pt jasa marga
TRANSCRIPT
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi nasional di
samping usaha swasta dan koperasi. Dalam sistem perekonomian nasional, peran
BUMN cukup strategis, seperti: penghasil barang dan/atau jasa yang diperlukan dalam
rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; sebagai pelopor atau
perintis dalam sektor-sektor usaha yang belum diminati oleh swasta; sebagai
pelaksana pelayanan publik; penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar; serta
turut membantu pengembangan usaha kecil dan koperasi.
BUMN yang seluruh maupun sebagian besar modalnya berasal dari kekayaan negara
yang dipisahkan merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang signifikan.
Penerimaan negara tersebut dalam bentuk berbagai jenis pajak, dividen, dan hasil
privatisasi yang pada tahun 2010 nilainya mencapai Rp.132,7 triliun. Kontribusi BUMN
terhadap perekonomian Indonesia itu sendiri mencapai Rp. 2.130 triliun, baik dalam
bentuk kapitalisasi pasar modal, operational expenditure (opex), program kemitraan,
bina lingkungan, Kredit Usaha Rakyat (KUR), capital expenditure (capex), mapun
public service obligation (PSO). Selain itu, masih terdapat 105.260 kelompok usaha
menjadi mitra binaan BUMN yang juga memberikan kontribusi cukup signifikan
terhadap perekonomian Indonesia.1
Melihat peran penting dan strategis BUMN di atas, seiring dengan perkembangan
ekonomi baik di tingkat lokal maupun internasional, serta persaingan usaha yang
semakin ketat tuntutan kepada BUMN untuk menjalankan bisnisnya secara efektif,
efisien, dan profesional menjadi semakin tinggi. Namun demikian, masih didapati
beberapa kelemahan BUMN seperti: sering adanya kebijakan atau peraturan
pemerintah yang menguntungkan BUMN yang justru berakibat kepada lemahnya
BUMN dalam persaingan usaha; kurang lincah dalam bertindak; dan lamban dalam
mengambil keputusan. Kondisi ini membuat BUMN kehilangan momentum usaha yang
dapat berakibat pada kerugian usaha. Selain itu, potensi korupsi masih muncul di
BUMN karena masih adanya konflik kepentingan di internal, serta lemahnya
pengendalian internal.
1 Peran BUMN dalam Percepatan & Perluasan Pembangunan Nasional, Kementerian BUMN, Bogor 11 Februari 2011
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 1
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
Guna mengatasi hal tersebut dan untuk memperbaiki kinerja BUMN, beberapa upaya
perlu dilakukan. Di dalam berbagai analisis dikemukakan, ada keterkaitan antara krisis
ekonomi, krisis finansial, dan krisis yang berkepanjangan di berbagai negara dengan
lemahnya sistem tata kelola perusahaan yang baik2. Semakin baik dan efektifnya
sistem tata kelola perusahaan akan memungkinkan terbentuknya sistem pengendalian
(checks and balances) yang lebih efektif antar unit kerja di internal entitas usaha,
serta antara entitas usaha tersebut dengan pemangku kepentingan yang lebih luas.
Dalam kaitan mengatasi kelemahan dari kemungkinan timbulnya potensi korupsi di
BUMN, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan Studi Prakarsa Anti Korupsi
(SPAK) BUMN. Kegiatan SPAK BUMN 2011 dilaksanakan dalam rangka mengukur
efektivitas dari prakarsa antikorupsi yang dilakukan oleh BUMN.
1.2. Dasar Hukum
Dalam pelaksanaan Studi Prakarsa Anti Korupsi (SPAK) 2011, KPK mendasari pada
kewenangan yang dimilikinya. Dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi disebutkan;
1. Pasal 4 menyebutkan: “Komisi Pemberantasan Korupsi dibentuk dengan
tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi”.
2. Pasal 8 ayat 1 menyebutkan: “Dalam melaksanakan tugas supervisi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b, Komisi Pemberantasan
Korupsi berwenang melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan
terhadap instansi yang menjalankan tugas dan wewenangnya yang
berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana korupsi, dan instansi yang
dalam melaksanakan pelayanan publik”.
3. Pasal 14 menyebutkan “Dalam melaksanakan tugas monitor sebagaimana
dimaksud dalam pasal 6 huruf e, KPK berwenang untuk:
1. Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi di
semua lembaga negara dan pemerintah;
2. Memberi saran kepada pimpinan lembaga negara dan pemerintah untuk
melakukan perubahan jika berdasarkan hasil pengkajian, sistem
pengelolaan administrasi tersebut berpotensi korupsi;
2 Studi Implementasi Good Corporate Governance di Sektor Swasta, BUMN, dan BUMD, KPK Tahun 2008
2 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
3. Melaporkan kepada Presiden Republik Indonesia, Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia, dan Badan Pemeriksa Keuangan, jika saran
Komisi Pemberantasan Korupsi mengenai usulan perubahan tersebut
tidak diindahkan.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan United Nations Convention
Against Corruption (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Antikorupsi) disebutkan:
1. Pasal 7 ayat (4): “Setiap Negara Peserta wajib sesuai dengan prinsip-prinsip
dasar dari sistem hukum nasionalnya, berusaha keras untuk mengadopsi,
memelihara dan memperkuat sistem yang meningkatkan transparansi, dan
mencegah konflik-konflik kepentingan”.
2. Pasal 8 ayat (1): ”Untuk memerangi korupsi, Setiap Negara Peserta wajib
meningkatkan, antara lain: integritas, kejujuran, dan tanggung jawab di antara
para pejabat-pejabat publiknya, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar sistem
hukumnya”.
3. Pasal 10: “Dengan memperhatikan kebutuhan untuk memberantas korupsi
setiap Negara Peserta wajib, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar sistem hukum
nasionalnya, mengambil tindakan-tindakan yang mungkin untuk meningkatkan
transparansi dalam administrasi publiknya, bila diperlukan termasuk termasuk
mengenai organisasi keuangan dan proses pembuatan keputusannya”.
4. Pasal 12: ”Setiap Negara Peserta wajib mengambil tindakan-tindakan, sesuai
dengan prinsip-prinsip dasar sistem hukum nasionalnya, untuk mencegah
korupsi yang melibatkan sektor swasta, meningkatkan standar akutansi dan
audit di sektor swasta, dan dimana diperlukan, memberikan sanksi perdata,
administratf dan pidana yang efektif sebanding untuk kelalaian memenuhi
tindakan-tindakan tersebut.”
