dalam meningkatkan keberanian ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851vol. 3...

118
NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554 Volume 3 No. 2 Oktober 2016 1 PENERAPAN METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 PASANGKAYU Oleh : Abduh H. Harun 1 Risnawat 2 ABSTRAK Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebangai pelaksanaan tindakan dan guru sebagai observer. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan dokumentasi adapun teknik analisis data yang gunakan berdasarkan model miles dan huberman yang meliputi tiga tahap, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini menunjukkan bahwa hasil observasi aktivitas siswa pada pembelajaran sejarah yang menerapkan metode diskusi siklus I keberanian mengemukakan pendapat siswa pada pertemuan pertama 26,5% dan pertemuan kedua 35,3%, pada siklus II mengalami peningkatan pertemuan pertam 44,1% kriteia kurang meningkat dan pertemuan kedua 53% criteria cukup meningkat. Selanjutnya mengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama 64,7% criteria meningkat dan pertemuan kedua79,5% criteria sangat meningkat. Kata Kunci: Metode Diskusi, Keberanian Mengemukakan Pendapat 1 Dosen tetap pada Prodi PKN FKIP Untad 2 Guru Pada SMAN 1 Pasangkayu

Upload: ngodang

Post on 26-Apr-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

1

PENERAPAN METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN SEJARAHDALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN MENGEMUKAKAN

PENDAPAT SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 PASANGKAYU

Oleh :

Abduh H. Harun1

Risnawat2

ABSTRAK

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebangai pelaksanaan tindakan

dan guru sebagai observer. Teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah observasi dan dokumentasi adapun teknik analisis data yang

gunakan berdasarkan model miles dan huberman yang meliputi tiga

tahap, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa hasil observasi aktivitas siswa pada

pembelajaran sejarah yang menerapkan metode diskusi siklus I

keberanian mengemukakan pendapat siswa pada pertemuan pertama

26,5% dan pertemuan kedua 35,3%, pada siklus II mengalami

peningkatan pertemuan pertam 44,1% kriteia kurang meningkat dan

pertemuan kedua 53% criteria cukup meningkat. Selanjutnya

mengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama 64,7%

criteria meningkat dan pertemuan kedua79,5% criteria sangat

meningkat.

Kata Kunci: Metode Diskusi, Keberanian Mengemukakan

Pendapat

1 Dosen tetap pada Prodi PKN FKIP Untad2 Guru Pada SMAN 1 Pasangkayu

Page 2: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

2

APPLICATION OF METHOD OF DISCUSSION ON THE SUBJECTSOFHISTORY IN INCREASING COURAGE TO EXPRESS OPINIONS

XI IPS 1 HIGH SCHOOL COUNTRY 1 PASANGKAYU

ABSTRACT

In this study, reserarchers act as an observer. Data colecction

techniques used go round as for the observation and documentation

of data analysis techniques used by Miles and Huberman models,

data presentation ada conclusion. This study showed that the

observation of the activity of stdents in the teaching of histori which

apply the method of discussion first cycle students the corage to

express opinions ata the first meeting 26,5% and the second

meeting 35,3 % at less criteria increases, on the second cycle

increased first meeeting 44,1% less criteria increases and the

second meeting the criteria to be increased only 53% furtheremore,

increased again in the third cycle the first meeting the criteria

increased 64,7 % and 79,5% the second meeting the criteria greatly

increased.

Key words: discusssion method adn courage to express opinions

Page 3: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

3

PENDAHULUAN

Proses pembelajaran di

sekolah guru biasanya menggunakan

pembelajaran konvensional yang

bentuk pembelajarannya satu arah

seperti ceramah, tugas baca buku

dan kegiatan yang dilaksanakan

dalam pembelajaran yang berpusat

pada guru sehingga peran guru

sangat dominan. Guru lebih banyak

memberikan informasi-informasi

sedangkan siswa hanya sebagai

pendengar, sehingga siswa kurang

aktif dalam memberikan kontribusi

ide atau mengemukakan pendapat.

Sistem pembelajaran dengan

menggunakan model tersebut dapat

menimbulkan rasa jenuh bagi

peserta didik, sehingga tidak

maksimal dalam menyerap materi

pembelajaran yang sedang

berlangsung. Apabila hal tersebut

terjadi terus menerus, maka besar

kemungkinan hasil belajar yang

akan dicapai tidaklah sesuai dengan

yang diharapkan. Dari permasalahan

tersebut perlu adanya perbaikan

terhadap strategi pemebalajaran

yang berkaitan dengan metode

pembelajaran yang digunakan guru,

yaitu dengan melaksanakan motode

pembelajaran yang beriorentasi pada

siswa seperti metode diskusi

merupakan salah satu pembelajaran

berpusat pada siswa.

Berdasarkan hasil obervasi

dan wawacara guru bidang studi

pendidikan sejarah yaitu Hasda

Ariani, S.Pd di SMA Negeri 1

Pasangkayu yang dilakukan oleh

peneliti pada tanggal 13 Januari

2015. Kemampuan mengeluarkan

pendapat siswa disetiap kegiatan

pembelajaran sejarah masih rendah,

itu dapat dilihat dari hasil observasi

kelas XI IPS 1 yaitu 16 orang siswa

tidak berani mengemukakan

pendapat karena tidak tahu apa yang

harus dikatakan, 7 orang siswa tidak

berani mengemukakan pendapat

karena takut atau malu salah dalam

berpendapat dan 4 orang siswa tidak

berani berpendapat tanpa alasan.

Jadi secara keseluruhan 27 siswa

tidak berani mengemukakan

pendapat dengan persentase 79,4%,

sedangkan yang berani

mengemukakan pendapat berjumlah

7 siswa dengan persentase 20,6%.

Terkait permasalahan diatas

rendahnya kemampuan

mengeluarkan pendapat siswa dalam

Page 4: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

4

proses pembelajaran sejarah

berdasarkan hasil wawancara guru

bidang studi sejarah (Hasda Ariani,

S.Pd) disebabkan oleh beberapa hal

sebagai berikut, ketertarikan siswa

belajar sejarah masih sangat kurang,

dan masih takut atau malu

mengeluarkan pendapatnya didalam

kelas pada proses pembelajaran

berlangsung. Selain itu dari hasil

obsevasi proses pembelajaran dalam

kelas menggunakan metode yang

cenderung konvensional (berpusat

pada guru). Sedangkan dalam

pembelajaran sejarah tidak hanya

bertujuan agar siswa memahami

tentang pentingnya konsep ruang

dan waktu saja, tapi kemampuan

berpikir historis siswa juga dituntut

sehingga dapat menganalisis suatu

peristiwa sejarah dari berbagai sudut

padang mereka. Sehingga

memerlukan keaktifan siswa dalam

mengkaji suatu peristiwa sejarah

serta memerlukan banyak bacaan

dalam memahaminya. Dari

pernyataan tersebut, memberi

motivasi peneliti mengangkat judul

dan melakukan penelitian ini dengan

judul Penerapan metode diskusi

pada mata pelajaran sejarah dalam

meningkatkan keberanian

mengemukakan pendapat siswa

kelas XI IPS I SMA Negeri 1

Pasangkayu. Berdasarkan latar

belakang yang penulis uraikan di

atas, maka penulis merumuskan

pokok permasalahan yaitu apakah

penerapan metode diskusi pada

mata pelajaran sejarah dapat

meningkat keberanian

mengemukakan pendapat siswa di

kelas XI IPS I SMA Negeri 1

Pasangkayu?. Adapun tujuan yang

ingin dicapai pada penelitian ini

adalah untuk meningkatkan

keberanian mengemukakan pendapat

siswa kelas XI IPS I SMA Negeri 1

Pasangkayu. Manfaat Penelitian ini

yaitu: Bagi penulis untuk menambah

wawasan pengetahuan serta

keterampilan dalam menulis karya

ilmiah khususnya mengenai

pendidikan.Bagi pendidik, Sebagai

bahan masukan bagi para guru

dalam menjalankan KBM (Kegiatan

Belajar Mengajar ) khususnya pada

mata pelajaran sejarah dalam

menggunakan metode pembelajaran

diskusi untuk meningkatkan

keberanian mengemukakan pendapat

Bagi siswa, dapat memotifasi belajar

Page 5: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

5

siswa agar prestasi belajar siswa di

kelas lebih meningkat. Dan Sebagai

refrensi dan masukan bagi

mahasiswa akademik Fakultas FKIP

dan pihak lain dalam melakukan

penelitian yang sejenis

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah

Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Penelitian dilaksanakan dari Januari

sampai februari tahun 2015 di SMA

Negeri 1 Pasangkayu. Subyek

penelitian ini adalah seluruh siswa

kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1

Pasangkayu yang terdaftar pada

semester genap tahun ajaran

2014/2015 yang berjumlah 34 siswa.

Pelaksanaan penelitian

tindakan kelas ini mengikuti tahap

tindakan yang bersiklus. Model

penelitian ini mengacu pada

modifakasi spiral yang dicantumkan

Kemmis dan Mc Tanggart dalam

Sukardi (2013: 08) mereka

menggunakan empat komponen

penelitian tindakan, yakni

perencanaan, tindakan, observasi,

dan refleksi. Jenis data dalam

penelitian ini meliputi data-data

kualitatif yang diperoleh dari hasil

observasi yaitu aktifitas siswa dan

guru dalam kelas pada waktu

pembelajaran berlangsung.

Teknik pengumpulan data dalam

penelitian tindakan kelas ini melalui

pengamatan (observasi) yaitu

menganalisis dan mengadakan

pencatatan secara sistematis

mengenai aktivitas guru dari segi

metode pembelajaran yang

digunakan pada waktu pelaksanaan

pembelajaran, serta aktivitas siswa

pada waktu pembelajaran

berlangsung dalam keberanian

mengemukakan pendapat yang

dilakukan oleh peneliti. Teknik

analisis data yang digunakan yang

adalah hasil dari pengamatan dan

wawancara penelitian, yang terdiri

dari tiga tahap kegiatan yang

berlangsung berdasarkan model

Miles dan Huberman yaitu: reduksi

data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan/verifikasi. Indikator

keberhasilan dalam penelitian ini

apabila guru dapat melaksankan

pembelajaran dengan baik sesuai

dengan motode diskusi diikuti

dengan keterlibatan aktif siswa

dalam pembelajaran. Keaktifan

sisiwa dalam proses pembelajaran

Page 6: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

6

ini dilihat datri peningkatan

keberanian siswa dalam

mengemukakan pendapat yakni

mencapai 80 %. Indikator

keberhasilan ini tidak dilihat dari

kriteria ketuntasan minimal (KKM)

yang berlaku di SMA Negeri 1

Pasangkayu yakni 76 %, tetapi

berdasarkan kesepakatan antara

peneliti dan guru bidang studi

sejarah di sekolah tersebut.

