degradasi minat kelompok tani terhadap pembudidayaan lidah buaya

22
DEGRADASI MINAT KELOMPOK TANI TERHADAP PEMBUDIDAYAAN LIDAH BUAYA (ALOE VERA) ”Diajukan untuk menyelesaikan tugas observasi lapangan UKM LISMA UNTAN” Disusun oleh: DWI PURWANI IMRAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2010

Upload: dwi-purwani-duw

Post on 03-Jul-2015

322 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Degradasi Minat Kelompok Tani Terhadap Pembudidayaan Lidah Buaya

DEGRADASI MINAT KELOMPOK TANI TERHADAP PEMBUDIDAYAAN LIDAH BUAYA (ALOE VERA)

”Diajukan untuk menyelesaikan tugas observasi lapangan UKM LISMA UNTAN”

Disusun oleh:

DWI PURWANI

IMRAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2010

Page 2: Degradasi Minat Kelompok Tani Terhadap Pembudidayaan Lidah Buaya

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat, rahmat, dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan karya

tulis ini.

Adapun judul yang diangkat oleh penulis yaitu Faktor Penyebab Degradasi Minat

Kelompok Tani Terhadap Pembudidayaan Lidah Buaya (Aloe Vera). Dalam

menyelesaikan karya ilmiah ini, penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih

kepada:

1. Rafindra Ashari selaku Ketua UKM LISMA Universitas Tanjung Pura Pontianak.

2. Hakim selaku mentor pembimbing dalam observasi dan penulisan karya tulis ini.

3. Senior-senior UKM LISMA UNTAN yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

4. Rekan-rekan calon anggota UKM LISMA UNTAN yang telah mendukung dalam

observasi dan penyelesaian karya tulis ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ini masih banyak terdapat

kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun guna memperbaiki penulisan karya ilmiah yang akan datang.

Akhirnya penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat dijadikan bahan referensi

serta dapat menambah pengetahuan serta wawasan mengenai budidaya aloe vera di Kota

Pontianak.

Pontianak, 28 November 2010Penulis

Page 3: Degradasi Minat Kelompok Tani Terhadap Pembudidayaan Lidah Buaya

ABSTRAK

Aloe vera merupakan salah satu komoditas utama kota Pontianak yang memiliki keunggulan komparatif. Dengan agroklimat dan tanah gambut Kota Pontianak, aloe vera sangat cocok dikembangkan di Pontianak. Dengan sentuhan yang tepat industri lidah buaya dapat memberikan keuntungan ganda seperti memberi nilai tambah, membuka lapangan pekerjaan, memberi kesejahteraan petani, menciptakan pangsa pasar yang luas bagi bahan baku lidah buaya dan akhirnya akan memberikan kontribusi pendapatan asli daerah.

Akan tetapi sebagaimana halnya dengan komoditas pertanian lainnya, agribisnis aloe vera juga menghadapi beberapa permasalahan yang menyebabkan belum optimumnya produktivitas aloe vera di kota Pontianak. Masalah mendasar dalam agribisnis aloe vera di Pontianak adalah pemasaran dan penjualan aloe vera. Hal tersebut sangat berpengaruh pada produksi aloe vera oleh kelompok tani. Jumlah panen dan lahan pertanian aloe vera akhirnya berkurang hingga tersisa 50 hektaare.

Solusi dalam tepat untuk menangani masalah budidaya aloe vera yaitu perlunya partisipasi masyarakat dalam mengolah aloe vera menjadi produk baru. Selain itu, solusi dalam menangani masalah ini yaitu dengan mendukung budidaya tanaman Aloe Vera dengan cara mendirikan suatu unit khusus sebagai pusat kegiatan pengkajian, penerapan dan pengembangan (R&D) teknologi produksi bibit, budidaya, proses dan tekno-ekonomi agro-industri Lidah Buaya yang akan dibantu oloeh pihak Aloe Vera Centre. Solusi lainnya yaitu dengan menciptakan suatu kawasan sentra Lidah Buaya yang mengarah kepada suatu sistem pertanian terpadu (Integrated Farming System) dan pengembangan kawasan agro-wisata. Serta menggunakan sampah dari usaha perikanan masyarakat sebagai pupuk Lidah Buaya agar hasil panennya lebih berkualitas.

