dampak program sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfterpadu...

122
DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang Oleh Rahadyan Yanuarto NIM 7450406041 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011

Upload: lamkhanh

Post on 05-Jun-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT)

TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI

KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI

SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Rahadyan Yanuarto NIM 7450406041

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011

Page 2: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang

panitia ujian skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Rusdarti,M.Si Amin Pujiati S.E, M.Si NIP. 195904211984032001 NIP. 196908212006042001

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Dr. Hj.Sucihatiningsih DWP, M.Si NIP. 196812091997022001

Page 3: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :

Tanggal :

Penguji Skripsi

Kusumantoro, S.Pd. M.Si NIP. 197805052005011001

Anggota I Anggota II

Prof. Dr. Rusdarti,M.Si Amin Pujiati S.E, M.Si NIP. 195904211984032001 NIP. 196908212006042001

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Drs. S. Martono, M.Si NIP. 196603081989011001

Page 4: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar hasil

karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari

terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, Maret 2011

Rahadyan Yanuarto NIM. 7450406041

Page 5: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO ” Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

(Q.S. Al Insyiroh: 5)

“ Hanya memperbaiki masa lalu bukanlah kemajuan, mengambil langkah ke

depan, itulah kemajuan “ (Kahlil Gibran)

PERSEMBAHAN

• Bapak dan Ibu yang selalu mendoakan

dan mendukungku

• Teman - teman seperjuangan EP

angkatan 2006

• Almamaterku UNNES

Page 6: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”

DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN

TERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI

KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ”

Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan Studi Strata 1 (satu) guna meraih gelar

Sarjana Ekonomi. Penulis menyampaikan rasa terima kasih atas segala bantuan

dan dukungan yang telah diberikan, kepada:

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri

Semarang.

2. Drs. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Semarang.

3. Dr. Sucihatiningsih DWP, M.Si, Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

4. Prof. Dr. Rusdarti, M.Si, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi.

5. Amin Pujiati, SE, M.Si, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi.

6. Kusumantoro, S.Pd, M.Si selaku penguji utama yang telah mengoreksi

skripsi ini hingga mendekati kebenaran.

7. Dosen dan karyawan Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri

Semarang yang telah mendukung dan memperlancar dalam menyelesaikan

skripsi ini.

8. Kepala dan staf Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Tayu

Kabupaten pati yang telah memberikan ijin dan bantuan selama penelitian

9. Para petani padi SLPTT atas kesediaanya menjadi responden dalam

pengambilan data penelitian ini.

Page 7: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

vii

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

Kemudian atas bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan, semoga mendapat

berkah dari Allah SWT. Jika ada kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan skripsi ini, penulis akan menerima dengan senang hati. Besar

harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada

umumnya dan mahasiswa ekonomi pembangunan pada khususnya.

Semarang, Maret 2011

Penulis

Page 8: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

viii

SARI

Rahadyan Yanuarto. 2011. “ Dampak Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) Terhadap Pendapatan Petani Padi di Kecamatan Tayu Kabupaten Pati”. Skripsi. Jurusan Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Prof. Dr. Rusdarti, M. Si. II. Amin Pujiati SE. M. Si. Kata Kunci : SLPTT, Adopsi Teknologi, Pendapatan Petani.

Keberhasilan upaya peningkatan produktivitas, produksi dan pendapatan petani sangat bergantung kemampuan penyediaan dan penerapan teknologi produksi yang meliputi varietas unggul, benih berkualitas dan teknologi budidaya lainya. Dalam rangka menanggulangi permasalahan tersebut dicanangkan program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT). Program ini diharapkan dapat meningkatkan hasil panen dan pendapatan petani melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia dan juga penerapan teknologi yang sesuai dengan kondisi petani dan lingkungan setempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat adopsi teknologi SLPTT dan dampak SLPTT terhadap pendapatan petani padi di Kecamatan Tayu Kabupaten Pati.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis deskriptif persentase dan uji t. Deskriptif persentase digunakan untuk mengukur tingkat adopsi teknologi SLPTT dan uji t digunakan untuk mengukur pendapatan petani antara sebelum dan sesudah mengikuti SLPTT. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik proporsional random sampling dari 2 kelompok tani yaitu kelompok tani Rukun Santosa dan Bogasari I.. Jumlah sampel dari penelitian ini adalah 50 petani dari jumlah populasi sebesar 102 petani SLPTT di Kecamatan Tayu Kabupaten Pati.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat adopsi teknologi anjuran SLPTT yang masuk kategori tinggi di daerah penelitian adalah komponen varietas unggul (94%), jumlah bibit (82,7%) dan panen tepat waktu (82,7%), sedangkan yang lainya masuk dalam kategori sedang adalah bibit muda (76,6%), sistem tanam (70%), pemupukan N berdasarkan tingkat kehijauan warna daun (75,3%), pemupukan organik (77,3%), pengairan berselang (76%) dan pengendalian gulma (74%). Dari hasil uji t terhadap pendapatan petani padi menunjukkan t tabel > t hitung (8,297 > 1,67) yang berarti SLPTT memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan petani padi di Kecamatan Tayu Kabupaten Pati.

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa beberapa komponen teknologi seperti bibit muda, sistem tanam, pemupukan N berdasarkan tingkat kehijauan warna daun, pemupukan organik, pengairan berselang dan pengendalian gulma masuk dalam kategori adopsi sedang artinya adopsi teknologi belum maksimal. Kedepan penyuluh Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) harus mencari metode pendekatan penyuluhan yang lebih baik lagi agar semua komponen teknologi terserap secara maksimal.

Page 9: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. ii

PENGESAHAN KELULUSAN.................................................................. iii

PERNYATAAN ......................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................ vi

SARI .......................................................................................................... viii

DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah .......................................................................... 7

1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................ 7

1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................... 8

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................... 9

2.1. Pengertian Usaha tani .................................................................... 9

2.2. Pendapatan Petani ........................................................................... 13

2.3. Sekolah lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) ................ 15

2.4. Penyuluhan Pertanian ..................................................................... 22

2.5. Teknologi ....................................................................................... 25

2.6. Adopsi Teknologi ........................................................................... 26

2.7. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 33

2.8. Kerangka Berfikir ........................................................................... 36

2.9. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 37

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 38

3.1. Lokasi penelitian ............................................................................ 38

Page 10: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

x

3.2. Populasi dan Sampel ....................................................................... 38

3.2.1. Populasi ................................................................................ 38

3.2.2. Sampel .................................................................................. 38

3.3. Variabel Penelitian ......................................................................... 39

3.4. Sumber Data Penelitian .................................................................. 40

3.4.1. Sumber Data Primer .............................................................. 40

3.4.2. Sumber Data Sekunder.......................................................... 40

3.5. Metode Pengumpulan data .............................................................. 40

3.5.1 Kuesioner .............................................................................. 40

3.5.2 Dokumentasi .......................................................................... 41

3.6. Metode Analisis Data ..................................................................... 41

3.6.1. Analisis Pendapatan Petani padi ............................................ 41

3.6.1.1. Penyusutan Peralatan ................................................... 41

3.6.2. Analisis Deskriptif ................................................................ 42

3.6.3. Analisis Inferensial .............................................................. 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 45

4.1. Keadaan Umum Wilayah ................................................................ 45

4.1.1. Letak Geografis .................................................................... 45

4.1.2. Topografi dan Jenis Tanah .................................................... 45

4.1.3. Penggunaan Tanah dan Pengairan ......................................... 46

4.2. Keadaan Penduduk ......................................................................... 46

4.2.1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ............... 46

4.2.2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat pendidikan ............ 47

4.3. Keadaan Pertanian .......................................................................... 49

4.4. Keadaan Sarana Perekonomian ....................................................... 50

4.5. Karakteristik Responden ................................................................. 50

4.5.1. Usia Responden .................................................................... 51

4.5.2. Tingkat Pendidikan ............................................................... 51

4.5.3. Pengalaman Bertani .............................................................. 52

4.5.4. Status Usahatani ................................................................... 53

4.5.5. Luas Lahan ........................................................................... 53

Page 11: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

xi

4.6. Tingkat Adopsi Teknologi SLPTT Padi .......................................... 54

4.6.1. Varietas Unggul .................................................................... 54

4.6.2. Bibit Muda ............................................................................ 55

4.6.3. Jumlah Bibit ......................................................................... 56

4.6.4. Sistem Tanam ....................................................................... 56

4.6.5. Pemupukan N Berdasarkan Tingkat Kehijauan Warna Daun . 57

4.6.6. Pemupukan Organik.............................................................. 58

4.6.7. Pengairan Berselang.............................................................. 59

4.6.8. Pengendalian Gulma ............................................................. 59

4.6.9. Panen Tepat Waktu ............................................................... 60

4.7. Dampak SLPTT Terhadap Pendapatan Petani Padi ......................... 61

4.7.1. Biaya Usahatani Padi ............................................................ 61

4.7.2. Pendapatan Usahatani Padi Sebelum dan Sesudah SLPTT .... 63

4.8. Pembahasan .................................................................................... 64

4.8.1. Analisis Tingkat Adopsi Teknologi SLPTT ........................... 64

4.8.2. Analisis Dampak SLPTT Terhadap Pendapatan Petani Padi .. 66

BAB V PENUTUP .................................................................................... 69

5.1. Kesimpulan .................................................................................... 69

5.2. Saran .............................................................................................. 69

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 71

LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 73

Page 12: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto

Sektor Pertanian Propinsi Jawa Tengah 2005-2008 ...................... 3

Tabel 1.2 Luas Panen dan Produksi Padi Kabupaten Pati ........................... 5

Tabel 1.3 Luas Panen dan Produksi Padi Kecamatan Tayu ....................... 6

Tabel 3.1 Populasi Petani yang Mengikuti Program SLPTT ....................... 38

Tabel 3.2 Perhitungan Sampel dari Petani yang Mengikuti Program

SLPTT ......................................................................................... 39

Tabel 4.1 Penggunaan Tanah di Kecamatan Tayu 2009 ............................... 46

Tabel 4.2 Distibusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

di Kecamatan Tayu Tahun 2009 ................................................... 47

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan 2009 ........ 48

Tabel 4.4 Luas dan Produksi Tanaman Utama di Kecamatan Tayu Tahun

2009 ............................................................................................. 49

Tabel 4.5 Sarana Perekonomian yang ada di Kecamatan Tayu Kabupaten

Pati .............................................................................................. 50

Tabel 4.6 Usia Responden ........................................................................... 51

Tabel 4.7 Tingkat pendidikan ...................................................................... 52

Tabel 4.8 Pengalaman Bertani .................................................................... 53

Tabel 4.9 Status Usaha Tani ........................................................................ 53

Tabel 4.10 Luas Lahan ................................................................................ 54

Tabel 4.11 Adopsi Komponen Varietas Unggul .......................................... 55

Tabel 4.12 Adopsi Komponen Bibit Muda .................................................. 55

Tabel 4.13 Adopsi Komponen Jumlah Bibit ................................................ 56

Tabel 4.14 Adopsi Komponen Sistem Tanam .............................................. 57

Tabel 4.15 Adopsi Komponen Pemupukan N Berdasarkan Tingkat

Kehijauan Warna Daun .............................................................. 58

Tabel 4.16 Adopsi Komponen Pemupukan Organik .................................... 58

Tabel 4.17 Adopsi Komponen Pengairan Berselang .................................... 59

Tabel 4.18 Adopsi Komponen Pengendalian Gulma.................................... 60

Page 13: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

xiii

Tabel 4.19 Adopsi Komponen Panen Tepat Waktu ..................................... 61

Tabel 4.20 Biaya Produksi pada Usahatani Padi Sebelum SLPTT

dan Sesudah SLPTT (Rata-rata satu ha) ..................................... 62

Tabel 4.21 Pendapatan Usahatani Padi Sebelum dan Sesudah Adanya SLPTT

(Rata-rata Satu Ha) .................................................................... 63

Tabel 4.22 Paired Samples Test .................................................................. 64

Page 14: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka berfikir .......................................................................... 36

Page 15: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1.Kuesioner penelitian .............................................................................. 74

2.Data hasil Penelitian................................................................................. 79

3.Uji validitas dan reliabilitas variabel adopsi teknologi .............................. 97

4.Uji normalitas pendapatan sebelum SLPTT .............................................. 99

5.Uji normalitas pendapatan sesudah SLPTT .............................................. 100

6.Uji t pendapatan sebelum dan sesudah mengikuti SLPTT ......................... 101

7.Foto Penelitian ......................................................................................... 102

8.Surat ijin penelitian .................................................................................. 104

9.Surat rekomendasi penelitian ................................................................... 105

Page 16: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bagi negara agraris seperti Indonesia, peran sektor pertanian sangat penting

dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai penyedia bahan

pangan, sandang dan papan bagi segenap penduduk, serta penghasil komoditas

ekspor non migas untuk menarik devisa. Lebih dari itu, mata pencaharian

sebagian besar rakyat Indonesia bergantung pada sektor pertanian.

Sampai saat ini sektor pertanian tetap dijadikan sebagai sektor andalan,

karena sektor ini telah terbukti tetap bertahan dari badai krisis moneter, sementara

itu sektor-sektor lainnya justru banyak yang mengalami kebangkrutan. Peran

sektor pertanian dalam perekonomian nasional dapat ditinjau dari berbagai aspek,

antara lain sebagai penyedia lapangan kerja (sumber mata pencaharian penduduk),

sumber devisa negara, sumber bahan baku industri, dan sumber pendapatan

nasional. Selain itu, sektor pertanian juga merupakan sumber bahan pangan bagi

sebagian besar penduduk Indonesia.

Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk

meningkatkan produksi dan memperluas penganekaragaman hasil penelitian. Hal

ini berguna untuk memenuhi kebutuhan pangan serta meningkatkan pendapatan,

taraf hidup dan kesejahteraan petani.

Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional

diarahkan pada perkembangan pertanian yang maju, efisien dan tangguh dengan

Page 17: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

2

tujuan selain untuk memperluas lapangan kerja, tetapi juga untuk mendukung

pembangunan daerah, dari lima subsektor pertanian maka masing-masing

subsektor tersebut mempunyai peran dan kontribusi yang berbeda dalam

sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

Selain sebagai penyedia lapangan kerja, sektor pertanian juga penghasil non

migas dan bahan baku industri. Daerah pedesaan yang merupakan sentral produksi

pertanian, sekarang ini telah semakin terbuka baik antar hubungan suatu desa

dengan desa lainya, serta antar desa dengan kota. Hal tersebut didukung oleh

sarana dan prasarana desa yang semakin baik dan hasil-hasil pembangunan yang

semakin dirasakan sampai ke pelosok-pelosok daerah. Dengan kondisi pedesaan

yang semakin berkembang sudah saatnya pola pikir petani semakin maju dalam

membuat keputusan berusahatani.

Tanaman pangan, khususnya padi merupakan tanaman pokok yang

diusahakan oleh sebagian besar petani di Indonesia. Padi merupakan bahan

makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan

pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Dalam upaya memenuhi

kebutuhan beras dari produksi dalam negeri, pemerintah mencanangkan program

Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Melalui program ini, produksi

beras ditargetkan meningkat lima persen atau setara 2 juta ton per tahun. Salah

satu strategi yang ditempuh adalah dengan terselenggara Sekolah Lapang

Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT). Strategi ini diharapkan dapat

memperluas penyebaran Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang akan

Page 18: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

3

berdampak terhadap percepatan implementasi program P2BN (Departemen

Pertanian, 2008).

Jawa Tengah merupakan salah satu propinsi yang berbasis pada sektor

pertanian. Nilai kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB di Jawa Tengah

mengalami peningkatan.

Tabel 1.1 Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto

Sektor pertanian Propinsi Jawa tengah 2005-2008

Sektor Pertanian Tahun 2005 2006 2007 2008

anaman Pangan 13.37 14.81 14.43 13.40 erkebunan 1.74 1.70 1.75 1.70 eternakan 2.60 2.48 2.84 2.99 ehutanan 0.50 0.47 0.46 0.52 erikanan 0.91 0.88 0.95 0.95

Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka, 2009

Tabel 1.1 menunjukkan tanaman pangan selama lima tahun sejak dari tahun

2004 hingga tahun 2008 mempunyai kontribusi yang paling banyak dibandingkan

dengan subsektor yang lainnya. Tanaman pangan menurut BPS meliputi : padi,

palawija, jagung, kacang hijau, umbi-umbian, kacang tanah dan beberapa jenis

sayuran dan buah-buahan.

Padi merupakan komoditi utama subsektor tanaman pangan di Provinsi

Jawa Tengah. Oleh karena itu, peningkatan produksi padi harus terus diupayakan

seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk. Dalam upaya

peningkatan produksi padi Departemen Pertanian menerapkan program Sekolah

Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT). SLPTT merupakan upaya untuk

meningkatkan hasil panen dan pendapatan petani melalui peningkatan kualitas

Page 19: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

4

sumber daya manusia dan juga penerapan teknologi yang sesuai dengan kondisi

petani dan lingkungan setempat.

Keuntungan Penerapan Teknologi PTT (Departemen Pertanian, 2008) :

1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil usahatani

2. Efisiensi biaya usahatani dengan penggunaan teknologi yang tepat untuk

masing masing lokasi.

3. Kesehatan lingkungan tumbuh dan lingkungan kehidupan secara

keseluruhan akan terjaga

Salah satu upaya peningkatan produktivitas adalah melalui Program

Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) yaitu dengan cara

pengembangan sumberdaya manusia petani dimana petani sejak awal dipandang

sebagai kunci keberhasilan dan sumberdaya manusia yang paling potensial dan

sebagai pelaku utama dilahan sendiri. Program Sekolah Lapang Pengelolaan

Tanaman Terpadu (SLPTT) diharapkan dapat memberikan masukan ketrampilan

melaksanakan teknologi berproduksi yang berwawasan lingkungan dan ekonomis.

Upaya peningkatan produksi tidak akan menguntungkan bila penggunaan

input produksi tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh dan modal yang

dikeluarkan oleh petani. Petani yang rasional tidak hanya berorientasi pada

produksi yang tinggi, akan tetapi lebih menitikberatkan pada semakin tingginya

pendapatan atau keuntungan yang diperoleh. Petani sebagai produsen yang

rasional akan memaksimumkan keuntungan atau akan menjalankan usahatani

secara efisien.

Page 20: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

5

Sumarmo (dalam Pramono Joko, Seno Basuki dan Widarto, 2005)

mengemukakan bahwa Pengelolaan Tanaman Terpadu (Integrated Crop

Management) atau lebih dikenal PTT pada padi sawah, merupakan salah satu

model atau pendekatan pengelolaan usahatani padi, dengan mengimplementasikan

berbagai komponen teknologi budidaya yang memberikan efek sinergis. PTT

mengabungkan semua komponen usahatani terpilih yang serasi dan saling

komplementer, untuk mendapatkan hasil panen optimal dan kelestarian

lingkungan. Menurut Sumarno dan Suyanto (dalam Pramono Joko, Seno Basuki

dan Widarto, 2005), bahwa tindakan PTT merupakan good agronomic practices

yang antara lain meliputi; (a) penentuan pilihan komoditas adaptif sesuai

agroklimat dan musim tanam, (b) varietas unggul adaptif dan benih bermutu

tinggi, (c) pengelolaan tanah, air, hara dan tanaman secara optimal, (d)

pengendalian hama-penyakit secara terpadu, dan (e) penanganan panen dan pasca

panen secara tepat. Dalam upaya pengembangan PTT secara nasional,

Departemen Pertanian meluncurkan program Sekolah Lapang (SL) PTT.

