dampak putusan ultra petita mahkamah konstitusi terhadap sistem hukum...

85
DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S. ) Fakultas Syariah ADRA NURJANAH NIM : SPI PEMBIMBING : Dr. Ruslan Abdul Gani, SH.,MH Yudi Armansyah, M.Hum JURUSAN HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERISULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI M

Upload: others

Post on 20-Mar-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI

TERHADAP SISTEM HUKUM

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S. )

Fakultas Syariah

ADRA NURJANAH

NIM : SPI

PEMBIMBING :

Dr. Ruslan Abdul Gani, SH.,MH

Yudi Armansyah, M.Hum

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISULTHAN THAHA

SAIFUDDIN JAMBI

M

Page 2: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

i

Page 3: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

ii

Page 4: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

iii

Page 5: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

iv

MOTTO

Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada

yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di

antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah

memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah

Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Al-Quran Surah An-Nisa ayat ).”1

1 Al-Quran Terjemah Ar-Rafi’

Page 6: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

v

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis dari putusan mahkamah konstitusi tentang ultra petita

terhadap sistem hukum. Sebagai tujuan untuk mengetahui konsep dan tujuan

putusan ultra petita dalam sistem hukum, putusan-putusan ultra petita di

Mahkamah Konstitusi, serta dampak ultra petita dalam sistem hukum.

Berdasarkan data yang yang digunakan penelitian ini, maka sumber datanya

terdiri dari data sekunder. Data sekunder dalam penelitian ini yaitunbuku-buku

yang berkaitan dengan penelitian. Penelitian ini menggunakan penelitian library

research dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian yang diperoleh setelah

putusan ultra petita tersebut sebagai berikut: Pertama, konsep dan tujuan putusan

ultra petita oleh mahkamah konstitusi dimana konsep yang digunakan adlah

konsep substansial. Kedua, putusan-putusan yang bersifat ultra petita dimana

salah satu putusannya adalah tentang Komisi Yudisial. Ketiga, dampak dari

putusan ultra petita adalah dimana akan terjadi ketidak seimbangan dalam hal

negatif.

Kata Kunci: Ultra Petita, Dampak Ultra Petita Sistem Hukum

Page 7: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

vi

PERSEMBAHAN

Sujud Syukur ku persembahkan kepadaMu yang Maha Agung

yang mana telah memberikan saya kesabaran dalam mengerjakan

skripsi ini, menadahkan doa dalam syukur yang tiada kira, terimakasih

saya persembahkan karya kecil ini untuk kedua orangtua saya

(M.Usman dan Heswati Nandra), yang tidak pernah lelah dalam

mendidik dan membesarkan saya sehingga sampai saat ini, serta telah

memberikan doa yang tulus maupun memberikan dukungan terhadap

saya. Semoga kalian senantiasa selalu dalam lindunganNya, dan saya

selalu berdoa agar kalian diberikan balasan setimpal syurga firdaus dan

dijauhkan nantinya dari panas hawa api neraka. Amin amin ya

rabbal’alamin.

Untuk kakak (Ustun Nurjanah) dan adik (Bintang Miftahul

Janah) saya ucapkan terimakasih atas segala dukungan dan doa, tidak

ada yang dapat saya berikan selain ucapan terimakasih. Semoga Allah

membalas jasa kalian dengan pahala yang tak terputus.

Saya persembahkan juga untuk guru-guru serta dosen-dosen,

dimana telah memberikan saya ilmu yang bermanfaat. Dan tak lupa

untuk dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu, serta dengan

sabar membantu saya dalam mengerjakan skripsi ini. Semoga Allah

membalas jasa kalian dengan pahala yang tak terputus.

Dan untuk orang yang saya sayangi setelah keluarga (Rajib

Garda), terimakasih karena telah banyak membantu, memberikan doa,

motivasi serta memberikan semangat hingga selesainya skripsi ini.

Semoga kebaikanmu diberikan balasan yang tak terputus dan semoga

Allah senantiasa melindungi dalam setiap langkahmu.

Dan teruntuk teman-teman seperjuangan jurusan hukum tata

negara. Terimakasih karena telah memberikan saya motivasi serta

bantuan dan semangatnya sehingga terselesainya skripsi ini. Semoga

kalian selalu dalam lindungan-Nya.

Page 8: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr. WB

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan Rahmat dan HidayatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Adapun isi dari skripsi ini yaitu menganalisis dampak dari perkara yang

bersifat ultra petita mahkamah konstitusi dalam sistem hukum. Maka dari itu penulis

akan menganalisis dampak dari perkara yang bersifat ultra petita secara hukum.

Kemudian dalam penyelesaian skripsi adanya bantuan dari berbagai pihak,

terutama yaitu dosen pembimbing. Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan

adalah terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini,

yaitu kepada Yang Terhormat:

. Prof. Dr. H. Suai’di Asy’ari, MA,ph.D selaku Rektor UIN Sultan Thaha

Saifuddin Jambi

. Bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd sebagai Wakil Rektor II Bidang Administrasi

Umum, Perencanaan dan Keuangan, dan Ibu Dr. Fadhilah M.Pd. sebagai

Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN Sultan

Thaha Saifuddin Jambi.

. Bapak Dr. A.A Miftah, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah UIN STS

Jambi.

. Bapak Dr. Hermanto Harun L. Ph.D. Wakil Dekan bidang Akademik. Ibu

Dr. Rahmi Hidayati, S.Ag.,M.HI, selaku Wakil Dekan bidang

Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan. Dan Ibu Yuliatin,

Page 9: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

viii

S.Ag.,M.HI, selaku Wakil Dekan bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama

di lingkungan Fakultas Syariah UIN STS Jambi.

. Bapak Abdul Razak, SHI.,M.IS dan Ibu Ulya Fuhaidah, S.Hum., M.Hum,

selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Hukum Tata Negara Fakultas Syariah

UIN STS Jambi.

. Bapak Dr. Ruslan Abdul Ghani, SH., MH dan Bapak Yudi Armansyah, M.

Hum, sebagai Pembimbing I dan Pembimbing II.

. Bapak dan Ibu dosen, asisten dosen, dan seluruh karyawan/ karyawati

Fakultas Syariah UIN STS JAMBI.

. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini baik langsung

maupun tidak langsung.

Disamping itu, skripsi ini juga jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya

kepada semua pihak untuk dapat memberikan kontribusi pemikirannya demi

perbaikan skripsi ini. Semoga amal kebajikan kita semua nilai seimbang oleh

Allah SWT.

Wassalamu’alaikumWr. Wb

Jambi, September

Penulis

ADRA NURJANAH

NIM: SPI.

Page 10: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................ iii

MOTTO ..................................................................................................................... v

ABSTRAK ................................................................................................................. vi

PERSEMBAHAN ....................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ............................................................................................... viii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................

A. Latar Belakang ............................................................................

B. Rumusan Masalah .......................................................................

C. Batasan Masalah .........................................................................

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................

E. Kerangka Teori dan Konseptual .................................................

F. Tinjauan Pustaka .........................................................................

BAB II METODE PENELITIAN ..................................................................

A. Jenis Penelitian ...................................................................

B. Pendekatan Penelitian ........................................................

C. Jenis dan sumber Data ........................................................

D. Teknik Pengumpulan Data..........................................

E. Teknik Analisis Data ..........................................................

Page 11: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

x

F. Sistematika Pembahasan ....................................................

BAB III TINJAUAN UMUM: SEKILAS TENTANG PUTUSAN

ULTRA PETITA DI INDONESIA .......................................

A. Pengertian Ultra Petita .......................................................

B. Konsep dan Tujuan dalam Putusan Ultra Petita .................

C. Penggunaan Putusan Ultra Petita dalam Sistem

Hukum....

BAB IV TINJAUAN KHUSUS: PUTUSAN ULTRA PETITA

DAN DAMPAKNYA DI INDONESIA ................................

A. Putusan-Putusan Ultra Petita di Indonesia .........................

B. Pertimbangan Hakim Memutuskan Ultra Petita ................

C. Dampak dari lahirnya Putusan Ultra Petita ........................

BAB V PENUTUP .................................................................................

A. Kesimpulan ........................................................................

B. Saran ...................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

CURICULUM VITAE

Page 12: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara hukum yang demokratis dan konstitusional, yaitu

negara demokrasi yang berdasarkan atas hukum dan konstitusi. Pengembangan

budaya hukum masyarakat untuk terciptanya kesadaran dan kepatuhan hukum

dalam kerangka supremasi hukum telah mendapat pengakuan dan jaminan dari

Negara Indonesia melalui Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun (UUD ).

Pasal yang menentukan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

adalah negara hukum yang melaksanakan kedaulatan rakyat berdasarkan UUD

.2 Artinya, Negara Republik Indonesia meletakkan hukum pada kedudukan

yang tertinggi sekaligus sebagai prinsip dasar yang mengatur penyelenggaraan

kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.3

Suatu peraturan perundang-undangan yang dikatakan baik, belum cukup

apabila hanya memenuhi persyaratan-persyaratan filosofis atau ideologis dan

yuridis saja, secara sosiologis peraturan tadi juga harus berlaku. Yang dimaksud

dengan secara sosiologis adalah menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara fakta. Hal ini bukanlah berarti

bahwa setiap peraturan perundang-undangan harus segera diganti apabila ada

gejala-gejala bahwa peraturan itu tidak hidup.

2Ikhsan Rosyada Parluhutan Daulay, Mahkamah Konstitusi, cet.ke- , (Jakarta, PT Rineka

Cipta, ), hlm. 3 Tim Penyusun, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, cet. Ke- , (Jakarta, Sekretariat

Jendral dan Kepaniteraan MNKRI, ), hlm.

Page 13: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

Dalam setiap perubahan konstitusi harus didasarkan pada paradigma atau

pandangan mengenai perubahan yang harus dipatuhi oleh pembuat perubahan

tersebut, yang bisa terarah dan sesuai dengan kebutuhan yang berkembang di

masyarakat. Agar nantinya dapat menghasilkan sistem yang menjamin stabilitas

pemerintahan dan memejukan kesejahteraan rakyat.4

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia hasil pemilihan

umum Tahun dalam salah satu naskah perubahan UUD , yakni Naskah

Perubahan Ketiga UUD yang disahkan dalam Sidang Tahunan Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun telah mengakomodir

suatu lembaga negara bernama Mahkamah Konstitusi.5

Pada mulanya memang tidak kenal adanya Mahkamah Konstitusi. Bahkan,

keberadaannya masih relatif baru. Oleh karena itu, setelah Indonesia memasuki

Era Reformasi dan Demokratisasi ini, ide pembentukan Mahkamah Konstitusi

menjadi sangat luas diterima.6

Kehadiran Mahkamah Konstitusi dalam sistem ketatanegaraan Indonesia

adalah suatu tuntutan dari adanya perubahan Undang-Undang Dasar .

Mahkamah Konstitusi bersama Mahkamah Agung adalah pemegang kekuasaan

kehakiman, Mahkamah Konstitusi diharapkan dapat memberi keadilan bagi warga

Negara yang merasa hak konstitusionalnya telah dilanggar atas berlakunya suatu

Undang-Undang.

4 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan konstitusionalisme Indonesia, Jakarta: Konstitusi

Pres, , hal. 5 Ikhsan Rosyada Parluhutan Daulay, Mahkamah Konstitusi,...hlm. op.cit

6 Ni’Maqtul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, cet. Ke- , (Jakarta, PT RajaGrafindo

Persada, ), hlm.

Page 14: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

Mahkamah Konstitusi adalah badan peradilan yang berdiri sendiri terpisah

dari badan peradilan yang lain. Juga tidak merupakan badan peradilan di atas

peradilan yang lain. Dengan perkataan lain, Mahkamah Konstitusi bukan

merupakan peradilan banding bagi badan peradilan lain.7

Di dalam hukum acara, khususnya dalam hukum acara perdata terdapat

pandangan yang oleh beberapa ahli telah dianggap sebagai salah satu prinsip

hukum acara, yaitu hakim dilarang memutuskan melebihi apa yang dimohonkan

(ultra petita). Ketentuan tersebut berdasarkan Pasal ayat ( ) dan ayat ( ) HIR

(Het Herziene Indinesisch Reglement) serta Pasal ayat ( ) dan ayat ( ) RBg

(Rechtreglement Voor de Buitengewesten).

Karena adanya pandangan tersebut, pada saat Mahkamah Konstitusi

memutuskan membatalkan seluruh UU Nomor Tahun tentang Ketenaga

listrikan dan membatalkan seluruh UU Nomor Tahun tentang Komisi

Kebenaran dan Rekonsiliasi (UU KKR) banyak muncul tanggapan bahwa

Mahkamah Konstitusi telah melanggar prinsip larangan ultra petita.8

Mahkamah Konstitusi membatalkan UU Nomor Tahun tentang

ketenagalistrikan. UU ini dinyatakan bertentangan dengan pasal UUD ,

sehingga dinyatakan tidak lagi memiliki kekuatan hukum mengikat. Permohonan

judicial review UU Tahun terhadap UUD yang diajukan oleh BHI,

Serikat Pekerja PLN, dan Ikatan Keluarga Pensiunan Listrik Negara (IKA PLN).

Dalam putusannya, MK menetapkan bahwa pasal , , dan UUD

telah dilanggar oleh ketentuan di dalam UU nomor Tahun . Pelanggaran

7 Sri Soemantri M, Hak Uji Material Di Indinesia, Alumi cetakan ketiga, Bandung :

, hal. 8 Tim Penyusun, Hukum Acara,.... hlm. op.cit

Page 15: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

itu, terutama pada pasal yang menyatakan bahwa listrik merupakan komoditi yang

dapat dikompetisikan dan ditingkatkan harga jualnya dan listrik merupakan

cabang usaha yang cukup dikuasai oleh negara dalam konsep perdata.9

Mahkamah konstitusi membatalkan UU Nomor Tahun tentang

Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (UU KKR). Pemohon hanya mengajukan uji

materi pasal, yaitu pasal tentang amnesti bagi pelaku pelanggaran HAM dan

pasal tentang hak korban menempuh upaya hukum. Dengan keputusan

bernomor /PUU-IV/ , maka MK menyatakan UU tersebut tidak berlaku

lagi, karena dianggap bertentangan dengan UUD . Dasar pertimbangan MK

antara lain adanya budaya dan falsafah bangsa yang menghargai HAM.10

Dasar kewenangan yang dimiliki Mahkamah Konstitusi dalam putusan

Ultra Petita adalah dimana dalam rangka menegakkan keadilan substantif dan

keadilan konstitusional, UU yang diminta diuji merupakan jantungnya UU dalam

arti sebagai akibat pengujian ini maka berakibat seluruh pasal dalam UU tersebut

tidak dapat dilaksanakan, memepertimbangkan kepentingan umum yang

menghendaki hakim tidak boleh terpasung pada permohonan, dan pengujian UU

menyangkut kepentingan umum akibat hukumnya bersifat ergo omnas.

Berdasarkan Putusan Ultra Petita MK adalah putusan Mahkamah

Konstitusi yang putusannya melebihi dari yang diminta oleh pemohon dalam

pengujian Undang-Undang terhadap UUD NKRI atau perkara putusan

9https://news.detik.com/berita/ /mk-cabut-uu-komisi-kebenaran-dan-

rekonsiliasi.htm akses maret 10

https://news.detik.com/berita/ /mk-cabut-uu-komisi-kebenaran-dan-

rekonsiliasi.htm akses maret

Page 16: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

perselisihan hasil pemilukada guna mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara

yang diajukan kepadanya.11

Sementara dalam Undang-Undang yang mengatur tentang keberadaan

Mahkamah Konstitusi maupun dalam UUD , kewenangan untuk membuat

putusan yang sifatnya Ultra Petita sangatlah tidak mendapat ruang yang cukup.12

Hal ini dapat dilihat dalam salah satu Putusan Perkara Nomor /PUU-IV/

yang menguji Undang-Undang Nomor Tahun tentang Komisi Kebenaran

dan Rekonsilitasi (sebuah komisi yang ditugasi untuk menemukan dan

mengungkapkan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan pada masa lampau oleh

suatu pemerintahan).

