dengan banyak - radarsby.com · lekoh: wali kota surabaya tri rismaharini (kerudung hijau) bersama...

1
layouter: dony RADAR SURABAYA l RABU, 31 MEI 2017 HALAMAN 42 Lestarikan Budaya Lewat Acara dan Hiburan BUKAN hanya destinasi wisata, Surabaya juga memiliki banyak sekali acara hiburan yang diadakan Pemkot Surabaya melalu Dinas Kebuduyaan dan Pariwisata (Disbudpar). Event-event rutin tersebut selalu mengandung unsur kebudayaan sebab, pemkot ingin tetap mempertahankan budaya agar tidak tergerus modernisasi. Kepala Disbudpar Widodo Suryantoro mengatakan, pemkot selalu membuat even budaya rutin yang diadakan di Balai Pemuda, Tugu Pahlawan, dan Siola. “Hal tersebut untuk melestarikan budaya yang ada di Surabaya,” ujarnya Sebab, yang ditampilkan dalam event tersebut dikhususkan untuk budaya yang ada di Surabaya dan Jawa Timur. “Jadi ada beberapa pertunjukan seperti ludruk, tari tradisional, jaran kepang, reog sampai musik-musik tradisional,” ucap Widodo saat ditemui Radar Surabaya di kantor. Widodo menyampaikan, event rutin tersebut tidak hanya ditampilkan pada saat weekend saja. Namun juga digelar saat hari biasa. “Jadi tidak hanya hari tertentu seperti Sabtu- Minggu saja, ada juga di malam hari kalau hari-hari biasa,” ungkapnya. Dalam event tersebut, diutamakan pertunjukan khas Suroboyoan. “Jadi kayak yang di Balai Pemuda itu ada ludruk khas Suroboyoan, reog itu biasa minggu pagi di Tugu Pahlawan, sedangkan yang rutin itu musik-musik tradisional pada malam hari di Siola,” jelasnya. Widodo menambahkan, event budaya seperti ini bisa menggairahkan geliat wisatawan yang datang ke Surabaya. “Soalnya turis itu lebih tertarik dengan kebudayaan yang ada di Indonesia, makanya kami eksplor budaya khas Surabaya dan Jawa Timur,” tuturnya. Adanya event rutin seperti ini, Widodo mengharapkan feedback yang nyata dari warga Surabaya berupa datang langsung melihat ataupun bergabung untuk pentas. “Karena event ini selain menjadi hiburan juga sarana edukasi,” tandasnya. Bahkan, dijelaskan Widodo, event ini kebanyakan diramaikan oleh pelajar dan mahasiswa. Nah, dalam artian event rutin ini bisa membangkitkan nilai-nilai kesadaran generasi muda akan kebudayaan. “Selain itu bisa mengeksplorasi bakat dan minat para pemuda pemudi yang ada di Surabaya,” pungkasnya. (jar/nur) KOTA Festival Rujak Uleg yang Paling Dinanti ABDULLAH MUNIR/RADAR SURABAYA LEKOH: Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (kerudung hijau) bersama Direktur Radar Surabaya Lilik Widyantoro (baju garis-garis merah) saat nguleg rujak ber- sama perwakilan masyarakat Surabaya dalam Festival Rujak Uleg, Minggu (14/5). SEPANJANG tahun ini banyak event budaya, sosial, ekshibisi yang bisa dikunjungi dan dinikmati di berbagai tempat di Surabaya. Sebuah tawaran yang menarik yang bisa dijadikan alternatif untuk menghabiskan waktu liburan bersama keluarga di Surabaya. Namun di beberapa event tersebut ada event besar yang hanya diadakan setahun sekali. Terlebih penyelenggaraanya mendekati Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS). Di mana event ini termasuk event spesial alias unggulan yang dimiliki Pemkot Surabaya. Event tersebut yakni ada Parade Budaya dan Bunga serta Festival Rujak Uleg. Kedua event ini hanya digelar sepanjang bulan Mei di Surabaya. Sebab event ini memang di sengaja sebagai rangkaian peringatan HJKS. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Widodo Suryantoro mengatakan, event tersebut sebetulnya masuk dalam event reguler. Tetapi event ini menjadi sangat penting karena memang ditunggu-tunggu oleh khalayak umum. “Bukan hanya warga Surabaya, tapi juga orang luar Surabaya bahkan luar negeri,” ujarnya. Terlebih pelaksanaan Parade Budaya dan Bunga merupakan awal dari perayaan HJKS ke-724. Di mana dihelat sebuah atraksi dalam balutan seni budaya dan mobil hias bunga sepanjang jalan protokol dari Tugu Pahlawan hingga Taman Bungkul. Dibanding tahun lalu, agenda tahunan yang menampilkan iring-iringan mobil hias dan kesenian (tari, atraksi koreo) ini lebih semarak. Kesan semarak itu terlihat dari jumlah peserta yang jauh lebih banyak. Parade Budaya dan Bunga tahun ini juga menempuh rute berbeda dibanding tahun lalu. Bila sebelumnya start dari kawasan Tugu Pahlawan dan finish di Balai Kota, maka tahun ini akan finish di kawasan Taman Bungkul. Widodo mengatakan, jumlah peserta Parade Budaya dan Bunga tahun ini mencapai 