan dan usia lanjut serta jarang terjadi sebelum dekade kelima kehidupan, kecuali pada keadaan di mana insufisiensi vena disebabkan oleh pembedahan (surgery), trauma, atau trombosis. Di AS, dermatitis stasis terjadi pada 6-7% dari orang di atas 50 tahun. Risiko mengembangkan dermatitis stasis meningkat dengan usia. Wanita agak lebih mungkin akan terpengaruh, mungkin karena efek kehamilan pada sistem vena kaki Selain dikenal dengan istilah dermatitis stasis, terdapat pula nama lain / sinonim yaitu dermatitis gravitasional, ekzem stasis, dermatitis hipostatik, ekzem verikosa, dan dermatitis venosa. Dermatitis stasis dapat merupakan prekursor dari keadaan lain seperti ulkus vena tungkai. Insufisiensi vena merupakan suatu keadaan di mana aliran darah vena tidak cukup kuat untuk kembali 1

Upload: ekadiahfrisiliadewi

Post on 12-Nov-2015

68 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

for free

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANGDermatitis stasis merupakan penyakit inflamasi kulit yang sering terjadi di ekstremitas bawah (tungkai) pada pasien dengan insufisiensi dan hipertensi vena. Penyakit ini umumnya menyerang pada usia pertengahan dan usia lanjut serta jarang terjadi sebelum dekade kelima kehidupan, kecuali pada keadaan di mana insufisiensi vena disebabkan oleh pembedahan (surgery), trauma, atau trombosis.Di AS, dermatitis stasis terjadi pada 6-7% dari orang di atas 50 tahun. Risiko mengembangkan dermatitis stasis meningkat dengan usia. Wanita agak lebih mungkin akan terpengaruh, mungkin karena efek kehamilan pada sistem vena kakiSelain dikenal dengan istilah dermatitis stasis, terdapat pula nama lain / sinonim yaitu dermatitis gravitasional, ekzem stasis, dermatitis hipostatik, ekzem verikosa, dan dermatitis venosa.Dermatitis stasis dapat merupakan prekursor dari keadaan lain seperti ulkus vena tungkai. Insufisiensi vena merupakan suatu keadaan di mana aliran darah vena tidak cukup kuat untuk kembali ke jantung, sehingga cenderung menumpuk dan bahkan kembali ke jaringan. Penyebabnya antara lain oleh inkompetensi katup vena oleh suatu sebab yang belum diketahui. Keadaan ini dapat diperparah oleh kondisi jika tubuh sedang berdiri dalam jangka waktu yang relatif lama sehingga semakin mempersulit naiknya darah dari vena di ekstremitas menuju jantung. Hal ini ditandai antaralain dengan pelebaran pembuluh vena secara abnormal, disebut sebagai varises (varicose vein). Selain oleh inkompetensi katup, insufisiensi vena bisa juga disebabkan oleh kondisi tertentu seperti kehamilan (peningkatan tekanan di daerah abdomen). Hal ini disebut juga sebagai varises vena sekunder.

1.2 TUJUAN1. Mempelajari dan memahami Definisi Dermatitis Statis2. Mempelajari dan memahami Epidemiologi Dermatitis Statis3. Mempelajari dan memahami Etiologi Dermatitis Statis4. Mempelajari dan memahami Patofisiologi Dermatitis Statis5. Mempelajari dan memahami Gambaran klinis Dermatitis Statis6. Mempelajari dan memahami Pemeriksaan Dermatitis Statis7. Mempelajari dan memahami Diagnosis Dermatitis Statis8. Mempelajari dan memahami Diagnosis banding Dermatitis Statis9. Mempelajari dan memahami Penatalaksanaan Dermatitis Statis 10. Mempelajari dan memahami Komplikasi Dermatitis Statis 11. Mempelajari dan memahami Prognosis Dermatitis Statis