Dalam karya ilmiah ini penulis mengumpulkan data dari wawancara langsung dengan petugas di aloe vera centre. Tujuan dari penulisan ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor strategis yang menyebabkan penurunan minat petani terhadap pembudidayaan aloe vera di kota Pontianak serta merumuskan dan merekomendasikan strategi dan diperlukan dalam rangka pengembangan budidaya aloe vera di kota Pontianak.

Manfaat yang diharapkan penulis adalah menambah pengetahuan dan wawasan terhadap agribisnis dan budidaya aloe vera di Pontianak. Sehingga terbentuk sikap kecintaan terhadap komoditas yang memiliki kearifan lokal di kota Pontianak. Bagi masyarakat yaitu menjadi masukan dan pertimbangan untuk mengolah hasil olahan aloe vera menjadi produk yang baru sehingga meningkatkan pengembangan aloe vera di Kota Pontianak mengingat tingginya potensi bahan baku aloe vera untuk diolah menjadi produk jadi.sedangkan bagi pemerintah yaitu dapat menjadi masukan untuk lebih memberikan perhatian terhadap pengembangan aloe vera terutama infrastruktur yang dapat menunjang budidaya aloe vera di Kota Pontianak.

Page 4: Degradasi Minat Kelompok Tani Terhadap Pembudidayaan Lidah Buaya

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangKalimantan Barat khususnya Kota Pontianak merupakan daerah penghasil

utama Lidah Buaya yang ditanam di lahan gambut.  Dengan agroklimat dan tanah

gambut yang sangat cocok bagi pertumbuhan Lidah Buaya menjadikan Daerah

Kalimantan Barat (Pontianak) mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai

“Sentra Lidah Buaya” di Indonesia yang berpusat di Aloe Vera Centre.

Aloe vera merupakan salah satu komoditas spesifik kota Pontianak yang

memiliki keunggulan komparatif. Adapun keunggulan komparatif tersebut adalah

mampu menghasilkan berat setiap pelepah antara 0,5 hingga 1,2 kg dengan panjang

pelepah mencapai 60-70 cm sehingga mempunyai daging dan kandungan gel yang

banyak. Selain itu pemeliharaan cukup mudah, produksi tahan lama dan tidak mudah

hancur atau membusuk, gangguan organism pengganggu relative kecil sehingga

komoditi yang dihasilkan tidak mengandung bahan pestisida. Untuk satu hektare

lahan lidah buaya produktif saja bisa menghasilkan 3 ton per sekali panen. Lidah

buaya bisa dipanen dua kali sepekan. Artinya, jika harga per koligram Rp 800,

minimal petani bisa mengantongi hampir Rp 5 juta per pekan.

Dengan sentuhan yang tepat industri lidah buaya dapat memberikan

keuntungan ganda seperti memberi nilai tambah, membuka lapangan pekerjaan,

memberi kesejahteraan petani, menciptakan pangsa pasar yang luas bagi bahan baku

lidah buaya dan akhirnya akan memberikan kontribusi pendapatan asli daerah.

Akan tetapi sebagaimana halnya dengan komoditas pertanian lainnya,

agribisnis aloe vera juga menghadapi beberapa permasalahan yang menyebabkan

belum optimumnya produktivitas aloe vera di kota Pontianak. Masalah mendasar

dalam agribisnis aloe vera di Pontianak adalah pemasaran (marketing).

Petani mengalami kesulitan dalam menjual aloe vera. Permintaan aloe vera dari

pabrik pengolahan aloe vera seperti PT. Niramas tidak maksimal menyerap hasil

panen aloe vera. UKM-UKM dan home industry juga memiliki kebun aloe vera

sendiri sehingga tidak banyak lagi membeli aloe vera dari petani. Karena itu, banyak

petani yang kemudian beralih menanam pepaya Hawai karena dianggap lebih mudah

dijual. Bahkan, tanaman lidah buaya yang sudah ada dicabut karena menanggap lidah

buaya tidak lagi menguntungkan. Lahan yang adapun jadi sia-sia.

Page 5: Degradasi Minat Kelompok Tani Terhadap Pembudidayaan Lidah Buaya

Kalau persoalan pemasaran ini tidak segera ditangani, maka kedaulatan aloe

vera sebagai komoditas unggulan Pontianak Kalimantan Barat akan redup dan

menghilang karena tidak ada lagi yang menanam lidah buaya. Padahal aloe vera

termasuk sepuluh besar tanaman yang paling terkenal dan laku di pasaran dunia

B. Perumusan MasalahAdapun rumusan masalah yang diangkat oleh penulis adalah:

1. Apakah faktor penyebab menurunnya produktivitas agribisnis aloe vera di

Pontianak Kalimantan Barat?

