degradasi nilai sosial budaya aksara lontara dikalangan
TRANSCRIPT
Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan
Milenial di Kelurahan Antang Kota Makassar
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
Wahyuni Nurjihad
NIM: 105381112416
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
Oktober, 2020
i
ii
iii
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Wahyuni Nurjihad
Nim : 105381112416
Jurusan : Pendidikan Sosiologi
Judul : Degradasi Nilai Sosial Budaya Akasara Lontara Dikalangan
Milenial di Kelurahan Antang
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi ini merupakan hasil
penelitian, pemikiran dan pemaparan asli saya sendiri. Saya tidak mencantumkan
tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis
oleh orang lain, atau sebagai bahan yang pernah diajukan untuk gelar ijasah pada
Unismuh Makassar atau perguruan tinggi lainya.
Apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran
dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai
dengan peraturan yang berlaku di Unismuh Makassar.
Makassar, Oktober 2020
Yang membuat pernyataan,
Wahyuni Nurjihad
105381112416
iv
SURAT PERJANJIAN
Saya bertanda tangan di bawah ini:
Nama nnn nn m: Wahyuni Nurjihad
Nim : 105381112416
Jurusan : Pendidikan Sosiologi
Judul : Degradasi Nilai Sosial Budaya Akasara Lontara Dikalangan
Milenial di Kelurahan Antang
Dengan ini menyatakan:
Skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah hasil karya sendiri,
bukan hasil jiblakan dan tidak dibuatkan oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia
menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar
Makassar, Oktober 2020
Yang membuat pernyataan,
Wahyuni Nurjihad
105381112416
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Laa hawlla wala quwwata illa billahil aliyil adzhiim..
Jika semuanya dianggap ibadah, tidak ada kata lelah
Keep going, keep sailing, keep practicing, keep moving forward, keep doing.
Janganlah berhenti.Sebab, ketika berhenti, ya berakhirlah proses itu.
Allah tiupkan kekuatan melalui ujian-ujian yang datang, Allah tangguhkan
sesuatu untuk didik sabar Allah ambil sesuatu untuk didik ridha..
PERSEMBAHAN
Ya Allah betapa besar kasih sayang-Mu mengantarkan
Langkahku, menapak jejak untuk sebuah cita-cita dan cinta.
Dibalik tangis yang selama ini kujadikan pelita. Engkau limpahkan
ketabahan, ketekunan dan kesabaran dalam wujud cinta sejati-Mu.
Sehingga segelintir harapan selesai sudah.
Kupersembahkan karya ini untuk:
Tak lupa ucapan terima kasih yang teramat sangat dalam
Ku ucapkan kepada kedua Orang Tuaku yang telah
Membesarkanku “DENGAN CINTA” sehingga aku menjadi
Diriku yang sekarang ini. Adik-adik, Keluargaku dan sahabat-sahabatku
vi
ABSTRAK
Wahyuni Nurjihad, 2020. Dibimbing oleh Kaharuddin, S.Pd., M.Pd., Ph.D dan
Syahban Nur, S.Pd., M.Pd. Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara
Dikalangan Milenial di Kelurahan Antang. Skripsi Prodi Pendidikan Sosiolgi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahu: 1) Bagaimana degradasi nilai
sosial budaya aksara lontara seperti nilai siri, pacce, sipakatau, reso dikalangan
milenial di Kelurahan Antang. 2) Apa saja bentuk-bentuk perubahan nilai sosial
budaya aksara lontara dikalangan milenial di Kelurahan Antang. Metode
penelitian yang digunakan kualitatif deskriptif sering disebut sebagai metode
penelitian naturalistik. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
pendekatan studi kasus ,penulis menggunakan pendekatan studi kasus karena
suatu penelaan empiris yang menyelidiki kehidupan nyata dilakukan secara
intensif, informan berjumlah lima orang dengan latar belakang yang berbea-beda.
Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dokumentasi.Teknik
analisisis data dengan metode dekriptif-analitis yaitu reduksi data, penyajian data,
verification.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang degradasi nilai sosial
budaya aksara lontara seperti nilai siri, pacce, sipakatau, reso dikalangan milenial
dikelurahan Antang dan mengetahui bentuk-bentuk perubahan nilai sosial budaya
aksara lontara dikalangan milenial dikelurahan Antang, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa masyarakat melihat karakter generasi milenial sudah
mengalami perubahan yang sangat singnifikan nilai-nilai budaya aksara lontara
sudah mulai terlupakan bahkan sebagian besar dari mereka hanya sekedar
mengetahui dan minim akan pengaplikasian di dalam kehidupan sehari-hari, hal
ini nampak dengan terserapnya paham-paham modernisme, pragmatisme,
materialisme, sekularisme, hedonisme dan etnosentrisme. Adapun bentuk-bentuk
perubahan nilai sosial budaya aksara lontara adanya sikap individualisme pada
generasi milenial bersikap semaunya, bersikap deskriminasi, ketergantungan,
renggangya tali silaturahim, rasa tidak bebas serta pergaulan bebas, perilaku
konsumtif serta kurangnya pemahaman generasi milenial terhadap pemahaman
budaya
Kata kunci: Degradasi, Nilai Sosial Budaya, Aksara Lontara, Generasi Milenial
vii
ABSTRACT
Wahyuni Nurjihad, 2020.Supervised by Kaharuddin, S.Pd., M.Pd., Ph.D and
Syahban Nur, S.Pd., M.Pd. Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara
Dikalangan Milenial di Kelurahan Antang. Thesis of Sociological Education
Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Muhammadiyah
University of Makassar
This study aims to find out: 1) How is the degradation of the socio-cultural
values of Lontara characters such as the value of siri, pacce, sipakatau, reso
among millennials in Antang Village. 2) What are the forms of changes in the
socio-cultural value of the Lontara script among millennials in Antang Village.
The research method used is descriptive qualitative often referred to as naturalistic
research methods. The approach used in this research is the case study approach,
the author uses the case study approach because an intensive empirical study
investigating real life is carried out, the informants totaled five people with
different backgrounds. Data collection techniques are observation, interviews,
documentation. The data analysis technique used was descriptive-analytical
method, namely data reduction, data presentation, verification.
This study aims to find out about the degradation of the socio-cultural
values of the Lontara script such as the value of siri, pacce, sipakatau, reso
among millennials in the Antangand to find out the forms of changes in the socio-
cultural value of the lontara script among millennials in the village of Antang. The
results of this study show that people see the character of generations. Millennials
have undergone significant changes. The cultural values of the Lontara script have
begun to be forgotten, even most of them only know and have minimal
application in their daily lives, this is evident by the absorption of modernism,
pragmatism, materialism, secularism. , hedonism and ethnocentrism. As for the
forms of changes in the socio-cultural value of the Lontara script, there is an
attitude of individualism in the millennial generation, behaving at will,
discriminating against, dependence, loosening ties, feeling insecure and
promiscuity, consumptive behavior and a lack of understanding of the millennial
generation of cultural understanding
Keywords: Degradation, Socio-Cultural Values, Lontara Script, Millennial
Generation
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal ini. Shalawat serta salam
tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya. Selanjutnya,
penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada
semua pihak yang membantu kelancaran penulisan proposal ini, baik berupa
dorongan moril maupun materi. Karena penulis yakin tanpa bantuan dan
dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan
proposal ini. Disamping itu, izinkan penulis menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Bapak Prof. DR. H. Ambo
Asse., M. Ag. serta Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bapak Erwin Akib, S.Pd.,
M.Pd., Ph.D serta para Wakil Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi Bapak Drs. H. Nurdin, M.Si Dan
Sekertaris Program Studi Pendidikan Sosiologi Bapak Kaharuddin, S.Pd.,
M.Pd., Ph.D, beserta seluruh stafnya.
4. Bapak Kaharuddin, S.Pd., M.Pd., Ph.D sebagai pembimbing I (satu) dan
Bapak Syahban Nur, S.Pd., M.Pd selaku pembimbing II (dua) yang
ix
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan
proposal.
5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ilmunya kepada
penulis, semoga Bapak dan Ibu dosen selalu dalam rahmat dan lindungan
Allah SWT. Sehingga ilmu yang diajarkan dapat bermanfaat dikemudian
hari.
6. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis hanturkan
dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua orang tua penulis tercinta,
ayahanda Bahar, S.H dan ibunda tercinta Singara, S.Pd serta Nenek H.
Sarina, serta Tante dan adik wardayana, Wadiyafia, Mahdia, Hairul, Fira.
Dengan segala pengorbananya tak akan pernah penulis lupakan atas jasa-
jasa mereka yang merupakan dorongan moril yang paling efektif bagi
kelanjutan studi penulis hingga saat ini
7. Masyarakat Kelurahan Antang yang telah memberikan bantuan kepada
penulis untuk mendapatkan informasi mengenai degradasi nilai sosial
budaya aksara lontara di Kelurahan Antang, yang mendukung penyelesaian
proposal ini
8. Kawan-kawanku Mahasiswa program studi pendidikan sosiologi khususnya
kawan-kawan seperjuangan Kelas. D angkatan 2016 terkhusus kepada
Israwati, Desi Rahmadani, Karlia, Nasrah, Nasriah, Nur Annisa.K, Dawiah
yang selalu memberikan support kepada penulis.
x
9. Bapak pimpinan beserta para staf Perpustakaan Pusat, Perpustakaan Fakultas
dan Keguruan, atas segala kemudahan yang diberikan kepada penulis untuk
mendapatkan referensi yang mendukung menyelesaikan proposal.
Makassar, Oktober 2020
Penulis
Wahyuni Nurjihad
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... iii
SURAT PERNYATAAN...................................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN ......................................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vi
ABSTRAK BAHASA INDONESIA .................................................................... vii
ABSTRAK BAHASA INGGRIS ......................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8
E. Definisi Operasional .................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 11
A. Kajian Konsep ............................................................................................. 11
xii
1. Degradasi Moral...................................................................................... 11
2. Nilai Sosial Budaya................................................................................. 12
3. Aksara Lontara ........................................................................................ 23
4. Generasi Milenial .................................................................................... 25
B. Kajian Teori ................................................................................................. 28
Teori Perubahan Sosial ............................................................................... 28
C. Kerangka Pikir ............................................................................................. 35
Skema Kerangka Pikir ................................................................................. 37
D. Hasil Penelitian Terdahulu .......................................................................... 38
BAB III Metode Penelitian ................................................................................. 42
A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 42
B. Lokasi Penelitian ......................................................................................... 44
C. Fokus Penelitian .......................................................................................... 45
D. Informan Penelitian ..................................................................................... 45
E. Jenis Dan Sumber Data ................................................................................ 46
F. Instrumen Penelitian .................................................................................... 47
G. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 48
H. Teknik Analisis Data ................................................................................... 50
I. Teknik Keabsahan Data ............................................................................... 52
J. Etika Penelitian ............................................................................................ 54
BAB IV Gambaran Historis Lokasi Penelitian ............................................... 56
A. Sejarah Lokasi Penelitian ............................................................................ 56
B. Letak Geografis ........................................................................................... 57
xiii
C. Keadaan Sosial ............................................................................................ 58
D. Keadaan Pendidikan .................................................................................... 62
BAB V Hasil Penelitian Dan Pembahasan ....................................................... 63
A. Hasil Penelitian ........................................................................................... 63
1. Pergeseran nilai sosial budaya aksara lontara dikalangan milenial
di Kelurahan Antang ............................................................................... 65
2. Bentuk-Bentuk Perubahan Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara
dikalangan milenial di Kelurahan Antang............................................................... 73
B. Pembahasan ..............................................................................................................................77
BAB VI Kesimpulan dan Saran ................................................................................................86
A. Kesimpulan .............................................................................................................................86
B. Saran ..........................................................................................................................................87
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 88
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 91
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 130
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
Tabel 2.1 Perkembangan generasi .................................................... 25
Tabel 4.1 Tabel jumlah penduduk kelurahan antang ............................ 58
Tabel 4.2 Jumlah penduduk yang lahir, mati, datang
dan pindah..................................................................... 58
Tabel 4.3 Mata pencaharian masyarakat kelurahan Antang .............. 58
Tabel 4.4 Sarana prasarana kelurahan Antang .................................. 59
Tabel 4.5 Sarana pendidikan kelurahan Antang ................................ 61
Tabel 5.1 Jumlah informan berdasarkan umur .................................. 62
Tabel 5.2 Klasifikasi informan berdasarkan jenis kelamin ............... 63
Tabel 5.3 Klasifikasi informan berdasarkan pendidikan ................... 63
Tabel 5.4 Klasifikasi informan berdasarkan pekerjaan .................... 63
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Halaman
Gambar 2.1 Gambar kerangka pikir ............................................................ 35
Gambar 4.1 Struktur organisasi ........................................................ 60
Gambar 1 Wawancara informan Muh.Irfan .................................. 104
Gambar 2 Wawancara informan WY ............................................ 104
Gambar 3 Wawancara informan Hj.Sarina .................................... 105
Gambar 4 Wawancara informan H. Salahudding .......................... 105
Gambar 5 Wawancara informan Salma ......................................... 106
Gambar 6 perilaku mengumbar aurat ............................................. 106
Gambar 7 Bentuk perilaku konsumtif ............................................. 107
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran I Pedoman wawancara dan bodata informan ................................... 86
Lampiran II Verbatim wawancara ................................................................... 89
Lampiran III Dokumentasi penelitian .............................................................. 103
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat yang ada di muka bumi ini selalu membentuk sistem nilai
yang akan dianut, sistem ini menjadi bagian penting dalam membentuk budaya,
perbedaan budaya suatu masyarakatsangat dipengaruhi sistem nilai yang dianut
dan menjadi pengangan hidup masyarakat tersebut. Manusia sebagai makhluk
sosial yang berbudaya pada dasarnya dipengaruhi oleh nilai-nilai kemanusian
dan suku yang dianutnya.
Keragaman suku bangsa yang ada di Indonesia merupakan kekayaan
bangsa dan merupakan identitas kultural sebagai penanda atau pembeda juga
berfungsi sebagai pengikat kebersamaan (yang mempersatukan segenap warga
komunitas), dan sebagai kekuatan yakni kekuatan penggerak dalam kehidupan
dan mencapai tujuan baik secara internal maupun eksternal ketika berinteraksi
dengan masyarakat lain.
Indonesia terdiri dari 34 provinsi yang memiliki suku, bahasa daerah,
pakaian adat, tarian, rumah adat, senjata tradisional, alat musik yang berbeda
dan beranekaragam disetiap daerah yang masing-masing memiliki ciri khas dan
keunikan tersendiri.
Berdasarkan data suku oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dihasilkan 633
kelompok suku besar, pengelompokan suku dilakukan berdasarkan literatur
seperti buku ensiklopedia maupun dari pengetahuan para jejaring yang tersebar
diseluruh nusantara (BPS, 2015). Setiap suku memilki bahasa daerah yang
2
beranekaragam dengan aksara yang beranekaragam pula yang secara khusus
digunakan dalam menuliskan bahasa daerah masing-masing.
Bahasa daerah merupakan bahasa pertama yang dimiliki oleh masyarakat
dari setiap daerah sebelum mengenal bahasa nasional. propinsi Sulawesi
Selatan memiliki tiga bahasa daerah secara umum yang digunakan oleh
masyarakat untuk berkomunikasi diantaranya: Bahasa Bugis, Bahasa
Makassar, dan Bahasa Toraja.
Dengan arus globalisasi yang sangat cepat mengakibatkan berbagai
konteks budaya dalam tradisi masyarakat Indonesia mengalami pergeseran
nilai-nilai budaya lama dan menghadirkan nilai-nilai budaya baru secara
langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kehidupan individu,
masyarakat, lingkungan social maupun lingkungan tradisi (Khatima, 2012: 12).
Seiring dengan perkembangan dan perubahan social mengakibatkan
berbagai tradisi dan kebudayaan daerah yang pada awalnya dipegang teguh,
dijujung tinggi, dipelihara dan dijaga keberadaanya kini sudah hampir punah
dan luntur dalam kehidupan masyarakat merasa gengsi dan malu apabila masih
mempertahankan budaya local yaitu nilai social aksara Lontara (Widiansyah
dan Hamsah, 40:2018).
Selo Soemardjan (elly M. Setiadi.dkk 2011:610), menjelaskan bahwa
perubahan social adalah segala perubahan pada Lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi system
sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku diantara
kelompok-kelopok masyarakat perubahan ini terjadi karena sebab-sebab
internal atau sebab-sebab eksternal.
3
Perubahan terjadi pada masyarakat Bugis-Makassar yang dahulu
mewarisi petuah-petuah atau nasehat yang diwariskan nenek moyang petuah
nasehat tersebuat mengandung norma dan adat istiadat ketika berinteraksi social
telah dikenal dengan istilah ‘appakkeadekeng/pangandereng/assimellereng.
Realisasi dari istilah ini dapat dilihat dari konteks nilai siri, pace, sipakatau,
reso.
Secara teori budaya Bugis-Makassar banyak mengandung nilai nilai
petuah dan nasehat yang diturunkan secara turun temurun, nilai-nilai tersebut
telah diwujudkan dalam pola tingkah laku masyarakat Bugis-Makassar seperti
nilai siri, pace, sipakatau, reso.Namun yang menjadi problem yang mendasar
apakah nilai-nilai masyarakat Bugis-Makassar masi diamalkan dan di hayati
oleh setiap individu khususnya pada kalangan pelajar dan mahasiswa atau
kalangan milenial.
Pemerintah yang diwarnai korupsi, suap, dan bergaya hedonis dan aksi
tawuran pelajar maupun mahasiswa menjadi bukti nyata degradasi moral
bangsa alias minimnya pengahayatan dari sikap saling menghormati, saling
menghargai dan saling mengigatkan, bukti nyata bahwa generasi sekarang
sudah mengalami degradasi moral, tindakan kriminal dalam wujud demonstrasi
menjadi budaya dikalangan mahasiswa seringkali berujung pada bentrok antara
aparat kepolisian dan merusak sarana prasarana social, seperti aksi demo
mahasiswa Makassar yang bergabung dalam suatu kelompok mahasiswa dari
berbagai universitas di Makassar berunjuk rasa di depan kantor KPK.
Banyak masyarakat seperti sekarang ini sebagai Sarjana, Magister, bahkan
sudah Doktor tapi mengapa orang tua kita tampaknya lebih baik arif dan bijak
4
sana, tanpaknya orang tua dulu masi melakukan papasang to mariolota
dibandingkan fenomena yang ada sekarang ini, dilihat dari segi aksara Lontara
juga cukup memprihatinkan.
Aksara lontara merupakan salah satu bentuk kearifan lokal dan ciri
pembeda dengan bahasa lain yang dimiliki oleh Suku Bugis dalam proses
berkomunikasi. Aksara adalah sebuah sistem simbol visual yang tertoreh pada
suatu media, memiliki fungsi untuk mengungkapkan unsur-unsur yang
mengekspresikan suatu bahasa, istilah lain menyebut aksara adalah tulisan,
alfabet dan abjad adalah istilah pembeda yaitu merupakan tipe aksara
berdasarkan klasifikasi fungsional.
Lontara adalah aksara tradisional masyarakat Bugis-Makassar. Bentuk
aksara lontara menurut budayawan Prof Mattulada (alm) berasal dari “sulapa
eppa wala suji”. Wala Suji berasal dari kata wala yang artinya pemisah dan suji
yang berarti putri. Sulapa eppa (empat sisi) adalah bentuk mistis kepercayaan
Bugis-Makassar klasik yang menyimbolkan susunan semesta api, air, angin
dan tanah. Aksara lontara tidak hanya sebagai simbol visual dan berkomunikasi
namun terdapat nilai sosial budaya yang dapat meningkatkan harkat dan
martabat masyarakat Bugis-Makassar yang mengandung hukum adat istiadat,
ajaran moral dan petuah-petuah.
Aksara Lontara memang sudah lama dikenal di Sulawesi Selatan, akan
tetapi baru sekarang disadari bahwa aksara Lontara merupakan aset dunia yang
selama ini kurang di perhatikan. Oleh karena itu, penggunaan aksara Lontara
perlu digalakkan sebagai wujud pelestarian budaya tulis di Indonesia yang saat
5
ini kurang mendapatkan perhatian serius padahal aksara ini merupakan aset
nasional yang perlu dipelihara dan dikembangkan.
Apabila hal tersebut tidak dilakukan, maka di khawatirkan lambat laun
aksara Lontara ini akan hilang dan punah, tentunya hal itu tidak diharapkan. Di
khawatirkan pula suatu saat nanti generasi penerus kita, tidak lagi mengenal
aksara Lontara sebagaimana mestinya.
Realitanya pada generasi melenial atau generasi Y yang lahir pada
rentang tahun 1980 hingga 2000 generasi mellenial ini adalah anak-anak muda
yang berusia antara 15-35 tahun, dilihat dari prakteknya generasi melenial
dinilai cenderung cuek pada keadaan sosial, perlahan-lahan nilai sosial budaya
aksara lontara mengalami kemunduran(Badan Pusat Statistik, 2018:15).
Peralatan komunikasi sangat berpengaruh terhadap pewarisan nilai-nilai
dari generasi lama ke generasi yang baru, kehadiran perangkat teknologi yang
dulu tidak dikenal sama sekali dalam kehidupan orang Bugis-Makassar tentu
memberikan pengaruh yang tidak dapat diabaikan terhadap pola-pola
komunikasi yang terjadi dikalangan masyarakat.
Yang menjadi pertanyaan yang mengkhawatirkan bagaimanakah nilai-
nilai utama kebudayaan Bugis-Makassar hidup dalam konteks kehidupan
sehari-hari?, dapatkah nilai-nilai utama kebudayaan Bugis-Makassarhidup
dalam konteks kehidupan seperti ini?, serta dapatkah nilai-nilai tersebut di
manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari dikalangan milenial.
Yang menjadi persoalan sekarang ini tidak dapatnya dibendum kenakalan
remaja yang merupakan kategori milenial, telah menjadi salah satu masalah
6
pokok yang di hadapi oleh sebagian besar masyarakat yang tinggal di kota-kota
besar tercatat data BPS 2019, generasi milenial dihadapkan pada konsumsi
narkotika dan obat-obatan terlarang jumlah penggunah narkoba tahun 2017
hingga 2019 mencapai 3,38 juta di Indonesia, serta perilaku yang disiarkan
Tribun-Timur.com 30 Desember 2019 di Sulawesi Selatan tepatnya di Pinrang
3 peristiwa kenakalan remaja yaitu pesta miras, pengeroyokan hingga
pronstitusi online, dan baru-baru ini bocah korban bully di pangkep.
Bahwapada tanggal 14 januari 2010 kementrian pendidikan nasional
mencanangkan program “Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa” ini
membuktikan bahwa penanaman nilai karakter belum dapat diterapkan secara
sempurna oleh karena itu penanaman nilai budaya dan karakter bangsa dapat
dilakukan dalam lingkup keluarga dan pendidikan formal lainya seperti nilai
sosial budaya Bugis- Makassar yang harus di lestarikan siri, pacce,sipakatau,
reso.
