rencana diseminasi hasil pengkajian...

68
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam peerkonomian daerah dan nasional, antar lain : penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, pakan dan bio-energi, penyerap tenaga kerja dan sumber pendapatan. Dalam pembangunan pertanian 2010-2014, Kementerian Pertanian menetapkan visi yaitu “Terwujudnya Pertanian Industrial Unggul Berkelanjutan yang Berbasis Sumberdaya Lokal untuk Meningkatkan Kemandirian Pangan, Nilai Tambah, Daya Saing dan Ekspor serta Kesejahteraan Petani”, sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah ; (1) mewujudkan sistem pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal, (2) meningkatkan dan memantapkan swasembada berkelanjutan, (3) menumbuh- kembangkan ketahanan pangan dan gizi termasuk diversifikasi pangan, (4) meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor produk pertanian, dan (5) meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Untuk mencapai visi dan tujuan tersebut, Kementerian Pertanian mencanangkan empat target utama, yaitu : (1) pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, (2) peningkatan diversifikasi pangan, (3) peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, serta (4) peningkatan kesejahteraan petani. Sejalan dengan hal tersebut, strategi yang dikembangkan adalah melaksanakan 7 Gema Revitalisasi, yaitu : (1) revitalisasi lahan, (2) revitalisasi perbenihan dan perbibitan, (3) revitalisasi infrastruktur dan sarana, (4) revitalisasi SDM, (5) revitalisasi pembiayaan petani, (6) revitalisasi kelembagaan petani, dan (7) revitalisasi teknologi dan industry hilir. Dalam hal swasembada dan swasembada berkelanjutan, pemerintah mentargetkan produksi padi tahun 2012 sebesar 74,13 juta ton GKG dan surplus beras 10 juta ton pada tahun 2015. Selanjutnya target produksi jagung dan kedelai pada tahun 2014 adalah 31,3 juta ton dan 2,7 juta ton. Khusus di Provinsi banten, target produksi padi, jagung dan kedelai tahun 2012 adalah 2,16 juta to; 0,61 juta ton dan 0,41 juta ton. Untuk mencapai target tersebut, Kementerian Pertanian telah mencanangkan beberapa program strategis diantaranya adalah SL-PTT yang diluncurkan sejak tahun 2007.

Upload: trinhtruc

Post on 07-Feb-2018

241 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam peerkonomian

daerah dan nasional, antar lain : penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, pakan

dan bio-energi, penyerap tenaga kerja dan sumber pendapatan. Dalam pembangunan

pertanian 2010-2014, Kementerian Pertanian menetapkan visi yaitu “Terwujudnya

Pertanian Industrial Unggul Berkelanjutan yang Berbasis Sumberdaya Lokal untuk

Meningkatkan Kemandirian Pangan, Nilai Tambah, Daya Saing dan Ekspor serta

Kesejahteraan Petani”, sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah ; (1) mewujudkan

sistem pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal, (2)

meningkatkan dan memantapkan swasembada berkelanjutan, (3) menumbuh-

kembangkan ketahanan pangan dan gizi termasuk diversifikasi pangan, (4) meningkatkan

nilai tambah, daya saing dan ekspor produk pertanian, dan (5) meningkatkan pendapatan

dan kesejahteraan petani.

Untuk mencapai visi dan tujuan tersebut, Kementerian Pertanian mencanangkan

empat target utama, yaitu : (1) pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan,

(2) peningkatan diversifikasi pangan, (3) peningkatan nilai tambah, daya saing dan

ekspor, serta (4) peningkatan kesejahteraan petani. Sejalan dengan hal tersebut, strategi

yang dikembangkan adalah melaksanakan 7 Gema Revitalisasi, yaitu : (1) revitalisasi

lahan, (2) revitalisasi perbenihan dan perbibitan, (3) revitalisasi infrastruktur dan sarana,

(4) revitalisasi SDM, (5) revitalisasi pembiayaan petani, (6) revitalisasi kelembagaan

petani, dan (7) revitalisasi teknologi dan industry hilir. Dalam hal swasembada dan

swasembada berkelanjutan, pemerintah mentargetkan produksi padi tahun 2012 sebesar

74,13 juta ton GKG dan surplus beras 10 juta ton pada tahun 2015. Selanjutnya target

produksi jagung dan kedelai pada tahun 2014 adalah 31,3 juta ton dan 2,7 juta ton.

Khusus di Provinsi banten, target produksi padi, jagung dan kedelai tahun 2012 adalah

2,16 juta to; 0,61 juta ton dan 0,41 juta ton. Untuk mencapai target tersebut,

Kementerian Pertanian telah mencanangkan beberapa program strategis diantaranya

adalah SL-PTT yang diluncurkan sejak tahun 2007.

Page 2: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

2

BPTP Banten sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Litbang di

daerah merupakan ujung tombak dalam program pendampingan SL-PTT padi, jagung dan

kedelai minimal 60% dari total unit SL-PTT. Program SL-PTT padi, jagung dan kedelai di

Provinsi Banten tahun 2009 masing-masing sebanyak 3.200, 1.030 dan 100 kelompok

yang tersebar di Kabupaten Serang, Pandeglang, Lebak dan Tanggerang. Selanjutnya

tahun 2010 mengalami penurunan, dimana SL-PTT padi dan jagung masing-masing hanya

2.946 dan 70 kelompok, sedangkan SL-PTT kedelai meningkat sebanyak 460 kelompok.

Pelaksanaan SL-PTT padi jagung dan kedelai tersebar di Kabupaten Serang, Pandeglang,

Lebak, Tanggerang dan Kota Serang. Pada tahun 2011, SL-PTT padi, jagung dan kedelai

tersebar di 8 wilayah yaitu Kabupaten Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, Kota

Serang, Cilegon, Tangerang dan Tangerang Selatan dengan jumlah masing-masing

sebanyak 3.993; 70 dan 515 unit/kelompok.

Keberhasilan peningkatan produksi dan implementasi PTT di tingkat petani bukan

hanya menjadi beban BPTP atau Dinas Pertanian semata, tetapi merupakan tanggung

jawab bersama. Oleh karena itu diperlukan koordinasi, sinkronisasi dan pemahaman yang

sama tentang konsep dan aktualisasi SL-PTT. Dalam tatanan operasional, BPTP bertindak

sebagai pendamping teknologi sekaligus melakukan koordinasi dan pelaksanaan display,

demplot, dan demfarm serta pelatihan bagi Petugas Pemandu Lapang SLPTT.

1.2. Dasar Pertimbangan

Pendampingan program SL-PTT memiliki target untuk mendorong peningkatan

produktivitas, produksi dan kesejahteraan petani padi, jagung dan kedelai. Sasaran

peningkatan produktivitas padi non hibrida adalah 0,5-1,0 ton/ha; padi hibrida 1,5 – 2,5

ton/ha; padi gogo 0,5-1,0 ton/ha; jagung hibrida 2,0 – 3,0 ton/ha dan kedelai 0,5 ton/ha.

Melalui SL-PTT diharapkan produksi padi, jagung dan kedelai di Provinsi Banten

meningkat, sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap produksi nasional sebesar 3-

4 %. Harapan tersebut optimis dapat dicapai, karena tersedianya sumberdaya lahan

berupa sawah seluas 202.907 hektar dan lahan kering 435.114 hektar (BPS Provinsi

Banten, 2009). Berdasarkan ARAM III tahun 2010, rataan produktifitas padi, jagung dan

kedelai di Provinsi Banten berturut-turut adalah 5,1; 3,3; dan 1,4 t/ha (BPS, 2010).

Page 3: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

3

Produktivitas tersebut masih rendah dibandingkan potensinya, dimana produktivitas

Ciherang/Inpari-1 adalah 8,5 - 10 ton/ha, jagung 10 ton/ha dan kedelai 2,2 – 2,6 ton/ha.

Kesenjangan hasil dapat dikurangi dengan penerapan teknologi melalui pendekatan PTT.

Penerapan PTT padi di Provinsi Banten memperlihatkan hasil yang cukup

memuaskan. Pengkajian PTT padi pada lahan sawah irigasi di Desa Panancangan, Kec.

Cibadak-Kabupaten Lebak menghasilkan GKP 6,1-7,2 ton/ha (varietas Memberamo)

dengan biaya produksi Rp. 4.617.500 dan tingkat keuntungan adalah Rp. 1.841.500,-.

Selanjutnya produktivitas yang diperoleh petani non-kooperator hanya 3,1-3,9 ton/ha

(biaya produksi Rp. 2.510.750,- dan tingkat keuntungan Rp. 699.250,-). Hasil lain

menunjukkan bahwa rataan luas garapan sawah di lokasi kajian adalah 0,62 ha/petani

(Rachman et al., 2003), sedangkan pendapatan dan pengeluaran rumah tangga adalah

Rp. 5.052.850,- dan Rp. 5.229.500,-. Mayunar et al. (2005) melaporkan bahwa

penerapan PTT di Desa Pegadingan, Kec. Kramatwatu dapat meningkatkan produktivitas

padi sawah sebesar 15,7-36,3 % atau 915-2.115 kg/ha dibanding teknologi petani,

sedangkan tingkat kehilangan hasil pada saat panen dan perontokan gabah berkisar

antara 10-15 %. Selanjutnya di Desa Pamengkang – Kec. Kramatwatu, produktivitas padi

sawah dengan sistem tanam legowo 7,12-9,12 ton/ha (rataan 7,75 ton/ha), sedangkan

pada sistem tanam tegel 5,36-8,16 ton/ha (rataan 6,58 ton/ha).

1.3. Hasil Yang Telah Dicapai

Peranan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten pada pelaksanaan

program SL-PTT adalah sebagai pendamping teknologi dengan target 60 % dari unit

total unit SL-PTT atau sekitar 2.086 unit (tahun 2010) dan 2.693 (tahun 2011). Hasil

kegiatan SL-PTT tahun 2010 antara lain adalah: 1) Sosialisasi dan koordinasi program, 2)

Pelatihan petugas pendamping sebanyak 660 orang terdiri dari petugas lapang (PPL),

Tenaga Harian Lepas (THL), Pengawas Organise Pengganggu Tanaman (POPT),dan stake

holders lainnya yang mendukung pelaksanaan SLPTT di tingkat lapangan, 3) Pelatihan

petani sebanyak 600 orang dengan tersebar pada 5 kabupaten / kota, 4) Demplot PTT

padi, jagung dan kedelai sebanyak 21 di 5 Kabupaten / kota dengan produktivitas demplot

PTT Padi non hibrida 5,0 –7,9 ton/ha; padi hibrida 4,6 – 8,6 ton/ha; padi gogo 3,5 – 4,7

Page 4: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

4

ton/ha; jagung 4,1 – 5,2 ton/ha; kedelai 1,3 – 1,7 ton/ha, 5) Display VUB padi (8.197 kg),

jagung (80 kg) dan kedelai (76 kg) di 5 Kabupaten/Kota, dengan produktivitas pada padi

yaitu Varietas Inpari 1 (6,325 ton/ha), Inpari 6 (5,895 ton/ha), Inpari 8 (6,500 ton/ha),

Inpari 10 (6,939 ton/ha), Inpari 13 (5,33 ton /ha) dan Silugonggo (5,273 ton/ha).

Produktivtas display VUB kedelai yaitu Varietas Grobogan (2,05 ton/ha), Anjasmoro (1,62

ton/ha), Argomulyo (1,44 ton/ha), Kaba (1,36 ton/ha), Wilis (0,89 ton/ha) dan

Burangrang (1,28 ton/ha). Sedangkan produktivitas display VUB jagung Varietas Bima 2

adalah 4,73 ton/ha dan Bima 4 adalah 5,08 ton/ha, 6) Narasumber pada pelatihan PL II

(Tingkat Provinsi) dan PL III (Tingkat Kabupaten/Kota) sebanyak 20 kali, 7) pelayanan

teknologi secara on-line melalui SMS/Telp dan internet dengan alamat email sebagai

berikut: [email protected] dan komunitas SLPTT di Facebook dengan alamat

[email protected]. 8) penyebar luasan buku, leeflet dan CD materi juknis

SLPTT, teknologi PTT dan lainnya sejumlah 4.432 buah, 9) Pendampingan teknologi

menghadapi serangan Wereng Batang Coklat (WBC) melalui penyebarluasan buku, CD

dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap hama

(Light Trap) sebanyak 9 unit. 10) Produktivitas tanaman padi, jagung dan kedelai

mengalami peningkatan dilihat dari perbandingan produktivitas tanaman pada lokasi

Laboratorium Lapang (LL), Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) dan

Non SL-PTT. Peningkatan produktivitas untuk padi non hibrida sebesar 23,58% terhadap

LL dan 16,81 terhadap SL-PTT; Padi hibrida 31,61 % terhadap LL dan 28,66% terhadap

SL-PTT; Padi gogo 34,09 % terhadap LL dan 18,18% terhadap SL-PTT; Jagung hibrida

15,69% terhadap LL dan 4,55% terhadap SL-PTT dan Kedelai 32,31% terhadap LL dan

19,73% terhadap SL-PTT.

Sedangkan hasil Kegiatan pendampingan SL-PTT tahun 2011 diantaranya adalah 1)

Pelaksanaan sosialisasi dan koordinasi program, 2) Pelatihan petugas pendamping

sebanyak 440 orang, 3) Demfarm PTT padi sebanyak 4 unit di Kabupaten Serang 2 unit

(KP Singamerta 2,5 ha dan Kecamatan Kramatwatu 6 Ha), Kabupaten Lebak 1 unit

(Kecamatan Cibadak 3 Ha) dan Tangerang 1 unit (Kecamatan Mauk 2 Ha), Varietas yang

dikembangkan adalah Inpari 10 dan 13 dengan produktivitas demfarm berkisar antara

6,57–7,3 ton/ha dengan varietas pembanding yaitu Ciherang produktivitasnya sebesar

Page 5: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

5

4,8 – 5,4 ton/ha. Dari hasil demfarm ini telah dihasilkan benih kelas ES sebanyak 7.436 kg

dan telah terdistribusi di Provinsi Banten dan Pekalongan Jawa Tengah, 4) Display VUB

dilaksanakan di 8 Kab/Kota dengan jumlah benih yg disebarluaskan adalah padi non

hibrida 2.550 kg (Inpari 1, 7, 10 dan 13, Inpara 2 dan 5), Padi Gogo 736 kg (Inpago 5

dan 6), jagung 55 kg (Bima 3) dan kedelai 20 kg (Burangrang, Kaba dan Anjasmoro).

Produktivitas tanaman display VUB padi Varietas Inpari 1 (5,71 ton/ha), Inpari 7 (5,41

ton/ha), Inpari 10 (6,939 ton/ha), dan Inpari 13 (5,55 ton /ha), VUB jagung Varietas Bima

3 adalah 4,8 ton/ha. 5) Narasumber pada pelatihan PL II (Tingkat Provinsi) dan PL III

(Tingkat Kabupaten/Kota) sebanyak 20 kali 6) Pelayanan teknologi secara on-line melalui

SMS/Telp dan internet, 7) Penyebar luasan buku Juknis SL-PTT Padi, Jagung dan Kedelai

1500 eksemplar, Buku saku VUB Padi, Jagung dan Kedelai serta Rekomendasi Pemupukan

1.750 eksemplar, Buku OPT Padi 1000 eksemplar, Buku OPT Jagung 100 eksemplar dan

Buku OPT kedelai 150 eksemplar, poster VUB Padi 1000 eksemplar, 8) Pendampingan

teknologi menghadapi serangan Wereng Batang Coklat (WBC) melalui sosialisasi WBC di 8

Kabupaten/Kota,penyebarluasan buku OPT Padi dan Leeflet PTT, WBC dan SOP

Pengendalian WBC, Kunjungan lapang oleh Prof. Baehaki (ahli WBC) dan pertemuan

gerakan pengendalian WBC, 9) Peningkatan produktivitas pada areal SL-PTT untuk padi

non hibrida sebesar 31,61% terhadap LL dan 18,35 terhadap SL-PTT; Padi hibrida

39,52% terhadap LL dan 10,76% terhadap SL-PTT; Padi gogo belum ada yang panen;

Jagung hibrida 45,83% terhadap LL dan 32,69% terhadap SL-PTT dan Kedelai 28,13%

terhadap LL dan 10,42% terhadap SL-PTT.

Berdasarkan Permentan No. 45 tahun 2011, peranan BPTP adalah melakukan

pendampingan teknologi serta merekomendasikan teknologi spesifik lokasi.

Operasionalisasi dari pendampingan tersebut salah satunya adalah melalui diseminasi

VUB dan uji adaptasi untuk mengetahui adaptasi serta preferensi dari petani/konsumen.

Selain itu agar proses percepatan adopsi teknologi PTT dari Laboratorium Lapang (LL) ke

Lokasi SL-PTT dan berdifusi ke lokasi non SL-PTT di sekitarnya, diperlukan peningkatan

pengetahuan dan keterampilan dari Petugas Pemandu Lapang SL-PTT. Jumlah Pemandu

Lapang di Provinsi Banten sangat terbatas. Untuk satu orang Pemandu mendapatkan

tugas 3-7 Kelompok SL-PTT sehingga diperlukan dukungan pihak lain. Contohnya adalah

Page 6: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

6

dengan memperkuat lembaga informal yang berada di Kabupaten/Kota/tingkat

kecamatan seperti KTNA, Gapoktan dan Penyuluh Swadaya melalui pelatihan. Melalui

upaya-upaya tersebut diharapkan pelaksanaan SL-PTT dapat berdampak positif terhadap

peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai, yang pada akhirnya dapat meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan petani.

1.4. Tujuan Kegiatan

Tujuan umum/akhir kegiatan pendampingan SLPTT adalah “Mempercepat

penerapan teknologi PTT padi, jagung dan kedelai dalam mendukung produksi dan

penguatan ketahanan pangan”, sedangkan tujuan khusus tahun 2012 adalah:

a. Pendampingan teknologi pada SLPTT padi, jagung, dan kedelai dalam rangka

percepatan adopsi inovasi teknologi dan peningkatan produksi

b. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani/penyuluh

c. Mendiseminasikan VUB (Varietas Unggul Baru) padi, jagung dan kedelai

d. Memperoleh informasi potensi pengembangan VUB berdasarkan adaptasi dan

preferensi petani

1.5. Keluaran Yang Diharapkan

Keluaran umum/akhir kegiatan pendampingan SLPTT adalah “Percepatan

penerapan teknologi PTT padi, jagung dan kedelai dalam mendukung produksi dan

penguatan ketahanan pangan”, sedangkan keluaran khusus tahun 2012 adalah :

a. Terlaksananya pendampingan teknologi pada SLPTT padi, jagung dan kedelai di 5

Kabupaten/Kota.

b. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan Petani/Penyuluh sebanyak 200 orang.

c. Terdiseminasinya VUB Padi di 5 Kabupaten/Kota, Jagung di 3 Kabupaten dan kedelai di

3 Kabupaten

d. Diperolehnya informasi potensi pengembangan VUB berdasarkan adaptasi dan

preferensi petani

Page 7: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

7

1.6. Perkiraan Manfaat dan Dampak

a. Percepatan adopsi varietas unggul padi (3 varietas), jagung (1 varietas) dan kedelai

(3 varietas).

b. Meningkatnya produktivitas padi non hibrida sebesar 0,5 – 1 ton GKG/ha, padi hibrida

2 ton GKG/ha, padi gogo 0,5 – 1 ton GKG/ha, jagung hibrida 2,5 ton PK/ha, dan

kedelai 0,5 ton/ha sebagai dampak dari penyebaran dan pengembangan PTT

c. Terbinanya petugas lapang dan petani SL-PTT padi, jagung dan kedelai di 5 (lima)

Kab./Kota.

d. Dapat dipahami dan diterapkannya konsep PTT padi, jagung dan kedelai oleh petani di

5 Kabupaten/Kota.

Page 8: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi dan Penciri SL-PTT

Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) merupakan program

Kementerian Pertanian yang dirancang dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

petani, meningkatkan daya saing produk pertanian dan mewujudkan pertanian industrial

pedesaan yang berkelanjutan (Kementrian Pertanian, 2010). SL-PTT dapat diartikan

sebagai wadah pendidikan non formal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan untuk mengenali potensi, menyusun rencana usaha tani, mengatasi

permasalahan, mengambil keputusan, dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan

kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan, sehingga

usahataninya menjadi efisien, berproduktivitas tingi da berkelanjutan (Pusbang

Penyuluhan Pertanian, 2008). Sedangkan PTT merupakan suatu model pengelolaan

tanaman dan sumberdaya terpadu yang meliputi pengelolaan tanah, air, hara, hama, dan

gulma serta partisipasi masyarakat/petani (Zaini et al, 2002; Endrizal dan Zumakir, 2007).