2. Bagaimana upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan dan

mengembangkan agribisnis aloe vera Pontianak Kalimantan Barat?

C. Tujuan PenulisanAdapun tujuan penulisan dari karya tulis “Faktor Penyebab Degradasi Minat

Petani terhadap Pembudidayaan Lidah Buaya” ini adalah

1. Mengidentifikasi faktor-faktor strategis yang menyebabkan penurunan minat

petani terhadap pembudidayaan aloe vera di kota Pontianak.

2. Merumuskan dan merekomendasikan strategi dan diperlukan dalam rangka

pengembangan budidaya aloe vera di kota Pontianak.

Page 6: Degradasi Minat Kelompok Tani Terhadap Pembudidayaan Lidah Buaya

D. Manfaat PenulisanManfaat yang diharapkan penulis dalam menulis karya tulis ini adalah:

1. Bagi penulis

Akan menambah pengetahuan dan wawasan terhadap agribisnis dan budidaya

aloe vera di Pontianak. Sehingga terbentuk sikap kecintaan terhadap komoditas

yang memiliki kearifan lokal di kota Pontianak.

2. Bagi masyarakat

Akan menjadi masukan dan pertimbangan untuk mengolah hasil olahan aloe vera

menjadi produk yang baru sehingga meningkatkan pengembangan aloe vera di

Kota Pontianak mengingat tingginya potensi bahan baku aloe vera untuk diolah

menjadi produk jadi.

3. Bagi pemerintah

Dapat menjadi masukan untuk lebih memberikan perhatian terhadap

pengembangan aloe vera terutama infrastruktur yang dapat menunjang budidaya

aloe vera di Kota Pontianak.

Page 7: Degradasi Minat Kelompok Tani Terhadap Pembudidayaan Lidah Buaya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Aloe Vera

Aloe vera adalah merupakan komoditi non tradisional yaitu komoditas yang

berpotensi untuk diekspor dengan volume kecil tapi bernilai tinggi. Aloe vera pada

awal pengolahannya hanya digunakan untuk tanaman hias dan tanaman obat. Sebagai

tanaman hias, aloe vera dapat dinikmati keindahan dan keunikan daunnya yang tebal,

berair dan berduri. Sedangkan sebagai tanaman obat, aloe vera mengandung cairan

kuning yang terdapat di bagian dalam daun yang bermanfaat sebagai bahan baku obat.

Tetapi lama kelamaan aloe vera diolah menjadi makanan dan minuman yang ternyata

mengandung banyak vitamin dan mineral. Adapun hasil olahan aloe vera tersebut

seperti teh, dodol, keripik, nata, maupun minuman lainnya.

2. Pengertian Aloe Vera Centre

Aloe vera Centre merupakan pusat pengembangan, pengkajian maupun

pengolahan lidah buaya di Pontianak Kalimantan Barat. Namun kegiatannya lebih

terfokus pada pengkajian aloe vera. Di sana terdapat berbagai jenis lidah buaya yang

umumnya berasal dari bibit-bibit yang diimpor dari luar negeri seperti Cina, Afrika,

maupun Amerika latin yang lebih cocok dibudidayakan di tanah gambut Kalimantan

Barat khususnya di daerah Pontianak.

Page 8: Degradasi Minat Kelompok Tani Terhadap Pembudidayaan Lidah Buaya

BAB III

METODE PENULISAN

A. Pengumpulan Sumber Pustaka

Penulisan karya ilmiah ini memerlukan sumber data sebagai acuan dan bahan

dalam pembahasannya. Maka dalam pembuatannya diperlukan metode dalam

pengumpulan data sebagai bahan dalam penyusunan karya ilmiah. Penulis

mengumpulkan data secara langsung dengan langsung mewawancarai petugas yang

ada di aloe vera centre Kota Pontianak. Selain itu, penulis juga mengumpulkan data

secara tidak langsung untuk memperoleh data yang menunjang penulisan karya tulis

ini melalui media elektronik berupa internet.