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI DERMATITIS Dermatitis adalah peradangan kulit pada epidermis dan dermis sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, yang dapat menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal.(1) Tanda polimorfik tidak selalu muncul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan dapat menjadi kronik.(2) Sinonim dermatitis adalah ekzem.(1)A. Etiologi dan PatogenesisPenyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh: detergen, bahan asam, basa, oli, semen), fisik (contoh: sinar matahari, panas), mikroorganisme (contoh: bakteri, jamur); dapat pula berasal dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik. Sebagian lain tidak diketahui etiologinya yang pasti.(3) Banyak pula dermatitis yang belum diketahui dengan pasti patogenesisnya, terutama yang banyak penyebab faktor endogen.B. Gejala KlinisPada umumnya penderita dermatitis mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada stadium penyakit, batasnya dapat sirkumsrip, dapat pula difuse. Penyebarannya dapat setempat, generalisata, dan universalis.(1) 1. Stadium akut kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi, sehingga tampak basah (madidans). 2. Stadium subakut, eritema dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi krusta.3. Stadium kronis lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul, dan likenifikasi, mungkin bisa terdapat erosi dan eksoriasi akibat garukan. Gambaran klinis tidaklah harus sesuai stadium, karena suatu penyakit dermatitis muncul dengan gejala stadium kronis. Begitu pula dengan efloresensi tidak harus polimorfik, karena dapat muncul oligomorfik (beberapa) saja. Keluhan penyakit dermatitis merupakan hal yang sering terjadi, karena penyakit ini dapat menyerang pada orang dengan rentang usia yang bervariasi, mulai dari bayi hingga dewasa serta tidak terkait dengan faktor jenis kelamin.(3)C. HistologiPerubahan histologik dermatitis terjadi pada epidermis dan dermis, bergantung pada stadiumnya.(1)1. Stadium akut; kelainan di epidermis berupa vesikel atau bula, spongiosis, edema intrasel, dan eksositosis, terutama sel mononuclear. Dermis sembab, pembuluh darah melebar, ditemukan sebukan terutama sel mononuclear, eosinofil kadang ditemukan, tergantung penyebab dermatitis.2. Stadium subakut; ampir seperti stadium akut akan tetapi jumlah vesikel berkurang di epidermis, spongiosis masih jelas, epidermis tertutup krusta, dan parakeratosis, edema di dermis berkurang, vasodilatasi masih tampak jelas, demikian pula sebukkan sel radang.3. Stadium kronik; epidermis hyperkeratosis, parakeratosis, akantosis, rete ridges memanjang, kadang ditemukan spongiosis ringan, vesikel tidak ada lagi, dinding pembuluh darah menebal, terdapat sebukan sel radang mononuclear di dermis bagian atas, jumlah fibroblast dan kolagen bertambah.(1)

D. KlasifikasiPembagian berdasarkan tatanama atau nomenklatur, morfologi ataupun stadium masih menjadi kontroversial dimana belum terjadi kesepakatan. Maka dari itu, kami akan memaparkan pembagian berdasarkan etiologi:Eksogen: Dermatitis kontak; Jenis eksim ini disebabkan karena faktor di luar tubuh penderita, seperti terpapar bahan kimia, iritasi karena sabun, kosmetik, parfum dan logam. Dermatitis kontak adalah jenis eksim yang paling banyak diderita manusia, diperkirakan 70% penyakit eksim merupakan jenis ini. Secara klinis jenis eksim ini memiliki gejala terasa panas, kemudian muncul benjolan, dan disertai adanya cairan. Bagian kulit yang terserang memiliki batas tepi yang jelas. Tetapi jenis eksim ini dapat menjadi kronis yang ditandai dengan kulit semakin mengering, pigmentasi, terjadi penebalan kulit sehingga tampak garis-garis pada permukaan kulit dan kemudian terjadi retak-retak seperti teriris pada kulit.(3)Endogen:Dermatitis atopik; jenis eksim yang memiliki ciri khas yang berbeda dengan jenis eksim dermatitis kontak yaitu adanya rasa gatal, memiliki bentuk yang khas terutama pada kulit wajah dan lipatan-lipatan tubuh, serta adanya riwayat atopik yaitu alergi atau asma. Jenis eksim ini banyak menyerang anak-anak dan bayi, dan biasanya merupakan penyakit eksim kambuhan.Dermatitis numularis; Jenis eksim ini pada umunya berhubungan dengan kulit kering dan sering menyerang pada orang yang berusia lanjut. Gejala penyakit eksim jenis ini berupa kulit mengering, merah, gatal, dan muncul dalam bentuk bulatan-bulatan pipih seperti koin logam, biasanya terdapat pada kulit kaki dan tangan.Neurodermatitis; peradangan kronik pada kulit yang tidak diketahui penyebabnya, lebih sering ditemukan pada wanita daripada pria dan puncak insidennya adalah umur paruh baya. Dermatitis stasis; jenis eksim kulit yang berkaitan dengan adanya varises pada bagian kaki. Jenis eksim ini terdapat pada kaki ditandai dengan rasa gatal, penebalan kulit serta berubahnya warna kulit menjadi memerah bahkan kecoklatan.(1,4)

