demam berdarah pada kehamilan
DESCRIPTION
DBD dalam kehamilanTRANSCRIPT
7/16/2019 Demam Berdarah Pada Kehamilan
http://slidepdf.com/reader/full/demam-berdarah-pada-kehamilan 1/25
DEMAM BERDARAH PADA
KEHAMILAN
Monday, 20 February 2012
Demam Berdarah
Dengue (DBD) merupakan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegepty dan Aedes albopictus dengan empat manifestasi klinis utama
berupa demam tinggi, fenomena perdarahan, hepatomegali, dan pada
kasus yang berat ditandai dengan kegagalan sirkulasi. Pasien dengan
keadaan ini dapat berkembang menjadi syok hipovolemik karena adanya
kebocoran plasma, yang dikenal denganDengue Shock Syndrome (DSS)
yang berakibat fatal.
Epidemiologi Di Indonesia DBD pertama kali dicurigai telah terjadi di Surabaya pada
tahun 1968, tetapi konfirmasi virologis baru diperoleh pada tahun 1970. Di
7/16/2019 Demam Berdarah Pada Kehamilan
http://slidepdf.com/reader/full/demam-berdarah-pada-kehamilan 2/25
Jakarta, kasus pertama dilaporkan pada tahun 1969. Kemudian DBD
berturut-turut dilaporkan di Bandung dan Jogjakarta (1972). Epidemi
pertama di luar Jawa dilaporkan pada tahun 1972 di Sumatera Barat dan
Lampung, disusul oleh Riau, Sulawesi Utara dan Bali (1973). Pada tahun
1974, epidemi dilaporkan di Kalimantan Selatan dan Nusa Tenggara Barat.
Pada tahun 1994 DBD telah menyebar ke seluruh propinsi di Indonesia.
Pada saat ini DBD sudah endemis di banyak kota besar, bahkan sejak
tahun 1975 penyakit ini telah terjangkit di pedesaan. Berdasarkan jumlah kasus DBD, Indonesia menempati urutan kedua
setelah Thailand. Sejak tahun 1968 angka kesakitan rata-rata DBD di
Indonesia terus meningkat dari 0,05 (1968) menjadi 8,14 (1973) menjadi
8,65 (1983) dan mencapai angka tertinggi pada tahun 1988 yaitu 27,09 per
100.000 penduduk dengan penderita sebanyak 57.573 orang, dengan
1.527 orang penderita dilaporkan meninggal dari 201 daerah tingkat II. Morbiditas dan mortalitas DBD yang dilaporkan berbagai negara bervariasi
disebabkan beberapa faktor antara lain status umur penduduk, kepadatan
vektor, tingkat penyebaran virus dengue, prevalensi serotipe virus dengue
dengan kondisi metereologis. Pada awal terjadinya wabah di suatu negara, distribusi umur penderita
memperlihatkan jumlah penderita terbanyak dari golongan anak berumur
kurang dari 15 tahun (86-95%). Namun, pada wabah-wabah selanjutnya,
jumlah penderita yang digolongkan dalam usia dewasa muda meningkat. Di Indonesia virus DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 telah berhasil
diisolasi dari darah penderita. Di Jakarta daerah endemis tinggi, dari
sebagian besar penderita DBD derajat berat maupun yang meninggal
dapat diisolasi virus DEN-3. Survei virologis penderita DBD telah dilekukan
di beberapa rumah sakit di Indonesia sejak tahun 1972 sampai dengan
7/16/2019 Demam Berdarah Pada Kehamilan
http://slidepdf.com/reader/full/demam-berdarah-pada-kehamilan 3/25
tahun 1995. Keempat serotipe virus dengue berhasil diisolasi baik dari
penderita DBD derajat ringan maupun berat. Selama 17 tahun, serotipe
yang berdominasi adalah virus dengue serotipe DEN-2 atau DEN-3 Laporan kepustakaan mengenai demam berdarah dengue dalam
kehamilan dan persalinan masih sangat sedikit. Penelitian di Haiti dan
Republik Dominika melaporkan bahwa setengah dari semua anak yang
telah mencapai usia 2 tahun di negara tersebut mempunyai antibodi
terhadap dengue. Pada saat periode non epidemik, surveilens di Republik
Dominika terhadap darah dari 54 ibu hamil dan darah tali pusat bayi yang
dilahirkannya menunjukkan bahwa attack rate adalah 6%. Dilaporkan pula
bahwa kadar antibodi di dalam darah tali pusat lebih tinggi daripada di
dalam darah ibu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam
kehamilan telah terjadi imunisasi pasif transplasental. Etiologi Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue yang
termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arbovirus) dan sekarang
dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, yang memiliki 4 jenis
serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi oleh salah satu
serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan,
sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe yang lain sangat
kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai
terhadap serotipe lain tersebut. Patofisiologi Patofisiologi primer DBD dan DSS adalah peningkatan akut permeabilitas
vaskuler yang mengarah pada kebocoran plasma ke dalam ruang
ekstravaskuler, sehingga meningmbulkan hemokonsentrasi dan penurunan
tekanan darah. Volume plasme menurun lebih dari 20% pada kasus-kasus
7/16/2019 Demam Berdarah Pada Kehamilan
http://slidepdf.com/reader/full/demam-berdarah-pada-kehamilan 4/25
berat, hal ini didukung oleh penemuan post-mortem meliputi efusi serosa,
efusi pleura, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia. Tidak terjadi lesi destruktif yang nyata pada vaskuler, menunjukkan bahwa
perubahan sementara fungsi vaskuler diakibatkan suatu mediator kerja
singkat. Jika penderita sudah stabil dan mulai sembuh, cairan ekstravasasi
diarborbsi dengan cepat, menimbulkan penurunan hematokrit. Perubahan
hemostasis pada DBD dan DSS melibatkan 3 faktor yaitu perubahan
vaskuler, trombositopenia, dan kelainan koagulasi. Hampir semua
penderita DBD mengalami peningkatan fragilitas vaskuler dan
trombositopenia, dan banyak di antaranya penderita menunjukkan hasil
pemeriksaan koagulasi yang abnormal. Patogenesis Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk Aedes
aegepty atau Aedes albopictus. Organ sasaran dari virus ini adalah organ
hepar, nodus limfaticus, sumsum tulang serta paru-paru. Data dari
perbagai penelitian menunjukkan bahwa sel-sel monosit dan makrofag
mempunyai peranan besar pada infeksi ini. Dalam peredaran darah, virus
tersebut akan difagosit oleh sel monosit perifer. Virus DEN mampu bertahan hidup dan mengadakan multifikasi di dalam
sel tersebut. Infeksi virus dengue mulai dengan menempelnya virus
genomnya masuk ke dalam sel dengan bantuan organel-organel sel,
genom virus membentuk komponen-komponennya, baik komponen antara
maupun komponen struktural virus. Setelah komponen struktural dirakit,
virus dilepaskan dari dalam sel. Proses perkembangbiakan virus DEN
terjadi di sitoplasma sel. Semua Flavivirus memiliki kelompok epitop pada selubung protein yang
menimbulkan reaksi silang pada uji serologis. Hal ini menyebabkan
7/16/2019 Demam Berdarah Pada Kehamilan
http://slidepdf.com/reader/full/demam-berdarah-pada-kehamilan 5/25
diagnosis pasti dengan uji serologi sulit ditegakkan. Kesulitan ini dapat
terjadi di antara keempat serotipe virus DEN. Infeksi oleh satu serotipe
virus DEN menimbulkan imunitas protektif terhadap serotip virus tersebut,
tetapi tidak ada proteksi silang terhadap serotipe virus yang lain. Patogenesa DBD dan DSS masih merupakan masalah yang kontroversial.