Dalam Pedoman Pelaksanaan, SL-PTT adalah sekolah yang seluruh proses belajar

mengajarnya dilakukan di lapangan. Hamparan sawah atau lahan darat milik petani

peserta program disebut hamparan SL-PTT, sedangkan hamparan tempat praktek sekolah

lapang disebut Laboratorium Lapang (LL). Sekolah lapang seolah-olah menjadikan petani

peserta sebagai murid dan pemandu (PPL, POPT, dan THL) sebagai fasilitator. Adapun

penciri SL-PTT (Dirjen Tanaman Pangan, 2009), adalah : (1) Peserta dan pemandu saling

memberi dan menghargai, (2) Perencanaan dan pengambilan keputusan dilakukan

bersama dengan kelompok tani atau gabungan kelompok tani, (3) Komponen teknologi

yang akan diterapkan berdasarkan hasil PRA yang dilakukan oleh peserta, (4) Pemandu

tidak mengajari petani, tetapi petani belajar dengan inisiatif sendiri dan pemandu sebagai

fasilitator melakukan bimbingan, (5) Materi latihan, praktek, dan sarana belajar ada di

lapangan, dan (6) Kurikulum dirancang untuk satu musim tanam, sehingga dalam periode

tersebut.

Page 9: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

9

2.2. Pendekatan PTT

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah adalah suatu pendekatan inovatif

dan dinamis dalam upaya peningkatan produksi dan pendapatan petani melalui penerepan

komponen teknologi yang bersinergi antara yang satu dengan lainnya, diterapkan secara

partisipatif oleh petani, sehingga menjadi paket teknologi spesifik lokasi (Badan Litbang,

2007). Prinsip utama PTT padi, jagung dan kedelai adalah : (1) Terpadu, artinya sumber

daya tanaman, tanah, dan air dikelola dengan baik secara terpadu; (2) Sinergis, artinya

Pemanfaatan teknologi terbaik, memperhatikan keterkaitan antar-komponen teknologi

yang saling mendukung; (3) Spesifik Lokasi, artinya memperhatikan kesesuaian teknologi

dengan lingkungan fisik, sosial-budaya, dan ekonomi petani setempat; dan (4) Partisipatif,

artinya petani berperan aktif memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi

setempat, dan meningkatkan kemampuan melalui proses pembelajaran di Laboratorium

Lapangan (Dirjen Tanaman Pangan, 2009)

2.3. Komponen Teknologi PTT

Dalam SL-PTT padi sawah, komponen teknologi yang diterapkan dikelompokkan

dalam teknologi dasar dan pilihan (Badan Litbang 2007; 2008; 2009). Komponen

teknologi dasar sangat dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi, sedangkan

komponen pilihan disesuaikan dengan kondisi, kemauan, dan kemampuan petani

setempat (Deptan, 2009). Komponen dasar pada PTT padi sawah adalah : (1) Varietas

unggul baru, (2) Benih bermutu dan berlabel, (3) Pemberian bahan organik melalui

pengembalian jerami ke sawah atau dalam bentuk kompos atau pupuk kandang minimal 2

ton/ha, (4) Pengaturan populasi tanaman secara optimal, (5) Pemupukan berdasarkan

kebutuhan tanaman dan status hara tanah, dan (6) Pengendalian hama penyakit dengan

pendekatan PHT. Selanjutnya komponen teknologi pilihan meliputi : (1) Pengolahan tanah

sesuai musim dan pola tanam, (2) Penanaman bibit muda <21 hari, (3) Tanam bibit 1-3

batang/rumpun, (4) Sistem tanam jajar legowo, (5) Pengairan secara efektif dan efisien,

(6) Penyiangan dengan landak atau gasrok, dan (7) Panen tepat waktu, gabah segera

dirontok.

Page 10: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

10

Selanjutnya PTT jagung, komponen teknologi dasar adalah : (1) Varietas unggul

baru hibrida atau komposit, (2) Benih bermutu dan berlabel, (3) Populasi 66.000-75.000

tanaman/ha, dan (4) Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah,

sedangkan teknologi pilihan meliputi : (1) Penyiapan lahan, (2) Pembuatan saluran

drainase atau saluran irigasi, (3) Pemberian Bahan Organik, (4) Pembumbunan, (5)

Pengendalian gulma, dan (6) Panen tepat waktu dan pengeringan segera. Berbeda

dengan padi dan jagung, komponen teknologi dasar pada PTT kedelai adalah : (1)

Varietas unggul, (2) Bibit bermutu, berlabel dan perlakuan benih, (3) Pembuatan saluran

drainase, (4) Pemupukan dan Inokulasi Rhizobium, dan (5) Pengendalin gulma dan PHT

sesuai OPT sasaran, sedangkan teknologi pilihan meliputi : (1) Pengelolaan tanaman,

populasi dan sistem tanam, (2) Pemberian bahan organik/pupuk kandang , (3) Pupuk cair

(PPC, ppk organik, ppk bio-hayati)/ZPT, pupuk mikrom, (4) Pengairan, (5) Amelioran pada

lahan masam, dan (6) Penanganan panen dan pasca panen.

2.4. Laboratorium Lapangan (LL)

Laboratorium Lapang adalah kawasan yang terdapat dalam kawasan SL-PTT yang

berfungsi sebagai lokasi percontohan, temu lapang, tempat belajar dan tempat praktek

penerapan teknologi yang disusun dan diaplikasikan bersama oleh kelompoktani / petani.

Dalam SL-PTT terdapat satu unit Laboratorium Lapangan (LL) yang merupakan bagian

dari kegiatan SL- PTT sebagai tempat bagi petani anggota kelompoktani dapat

melaksanakan seluruh tahapan SL-PTT pada lahan tersebut. Dalam melaksanakan LL

kelompoktani dapat mengacu pada rekomendasi teknologi setempat (Deptan, 2009).

Letak petak LL sebaiknya berada dibagian pinggir areal SL-PTT dan berbatasan

langsung dengan areal non SL-PTT, sehingga penerapan teknologi SL-PTT mudah dilihat

dan ditiru oleh petani lainnya. Dalam petak LL dilakukan demonstrasi berbagai komponen

teknologi yang dianggap penting oleh kelompok tani, seperti : varietas unggul baru,

sistem tanam, umur bibit muda, jumlah bibit per lubang, alat perontok, alat penyiang dan

lain-lain sesuai dengan kebutuhan kelompok tani. Laboratorium Lapang juga sebagai

wahana bagi petani untuk mengukur, mengamati, menginterpretasikan serta

membandingkan komponen teknologi budidaya yang didemonstrasikan di LL dengan

Page 11: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

11

budidaya yang dilakukan di lahannya masing-masing. Dengan demikian petani dapat

memilih komponen teknologi yang terbaik (Deptan, 2009).

Gambar 1. Kerangka pelaksanaan SL-PTT padi non hibrida

2.5. Pencapaian SL-PTT

Upaya peningkatan padi yang terfokus pada penerapan SL-PTT tahun 2008 pada

areal 1.900.000 ha telah berhasil menjadi pemicu dalam meningkatkan produksi padi 5,46

% (ARAM III 2008). Berdasarkan hasil penerapan SL-PTT tahun 2008, pada tahun 2009

fokus kegiatan tersebut akan dilanjutkan dan diperluas menjadi seluas 2.241.000 herktar.

(Dirjen Tanaman Pangan, 2009). Di Provinsi Banten penerapan teknologi PTT memberikan

hasil yang memuaskan jika dibandingkan dengan teknologi petani. Hasil penelitian

(Susilawati dan Saryoko, 2009) menunjukkan bahwa sistem tanam Legowo 2:1

menghasilkan produktivitas lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman tegel di dua lokasi

pengkajian yaitu 9,28 t/ha (Gunung Cupu) dan 6,99 t/ha (Panosogan). Demikian juga

jumlah bibit 1 yang menunjukkan produktivitas paling tinggi dibandingkan jumlah bibit 3

dan 5 per lubang tanam di kedua lokasi.

Page 12: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

12

Penerapan PTT yang meliputi varetas unggul baru (Ciherang, Cibogo, Cigeulis),

benih bermutu, bibit muda umur 12-21 HSS, sistem tanam legowo 4:1 dan tegel,

pemupukan N berdasarkan BWD, pemupukan P dan K berdasarkan status hara tanah,

pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit serta panen dan perontokan gabah

yang dilaksanakan di Desa Pamengkan, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang

me,berikan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan non PTT. Penerapan PTT diyakini

mampu meningkatkan hasil padi sawah sampai 46,5% (rataan 17,2%) dibandingkan

tanpa PTT (musim sebelumnya dengan keuntungan usahatani mencapai Rp.8.119.000-

11.459.800/ha dan R/C 2,15-2,81% (Mayunar, 2011)

Page 13: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

13

III. PROSEDUR DISEMINASI

3.1. Pendekatan

Pelaksanaan pendampingan program SL-PTT dilakukan melalui pendekatan

sebagai berikut : (a) Pendampingan teknologi dilakukan dengan cara menjadi narasumber

pada pertemuan teknis/rutin, penyediaan materi diseminasi, pelayanan secara on-line

melalui telepon, sms maupun internet, (b) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan

petani/penyuluh swadaya dan PPL melalui pelatihan. Pada kegiatan pelatihan ini

diharapkan terjadi “Spektrum Disemination Multy Chanel “ sehingga informasi dapat

disebarluaskan ke petugas dan petani yang lainnya, (c) Diseminasi VUB padi, jagung dan

kedelai melalui pelaksanaan display VUB padi, jagung dan kedelai sehingga VUB yang

telah dihasilkan dapat dikenal dan diterima oleh petani dan terjadi pergiliran varietas, (d)

Penyediaan informasi potensi pengembangan VUB berdasarkan adaptasi dan preferensi

petani sebagai salah satu dasar untuk menyusun rekomendasi teknologi spesifik lokasi,

validasi rekomendasi pemupukan dan pemilihan varietas secara partisipatif “Participatory

Varietal Selection “, dan (e) Untuk operasionalisi lapangan pada setiap wilayah dibentuk

Liasion Officer (LO).

3.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang Lingkup kegiatan pendampingan SL-PTT padi, jagung, dan kedelai di 5

Kabupaten/Kota (Kab. Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, dan Kota Serang) meliputi:

Sosialisasi dan koordinasi program, Pelatihan petani/penyuluh swadaya, Display VUB, Uji

adaptasi VUB, Participatory varietal selection , Pengkajian teknologi pemupukan, Temu

Lapang, Supervisi penerapan teknologi, Pendampingan teknologi melalui pertemuan rutin

bulanan di Dinas/Badan Penyuluhan, Penyediaan materi diseminasi SLPTT, layanan

konsultasi SL-PTT, secara langsung maupun layanan on line melalui SMS/Telpon dan face

book, serta Monitoring, evaluasi dan pelaporan.

Page 14: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

14

3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan

3.3.1. Bahan

Bahan pelaksanaan kegiatan pendampingan SL-PTT meliputi : benih padi, benih

jagung, benih kedelai, pupuk kimia, pupuk organik, pestisida dan bahan penunjang yang

lain termasuk petunjuk teknis pelaksanaan SL-PTT. Bahan lainnya untuk materi pelatihan:

ATK, kertas koran, seperangkat perlengkapan “ballot box” dan lain-lain.

3.3.2. Metode Pelaksanaan Kegiatan a. Sosialisasi dan Koordinasi Program

Dilaksanakan pada bulan Januari yang dilanjutkan dengan pertemuan rutin

bulanan di Dinas Kabupaten/Kota atau di Badan Penyuluhan/BP4K untuk membahas

kemajuan kegiatan pendampingan SL-PTT, bersama mencari solusi terhadap

permasalahan yang timbul serta dukungan teknologi yang diperlukan.

b. Pelatihan Petani/Penyuluh

Pelatihan akan dilaksanakan pada bulan April di 4 lokasi yaitu di Kabupaten Lebak

sebanyak 45 orang, di Kabupaten Pandeglang 45 orang, di Kabupaten Serang sebanyak

65 orang (termasuk petani/peyuluh swadaya di Kota Serang) dan di Kabupaten Tangerang

sebanyak 45 orang, sehingga jumlah seluruhnya adalah 200 orang. Materi pelatihan

SL-PTT padi, jagung dan kedelai meliputi pengertian PTT dan SL-PTT, Komponen

teknologi PTT padi, jagung dan Kedelai, serta pendalaman beberapa komponen PTT

seperti pengenalan dan pengendalian OPT.

c. Pelaksanaan Display VUB

Display VUB padi akan dilaksanakan pada 5 Kabupaten/Kota, jagung di 3

Kabupaten dan kedelai di 3 Kabupaten. Display VUB padi terdiri dari padi inbrida untuk

padi sawah terdiri dari varietas Inpari 1, Inpari 6, Inpari 10 dan Inpari 13. Padi toleran

rendaman yaitu: Inpara 4, Inpara 5 dan Inpara 6. Padi gogo terdiri dari Inpago 4, Inpago

5 dan Inpago 6. Sedangkan padi toleran salinitas adalah varietas banyuasin. Sedangkan

pengenalan VUB untuk jagung hibrida terdiri dari varietas Bima 3 dan Bima 4 dan kedelai

Page 15: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

15

terdiri dari varietas Anjasmoro, Grobogan dan Burangrang. Semua benih di atas bersifat

tentatif sesuai dengan ketersediaan benih (Tabel 1).

Operasionalisasi pelaksanaan display adalah: (1) benih yang diperoleh dari Balit

komoditas dikemas 5 kg, (2) benih didistribusikan pada setiap kecamatan sebanyak 20 kg,

yang terdiri dari 4 varietas dan disesuaikan dengan agroekosistem (sawah irigasi/tadah

hujan, sawah rawan banjir, sawah bersifat salin dan lahan kering). Sedangkan display

VUB jagung dan kedelai dilaksanakan pada sentra produksi yaitu Kabupaten Lebak,

Pandeglang dan Serang masing-masing 2 lokasi (2-3 varietas sebanyak 2 kg/varietas).

Tabel 1. Kebutuhan benih display VUB untuk mendukung pendampingan SL-PTT

Varietas Kebutuhan Benih (kg) Pelaksanaan

Padi

Inpari -1 725 April-Mei

Inpari – 6 725

Inpari – 10 725

Inpari- 13 725

Inpara-4 185 April-Mei

Inpara-5 185

Inpara-6 185

Banyuasin 120

Inpago- 4 195 Oktober-November

Inpago-5 195

Inpago-6 195

Situ Bagendit 195

Total Padi 4355

Jagung Hibrida

Bima 3 20 April-Mei

Bima 4 20

Total Jagung 40

Kedelai

Grobogan 20 April-Mei

Anjasmoro 20

Argomulyo 20

Total Kedelai 60

Page 16: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

16

d. Teknis Display VUB Padi : pengolahan tanah secara sempurna untuk padi sawah, penggunaan bibit muda 15-

21 HST, cara tanam jajar legowo 2 :1 atau 4:1, pemupukan sesuai dengan rekomendasi

yang tersedia (Permentan, PUTS/PUTK, PHSL), pengendalian OPT secara terpadu dan jika

diperlukan menggunakan pestisida kimia yang dianjurkan, panen dilakukan setelah masak

fisiologis.

Jagung : pengolahan tanah atau tanpa olah tanah sesuai dengan kondisi lahan,

penggunaan jarak tanam 75 cm x 40 cm, atau satu biji per lubang dengan jarak tanam 75

cm x 20 cm. Dapat juga dengan jarak tanam 70 cm x 40 cm, dua biji per lubang atau 70

cm x 20 cm, satu biji per lubang, pemupukan sesuai dengan analisis tanah PUTS/PUTK

dan BWD atau jika tidak tersedia informasi analisis tanah maka pupuk dapat diberikan

dengan dosis 300 – 350 kh/ha urea; 100 – 200 kg/ha SP-36 dan 50 – 100 kg/ha KCl,

pengendalian OPT secara terpadu dan jika diperlukan menggunakan pestisida kimia yang

dianjurkan, panen dilakukan setelah masak fisiologis.

Kedelai : pengolahan tanah atau tanpa pengolahan tanah sesuai dengan kondisi lahan,

Tanam dilakukan dengan cara tugal sedalam 2-3 cm, setiap lubang tanam diisi 2-3 biji.

Jarak tanam yang digunakan bervariasi tergantung tingkat kesuburan tanah yaitu 30 x 15

cm, 40 x 10 cm atau 40 x 20 cm sehingga populasi berkisar 400.000 – 500.000

tanaman/ha. Pemupukan sesuai dengan hasil analisis tanah atau sesuai dengan

agroekosistem setempat, atau jika tidak tersedia informasi mengenai hasil analisis tanah

dapat diberikan pupuk pada lahan kering Alfisol adalah 50 – 100 kg urea, 75 – 150 kg

SP36 dan 50 – 75 KCl/ha. Sedangkan untuk lahan Ultisol pupuk yang digunakan Urea 50

kg/ha, SP36 75 kg/ha dan KCl 50 kg/ha. Pada lahan yang baru pertama kali ditanam

kedelai, benih perlu diinokulasi dengan inokulum multiguna Rhizoplus dengan dosis 150 g/

50 kg benih. Pengendalian OPT secara terpadu dan jika diperlukan menggunakan

pestisida kimia yang dianjurkan, panen dilakukan setelah masak fisiologis.

Page 17: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

17

e. Uji Adaptasi VUB

Uji adaptasi VUB dilaksanakan pada beberapa lokasi display VUB dengan tujuan

memperoleh informasi/data terkait rekomendasi teknologi spesifik lokasi pada lahan

sawah irigasi, lahan sawah lahan banjir, lahan sawah salinitas, lahan kering, uji adaptasi

VUB kedelai dan jagung di lahan sawah/kering. Uji VUB yang akan dilaksanakan terdiri

dari 14 lokasi masing-masing dengan luasan 5.000 m2. Pada uji adaptasi padi lahan

sawah dilakukan pengkajian berbagai rekomendasi pemupukan seperti PUTS/PUTK;

Permentan, PHSL, dibandingkan dengan kondisi eksisting di petani. Jenis pupuk yang

digunakan adalah pupuk yang banyak digunakan petani seperti urea dan NPK Phonska

serta pupuk organik yang tersedia di lokasi pengujian (kompos, kotoran ternak atau

pupuk organik granul).

Pelaksanaan PRA

Pelaksanaan PRA dilakukan sebagai pembelajaran pelaksanaan PRA/RRA/KKP di

kelompok tani pelaksana SLPTT. Pelaksanaan PRA dilakukan di 5 Kab/kota terdiri dari 8

kegiatan. Jadwal pelaksanaan PRA dilakukan pada bulan Maret-Mei. Lokasi yang dipilih

adalah pada lokasi pelaksanaan uji adaptasi VUB. Operasional pelaksanaan PRA diawali

dengan identifikasi lokasi, koordinasi dengan UPT/BPP, pelaksanaan transek, dan

pertemuan PRA.

Participatory Varietal Selection/PVS

Pelaksanaan PVS dilakukan pada lokasi uji adaptasi VUB untuk mengetahui

varietas yang disukai oleh petani atau konsumen. PVS dilaksanakan dua kali pada saat

kondisi tanaman memasuki fase pemasakan. Responden terdiri dari 20-30 orang

perwakilan kelompok tani pria dan wanita, selain itu ada perwakilan dari Penyuluh dan

POPT. Pelaksanaan PVS yang kedua adalah uji rasa untuk mengetahui preferensi petani

dari varietas yang diujikan.

Page 18: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

18

Temu Lapang Display VUB

Temu lapang dilaksanakan bersamaan dengan panen raya dengan mengundang

Dinas, Badan Penyuluhan, Penyuluh, POPT, Gapoktan, Poktan, Swasta, Perguruan Tinggi.