2.2 DEFINISI DERMATITIS STATISDermatitis stasis adalah dermatitis sekunder yang penyebab utamanya akibat insufiensi kronik vena (hipertensi vena) yang sering terjadi di ekstremitas bawah (tungkai).1,2

2.3 EPIDEMIOLOGI Dermatitis Stasis lebih banyak terjadi pada wanita usia pertengahan atau lanjut lebih dari 50 tahun , kemungkinan karena efek hormonal serta kecenderungan terjadinya thrombosis vena dan hipertensi saat kehamilan.2 Insidens pada wanita lebih banyak menderita dari pada pria.1,2,3 Dijumpai pada orang dewasa dan orang tua, tidak pada anak-anak.123 Banyak terjadi pada orang gemuk. Banyak berdiri. Banyak melahirkan (multipara).

2.4 ETIOLOGIMekanisme timbulnya dermatitis statis ini masih belum jelas. Ada beberapa teori yang menjelaskan mekanisme timbulnya dermatitis stasis, yaitu:1. Meningkatnya tekanan hidrostatik dalam system vena, terjadinya kebocoran fibrinogen masuk kedalam dermis. Selanjutnya fibrinogen diluar pembulu darah akan berpolimerasi membentuk selubung fibrin perikapiler dan interstisium, sehingga menghalangi difusi oksigen dan makanan yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup kulit, akibatnya akan terjadi kematian sel.tetapi ada data yang kurang mendukung hipotesis tersebtantara lain bahwah derajat endapan fibrin tidak ada hubungan dengan luasnya insufisiensi vena dan tekanan oksigen. Demikian pula selubung fibrin sekeliling kapiler dermis tidak kontinu dan tidak teratur, sehingga sulit berperan sebagai sawar terutama untuk molekul kcil seperti oksign dan nutrient lain.12. Dermatitis stasis terjadi sebagai akibat langsung dari insufisiensi vena.Terganggu fungsi sistem 1-arah katup di pleksus vena dalam hasil kaki di aliran balik darah dari sistem vena dalam ke sistem vena superfisial, dengan disertai hipertensi vena. Ini hilangnya fungsi katup dapat hasil dari penurunan berhubungan dengan usia pada kompetensi katup.Atau, peristiwa tertentu, seperti trombosis vena dalam, pembedahan (misalnya, vena pengupasan, artroplasti lutut total, panen dari vena saphena untuk bypass koroner), atau luka trauma, dapat sangat merusak fungsi dari sistem vena tungkai.Mekanisme yang menyebabkan hipertensi vena peradangan kulit dermatitis stasis. 1Pada pasien dengan dermatitis stasis, perhatikan bekas luka besar di betis yang.Cedera pada sistem vena karena trauma atau pembedahan adalah faktor umum yang berkontribusi terhadap perkembangan dermatitis stasis.Teori tentang penyebab peradangan kulit di insufisiensi vena berpusat pada perfusi oksigen dari tungkai jaringan.Awalnya, sistem vena yang tidak kompeten dianggap menyebabkan pengumpulan darah di vena superfisial, dengan arus berkurang dan karenanya mengurangi tekanan oksigen di kapiler dermis. kandungan oksigen menurun darah menggenang menyebabkan kerusakan hipoksia untuk kulit di atasnya.13. Teori hipoksia / stasis itu disangkal oleh bukti bahwa alih-alih dikumpulkan, darah stagnan dengan tekanan oksigen rendah, vena tungkai pada pasien dengan insufisiensi vena telah meningkatkan laju aliran dan tekanan oksigen tinggi.Shunting arteriovenosa bisa menyumbang temuan ini, tetapi tidak ada bukti shunting pada pasien dengan insufisiensi vena ditemukan.Kurangnya lengkap bukti untuk mendukung teori hipoksia / stasis telah menyebabkan banyak peneliti menganjurkan ditinggalkannya dermatitis stasis panjang.1

