dengue haemoragic fever

32
BAB I TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000; 419). Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000; 419). B. Etiologi/ Penyebab Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue yang dapat dibedakan menjadi 4 strain yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses (arbovirus) dan sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Virus dengue dapat ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan berperan.infeksi dengan

Upload: galih-setiyo-adi

Post on 09-Dec-2015

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Dengue haemoragic Fever

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut

yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang

bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan

kematian (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000; 419).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut

yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang

bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan

kematian (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000; 419).

B. Etiologi/ Penyebab

Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue yang dapat

dibedakan menjadi 4 strain yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4.

Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses

(arbovirus) dan sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili

Flaviviridae.

Virus dengue dapat ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes

aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa

spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan berperan.infeksi

dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup

terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap

serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000; 420).

Virus dengue merupakan virus RNA rantai tunggal. Virus ini hidup

(survive) di alam lewat dua mekanisme yaitu:

1. Melalui transmisi vertikal dalam tubuh nyamuk. Dimana virus dapat

ditularkan oleh nyamuk betina dan telurnya yang nantinya akan

menjadi nyamuk. Virus juga dapat ditularkan dari nyamuk jantan

kepada nyamuk betina melalui kontak seksual.

Page 2: Dengue haemoragic Fever

2. Melalui transmisi virus yang berasal dari nyamuk masuk ke dalam

tubuh vertebrata seperti manusia dan kelompok kera tertentu atau

sebaliknya.

Nyamuk mendapatkan virus pada saat menggigit manusia yang

terinfeksi virus dengue. Virus yang berada di lambung nyamuk akan

mengalami replikasi, kemudian akan bermigrasi dan akhirnya sampai

ke kelenjar ludah. Virus masuk tubuh manusia lewat gigitan nyamuk

yang menembus kulit, kemudian masuk sirkulasi darah dengan cepat.

Reaksi tubuh terhadap virus dengue dapat berbeda. Sehingga

manifestasi gejala klinis dan perjalanan penyakitpun akan berbeda.

Bentuk reaksi tubuh terhadap adanya virus dengue itu adalah seperti:

1. Mengendapnya bentuk netralisasi komplek Ig serum pada

pembuluh darah kecil di kulit berupa gejala ruam (rash).

2. Gangguan fungsi pembekuan darah sebagai akibat dari penurunan

jumlah dan kualitas faktor koagulasi yang menimbulkan manifestasi

perdarahan.

3. Terjadi kebocoran pada pembuluh darah yang mengakibatkan

keluarnya komponen plasma menuju ke ruang ekstravaskuler

dengan manifestasi asites dan efusi pleura.

Jika tubuh manusia hanya memberi reaksi pertama dan kedua,

orang itu akan menderita demam dengue. Sementara, jika ketiga

reaksi terjadi, orang itu akan mengalami DBD. Pada tahun 1944 Sabin

berhasil mengisolasi 2 jenis virus yang berkaitan namun secara

imunologis menimbulkan reaksi yang berbeda yakni yang dikenal

sekarang sebagai DEN-1 dan DEN-2 dari pasien yang secara klinis

terdiagnosis DBD. Kemudian pada tahun 1956 Hammon dkk, telah

mengisolasi dua serotipe baru virus dengue yang dinamakan sebagai

DEN-3 dan DEN-4 selama epidemi DBD di Philipina.

Page 3: Dengue haemoragic Fever

Survei virologi penderita DBD yang telah dilakukan di beberapa

rumah sakit Indonesia sejak tahun 1972 sampai dengan tahun 1995

melaporkan keempat serotipe virus dengue yang berhasil diisolasi baik

dari penderita DBD derajat ringan maupun berat. Selama 17 tahun,

serotipe yang mendominasi ialah DEN 2 atau 3 namun virus dengue

tipe 3 sangat berkaitan dengan kasus DBD berat.