Dua teori yang banyak dianut pada DBD dan DSS adalah hipotesis infeksi
sekunder (secondary heterologous infection theory ) atau hipotesis immune
enchancement. Hipotesis ini menyatakan secara tidak langsung bahwa
pasien yang mengalami infeksi yang kedua kalinya dengan serotipe virus
dengue yang heterolog, mempunyai risiko yang lebih besar untuk
menderita DBD atau DSS. Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya
akan mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan kemudian
membentuk kompleks antigen antibodi yang kemudian berikatan dengan
faktor reseptor dari membran sel leukosit terutama makrofag. Oleh karena
antibodi heterolog maka virus tidak dinetralisasikan oleh tubuh sehingga
akan bebas melakukan replikasi dalam sel makrofag. Dihipotesiskan juga
mengenai antibody dependent enchancement (ADE), suatu proses yang
akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel
mononuklear. Sebagai tanggapan terhadap infeksi tersebut, terjadi sekresi
mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan
hipovolemia dan syok. Patogenesis terjadinya syok berdasarkan hipotesis the secondary
heterologous infection theory yang dirumuskan oleh Suvatte tahun 1977.
Sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berlainan
pada seorang pasien, respon antibodi anamnestik yang akan terjadi dalam
waktu beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit
7/16/2019 Demam Berdarah Pada Kehamilan
http://slidepdf.com/reader/full/demam-berdarah-pada-kehamilan 6/25
dengan menghasilkan titer tinggi antibodi IgG anti dengue. Di samping itu,
replikasi virus dengue terjadi juga dalam limfosit yang bertransformasi
dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal ini akan
mengakibatkan terbentuknya kompleks antigen antibodi (virus antibody
complex ) yang selanjutnya akan mengakibatkan aktivasi sistem
komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5
menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan
merembesnya plasma dari ruang intravaskuler ke ruang ekstravaskuler.
Pada pasien dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang sampai
lebih dari 30% dan berlangsung selama 24-43 jam. Perembesan plasma ini
terbukti dengan adanya peningkatan kadar hematokrit, penurunan kadar
natrium, dan terdapatnya cairan di dalam rongga serosa (efusi pleura,
ascites). Syok yang tidak ditanggulangi secara adekuat akan menyebabkan
asidosis dan anoksia, yang dapat berakhir fatal, oleh karena itu
pengobatan syok sangat penting guna mencegah kematian. Hipotesis kedua menyatakan bahwa virus dengue seperti juga virus
binatang lain, dapat mengalami perubahan genetik akibat tekanan sewaktu
virus mengadakan replikasi baik pada tubuh manusia maupun pada tubuh
nyamuk. Ekspresi fenotipik dari perubahan genetik dalam genom virus
dapat menyebabkan peningkatan replikasi virus dan viremia, peningkatan
virulensi, dan mempunyai potensi untuk menimbulkan wabah yang besar.
