huk um me rayakan ibadah non muslim -...

75
HUKUM MERAYAKAN IBADAH NON-MUSLIM Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh: Muhammad Irsyad Noor NIM: 1110043100003 KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

Upload: ngodung

Post on 06-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

HUKUM MERAYAKAN IBADAH NON-MUSLIM

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

Muhammad Irsyad Noor

NIM: 1110043100003

KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

Page 2: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu
Page 3: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu
Page 4: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 05 Januari 2015

Muhammad Irsyad Noor

NIM: 1110043100003

Page 5: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

v

ABSTRAK

Muhammad Irsyad Noor, NIM: 1110043100003, “Hukum Merayakan Ibadah

Non-Muslim”, Program Studi perbandingan Mazhab dan Hukum, Konsentrasi

Perbandingan Mazhab Fikih, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H/2014 M. Tasyabbuh merupakan perbuatan

mengikuti menyerupai non-Muslim baik dalam hal gaya hidup, berpakaian, dan

sebahagian perbuatan mereka termasuk di dalamnya adalah peringatan hari-hari besar

non-Muslim. Oleh karena itu, tasyabbuh merupakan perbuatan yang dilarang dalam

Islam, sesuai sabda Rasulullah “barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia

termasuk golongan mereka”. Namun demikian, terdapat indikasi bahwa dalam

kehidupan sosial masyarakat terdapat hal-hal yang sangat berkaitan dengan non-

Muslim yaitu hubungan antar umat beragama dan juga kehidupan seorang Muslim

yang tinggal di dalam masyarakat yang mayoritas non-Muslim. Penelitian ini

menggunakan library research dengan analisis deskriptif. Di samping itu, dalam

penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan mengumpulkan data

dari kepustakaan yang kemudian dikelompokan menjadi data primer dan data

sekunder. Cara mendapatkan data diperoleh dengan cara membaca literatur buku,

makalah dan hasil laporan penelitian. Data mengenai hukum tasyabbuh lebih banyak

bersumber dari buku karya Ibnu Taimiyyah. Tujuan penelitian yaitu untuk mengkaji

kedudukan tasyabbuh dalam kehidupan sosial antar umat beragama seperti yang

dilaksanakan oleh Gus Nuril Arifin sewaktu ikut menghadiri perayaan Natal di Gereja

Bhetani Tayu Pati Jawa tengah pada tanggal 12 Desember tahun 2013. Berdasarkan

metode yang digunakan, hasil penelitian menunjukan bahwa hukum tasyabbuh

terhadap perayaan ibadah non-Muslim tidak semuanya tergolong perbuatan haram,

namun ada juga yang mubah bila terlepas dari kemaksiatan, kerusakan akibat

mengikuti perayaan ibadah non-Muslim tersebut dan juga keadaan di mana seseorang

itu menjalankan kehidupan bermasyarakat.

Kata kunci : Tasyabbuh

Pembimbing : Dr. Ahmad Sudirman Abbas, MA.

Daftar Pustaka : Tahun 1978 s.d Tahun 2011

.

Page 6: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbi al-‘Alamîn, penulis ucapkan rasa syukur yang tak

terkira ke hadirat Allah SWT, yang telah menerangi, menuntun, dan membukakan

hati serta pikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada

waktunya.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurah ke haribaan Nabi Besar

Muhammad SAW. Semoga kita mendapatkan syafa’at-nya kelak. Amin.

Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan kelulusan strata

satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam proses

penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari peran dan sumbangsih pemikiran serta

intervensi dari banyak pihak. Karena itu dalam kesempatan ini, penulis ingin

menyampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini,

diantaranya:

1. Bapak Dr. J.M. Muslimin, MA, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Khamami Zada, MA, Ketua Jurusan Program Studi

Perbandingan Mazhab dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Hj. Siti Hana, S.Ag. Lc. MA, Sekretaris Jurusan Program Studi

Perbandingan Mazhab dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. A. Sudirman Abbas, MA, Dosen pembimbing yang senantiasa

membimbing penulis dari awal hingga selesainya penulisan skripsi ini dan

terimakasih atas bimbingan, kesabaran, keramahan hati serta nasehat-

nasehat berharga yang telah beliau berikan. Semoga beliau selalu dalam

lindungan Allah SWT.

5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah

memberi ilmu, pengalaman dan nasehat kepada penulis. Semoga ilmu

yang penulis dapatkan dari mereka menjadi amal dan bermanfaat dunia

dan akhirat.

Page 7: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

i

6. Teristimewa orang tua penulis, Abdul Azis Noor ayahanda dan Marsiyah

Ibunda tercinta yang telah mengantarkan penulis hingga seperti sekarang

dengan penuh kasih sayang, do’a, kesabaran, keikhlasan, dan perjuangan

hidup demi kelangsungan pendidikan putra-putrinya. Pimpinan dan

segenap staff perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini.

7. Tak lupa kepada sahabat-sahabat penulis senasib seperjuangan di

Perbandingan Mazhab Fiqih. Banyak kenangan yang sudah terjadi

bersama kalian baik suka maupun duka, yang pasti akan menjadi sebuah

cerita di masa depan. diucapkan terimakasih sebesar-besarnya dan mohon

maaf jika ada salah kata. Kesuksesan untuk kita semua. Aminn.

Semoga semua kebaikan dan pengorbanan yang telah diberikan mendapat

ridha dari Allah SWT dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan. Amin.

Jakarta, 05 Januari 2015 M

Penulis

Page 8: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ........................................................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................................... iv

ABSTRAK .................................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ................................................................................................. vi

DAFTAR ISI ................................................................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 8

D. Metode Penelitian .................................................................................. 8

E. Sistematika Penulisan ............................................................................ 11

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI IBADAH DAN TASYABBUH

A. Pengetian dan Hakikat Ibadah ............................................................... 13

a. Pengertian Ibadah .............................................................................. 13

b. Hakikat Ibadah .................................................................................. 15

B. Larangan Tasyabbuh dalam Islam ......................................................... 16

C. Dalil-dalil Al-Qur’an dan al-Hadits ....................................................... 20

D. Hukum Tasyabbuh Terhadap Non-Muslim ........................................... 25

Page 9: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

A. Bentuk-bentuk Tasyabbuh ...................................................................... 26

BAB III HUKUM MENGIKUTI PERAYAAN HARI BESAR NON-MUSLIM

A. Hukum Mengikuti Perayaan Hari Besar Non-Muslim .......................... 33

B. Hukum Memberi Salam dan Mengucapkan Selamat pada Hari Raya non-

Muslim ................................................................................................... 42

BAB IV HUBUNGAN SOSIAL MUSLIM DENGAN NON-MUSLIM

A. Hubungan Sosial Muslim dengan non-Muslim ..................................... 48

B. Alasan dan Dampak Mengikuti Peribadatan non-Muslim .................... 52

a. Alasan Mengikuti Ibadah Non-Muslim .............................................. 52

b. Dampak dari Mengikuti Ibadah Non-Muslim .................................... 56

C. Analisa Penulis Mengenai Tasyabbuh Terhadap Peribadatan Non-

Muslim ................................................................................................... 57

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................ 61

B. Saran-saran ............................................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 64

Page 10: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan beragama tidak terlepas dari pemenuhan spiritual yang telah

diajarkan oleh setiap agama. Setiap umat beragama dituntut untuk melaksanakan

ibadah tersebut sebagai nilai keluhuran rohani dan tingkat pengabdiannya kepada

Tuhan. Pengamalan spriritual tersebut meliputi aspek eksoteris dan esoteris.

Dalam aspek eksoteris, setiap agama memiliki cara atau bentuk jasmaniah yang

dapat diamati di dalam praktek upacara ritual yang dilakukan masing-masing

agama. Sedangkan dalam aspek esoteris, setiap agama memiliki substansi yang

sama, yakni hubungan yang bersifat rahasia antara seorang hamba dengan

Tuhannya. Aspek esoteris dalam setiap agama memiiliki kesamaan rohaniah

mengenai ajaran kecintaan terhadap Tuhan.1

Pada waktu Nabi muhammad SAW masih hidup, segala persoalan hukum

yang timbul langsung ditanyakan kepada beliau. Beliau memberikan jawaban

hukum dengan menyebutkan ayat-ayat al-Qur’an. Dan dalam keadaan tertentu

yang tidak ada jawabannya didalam Al-Qur’an, beliau memberikan jawaban

melalui penetapan beliau yang disebut al-Hâdis atau Sunnah. Al-Qur’an dan

penjelasannya dalam bentuk hadis disebut “sumber pokok hukum Islam”.2

1Hamzah Ya’qub, Tingkat Ketenangan dan Kebahagiaan Mukmin (Tashawwuf dan Taqarrub)

(Jakarta: Atisa, 1992), h.184.

2Amir Syarifudin, UshulFiqh, jil. i. (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 33.

Page 11: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

2

Terhadap pemeluk agama lain, kaum muslimin diperintahkan agar bersikap

toleran. Sikap toleran terhadap non-muslim itu hanya terbatas pada urusan yang

bersifat duniawi, tidak menyangkut masalah aqidah, syariah, dan ibadah.

Firman Allah Swt :

هاقل يأ بدون.ٱل كفروني بدماتع ع

بد لأ ع

بدونماأ ع نتم

ناعبد ولأ

ولأ

اعبدتم بدول م ع بدونماأ ع نتم

دين أ ول دينكم )٩-٩٠١:٦ الكافرون/)لكم

Artinya : “Katakanlah: hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa

yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah, dan aku

tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah

(pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan

untukkulah agamaku.”

Seorang ahli fiqih lebih mirip seorang dokter. Seorang dokter tidak akan bisa

menentukan obat bagi pasiennya kecuali setelah memperhatikan, memeriksa dan

menanyakan pasien tersebut, sehingga dokter ini dapat mengetahui kapan

pasiennya mulai sakit, sejauh mana rasa sakitnya, dan separah apa penyakit yang

dirasakannya. Setelah itu, baru sang dokter dapat menentukan obat yang cocok

bagi pasiennya.

Berkaitan dengan hal ini, Imam Ibnu Qayyim berkata dalam kitab ‘al-I’lam’

yang ditulisnya: “seorang mufti dan hakim (qȃdhȋ) tidak mungkin bisa menentukan

fatwa dan hukuman secara benar kecuali setelah memahami dua bentuk

pemahaman. Pertama, memahami realitas dan mendalaminya, menyimpulkan

hakikat satu ilmu yang tejadi akibat sebab-sebab (al-qarȃin), tanda-tanda dan

isyarat-isyarat hingga ia mendalaminya secara cermat. Kedua, memahami sesuatu

Page 12: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

3

yang wajib dan realitas tersebut, yaitu memahami hukum Allah yang telah

diperintahkan dalam kitab-Nya atau melalui rasul-Nya dam hal realitas tersebut.

Kemudian, mencocokan salah satu bentuk tersebut dengan bentuk lainnya. Dengan

demikian, barang siapa yang telah bersungguh-sungguh dan mencurahkan

kemampuannya dalam hal tersebut, ia tidak akan ditinggalkan dua pahala atau satu

pahala.”1

KH Nuril Arifin atau yang biasa disapa dengan sebutan Gus Nuril menerima

undangan dari Pendeta dan gembala sidang Gereja Bethany Tayu, Pati-Jawa

Tengah 9 Desember 2013, bukan sekedar hadir namun sebagai salah satu

pembicara atau penceramah. Gus Nuril memberikan ceramah tentang membangun

hubungan antarumat beragama guna membangun kesatuan dan kekuatan bangsa

dan negara. Apakah ini termasuk toleransi antarumat beragama? Toleransi antar

Agama Dalam masyarakat Jawa sering disebut dengan teposeliro, Kalau aku

senang orang lain pun senang, kalau aku tidak suka orang lain pun tidak suka.

orang yang toleran senantiasa membina persaudaraan serta menghindari konflik

dengan orang lain. Ia memiliki prinsip hidup dan falsafah, “teman seribu terasa

kurang, musuh satu terlalu banyak.” Islam mengajarkan bahwa sesama muslim

1Yusuf Al-Qardhawi, Fiqih Minoritas, fatwa kontemporer terhadap kaum muslimin di tengah

masyarakat non-muslim. Penerjemah Adillah Obid (Jakarta: Zikrul Hakim, 2004), h. 52.

Page 13: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

4

harus bersatu serta tidak boleh bercerai-berai, bertengkar, dan bermusuhan, karena

sesama muslim adalah saudara.2

Jika memperhatikan isi ceramahnya, ada juga videonya, ceramah Gus Nuril

Arifin tersebut serat dengan unsur dakwah di dalamnya, karena dalam ceramah

Gus Nuril sangat mengagungkan Nabi Isa dan Nabi-nabi terdahulu tetapi sama

sekali tidak ada kalimat yang menyatakan Tuhan Yesus atau Tuhan Isa, tapi beliau

menyatakannya dengan Nabi Isa.

Mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal

Allah lah yang telah menciptakan jin-jin itu, dan mereka berbohong (dengan

mengatakan), 3

كءوجعلوا ش نٱلل لل وخرقوا سب حنهۥوخلقهم عل م بغي ۥبننيوبنت وتعل

ايصفون موتٱبديع ١٠٠عم رض ٱولس يكونلل ن

ۥأ تكنل ولم ۥول صحبة

ءعليم ش وهوبكل ء ش )٩٠٠-٦:٩٠٩الانعام /) ١٠١وخلقك

Artinya : “Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi

Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong

(dengan mengatakan): "Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan

perempuan", tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha Suci Allah dan Maha

Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan. Dia Pencipta langit dan bumi.

Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia

menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu.”

2Moderasi Islam: Tafsir Al-Qur’an Tematik, vol. 4 (Jakarta: Lajnah Pentashihan Al-Qur’an), h.

36.

3Jum’ah Amin Abdul Azis, Fiqih Dakwah, studi atas berbagai prinsip dan kaidah yang harus

dijadikan acuan dalam dakwah Islamiyah. Penerjemah, Abdus Salam Masykur (Surakarta: Era Adicitra

Intermedia, 2001), h. 132

Page 14: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

5

Para Rasul telah berdakwah dan menyeru manusia untuk mengesakan Allah

dan melarang mereka dari menyekutukan-Nya. Mereka telah menjelaskan hakikat

tauhid itu dengan uslub yang beraneka ragam, antara lain dengan memperhatikan

ayat-ayat kauniyah, mengingatkan manusia akan nikmat Allah, menjelaskan akan

sifat-sifat kesempurnaan yang ada pada-Nya, atau dengan argument-argumen yang

logis, dengan membuat permisalan-permisalan, atau dengan merenungi diri

manusia itu sendiri dan cakrawala alam semesta.4

Allah SWT berfirman :

ٱلرسوليشاققمنو ل دماتبني سبيلٱل هدىمنبع غي مننيويتبع نٱل مؤ ماۦول له ونص مصياۦتول وساءت )٤:٩٩٤/ النساء)جهنم

Artintya : “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran

baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami

biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami

masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat

kembali.”