Page 4: Dengue haemoragic Fever

C. Patofisiologi

Infeksi Virus Dengue Perbanyak diri di hepar

Terbentuk komplek antigen-antibodi Hepatomegali

Mengaktivasi sistem komplemen Mual-Muntah

PGE2 Hipotalamus Dilepaskan C3a dan C5a (peptida) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuhMelepaskan histamin

Peningkatan suhu Permeabilitas membran meningkat

tubuh Kebocoran plasma

Hipovolemia

Renjatan hipovolemi dan hipotensi Kerusakan endotel

pembuluh darah

Kekurangan volume cairan

Agregasi Trombosit

Ke ekstravaskuler Trombositopenia Merangsang dan Mengaktivasi faktor pembekuan

Efusi pleura dan asites Dalam jangka waktu

lama menurun dan terjadi DIC

Gangguan pertukaran gas Perdarahan

Intoleransi activity Gangguan perfusi jaringan

Hipoksia jaringan Asidosis Metabolik Kematian

Page 5: Dengue haemoragic Fever

Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan

menimbulkan virtemia. Hal tersebut menyebabkan pengaktifan

complement sehingga terjadi komplek imun Antibodi – virus

pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (3a, C5a,

bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2

di Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu

hipertermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga

terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan

permeabilitas dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran

palsma. Adanya komplek imun antibodi – virus juga menimbulkan

Agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit,

trombositopeni, coagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan

perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock dan jika shock

tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis

metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran

plasma yang akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga

perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan.

Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus

hanya dapat hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing

dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan

tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh manusia.sebagai

reaksi terhadap infeksi terjadi aktivasi sistem komplemen sehingga

dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan

permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang

intravaskular ke ekstravaskular, agregasi trombosit menurun, apabila

kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit

sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari

sumsum tulang dan kerusakan sel endotel pembuluh darah akan

merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan.

Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan peningkatan

permiabilitas kapiler, kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh

Page 6: Dengue haemoragic Fever

vaskulopati, trombositopenia dan kuagulopati (Arief Mansjoer

&Suprohaita; 2000; 419)

D. Manifestasi Klinis

1. Demam

Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari

kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan

dengan berlangsung demam, gejala – gejala klinik yang tidak

spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan

persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya.

2. Perdarahan

Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam

dan umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji torniguet yang

positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia

dan purpura. Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada

saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan haematemesis.

(Nelson, 1993 ; 296). Perdarahan gastrointestinal biasanya di

dahului dengan nyeri perut yang hebat. (Ngastiyah, 1995 ; 349).

3. Hepatomegali

Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba,

meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi

peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di

perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita .

4. Renjatan (Syok)

Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya

penderita, dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu

kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta

sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka

biasanya menunjukan prognosis yang buruk.

Page 7: Dengue haemoragic Fever

E. Klasifikasi

WHO 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya

menjadi 4 golongan, yaitu :

1. Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji

tourniquet positif.

2. Derajat II

Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan

spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena,

perdarahan gusi.

3. Derajat III

Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah

dan cepat (>120x/mnt ) tekanan nadi sempit ( 20 mmHg ),

tekanan darah menurun, (120/80 120/100 120/110 90/70

80/70 80/0 0/0 )

4. Derajat IV

Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung

140x/mnt) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit

tampak biru.

F. Diagnosis

Pedoman yang dipakai dalam menegakkan diagnosis DBD ialah

kriteria yang disusun oleh WHO (1999) . Kriteria tersebut terdiri atas

kriteria klinis dan laboratories.

Kriteria klinis terdiri atas:

1. Demam tinggi mendadak 2-7 hari, terus menerus.

2. Manifestasi perdarahan seperti uji torniquet positip, perdarahan

spontan (bintik-bintik merah dikulit, epitaksis/mimisan, perdarahan

gusi dan perdarahan saluran cerna).

3. Pembesaran hati.

Page 8: Dengue haemoragic Fever

4. Manifestasi kebocoran plasma (hemokonsentrasi), mulai yang

ringan seperti kenaikan nilai hematokrit > 20% dibandingkan

sebelumnya, sampai yang berat yaitu syok (nadi cepat, lemah,

kaki/tangan dingin, lembab, anak gelisah, sianosis/kebiruan dan

kencing berkurang).

Kriteria laboratoris terdiri atas:

1. Trombositopenia ( jumlah trombosit < 100.000/ul ).

2. Hemokonsentrasi ( peningkatan hematokrit > 20%).

Menurut pedoman tersebut diagnosis klinis demam berdarah

dengue sudah dapat ditegakkan bila ditemukan dua gejala klinis

disertai trombositopenia dan hemokonsentrasi atau peningkatan

hematokrit. Bila ditemukan anemia atau perdarahan hebat, efusi pleura

dan atau adanya hipoalbuminemi, menandakan adanya kebocoran

plasma.

