degradasi nilai sosial budaya aksara lontara dikalangan

141
Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan Milenial di Kelurahan Antang Kota Makassar SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh Wahyuni Nurjihad NIM: 105381112416 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI Oktober, 2020

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

Milenial di Kelurahan Antang Kota Makassar

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

Wahyuni Nurjihad

NIM: 105381112416

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

Oktober, 2020

Page 2: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

i

Page 3: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

ii

Page 4: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

iii

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Wahyuni Nurjihad

Nim : 105381112416

Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Judul : Degradasi Nilai Sosial Budaya Akasara Lontara Dikalangan

Milenial di Kelurahan Antang

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi ini merupakan hasil

penelitian, pemikiran dan pemaparan asli saya sendiri. Saya tidak mencantumkan

tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis

oleh orang lain, atau sebagai bahan yang pernah diajukan untuk gelar ijasah pada

Unismuh Makassar atau perguruan tinggi lainya.

Apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran

dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai

dengan peraturan yang berlaku di Unismuh Makassar.

Makassar, Oktober 2020

Yang membuat pernyataan,

Wahyuni Nurjihad

105381112416

Page 5: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

iv

SURAT PERJANJIAN

Saya bertanda tangan di bawah ini:

Nama nnn nn m: Wahyuni Nurjihad

Nim : 105381112416

Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Judul : Degradasi Nilai Sosial Budaya Akasara Lontara Dikalangan

Milenial di Kelurahan Antang

Dengan ini menyatakan:

Skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah hasil karya sendiri,

bukan hasil jiblakan dan tidak dibuatkan oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia

menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar

Makassar, Oktober 2020

Yang membuat pernyataan,

Wahyuni Nurjihad

105381112416

Page 6: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Laa hawlla wala quwwata illa billahil aliyil adzhiim..

Jika semuanya dianggap ibadah, tidak ada kata lelah

Keep going, keep sailing, keep practicing, keep moving forward, keep doing.

Janganlah berhenti.Sebab, ketika berhenti, ya berakhirlah proses itu.

Allah tiupkan kekuatan melalui ujian-ujian yang datang, Allah tangguhkan

sesuatu untuk didik sabar Allah ambil sesuatu untuk didik ridha..

PERSEMBAHAN

Ya Allah betapa besar kasih sayang-Mu mengantarkan

Langkahku, menapak jejak untuk sebuah cita-cita dan cinta.

Dibalik tangis yang selama ini kujadikan pelita. Engkau limpahkan

ketabahan, ketekunan dan kesabaran dalam wujud cinta sejati-Mu.

Sehingga segelintir harapan selesai sudah.

Kupersembahkan karya ini untuk:

Tak lupa ucapan terima kasih yang teramat sangat dalam

Ku ucapkan kepada kedua Orang Tuaku yang telah

Membesarkanku “DENGAN CINTA” sehingga aku menjadi

Diriku yang sekarang ini. Adik-adik, Keluargaku dan sahabat-sahabatku

Page 7: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

vi

ABSTRAK

Wahyuni Nurjihad, 2020. Dibimbing oleh Kaharuddin, S.Pd., M.Pd., Ph.D dan

Syahban Nur, S.Pd., M.Pd. Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara

Dikalangan Milenial di Kelurahan Antang. Skripsi Prodi Pendidikan Sosiolgi,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahu: 1) Bagaimana degradasi nilai

sosial budaya aksara lontara seperti nilai siri, pacce, sipakatau, reso dikalangan

milenial di Kelurahan Antang. 2) Apa saja bentuk-bentuk perubahan nilai sosial

budaya aksara lontara dikalangan milenial di Kelurahan Antang. Metode

penelitian yang digunakan kualitatif deskriptif sering disebut sebagai metode

penelitian naturalistik. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

pendekatan studi kasus ,penulis menggunakan pendekatan studi kasus karena

suatu penelaan empiris yang menyelidiki kehidupan nyata dilakukan secara

intensif, informan berjumlah lima orang dengan latar belakang yang berbea-beda.

Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dokumentasi.Teknik

analisisis data dengan metode dekriptif-analitis yaitu reduksi data, penyajian data,

verification.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang degradasi nilai sosial

budaya aksara lontara seperti nilai siri, pacce, sipakatau, reso dikalangan milenial

dikelurahan Antang dan mengetahui bentuk-bentuk perubahan nilai sosial budaya

aksara lontara dikalangan milenial dikelurahan Antang, hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa masyarakat melihat karakter generasi milenial sudah

mengalami perubahan yang sangat singnifikan nilai-nilai budaya aksara lontara

sudah mulai terlupakan bahkan sebagian besar dari mereka hanya sekedar

mengetahui dan minim akan pengaplikasian di dalam kehidupan sehari-hari, hal

ini nampak dengan terserapnya paham-paham modernisme, pragmatisme,

materialisme, sekularisme, hedonisme dan etnosentrisme. Adapun bentuk-bentuk

perubahan nilai sosial budaya aksara lontara adanya sikap individualisme pada

generasi milenial bersikap semaunya, bersikap deskriminasi, ketergantungan,

renggangya tali silaturahim, rasa tidak bebas serta pergaulan bebas, perilaku

konsumtif serta kurangnya pemahaman generasi milenial terhadap pemahaman

budaya

Kata kunci: Degradasi, Nilai Sosial Budaya, Aksara Lontara, Generasi Milenial

Page 8: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

vii

ABSTRACT

Wahyuni Nurjihad, 2020.Supervised by Kaharuddin, S.Pd., M.Pd., Ph.D and

Syahban Nur, S.Pd., M.Pd. Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara

Dikalangan Milenial di Kelurahan Antang. Thesis of Sociological Education

Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Muhammadiyah

University of Makassar

This study aims to find out: 1) How is the degradation of the socio-cultural

values of Lontara characters such as the value of siri, pacce, sipakatau, reso

among millennials in Antang Village. 2) What are the forms of changes in the

socio-cultural value of the Lontara script among millennials in Antang Village.

The research method used is descriptive qualitative often referred to as naturalistic

research methods. The approach used in this research is the case study approach,

the author uses the case study approach because an intensive empirical study

investigating real life is carried out, the informants totaled five people with

different backgrounds. Data collection techniques are observation, interviews,

documentation. The data analysis technique used was descriptive-analytical

method, namely data reduction, data presentation, verification.

This study aims to find out about the degradation of the socio-cultural

values of the Lontara script such as the value of siri, pacce, sipakatau, reso

among millennials in the Antangand to find out the forms of changes in the socio-

cultural value of the lontara script among millennials in the village of Antang. The

results of this study show that people see the character of generations. Millennials

have undergone significant changes. The cultural values of the Lontara script have

begun to be forgotten, even most of them only know and have minimal

application in their daily lives, this is evident by the absorption of modernism,

pragmatism, materialism, secularism. , hedonism and ethnocentrism. As for the

forms of changes in the socio-cultural value of the Lontara script, there is an

attitude of individualism in the millennial generation, behaving at will,

discriminating against, dependence, loosening ties, feeling insecure and

promiscuity, consumptive behavior and a lack of understanding of the millennial

generation of cultural understanding

Keywords: Degradation, Socio-Cultural Values, Lontara Script, Millennial

Generation

Page 9: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Berkat rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal ini. Shalawat serta salam

tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya. Selanjutnya,

penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada

semua pihak yang membantu kelancaran penulisan proposal ini, baik berupa

dorongan moril maupun materi. Karena penulis yakin tanpa bantuan dan

dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan

proposal ini. Disamping itu, izinkan penulis menyampaikan ucapan terima

kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Bapak Prof. DR. H. Ambo

Asse., M. Ag. serta Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bapak Erwin Akib, S.Pd.,

M.Pd., Ph.D serta para Wakil Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi Bapak Drs. H. Nurdin, M.Si Dan

Sekertaris Program Studi Pendidikan Sosiologi Bapak Kaharuddin, S.Pd.,

M.Pd., Ph.D, beserta seluruh stafnya.

4. Bapak Kaharuddin, S.Pd., M.Pd., Ph.D sebagai pembimbing I (satu) dan

Bapak Syahban Nur, S.Pd., M.Pd selaku pembimbing II (dua) yang

Page 10: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

ix

meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan

proposal.

5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ilmunya kepada

penulis, semoga Bapak dan Ibu dosen selalu dalam rahmat dan lindungan

Allah SWT. Sehingga ilmu yang diajarkan dapat bermanfaat dikemudian

hari.

6. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis hanturkan

dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua orang tua penulis tercinta,

ayahanda Bahar, S.H dan ibunda tercinta Singara, S.Pd serta Nenek H.

Sarina, serta Tante dan adik wardayana, Wadiyafia, Mahdia, Hairul, Fira.

Dengan segala pengorbananya tak akan pernah penulis lupakan atas jasa-

jasa mereka yang merupakan dorongan moril yang paling efektif bagi

kelanjutan studi penulis hingga saat ini

7. Masyarakat Kelurahan Antang yang telah memberikan bantuan kepada

penulis untuk mendapatkan informasi mengenai degradasi nilai sosial

budaya aksara lontara di Kelurahan Antang, yang mendukung penyelesaian

proposal ini

8. Kawan-kawanku Mahasiswa program studi pendidikan sosiologi khususnya

kawan-kawan seperjuangan Kelas. D angkatan 2016 terkhusus kepada

Israwati, Desi Rahmadani, Karlia, Nasrah, Nasriah, Nur Annisa.K, Dawiah

yang selalu memberikan support kepada penulis.

Page 11: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

x

9. Bapak pimpinan beserta para staf Perpustakaan Pusat, Perpustakaan Fakultas

dan Keguruan, atas segala kemudahan yang diberikan kepada penulis untuk

mendapatkan referensi yang mendukung menyelesaikan proposal.

Makassar, Oktober 2020

Penulis

Wahyuni Nurjihad

Page 12: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... iii

SURAT PERNYATAAN...................................................................................... iv

SURAT PERJANJIAN ......................................................................................... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vi

ABSTRAK BAHASA INDONESIA .................................................................... vii

ABSTRAK BAHASA INGGRIS ......................................................................... viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8

E. Definisi Operasional .................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 11

A. Kajian Konsep ............................................................................................. 11

Page 13: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

xii

1. Degradasi Moral...................................................................................... 11

2. Nilai Sosial Budaya................................................................................. 12

3. Aksara Lontara ........................................................................................ 23

4. Generasi Milenial .................................................................................... 25

B. Kajian Teori ................................................................................................. 28

Teori Perubahan Sosial ............................................................................... 28

C. Kerangka Pikir ............................................................................................. 35

Skema Kerangka Pikir ................................................................................. 37

D. Hasil Penelitian Terdahulu .......................................................................... 38

BAB III Metode Penelitian ................................................................................. 42

A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 42

B. Lokasi Penelitian ......................................................................................... 44

C. Fokus Penelitian .......................................................................................... 45

D. Informan Penelitian ..................................................................................... 45

E. Jenis Dan Sumber Data ................................................................................ 46

F. Instrumen Penelitian .................................................................................... 47

G. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 48

H. Teknik Analisis Data ................................................................................... 50

I. Teknik Keabsahan Data ............................................................................... 52

J. Etika Penelitian ............................................................................................ 54

BAB IV Gambaran Historis Lokasi Penelitian ............................................... 56

A. Sejarah Lokasi Penelitian ............................................................................ 56

B. Letak Geografis ........................................................................................... 57

Page 14: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

xiii

C. Keadaan Sosial ............................................................................................ 58

D. Keadaan Pendidikan .................................................................................... 62

BAB V Hasil Penelitian Dan Pembahasan ....................................................... 63

A. Hasil Penelitian ........................................................................................... 63

1. Pergeseran nilai sosial budaya aksara lontara dikalangan milenial

di Kelurahan Antang ............................................................................... 65

2. Bentuk-Bentuk Perubahan Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara

dikalangan milenial di Kelurahan Antang............................................................... 73

B. Pembahasan ..............................................................................................................................77

BAB VI Kesimpulan dan Saran ................................................................................................86

A. Kesimpulan .............................................................................................................................86

B. Saran ..........................................................................................................................................87

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 88

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 91

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 130

Page 15: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 2.1 Perkembangan generasi .................................................... 25

Tabel 4.1 Tabel jumlah penduduk kelurahan antang ............................ 58

Tabel 4.2 Jumlah penduduk yang lahir, mati, datang

dan pindah..................................................................... 58

Tabel 4.3 Mata pencaharian masyarakat kelurahan Antang .............. 58

Tabel 4.4 Sarana prasarana kelurahan Antang .................................. 59

Tabel 4.5 Sarana pendidikan kelurahan Antang ................................ 61

Tabel 5.1 Jumlah informan berdasarkan umur .................................. 62

Tabel 5.2 Klasifikasi informan berdasarkan jenis kelamin ............... 63

Tabel 5.3 Klasifikasi informan berdasarkan pendidikan ................... 63

Tabel 5.4 Klasifikasi informan berdasarkan pekerjaan .................... 63

Page 16: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

Gambar 2.1 Gambar kerangka pikir ............................................................ 35

Gambar 4.1 Struktur organisasi ........................................................ 60

Gambar 1 Wawancara informan Muh.Irfan .................................. 104

Gambar 2 Wawancara informan WY ............................................ 104

Gambar 3 Wawancara informan Hj.Sarina .................................... 105

Gambar 4 Wawancara informan H. Salahudding .......................... 105

Gambar 5 Wawancara informan Salma ......................................... 106

Gambar 6 perilaku mengumbar aurat ............................................. 106

Gambar 7 Bentuk perilaku konsumtif ............................................. 107

Page 17: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran I Pedoman wawancara dan bodata informan ................................... 86

Lampiran II Verbatim wawancara ................................................................... 89

Lampiran III Dokumentasi penelitian .............................................................. 103

Page 18: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat yang ada di muka bumi ini selalu membentuk sistem nilai

yang akan dianut, sistem ini menjadi bagian penting dalam membentuk budaya,

perbedaan budaya suatu masyarakatsangat dipengaruhi sistem nilai yang dianut

dan menjadi pengangan hidup masyarakat tersebut. Manusia sebagai makhluk

sosial yang berbudaya pada dasarnya dipengaruhi oleh nilai-nilai kemanusian

dan suku yang dianutnya.

Keragaman suku bangsa yang ada di Indonesia merupakan kekayaan

bangsa dan merupakan identitas kultural sebagai penanda atau pembeda juga

berfungsi sebagai pengikat kebersamaan (yang mempersatukan segenap warga

komunitas), dan sebagai kekuatan yakni kekuatan penggerak dalam kehidupan

dan mencapai tujuan baik secara internal maupun eksternal ketika berinteraksi

dengan masyarakat lain.

Indonesia terdiri dari 34 provinsi yang memiliki suku, bahasa daerah,

pakaian adat, tarian, rumah adat, senjata tradisional, alat musik yang berbeda

dan beranekaragam disetiap daerah yang masing-masing memiliki ciri khas dan

keunikan tersendiri.

Berdasarkan data suku oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dihasilkan 633

kelompok suku besar, pengelompokan suku dilakukan berdasarkan literatur

seperti buku ensiklopedia maupun dari pengetahuan para jejaring yang tersebar

diseluruh nusantara (BPS, 2015). Setiap suku memilki bahasa daerah yang

Page 19: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

2

beranekaragam dengan aksara yang beranekaragam pula yang secara khusus

digunakan dalam menuliskan bahasa daerah masing-masing.

Bahasa daerah merupakan bahasa pertama yang dimiliki oleh masyarakat

dari setiap daerah sebelum mengenal bahasa nasional. propinsi Sulawesi

Selatan memiliki tiga bahasa daerah secara umum yang digunakan oleh

masyarakat untuk berkomunikasi diantaranya: Bahasa Bugis, Bahasa

Makassar, dan Bahasa Toraja.

Dengan arus globalisasi yang sangat cepat mengakibatkan berbagai

konteks budaya dalam tradisi masyarakat Indonesia mengalami pergeseran

nilai-nilai budaya lama dan menghadirkan nilai-nilai budaya baru secara

langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kehidupan individu,

masyarakat, lingkungan social maupun lingkungan tradisi (Khatima, 2012: 12).

Seiring dengan perkembangan dan perubahan social mengakibatkan

berbagai tradisi dan kebudayaan daerah yang pada awalnya dipegang teguh,

dijujung tinggi, dipelihara dan dijaga keberadaanya kini sudah hampir punah

dan luntur dalam kehidupan masyarakat merasa gengsi dan malu apabila masih

mempertahankan budaya local yaitu nilai social aksara Lontara (Widiansyah

dan Hamsah, 40:2018).

Selo Soemardjan (elly M. Setiadi.dkk 2011:610), menjelaskan bahwa

perubahan social adalah segala perubahan pada Lembaga-lembaga

kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi system

sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku diantara

kelompok-kelopok masyarakat perubahan ini terjadi karena sebab-sebab

internal atau sebab-sebab eksternal.

Page 20: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

3

Perubahan terjadi pada masyarakat Bugis-Makassar yang dahulu

mewarisi petuah-petuah atau nasehat yang diwariskan nenek moyang petuah

nasehat tersebuat mengandung norma dan adat istiadat ketika berinteraksi social

telah dikenal dengan istilah ‘appakkeadekeng/pangandereng/assimellereng.

Realisasi dari istilah ini dapat dilihat dari konteks nilai siri, pace, sipakatau,

reso.

Secara teori budaya Bugis-Makassar banyak mengandung nilai nilai

petuah dan nasehat yang diturunkan secara turun temurun, nilai-nilai tersebut

telah diwujudkan dalam pola tingkah laku masyarakat Bugis-Makassar seperti

nilai siri, pace, sipakatau, reso.Namun yang menjadi problem yang mendasar

apakah nilai-nilai masyarakat Bugis-Makassar masi diamalkan dan di hayati

oleh setiap individu khususnya pada kalangan pelajar dan mahasiswa atau

kalangan milenial.

Pemerintah yang diwarnai korupsi, suap, dan bergaya hedonis dan aksi

tawuran pelajar maupun mahasiswa menjadi bukti nyata degradasi moral

bangsa alias minimnya pengahayatan dari sikap saling menghormati, saling

menghargai dan saling mengigatkan, bukti nyata bahwa generasi sekarang

sudah mengalami degradasi moral, tindakan kriminal dalam wujud demonstrasi

menjadi budaya dikalangan mahasiswa seringkali berujung pada bentrok antara

aparat kepolisian dan merusak sarana prasarana social, seperti aksi demo

mahasiswa Makassar yang bergabung dalam suatu kelompok mahasiswa dari

berbagai universitas di Makassar berunjuk rasa di depan kantor KPK.

Banyak masyarakat seperti sekarang ini sebagai Sarjana, Magister, bahkan

sudah Doktor tapi mengapa orang tua kita tampaknya lebih baik arif dan bijak

Page 21: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

4

sana, tanpaknya orang tua dulu masi melakukan papasang to mariolota

dibandingkan fenomena yang ada sekarang ini, dilihat dari segi aksara Lontara

juga cukup memprihatinkan.

Aksara lontara merupakan salah satu bentuk kearifan lokal dan ciri

pembeda dengan bahasa lain yang dimiliki oleh Suku Bugis dalam proses

berkomunikasi. Aksara adalah sebuah sistem simbol visual yang tertoreh pada

suatu media, memiliki fungsi untuk mengungkapkan unsur-unsur yang

mengekspresikan suatu bahasa, istilah lain menyebut aksara adalah tulisan,

alfabet dan abjad adalah istilah pembeda yaitu merupakan tipe aksara

berdasarkan klasifikasi fungsional.

Lontara adalah aksara tradisional masyarakat Bugis-Makassar. Bentuk

aksara lontara menurut budayawan Prof Mattulada (alm) berasal dari “sulapa

eppa wala suji”. Wala Suji berasal dari kata wala yang artinya pemisah dan suji

yang berarti putri. Sulapa eppa (empat sisi) adalah bentuk mistis kepercayaan

Bugis-Makassar klasik yang menyimbolkan susunan semesta api, air, angin

dan tanah. Aksara lontara tidak hanya sebagai simbol visual dan berkomunikasi

namun terdapat nilai sosial budaya yang dapat meningkatkan harkat dan

martabat masyarakat Bugis-Makassar yang mengandung hukum adat istiadat,

ajaran moral dan petuah-petuah.

Aksara Lontara memang sudah lama dikenal di Sulawesi Selatan, akan

tetapi baru sekarang disadari bahwa aksara Lontara merupakan aset dunia yang

selama ini kurang di perhatikan. Oleh karena itu, penggunaan aksara Lontara

perlu digalakkan sebagai wujud pelestarian budaya tulis di Indonesia yang saat

Page 22: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

5

ini kurang mendapatkan perhatian serius padahal aksara ini merupakan aset

nasional yang perlu dipelihara dan dikembangkan.

Apabila hal tersebut tidak dilakukan, maka di khawatirkan lambat laun

aksara Lontara ini akan hilang dan punah, tentunya hal itu tidak diharapkan. Di

khawatirkan pula suatu saat nanti generasi penerus kita, tidak lagi mengenal

aksara Lontara sebagaimana mestinya.

Realitanya pada generasi melenial atau generasi Y yang lahir pada

rentang tahun 1980 hingga 2000 generasi mellenial ini adalah anak-anak muda

yang berusia antara 15-35 tahun, dilihat dari prakteknya generasi melenial

dinilai cenderung cuek pada keadaan sosial, perlahan-lahan nilai sosial budaya

aksara lontara mengalami kemunduran(Badan Pusat Statistik, 2018:15).

Peralatan komunikasi sangat berpengaruh terhadap pewarisan nilai-nilai

dari generasi lama ke generasi yang baru, kehadiran perangkat teknologi yang

dulu tidak dikenal sama sekali dalam kehidupan orang Bugis-Makassar tentu

memberikan pengaruh yang tidak dapat diabaikan terhadap pola-pola

komunikasi yang terjadi dikalangan masyarakat.

Yang menjadi pertanyaan yang mengkhawatirkan bagaimanakah nilai-

nilai utama kebudayaan Bugis-Makassar hidup dalam konteks kehidupan

sehari-hari?, dapatkah nilai-nilai utama kebudayaan Bugis-Makassarhidup

dalam konteks kehidupan seperti ini?, serta dapatkah nilai-nilai tersebut di

manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari dikalangan milenial.

Yang menjadi persoalan sekarang ini tidak dapatnya dibendum kenakalan

remaja yang merupakan kategori milenial, telah menjadi salah satu masalah

Page 23: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

6

pokok yang di hadapi oleh sebagian besar masyarakat yang tinggal di kota-kota

besar tercatat data BPS 2019, generasi milenial dihadapkan pada konsumsi

narkotika dan obat-obatan terlarang jumlah penggunah narkoba tahun 2017

hingga 2019 mencapai 3,38 juta di Indonesia, serta perilaku yang disiarkan

Tribun-Timur.com 30 Desember 2019 di Sulawesi Selatan tepatnya di Pinrang

3 peristiwa kenakalan remaja yaitu pesta miras, pengeroyokan hingga

pronstitusi online, dan baru-baru ini bocah korban bully di pangkep.