1.3. Tujuan
Secara umum, SPAK bertujuan untuk mengukur efektivitas prakarsa antikorupsi di
BUMN. Rincian tujuan kegiatan SPAK adalah:
1. Mendapatkan gambaran aktual tentang adanya prakarsa dan penerapan
pencegahan korupsi di BUMN;
2. Memastikan bahwa setiap BUMN memiliki komitmen terhadap upaya
pencegahan korupsi yang berada di lingkungan dan kewenangannya;
3. Mendorong BUMN bertanggung jawab terhadap keberhasilan upaya
pencegahan korupsi di lembaganya;
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 3
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
4. Sebagai salah satu acuan untuk melakukan perbaikan kinerja BUMN, baik atas
inisiatif sendiri maupun melalui intervensi kebijakan oleh pemerintah.
1.4. Ruang Lingkup
Berdasarkan tujuan di atas, maka SPAK dibatasi dengan melakukan penilaian terhadap
prakarsa antikorupsi dan penerapannya di 4 BUMN yang mewakili sektor energi,
konstruksi, keuangan, dan transportasi, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel I.1Perserta SPAK 2011
No BUMN Sektor
1 PT PERTAMINA (Persero) Energi
2 PT JASA MARGA (Persero) Tbk. Konstruksi
3 PT JAMSOSTEK (Persero) Keuangan
4 PT ANGKASA PURA II (Persero) Transportasi
1.5. Metodologi dan Tahapan Kegiatan
1.5.1. Metode
Indikator dan bobot yang digunakan sebagai parameter dalam penilaian SPAK BUMN
tahun 2011 adalah sebagai berikut :
1. Indikator Utama
Indikator utama merupakan indikator yang wajib dipenuhi dan dianalisis oleh
BUMN. Indikator ini merupakan pedoman dalam penilaian kuantitatif.
Penentuan indikator utama diputuskan oleh KPK berdasarkan hasil FGD (Focus
Group Discussion) dengan peserta tenaga ahli (pakar) eksternal yang relevan
dan pejabat struktural KPK.
2. Indikator Inovasi
Indikator inovasi bersifat bebas. Peserta dapat mencantumkan prakarsa
antikorupsi di luar prakarsa pada 7 indikator utama dalam sebuah laporan,
yang nantinya akan dinilai secara kualitatif. Indikator ini disiapkan untuk
mengantisipasi jika ternyata BUMN memiliki inovasi lain di luar indikator
utama.
4 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
Setiap indikator yang digunakan dalam SPAK menggunakan bobot yang ditentukan
berdasarkan hasil konsultasi dengan pakar eksternal dan struktural KPK. Berikut
adalah indikator, subindikator, dan bobot SPAK 2011.
Tabel I.2Indikator, Subindikator dan Bobot SPAK 2011
Indikator Subindikator
Indikator Utama (0,942)
1. Keteladanan Pimpinan (Tone Of The Top) (0,186)
aKetersediaan Kebijakan Pimpinan (BOC dan BOD) terkait anti korupsi (0,260)
bPeran Pimpinan dalam Penerapan Kebijakan Antikorupsi (0,480)
c Pengawasan dan Evaluasi (0,260)2. Pedoman tentang
Etika dan Perilaku (Code of Ethic dan Code of Conduct)
(0,139)
aKetersediaan dan Kelengkapan Pedoman tentang Etika dan Perilaku (0,390)
b Penerapan Pedoman Etika dan Perilaku (0,420)
c Evaluasi (0,190)
3. Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (Conflict of Interest) (0,121)
aKetersediaan dan Kelengkapan Aturan Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (0,390)
bPenerapan Aturan Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (0,410)
c Evaluasi (0,200)
4. Pengelolaan Sistem Pengaduan (Whistle Blowing System) (0,139)
aKetersediaan dan Kelengkapan Aturan Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,430)
b Penerapan Aturan Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,390)
c Evaluasi (0,170)
5. Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (Wealth Disclosure)
(0,084)
aKetersediaan dan Kelengkapan Aturan Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (0,360)
bPenerapan Aturan Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (0,430)
c Evaluasi (0,210)
6. Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (Managing Gift) (0,103)
aKetersediaan dan Kelengkapan Aturan Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (0,390)
bPenerapan Aturan Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (0,450)
c Evaluasi (0,160)7. Penegakan Aturan
(Rules Enforcement) (0,171)
a Penegakan Aturan (1,00)
Indikator Inovasi (0,058)
Prakarsa Lainnya (1,00)
Terdapat 7 indikator utama yang ditetapkan sebagai hasil FGD tersebut, untuk
selanjutnya diturunkan dalam subindikator–subindikator. Masing-masing subindikator
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 5
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
mencerminkan adanya ketersediaan, penerapan, serta proses evaluasi terhadap
masing-masing indikator. Selanjutnya ketujuh indikator dan subindikator
dioperasionalkan dalam bentuk kuesioner yang terdiri dari 81 pertanyaan (kuesioner
terlampir). Setiap pertanyaan dalam kuesioner diisi oleh peserta SPAK dengan
melampirkan bukti-bukti untuk mendukung validitas jawaban.
Nilai SPAK terendah adalah 0 dan tertinggi 10. Nilai 0 berarti peserta SPAK tidak
mempunyai prakarsa/inisiatif antikorupsi sesuai dengan harapan penilaian ini.
Sementara nilai 10 menunjukkan unit utama telah melakukan prakarsa/inisiatif
antikorupsi sesuai dengan seluruh indikator dalam SPAK.
Selain mengisi kuesioner, peserta SPAK juga didorong untuk mengisi kuesioner
tentang inovasi pencegahan korupsi yang telah dilakukan di luar tujuh indikator utama
SPAK yang telah ditetapkan.
1.5.2. Tahapan Kegiatan
Studi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Penetapan indikator utama
Penetapan indikator utama ini dilakukan melalui dua tahap yaitu konsultasi
dengan pakar dan konsultasi dengan internal KPK.
2. Penyusunan dan penyebaran kuesioner
Kuesioner terdiri dari rangkaian pertanyaan tertutup dan semi terbuka yang
disusun berdasarkan rincian dari indikator utama yang telah ditetapkan
sebelumnya. Kuesioner bersifat objektif untuk memudahkan verifikasi data.
3. Penilaian sendiri (self-assessment) oleh peserta SPAK
Pada tahap ini, BUMN mengisi kuesioner yang diberikan. Untuk menunjang
validitas jawaban, BUMN diwajibkan memberikan bukti yang relevan.