HASIL PENELITIAN

Pertama. Hasil analisis

observasi aktivitas guru dalam

menerapkan metode diskusi pada

pertemuan I jumlah skor 20 dan

pada pertemuan II jumlah skor 23

dari 8 kriteria penilaian aktivitas

guru berdasarkan langkah-langkah

metode diskusi, jumlah skor

maksimal 32 karena berdasarkan

interval kriteria taraf keberhasilan

maksimal yaitu aktivitas guru

dikategorikan sangat kurang ketika

berada pada presentase 30 %

samapai dengan 55%, kriteria

kurang ketika berada pada

persentase lebih dari 55% sampai

dengan 65%, kriteria cukup ketika

berada pada persentase lebih dari

65% sampai dengan 75%, kriteria

baik ketika berada pada persentase

lebih dari 75% sampai dengan 85%

dan kriteria sangat baik krtika berada

pada persentase lebih dari 85%

sampai dengan 95%.

Berdasarkan hasil observasi

aktivitas guru dalam melaksankan

proses pembelajaran berdasarkan

langkah-langkah metode diskusi

pada siklus I untuk pertemuan I

berada pada kriteria kurang dengan

peroleh skor 20 dengan persentase

(62,5%), pada pertemuan ke II

keberhasilan aktivitas guru

mengalami peningkatan berada pada

kriteria Cukup dengan perolehan

skor 23 persentase (71,9%).

Hasil observasi aktivitas

siswa dalam keberanian

mengemukakan pendapat pada

pertemuan I dari 34 siswa di kelas

XI IPS 1 masih kriteria kurang

meningkatdikarenakan persentase

yang dicapai masih jauh dari standar

penilaian, walaupun terjadi

peningkatan jumlah siswa dalam

mengemukakan pendapat, adapun

indikator-indikator keberanian

mengemukakan pendapat yang

Page 7: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

7

terlaksana yaitu indikator Bertanya 4

siswa dengan persentase (11,8%)

dan Menjawab 5 siswa dengan

persentase (14,7%). Jadi jumlah

siswa yang terlaksana atau berani

mengemukakan pendapat yaitu 9

siswa dengan persentase (26,5%)

berdasarkan jumlah tersebut terlihat

peningkatan dari hasil sebelumnya

pada observasi awal yaitu 8 siswa

dengan persentase (23,6%)namun

masih perlu adanya peningkatan

yang lebih lagi. Sedangkan jumlah

siswa yang tidak terlaksana atau

tidak berani mengemukakan

pendapat yaitu 25 siswa dengan

persentase (73,5%).

Hasil observasi aktivitas

siswa dalam keberanian

mengemukakan pendapat pada

pertemuan II dari 34 siswa di

kelasXI IPS 1 tidak jauh

bedapertemuan I pada pertemuan II

masih kurang meningkat,

namunjumlah siswa yang berani

mengemukakan pendapat mengalami

peningkatan dari 9 siswa menjadi 12

siswa. Adapun indikator-indikator

yang terlaksana yaitu Bertanya 5

siswa dengan persentase (14,8%),

Menjawab 4 siswa dengan

persentase (11,8%) dan Memberi

usulan/saran 3 siswa dengan

persetase (8,8%). Jadi jumlah siswa

yang terlaksana atau berani

mengemukakan pendapat pada

pertemuan II terdapat 12 siswa

(35,3%), sedangkan peresentase

siswa yang tidak terlaksana atau

tidak berani mengemukakan

pendapat yaitu 22 siswa dengan

persentase 64,7%.

Setelah dilaksanakan

tindakan siklus I, kegiatan

selanjutnya wawancara kepada guru

siswa dan untuk mengetahui respon

terhadap pembelajaran melalui

metode diskusi. Berdasarkan hasil

wawancara pada Ibu Hasda Ariani,

S.Pd selaku guru mata pelajaran

sejarah mengenai penggunaan

metode diskusi pada proses

pembelajaran sejarah. “sangat baik,

siswa terlihat lebih aktif dalam

proses pembelajaran, berbeda hal

dengan metode yang biasa

diterapkan di kelas siswa cerung

pasif, siswa hanya mengikuti alur.

Apa yang telah dijelaskan oleh guru

mereka tulis dan terkadang mereka

hanya belajar menyalin apa yang ada

Page 8: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

8

di buku tanpa ada pendapat/ide yang

berasal dari pemikiran mereka

masing-masing”.

Hasil wawancara pada

beberapa siswa di Kelas IPS 1

merespon baik, mereka lebih mudah

untuk memahami isi materi sejarah

yang terkesan pemabahasan yang

panjang, membosankan dan selama

mereka mengikuti pelajaran

sebelumnya mereka hanya sekedar

mendengarkan, mencatatat saja,

melalui metode ini siswa dapat

mengemukakan pendapatnya.

Walaupun pada siklus I masih

keberanian mengemukakan pendapat

belum mengalami peningkatan.

Hasil analisis observasi

aktivitas guru dalam menerapkan

metode diskusi pada pertemuan I

jumlah skor 25 dan pada pertemuan

II jumlah skor 26 dari 8 kriteria

penilaian aktivitas guru berdasarkan

langkah-langkah metode diskusi,

jumlah skor maksimal 32 karena

berdasarkan interval kriteria taraf

keberhasilan maksimal yaitu

aktivitas guru dikategorikan sangat

kurang ketika berada pada

presentase 30 % samapai dengan

55%, kriteria kurang ketika berada

pada persentase lebih dari 55%

sampai dengan 65%, kriteria cukup

ketika berada pada persentase lebih

dari 65% sampai dengan 75%,

kriteria baik ketika berada pada

persentase lebih dari 75% sampai

dengan 85% dan kriteria sangat baik

krtika berada pada persentase lebih

dari 85% sampai dengan 95%.

Kedua. Berdasarkan hasil

observasi aktivitas guru dalam

melaksankan proses pembelajaran

berdasarkan langkah-langkah

metode diskusi pada siklus ke II

untuk pertemuan I mengalami

peningkatan berada dalam kriteria

baik jumlah skor perolehan yaitu 25

dengan persentase (78,1%), pada

pertemuan ke II keberhasilan

aktivitas guru masih berada pada

kriteria Baik namun mengalami

peningkatan dalam jumlah skor

perolehannya yaitu 26 dengan

persentase (81,2%).

Hasil observasi aktivitas

siswa dalam keberanian

mengemukakan pendapat pada

pertemuan I dari 34 siswa di kelas

XI IPS1 masih masuk kriteria

kurang meningkat persentase yang

Page 9: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

9

dicapai masih jauh dari standar

penilaian, namun jumlah siswa yang

berani mengemukakan pendapat

masih mengalami peningkatan dari

12 siswa menjadi 15 siswa, adapun

indikator-indikator keberanian

mengemukakan pendapat yang

terlaksana yaitu indikator Bertanya 6

siswa dengan persentase (17,6%),

Menjawab 5 siswa dengan

persentase (14,7%), Memberi

usulan/saran 2 siswa dengan

persentase (5,9%) dan Argumentasi

2 siswa dengan persentase (5,9%).

Jadi jumlah siswa yang terlaksana

atau berani megemukakan pendapat

pada pertemuan I yaitu 15 siswa

dengan persentase (44,1). Sedangkan

jumlah siswa yang tidak terlaksana

atau tidak berani mengemukakan

pendapat yaitu 19 siswa dengan

persentase (55,9%).

Hasil observasi aktivitas

siswa dalam keberanian

mengemukakan pendapat pada

pertemuan II dari 34 siswa di kelas

XI IPS 1 mengalami peningkatan

yaitu cukup meningkat dan

peningkatan jumlah siswa dalam

berani mengemukakan pendapat

yaitu dari 15 siswa memjadi 18

siswa. Indikator-indikator yang

terlaksana yaitu Bertanya 7 siswa

dengan persentase (20,6%),

Menjawab 7 siswa dengan

persentase (20,6%), Memberi

usulan/saran 12 siswa dengan

persentase (5,9%) dan Argumentasi

2 siswa dengan persentase (5,9%).

Jadi jumlah siswa yang terlaksana

atau berani mengemukakan pendapat

yaitu 18 siswa dengan persentase

(53%) sedangkan tidak terlaksana

atau tidak berani mengemukakan

pendapat 16 siswa dengan persetase

(47%).

Setelah dilaksanakan

tindakan siklus II, kegiatan

selanjutnya peneliti melakukan

wawancara fokus pada siswa di

kelas XI IPS 1 mengenai

penggunaan metode diskusi siswa

masih merespon baik. Namun masih

ada beberapa siswa yang terlihat

pada saat pembelajaran masih

kurang aktif dalam kelompoknya

setelah ditelusuri melalui

wawancara kepada beberapa siswa

tersebut hasil yang didapatkan

adalah siswa masih ragu-ragu, malu

dalam bertanya dan takut salah.

Page 10: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

10

Meskipun demikian keberhasilan

siklus II dalam keberanian

mengemukakan pendapat siswa di

kelas XI IPS 1 sudah cukup

meningkat walaupun perlu adanya

peningkatan yang lebih lagi.

Ketiga, Hasil analisis

observasi aktivitas guru dalam

menerapkan metode diskusi pada

pertemuan I jumlah skor 28 dan

pada pertemuan II jumlah skor 30

dari 8 kriteria penilaian aktivitas

guru berdasarkan langkah-langkah

metode diskusi, jumlah skor

maksimal 32 karena berdasarkan

interval kriteria taraf keberhasilan

maksimal yaitu aktivitas guru

dikategorikan sangat kurang ketika

berada pada presentase 30 %

samapai dengan 55%, kriteria

kurang ketika berada pada

persentase lebih dari 55% sampai

dengan 65%, kriteria cukup ketika

berada pada persentase lebih dari

65% sampai dengan 75%, kriteria

baik ketika berada pada persentase

lebih dari 75% sampai dengan 85%

dan kriteria sangat baik krtika berada

pada persentase lebih dari 85%

sampai dengan 95%.

