ca naso usu

26
2.6.Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan : 2.6.1.Gejala Menurut Formula Digby, setiap simptom mempunyai nilai diagnostik dan berdasarkan jumlah nilai dapat ditentukan karsinoma nasofaring. Tabel 1. Formula Digby15 Gejala Nilai Massa terlihat pada nasofaring 25 Gejala khas di hidung 15 Gejala khas pendengaran 15 Sakit kepala unilateral atau bilateral 5 Gangguan neurologik syaraf otak 5 Eksopthalmus 5 Limfadenopati leher 25 Bila jumlah nilai mencapai 50, diagnosa klinik karsinoma nasofaring dapat dipertangungjawabkan. Sekalipun secara klinik jelas karsinoma nasofaring, namun biopsi tumor primer mutlak dilakukan, selain untuk konfirmasi diagnosis histopatologi, juga menentukan subtipe histopatologi yang erat kaitannya dengan pengobatan dan prognosis15. Universitas Sumatera Utara 2.6.2.Pemeriksaan Nasofaring

Upload: jae-yong-lee

Post on 14-Dec-2015

245 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

aa

TRANSCRIPT

Page 1: ca naso usu

2.6.Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan :

2.6.1.Gejala

Menurut Formula Digby, setiap simptom mempunyai nilai diagnostik dan berdasarkan

jumlah nilai dapat ditentukan karsinoma nasofaring.

Tabel 1. Formula Digby15

Gejala Nilai

Massa terlihat pada nasofaring 25

Gejala khas di hidung 15

Gejala khas pendengaran 15

Sakit kepala unilateral atau bilateral 5

Gangguan neurologik syaraf otak 5

Eksopthalmus 5

Limfadenopati leher 25

Bila jumlah nilai mencapai 50, diagnosa klinik karsinoma nasofaring dapat

dipertangungjawabkan. Sekalipun secara klinik jelas karsinoma nasofaring, namun biopsi

tumor primer mutlak dilakukan, selain untuk konfirmasi diagnosis histopatologi, juga

menentukan subtipe histopatologi yang erat kaitannya dengan pengobatan dan prognosis15.Universitas Sumatera Utara

2.6.2.Pemeriksaan Nasofaring

Pemeriksaan tumor primer di nasofaring dapat dilakukan dengan cara rinoskopi posterior

(tidak langsung) dan nasofaringoskop (langsung) serta fibernasofaringoskopi15.

Page 2: ca naso usu

2.6.3.Radiologi

Digunakan untuk melihat massa tumor nasofaring dan melihat massa tumor yang

menginvasi pada jaringan sekitarnya dengan menggunakan :

1.Computed Tomografi (CT), dapat memperlihatkan penyebaran ke jaringan ikat lunak pada

nasofaring dan penyebaran ke ruang paranasofaring. Sensitif mendeteksi erosi tulang,

terutama pada dasar tengkorak.

2.Magnetic Resonance Imaging (MRI), menunjukkan kemampuan imaging yang multiplanar

dan lebih baik dibandingkan CT dalam membedakan tumor dari peradangan. MRI juga lebih

sensitif dalam mengevaluasi metastase pada retrofaringeal dan kelenjar limfe yang dalam.

MRI dapat mendeteksi infiltrasi tumor ke sumsum tulang, dimana CT tidak dapat

mendeteksinya6.

2.6.4.Serologi

Pada tumor, DNA Ebstein Barr bersifat homogen dan klonal melalui pengulangan

skuensi. Ekspresi dari spesific viral messenger RNAs atau produk gen secara konsisten dapat

dideteksi pada seluruh sel tumor. Virus dapat dideteksi pada tumor dengan pemeriksaan

insitu hibridisasi dan tekhnik imunohistokimia. Dapat juga dideteksi dengan tekhnik PCR

pada material yang diperoleh dariUniversitas Sumatera Utara

asprasi biopsi jarum halus pada metastase kelenjar getah bening leher. Deteksi dari antibodi

Ig G ( yang dijumpai pada masa awal infeksi virus ) dan antibodi Ig A ( yang dijumpai pada

capsid viral antigen ) digunakan di Amerika Serikat untuk mendukung diagnosis karsinoma

nasfaring6,12. Virus Ebstein Barr dapat dijumpai pada undifferentiated carcinoma dan non

keratinizing squamous cell carcinoma13.