Rencana temu lapang akan dilaksanakan bulan Juli 2012.

f. Penyediaan dan Distribusian Materi Diseminasi

Penyediaan materi diseminasi terkait dengan SL-PTT sebanyak 1000 eksemplar

dan didistribusikan pada saat Pelatihan atau Pertemuan dengan Dinas, Badan Penyuluhan,

atau Petani dan Temu lapang.

g. Pendampingan Teknologi

Dilakukan melalui pertemuan rutin bulanan di 5 Dinas Kab/Kota atau Badan

Penyuluhan. Pendampingan teknologi dilaksanakan pada saat pertemuan bulanan di

Dinas/Badan Penyuluhan. Pada saat pertemuan ini disampaikan materi-materi/teknologi

yang dibutuhkan. Selain itu juga dijadikan sebagai sarana untuk menjalin sinergisme

program dan dalam pemecahan masalah secara bersama-sama. Selanjutnya pelaksanaan

pendampingan teknologi melalui media elektronik (sms/telepon/internet). Bentuk

pendampingan lainnya adalah pendampingan dengan memanfaatkan media elektronik

yaitu menggunakan SMS Center, Telepon, Internet (Web/facebook).

h. Supervisi Penerapan Teknologi

Dilakukan dengan melihat kondisi pelaksanaan SL-PTT secara langsung di tingkat

petani. Supervisi ini dilakukan secara sampling yaitu 3 kelompok tani per kecamatan dan

3 Kecamatan tiap Kabupten/kota sehingga diperoleh 45 titik sampling.

i. Penyusunan Data Base

Data base terdiri dari data CPCL SL-PTT, Penyuluh Pendamping, Produksi dan

Produktivitas, data Display VUB, data uji adaptasi VUB, data PVS, data OPT dan data

penunjang lainnya.

Page 19: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

19

j. Pembuatan Laporan

Pembuatan laporan tekait dengan monitoring dan evaluasi sebagai bahan

kebijakan maupun perbaikan kegiatan yang dilaksanakan. Laporan kegiatan terdiri dari

laporan bulanan, laporan tengah tahun dan laporan akhir.

Page 20: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Potensi Lahan Pertanian Berdasarkan survei pertanian tahun 2007, luas lahan sawah di Provinsi Banten

adalah 197.914 ha dan bukan sawah (lahan kering) 424.158 ha. Lahan pertanian sawah

terdiri dari sawah irigasi teknis seluas 48.401 ha, irigasi setengah teknis 17.275 ha, irigasi

sederhana 18.597 ha, irigasi pedesaan 23.767 ha, tadah hujan 88.688 ha dan pasang

surut 1.026 ha (BPS, 2007). Selanjutnya dilaporkan bahwa lahan sawah yang ditanami

padi dua kali setahun seluas 158.794 ha; satu kali 37.576 ha; tidak ditanami 439 ha dan

tidak diusahakan 1.105 ha. Berdasarkan data BPS tahun 2009, luas lahan sawah di

Provinsi Banten adalah 197.530 ha, yang terdiri dari : sawah irigasi teknis seluas 49.018

ha, irigasi setengah teknis 17.553 ha, irigasi sederhana 17.201 ha, irigasi pedesaan

27.415 ha dan tadah hujan 86.343 ha (Tabel 1).

Tabel 1. Luas baku lahan sawah berdasarkan jenis irigasi di Provinsi Banten

Kabupaten/

Kota

Jumlah Luas Lahan Sawah (ha) Jumlah

(ha) Kec. Desa IT IST IS IP TH

1. Kab. Pandeglang

2. Kab. Lebak 3. Kab. Tangerang

4. Kab. Serang

35

28 29

28

335

345 274

314

2.853

4.124 22.861

14.801

5.289

2.365 3.021

6.177

7.575

4.708 937

3.578

8.964

11.083 -

6.823

30.058

22.559 13.809

14.324

54.739

44.839 40.628

45.685

5. Kota Serang 6. Kota Cilegon

7. Kota Tangerang 6. Kota Tangsel

6 8

13 7

66 43

104 54

3.730 115

534 -

579 -

122 -

284 107

- 12

325 167

- 53

3.403 1.744

417 47

8.321 2.133

1.073 112

Total 154 1.535 49.018 17.553 17.201 27.415 86.343 197.530

Djaenudin dan Sambas (2006) melaporkan, lahan sawah di Provinsi Banten

sebagian besar tergolong tanah Entisol dan Inceptisol dengan luas 191.659 ha, yang

tersebar di Kab. Lebak seluas 19.896 ha; Kab. Pandeglang 40.982 ha; Kab. Serang 73.314

ha; Kab. Tangerang 55.772 ha, Kota Tangerang 717 ha dan Cilegon 978 ha. Pada

kawasan ini dengan pengaturan tata air (drainase) berpotensi diusahakan bawang merah,

cabe, kacang panjang, talas dan tanaman palawija lainnya dengan sistem rotasi.

Page 21: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

21

Selain sawah, Provinsi Banten juga memiliki lahan kering pertanian seluas 424.158

ha. Dari luas tersebut, yang digunakan untuk tegal/kebun campuran mencapai 181.786 ha

(42,86 %); ladang/huma 85.000 ha (24,14 %); perkebunan 43.808 ha (10,33 %); hutan

rakyat 61.259 ha (14,44 %); tambak 10.039 ha (2,37 %); kolam/ empang 2.520 ha (0,59

%); padang pengembalaan 4.896 ha (1,15 %); tidak diusahakan 30.656 ha (7,23 %) dan

lainnya seluas 4.194 ha (0,99 %). Lahan kering pertanian terluas terdapat di Kabupaten

Lebak yaitu 182.441 ha (43,01 %), Kab. Pandeglang 117.860 ha (27,79 %), Kab. Serang

82.314 ha (19,41 %), Kab. Tangerang 31.863 ha (7.51 %), Kota Tangerang 1.595 ha

(0,38 %) dan Kota Cilegon 8.085 ha (1,91 %).

Pada kawasan tanaman semusim lahan kering dataran rendah beriklim basah,

jenis tanah tergolong Inceptisol, Ultisol, Alfisol, Oxisol dan Entisol, yang penyebarannya

terdapat di Kab. Serang seluas 2.068 ha dan Kab. Lebak 1.880 ha. Kawasan ini diarahkan

untuk pengembangan padi gogo, jagung dan kacang tanah sebagai komoditas utama,

sedangkan komoditas alternatifnya adalah cabe, melon, jahe dan kapulaga. Selanjutnya

kawasan tanaman tahunan pada lahan-lahan yang tanah utamanya adalah Ultisol,

Inceptisol, Alfisol, Mollisol dan Entisol, yang tersebar di Kab. Lebak 141.308 ha, Kab.

Pandeglang 105.945 ha, Kab. Serang 32.104 ha, Kab. Tangerang 51.748 ha dan Kota

Tangerang 17.943 ha. Komoditas utama pada lahan ini adalah kelapa, melinjo dan

cengkeh, sedangkan komoditas alternatif adalah kelapa sawit, karet dan hortikultura,

buah-buahan (rambutan, durian, duku, salak dan mangis). Selain itu, kawasan tanaman

perkebunan pada dataran rendah beriklim kering diusahakan untuk komoditas mangga,

kedelai dan jarak sebagai komoditas utama, sedangkan komoditas alternatif adalah jeruk,

sukun dan kemiri. Kawasan ini terdapat di Kab. Serang seluas 33.353 ha dan Kota Cilegon

14.663 ha (Djaenudin dan Sambas, 2006).

4.2. Program SL-PTT

Pembangunan adalah proses memperoleh nilai tambah yang dibutuhkan

masyarakat untuk memperbaiki status hidupnya. Untuk memperoleh nilai tambah, maka

pembangunan harus dilakukan dengan efisien yang tinggi, yaitu penggunaan input

Page 22: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

22

tertentu guna menghasilkan output yang sebesar-besarnya. Semakin efisien proses

pembangunan, maka semakin besar nilai tambah yang dihasilkan. Efisiensi pembangunan

dapat tercapai melalui penerapan teknologi pada berbagai sektor produksi. Di sektor

pertanian, ketersediaan teknologi masih merupakan faktor penentu produksi. Karena

teknologi menduduki tempat khusus dalam meningkatkan produktivitas dan nilai tambah,

maka penguasaan dan aplikasinya perlu dimiliki oleh masyarakat tani.

Dalam upaya mencukupi kebutuhan pangan khususnya beras, pemerintah terus

mengupayakan program peningkatan produksi padi melalui berbagai kebijakan. Berbagai

paket teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan produksi padi telah dilaksanakan

melalui berbagai program nasional, diantaranya Bimas tahun 1965, Insus tahun 1979 dan

Supra Insus tahun 1987. Dengan adanya program tersebut, produksi padi nasional terus

meningkat, sehingga pada tahun 1984 Indonesia berhasil berswasembada. Walaupun

berbagai program peningkatan produksi beras telah diimplementasikan, namun produksi

padi nasional belum mencukupi, sehingga impor beras tidak dapat dihindari. Produksi dan

produktivitas padi masih harus ditingkatkan karena peranan beras sebagai sumber kalori

di Indonesia sangat penting, dimana pengeluaran untuk beras berkisar 25-30 % terhadap

total pengeluaran rumah tangga (Wahyuni dan Indraningsih, 2004).

Program-program selanjutnya merupakan penyempurnaan program SUTPA yang

berorientasi holistik dan jangka panjang, namun belum memberikan hasil yang optimal.

PTT yang diimplementasikan dalam program SL-PTT merupakan program peningkatan

produksi padi yang mutakhir, dan telah dirancang sedemikian sempurna berdasarkan

pengalaman, kelemahan dan kekuatan program sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian,

penerapan PTT mampu meningkatkan produktivitas padi sekitar 38 % dengan hasil 7,8-

9,0 ton/ha, sedangkan pada tingkat pengkajian di lahan petani berkisar 6,5-8,0 ton/ha

atau meningkat rata-rata 27 %; sedangkan peningkatan pendapatan Rp. 900.000-

1.200.000,- (Balitpa, 2004). Senjang produktivitas antara penelitian dan pengembangan di

tingkat petani mengindikasikan bahwa potensi peningkatan produktivitas untuk mencapai

swasembada beras masih cukup besar.

Page 23: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

23

Provinsi Banten pada tahun 2012 mendapat alokasi program SL-PTT padi non

hibrida, padi gogo, jagung dan kedelai sebanyak 7.545 unit yang tersebar di 5

Kabupaten/Kota. Selain SL-PTT reguler, juga terdapat SL-PTT padi non hibrida spesifik

lokasi sebanyak 40 unit dan peningkatan IP 40 unit serta SL-PTT dari dana kontingensi

seluas 10.000 ha (Tabel 2). Dalam pelaksanaan SL-PTT, koordinasi merupakan salah satu

bagian terpenting dalam kegiatan pendampingan. Kerjasama antara BPTP dengan Dinas

Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota serta Badan Penyuluhan (BP4K) yang serasi dan

harmonis akan mempermudah dalam pelaksanaan. Secara formal, Leading Sektor

kegiatan SL-PTT berada di Dinas Pertanian Kabupaten, namun secara teknis operasional

ditingkat lapangan adalah KCD/UPTD/Pelnis, Korluh, PPL, THL, dan POPT. Dengan

demikian, peran BP4K sangat penting dan strategis dalam menggerakkan tenaga

penyuluh dalam pendampingan di tingkat lapangan.

Tabel 2. Alokasi SL-PTT Padi, Jagung dan Kedelai di Provinsi Banten Tahun 2012

Prrogram SL-PTT Sartuan Luas

Lokasi SL-PTT Jumlah (unit/ha) Lebak Pandeglang Serang Tangerang Kt. Serang

Padi Non Hibrida a. Spesifik Lokasi b. Peningkatan IP c. Reguler Padi Ladang/Gogo Jagung

Kedelai

Unit Ha Unit Ha Unit Ha Unit Ha Unit Ha

Unit Ha

20

500

- -

1.580 39.500

400

10.000

10 150

150

1.500

- -

20 500

1.780

44.500

440 11.000

10

150

350

3.500

- -

20 500

1.660

41.500

104 2.600

10

150

15

150

20

500

- -

780 19.500

44

1.100

- -

- -

- -

- -

120 3.000

12

300

- -

- -

40

1.000

40 1.000

5.920

148.000

1.000 25.000

30

450

515

5.150

Pelaksanaan koordinasi dilakukan secara formal dan non formal dengan Dinas

Pertanian Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan (petugas lapang). Beberapa hal yang

menjadi bahasan dalam koordinasi adalah : (1) perencanaan pelaksanaan SL-PTT seperti

CPCL (SL-PTT, LL, demfarm, display), pembinaan serta pelatihan petugas dan petani,

Page 24: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

24

(2) pelaksanaan dan monitoring kegiatan (kunjungan ke lapangan, sosialiasi inovasi).

Beberapa kegiatan koordinasi secara formal yang telah dilakukan BPTP dengan Dinas

Pertanian dan Badan Penyuluhan, diantaranya : (1) sosialisasi rencana kegiatan

pendampingan, (2) koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kegiatan, (3) koordinasi

perkembangan pelaksanaan kegiatan, (4) menjadi narasumber pada pelatihan dan

pertemuan, dan (5) evaluasi pelaksanaan kegiatan. Pihak lain yang terlibat dalam

pertemuan meliputi : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi, Dinas Pertanian Kab./Kota,

BPTPH, BPSB, Balitbangda, Bapeda, Badan Penyuluhan dan Perguruan Tinggi. Selanjutnya

kegiatan koordinasi non formal dilakukan melalui telepon dan sms, antara LO dengan

petugas dinas Kabupaten, Kecamatan dan petugas lainnya.

4.3. Pendampingan Program SL-PTT

Pada saat ini dan dimasa datang, intervensi pemerintah lebih banyak dalam

bentuk pengaturan, pelayanan publik, pembinaan dan pengawasan. Intervensi pemerintah

yang perlu diberikan kepada petani adalah percepatan transfer informasi, perbaikan

teknologi produksi, peningkatan manajemen usahatani, serta pemberdayaan dalam hal

pascapanen dan pemasaran produk. Dengan demikian, pembinaan kepada petani dalam

bentuk pendampingan perlu dilakukan oleh pemerintah. Program pendampingan dapat

sebagai rule atau descretion, sehingga perlu memiliki tujuan dan sasaran yang jelas

(Sumodiningrat, 2004).

Menurut Andness (1980) dalam Sumodiningrat (2004), seorang pendamping

harus memiliki 3 syarat, yaitu (1) memiliki kompetensi dan kapasitas kognitif serta

pengetahuan yang luas dibidangnya, (2) memiliki komitmen professional, motivasi dan

kematangan dalam pekerjaan, dan (3) memiliki kemauan yang sangat kuat untuk

membagi apa yang dianggapnya bak bagi semua orang. Selain syarat tersebut,

pendamping perlu memiliki kemampuan untuk dapat berfungsi sebagai : (a) pemrakarsa,

(b) penunjuk jalan, (c) pendorong, (d) pendamai, (e) pengumpul dan pemberi fakta. Agar

fungsi sebagai fasilitator dapat berjalan dengan baik, maka kemampuan berikut perlu

dimiliki, yaitu : mengumpulkan data, identifikasi dan analisis masalah, melakukan

Page 25: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

25

interaksi, kemampuan berorganisasi, kemampuan menata proyek, dan kemampuan

memberikan pelatihan.

Berdasarkan hal diatas sekaligus mendukung peningkatan produksi beras, jagung

dan kedelai nasional melalui program SL-PTT, pelaksanaan kegiatan pendampingan yang

dilakukan meliputi penyediaan rekomendasi teknologi spesifik lokasi, pelatihan

petani/penyuluh, display VUB, uji adaptasi VUB pada berbagai agroekosistem, uji

pemupukan serta monitoring dan supervisi penerapan teknologi. Hasil kegiatan

pendampingan program SL-PTT yang dilaksanakan pada tahun 2012, secara rinci disajikan

sebagai berikut.

4.3.1. Pelatihan Petugas/Penyuluh Swadaya

Pelatihan petugas pendamping dilakukan dalam rangka meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan para petugas pendamping SL-PTT sekaligus menyamakan

persepsi dan pemahaman oleh pelaksana lapangan. Pelatihan bagi pendamping SL-PTT

diarahkan pada petugas lapang seperti PPL, THL, POPT, ataupun stakeholders lainnya

yang mendukung pelaksanaan. Pelatihan pendamping ditujukan untuk meningkatkan

pemahaman serta penyamaan persepsi konsep dan implementasi PTT padi, jagung dan

kedelai. Selain pelatihan terhadap petugas pendamping, pelatihan juga dilakukan kepada

para penyuluh swadaya, yang sebagian besar merupakan anggota Poktan atau Gapoktan

yang secara aktif terlibat dalam kegiatan penyuluhan. Peserta pelatihan terdiri dari

Penyuluh Swadaya perwakilan semua kecamatan yang mendapatkan program SL-PTT,

Penyuluh Lapangan (PPL), Tenaga Harian Lepas (THL), Pengawas Hama/Penyakit (POPT),

dan stakeholder lainnya yang terkait langsung dengan pelaksanaan di tingkat lapangan.

Pelatihan dilaksanakan sebanyak 6 kali yang dihadiri oleh 300 orang peserta (Tabel 3).

Page 26: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

26

Tabel 3. Pelaksanaan Pelatihan Penyuluh Swadaya dan Petugas Lapang

No. Lokasi Wilayah Pendampingan Waktu Pelaksanaan Jumlah Peserta

1 Lebak Lebak 16 April 2012 48

2 Pandeglang Pandeglang 19 April 2012 58

3 Serang Serang , Kota Serang 23 April 2012 57

4 Tangerang Kab. Tangerang 25 April 2012 45

Tujuan melibatkan penyuluh swadaya dalam pelatihan SL-PTT ini adalah untuk

lebih menyebarluaskan informasi teknologi PTT padi, jagung dan kedelai. Diharapkan para

penyuluh swadaya ini dapat menjadi agen atau kader di lingkungan Kecamatan/ Gapoktan

masing-masing. Hal ini akan sangat membantu para petugas pendamping di lapangan.

Peran BPTP Banten dalam pelaksanaan Pelatihan Petugas Pendamping SL-PTT tahun 2012

ini adalah sebagai narasumber pada kegiatan yang terkait dengan pertemuan koordinasi

maupun pertemuan pembekalan bagi para petugas pendamping SL-PTT dan

penyelanggara pelatihan bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan Badan

Penyuluhan.

Berbeda dengan tahun sebelumnya, pada tahun ini tidak ada penyelenggaraan

pelatihan Pemandu Lapang (PL II dan PL III) yang diselenggarakan oleh Dinas Provinsi

maupun Kabupaten dan Kota. Namun ada pertemuan-pertemuan koordinasi yang

dilakukan oleh Dinas Provinsi dan Kabupaten dengan petugas lapang yang dimanfaatkan

sebagai wahana pembekalan bagi petugas pendamping. Selain itu terdapat juga

pertemuan koordinasi yang dilakukan oleh Badan Penyuluhan Kabupaten terkait dengan

program pendampingan SL-PTT dari Badan SDM. Dalam hal ini BPTP diminta sebagai

narasumber pada acara tersebut. Adapun materi yang disampaikan terdiri dari teknologi

PTT padi, jagung dan kedelai, pengenalan VUB, kalender tanam dan teknologi pemupukan

spesifik lokasi. Berikut ini adalah keterlibatan BPTP sebagai narasumber pada acara

Page 27: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

27

pertemuan yang diselenggarakan oleh Dinas Provinsi/Kabupaten dan Badan Penyuluhan

(Tabel 4). Materi yang diberikan pada pertemuan disesuaikan dengan kebutuhan

lapangan, yaitu : (a). Kepemanduan 10%, (b) Teknis SL-PTT padi, jagung dan kedelai

80% yang disampaikan langsung oleh narasumber dari BB Padi dan Tim SL-PTT BPTP;

dan (c) Masalah kebijakan 10%.

