data awal kelayakan typical konstruksi bidang bina marga

86
DATA AWAL PENYUSUNAN KELAYAKAN TYPIKAL KONSTRUKSI BIDANG BINA MARGA 1. KABUPATEN SAROLANGUN 1.1 Gambaran Umum Wilayah Kabua!"n Sar#lan$un G"#$ra%& 'an A'mini&!ra&i Wilayah Kabupaten Sarolangun yang dikenal dengan daerah Sepucuk Adat Serumpun Pseko merupakan kabupaten pemekaran yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 54 ahun !""" pada tanggal !# $ktober !"""% bersamaan dengan Kabupaten ebo% Kabupaten &uara 'ambi dan Kabupaten an(ung 'abung imur) Kabupaten Sarolangun dengan posisi *ilayah terletak antara !+#+ +, ,". / sampai !+,+ !, !0. / dan +!+ 5, ,". 1S sampai dengan +#+ 4! +#. dengan luas *ilayah lebih kurang 2!0)4++ 3a atau sekitar 2)!04 Km # yang terletak didaerah dataran rendah dengan ketinggian antara !+ sampai dengan !+++ meter dari permukaan laut dpl % dengan pembagian *ilayah dan batas *ilayah sebagai berikut 6 a) Sebelah Utara berbatasan dengan *ilayah Kabupaten /atang 3ari dan Kabupaten ebo b) Sebelah Selatan berbatasan dengan *ilayah Pro7insi Sumatera Selatan c) Sebelah /aratberbatasan dengan 8ilayah Kabupaten &erangin d) Sebelah imur berbatasan dengan *ilayah Kabupaten /atang 3ari dan Pro7insi Sumatera Selatan) Kabupaten Sarolangun memiliki *ilayah seluas 2)!04 km # terdiri dari !+ kecamatan% " kelurahan dan !,4 9esa% dimana Kecamatan Pauh merupakan kecamatan terluas di kabupaten ini% dengan luas !)00+ km # #:%20; ) Sedangkan Kecamatan Singkut merupakan kecamatan dengan luas paling kecil% yakni I-!

Upload: bambangkustiawan

Post on 05-Nov-2015

241 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Gambaran Umum Kabupaten

TRANSCRIPT

DATA AWAL PENYUSUNAN KELAYAKAN TYPIKAL KONSTRUKSI BIDANG BINA MARGA

1. KABUPATEN SAROLANGUN1.1Gambaran Umum Wilayah Kabupaten SarolangunGeografis dan Administrasi WilayahKabupaten Sarolangun yang dikenal dengan daerah Sepucuk Adat Serumpun Pseko merupakan kabupaten pemekaran yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 1999 pada tanggal 12 Oktober 1999, bersamaan dengan Kabupaten Tebo, Kabupaten Muara Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Kabupaten Sarolangun dengan posisi wilayah terletak antara 1020 03 39 BT sampai 1030 13 17 BT dan 010 53 39 LS sampai dengan 020 41 02 dengan luas wilayah lebih kurang 617.400 Ha atau sekitar 6.174 Km2 yang terletak didaerah dataran rendah dengan ketinggian antara 10 sampai dengan 1000 meter dari permukaan laut (dpl), dengan pembagian wilayah dan batas wilayah sebagai berikut :a. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Batang Hari dan Kabupaten Tebo b. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Provinsi Sumatera Selatan c. Sebelah Barat berbatasan dengan Wilayah Kabupaten Merangin d. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Batang Hari dan Provinsi Sumatera Selatan.

Kabupaten Sarolangun memiliki wilayah seluas 6.174 km2 terdiri dari 10 kecamatan, 9 kelurahan dan 134 Desa, dimana Kecamatan Pauh merupakan kecamatan terluas di kabupaten ini, dengan luas 1.770 km2 (28,67%). Sedangkan Kecamatan Singkut merupakan kecamatan dengan luas paling kecil, yakni seluas 173 km2 ( 2,81%). Wilayah administrasi Kabupaten Sarolangun disajikan pada Tabel 1.1, sedangkan Peta Orientasi dan Peta administrasi disajikan pada Gambar 1.1 dan Gambar 1.2.

Tabel 1.1Luas Wilayah Kabupaten SarolangunBerdasarkan Kecamatan Tahun 2005 2009

No.KecamatanIbukotaLuas Wilayah

200520062007 - 2009

Km2%Km2%Km2%

1Batang AsaiPekan Gedang85813,9085813,9085813,90

2PauhPauh1.77028,671.77028,671.77028,67

3SarolangunSarolangun3195,173195,173195,17

4Bathin VIIILimbur Tembesi4988,074988,074988,07

5MandianginMandiangin63610,3063610,3063610,30

6Air HitamJernih4717,634717,634717,63

7LimunPulau Pandan1.1191.11979912,94

8Cermin Nan GedangLubuk Resam----3205,18

9PelawanPelawan5038,155038,153305,34

10SingkutSingkut----1732,80

Sumber : BPS Kabupaten Sarolangun, 2009

Ketinggian dan Kemiringan TanahBerdasarkan analisis terrain pada Shuttle Radar Topography Mission 90 m (NASA, 2009), dilanjutkan dengan verifikasi lapang, bahwa Kabupaten Sarolangun didominasi oleh bentuk wilayah berombak (23,49%) dan datar (23,32%), kemudian diikuti oleh bentuk wilayah bergelombang yang mencapai 18,29% dari luas kabupaten. Bentuk wilayah berbukit mencapai 11,90%, berbukit kecil sekitar 6,62% dan cekung sekitar 5% sisanya 11,38% merupakan daerah dengan bentuk wilayah bergunung.

Hasil analisa mengindikasikan bahwa sekitar 88,51% wilayah Kabupaten Sarolangun potensial untuk pertanian. Tabel 1.2 menyajikan bentuk wilayah Kabupaten Sarolangun beserta luasnya. Penyebarannya yang terliput dalam Shuttle Radar Topography Mission 90 m (NASA, 2009) disajikan pada Gambar 1.3.

Tabel 1.2Bentuk Wilayah Kabupaten Sarolangun

Bentuk WilayahLerengLuas

Ha%

Cekung < 1 %30.8585,00

Datar0 3 %143.97323,23

Berombak3 8 %145.03923,49

Bergelombang8 15 %112.91718,29

Berbukit Kecil15 25 %40.8476,62

Berbukit25 40 %73.48711,90

Bergunung> 40 %70.27911,38

Total617.400100,00%

Bentuk wilayah berombak dengan lereng 3 8% merupakan bentuk wilayah dominan daerah penelitian dengan luas 145.039 ha atau 23,49% dari luas kabupaten. Di wilayah Kecamatan Air Hitam dijumpai di sekitar Desa Bukit Suban, Desa Pematang Kabau, Lubuk Jering, Jernih dan Desa Lubuk Kepayang. Di wilayah Kecamatan Mandiangin dapat dijumpai di Desa Kertopati, Mandiangin Tuo, Gurun Tuo, Gurun Tuo Simpang, Mandiangin, Taman Dewa dan Petiduran Baru. Di wilayah Kecamatan Pauh dapat dijumpai di Desa Semaran, Lubuk Napal, Lamban Sigatal sampai Desa Sepintun. Di wilayah Kecamatan Bathin VIII dijumpai di Desa Teluk kecimbung, Batu Penyabung dan Pulau Buayo. Di Kecamatan Pelawan terdapat di Desa Rantau Tenang, Desa Pelawan, Desa Batu Putih. Di Kecamatan Singkut dapat dijumpai di Desa Bukit Tigo, Sungai Benteng, Sungai Gedang, Perdamaian dan Sungai Merah. Di wilayah Kecamatan Limun terdapat di Desa Tanjung Raden, Desa Monti, Tanjung Raden sampai Desa Temenggung Dusun Mengkadai. Di Kecamatan Cermin Nang Gedang dapat dijumpai di Desa Lubuk Resam, Teluk Tigo. Di Kecamatan Batang Asai dijumpai di Desa Kasiro, Desa Bukit Kalimau ULu dan Desa Muara Cuban.

Bentuk wilayah bergelombang, lereng 8 15% menyebar sekitar 18,29% atau 112.917 ha. Di Kecamatan Air Hitam di jumpai di kaki Bt. Subanpunaibanyak (164 m) dan di sekitar Pegunungan Dua Belas. Di Kecamatan Mandiangin di jumpai di sekitar Desa Bukit Peranginan, Petiduran Baru, Guruh Baru, Butang Baru dan Pemusiran. Di Kecamatan Pauh di jumpai di sekitar Desa Karang Mendapo. Di wilayah Kecamatan Pelawan dan Singkut di jumpai di Desa Pasar Singkut, Sungai Merah. Di Kecamatan Limun dijumpai di sekitar Dusun Kampung Pondok. Di Kecamatan Batang Asai di jumpai di sekitar Desa Sungai Bemban.Bentuk wilayah berbukit kecil, lereng 15 25% menyebar sekitar 40.847 ha dijumpai di sekitar Bt. Subanpunaibanyak (164 m) dan Pegunungan Dua Belas wilayah Kecamatan Air Hitam. Sekitar Desa Jati Baru di Kecamatan Mandiangin, Dusun Mengkua, Dusun Rantau Alai, Desa Ranggo, Dusun Muara Mensao, B. Rebah dan B. Kutur di Kecamatan Limun. Di wilayah Kecamatan Pelawan dan Kecamatan Singkut dijumpai di jumpai di Desa Pasar Singkut, Sungai Merah. Di Kecamatan Batang Asai dijumpai di sekitar Dusun Batu Kudo, Desa Pulau Salak Baru, Kasiro Ilir dan Sungai Baung.