Kedua hipotesis tersebut didukung oleh data epidemiologis dan laboratoris. Sebagai tanggapan terhadap infeksi virus dengue, kompleks antigen
antibodi selain mengaktivasi sistem komplemen, juga menyebabkan
agregasi trombosit dan mengaktivasi sistem koagulasi melalui kerusakan
sel endotel pembuluh darah. Kedua faktor tersebut akan menyebabkan
perdarahan pada DBD. Agregasi trombosit terjadi sebagai akibat dari
7/16/2019 Demam Berdarah Pada Kehamilan
http://slidepdf.com/reader/full/demam-berdarah-pada-kehamilan 7/25
perlekatan kompleks antigen antibodi pada membran trombosit
mengakibatkan pengeluaran ADP (adenosin di phospat) sehingga
trombosit mekekat satu sama lain. Hal ini akan menyebabkan trombosit
dihancurkan oleh RES (reticulo endothelial system) sehingga terjadi
trombositopenia. Agregasi trombosit ini akan menyebabkan pengeluaran
platelet faktor III mengakibatkan terjadinya koagulopati konsumtif
(KID=koagulasi intravaskuler diseminata), ditandai dengan peningkatan
FDP (fibrinogen degredation product) sehingga terjadi penurunan faktor
pembekuan. Agregasi trombosit ini juga mengakibatkan gangguan fungsi trombosit
sehingga walaupun jumlah trombosit masih cukup banyak, tidak berfungsi
baik. Di sisi lain, aktivasi koagulasi akan menyebabkan aktivasi faktor
Hageman sehingga terjadi aktivasi sistem kinin sehingga memacu
peningkatan permeabilitas kapiler yang dapat mempercepat terjadinya
syok. Jadi, perdarahan masif pada DBD diakibatkan oleh trombositopenia,
penurunan faktor pembekuan (akibat KID), kelainan fungsi trombosit, dan
kerusakan dinding endotel kapiler. Akibatnya, perdarahan akan
memperberat syok yang terjadi. Gangguan Hemostasis Pada Demam Berdarah Dengue
Infeksi virus dengue dapat asimtomatik atau disertai manifestasi
klinis berupa demam tidak terdiferensiasi, demam dengue atau demam
berdarah dengue. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan
manifestasi infeksi virus dengue yang berat yang ditandai dengan
terjadinya perembesan plasma dan gangguan hemostasis sehingga
berpotensi menimbulkan syok (Dengue Shock Syndrome). Gangguan
hemostasis pada demam berdarah dengue dapat berupa vaskulopati,
7/16/2019 Demam Berdarah Pada Kehamilan
http://slidepdf.com/reader/full/demam-berdarah-pada-kehamilan 8/25
trombositopenia, gangguan fungsi trombosit, koagulopati dan Koagulasi
Intravaskular Diseminata (KID). Proses imunopatologi yang terjadi pada demam berdarah dengue
melibatkan sistem imunitas humoral dan selular. Hipotesis secondary
heterologous infection oleh Halstead menyatakan reaksi antibodi terhadap
virus dari infeksi sebelumnya akan mempermudah infeksi virus terhadap
monosit dan makrofag (antibody dependent enhancement). Disamping
hipotesis tersebut diketahui pula peran komplemen, limfosit T dan berbagai
mediator seperti TNF-a, IL-2, IL-6, IFN-g, PAF, C3a, C5a dan histamin
yang menyebabkan disfungsi endotel, perembesan plasma, renjatan,
gangguan koagulasi dan manifestasi perdarahan Peran IL-18 terhadap
diferensiasi sel T menjadi T-helper 1 diperkirakan juga berperan dalam
patogenesis demam berdarah dengue. Vaskulopati bermanifestasi sebagai uji 1 touniquet yang positif dan
petekie yang terjadi pada awal demam sebelum terjadinya,
trombositopenia. Gangguan vaskular yang terjadi berupa infiltrasi dinding
vaskular oleh limfosit fagosit mononuklear, deposit IgM, komplemen dan
fibrinogen. Vaskulopati terjadi sebagai akibat pengaruh virus secara
langsung saat awal infeksi atau sebagai akibat reaksi imunologis yang
terjadi saat konvalesen. Trombositopenia dengan jumlah trombosit 100.000/ mm3 terjadi
pada hari ke 3-7 demam dan kembali meningkat pada hari ke 8-9. Jumlah
trombosit pada syok (DSS) pada umumnya 50.000/mm3 dengan rata-
rata 20.000/mm3. Perdarahan umumnya tidak terjadi walaupun jumlah
trombosit 20.000/mm3 kecuali pada keadaan syok berkepanjangan
7/16/2019 Demam Berdarah Pada Kehamilan
http://slidepdf.com/reader/full/demam-berdarah-pada-kehamilan 9/25
( prolonged shock ). Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui
mekanisme: 1. Supresi sumsum tulang 2. Destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit.
Gambaran sumsum tulang pada fase awal infeksi (< 5 hari)
menunjukkan keadaan hiposeluler dan supresi megakariosit. Setelah
keadaan nadir tercapai akan terjadi peningkatan proses hematopoiesis
termasuk megakariopoiesis. Kadar trombopoietin dalam darah pada saat
terjadi trombositopenia justru menunjukkan kenaikan, hal ini menunjukkan
terjadinya stimulasi trombopoiesis sebagai mekanisme kompensasi
terhadap keadaan trombositopenia. Destruksi trombosit terjadi melalui
pengikatan frogmen C3g, karena terdapatnya antibodi VD, konsumsi
trombosit selama proses koagulopati dan sekuestrasi di perifer. Gangguan
fungsi trombosit terjadi melalui mekanisme gangguan pelepasan ADP,
peningkatan kadar B-tromboglobulin dan PF4 yang merupakan petanda
degranulasi trombosit. Koagulopati terjadi pada berbagai infeksi virus dan bakteri termasuk
infeksi virus dengue. Koagulopati terjadi sebagai akibat interaksi virus
dengan endotel yang menyebabkan disfungsi endotel. Berbagai penelitian
menunjukkan terjadinya koagulopati konsumtif pada demam berdarah
dengue derajat III dan IV. Terjadi pemanjangan masa protombin (PT),
masa tromboplasin parsial teraktivasi (APTT), penurunan fibrinogen dan
peningkatan D-Dimer atau FDP, serta penurunan berbagai faktor koagulasi
(11, V, VII, VIII, IX, X dan XII). Aktivasi koagulasi pada demam berdarah
dengue seperti juga pada sepsis diperkirakan melalui jalur ekstrinsik (tissue
factor pathway ). Jalur intrinsik juga berperan melalui aktivasi faktor XIa
namun tidak melalui, aktivasi kontak (kalikrein C1-inhibitor complex ).