Banyak orang-orang yang mengatakan bahwa Gus Nuril telah menyimpang

dari ajaran Islam, karena mengikuti ibadah hari besar non-muslim (Natal) dengan

alasan menyerupai orang-orang kafir.

4Jum’ah Amin Abdul Azis, Fiqih Dakwah, studi atas berbagai prinsip dan kaidah yang harus

dijadikan acuan dalam dakwah Islamiah, h.133.

Page 15: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

6

الرمحنبنثابتاخربنا عبد اخرناانلرض حدثناعثمانبنايبشيبةاخربناابوللصلالللاابنعمرقالقالرسو حسانبنعطيةعنايبمنيبالريىشعن

(رواهابوداود ).5بقومفهومنه منتشبه:عليهوسلمArtinya : “Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah berkata,

telah menceritakan kepada kami Abu An Nadhr berkata, telah menceritakan

kepada kami 'Abdurrahman bin Tsabit berkata, telah Menceritakan kepada kami

Hassan bin Athiyah dari Abu Munib Al Jurasyi dari Ibnu Umar ia berkata,

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa bertasyabuh

(menyerupai) dengan suatu kaum, maka ia bagian dari mereka." (H.R. Abu Daud).

Hadis di atas menetapkan bahwa haramnya meniru mereka dan secara dzahir

menunjukkan bahwa perbuatan itu merupakan perbuatan kufur.

Apakah hukum mengucapkan salam kepada non muslim? Bagaimanakah

hukum berbaik hati dalam menghadiri pesta perkawinannya yang diwajibkan itu?

Lalu, apa hukum mengucapkan selamat terhadap hari-hari raya non muslim, lebih-

lebih jika dia mengucapkan selamat terhadap hari-hari raya kaum muslimin?

Bolehkah kita mengucapkan selamat kepada non muslim, khususnya di hari raya

natal (cristmas).6 Sebagaimana kita melihat ada sebagian kaum muslimin yang ikut

merayakan natal dan hari besar non-muslim lainnya, seperti mereka juga ikut

merayakan Idul Fitri dan Idul Adha. Apalagi, diantara keduanya (muslim dan non-

muslim) terdapat hubungan kerabat, tetangga, teman, dan hubungan-hubungan

5Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, ‘Aunu al-Ma’bud bi syarh sunan Abu Daud, jil. 11, no. hadis: 4031

(Dar al-fikr, 1979), h. 165.

6Yusuf Al-Qardhawi, Fiqih Minoritas, Penerjemah Adillah Obid (Jakarta: Zikrul Hakim, 2004),

h. 25.

Page 16: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

7

sosial lainnya yang membutuhkan rasa cinta, kasih sayang dan hubungan yang

baik, yang biasa berlaku dalam tradisi masyarakat yang sehat.7

Oleh sebab itu, wajib bagi kita untuk melahirkan kajian fiqh yang cermat,

realistis dan kontemporer. Yaitu, kajian fiqh yang berangkat dari teks-teks yang jelas

hukumnya (muhkamat), dari kaidah-kaidah Syariah dan maqȃshid-nya. Akan tetapi

kajian tersebut tetap relevan dengan perubahan zaman, tempat dan kondisi manusia.

Kajian inilah yang kami usahakan dalam pembahasan skripsi ini.

Skripsi ini akan membahas hal-hal yang berkaitan dengan elemen-elemen at-

Tasyabbuh ataupun penyerupaan orang Islam dengan bukan Islam dan gejolak sosial

yang terjadi di Masyarakat. Semoga Allah melimpahkan berkah-Nya dan kepada-Nya

kami meminta pertolongan.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Pada penelitian ini penulis akan membatasi pembahasan hanya beberapa

pendapat ulama Mazhab (di antara banyak mazhab yang ada) tentang Tasyabbuh

yang terdapat kontradiktif di dalamnya. Untuk mempermudah pembahasan

masalah di atas, penulis kemudian merumuskan dalam bentuk pertanyaan berikut:

1. Apa Definisi Tasyabbuh?

2. Bagaimana Interaksi Sosial Muslim dengan Non-Muslim?

3. Bagaimana Hukum Merayakan Ibadah Non-Muslim?

7Yusuf Al-Qardhawi, Fiqih Minoritas, h. 205.

Page 17: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

8

C. Tujuan Penulisan

Setiap penelitian yang dilakukan meniscayakan adanya tujuan. Adapun

tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Khusus

A) Memenuhi syarat menyelesaikan studi S1 di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

B) Untuk mengetahui bagaimana hukum mengikuti ibadah non-Muslim.

C) Mengetahui gejolak sosial yang tejadi di dalam masyarakat terhadap

perayaan ibadah non-Muslim.

D) Mengetahui bagaimana interaksi sosial yang dibolehkan dalam Syariat.

2. Tujuan Umum

a) Memberikan kontribusi kepada umat Islam dalam perbedaan pendapat.

b) Menstimulus para ulama fiqih untuk membantu umat islam yang awam

dalam mengamalkan ajaran agama dengan memberikan pendapat yang

paling kuat dan sesuai dengan kondisi masyarakat saat ini.

D. Metode Penelitian

Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk

memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah.8

Metodologi mempunyai beberapa pengertian, yaitu (a) logika dari penelitian

8 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan, kuantitatif dan kualitatif, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2008), h. 3

Page 18: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

9

ilmiah, (b) studi terhadap prosedur dan teknik penelitian, dan (c) suatu sistem dari

prosedur dan teknik penelitian. Berdasarkan hal ini, dapat dikatakan bahwa metode

penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi serta seni. Oleh karena itu, penelitian bertujuan untuk

mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis, dan konsisten. Melalui

penelitian tersebut, diadakan analisis dan konstruksi terhadap data yang telah

dikumpulkan dan diolah. Oleh karena itu, metodologi penelitian yang diterapkan

harus sesuai dengan ilmu pengetahuan yang menjadi induknya.9

1. Jenis Pendekatan

Dalam ini penulis menggunakan metodelogi dengan pendekatan

kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natual setting) sebagai sumber

data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan daripada hasil, analisis

data kualitatif cendrung dilakukan secara analisa induktif dan makna

merupakan hal yang esensial.10 Juga perlu dikemukakan metode penelitian

kualitatif tidak membutuhkan populasi dan sampel.11

Dalam masalah ini prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

mengambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seorang,

9Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h. 17.

10Lexi J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002)

cet. 13, h. 135.

11Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, h. 105.

Page 19: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

10

lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta

yang tampak, atau sebagaimana adanya. 12

2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini, terbagi kedalam dua bagian yaitu data primer dan

data sekunder. Data primer yaitu kitab-kitab fiqih dan hadis. Sedangkan data-

data sekunder diambil dari kitab-kitab yang berkaitan dengan permasalahan

yang sedang diangkat dengan menggunakan sumber-sumber baik berupa karya

ilmiah, berupa buku-buku yang relevan, serta karya tulis lainnya yang

membahas permasalahan terebut.

1. Instrument pengumpulan data

Dengan membaca buku literatur yang relevan dengan topik masalah

dalam penelitian ini. Pengumpulan data berasal dari artikel, buku-buku,

majalah-majalah, serta informasi-informasi tertulis lainnya yang

berhubungan dengan pembahasan dalam skripsi ini.

2. Metode analisis data

Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah deskriptif-analitis

dan komparatif. Metode deskriptif yaitu sebagai upaya mengkaji kemudian

memaparkan keadaan objek yang akan diteliti dan merujuk pada kata-kata

yang ada (baik primer maupun sekunder) kemudian menganalisanya secara

proporsional dan komprehensif sehingga akan tampak jelas perincian

12Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas

Press, 2007), h. 67

Page 20: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

11

jawaban atas persoalan yang berhubungan dengan pokok permasalahan dan

akan menghasilkan pengetahuan yang valid.

3. Teknik penarikan kesimpulan

Pada penelitian ini dengan menggunakan deduktif dan induktif.

Induktif yaitu menarik kesimpulan yang bersifat umum dari uraian-uraian

yang bersifat parsial yang terdapat dalam penelitian ini. Deduktif yaitu

dengan menarik kesimpulan bersifat khusus dengan menggunakan ukuran

dan ketentuan-ketentuan hukum Islam yang bersifat umum.

4. Teknik penulisan

Penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman penulisan skripsi

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta terbitan tahun 2013.

E. Sistematika Penulisan

Penelitian didefinisikan oleh banyak penulis sebagai suatu proses yang sangat

sistematik. Penelitian menggunakan metode ilmiah, penyelidikan pengetahuan

melalui metode pengumpulan data, analisis dan interpretasi data. Dikaitkan dengan

metode ilmiah, suatu proses penelitian sekurang-kurangnya berisi suatu rangkaian

urutan langkah-langkah.13

13 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan: kuantitatif dan kualitatif, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2008), h. 5

Page 21: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

12

Penulisan ini dilakukan melalui langkah-langkah yang sistematis dan terarah

agar hasilnya dapat diperoleh secara optimal. Pembahasan ini dituangkan dalam

beberapa bab sebagai berikut:

Bab satu berisi pendahuluan yang melingkupi latar belakang penulisan skripsi

ini, selanjutnya penulis melakukaan identifikasi terhadap masalah yang sedang

penulis bahas. Untuk menghindari pembahasan yang teralalu luas maka penulis

berusaha membatasinya dengan batasan yang penulis rasa cukup disertai dengan

tujuan dan manfaat dari penelitian ini. Dan terakhir, penulis membuat sistematika

penulisan agar penelitian ini teratur dan terarah.

Bab dua berisi tinjauan umum tentang Ibadah, tasyabbuh, dasar-dasar

tasyabbuh kemudian hukum tasyabbuh dan bentuk-bentuk tasyabbuh.

Bab tiga berisi tentang hukum mengikuti perayaan hari besar non-muslim,

hukum memberi salam dan mengucapkan selamat pada hari raya non-muslim.

Bab empat berisi hubungan sosial muslim dengan non-muslim, alasan dan

dampak, serta analisa mengenai hukum mengikuti peribadatan non-Muslim.

Pada bab lima adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan pembahasan tema

yang dipilih dan saran-saran.

Page 22: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

13

BAB II

TASYABBUH

A. Pengertian dan Hakikat Ibadah

a. Pengertian Ibadah

Menurut ulama tauhid mengatakan bahwa ibadah adalah meng-Esakan

Allah Swt. Dengan sungguh-sungguh dan merendahkan diri serta menundukan

jiwa setunduk-tunduknya kepada-Nya.1 Pengertian ini didasarkan pada firman

Allah Swt :

ٱعبدواٱو تشكوالله ل )٤:٦٣/النساء)و Artinya : “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan

sesuatupun”.

Menurut ulama fiqih, ibadah adalah semua bentuk pekerjaan yang

bertujuan memperoleh keridlaan Allah Swt. Dan mendambakan pahala dari-Nya

di akhirat.

Secara bahasa, ibadah berasal dari kata عبد - يعبد masdarnya عبادة yang

berarti mengesakan; menyembah; mengabdi; menghinakan diri kepada Allah

SAW.2 Ibadah dalam arti taat diungkapkan dalam Al-Qur’an, antara lain dalam

QS Yasin 36 : 60:

1Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk Ibadah dalam Islam (Bogor:

Kencana, 2003), h. 135.

2 Kamus al-Azhar, (Jakarta Selatan: Senayan Publising, 2010), h. 486.

Page 23: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

14

14

ت عبدواأ نلا

أ ء اد م ب ن كمي دإل عه

إناهٱل مأ ن يط ل كۥلشا بني م دو يس)مع

/٦٣:٣٦.( Artinya : “Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kamu wahai bani adam

supaya kamu tidak menyembah setan, sesungguhnya setan itu musuh yang nyata

bagi kamu”.

Ibadah ditinjau dari segi bentuk dan sifatnya ada lima macam , yaitu:

1. Ibadah dalam bentuk perkataan atau lisan (ucapan lidah), seperti berdzikir,

berdo’a, tahmid, dan membaca Al-Qur’an.

2. Ibadah dalam bentuk perbuatan yang tidak ditentukan wujud perbuatannya,

seperti membantu atau menolong orang lain, jihad, dan tajhiz al-janazah

(mengurus jenazah).

3. Ibadah dalam bentuk pekerjaan yang telah ditentukan wujud perbuatannya,

seperti shalat, zakat, dan haji.

4. Ibadah yang tata cara pelaksanaannya berbentuk menahan diri seperti

puasa, iktikaf, dan ihram.

5. Ibadah yang berbentuk menggugurkan hak, seperti memaafkan orang yang

telah melakukan kesalahan terhadap dirinya dan membebaskan seseorang

yang berhutang kepadanya.1

Kewajiban-kewajiban ini dinamakan syiar-syiar karena merupakan tanda dan

simbol penampilan yang membedakan kehidupan individu Muslim dan

1Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk Ibadah dalam Islam, h.

137.

Page 24: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

15

15

kehidupan non-Muslim sebagaimana membedakan masyarakat Islam dan

masyarakata non-Islam.2

a. Hakikat Ibadah

Menumbuhkan kesadaran diri manusia bahwa ia adalah makhluk Allah

Swt. yang diciptakan sebagai insan yang mengabdi kepada-Nya. Hal ini seperti

firman Allah Swt. Dalam QS al-Dzâriyat [51]:56:

ل عبدون إلا نس و ٱل نا ل قتٱل اخ اريات )و م (٦٣:٦٥الذ

Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

menyembah-Ku.

Pada Hakikatnya manusia itu diperintahkan untuk mengabdi kepada Allah

Swt. Karena itu, tidak ada alasan baginya untuk mengabaikan kewajiban

beribadah kepada-Nya.3 Allah Swt. Berfirman dalam QS Al-Baqarah [2]:21:

ا ه ي أ باكمٱنلااسٱي كمو ٱعبدوار ل ق يخ لاكمت تاقون ٱلا بلكمل ع منق ين لا

(٢٥ :٢البقرة /)Artinya : “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan

orang-orang sebelummu agar kamu bertaqwa”.

2Yusuf Al-Qardhawy, Anatomi Masyarakat Islam, Penerjemah Setiawan Budi Utomo (Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 1999), h. 42.

3 Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk Ibadah dalam Islam, h.

139.