Bentuk wilayah berbukit, lereng 25 40% menyebar sekitar 73.487 ha atau 11,90%. Bentuk wilayah ini paling luas dijumpai di Kecamatan Limun. Berdasarkan hasil analisis hampir 50% dari Kecamatan Limun mempunyai bentuk wilayah berbukit, mulai dari Dusun Bukit Melintang, Desa Napal Melintang, Desa Lubuk Bedorong, Bt. Tinjaulimun (667 m) sampai Dusun Kampung Manggis dan Dusun Simpang Melako. Di Kecamatan Batang Asai bentuk wilayah berbukit dijumpai di Desa Batu Empang, Simpang Narso, Tambak Ratu, Dusun Renah Pisang Kemali dan Dusun Rantau Panjang. Di Kecamatan Air Hitam bentuk wilayah berbukit merupakan Pegunungan Dua Belas, yaitu G. Panggang (328 m) dan Bt. Kuaran (328 m).

Lebih dari 50% bentuk wilayah Kecamatan Batang Asai adalah bergunung, lereng > 40%. Bentuk wilayah ini di jumpai di sekitar Bt. Huluseluro (964 m), Bt. Bujang (1.957 m), Bt. Gedang, Bt. Legaitinggi (1.015 m) dan Bt. Raya (626 m). Penyebaran lereng Kabupaten Sarolangun disajikan pada Gambar 1.4.Formasi GeologiBerdasarkan peta geologi skala 1 : 250.000 (Puslitbang Geologi, 1995; 1996), wilayah Kabupaten Sarolangun terliput dalam 2 (dua) lembar peta, yaitu Lembar Sarolangun (0913) dan Muaro Bungo (0914). Berdasarkan peta tersebut, Kabupaten Sarolangun terbentuk atas batuan sedimen yang termasuk ke dalam Formasi Palembang Anggota Atas (Qtpv), Tengah (Tppp) dan Bawah (Tmpl). Setempat-setempat pada bagian punggung antiklin terdapat batuan sedimen yang berumur lebih tua yang termasuk ke dalam Formasi Telisa Anggota Atas (Tmts).

Pada bagian barat dan barat daya Kabupaten Sarolangun terdiri dari Kompleks batuan Gunungapi Terobosan berumur Tersier (Tov, Kgr dan Ppv). batuan Metamorfik berumur Pretersier (Jrs dan Ptsb) dan Kerucut Volkan G. Ungkat yang merupakan Batuan Volkanik berumur Kuarter. Endapan Aluvial dan Bahan Organik terdapat di sekitar jalur aliran sungai besar dan pelembahan tertutup yang umumnya relatif dekat dengan jalur aliran sungai.

Bahan Induk TanahStratigrafi bahan induk tanah di Kabupaten Sarolangun berdasarkan umur dikelompokkan menjadi 3 (tiga) area, yaitu : Batuan Pra-Tersier, Tersier dan Kuarter. Uraian masing-masing bahan induk tanah tersebut adalah sebagai berikut :Batuan Pre-TersierBatuan Metamorfik dan Batuan Intrusi yang tergolong berumur Pre-Tersier di daerah ini termasuk kedalam Formasi Rawas (Jrs), Batusabak (Ptsb) dan Formasi Pelepat. Formasi ini terdapat di daerah perbukitan dan kaki pegunungan yang merupakan rangkaian dari Bukit Barisan. Batuan ini menyebar di bagian baratdaya Kabupaten Sarolangun. Batuan intrusi bersifat granitik dan andesitik muncul di beberapa tempat secara sporadis. Ketiga formasi geologi ini menurunkan bahan induk tanah batuliat. Secara umum yang dihasilkan dari bahan induk ini mempunyai tekstur halus, drainase agak baik (sedang), peka erosi dan tingkat kesuburan tanah rendah sampai sangat rendah serta kejenuhan Al tinggi. tanah ini sesuai untuk pengembangan tanaman tahunan.

Batuan TersierBatuan sedimen yang tergolong berumur Tersier di daerah ini termasuk ke dalam Formasi Palembang Anggota Tengah berumur Pliosen (Tppp) bersusunkan batupasir dan batuliat.Formasi Palembang Anggota Bawah (Tmpl), namun tak selaras ditutupi oleh Formasi Palembang Anggota Atas (Qtpv). Ketebalan berkisar 50 - 60 m dan pada umumnya lebih tebal di sekitar daerah antiklinal (punggung). Dibeberapa tempat tersusun dari batunapal yang termasuk kedalam Formasi Telisa Anggota Atas berumur Miosen (Tmts). Pada bagian baratdaya terdapat batuan Volkan Tua bersifat andesitik berumur Oligosen (Tov).

Bahan induk tanah yang dihasilkan dari batuan tersier ini adalah batupasir dan batuliat. Tanah yang dihasilkan mempunyai tekstur halus sampai sedang, drainase baik sampai agak baik (sedang), kesuburan tanah rendah dan kejenuhan Al tinggi. Tanah sesuai untuk pengembangan tanaman tahunan.

Batuan KuarterBatuan sedimen berumur Kuarter di daerah ini termasuk ke dalam Formasi Palembang Anggota Atas (Qtpv). Batuan formasi ini terdiri dari bahan tuf masam dan batuliat. Formasi ini terbentuk selama setengah orogenesis Plio-Pleistosen dan terletak tak selaras di atas Formasi Palembang Anggota Tengah, umur diperkirakan antara Pleistosen Atas dan Pleistosen yang merupakan akhir proses susut laut. Formasi ini menurunkan bahan induk tanah tuf dan batuliat. Tanah yang dihasilkan mempunyai tekstur halus, drainase agak baik (sedang), tingkat kesuburan tanah sangat rendah dan kejenuhan Al sangat tinggi. tanah ini sesuai untuk pengembangan tanaman tahunan.

Bahan volkanik kerucut volkan G. Ungkat umumnya bersusunkan andesitik, dijumpai di bagian barat. Endapan aluvial berupa pasir, debu, liat dan bahan organik dijumpai di sekitar jalur aliran sungai dan pelembahan tertutup/ cekungan berumur paling resen (muda). Tanah yang dihasilkan dari bahan volkanik dan endapan aluvial dicirikan oleh tekstur yang berstratifikasi sebagai akibat dari pengendapan bahan yang berulang-ulang. Tingkat kesuburan tanah tergolong sedang. Tanah ini berpotensi untuk pengembangan tanaman pangan dan hortikultura (sayuran). Sesetempat di daerah cekungan dijumpai tanah organik dengan tingkat kematangan saprik sampai hemik yang potensial untuk pengembangan hortikultura dan tahunan (perkebunan). Formasi geologi kabupaten Sarolangun disajikan pada Gambar 1.5.

I-1

I-79

TanahTanah merupakan hasil pembentukan faktor-faktor pembentuk tanah yang terdiri dari bahan induk, iklim, topografi, waktu dan organism (Buol et al., 1980). Bahan induk dan iklim merupkan faktor pembentuk tanah dominan. Kedua faktor pembentuk tanah tersebut mempengaruhi sifat-sifat fisik-kimia dan mineralogy tanah. Tanah yang terbentuk bersama-sama dengan faktor iklim juga menentukan jenis dan penyebaran tanaman. Berdasarkan hasil verifikasi lapang, tanah-tanah yang dijumpai di Kabupaten Sarolangun digolongkan ke dalam 6 ordo tanh, yaitu : Histosols, Entisol, Inceptisols, Alfisols, Oxisols dan Ultisols (Key to Soil Taxonomy, 2003). Tanah-tanah yang dijumpai di Kabupaten Sarolangun dan padanannya menurut system klasifikasi tanah nasional (Dudal dan Soepraptohardjo, 1966) disajikan pada Tabel 1.3 penyebarannya disajikan pada Gambar 1.6. Uraian masing-masing ordo tanah sebagai berikut:

HistosolsHistosols disebut juga tanah Gambut atau Oganosols, merupakan tanahyang erbentuk akibat proses penimbunan bahan organic karena selalu jenuh air. Dalam kondisi demikian sirkulasi oksigen jadi terhambat dan dekomposisi bahan organic berjalan sangat lambat, sehingga terjadi akumulasi atau penumpukan bahan organic. Tanah gambut di Kabupaten Sarolangun dijumpai pada landform gambut topogen air tawar (G.11) diwilayah Kecamatan Air Hitam, Pauh, Pelawan, Singkut dan Sarolangun. Pada tingkat sub grup hanya menurunkan Typic Haplohemists.