Menurut Rismawati (114:2014) kenyataanya anak-anak dan remaja
kurang memaknai sikap nilai budaya Bugis-Makassar yaitusiri,
pacce,sipakatau, resobahkan sebagian besar kalangan milenial saat ini kurang
menghargai yang lebih tua, perilaku remaja yang saat ini mengedepankan
fasion, food, film, fun yang berlebihan tidak sepantasnya, serta rasa kurang
memiliki rasa simpati pada orang lain terlihat pada sebagian kalangan milenial
di Kelurahan Antang.
Cara lain untuk mengembalikan eksistensi nilai-nilai sosial aksara lontara
ini yaitu penggunaan nilai aksara lontara seharusnya diterapkan pada pada
7
dunia pendidikan formal maupun non formal yaitu penerapanya sejak usia dini.
Sebab nilai sosial aksara lontara seperti ini merupakan aset kebudayaan Bugis-
Makassar.Sangat memprihatinkan sekali jika generasi Indonesia hanya budaya
dari negara lainnya, seperti huruf latin, tetapi budaya aslinya sendiri dilupakan
dan dianggap sudah kuno. sangat memprihatingkan sekali jika generasi
sekarang melupakan nilai-nilai leluhur yang merupakan karakter diri
masyarakat khususnya di Kelurahan Antang.
Tradisi yang kental sangat erat pada masyarakat Kelurahan Antang
khususnya masyarakat Bugis-Makassar misalnya saja dalam tradisi
mengangkat rumah panggung, bahu-membahu mengangkat tanpa upah karena
adanya nilai pacce terhadap kerabat.
Sayangnya dimasa sekarang ini banyak percampuran budaya, banyak
pendatang yangmenetap di Kelurahan Antang bahkan terjadinya asmilasi pada
masyarakat, hal ini yang dapat menyebabkan terkikisnya nilai sosial budaya
aksara lontara yang ada pada masyarakat Bugis-Makassar di Kelurahan
Antang. Yang menjadi penilai dan pengukuran dalam penelitian ini adalah
nilai-nilai budaya aksara lontara. Berdasarkan uraian latar belakang, maka
penulismengangkat judul “Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara di
Kalangan Melenial Di Kelurahan Antang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapatlah dikemukakan rumusan
masalah ini yaitu:
8
1. Apa sajayang mempengaruhi degradasi nilai sosial budaya aksara lontara
seperti nilai siri, pacce, sipakatau, reso dikalangan milenial di Kelurahan
Antang?
2. Apa saja bentuk-bentuk perubahan nilai sosial budaya aksara lontara
dikalangan milenial di Kelurahan Antang?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:
1. Untuk memahami pengaruh pergeseran nilai sosial budaya aksara lontara
seperti siri, pacce, sipakatau, reso di kalangan melenial dikelurahan
Antang.
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya perubahan nila sosial budaya aksara
lontara di kalangan melenial dikelurahan Antang
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penulisan ini dapat menjadi landasan dalam
mengimplementasikan nilai sosial budaya Bugis-Makassar dalam
penerapanya dalam kehidupan formal maupun nonformal di tegah
masyarakat melenial.
2. Manfaat Praktis
a. Pmerintah
9
1) Meningkatkan kesadaran pemerintah tentang pentingnya melestarikan
nilai sosial budaya aksara lontara ditengah-tengah kalangan melenial
2) Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan eksistensi nilai
sosial budaya aksara lontara.
b. Masyarakat
1) Menambah wawasan masyarakat mengenai nilai sosial budaya
aksara lontara untuk selanjutnya dijadikan sebagai bahan acuan
dalam melestarikan nilai sosial aksara lontara di masyarakat.
2) Sebagai bahan referensi dalam ilmu budaya sehingga dapat
memperkaya dan menambah wawasan.
E. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap konsep atau istilah-
istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulis memberikan batasan
atau penjelasan pengertian berikut ini mengenai judul yang diangkat yaitu
Degradasinilai sosial budaya aksara lontara dikalangan melenial di kel.
Antang, degradasi diartikan sebagai kemerosatan, kemunduran nilai moral
yang terjadi di masyarakat baik yaitu kemunduran nilai-nilai budaya di
Indonesia sangat memprihatinkan untuk menumbuhkan dan mengembalikan
jati diri dan eksistensi budaya.
Nilai sosial adalah prinsip-prinsip, patokan-patokan, anggapan dan
keyakinan yang berlaku di suatu masyarakat, didalam masyarakat ada patokan-
patokan yang perlu dipatuhi dianggap baik dan benar dan berharga di
masyarakatkebudayaan sendiri yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem
10
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikran manusia, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari, kebudayaan bersifat abstrak.
Aksara lontara merupakan sistem tulisan yang menggunakan media daun
lontar dan menggunakan lidi enau atau benda tajam berupa pisau sebagai alat
tulis sedangkan generasi milenial adalah generasi yang diiringi dengan
perkembangan teknologi yang sering disebut generasi Y, generasi yang lahir
1980-2000.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Konsep
1. Degradasi Moral
Degradasi moral terdiri dari dua kata yaitu degradasi dan moral, secara
etimologi degradasi berasal dari bahasa inggris Decadence yang berarti
penurunan, dalam bahasa indonesia degradasi artinya kemunduran,
kemerosotan, kesenian, adat istiadat sedangkan moral berasal dari bahasa latin
yaitu “Mores” yang berasal dari mos yang berarti perilaku, kesusilaan, tabiat
atau kelakuan. Degradasi moral diartikan pula sebagai tingkah laku manusia
yang tidak mengikuti hati nurani karena kurangnya kesadaran diri terhadap
kewajiban mutlak yang ada (Wangi, 2017).
Degradasi moral sering di artikan sebagai turunya, meosotnya,
rusaknya,hancurnya moral, tingkah laku sikap yang ada pada diri remaja.
Adapun beberapa faktor-faktor degradasi moral :
1.Tersebar luasnya pandangan materialistis tanpa spiritual
2.Konsep moralitas kesopanan menjadi longgar karena terpengaruh budaya
barat
3.Budaya global menawarkan kenikmatan semua melalui 3f, food, fashion,
fuan
12
4.Tingkat persaingan semakin tinggi, karena terbukanya sekat lokal dan
kebanyakan bersifat online
5.Masyarakat lebih bersifat individualistis dan kurang peduli dengan
lingkunganya
6.Keluarga kurang memberi pengarahan (Muthohar,2013).
Maka dapat disimpulkan bahwa degradasi moral adalah penurunan,
kemerosotan, kemunduran tingkah laku baik secara kesenian, adat istiadat yang
terjadi sedangkan moral dapat disimpulkan sebagai perilaku, tabiat, kelakuaan
jadi degradasi moral adalah kemunduran perilaku remaja yang terjadi saat ini
di pengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya faktor lingkungan.
2. Nilai Sosial Budaya
Nilai merupakan suatu hal yang nyata, nilai biasanya dikaitkan dengan
fakta atau kenyataan. Nilai adalah penghargaan yang diberikan masyarakat
kepada segala sesuatu yang baik, penting, luhur pantas dan mempunyai daya
fungsional bagi perkembangan dan kebaikan hidup bersama dalam kamus
Umum Bahasa Indonesia mengartikan nilai sebagai sifat-sifat yang penting
atau berguna bagi kemanusiaan. Dapat dikatakan bahwa dalam kehidupan
masyarakat nilai merupakan sesuatu untuk memberikan tanggapan atas
perilaku, tingkah laku, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas
masyarakat baik secara kelompok maupun individu.
Nilai adalah suatu penghargaan untuk kualitas terhadap sesuatu hal yang
dapat menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang, karena menarik
13
menyenangkan, memuaskan berguna, menguntungkan atau merupakan suatu
sistem keyakinan. Nilai sifatnya sama dengan ide, maka nilai itu abstrak, dalam
pengertian abstrak, maka nilai tidak dapat dilihat atau ditangkap dengan
pancaindera, yang dapat dilihat atau ditangkap adalah obyek yang mempunyai
nilai itu sikap dan perilaku yang mempunyai nilai.
Nilai (value) yaitu suatu ide atau konsep tentang sesuatu yang di pandang
penting oleh seseorang dalam hidup, nilai mencangkup ide-ide atau gagasan
yang mencangkup tentang benar, baik, indah yang mendasari pola-pola budaya
dan memandu masyarakat dalam menanggapi unsur jasmaniah dan lingkungan
sosial (Nurmalina, 2016:43).
Adapun pengertian nilai menurut pendapat para ahli antara lain :
1. Menurut Milton Rekeach dan James Bank, nilai adalah suatu tipe
kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan bila
mana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau memiliki
dan dipercayai(Hidayat, 2016:73).
2. Menurut Lauis D. Kattsof yang dikutip Syamsul Maarif mengartikan nilai
sebagai berikut Pertama, nilai merupakan kualitas empiris yang tidak dapat
didefinisikan, tetapkita dapat mengalami dan memahami cara langsung
kualitas yang terdapat dalam objek itu. Dengan demikian nilai tidak
semata-mata subjektif, melainkan ada tolak ukur yang pasti terletak pada
esensi objek itu. Kedua, nilai sebagai objek dari suatu kepentingan, yakni
suatu objek yang berada dalam kenyataan maupun pikiran. Ketiga, nilai
14
sebagai hasil dari pemberian nilai, nilai itu diciptakan oleh situasi
kehidupan(Ghazzali, 2017:180).
3. Menurut Chabib Thoha nilai merupakan sifat yangmelekat pada sesuatu
(Sistem kepercayaan) yang telah berhubungan dengan subjek yang
memberi arti (manusia yang meyakini). Jadi nilai adalah sesuatu yang
bermanfaat dan berguna bagi manusia sebagai acuan tingkah laku (Khakim
dan Miftakhul Munir, 2017:104-123).
Jadi nilai adalah sesuatu yang dipentingkanmanusia sebagai subyek
menyangkut segala sesuatu baik atau yang buruk sebagai abstraksi, pandangan,
atau maksud dari berbagai pengalaman dengan seleksi perilaku yang
ketat.Segala sesuatu dianggap bernilai jika taraf penghayatan seseorang itu
telah sampai pada taraf kebermaknaannya nilai tersebut pada dirinya. Sehingga
sesuatu bernilai bagi seseorang belum tentu bernilai bagi orang lain, karena
nilai itu sangat penting dalam kehidupan ini, serta terdapat suatu hubungan
yang penting antara subyek dengan obyek dalam kehidupan ini
(Sanuri,2018:58).
Adapun dorongan yang paling utama untuk menekankan pelaksanaan
pendidikan nilai antara lain karena dialami adanya pergeseran dan perubahan-
perubahan sisitem-sistem nilai maupun nilai-nilai sendiri oleh masyarakat yang
akibatnya dapat menimbulkan berbagai ketegangan, gangguan, dan dapat
kehilangan keseimbangan atau konflik-konflik, permusuhan dan kecurigaan.
Tidak hanya kebiasaan dan tingkah laku berubah, tetapi juga norma-
norma atau nilai-nilai yang mendasarinya mengalami perubahan.Dorongan-
15
dorongan itu lahir karena manusia ingin hidup secara wajar.Sehingga
muncullah norma-norma yang disebut nilai yang selanjutnya menjadi pedoman
dan tolak ukur dalam bertindak, bersikap danberfikir.Oleh karena itu
diperlukan strategi yang efektif dan efisien. Strategi adalah penataan potensi
dan sumber daya agar dapat efisien memperoleh hasil yang
dirancangkan(Yulianti.dkk, 2016: 963-970 ).
Sedangkan pengertian nilai sosial adalah sesuatu yang menjadi ukuran
dan penilaian pantas tidaknya suatu sikap yang ditunjukan dalam kehidupan
masyarakat, nilai ini memperlihatkan sejauh mana hubungan seseorang
individu dengan individu lainya terjalin sebagai anggota masyarakat, nilai
sosial sangat nyata dalam aktivitas bermasyarakat, nilai sosial tersebut dapat
berupa nilai gotong royong, ikut terlibat dalam kegiatan musyawarah,
kepatuhan, kesetiaan, dan lain sebagainya. Adapun nilai yang menyangkut
tentang nilai sosial adalah nilai perilaku yang menggambarkan suatu tindakan
masyarakat misalnya nilai tingkah laku yang menggambarkan suatu kebiasaan
dalam lingkungan masyarakat (Aisha,2015).
fungsi nilai sosial bagi kehidupan manusia yaitu:
1. Dapat menyumbangkan seperangkat alat untuk menetapkan “harga”sosial
dari suatu kelompok.
2. Dapat mengarahkan mesyarakat dalam berfikir dan bertingkah laku.
3. Sebagai penentu terakhir manusia dalam memenuhi peranan-peranan sosial.
Nilai sosial dapat memotivasi seseorang untuk mewujudkan harapan sesuai
dengan peranya.
16
4. Sebagai alat solidaritas dikalangan anggota kelompok
5. Sebagai alat pengawas perilaku manusia yaitu
a.Memberikan harapan yang baik, sikap mandiri dan bertanggung jawab
b.Mengarahkan cara berperasaan, berfikir, berkehendak, dan bertindak,
(Aisha,2015).
Perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat terbagi atas
tiga yaitu:
1. Perubahan sosial pada struktur
Perubahan struktur merupakan perubahan perilaku masyarakat akibat
adanya faktor dari dalam maupun dari luar, masyarakat mengalami
perubahan sosial tidak saja satu sisi melainkan banyak sisi yang
mengakibatkan masyarakat melakukan perubahan, di daerah pertanian
misalnya salah satu perubahan sosial akibat masuknya teknologi yang
mengubah dimensi struktural. Masuknya faktor di daerah pertanian
mengakibatkan berkurangnya peran kaum perempuan, yang selama ini
sebagai wanita berperan aktif dalam pertanian dan berkurangnya peran
buruh tani karena mesin yang dijadikan sebagai pengatur pelaksana
pertanian.
2. Perubahan sosial pada budaya
Perubahan budaya merupakan perubahan kepada nilai atau adanya ide yang
dibangun dalam masyarakat, terkait faktor dalam diri sendiri, maupun faktor
17
luar yang mempengaruhinya. Biasanya perubahan sosial pada budaya akibat
adanya modernisasi atau penemuan baru yang terintegrasi dalam kehidupan
masyarakat peristiwa perubahan sosial pada budaya terkait dengan culture
lag, culture survival, culture conflict, and cultural shock.
3. Perubahan sosial pada interaksional
Masyarakat yang dipengaruhi oleh teknologi mengakibatkan hubungan
sehari-hari semakin menjauh. Interaksi yang dibangun secara primer
membawa pengaruh kepada tatanan hidup untuk bisa melakukan aktivitas
sehari-hari, perkembangan teknologi juga menjadikan manusia hidup
bersifat impersonal dalam segala tindakan, akibat perkembangan teknologi
memberikan batasan para pekerja sama dan sering memberikan batasan para
pekerja untuk bekerja sama dan sering, masyarakat yang dekat dengan
teknologi dan teknologi dijadikan sebagai media hidup mereka
menyebabkan hubungan sosial yang bertatap muka semakin hilang dan
menimbulkan konflik dalam masyarakat (Cholifah dan Sugeng,2017: 1-9).
Kajian perubahan sosial mulai pada abad ke-18 yang dibawa oleh
pemikir islam yang bernama ibnu khaldun dan dia termasuk orang pertama kali
memperkenalkan kajian perubahan sosial, pada kajian perubahan sosial ibnu
khaldun mengembangkan teori siklus. Masyarakat mengalami perubahan dari
masyarakat nomaden sampai ke masyarakat yang menetap, kajian perubahan
sosial tersebut tidak saja di pengaruhi oleh ibnu khaldun, akan tetapi banyak
para ahli sosiologi melihat tentang perubahan sosial terutama abad ke -19
18
sampai abad ke-20. Berdasarkan macamnya perubahan nilai sosial dibedakan
menjadi tiga yaitu:
1.Nilai Material
Nilai materil adalah nilai yang muncul dari materi atau benda yang
bersangkutan. Misalnya makanan yang memiliki nilai bagi manusia sebgai
memenuhi hasrat pemenuhan energi.
2.Nilai Vital
Nilai Vital adalah suatu nilai yang ada kegunaannya. Conthnya, Pisau yang
memiliki nilai karena kegunaanya untuk memotong sesuatu, jika sebuah
pisau sudah tumpul, maka nilainya akan merosot karena ia menjadi tidak
berguna.
3.Nilai Spiritual
Nilai spiritual adalah nilai yang ada di dalam kejiwaan manusia. Nilai
spiritual dibagi lagi menjadi 4 nilai yaitu:
a. Nilai Estetika, adalah nilai yang terkandung pada suatu benda
berdasarkan keindahannya, penilaian terhadap nilai estetika ini adalah
indah/bagus atau jelek.
b. Nilai Moral, adalah nilai yang berdasarkan kepada baik atau buruknya
suatu perbuatan seseorang manusia berdasarkan pada nilai-nilai sosial
yang bersifat universal. Nilai ini bersifat umum walaupun setiap
masyarakat memiliki pedoman nilai yang berbeda. Namun dalam
19
penerapannya bisa saja terjadi perbedaan karena ada pengaruh budaya di
dalamnya.
c. Nilai Religius atau Nilai Kepercayaan, adalah nilai berdasarkan
kepercayaan seseorang.
d. Nilai Logika (Kebenaran Ilmu Pengetahuan), adalah tentang benar atau
salah. Nilai ini bersumber berdasarkan benar atau tidaknya sesuatu
berdasarkan sumber bukti atau fakta-fakta ilmiah. Nilai ini dapat pula
menjadikan logika sebagai sumbernya (Machmud, 2015).
Kemudian didalam analisis teori nilai dibedakan menjadi dua jenis nilai
pendidikan yaitu:
1) Nilai Instrumental yaitu nilai yang dianggap baik karena bernilai untuk
sesuatu yang lain.
2) Nilai Instrinsik ialah nilai yang dianggap baik, tidak untuk sesuatu yang lain
melainkan didalam dan dirinya sendiri (Nata,2016:40).
Nilai instrumental dapat juga dikategorikan sebagai nilai yang bersifat
relatif dansubjektif , dan nilai instrinsik keduanya lebih tinggi daripada nilai
instrumental.Sedangkan nilai dilihat dari segi sifat nilai itu dapat dibagi
menjadi tiga macam yaitu:
1) Nilai Subjektif adalah nilai yang merupakan reaksi subjek dan objek.Hal ini
sangat tergantung kepada masing-masing pengalaman subjek tersebut.
2) Nilai subjektif rasional (logis) yakni nilai-nilai yang merupakan esensi dari
objek secara logis yang dapat diketahui melalui akal sehat, seperti
20
nilaikemerdekaan,nilai kesehatan, nilai keselamatan, badan dan jiwa, nilai
perdamaian dan sebagainya.
3) Nilai yang bersifat objektif metafisik yaitu nilai yang ternyata mampu
menyusun kenyataan objektif seperti nilai-nilai agama.
Berbagai nilai yang sudah ada tersebut perlu dan penting untuk dapat di
kembangkan semaksimal mungkin. Munculnya nilai dikarenakan adanya
dorongan dari dalam diri manusia, diantaranya adalah dorongan untuk
memenuhi kebutuhan fisik untuk kelangsungan hidupnya, kebutuhan akan rasa
aman, kebutuhan akan rasa cinta kasih, kebutuhan akan penghargaan dan
dikenal orang lain, kebutuhan akan pengetahuan dan pemahaman, kebutuhan
akan keindahan dan aktualitas diri.
Adapun dorongan yang paling utama untuk menekankan pelaksanaan
pendidikan nilai antara lain karena dialami adanya pergeseran dan perubahan-
perubahan sisitem nilai maupun nilai-nilai sendiri oleh masyarakat yang
akibatnya dapat menimbulkan berbagai ketegangan, gangguan, dan dapat
kehilangan keseimbangan atau konflik, permusuhan dan kecurigaan. Tidak
hanya kebiasaan dan tingkah laku berubah, tetapi juga norma-norma atau nilai-
nilai yang mendasarinya mengalami perubahan.
Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tidak bisa
dipisahkan dalam kehidupan ini, manusia sebagai makhluk tuhan yang paling
sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikan secara
turun temurun, kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu budhi atau
akal, maka kebudayaan adalah sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi
21
atau akal, dalam bahasa inggris kebudayaan di sebut culture yang berasal dari
kata lain colere yang berarti mengolah atau mengerjakan tanah atau bertani.
Dalam bahasa Indonesia kata culture di adopsi menjadi kultur
Sedangkan pengertian mengenai kebudayaan sendiri yaitu sistem
pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam
pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan bersifat
abstrak.Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang
diciptakan manusia sebagai mahluk berbudaya berupa perilaku dan benda-
benda bersifat nyata misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi sosial, religi, seni, yang semuanya ditunjukkan untuk membantu
manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat (Sarinah, 2019:11).
Menurut Sekanto dan Budi(2014), dalam buku “sosiologi suatu
pengantar” memberikan definisi mengengenai kebudayaan (terjemahanya):
“kebudayaan adalah kompleks yang mencangkup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan lain kemampuan-
kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai
anggota masyarakat”
Dengan kata lain kebudayaan mencangkup semuanya yang didapatkan
atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri
dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola normatif, artinya mencangkup
segala cara-cara atau pola-pola berfikir, merasakan dan bertindak.Selo
soemardjan dan soelaeman soemardi merumuskan kebudayaan sebagai hasil
22
karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi
dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah ( material culture ).
Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur-unsur besar
maupun unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari suatu kebulatan yang
bersifat kesatuan. Kebudayaan menurut kusniyati dan sintanggang yaitu suatu
cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Dengan demikian budaya dibentuk dari banyaknya unsur yang rumit
termasuk sistem agama dan politik adat-istiadat, bahasa, perkakas pakaian,
bangunan, dan karya seni sebagaimana juga budaya mmerupakan bagian tak
terpisahkan dari manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya
diwariskan secara genetis.Jenis kebudayaan ada tiga yaitu:
1) Hidup kebatinan manusia, yaitu sesuatu yang menimbulkan tertib damainya
hidup masyarakat dengan adat-istiadatnya, pemerintah negeri, agama, atau
ilmu-ilmu kebatinan.
2) Agan-agan manusia, yaitu sesuatu yang dapat menimbulkan keluhuran
bahasa, kesastraan dan kesusilaan.
3) Kepada manusia, yaitu sesuatu yang menimbulkan macam-macam
kepandaian tentang perusahaan tanah, peniagaan, kerajinan, pelayaran,
hubungan lalu-lintas, kesenian, yang berjenis-jenis semuanya bersifat indah
(Ki Hajar Dewantara dalam sitanggang, 2016 ).
Menurut beberapa para ahli kebudaya yaitu:
23
1.SirEdward B. Tylor menggunakan kata kebudayaan untuk menunjuk
keseluruhan kompleks dari ide dan segala sesuatu yang dihasilkan manusia
dalam pengalaman historisnya.