Page 3: ca naso usu

2.6.5.Pemeriksaan Patologi

2.6.5.1.Biopsi aspirasi jarum halus pada kelenjar getah bening servikalis

Sejumlah kasus karsinoma nasofaring diketahui berdasarkan pemeriksaan sitologi biopsi

aspirasi kelenjar getah bening servikalis15.

2.6.5.2.Biopsi

Biopsi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dari hidung dan dari mulut. Biopsi melalui

hidung dilakukan tanpa melihat jelas tumornya ( blind biopsy). Cunam biopsi dimasukkan

melalui rongga hidung menyusuri konka media ke nasofaring kemudian cunam diarahkan ke

lateral dan dilakukan biopsi.

Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateter nelaton yang dimasukkan melalui

hidung dan ujung kateter yang berada di dalam mulut ditarik keluar dan diklem bersama-

sama dengan ujung kateter yang dihidung. Demikian juga dengan kateter disebelahnya

sehingga palatum mole tertarik ke atas. Kemudian dengan kaca laring dilihat daerah

nasofaring. Biopsi dilakukan dengan melihat tumor melalui kaca tersebut atau memakai

nasofaringoskop yangUniversitas Sumatera Utara

dimasukkan melalui mulut, massa tumor akan terlihat lebih jelas. Biopsi tumor nasofaring

umunya dilakukan dengan anestesi topikal dengan xylocain 10%16.

Pada kasus dengan tidak dijumpainya lesi secara makroskopis, maka harus dilakukan

biopsi yang multipel dari daerah dinding lateral, superior dan posterior pada pasien dengan

resiko tinggi karsinoma nasofaring5.

2.6. Gambaran Klinis

Page 4: ca naso usu

Karsinoma nasofaring biasanya dijumpai pada dinding lateral dari nasofaring termasuk

fossa rosenmuler. Yang kemudian dapat menyebar ke dalam ataupun keluar nasofaring ke sisi

lateral lainnya dan atau posterosuperior dari dasar tulang tengkorak atau palatum, rongga

hidung atau orofaring. Metastase khususnya ke kelenjar getah bening servikal. Metastase jauh

dapat mengenai tulang, paru-paru,mediastinum dan hati (jarang). Gejala yang akan timbul

tergantung pada daerah yang terkena1,2. Sekitar separuh pasien memiliki gejala yang

beragam, tetapi sekitar 10% asimtomatik. Pembesaran dari kelenjar getah bening leher atas

yang nyeri merupakan gejala yang paling sering dijumpai5,13. Gejala dini karsinoma

nasofaring sulit dikenali oleh karena mirip dengan infeksi saluran nafas atas. Gejala klinik

pada stadium dini meliputi gejala hidung dan gejala telinga. Ini terjadi karena tumor masih

terbatas pada mukosa nasofaring. Tumor tumbuhmula-mula di fossa rosenmuller di dinding

lateral nasofaring dan dapat meluas ke dinding belakang dan atap nasofaring, menyebabkan

permukaan mukosa meninggi. Permukaan tumor biasanya rapuh sehingga pada iritasi ringan

dapat tejadi perdarahan. Timbul keluhan pilek berulang dengan ingus yang bercampurUniversitas Sumatera Utara

darah. Kadang-kadang dapat dijumpai epistaksis. Tumor juga dapat menyumbat muara tuba

eustachius, sehingga pasien mengeluhkan rasa penuh di telinga, rasa berdenging kadang-

kadang disertai dengan gangguan pendengaran. Gejala ini umumnya unilateral, dan

merupakan gejala yang paling dini dari karsinoma nasofaring. Sehingga bila timbul berulang-

ulang dengan penyebab yang tidak diketahui perlu diwaspadai sebagai karsinoma

nasofaring6,17. Pada karsinoma nasofaring stadium lanjut gejala klinis lebih jelas sehingga

pada umumnya telah dirasakan oleh pasien, hal ini disebabkan karena tumor primer telah

meluas ke organ sekitar nasofaring atau mengadakan metastasis regional ke kelenjar getah

bening servikal. Pada stadium ini gejala yang dapat timbul adalah gangguan pada syaraf otak