B. Analisa Sumber Pustaka

Telaah sekunder adalah teknik penggumpulan data secara langsung, atau secara

tidak langsung dari narasumbernya. Dalam karya ilmiah ini penulis mengumpulkan

data dari wawancara langsung dengan petugas di aloe vera centre. Selain itu, data juga

diperoleh dari media internet yang memuat data tentang aloe vera yang dikembangkan

di kota Pontianak. Penulis memilih metode telaah sekunder ini karena lebih efisien

dalam penggumpulan datanya, dan mendapatkan data sesuai dengan permasalahan

yang akan dibahas. Oleh karena pertimbangan diatas maka penulis memilih telaah

sekunder sebagai metode dalam pengumpulan data.

Page 9: Degradasi Minat Kelompok Tani Terhadap Pembudidayaan Lidah Buaya

BAB IV

PEMBAHASAN

Faktor penyebab menurunnya produktivitas agribisnis aloe vera di Pontianak

Kalimantan Barat

Sebagai salah satu komoditas perkebunan di Kalimantan Barat, Aloe vera memiliki

potensi yang sangat besar apabila terus dikembangkan. Potensi pengembangannya dapat

membawakan banyak manfaat, diantaranya yaitu memberi nilai tambah setelah dolah

menjadi produk, membuka lapangan pekerjaan, memberi kesejahteraan petani,

menciptakan pangsa pasar yang luas bagi bahan baku lidah buaya dan akhirnya akan

memberikan kontribusi pendapatan asli daerah.

Sayangnya, tanaman yang berduri di ujung pelepah ini memiliki beberapa

permasalahan yang menyebabkan belum optimalnya produktivitas aloe vera. Masalah

mendasar dalam agribisnis aloe vera di Pontianak adalah pemasaran (marketing). Masalah

ini merupakan masalah yang paling krusial dalam pembudidayaan dan pengembangan aloe

vera di Pontianak.

Biasanya aloe vera hanya dijual mentah kepada home industry maupun UKM-UKM

yang selanjutnya akan diolah untuk menjadi produk seperti keripik, teh, Nata de Aloe,

dodol maupun minuman. Jumlah yang dibeli UKM-UKM tidaklah seberapa, sekali pesan

hanya sekitar 200 kilogram sedangkan home industry hanya 100 kilogram per harinya.

Sedikitnya permintaan dari UKM dan home industry dikarenakan mereka telah

mempunyai kebun aloe vera sendiri sehingga dapat memenuhi kebutuhan akan aloe vera

secara mandiri.

Sebenarnya petani sangat mengharapkan pabrik olahan aloe vera untuk menjadi

menyerap aloe vera, namun penyerapannya belum maksimal karena pabrik olahan aloe

vera seperti PT.Niramas jarang sekali meminta pasokan dari kelompok tani. Pabrik

tersebut baru memesan aloe vera pada petani apabila ada permintaan dari luar negeri.

Karena sedikitnya permintaan dari masyarakat, maka petani mengurangi jumlah aloe

vera yang ditanam. Jika pada tahun 1990-2000 jumlah lahan aloe vera yang diolah oleh

kelompok tani mencapai ribuan hektar, tapi pada tahun 2001-2005 hanya tersisa sekitar

100 hektare, dalam parahnya lagi empat tahun terakhir berkurang menjadi sekitar 50

hektare saja. Selain lahan pengolahan yang menurun draktis, kemampuan petani untuk

menghasilkan aloe vera juga berkurang. Petani hanya mampu menghasilkan 2 ton per

harinya sementara kebutuhan aloe vera yang sesungguhnya adalah 5 ton per harinya.

Page 10: Degradasi Minat Kelompok Tani Terhadap Pembudidayaan Lidah Buaya

Semua itu karena petani merasa kesulitan menjual hasil panen aloe veranya. Sehingga

malas untuk menanam aloe vera dalam jumlah banyak.

Namun saat ini, jumlah permintaan akan aloe vera sangat tinggi karena telah banyak

masyarakat yang mau ikut berpartisipasi untuk mengolah aloe vera menjadi produk-

produk baru dan karena dunia internasional juga mengetahui olahan serta manfaat aloe

vera sehingga mulai mengekspor aloe vera mentah maupun produk jadi dari Indonesia

khususnya Pontianak. Tapi sayangnya petani masih belum juga ingin menambah produksi

aloe veranya.

Petani belum berani untuk menambah produksi aloe vera karena dipengaruhi faktor

psikologis terhadap kondisi pasar sebelumnya. Pada tahun 1990 hingga 2000-an, jumlah

permintaan masyarakat terhadap produk olahan aloe vera sangatlah sedikit. Sehingga saat

ini walaupun jumlah permintaan sudah tinggi, tetapi petani masih takut apabila hasil panen

aloe veranya tidak laku di pasaran yang akan berujung pada kerugian besar bagi petani.