2. Robert H. Lowie, kebudayaan adalah segala sesuatu yang diperoleh oleh
individu dari masyarakat, mencangkup kepercayaan, adat-istiadat, norma-
norma, artistic, kebiasaan makan, keahlian yang diperoleh bukan karena
kreativitasnya sediri melainkan merupakan warisan masa lampau yang dapat
melalui pendidikan formal atau informal.
3. Clyde Kluckhohn, mendefinisikan kebudayaan sebagai total dari cara hidup
suatu bangsa, warisan sosial yang diperoleh individu dari grupnya.
4. Gillin beranggapan bahwa kebudayaan terdiri dari kebiasaa-kebiasaan yang
terpola dan secara fungsional saling bertautan dengan individu tertentu yang
membentuk grup-grup atau kategori sosial tertentu.
5. Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sytem gagasan tindakan
dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan
milik dari manusia dengan belajar ( Maran 2007:26).
3. Aksara Lontara
Aksara adalah suatu sistem simbol visual melalui goresan/tulisan pada
batu, daun, kayu, kulit, kertas, atau pada kain sebagai media
komunikasi/bahasa. Istilah lain untuk menyebut aksara adalah sistem tulisan.
Tulisan berisi alfabet dan abjad merupakan istilah yang berbeda karena
merupakan tipe aksara berdasarkan klasifikasi fungsional. Unsur-unsur yang
24
lebih kecil terkandung dalam suatu aksara antara lain: grafem, huruf, diakritik,
tanda baca, dan lain-lain (Jayadi, 2014).
Istilah Lontara terdapat dua pengertian yaitu sebagai suatu sejarah dan
ilmu pengetahuan dan pengertian kedua adalah sebagai tulisan (aksara). Dalam
hal ini, manfaat mempelajari aksara lontara selain menambah pengetahuan
tentang jenis tulisan, yang terpenting adalah ikut melestarikan warisan budaya.
Selain itu, aksara lontara dapat pula dijadikan sebagai alat komunikasi yang
efektif. Efektif dalam penulisan dan efektif pula sebagai komunikasi yang
bersifat “rahasia” ( Ahmad, 2014).
Secara lisan disebut bahwa penemu aksara lontara adalah Daeng Pamatte,
syahbandar Gowa di era Karaeng Tumapa’risi kallonna sekitar tahun 1511-
1548. Namun kemudian disempurnakan beberapa huruf oleh orang Bugis
Ngka, Mpa, Nra, dan Nca. Melihat sistematika urutan huruf ka, ga, nga, yang
mirip dengan aksara Sanskerta dan kemiripan dengan aksara Sumatra, Flores,
Filipina, dan Sumbawa mengisyaratkan adanya persebaran dan hubungan
sedemikian rupa jauh sebelum abad ke-15. Aksara lontara berasal dari
pandangan mitologis orang Bugis-Makassar tentang alam semesta yaitu Sulapa
Eppa Walasuji(Munawar, 2012).
Huruf Sulapa Eppa ini juga menyimbolkan elemen-elemen kehidupan di
alam semesta yaitu Tuhan, manusia, langit, dan bumi beserta isinya. Selain itu,
simbol S juga memaknakan empat sifat manusia yang disimbolkan melalui
angin, air, api, dan tanah yang masing-masing diwakili oleh empat warna.
Warna angin kuning, warna air putih, warna api merah, dan warna tanah hitam
(Mahbud, 2008).
25
Jadi, dapat disimpulkan bahwa aksara lontara merupakan sistem tulisan
yang menggunakan media daun lontar dan menggunakan lidi enau atau benda
tajam berupa pisau sebagai alat tulis. Aksara lontara sendiri adalah salah satu
ragam tulis Nusantara yang berasal dari Sulawesi Selatan dan bagian dari
peninggalan kerajaan Gowa yang diciptakan oleh seorang syahbandar sekaligus
tomailalang dan mangkubumi kerajaan Gowa yakni Daeng Pamatte.
4. Generasi Melenial
Menurut Yuswohady dalam artikel melennial trends, generasi melenial
adalah generasi yang lahir dengan rentang waktu awal tahun 1980-2000
generasi yang sering disebut Gen-Y generasi ini memiliki kesamaan
lingkungan dan dengan kelahiranya diiringi dengan kecanggihan teknologi
yang pesat, generasi ini adalah generasi yang cepat menerima dan mengadopsi
informasi lebih cepat dan akan mencapai kebosanan apabila menjalani metode
tradisional (Fauzi,2018:52). Berdasarkan hasil penelitian Lancaster dan
stillman generasi Y dikenal dengan sebutan dengan generasi melenial atau
melenium ungkapan generasi Y mulai dipakai pada editor koran besar amerika
serikat.
Generasi melenial adalah generasi yang banyak dipengaruhi oleh
smartphone, internet dan media sosial sehingga mempengaruhi pola pikir,
generasi inipun memiliki perilaku dan tindakan yang dipengaruhi oleh sosial
media generasi ini dikenal dengan kemampuanya yang bersifat kreatif, inofatif
dengan mengaplikasikan teknologi yang ada, hampir seluruh individu dalam
generasi ini memilih menggunakan ponsel pintar dan mampu mengakses
26
beberapa situs misalnya situs pendidikan, bertransaksi online, hingga memesan
jasa transportasi online dengan mudah (Badan Pusat Statistik, 2018:15).
Generasi melenial dalam segi pendidikan yang mana populasi pada siswa
yang suka membaca buku turun drastis pada generasi melenial, generasi
melenial bisa dibilang lebih menyukai gambar, apalagi jika menarik warna,
generasi melenial memiliki karakteristik yaitu:
1.Milenial lebih percaya user generated content (UGC) dari pada informasi
searah
2.Milenial lebih memilih ponsel di banding TV
3.Milenial wajib mempunyai media sosial
4. Milenial kurang suka membaca secara konvensional
5.Milenial cenderung tidak loyal namun bekerja efektif
6.Milenial cenderung melakukantransaksi secara cashless
7. Milenial lebiah tahu teknologi di banding orang tua mereka
8. Milenial memanfaatkan teknologi dan informasi
9. Milenial cendering lebih malas dan konsumtif
Karakteristik masing-masing individu berbeda tergantung tergantung
dimana ia dibesarkan, serta strata ekonomi, dan sosial keluarganya, pola
komunikasi sangat terbuka dibanding generasi-generasi sebelumnya
(Hidayatullah.dkk, 2018:241).
Beberapa pendapat tentang generasi dapat dilihat pada tabel berikut
27
Tabel 2.1 Pengelompokan generasi
Sumber : (Putra, 2016:125)
Ciri-ciri generasi milenial adalah memiliki tingkat pendidikan dan
pengetahuan yang lebih baik dari generasi sebelumnya, generasi milenial
sering dinamai echo-boomers atau mellennium generation. Nama echo-
boomers hadir karena mereka termasuk generasi yang lahir pada masa perang
dunia ke II, sedangkan dinamai millennium generation karena mereka
merasakan perkembangan teknologi dan pergantian tahun millenium,
kecanggihan teknologi telah mengubah tren tantangan dan peran pemuda hari
ini pemuda era milenial memiliki peran sebagai pengisi kemerdekaan,
berkompetensi global dan musuh pemuda yang harus diperangi bukan lagi
penjaja bersenjata melainkan ketidak mampuan dalam menyaingi cepatnya
perkembangn zaman, (Sumarwiyah.dkk, 2018:221).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 34% penduduk Indonesia adalah
generasi milenial di perkirakan pada tahun 2025 yang mengisi seluru instansi
baik pemerintahan maupun yang non pemerintahan akan dikuasi oleh generasi
28
milenial, perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang begitu cepat
jelas memiliki dampak yang sangat signifikan ini artinya bahwa harapan dan
cita-cita bangsa ada dipundak generasi milenial, jika generasi milenial
menggunakan teknologi yang ada, dengan pengembangan ilmu pengetahuan
maka yakin generasi ini akan membawa perubahan namun dengan kemajuan
teknonologi tidak menutup kemungkinan dengan kemajuan teknologi generasi
milenial menyalanggunakan teklogi tersebut, (Khadijah, 2018:60).
Generasi milenial yang diiringi dengan kemajuan teknologi ini era
peluang sekaligus tantangan, era tersesebut membawa berkah sekaligus
membawa petaka, era dimana ada kemudahan dan ada resiko, suka tidak suka
mau tidak mau zaman tersebut harus kita lalui dan kita hadapi oleh karena itu
supaya generasi milenial ini tidak terombang ambing maka harus mempunyai
pengangan agar siap menghadapi zaman tersebut, untuk menghadapi tantangan
moral pada generasi milenial maka perlu penanaman nilai-nilai jati diri dan
karakter bagi anak bangsa agar siap menghadapi zaman tersebut yitu
penanaman nilai idiologi bangsa nilai-nilai yang ditanamkan dalam pendidikan
karakter, agama, budaya dan tujuan pendidikan nasional (Muchlish, 2018:66).
B. Kajian Teori
1. Teori perubahan sosial
Secara luas, perubahan sosial dipengaruhi oleh faktor yang berasal
dari dalam dan luar masyarakat itu sendiri.Menurut William Ogburn dalam
Nursalam dan suardi (2016:199) berusaha menjelaskan perubahan sosial
dalam kerangka fungsionalisme ini menurutnya unsur-unsur masyarakat
29
saling berhubungan satu sama lain. Terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan sosial.
Diantara faktor yang berasal dari dalam masyarakat seperti
perubahan kondisi ekonomi, sosial dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.Adapun yang berasal dari luar masyarakat biasanya ialah
yang terjadi di luar perencanaan manusia seperti bencana alam. Kedua
faktor-faktor ini memunculkan teori perubahan sosial, diantaranya:
1) Teori Evolusi
Teori evolusi banyak diilhami oleh pemikir darwin yang kemudian
dijadikan petokan teori perubahan oleh Herbert Spencer dan selanjutnya
dikembangkan oleh Emile Durkheim dan Ferdinand Tonnies. Dalam
konsep teoritis yang dikemukakan oleh para ahli dinyatakan bahwa
evolusi mempengaruhi cara pengorganisasian masyarakat, utamanya
adalah berhubungan dengan pemikiran Tonnies memandang bahwa
masyarakat berubah dari tingkat peradaban sederhana ke tingkat
peradaban lebih kompleks.
2) Teori Revolusi
Gambaran bahwa revolusi merupakan puncak dari perubahan
sosial. Revolusi merupakan sebuah proses pembentukan ulang
masyarakat sehingga menyerupai proses kelahiran kembali. Perubahan
akibat revolusi bersifat radikal, fundamental dan menyentuh langsung
pada inti dan fungsi struktur sosial. Proses perubahan tersebut hanya
memerlukan waktu yang cepat, sesuatu yang bertolak belakang dengan
30
konsep evolusi pada perubahan sosial. Revolusi mempunyai dua wajah
yang saling bertolak belakang. Wajah pertama menggambarkan
revolusi sebagai mitos, sedangkan wajah kedua memberikan gambaran
revolusi sebagai sebuah konsep dan bahkan teori dalam ilmu sosiologi.
Kedua wajah ini mempunyai kesaling terkaitan bahkan dialektika
diantara keduanya menjadi suatu bentuk kewajaran.
Secara ringkas Sztompka,(2011:361) juga memberikan kerangka
definisi tentang revolusi yang dikerucutkan yang pada akhirnya
menemukan tiga komponen utama yang mendasar dari revolusi yaitu:
a) Revolusi mengacu pada perubahan fundamental, menyeluruh dan
multidimmensional, menyentuh inti tatanan sosial.
b) Revolusi melibatkan massa rakyat yang besar jumlahnya yang
dimobilisasi dan bertindak dalam satu gerakan revolusioner
c) Revolusi memelurkan keterlibatan penggunaan kekerasan.
Walaupun ada proses revolusi di India oleh Ghandi atau gerakan
sosial di Eropa Timur dan Tengah yang memaksa kematian
komunisme.
Revolusi sosial kedalam lima hal yaitu: a)menimbulkan perubahan
dalam cakupan terluas, menyentuh semua tingkat dan dimensi
masyarakat, b) dalam semua bidang tersebut perubahanya radikal,
fundamental, menyentuh inti bangunan dan fungsi sosial, c) perubahan
sangat cepat, tiba-tiba, d) membangkitkan emosional khusus dan
reaksi intelektual pelakunya dan mengalami ledakan mobilisasi massa,
31
antusiasme kegirangan, kegembiraan, optimisme, dan harapan. Namun
kesemuanya dapat disimpulkan sebagai sebuah hasil dari ketidak
adilan dalam masyarakat. Kondisi ketidak adilan atau penyimpangan
inilah yang melahirkan semangat revolusi.
2. Faktor penyebab perubahan sosial
Setiap perubahan yang terjadi pasti ada hal yang menyebabkannya,
karena tak mungkin ada asap kalau tidak ada api. Begitu pula dengan
perubahan sosial dalam masyarakat pasti ada faktor yang menjadi
penyebabnya. Faktor penyebab perubahan sosial ada dua, yaitu faktor
yang berasal dari masyarakat dan faktor yang berasal dari luar masyarakat.
Berikut penjelasan mengenai keduanya:
a) Faktor Yang Berasal Dari Dalam Masyarakat (internal)
Ada beberapa sebab perubahan sosial yang berasal dari dalam
masyarakat, antara lain:
1. Bertambah dan berkurangnya penduduk
Bertambah dan berkurangnya jumlah penduduk disuatu
desa akan menimbulkan perubahab diberbagai sektor kehidupan.
Misalnya pertambahan penduduk yang sangat cepat, misalnya
bertambahnya suatu peenduduk dikelurahan Antang yang
merupakan pendatang.
2. Penemuan-penemuan baru
Keiginan akan kualitas merupakan salah satu pendorong
bagi terciptanya penemuan-penemuan baru. Keiginan untuk
mempertinggi kualitas suatu karya merupakan pendorong untuk
32
meneliti kemungkinan-kemungkinan ciptaan baru. Dengan
adanya temuan-temuan baru lainya. Penemuan radio akan
memancarkan pengaruh ke berbagai arah dan menyebabkan
perubahan-perubahan dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan.
3. Pertentangan dalam masyarakat
Konflik yang terjadi dalam masyarakat dapat menjadi salah satu
pemicu terjadinya dalam perubahan sosial dalam masyarakat
tersebut. Misalnya konflik kepentingan yang terjadi antara kaum
pendatang dan kaum setempat
b) Faktor Yang Berasal Dari Luar Masyarakat (eksternal)
Ketika ada sebab yang berasal dari dalam masyarakat, maka
ada sebab dari luar masyarakat, yaitu antara lain:
1. Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang ada
disekitar manusia.
Terjadinya bancana alam menyebabkan masyarakat yang
mendiami daerah-daerah tersebut terpaksa harus meninggalkan
daerah yang terkena bencana alam tersebut. Apabila masyarakat
tersebut menempati tempat tinggal baru maka mereka harus
menyusuekan diri dengan keadaan alam yang baru tersebut.
2. Peperangan
Peperangan dengan negara lain dapat pula menyebabkan
terjadinya perubahan-perubahan karena biasanya negara yang
menang akan memaksa kebudayaanya pada negara yang kalah.
33
Selain itu ketika terjadi peperangan akan timbul kemungkinan
masuknya unsur budaya asing kedalam negara tersebut.
3. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Hubungan ada dilakukan secara fisik antara dua masyarakat
mempunyai kecenderungan untuk menimbulkan pengaruh timbal
balik. Artinya masing-masing masyarakat mempengaruhi
masyarakat lainya, tetapi juga menerima pengaruh dari
masyarakat lainya, seperti akulturasi.
3. Bentuk-bentuk perubahan social
Perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat dapat
beberapa bentuk, yaitu perubahan evolusi dan perubahan revolusi,
perubahan tak direncanakan dan perubahan direncanakan.
a. Perubahan lambat (Evolusi)
Perubahan secara lambat memerlukan waktu yang lama dan
biasanya merupakan rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti
dengan lambat. Pada evolusi, perubahan terjadi dengan sendirinya tenpa
rencana atau kehendak tertentu. Masyarakat hanya berusaha
menyesuaikan dengan keperluan, keadaan, dan kondisi baru yang
timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.
34
b. Perubahan cepat (Revolusi)
Di dalam revousi, perubahan yang terjadi ada yang direncanakan
terlebih dahulu dan ada yang tidak direncanakan. Selain itu ada yang
dijalankan tanpa kekerasan dan dengan kekerasan sangat besar terdi.
Adapun ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relative karena
revousi pun dapat memakan waktu lama.
Pada umumnya, suatu perubahan dianggap sebagai perubahan
cepat karena mengubah sendi-sendi kehidupan masyarakat, seperti
sistem kekeluargaan, politik, ekonomi, dan hubungan antar manusia.
Suatu revolusi dapat juga berlangsung dengan didahului suatu
pemberontakan. Misalnya revolusi bangsa Indonesia dalam mencapai
kemerdekaan.
c.Perubahan yang direncanakan dan tidak direncanakan
Perubahan sosial yang direncanakan adalah, perubahan yang terjadi
di dalam masyarakat, dan hal ini terjadi karena telah direncanakan
terlebih dahulu oeh pihak-pihak yang menginginkan adanya perubahan.
Pihak yang mengingingkan adanya perubahan itu disebut agent of
change atau agen perubahan. Agen of change selalu mengawasi jalanya
perubahan yang dikehendaki atau direncanakan.
Sedankan perubahan sosial yang tidak direncanakan adalah
terjadinya perubahan-perubahan yang tidak direncanakan atau
dikehendaki, dan terjadi diluar pengawasan masyarakat dan dapat
35
menimbulkan akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat.
Misalnya terjadinya musim kemarau yang berkepanjangan dan sulitnya
mendapatkan penghasilan yang cukup hingga membuat banyak anggota
masyarakat yang nekat melakukan tindakan-tindakan kriminal.
C. Kerangka Pikir
Kebudayaan menempati posisi sentral dalam seluruh tatanan kehidupan
manusia, tak ada manusia yang tak dapat hidup diluar ruang lingkup
kebudayaan karena kebudayaanlah memberi nilai dan makna pada hidup
manusia. Kebudayaan bukanlah suatu yang statis, melainkan selalu berubah
sejak pertama kali terbentuk, perkembangan kebudayaan diawali dengan
timbulnya bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia. Bahasa juga
berfungsi untuk menyimpan gagasan-gagasan baru, jika gagasan itu bermanfaat
maka disimpan dalam bentuk konsep-konsep.budaya yang terbentuk dari
banyak unsur yang rumit termasuk sistem agama, politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas dan kesenian, udaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang
dan dimiliki bersama oeh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi
ke generasi.
Namun derasnya arus globalisasi dari generasi ke generasi membawa
perubahan yang besar, seiring perkembangan jaman khususnya generasi
milenial diiringi dengan perkembangan teknologi dan informasi dapat
menempus segala lapisan masyarakat menembus jarak dan waktu, segala
kejadian dalam masyarakat dapat diketahui lewat komunikasi sehingga
peristiwa tersebut dapat mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku masyarakat,
36
membawa konsekuensi dan keuntungan bagi masyarakat perubahan nilai sosial
budaya, maka nilai sosial budaya aksara lontara seperti siri, pacce, sipakatau,
resojuga mengalami pergeseran. Pergeseran tersebut berada pada pemahaman
masyarakat terhadap nilai sosial budaya dari tradisi yang ada, karena
pemahaman yang berbeda maka tradisi yang dilakukanpun berbeda. Pegalaman
baru, teknologi baru membuat manusia melakukan penyesuaian cara hidup dan
kebiasaan baru.
Pergeseran budaya tidak dapat dibendung pada generasi milenial yang
lahir dan hidup di era teknologi serta keterbukaan informasi sehingga rentan
terhadap pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
kebudayaan nilai-nilai budaya aksara lontara.Inilah yang sedikt-demi sedikit
mengalami pergeseran dan dihawatirkan pula suatu saat nanti generasi penerus
kita tidak lagi mengenal nilai-nilai budaya aksara lontara dalam artian mereka
jauh dari perilaku siri, pacce, sipakatau, reso, yang diharapkan nilai ini telah
mendarah daging pada masyarakat Bugis-Makassar.
37
Gambar Kerangka Pikir
Gambar 2.1 : Gambar Kerangka Pikir Degradasi Nilai Sosial
Budaya Aksara Lontara Di Kelurahan Antang
Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara
Lontara Siri, Pacce, Sipakatau,Reso
Aksara Lontara
Pelaksanaan nilai sosial budaya aksara lontara di
kelurahan Antang dikalangan milenial
Kelurahan Antang Kec. Manggala
Observas
i
Wawancara Dokumentasi
Analisis
Temuan
38
D. Hasil Penelitian Terdahulu
Dari judul diatas maka sudah ditemukan hasil penelitian yang
berhubungan dengan degradasi nilai sosial budaya dan hasil penelitian ini
ditemukan dalam bentuk skripsi, jurnal, dan artikel
1. Penelitian Niken Gelorawati, “Pergeseran Tradisi Pasang Tuwuhan Dikecamatan
Ngombol Kabupaten Purworejo” Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta 2013.
Hasil penelitian diperoleh bahwa modernisasi membawa perubahan
baru dalam pengadaan pesta pernikahan ada beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya pergeseran tradisi pasang tuwuhan yaitu faktor
ekternal (rasa solidaritasmasyarakat mulai berkurang, dan mencari hal yang
praktis) dan faktor eksternal (kemajuan zaman atau perkembangan agama),
adanya perbedaan tradisi pasang tuwuhan zaman dahulu dengan sekarang,
antara lain zaman dahulu masi menggunakan sesaji sedangkan saat ini sudah
jarang menggunakan sesaji pemasangan tuwuhan dahulu dilakukan mulai 35
hari sebelum pelaksanan pesta pernikahan sedangkan sekarang dipasang
satu hari sebelum pesta.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh
modernisasi terhadap pergeseran tradisi pasang tuwuhan di Kecamatan
Ngompol, mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya
pergeseran tradisi pasang tuwuhan dalam masyarakat Ngomnol, dan
39
mengetahui apa saja perbedaan tradisi pasang tuwuhanzaman dahulu dan
sekarang. Metode yang digunakan dalam ini adalah kualitatif deskriptif
dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi.
Penentuan subyek penelitian secara purposive sampling. Pengumpulan data,
reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan, validasi data triangulasi.
2. Penelitian Subhan “Perubahan Nilai Sosial Budaya SIBALLI-SIPATAMBAK
Pada Masyarakat Desa Betetangnga Kecamatan Binuang Kabupaten
Polewali Mandar” Fakultas Usuluddin, Filsafat Dan Politik Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar 2016.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan nilai sosial budaya simbali-sipatambak pada
masyarakat Desa Bententangnga Kecamatan Binuan Kabupaten Polewawi
Mandar, hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya simbali-sipatambak
atau budaya gotong royong di Desa Bentetangnga mengalami perubahan
sejak 1980 hingga 2016 di tahun 1980 simbali-sipatambak atau budaya
gotong royong tidak berdasarkan upah dan masyarakat pada saat itu sangat
menjujung tinggikearifan lokal dan jiwa sosial masyarakat begitu mendalam
ditahun 2016 hampir semua pekerjaan simbali-sipatambakdidasarkan pada
sistem upah.