Page 5: ca naso usu

karena pertumbuhan ke rongga tengkorak dan pembesaran kelenjar leher5,6,17. Tumor yang

meluas ke rongga tengkorak melalui foramen laserasum dan mengenai grup anterior saraf

otak yaitu syaraf otak III, IV dan VI. Perluasan yang paling sering mengenai syaraf otak VI

( paresis abdusen) dengan keluhan berupa diplopia, bila penderita melirik ke arah sisi yang

sakit. Penekanan pada syaraf otak V memberi keluhan berupa hipestesi ( rasa tebal) pada pipi

dan wajah. Gejala klinik lanjut berupa ophtalmoplegi bila ketiga syaraf penggerak mata

terkena. Nyeri kepala hebat timbul karena peningkatan tekanan intrakranial6,17.

Metastasis sel-sel tumor melalui kelenjar getah bening mengakibatkan timbulnya

pembesaran kelenjar getah bening bagian samping ( limfadenopati servikal). Selanjutnya sel-

sel kanker dapat mengadakan infiltrasi menembus kelenjar dan mengenai otot dibawahnya.

Kelenjar menjadi lekat pada otot danUniversitas Sumatera Utara

sulit digerakkan. Limfadenopati servikal ini merupakan gejala utama yang

dikeluhkan oleh pasien6,17.

2.7.Klasifikasi

Klasifikasi WHO tahun 1978 untuk karsinoma nasofaring (1) Keratinizing

squamous cell carcinoma ditandai dengan adanya keratin atau intercellular bridgeatau

keduanya. (2) Non keratinizing squamous cell carcinoma yang ditandai dengan batas sel yang

jelas (pavement cell pattern). (3) Undifferentiated carcinoma ditandai oleh pola pertumbuhan

syncitial, sel-sel poligonal berukuran besar atau sel dengan bentuk spindel,anak inti yang

menonjol dan stroma dengan infiltrasi sel-sel radang limfosit1,2,3,4,. Sedangkan klasifikasi

WHO tahun 1991 membagi karsinoma nasofaring menjadi Keratinizing squamous cell

carcinoma,

Page 6: ca naso usu

Non keratinizing squamous cell carcinoma terdiri

atas differentiated danundifferentiated dan Basaloid Carcinoma5.

2.8.Makroskopis

Tumor dapat berupa massa yang menonjol pada mukosa dan memiliki permukaan halus,

berrnodul dengan atau tanpa ulserasi pada permukaan atau massa yang menggantung dan

infiltratif. Namun terkadang tidak dijumpai lesi pada nasofaring5.Universitas Sumatera Utara

2.8. Mikroskopis

2.10.1. Sitologi

2.10.1.1. Sitologi Squamous Cell Carcinoma

Inti squamous cell carcinoma bentuknya lebih "spindel" dan lebih memanjang dengan

khromatin inti yang padat dan tersebar tidak merata. Pleomorfisme dari inti dan membran inti

lebih jelas. Selalu terlihat perbedaan (variasi) yang jelas dalam derajat khromasia di antara

inti yang berdampingan. Nukleoli bervariasi dalam besar dan jumlahnya. Sitoplasma lebih

padat, berwarna biru dan batas sel lebih mudah dikenal. Perbandingan inti, sitoplasma dan

nukleolus adalah inti lebih kecil. Keratinisasi merupakan indikasi yang paling dapat

dipercaya sebagai tanda adanya diferensiasi ke arah squamous cell. Bila keratisasi tidak

terlihat maka dijumpainya halo pada sitoplasma di sekitar inti dan kondensasi sitoplasma

pada bagian pinggir sel merupakan penuntun yang sangat menolong untuk mengenal lesi

tersebut sebagai squamous cell carcinoma18.Universitas Sumatera Utara

Page 7: ca naso usu

Gambar 4. Squamous cell carcinoma, inti polimorfis, khromatin kasar, batas sel jelas, sitoplasma kebiruan (Dikutip dari: Lubis M. ND. (2009). Peran IHC dan ICC dalam Pemeriksaan Sitologi dan Histopatologi

Karsinoma Nasopharyx. Simposium Telinga Hidung Tenggorok, Medan).