Bahwapada tanggal 14 januari 2010 kementrian pendidikan nasional

mencanangkan program “Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa” ini

membuktikan bahwa penanaman nilai karakter belum dapat diterapkan secara

sempurna oleh karena itu penanaman nilai budaya dan karakter bangsa dapat

dilakukan dalam lingkup keluarga dan pendidikan formal lainya seperti nilai

sosial budaya Bugis- Makassar yang harus di lestarikan siri, pacce,sipakatau,

reso.

Menurut Rismawati (114:2014) kenyataanya anak-anak dan remaja

kurang memaknai sikap nilai budaya Bugis-Makassar yaitusiri,

pacce,sipakatau, resobahkan sebagian besar kalangan milenial saat ini kurang

menghargai yang lebih tua, perilaku remaja yang saat ini mengedepankan

fasion, food, film, fun yang berlebihan tidak sepantasnya, serta rasa kurang

memiliki rasa simpati pada orang lain terlihat pada sebagian kalangan milenial

di Kelurahan Antang.

Cara lain untuk mengembalikan eksistensi nilai-nilai sosial aksara lontara

ini yaitu penggunaan nilai aksara lontara seharusnya diterapkan pada pada

Page 24: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

7

dunia pendidikan formal maupun non formal yaitu penerapanya sejak usia dini.

Sebab nilai sosial aksara lontara seperti ini merupakan aset kebudayaan Bugis-

Makassar.Sangat memprihatinkan sekali jika generasi Indonesia hanya budaya

dari negara lainnya, seperti huruf latin, tetapi budaya aslinya sendiri dilupakan

dan dianggap sudah kuno. sangat memprihatingkan sekali jika generasi

sekarang melupakan nilai-nilai leluhur yang merupakan karakter diri

masyarakat khususnya di Kelurahan Antang.

Tradisi yang kental sangat erat pada masyarakat Kelurahan Antang

khususnya masyarakat Bugis-Makassar misalnya saja dalam tradisi

mengangkat rumah panggung, bahu-membahu mengangkat tanpa upah karena

adanya nilai pacce terhadap kerabat.

Sayangnya dimasa sekarang ini banyak percampuran budaya, banyak

pendatang yangmenetap di Kelurahan Antang bahkan terjadinya asmilasi pada

masyarakat, hal ini yang dapat menyebabkan terkikisnya nilai sosial budaya

aksara lontara yang ada pada masyarakat Bugis-Makassar di Kelurahan

Antang. Yang menjadi penilai dan pengukuran dalam penelitian ini adalah

nilai-nilai budaya aksara lontara. Berdasarkan uraian latar belakang, maka

penulismengangkat judul “Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara di

Kalangan Melenial Di Kelurahan Antang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapatlah dikemukakan rumusan

masalah ini yaitu:

Page 25: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

8

1. Apa sajayang mempengaruhi degradasi nilai sosial budaya aksara lontara

seperti nilai siri, pacce, sipakatau, reso dikalangan milenial di Kelurahan

Antang?

2. Apa saja bentuk-bentuk perubahan nilai sosial budaya aksara lontara

dikalangan milenial di Kelurahan Antang?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:

1. Untuk memahami pengaruh pergeseran nilai sosial budaya aksara lontara

seperti siri, pacce, sipakatau, reso di kalangan melenial dikelurahan

Antang.

2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya perubahan nila sosial budaya aksara

lontara di kalangan melenial dikelurahan Antang

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penulisan ini dapat menjadi landasan dalam

mengimplementasikan nilai sosial budaya Bugis-Makassar dalam

penerapanya dalam kehidupan formal maupun nonformal di tegah

masyarakat melenial.

2. Manfaat Praktis

a. Pmerintah

Page 26: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

9

1) Meningkatkan kesadaran pemerintah tentang pentingnya melestarikan

nilai sosial budaya aksara lontara ditengah-tengah kalangan melenial

2) Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan eksistensi nilai

sosial budaya aksara lontara.

b. Masyarakat

1) Menambah wawasan masyarakat mengenai nilai sosial budaya

aksara lontara untuk selanjutnya dijadikan sebagai bahan acuan

dalam melestarikan nilai sosial aksara lontara di masyarakat.

2) Sebagai bahan referensi dalam ilmu budaya sehingga dapat

memperkaya dan menambah wawasan.

E. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap konsep atau istilah-

istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulis memberikan batasan

atau penjelasan pengertian berikut ini mengenai judul yang diangkat yaitu

Degradasinilai sosial budaya aksara lontara dikalangan melenial di kel.

Antang, degradasi diartikan sebagai kemerosatan, kemunduran nilai moral

yang terjadi di masyarakat baik yaitu kemunduran nilai-nilai budaya di

Indonesia sangat memprihatinkan untuk menumbuhkan dan mengembalikan

jati diri dan eksistensi budaya.

Nilai sosial adalah prinsip-prinsip, patokan-patokan, anggapan dan

keyakinan yang berlaku di suatu masyarakat, didalam masyarakat ada patokan-

patokan yang perlu dipatuhi dianggap baik dan benar dan berharga di

masyarakatkebudayaan sendiri yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem

Page 27: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

10

ide atau gagasan yang terdapat dalam pikran manusia, sehingga dalam

kehidupan sehari-hari, kebudayaan bersifat abstrak.

Aksara lontara merupakan sistem tulisan yang menggunakan media daun

lontar dan menggunakan lidi enau atau benda tajam berupa pisau sebagai alat

tulis sedangkan generasi milenial adalah generasi yang diiringi dengan

perkembangan teknologi yang sering disebut generasi Y, generasi yang lahir

1980-2000.

Page 28: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Konsep

1. Degradasi Moral

Degradasi moral terdiri dari dua kata yaitu degradasi dan moral, secara

etimologi degradasi berasal dari bahasa inggris Decadence yang berarti

penurunan, dalam bahasa indonesia degradasi artinya kemunduran,

kemerosotan, kesenian, adat istiadat sedangkan moral berasal dari bahasa latin

yaitu “Mores” yang berasal dari mos yang berarti perilaku, kesusilaan, tabiat

atau kelakuan. Degradasi moral diartikan pula sebagai tingkah laku manusia

yang tidak mengikuti hati nurani karena kurangnya kesadaran diri terhadap

kewajiban mutlak yang ada (Wangi, 2017).

Degradasi moral sering di artikan sebagai turunya, meosotnya,

rusaknya,hancurnya moral, tingkah laku sikap yang ada pada diri remaja.

Adapun beberapa faktor-faktor degradasi moral :

1.Tersebar luasnya pandangan materialistis tanpa spiritual

2.Konsep moralitas kesopanan menjadi longgar karena terpengaruh budaya

barat

3.Budaya global menawarkan kenikmatan semua melalui 3f, food, fashion,

fuan

Page 29: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

12

4.Tingkat persaingan semakin tinggi, karena terbukanya sekat lokal dan

kebanyakan bersifat online

5.Masyarakat lebih bersifat individualistis dan kurang peduli dengan

lingkunganya

6.Keluarga kurang memberi pengarahan (Muthohar,2013).

Maka dapat disimpulkan bahwa degradasi moral adalah penurunan,

kemerosotan, kemunduran tingkah laku baik secara kesenian, adat istiadat yang

terjadi sedangkan moral dapat disimpulkan sebagai perilaku, tabiat, kelakuaan

jadi degradasi moral adalah kemunduran perilaku remaja yang terjadi saat ini

di pengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya faktor lingkungan.

2. Nilai Sosial Budaya

Nilai merupakan suatu hal yang nyata, nilai biasanya dikaitkan dengan

fakta atau kenyataan. Nilai adalah penghargaan yang diberikan masyarakat

kepada segala sesuatu yang baik, penting, luhur pantas dan mempunyai daya

fungsional bagi perkembangan dan kebaikan hidup bersama dalam kamus

Umum Bahasa Indonesia mengartikan nilai sebagai sifat-sifat yang penting

atau berguna bagi kemanusiaan. Dapat dikatakan bahwa dalam kehidupan

masyarakat nilai merupakan sesuatu untuk memberikan tanggapan atas

perilaku, tingkah laku, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas

masyarakat baik secara kelompok maupun individu.

Nilai adalah suatu penghargaan untuk kualitas terhadap sesuatu hal yang

dapat menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang, karena menarik

Page 30: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

13

menyenangkan, memuaskan berguna, menguntungkan atau merupakan suatu

sistem keyakinan. Nilai sifatnya sama dengan ide, maka nilai itu abstrak, dalam

pengertian abstrak, maka nilai tidak dapat dilihat atau ditangkap dengan

pancaindera, yang dapat dilihat atau ditangkap adalah obyek yang mempunyai

nilai itu sikap dan perilaku yang mempunyai nilai.

Nilai (value) yaitu suatu ide atau konsep tentang sesuatu yang di pandang

penting oleh seseorang dalam hidup, nilai mencangkup ide-ide atau gagasan

yang mencangkup tentang benar, baik, indah yang mendasari pola-pola budaya

dan memandu masyarakat dalam menanggapi unsur jasmaniah dan lingkungan

sosial (Nurmalina, 2016:43).

Adapun pengertian nilai menurut pendapat para ahli antara lain :

1. Menurut Milton Rekeach dan James Bank, nilai adalah suatu tipe

kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan bila

mana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau memiliki

dan dipercayai(Hidayat, 2016:73).

2. Menurut Lauis D. Kattsof yang dikutip Syamsul Maarif mengartikan nilai

sebagai berikut Pertama, nilai merupakan kualitas empiris yang tidak dapat

didefinisikan, tetapkita dapat mengalami dan memahami cara langsung

kualitas yang terdapat dalam objek itu. Dengan demikian nilai tidak

semata-mata subjektif, melainkan ada tolak ukur yang pasti terletak pada

esensi objek itu. Kedua, nilai sebagai objek dari suatu kepentingan, yakni

suatu objek yang berada dalam kenyataan maupun pikiran. Ketiga, nilai

Page 31: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

14

sebagai hasil dari pemberian nilai, nilai itu diciptakan oleh situasi

kehidupan(Ghazzali, 2017:180).

3. Menurut Chabib Thoha nilai merupakan sifat yangmelekat pada sesuatu

(Sistem kepercayaan) yang telah berhubungan dengan subjek yang

memberi arti (manusia yang meyakini). Jadi nilai adalah sesuatu yang

bermanfaat dan berguna bagi manusia sebagai acuan tingkah laku (Khakim

dan Miftakhul Munir, 2017:104-123).

Jadi nilai adalah sesuatu yang dipentingkanmanusia sebagai subyek

menyangkut segala sesuatu baik atau yang buruk sebagai abstraksi, pandangan,

atau maksud dari berbagai pengalaman dengan seleksi perilaku yang

ketat.Segala sesuatu dianggap bernilai jika taraf penghayatan seseorang itu

telah sampai pada taraf kebermaknaannya nilai tersebut pada dirinya. Sehingga

sesuatu bernilai bagi seseorang belum tentu bernilai bagi orang lain, karena

nilai itu sangat penting dalam kehidupan ini, serta terdapat suatu hubungan

yang penting antara subyek dengan obyek dalam kehidupan ini

(Sanuri,2018:58).

Adapun dorongan yang paling utama untuk menekankan pelaksanaan

pendidikan nilai antara lain karena dialami adanya pergeseran dan perubahan-

perubahan sisitem-sistem nilai maupun nilai-nilai sendiri oleh masyarakat yang

akibatnya dapat menimbulkan berbagai ketegangan, gangguan, dan dapat

kehilangan keseimbangan atau konflik-konflik, permusuhan dan kecurigaan.

Tidak hanya kebiasaan dan tingkah laku berubah, tetapi juga norma-

norma atau nilai-nilai yang mendasarinya mengalami perubahan.Dorongan-

Page 32: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

15

dorongan itu lahir karena manusia ingin hidup secara wajar.Sehingga

muncullah norma-norma yang disebut nilai yang selanjutnya menjadi pedoman

dan tolak ukur dalam bertindak, bersikap danberfikir.Oleh karena itu

diperlukan strategi yang efektif dan efisien. Strategi adalah penataan potensi

dan sumber daya agar dapat efisien memperoleh hasil yang

dirancangkan(Yulianti.dkk, 2016: 963-970 ).

Sedangkan pengertian nilai sosial adalah sesuatu yang menjadi ukuran

dan penilaian pantas tidaknya suatu sikap yang ditunjukan dalam kehidupan

masyarakat, nilai ini memperlihatkan sejauh mana hubungan seseorang

individu dengan individu lainya terjalin sebagai anggota masyarakat, nilai

sosial sangat nyata dalam aktivitas bermasyarakat, nilai sosial tersebut dapat

berupa nilai gotong royong, ikut terlibat dalam kegiatan musyawarah,

kepatuhan, kesetiaan, dan lain sebagainya. Adapun nilai yang menyangkut

tentang nilai sosial adalah nilai perilaku yang menggambarkan suatu tindakan

masyarakat misalnya nilai tingkah laku yang menggambarkan suatu kebiasaan

dalam lingkungan masyarakat (Aisha,2015).

fungsi nilai sosial bagi kehidupan manusia yaitu:

1. Dapat menyumbangkan seperangkat alat untuk menetapkan “harga”sosial

dari suatu kelompok.

2. Dapat mengarahkan mesyarakat dalam berfikir dan bertingkah laku.

3. Sebagai penentu terakhir manusia dalam memenuhi peranan-peranan sosial.

Nilai sosial dapat memotivasi seseorang untuk mewujudkan harapan sesuai

dengan peranya.

Page 33: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

16

4. Sebagai alat solidaritas dikalangan anggota kelompok

5. Sebagai alat pengawas perilaku manusia yaitu

a.Memberikan harapan yang baik, sikap mandiri dan bertanggung jawab

b.Mengarahkan cara berperasaan, berfikir, berkehendak, dan bertindak,

(Aisha,2015).

Perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat terbagi atas

tiga yaitu:

1. Perubahan sosial pada struktur

Perubahan struktur merupakan perubahan perilaku masyarakat akibat

adanya faktor dari dalam maupun dari luar, masyarakat mengalami

perubahan sosial tidak saja satu sisi melainkan banyak sisi yang

mengakibatkan masyarakat melakukan perubahan, di daerah pertanian

misalnya salah satu perubahan sosial akibat masuknya teknologi yang

mengubah dimensi struktural. Masuknya faktor di daerah pertanian

mengakibatkan berkurangnya peran kaum perempuan, yang selama ini

sebagai wanita berperan aktif dalam pertanian dan berkurangnya peran

buruh tani karena mesin yang dijadikan sebagai pengatur pelaksana

pertanian.

2. Perubahan sosial pada budaya

Perubahan budaya merupakan perubahan kepada nilai atau adanya ide yang

dibangun dalam masyarakat, terkait faktor dalam diri sendiri, maupun faktor

Page 34: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

17

luar yang mempengaruhinya. Biasanya perubahan sosial pada budaya akibat

adanya modernisasi atau penemuan baru yang terintegrasi dalam kehidupan

masyarakat peristiwa perubahan sosial pada budaya terkait dengan culture

lag, culture survival, culture conflict, and cultural shock.

3. Perubahan sosial pada interaksional

Masyarakat yang dipengaruhi oleh teknologi mengakibatkan hubungan

sehari-hari semakin menjauh. Interaksi yang dibangun secara primer

membawa pengaruh kepada tatanan hidup untuk bisa melakukan aktivitas

sehari-hari, perkembangan teknologi juga menjadikan manusia hidup

bersifat impersonal dalam segala tindakan, akibat perkembangan teknologi

memberikan batasan para pekerja sama dan sering memberikan batasan para

pekerja untuk bekerja sama dan sering, masyarakat yang dekat dengan

teknologi dan teknologi dijadikan sebagai media hidup mereka

menyebabkan hubungan sosial yang bertatap muka semakin hilang dan

menimbulkan konflik dalam masyarakat (Cholifah dan Sugeng,2017: 1-9).

Kajian perubahan sosial mulai pada abad ke-18 yang dibawa oleh

pemikir islam yang bernama ibnu khaldun dan dia termasuk orang pertama kali

memperkenalkan kajian perubahan sosial, pada kajian perubahan sosial ibnu

khaldun mengembangkan teori siklus. Masyarakat mengalami perubahan dari

masyarakat nomaden sampai ke masyarakat yang menetap, kajian perubahan

sosial tersebut tidak saja di pengaruhi oleh ibnu khaldun, akan tetapi banyak

para ahli sosiologi melihat tentang perubahan sosial terutama abad ke -19

Page 35: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

18

sampai abad ke-20. Berdasarkan macamnya perubahan nilai sosial dibedakan

menjadi tiga yaitu:

1.Nilai Material

Nilai materil adalah nilai yang muncul dari materi atau benda yang

bersangkutan. Misalnya makanan yang memiliki nilai bagi manusia sebgai

memenuhi hasrat pemenuhan energi.

2.Nilai Vital

Nilai Vital adalah suatu nilai yang ada kegunaannya. Conthnya, Pisau yang

memiliki nilai karena kegunaanya untuk memotong sesuatu, jika sebuah

pisau sudah tumpul, maka nilainya akan merosot karena ia menjadi tidak

berguna.

3.Nilai Spiritual

Nilai spiritual adalah nilai yang ada di dalam kejiwaan manusia. Nilai

spiritual dibagi lagi menjadi 4 nilai yaitu:

a. Nilai Estetika, adalah nilai yang terkandung pada suatu benda

berdasarkan keindahannya, penilaian terhadap nilai estetika ini adalah

indah/bagus atau jelek.

b. Nilai Moral, adalah nilai yang berdasarkan kepada baik atau buruknya

suatu perbuatan seseorang manusia berdasarkan pada nilai-nilai sosial

yang bersifat universal. Nilai ini bersifat umum walaupun setiap

masyarakat memiliki pedoman nilai yang berbeda. Namun dalam

Page 36: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

19

penerapannya bisa saja terjadi perbedaan karena ada pengaruh budaya di

dalamnya.

c. Nilai Religius atau Nilai Kepercayaan, adalah nilai berdasarkan

kepercayaan seseorang.

d. Nilai Logika (Kebenaran Ilmu Pengetahuan), adalah tentang benar atau

salah. Nilai ini bersumber berdasarkan benar atau tidaknya sesuatu

berdasarkan sumber bukti atau fakta-fakta ilmiah. Nilai ini dapat pula

menjadikan logika sebagai sumbernya (Machmud, 2015).

Kemudian didalam analisis teori nilai dibedakan menjadi dua jenis nilai

pendidikan yaitu:

1) Nilai Instrumental yaitu nilai yang dianggap baik karena bernilai untuk

sesuatu yang lain.

2) Nilai Instrinsik ialah nilai yang dianggap baik, tidak untuk sesuatu yang lain

melainkan didalam dan dirinya sendiri (Nata,2016:40).

Nilai instrumental dapat juga dikategorikan sebagai nilai yang bersifat

relatif dansubjektif , dan nilai instrinsik keduanya lebih tinggi daripada nilai

instrumental.Sedangkan nilai dilihat dari segi sifat nilai itu dapat dibagi

menjadi tiga macam yaitu:

1) Nilai Subjektif adalah nilai yang merupakan reaksi subjek dan objek.Hal ini

sangat tergantung kepada masing-masing pengalaman subjek tersebut.

2) Nilai subjektif rasional (logis) yakni nilai-nilai yang merupakan esensi dari

objek secara logis yang dapat diketahui melalui akal sehat, seperti

Page 37: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

20

nilaikemerdekaan,nilai kesehatan, nilai keselamatan, badan dan jiwa, nilai

perdamaian dan sebagainya.

3) Nilai yang bersifat objektif metafisik yaitu nilai yang ternyata mampu

menyusun kenyataan objektif seperti nilai-nilai agama.

Berbagai nilai yang sudah ada tersebut perlu dan penting untuk dapat di

kembangkan semaksimal mungkin. Munculnya nilai dikarenakan adanya

dorongan dari dalam diri manusia, diantaranya adalah dorongan untuk

memenuhi kebutuhan fisik untuk kelangsungan hidupnya, kebutuhan akan rasa

aman, kebutuhan akan rasa cinta kasih, kebutuhan akan penghargaan dan

dikenal orang lain, kebutuhan akan pengetahuan dan pemahaman, kebutuhan

akan keindahan dan aktualitas diri.

Adapun dorongan yang paling utama untuk menekankan pelaksanaan

pendidikan nilai antara lain karena dialami adanya pergeseran dan perubahan-

perubahan sisitem nilai maupun nilai-nilai sendiri oleh masyarakat yang

akibatnya dapat menimbulkan berbagai ketegangan, gangguan, dan dapat

kehilangan keseimbangan atau konflik, permusuhan dan kecurigaan. Tidak

hanya kebiasaan dan tingkah laku berubah, tetapi juga norma-norma atau nilai-

nilai yang mendasarinya mengalami perubahan.

Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tidak bisa

dipisahkan dalam kehidupan ini, manusia sebagai makhluk tuhan yang paling

sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikan secara

turun temurun, kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu budhi atau

akal, maka kebudayaan adalah sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi

Page 38: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

21

atau akal, dalam bahasa inggris kebudayaan di sebut culture yang berasal dari

kata lain colere yang berarti mengolah atau mengerjakan tanah atau bertani.

Dalam bahasa Indonesia kata culture di adopsi menjadi kultur

Sedangkan pengertian mengenai kebudayaan sendiri yaitu sistem

pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam

pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan bersifat

abstrak.Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang

diciptakan manusia sebagai mahluk berbudaya berupa perilaku dan benda-

benda bersifat nyata misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,

organisasi sosial, religi, seni, yang semuanya ditunjukkan untuk membantu

manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat (Sarinah, 2019:11).

Menurut Sekanto dan Budi(2014), dalam buku “sosiologi suatu

pengantar” memberikan definisi mengengenai kebudayaan (terjemahanya):

“kebudayaan adalah kompleks yang mencangkup pengetahuan,

kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan lain kemampuan-

kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai

anggota masyarakat”

Dengan kata lain kebudayaan mencangkup semuanya yang didapatkan

atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri

dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola normatif, artinya mencangkup

segala cara-cara atau pola-pola berfikir, merasakan dan bertindak.Selo

soemardjan dan soelaeman soemardi merumuskan kebudayaan sebagai hasil

Page 39: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

22

karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi

dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah ( material culture ).

Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur-unsur besar

maupun unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari suatu kebulatan yang

bersifat kesatuan. Kebudayaan menurut kusniyati dan sintanggang yaitu suatu

cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok

orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Dengan demikian budaya dibentuk dari banyaknya unsur yang rumit

termasuk sistem agama dan politik adat-istiadat, bahasa, perkakas pakaian,

bangunan, dan karya seni sebagaimana juga budaya mmerupakan bagian tak

terpisahkan dari manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya

diwariskan secara genetis.Jenis kebudayaan ada tiga yaitu:

1) Hidup kebatinan manusia, yaitu sesuatu yang menimbulkan tertib damainya

hidup masyarakat dengan adat-istiadatnya, pemerintah negeri, agama, atau

ilmu-ilmu kebatinan.

2) Agan-agan manusia, yaitu sesuatu yang dapat menimbulkan keluhuran

bahasa, kesastraan dan kesusilaan.

3) Kepada manusia, yaitu sesuatu yang menimbulkan macam-macam

kepandaian tentang perusahaan tanah, peniagaan, kerajinan, pelayaran,

hubungan lalu-lintas, kesenian, yang berjenis-jenis semuanya bersifat indah

(Ki Hajar Dewantara dalam sitanggang, 2016 ).

