dengan peningkatan gula darah puasa pada pasien...

9
1 Hubungan Insomnia Dengan Peningkatan Gula Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Mellitus (DM) Di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Edy Suratno 1 Wahyuningsih Safitri 2 Ariyani 3 1) Mahasiswa Prodi S-1 STIKes Kusuma Husada Surakarta 2) Program Studi S-1 STIKes Kusuma Husada Surakarta 3) Program Studi S-1 STIKes Kusuma Husada Surakarta ABSTRAK Gangguan tidur pada pasien diabetes mellitus menyebabkan meningkatnya aktivitas Hipotalamus Pituitary Adrenal (HPA) dan sistem saraf simpatis. yang dapat merangsang pengeluaran hormon seperti ketokolamin dan kortisol yang menyebabkan gangguan toleransi glukosa dan resistensi insulin yang akhirnya menyebabkan DM.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara gangguan tidur ( insomnia) dengan peningkatan kadar gula darah puasa pada pasien dengan Diabetes Mellitus di ruang rawat inap RSUD Dr. Moewardi Rancangan penelitian yang digunakan ialah korelasi dengan pendekatan case control. Teknik sampling dengan purposive sampling dengan jumlah sampel 106 orang. Teknik analisis yang digunakan adalah korelasi rank spearman. Kesimpulan dalam penelitian ini ialah ada hubungan antara insomnia dengan peningkatan kadar gula darah puasa pada pasien DM di ruang rawat inap RSUD Dr. Moewardi, dengan tingkat hubungan cukup kuat, dengan p-value sebesar 0,000 dan r hitung sebesar 0,516. Peningkatan kadar gula darah pada pasien DM yang mengalami insomnia disebabkan adanya gangguan toleransi glukosa dan resistensi insulin. Kata Kunci : Pasien DM, kadar gula darah puasa, insomnia ABSTRACT Sleep disorders of the diabetes mellitus patients cause the increase of Hipotalamus Pituitary Adrenal (HPA) activities and sympathetic nervous system. This stimulates secretion of catecholamine and cortisol, which cause impaired glucose tolerance and insulin resistance which finally causes DM. The objective of this research is to investigate the correlation between the insomnia and the fasting blood sugar increase on the diabetes mellitus patients at the Inpatient Room of Dr. Moewardi General Hospital of Surakarta. This research used the correlational method with the case control approach. The samples of the research consisted of 106 patients. They were taken by using the purposive sampling technique. The data of research were analyzed by using the Spearman’s Rank Correlation. The result of the research shows that there was a strong correlation between the insomnia and the fasting blood sugar increase on the diabetes mellitus patients at the Inpatient Room of Dr. Moewardi General Hospital of Surakarta as indicated by the p- value = 0.000 and the value of r count = 0.516. The fasting blood sugar increase on the DM patients with insomnia was caused by the impaired glucose tolerance and insulin resistance. Keywords: DM patients, fasting blood sugar, insomnia

Upload: phungtuyen

Post on 06-Feb-2018

216 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dengan Peningkatan Gula Darah Puasa Pada Pasien …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-edysuratno... · peningkatan kadar gula darah puasa pada pasien DM di ruang

1

Hubungan Insomnia Dengan Peningkatan Gula Darah Puasa Pada Pasien Diabetes

Mellitus (DM) Di Ruang Rawat Inap

RSUD Dr. Moewardi

Edy Suratno1 Wahyuningsih Safitri2 Ariyani3

1) Mahasiswa Prodi S-1 STIKes Kusuma Husada Surakarta

2) Program Studi S-1 STIKes Kusuma Husada Surakarta

3) Program Studi S-1 STIKes Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK

Gangguan tidur pada pasien diabetes mellitus menyebabkan meningkatnya

aktivitas Hipotalamus Pituitary Adrenal (HPA) dan sistem saraf simpatis. yang dapat

merangsang pengeluaran hormon seperti ketokolamin dan kortisol yang menyebabkan

gangguan toleransi glukosa dan resistensi insulin yang akhirnya menyebabkan

DM.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara gangguan tidur (insomnia)

dengan peningkatan kadar gula darah puasa pada pasien dengan Diabetes Mellitus di

ruang rawat inap RSUD Dr. Moewardi

Rancangan penelitian yang digunakan ialah korelasi dengan pendekatan case

control. Teknik sampling dengan purposive sampling dengan jumlah sampel 106 orang.