2.10.1.2. Sitologi Undifferentiated Carcinoma

Gambaran sitologi yang dapat dijumpai pada undifferentiated carcinomaberupa

kelompokan sel-sel berukuran besar yang tidak berdiferensiasi, inti yang membesar dan

khromatin pucat, terdapat anak inti yang besar, sitoplasma sedang, dijumpai latar

belakang sel-sel radang limfosit diantara sel-sel

epitel19,20,21.

Dijumpai gambaran mikroskopis yang sama dari aspirat yang berasal dari lesi primer dan

metastase pada kelenjar getah bening regional21.

Page 8: ca naso usu

Universitas Sumatera Utara

Gambar 5. Kelompokan sel-sel epitel undifferentiated,dengan latar belakang limfosit. Tampak sitoplasma yang eosinofilik dan anak inti yang prominen (Dikutip dari: Orell, SR, Philips, J.Fine-Needle Aspiration Cytology, Fourth Edition Elsevier, 2005).

2.10.2.Histopatologi

2.10.2.1. Keratinizing Squamous Cell Carcinoma

Pada pemeriksaan histopatologi keratinizing squamous cell carcinomamemiliki kesamaan

bentuk dengan yang terdapat pada lokasi lainnya5,13.Dijumpai adanya diferensiasi dari sel

squamous dengan intercellular bridge atau keratinisasi2,6. Tumor tumbuh dalam

bentuk pulau-pulau yang dihubungkan dengan stroma yang desmoplastik dengan

infiltrasi sel-sel radang limfosit, sel plasma, neutrofil dan eosinofil yang bervariasi. Sel-

sel tumor berbentuk poligonal dan stratified. Batas antar sel jelas dan dipisahkan

oleh intercellular bridge. Sel-sel pada bagian tengah pulau menunjukkan sitoplasma

eosinofilik yang banyak mengindikasikan keratinisasi. Dijumpai adanya keratin pearls5.

Page 9: ca naso usu

Universitas Sumatera Utara

Gambar 6. Keratinizing Squamous Cell Carcinoma (Dikutip dari: Rosai J. Rosai and Ackermans Surgical Pathology,Volume one, Ninth Edition, Philadelphia: Mosby, 2004).

2.10.2.2. Non Keratinizing Squamous Cell Carcinoma

Pada pemeriksaan histopatologi non keratinizing squamous cell

carcinomamemperlihatkan gambaran stratified dan membentuk pulau-pulau2,12. Sel-

selmenunjukkan batas antar sel yang jelas dan terkadang dijumpai intercellular

bridge yang samar-samar. Dibandingkan dengan undifferentiated carcinomaukuran sel lebih

kecil, rasio inti sitoplasma lebih kecil, inti lebih hiperkhromatik dan anak inti tidak

menonjol5.

Page 10: ca naso usu

Universitas Sumatera Utara

Gambar 7. Non Keratinizing Squamous Cell Carcinoma. (Dikutip dari: Rosai J. Rosai and Ackermans Surgical Pathology,Volume one, Ninth Edition, Philadelphia: Mosby, 2004).

2.10.2.3. Undifferentiated Carcinoma

Pada pemeriksaan undifferentiated carcinoma memperlihatkan gambaran sinsitial dengan

batas sel yang tidak jelas,inti bulat sampai oval dan vesikular, dijumpai anak inti.  Sel-

sel tumor sering tampak terlihat tumpang tindih6. Beberapa sel tumor dapat berbentuk

spindel. Dijumpai infiltrat sel radang dalam jumlah banyak, khususnya limfosit, sehingga

dikenal juga sebagai lymphoepithelioma. Dapat juga dijumpai sel-sel radang lain, seperti sel

plasma, eosinofil, epitheloid dan multinucleated giant cell (walaupun jarang)2,12.