Dalam putusannya, Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa Undang-

Undang Nomor Tahun tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi

tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Dengan kekuatan mengikat

dari putusan Mahkamah Konstitusi ini, selain mengikat pihak-pihak yang

berperkara, namun juga mengikat bagi semua orang dan lembaga-lembaga hukum

serta badan hukum diwilayah Republik Indonesia.

Hal inilah yang menjadi kelemahan bagi Mahkamah Konstitusi dalam

menjalankan tugas dan wewenangnya, karena dalam Peraturan Mahkamah

Konstitusi Nomor Tahun tidak mengatur batasan apakah Mahkamah

Konstitusi boleh melakukan ultra petita.

11

Rubaie, Putusan Ultra Petita Mahkamah Konstitusi, Jakarta, LaksBang PRESSindo

Yogyakarta dan Kantor Advokat, , hlm. 12

Haposan Siallagan, “Masalah Putusan Ultra Petita Dalam Pengujian Undang-Undang”,

Jurnal Mimbar Hukum, Vol. . No. , (Februari ), hlm.

Page 17: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

Ultra petita dikeluarkan oleh Mahkamah Konstitusi tidak jarang

menimbulkan kontrovesi dikarenakan belum adanya landasan atau dasar hukum

yang memperbolehkan Mahkamah Konstitusi untuk mengeluarkan putusan yang

bersifat ultra petita atau putusan melebihi apa yang dimohonkan.

Mengutip dari tulisan Miftakhul Huda, seorang praktisi hukum di

Surabaya tentang “Ultra Petita” dalam pengujian Undang-Undang, dimana dalam

tulisan tersebut Moh, Mahfud MD yang juga merupakan ketua Mahkamah

Konstitusi berpendapat, “sebenarnya kedua pihak yang berhadapan dalam

kontroversi itu hanya mendasarkan pandangan dan argumentasinya menurut

logika pilihannya sendiri, bukan menurut Undang-Undang. Undang-undang

tentang Mahkamah Konstitusi sama sekali tidak menyebutkan apakah putusan

ultra petita itu dibolehkan atau tidak”.13

Berdasarkan uraian diatas, penulis bermaksud untuk mengkaji dampak

dari adanya putusan ultra petita Mahkamah Konstitusi terhadap sistem hukum.

Adapun alasan Mahkamah Konstitusi melakukan Ultra Petita demi terwujudnya

keadilan substantif (keadilan yang hakiki dan dirasakan oleh publik sebagai

keadilan yang sesungguhnya) merupakan hal yang patut dikaji lebih lanjut untuk

mengetahui sejauh mana relevansi konsep keadilan substantif dalam mewujudkan

Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga penegak dan pengawal konstitusi di

indonesia.

13

Untung Tri Kusuma, “Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Konstitusi Ultra Petita

Dalam Pengujian Undang-Undang Nomor Tahun Tentang Komisi Kebenaran Dan

Rekonsiliasi”, Skripsi Universitas Jambi, ( ).

Page 18: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat

merumuskan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut :

. Apa konsep dan tujuan Putusan Ultra Petita dalam sistem hukum di Indonesia?

. Apa saja putusan Ultra Petita yang lahir sepanjang berdirinya Mahkamah

Konstitusi?

. Bagaimana dampak putusan Ultra Petita dalam Mahkamah Konstitusi terhadap

sistem hukum di Indonesia?

C. Batasan Masalah

Sebagai dari awal proses penelitian adalah batasan terhadap permasalah

yang dikaji, karena apapun jenis penelitiannya yang menjadi titik tolak tetap

bersumber pada masalah. Tanpa masalah penelitian tidak akan pernah dilakukan.

Pembatasan masalah dilakukan dengan harapan pembahasan ini menjadi fokus

pada titik permasalahan tertentu dan tidak melebar pada permasalahan lainnya.14

Mengingat luasnya permasalahan yang akan dibahas, maka penulis

memandang perlunya batasan masalah agar tidak terjadinya kesalah pahaman

dalam pembahasan ini. Dalam pembahasan ini penulis hanya membahas mengenai

menganalisa dampak putusan Ultra Petita Mahkamah Konstitusi terhadap sistem

Hukum dan mengetahui kasus yang terjadi putusan ultra petita pada tahun -

.

14

Sanafilah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, Cet.Ke- , (Jakarta : Raja Grafindo

Persada, )

Page 19: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

. Tujuan Penelitian

Bertitik tolak dari latar belakang masalah dan pokok permasalahan

yang menjadi objek pembahasan, maka tujuan penelitian yang hendak di

capai dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui konsep dan tujuan Ultra Petita dalam sistem hukum di

Indonesia.

b. Untuk mengetahui putusan Ultra Petita yang lahir sepanjang berdirinya

Mahkamah Konstitusi.

c. Untuk mengetahui dampak putusan Ultra Petita dalam Mahkamah

Konstitusi terhadap sistem hukum.

. Kegunaan Penelitian

a. Bagi penulis untuk pengetahuan dan kemampuan penulis mengenai

dampak putusan Ultra Petita Mahkamah Konstitusi terhadap sistem

hukum.

b. Bagi penulis selanjutnya penelitian ini diharapkan mampu memberikan

masukan dan bahan pertimbangan bagi peneliti dibidang dan permasalah

yang sejenis dikembangkan lebih lanjut dimasa yang akan datang.

E. Kerangka Teori dan Konseptual

a. Kerangka Teori

Page 20: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

Teori yang dipakai penulis dalam penelitian ini yaitu menggunakan teori

Hans Kelsen tentang hukum, salah satu teori yang penting dibidang Hukum Tata

Negara adalah teori hukum yang dikemukakan oleh Hans Kelsen. Hans Kelsen

menyatakan bahwa pelaksanaan aturan konstitusional tentang legislasi hanya

dapat dijamin secara efektif, jika terdapat suatu organ selain badan legislatif yang

diberikan tugas untuk menguji konstitusionalitas suatu produk hukum. Untuk itu

dapat diadakan organ khusus seperti pengadilan khusus yang disebut mahkamah

konstitusi.15

Pemikiran Hans Kelsen meliputi tiga masalah utama, yaitu tentang teori

hukum, negara, dan hukum internasional. Ketiga masalah tersebut sesungguhnya

tidak dapat dipisahkan karena saling terkait dan dikembangkan secara konsisten

berdasarkan logika hukum secara formal. Friedmann mengungkapkan dasar-dasar

esensial dari pemikiran Kelsen yaitu:

a. Teori hukum adalah ilmu pengetahuan mengenai hukum yang berlaku,

bukan mengenai hukum yang seharusnya.

b. Hukum adalah ilmu pengetahuan normatif, bukan ilmu alam.

c. Teori hukum sebagai teori tentang norma-norma, tidak ada

hubungannya dengan daya kerja norma-norma hukum.

d. Teori hukum adalah formal, suatu teori tentang cara menata,

mengubah isi dengan cara yang khusus. Hubungan antara teori hukum

dan sistem yang khas dari hukum positif ialah hubungan apa yang

mungkin dengan hukum yang nyata.

15

http://safaat.lecture.ub.ac.id/files/ /perkembangan-teori-hukum-tata-negara-dan-

penerapannya-di-indonesia.pdf

Page 21: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

Teori yang dikembangkan oleh Kelsel sesungguhnya dihasilkan dari

analisis perbandingan sistem hukum positif yang berbeda-beda, membentuk

konsep dasar yang dapat menggambarkan suatu komunitas hukum secara utuh.

Masalah utama dalam teori hukum adalah norma hukum, elemen-elemennya.

Hubungannya, teta hukum sebagai suatu kesatuan, strukturnya, hubungan antara

tata hukum yang berbeda, dan akhirnya kesatuan hukum di dalam tata hukum

positif yang plural.

Teori kedua yang dipakai penulis yaitu teori trias politika Montesquieu,

menurut Montesquieu kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif,

dan kekuasaan yudikatif. Dengan teori iti, Montesquieu menginginkan jaminan

bagi kemerdekaan individu terhadap tindakan sewenang-wenang penguasa.16

Kontribusi besar gagasan yang dikenukakan oleh Montesquieue tersebut

telah mempengaruhi hampir setiap negara demokrasi. Ketiga UUD Indonesia

tidak secara eksplisit mengatakan bahwa dokrin trias politika dianut, tetapi oleh

karena ketiga Uud Indonesia menyelami jiwa dari demokrasi konstitusional, dapat

disimpulkan bahwa Indonesia menganut doktrin ini dalam arti pembagian

kekuasaan . di dalam praktiknya, pembagian kekuasaan tersebut kerap mengalami

guncangan dan gejolak konstitusional dikarenakan pihak yang mendapat amanah

rakyat kerap menyalahgunakan amanah yang diberikan.

b. Kerangka Konseptual

a. Analisis

16

http://www.selasar.com/jurnal/ /benarkah-indonesia-menggunakan-teori-trias-

politika-dalam-sistem-pemerintahan

Page 22: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, pengertian analisis adalah

penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya

pemecahan persoalan yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya serta

penjabaran sesudah dikaji sebaik-baiknya.17

Menurut para ahli Rabert J. Schrieter

pengertian analisis adalah membaca teks yang melokalisasikan berbagai tanda dan

menempatkan tanda-tanda tersebut dalam interaksi yang dinamis, dan pesan-pesan

yang disampaikan.18

b. Dampak

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian dampak adalah

pengaruh kuat yang mendatangkan akibat. Pengertian yang lain adalah benturan,

pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif maupun negatif. Pengaruh

adalah daya yang timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak

dan perbuatan orang. Pengaruh adalah sesuatu keadaan dimana ada hubungan

timbal balik atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi.

c. Keputusan

Menurut Ralp C Davis menyatakan bahwa keputusan ialah suatu hasil

pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Keputusan harus menjawab

sebuah pernyataan tentang apa yang dibicarakan dalam hubunganya dengan suatu

perencanaan. Menurut James A.F.Stoner keputusan ialah suatu pemilihan diatara

alternatif-alternatif, artinya ada pilihan yang berdasarkan logika atau

17

Https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-analisis.html 18

Https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-analisis.html

Page 23: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

pertimbangan, maupun ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan itu semakin

mendekatkan pada suatu tujuan tersebut.19

d. Mahkamah Konstitusi

Mahkamah Konstitusi adalah lembaga negara baru dalam struktur

kelembagaan Negara Republik Indonesia yang dibentuk berdasarkan amanat Pasal

C jo Pasal III Aturan Peralihan Perubahan UUD . Mahkamah Konstitusi

adalah lembaga negara termasuk salah satu pelaku kekuasaan kehakiman yang

melakukan fungsi peradilan dalam menangani permasalahn ketatanegaraan

berdasarkan otoritas UUD .20

e. Ultra Petita

Ultra Petita adalah penjatuhan putusan oleh hakim atas suatu perkara

yang tidak dituntut atau memutuskan melebihi apa yang diminta oleh pemohon.

Ultra Petita dalam hukum formil mengandung pengertian penjatuhan putusan atas

perkara yang tidak dituntut atau meluliskan lebih dari pada yang diminta. Ultra

Petita menurut I.P.M.Ranuhandoko adalah melebihi yang diminta. Ultra Petita

sendiri banyak dipelajari di bidang hukum perdata dengan keberadaan peradilan

perdata yang lebih tua berdiri sejak ditetapkan kekuasaan kehakiman di

Indonesia.21

F. Tinjauan Pustaka

19

http://googleweblight.com/i?u-http://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-keputusan-

menurut-para-ahli-terlengkap/&hl=id-ID 20

Irp Daulay, Mahkamah Konstitusi, (Jakarta: Pt. Rineka Cipta, ), hlm. 21

Mauarar Siahaan, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi RI, (Jakarta:Sinar Grafik, ),

hlm.

Page 24: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

Penelitian yang menjelaskan masalah tentang putusan Ultra Petita di

Mahkamah Konstitusi yang sudah di amati oleh peneliti-peneliti terlebih dahulu

diantaranya sebagi berukut:

Pertama, skripsi yang disusun oleh Fadel yang berjudul “Tinjauan Yuridis

prinsip Ultra Petita Oleh Mahkamah Konstitusi sebagai upaya mewujudkan

Keadilan Substantif di Indonesia". Fadel menyimpulkan sesungguhnya putusan

Mahkamah Konstitusi memiliki peradilan tingkat pertama dan terakhir. Tidak

diadakan upaya hukum lanjutan atas putusan hakim baik upaya hukum biasa

maupun luar biasa. Putusan Mahkamah Konstitusi juga bersifat meningkat, tak

hanya para pihak (inter partes) namun seluruh warga negara Indonesia (erga

omnes). 22

Kedua, skripsi yang disusun oleh Agus Budi Santoso yang berjudul

“Tinjauan Yuridis Terhadap Larangan Mekanisme Ultra Petita Pada Putusan

Perkara Oleh Mahkamah Konstitusi”. Agus menyimpulkan bahwa dalam

Undang-Undang Nomor Tahun tentang Mahkamah Konstitusi putusan

Ultra Petita oleh Mahkamah Konstitusi belum secara eksplisit dilarang. Namun

pengatur pasal A Undang-Undang Nomor Tahun dengan jelas mengatur

bahwa Mahkamah Konstitusi dilarang mebuat keputusan yang mengandung Ultra

Petita atau putusan yang tidak diminta oleh pemohon atau melebihi permohonan

pemohon.23

22

Fadel, “Tinjauan Yuridis oleh Mahkamah Konstitusi sebagai upaya Mewujudkan

Keadilan Substantif Di Indonesia” skripsi Universitas Hasanuddin Makasar ( ) 23

Agus, “Tinjauan Yuridis Terhadap Larangan Mekanisme Ultra Petita Pada Putusan

Perkara Oleh Mahkamah Konstitusi” Tesis Universitas Sebelas Maret, ( )

Page 25: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

Ketiga, skripsi disusun oleh Abdullah Fikri yang berjudul “Putusan Ultra

Petita Mahkamah Konstitusi dalam Perspektif Fiqh Siyasah”. Abdullah

menyimpulkan bahwa putusan Utra Petita Mahkamah Konstitusi diperbolehkan

dalam Perspektif Fiqh Siyasah selama putusan tersebut mengandung

kemaslahatan umum sebagai tinjauan dari Fiqh Siyasah dan dapat diterima oleh

mayoritas masyarakat sebagai tolak ukur tercapainya kemaslahatan. 24

Sedangkan penelitian membahas tentang konsep dan tujuan Ultra petita,

putusan Ultra Petita yang lahir sepanjang berdirinya MK, dan dampak putusan

Ultra Petita dalam MK terhadap sistem Hukum. Jadi, antara penelitian terdahulu

dengan penelitian sekarang terdapat perbedaan dan persamaan. Perbedaannya

adalah di mana penelitian sebelum nya hanya membahas tinjauan yuridis terhadap

putusan Ultra Petita di MK saja sedangkan penelitian sekarang lebih membahas

tentang dampak putusan Ultra Petita MK terhadap sistem Hukum dan konsep

Ultra Petita dalam sistem hukum. Dan persamaannya adalah sama-sama

membahas tentang Putusan Ultra Petita di MK.

24

Abdullah Fikri, “Putusan Ultra Petita Mahkamah Konstitusi dalam Perspektif Fiqh

Siyasa” Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta ( )

Page 26: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penyusun adalah jenis penelitian pustaka

atau library research, yaitu kegiatan pengumpulan data yang berasal dari berbagai

literatur baik dari perpustakaan maupun tempat lain.