2.5 PATOFISIOLOGIDermatitis stasis terjadi sebagai akibat langsung dari insufisiensi vena.Terganggu fungsi sistem 1-arah katup di pleksus vena dalam hasil kaki di aliran balik darah dari sistem vena dalam ke sistem vena superfisial, dengan disertai hipertensi vena.Ini hilangnya fungsi katup dapat hasil dari penurunan berhubungan dengan usia pada kompetensi katup.Atau, peristiwa tertentu, seperti trombosis vena dalam, pembedahan (misalnya, vena pengupasan, artroplasti lutut total, panen dari vena saphena untuk bypass koroner), atau luka trauma, dapat sangat merusak fungsi dari sistem vena tungkai.Mekanisme yang menyebabkan hipertensi vena peradangan kulit dermatitis stasis, seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah, telah dipelajari secara ekstensif selama beberapa dekade.Pada pasien dengan dermatitis stasis, perhatikan bekas luka besar di betis yang disebabkan oleh pecahan peluru militer.Cedera pada sistem vena karena trauma atau pembedahan adalah faktor umum yang berkontribusi terhadap perkembangan dermatitis stasis.Yang paling awal teori tentang penyebab peradangan kulit di insufisiensi vena berpusat pada perfusi oksigen dari tungkai jaringan.Awalnya, sistem vena yang tidak kompeten dianggap menyebabkan pengumpulan darah di vena superfisial, dengan arus berkurang dan karenanya mengurangi tekanan oksigen di kapiler dermis.Hipotesis penyatuan menyebabkan dermatitis stasis panjang.Ia percaya bahwa kandungan oksigen menurun darah menggenang menyebabkan kerusakan hipoksia untuk kulit di atasnya.Teori hipoksia / stasis itu disangkal oleh bukti bahwa alih-alih dikumpulkan, darah stagnan dengan tekanan oksigen rendah, vena tungkai pada pasien dengan insufisiensi vena telah meningkatkan laju aliran dan tekanan oksigen tinggi.Shunting arteriovenosa bisa menyumbang temuan ini, tetapi tidak ada bukti shunting pada pasien dengan insufisiensi vena ditemukan.Kurangnya lengkap bukti untuk mendukung teori hipoksia / stasis telah menyebabkan banyak peneliti menganjurkan ditinggalkannya dermatitis stasis panjang.Penelitian selanjutnya difokuskan pada peran tungkai mikrosirkulasi dalam patogenesis kerusakan kulit akibat insufisiensi vena.Pada 1970-an dan 1980-an, peningkatan tekanan hidrostatik vena ditemukan akan dikirim ke mikrosirkulasi kulit, hal ini menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler kulit.Hal ini memungkinkan peningkatan permeabilitas makromolekul, seperti fibrinogen, bocor keluar ke jaringan pericapillary, kemudian, polimerisasi fibrin fibrinogen untuk menghasilkan pembentukan fibrin manset di sekitar kapiler kulit.Telah dihipotesiskan bahwa manset fibrin berfungsi sebagai penghalang untuk difusi oksigen, dengan mengakibatkan hipoksia jaringan dan kerusakan sel.Selanjutnya, fenomena pembentukan fibrin manset ditemukan pada penyakit yang lebih berat, seperti ulkus vena.Manset fibrin tidak ditemukan dalam ulkus karena penyebab selain hipertensi vena.Penurunan aktivitas fibrinolitik kutan telah diusulkan untuk berkontribusi pada pembentukan fibrin manset.Pembentukan manset fibrin, ditambah dengan fibrinolisis menurun, mengakibatkan fibrosis dermal yang adalah ciri khas dari dermatitis stasis maju.Leukosit diaktifkan menjadi terjebak dalam manset fibrin dan ruang perivaskular sekitarnya, melepaskan mediator inflamasi yang berkontribusi terhadap peradangan dan fibrosis.Ini leukosit melepaskan faktor pertumbuhan transformasi faktor pertumbuhan-beta1, mediator penting fibrosis dermal.Selanjutnya, upregulation molekul-1 adhesi antar sel vaskular (ICAM-1) dan adhesi sel vaskular molekul-1 (VCAM-1), yang chemoattractants ampuh untuk menjaga leukosit aktif di lingkungan perivaskular, terjadi.Temuan leukosit dimediasi produksi sitokin, dibantu oleh pembentukan fibrin manset, menyediakan link langsung antara sirkulasi vena disfungsional dan peradangan kulit dengan fibrosis.Herouy dkk menyarankan bahwa matriks metalloproteinase mungkin penting dalam renovasi kulit lesi pada orang dengan dermatitis stasis.