Berdasarkan hasil observasi

menunjukkan keberhasilan aktivitas

guru dalam melaksankan proses

pembelajaran berdasarkan langkah-

langkah metode diskusi pada siklus

III, mengalami peningkatan untuk

pertemuan I memperoleh jumlah

skor 28 dengan persentase (87,5%)

dan pertemuan II memperoleh

jumlah 30 dengan persentase

(93,7%). Jadi, dari hasil skor yang

didapat pada siklus III ini, aktivitas

guru menunjukan keberhasilan

dalam proses pembelajaran

berdasarkan langkah-langkah

metode diskusi berada pada kriteria

sangat baik.

Hasil observasi aktivitas

siswa dalam keberanian

mengemukakan pendapat pada

pertemuan I dari 34 siswa di kelas

XI IPS 1 mengalami peningkatan

yaitu meningkat dan peningkatan

jumlah siswa dalam berani

mengemukakan pendapat yaitu dari

18 siswa memjadi 22 siswa.

Indikator-indikator yang terlaksana

yaitu Bertanya 9 siswa dengan

persentase (26,5%), Menjawab 8

siswa dengan persentase (23,5%),

memberi usulan/saran 3 siswa

Page 11: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

11

dengan persentase (8,8%) dan

Argumentasi 2 siswa dengan

persentase (5,9%). Jadi jumlah siswa

yang terlaksana atau berani

mengemukakan pendapat pada

pertemuan I yaitu 22 siswa dengan

persentase (64,7%). Sedangkan tidak

terlaksana atau tidak berani

mengemukakan pendapat yaitu 12

siswa (35,3%).

Hasil observasi aktivitas

siswa dalam keberanian

mengemukakan pendapat pada

pertemuan II dari 34 siswa di kelas

XI IPS 1 mengalami peningkatan

yaitu sangat meningkat dan

peningkatan jumlah siswa dalam

berani mengemukakan pendapat

yaitu dari 22 siswa menjadi 27

siswa. Indikator-indikator yang

terlaksana yaitu Bertanya 10 siswa

dengan persentase (32,4%),

Menjawab 12 siswa dengan

persentase (35,3%), Memberi

usulan/saran 2 siswa dengan

persentase (5,9%) dan Argumentasi

2 siswa dengan persentase (5,9%).

Jadi, jumlah siswa yang terlaksana

atau berani mengemukakan pendapat

pada pertemuan II yaitu 27 siswa

dengan persentase (79,5%).

Sedangkan tidak terlaksana atau

tidak berani mengemukakan

pendapat yaitu 7 siswa (20,5%).

Pada tahap ini peneliti

melakukan wawancara kepada guru

siswa dan untuk mengetahui respon

terhadap setelah pembelajaran

dilaksankan melalui metode diskusi

pada siklus III ini . Berdasarkan

hasil wawancara pada Ibu Hasda

Ariani, S.Pd selaku guru mata

pelajaran sejarah, mengenai

penggunaan metode diskusi dalam

proses pembelajaran Sejarah siklus

ini masih menanggapi baik, dimana

siswa terlihat lebih termotivasi dan

memudahkan siswa dalam belajar

sejarahserta dapat menumbuhkan

rasa tanggung jawab dan

mengembangkan cara berfikir

ilmiah siswa.

Sedangkan Hasil wawancara

pada beberapa siswa di Kelas IPS 1

mengenai penggunaan metode

diskusi dalam pembelajaran sejarah,

siswa merasa tidak bosan lagi dalam

belajar sejarah bahkan merasa

termotivasi dalam mengkaji

pelajaran sejarah. Siswa berpendapat

penggunaan metode diskusi dapat

mengetahui tentang sejarah lebih

Page 12: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

12

luas lagi, seperti dalam memecahkan

masalah dalam kegiatan diskusi

siswa tidak terfokus dalam satu buku

saja tapi mencari buku-buku yang

relevan pada permasalah akan

dipecahkan.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil observasi

awal keberanian mengemukakan

pendapat siswa masih sangat rendah

dilihat dari hasil pengamatan awal

yang dilakukan, dengan persentase

20,6% (7 siswa) sedangkan tidak

terlaksana atau tidak berani

mengemukakan pendapat dengan

persentase 79,4% (27 siswa). Pada

siklus I terjadi peningkatan pada

pertemuan I menjadi 26,5% (9

siswa) dan tidak terlaksana atau

tidak berani mengemukakan

pendapat dengan persentase

(73,5%), pertemuan II 35,3% (12

siswa) dan tidak terlaksana atau

tidak berani mengemukakan

pendapat dengan persentase (64,7%)

dari jumlah 34 siswa di kelas.

Walaupun mengalami peningkatan,

namun masih jauh dari harapan atau

standar keberhasilan yang

diinginkan masih masuk kriteria

kurang meningkat. Adapun aspek-

aspek yang perlu direvisi pada siklus

berikutnya yaitu kerjasama atau

diskusi dalam satu kelompok masih

kurang, masih adanya siswa yang

malas dalam mengikuti pelajaran,

masih adanya siswa yang masih

mendominasi dalam kegiatan

diskusi, kepercayaan diri siswa

dalam mengemukakan pendapatnya

masih kurang karena selslu

terdominasi dengan teman

sekelompoknya sehingga pada tahap

persentase hasil diskusi, tanggapan

atau respon dari kelompok lain

masih kurang.

Penerapan metode

pembelajaran diskusi untuk

meningkatkan keberanian

mengemukakan pendapat pada

siklus II pada pertemuan I dengan

persentase 44,1% (15 siswa) masih

pada keriteria kurang meningkat,

akan tetapi pada pertemuan II cukup

meningkat dengan persentase 53%

(18 siswa). Namun ada beberapa

aspek yang menjadi penghambat

dalam standar keberhasilan yang

diinginkan. Adapun kekurangan

yang perlu diperhatikan dan direvisi

Page 13: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

13

oleh peneliti baik dari aktivitas siswa

maupun aktivitas guru (peneliti)

yakni bagi siswa, masih adanya

terlihat siswa yang mendominasi

dalam kegiatan kelompok, siswa

yang ragu-ragu dalam bertanya dan

takut salah.Bagi guru hal-hal yang

perlu maksimalkan lagi yakni lebih

proaktif lagi dalam membimbing

siswa kerja sama secara

kolektifdengan teman kelompok dan

memotivasisiswa, agar tidak ada rasa

kurang percaya diri lagi dalam

mengemukakan pendapatnya.

Pada siklus III penerapan

metode diskusi dalam keberaniaan

mengemukakan pendapat mengalami

peningkatan sesuai harapan peneliti

yakni 64,7% (22 siswa) pada

pertemuan I dan 79,5% (27 siswa)

pada pertemuan II. Hal ini tersebut

terjadi karena upaya guru untuk

memperbaiki kekurangan pada

siklus II dengan melakukan hal-hal

seperti menciptakan suasana

keakraban terhadap siswa dalam

pemberian motivasi sehingga siswa

merasa nyama selama proses

pembelajaran berlangsung, mengatur

baik-baik dan terarah dalam

mengeluarkan pendapat siswa dalam

kegiatan diskusi sehingga tidak ada

siswa yang terdominasi lagi.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa

data dan pembahasan pada penelitian

ini, maka dapat disimpulkan bahwa

penerapan metode diskusi dapat

meningkatkan keberanian

mengemukakan pendapat siswa di

kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1

Pasangkayu. Hal ini dapat dilihat

pada peningkatan dari siklus I

sampai pada siklus III. Pada siklus I

jumlah siswa dalam berani

mengemukakan pendapat yakni

pertemuan I berjumlah 9 siswa

(26,5%) dan pertemuan ke II

berjumlah 12 siswa (35,3%) dari 34

siswa dengan kriteria kurang

meningkat. Pada siklus II jumlah

siswa dalam berani mengemukakan

pendapat yakni pada pertemuan I

berjumlah 15 siswa (44,1%) dan

pertemuan ke II berjumlah 18 siswa

(53%) dari 34 siswa dengan kriteria

cukup meningkat. Pada siklus III

jumlah siswa dalam mengemukakan

pendapat yakni pertemuan I

berjumlah 22 siswa (64,7%) dan

pertemuan ke II berjumlah 26 siswa

Page 14: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

14

(79,5%) dengan kriteria sangat

meningkat. Bertolak dari hasil

kesimpulan tersebut saran-saran

yang dapat diberikan yaitu: (1)

Metode diskusi sangat cocok

diterapkan dalam pembelajaran

terutama pada mata pelajaran sejarah

agar pada proses pembelajaran siswa

tidak merasa jenuh dan lebih aktif

dalam kelas. (2) Kepada guru agar

lebih memberi perhatian dan

motivasi pada siswa untuk berani

dalam mengemukakan pendapatnya

(3) Bagi peneliti selanjutnya

diharapkan agar lebih baik lagi

dalam penelitian, sehingga tujuan

yang ingin dicapai sesuai dengan

harapan.

DAFTAR RUJUKAN

Sukardi. (2013). Metode PenelitianPendidikan Tindakan KelasImplementasi DanPengembangannya. Jakarta:PT Bumi Aksara

Ulandari, A. (2013). Pendapat danPendidikan [online].Tersedia:file:///hello,%20i%27am%20a%20STRONGER%20%20pendapat%20dan%20pendidikan.htm(jumat/05/09/2014)

Wina, S. (2012). PenelitianTindakan Kelas. Jakarta:Prenada Media Grup.