Dilihat dari tipologi penelitian Dampak Putusan Ultra Petita Mahkamah

Konstitusi ini di golongankan dalam jenis penelitian hukum normatif, yang hanya

menelaah data sekunder dan jika dilihat dari tujuannya maka penelitian hukum

normatif menggunakan metode doktrinal normologi, yaitu bertolak dari kaidah-

kaidah sebagai ajaran yang mengkaidahi perilaku.

B. Pendekatan Penelitian

a. Pendekatan sosiologis

Pendekatan sosiologi atau empiris berfokus pada prilaku yang

berkembang dalam masyarakat, atau bekerjanya hukum dalam masyarakat.25

b. Pendekatan Yuridis

Pendekatan yuridis adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam

suatu penelitian dimana masalah-masalah yang akan dibahas berada didalam

peraturan perUndang-Undangan yang berlaku.

c. Pendekatan Normatif

Pendekatan normatif adalah metode atau cara yang digunakan didalam

penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder

25

Ishaq, Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Albabeta, ). hlm

Page 27: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

terhadap azas-azas hukum serta studi kasus yang dengan kata lain sering disebut

sebagai penelitian hukum kepustakaan.26

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan meliputi data sekunder. Adapun jenis data

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Data sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data27

. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah segala data

yang tidak berasal dari sumber data primer yang dapat memberikan dan

melengkapi serta mendukung informasi terkait dengan objek penelitian baik yang

berbentuk jurnal, buku,dan tulisan maupun artikel yang berhubungan dengan

objek penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi literatur. Metode studi

literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode

pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, menyeleksi dan

mengkategorikan bahan penelitian.28

Studi literatur adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data-data

yang berhubungan dengan konsep ultra petita di Mahkamah Konstitusi. Studi

literatur biasa didapat dari berbagai sumber, jurnal, buku, internet dan lainnya.

26

Enggar Wicaksono, “Tinjauan Yuridis Putusan Mahkamah Konstitusi No. /PUU-

XIII/ Tentang Inkonstitusi Kewenangan Komisi Yudisial Dalam Melakukan Rekruitmen

Hakim Bersama Mahkamah Agung”, Dipnegoro Law Journal, Vol. , Nomor Tahun , hlm.

27

Ibit., hlm. . 28

Eka diah kartiningrum, Panduan penyusun studi literature, , hlm. .

Page 28: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke

dalam satuan pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Adapun teknik analisis data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisi isi (content analysis). Analisis

isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam

terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa, serta fakta

dan data-data yang menjadi isi atau materi suatu buku. Sedangkan cara berfikirnya

menggunakan cara berfikir induktif, deduktif, dan komperatif. Deduktif

maksudnya cara berfikir dari hal-hal yang umum kemudian menarik kesimpulan

yang bersifat khusus. Induktif adalah cara berfikir hal-hal yang bersifat khusus

untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum. Komperatif membandingkan

pendapat para ahli satu dengan yang lain, MK dalam putusan Ultra Petita dalam

sistem Hukum.

F. Sistemetika Pembahasan

Untuk mempermudah proses penulisan dalam penelitian ini, maka penilis

kerangka yang sistematik untuk membantu pola dasar pembahasan skripsi dalam

bentuk bab-bab yang terdiri dari:

BAB I Pendahuluan, diawali dengan latar belakang masalah berisi

penjelasan data-data yang dijadikan alasan bagi penulis dalam

memilih pembahasan ini, perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II Didalam bab ini yang akan dibahas antara lain mengenai latar

Page 29: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

belakang berdirinya Mahkamah Konstitusi, konsep dan

kewenangan Mahkamah Konstitusi, serta pengentian Ultra

Petita.

BAB III

BAB IV

Didalam bab ini, diberikan gambaran bagaimana konsep Ultra

petita oleh Mahkamah Konstitusi, dan putusan-putusan ultra

petita.

Didalam bab ini membahas gambaran pertimbangan dan

dampak Ultra Petita dalam sistem hukum.

Page 30: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

BAB III

TEMU UMUM SEKILAS TENTANG PUTUSAN ULTRA PETITA DI

INDONESIA

A. Pengertian Putusan Ultra Petita

Putusan adalah hakikat peradilan, inti dan tujuan dari segala kegiatan atau

proses peradilan, memuat penyelesaian perkara yang sejak proses bermuka telah

membebani pihak-pihak. Dari rangkaian proses peradilan tidak satupun di luar

putusan peradilan yang dapat menentukan hak suatu pihak dan beban kewajiban

dari pihak lain, sah tidaknya suatu tindakan menurut hukum dan meletakkan

kewajiban untuk dilaksanakan oleh pihak yang diwajibkan dalam perkara.

Diantara proses peradilan hanya putusan yang menimbulkan konsekuensi krusial

kepada para pihak.29

Kata “putusan” lazim dipadankan dengan kata asing, seperti “vionis” dari

bahasa Belanda dan kata “judgement” dari bahasa Inggris. Menurut N.E. Algra et

al. “vionis” adalah: “keputusan yang diberikan oleh hakim untuk sementara

mengakhiri perkara yang dibawa kehadapannya dalam bentuk yang disyaratkan”.

“judgement” artinya adalah: “decision ofa judge or court atau keputusan hakim

atau pengadilan). Putusan menurut pengertian istilah umum adalah hasil dari

memutuskan.30

29

Nyoman Nurjaya, Putusan Ultra Petita Mahkamah Konstitusi, (Yogyakarta:LaksBang

PRESSindo, ), hlm. . 30

Ibid,

Page 31: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

Menurut Sudikno Mertokusumo,putusan hakim adalah suatu pernyataan

yang oleh hakim sebagai pejabat Negara yang diberi wewenang untuk itu

diucapkan dipersidangan dan bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan

suatu perkara atau masalah antar pihak. Bukan hanya yang diucapkan saja yang

disebut putusan, melainkan juga pernyataan yang dituangkan dalam bentuk

tertulis dan kemudian diucapkan oleh Hakim dipersidangan. Sebuah konsep

putusan (tertulis) tidak mempunyai kekuatan sebagai putusan sebelum diucapkan

di persidangan oleh hakim.31

Ultra Petita adalah Istilah berasal dari bahasa latin, ultra (lebih) + petita

(permohonan) yang berarti melebihi apa yang diminta atau dimohon. Hal itu

biasanya menunjuk pada putusan hakim/pengadilan yang memutus melebihi apa

yang diminta. Jadi, dalam putusan Ultra petita, hakim memutus lebih dari yang

diminta oleh para pihak. Termasuk dalam situasi dan kategori ultra petita adalah

putusan bersifat extra petita. Extra petita berasal dari bahasa latin, Extra yang

berarti diluar, dan petita berarti permohonan. Dalam hal ini yang dimaksud

dengan Extra Petita adalah hakim memberikan putusan yang berbeda dari yang

diminta oleh para pihak (Judge gives something different than requested by the

psrties).32

Putusan Ultra Petita menurut putusan I.P.M. Ranuhandoko adalah putusan

melebihi yang diminta. Menurut Andi Hamzah, Ultra Petita (bahasa latin), artinya

melebihi apa yang dituntut, di luar yang dituntut, sering dipakai hakim

memutuskan sesuatu yang tidak dituntut atau tidak didakwa. Apabila tuntutannya

31

Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia. Edisi Ketujuh. (Yogyakarta:

Liberty, ). Hlm. . 32

Nyoman Nurjaya, Putusan Ultra Petita..., hlm. .

Page 32: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

dalam gugatan hanya satu disebut petitum, sedangkan apabila tuntutan dalam

gugatan lebih dari satu atau jamak disebut petita, sehingga Ultra Petita atas

gugatan yang memuat beberapa petitum disebut ultra petitum, dan putusan yang

melibihi tuntutan disebut putusan ultra petita.33

Ultra petita dalam tinjauan hukum formil mengandung arti penjatuhan

putusan atas perkara yang tidak di tuntut atau meluluskan lebih dari apa yang

dipinta. Dalam perkembangannya Ultra Petita banyak dikaitkan dengan peradilan

perdata yang mana dalam hukum acara perdata hakim dilarang memutus melebihi

dari pada yang dimohonkan. Polemik yang kemudian timbul adalah disebabkan

beberapa putusan MK menyangkut perkara pengajuan UU dinilai telah melakukan

ultra petita.

Keberadaan dan kewenangan Mahkamah Konstitusi sendiri didasarkan

pada Pasal B, Pasal ayat ( ) dan Pasal C ayat ( ) UUD NKRI yang

menentukan bahwa Mahkamah Konstitusi memiliki wewenang mengadili pada

tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji

undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutuskan sengketa

kewenangan lembaga negara, memutus pembubaran partai politik, dan memutus

perselisihan tentang hasil pemilu. Selain itu, Mahkamah Konstitusi Juga memiliki

kewajiban memberi putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran

oleh Presiden dan Wakil Presiden.34

Berdasarkan Pasal-Pasal tersebut diatas maka, Mahkamah Konstitusi

bersama-sama dengan Mahkamah Agung merupakan lembaga negara yang diberi

33

Nyoman Nurjaya, Putusan Ultra Petita..., hlm. . 34

Sri Handayani Retno Wardani, Pembatasan Ultra Petita Pada Mahkamah Konstitusi,

Jurnal Konstitusi, Vol. , No. (November ) hlm,

Page 33: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

amanat oleh UUD NKRI Sebagai pelaksanaan kekuasaan kehakiman.

Mahkamah Konstitusi khususnya, seiring berjalannya waktu mendapatkan

tambahan atas berbagai kewenangan yang telah dimilikinya. Dan hal itu wajar

hingga muncul kemudian putusan-putusan Mahkamah Konstitusi yang melenceng

dari petitum.

Utamanya adalah putusan yang mengeluarkan hakim konstitusi dari Objek

pengawasan Komisi Yudisial, bahwa lembaga dengan kewenangan yang begitu

besar ternyata tidak diawasi. Mahkamah Konstitusi tidak mau dimasukkan sebagai

obyek pengawasan Komisi Yudisial salah satu alasannya adalah karena

Mahkamah Konstutusi berwenang memutus sengketa kewenangan antar lembaga

negara dimana Komisi Yudisial mungkin menjadi salah satu pihaknya.35

Di indonesia, keadilan merupakan hak konstitusional warga negara, hal ini

tercermin dalam ketentuan Pasal D ayat ( ) UUD NRI yang dirumuskan,

“Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian

hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”. “Sehubungan

dengan hal ini, maka keadilan selalu berada dalam garis depan dalam setiap

perjuangan menegakkan hak-hak masyarakat maupun dalam konteks penegakan

hukum.36

Putusan Mahkamah Konstitusi yang bersifat Ultra Petita di Indonesia

tidak saja terwujud dalam putusan-putusan permohonan uji materiil Undang-

undang terhadap Undang-Undang Dasar tetapi juga tercermin dalam putusan-

putusan tentang perselisihan hasil pemilihan umum dan perselisihan hasil

35

Ibid, 36

Ibid,

Page 34: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

pemilihan kepala daerah yang menjadi baguan dari kewenangan Mahkamah

Konstitusi. Hal ini dilakukan dengan merujuk pada prinsip hukum dalam dunia

kekuasaan kehakiman yang dikenal dengan dominus litis, yang menuntut hakim

untuk secara aktif mencari dan menemukan keadilan sebagai kekuasaan

kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan

hukum da keadilan, sebagaimana diamanatkan Pasal ayat ( ) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun .37

Menurut pasal UU Mahkamah Konstitusi Korea Selatan tahun

berbunyi “Mahkamah Konstitusi memutus konstitusional tidaknya suatu undang-

undang atau suatu ketentuan dari undang-undang hanya yang dimohonkan

pengujian. Dalam hal seluruh ketentuan dalam undang-undang yang dimohonkan

pengujian dinilai tidak dapat dilaksanakan sebagai akibat dari putusan

inkonstitusionalitas dapat dijatuhkan terhadap keseluruhan undang-undang

tersebut.

Senada dengan kewenangan Mahkamah Konstitusi Korea Selatan,

Mahkamah Konstitusi Austria juga dapat membatalkan ketentuan UU Federal dan

UU negara bagian, baik secara sebagian-sebagian atau secara keseluruhan. Jika itu

terjadi maka suatu ayat, pasal, bagian atau keseluruhan Undang-Undang tersebut

menjadi tidak berlaku setelah diumumkan dalam berita negara atau berita daerah

pada masing-masing negara bagian. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal

ayat ( ) Konstitusi Austria , yang berbunyi “ Mahkamah Konstitusi

mengumumkan penerapan oleh pengadilan, apakah peraturan yang dikeluarkan

37

Ibid,

Page 35: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

oleh negara federal atau negara bagian bertentangan dengan hukum dasar, secara

ex offcio pengadilan dapat membatalkan peraturan negara federal dan negara

bagian tersebut”.

Sedangkan di Jermah Mahkamah Konstitusi Jerman berwenang

membatalkan Undang-Undang negara Federal atau negara bagian karena

bertentangan dengan hukum dasar baik secara formil maupun materiil sehingga

dinyatakan batal dan tidak mempunyai kekuatan mengikat, termasuk peraturan

yang dibuat oleh pemerintah federal dan negara bagian yang tidak kompetibel

dengan hukum dasar dan UU federal.38

Dari hasil beberapa putusan Mahkamah Konstitusi di atas:

. Pertimbangan filosofis dalam rangka memenuhi dan menegakkan keadilan

substantif dalam perkara perselisihan hasil pemilukada dan keadilan

konstitusional dalam pengajuan UU terhadap UUD; menjamin, melindungi

dan menegakkan Hak Asasi Manusia (HAM) dan Hak Konstitusional warga

negara; menegakkan prinsip-prinsip demokrasi; serta dalam rangka mengawal

nilai-nilai konstitusi sesuai spirit yang tarcantum dalam nilai-nilai dasar

pancasila.

. Pertimbangan Teoritis, bahwa hakim sebagai penegak hukum dan keadilan

dapat menemukan hukum melalui interpretasi dan konstruksi hukum, dan

menciptakan hukum dengan cara menggali, mengikuti dan memahami nilai-

nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.

38

Rubaie, Putusan Ultra Petita Mahkamah Konstitusi, Jakarta, LaksBang PRESSindo

Yogyakarta dan Kantor Advokat, , hlm. -

Page 36: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

. Pertimbangan Yuridis, secara expresis verbis (Tersurat) tidak ada peraturan-

peraturan perundang-undangan yang melarang MK memutus secara ultra

petita, namun menurut ketentuan Pasal ayat ( ) UUD NRI juncto

Pasal ayat ( ) UU No tahun , MK memutus perkara berdasarkan

UUD NRI sesuai dengan alat bukti dan keyakinan hakim; dan ketentuan

Pasal ayat ( ) UU No. tahun tentang Kekuasaan Kehakiman, hakim

MK wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa

keadilan yang hidup dalam masyarakat.

. Perkembangan Historis bahwa dalam sejarahnya ada beberapa negara yang

menganut putusan yang bersifat ultra petita, antara lain Mahkamah Konstitusi

Korea Selatan, Austria, dan Jerman, disamping dalam perkara perdata,

pidana, dan tata usaha negara di lingkungan Mahkamah Agung (MA).39

B. Konsep dan Tujuan Dalam Putusan Ultra Petita

Dalam konsep keadilan, dewasa ini dikenal istilah bkeadilan substansi,

yang seringkali dipertentang dengan keadilan prosedural. Dalam Black’s Law

Dictionary ditemukan istilah “substansial justice” (keadilan substantif) yang

diartikan sebagai “keadilan yang dilaksanakan menurut hukum substantif, dengan

tidak melihat kesalahan-kesalahan secara prosedural”.40

Sedangkan yang dimaksud dengan hukum substantif adalah bagian hukum

yang menciptakan, menentukan dan mengatur berbagai macam hak, sebagaimana

39

Ibid, 40

Bryan A. Garner, editor, Black‟s Law Dictionary, Edisi Ketujuh, Amerika: West

Group, , hlm.