2.6 GAMBARAN KLINIS

Secara klinis biasanya terlihat: 1,2,3 Akibat tekanan vena yang meningkat pada tungkai bawah, akan terjadi pelebaran vena atau varises dan edema Kulit hipergigmentasi kecoklatan atau berwarna merah kehitaman kemudian muncul purpura ( karena ekstravasasi sel darah merah kedalam dermis) Penyebaran dimulai dari bagian medial atau lateral maleolus dan sekitar pergelangan kaki secara bertahap menyebar keatas hingga kebawah lutut, penyebaran kebawah hingga ke punggung kaki Pada permulaan tampak edema pergelangan kaki, terutama pada sore hari setelah bekerja. Kelainan kulit berupa eritema, skuama, kadang eksudasi dan hiperpigmentasi Gatal Bila telah berlangsung lama kulit akan menjadi tebal

2.7 PEMERIKSAANSering kali dermatitis stasis di awal perkembangan penyakit sulit dibedakan dengan infeksi jamur. Untuk dapat membedakannya dapat dilakukan pemeriksaan KOH pada daerah lesi. Dermatitis stasis tidak menunjukkan gambaran spora dan hifa.

2.8 DIAGNOSADermatitis stasis dapat didiagnosa melalui pengolahan informasi anamnesis dan pemeriksaan fisik. Meskipun tiap bagian dari anamnesis adalah penting, yang perlu diperhatikan adalah usia penderita, aktivitas penderita, dan penyakit penyerta seperti penyakit diabetes dan penyakit jantung-pembuluh darah. Pemeriksaan fisik dengan gambaran khas pada tungkai bawah menjadikan diagnosis dermatitis stasis dapat ditegakkan.Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang ditemukan. Selain itu dapat juga dilakukan pemeriksaan radiologi/Doppler untuk melihat adanya perubahan (dilatasi) vena yang dalam, trombosis atau gangguan katup. Pada pemeriksaan histologis akan ditemukan adanya tanda-tanda inflamasi, agregasi hemosiderin di dermis atau penebalan arteriol/venula.