Teknik analisis yang digunakan adalah korelasi rank spearman.

Kesimpulan dalam penelitian ini ialah ada hubungan antara insomnia dengan

peningkatan kadar gula darah puasa pada pasien DM di ruang rawat inap RSUD Dr.

Moewardi, dengan tingkat hubungan cukup kuat, dengan p-value sebesar 0,000 dan r hitung

sebesar 0,516. Peningkatan kadar gula darah pada pasien DM yang mengalami insomnia

disebabkan adanya gangguan toleransi glukosa dan resistensi insulin.

Kata Kunci : Pasien DM, kadar gula darah puasa, insomnia

ABSTRACT

Sleep disorders of the diabetes mellitus patients cause the increase of Hipotalamus

Pituitary Adrenal (HPA) activities and sympathetic nervous system. This stimulates

secretion of catecholamine and cortisol, which cause impaired glucose tolerance and

insulin resistance which finally causes DM. The objective of this research is to investigate

the correlation between the insomnia and the fasting blood sugar increase on the diabetes

mellitus patients at the Inpatient Room of Dr. Moewardi General Hospital of Surakarta.

This research used the correlational method with the case control approach. The

samples of the research consisted of 106 patients. They were taken by using the purposive

sampling technique. The data of research were analyzed by using the Spearman’s Rank

Correlation.

The result of the research shows that there was a strong correlation between the

insomnia and the fasting blood sugar increase on the diabetes mellitus patients at the

Inpatient Room of Dr. Moewardi General Hospital of Surakarta as indicated by the p-

value = 0.000 and the value of r count = 0.516. The fasting blood sugar increase on the

DM patients with insomnia was caused by the impaired glucose tolerance and insulin

resistance.

Keywords: DM patients, fasting blood sugar, insomnia

Page 2: Dengan Peningkatan Gula Darah Puasa Pada Pasien …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-edysuratno... · peningkatan kadar gula darah puasa pada pasien DM di ruang

2

1. PENDAHULUAN

Diabetes Mellitus adalah suatu

kelompok heterogen penyakit yang

gambaran umumnya adalah

hiperglikemia (Robbins, 2004). Tidur

dan istirahat merupakan kebutuhan dasar

yang dibutuhkan oleh setiap manusia

untuk melakukan proses pemulihan

untuk mengembalikan stamina tubuh

hingga berada dalam kondisi yang

optimal. Setiap individu mempunyai

kebutuhan istirahat dan tidur yang

berbeda dan jika dilakukan secara baik

dan teratur akan memberikan efek yang

bagus terhadap kesehatan. Kebutuhan

istirahat dan tidur pada individu yang

sakit sangat diperlukan untuk

mempercepat proses penyembuhan

(Asmadi, 2008).

Seseorang dapat mengalami

masalah gangguan tidur misalnya

kesulitan untuk mulai tidur atau

mempertahankan tidurnya, atau terlalu

cepat bangun. Kondisi ini disebut

dengan insomnia. Akibatnya insomnia

adalah tubuh akan mengalami stress

fisik dan dapat berisiko menderita

penyakit degeneratif antara lain

Diabetes Mellitus(Cauter, 1997).

Menurut WHO tahun 2012,

terdapat lebih dari 200 juta orang

dengan diabetes mellitus di dunia.

Angka ini akan bertambah menjadi 333

juta orang di tahun 2025. Negara

berkembang seperti Indonesia

merupakan daerah yang paling banyak

terkena pada abad 21. Indonesia

merupakan negara dengan jumlah

penderita Diabetes Mellitus ke 4

terbanyak di dunia, setelah Cina, India,

dan Amerika Serikat (Soegondo, dan

Sukardji, 2011).

Diabetes Mellitus menduduki peringkat

nomor lima pada 10 besar penyakit

rawat inap di RSUD Dr. Moewardi pada

tahun 2011. Dari data rekam medis

RSUD Dr. Moewardi pada bulan

Oktober 2014 sampai dengan bulan

Desember 2014 tercatat 512 pasien yang

dirawat dengan Diabetes Mellitus.