Tabel 1.2 Luas Panen dan Produksi Padi Kabupaten Pati

Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (ton) Produktivitas (Ku/Ha)

2005 92.893 459.823 44,54 2006 75.131 368.025 49,50 2007 94.349 545.944 48,98 2008 93.986 512.659 57,86

Sumber : Pati Dalam Angka, 2009

Kabupaten Pati merupakan salah satu sentra penghasil padi di Jawa

Tengah. Perkembangan produksi padi di kabupaten ini mengalami perkembangan

secara fluktuatif dari tahun ke tahun. Dari tabel 1.2 pada tahun 2006 produksi padi

Page 21: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

6

mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi 368.025 ton dari

sebelumnya 459.823 ton. Kemudian tahun 2007 produksi padi mengalami

peningkatan sebesar 545.944 ton dan pada tahun 2008 mengalami penurunan

yaitu menjadi 512.659 ton.

Perkembangan produksi padi di Kecamatan Tayu mengalami pasang surut.

Tahun 2005 produksi padi Kecamatan Tayu hanya sebesar 12.073 ton, tahun

berikutnya terjadi peningkatan produksi dalam skala besar yaitu mencapai 20.103

ton. Kemudian tahun 2007 dan 2008 kembali mengalami tren penurunan masing-

masing sebesar 20.050 dan 18.966 ton

Tabel 1.3 Luas Panen dan Produksi Padi Kecamatan Tayu

Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (ton) Produktivitas (Ku/Ha)

2005 4.011 12.073 30,10 2006 3.641 20.103 55,21 2007 3.889 20.050 51,56 2008 3.552 18.633 52,46

Sumber : Tayu Dalam Angka, 2009

Penurunan produksi dikarenakan tingkat penggunaan faktor –faktor

produksi yang belum optimal oleh para petani. Transformasi struktural dan

perekonomian di suatu sektor selalu diiringi dengan perbaikan produksi dan

pertumbuhan berkelanjutan di sektor pertanian, karena selain menyediakan

kebutuhan pangan bagi penduduk serta menyerap tenaga kerja. Sehingga bila

pembuat kebijakan ingin memperhatikan kesejahteraan masyarakatnya maka salah

satunya adalah dengan mensejahterakan masyarakat yang ada di sekitarnya yang

bergerak di sektor pertanian yaitu petani.

Page 22: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

7

Peningkatan produksi padi diharapkan mampu menghasilkan pendapatan

bagi petani. Namun produksi masing-masing petani berbeda karena ada beberapa

hal yang mempengaruhi produksi salah satunya adalah luas lahan dan

keberhasilan panen. Dengan kondisi luas lahan yang tetap maka dibutuhkan suatu

perbaikan teknologi budidaya untuk meningkatkan keberhasilan panen sehingga

produksi naik dan diharapkan akan meningkatkan pendapatan petani itu sendiri.

Melihat kondisi diatas Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Tayu

melaksanakan Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT)

padi untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani padi di Kecamatan

Tayu Kabupaten Pati. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik

melakukan penelitian dengan judul “ Dampak Program Sekolah lapang

pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) terhadap Pendapatan Petani Padi di

Kecamatan Tayu Kabupaten Pati.”

1.2 Rumusan Masalah

Dengan bertitik tolak dari latar belakang masalah diatas maka permasalahan yang

hendak di angkat dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimanakah tingkat adopsi teknologi SLPTT di Kecamatan Tayu

Kabupaten Pati ?

2. Bagaimanakah dampak SLPTT terhadap pendapatan petani padi di

Kecamatan Tayu Kabupaten Pati ?

Page 23: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

8

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan tingkat adopsi teknologi SL PTT padi di

Kecamatan Tayu Kabupaten Pati.

2. Untuk menganalisis dampak SLPTT terhadap pendapatan petani padi di

Kecamatan Tayu Kabupaten Pati.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Untuk menambah wawasan tentang program Sekolah Lapang Pengelolaan

Tanaman Terpadu (SLPTT) padi.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan terutama yang berhubungan dengan

pemberdayaan petani padi.

3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi di

perpustakaan Fakultas Ekonomi dan perpustakaan Universitas Negeri

Semarang.

4. Diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait baik itu

pemerintah maupun petani padi dalam upaya meningkatkan produksi padi

dan pendapatan petani.

Page 24: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Usahatani

Mubyarto (1994 : 66) mengemukakan bahwa usahatani merupakan

himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan

untuk produksi pertanian. Tujuan setiap petani dalam melaksanakan usahataninya

berbeda-beda. Apabila dorongannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga baik

melalui atau tanpa peredaran uang, maka usahatani tersebut disebut usahatani

pencukup kebutuhan keluarga (Subsistence Farm). Sedangkan bila motivasi yang

mendorongnya untuk mencari keuntungan, maka usahatani yang demikian disebut

usahatani komersial (Commercial Farm).

Usahatani adalah kegiatan mengorganisasi (mengelola) asset dan cara

dalam pertanian. Atau lebih tepatnya adalah suatu kegiatan yang mengorganisasi

sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang menyangkut

bidang pertanian (Daniel, 2002 : 53). Sedangkan Rivai mendefinisikan usahatani

sebagai suatu ilmu yang mempelajari intern usaha tani yang meliputi organisasi,

operasi, pembiayaan dan penjualan, perihal usahatani itu sebagai unit atau satuan

produksi dalam keseluruhan usaha tani (Daniel, 2002 : 54).

Usahatani yang ada di negara berkembang seperti di Indonesia belum

tertuju pada usahatani yang maju dan modern seperti yang telah dicapai oleh

beberapa negara maju. Satu petani di negara maju menguasai puluhan bahkan

Page 25: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

10

sampai ratusan atau bahkan ribuan hektar lahan usaha. Mereka dapat memberi

makan atau menyediakan makan untuk ribuan orang dalam jangka waktu tertentu.

Sedangkan di Indonesia sama dengan negara berkembang lainya hanya sedikit

sisa yang bisa digunakan penduduk lain dari usahataninya setelah memenuhi

kebutuhan mereka sendiri (Daniel, 2002 : 20).

Dalam melakukan usahatani, seorang pengusaha atau seorang petani akan

selalu berpikir bagaimana ia mengalokasikan input seefisien mungkin untuk dapat

memperoleh hasil yang maksimal. Peningkatan keuntungan dapat dicapai oleh

petani dengan melakukan usaha taninya secara efisien. Efisiensi teknis akan

tercapai apabila petani mampu mengalokasikan faktor produksi sedemikian rupa

sehingga hasil yang tinggi dapat dicapai. Manakala petani dihadapkan pada

keterbatasan biaya dalam melaksanakan usaha taninya, maka mereka juga tetap

mencoba bagaimana meningkatkan keuntungan dengan kendala biaya usaha tani

yang terbatas. Suatu tindakan yang dapat dilakukan adalah bagaimana

memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan biaya produksi yang sekecil-

kecilnya atau terbatas (Daniel, 2002 : 123).

Suatu usahatani dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut dapat

memenuhi kewajiban membayar alat-alat yang digunakan, upah tenaga kerja luar

serta sarana prduksi yang lain termasuk kewajiban terhadap pihak ketiga dan

dapat menjaga kelestarian usahanya (Suratiyah, 2002 : 60).

Klasifikasi usahatani menurut organisasinya (Suratiyah, 2009 : 15) :

a. Usaha Individual

Page 26: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

11

Adalah usahatani yang seluruh proses dikerjakan oleh petani sendiri beserta

keluarganya mulai dari perencanaan, mengolah tanah, hingga pemasaran

ditentukan sendiri.

b. Usaha kolektif

Adalah usahatani yang seluruh proses produksinya dikerjakan oleh suatu

kelompok kemudian hasilnya dibagi dalam bentuk natura maupun

keuntungan.

c. Usaha kooperatif

Adalah usahatani yang tiap prosesnya dikerjakan secara individual. Hanya

pada beberapa kegiatan yang dianggap penting dikerjakan oleh kelompok,

misalnya pembelian saprodi, pemberantasan hama, pemasaran hasil dan

pembuatan saluran.

Menurut polanya, usahatani dibedakan menjadi 3 (Suratiyah, 2009 : 15) :

a. Usahatani khusus

Usahatani khusus adalah usahatani yang hanya mengusahakan satu cabang

usahatani saja, misalnya usahatani peternakan, ushatani perikanan dan

usahatani tanaman pangan.

b. Usahatani tidak khusus

Usahatani tidak khusus adalah usahatani yang mengusahakan beberapa

cabang usaha bersama-sama, tetapi dengan batas yang tegas.

c. Usahatani campuran

Page 27: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

12

Usahatani campuran adalah usahatani yang mengusahakan beberapa

cabang secara bersama-sama dalam sebidang lahan tanpa batas yang tegas,

contohnya tumpangsari.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produki dalam usahatani terdiri dari

faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain penggunaan input, teknik

bercocok tanam dan teknologi. Sedangkan faktor eksternal seperti cuaca, iklim,

hama dan penyakit. Lebih jelas lagi (Daniel, 2002 : 54) menyatakan bahwa dalam

usahatani ada empat unsur pokok penting yang mempengaruhi produksi.

Faktor faktor yang mempengaruhi produksi adalah :

1. Tanah

Tanah dalam usahatani dapat berupa tanah pekarangan, tegalan, sawah dan

sebagainya. Tanah tersebut dapat diperoleh dengan cara membuka lahan

sendiri, membeli, menyewa, bagi hasil, pemberian negara, warisan ataupun

wakaf. Penggunaan tanah dapat diusahakan secara monokultur, polikultur

maupun tumpangsari.

2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja dalam usahatani adalah tenaga kerja manusia. Tenaga kerja

manusia dibedakan menjadi tenaga kerja pria, wanita dimana tenaga keja

tersebut dipengaruhi oleh umur, tingkat pendidikan, keterampilan, pengalaman,

tingkat kesehatan dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan.

3. Modal

Modal dalam usahatani digunakan untuk membeli sarana produksi dan untuk

membiayai pengeluaran selama kegiatan usahatani berlangsung. Sumber

Page 28: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

13

modal dapat diperoleh dari milik sendiri, pinjaman atau kredit (pinjaman

dari lembaga keuangan formal maupun non formal), hadiah, warisan

ataupun dapat berupa kontrak sewa.

4. Manajemen

Manajemen dalam usahatani merupakan kemampuan petani untuk

menentukan, mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi

yang dikuasai dengan sebaik-baiknya, sehingga mampu menghasilkan produksi

pertanian sebagaimana yang diharapkan.

2.2 Pendapatan Petani

Pendapatan usaha tani adalah keluaran (output) yang diperoleh dari

pengolahan input produksi (sarana produksi / biasa juga disebut masukan) dari

suatu usaha tani (Daniel, 2001 : 121). Pendapatan dalam penelitian ini adalah

pendapatan dari hasil budi daya tanaman padi sawah. Pendapatan bersih petani

berupa jumlah produksi dikalikan harga dikurangi dengan biaya produksi dan

pemasaran.

Pada setiap akhir panen petani akan menghitung berapa hasil bruto yag

diperolehnya. Semuanya kemudian dinilai dalam uang. Tetapi tidak semua hasil

ini diterima oleh petani. Hasil itu harus dukurangi dengan biaya-biaya yang

dikeluarkanya untuk biaya usaha tani seperti bibit, pupuk obat-obatan, biaya

pengolahan tanah, upah menanam, upah membersihkan rumput dan biaya panen.

Setelah semua biaya tersebut dikurangkan barulah petani memperolah apa yang

disebut hasil bersih atau keuntungan (Daniel, 2001 : 121).

Page 29: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

14

Input–input produksi atau biaya–biaya produksi adalah biaya yang

dikeluarkan dalam proses produksi serta menjadi barang tertentu atau menjadi

produk akhir, dan termasuk didalamnya adalah barang yang dibeli dan jasa yang

dibayar (Daniel, 2001 : 121).

Biaya produksi adalah sebagai kompensasi yang diterima oleh para

pemilik faktor-faktor produksi, atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani

dalam proses produksi, baik secara tunai maupu tidak tunai (Daniel, 2002 : 121)

Biaya produksi dalam penelitian ini di bedakan menjadi 2 yaitu :

1. Biaya tetap (FC) yaitu biaya yang masa penggunaannya tidak berubah

walaupun jumlah produksi berubah (selalu sama) atau tidak terpengaruh

oleh besar kecilnya produksi karena tetap dan tidak tergantung kepada

besar kecilnya usaha, yang termasuk biaya tetap dalam usahatani padi

antara lain sewa tanah, pajak, iuran pengairan dan biaya penyusutan

peralatan pertanian.

2. Biaya Variabel (VC) yaitu biaya yang besar kecilnya berhubungan

langsung dengan besarnya produksi. Yang termasuk biaya ini adalah :

biaya pembelian bibit, pupuk, pestisida, herbisida dan tenaga kerja.

2.3 Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT)

Badan Litbang pertanian sebagai lembaga penghasil teknologi pertanian

terus melakukan berbagai upaya untuk menghasilkan inovasi teknologi dalam

rangka mendukung peningkatan produksi padi. Salah satu inovasi teknologi yang

dikembangkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Pengelolaan Tanaman

Page 30: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

15

Terpadu (PTT). PTT merupakan suatu usaha untuk meningkatkan hasil padi dan

efisiensi masukan produksi dengan memperhatikan penggunaan sumberdaya.

Toha (dalam http://h0404055.wordpress.com, 4 Agustus 2010) berpendapat

bahwa Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) adalah suatu inovasi dalam

meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani padi melalui perbaikan sistem

dan pendekatan dalam perakitan paket teknologi, dinamisasi komponen teknologi

padi yang memiliki efek sinergestik yang dilakukan secara partisipatif, dan

bersifat dinamis. Paket teknologi PTT bersifat spesifik lokasi, sangat tergantung

pada faktor biofisik dan keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat.

Keberhasilan upaya peningkatan produktivitas, produksi dan

pendapatan petani sangat bergantung kemampuan penyediaan dan penerapan

teknologi produksi yang meliputi varietas unggul, benih berkualitas dan

teknologi budidaya lainya (Jamal, 2009 : 338)

Dalam upaya percepatan adopsi pendekatan PTT padi ini, sejak dua tahun

terakhir Departemen Pertanian telah mencanangkan upaya pemasalahanya melalui

pendekatan Sekolah Lapang PTT atau SLPTT. Secara berjenjang pelaksanaan

kegiatan ini dikoordinasikan langsung oleh Ditjen Tanaman Pangan, dan untuk

tahun 2010 pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan di 80.000 kelompok di seluruh

Indonesia.

Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) merupakan

bentuk sekolah yang seluruh proses belajar mengajarnya dilakukan di lapangan,

yang dilaksanakan di lahan petani peserta PTT dalam upaya peningkatan produksi

padi nasional (Departemen Pertanian, 2008).

Page 31: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

16

Sastria Negara (dalam Gultom, 2008) mengemukakan bahwa suatu paket

teknologi pertanian akan tidak ada manfaatnya bagi petani dipedesaan jika

teknologi tersebut tidak dikomunikasikan pada masyarakat pedesaan.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menciptakan struktur

komunikasi informasi dipedesaan menjadi sangat komplek sehingga dapat

dikatakan bahwa akan ada perubahan secara terus menerus dalam cara kerja

(teknik kerja) pada petani jika kepada mereka melakukan komunikasi teknologi

yang baik dan tepat.

Menurut Kushartanti (dalam http://h0404055.wordpress.com, 4 Agustus

2010), anjuran teknologi dalam PTT adalah yang dihasilkan oleh lembaga

penelitian dan teknologi berdasar kearifan lokal yang sudah terbukti unggul untuk

lokasi tertentu.

Komponen teknologi SL PTT yang diterapkan dalam penelitian ini

adalah :

1. Varietas Unggul

Varietas unggul merupakan varietas yang mempunyai keunggulan-

keunggu lan tertentu, misalnya mempunyai daya hasil yang tinggi, cita

rasa baik, maupun mempunyai ketahanan terhadap penyakit baik. Varietas

unggul baru yang sesuai dengan karakteristik lahan, lingkungan dan

keinginan petani (seperti daya hasil, cita rasa, umur, maupun ketahanan

terhadap penyakit tertentu) untuk lokasi setempat. Varietas unggul yang

dianjurkan oleh Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Tayu adalah varietas

Page 32: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

17

Ciherang karena varietas ini memiliki ketahanan terhadap hama penyakit

serta ketersediaan benih dipasaran.

2. Bibit muda

Bibit muda adalah bibit yang berumur tidak lebih dari 15 Hari

Setelah Sebar (HSS). Penggunaan bibit muda bertujuan untuk

menghasilkan anakan lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan

bibit yang lebih tua. Dengan penggunaan bibit muda kondisi perakaran

tanaman akan lebih dalam sehingga tahan terhadap kondisi kerebahan.

3. Jumlah bibit

Jumlah bibit merupakan jumlah bibit tiap lubang yang ditanam oleh

petani responden. Penanaman bibit yang 1-3 batang per rumpun/lubang

tanam. Manfaat dari tanam 1-3 bibit per lubang adalah untuk mengurangi

persaingan antar bibit dalam satu rumpun, memaksimalkan pencapaian

jumlah anakan dan dapat menghemat penggunaan benih.

4. Sistem tanam

Sistem tanam adalah jarak tanam yang di gunakan oleh petani

responden dalam usahataninya. Sistem tanam yang dianjurkan dalam SL

PTT adalah sistem jajar legowo 2:1 atau 4:1. Sistem jajar legowo 2:1 yaitu

cara tanam berselang-seling 2 baris kemudian 1 baris kosong. Sistem jajar

legowo 4:1 adalah cara tanam berselang-seling 4 baris kemudian 1 baris

kosong. Penggunaan sistem tanam jajar legowo mempunyai tujuan untuk

memudahkan dalam pengendalian hama, penyakit dan gulma. Selain itu

Page 33: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

18

penggunaan sistem tanam jajar legowo bertujuan untuk penyediaan ruang

kosong untuk pengaturan air.