Menurut beberapa para ahli kebudaya yaitu:

Page 40: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

23

1.SirEdward B. Tylor menggunakan kata kebudayaan untuk menunjuk

keseluruhan kompleks dari ide dan segala sesuatu yang dihasilkan manusia

dalam pengalaman historisnya.

2. Robert H. Lowie, kebudayaan adalah segala sesuatu yang diperoleh oleh

individu dari masyarakat, mencangkup kepercayaan, adat-istiadat, norma-

norma, artistic, kebiasaan makan, keahlian yang diperoleh bukan karena

kreativitasnya sediri melainkan merupakan warisan masa lampau yang dapat

melalui pendidikan formal atau informal.

3. Clyde Kluckhohn, mendefinisikan kebudayaan sebagai total dari cara hidup

suatu bangsa, warisan sosial yang diperoleh individu dari grupnya.

4. Gillin beranggapan bahwa kebudayaan terdiri dari kebiasaa-kebiasaan yang

terpola dan secara fungsional saling bertautan dengan individu tertentu yang

membentuk grup-grup atau kategori sosial tertentu.

5. Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sytem gagasan tindakan

dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan

milik dari manusia dengan belajar ( Maran 2007:26).

3. Aksara Lontara

Aksara adalah suatu sistem simbol visual melalui goresan/tulisan pada

batu, daun, kayu, kulit, kertas, atau pada kain sebagai media

komunikasi/bahasa. Istilah lain untuk menyebut aksara adalah sistem tulisan.

Tulisan berisi alfabet dan abjad merupakan istilah yang berbeda karena

merupakan tipe aksara berdasarkan klasifikasi fungsional. Unsur-unsur yang

Page 41: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

24

lebih kecil terkandung dalam suatu aksara antara lain: grafem, huruf, diakritik,

tanda baca, dan lain-lain (Jayadi, 2014).

Istilah Lontara terdapat dua pengertian yaitu sebagai suatu sejarah dan

ilmu pengetahuan dan pengertian kedua adalah sebagai tulisan (aksara). Dalam

hal ini, manfaat mempelajari aksara lontara selain menambah pengetahuan

tentang jenis tulisan, yang terpenting adalah ikut melestarikan warisan budaya.

Selain itu, aksara lontara dapat pula dijadikan sebagai alat komunikasi yang

efektif. Efektif dalam penulisan dan efektif pula sebagai komunikasi yang

bersifat “rahasia” ( Ahmad, 2014).

Secara lisan disebut bahwa penemu aksara lontara adalah Daeng Pamatte,

syahbandar Gowa di era Karaeng Tumapa’risi kallonna sekitar tahun 1511-

1548. Namun kemudian disempurnakan beberapa huruf oleh orang Bugis

Ngka, Mpa, Nra, dan Nca. Melihat sistematika urutan huruf ka, ga, nga, yang

mirip dengan aksara Sanskerta dan kemiripan dengan aksara Sumatra, Flores,

Filipina, dan Sumbawa mengisyaratkan adanya persebaran dan hubungan

sedemikian rupa jauh sebelum abad ke-15. Aksara lontara berasal dari

pandangan mitologis orang Bugis-Makassar tentang alam semesta yaitu Sulapa

Eppa Walasuji(Munawar, 2012).

Huruf Sulapa Eppa ini juga menyimbolkan elemen-elemen kehidupan di

alam semesta yaitu Tuhan, manusia, langit, dan bumi beserta isinya. Selain itu,

simbol S juga memaknakan empat sifat manusia yang disimbolkan melalui

angin, air, api, dan tanah yang masing-masing diwakili oleh empat warna.

Warna angin kuning, warna air putih, warna api merah, dan warna tanah hitam

(Mahbud, 2008).

Page 42: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

25

Jadi, dapat disimpulkan bahwa aksara lontara merupakan sistem tulisan

yang menggunakan media daun lontar dan menggunakan lidi enau atau benda

tajam berupa pisau sebagai alat tulis. Aksara lontara sendiri adalah salah satu

ragam tulis Nusantara yang berasal dari Sulawesi Selatan dan bagian dari

peninggalan kerajaan Gowa yang diciptakan oleh seorang syahbandar sekaligus

tomailalang dan mangkubumi kerajaan Gowa yakni Daeng Pamatte.

4. Generasi Melenial

Menurut Yuswohady dalam artikel melennial trends, generasi melenial

adalah generasi yang lahir dengan rentang waktu awal tahun 1980-2000

generasi yang sering disebut Gen-Y generasi ini memiliki kesamaan

lingkungan dan dengan kelahiranya diiringi dengan kecanggihan teknologi

yang pesat, generasi ini adalah generasi yang cepat menerima dan mengadopsi

informasi lebih cepat dan akan mencapai kebosanan apabila menjalani metode

tradisional (Fauzi,2018:52). Berdasarkan hasil penelitian Lancaster dan

stillman generasi Y dikenal dengan sebutan dengan generasi melenial atau

melenium ungkapan generasi Y mulai dipakai pada editor koran besar amerika

serikat.

Generasi melenial adalah generasi yang banyak dipengaruhi oleh

smartphone, internet dan media sosial sehingga mempengaruhi pola pikir,

generasi inipun memiliki perilaku dan tindakan yang dipengaruhi oleh sosial

media generasi ini dikenal dengan kemampuanya yang bersifat kreatif, inofatif

dengan mengaplikasikan teknologi yang ada, hampir seluruh individu dalam

generasi ini memilih menggunakan ponsel pintar dan mampu mengakses

Page 43: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

26

beberapa situs misalnya situs pendidikan, bertransaksi online, hingga memesan

jasa transportasi online dengan mudah (Badan Pusat Statistik, 2018:15).

Generasi melenial dalam segi pendidikan yang mana populasi pada siswa

yang suka membaca buku turun drastis pada generasi melenial, generasi

melenial bisa dibilang lebih menyukai gambar, apalagi jika menarik warna,

generasi melenial memiliki karakteristik yaitu:

1.Milenial lebih percaya user generated content (UGC) dari pada informasi

searah

2.Milenial lebih memilih ponsel di banding TV

3.Milenial wajib mempunyai media sosial

4. Milenial kurang suka membaca secara konvensional

5.Milenial cenderung tidak loyal namun bekerja efektif

6.Milenial cenderung melakukantransaksi secara cashless

7. Milenial lebiah tahu teknologi di banding orang tua mereka

8. Milenial memanfaatkan teknologi dan informasi

9. Milenial cendering lebih malas dan konsumtif

Karakteristik masing-masing individu berbeda tergantung tergantung

dimana ia dibesarkan, serta strata ekonomi, dan sosial keluarganya, pola

komunikasi sangat terbuka dibanding generasi-generasi sebelumnya

(Hidayatullah.dkk, 2018:241).

Beberapa pendapat tentang generasi dapat dilihat pada tabel berikut

Page 44: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

27

Tabel 2.1 Pengelompokan generasi

Sumber : (Putra, 2016:125)

Ciri-ciri generasi milenial adalah memiliki tingkat pendidikan dan

pengetahuan yang lebih baik dari generasi sebelumnya, generasi milenial

sering dinamai echo-boomers atau mellennium generation. Nama echo-

boomers hadir karena mereka termasuk generasi yang lahir pada masa perang

dunia ke II, sedangkan dinamai millennium generation karena mereka

merasakan perkembangan teknologi dan pergantian tahun millenium,

kecanggihan teknologi telah mengubah tren tantangan dan peran pemuda hari

ini pemuda era milenial memiliki peran sebagai pengisi kemerdekaan,

berkompetensi global dan musuh pemuda yang harus diperangi bukan lagi

penjaja bersenjata melainkan ketidak mampuan dalam menyaingi cepatnya

perkembangn zaman, (Sumarwiyah.dkk, 2018:221).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 34% penduduk Indonesia adalah

generasi milenial di perkirakan pada tahun 2025 yang mengisi seluru instansi

baik pemerintahan maupun yang non pemerintahan akan dikuasi oleh generasi

Page 45: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

28

milenial, perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang begitu cepat

jelas memiliki dampak yang sangat signifikan ini artinya bahwa harapan dan

cita-cita bangsa ada dipundak generasi milenial, jika generasi milenial

menggunakan teknologi yang ada, dengan pengembangan ilmu pengetahuan

maka yakin generasi ini akan membawa perubahan namun dengan kemajuan

teknonologi tidak menutup kemungkinan dengan kemajuan teknologi generasi

milenial menyalanggunakan teklogi tersebut, (Khadijah, 2018:60).

Generasi milenial yang diiringi dengan kemajuan teknologi ini era

peluang sekaligus tantangan, era tersesebut membawa berkah sekaligus

membawa petaka, era dimana ada kemudahan dan ada resiko, suka tidak suka

mau tidak mau zaman tersebut harus kita lalui dan kita hadapi oleh karena itu

supaya generasi milenial ini tidak terombang ambing maka harus mempunyai

pengangan agar siap menghadapi zaman tersebut, untuk menghadapi tantangan

moral pada generasi milenial maka perlu penanaman nilai-nilai jati diri dan

karakter bagi anak bangsa agar siap menghadapi zaman tersebut yitu

penanaman nilai idiologi bangsa nilai-nilai yang ditanamkan dalam pendidikan

karakter, agama, budaya dan tujuan pendidikan nasional (Muchlish, 2018:66).

B. Kajian Teori

1. Teori perubahan sosial

Secara luas, perubahan sosial dipengaruhi oleh faktor yang berasal

dari dalam dan luar masyarakat itu sendiri.Menurut William Ogburn dalam

Nursalam dan suardi (2016:199) berusaha menjelaskan perubahan sosial

dalam kerangka fungsionalisme ini menurutnya unsur-unsur masyarakat

Page 46: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

29

saling berhubungan satu sama lain. Terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhi perubahan sosial.

Diantara faktor yang berasal dari dalam masyarakat seperti

perubahan kondisi ekonomi, sosial dan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi.Adapun yang berasal dari luar masyarakat biasanya ialah

yang terjadi di luar perencanaan manusia seperti bencana alam. Kedua

faktor-faktor ini memunculkan teori perubahan sosial, diantaranya:

1) Teori Evolusi

Teori evolusi banyak diilhami oleh pemikir darwin yang kemudian

dijadikan petokan teori perubahan oleh Herbert Spencer dan selanjutnya

dikembangkan oleh Emile Durkheim dan Ferdinand Tonnies. Dalam

konsep teoritis yang dikemukakan oleh para ahli dinyatakan bahwa

evolusi mempengaruhi cara pengorganisasian masyarakat, utamanya

adalah berhubungan dengan pemikiran Tonnies memandang bahwa

masyarakat berubah dari tingkat peradaban sederhana ke tingkat

peradaban lebih kompleks.

2) Teori Revolusi

Gambaran bahwa revolusi merupakan puncak dari perubahan

sosial. Revolusi merupakan sebuah proses pembentukan ulang

masyarakat sehingga menyerupai proses kelahiran kembali. Perubahan

akibat revolusi bersifat radikal, fundamental dan menyentuh langsung

pada inti dan fungsi struktur sosial. Proses perubahan tersebut hanya

memerlukan waktu yang cepat, sesuatu yang bertolak belakang dengan

Page 47: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

30

konsep evolusi pada perubahan sosial. Revolusi mempunyai dua wajah

yang saling bertolak belakang. Wajah pertama menggambarkan

revolusi sebagai mitos, sedangkan wajah kedua memberikan gambaran

revolusi sebagai sebuah konsep dan bahkan teori dalam ilmu sosiologi.

Kedua wajah ini mempunyai kesaling terkaitan bahkan dialektika

diantara keduanya menjadi suatu bentuk kewajaran.

Secara ringkas Sztompka,(2011:361) juga memberikan kerangka

definisi tentang revolusi yang dikerucutkan yang pada akhirnya

menemukan tiga komponen utama yang mendasar dari revolusi yaitu:

a) Revolusi mengacu pada perubahan fundamental, menyeluruh dan

multidimmensional, menyentuh inti tatanan sosial.

b) Revolusi melibatkan massa rakyat yang besar jumlahnya yang

dimobilisasi dan bertindak dalam satu gerakan revolusioner

c) Revolusi memelurkan keterlibatan penggunaan kekerasan.

Walaupun ada proses revolusi di India oleh Ghandi atau gerakan

sosial di Eropa Timur dan Tengah yang memaksa kematian

komunisme.

Revolusi sosial kedalam lima hal yaitu: a)menimbulkan perubahan

dalam cakupan terluas, menyentuh semua tingkat dan dimensi

masyarakat, b) dalam semua bidang tersebut perubahanya radikal,

fundamental, menyentuh inti bangunan dan fungsi sosial, c) perubahan

sangat cepat, tiba-tiba, d) membangkitkan emosional khusus dan

reaksi intelektual pelakunya dan mengalami ledakan mobilisasi massa,

Page 48: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

31

antusiasme kegirangan, kegembiraan, optimisme, dan harapan. Namun

kesemuanya dapat disimpulkan sebagai sebuah hasil dari ketidak

adilan dalam masyarakat. Kondisi ketidak adilan atau penyimpangan

inilah yang melahirkan semangat revolusi.

2. Faktor penyebab perubahan sosial

Setiap perubahan yang terjadi pasti ada hal yang menyebabkannya,

karena tak mungkin ada asap kalau tidak ada api. Begitu pula dengan

perubahan sosial dalam masyarakat pasti ada faktor yang menjadi

penyebabnya. Faktor penyebab perubahan sosial ada dua, yaitu faktor

yang berasal dari masyarakat dan faktor yang berasal dari luar masyarakat.

Berikut penjelasan mengenai keduanya:

a) Faktor Yang Berasal Dari Dalam Masyarakat (internal)

Ada beberapa sebab perubahan sosial yang berasal dari dalam

masyarakat, antara lain:

1. Bertambah dan berkurangnya penduduk

Bertambah dan berkurangnya jumlah penduduk disuatu

desa akan menimbulkan perubahab diberbagai sektor kehidupan.

Misalnya pertambahan penduduk yang sangat cepat, misalnya

bertambahnya suatu peenduduk dikelurahan Antang yang

merupakan pendatang.

2. Penemuan-penemuan baru

Keiginan akan kualitas merupakan salah satu pendorong

bagi terciptanya penemuan-penemuan baru. Keiginan untuk

mempertinggi kualitas suatu karya merupakan pendorong untuk

Page 49: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

32

meneliti kemungkinan-kemungkinan ciptaan baru. Dengan

adanya temuan-temuan baru lainya. Penemuan radio akan

memancarkan pengaruh ke berbagai arah dan menyebabkan

perubahan-perubahan dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan.

3. Pertentangan dalam masyarakat

Konflik yang terjadi dalam masyarakat dapat menjadi salah satu

pemicu terjadinya dalam perubahan sosial dalam masyarakat

tersebut. Misalnya konflik kepentingan yang terjadi antara kaum

pendatang dan kaum setempat

b) Faktor Yang Berasal Dari Luar Masyarakat (eksternal)

Ketika ada sebab yang berasal dari dalam masyarakat, maka

ada sebab dari luar masyarakat, yaitu antara lain:

1. Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang ada

disekitar manusia.

Terjadinya bancana alam menyebabkan masyarakat yang

mendiami daerah-daerah tersebut terpaksa harus meninggalkan

daerah yang terkena bencana alam tersebut. Apabila masyarakat

tersebut menempati tempat tinggal baru maka mereka harus

menyusuekan diri dengan keadaan alam yang baru tersebut.

2. Peperangan

Peperangan dengan negara lain dapat pula menyebabkan

terjadinya perubahan-perubahan karena biasanya negara yang

menang akan memaksa kebudayaanya pada negara yang kalah.

Page 50: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

33

Selain itu ketika terjadi peperangan akan timbul kemungkinan

masuknya unsur budaya asing kedalam negara tersebut.

3. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain

Hubungan ada dilakukan secara fisik antara dua masyarakat

mempunyai kecenderungan untuk menimbulkan pengaruh timbal

balik. Artinya masing-masing masyarakat mempengaruhi

masyarakat lainya, tetapi juga menerima pengaruh dari

masyarakat lainya, seperti akulturasi.

3. Bentuk-bentuk perubahan social

Perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat dapat

beberapa bentuk, yaitu perubahan evolusi dan perubahan revolusi,

perubahan tak direncanakan dan perubahan direncanakan.

a. Perubahan lambat (Evolusi)

Perubahan secara lambat memerlukan waktu yang lama dan

biasanya merupakan rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti

dengan lambat. Pada evolusi, perubahan terjadi dengan sendirinya tenpa

rencana atau kehendak tertentu. Masyarakat hanya berusaha

menyesuaikan dengan keperluan, keadaan, dan kondisi baru yang

timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.

Page 51: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

34

b. Perubahan cepat (Revolusi)

Di dalam revousi, perubahan yang terjadi ada yang direncanakan

terlebih dahulu dan ada yang tidak direncanakan. Selain itu ada yang

dijalankan tanpa kekerasan dan dengan kekerasan sangat besar terdi.

Adapun ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relative karena

revousi pun dapat memakan waktu lama.

Pada umumnya, suatu perubahan dianggap sebagai perubahan

cepat karena mengubah sendi-sendi kehidupan masyarakat, seperti

sistem kekeluargaan, politik, ekonomi, dan hubungan antar manusia.

Suatu revolusi dapat juga berlangsung dengan didahului suatu

pemberontakan. Misalnya revolusi bangsa Indonesia dalam mencapai

kemerdekaan.

c.Perubahan yang direncanakan dan tidak direncanakan

Perubahan sosial yang direncanakan adalah, perubahan yang terjadi

di dalam masyarakat, dan hal ini terjadi karena telah direncanakan

terlebih dahulu oeh pihak-pihak yang menginginkan adanya perubahan.

Pihak yang mengingingkan adanya perubahan itu disebut agent of

change atau agen perubahan. Agen of change selalu mengawasi jalanya

perubahan yang dikehendaki atau direncanakan.

Sedankan perubahan sosial yang tidak direncanakan adalah

terjadinya perubahan-perubahan yang tidak direncanakan atau

dikehendaki, dan terjadi diluar pengawasan masyarakat dan dapat

Page 52: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

35

menimbulkan akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat.

Misalnya terjadinya musim kemarau yang berkepanjangan dan sulitnya

mendapatkan penghasilan yang cukup hingga membuat banyak anggota

masyarakat yang nekat melakukan tindakan-tindakan kriminal.

C. Kerangka Pikir

Kebudayaan menempati posisi sentral dalam seluruh tatanan kehidupan

manusia, tak ada manusia yang tak dapat hidup diluar ruang lingkup

kebudayaan karena kebudayaanlah memberi nilai dan makna pada hidup

manusia. Kebudayaan bukanlah suatu yang statis, melainkan selalu berubah

sejak pertama kali terbentuk, perkembangan kebudayaan diawali dengan

timbulnya bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia. Bahasa juga

berfungsi untuk menyimpan gagasan-gagasan baru, jika gagasan itu bermanfaat

maka disimpan dalam bentuk konsep-konsep.budaya yang terbentuk dari

banyak unsur yang rumit termasuk sistem agama, politik, adat istiadat, bahasa,

perkakas dan kesenian, udaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang

dan dimiliki bersama oeh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi

ke generasi.

Namun derasnya arus globalisasi dari generasi ke generasi membawa

perubahan yang besar, seiring perkembangan jaman khususnya generasi

milenial diiringi dengan perkembangan teknologi dan informasi dapat

menempus segala lapisan masyarakat menembus jarak dan waktu, segala

kejadian dalam masyarakat dapat diketahui lewat komunikasi sehingga

peristiwa tersebut dapat mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku masyarakat,

Page 53: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

36

membawa konsekuensi dan keuntungan bagi masyarakat perubahan nilai sosial

budaya, maka nilai sosial budaya aksara lontara seperti siri, pacce, sipakatau,

resojuga mengalami pergeseran. Pergeseran tersebut berada pada pemahaman

masyarakat terhadap nilai sosial budaya dari tradisi yang ada, karena

pemahaman yang berbeda maka tradisi yang dilakukanpun berbeda. Pegalaman

baru, teknologi baru membuat manusia melakukan penyesuaian cara hidup dan

kebiasaan baru.

Pergeseran budaya tidak dapat dibendung pada generasi milenial yang

lahir dan hidup di era teknologi serta keterbukaan informasi sehingga rentan

terhadap pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai

kebudayaan nilai-nilai budaya aksara lontara.Inilah yang sedikt-demi sedikit

mengalami pergeseran dan dihawatirkan pula suatu saat nanti generasi penerus

kita tidak lagi mengenal nilai-nilai budaya aksara lontara dalam artian mereka

jauh dari perilaku siri, pacce, sipakatau, reso, yang diharapkan nilai ini telah

mendarah daging pada masyarakat Bugis-Makassar.

Page 54: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

37

Gambar Kerangka Pikir

Gambar 2.1 : Gambar Kerangka Pikir Degradasi Nilai Sosial

Budaya Aksara Lontara Di Kelurahan Antang

Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara

Lontara Siri, Pacce, Sipakatau,Reso

Aksara Lontara

Pelaksanaan nilai sosial budaya aksara lontara di

kelurahan Antang dikalangan milenial

Kelurahan Antang Kec. Manggala

Observas

i

Wawancara Dokumentasi

Analisis

Temuan

Page 55: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

38

D. Hasil Penelitian Terdahulu

Dari judul diatas maka sudah ditemukan hasil penelitian yang

berhubungan dengan degradasi nilai sosial budaya dan hasil penelitian ini

ditemukan dalam bentuk skripsi, jurnal, dan artikel

1. Penelitian Niken Gelorawati, “Pergeseran Tradisi Pasang Tuwuhan Dikecamatan

Ngombol Kabupaten Purworejo” Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas

Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta 2013.

Hasil penelitian diperoleh bahwa modernisasi membawa perubahan

baru dalam pengadaan pesta pernikahan ada beberapa faktor yang

menyebabkan terjadinya pergeseran tradisi pasang tuwuhan yaitu faktor

ekternal (rasa solidaritasmasyarakat mulai berkurang, dan mencari hal yang

praktis) dan faktor eksternal (kemajuan zaman atau perkembangan agama),

adanya perbedaan tradisi pasang tuwuhan zaman dahulu dengan sekarang,

antara lain zaman dahulu masi menggunakan sesaji sedangkan saat ini sudah

jarang menggunakan sesaji pemasangan tuwuhan dahulu dilakukan mulai 35

hari sebelum pelaksanan pesta pernikahan sedangkan sekarang dipasang

satu hari sebelum pesta.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh

modernisasi terhadap pergeseran tradisi pasang tuwuhan di Kecamatan

Ngompol, mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya

pergeseran tradisi pasang tuwuhan dalam masyarakat Ngomnol, dan

Page 56: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

39

mengetahui apa saja perbedaan tradisi pasang tuwuhanzaman dahulu dan

sekarang. Metode yang digunakan dalam ini adalah kualitatif deskriptif

dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi.

Penentuan subyek penelitian secara purposive sampling. Pengumpulan data,

reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan, validasi data triangulasi.

