danan djaya - fisip usu

12
Pola Komunikasi Indonesia Hari Ini danandjaja Disajikan pada diskusi publik pada rangkaian kegiatan Pekan Informasi Nasional (PIN) 24-28 Mei 2013 oleh Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) - Kementerian Komunikasi dan Informatika RI dengan tema “Etika Komunikasi di Ruang Publik”, pada Selasa, 28 Mei 2013 di Hotel Grand Aston City Hall Jl. Balaikota No.1, Medan. 2 0 1 3

Upload: monitoring-tv-kemkominfo

Post on 11-Mar-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Komunikasi Indonesia Hari Ini

TRANSCRIPT

Pola Komunikasi Indonesia Hari Ini

danandjaja

Disajikan pada diskusi publik pada rangkaian kegiatan Pekan Informasi Nasional (PIN) 24-28 Mei 2013 oleh Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) - Kementerian Komunikasi dan Informatika RI dengan tema “Etika Komunikasi di Ruang Publik”, pada Selasa, 28 Mei 2013 di Hotel Grand Aston City Hall Jl. Balaikota No.1, Medan.

2 0 1 3

“Globalization is a fact, you can't cut it; It has already happened; It is here to stay, and we are moving into a new global stage”

“. . . money makes the world go around. And so the role of money in global economy must be important”

Kenichi Ohmae

”. . the press has become the greatest power within Western countries, more powerful than the legislature, the executive, and the judiciary. One would then like to ask: By what law has it been elected and to whom is it responsible?”

Alexander Solzhenitsyn

PENGANTAR

• Keberadaan teknologi komunikasi informasi telah menyusutkan dunia menjadi desa global atau dikenal dengan sebutan “global vilage”. 1

• Empat puluh sembilan tahun kemudian kehadiran jaringan internet dunia atau “world wide web” telah memberikan eksistensi akan dampak komunikasi kontemporer ini terhadap masyarakat dunia.

• Kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi telah memberikan eksistensi media interaktif ini sebagai trendsetter atau life style dalam berbagai kehidupan sosial, utamanya perolehan akses data melalui teknologi mobile handphone.

Catatan:

Kenichi Ohmae menjelaskan, adalah tidak mungkin pemahaman paradigma ekonomi global dapat dimengerti secara baik, tanpa hadirnya “cybertechnology” yang membiarkan sejumlah besar data dapat ditransfer dengan cepat. Hal itu akan menyebabkan biaya teknologi yang besar. Sampai hari ini Internet protokol (Protocol internet/IP) adalah sarana yang mampu menangani transmisi informasi, tidak hanya data, tetapi juga gambar, suara, video dan musik. Protokol Internet (VoIP) adalah sarana “cybertechnology” yang dengan cepat membuat transmisi informasi melampaui tapal batas suatu negara (national borders) serta dapat menghubungkan setiap orang dimana saja. 2

Globalisasi dan Konvergensi Media

Realitas Dunia Maya vs Realitas Sosial

Media on Line: Life Style atau Trend Setter?

POLA KOMUNIKASI INDONESIA HARI INI

GLOBALISASI DAN KONVERGENSI MEDIA

Berawal dari globalisasi media yang tanpa batas (borderless) telah mengakibatkan realitas media antara negara maju (modern state) dengan negara berkembang (third world/peripheral countries) yang sering disebut “Global village”, tidak lagi berbatas dalam lalu-lintas arus informasi dunia, semuanya membutuhkan informasi. 3

Penggunaan jaringan internet atau “media online” atau online world” di negara dunia ketiga telah menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi. Peran yang dimainkan oleh media online dapat menciptakan kekuatan sosial hanya dalam bilangan jam. Sementara dampak globalisasi itu sebagaimana disebutkan oleh Kenichi Ohmae menyebabkan dunia tanpa batas (The borderless world).

Pertanyaannya, apakah dampak globalisasi itu akan menciptakan struktur imperialisme baru?

Catatan:

Haynes pada tahun 1980 menjelaskan melalui pendekatan teori Galtung, bahwasanya struktur imperialime akan membagi atau mengelompokkan dunia menjadi dua bagian “negara pusat (center states)” dan “negara pinggiran (periphery states)”; “negara pusat(center states)” adalah tergolong di dalam kelompok negara-negara maju atau negara-negara industri, selanjutnya negara pinggiran (periphery states), mewakili kelompok negara terkebelakang (undeveloped states). 4

Ramalan Marshall McLuhan dalam bukunya “Understanding Media: Extension of A Man” pada dekade 64-an sejak awal telah memberikan isyarat, bahwasanya perkembangan teknologi komunikasi akan menjadikan dunia sebagai sebuah desa global (global village). Terbentuk dari penyebaran informasi yang sangat cepat dan masif, terbuka dan dapat diakses oleh semua orang dari berbagai entitas sosial.

Realitas dunia maya melalui penggunaan berbagai bentuk jaringan internet telah menunjukkan, kehadiran Situs jejaring sosial atau sosial networking kian ramai, mulai dari Friendster dan Myspace dan terakhir Facebook telah menjadi sesuatu yang komplementer dalam realitas sosial.

Trend setter penggunaan media sosial ini tidak mengenal batasan diskriminatif dan digandrungi mulai dari anak sekolah sampai politisi kelas wahid di seluruh dunia. Bahkan Presiden Amerika Serikat Barrack Obama pun menggunakan facebook untuk menggalang dana kampanye, demikian pula Presiden SBY.