75 peserta, jauh lebih banyak dibanding tahun lalu yang hanya 50-an. Ke-75 tersebut terdiri dari 45 mobil hias, 24 parade budaya dan enam drumband. “Dengan rute pawai Parade Budaya dan Bunga mencapai kurang lebih 5,3 kilometer dan melintasi beberapa ruas jalan utama di Surabaya,” ucapnya. Sedangkan rujak uleg adalah salah satu makanan khas Surabaya. Terbuat dari lontong, tempe, sayuran, cingur dan disiram sambel kacang yang diberi petis. Sampai-sampai Konsulat Jenderal Amerika sangat menyukai rasa rujak uleg ini. “Rujak uleg is so delicious (rujak uleg sangat enak, Red),” ujar Heather Fariava saat Festival Rujak Uleg. Festival Rujak Uleg kali ini sangatlah meriah. Animonya membludak, baik dari peserta hingga pengunjung. Tercatat 300 peserta yang mengikuti festival ini. Dan ada ribuan pengunjung yang memadati kawasan Jalan Kembang Jepun. Bahkan terlihat beberapa turis asing baik dari Eropa hingga Asia yang sengaja datang ke Surabaya untuk melihat langsung Festival Rujak Uleg ini. Mereka terkagum-kagum, sebab bukan hanya nguleg rujak tapi juga ada fashion show busana adat maupun busana daur ulang. (jar/nur) ANDY SATRIA/RADAR SURABAYA INSTAGRAMABLE: Kampung warna warni di Kenjeran menjadi daya tarik Surabaya bagi wisatawan, khususnya anak muda karena menjadi salah satu spot foto favorit. SATRIA NUGRAHA/RADAR SURABAYA WIDODO SURYANTORO Kepala Disbudpar Kota Surabaya SATRIA NUGRAHA/RADAR SURABAYA DIBANJIRI PENONTON: Pertunjukan Jaranan yang rutin di gelar di Balai Pemuda. Langkah ini sebagai upaya Pemkot Surabaya melestarikan kesenian dan budaya tradisional. ANDY SATRIA/RADAR SURABAYA RAMAI: Parade Budaya dan Bunga menjadi agenda tahunan HJKS yang mampu menyedot wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. D INAS Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surabaya nampaknya sangat optimis terhadap progres pariwisata yang ada di Kota Surabaya. Hal ini terlihat dari target wisatawan yang dipatok oleh Disbudpar sebesar 21 juta orang di tahun 2017 ini. Kepala Disbudpar Kota Surabaya, Widodo Suryantoro membenarkan akan hal tersebut. Sebab pada tahun 2016 target 18 juta pengunjung sudah terlampaui. “Maka dari itu, kami targetkan 20 sampai 21 juta wisatwan, baik domestik maupun mancanegara yang datang ke Surabaya tahun ini,” ujarnya kepada Radar Surabaya. Dengan target tersebut, mantan Kepala Dinas Perdagangan ini lantas mempunyai strategi khusus. Yakni dengan memadukan kepariwisataan dengan ekonomi Kota Surabaya. “Sehingga akan terjadi kolaborasi ekonomi kreatif di Surabaya,” ucapnya. Ia berharap dengan memadukan kepariwisataan dengan perdagangan dan ekonomi bisa menimbulkan multiplayer effect. Sehingga perekonomian di Kota Surabaya terus meningkat. “Karena kami juga akan memberdayakan UKM-UKM yang bergerak di bidang pariwisata. Seperti souvenir, handy craft, jasa-jasa kepariwisataan yang akan terus ditingkatkan,” jelasnya. Keoptimisan ini, lanjut Widodo, sudah sangat wajar. Sebab, Kota Surabaya mempunyai banyak ikon destinasi wisata. Dari tengah kota hingga sudut-sudut Surabaya pun merupakan tempat wisata. “Sekarang ini ada destinasi wisata taman yang sudah dikenal, baik dalam dan luar negeri. Religi kita punya Sunan Ampel, kebun binatang, dan terbaru ini mangrove yang mempunyai daya tarik tersendiri,” terangnya. Semua itu perlu dikemas lagi agar lebih cantik. Sehingga wisatawan domestik maupun luar negeri tidak hanya sekali dua kali mengunjungi Kota Surabaya. Terlebih yang penting warga Surabaya sendiri mau meramaikan wisata yang ada di kota tercintanya. Widodo juga menyampaikan kepada warga Surabaya agar tetap berwisata di kota sendiri. Paling tidak, Widodo menginginkan orang Surabaya tahu destinasi apa saja dan ada apa saja di Kota Surabaya. Yang dampaknya bisa menjadi promosi ke orang luar Surabaya. “Karena sekali lagi kita banyak wisata belanja, wahana dan religi. Kami berharap warga Surabaya bisa menikmati sajian yang ada di kotanya sendiri. Minimal tahu dan menikmati destinasi wisata yang ada di Kota Surabaya,” bebernya. Widodo juga menambahkan, wisata yang paling besar di Surabaya ialah wisata belanja. Ada 31 mall yang berdiri dan beroperasi di kota ini. Setidaknya ada 16 mall besar yang memiliki kualitas tidak kalah dengan Singapura dan harganya jauh lebih terjangkau. “Jadi berwisatalah di Kota Surabaya tercinta,” pungkas pria yang menjadi PNS sejak tahun 1989 ini. (jar/nur)