2. Penelitian Subhan “Perubahan Nilai Sosial Budaya SIBALLI-SIPATAMBAK

Pada Masyarakat Desa Betetangnga Kecamatan Binuang Kabupaten

Polewali Mandar” Fakultas Usuluddin, Filsafat Dan Politik Universitas

Islam Negeri Alauddin Makassar 2016.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi perubahan nilai sosial budaya simbali-sipatambak pada

masyarakat Desa Bententangnga Kecamatan Binuan Kabupaten Polewawi

Mandar, hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya simbali-sipatambak

atau budaya gotong royong di Desa Bentetangnga mengalami perubahan

sejak 1980 hingga 2016 di tahun 1980 simbali-sipatambak atau budaya

gotong royong tidak berdasarkan upah dan masyarakat pada saat itu sangat

menjujung tinggikearifan lokal dan jiwa sosial masyarakat begitu mendalam

ditahun 2016 hampir semua pekerjaan simbali-sipatambakdidasarkan pada

sistem upah.

Faktor yang mempengaruhi perubahan nilai sosial budaya simbali-

sipatambakdi Desa Bentetangnga dipegaruhi oleh faktor budaya, teknologi

modern, kebutuhan ekonomi masyarakat semakin meningkat dan tantangan

hidup semakin sulit. Upaya dalam mepertahankan simbali-sipatambak pada

Page 57: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

40

masyarakat Desa bentengnga Kecamatan Binuang menghilangkan kebiasaan

bahwa segala sesuatu yang dikerjakan harus bernilai uang, menanamkan

sikap kekeluargaan dalam kehidupan sehari-hari dan membudayakan

kembali nilai-nilai kearifan lokal.

Jenis penelitian bersifat kualitatif deskriptif, dengan menggunakan

pendekatan sosiologis, historis dan budaya. Sumber data yang digunakan

adalah primer yaitu informasi yang bersumber dari pengamatan langsung ke

lokasi penelitian. Sedangkan sumber sekunder yaitu data yang diperoleh

dari dokumentasi atau studi kepustakaan untuk melengkapi data-data

primer. Pengumpulan data di lakukan dengan field recearch melalui

observasi, wawancara, dan dokumentasi.

3. Penelitian Nirwana Putri “Pergeseran Nilai Sosial Budaya MBOLO

WEKIMasyarakat Kepo Kabupaten Dompu”. Program Studi Pendidikan

Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar 2019.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tentang nilai sosial budaya

mbolo wekiatau tradisi dalam acara pernikahan pada masyarakat di

Kecamatan Kempo hasil penelitian ini terjadinya pergeseran nilai sosial

budaya mbolo wekiseiring dengan perkembangan zaman membawa

konsekuensi bagi perubahan sosial budaya. Maka nilai sosial budaya seperti

mbolo weki juga mengalami pergeseran. Pergeseran tersebut berada pada

pemahaman masyarakat terhadap nilai sosial budaya dari tradisi yang ada.

Page 58: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

41

Karena pemahaman yang ada telah berbeda maka wujud tradisi yang

dilakukan juga berbeda, pegalaman baru, teknologi baru membuat manusia

melakukan penyesuaian cara hidup dan kebiasaan yang baru. Masyarakat di

Kecamatan Kempo sebagian besar tergolong masyarakat suku Dompu

selayaknya masyarakat dompu pada umumnya, juga menjalani ritual

pernikahan meskipun dalam pelaksanaanya kini telah jauh berbeda dengan

aturan pada masyarakat Dompu. Dengan perubahan yang terjadi

dimasyarakat pelaksanaan ritual-ritual upacara pernikahan dengan cara dan

bentuk yang lebih praktis

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif,

informan yang ditemukan melalui purposive sampling berdasarkan

karakteristik informan yang telah ditetapkan. Teknik pengumpulan data

yaitu pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data

melalui beberapa tahap yaitu reduksi data, tahap penyajian data dan

penarikan kesimpulan sedangkan teknik keabsahan data menggunakan

perpajangan pengamatan

Page 59: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Dalam melakukan penelitian perlu diketahui dan dipelajari metode

penelitian. Metode penelitian dapat dikatakan sebagai strategi dalam

pemecahan masalah karena pada tahap ini dapat memberikan gambaran

bagaimana suatu masalah dalam penelitian dan dapat dipecahkan dan

ditemukan jawabanya. Hal ini perlu diperhatikan pada tahap-tahap penelitian.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai degradasi

nilai sosial budaya aksara lontara di Kelurahan Antang adalah metode

penelitian kualitatif deskriptif, yang mencoba menggambarkan secara

mendalam suatu obyek penelitian berdasarkan berdasarkan fakta-fakta yang

tampak di lapangan. Disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang

terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. Metode penelitian kualitatif

ini juga sering disebut metode penelitian naturalistik, karena penelitianya

dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) penelitian ini

mengungkap apa yang sebenarnya terjadi pada generasi milenial . (Sugiyono,

2015: 14).

Tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena

atau gejala sosial dengan cara memberikan pemaparan berupa penggambaran

yang jelas tentang fenomena atau gejala sosial tersebut dalam bentuk rangkaian

kata yang pada akhirnya menghasilkan sebuah teori.

Page 60: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

43

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan studi

kasus ,penulis menggunakan pendekatan studi kasus karena suatu penelaan

empiris yang menyelidiki kehidupan nyata dilakukan secara intensif, peneliti

ikut berpartisipasi, mencatat apa yang terjadi, melakukan analisia reflektif

terhadap berbagai kejadian yang ditemukan di lapangan dan membuat laporan

penelitian.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi yang menjadi obyek penelitian ini adalah Kelurahan Antang,

Kecamatan Manggala Tahun 2020. Adapun alasan peneliti menjadikan lokasi

di Kelurahan Antang karena penulis melihat fenomena yang terjadi disekitar

penulis nilai-nilai budaya yang ada pada masyarakat Bugis-Makassar sudah

mulai pudar pada generasi milenial.

C. Fokus Penelitian

Spradley dalam Sugiyono (2015: 285) menyatakan bahwa fokus

merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi

sosial.Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang menjadi fokus atau titik

perhatian dalam penelitian ini yaitu rumusan masalah sendiri yang menjelaskan

pemahaman generasi milenial terhadap nilai sosial budaya aksara lontara

seperti siri, pacce, sipakatau, reso di Kelurahan Antang.

Rumusan masalah ini mengukap bagaimana karakter anak milenial,

bagaimana perilaku sesama manusia atau kepribadian yang dimilikinya serta

bagaimana nilai-nilai budaya terhadap generasi milenial, yang kedua

menjelaskan Apa saja bentuk-bentuk perubahan nilai sosial budaya aksara

Page 61: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

44

lontara seperti siri, pacce,sipakatau, reso dikalangan milenial di Kelurahan

Antang menjelaskan apakah nilai sosial budaya memiliki perubahan dari

generasi kegenerasi serta menggukap apakah generasi milenial masi

mengetahuai aksara lontara yang merupakan ciri khas dari setiap daerah.

D. Informan Penelitian

Moleong dalam Prastowo (2014: 195) informan adalah “orang dalam”

yang dimanfaatkan untuk memberikan informan tentang situasi dan kondisi

latar (lokasi atau tempat) penelitian. Jadi syaratnya ia harus mempunyai

banyakpengalaman tentang lokasi penelitian. Sedangkan kewajibanya adalah

secara sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun banyak bersifat

informan.

Teknik sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling. purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel

sumber data dengan pertimbangan tertentu dengan maksud menemukan apa

yang sesuai dengan tujuan peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil

sampel dengan memilih orang-orang yang dianggap paling tahu Spradley

dalam Sugiyono (2015: 285).

Menyatakan bahwa fokus merupakan domain tunggal atau beberapa

domain yang terkait dari situasi sosial. Berdasarkan pengertian tersebut, maka

yang menjadi fokus atau titik perhatian dalam penelitian ini yaitu rumusan

masalah sendiri yang menjelaskan pemahaman generasi melial terhadap nilai

sosial budaya aksara lontara seperti siri, pacce, sipakatau, reso di Kelurahan

Antang.

Page 62: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

45

Rumusan masalah ini mengukap bagaimana karakter anak milenial,

bagaimana perilaku sesama manusia atau kepribadian yang dimilikinya serta

bagaimana nilai-nilai budaya terhadap generasi milenial, yang kedua

menjelaskan Apa saja bentuk-bentuk perubahan nilai sosial budaya aksara

lontara seperti siri, pacce,sipakatau, reso dikalangan milenial di Kelurahan

Antang menjelaskan apakah nilai sosial budaya memiliki perubahan dari

generasi kegenerasi serta menggukap apakah generasi milenial masi

mengetahuai aksara lontara yang merupakan ciri khas dari setiap daerahyang

diharapkan sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi

sosial yang diteliti(Sugiyono, 2015: 300).

Pemilihan informan dilakukan secara purposive sampling atau

judgmental sampling, yaitu penarikan informan secara purposife merupakan

cara penarikan informan yang dilakukan pemilihan subjek berdasarkan kriteria

spesifik yang ditetapkan oleh peneliti. Adapun kriteria informan yang

ditetapkan oleh peneliti:

a) Masyarakat Bugis-Makassar.

b) Tokoh masyarakat yang paham betul mengenai kebudayaan Bugis-

Makassar.

c) Anak milenial usia 15 hingga 35 tahun.

d) Tokoh masyarakat yang paham betul karakter generasi milenial yaitu orang

tua ataupun tenaga pendidik.

Page 63: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

46

E. Jenis Dan Sumber Data Penelitian

Sumber data yang digunakan dalam penelitian kali ini terbagi atas dua data

yaitu:

a. Data Primer adalah data yang dikumpulkan dan diperoleh peniliti secara

langsung dari sumbernya. Bisa berupa kata-kata maupun tindakan subyek,

terutama informa yang menjadi subjek adalah kalangan milenial, orang tua

dan tenaga pendidik

b. Data Sekunder adalah data yang dapat memberikan informasi dan dapat

digunakan sebagai pendukung, dimana data tersebut diperoeh dari hasil

kegiatan orang lain, dalam hal inipenulis tidak mengusahakansendiri, secara

langsung.Melainkan diperoleh melalui dokemen-dokumen, catatan, dan

laporan (Sugiyono, 2015:309).

F. Instrumen Penelitian

Menurut Afrizal (2014: 134) instrumen penelitian adalah alat-alat yang

diperlukan dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif,

alat atau istrumen utama pengumpulan data adalah manusia yaitu peneliti

sendiri atau orang lain untuk menggumpulkan data, disebut pewawancara.

Dalam hal ini seorang pewawancara sendiri yang langsung mengumpulkan

data dengan bertanya, meminta, dan mendengar.

Berdasarkan instrumen ini akan diperoleh jawaban responden yang

akan menjadi data untuk diolah, dianalisis, dan akhirnya diperoleh kesimpulan

Page 64: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

47

dari penelitian itu. Dalam penelitian instrument yang digunakan dalam proses

pengumpulan data ada tiga yaitu:

1. Wawancara, wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk

mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan

informan atau subjek penelitian. Dalam penelitian ini peneliti

mewawancaraih informan masyarakat Bugis-Makassar yang dapat

menjelaskan mengenai penelitian yang dilakukan data yang dilakukan

seperti bagaimana penggunaan nilai aksara lontara dimasyarakat dulu

dengan masyarakat sekarang, yang kedua adalah informan generasi milenial

yang ingin peneliti ketahui mengenai generasi milenial yaitu bagaimana

pandangan dan pemahaman generasi milenial terhadap nilai sosial budaya

aksara lontara serta para tenaga pendidik atau orang tua yang memiliki anak

yang merasakan betul bagaimana pola perilaku anak, waktu wawancara

dilakukan diwaktu sengang informan yang dilakukan di rumah informan

sendiri, data yang diperoleh dari wawancara yaitu penjelasan dan apa yang

dirasakan oleh informan mengenai perubahan tata kenalakuan yang terjadi

pada generasi milenial baik itu norma-norma, aturan-aturan dan nilai sosial

budaya yang terjadi pada generasi milenial Bugis-Makassar.

2. Selain wawancara, observasi juga merupakan salah satu Teknik

pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif.

Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran ril suatu peristiwa atau

kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian ( Pujihastuti, 2010:43 ).

Dalam penelitian nilai sosial aksara lontara dikalangan milenial di

keluarahan Antang yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat

Page 65: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

48

Bugis-Makassar khususnya pada generasi milenial, peneliti mengobservasi

informan masyarakat yang paham betul mengenai nilai sosial budaya aksara

lontara, tenaga pendidik atau orang tua yang meraskan betul perubahan-

perubahan yang terjadi serta bagaimana pendapat-pendapat generasi

milenial terhadap hasil wawancara, berdasarkan data yang diperoleh dari

informan masyarakat yang paham betul mengenai perubahan generasi

milenial yaitu orang tua atau tenaga pendidik yang menangapi bahwa

perubahan pada generasi milenial sangat terlihat jelas dengan perubahan

pola perilaku, bergesernya pemahaman akan nilai aksara lontara seperti nilai

siri, pacce, sipakatau, reso.

3. Dokumentasi yaitu proses pengambilan data dengan melihat dokumen-

dokumen. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental, catatan harian, foto dan sebagainya. Dokumentasi merupakan

pelengkap dari wawancara dan observasi, karena dokumentasi dilakukan

pada saat melakukan observasi dan wawancara terhadap informan penelitian

langsung dilapangan dokumentasi yang dilakukan peneliti dengan tokoh

masyarakat mengenai kalangan milenial (Sugiyono, 2015: 240).

G. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah penunjang yangsangat penting dalam sebuah

penelitian.Semakin banyak data yang diperoleh maka semakin bagus pula

hasil akhir dari suatu penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

tiga teknik pengumpulan data sebagai berikut:

Page 66: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

49

1. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung

mengenai fenomena-fenomena yang diteliti. Observasi memungkinkan

melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian

sebagaimana keadaan yang sebenarnya.

Observasi ini dilakukan dengan cara, peneliti mendatangi lokasi

penelitian, selanjutnya melakukan pengamatan dan pencatatan tentang

fenomena-fenomena yang diteliti di lokasi penelitian, yaitu di Kelurahan

Antang sesaat atau berulang-ulang secara informal sehingga mampu

mengarahkan peneliti untuk sebanyak mungkin mendapatkan informasi

yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti mewawancaraih informan masyarakat

Bugis-Makassar yang dapat menjelaskan mengenai penelitian yang

dilakukan data yang dilakukan seperti bagaimana penggunaan nilai

aksara lontara dimasyarakat dulu dengan masyarakat sekarang, yang

kedua adalah informan generasi milenial yang ingin peneliti ketahui

mengenai generasi milenial yaitu bagaimana pandangan dan pemahaman

generasi milenial terhadap nilai sosial budaya aksara lontara serta para

tenaga pendidik atau orang tua yang memiliki anak yang merasakan betul

bagaimana pola perilaku anak, waktu wawancara dilakukan diwaktu

sengang informan yang dilakukan di rumah informan sendiri, data yang

diperoleh dari wawancara yaitu penjelasan dan apa yang dirasakan oleh

informan mengenai perubahan tata kenalakuan yang terjadi pada generasi

Page 67: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

50

milenial baik itu norma-norma, aturan-aturan dan nilai sosial budaya

yang terjadi pada generasi milenial Bugis-Makassar.

Adapun objek penelitian yang akan diobservasi menurut Spradley

(Sugiyono, 2015: 229) dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga

komponen yaitu place (tempat), actor (pelaku), dan activities (aktivitas)

yang memberikan informasi dan pandangan yang benar-benar berguna dan

sesuai dengan masalah penelitian.

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.

Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan dan

langsung (bertatap muka) dengan informan yang ditunjang oleh pedoman

wawancara(Sugiyono, 2015: 231).

Dalam penelitian nilai sosial aksara lontara dikalangan milenial di

keluarahan Antang yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada

masyarakat Bugis-Makassar khususnya pada generasi milenial, peneliti

mengobservasi informan masyarakat yang paham betul mengenai nilai

sosial budaya aksara lontara, tenaga pendidik atau orang tua yang

meraskan betul perubahan-perubahan yang terjadi serta bagaimana

pendapat-pendapat generasi milenial terhadap hasil wawancara,

berdasarkan data yang diperoleh dari informan masyarakat yang paham

betul mengenai perubahan generasi milenial yaitu orang tua atau tenaga

pendidik yang menangapi bahwa perubahan pada generasi milenial sangat

Page 68: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

51

terlihat jelas dengan perubahan pola perilaku, bergesernya pemahaman

akan nilai aksara lontara seperti nilai siri, pacce, sipakatau, reso.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu proses pengambilan data dengan melihat

dokumen-dokumen. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-

karya monumental, catatan harian, foto dan sebagainya. Dokumentasi

merupakan pelengkap dari wawancara dan observasi, karena dokumentasi

dilakukan pada saat melakukan observasi dan wawancara terhadap

informan penelitian langsung dilapangan dokumentasi yang dilakukan

peneliti dengan tokoh masyarakat mengenai kalangan milenial (Sugiyono,

2015: 240).

H. Teknik Analisis Data

Sebuah penelitian tidak akan berarti jika hasil penelitian tersebut tidak

punya nilai. Penelitian dikatakan memiliki faidah apabila hasil penelitian

tersebut bisa dipertanggung jawabkan.Dengan menggunakan analisis data

yang tepat sesuai dengan tujuan penelitian melalui tritmen penelitian yang

procedural dan dapat dipertanggung jawabkan ke ilmiahannya.

Analisis datamerupakan suatu cara yang digunakan untuk menganalisis,

mempelajari serta mengolah data tertentu, sehingga dapat diambil kesimpulan

yang konkret tentang persoalan yang diteliti. Penelitian yang akan dilakukan

adalah tergolong tipe penelitian deskriptif kulitatif analisis.

Page 69: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

52

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data kualitatif.Analisis dilakukan terhadap data yang dijabarkan

dengan metodedeskriptif-analitis.Teknik ini bertujuan untuk mendeskripsikan

secara obyektif dan sistematis data yang ada dan dapat divalidasi

keabsahannya. Aktivitas dalam analisis data yaitu:

1. Reduksi data (Data Reduction)

Dengan reduksi data peneliti mencoba menggabungkan, menggolong,

mengklasifikasikan, memilah-milah atau mengelompokkan data dari

penelitian dilapangan. Maka mereduksi data dilakukan dengan merangkum

hal-hal apa saja yang berhubungan dengan data tentang degradasi nilai

sosial budaya aksara lontara dikalangan milenial di Kelurahan Antang.

2. Penyajian data (data display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.

Melalui penyajian data tersebut maka data akan tersusun dalam pola

hubungan yang disajikan dalam bentuk bagan, uraian singkat, laporan

tulisan yang dijelaskan (yang bersifat naratif).

3. Verification (conclusion drawing)

Selanjutnya langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan

kesimpulan (Verification), yaitu menarik kesimpulan berdasarkan

hasil penelitian yang telah disajikan dalam uraian singkat .tersebut.

Page 70: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

53

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara danakan

berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya. Dikaitkan dengan penelitian ini tentu

saja proses verifikasi atau kesimpulan awal dapat dilakukan misalnya

kesimpulan mengenai data-data tentang budaya senioritas dikalangan

mahasiswa.

I. Teknik Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian kualitatif dapat

digunakan uji kredibilitas. Menurut Sugiyono (2015: 368 - 375) untuk

menguji kredibilitassuatu penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan

berbagai cara yaitu:

1. Perpanjangan pengamatan, dengan perpanjangan pengamatan berarti

peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi

dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Hal ini akan

membentuk hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin baik dan

kehadiran peneli tidak lagi dianggap sebagai orang asing yang

mengganggu perilaku masyarakat yang sedang dipelajari.

2. Meningkatkan ketekunan yaitu melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut kepastian data dan

urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis, karena

peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah

ditemukan itu salah atau tidak.

Page 71: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

54

3. Triangulasi yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai

cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat tiga jenis triangulasi

yaitu, triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu yaitu:

a.Triangulasi sumber yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data yang teah diperoleh melalui beberapa

sumber.

b.Triangulasi teknik yaitu untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik

yang berbeda.

c.Triangulasi waktu, waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data.

Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari pada saat

narasumber masih segar, belum banyak masalah, sehigga akan

memberikan data yang lebih valid dan lebih kredibel.Dalam rangka

pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan

pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu

atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang

berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai

ditemukan kepastian datanya.

4. Analisis kasus negatif: yaitu kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan

hasil penelitian hingga pada saat tertentu. Disini peneliti mencari data

yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah

ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan

ditemukan, maka data tersebut sudah dapat dipercaya.

Page 72: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

55

5. Menggunakan bahan referensiyaitu adanya yaitu untuk membuktikan

data yang ditemukan oleh peneliti. Misalnya data hasil wawancara perlu

dilakukan dengan adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi

manusia atau suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto.

6. Mengadakan membercheck: yaitu proses pengecekan data yang diperoleh

peneliti kepada pemberi data. Hal ini dilakukan untuk mengetahui

seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh

pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh pemberi data,

maka data tersebut dapat dikatakan valid, sehingga semakin kredibel data

tersebut dan begitupun sebaliknya.

J. Etika Penelitian

Etika penelitian kualitatif yaitu menjalin hubungan ke dalam hubungan

kerja sama, adanya izin/ persetujuan yang benar dilakukan sesuai dan

kebutuhan privasi kerahasiaan, bersikap terbuk, langsung dan jujur

menghormati hak asasi informan dalam proses peneliti berlangsung.

Page 73: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

56

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Lokasi Penelitian

Kelurahan Antang merupakan satu di antara kelurahan di Kecamatan

Manggala, Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan yang merupakan daerah

bersejarah berdasarkan cerita rakyat yang beredar secara turun temurun yang

disertai bukti yang ada sebagai pendukung, Antang artinya tinggal, yang dalam

di kampung Antang terdapat sungai semacam danau yang dikenal dengan nama

“Balang Tonjong” dan juga terdapat persawahan ketika musim hujan tiba,

danau dan sawah tersebut dipenuhi air yang cukup dalam.

Kedalaman air yang memenuhi kedua tempat itu disebut orang Makassar

“Lantang atau Dalam” maka hal tersebut maka nama lantang diabadikan

menjadi nama kampung Antang kemudian menjadi kelurahan Antang. Yang

melatarbelakangi munculnya kelurahan Antang adalah saat wilayah antang

masih menjadi bagian dari wilayah Gowa, terjadi penggabungan beberapa

kampung yaitu Kampung Bitowa, Kampung Pannara dan Kampung Manggala.

Ketiga kampung tersebut digabung menjadi satu kampung yang diberi nama

Kampung Antang atau Desa Antang. Pada 1971 Desa Antang Kabupaten Gowa

dimasukan ke wilayah Ujung Pandang dengan tetap menggunakan nama

Antang atau Kelurahan Antang.

Nama kelurahan juga memiliki sejarah, kelurahan Antang diambil dari

nama seorang tokoh Agama Islam (ulama) yang digelari Lo’mo. Tempat

tinggal beliau dikenal dengan nama Pammantanganna Lo’moka yang disingkat

Page 74: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

57

Lo’mo ka Riantang. Di Kelurahan Antang terdapat makam atau pekuburan

Lo’moRiantang yang dijadikan situs atau tempat bersejarah, maka dari itu

masyarakat setempat mengenal nama Kampung Antang dengan nama

Kelurahan Antang.