Tabel 4. Pelaksanaan Pelatihan SL-PTT sebagai Narasumber

No. Penyelenggara Materi yang disampaikan Waktu

Pelaksanaan

Jumlah

Peserta

1 Distanak

Provinsi Banten

PTT Padi, jagung, kedelai, pengenalan

VUB, kalender tanam, PHSL, penyusunan teknologi spesifik lokasi

Maret, April

dan Juli

80

2 Dinas Pertanian

Kab.Lebak

PTT padi, Kalender tanam dan PHSL Maret 35

3 BP4K Kab Lebak

Filosofi PTT dan SL-PTT dan sinkronisasi Program

April 20

4 Distanbun Kab. Pandeglang

Pengenalan VUB, kalender Tanam dan PHSL

Mei 60

5. BP4K

Kab. Pandeglang

Filosofi PTT dan SL-PTT dan sinkronisasi

Program

Mei 25

6. Dinas

Kab. Serang

Pengenalan VUB, kalender Tanam dan

PHSL, teknologi penghematan air

Mei 30

7. BPKP

Kab. Serang

Filosofi PTT dan SL-PTT dan sinkronisasi

Program

Mei 20

8. BP4K

Kab. Tangerang

Filosofi PTT dan SL-PTT dan sinkronisasi

Program

Mei 25

a. Kepemanduan dan Dinamika Kelompok

Materi kepanduan dan dinamika kelompok diberikan sebagai pre-test untuk

menyegarkan suasana, mempererat hubungan antar petugas pendamping, meningkatkan

keterampilan petugas pendamping dan sebagai cara untuk mengetahui tingkat

pemahaman petugas mengenai PTT dan SL-PTT. Kegiatan pelatihan diawali dengan

kontrak belajar yang merupakan tahapan awal dari pelaksanaan pelatihan, yaitu

pembuatan kesepakatan bersama mengenai pengaturan waktu dan pemilihan materi

pelatihan yang ditawarkan oleh narasumber. Dengan adanya kesepakatan bersama

Page 28: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

28

mengenai pengaturan waktu dan materi pelatihan ini diharapkan setiap tahapan

pelatihan akan diikuti oleh semua peserta dengan baik. Setelah itu dilaksanakan pre-test

untuk mengetahui materi apa yang sudah dan belum dipahami peserta.

b. Teknis SL-PTT

Materi teknis yang diberikan pada pelatihan SL-PTT disesuaikan dengan kebutuhan

dan pengetahuan peserta terkait dengan kondisi alam dan serangan OPT yang terjadi

saat ini. Materi yang disampaikan merupakan hasil diskusi dari tim SL-PTT BPTP Banten

dengan Dinas Pertanian setempat mengenai perkembangan dan permasalahan SL-PTT,

sehingga dapat diketahui materi teknis apa yang dibutuhkan oleh petugas pendamping

pada setiap wilayah. Materi teknis disampaikan Dr. Usyati dan Indra Gunawan. SP selaku

peneliti pendamping SL-PTT Provinsi Banten dan Tim SL-PTT BPTP Banten. Selain materi

pilihan, terdapat materi wajib yaitu filosofi PTT dan SL-PTT untuk menyegarkan kembali

mengenai makna dan tujuan dari PTT serta pelaksanaan SL-PTT dan komponen

teknologinya yang merupakan dasar dari rakitan teknologi spesifik lokasi yang dihasilkan

dari hasil Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP) atau Pemahaman Masalah dan Peluang

(PMP) yang dilakukan secara partisipatif. Adapun materi teknis pilihan yang diberikan

adalah sebagai berikut :

Identifikasi OPT dan PHT

Pemberian materi ini berdasarkan identifikasi kebutuhan petani akan pengetahuan

mengenai OPT dan PHT. Peningkatan serangan berbagai OPT khususnya tanaman padi

yang salah satunya disebabkan perubahan iklim juga merupakan alasan pemilihan materi

ini. Selama ini pengetahuan petani dalam mengidentifikasi masih rendah sehingga

seringkali terjadi kesalahan dalam penggunaan bahan aktif pestisida. Konsep PHT belum

banyak dilaksanakan petani, pada umumnya petani belum menggunakan berbagai teknik

pengendalian OPT yang kompatible, petani lebih suka langsung menggunakan pestisida

kimia tanpa mempertimbangkan tingkat serangan OPT. Materi ini disampaikan oleh

narasumber dari BB Padi dan Tim SLPTT BPTP Banten. Pemberian materi ini dimulai dari

studi kasus yang dilakukan oleh peserta pelatihan dengan mengamati contoh rumpun padi

yang terserang OPT, dilanjutkan dengan diskusi dan penjelasan dari narasumber.

Page 29: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

29

Pemberian materi yang diawali dengan pengamatan langsung terhadap tanaman yang

terserang OPT tersebut dengan harapan materi yang diberikan akan diterima oleh

peserta dengan baik

Hama penyakit tanaman padi dikelompokan menjadi hama mayor dan hama minor.

Hama mayor adalah tikus, wereng batang coklat dan penggerek batang padi, sedangkan

hama minor meliputi anjing tanah, hama putih, pelipat daun, keong mas, kepinding tanah,

walang sangit dan burung. Virus yang menyerang tanaman padi adalah virus kerdil

rumput, kerdil hampa dan tungro. Cendawan yang menyerang tanaman padi adalah blast,

hawar pelepah daun, busuk batang, busuk pelepah daun bendera dan bercak daun

sempit, sedangkan bakteri adalah HDB dan HDJ. Setelah pemberian materi ini diharapkan

pengetahuan peserta dalam identifikasi OPT dan pelaksanaan PHT dapat meningkat.

Selain itu juga disampaikan bahan tayang berupa video pengendalian tikus menggunakan

LTBS (Linear Trap Barrier System) dan CTBS (Community Trap Barrier System).

Kalibrasi Pupuk Kimia dan Pestisida

Materi yang kedua adalah teknis aplikasi pestisida dan pupuk kimia oleh tim

SL-PTT BPTP Banten. Materi teknis aplikasi pupuk kimia dan pestisida ini bertujuan agar

peserta dapat mengetahui teknik aplikasi pupuk kimia dan pestisida secara tepat,

sehingga pestisida dan pupuk kimia dapat bermanfaat sebagaimana fungsinya. Aplikasi

pestisida dan pupuk yang tidak tepat dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan,

pemborosan tenaga dan biaya serta juga dapat mengakibatkan resistensi hama dan

penyakit. Aplikasi pestisida dan pupuk oleh petani dilakukan tanpa memperhitungkan

jumlah dan dosis yang digunakan dalam setiap luasan lahan. Hal tesebut menyebabkan

penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang tidak tepat dosis, sehingga pestisida dan

pupuk kimia yang diberikan.

Sebelum peemberian materi dilakukan pre-test terkait dengan materi yang akan

diberikan yaitu : Soal 1 (aplikasi pestisida), seorang petani menyemprot tanaman padi

yang terserang hama penggerek batang menggunakan insektisida berbahan aktif Fipronil.

Umur tanaman saat aplikasi adalah 40 HST. Tiga hari setelah aplikasi dilakukan

Page 30: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

30

pengamatan dan ternyata populasi penggerek batang padi hanya berkurang 20 %, apa

penyebabnya ?. Fakta-fakta yang diperoleh : luas petakan yang disemprot adalah 3000

m², pestisida yang terpakai 50 ml, konsentrasi cairan semprot 1 ml/l air, pada label

kemasan tertulis rekomendasi penyemprotan volume tinggi yaitu 0,25 – 0,5 l/ha, dan

pada saat itu di lokasi tersebut belum banyak petani yang menggunakan Regent.

Catatan : Penyemprotan volume tinggi untuk tanaman padi umur 40 HST sebanyak 500

liter/ha.

Soal 2 (aplikasi pemupukan) : Pada satu hamparan lahan di lokasi transmigrasi

Kubangujo-Jambi dilaksanakan demfarm padi gogo. Petani yang terlibat lima orang

dengan luas lahan masing-masing satu ha. Pemupukan pertama dilakukan pada 10 HST,

diberikan pada larikan dengan dosis sesuai yang ditentukan. Dua orang telah

melaksanakan pemupukan kemudian, namun pupuknya kurang. Ada lahan yang belum

dipupuk, masing-masing seluas 2.000 m² dan 3.000 m². Mengapa sampai terjadi hal

tersebut ? carilah solusi agar kejadian yang sama tidak terjadi pada petani yang lain.

Fakta-fakta yang terkumpul : jarak tanam padi gogo 40 x 10 cm, dosis pupuk pertama

setiap hektar adalah Urea 75 kg, TSP/SP-36 150 kg, dan KCL 100 kg.

Teknik Ubinan Padi

Materi ini diberikan dengan tujuan untuk menyamakan persepsi mengenai cara

mengubin, sehingga hasil ubinan yang menentukan produktivitas padi akan tepat. Luas

minimal tanaman yang diubin adalah 10 m² dengan memperhatikan cara tanam seperti

legowo 2:1; 4:1 atau cara tanam lainnya. Hal ini seringkali menjadi rancu pada

pengambilan sampel ubinan yang biasanya 2,5 x 2,5 m2. Teknis pengambilan sampel

tersebut memungkinkan dilakukan jika cara tanam adalah tegel dengan jarak tanam

25 x 25 cm. Sedangkan pada cara tanam legowo terdapat barisan tanaman yang

dirapatkan dan barisan yang dikosongkan, sehingga memerlukan teknis tersendiri dalam

pengambilan sampel ubinan. Paparan materi teknis ubinan ini bertujuan agar peserta

dapat mengubin dengan benar dan sama, sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat.

Page 31: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

31

Teknik Pengambilan Sampel Tanah untuk Pengujian

Selama ini pengetahuan petani mengenai cara pengambilan sampel tanah masih

kurang. Petani biasanya mengambil tanah begitu saja pada satu titik dan menggunakan

tanah tersebut untuk dianalisis. Hal tersebut menjadi alasan dipilihnya materi ini, karena

analisis tanah sangatlah penting untuk menentukan dosis pemupukan yang tepat. Saat ini

alat untuk analisis tanah (PUTS/PUTK) sudah banyak dimiliki oleh instansi terkait,

sehingga untuk memaksimalkan penggunaan alat tersebut petani harus mengetahui cara

pengambilan sampel tanah untuk dianalisis dengan benar. Pengambilan sampel tanah

untuk uji tanah dilakukan sebanyak 10 titik pada 1 lokasi yang mewakili lima ha lahan

secara acak atau diagonal pada areal perakaran (kedalaman sekitar 20 cm). Sampel tanah

yang diperoleh dari 10 titik tersebut kemudian diaduk sampai homogen baru kemudian

diambil secukupnya untuk dijuji menggunakan PUTS/PUTK.

Penggunaan Feromon Sex Penggerek Batang Padi

Penggunaan feromon sex untuk hama Penggerek Batang Padi Kuning (PBPK) dan

Penggerek Tongkol Jagung telah dihasilkan oleh BB Biogen. Pengendalian ini merupakan

salah satu teknis pengendalian ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan kimia

yang diaplikasikan langsung pada tanaman. Prinsip kerja pengendalian menggunakan

feromon sex ini adalah sebagai atraktan atau penarik terhadap serangga jantan

berdasarkan bau yang dihasilkan oleh serangga betina ketika siap untuk kawin. Feromon

sex yang dihasilkan serangga betina dibuatkan tiruannya berupa senyawa kimia sintetis

yang disesapkan pada alat berupa karet (pentil karet) dan dilengkapi toples sederhana

yang diberikan air sabun di dalamnya sebagai alat perangkap. Hal ini menyebabkan

serangga betina tidak dapat kawin dan menghasilkan telur. Pemberian materi pada sesi ini

dilengkapi dengan alat peraga, sehingga peserta pelatihan dapat lebih memahami cara

kerja dan teknis penggunaannya di lapangan.

Teknologi Pengairan Basah dan Kering (PBK)

Teknologi ini dihasilkan berdasarkan realita semakin berkurangnya sumberdaya air

untuk pertanian. Pada lahan sawah dengan irigasi berupa pompanisasi, penggunaan air

yang sesuai dengan kebutuhan tidak berlebihan karena akan menambah biaya

Page 32: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

32

pengeluaran dan pertumbuhan tanamn kurang optimal namun juga tidak kekurangan

yang dapat mengurangi hasil. Aplikasi di lapangan berupa penggunaan alat sederhana

terbuat dari pipa paralon atau bambu yang dilubangi. Alat ini dapat digunakan sebagai

alat pengukur kebutuhan air di lahan sawah dimana satu buah pipa memberikan

gambaran kondisi air dalam areal perakaran untuk satuan luasan 0,5 – 1 ha. Penggunaan

pipa ini dapat menghemat penggunaan air sampai dengan 25% tanpa mengurangi hasil.

Kalender Tanam

Kalender tanam saat ini sangat dibutuhkan karena kondisi iklim yang mengalami

perubahan sehingga banyak sekali mempengaruhi waktu dan pola tanam. Kalender tanam

diterbitkan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) bekerjasama dengan

Kementerian Pertanian. Tujuan diterbitkannya Kalender Tanam (Katam) ini adalah untuk

memberikan informasi kondisi iklim/cuaca yang berkaitan dengan informasi waktu tanam

sehingga dapat mengurangi resiko kegagalan panen karena faktor iklim seperti

kekeringan. Informasi katam ini dapat diperoleh dengan cara mengakses internet dengan

mengetik ”katam.info” di Google Search. Pada sesi materi ini dilakukan peragaan untuk

mengakses katam.

Pemupukan Hara Spesifik Lokasi (PHSL)

Salah satu faktor penentu keberhasilan dalam usahatani adalah pemupukan.

Informasi pemupukan berimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi hara

sangat dibutuhkan. Saat ini telah tersedia perangkat lunak Pemupukan Hara Spesifik

Lokasi (PHSL) untuk menentukan dosis pemupukan padi pada lahan sawah irigasi yang

spesifik pada petakan lahan petani. Perangkat lunak ini dihasilkan oleh IRRI yang

bekerjasama dengan Badan Litbang Pertanian. Untuk mengakses PHSL ini dapat

menggunakan internet, android dan Hp. Namun saat ini yang telah siap digunakan adalah

melalui internet dengan alamat website : http://webapps.irri.org/nm/id/index.php.

Keunggulan penggunaan PHSL ini selain spesifik terhadap lokasi langsung pada petakan

petani, juga disesuaikan dengan waktu musim tanam (musim kemarau atau hujan),

varietas, jenis pupuk yang akan digunakan, umur bibit dan target hasil rasional yang

Page 33: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

33

diinginkan, juga diberikan informasi waktu aplikasi beserta dosisnya. Pada sesi ini

dilakukan simulasi dengan praktek langsung menggunakan internet.

Sistem Tanam Legowo

Pengertian dan keunggulan cara tanam legowo telah banyak diketahui, namun

aplikasi di lapangan belum sesuai. Penerapan cara tanam legowo di petani banyak yang

hanya mengosongkan barisan tanaman tanpa melakukan sisipan. Hal ini mengakibatkan

berkurangnya populasi tanaman, sehingga salah satu tujuan dari legowo yaitu

penambahan populasi tanaman tidak tercapai. Pada sesi ini dilakukan simulasi

penghitungan jumlah rumpun tanaman dengan menggunakan tegel, legowo 2:1 dan 4:1

versi tanpa sisipan dan menggunkan sisipan menggunakan alat peraga.

c. Masalah Kebijakan

Materi kebijakan salah satunya adalah mensosialisasikan dukungan BPTP terhadap

pendampingan SLPTT di masing-masing Kabupaten/Kota. Pertemuan dengan LO/Korwil

per Kabupaten, tujuannya untuk lebih mengenal lebih jauh LO (Tim SL PTT BPTP Banten

dengan petugas pendamping SL PTT yang mengikuti pelatihan). Pada pertemuan ini

dibahas beberapa hal seperti : a) calon lokasi dan pendamping untuk pelaksanaan uji

adaptasi VUB dan pemupukan, b) calon lokasi untuk display varietas c) kesepakatan

pelaporan. Di akhir pelaksanaan Pelatihan dilakukan post test untuk mengetahui sejauh

mana peningkatan pengetahuan dari Penyuluh Swadaya dan Petugas Lapang yang

mengikuti pelatihan dan sebagai bahan masukan bagi penyelenggara pelatihan dalam

meningkatkan kualitas pelaksanaan pelatihan. Adapun hasil atau nilai yang diperoleh dari

pre-test dan post-test disajikan pada Tabel 5

Tabel 5. Hasil Penilaian Pre-Test dan Post-Test Peserta Pelatihan

No. Lokasi Nilai/Score Peningkatan

(%) Pre-Test Post-Test

1 Kabupaten Lebak 63.5 75.6 19.01

2 Kabupaten Pandeglang 65.4 77.6 18.65

3 Kabupaten Serang dan Kota Serang 60.1 70.4 17.14

4 Kabupaten Tangerang 62 74.5 20.16

Rata-rata 62.75 74.53 18.75

Page 34: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

34

Dari hasil post-test peserta pelatihan, terdapat peningkatan pengetahuan terhadap

materi yang diberikan yaitu 18,75%. Pada umumnya peserta pelatihan mendapatkan

pemahaman terhadap konsep PTT, varietas dan benih unggul serta konsep PHT dan

pengendalian OPT cukup signifikan, namun demikian masih diperlukan pemahaman yang

lebih mendalam tentang konsep pemupukan PHSL serta konsep PHT dan pengendalian

OPT. Hal ini dapat dilakukan pada saat pertemuan-pertemuan rutin PPL. Selain itu,

konsultasi langsung ke Peneliti/Teknisi BPTP melalui SMS/Telp/Internet (Web) ataupun

pertemuan informal lainnya secara langsung.

4.3.2. Display dan Adaptasi VUB

Pengembangan usahatani padi sawah tidak hanya pada lahan sawah irigasi dan

tadah hujan, melainkan juga pada lahan kering, lahan rawa dan lahan pasang surut. Di

Provinsi Banten, beberapa lokasi terdapat lahan sawah potensi banjir/genangan dan salin.

Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian adaftasi beberapa VUB padi yang toleran

terhadap kondisi tersebut. Pada tahap awal pelaksanaan kegiatan, dilakukan PRA

(Participatory Rural Appraisal) dengan tujuan untuk memahami permasalahan dan

peluang serta kebutuhan teknologi spesifik lokasi untuk mengatasi masalah tersebut. PRA

dilakukan melalui KKP (Kajian Kebutuhan dan Peluang) dengan metode FGD (Focus Group

Discussion) yang pesertanya terdiri dari petani pemilik, petani penggarap, buruh tani,

pemilik penggilingan padi, pedagang saprodi serta petugas lapang dan tokoh masyarakat.

Fokus diskusi terkait dengan usahatani dan teknologi yang dibutuhkan untuk

memecahkan permasalahan yang ada di lokasi tersebut. Pelaksanaan PRA dilakukan di 8

lokasi uji adaptasi VUB padi, jagung dan kedelai (Tabel 6).

Page 35: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

35

Tabel 6. Pelaksanaan PRA di Provinsi Banten Tahun 2012

No. Lokasi Waktu

Pelaksanaan Jumlah Peserta

Komoditas/ Agroekosistem

1.

Desa Kalanganyar Kec. Kalanganyar-Lebak

29 Maret 2012

20 orang

Padi Lahan Sawah Irigasi

2.

Desa Bojongcae Kec. Cibadak-Lebak

4 April 2012

20 orang

Padi Lahan Sawah Potensi Banjir

3.

Desa Padasuka Kec. Warunggunung-Lebak

24 April 2012

20 orang

Kedelai Lahan Sawah

4.

Desa Pabuaran Kec. Kronjo-Tangerang

5 April 2012

25 orang

Padi Lahan Sawah Potensi Salin

5.

Desa Sukasari Kec. Kaduhejo-Pandeglang

16 April 2012

20 orang

Padi Lahan Sawah Irigasi

6.

Desa Sukajaya Kec. Pontang-Serang

26 April 2012

20 orang

Padi Lahan Sawah Irigasi

7.

Desa Sukmenak Kec. Cikeusal-Serang

31 Mei 2012

20 orang

Jagung Lahan Kering

8.

Desa Margaluyu Kec. Kasemen-Kota Serang

12 April 2012

20 orang

Padi Lahan Sawah Potensi Salin

Wujud lain dukungan Badan Litbang Pertanian terhadap pendampingan SL-PTT

adalah pelaksanaan display varietas. Hal ini merupakan salah satu komitmen yang telah

dibuat antara Dirjen Tanaman Pangan dengan Badan Litbang Pertanian. Penyediaan benih

untuk display varietas dilakukan secara sinergi antara Balit komoditas (BB Padi, Balitkabi

dan Balitsereal) dengan BPTP Banten. Distribusi VUB padi sawah untuk display sebanyak

4.420 kg (12 varietas : Inpari-3, Inpari-4, Inpari-7, Inpari-9, Inpari-10, Inpari-11, Inpari-

13, Inpara-4, Inpara-5, Inpara-6, Banyuasin dan Situ Bagendit)), jagung 45 kg (Bima-2,

Bima-3 dan Bima-4) dan kedelai 60 kg (Argomulyo, Burangrang dan Tanggamus). Display

varietas diharapkan mampu membawa perubahan dalam penggunaan dan penyebaran

benih unggul baru yang sesuai dengan kondisi agroekosistem. Selain itu, diharapkan

Page 36: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

36

petani dapat memilih varietas yang paling adaptif dan sesuai preferensi untuk

dikembangkan di wilayah tersebut. Realisasi penyediaan dan distribusi benih padi sawah

irigasi Inpari 3, 4, 7, 9, 10, 11 dan 13 sebanyak 3.590 kg; padi sawah potensi banjir

(Inpara-4 dan Inpara-5) sebanyak 380 kg, padi sawah potensi salin (Banyuasin) sebanyak

120 kg, padi gogo (Inpago-6 dan Situbagendit) sebanyak 330 kg, jagung hibrida (Bima 2,

3 dan 4) sebanyak 45 kg dan kedelai (Burangrang, Argomulyo dan Tanggamus) sebanyak

60 Kg (Tabel 7).

Tabel 7. Distribusi Benih Display VUB Padi, Jagung dan Kedelai Tahun 2012

No. Komoditas/Varietas Lokasi Jumlah (kg)

1 Inpari 3, 4, 7, 9, 10, 11, 13, Inpara 4, 5, Banyuasin Kab. Lebak 840

2. Inpari 3, 4, 7, 9, 10, 11, 13, Inpara 4, 5, Banyuasin Kab. Pandeglang 1.095

3. Inpari 3, 4, 7, 9, 10, 11, 13, Inpara 4, 5, Banyuasin Kab. Serang 830

4. Inpari 3, 4, 7, 9, 10, 11, 13, Inpara 4, 5, Banyuasin Kab. Tangerang 710

5. Inpari 3, 4, 7, 9, 10, 11, 13, Inpara 4, 5, Banyuasin Kota Serang 95

Jumlah Benih Padi 3.570

1. Bima 2, 3 dan 4 Kab. Lebak 15

2. Bima 2, 3 dan 4 Kab. Pandeglang 15

3. Bima 2, 3, dan 4 Kab. Serang 15

Jumlah Benih Jagung 45

1. Argomulyo, Burangrang, Tanggamus Kab. Lebak 24

2. Argomulyo, Burangrang, Tanggamus Kab. Pandeglang 18

3. Argomulyo, Burangrang, Tanggamus Kab. Serang 0

Jumlah Benih Kedelai 42

Display VUB padi sawah dilaksanakan pada semua kecamatan yang mendapat

program SL-PTT yaitu Kota Serang, Kab. Serang, Kab. Lebak, Kab. Pandeglang dan Kab.