5. Pemeliharaan

Pemeliharaan merupakan kegiatan pemeliharaan oleh petani terhadap

usahataninya sesuai dengan komponen dalam Pengelolaan Tanaman

Terpadu. Kegiatan pemeliharaan meliputi kegiatan pemupukan,

penggunaan bahan organik, pengairan berselang, pengendalian gulma,

serta pengendalian hama dan penyakit.

a. Pemupukan N berdasarkan tingkat kehijauan warna daun

Cara menetukan waktu aplikasi pupuk N dengan menggunakan Bagan

Warna Daun (BWD) dapat dilakukan dengan cara pemberian pupuk

berdasarkan nilai pembacaan BWD yang sebenarnya, yaitu

penggunaan BWD dimulai ketika tanaman 14 HST, kemudian secara

periodik diulangi 7-10 hari sekali sampai diketahui nilai kritis saat

pupuk N harus diaplikasikan.

b. Pemupukan Organik

Bahan organik adalah bahan yang berasal dari limbah tanaman , kotoran

hewan atau hasil pengomposan. Kegunaan bahan organik adalah untuk:

- Meningkatkan kesuburan tanah dan kandungan karbon organik

tanah

- Memberikan tambahan hara

- Meningkatkan aktivitas jasad renik (mikroba)

- Memperbaiki sifat fisik tanah

Page 34: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

19

- Mempertahankan perputaran unsur hara dalam sistem tanah

tanaman.

c. Pengairan berselang

Pengairan berselang adalah pengaturan lahan dalam kondisi kering dan

tergenang secara bergantian, bertujuan untuk:

- Menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi menjadi

lebih luas

- Memberi kesempatan pada akar tanaman untuk mendapatkan

udara sehingga dapat berkembang labih dalam

- Mencegah timbulnya keracunan besi

- Mencegah timbunan asam organik dan gas H2S yang

menghambat perkembangan akar

- Mengaktifkan jasad renik mikroba yang bermanfaat.

d. Pengendalian gulma

Pengendalian gulma atau penyiangan dapat dilakukan dengan cara

mencabut gulma dengan tangan, menggunakan alat atau menggunakan

herbisida. Akan tetapi di lokasi penelitian yaitu Kecamatan Tayu

pengendalian yang dianjurkan adalah dengan alat yang disebut gasrok

karena selain menghemat biaya akan mematikan gulma sampai ke

perakaran.

6. Panen tepat waktu

Panen merupakan tindakan petani pada saat memanen. Hal- hal yang

dianjurkan SLPTT agar panen tepat waktu :

Page 35: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

20

- Perhatikan umur tanaman, antara varietas yang satu dengan yang

lainnya kemungkinan berbeda

- Jika 90% padi mulai menguning segera panen.

Menurut BPTP Jawa Tengah (2009) pentingnya panen dilakukan tepat waktu

adalah :

- Panen yang terlalu awal akan lebih banyak menghasilkan gabah

hampa, gabah hijau dan batu kapur.

- Panen yang terlalu lambat akan menimbulkan lebih banyak gabah

rontok dan gabah patah waktu di giling.

Kegiatan saat panen ditempuh dengan memperhatikan umur

tanaman dan cara pemanenan. Dalam kegiatan panen sebaiknya

menggunakan mesin pemanen (reaper) atau sabit bergerigi, karena dapat

meningkatkan kapasitas pemanen dan menekan kehilangan hasil. Jika padi

akan dirontokkan dengan power threser maka sebaiknya tanaman padi

dipotong pada bagian tengah, tetapi jika dirontokkan dengan menggunakan

pedal threser maka sebaiknya tanaman padi dipotong pada bagian bawah.

Dengan cara seperti ini maka dapat menekan kehilangan hasil sampai

dibawah 5 %.

Sekolah Lapang PTT tidak terikat dengan ruang kelas, sehingga belajar

dapat dilakukan di saung atau gubug pertemuan petani dan tempat-tempat lain

yang berdekatan dengan lahan belajar. Dalam kegiatan Sekolah Lapang

Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) terdapat satu unit Laboratorium

Lapang (LL) yang merupakan bagian dari kegiatan Sekolah Lapang

Page 36: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

21

Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) sebagai tempat bagi petani anggota

kelompok tani dapat melaksanakan seluruh tahapan SLPTT pada lahan

tersebut (Departemen Pertanian, 2008).

Laboratorium Lapang (LL) seluas 1 ha adalah areal sawah yang

terdapat dalam 25 ha yang merupakan kawasan SLPTT yang berfungsi

sebagai lokasi percontohan, tempat belajar dan tempat praktek penerapan

teknologi yang disusun dan diaplikasikan bersama oleh kelompoktani atau

petani. Dengan fasilitas LL maka (SLPTT) diharapkan betul-betul mampu

menjadi suatu tempat pendidikan non formal bagi petani untuk meningkatkan

pengetahuan dan ketrampilan dalam mengenali potensi, menyusun rencana

usahatani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan

teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergis

dan berwawasan lingkungan sehingga usahataninya menjadi efisien,

berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan (Departemen Pertanian, 2008).

Manfaat dan Dampak Penerapan PTT (Bank Pengetahuan Padi Indonesia, 2008) :

1. PTT membantu memecahkan masalah pelandaian produktivitas padi.

2. Intensifikasi padi sawah yang dikembangkan bersifat spesifik lokasi

bergantung pada kondisi sumber daya pertanian di wilayah petani dan

masalah yang akan diatasi.

3. Komponen teknologi yang dirakit ditentukan oleh petani bersama

penyuluh berdasarkan Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP). Penerapan

PTT diharapkan dapat meningkatkan stok beras nasional, pendapatan

petani, dan kelestarian usahatani padi.

Page 37: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

22

2.4 Penyuluhan Pertanian

H. Mounder (dalam Sumardi, 1988 : 1) mengartikan penyuluhan pertanian

sebagai sistem pelayanan yang membantu masyarakat melalui proses pendidikan

dalam pelaksanan teknik dan metode berusahatani untuk meningkatkan produksi

agar lebih berguna daalam upaya menngkatkan pendapatan.

A.H. Savile (dalam Sumardi, 1972 : 1) mendefinisikan penyuluhan

pertanian sebagai kegiatan yang bertujuan untuk mendidik masyarakat dalam

meningkatkan standar kehidupanya melalui kemampuan mereka sendiri, dengan

menggunakan sumberdaya baik tenaga maupun materi sendiri dan hanya

mendapat bantuan dana pemerintah sekecil mungkin.

Salmon Padmanegara (dalam Sumardi, 1972 : 2) mengartikan penyuluhan

pertanian sebagai suatu pendidikan informal untuk para petani/nelayan dan

keluarganya dengan tujuan agar mereka mampu, sanggup dan berswadaya

memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri dan masyarakat.

Pengertian penyuluhan pertanian menurut rumusan dalam UU No. 15/2006

adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka

mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses

informasi pasar, teknologi permodalan dan sumberdaya lainya sebagai upaya

untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan

kesejahteraanya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi

lingkungan hidup.

Penyuluhan pertanian dilaksanakan untuk menambah kesanggupan para

petani dalam usahanya memperoleh hasil-hasil yang dapat memenuhi keinginan

Page 38: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

23

mereka. Jadi penyuluhan pertanian tujuannya adalah perubahan perilaku

(bertambahnya kesanggupan) keluarga-keluarga tani sasaran, sehingga mereka

dapat memperbaiki cara bercocok tanamnya, lebih beruntung usahataninya dan

lebih layak hidupnya, atau yang sering dikatakan keluarga tani maju itu. Bila

keluarga tani itu maju, maka kaum taninya juga akan dinamis, responsif terhadap

hal-hal yang baru. Bila kaum tani dinamis (dan kaum lainnya juga demikian),

maka masyarakat luas akan besar kesadarannya untuk masalah-masalah sosial.

Dengan demikian kegiatan pendidikan penyuluhan pertanian berfungsi

dalam membantu masyarakat tani untuk memecahkan persoalan mereka sendiri

melalui penerapan teknologi dan pengetahuan ilmiah yang secara umum dapat

meningkatkan produksi usahatani dan pendapatan mereka (Sumardi, 1988 : 2).

Samsudin (dalam http://h0404055.wordpress.com, 4 Agustus 2010)

berpendapat bahwa tujuan penyuluhan pertanian dibedakan antara tujuan jangka

pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan penyuluhan pertanian jangka pendek

yaitu untuk menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih terarah dalam

kegiatan usaha tani petani di pedesaan. Perubahan-perubahan yang dimaksud

adalah dalam bentuk pengetahuan, kecakapan, sikap, dan motif tindakan petani.

Tujuan penyuluhan pertanian jangka panjang yaitu untuk meningkatkan taraf

hidup masyarakat tani, atau agar kesejahteraan hidup petani lebih terjamin.

Menurut A.H Mounder (dalam Sumardi : 1988) metode penyuluhan

berdasarkan jumlah sasaran yang dapat dicapai dapat dibagi menjadi 3 golongan

yaitu :

1. Metode berdasarkan pendekatan perorangan

Page 39: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

24

Dalam metode ini, penyuluh berhubungan baik secara langsung maupun

tidak langsung dengan sasaran secara perorangan. Yang termasuk ke

dalam metode ini antara lain kunjungan usahatani, kunjungan rumah.

2. Metode berdasarkan pendekatan kelompok

Dalam hal ini, penyuluh berhubungan dengan sekelompok orang untuk

menyampaikan pesanya. Beberapa metode dalam pendekatan kelompok

ini antara lain melalui temu lapang, demonstrasi dan diskusi.

3. Metode berdasarkan pendekatan missal

Metode ini dapat menjangkau sasaran yang banyak, yaitu antara lain

melalui rapat umum dan siaran melalui radio atau televisi.

2.5 Teknologi

Teknologi adalah teknik atau cara bercocok tanam yang benar untuk

mendapatkan hasil yang lebih besar. Teknologi diperoleh dari hasil penelitian dan

pengkajian kemudian ditransfer ke pengguna (petani) melalui berbagai cara dan

media. Teknologi yang paling tepat diterapkan adalah teknologi yang spesifik

lokasi yaitu pada lokasi penelitian dan pengujian yang dilakukan. Dalam hal ini

bukan berarti bahwa paket teknologi tersebut tidak boleh digunakan di daerah

lain, tetapi bisa saja digunakan pada daerah-daerah lain yang cocok dimana

dengan penerapan tersebut diperoleh hasil yang tinggi (Daniel, 2002 : 38).

Teknologi baru yang diterapkan dalam bidang pertanian selalu

dimaksudkan untuk menaikkan produktivitas, apakah ia produktivitas tanah,

modal atau tenaga kerja (Mubyarto, 1985 : 198).

Page 40: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

25

Teknologi menurut Suryana (2000 : 80) adalah cara mengkombinasikan

faktor-faktor produksi untuk mencapai tujuan produksi atau menghasilkan barang

dan jasa. Suatu tindakan yang paling tepat bagi negara sedang berkembang dalam

memilih teknologi tepat guna adalah dengan alih teknologi. Alih teknologi yang

diikuti dengan adaptasi dan inovasi yang sesuai dengan kondisi penerima akan

membawa perbaikan – perbaikan dalam kegiatan ekonomi.

Perubahan teknologi mengacu pada perubahan dalam teknik yang

mendasari produksi, yang terjadi ketika suatu produk atau proses baru ditemukan

atau suatu produk dan proses yang usang diperbaharui. Dalam situasi seperti ini

output yang sama dihasilkan dengan input yang lebih sedikit atau lebih banyak

output yang dihasilkan dengan input yang sama. Perubahan teknologi akan

menggeser fungsi produksi ke atas (Samuelson dan Nordhaus, 2001 : 140).

2.6 Adopsi Teknologi

Adopsi dapat diartikan sebagai penerapan atau penggunaan sesuatu ide,

alat-alat atau teknologi baru yang disampaikan berupa pesan komunikasi (lewat

penyuluhan). Manifestasinya dari bentuk adopsi ini dapat dilihat atau diamati

berupa tingkah laku, metode maupun peralatan dan teknologi yang dipergunakan

dalam kegiatan komunikasinya (Mardikanto dalam Levis, 1996 : 21).

Dengan mengadopsi suatu inovasi oleh para petani, maka tujuan jangka

panjang penyuluhan seperti better farming, better business, better living, dapat

terwujud karena mengadopsi inovasi akan terjadi peningkatan produksi. Tanpa

ada adopsi inovasi yang lebih baik, proses penyuluhan pertanian tidak akan

Page 41: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

26

tercapai. Dengan demikian, adopsi inovasi merupakan sasaran inti dari kegiatan

penyuluhan pertanian (Levis, 1996: 20).

Adapun indikasi yang dapat dilihat pada diri seseorang dalam setiap tahapan

proses adopsi menurut Soekandar Wiraatmadja (dalam Sumardi, 1988 : 12):

1. Tahap sadar

Seseorang sudah maklum atau mengetahui sesuatu yang baru karena hasil

dari berkomunikasi dengan orang lain atau penyuluh.

2. Tahap minat

Seseorang mulai ingin mengetahui lebih banyak tentang hal baru itu,

dengan mencari keterangan yang lebih rinci.

3. Tahap menilai

Seseorang mulai menilai keterangan yang diperolehnya dan

menghubungkanya dengan keadaan dia sendiri.

4. Tahap mencoba

Seseorang mulai memerapkan dalam luasan yang kecil, tapi melihat orang

lain yang mencoba. Kalau sudah yakin, barulah diterapkan secara lebih

luas. Bila gagal dalam percoban ini, biasanya seseorang akan

menghentikan usaha selanjutnya dan timbul rasa tak percaya akan hal baru

itu.

5. Tahap adopsi

Seseorang sudah yakin akan hal baru itu dan mulai melaksanakan dalam skala

yang lebih luas. Bahkan ia bisa dimanfaatkan oleh penyuluh agar mau

manganjurkan hal baru tersebut kepada orang lain.

Page 42: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

27

Menurut Sumardi (1988 : 12), ada 5 tahapan yang terjadi pada proses adopsi:

1. Kesadaran (awareness), yaitu pengetahuan pertama tentang ide baru,

produk atau latihan.

2. Tumbuhnya minat (Interest), yaitu aktif mencari informasi tentang ide atau

gagasan baru untuk mengetahui manfaat dan penerapan ide atau gagasan

baru tersebut.

3. Evaluasi (Evaluation), yaitu penilaian terhadap informasi dilihat dari suatu

kondisi, apakah cocok untuk diterapkan.

4. Percobaan (Trial), dimana bersifat sementara untuk mencoba gagasan atau

ide baru yang diterima untuk lebih meyakinkan.

5. Penerapan (Adoption), yaitu penggabungan secara penuh latihan kedalam

operasi atau pelaksanaan yang berkesinambungan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi menurut Levis (1996 : 37):

1. Sifat-sifat inovasi

a. Keuntungan relatif (relative advantage)

Setiap ide (inovasi) baru akan selalu dipertimbangkan mengenai

seberapa jauh keuntungan relatif yang dapat diberikan, yang diukur

dengan derajat keuntungan ekonomis, besarnya penghematan, atau

keamanan atau pengaruhnya terhadap posisi sosial yang akan diterima oleh

komunikan selaku adopter.

b. Kompatibilitas (compatibility

Setiap inovasi baru akan cepat diadopsi manakala mempunyai

kecocokan atau berhubungan dengan kondisi setempat yang telah ada di

Page 43: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

28

masyarakat. Kompatibilitas adalah sejauh mana suatu inovasi dianggap

konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan

kebutuhan penerima.

c. Kompleksitas (complexity)

Inovasi baru akan sangat mudah dimengerti dan disampaikan

manakala cukup sederhana, tidak rumit baik dalam arti mudahnya bagi

komunikator maupun mudah untuk dipahami dan dipergunakan oleh

komunikasinya. Kompleksitas adalah tingkat dimana suatu inovasi

dianggap relatif sulit untuk dimengerti dan digunakan. Inovasi-inovasi

tertentu begitu mudah dapat dipahami oleh penerima tertentu, sedangkan

orang lainnya tidak. Kerumitan suatu inovasi menurut pengamatan anggota

sistem sosial, berhubungan negatif dengan kecepatan adopsinya. Ini berarti

makin rumit suatu inovasi bagi seseorang, maka akan makin lambat

pengadopsiannya.

d. Triabilitas (trialability)

Inovasi baru yang tidak mudah dicoba karena perlengkapannya yang

kompleks dan memerlukan biaya atau modal yang besar lebih sulit

diadopsi dibanding benih varietas unggul baru yang tidak mahal dan

mudah dikerjakan oleh petani. Triabilitas adalah suatu tingkat dimana

suatu inovasi dapat dicoba dengan skala kecil. Ide baru yang dapat dicoba

biasanya diadopsi lebih cepat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba

lebih dulu.

e. Observabilitas (observability)

Page 44: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

29

Inovasi baru, akan lebih cepat diadopsi manakala pengaruhnya atau

hasilnya mudah dan atau cepat dapat dilihat atau diamati oleh

komunikannya. Observabilitas adalah tingkat dimana hasil-hasil suatu

inovasi dapat dilihat oleh orang lain.

2. Jenis keputusan inovasi

Dalam mengadopsi inovasi terdapat tiga jenis keputusan yaitu

keputusan individual (optional), keputusan kelompok dan keputusan otoritas

(pemerintah). Keputusan yang diambil oleh suatu masyarakat sangat

menentukan keberhasilan dan kecepatan adopsi suatu inovasi. Keputusan yang

diambil secara individual relatif lebih cepat mengadopsi inovasi dibandingkan

dengan keputusan kelompok apalagi dibanding dengan keputusan yang harus

menunggu dari pihak penguasa.

3. Saluran komunikasi

Penyampaian inovasi baru lewat media massa, relatif akan lebih lamban

diadopsi oleh komunikan dibanding jika disampaikan secara interpersonal

(hubungan antar pribadi). Sebab dengan hubungan langsung atau interpersonal

para komunikan akan lebih cepat menerima penjelasan-penjelasan dari

komunikator setelah menyampaikan tanggapan-tanggapanya. Sedangkan

penyampaian lewat media massa tidak mungkin dilakukan karena komunikasi

berjalan satu arah saja sehingga tertutup kemungkinan terjadi “leed back” dari

komunikan. Saluran komunikasi yakni alat yang dipergunakan untuk

menyebarkan suatu inovasi mungkin juga punya pengaruh terhadap kecepatan

pengadopsian inovasi.

Page 45: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

30

4. Sistem sosial

a. Adopsi inovasi didalam masyarakat modern, relatif lebih cepat dibanding

dengan adopsi inovasi di dalam masyarakat yang masih tradisional.

b. Demikian pula, proses adopsi dalam masyarakat lokalite akan lebih

lamban bila dibandingkan di dalam masyarakat yang kosmopolit.

5. Kegiatan Promosi

Dalam banyak hal kegiatan promosi dapat mendorong semangat para

komunikan untuk lebih cepat menerima suatu inovasi. Hal ini dapat

dimengerti karena suatu prinsip dalam proses belajar mengajar adalah

pengulangan. Kecepatan adopsi inovasi juga sangat ditentukan oleh semakin

intensif dan seringnya intensitas atau frekuensi promosi yang dilakukan oleh

agen pembaharu (penyuluh) setempat dan atau pihak-pihak lain yang

berkompeten dengan adopsi inovasi tersebut seperti lembaga penelitian,

produsen, pedagang dan atau sumber inovasi tersebut.

6. Urgensitas masalah yang dihadapi

Kecepatan adopsi suatu inovasi oleh seseorang atau suatu sistem

masyarakat sangat ditentukan oleh urgensitas (kepentingan segera) masalah

dan kebutuhan masyarakat. Jika suatu inovasi yang diberikan dapat manjawab

kebutuhan dan memecahkan masalah yang sedang dihadapi masyarakat pada

saat itu, maka masyarakat akan lebih cepat menerima inovasi itu daripada

yang tidak urgen dengan kepentingan (masalah dan kebutuhan) mereka

sendiri.