Perubahan hormonal yang terjadi

terkait dengan gangguan tidur dapat

disebabkan adanya aktivitas

Hipotalamus Pituitary Adrenal (HPA)

dan sistem saraf simpatis. Aktivitas

Hipotalamus Pituitary Adrenal dan

sistem saraf simpatis dapat merangsang

pengeluaran hormon seperti ketokolamin

dan kortisol yang menyebabkan

gangguan toleransi glukosa dan

resistensi insulin yang akhirnya

menyebabkan DM (Taub & Redeker,

2008). Pasien dengan Diabetes Mellitus

yang mengalami gangguan tidur dapat

beresiko terjadi peningkatan gula darah (

Stuart & Sundeen, 1998 ).

Menurut Parish (2009), ganguan

tidur merupakan masalah umum yang

Page 3: Dengan Peningkatan Gula Darah Puasa Pada Pasien …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-edysuratno... · peningkatan kadar gula darah puasa pada pasien DM di ruang

3

terjadi pada pasien yang mengalami

suatu penyakit seperti DM dan

sebaliknya DM juga dapat menimbulkan

gangguan tidur akibat adanya keluhan

nocturia dan nyeri.

Pada pasien DM dengan kadar gula

yang abnormal dan masih tidak

terkontrol, atau disertai dengan penyakit

atau penyulit yang lain memerlukan

perawatan di Rumah Sakit. Hospitalisasi

dapat mengganggu psikologi seseorang

karena tidak dapat beradaptasi dengan

lingkungan barunya ( Supartini, 2004).

Berdasarkan obsevasi awal pada

tanggal 29 Desember 2014, terhadap 5

pasien DM menunjukkan peningkatan

gula darah 50 mg/dl sampai dengan 100

mg/dl, jika dibandingkan dengan hasil

pemeriksaan malam sebelumnya. Hasil

wawancara dengan pasien tersebut

menyatakan bahwa gula darah

meningkat karena sulit memulai tidur

ataupun terbangun dari tidur lebih awal.

Oleh karena itu peneliti akan meneliti

tentang hubungan insomnia dengan

peningkatan gula darah puasa

(nocturnal) pada pasien Diabetes

Mellitus di ruang rawat inap RSUD Dr.

Moewardi .

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan

oleh peneliti ialah kuantitatif non

eksperimental. Rancangan penelitian

yang digunakan adalah korelasi dengan

pendekatan case control, yakni suatu

penelitian survey analitik yang

menyangkut bagaimana factor resiko

dipelajari dengan menggunakan

pendekatan retrospective. Rancangan

dalam penelitian ini untuk mengetahui

hubungan antara insomnia dengan

peningkatan gula darah puasa

(nocturnal) pada pasien DM di ruang

rawat inap RSUD Dr. Moewardi.

Populasi dalam penelitian ini

adalah semua pasien DM baik tipe I

ataupun tipe II di ruang rawat inap

RSUD Dr. Moewardi pada bulan

Desember 2014 terdapat 145 pasien,

maka sampel yang digunakan sebanyak

106 orang. Pengambilan sampel

dilakukan dengan non probability

sampling. Teknik yang dipakai

purposive sampling yaitu teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu (Sugiyono. 2003).

Tempat penelitian dilakukan di

ruang rawat inap RSUD Dr. Moewardi.

Dan waktu penelitian dimulai pada

bulan 2 Maret 2015 sampai dengan 18

Agustus 2015.

Alat penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Pengukuran terhadap penurunan tingkat

insomnia menggunakan lembar

kuesioner KSPBJ (Kelompok Studi

Psikiatri Biologi Jakarta), Insomnia

Page 4: Dengan Peningkatan Gula Darah Puasa Pada Pasien …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-edysuratno... · peningkatan kadar gula darah puasa pada pasien DM di ruang

4

Rating Scale yang berjumlah 11

pertanyaan. Alat ukur kadar gula darah

dengan memakai Glukometer yang

umumnya sederhana dan mudah dipakai,

ditambah alat pelengkap seperti kapas

alkohol, stik gula darah, lancet (Perkeni,

2006).

Analisa bivariat dilakukan untuk

mengetahui hubungan insomnia dengan

peningkatan gula darah puasa pada

pasien DM di ruang rawat inap RSUD

Dr. Moewardi. Analisa data dilakukan

dengan product moment dan apabila

data berdistribusi tidak normal, analisa

data yang dilakukan dengan Rank

Spearman. (Dahlan, 2001). Jika p value

0,05 berarti ada hubungan antara

insomnia dengan peningkatan gula darah

puasa (nocturnal) pada pasien DM di

RSUD Dr. Moewardi.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Deskripsi Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan terhadap

106 pasien DM baik tipe I ataupun tipe

II di ruang rawat inap RSUD Dr.