Page 25: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

16

16

Pada prinsipnya ibadah merupakan sari ajaran Islam yang berarti

penyerahan diri secara sempurna pada kehendak Allah Swt.4

B. Larangan Tasyabbuh dalam Islam

Tasyabbuh (التشبه) menurut bahasa adalah : الشئ الشئ : ماثله أشبه

“menyerupai” sesuatu terhadap sesuatu atau saling menyerupai. Kata-kata تشبه

berarti si fulan menyerupai hal tersebut atau serupa dan selaras dengan orang بغيره

lain, orang yang menyimpang di dalam perbuatan. التشبيه : “perumpamaan”.

Sebagian ulama menerangkan “bertemunya satu perkara dengan perkara lain

karena sifat yang mempunyai bagian antar keduanya." Seperti menyerupainya

seorang laki-laki dengan macan di dalam hal keberanian.5

Bagi al-Munawi, tasyabbuh bermaksud berhias seperti mana mereka

berhias, berusaha mengenali sesuai dengan perbuatan mereka, berakhlak dengan

akhlak mereka, berjalan seperti mereka berjalan, menyerupai mereka dalam

berpakaian dan sebahagian perbuatan mereka. Adapun tasyabuh yang sebenarnya

adalah bertepatan dari segi aspek zahir dan batin.6

4Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk Ibadah dalam Islam, h.

140. 5al-Mu’jam al-Wâsit. (tp., 1985), h. 490.

6Muhammad ‘Abd Ra’uf al-Munawi, Faid al-Qadir Syarh Jami’ al-Saghir (Beirut Dar al-

Ma’rifah, 1408 H), h. 6.

Page 26: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

17

17

Berkaitan dengan larangan tasyabbuh ini, Allah SWT berfirman:

ل نت رض و ى ٱلهد هو ىٱللا هد قلإنا ملات هم ت تابع تا ح ى ر ٱنلاص ل ٱل هودو نك ع ي ل منو ٱللا من ال ك ٱلعلمم من اء ك يج ٱلا اء همب عد هو

أ ل ئنٱتاب عت ن صريو ل و

)٢:٥٢٦/ابلقره)Artinya : “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu

hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah

itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan

mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi

pelindung dan penolong bagimu”.

Pada ayat di atas, Allah SWT memberi khabar pada kata “millatahum”

maksudnya adalah agama mereka.7, tetapi ketika melarang, Allah SWT

mengungkapkannya dengan kata “ahwa’ahum” karena kaum Nasrani dan yahudi

tidak akan senang kepada kamu kecuali mengikuti agama mereka secara mutlak.8

Termasuk dalam mengikuti adalah dengan menyerupai mereka karena

menyerupai mereka berarti mengikuti keinginan mereka. Maka, orang-orang kafir

senang jika jika orang-orang Islam menyerupai sebahagian daripada urusan mereka.

Ini disebabkan dengan menyerupai satu urusan, boleh menjadi pendorong untuk

menyerupai dalam hal-hal lain.9

7Imam Jalalludin Al-Mahalli & Imam Jalludin As- Suyuthi, Tafsir al-Jalâlain berikut asbâbun

nuzûl ayat, Penerjemah Bahrun Abu Bakar, vol. 1 (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1996), h.63.

8Ibn Taymiyyah, Iqtida’ al-Sirat al-Mustaqȋm: lil Mukhȃlafah Ashȃb al-Jahȋm, (Dar El-Fikr

Beirut-Libanon, 2003), h. 19.

9Ibn Taymiyyah, Iqtida’ al-Sirat al-Mustaqȋm, h. 19.

Page 27: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

18

18

Berkaitan dengan sikap orang-orang muslim terhadap non-muslim, suatu

ketika sekelompok orang Yahudi datang menemui Rasulullah SAW mereka berkata,

“As-Saamu ‘laikum.” (semoga kematian menimpamu menjawab). Maka Aisyah

berkata, “aku memahami kalimatnya.” (semoga kematian dan laknat menimpa

kalian). Maka Rasulullah SAW berkata, “Tenanglah wahai Aisyah. Sesungguhnya

Allah mencintai kelembutan dalam setiap urusan.” Aisyah berkata, “wahai

Rasulullah, apakah anda tidak mendengar apa yang mereka katakan?” Rasulullah

SAW menjawab, “Aku telah berkata ‘wa’alaikum’ (dan bagimu juga).10

Berkaitan dengan dengan sikap terhadap non muslim, Allah SWT berfirman:

وه نت ب ركمأ ندي ل ميرجوكمم ينو تلوكمفٱل ل ميق ين نٱلا ع كمٱللا ى نه ي ملا

ٱلمقسطني يب ٱللا همإنا تقسطواإل )٣٦:٨/الممتحنة)و Artinya : “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap

orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir

kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku

adil”.

Ketika berbicara tentang sikap adil, ayat yang sama juga mengantarkan pada

hal yang menyinggung sikap adil ini dan berbuat baik kepada orang sepanjang dia

tidak memerangi atau mengusir kaum muslimin.11 Seorang Filosofis Mr. N.E. Algra

mengatakan bahwa keadilan itu adalah persoalan kita semua dalam suatu

10Sa’id bin ShabirAbduh, Muzilul Ilbas Hukum Mengkafirkan dan Membid’ahkan, Penerjemah

Nurkholis (Jakarta: Griya Ilmu, 2005), h. 324.

11Jamȃl al-Dȋn ‘Athiyyah Muhammad, Fiqh Baru bagi Kaum Minoritas, Penerjemah Shofiyullah

(Bandung: Penerbit Marja, 2006), h.193.

Page 28: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

19

19

masyarakat setiap anggota berkewajiban untuk melaksanakan kewajiban itu. Orang

tidak boleh netral apabila terjadi sesuatu yang tidak adil.12

Dengan demikian, jelaslah bahwa “berlaku adil” adalah manhaj Allah dan

syari’at-Nya. Allah SWT mengutus para rasul-Nya dan menurunkan kitab-kitab-

Nya agar manusia berlaku adil. Dengan keadilan, bumi dan langit akan menjadi

makmur. Apabila tampak tanda-tanda keadilan dan tampak keadilan itu dengan cara

apapun, maka itulah syari’at Allah dan rasul-Nya.13

Sunnah Allah juga memutuskan bahwa segala perkara manusia dalam dunia

yang dilaksanakan dengan sikap adil sekalipun perkara dosa lebih sering sukses

dibandingkan perkara yang dilaksanakan dengan sikap zalim sekalipun tidak dalam

perkara dosa. Oleh karena itu, ada yang berkata: “sesungguhnya Allah akan

menegakkan negara yang adil sekalipun negara kafir, dan Dia tidak akan

menegakkan negara yang zalim sekalipun negara itu negara muslim.” Ada juga yang

berkata: “dunia akan abadi dengan keadilan walalupun bersama kekafiran, dan tidak

akan abadi dengan kezaliman walaupun bersama keislaman. Sebab, keadilan adalah

sistem segala sesuatu. Maka apabila perkara dunia dilaksanakan dengan adil, pasti

akan sukses sekalipun pelakunya di akhirat kelak tidak mendapatkan bagian apa-

12Lili Rasjidi & B. Arief Sidharta, Filsafat Hukum- Mazhab dan Refleksinya (Bandung : Remadja

Karya Offset, 1989), hal. 25.

13Farid Abdul Khaliq, Fikih Politik Islam, Penerjemah Faturrahman A. Hamid, (Jakarta: Amzah,

2005), h. 204.

Page 29: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

20

20

apa, dan apabila tidak dilaksanakan dengan adil, pasti tidak akan sukses sekalipun

pelakunya di akhirat kelak mendapatkan balasan atas keimanannya.14

C. Dalil-dalil Al-Qur’an dan Al-Hadits

Allah SWT berfirman :

ل ي كونواأ ل و ٱل ق من

ل ن ز ا و م ٱللا لكر وبهمقل ع ش نت

أ نوا ء ام ين للا ن

ي أ م

نهم م ثري ك و قلوبهم ت س ف ق د م ٱل ل يهم ع ال ط ف بل ق من ب ٱلكت وتوا

أ ين ٱلا ك سقون )٦٥:٥٣/الديد)ف

Artinya : “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk

tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun

(kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya

telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas

mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah

orang-orang yang fasik”.

Allah SWT berfirman, “dan janganlah mereka seperti orang-orang yang

sebelumnya telah diturunkan Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang

panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras”. Allah malarang orang-orang

menyerupai orang-orang yang telah menerima al-Kitab sebelum mereka, dari

kalangan Yahudi dan Nasrani. Ketika masa telah berlalu lama, maka diubahlah

Kitab Allah dengan tangan-tangan mereka sendiri dan mereka menukarnya dengan

harga yang teramat sedikit dan melemparkannya dibelakang punggung mereka, dan

mulailah menghadapkan diri terhadap pendapat-pendapat yang bersimpang siur.

Mereka bertaklid kepada beberapa orang laki-laki mengenai urusan agama mereka

14Farid Abdul Khaliq, Fikih Politik Islam, h, 207.

Page 30: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

21

21

dan menjadikan pendeta-pendeta dan uskup-uskup mereka sebagai tuhan-tuhan

selain Allah. Karena itulah hati mereka menjadi keras, mereka tidak lagi mau

menerima nasihat. Hati mereka tidak menjadi lunak ketika mendengar berita baik

atau kabar ancaman. “Dan kebanyakan diantara mereka adalah orang-orang yang

fasik.” Yaitu, fasik di dalam amal-amal mereka. Hati-hati mereka rusak dan amal-

amal mereka semuanya batil. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT.

فون ي ر سي ة لن اقلوب همق ع همو ج نا همل ع ق يث ان قضهمم و اضعهٱف بم نما م ع ن سواۦلك و ظ روابهح اذك ما )٦:٥٦/دةئالما)ام

Artinya : “(tetapi), karena mereka melanggar janjinya, kami kutuk mereka dan kami

jadikan hatinya keras membatu. Mereka semua mengubah perkataan (Allah) dari

tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang telah

mereka diperingatkan dengannya”.

Itulah sebabnya Allah SWT melarang orang-orang beriman bersikap sama

dengan mereka dalam perkara apa pun, baik masalah pokok ataupun masalah

furu’.15

Nabi Muhammad SAW bersabda:

حدثناعثمانبنايبشيبةاخبناابوانلرضاخرناعبدالرمحنبنثابتاخبناحسان):لمسصىلاللعليهوبنعطيةعنايبمنيبالريىشعنابنعمرقالقالرسولل

16.(ابو داودرواه)(بقومفهومنهم همنتشب

15Muhammad Nasib al-Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Penerjemah Syihabuddin, vol. 4

(Jakarta: Gema Insani Press), h. 599ز

16Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, ‘Aunu al-Ma’bud bi syarh sunan Abu Daud, h. 165.

Page 31: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

22

22

Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah berkata, telah

menceritakan kepada kami Abu AnNadhr berkata, telah menceritakan kepada kami

'Abdurrahman bin Tsabit berkata, telah menceritakan kepada kami Hassan bin

Athiyah dari Abu Munib Al Jurasyi dari Ibnu Umar ia berkata, "Rasulullah

shallallahu 'alaihiwasallam bersabda: "Barang siapa bertasyabuh (menyerupai)

dengan suatu kaum, maka ia bagian dari mereka".

Muhammad Ibn Abi Syaibah dalam Musnafnya,

قالثناحسانبنعطيةعنحدثناهاشمبنالقاسمقالثناعبدالرمحنبنثابتإن":قالرسولاللصىلاللعليهوسلم:أيبمنيبالريشعنابنعمرقال

اللجعلرزيقحتترميحوجعلاللةوالصغارىلعمنخالفأمريمنتشبه .17رواه ابو داود() "بقومفهومنهم

Artinya : “dari Abu Munib al-Jarsyi, dari ibnu Umar, bahwa Rasulullah SAW

beersabda: Sesungguhnya Allah menjadikan rizkiku di bawah bayangan pedang,

dan dijadikan hina dan kecil barang siapa yang menyalahi urusanku, dan barang

siapa yang menyerupai suatu kaum dia adalah dari kalangan mereka”.

Imam at-Tirmidzi berkata :

للأنرسلا:حدثناقتيبةحدثناابنلهيعةعنعمروبنشعيبعنأبيهعنجدهمنتشبهبغريمن ا:صلاللعليهوسالمقال بالهودولبانل.ليسمن ا .صارلتشبهوا

:انلصاروتسليم,الشارةبالصابع:فإنتسليمالهود يذهالرتمروا)الشارةبالكف ).18

Artinya : “bukanlah termasuk golongan kami orang yang menyerupai dengan selain

kami. Janganlah menyerupai orang yahudi dan orang Nasrani. Maka apabila

berdamai dengan yahudi isyaratnya dengan jari-jari dan apabila berdamai dengan

Nasrani isyaratnya dengan telapak tangan.”

17Muhammad Ibn Abi Syaibah, al-Musnaf Ibn Abi Syaibah, juz. 7, ( Dar El-Fikr, t.t), h. 457.

18Sunan at-Tirmidzi, jil. iv (Dar al-Fikr, t.t), h. 159.

Page 32: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

23

23

Hadits-hadits lain berkenaan dengan Tasyabbuh:

1. Syariat makan sahur untuk membedakan dengan ahli kitab.

قال وسل م رسولاللصىلاللعليه العاصان وبن بني:عنعمر ما فصلحر 19(.رواهمسلم)صيامناوصياماهلالكتابالكةالس

Artinya : Dari ‘Amru bin ‘Ashr.a., Rasulullah SAW bersabda: “pebedaan

puasa kita dengan puasa ahli kitab, ialah makan sahur”.

2. Disyariatkan mencukur kumis dan memelihara jenggot untuk membedakan

dengan kaum musyrikin.

Rasulullah SAW bersabda:

ان هلبنعثم ث ن اس دا نح ث ن ان افعع دا دح بنم ما ر نعم يعع ن اي زيدبنزر ث دا ح

ق ال ر عم :ابن المشكني الفوا خ لام و س ل يه ع اللا ىلا ص اللا ر سول حفواق ال أ

وفواالل يح أ و و ارب 20(.رواهمسلم)الشا

Artinya : “meriwayatkan kepada kami Sahal Ibn Utsman, meriwayatkan Yazid

Ibn Zura’ dari Umar Ibn Muhammad meriwayatkan kepada kami Nafi dari Ibn

Umar berkata: Rasulullah SAW bersabda berbedalah kalian dengan orang-

orang musyrik cukurlah kumis dan panjangkan jenggot”.

3. Larangan membangun masjid di kuburan karena menyerupai Ahli al-Kitab.

Rasulullah SAW bersabda:

19Shahih Muslim, jil. 2, hadis no. 2096 (Beirut al-Arabi : Dar Ihya, t.t. ), h. 770.