Page 46: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

31

Faktor penentu penerapan teknologi tidak semata-mata bersumber dari

diri petani, akan tetapi tergantung pada karakteristik teknologi dan bagaimana

teknologi tersebut mampu terdiseminasikan kepada petani secara tepat. Proses

keputusan inovasi dapat melalui 4 tahapan Rogers and Shoemaker (dalam

Levis, 1996) :

1. Pengenalan, dimana seseorang mengetahu adanya inovasi dan memperoleh

beberapa pengertian tentang bagaiman inovasi itu berfungsi.

2. Persuasi, dimana seseorang membentuk sikap berkenan atau tidak

berkenan terhadap teknologi.

3. Keputusan, dimana seseorang terlibat dalam kegiatan yang membawanya

pada pemilihan untuk menerima atau menolak suatu inovasi teknologi.

4. Konfirmasi, dimana seseorang akan mencari penguat atas keputusan yang

telah dibuat petani dan pada tahap ini mungkin terjadi seseorang

mengubah keputusannya jika ia memperoleh informasi yang bertentangan

atau kurang menguntungkan baginya.

Debertin (dalam Hutapea dan Tenda, 2009) menyatakan bahwa suatu

teknologi baru biasanya akan memberikan perbaikan dalam hal penggunaan

input dalam proses produksi, yaitu pada penggunaan input yang sama, apabila

ada perbaikan dalam penggunaan input maka akan dapat menaikkan marginal

produknya sehingga slope dari fungsi produksinya yang baru akan lebih besar

dari fungsi produksi yang lama. Selain itu terjadinya penurunan biaya

produksi perunit karena harga dari suatu input atau input lainnya menurun,

sehingga dapat menambah keuntungan. Pendapat senada juga disampaikan

Page 47: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

32

Ghatak (dalam Hutapea dan Tenda, 2009) bahwa perubahan teknologi akan

merubah fungsi produksi, tingkat penggunaan input dan tingkat keuntungan.

2.7 Penelitian Terdahulu

Menurut penelitian Ririt Rintayani dan Brodjol Sudjito tahun 2010 yang

berjudul “Dampak Penerapan metode SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan

Tanaman Terpadu) Terhadap Peningkatan Pruduksi Padi dengan Pendekatan

Regresi Hedonik”. Dalam penelitian ini metode SLPTT (Sekolah Lapang

Pengelolaan Tanaman Terpadu) merupakan metode baru dalam dunia

pertanian. Metode ini sebagai tindakan nyata dari konsep PTT (Pengelolaan

Tanaman Terpadu) yang dikembangkan oleh dinas pertanian. Tujuan metode

ini adalah untuk meningkatkan pendapatan petani melalui penerapan teknologi

yang sesuai dengan kondisi setempat sehingga produktifitas dan mutu padi

meningkat sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Untuk mengetahui

besarnya dampak metode SLPTT digunakan Analisis statistik berupa metode

regresi hedonik. Hasil analisis regresi hedonik didapatkan model yang

menghubungkan antara beberapa komponen teknologi dengan produksi padi

dimana model signifikan, dengan R2 model 0,901, dan mean square error

0,045. Model hasil analisis tersebut mampu membuktikan bahwa dengan

adanya metode SLPTT terjadi peningkatan produksi padi sebesar 19,7%,

Menurut penelitian Ronald T.P. Hutapea dan Esje T. Tenda tahun 2009

yang berjudul “Dampak Ekonomi dan Keberlanjutan Pengelolaan Kelapa

Terpadu di Kabupaten Minahasa Utara ”, akselerasi adopsi teknologi

pengelolaan kelapa terpadu merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

Page 48: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

33

mempercepat diseminasi teknologi dan mengevaluasi model yang telah

dikembangkan oleh Balitka di Desa Kaleosan, Kabupaten Minahasa Utara

pada tahun 2004-2006. Pengumpulan data menggunakan metode survei dan

dilaksanakan pada bulan November 2006. Data yang dikumpulkan meliputi

karakteristik petani, tingkat penerapan teknologi, serta usahatani. Penelitian

ini bertujuan untuk memperoleh informasi (1) tingkat adopsi dan difusi

teknologi anjuran, (2) dampak teknologi terhadap pendapatan petani, dan (3)

keberlanjutan organisasi kelompok tani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

tingkat adopsi dan difusi teknologi pembibitan kelapa dan tanaman sela

jagung direspon cukup baik, dengan kisaran tingkat adopsi dan difusi

teknologi sebesar 57,33-70,33. Kegiatan integrasi kelapa dengan ternak babi

serta pengolahan VCO tidak terjadi proses difusi, walaupun tingkat adopsi

pada kelompok tani cukup tinggi dengan kisaran 60,00 – 85,33. Dampak

ekonomi dari penerapan teknologi anjuran tanaman sela dan pengaruhnya

terhadap produktivitas kelapa menunjukkan dampak yang positif, dengan

nilai kelayakan finansial BCR dan MBCR >1. Dampak keberlanjutan

organisasi kedua kelompok tani berada pada kelompok berkembang.

Menurut Penelitian Handoko Gunawan dan Rika Asnita tahun 2008

yang berjudul “ Peningkatan keuntungan Usahatani Kedelai Melalui PTT di

Kabupaten Bojonegoro”. Produktifitas kedelai tingkat petani di Kabupaten

Bojonegoro rata – rata 1,24 t/ha dengan potensi genetik tanaman masih cukup

tinggi yaitu diatas 2 t/ha. Rendahnya produktivitas disebabkan sebagian besar

petani belum menggunakan benih unggul dan teknik pengelolaan tanaman

Page 49: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

34

belum optimal. Upaya peningkatan produktivitas bisa dicapai dengan

pengelolaan tanaman secara terpadu. Melihat kenyataan tersebut, maka

diperlukan Sekolah Lapangan yang akan dapat memberikan pembelajaran

bagi petani secara langsung.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

dampak dari Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) terhadap peningkatan

usahatani kedelai, Pelaksanaan kegiatan Sekolah Lapang Pengelolaan

Tanaman Terpadu Kedelai dilaksanakan pada musim tanam MKII bulan Juli

sampai Oktober tahun 2008 yang melibatkan 6 kelompok tani di desa

Sidodadi Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro. Data yang

dikumpulkan adalah data produksi dan analisa usaha tani yang meliputi biaya

sarana produksi, tenaga kerja dan keuntungan yang diperoleh. Data diambil

dari lahan Laboratorium Lapang (LL), SLPTT dan non SLPTT masing-

masing diambil 5 orang. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara

berdasarkan daftar pertanyaan. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya

dianalisis dengan menggunakan analisa finansial dan disajikan dalam bentuk

tabulasi. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis dengan

menggunakan analisa finansial dan disajikan dalam bentuk tabulasi. Hasil

pengkajian memperlihatkan bahwa rata-rata produksi riil per hektar yang

diperoleh petani LL, petani SLPTT dan petani non kooperator berturut-turut

yaitu 1,985 ton; 1,559 ton; dan 1,223 ton. Peningkatan produksi ini

mendorong peningkatan pendapatan dan keuntungan bagi petani yang

mengikuti SLPTT. Keuntungan yang diperoleh oleh petani LL per hektar

meningkat 53% dan petani SLPTT meningkat 26% dibanding dengan petani

Page 50: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

35

yang tidak mengikuti SLPTT Kedelai. Peningkatan produksi dan keuntungan

para petani SLPTT dikarenakan petani dapat melaksanakan pengelolaan

tanaman terpadu (PTT) kedelai secara optimal. 

2.8Kerangka Berpikir

Adapun kerangka berpikir dari penelitian ini adalah

Gambar 1. Kerangka Pikir Dampak Program SLPTT terhadap Pendapatan Petani

Usaha Tani Padi

Sekolah lapang Pengelolaan

Tanaman Terpadu (SLPTT)

Produksi

Pendapatan Petani

Adopsi komponen Teknologi

SLPTT

Petani Padi

Page 51: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

36

2.9 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

H0 : μ1 = μ2 : Tidak terdapat perbedaan tingkat pendapatan petani padi

sebelum dan sesudah adanya SLPTT.

Ha : μ1 < μ2 : Pendapatan petani padi sesudah mengikuti SLPTT lebih

tinggi dari pada sebelum mengikuti SLPTT.

Keterangan :

μ1 = Pendapatan petani sebelum mengikuti SLPTT

μ2 = Pendapatan petani sesudah mengikuti SLPTT

Kriteria Uji :

t hitung > t tabel, Ho ditolak dan Ha diterima

t hitung < t tabel, Ho diterima dan Ha ditolak.

Page 52: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

37

BAB III

METODE PENELITIAN

Suatu penelitian pada umumnya bertujuan untuk menemukan,

mengembangkan atau mengkaji kebenaran suatu pengetahuan. Langkah- langkah

yang dilakukan dalam metode penelitian harus sistematis sehingga dapat

memecahkan masalah yang menjadi obyek penelitian. Hal ini dimaksudkan agar

hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tayu Kabupaten Pati.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh petani

penerima SLPTT yang ada di Kecamatan Tayu tahun 2010. Berikut ini

jumlah populasi petani penerima SLPTT di Kecamatan Tayu tahun 2010.

Tabel 3.1 Populasi Petani yang Mengikuti Program SLPTT

Kelompok Tani Jumlah Anggota

ukun Santosa 49

ogasari I 53

JUMLAH 102

Sumber : Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Tayu 2010

Page 53: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

38

3.2.2 Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik proporsional

random sampling berdasarkan kelompok tani yang diteliti. Penetapan

ukuran sampel responden sebagai berikut:

n = �

Dimana :

N = Ukuran populasi

n = Ukuran sampel

e2 =Persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan

pengambilan sampel yang ditolerir sebesar 10%.

n= �

n=

n=

n = 50.4 dibulatkan menjadi 50

Hasilnya di dapat sampel 50 petani padi yang mengikuti SLPTT di

Kecamatan Tayu Kabupaten Pati. Sebaran sampelnya dapat dilihat pada

tabel 3.2

Page 54: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

39

Tabel 3.2 Perhitungan Sampel dari Petani yang Mengikuti Program

SLPTT

No Kelompok Tani Populasi Sampel 1. ukun Santosa 49

2. ogasari I 53

umlah 102 50

3.3 Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah :

1. Tingkat adopsi teknologi petani padi yang mengikuti SLPTT di

Kecamatan Tayu Kabupaten Pati.

2. Pendapatan petani padi yang mengikuti SLPTT di Kecamatan Tayu

Kabupaten Pati.

3.4 Sumber Data Penelitian

3.4.1 Sumber Data Primer

Data primer dalam penelitian adalah data yang dikumpulkan

langsung dari responden berupa kuesioner dari petani yang mengikuti

program SLPTT. Pengambilan data secara primer dilakukan untuk

memperoleh data adopsi teknologi SLPTT dan pendapatan petani padi

sebelum dan sesudah mengikuti SLPTT.

3.4.2 Sumber data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian data yang diperoleh dari instansi

pemerintah yang terkait dengan penelitian ini yaitu Balai Penyuluh

Page 55: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

40

Pertanian (BPP) Kecamatan Tayu. Pengambilan data sekunder

dimaksudkan untuk memperoleh data populasi petani yang mengikuti

SLPTT di Kecamatan Tayu Kabupaten Pati tahun 2010.

3.5 Metode Pengumpulan data

Metode pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

3.5.1 Kuesioner

Bentuk kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Dengan memberikan daftar

pertanyaan yang harus diisi oleh responden secara langsung di lokasi

objek penelitian. Daftar pertanyaan tersebut berkaitan dengan

pendapatan petani sebelum dan setelah mengikuti SLPTT, dan adopsi

komponen teknologi SLPTT.

3.5.2 Dokumentasi

Dokumentasi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data

atau dokumen yang ada di Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan

Tayu mengenai pelaksanaan program SL PTT sebagai objek penelitian

yang akan melengkapi data yang akan di analisa.

3.6. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

3.6.1 Analisis Pendapatan Petani Padi

Page 56: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

41

Untuk menghitung pendapatan petani dalam satu musim tanam padi

dihitung dengan menggunakan rumus (Soeharno, 2007 : 108) :

Π = TR – TC

TR = Q. Pq.

TC = TVC + TFC.

Keterangan :

Π = Pendapatan (Rupiah)

TR = Total Revenue Penerimaan (Rupiah)

Q = Jumlah Produksi Padi (Kg)

Pq = Harga per kg Padi (Rupiah)

TC = Total Cost / biaya produksi (Rupiah)

TVC = Total Variable Cost (Rupiah)

TFC = Total Fixed Cost (Rupiah)

3.6.1.1 Penyusutan peralatan

Biaya penyusutan alat-alat pertanian yang digunakan untuk usahatani padi

di

hitung dengan metode Garis Lurus dengan rumus sebagai berikut :

X =

Keterangan :

X = besarnya penyusutan (Rp/th).

Ns = nilai sisa = 0 (Rp)

Nb = nilai pembelian.

N = jangka waktu nilai ekonomis (th).

Page 57: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

42

Rumus di atas menggunakan asumsi bahwa alat-alat pertanian yang

dipergunakan dalam usahatani menyusut dalam besaran yang sama

dalam setiap tahunnya. Dalam satu tahun tanam terdiri dari tiga musim

tanam, sehingga nilai penyusutan per musim tanam diperoleh dari nilai

penyusutan per tahun dibagi tiga.

3.6.2 Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif digunakan untuk mengkaji variabel

tingkat adopsi teknologi SLPTT oleh petani padi. Dalam analisis

deskriptif ini rumus yang digunakan adalah deskriptif persentase. Hasil

dari perhitungan di bawah ini kemudian di deskripsikan.

% = x 100%

Dimana

% = persentase nilai yang diperoleh

n = Jumlah nilai adopsi yang diperoleh

N = Jumlah nilai maksimal adopsi = 150

Penentuan skor adopsi teknologi menggunakan standar 3 menurut Rahman

(dalam Hutapea dan Tenda 2009) :

• 3 untuk teknologi penuh (anjuran)

• 2 untuk teknologi cukup

• 1 untuk teknologi kurang atau tak menerapkan teknologi

Tingkat adopsi diklasifikasikan menjadi 3 menurut Ancok (dalam

Hutapea dan Tenda 2009) :

1.Adopsi tinggi, apabila nilai 80 - 100%

Page 58: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

43

2.Adopsi sedang, apabila nilai 60 - 79,90%

3.Adopsi rendah, apabila 0 – 59,9%.

3.6.3 Analisis Inferensial

Analisis inferensial dalam penelitian ini melakukan pengujian

hipotesis dengan uji t berpasangan yang dimaksudkan untuk

membandingkan pendapatan petani padi sebelum dan sesudah mengikuti

program SLPTT di Kecamatan Tayu Kabupaten Pati tahun 2010. Rumus

uji t :

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−+

−=

2

2

1

1

2

2

1

2

21

ns

ns

2rns2

ns1

XXt

Dimana

X1 = rata-rata pendapatan sesudah SLPTT

X2 = rata-rata pendapatan sebelum SLPTT

S1 = Simpangan baku sesudah SLPTT

S2 = Simpangan baku sebelum SLPTT

S1² = Varians sesudah SLPTT

S2² = Varians sebelum SLPTT

r = Konstanta

n = Jumlah sampel

Page 59: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan umum Wilayah

4.1.1 Letak Geografis

Kecamatan Tayu merupakan salah satu kecamatan dari 21 kecamatan

yang ada di Kabupaten Pati. Kecamatan Tayu terbagi dalam 21 kelurahan.

Jarak pusat pemerintahan dengan desa atau kelurahan terjauh yaitu 6

kilometer, sedangkan jarak antara pusat pemerintahan dengan ibu kota

kabupaten 27,5 kilometer dan jarak pusat pemerintahan dengan ibu kota

provinsi yaitu 115 kilometer. Luas Kecamatan Tayu secara keseluruhan

adalah 4.750.967 hektar. Secara administrasi dan alamiah batas-batas

wilayah Kecamatan Tayu adalah:

Sebelah timur : Laut Jawa

Sebelah Selatan : Kecamatan Margoyoso dan Gunungwungkal

Sebelah Barat : Kecamatan Cluwak

Sebelah Utara : Laut Jawa

(Monografi Kecamatan Tayu, 2010)

4.1.2 Topografi dan jenis tanah

Kecamatan Tayu terdiri dari sebagian dataran rendah dan sebagian

mempunyai panjang garis pantai 10 km dengan ketinggian 1-14 m di atas

permukaan laut. Temperatur terendah 24-330C. Jenis tanah adalah alufial

Page 60: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

45

red yellow dan regusol sedangkan iklimnya mempunyai tipe iklim

oldemen.

4.1.3 Penggunaan Tanah dan Pengairan

Tabel 4.1 Penggunaan Tanah di Kecamatan Tayu 2009

Penggunaan Tanah Luas (ha) Persentase (%) ahan Sawah 2.045.520 43.05 - Pengairan teknis 1.344.102 28.29 - pengairan setengah teknis 389.175 8.19 - Pengairan desa/non PU 305.918 6.43 - Tadah hujan 6.625 0.14 ukan Sawah 2.705.447 56.59 - Rumah dan Pekarangan 1.107.949 23.32 - Tegal/kebun 493.225 10.38 - Hutan Negara 102.079 2.15 - Tambak 818.52 17.23 - tidak diusahakan 183.674 3.87

Sumber : BPP Kecamatan Tayu tahun 2009

Penggunaan lahan sawah teknis di Kecamatan Tayu menduduki

persentase terbesar yaitu 43,05 % atau dengan luas 2.045.520 hektar, hal

ini disebabkan mayoritas petani mengusahakan lahannya untuk menanam

padi sawah. Lahan sawah di Kecamatan Tayu memiliki sifat teknis yaitu

pengairan disuplai dari saluran irigasi sehingga petani di Kecamatan Tayu

Kabupaten Pati dapat menanam padi sebanyak 3 kali dalam 1 tahun.

4.2 Keadaan Penduduk

4.2.1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk di suatu wilayah menunjukkan struktur

perekonomian yang ada pada suatu wilayah tersebut. Mata pencaharian

Page 61: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

46

penduduk di Kecamatan Tayu Kabupaten Pati bersifat heterogen. Untuk

lebih jelasnya, distribusi penduduk menurut mata pencaharian di Kecamatan

Tayu Kabupaten Pati dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Distibusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

di Kecamatan Tayu tahun 2009

No Mata Pencaharian Distribusi Jumlah

(Jiwa) Persentase

(%) 1 etani & buruh tani 19.889 59,2

2 NS & ABRI 1.453 4,3 3 engusaha 826 2,5 4 ransportasi 1.042 3,1 5 uruh industri & bangunan 5600 16,7

6 edagang 2.824 8,4 7

8

ensiunan (PNS & ABRI) elayan

432

1.510

1,3

4,5 Jumlah 33.576 100

Sumber: Monografi Kecamatan Tayu tahun 2009

Berdasarkan 4.2 dapat diketahui bahwa penduduk di Kecamatan Tayu

Kabupaten Pati paling banyak bermata pencaharian di sektor pertanian

sebagai petani atau buruh tani dengan jumlah 19.889 orang (59,2 %). Mata

pencaharian yang paling sedikit dijumpai di Kecamatan Tayu adalah sebagai

pensiunan yaitu sebanyak 432 orang (1,3 %). Tingginya jumlah penduduk

yang bermata pencaharian sebagai petani menunjukkan bahwa Kecamatan

Tayu Kabupaten Pati merupakan daerah agraris. Hal ini, juga didukung

dengan kondisi alam di Kecamatan Tayu Kabupaten Pati yang cocok untuk

kegiatan pertanian, misalnya hamparan sawah yang masih luas dan kondisi

Page 62: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

47

tanah yang cocok untuk pertanian selain itu suplai air yang cukup dari curah

hujan maupun dari sungai.