Faktor berikutnya yaitu adanya beberapa negara pengekspor aloe vera yang tidak

lagi mengekspor aloe vera dari Pontianak. Negara tersebut seperti Malaysia. Beberapa

tahun lalu, pengolah aloe vera dari Pontianak diminta untuk mengadakan pelatihan

mengenai budidaya aloe vera di Serawak. Di sana orang-orang Malaysia diajari bagaimana

menanam aloe vera dengan baik dan benar.

Tapi setelah orang Malaysia bisa menanam dan mengolah aloe vera secara mandiri,

Malaysia tidak lagi mengimpor bibit-bibit aloe vera dari Pontianak melainkan

menanamnya sendiri. Hal ini tentunya akan merugikan petani maupun Aloe Vera Centre

yang tidak lagi mendapat pemasukan dari ekspor aloe vera. Sehingga pada akhirnya petani

akan mengurangi jumlah aloe vera yang ditanam.

Beberapa faktor diatas telah menyebabkan penurunan pada produksi aloe vera

maupun jumlah lahan penanaman aloe vera. Petani saat ini beralih menanam pepaya

Hawai petani lebih suka menanam papaya Hawai karena dianggap lebih mudah dijual.

Bahkan, tanaman lidah buaya yang sudah ada dicabut karena menanggap lidah buaya tidak

lagi menguntungkan. Lahan yang adapun jadi sia-sia.

Apabila faktor-faktor tersebut terus dibiarkan tentunya akan mematikan potensi

besar yang dimiliki aloe vera padahal seperti yang kita ketahui bahwa aloe vera termasuk

sepuluh besar tanaman yang paling terkenal dan laku di pasaran dunia.

Bagaimana upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan dan mengembangkan

agribisnis aloe vera Pontianak Kalimantan Barat?

Page 11: Degradasi Minat Kelompok Tani Terhadap Pembudidayaan Lidah Buaya

Solusi dalam tepat untuk menangani masalah budidaya aloe vera yaitu perlunya

partisipasi masyarakat dalam mengolah aloe vera menjadi produk baru. Adanya

diferensiasi produk dari aloe vera yang diolah masyarakat umum maupun produsen

tentunya akan meningkatkan pula jumlah permintaan aloe vera yang masih mentah,

sehingga petani akan lebih bersemangat lagi dalam menanamnya.

Selain itu, solusi dalam menangani masalah ini yaitu dengan mendukung budidaya

tanaman Aloe Vera dengan cara mendirikan suatu unit khusus sebagai pusat kegiatan

pengkajian, penerapan dan pengembangan (R&D) teknologi produksi bibit, budidaya,

proses dan tekno-ekonomi agro-industri Lidah Buaya yang akan dibantu oloeh pihak Aloe

Vera Centre. Hal tersebut sangat mendukung karena apabila aloe vera yang mereka tanam

itu memuaskan, maka petani akan lebih bersemangat lagi menanamnya. Sedangkan

apabila hasil aloe vera-nya buruk dan tidak sesuai dengan harapan maka petani akan malas

menanamnya.

Solusi lain yang dapat dilakukan yaitu dengan menciptakan suatu kawasan sentra

Lidah Buaya yang mengarah kepada suatu sistem pertanian terpadu (Integrated Farming

System) dan pengembangan kawasan agro-wisata. Serta menggunakan sampah dari usaha

perikanan masyarakat sebagai pupuk Lidah Buaya agar hasil panennya lebih berkualitas.

Dengan adanya beberapa solusi di atas, diharapkan dapat menghidupkan kembali potensi

aloe vera di Pontianak Kalimantan Barat sehingga dapat menjadi komoditas utama yang

dapat bersaing di pasaran internasional.

Suatu kawasan sentra aloe vera yang memiliki produktivitas aloe vera yang banyak

tentunya harus memiliki tempat pemasaran yang dapat mengakomodir hasil produksi yang

banyak, sehingga tidak terjadi penumpukan hasil yang dapat mengakibatkan hasil yang

ada tidak termanfaatkan secara optimal. Langkah untuk mencegah hal tersebut terjadi ialah

dengan meningkatkan peran UKM (Usaha Kecil Menengah) yang ada disekitar kawasan

sentra aloe vera. UKM yang ada pada saat ini salah satunya ialah UKM Isun Vera yang

berada di Komplek Bumi Indah Khatulistiwa Blok A. 6 No.3, Siantan Hulu, Pontianak.