20Sahih Muslim, jil. 1, (Beirut al-Arabi : Dar Ihya, t.t. ), h. 377.

Page 33: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

24

24

ب مسو هو ني موت أ بل ق لام ل يهو س ع اللا ىلا ص معتانلابا بق ال س ث نجند دا ح

ن أ اللا إل

أ بر أ قولإن ي ليالا نخ ق داتا ذ اللا ت ع ال ليلف إنا لمنكمخ ي كون

ب كر ب ا تا ذتأ ل ليالا تخ ما

أ من ا متاخذا كنت ل و و ليالا خ اهيم إبر اتا ذ ا م ك تاخذون نواي بل كمك ق ن نك م إونا ل

أ ليالا خ اجد س اليهمم نبي ائهمو ص

أ قبور نذ لك اكمع نه

أ إن اجد س م ت تاخذواالقبور ف ال ل

(.رواهمسلم) 21أ

Artinya : Dari Jundab r.a., “lima hari sebelum Rasulullah SAW. Meninggal,

aku mendengar beliau bersabda: aku tidak hendak mengambil salah seorang

dari kamu menjadi sahabat karibku, karena Allah telah mengambilku jadi

sahabat seperti Ibrahim. Kalaulah aku dibolehkan mengambil sahabat karib

Siantar umatku, tentu kuambil Abu Bakar. Ketahuilah! Sesungguhnya umat

yang sebelum kamu, mengambil kuburan para Nabi dan orang-orang saleh

mereka menjadi masjid. Karena itu, jangan sekali-kali kamu ambil kuburan

menjadi masjid. Aku sungguh melarang kamu berbuat demikian”.

4. Larangan berpakaian seperti pendeta

قرأتىلعمالكعننافععنإبراهيمبنعبداللابنحدثنايىيبنيىيقالحننيعنأبيهعنىلعبنأيبطابلأنرسولاللصىلاللعليهوسلمنىهعن

رواه)22.لبسالقيسوالمعصفروعنتتمالهبوعنقراءةالقرآنفالركوع (مسلم

Artinya : “Dari ‘Ali bin Abi Thalib r.a., katanya Rasulullah Saw telah melarang

berpakaian seperti pendeta dan memakai pakaian tercelup dengan warna

kuning, memakai cincin emas dan membaca Qur’an dala ruku’.”

21Shahih Muslim, jil. 1, hadis no. 531(Beirut al-Arabi : Dar Ihya, t.t. ), h. 377.

22Shahih Muslim, jil. 3, hadis no. 2078 (Beirut al-Arabi : Dar Ihya, t.t. ), h. 1648.

Page 34: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

25

25

D. Hukum Tasyabbuh Terhadap Non-Muslim

Ibn Taimiyyah merumuskan dua penyerupaan yang bukan termasuk ke dalam

syariat Islam :

a. Amalan tasyabbuh yang dilakukan dengan ilmu pengetahuan bahwa ia

merupakan amalan khusus bagi agama lain. Pekerjaan ini dilakukan dengan

tujuan mengikuti/setuju dengan agama tersebut. Akan tetapi amalan ini

hanyalah sedikit. Ia juga dikelabui di dalam perbuatan tersebut karena serupa

manfaat dunia dan akhirat. Semua ini jangan ragu-ragu dalam

mengharamkannya. Karena membawa membawa kepada dosa besar atau

menjadikan kekufuran.

b. Orang yang mengerjakan tidak mengetahui hakikat dari apa yang ia kerjakan,

yaitu terbagi dua:

i) Amalan yang pada dasarnya diambil daripada agama lain. Yang dikerjakan

dalam keadaan yang serupa ataupun dengan beberapa perubahan dari segi

waktu, tempat, perbuatannya dan lain-lain. Inilah tasyabbuh yang

melibatkan masyarakat umum seperti ‘khamis raya’ atau perayaan krismas

orang-orang Nasrani. Maka sesungguhnya mereka yang terlibat dalam

amalan tasyabbuh ini biasanya anak-anak dari orangtuanya dan

kebanyakan dari mereka tidak mengetahui asal-usul dari perbuatan

tersebut. Maka dikategorikan seperti yang pertama apabila tidak mendapat

perhatian.

Page 35: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

26

26

ii) Amalan yang tidak diambil dari orang kafir pun tetapi mereka mengerjakan

amalan yang sama secara kebetulan. Maka bagi perbuatan ini tidak

dikatagorikan sebagai amalan tasyabbuh. Akan tetapi ia meluputkan

manfaat membedakan diri dari mereka. Status makruhnya atau haramnya

perbuatan ini tergantung atas dalil-dalil syara’ meskipun ia merupakan

bentuk dari perbuatan tasyabbuh. Ini karena penyerupaan kita (orang

Islam) tidak lebih utama daripada penyerupaan mereka terhadap kita. Maka

disunnahkan bagi umat Islam untuk meninggalkan tasyabbuh untuk

kemaslahatan perbedaan. Seperti memanjangkan janggut, memakai alas

ketika salat dan sujud. Perbuatan ini dapat menjadi makruh seperti

mengakhirkan berbuka puasa.23

E. Bentuk-bentuk Tasyabbuh

Dalil-dalil menunjukan terhadap penyerupaaan dengan non-muslim dalam

semua yang dilarang darinya, dan perbedaan di dalam hal yang disyariatkan ada

dalam hal yang wajib dan adapula dalam hal yang sunah dalam beberapa tempat.

dan telah diterangkan perintah-perintah apa saja yang telah Allah dan Rasul-nya

bedakan dalam syariat, begitu juga dalam pekerjaan yang dengan niat menyerupai

dengan mereka (non muslim) atau tidak dengan niat.

Bentuk-bentuk yang dapat menyerupai mereka ada 3 bagian. Pertama, bagian

yang disyariatkan dalam agama kita dan juga disyariatkan bagi mereka non-muslim

23Ibn Taymiyyah, Iqtida’ al-Sirȃt al-Mustaqȋm: Mukhȃlafah Ashȃb al-Jahȋm (Dar El-Fikr Beirut-

Libanon, 2003), h.203

Page 36: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

27

27

atau kita tidak tahu bahwa hal tesebut disyariatkan pula bagi mereka dan tetapi

sama-sama kita kerjakan. Bagian yang tadinya disyariatkan kemudian di nasakh

dalam Al-Qur’an. Bagian yang tidak ada dalam syariat sama sekali dan itu adalah

hal yang baru. Dan inilah 3 bagian tersebut:

a. Pertama, sesuatu yang disyariatkan baik bagi muslim maupun non muslim atau

disyariatkan kepada kita dan mereka mengerjakannya. Seperti puasa ‘asyuro

atau sholat dan puasa. Maka di sini terdapat perbedaan dalam hal

mengamalkannya, seperti diperintahkan bagi kita untuk berbuka dengan yang

manis-manis dan pada saat magrib, berbeda dengan Ahli kitab. Diperintahkan

bagi kita untuk mengakhirkan sahur, berbeda dengan Ahli kitab. Seperti

diperintahkan bagi kita untuk Sholatdiatas alas, berbeda dengan sholatnya

orang Yahudi. Dan masih banyak lagi dalam ibadah dan kebiasaan.24

Rasulullah SAW bersabda :

رين لغ ق الشا او اللاحدنل لام ل يهو س ع اللا ىلا ص ر سولاللا 25.(رواهابوداود)ا ق ال

Artinya : “Rasulullah SAW bersabda: liang Lahat bagi kita, dan diluar liang

Lahat untuk selain kita.”

b. Kedua, sesuatu yang disyariatkan kemudian dinasakh. Seperti hari Sabtu,

menjawab sholat atau puasa hari Sabtu. Janganlah melaksanakan hal ini karena

24Ibn Taymiyyah, Iqtida’ al-Sirȃt al-Mustaqȋm, h.166.

25Abu Daud, Sunan Abu Daud. Kitab Janȃiz, bab al-Lahd, jil. 2, (Dar al-Fikr, t.t ), h, 231

Page 37: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

28

28

ini adalah ibadah wajib bagi mereka (yahudi), atau segala sesuatu yang

diharamkan bagi mereka.

Hari-hari besar yang disyariatkan dalam ibadah, seperti sholat atau zikir,

atau sodaqoh/zakat, atau ibadah haji dan juga adat istiadat. Dan jangan

mengikuti pekerjaan yang membuat kita meninggalkan amal ibadah wajib.

Rasulullah SAW bersabda:

ص ر سولاللا اعيدن اق ال ذ او ه ق ومعيدا لك ب اب كرإنا

ي اأ لام ل يهو س ع اللا ىلا

26(.رواهباري)

Artinya : “Rasulullah SAW bersada : wahai Abu Bakar, sesungguhnya bagi

setiap kaum terdapat hari raya, dan inilah hari raya kita (Idul Fitri dan Idul

Adha).”

c. Ketiga, sesuatu yang baru dari ibadah atau adat kebiasaan atau dari keduanya.

Yaitu lebih buruk dari yang paling buruk. Maka apabila ada orang muslim

membuat sesuatu yang baru adalah sangat buruk. Maka, bagaimana mungkin

menjalankan sesuatu yang tidak disyariatkan oleh Nabi SAW?...sesuatu yang

baru itu bagi orang-orang kafir. Maka menyetujuinya adalah buruk.27 Tidak

mengucapkan salam kepada Ahlu Dzimmah.

26Matan Sahih al-Bukhori. Kitab Jum’ah, vol. 1 (Jiddah: penerbit al-Haramain, tp. t), h.170.

27Ibn Taymiyyah, Iqtida’ al-Sirȃt al-Mustaqȋm, h.169.

Page 38: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

29

29

Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah SAW bersabda:

م ال ىبالسا ار انلاص ل و ءواال هود ت بد ل ق ال لام ل يهو س ع اللا ىلا ص اللا ر سول نا أ

ر همفط د ح ضي قهف إذ ال قيتمأ

أ وهإل ر 28 يره(رواهابوهر)يقف اضط

Artinya : “sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : janganlah kalian mulai

mengucapkan salam kepada orang-orang yahudi dan Nasrani, dan jika kalian

bertemu dengan salah seorang diantara mereka di jalan, maka pepetlah

jalannya itu ke arah yang lebih sempit.”

Dari Annas r.a. ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda:

بداللا نع بندين ارع بداللا نع الكع ن ام خب أ بنيوسف بداللا ث ن اع دا ح

لام س إذ ا ق ال لام و س ل يه ع اللا ىلا ص اللا ر سول نا اأ نهم ع اللا ر ض ر عم بن

ل يكمال ل يك ع قلو ع ف ل يك امع دهمالسا ح قولأ اي 29.(يرواهبار)هودف إنام

Artinya : “diriwayatkan dari Abdullah Bin Umar r.a. bahwa Rasulullah SAW

bersabda: Jika ahlu kitab mengucapkan salam kepadamu maka jawablah ‘Wa

‘Alaikum’.

Selain dari pada itu terdapat beberapa kaidah umum yang telah

digariskan oleh para ulama yang dapat menjadi kriteria utama bagi

mengklasifikasikan sebuah amalan sebagai tasyabbuh dan dalam menetapkan

sikap yang perlu diambil dalam berhadapan dengan isu ini. Antara kriteria

tersebut adalah:

28Shahih Muslim, Kitab as-Salâm jil. 4, hadis no. 2167 (Beirut al-Arabi : Dar Ihya, t.t. ), h.

1707. 29Al-Bukhori, Matan Sahih al-Bukhori, Kitab al-Isti’zȃn bab Ifsyȃus as-Salȃm, vol. 1, (tp., t.t), h.

91.

Page 39: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

30

30

1. Tidak dikira tasyabbuh melainkan dengan niat.

Ini merujuk kepada hadis yang menunjukan setiap amalan tergantung

kepada niatnya.30 Maksud terpenting dari disyari’atkannya niat adalah

untuk membedakan ibadah dari adat, dan membedakan ibadah dari ibadah

lainnya. Contoh, menahan diri dari perbuatan yang membatalkan puasa,

adakalnya hal itu dilakukan karena memang pantangan terhadap makanan,

karena membahayakan, karena proses pengobatan, karena memang tidak

butuh terhadapa makanan tersebut, atau karena diet. Duduk di Masjid

adakalanya untuk istirahat, tujuan untuk iktikaf, melihat-lihat, dan lain-

lain.31

2. Diantara yang mereka lakukan di hari raya mereka, ada berupa kekufuran,

ada yang sekedar haram, namun ada juga yang mubah, yakni bila terlepas

dari kerusakan yang ditimbulkan dari penyerupaan diri tersebut. Perbedaan

antara satu dengan yang lain pada umumnya mudah dibaca. Namun

seringkali tidak nampak jelas bagi orang-orang awam.32

30Al-Bukhori, Sahih al-Bukhori, Kitab Bad’i al-wahyi, Bab kaifa Bad’i al-Wahyi Ila Rasulillah,

no. hadis: 1; Muslim, Sahih Muslim, Kitab al-Imarah, penerjemah. Ma’mur daud, jil. 4, no. hadis; 1861,

(Jakarta: Fa. Widjaya, 1986), h. 52.

31Ahmad Sudirman Abbas, Qawa’id Fiqhiyyah: dalam perspektif fiqh, (Jakarta: Pedoman Ilmu

Jaya, dengan Anglo Media, 2004), h. 20.

32Kaidah ini boleh didapati dalam Ibn Taimiyyah, Iqtida’ al-Sirat al-Mustaqim, h. 201.

Page 40: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

31

31

Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah menyatakan hikmah dalam sikap

membedakan dengan orang kafir yang dapat menyokong kaidah ini dalam

karya beliau Ahkam Ahl al-Dzimmah, yaitu :

Demi mencapai perbedaan yang menyeluruh (dengan orang bukan Islam),

dan tidak menyerupai mereka dalam penampilan luaran, dan melaluinya dapat

mengelakkan daripada penyerupaan dari aspek batin. Ini karena penyerupaan

dalam salah satu dari aspek berkenaan akan mengundang kepada penyerupaan

kepada aspek yang lainnya. Ini merupakan hal diketahui secara pemerhatian.