B. Keadaan Geografis

Makassar adalah ibu kota provinsi sulawesi selatan, yang terletak

dibagian selatan pulau Sulawesi yang dahulu disebut Ujung Pandang terletak

antara 119º24’17’38” Bujur Timur dan 5º8’6’19” Lintang Selatan yang

berbatasan sebelah Utara dengan Kabupaten Maros, sebelah Timur Kabupaten

Maros, sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah Barat adalah Selat

Makassar. Kota Makassar memiliki topografi dengan kemiringan lahan 0-

2°(datar) dan kemiringan lahan 3-15° (bergelombang). Luas Wilayah Kota

Makassar tercatat 175,77 km persegi.

Kota Makassar memiliki kondisi iklim sedang hingga tropis memiliki

suhu udara rata-rata berkisar antara 26,°C sampai dengan 29°C. Kota Makassar

adalah kota yang terletak dekat dengan pantai yang membentang sepanjang

kordinator barat dan utara dan juga dikenal sebagai “waterfront city” yang

didalamnya mengalir beberapa sungai (Sungai Tallo, Sunga Je’ne Berang, dan

Sungai Pampang) semuanya bermuara di dalam kota. Kota Makassar hamparan

dataran rendah yang berada pada ketinggian 0-25 meter dari permukaan laut.

Secara adminitrasi kota Makassar dibagi menjadi 15 kecamatan dan 153,

kecamatan Manggala salah satu dari 14 kecamatan yang ada dikota Makassar

dengan luas wilayah 24,14 kilometer persegi atau sekitar 13,17% dari luas

Page 75: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

58

wilayah kota Makassar yang terbagi kedalam 8 wilayah kelurahan yaitu

Kelurahan Bitoa, Kelurahan Tamanggapa, Kelurahan Bangkala, Kelurahan

Manggala, Kelurahan Bangkala, Kelurahan Borong, kelurahan Biring Romang

dan menjadi lokasi penelitian yaitu Kelurahan Antang.

Kelurahan Antang memiliki luas wilayah 3,72 Ha, Kelurahan Antang

dibatasi sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tello Baru, sebelah

Selatan berbatasan dengan Kelurahan Bangkala, sebelah Timur berbatasan

Kelurahan Manggala, sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Borong.

Jarak kelurahan ke ibukota kecamatan adalah 1,5 km atau sekitar 5 sampai 10

menit waktu tempuh untuk sampai pusat pemerintahan Kecamatan Manggala,

jarak antara kelurahan dengan pusat perbelanjaan (pasar umum) yang ada di

Kelurahan Antang, juga sangat dekat sehingga sangat mempermudah bagi

masyarakat Antang untuk mengakses.

C. Keadaan Sosial

Berdasarkan data kependuduk Kelurahan Antang tahun 2015-2019

tercatat bahwa terdapat sebanyak 10.971 jiwa yang rata-rata jumlah anggota

keluarga dalam (1) rumah tangga adalah 5 orang perkepala rumah tangga.

Jumlah rumah tangga yang ada di kelurahan Antang sebanyak 4.401, berikut

tabel jumlah penduduk kelurahan Antang berdasarkan jenis kelamin:

Page 76: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

59

Tabel 4.1. Tabel Jumlah Penduduk Kelurahan Antang Berdasarkan

Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 15.906

2 Perempuan 16.030

Total 31.936

Sumber: Propfil Kelurahan Antang 6 September 2015-2019

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Yang Lahir, Mati, Datang Dan Pindah Di

Kelurahan Antang

Kelurahan Lahir Mati Datang Pindah

Antang 5 46 256 417

Sumber: Propfil Kelurahan Antang 6 September 2015-2019

Berdasarkan presentase jumlah kelahiran dikelurahan Antang berjumlah

lima dan jumlah yang mati 46, pendatang sejumlah 256 dan pindah ataupun

merantau keluar dari kelurahan antang berjumlah 417. Kondisi ekonomi

masyarakat merupakan salah satu indikator yang menjadi tolak ukur

keberhasilan pembangunan dan juga menjadi faktor penentu dalam

menentukan tingkat kesehjahteraan hidup masyarakat dalam suatu wilayah atau

daerah. Berikut tabel mata pencaharian masyarakat kelurahan Antang.

Tabel 4.3 Mata Pencaharian Masyarakat Kelurahan Antang

No Mata Pencaharian Jumlah Persen %

1 Tidak/belum bekerja 8581 77,74%

2 Pertanian, perkebunan 228 2,06%

Page 77: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

60

3 Perikanan 11 0,10%

s4 Pertambangan/galian 3 0,02%

5 Industri/pabrik 60 0,54

6 Konstruksi/pembangunan 527 4,77%

7 Perdagangan/jasa (guru, tenaga

kerja,dll)

1288 11,66%

8. Pegawai pemerintah 550 4,08%

Total 31.936 100%

Sumber: Propfil Kelurahan Antang 6 September 2015-2019

Berdasarkan tabel mata pencaharian masyarakat kelurahan Antang bahwa

presentase masyarakat tertinggi yang tidak bekerja atau yang belum bekerja

mencapai 77,74% dari keseluruhan masyarakat kelurahan Antang, sementara

presentase mata pencaharian masyarakat kelurahan Antang yang peling rendah

disektor pertambangan atau galian yang hanya sebanyak 3 orang atau hanya

sebesar 0,02% dari keseluruhan masyarakat kelurahan Antang.

Keberadaan sarana prasarana merupakan penunjang dari pembangunan

suatu wilayah, sarana prasarana yang dimiliki di kelurahan Antang cukup

memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, berikut tabel sarana

prasarana di kelurahan Antang:

Tabel 4.4 Sarana Dan Prasarana Kelurahan Antang

No Sarana dan prasarana Jumlah

1. Mesjid 18

2. Puskesmas 1

3 TK 7

4. SD 10

5. SMP 2

Page 78: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

61

6. Perguruan Tinggi 2

7. SMA 2

Sumber: Propfil Kelurahan Antang 6 September 2015-2019

Dalam mempermudah pelayanan masyarakat maka pemerintahan kelurahan

Antang membuat struktur organisasi kelurahan Antang yang di dalamnya

mempunyai bidang-bidang tersendiri pembagian pada bidang merupakan

tujuan pemerintah untuk mempermudah segala aspek dimasyarakat khususnya

masyarakat kelurahan Antang, berikut struktur organisasi kelurahan antang:

Daftar Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kelurahan Antang

Sumber: Propfil Struktur Organisasi Kelurahan Antang. 6 September 2015-2019

Page 79: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

62

D. Keadaan Pendidikan

Kemampuan membaca dan menulis merupakan suatu hal yang sangat

penting bagi setiap orang. Untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis

masyarakat maka harus di tunjang dengan sarana dan prasarana pendidikan

yang memadai, seperti adanya sekolah dan juga sekolah yang cukup nyaman

serta tenaga pengajar profesional.

Secara keseluruhan jumlah sarana pendidikan yang ada dikecamatan

Manggala tercatat sebanyak 92 sarana pendidikan yang tersebar diseluruh

wilayah kecamatan Manggala yang meliputi 39 taman kanak-kanak, 30 sekolah

dasar (SD), 11 sekolah menegah pertama (SMP), dan sebanyak 9 sekolah

menegah atas (SMA). Berdasarkan data profil sederhana kelurahan Antang,

bahwa sarana pendidikan di kelurahan Antang seperti tabel di bawah ini:

Tabel 4.5 sarana pendidikan di kelurahan Antang

No. Sarana pendidikan Jumlah

1. Paud 7

2. TK 7

3. SDN 6

4. SDS 4

5. SLTP NEGERI -

6. SLTP SWASTA 2

7. SMA NEGERI 1

8. SMA SWASTA 1

9. UNIVERSITAS 2

Sumber: Propfil Kelurahan Antang 6 September 2015-2019

Page 80: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

63

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti lakukan di kelurah Antang

yang merupakan salah satu kelurahan yang ada di kecamatan Manggala,

dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara

dan dokumentasi.

Sebelum menguraikan lebih lanjut atau lebih mendalam tentang degradasi

nilai sosial budaya aksara lontara dikalangan milenial di kelurahan Antang,

maka penulis terlebih dahulu akan menguraikan tentang identitas informan

sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan di lokasi penelitian. Jumlah

informan sejumlah 4 orang yang mengungkap informasi dilapangan. Hal

tersebut dapat dilihat pada tabel jumlah informan berdasarkan umur:

Tabel 5.1

Jumlah Informan Beerdasarkan Umur

No Umur Jumlah presentase%

1.

2.

3.

15-20

35-40

55-60

2

2

1

40%

40%

20%

Jumlah 5 100%

Sumber: hasil data penelitian 2020

Berdasarkan tabel 5.1 di atas diketahui dari 5 informan yang di

wawancarai umur 15-20 sebanyak 40%, umur 35-40 sebanyak 40%, umur 55-

60 sebanyak 20%.

Page 81: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

64

Tabel 5.2

Klasifikasi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis kelamin Jumlah

informan

Presentase

%

1. Laki-laki 2 40%

2. Perempuan 3 60%

Jumlah 5 100%

Sumber: hasil data penelitian 2020

Berdasarkan tabel 5.2 di atas diketahui dari 5 informan terlihat bahwa 2

informa (40%) laki-laki dan 3 informa (60%) perempuan. Dari data tersebut

terlihat bahwa informa didominasi oleh perempua hal ini disebabkan

kebanyakan jumlah penduduk perempuan.

Tabel 5.3

Klasifikasi jumlah data berdasarkan pendidikan

No Pendidikan Jumlah Presentase%

1.

2.

3.

SLTA

S1

S2

2

2

1

40%

40%

20%

Jumlah 43 100%

Sumber: hasil data penelitian 2020

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat dari 5 informan dapat dilihat tingkat

pendidikan informan, 40% pendidikan terakhir informa SLTA, 40%

pendidikan terakhir informan S1 dan 20% pendidikan terakhir informan S2.

Page 82: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

65

Tabel 5.4

Klasifikasi Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Presentase%

1. Pegawai Negeri 2 40%

2. Ibu Rumah Tangga 1 20%

3. Pelajar 2 40%

Jumlah 5 100%

Sumber: hasil data penelitian 2020

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat dari 5 informan, diketahui 2 informan

(40%) yang berstatus Pegawai Negeri, 1 informan (20%) berstatus Ibu Rumah

Tangga, 2 informan (40%) berstatus Pelajar. Rumusan masalah dari objek

yang diteliti, yaitu sebagai berikut:

1. Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan milenial di

Kelurahan Antang

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan nilai sosial budaya aksara

lontara

Pergesran nilai sosial budaya aksara lontara adalah proses pergeseran

atau perubahan struktur/tatanan di dalam masyarakat, meliputi pola

pikir yang lebih inovatif, sikap serta kehidupan sosialnya untuk

mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat, perubahan yang

terjadi dalam kehidupan masyarakat, mencangkup perubahan budaya

yang di dalamnya terdapat perubahan nilai-nilai dan tata-tata cara

kehidupan dari tradisional menjadi modern.

Page 83: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

66

Perubahan yang terjadi dapat dilihat dari degrdasi makna yang

muncul yang tidak sesuai dengan makna sebelumnya dengan merujuk

pada nilai siri, pacce, sipakatau, reso saat ini yakni dengan menyerap

paham-paham yang berbau kebarat-baratan atau westernisasi, materialisme,

hedonisme,lebih lengkap akan dijelaskan di bawah ini :

1. Modernisme

Bedasarkan hasil observasi yang dilihat dan didengar peneliti

dilapangan, yaitu banyaknya tanggapan masyarakat yang merasakan

bahwa semakain hari masyarakat banyak menerima hal-hal yang

baru apalagi generasi yang melek teknologi khususnya generasi

milenial sangat mudah menyerap hal baru baik dari segi perilaku

sosial yang diterima dimasyarakat misalnya berperilaku modern

Modernisme atau biasa biasa juga disebut juga kekinian. Paham

ini menjadi salah satu dari beberapa paham yang kini menjadi kiblat

bagi para generasi muda. Karena ada anggapan bahwa budaya yang

dianut kini tidak sesuai dengan kondisi yang ada. Berdasarkan data

dokumentasi yang saya peroleh dari jurnalmodernisasi

mempengaruhi perubahan berbagai aspek dalam kehidupan

bermasyarakat mulai dari aspek sosial, ekonomi, politik, dan

perubahan-perubah nilai budaya, sementara menurut EdwadB. Tylor

dalam Yuhasnil (2019: 222) yang secara kompleks mengemukakan

bahwa kebudayaan secara sistematis dan ilmiah kebudayaan

Page 84: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

67

merupakan kesenian, moral, hukum, adat istiadat serta kebiasaan

yang didapatkan manusia.

proses modernisasi membuat masyarakat mengalami

transformasi dari masyarakat tradisional kemasyarakat modern,

trasnformasi inilah mengubah cara-cara berperilaku masyarakat yaitu

dari segi budaya masyarakat yang mulai mengikuti budaya orang

barat hal ini dapat dilihat bahwa proses modernisasi ditandai dengan

kuatnya nilai ilmu serta penemuan-penemuan baru sedangkan nilai

agama dan adat istiadat menunjukkan kelemahan, (Rosana,

2011:32). Beberapa pendapat dari hasil wawancara terkait

modernisme/western yaitu:

“Menurut saya sekarang ini memaknai sirri, pacce,

sipakatau,reso itu adalah menjaga perilaku yaa tapi

hanya orang-orang tertentu saja bukan menyeluruh.

Itupun kalau anak itu tumbuh dalam keluarga yang

cukup mendidik tapi adapun anak-anak yang tumbuh

dalam lingkungan modernisasi itu kaya contoh, kata

tabenya itu hilangmi. Iyyenya hilangmi digantimi jadi

yes”( D.1 SLM, WW. SLM.P)

Menurut informan nilai sosial budaya aksara lontara seperti

nilai siri atau malu, pacce rasa hibah, sipakatau saling menghargai,

reso rasa kerja, jadi anak yang berperilaku sopan santun adalah

anak yang dididik dalam kaluarga yang paham akan pentingnya

perilaku sopan santun, dan perilaku sopan santun diajarkan pada

keluarga, keluarga sebagai sebuah lembaga pendidikan yang

pertama dan utama. Menurut Selo Soemarjan dalam jailani (2014:

246), keluarga adalah sebagai kelompok inti, sebab keluarga adalah

masyarakat pendidikan pertama dan bersifat alamiah, dalam

Page 85: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

68

keluarga anak dipersiapkan untuk menjalani tingkat-tingkat

perkembangan sebagai bekal ketika memasuki dunia orang dewasa

baik itu bahasa, adat istiadat dan seluruh kebudayaan.

Menurut Ki Hajar Dewantara dalam jailani (2014:248)

menyatakan bahwa alam keluarga bagi setiap orang anak adalah

pendidikan permulaan untuk pertama kalinya orang tua sebagai

penuntun sebagai pengajar, pendidik, yang utama oleh anak jadi jika

anak itu berada pada lingkungan yang mendidik maka anak itu

tumbuh dengan perilaku yang sopan santun membedakan berbicara

kepada orang dewasa dan berbicara pada teman sebayanya

“selebihnya pengaruh tingkat modern, berfokus pada

duniawinya. Contoh didunia sosmed, di dalam FB

suatu tempat misalnya di pamer mengunggah fotonya

yang mengumbar aurat sehingga siri nya dianggap

sepele” ( D.3. WW. SRF.L)

Pernyataan informan diatas yaitu dengan perilaku modernisasi

pada genenerasi melenial, melenial berfokus pada duniawinya

apalagi dengan adanya sosial media, generasi sekarang tidak

menggunakan sosial media sebaik munkin mala sebagian besar

generasi melenial menggunakan sebagai ajang pamer bahkan

adabeberapa orang yang mengumbar auratnya, perkembangan

teknologi yang cukup pesat ini berdampak dengan masyarakat yang

menyalanggunakan teknologi secara sadar atau tidak telah banyak

mengubah pola perilaku, hal inilah kehadiran teknologi dapat

memberikan dampak negatif bagi generasi milenia( Yoga, 2018:30 ).

Page 86: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

69

Informan menjelaskan bahwa karena zaman yang semakin

berkembang maka perilaku juga lebih modern seperti halnya kata iye

yang sangat kental digunakan oleh masyarakat Bugis-Makassar

seolah-olah sudah mulai bergeser pada kalangan milenial bahkan

dari kecil diajarkan pekataan iye diubah menjadi yes and no, bahkan

pernyataan informan diatas menganggap bahwa jika perilaku tabe

digunakan diperkotaan sangat aneh rasahnya, padahal perkataan tabe

pada masyarakat Bugis-Makassar adalah bentuk rasa hormat.

2. Materialisme

Materialisme adalah paham yang beriorentasi kepada hal-hal

yang berbau materi, benda, jabatan/status dan lain sebagainya.

Menurut Richin dan Dawson dalam Iqbal (2016) materialisme

sebuah nilai personal yang dimiliki individu yang mengarahkan

orientasi hidupnya pada kepemilikan materi dan menganggap

kepemilikan meteri tersebut sebagai simbol kesuksesan, perilaku

materialisme mengubah pola perilaku serta pola pikir masyarakat

Beberapa ungkapan di bawa merupakan hasil wawancara dengan

beberapa informan terkait materialisme.

“Tapi sekarang dengan fasilitas yang memadai atau yang

cukup mendukunglah, tenaga manusia itu sudah

digantikan dengan mesin. Saya sendiri kalau ada hal-hal

baru pasti harus ikut tren misalnya teknologi baru, model

baju baru yang tren Sehingga mengikuti zaman” (D.2.

WW. HSD. P).

Dapat dilihat pernyataan informan dengan perkemabangan

modernisasi menimbulkan proses materialisme pada masyarakat

Page 87: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

70

ungkapan informan sangat jelas bahwa informan mengikuti

perkembangan zaman dan berperilaku materi segala sesuatu yang

baru misalnya dngan model baju baru yang lagi tren ia tidak ingin

ketinggalan dalam teori materialisme sejarah karl max dalam

George Ritzer(2016) ada tiga jenis faktor penyebab perubahan di

tingkat struktural dan individu pada tinkat individu masyarakat

memandang dari segi material jabatan dan materi yang dimilikinya

selalu ingin mendapatkan hal yang dibaru.

“Sekarang harus ada upah, itupun kalau acara

perkawinan kan adami tukang masak yang memasak yang

dikasi upah atau biasa keluarga datang membantu tapi

ada juga upahya dibelikanki dulu baju seragam” ” (D.2.

WW. HSD. P).

Menurut informan generasi milenial sudah jarang yang

namanya saling gotong royong contohnya saja dalam acara

perkawinan sudah banyak yang tidak mau membantu karena berfikir

sudah ada tukang masak yang dibayar, dan sebagian kecil ada yang

membantu tapi mengharap upah, artinya ada perilaku kerja sama

yang kurang pada masyarakat sekarang. Adapun pernyataan

informan sebagai berikut.

“biasa itu para ibu-ibu pengajian satu bulan sekali untuk

pergi menambah ilmu agama tapi, begitumi para saingan-

saingan juga pakaianya, sandalnya, tasnya pokonya mau

tampil cantik, berbelanja untuk tampil yang lebih dari

teman-temanya” (D.5. WW. WY. P).

Dari beberapa ungkapan di atas menunjukkan bahwa

perilaku ibu-ibu atau generasi sekarang bersifat material bahwa

acara pengajian dijadikan ajang pamer dengan materi yang dimiliki

Page 88: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

71

entah itu tas, pakaian materi adalah bagian utama yang menjadi

prioritas dalam berperilaku sama halnya yang diungkapkan

informan sebelumnya bahwa generasi sekarang di pengaruhi oleh

perilaku yang modern mementingkan hal yang bersifat kekayaan

sehingga nilai material ini mengubah perilaku generasi milenial .

3. Westernisasi

Westernisasi adalah salah satu usaha meniru gaya hidup orang

barat secra berlebih-lebihan, persoalan wisternisasi merupakan

persoalan yang serius karena menyebabkan persoalan serius karena

menyebabkan perubahan-perubahan nilai-nilai, budaya dan adat

istiadat yang dimiliki oleh suatu suku. Namun, melihat kondisi saat ini

masyarakat atau khususnya generasi milenial sudah mulai mengalami

wisternisasi, beberapa ungkapan hasil wawancara informan:

“Banyaknya pengaruh-pengaruh budaya kapitalis/budaya

barat yang masuk sehingga yang mungkin tidak disaring

untuk dikonsumsi/dipraktekkan dalam kehidupan sehari-

harinya, sehingga hal itu, melunturkan budaya sirri,

pacce, sipakatau,reso itu sendiri. Karena lingkungan

sekarang ini sangatlah mengalami perubahan ” (D.1.

WW. SLM. P).

Penjelasan informan diatas mengungkapkan adanya budaya asing

yang diserap generasi milenial yang dipraktekan dalam kehidupan

sehari-hari membuat budaya aksara lontara itu sendiri mulai luntur,

dampak negatif dari budaya asing terhadap masyarakat sekarang

sudah pada tahap memprihatinkan karena ada kecenderungan para

remaja sudah melupakan budaya nenek moyang kita sendiri, para

Page 89: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

72

remaja tidak ingin dikatakan kuno, kampungan, kalangan remaja

sekarang berperilaku ikut-ikutan tanpa selektif pada ajaran nilai-nilai

agama yang dianut (Yuhasnil: 2019). Adapun ungkapan informan

sebagai berikut.

“Remaja sekarang cenderung ke budaya kebarat-baratan,

dimana itu sekarang perempuan yang kita liat dari segi

berpakaian dari segi berperilaku semuanya itu melenceng

dari perilaku siri. Rambut dipirang, baju seharusnya

melewati pusar, celana/rok seharusnya turun ke bawah

malahan dibawa ke paha” (D.2. WW. HSD. P).

Jadi pernyataan informan diatas hampir sama yang menjelaskan

bahwa tata kelaukuan pada generasi sekarang sudah mulai mengikuti

perilaku orang barat yang mengikuti segi berpakaian hal ini diperkuat

dengan penyataan informan dibawah ini, remaja yang mengikuti segi

berpakaian orang barat sehingga ingin dikatakan stailis atau modern.

“diluar sana itu bisa diliat banyakmi yang pamer auratnya

nakesampinkanmi itu malunya untuk bisa dibilang stailis

atau gaya ala-ala modelmi supaya bisa populer, sibuk

semuami sama teknologi sampai-sampai komunikasi itu

jarang. Komunikasi secara langsung itu tidak

dipedulikanmi” (D.4. WW. IFN. P).

4. Hedonisme

Hedonisme adalah paham yang fokusnya hanya pada hal-hal yang

berupa kesenangan, kenyataan, tanpa memikirkan dampaknya. Yang

penting apa yang dilakukan mampu membuatnya bahagia. Dikalangan

remaja atau milenial sebagian besar menghabiskan waktunya ditempat

yang menghibur misalnya saja pusat perbelanjaan, nongkrong di cafe-

cafe, instagramnebel, perilaku yang senang membeli barang-barang

Page 90: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

73

yang berharga mahal dan berlomba-lomba mengikuti tren dan gaya

hidup terbaru. Hal ini sama halnya yang diungkapkan informan pada

perilaku materialisme, perilaku materialisme tidak lepas dari perilaku

hedonisme generasi milenial.