Page 15: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

15

PENGGUNAAN MEDIA FILM DOKUMENTER SEBAGAI SUMBERPEMBELAJARAN SEJARAH DALAM UPAYA MENINGKATKANHASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 6 PALU

Oleh:

Carles Kapile1

Sulistianingsih2

ABSTRAK

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah : (1) apakahpenggunaan media film dokumenter dapat meningkatkan hasil belajarsiswa pada mata pelajara sejarah di kelas XI IPS I SMA Negeri 6Palu?. (2) bagaimana pelaksanaan pembelajaran sejarah yangmenggunakan media film dokumenter di kelas XI IPS I SMA Negeri 6Palu?. Kedua hal pokok tersebut, memiliki tujuan-tujuan berikut: (1)untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah dikelas XI IPS I SMA Negeri 6 Palu. (2) untuk menjelaskanpelaksanaan pembelajaran sejarah melalui media film dokumenteryang menggunakan media film dokumenter di kelas XI IPS I SMANegeri 6 Palu. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian iniadalah deskriptif Kualitatif dengan teknik pengumpulan data melaluiwawancara, observasi, penyebaran angket. Wawancara ditujukankepada guru yang mengajar sejarah dan siswa-siswi SMA Negeri 6Palu. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa, media pembelajaranfilm dokumenter yang digunakan oleh guru sejarah dalampembelajaran di kelas XI IPS I SMA Negeri 6 Palu terdiri dari tigakompenen utama yakni : Leptob, LCD projector, film dokumenter.Berdasarkan hasil angket maka dapat diketahui siswa kelas XI IPS ISMA Negeri 6 Palu melalui penggunaan media film dokumentersudah berkembang dan diterapkan dalam pembelajaran. Media filmdokumenter digunakan untuk merangsang siswa agar lebih senangbelajar mata pelajaran sejarah. Dengan menggunakan media filmdokumenter siswa menjadi lebih mudah memahami pelajaran yangdiberikanm dan tidak merasa bosan untuk menerima pelajaranberikutnya.

Kata Kunci: Film Dokumenter dan Pembelajaran Sejarah.

1 Dosen tetap pada Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Untad2 Guru Sejarah Pada SMA N 6 Palu

Page 16: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

16

PENGGUNAAN MEDIA FILM DOKUMENTER SEBAGAI SUMBERPEMBELAJARAN SEJARAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 6

Sulistianingsih1

Carles Kapile2

Mutawakkil3

ABSTRACT

Problems which investigated in this research were: (1)did theutilization of documenter movie media increased students’ study resultin history subject of XI IPS I class at SMA Negeri 6 Palu?. (2) how didthe history learning implementation which utilizing documenter moviemedia in XI IPS I class at SMA Negeri 6 Palu?. From the two mainpoints, they had purposes as followed: (1) to increase students’ studyresult on history subject in XI IPS I class at SMA Negeri 6 Palu. (2) toexplain the implementation of history learning which utilizingdocumenter movie media in XI IPS I class at SMA Negeri 6 Palu. Theused method in this research were qualitative with data accumulationtechnique through interview, observation and questionnairespreading. The intervie was tended to history teahers and SMA Negeri6 Palu students. The research resulth indicated that documenter moviemedialearning utilizedby history teachers in XI IPS I students at SMANegeri 6 Palu consist of three main components: Laptop, LCDprojector and documenter movie, Based on the questionnaire result itcould find out from XI IPS I students at SMA Negeri 6 Palu that theutilization of documenter movie media has developed and applied inlearning. Media documenter is used to stimulate students to be moreplease to learn the lessons of history. By using documenter studentmedia becomes easier to understand the lessons that be given and notfeel bored to accept the next lesson.

Key words: documenter movie and learning History

Page 17: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

17

PENDAHULUAN

Dalam pembangunan dunia

terutama dalam prestasi siswa

haruslah menjadi tanggung jawab

semua pihak sesuai dengan tanggung

jawab masing-masing. Guru sebagai

salah satu unsur terdepan dalam

pelaksanaan pendidikan formal juga

di tuntut untuk melaksanakan

tanggung jawabnya mencerdaskan

siswa, atau minimal siswa mencapai

ketuntasan belajar sesuai yang

diharapkan, seperti yang

diungkapkan oleh Saekhan Muchith

(2008:3) mengatakkan bahwa:

Pendidikan adalah sektor yangsangat menetukan kualitashidup suatu bangsa. Menurutkegagalan pendidikanberimplikasi pada gagalnyasuatu bangsa keberhasilanpendidikan juga secaraotomatis membawakeberhasilan suatu bangsa.Oleh sebab itu untukmemperbaiki suatu bangsaharus dimulai dari penataandalam segala aspek pendidikanmulai dari aspek tujuan,saranan, pembellajaran,manjerial, dan aspek lain yangsecara langsung mapun tidakberpengaruh terhadap kualitaspembelajaran`Setiap proses pembelajaran

dapat diakui bahwa yang berperan

aktif dalam memperlancar proses

pembelajaran adalah guru, guru

merupakan unsur utama yang berada

pada posisi yang paling menentukan.

Oleh sebab itu, guru dituntut

senantiasa memberikan yang terbaik

terhadap siswa sehingga dapat

mencapai prestasi belajar atau hasil

belajar yang tinggi. Maka ada

beberapa yang perlu di perhatikan,

yaitu metode mengajar dan

pendekatan pembelajaran.

Pendekatan dan pembelajaran

mengajar yang juga perlu

diperhatikan oleh guru dalam

melaksanakan proses belajar

mengajar adalah penggunaan media

pembelajaran.

Arsyad (1997:5)mengemukakan yang dimaksudmedia pembelajaran adalah:

Media pembelajaran dalamproses belajar mengajar dapatmembangkitkan keinginan danminat yang baru,membangkitkan motivasi danrangsangan kegiatan belajar,dan bahkan membawapengaruh-pengaruh psikologisterhadap siswa. Mediapembelajaran sangatmembantu keefektifan prosespembelajaran. Guru-guru yangmengajarkan mata pelajaranjarang sekali menggunakan

Page 18: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

18

alat media. Padahalpenggunaan dapat memberikanmanfaat yang sangat besardalam rangka prestasi yangtinggiHasil observasi awal yang

dilakukan peneliti mengenai

pembelajaran sejarah di kelas XI IPS

1 SMA Negeri 6 Palu, bahwa dalam

pembelajaran masih kurang dalam

pemanfaatan media, adapun media

yang digunakan masih berupa media

cetak seperti LKS (Lembar Kerja

Siswa), selain itu kinerja mengajar

dari guru yang membawa mata

pelajaran sejarah yang monoton.

Tanggapan dari siswa dalam kelas

tersebut sangat pasif terbukti selama

kegiatan berlangsung siswa jarang

yang bertanya. Hal ini dikarenakan

penjelasan dari guru sejarah tersebut

kurang bisa dipahami oleh siswa.

Pada saat peneliti meminta daftar

nilai ulangan harian ternyata dari 28

siswa yang memenuhi KKM hanya

12 siswa (40.74%) sehingga masih

ada 16 siswa (59.25%) yang tidak

memenuhi KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimum).

Penggunaan media film

dokumenter pada pembelajaran

sangat diperlukan untuk

meningkatkan hasil belajar siswa

pada mata pelajaran khususnya mata

pelajaran sejarah. Agar pembelajaran

di kelas berjalan lancar dan siswa

merasa tidak bosan, guru dituntut

memberikan materi melalui media

film dokumenter agar pembelajaran

terlihat lebih menarik.

Penggunaan media film

dokumenter ini sangat tepat karena

mata pelajaran sejarah erat kaitannya

dengan sebuah peristiwa. Selain itu

media film dokumenter memberikan

banyak manfaat bagi

pembelajaranya, materi yang di

terima oleh siswa dapat lebih

diterima siswa dan siswa akan ebih

termotivasi untuk belajar karena

media film dokumenter dapat

memberikan kesan menarik kepada

siswa, dari pemaparan diatas dapat

kita lihat bahwa peran sebuah media

dalam pembelajaran sangat penting.

Selain dapat meningkatkan hasil

belajar siswa media dalam

pembelajaran sangat juga dapat

meningkatkan minat atau motivasi

siwa dalam belajarnya, sehingga

media film dokumenter dapat

dijadikan sebagai salah satu jalan

keluar atau solusi atas masalah yang

Page 19: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

19

dihadapi oleh guru atau siswa dalam

pembelajaran.

Melihat masalah diatas maka

penulis mendapati 2 masalah yang

perlu diteliti dalam penelitian ini,

yaitu : (1) Apakah penggunaan

media film dokumenter dapat

meningkatkan hasil belajar siswa

pada mata pelajaran sejarah di kelas

XI IPS I SMA Negeri 6 Palu. (2)

Bagaimana pelaksanaan

pembelajaran sejarah dengan

menggunakan media film

dokumenter di kelas XI IPS I SMA

Negeri 6 Palu.

Berdaarkan dari 2 (dua)

masalah diatas maka penelitian ini

bertujuan untuk : (1). Untuk

meningkatkan hasil belajar siswa

pada mata pelajaran sejarah di kelas

XI IPS I SMA Negeri 6 Palu. (2).

Untuk menjelaskan pelaksanaan

pembelajaran sejarah dengan

menggunakan media film

dokumenter di kelas XI IPS I SMA

Negeri 6 Palu.

METODE PENELITIAN

Peneliti menggunakan

beberapa teknik yang akan

mempermudah dalam

mengumpulkan data. Teknik

tersebut yaitu :

Wawancara, wawancara yang

dimaksud oleh peneliti adalah tanya

jawab dengan informan untuk

mendapatkan data yang berkaitan

erat dengan masalah yang dikaji.

Wawancara akan dilakukan secara

langsung dengan informan penelitian

dalam kesempatan-kesempatan yang

disepakati, maupun dalam kondisi

yang dibutuhkanuntuk wawancara

lebih dalam dengan cara terbuka

tentang penggumaam media film

dokumenter sebagai sumber

pembelajaran sejarah dalam upaya

meningkatkan hasil belajar siswa

kelas XI IPS SMA Negeri 6 Palu.

Adapun yang menjadi informan

dalam penelitian ini adalah guru ips

dan siswa-siswi di SMA Negeri 6

Palu

Untuk memperoleh data

berikutnya penulis menggunakan

angket. Angket berisi pertanyaan

yang nantinya akan di isi oleh siswa

untuk mengetahui tentang

penggunaan media film dokumenter

Setelah data yang dibutuhkan

berhasil dikumpulkan, maka

selanjutnya mengolah data.

Page 20: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

20

Pengolahan data dilakukan dengan

cara mengelompokkan data yakni

data hasil wawancara dan data

angket.

Setelah data yang diperoleh

terkumpul dengan menggunakan

metode pengumpulan data diatas,

maka peneliti akan mengolah dan

menganalisis data tersebut dengan

menggunakan analisis secara

kuantitatif dan kualitatif deskriptif.