Upload: duongthu

Post on 10-Apr-2019

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DENGAN BANYAK - radarsby.com · LEKOH: Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (kerudung hijau) bersama Direktur Radar Surabaya Lilik Widyantoro (baju garis-garis merah) saat nguleg rujak

layouter: dony

RADAR SURABAYA l RABU, 31 MEI 2017 HALAMAN 42

Lestarikan Budaya Lewat Acara dan Hiburan

DENGAN BANYAK

BUKAN hanya destinasi wisata, Surabaya juga memiliki banyak sekali acara hiburan yang diadakan Pemkot Surabaya melalu Dinas Kebuduyaan dan Pariwisata (Disbudpar). Event-event rutin tersebut selalu mengandung unsur kebudayaan sebab, pemkot ingin tetap mempertahankan budaya agar tidak tergerus modernisasi.

Kepala Disbudpar Widodo Suryantoro

mengatakan, pemkot selalu membuat even budaya rutin yang diadakan di Balai Pemuda, Tugu Pahlawan, dan Siola. “Hal tersebut untuk melestarikan budaya yang ada di Surabaya,” ujarnya

Sebab, yang ditampilkan dalam event tersebut dikhususkan untuk budaya yang ada di Surabaya dan Jawa Timur. “Jadi ada beberapa pertunjukan seperti ludruk, tari tradisional, jaran kepang, reog

sampai musik-musik tradisional,” ucap Widodo saat ditemui Radar Surabaya di kantor.

Widodo menyampaikan, event rutin tersebut tidak hanya ditampilkan pada saat weekend saja. Namun juga digelar saat hari biasa. “Jadi tidak hanya hari tertentu seperti Sabtu-Minggu saja, ada juga di malam hari kalau hari-hari biasa,”

ungkapnya.Dalam event tersebut,

diutamakan pertunjukan khas Suroboyoan. “Jadi kayak yang di Balai Pemuda itu ada ludruk khas Suroboyoan, reog itu biasa minggu pagi di Tugu Pahlawan, sedangkan yang rutin itu musik-musik tradisional pada malam hari di Siola,” jelasnya.

Widodo menambahkan, event budaya seperti ini bisa menggairahkan geliat wisatawan

yang datang ke Surabaya. “Soalnya turis itu lebih tertarik dengan kebudayaan yang ada di Indonesia, makanya kami eksplor budaya khas Surabaya dan Jawa Timur,” tuturnya.