Faktor yang mempengaruhi perubahan nilai sosial budaya simbali-
sipatambakdi Desa Bentetangnga dipegaruhi oleh faktor budaya, teknologi
modern, kebutuhan ekonomi masyarakat semakin meningkat dan tantangan
hidup semakin sulit. Upaya dalam mepertahankan simbali-sipatambak pada
40
masyarakat Desa bentengnga Kecamatan Binuang menghilangkan kebiasaan
bahwa segala sesuatu yang dikerjakan harus bernilai uang, menanamkan
sikap kekeluargaan dalam kehidupan sehari-hari dan membudayakan
kembali nilai-nilai kearifan lokal.
Jenis penelitian bersifat kualitatif deskriptif, dengan menggunakan
pendekatan sosiologis, historis dan budaya. Sumber data yang digunakan
adalah primer yaitu informasi yang bersumber dari pengamatan langsung ke
lokasi penelitian. Sedangkan sumber sekunder yaitu data yang diperoleh
dari dokumentasi atau studi kepustakaan untuk melengkapi data-data
primer. Pengumpulan data di lakukan dengan field recearch melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi.
3. Penelitian Nirwana Putri “Pergeseran Nilai Sosial Budaya MBOLO
WEKIMasyarakat Kepo Kabupaten Dompu”. Program Studi Pendidikan
Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar 2019.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tentang nilai sosial budaya
mbolo wekiatau tradisi dalam acara pernikahan pada masyarakat di
Kecamatan Kempo hasil penelitian ini terjadinya pergeseran nilai sosial
budaya mbolo wekiseiring dengan perkembangan zaman membawa
konsekuensi bagi perubahan sosial budaya. Maka nilai sosial budaya seperti
mbolo weki juga mengalami pergeseran. Pergeseran tersebut berada pada
pemahaman masyarakat terhadap nilai sosial budaya dari tradisi yang ada.
41
Karena pemahaman yang ada telah berbeda maka wujud tradisi yang
dilakukan juga berbeda, pegalaman baru, teknologi baru membuat manusia
melakukan penyesuaian cara hidup dan kebiasaan yang baru. Masyarakat di
Kecamatan Kempo sebagian besar tergolong masyarakat suku Dompu
selayaknya masyarakat dompu pada umumnya, juga menjalani ritual
pernikahan meskipun dalam pelaksanaanya kini telah jauh berbeda dengan
aturan pada masyarakat Dompu. Dengan perubahan yang terjadi
dimasyarakat pelaksanaan ritual-ritual upacara pernikahan dengan cara dan
bentuk yang lebih praktis
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif,
informan yang ditemukan melalui purposive sampling berdasarkan
karakteristik informan yang telah ditetapkan. Teknik pengumpulan data
yaitu pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data
melalui beberapa tahap yaitu reduksi data, tahap penyajian data dan
penarikan kesimpulan sedangkan teknik keabsahan data menggunakan
perpajangan pengamatan
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam melakukan penelitian perlu diketahui dan dipelajari metode
penelitian. Metode penelitian dapat dikatakan sebagai strategi dalam
pemecahan masalah karena pada tahap ini dapat memberikan gambaran
bagaimana suatu masalah dalam penelitian dan dapat dipecahkan dan
ditemukan jawabanya. Hal ini perlu diperhatikan pada tahap-tahap penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai degradasi
nilai sosial budaya aksara lontara di Kelurahan Antang adalah metode
penelitian kualitatif deskriptif, yang mencoba menggambarkan secara
mendalam suatu obyek penelitian berdasarkan berdasarkan fakta-fakta yang
tampak di lapangan. Disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang
terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. Metode penelitian kualitatif
ini juga sering disebut metode penelitian naturalistik, karena penelitianya
dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) penelitian ini
mengungkap apa yang sebenarnya terjadi pada generasi milenial . (Sugiyono,
2015: 14).
Tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena
atau gejala sosial dengan cara memberikan pemaparan berupa penggambaran
yang jelas tentang fenomena atau gejala sosial tersebut dalam bentuk rangkaian
kata yang pada akhirnya menghasilkan sebuah teori.
43
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan studi
kasus ,penulis menggunakan pendekatan studi kasus karena suatu penelaan
empiris yang menyelidiki kehidupan nyata dilakukan secara intensif, peneliti
ikut berpartisipasi, mencatat apa yang terjadi, melakukan analisia reflektif
terhadap berbagai kejadian yang ditemukan di lapangan dan membuat laporan
penelitian.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi yang menjadi obyek penelitian ini adalah Kelurahan Antang,
Kecamatan Manggala Tahun 2020. Adapun alasan peneliti menjadikan lokasi
di Kelurahan Antang karena penulis melihat fenomena yang terjadi disekitar
penulis nilai-nilai budaya yang ada pada masyarakat Bugis-Makassar sudah
mulai pudar pada generasi milenial.
C. Fokus Penelitian
Spradley dalam Sugiyono (2015: 285) menyatakan bahwa fokus
merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi
sosial.Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang menjadi fokus atau titik
perhatian dalam penelitian ini yaitu rumusan masalah sendiri yang menjelaskan
pemahaman generasi milenial terhadap nilai sosial budaya aksara lontara
seperti siri, pacce, sipakatau, reso di Kelurahan Antang.
Rumusan masalah ini mengukap bagaimana karakter anak milenial,
bagaimana perilaku sesama manusia atau kepribadian yang dimilikinya serta
bagaimana nilai-nilai budaya terhadap generasi milenial, yang kedua
menjelaskan Apa saja bentuk-bentuk perubahan nilai sosial budaya aksara
44
lontara seperti siri, pacce,sipakatau, reso dikalangan milenial di Kelurahan
Antang menjelaskan apakah nilai sosial budaya memiliki perubahan dari
generasi kegenerasi serta menggukap apakah generasi milenial masi
mengetahuai aksara lontara yang merupakan ciri khas dari setiap daerah.
D. Informan Penelitian
Moleong dalam Prastowo (2014: 195) informan adalah “orang dalam”
yang dimanfaatkan untuk memberikan informan tentang situasi dan kondisi
latar (lokasi atau tempat) penelitian. Jadi syaratnya ia harus mempunyai
banyakpengalaman tentang lokasi penelitian. Sedangkan kewajibanya adalah
secara sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun banyak bersifat
informan.
Teknik sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel
sumber data dengan pertimbangan tertentu dengan maksud menemukan apa
yang sesuai dengan tujuan peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil
sampel dengan memilih orang-orang yang dianggap paling tahu Spradley
dalam Sugiyono (2015: 285).
Menyatakan bahwa fokus merupakan domain tunggal atau beberapa
domain yang terkait dari situasi sosial. Berdasarkan pengertian tersebut, maka
yang menjadi fokus atau titik perhatian dalam penelitian ini yaitu rumusan
masalah sendiri yang menjelaskan pemahaman generasi melial terhadap nilai
sosial budaya aksara lontara seperti siri, pacce, sipakatau, reso di Kelurahan
Antang.
45
Rumusan masalah ini mengukap bagaimana karakter anak milenial,
bagaimana perilaku sesama manusia atau kepribadian yang dimilikinya serta
bagaimana nilai-nilai budaya terhadap generasi milenial, yang kedua
menjelaskan Apa saja bentuk-bentuk perubahan nilai sosial budaya aksara
lontara seperti siri, pacce,sipakatau, reso dikalangan milenial di Kelurahan
Antang menjelaskan apakah nilai sosial budaya memiliki perubahan dari
generasi kegenerasi serta menggukap apakah generasi milenial masi
mengetahuai aksara lontara yang merupakan ciri khas dari setiap daerahyang
diharapkan sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi
sosial yang diteliti(Sugiyono, 2015: 300).
Pemilihan informan dilakukan secara purposive sampling atau
judgmental sampling, yaitu penarikan informan secara purposife merupakan
cara penarikan informan yang dilakukan pemilihan subjek berdasarkan kriteria
spesifik yang ditetapkan oleh peneliti. Adapun kriteria informan yang
ditetapkan oleh peneliti:
a) Masyarakat Bugis-Makassar.
b) Tokoh masyarakat yang paham betul mengenai kebudayaan Bugis-
Makassar.
c) Anak milenial usia 15 hingga 35 tahun.
d) Tokoh masyarakat yang paham betul karakter generasi milenial yaitu orang
tua ataupun tenaga pendidik.
46
E. Jenis Dan Sumber Data Penelitian
Sumber data yang digunakan dalam penelitian kali ini terbagi atas dua data
yaitu:
a. Data Primer adalah data yang dikumpulkan dan diperoleh peniliti secara
langsung dari sumbernya. Bisa berupa kata-kata maupun tindakan subyek,
terutama informa yang menjadi subjek adalah kalangan milenial, orang tua
dan tenaga pendidik
b. Data Sekunder adalah data yang dapat memberikan informasi dan dapat
digunakan sebagai pendukung, dimana data tersebut diperoeh dari hasil
kegiatan orang lain, dalam hal inipenulis tidak mengusahakansendiri, secara
langsung.Melainkan diperoleh melalui dokemen-dokumen, catatan, dan
laporan (Sugiyono, 2015:309).
F. Instrumen Penelitian
Menurut Afrizal (2014: 134) instrumen penelitian adalah alat-alat yang
diperlukan dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif,
alat atau istrumen utama pengumpulan data adalah manusia yaitu peneliti
sendiri atau orang lain untuk menggumpulkan data, disebut pewawancara.
Dalam hal ini seorang pewawancara sendiri yang langsung mengumpulkan
data dengan bertanya, meminta, dan mendengar.
Berdasarkan instrumen ini akan diperoleh jawaban responden yang
akan menjadi data untuk diolah, dianalisis, dan akhirnya diperoleh kesimpulan
47
dari penelitian itu. Dalam penelitian instrument yang digunakan dalam proses
pengumpulan data ada tiga yaitu:
1. Wawancara, wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk
mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan
informan atau subjek penelitian. Dalam penelitian ini peneliti
mewawancaraih informan masyarakat Bugis-Makassar yang dapat
menjelaskan mengenai penelitian yang dilakukan data yang dilakukan
seperti bagaimana penggunaan nilai aksara lontara dimasyarakat dulu
dengan masyarakat sekarang, yang kedua adalah informan generasi milenial
yang ingin peneliti ketahui mengenai generasi milenial yaitu bagaimana
pandangan dan pemahaman generasi milenial terhadap nilai sosial budaya
aksara lontara serta para tenaga pendidik atau orang tua yang memiliki anak
yang merasakan betul bagaimana pola perilaku anak, waktu wawancara
dilakukan diwaktu sengang informan yang dilakukan di rumah informan
sendiri, data yang diperoleh dari wawancara yaitu penjelasan dan apa yang
dirasakan oleh informan mengenai perubahan tata kenalakuan yang terjadi
pada generasi milenial baik itu norma-norma, aturan-aturan dan nilai sosial
budaya yang terjadi pada generasi milenial Bugis-Makassar.
2. Selain wawancara, observasi juga merupakan salah satu Teknik
pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif.
Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran ril suatu peristiwa atau
kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian ( Pujihastuti, 2010:43 ).
Dalam penelitian nilai sosial aksara lontara dikalangan milenial di
keluarahan Antang yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat
48
Bugis-Makassar khususnya pada generasi milenial, peneliti mengobservasi
informan masyarakat yang paham betul mengenai nilai sosial budaya aksara
lontara, tenaga pendidik atau orang tua yang meraskan betul perubahan-
perubahan yang terjadi serta bagaimana pendapat-pendapat generasi
milenial terhadap hasil wawancara, berdasarkan data yang diperoleh dari
informan masyarakat yang paham betul mengenai perubahan generasi
milenial yaitu orang tua atau tenaga pendidik yang menangapi bahwa
perubahan pada generasi milenial sangat terlihat jelas dengan perubahan
pola perilaku, bergesernya pemahaman akan nilai aksara lontara seperti nilai
siri, pacce, sipakatau, reso.
3. Dokumentasi yaitu proses pengambilan data dengan melihat dokumen-
dokumen. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental, catatan harian, foto dan sebagainya. Dokumentasi merupakan
pelengkap dari wawancara dan observasi, karena dokumentasi dilakukan
pada saat melakukan observasi dan wawancara terhadap informan penelitian
langsung dilapangan dokumentasi yang dilakukan peneliti dengan tokoh
masyarakat mengenai kalangan milenial (Sugiyono, 2015: 240).
G. Teknik Pengumpulan Data
Data adalah penunjang yangsangat penting dalam sebuah
penelitian.Semakin banyak data yang diperoleh maka semakin bagus pula
hasil akhir dari suatu penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
tiga teknik pengumpulan data sebagai berikut:
49
1. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung
mengenai fenomena-fenomena yang diteliti. Observasi memungkinkan
melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian
sebagaimana keadaan yang sebenarnya.
Observasi ini dilakukan dengan cara, peneliti mendatangi lokasi
penelitian, selanjutnya melakukan pengamatan dan pencatatan tentang
fenomena-fenomena yang diteliti di lokasi penelitian, yaitu di Kelurahan
Antang sesaat atau berulang-ulang secara informal sehingga mampu
mengarahkan peneliti untuk sebanyak mungkin mendapatkan informasi
yang berkaitan dengan masalah penelitian.
Dalam penelitian ini peneliti mewawancaraih informan masyarakat
Bugis-Makassar yang dapat menjelaskan mengenai penelitian yang
dilakukan data yang dilakukan seperti bagaimana penggunaan nilai
aksara lontara dimasyarakat dulu dengan masyarakat sekarang, yang
kedua adalah informan generasi milenial yang ingin peneliti ketahui
mengenai generasi milenial yaitu bagaimana pandangan dan pemahaman
generasi milenial terhadap nilai sosial budaya aksara lontara serta para
tenaga pendidik atau orang tua yang memiliki anak yang merasakan betul
bagaimana pola perilaku anak, waktu wawancara dilakukan diwaktu
sengang informan yang dilakukan di rumah informan sendiri, data yang
diperoleh dari wawancara yaitu penjelasan dan apa yang dirasakan oleh
informan mengenai perubahan tata kenalakuan yang terjadi pada generasi
50
milenial baik itu norma-norma, aturan-aturan dan nilai sosial budaya
yang terjadi pada generasi milenial Bugis-Makassar.
Adapun objek penelitian yang akan diobservasi menurut Spradley
(Sugiyono, 2015: 229) dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga
komponen yaitu place (tempat), actor (pelaku), dan activities (aktivitas)
yang memberikan informasi dan pandangan yang benar-benar berguna dan
sesuai dengan masalah penelitian.
2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.
Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan dan
langsung (bertatap muka) dengan informan yang ditunjang oleh pedoman
wawancara(Sugiyono, 2015: 231).
Dalam penelitian nilai sosial aksara lontara dikalangan milenial di
keluarahan Antang yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada
masyarakat Bugis-Makassar khususnya pada generasi milenial, peneliti
mengobservasi informan masyarakat yang paham betul mengenai nilai
sosial budaya aksara lontara, tenaga pendidik atau orang tua yang
meraskan betul perubahan-perubahan yang terjadi serta bagaimana
pendapat-pendapat generasi milenial terhadap hasil wawancara,
berdasarkan data yang diperoleh dari informan masyarakat yang paham
betul mengenai perubahan generasi milenial yaitu orang tua atau tenaga
pendidik yang menangapi bahwa perubahan pada generasi milenial sangat
51
terlihat jelas dengan perubahan pola perilaku, bergesernya pemahaman
akan nilai aksara lontara seperti nilai siri, pacce, sipakatau, reso.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu proses pengambilan data dengan melihat
dokumen-dokumen. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-
karya monumental, catatan harian, foto dan sebagainya. Dokumentasi
merupakan pelengkap dari wawancara dan observasi, karena dokumentasi
dilakukan pada saat melakukan observasi dan wawancara terhadap
informan penelitian langsung dilapangan dokumentasi yang dilakukan
peneliti dengan tokoh masyarakat mengenai kalangan milenial (Sugiyono,
2015: 240).
H. Teknik Analisis Data
Sebuah penelitian tidak akan berarti jika hasil penelitian tersebut tidak
punya nilai. Penelitian dikatakan memiliki faidah apabila hasil penelitian
tersebut bisa dipertanggung jawabkan.Dengan menggunakan analisis data
yang tepat sesuai dengan tujuan penelitian melalui tritmen penelitian yang
procedural dan dapat dipertanggung jawabkan ke ilmiahannya.
Analisis datamerupakan suatu cara yang digunakan untuk menganalisis,
mempelajari serta mengolah data tertentu, sehingga dapat diambil kesimpulan
yang konkret tentang persoalan yang diteliti. Penelitian yang akan dilakukan
adalah tergolong tipe penelitian deskriptif kulitatif analisis.
52
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data kualitatif.Analisis dilakukan terhadap data yang dijabarkan
dengan metodedeskriptif-analitis.Teknik ini bertujuan untuk mendeskripsikan
secara obyektif dan sistematis data yang ada dan dapat divalidasi
keabsahannya. Aktivitas dalam analisis data yaitu:
1. Reduksi data (Data Reduction)
Dengan reduksi data peneliti mencoba menggabungkan, menggolong,
mengklasifikasikan, memilah-milah atau mengelompokkan data dari
penelitian dilapangan. Maka mereduksi data dilakukan dengan merangkum
hal-hal apa saja yang berhubungan dengan data tentang degradasi nilai
sosial budaya aksara lontara dikalangan milenial di Kelurahan Antang.
2. Penyajian data (data display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.
Melalui penyajian data tersebut maka data akan tersusun dalam pola
hubungan yang disajikan dalam bentuk bagan, uraian singkat, laporan
tulisan yang dijelaskan (yang bersifat naratif).
3. Verification (conclusion drawing)
Selanjutnya langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan (Verification), yaitu menarik kesimpulan berdasarkan
hasil penelitian yang telah disajikan dalam uraian singkat .tersebut.
53
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara danakan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Dikaitkan dengan penelitian ini tentu
saja proses verifikasi atau kesimpulan awal dapat dilakukan misalnya
kesimpulan mengenai data-data tentang budaya senioritas dikalangan
mahasiswa.
I. Teknik Keabsahan Data
Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian kualitatif dapat
digunakan uji kredibilitas. Menurut Sugiyono (2015: 368 - 375) untuk
menguji kredibilitassuatu penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan
berbagai cara yaitu:
1. Perpanjangan pengamatan, dengan perpanjangan pengamatan berarti
peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi
dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Hal ini akan
membentuk hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin baik dan
kehadiran peneli tidak lagi dianggap sebagai orang asing yang
mengganggu perilaku masyarakat yang sedang dipelajari.
2. Meningkatkan ketekunan yaitu melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut kepastian data dan
urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis, karena
peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah
ditemukan itu salah atau tidak.
54
3. Triangulasi yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai
cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat tiga jenis triangulasi
yaitu, triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu yaitu:
a.Triangulasi sumber yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang teah diperoleh melalui beberapa
sumber.
b.Triangulasi teknik yaitu untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda.
c.Triangulasi waktu, waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data.
Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari pada saat
narasumber masih segar, belum banyak masalah, sehigga akan
memberikan data yang lebih valid dan lebih kredibel.Dalam rangka
pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu
atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang
berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai
ditemukan kepastian datanya.
4. Analisis kasus negatif: yaitu kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan
hasil penelitian hingga pada saat tertentu. Disini peneliti mencari data
yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah
ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan
ditemukan, maka data tersebut sudah dapat dipercaya.
55
5. Menggunakan bahan referensiyaitu adanya yaitu untuk membuktikan
data yang ditemukan oleh peneliti. Misalnya data hasil wawancara perlu
dilakukan dengan adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi
manusia atau suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto.
6. Mengadakan membercheck: yaitu proses pengecekan data yang diperoleh
peneliti kepada pemberi data. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh
pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh pemberi data,
maka data tersebut dapat dikatakan valid, sehingga semakin kredibel data
tersebut dan begitupun sebaliknya.
J. Etika Penelitian
Etika penelitian kualitatif yaitu menjalin hubungan ke dalam hubungan
kerja sama, adanya izin/ persetujuan yang benar dilakukan sesuai dan
kebutuhan privasi kerahasiaan, bersikap terbuk, langsung dan jujur
menghormati hak asasi informan dalam proses peneliti berlangsung.
56
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Lokasi Penelitian
Kelurahan Antang merupakan satu di antara kelurahan di Kecamatan
Manggala, Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan yang merupakan daerah
bersejarah berdasarkan cerita rakyat yang beredar secara turun temurun yang
disertai bukti yang ada sebagai pendukung, Antang artinya tinggal, yang dalam
di kampung Antang terdapat sungai semacam danau yang dikenal dengan nama
“Balang Tonjong” dan juga terdapat persawahan ketika musim hujan tiba,
danau dan sawah tersebut dipenuhi air yang cukup dalam.
Kedalaman air yang memenuhi kedua tempat itu disebut orang Makassar
“Lantang atau Dalam” maka hal tersebut maka nama lantang diabadikan
menjadi nama kampung Antang kemudian menjadi kelurahan Antang. Yang
melatarbelakangi munculnya kelurahan Antang adalah saat wilayah antang
masih menjadi bagian dari wilayah Gowa, terjadi penggabungan beberapa
kampung yaitu Kampung Bitowa, Kampung Pannara dan Kampung Manggala.
Ketiga kampung tersebut digabung menjadi satu kampung yang diberi nama
Kampung Antang atau Desa Antang. Pada 1971 Desa Antang Kabupaten Gowa
dimasukan ke wilayah Ujung Pandang dengan tetap menggunakan nama
Antang atau Kelurahan Antang.
Nama kelurahan juga memiliki sejarah, kelurahan Antang diambil dari
nama seorang tokoh Agama Islam (ulama) yang digelari Lo’mo. Tempat
tinggal beliau dikenal dengan nama Pammantanganna Lo’moka yang disingkat
57
Lo’mo ka Riantang. Di Kelurahan Antang terdapat makam atau pekuburan
Lo’moRiantang yang dijadikan situs atau tempat bersejarah, maka dari itu
masyarakat setempat mengenal nama Kampung Antang dengan nama
Kelurahan Antang.
B. Keadaan Geografis
Makassar adalah ibu kota provinsi sulawesi selatan, yang terletak
dibagian selatan pulau Sulawesi yang dahulu disebut Ujung Pandang terletak
antara 119º24’17’38” Bujur Timur dan 5º8’6’19” Lintang Selatan yang
berbatasan sebelah Utara dengan Kabupaten Maros, sebelah Timur Kabupaten
Maros, sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah Barat adalah Selat
Makassar. Kota Makassar memiliki topografi dengan kemiringan lahan 0-
2°(datar) dan kemiringan lahan 3-15° (bergelombang). Luas Wilayah Kota
Makassar tercatat 175,77 km persegi.