Moewardi. Sebelum dilakukan analisis

data, terlebih dahulu ditampilkan

karakteristik responden sebagai berikut.

1) Karakteristik Responden Menurut

Jenis Kelamin

Tabel. 4.1. Distribusi Frekuensi

Responden Menurut Jenis Kelamin di

RSUD dr. Moewardi pada Bulan Juni

2015 ( n = 106 )

No J.K. Frek (%)

1. Perempuan 73 68,9%

2. Laki-laki 33 31,1%

Jumlah 106 100,0%

Sumber: Data diolah, tahun 2015

2) Karakteristik Responden Menurut

Umur

Tabel. 4.2. Distribusi Frekuensi

Responden Menurut Umur di RSUD dr.

Moewardi pada Bulan Juni 2015( n =

106 ).

No Umur Frekuensi (%)

1. 40-50 th 29 27,4%

2 51-60th 28 26,4%

3 61-70th 37 34,9%

4 71-80th 12 11,3%

Jumlah 106 100,0%

Sumber: Data diolah, tahun 2015

3) Karakteristik Responden Menurut

Lama Menderita DM

Tabel. 4.3. Distribusi Frekuensi Responden

Menurut Lama Menderita DM di RSUD dr.

Moewardi pada Bulan Juni 2015 (n = 106 ).

No. LamaDM Frekuensi (%)

1. 1- 2 tahun 39 36,8%

2. 3 - 4 tahun 52 49,1%

3. 5 tahun keatas 15 14,2%

Jumlah 106 100,0%

Sumber: Data diolah, tahun 2015

b. Distribusi Frekuensi Tingkat

Insomnia

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi

Responden dengan Insomnia di RSUD

dr. Moewardi pada Bulan Juni 2015 (n =

106 ).

Nilai Min Maks Mean SD

Skor 20,00 32,00 21,84 2,74

Sumber: Data diolah, tahun 2015

c. Distribusi Frekuensi Kadar Gula

Darah Puasa

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Kadar

Gula Darah Sebelum dan Sesudah Tidur

di RSUD dr. Moewardi pada Bulan Juni

2015 (n =106)

Page 5: Dengan Peningkatan Gula Darah Puasa Pada Pasien …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-edysuratno... · peningkatan kadar gula darah puasa pada pasien DM di ruang

5

Nilai Min Mak Mean SD

sblm tidur 80 500 168,76 73,65

stlh tidur 105 412 175,92 61,16

Sumber: Data diolah, tahun 2015

d. Hasil Uji Korelasi

Selengkapnya hasil analisis

korelasi Rank Spearman adalah sebagai

berikut.

Tabel 4.7. Hasil Uji Korelasi Rank

Spearman

Variabel r hitung p-value

Ins.dgn ↱KGD 0,516 0,000

Sumber: Data diolah, tahun 2015

e. Karakteristik Responden

1) Distribusi Frekuensi Responden

Menurut Jenis Kelamin

Distribusi frekuensi responden

menurut jenis kelamin sebagaimana

tabel diatas menunjukkan sebagian besar

adalah perempuan yaitu sebanyak 73

responden (68,9%) dan sisanya laki-laki

sebanyak 33 responden (31,1%).

Penelitian menunjukkan bahwa sebagian

besar responden adalah perempuan, hal

ini dapat dinyatakan bahwa perempuan

memiliki resiko diabetes mellitus lebih

tinggi dibandingkan laki-laki.

Penelitian ini sesuai dengan

penelitian Jelantik (2014) menunjukkan

sebagian besar respondennya dengan

DM yang berjenis kelamin perempuan,

yaitu sejumlah 60 orang (60%).

Penelitian lain dilakukan Trisnawati

dan Setyorogo (2012). tentang faktor

risiko kejadian Diabetes Mellitus tipe 2,

dimana penelitian tersebut

menyimpulkan bahwa faktor-faktor

yang berhubungan dengan kejadian

Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas

Kecamatan Cengkareng adalah jenis

kelamin ( perempuan sejumlah 18 atau

62.1% ), umur, riwayat DM, aktifitas

fisik, Indeks Massa Tubuh, tekanan

darah, stress dan kadar kolesterol.