Adanya event rutin seperti ini, Widodo mengharapkan feedback yang nyata dari warga Surabaya berupa datang langsung melihat ataupun bergabung untuk pentas. “Karena event ini

selain menjadi hiburan juga sarana edukasi,” tandasnya.

Bahkan, dijelaskan Widodo, event ini kebanyakan diramaikan oleh pelajar dan mahasiswa. Nah, dalam artian event rutin ini bisa membangkitkan nilai-nilai kesadaran generasi muda akan kebudayaan. “Selain itu bisa mengeksplorasi bakat dan minat para pemuda pemudi yang ada di Surabaya,” pungkasnya. (jar/nur)

KOTA

Festival Rujak Uleg yang

Paling Dinanti

ABDULLAH MUNIR/RADAR SURABAYA

LEKOH: Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (kerudung hijau) bersama Direktur Radar Surabaya Lilik Widyantoro (baju garis-garis merah) saat nguleg rujak ber-

sama perwakilan masyarakat Surabaya dalam Festival Rujak Uleg, Minggu (14/5).

SEPANJANG tahun ini banyak event budaya, sosial, ekshibisi yang bisa dikunjungi dan dinikmati di berbagai tempat di Surabaya. Sebuah tawaran yang menarik yang bisa dijadikan alternatif untuk

menghabiskan waktu liburan

bersama keluarga di Surabaya. Namun di beberapa

event tersebut ada event besar yang hanya diadakan

setahun sekali. Terlebih penyelenggaraanya mendekati

Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS). Di mana event ini termasuk event

spesial alias unggulan yang dimiliki Pemkot Surabaya.

Event tersebut yakni ada Parade Budaya dan Bunga serta Festival Rujak Uleg. Kedua event ini hanya digelar sepanjang bulan Mei di Surabaya. Sebab event ini memang di sengaja sebagai rangkaian peringatan HJKS.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Widodo Suryantoro mengatakan, event tersebut sebetulnya masuk dalam event reguler. Tetapi event ini menjadi sangat penting karena memang ditunggu-tunggu oleh khalayak umum. “Bukan hanya warga Surabaya, tapi juga orang luar Surabaya bahkan luar negeri,” ujarnya.

Terlebih pelaksanaan Parade Budaya dan Bunga merupakan awal dari perayaan HJKS ke-724. Di mana dihelat sebuah atraksi dalam balutan seni budaya dan mobil hias bunga sepanjang

jalan protokol dari Tugu Pahlawan hingga Taman Bungkul.

Dibanding tahun lalu, agenda tahunan yang menampilkan iring-iringan mobil hias dan kesenian (tari, atraksi koreo) ini lebih semarak. Kesan semarak itu terlihat dari jumlah peserta yang jauh lebih banyak. Parade Budaya dan Bunga tahun ini juga menempuh rute berbeda dibanding tahun lalu. Bila sebelumnya start dari kawasan Tugu Pahlawan dan finish di Balai Kota, maka tahun ini akan finish di kawasan Taman Bungkul.

Widodo mengatakan, jumlah peserta Parade Budaya dan Bunga tahun ini mencapai 75 peserta, jauh lebih banyak dibanding tahun lalu yang hanya 50-an. Ke-75 tersebut terdiri dari 45 mobil hias, 24 parade budaya dan enam drumband. “Dengan rute pawai Parade Budaya dan Bunga mencapai kurang lebih 5,3 kilometer dan melintasi beberapa ruas jalan utama di Surabaya,” ucapnya.

Sedangkan rujak uleg adalah salah satu makanan khas Surabaya. Terbuat dari lontong, tempe, sayuran, cingur dan disiram sambel kacang yang diberi petis. Sampai-sampai Konsulat Jenderal Amerika sangat menyukai rasa rujak uleg ini. “Rujak uleg is so delicious (rujak uleg sangat enak, Red),” ujar Heather Fariava saat Festival Rujak Uleg.

Festival Rujak Uleg kali ini sangatlah meriah. Animonya membludak, baik dari peserta hingga pengunjung. Tercatat 300 peserta yang mengikuti festival ini. Dan ada ribuan pengunjung yang memadati kawasan Jalan Kembang Jepun.