Tangerang, dimana setiap kecamatan mendapat benih sebanyak 20 -60 kg yang terdiri

dari 4-12 varietas. Khusus jagung dan kedelai, display VUB dilaksanakan di Kab. Lebak,

Kab. Pandeglang dan Kab. Serang dengan jumlah benih 2 kg/varietas (kedelai) dan 2,5

kg/varietas (jagung). Selain untuk mengenalkan benih unggul baru, kegiatan display

juga dapat berfungsi sebagai produksi benih, karena benih yang didistribusikan berlabel

Page 37: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

37

ungu (kelas SS), sehingg hasilnya benih kelas ES. Keragaan hasil display VUB padi sawah

pada beberapa lokasi di Provinsi Banten secara rinci disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Produktivitas display beberapa VUB padi sawah di Provinsi Banten

Varietas

Kab. Pandeglang Kab. Lebak Kab. Serang Kab. Tangerang

Kisaran Rataan Kisaran Rataan Kisaran Rataan Kisaran Rataan

Inpari-1

Inpari-3

Inpari-4

Inpari-6

Inpari-7

Inpari-8

Inpari-9

Inpari-10

Inpari-11

Inpari-13

Inpara-4

Inpara-5

Mekongga

Banyuasin

-

4,9-7,0

4,2-7,2

6,5-7,2

4,0-7,5

5,1-6,8

-

5,6-7,4

-

5,8-8,0

-

4,4-6,8

-

-

-

6,1

5,6

6,8

5,9

5,8

-

6,1

-

6,6

-

5,6

-

-

-

4,2-8,0

4,2-9,6

-

4,9-8,1

-

4,3-9,6

4,3-9,9

5,0-7,4

4,7-9,8

5,2-6,0

3,5-6,2

-

-

-

6,5

5,9

-

6,8

-

7,4

6,4

6,5

6,6

5,6

5,2

-

-

4,2-5,3

4,2-7,2

4,2-8,2

4,5-6,4

5,2-5,8

-

3,5-8,0

4,2-8,8

4,5-8,0

4,0-7,8

5,1-6,5

5,1-6,8

5,6-7,1

6,0-6,8

4,8

6,3

6,6

5,4

5,5

-

6,3

6,8

6,7

6,6

5,6

6,1

6,2

6,5

-

4,2-8,3

5,3-9,2

-

7,3-8,2

-

5,7-6,5

5,4-9,5

7,4-8,7

6,2-9,1

6,5-7,4

6,5-7,0

-

5,2-6,5

-

6,9

7,1

-

7,6

-

6,1

7,5

7,8

7,2

7,1

6,7

-

5,7

Hasil display VUB padi sawah pada beberapa lokasi di Kab. Pandeglang berkisar

antara 4,0-8,0 ton/ha (rataan 5,4-6,8 ton/ha); Kab. Lebak 3,5-9,9 ton/ha (rataan 5,2-7,4

ton/ha); Kab. Serang 3,5-8,8 ton/ha (rataan 4,8-6,8 ton/ha) dan Kab. Tangerang 4,2-9,5

ton/ha (rataan 5,7-7,3 ton/ha). Berdasarkan rataan produktivitas, hasil tertinggi di Kab.

Pandeglang diperoleh pada varietas Inpari-6 yaitu 6,8 ton/ha dan terendah Inpari-4 yaitu

5,6 ton/ha; sedangkan hasil tertinggi dan terendah di Kab. Lebak adalah varietas Inpari-9

(7,4 ton/ha) dan Inpari-4 (5,9 ton/ha). Di Kab. Serang, rataan produktivitas tertinggi dan

Page 38: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

38

terendah diperoleh pada varietas Inpari-10 (6,8 ton/ha) dan Ipanri-1 (4,8 ton/ha).

Selanjutnya di Kab. Tangerang, produktivitas tertinggi diperoleh pada varietas Inpari-11

yaitu 7,8 ton/ha, dan terendah pada Inpari-9 yaitu 6,1 ton/ha.

Hasil analisis lebih lanjut diperoleh bahwa rataan produktivitas VUB padi sawah di

Kab. Pandeglang berkisar antara 5,6-6,8 ton/ha; Kab. Lebak 5,2-7,4 ton/ha; Kab. Serang

4,8-6,8 ton/ha dan Kab. Tangerang 6,1-7,8 ton/ha. Apabila dilihat dari rataan setiap

wilayah, produktivitas tertinggi diperoleh di Kab. Tangerang yaitu 6,97 ton/ha, selanjutnya

Kab. Lebak 6,32 ton/ha; Kab. Serang 6,11 ton/ha dan Kab. Pandeglang 6,06 ton/ha.

Selanjutnya apabila dilihat dari jenis VUB, produktivitas tertinggi diperoleh pada varietas

Inpari-11 yaitu 7,0 ton/ha; kemudian diikuti Inpari-13 (6,75 ton/ha); Inpari-10 (6,70

ton/ha) dan Inpari-9 (6,60 ton/ha); sedangkan produktivitas terendah pada varietas

Inpari-1 yaitu 4,80 ton/ha dan Inpari-8 (5,80 ton/ha).

Sebagai komponen teknologi, varietas telah memberikan sumbangan sebesar 56,1

% dalam peningkatan produksi. Selain itu, varietas unggul merupakan salah satu

teknologi inovatif yang handal untuk meningkatkan produktivitas padi, baik melalui

peningkatan daya hasil tanaman maupun ketahanannya terhadap cekaman biotik dan

abiotik (Balitpa, 2007). Lebih lanjut dilaporkan, Badan Litbang Pertanian pada periode

2000-2006 telah melepas 59 varietas unggul padi, 45 varietas untuk lahan sawah irigasi, 5

varietas padi gogo dan 9 varietas padi pasang surut. Varietas unggul tersebut dapat

dikelompokkan menjadi 2, yaitu varietas yang diperuntukkan bagi peningkatan

produktivitas yang melebihi ambang potensi hasil yang sudah melandai, dan varietas

unggul spesifik yang diperuntukkan bagi pencapaian stabilitas hasil dan peningkatan

kualitas produk.

Selain display VUB, kegiatan lainnya yang dilakukan dalam pendampingan SL-PTT

adalah uji adaptasi VUB padi sawah pada agroekosistem lahan sawah irigasi, lahan sawah

potensi banjir/genangan dan lahan sawah potensi salin, yang pelaksanaan kegiatannya

dikawal secara intensif. Pada lahan sawah irigasi dilakukan uji adaptasi terhadap 9 VUB

dengan hasil 3,29-8,90 ton/ha; lahan sawah potensi banjir 5 VUB 3,73-6,74 ton/ha;

Page 39: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

39

sedangkan pada lahan sawah potensi salin sebanyak 3 VUB dengan hasil 2,72-8,53

ton/ha. Pada adaptasi VUB di lahan sawah potensi banjir (Desa Bojongcae, Kec. Cibadak-

Lebak) diperoleh hasil sangat rendah yaitu 3,73-5,22 ton/ha; sedangkan hasil terendah

pada lahan sawah potensi salin terdapat di Desa Pagedangan, Kec. Kronjo-Kab.

Tangerang yaitu 2,72-3,56 ton/ha. Rendahnya hasil yang diperoleh pada ke-2 lokasi

tersebut akibat terkena kekeringan, mulai dari stadia keluar malai sampai pengisian biji

dan panen.

Tabel 9. Keragaan hasil VUB padi sawah pada beberapa agroekosistem

No. Agroekosistem dan Lokasi

Jenis VUB

Cara Tanam

T. Tanaman (cm)

Anakan Produktif

Protas (ton/ha)

1.

Lahan Sawah Irigasi

a. Ds. Sukasari Kec. Kaduhejo

Kab. Pandeglang

b. Ds. Gunung Cupu

Kec. Cimanuk

Kab. Pandeglang

c. Ds. Kalanganyar Kec. Kalanganyar

Kab. Lebak

d. Ds. Sukajaya

Kec. Pontang Kab. Serang

g. Ds. Pabuaran Udik

Kec. Jayanti

Kab. Tangerang

h. Ds. Pasuluhan

Kec. Walantaka

Kota Serang

Inpari-3

Inpari-4 Inpari-7

Inpari-10 Inpari-13

Inpari-10

Ciherang

Mekongga

Inpari-3 Inpari-4

Inpari-9

Inpari-10 Inpari-11

Inpari-13

Inpari-3

Inpari-4 Inpari-10

Inpari-13 Ciherang

Inpari-3

Inpari-4

Inpari-10 Inpari-13

Inpari-3

Inpari-4

Inpari-10 Inpari-13

Lgw 4:1

Lgw 4:1 Lgw 4:1

Lgw 4:1 Lgw 4:1

Lgw 4:1

Lgw 4:1

Lgw 4:1

Lgw 4:1 Lgw 4:1

Lgw 4:1

Lgw 4:1 Lgw 4:1

Lgw 4:1

Lgw 4:1

Lgw 4:1 Lgw 4:1

Lgw 4:1 Lgw 4:1

Lgw 4:1

Lgw 4:1

Lgw 4:1 Lgw 4:1

Lgw 4:1

Lgw 4:1

Lgw 4:1 Lgw 4:1

103,0

104,0 105,0

103,0 99,0

90,3

115,4

107,4

105,2 104,7

112,3

103,4 102,8

99,4

106,2

104,5 103,6

100,3 102,5

112,4

100,2

106,9 109,1

102,0

106,6

96,4 105,8

19

18 21

19 19

22

13

15

24 25

31

24 19

15

15

19 17

13 13

24

29

24 27

17

21

22 24

6,20

5,30 6,20

7,10 6,20

8,16

7,50

7,20

7,90 6,54

7,35

7,01 7,20

6,53

8,75

7,40 7,50

7,31 8,65

7,24

8,81

7,59 6,29

7,51

8,90

7,51 8,16

2. Lahan Sawah Potensi Salin (LSPS)

Page 40: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

40

a. Ds. Pagedangan Ilir

Kec. Kronjo Kab. Tangerang

b. Desa Margaluyu

Kec. Kasemen Kota Serang

Banyuasin

Inpari-9 Inpari-11

Banyuasin

Inpari-9 Inpari-11

Lgw 5:1

Lgw 5:1 Lgw 5:1

Lgw 6:1

Lgw 6:1 Lgw 6:1

79,0

78,1 80,2

106,2

111,7 102,2

15

16 14

24

27 20

3,56

2,65 2,72

7,95

8,53 8.00

3. Lahan Sawah Potensi Banjir (LSPB)

a. Desa Bojongcae

Kec. Cibadak Kab. Lebak

b. Desa Sobang Kec. Sobang

Kab. Pandeglang

Inapri-4

Inpari-7 Inpari-13

Inpara-4

Inapri-3 Inpari-4

Inapri-7

Inpari-13 Inpara-4

Lgw 4:1

Lgw 4:1 Lgw 4:1

Lgw 4:1

Lgw 4:1 Lgw 4:1

Lgw 4:1

Lgw 4:1 Lgw 4:1

74,0

76,0 72,7

67,3

97,0 96,3

97,1

94,9 97,1

24

25 26

37

24 22

22

22 23

6,57

6,43 6,74

5,22

3,73 4,80

3,90

4,83 5,22

Pada uji adaptasi lahan sawah irigasi, rataan produktivitas tertinggi diperoleh di

Desa Pasuluhan, Kec. Walantaka – Kab. Serang yaitu 8,02 ton/ha; kemudian diikuti Desa

Sukajaya, Kec. Pontang sebesar 7,92 ton/ha dan Desa Gunung Cupu, Kec. Cimanuk –

Kab. Pandeglang 7,62 ton/ha; sedangkan hasil terendah di Desa Sukasari, Kec. Kaduhejo

–Kab. Pandeglang yaitu 6,20 ton/ha. Apabila dilihat dari varietas, produktivitas Inpari-3

berkisar antara 6,20-8,75 ton/ha ; Inpari-4 5,30-8,90 ton/ha ; Inpari-7 6,20 ton/ha;

Inpari-10 7,01-8,16 ton/ha; Inpari-13 6,29-8,16 ton/ha; Ciherang 7,50-8,65 ton/ha dan

Mekongga 7,20 ton/ha. Berdasarkan rataan produktivitas, hasil tertinggi diperoleh pada

varietas Ciherang yaitu 8,07 ton/ha; kemudian diikuti Inpari-3 (7,52 ton/ha); Mekongga

(7,50 ton/ha); Inpari-10 (7,48 ton/ha); Inpari-4 (7,39 ton/ha); Inpari-13 (6,90 ton/ha)

dan Inpari-7 (6,20 ton/ha). Khusus Inpari-13, walaupun pada beberapa lokasi

menghasilkan produktivitas cukup tinggi, namun banyak dikeluhkan petani dan konsumen

karena susah digebot, rendemen kurang dan adanya butiran kapur. Hasil uji adaftasi

beberapa VUB padi sawah pada berbagai agroekosistem di Provinsi Banten disajikan pada

Tabel 9.

Page 41: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

41

4.3.3. Uji Preferensi VUB Padi Sawah

Participatory Varietas Selection (PVS) adalah pemilihan varietas berdasarkan

partisipasi petani dan penyuluh. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan

informasi varietas yang disukai oleh petani, sehingga dapat dijadikan dasar atau acuan

untuk pengembangan varietas di wilayah tersebut. PVS tahap pertama dilakukan di

lapangan, dimana petani menilai dan memilih berdasarkan performansi tanaman seperti

umur, tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang malai dan jumlah gabah per malai. Tahap

selanjutnya dilakukan setelah panen yaitu menilai berdasarkan performansi bentuk dan

warna gabah, bentuk dan warna beras serta uji rasa nasi dengan menilai warna, aroma,

tekstur dan rasa dari varietas tersebut. Berikut ini adalah PVS yang telah dilakukan dan

varietas yang terpilih pada beberapa lokasi (Tabel 10).

Tabel 10. Pelaksanaan dan hasil uji referensi VUB padi sawah

No. Lokasi Waktu

Pelaksanaan

Varietas Yang Terpilih

Ranking 1 Ranking 2

1.

Desa Pasuluhan Kecamatan Walantaka

9 Juli 2012

Inpari-13

Inpari-10

2. Desa Teluklada

Kecamatan Sobang

12 Juli 2012 Inpari-7 Inpari-4

3. Desa Pabuaran Udik

Kecamatan Jayanti

16 Juli 2012 Inpari-10 Inpari-13

4. Desa Kalanganyar Kecamatan Kalanganyar

16 Juli 2012 Inpari-9 Inpari-3

4.3.4. Temu Lapang

Kegiatan Temu Lapang merupakan salah satu bentuk dukungan BPTP Banten

dalam mendukung kegiatan SLPTT. Temu Lapang dilakukan di lokasi uji adaptasi VUB

kelompoktani Sri Rejeki, Desa Kalang Anyar, Kecamatan Kalang Anyar, Kabupaten Lebak.

Tema temu lapang ini adalah peningkatan produktivitas dan pendapatan petani melalui

implementasi teknologi spesifik lokasi (PTT). Jumlah peserta yang hadir 125 orang terdiri

dari : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Dinas Pertanian

Kabupaten Lebak, Badan penyuluhan Kabupaten Lebak, Ka. UPT/Ka. BPP/PPL/THL),

Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA), dan Kelompok tani.

Page 42: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

42

Tujuan dilaksanakan temu lapang ini adalah untuk mendiseminasikan komponen

teknologi PTT, diantaranya penggunaan varietas unggul baru seperti: inpari 3, Inpari 4,

Inpari 9, Inpari 10, Inpari 11 dan Inpari 13. Selain itu juga untuk mendiseminasikan

teknologi pemupukan berdasarkan rekomendasi berdasarkan Permentan No. 40 tahun

2007, PUTS dan PHSL yang dibandingkan dengan pemupukan berdasarkan kebiasaan

petani. Pada pelaksanaan temu lapang ini peserta diberikan kesempatan untuk memilih

VUB yang paling disukai berdasarkan performansi tanaman dan selain itu juga dilakukan

uji rasa 10 VUB yaitu Inpari 1, Inpari 3, Inpari 6, Inpari 10, Inpari 13, Inpago 6, Ciherang,

Mekongga, Aek Sibundong, dan Banyuasin. VUB yang paling banyak disukai berdasarkan

performansi tanaman adalah Inpari 9, Inpari 13 dan Inpari 3. Sedangkan rasa nasi yang

paling disukai adalah adalah Inpari 10, Inpari 1 dan Inpari 3.

4.3.5. Uji Pemupukan Padi Sawah

Pupuk merupakan sarana produksi yang penting peranannya dalam meningkatlan

produksi padi. Disisi lain, penggunaan pupuk oleh petani belum efisien dan rasional,

bahkan jumlahnya berlebihan dan tidak memadai, sehingga mempengaruhi produktivitas

dan pendapatan petani. Dalam upaya peningkatan produksi padi dan pendapatan petani

serta pelestarian sumberdaya lahan dan lingkungan, pemerintah telah mengeluarkan

Keputusan Mentan No. 01/Kpts/SR.130/I/2006 tentang Rekomendasi Pemupukan N, P

dan K spesifik lokasi padi sawah. Dalam implementasinya di lapangan, rekomendasi

pemupukan tersebut perlu didukung peta status hara fosfat (P) dan kalium (K) tanah

sawah pada masing-masing daerah (Kasno dan Hidayat, 2006). Untuk tumbuh sempurna,

tanaman padi memerlukan unsur hara makro C, H, O, N, P, K, Ca, Mg dan S serta hara

mikro Fe, Mn, Cu, Zn, Si, Bo dan Cl. Unsur hara diserap akar melalui larutan tanah,

oksilasi dan difusi. Proses penyerapan hara oleh akar difasilitasi oleh ketersediaan air yang

cukup. Kebutuhan hara tanaman harus dipenuhi secara seimbang agar pertumbuhan

tanaman optimal (Makarim et al., 2004).

Dalam penerapan PTT padi sawah irigasi, komponen teknologi peningkatan

produktivitas lahan adalah pemberian pupuk organik, pengairan berselang, pemupukan N

berdasarkan BWD serta pemupukan P dan K sesuai hasil analisis tanah dan kebutuhan

Page 43: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

43

tanaman. Faktor lingkungan tumbuh tanaman padi yang bisa diintervensi adalah pH

dengan pengapuran dan bahan organik dengan pemberian kompos. Kemampuan tanaman

padi untuk berproduksi tinggi ditentukan oleh pH awal, bukan pH setelah tanah tergenang

(pada sawah irigasi yang bersifat aquik, pH akan naik dari 5 menjadi 7 karena genangan).

Selanjutnya penambahan pupuk organik sampai 2 % dapat meningkatkan hasil, tetapi

penambahan untuk mencapai kandungan karbon organik tanah >2 % tidak lagi

meningkatkan hasil (Makarim et al., 2004). Indigenous Organic Matter (IOM)

menentukan daya pegang hara dan air oleh partikel tanah dan buffering capacity tanah.

Dengan kata lain, IOM adalah indikator dari keberlanjutan kesuburan tanah.