7/16/2019 Demam Berdarah Pada Kehamilan
http://slidepdf.com/reader/full/demam-berdarah-pada-kehamilan 10/25
Aktivitas antitrombin III pada demam berdarah dengue menurun terutama
pada DSS dan berkorelasi dengan PT, APTT, kadar albumin dan
fibrinogen. Proses koagulopati yang berlangsung di luar batas kompensasi
menyebabkan terjadinya penumpukan fibrin, KID dan kegagalan organ
multipel. Bagaimana pengaruh gangguan hemostasis/koagulasi terhadap
risiko perdarahan dan mortalitas pada pasien DBD dan DSS, kiranya masih
memerlukan penelitian lebih lanjut; walaupun pada DBD derajat I pada
umumnya dapat membaik tanpa memerlukan intervensi terapi. Sebagai
penutup dapat disimpulkan bahwa gangguan hemostasis pada demam
berdarah dengue merupakan proses kompleks yang melibatkan fungsi
vaskuler, trombosit dan koagulasi dan terkait dengan keadaan klinis dan
derajat penyakit. Manifestasi Klinis Infeksi virus dengue tergantung dari faktor yang mempengaruhi daya tahan
tubuh dengan faktor-faktor yang mempengaruhi virulensi virus. Dengan
demikian infeksi virus dengue dapat menyebabkan keadaan yang
bermacam-macam, mulai dari tanpa gejala (asimptomatik), demam ringan
yang tidak spesifik, demam dengue, atau bentuk yang lebih berat yaitu
demam berdarah dengue (DBD) dan Dengue Shock Syndrome (DSS). 1. Demam dengue (DD) Bentuk klasik demam dengue adalah gejala demam tinggi mendadak,
kadang-kadang bifasik (saddle back fever ), nyeri kepala berat, nyeri
belakang bola mata, nyeri otot, tulang atau sendi, mual, muntah, dan
timbulnya ruam-ruam di kulit. Ruam berbentuk makulopapular yang bisa
timbul pada awal penyakit dapat menghilang namun timbul kembali pada
hari ke 6 atau ke 7 terutama di daerah kaki, tangan, dan telapak kaki atau
7/16/2019 Demam Berdarah Pada Kehamilan
http://slidepdf.com/reader/full/demam-berdarah-pada-kehamilan 11/25
tangan. Kadang-kadang ditemui keadaan trombositopenia dan leukopenia.
Masa penyembuhan dapat disertai rasa lesu yang berkepanjangan. 2. Demam Berdarah Dengue (DBD) Bentuk klasik DBD ditandai dengan demam tinggi, mendadak 2-7 hari,
disertai dengan muka kemerahan. Keluhan seperti anoreksia, sakit kepala,
nyeri otot, tulang, sendi, mual, dan muntah sering ditemukan. Beberapa
penderita mengeluh nyeri menelan dengan farings hiperemis ditemukan
pada pemeriksaan, namun jarang ditemukan batuk pilek. Nyeri epigastrium
dan di bawah tulang iga kanan, serta nyeri di daerah perut yang bersifat
umum, biasa ditemukan. Demam tinggi dapat menimbulkan kejang demam
terutama pada bayi. Bentuk perdarahan yang paling sering ditemukan adalah uji tourniquet
(rumple leed) positif, kulit mudah memar dan perdarahan pada bekas
suntikan intravena atau pada bekas pengambilan darah. Pada kebanyakan
kasus petekia halus ditemukan tersebar di daerah ekstremitas, aksila,
wajah, dan palatum mole, yang biasanya ditemukan pada fase awal dari
demam. Epistaksis dan perdarahan gusi lebih jarang ditemukan,
perdarahan saluran cerna ringan dapat ditemukan pada fase demam.
Keadaan hepatomegali juga dapat ditemukan. Masa kritis dari penyakit terjadi pada fase akhir demam, pada saat ini
penurunan suhu yang tiba-tiba sering disertai dengan gangguan sirkulasi
yang bervariasi dalam berat-ringannya. Pada kasus dengan gangguan
sirkulasi ringan, perubahan yang terjadi minimal dan sementara, pada
kasus berat penderita dapat mengalami syok. DBD dibedakan dari DD dengan adanya kebocoran plasma yang
bermanifestasi sebagai peningkatan nilai hematokrit, efusi pada rongga
7/16/2019 Demam Berdarah Pada Kehamilan
http://slidepdf.com/reader/full/demam-berdarah-pada-kehamilan 12/25
pleura atau rongga peritoneum, atau hipoproteinemia. Perjalanan penyakit
dapat dipengaruhi oleh diagnosis dini dan pemberian cairan. Berdasarkan manifestasi klinis yang ditemukan, DBD dibagi atas 4
derajat, yaitu: ajat I :Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan
ialah uji tourniquet. ajat II :Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan/atau
perdarahan lain. ajat III :Kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan
lemah, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang), atau hipotensi,
ditandai dengan kulit dingin dan lembab serta pasien menjadi gelisah. ajat IV :Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur.
Diagnosis Perubahan patofisiologi pada infeksi dengue menentukan perbedaan
perjalanan penyakit antara DBD dengan DD. Perubahan patofisiologis
tersebut adalah kelainan hemostasis dan perembesan plasma. Kedua
kelainan tersebut dapat diketahui dengan adanya trombositopenia dan
peningkatan hematokrit. Oleh karena itu, trombositopenia dan
hemokonsentrasi merupakan kejadian yang selalui dijumpai. Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO
tahun 1997 yang terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris. Kriteria klinis:
1. Demam tinggi mendadak tanpa diketahui penyebab yang jelas dan
berlangsung terus menerus selama 2-7 hari.
2. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:
a. Uji tourniquet positif b. Ptekie, ekimosis, purpura
7/16/2019 Demam Berdarah Pada Kehamilan
http://slidepdf.com/reader/full/demam-berdarah-pada-kehamilan 13/25
c. Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi d. Hematemesis dan atau melena 1. Pembesaran hati
2. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi,
kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah.