Syok dengan hematokrit yang tinggi (kecuali pada penderita

dengan perdarahan berat) dan trombositopenia yang nyata menunjang

diagnosis demam berdarah dengue/ sindrom renjatan dengue.

G. Pentalaksanaan

Tata laksana DBD sebaiknya berdasarkan pada berat ringannya

penyakit yang ditemukan antara lain :

1. kasus DBD yang diperkenankan berobat jalan

Penderita diperkenankan berobat jalan jika hanya menfeluh

panas, tetapi keinginan makan dan minum masih baik. Untuk

mengatasi panas tinggi yang mendadak diperkenankan

memberikan obat panas paracetamol 10-15 mg/Kg BB setiap 3-4

jam diulang jika symptom panas masih nyata diatas 38,50C. Obat

panas salisilat tidak boleh dianjurkan karena mempunyai resiko

terjadinya peradrahan dan asidosis. Sebagian besar kasus DBD

yang berobat jalan ini ini adalah kasus DBD yang

Page 9: Dengue haemoragic Fever

menunjukkanmanifestasi panas hari pertama dan hari kedua tanpa

menunjukkan penyulit lainnya. Apabila penderita DBD ini

menunjukkan manifestasi penyulit dan konvulsi sebaiknya

dianjurkan untuk rawat inap.

2. Kasus DBD derajat I dan II

Pada hari ke-3,4 dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena

penderita ini mempunyai resiko terjadinya apabila syok. Untuk

mengantisipasi kejadian syok tersebut, penderita disarankan diinfus

kristaloid. Pada saat fase panas, penderita dianjurkan banyak

minum air buah atau oralit yang biasa dipakai untuk mengatasi

diare. Hematokrit yang meningkat lebih dari 20% dari harga normal

merupakan indikator adanya kebocoran plasma dan sebaiknya

penderita dirawat di ruang observasi di pusat rehidrasi selama

kurun waktu 12-24 jam.

3. Jenis cairan

Kristaloid:

a. Ringer laktat

b. 5% Dekstrose di dalam larutan ringer laktat

c. 5% Dekstrose di dalam larutan ringer asetat

d. 5% Dekstrose di dalam larutan setengah normal garam

fisiologis

e. 5% Dekstrose di dalam larutan normal garam fisiologis

Koloidal: Plasma ekspander dengan berta molekul rendah

(dekstran 40)

4. Kebutuhan cairan

Tabel 1

Berat waktu masuk (Kg)Jumlah cairan ml/Kg BB

perhari

<7

7-11

12-18

220

165

132

Page 10: Dengue haemoragic Fever

>18 88

Pemilihan jenis dan volume cairan yang diperlukan tergantung

pada umur dan berat badan pasien. Sedangkan derajat kehilangan

plasma sesuai dengan derajat hemokonsentrasi yang terjadi. Pada

anak yang gemuk, kebutuhan cairan disesuiakna dengan berat

badan ideal anak yang berumur sama. Kebutuhan cairan rumatan

dapat diperhitungkan dari tabel 2 berikut:

Tabel 2

Berat badan (Kg)Jumlah cairan ml/Kg BB per

hari

10

10-20

>20

100 per Kg BB

1000+50 x Kg (diatas 10 Kg)

1500+20 x (diatas 20)

5. Penatalaksanaan DBD derajat III dan IV

Dengue syok syndrome termasuk kasus kegawatan yang

membutuhkan penanganan secara cepat dan perlu memperoleh

cairan pengganti secara cepat. Biasanya dijumpai kelainan asam

basa dan elektrolit (hiponatremi). Dalam hal ini perlu dipikirkan

kemungkinan dapat terjadinya DIC.

Penggantian secara cepat plasma yang hilang digunakan

larutan garam isotonik (ringer lakatat, 5% dekstrose dalam larutan

ringer laktat atau 5% dekstrose dalam larutan ringer asetat dan

larutan normal garam faali) dengan jumlah 10-20 ml/kg/1 jam.