Page 37: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

sering dilawankan dengan hukum ajektif, yaitu hukum yang mengatur cara

bagaimana menegakkan hak-hak yang diatur dalam hukum substantif.41

Dengan kata lain, keadilan substantif bukan berarti hakim harus selalu

mengabaikan bunyi undang-undang. Melainkan, dengan keadilan substantif

berarti hakim bisa mengabaikan undang-undang yang tidak memberi rasa

keadilan, tetapi tetap berpedoman pada formal-prosedural undang-undang yang

sudah memberi rasa keadilan sekaligus menjamin kepastian hukum.

Menurut laporan Tahun yang dikeluarkan oleh MK, disebutkan

keadilan substantif, yaitu keadilan yang hakiki dan dirasakan oleh publik sebagai

keadilan sesungguhnya, rasa keadilan yang diakui dan hidup dalam masyarakat.

42Keadilan substansif menuntukkan pada persoalan substansial dan sengketa.

Dengan kata lain, berkaitan dengan hak-hak, kekhususan, kewajiban, kekuasaan,

tanggung gugat, imunitas dan ketidakcakapan para pihak dalam suatu sengketa.

Menurut Atmadja, tolak ukur keadilan substantif tampaknya pada prinsip

“keputusann”.

Sedangkan keadilan prosedural adalan keadilan yang diekspresikan dalam

penerapan prosedur penyelesaian sengketa atau pengambilan keputusan hukum.

Tolak ukurnya ketaatan pada hukum acara. Keadilan prosedural dalam perspektif

filsafat hukum identik pertalian erat dengan doktrin atau mahzab hukum

positivisme yang melibat hukum sebagai aturan diciptakan dan diberlakukan oleh

pejabat atau lembaga mempunyai kewenangan untuk membuat hukum. Sumber

41

Rubaie, Putusan Ultra Petita Mahkamah Konstitusi, Jakarta, LaksBang PRESSindo

Yogyakarta dan Kantor Advokat, , hlm. 42

MK, Mengawal Demokrasi dan Menegakkan Keadilan Substantif, Laporan Tahunan

, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan MK, Jakarta, , hlm

Page 38: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

dan validitas norma hukum bersumber dari kewenangan tersebut. Hukum harus

dipisahkan dari aspek non hukum, minsalnya aspek sosiologis, etis, moral dan

politik.43

Menurut konsep keadilan prosedural, sesuatu dianggap adil apabila

pelaksanaan dan putusan hakim selalu mengikuti bunyi pasal-pasal di dalam

undang-undang. Jika hakim memutus di luar ketentuan undang-undang bisa

dianggap tidak adil karena melanggar kepastian-kepastian yang sudah ditentukan

oleh UU. Yang dikatakan adil di dalam keadilan prosedural itu adalah apabila

putusan hakim diletakkan pada aturan-aturan resmi yang ada sebelumnya. Ini

diperlukan agar ada kepastian bagi orang-orang yang akan melakukan sesuatu

sehingga bisa memprediksi apa akibat yang akan timbul dari perbuatannya itu.44

Keadilan prosedural terkait erat dengan kepatutan dan transparansi dari

proses-proses pembuatan keputusan, dan konsep keadilan prosedural ini dapat

dibedakan dengan konsep keadilan distributif (keadilan dalam distribusi hak-hak

atau sumber daya), dan keadilan distributir (keadilan dalam membenahi

kesalahan-kesalahan).

Mendengarkan keterangan semua pihak sebelum membuat keputusan

merupakan salah satu langkah yang dianggap tepat untuk diambil agar suatu

proses dapat dianggap adil secara prosedural.Beberapa teori tentang keadilan

prosedural berpendirian bahwa prosedur yang adil akan membawa hasil yang adil

43

I Dewa Gede Atmadja, Filsafat Hukum, Dimensi Tematis & Historis, Setara Press,

Malang, Februari, , hlm. 44

Keadilan Prosedural, dalam www.wikipedia.org, diaskes tanggal September

Page 39: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

pula, sekalipun syarat-syarat keadilan distributif atau keadilan korektif tidak

terpenuhi.

Disamping keadilan substantif dan keadilan prosedural, dikenal pula

keadilan konstitusional. Ide pembentukan Mahkamah Konstitusi di berbagai

belahan dunia muncul bersamaan dengan semangat keadilan konstitusional.

Keadilan konstitusional hanya dapat dicapai jika semua produk hukum seralas dan

seirama dengan kaidah-kaidah fundamental konstitusional.45

Kaidah-kaidah

fundamental konstitusi tidak dapat dipisahkan dengan pokok-pokok pikiran yang

tergandung dalam Pembukaan UUD NKRI , yang mencakup: pertama,

bahwa negara Indonesia adalah negara yang melindungi segenap bangsa dan

seluruh tumpah darah Indonesia, serta mencakupi (mengatasi) segala paham

golongan dan paham perseorangan. Kedua, bahwa negara Indonesia hendak

mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia; ketiga, bahwa negara

Indonesia menganut paham kedaulatan rakyat (sistem demokrasi) dan kedaulatan

hukum (nomokrasis), dan keempat, bahwa negara Indonesia adalah negara yang

berketuhanan yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan

beradap.46

Menurut Jimly Asshiddqie, dalam konteks ketatanegaraan, Mahkamah

Konstitusi di konstruksikan sebagai pengawal konstitusi yang berfungsi

menegakkan keadilan konstitusional ditengah kehidupan mansyarakat. MK

bertugas mendoraong dan menjamin agar konstitusi dihormati dan dilaksanakan

45

Jimly Asshiddiqie dan Ahmad Syahrizal, Peradilan Konstitusi di Negara, Sinar

Grafika, Jakarta, , hlm. 46

Jimly Asshiddiqie dan Ahmad Syahrizal, konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia,

Edisi Revisi, Penerbit Sekretariat Jendral dan Kepeniteraan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta,

, hlm.

Page 40: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

oleh semua komponen negara secara konsisten dan bertanggung jawab. Ditengah

kelemahan sistem konstitusi yang ada, MK berperan sebagai penafsir agar spirit

konstitusi selalu hidup dan mewarnai keberlansungan bernegara dan

bermasyarakat.47

Konsep dari ultra petita adalah untuk melindungi kepentingan para pihak

yang dikalahkan dalam proses peradilan, sebab apabila hakim memutus melebihi

apa yang dituntut/dimohonkan tentu itu akan sangat merugikan bagi pihak yang

kalah. Apabila ditinjau dari tujuan hukum menurut gustav redbruch maka asas ini

sangat membantu untuk terwujudnya keadilan dan kepastian hukum.

Meskipun ultra petita yang memberikan batasan kepada hakim agar tidak

memutus secara sewenang-wenang dan sesuai apa yang yang dimohonkan oleh

pihak yang mengajukan tututan. Namun, disisi lain terdapat salah satu asas yang

ada di dalam hukum acara perdata yang menurut penulis asas ini memberikan

suatu kesempatan kepada hakim untuk memberikan putusan melebihi apa yang

dimohonkan atau dengan kata lain ultra petita.

Putusan yang dimaksud adalah asas Ex Aequo Et bono , seperti dijelaskan

diatas putusan ini sebenarnya adalah suatu frase yang digunakan dalam petitum

suatu gugatan yang berbunyi “kalau majelis hakim berpendapat lain, mohon

putusan yang seadil-adilnya”. Dimana klausula seperti itu memberi suatu asumsi

bahwa hakim dapat mengabulkan suatu petitum melebihi apa yang di minta

dengan alasan demi keadilan.

47

Ibid,

Page 41: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

Keadilan substantif terfokus atau berorientasi kepada nilai-nilai

fundamental yang terkandung didalam hukum. Sehingga hal-hal yang

menitikberatkan kepada aspek prsedural akan di „nomorduakan‟. Secara teritik,

kedalilan substantif dibagi ke dalam empat bentuk keadilan, yakni kedailan

distributif, kedalian retributif, kedilan komutatif, dan keadilan korektif. Kedilan

distributif menyangkut pengaturan dasar segala sesuatu, buruk baik dalam

mengatur masyarakat. Berdsarkan keadilan ini, segala sesuatu dirancang untuk

menciptakan hubungan yang adil antara dua pihak/masyarakat. Prinsip pokok

dalam keadilan distributif adalah setiap orang harus mendapat/andil/kesempatan

yang sama untuk memperoleh keadilan.48

Sebagai contoh dalam kasus dalam putusan Mahakamah Konstitusi atas

perkara pemilihan Kepala Daerah Privinsi/Gubenur Jawa Timur Tahun ,

dengan Nomor Putusan /PHPU.D-VI/ . Putusan MK untuk melihat

bagaimana keadilan substantif berusaha ditegakan akan tetapi lazim berbenturan

dengan problematika kepastian hukum (equality) adalah putusan Mahkamah

Konstitusi tentang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur.

Dalam Undang-Undang Mahkamah Konstitusi kewenangan Mahkamah

Konstitusi untuk menyidangkan perkara pelanggaran pemilihan kepada daerah

tidak diatur. Namun, karena Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa mereka

menemukan bukti adanya pelanggaran pilkada, Mahkamah Konstitusi berhak

mengambil keputusan tentang pelanggaran itu sekalipun harus menabrak UU

48

Anang Zubaidy, Perspektif Keadilan Dalam Penyelesaian Sengketa Pemilukada di

Mahkamah Konstitusi, Makalah, disampaiakn pada diskusi Rutin PSHK FH UII di Yogyakarta,

september

Page 42: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

Mahkamah Konstitusi sendiri. Sebagai justifikasi untuk kesiapan MK menabrak

undang-undang, Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud, M.D. Menggunakan

argumentasi dengan kalimat, “Karena itu, kita bikin terobosan. Tidak lagi

melaksanakan undang-undang, tetapi melaksanakan UUD , yaitu menjamin

tegaknya demokrasi dan hukum”.

Tujuan dari putusan tersbut tidak lain adalah untuk mewujudkan aspek

keadilan, kepastian, dan kemanfaatan. Karena idealnya, putusan harus memuat

tiga unsur yaitu keadilan (Gerechtigkeit), kepastian hukum (Rechtsicherheit), dan

kemanfaatan Zwechtmassigkeit).

Dalam hal putusan untuk mewujudkan keadilan ini pula hakim mahkamah

konstitusi memiliki kewenangan ataupun peluang untuk merealisasikannya.

Karena dalam pasal sampai dengan pasal UU Mahkamah Konstitusi di

tegaskan bahwa mahkamah kosntitusi memutus perkara berdasarkan UUD

sesuai dengan alat bukti dan keyakinan hakim.

Artinya kans Mahkamah Konstitusi dalam mewujudkan nilai luhur

tersebut sangatlah besar, mengingat salah satu kewenangannya adalah memutus

perkara yang di ajukan kepadanya. Upaya melahirkan putusan yang adil tersebut

berusaha di konkretkan oleh mahkmah konstitusi melalui putusan dalam perkara

pengajuan undang-undang yang merupakan salah satu

kewenangannya berdasarkan pasal sampai pasal UU Mahkamah Konstitusi.

Dari penjelasan diatas maka penulis menyimpulkan bahwa konsep yang

digunakan dalam ultra petita adalah konsep keadilan substantif. Dimana sudah

Page 43: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

dijelaskan bahwa konsep keadilan substantif menunjukan pada persoalan

substansial dalam suatu sengketa. Dalam contoh yang penulis tuturkan

perselisihan hasil pemilu kepala daerah jawa timur pada tahun dimana

tujuan dalam contoh tersebut adalah untuk menegakkan keadilan terhadap

pemohon dimana telah dibuktikan bahwa dalam perkara tersebut terbukti bersalah.

C. Penggunaan Putusan Ultra Petita Dalam Sistem Hukum

a. Putusan Ultra Petita Dalam Perkara Hukum Perdata

Dalam sejarahnya lingkungan peradilan umum merupakan peradilan

yang diperuntukkan bagi rakyat. Hal ini dapat diketahui dengan melakukan

penelusuran sejarah peradilan yang ada di Indonesia, terutama sistem

peradilan yang dianut di Indonesia. Dalam sejarahnya sitem peradilan di

Indonesia pada prinsipnya merupakan sistem peradilan yang mengambil oper

sistem peradilan Belanda sebagai negara penjajahan dengan sitem Eropa

Kontinental.49

Azas pengambilan putusan dalam pemeriksaan gugatan perdata

adalah larangan untuk mengabulkan melebihi tuntutan dalam gugatan,

sepertinya yang ditentukan dalam Pasal ayat ( ) Herziene Indonesische

Regeling (HIR), Pasal ayat ( ) Reglment Buitenggeeisten (RBg) dan

Pasal Rv. Hakim yang mengabulkan melebihi posita maupun petitum

gugatan dianggap telah melampaui batas wewenang atau ultra vires. Oleh

karena itu setiap putusan yang mengandung ultra petitum harus dinyatakan

49

Rubaie, Putusan Ultra Petita Mahkamah Konstitusi, Jakarta, LaksBang PRESSindo

Yogyakarta dan Kantor Advokat, , hlm.

Page 44: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

cacat meskipun hal itu dilakukan hakim dengan itikat baik maupun untuk

kepentingan umum.50

Oleh karena larangan ini secara tegas ditentukan dalam undang-

undang, maka apabila hakim mengabulkan melebihi apa yang diminta dalam

gugatan maka perbuatan hakim tersebut dapat digolongkan sebagai perbuatan

yang ilegal atau telah melanggar prinsip rule of law. Prinsip ruel of law

mengajarkan bahwa semua tindakan hakim harus sesuai dengan hukum

(accordance wiyh law).

Prinsip rule of law lahir seiring dengan konsep negara hukum.

Konsep negara hukum sendiri telah mengalami berbagai perkembangan.

Penelusuran terhadap konsep negara hukum ini dapat dilakukan mulai dari

gagasan Immanuel Kant hingga gagasan Freiderich Julius Stahl. Pada

awalnya konsep negara hukum dipahami sebagai “Negara Jaga Malam”

sebagaimana diajarkan oleh Kant bahwa peran negara hanya sebagai penegak

keamanan dan ketertiban (rust en orde) bagi masyarakat.51

Gagasan Kant

tentang negara hukum belum mempermasalahkan masalah perlindungan bagi

warga masyarakat dan masalah kesejahteraan. Selanjutnya Stahl mengajarkan

mengenai syarat-syarat yang harus ada dalam sebuah negara hukum. Syarat-

syaratnya tersebut adalah:52

a. Mengakui dan melindungi hak-hak azasi manusia

50

Djoko Imbawani Atmadjaja, ultra petita dalam putusan Mahkamah Konstitusi, Vol.I,

No.I, (November ), hlm. 51

Padmo Wahjono, Negara Republik Indonesia, Jakarta: Rajawali Press, , hlm. 52

Padmo Wahjono, Pembangunan Hukum di Indonesia, Ind. Hill Co, Jakarta, , hlm.

Page 45: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

b. Untuk melindunghi hak azasi tersebut maka penyelenggaraan

negara harus berdasarkan pada teori Trias Politika

c. Dalam menjalani tugasnya, pemerintah berdasarkan atas

undang-un dang (wetmatige bestuur)

d. Apabila dalam menjalankan tugasnya berdasarkan undang-

undnag pemerintah masih melanggar hak azasi (campur tangan

pemerintah dalam kehidupan pribadi seseorang), maka ada

pengadilan administrasi yang akan menyelesaikannya.

Gagasan negara hukum dalam arti rechtsstaat maupun the rule of

law sebagaimana dikemukakan di atas tujuan utamanya adalah perlindungan

tarhadap hak-hak kebebasan sipil dari warga negara, maka akibatnya adalah

peranan pemerintah hanya sedikit. Oleh karena sifatnya yang pasif dan

tunduk pada kemauan rakyat yang libeeralistik, maka negara diperkenalkan

sebagai nachtwachterstaat (negara penjaga malam). Konsep negara hukum

seperti ini biasa disebut sebagai negara hukum formal.53

Gagasan bahwa pemerintah dilarang campur tangan dalam urusan

warga baik di bidang sosial maupun dalam bidang ekonomi bergeser ke arah

gagasan baru bahwa Pemerintah harus bertanggung jawab atas kesejahteraan

rakyat. Gagasan baru ini dikenal sebagai gagasan welfare sate atau negara

hukum material dengan ciri-ciri yang berbeda dengan rumusan dalam konsep

negara hukum klasik (formal). Perumusan ciri-ciri negara hukum yang

dilakukan oleh Staht dengan munculnya gagasan ini harus ditinjau dan

53

E. Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Bandung: FHPM

UNPAD, , hlm.