Data yang terkumpul melalui daftar

pertanyaan yang dituangkan angket.

Selanjutnya ditabulasikan secara

menyeluruh dalam sebuah tabel

berdasarkan pertanyaan yang

diajukan kepada responden dengan

cara menbuat klasifikasi kemudian

dianalisis dengan menggunakan

tekhnik analisis pesentase (%).

Adapun rumus yang digunakan

adalah rumus Anas Sudijono, 2003:

40)

P = F X 100%

N

Keterangan :

P = Angka persentase

F = Frekuensi

N = Jumlah responden

HASIL PENELITIAN

Untuk mengetahui penggunaan

media film dokumenter di kelas XI

IPS 1 SMA Negeri 6 Palu, berikut

ini disajikan hasil penelitian yang

dilakukan melalui angket dan hasil

belajar siswa.

Dalam penelitian ini Peneliti

menggunakan instrumen angket

yang disebarkan kepada peserta

didik di SMA Negeri 6 Palu. Berikut

ini data yang diperoleh dari sebaran

angket tersebut.

Tabel 1 Pernyataan Siswa tentang

penggunaan film dokumenter

sesuai dengan tujuan

pembelajaran

No Jawaban Frekuensi Presentase

(%)

1 Sangat

Sesuai

15 53.57

2 Sesuai 10 35.71

3 Cukup

Sesuai

3 10.71

4 Kurang

Sesuai

0 0

5 Tidak

Sesuai

0 0

Jumlah 28 100

Sumber : Hasil Analisi Angket di

kelas XI IPS I SMA

Page 21: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

21

Negeri 6 Palu, Tanggal 22

September 2015.

Berdasarkan tabel 4.5 dapat

diketahui jumlah responden yang

memilih sangat sesuai penggunaan

film dokumenter dengan tujuan

pembelajaran sebanyak 15 orang

(53.57%), sedangkan 10 orang

(35.71%) menyatakan sering, 3

orang (10.71%) menyatakan cukup

sering. Kesimpulannya adalah

penggunaan media film dokumenter

di kelas XI IPS I sangat sesuai

dengan tujuan pembelajaran.

Tabel 2 Pernyataan Siswa

terhadap penggunaan film

dokumenter sesuai tujuan

kongnitif seperti mengajarkan

pengenalan makna, jujur, sabar

dan prinsip.

No Jawaban Frekuensi Presentase

(%)

1 Sangat

Sesuai

8 28,57

2 Sesuai 6 21,42

3 Cukup

Sesuai

5 17,85

4 Kurang

Sesuai

5 17,85

5 Tidak

Sesuai

3 10,71

Jumlah 28 100

Sumber : Hasil Analisis Angket dikelas XI IPS I SMANegeri 6 Palu, Tanggal22 September 2015.

Tabel 4.6 dapat diketahui

jumlah responden yang menjawab

penggunaan film dokumenter sangat

sesuai tujuan kongnitif seperti

mengajarkan pengenalan makna,

jujur, sabar dan prinsip berjumlah 8

orang (28,57%), 6 orang (21,42%)

yang menyatakan sering, 5 orang

(17,85%) yang menyatakan cukup

sering, kemudian 5 orang (17,85%)

yang menyatakan kadang-kadang,

dan 3 orang (10,71%) yang

menyatakan tidak pernah.

Tabel 3 Pernyataan Siswa tentang

penggunaan film dokumenter

sesuai dengan tujuan psikomotor

seperti keterampilan meniru

gerak, memperjelas gerak dan

mempercepat

No Jawaban Frekuensi Presentase

(%)

1 Sangat

Sesuai

22 78,57

2 Sesuai 3 10,71

3 Cukup

Sesuai

1 3,57

4 Kurang

Sesuai

2 7,14

5 Tidak

Sesuai

0 0

Page 22: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

22

Jumlah 28 100

Sumber : Hasil Analisis Angket dikelas XI IPS I SMANegeri 6 Palu, Tanggal22 September 2015.

Berdasarkan tabel 4.7 dapat

diketahui jumlah responden yang

menjawab penggunaan film

dokumenter sangat sesuai tujuan

psikomotor seperti keterampilan

meniru gerak, memperjelas gerak

dan mempercepat berjumlah 22

oarang (78,57%) dan yang

menyatakan sesuai berjumlah 3

oarang (10,71%), kemudian yang

menyatakan cukup sesuai berjumlah

2 orang (7,14%), dan yang

menyatakan kurang sesuai berjumlah

1 oarang (3,57%).

Tabel 4 Pernyataan Siswa tentang

media film dokumenter

membantu mempengaruhi sikap

dan emosi siswa.

No Jawaban Frekuensi Presentase

(%)

1 Sangat

Membantu

20 71,42

2 Membantu 4 14,28

3 Cukup

Membantu

4 14,28

4 Kurang

Membantu

0 0

5 Tidak

Membantu

0 0

Jumlah 28 100

Sumber : Hasil Analisis Angket dikelas XI IPS I SMANegeri 6 Palu, Tanggal22 September 2015.

Berdasarkan tabel 4.8 dapat

dilihat bahwa jumlah responden

yang memilih film dokumenter

membantu mempengaruhi sikap dan

emosi siswa berjumlah yaitu 20

orang (71,42%) , kemudian

menyatakan membantu berjumlah 4

orang (14,28%), dan 4 orang

(14,28%) menyatakan cukup

membantu.

Dalam kegiatan wawancara,

dilakukan terhadap guru mata

pelajaran sejarah yaitu Ibu Dra.

Salmia. Berdasarkan wawancara

yang telah dilakukan, diperoleh data

seperti berikut ini.

1. Apakah penggunaan filmmemiliki manfaat bagi siswadalam proses pembelajaran?jawaban:dengan menggunakan filmdokumenter manfaatnya bagisiswa yaitu, proses belajar akanlebih menarik perhatian siswasehingga dapat menimbulkanmotivasi, dan bahan pelajaranakan lebih jelas maknannyasehingga dapat lebih dipahamioleh siswa.

Page 23: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

23

2. Menurut anda apakahpenggunaan film sudah sesuaidengan tujuan pembelajaran?Jawaban:iya sudah sesuai, denganmenggunakan media film dalamkelas dapat mempermudah bagisiswa dalam menyerap ataumenerima serta memahamimateri yang telah disampaikanoleh guru, selain itu prosesbelajar mengajar yang sedangberlangsng dapat berjalandengan tepat dan berguna.

3. Apakah penggunaan filmdokumenter dapat meningkatkanhasil belajar siswa?Jawaban:Ya, dengan menggunakan filmdokumenter dalam prosespembelajaran, hasil siswa-siswimengalami peningkatan.

4. mengapa harus menggunakanfilm dokumenter dalampembelajara khususnya matapelajaran sejarah?jawaban:karena media film dokumenterdigunakan untuk merangsangsiswa agar lebih senang belajarmata pelajaran sejarah,. denganmenggunakan film dokumenterdiharapkan siswa menjadi lebihmudah memahami pelajaranyang diberikan dan tidak bosanuntuk menerima pelajaranberikutnya.

5. Apakah dengan menggunakanmedia film dokumenter dapatmembantu ibu dalam kelas?

jawaban:iya cukup membantu, karenabuku-buku sejarah hanyamemberikan gambaran secaraumum apalagi materi kelas XItentang perkembangan bangsaIndonesia sejak masuknyapengaruh barat sampai denganpendudukan jepang.

6. Bagaimana Tanggapan andadengan adannya penggunaanfilm dokumenter dalampembelajaran?jawaban:Pembelajaran denganmenggunakan media filmdokumenter merupakankemajuan dalam bidangpendidikan. Pembelajaran initentu membuat siswatermotivasi belajar karenapembelajaran denganmenggunakan media filmdokumenter sangat menarik.Tentu kita harapkan denganmotivasi belajar yang tumbuh dikalangan siswa, maka merekadapat mencapai hasil yang lebihbaik.

PEMBAHASAN

Setelah menyajikan data

lapangan yang berhasil

dikumpulkan, selanjutnya dibahas

masalah penelitian yang telah

dirumuskan. Adapun rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah

apakah penggunaan media film

Page 24: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

24

dokumenter dapat meningkatkan

hasil belajar siswa pada mata

pelajaran sejarah di kelas XI IPS I

SMA Negeri 6 Palu dan bagaimana

pelaksanaan pembelajaran sejarah

dengan menggunakan media film

dokumenter di kelas XI IPS I SMA

Negeri 6 Palu.

Nilai-nilai siswa sebelum

menggunakan media film

dokumenter tidak jauh berbeda

dengan nilai siswa-siswi yang telah

tersentuh dengan media film

dokumenter. Nilai siswa pada mata

pelajaran sejarah setelah

menggunakan media film

dokumenter banyak mengalami

peningkatan dibandingkan dengan

siswa yang belum menggunakan

media film dokumenter. khususnya

di nilai ulangan harian dan nilai soal

akhir semester.

Sebelum menggunakan media

film dokumenter Kriteria Ketuntasan

Minimal nilai pada mata pelajaran

adalah 75. Dari 28 siswa yang

memenuhi KKM hanya 12 Siswa

atau baru (3,36%) sehingga masih

ada 16 siswa atau sekitar (4,48%)

yang tidak memenuhi KKM

(Kriteria Ketuntasan Minimum) nilai

tertinggi 90 dan nilai terendah 50.

Keadaan nilai-nilai siswa pada

tahun pelajaran 2012/2013.

Setelah menggunakan media

film dokumenter Kriteria Ketuntasan

Minimal nilai pada mata pelajaran

sejarah adalah 75. Guru sejarah

Melakukan berbagai macam upaya

untuk meningkatkan hasil belajar

siswa dengan media film

dokumenter, yang dilakukan siswa

antara lain setelah guru memutarkan

film dokumenter penguburan toraja

guru memberikan tugas kepada

siswa, membagi kelompok

kemudian siswa mencari data yang

dibutuhkan tidak hanya

mengandalkan buku paket dan LKS

tetapi siswa juga mencari data

dengan mengakses internet .

kemudian siswa mempesentasikan

hasil data yang diperoleh didepan

kelas. Ketuntasan belajar siswa

meningkat menjadi (7,84%) 28

siswa yang tuntas. Nilai tertinggi

adalah 100 dan terendah 52.