2. Bentuk-Bentuk Perubahan Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara

dikalangan milenial di Kelurahan Antang

Menurut Emile Durkheim (2016), adalah perubahan yang terjadi

sebagai hasil dari faktor-faktor ekologis dan demografis, yang mengubah

kehidupan masyarakat dari kondisi tradisional yang diikat solidaritas

mekanisme, kedalam kondisi masyarakat modern yang diikat oleh

solidaritas organistik.

Sebagian masyarakat di era modern seperti sekarang setiap

masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan-perubahan.

Perubahan sosial yang terjadi berlangsung demikian cepatnya, sehingga

membinggungkan manusia yang menghadapinya, perubahan-perubahan

masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-

pola perilaku organisasi, lapisan-lapisan masyarakat, kekuasaan dan

wewenan, iteraksi sosial dan lain sebagainya.

Dengan diakuinya dinamika sebagai inti jiwa masyarakat banyak

sosiolog modern yang mencurahkan perhatiannya pada masalah-masalah

perubahan sosial dan kebudayaan dalam masyarakat. Setiap masyarakat,

pada suatu masa dapat dianggap sebagai masyarakat yang statis,

sedangkan masyarakat yang lain dianggap sebagai masyarakat yang

dinamis.

Page 91: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

74

Perubahan-perubahan bukanlah semata-mata berarti suatu kemajuan

(progres) namun dapat pula berarti kemunduran dari bidang-bidang

kehidupan tertentu. Adapun hasil observasi yang dilakukan peneliti di

Kelurahan Antang, yaitu:

“Sangat bergesermi kalau dibilang nilai siri, pacce,

sipakatau, reso saat ini, karena anak mudah khususnya

sekarang ini tidak mengimlementasikanmi nilai-nilai

karakter seperti nilai siri, pacce, sipakatau, reso misalnya

anak perempuan kalau dilarang keluar malam, apalagi

malam minggu pasti tidak mendengar orang tuanya

karena banyakmi contoh kulihat, kalaupun ada yang

mengimplementasikan itupun hanya beberapa orang

saja”(D.1. WW. SLM. P).

Menurut informan nilai-nilai aksara lontara saat ini sudah

mengalami degradasi hal ini ditandai dengan kurangnya

pengemplementasian generasi sekarang seperti yang dikatan

informan diatas bahwa anak-anak sekarang sudah tidak

mendengarkan orang tuanya bahkan ada beberapa yang

mengimplementasikan namun beberapa orang saja, perilaku

generasi sekarang dipengaruhi oleh faktor psikologis, lingkungan

dan biologisnya, jika anak berada pada lingkungan yang

mendidiknya baik maka anak tersebut tumbuh dan besar dengan

perilaku yang diajarkan, begitu pula lingkunganya sama siapa ia

berteman. (Febriyanto dan Fikria: 2012).

“Dilihat-lihat semakin hari perilakunya ini remaja

menghawatirkan kalau kita liat berita adami ditemukan

bayi ditempat sampah, adami geng motor, ada tongmi itu

anak-anak mak lem-lem jadi semakain menghawatirkan

kalau diperhatikan tidak adami rasa siri nya kalau diliat” ”

(D.3. WW. SRF. L).

Page 92: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

75

Dari ungkapan di informan atas, melihat bahwa perilaku remaja

sekarang sudah tidak sesuai rusaknya moral generasi sekarang bahkan

menurut informan diberita ditemukan bayi ditempat sampah hal ini

membuat perilaku remaja sekarang tidak sesuai dengan aturan yang ada di

masyarakat bahkan generasi sekarang sudah berani mencoba hal-hal yang

baru dalam bentuk perbuatan negatif contohnya mengisap lem.

“Kalau sekarang ini remaja kurang paham mengenai nilai

siri, pacce, sipakatau, reso jadi naanggap sepeleji perilaku

yang tidak sesuai dimasyarakat” ” (D.3. WW. SRF. L).

Informan mengungkapkan bahwa remaja kurang paham akan nilai-

nilai sosial aksara lontara bahkan sebagian besar generasi

menganggap sepele perilaku sopan santun tersebut. Hal ini

merupakan perilaku perubahan kecil dimana dijelaskan perubahan

yang terjadi pada unsur-unsur yang membawa pengaruh langsung

dan peribuhan kecil ini membawa perilaku yang berkesinambungan.

( Jailani: 2014 )

“Faktor orang tua juga kurang menceritakanki bahwa

nilai sosial aksara lontara seperti siri, pacce, sipakatau,

reso. Palingan diajariki kalau ada tamu tabeki sebatas

ituji, tidak najelaskan kenapa harus tabe dan

sebagainya”(D.4. WW. IFN. L).

Hal yang diungkapkan informan bahwa orang tua kurang

menjelaskan secara detail apa saja nilai-nilai aksara lontara itu dan

mengapa perlu dilakukan informan mengatakan bahwa sebagian

orang tua sekarang hanya mengajarkan mengaplikasikan tata

kelakuan namun tidak menjelaskanya, hal ini sama dengan

penjelasan bahwa orang tua adalag guru pertama dalam kehidupan

anak.

Page 93: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

76

“Banyakmi remaja sekarang yang kurang patuh sama orang tuanya

bahkan patoa-toaih.”(D.4. WW.IFN. L).

Sama halnya pernyataan sebelumnya bahwa perilaku remaja

sekarang mulai menyimpang pernyataan informan diatas

mengatakan bahwa anak-anak sekarang sudah tidak patuh dengan

orang tuanya sudah banyak yang tidak berkarakter.generasi milenial

yang acuh terhadap aturan yang ada dimasyarakat, sikap ikut-ikutan

dan terobsesi dengan zaman yang begitu kompleks, kurang

pahamnya akan budaya memiliki pergaulan bebas serta tidak berfikir

rasional. Hal ini dipengaruhi oleh lingungan psikologis, biologis dan

lingkunganya hal ini di perkuat oleh pernyataan informan dibawah

ini

“ yaa kalau pergesersn itu faktor lingkungan biasa diajarkan

sama orang tuanya sopan santun tapi karena samami teman-

temanya yang kelakukanya tidak terdidik akhirnya ikut-ikutan

tongmi ini anak apalagi masa-masa remaja pergaulan salah-

salah”(D.3. WW. SRF. L).

“Dampak negatifnya itu, banyakmi sekarang anak-anak muda

yang tidak berkarakter, dampak dari pergeseran nilai sosial

aksara lontara itu banyakmi kebobrokan karakter yang dianut

oleh anak-anak jaman sekarang yang tidak terkendali

contonya karakter menyontek”(D.1. WW. SLM. P)

Page 94: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

77

B. Pembahasan

1. Pergeseran Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan milenial

di Kelurahan Antang

Gillin dan Gillin dalam Soekanto (2013: 307) menjelaskan bahwa

perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang diterima,

yang disebabkan oleh perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan

material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi atau

penemuan baru dalam masyarakat. Teori evolusi banyak diilhami oeh

pemikiran darwin yang kemudian dijadikan patokan perubahan oleh

Herbert Spencer selanjutnya dikembangkan oleh Emile Durkheim dan

Ferdinand Tonnies (Soekanto: 2013).

Perubahan sosial yang terjadi pada kehidupan masyarakat saat ini

tidak terlepas dari pengaruh perkembangan zaman pada segala aspek

kehidupan, baik dari segi ekonomi, pendidikan, budaya, hukum, dan lain

sebagainya.Hal ini kemudian menuntut masyarakat untuk mampu

menyesuaikan diri dengan situasi yang berlaku.

a.faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial budaya menurut

Soejono Soekanto (2013: 323). Apabila diteliti lebih mendalam di

masyarakat dapat terjadi perubahan dalam masyarakat, dapat dikatakan

bahwa yang diubah mungkin dengan sadar ataupun tidak sadar, oleh

masyarakat adalah sesuatu yang dianggap sudah tidak memuaskan,

adapun sebab masyarakat tidak puas ataupun masyarakat melakukan

perubahan karena terpaksa untuk menyesuaikan suatu faktor-faktor yang

Page 95: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

78

mengalami perubahan, dapat dikatakan sebab-sebab tersebut dapat

berupa dari dalam masyarakat itu sendiri ataupun faktor dari luar

masyarakat atau dari alam sekitarnya, Selo soemarjan dalam (Soekanto:

2013). Sebab-sebab yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri antara

lain:

1) Bertambah atau berkurangnya penduduk, pertambahnya dan

berkurangnya penduduk jumlah penduduk yang setiap tahun

mengalami peningkatan terlihat data dari kelurahan Antang data

jumlah penduduk dari tahun 2015-2019 mencapai 31,936 hal ini

terlihat jumlah penduduk yang lumayan besar hal ini menyebabkan

perubahan struktur masyarakat baik dari sistem lembaga masyarakat,

perekonomian, pendidikan dan lain sebagainya, selain bertambahnya

penduduk terdapat berkurangnya jumlah penduduk hal ini dipengaruhi

oleh jumlah penduduk yang yang pergi atau yang mati terlihat data

lima tahun terakhir jumlah mati 46 orang, jumlah pindah 417.

2) Penemuan-penemuan baru, suatu proses sosial dan kebudayaan yang

besar tetapi terjadi dalam jangka waktu yang tdk terlalu lama inovasi

proses tersebut berupa penemuan-penemuan baru, yang terjadi

dimasyarakat dengan berbagai penemuan baru seperti teknologi

membawa perubahan yang besar pada lingkungan baik dari segi

interaksi ataupun komunikasi, hal-hal yang dekat menjadi jauh hal

yang jauh terasa dekat artinya dengan penemuan teknologi

komunikasi dengan mudahnya menanyakan kabar keluarga yang jauh

namun sayang dengan komunikasi yang canggih yang dekat terasa

Page 96: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

79

kurang berkomunikasi dikarenakan sibuknya dengan gedjet yang

digunakan. Kebudayaan baru yang tersebar dimasyarakat, tidak dapat

dipungkiri dizaman globalisasi tidak ada lagi batasan untuk

berinteraksi dan berkomunikasi bahkan mengadopsi budaya-budaya

barat dari luar yang sangat disayangkan generasi milenial mulai

kehilangan jati diri meninggalkan tradisi leluhur suku Bugis-Makassar

seperti budaya siri, pacce, sipakatau, reso.

3) Pertentangan

Di dalam masyarakat juga terdapat perubahan-perubahan sosial

kebudayaan pertentangan tersebut terjadi antar orang perorangan,

kelompok dengan kelompok atau antar generasi, yang terjadi dewasa

ini pada generasi milenial terlihat jelas adanya pertentangan antar

generasi dimana dari masyarakat tradisional ke tahap modern.Dengan

hadirnya teknologi-teknologi yang semakin canggih, membuat

manusia mampu berinteraksi tanpa batasan ruang dan waktu.

Segalanya kemudian diberi kemudahan. Hanya kembali lagi pada

pengguna teknologi, sejatinya teknologi yang hadir merupakan hasil

kreativitas manusia unggulan yang memiliki tujuan untuk

memudahkan manusia dalam segala aspek kehidupan.

generasi muda yang belum terbentuk kepribadiannya, lebih mudah

untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing (misalnya kebudayaan

barat) yang dalam beberapa hal mempunyai taraf yang lebih tinggi,

keadaan tersebut dapat menimbulkan perubahan-perubahan tertentu

Page 97: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

80

dalam masyarakat, contohnya dilingkungan remaja pergaulan bebas,

kurangnya pemahaman akan nilai budaya leluhur.

b. Perubahan sosial yang terjadi pada generasi milenial

Generasi milenial yang diiringi dengan kemajuan teknologi ini era

peluang sekaligus tantangan, era tersesebut membawa berkah sekaligus

membawa petaka, era dimana ada kemudahan dan ada resiko, suka

tidak suka mau tidak mau zaman tersebut harus kita lalui dan kita

hadapi oleh karena itu supaya generasi milenial ini tidak terombang

ambing maka harus mempunyai pengangan agar siap menghadapi

zaman tersebut.

Namun dengan hadirnya teknologi banyak kemudian ditemui

individu, kelompok, atau masyarakat yang menyalanggunakan

teknologi tersebut hanya untuk kepentingan pribadi, tanpa berfikir

panjang bahwa tindakan yang dilakukan berdampak terhadap orang lain

artinya ada proses adaptasi manusia dengan kondisi sosial yang dialami.

Hal ini dikemukakan oleh Colifah dan Sugeng (2017) yang terdiri dari

tiga perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, yakni:

1) Perubahan sosial struktural

2) Perubahan sosial pada budaya

3) Perubahan sosial interaksional, di saat proses interaksi sosial

berlangsung

Artinya tindakan yang dilakukan adalah tindakan praktis dalam

menjalankan rutinitas dalam kehidupan sehari-hari. Sama halnya

Page 98: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

81

dengan kebudayaan yang ada pada suatu daerah, yakni budaya siri,

pacce, sipakatau, reso yang merupakan nilai sosial budaya aksara

lontara yang menjadi landasan hidup masyarakat Bugis-Makassar.

Nilai dan norma yang terkandung pada budaya sangat sakral,

sehingga ketika nilai dan norma tersebut dilanggar, maka ada saksi

sosial yang didapatkan oleh pelaku tersebut. Tidak jarang didapatkan

pada zaman dulu, pendahulu yang banyak menumpahkan darah karena

harga dirinya sudah dilecehkan ataukah adanya keturunan mappakasi-

siri atau dipakasiri.

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada masyarakat yang

memiliki latar belakang yang berbeda-beda, pemaparan dominan dari

beberapa informan menyatakan hal yang sama terkait adanya degradasi

nilai sosial budaya aksara lontara. Ada beberapa hal yang kemudian

melatar belakangi terjadinya degradasi tersebut yakni dengan

bertambahnya dan berkurangnya penduduk dan adanya penemuan-

penemuan baru sebagai faktor dari dalam.

Selain faktor tersebut ternyata ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pemaknaan generasi milenial terhadap degradasi makna

siri, pacce, sipakatau, reso sebagai nilai sosial budaya aksara lontara

saat ini yaitu adanya usaha untuk menyesuaikan diri dengan kondisi

baru dan sikap terbuka dengan segala hal yang baru, selain itu hal yang

tidak biasa dihindari yakni dengan hadirnya modernisasi.

Page 99: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

82

Adapun hasil wawancara dari beberapa informan terkait

pemaknaan mereka mengenai degradasi nilai sosial budaya aksara

lontara dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Konsep diri

2) Konsep perbuatan atau action

3) Konsep objek

4) Konsep interaksi sosial

5) Konsep join action

Konsep “diri” hasil wawancara menunjukkan bahwa informan

memaknai siri, pacce, sipakatau, reso ini berdasarkan proses

pemaknaan yang berasal dari dirinya, sebagai makhluk yang sadar

akan situasi yang dialami, baik dari dalam maupun dari luar. Jadi tidak

dipungkiri antara generasi saat ini dengan generasi sebelumnya

memiliki perbedaan dalam memaknai budaya siri, pacce, sipakatau,

reso saat ini, yang nampak melalui karakter dalam masyarakat, baik

itu cara berfikir, berbicara, berbicara, berpakaian dan berperilaku.

Konsep perbuatan “action”.Pemaknaan mereka terkait nilai sosial

budaya seperti siri, pacce, sipakatau, reso dikalangan milenial ini

mengalami degradasi terlihat melalui karakter yang mereka bangun dan

pandangan masyarakat terhadap kalangan milenial, dalam kehidupan

sehari-hari, baik di lingkungan formal dan non formal. Berdasarkan

pemaknaan tersebut, dominan tindakan mereka didasari oleh mayoritas

masyarakat yang melakukan hal yang sama, diantaranya adalah dengan

Page 100: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

83

menyerap nilai-nilai yang terkandung pada paham moderisme

(western), materialisme, pragmatisme, hedonisme, sekularisme dan

etnosentrisme.

Sedangkan dampak dari terserapnya paham-paham ini muncul

karakter berbohong, bersikap individual, penempatan rasa malu yang

bukan pada tempatnya, dan adanya pemahaman minim terkait budaya

tersebut serta kurangnya pengaplikasian, jadi tindakan mereka saat ini

adalah tindakan yang mereka lakukan berdasarkan tindakan yang ada

dilingkunganya yang sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari

yang digunakan dalam masyarakat saat ini.

Konsep objek, dari hasil penelitian, objek yang ada berdasarkan

kontruksi masyarakat saat ini terkait nilai sosial budaya aksara lontara

dikalangan milenial seperti siri, pacce, sipakatau, reso bahwa budaya

ini kemudian hanya budaya sebagian masyarakat yang menganutnya,

karena situasi yang mereka rasakan saat ini, banyak kalangan milenial

yang berasal dari suku Bugis-Makassar, tapi melihat dari cara mereka

berbicara, bertindak atau berkarakter yang mereka gunakan dalam

kehidupan sehari-hari tidak mencerminkan bahwa mereka adalah

generasi muda Bugis-Makassar.

Konsep interaksi sosial.Pemaknaan masyarakat saat ini terkait

degradasi makna siri, pacce, sipakatau, reso tidak terlepas dari hasil

interaksi mereka terhadap situasi lingkungan dan masyarakat yang

mereka tempati.Hal ini dikatakan dominan informan bahwa ada rasa

Page 101: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

84

saling menghargai dimasyarakat namun pengaplikasian pada generasi

milenial ini kurang, tidak jarang generasi milenial saat ini yang

karakternya tidak mencerminkan nilai sosial budaya aksara lontara.

Konsep join action, alhasil sebagian besar generasi milenial yang

sudah mulai bobrok karakternya. Mereka bertindak semaunya tanpa

memikirkan dampaknya, tanpa memikirkan orang lain, sementara kita

ketahui bahwa manusia adalah makhluk sosial artinya ketika tidak ada

tindakan yang kemudian dibudayakan oleh beberapa individu itu akan

mempengaruhi individu yang lainya, sehingga masyarakat melakukan

hal yang sama. Sama halnya jika mayoritas tidak terdapat lagi nilai siri,

pacce, sipakatau, reso pada generasi milenial seperti berbohong tidak

menghargai orang lain dan bersikap malas-malasan maka hal ini dapat

dilakukan oleh individu yang lain.

Jadi suatu masyarakat pada masa tertentu bentuknya sangat

sederhana, tetapi seiring dengan perkembangan zaman masyarakat

berubah menjadi lebih kompleks dan maju. Tahapan perubahan itu

berlangsung secara siklus yang berulang-ulang sebagaimana tampak

pada perubahan sosial budaya aksara lontara pada generasi milenial

Bugis-Makassar yang perlahan-lahan nilai aksara lontara yang

dijunjung tinggi oleh masyarakat Bugis-Makassar mulai mengalami

kemunduran berdasarkan hasil observasi dan wawancara orang tua

melihat betul dan merasakan perubahan yang sang sangat siknifikan

pada generasi sekarang, dalam kehidupan sosial budaya masyarakat

Page 102: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

85

tersebut cenderung untuk mengadakan perubahan menyesuaikan

dengan keperluan, keadaan, dan kondisi yang baru yang timbul sejalan

dengan lingkungan di masyarakat.

Page 103: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

86

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Hasil Penelitian

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari degradasi nilai sosial budaya

aksara lontara dikalangan milenial di Kelurahan Antang dari hasil observasi

dan wawancara informan minoritas generasi milenial yang ada di Kelurahan

Antang mulai melupakan budaya siri, pacce, sipakatau, reso ini dengan

berperilaku tidak sesuai dengan nilai yang terkandung pada budaya tersebut

lebih mengaplikasikan nilai dari paham-paham ini, modernisme, materialisme,

hedonismedalam kehidupan bermasyarakat.

Peneliti mengambil objek kajian di kelurahan Antang mengenai degradasi

nilai sosial budaya karena keprihatinan peneliti melihat budaya Bugis-

Makassar sudah mulai mengalami pergeseran dari hakikat sebelumnya

bagaimana peneliti melihat realita tersebut yang terjadi pada kalangan milenial

sekarang ini. Yang menjadi perhatian peneliti

Bentuk-bentuk perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat dapat

beberapa bentuk, yaitu perubahan evolusi dan perubahan revolusi, perubahan

tak direnscanakan dan perubahan direncanakan. Perubahan yang direncanakan

adalah perubahan yang diinginkan masyarakat terhadap linkunganya,

sedangkan perubahan yang tidak direncanakan adalah perubahan yang tidak

diinginkan misalnya saja bencana alam, sedangkan perubahan evolusi adalah

perubahan sosial yang terjadi dalam waktu yang lambat sehingga sering kali

Page 104: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

87

tidak disadari yaitu perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat

modern.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, adapun beberapa saran sebagai

pertimbangan dari penelitian degradasi nilai sosial budaya aksara lontara

dikalangan milenial yakni:

1. Untuk generasi milenial, harus tahu potensi dan peranan sebagai generasi

penerus yang harus membudayakan mensosialisasikan nilai pada budaya

aksara lontara seperti siri, pacce, sipakatau, reso. Sebagai seorang generasi

perubahan mampu mengontrol tingkah laku yang sesuai dengan adat dan

norma yang berlaku.

2. Untuk orang tua, tetap mengontrol tingkah laku anak dengan sering

berkomunikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Mampu

memberikan pemahaman akan nilai sosial aksara lontara dan memberikan

contoh yang sesuai dengan nilai yang terkandung pada budaya siri, pacce,

sipakatau, reso.

3. Untuk para pendidik, mampu memberikan pendidikan formal yang

dilengkapi dengan unsur budaya lokal dan religi.

Page 105: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

88

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Afrizal.2014. Metode Penelitan Kualitatif Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan

Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Badan Pusat Statistik. 2018. Profil Generasi Milenial Indonesia. Kementrian

Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak. Jakarta.

Indrawin Dan Irwan. Strategi Dan Perubahan Sosial. Sleman: Deepublish.

Maran.Rafael Raga.2007.Manusia Dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu

Budaya Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.

Nata, A. 2016. Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an. Catakan Pertama. Edisi

Pertama. Jakarta: Prenadamedia Group.

Nursalam dan Suardi. 2016. Sosiologi Pengantar Masyarakat Indonesia. Cetakan

Pertama. Yogyakarta: Writing Revolution.

Prastowo, Andi. 2014. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan

Peneitian. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Ritser, G. 2016. Teori Sosiologi. Bantul: Kreasi Wacana

Sarinah. 2019. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Cetakan Pertama. Sleman: Deepublish.

Setiadi, E, M. 2017. Ilmu Social Dan Budaya Dasar.Cetakan Ke-13. Jakarta.

Kencana.

Soekanto,S, Budi. 2014. Sosiologi Suatu Pengantar. Edsis Ke-42. PT. Jakarta:

Raja Press.

Sugiyono.2013. Metode Penelitia Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alvabeta.

Sztompka Piotr. 2011. Sosiolgi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media Group

Yunus dan Fadli. S. 2020. Pluralisme Dalam Bingkai Budaya. Yogyakarta:

Bintang Pustaka Madani

Jurnal

Ahmad, A. A. 2014. MelestarikanBudayaTulisNusantara :KajianTentang Aksara

Lontara.http://jurnal.unipasby.ac.id/index.php/jurnal_budayanusantara/ar

ticle/view/416.27 April 2020. (15.50).

Page 106: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

89

Aisah. S. 2015. Nilai-Nilai Sosial Yang Terkandung Dalam Cerita Rakyat “ENCE

SULAIMAN” Pada Masyarakat Tomia. Jurnal Humanika. 3(15).