Sinkronisasi jawaban dan lampiran bukti ini yang dijadikan dasar bagi KPK
untuk melakukan verifikasi. Atas dasar verifikasi tersebut, dihitung nilai yang
menunjukkan tingkatan inisiatif antikorupsi yang dilakukan oleh BUMN.
4. Penilaian oleh KPK
KPK melakukan penilaian akhir dengan mempertimbangkan hasil pengisian
sendiri oleh instansi dan kelengkapan bukti. Untuk mempertegas hasil
penilaian, KPK juga melakukan observasi lapang untuk memastikan kegiatan
pencegahan korupsi seperti yang dilaporkan dalam SPAK. Hasil dari penilaian
KPK menentukan peringkat dari masing-masing peserta SPAK.
6 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
5. Pelaporan Akhir dan Diseminasi
Laporan akhir dibuat dengan melaporkan skor masing-masing unit utama
sesuai indikator yang ditetapkan. Hasilnya dipaparkan kepada peserta SPAK
dalam sebuah rapat tertutup.
Secara ringkas, rangkaian tahapan kegiatan SPAK tahun 2011 adalah:
Gambar 1.1
Tahapan Kegiatan SPAK 2011
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 7
Penyusunan& Penyebaran Kuesioner
Penilaianoleh Tim Ahli KPK
Jan-Feb Feb-Mar Apr-Juli Agt-Sept Okt-Nov
Self-Assessmentoleh BUMN
PenetapanIndikatorUtama
LaporanAkhir danDiseminasi
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
BAB II
PROFIL PT JASA MARGA (Persero) Tbk.
2.1. Sejarah Perusahaan PT Jasa Marga (Persero) Tbk.
PT Jasa Marga (Persero) Tbk. dibentuk pada tanggal 1 Maret 1978 melalui Peraturan
Pemerintah No. 4 Tahun 1978 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia
untuk pendirian persero. Pada tanggal 9 Maret 1978, Presiden Soeharto meresmikan
jalan tol bebas hambatan pertama yang menghubungkan Jakarta dan Bogor, yang
merupakan jalan tol pertama di Indonesia. Tujuan awal pendirian PT Jasa Marga
(Persero) Tbk. adalah untuk mengoperasikan dan memelihara ruas jalan tersebut
secara mandiri tanpa membebani anggaran Pemerintah. Ir Sutami, Menteri Pekerjaan
Umum ketika itu, adalah inisiator awal didirikannya PT Jasa Marga (Persero) Tbk.
Pada tanggal 12 November 2007, status PT Jasa Marga (Persero) Tbk. berubah
menjadi Perusahaan Terbuka dengan melepas 30% sahamnya kepada publik melalui
Bursa Efek Indonesia.
2.2. Visi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan
2.2.1. Visi dan Misi Perusahaan
Berdasarkan UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan PP No.15 Tahun 2005 tentang
Jalan Tol, dimana peran PT Jasa Marga (Persero) Tbk. yang semula sebagai otorisator,
pengembang, dan operator, berubah menjadi pengembang dan operator saja. Sebagai
tindak lanjut dari perubahan peran tersebut, maka perusahaan sejak tahun 2006
mengubah visi dan misinya menjadi sebagai berikut:
• Visi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. adalah menjadi perusahaan modern dalam
bidang pengembangan dan pengoperasian jalan tol, menjadi pemimpin (leader)
dalam industri jalan tol dengan mengoperasikan mayoritas jalan tol di
Indonesia, serta memiliki daya saing yang tinggi di tingkat nasional dan
regional.
• Misi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. adalah menambah panjang jalan tol secara
berkelanjutan, sehingga perusahaan menguasai paling sedikit 50% panjang
jalan tol di Indonesia dan usaha terkait lainnya, dengan memaksimalkan
pemanfaatan potensi keuangan perusahaan, serta meningkatkan mutu dan
efisiensi jasa pelayanan jalan tol melalui penggunaan teknologi yang optimal
8 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
dan penerapan kaidah-kaidah manajemen perusahaan modern dengan tata
kelola yang baik.
2.2.2. Tata Nilai Perusahaan
Tata Nilai merupakan nilai-nilai yang telah ada dalam setiap insan PT Jasa Marga
(Persero) Tbk. Tata nilai ini merupakan perwujudan dari sikap dan perilaku seluruh
karyawan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. yang dilaksanakan untuk mendukung
pencapaian tujuan perusahaan secara baik dan benar. Tata nilai tersebut adalah:
a. Integritas
1. Bekerja hanya untuk kepentingan perusahaan. Tidak pernah
menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan lain diluar
kepentingan perusahaan;
2. Bertanggung jawab dan senantiasa dapat menjelaskan keputusan
dan langkah-langkah yang diambil dalam pekerjaan;
3. Senantiasa menggunakan etika dalam bekerja;
4. Senantiasa menjadi panutan bagi lingkungannya.
b. Mencintai Pekerjaan (Passion)
1. Semangat dan keinginan yang kuat untuk senantiasa berbuat
yang terbaik di bidangnya;
2. Menyenangi tugasnya dan selalu berpikir positif dalam bekerja;
3. Bangga terhadap perusahaan sebagai wujud dari kebanggaan
pada bangsa dan negara;
4. Senantiasa menghasilkan kualitas pekerjaan yang terbaik.
c. Senang Belajar untuk Kemajuan (Learning)
1. Selalu ingin mengetahui dan belajar hal-hal baru untuk
kemajuan perusahaan;
2. Melihat jauh ke depan dan senantiasa berusaha untuk membawa
perusahaan ke tingkat yang lebih tinggi;
3. Berani mencoba hal-hal baru dengan niat semata-mata untuk
memperbaiki kualitas proses dan produk perusahaan.
d. Membangun Kepercayaan (Trust)
1. Percaya pada niat baik;
2. Senantiasa membangun kepercayaan di antara seluruh jajaran
perusahaan;
3. Tidak terkotak-kotak, selalu saling membantu untuk kepentingan
perusahaan semata.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 9
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
3.3. Struktur Organisasi PT Jasa Marga (Persero) Tbk.
Berdasarkan surat keputusan Direksi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Nomor
194/KPTS/2009 tanggal 08 Desember 2009 tentang Struktur Organisasi PT Jasa Marga
(Persero) Tbk. jo. Keputusan Direksi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. 156/KPTS/2010
tanggal 22 September 2010 tentang Perubahan atas Keputusan Direksi PT Jasa Marga
(Persero) Tbk. Nomor: 194/KPTS/2009 tentang Struktur Organisasi PT Jasa Marga
(Persero) Tbk., maka struktur organisasi dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk. tahun
2011 terlihat dalam gambar 2.1
Gambar 2.1Struktur Organisasi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Tahun 2011
10 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
3.4. Kinerja Perusahaan
PT Jasa Marga (Persero) Tbk. berhasil membukukan laba bersih tahun 2010 untuk
pertama kalinya menembus Rp 1 triliun yaitu sebesar Rp 1,193 triliun, atau naik
sebesar 20,23% dibanding tahun 2009 yang mencapai Rp 992,69 milyar. Peningkatan
laba bersih ini terjadi karena pendapatan usaha yang berhasil dibukukan Jasa Marga
pada tahun 2010 mencapai Rp. 4,37 triliun atau meningkat 18,60% dibanding
pendapatan usaha tahun 2009 yang mencapai Rp. 3,69 triliun.