Fakta ini menunjukkan bahwa

media film dokumenter yang

diterapkan dapat memberikan hasil

peningkatan, dan memberikan

dampak yang positif yang sangat

Page 25: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

25

baik dalam pembelajaran. Terutama

mata pelajaran sejarah.

kegiatan pembelajaran yang

dilakukan sekolah adalah langkah

untuk mencapai suatu tujuan

pendidikan untuk mengembangkan

potensi dalam diri manusia yang

memiliki wawasan yang luas.

Kegiatan pembelajaran di sekolah

dalam rangka peningkatan kualitas

dan kemampuan peserta didik harus

ditunjang adanya fasilitas atau

sarana belajar yang baik.

Pembelajaran sejarah di SMA

Negeri 6 Palu sudah menggunakan

media pembelajaran media film

dokumenter.

Berdasarkan hasil wawancara

dengan Ibu Dra Salmia selaku guru

yang mengajar di keas XI

menyatakan bahwa:

Sebelum memulai pengajarandi kelas, seorang guru harusmelakukan persiapan sebelummengajar, agar pembelajarandi kelas dapat berlangsungdengan baik dan susuai denganapa yang diharapkan. Adapunprosedur yang ditempuh gurusejarah di SMA Negeri 6 Paludalam melaksanakanpembelajaran di kelas antaralain: 1) menyusun silabus, 2)membuat Recana PelaksanaanPengajaran yang terdiri dari a)

Meruuskan indikatorpembelajaran, b). Merumuskantujuan pembelajaran khusus c).Menyusun materipembelajaran, d) menyusunlangkah-langkah dalampembelajaran, d) menyusunpost tes/tes akhir, e)menyediakan FilmDokumenter sesuai denganmateri. (wawancara Selasa, 22Oktober 2015)Ibu Salmia juga menjelaskanbahwa :Pembelajaran sejarah denganmenggunakan media filmdokumenter di kelas,sebenarnya tidak jauh berbedadengan pembelajaran di kelasseperti biasanya tanpamenggunakan media tersebut,hanya saja materi yngdibawakan pada pembelajaranmenggunakan Film yang ditampilkan melalui LCDprojector dan laptop sebagaialat yang digunakan dalammedia pembelajaran. Saya dikelas menggunakan metodeceramah bervariasi, sayapersilahkan siswa untukbertanya ada pelajaran yangkurang dimengerti dan setelahitu memberikan evaluasi darimateri yang telah di bahas.(Wawancara Selasa, 22Oktober 2015)Pembelajaran sejarah sekarang

ini memang harus lebih menampilkn

sesuatu yang menarik, karena begitu

siswa dapat cepat memahami materi

yang diajarkan. Penggunaan media

film dokumenter sebagai referensi

Page 26: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

26

baru dalam pembelajaran di sekolah

Khususnya di SMA Negeri 6 Palu.

Belajar dengan tampilan visualisasi

ini memang hal yang sangat diminati

para guru maupun siswa sekalipun,

karena banyak warna yang

ditampilkan dalam pembelajaran

membuat pikiran siswa atau

pengajar menjadi lebih rileks

termotivasi dan menyenangkan.

Informan Asnidar kelas XI IPS

I bahwa penggunaan media film

dokumenter dalam pembelajaran

sejarah di kelas lebih menyenangkan

dibandingkan dengan cara belajar

sejarah yang biasanya, karena

penyajian materi ditapilkan dalam

bentuk film sehingga lebih menarik`

(Wawancara Selasa 22 Okteber

2015) di SMA Negeri 6 Palu.

Selain itu, Ni Made Pita

Widyarti siswi Kelas XI IPS I

mengatakan hal senada , berikut:

menurut saya, pembelajarandengan menggunakan mediafilm dokumenter pada matapelajaran sejarah sangatmenyenangkan, menarik danmenjadikan inspirasi. Apalagitampilan materinyamenggunakan Filmyangberkaitan dengan materipembelajaran serasa seperti

nonton bareng bersama teman-teman dikelas.Penggunaan film dokumenter

sangat membantu guru dalam

menyajikan materi, lebih mudah

mengajar dan menyampaikan materi,

memudahkan pemahaman siswa,

lebih menarik perhatian dan dapat

momotivas siswa. Selain itu, di

SMA Negeri 6 Palu penggunaan

Media film sudah berkembang

dengan baik, dengan adanya LCD

projector di setiap kelas dan jaringan

internet dapat memodifikasi cara

atau metode belajar dengan

menggunakan fasilitas sarana dan

prasarana.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan uraian penelitian

di atas, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1 Hasil belajar siswa kelas XI

IPS I SMA Negeri 6 Palu

mengalami peningkatan

setelah menggunakan media

film dokumenter. Selain itu,

respon belajar siswa juga

sangat baik setelah mengikuti

pembelajaran sejarah dengan

menggunakan media film

Page 27: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

27

dokumenter, banyak siswa

yang senang belajar sejarah

dengan menggunakan media

film dokumenter, karena

merupakan suatu pengalaman

baru yang membuat siswa

lebih mudah memahami

pelajaran sejarah.

2. Pembelajaran sejarah dengan

menggunakan media film

dokumenter di SMA Negeri 6

Palu telah berjalan sangat baik.

Guru sejarah memiliki bahan

ajar, film dokumenter, yang

telah dipersiapkan sebelumnya

untuk di ajarkan di kelas

sesuai dengan Standar

Kompetensi dan Kompetensi

Dasar.

Saran

Dengan melihat hasil

penelitian yang telah dilakukan,

maka peneliti menyarankan agar

pembelajaran dengan menggunakan

media film dokumenter dapat

diterapkan di sekolah-sekolah yang

ada di kota palu, karena model

pembelajaran melalui penggunaan

media tersebut, siswa dengan mudah

memahami materi dan dapat

mengembangkan dan meningkatkan

ketercapaian kompetensi

pembelajaran sejfara, khusunya

upaya yang dilakukan untuk

meningkatkan hasil belajar siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Arsyad, 1997. Media pembelajaran.

Jakarta: PT.Grafindo Pesada.

Lexy, J. (2012). Metodologi

Penelitian Kualitatif.

Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Sudijono, A. (1993). Pengantar

Statistik Pendidikan. Jakarta.

Raja Grafindo Persada.

Page 28: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

28

ANALISIS TINGKAT KESULITAN SOAL PILIHAN GANDA DARI TESBUATAN GURU SEJARAH

KELAS XII IPS DI SMA NEGERI 5 PALU

Oleh :

Hasan1

Wisman 2

ABSTRAK

Pertanyaan pokok penelitian adalah: (1) Bagaimana cara menentukantingkat kesulitan objektif tes buatan guru sejarah kelas XII di SMANegeri 5 Palu?; (1) Bagaimana cara menentukan tingkat kesulitanobjektif tes buatan guru sejarah kelas XII IPS di SMA Negeri 5 Palu?;(2) Faktor apa saja yang mempengaruhi tiap-tiap item soal yangmasuk dalam kategori sulit, sedang dan mudah? Pertanyaan penelitiandiselesaikan dengan menggunakan metode kuantitatif, Pencariansumber dilakukan pada di SMAN 5 Palu dengan melakukan observasi,pengumpulan sumber, dan wawancara. Penyajian data penelitianmelalui analisis item. Berdasarkan analisis data dan pembahasandiatas, dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini adalah item yangtermasuk dalam tingkat mudah yang memiliki presentasi tertinggidengan 50% diikuti oleh item soal tingkat sedang 47,5% dan item soalyang sulit sebanyak 2,5%. Secara keseluruhan pada tingkat kesulitansoal yang termasuk dalam tingkat yang mudah dalam rentang 0,64 .jadi tes pilihan ganda yang dirancang oleh guru sejarah di SMANegeri 5 palu memiliki soal yang sebagian besar termasuk dalamkategori soal yang mudah.

Kata Kunci: Analisis item, objektif tes.

1 Dosen Tetap pada Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP UNTAD2 Guru Pada SMAN 5 Palu

Page 29: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

29

Difficulty Problem Analysis Of Multiple Choice Tests Class XII MadeHistory Teacher In SMAN 5 Palu

ABSTRACT

Principal research questions are: (1) How to determine the level ofobjective difficulties grade history teacher-made tests XII in SMAN 5Palu ?; (1) How to determine the level of objective difficulties gradehistory teacher-made tests XII IPS in SMAN 5 Palu ?; (2) Whatfactors are affecting each item about that in the category of hard,medium and easy? The research question solved using quantitativemethods, search the source carried on in SMAN 5 Palu byobservation, gathering resources, and interviews. Presentation ofresearch data through item analysis.Based on data analysis and theabove discussion, it can be concluded that the results of this study arethe items included in the easy levels that have the highest percentagewith 50%, followed by the item about the level of 47,5% and the itembeing difficult problem as much as 2,5%. Overall the level ofdifficulty about that is included in the rate is in the range of 0.64. so amultiple choice test designed by the history teacher at SMAN 5hammer has a problem that largely included in the category of an easymatter.

Keywords: Item analysis, objective tests.

Page 30: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

30

PENDAHULUAN

Negara yang maju dewasa ini

sudah bisa dipastikan memiliki

sistem pendidikan yang baik.

Indonesia guna menuju Negara yang

sejajar dengan bangsa-bangsa besar

di dunia misalnya Finlandia yang

merupakan salah satu bengsa dengan

sistem pendidikan terbaik di dunia

tentunya harus terus melakukan

evaluasi pendidikan menuju

perubahan kearah yang lebih baik.

Evaluasi pendidikan menurut H.M.