Page 11: ca naso usu

Universitas Sumatera Utara

Page 12: ca naso usu

Gambar 8. Undifferentiated Carcinoma. (Dikutip dari: Rosai J. Rosai and Ackermans Surgical Pathology,Volume one, Ninth Edition, Philadelphia: Mosby, 2004).

Terdapat dua bentuk pola pertumbuhan tipe undifferentiated yaitu tipe

Regauds, yang terdiri dari kumpulan sel-sel epiteloid dengan batas yang jelas yang dikelilingi

oleh jaringan ikat fibrous dan sel-sel limfosit. Yang kedua tipe

Schmincke, sel-sel epitelial neoplastik tumbuh difus dan bercampur dengan sel-selradang.

Tipe ini sering dikacaukan dengan large cell malignant lymphoma2,12.

Gambar 9. Undifferentiated Carcinoma terdiri dari sel-selyang membentuk sarang-sarang padat ( “Regaud type”). (Dikutip dari: Rosai J. Rosai and Ackermans Surgical Pathology,Volume one, Ninth Edition, Philadelphia: Mosby, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Page 13: ca naso usu

Gambar 10.Undifferentiated Carcinoma terdiri sel-sel yang tumbuh membentuk gambaran syncytial yang difus (Schmincke type). (Dikutip dari: Rosai J. Rosai and Ackermans Surgical Pathology,Volume one, Ninth Edition,

Philadelphia: Mosby, 2004).

Pemeriksaan yang teliti dari inti sel tumor dapat membedakan antara karsinoma

nasofaring dan large cell malignant lymphoma, dimana inti dari karsinoma nasofaring

memiliki gambaran vesikular, dengan pinggir inti yang rata dan berjumlah satu, dengan anak

inti yang jelas berwarna eosinophil. Inti dari malignant lymphoma biasanya pinggirnya lebih

iregular, khromatin kasar dan anak inti lebih kecil dan berwarna basofilik atau amphofilik.

Terkadangundifferentiated memiliki sel-sel dengan bentuk oval atau spindle12.

2.10.2.4. Basaloid Squamous Cell Carcinoma

Bentuk mikroskopis lain yang jarang dijumpai adalah basaloid squamous cell

carcinoma5,12. Tipe ini memiliki dua komponen yaitu sel-sel basaloid dan sel-

Page 14: ca naso usu

selsquamous. Sel-sel basaloid berukuran kecil dengan inti hiperkhromatin dan tidak dijumpai

anak inti dan sitoplasma sedikit. Tumbuh dalam pola solid dengan konfigurasi lobular dan

pada beberapa kasus dijumpai adanya peripheral

Universitas Sumatera Utara

palisading. Komponen sel-sel squamous dapat in situ atau invasif. Batas antara

komponen basaloid dan squamous jelas5.

Gambar 11. Basaloid Squamous Cell Carcinoma pada nasofaring.Sel-sel basaloid menunjukkan festoonin growth pattern, sel-sel basaloid berselang-seling dengan squamous differentiaton. (Dikutip dari: Barnes L.

Eveson JW. Reichart P. Sidrasky D. Pathology and Genetic Head and Neck Tumours. Lyon: IARC Press, 2003).

2.11.Staging Klinik

Page 15: ca naso usu

Penentuan stadium dilakukan berdasarkan atas kesepakatan antara UICC (Union

Internationale Centre Cancer ) dan AJCC (Americant Joint Committe on Cancer). Untuk

karsinoma nasofaring pembagian TNM adalah sebagai berikut :

T menggambarkan keadaan tumor primer, besar dan perluasannya T1 : Tumor terbatas pada

nasofaring

T2 : Tumor meluas ke orofaring dan atau fossa nasal

T2a : Tanpa perluasan ke parafaring

T2b : Dengan perluasan ke parafaring

T3 : Invasi ke struktur tulang dan atau sinus paranasalUniversitas Sumatera Utara