Kota Makassar memiliki kondisi iklim sedang hingga tropis memiliki
suhu udara rata-rata berkisar antara 26,°C sampai dengan 29°C. Kota Makassar
adalah kota yang terletak dekat dengan pantai yang membentang sepanjang
kordinator barat dan utara dan juga dikenal sebagai “waterfront city” yang
didalamnya mengalir beberapa sungai (Sungai Tallo, Sunga Je’ne Berang, dan
Sungai Pampang) semuanya bermuara di dalam kota. Kota Makassar hamparan
dataran rendah yang berada pada ketinggian 0-25 meter dari permukaan laut.
Secara adminitrasi kota Makassar dibagi menjadi 15 kecamatan dan 153,
kecamatan Manggala salah satu dari 14 kecamatan yang ada dikota Makassar
dengan luas wilayah 24,14 kilometer persegi atau sekitar 13,17% dari luas
58
wilayah kota Makassar yang terbagi kedalam 8 wilayah kelurahan yaitu
Kelurahan Bitoa, Kelurahan Tamanggapa, Kelurahan Bangkala, Kelurahan
Manggala, Kelurahan Bangkala, Kelurahan Borong, kelurahan Biring Romang
dan menjadi lokasi penelitian yaitu Kelurahan Antang.
Kelurahan Antang memiliki luas wilayah 3,72 Ha, Kelurahan Antang
dibatasi sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tello Baru, sebelah
Selatan berbatasan dengan Kelurahan Bangkala, sebelah Timur berbatasan
Kelurahan Manggala, sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Borong.
Jarak kelurahan ke ibukota kecamatan adalah 1,5 km atau sekitar 5 sampai 10
menit waktu tempuh untuk sampai pusat pemerintahan Kecamatan Manggala,
jarak antara kelurahan dengan pusat perbelanjaan (pasar umum) yang ada di
Kelurahan Antang, juga sangat dekat sehingga sangat mempermudah bagi
masyarakat Antang untuk mengakses.
C. Keadaan Sosial
Berdasarkan data kependuduk Kelurahan Antang tahun 2015-2019
tercatat bahwa terdapat sebanyak 10.971 jiwa yang rata-rata jumlah anggota
keluarga dalam (1) rumah tangga adalah 5 orang perkepala rumah tangga.
Jumlah rumah tangga yang ada di kelurahan Antang sebanyak 4.401, berikut
tabel jumlah penduduk kelurahan Antang berdasarkan jenis kelamin:
59
Tabel 4.1. Tabel Jumlah Penduduk Kelurahan Antang Berdasarkan
Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-laki 15.906
2 Perempuan 16.030
Total 31.936
Sumber: Propfil Kelurahan Antang 6 September 2015-2019
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Yang Lahir, Mati, Datang Dan Pindah Di
Kelurahan Antang
Kelurahan Lahir Mati Datang Pindah
Antang 5 46 256 417
Sumber: Propfil Kelurahan Antang 6 September 2015-2019
Berdasarkan presentase jumlah kelahiran dikelurahan Antang berjumlah
lima dan jumlah yang mati 46, pendatang sejumlah 256 dan pindah ataupun
merantau keluar dari kelurahan antang berjumlah 417. Kondisi ekonomi
masyarakat merupakan salah satu indikator yang menjadi tolak ukur
keberhasilan pembangunan dan juga menjadi faktor penentu dalam
menentukan tingkat kesehjahteraan hidup masyarakat dalam suatu wilayah atau
daerah. Berikut tabel mata pencaharian masyarakat kelurahan Antang.
Tabel 4.3 Mata Pencaharian Masyarakat Kelurahan Antang
No Mata Pencaharian Jumlah Persen %
1 Tidak/belum bekerja 8581 77,74%
2 Pertanian, perkebunan 228 2,06%
60
3 Perikanan 11 0,10%
s4 Pertambangan/galian 3 0,02%
5 Industri/pabrik 60 0,54
6 Konstruksi/pembangunan 527 4,77%
7 Perdagangan/jasa (guru, tenaga
kerja,dll)
1288 11,66%
8. Pegawai pemerintah 550 4,08%
Total 31.936 100%
Sumber: Propfil Kelurahan Antang 6 September 2015-2019
Berdasarkan tabel mata pencaharian masyarakat kelurahan Antang bahwa
presentase masyarakat tertinggi yang tidak bekerja atau yang belum bekerja
mencapai 77,74% dari keseluruhan masyarakat kelurahan Antang, sementara
presentase mata pencaharian masyarakat kelurahan Antang yang peling rendah
disektor pertambangan atau galian yang hanya sebanyak 3 orang atau hanya
sebesar 0,02% dari keseluruhan masyarakat kelurahan Antang.
Keberadaan sarana prasarana merupakan penunjang dari pembangunan
suatu wilayah, sarana prasarana yang dimiliki di kelurahan Antang cukup
memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, berikut tabel sarana
prasarana di kelurahan Antang:
Tabel 4.4 Sarana Dan Prasarana Kelurahan Antang
No Sarana dan prasarana Jumlah
1. Mesjid 18
2. Puskesmas 1
3 TK 7
4. SD 10
5. SMP 2
61
6. Perguruan Tinggi 2
7. SMA 2
Sumber: Propfil Kelurahan Antang 6 September 2015-2019
Dalam mempermudah pelayanan masyarakat maka pemerintahan kelurahan
Antang membuat struktur organisasi kelurahan Antang yang di dalamnya
mempunyai bidang-bidang tersendiri pembagian pada bidang merupakan
tujuan pemerintah untuk mempermudah segala aspek dimasyarakat khususnya
masyarakat kelurahan Antang, berikut struktur organisasi kelurahan antang:
Daftar Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kelurahan Antang
Sumber: Propfil Struktur Organisasi Kelurahan Antang. 6 September 2015-2019
62
D. Keadaan Pendidikan
Kemampuan membaca dan menulis merupakan suatu hal yang sangat
penting bagi setiap orang. Untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis
masyarakat maka harus di tunjang dengan sarana dan prasarana pendidikan
yang memadai, seperti adanya sekolah dan juga sekolah yang cukup nyaman
serta tenaga pengajar profesional.
Secara keseluruhan jumlah sarana pendidikan yang ada dikecamatan
Manggala tercatat sebanyak 92 sarana pendidikan yang tersebar diseluruh
wilayah kecamatan Manggala yang meliputi 39 taman kanak-kanak, 30 sekolah
dasar (SD), 11 sekolah menegah pertama (SMP), dan sebanyak 9 sekolah
menegah atas (SMA). Berdasarkan data profil sederhana kelurahan Antang,
bahwa sarana pendidikan di kelurahan Antang seperti tabel di bawah ini:
Tabel 4.5 sarana pendidikan di kelurahan Antang
No. Sarana pendidikan Jumlah
1. Paud 7
2. TK 7
3. SDN 6
4. SDS 4
5. SLTP NEGERI -
6. SLTP SWASTA 2
7. SMA NEGERI 1
8. SMA SWASTA 1
9. UNIVERSITAS 2
Sumber: Propfil Kelurahan Antang 6 September 2015-2019
63
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti lakukan di kelurah Antang
yang merupakan salah satu kelurahan yang ada di kecamatan Manggala,
dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara
dan dokumentasi.
Sebelum menguraikan lebih lanjut atau lebih mendalam tentang degradasi
nilai sosial budaya aksara lontara dikalangan milenial di kelurahan Antang,
maka penulis terlebih dahulu akan menguraikan tentang identitas informan
sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan di lokasi penelitian. Jumlah
informan sejumlah 4 orang yang mengungkap informasi dilapangan. Hal
tersebut dapat dilihat pada tabel jumlah informan berdasarkan umur:
Tabel 5.1
Jumlah Informan Beerdasarkan Umur
No Umur Jumlah presentase%
1.
2.
3.
15-20
35-40
55-60
2
2
1
40%
40%
20%
Jumlah 5 100%
Sumber: hasil data penelitian 2020
Berdasarkan tabel 5.1 di atas diketahui dari 5 informan yang di
wawancarai umur 15-20 sebanyak 40%, umur 35-40 sebanyak 40%, umur 55-
60 sebanyak 20%.
64
Tabel 5.2
Klasifikasi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis kelamin Jumlah
informan
Presentase
%
1. Laki-laki 2 40%
2. Perempuan 3 60%
Jumlah 5 100%
Sumber: hasil data penelitian 2020
Berdasarkan tabel 5.2 di atas diketahui dari 5 informan terlihat bahwa 2
informa (40%) laki-laki dan 3 informa (60%) perempuan. Dari data tersebut
terlihat bahwa informa didominasi oleh perempua hal ini disebabkan
kebanyakan jumlah penduduk perempuan.
Tabel 5.3
Klasifikasi jumlah data berdasarkan pendidikan
No Pendidikan Jumlah Presentase%
1.
2.
3.
SLTA
S1
S2
2
2
1
40%
40%
20%
Jumlah 43 100%
Sumber: hasil data penelitian 2020
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat dari 5 informan dapat dilihat tingkat
pendidikan informan, 40% pendidikan terakhir informa SLTA, 40%
pendidikan terakhir informan S1 dan 20% pendidikan terakhir informan S2.
65
Tabel 5.4
Klasifikasi Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan Jumlah Presentase%
1. Pegawai Negeri 2 40%
2. Ibu Rumah Tangga 1 20%
3. Pelajar 2 40%
Jumlah 5 100%
Sumber: hasil data penelitian 2020
Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat dari 5 informan, diketahui 2 informan
(40%) yang berstatus Pegawai Negeri, 1 informan (20%) berstatus Ibu Rumah
Tangga, 2 informan (40%) berstatus Pelajar. Rumusan masalah dari objek
yang diteliti, yaitu sebagai berikut:
1. Degradasi Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan milenial di
Kelurahan Antang
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan nilai sosial budaya aksara
lontara
Pergesran nilai sosial budaya aksara lontara adalah proses pergeseran
atau perubahan struktur/tatanan di dalam masyarakat, meliputi pola
pikir yang lebih inovatif, sikap serta kehidupan sosialnya untuk
mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat, perubahan yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat, mencangkup perubahan budaya
yang di dalamnya terdapat perubahan nilai-nilai dan tata-tata cara
kehidupan dari tradisional menjadi modern.
66
Perubahan yang terjadi dapat dilihat dari degrdasi makna yang
muncul yang tidak sesuai dengan makna sebelumnya dengan merujuk
pada nilai siri, pacce, sipakatau, reso saat ini yakni dengan menyerap
paham-paham yang berbau kebarat-baratan atau westernisasi, materialisme,
hedonisme,lebih lengkap akan dijelaskan di bawah ini :
1. Modernisme
Bedasarkan hasil observasi yang dilihat dan didengar peneliti
dilapangan, yaitu banyaknya tanggapan masyarakat yang merasakan
bahwa semakain hari masyarakat banyak menerima hal-hal yang
baru apalagi generasi yang melek teknologi khususnya generasi
milenial sangat mudah menyerap hal baru baik dari segi perilaku
sosial yang diterima dimasyarakat misalnya berperilaku modern
Modernisme atau biasa biasa juga disebut juga kekinian. Paham
ini menjadi salah satu dari beberapa paham yang kini menjadi kiblat
bagi para generasi muda. Karena ada anggapan bahwa budaya yang
dianut kini tidak sesuai dengan kondisi yang ada. Berdasarkan data
dokumentasi yang saya peroleh dari jurnalmodernisasi
mempengaruhi perubahan berbagai aspek dalam kehidupan
bermasyarakat mulai dari aspek sosial, ekonomi, politik, dan
perubahan-perubah nilai budaya, sementara menurut EdwadB. Tylor
dalam Yuhasnil (2019: 222) yang secara kompleks mengemukakan
bahwa kebudayaan secara sistematis dan ilmiah kebudayaan
67
merupakan kesenian, moral, hukum, adat istiadat serta kebiasaan
yang didapatkan manusia.
proses modernisasi membuat masyarakat mengalami
transformasi dari masyarakat tradisional kemasyarakat modern,
trasnformasi inilah mengubah cara-cara berperilaku masyarakat yaitu
dari segi budaya masyarakat yang mulai mengikuti budaya orang
barat hal ini dapat dilihat bahwa proses modernisasi ditandai dengan
kuatnya nilai ilmu serta penemuan-penemuan baru sedangkan nilai
agama dan adat istiadat menunjukkan kelemahan, (Rosana,
2011:32). Beberapa pendapat dari hasil wawancara terkait
modernisme/western yaitu:
“Menurut saya sekarang ini memaknai sirri, pacce,
sipakatau,reso itu adalah menjaga perilaku yaa tapi
hanya orang-orang tertentu saja bukan menyeluruh.
Itupun kalau anak itu tumbuh dalam keluarga yang
cukup mendidik tapi adapun anak-anak yang tumbuh
dalam lingkungan modernisasi itu kaya contoh, kata
tabenya itu hilangmi. Iyyenya hilangmi digantimi jadi
yes”( D.1 SLM, WW. SLM.P)
Menurut informan nilai sosial budaya aksara lontara seperti
nilai siri atau malu, pacce rasa hibah, sipakatau saling menghargai,
reso rasa kerja, jadi anak yang berperilaku sopan santun adalah
anak yang dididik dalam kaluarga yang paham akan pentingnya
perilaku sopan santun, dan perilaku sopan santun diajarkan pada
keluarga, keluarga sebagai sebuah lembaga pendidikan yang
pertama dan utama. Menurut Selo Soemarjan dalam jailani (2014:
246), keluarga adalah sebagai kelompok inti, sebab keluarga adalah
masyarakat pendidikan pertama dan bersifat alamiah, dalam
68
keluarga anak dipersiapkan untuk menjalani tingkat-tingkat
perkembangan sebagai bekal ketika memasuki dunia orang dewasa
baik itu bahasa, adat istiadat dan seluruh kebudayaan.
Menurut Ki Hajar Dewantara dalam jailani (2014:248)
menyatakan bahwa alam keluarga bagi setiap orang anak adalah
pendidikan permulaan untuk pertama kalinya orang tua sebagai
penuntun sebagai pengajar, pendidik, yang utama oleh anak jadi jika
anak itu berada pada lingkungan yang mendidik maka anak itu
tumbuh dengan perilaku yang sopan santun membedakan berbicara
kepada orang dewasa dan berbicara pada teman sebayanya
“selebihnya pengaruh tingkat modern, berfokus pada
duniawinya. Contoh didunia sosmed, di dalam FB
suatu tempat misalnya di pamer mengunggah fotonya
yang mengumbar aurat sehingga siri nya dianggap
sepele” ( D.3. WW. SRF.L)
Pernyataan informan diatas yaitu dengan perilaku modernisasi
pada genenerasi melenial, melenial berfokus pada duniawinya
apalagi dengan adanya sosial media, generasi sekarang tidak
menggunakan sosial media sebaik munkin mala sebagian besar
generasi melenial menggunakan sebagai ajang pamer bahkan
adabeberapa orang yang mengumbar auratnya, perkembangan
teknologi yang cukup pesat ini berdampak dengan masyarakat yang
menyalanggunakan teknologi secara sadar atau tidak telah banyak
mengubah pola perilaku, hal inilah kehadiran teknologi dapat
memberikan dampak negatif bagi generasi milenia( Yoga, 2018:30 ).
69
Informan menjelaskan bahwa karena zaman yang semakin
berkembang maka perilaku juga lebih modern seperti halnya kata iye
yang sangat kental digunakan oleh masyarakat Bugis-Makassar
seolah-olah sudah mulai bergeser pada kalangan milenial bahkan
dari kecil diajarkan pekataan iye diubah menjadi yes and no, bahkan
pernyataan informan diatas menganggap bahwa jika perilaku tabe
digunakan diperkotaan sangat aneh rasahnya, padahal perkataan tabe
pada masyarakat Bugis-Makassar adalah bentuk rasa hormat.
2. Materialisme
Materialisme adalah paham yang beriorentasi kepada hal-hal
yang berbau materi, benda, jabatan/status dan lain sebagainya.
Menurut Richin dan Dawson dalam Iqbal (2016) materialisme
sebuah nilai personal yang dimiliki individu yang mengarahkan
orientasi hidupnya pada kepemilikan materi dan menganggap
kepemilikan meteri tersebut sebagai simbol kesuksesan, perilaku
materialisme mengubah pola perilaku serta pola pikir masyarakat
Beberapa ungkapan di bawa merupakan hasil wawancara dengan
beberapa informan terkait materialisme.
“Tapi sekarang dengan fasilitas yang memadai atau yang
cukup mendukunglah, tenaga manusia itu sudah
digantikan dengan mesin. Saya sendiri kalau ada hal-hal
baru pasti harus ikut tren misalnya teknologi baru, model
baju baru yang tren Sehingga mengikuti zaman” (D.2.
WW. HSD. P).
Dapat dilihat pernyataan informan dengan perkemabangan
modernisasi menimbulkan proses materialisme pada masyarakat
70
ungkapan informan sangat jelas bahwa informan mengikuti
perkembangan zaman dan berperilaku materi segala sesuatu yang
baru misalnya dngan model baju baru yang lagi tren ia tidak ingin
ketinggalan dalam teori materialisme sejarah karl max dalam
George Ritzer(2016) ada tiga jenis faktor penyebab perubahan di
tingkat struktural dan individu pada tinkat individu masyarakat
memandang dari segi material jabatan dan materi yang dimilikinya
selalu ingin mendapatkan hal yang dibaru.
“Sekarang harus ada upah, itupun kalau acara
perkawinan kan adami tukang masak yang memasak yang
dikasi upah atau biasa keluarga datang membantu tapi
ada juga upahya dibelikanki dulu baju seragam” ” (D.2.
WW. HSD. P).
Menurut informan generasi milenial sudah jarang yang
namanya saling gotong royong contohnya saja dalam acara
perkawinan sudah banyak yang tidak mau membantu karena berfikir
sudah ada tukang masak yang dibayar, dan sebagian kecil ada yang
membantu tapi mengharap upah, artinya ada perilaku kerja sama
yang kurang pada masyarakat sekarang. Adapun pernyataan
informan sebagai berikut.
“biasa itu para ibu-ibu pengajian satu bulan sekali untuk
pergi menambah ilmu agama tapi, begitumi para saingan-
saingan juga pakaianya, sandalnya, tasnya pokonya mau
tampil cantik, berbelanja untuk tampil yang lebih dari
teman-temanya” (D.5. WW. WY. P).
Dari beberapa ungkapan di atas menunjukkan bahwa
perilaku ibu-ibu atau generasi sekarang bersifat material bahwa
acara pengajian dijadikan ajang pamer dengan materi yang dimiliki
71
entah itu tas, pakaian materi adalah bagian utama yang menjadi
prioritas dalam berperilaku sama halnya yang diungkapkan
informan sebelumnya bahwa generasi sekarang di pengaruhi oleh
perilaku yang modern mementingkan hal yang bersifat kekayaan
sehingga nilai material ini mengubah perilaku generasi milenial .
3. Westernisasi
Westernisasi adalah salah satu usaha meniru gaya hidup orang
barat secra berlebih-lebihan, persoalan wisternisasi merupakan
persoalan yang serius karena menyebabkan persoalan serius karena
menyebabkan perubahan-perubahan nilai-nilai, budaya dan adat
istiadat yang dimiliki oleh suatu suku. Namun, melihat kondisi saat ini
masyarakat atau khususnya generasi milenial sudah mulai mengalami
wisternisasi, beberapa ungkapan hasil wawancara informan:
“Banyaknya pengaruh-pengaruh budaya kapitalis/budaya
barat yang masuk sehingga yang mungkin tidak disaring
untuk dikonsumsi/dipraktekkan dalam kehidupan sehari-
harinya, sehingga hal itu, melunturkan budaya sirri,
pacce, sipakatau,reso itu sendiri. Karena lingkungan
sekarang ini sangatlah mengalami perubahan ” (D.1.
WW. SLM. P).
Penjelasan informan diatas mengungkapkan adanya budaya asing
yang diserap generasi milenial yang dipraktekan dalam kehidupan
sehari-hari membuat budaya aksara lontara itu sendiri mulai luntur,
dampak negatif dari budaya asing terhadap masyarakat sekarang
sudah pada tahap memprihatinkan karena ada kecenderungan para
remaja sudah melupakan budaya nenek moyang kita sendiri, para
72
remaja tidak ingin dikatakan kuno, kampungan, kalangan remaja
sekarang berperilaku ikut-ikutan tanpa selektif pada ajaran nilai-nilai
agama yang dianut (Yuhasnil: 2019). Adapun ungkapan informan
sebagai berikut.
“Remaja sekarang cenderung ke budaya kebarat-baratan,
dimana itu sekarang perempuan yang kita liat dari segi
berpakaian dari segi berperilaku semuanya itu melenceng
dari perilaku siri. Rambut dipirang, baju seharusnya
melewati pusar, celana/rok seharusnya turun ke bawah
malahan dibawa ke paha” (D.2. WW. HSD. P).
Jadi pernyataan informan diatas hampir sama yang menjelaskan
bahwa tata kelaukuan pada generasi sekarang sudah mulai mengikuti
perilaku orang barat yang mengikuti segi berpakaian hal ini diperkuat
dengan penyataan informan dibawah ini, remaja yang mengikuti segi
berpakaian orang barat sehingga ingin dikatakan stailis atau modern.
“diluar sana itu bisa diliat banyakmi yang pamer auratnya
nakesampinkanmi itu malunya untuk bisa dibilang stailis
atau gaya ala-ala modelmi supaya bisa populer, sibuk
semuami sama teknologi sampai-sampai komunikasi itu
jarang. Komunikasi secara langsung itu tidak
dipedulikanmi” (D.4. WW. IFN. P).
4. Hedonisme
Hedonisme adalah paham yang fokusnya hanya pada hal-hal yang
berupa kesenangan, kenyataan, tanpa memikirkan dampaknya. Yang
penting apa yang dilakukan mampu membuatnya bahagia. Dikalangan
remaja atau milenial sebagian besar menghabiskan waktunya ditempat
yang menghibur misalnya saja pusat perbelanjaan, nongkrong di cafe-
cafe, instagramnebel, perilaku yang senang membeli barang-barang
73
yang berharga mahal dan berlomba-lomba mengikuti tren dan gaya
hidup terbaru. Hal ini sama halnya yang diungkapkan informan pada
perilaku materialisme, perilaku materialisme tidak lepas dari perilaku
hedonisme generasi milenial.
2. Bentuk-Bentuk Perubahan Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara
dikalangan milenial di Kelurahan Antang
Menurut Emile Durkheim (2016), adalah perubahan yang terjadi
sebagai hasil dari faktor-faktor ekologis dan demografis, yang mengubah
kehidupan masyarakat dari kondisi tradisional yang diikat solidaritas
mekanisme, kedalam kondisi masyarakat modern yang diikat oleh
solidaritas organistik.