Kriteria Laboratoris adalah: 1. Trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
2. Hemokonsentrasi, peningkatan hematokrit 20% atau lebih
Dua kriteria klinis pertama ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi
atau peningkatan hematokrit cukup untuk menegakkan diagnosis klinis
DBD. Efusi pleura dan atau hipoalbuminemia dapat memperkuat diagnosis
terutama pada pasien anemia dan atau terjadi perdarahan. Pada kasus
syok, peningkatan hematokrit dan adanya trombositopenia mendukung
diagnosis DBD. Diagnosis Laboratoris Diagnosis defenitif infeksi virus dengue hanya dapat dilakukan di
laboratorium dengan cara isolasi virus, deteksi antigen virus atau RNA
dalam serum atau jaringan tubuh, dan deteksi antibodi spesifik dalam
serum pasien. Diagnosis Serologis Dikenal 5 jenis uji serologis yang biasa dipakai untuk menentukan adanya
infeksi virus dengue, yaitu: 1. Uji hemaglutinasi inhibisi
Uji hemaglutinasi inhibisi adalah uji serologis yang dianjurkan dan paling
sering dipakai dan dipergunakan sebagai gold standard pada pemeriksaan
serologis. 1. Uji komplemen
7/16/2019 Demam Berdarah Pada Kehamilan
http://slidepdf.com/reader/full/demam-berdarah-pada-kehamilan 14/25
Uji komplemen fiksasi jarang dipergunakan sebagai uji diagnostik secara
rutin, oleh karena selain cara pemeriksaan agak rumit prosedurnya juga
memerlukan tenaga pemeriksa yang berpengalaman. Berbeda dengan
antibodi HI, antibodi komplemen fiksasi hanya bertahan beberapa tahun
saja (sekitar 2-3 tahun). 1. Uji neutralisasi
Uji neutralisasi adalah uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk
virus dengue. Biasanya uji neutralisasi memakai cara yang disebut Plaque
Reduction Neutralization Test (PRNT) yaitu berdasarkan adanya reduksi
dari plaque yang terjadi. Saat antibodi neutralisasi dapat dideteksi dalam
serum hampir bersamaan dengan HI antibodi tetapi lebih cepat dari
antibodi komplemen fiksasi dan bertahan lama (>4-8 tahun). Uji ini juga
rumit dan memerlukan waktu yang cukup lama sehingga tidak dipakai
secara rutin. 1. IgM Elisa
Uji ini pada tahun terakhir merupakan uji serologi yang banyak dipakai. Uji
ini mempunyai sensitifitas sedikit di bawah uji HI, dengan kelebihan yaitu
hanya memerlukan satu serum akut saja dengan spesifisitas yang sama
dengan uji HI. 1. IgG Elisa
Uji IgG Elisa sebanding dengan uji HI, hanya sedikit lebih spesifik. Diagnosis banding
Etiologi demam pada awal penyakit umumnya sulit diketahui,
karenanya perlu ditelit infeksi pada alat-alat tubuh baik yang disebabkan
bakteri maupun virus, seperti bronkopneumonia, kolesistitis, pielonefritis,
demam tifoid, malaria dan sebagainya. Adanya ruam yang akut seperti
pada morbili perlu dibedakan dengan DBD. Biasanya pada morbili ruamnya
7/16/2019 Demam Berdarah Pada Kehamilan
http://slidepdf.com/reader/full/demam-berdarah-pada-kehamilan 15/25
lebih banyak, adanya bintik-bintik koplik pada selaput lendir mulut dan
selalu ditemukan koriza. Adanya pembesaran hati perlu dibedakan dengan
hepatitis akut dan leptospirosis. Pada hari ke 3-4 demam dengan adanya
manifestasi perdarahan, kemungkinan diagnosis DBD akan lebih besar. Perdarahan di kulit seperti petekie dan kimosis ditemukan pada
beberapa penyakit infeksi, misalnya sepsis, meningitis,
meningokokus. Pada sepsis, sejak semula pasien tampak sakit berat,
demam naik turun, dan ditemukan tanda-tanda infeksi. Di samping itu jelas
terdapat leukositosis disertai dominasi sel polimorfonuklear. Pemeriksaan
laju endap darah (LED) dapat dipergunakan untuk membedakan infeksi
bakteri dengan virus. Pada meningitis meningokokus jelas terdapat tanda
rangsangan meningeal dan kelainan pada pemeriksaan cairan
serebrospinalis. Penyakit-penyakit darah seperti idiopathic thrombocytopenic
purpura (ITP), leukemia pada stadium lanjut dan anemia aplastik dapat
pula memberikan gejala-gejala yang mirip DBD. Pemeriksaan sumsum
tulang akan dapat memberi kepastian mengenai diagnosis. Renjatan endotoksik dan renjatan karena dengue sulit
dibedakan. Umur, faktor predisposisi dan perjalanan klinisnya dapat
membantu membedakannya. Gejala penyakit yang disebabkan virus Chikungunya (juga suatu
arbovirus) mirip sekali dengan dengue, terutama mengenai lama demam
dan manifestasi perdarahan, tetapi tidak pernah menyebabkan renjatan
dan gangguan kesadaran. Komplikasi 1. Ensefalopati Dengue
7/16/2019 Demam Berdarah Pada Kehamilan
http://slidepdf.com/reader/full/demam-berdarah-pada-kehamilan 16/25
Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang
berkepanjangan dengan perdarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD
yang tidak disertai syok. Gangguan metabolik seperti hipoksemia,
hiponatremia, atau perdarahan, dapat menjadi penyebab terjadinya
ensefalopati. Melihat ensefalopati DBD bersifat sementara, maka
kemungkinan dapat juga disebabkan oleh trombosis pembuluh darah otak
sementara sebagai akibat dari koagulasi intravaskular diseminata (KID). 2. Kelainan Ginjal Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat
dari syok yang tidak teratasi dengan baik. 3. Edema Paru Edema paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat
berlebihan pemberian cairan. Pemberian cairan pada hari ketiga sampai
kelima sesuai panduan yang diberikan, biasanya tidak akan menyebabkan
edema paru oleh karena perembesan plasma masih terjadi. Akan tetapi
apabila pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang ekstra, apabila
cairan masih diberikan (kesalahan terjadi bila hanya melihat penurunan
kadar hemoglobin dan hematokrit tanpa memperhatikan hari sakit) pasien
akan mengalami distres pernafasan, disertai sembab pada kelopak mata,
dan tampak adanya gambaran edema paru pada foto dada. Prognosis
Kematian oleh demam dengue hampir tidak ada, sebaliknya pada
DBD atau DSS mortalitasnya cukup tinggi. Pencegahan
Untuk memutuskan rantai penularan, pemberantasan vektor
dianggap cara paling memadai saat ini. Vektor dengue khususnya
A.aegypti sebenarnya mudah diberantas karena sarang-sarangnya
7/16/2019 Demam Berdarah Pada Kehamilan
http://slidepdf.com/reader/full/demam-berdarah-pada-kehamilan 17/25
terbatas di tempat yang berisi air bersih dan jarak terbangnya maksimum
100 meter. Tetapi karena vektor terbesar luas, untuk keberhasilan
pemberantasan diperlukan total coverage (meliputi seluruh wilayah) agar
nyamuk tak dapat berkembang biak lagi. Terdapat 2 cara pemberantasan
vektor: 1. Menggunakan insektisida.
