data mencari endapan batubara

11
B.Data yang diperlukan untuk mencari endapan batubara 1 Survey Tinjau Survey tinjau merupakan tahap eksplorasi batubara yang paling awal dengan tujuan untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang mengandung endapan batubara yang prospek untuk diselidiki lebih lanjut. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi studi geologi regional, interpretasi potret udara, geofisika, dan peninjauan lapangan pendahuluan. Sebelum dilakukan kegiatan survey tinjau, perlu dilakukan: Studi Literatur, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-catatan lama, laporan- laporan temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan. Survey dan Pemetaan, jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta skala 1 : 200.000 sampai 1 : 50.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari

Upload: muhammad-irvan

Post on 27-Jan-2016

8 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

tugas batubara

TRANSCRIPT

Page 1: Data Mencari Endapan Batubara

B.Data yang diperlukan untuk mencari endapan batubara

1    Survey Tinjau

Survey tinjau merupakan tahap eksplorasi batubara yang paling awal dengan tujuan

untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang mengandung endapan batubara yang prospek

untuk diselidiki lebih lanjut. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi studi geologi

regional, interpretasi potret udara, geofisika, dan peninjauan lapangan pendahuluan. Sebelum

dilakukan kegiatan survey tinjau, perlu dilakukan:

     Studi Literatur, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap data dan

peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-catatan lama, laporan-laporan

temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi ditentukan

langkah berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi dari peta

geologi regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan

endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah

terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan.

     Survey dan Pemetaan, jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia,

maka survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat

dimulai (peta skala 1 : 200.000 sampai 1 : 50.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu

dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi,

maka hal ini sangat menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari

tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil conto

dari singkapan-singkapan yang penting

2. Prospeksi

Pada tahap ini, dilakukan pemilihan lokasi daerah yang mengandung endapan

batubara yang potensial untuk dikembangkan dengan tujuan untuk mengidentifikasi sebaran

dan potensi endapan batubara yang akan menjadi target eksplorasi selanjutnya. Pemboran uji

pada tahap ini bertujuan untuk mempelajari stratigrafi regional atau litologi, khususnya di

daerah yang mempunyai indikasi adanya endapan batubara. Jarak antar titik bor berkisar dari

1000 sampai 3000 meter. Pada tahap ini peta yang dipakai mulai dari 1:50.000 sampai

1:25.000

Page 2: Data Mencari Endapan Batubara

3.             Eksplorasi Pendahuluan

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh gambaran awal tentang endapan

batubara yang meliputi jarak titik pengamatan, ketebalan, kemiringan lapisan, bentuk,

korelasi lapisan, sebaran, struktur geologi dan sedimen, kuantitas dan kualitasnya. Jarak antar

titik bor berkisar 500 – 1000 meter, skala peta yang digunakan mulai dari 1: 25.000 sampai

1:10.000. Sesuai dengan Keputusan Direktur Jendral Pertambangan Umum No.

661.K/201/DDJP/1996 tentang Pemberian Kuasa Pertambangan, Laporan Kuasa

Pertambangan Penyelidikan Umum perlu dilampiri dengan beberapa peta:

        Peta lokasi/situasi

        Peta geologi lintasan dan singkapan (skala 1:25.000)

        Peta kegiatan penyelidikan umum, termasuk lokasi sumur uji, parit uji, pengambilan contoh

batubara (skala 1:10.000)

        Peta anomali geofisika, bila dilakukan (skala 1:10.000)

        Peta penyebaran endapan batubara dan daerah prospek (skala 1:10.000)

        Peta wilayah rencana peningkatan Kuasa Pertambangan

        Penampang sumur uji

        Penampang parit uji

        Penampang lubang bor

Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran

mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei

yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut

mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya.

4.             Eksplorasi Rinci

Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada

mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail (White,

1997). Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat (jarak

antar titik bor 200 meter), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk

mendapatkan data yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume

cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Dari sampling yang

rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan

yang kecil (<20%). Sebelum dilakukan kegiatan ini, dilakukan terlebih dahulu studi

kelayakan dan amdal, geoteknik, serta geohidrologi. Skala peta yang digunakan adalah

1:2.000 sampai 1:500. Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman,

Page 3: Data Mencari Endapan Batubara

ketebalan, kemiringan, dan penyebaran cadangan secara 3-Dimensi (panjang-lebar-tebal)

serta data mengenai kekuatan batuan sampling, kondisi air tanah, dan penyebaran struktur

(kalau ada) akan sangat memudahkan perencanaan kemajuan tambang, lebar/ukuran bahwa

bukaan atau kemiringan lereng tambang. Juga penting untuk merencanakan produksi

bulanan/tahunan dan pemilihan peralatan tambang maupun prioritas bantu lainnya. Sesuai

dengan Keputusan Direktur Jendral Pertambangan Umum No. 661.K/201/DDJP/1996 tentang