Sukardi (2008:5) “merupakan

penilaian terhadap kinerja

pendidikan yang telah berjalan guna

memperoleh informasi yang

nantinya akan digunakan untuk

memperbaiki hal-hal yang memang

perlu diperbaiki pada kinerja

pendidikan”. Pengertian evaluasi

secara luas dapat juga di

identifikasikan bahwa evaluasi

pendidikan pada prinsipnya dapat

dikelompokkan kedalam tiga

cakupan penting, yaitu evaluasi

pembelajaran, evaluasi program, dan

evaluasi sistem. Hal ini dijelaskan

lebih lanjut oleh H.M. Sukardi

(2008:5) yakni sesuai dengan pasal

57 ayat 2, UURI No.20 Tahun 2003:

Evaluasi dilakukan terhadappeserta didik, lembaga, danprogram pendidikan pada jalurformal dan nonformal untuksemua jenjang satuan dan jenispendidikan. Evaluasipembelajaran merupakan intibahasan evaluasi yangkegiatannya dalam lingkupkelas atau dalam lingkupproses mengjar. Evaluasipembelajaran kegiatannyatermasuk kegiatan evaluasiyang dilakukan oleh seorangguru dalam menyampaikanmateri pembelajaran kepadasiswa. Bagi seorang guru,evaluasi pembelajaran adalahmedia yang tidak terpisahkandari kegiatan mengajar, karenamelalui evaluasi seorang guruakan mendapatkan informasitentang pencapaian hasilbelajar.

Dengan evaluasi seorang guru

juga akan mendapatkan informasi

tentang materi yang telah ia

gunakan, apakah dapat diterima oleh

para siswanya, atau tidak. Dari

pengertian tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa setiap kegiatan

evaluasi atau penilaian adalah suatu

proses yang sengaja direncanakan

untuk mendapatkan informasi atau

data, dan dengan berdasarkan data

tersebut kemudian akan di coba

untuk membuat suatu keputusan.

Seperti yang dijelaskan oleh Ngalim

Page 31: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

31

Purwanto (2013:5) menjelaskan

bahwa “tujuan evaluasi ialah untuk

mendapat data pembuktian yang

akan menunjukan sampai dimana

tingkat kemampuan dan

keberhasilan siswa dalam

pencapaian tujuan tujuan kurikuler.

Dengan demikian evaluasi

merupakan tahap akhir dari

rangkaian sistem pendidikan”.

Untuk mengetahui hasil

evaluasi dari siswa, tentunya para

guru harus melakukann tes untuk

menguji tingkat kemampuan siswa.

Tes merupakan cara untuk

berkomunikasi antara guru dengan

murid. Melalui tes, guru akan

memperoleh informasi berkaitan

dengan murid-muridnya, dan

selanjutnya informasi tersebut akan

menjadi dasar untuk proses evaluasi

dan pengambilan keputusan. Jika

seandainya kita adalah seorang

murid maka pastilah kita tidak ingin

para guru mendapatkan informasi

yang salah mengenai kita.

Tes sebenarnya hanya

merupakan sample dari beberapa

item yang di administrasikan kepada

subjek/peserta tes, item tersebut

sering disebut sebagai stimulus yang

berisi pertanyaan atau pernyataan.

Berdasarkan stimulus tersebut para

peserta tes akan memberikan respon

atau sering disebut sebagai jawaban.

Menurut Djemari Mardapi

(2008:67) Tes merupakan sejumlah

pertanyaan yang memiliki jawaban

yang benar atau yang salah. Tes

diartikan juga sebagai sejumlah

pertanyaan yang membutuhkan

jawaban, atau sejumlah pertanyaan

yang harus diberikan tanggapan

dengan tujuan mengukur tingkat

kemampuan seseorang atau

mengungkap aspek tertentu dari

orang yang dikenai tes.

Untuk itu, dalam dunia

pendidikan tentunya setiap guru

dapat mengukur tingkat kemampuan

siswa melalui tes. Tes yang

dilakukan dengan cara membuat soal

untuk diujikan kepada siswa. Dalam

membuat soal, guru perlu

memberikan secara logis dan

rasional hal – hal apa saja yang

patut ditanyakan sebagai bahan

pengetahuan penting yang sebaik–

baiknya dipahami oleh pelajar.

Kualitas tes atau tingkat validitas

tesnya masih belum menjamin

keobjektifannya karena hanya

Page 32: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

32

diberikan kepada sekelompok

pelajar. Tes buatan guru bersifat

temporer, artinya hanya berlaku

pada saat tertentu dan situasi tertentu

pula, yang pada kesempatan lain

mungkin berubah, baik bentuk

soalnya maupun kapasitas pelajar.

Adapula tes buatan guru yang

bersifat hafalan semata – mata, dan

ada pula yang bersifat pemikiran.

Seorang guru profesional dan ideal

akan menyusun soal yang berimbang

agar tampak siapa yang mempunyai

kemampuan mantap dalam

mengingat atau menghafal sesuatu,

dan siapa yang mempunyai daya

pikir luas dan asosiatif. Situasi yang

terakhir inilah yang sebaiknya

diciptakan guru.

Analisis dilakukan untuk

mengetahui berfungsi tidaknya

sebuah rancangan soal. Analisis

pada umumnya dilakukan melalui

dua cara yaitu analisis kualitatif dan

analisis kuantitatif. Analisis

kualitatif sering pula dinamakan

sebagai validitas logis yang

dilakukan sebelum soal digunakan

untuk melihat berfungsi tidaknya

sebuah soal. Analisis soal secara

kuantitatif sering pula dinamakan

sebagai validitas empiris yang

dilakukan untuk melihat lebih

berfungsi tidaknya sebuah soal,

setelah soal itu diujicobakan.

Alasan penulis mengangkat

tema mengenai Analisis Tingkat

Kesulitan Soal Pilihan Ganda Dari

Tes Buatan Guru Sejarah kelas XII

IPS di SMA Negeri 5 Palu sebagai

karya tulis adalah karena melihat

bahwa tugas dari seorang guru

bukan hanya mengajar atau

mendidik tapi mengevaluasi siswa.

Karena melihat bahwa

kemampuannya siswa tentunya akan

diinterprestasikan dengan nilai. Dari

semua kenyataan di atas, maka

penulis mengkaji mengenai Analisis

Tingkat Kesulitan Soal Pilihan

Ganda Dari Tes Buatan Guru

Sejarah kelas XII IPS di SMA

Negeri 5 Palu.

Berdasarkan latar belakang

di atas, penulis dapat merumuskan

masalah “Bagaimana cara

menentukan tingkat kesulitan

objektif tes buatan guru sejarah kelas

XII IPS di SMA Negeri 5 Palu?.

“Faktor apa saja yang

mempengaruhi tiap-tiap item soal

Page 33: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

33

yang masuk dalam kategori sulit,

sedang dan mudah?”

Tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini untuk “untuk

mengetahui cara menentukan tingkat

kesulitan objektif tes buatan guru

sejarah kelas XII IPS di SMA 5

Palu” “untuk mengetahui faktor-

faktor yang mempengaruhi tiap-tiap

item soal yang masuk dalam

kategori sulit, sedang dan mudah”

Manfaat penelitian yang

diharapkan dari hasil penelitian ini

adalah memperkaya keilmuan

tentang evaluasi pendidikan sejarah,

diharapkan dapat memberi

sumbangan pemikiran bagi guru-

guru khususnya para guru mata

pelajaran sejarah, menambah

pembendaharaan karya ilmiah

sejarah terutama mengenai evaluasi

dalam pendidikan.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang

digunakan adalah penelitian

kuantitatif, yaitu data yang diperoleh

dari analisis soal ujian semester.

Lokasi penelitian akan dilaksanakan

di SMA Negeri 5 Palu yang

merupakan salah satu sekolah

dengan predikat terbaik di Kota

Palu. Dimana para siswanya bisa

dikatakan memiliki prestasi dalam

bidang akademik dan olahraga.

Populasi dalam penelitian ini adalah

soal-soal pilihan ganda mata

pelajaran Sejarah buatan guru yang

diujikan pada siswa kelas XII IPS di

SMA Negeri 5 Palu. Sampel adalah

bagian dari karakteristik yang

dimiliki oleh populasi. dalam

melaksanakan penelitian, penting

bagi penulis untuk mengetahui

sampel dari populasi untuk

membatasi obyek penelitian.

Sementara itu, sample untuk

penelitian ini adalah soal pilihan

ganda ujian semester pada mata

pelajaran Sejarah buatan guru yang

akan diujikan pada siswa kelas XII

IPS di SMA Negeri 5 Palu tahun

akademik 2013/2014. Soal yang

dijadikan sampel dalam penelitian

ini berjumlah 40 soal.

Peneliti mengunjungi

sekolah lokasi penelitian, dalam hal

ini adalah SMA Negeri 5 Palu, untuk

melakukan penelitian awal dengan

mengobseravasi sekolah terssebut.

Dalam tahap ini, peneliti akan

bertemu langsung dengan pihak

Page 34: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

34

sekolah, yang dimaksud adalah

kepala sekolah dan guru mata

pelajaran Sejarah, dengan maksud

menanyakan materi pelajaran yang

telah diberikan kepada siswa dan

kapan tes akan dilaksakan. Dan hal

yang paling penting dalam tahap ini

adalah mengumpulkan informasi

detail bagaimana cara seorang guru

mendesain soal yang akan diberikan

kepada siswa. Pada tahap ini,

peneliti mengumpulkan sample

penelitian serta instrumen penelitian

yang akan dianalisa. Dalam

penelitian ini terdapat dua

instrument yang terlibat, yaitu

Peneliti itu sendiri dan Lembar

jawaban siswa yang diambil dari

kelas XII IPS. Dalam menganalisis

data, peneliti menghitung tingkat

kesukaran per item terlebih dahulu

dengan menggunakan formula dari

Surapranata (2008:12) berikut ini

Rumus : =Keterangan :

p = Tingkat Kesukaran

Σx = banyaknya peserta tes yang

menjawab benar

Sm = Skor maksimum

N = jumlah peserta tes

Setelah itu peneliti akan

menguraikan setiap item tes dan

akan dikategorikan dalam 3 kategori

tingkat kesukaran yang

diformulasikan oleh Surapranata

(2008:21) sebagai berikut :

Tabel 1

Kategori Tingkat Kesukaran

Nilai p Kategori

P < 0.3 Sukar

0.3 ≤ p ≤ 7 Sedang

P > 7 Mudah

Dari table 3.1 dapat diketahui

bahwa P merupakan angka

kesukaram item. Jika besarnya P <

0.3 berarti soal tersebut dikatakan

termasuk kategori soal yang sulit.

Sedangkan jika 0.3 ≤ p ≤ 7 artinya

soal yang bisa terjawab kurang dari

7 maka soal tersebut dikategorikan

sedang atau cukup. Namun jika dari

item soal tersebut jika bisa terjawab

lebih P > 7 maka soal tersebut

dikategorikan mudah.