Sebagian masyarakat di era modern seperti sekarang setiap
masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan-perubahan.
Perubahan sosial yang terjadi berlangsung demikian cepatnya, sehingga
membinggungkan manusia yang menghadapinya, perubahan-perubahan
masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-
pola perilaku organisasi, lapisan-lapisan masyarakat, kekuasaan dan
wewenan, iteraksi sosial dan lain sebagainya.
Dengan diakuinya dinamika sebagai inti jiwa masyarakat banyak
sosiolog modern yang mencurahkan perhatiannya pada masalah-masalah
perubahan sosial dan kebudayaan dalam masyarakat. Setiap masyarakat,
pada suatu masa dapat dianggap sebagai masyarakat yang statis,
sedangkan masyarakat yang lain dianggap sebagai masyarakat yang
dinamis.
74
Perubahan-perubahan bukanlah semata-mata berarti suatu kemajuan
(progres) namun dapat pula berarti kemunduran dari bidang-bidang
kehidupan tertentu. Adapun hasil observasi yang dilakukan peneliti di
Kelurahan Antang, yaitu:
“Sangat bergesermi kalau dibilang nilai siri, pacce,
sipakatau, reso saat ini, karena anak mudah khususnya
sekarang ini tidak mengimlementasikanmi nilai-nilai
karakter seperti nilai siri, pacce, sipakatau, reso misalnya
anak perempuan kalau dilarang keluar malam, apalagi
malam minggu pasti tidak mendengar orang tuanya
karena banyakmi contoh kulihat, kalaupun ada yang
mengimplementasikan itupun hanya beberapa orang
saja”(D.1. WW. SLM. P).
Menurut informan nilai-nilai aksara lontara saat ini sudah
mengalami degradasi hal ini ditandai dengan kurangnya
pengemplementasian generasi sekarang seperti yang dikatan
informan diatas bahwa anak-anak sekarang sudah tidak
mendengarkan orang tuanya bahkan ada beberapa yang
mengimplementasikan namun beberapa orang saja, perilaku
generasi sekarang dipengaruhi oleh faktor psikologis, lingkungan
dan biologisnya, jika anak berada pada lingkungan yang
mendidiknya baik maka anak tersebut tumbuh dan besar dengan
perilaku yang diajarkan, begitu pula lingkunganya sama siapa ia
berteman. (Febriyanto dan Fikria: 2012).
“Dilihat-lihat semakin hari perilakunya ini remaja
menghawatirkan kalau kita liat berita adami ditemukan
bayi ditempat sampah, adami geng motor, ada tongmi itu
anak-anak mak lem-lem jadi semakain menghawatirkan
kalau diperhatikan tidak adami rasa siri nya kalau diliat” ”
(D.3. WW. SRF. L).
75
Dari ungkapan di informan atas, melihat bahwa perilaku remaja
sekarang sudah tidak sesuai rusaknya moral generasi sekarang bahkan
menurut informan diberita ditemukan bayi ditempat sampah hal ini
membuat perilaku remaja sekarang tidak sesuai dengan aturan yang ada di
masyarakat bahkan generasi sekarang sudah berani mencoba hal-hal yang
baru dalam bentuk perbuatan negatif contohnya mengisap lem.
“Kalau sekarang ini remaja kurang paham mengenai nilai
siri, pacce, sipakatau, reso jadi naanggap sepeleji perilaku
yang tidak sesuai dimasyarakat” ” (D.3. WW. SRF. L).
Informan mengungkapkan bahwa remaja kurang paham akan nilai-
nilai sosial aksara lontara bahkan sebagian besar generasi
menganggap sepele perilaku sopan santun tersebut. Hal ini
merupakan perilaku perubahan kecil dimana dijelaskan perubahan
yang terjadi pada unsur-unsur yang membawa pengaruh langsung
dan peribuhan kecil ini membawa perilaku yang berkesinambungan.
( Jailani: 2014 )
“Faktor orang tua juga kurang menceritakanki bahwa
nilai sosial aksara lontara seperti siri, pacce, sipakatau,
reso. Palingan diajariki kalau ada tamu tabeki sebatas
ituji, tidak najelaskan kenapa harus tabe dan
sebagainya”(D.4. WW. IFN. L).
Hal yang diungkapkan informan bahwa orang tua kurang
menjelaskan secara detail apa saja nilai-nilai aksara lontara itu dan
mengapa perlu dilakukan informan mengatakan bahwa sebagian
orang tua sekarang hanya mengajarkan mengaplikasikan tata
kelakuan namun tidak menjelaskanya, hal ini sama dengan
penjelasan bahwa orang tua adalag guru pertama dalam kehidupan
anak.
76
“Banyakmi remaja sekarang yang kurang patuh sama orang tuanya
bahkan patoa-toaih.”(D.4. WW.IFN. L).
Sama halnya pernyataan sebelumnya bahwa perilaku remaja
sekarang mulai menyimpang pernyataan informan diatas
mengatakan bahwa anak-anak sekarang sudah tidak patuh dengan
orang tuanya sudah banyak yang tidak berkarakter.generasi milenial
yang acuh terhadap aturan yang ada dimasyarakat, sikap ikut-ikutan
dan terobsesi dengan zaman yang begitu kompleks, kurang
pahamnya akan budaya memiliki pergaulan bebas serta tidak berfikir
rasional. Hal ini dipengaruhi oleh lingungan psikologis, biologis dan
lingkunganya hal ini di perkuat oleh pernyataan informan dibawah
ini
“ yaa kalau pergesersn itu faktor lingkungan biasa diajarkan
sama orang tuanya sopan santun tapi karena samami teman-
temanya yang kelakukanya tidak terdidik akhirnya ikut-ikutan
tongmi ini anak apalagi masa-masa remaja pergaulan salah-
salah”(D.3. WW. SRF. L).
“Dampak negatifnya itu, banyakmi sekarang anak-anak muda
yang tidak berkarakter, dampak dari pergeseran nilai sosial
aksara lontara itu banyakmi kebobrokan karakter yang dianut
oleh anak-anak jaman sekarang yang tidak terkendali
contonya karakter menyontek”(D.1. WW. SLM. P)
77
B. Pembahasan
1. Pergeseran Nilai Sosial Budaya Aksara Lontara Dikalangan milenial
di Kelurahan Antang
Gillin dan Gillin dalam Soekanto (2013: 307) menjelaskan bahwa
perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang diterima,
yang disebabkan oleh perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan
material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi atau
penemuan baru dalam masyarakat. Teori evolusi banyak diilhami oeh
pemikiran darwin yang kemudian dijadikan patokan perubahan oleh
Herbert Spencer selanjutnya dikembangkan oleh Emile Durkheim dan
Ferdinand Tonnies (Soekanto: 2013).
Perubahan sosial yang terjadi pada kehidupan masyarakat saat ini
tidak terlepas dari pengaruh perkembangan zaman pada segala aspek
kehidupan, baik dari segi ekonomi, pendidikan, budaya, hukum, dan lain
sebagainya.Hal ini kemudian menuntut masyarakat untuk mampu
menyesuaikan diri dengan situasi yang berlaku.
a.faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial budaya menurut
Soejono Soekanto (2013: 323). Apabila diteliti lebih mendalam di
masyarakat dapat terjadi perubahan dalam masyarakat, dapat dikatakan
bahwa yang diubah mungkin dengan sadar ataupun tidak sadar, oleh
masyarakat adalah sesuatu yang dianggap sudah tidak memuaskan,
adapun sebab masyarakat tidak puas ataupun masyarakat melakukan
perubahan karena terpaksa untuk menyesuaikan suatu faktor-faktor yang
78
mengalami perubahan, dapat dikatakan sebab-sebab tersebut dapat
berupa dari dalam masyarakat itu sendiri ataupun faktor dari luar
masyarakat atau dari alam sekitarnya, Selo soemarjan dalam (Soekanto:
2013). Sebab-sebab yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri antara
lain:
1) Bertambah atau berkurangnya penduduk, pertambahnya dan
berkurangnya penduduk jumlah penduduk yang setiap tahun
mengalami peningkatan terlihat data dari kelurahan Antang data
jumlah penduduk dari tahun 2015-2019 mencapai 31,936 hal ini
terlihat jumlah penduduk yang lumayan besar hal ini menyebabkan
perubahan struktur masyarakat baik dari sistem lembaga masyarakat,
perekonomian, pendidikan dan lain sebagainya, selain bertambahnya
penduduk terdapat berkurangnya jumlah penduduk hal ini dipengaruhi
oleh jumlah penduduk yang yang pergi atau yang mati terlihat data
lima tahun terakhir jumlah mati 46 orang, jumlah pindah 417.
2) Penemuan-penemuan baru, suatu proses sosial dan kebudayaan yang
besar tetapi terjadi dalam jangka waktu yang tdk terlalu lama inovasi
proses tersebut berupa penemuan-penemuan baru, yang terjadi
dimasyarakat dengan berbagai penemuan baru seperti teknologi
membawa perubahan yang besar pada lingkungan baik dari segi
interaksi ataupun komunikasi, hal-hal yang dekat menjadi jauh hal
yang jauh terasa dekat artinya dengan penemuan teknologi
komunikasi dengan mudahnya menanyakan kabar keluarga yang jauh
namun sayang dengan komunikasi yang canggih yang dekat terasa
79
kurang berkomunikasi dikarenakan sibuknya dengan gedjet yang
digunakan. Kebudayaan baru yang tersebar dimasyarakat, tidak dapat
dipungkiri dizaman globalisasi tidak ada lagi batasan untuk
berinteraksi dan berkomunikasi bahkan mengadopsi budaya-budaya
barat dari luar yang sangat disayangkan generasi milenial mulai
kehilangan jati diri meninggalkan tradisi leluhur suku Bugis-Makassar
seperti budaya siri, pacce, sipakatau, reso.
3) Pertentangan
Di dalam masyarakat juga terdapat perubahan-perubahan sosial
kebudayaan pertentangan tersebut terjadi antar orang perorangan,
kelompok dengan kelompok atau antar generasi, yang terjadi dewasa
ini pada generasi milenial terlihat jelas adanya pertentangan antar
generasi dimana dari masyarakat tradisional ke tahap modern.Dengan
hadirnya teknologi-teknologi yang semakin canggih, membuat
manusia mampu berinteraksi tanpa batasan ruang dan waktu.
Segalanya kemudian diberi kemudahan. Hanya kembali lagi pada
pengguna teknologi, sejatinya teknologi yang hadir merupakan hasil
kreativitas manusia unggulan yang memiliki tujuan untuk
memudahkan manusia dalam segala aspek kehidupan.
generasi muda yang belum terbentuk kepribadiannya, lebih mudah
untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing (misalnya kebudayaan
barat) yang dalam beberapa hal mempunyai taraf yang lebih tinggi,
keadaan tersebut dapat menimbulkan perubahan-perubahan tertentu
80
dalam masyarakat, contohnya dilingkungan remaja pergaulan bebas,
kurangnya pemahaman akan nilai budaya leluhur.
b. Perubahan sosial yang terjadi pada generasi milenial
Generasi milenial yang diiringi dengan kemajuan teknologi ini era
peluang sekaligus tantangan, era tersesebut membawa berkah sekaligus
membawa petaka, era dimana ada kemudahan dan ada resiko, suka
tidak suka mau tidak mau zaman tersebut harus kita lalui dan kita
hadapi oleh karena itu supaya generasi milenial ini tidak terombang
ambing maka harus mempunyai pengangan agar siap menghadapi
zaman tersebut.
Namun dengan hadirnya teknologi banyak kemudian ditemui
individu, kelompok, atau masyarakat yang menyalanggunakan
teknologi tersebut hanya untuk kepentingan pribadi, tanpa berfikir
panjang bahwa tindakan yang dilakukan berdampak terhadap orang lain
artinya ada proses adaptasi manusia dengan kondisi sosial yang dialami.
Hal ini dikemukakan oleh Colifah dan Sugeng (2017) yang terdiri dari
tiga perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, yakni:
1) Perubahan sosial struktural
2) Perubahan sosial pada budaya
3) Perubahan sosial interaksional, di saat proses interaksi sosial
berlangsung
Artinya tindakan yang dilakukan adalah tindakan praktis dalam
menjalankan rutinitas dalam kehidupan sehari-hari. Sama halnya
81
dengan kebudayaan yang ada pada suatu daerah, yakni budaya siri,
pacce, sipakatau, reso yang merupakan nilai sosial budaya aksara
lontara yang menjadi landasan hidup masyarakat Bugis-Makassar.
Nilai dan norma yang terkandung pada budaya sangat sakral,
sehingga ketika nilai dan norma tersebut dilanggar, maka ada saksi
sosial yang didapatkan oleh pelaku tersebut. Tidak jarang didapatkan
pada zaman dulu, pendahulu yang banyak menumpahkan darah karena
harga dirinya sudah dilecehkan ataukah adanya keturunan mappakasi-
siri atau dipakasiri.
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada masyarakat yang
memiliki latar belakang yang berbeda-beda, pemaparan dominan dari
beberapa informan menyatakan hal yang sama terkait adanya degradasi
nilai sosial budaya aksara lontara. Ada beberapa hal yang kemudian
melatar belakangi terjadinya degradasi tersebut yakni dengan
bertambahnya dan berkurangnya penduduk dan adanya penemuan-
penemuan baru sebagai faktor dari dalam.
Selain faktor tersebut ternyata ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pemaknaan generasi milenial terhadap degradasi makna
siri, pacce, sipakatau, reso sebagai nilai sosial budaya aksara lontara
saat ini yaitu adanya usaha untuk menyesuaikan diri dengan kondisi
baru dan sikap terbuka dengan segala hal yang baru, selain itu hal yang
tidak biasa dihindari yakni dengan hadirnya modernisasi.
82
Adapun hasil wawancara dari beberapa informan terkait
pemaknaan mereka mengenai degradasi nilai sosial budaya aksara
lontara dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Konsep diri
2) Konsep perbuatan atau action
3) Konsep objek
4) Konsep interaksi sosial
5) Konsep join action
Konsep “diri” hasil wawancara menunjukkan bahwa informan
memaknai siri, pacce, sipakatau, reso ini berdasarkan proses
pemaknaan yang berasal dari dirinya, sebagai makhluk yang sadar
akan situasi yang dialami, baik dari dalam maupun dari luar. Jadi tidak
dipungkiri antara generasi saat ini dengan generasi sebelumnya
memiliki perbedaan dalam memaknai budaya siri, pacce, sipakatau,
reso saat ini, yang nampak melalui karakter dalam masyarakat, baik
itu cara berfikir, berbicara, berbicara, berpakaian dan berperilaku.
Konsep perbuatan “action”.Pemaknaan mereka terkait nilai sosial
budaya seperti siri, pacce, sipakatau, reso dikalangan milenial ini
mengalami degradasi terlihat melalui karakter yang mereka bangun dan
pandangan masyarakat terhadap kalangan milenial, dalam kehidupan
sehari-hari, baik di lingkungan formal dan non formal. Berdasarkan
pemaknaan tersebut, dominan tindakan mereka didasari oleh mayoritas
masyarakat yang melakukan hal yang sama, diantaranya adalah dengan
83
menyerap nilai-nilai yang terkandung pada paham moderisme
(western), materialisme, pragmatisme, hedonisme, sekularisme dan
etnosentrisme.
Sedangkan dampak dari terserapnya paham-paham ini muncul
karakter berbohong, bersikap individual, penempatan rasa malu yang
bukan pada tempatnya, dan adanya pemahaman minim terkait budaya
tersebut serta kurangnya pengaplikasian, jadi tindakan mereka saat ini
adalah tindakan yang mereka lakukan berdasarkan tindakan yang ada
dilingkunganya yang sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari
yang digunakan dalam masyarakat saat ini.
Konsep objek, dari hasil penelitian, objek yang ada berdasarkan
kontruksi masyarakat saat ini terkait nilai sosial budaya aksara lontara
dikalangan milenial seperti siri, pacce, sipakatau, reso bahwa budaya
ini kemudian hanya budaya sebagian masyarakat yang menganutnya,
karena situasi yang mereka rasakan saat ini, banyak kalangan milenial
yang berasal dari suku Bugis-Makassar, tapi melihat dari cara mereka
berbicara, bertindak atau berkarakter yang mereka gunakan dalam
kehidupan sehari-hari tidak mencerminkan bahwa mereka adalah
generasi muda Bugis-Makassar.
Konsep interaksi sosial.Pemaknaan masyarakat saat ini terkait
degradasi makna siri, pacce, sipakatau, reso tidak terlepas dari hasil
interaksi mereka terhadap situasi lingkungan dan masyarakat yang
mereka tempati.Hal ini dikatakan dominan informan bahwa ada rasa
84
saling menghargai dimasyarakat namun pengaplikasian pada generasi
milenial ini kurang, tidak jarang generasi milenial saat ini yang
karakternya tidak mencerminkan nilai sosial budaya aksara lontara.
Konsep join action, alhasil sebagian besar generasi milenial yang
sudah mulai bobrok karakternya. Mereka bertindak semaunya tanpa
memikirkan dampaknya, tanpa memikirkan orang lain, sementara kita
ketahui bahwa manusia adalah makhluk sosial artinya ketika tidak ada
tindakan yang kemudian dibudayakan oleh beberapa individu itu akan
mempengaruhi individu yang lainya, sehingga masyarakat melakukan
hal yang sama. Sama halnya jika mayoritas tidak terdapat lagi nilai siri,
pacce, sipakatau, reso pada generasi milenial seperti berbohong tidak
menghargai orang lain dan bersikap malas-malasan maka hal ini dapat
dilakukan oleh individu yang lain.
Jadi suatu masyarakat pada masa tertentu bentuknya sangat
sederhana, tetapi seiring dengan perkembangan zaman masyarakat
berubah menjadi lebih kompleks dan maju. Tahapan perubahan itu
berlangsung secara siklus yang berulang-ulang sebagaimana tampak
pada perubahan sosial budaya aksara lontara pada generasi milenial
Bugis-Makassar yang perlahan-lahan nilai aksara lontara yang
dijunjung tinggi oleh masyarakat Bugis-Makassar mulai mengalami
kemunduran berdasarkan hasil observasi dan wawancara orang tua
melihat betul dan merasakan perubahan yang sang sangat siknifikan
pada generasi sekarang, dalam kehidupan sosial budaya masyarakat
85
tersebut cenderung untuk mengadakan perubahan menyesuaikan
dengan keperluan, keadaan, dan kondisi yang baru yang timbul sejalan
dengan lingkungan di masyarakat.
86
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Hasil Penelitian
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari degradasi nilai sosial budaya
aksara lontara dikalangan milenial di Kelurahan Antang dari hasil observasi
dan wawancara informan minoritas generasi milenial yang ada di Kelurahan
Antang mulai melupakan budaya siri, pacce, sipakatau, reso ini dengan
berperilaku tidak sesuai dengan nilai yang terkandung pada budaya tersebut
lebih mengaplikasikan nilai dari paham-paham ini, modernisme, materialisme,
hedonismedalam kehidupan bermasyarakat.
Peneliti mengambil objek kajian di kelurahan Antang mengenai degradasi
nilai sosial budaya karena keprihatinan peneliti melihat budaya Bugis-
Makassar sudah mulai mengalami pergeseran dari hakikat sebelumnya
bagaimana peneliti melihat realita tersebut yang terjadi pada kalangan milenial
sekarang ini. Yang menjadi perhatian peneliti
Bentuk-bentuk perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat dapat
beberapa bentuk, yaitu perubahan evolusi dan perubahan revolusi, perubahan
tak direnscanakan dan perubahan direncanakan. Perubahan yang direncanakan
adalah perubahan yang diinginkan masyarakat terhadap linkunganya,
sedangkan perubahan yang tidak direncanakan adalah perubahan yang tidak
diinginkan misalnya saja bencana alam, sedangkan perubahan evolusi adalah
perubahan sosial yang terjadi dalam waktu yang lambat sehingga sering kali
87
tidak disadari yaitu perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat
modern.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, adapun beberapa saran sebagai
pertimbangan dari penelitian degradasi nilai sosial budaya aksara lontara
dikalangan milenial yakni:
1. Untuk generasi milenial, harus tahu potensi dan peranan sebagai generasi
penerus yang harus membudayakan mensosialisasikan nilai pada budaya
aksara lontara seperti siri, pacce, sipakatau, reso. Sebagai seorang generasi
perubahan mampu mengontrol tingkah laku yang sesuai dengan adat dan
norma yang berlaku.
2. Untuk orang tua, tetap mengontrol tingkah laku anak dengan sering
berkomunikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Mampu
memberikan pemahaman akan nilai sosial aksara lontara dan memberikan
contoh yang sesuai dengan nilai yang terkandung pada budaya siri, pacce,
sipakatau, reso.
3. Untuk para pendidik, mampu memberikan pendidikan formal yang
dilengkapi dengan unsur budaya lokal dan religi.
88
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Afrizal.2014. Metode Penelitan Kualitatif Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan
Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Badan Pusat Statistik. 2018. Profil Generasi Milenial Indonesia. Kementrian
Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak. Jakarta.
Indrawin Dan Irwan. Strategi Dan Perubahan Sosial. Sleman: Deepublish.
Maran.Rafael Raga.2007.Manusia Dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu
Budaya Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Nata, A. 2016. Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an. Catakan Pertama. Edisi
Pertama. Jakarta: Prenadamedia Group.
Nursalam dan Suardi. 2016. Sosiologi Pengantar Masyarakat Indonesia. Cetakan
Pertama. Yogyakarta: Writing Revolution.
Prastowo, Andi. 2014. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Peneitian. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Ritser, G. 2016. Teori Sosiologi. Bantul: Kreasi Wacana
Sarinah. 2019. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Cetakan Pertama. Sleman: Deepublish.
Setiadi, E, M. 2017. Ilmu Social Dan Budaya Dasar.Cetakan Ke-13. Jakarta.
Kencana.
Soekanto,S, Budi. 2014. Sosiologi Suatu Pengantar. Edsis Ke-42. PT. Jakarta:
Raja Press.
Sugiyono.2013. Metode Penelitia Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alvabeta.
Sztompka Piotr. 2011. Sosiolgi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media Group
Yunus dan Fadli. S. 2020. Pluralisme Dalam Bingkai Budaya. Yogyakarta:
Bintang Pustaka Madani
Jurnal
Ahmad, A. A. 2014. MelestarikanBudayaTulisNusantara :KajianTentang Aksara
Lontara.http://jurnal.unipasby.ac.id/index.php/jurnal_budayanusantara/ar
ticle/view/416.27 April 2020. (15.50).
89
Aisah. S. 2015. Nilai-Nilai Sosial Yang Terkandung Dalam Cerita Rakyat “ENCE
SULAIMAN” Pada Masyarakat Tomia. Jurnal Humanika. 3(15).