UKM ini dapat menyerap 1000kg aloe vera per harinya, hal demikian hanya untuk satu

UKM, sedangkan ada tiga UKM yang bergerak dalam bidang pengelolaan aloe vera di

Siantan.

UKM yang bergeraak dalam bidang pengelolaan aloe vera menghasilkan produk

yang kemudian di ekspor hingga ke luar negeri, seperti Malaysia, dan brunai. Produk yang

dihasilkan berupa olahan jadi, seperti dodol, minuman, kerupuk, teh, jelly dan selai yang

berbahan dasar lidah buaya atau aloe vera. Hal ini tentunya menjadi prospek potensial

Page 12: Degradasi Minat Kelompok Tani Terhadap Pembudidayaan Lidah Buaya

yang dapat dikembangkan guna meningkatkan kembali produksi aloe vera di Pontianak,

sehingga komoditas ini kembali menjadi cirri khas utama yang dikenal di seluruh dunia.

Page 13: Degradasi Minat Kelompok Tani Terhadap Pembudidayaan Lidah Buaya

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Aloe vera memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Pontianak karena

aloe vera memiliki keunggulan komparatif apabila ditanam di tanah gambut

Pontianak. Keunggulan komparatif tersebut yaitu mampu menghasilkan berat setiap

pelepah antara 0,5 hingga 1,2 kg dengan panjang pelepah mencapai 60-70 cm

sehingga mempunyai daging dan kandungan gel yang banyak. Selain itu pemeliharaan

cukup mudah, produksi tahan lama dan tidak mudah hancur atau membusuk,

gangguan organism pengganggu relative kecil sehingga komoditi yang dihasilkan

tidak mengandung bahan pestisida.

Dengan sentuhan yang tepat industri lidah buaya dapat memberikan

keuntungan ganda seperti memberi nilai tambah, membuka lapangan pekerjaan,

memberi kesejahteraan petani, menciptakan pangsa pasar yang luas bagi bahan baku

lidah buaya dan akhirnya akan memberikan kontribusi pendapatan asli daerah.

Akan tetapi sebagaimana halnya dengan komoditas pertanian lainnya,

agribisnis aloe vera juga menghadapi beberapa permasalahan yang menyebabkan

belum optimumnya produktivitas aloe vera di kota Pontianak. Masalah mendasar

dalam agribisnis aloe vera di Pontianak adalah pemasaran (marketing).

Sedikitnya permintaan dari masyarakat menjadi faktor penyebab petani

mengurangi lahan aloe vera serta jumlah produksi aloe vera-nya. Selain lahan

pengolahan yang menurun draktis, kemampuan petani untuk menghasilkan aloe vera

juga berkurang. Bukan hanya itu, Negara yang sebelumnya menjadi pengekspor aloe

vera kini ada yang berhenti mengekspor dengan dalih telah bisa menanam aloe vera

sendiri.

b. Saran

Adapun beberapa saran yang dapat diajukan penulis yaitu:

1. Menemukan teknik budidaya Lidah Buaya yang cocok dengan varietas yang

dikembangkan di Kota Pontianak sehingga petani dapat menghasilkan aloe vera

yang lebih bermutu untuk dipasarkan secara lokal maupun internasional. Dengan

demikian tidak menutup kemungkinan bahwa Indonesia merupakan Negara

penghasil aloe vera terbaik dan terbesar di dunia.

Page 14: Degradasi Minat Kelompok Tani Terhadap Pembudidayaan Lidah Buaya

2. Sejumlah bank yang beroperasi di Kota Pontianak bersedia memberikan kredit

untuk usaha tani dan pengolahan aloe vera. Sehingga petani tidak lagi sulit untuk

mengembangkan usaha aloe vera apabila terkendala dana.

3. Peningkatan jumlah investasi dari pemerintah maupun pihak swasta dalam

rangka mengembangkan aloe vera.

4. Partisipasi masyarakat untuk ikut mengolah aloe vera dengan berbagai

diferensiasi produk.

5. Meningkatkan peran UKM sebagai salah satu solusi untuk menghasilkan produk

jadi yang dapat di ekspor keluar negeri, sehingga tidak akan terjadi penumpukan

hasil aloe vera yang dihasilkan petani.