Pada kasus yang sangat berat (derajat IV) dapat diberikan bolus

10 ml/kg (1 atau 2x). Jika syok berlangsung terus dengan

hematokrit yang tinggi, larutan koloidal (dekstran dengan berat

molekul 40.000 di dalam larutan normal garam fal atau plasma)

dapat diberikan dengan jumlah 10-20 ml/kg/jam.

Page 11: Dengue haemoragic Fever

6. Koreksi elektrolit dan kelaianan metabolik

Pada kasus yang berat hiponatremia dan asidosis metabolik

sering dijumpai, oleh karena itu kadar elektrolit dan gas dalam

darah sebaiknya ditemtukan secara teratur terutama pada kasus

dengan renjatan yang berulang. Kadar kalium dalam serum kasus

yang berat biasanya rendah terutama kasus yang memperoleh

plasma dan darah yang cukup banyak. Kadang-kadang terjadi

hipoglikemia.

7. Obat penenang

Pada beberapa kasus, obat penenang memang dibutuhkan

terutama pada kasus yang sangat gelisah. Obat yang hepatoksik

sebaikbnya dihindarkan, chloral hidrat oral atau rektal dianjurkan

dengan dosis 12,5 – 50 mg/kg (tetapi jangan lebih 1 jam)

digunakan sebagai satu macam obat hipnotik.

8. Terapi oksigen

Semua penderita dengan renjatan sebaiknya diberikan oksigen

9. Transfusi darah

Penderita yang menunjukkan gejala perdarahan seperti

hematemesis danmelena diindikasikan untuk memperoleh transfusi

darah. Darah segar sangat berguna untuk mengganti volume masa

sel darah merah agar menjadi normal.

10.Kelainan Ginjal

Dalam keadaan syok, harus yakin benar bahwa penggantian

volume intravaskuler telah benar-benar terpenuhi dengan baik.

Apabila diuresis belum mencukupi 2 ml/Kg BB/ jam sedangakn

cairan yang diberikan sudah sesuai kebutuhan, maka selanjutnya

furasemid 1 mg/ kg BB daapt diberikan. Pemantaun tetap dilakukan

untuk jumlah diuresis, kaadr ureum dan kreatinin. Tetapi bila

diuresis tetap belum mencukupi pda umumnya syok juga belum

dapat dikoreksi dengan baik maka pemasangan central venous

Page 12: Dengue haemoragic Fever

pressure (CVP) perlu dilakukan untuk pedoman pemberian cairan

selanjutnya.

11.Monitoring

Tanda vital dan hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi

secara teratur.

12.Kriteria memulangkan pasien

Pasien dapat dipulangkan apabila :

a. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik

b. Nafsu makan membaik

c. Tampak perbaikan secara klinis

d. Hematokrit stabil

e. Tiga hari setelah syok teratasi

f. Jumlah trombosit > 50.000/ mm3

g. Tidak dijumpai distress pernapasan ( disebabkan oleh efusi

pleura atau asidosis).

H. Pencegahan

Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :

1. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh

alamiah dengan melaksanakan pemberantasan vektor pada saat

sedikit terdapatnya kasus DHF.

2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan

vektor pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan

penderita viremia sembuh secara spontan.

3. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran

yaitu di sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga

sekitarnya.

4. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi

penularan tinggi.

Page 13: Dengue haemoragic Fever

Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :

1. Menggunakan insektisida.

Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam

berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk

dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik (larvasida).

Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau

pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan

pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana

tempat penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm

atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air.

2. Tanpa insektisida

Caranya adalah :

a. Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air

minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7

– 10 hari).

b. Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.

c. Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah

dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.

I. Pengkajian Keperawatan

Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan

dasar utama dan hal penting dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian

yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk data. Adapun metode

atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian :

wawancara, pemeriksaan (fisik, laboratorium, rontgen), observasi,

konsultasi.

1. Data subyektif

Adalah data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau

keluarga pada pasien DHF, data obyektif yang sering ditemukan

menurut Christianti Effendy, 1995 yaitu:

Page 14: Dengue haemoragic Fever

a. Lemah.

b. Panas atau demam.

c. Sakit kepala.

d. Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.

e. Nyeri ulu hati.

f. Nyeri pada otot dan sendi.

g. Pegal-pegal pada seluruh tubuh.

h. Konstipasi (sembelit).