Bahkan terlihat beberapa turis asing baik dari Eropa hingga Asia yang sengaja datang ke Surabaya untuk melihat langsung Festival Rujak Uleg ini. Mereka terkagum-kagum, sebab bukan hanya nguleg rujak tapi juga ada fashion show busana adat maupun busana daur ulang. (jar/nur)

ANDY SATRIA/RADAR SURABAYA

INSTAGRAMABLE: Kampung warna warni di Kenjeran menjadi daya

tarik Surabaya bagi wisatawan, khususnya anak muda karena menjadi

salah satu spot foto favorit.

SATRIA NUGRAHA/RADAR SURABAYA

WIDODO SURYANTOROKepala Disbudpar

Kota Surabaya

SATRIA NUGRAHA/RADAR SURABAYA

DIBANJIRI PENONTON:

Pertunjukan Jaranan yang rutin di gelar di

Balai Pemuda. Langkah ini sebagai upaya Pemkot Surabaya melestarikan kesenian dan

budaya tradisional.

ANDY SATRIA/RADAR SURABAYA

RAMAI: Parade Budaya dan Bunga menjadi agenda tahunan HJKS yang mampu menyedot wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.

DINAS Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surabaya nampaknya sangat optimis terhadap progres pariwisata yang ada di Kota Surabaya. Hal ini terlihat dari target wisatawan yang dipatok oleh Disbudpar

sebesar 21 juta orang di tahun 2017 ini.Kepala Disbudpar Kota

Surabaya, Widodo Suryantoro membenarkan akan hal tersebut. Sebab pada tahun 2016 target 18 juta pengunjung sudah terlampaui. “Maka dari itu, kami targetkan 20 sampai 21 juta wisatwan, baik domestik maupun mancanegara yang datang ke Surabaya tahun ini,” ujarnya kepada Radar Surabaya.

Dengan target tersebut,

mantan Kepala Dinas Perdagangan ini lantas mempunyai strategi khusus. Yakni dengan memadukan kepariwisataan dengan ekonomi Kota Surabaya. “Sehingga akan terjadi kolaborasi ekonomi kreatif di Surabaya,” ucapnya.

Ia berharap dengan memadukan kepariwisataan dengan perdagangan dan ekonomi bisa menimbulkan multiplayer effect. Sehingga perekonomian di Kota Surabaya terus meningkat. “Karena kami juga akan memberdayakan UKM-UKM yang bergerak di bidang pariwisata. Seperti souvenir, handy craft, jasa-jasa kepariwisataan yang akan terus ditingkatkan,” jelasnya.

Keoptimisan ini, lanjut Widodo, sudah sangat wajar. Sebab, Kota Surabaya mempunyai banyak ikon destinasi wisata. Dari tengah kota hingga sudut-sudut Surabaya pun merupakan tempat wisata.

“Sekarang ini ada destinasi wisata taman yang sudah dikenal, baik dalam dan luar negeri. Religi kita punya Sunan Ampel, kebun binatang, dan terbaru ini mangrove yang mempunyai daya tarik tersendiri,” terangnya.

Semua itu perlu dikemas lagi agar lebih cantik. Sehingga wisatawan domestik maupun luar negeri tidak hanya sekali dua kali mengunjungi Kota Surabaya. Terlebih yang penting warga Surabaya sendiri mau meramaikan wisata yang ada di kota tercintanya.

Widodo juga menyampaikan kepada warga Surabaya agar tetap berwisata di kota sendiri. Paling tidak, Widodo menginginkan orang Surabaya tahu destinasi apa saja dan ada apa saja di Kota Surabaya. Yang dampaknya bisa menjadi promosi ke orang luar Surabaya.

“Karena sekali lagi kita banyak wisata belanja, wahana dan religi. Kami berharap warga Surabaya bisa menikmati sajian yang ada di kotanya sendiri. Minimal tahu dan menikmati destinasi wisata yang ada di Kota Surabaya,” bebernya.

Widodo juga menambahkan, wisata yang paling besar di Surabaya ialah wisata belanja. Ada 31 mall yang berdiri dan beroperasi di kota ini. Setidaknya ada 16 mall besar yang memiliki kualitas tidak kalah dengan Singapura dan harganya jauh lebih terjangkau. “Jadi berwisatalah di Kota Surabaya tercinta,” pungkas pria yang menjadi PNS sejak tahun 1989 ini. (jar/nur)