2.9 DIAGNOSIS BANDING Dermatitis kontak (dapat terjadi bersamaan dengan dermatitis stasis)Dermatitis kontak ialah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel pada kulit dan menyebabkan alergi atau reaksi iritasi.(2) ruamnya terbatas pada daerah tertentu dan seringkali memiliki batas yang tegas. Ada 2 macam dermatitis kontak, yaitu:1. Dermatitis kontak iritanDermatitis yang terjadi ketika kulit terpajan bahan iritan seperti detergen, asam, basa, serbuk kayu, semen, dan sebagainya. Dapat menyebabkan kerusakan pada kulit apabila teriritasi berulang selama periode tertentu.(4)2. Dermatitis kontak alergiDermatitis yang terjadi ketika kulit tersensitisasi oleh suatu substansi (allergen), dan kontak ulang dengan substansi tersebut. Ini merupakan reaksi kulit tipe lambat.(4)

Dermatitis numularis Definisi Dermatitis berupa lesi mata uang logam koin atau agak lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah.(1) Nama lain dari dermatitis nummular adalah ekzem nummular; ekzem discoid; atau neurodermatitis nummular.(2) Epidemiologi Dermatitis numularis pada dewasa lebih sering terjaid pada pria dibandingkan pada wanita. Usia puncak awitan pada kedua jenis kelamin antara 55 dan 65 tahun, pada wanita usia puncak juga terjadi pada usia 15 sampai 25 tahun. Dermatitis numularis tidak biasa diteukan pada anak bila ada timbulnya jarang pada usia sebelum satu tahun, umumnya kejadian meningkat seiring dengan meningkatnya usia.(1,2) Etiologi Penyebabnya tidak diketahui, banyak faktor yang ikut berperan. Diduga stafilokokus dan mikrokokus ikut berperan, mengingat jumlah koloninya meningkat walaupun tanda infeksi secara klinis tidak tampak. Eksarsebasi terjadi bila koloni bakteri meningkat di atas 10 juta kuman/cm2. Dermatitis kontak mungkin ikut memegang peranan pada berbagai kasus dermatitis numularis, misalnya alergi terhadap nikel, krom, kobal, demikian pula iritasi dengan wol dan sabun. Trauma fisis dan kimiawi juga dapat berperan. Kulit penderita dermatitis numularis cenderung kering, hidrasi stratum korneum rendah. Pada anak-anak lesi numularis terjadi pada dermatitis atopik. Gejala Klinis Penderita dermatitis numularis umumnya mengeluh sangat gatal. Lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel (0,3-1,0 cm), kemudian membesar dengan cara berkonfluensi atau meluas ke samping, membentuk satu lesi karakteristik saperti uang logam (koin), eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas. Lambat laun vesikel pecah menjadi eksudasi, kemudian mengering menjadi krusta kekuningan. Ukuran garis tengah lesi dapat menjadi 5 cm, jarang sampai 10 cm. Lesi lama berupa likenifikasi dan skuama. Jumlah lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau simetris, dengan ukuran yang bervariasi mulai dari miliar sampai nummular, bahkan plakat. Tempat predileksi di tungkai bawah, badan, lengan, termasuk punggung tangan. Dermatitis numularis cenderung hilang timbul, ada pula yang terus menerus, kecuali dalam periode pengobatan. Bila terjadi kekambuhan umumnya timbul pada tempat semula.(1,2) Diagnosis Diagnosis dermatitis numularis didasarkan atas gambaran klinis. Sebagai diagnosis banding antara lain ialah dermatitis kontak, dermatitis atopik, neurodermatitis sirkumskripta, dan dermatomikosis.(1)