Yang lazim dipakai dalam program pemberantasan demam berdarah
dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa (adultisida)
dan temephos (abate) untuk membunuh jentik (larvasida). Cara
penggunaan malathion ialah dengan pengasapan (thermal fogging) atau
pengabutan (cold fogging). Untuk pemakaian rumah tangga dapat
digunakan berbagai jenis insektisida yang disemprotkan di dalam
kamar/ruangan, misalnya golongan organofosfat, karbamat atau pyrethroid.
Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate (sand
granules) ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes, yaitu bejana tempat
penampungan air bersih. Dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram
Abate SG 1 % per 10 liter air. 2. Tanpa insektisida
Caranya adalah: a. Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1x
seminggu (perkembangan telur ke nyamuk lamanya 7-10 hari. b. Menutup tempat penampungan air rapat-rapat. c. Membersihkan halaman rumah dari kaleng-kaleng bekas, botol-botol pecah
dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang. Isolasi pasien agar pasien tidak digigit vektor untuk ditularkan kepada
orang lain sulit dilaksanakan lebih awal dari perawatan di rumah sakit
karena kesulitan praktis. Mencegah gigitan nyamuk dengan cara memakai
7/16/2019 Demam Berdarah Pada Kehamilan
http://slidepdf.com/reader/full/demam-berdarah-pada-kehamilan 18/25
obat gosok maupun pemakaian kelambu memang dapat mencegah gigitan
nyamuk, tetapi cara ini dianggap kurang praktis. Imunisasi maupun
pemberian anti-virus dalam usaha memutuskan rantai penularan, saat ini
baru dalam taraf penelitian. Dampak Infeksi Virus Dengue Pada Kehamilan Wanita hamil harus berhati-hati pada infeksi virus dengue, karena infeksi
yang terjadi mungkin dapat mempengaruhi janin. Demam dengue pada
wanita hamil tidak menyebabkan abnormalitas pada janin tetapi dapat
berisiko terjadi kematian janin. Janin yang dilahirkan dapat menderita
kegagalan multiorgan pada saat lahir. Ada beberapa laporan kasus transmisi vertikal virus dengue. Salah
satunya pada wanita Thailand dengan sakit panas yang melahirkan
bayinya melalui seksio sesarea. Meski virus dengue tidak dapat diisolasi
dari si ibu, namun data serologi menunjukkan dengue sebagai penyebab
panas pada ibu tersebut. Bayi yang dilahirkan menderita pireksia pada
umur 6 hari dan hal ini mungkin dikarenakan si bayi mendapat infeksi virus
dengue dari ibunya, meskipun ada kemungkinan si bayi digigit nyamuk
pada umur 1 atau 2 hari. Selain itu, pada kasus yang lain dilaporkan bayi
yang dilahirkan dari seorang wanita yang menderita DBD pada waktu hamil
menderita panas pada umur 48 jam. Bayi ini menderita panas selama 2
hari, hepatomegali, trombositopenia, dan efusi pleura. Dengan
menggunakan PCR ( polymerase chain reaction) terdeteksi virus dengue
tipe 1 di serumnya. PENATALAKSANAAN DEMAM BERDARAH DENGUE
Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk DD dan DBD karena
infeksi virus ini adalah self limited . Pengobatan dengue fever tanpa
7/16/2019 Demam Berdarah Pada Kehamilan
http://slidepdf.com/reader/full/demam-berdarah-pada-kehamilan 19/25
komplikasi mencakup terapi suportif dan meliputi penghilangan rasa nyeri,
penurunan temperatur tubuh, tirah baring, dan pemberian cairan. Pada beberapa kasus yang meragukan diperlukan observasi dan
pemeriksaan lanjut dan penderita dapat dirawat di rumah sakit apabila: 1. DBD dengan syok dengan atau tanpa perdarahan
2. DBD dengan perdarahan masih dengan atau tanpa syok
3. DBD tanpa perdarahan masif dengan:
1.1. Hb, Ht normal dengan trombositopenia < 100.000/µl
2. Hb, Ht yang meningkat dengan trombositopenia < 150.000/µl
Pasien yang dicurigai menderita DBD dengan hasil pemeriksaan Hb,
Ht, dan trombosit dalam batas normal dapat dipulangkan dengan anjuran
kembali kontrol ke poliklinik dalam waktu 24 jam berikutnya atau apabila
keadaan pasien memburuk. 1. Penatalaksanaan DBD tanpa perdarahan masif dan syok Pada pasien DBD tanpa perdarahan masif dan syok di ruang rawat, cairan
Ringer Laktat merupakan pilihan pertama. Cairan lain yang dapat
digunakan antara lain adalah cairan Dextrosa 5% dalam Ringer Laktat atau
Ringer Asetat, Dextrosa 5% dalam NaCl 0,45%, Dextrosa 5% dalam
larutan garam atau NaCl 0,9%. Jumlah cairan yang diberikan dengan perkiraan selama 24 jam, pasien
mengalami dehidrasi sedang, maka pasien dengan berat badan sekitar 50-
70 kg diberikan Ringer Laktat perinfus sebanyak 3.000 cc/24 jam. Pada
pasien dengan berat badan lebih dari 70 kg dapat diberikan cairan infus
sampai dengan 4.000 cc/24 jam. Jumlah ini harus diperhitungkan kembali
dengan cermat terutama pada usia kehamilan 28-32 minggu.