Dalam upaya rekomendasi pemupukan padi sawah spesifik lokasi, telah dilakukan

uji pemupukan pada beberapa lokasi di Provinsi Banten, diantaranya : Kota Serang (Kec.

Kasemen dan Kec. Walantaka), Kabupaten Serang (Kec. Pontang dan Kec. Tanara),

Kabupaten Pandeglang (Kec. Kaduhejo), Kabupaten Lebak (Kec. Kalanganyar) dan

Kabupaten Tangerang (Kec. Kronjo dan Kec. Jayanti). Metode pemupukan yang diuji

adalah Permentan, PUTS, PHSL dan cara petani, sedangkan VUB padi sawah yang

digunakan meliputi Inpari-10, Inpari-13 dan Banyuasin dengan hasil GKP berkisar antara

4,19-9,17 ton/ha (Tabel 11). Secara keseluruhan terlihat bahwa produktivitas VUB

Inpari-10 berkisar antara 5,88 – 7,67 ton/ha (rataan 6,52 t/ha), Inpari-13 berkisar 6,73

– 9,17 ton/ha (rataan 7,56 t/ha) dan Banyuasin 4,19 – 8,11 ton/ha (rataan 6,22 ton/ha)

Pada uji pemupukan ini, produktivitas terendah diperoleh di Kecamatan Kronjo-Kab.

Tangerang yaitu 4,19-4,76 ton/ha (rataan 4,42 ton/ha). Rendahnya produktivitas yang

diperoleh disebabkan terjadinya kekeringan, mulai pada saat keluar malai sampai

pengisian biji dan panen. Namun demikian, pada beberapa lokasi lainnya cukup tinggi

sehingga dapat dikembangkan pada lahan-lahan sawah yang wilayahnya berpotensi salin

terutama di pantai utara Banten (Kota Serang, Kab. Serang dan Kab. Tangerang).

Page 44: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

44

Tabel 11. Keragaan hasil uji pemupukan padi sawah di Provinsi Banten

Lokasi Pengujian

Jenis Pupuk dan Hasil

Metode Pemupukan

Permentan PUTS PHSL Petani

1. Kota Serang

a. Kec. Walantaka

b. Kec. Kasemen

Urea NPK Phonska

SP-36 KCl

Varietas Hasil GKP

Urea NPK Phonska

SP-36

P.Organik Varietas

Hasil GKP

185 kg 200 kg

17 kg -

Inpari-10 7,35 t/ha

185 kg 200 kg

17 kg

- Banyuasin

8,05 t/ha

160 kg 120 kg

- 20 kg

Inpari-10 6,94 t/ha

135 kg 200 kg

10 kg

- Banyuasin

8,00 t/ha

225 kg 225 kg

- -

Inpari-10 7,67 t/ha

250 kg 200 kg

-

- Banyuasin

8,11 t/ha

100 kg 100 kg

- -

Inpari-10 5,88 t/ha

250 kg 200 kg

-

500 kg Banyuasin

7,95 t/ha

2. Kab. Serang a. Kec. Pontang

b. Kec. Tanara

Urea

NPK Phonska SP-36

Varietas

Hasil GKP

Urea NPK Phonska

KCl

P. Organik Varietas

Hasil GKP

135 kg

200 kg -

Inpari-10

7,79 t/ha

191 kg 120 kg

-

- Inpari-10

4,86 t/ha

180 kg

190 kg 17 kg

Inpari-10

7,79 t/ha

242 kg 180 kg

55 kg

- Inpari-10

5,21 t/ha

225 kg

150 kg -

Inpari-10

7,50 t/ha

200 kg 150 kg

-

- Inpari-10

5,14 t/ha

200 kg

300 kg -

Inpari-10

7,60 t/ha

150 kg 150 kg

-

500 kg Inpari-10

4,43 t/ha

3. Kab. Pandeglang

Kec. Kaduhejo

Urea NPK Phonska

KCl Varietas

Hasil GKP

185 kg 120 kg

- Inpari-10

4,60 t/ha

172 kg 240 kg

40 kg Inpari-10

6,10 t/ha

200 kg 200 kg

- Inpari-10

5,70 t/ha

150 kg 150 kg

- Inpari-10

6,40 t/ha

4. Kab. Lebak Kec. Kalanganyar

Urea

NPK Phonska SP-36

P- Organik

Varietas Hasil GKP

135 kg

200 kg 17 kg

400 kg

Inpari-10 6,89 t/ha

185 kg

200 kg 17 kg

400 kg

Inpari-10 6,95 t/ha

200 kg

175 kg -

400 kg

Inpari-10 7,04 t/ha

100 kg

300 kg 17 kg

500 kg

Inpari-10 6,78 t/ha

Page 45: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

45

5. Kab. Tangerang

a. Kec. Kronjo

b. Kec. Jayanti

Urea NPK Phonska

KCl P. Organik

Varietas Hasil GKP

Urea NPK Phonska

P. Organik Varietas

Hasil GKP

191 kg 180 kg

- -

Banyuasin 4,43 t/ha

200 kg 250 kg

- Inpari-13

7,07 t/ha

200 kg 150 kg

5 kg -

Banyuasin 4,76 t/ha

200 kg 150 kg

- Inpari-13

7,30 t/ha

200 kg 150 kg

- -

Banyuasin 4,31 t/ha

150 kg 175 kg

- Inpari-13

9,17 t/ha

150 kg 150 kg

- 500 kg

Banyuasin 4,19 t/ha

150 kg 200 kg

500 kg Inpari-13

6,73 t/ha

Hasil analisis lain menunjukkan bahwa dosis pupuk pada semua lokasi pengujian

sangat beragam pada setiap metode. Dosis pupuk kimia (Urea, Phonska, SP-36 dan/atau

KCl) pada metode Permentan berkisar antara 335 – 450 kg/ha; PUTS 300 – 452 kg/ha;

PHSL 325 – 450 kg/ha dan cara petani 200 – 500 kg/ha; sedangkan penggunaan pupuk

organik atau kompos masih sedikit dan sangat rendah yaitu 400-500 kg/ha. Produktivitas

VUB padi sawah yang diperoleh pada pengujian pupuk dengan acuan Permentan berkisar

antara 4,43 – 8,05 ton/ha (rataan 6,59 ton/ha), metode PUTS 4,76 – 8,00 ton/ha (rataan

6,83 ton/ha), metode PHSL 4,31 – 9,17 ton/ha (rataan 7,07 ton/ha) dan cara petani

adalah 4,19 – 7,95 ton/ha (rataan 6,50 ton/ha). Berdasarkan rataan produkltivitas yang

diperoleh, metode PHSL lebih baik dibandingkan PUTS, Permentan dan cara petani.

Berdasarkan status hara P tanah sawah di Banten dapat dikelompokan menjadi 3

yaitu rendah, sedang dan tinggi. Tanah sawah berstatus P-rendah seluas 121.650 ha

(61,32 %); P-sedang 26.584 (13-40%) dan P-tinggi 50.151 ha (25,28%). Tanah sawah

P-rendah terdapat di Kab. Lebak, Serang dan Tangerang, sedangkan di Kab. Pandeglang

70 % tanah sawahnya berstatus P-tinggi. Selanjutnya tanah sawah berstatus hara

K rendah seluas 56.823 ha (28,64 %); K-sedang 102.596 ha (51,72 %) dan K-rendah

38.966 ha (19,64 %). Tanah sawah di Prov. Banten pada umumnya berstatus K sedang

dan rendah. Tanah sawah berstatus K-rendah terluas terdapat di Kab. Serang, disusul

Kab. Lebak dan Kab. Tangerang (Kasno dan Hidayat, 2006). Rekomendasi pemupukan P

Spesifik Lokasi adalah : (1) P-rendah (< 20 mg P2O5/100g) dipupuk dengan 100 kg

SP-36/ha; (2) P-sedang (20-40 mg P2O5/100 g) dipupuk dengan 75 kg SP-36/ha); dan

Page 46: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

46

(3) P-tinggi (> 40 mg P2O5/100g) dipupuk 50 kg SP-36/ha. Sedangkan tanah sawah yang

berstatus K-rendah (<10 mg K2O/100 g) dipupuk dengan 100 kg KCl/ha atau tidak perlu

dipupuk bila mengembalikan jerami 5 ton/ha ke tanah sawah.

Sebagian besar lahan sawah intensifikasi di Pulau Jawa dan Bali telah terakumulasi

oleh unsur hara P, sehingga akan merusak lingkungan dan bahkan terjadi penurunan

efisiensi pemupukan. Penurunan efisiensi pemupukan berkaitan erat dengan faktor tanah,

baik secara kimia maupun fisika dan biologi tanah. Oleh karena itu perlu pemberian pupuk

organik melalui pengembalian sisa panen (brangkasan), mengingat dalam sistem

usahatani tanaman pangan berkelanjutan akan terjadi pengangkutan unsur hara dari

dalam tanah, baik melalui hasil panen maupun brangkasan. Pada sistem usahatani padi

dengan hasil 8,0 t/ha, akan mengangkut hara dari dalam tanah berupa N 269 kg/ha; 44

kg P2O5; 207 kg K2O ; 28 kg Mg dan 24 kg S (Kartaatmadja et.al, 2000). Dengan

demikian, utnuk menjamin stabilitas hasil dan berkelanjutan sistem produksi, maka

pengembalian hara dalam bentuk bahan/pupuk organik mutlak diperlukan.

Pemberian pupuk organik ke dalam tanah dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan

biologi tanah, menyuburkan tanah dan menambah unsur hara, menambah humus,

mempengaruhi kehidupan jasad renik yang hidup di dalam tanah, disamping dapat

meningkatkan mengikat air. Pada tanah dengan kandungan C-organik tinggi, unsur hara

menjadi lebih tersedia bagi tanaman sehingga pemupukan lebih efisien (Tisdale et al.,

1990; Havin et al., 1999). Hasil penelitian Karama (1990) menunjukkan bahwa pengunaan

pupuk organik dapat memperbaiki sifat-sifat tanah serta mengurangi penggunaan pupuk

N, P dan K. Selanjutnya Adiningsih (2000) dan Dwiyanto (2000) mengemukakan bahwa

pemberian pupuk organik 1,5-2,0 t/ha pada lahan sawah dapat memberikan dampak

positif terhadap hasil panen.

Berdasarkan hasil penelitian di Desa Penyaringan, Kec. Mendoyo, Kab. Jembrana –

Bali, produktivitas padi sawah varietas Ciherang pada takaran pupuk organik 5 t/ha, 10

t/ha dan 15 t/ha secara berurutan adalah 5,12 t/ha; 6,10 t/ha dan 6,48 t/ha, sedangkan

sebagai kontrol dengan cara petani (Urea 350 t/ha, SP-36 100kg/ha dan KCl 50 kg/ha)

Page 47: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

47

adalah 6,66 t/ha (Karama et al., 2008). Kondisi lahan sawah di lokasi penelitian

mempunyai pH, C-organik, N-total dan P-tersedia yang rendah, sedangkan K-tersedia

sedang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik dapat

meningkatkan pH tanah dan P-tersedia serta penurunan K-tersedia. Selanjutnya Hartati

dan Setyorini (2008) melaporkan, penggunaan pupuk organik takaran 10-15 t/ha yang

dikombinasikan dengan jerami dan arang sekam mampu mencukupi kebutuhan hara

tanaman padi dalam sistem pertanian organik (jerami padi 5 t/ha dan arang sekam 300

kg/ha).

4.3.6. Monitoring dan Supervisi Penerapan Teknologi Usahatani padi masih tetap memiliki daya saing, namun dengan tingkat kelayakan

yang semakin marjinal. Tingkat daya saing usahatani padi sangat sensitif terhadap

penurunan produktivitas, tingkat harga dan perubahan nilai tukar rupiah. Ketiga faktor

tersebut merupakan kendala yang sulit ditangani dalam mempertahankan keunggulan

komparatif usahatani padi (Rachman et al., 2004). Selanjutnya dilaporkan bahwa

keunggulan komparatif dan kompetitif usahatani padi di Indonesia sangat dipengaruhi

oleh faktor teknis, ekonomis dan sosial-kelembagaan. Beberapa faktor teknis yang

mempengaruhi adalah iklim, infrastruktur irigasi, aksesibilitas lokasi dan tingkat adopsi

teknologi seperti penggunaan pupuk, pestisida dan benih yang akan mempengaruhi

produktivitas dan kualitas hasil. Beberapa faktor ekonomi yang sangat berpengaruh

adalah harga input dan output, nilai tukar rupiah, tingkat upah dan suku bunga, dimana

faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan mekanisme pasar input, tenaga kerja dan

pasar modal di pedesaan.

Berdasarkan data BPS Provinsi Banten tahun 2009, luas baku lahan sawah di

Provinsi Banten adalah 197.530 ha. Selanjutnya dilaporkan bahwa pada periode 2007-

2011, luas panen padi di Provinsi Banten berkisar antara 325.953-374.717 ha dengan

produksi 1.710.894 – 1.915.996 ton (produktivitas 50,29-52,98 kw/ha). Berdasarkan

kesepakatan sementara dengan Kabupaten/Kota, sesaran produksi padi di Provinsi Banten

tahun 2012 adalah 2.130.142 ton; sedangkan pada tahun 2013 dan 2014 secara

Page 48: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

48

berurutan adalah 2.225.998 ton dan 2.326.168 ton. Dalam rangka pencapaian sasaran

produksi padi, Provinsi Banten pada tahun 2012 mendapat alokasi program SL-PTT padi

non-hibrida seluas 168.000 ha dan padi ladang/gogo 25.000 ha.

Tabel 12. Keragaan hasil SL-PTT padi sawah di Provinsi Banten tahun 2012

Wilayah Pendampingan

Jml. Lokasi Luas (ha)

Produktivitas (ton/ha) Penggunaan VUB Desa Poktan LL SL Non-SL

1. Kab. Pandeglang - Kec. Panimbang

- Kec. Sobang

- Kec. Cimanuk - Kec. Saketi

- Kec. Kaduhejo - Kec. Mandalalangi

- Kec. Sukaresmi

- Kec. Cipeucang - Kec.Pandeglang

- Kec. Sumur

6

7

11 13

9 15

4

9 4

4

88

80

62 36

32 32

28

19 18

14

2.200

2.000

1.550 900

800 800

700

475 450

350

6.65

5.73

7.79 9.92

7,50 6.69

6.26

5.75 7.82

6.05

5.82

5.21

6.91 6.82

7,35 6.03

5.84

5.45 5.61

5.39

5.75

5.06

6.25 6.63

6,87 5.80

5.25

5.32 5.36

5.20

Inpari-13

Ciherang

Ciherang Mekongga

Ciherang Ciherang

Ciherang

Ciherang Ciherang

Inpari-13

2. Kab. Tangerang

- Kec. Mauk

- Kec. Gunung Kaler - Kec. Kemiri

- Kec. Legok - Kec. Mekarbaru

- Kec. Kronjo

- Kec. Sukamulya

12

9 7

11 8

10

8

68

42 40

38 29

27

22

1.700

1.050 1.000

950 725

675

550

5.17

4.65 3.72

6.91 4.70

6.16

7.01

4.84

3.81 3.47

6.36 4.55

5.51

6.56

4.60

3.55 3.14

5.67 3.58

4.94

6.10

Ciherang

Chr, Inp-13 Ciherang

Ciherang Chrg, Inp-13

Chrg, Inp-13

Ciherang

3. Kab. Lebak

- Desa Pasirhaur

- Desa Cipanas - Desa Luhurjaya

- Desa Sipayung - Desa Bintangsari

1

1 1

1 1

7

5 5

4 2

175

125 125

100 50

6,25

6,84 7,78

7,60 6,36

5,12

6,40 7,20

7,28 5,76

4,85

6,08 6,72

6,94 5,50

Ciherang

Ciherang Ciherang

Ciherang Ciherang

4. Kab. Serang

- Desa Penggalang - Desa Pulo

- Desa Pamong - Desa Pegadingan

- Desa Pamengkang

1 1

1 1

1

7 9

8 5

11

175 225

200 125

275

5,96 5,71

6,40 4,42

6,40

5,60 5,45

5,45 4,20

6,15

5,26 5,24

5,30 2,58

4,75

Ciherang Ciherang

Ciherang Ciherang

Ciherang

5. Kota Serang - Kel. Warung Jaud

- Kel. Kilasah

- Kel.Terumbu - Kel. Sawah Luhur

- Kel. Bendung

1

1

1 1

1

6

5

7 6

6

150

125

175 150

150

6,25

7,14

6,91 6,63

6,70

5,47

6,52

6,37 5,87

6,03

4,80

6,00

5,76 5,58

5,50

Ciherang

Ciherang

Ciherang Ciherang

Ciherang

Page 49: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

49

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengumpulan data pada 10 kecamatan di

Kabupaten Pandeglang, produktivitas padi sawah pada LL berkisar antara 5,73-9,92

ton/ha, hamparan SL 5,21-7,35 ton/ha dan non-SL 5,06-6,87 ton/ha. Di Kabupaten

Tangerang, produktivitas padi sawah pada 7 kecamatan berkisar antara 3,72-7,01 ton/ha

(LL); 3,47-6,56 ton/ha (hamparan SL) dan non-SL 3,14-6,10 ton/ha. Selanjutnya di Kota

Serang, produktivitas padi sawah pada 5 kelurahan berkisar antara 6,25-7,14 ton/ha (LL)

dan hamparan SL 5,47-6,52 ton/ha, sedangkan non-SL 4,80-6,0 ton/ha. Keragaan hasil

SL-PTT padi sawah di Provinsi Banten pada tahun 2012 disajikan pada Tabel 12.

Penerapan teknologi di LL 100% menggunakan benih unggul berlabel (swadaya

maupun dari CBN/BLBU), sistem tanam tegel dan legowo (2:1; 4:1; 5:1; 6:1 dan >8:1),

umur bibit 15 - 25 HST, jumlah bibit 2-3 bibit; dosis pupuk bervariasi mulai dari urea 100

– 200 kg/ha, phonska 150 – 300 kg/ha, penggunaan pupuk organik (kompos, pupuk

kandang, POG, POC dan katalis), pengendalian OPT secara reguler atau disesuaikan

dengan serangan OPT, pengendalian gulma secara manual dan gasrok/landak. Keragaan

penerapan teknologi dapat dilihat pada Tabel 13. Khusus di Kabupeten Lebak,

penerapan komponen teknologi oleh petani belum optimal. Komponen dasar PTT berupa

varietas unggul baru sudah dikenal di seluruh kecamatan melalui display. Namun

demikian, belum banyak ditanam petani karena keterbatasan benin. Selain itu,

penggunaan benih berlabel oleh petani sudah mencapai sekitar 85 % karena adanya

bantuan dari program SL-PTT (benih BLBU atau CBN).

Sistem atau cara tanam yang digunakan petani masih bervariasi, yaitu legowo 2:1,

4:1, 5:1, 6:1, 8:1 serta tanam tegel dan bintang. Sistem tanam yang dominan adalah

legowo 4:1 dan selanjutnya tanam tegel. Masih banyaknya petani yang menggunakan

cara tanam tegel disebabkan rendahnya pengetahuan buruh tani atau tenaga tandur

terhadap manfaat jajar legowo. Rekomendasi pemupukan oleh PPL mengacu pada BWD

dan Permentan 2007, sedangkan aplikasi PHSL baru dalam tahap sosialisasi oleh BPTP

Banten, sehingga dampaknya baru terlihat pada tahun depan. Selanjutnya pengendalian

hama terpadu sudah mencapai 85 %.

Page 50: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

50

Tabel 13. Penerapan Komponen Teknologi PTT pada LL di Prov. Banten

Wilayah Pendampingan Penggunaan VUB Jenis dan Dosis Pupuk Komponen PTT Lainnya

1. Kab. Lebak

- Kec. Kalanganayar

- Kec. Warunggunung

- Kec. Cibadak

- Kec. Rangkasbitung

Ciherang, Inpari-13, IR-64, Mekongga,

Mira, Sidenuk

Ciherang, Inpari-1, Inpari-13, Sidenuk,

Mekongga.

Ciherang, Inpari-1, 6, 9,10, 13, Mira

dan Sidenuk

Ciherang, Cigeulis,

Sarinah, Sidenuk

dan Mira-1.

Urea 100 kg/ha; NPK Phonska 200 kg/ha;

POC Greemont 8 l dan Plant Catalyst 3 kg.

Urea 100 kg/ha; NPK Phonska 200 kg/ha;

POC Greemont 8 l dan Plant Catalyst 3 kg.

Urea 100 kg/ha; NPK Phonska 200 kg/ha;

POC Greemont 8 l dan Plant Catalyst 3 kg.