Neurodermatitis Definisi. Peradangan kulit kronis, gatal, dengan batas yang jelas, ditandai dengan penebalan kulit dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik. Penyakit ini menyebabkan bercak-bercak penebalan kulit yang kering, bersisik dan berwarna lebih gelap, dengan bentuk lonjong atau tidak beraturan Nama lain neurodermatitis sirkumskripta ialah liken simpleks kronikus.(1,5)EtiologiLiken simpleks kronis bisa terjadi sebagai akibat sesuatu (misalnya baju) yang bersentuhan dengan kulit atau mengiritasi kulit sehingga seseorang menggaruk-garuk daerah tersebut. Sebagai akibat dari iritasi menahun akan terjadi penebalan kulit. Kulit yang menebal ini menimbulkan rasa gatal sehingga merangsang penggarukan yang akan semakin mempertebal kulit. Penyakit ini menimbulkan warna kecoklatan pada daerah yang terkena.(7)Penyakit ini biasanya berhubungan dengan: Dermatitis atopik Psoriasis Kecemasan, depresi ataupun gangguan psikis lainnya. Lebih banyak ditemukan pada wanita dan biasanya timbul pada usia 20-50 tahun. Gejala Klinis Liken simpleks kronis bisa timbul di setiap bagian tubuh, termasuk anus (pruritus ani) dan vagina (pruritus vulva). Pada stadium awal, kulit tampak normal tetapi terasa gatal. Selanjutnya timbul bercak-bercak bersisik, kering dan berwarna lebih gelap sebagai akibat dari penggarukan dan penggosokanDiagnosisDiagnosis neurodermatitis sirkumskripta didasarkan gambaran klinis, biasanya tidak terlalu sulit. Namun perlu dipikirkan kemungkinan penyakit kulit lain yang memberikan gejala pruritus, misalnya liken planus, liken amiloidosis, psoriasis, dan dermatitis atopik. PengobatanUntuk mengurangi rasa gatal dapat diberikan antipuritus atau kortikosteroid topikal. Antipruritus dapat berupa antihistamin dengan efek sedative contih;difenhidramin. Kortikosteroid yang dipakai biasanya berotensi kuat, kalau masih tidak berhasil dapat diberikan secara suntikan intra lesi. Ada pula yang mengobati dengan UVB dan PUVA. Perlu dicari kemungkinan penyakit yang mendasarinya, dan ditangani terlebih dahulu. Prognosisnya tergantung pada penyebab pruritus, penyakit yang mendasarinya.