Cholifah.S. dan Harianto Sugeng. 2014. Perubahan Sosial Masyarakat Desa

Jamprong Pasca Pendirian SMP Satu Tap. Jurnal UNES. 5(3): 1-9.

Fauzi. 2018. Peran Pendidikan Dalam Transformasi Nilai Budaya Lokal Di Era

Milenial. Jurnal Agama Islam. 23(1): 50-55.

Febriyanto,Y dan Fikriyah,S. 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

merokok pada mahasiswa laki-laki di asrama putra. Jurnal STIKES. 5(1).

Ghazzali, E. 2017. Sosialisasi Nilai-Nilai Akhlak Melalui Film “Ada Surga Di

Rumahmu”. Jurnal Studi Al-Qur’an Membangun Tradisi Berfikir Qur’an.

13(2)180-185.

Hidayat, S. 2016. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Qs.Al Bagarah. Jurnal

Pendidikan. 8(1): 73-87.

Hidayatullah. S,dkk. 2018. Perilaku Generasi Milenial Dalam Menggunakan

Aplikasi Go-Food. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. 6(2): 240-249.

Jailani, M. S. 2014. Teori Pendidikan Keluarga Dan Tanggung Jawab Orang Tua

Dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Islam. 8(2)

Khadijah, C. D. 2018. Transformasi Perpustakaan Untuk Generasi Millenial

Menuju Revolusi Industri 4.0. Jurnal Iqra. 12(2): 59-78.

Khakim, A, Miftahul. M. 2017. Nilai-Nilai Pendidikan Anti Nkorupsi Dalam

Pendidikan Agama Islam, Jurnal Kajian Islam. 2(2): 104-123.

Machmud.S. 2015. Analisis Nilai Spiritual Dalam Novel Haji Backpacker Aguk

Irawan. Jurnal Humanika. 3(15).

Muslich.A. 2018. Nilai-Nilai Filosofis Masyarakat Jawa Dalam Konteks

Pendidikan Karakter Di Era Milenial. Jurnal AL-ASASIYYA: Journal Basic

Of Education. 2(2): 65-70.

Muthohar,S. 2013, Antisipasi Degradasi Moral Di Era Global. Jurnal Pendidikan

Islam. 7(2) 322-326.

Nurmalina. 2016. Basiacoung Masyarakat Kualu Nenas Kabupaten Kampar

Provinsi Riau (Fungsi Sosial Dan Nilai-Nilai Budaya). Jurnal Paud

Tambusai. 2(2): 42-43.

Pujihastuti,I. 2010. Prinsip Penulisan Kuesioner Penelitian. Jurnal Agribisnis Dan

Pengembangan Wilayah. 2(1).

Putra,Y,S. 2016. Teori Perbedaan Generasi. Jurnal Theoritical Rieview. 9(18).

Page 107: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

90

Rismawati. 2014. Tradisi Songkabala di Kecamatan Sanrobone Kabupaten

Takalar (Sesuatu Kajian Sosio-Kultural). Jurnal Rihlan. 2(1)

Rosana, E. 2011. Modernisasi dan Perubahan. Jurnal TAPIS. 7(12)

S.Yoga, S. 2018. Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia dan

Perkembangan Teknologi. Jurnal Al-Bayan. 24(1)

Sanuri. 2018. Demokratisasi Dan Humanisasi Pendidikan Relevansinya Dengan

Pendidikan Islam, Jurnal I’TBAR. 5(10): 49-55.

Sitanggang.Nick.2016.Aplikasi Edukasi Budaya Toba Samosir Berbasis Android.

Jurnal Teknik Invormatika. 9(1).

Sumarwiyah, dkk. 2018. Self Regulation Siswa di Era Globalisasi Refleksi Bagi

Generasi Milenials. Jurnal Prakarsa Paedagogi. 1(2): 220-225.

Syarif, E.dkk. 2016. Integrasi Nilai Budaya Etnis Bugis Makassar Dalam Proses

Pembelajaran Sebagai Salah Satu Strategi Menghadapi Era Masyarakat

Ekonomi Asean (MEA). Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS 1(1):

13-20.

Wangi, A, S.dkk.2017. Game Onet ABC (Anak Baik Dan Cerdas) Animasi Game

Kekinian Sebagai Upaya Megatasi Degradasi Moral Pada Anak. Jurnal

Penelitian dan Penalaran. 4(2): 742-745.

Wibawanto.S. 2016. Gaya Hidup Hedonisme Terhadap Perilaku Pembelian di

Pasar Modern. Jurnal Fokus Bisnis. 15(1).

Widiansyah.S dan Hamzah. 2018. Dampak Perubahan Global Terhadap Nilai-

Nilai Budaya Local Dan Nasional ( Kasus Pada Masyarakat Bugis-

Makassar ). Jurnal Hermeneutika. 4(1): 34-41.

Yuhasnil. 2019. Perubahan Nilai-Nilai Budaya Dalam Medernisasi di Indonesia.

Jurnal Pendidikan Islam. xii(2)

Yulianti.N,dkk. 2016. Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Dalam Rangka

Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Siswa Untuk Menjadi Warga Negara

Yang Baik di SMA Korpri Banjar Masin. Jurnal Pendidikan

Kewarganegaraan. 6(11): 963-970.

Website

BadanPusatStatistik.2015. Mengulik Data Suku di

Indonesia.https://www.bps.go.id/news/2015/11/18/127/mengulik-data-

suku-di-indonesia.html. 29April 2020 (19.20)

Jayadi, K. 2014. KebudayaanLokalSebagaiSumberInspirasi :Tinjaun Antropologi

Visual PadaPelukis di Kota Makassar.http://eprints.unm.ac.id/id/eprint/1782.2

April 2020 .(13.40)

Page 108: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

91

Munawar, R. A. 2012. Komparasi Lontara PananrangdenganPendapat Imam

Ja’far al ShadiqTentang Hari Baikdan Hari Nahas.http://achmadsurya.id

1945.com/wp-content/uploads/2013/07/10-komparasi-lontara

pananrang.pdf.2 April 2020. (13.50).

Skripsi

Iqbal,M. 2016. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Hidup Meterialistik Pada

Masyarakat Padang Pariaman. Skirpsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas

Psikologi. Universitas Syarif Hidayatullah. Jakarta

Khatimah, K. 2012. “Pengamalan Nilai Sikapakatau, Sipakalebbi, Sipakainge Di

Lingkungan Forum Komunitas Mahasiswa Bone Yogyakarta (FKMB-Y).

Fakultas Adat Dan Ilmu Budaya. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Yogyakarta

Page 109: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

92

LAMPIRAN

Page 110: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

93

LAMPIRAN I

PEDOMAN WAWANCARA

BIODATA INFORMAN

Page 111: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

94

PEDOMAN WAWANCARA

BIODATA INFORMAN

Nama:

Tempat Tanggal Lahir:

Alamat:

Pekerjaan:

PEDOMAN WAWANCARA

1. Menurut Bapak/Ibu/Sdr apa yang anda pahami mengenai nilai sosial budaya

aksara lontara seperti nilai pacce, sipakatau, reso?

2. Menurut Bapak/Ibu/Sdr nilai apa saja yang terkanduk pada nilai sosial budaya

aksara lontara?

3. Menurut Bapak/Ibu/Sdr ibu adakah pergeseran makna nilai sosial budaya

aksara lontara pada saat ini khusnya pada generasi milenial, kalau ada mohon

jelaskan?

4. Menurut Bapak/Ibu/Sdr apa faktor yang mempengaruhi terjadinya pergeseran

nilai sosial aksara lontara seperti sekarang ini?

5. Menurut Bapak/Ibu/Sdr bagaimana anda memaknai nilai siri,pacce, sipakatau,

reso saat ini pada generasi milenial yang mengalami degradasi?

6. Menurut Bapak/Ibu/Sdr budaya siri,pacce, sipakatau, reso?

7. Menurut Bapak/Ibu/Sdr apa dampak yang anda rasakan akibat pergeseran

makna nilai sosial budaya aksara lontara saat ini?

Page 112: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

95

POIN-POIN PERTANYAAN RUMUSAN MASALAH

Rumusan Masalah Pertama

1. Bagaimana pergeseran nilai sosial budaya aksara lontara dikalangan milenial

seperti nilai siri, pacce, sipakatau, reso dikelurahan Antang?

a. Menurut Bapak/Ibu/Sdr apa yang dimaksud nilai sosial budaya aksara

lontara seperti nilai siri, pacce, sipakatau, reso?

b. Menurut Bapak/Ibu/Sdr apa faktor yang mempengaruhi terjadinya degradasi

sosial atau pergeseran nilai sosial aksara lontara seperti sekarang ini?

c. Menurut Bapak/Ibu/Sdr adakah pergeseran nilai sosial budaya aksara

lontara pada saat ini khususnya pada generasi milenial kalau ada mohon

jelaskan?

d. Menurut Bapak/Ibu/Sdr apa yang anda rasakan akibat pergeseran makna

nilai sosial budaya aksara lontara saat ini?

2. Apa sajakah bentuk-bentuk perubahan nilai sosial budaya aksara lontara?

a. Bagaimana Bapak/Ibu/Sdr memaknai nilai siri, pacce, sipakatau, reso saat

ini pada generasi milenial yang mengalami degradasi?

b. Menurut Bapak/Ibu/Sdr pentingkah budaya siri, pacce, sipakatau, reso?

c. Nilai apa sajakah yang terkandung pada nilai sosial budaya aksara lontara?

Page 113: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

96

BIODATA INFORMAN

1. Nama : Ibu SLM

Tempat Tanggal Lahir : Ujung Pandang 17 Februari 1977

Alamat :Jl. Antang Raya, RW.5/RT.C No.20

Pekerjaan :Guru

2. Nama : Ibu HSD

Tempat Tanggal Lahir : Ujung pandang 6 Agustus 1958

Alamat : Jl. Antang Rayan, Rw. 5/RT.D No 10

Pekerjaan : IRT/Pensiunan

3. Nama : SYR

Tempat Tanggal Lahir : Ujung Pandang 3 Mei 1962

Alamat : Jl. Antang Raya, Rw. 3/ RT. D No 16

Pekerjaan : PNS

4.Nama : MRF

Tempat Tanggal Lahir : Makassar 12 November1998

Alamat : Jl. Antang Raya

Pekerjaan : Mahasiswa

5.Nama : WY

Tempat Tanggal Lahir : Makassar 21 Juli 1998

Alamat : Jl. Antang Raya/ Lorong Bunggung Lompoa

Pekerjaan : Mahasiswa

Page 114: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

97

LAMPIRAN II

VERBATIM WAWANCARA, OBSERVASI

DAN DOKUMENTASI

Page 115: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

98

Informan SYR

Pertanyaan Rabu 16 Sep

2020/14:30

Kamis 22 Oktober

2020/16:25

Jumat 23 Oktober

2020/18:15

Menurut bapak apa

yang dimaksud nilai

sosial budaya aksara

lontara seperti nilai

siri, pacce, sipakatau,

reso?

Oh iye pertanyaan

selanjutnya, menurut

bapak nilai apa saja

yang terkandung pada

nilai sosial budaya

Setau saya siri,

pacce, sipakatau,

reso itu semua tata

kelakuan yang

diajarkanki nenek-

nenek

turioloasingkamma

pacce, pacceki

punna a’ciniki tau

kamase-mase.

Sekarang Itu orang

nasalah artikan itu

yang dibilang siri

berperilaku tidak

sesuai. Contohnya

yang pernah terjadi

salah satu

masyarakat laki-laki

rela mau baku bunuh

demi napaentengi

siri na tidak mau

dibilang pacceih

mau juga dibilang

orang hebat padahal

bisa diselesaikan

baik-baik padahal

salah ini. Maknanya

siri kalau

Nilai sipaka dipaka

bajik tena nacaritaki

tawwa

Sipanggasengangku

singkammaji subanggi

kujelaskanga injomi

rikana siri,pacce,

sipakatau, reso sikuntu

tata kelakuan

diajarkanki nenek

moyangta riolo

singkamma pacceki

punna akcciniki tau

kamase-mase,

singkamma kamma-

kamma anne nasalah

artikanmi dikana siri

berperilaku tdk sesuai,

singkamanji antu

kutaeng ka enjo tongji

kukana subanggi

Nilai sipaka

dipakabajiki battu ri

rupa tau ah

Singkammaji

kapang antuk

jawabangku

subanggi

Sikkammatongji

antu jawabangku

subanggi,

singkamma nilai

yang sipakabajiki

tawwa

Page 116: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

99

aksara lontara?

Pertanyaan ke-3,

menurut bapak adakah

pergeseran makna

nilai sosial budaya

aksara lontara pada

saat ini khusnya pada

generasi milenial,

kalau ada mohon

jelaskan?

Pertanyaan ke-4.

Menurut bapak apa

faktor yang

mempengaruhi

terjadinya pergeseran

nilai sosial aksara

lontara seperti

sekarang ini?

Pertanyaan ke-5,

bagaimana bapak

Dilihat-lihat semakin

hari perilakunya ini

remaja

menghawatirkan

kalau kita liat berita

adami ditemukan

bayi ditempat

sampah, adami geng

motor, ada tongmi

itu anak-anak mak

lem-lem jadi

semakin

menghawatirkan

kalau diperhatikan

tidak adami rasa siri

na kalau diliat.

Yaa kalau

pergeseranya itu

faktor linkungan

biasa diajarkan sama

orang tuanya sopan

santun tapi karena

samami teman-

temanya yang

kelakuanya tidak

terdidik akhirnya

ikut-ikutan tongmi

ini anak apalagi

masa-masa remaja

pergaulan salah-

salah

Kalau sekarang ini

remaja kurang

paham mengenai

Iye sinngkammaji

kutaeng kukanayya

subanggi, pergeseran

budaya lontara saat ini

anak-anak banyak

yang tidak mengerti

Kalau menurut saya

kebanyakan faktor

lingkungan ya kalau

diajarki sama orang

tuanya sopan santun

tapi karena banyak

perilakunya teman-

temanya tidak terdidik

akhirnya ikut-ikutan

tongmi kammanjo

Punna kamma-kamma

anne remajayya

kurang pahangi anjo

kana nilai siri, pacce,

Ajjomi sanna jaina

pergeseranga

kamma-kamm anne

anak-anak

remajanya jaimi

ngisok-ngisok lem,

niak tonmi

akbusur-busur

Sebernanya itu

pengarung

lingkungan, turuk-

turukangi

rianganna tenayya

sipak-sipak bajikna

dan kuranggi tong

nilai-nilai

agamanya tenamo

bajik sipakna

Singkammaji

kutaeng

subbangiya punna

kamma-kamma

Page 117: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

100

memaknai nilai siri,

pacce, sipakatau, reso

saat ini pada generasi

milenial yang

mengalami degradasi?

Pertanyaan ke-6

menurut anda

pentingkah budaya

siri, pacce, sipakatau,

reso?

Pertanyaan ke-7, apa

dampak yang anda

rasakan akibat

pergeseran makna

nilai sosial budaya

aksara lontara saat

ini?

nilai siri, pacce,

sipakatau, reso jadi

naanggap sepeleji

perilaku yang tidak

sesuai yang

dimasyarakat.

Penting sekali itu

kalau sekarang itu

masi kental nilai siri,

pacce, sipakatau,

reso maka tentram

sekali di masyarakat

nilai kerja samanya,

menjunjung tinggi

aturan-aturan.

Seperti dulu itu

tentram sekali

masyarakat antang,

rama-rama kalau

sekarang itu adami

yang cepat

tersinggung,

jarangmi komunikasi

juga.

Dampak negatifnya

itu selebihnya

pengaruh tingkat

modern, berfokus

pada duniawinya.

Contoh didunia

sosmed, di dalam FB

mengunggah fotonya

yang mengumbar

aurat sehingga siri

nya dianggap sepele,

sipakatau, reso jadi

naanggap sepeleih

perilaku tidak sesuai

dimasyarakatka injoji

kapang kutaeng

Penting skali itu,

punna dipakaeh di

masyarakaka nilai

pacce, sipakatau, reso

tentram sikalimi antuk

masyarakatka seperti

nilai kerja sama,

menjujung tinggi

aturan-aturan tentram

sekali masyarakat

antang, rama-rama

kalau sekarang ada

tongmi yang cepat

tersinggung jarang

tonmi komunikasi

juga

Dampak negatifnya itu

dalam bentuk

modernisasi fokusnya

pada duniawinya,

yang fb misalnya

mengunggah foto-foto

yang mengumbar

aurat dan bergaya

modern sehingga

budaya itu dianggap

sepelemi

anne remajayya

kurang pahangi

anjo kana nilai siri,

pacce, sipakatau,

reso jadi perlu

disare papilajarang

terutama itu peran

keluarga dan

agama

Penting sekali injo

dikannayya nilai

siri, pacce,

sipakatau, reso

penting sekali

dalam tatanan

masyarakatta anjo

supayya

dipakabajiki

singkamma rupa

tauah

Jaitonji kurasakan

jaimi anak-anak

burakneta sipak-

sipakna tena naba-

naba terutama

masalah sosmed ini

berpengaruh sekali

Page 118: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

101

selebihnya pengaruh

tingkat modern,

berfokus pada

duniawinya. Contoh

didunia sosmed, di

dalam FB

mengunggah fotonya

yang mengumbar

aurat sehingga siri

nya dianggap sepele

Page 119: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

102

Informan HSD

Pertanyaan Senin 14

september 2020/

14:30

Kamis 22 oktober

2020/16:45

Jumat 23 oktober

2020/8:45

Menurut ibu apa

yang dimaksud nilai

sosial budaya aksara

lontara seperti nilai

siri, pacce,

sipakatau, reso?

Oh iye pertanyaan

selanjutnya, menurut

ibu nilai apa saja

yang terkanduk pada

nilai sosial budaya

aksara lontara?

Pertanyaan ke-3,

menurutibu adakah

Siri artinyarasa

malu , pacce itu

rasa simpati,

sipakatau rasa

menghargai dan

reso rasa kerja

keras. Contohnya

rasa menghargai

orang yang lebih

tua bersifat sopan

santun, tata kerama

yang baik, perilaku

kerja keras

misalnya itu

berusaha mencari

kerja tidak

bermalas-malasan.

Nilai yang

terkandung dalam

masyarakat

misalnya nak,

mengajarkan

perilaku malu,

jujur, menghargai

misalnya rasa kerja

keras kalau orang

makassar

nattaggalaki kana-

kananna tau toanna

Ada pergeseran

Jadi Siri artinya

rasa malu , pacce

itu rasa simpati,

sipakatau rasa

menghargai dan

reso rasa kerja

keras dan berusaha

mencari kerja dan

tidak bermalas-

malasan

Nilai yang

terkandung dalam

masyarakat

misalnya nak,

mengajarkan

perilaku malu,

jujur, menghargai

misalnya rasa kerja

keras kalau orang

makassar

nattaggalaki kana-

kananna tau toanna

Kalau pergeseranya

Samaji itu

jawabanku yang

kemarin dengan

jawaban yang sama

Misalnya

berperilaku malu,

jujur, menghargai

orang lain ya

samaji yang

kemarin

Page 120: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

103

pergeseran makna

nilai sosial budaya

aksara lontara pada

saat ini khusnya

pada generasi

milenial, kalau ada

mohon jelaskan?

Pertanyaan ke-4.

Menurut ibu apa

faktor yang

mempengaruhi

terjadinya

pergeseran nilai

sosial aksara lontara

seperti sekarang ini?

kalau sekarang

dilihat nilai pacce

sangat

memprihatinkan

misalnya acara

orang kawin

jarangmi pergi

membantu-bantu

harus ada upa

itupun kalau acara

perkawinan

keluarga datang

membantu tapi ada

juga upahnya

dibelikan juga baju

seragam dan

remaja sekarang

cenderung

kebudaya kebarat-

baratan dan

melencengmi dari

perilaku siri

Faktor yang

mempengaruhi

terjadinya

pengeseran nilai

aksara lontara itu

perkembangan

globalisasi,

kecanggihan

teknologi yang

tidak bisa

dipungkiri nilai-

nilai dari luar tidak

sesuai dengan nilai-

nilai yang

diterapkan

sekarang pada

generasi milenial,

contohnya pada

masyarakat atau

generasi milenial

kalau ketemu

sekarang nilai

pacce sangat

memprihatinkan

misalnya ya kaya

kemarinji kubilang

kalau ada acara

perkawinan

jarangmi pergi

itupun kalau ada

adapi baju seragam

dibelikan atau upah

Faktor yang

mempengaruhi itu

akibat kemajuan

globalisasi

kecanggihan

teknologi tidak bisa

dipungkiri nilai-

nilai dari luar tidak

lagi disaring dan

tidak sesuai dengan

budayata jadi itumi

yang

mempengaruhi

faktornya

Yaa contohnya itu

seperti yang

kemarin kubilang

Faktor yang

mempengaruhi itu

akibat kemajuan

globalisasi

kecanggihan

teknologi yang

banyak

mempengaruhi

Page 121: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

104

Pertanyaan ke-5,

bagaimana

ibumemaknai nilai

siri, pacce,

sipakatau, reso saat

ini pada generasi

milenial yang

mengalami

degradasi?

Pertanyaan ke-6

menurut ibu

pentingkah budaya

siri, pacce,

sipakatau, reso?

Pertanyaan ke-7, apa

dampak yang ibu

rasakan akibat

pergeseran makna

nilai sosial budaya

aksara lontara saat

malumi

menggunakan

dialek aksara

aksara lontara

Kalau nilai siri,

pacce, sipakatau,

reso kurangmi

penerapanya

sekarang ini

seharusnya tidak

malu dengan

budayata, kenapa

kita harus ikuti

budayanya orang

lain, ada budayata

yang lebih unik dan

lebih baik

Penting sekali,

harus memang di

didik anak-anak

dari moralnya

misalnya kalau

anak kecil lewat

didepan orang

dewasa diajarkan

menundukkan

badan kalau tidak

diajarkan naanggap

sepele nantinya

anak-anak

Kalau dampak

yang saya rasakan

sunggunh luar

biasa tidak sesuai

dengan nilai sosial

budaya aksara

lontara generasi

sekarang

seenaknya kalau

berbicara tanpa

Menurut pribadi

saya Kalau nilai

siri, pacce,

sipakatau, reso

kurangmi

penerapanya

seharusnya tidak

malu dengan

budayata padahal

budayata lebih baik

dari pada budaya

dari luar

Penting sekali

karena harus

dididik anak-anak

supaya kelak nanti

kalau besar anak

diajarkan kalau

lewat didepan

orang dewasa harus

mengatakan tabe

dulu

Kalau dampak

yang saya rasakan

mungkin seperti

yang kemarin saya

katakan

Kurangpi

penerapanya

banyakmi anak-

anak yang tidak

menjalankan

budayata bahkan

malu dengan

budaya

Penting sekali

diterapkan di anak-

anak karena

sekarang anak-anak

tidak adami rasa

sopan santunya

seharusnya

diajarkan sejak

kecil tiap kali jalan

didepan orang

dwasa tabe dulu

Kalau dampaknya

itu anak-anak

kurang sopanmi

bahkan saling

sindir menyidir

kalau ada

masalahnya

Page 122: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

105

ini?

memikirkan orang

lain apalagi pada

sosial media tidak

hanya memiliki

dampak positif

biasa fb dipakai

saling bertengkar,

sindir menyindir

tapi ada juga

dampak positifnya

fasilitas memadai

dan mendukung

tenaga manusia

digantikan oleh

mesin sehingga

dimudahkan

Page 123: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

106

INFORMAN M.IFN

Pertanyaan Kamis 17

september 2020/

10:15

Jumat 23 oktober

2020/ 18:00

Sabtu 24 oktober

2020/9:20

Menurut ade

apa yang

dimaksud nilai

sosial budaya

aksara lontara

seperti nilai

siri, pacce,

sipakatau,

reso?