Pencapaian kinerja keuangan ini terutama diperoleh dari hasil peningkatan volume lalu
lintas selama 2010 yang mencapai 957,89 juta kendaraan atau meningkat sebesar
4,41%, dibandingkan tahun 2009 yang sebesar 916,48 juta kendaraan.
Gambar 2.2Grafik Kinerja PT Jasa Marga (Persero) Tbk. dan Anak Perusahaan
Sumber: Laporan Keuangan Rekonsiliasi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. dan sumber lainnya
Pendapatan Usaha Perusahaan di tahun 2010 adalah Rp 4,3 triliun. Dengan mulai
beroperasinya jalan tol baru secara bertahap di tahun 2011, maka pendapatan usaha
di tahun 2011 diproyeksikan sebesar Rp 4,8 triliun. Posisi akhir tahun 2010, total aset
perusahaan adalah Rp 18,8 triliun dengan equitas Rp 7,8 triliun.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 11
2008 2009 20100
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
20,000
14,642
16,174
18,952
3,354 3,6924,379
707 992 1,193
AsetPendapatan usahaLaba Bersih
TAHUN
JUM
LAH
(Dal
am M
iliar
Rup
iah)
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
BAB III
NILAI SPAK PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk. 2011
3.1. Perhitungan Nilai SPAK PT Jasa Marga (Persero) Tbk.
Nilai SPAK 2011 yang diperoleh setiap BUMN, merupakan gabungan dari indikator
utama dengan bobot 0,942 dan indikator inovasi dengan bobot 0,058. Nilai dengan
bobot SPAK 2011 yang diperoleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk. adalah sebesar 6,19
dengan perincian nilai indikator dan subindikator seperti terlihat dalam Tabel III.1.
Tabel III.1Nilai SPAK PT Jasamarga (Persero) Tbk.
Indikator Subindikator
Indikator Utama (0,942)
6,04
Keteladanan Pimpinan (Tone Of The Top) (0,186)
9,68
aKetersediaan Kebijakan Pimpinan (BOC dan BOD) terkait anti korupsi (0,260)
10,00
bPeran Pimpinan dalam Penerapan Kebijakan Antikorupsi (0,480)
9,33
c Pengawasan dan Evaluasi (0,260) 10,00
Pedoman tentang Etika dan Perilaku (Code of Ethic dan Code of Conduct)(0,139)
8,82
aKetersediaan dan Kelengkapan Pedoman tentang Etika dan Perilaku (0,390)
9,68
b Penerapan Pedoman Etika dan Perilaku (0,420) 7,49
c Evaluasi (0,190) 10,00
Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (Conflict of Interest) (0,121)
2,08
aKetersediaan dan Kelengkapan Aturan Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (0,390) 0,00
bPenerapan Aturan Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (0,410)
5,07
c Evaluasi (0,200) 0,00
Pengelolaan Sistem Pengaduan (Whistle Blowing System) (0,139)
2,03
aKetersediaan dan Kelengkapan Aturan Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,430)
0,00
bPenerapan Aturan Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,390) 5,20
c Evaluasi (0,170) 0,00
Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (Wealth Disclosure)(0,084)
6,24
aKetersediaan dan Kelengkapan Aturan Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (0,360) 9,00
bPenerapan Aturan Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (0,430)
6,98
c Evaluasi (0,210) 0,00
Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (Managing Gift) (0,103)
2,43
aKetersediaan dan Kelengkapan Aturan Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (0,390)
0,00
bPenerapan Aturan Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (0,450)
5,40
c Evaluasi (0,160) 0,00
Penegakan Aturan (Rules Enforcement) (0,171) 10,00 Penegakan Aturan (1,00) 10,00
Indikator Inovasi(0,058)8,61
Prakarsa Lainnya (1,00)
12 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
Tabel III.1 menunjukkan bahwa secara umum pimpinan dan karyawan PT Jasa Marga,
(Persero) Tbk. telah mempunyai komitmen antikorupsi di perusahaannya. Hal ini
terlihat pada nilai indikator keteladanan pimpinan dan penegakan aturan yang
memberikan nilai cukup tinggi. Komitmen tersebut ditunjukkan dalam bentuk
keteladanan sikap dan perilaku pimpinan dalam kehidupan sehari-hari yang kemudian
dipertegas dengan diberlakukannya peraturan–peraturan antikorupsi sekaligus
penegakannya.
3.2. Indikator Utama SPAK 2011
3.2.1. Keteladanan Pimpinan (Tone of The Top)
Dalam suatu organisasi, faktor keteladanan sangat penting untuk menggerakkan
bawahan. Hanya dengan keteladanan pimpinan, suatu organisasi dapat memperoleh
kepercayaan baik dari bawahan, rekanan, maupun dari pemegang saham.
Keteladanan pimpinan juga dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan pengendalian
yang baik. Oleh karena itu, dalam suatu organisasi mutlak diperlukan pemimpin yang
dapat dipercaya dan mampu menggerakkan seluruh sumber daya organisasinya demi
mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Pemimpin tidak dilahirkan, tetapi
dibentuk melalui suatu proses penguasaan knowledge, skill, dan attitude yang
dibutuhkan. Keteladanan pimpinan (tone of the top) dibutuhkan untuk membangun
kultur/budaya yang kokoh bagi organisasinya.
Pentingnya keteladanan pimpinan (tone of the top) menjadikan indikator ini sebagai
indikator SPAK dengan bobot terbesar yakni (0,186) atau 18,6%. Tolak ukurnya
adalah implementasi aturan dan aktivitas pimpinan perusahaan (Direksi dan
Komisaris) yang mendukung upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
korupsi. Komitmen pimpinan perusahaan juga didukung oleh Kementerian BUMN
dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-117/MBU/2002
tentang Penerapan Praktek GCG di BUMN.
