dasar teori formalin

7
DASAR TEORI Formalin (HCOH) merupakan suatu bahan kimia dengan berat molekul 30,03 yang pada suhu kamar dan tekanan atmosfer berbentuk gas tidak berwarna, berbau pedas (menusuk) dan sangat reaktif (mudah terbakar). Bahan ini larut dalam air dan sangat mudah larut dalam etanol dan eter (Moffat, 1986). A. Pengertian Formalin Senyawa kimia formalin (juga disebut metanal, atau formaldehida), merupakan aldehida dengan rumus kimia H2CO, yg berbentuknya gas , atau cair yg dikenal sebagai formalin , atau padatan yang dikenal sebagai paraformaldehyde atau trioxane. Formalin merupakan larutan tidak berwarna, berbau tajam, mengandung formaldehid sekitar 37% dalam air, biasanya ditambahkan metanol 10-15%. Pada umumnya, formaldehida atau formalin terbentuk akibat reasi oksidasi katalitik pada metanol . Oleh sebab itu, formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon dan terkandung dalam asap pada kebakaran hutan , knalpot mobil , dan asap tembakau . Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formalin mempunyai banyak nama atau sinonim, seperti formol, morbicid, methanal, formic aldehyde, methyl oxide, oxymethylene, methyl aldehyde, oxomethane, formoform, formalith, oxomethane, karsan, methylene glycol, paraforin, poly-oxymethylene glycols, superlysoform, tetraoxymethylene dan trioxane.