Typic Haplohemists merupakan taah organikyangsangat dalam (> 25 cm), tersusun dari bahan organic dengan tigkat kematangan sedang (hemik) dan drainase sangat terhambat. Tanah ini mempunyai tingkat kemasaman tinggi (pH 3,5 3,9), kandungan C-organik sangat tinggi sedangkan N rendah, sehingga rasio C/N sangat tinggi (> 25 cm). P Potensial tinggi di lapisan atas dan rendah dilapisan bawah, sedangkan ketersedianya sangat rendah sampai rendah. K potensial sedang di lapisan atas dan rendah dilapisan bawah, demikian juga dengan ketersediaannya (K-dd). Hara dapat tukar lainnya, seperti (C-dd) sangat rendah sampai rendah, Mg (Mg-dd) sedang sampai tinggi dan Na (Na-dd) rendah. Kemampua tanah mempertukarkan kation (KTK) sangat tinggi, kejenuhan basa (KB) sedang sampai tinggi, demikian juga dengan kejenuhan alumuniumnya.

Berdasarkan sifat kimia tersebut tanah gambut di daerah Kabupaten Sarolangun mempunyai tingkat kesuburan tanah tergolong sedang. Saat ini sebagian besar tanah telah dimanfaatkan untuk perkebunan klapa sawit. Selain untuk perkebunan kelap sawit, tanah gambut juga potensial untuk tanaman hortikultura. Pengaturan tata air sangat diperlukan di daerah gambut. Selain itu, pengapuran untuk memperbaiki pH perlu dilakukan.

EntisolsEntisols merupakan tanah-tanah muda karena belum mempunyai perkembangan profil. Tanah ini dikenal juga sebagai tanah Aluvial Coklat. Di Kabupaten Sarolangun Entisols yang dijumpai berkembang dari alluvium berupa liat, debu dan pasir di sepanjang jalur aliran (A. 1.5) anak-anak sungai B. Tembesi, B. Merangin, B. Asai dan B. Limun, seperti S. Air Hitam, S. Ketalo, S. Sekais, S. Belato dan lain-lain. Pada tingkat sub grup, Entisols hanya menurunkan Typic Udifluvents.

Tanah sangat dalam (> 100 cm), tekstur bervariasi dan berlapis-lapis (stratified) sebagai akibat proses pengedapan yang berulang-ulang. Struktur lemah sampai massif dan konsistensi gembur (lembab). Reaksi tanah sangat masam sampai masam (pH 4,2 5,5), C-organik tinggi di lapisan atas dan rendah sampai sangat rendah di lapisan bawah, demikian juga dengan hara N. Sedang P dan K potensial tinggi sampai sampai sangat tinggi, dan ketersediannya sangat rendah. Kemampuan tanah mempertukarkan kation (KTK) sedang sampai tinggi dan kejenuhan basa (KB) tinggi sampai tinggi. Kejenuhan Al sedang sampai tinggi. Berdasarkan sifa kimia tersebut tanah ini mempunyai tingkat kesuburan sedang.

Tanah ini potensial untuk pertnian tanaman pangan lahan kering (palawija). Kedala pengembangan pertanian pada tnah ini, selain potensi banjir, tanah ini masih memerlukan pemupukan untuk meningkatkan danmemertahakan kesuburan tanah.

InceptisolsInceptisols adalah tanah yang sudah mengalami perkembangan profil, namun masih tergolong muda. Di Kabupaten Sarolangun, Inceptisols terbentuk dari endapan sungai, batuan sedimen (berupa batuliat, batupasir dan batuan malihan), batuan vulkanik (berupa tuf dasit dan granit) dan batukapur pada landform Peneplain Datar sampai Bergelombang (T.10.1 T.10.3), Punggung Antiklin pada perbukitan Paralel (T. 9.2.1), Pegunungan Tektonik (T. 12.2), Dataran Volkan Tua (V. 3.1) dan Intrusi Volkanik (V. 4). Pada tingkat sub ordo, Inceptisols menurunkan Udepts dan Aquepts. Berikut diuraikan karakteristik masing-masing sub grup tersebut.

Tabel 1.3Tanah-tanah yang Dijumpai di Kabupaten Sarolangun menurut Klasifikasi Tanah

Keys to Soil Taxonomy (2003)Dudal dan Soepraptohardjo (1966)

OrdoSub OrdoGrupSub GrupJenis Tanah

HISTOSOLSHemistsHaplohemistsTypic HaplohemistsOrganosol

ENTISOLSFluventsUdifluventsTypic UdifluventsAluvial Coklat

INCEPTISOLSUdeptsEutrudeptsHumic EutrudeptsLatosol Coklat

Typic EutrudeptsLatosol Coklat

DystrudeptsOxic DystrudeptsPadsolik Coklat Kekuningan

Humic DystrudeptsPadsolik Coklat Kekuningan

Typic DystrudeptsPadsolik Coklat Kekuningan

AqueptsEndoaqueptsFluvaquentic EndoaqueptsGlei Humus

Typic EndoaqueptsGlei Humus

ALFISOLSUdalfsHapludalfsHumic HapludalfsMediteran Merah Kekuningan

Typic HapludalfsMediteran Coklat Kekuningan

OXISOLSUdoxKandiudoxTypic KandiudoxPadsolik Coklat Kekuningan dan Latosol Coklat Kekuningan

ULTISOLSUdultsHapludultsTypic HapludultsPadsolik Coklat

HumultsHaplohumultsTypic HaplohumultsPadsolik Coklat

Sumber : Keys Soil Taxonomy (2003) dan Pandanannya menurut Dudal dan Soepraptohardjo (1966)

DystrudeptsUdepts di Kabupaten Sarolangun menurunkan Dystrudepts dan Eutrudepts. Dystrudepts terbentuk dari batupasir, batuliat, tuf dasit dan granit. Hampir seluruh wilayah Kabupaten Sarolangun didominasi oleh tanah Dystrudepts yang setara dengan Padsolik Coklat Kemerahan (Dudal dan Soperaptohardjo, 1966). Tanah dalam sampai sangat dalam, solum tebal, drainase baik dan tekstur tanah agak halus. Reaksi tanah masam sampai sangat masam (pH 3,6 5,2), C-organik sedang sampai sanat tinggi dilpisan atas, rendah sampi sangat rendah di lapisan bawah, demikian juga dengan hara N. Sedang P dan K potensial umumnya rendah, dan ketersedianya sangat rendah. Basa-basa dapat tukar lainnya, seperti Ca, Mg dan Na (Ca-dd, Mg-dd dan Na-dd) umumnya sangat rendah. Kemampuan tanah mempertukarkan kation (KTK) umumnya rendah dan kejenuhan basa sedang, sedangkan kejenuhan Al sangat tinggi. Berdasarkan sifat kimia tersebut tanah ini mempunyai tingkat kesuburan rendah.

Pada tingkat sub grup, Dystrudepts menurunkan Oxic Dystrudepts karena mempunyai KTK liat < 24 cmol/kg, Humic Dystrudepts karena mempunyai lapisan tas berwarna gelap dengan ketebalan > 18 cm dan lainnya sebagai Typic Dystrudepts. Secara umum tanah ini potensial untuk tanaman tahunan/ perkebunan. Faktor pembtas adalah tingkat kesuburan tanah yang rendah, pH tanah masam dan tingginya kejenuhan Al. Pemupukan sangat diperlukan, terutama pada awal pertumbuhan. Selain pemupukan, pengapuran untuk memperbaiki pH dan menigkatkan kejenuhan basa serta menekan kejenuhan Al perlu dilakukan.

Pada daerah-daerah berlereng, usaha tani konservasi sangat disarankan terutama pada tanah-tanah berbahan induk yang peka terhadap erosi, seperti batuliat dan batupasir.

EutrudeptsEutrudepts di daerah Kabupaten Sarolangun berkembang dari bahan alluvium, batukapur dabatuan volkanik (granit) pada landform dataran banjir dari sungai bermeander (A.1.1.2), Peneplain Datar dab Bergelombang (T.10.1 dan T.10.3) serta Dataran Volkanik Tua (V.3.1.). Tanah dalam sampai sangat dalam, solum tebal, drainase baik dan tekstur halus (liat). Tanah ini setara dengan Latosol Coklat (Dudal dan Soepraptohadjo, 1966). Reaksi tanah umumnya masam sampai agak masam (pH 4,5 6,5), C-organik tinggi di lapisan atas dan rendah sampai sangat rendah di lapisan bawah, demikian juga dengan N. Sedang P tersedia rendah sampai sangat renda.Basa-basa dapat tukar seperti, Ca dan Mg tinggi pada tanah-tanah yang berkembang dari batukapur dan rendah sampai sangat rendah dari granit. K-dd umumnya sedang dan Na rendah. Kemampuan tanah mempertukarkan kation umumnya sedang dan kejenuhan basa sangat tinggi pada tanah-tanah yang berkembang dari alluvium dan granit serta sangat rendah dari batu kapur. Berdasarkan sifat kimia tersebut tanah ini mempunyai tingkat kesuburan sedang.

Pada tingkat sub grup Eutrudepts menurunkan Humic Eutrudepts dan Typic Eutrudepts. Tanah potensial untuk tanaman pangan dan tanaman tahunan/ perkebunan. Faktor pembatas untuk pengembangan tanaman angan adalah tektur tanah halus, sehingga akan menghambat dalam pengolahan tanahnya.

Penambahan bahan organic untuk mengurangi pengaruh tektur tersebut sangat diperlukan. Selain bahan orgaik, penambahan pupuk anorganik (hara N, P dan K) untuk memperbaiki dan meningkatkan kesuburan tanah masih diperlukan. Pada daerah-daerah berlereng usahatani perlu diterapkan.