Indikator keteladanan pimpinan dibagi dalam 3 subindikator yaitu: (a) ketersediaan
kebijakan pimpinan terkait antikorupsi ; (b) peran pimpinan dalam penerapan
kebijakan antikorupsi ; serta (c) pengawasan dan evaluasi yang dilakukan oleh
pimpinan. Indikator keteladanan pimpinan dalam penilaian SPAK 2011 memiliki bobot
tertinggi, sehingga nilai yang diperoleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk. sebesar 9,68
untuk indikator ini memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap nilai akhir
SPAK. Dari ketiga subindikator tersebut, subindikator mengenai ketersediaan aturan
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 13
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
dan subindikator pengawasan dan evaluasi telah mendapatkan nilai sempurna (10).
Artinya instrumen aturan dan evaluasi yang ada dalam mendukung keteladanan
pimpinan di PT Jasa Marga (Persero) Tbk. sudah mencukupi. Berikut disampaikan
rincian hasil penilaian indikator keteladanan pimpinan:
Tabel III.2Nilai Keteladanan Pimpinan
Peringkat Instansi
Keteladanan Pimpinan(0,186)
Nilai Total
Subindikator
Ketersediaan Aturan(0,26)
Peran Pimpinan
(0,48)
Pengawasan & Evaluasi(0,26)
1 PT Jasa Marga, Tbk.
(Persero)
9,68 10,00 9,33 10,00
Berdasarkan pengamatan di lapangan, informasi dari sejumlah staf dan dokumen yang
disampaikan, komitmen Direksi terutama Direktur Utama PT Jasa Marga (Persero)
Tbk. dalam melakukan program antikorupsi terlihat nyata. Buktinya adalah dengan
telah diterbitkannya Surat Keputusan Direksi Nomor 77/KPTS/2005 tentang Pedoman
Penerapan Prinsip-Prinsip GCG di PT Jasa Marga (Persero) Tbk. yang kemudian
diperbaharui dengan Surat Keputusan Direksi Nomor 96/KPTS/2011. Keputusan
Direksi tersebut disosialisasikan langsung oleh Direksi dalam sejumlah kegiatan di PT
Jasa Marga (Persero) Tbk. Karyawan menganggap kegiatan yang langsung dipimpin
oleh Direktur Utama ini membuat yang bersangkutan layak dijadikan figur teladan
bagi bawahannya.
Nilai keteladanan pimpinan yang baik tersebut pada hakikatnya masih bisa
ditingkatkan kualitasnya. Dalam upaya pencegahan korupsi, kegiatan keteladanan
dapat diterapkan melalui peningkatan peran pimpinan dalam melakukan pengawasan
terhadap penerapan pencegahan korupsi sebagai bagian dari tata kelola perusahaan
yang baik. Supaya kegiatan pengawasan tersebut efektif, sebaiknya dilakukan
evaluasi secara berkala.
Keteladanan juga dapat ditunjukkan melalui konsistensi sikap pimpinan dalam
menangani setiap permasalahan dalam penerapan tata kelola perusahaan yang baik.
14 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
Kondisi ini akan menumbuhkan kepercayaan karyawan kepada pimpinan serta
menumbuhkan komitmen dari seluruh karyawan sehingga akan meningkatkan
produktivitas perusahaan.
3.2.2. Pedoman Etika dan Perilaku (Code of Ethics and Code of Conduct)
Dalam upaya mencapai keberhasilan dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi
diperlukan aturan pedoman etika dan perilaku (code of ethics and code of conduct).
Pedoman ini dapat menjadi acuan bagi organ perusahaan dan semua karyawan dalam
menerapkan nilai-nilai (values) dan etika bisnis, sehingga menjadi bagian dari budaya
perusahaan. Prinsip dasar yang harus dimiliki oleh perusahaan adalah3:
1. Setiap perusahaan harus memiliki nilai-nilai perusahaan (corporate values)
yang menggambarkan sikap moral perusahaan dalam pelaksanaan usahanya ;
2. Untuk dapat merealisasikan sikap moral dalam pelaksanaan usahanya,
perusahaan harus memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati oleh organ
perusahaan dan semua karyawan. Pelaksanaan etika bisnis yang
berkesinambungan akan membentuk budaya perusahaan yang merupakan
manifestasi dari nilai-nilai perusahaan ;
3. Nilai-nilai dan rumusan etika bisnis perusahaan perlu dituangkan dan
dijabarkan lebih lanjut dalam pedoman perilaku agar dapat dipahami dan
diterapkan.
Oleh karena itulah, pedoman etika dan perilaku menjadi salah satu indikator penilaian
SPAK 2011. Indikator pedoman etika dan perilaku merupakan salah satu indikator
dengan bobot tinggi, yaitu sebesar 0,139. Penilaian indikator Pedoman Etika dan
Perilaku, dilakukan dengan menilai tiga subindikator yaitu: (a) ketersediaan aturan
tentang pedoman etika dan perilaku ; (b) penerapan aturan etika dan perilaku ; serta
(c) evaluasi aturan. Dari ketiga subindikator tersebut, penerapan aturan etika dan
perilaku merupakan subindikator yang memiliki bobot tertinggi, yaitu 0,420. Berikut
rincian hasil penilaian indikator pedoman etika dan perilaku pada PT Jasa Marga
(Persero) Tbk.
3 www.knkg-indonesia.com
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 15
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
Tabel III.3Nilai Indikator Pedoman Etika dan Perilaku
Peringkat Instansi
Pedoman Etika dan Perilaku(0,139)
Nilai Total
SubindikatorKetersediaan
Aturan(0,39)
Penerapan Aturan(0,42)
Evaluasi Aturan(0,19)
2 PT Jasa Marga
(Persero) Tbk.
8,82 9,68 7,49 10,00
Secara keseluruhan, nilai indikator pedoman tentang etika dan perilaku SPAK 2011 PT
Jasa Marga (Persero)Tbk. cukup tinggi, yaitu sebesar 8,82. Hal ini disebabkan karena
PT Jasa Marga (Persero) Tbk. telah memiliki Pedoman Perilaku (Code of Conduct) yang
diatur berdasarkan Keputusan Direksi Nomor: 200.1/KPTS/2010.