Cholifah.S. dan Harianto Sugeng. 2014. Perubahan Sosial Masyarakat Desa
Jamprong Pasca Pendirian SMP Satu Tap. Jurnal UNES. 5(3): 1-9.
Fauzi. 2018. Peran Pendidikan Dalam Transformasi Nilai Budaya Lokal Di Era
Milenial. Jurnal Agama Islam. 23(1): 50-55.
Febriyanto,Y dan Fikriyah,S. 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
merokok pada mahasiswa laki-laki di asrama putra. Jurnal STIKES. 5(1).
Ghazzali, E. 2017. Sosialisasi Nilai-Nilai Akhlak Melalui Film “Ada Surga Di
Rumahmu”. Jurnal Studi Al-Qur’an Membangun Tradisi Berfikir Qur’an.
13(2)180-185.
Hidayat, S. 2016. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Qs.Al Bagarah. Jurnal
Pendidikan. 8(1): 73-87.
Hidayatullah. S,dkk. 2018. Perilaku Generasi Milenial Dalam Menggunakan
Aplikasi Go-Food. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. 6(2): 240-249.
Jailani, M. S. 2014. Teori Pendidikan Keluarga Dan Tanggung Jawab Orang Tua
Dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Islam. 8(2)
Khadijah, C. D. 2018. Transformasi Perpustakaan Untuk Generasi Millenial
Menuju Revolusi Industri 4.0. Jurnal Iqra. 12(2): 59-78.
Khakim, A, Miftahul. M. 2017. Nilai-Nilai Pendidikan Anti Nkorupsi Dalam
Pendidikan Agama Islam, Jurnal Kajian Islam. 2(2): 104-123.
Machmud.S. 2015. Analisis Nilai Spiritual Dalam Novel Haji Backpacker Aguk
Irawan. Jurnal Humanika. 3(15).
Muslich.A. 2018. Nilai-Nilai Filosofis Masyarakat Jawa Dalam Konteks
Pendidikan Karakter Di Era Milenial. Jurnal AL-ASASIYYA: Journal Basic
Of Education. 2(2): 65-70.
Muthohar,S. 2013, Antisipasi Degradasi Moral Di Era Global. Jurnal Pendidikan
Islam. 7(2) 322-326.
Nurmalina. 2016. Basiacoung Masyarakat Kualu Nenas Kabupaten Kampar
Provinsi Riau (Fungsi Sosial Dan Nilai-Nilai Budaya). Jurnal Paud
Tambusai. 2(2): 42-43.
Pujihastuti,I. 2010. Prinsip Penulisan Kuesioner Penelitian. Jurnal Agribisnis Dan
Pengembangan Wilayah. 2(1).
Putra,Y,S. 2016. Teori Perbedaan Generasi. Jurnal Theoritical Rieview. 9(18).
90
Rismawati. 2014. Tradisi Songkabala di Kecamatan Sanrobone Kabupaten
Takalar (Sesuatu Kajian Sosio-Kultural). Jurnal Rihlan. 2(1)
Rosana, E. 2011. Modernisasi dan Perubahan. Jurnal TAPIS. 7(12)
S.Yoga, S. 2018. Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia dan
Perkembangan Teknologi. Jurnal Al-Bayan. 24(1)
Sanuri. 2018. Demokratisasi Dan Humanisasi Pendidikan Relevansinya Dengan
Pendidikan Islam, Jurnal I’TBAR. 5(10): 49-55.
Sitanggang.Nick.2016.Aplikasi Edukasi Budaya Toba Samosir Berbasis Android.
Jurnal Teknik Invormatika. 9(1).
Sumarwiyah, dkk. 2018. Self Regulation Siswa di Era Globalisasi Refleksi Bagi
Generasi Milenials. Jurnal Prakarsa Paedagogi. 1(2): 220-225.
Syarif, E.dkk. 2016. Integrasi Nilai Budaya Etnis Bugis Makassar Dalam Proses
Pembelajaran Sebagai Salah Satu Strategi Menghadapi Era Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA). Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS 1(1):
13-20.
Wangi, A, S.dkk.2017. Game Onet ABC (Anak Baik Dan Cerdas) Animasi Game
Kekinian Sebagai Upaya Megatasi Degradasi Moral Pada Anak. Jurnal
Penelitian dan Penalaran. 4(2): 742-745.
Wibawanto.S. 2016. Gaya Hidup Hedonisme Terhadap Perilaku Pembelian di
Pasar Modern. Jurnal Fokus Bisnis. 15(1).
Widiansyah.S dan Hamzah. 2018. Dampak Perubahan Global Terhadap Nilai-
Nilai Budaya Local Dan Nasional ( Kasus Pada Masyarakat Bugis-
Makassar ). Jurnal Hermeneutika. 4(1): 34-41.
Yuhasnil. 2019. Perubahan Nilai-Nilai Budaya Dalam Medernisasi di Indonesia.
Jurnal Pendidikan Islam. xii(2)
Yulianti.N,dkk. 2016. Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Dalam Rangka
Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Siswa Untuk Menjadi Warga Negara
Yang Baik di SMA Korpri Banjar Masin. Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan. 6(11): 963-970.
Website
BadanPusatStatistik.2015. Mengulik Data Suku di
Indonesia.https://www.bps.go.id/news/2015/11/18/127/mengulik-data-
suku-di-indonesia.html. 29April 2020 (19.20)
Jayadi, K. 2014. KebudayaanLokalSebagaiSumberInspirasi :Tinjaun Antropologi
Visual PadaPelukis di Kota Makassar.http://eprints.unm.ac.id/id/eprint/1782.2
April 2020 .(13.40)
91
Munawar, R. A. 2012. Komparasi Lontara PananrangdenganPendapat Imam
Ja’far al ShadiqTentang Hari Baikdan Hari Nahas.http://achmadsurya.id
1945.com/wp-content/uploads/2013/07/10-komparasi-lontara
pananrang.pdf.2 April 2020. (13.50).
Skripsi
Iqbal,M. 2016. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Hidup Meterialistik Pada
Masyarakat Padang Pariaman. Skirpsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas
Psikologi. Universitas Syarif Hidayatullah. Jakarta
Khatimah, K. 2012. “Pengamalan Nilai Sikapakatau, Sipakalebbi, Sipakainge Di
Lingkungan Forum Komunitas Mahasiswa Bone Yogyakarta (FKMB-Y).
Fakultas Adat Dan Ilmu Budaya. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Yogyakarta
92
LAMPIRAN
93
LAMPIRAN I
PEDOMAN WAWANCARA
BIODATA INFORMAN
94
PEDOMAN WAWANCARA
BIODATA INFORMAN
Nama:
Tempat Tanggal Lahir:
Alamat:
Pekerjaan:
PEDOMAN WAWANCARA
1. Menurut Bapak/Ibu/Sdr apa yang anda pahami mengenai nilai sosial budaya
aksara lontara seperti nilai pacce, sipakatau, reso?
2. Menurut Bapak/Ibu/Sdr nilai apa saja yang terkanduk pada nilai sosial budaya
aksara lontara?
3. Menurut Bapak/Ibu/Sdr ibu adakah pergeseran makna nilai sosial budaya
aksara lontara pada saat ini khusnya pada generasi milenial, kalau ada mohon
jelaskan?
4. Menurut Bapak/Ibu/Sdr apa faktor yang mempengaruhi terjadinya pergeseran
nilai sosial aksara lontara seperti sekarang ini?
5. Menurut Bapak/Ibu/Sdr bagaimana anda memaknai nilai siri,pacce, sipakatau,
reso saat ini pada generasi milenial yang mengalami degradasi?
6. Menurut Bapak/Ibu/Sdr budaya siri,pacce, sipakatau, reso?
7. Menurut Bapak/Ibu/Sdr apa dampak yang anda rasakan akibat pergeseran
makna nilai sosial budaya aksara lontara saat ini?
95
POIN-POIN PERTANYAAN RUMUSAN MASALAH
Rumusan Masalah Pertama
1. Bagaimana pergeseran nilai sosial budaya aksara lontara dikalangan milenial
seperti nilai siri, pacce, sipakatau, reso dikelurahan Antang?
a. Menurut Bapak/Ibu/Sdr apa yang dimaksud nilai sosial budaya aksara
lontara seperti nilai siri, pacce, sipakatau, reso?
b. Menurut Bapak/Ibu/Sdr apa faktor yang mempengaruhi terjadinya degradasi
sosial atau pergeseran nilai sosial aksara lontara seperti sekarang ini?
c. Menurut Bapak/Ibu/Sdr adakah pergeseran nilai sosial budaya aksara
lontara pada saat ini khususnya pada generasi milenial kalau ada mohon
jelaskan?
d. Menurut Bapak/Ibu/Sdr apa yang anda rasakan akibat pergeseran makna
nilai sosial budaya aksara lontara saat ini?
2. Apa sajakah bentuk-bentuk perubahan nilai sosial budaya aksara lontara?
a. Bagaimana Bapak/Ibu/Sdr memaknai nilai siri, pacce, sipakatau, reso saat
ini pada generasi milenial yang mengalami degradasi?
b. Menurut Bapak/Ibu/Sdr pentingkah budaya siri, pacce, sipakatau, reso?
c. Nilai apa sajakah yang terkandung pada nilai sosial budaya aksara lontara?
96
BIODATA INFORMAN
1. Nama : Ibu SLM
Tempat Tanggal Lahir : Ujung Pandang 17 Februari 1977
Alamat :Jl. Antang Raya, RW.5/RT.C No.20
Pekerjaan :Guru
2. Nama : Ibu HSD
Tempat Tanggal Lahir : Ujung pandang 6 Agustus 1958
Alamat : Jl. Antang Rayan, Rw. 5/RT.D No 10
Pekerjaan : IRT/Pensiunan
3. Nama : SYR
Tempat Tanggal Lahir : Ujung Pandang 3 Mei 1962
Alamat : Jl. Antang Raya, Rw. 3/ RT. D No 16
Pekerjaan : PNS
4.Nama : MRF
Tempat Tanggal Lahir : Makassar 12 November1998
Alamat : Jl. Antang Raya
Pekerjaan : Mahasiswa
5.Nama : WY
Tempat Tanggal Lahir : Makassar 21 Juli 1998
Alamat : Jl. Antang Raya/ Lorong Bunggung Lompoa
Pekerjaan : Mahasiswa
97
LAMPIRAN II
VERBATIM WAWANCARA, OBSERVASI
DAN DOKUMENTASI
98
Informan SYR
Pertanyaan Rabu 16 Sep
2020/14:30
Kamis 22 Oktober
2020/16:25
Jumat 23 Oktober
2020/18:15
Menurut bapak apa
yang dimaksud nilai
sosial budaya aksara
lontara seperti nilai
siri, pacce, sipakatau,
reso?
Oh iye pertanyaan
selanjutnya, menurut
bapak nilai apa saja
yang terkandung pada
nilai sosial budaya
Setau saya siri,
pacce, sipakatau,
reso itu semua tata
kelakuan yang
diajarkanki nenek-
nenek
turioloasingkamma
pacce, pacceki
punna a’ciniki tau
kamase-mase.
Sekarang Itu orang
nasalah artikan itu
yang dibilang siri
berperilaku tidak
sesuai. Contohnya
yang pernah terjadi
salah satu
masyarakat laki-laki
rela mau baku bunuh
demi napaentengi
siri na tidak mau
dibilang pacceih
mau juga dibilang
orang hebat padahal
bisa diselesaikan
baik-baik padahal
salah ini. Maknanya
siri kalau
Nilai sipaka dipaka
bajik tena nacaritaki
tawwa
Sipanggasengangku
singkammaji subanggi
kujelaskanga injomi
rikana siri,pacce,
sipakatau, reso sikuntu
tata kelakuan
diajarkanki nenek
moyangta riolo
singkamma pacceki
punna akcciniki tau
kamase-mase,
singkamma kamma-
kamma anne nasalah
artikanmi dikana siri
berperilaku tdk sesuai,
singkamanji antu
kutaeng ka enjo tongji
kukana subanggi
Nilai sipaka
dipakabajiki battu ri
rupa tau ah
Singkammaji
kapang antuk
jawabangku
subanggi
Sikkammatongji
antu jawabangku
subanggi,
singkamma nilai
yang sipakabajiki
tawwa
99
aksara lontara?
Pertanyaan ke-3,
menurut bapak adakah
pergeseran makna
nilai sosial budaya
aksara lontara pada
saat ini khusnya pada
generasi milenial,
kalau ada mohon
jelaskan?
Pertanyaan ke-4.
Menurut bapak apa
faktor yang
mempengaruhi
terjadinya pergeseran
nilai sosial aksara
lontara seperti
sekarang ini?
Pertanyaan ke-5,
bagaimana bapak
Dilihat-lihat semakin
hari perilakunya ini
remaja
menghawatirkan
kalau kita liat berita
adami ditemukan
bayi ditempat
sampah, adami geng
motor, ada tongmi
itu anak-anak mak
lem-lem jadi
semakin
menghawatirkan
kalau diperhatikan
tidak adami rasa siri
na kalau diliat.
Yaa kalau
pergeseranya itu
faktor linkungan
biasa diajarkan sama
orang tuanya sopan
santun tapi karena
samami teman-
temanya yang
kelakuanya tidak
terdidik akhirnya
ikut-ikutan tongmi
ini anak apalagi
masa-masa remaja
pergaulan salah-
salah
Kalau sekarang ini
remaja kurang
paham mengenai
Iye sinngkammaji
kutaeng kukanayya
subanggi, pergeseran
budaya lontara saat ini
anak-anak banyak
yang tidak mengerti
Kalau menurut saya
kebanyakan faktor
lingkungan ya kalau
diajarki sama orang
tuanya sopan santun
tapi karena banyak
perilakunya teman-
temanya tidak terdidik
akhirnya ikut-ikutan
tongmi kammanjo
Punna kamma-kamma
anne remajayya
kurang pahangi anjo
kana nilai siri, pacce,
Ajjomi sanna jaina
pergeseranga
kamma-kamm anne
anak-anak
remajanya jaimi
ngisok-ngisok lem,
niak tonmi
akbusur-busur
Sebernanya itu
pengarung
lingkungan, turuk-
turukangi
rianganna tenayya
sipak-sipak bajikna
dan kuranggi tong
nilai-nilai
agamanya tenamo
bajik sipakna
Singkammaji
kutaeng
subbangiya punna
kamma-kamma
100
memaknai nilai siri,
pacce, sipakatau, reso
saat ini pada generasi
milenial yang
mengalami degradasi?
Pertanyaan ke-6
menurut anda
pentingkah budaya
siri, pacce, sipakatau,
reso?
Pertanyaan ke-7, apa
dampak yang anda
rasakan akibat
pergeseran makna
nilai sosial budaya
aksara lontara saat
ini?
nilai siri, pacce,
sipakatau, reso jadi
naanggap sepeleji
perilaku yang tidak
sesuai yang
dimasyarakat.
Penting sekali itu
kalau sekarang itu
masi kental nilai siri,
pacce, sipakatau,
reso maka tentram
sekali di masyarakat
nilai kerja samanya,
menjunjung tinggi
aturan-aturan.
Seperti dulu itu
tentram sekali
masyarakat antang,
rama-rama kalau
sekarang itu adami
yang cepat
tersinggung,
jarangmi komunikasi
juga.
Dampak negatifnya
itu selebihnya
pengaruh tingkat
modern, berfokus
pada duniawinya.
Contoh didunia
sosmed, di dalam FB
mengunggah fotonya
yang mengumbar
aurat sehingga siri
nya dianggap sepele,
sipakatau, reso jadi
naanggap sepeleih
perilaku tidak sesuai
dimasyarakatka injoji
kapang kutaeng
Penting skali itu,
punna dipakaeh di
masyarakaka nilai
pacce, sipakatau, reso
tentram sikalimi antuk
masyarakatka seperti
nilai kerja sama,
menjujung tinggi
aturan-aturan tentram
sekali masyarakat
antang, rama-rama
kalau sekarang ada
tongmi yang cepat
tersinggung jarang
tonmi komunikasi
juga
Dampak negatifnya itu
dalam bentuk
modernisasi fokusnya
pada duniawinya,
yang fb misalnya
mengunggah foto-foto
yang mengumbar
aurat dan bergaya
modern sehingga
budaya itu dianggap
sepelemi
anne remajayya
kurang pahangi
anjo kana nilai siri,
pacce, sipakatau,
reso jadi perlu
disare papilajarang
terutama itu peran
keluarga dan
agama
Penting sekali injo
dikannayya nilai
siri, pacce,
sipakatau, reso
penting sekali
dalam tatanan
masyarakatta anjo
supayya
dipakabajiki
singkamma rupa
tauah
Jaitonji kurasakan
jaimi anak-anak
burakneta sipak-
sipakna tena naba-
naba terutama
masalah sosmed ini
berpengaruh sekali
101
selebihnya pengaruh
tingkat modern,
berfokus pada
duniawinya. Contoh
didunia sosmed, di
dalam FB
mengunggah fotonya
yang mengumbar
aurat sehingga siri
nya dianggap sepele
102
Informan HSD
Pertanyaan Senin 14
september 2020/
14:30
Kamis 22 oktober
2020/16:45
Jumat 23 oktober
2020/8:45
Menurut ibu apa
yang dimaksud nilai
sosial budaya aksara
lontara seperti nilai
siri, pacce,
sipakatau, reso?
Oh iye pertanyaan
selanjutnya, menurut
ibu nilai apa saja
yang terkanduk pada
nilai sosial budaya
aksara lontara?
Pertanyaan ke-3,
menurutibu adakah
Siri artinyarasa
malu , pacce itu
rasa simpati,
sipakatau rasa
menghargai dan
reso rasa kerja
keras. Contohnya
rasa menghargai
orang yang lebih
tua bersifat sopan
santun, tata kerama
yang baik, perilaku
kerja keras
misalnya itu
berusaha mencari
kerja tidak
bermalas-malasan.
Nilai yang
terkandung dalam
masyarakat
misalnya nak,
mengajarkan
perilaku malu,
jujur, menghargai
misalnya rasa kerja
keras kalau orang
makassar
nattaggalaki kana-
kananna tau toanna
Ada pergeseran
Jadi Siri artinya
rasa malu , pacce
itu rasa simpati,
sipakatau rasa
menghargai dan
reso rasa kerja
keras dan berusaha
mencari kerja dan
tidak bermalas-
malasan
Nilai yang
terkandung dalam
masyarakat
misalnya nak,
mengajarkan
perilaku malu,
jujur, menghargai
misalnya rasa kerja
keras kalau orang
makassar
nattaggalaki kana-
kananna tau toanna
Kalau pergeseranya
Samaji itu
jawabanku yang
kemarin dengan
jawaban yang sama
Misalnya
berperilaku malu,
jujur, menghargai
orang lain ya
samaji yang
kemarin
103
pergeseran makna
nilai sosial budaya
aksara lontara pada
saat ini khusnya
pada generasi
milenial, kalau ada
mohon jelaskan?
Pertanyaan ke-4.
Menurut ibu apa
faktor yang
mempengaruhi
terjadinya
pergeseran nilai
sosial aksara lontara
seperti sekarang ini?
kalau sekarang
dilihat nilai pacce
sangat
memprihatinkan
misalnya acara
orang kawin
jarangmi pergi
membantu-bantu
harus ada upa
itupun kalau acara
perkawinan
keluarga datang
membantu tapi ada
juga upahnya
dibelikan juga baju
seragam dan
remaja sekarang
cenderung
kebudaya kebarat-
baratan dan
melencengmi dari
perilaku siri
Faktor yang
mempengaruhi
terjadinya
pengeseran nilai
aksara lontara itu
perkembangan
globalisasi,
kecanggihan
teknologi yang
tidak bisa
dipungkiri nilai-
nilai dari luar tidak
sesuai dengan nilai-
nilai yang
diterapkan
sekarang pada
generasi milenial,
contohnya pada
masyarakat atau
generasi milenial
kalau ketemu
sekarang nilai
pacce sangat
memprihatinkan
misalnya ya kaya
kemarinji kubilang
kalau ada acara
perkawinan
jarangmi pergi
itupun kalau ada
adapi baju seragam
dibelikan atau upah
Faktor yang
mempengaruhi itu
akibat kemajuan
globalisasi
kecanggihan
teknologi tidak bisa
dipungkiri nilai-
nilai dari luar tidak
lagi disaring dan
tidak sesuai dengan
budayata jadi itumi
yang
mempengaruhi
faktornya
Yaa contohnya itu
seperti yang
kemarin kubilang
Faktor yang
mempengaruhi itu
akibat kemajuan
globalisasi
kecanggihan
teknologi yang
banyak
mempengaruhi
104
Pertanyaan ke-5,
bagaimana
ibumemaknai nilai
siri, pacce,
sipakatau, reso saat
ini pada generasi
milenial yang
mengalami
degradasi?
Pertanyaan ke-6
menurut ibu
pentingkah budaya
siri, pacce,
sipakatau, reso?
Pertanyaan ke-7, apa
dampak yang ibu
rasakan akibat
pergeseran makna
nilai sosial budaya
aksara lontara saat
malumi
menggunakan
dialek aksara
aksara lontara
Kalau nilai siri,
pacce, sipakatau,
reso kurangmi
penerapanya
sekarang ini
seharusnya tidak
malu dengan
budayata, kenapa
kita harus ikuti
budayanya orang
lain, ada budayata
yang lebih unik dan
lebih baik
Penting sekali,
harus memang di
didik anak-anak
dari moralnya
misalnya kalau
anak kecil lewat
didepan orang
dewasa diajarkan
menundukkan
badan kalau tidak
diajarkan naanggap
sepele nantinya
anak-anak
Kalau dampak
yang saya rasakan
sunggunh luar
biasa tidak sesuai
dengan nilai sosial
budaya aksara
lontara generasi
sekarang
seenaknya kalau
berbicara tanpa
Menurut pribadi
saya Kalau nilai
siri, pacce,
sipakatau, reso
kurangmi
penerapanya
seharusnya tidak
malu dengan
budayata padahal
budayata lebih baik
dari pada budaya
dari luar
Penting sekali
karena harus
dididik anak-anak
supaya kelak nanti
kalau besar anak
diajarkan kalau
lewat didepan
orang dewasa harus
mengatakan tabe
dulu
Kalau dampak
yang saya rasakan
mungkin seperti
yang kemarin saya
katakan
Kurangpi
penerapanya
banyakmi anak-
anak yang tidak
menjalankan
budayata bahkan
malu dengan
budaya
Penting sekali
diterapkan di anak-
anak karena
sekarang anak-anak
tidak adami rasa
sopan santunya
seharusnya
diajarkan sejak
kecil tiap kali jalan
didepan orang
dwasa tabe dulu
Kalau dampaknya
itu anak-anak
kurang sopanmi
bahkan saling
sindir menyidir
kalau ada
masalahnya
105
ini?
memikirkan orang
lain apalagi pada
sosial media tidak
hanya memiliki
dampak positif
biasa fb dipakai
saling bertengkar,
sindir menyindir
tapi ada juga
dampak positifnya
fasilitas memadai
dan mendukung
tenaga manusia
digantikan oleh
mesin sehingga
dimudahkan
106
INFORMAN M.IFN
Pertanyaan Kamis 17
september 2020/
10:15
Jumat 23 oktober
2020/ 18:00
Sabtu 24 oktober
2020/9:20
Menurut ade
apa yang
dimaksud nilai
sosial budaya
aksara lontara
seperti nilai
siri, pacce,
sipakatau,
reso?