Page 46: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

dirumuskan kembali sesuai dengan perkembangan pemikiran dan keadaan

aktual sehingga memenuhi gambaran keluasan tugas pemerintah yang tidak

boleh lagi bersifat pasif. Hukum dalam arti formal tidak mungkin dapat

mengejar atau melampuai perkembangan kehidupan masyarakat. Kebuntuan

yang bersumber dari formalisme hukum sebagaimana diajarkan oleh teori

negara hukum kalsik ini harus dicarikan jalan keluarnya. Konsep yang

selanjutnya muncul adalah konsep kekuasaan yudisial bebas.

Mengapa hakim dilarang untuk memeberikan putusan yang melebihi

posita, dapat dipahami jika masalah ini kita tarik kebelakang sampai dengan

timbulnya sengketa. Gugatan perdata selalu bersumber dari konflik yang latar

belakangnya adalah pelanggaran terhadap kesepakatan atau karena perbedaan

penafsiran terhadap klausula perjanjian. Kesepakatan dan perjanjian adalah

lembaga hukum yang ada dalam hubungan hukum perdata atau hubungan

yang bersifat privat. Hubungan hukum dalam ranah hukum privat didasarkan

pada prinsip kesederajatan dan kebebasan para pihak.54

Konsep kesederajatan manusia mengharuskan penghormatan

terhadap sesama. Konsep ini tidak menghendaki adanya pemaksaan

kehendak, oleh karena itu setiap pemaksaan kehendak hakikatnya adalah

penindasan terhadap hak seseorang. Kesederajatan menghendaki jika

seseorang menginginkan orang lain untuk melakukan sesuatu, tidak

melakukan sesuatu, atau menyerahkan sesuatu harus berdasarkan

54

Djoko Imbawani Atmadjaja, ultra petita dalam putusan Mahkamah Konstitusi, Vol.I,

No.I, (November ), hlm.

Page 47: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

kesukarelaan. Kesukarelaan mungkin suatu kemustahilan dalam alam

materialisme, sehingga kesukarelaan di sini harus dilihat kemauan berbuat

karena ada kompensasi terhadap apa yang harus ia lakukan. Oleh karena itu

konsep kesukarelaan dalam hubungan perdata dirumuskan secara normatif

dengan terminologi. Prinsip kesederajatan ini pula yang melahirkan prinsip

saling menghormati (pacta sunt servanda) terhadap apa yang telah disepakati.

Keadaan saling menghormati apa yang telah disepakati ini yang merupakan

kepentingan para pihak. Jika ternyata terjadi yang sebaliknya, maka telah

terjadi cidera janji (wanprestatie).55

Peristiwa ingkar janji selalu menimbulkan kerugian bagi pihak lain,

baik kerugian material maupun kerugian yang bersifat non material. Kerugian

yang diderita oleh seseorang memberikan hak kepadanya untuk menuntut

adanya ganti rugi sebagai bentuk pemulihan ketidak seimbangan tersebut.

Dalam konsep negara hukum, tuntuta atau gugatan ini harus ditujukan kepada

negara sebagai lembaga yang mempunyai kekuasaan pengaturan efektif

malalui mekanisme yang telah disepakati.56

Dalam perkara perdata peran hakim hanyalah sebagai pengadil atau

wasit terhadap para pihak yang bersengketa, hakim bersifat pasif dan

menunggu para pihak. Sejak pengajuan gugatan dilakukan pembuktiaan dan

pemeriksaan alat bukti dan saksi-saksi maka para pihaklah yang harus

dituntut aktif. Dalam kaitan dengan sikap hakim yang pasif ini, L.J. Van

55

Ibid, 56

Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: Liberty, ,

hlm.

Page 48: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

Apeldoorn menyatakan sikap hakim perdata yang tidak berbuat apa-apa

disebabkan karena: pertama, inisiatif untuk mengadakan acara perdata adalah

perorangan bukan hakim atau badan pemerintah lainnya; kedua, para hakim

mempunyai kuasa untuk menghentikan acara yang telah dimulainya sebelum

hakim memberikan putusan (Pasal B.Rv); ketiga, luas dari pertikaian

yang diajukan pada pertimbangan hakim tergantung pada pihak-pihak.57

Hakim hanya menimbang hal-hal yang diajukan para pihak dan

tuntutan hukum yang didasarkan kepadanya (iudex non ultra petita atau ultra

petita non cognoscitur). Selanjutnya dikatakan Apoldorn bahwa hakim hanya

menentukanya, adakah hal-hal yang diajukan dan dibuktikan oleh para pihak

itu dapat membenarkan tuntutan hukum mereka.

Hakim tidak boleh menambah sendiri hal-hal yang lain dan tidak

boleh memberikan lebih dari yang diminta. Keempat, jika salah satu pihak

membenarkan pihak lain hakim tidak perlu membuktikannya lagi; kelima,

hakim perdata tidak boleh melakukan pemeriksaan atas kebenaran sumpah

decisoir yang dilakukan.

Hakim harus menerima kebenaran formil, sedangkan hakim pidana

mencari kebenaran materil. Asas bahwa hakim pasif dalam perkara perdata

ini menurut Sudikno Mertokusumo, berkaitan dengan fungsi hakim dalam

perkara perdata dikenal dengan istilah hakim pasif, mengandung konsekuensi

asas beracara lainnya. Asas ini harus dipisahkan dengan kewajiban hakim

57

Rubaie, Putusan Ultra Petita Mahkamah Konstitusi, Jakarta, LaksBang PRESSindo

Yogyakarta dan Kantor Advokat, , hlm.

Page 49: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

aktif sesuai dengan Undang-Undang. Sengketa yang diajukan kepada hakim

untuk diperiksa pada asasnya ditentukan oleh para pihak yang berperkara

bukan oleh hakim.

Hakim wajib mengadili seluruh gugatan dan dilarang menjatuhkan

putusan perkara yang tidak dituntut atau mengabulkan lebih dari yang

dituntut (Pasal ayat( ) dan ayat ( ) Herziene Indonesische Regeling

(HIR), Pasal ayat ( ) dan ayat ( ) Reglment Buitenggeeisten (RBg).58

Pengujian Undang-Undang dapat berlangsung jika ada permohonan

sebagaimana dalam hukum perdata berlaku, hakim bersifat menunggu

datangnya tuntutan hak yang diajukan kepada iudex ne procedat ex officio

(lihat Pasal HIR, Rbg). Sekali perkara diajukan hakim tidak boleh

menolaknya dengan alasan karena todak ada hukumnya tau hukumnya tidak

jelas.

Larangan hakim menolak perkara dengan anggapan bahwa hakim

tahu hukumnya (ius curia). Penolakan hakim untuk mengadili perkara dengan

alasan tidak ada hukumnya akan tidak sangat sesuai dengan fungsi pengadilan

sebab kalau pengadilan menolak mengadili maka akan kemana para pencari

keadilan tersebut. Hal inilah yang juga harus menjadi pertimbangan katika

hakim menolak perkara dengan alasan hukumnya tidak ada atu hukumnya

tidak jelas.

58

Rubaie, Putusan Ultra Petita Mahkamah Konstitusi, Jakarta, LaksBang PRESSindo

Yogyakarta dan Kantor Advokat, , hlm.

Page 50: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

Sifat hubungan hukum para pihak dalam peradilan perdata lebih

menonjol pada kepentingan privat dibandingkan dengan hukum publik,

sedangkan dalam pengujian undang-undang terhada Undang-Udang dasar

mekanisme untuk menjawab apakah hakim harus menerapkan undang-undang

walaupun menurut anggapanya bertentangan atau berlawanan dengan UUD

lwbih bersifat hukum publik. Sehingga pengujian konstitusional hal yang

tidak terhindarkan maka fingsi pengujian yang dibayangkan menurut Mans

Kelsen MK sebagai a negative legislator.

Mengingat sikap hukum publik dalam hal ini hukum acara pengujian

undang-undnang maka yang dilindungi tidak hanya kepentingan pihak-pihak

yang berperkara akan tetapi yang lebih penting dilindungi adalah seluruh

rakuat Indonesia. Artinya kepentingan yang dilindungi oleh hakim lebih luas

dari pada kepentingan yang harus dilindungi dalam hukum acara perdata,

hukum pidana, maupun hukum acara peradilan administrasi negara.

Dalam perkara perdata, pidana ataupun dalam perkara tata usaha

negara kepentingan yang bersengketa hanyalah bersifar perorangan atau

kelompok prang, namun dalam acara MK obyek perkaranya adalah undang-

undang sebagai produk hukum yang ditetapkan bersama antara Presiden dan

Dewan Perwakilan Rakyat maka apabila terdapat undang-undnag yang

dinyatakan bertentangan dengan UUD NKRI tidak dikakukan

pencabutan oleh legeslatif maka yang menjadi korban adalah seluruh rakyat

Page 51: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

Indonesia. Oleh karena itu, hakim dituntut aktif terkait dalam pemeriksaan

permohonan pemohon.59

Di dalam hukum privat hak perorangan sangat dilindungi dan wujud

perlindungan hukum tersebut dapat dilihat dalam hal terhadap pihak yang

perkaranya telah diputus oleh pengadilan dan sudah memperoleh kekuatan

hukum tetap (inkracht van gewisde) yang mengandung sifat putusan Ultra

Petita masih dapat dibatalkan oleh Mahkamah Agung dengan upaya

Peninjauan Kembali (PK). Mengal hal ini dapat dilihat di dalam ketentuan

Pasal jo Pasal Undang-Undang Nomor Tahun tentang

Mahkamah Agung.

Contoh kasus perdata yang relevan adalah kasus Kedung Ombo di

Jawa Tengah, terkait dengan sengketa ganti rugi pembebasan tanah yang

dipergunakan sebagai Proyek Waduk Kedung Ombo di Jawa Tengah antara

warga masyarakat dengan Gubenur Jawa Tengah. Gugatan pada awalnya

diajaukan pada Tahun di Pengadilan Negeri Semarang kemudian

berlanjut dengan upaya hukum banding di Pengadilan Tinggi Semarang, dan

Kasasi di Mahkamah Agung.

Pihak Penggugat adakah warga masyarakat yang dibebaskan

tanahnya untuk pembangunan waduk Kedung Ombo, sedangkan tergugatnya

adalah Gubenur Jawa Tengah (Tergugat I) yang dianggap telah menetapkan

59

Ibid,

Page 52: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

ganti rugi secara sepihak tanpa musyawarah dan Pimpinan Proyek Waduk

Kedung Ombo (Tergugat II).

Dalam petitum atau tuntutannya, antara lain penggugat minta

tergugat memberikan ganti rugi tanahnya sebesar Rp. . , permeter

karenah tanah milik oara penggugat sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi.

Sehubung dengan gugatan tersebut, Pengadilan Negeri Semarang dalam

putusannya No. /Pdt/G/ /PN.Smg, menyatakan menolak gugatan para

penggugat seluruhnya. Dslam upaya hukum banding, Pengadilan Tinggi

Semarang kembali menguatkan putusan sebelumnya dengan tetap menolak

gugatan.

Selanjutnya dalam tingkat kasasi Majelis hakim kasasi menjatuhkan

putusan bersifat ultra petita. Dalam putusan MSRI No. .K/Pdt/

Majelis hakim kasasi yang dipimpin oleh Z. Asikin Kusumah Atmadja, SH.,

menghukum pihak tergugat untuk membayar ganti rugi secara tanggung

renteng, berupa anara lain:

. Kerugian material untuk tanah dan bangunan Rp. . , /M ,

sedangkan untuk tanaman-tanaman sebesar Rp. . , /M .

. Kerugian yang timbul yang bersifat immaterial, yaitu sesuai dengan

petitum secara ex aequo et bono sebesar Rp. . . , ,.60

60

Ibid,

Page 53: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

b. Putusan Ultra Petita Dalam Perkara Hukum Tata Usaha Negara

Pertanyaan yang perlu diajukan adalah apakah hakim Peradilan Tata

Usaha Negara (PTUN) boleh atau dilarang mengeluarkan putusan bersifat

ultra petita? Secara normatif dalam berbagai peraturan perundang-undangan

terkait dengan kewenangan PTUN, sebagai mana diatur dalam Undang-

Undang Nomor Tahun Tentang Peradilan Tata Usaha Negara,

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor Tahun , dan

terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor Tahun Tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor Tahun Tentang

Peradilan Tata Usaha Negara secara eksplisit tidak ada satu pasal pun yang

mengatur tentang larangan atau kebolehan Hakim PTUN mengeluarkan

putusan bersifat ultra petita.

Namun demikian dalam penjelasan Undang-Undang Nomor Tahun

Tentang Pengadilan Tata Usaha Negara, disebut bahwa: “Pada

Peradilan Tata Usaha Negara Hakim berperan lebih aktif dalam proses

persidangan guna memperoleh kebenaran material dan untuk itu Undang-

Undang ini mengarah pada ajaran pembuktian bebas”.61

c. Putusan Ultra Petita Dalam Perkara Hukum Pidana

Dalam proses pemeriksaan perkara, surat dakwaan adalah

menduduki tempat yang penting karena surat dakwaan merupakan dasar dari

pemeriksaan perkara pidana dan juga menjadi acuan putusan yang akan

dijatuhkan oleh Majelis Hakim. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal

61

Rubaie, Putusan Ultra Petita Mahkamah Konstitusi, Jakarta, LaksBang PRESSindo

Yogyakarta dan Kantor Advokat, , hlm.

Page 54: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

ayat ( ) Undang-Undang No Tahun Tentang Hukum Pidana

(selanjutnya disebut KUHAP) yang menyebutkan bahwa: “penuntut umum

melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar segera

mengadili perkara tersebut disertai dengan surat dakwaan”.62

Dalam penjatuhan, kebebasan hakim dibatasi oleh surat dakwaan

dari penuntut umum sebagaimana diatur dalam Pasal ayat ( ) KHUAP

mengenai musyawarah hakim dalam menjatuhkan putusan harus berdasarkan

pada surat dakwaan. Hakim yang menjatuhkan putusan di luar pasal yang

tidak didakwakan oleh jaksa penuntut umum tentu saja bertentangan dengan

Pasal ayat ( ) KUHAP.

Dalam proses pengambilan putusan oleh hakim, tidak terlepas dari

keberadaan penuntut umum karena dalam proses peradilan penuntut umum

mempunyai kewenangan untuk melakukan penuntutan, sebagaimana diatur

dalam Pasal KUHAP. Dalam Pasal ini telah jelas diatur bahwa yang

mempunyai wewenang melakukan penuntutan adalah penuntut umum. Ketika

hakim menjatuhkan putusan di luardakwaan jaksa penuntut umum maka

dapat dikatakan bahwa hakim telah mengambil alih peran dari jaksa penuntut

umum karena dianggap membuat dakwaan sendiri terhadap pasal yang tidak

didakwakan oleh jaksa penuntut umum.

Dalam pemeriksaan di persidangan, apabila perbuatan yang di

dakwakan terhadap terdakwa tidak terbukti secarah sah dan meyakinkan

sebagaimana yang tercantum dakam Pasal ayat ( ) KUHAP, maka

62

Rubaie, Putusan Ultra Petita Mahkamah Konstitusi, Jakarta, LaksBang PRESSindo

Yogyakarta dan Kantor Advokat, , hlm.