Meskipun PT Jasa Marga (Persero) Tbk. telah menunjukkan komitmen yang tinggi
dalam penerapan pedoman kode etik dan kode perilaku di perusahaannya, namun
masih ada beberapa aspek yang dapat lebih ditingkatkan, antara lain:
1. Evaluasi secara reguler terhadap aturan pedoman etika dan perilaku guna
mengakomodasi perkembangan usaha dan potensi terjadinya penyimpangan
pada setiap bagian dan tingkat jabatan ;
2. Menambahan ketentuan tentang pemberian pada aturan pedoman etika dan
perilaku;
3. Menyediakan media konsultasi etika dan perilaku antara lain: dengan
menyediakan ruang khusus konsultasi atau menyediakan media lainnya
(misalnya: e-mail khusus konsultasi pedoman etika dan perilaku, telepon,
faksimili, atau lainnya) untuk mempermudah personil PT Jasa Marga (Persero)
Tbk. melakukan konsultasi terkait pelanggaran aturan etika dan perilaku dalam
kegiatan operasional perusahaan.
3.2.3. Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (Conflict of Interest)
Benturan/konflik kepentingan adalah keadaan dimana terdapat konflik antara
kepentingan ekonomis perusahaan dan kepentingan ekonomis pribadi Pemegang
Saham, Komisaris, Anggota Direksi beserta seluruh jajaran di bawahnya4.
4 www.knkg-indonesia.com
16 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
Oleh karena itulah, diperlukan suatu pedoman yang mengatur mengenai penanganan
situasi konflik kepentingan, yang bertujuan untuk:
1. Menyediakan kerangka acuan bagi penyelenggara negara untuk mengenal,
mengatasi dan menangani konflik kepentingan;
2. Menciptakan budaya pelayanan publik yang dapat menangani situasi konflik
kepentingan secara transparan dan efisien tanpa mengurangi kinerja;
3. Mencegah terjadinya tindak pidana korupsi di kalangan penyelenggara negara.
Pada SPAK 2011, bobot penilaian indikator penanganan konflik kepentingan adalah
sebesar 0,139. Penilaian indikator penanganan konflik kepentingan, dilakukan dengan
menilai tiga subindikator yakni (a) ketersediaan aturan tentang penanganan konflik
kepentingan ; (b) penerapan aturan penanganan konflik kepentingan ; serta (c)
evaluasi aturan. Berikut disampaikan rincian hasil penilaian indikator penanganan
konflik kepentingan PT Jasa Marga (Persero) Tbk.:
Tabel III.4Nilai Indikator Penanganan Konflik Kepentingan
Peringkat Instansi
Penanganan Situasi Konflik Kepentingan(0,121)
Nilai Total
SubindikatorKetersediaan
Aturan(0,39)
Penerapan Aturan(0,41)
Evaluasi Aturan(0,20)
4 PT Jasa Marga
(Persero) Tbk.
2,08 0,00 5,07 0,00
Pada Tabel III.4 terlihat bahwa PT Jasa Marga (Persero) Tbk. memiliki skor rendah
untuk penilaian penanganan konflik kepentingan (2,08). Rendahnya skor tersebut
dikarenakan pada subindikator ketersediaan aturan dan evaluasi, PT Jasa Marga
(Persero) Tbk. belum mempunyai aturan khusus tentang penanganan situasi konflik
kepentingan. Praktik penanganan konflik kepentingan yang dilakukan selama ini
belum tersistemkan. Dengan skor ini PT Jasa Marga (Persero) Tbk. harus bekerja
keras untuk membangun sistem penanganan konflik kepentingan. Upaya perbaikan
yang dapat dilakukan oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk. antara lain:
1. Menyusun aturan khusus tentang penanganan situasi konflik kepentingan;
2. Menyiapkan kelembagaan yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
aturan;
3. Menyusun mekanisme penerapan aturan: mekanisme identifikasi potensi resiko
pelanggaran, pengendalian resiko pelanggaran, dan penanganan pelanggaran
aturan;
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 17
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
4. Melakukan sosialisasi aturan secara reguler kepada seluruh stakeholders PT
Jasa Marga (Persero) Tbk.;
5. Menyediakan media konsultasi penanganan situasi konflik kepentingan antara
lain: dengan menyediakan ruang khusus konsultasi atau menyediakan media
lainnya (misalnya: e-mail khusus konsultasi penanganan situasi konflik
kepentingan, telepon, faksimili, atau lainnya) guna mempermudah personil PT
Jasa Marga (Persero) Tbk. melakukan konsultasi tentang penanganan situasi
konflik kepentingan dalam kegiatan operasional perusahaan;
6. Menyusun mekanisme evaluasi penanganan konflik kepentingan.
3.2.4. Pengelolaan Sistem Pengaduan (Whistle Blowing System)
Pengelolaan sistem pengaduan merupakan suatu sistem yang mengelola penyampaian
laporan dari pihak internal maupun eksternal terhadap suatu aktivitas yang berpotensi
menyimpang dari peraturan yang berlaku. Aktivitas dimaksud dapat merupakan
perilaku yang melanggar hukum, etika, dan pelanggaran lainnya. Sistem ini juga
dapat mengoptimalkan peran setiap pimpinan dan karyawan di perusahaan tersebut
untuk mengungkap pelanggaran yang terjadi di wilayah kerjanya.
Dalam rangka meningkatkan upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi, KPK
melalui SPAK 2011 mendorong seluruh BUMN agar membentuk sistem layanan
pengaduan yang transparan dan akuntabel. Layanan pengaduan tersebut diharapkan
mampu mengurangi terjadinya penyimpangan terutama yang terkait dengan korupsi.
Pada SPAK 2011, bobot penilaian indikator pengelolaan sistem pengaduan adalah
sebesar 0,139. Indikator pengelolaan sistem pengaduan terdiri dari 3 subindikator: (a)
ketersediaan kelengkapan aturan pengelolaan sistem pengaduan; (b) penerapan
aturan; serta (c) evaluasi aturan. Rincian hasil penilaian indikator pengelolaan sistem
pengaduan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. dapat dilihat dalam tabel III.5.