4.2.2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor penting dalam menunjang kelancaran

pembangunan. Masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan

mudah untuk mengadopsi suatu inovasi baru sehingga akan memperlancar

proses pembangunan. Sebaliknya masyarakat yang memiliki tingkat

pendidikan rendah akan sulit untuk mengadopsi suatu inovasi baru sehingga

dalam hal ini akan mempersulit pembangunan. Jadi tingkat pendidikan

digunakan sebagai parameter kemampuan sumber daya manusia dan

kemajuan suatu wilayah. Orang yang berpendidikan cenderung berpikir

lebih rasional dan umumnya cenderung menerima adanya pembaharuan.

Distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikannya disajikan pada tabel

4.3.

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan 2009

No ingkat Pendidikan Distribusi Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 elum tamat SD 7.88 12,09 2 idak tamat SD 14.454 22,17 3 amat SD 15.858 24,32 4 amat SLTP 11.671 17,90 5 amat SLTA 11.916 18,28 6 amat Akademi/PT 3.418 5,24

Jumlah 65.197 100,00

Page 63: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

48

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa penduduk Kecamatan

Tayu Kabupaten Pati sebagian besar tingkat pendidikannya tamat Sekolah

Dasar yaitu 15.858 (24,32 %). Tingkat pendidikan penduduk yang paling

sedikit adalah tamat akademi atau perguruan tinggi yaitu sebanyak 3.418

atau 5,24 %.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan

penduduk Kecamatan Tayu Kabupaten Pati sebagian besar tergolong

rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan ekonomi yang tidak

memungkinkan untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi. Sehingga

berdampak pada pembangunan daerah kurang bisa berkembang dan

penduduk akan sulit menerima inovasi baru. Selain itu kesadaran akan

pentingnya pendidikan masih kurang khususnya pada penduduk yang

tinggal jauh dari kota Kecamatan dikarenakan informasi dan pengetahuan

tentang pendidikan terbatas.

4.3 Keadaan Pertanian

Sektor pertanian merupakan tumpuan perekonomian di Kecamatan Tayu

Kabupaten Pati sebab sektor pertanian mampu menyerap tenaga kerja dalam

jumlah banyak dan merupakan penyumbang pendapatan utama bagi penduduk di

Kecamatan Tayu. Selain itu kegiatan pertanian mempunyai peranan penting dalam

memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.

Page 64: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

49

Ketersediaan pangan tidak terlepas dari jenis komoditi tanaman yang

ditanam oleh para petani di Kecamatan Tayu kabupaten Pati. Alokasi lahan

usahatani untuk luas tanaman yang diusahakan dapat disajikan dalam tabel 4.4.

Tabel 4.4 Luas dan produksi tanaman utama di Kecamatan Tayu tahun 2009

No Komoditas uas Tanaman (Ha)

Luas yang dipanen

(Ha)

Produksi (Ton)

Rata-Rata Produksi (KW/Ha)

1 adi 3.155 3.155 20.507,5 653 etela Pohon 890 890 1.78 2005 acang Tanah 826 826 3.304 40

Sumber: Monografi Kecamatan Tayu 2009

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa tanaman pangan yang

diproduksi di Kecamatan Tayu meliputi padi, ketela pohon dan kacang tanah.

Luas tanaman pangan yang paling banyak adalah tanaman padi yaitu sebesar

3.155 hektar dengan luas panen 3.155 hektar. Produksi rata-rata tanaman padi

adalah 65 kwintal/hektar. Besarnya luas tanaman padi dikarenakan mayoritas

penduduk di Kecamatan Tayu membudidayakan tanaman padi untuk menopang

kehidupannya.

4.4 Keadaan Sarana Perekonomian

Sarana dan prasarana perekonomian yang ada mempunyai peranan penting

dalam menunjang kegiatan ekonomi dari suatu wilayah. Sarana dan prasarana

perekonomiam yang ada di Kecamatan Tayu Kabupaten Pati dapat dilihat pada tabel

4.5.

Tabel 4.5 Sarana perekonomian yang ada di Kecamatan Tayu

Kabupaten Pati

o arana Perekonomian umlah 1 asar Umum 2

Page 65: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

50

2 asar Hewan 1 3 Kios/ Toko/ Warung 1.047 4 asar Ikan/ TPI 2 5 KUD/ Kospin 16 6 KK 1 7 RI Unit 2 8 egadaian 1

Sumber: Monografi Kecamatan Tayu Tahun 2009

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa sarana perekonomian yang ada di

Kecamatan Tayu Kabupaten Pati antara lain : pasar umum, pasar hewan, kios TPI,

KD/Kospin, BKK, BRI dan Pegadaian. Sarana perekonomian yang ada

diharapkan dapat membantu penduduk dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-

hari, selain itu juga dapat memenuhi kebutuhan sarana produksi dan pemasaran

hasil produksi. Sarana perekonomian yang banyak di jumpai di Kecamatan Tayu

adalah toko, kios atau warung yaitu sebanyak 1.047 buah. Hal ini menunjukkan

bahwa banyak penduduk di Kecamatan Tayu yang membuka usaha sendiri berupa

toko, kios maupun warung.

4.5 Karakteristik responden

Karakterisitik responden dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu umur

responden, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, status usahatani dan luas

lahan yang dimiliki menjadi beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan

responden dalam mengelola usaha tani yang dijalankannya.

4.5.1 Usia Responden

Usia petani padi responden di Kecamatan Tayu berkisar dari 29 tahun

sampai dengan 72 tahun. Rata-rata petani responden berumur 44,94 tahun

Page 66: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

51

seperti pada tabel 4.6. Usia tersebut merupakan usia yang dapat dikatakan

sebagai usia produktif. Usia produktif merupakan suatu tahap dimana pada

usia tersebut kemampuan fisik petani cukup potensial untuk menjalankan

aktivitasnya baik untuk mengolah lahan maupun untuk mengembangkan

usaha tani yang mereka miliki dalam hal ini usaha tani padi.

Tabel 4.6 Usia Responden

Umur Frekuensi Persentase (%)

0-40 17 34

0-60 31 62

0-80 2 4

otal 50 100

ata-rata 44,94

Sumber : Data Primer diolah 2010

4.5.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang pernah ditempuh petani juga berpengaruh

terhadap pola pikir dan penguasaan teknologi. Berdasar pada tingkat

pendidikan formal, sebagian responden menempuh pendidikan setara sekolah

dasar (SD) yaitu sebesar 34%, sedangkan untuk Sekolah Menengah Pertama

(SMP) sebesar 36% persen dan Sekolah Menengah Atas (SMA) ditempuh oleh

26% responden serta sebanyak 4% mencapai jenjang pendidikan perguruan

tinggi, seperti yang terlihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7 Tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

idak sekolah - 0

Page 67: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

52

D 17 34

MP 18 36

MA 13 26

erguruan Tinggi 2 4

otal 50 100

Sumber : Data Primer diolah 2010

Dengan jenjang pendidikan formal yang ditempuh petani relatif terbatas

maka pengelolaan usahatani padi hanya dijalankan secara sederhana sesuai

dengan kebiasaan yang selama ini dilakukan dan informasi yang didapatkan antar

petani. Selain itu, petani juga mendapatkan pendidikan informal berupa Sekolah

Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) padi Kecamatan Tayu,

Kabupaten Pati sehingga dapat menjadi faktor pendukung baik pengetahuan

maupun informasi yang lebih banyak bagi petani untuk mengelola usaha tani padi.

4.5.3 Pengalaman Bertani

Aspek pengalaman bertani juga berpengaruh terhadap keputusan petani

untuk mengembangkan usahatani padi. Pengalaman bertani responden berkisar

dari 1 tahun sampai dengan 35 tahun. Tabel 4.8 menunjukkan bahwa petani

dengan pengalaman bertani 0 – 5 tahun mencapai 18%, pengalaman bertani 6 -

10 tahun sebesar 24%, pengalaman bertani 11 – 15 tahun mencapai 24%.

Sedangkan pengalaman bertani selama lebih dari 15 tahun mencapai nilai

tertinggi yaitu 34% atau setara dengan 17 responden. Rata – rata pengalaman

bertani responden yang membudidayakan padi yaitu sebesar 13,09 tahun.

Dari hasil tersebut, petani dapat dikatakan sudah cukup lama

membudidayakan padi. Pengalaman tersebut merupakan modal awal bagi

Page 68: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

53

petani dalam membudidayakan padi karena dengan pengalaman tersebut,

petani dapat menghadapi berbagai hambatan dalam budi daya padi. Selain itu,

para petani juga dapat mengambil keputusan sesuai dengan keadaan yang

mereka hadapi.

Tabel 4.8 Pengalaman Bertani

Lama Pengalaman Bertani

(Tahun)

Frekuensi Persentase (%)

– 5 9 18

– 10 12 24

1 – 15 12 24

15 17 34

otal 50 100

ata-rata 13,09

Sumber : Data Primer diolah 2010

4.5.4 Status Usahatani

Berdasarkan hasil penelusuran secara langsung di dua kelompok tani,

diperoleh bahwa 50% penerima SLPTT memiliki lahan tani sendiri dengan

jumlah responden sebanyak 25 petani responden. Kemudian sebanyak 24

responden merupakan lahan sewa dan sisanya dengan jumlah 1 responden atau

setara 2% status usahataninya adalah bagi hasil dengan pemilik lahan.

Tabel 4.9 Status Usaha Tani

Status Usaha

Tani

Frekuensi Persentase (%)

Milik sendiri 25 50

ewa 24 48

agi Hasil 1 2

otal 50 100

Page 69: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

54

Sumber : Data Primer diolah 2010

4.5.5 Luas Lahan

Luas lahan merupakan kepemilikan lahan oleh petani yang digunakan

untuk usahatani padi yang biasanya dinyatakan dalam hektar (Ha). Sebagian

besar responden mempunyai luas lahan di bawah 0,5 Ha yaitu sebanyak 46

responden atau sebanyak 92%. Sebanyak 6% atau setara 3 responden

mempunyai luas lahan antara 0,6 – 1 Ha. Dan sisanya sebanyak 1 responden

memiliki luas lahan diatas 1 Ha.

Tabel 4.10 Luas Lahan

Luas lahan (Ha) Frekuensi Persentase (%)

– 0,5 46 92

6 – 1 3 6

1 1 2

otal 50 100

Sumber : Data primer diolah 2010

4.6 Tingkat Adopsi Teknologi SLPTT Padi

Tingkat adopsi petani terhadap Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) berupa

tingkat adopsi atau penerapan terhadap (1) varietas unggul, (2) bibit muda, (3)

jumlah bibit, (4) sistem tanam, (5) pemupukan berdasarkan tingkat kehijauan

warna daun, (6) pemupukan organik, (7) pengairan berselang, (8) pengendalian

gulma, (9) panen tepat waktu.

4.6.1 Varietas Unggul

Page 70: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

55

Varietas unggul merupakan varietas yang mempunyai keunggulan-

keunggulan tertentu, misalnya mempunyai daya hasil yang tinggi, cita rasa

baik, maupun mempunyai ketahanan terhadap penyakit baik. Pada tabel 4.11

menunjukkan bahwa sebanyak 42 petani responden menggunakan varietas

unggul sesuai dengan yang direkomendasikan oleh PPL setempat. Petani

responden menggunakan varietas unggul sesuai dengan yang

direkomendasikan oleh PPL yaitu varietas ciherang karena tahan terhadap

penyakit serta ketersediaan benih di pasaran. Sedangkan sebanyak 7 orang

menggunakan varietas yang kurang sesuai dengan rekomendasi dari PPL atau

varietas tersebut berasal dari pembenihan sendiri, serta satu petani responden

tak menggunakan teknologi. Dengan total skor 141 artinya persentase tingkat

adopsinya tinggi yaitu diangka 94%.

Tabel 4.11 Adopsi komponen varietas unggul

Teknologi PTT

Kriteria Skor Frekuensi Total Skor

Persentase Tingkat Adopsi

Varietas Unggul

eknologi Penuh 3 42

141 94% Tinggi eknologi Sedang 2 7

eknologi Rendah 1 1

Sumber : Data primer diolah 2010

4.6.2 Bibit Muda

Bibit muda adalah bibit yang berumur kurang dari 15 Hari Setelah

Semai (HSS). Penggunaan bibit muda bertujuan untuk menghasilkan anakan

lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan bibit yang lebih tua.

Tabel 4.12 Adopsi komponen bibit muda

Teknologi Kriteria Skor Frekuensi Total Persentase Tingkat

Page 71: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

56

PTT Skor Adopsi

Bibit Muda

eknologi Penuh 3 16

115 76,6% Sedang eknologi Sedang 2 33

eknologi Rendah 1 1

Sumber : Data primer diolah 2010

Sebagaimana data yang tersaji pada tabel 4.12, sebanyak 16 petani

responden menggunakan bibit muda sesuai dengan rekomendasi dari PPL

setempat . Ini berarti bahwa petani menanam bibit pada usia muda yaitu pada

usia 15 hari setelah semai. Secara keseluruhan tingkat adopsi komponen bibit

muda adalah sedang karena persentasenya mencapai 76,6%.

Petani yang menggunakan bibit kurang sesuai dengan rekomendasi dari

PPL sebanyak 33 petani, hal tersebut dikarenakan petani memindah bibit ke

lahan pada saat berumur kurang dari 21 HSS. Dan sisanya sebanyak 1

responden tidak menggunakan teknologi.

4.6.3 Jumlah Bibit

Tabel 4.13 Adopsi komponen jumlah bibit

Teknologi PTT

Kriteria Skor Frekuensi Total Skor

Persentase Tingkat Adopsi

umlah Bibit

eknologi Penuh 3 28

124 82,7% Tinggi eknologi Sedang 2 18

eknologi Rendah 1 4

Sumber : Data primer diolah 2010

Jumlah bibit yang dianujurkan oleh PPL adalah 1-3 bibit, manfaatnya

yaitu untuk mengurangi persaingan bibit antar rumpun, kemudian

memaksimalkan pencapaian jumlah anakan, memaksimalkan peluang

Page 72: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

57

tercapainya potensi hasil suatu varietas dan yang terakhir dapat menghemat

penggunaan benih.

Dari tabel 4.13 sebanyak 28 petani responden memakai teknologi yang

di anjurkan oleh PPL. Selanjutnya sebanyak 18 petani responden

menggunakan jumlah bibit sebanyak 4-5 dalam satu rumpun tanam dan

sisanya sebanyak 4 petani responden menerapkan jumlah bibit lebih banyak

yaitu lebih dari 5 dalam satu rumpun. Dari tabel 4.13 di peroleh total skor

sebanyak 124 atau 82,7% yang artinya tingkat adopsi komponen teknologi

jumlah bibit termasuk tinggi.

4.6.4 Sistem Tanam

Sistem tanam adalah jarak tanam yang di gunakan oleh petani responden

dalam usaha tani padinya. Berdasarkan pada tabel 4.14, sebanyak 9 petani

menggunakan sistem tanam yang sesuai dengan rekomendasi dari PPL

setempat. Sistem tanam yang dianjurkan PPL adalah sistem jajar legowo 2:1

atau 4:1. Sistem jajar legowo 2:1 yaitu cara tanam berselang-seling 2 baris

kemudian 1 baris kosong. Sistem jajar legowo 4:1 adalah cara tanam

berselang-seling 4 baris kemudian 1 baris kosong.

Penggunaan sistem tanam jajar legowo mempunyai tujuan untuk

memudahkan dalam pengendalian hama, penyakit dan gulma. Selain itu

penggunaan sistem tanam jajar legowo bertujuan untuk penyediaan ruang

kosong untuk pengaturan air. Sebanyak 37 petani menanam bibit pada lahan

Page 73: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

58

dengan jumlah yang kurang sesuai dengan rekomendasi dari PPL dan kurang

sesuai dalam penerapan sistem tanam. Dan sebanyak 4 petani responden tak

mempergunakan teknologi. Berdasarkan tabel 4.14 diketahui bahwa tingkat

adopsi untuk komponen teknologi sistem tanam adalah sedang dengan

persentase 70%.

Tabel 4.14 Adopsi komponen sistem tanam

Teknologi PTT

Kriteria Skor Frekuensi Total Skor

Persentase Tingkat Adopsi

Sistem Tanam

eknologi Penuh 3 9

105 70% Sedang eknologi Sedang 2 37

eknologi Rendah 1 4

Sumber : Data primer diolah 2010

4.6.5 Pemupukan N berdasarkan tingkat kehijauan warna daun

Sebanyak 13 petani responden menggunakan teknologi penuh sesuai

yang dianjurkan dengan menggunakan Bagan Warna Daun (BWD). Petani

responden beranggapan BWD sangat baik untuk menetukan waktu aplikasi

pupuk N. Kemudian yang menggunakan teknologi sedang yaitu dengan

pengamatan langsung sebanyak 37 petani responden. Mereka beranggapan

bahwa dengan pengamatan langsung dirasa sudah cukup dan tidak

mengeluarkan biaya untuk membeli BWD. Dapat disimpulkan tingkat adopsi

komponen teknologi pemupukan N berdasarkan tingkat kehijauan warna daun

termasuk sedang dengan persentase 75,3%.

Tabel 4.15 Adopsi komponen pemupukan N berdasarkan tingkat

kehijauan warna daun

eknologi PTT Kriteria Skor Frekuensi Total Persentase Tingkat

Page 74: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

59

Skor Adopsi

Pemupukan N berdasarkan

tingkat kehijauan

warna daun

eknologi Penuh 3 13

113 75,3% Sedang eknologi Sedang 2 37

eknologi Rendah 1 0

Sumber : Data primer diolah 2010

4.6.6 Pemupukan Organik

Tabel 4.16 Adopsi komponen pemupukan organik

eknologi PTT Kriteria Skor Frekuensi Total Skor

Persentase Tingkat Adopsi

Pemupukan Organik

eknologi Penuh 3 19

116 77,3% Sedang eknologi Sedang 2 28

eknologi Rendah 1 3

Sumber : Data primer diolah 2010

Pemupukan organik memberikan beberapa manfaat antara lain

memperbaiki kondisi fisik, kimia dan biologi tanah, menyehatkan tanaman

dan mengurangi pupuk kimia. Sumber-sumber pupuk organik dapat berupa

pupuk kandang, limbah pertanian seperti jerami dan limbah non pertanian

seperti serbuk gergaji.

Dari tabel 4.16 sebanyak 19 petani responden menggunakan pupuk

organik secara teratur. Menurut petani pupuk organik yang paling banyak

dipakai adalah pupuk kandang karena mudah di dapat. Sebanyak 28 petani

responden memakai pupuk organik tetapi tak secara terus menerus

memakainya, dan sisanya 3 petani responden tidak memakai pupuk organik

dengan alasan pupuk kimia yang ada dipasaran dirasa sudah cukup untuk

Page 75: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

60

mendukung usaha taninya. Dengan persentase mencapai 77,3% maka tingkat

adopsinya termasuk kategori sedang.