Tidaklah dimaksudkan dengan perubahan dan perbedaan dalam aspek pakaian

dan selainnya hanya untuk membedakan orang kafir dan Muslim semata,

bahkan ia dibina atas beberapa objektif lain. Antara objektif yang utama ialah

bagi meninggalkan segala faktor yang dapat mengakibatkan penyetujuan dan

penyerupaan dengan mereka secara batin. Nabi SAW mengajarkan kepada

umatnya untuk meninggalkan penyerupaan dengan orang bukan Islam.33

3. Segala bentuk hari raya dan hari besar secara umum berpengaruh besar

pada agama dan dunia seseorang. Sebagaimana pengaruh zakat, shaum dan

haji.34 Oleh sebab itu seluruh syariat telah mengajarkannya :

Firman Allah SWT :

همن اسكوه كا نس لن ام ع ةيج ماأ (٢٢:٣٥/الج)ل ك

33Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Ahkam Ahlu al-Zimmah, (Dar al-Hadis, 2005), 515.

34Ibnu Taimiyyah, Iqtida’ al-Sirat al-Mustaqim, h. 198.

Page 41: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

32

32

Artinya : “Bagi tiap-tiap umat telah kamui tetapkan syari’at tertentu yang

mereka lakukan,”

Seorang hamba yang yang membiaskan diri melakukan amal

perbuatan yang tidak disyariatkan sebagai bagian dari kebutuhannya,

hasratnya untuk mengamalkan dan mengambil manfaat dari amal

perbuatan yang disyariatkan otomatis akan berkurang, selaras dengan

banyak sedikitnya amal pengganti yang ia biasakan.35

35Ibnu Taimiyyah, Iqtida’ al-Sirat al-Mustaqim, h.198.

Page 42: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

33

BAB III

HUKUM MENGIKUTI PERAYAAN HARI BESAR NON-MUSLIM

A. Hukum Mengikuti Perayaan Hari Besar Non-Muslim

Secara garis besar, orang-orang non-muslim disini dibagi menjadi 4

kelompok: Kelompok Ahli Kitab, Kelompok Atheis dan Murtad, Kelompok

Paganis (penyembah berhala) dan Musyrikin, dan Kelompok orang-orang

munafik.

a. Kelompok Ahl al-Kitȃb

Siapakah yang disebut ahli al-kitâb? Mereka adalah orang-orang yang

beragama berdasarkan salah satu kitab samawi, dan mengikuti salah seorang

nabi. 1 Menurut Maududi, Imam as-Syafi’i memehami istilah Ahl al-Kitȃb

sebgai orang Yahudi dan Nasrani. Alasan beliau, antara lain adalah bahwa Nabi

Mûsȃ dan Isa as. Hanya diutus kepada mereka, bukan kepada bangsa-bangsa

lain.2 Orang yang tetap berpegang pada agama yang dibawa nabinya sebelum

kenabian Muhammad SAW. Atau sesudah kedatangan beliau tapi dakwah Islam

belum sampai kepadanya, maka dia adalah orang yang Mukmin. Sedangakan

Kafir menurut bahasa adalah orang yang menolak atau mengingkari sesuatu.

Dalam arti teologis, sebutan kafir diberikan oleh masyarakat suatu agama

1Abullah Nashih 'Ulwan, Sikap Islam Terhadap Non Muslim, Penerjemah Kathur Suhardi,

(jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1993), h. 32.

2M. Quraish Shihab, M. Quraish Shihab Menjawab-1001 Soal Keislaman yang patut anda

ketahui (Jakarta : Lentera Hati, 2008), h. 595.

Page 43: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

34

34

kepada orang lain yang menolak atau tidak mempercayai seruan pembawa

agama itu. Dalam teologi islam, sebutan kafir tersebut diberikan kepada siapa

saja yang mengingkari atau tidak percaya kepada kerasulan Nabi Muhammad

(570-632 M) atau dengan kata lain tidak percaya bahwa agama yang diajarkan

olehnya berasal dari Allah SWT, pencipta alam. Kendati orang Kristen atau

Yahudi meyakini adanya Tuhan, mengakui adanya wahyu, membenarkan

adanya akhirat, dan lain-lain, mereka dalam teologi Islam tetap saja dapat diberi

predikat Kafir, karena mereka menolak kerasulan Nabi Muhammad agama

wahyu yang dibawanya.1

Dari sini akan muncul satu pertanyaan, mengapa ahli kitab ini tetap kufur,

padahal sudah mengetahui dakwah Nabi Muhammada SAW? Bukankah

mereka pengikut salah satu seorang nabi? Bukankah mereka memeluk salah

satu agama samawi? Pertanyaan yang sangat mengena, namun kalau

memahami hakikatnya secara mendalam, tentu tak akan ada kebimbangan

dalam diri orang yang bertanya seperti itu, dan dia boleh tarik kembali

perkataannya.

Sudah kita uraikan diatas bahwa risalah Islam adalah penutup seluruh

risalah sekaligus mencakup semua syariat yang terdahulu. Risalah Islam

mempunyai keistimewaan yaitu bersifat universal untuk seluruh alam, abadi

dan aktual sepanjang zaman. Kitab- kitab samawi yang sebelum islam yang

1Tim penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedia Hukum Islam (Jakarta: Djambatani, 1992),

h. 508.

Page 44: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

35

35

masih beredar diantara kelompok Yahudi dan Nashara sudah bermacam-macam

versinya, saling berbeda dan banyak menyimpang atau dirubah. Sedangkan Al-

Qur'an tak akan pernah dapat dirubah ataupun diselewengkan.2 Firman Allah

SWT :

فظونح ۥ لححح كرح إونا لح لحا ٱلذ ن نحز )٥١:٩/احلجر ) إنا نح

Artinya : "”Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan

sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya" .

Syariat Islam juga tidak akan bisa disamai oleh undang-undang atau

tatanan-tatanan lain.

ن ح وحمححن منح أ حك ٱسح و م لل )١:١٥املائدة /)يوقنونح م ا لذقح

Artinya : "dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi

orang-orang yang yakin."

Atas dasar ini, sudah seharusnya setiap ahli al-kitâb, baik yahudi maupun

Nashara yang telah tahu dakwah Islam untuk beriman kepada Nabi yang Ummi,

yang telah dikabarkan dalam Taurat dan Injil. Mestinya ia beriman kepada yang

tertulis dalam Al-Quran dan syariat-syariat yang ada didalamnya. Kalau tidak,

berarti mereka menyembunyikan atau menutupi apa yang tertulis dalam Taurat

maupun Injil, kitab mereka sendiri.

Ada hakikat lain yang harus diketahui setiap manusia, bahwa siapa yang

beriman kepada sebagian kitab samawi dan mengingkari sebagian yang lain,

maka ia adalah orang kafir. Karena diantara kriteria iman ialah percaya kepada

2Sikap Islam Terhadap Non-Muslim, h. 33

Page 45: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

36

36

kitab-kitab samawi secara keseluruhan, dan beriman kepada semua nabi dan

rasul.

a. Kelompok Atheis dan Murtad

Secara bahasa, murtad adalah kembali kejalan yang semula dilauli. Secara

istilah, murtad bermakna kembalinya orang yang telah beragama Islam yang

berakal dan sudah balig pada kekafiran karena kehendaknya sendiri tanpa ada

paksaan dari orang lain.3

Banyak sekali gambaran-gambaran atau bentuk-bentuk keyakinan yang

bathil dan pemikiran menyesatkan yang dapat menyeret seseorang pada

kemurtadan dan mengeluarkannya dari Islam ini, maka setiap orang muslim

harus mawas diri dalam menaggapi keyakinan, atau perkataan atau perbuatan

yang menyembul disekitarnya. Ia harus memagari diri dengan perbuatan-

perbuatan baik, berpegang teguh pada sendi-sendi Islam dan merujuki para

ulama yang mampu menyajikan fatwa dalam rangka menyingkirkan setiap

gangguan dan intimidasi yang dapat mengotori aqidah. Sedangkan Atheisme

adalah pengingkaran terhadap dzat Illahi, menolak risalah samawi yang telah

diturunkan Allah kepada Rasul-rasul-Nya. Karena seorang Atheis tidak mau

menerima agama Allah, mengingkari rukun iman dan dasar-dasar syariat.

Meskipun Atheisme termasuk dalam kelompok pengertian kemurtadan, tapi

justru ia lebih buruk dan lebih besar bahayanya bagi individu dan masyarakat

3Sayyid Sabiq, Fiqih al-Sunnah, jil. 2 (Beirut Libanon: Dar al-Kutub al-Arabi, 1973), h. 256

Page 46: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

37

37

dibandingkan dengan pengertian kemurtadan lain, seperti pemeluk agama

Nashrani dan Yahudi.4

b. Kelompok Paganis (penyembah berhala) dan Musyrikin

Siapakah yang disebut Paganis itu? Mereka adalah orang-orang yang

membuat sembahan selain Allah, atau ,mengambil tuhan selain Allah. Yang

termasuk kedalam kelompok ini adalah orang-orang musyrik Arab. Penyembah

api, bintang, orang-orang majusi, dan lain-lainnya yang sama menyembah

patung.

Untuk mendekatkan pada tujuan yang dimaksud, kita batasi pembahasan

ini dalam dua kelompok, yaitu:

i. Kelompok Musyrik Arab

Dalam menghadapi kelompok ini, Islam menyodorkan 2 pilihan; Islam

ataukah perang. Jizyah pun berlaku bagi mereka. Pendapat ini didukung oleh

jumhur fiqoha, seperti Hanafiah, Imam Ahmad, Malikiah, Zaidiah, dan lain-

lain. Mereka berkata, "Jizyah bisa diambil dari setiap orang kafir selain dari

penyembah berhala dari bangsa Arab."

Sedang Al-Auza'I, Ats-Tsauri dan sebagian mazhab Malikiyyah

berpendapat bahwa Jizyah bisa diambil dari setiap orang kafir, baik dari

bangsa Arab atau non Arab, dari ahli kitab maupun penyembah berhala.

4Abullah Nashih 'Ulwan, Sikap Islam Terhadap Non Muslim, h. 62.

Page 47: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

38

38

ii. Kelompok Paganis selain Arab

Kata Jizyah berasal dari kata jaza’ yang berarti upah atau bayaran.

Secara istilah, adalah sejumlah uang yang diwajibkan kepada orang-orang

ahlul-kitab yang masuk dalam perlindungan dan perjanjian umat Islam.5

Dari Muhammad bin Hambal berkata, bahwa jaminan tidak berlaku

kecuali kepada ahli kitab atau orang-orang seperti mereka, seperti orang-

orang Majusi. Negara harus menjamin keamanan mereka dan mereka harus

melaksanakan beberapa syarat.

Firman Allah SWT:

رحسول وح رمح ٱلل ا حح مونح مح لح يحرذ لح بٱلحوم ٱألخر وح وح ينح لح يؤمنونح بٱلل تلوا ٱل ۥقحن يحد وحهم زيحةح عح يعطوا ٱل ت بح حح وتوا ٱلكتح

ينح أ منح ٱل يحدينونح دينح ٱحلحقذ

لح وحغرونح )٩:٩٩/بة اتلو) صح

Artinya : “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan

tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa

yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan

agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-

Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh

sedang mereka dalam keadaan tunduk”.

Para Ulama ahli Fiqih sepakat bahwa Jizyah diambil dari Ahl al-Kitȃb

dan Majusi.6 Dalam kitab bidayah al-Mujtahid, Syafi’i Abu Hanifah dan

Tsauri berpendapat bahwa kafir dzimmi wajib membayar zakat sama halnya

5Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Kitab al-Jihâd bab al-Jizyah jil. iii, (Dar al-Kutub, 1973) , h. 664.

6Imam Ibn Qayyim, Ahkȃm Ahl az-Dzimmah (Dȃrul al-Hadîts, 2005), h. 11.

Page 48: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

39

39

orang Islam, juga seperti yang lain.7

c. Kelompok orang-orang munafik

Hiprokrisi atau kemunafikan adalah suatu sikap pada diri seseorang yang

mengaku-ngaku Islam, tetapi jauh dilubuk hatinya menyimpan bara kekufuran

yang menyala dan tujuan-tujuan yang menjijikan. Dalam mengahadapi orang-

orang yahudi yang berlindung kepada Islam, maka mereka diperlakukan

sebagaimana seorang Muslim yang murtad lalu memeluk agama lain. Atau

mereka diperlakukan sebagaimana seorang destroyer yang memperlihatkan

fanatismenya yang bakal merusak.

Mengenai hukum kehadiran/mengikuti perayaan non-muslim MUI

telah mengeluarkan fatwa yang mengatakan bahwa kehadiran orang Islam pada

perayaan Natal adalah Haram (dilarang), karena itu umat Islam tidak boleh ikut

terlibat dalam upacara-upacara semacam itu. Fatwa itu ditandatangani oleh

Syukri Ghozali, ketua, dan Mas’udi, Sekretaris Komisi Fatwa.8

ارحفوا بحائلح تلحعح ا وحقح كم شعوب لنح عح وحجح نثحأ ر وح

ن ذحكح كم مذ لحقنح ا ٱلاس إنا خح هح يحأ يح

ح كم إن ٱلل ى تقحح أ كم عندح ٱلل كرحمح

حبري إن أ ليم خح )٩٩:٥١/احلجرات )عح

Artinya : ”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa

dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang

yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa

diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal".

7Ibnu Rusd, Bidayatul Mujtahid, wa Nihayatu al-Muqtasid, (al-Haramain, t.t), h. 178.

8Muhammad Atho Mudzar, Fatwa-fatwa Majlis Ulama Indonesia: sebuah studi tentang

pemikiran hukum Islam di Indonesia, 1975-1988 (Jakarta: INIS, 1993), h. 117.

Page 49: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

40

40

نيحا ا ف ٱدل احبهمح ا وحصح حكح بهۦ علم فحلح تطعهمح ا لحيسح ل ن تشكح ب محح أ ح اكح لعح دح هح إون جح

ثم إلح نحابح إلححن أ بيلح مح وحٱتبع سح ا عروف لونح مح ا كنتم تحعمح نحبذئكم بمح

رجعكم فحأ مح

)١٥:٥١/لقمان )

Artinya : “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku

sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu

mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah

jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu,

maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.

حم يرج ل ين وح تلوكم ف ٱدلذ حم يقح ينح ل ن ٱل عح كم ٱلل ى نهح ل يح ن تحبححركم أ ن ديح وهم وكم مذ

ح يب هم إن ٱلل تقسطوا إلح )٨:٠٥/الممتحنه )ٱلمقسطنيح وح

Artinya : ”Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil

terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula)

mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

berlaku adil”.

Khusus berkaitan dengan perayaan hari-hari besar itu sendiri, menurut kaca

mata Al-Kitab, As-Sunnah, Ijma’ maupun Qiyaas.

Dalil-dalil Al-Qur’an yang melarang kita untuk ikut serta dalam hari-hari raya

mereka. Adapun menurut Al-qur’an, adalah berdasarkan penafsiran beberapa

tabi’in mengenai firman Allah :

ا ام وا كرح ر وا بٱللغو مح ر ورح إوذحا مح دونح ٱلز حشهح ينح لح ي )٩١:٢٩/الفرقان ) وحٱل

Artinya : “Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila

mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan

yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya”.