EndoaqueptsEndoaquepts adalah Inceptisols yang selalu jenuh air atau sebagian besa alam tahun-tahun normal jenuh air. Di sepanjang Dataran Banjir B. Tembesi, B. Merangin, B. Asai dan B. Limun, Endoaquepts menurunkan Typic Endoaquepts dan di dataran alluvial S. Putih dan S. Kujung sekitar Desa Bukitsuban, wilayah Kecamatan Air Hitam menurunkan Fluvaquentic Endaquepts. Tanah ini menut Dudal dan Soeppthardjo (1966) setara dengan Glei Humus.

Typic Endoaquepts mempunyai penampang tanah dalam tekstur halus (lat) drainase terhambat. Reaksi tanah sangat masam sampai masam (pH < 5,5), C-organik tinggi dilapisan atas dan rendah sampai sangat rendah di lapisan bawah, hara N sedang di lapisan atas dan rendah di lapisan bawah. P potensial rendah sampai sedang, dan ketersediannya sedang di lapisan atas dan sangat rendah di lapisan bawah. K potensial rendah sampai sangat rendah, demikian juga ketersedianya. Basa-basa lain seperti Ca, Mg dan Na sangat rendah. Kemampuan tanah mempertukarkan kation rendah sampai sedang. Kejenuhan basa sangat rendah, sedangkan kejenuhan Al sangat tinggi. Berdasarkan karakteristik kimia tersebut, Typic Endoaquepts di Kabupaten Sarolangun tergolong tanah dengan tingkat kesuburan rendah.

Karena posisi geografi yang berada di daerah datar (lereng 0 3%) dan sumber daya air yan cukup dari B. Tembesi, B. Merangin, B. Asai dan B. Limun, daerah ini potensial untuk pengembangan padi sawah. Namun tanah in memerlukan perbaikan pH dan menekan kejenuhan Al.

Fluvaquentic Endoaquepts mempunyai penampang tanah sangat dalam, tekstur agak halus (liat berlempung) dan drainase terhambat. Secara umum Fluvaquentic Endoaquepts mempunyai Typic Endoaquepts. Hal ini terlihat dari reaksi tanah masam sampai agak masam (pH 5,4 6,2), C-organik tinggi di lapisan atas dan berfluktuasi di lapisan bawah, hara N sedang di lapisan atas dan rendah sampai sangat rendah di lapisan bawah. P potensial sngat tinggi di lapisan atas,sedang sampai sangat tinggi di lapisan bawah, sedangkan ketersediannya sangat rendah. K potensial rendah sampai sangat rendah, demikian juga ketersediannya. Basa-basa lain seperti Ca, Mg dan Na sangat rendah Kemampuan tanah mempertukarkan kation rendah sampai sedang. Kejenuhan basa sangat tinggi dan kejenuhan Al sangat rendah. Berdasarkan karakteristik kimia tersebut, Fluvaquentic Endoaquepts mepunyai tingkat kesuburan tanah sedang.

Berdasarkan posisi geografi yang berada di daerah datar (lereng 0 3%), tanah ini potensial untuk padi sawah. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, masih diperlkan pemupukan yang berimbang, terutama hara N, P dan K.

AlfisolsAlfisols adalah tanah yang sudah cukup berkembang, ditandai dengan adanya horizon akumulasi liat (argilik). Di daerah Kabupaten SArolangun, Alfisols berkembang dari andesit pada landform Pegunungan Volkan Tua (V.3.3) dan batuan sedimen pada landform Peneplain Berombak (T.10.2). Pada tingkat grup, Alfisols hanya menurunkan Hapludalfs dan pada tingkat sub grup menghasilkan Humic Hapludalfs dan Typic Hapludalfs. Berikt disajikan karakteristik masing-masng sub grup Alfisols di Kabupaten Sarolangun.

Humic Hapludalfs adalah grup Hapludalfs yang mempunyai lapisan atas berwarna gelap dengan ketebalan > 18 cm. Tanah ini setara dengan Mediteran Merah Kekuningan (Dudal dan Soepraptohardjo, 1966). Tanah dalam, tekstur agak halus dan drainase baik. Hapludalfs yang berkembang dari batuan sedimen ini mempunyai reaksi tanah yang sangat masam (pH < 4,5). C-organik rendah sampai sangat rendah, demikianjuga hara N. P potensial sedang di lapisan atas dan rendah sampai sangat rendah di lapisan bawah, sedangkan ketersediannya sangat rendah. K potensial rendah, demikian juga ketersedianya. Basa-basa lain seperti Ca rendah, Mg rendah sampai sedang dan Na rendah sampai sangat rendah. Kapasitas tanah mempertukarkan kation rendah dan kejenuhan basa sedang sampai sangat tinggi. Berdasarkan sifat kimia tanah tersebut, Humic Hapludalfs mempunyai tingkat kesuburan yang tergolong rendah.

Tanah ini potensial untuk pengembangan tanaman pangan maupun hn/ peruan. Pembeian pupuk, baik pupuk rganik man anorganik (puk N, P dan K) ntu peraik sifa kiia tanah serta pengapuran untuk memperbaiki pH tanah dan menekan kejenuhan Al sangat penting dilakukan.

Typic Hapludalfs setara dengan Mediteran Coklat Kemerahan (Dudal dan Soepraptohardjo, 1966), mempuyai penampang tanah dalam, tekstur agak halus dan drainase baik. Hapludalfs ini mempunyai reaksi tanah masam (pH 5,2 5,4), C-organik sangat rendah, demikian juga hara N. Mempunyai P potensial sangarenah dan ketersediaannyarendah. K. Potensial tinggi dan ketersediannya sedang sampai tinggi. Basa-basa lain seperti Ca rendah, Mg tinggi dan Na rendah sampai sangat rendah.

Kapasitas tanah mempertukarkan kaion rendah sampai sedang dan kejenuhan basa sedang sampai sangat tinggi. Berdasarkan sifat kimia tersebut, Typic Hapludalfs mempunyai tingkat kesuburan yang tergolong rendah. Penyebarannya dijumpai di Desa Muaroduo dan lereng Bt. Gedang, wilayah Kecamatan Batang Asai. Tanah ini di jumpai di daerah bergunung pada lereng > 40%. Tanah ini tidak potensial untuk pertanian dan sebaknya tetap sebagai hutan untuk menyangga (buffer) ekosistem di bawahnya.

OxisolsOxisols adalah tanah yang sudah mengalami perkembanga lanjut, ditandai oleh horizon bawah permukaan oksik, yaitu horisn yang mempunyai kapasitas tukar kation (KTK) liat < 16 cmol/kg liat. Di daerah Kabupaten Sarolangun Oxisols terbentuk dari batuliat, batupasir dan granit. Tanah ini dikenal juga sebagai Podsolik Merah Kuning (PMK) dan pada tanah-tanah yang warnanya homogeny dikenal juga sebagai Latosol (Dudal dan Soepraptohardjo 1966). Ordo tanah ini hanya menurunkan grup Kandiudox dan pada tingkat sub grup menurukan Typic Kandiudox.

Penyebarannya terdapat pada landform Peneplain Datar ampai Berombak denga lereng 0 8% (T.10.1 T.10.2), Dataran Volkanik Tua (V.3.1) pada bentuk wilayah berombak, lereng (3 8%) dan Perbukitan Tektonik pada bentuk wilayah berbukit, lereng 25 40% (T.12.1). Penyebaran tanah ini terdapat di Kecamatan Mandiangin, Air Hitam, Pauh, Batang Asai, Sarolangun, Pelawan, Singkut dan Limun.Typic Kandiudox tergologn tanah sangat dalam, drainase bai, tekstur halus (liat), reaksi tanah sangat masam sampai masam (pH 3,4 5,2), C-organik rendah di lapisan atas, sangat rendah di lapisan bawah, demikian juga dengan hara N. Sedang P dan K potensial sangat rendah dan rendah ketersediannya. Kemampuan tanah mempertukarkan kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB) rendah, sedangkan kejenuhan Al sangat tinggi. Berdasarkan sifat kiia tersebut tanah ini mempunyai tingkat kesuburan rendah.

Tanah ini potensial untuk pengembangan tanaman tahunan/ perkebunan. Kendala utamanya adalah rendahnya tingkat kesuburan tanah dan kejenuhan alumunium sangat tinggi. Perlu perbaikan kesuburan tanah melalui pemupukan dan pengapuran. Selain faktor-fakor pembatas diatas, pada daerah-daerah berlereng perlu menerapkan teknik konservasi tanah untuk mengurangi bahaya erosi.

UltisolsUltisols adalah tanah yang sudahmengalami perkembangan lanjut (tua), dicirikan oleh adanya horizon akumulasiliat (argilik) dan kejenuhan basa (KB) < 35%. Di Kabupaten Sarolangun Ultisols terbentuk dari batuliat, batupasir, tuf dasit dan granit. Tanah ini dikenal juga sebagai Podsolik Merah Kuning (Dudal dan Soepraptohardjo, 1966). Ultisols di daeah Kabupaen Sarolangun menurunkan ordo Udults dan Humults yang masing-masing menurunkan grup Hapludults dan Haplohumults. Pada tingkat grup menghasilkan Typic Hapludults dan Typic Haplohumuts.