2. Data obyektif :

Adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas

kondisi pasien. Data obyektif yang sering dijumpai pada penderita

DHF antara lain:

a. Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan.

b. Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.

c. Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+),

epistaksis, ekimosis, hematoma, hematemesis, melena.

d. Hiperemia pada tenggorokan.

e. Nyeri tekan pada epigastrik.

f. Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa.

g. Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi,

ekstremitas dingin, gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.

Pemeriksaan laboratorium pada DHF akan dijumpai :

a. Ig G dengue positif.

b. Trombositopenia.

c. Hemoglobin meningkat > 20 %.

d. Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat).

e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,

hiponatremia, hipokloremia.

Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, netropenia,

aneosinofilia, peningkatan limfosit, monosit, dan basofil

a. SGOT/SGPT mungkin meningkat.

Page 15: Dengue haemoragic Fever

b. Ureum dan pH darah mungkin meningkat.

c. Waktu perdarahan memanjang.

d. Asidosis metabolik.

e. Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.

J. Diagnosa Keperawatan

Beberapa diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien DHF

menurut Christiante Effendy, 1995 yaitu :

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit

(viremia).

2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.

4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan

permeabilitas dinding plasma.

5. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh

yang lemah.

6. Resiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya

volume cairan tubuh.

7. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (pemasangan

infus).

8. Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan

trombositopenia.

9. Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk

dan perdarahan yang dialami pasien.

Page 16: Dengue haemoragic Fever

K. Perencanaan

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit

(viremia).

Tujuan :

Suhu tubuh normal (36 – 370C).

Pasien bebas dari demam.

Intervensi :

a. Kaji saat timbulnya demam.

Rasional : untuk mengidentifikasi pola demam pasien.

b. Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3

jam.

Rasional : tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui

keadaan umum pasien.

c. Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam.7)

Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan

tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan

cairan yang banyak.

d. Berikan kompres hangat.

Rasional : Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan

yang mempercepat penurunan suhu tubuh.

e. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.

Rasional : pakaian tipis membantu mengurangi penguapan

tubuh.

f. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program

dokter.

Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan

suhu tinggi.

Page 17: Dengue haemoragic Fever

2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.

Tujuan :

Rasa nyaman pasien terpenuhi.

Nyeri berkurang atau hilang.

Intervensi :

a. Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien

Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami

pasien.

b. Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang

tenang.

Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri

c. Alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri.

Rasional : Dengan melakukan aktivitas lain pasien dapat

melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.

d. Berikan obat-obat analgetik

Rasional : Analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri

pasien.

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.

Tujuan :

Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan

makanan sesuai dengan posisi yang diberikan /dibutuhkan.

Intervensi :

a. Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami

pasien.

Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.

b. Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan.

Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi

nafsu makan pasien.

Page 18: Dengue haemoragic Fever

c. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.

Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan

meningkatkan asupan makanan .

d. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.

Rasional : Untuk menghindari mual.

e. Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien

setiap hari.

Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.

f. Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.

Rasional : Antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual

dan muntah dan diharapkan intake nutrisi pasien meningkat.

g. Ukur berat badan pasien setiap minggu.

Rasional : Untuk mengetahui status gizi pasien

4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan

permeabilitas dinding plasma.

Tujuan :

Volume cairan terpenuhi.

Intervensi :

a. Kaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta

tanda-tanda vital.

Rasional : Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui

penyimpangan dari keadaan normalnya.

b. Observasi tanda-tanda syock.

Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk

menangani syok.

c. Berikan cairan intravena sesuai program dokter

Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang

mengalami kekurangan cairan tubuh karena cairan tubuh

karena cairan langsung masuk ke dalam pembuluh darah.

Page 19: Dengue haemoragic Fever

d. Anjurkan pasien untuk banyak minum.

Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah

volume cairan tubuh.

e. Catat intake dan output.

Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan.

5. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh

yang lemah.

Tujuan :

Pasien mampu mandiri setelah bebas demam.

Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi

Intervensi :

a. Kaji keluhan pasien.

Rasional : Untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien.

b. Kaji hal-hal yang mampu atau yang tidak mampu dilakukan oleh

pasien.

Rasional : Untuk mengetahui tingkat ketergantungan pasien

dalam memenuhi kebutuhannya.

c. Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-

hari sesuai tingkat keterbatasan pasien.