Pemberian Kuasa Pertambangan, Laporan Kuasa Pertambangan Eksplorasi perlu dilampiri

dengan ebberapa peta:

        Peta lokasi/situasi

        Peta topografi (skala 1:500 sampai 1:2.000)

        Peta kegiatan eksplorasi, meliputi lokasi singkapan batubara, sumur uji, parit uji, pemboran,

dan pengambilan contoh batubara (skala 1:2.000 sampai 1:10.000)

        Peta geologi daerah (skala 1:500 sampai 1:2.000)

        Peta penyebaran endapan batubara (skala 1:500 sampai 1:2.000)

        Peta perhitungan 2 dimensi batubara (skala 1:500 sampai 1:2.000)

        Peta penyebaran kualitas, antara lain nilai kalori, kandungan abu, dan kandungan sulphur

(skala 1:500 sampai 1:2.000)

        Peta isopach tanah penutup (skala 1:500 sampai 1:2.000)

        Peta isopach ketebalan lapisan batubara (skala 1:500 sampai 1:2.000)

        Peta kontur struktur (skala 1:500 sampai 1:2.000)

        Penampang geologi

        Penampang bor

        Penampang/sketsa singkapan batubara

        Penampang perhitungan cadangan batubara

        Fotokopi hasil analisis contoh batubara dari laboratorium

        Peta wilayah rencana peningkatan dan atau penciutan Kuasa Pertambangan

Dari uraian tentang tahapan kegiatan eksplorasi diatas, dapat disimpulkan bahwa

kegiatan penyelidikan lapangan bertujuan untuk mendapatkan data tentang sifat fisik-

mekanik batuan, struktur geologi dan kondisi air tanah sampai dengan kedalaman rencana

penambangan. Secara spesifik harus dibuat laporan struktur geologi meliputi litologi,

geometri dan kemiringan dari formasi lapisan batubara,  geometri dan komposisi struktur

major seperti patahan, serta domain dan orientasi dari bidang-bidang diskontinuitas.

Page 4: Data Mencari Endapan Batubara

Demikian juga dengan data geoteknik terutama sifat fisik dan mekanik dari over burden,

interburden, lapisan batubara dan batuan alas. Gambaran tentang data level air tanah,

permeabelitas dan aliran air tanah artesis yang diperoleh pada waktu kegiatan pengeboran dan

pemasangan piezometer perlu juga dibuat dalam laporan tertulis.

1.1.  Kegitan Eksplorasi Awal

Pada tahapan eksplorasi awal, ada beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu:

a. Pemetaan Geologi dan Topografi

Untuk kegiatan eksplorasi awal, digunakan peta yang memiliki skala 1: 25000 untuk

peta geologi lintasan dan singkapan serta peta dengan skala 1:10000 untuk kegiatan

penyelidikan umum.

b.Parit Uji (Trenching)

Parit Uji (Trenching) adalah salah satu metoda lain untuk memperoleh ketebalan

secara absolut. Teknis pembuatan trenching ini tidak jauh berbeda dengan pembuatan test pit

yaitu dengan cara membuat puritan sepanjang/searah dengan down dip singkapan batubara

(secara horizontal), berdimensi lebar ± 50 cm dengan kedalaman parit tergantung dari posisi

kontak antara lapisan penutup (soil) dengan batubara,sedangkan panjang paritan disesuaikan

dengan kebutuhan di lapangan.

c. Membuat penampang sumur uji

Page 5: Data Mencari Endapan Batubara

Test pit (sumur uji) merupakan salah satu cara dalam pencarian endapan atau

pemastian kemenerusan lapisan dalam arah vertikal. Pembuatan sumur uji ini dilakukan jika

dibutuhkan kedalaman yang lebih (> 2,5 m). Pada umumnya suatu deretan (series) sumur uji

dibuat searah jurus, sehingga pola endapan dapat dikorelasikan dalam arah vertikal dan

horisontal.

Sumur uji ini umum dilakukan pada eksplorasi endapan-endapan yang berhubungan

dengan pelapukan dan endapan-endapan berlapis.

•      Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan kemenerusan

lapisan dalam arah kemiringan, variasi litologi atap dan lantai, ketebalan lapisan, dan

karakteristik variasi endapan secara vertikal, serta dapat digunakan sebagai lokasi sampling.

Biasanya sumur uji dibuat dengan kedalaman sampai menembus keseluruhan lapisan endapan

yang dicari, misalnya batubara dan mineralisasi berupa urat (vein).

•      Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan (lateritik atau residual), pembuatan sumur

uji ditujukan untuk mendapatkan batas-batas zona lapisan (zona tanah, zona residual, zona

lateritik), ketebalan masing- masing zona, variasi vertikal masing-masing zona, serta pada

deretan sumur uji dapat dilakukan pemodelan bentuk endapan.