T4 :Tumor meluas ke intrakranial dan atau mengenai syaraf otak, fossa infratemporal,

hipofaring atau orbita

N menggambarkan keadaaan kelenjar limfe regional

N0 : Tidak ada pembesaran kelenjar

N1 : Terdapat pembesaran kelenjar ipsilateral < 6 cm

N2 : Terdapat pembesaran kelenjar bilateral < 6 cm

N3 : Terdapat pembesaran kelenjar > 6 cm atau ekstensi ke supraklavikula

M menggambarkan metastase jauh

M0 : Tidak ada metastase jauh

M1 : Terdapat metastase jauh

Berdasarkan TNM tersebut diatas, stadium penyakit dapat ditentukan : Stadium I : T1, N0,

M0

Page 16: ca naso usu

Stadium IIA : T2a, N0, M0

Stadium IIB : T1, N1, M0, T2a, N1, M0 atau T2B, N0-1, M0 Stadium III : T1-2, N2, M0 atau

T3, N0-2, M0

Stadium IVA: T4, N0-2, M0

Stadium IVB: Tiap T, N3, M0

StadiumIV C: Tiap T, Tiap N, M11,5,17

Universitas Sumatera Utara

2.12.Imunohistokimia

Marker untuk karsinoma nasofaring meliputi cytokeratin 5/6, 8, 13 dan 19, pancytokeratin

(EA1/EA3), p53, p63, epidermal growth factor receptor (EGFR), Vascular endothelial growth

factor (VEGF), EBV, proliferating cell nuclear antigen, Ki-67 dan c-erB2, Cathepsin

L2,5,11,12,22,23.

Page 17: ca naso usu

Gambar 12.Nonkeratinizing Squamous Cell Carcinoma, imunoreaktif terhadap pancytokeratin pada epitel permukaan dan pada kelompokan sel pada stroma. (Dikutip dari: Barnes L. Eveson JW. Reichart P. Sidrasky D.

Pathology and Genetic Head and Neck Tumours. Lyon: IARC Press, 2003).

Gambar 13. Nonkeratinizing Squamous Cell Carcinoma, imunoreaktif terhadap cytokertin dan biasanya memberikan gambaran “meshwork”. (Dikutip dari: Barnes L. Eveson JW. Reichart P.Sidrasky D. Pathology and Genetic Head and Neck Tumours. Lyon: IARC Press, 2003).Universitas Sumatera Utara

Pada sebagian besar kasus karsinoma nasofaring imunoreaktif terhadap p63, marker untuk

sel basal yang secara normal mewarnai sel basal dan sel parabasal pada bagian bawah epitel

squamous5.

Gambar 14. Karsinoma nasofaring, baik bagian sel-sel karsinoma dan sel basal imunoreaktif terhadap p635. (Dikutip dari: Barnes L. Eveson JW. Reichart P. Sidrasky D. Pathology and Genetic Head and Neck Tumours.

Lyon: IARC Press, 2003).

Page 18: ca naso usu

Penelitian yang dilakukan oleh Chua et al dan Leong et al menunjukkan ekspresi dari

EGFR meningkat pada karsinoma nasofaring. Dijumpai pada pada fase II pada penelitian dari

cetuximab yang dikombinasikan dengan carboplatin. Respon keseluruhan 17% dan parsial

respon atau penyakit yang stabil 66%. EGFR dapat menjadi target yang viabel untuk

penelitian selanjutnya12.

Vascular endothelial growth factor (VEGF) merupakan faktor angiogenik.

Guang-wu et al melaporkan bahwa VEGF diekspresikan pada 10% pada nasofaring normal,

40% pada pasien dengan tumor jinak nasofaring dan 80% pada karsinma nasofaring. Juga

dilaporkan bahwa ekspresi VEGF lebih tinggi pada pasien karsinoma nasofaring lanjut11.

EBV DNA merupakan marker untuk memonitor dan dan memprediksi hasil pengobatan

pada pasien karsinoma nasofaring lanjut. Pada tahun 2003, Lin et almelaporkan penelitian

pada 99 pasien dengan stadium III dan IV yang diterapiUniversitas Sumatera Utara

dengan kemoterapi neoadjuvan yang diikuti dengan radiasi. 94 pasien, termasuk seluruh

pasien dengan metastase, dijumpai EBV DNA pada plasma, dan tidak dijumpai EBV DNA

pada kontrol. Imunoterapi berdasarkan EBV latent membrane protein pada penelitian

sebelumnya11.