Berdasarkan hasil penilaian pada Tabel III.5 PT Jasa Marga (Persero) Tbk. masih
memiliki nilai yang rendah dalam aspek pengelolaan sistem pengaduan yaitu sebesar
2,03. PT Jasa Marga (Persero) Tbk. belum memiliki aturan khusus tentang pengelolaan
sistem pengaduan. Praktik pengaduan yang dilakukan PT Jasa Marga (Persero) Tbk.
selama ini belum tersistemkan. Oleh karena itu perlu upaya keras dari PT Jasa Marga
18 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
(Persero) Tbk. untuk membangun sistem pengaduan yang efektif. Upaya perbaikan
yang dapat dilakukan oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk. antara lain:
1. Menyusun aturan khusus tentang pengelolaan sistem pengaduan;
2. Menyiapkan kelembagaan yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
aturan;
3. Menyusun mekanisme penerapan aturan: mekanisme identifkasi potensi resiko
pelanggaran, pengendalian resiko pelanggaran, dan penanganan pelanggaran
aturan;
4. Melakukan sosialisasi aturan secara reguler kepada seluruh stakeholders PT
Jasa Marga;
5. Menyediakan fasilitas layanan pengaduan yang lengkap dan mudah untuk
dijangkau (telepon, faksimili, e-mail khusus pengaduan), dengan tetap
menjamin kerahasiaan/perlindungan terhadap pelapor. Fasilitas layanan
pengaduan tersebut juga perlu dilengkapi dengan sistem pencatatan yang
handal;
6. Menyusun mekanisme evaluasi pengelolaan sistem pengaduan.
Tabel III.5Nilai Indikator Pengelolaan Sistem Pengaduan
Peringkat Instansi
Pengelolaan Sistem Pengaduan(0,139)
Nilai Total
SubindikatorKetersediaan
Aturan(0,43)
Penerapan Aturan(0,39)
Evaluasi Aturan(0,18)
4 PT Jasa Marga
(Persero) Tbk.
2,03 0,00 5,20 0,00
3.2.5. Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (Wealth Disclosure)
Pelaporan harta kekayaan merupakan bagian dari transparansi dan akuntabilitas
pejabat publik sesuai dengan Undang-Undang Penyelenggaraan Negara yang Bersih
dan Bebas dari KKN. Tingkat kepatuhan pimpinan perusahaan BUMN untuk
menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) sudah cukup
baik, namun untuk lebih meningkatkan transparansi dan akuntabilitas di lingkungan
perusahaan, maka melalui studi ini KPK ingin mendorong agar penyampaian LHKPN
juga dilakukan oleh seluruh pegawai di BUMN. Hal ini dilakukan agar rekam jejak
harta karyawan tersebut dapat diketahui secara transparan dan akuntabel, sehingga
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 19
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam penentuan jabatan di BUMN
tersebut.
Pada SPAK 2011, indikator pengelolaan transparansi harta kekayaan terdiri dari 3
subindikator: (a) ketersediaan kelengkapan aturan pengelolaan transparansi harta
kekayaan; (b) penerapan aturan; serta (c) evaluasi aturan. Rincian hasil penilaian
indikator pengelolaan transparansi harta kekayaan PT Jasa Marga (Persero) Tbk.
terlihat dalam tabel III.6 berikut:
Tabel III.6Nilai Indikator Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan
Peringkat Instansi
Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan(0,084)
Nilai Total
SubindikatorKetersediaan
Aturan(0,36)
Penerapan Aturan(0,43)
Evaluasi Aturan(0,21)
4 PT Jasa Marga, Tbk.
(Persero)
6,24 9,00 6,98 0,00
Nilai sebesar 6,24 yang diperoleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk. untuk indikator
pengelolaan transparansi harta kekayaan telah memenuhi standar minimal yang
ditetapkan oleh KPK. PT Jasa Marga (Persero) Tbk. saat ini telah memiliki Keputusan
Direksi nomor 89/KPTS/2009 tentang Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara
(LHKPN) bagi karyawan di lingkungan perusahaan. Namun demikian, masih ada
beberapa aspek yang harus ditingkatkan oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk. agar
indikator ini dapat menjadi aspek penting dalam pencegahan korupsi, diantaranya:
1. Menyusun mekanisme penerapan aturan: mekanisme identifikasi resiko
pelanggaran, pengendalian terhadap resiko pelanggaran, serta penanganan
pelanggaran;
2. Melakukan sosialisasi tentang pengelolaan transparansi harta kekayaan secara
intensif kepada seluruh pegawai/staf.
3. Membangun sistem pelaporan harta kekayaan di internal, yang dapat
digunakan dalam melakukan rekam jejak karyawan/pejabat di PT Jasa Marga
(Persero) Tbk., termasuk menyusun dan menetapkan formulir laporan harta
kekayaan yang harus diisi, serta menyediakan media konsultasi pengelolaan
transparansi harta kekayaan antara lain dengan menyediakan ruang khusus
konsultasi atau menyediakan media lainnya (misalnya: E-mail khusus
konsultasi pengelolaan transparansi harta kekayaan, telepon, faksimili, atau
lainnya).
20 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
4. Melakukan evaluasi berkelanjutan terhadap aturan dan sistem pengelolaan
transparansi harta kekayaan.
3.2.6. Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadian (Managing Gift)
Pemberian dan penerimaan hadiah dalam kegiatan bisnis perusahaan merupakan
kegiatan yang lazim dilakukan, namun untuk menjaga agar pemberian dan atau
penerimaan tersebut tidak menjadi pelanggaran hukum, maka perlu dibuat suatu
aturan dan sistem pengelolaan hadiah di BUMN tersebut. Tujuan dari pembuatan
aturan dan sistem tersebut adalah untuk memberikan arahan dan menjadi acuan bagi
seluruh pimpinan dan karyawan BUMN dalam menjalin kerja sama dengan pihak
eksternal. Hal ini juga untuk mendukung penerapan tata kelola perusahaan yang baik
(GCG) di BUMN.
Pada SPAK 2011 indikator pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah terdiri dari
tiga subindikator: (a) ketersediaan kelengkapan aturan pengelolaan pengelolaan
penerimaan dan pemberian hadiah; (b) penerapan aturan; serta (c) evaluasi aturan.
Berikut disampaikan rincian hasil penilaian indikator pengelolaan penerimaan dan
pemberian hadiah PT Jasa Marga (Persero) Tbk.:
Tabel III.7Nilai Indikator Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah
Peringkat Instansi
Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah(0,103)
Nilai Total
SubindikatorKetersediaan
Aturan(0,39)
Penerapan Aturan(0,45)
Evaluasi Aturan(0,16)
4 PT Jasa Marga
(Persero) Tbk.