Wanita lebih berisiko mengidap diabetes

karena secara fisik wanita memiliki

peluang peningkatan indeks masa tubuh

yang lebih besar. Sindroma siklus

bulanan (premenstrual syndrome),

pasca-menopouse yang membuat

distribusi lemak tubuh menjadi mudah

terakumulasi akibat proses hormonal

tersebut sehingga wanita berisiko

menderita diabetes mellitus tipe2

(Irawan, 2010).

2) Distribusi Frekuensi Responden

Menurut Umur

Distribusi frekuensi responden

menurut umur menunjukkan sebagian

besar responden berumur 61-70 tahun

yaitu sebanyak 37 responden (34,9%).

Adib (2011) menyatakan bahwa

DM Tipe 2 bisa terjadi pada anak-anak

dan orang dewasa, tetapi biasanya

terjadi setelah usia 30 tahun. Masyarakat

yang merupakan kelumpok berisiko

tinggi menderita DM salah satunya

adalah mereka yang berusia lebih dari

45 tahun. Prevalensi DM akan semakin

meningkat seiring dengan makin

Page 6: Dengan Peningkatan Gula Darah Puasa Pada Pasien …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-edysuratno... · peningkatan kadar gula darah puasa pada pasien DM di ruang

6

meningkatnya umur, hingga kelompok

usia lanjut (Bustan, 2007).

3) Distribusi Frekuensi Responden

Menurut Lama Menderita DM

Distribusi frekuensi responden

menurut lama menderita DM

menunjukkan sebagian besar mengalami

DM selama 3-4 tahun yaitu sebanyak 52

responden (49,1%), selanjutnya 1 – 2

tahun sebanyak 39 responden (36,8%),

dan 5 tahun keatas sebanyak 15

responden (14,2%).

Penelitian Delang (2006),

menyatakan bahwa terdapat hubungan

yang bermakna secara statistik antara

lama menderita DM terhadap derajat

komplikasi yang ditimbulkan yaitu

Retino Diabetika dengan tingkat

kemaknaan p = 0,019 (p = 0,05), pada

lama menderita DM 5 – 9 th didapatkan

28 orang (50,91%) dan pada lama

menderita DM ≥ 10 th didapat 27 orang

(49,09%).

f. Tingkat Insomnia

Distribusi frekuensi responden

menurut skor insomnia menunjukkan

skor terendah adalah 20, skor tertinggi

32, rata-rata 21,83. Berdasarkan skor

insomnia menunjukkan semua

responden mengalami insomnia.

Kejadian insomnia responden

menunjukkan sebagian besar mengalami

insomnia. Kondisi ini disebabkan

beberapa faktor antara lain kecemasan

yang dialami oleh pasien selama

hospitalisasi serta adanya penyakit yang

dialami oleh responden. Ida (2011) yang

meneliti faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian insomnia pasien gagal

ginjal di RSUD Daerah Kota

Tasikmalaya dan Garut menunjukkan

bahwa kecemasan merupakan faktor

yang dominan berhubungan dengan

kejadian insomnia. Pasien yang

mengalami kecemasan berat memiliki

risiko 3,3 kali untuk mengalami

insomnia dibandingkan pasien yang

mengalami kecemasan ringan. Lama

waktu hemodialisis juga merupakan

faktor yang berhubungan dengan

insomnia, dimana pasien yang menjalani

hemodialisis dalam waktu lama

memiliki risiko 2,477 kali untuk

mengalami insomnia dibandingkan

pasien yang baru menjalani hemodialisa.

Sebuah diagnosa pada insomnia

dikonfirmasi jika ada keluhan tidur atau

masalah siang hari terkait penyebab dari

stres atau penurunan fungsional minimal

selama 1 bulan (Roth et al., 2010).

g. Peningkatan Kadar Gula Darah

Data kadar gula darah sebelum

tidur menunjukkan skor terendah adalah

80 mg/dl, skor tertinggi 500 mg/dl, rata-

rata 168 mg/dl, dan standar deviasi

73,65 mg/dl. Selanjutnya sesudah tidur

diperoleh kadar gula darah terendah 105

Page 7: Dengan Peningkatan Gula Darah Puasa Pada Pasien …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-edysuratno... · peningkatan kadar gula darah puasa pada pasien DM di ruang