Upload: dwitinny

Post on 08-Nov-2015

7 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

formalins

TRANSCRIPT

DASAR TEORIFormalin (HCOH) merupakan suatu bahan kimia dengan berat molekul 30,03 yang pada suhu kamar dan tekanan atmosfer berbentuk gas tidak berwarna,berbau pedas (menusuk) dan sangat reaktif (mudah terbakar). Bahan ini larut dalam air dan sangat mudah larut dalam etanol dan eter (Moffat, 1986).A. Pengertian FormalinSenyawa kimia formalin(juga disebutmetanal, atauformaldehida), merupakanaldehidadenganrumus kimiaH2CO, yg berbentuknyagas, ataucairyg dikenal sebagaiformalin, ataupadatanyang dikenal sebagai paraformaldehydeatautrioxane. Formalin merupakan larutan tidak berwarna, berbau tajam, mengandung formaldehid sekitar 37% dalam air, biasanya ditambahkan metanol 10-15%.Pada umumnya, formaldehida atau formalin terbentuk akibat reasioksidasikatalitik padametanol. Oleh sebab itu, formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandungkarbondan terkandung dalam asap padakebakaran hutan, knalpotmobil, dan asaptembakau. Dalamatmosferbumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahayamataharidanoksigenterhadap metanadanhidrokarbonlain yang ada di atmosfer. Formalin mempunyai banyak nama atau sinonim, seperti formol, morbicid, methanal, formic aldehyde, methyl oxide, oxymethylene, methyl aldehyde, oxomethane, formoform, formalith, oxomethane, karsan, methylene glycol, paraforin, poly-oxymethylene glycols, superlysoform, tetraoxymethylene dan trioxane. Karena kecilnya molekul ini memudahkan absorpsi dan distribusinya ke dalam sel tubuh. Gugus karbonil yang dimilikinya sangat aktif, dapat bereaksi dengan gugus NH2 dari protein yang ada pada tubuh membentuk senyawa yang mengendap (Harmita, 2006).B. Sifat FormalinFormalin merupakan pengawet yang memiliki unsur aldehida yang bersifat mudah bereaksi dengan protein, sehingga dapat menghasilkan tekstur yang tidak rapuh dalam waktu yang lama pada suatu bahan tertentu Selain itu formalin dapat membunuh bakteri dengan membuat jaringan dalam bakteri dehidrasi (kekurangan air), sehingga sel bakteri akan kering dan membentuk lapisan baru di permukaan. Bila desinfektan lainnya mendeaktifasikan serangan bakteri dengan cara membunuh dan tidak bereaksi dengan bahan yang dilindungi, maka formaldehida akan bereaksi secara kimiawi dan tetap ada di dalam materi tersebut untuk melindungi dari serangan berikutnya.C. Manfaat Dan Kegunaan FormalinFormalin selain harganya murah, mudah didapat dan pemakaiannya pun tidak sulit sehingga sangat diminati sebagai pengawet oleh produsen pangan yang tidak bertanggung jawab. Hasil survei dan pemeriksaan laboratorium menunjukkan, sejumlah produk pangan menggunakan formalin sebagai pengawet. Anjuran penggunaan formalin yang benar adalah: sebagai pembunuh kuman, sehingga banyak dipakai dalam pembersih lantai, pakaian, kapal dan gudang, pembasmi lalat dan serangga lainnya, salah satu bahan dalam pembuatan sutera buatan, zat pewarna cermin kaca dan bahan peledak, pengeras lapisan gelatin dan kertas foto, bahan pembuatan pupuk urea, parfum, pengeras kuku dan pengawet produk kosmetik, pencegah korosi pada sumur minyak, bahan untuk insulasi busa, dan, bahan perekat kayu lapis.Dalam konsentrasi kurang dari 1%, formalin digunakan sebagai pengawet dalam pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, sampo mobil, lilin, dan karpet.D. Bahaya FormalinEfek formalin jika tertelan menyebabkan gangguan pencernaan, asidosis yang kuat, karena formalin dalam tubuh mengalami metabolisme menjadi asam formiat, karbondioksida, metanol, dan dalam bentuk metabolit HO-CH2alkilasi (Theines dan Halley, 1955). Formalin juga dapat menyebabkan sakit perut, mual, muntah, diare, bahkan kematian jika dikonsumsi pada jumlah yang melewati ambang batas aman (Gazette, 2003).Efek jangka pendek dari mengkonsumsi formalin antara lain terjadinya iritas pada saluran pernafasan, muntah-muntah, pusing, dan rasa terbakar pada tenggorokan. Efek jangka panjangnya adalah terjadinya kerusakan organ penting seperti hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan saraf pusat, dan ginjal (Lee, et all 1978).Batas normal tubuh dapat menetralisir formalin dalam tubuh melalui konsumsi makanan