2,43 0,00 5,40 0,00
Berdasarkan hasil penilaian diketahui bahwa PT Jasa Marga (Persero) Tbk. masih
memiliki nilai yang rendah dalam aspek pengelolaan penerimaan dan pemberian
hadiah yaitu sebesar 2,43. PT Jasa Marga (Persero) Tbk. belum memiliki aturan
khusus tentang pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah. Praktik pengelolaan
yang dilakukan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. selama ini belum tersistemkan. Oleh
karena itu, perlu upaya keras dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk. untuk membangun
sistem pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah yang efektif. Upaya perbaikan
yang dapat dilakukan adalah:
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 21
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
1. Menyusun aturan khusus tentang pengelolaan penerimaan dan pemberian
hadiah;
2. Menyiapkan kelembagaan yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
aturan;
3. Menyusun mekanisme penerapan aturan: mekanisme identifkasi potensi resiko
pelanggaran, pengendalian resiko pelanggaran, dan penanganan pelanggaran
aturan;
4. Melakukan sosialisasi aturan secara reguler kepada seluruh stakeholders;
5. Menyusun mekanisme evaluasi pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah.
3.2.7. Penegakan Aturan (Rules Enforcement)
Penegakan aturan merupakan salah satu kunci dalam implementasi penerapan tata
kelola perusahaan yang baik. Adanya penegakan aturan secara adil dan konsisten
akan menumbuhkan rasa kepercayaan yang tinggi dari karyawan terhadap pimpinan
perusahaan, serta juga dapat meningkatkan motivasi dan kinerja karyawan. Melalui
SPAK 2011, KPK berupaya mendorong BUMN untuk menaati peraturan perundangan
dan memberikan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan pimpinan dan karyawan
BUMN sesuai dengan ketentuan secara adil dan konsisten. Pada SPAK 2011,
penegakan aturan merupakan akumulasi dari kegiatan penegakan aturan dari seluruh
indikator sebelumnya.
Fokus penegakan aturan adalah pada implementasi dan pengadministrasian
penegakan aturan. PT Jasa Marga (Persero) Tbk. telah melakukan penegakan
peraturan secara konsisten, sehingga memperoleh nilai maksimal (10) untuk indikator
penegakan aturan, seperti yang terlihat dalam tabel III.8
Tabel III.8Nilai Indikator Penegakan Aturan
Peringkat Instansi
Penegakan Aturan(0,171)
Subindikator Penegakan Aturan(1)
PT Jasa Marga (Persero) Tbk. 10,00
Adanya beberapa laporan yang disampaikan kepada penegak hukum terutama
Kepolisian, memperlihatkan bahwa PT Jasa Marga (Persero) Tbk. mempunyai
komitmen yang tinggi dalam upaya penegakan aturan.
22 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
3.3. Penilaian atas Inisiatif Anti Korupsi Lainnya
Penilaian untuk indikator ini sebenarnya ditujukan untuk menilai laporan kualitatif
terhadap upaya pencegahan korupsi yang dilakukan oleh BUMN. Penilaian atas
inisiatif/prakarsa lainnya merupakan inisiatif dan inovasi aturan serta implementasi
upaya antikorupsi yang telah dilakukan oleh BUMN selain media (tools) antikorupsi/
indikator yang terdapat dalam kuesioner.
Tabel III.9Nilai Indikator Prakarsa Lainnya
Peringkat Instansi Nilai Indikator
1 PT Jasa Marga (Persero) Tbk. 8,61
Nilai 8,61 yang diperoleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk. sudah cukup baik, yang berarti
bahwa secara umum PT Jasa Marga (Persero) Tbk. telah melakukan beberapa upaya
antikorupsi dalam operasional perusahaannya, selain yang tercantum dalam indikator
utama SPAK 2011. Adapun prakarsa atau inovasi yang dilakukan oleh PT Jasa Marga
(Persero) Tbk. adalah: 1) Telah melakukan beberapa upaya pencegahan korupsi
dengan menyusun dan menetapkan sejumlah aturan terkait pengadaan barang dan
jasa secara elektronik (e-Procurement) ; 2) Pengadaan sumber daya manusia melalui
elektronik (e-Recruitment); 3) Pembayaran tol secara elektronik (e-Toll Card) ; serta
4) Sistem Prosedur Transaksi keuangan (SPTK). Upaya-upaya inovasi tersebut secara
umum berusaha mengurangi potensi terjadinya penyimpangan oleh pihak internal
maupun eksternal.
Dari penilaian SPAK 2011, KPK sangat mengapresiasi terhadap inovasi antikorupsi
yang sudah dilaksanakan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Diharapkan di tahun
mendatang upaya pencegahan korupsi bisa terus berkelanjutan.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 23
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1. Simpulan
Berdasarkan hasil survei dan analisis yang telah dilakukan oleh Direktorat Penelitian
dan Pengembangan KPK, dapat disimpulkan:
1. Secara umum PT Jasa Marga (Persero) Tbk. terutama jajaran pimpinan telah
melakukan upaya-upaya pencegahan korupsi sesuai dengan indikator yang
ditetapkan dalam SPAK;
2. PT Jasa Marga (Persero) Tbk. belum memilik aturan khusus tentang
penanganan konflik kepentingan, pengelolaan sistem pengaduan, serta
pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah;
3. Secara umum belum terbangun sistem penerapan instrumen antikorupsi yang
meliputi: identifikasi potensi resiko pelanggaran, pengendalian resiko
pelanggaran, dan penanganan pelanggaran pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk;
4. PT Jasa Marga (Persero) Tbk. melakukan penegakan aturan terhadap semua
jenis pelanggaran serta berkoordinasi dengan aparat penegak hukum,
khususnya pihak Kepolisian untuk menindak personilnya yang melakukan
pelanggaran dengan indikasi tindak pidana.
4.2. Saran Perbaikan
Berdasarkan simpulan tersebut, maka KPK menyampaikan intisari saran perbaikan
agar Pimpinan PT Jasa Marga (Persero) Tbk.:
1. Menetapkan peraturan tentang penanganan konflik kepentingan, pengelolaan
sistem pengaduan, serta pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah;
2. Menetapkan mekanisme penerapan instrumen antikorupsi dalam rangka
membangun sistem antikorupsi yang efektif;
3. Melakukan sosialisasi intensif terhadap peraturan antikorupsi yang ditetapkan
oleh Direksi sampai pada tingkat anak perusahaan dan perusahaan patungan
dalam rangka mendapatkan kesepahaman atas peraturan yang ditetapkan;
4. Memastikan diselenggarakannya Fraud Risk Assessment yang dilakukan secara
berkala paling sedikit 2 tahun sekali. Hasil dari Fraud Risk Assessment tersebut
dijadikan dasar untuk menyusun Fraud Control Plan. Pimpinan tertinggi
bertanggung jawab penuh memastikan bahwa Fraud Control Plan ini berjalan
dengan baik;
24 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011
5. Meningkatkan kerja sama/koordinasi dengan aparat penegak hukum, terutama
KPK dan Kepolisian dalam upaya penegakan aturan yang berindikasi tindak
pidana korupsi maupun tindak pidana lain.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 25