Page 55: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

seharusnya hakim menjatuhkan putusan bebas hakim harus tetap berdasarkan

surat dakwaan dari jaksa penuntut umum. Namun, apabila dari hasil

pemeriksaan di sidang pengadilan, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang

didakwakan kepadanya terbukti secara sah dan meyakinkan maka hakim

dapat menjatuhkan putusan pemidanaan sebagaimana diatur dalam Pasal

ayat ( ) KUHAP.63

Contoh dalam perkara pidana adalah putusan dengan Nomor perkara

/Pid.Sus/TKP/ /PN.JKT.PST. terhadap putusan tersebut terdakwa Susi

alias Uci bersama dengan M.Akil Mochtar selaku hakim konstitusi

melakukan atau turut serta lakukan perbuatan yang menerima hadian atau

janji, yaitu menerima uang sebesar Rp. . . . , (satu milyar rupiah),

padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadia tau janji tersebut diberikan

untuk memepengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk

diadili, yaitu hadiah atau janji tersebut diberikan oleh Tubagus Chaeri

Wardana Chasan dan Ratu Atut Chosiya kepada M.Akil Mochtar selaku

hakim MK dan selaku Ketua Panel Hakim membetalkan Keputusan Komisi

Pemilihamum (KPU) Kabupaten Lebak tentang Rekapitulasi Hasil

Penghitungan Perolehan Suara Tingkat Kabupaten pada Pemilihan Umum

Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Lebak Tahun dan memerintahkan

KPU Kabupaten Lebak untuk melaksanakan Pemungutan Suara Ulatng

diseluruh tempat pemungutan suara di Kabupaten Lebak.64

63

Ibid, 64

Zulkarnain, Praktek Peradilan Pidana, Malang: Setara Press, , hlm. -

Page 56: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

Atas perbuatan tersebut, terdakwa didakwa oleh jaksa penuntut

umum dengan menggunakan bentuk dakwaan kumulatif, yaitu dakwaan

kesatu dan kedua menggunakan Pasal huruf c Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor Tahun tentang Pemberantasan Tindak Korupsi

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor Tahun tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor tahun tentang Pemberantasan Tindak Korupsi.

Namun dalam putusan hakim menggunakan Pasal ayat ( ) huruf a dan pasal

UU Tipikor.65

Pertimbangan hakim menjatuhkan putusan di luar pasalyang

didakakan oleh jaksa penuntut umum yaitu, dalam pemeriksaan di

persidangan pasal yang didakwakan tidak terbukti, sehingga hakim akan

menggunakan pasal yang dipandang lebih tepat diterapkan bagi perbuatan

terdakwa serta pasal yang digunakan oleh hakim tidak merugikan terdakwa

kerana ancaman pidananya lebih ringan dari pada pasal yang didakwakan

oleh jaksa penuntut umum.

65

Ibid,

Page 57: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

BAB IV

TEMU KHUSUS PUTUSAN ULTRA PETITA DAN DAMPAK DI

INDONESIA

A. Putusan-putusan Ultra Petita di Indonesia

Putusan Mahkamah Kosntitusi dalam pengujian undang-undang terhadap

Undang-Undang Dasar terdiri dari tiga jenis antara lain:

) Menyatakan permohonan tidak dapat diterima, apabila Mahkamah

Konstitusi berpendapat bahwa pemohon atau permohonannya tidak

memenuhi syarat

) Menyatakan permohonan dikabulkan, apabila Mahkamah Konstitusi

berpendapat bahwa permohonan beralasan. Dalam putusan tersebut MK

harus dengan jelas menyatakan:

a. Bagian mana dari undang-undang yang bertentangan dengan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun dan me-

nyatakan bahwa materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian undang-

undang tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

b. Dalam hal pembentukan undang-undang dimaksud tidak memenuhi

ketentuan pembentukan undang-undang berdasarkan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun , amar putusan me-

nyatakan permo-honan dikabulkan dan menyatakan undang-undang

tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

) Menyatakan permohonan ditolak, apabila undang-undang dimaksud tidak

bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Page 58: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

Tahun , baik mengenai pem-bentukan maupun materinya sebagian atau

keseluruhan.

Permasalahan muncul ketika Mahkamah Kostitusi membuat amar yang

modelnya berbeda sebagai-mana amanat Pasal junto Pasal UU Mahkamah

Konstitusi. Salah satu model amar tersebut adalah putusan mengandung ultra

petita.66

Selama dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, Mahkamah

Konstitusi sudah beberapa kali membuat putusan ultra petita dalam pengujian

Undang-undang terhadap UUD NKRI , dan sengketa pemilu kada yang telah

diperiksa, diadili dan diputuskan. Putusan-putusan yang dimaksud adalah sebagai

berikut: Pertama,Putusan Mahkamah Konstitusi RI Nomor /PHPU.D-VII/

tentang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Dearah Provinsi Jawa Timur

Tahun . Kedua, Putusan Mahkamah Konstitusi RI Nomor

/PHPU.DVI/ tentang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah

dan Wakil Kepala Daerah Bengkulu Selatan Tahun . Ketiga, putusan

Mahkamah Konstitusi RI Nomor /PUU-IV/ tentang Pengujian Undang-

Undang Nomor Tahun tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi.

Keempat, putusan Mahkamah Konstitusi RI Nomor /PUU-IV/ tentang

Pengujian Undang-Undang RI Nomor Tahun tentang Kekuasaan

Kehakiman. Kelima, putusan Mahkamah Konstitusi RI Nomor /PUU-

66

I.P.M. Ranuhandoko, Terminologi Hukum, Cetakan Kedua, Jakarta: Sinar Grafika,

, hlm. .

Page 59: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

VII/ tentang Pengujian Undang-Undang RI Nomor Tahun tentang

Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.67

Putusan tersebut kita jadikan kajian dalam pembahasan ini karena putusan

tersebut bersifat ultra petita, yakni amar putusan MK melebihi dari yang diminta

atau melampaui permohonan pemohon.

Secara lebih spesifik, mengapa putusan sengketa Perselisihan Hasil

Pemilihan Umum Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun dan

Perselisihan Hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Daerah Bengkulu Selatan

Tahun dipilih sebagai objek kajian karena kedua putusan tersebut bersifat

monumental.

Mengingat kedua putusan tersebut merupakan putusan yang diambil ketika

awal mula pelimpahan perkara sengketa pemilukada dari MA dan MK dan

merupakan tonggak sejarah bagi MK, yakni memerintahkan pemungutan suara

ulang atau penghitungan suara ulang pada daerah-daerah tertentu kepada Komisi

Pemilihan Umum (KPU).

Di lain pihak, mengapa putusan MK RI Nomor /PUU-IV/ tentang

Penguji Undang-Undang RI Nomor Tahun tentang Komisi Kebenaran

dan Rekonsiliasi dijadikan obyek kajian, karena putusan tersebut bersifat

fenomenal. Permohonan pemohonnya meminta beberapa pasal dinyatakan

bertentangan dengan UUD NKRI , tetapi oleh hakim MK diputuskan seluruh

67

Haposan Siallagan, Masalah Putusan Ultra Petita Dalam Pengujian Undang-Undang,

Mimbar Hukum, Vol. , No. , Februari , hlm. -

Page 60: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

pasar-pasal Undang-Undang tersebut batal atau Undang-Undang tersebut

dibatalkan secara keseluruhan.68

Sedangkan mengapa Putusan Mahkamah Konstitusi RI /PUU-IV/

tentang Komisi Yudisial Undang-Undang RI Nomor Tahun tentang

Kekuasaan Kehakiman dijadikan obyek kajian, karena putusan tersebut bersifat

kontroversial. Dalam perkara Nomor /PUU-IV/ tersebut, pemohon adalah

orang hakim MA, meminta kepada Mk untuk menyatakan tidak sah beberapa

Pasal yang terdapat Undang-Undang Nomor Tahun tentang Komisi

Yudisial (UU KY) dan Undang-Undang Nomor Tahun tentang Kekuasaan

Kehakiman (UU KK) sepanjang yang menyangkut pengawasan Hakim Agung

dan Hakim MK bertentangan dengan Pasal b dan Pasal UUD NKRI .

Akan tetapi oleh hakim MK diputus hanya hakim MA yang menjadi obyek

pengawasan Komisi Yudisial, sedangkan hakim MK diluar obyek pengawasan

Komisi Yudisial.

Lebih lanjut, mengapa putusan MK RI Nomor /PUU-VII/ tentang

Pengujian Undang-Undang RI Nomor Tahun tentang Pemilihan Umum

Presiden dan Wakil Presiden, di jadikan obyek kajian, karena putusan tersebut

tidak saja melebihi permohonan pemohon (bersifat ultra petita), akan tetapi juga

menciptakan norma baru bersifat pengaturan (positive legislature).69

68

Rubaie, Putusan Ultra Petita Mahkamah Konstitusi, Jakarta, LaksBang PRESSindo

Yogyakarta dan Kantor Advokat, , hlm. 69

Ibid,

Page 61: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

Setelah mengkaji beberapa aspek dari ultra petita, maka selanjutnya

dapatlah dipahami bahwa ultra petita dapat saja menjadi putusan gegabah, bahkan

putusan Mahkamah Konstitusi pun tidak dapat selalu benar. Sehingga perlu ada

pembatasan yang diatur dalam Undang-Undang mengenai ultra petita, hal ini

bertujuan untuk mencegah timbulnya kontroversi mengenai putusan Mahkamah

Konstitusi, apa lagi putusan MK yang bersifat final maka, sangat penting menjaga

keputusan MK agar tidak justru mencederai rasa keadilan. Perlu adanya

pemberlakuan standar tentang perkara yang boleh dalam ultra petita sehingga jelas

mana perkara yang boleh dan tyang tidak boleh di ultra petita.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Maruarar Sihaan, satu amar putusan

yang mengabulkan satu permohonan pengujian, akan menyatakan satu pasal, ayat

atau bagian dari undang-undang, dan bahkan undang-undang secara keseluruhan

bertentangan dengan UUD NKRI .

Konsekuensinya, Undang-Undang, pasal, ayat atau bagian dari UU yang

diuji tidak lagi mempunyai kekuatan hukum mengikat. Bunyi putusan demikian

mengandung arti bahwa ketentuan norma yang termuat dalam satu UU dinyatakan

batas (null and void) dan tidak berlaku lagi. Hal ini berdampak luas dan

membutuhkan mekanisme prosedural tentang bagaimana tidak lanjut untuk

pembatalan pemberlakuan suatu ketentuan tersebut dan bagaimana pula

Page 62: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

mekanisme agar masyarakat dapat mengetahui bahwa norma tersebut tidak lagi

berlaku.70

Sehingga amat penting dalam hal menyangkut putusan-putusan terhadap

suatu mekanisme prosedur tentang bagaimana seharusnya hal itu (ultra petita)

dilakukan. Sehingga dalam proses peradilan berikutnya Mahkamah Konstitusi

tidak kemudian disebut sebagai terjebak dalam conflict of interest yang justru

berpotensi menurunkan wibawa lembaga.

B. Pertimbanagn Hakim Memutuskan Ultra Petita

Mencermati beberapa putusan Mahkamah Konstitusi, salah satunya yaitu

Putusan Pemilu Kepla Provinsi/Daerah Jawa Timur Tahun , dengan Nomor

putusan /PHPU.D-VI/ .

a. Dasar Pertimbangan Filosofis

Dasar pertimbangan filosofis ini teridentifikasi dengan

dimasukkannya permohonan subsidair yang berbunyi: “Apabila

pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya”.

Manakala pemohon mengajukan permohonan demi keadilan atau putusan

seadil-adilnya, maka secara hukum dapat dianggap pemohon mengajukan

kepada MK untuk mengabulkan hal yang tidak diminta atau melampaui

permohonan pemohon. Sebagaimana diketahui bahwa secara filosofis

tujuan hukum adalah untuk keadilan, disamping kepastian dan

kemanfaatan, oleh karena itu hukum harus benar-benar mencerminkan

70

Sri Handayani Retno Wardani, pembatasan ultra petita pada Mahkamah Konstitusi,

Jurnal Konstitusi, Vol. , No. , (November ), hlm.

Page 63: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

tujuan filosofis tersebut, baik melalui Undang-Undang maupun Undang-

Undang.71

Keadilan merupakan istilah yang lazim dipergunakan dalam

hubungan antara rakyat dan pemerintah. Plato memukakan bahwa:

“keadilan berbeda-beda atau bahkan saling bertentangan antara satu orang

dengan orang lainnya, akhirnya keadilan hanyalah suatu bentuk

kompromi. Bagi Plato keadilan adalah kebijakan yang mengandung

keselarasan dan keseimbangan yang tidak dapat diketahui atau dijelaskan

dengan argumentasi rasional. Selanjutnya Plato membagi kebijakan

sebagai berikut: a) kebijakan atau kearifan; b) keberanian atau keteguhan

hati; c) kedisiplinan serta keadilan.72

Pertimbangan keadilan didasarkan pada ketentuan Pasal ayat ( )

UUD yang dirumuskan: “Kekuasaan kehakiman merupakan

kekuasaan yang merdeka untuk menyelanggarakan peradilan guna

menegakkan hukum dan keadilan”, selanjutnya substansi ketentuan Pasal

ayat ( ) dan Pasal D ayat ( ) UUD tersebut dituangkan kembali

ke dalam Pasal ayat ( ) UU Nomor Tahun tentang MK yang

dirumuskan: “ MK memutuskan perkara berdasarkan UUD NKRI Tahun

sesuai dengan alat bukti dan keyakinan hakim”. 73

Mahkamah menyatakan bahwa peradilan menurut UUD

harus menguat secara seimbang asas keadilan, asas kepastian hukum, asas

71

Philipus M Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Surabaya: Bina

Ilmu, , 72

Sudarsono, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Jakarta: Rineka Cipta, , hlm. 73

Rubaie, Putusan Ultra Petita Mahkamah Konstitusi, Jakarta, LaksBang PRESSindo

Yogyakarta dan Kantor Advokat, , hlm.

Page 64: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

manfaat sehingga Mahkamah tidak dapat dipasung hanya oleh bunyi UU

melainkan juga harus menggali rasa keadilan dengan tetap berpedoman

pada makna substantif UU itu sendiri.

Dalam beberapa kesempatan, menurut Mahfud MD, terkait dengan

soal keadilan substantif banyak kalangan yang mempersoalkan bahwa

upaya mencapai keadilan substantif sulit dilakukan karena sulit diukur

atau tidak ada kriteria baku untuk menentukan apa itu keadilan substantif.

Keadilan itu bersifat relatif atau nisbi, karena tergantung

pandangan subyektif, berbeda dengan bunyi undang-undang yang isinya

menekankan unsur kepastian. Keadilan substantif akan terasa dan terlihat

dari konstruksi hukum yang dibangun oleh hakim dengan menilai satu

persatu bukti yang diajukan di persidangan untuk akhirnya sampai pada

keyakinan dalam membuat putusan.74

Masih menurut Mahfud MD, untuk menghindari kesan MK suka

dan sering melampaui ketentuan prosedural, perlu dipahami bahwa upaya

MK mewujudkan keadilan substantif sebagaimana yang digelorakan, harus

dibaca sebagai upaya Mk untuk menegakkan keadilan dengan tidak

semata-mata mengedepankan keadilan prosedural, tetapi juga keadilan

substantif. Artinya, MK tak bisa lantas seenaknya mengabaikan ketentuan

prosedural atau menerobos Undang-Undang.

Dengan menganut keadilan substantif, MK tak lantas harus keluar

semena-mena dari ketentuan isi Undang-Undang (UU). Dalam hal undang

74

Mahfud MD dalam Martitah, Mahkamah Konstitusi dari Negative Lagislature ke

Positive Legislature, Kompress, Jakarta, Juli

Page 65: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

undang sudah mengatur secara pasri dan dirasa adil, maka hakim wajib

berpegang pada Undang-Undang tersebut. MK diperbolehkan atau

dimungkinkan membuat outusan yang keluar dari Undang-Undang hanya

jika Undang-Undang itu membebasi keyakinan MK untuk menegakkan

keadilan75

.