2.10 PENATALAKSANAAN2.10.1 Tatalaksana dermatitis secara umumPENGOBATANPengobatan yang tepat didasarkan atas kausa, yaitu menyingkirkan penyebabnya. Tetapi, seperti diketahui dermatitis multi factor, kadang juga tidak diketahui pasti, maka penobatan bersifat simtomatis, yaitu dengan menghilangkan/ mengurangi keluhan dan menekan peradangan. 1. Sistemik Pada kasus ringan dapat diberikan anti histamine, atau dapat dikombinasikan dengan anti serotonin, anti bradikinin, dan sebagainya. Hidroksizin hidroklorida 10-50 mg setiap 6 jam bilamana perlu. Obat dermatititis yang utama adalah kortikosteroid (prednisone 30 mg/ hari). Kortikosteroid merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh korteks adrenal yang pembuatan bahan sintetik analognya telah berkembang dengan pesat. Terutama diberikan pada penyakit kasus akut dan berat. Antibiotik untuk setiap infeksi sekunder.2. TopikalTerdapat beberapa prinsip umum terapi topikal: Dermatitis akut/ basah (madidans) harus diobati secara basah (kompres terbuka), bila subakut diberikan losio (bedak kocok), krim (terutama pada daerah berambut), dan apabila kronik/kering diberikan salap. Kompres, pertama-tama gunakan kompres dingin dengan air keran dingin atau larutan burrow untuk lesi-lesi eksudtif dan basah. Kenakan selama 20 menit tiga kali sehari. Hindari panas disekitar lesi. Losio topikal yang mengandung menol, fenol, atau premoksin sangatberguna untuk meringankan rasa gatal sementara, dan tidak mensensitisasi, tidak seperti benzokain dan difenhidramin. Obat-obatan bebas yang dapat digunakan antara lain lasio atau obat semprot sarna dan lasio Prax Cetapil dengan mentol 0,25% dan fenol 0,25%. Kortikosteroid topikal, berguna bila daerah yang terkena terbatas atau bila kortikosteroid oral merupakn kontraindikasi. Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah presentase obat spesifik.3. Rujukan; Pasien dengan penyakit kronik yang tidak memberikan respons terhadap terapi dan penghindaran semua penyebab yang dicurigai harus dirujuk ke ahli kulit untuk tes tempel2.10.2 Penatalaksanaan khusus pada dermatitis statis Pengobatan Kausatif terhadap gangguan sirkulasi dengan elevasi tungkai atau menggunakan pembalut elastis.Untuk mengatasi edema akibat varises, maka tungkai dinaikkan (elevasi) sewaktu tidur atau duduk. Bila tidur kaki diusahakan agar terangkat melebihi permukaan jantung selama 30 menit dilakukan 3-4 kali sehari untuk memperbaiki mikrosirkulasi dan menghilangkan edema. Dapat pula kaki tempat tidur disangga balok setinggi 15-20 cm (sedikit lebih tinggi dibanding letak jantung). Apabila sedang menjalankan aktivitas, memakai kaos kaki penyangga varises atau pembalut elastis. Apabila lesi eksudatif Eksudat yang ada dapat dikompres terbuka dengan permanganas kalikus 1/10.000 dan setelah kering diberi kortikosteroid topikal potensi rendah sampai sedang. Apabila terdapat infeksi sekunder maka dapat ditangani dengan pemberian antibiotika sistemik

2.11 KOMPLIKASIDermatitis stasis dapat mengalami komplikasi berupa ulkus diatas maleolus desebut ulkus venosum atau ulkus varikosum, dapat pula mengalami infeksi sekunder, misalnya selulitis. Dermatitis stasis dapat diperberat karena mudah teriritasi oleh bahan kontakan.

2.12 PROGNOSISDermatitis stasis sering merupakan penyakit dengan kondisi jangka panjang (kronis).Kita bisa meminimalkan gejala dengan mengendalikan kondisi dan pembengkakan.BAB IIIKESIMPULANDermatitis stasis adalah dermatitis sekunder yang penyebab utamanya akibat insufiensi kronik vena (hipertensi vena) yang sering terjadi di ekstremitas bawah (tungkai). Dermatitis Stasis lebih banyak terjadi pada wanita usia pertengahan atau lanjut lebih dari 50 tahun , kemungkinan karena efek hormonal serta kecenderungan terjadinya thrombosis vena dan hipertensi saat kehamilan. Dermatitis stasis dapat didiagnosa melalui pengolahan informasi anamnesis dan pemeriksaan fisik. Meskipun tiap bagian dari anamnesis adalah penting, yang perlu diperhatikan adalah usia penderita, aktivitas penderita, dan penyakit penyerta seperti penyakit diabetes dan penyakit jantung-pembuluh darah. Pemeriksaan fisik dengan gambaran khas pada tungkai bawah menjadikan diagnosis dermatitis stasis dapat ditegakkan.

DAFTAR PUSTAKA1. Djuanda, Adhi. 2008. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Balai Penerbit FKUI. Indonesia: Jakarta2. PERDOSKI. 2011. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Jakarta : Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI.3. Fitzpatrick, T. B., Jonhson, R. A., Polano, M.K., Suurmond, D., Wolff, K. 1992. Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology: Common and Serious Disease Second Edition. United States of America : Mc.Graw-Hill.4. Daili, Emmy S. S., Menaldi, Sri L., Wisnu, Made. 2005. Penyakit Kulit Yang Umum di Indonesia : Sebuah Panduan Bergambar. Jakarta Pusat : PT Medical Multimedia Indonesia.5.

1