4.6.7 Pengairan Berselang

Sebanyak 18 petani responden menggunakan teknologi yang

dianjurkan oleh PPL setempat yaitu pengairan berselang secara teratur.

Tabel 4.17 Adopsi komponen pengairan berselang

Teknologi PTT

Kriteria Skor Frekuensi Total Skor

Persentase Tingkat Adopsi

Pengairan berselang

eknologi Penuh 3 15

114 76% Sedang eknologi Sedang 2 34

eknologi Rendah 1 1

Sumber : Data primer diolah 2010

Manfaat yang akan diperoleh petani responden dari pengairan secara teratur

adalah memperbaiki kondisi udara di daerah perakaran, mengeluarkan gas-gas

beracun dan meningkatkan efisiensi pemupukan. Dari tabel 4.17 sebanyak 34

petani responden melakukan pengairan berselang tapi kurang teratur. Menurut

mereka alasan melakukan pengairan tidak teratur karena kondisi hujan, jika

terjadi hujan akan terjadi genangan air yang lebih banyak. Sebanyak 15 petani

responden menggunakan teknologi penuh atau anjuran. Kemudian sisanya

sebanyak 1 petani responden penerapan teknologi kurang. Total skor yang

didapat dari komponen teknologi ini adalah 114 atau sebanyak 76% yang

berarti adopsi komponen teknologi pengairan berselang adalah sedang.

4.6.8 Pengendalian Gulma

Cara pengendalian gulma yang dianjurkan oleh PPL setempat adalah dengan

Page 76: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

61

alat gasrok. Sebanyak 13 petani responden memakai komponen teknologi ini.

Manfaat yang didapat dari pemakaian gasrok adalah bisa mematikan gulma

sampai ke akarnya, memperbaiki kondisi udara di perakaran.

Tabel 4.18 Adopsi komponen pengendalian gulma

Teknologi PTT Kriteria Skor Frekuensi Total Skor

Persentase Tingkat Adopsi

Pengendalian gulma

eknologi Penuh 3 13

111 74% Sedang eknologi Sedang 2 35

eknologi Rendah 1 2

Sumber : Data primer diolah 2010

Kemudian untuk penggunaan teknologi yang cukup yaitu dengan

penggunaan herbisida sebanyak 35 petani responden, meraka merasa dengan

penggunaan herbisida lebih praktis dan sisanya 2 petani responden masuk

dalam pengunaan teknologi kurang. Total skor yang didapatkan dari

komponen teknologi ini 111 atau 74% dengan kata lain adopsi komponen

teknologi pengendalian gulma adalah sedang.

4.6.9 Panen tepat waktu

Panen merupakan tindakan petani pada saat memanen. Berdasarkan tabel

4.19 sebanyak 26 petani melaksanakan tindakan panen sesuai dengan

rekomendasi dari PPL atau pemandu lapang setempat. Responden melakukan

proses panen pada saat padi 90% menguning. Dalam melakukan panen petani

responden memanen tanaman padi dengan menggunakan pedal threser atau

dirontokkan secara manual.

Tabel 4.19 Adopsi komponen panen tepat waktu

eknologi PTT Kriteria Skor Frekuensi Total Persentase Tingkat

Page 77: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

62

Skor Adopsi

Panen tepat waktu

eknologi Penuh 3 26

124 82,7% Tinggi eknologi Sedang 2 22

eknologi Rendah 1 2

Sumber : Data primer diolah 2010

Sebanyak 22 petani responden melaksanakan tindakan panen kurang

sesuai dengan rekomendasi dari PPL atau pemandu lapang setempat. Hal

tersebut dikarenakan petani memanen tanamannya pada saat padi pada saat

tingkat kekuningan padi kurang dari 90% . Selain itu petani responden tidak

melakukan tindakan panen karena hasil panenan langsung ditebas kepada para

tengkulak. Dengan total skor 124 menghasilkan persentase tingkat adopsi

sebesar 82,7% yang berarti tingkat adopsi komponen panen tepat waktu adalah

tinggi.

4.7 Dampak SLPTT Terhadap Pendapatan Petani Padi

4.7.1 Biaya usaha tani padi

Pengeluaran (biaya) dalam usahatani padi meliputi biaya variabel yaitu

untuk membeli sarana produksi seperti benih, pupuk, pestisida, herbisida, dan

upah tenaga. Penggunaan sarana produksi tepat akan berpengaruh terhadap

perolehan hasil usahatani. Biaya lainya yaitu yang bersifat biaya tetap seperti

pembayaran pajak dan iuran untuk pengairan serta biaya nilai penyusutan

alat-alat pertanian yang digunakan dalam proses produksi.

Dari tabel 4.20 nampak bahwa dalam satu kali musim tanam,

penggunaan biaya yang dikeluarkan petani untuk membeli sarana produksi

Page 78: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

63

seperti pupuk lebih banyak digunakan oleh petani sesudah mengikuti SLPTT

yaitu sebesar Rp 900.208,88 dan pembelian pupuk sebelum SLPTT sebesar

Rp 735.874,67. Untuk pembelian benih sebelum SLPTT petani harus

mengeluarkan biaya senilai Rp 296.579,63 dan sesudah SLPTT naik sedikit

yaitu menjadi Rp 299.321,15. Sedangkan biaya untuk membeli sarana

produksi herbisida lebih banyak dikeluarkan oleh petani padi sebelum

mengikuti SLPTT yaitu sebesar Rp 127.708,33 dibanding dengan sesudah

mengikuti SLPTT senilai Rp 107.088,95. Hal ini dikarenakan herbisida

dianjurkan untuk digunakan setelah teknologi pengendalian gulma yaitu

dengan menggunakan alat gasrok tidak bisa lagi menekan populasi gulma.

Oleh karena para petani padi sawah sistem PTT akan selalu berupaya

mengurangi biaya untuk pembelian pestisida.

Tabel 4.20 Biaya produksi pada usaha tani padi sebelum SLPTT dan

sesudah SLPTT (Rata-rata satu ha)

No Jenis Sarana Sebelum SLPTT (Rp)

Sesudah SLPTT (Rp)

1 enih 296.579,63 299.321,15 2 upuk 735.874,67 900.208,88 3 estisida 321.180,16 325.430,81 4 erbisida 127.708,33 107.088,95 5 enaga Kerja 3.113.994,78 3.098.302,87 6 ajak 112.810,95 112.810,95 7 ewa Lahan 5.074.257,43 5.074.257,43 8 enyusutan Peralatan 42.566,58 42.566,58 9 uran 130.731,1 134.647,5

Sumber : Data primer diolah 2010

Untuk biaya tenaga kerja diperoleh dengan mengalikan curahan kerja

dengan upah yang berlaku di lokasi penelitian. Upah untuk tenaga kerja laki-

laki sebesar Rp 25.000,00 per hari dan upah tenaga kerja wanita sebesar Rp

Page 79: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

64

15.000,00 per hari. Biaya total yang dikeluarkan untuk curahan kerja

usahatani/musim pada usahatani padi sebelum mengikuti SLPTT rata-rata per

hektar sebesar Rp 3.113.994,78. Dan setelah adanya SLPTT pengeluaran

untuk tenaga kerja menjadi menurun sebesar Rp 3.098.302,87.

Sedangkan pengeluaran lainya yang bersifat tetap yaitu penyusutan

peralatan, sewa lahan dan iuran relatif tetap atau dengan kata lain terdapat

perubahan tetapi sangat sedikit, seperti pengairan dari Rp 130.731,1 sebelum

SLPTT menjadi Rp 134.647,5 sesudah SLPTT.

4.7.2 Pendapatan Usahatani Padi Sawah Sebelum dan Sesudah SLPTT

Analisis pendapatan dihitung atas dasar selisih antara penerimaan yang

diperoleh dalam jangka waktu satu kali proses produksi, dikurangi dengan

seluruh pengeluaran sebagai korbanan selama proses produksi. Berdasarkan

tabel 4.21 Tingkat penerimaan dari hasil usahatani padi sesudah adanya

Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu dibandingkan dengan

usahatani sebelum adanya Sekolah lapang Pengelolaan tanaman Terpadu

menunjukan perbedaan yang cukup besar yakni sebelum SLPTT senilai Rp

13.662.375,98 kemudian setelah SLPTT menjadi Rp 15.119.921,67.

Tabel 4.21 Pendapatan usaha tani sebelum dan sesudah adanya SLPTT

(rata-rata satu ha)

No Jenis Uraian ebelum SLPTT (Rp) Sesudah SLPTT (Rp) 1 enerimaan (Rp/MT) 13.662.375,98 15.119.921,67 2 iaya (Rp/MT) 7.744.190,60 7.895.438,64 3 endapatan (Rp/MT) 5.918.185,38 7.224.483,02 Sumber : Data primer diolah 2010

Dilihat dari tingkat pengeluaran biaya produksi ternyata bahwa pada

usahatani padi sesudah SLPTT menunjukan angka yang lebih besar dari

Page 80: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

65

usahatani padi sebelum adanya SLPTT yakni masing-masing sebesar Rp

7.744.190,60 dan Rp 7.895.438,64. Kondisi seperti ini disebabkan adanya

penggunaan input usahatani berupa perbedaan dalam menggunakan tenaga

kerja dan sarana produksi, yang berdampak pada tingkat pengeluaran

usahatani menjadi lebih besar. Kemudian pendapatan rata-rata petani dalam

satu hektar sesudah mengikuti SLPTT lebih besar dari sebelum mengikuti

SLPTT yakni dengan selisih sebesar Rp 1.306.297,64.

Tabel 4.22 Paired Samples Test Paired Differences

T df

Sig.

(2-

tailed)

Mean Std. Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of

the Difference

Lower Upper

Pair 1 SESUD

AH –

SEBEL

UM

500312.000 426372.186 60298.133 379138.366 621485.634 8.297 49 .000

Sumber : Data primer diolah 2010

Dari paired samples test diketahui bahwa nilai probabilitas sebesar

0,00 (probabilitas <0,05) dan nilai t tabel adalah 1,67 (t tabel pada α = 5%

; df = 50-1 = 49 diperoleh nilai 1,67), sedangkan t hitungnya adalah 8,297.

Karena t hitung > t tabel yaitu 8,297 > 1,67 maka Ho ditolak yang berarti

ada perbedaan nilai pendapatan antara sebelum dan sesudah adanya

SLPTT.

Berdasarkan tabel 4.24 diketahui bahwa terdapat perbedaan mean

sebesar 500.312,000. Perbedaan ini mempunyai range antara lower/batas

bawah 379.138,366 sampai upper/batas atas 621.485,634 . Hasil ini berarti

Page 81: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

66

bahwa SLPTT mempunyai dampak terhadap peningkatkan pendapatan

petani padi di Kecamatan Tayu Kabupaten Pati.

4.8 Pembahasan

4.8.1 Analisis tingkat adopsi teknologi SLPTT

Dari hasil pengolahan data primer yang peneliti lakukan terhadap 50

responden di 2 kelompok tani yang mengikuti program SLPTT di

Kecamatan Tayu Kabupaten Pati diperoleh hasil tiga komponen teknologi

PTT yang diadopsi petani masuk kategori tinggi yaitu komponen

teknologi. Varietas unggul (94%), jumlah bibit (82,7%) dan panen tepat

waktu (82,7%), sedangkan komponen yang masuk dalam kategori adosi

sedang yaitu bibit muda (76,6%) sistem tanam (70%), pemupukan N

berdasarkan tingkat kehijauan warna daun (75,3%), pemupukan organik

(77,3%), pengairan berselang (76%) dan pengendalian gulma (74%).

Komponen teknologi varietas unggul banyak di adopsi oleh petani

karena varietas unggul yang dianjurkan dalam SLPTT di lokasi ini adalah

varietas ciherang dimana varietas ini memiliki ketahanan terhadap hama

penyakit serta ketersediaan benih dipasaran. Untuk komponen jumlah bibit

petani tidak banyak mengalami kesulitan untuk proses adopsinya. Dengan

jumlah bibit yang lebih sedikit akan memaksimalkan jumlah anakan

sehingga produktivitas yang dihasilkan nantinya juga meningkat.

Pada komponen bibit muda teknologi yang diunjurkan dalam

SLPTT adalah penggunaan bibit umur 15 hari setelah semai. Sebelum

Page 82: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

67

SLPTT petani di lokasi penelitian rata-rata menggunakan bibit yang

berumur 21 hari setelah semai. Dengan umur bibit yang muda tanaman

akan lebih cepat beradaptasi dan meningkatkan persentase gabah isi

sehingga produktivitas nantinya diharapkan meningkat.

Sistem tanam yang dilakukan petani sebelum SLPTT sangat

berbeda dengan sistem tanam yang di anjurkan. Dengan tingkat adopsi

70% menunjukkan bahwa petani sudah mulai beralih kepada sistem tanam

yang diajarkan yaitu jajar legowo. Pengunaan bahan organik, karena dalam

budaya masyarakat yang ada belum terbiasa memanfaatkan kotoran ternak

yang ada, baik yang berasal dari sapi atau kotoran lainya, menyebabkan

penggunaan kotoran ternak sebagai pupuk organik masih merupakan hal

yang tidak lazim bagi petani. Adopsi pengairan berselang masih terkendala

oleh masalah cuaca. Apabila kondisi hujan terus menerus maka tanaman

akan tergenang air, sehingga pengaturan airnya menjadi sulit dikontrol.

Dalam pengendalian gulma penggunaan gasrok masih menjadi pilihan

terakhir karena banyak petani yang masih menggunakan herbisida karena

dinilai lebih praktis. Padahal dengan menggunakan gasrok mampu

mencabut gulma sampai ke akarnya.

Menurut Suryana (2000 : 79), proses pembangunan ekonomi bisa

dipercepat dengan adanya penelitian dasar ilmiah di bidang teknologi dan

aplikasi teknologi. Dengan SLPTT ini merupakan langkah awal proses

pembangunan ekonomi khusunya dalam bidang pertanian yang menjadi

basis dari perekonomian Indonesia. Proses aplikasi teknologi yang

Page 83: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

68

diberikan kepada petani lewat program SLPTT diharapkan akan member

kemajuan pertanian di Indonesia. Pendapat serupa juga disampaikan oleh

Daniel (2002 : 25) yang menyatakan bahwa pengembangan teknologi akan

meningkatkan produksi, pendapatan serta mendorong berkembangnya

sektor lain seperti koperasi industri dan jasa.

4.8.2 Analisis dampak SLPTT terhadap pendapatan petani

Dari hasil analisis uji t terrhadap pendapatan petani padi sebelum

dan sesudah mengikuti program SLPTT menunjukkan bahwa t hitung > t

tabel yaitu 8,297 > 1,67, hal ini berarti bahwa SLPTT memberikan

dampak terhadap pendapatan petani. Rata-rata pendapatan sebelum

mengikuti SLPTT adalah Rp 2.266.665,00 sedangkan setelah mengikuti

SLPTT rata-rata pendapatanya menjadi Rp. 2.766.977,00.

Terdapat perbedaan mean sebesar 500.312,000 setelah diterapkanya

SLPTT di Kecamatan Tayu Kabupaten Pati. Hal ini berarti terdapat

peningkatanan pendapatan pendapatan sebesar Rp 500.312,00 dalam satu

kali musim tanam setelah mengikuti SLPTT. Peningkatan pendapatan di

sebabkan karena penggunaan teknologi SLPTT sehingga terjadi efisiensi

dan efektifitas dalam penggunan faktor –faktor produksi. Dimana dengan

penggunaan input yang efisien dan efektif akan memberikan output atau

hasil yang maksimal pula.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Samuelson dan

Nordhaus (2001 : 140) yang menyatakan bahwa perubahan teknologi

Page 84: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

69

mengacu pada perubahan dalam teknik yang mendasari produksi ,yang

terjadi ketika suatu produk atau proses baru ditemukan atau suatu produk

dan proses yang usang diperbarui. Dalam situasi seperti ini output yang

sama dihasilkan dengan penggunaan input yang lebih sedikit atau lebih

banyak output yang dihasilkan dengan penggunan input yang sama.

Dengan pengembangan teknologi dibidang pertanian seperti program

SLPTT ini diharapkan proses adopsinya akan cepat menyebar ke seluruh

petani di Indonesia.

Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan levis (1966: 20) yang

menyatakan bahwa dengan mengadopsi suatu inovasi oleh para petani,

maka tujuan jangka panjang penyuluhan seperti better farming, better

business, better living, dapat terwujud karena mengadopsi inovasi akan

terjadi peningkatan produksi. Dari hasil peningkatan produksi tersebut

akan terjadi pula peningkatan pendapatan usaha tani dalam hal ini usaha

tani padi.

Hal yang sama juga di sampaikan oleh Pramono Joko, Seno Basuki

dan Widarto dalam penelitianya di Kabupaten Grobogan dan Sragen yang

menyatakan bahwa Pendekatan model PTT disamping meningkatkan hasil

gabah, juga mampu meningkatkan tingkat keuntungan usahatani berkisar

antara 25 – 58 %.

Page 85: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

70

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Tingkat adopsi teknologi anjuran SLPTT yang masuk kategori tinggi di

daerah penelitian adalah komponen varietas unggul (94%) jumlah bibit

(82,7%) dan panen tepat waktu (82,7%), sedangkan teknologi SLPTT

yang masuk dalam kategori adopsi sedang adalah bibit muda (76,6%)

sistem tanam (70%), pemupukan N berdasarkan tingkat kehijauan warna

daun (75,3%), pemupukan organik (77,3%), pengairan berselang (76%)

dan pengendalian gulma (74%).

2. Dari hasil uji t terhadap pendapatan petani padi menunjukkan t hitung > t

tabel (8,297 > 1,67) yang berarti SLPTT memberikan dampak terhadap

peningkatan pendapatan petani padi di Kecamatan Tayu Kabupaten Pati.

5.2 Saran

1. Beberapa komponen teknologi SLPTT seperti bibit muda, sistem tanam,

pemupukan N berdasarkan bagan warna daun, pemupukan organik,

pengairan berselang serta pengendalian gulma masuk dalam kategori

adopsi sedang artinya penyerapan teknologi belum maksimal salah satunya

adalah pemupukan organik. Pemakaian pupuk kandang merupakan hal

yang tidak biasa untuk digunakan sebagai pupuk. Sehingga kedepan

Page 86: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

71

penyuluh SLPTT harus mencari metode pendekatan penyuluhan yang

lebih baik lagi agar semua komponen teknologi terserap secara maksimal.

2. Rata-rata penerimaan dan pendapatan dari usahatani padi sesudah adanya

Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu lebih besar dari pada rata-

rata penerimaan dan pendapatan dari usahatani sebelum adanya Sekolah

Lapang pengelolaan Tanaman Terpadu, maka dianjurkan petani SLPTT

untuk melaksanakan usahatani dengan sistem Sekolah Lapang Pengelolaan

Tanaman Terpadu (SLPTT) dan mengajak petani non SLPTT disekitarnya

untuk melaksanakan usahatani dengan sistem SLPTT .

Page 87: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

72

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta : PT Rineka Cipta.

................................. 2006. Prosedur Penelitian.Jakarta : PT Rineka Cipta.

Bank pengetahuan Padi Indonesia. 2008. Peningkatan Produksi Padi melalui Pendekataan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Jakarta : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.