Penyebarannya terdapat pada landform Peneplain Berombak sampai Bergelomabng, lereng 3-15% (T.10.2 T.10.3), Dataran Volkanik Tua, bentuk wilayah berbukit kecil dengan lereng 15 25% (V.3.1), Pegunungan Volkanik Tua, bentuk wilayah bergunung dengan lereng > 40%(V.3.3), Perbukitan Tektonik, bentuk wilayah berbukit dengan lereng 25 40% (T.12.1) dan Dataran Volkanik Tua, bentuk wilayah bergelombang dengan lereng 8 15% (V.3.1). Terdapat di Kecamatan Mandiangin, Air Hitam, Pauh, Batang Asai, Pelawan, Singkut, Limun dan Bathin VIII.

Hapludults tergolong tanah sangat daam, drainase baik, tektur agak halus (lempung berliat) di lapisan atas dan halus (liat) di lapisan bawah. Reaksi tanah masam, C-organik sangat rendah, hara tersedia seperti N sedang di lapisan atas, sangt rendah di lapisan bawah. P dan K potensial sangat rendah, demikian juga ketersediannya. Kemampuan tanah mempertukarkan kation (KTK sedang dan kejenuhan basa (KB) sangat rendah, sedangkan kejenuhan Al sangat tinggi. Berdasarkan sifat kiia tersebut tanah ini mempunyai tingkat kesuburan rendah. Tanah ini potensial untuk pengembangan tanaman tahunan/ perkebunan. Kendala utamanya adalah rendahnya kesuburan tanah dan kejenuhan alumunium sangat tinggi. Perlu perbaikan kesuburan tanah melaluui pemupukan dan pengapuran.

Haplohumults tergolong tanah dalam sampai sangat dalam, drainase baik dan tekstur agak halus (lempung berdebu). Reaksi tanah masam sampai sangat masam, C-organik tinggi di lapisan atas, sangat rendah di lapisan bawah. Hara seperti N sedang di lapisan atas, sangat rendah di lapisan bawah, P potensial sedang di lapisan atas dan sangat rendah di lapisan bawah, sedangkan ketersediannya sangat rendah. Kemampuan tanah mempertukarkan kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB) rendah sedangkan keenuhan Al tinggi sampai sangat tinggi. Berdasarkan sifat kimia tersebut tanah ini mempunyai tingkat kesuburan rendah.

Tanah ini potensial untuk pengembangan tanaman tahaunan/ perkebunan kecuali pada wilayah bergunung. Sebaiknya pada wilayahnya (bergunung) tetap dipertahankan sebagai hutan untuk menyangga ekosistem di bawahnya. Kendala utamanya untuk pertanian adalah rendahnya tingkat suburban tanah dan tingginya kejenuhan Al. Perlu perbaikan kesuburan tanah melalui pemupukan dan pengapuran untuk memperbaiki pH dan menekan kejenuhan Al terutama awal pertumbuhan tanaman. HidrologiDi Kabupaten Sarolangun mengalir 4 sungai besar, yaitu B. Merangin, B. Tembesi, B. Asai dan B. Limun. Uraian masing-masing sungai tersebut adalah sebagai berikut :a. Batang Merangin berhulu di D. Tujuh melewati Sungai Manau, Kota Bangko (Ibukota Kab. Merangin) menuju Kabupaten Sarolangun. Di Kabupaten Sarolangun, Batang Merangin ini bermuara di Sungai Pelakar dan di Desa Batu Kucing (wilayah Kecamatan Pauh), yang selanjutnya B. Merangin bermuara ke B. Tembesi.b. Batang Tembesi berhulu di G. Masurai (2.935 m) yang merupakan deretan Pegunungan Bukit Barisan. Dari G. Masurai melewati jangkat dan Muara Siau terus ke Perkotaan Sarolangun. Di Kabupaten Sarolangun ke. B. Tembesi bermuara S. Sekamus, S. Kolang, S. Penarun, S. Selembau dan B. Limun. Setelah melewati wilayah Kabupaten Sarolangun B. Tembesi terus ke utara menuju Kabupaten Batanghari. c. Batang Asai berhulu di G. Gedang (2.447 m), wilayah Kecamatan Batang Asai. Sungai ini melewati dua wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Batang dan Kecamatan Limun. Sebelum bermuara ke S. Limun di Ma. Limun, Sungai B. Asai bermuara ke beberapa sungai, diantaranya S. Tangkui, S. Kinantan, S. Merandang, S. Melinau, S. Penetai, S. Pebaik, S. Perambil dan S. Belakang.d. Batang Limun bermuara ke Muara B. Limun di sekitar Perkotaan Sarolangun dan selanjutnya ke B. Tembesi. Sungai B. Limun ini bermuara S. B. Limun, S. Kutur, S. Mensao, S. Mengkadai, Bt. Rebah, S. Singkut dan S. Jelapang. Untuk mendukung usaha pertanian di Kecamatan Limun, telah dibangun DAM KUTUR yang mengairi daerah persawahan di sekitar Kecamatan Limun namun belum termanfaatkan secara optimal.

Kelas LahanMetode dan cara penentuan kemampuan lahan pada umumnya dipengaruhi oleh sumber data yang digunakan dan disesuaikan dengan kondisi wilayah yang dikaji. Untuk wilayah Kabupaten Sarolangun penyusunan kemampuan lahan didasarkan dari hasil inventarisasi data sumberdaya alam yang sudah diperoleh. Untuk klasifikasi kemampuan lahan dianut klasifikasi yang digunakan oleh USDA (The United State Department of Agricultural) sedang penilaian data dilakukan dengan scorring.

Dalam penentuan klasifikasi kemampuan lahan, dua faktor utama yang perlu diperhatikan adalah faktor yang menguntungkan dan faktor yang merugikan.

Faktor yang menguntungkan antara lain tekstur tanah, kedalaman efektif tanah, drainase tanah, permeabilitas dan sistem irigasi yang digunakan. Faktor yang merugikan adalah besarnya sudut lereng, tingkat erosi serta terdapatnya batuan yang berupa bongkahan batu di permukaan dan atau di dalam tanah yang dapat mempengaruhi kemudahan pengolahan lahan dan pertumbuhan tanaman.

Selain kedua faktor tersebut, beberapa sifat fisik tanah juga perlu diperhatikan dalam menilai kelas kesesuaian lahan yang meliputi kelas lereng, tingkat erosi tanah, kandungan batu/kerikil, tekstur dan kedalaman efektif tanah, permeabilitas, drainase dan irigasi.

Berdasarkan analisis yang dilakukan maka untuk Kabupaten Sarolangun dapat dibedakan menjadi 6 (enam) kemampuan lahan sebagai berikut :

Kelas ILahan ini bernilai baik sampai sangat baik, hanya sedikit pembatas dalam pemakaian. Lahan ini dapat diusahakan secara intensif untuk pertanian. Kelas kemampuan lahan I dicirikan dengan sudut lereng 0-2%, tanah tidak mengandung batu-batu/bongkahan, kedalaman efektif tanah > 90 cm, tekstur tanah halus, permeabilitas sedang sampai baik, drainase baik, tanpa erosi dan beririgasi teknis.

Dalam rencana arah pengembangannya adalah tetap mempertahankan lahan sawah yang telah ada untuk mendukung swasembada pangan Jambi maupun Nasional. Sedang lokasi yang mempunyai aksesibilitas tinggi kemungkinan dapat dikembangkan menjadi pusat kegiatan non pertanian (perkotaan).

Kelas IILahan ini akan mempunyai nilai yang baik apabila dilakukan usaha pengawetan/pemeliharaan secara sederhana. Perbedaan dengan kelas kemampuan lahan I disebabkan oleh adanya perbedaan sudut lereng, sistem irigasi dan tekstur tanahnya.

Kelas IIILahan ini bernilai sedang yang dapat diusahakan dengan cara pengawetan dan pemeliharaan yang intensif seperti penterasan, penanaman searah garis kontur dan sebagainya. Lahan ini dirincikan dengan sudut lereng antara 2 13%, kedalaman efektif tanah > 90 cm, batuan permukaan sedikit dan erosi ringan. Rawa-rawa juga termasuk dalam kelas ini.

Kelas IVLahan ini cocok untuk tanaman keras/perkebunan karena lahan ini mempunyai sudut lereng 7 140%, peka terhadap erosi dan batuan di permukaan tanah maupun di dalam tanah > 10%. Dalam arahan pengembangannya direncanakan bagi pengembangan pertanian tanaman lahan kering, dan wilayah lindung termasuk buffer zone serta kawasan cagar alam.

Kelas VLahan ini baik ditanami dengan vegetasi penutup atau sebagian kawasan hutan. Lahan ini pada umumnya mempunyai kemiringan yang terjal, sifat tanah peka terhadap erosi.Penggunaan lahan saat ini sebagian besar berupa kebun campuran dan tegalan. Arahan pengembangan lahan ini direncanakan menjadi kawasan lindung dan buffer zone terutama bagi lokasi dengan kelas lereng yang curam. Sedang lahan dengan kelas lereng agak datar dapat dikembangkan untuk budidaya pertanian lahan keringan termasuk tanaman tahunan.