7

mg/dl, tertinggi 412 mg/dl, rata-rata 175

mg/dl

Diabetes tipe 2 merupakan

kelompok penyakit diabetes dengan

karakteristik peningkatan kadar gula

darah (hiperglikemia) akibat gangguan

sekresi insulin, aktivitas insulin atau

keduanya. Secara normal, glukosa

bersirkulasi di dalam darah. Sumber

utama gula adalah hasil absorpsi

makanan di saluran pencernaan dan dari

pembentukan glukosa oleh hati dari

substansi makanan (Brunner and

Suddarth’s, 2000). Insulin, merupakan

hormone yang dihasilkan oleh pankreas,

mengontrol kadar gula darah dengan

pengaturan produksi dan penyimpanan

glukosa. Pada keadaan diabetes, sel-sel

kemungkinan menghentikan respon

terhadap insulin atau pancreas

menghentikan produksi insulin.

Pasien DM memiliki

kecenderungan untuk mengalami

peningkatan kadar gula darah. Beberapa

faktor yang berhubungan dengan kadar

gula darah pasien DM antara lain olah

raga, asupan makanan, interaksi antara

pituitary, andrenal gland, pancreas dan

liver yang diakibatkan oleh adanya

stress dan pengobatan obat-obatan, serta

pertambahan usia (Arisman, 2011).

h. Hubungan Antara Insomnia Dengan

Peningkatan Gula Darah Puasa

(Nocturnal) Pada Pasien DM di

Ruang Rawat Inap RSUD Dr.

Moewardi

Berdasarkan hasil pemeriksaan

diketahui ada hubungan yang cukup

kuat dan positif antara insomnia dengan

peningkatan gula darah puasa

(nocturnal) pada pasien DM di ruang

rawat inap RSUD Dr. Moewardi.

Tidur merupakan dasar

pemeliharaan dan adaptasi fungsi tubuh

selain untuk menyediakan energi dan

untuk kegiatan berikutnya dan

pemulihan, tidur juga memungkinkan

terjaganya kebugaran dan pikiran.

Selama periode tidur otak

mempertahankan kemampuan memori

jangka panjang, mengintegrasikan

informasi yang baru dan memperbaiki

jaringan otak melalui memperbaharui

jaringan, sel saraf dan biokimia.

Gangguan tidur juga berhubungan

dengan perubahan fungsi hormonal

akibat adanya aktivitas system syaraf

simpatik dan jalur hipotalamus-pituitari-

andreal yang menyebabkan sekresi

beberapa hormon yang dapat

mempengaruhi toleransi glukosa dan

resistensi insulin (Taub dan Redeker,

2008).

Penurunan toleransi glukosa dapat

terjadi selama periode tidur, dimana

Page 8: Dengan Peningkatan Gula Darah Puasa Pada Pasien …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-edysuratno... · peningkatan kadar gula darah puasa pada pasien DM di ruang

8

pada periode tersebut terjadi

peningkatan kadar glukosa darah dan

peningkatannya berkisar antara 20-30%.

Selama periode tidur otak sangat sedikit

menggunakan glukosa sebagai energi

dan ditandai dengan adanya penurunan

aktivitas syaraf simpatik serta adanya

peningkatan irama vagal (Spiegel,

Tasali, Leprotlt & Cauter, 2009).

Hasil penelitian ini menunjukkan

adanya peningkatan kadar gula pada

pasien insomnia. Penelitian oleh Arifin

(2011), yang menyatakan ada hubungan

kualitas tidur dengan kadar glukosa

darah pasien DM tipe 2, yaitu dengan

nilai p-value 0,000 dengan arah

hubungan adalah positif, yang berarti

bahwa kualitas tidur yang buruk akan

meningkatkan kadar gula darah pada

pasien DM .

4. SIMPULAN

a. Tingkat insomnia pasien DM di ruang

rawat inap RSUD Dr. Moewardi

sebagian besar adalah insomnia ringan.

b. Kadar gula darah puasa pada pasien

Diabetes Mellitus di ruang rawat inap

RSUD Dr. Moewardi sebagian besar

mengalami peningkatan

(hiperglikemia).

c. Ada hubungan antara insomnia dengan

peningkatan kadar gula darah puasa

(nocturnal) pada pasien DM di ruang

rawat inapRSUD Dr. Moerwardi (r

hitung = 0,516, p-value = 0,000), dengan

tingkat hubungan cukup kuat.