Page 50: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

41

41

Abu Bakar Al-Khallaal meriwayatkan dalam al-Jâmi’, dengan sanadnya

sendiri dari Muhammad bin Sirin, berkenaan dengan firman Allah :

ينح لح ورح وحٱل دونح ٱلز حشهح )٩١:٢٩ /الفرقان) يArtinya : “dan orang-orang yang tidak menyaksikan kepalsuan/kedustaan ...,”

Artinya adalah menghadiri Sya’âni (hari besar yang diperingati oleh orang

kristen dalam rangka mengenang kembali masuknya Al-Masih ke Baitul Maqdis.9

Abu Syaikh Al-Ashbahani meriwayatkan dengan sanadnya sehubungan

dengan “syarat-syarat yang dibebankan terhadap Ahli Dzimmah” dari Adh-

Dhahak, bahwa arti: “orang-orang yang tidak menyaksikan kepalsuan

/kedustaan,” adalah: mereka yang tidak melontarkan kata-kata syirik.

Masih dengan sanadnya, dari Juwaibir, dari Adh-Dhahhak bahwa makna ayat

yang artinya: “orang-orang yang tidak menyaksikan kepalsuan/kedustaan,”

mereka yang tidak menghadiri hari-hari besar kaum musyrikin.

Pernyataaan para tabi’in bahwa maksud ayat tersebut adalah larangan

(menghadiri) hari-hari raya orang kafir, tidak bertentangan dengan pernyataan

sebagian mereka bahwa yang dimaksud dengan larangan terhadap perbuatan syirik

atau berhala dimasa jahiliyyah, atau pernyataan sebagian mereka adalah larangan

9Ibn Taymiyyah, Iqtida’ al-Sirat al-Mustaqȋm: lilMukhȃlafah Ashȃb al-Jahȋm (Dar El-Fikr

Beirut-Libanon, 2003), h.169.

Page 51: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

42

42

terhadap tempat digelarnya kemaksiatan.10

Adapun dalil Sunnah:

عن أنس قال قدم رسول الل صىل الل عليه و سلم المدينة ولهم يومان يلعبون الاهلية فقال رسول اللقالوا كنا نلعب فيهما ف "ما هذان الومان "فيهما فقال

إن الل قد أبدلكم بهما خريا منهما يوم األضىح ويوم "صىل الل عليه و سلم رواه ابوداود() 11الفطر

Artinya : Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu meriwayatkan : “ketika Rasulullah

Saw tiba di Madinah, Mereka (orang-orang Madinah) telah memiliki dua hari

yang mereka jadikan untuk bermain-main (bersuka ria). Beliau bertanya: “Ada

apa dengan dua hari ini?” mereka menjawab: “Di masa Jahiliyyah, kami biasa

bermain-main pada dua hari itu.” Maka Rasulullah Saw menanggapi;

“sesungguhnya Allah telah menggantikan untuk kalian hari yang lebih baik dari

hari itu yakni hari Idul Adhâ dan Idul Fitri.”

B. Hukum Memberi Salam dan Mengucapkan Selamat Pada Hari Raya

Non-Muslim

Ada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang melarang seorang

Muslim memulai mengucapkan salam kepada orang Yahudi dan Nasrani. Hadits

tersebut menyatakan,

ب حن أ بيه عح

حن أ لح عح ءوا الحهودح وح لمح قحالح لح تحبدح لحيه وحسح عح ىل الل صح ن رحسولح الل

حةح أ يرح هرح

ضيحقهحوه إلح أ ر ريق فحاضطح هم ف طح دح حح

حم فحإذحا لحقيتم أ لح ى بالس ارح مسلم(رواه )12الصح

Artinya ; “diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda:

Janganlah memulai salam kepada orang Yahudi dan Nasrani. Jika kamu bertemu

10Ibn Taymiyyah, Iqtida’ al-Sirat al-Mustaqȋm, h. 170.

11 Abu Daud, Sunan Abi Daud, hadis no. 1134, jil. 1 (Dar al-Fikr, t.t), h. 364. 12Shahih Muslim, Kitab as- Salâm bab al-nahyu ‘an Ibtida’ Ahlu al-Kitâb bi al-Salâm, hadis no.

2167, jil 4 (Beirut al-‘Arabi: Daru Ihya, t.t), h. 1707

Page 52: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

43

43

mereka di jalan, pepetlah jalannya itu ke arah yang lebih sempit”.

Ulama berbeda paham mengenai makna larangan tersebut. Dalam buku

Subul as-Salâm karya Muhammad bin Isma’îl al-Kanlani (jil. IV, hlm. 155) antara

lain dikemukakan bahwa sebagian ulama bermazhab Syafi’i tidak memahami

larangan tersebut dalam arti haram, sehingga mereka membolehkan menyapa non-

Muslim dengan ucapan salam. Pendapat ini merupakan juga pendapat sahabat

Nabi, Ibnu ‘Abbâs. Al-Qadhi ‘Iyadh dan sekelompok ulama lain membolehkan

mengucapkan salam kepada mereka kalau ada kebutuhan. Pendapat ini dianut juga

oleh ‘Alqamah dan al-Auza’i. 13

Penulis cenderung menyetujui pendapat yang membolehkan itu. Bahkan

dalam riwayat Bukhori dijelaskan tentang sahabat Nabi bahwa orang Yahudi bila

megucapkan salam terhadap orang Muslim tidak berkata, “Assalâmu’alaikum,”

tetapi “Assâmu’alaikum,” yang berarti “kematian atau kecelakaan bagi anda”.14

Rasulullah SAW bersabda:

حس نحب بحكر بن أ

ح بن أ نحا عبحيد الل ح خبح

حيم أ ثحنحا هشح د يبحةح حح ب شح

حان بن أ ثحنحا عثمح د حح

نه قحالح عح الك رحضح الل حس بن مح نحثحنحا أ د لمح قحالح الب :حح لمح إذحا سح لحيه وحسح عح ىل الل صح

لحيكم قولوا وحعح هل الكتحاب فححلحيكم أ (رواه خباري و مسلم) 15عح

13 M. Quraish Shihab Menjawab-1001 Soal Keislaman yang patut anda ketahui (Jakarta : Lentera

Hati, 2008), h. 590.

14M. Quraish Shihab, h. 590.

15Shahih Bukhori, bab kaifa al-Roddu ‘ala Ahlu Dzimmah bi as-Salâm, hadis no. 5903, lihat juga

Shahih Muslim, bab an-Nahyu anil Ibtida’ ahl-Kitab, hadis no. 2163, jil. 4, (Beirut al-‘Arabi: Daru

Ihya, t.t), 1705.

Page 53: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

44

44

Artinya : “diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda,

apabila Ahlu Kitab memberi salam kepadamu maka ucapkanlah ‘alaikum (bagi

andalah).”

Jika demikian wajarlah apabila Nabi melarang memulai salam untuk mereka

dan menganjurkan untuk menjawab salam mereka dengan “ ‘Alaikum,” sehingga

jika yang mereka maksud dengan ucapan itu adalah kecelakaan atau kematian,

maka jawaban yang mereka terima adalah “bagi andalah (kecelakaan itu)”.

Mengucapkan “Selamat Natal” masalahnya berbeda. Dalam masyarakat

kita, banyak ulama yang melarang, tetapi tetapi tidak sedikit juga yang

membenarkan dengan beberapa catatan khusus.

Sebenarnya dalam al-Qur’an ada ucapan selamat atas kelahiran Isa:

يحومح موت وححيحومح أ يحومح ودلت وح ح م لعح لح ا وحٱلس يذ ث حح بعح

)٥٩:١١/مريم )أ

Artinya : “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku

dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup

kembali.”

Surah ini mengabadikan dan merestui ucapan selamat natal pertama yang

diucapkan oleh Nabi mulia itu. Akan tetapi persoalan ini jika diakitkan dengan

hukum agama tidak semudah yang diduga banyak orang, karena hukum agama

tidak terlepas dari konteks, kondisi, situasi, dan pelaku.

Yang melarang ucapan “Selamat Natal” mengaitkan ucapan itu dengan kesan

yang ditimbulkannya, serta makna populernya, yakni pengakuan ketuhanan Yesus

Kristus. Makna ini jelas bertentangan dengan akidah Islamiah, sehingga ucapan

Page 54: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

45

45

“Selamat Natal” paling tidak dapat menimbulkan kerancuan dan kekaburan.16

Ucapan selamat atas kelahiran Isâ (Natal), manusia agung lagi suci itu,

memang ada di dalam al-Qur’an, tetapi kini perayaannya dikaitkan dengan ajaran

agama Kristen yang keyakinannya terhadap agama ‘Isâ al-Maŝih berbeda dengan

pandangan Islam. Mengucapkan “Selamat Natal” atau menghadirin perayaannya

dapat menimbulkan kesalah pahaman dan dapat mengantarkan kita kepada

pengaburan akidah. Ini dapat dipahami sebagai pengakuan akan ketuhanan al-

Maŝih, satu keyakinan yang secara mutlak bertentanga dengan akidah Islam.

Dengan alasan ini lahirlah larangan dan fatwa haram untuk mengucapkan

“Selamat Natal” sampai-sampai ada yang beranggapan ucapan selamat, aktivitas

apapun yang berkaitan atau membantu terlaksananya upacara Natal tidak

dibenarkan.

Dipihak lain ada juga pandangan yang membolehkan ucapan “Selamat

Natal”. Ketika mengabadikan ucapan selamat itu, al-Qur’an mengaitkannya

dengan ucapan ‘Isâ,

بح وح نح ٱلكتح اتحى ءح بد ٱلل ا قحالح إنذ عح لحن نحبيذ عح )٥٩:١٥/مريم )جح

Artinya : “sesunguhnya aku ini, hamba Allah. Dia Memberiku al-Kitab dan Dia

menjadikan aku seorang Nabi”.

Salahkah bila ucapan “Selamat Natal” dibarengi dengan keyakinan itu?

Bukankah al-Qur’an telah memberi contoh? Bukankah ada juga salam yang tertuju

16M. Quraish Shihab, M. Quraish Shihab Menjawab-1001 Soal Keislaman yang patut anda

ketahui (Jakarta : Lentera Hati, 2008), h. 590

Page 55: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

46

46

kepada Nûh, Ibrȃhîm, Mûsȃ, Hȃrûn, keluarga Ilyas, serta para Nabi lain? Bukankah

setiap Muslim wajib percaya kepada seluruh Nabi sebagai hamba dan utusan

Allah ? Apa salahnya kita mohonkan curahan solawat dan salam untuk Isȃ as.,

sebagaimana kita mohonkan untuk seluruh Nabi dan Rasul? Tidak bolehkah kita

merayakan hari lahir (natal) Isa as.? Bukankah Nabi SAW. Juga merayakan hari

keselamatan Musa dari gangguan Fir’aun dengan berpuas ‘Asyura’, sambil

bersabda kepada orang-orang Yahudi yang sedang berpuasa, seperti sabdanya,

عيد بن ج ن سح ب بش عححن أ يم عح نحا هشح ح خبح

حيح أ يح بن يح ثحنحا يح د ن حح باس بحري عح ابن عح

دح الحهودح دينحةح فحوحجح لمح المح لحيه وحسح عح ىل الل صح ا قحالح قحدمح رحسول الل نهمح عح رحضح الل فيه رح الل ظهح

حي أ ا الحوم ال ذح الوا هح قح ن ذحلكح فح اءح فحسئلوا عح شورح سح مو يحصومونح يحومح عح

لمح لحيه وحسح عح ىل الل الح الب صح قح فح نححن نحصومه تحعظيما لح ونح فح ح فرعح ائيلح لعح بحن إسح وحومه رح بصح مح

حولح بموسح منكم فحأ

حن أ (رواه مسلم) 17نح

Artinya : “Dari Ibnu Abbas r.a., katanya: “ketika Rasulullah SAW belum lama tiba

di Madinah, didapatinya orang-orang Yahudi puasa pada hari “Asyura. Lalu

mereka ditanya perihal hal itu (apa sebabnya mereka puasa pada hari itu).

Jawabmereka, “hari ini adalah hari kemenangan Musa dan Bani Israil atas

Fir’aun.Karena itu kami puasa pada hari ini untuk menghormati Musa.” Maka

besabda Nabi Saw., “kami lebih pantas memuliakan Musa daripada kamu.” Lalu

beliau perintahkan supaya kaum Muslimin puasa pada hari ‘Asyura”.

Bukankah “Para Nabi” sebagaimana sabda Nabi Saw., “bersaudara, hanya

ibunya yang bebeda?” bukankah seluruh umat bersaudara? Apa salahnya kita

bergembira dan menyambut kegembiraan saudara kita dalam batas-batas

kemampuan kita, atas batas yang digariskan oleh anutan kita? Kalau demikian

17Shahih Muslim, Kitab Siyâm bab Soum Yaumu ‘Asyura, hadis no. 1130, jil 2 (Beirut al-

‘Arabi: Daru Ihya, t.t), h. 795

Page 56: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

47

47

halnya, apa salahnya mengucapkan “Selamat Natal” selama akidah masih dapat

dipelihara dan selama ucapan itu sejalan dengan apa yang dimaksud oleh al-Qur’an

sendiri yang telah mengabadikan “Selamat Natal” itu?

Seperti terlihat, larangan muncul dalam rangka upaya memelihara akidah,

karena kekhawatiran kerancuan pemahaman. Oleh karena itu, agaknya larangan

tersebut lebih banyak ditujukan kepada meraka yang dikhwatirkan kabur

akidahnya. Kalau demikian, jika seseorang ketika mengucapkannya tetap murni

akidahnya atau mengucapkannya sesuai kandungan “Selamat Natal’ Qur’ani,

kemudian mempertimbangkan situasi dan kondisi dimana ia diucapkan sehingga

tidak menimbulkan kerancuan akidah bagi dirinya dan Muslim yang lain, maka

agaknya tidak beralasanlah larangan itu.

Page 57: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

48

BAB IV

HUBUNGAN SOSIAL MUSLIM DENGAN NON-MUSLIM

A. Hubungan Sosial Muslim Dengan Non-Muslim

Islam tidak hanya sekedar bangsa dan memuji prinsip ini, tapi secara praktik

menjadikan hubungan antar sesama manusia, baik dalam tingkat individu,

kelompok, maupun negara, adalah hubungan yang didasari rasa aman dan damai.