Urea 100 kg/ha; NPK

Phonska 200 kg/ha;

POC Greemont 8 l dan Plant Catalyst 3 kg.

Umur bibit <21 HSS, legowo 4:1, 6:1 dan

10:1 (90 %) dan tegel 15 %.

Umur bibit <20 HSS, legowo 4:1 dan 10:1

(80 %) dan tegel.

Umur bibit <20 HSS, legowo 4:1, 8:1 dan

tegel

Umur bibit <21 HSS,

legowo 2:1, 4:1, 8:1

(30 %) dan tegel.

2. Kab. Pandeglang - Kec. Kaduhejo

- Kec. Majasari

- Kec. Menes

Ciherang

Ciherang, Inpari-13

Ciherang, Inpari-13

Urea 150 kg/ha, NPK

Phonska 180 kg/ha dan PO 500 kg/ha.

Urea 200 kg/ha dan NPK Phonska 180

kg/ha.

Urea 200 kg/ha, NPK Phonska 180 kg/ha.

Umur bibit <21 HSS,

legowo 4:1, PHT dan panen.

Umur bibit <21 HSS, legowo 4:1, PHT dan

panen.

Umur bibit <21 HSS, legowo 4:1, PHT.

3. Kab. Tangerang - Kec. Tangerang

Ciherang

Urea 100 kg/ha, NPk

Phonska 150 kg/ha

dan PO 500 kg/ha

Umur bibit 20-25

HSS, legowo 4:1, 5:1

(25 %), tegel (75%), gasrok, PHT.

4. Kab. Serang - Kec. Cikeusal

- Kec. Kramatwatu

Ciherang dan

Inpari-13

Ciherang, Inpari-13

Urea 200 kg/ha, NPK

Phonska 300 kg/ha,

Bokashi 600 kg/ha.

Urea 200 kg/ha, NPK Phonska 300 kg/ha,

Bokashi 600 kg

Umur bibit <21 HSS,

legowo 4:1, tegel,

gasrok dan PHT.

Umur bibit <21 HSS, legowo 4:1, tegel,

gasrok dan PHT.

Page 51: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

51

- Kec. Ciruas

Ciherang, Inpari-13 Urea 200 kg/ha, NPK

Phonska 300 kg/ha, PBokashi 300 kg

Umur bibit <21 HSS,

legowo 4:1, tegel, gasrok dan PHT.

5. Kota Serang

- Kec. Kasemen

- Kec. Walantaka

Ciherang, Inpari-13

Ciherang, Inpari-13

Urea 150 kg/ha, NPK

Phonska 150 kg/ha, POC 12 l, POG 210 kg.

Urea 150 kg/ha, NPK

Phonska 150 kg/ha, POC 12 l, POG 210 kg.

Umur bibit <21 HSS,

legowo 4:1, 8:1, 10:1, tegel, gasrok

dan PHT.

Umur bibit <21 HSS,

legowo 4:1, 8:1, 10:1, tegel, gasrok

dan PHT.

Komponen lainnya adalah penggunaan pupuk organik baru sekitar 70 %, namun

dosisnya belum sesuai rekomendasi karena rendahnya daya beli dan pengetahuan petani

mengenai manfaat pupuk organik. Bahan organik yang digunakan berupa kotoran ternak

(kambing, domba, sapi, kerbau, ayam) dan kompos yang dibuat dari jerami. Komponen

teknologi pilihan berupa bibit muda sebagian besar berumur 15-21 HSS, jumlah bibit 1-3

batang/lubang sudah mencapai 75 %, sedangkan pengairan belum menggunakan

intermitten, karena sebagian besar lahan sawah adalah tadah hujan. Selanjutnya cara

penyiangan yang dominan dilakukan petani adalah dengan tangan dan landak/gasrok,

sedangkan waktu panen, perontokan gabah dan penggunaan alat sudah cukup baik yaitu

90-95 %.

4.3.7. Pencetakan dan Distribusi Media Diseminasi

Dalam mendukung pelaksanaan pendampingan SL-PTT di Provinsi Banten,

kegiatan lain yang dilakukan adalah pencetakan dan penyebarluasan materi diseminasi

teknologi dalam bentuk buku Kalender Tanam (500 eksp.), Petunjuk Penggunaan PHSL

(500 eksp.), buku OPT padi/jagung/kedelai dan CD teknologi PTT padi serta perangkat

lunak melalui internet, Hp dan Android guna mengakses rekomendasi pemupukan spesifik

lokasi. Buku – buku tersebut telah didistribusikan kepada Penyuluh Pendamping Lapang

(PPL), Tenaga Harian Lepas (THL), Penyuluh Swadaya dan Petani serta Dinas Pertanian

dan BPP lingkup Provinsi dan Kabupaten/Kota (Tabel 14).

Page 52: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

52

Tabel 14. Distribusi Materi Diseminasi Pendampingan SLPTT

Kabupaten/Kota Buku Katam Buku PHSL Buku Saku OPT

CD Padi Jagung Kedelai

Lebak 100 100 30 5 5 28

Pandeglang 80 80 35 5 5 35

Serang 70 70 30 5 5 28

Tangerang 70 70 30 29

Kota Serang 20 20 5 6

KSPP 10 10 10

SL Iklim 50 50

Temu Lapang 100 100

Jumlah 500 500 140 15 15 126

4.3.8. Pelayanan Teknologi

Pelayanan teknologi dalam rangka mendukung program SL-PTT dilakukan secara

langsung ataupun tidak langsung. Bentuk pelayanan teknologi secara langsung dilakukan

menjadi narasumber pada pertemuan sosialisasi dan koordinasi serta peningkatan

kapasitas SDM yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Provinsi, Dinas Pertanian Kabupaten/

Kota dan Badan Penyuluhan. Selain pertemuan tingkat Provinsi atau Kabupaten, BPTP

juga menghadiri undangan sebagai narasumber pada sejumlah pertemuan SL-PTT tingkat

Kecamatan (Tabel 15). Sedangkan pelayanan teknologi secara on-line melalui SMS/Telp

dan internet dengan alamat email sebagai berikut: [email protected] dan

komunitas SLPTT di Facebook dengan alamat [email protected].

Tabel 15. Narasumber Pertemuan SL-PTT Tingkat Kecamatan/Poktan

No. Lokasi Waktu Materi

1. Kec. Kalang Anyar Maret PTT Padi, Legowo, PBK, caplak inovatif, PHSL

2. Kec. Cibadak April PTT Padi, Legowo, PBK, Pengenalan VUB,PHSL

3. Kec. Warung Gunung April PTT Kedelai, Pemupukan

4. Kec. Kadu Hejo April PTT Padi, Legowo, PBK, caplak inovatif, PHSL

5. Kec. Kronjo April PTT Padi, Legowo, PBK, caplak inovatif, PHSL

6. Kec. Pontang April PTT Padi, Legowo, PBK, caplak inovatif, PHSL

7. Kec. Bojonegara Juni PTT Padi, Legowo, PBK, PHSL, feromon sex

8. Kec. Bandung Juni PTT Padi, Legowo, PBK, PHSL

9. Kec. Tanara Juni PTT Padi, Legowo, PBK, PHSL

10. Kec. Kramatwatu Juni PTT Padi, Legowo, PBK, PHSL

11. Kec. Walantaka Mei PTT Padi, Legowo, PBK, PHSL

12. Kec. Cipocok Juli PTT Padi, Legowo, PBK, PHSL

Page 53: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

53

Contoh Layanan Via Telepon/SMS

No Tanggal Nama Alamat No. HP Bentuk Koneksi Isi

1 3/22/2012 Ka. UPT Pertanian

Kecamatan Muncang,kabupaten Lebak 085883587515 SMS

Informasi hasil ubinan display Varietas Inpari 7 6.72 ton/ha, Inpari 10 6.88 Ton/ha, Inpari 13 8.64 to./ha GKP

2 3/26/2012 Lomri (Ka. UPT Banjarsari)

Kecamatan Banjarsari, Kab. Lebak SMS

Informasi hasil ubinan Varietas Ibpari 13 5.2 kg dan Inpari 10 4.5 Kg

3 4/21/2012 Gatot 081311535730 SMS Permohonan informasi dimana membeli BWD

4 5/28/2012 Agung Lili Saputra

Ds. Tambang Ayam, Kec. Anyer, Kab. Serang 081585161931 SMS

Informasi penanaman benih display dengan umur bibit 18 hari, dan pengaturaan jarak tanam jajar legowo 4 : 1

5 6/25/2012 Agung Lili Saputra

Ds. Tambang Ayam, Kec. Anyer, Kab. Serang 081585161931 SMS

Informasi adanya serangan hama WBC dan keong mas pada lokasi display VUB

6 6/25/2012 Agung Lili Saputra

Ds. Tambang Ayam, Kec. Anyer, Kab. Serang 081585161931 SMS

Informasi luas serangan WBC yaitu 30 % dan sudah dikendalikan dan sudah membaik

7 6/26/2012 Lomri (Ka. UPT Banjarsari)

Kecamatan Banjarsari, Kab. Lebak 087772838298 SMS

Informasi lokasi display VUB, Kelompok tani Mekarsari, nama petani Saripudin, Varietas Inpari 13, 10 dan 7

Kelompok Tani Harapan Makmur Desa Cibatur Cikeusik, nama petani Nurjaya, Varietas Inpari 5 dan 4, tanggal sebar jum'at 23 Maret 2012

8 7/5/2012 Agung Lili Saputra

Ds. Tambang Ayam, Kec. Anyer, Kab. Serang 081585161931 SMS

informasi kekeringan pada lokasi display sehingga harus dilakukan pemompaan

9 7/12/2012 POPT Angsana Kecamatan Angsana, Kabupaten Lebak 08176524632 SMS

Informasi tanaman padi yang puso akibat kekeringan Desa Angsana 15 ha, umur 84 HST. Desa Sumur Laban 10 ha, umur 77 HST, Desa Padaherang

10 ha umur 84 HST. Desa Padamulya 10 ha, umur 80 HST, Desa Cikayas 15 ha, umur 70 HST, Desa Cipinang 15 ha, umur 84 HST. Desa Kramatmanik

15 ha, umur 77 HsT. Desa Kadubadak 5 ha umur 77 hst. Jumlah satu Kecamatan 105 ha

10 7/24/2012 Agung Lili Saputra

Ds. Tambang Ayam, Kec. Anyer, Kab. Serang 081585161931 SMS

Permohonan informasi peneliti bidang sayuran di BPTP Bantean untu menjadi narasumber untuk komoditas kol bunga

Informasi produksi display Inpari 10 240 kg, luas lahan 400 m

11 7/28/2012 Agung Lili Saputra

Ds. Tambang Ayam, Kec. Anyer, Kab. Serang 081585161931 SMS

Informasi display inpari 13 seluas 100 m terancam gagal padakelompok tani Matahari desa Mekarsari Anyer

Page 54: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

54

Contoh Komunikasi dan Layanan Via Facebook

Sosialisi dan koordinasi kegiatan SLPTT 2012 dengan Dinas Pertanian Kabupaten

tangerang dan Badan Penyuluhan Kab. Tangerang

LikeUnlike · · Share · 15 February at 17:17 via Mobile ·

Fk Thl Kab Tangerang and 3 others like this.View all 7 comments

Slptt Banten Agus Leo's sosialisasi apa? klo ke dinas rencananya

hari senin kita akan ke Dinas Pertanian Kabupaten Lebak

Agung Lili Saputra selalu bu tenang aja, petani anyer lagi

semngat2nya neh kegiatan, hanya beberapa oknum yang ngak jelas bikin

bingung

16 February at 14:02 · Like

Mohon dengan sangat bagi yang sudah panen Display VUB dari BPTP Banten

segera melaporkan hasilnya...terimakasih

LikeUnlike · · Share · 13 March at 14:53 ·

Wahyu SP likes this.

Maulana Ghofirudin untuk invago yg di tanam di kelompok

mekar mukti ds jagaraksa kec muncang tidak tumbuh, kaqena ketika stlh

tanam datang musim kemarau, yg satu lagi belum panen, terimakasih.

13 March at 15:44 · Like

kami berupaya mensukseskan produksi beras 10 juta ton 2014

6 July at 09:23 · Jawara Tani BantenDEMFARM ANYER 2012

Page 55: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

55

Contoh Laporan yang Dikirim Secara On Line melalui e-mail

No

.

Tanggal Nama Alamat e-mail Isi Berita

1. 28 Feb 2012 Gunawan Ahmad [email protected] Realisasai SL-PTT Banten per November 2012

2. 30 April 2012 Gunawan Ahmad [email protected] CPCL SL-PTT Banten 2012

3. 4 April 2012 Gunawan Ahmad [email protected] Undangan acara Peningkatan Kapasitas Pemandu Lapang SL-PTT di

Hotel Nuansa Bali dengan penyelenggara Distanak Provinsi Banten

4. 15 Juni 2012 Irfan Afandi [email protected] Laporan bencana banjir di lokasi display padi Kec. Cisoka Poktan

Janur Sejahtera Desa Bojong Loa

5. 3 Juli 2012 Arief Arianto [email protected] Laporan Display Varietas di BPP Kronjo Kab. Tangerang

6. 4 Juli 2012 Gunawan Ahmad [email protected] Data realisasai SL-PTT 2011 dan 2012 Provinsi Banten

7. 11 Juli 2012 Zaldi Dhuhana [email protected] Realisasi tanam dan panen SL-PTT 2011, realisasi tanam SL-PTT

2012 Kab. Serang

8. 21 Mei 2012 Agung Lili saputra [email protected] Laporan SL-PTT padi dan Demfarm BP3K Kec. Anyer

9. 18 Juni 2012 Denny Iskandar [email protected] Draft matrik bahan penyusunan teknologi spesifik lokasi

10. 9 Juli 2012 Johan

Marsuditama

[email protected] Laporan realisasi SL-PTT Kabupaten Lebak

Page 56: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

56

4.3.9. Pembuatan Data Base

Pembuatan data base dilakukan untuk mempermudah arus data dan informasi dari

tingkat kelompok sampai ke tingkat pusat. Selama ini kelemahan dalam suatu kegiatan

salah satunya adalah tidak adanya sistem data yang baik. Dengan adanya data base yang

memenuhi kualifikasi akan mempermudah monitoring, evaluasi serta pelaporan kegiatan

SL-PTT. Data base yang dibuat oleh BPTP Banten dirancang sesuai dengan arahan dari

pusat. Data base meliputi : a) kelompok tani, b) komoditas, c) petugas pendamping

tingkat kecamatan, d) UPTD, e) pendamping tingkat Kecamatan/Desa, dan beberapa data

base yang menyangkut data produksi yang dicapai serta data Display VUB, data uji

adaptasi VUB, data PVS, data OPT dan data penunjang lainnya. Salah satu contoh

database yang disusun disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Data base penyuluh pendamping SL-PTT di Provinsi Banten tahun 2012.

Wilayah

Pendampingan

Nama

Poktan

Kontak Person

Nama PPL No. HP

Kab. Pandeglang - D. Mehendra, Kec. Cibaliung

- D. Ciseureuheum, Kec. Cigeulis

- D. Tangkilsari, Kec. Cimanggu - D. Kiarapayun, Kec. Cibitung

- D. Cibarani, Kec. Cisata - D. Gerendoong, Kec. Koroncong

Jaya Mukti 2

Setia Karya

Banyu Asin Simpati

Saluyu Jaya Harapan Jaya 1

Abas Sudiana, SP

Gaos, SP

Eman Suherman, SP Tapip Mulyanto, SP

Nendi, STp -

081219995071

081314307724

081385376644 081380612218

081318861428 -

Kab. Lebak - D. Jatake, Kec. Panggarangan

- D. Lbk. Peundeuy, Kec. Cihara

- D. Pamubulan, Kec. Bayah - D. Cibareno, Kec. Cilograng

- D. Cikadu, Kec. Cibeber - D. Kapunduhan, Kec. Cijaku

- D. Cigemblong, Kec. Cigemblong - D. Kerta, Kec. Banjarsari

Bina Tani I

Cigaber

Raksa Alam Batu Jaya

Anugrah Tani II Karya Mukti

Bangun Jaya Saluyu

Eri Ahmad Fatoni

Karnali

Iyan Sopiyan Dedi Suparman

Eman S Salim

Aman Subarman Lomri

081388556464

08176059651

081380074247 081911735675

08179046023 081380804077

085921373688 08170155980

Kab. Tangerang - D. Kayuagung, Kec. Sepatan

- D. Kedaungarat, Sepatan Timur

- D. Pondokelor, Sepatan Timur - D. Sukawali, Kec. Pakuhaji

- D. Pagedangan Ilir, Kec. Kronjo - D. Pabuaran, Kec. Jayanti

Sukatani

Mayor

Rawa Bambu Sukadiri

Makmur Beringin Abadi

N. Nurhayati

Subandi

Ibrohim Melani

Susilawati Suharna

021 59371814

085285478537

081314740100 081310204810

085282787559 085284983340

Page 57: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

57

4.3.10. Penyusunan Rekomendasi Teknologi Spesifik Lokasi Salah satu tugas utama BPTP dalam pendampingan program strategis

Kementerian Pertanian berdasarkan Permentan No. 45 tahun 2011 adalah

menyediakan rekomendasi teknologi spesifik lokasi. Berdasarkan hal tersebut, BPTP

Banten melalui kegiatan SLPTT telah melakukan upaya-upaya dalam penyusunan

rekomendasi teknologi spesifik lokasi tersebut. Upaya yang dilakukan adalah dengan

mengumpulkan bahan atau data-data terkait dengan kondisi wilayah, sumberdaya

lahan, iklim, topografi, keberadaan atau status OPT, informasi keunggulan VUB, hasil

penelitian dan data-data lainnya yang diperoleh dari berbagai institusi seperti Dinas

Pertanian, BPTPH, BBSDLP, Badan Meteorologi, BB Padi dan sebagainya. Selain

informasi yang dikumpulkan berdasarkan data sekunder juga dilakukan wawancara

serta penyebarluasan kuisioner ke seluruh kecamatan mengenai kondisi eksisting

berdasarkan fakta di lapangan.

Untuk memperkaya informasi yang dikumpulkan, kegiatan pengkajian pada

kegiatan pendampingan SL-PTT juga telah dilakukan dan masih berjalan di lapangan.

Kajian tersebut adalah melalui display VUB padi yang disebar di seluruh kecamatan, uji

adaptasi varietas dan pengujian validasi pemupukan serta dilengkapi dengan uji

preferensi VUB melalui Participatory Varietal Selection (pemilihan varietas berdasarkan

kesukaan petani secara partisipatif). Berikut ini adalah data daerah endemis OPT yang

telah dihimpun terkait dengan salah satu unsur dalam menentukan rekomendasi VUB

dan teknologi lainnya disajikan pada Tabel 17, 18, 19 dan 20.