Kelas VILahan ini mempunyai kenampakan yang hampir sama dengan lahan kelas V tetapi memerlukan perlakuan yang lebih khusus karena mempunyai sudut lereng 55 140%, kedalaman efektif tanah < 30 cm, permukaan dan di dalam tanah banyak mengandung batu yang mengganggu dalam pengolahan tanah dan pertumbuhan tanaman.

FisiografiHasil analisis menunjukkan bahwa Kabupaten Sarolangun terdiri atas 4 Grup Fisiografi, yaitu : Grup Aluvial (A), Gambut (G), Volkan (V) dan Tektonik (T). Uraian masing-masing grup fisiografi dan pembagiannya di Kabupaten SArolangun selengkapnya disajikan sebagai berikut :

Grup Aluvial (A)Grup aluvial di Kabupaten Sarolangun menyebar sekitar 15,55% dari luas kabupaten. Landform ini merupakan lanform muda (resen dan subresen) yang terbentuk akibat proses fluvial (aktifitas sungai), koluvial (gravitasi) atau gabungan dari proses fluvial dan koluvial. Grup aluvial yang dijumpai di kelompokkan sebagai dataran banjir (A.1.1), dataran aluvial (A.1.3) dan jalur aliran (A.1.5).

Dataran banjir menurunkan landform dataran banjir pada sungai bermeander (A.1.1.2), yaitu wilayah sepanjang sungai dengan bentuk aliran yang berkelok-kelok. Landform ini terdapat di sepanjang B. Tembesi, B. Merangin, S. Air Hitam dan B. Asai dengan luas 33.504 ha (5,43%). Dataran aluvial (A.1.3) merupakan dataran luas yang terbentuk karena pengendapan bahan aluvial yang terdiri dari lumpur, pasir atau kerikil. Landform ini dijumpai di sekitar S. Putih, S. Kujung dan S. Maung di Desa Bukitsuban, wilayah Kecamatan Air Hitam. penyebarannya mencapai 2.084 ha atau 0,34% dari luas kabupaten.Grup Fisiografi lainnya adalah jalur aliran (A.1.5). merupakan wilayah sepanjang aliran sungai di wilayah yang relatif datar dan tersusun oleh bahan-bahan baru dari sungai tersebut dan pada umumnya berlapis-lapis. Landform ini menyebar di semua sungai-sungai kecil di Kabupaten Sarolangun dengan luas 30.256 ha (4,90%).

Grup Gambut (G) Grup Fisiografi Gambut yang dijumpai adalah Gambut Topogen (G.1), yaitu gambut yang terbentuk akibat bentuk topografi yang cekung, sehingga air selalu menggenang dan membentuk rawa-rawa yang relatif dangkal. Landform ini masih dipengaruhi luapan banjir, sehingga umumnya mempunyai tingkat kesuburan yang baik (gambut eutropik). Landform ini menurunkan landform gambut topogen air tawar sedang (ketebalan gambut 50 - 200 cm).

Gambut topogen air tawar sedang (G.1.1.2) ini menyebar seluas 30.149 ha (4,48%) yang dapat dijumpai sebelah selatan S. Air Hitam mulai dari Desa Bukitsuban sampai Desa Lubukkepayang, antara B. Merangin dan B. Tembesi di sekitar Desa Kasangmelintang dan batuampar serta sepanjang S. Mentawak wilayah Kecamatan Air Hitam, sekitar Desa Payolebar wilayah Kecamatan Pelawan dan Singkut. saat ini lahan dimanfaatkan untuk perkebunan kelapa sawit.

Grup Volkanik (V)Fisiografi Volkanik merupakan landform yang terbentuk akibat aktifitas gunung berapi yang dicirikan terutama oleh bentukan kerucut volkan, aliran lahar, lava atau wilayah yang merupakan akumulasi bahan volkanik. Grup fisigrafi volkanik yang di jumpai di Kabupaten Sarolangun dapat dikelompokkan menjadi volkanik tua (V.3) dan intrusi volkanik (V.4). Grup Fisiografi ini menempati 38,79% atau sekitar 239.472 ha.

Landform volkanik tua yang dijumpai di Kabupaten Sarolangun dibedakan menjadi dataran volkanik tua (V.3.1)dan pegunungan volkanik tua (V.3.3). Dataran volkanik tua adalah landform volkanik yang telah mengalami proses lebih lanjut, seperti erosi, denudasi, pengangkatan, pelipatan dan patahan, sehingga asal usulnya dari pusat erupsi tidak jelas lagi. Sedang pegunungan volkanik tua adalah wilayah volkanik tua dengan relief pegunungan, lereng > 15% dan beda tinggi > 300 m.

Dataran volkanik tua menyebar luas di Kabupaten Sarolangun mulai dari wilayah Kecamatan Pelawan, Singkut, Sarolangun, Pauh, Air Hitam sampai Mandiangin, bentuk wilayah datar (lereng 0 - 3%) sampai berbukit kecil (lereng 15 - 25%). Sedangkan pegunungan volkanik tua dijumpai di Kecamatan Batang Asai. landform ini terbentuk dari aktifitas G. Gedang (2.446 m) yang merupakan daerah Pegunungan Bukit Barisan.Grup Tektonik (T)Grup tektonik adalah landform yang terbentuk sebagai akibat deformasi kulit bumi oleh proses angkatan, patahan dan atau lipatan (proses tektonik). Grup landform ini menyebar paling luas mencapai 44,01% dari luas Kabupaten SArlangun. Di Kabupaten SArolangun Grup tektonik ini mernurunkan landform perbukitan paralel (T.9). peneplain (T.10) dan perbukitan/ pegunungan tektonik (T.12).

Perbukitan paralel (T.9) merupakan wilayah berupa punggung-punggung perbukitan paralel/ sejajar yang memanjang dan atau berkelok, terdiri dari bagian punggung dan pelembahan sempit diantaranya. Di daerah lendform ini menurunkan perbukitan paralel lipatan T.9.2) merupakan wilayah berupa punggung-punggung perbukitan dengan pola paralel/ sejajar yang memanjang dan atau berkelok sebagai akibat dari proses pelipatan-pelipatan dari strata batuan sedimen. Perbukitan paralel lipatan menurunkan antiklin (T.9.2.1) yaitu bagian dari perbukitan paralel lipatan yang berupa punggung-punggung memanjang. bentuk wilayah berbukit kecil dengan lereng 15 - 25%. Landform ini dapat dijumpai di Bt. Subanpunaibanyak (164 m), Bt. Kujangtanahsirih (140 m) wilayah Kecamatan Mandiangin, Bt. Dengung (104 m) serta Desa karangjering dan Bt. Tinjaulimau (667 m) wilayah Kecamatan Limun.

Peneplain (T.10) merupakan wilayah berbentuk relatif datar, berombak sampai bergelombang dan berbukit kecil, terbentuk dari proses pendataran strata batuan sedimen berlapis oleh kegiatan erosi yang cukup lama. Peneplain (hampir datar) terdapat pada wilayah yang relatif tua dan terangkat kembali setelah pendataran. peneplain yang dijumpai di Kabupaten Sarolangun berupa peneplain datar (T.10.1), berombak (T.10.2), bergelombang (T.10.3). Landform in terdapat hampir di semua wilayah kecamatan kecuali Kecamatan Batang Asai.

Perbukitan/ pegunungan tektonik menurunkan perbukitan tektonik (T12.1), yaitu landform tektonik dengan wilayah berbukit berlereng dominan > 15% dan perbedaan tinggi 50 - 300 m. Pegunungan tektonik (T.12.2), yaitu landform tektonik dengan wilayah bergunung, lereng dominan > 30% dan perbedaan tinggi > 300 m. Landform ini paling luas di jumpai di wilayah Kecamatan Batang Asai dan Limun. Tabel 1.5 menyajikan landform dan luasannya di Kabupaten Sarolangun, sedangkan penyebaran masing-masing Grup Landform tersebut disajikan pada Gambar 1.7.