Dan hal itu tidak hanya antar umat Islam saja, melainkan juga meliputi hubungan

dengan non-muslim.1

Hubungan umat Islam dengan mereka adalah hubungan yang bersifat ta'aruf

(saling mengenal), saling tolong-menolong, saling berbuat kebaikan dan berbuat

adil.2

Allah SWT berfirman :

ها يأ نث وجعلنكم شعوبا وقبائل لعارفوا إن ٱي

ن ذكر وأ نلاس إنا خلقنكم م

كرمكم عند كم إن ٱأ تقى

أ عليم خبري ٱلل )٩٤:٣١/احلجرات ) لل

Artinya : "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-

laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan

bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang

paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara

kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."

Allah SWT juga menganjurkan untuk melakukan kebaikan dan dengan cara

yang adil:

1Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, Kitab Ta’zir bab al-Salâm fi al-Islâm, (Dar al-Kutub, 1973), h.

596.

2Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Dar al-Kutub, 1973) , h. 603.

Page 58: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

49

وهم لا ينهىكم ن تبن ديركم أ ين ولم يرجوكم مد ين لم يقتلوكم ف ٱلد عن ٱلا ٱللا

يب )٠٦:٨/الممتحنة )ٱلمقسطني وتقسطوا إلهم إنا ٱللا

Artinya : "Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap

orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir

kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku

adil".

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Seluruh manusia

adalah keturunan Âdam dan Âdam diciptakan dari tanah.” Pada waktu haji wada’

Rasulullah Saw memberikan maklumat, “Wahai umat manusia, sesungguhnya

Tuhan kalian satu dan nenek moyang kalian satu pula....”.1

Konsekuensi dari hubungan semacam ini adalah terjadinya pertukaran

kepentingan, menjaga hal-hal yang bermanfaat, dan kuatnya hubungan

kemanusiaan. Semua ini tidak termasuk kedalam larangan yang berkaitan

menjadikan orang-orang kafir sebagai wali (penolong orang yang dicintai dan

sebagainya). Sebab, yang dimaksud menjadikan orang-orang kafir sebagai wali

adalah bersekutu dengan mereka, menolong mereka dalam melawan umat Islam,

dan ridha (setuju) dengan hal-hal kekafiran yang mereka lakukan. Hal itu dilarang

karena membantu orang-orang kafir melawan umat Islam adalah tindakan yang

sangat membahayakan keutuhan umat Islam, melemahkan kekuatan jamaah umat

Islam, dan sudah pasti setuju dengan hal-hal kekafiran yang mereka lakukan adalah

sesuatu yang dilarang umat Islam. Sedangkan berdamai dengan orang-orang kafir,

1Jamȃl al-Dȋn ‘Athiyyah Muhammad, Fiqh Baru bagi Kaum Minoritas, Penerjemah Shofiyullah

(Bandung: Marja, 2006), h. 131

Page 59: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

50

interaksi yang harmonis, bertukar kepentingan, tolong menolong dalam kebaikan,

maka semua ini adalah hal-hal yang diperintahkan oleh Islam.2

بلوكم ف ما ءاتىك ة وحدة ولكن لد ما لعلكم أ ستبقوا ٱليرت م فٱولو شاء ٱللا

)٥:٨٨/دة ئالما)

Artinya : “Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat

(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu,

maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.”

Dari sinilah, Islam menentukan bahwa tidak terdapat perbedaan antara

orang Muslim dengan kafir dzimmy (orang kafir yang hidup ditengah masyarakat

Islam, dan mendapatkan perlingdungan dari pemerintah Islam).3 Apabila posisi

kita kuat, kita bisa menjaga kehormatan dan harta kita dari gangguan dan

kezaliman kaum kafir, bahkan seandainya ada saudara kita yang bermaksud

berbuat mungkar kita wajib mencegahnya. Imam Muslim meriwayatkan, sanadnya

dari Abu Zaid ra. Ia berkata Rasulullah SAW. Bersabda:

ر يبة حدثنا كيب بن فيبا كحدثنا محدد بن لثمن ى حدثنا محدد بن عفيحدثنا أبو بكر بن أيبأكل من حدثنا يفة يالمها عن لقبس بن مسلم عن طارق بن يهاب كهذل حديث أيب بكر قالد ترك ما ق بدأ باخلطة يوم للفبد قةل للصالة مركل فقام إلبه رعل فقال للصالة قةل لخلطة فقال

فبد أما هذل فقد قضى ما علبه مسفت رفول لهلل صلى لهلل علبه ك فلم يقول من هنالك فقال أبو ف

2Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Dar al-Kutub, 1973) , h. 603.

3Fiqih Sunnah, h. 604.

Page 60: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

51

4رأى منكم منكرل فلبغريه ببده فإ مل يستط فةلسانه كمن مل يستط فةقلةه كذلك أضفف لإلميا )ركله مسلم(

Artinya : "siapa diantara kamu yang melihat kemungkaran maka hendaklah

mengubahnya dengan tangannya. Bila tidak mampu, maka (hendaklah

mengubahnya) dengan lisannya, bila tidak mampu maka (hendaklah

mengubahnya) dengan hatinya dan ini merupakan selemah-lemahnya iman."

Memperingatkan Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) agar menuju titik temu

(kalȋmah sawȃ) dengan kaum muslimin, karena tiga agama ini merupakan warisan

Ibrȃhȋm.

ءامنا منهم وقولوا ين ظلموا حسن إلا ٱلاهل ٱلكتب إلا بٱلات ه أ

أ ا ول تجدلوا

نزل إ نزل إلنا وأ

ي أ العكبوت )م ۥ سسلمون لكم إولهنا إولهكم وحد ونن ل بٱلا

/٩٢:٨٠( Artinya : “Dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan

cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan

katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada

kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan

kami hanya kepada-Nya berserah diri."

Rasyid Ridha mengatakan, “dalam penciptaan seluruh umat manusia dari

satu jiwa terdapat sejumlah tanda yang sangat jelas tentang kuasa, pengetahuan,

hikmah, dan ke-Esaan Allah. Pengingatan akan hal itu mengandung petunjuk untuk

mensyukuri nikmat tersebut dan kewajiban untuk saling mengenal, berkasih

sayang dan saling tolong menolong antar umat manusia. Eksistensi keragaman

manusia ke dalam aneka bangsa dan suku ini tidak untuk memunculkan

4Muslim, Shahih Muslim, kitab al-Īman, jil. 1, hadis no. 49, (Beirut al-‘Arabi: Daru Ihya, t.t), h.

69.

Page 61: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

52

permusuhan dan peperangan.5

ثم وٱلعدون ٱل وٱتلاقوى ول تعاونوا لع )٥:٩/الماعدة ) وتعاونوا لع ٱلبد

Artinya : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”

Perbuatab Ahli Kitab diklasifikasikan menjadi tiga bagian :

a. Bagian yang disyariatkan dalam agama kita, selain itu juga disyariatkan kepada

mereka, atau kita tidak tahu apakah dahulu hal itu juga disyariatkan kepada

mereka, namun yang jelas, sekarang mereka bisa melakukannya.

b. Bagian yang lain, yang pernah disyariatkan kepada mereka, namun telah

dihapus dalam ajaran Islam.

c. Bagian yang lain, perbuatan yang tidak pernah disyariatkan kepada mereka.

Nemun mereka mengada-adakannya (dalam agama mereka).

Ketiga bagian itu, mungkin berlaku dalam ibadah mahdhah, mungkin juga

berlaku hanya dalam adab pergaulan semata, tetapi juga mungkin meliputi ibadah

dan sekaligus adab pergaulan.6

A. Alasan dan Dampak Mengikuti Ibadah Non-Muslim

a. Alasan mengikuti Ibadah non-Muslim

5Jamȃl al-Dȋn ‘Athiyyah Muhammad, Fiqh Baru bagi Kaum Minoritas, Penerjemah Shofiyullah

(Bandung: Marja, 2006), h. 147.

6Ibn Taymiyyah, Iqtida’ al-Sirat al-Mustaqȋm: lil Mukhȃlafah Ashȃb al-Jahȋm, (Dar El-Fikr

Beirut-Libanon, 2003), h. 166.

Page 62: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

53

Apabila penyerupaan diri dengan orang-orang non-muslim ini telah jelas

dan terbukti, maka harus kita nyatakan bahwa mengikuti ibadah hari-hari besar

mereka juga tidak diperbolehkan. Sebagaimana yang diulas sebelumnya bahwa

membedakan diri dengan Ahli Kitab merupakan perbuatan yang disyariatkan

pada agama Islam, dan membedakan diri tersebut mengandung kemaslahatan

bagi kita.

Akan tetapi kita akan sangat berlebihan juga hanya memberikan perhatian

kita kepadanya (mengikuti ibadah non-muslim) dan membicarakan serta

membahasnya berlarut-larut dan juga menganggapnya sebagai masalah yang

utama dan puncak tujuan kita. Maka sesungguhnya hal ini akan membawa kesan

yang buruk terhadap pemikiran Islam dan amal Islami atau kesan yang tidak

baik dalam pemikiran masyarakat awam. Keadaan seperti ini dapat

dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam, yang dapat membahayakan syari’at dan

dakwah Islam itu sendiri.7

Untuk golongan pertama, yaitu orang-orang non-Muslim yang berlaku baik

terhadap masyarakat Islam, hendaknya kita balas dengan kebaikan dan berlaku

moderat terhadap mereka. Yang dimaksud moderat disini adalah berlaku adil.

Sedangkan yang dimaksud berbuat baik adalah murah hati dan ramah. Jadi,

dalam Islam, perbuatan baik setingkat lebih tinggi dibanding dengan perbuatan

7 Khojrojiah, ”Larangan Tsyabbuh Dalam Hukum Islam (studi alasan dan dampak),” (Skripsi S1

Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 45

Page 63: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

54

adil. Karena, definisi adil adalah mengambil hak anda dengan semestinya.

Sedangkan berbuat baik adalah, mengambil sebagian hak anda untuk orang lain.

Jadi, yang dimaksud adil dan moderat disini adalah memberikan hak

seseorang sebagaimana seharusnya, jangan sampai ada sedikitpun hak dia yang

terambil. Sedangkan perbuatan baik adalah memberikan hak lebih kepada

seseorang dengan menambahkan sikap pemurah dan ramah.

Adapun kalangan lain yang yang diharamkan untuk berlaku adil dan baik

adalah mereka yang telah memusuhi Islam dan kaum muslimin, memerangi dan

mengusir mereka dari tanah kelahirannya dengan cara yang zalim, kacuali

ketika telah mengucapkan "Allah adalah Tuhan kami". Hal tersebut sama

seperti yang telah dilakukan oleh masyarakat Quraisy dan musyrik Mekah

terhadap Rasulullah SAW dan para sahabat beliau.8

Umat Kristen dengan senang mengundang orang-orang Islam datang

keperayaan-perayaan demikian dengan alasan kerukunan antar umat beragama

menurut asas ideologi negara Pancasila. Banyak orang Islam yang segan untuk

menolak undanga-undangan serupa itu, justru karena takut akan dituduh tidak

bertoleransi terhadap agama lain. Jika bagi pihak umat Kristen kehadiran orang-

8Yusuf Al-Qardhawi, Fiqih Minoritas: Fatwa Kontemporer Tehadap Kehidupan Kaum Muslimin

di Tengah Masyarakat Non-Muslim, Penerjemah Adillah Obid (Jakarta: Zikrul Hakim, 2004), h. 199.

Page 64: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

55

orang Islam pada perayaan natal adalah kesempatan paling baik untuk

mendekatkan tamu mereka itu pada kekristenan.9

Terdapat sejumlah pertimbangan yang perlu diperhatikan ketika membahas

solusi untuk problem pada skripsi ini, yaitu:

1. Orang Muslim yang tinggal di Negara non-Muslim, atau kaum muslim

minoritas yang jumlahnya cukup banyak, seperti di India. Jumlah kaum

Muslimin di India merupakan kaum minoritas. Akan tetapi jumlah kaum

minoritas ini mencapa 135 juta jiwa, sehingga tidak aneh kalau ada

peraturan hukum keluarga khusus bagi mereka.10

2. Seorang pelajar yang sedang melaksanakan pendidikannya di negara non-

Muslim.

3. Seorang pekerja/pegawai di perusahaan asing atau atasannya merupakan

seorang non-Muslim.

4. Seorang pimpinan daerah, atau bahkan juga seorang Ulama yang

mendapatkan undangan demi terjalinnya hubungan antar umat beragama.

Setelah kita mengetahui beberapa contoh di atas, dapat kita ketahui bahwa

mereka semua adalah golongan orang-orang yang hubungannya tidak terlepas

dengan non-muslim.

9 Muhammad Atho Mudzar, Fatwa-fatwa Majelis Ulama Indonesia: sebuah studi tentang

pemikiran hukum Islam di Indonesia, 1975-1988, Penerjemah Soedarso Soekarno (Jakarta: INIS, 1993),

h. 118.

10Jamaludin Athiyah Muhammad, Fiqih Baru Bagi Kaum Minoritas: Ham dan Supremasi Hukum

sebagai Keniscayaan, Penerjemah Shofiyullah, (Bandung: Marja, 2006), h. 222.

Page 65: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

56

Setiap perbuatan secara sadar dilakukan oleh seseorang pasti mempunyai

tujuan tertentu yang jelas, tanpa mempersoalkan apakah perbuatan yang dituju

itu baik atau buruk, mendapatkan manfaat atau menimbulkan madharat.

Sebelum sampai pada perbuatan yang dituju itu ada serentetan perbuatan yang

mendahuluinya.11

b. Dampak mengikuti ibadah non-muslim

Meniru mereka dalam hal sepele yang dapat menjadi jalan dan tangga

menuju berbagai perbuatan buruk hukumnya adalah haram, apalagi kalau

sampai menggiring kepada kekufuran kepada Allah? Seperti mengambil berkah

salib, atau menerima pembabtisan (dari mereka) atau seperti orang yang

menyatakan: “yang kita sembah sebenarnya sama yaitu yang Esa hanya saja

caranya yang berbeda-beda,” dan pernyataan-pernyataan dan perbuatan sejenis

yang meliputi:

Adanya anggapan bahwa syariat agama Nasrani dan Yahudi yang telah

diubah dan bahkan telah dihapuskan adalah penghubung menuju ibadah kepada

Allah SWT.

Selebihnya ada juga yang beranggapan bahwa sebagian diantara

kandungan ajaran mereka yang bertentangan dengan agama Allah itu baik.12

11 Amir Syarifudin, Ushul Fiqh (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 2001) h. 396.

12Ibnu Taimiyah, Iqtia as-Siratal Mustaqim., h. 197.