Page 19: ca naso usu

Gambar 15. Pewarnaan imunohistokimia untuk EBER pada nasopharyngeal carcinoma. (Dikutip dari: Rosai J. Rosai and Ackermans Surgical Pathology,Volume one, Ninth Edition, Philadelphia:Mosby, 2004).

Xu et al menyatakan karsinoma nasofaring positif terhadap pewarnaan dengan

cathepsin L. Cathepsin merupakan lysosomal hydrolase yang menghancurkan protein pada

lisosom pada pH asam, dan terdiri dari beberapa kelas, seperti cathepsin A, B, C, D, H, L.

Dari subtipe cathepsin ini, cathepsin L, yang juga diketahui berperan seperti MEP ( major

excreted protein), dilaporkan lebih poten dibandingkan kelas lain cathepsin dalam

menghancurkan komponen matrik ekstraselular. Cauhan et al, melaporkan kanker secara

umum mengekspresikan level cathepsin L yang tinggi dibandingkan dengan jaringan normal,

termasuk tumor ginjal, testikular, paru-paru, payudara, ovarium, kolon, adrenal, kandung

kemih, prostat dan tiroid. Ekspresi protein cathepsin L dijumpai di sitoplasma sel-sel tumor

dan pada matrik ekstraselular disekitar lesi. Pewarnaan imunohistokimia memperlihatkan

pewarnaan yang luas sampai berupa titik-titik.Universitas Sumatera Utara

Overekspresi protein dijumpai pada 47% jaringan tumor primer dan 89% pada metastase

pada jaringan kelenjar getah bening leher. Sebagian besar literatur menyatakan bahwa

cathepsin L berperan dalam invasi tumor dan metastasis. Sehingga, cathepsin L memiliki

konstribusi pada metastasis karsinoma nasofaring dan dapat digunakan sebagai biomarker

yang potensial untuk prognosis karsinoma nasofaring23.

(a)

(b)

Page 20: ca naso usu

Gambar 16. a dan b overekspresi cathepsin L pada karsinoma nasofaring dan metastase pada kelenjar getah bening. (Dikutip dari: Xu, X. Et al Expression of cathepsin L in nasopharyngeal carcinoma and its clinical significance, Experimental Oncology, Volume 31, June, 2009)

2.13.Penatalaksanaan

Pengobatan standar dengan menggunakan radioterapi, dengan angka ketahan hidup

sekitar 50-70%, tetapi beberapa penulis menganjurkan untuk mengkombinasikan dengan

kemoterapi7,13,16.

Undifferentiated carcinoma lebih radiosensitif sedangkan non keratinizing squamous cell

carcinoma merupakan yang paling tidak radiosensitif13.Universitas Sumatera Utara

2.14.Prognosis

Angka ketahanan hidup dipengaruhi oleh usia (lebih baik pada pasien usia muda), staging

klinik dan lokasi dari metatase regional ( lebih baik pada yang homolateral dibandingkan

pada metastase kontralateral dan metastase yang terbatas pada leher atas dibandingkan dari

leher bawah)13. Studi terakhir dengan menggunakan TNM Staging System menunjukkan

5 years survival rate untuk stage I 98%, stage II A-B 95%, stage III 86%, dan stage IV A-

B 73%6. Secara mikroskopis, prognosis lebih buruk pada keratinizing squamous cell

carcinomadibandingkan dengan yang lainnya.

Untuk non keratinizing squamous cell carcinoma, prognosis buruk bila dijumpai :

1.Anaplasia dan atau plemorfism.

2.Proliferasi sel yang tinggi ( dihitung dari mitotik atau dengan proliferasi yang dihubungkan

dengan marker imunohistokimia ).

3.Sedikitnya jumlah sel radang limfosit.

4.Tingginya densitas dari S-100 protein yang positif untuk sel-seldendritik.

Page 21: ca naso usu

5.Dijumpai banyak pembuluh darah kecil. 6.Dijumpai ekspresi c-erb B-212.Universitas Sumatera Utara