Di samping dasar pertimbangan keadilan, salah satu pertimbangan

yang digunakan oleh MK dalam memutuskan ultra petita adalah asas

kemanfaatan. Kemanfaatan sebagai tujuan hukum, menurut paham

utilitarian akan tercapai, yang menurut Jeremias Bentham, apabila terjadi

maksimum penggunaan barang bagi suatu komunitas sehingga akan

diperoleh suatu the greates happiness of the greatest number76

.

Keadilan hanya akan tercapai manakala keadilan itu dapat

memberikan kebahagian bagi banyak orang, dengan demikian dalam

putusan MK terkait dengan kemanfaatan ini dapat dipahami ketita MK

dalam konklusinya menyatakan bahwa: “manfaat yang dapat diperoleh

dari putusan yang demikian adalah agar pada masa-masa yang akan

datang”.

b. Dasar Pertimbangan Teoritis

Dalam mengenai alasan teoritis dikeluarkan putusan yang bersifat ultra

petita oleh MK, sehingga secara teoritis putusan ultra petita Mk memperoleh

landasab ilmiah atau memperoleh pembenaran secara teoritik.

75

Ibid, 76

Sudarso, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Jakarta: Rineka Cipta, , hlm.

Page 66: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

Mahfud MD dalam tulisannya yang berjudul “Mahkamah Konstitusi

Dalam Bingkai Hukum Progresif dan Keadilan Substansi”, menyatakan bahwa:

pada saat suatu tatanan telah melahirkan kemapanan yang mandeq, akan selalu

melahirkan keresahan yang mereproduksi menjadi lompatan pemikiran.

Kemendekkan bhukum tidak dapat dibiarkan dan tidak akan mungkin bertahan

karena diterapkan dalam masyarakat yang senantiasa berubah. Pemaksaan cara

berhukum yang stagnan hanya akan memberikan legitimasi kepada penguasa

dengan mengesampingkan nilai dan moral yang menjadi orientasi dari hukum

itu sendiri.77

Dalam keilmuan hukum, dua pengaruh tradisi Civil Law System dan

common Law System merupakan fenomena yang tidak dapat dipungkiri lagi,

bahkan secara jujur harus diakui kedua sitem hukum ini cukup aktif dan efektif

mempengaruhi perkembangan sistem hukum bagi hambir semua negara di

dunia ini. Civil Law System merupakan tradisi huku yang dikembangkan di

kawasan negara-negara Eropa Kontinental, sedangkan Common Law System

merupakan tradisi hukum yang dikembangkan di negara-negara Angol Saxon.

Pada tradisi keilmuan hukum continental Law System, pengembangan

hukumnya dilakukan melalu tradisi pembentukan produk peraturan

perundangan formal yang dibentuk secara formal oleh badan legislatif. Tradisi

pembentukan UU demikian didasarkan asas legislatif yang mengedepankan

kepastian hukum, yang disandarkan pada hukum positif. Pada tradisi civil law

system berusaha secara maksimal semua permasalahan diatur dengan Undang-

77

Rubaie, Putusan Ultra Petita Mahkamah Konstitusi, Jakarta, LaksBang PRESSindo

Yogyakarta dan Kantor Advokat, , hlm.

Page 67: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

Undang, sehingga di awal perkembangannya hukum disejajarkan dengan

Undang-undang, keabsahan hukum disamakan dengan keabsahan Undang-

Undang (rechtmatigheid sama dengan wetmatigeheid).

Dalam kaitannya dengan tradisi civil law system ini, Bagir Manan

menyatakan, bahwa pada negara-negara yang berada dalam Sistem Eropa

Kontinental selalu berusaha untuk menyusun hukum-hukumnya dalam bentuk

tulisan, bahkan dalam suatu sistematika yang diupayakan selengkap mungkin

dalam sebuah kitab undang undang (kondifikasi)78

.

Dalam perkembanganya, tradisi continental law system yang

mengutamakan undang undang sebagai satu-satunya sumber hukum, lambat

laun juga mengakui keberadaan hukum yang hidup didalam masyarakat (the

living law), sebagaimana yang dikembangkan di common law system

dikawasan Anglo soxon system. Hal ini diungkapkan oleh Sirajuddin, dengan

alasan karena terdesak oleh kebutuhan-kebutuhan yang berkembang, sementara

penerapan hukum oleh hakim semakin jauh dari nilai-nilai keadilan, maka

yurisprudensi dipergunakan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dalam

peraturan perundang-undangan.79

Menurut paradigma positivisme, hukum positif merupakan aturan yang

tertulis di dalam sebuah undang undang atau peraturan perundangan formal

lainnya. Hukum dipahami sebagai “law as what written in the book” dan tidak

pernah dipahami sebagai sebuah gejala yang hidup di dalam masyarakat.

78

Bagir Manan, Dasar Dasar Perundang-Undangan Indonesia, Jakarta: IN-HILL-Co,

, hlm. 79

Sirrajuddin, Legislatif Drafting Dalam Pembentukan Peraturan Perundangan, Malang:

Yappika, , hlm.

Page 68: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

Hukum merupakan penetapan kaitan-kaitan logis antara kaidah-kaidah dan

antara bagian-bagian yang ada dalam hukum. 80

Hukum sebagai undang-undnag, meskipun juga tidak sedikit yang

berusaha keluar dari frame undang-undnag dalam melihat hukum, termasuk di

dalamnya the living law.

Berdasarkan paparan diatas, maka dasar pemikiran Mahkamah

Konstitusi dalam memutuskan perkara yang bersifat ultra petita sementara i ni

tentunya dapat diterima. Putusan ultra petita yang diambil oleh Mahkamah

Konstitusi, khususnya dalam sengketa pemilihan kepala daerah Provinsi Jawa

Timur semata-mata untuk memenuhi rasa keadilan masyarakat, kemanfaatan

dan kepastian hukum.

Secara teoritis diakui berlakunya asas bahwa pengadilan tidak boleh

menolak perkara dengan alasan hukumannya tidak atau belum mengatur,

melainkan wajib memeriksa dan mengadilinya. Di samping itu, hakim hakim

wajib menggali, menemukan dan mengikuti nilai-nilai hukum yang hidup

dalam masyarakat. Prinsip ini tercantum di dalam Pasal ayat ( ) Undang-

Undang Nomor Tahun tentang Kekuasaan dan Kehakiman.

c. Dasar Pertimbangan Yuridis

Sebagaimana diketahui bahwa dalam ajaran trias politika, kekuasaan

negara dibagi ke dalam tiga kekuasaan yang terpisah, yaitu kekuasaan legislatif

kekuasaan eksekutif, dan kekuasaan yudisial, dengan mekanisme checks and

balances. Tujuan pembagian kekuasaan ini dmasukkan untuk menghindarkan

80

Yulius Stone, pranata Hukum Sebagai Telaah Sosiologi, Semarang: Suryandaru

Utama, , hlm.

Page 69: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

terjadinya penumpukan kekuasaan negara yang dapat melahirkan pemerintahan

abolutisme, yang menurut Lord Acton, power tends to corrupt, but the

absolutely power corrupts.81

Landasan yuridis wewenang kekuasaan yudisial, yang selanjutnya

disebut dengan istilah kekuasaan kehakiman, di Indonesia secara konstitusional

diatur di dalam ketentuan Pasal ayat ( ) UUD NKRI yang

merumuskan, “ kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka

untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keailan”.82

Dalam konteks menegakkan keadilan itulah, MK lebih menitik beratkan

pada tujuan menegakkan keadilan substantif dari pada keadilan prosedural

dengan alasan karena keadilan berdasatkan hukum tidak selalu terkait kepada

ketentuan-ketentual formal prosedural. Paradigma yang dianut hakim konstitusi

di MK telah sesuai dengan tugas hakim untuk selalu menggali nilai-nilai

keadilan substantif di masyarakat untuk menghadapi dan memutuskan berbagai

perkara yang diajukan kepadanya.

Disamping itu, tujuan dan fungsi dari Mk memberikan perlindungan

hak asasi manusia, sebagaimana tercantum pada Pasal D ayat ( ) UUD

yang berbunyi: “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan,

dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”.

Dengan demikian MK, sebagai pemegang kekuasaan kehakiman yang

merdeka, guna menegakkan keadilan dan hukum, serta menjamin hak setiap

81

Nyoman Nurjaya, Putusan Ultra Petita Mahkamah Konstitusi, Jurnah Konstitusi,

Vol. , No. (Maret ), hlm. 82

Rubaie, Putusan Ultra Petita Mahkamah Konstitusi, Jakarta, LaksBang PRESSindo

Yogyakarta dan Kantor Advokat, , hlm.

Page 70: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

orang atas pengakuan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta

perlakuan yang sama dihadapan hukum, maka MK dalam memeriksa,

mengadili dan memutus perkara yang diajukan kepadanya, berdasarkan alat

bukti dan keyakinan hakim, dapat membuat keputusan bersifat ultra petita

sepanjam dalam petitum pemohon memohon putusan ang seadil-adilnya.

Di samping itu, berdasarkan ketentuan Pasal ayat ( ) UU No

Tahun Tentang Kekuasaan Kehakiman, diamanatkan bahwa: “hakim dan

hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum

dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat”. Dalam rangka menjalankan

kewajiban menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa

keadilan yang hidup dalam masyarakat, hakim MK dapat menemukan dan

menciptakan hukum termasuk mengeluarkan putusan ultra petita.83

Bardasarkan uraian pada pembahasan di atas, diperoleh kesimpulan

bahwa untuk putusan ultra petita MK terhadap Pemilukada Jawa Timur Tahun

adalah: peratama, dikeluarkan putusan ultra petita dengan pertimbangan

telah terjadi pelanggaran serius yang bersifat sistematik, terstruktur dan massif,

yang mana

C. Dampak Dari Lahirnya Putusan Ultra Petita

Peran Mahkamah Konstitusi sendiri sangat penting, mengingat MK telah

menyatakan dirinya sebagai penjaga konstitusi melalui proses constitutional

review pada Pasal UU MK. Pernyataan ini tentunya membawa angin baru,

83

Ibid,

Page 71: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

karena berdasarkan UU MK proses consititutional review hanya dapat dilakukan

setelah adanya perubahan III UUD .

Berbagai putusan MK telah mempengaruhi norma dan sistem hukum di

Indonesia. Meski tidak secara tegas memiliki kewenangan legislasi, akan tetapi

sesungguhnya MK memiliki kewenangan legislasi, terbukti dengan munculnya

berbagai norma hukum baru di Indonesia dari berbagai putusan MK melalui

penafsiran MK terhadap konstitusi.84

Selain itu MK juga sedang dalam perjalanan sebagai penafsir tunggal

konstitusi. Hal ini terjadi bukan merupakan keanehan, karena salah satu

wewenang yang diberikan oleh UUD adalah mengadili pengujian undang-

undang terhadap UUD. Sebagaimana diatur dalam UU tentang

Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Konstitusi memiliki bebrapa kewenangan

diantaranya:

. Menguji undang-undang terhadap UUD . Sebagai pelindung hak

konstitusi wargenegara, Mahkamah Konstitusi mempunyai wewenang untuk

melakukan pengujian undang-undang terhadap UUD . Melalui proses

pengujian (uji materi) terhadap undang-undang maka Mahkamah Konstitusi

dapat menilai apakah suatu pasal atau keseluruhan undang-undang dikatakan

tidak sesuai dengan undang-undang dasar. Sehingga Mahkamah Konstitusi

dapat menyatakan bahwa suatu undang-undang tidak dapat berlaku karena

bertentangan dengan UUD .

84

Haposan Siallagan, Masalah Putusan Ultra Petita Dalam Pengujian Undang-Undang,

Mimbar Hukum, Vol. , No. (Februari ), hlm.

Page 72: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

. Memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya

diberikan oleh UUD . Dalam hal terjadi sengketa kewenangan antar

lembaga maka Mahkamah Konstitusi akan memutuskan apakah lembaga

negara tersebut memiliki wewenang terhadap apa yang diajukan pemohon.

Sebelumnya, lembaga negara yang bersengketa harus mengajukan

permohonan secara tertulis kepada Mahkamah Konstitusi. Sebelum

terbentuknya MK, sengketa antar lembaga negara diselesaikan oleh Majelis

Perwakilan Rakyat (MPR). Akan tetapi, karena pada saat itu MPR adalah

lembaga politik, maka keputusan sering beraroma politik. Oleh sebab itulah,

maka dibutuhkan satu lembaga negara yang terlepas dari segala kepentingan

politik dan dapat bekerja secara independen.

. Memutuskan pembubaran partai politik. Pembubaran terhadap partai politik

terjadi apabila ideologi, asas, tujuan, program, dan kegiatan partai politik

yang bersangkutan dianggap bertentangan dengan UUD . Di sini

dibutuhkan peran serta MK dalam menyelesaikan persoalan partai politik.

. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Pemilihan umum

adalah sarana untuk melakukan pergantian pemimpin bangsa secara aman dan

tertib. Dengan pemilu, maka proses perpindahan jabatan penguasa akan dapat

berjalan dengan demokrasi. Pemilihan umum sangat penting dalam

menentukan arah bangsa kedepan oleh karena itulah jika terjadi sengketa para

pihak akan berusaha untuk menang. Sebelum amandemen terhadap UUD

penyelesaian sengketa pemilu dilakukan oleh pemerintah. Sengketa

pemilu akan dilaporkan kepada Panitia Pengawas Pemilu yang kemudian

Page 73: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

akan diteruskan pada Menteri Dalam Negeri. Pada akhirnya, Presiden jugalah

yang memutuskan sengketa hasil pemilu. Saat ini hasil pemilu, termasuk

pilkada ditangani oleh Mahkamah Konstitusi agar netralis tetap terjaga.

. Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa

Presiden dan Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum

berupa penghianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindakan pidana

berat lainnya, atau perbuatan tercela dan tidak lagi memenuhi syarat sebagai

Presiden dan Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam UUD .85

Kewenangan dasar MK ini yang kemudian menjadi titik permasalahan

oleh banyak ahli hukum di Indonesia dan juga DPR. Mahkamah Konstitusi

dianggap oleh beberapa kalangan telah melakukan apa yang di dalam hukum

dinamakan ultra petita. Dimana pembahasan sebelumnya kita sudah membahas

apa itu ultra petita.

Sementara dalam undang-undang yang mengatur tentang keberadaan

Mahkamah Konstitusi maupun dalam UUD , kewenangan untuk membuat

putusan yang bersifat ultra petita sangatlah tidak mendapat ruang yang cukup.

Oleh karenanya, maka sesungguhnya Mahkamah Konstitusi tidaklah berwenang

untuk membuat putusan diluar dari apa yang dimintakan oleh pemohon.86

Prinsip pemisahan kekuasaan pasca amandemen secara tegas membagi

kekuasaan lembaga negara menjadi sederajat dan saling mengendalikan

85

Ibid, 86

Hery Abduh Sasmito, Putusan Ultra Petita Mahkamah Konstitusi Dalam Pengujian

Undang-Undang, Jurnal Law Reform, Vol. , No. (Oktober )

Page 74: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

berdasarkan aturan main check and balance. Mahkamah Konstitusi sebagai salah

satu lembaga negara pun turut berada dalam lingkup aturan main tersebut.

Sehingga menyangkut ultra petita, maka dalam dalam UU No Tahun

Pasal ayat ( ) menyatakan bahwa “pemohon adalah pihak yang

menganggap hak dan kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya

undang-undang”. Penjelasan Pasal ayat ( ) menyebutkan bahwa “yang

dimaksud dengan hak konstitusional adalah hak-hak yang diatur dalam Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun ”.87

Penjabaran Pasal berikut penjelasannya di atas maka, dapat ditarik

kesimpulan bahwa hanya menganggap telah terjadi pelanggaran atas hak-hak

konstitusionalnya oleh pemberlakuan undang-undang yang dapat menjatuhkan

permohonan. Artinya bahwa seseorang yang dirugikan yang dapat dianggap

memiliki cukup alasan untuk menjatuhkan permohonan. Jika tidak terdapat

kerugian maka, sesungguhnya tidak ada kepentingan untuk menjatuhkan

permohonan.