Daniel, Moehar. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Gunawan, Handoko dan Rika Asnita. 2008. ” Peningkatan Keuntungan Usahatani Kedelai Melalui PTT di di Kabupaten Bojonegoro”. Dalam Seminar Nasional Inovasi untuk Petani dan Peningkatan daya Saing Produk Pertanian, ISBN 978-979-3450-25-5. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur.

Gultom, Lampos. 2008. ”Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budi daya Jagung dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya di Kabupaten Langkat”. Skripsi. Medan : Fakultas Pertanian USU.

Http://h0404055.w0rdpress.com (4 Agustus 2010)

Hutapea, Ronald TP dan Esje T. Tenda. 2009. “Dampak Ekonomi dan Keberlanjutan Penerapan Pengelolaan Kelapa Terpadu di Kabupaten Minahasa Utara”. Dalam Jurnal Littri Volume 15 No. 2. Hal 91 – 99. Manado : Balai Penelitian Tanaman kelapa dan Palma Lain.

Jamal, Erizal. 2009. ”Telaah Penggunaan Pendekatan sekolah lapang Dalam Pengelolaan tanaman Terpadu (PTT) Padi di Kabupaten Blitar dan Kediri”. Dalam Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian Volume 7 Nomor 4 Halaman 337-349. Bogor : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.

Levis, Rafael Leta. 1996. Komunikasi Penyuluhan pedesaan. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.

Materi Diklat Pembekalan THL-TBPP Tahap Pertama Tahun 2007. Jakarta : Departemen Pertanian.

Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : PT Pertja.

Panduan Tekhnis pelaksanan Pendampingan program SLPTT Tahun 2010. Ungaran : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah.

Page 88: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

Pedoman Umum Sekolah Lapang PTT Padi tahun 2008. Jakarta : Departemen Pertanian.

Pengelolan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Tahun 2009. Ungaran : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah.

Pramono, Joko, Seno Basuki dan Widarto . ”Upaya Peningkatan Produksi Padi Sawah Melalui pendekatan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu”. Dalam Journal Agrosains Volume 7 Nomor 1 Halaman 1-6 . Ungaran : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah.

Rintayani, Ririt dan Brodjol Sutijo.2010. ”Dampak Penerapan SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) Terhadap Peningkatan Produksi Padi Dengan Pendekatan Regresi Hedonik”. Laporan Penelitian. Surabaya : ITS.

Santosa, Budi perbayu dan Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS. Yogyakarta : Andi.

Samuelson dan Nordhaus.2001. Ilmu Mikro Ekonomi. Jakarta : PT Media Edukasi Global.

Sarwono, Jonathan. 2006. Analisis Data Penelitian menggunakan SPSS 13. Yogyakarta : Andi.

Soeharno. 2007. Teori Mikroekonomi. Yogyakarta : CV ANDI OFFSET.

Sudjana. 2001. Metode Statistika. Bandung : Tarsito

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV ALFABETA.

Suratiyah, Ken. 2009. Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya.

Suriatna, Sumardi. 1988. Metode Penyuluhan Pertanian. Jakarta : PT Melton Putra.

Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan Problematika dan Pendekatan. 2000. Jakarta : Salemba Empat.

Unnes. 2009. Pedoman Penulisan Skripsi FE. Semarang : UNNES Press.

Page 89: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Page 90: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN

DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN

TANAMAN TERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI

PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI

Oleh : Rahadyan Yanuarto

A. Identitas responden

1. Nama : ……………..

2. Alamat : ……………..

3. Usia : ……………..

4. Pendidikan terakhir : ……………..

5. Status kepemilikan lahan : Milik sendiri

Sewa

Bagi hasil

6. Pengalaman bertani : ……….. tahun

B. Pendapatan Usahatani Padi Sebelum SLPTT

Musim tanam : ……………. Luas Lahan : ……….. Ha

Tahun : ……………..

B.1 Penerimaan

Uraian  Fisik  Harga per satuan (Rp)  Nilai (Rp) 

      Produksi padi  ….. Kg ………. ………. 

Nomor Responden :

Page 91: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

B.2 Biaya tidak tetap

Uraian  Fisik  Harga per satuan (Rp) 

Nilai (Rp) 

Benih  ….. Kg  ……….  ………. Pupuk  1.  ….. Kg  ……….  ……….  2.  ….. Kg  ……….  ……….  3.  ….. Kg  ……….  ………. Pestisida  1.  ….. lt  ……….  ……….  2.  ….. lt  ……….  ……….  3.  ….. lt  ……….  ………. Herbisida  1.  ….. lt  ……….  ……….  2.  ….. lt  ……….  ……….  3.  ….. lt  ……….  ………. Tenaga kerja luar keluarga 1. Persemaian  ….. HOK  ……….  ………. 2. Membajak  ….. HOK  ……….  ………. 3. Mencangkul  ….. HOK  ……….  ………. 4. Mananam  ….. HOK  ……….  ………. 5. Memupuk  ….. HOK  ……….  ………. 6. Menyiang  ….. HOK  ……….  ………. 7. Pengendalian OPT 

….. HOK  ……….  ………. 

8. Panen  ….. HOK  ……….  ………. Tenaga kerja dalam keluarga 1. Persemaian  ….. HOK  ……….  ………. 2. Membajak  ….. HOK  ……….  ………. 3. Mencangkul  ….. HOK  ……….  ………. 4. Mananam  ….. HOK  ……….  ………. 5. Memupuk  ….. HOK  ……….  ………. 6. Menyiang  ….. HOK  ……….  ………. 7. Pengendalian OPT 

….. HOK  ……….  ………. 

8. Panen  ….. HOK  ……….  ………. 

Page 92: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

B.3 Biaya tetap

Uraian  Fisik  Harga per satuan (Rp) 

Nilai (Rp) 

Pajak  ………. 

Sewa lahan per musim  ………. 

Iuran  ………. 

C. Pendapatan Usahatani Padi Setelah SLPTT

Musim tanam : …………….. Luas lahan : ……….. Ha

Tahun : ……………..

C.1 Penerimaan

Uraian  Fisik Harga per satuan 

(Rp) 

Nilai (Rp)

      Produksi padi  ….. Kg ………. ……….

C.2 Biaya tidak tetap

Uraian  Fisik  Harga per satuan (Rp) 

Nilai (Rp) 

Benih  ….. Kg  ……….  ………. Pupuk  1.  ….. Kg  ……….  ……….  2.  ….. Kg  ……….  ……….  3.  ….. Kg  ……….  ………. Pestisida  1.  ….. lt  ……….  ……….  2.  ….. lt  ……….  ……….  3.  ….. lt  ……….  ………. Herbisida  1.  ….. lt  ……….  ……….  2.  ….. lt  ……….  ……….  3.  ….. lt  ……….  ………. Tenaga kerja luar keluarga 9. Persemaian  ….. HOK  ……….  ………. 10. Membajak  ….. HOK  ……….  ………. 

Page 93: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

11. Mencangkul  ….. HOK  ……….  ………. 12. Mananam  ….. HOK  ……….  ………. 13. Memupuk  ….. HOK  ……….  ………. 14. Menyiang  ….. HOK  ……….  ………. 15. Pengendalian OPT  ….. HOK  ……….  ………. 16. Panen  ….. HOK  ……….  ………. Tenaga kerja dalam keluarga 9. Persemaian  ….. HOK  ……….  ………. 10. Membajak  ….. HOK  ……….  ………. 11. Mencangkul  ….. HOK  ……….  ………. 12. Mananam  ….. HOK  ……….  ………. 13. Memupuk  ….. HOK  ……….  ………. 14. Menyiang  ….. HOK  ……….  ………. 15. Pengendalian OPT  ….. HOK  ……….  ………. 16. Panen  ….. HOK  ……….  ………. 

C.3 Biaya tetap

Uraian  Fisik  Harga per satuan (Rp)  Nilai (Rp) 

Pajak  ……….

Sewa lahan per musim  ……….

Iuran  ……….

Biaya Penyusutan peralatan pertanian

Uraian  Fisik  Harga per satuan (Rp) 

Umur pakai (tahun) 

Sabit  ……….  ……….  ………. 

Cangkul  ……….  ……….  ………. 

Sprayer  ……….  ……….  ………. 

D. Tingkat adopsi Komponen Terknologi SLPTT

1. Apakah Bapak/Ibu menggunakan varietas unggul sesuai Sekolah Lapang

Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) dalam berusaha tani ?

a. Teknologi penuh (anjuran), varietas unggul dan berlabel

Page 94: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

b. Teknologi cukup, varietas unggul tapi tak berlabel

c. Teknologi kurang atau tak menerapkan teknologi

2. Apakah Bapak/Ibu menggunakan bibit muda sesuai SLPTT dalam berusaha

tani ?

a. Teknologi penuh (anjuran), kurang dari 15 hari setelah semai

b. Teknologi cukup, 15 - 20 hari setelah semai

c. Teknologi kurang atau tak menerapkan teknologi, lebih dari 20 hari

setelah semai

3. Apakah Bapak/Ibu menerapkan jumlah bibit sesuai SLPTT dalam berusaha tani?

a. Teknologi penuh (anjuran), 1 - 3 bibit per lubang

b. Teknologi cukup, 4 -5 bibit per lubang

c. Teknologi kurang atau tak menerapkan teknologi, lebih dari 5 bibit per lubang

4. Apakah Bapak/Ibu menerapkan sistem tanam sesuai SLPTT dalam berusaha tani?

a. Teknologi penuh (anjuran), legowo 2:1 ; legowo 4:1

b. Teknologi cukup, legowo 6:1

c. Teknologi kurang atau tak menerapkan teknologi

5. Bagaimanakah cara Bapak/ Ibu mengukur tingkat kehijauan warna daun padi

sebelum memberikan pupuk N ?

a. Teknologi penuh (anjuran), dengan menggunakan skala Bagan Warna Daun

(BWD)

b. Teknologi cukup, dengan pengamatan langsung

c. Teknologi kurang atau tak menerapkan teknologi

6. Apakah Bapak/Ibu melakukan pemupukan organik sesuai SLPTT dalam berusaha

tani?

a. Teknologi penuh (anjuran), selalu menggunakan pupuk organik

b. Teknologi cukup, kadang-kadang menggunakan pupuk organik

c. Teknologi kurang atau tak menerapkan teknologi

7. Apakah Bapak/Ibu melakukan pengairan berselang sesuai SLPTT dalam berusaha

tani?

a. Teknologi penuh (anjuran), pengairan berselang teratur

b. Teknologi cukup, pengairan berselang kurang teratur

Page 95: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

c. Teknologi kurang atau tak menerapkan teknologi

8. Apakah Bapak/Ibu melakukan pengendalian gulma sesuai SLPTT dalam berusaha

tani?

a. Teknologi penuh (anjuran), dengan menggunakan gasrok

b. Teknologi cukup, dengan menggunakan Herbisida

c. Teknologi kurang atau tak menerapkan teknologi

9. Apakah bapak/Ibu melakukan panen tepat waktu sesuai anjuran SLPTT ?

a. Teknologi penuh (anjuran), saat 90% padi menguning

b. Teknologi cukup, kurang dari 90% padi menguning

c. Teknologi kurang atau tak menerapkan teknologi

Page 96: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

Lampiran 2

Tabulasi Karakteristik Rerponden

Usia Responden

Umur Jumlah Responden Persentase (%)

20-40 17 34

40-60 31 62

50-80 2 4

Total 50 100

Rata-rata 44,94

Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Persentase (%)

Tidak sekolah - 0

SD 17 34

SMP 18 36

SMA 13 26

Perguruan Tinggi 2 4

Total 50 100

Pengalaman Bertani

Lama Pengalaman

Bertani (Tahun)

Jumlah responden Persentase

0 – 5 9 18

6 – 10 12 24

11 – 15 12 24

>15 17 34

Total 50 100

Rata-rata 13,09

Page 97: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

Status Usaha Tani

Status UsahaTani Jumlah responden Persentase (%)

Milik sendiri 25 50

Sewa 24 48

Bagi Hasil 1 2

Total 50 100

Luas Lahan

Luas lahan (Ha) Jumlah responden Persentase (%) 0 – 0,5 46 92 0,6 – 1 3 6 >1 1 2 Total 50 100

Tabulasi Uji Coba Instrumen Adopsi Teknologi

Responden              Pertanyaan          Total    1  2  3  4  5  6  7  8  9    

1  3  3  3  2  3  3  3  3  3  26 2  3  2  2  2  2  1  2  2  1  17 3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  27 4  3  3  2  2  2  3  3  2  2  22 5  3  3  3  2  3  3  3  3  3  26 6  3  2  2  2  2  2  2  2  3  20 7  3  2  2  2  2  2  3  2  2  20 8  3  3  3  2  2  2  2  2  2  21 9  3  2  3  2  2  2  3  3  3  23 10  3  2  3  2  3  3  3  3  3  25 11  3  2  2  3  3  3  3  3  3  25 12  3  3  3  3  2  2  2  2  2  22 13  3  2  3  2  2  2  2  2  3  21 14  3  3  3  2  3  3  2  3  3  25 15  3  2  2  2  2  2  2  2  2  19 16  3  2  2  2  2  2  2  1  2  18 17  1  1  1  1  2  1  1  1  2  11 18  2  2  2  1  2  1  2  3  2  17 19  2  2  1  1  2  2  2  2  1  15 20  3  2  2  2  2  2  2  2  3  20 

Page 98: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

Tabulasi Adopsi Teknologi SLPTT

Responden              Pertanyaan          Total    1  2  3  4  5  6  7  8  9    

1  3  3  3  2  3  3  3  3  3  26 2  3  2  2  2  2  1  2  2  1  17 3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  27 4  3  3  2  2  2  3  3  2  2  22 5  3  3  3  2  3  3  3  3  3  26 6  3  2  2  2  2  2  2  2  3  20 7  3  2  2  2  2  2  3  2  2  20 8  3  3  3  2  2  2  2  2  2  21 9  3  2  3  2  2  2  3  3  3  23 10  3  2  3  2  3  3  3  3  3  25 11  3  2  2  3  3  3  3  3  3  25 12  3  3  3  3  2  2  2  2  2  22 13  3  2  3  2  2  2  2  2  3  21 14  3  3  3  2  3  3  2  3  3  25 15  3  2  2  2  2  2  2  2  2  19 16  3  2  2  2  2  2  2  1  2  18 17  1  1  1  1  2  1  1  1  2  11 18  2  2  2  1  2  1  2  3  2  17 19  2  2  1  1  2  2  2  2  1  15 20  3  2  2  2  2  2  2  2  3  20 21  3  3  3  3  2  2  3  2  3  24 22  3  2  3  2  2  2  2  2  3  21 23  3  2  3  2  2  2  2  2  3  21 24  2  2  1  2  2  2  2  2  2  17 25  3  2  3  2  3  2  2  2  3  22 26  2  2  1  1  2  2  2  2  2  16 27  3  2  3  2  3  2  2  2  3  22 28  2  2  2  2  2  2  2  2  3  19 29  3  2  3  3  2  3  2  2  3  23 30  3  3  3  2  2  3  2  2  3  23 31  3  2  3  2  2  3  2  2  2  21 32  3  2  3  2  2  2  2  2  3  21 33  3  2  3  2  2  3  2  2  2  21 34  3  3  3  2  2  2  3  2  2  22 35  3  2  2  2  2  2  2  2  2  19 

Page 99: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

36  3 2  3  2 2 3 2 2 2  21 

37  3 3  3  3 2 3 3 2 2  24 

38  3  2  3  2  3  2  3  3  3  24 39  3  2  3  2  2  3  2  2  2  21 40  2  2  2  2  2  3  2  2  2  19 41  3  2  3  2  3  2  3  3  3  24 42  2  2  2  2  2  2  2  2  3  19 43  3  2  2  2  2  2  2  2  2  19 44  3  2  2  2  2  2  2  2  2  19 45  3  3  3  3  3  2  2  3  3  25 46  3  3  3  3  3  3  2  3  3  26 47  3  2  2  2  2  3  2  2  2  20 48  3  3  2  2  2  2  2  2  2  20 49  3  3  3  2  2  3  3  2  3  24 50  3  3  2  3  3  3  3  3  3  26 

Page 100: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

Tabulasi Frekuensi Adopsi Teknologi SLPTT

Komponen Teknologi Skor Jumlah Responden  Total Skor   Varietas Unggul   Teknologi penuh  3  42  126Teknologi sedang   2  7  14Teknologi rendah  1  1  1Sub total  50 141  94%Bibit Muda   Teknologi penuh  3  16  48Teknologi sedang   2  33  66Teknologi rendah  1  1  1Sub total  50 115  76.6%Jumlah Bibit   Teknologi penuh  3  28  84Teknologi sedang   2  18  36Teknologi rendah  1  4  4Sub total  50 124  82.7%Sistem Tanam      Teknologi penuh  3  9  27Teknologi sedang   2  37  74Teknologi rendah  1  4  4Sub total  50 105  70%Pemupukan  N  berdasarkan  tingkat kehijauan warna daun       

Teknologi penuh  3  13  39Teknologi sedang   2  37  74Teknologi rendah  1  0  0Sub total  50 113  75.3%Pemupukan Organik       Teknologi penuh  3  19  57Teknologi sedang   2  28  56Teknologi rendah  1  3  3Sub total  50 116  77.3%Pengairan Berselang       Teknologi penuh  3  15  45Teknologi sedang   2  34  68

Page 101: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

Teknologi rendah  1  1  1Sub total  50 114  76%   Pengendalian Gulma       Teknologi penuh  3  13  39Teknologi sedang   2  35  70Teknologi rendah  1  2  2Sub total  111  74%Panen Tepat Waktu       Teknologi penuh  3  26  78Teknologi sedang   2  22  44Teknologi rendah  1  2  2Sub total  55 124  82.7%