Realitas Dunia Maya vs Realitas Sosial

Kasus:

Penggunaan Internet di kalangan jurnalis tergolong tinggi. Survei Indonesian Journalists Technographics Report 2012/2013, oleh konsultan komunikasi, Maverick dan Universitas Paramadina, 21 Mei 2013, menunjukkan rata-rata 90,6 persen mengakses Internet lebih dari tiga jam sehari.

Temuan riset ini juga menemukan bahwa 90,3 persen jurnalis menggunakan media sosial untuk memperbaharui informasi dan berita. Tapi, pada dasarnya, media sosial memiliki karakter berbeda dengan media konvensional.

Survei menunjukkan sekitar 84,8 persen jurnalis mengakui pernah mengangkat isu di media sosial ke dalam berita. Bahkan, 59,4 persen di antaranya mengaku pernah mewawancarai narasumber setelah melihat pendapat mereka di media sosial, termasuk "kicauan" mereka di Twitter. 5

Media on Line: Life Style atau Trend Setter?

Spektrum media sosial yang diawali oleh era Friendster dan Myspace memiliki akselerasi tinggi. Situs merupakan mekanisme yang dapat menyelenggarakan proses pertukaran informasi tidak hanya membagikan teks, melainkan gambar, suara, dokumen, peta dan lain sebagainya. Ada banyak saluran sosial media, walau kemudian yang populer hanya beberapa seperti facebook, twitter, youtube, google dan kemudian disusul oleh instagram.

Trendsetter ukuran gaul dan eksis dalam entitas sosial dan dunia maya, lebih dipandang dan memiliki kredibiltas apabila seseorang memiliki account facebook dan twitter. Tak heran jika kemudian muncul istilah “selebtwit atau selebritis di dunia twitter”, mulai dari kawula muda, profesional muda sampai seorang presiden kicauan twitnya ditunggu oleh followernya.

Kehadiran media sosial atau jejaring sosial di tengah masyarakat, mungkin dapat dipandang sebagai reformasi media dan sekaligus reformasi intelektual.

Perkembangan teknologi world wide web yang melangkah ke era Web 2.0. Dimana teknologi internet menjadi mudah diakses antara seseorang dengan orang lain memungkinkan untuk melakukan komunikasi secara virtual.

Ketika keterbukaan informasi publik dapat dengan mudah diakses melalui jaringan media, maka situs jejaring sosial bukan cuma untuk berbagi urusan cinta, gosip seleb, dan urusan kuliner, lebih dari itu, jejaring sosial telah menciptakan peradaban baru yaitu revolusi komunikasi kontemporer dan demokrasi digital

Penggunaan jaringan internet seperti “media online” atau online world” atau “social network” merupakan bentuk reformasi dari fungsi media secara kontemporer.

Perkembangan teknologi world wide web yang melangkah ke era Web 2.0. Dimana teknologi internet menjadi mudah diakses antara seseorang dengan orang lain memungkinkan untuk melakukan komunikasi secara virtual.

Ketika keterbukaan informasi publik dapat dengan mudah diakses melalui jaringan media, maka situs jejaring sosial bukan cuma untuk berbagi urusan cinta, gosip seleb, dan urusan kuliner, lebih dari itu, jejaring sosial telah menciptakan peradaban baru yaitu revolusi komunikasi kontemporer dan demokrasi digital.

Penggunaan jaringan internet seperti “media online” atau online world” atau “social network” merupakan bentuk reformasi dari fungsi media secara kontemporer. Hal ini dimungkinkan karena media konvensional yang ada ditanah air pada saat ini lebih mengutamakan tanggungjawab bisnis ketimbang tanggungjawab sosial.

PENUTUP

Antara kebebasan media belum tentu identik dengan kebebasan memperoleh informasi. Kebebasan informasi itu juga diinterpretasikan sebagai kebebasan mendirikan media. Kini publik lebih mudah mengakses informasi dari media internet dari pada media penyiaran dan media cetak di tanah air, mulai dari tayangan yang menyajikan diskursus sosial-politik hingga yang menggeluti gosip selebriti, cerita gaib, ramalan nasib, atau bisnis ”esek-esek”. Kebebasan media direduksi sebagai kebebasan memproduksi informasi tanpa mempertimbangkan relevansi dan kelayakannya.

Di Indonesia, kecenderungan situs pertemanan atau jejaring sosial menjadi semakin populer saat ini, tentunya tak lepas dari kekuatan ranah maya yang mampu memobilisasi emosi publik dan dapat membentuk opini publik, bahkan situs sosial media dan jejaring sosial dapat membunuh karakter pribadi dan lembaga.

1 McLuhan,Marshall 1964, Understanding Media: The Extending of Man, (New

York, McGraw-Hill)2 Ohmae Kenichi., 2005, The Next Global Stage-Challenges And Opportunities In Our Borderless World, Second Printing, (New Jersey,Wharton School Publishing) , hal.20-24. 3 I b id, Ohmae Kenichi., 20054 Robert D.Haynes,Jr 1980: “Test of Galtung’s Theory of Structural Imperialism” disarikan dalam Robert L.Stevenson, Donald Lewis Shaw (ed) 1986, Foreign News And The New World Information Order, (Ames, Iowa, Iowa State University Press), hal.200-216. 5 VIVAnews, download Rabu, 22 Mei 2013 | 20:40 WIB

Referensi

Sumber:

Danah M. Boyd dan Nicole B. Ellison, Reference Architecture For Social Network Sites-July 29, 2008 in Social Networking & Collaboration,Collabrative Thinking