7/16/2019 Demam Berdarah Pada Kehamilan
http://slidepdf.com/reader/full/demam-berdarah-pada-kehamilan 20/25
Selama fase akut jumlah cairan infus diberikan pada hari berikutnya setiap
harinya tetap sama dan pada saat mulai didapatkan tanda-tanda
penyembuhan yaitu suhu tubuh mulai menurun, pasien dapat minum dalam
jumlah cukup banyak (sekitar 2 liter/24 jam) dan tidak didapatkan tanda-
tanda hemokonsentrasi serta jumlah trombosit mulai meningkat lebih dari
50.000/ul, maka jumlah cairan infus selanjutnya dapat mulai dikurangi. Mengingat jumlah pemberian cairan infus pada pasien DBD dewasa tanpa
perdarahan masif dan tanpa syok tersebut sudah memadai, maka
pemeriksaan Hb, Ht, dan trombosit dilakukan setiap 12 jam untuk pasien
dengan jumlah trombosit kurang dari 100.000/ul, sedangkan untuk pasien
dengan jumlah trombosit berkisar 100.000-150.000/ul, pemeriksaan
dilakukan setiap 24 jam. Pemeriksaan darah, frekuensi nadi dan
pernafasan, dan jumlah urin dilakukan setiap 6 jam, kecuali bila keadaan
pasien makin memburuk dengan didapatkannya tanda-tanda syok, maka
pemeriksaan tanda-tana vital harus diawasi dengan ketat. Mengenai tanda-tanda syok harus diwaspadai sedini mungkin karena
penatalaksanaan pasien dengan syok (DSS) lebih sulit, dan disertai
dengan risiko kematian yang lebih tinggi. Tanda-tanda syok dini yang harus
segera dicurigai adalah apabila pasien tampak gelisah, atau adanya
penurunan kesadaran, akral teraba dingin dan tampak pucat, serta jumlah
urin yang menurun kurang dari 0,5 ml.kgBB/jam. Gejala-gejala tersebut
merupakan tanda berkurangnya aliran darah ke organ vital tubuh. Tanda-
tanda lain syok dini adalah tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik
kurang dari 100 mmHg, tekanan nadi kurang dari 20 mmHg, nadi cepat
dan kecil. Apabila ditemui tanda-tanda tersebut, maka penatalaksanaan
DBD dengan syok (DSS) harus segera diberikan.
7/16/2019 Demam Berdarah Pada Kehamilan
http://slidepdf.com/reader/full/demam-berdarah-pada-kehamilan 21/25
Transfusi trombosit hanya diberikan pada DBD dengan perdarahan masif
(perdarahan dengan jumlah darah 4-5 ml/kgBB/jam) dengan jumlah
trombosit < 100.000 ul, dengan atau tanpa koagulasi intravaskular
diseminata (KID). Pasien DBD dengan trombositopenia tanpa perdarahan
masif tidak diberikan transfusi suspensi trombosit. Pasien dapat dipulangkan apabila:
a. Keadaan umum/kesadaran dan hemodinamika baik, serta tidak demam b. Pada umum Hb, Ht dan jumlah trombosit dalam batas normal serta stabil 24
jam, tetapi dalam beberapa keadaan, walaupun jumlah trombosit belum
mencapai normal, pasien sudah dapat dipulangkan. 2. Penatalaksanaan DBD dengan perdarahan spontan dan masif tanpa
syok Perdarahan spontan dan masif pada pasien DBD misalnya epistaksis,
perdarahan saluran cerna (hematemesis dan melena atau hematoskesia),
perdarahan saluran kencing (hematuria), perdarahan otak dan perdarahan
tersembunyi, dengan jumlah perdarahan sebanyak 4-5 ml/kgBB/jam. Pada
keadaan seperti ini jumlah dan kecepatan pemberian cairan Ringer Laktat
tetap seperti keadaan DBD tanpa renjatan lainnya yaitu 500 ml/4 jam.
Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan, dan jumlah urin dilakukan
sesering mungkin dengan kewaspadaan terhadap tanda-tanda syok sedini
mungkin. Pemeriksaan Hb. Ht dan trombosit sebaiknya diulang setiap 4-6
jam. Heparin diberikan apabila secara klinis dan laboratoris didapatkan tanda-
tanda KID. Transfusi komponen darah diberikan sesuai indikasi. Fresh
Frozen Plasma diberikan bila didapatkan defisiensi faktor-faktor
pembekuan (PT dan PTT yang memanjang).Packed Red Cell (PRC)
diberikan bila nilai Hb kurang dari 10 g%. Transfusi trombosit hanya
7/16/2019 Demam Berdarah Pada Kehamilan
http://slidepdf.com/reader/full/demam-berdarah-pada-kehamilan 22/25
diberikan pada DBD dengan perdarahan spontan yang masif dengan
jumlah trombosit kurang dari 100.000 µl, disertai dengan KID. 3. Penatalaksanaan DBD dengan syok dan perdarahan spontan Pada kasus DBD dengan syok (DSS), cairan yang diberikan adalah Ringer
Laktat sebagai cairan kristaloid pertama karena mengandung Na laktat
sebagai korektor basa. Pilihan lainnya adalah NaCL 0,9%. Selain resusitasi
cairan, pasien juga diberi oksigen 2-4 liter/menit, dan pemeriksaan yang
harus dilakukan adalah pemeriksaan darah perifer lengkap, pemeriksaan
hemostasis, analisis gas darah, kadar elektrolit natrium, kalium, klorida,
serta ureum dan kreatinin. Pada fase awal Ringer Laktat diberikan sebanyak 20 ml.kgBB/jam dan
kemudian dievaluasi selama 30-120 menit. Syok harus dapat diatasi
segera dalam 30 menit pertama. Syok dinyatakan teratasi bila keadaan
umum pasien membaik, kesadaran/keadaan sistem saraf pusat baik,
tekanan sistolik 100 mmHg atau lebih dengan tekanan nadi lebih dari 20