Page 58: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

58

Tabel 17. Status OPT di Kabupaten Lebak pada Musim Kemarau

No. Locals

Kategori Daerah

BLB Tungro Tikus WBC Penggerek

Batang

1 Banjarsari Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial

2 Bayah Potensial Aman Potensial Potensial Potensial

3 Bojong Manik Aman Aman Potensial Aman Potensial

4 Cibadak Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial

5 Cibeber Potensial Aman Potensial Potensial Potensial

6 Cigemblong Potensial Aman Potensial Potensial Potensial

7 Cihara Aman Aman Potensial Potensial Potensial

8 Cijaku Potensial Aman Potensial Potensial Potensial

9 Cikulur Aman Potensial Potensial Potensial Potensial

10 Cileles Aman Aman Potensial Potensial Potensial

11 Cilograng Aman Aman Potensial Potensial Potensial

12 Cimarga Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial

13 Cipanas Potensial Aman Potensial Potensial Potensial

14 Cirinten Aman Aman Potensial Potensial Aman

15 Curug Bitung Aman Aman Potensial Aman Potensial

16 Gunung Kencana Potensial Aman Potensial Potensial Potensial

17 Kalang Anyar Potensial Potensial Potensial Aman Potensial

18 Lebak Gedong Potensial Aman Potensial Aman Potensial

19 Leuwidamar Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial

20 Maja Potensial Potensial Endemis Potensial Potensial

21 Malingping Sporadis Aman Sporadis Endemis Sporadis

22 Muncang Potensial Potensial Potensial Aman Potensial

23 Panggarangan Potensial Aman Potensial Sporadis Sporadis

24 Rangkasbitung Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial

25 Sajira Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial

26 Sobang Aman Aman Potensial Potensial Potensial

27 Wanasalam Potensial Aman Potensial Sporadis Potensial

28 Warung Gunung Potensial Sporadis Potensial Potensial Potensial Sumber : BPTPH 2012

Page 59: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

59

Tabel 18. Status OPT di Kabupaten Pandeglang pada Musim Kemarau

No. Lokasi

Kategori Daerah

BLB Tungro Tikus WBC

Penggerek

Batang

1 Angsana Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial

2 Banjar Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial

3 Bojong Potensial Potensial Potensial Sporadis Potensial

4 Cadasari Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial

5 Carita Potensial Potensial Aman Potensial Potensial

6 Cibaliung Aman Aman Potensial Potensial Potensial

7 Cibitung Potensial Aman Potensial Potensial Potensial

8 CiGeulis Potensial Aman Aman Potensial Potensial

9 Cikedal Potensial Potensial Aman Potensial Potensial

10 Cikeusik Potensial Aman Potensial Potensial Potensial

11 Cimanggu Potensial Potensial Aman Potensial Potensial

12 Cimanuk Potensial Potensial Potensial Sporadis Potensial

13 Cipeucang Aman Potensial Potensial Potensial Potensial

14 Cisata Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial

15 Jiput Sporadis Sporadis Potensial Potensial Potensial

16 Kadu Hejo Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial

17 Karang Tanjung Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial

18 Keroncong Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial

19 Labuan Potensial Potensial Potensial Sporadis Potensial

20 Majasari Potensial Aman Potensial Potensial Potensial

21 Mandalawangi Potensial Potensial Sporadis Potensial Potensial

22 Mekar Jaya Potensial Potensial Sporadis Potensial Potensial

23 Menes Potensial Sporadis Aman Potensial Potensial

24 Munjul Potensial Aman Potensial Sporadis Potensial

25 Pagelaran Potensial Aman Sporadis Sporadis Potensial

26 Pandeglang Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial

27 Panimbang Potensial Aman Sporadis Potensial Sporadis

28 Patia Potensial Aman Potensial Potensial Potensial

29 Picung Potensial Potensial Sporadis Endemis Potensial

30 Pulo Sari Potensial Sporadis Aman Sporadis Potensial

31 Saketi Potensial Potensial Potensial Potensial Sporadis

32 Sindang Resmi Potensial Potensial Potensial Endemis Potensial

33 Sobang Potensial Aman Aman Potensial Potensial

34 Sukaresmi Potensial Aman Potensial Sporadis Potensial

35 Sumur Potensial Potensial Aman Potensial Potensial Sumber : BPTPH 2012

Page 60: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

60

Tabel 19. Status OPT di Kabupaten dan Kota Serang pada Musim Kemarau

No. Locals

Kategori Daerah

BLB Tungro Tikus WBC Penggerek

Batang

1 Anyer Potensial Aman Aman Aman Sporadis

2 Bandung Potensial Aman Potensial Potensial Potensial

3 Baros Aman Potensial Potensial Potensial Potensial

4 Binuang Potensial Aman Potensial Potensial Potensial

5 Bojonegara Potensial Aman Aman Aman Potensial

6 Carenang Potensial Aman Potensial Potensial Sporadis

7 Cikande Potensial Aman Potensial Potensial Potensial

8 Cikeusal Potensial Potensial Aman Potensial Potensial

9 Cinangka Aman Potensial Potensial Potensial Potensial

10 Ciomas Aman Potensial Potensial Aman Aman

11 Ciruas Potensial Aman Potensial Sporadis Potensial

12 Gunung sari Aman Aman Aman Sporadis Potensial

13 Jawilan Aman Aman Potensial Aman Potensial

14 Kibin Aman Aman Potensial Potensial Potensial

15 Kopo Potensial Aman Potensial Potensial Potensial

16 Kragilan Aman Aman Potensial Potensial Potensial

17 Kramat Watu Potensial Aman Potensial Aman Potensial

18 Mancak Aman Potensial Potensial Potensial Potensial

19 Pabuaran Aman Potensial Aman Sporadis Potensial

20 Padarincang Potensial Potensial Potensial Sporadis Potensial

21 Pamarayan Aman Aman Potensial Potensial Potensial

22 Petir Aman Potensial Potensial Potensial Potensial

23 Pontang Potensial Aman Potensial Potensial Sporadis

24 Pulo Ampel Potensial Aman Aman Aman Potensial

25 Tanara Potensial Aman Endemis Potensial Potensial

26 Tirtayasa Aman Aman Potensial Potensial Potensial

27 Tunjung Teja Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial

28 Waringin Kurung Aman Aman Aman Potensial Potensial

Kota Serang

29 Cipocok Aman Potensial Aman Potensial Potensial

30 Curug Aman Aman Aman Potensial Potensial

31 Kasemen Potensial Aman Potensial Endemis Potensial

32 Serang Aman Aman Potensial Potensial Potensial

33 Taktakan Aman Aman Aman Aman Potensial

34 Walantaka Aman Aman Potensial Potensial Potensial Sumber : BPTPH 2012

Page 61: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

61

Tabel 20. Status OPT di Kabupaten Tangerang pada Musim Kemarau

No. Locals

Kategori Daerah

BLB Tungro Tikus WBC Penggerek

Batang

1 Balaraja Aman Aman Potensial Sporadis Potensial

2 Cikupa Aman Aman Potensial Aman Potensial

3 Cisauk Aman Aman Potensial Potensial Potensial

4 Cisoka Aman Aman Potensial Aman Potensial

5 Curug Aman Aman Potensial Potensial Potensial

6 Gunung Kaler Aman Aman Potensial Aman Potensial

7 Jambe Aman Aman Potensial Potensial Potensial

8 Jayanti Aman Aman Potensial Potensial Potensial

9 Kameri Aman Aman Potensial Potensial Potensial

10 Kampung Melayu Aman Aman Potensial Aman Potensial

11 Kelapa Dua Potensial Aman Potensial Potensial Potensial

12 Kosambi Potensial Aman Potensial Potensial Potensial

13 Kresek Aman Aman Potensial Potensial Potensial

14 Kronjo Potensial Aman Potensial Potensial Potensial

15 Legok Aman Aman Aman Potensial Potensial

16 Mauk Aman Aman Potensial Aman Potensial

17 Mekar Baru Aman Aman Potensial Potensial Potensial

18 Pagedangan Aman Aman Potensial Aman Potensial

19 Pakuhaji Potensial Aman Potensial Aman Sporadis

20 Panongan Potensial Aman Potensial Potensial Potensial

21 Pasar Kemis Aman Aman Aman Aman Potensial

22 Rajeg Aman Aman Potensial Aman Sporadis

23 Sepatan Aman Aman Sporadis Aman Potensial

24 Sepatan Timur Aman Aman Potensial Aman Potensial

25 Sindang Jaya Aman Aman Aman Aman Potensial

26 Solear Aman Aman Potensial Potensial Potensial

27 Suka Mulya Aman Aman Potensial Potensial Sporadis

28 Sukadiri Potensial Aman Potensial Aman Potensial

29 Teluk Naga Sporadis Aman Sporadis Aman Sporadis

30 Tigaraksa Potensial Aman Potensial Aman Potensial Sumber : BPTPH 2012

Page 62: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

62

4.3.11. Identifikasi Wilayah Rawan Bencana

Antisipasi terhadap tingkat produksi padi yang disebabkan adanya daerah

rawan bencana perlu dipertimbangkan secara seksama. Hingga bulan maret 2011, luas

lahan pertanaman padi yang terkena dampak dari bencana banjir dan kekeringan di

Provinsi Banten mencapai lebih dari 6.000 ha. Sebanyak 5.963 ha lahan pertanaman

padi terkena dampak banjir/longsor pada fase pertanaman dengan pusat terjadinya

bencana berada di Kabupaten Pandeglang yang mencapai 4.411 ha (Tabel 22)

Tabel 22. Bencana Alam Komoditas Padi di Prov. Banten 2010-2011

No Kabupaten/Kota

Banjir / Longsor Kekeringan

Tanaman Persemaian Tanaman Persemaian

1 Serang 744 273 55 0

2 Pandeglang 4411 42 0 0

3 Lebak 808 65 0 0

4 Tangerang 0 0 0 0

5 Kota Serang 0 0 0 0

6 Kota Cilegon 0 0 0 0

7 Kota Tangerang 0 0 0 0

8 Kota Tangerang Selatan 0 0 0 0

Jumlah 5963 380 55 0

Sementara itu, BMKG bersama dengan Bakorsustanal dan inas PU juga telah

mengeluarkan peta prakiraan daerah potensi banjir untuk bulan Mei 2011 di Provinsi

Banten. Beberapa wilayah yang berpotensi banjir dengan tingkat rendah sampai

sedang merupakan daerah sentra produksi padi di Provinsi Banten, antara lain

kecamatan Pontang, Walantaka, Cileles dan Rangkasbitung.

Page 63: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

63

Gambar 2. Peta Prakiraan Daerah Potensi Banjir Mei 2011 Provinsi Banten

4.4. Permasalahan dan Upaya Pemecahannya

Permasalahan teknis dan non teknis dalam pelaksanaan SL-PTT di lapangan

adalah sebagai berikut :

1. Penyediaan benih BLBU untuk SLPTT sebagian terlambat, sehingga

pelaksanaan SLPTT menjadi tidak sesuai dengan jadwal yang direncanakan.

2. Pelaksanaan pertemuan SLPTT di petani kurang optimal baik dari jumlah

pertemuan, jumlah peserta SLPTT yang hadir, tempat pertemuan yang tidak

dekat dengan lahan SLPTT dll.

3. Tidak semua kelompok SLPTT melaksanakan KKP terlebih dahulu.

4. Tidak semua lokasi SLPTT tersedia sarana yang cukup terutama pengairan,

karena tidak semua lokasi SLPTT merupakan lahan yang memiliki irigasi yang

baik sehingga mempengaruhi terhadap hasil/produksi.

5. Laboratorium Lapang (LL) belum difungsikan dengan baik sebagai

demplot/wahana belajar bagi peserta SLPTT.

Page 64: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

64

6. Pelaksanaan SLPTT terutama untuk jagung dan kedelai dalam satu unit

beberapa tidak dapat dilaksanakan secara serentak dan kondisi lahan

terpencar-pencar.

7. Pada lokasi SLPTT yang bukan merupakan daerah produksi jagung dan kedelai

seringkali tidak dapat dilkukan panen tua karena petani beranggapan panen

muda untuk jagung dan kedelai lebih menguntungkan.

8. Terjadi Kekeringan dan serangan hama dan penyakit.

Adapun permasalahan non teknis diantaranya adalah:

1. SK penetapan CPCL SLPTT terlambat karena usulan CPCL dan hasil perifikasi

berubah-ubah. Hal ini disebabkan karena ketua atau anggota ada yang

meninggal, domisili pindah, berubah status lahan (dijual), doubel program dll.

2. Dana pendampingan SLPTT sebagian terlambat sehingga tidak singkron antara

pelaksanaan penanaman dengan pertemuan yang dilaksanakan oleh kelompok

peserta SLPTT.

3. Jumlah SDM Petugas Pemandu lapang dengan jumlah binaannya belum

berimbang, sebagai contoh di Lebak satu orang binaan bisa mendampingi

sampai

4. Teknis pelaporan dari tingkat kelompok/desa ke Kecamatan kemudian ke

Kabupaten dan Provinsi belum efektif sehingga seringkali terlambat informasi

yang diterima.

Upaya Pemecahan Masalah

Keterlambatan benih BLBU SLPTT untuk musim tanam April-Mei diberikan

benih CBN, sedangkan untuk yang tanam bulan Maret menggunakan benih

swadaya yang berlabel.

Sebagian unit pendampingan SLPTT penanaman benih untuk display varietas

dilaksanakan tidak bersamaan dengan pelaksanaan SLPTT, yaitu di musim

berikutnya.

Page 65: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

65

V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Alokasi program SLPTT padi non hibrida, padi gogo, jagung dan kedelai di provinsi

Banten Tahun 2012 sebanyak 7.545 unit tersebar di 5 wilayah, yaitu : Kab. Lebak,

Kab. Pandeglang, Kab. Tangerang, Kab. Serang dan Kota Serang. Selain itu juga

terdapat SL-PTT padi non hibrida spesifik lokasi sebanyak 40 unit, peningkatan IP 40

unit dan SL-PTT dari dana kontingensi seluas 10.000 ha.

2. Pelaksanaan Pelatihan Penyuluh Swadaya/Petani dan Petugas Pendamping SL-PTT

telah dilaksanakan sebanyak 4 kali di Kabupaten Lebak, Pandeglang, Serang dan

tangerang yang diikuti oleh 208 orang peserta pada bulan April 2012 dan berhasil

meningkatkan pengetahuan para peserta sebesar 18,75%.

3. Distribusi benih padi untuk display sebanyak 4.420 kg (12 varietas), jagung hibrida

30 kg (3 varietas) dan kedelai 45 kg (3 varietas). Produktivits padi hasil display di

Kab. Pandeglang berkisar antara 4,0-8,0 ton/ha; Kab. Kebak 3,5-9,9 ton/ha; Kab.

Tangerang 4,2-9,5 ton/ha dan kab. Serang 3,5-8,8 ton/ha. Selanjutnya produktivitas

kedelai di Kec. Warung Gunung, kab. Lebak adalah 1,44-1,92 ton/ha.

4. Pada pengujian pupuk, metode PHSL lebih baik dibandingkan yang lainnya.

Produktivitas padi sawah berdasarkan acuan pemetaan adalah 4,43-8,05 ton/ha

(rataan 6,59 ton/ha); metode PUTS 4,76-8,0 ton/ha (rataan 6,83 ton/ha); metode

PHSL 4,31-9,17 ton/ha (rataan 7,07 ton/ha) dan cara petani 4,19-7,95 ton/ha

(rataan 6,50 ton/ha).

5. Produkstivitas padi sawah pada LL di Kab. Pandeglang berkisar antara 5,73-9,92

ton/ha (rataan 7,02 ton/ha), Kab. Tangerang 3,72-7,01 ton/ha (rataan 5,78 ton/ha)

dan di kota Serang 6,25-7,14 ton/ha (rataan 6,73 ton/ha).

6. Produktivitas padi sawah pada hamparan SL di Kab. Pandeglang berkisar antara

5,21-7,35 ton/ha (rataan 6,04 ton/ha), Kab. Tangerang 3,47-6,56 ton/ha (rataan,

5,01 ton/ha), Kab. Lebak 5,12-7,28 ton/ha (rataan 6,35 ton/ha), Kab. Serang 4,20-

6,15 ton/ha (rataan 5,37 ton/ha) dan di Kota Serang 5,47-6.52 ton/ha (rataan 6,05

ton/ha).

7. Produktivitas padi sawah pada non SL-PTT di Kab. Pandeglang berkisar antara 5,20-

6,87 ton/ha (rataan 5,75 ton/ha), Kab. Tangerang 3,14-6,10 ton/ha (rataan 4,51

ton/ha), Kab. Lebak 4,85-6,94 ton/ha (rataan 6,02 ton/ha), Kab. Serang 2,58-5,26

ton/ha (rataan 4,63 ton/ha) dan di Kota Serang 4,80-6,0 ton/ha (rataan 5,53

ton/ha).

Page 66: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

66

8. Varietas padi sawah yang banyak disukai pertani berdasarkan uji preferensi

(Participatory Vartial Selection “PVS”) di Kec. Walantaka, Sobang, Jayanti dan

Kalanganyar adalah Inpari-7, Inpari-9, Inpari-10 dan Inpari-13 (pilihan pertama),

sedangkan pilihan ke-2 adalah Inpari-3 dan Inpari-4.

9. Penyediaan materi diseminasi pada 5 Kabupaten/Kota terdiri dari Kalender Tanam

sebanyak 500 eksemplar dan Buku PHSL 500 eksemplar.

10. Data base yang disusun untuk mendukung program meliputi : data poktan,

komoditas, petugas pendamping tingkat kecamatan dan UPTD serta data sasaran

dan capaian produksi.

11. Komponen teknologi dasar SL-PTT padi sawah yang cukup tinggi diterapkan adalah

penggunaan VUB, benih bersertifikat, bibit muda serta pengendalian hama dan OPT

(80-90 %), sedangkan jumlah bibit dan pemupukan berdasarkan kebutuhan

tanaman 40-50 %. Komponen yang cukup rendah adalah pengairan berselang,

penggunaan pupuk organik dan sistem tanam legowo (10-20 %).

12. Adanya kekeringan dan serangan hama dan penyakit mengakibatkan sasaran luas

panen dan produksi padi tidak tercapai.

Page 67: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

67

DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian. 2007. Petunjuk Teknis Lapangan Pengelolaan Tanaman

Terpadu (PTT) Padi Sawah. Badan Litbang Pertanian. 40 hal. Badan Litbang Pertanian. 2008. Petunjuk Teknis Lapangan Pengelolaan Tanaman

Terpadu (PTT) Jagung. Badan Litbang Pertanian. 40 hal. Badan Litbang Pertanian. 2009. Petunjuk Teknis Lapangan Pengelolaan Tanaman

Terpadu (PTT) Kedelai. Badan Litbang Pertanian. 40 hal. Balitpa. 2007. Penelitian Padi Mendukung Upaya Peningkatan Produksi Beras

Nasional. Puslitbangtan, Badan Litbang Pertanian. 22 hal. Balitpa. 2004. Inovasi Teknologi untuk Peningkatan Produksi Padi dan Kesejahteraan

Nasional. Puslitbangtan, Badan Litbang Pertanian. 23 hal. Banten Dalam Angka. 2009. Badan Pusat Statistik. Departemen Pertanian (Deptan). 2010. Pedoman Pelaksanaan Sekolah Lapang

Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi, Jagung, Kedelai dan Kacang Tanah Tahun 2010. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Jakarta. 123 hal.

Dirjen Tanaman Pangan. 2009. Pedoman Pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengelolaan

Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi, Jagung dan Kedelai Tahun 2009. 110 hal. Endrizal dan Jumakir. 2007. Keragaan beberapa varietas padi unggul baru dan

kelayakan usahatani padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Jambi. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Volume 10 nomor 3 November 2007. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor.

Kasryno, F., M. Badrun dan E. Pasandara. Land Grbabbing : Perampasan Hak

Konstitusional Masyarakat. Penerbit Yayasan Pertanian Mandiri (YAPARI)). Jakarta. 125 hal.

Las. I., A.K. Makarim, H.M. Toha, A. Gani, H. Pane dan S. Abdurachman. 2002.

Panduan Teknis Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu Padi sawah Irigasi. Departemen Pertanian. 37 hal.

Mayunar. 2011. Kajian produktivitas dan pendapatan usahatani padi sawah melalui

pengelolaan tanaman terpadu di Kramatwatu kabupaten Serang. Prosiding Seminar Nasional Pengkajian dan Diseminasi Inovasi Pertanian Mendukung Program Strategis Kementrian Pertanian. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor. Buku 3. Hal 1256-1263.

Makarim, A.K., D. Pasaribu, Z. Zaini, dan I. Las. 2005. Analisis dan Sinstesis

Pengembangan Model Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah. Balai Penelitian Tanaman Padi, Puslitbangtan. 18 hal.

Page 68: RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/slptt-bptp-banten... · dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap

68

Makrim, A.K., I. Las, A.M. Fagi, I.N. Widiarta, dan D. Pasaribu. 2004. Padi Tipe Baru : Budi Daya dengan Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu. Balai Penelitian Tanaman Padi. Puslitbang Tanaman Pangan. 50 hal. Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian. 2008. Pedoman Umum Sekolah Lapang

PTT Padi. Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian, Badan Pengembangan SDM, Departemen Pertanian. 33 hal.

Rachman, B., P. Simatupang, dan T. Sudaryanto. 2004. Efisiensi dan Daya Saing

Sistem Usahatani Padi. Prosiding Efisiensi dan Daya Saing Sistem Usahatani Beberapa Komoditas Pertanian di Lahan Sawah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Deptan. 11-27.

Rachmat, R. dan Suismono. 2007. Teknologi Pengolahan Padi Terpadu dengan

Pendekatan Sistem Manajemen Mutu. Balai besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. 41 hal.

Sumodiningrat, G. 2004. Pembangunan Ekonomi Melalui Pengembangan Pertanian.

PT. Bina Rena Pariwara (Cetakan Pertama) : 150 hal. Wahyuni, S. dan K.S. Indaraningsih. 2004. Dinamika Program dan Kebijakan

Peningkatan Produksi Padi. Forum Penelitian Agro Ekonomi (FAE), Vol. 21 (2) : 143 – 156.

Zaini Z. Irsal las, Suwarno, Budi H, Eko A. 2002. Pedoman Umum Kegiatan

Percontohan Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu 2002. Departemen Pertanian. Jakarta