Tabel 1.5Fisiografi Kabupaten Sarolangun

Sistem FisiografiBentuk WilayahLuas

(lereng, %)Ha%

Grup Aluvial (A)95.99315,55

#Dataran Banjir Sungai Bermeander (A.1.1.2)Datar (0 - 3%)33.5045,43

#Dataran Aluvial (A.1.3)Datar (0 - 3%)2.0840,34

#Jalur Aliran Sungai (A.1.5)

Grup Gambut (G)30.1494,88

#Gambut Topogen Air Tawar Sedang (G.1.1.2)Cekung (< 1%)30.1494,88

Grup Volkanik (V)239.47238,79

#Volkanik Tua (V.3)

- Dataran Volkanik Tua (V.3.1)Datar (0 - 3%)67.08810,87

Berombak (3 - 8%)74.24012,02

Bergelombang (8 - 15%)63.46110,28

Berbukit kecil (15 - 25%)7.0111,14

- Pegunungan Volkanik Tua (V.3.3)Bergunung (> 40%)25.1304,07

#Intrusi Volkanik (V.4)Berbukit kecil (15 - 25%)2.5420,41

Berbukit (25 - 40%)4.1880,68

Bergunung (> 40%)5.3030,86

Grup Tektonik (T)271.37444,01

#Perbukitan Paralel Lipatan (T.9.2)

- Punggung Antiklin (T.9.2.1)Berbukit kecil (15 - 25%)10.1891,65

Berbukit (25 - 40%)2.7340,38

#Dataran Tektonik (T.10)

- Dataran Tektonik Datar (T.10.1)Datar (0 - 3%)11.0401,79

- Dataran Tektonik Berombak (T.10.2)Berombak (3 - 8%)70.79911,47

- Dataran Tektonik Bergelombang (T.10.3)Bergelombang (8 - 15%)49.4568,01

Berbukit kecil (15 - 25%)21.1063,42

#Perbukitan/ Pegunungan Tektonik (T.12)

- Perbukitan Tektonik (T.12.1)Berbukit (25 - 40%)66.92410,84

- Perbukitan Tektonik (T.12.2)Bergunung (> 40%)39.8466,45

Genangan (X3)-7080,11

Total617.400100,00

1.2 Sumberdaya Transportasi

Jalan merupakan prasarana untuk memperlancar kegiatan perekonomian masyarakat. Peningkatan pembangunan menuntut pula peningkatan pembangunan prasarana jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar perdagangan antar daerah. Guna menunjang mobilitas penduduk dan struktur ekonomi yang ada maka transportasi mempunyai peranan penting sebagai urat nadi pembangunan yang merupakan kebutuhan pokok dalam mendukung proses pembangunan di segala sektor.

Sistem transportasi di Kabupaten Sarolangun, secara umum didominasi oleh sistem transportasi darat, yaitu transportasi jalan. Transportasi jalan tersebut secara umum telah menjangkau seluruh wilayah, baik perkotaan maupun pedesaan. Secara regional, Kabupaten Sarolangun mempunyai kedudukan strategis dalam pergerakan eksternal dengan propinsi-propinsi lain di Pulau Sumatera karena dilalui Jalan Negara yang menuju ke Provinsi Sumatera Selatan dan Propinsi Sumatera Barat. Dalam pengembangannya sejalan dengan rencana pengembangan jalan di Kabupaten Sarolangun saat ini telah dibangun Terminal Terpadu (Type A) yang lokasinya berada di Perkotaan Sarolangun. Dengan adanya Terminal ini diharapkan transportasi di Kabupaten Sarolangun dapat lebih maksimal.

Terminal ini terdiri dari Terminal Bus, Terminal Truck dan Terminal Angkot/Angdes yang lokasinya merupakan titik simpul transportasi di Perkotaan Sarolangun. Panjang jalan di Kabupaten Sarolangun tahun 2009 adalah 1.372,386 km, terdiri dari jalan dengan kondisi baik 500,417 km, jalan dengan kondisi sedang 451,063 km, dan jalan dengan kondisi rusak 448,638 km.

Tabel 1.6Panjang Jalan Negara, Provinsi dan Kabupaten (dalam Km)di Kabupaten Sarolangun Tahun 2008 - 2009No.Kelas JalanTahun

20082009

1.Jalan Negara132,2126,726

2.Jalan Provinsi190,89190,89

3.Jalan Kabupaten1.054,771.054,77

Total1.377,861.372,386

Sumber : Dinas PU dan Pera Kab. Sarolangun,2009

1.4 DemografiBerdasarkan data dari kantor BPS Kabupaten Sarolangun Tahun 2013 jumlah penduduk Kabupaten Sarolangun sebanyak 267.549 jiwa (136.344 laki-laki dan 131.205 perempuan), dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 2,84 % per tahun.Tabel 2.7Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Kabupaten Sarolangun Tahun 2013NoKecamatanJumlah PendudukJumlah

Laki-lakiPerempuan

1Batang Asai8.0068.67616.682

2Limun 8.3658.26316.628

3Cermin Nan Gedang5.8805.80711.687

4Pelawan 15.19914.97830.177

5Singkut20.01019.10439.114

6Sarolangun26.27025.43451.704

7Batin VIII9.6869.25218.938

8Pauh11.62110.88422.505

9Air Hitam13.86012.60926.469

10Mandiangin17.44716.19833.645

Jumlah 2013136.344131.205267.549

Jumlah 2012132.644127.319259.963

Jumlah 2011129.225123.196252.421

Sumber : BPS Kabupaten Sarolangun

Dari tabel di atas kecamatan yang paling banyak jumlah penduduknya adalah kecamatan Sarolangun yaitu berjumlah 51.704 orang dan kecamatan yang paling sedikit penduduknya adalah Kecamatan Cermin Nan Gedang dengan jumlah penduduk berjumlah 11.687 orang. Rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Sarolangun sebanyak 43 jiwa/km2, untuk Kecamatan Batang Asai 19 jiwa/km2, Kecamatan Limun 21 jiwa/km2, Kecamatan Cermin Nan Gedang 37 jiwa/km2, Kecamatan Pelawan 91 jiwa/km2, Kecamatan Singkut 226 jiwa/km2, Kecamatan Sarolangun 162 jiwa/km2, Kecamatan Batin VIII 38 jiwa/km2, Kecamatan Pauh 13 jiwa/km2. Kecamatan Air Hitam 56 jiwa/km2 dan Kecamatan Mandiangin 53 jiwa/km2. Kecamatan paling padat adalah Kecamatan Singkut dan jarang penduduknya adalah Kecamatan Pauh.

Tabel 2.8Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2013No.Kelompok UmurLaki-lakiPerempuanJumlah

10-415.24514.75530.000

25-914.83813.72328.561

310-1414.11613.36527.481

415-1912.49811.99924.497

520-2411.35111.86023.211

625-2912.20312.47724.680

730-3412.11611.69923.815

835-3910.69210.03920.731

940-448.9098.24617.155

1045-497.5346.94014.474

1150-545.7625.19310.955

1255-594.2303.5707.800

1360-642.6832.4885.171

1465-691.5961.9053.501

1570-741.2861.4222.708

1675+1.2851.5242.809

Jumlah136.344131.205267.549

Dari tabel diatas terlihat bahwa di Kabupaten Sarolangun kelompok umur penduduk yang paling banyak adalah pada usia 25-29 tahun dengan jumlah 24.680 orang, sedangkan kelompok umur yang paling sedikit adalah pada usia 70-74 dengan jumlah 2.708 orang.

2. KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR2.1 Letak Geografis dan Batas AdministrasiKabupaten Tanjung Jabung Timur dengan ibukota Muara Sabak merupakan salah satu kabupaten baru dari 11 kabupaten/kota di Provinsi Jambi. Kabupaten Tanjung Jabung Timur terbentuk sebagai daerah pemekaran baru berdasarkan Undang-Undang Nomor 54 tahun 1999. Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Tanjung Jabung yang terbagi menjadi Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.Kabupaten Tanjung Jabung Timur secara geografis terletak pada 053 - 141 LS dan 10323 - 10431 BT dengan luas wilayah administrasi Kabupaten kurang lebih 900.509 (sembilan ratus ribu lima ratus sembilan) hektar, terbagi atas luas darat kurang lebih 544.500 (lima ratus empat puluh empat ribu lima ratus ) hektar dan luas lautan kurang lebih 356.009 (tiga ratus lima puluh enam ribu sembilan) hektar. Dengan ketinggian ibukota-ibukota kecamatan dalam Kabupaten Tanjung Jabung Timur berkisar antara 1-5 m dpl.Batas geografi :Sebelah utara: Laut Cina SelatanSebelah selatan: Kabupaten Muaro Jambi dan Provinsi Sumatra SelatanSebelah barat: Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Muaro JambiSebelah timur: Laut Cina Selatan

Jarak dari Ibu Kota Kabupaten Jabung Timurke beberapa Ibu Kota Kabupaten / kota dalam Provinsi Jambi :

Muara Sabak :- Jambi lewat Sengeti = 124 Km Jambi lewat Zone V Batanghari II= 60 Km Kuala Tungkal lewat Simpang Tuan= 129 Km Muara Bulian lewat Bajubang Laut= 172 Km Sengeti lewat Simpang Tuan= 94 Km Muara Bungo lewat Muara Bulian= 374 Km Muara Tebo lewat Muara Bulian = 299 Km Sarolangun lewat Muara Bulian= 290 Km Bangko lewat Sarolangun= 364 Km Sungai Penuh Lewat Bangko = 534 Km

2.2 Kondisi Fisik LahanAdapun data kondisi geologi lingkungan masing-masing aspek adalah sebagai berikut 1. MORFOLOGIBerdasarkan criteria topografi, litologi dan aspek geologinya, bentang alam (geomorfologi) daerah penyelidikan dapat dibedakan menjadi tiga satuan sebagai berikut :Satuan morfologi perbukitan bergelombang kuatSatuan morfologi ini meliputi bagian barat daya-timur dan memanjang dari utara ke selatan dengan puncak tertinggi seperti perbukitan Talanguncang di bagian utara, sementara di bagian selatan terdapat beberapa perbukitan dengan aliran sungai antara lain Sungai Kenali, Sungai Air Hitam, Sungai Landasumbatang dan Sungai Antaui. Satuan ini umumnya ditutupi sebarab endapan vulkanik dan sekis hablur. Daerah satuan morfologi ini merupakan daerah imbuhan air tanah dangkal (recharge area).Penggunaan lahan morfologi ini pada umumnya masih berupa hutan lebat, setempat perkebunan dan pemukiman.Satuan morfologi perbukitan bergelombang lemahSatuan morfologi ini meliputi bagian utara dan menerus kea rah timur laut daerah penyelidikan. Puncak perbukitan di daerah ini adalah Bukit Telur yang meliputi daerah Geragai, Pangkalan durian dan Nibung Putih di bagian utara. Sementara itu di bagian selatan meliputi daerah Pematang Rotan, Sego Sebatang, Rawang Padang Burung dan Pematang Cempadak Tiga.Satuan morfologi perbukitan lemah ini pada umumnya ditutupi endapan vulkanik dan granit-diorit. Kemiringan lereng morfologi ini antara 2 4%, dengan ketinggian antara 10 40 m diatas permukaan laut (dpl).Penggunaan pada morfologi ini dipakai sebagai lahan perkebunan kopi, cengkeh, kelapa, pertanian serta pemukiman dan pembangunan prasarana pelengkap lainnya.