Page 66: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

57

Tabiat dasar manusia cenderung punya hasrat untuk meniru. Yakni, bahwa

manusia juga bahkan seluruh makhluk hidup telah dicipta untuk memiliki hasrat

untuk dapat tampil seperti yang ditirunya. Semakin besar kemiripan antara yang

ditiru dengan dirinya, semakin besar dan semakin besar hasratnya untuk dapat

menyamainya dalam karakter dan sifatnya. Sehingga ujung-ujungnya akan

sampai pada kesamaan antara keduanya.13

Meniru-niru gaya hidup secara lahiriyah akan menimbulkan rasa cinta dan

kasih sayang serta simpati dan loyalitas dalam hati. Demikian juga sebaliknya,

kecintaan dalam hati juga menimbulkan sikap meniru gaya hidup secara

lahiriyah. Ini hal yang dapat dibuktikan secara kongkrit berdasarkan

pengalaman. Sehingga bila ada dua orang lelaki yang berasal dari satu negeri,

kemudian keduanya saling bersua di rantau, antara keduanya pasti timbul rasa

cinta, simpati dan keakraban yang amat sangat. Meskipun di negeri mereka

sendiri keduanya tidak saling mengenal atau bahkan mungkin saling

berjauhan.14

B. Analisa Penulis Mengenai Tasyabbuh Terhadap Peribadatan non-Muslim

Telah kita sebutkan dalil-dalil dari Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma’, atsar-atsar

dan qiyas, yang kesemuanya menunjukan bahwa tasyabbuh diri dengan mereka

(ahli kitab) secara garis besar dilarang. Sebaliknya membedakan diri dari tata cara

13Ibnu Taimiyah, Iqtia as-Siratal Mustaqim., h. 201.

14Ibnu Taimiyah, Iqtia as-Siratal Mustaqim., h. 202.

Page 67: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

58

hidup mereka adalah disyariatkan. Bisa jadi wajib, mungkin juga disunnahkan atau

bahkan boleh-boleh saja, tergantung pada situasi dan kondisi.

Di sini penulis akan mengemukakan beberapa pandangan penulis mengenai

hukum mengikuti peribadatan non-Muslim dilihat dari beberapa sudut.

Pertama, pandangan penulis mengenai seseorang yang menghadiri ibadah

non-Muslim, bagi seseorang yang tinggal di daerah atau di Negeri non-Muslim

akan sangat kesulitan untuk hidup bermasyarakat dengan mereka terutama apabila

sedang dilaksanakannya hari-hari besar mereka. Mereka (non-Muslim) pasti akan

menunjukkan sikap kegembiraan mereka dengan mengajak kita untuk mengikuti

perayaan mereka. Tidak mungkin kita akan menolaknya karena bisa jadi itu

merupakan penghinaan bagi mereka atau mungkin nantinya kita pun akan

dikucilkan yang berakibat tidak baik bagi kehidupan bermasyarakat kita. Maka,

berdasarkan kaidah tidak dikira tasyabbuh melainkan dengan niat, seseorang yang

tinggal di daerah atau negeri yang mayoritas non-Muslim boleh saja mengikuti

perayaan hari besar mereka demi untuk menghargai kehidupan beragama dan adat

istiadat mereka. Begitu juga dengan seorang kepala daerah, yang sudah pasti akan

mendapat undangan apabila sedang terjadi perayaan hari-hari besar non-Muslim.

Maka bagi kepala daerah tersebut boleh saja menghadiri undangan tersebut dengan

tidak disertai niat untuk merayakan hari besar tersebut. Dan bagi seorang ulama

yang mendapat undangan pada hari besar non-muslim, menurut pendapat penulis

itu bisa menjadi hubungan yang baik antar umat beragama dan juga menjadi jalan

dakwah untuk menyebarkan Islam.

Page 68: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

59

Kedua, pandangan penulis mengenai seseorang yang menghadiri ibadah

non-Muslim adalah haram, karena diantara yang mereka lakukan di hari raya

mereka ada berupa kekufuran, ada juga berupa kemaksiatan. Maka, sebagai

seorang Muslim sebaiknya berusaha keras untuk menjauhi hal tersebut.

Ketiga, bagi seorang pekerja atau pegawai di perusahaan asing atau memiliki

atasan yang memiliki keyakinan berbeda (non-Muslim) seringkali mendapat

undangan dari atasannya untuk ikut merayakan hari besar mereka. Undangan atau

ajakan dari atasan tersebut biasanya mempengaruhi kepada hasil kerja atau bahkan

kedudukan orang tersebut sebagai bawahannya. Maka dalam hal ini orang tersebut

boleh saja mengikuti undangan atasannya selama masih tidak bertentangan dengan

hal-hal yang disyari’atkan dalam Islam. Begitu juga seperti halnya seorang pelajar

yang berada di negeri yang mayoritas non-Muslim atau bahkan Universitas/

sekolah tempat ia belajar adalah bukan sekolah Islam yang sering melaksanakan

hari-hari besar non-muslim. Maka bagi pelajar tesebut boleh saja ikut merayakan

hari besar tersebut dengan menghindari hal-hal seperti kamaksiatan dan kekufuran.

Selanjutnya penulis menambahkan bahwa ajaran Islam adalah ajaran yang

mudah dipahami dan diamalkan. Ketika seseorang tidak bisa melakukan salat

dengan beridiri, maka ia boleh melakukannya dengan duduk, ketika ia tidak bisa

melakukan salat dengan duduk, maka ia boleh melakukannya dengan sambil

berbaring, ketika ia tidak bisa melakukan salat sambil berbaring, maka ia boleh

melakukannya dengan isyarat.

Page 69: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

60

بكم ٱيريد )٩:٥٨٥/ الباقرة)لعس ٱليس ول يريد بكم ٱ للا

Artinya : “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki

kesukaran bagimu”.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhori dari Sa’id Maqbari, juga

disebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda :

حد إلا غلبه ين أ ين يس ولن يشادا الد رواه بخاري()15إنا الد

Artinya : “agama Islam ini mudah, tidaklah seseorang mempersulit urusan

agama kecuali ia akan kalah”.

15Al-Bukhori, Matan Shahih Bukhori, bab al-Din Yusro, jil. 1 (Indonesia: al-Haromain, t.t), h. 16

Page 70: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

61

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dalam skripsi ini, maka penulis

dapat menyimpulkan sebagai berikut:

1. Tasyabbuh adalah perbuatan menyerupai non-Muslim, melakukan sesuatu

seperti apa yang mereka lakukan, bertingkah laku seperti tingkah laku mereka,

gaya hidup seperti gaya hidup mereka, berpikir seperti gaya berpikir mereka,

lebih tepatnya dari segi aspek zahir dan batin. Adapun tasyabbuh pada zaman

sekarang bila dikaitkan dengan cara berpakaian, berjalan, berpenampilan, gaya

hidup sungguh tidak relevan lagi. Maka, yang lebih tepatnya dalam hal tasyabbuh

pada zaman sekarang yaitu dalam hal cara berpikir yang lebih cenderung seperti

mereka.

2. Dalam hal berhubungan dengan non-Muslim adalah hanya sebatas hubungan

yang bersifat ta’aruf (saling mengenal), saling tolong menolong, saling berbuat

kebaikan dan berbuat adil. Hubungan tersebut akan menciptakan perdamaian,

kebaikan dan interaksi yang harmonis dengan mereka. Dari sinilah Islam tidak

membedakan antara orang muslim dengan kafir dzimmi (orang yang hidup di

tengah masyarakat Islam, dan mendapat perlindungan dari pemerintah Islam).

3. Hukum merayakan ibadah non-Muslim adalah haram apabila di dalamnya

terdapat kekufuran dan juga kemaksiatan. Hukum merayakan ibadah non-

Muslim adalah mubah yakni apabila terlepas dari kerusakan yang ditimbulkan

Page 71: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

62

akibat penyerupaan diri tersebut. Hukum merayakan ibadah non-Muslim adalah

mubah apabila diniatkan hanya untuk menjaga hubungan antar umat beragama,

memenuhi undangan dan menghormati mereka.

Selanjutnya penulis menambahkan, bahwa Islam adalah agama yang indah

dan universal, mengatur seluruh umatnya dalam segala aspek kehidupannya, baik

hubungan dengan Tuhan (vertikal) maupun hubungan dengan sesama manusia

(horizontal). Semua aturan dari Allah yang ditujukan kepada manusia pasti untuk

kebaikan manusia itu sendiri. Menurut pendapat penulis, kita sebagai umat Islam

yang berusaha memenuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, sudah

sepatutnya menjauhkan diri dari perbuatan tasyabbuh tersebut agar terhindar dari

laknat Allah dan Rasul-Nya. Sudut pandang dari dampak yang ditimbulkan bagi

seseorang yang mengikuti ibadah non-muslim adalah akan menimbulkan semacam

simpati serta loyalitas dalam hati yang akan merusak imannya. Sebagai sabda

Rasulullah Saw. “Berbedalah kalian dengan orang-orang musyrik, cukurlah kumis

dan panjangkan jenggot” dan juga Rasul melarang memakai pakaian seperti

pendeta. Apabila meniru-meniru dalam urusan dunia saja dilarang apalagi dalam

masalah ibadah dan agama.

A. Saran

Untuk kepentingan penelitian selanjutnya, maka peneliti menyarankan :

Pertama, perilaku ikut merayakan ibadah non-muslim bahkan sudah banyak

diperaktekan dikalangan masyarakat kecil, karena biasanya pada hari-hari besar

Page 72: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

63

akan ada pembagian bingkisan atau uang, yang bagi masyarakat kecil itu

merupakan hal yang sangat membantu bagi kehidupan mereka.

Kedua, juga diharapkan adanya penelitian tentang bagaimana kehidupan

seorang muslim di tengah-tengah masyarakat non-muslim agar penelitian ini lebih

sempurna dan hasilnya lebih maksimal.

Ketiga, penulis menyarankan kepada berbagai elemen masyarakat, tokoh

masyarakat, alim ulama, agar memantau dan memberikan kontribusinya kepada

masyarakat dalam pemahaman agama, lebih dalamny yaitu dalam hubungan antar

umat beragama.

Page 73: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

64

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Karim

Abduh, Sa’id bin Shabir. Muzilul Ilbas Hukum Mengkafirkan dan Membid’ahkan.

Penerjemah Nurkholis. Jakarta: Griya Ilmu, 2005.

Abi Syaibah, Muhammad Ibn Abi Syaibah. al-Musannaf. Maktabah al-Syamilah, juz.

7.

Albȃni, Muhammad Nasirudin Al-, Ringkasan Shahih Muslim. Penerjemah Imran

Rosadi, vol. 1. Jakarta: Pustaka Azzam, 2003.

Azis, Jum’ah Amin Abdul. Fiqih Dakwah, studi atas berbagai prinsip dan kaidah yang

harus dijadikan acuan dalam dakwah Islamiah. Penerjemah Abdus Salam

Masykur. Surakarta: Era Adicitra Intermedia, 2001.

Bisri, Cik Hasan, Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi.

Tangerang Selatan : PT Logos Wacana Ilmu, 1998.

Bukhori. Matan Sahih Al-Bukhori. jil. 1. Jiddah: Penerbit al-Haramain, t.t.

Daud, Abu, Sunan Abi Daud, hadis no. 1134, jil. 1, Dar al-Fikr, t.t.

Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan, kuantitatif dan kualitatif. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2008.

Farid Abdul Khaliq, Fikih Politik Islam. Penerjemah Faturrahman A. Hamid. Jakarta:

Amzah, 2005.

Moderasi Islam: Tafsir Al-Qur’an Tematik, vol. 4. Jakarta: Lajnah Pentashihan Al-

Qur’an.

Moeleong, J Lexi, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya, 2002.

Mu’jam al-Wasit. tp., 1985.

Mudzar, Muhammad Atho, Fatwa-fatwa Majlis Ulama Indonesia, sebuah studi

tentang pemikiran hukum Islam di Indonesia, 1975-1988. Jakarta: INIS, 1993.

Page 74: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

65

Muhammad, jamȃl al-Dȋn ‘Athiyyah, Fiqh Baru bagi Kaum Minoritas. Penerjemah

Shofiyullah Bandung: Penerbit Marja, 2006.

Munir, M, Metode Dakwah. Jakarta: Kencana, 2006.

Muslim, Shahih Muslim. Beirut al-Arabi : Dar Ihya, t.t.

Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta Gadjah Mada

Universitas Press 2007.

Qardhawi, Al- Yusuf, Fiqih Minoritas, fatwa kontemporer terhadap kaum muslimin di

tengah masyarakat non-muslim. Penerjemah Adillah Obid. Jakarta: Zikrul

Hakim, 2004.

Qayyim, Imam Ibn, Ahkȃm Ahl az-Dzimmah. Dȃrul al-Hadîts, 2005.

Rifa’i, al-, Muhammad Nasib, ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Penerjemah Syihabuddin,

vol. 4. Jakarta: Gema Insani Press. t.t.

Rusd, Ibnu, Bidayatul Mujtahid, wa nihâyatu al-muqtasid. Jil. 1-2, Al-Haramain, t.t.

Shihab, M. Quraish, M. Quraish Shihab Menjawab-1001 Soal Keislaman yang patut

anda ketahui. Jakarta : Lentera Hati, 2008.

Sidharta, Lili Rasjidi & B. Arief. Filsafat Hukum- Mazhab dan Refleksinya. Bandung:

Remadja Karya Offset, 1989.

Suyuthi, As- Imam Jalalludin Al-Mahalli & Imam Jalludin, Tafsir al-Jalâlain berikut

asbâbun nuzûl ayat. Penerjemah, Bahrun Abu Bakar, vol. 1. Bandung: Sinar

Baru Algesindo, 1996.

Syarifudin, Amir, Ushul Fiqh. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

Taymiyyah, Ibn, Iqtida’ al-Sirat al-Mustaqȋm lil Mukhȃlafah Ashȃb al-Jahȋm. Dar El-

Fikr Beirut-Libanon, 2003.

Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedia Hukum Islam. Jakarta:

Djambatani, 1992.

Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, Dar al-Fikr, t.t.

Page 75: HUK UM ME RAYAKAN IBADAH NON MUSLIM - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30649/1/MUHAMM… · 0XKDPPDG,UV\DG1RRU 1,0 ³ Hukum Merayakan Ibadah ... Bhetani Tayu

66

Tuwaijiri, Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-, Ensiklopedia Islam Al-Kamil.

Penerjemah Achmad Munir Badjeber, dkk. Jakarta: Darus Sunnah Press,

2007.

Ulwan, Abullah Nashih , Sikap Islam Terhadap Non Muslim. t.p, t.t.