5. SARAN

a. Bagi Rumah Sakit dan Masyarakat

Rumah sakit diharapkan untuk

melakukan upaya-upaya penurunan

insomnia pasien, misalnya dengan

melakukan support information dan

meningkatkan kenyamanan ruang

perawatan.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian tentang hubungan

insomnia dengan peningkatan gula darah

puasa pada pasien DM pada ruang rawat

inap ini dapat digunakan sebagai acuan

dalam proses belajar mengajar,

khususnya saat praktik di rumah sakit.

c. Bagi Peneliti Lain

Peneliti selanjutnya hendaknya

meneliti terkait faktor-faktor lain yang

berhubungan dengan peningkatan kadar

gula darah pasien DM, misalnya pola

makan, pola istirahat dan pengobatan,

sehingga diketahui faktor manakah yang

paling dominan berhubungan dengan

peningkatan kadar gula darah pasien

DM.

d. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui bahwa

ada hubungan antara insomnia dengan

peningkatan gula darah puasa pada

pasien DM yang dirawat di ruang rawat

inap RSUD dr. Moewardi, sehingga

Page 9: Dengan Peningkatan Gula Darah Puasa Pada Pasien …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-edysuratno... · peningkatan kadar gula darah puasa pada pasien DM di ruang

9

dapat menjadi acuan bagi peneliti untuk

memberikan asuhan keperawatan pada

pasien DM yang mengalami insomnia,

dengan memberikan support

information terkait pola tidur yang baik,

meningkakan hygiene tidur, dan lainnya.

REFERENSI

Adib, M. (2011). Pengetahuan Praktis

Ragam Penyakit Mematikan Yang

Paling Sering Menyerang Kita.

Buku Biru. Yogyakarta.

Arifin, Z. (2011). Analisis Hubungan

Kualitas Tidur Dengan Kadar

Glukosa Darah Pasien Diabetes

Mellitus Tipe 2 Di Rumah Sakit

Umum Propinsi Nusa Tenggara

Barat. Thesis Pasca Sarjana.

Universitas Indonesia. Depok.

Arisman, S. (2006). Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta

: Rineka Cipta.

Asmadi. (2008). Tehnik Prosedural

Keperawatan: Konsep Dan

Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.

Jakarta: Salemba Medika.

Bunner & Suddarth. (2001).

Keperawatan Medikal Bedah.

Edisi 8. Jakarta: EGC.

Bustan, M. N., (2007). Epidemiologi

Penyakit Tidak Menular. Jakarta :

Rineka Cipta.

Cauter, Eve Van. (1997). Sleep Quality

And Endocrine Markers Of Sleep

Quality. Dari :

Http://Www.Masces.Ucsf.Edu/All

ostatic/Notebook/Sleep.Htm.

Dahlan, Sopiyudin M. (2013). Statistik

Untuk Kedokteran Dan Kesehatan

Diskriptif, Bivariat Dan

Multivariat Dilengkapi Aplikasi

Dengan Menggunakan Spss.

Jakarta: Salemba Medika.

Delang, Santy Flora D. (2006).

Hubungan Kadar Gula Darah

Dan Lama Menderita Diabetes

Dengan Derajat Retinopati

Diabetika Di RSUP Dr. Kariadi

Semarang. Artikel Karya Ilmiah.

FK UNDIP. Semarang.

Jelantik, I.G., (2014). Hubungan Faktor

Risiko Umur, Jenis Kelamin,

Kegemukan Dan Hipertensi

Dengan Kejadian Diabetes

Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja

Puskesmas Mataram. Media Bina

Ilmiah. Vol. 8. No. 1.

Perkeni, (2006). Konsensus Pengelolaan

Dan Pencegahan Diabetes

Mellitus Tipe 2 Di Indonesia.

Jakarta: Penerbit Perkeni.

Soegondo, Dan Sukardji, (2011).

Penatalaksanaan Diabetes

Mellitus Terpadu. Jakarta: FKUI.

Stuart, G.W & Sundeen, S.J. (1998).

Buku Saku: Keperawatan Jiwa.

Jakarta: EGC.

Sugiyono. (2004). Statistik Untuk

Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar

Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Taub, M.L., Redeker, S.N. (2008). Sleep

Disorder, Glucose Regulation

And Type 2 Diabetes. Biology

Research Nursing. Volume 9.

Trisnawati, S.K.,Setyorogo,S. (2012).

Faktor Resiko Kejadian Diabetes

Mellitus Tipe 2 Di Puskesmas

Kecamatan Cengkareng Jakarta

Barat Tahun 2012. Jakarta Barat.