Apabila sumur uji telah dibuat, maka kita harus mencatat data litologi dari satu sumur

uji dengan yang lain, kemudian dikorelasikan dengan menggunakan software.

d.Pemboran

Kegiatan pemboran dimaksudkan untuk melacak secara spesifik mengenai

penyebaran batubara baik ke arah down strike maupun down dip dari masing-masing

singkapan yang telah ditemukan. Hasil data pemboran diharapkan dapat mengetahui

mengenai bentukan batubara bawah permukaan (coal modelling sub-surface) sehingga dapat

diketahui sumberdaya (resources) batubara yang ada.  

Page 6: Data Mencari Endapan Batubara

Proses pemboran dilakukan dengan 2 unit mesin bor jenis portable yang sangat

populer yakni “Tone”dan“Bell”. Dua cara pemboran yang dilakukan selama pelaksanaan

program ini adalah pemboran putar (RotaryDrilling) lubang terbuka (Open Hole Drilling) dan

pemboran inti pemboran dengan bor besar dilokasi penyelidikan akan dilakukan pemboran

dengan sistim Touch Coring (TC) dengan total kedalam 800 meter dengan rincian 612,16

meter dilakukan dengan pemboran Open Hole dan 187,84 meter dengan pemboran Coring.

e. Membuat penampang lubang bor dengan metode logging

                    Metode logging pada dasarnya adalah suatu operasi yang bertujuan untuk

mendapatkan sifat-sifat fisik batuan reservoir sebagai fungsi kedalaman lubang bor yang

dinyatakan dalam bentuk grafik. Operasi ini menggunakan suatu instrument khusus (sonde)

yang diturunkan kedalam lubang bor menggunakan kabel (wire line) pada saat lubang bor

terisi fluida pemboran.

Tujuan logging adalah menentukan besaran-besaran fisik dari batuan reservoir yang

didasarkan pada sifat fisik batuan reservoir itu sendiri. Di dalam pemilihan kombinasi

logging, log dibagi menjadi Lithologi tool, resistivity tool, dan porosity tool.

1.2.  Kegiatan Eksplorasi Rinci

            Untuk kegiatan eksplorasi rinci, beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu:

a)      Untuk kegiatan pada eksplorasi rinci, digunakan peta dengan skala 1:500 hingga 1:2000.

b)      Pemboran, merupakan kegiatan lanjutan. Membuat lubang bor untuk mendapatkan data yang

lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran

kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan

cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (<20%). Sebelum

dilakukan kegiatan ini, dilakukan terlebih dahulu studi kelayakan dan amdal, geoteknik, serta

geohidrologi.

c)      Percontoan, merupakan kegiatan lanjutan dari ekplorasi terdahulu. Yakni pembuatan sumur

uji/trenching guna mendapatkan data-data yang lebih teliti.

d)     Penampangan (logging), merupakan kegiatan perekaman data-data hasil dari pemboran. Data

tersebut merupakan data sifat-sifat batuan di bawah permukaan.

1.3.  Metode Eksplorasi

Page 7: Data Mencari Endapan Batubara

a. Konvensional

            Pemetaan (geologi) permukaan dan bawah permukaan: pengamatan secara langsung

terhadap objek penyelidikan.Untuk pemetaan pada eksplorasi pendahuluan skala 1:10.000

dan untuk pemetaan eksplorasi rinci 1:2.000. Metode ini juga biasa disebut dengan metode

geologi (tak langsung).

            Metode ini dapat dilakukan dengan survei indrajauh, baik dari ruang angkasa seperti

analisa citra satelit dengan berbagai band dan dari udara yaknik analisa foto udara, citra radar

dan sebagainya. Selain itu, dilakukan dengan melakukan survei geologi permukaan seperti

survei geologi tinjau dan survei geologi singkapan.

b. Geofisika

            Di interpretasikan berkaitan dengan pola geologi dan pada umumnya digunakan pada

tahap eksplorasi pendahuluan. Bekerja berdasarkan kondisi atau sifat fisik bawah permukaan.

Metode yang sering digunakan untuk eksplorasi bahan galian : elektromagnetik, geolistrik,

magnetik-gravitasi dan seismik. Berdasarkan kontras dan sifat fisik dari batuan

c. Geokimia

Metode yang menggunakan pola dispersi mekanis diterapkan pada mineral yang

relatif stabil pada kondisi permukaan bumi, cocok digunakan  didaerah yang kondisi iklimnya

membatasi pelapukan kimiawi. Metode yang didasarkan pada pengenalan pola dispersi

kimiawi. Dapat diperoleh baik pada endapan batubara yang tererosi ataupun yang tidak

tererosi, baik yang lapuk ataupun yang tidak lapuk