Berbagai pihak memiliki pandangan yang saling bertentangan menanggapi

putusan ultra petita yang dibuat oleh MK. Pihak yang pro terhadap putusan ultra

petita berpandangan: jika bagian dari yang dimohonkan review terkait dengan

pasal-pasal lain dan menjadi jantung dari undang-undang yang harus diuji maka

pembatalan pasal-pasal terkait tidak dapat dohindari, jika pemohon

mencantumkan permohonan ex aequo et bono (memutus demi keadilan) maka

hakim memiliki kebebasan untuk menentukan amarnya.

87

Ibid

Page 75: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

Di pihak lain, mereka yang menentang adanya putusan ultra petita di

Mahkamah Konstitusi berpandangan bahwa putusan ultra petita dalam pengujian

UU melanggar dokrin yang berlaku umum dan universal dalam hukum acara

(larangan ultra petita), asas non ultra petita merupakan yurisprudensi

internasional.

Putusan ultra petita juga dianggap menciderai prinsip kedaulatan rakyat

bahkan terkesan mencampuri ranah kekuasaan lain, sehingga melanggar dokrin

pemisahan kekuasaan dan check and balance. Putusan ultra petita merupakan

pelanggaran atas ranah legislatif oleh lembaga yudikatif karena mencampuru

kewenangan mengatur yang tidak di persoaalkan oleh pemohon.88

Terlebih lagi dilakukan ultra petita dianggap telah melanggar UU MK,

karena UU MK tidak mengatur diperbolehkannya membuat putusan yang

mengandung ultra petita. Dalam perspektif positivistik legalistik, format amar

putusan sebagaimana diatur dalam UU MK tidak memungkinkan adanya bentuk

amar ultra petita.

Salah satu putusan MK yang mengandung unsur ultra petita adalah dalam

Perkara Nomor /PUU/-IV/ dimana perkara ini merupakan putusan

pengujian Undang-Undang Nomor Tahun tentang Komisi Yudisial (UU

KY) dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Tahun tentang

Kekuasaan Kehakiman (UU KK) terhadap UUD . Isu utama yang utarakan

dalam putusan ini adalah ketidakjelasan mekanisme pengawasan hakim dalam UU

KY sehingga karenanya menimbulkan ketidak pastian hukum.

88

Mahfud MD, Membangun Politik Hukum Menegakkan Konstitusi, LP ES, Jakarta,

, hal.

Page 76: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

Dalam Putusan ini setidaknya dapat ditemukan (dua) muatan ultra

petita. Pertama, terkait dengan dikeluarkannya perilaku hakim MK dari obyek

pengawasan KY. Kedua terkait dengan dikebirinya seluruh kewenangan KY

dalam mengawasi hakim (termasuk hakim agung dan hakim konstitusi). Hal ini

terjadi karena permohonan para pemohon lebih terkait dengan keinginan agar

hakim agung tidak dimasukkan sebagai pihak yang diawasi oleh KY, akan tetapi

MK malah menganulir semua ketentuan yang terkait dengan pengawasan KY

untuk mengawasi hakim. 89

MK dalam pertimbangan hukumnya menyatakan bahwa “Pengecualian ini

(Hakim MK) didasarkan oleh pemahaman sistematis dan penafsiran berdasarkan

“original intent” perumusan ketentuan mengenai KY dalam Pasal B UUD

memang tidak berkaitan de-ngan ketentuan mengenai MK yang diatur dalam

Pasal C UUD ”.90

Terkait dengan pembatalan seluruh kewenangan pengawasan, MK

menganggap “bahwa pelaksanaan fungsi pengawasan yang lahir dari

ketidakpastian hukum (rechtsonzekerheid) sebagai akibat tidak adanya norma

yang jelas tentang ruang lingkup pengertian perilaku hakim dan pengawasan

teknis justisial terkait dengan batas-batas akuntabilitas dari perspektif perilaku

hakim dengan kemandirian hakim dalam melaksanakan tugas justisialnya, secara

89

Hery Abduh Sasmito, Putusan Ultra Petita Mahkamah Konstitusi Dalam Pengujian

Undang-Undang, Jurnal Law Reform, Vol. , No. (Oktober ), hlm. 90

Putusan Nomor /PUU-IV/ , Bagian Pertimbangan Hukum, hlm. -

Page 77: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

kasat mata merupakan intervensi terhadap kekuasaan kehakiman berupa pressure

atau tekanan yang bersifat langsung atau tidak langsung”.91

Mengenai pembatalan ketentuan pasal-pasal yang menyangkut

kewenangan pengawasan Komisi Yudisial terhadap hakim MK, kiranya perlu

dikemukakan salah satu pakar hukum sebagai berikut:

Menurut Denny Indrayana, Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas

Gadjah Mada Yogyakarta, bahwa Putusan MK pembatalan pengawasan hakim

MK oleh Komisi Yudisial akan membuat mafia peradilan semakin marak.

Lonceng kematian reformasi peradilan berdentang kencang gara-gara putusan MK

ini. Inilah kesekian kalinya MK menggunakan dalil ketidakpastian hukum untuk

membatalkan suatu undang-undang. Sayangnya, penerapan dalil itu tidak jarang

bertabrakan dengan prinsip kemanfaatan hukum dan keadilan hukum.92

Putusan UU KY jelaskan mencerminkan hakim konstitusi terjebak conflict

of interest. Mereka tidak mau dimasukkan sebagai objek pengawasan KY. Salah

satu alasannya adalah karena MK berwenang memutus sengketa kewenangan

antara lembaga negara dimana KY mungkin salah satu pihaknya. Dengan

demikian, jikalau hakim konstitusi di awasi KY, independensi mereka dalam

memutus perkara sengketa kewenangan menjadi terganggu. Argumentasi ini

menunjukkan bahwa Mk mempunyai standar ganda dalam memaknai independen

hakim.

Menurut Ismail Sunny, putusan MK dapat dibenarkan. Namun, apakah

masyarakat cupuk puas karena putusan MK justru menyebabkan tidak adanya

91

Rubaie, Putusan Ultra Petita Mahkamah Konstitusi, Jakarta, LaksBang PRESSindo

Yogyakarta dan Kantor Advokat, , hlm. 92

Ibid,

Page 78: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

kontrol terhadap kekuasaan kehakiman. Lebih lanjut, Ismail Sunny meminta

Pemerintah dan DPR segera mencari jalan keluar pasca putusan MK. Kontroversi

muncul karena ada kekecewaan atas tidak adanya lagi mekanisme pengawasan

hakim.

Saldi Isra, mengatakan bahwa dengan putusan atas perkara ini, KY

kehilangan kekuatan untuk menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta

menjaga perilaku hakim. Putusan MK bukan saja menjadi lonceng kematian

dalam agenda memberantas mafia peradilan, tetapi menjadi bukti resistensi

korupsi terhadap pengawas eksternal.93

Terlepas pro dan kontra berkaitan dengan pembatalan putusan MK yang

memangkas fungsi pengawasan KY terhadap para hakim MK, menurut penulis

dampak yang terjadi dalam perkara tersebut adalah ketidak jujuran hakim MK

dalam memutuskan suatu undang-undang dan kemungkinan akan terjadinya

penyelewangan kekuasaan dalam suatu perkara. Dan juga dapat membuat

masyarakat tidak percaya lagi terhadap hakim MK.

Dampak selanjutnya dimana akan banyak terjadinya kejahatan dalam

peradilan. Akan adanya sistem suap menyuap, korupsi dan akan membuat

kekuasaan menjadi tempat ladang keuntungan. Sehingga sulit bagi pemerintah

untuk memberantas korupsi.

Sebagai contoh tragedi Ketua MK Akil Mochtar tertangkap tangan oleh

Komisi Pemberantasan Korupsi pada Oktober , karena diduga menerima

suap terjadi saat hakim konstitusi tanpa pengawasan preventif oleh lembaga

93

Ibid,

Page 79: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

eksternal yaitu KY. Oleh karena itu, kasus tersebut harus menjadi momentum

yang tepat untuk membangun kesadaran akan arti penting dan strategi perlunya

pengawasan hakim MK.94

94

Ibid,

Page 80: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

. Dasar pertimbangan Mahkamah Konstitusi mengeluarkan putusan ultra

petita adalah: pertama, alasan filosofis dalam rangka menegakkan

keadilan substantif dan prinsip-prinsip kehidupan bernegara yang terdapat

dalam Uud NRI (keadilan konstitusional); kedua, alasan teoritis

berkaitan dengan kewenangan hakim untuk menggali, menemukan dan

mengikuti nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat, apabila

hukumnya tidak jelas mengatur atau sudah tidak memadai (usang), dan

ketiga, adapun alasan yuridis terkait dengan ketentuan Pasal ayat ( )

UUD NRI dan Pasal ayat ( ) UU Nomor Tahun tentang

Mahkamah Konstitusi, bahwa Mk sebagai penyelenggara peradilan

bertujuan menegakkan hukum dan keadilan sesuai alat bukti dan

keyakinan hakim.

. Wewenang membuat putusan yang bersifat ultra petita bagi Mahkamah

Konstitusi dapat saja diberikan apabila terjadi kekaburan norma hukum

melalu metode penafsiran hukum, atau bilamana terjadi kekosongan

hukum melalu metode penemuan hukum. Wawanang membuat ultra petita

oleh Mahkamah Konstitusi seharusnya dibatasi oleh prinsip-prinsip negara

demokratis, prinsip-prinsip yang bebas dan tidak memihak, dan asas-asas

umum penyelenggaraan negara yang baik.

Page 81: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

. Dampak yang bisa saja di timbulkan dalam putusan ultra petita adalah

salah satunya penyelewengan keputusan dalam memutuskan sesuatu

perkara. Dimana jika hakim tidak mempunyai pengawasan maka akan

terjadi penyuapan keputusan dalam seuatu perkara. Dampak dalam

politiknya adalah ketidak samaan dihadapan hukum, kepastian hukum dan

peradilan yang bebas dan tidak memihak dan dapat menimbulkan

perlakuan keistimewa yang bisa menyebabkan diskriminasi dan berujung

pada ketidak adilan seperti hukumanyang tidak sesuai dengan apa yang

ada di peraturan UU.

B. Saran

Dasar pertimbangan dikeluarkan putusan ultra petita oleh Mahkamah

Konstitusi karena didasari alasan filosofis berupa menggali dan menemukan

keadilan substantif secara rasional bisa diterima, namun apa hakekat dan makna

terdalam dari pengertian substantif terus menerut perlu dilakukan kajian dan

telaah secara obyektif untuk sampai bisa diuji secara obyektif pila oleh komunitas

sejawat profesi hukum dan ilmuwan hukum.

Mengingat dampak yang terjadi maka harus lebih memperkuat lagi

pertimbangan dan harus diperjelas denga bukti-bukti yang kuat agar tidak terjadi

penyelewengan yang tidak diinginkan.

Page 82: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

DAFTAR PUSTAKA

- Buku

Ikhsan Rosyada Parluhutan Daulay, Mahkamah Konstitusi, cet.ke- , Jakarta : PT

Rineka Cipta,

Tim Penyusun, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, cet. Ke- , Jakarta:

Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan NKRI,

Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan konstitusionalisme Indonesia, Jakarta:

Konstitusi Pres,

Ni’Maqtul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, cet. Ke- , Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada,

Sri Soemantri M, Hak Uji Material Di Indinesia, Alumi cetakan ketiga, Bandung :

Rubaie, Putusan Ultra Petita Mahkamah Konstitusi, Jakarta: LaksBang

PRESSindoYogyakarta dan Kantor Advokat,

Sanafilah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, Cet.Ke- , Jakarta: Raja

Grafindo Persada,

Amiru Hadi, Metode Penelitian, Bandung: Pustaka Setia, .

Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi,Jambi: Syariah Press, .

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung:

Alfabeta, .

Format Sanafilah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, Cet.Ke- , Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persda, .

Shaq, Metode Penelitian Hukum, Cet.Ke- , Bandung: Alfabeta, .

Page 83: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

Ishaq, Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Albabeta, ). hlm

Abdi Sunarno, Ultra Petita Dalam Pengajuan Undang-Undang Oleh Mahkamah

Konstitusi, Surabaya: Indonesia,

Sunarwan Damin, Menjadi Penelitian Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia,

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif, Bandung: Alfabetu,

- Jurnal

Haposan Siallagan, “Masalah Putusan Ultra Petita Dalam Pengujian Undang-

Undang”, Jurnal Mimbar Hukum, Vol. . No. ,

Enggar Wicaksono, “Tinjauan Yuridis Putusan Mahkamah Konstitusi No. /PUU-

XIII/ Tentang Inkonstitusi Kewenangan Komisi Yudisial Dalam

Melakukan Rekruitmen Hakim Bersama Mahkamah Agung”, Dipnegoro

Law Journal, Vol. , Nomor Tahun , hlm.

Nurjaya, Putusan Ultra Petita Mahkamah Konstitusi, ( Maret )

Abdul Hery Sasmito, Putusan Ultra Petita Mahkamah Konstitusi Dalam

Pengujian Undang-Undang, vol. , (Oktober )

Imbawam Atmaddja Djoko, Ultra Petita Dalam Putusan Mahkamah Konstitusi,

Vol. (Novemver )

Handayani Retna, Pembatasan Ultra Petita Pada Mahkamah Konstitusi, Vol.

(November )

- Skripsi

Untung Tri Kusuma, “Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Konstitusi Ultra Petita

Dalam Pengujian Undang-Undang Nomor Tahun Tentang Komisi

Kebenaran Dan Rekonsiliasi”, Skripsi Universitas Jambi, .

Page 84: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

Fadel, “Tinjauan Yuridis Prinsip Ultra Petita Oleh Mahkamah Konstitusi Sebagai

Upaya Mewujudkan Keadilan Substantif Di Indonesia: Analisis Pada

Tahun ”, Universitas Hassanudin Makasar, .

Agus, “Tinjauan Yuridis Terhadap Larangan Mekanisme Ultra Petita Pada Putusan

Perkara Oleh Mahkamah Konstitusi” Tesis Universitas Sebelas Maret,

Abdullah Fikri,“Putusan Ultra Petita Mahkamah Konstitusi Dalam Perspektif Fiqh

Siyasah” Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta,

.

https://news.detik.com/berita/ /mk-cabut-uu-komisi-kebenaran-dan-

rekonsiliasi.htm akses maret

https://news.detik.com/berita/ /mk-cabut-uu-komisi-kebenaran-dan

rekonsiliasi.htm akses maret

Page 85: DAMPAK PUTUSAN ULTRA PETITA MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP SISTEM HUKUM …repository.uinjambi.ac.id/2184/1/SIP.141809_ADRA NURJANAH... · 2020. 4. 20. · terhadap sistem hukum. Sebagai

CURICULUM VITAE

A. Identitas Diri

Nama : Adra Nurjanah

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tgl. Lahir : Desa Bahar Mulya, September

Nim : SPI

Alamat

. Alamat Asal : Ds. Bahar Mulya Kec. Bahar Utara, Muaro Jambi

. Alamat Sekarang : Perumahan Indo Guna Asri

No. Telp/Hp :

Nama Ayah : Muhammad Usman

Nama Ibu : Heswati Nandra

B. Riwayat Pendidikan

Pendidikan Formal

a. SD/MI, Tahun Lulusan : SD N Muaro Jambi,

b. SMP/MTS, Tahun Lulus : SMP N Muaro Jambi,

c. SMA/MA, Tahun Lulus : SMA SWASTA FERDY FERRY PUTRA

KOTA JAMBI,