Rasional : Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh pasien

pada saat kondisinya lemah dan perawat mempunyai tanggung

jawab dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien tanpa

mengalami ketergantungan pada perawat.

d. Letakkan barang-barang di tempat yang mudah terjangkau oleh

pasien.

Rasional : Akan membantu pasien untuk memenuhi

kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang lain.

Page 20: Dengue haemoragic Fever

6. Resiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya

volume cairan tubuh.

Tujuan :

Tidak terjadi syok hipovolemik.

Tanda-tanda vital dalam batas normal.

Keadaan umum baik.

Intervensi :

a. Monitor keadaan umum pasien

Rasional : memantau kondisi pasien selama masa perawatan

terutama pada saat terjadi perdarahan sehingga segera

diketahui tanda syok dan dapat segera ditangani.

b. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 sampai 3 jam.

Rasional : tanda vital normal menandakan keadaan umum baik.

c. Monitor tanda perdarahan.

Rasional : Perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi

sehingga pasien tidak sampai syok hipovolemik.

d. Cek haemoglobin, hematokrit, trombosit

Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah

yang dialami pasien sebagai acuan melakukan tindakan lebih

lanjut.

e. Berikan transfusi sesuai program dokter.

Rasional : Untuk menggantikan volume darah serta komponen

darah yang hilang.

f. Lapor dokter bila tampak syok hipovolemik.

Rasional : Untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut

sesegera mungkin.

Page 21: Dengue haemoragic Fever

7. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (pemasangan

infus).

Tujuan :

Tidak terjadi infeksi pada pasien.

Intervensi :

a. Lakukan teknik aseptik saat melakukan tindakan pemasangan

infus.

Rasional : Tindakan aseptik merupakan tindakan preventif

terhadap kemungkinan terjadi infeksi.

b. Observasi tanda-tanda vital.

Rasional : Menetapkan data dasar pasien, terjadi peradangan

dapat diketahui dari penyimpangan nilai tanda vital.

c. Observasi daerah pemasangan infus.

Rasional : Mengetahui tanda infeksi pada pemasangan infus.

d. Segera cabut infus bila tampak adanya pembengkakan atau

plebitis.

Rasional : Untuk menghindari kondisi yang lebih buruk atau

penyulit lebih lanjut.

8. Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan

trombositopenia.

Tujuan :

Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

Jumlah trombosit meningkat.

Intervensi :

a. Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis.

Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran

pembuluh darah.

b. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat

Rasional : Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat

menyebabkan perdarahan.

Page 22: Dengue haemoragic Fever

c. Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda

perdarahan lebih lanjut.

Rasional : Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini

mungkin.

d. Jelaskan obat yang diberikan dan manfaatnya.

Rasional : Memotivasi pasien untuk mau minum obat sesuai

dosis yang diberikan.

9. Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk

dan perdarahan yang dialami pasien.

Tujuan :

Kecemasan berkurang.

Intervensi :

a. Kaji rasa cemas yang dialami pasien.

Rasional : Menetapkan tingkat kecemasan yang dialami pasien.

b. Jalin hubungan saling percaya dengan pasien.

Rasional : Pasien bersifat terbuka dengan perawat.

c. Tunjukkan sifat empati

Rasional : Sikap empati akan membuat pasien merasa

diperhatikan dengan baik.

d. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan

perasaannya

Rasional : Meringankan beban pikiran pasien.

e. Gunakan komunikasi terapeutik

Rasional : Agar segala sesuatu yang disampaikan diajarkan

pada pasien memberikan hasil yang efektif.

Page 23: Dengue haemoragic Fever

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta

Ngastiyah (1997). Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta

NANDA, 2006, Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications.

Rohim, Abdul, dkk. (2002). Ilmu Penyakit Anak, Diagnosis dan Penatalaksanaan. Penerbit Salemba Medika. Jakarta

World Health Organization. Dengue haemorrhagic fever: diagnosis, treatment, prevention and control. 2nd ed. Geneva: WHO,1997

WHO Regional Office for South Asia. Dengue. South East Asia Region 2006;(online),http://www.searo.who.int/EN/Section10/Section332_1103.htm,diakses 26 Pebruari 2007)