adalah 1,5 sampai 14 mg setiap harinya. Mengkonsumsi secara terus menerus dan dalam skala cukup tinggi dapat menyebabkan mutasi genetik yang berakibat pada meningkatnya kemungkinan terkena kanker. The United States Environmental Protection Agency (USEPA) yang merupakan salah satu badan perlindungan makanan dunia menetapkan nilai ADI (Acceptable Daily Intake) formalin sebesar 0,2 mg/kg berat badan.E. Metode metode analisis formalin 1. Uji kualitatif a. Dengan Fenilhidrazina Menimbang seksama 10 gram sampel kemudian memotong kecil-kecil, dan memasukkan ke dalam labu destilat, menambahkan aquadest 100 ml kedalam labu destilat, mendestilasi dan menampung filtrat dengan menggunakan labu ukur 50 ml. Mengambil 2-3 tetes hasil destilat sampel, menambahkan 2 tetes Fenilhidrazina hidroklorida, 1 tetes kalium heksasianoferat (III), dan 5 tetes HCl. Jika terjadi perubahan warna merah terang (positif formalin) (Farmakope Indonesia. Edisi ketiga). b. Dengan asam kromatofat Mencampurkan 10 gram sampel dengan 50 ml air dengan cara menggerusnya dalma lumpang. Campuran dipindahkan ke dalam labu destilat dan diasamkan dengan H3PO4. Labu destilat dihubungkan dengan pendingin dan didestilasi. Hasil destilasi ditampung.Larutan pereaksi Asam kromatofat 0,5% dalam H2SO4 60% (asam 1,8 dihidroksinaftalen 3,6 disulfonat) sebanyak 5 ml dimasukkan dlam tabung reaksi, ditambahkan 1 ml larutan hasil destilasi sambil diaduk. Tabung reaksi dimasukkan dalam penagas air yang mendidih selam 15 menit dan amati perubahan warna yang terjadi. Adanya HCHO ditunjukkan dengan adanya warna ungu terang sampai ungu tua (Wisnu Cahyadi, 2008). c. Dengan Larutan Schiff Menimbang 10 gram sampel dan dipotong potong kemudian dimasukkan kedalam labu destilat, ditambahkan 50 ml air, kemudian diasamkan dengan 1 ml H3PO4. Labu destilat dihubungkan dengan pendingin dan didestilasi. Hasil destilasi ditampung labu ukur 50 ml. Diambil 1 ml hasil destilat dalam tabung reaksi, ditambahkan 1 ml H2SO4 1:1 (H2SO4 pekat) lewat dinding, kemudian ditambahkan 1 ml larutan schiff, jika terbentuk warna ungu maka positif formalin. 2. Uji Kuantitatif a. Dengan metode Asidialkalimetri Dipipet 10,0 ml hasil destilat dipindahkan ke erlenmeyer, kemudian ditambah dengan campuran 25 ml hidrogen peroksida encer P dan 50 ml natrium hidroksida 0,1 N. Kemudian dipanaskan di atas penangas air hingga pembuihan berhenti, dan dititrasi dengan asam klorida 0,1 N menggunakan indikator larutan fenolftalein P. Dilakukan penetapan blanko, dipipet 50,0 ml NaOH 0,1 N, ditambah 2-3 tetes indikator fenolftalein, dititrasi dengan HCl 0,1 N. Dimana 1 ml natrium hidroksida 0,1 N ~ 3,003 mg HCHO (Farmakope Indonesia. Edisi ketiga). b. Dengan metode Spektrofotometri 1. Asam Kromatofat Dibuat larutan baku induk dari konsentrasi 1000 ppm dari formalin 37 %, kemudian diencerkan dalam labu takar 100 ml dengan aquadest sampai tanda batas, kemudian larutan tersebut dibuat larutan baku standar. Larutan pereaksi asam kromatofat 5 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 ml larutan standar formalin sambil diaduk tabung reaksi ditangas selam 15 menit dalam penangas air yang mendidih, angkat dan didinginkan. Penetapan kadar formalin sampel, mencampurkan 10 g sampel dengan 50 ml aquadest dengan cara menggerusnya didalam lumpang. Kemudian didestilat dan diasamkan dengan H3PO4, ditampung dengan labu ukur 50 ml. Ditambahkan 5 ml asam kromatofat. Kemudian diukur absorbansi sampel dan standar dengan panjang gelombang 560 nm dan dihitung kadar formalinnya (Wisnu Cahyadi, 2008). 2. Larutan Schiff Diambil 5,0 ml hasil destilat kemudian ditambahkan ditambahkan 1 ml H2SO4 1:1 (H2SO4 pekat) lewat dinding, kemudian ditambahkan 1,0 ml larutan schift. Dibaca dengan spektrofotometri. Dibuat juga blanko serta baku seri. Dengan dicari panjang gelombang optimum, lama waktu kestabilan pada spektrofotometer, dan kurva baku standar formalin.

DAPUS =Moffat, A. C. (1986).Clarkes isolation and identification of drugs. Edisi2. London. The Pharmaceutical Press. Hal. 420-421, 457-458, 849, 932-933.Ngadiwaluyo dan Suharjito, 2003Gazette, P. 2003.Thailand crackdown on hazardous food additives, (online),http://www.thaivisa.com/index.php? 514 &backPID=10&tt_news=291. 6 Juni 2014