Oh iye
pertanyaan
selanjutnya,
menurut ade
nilai apa saja
yang terkanduk
pada nilai
sosial budaya
aksara lontara?
Pertanyaan ke-
3, menurutibu
adakah
pergeseran
makna nilai
sosial budaya
aksara lontara
pada saat ini
khusnya pada
generasi
Setau saya itu kak
siri itu tidak bikin
malu, pacce pedih
rasanya, sipakatau
sama reso itu
kurang pahamka
Nilai yang
terkandung itu
seperti saling
menghargai kak
Ada pergeseran
sesuai dengan
pergeseran zaman,
kuliat-liat di
sosmed nda seperti
cara pemakaian
yang sebenarnya,
biasa diliat orang
pakai jilbabki tapi
seringji juga
naumbar auratnya,
saya juga sebagai
generasi milenial
bisa dibilang
kurang pahamka
Menurutku kaya
kemariji siri itu
tidak bikin malu,
pacce pedih
rasanya, sipakatau
sama reso itu
kurang pahamka
Mungkin seperti
saling menghargai
Sesuai dengan
perkembanganya
kalu diliat-liat
disosmed orang
pakai jilbab tapi
seringji juga
naumbar auratnya
saya juga sebagai
generasi milenial
kurang pahamka
mengenai nilai-nilai
aksra lontara, diluar
sana saja
naskesampingkanmi
malunya demi
bergaya satilis atau
Samaji yang
sebelumnya
diwawancaraika
kemariji siri itu
tidak bikin malu,
pacce pedih
rasanya, sipakatau
sama reso itu
kurang pahamka
Seperti saling
menghargai
Jelas sekali ada
seperti penggunaan
sosmed orang
pakai jilbab tapi
seringji juga
nauumbar auratnya
saya juga sebagai
generasi milenial
kurang pahamka
mengenai nilai-nilai
aksra lontara, diluar
sana saja
naskesampingkanmi
malunya demi
bergaya satilis atau
modern supaya bisa
107
milenial, kalau
ada mohon
jelaskan?
Pertanyaan ke-
4. Menurut
adek apa faktor
yang
mempengaruhi
terjadinya
pergeseran nilai
sosial aksara
lontara seperti
sekarang ini?
Pertanyaan ke-
5, bagaimana
adekmemaknai
nilai siri,
pacce,
sipakatau, reso
saat ini pada
generasi
milenial yang
mengalami
makna-makna dari
aksara lontara itu
sendiri. Diluar
sana itu banyakmi
yang diluar pamer
aurat
nakesampingkanmi
itu malunya untuk
bisa dibilang stailis
atau gaya-gaya ala
modelmi supaya
bisa populer, sibuk
semuami sama
teknologi sampai-
sampai jarangmi
berkomunikasi.
Komnikasi secara
langsung
Faktor orang tua
juga kurang
menceritakanki
bahwa ada nilai
sosial aksara
lontara seperti
sirir, pacce,
sipakatau, reso
palingan diajarki
kalau ada tamu
tabe ki, tidak
najelaskan kenapa
harus tabe
Tidak adami
sekarang bisa
dipercaya, bahkan
kepala negara saja
tidak bisa dipegang
janji-janjinya
apalagi anak-anak
sekarang ini tidak
ditaumi kalau
bicaraih apakah
modern supaya bisa
populer, sibuk
semuami sama
teknologi sampai
komunikasinya
jarangmi
Sepertiji itu yang
kemarin kalau
palingan diajarki
kalau ada tamu tabe
ki, tidak najelaskan
kenapa harus tabe,
ya sebatas ituji
Tidak adami
sekarang bisa
dipercaya, bahkan
kepala negara saja
tidak bisa dipegang
janji-janjinya
apalagi anak-anak
sekarang kalau
bicara apakah benar
populer
Salah satunya itu
faktor orang tua
kalau palingan
diajarki kalau ada
tamu tabe ki, tidak
najelaskan kenapa
harus tabe, ya
sebatas ituji
Tidak adami
sekarang bisa
dipercaya, bahkan
kepala negara saja
tidak bisa dipegang
janji-janjinya
apalagi anak-anak
sekarang kalau
bicara apakah benar
atau tidak
108
degradasi?
Pertanyaan ke-
6 menurut adek
pentingkah
budaya siri,
pacce,
sipakatau,
reso?
Pertanyaan ke-
7, apa dampak
yang ade
rasakan akibat
pergeseran
makna nilai
sosial budaya
aksara lontara
saat ini?
bernar atau tidak
misalnya saja
kalau ditanyaki
sama orang tuanya
banyak bohongnya
Penting sekali
sebenarnya itu kak,
karena petuah-
petuah nenek
moyangnya orang
makassar yang
mewariskan itu,
harus dilestarikan
jangan sampai
terabaikan pada
generasi milenial
Dampaknya itu
banyakmi remaja
sekarang yang
kurang patuh sama
orang tuanya
bahkan patoah-
toaih
atau tidak
Penting sekali
sebenarnya itu kak,
karena petuah-
petuah nenek
moyangnya orang
makassar yang
mewariskan itu,
harus dilestarikan
jangan sampai
terabaikan pada
generasi milenial
Sekarang itu remaja
kurang patuh sama
orang tuanya
bahkan patoah-toaih
Penting sekali itu
dan harus
dibudayakan jangan
sampai terabaikan
pada generasi
milenial
Dampaknya itu
banyakmi anak-
anak yang kurang
patuh sama orang
tuanya bahkan
patoah-toaihmi
109
Informan SLM
Pertanyaan Minggu, 13
september 2020:
14:35
Kamis 22 oktober
2020/ 11:00
Jumat 23 oktober
2020/ 01:15
Menurut ibu
apa yang
anda pahami
mengenai
nilai sosial
budaya
aksara
lontara
seperti nilai
pacce,
sipakatau,
reso ?
Iye, kita
kepertanya
an
selanjutnya,
menurut
ibu nilai
apa saja
yang
terkanduk
pada nilai
sosial
budaya
aksara
Kalau siri, pacce,
sipakatau, reso itu
cara kelakuan yang
sesuai dengan
aturan contohnya
anak perempuan
kalau malam tinggal
di dalam rumah,
sopanki juga
perilakunya,
menghormati orang
tua, tutur kata baik,
saling membantu
rasa simpatinya
tinggi
Iya lagi-lagi
maknanya itu
bagaimana orang
tua kita mengajari
tata kelakuan yang
dijunjung tinggi
nenek moyang
kita, diharapkan
baik berperilaku
sesama orang lain.
Kalau siri, pacce,
sipakatau, reso itu
cara kelakuan yang
sesuai dengan
aturan contohnya
anak perempuan
kalau malam tinggal
di dalam rumah,
sopanki juga
perilakunya,
menghormati orang
tua, tutur kata baik,
saling membantu
rasa simpatinya
tinggi
Iya lagi-lagi
maknanya itu
bagaimana orang
tua kita mengajari
tata kelakuan yang
dijunjung tinggi
nenek moyang
kita, diharapkan
baik berperilaku
sesama orang lain.
Kalau siri, pacce,
sipakatau, reso itu
cara kelakuan yang
sesuai dengan
aturan contohnya
anak perempuan
kalau malam tinggal
di dalam rumah,
sopanki juga
perilakunya,
menghormati orang
tua, tutur kata baik,
saling membantu
rasa simpatinya
tinggi
Iya lagi-lagi
maknanya itu
bagaimana orang
tua kita mengajari
tata kelakuan yang
dijunjung tinggi
nenek moyang
kita, diharapkan
baik berperilaku
sesama orang lain.
110
lontara?
Pertanyaan
ke-3,
menurut ibu
adakah
pergeseran
makna nilai
sosial budaya
aksara
lontara pada
saat ini
khusnya
pada
generasi
milenial,
kalau ada
mohon
jelaskan?
Pertanyaan
ke-4.
Ada, sangat
bergesermi kalau
dibilang nilai siri,
pacce, sipakatau,
reso saat ini, karena
anak mudah
khusnya sekarang
ini tidak
mengimplementasik
anmi nilai karakter
seperti nilai
siri,pacce,
sipakatau, reso
misalnya anak
perempuan kalau
dilarang keluar
malam, apalagi
malam minggu pasti
tidak nadengarji
orangtuanya karena
banyakmi contoh
kulihat, kalaupun
ada yang
mengimplementasik
an itupun hanya
beberapa orang saja
Ada, sangat
bergesermi kalau
dibilang nilai siri,
pacce, sipakatau,
reso saat ini, karena
anak mudah
khusnya sekarang
ini tidak
mengimplementasik
anmi nilai karakter
seperti nilai
siri,pacce,
sipakatau, reso
misalnya anak
perempuan kalau
dilarang keluar
malam, apalagi
malam minggu pasti
tidak nadengarji
orangtuanya karena
banyakmi contoh
kulihat, kalaupun
ada yang
mengimplementasik
an itupun hanya
beberapa orang saja
Ada beberapa faktor
Ada, sangat
bergesermi kalau
dibilang nilai siri,
pacce, sipakatau,
reso saat ini, karena
anak mudah
khusnya sekarang
ini tidak
mengimplementasik
anmi nilai karakter
seperti nilai
siri,pacce,
sipakatau, reso
misalnya anak
perempuan kalau
dilarang keluar
malam, apalagi
malam minggu pasti
tidak nadengarji
orangtuanya karena
banyakmi contoh
kulihat, kalaupun
ada yang
mengimplementasik
an itupun hanya
beberapa orang saja
Ada beberapa faktor
111
Menurut
ibu apa
faktor yang
mempengar
uhi
terjadinya
pergeseran
nilai sosial
aksara
lontara
seperti
sekarang
ini?
Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi
yang pertama yaitu,
faktor keluarga,
faktor kedua yaitu
budaya kapitalis
atau budaya barat,
faktor ketiga
pengenalan budaya
itu sendiri pada
lingkungan
globalisasi.
Banyaknya
pengaruh-pengaruh
budaya
kapitalis/budaya
barat yang masuk
sehingga yang
mungkin tidak
disaring untuk
dikonsumsi/diprakte
kkan dalam
kehidupan sehari-
harinya, sehingga
hal itu, melunturkan
budaya sirri, pacce,
sipakatau,reso itu
sendiri. Karena
lingkungan sekarang
sudah ini sangatlah
globalisasi atau
yang mempengaruhi
yang pertama yaitu,
faktor keluarga,
faktor kedua yaitu
budaya kapitalis
atau budaya barat,
faktor ketiga
pengenalan budaya
itu sendiri pada
lingkungan
globalisasi.
Banyaknya
pengaruh-pengaruh
budaya
kapitalis/budaya
barat yang masuk
sehingga yang
mungkin tidak
disaring untuk
dikonsumsi/diprakte
kkan dalam
kehidupan sehari-
harinya, sehingga
hal itu, melunturkan
budaya sirri, pacce,
sipakatau,reso itu
sendiri. Karena
lingkungan sekarang
sudah ini sangatlah
globalisasi atau
sangat modern.
yang mempengaruhi
yang pertama yaitu,
faktor keluarga,
faktor kedua yaitu
budaya kapitalis
atau budaya barat,
faktor ketiga
pengenalan budaya
itu sendiri pada
lingkungan
globalisasi.
Banyaknya
pengaruh-pengaruh
budaya
kapitalis/budaya
barat yang masuk
sehingga yang
mungkin tidak
disaring untuk
dikonsumsi/diprakte
kkan dalam
kehidupan sehari-
harinya, sehingga
hal itu, melunturkan
budaya sirri, pacce,
sipakatau,reso itu
sendiri. Karena
lingkungan sekarang
sudah ini sangatlah
globalisasi atau
sangat modern.
112
Pertanyaan
ke-5,
bagaimana
ibu
memaknai
nilai siri,
pacce,
sipakatau,
reso saat ini
pada
generasi
milenial
yang
mengalami
degradasi?
Pertanyaan
ke-6
menurut
anda
pentingkah
budaya
siri,pacce,
sangat modern.
Menurut saya
sekarang ini nilai
siri,pacce,
sipakatau, reso
adalah menjaga
perilaku yaa, tapi
hanya pada orang-
orang tertentu saja
bukan menyeluruh
. Itupun kalau anak
itu tumbuh dalam
keluarga yang
cukup mendidik
tapi adapun anak-
anak yang tumbuh
dalam lingkungan
modernisasi itu
kaya contoh, kata
tabenya itu
hilangmi. Iyyenya
hilangmi digantimi
jadi yes
Menurut saya itu
sangat penting,
karena budaya
siri,pacce,
sipakatau, reso itu
tidak hanya
Menurut saya
sekarang ini nilai
siri,pacce,
sipakatau, reso
adalah menjaga
perilaku yaa, tapi
hanya pada orang-
orang tertentu saja
bukan menyeluruh
. Itupun kalau anak
itu tumbuh dalam
keluarga yang
cukup mendidik
tapi adapun anak-
anak yang tumbuh
dalam lingkungan
modernisasi itu
kaya contoh, kata
tabenya itu
hilangmi. Iyyenya
hilangmi digantimi
jadi yes
Menurut saya itu
sangat penting,
karena budaya
siri,pacce,
sipakatau, reso itu
tidak hanya
Menurut saya
sekarang ini nilai
siri,pacce,
sipakatau, reso
adalah menjaga
perilaku yaa, tapi
hanya pada orang-
orang tertentu saja
bukan menyeluruh
. Itupun kalau anak
itu tumbuh dalam
keluarga yang
cukup mendidik
tapi adapun anak-
anak yang tumbuh
dalam lingkungan
modernisasi itu
kaya contoh, kata
tabenya itu
hilangmi. Iyyenya
hilangmi digantimi
jadi yes
Menurut saya itu
sangat penting,
karena budaya
siri,pacce,
sipakatau, reso itu
tidak hanya
113
sipakatau,
reso?
Pertanyaan
ke-7, apa
dampak yang
anda rasakan
akibat
pergeseran
makna nilai
mengajarkan pada
pendidikan formal
tapi pada non
formal
mencangkupmi
semuanya,
mencangkup
perilaku kepada
pencipta, perilaku
secara sesama
bahkan perilaku
kepada diri sendiri.
Tapi kalau diliat
sekarang kelakuan
generasi milenial
atau kaum pelajar
kalau medekati
ujian menganggap
sepeleji karena
dianggap ada
semuaji jawabanya
diinternet
Dampak
negatifnya itu,
banyakmi
sekarang anak-
anak muda yang
tidak berkarakter,
dampak dari
pergeseran nilai
mengajarkan pada
pendidikan formal
tapi pada non
formal
mencangkupmi
semuanya,
mencangkup
perilaku kepada
pencipta, perilaku
secara sesama
bahkan perilaku
kepada diri sendiri.
Tapi kalau diliat
sekarang kelakuan
generasi milenial
atau kaum pelajar
kalau medekati
ujian menganggap
sepeleji karena
dianggap ada
semuaji jawabanya
diinternet
Dampak
negatifnya itu,
banyakmi
sekarang anak-
anak muda yang
tidak berkarakter,
dampak dari
pergeseran nilai
mengajarkan pada
pendidikan formal
tapi pada non
formal
mencangkupmi
semuanya,
mencangkup
perilaku kepada
pencipta, perilaku
secara sesama
bahkan perilaku
kepada diri sendiri.
Tapi kalau diliat
sekarang kelakuan
generasi milenial
atau kaum pelajar
kalau medekati
ujian menganggap
sepeleji karena
dianggap ada
semuaji jawabanya
diinternet
Dampak
negatifnya itu,
banyakmi
sekarang anak-
anak muda yang
tidak berkarakter,
dampak dari
pergeseran nilai
114
sosial budaya
aksara
lontara saat
ini?
sosial aksara
lontara itu
banyakmi
kebobrokan
karakter yang
dianut oleh anak-
anak jaman
sekarang, yang
tidak terkendali.
Contohnya
karakter
menyontek.
Sekarang kalau
final bukanji kertas
didepanya, ada Hp
digunakan untuk
menyontek, untuk
melihat salinan.
Dampak positifnya
itu adanya
kelonggaran
karena
sekarangbanyak
tuntutan zaman
perempuan harus
bersifat aktif.
sosial aksara
lontara itu
banyakmi
kebobrokan
karakter yang
dianut oleh anak-
anak jaman
sekarang, yang
tidak terkendali.
Contohnya
karakter
menyontek.
Sekarang kalau
final bukanji kertas
didepanya, ada Hp
digunakan untuk
menyontek, untuk
melihat salinan.
Dampak positifnya
itu adanya
kelonggaran
karena
sekarangbanyak
tuntutan zaman
perempuan harus
bersifat aktif.
sosial aksara
lontara itu
banyakmi
kebobrokan
karakter yang
dianut oleh anak-
anak jaman
sekarang, yang
tidak terkendali.
Contohnya
karakter
menyontek.
Sekarang kalau
final bukanji kertas
didepanya, ada Hp
digunakan untuk
menyontek, untuk
melihat salinan.
Dampak positifnya
itu adanya
kelonggaran
karena
sekarangbanyak
tuntutan zaman
perempuan harus
bersifat aktif.
115
PedomanObservasi
No Hari/Tanggal Tempat/ Kegiatan
yang diamati
Deskripsi (Apa yang dilihat
dan didengar)
1. Kamis
3/Sep/2020 Lokasi penelitian
Kec. Manggala/ Kel.
Antang/ Rw.5/Rt.C
Berdasarkan hasil
pengamatan peneliti sebagian
besar orang tua memiliki
rata-rata pendidikan akhir
yaitu SMA dan pekerjaan
kepala rumah tangga
merupakan wirausaha,
kariyawan dan sebagian kecil
PNS, berdasarkan
pengamatan peneliti
perubahan nilai sosial budaya
aksara lontara seperti nilai
siri, pacce, sipakatau, reso
sudah memudar perilakuan
remaja sudah tidak
mengambarkan nilai siri
tidak memiliki rasa malu jika
ia melanggar aturan
dimasyarakat contohnya
mengambil barang tetangga
tanpa meminta izin
sebelumnya
2 Kamis
10/Sep/2020
Lokasi penelitian
Kec. Manggala/ Kel.
Antang/ Rw.3/Rt.B
Berdasarkan pernyataan
masyarakat di Kelurahan
Antang bahwa generasi
milenial merupakan generasi
modern yang mulai
meninggalkan perkataaan tau
rioloa atau perkataan orang
tua bagaimana tidak jika nilai
sipakatau nya atau nilai
saling menghargai sudah
mulai pudar terkadang
116
generasi sekarang hanya
menghormati orang yang ia
kenali seperti guru tetapi
kalau orang itu tidak dikenali
maka seenanya jalan di depan
orang tua dan pudarmi kata
tabe nya yang merupakan
budaya Bugis-Makassar
3 Minggu
13/Sep/2020
Lokasi penelitian
Kec. Manggala/ Kel.
Antang/ Lorong
Bunggung Lompoa
Sebagian besar penduduk
yang ada di Lorong Bungung
Lompoa kalangan milenial
yang diamati peneliti bahwa
generasi milenial sudah tidak
memahami lagi apa itu nilai-
nilai budaya aksara lontara
apalagi menerapkan dalam
kehidupan sehari-harinya
117
Pedoman Studi Dokumen
No Nama Dokumen
(Rincikan Nama
Dokumen)
Sumber (Diperoleh
dari mana)
Deskripsi Singkat Isi
Dokumen
1. Buku Judul buku LATOA,
1985, Penulis. Prof. Dr.
Mattulada, diterbitkan
oleh Gadjah Mada
Univesrsity Press
Dalam buku berjudul
LATOA pada halaman
340 menjelaskan bahwa
anak yang lahir di dunia
dan dibesarkan oleh
keluarga yang
memegang erat adat
istiadat maka kelak ia
akan mencerminkan
nilai-nilai leluhur,
sistem atau aturan
orang Bugis-Makassar
ade merupakan salah
satu aspek
panngaderreng yang
mendinamisasi
kehidupan masyarakat
tata tertip bersifat
normatif, yang
memberikan pedoman
pada sikap hidup dalam
menghadapi,
menanggapi dan
menciptakan hidup
kebudayaan baik
ideologis, mental,
spritual maupun fisik
118
2 Buku Judul buku, Nilai-Nilai
Utama Kebudayaan
Bugis, 1992, penulis,
Prof. Dr. H. A. Rahman
Rahim, diterbitkan oleh,
Hasanuddin University
Press
Nilai siri merupakan
adat kebiasaan yang
melembaga dan masih
besar pengaruhnya
dalam budaya besar
pengaruhnya terhadap
masyarakat Sulawesi
Selatan, masalah siri
selalu menarik
perhatian mereka yang
hendak mengenal
manusia dan
kebudayaan Bugis siri
yaitu amat malu, malu
sebagai kata sifat, noda,
aib perasaan malu
menyesali diri, siri
disejajarkan dengan
akal pikiran yang baik
karena timbul dari
kemarahan , dengan
perbuatan-perbuatan
kebajikan yang tidak
patut akan nilai dan
norma dimasyarakat
119
LAMPIRAN III
DOKUMENTASI
120
FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1(Wawancara dengan informan IFN)
Gambar 2(Wawancara dengan informan WY)
121
Gambar 3(Wawancara dengan informan Ibu SLM)
Gambar 4(Wawancara dengan informan Bapak SRF)
122
Gambar 5(Wawancara dengan informan Ibu HSD)
Gambar 6 (Foto yang mengumbar aurat dan berpakaian mini
dimaksud informan SLM )
123
Gambar 7 (Fotoperilaku Hedonismeyang dimaksud bapak SYR )
124
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama lenngkap penulis Wahyuni Nurjihad, lahir di Makassar 7
April 1999, merupakan anak pertama dari pasangan H. Bahar.
SH.,M.Ap dan Singara. S.Pd. Penulis tinggal di Kota
Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Penulis menyelesaikan
pendidikan di SD Impres Antang I Pada tahun 2010 dan kemudian melanjutkan di
Sekolah Menengah Pertama di Pondok Pesantren Ummul Mukminin Makassar
dan menyelesaikan pada tahun 2013, dan melanjutkan Pendidikan Sekolah
Menengah Atas di SMAN 1 Mamuju dan menyelesaikan pada tahun 2016, dan
melanjutkan di perguruan Tinggi Universitas Muhammadiyah Makassar penulis
pernah aktif di lembaga internal dan eksternal kampus, penulis merupakan
anggota HMJ Sosiologi angkatan 2016, menjadi anggota bidang dua pada
organisasi LKIM-PENA angkatan XII dan lembaga eksternal kampus yaitu
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) kampus biru.