mmHg, frekuensi nadi kurang dari 100/menit dengan volume yang cukup,
akral teraba hangat dan kulit tidak pucat, serta diuresis 0,5-1 ml/kgBB/jam. Apabila syok sudah dapat diatasi, pemberian Ringer Laktat selanjutnya
dapat dikurangi menjadi 10 ml/kgBB/jam dan dievaluasi selama 60-120
menit berikutnya. Bila keadaan klinis stabil, maka pemberian cairan Ringer
Laktat selanjutnya sebanyak 500 cc/4 jam. Pengawasan dini terhadap
kemungkinan terjadinya syok berulang harus dilakukan terutama dalam
waktu 48 jam pertama sejak terjadinya syok, oleh karena selain proses
patogenesis penyakit masih berlangsung, juga karena sifat cairan kristaloid
hanya sekitar 20% saja yang menetap dalam pembuluh darah setelah 1
jam dari saat pemberiannya. Oleh karena itu apabila hemodinamik masih
belum stabil dengan nilai Ht lebih dari 30 vol%, dianjurkan untuk memakai
7/16/2019 Demam Berdarah Pada Kehamilan
http://slidepdf.com/reader/full/demam-berdarah-pada-kehamilan 23/25
kombinasi kristaloid dan koloid dengan perbandingan 4:1 atau 3:1,
sedangkan bila nilai Ht kurang dari 30 vol% hendaknya diberikan transfusi
sel darah merah (PRC). Pemberian antibiotik perlu dipertimbangkan pada DBD dengan syok
mengingat kemungkinan infeksi sekunder dengan adanya translokasi
bakteri dari saluran cerna. Indikasi lain pemakaian antibiotik pada DBD
adalah apabila didapatkan adanya infeksi sekunder di tempat lain.
Antibiotik yang digunakan hendaknya tidak mempunyai efek terhadap
sistem pembekuan. Penatalaksanaan DBD dengan syok tanpa perdarahan Pada prinsipnya penatalaksanaan kelompok ini mirip dengan
penatalaksanaan pasien DBD dengan syok dan perdarahan, hanya
pemeriksaan secara klinis maupun laboratorium perlu dilakukan secara
lebih teliti dan seksama untuk menentukan kemungkinan adanya
perdarahan yang tersembunyi disertai dengan KID. Apabila tidak
ditemukan tanda-tanda perdarahan, walaupun hasil hemostasis
menunjukkan adanya KID, heparin tidak diberikan, kecuali bila ada
perkembangan ke arah perdarahan. DAFTAR PUSTAKA
1. Dengue Haemorrhagic Fever. Diakses
dari:http://www.who.int/csr/resources/publications/dengue/012-23.pdf
2. Hadinagoro SR. Tatalaksana Demam Dengue/Demam Berdarah dengue.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Rektorat Jenderal
Pemberantasan Penyakit Menular Dan Penyehatan Lingkungan
Pemukiman. 1999
3. Satari HI. Demam Berdarah Dengue. Naskah Lengkap Pelatihan Bagi
Dokter Spesialis Anak dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam dalam
7/16/2019 Demam Berdarah Pada Kehamilan
http://slidepdf.com/reader/full/demam-berdarah-pada-kehamilan 24/25
Tatalaksana Kasus DBD. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia.
Jakarta, 1999
4. Prawirohardjo S. Penyakit Menular. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta, 1999: 567-560
5. Sumarmo S.P.S. Infeksi Virus Dengue. Buku Ajar Infeksi dan Penyakit
Tropis. Hipokrates. Jakarta, 1999: 177-205
6. Prasetyo AA. Infeksi Virus Dengue. Infeksi Virus & Kehamilan. Penerbit
Pustaka Cakra Surakarta. Surakarta, 2005: 138-142
7. WHO. Reported Cases and Deaths of DF/DHF in SEAR. Diakses dari
http://www.who.int
8. Hacker NF, Moore JG. Fisiologi Ibu. Esensial obstetri dan ginekologi.
Jakarta : Hipokrates, 2001 : 68-82
9. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ. Anatomy and Physiology. William
Obstetrics, 22nd ed. Mc Graw Hill Medical Publishing Division. New York,
2001: 64-66
10. Prawirohardjo S. Perubahan Anatomik dan Fisiologik pada Wanita Hamil.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta, 1999: 89-100
11. Soegijanto Soegeng. Aspek Imunologi Penyakit Demam Berdarah
Dengue. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya, 1998: 11-
33
12. Dengue Fever. Diakses dari:
http://www.acpmedicine.com/sample2/ch0731s.htm
13. Shepherd Suzanne. Dengue Fever. Diakses dari:
http://www.emedicine.com/MED/topic528.htm
14. Acang Nusirwan. Pemberian Cairan Pada Demam Berdarah
Dengue. Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK-Unand. RS Dr. M. Djamil Padang
7/16/2019 Demam Berdarah Pada Kehamilan
http://slidepdf.com/reader/full/demam-berdarah-pada-kehamilan 25/25
15. Dengue Type 1 Epidemic in Polynesia 2001. Diakses dari:
http://www.spc.org.nc/phs/PPHSN/Outbreak/Reports/Dengue_report2001-
FrenchPolynesia.pdf
16. Saibi DA. Demam Berdarah Dengue Pada Kehamilan, Persalinan dan
Nifas. Bagian Obstetri dan Ginekologi RSCM FKUI. Jakarta, 1998
17. Dengue Fever. Disease Control and Prevention. Public Health Notifiable
Disease Management Guidelines December 2005. Diakses dari:
http://www.health.gov.ab.ca/professionals/ND_DengueFever.pdf
18. Dengue Hemorrhagic Fever. Diakses dari:
http://www.shands.org/health/information/article/001373.htm