Oh iye

pertanyaan

selanjutnya,

menurut ade

nilai apa saja

yang terkanduk

pada nilai

sosial budaya

aksara lontara?

Pertanyaan ke-

3, menurutibu

adakah

pergeseran

makna nilai

sosial budaya

aksara lontara

pada saat ini

khusnya pada

generasi

Setau saya itu kak

siri itu tidak bikin

malu, pacce pedih

rasanya, sipakatau

sama reso itu

kurang pahamka

Nilai yang

terkandung itu

seperti saling

menghargai kak

Ada pergeseran

sesuai dengan

pergeseran zaman,

kuliat-liat di

sosmed nda seperti

cara pemakaian

yang sebenarnya,

biasa diliat orang

pakai jilbabki tapi

seringji juga

naumbar auratnya,

saya juga sebagai

generasi milenial

bisa dibilang

kurang pahamka

Menurutku kaya

kemariji siri itu

tidak bikin malu,

pacce pedih

rasanya, sipakatau

sama reso itu

kurang pahamka

Mungkin seperti

saling menghargai

Sesuai dengan

perkembanganya

kalu diliat-liat

disosmed orang

pakai jilbab tapi

seringji juga

naumbar auratnya

saya juga sebagai

generasi milenial

kurang pahamka

mengenai nilai-nilai

aksra lontara, diluar

sana saja

naskesampingkanmi

malunya demi

bergaya satilis atau

Samaji yang

sebelumnya

diwawancaraika

kemariji siri itu

tidak bikin malu,

pacce pedih

rasanya, sipakatau

sama reso itu

kurang pahamka

Seperti saling

menghargai

Jelas sekali ada

seperti penggunaan

sosmed orang

pakai jilbab tapi

seringji juga

nauumbar auratnya

saya juga sebagai

generasi milenial

kurang pahamka

mengenai nilai-nilai

aksra lontara, diluar

sana saja

naskesampingkanmi

malunya demi

bergaya satilis atau

modern supaya bisa

Page 124: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

107

milenial, kalau

ada mohon

jelaskan?

Pertanyaan ke-

4. Menurut

adek apa faktor

yang

mempengaruhi

terjadinya

pergeseran nilai

sosial aksara

lontara seperti

sekarang ini?

Pertanyaan ke-

5, bagaimana

adekmemaknai

nilai siri,

pacce,

sipakatau, reso

saat ini pada

generasi

milenial yang

mengalami

makna-makna dari

aksara lontara itu

sendiri. Diluar

sana itu banyakmi

yang diluar pamer

aurat

nakesampingkanmi

itu malunya untuk

bisa dibilang stailis

atau gaya-gaya ala

modelmi supaya

bisa populer, sibuk

semuami sama

teknologi sampai-

sampai jarangmi

berkomunikasi.

Komnikasi secara

langsung

Faktor orang tua

juga kurang

menceritakanki

bahwa ada nilai

sosial aksara

lontara seperti

sirir, pacce,

sipakatau, reso

palingan diajarki

kalau ada tamu

tabe ki, tidak

najelaskan kenapa

harus tabe

Tidak adami

sekarang bisa

dipercaya, bahkan

kepala negara saja

tidak bisa dipegang

janji-janjinya

apalagi anak-anak

sekarang ini tidak

ditaumi kalau

bicaraih apakah

modern supaya bisa

populer, sibuk

semuami sama

teknologi sampai

komunikasinya

jarangmi

Sepertiji itu yang

kemarin kalau

palingan diajarki

kalau ada tamu tabe

ki, tidak najelaskan

kenapa harus tabe,

ya sebatas ituji

Tidak adami

sekarang bisa

dipercaya, bahkan

kepala negara saja

tidak bisa dipegang

janji-janjinya

apalagi anak-anak

sekarang kalau

bicara apakah benar

populer

Salah satunya itu

faktor orang tua

kalau palingan

diajarki kalau ada

tamu tabe ki, tidak

najelaskan kenapa

harus tabe, ya

sebatas ituji

Tidak adami

sekarang bisa

dipercaya, bahkan

kepala negara saja

tidak bisa dipegang

janji-janjinya

apalagi anak-anak

sekarang kalau

bicara apakah benar

atau tidak

Page 125: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

108

degradasi?

Pertanyaan ke-

6 menurut adek

pentingkah

budaya siri,

pacce,

sipakatau,

reso?

Pertanyaan ke-

7, apa dampak

yang ade

rasakan akibat

pergeseran

makna nilai

sosial budaya

aksara lontara

saat ini?

bernar atau tidak

misalnya saja

kalau ditanyaki

sama orang tuanya

banyak bohongnya

Penting sekali

sebenarnya itu kak,

karena petuah-

petuah nenek

moyangnya orang

makassar yang

mewariskan itu,

harus dilestarikan

jangan sampai

terabaikan pada

generasi milenial

Dampaknya itu

banyakmi remaja

sekarang yang

kurang patuh sama

orang tuanya

bahkan patoah-

toaih

atau tidak

Penting sekali

sebenarnya itu kak,

karena petuah-

petuah nenek

moyangnya orang

makassar yang

mewariskan itu,

harus dilestarikan

jangan sampai

terabaikan pada

generasi milenial

Sekarang itu remaja

kurang patuh sama

orang tuanya

bahkan patoah-toaih

Penting sekali itu

dan harus

dibudayakan jangan

sampai terabaikan

pada generasi

milenial

Dampaknya itu

banyakmi anak-

anak yang kurang

patuh sama orang

tuanya bahkan

patoah-toaihmi

Page 126: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

109

Informan SLM

Pertanyaan Minggu, 13

september 2020:

14:35

Kamis 22 oktober

2020/ 11:00

Jumat 23 oktober

2020/ 01:15

Menurut ibu

apa yang

anda pahami

mengenai

nilai sosial

budaya

aksara

lontara

seperti nilai

pacce,

sipakatau,

reso ?

Iye, kita

kepertanya

an

selanjutnya,

menurut

ibu nilai

apa saja

yang

terkanduk

pada nilai

sosial

budaya

aksara

Kalau siri, pacce,

sipakatau, reso itu

cara kelakuan yang

sesuai dengan

aturan contohnya

anak perempuan

kalau malam tinggal

di dalam rumah,

sopanki juga

perilakunya,

menghormati orang

tua, tutur kata baik,

saling membantu

rasa simpatinya

tinggi

Iya lagi-lagi

maknanya itu

bagaimana orang

tua kita mengajari

tata kelakuan yang

dijunjung tinggi

nenek moyang

kita, diharapkan

baik berperilaku

sesama orang lain.

Kalau siri, pacce,

sipakatau, reso itu

cara kelakuan yang

sesuai dengan

aturan contohnya

anak perempuan

kalau malam tinggal

di dalam rumah,

sopanki juga

perilakunya,

menghormati orang

tua, tutur kata baik,

saling membantu

rasa simpatinya

tinggi

Iya lagi-lagi

maknanya itu

bagaimana orang

tua kita mengajari

tata kelakuan yang

dijunjung tinggi

nenek moyang

kita, diharapkan

baik berperilaku

sesama orang lain.

Kalau siri, pacce,

sipakatau, reso itu

cara kelakuan yang

sesuai dengan

aturan contohnya

anak perempuan

kalau malam tinggal

di dalam rumah,

sopanki juga

perilakunya,

menghormati orang

tua, tutur kata baik,

saling membantu

rasa simpatinya

tinggi

Iya lagi-lagi

maknanya itu

bagaimana orang

tua kita mengajari

tata kelakuan yang

dijunjung tinggi

nenek moyang

kita, diharapkan

baik berperilaku

sesama orang lain.

Page 127: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

110

lontara?

Pertanyaan

ke-3,

menurut ibu

adakah

pergeseran

makna nilai

sosial budaya

aksara

lontara pada

saat ini

khusnya

pada

generasi

milenial,

kalau ada

mohon

jelaskan?

Pertanyaan

ke-4.

Ada, sangat

bergesermi kalau

dibilang nilai siri,

pacce, sipakatau,

reso saat ini, karena

anak mudah

khusnya sekarang

ini tidak

mengimplementasik

anmi nilai karakter

seperti nilai

siri,pacce,

sipakatau, reso

misalnya anak

perempuan kalau

dilarang keluar

malam, apalagi

malam minggu pasti

tidak nadengarji

orangtuanya karena

banyakmi contoh

kulihat, kalaupun

ada yang

mengimplementasik

an itupun hanya

beberapa orang saja

Ada, sangat

bergesermi kalau

dibilang nilai siri,

pacce, sipakatau,

reso saat ini, karena

anak mudah

khusnya sekarang

ini tidak

mengimplementasik

anmi nilai karakter

seperti nilai

siri,pacce,

sipakatau, reso

misalnya anak

perempuan kalau

dilarang keluar

malam, apalagi

malam minggu pasti

tidak nadengarji

orangtuanya karena

banyakmi contoh

kulihat, kalaupun

ada yang

mengimplementasik

an itupun hanya

beberapa orang saja

Ada beberapa faktor

Ada, sangat

bergesermi kalau

dibilang nilai siri,

pacce, sipakatau,

reso saat ini, karena

anak mudah

khusnya sekarang

ini tidak

mengimplementasik

anmi nilai karakter

seperti nilai

siri,pacce,

sipakatau, reso

misalnya anak

perempuan kalau

dilarang keluar

malam, apalagi

malam minggu pasti

tidak nadengarji

orangtuanya karena

banyakmi contoh

kulihat, kalaupun

ada yang

mengimplementasik

an itupun hanya

beberapa orang saja

Ada beberapa faktor

Page 128: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

111

Menurut

ibu apa

faktor yang

mempengar

uhi

terjadinya

pergeseran

nilai sosial

aksara

lontara

seperti

sekarang

ini?

Ada beberapa faktor

yang mempengaruhi

yang pertama yaitu,

faktor keluarga,

faktor kedua yaitu

budaya kapitalis

atau budaya barat,

faktor ketiga

pengenalan budaya

itu sendiri pada

lingkungan

globalisasi.

Banyaknya

pengaruh-pengaruh

budaya

kapitalis/budaya

barat yang masuk

sehingga yang

mungkin tidak

disaring untuk

dikonsumsi/diprakte

kkan dalam

kehidupan sehari-

harinya, sehingga

hal itu, melunturkan

budaya sirri, pacce,

sipakatau,reso itu

sendiri. Karena

lingkungan sekarang

sudah ini sangatlah

globalisasi atau

yang mempengaruhi

yang pertama yaitu,

faktor keluarga,

faktor kedua yaitu

budaya kapitalis

atau budaya barat,

faktor ketiga

pengenalan budaya

itu sendiri pada

lingkungan

globalisasi.

Banyaknya

pengaruh-pengaruh

budaya

kapitalis/budaya

barat yang masuk

sehingga yang

mungkin tidak

disaring untuk

dikonsumsi/diprakte

kkan dalam

kehidupan sehari-

harinya, sehingga

hal itu, melunturkan

budaya sirri, pacce,

sipakatau,reso itu

sendiri. Karena

lingkungan sekarang

sudah ini sangatlah

globalisasi atau

sangat modern.

yang mempengaruhi

yang pertama yaitu,

faktor keluarga,

faktor kedua yaitu

budaya kapitalis

atau budaya barat,

faktor ketiga

pengenalan budaya

itu sendiri pada

lingkungan

globalisasi.

Banyaknya

pengaruh-pengaruh

budaya

kapitalis/budaya

barat yang masuk

sehingga yang

mungkin tidak

disaring untuk

dikonsumsi/diprakte

kkan dalam

kehidupan sehari-

harinya, sehingga

hal itu, melunturkan

budaya sirri, pacce,

sipakatau,reso itu

sendiri. Karena

lingkungan sekarang

sudah ini sangatlah

globalisasi atau

sangat modern.

Page 129: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

112

Pertanyaan

ke-5,

bagaimana

ibu

memaknai

nilai siri,

pacce,

sipakatau,

reso saat ini

pada

generasi

milenial

yang

mengalami

degradasi?

Pertanyaan

ke-6

menurut

anda

pentingkah

budaya

siri,pacce,

sangat modern.

Menurut saya

sekarang ini nilai

siri,pacce,

sipakatau, reso

adalah menjaga

perilaku yaa, tapi

hanya pada orang-

orang tertentu saja

bukan menyeluruh

. Itupun kalau anak

itu tumbuh dalam

keluarga yang

cukup mendidik

tapi adapun anak-

anak yang tumbuh

dalam lingkungan

modernisasi itu

kaya contoh, kata

tabenya itu

hilangmi. Iyyenya

hilangmi digantimi

jadi yes

Menurut saya itu

sangat penting,

karena budaya

siri,pacce,

sipakatau, reso itu

tidak hanya

Menurut saya

sekarang ini nilai

siri,pacce,

sipakatau, reso

adalah menjaga

perilaku yaa, tapi

hanya pada orang-

orang tertentu saja

bukan menyeluruh

. Itupun kalau anak

itu tumbuh dalam

keluarga yang

cukup mendidik

tapi adapun anak-

anak yang tumbuh

dalam lingkungan

modernisasi itu

kaya contoh, kata

tabenya itu

hilangmi. Iyyenya

hilangmi digantimi

jadi yes

Menurut saya itu

sangat penting,

karena budaya

siri,pacce,

sipakatau, reso itu

tidak hanya

Menurut saya

sekarang ini nilai

siri,pacce,

sipakatau, reso

adalah menjaga

perilaku yaa, tapi

hanya pada orang-

orang tertentu saja

bukan menyeluruh

. Itupun kalau anak

itu tumbuh dalam

keluarga yang

cukup mendidik

tapi adapun anak-

anak yang tumbuh

dalam lingkungan

modernisasi itu

kaya contoh, kata

tabenya itu

hilangmi. Iyyenya

hilangmi digantimi

jadi yes

Menurut saya itu

sangat penting,

karena budaya

siri,pacce,

sipakatau, reso itu

tidak hanya

Page 130: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

113

sipakatau,

reso?

Pertanyaan

ke-7, apa

dampak yang

anda rasakan

akibat

pergeseran

makna nilai

mengajarkan pada

pendidikan formal

tapi pada non

formal

mencangkupmi

semuanya,

mencangkup

perilaku kepada

pencipta, perilaku

secara sesama

bahkan perilaku

kepada diri sendiri.

Tapi kalau diliat

sekarang kelakuan

generasi milenial

atau kaum pelajar

kalau medekati

ujian menganggap

sepeleji karena

dianggap ada

semuaji jawabanya

diinternet

Dampak

negatifnya itu,

banyakmi

sekarang anak-

anak muda yang

tidak berkarakter,

dampak dari

pergeseran nilai

mengajarkan pada

pendidikan formal

tapi pada non

formal

mencangkupmi

semuanya,

mencangkup

perilaku kepada

pencipta, perilaku

secara sesama

bahkan perilaku

kepada diri sendiri.

Tapi kalau diliat

sekarang kelakuan

generasi milenial

atau kaum pelajar

kalau medekati

ujian menganggap

sepeleji karena

dianggap ada

semuaji jawabanya

diinternet

Dampak

negatifnya itu,

banyakmi

sekarang anak-

anak muda yang

tidak berkarakter,

dampak dari

pergeseran nilai

mengajarkan pada

pendidikan formal

tapi pada non

formal

mencangkupmi

semuanya,

mencangkup

perilaku kepada

pencipta, perilaku

secara sesama

bahkan perilaku

kepada diri sendiri.

Tapi kalau diliat

sekarang kelakuan

generasi milenial

atau kaum pelajar

kalau medekati

ujian menganggap

sepeleji karena

dianggap ada

semuaji jawabanya

diinternet

Dampak

negatifnya itu,

banyakmi

sekarang anak-

anak muda yang

tidak berkarakter,

dampak dari

pergeseran nilai

Page 131: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

114

sosial budaya

aksara

lontara saat

ini?

sosial aksara

lontara itu

banyakmi

kebobrokan

karakter yang

dianut oleh anak-

anak jaman

sekarang, yang

tidak terkendali.

Contohnya

karakter

menyontek.

Sekarang kalau

final bukanji kertas

didepanya, ada Hp

digunakan untuk

menyontek, untuk

melihat salinan.

Dampak positifnya

itu adanya

kelonggaran

karena

sekarangbanyak

tuntutan zaman

perempuan harus

bersifat aktif.

sosial aksara

lontara itu

banyakmi

kebobrokan

karakter yang

dianut oleh anak-

anak jaman

sekarang, yang

tidak terkendali.

Contohnya

karakter

menyontek.

Sekarang kalau

final bukanji kertas

didepanya, ada Hp

digunakan untuk

menyontek, untuk

melihat salinan.

Dampak positifnya

itu adanya

kelonggaran

karena

sekarangbanyak

tuntutan zaman

perempuan harus

bersifat aktif.

sosial aksara

lontara itu

banyakmi

kebobrokan

karakter yang

dianut oleh anak-

anak jaman

sekarang, yang

tidak terkendali.

Contohnya

karakter

menyontek.

Sekarang kalau

final bukanji kertas

didepanya, ada Hp

digunakan untuk

menyontek, untuk

melihat salinan.

Dampak positifnya

itu adanya

kelonggaran

karena

sekarangbanyak

tuntutan zaman

perempuan harus

bersifat aktif.

Page 132: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

115

PedomanObservasi

No Hari/Tanggal Tempat/ Kegiatan

yang diamati

Deskripsi (Apa yang dilihat

dan didengar)

1. Kamis

3/Sep/2020 Lokasi penelitian

Kec. Manggala/ Kel.

Antang/ Rw.5/Rt.C

Berdasarkan hasil

pengamatan peneliti sebagian

besar orang tua memiliki

rata-rata pendidikan akhir

yaitu SMA dan pekerjaan

kepala rumah tangga

merupakan wirausaha,

kariyawan dan sebagian kecil

PNS, berdasarkan

pengamatan peneliti

perubahan nilai sosial budaya

aksara lontara seperti nilai

siri, pacce, sipakatau, reso

sudah memudar perilakuan

remaja sudah tidak

mengambarkan nilai siri

tidak memiliki rasa malu jika

ia melanggar aturan

dimasyarakat contohnya

mengambil barang tetangga

tanpa meminta izin

sebelumnya

2 Kamis

10/Sep/2020

Lokasi penelitian

Kec. Manggala/ Kel.

Antang/ Rw.3/Rt.B

Berdasarkan pernyataan

masyarakat di Kelurahan

Antang bahwa generasi

milenial merupakan generasi

modern yang mulai

meninggalkan perkataaan tau

rioloa atau perkataan orang

tua bagaimana tidak jika nilai

sipakatau nya atau nilai

saling menghargai sudah

mulai pudar terkadang

Page 133: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

116

generasi sekarang hanya

menghormati orang yang ia

kenali seperti guru tetapi

kalau orang itu tidak dikenali

maka seenanya jalan di depan

orang tua dan pudarmi kata

tabe nya yang merupakan

budaya Bugis-Makassar

3 Minggu

13/Sep/2020

Lokasi penelitian

Kec. Manggala/ Kel.

Antang/ Lorong

Bunggung Lompoa

Sebagian besar penduduk

yang ada di Lorong Bungung

Lompoa kalangan milenial

yang diamati peneliti bahwa

generasi milenial sudah tidak

memahami lagi apa itu nilai-

nilai budaya aksara lontara

apalagi menerapkan dalam

kehidupan sehari-harinya

Page 134: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

117

Pedoman Studi Dokumen

No Nama Dokumen

(Rincikan Nama

Dokumen)

Sumber (Diperoleh

dari mana)

Deskripsi Singkat Isi

Dokumen

1. Buku Judul buku LATOA,

1985, Penulis. Prof. Dr.

Mattulada, diterbitkan

oleh Gadjah Mada

Univesrsity Press

Dalam buku berjudul

LATOA pada halaman

340 menjelaskan bahwa

anak yang lahir di dunia

dan dibesarkan oleh

keluarga yang

memegang erat adat

istiadat maka kelak ia

akan mencerminkan

nilai-nilai leluhur,

sistem atau aturan

orang Bugis-Makassar

ade merupakan salah

satu aspek

panngaderreng yang

mendinamisasi

kehidupan masyarakat

tata tertip bersifat

normatif, yang

memberikan pedoman

pada sikap hidup dalam

menghadapi,

menanggapi dan

menciptakan hidup

kebudayaan baik

ideologis, mental,

spritual maupun fisik

Page 135: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

118

2 Buku Judul buku, Nilai-Nilai

Utama Kebudayaan

Bugis, 1992, penulis,

Prof. Dr. H. A. Rahman

Rahim, diterbitkan oleh,

Hasanuddin University

Press

Nilai siri merupakan

adat kebiasaan yang

melembaga dan masih

besar pengaruhnya

dalam budaya besar

pengaruhnya terhadap

masyarakat Sulawesi

Selatan, masalah siri

selalu menarik

perhatian mereka yang

hendak mengenal

manusia dan

kebudayaan Bugis siri

yaitu amat malu, malu

sebagai kata sifat, noda,

aib perasaan malu

menyesali diri, siri

disejajarkan dengan

akal pikiran yang baik

karena timbul dari

kemarahan , dengan

perbuatan-perbuatan

kebajikan yang tidak

patut akan nilai dan

norma dimasyarakat

Page 136: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

119

LAMPIRAN III

DOKUMENTASI

Page 137: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

120

FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1(Wawancara dengan informan IFN)

Gambar 2(Wawancara dengan informan WY)

Page 138: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

121

Gambar 3(Wawancara dengan informan Ibu SLM)

Gambar 4(Wawancara dengan informan Bapak SRF)

Page 139: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

122

Gambar 5(Wawancara dengan informan Ibu HSD)

Gambar 6 (Foto yang mengumbar aurat dan berpakaian mini

dimaksud informan SLM )

Page 140: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

123

Gambar 7 (Fotoperilaku Hedonismeyang dimaksud bapak SYR )

Page 141: Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan

124

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama lenngkap penulis Wahyuni Nurjihad, lahir di Makassar 7

April 1999, merupakan anak pertama dari pasangan H. Bahar.

SH.,M.Ap dan Singara. S.Pd. Penulis tinggal di Kota

Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Penulis menyelesaikan

pendidikan di SD Impres Antang I Pada tahun 2010 dan kemudian melanjutkan di

Sekolah Menengah Pertama di Pondok Pesantren Ummul Mukminin Makassar

dan menyelesaikan pada tahun 2013, dan melanjutkan Pendidikan Sekolah

Menengah Atas di SMAN 1 Mamuju dan menyelesaikan pada tahun 2016, dan

melanjutkan di perguruan Tinggi Universitas Muhammadiyah Makassar penulis

pernah aktif di lembaga internal dan eksternal kampus, penulis merupakan

anggota HMJ Sosiologi angkatan 2016, menjadi anggota bidang dua pada

organisasi LKIM-PENA angkatan XII dan lembaga eksternal kampus yaitu

Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) kampus biru.