Page 102: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

Tabulasi Usahatani Sebelum SLPTT

NO                                                Biaya Tidak Tetap

Benih  Pupuk Pestisida Herbisida  Tenaga Kerja

1  84,000  216,000 299,000 ‐           625,000

2  168,000  378,000 530,000 ‐ 975,000

3  70,000  234,500 92,000 18,000  950,000

4  140,000  347,500 105,000 95,000  875,000

5  70,000  149,500 53,000 16,000  795,000

6  140,000  348,000 230,000 50,000  2,325,000

7  70,000  162,000 231,000 ‐ 485,000

8  72,000  172,000 102,000 18,000  895,000

9  140,000  309,000 186,000 470,000  2,075,000

10  84,000  149,500 53,000 18,000  870,000

11  60,000  147,000 231,000 25,000  745,000

12  210,000  452,500 158,000 25,000  2,450,000

13  290,000  436,000 110,000 75,000  2,245,000

14  240,000  372,000 256,000 ‐ 2,325,000

15  150,000  504,000 126,000 81,000  1,505,000

16  162,500  464,000 154,000 55,000  1,965,000

17  150,000  504,000 126,000 35,500  2,040,000

18  140,000  309,000 186,000 65,000  2,118,000

19  70,000  224,500 92,000 50,000  1,135,000

20  60,000  171,000 59,000 25,000  830,000

21  150,000  504,000 126,000 45,000  1,640,000

22  90,000  174,500 58,000 33,000  1,070,000

23  56,000  175,000 168,000 ‐ 430,000

24  70,000  235,000 82,000 25,000  1,040,000

25  42,000  140,000 54,000 18,000  530,000

Page 103: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

26  60,000  157,500 47,000 25,000  770,000

27  70,000  180,000 54,000 15,000  520,000

28  70,000  210,000 59000 73,000  915,000

29  70,000  167,500 35,000 17,000  625,000

30  70,000  205,000 59000 17,500  675,000

31  42,000  70,000 17,000 2,500  335,000

32  360,000  780,000 110,000 25,000  2,175,000

33  45,000  404,000 428,000 60,000  1,465,000

34  90,000  480,000 85,000 20,000  2,100,000

35  90,000  210,000 35000 45,000  715,000

36  560,000  1,259,000 200000 95,000  1,685,000

37  52,000  188,000 460,000 60,000  1,140,000

38  70,000  114,500 69,000 16,000  505,000

39  120,000  195,000 35000 55,000  630,000

40  140,000  470,000 160,000 75,000  1,675,000

41  90,000  185,000 35,000 50,000  1,110,000

42  72,000  124,000 42,000 ‐ 640,000

43  60,000  187,000 42,000 18,000  1,010,000

44  78,000  142,000 52,000 45,000  995,000

45  84,000  157,000 42,000 45,000  1,020,000

46  90,000  229,500 42,000 45,000  1,085,000

47  72,000  169,500 86,000 18,000  1,285,000

48  90,000  194,500 34,000 18,000  1,390,000

49  78,000  158,000 24,000 18,000  1,065,000

50  78,000  176,500 31,600 45,000  1,165,000

JML  5,679,500  14,092,000 6,150,600 2,145,500  59,633,000

Mean  296579.634  735874.6736 321180.1567 127708.3333  3113994.778

Page 104: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

Lanjutan Tabulasi Usahatani Sebelum SLPTT

NO Biaya Tetap

Pajak  Sewa Lahan Iuran Penyusutan 

1  ‐  1,300,000 35,000 16,000 

2  ‐  2,500,000 70,000 15,400 

3  35,000  ‐ 40,000 15,400 

4  70,000  ‐ 35,000 15,400 

5  ‐  1,300,000 40,000 16,000 

6  ‐  2,600,000 80,000 15,400 

7  35,000  ‐ 35,000 16,000 

8  35,000  ‐ 40,000 16,000 

9  ‐  2,200,000 80,000 16,700 

10  35,000     40,000 15,000 

11  35,000     40,000 16,000 

12  ‐  3,375,000 20,000 16,000 

13  ‐  3,400,000 120,000 16,000 

14  ‐  2,600,000 80,000 16,000 

15  ‐  2,400,000 80,000 16,000 

16  ‐  2,400,000 80,000 16,000 

17  ‐  2,500,000 80,000 16,000 

18  ‐  2,500,000 80,000 16,000 

19  35,000  ‐ 40,000 16,125 

20  30,000  ‐ 30,000 14,825 

21  75,000  ‐ 80,000 18,000 

22  45,000  ‐ 50,000 14,825 

23  ‐  1,000,000 35,000 14,500 

24  45,000  ‐ 50,000 16,000 

25  20,000  ‐ 20,000 14,825 

Page 105: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

26  35,000  ‐ 35,000 15,000 

27  ‐  1,000,000 20,000 14,600 

28  ‐  1,300,000 40,000 40,000 

29  25,000  ‐ 40,000 16,000 

30  25,000  ‐ 25,000 16,000 

31  7,000  ‐ 10,000 16,000 

32  ‐  3,375,000 40,000 21,250 

33  ‐  600,000 25,000 16,000 

34  ‐  2,000,000 112,500 16,000 

35  20,000  ‐ 60,000 16,000 

36  ‐  9,000,000 100,000 16,000 

37  ‐  600,000 25,000 16,300 

38  ‐  875,000 41,000 16,000 

39  20,000  ‐ 60,000 15,500 

40  ‐  3,500,000 80,000 14,400 

41  ‐  1,450,000 50,000 16,000 

42  ‐  1,300,000 40,000 16,000 

43  ‐  1,300,000 40,000 15,500 

44  40,000  ‐ 40,000 15,500 

45  40,000  ‐ 40,000 16,700 

46  40,000  ‐ 40,000 16,000 

47  40,000  ‐ 40,000 15,400 

48  40,000  ‐ 40,000 14,500 

49  45,000  ‐ 40,000 14,600 

50  35,000  ‐ 40,000 15,500 

JML  907,000  56,375,000 2,503,500 815,150 

Mean  112810.9  5074257.426 130731.1 42566.57963 

Page 106: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

Lanjutan Tabulasi Usahatani Sebelum SLPTT

NO Produksi Biaya Produksi Pendapatan 

1 3,850,000 2,575,000 1,275,000 

2 7,150,000 4,636,400 2,513,600 

3 3,437,500 1,454,900 1,982,600 

4 5,500,000 1,682,900 3,817,100 

5 3,891,250 2,439,500 1,451,750 

6 8,387,500 5,788,400 2,599,100 

7 3,300,000 1,034,000 2,266,000 

8 3,300,000 1,350,000 1,950,000 

9 7,975,000 5,476,700 2,498,300 

10  3,712,500 1,264,500 2,448,000 

11  3,162,500 1,299,000 1,863,500 

12  9,968,750 6,706,500 3,262,250 

13  9,625,000 6,692,000 2,933,000 

14  8,778,000 5,889,000 2,889,000 

15  7,700,000 4,862,000 2,838,000 

16  8,019,000 5,296,500 2,722,500 

17  7,947,500 5,451,500 2,496,000 

18  8,387,500 5,414,000 2,973,500 

19  3,575,000 1,662,625 1,912,375 

20  3,289,000 1,219,825 2,069,175 

21  6,875,000 2,638,000 4,237,000 

22  3,924,250 1,535,325 2,388,925 

23  2,750,000 1,878,500 871,500 

24  3,759,250 1,563,000 2,196,250 

25  1,443,750 838,825 604,925 

26  3,217,500 1,144,500 2,073,000 

Page 107: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

27  3,575,000 1,873,600 1,701,400 

28  3,712,500 2,707,000 1,005,500 

29  3,300,000 995,500 2,304,500 

30  4,950,000 1,092,500 3,857,500 

31  1,650,000 499,500 1,150,500 

32  8,250,000 6,886,250 1,363,750 

33  4,375,000 3,043,000 1,332,000 

34  8,250,000 4,903,500 3,346,500 

35  2,337,500 1,191,000 1,146,500 

36  17,050,000 12,915,000 4,135,000 

37  4,375,000 2,541,300 1,833,700 

38  4,125,000 1,706,500 2,418,500 

39  2,750,000 1,130,500 1,619,500 

40  8,662,500 6,114,400 2,548,100 

41  4,125,000 2,986,000 1,139,000 

42  3,850,000 2,234,000 1,616,000 

43  3,300,000 2,672,500 627,500 

44  3,877,500 1,407,500 2,470,000 

45  3,932,500 1,444,700 2,487,800 

46  4,950,000 1,587,500 3,362,500 

47  4,235,000 1,725,900 2,509,100 

48  4,675,000 1,821,000 2,854,000 

49  4,262,500 1,442,600 2,819,900 

50  4,138,750 1,586,600 2,552,150 

JML  261,634,500 148,301,250 113,333,250 

Mean  13662375.98 7744190.601 5918185.379 

Page 108: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

Tabulasi Usahatani Sesudah SLPTT

NO                                                 Biaya Tidak Tetap Benih  Pupuk  Pestisida  Herbisida  Tenaga Kerja 

1  70,000  162,000 252,000 20,000  565,000

2  140,000  293,000 462,000 40,000  990,000

3  70,000  202,500 92,000 ‐  930,000

4  140,000  348,000 98,000 95,000  940,000

5  70,000  230,000 53,000 16,000  835,000

6  140,000  426,000 230,000 50,000  1,375,000

7  70,000  131,000 98,000 20,000  440,000

8  112,000  202,000 102,000 18,000  905,000

9  196,000  425,000 186,000 50,000  2,125,000

10  105,000  230,000 50,000 18,000  925,000

11  84,000  207,000 231,000 25,000  720,000

12  210,000  542,000 158,000 25,000  1,855,000

13  70,000  896,000 110,000 75,000  2,190,000

14  140,000  446,000 256,000 50,000  2,410,000

15  182,000  535,000 126,000 45,000  1,585,000

16  140,000  492,000 165,000 105,000  2,065,000

17  140,000  535,000 126,000 45,000  2,050,000

18  140,000  725,000 186,000 45,000  2,080,000

19  84,000  202,500 92,000 50,000  1,202,500

20  70,000  215,000 59,000 25,000  865,000

21  175,000  427,000 126,000 45,000  1,790,000

22  70,000  168,500 58,000 33,000  1,105,000

23  56,000  140,000 168,000 20,000  430,000

24  70,000  209,500 82,000 25,000  1,060,000

25  35,000  165,000 54,000 18,000  530,000

26  70,000  169,500 147,000 25,000  870,000

Page 109: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

27  70,000  160,500 54000 17,000  520,000

28  70,000  337,500 73,000 18,000  935,000

29  70,000  176,500 35000 17,000  625,000

30  70,000  220,000 35,000 15,000  675,000

31  42,000  103,000 17,000 2,500  345,000

32  420,000  542,000 110,000 25,000  2,175,000

33  70,000  568,000 428,000 60,000  1,640,000

34  90,000  990,000 340,000 60,000  2,000,000

35  105,000  160,000 35000 35,000  730,000

36  420,000  1,250,000 200,000 74,000  1,635,000

37  70,000  568,000 428,000 60,000  1,370,000

38  70,000  364,500 80,000 16,000  555,000

39  140,000  155,000 35,000 200,000  645,000

40  140,000  890,000 160,000 75,000  1,800,000

41  105,000  208,000 35,000 50,000  1,130,000

42  84,000  193,000 42,000 ‐ 850,000

43  84,000  177,500 42,000 18,000  950,000

44  105,000  226,000 52,000 45,000  1,015,000

45  119,000  186,000 42,000 45,000  995,000

46  119,000  194,500 42,000 45,000  1,160,000

47  105,000  184,500 86,000 45,000  1,210,000

48  119,000  206,500 34,000 18,000  1,290,000

49  105,000  188,500 42,000 18,000  1,130,000

50  91,000  265,000 18,000 45,000  1,115,000

JML  5,732,000  17,239,000 6,232,000 1,986,500  59,332,500

Mean  299321.15  900208.877 325430.8094 107088.9488  3098302.872

Page 110: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

Lanjutan Tabulasi Usahatani Sesudah SLPTT

NO Biaya Tetap

Pajak  Sewa Lahan Iuran Penyusutan 

1  ‐  1,300,000 35,000 16,000 

2  ‐  2,500,000 70,000 15,400 

3  35,000 ‐  40,000 15,400 

4  70,000 ‐  35,000 15,400 

5  ‐  1,300,000 40,000 16,000 

6  ‐  2,600,000 80,000 15,400 

7  35,000 ‐  35,000 16,000 

8  35,000 ‐  40,000 16,000 

9  ‐  2,200,000 80,000 16,700 

10  35,000 ‐  40,000 15,000 

11  35,000 ‐  40,000 16,000 

12  ‐  3,375,000 120,000 16,000 

13  ‐  3,400,000 120,000 16,000 

14  ‐  2,600,000 80,000 16,000 

15  ‐  2,400,000 80,000 16,000 

16  ‐  2,400,000 80,000 16,000 

17  ‐  2,500,000 80,000 16,000 

18  ‐  2,500,000 80,000 16,000 

19  35,000 ‐  40,000 16,125 

20  30,000 ‐  30,000 14,825 

21  75,000 ‐  80,000 18,000 

22  45,000 ‐  50,000 14,825 

23  ‐  1000000 35,000 14,500 

24  45,000 ‐  50,000 16,000 

25  20,000 ‐  20,000 14,825 

Page 111: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

26  35,000 ‐  35,000 15,000 

27  ‐  1,000,000 20,000 14,600 

28  ‐  1,300,000 40,000 40,000 

29  25,000 ‐  25,000 16,000 

30  25,000 ‐  25,000 16,000 

31  7,000 ‐  10,000 16,000 

32  ‐  3,375,000 40,000 21,250 

33  ‐  600,000 25,000 16,000 

34  ‐  2,000,000 112,500 16,000 

35  20,000 ‐  50,000 16,000 

36  ‐  9,000,000 100,000 16,000 

37  ‐  600,000 25,000 16,300 

38  ‐  875,000 41,000 16,000 

39  20,000 ‐ 60,000 15,500 

40  ‐  3,500,000 80,000 14,400 

41  ‐  1,450,000 50,000 16,000 

42  ‐  1,300,000 40,000 16,000 

43  ‐  1,300,000 40,000 15,500 

44  40,000 ‐ 40,000 15,500 

45  40,000 ‐ 40,000 16,700 

46  40,000 ‐ 40,000 16,000 

47  40,000 ‐ 40,000 15,400 

48  40,000 ‐ 40,000 14,500 

49  45,000 ‐ 40,000 14,600 

50  35,000 ‐ 40,000 15,500 

JML  907,000 56,375,000 2,578,500 815,150 

Mean 112810.95 5074257.426 134647.5 42566.57963 

Page 112: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

Lanjutan Tabulasi Usahatani Sesudah SLPTT

NO Produksi Biaya Produksi Pendapatan 

1 4,400,000 2,420,000 1,980,000 

2 8,250,000 4,510,400 3,739,600 

3 3,643,750 1,384,900 2,258,850 

4 6,050,000 1,741,400 4,308,600 

5 3,960,000 2,560,000 1,400,000 

6 8,717,500 4,916,400 3,801,100 

7 3,850,000 845,000 3,005,000 

8 3,712,500 1,430,000 2,282,500 

9 8,525,000 5,278,700 3,246,300 

10  4,262,500 1,418,000 2,844,500 

11  3,525,000 1,358,000 2,167,000 

12  10,450,000 6,301,000 4,149,000 

13  9,790,000 6,877,000 2,913,000 

14  10,078,750 5,998,000 4,080,750 

15  8,250,000 4,969,000 3,281,000 

16  8,800,000 5,463,000 3,337,000 

17  8,642,000 5,492,000 3,150,000 

18  9,075,000 5,772,000 3,303,000 

19  3,800,000 1,722,125 2,077,875 

20  3,313,250 1,308,825 2,004,425 

21  7,150,000 2,736,000 4,414,000 

22  4,125,000 1,544,325 2,580,675 

23  3,300,000 1,863,500 1,436,500 

24  3,575,000 1,557,500 2,017,500 

25  2,268,750 856,825 1,411,925 

26  3,272,500 1,366,500 1,906,000 

Page 113: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

27  3,850,000 1,856,100 1,993,900 

28  4,125,000 2,813,500 1,311,500 

29  3,850,000 989,500 2,860,500 

30  5,225,000 1,081,000 4,144,000 

31  2,244,000 542,500 1,701,500 

32  9,625,000 6,708,250 2,916,750 

33  6,125,000 3,407,000 2,718,000 

34  10,312,500 5,608,500 4,704,000 

35  2,750,000 1,151,000 1,599,000 

36  17,325,000 12,695,000 4,630,000 

37  6,125,000 3,137,300 2,987,700 

38  5,046,250 2,017,500 3,028,750 

39  3,300,000 1,270,500 2,029,500 

40  9,625,000 6,659,400 2,965,600 

41  4,840,000 3,044,000 1,796,000 

42  4,070,000 2,525,000 1,545,000 

43  3,932,500 2,627,000 1,305,500 

44  3,850,000 1,538,500 2,311,500 

45  4,276,250 1,483,700 2,792,550 

46  5,500,000 1,656,500 3,843,500 

47  4,730,000 1,725,900 3,004,100 

48  4,512,750 1,762,000 2,750,750 

49  5,230,750 1,583,100 3,647,650 

50  4,290,000 1,624,500 2,665,500 

JML  289,546,500 151,197,650 138,348,850 

Mean  15119921.67 7895438.642 7224483.029 

Page 114: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

Lampiran 3

Uji validitas dan reliabilitas instrumen adopsi teknologi SLPTT

Case Processing Summary

N %

ses id 20 100.0

cludeda 0 .0

tal 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.907 9

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

PERTANYAAN_1 2.8000 .52315 20

PERTANYAAN_2 2.3000 .57124 20

PERTANYAAN_3 2.3500 .67082 20

PERTANYAAN_4 2.0000 .56195 20

PERTANYAAN_5 2.3000 .47016 20

PERTANYAAN_6 2.2000 .69585 20

PERTANYAAN_7 2.3500 .58714 20

PERTANYAAN_8 2.3000 .65695 20

PERTANYAAN_9 2.4000 .68056 20

Page 115: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

Item-Total Statistics

Scale

Mean if

Item

Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Cronbach's Alpha if

Item Deleted

PERTANYAAN_1 18.2000 14.168 .663 .898

PERTANYAAN_2 18.7000 14.011 .635 .899

PERTANYAAN_3 18.6500 12.976 .750 .891

PERTANYAAN_4 19.0000 14.105 .623 .900

PERTANYAAN_5 18.7000 14.326 .704 .896

PERTANYAAN_6 18.8000 12.589 .806 .886

PERTANYAAN_7 18.6500 13.608 .716 .894

PERTANYAAN_8 18.7000 13.379 .675 .897

PERTANYAAN_9 18.6000 13.516 .614 .902

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

21.0000 17.053 4.12948 9

Page 116: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

Lampiran 4

Uji normalitas pendapatan petani sebelum SLPTT

Statistics

Sebelum

N Valid 50

Missing 0

Mean 2266665.00

Median 2403712.50

Mode 604925a

Std. Deviation 867026.672

Variance 751735249872.449

Skewness .169

Std. Error of Skewness .337

Kurtosis -.192

Std. Error of Kurtosis .662

Sum 113333250

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Page 117: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

Lampiran 5

Uji normalitas pendapatan petani sesudah SLPTT Statistics

Sesudah

N Valid 50

Missing 0

Mean 2766977.00

Median 2818525.00

Mode 1305500a

Std. Deviation 939701.104

Variance 883038165684.694

Skewness .286

Std. Error of Skewness .337

Kurtosis -.774

Std. Error of Kurtosis .662

Sum 138348850

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Page 118: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

Lampiran 6

Uji t pendapatan petani sebelum dan sesudah mengikuti SLPTT

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 SESUDAH 2766977.00 50 939701.104 132893.805

SEBELUM 2266665.00 50 867026.672 122616.088

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 SESUDAH & SEBELUM 50 .892 .000

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of

the Difference

Lower Upper

Pair 1 SESUDA

H -

SEBELU

M

500312.000 426372.186 60298.133 379138.366 621485.634 8.297 49 .000

Page 119: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

Lampiran 6

Gambar Proses Pembajakan Tanah

Gambar Penggunaan Sistem Tanam Jajar legowo Keompok Tani Rukun

Santosa

Page 120: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi

Musim Tanam II Tahun 2010

Gambar Panen Padi Kelompok Tani Bogasari I Musim Tanam II Tahun 2010

Gambar lokasi Laboratorium Lapang SLPTT di Kelompok Tani Bogasari I

Musim Tanam II Tahun 2010

Page 121: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi
Page 122: DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ...lib.unnes.ac.id/4047/1/8113.pdfTERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI ” Skripsi