Satuan morfologi dataranSatuan morfologi ini terdiri atas dataran pantai, dataran sungai dan berawa. Pada umumnya daerah ini cukup luas, meliputi bagian tengah sampai timur daerah penyelidikan dan juga di sekitar pantai Selat Berhala yang dilalui oleh aliran Sungai Batanghari. Daerah ini ditutupi oleh endapan alluvium.Morfologi pedataran ini umumnya dipakai sebagai lahan pemukiman dan pertanian. Sebagian morfologi ini merupakan rawa-rawa yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.2. TATANAN GEOLOGIGeologi daerah penyelidikan termasuk dalam peta geologi Blad I, Lembar Jambi skala 1 : 250.000 yang dipetakan oleh S. Andi Mangga, S Santosa, S. Gafoer dan B. Hermanto pada tahun 1982 dan 1990. Secara stratigrafi daerah Jambi dan Sekitarnya dapat dibagi tujuh satuan batuan berikut ini (lihat Gambar).AluviumSatuan ini terdiri dari Jenis kerakal, kerikil, pasir, lanau dan lempung sekis. Penyebaran batuan ini yaitu daerah Pematang Kito, Pematang Sungainau, Kuala Jambi, Pematang Rotan Segosebatang, Pulau Tengah dan membentang dari Sungai Niur dan Sungai Berbak di bagian utara sampai Sungai Batanghari di bagian selatan.Satuan batuan ini terdiri atas pasir, lanau, lempung, lumpur dan gambut. Penyebaran batuan terdapat di Pulau Alangantang, Pulau Betet, sepanjang Sungai Stupa Besar sampai Kuala Sadudalam di bagian utara dan membentang dari Pulau Mudo sampai Muara Sungai Lagan di bagian barat.Batuan Gunungapi KuarterSatuan batuan ini terdiri atas perselingan breksi gunungapi dan batupasir konglomeratan. Penyebarannya terdapat di sekitar Lagan dan Manunggal.Lava BasalSatuan batuan ini berupa basal dan andesit. Andesit sebgai breksi gunungapi terdapat di antara daerah Sungai Jumamen dan Sungai Geragai, sekitar Bukit Telur.Batubara dan oksida besi, sebarannya yaitu di daerah Pematang Cemperdak Tiga, Pematang Padang Perlawan, Rawang Padang Munjang, Rawang Minrung dan Pematang Jungutingik.Formasi Air BenakatFormasi ini berupa perselingan batulempung dan batupasir, lanau, serpih dan lapisan tipis pasir kuarsa atau lanau kuarsa. Sebarannya terdapat di sekitar Talangnebengkuku, Tempino Kecil dan sekitar Bukit Talanguntang.

3. KEDAAN TANAH Tanah di daerah penelitian pada umumnya berkembang dari bahan endapan sungai dan endapan marin, dengan atau tanpa endapan organik di atasnya. Proses pembentukannya selain ditentukan oleh komponen bahan induk juga oleh keadaan vegetasi dan letak tempat yang dipengaruhi oleh air.Tanah di daerah penelitian berkembang dari bahan induk endapan sungai berupa campuran liat, debu dan bahan organik. Endapan sungai umumnya terdapat di bagian tanggul sungai (levee) yang topografinya agak tinggi sehingga tanahnya agak kering, sedangkan dibelakang tanggul sungai (backswamp) sedikit agak rendah, selalu tergenang air dan berawa. Endapan organik yang menutupi endapan sungai biasanya terdapat di daerah kubah gambut. Menurut Key to Soil Taxonomy, (Soil Survey Staff, 1998) dengan nama padanan dari Puslittan (1983), tanah ini diklasifikasikan ke dalam Typic Endoaquepts (Gleiso Distrik) untuk tanah yang mempunyai rejim kelembaban akuik dan telah mengalami perkembangan profil. Tanah yang mempunyai kandungan bahan organik tinggi (Corganik) 12-18 persen dengan ketebalan > 40 cm diklasifikasikan kedalam Haplohemists (OrganosolHemik).Tanah-tanah di daerah yang berkembang dari campuran endapan sungai dan endapan marin, umumnya tanah belum berkembang dan agak melumpur, mengandung bahan sulfidik pada kedalaman 40%. Hampir separuh dari wilayah Kabupaten Kerinci (35,53%) merupakan dataran bergelombang dengan kemiringan 15-25%. Sedangkan untuk wilayah datar dan relatif datar hanya mencapai 26,55 % sampai 24,75 % (terdiri dari kemiringan 0-8 % dan 8-15%). Adapun luas dan klasifikasi lereng di Kabupaten Kerinci disajikan dalam Tabel 3.2.Tabel 3.2Klasifikasi Lereng Wilayah Kabupaten Kerinci

C. Morfologi Wilayah Secara umum wilayah Kabupaten Kerinci dapat dikelompokan dalam beberapa satuan morfologi yaitu dataran, perbukitan bergelombang halus sampai perbukitan gelombang sedang dan pegunungan. Orientasi ke arah utara dijumpai morfologi yang lebih tinggi, yaitu morfologi perbukitan gelombang sampai pegunungan, sedangkan ke arah Selatan dijumpai morfologi dataran rendah dan batuan yang relatif sejenis. Kondisi tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap penyebaran sumberdaya alam dan sebagai pertimbangan dalam penentuan alokasi ruang di masa datang.

D. Prasarana Transportasi1) Jaringan Jalan Jaringan Jalan mempunyai peranan penting dalam mewujudkan pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi, dan perwujudan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat. Kabupaten Kerinci memiliki jaringan jalan dengan status jalan kabupaten sepanjang 937,45 Km. Berdasarkan kondisi tahun 2010 diketahui bahwa 24,5% jaringan jalan tersebut memiliki kondisi baik, dan 18% memiliki kondisi rusak ringan, serta 17% memiliki kondisi rusak total, sebagaimana disajikan pada Tabel 3.3. Untuk mendukung pembangunan dalam kurun waktu 20 tahun mendatang, maka jaringan jalan di Kabupaten Kerinci ini sangat membutuhkan peningkatan kualitas dan fungsinya, sehingga arus pergerakan orang, barang dan jasa menuju Kabupaten Kerinci dapat terjamin kelancarannya.

Tabel 3.3Inventaris Kondisi dan Penanganan Jaringan Jalan Kabupaten Kerinci Tahun 2010

E. Kependudukan dan Sumberdaya Manusia1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Pada tahun 2011 penduduk Kabupaten Kerinci berjumlah 230.734 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki 115.190 jiwa dan penduduk perempuan 115.544 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Kerinci dalam kurun waktu 11 tahun terakhir (2000-2011) sebesar 0,1% per tahun. Sedangkan Kepadatan penduduk di Kabupaten Kerinci pada tahun 2011 sebesar 60,58 jiwa/Km2.Pada akhir tahun rencana jumlah penduduk Kabupaten Kerinci diperkirakan berjumlah 1.698.320 jiwa. Perkembangan jumlah penduduk ini menunjukan bahwa Kabupaten Kerinci mengalami perkembangan/ledakan penduduk yang cukup tinggi disetiap pusat wilayah kecamatan yang menjadi Pusat kegiatan. Perkembangan jumlah penduduk ini akan mempengaruhi ketersediaan lahan dan lapangan pekerjaan. Untuk itu pemerintah daerah perlu mengantisipasi perkembangan penduduk dan menjadi dasar pertimbangan dalam pelaksanaan pembangunan dan penyediaan sarana prasarana publik sampai akhir tahun rencana.

2. Struktur Penduduk Berdasarkan data badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kerinci, diketahui bahwa struktur penduduk menurut usia sekolah (5-19 tahun) mencapai 26,79%, dan penduduk usia pendidikan tinggi (20-24 tahun) mencapai 78,318 jiwa atau 34% dari total jumlah penduduk. Sedangkan proporsi kelompok usia produktif mencapai separuh dari jumlah penduduk dan kelompok usia non produktif yaitu berjumlah 83.980 jiwa. Sehingga rasio ketergantungan penduduk pada tahun 2011 diperkirakan sebesar 57,22%. Angka ini menunjukan bahwa setiap dua orang penduduk usia produktif akan menanggung beban untuk menghidupi satu orang usia non produktif.

Tabel 3.4Struktur Penduduk menurut Kelompok Umur Tahun 2011