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Data

Penulis menggunanakan soal

tes pendidikan sejarah untuk kelas

XII IPS semeser ganjil di SMA

Page 35: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

35

Negeri 5 Palu tahun ajaran 2014-

2015 dan para siswa menjawab soal

yang telah disusun. Total soal yang

diujikan sebanyak 40 butir soal

berbentuk pilihan ganda. Siswa yang

diujikan sebanyak 27 siswa dan

dibagi menjadi dua kelompok

kategori yaitu kategori siswa yang

menjawab soal benar paling tinggi

dan menjawab soal benar paling

rendah.

Tabel 2

Pembagian kelompok siswa

No Nama Jawabanbenar

Nilai Kelompok

1 IN 38 95,0 Tinggi

2 RD 37 92,5 Tinggi3 MI 37 92,5 Tinggi4 ZF 35 87,5 Tinggi5 AAF 35 87,5 Tinggi6 AM 34 85,0 Tinggi7 FS 34 85,0 Tinggi8 IDP 34 85,0 Tinggi9 MCY 34 85,0 Tinggi

10 AF 34 85,0 Tinggi11 FRS 33 82,5 Tinggi12 BT 33 82,5 Tinggi13 AMH 33 82,5 Tinggi14 AC 33 82,5 Tinggi15 MAA 31 77,5 Tinggi16 MSA 31 77,5 Tinggi17 MF 31 77,5 Tinggi18 MAS 31 77,5 Tinggi19 YH 26 65,0 Rendah20 WNN 21 52,5 Rendah21 VAI 21 52,5 Rendah22 ZR 21 52,5 Rendah23 SSS 16 40,0 Rendah24 VF 16 40,0 Rendah25 OS 16 40,0 Rendah26 NL 14 35,0 Rendah27 SRK 14 35,0 Rendah

Dari tabel di atas diketahui

bahwa dari total siswa sebanyak 27

siswa, hanya 18 orang siswa yang

berhasil menyelesaikan soal yang

telah diberikan dengan mendapatkan

nilai yang tinggi atau dapat

dikatakan tuntas menyelesaikan soal

sebanyak 40 butir soal. Dan

sebanyak 9 orang dapat dikatakan

belum tuntas menyelesaikan soal

yang telah diberikan.

PEMBAHASAN

Statistik Deskripsi dari Hasil

Analisis Data

Setelah menganalisis data,

penulis menafsirkan tentang tingkat

kesulitan soal. Hasilnya tercantum

pada tabel dibawah ini :

Tabel 3

Distribusi Tingkat Kesulitan Item

Pilihan Soal

Tingkat

Kesulitan

Soal

Kategori

Soal

No Total

benar Total

(

U+L)U L

1 17 3 20 0,74 Mudah

2 15 4 19 0,70 Sedang

3 17 6 23 0,85 Mudah

4 18 6 24 0,88 Mudah

5 17 5 22 0,81 Mudah

6 18 6 24 0,88 Mudah

7 18 3 21 0,77 Mudah

8 18 8 26 0.96 Mudah

Page 36: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

36

9 15 3 18 0,66 Sedang

10 15 6 21 0,77 Mudah

11 11 3 14 0,51 Sedang

12 16 3 19 0,70 Sedang

13 18 8 26 0,96 Mudah

14 17 6 23 0,85 Mudah

15 18 3 21 0,77 Mudah

16 18 6 24 0,88 Mudah

17 17 2 19 0,70 Mudah

18 18 5 23 0,85 Mudah

19 18 6 24 0,88 Mudah

20 8 2 10 0,37 Sedang

21 13 4 17 0,62 Sedang

22 12 3 15 0,55 Sedang

23 18 1 19 0,70 Sedang

24 15 2 17 0,62 Sedang

25 9 2 11 0,40 Sedang

26 14 2 16 0,59 Sedang

27 12 0 12 0,44 Sedang

28 18 6 24 0,88 Mudah

29 16 0 16 0,59 Sedang

30 8 3 11 0,40 Sedang

31 11 1 12 0,44 Sedang

32 14 4 18 0,66 Mudah

33 8 3 11 0,40 Sedang

34 17 3 20 0,74 Mudah

35 13 2 15 0,55 Sedang

36 14 4 18 0,66 Sedang

37 17 4 21 0,77 Mudah

38 8 0 8 0,29 Sulit

39 17 4 21 0,77 Mudah

40 15 1 16 0,59 Sedang

Dari tabel di atas , penulis

kemudian memperhitungkan tingkat

kesulitan soal pilihan ganda untuk

mata pelajaran sejarah di SMA

Negeri 5 Palu dengan menggunakan

rumus berikut ini :

P =∑

=,

= 0,64 (Mudah)

Tabel 4

Tingkat Penilaian

TingkatPenilaian

Item Soal Total

Sulit<0,30

38 1(2,5%)

Sedang0,30-0.70

2,9,11,12,20,21,22,23,24,25,26,27,29,30,31,33,35,36,40,

19(47,5%)

Mudah>0,70

1,3,4,5,6,7,8,10,13,14,15,16,17,18,19,28,32,34,37,39

20(50%)

Dari tabel di atas diketahui

bahwa soal yang dugunakan sebagai

sampel penelitian berjumlah 40 butir

soal pilihan ganda. Berdasarkan

tabel 4.2.2 di atas , test yang

tergolong mudah tingkatannya

adalah nomor 1 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 8 ,

1 0 , 1 3 , 14 ,15, 16, 17, 18, 19, 28,

32, 34, 37, dan 39. Presentase siswa

yang menjawab benar pada soal

tersebut sebesar 75%. Sedangkan

klasifikasi soal yang tergolong

sedang tingkat kesulitannya terdapat

pada nomor 2 , 9 , 11 , 12 , 20 , 21 ,

22 , 23 , 24 , 25 , 26 , 27 , 29, 30,

Page 37: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

37

31, 33, 35, 36, dan 40. Presentase

siswa yang menjawab benar pada

soal tersebut sebesar 20%. Dan

klasifikasi soal yang tingkat

kesulitannya tinggi terdapat pada

nomor 38 dengan presentase siswa

yang menjawab dengan benar

sebesar 5%.

Faktor yang mempengaruhi item

soal termasuk dalam kategori

sulit, sedang dan mudah

Pada dasarnya tingkat

kesulitan soal itu dapat diartikan

bagaimana seorang peserta tes

menjawab dengan benar soal yang

telah diberikan. Mudah atau sulitnya

soal tergantung dari peserta tes nya

sendiri. Seperti yang telah dijelaskan

pada tabel 4.8 mengenai penelitian

yang telah saya lakukan tentang

Analisis Tingkat Kesulitan Soal

Pilihan Ganda dari Tes Buatan Guru

Sejarah Di SMA Negeri 5 Palu,

diketahui bahwa dalam penilaian

tentang kesulitan soal dikategorikan

menjadi 3 yaitu kategori sulit,

sedang dan mudah. Dari penilaian

yang telah dilakukan sebanyak 40

soal diketahui bahwa soal yang

termasuk dalam ketegori sulit hanya

ada 1 yaitu soal nomor 38.

Sedangkan soal yang tergolong

kategori sedang berjumlah 19 item

dengan nomor soal 2, 9 , 11 , 12 ,20

,21 ,22 ,23 ,24 , 25 ,26 ,27 ,29 ,30

,31 ,33 ,35 , 36 , 40 dan kategori soal

yang tergolong mudah berjumlah 20

item soal dengan nomor 1 , 3 , 4 ,5

,6 ,7 ,8 ,10 ,13 ,14 ,15 ,16 ,17 ,18 ,19

,28 ,32 ,34 ,37 dan 39. Dengan

demikian dapat disimpulkan

semakin besar indeks tingkat

kesulitan yang diperoleh berarti

semakin mudah soal tersebut. Soal

itu dikatakan sulit karena intensitas

kebenaran siswa yang menjawab

pada soal tersebut rendah, dan

sebaliknya soal item dikatakan

mudah karena intensitas kebenaran

siswa yang menjawab benar pada

soal tersebut tinggi.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data dan

pembahasan di atas , dapat

disimpulkan bahwa hasil penelitian

ini adalah item yang termasuk dalam

tingkat mudah yang memiliki

presentasi tertinggi dengan 50%

diikuti oleh item soal tingkat sedang

47,5% dan item soal yang sulit

sebanyak 2,5 %. Secara keseluruhan

Page 38: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

38

pada tingkat kesulitan soal yang

termasuk dalam tingkat yang mudah

dalam rentang 0,64 . jadi tes pilihan

ganda yang dirancang oleh guru

sejarah di SMA Negeri 5 palu

memiliki soal yang sebagian besar

termasuk dalam kategori soal yang

mudah. Penulis ingin memberikan

saran yang ditujukan kepada

pembuat soal, sebagai manusia biasa

setiap orang pasti mempunyai

kekurangan dan kelebihan,

diantaranya adalah pola pikir tiap

individu yang berbeda beda, ada

yang cerdas, pintar dan kurang

pintar. Untuk itu, dalam suatu

lembaga pendidikan hal inilah yang

sangat diperhatikan. Cara

pengukuran pola pikir yang

dilakukan di lembaga pendidikan

yaitu melalui tes. Tes yang diberikan

oleh pendidik harus mempunyai

bobot soal yang dianggap baik, dan

soal soal itu harus benar benar

diperhatikan cara penyusunannya.

DAFTAR RUJUKAN

Djemari Mardapi, (2008). Teknik

Penyusunan Instrumen Tes

dan Nontes. Jokyakarta:Mitra

Cendikia.

Ngalim Purwanto,(2013). Prinsip-

prinsip dan Teknik Evaluasi

Pengajaran. Bandung: PT

Remaja Rodakrya.

Sumarna Surapranata (2009).

Analisis, Validitas, Reabilitas

dan Interpretasi Hasil Tes.

Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Sukardi,(2011). Evaluasi

Pendidikan. Jakarta:PT Bumi

Aksara.

Page 39: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL ISSN :2460-2590

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

39

SEJARAH KRAMA ADAT LOKOCAKROMURTI (1972-2014)

Oleh :

I Gede Komang Suka Ariana1

Nuraedah2

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana keberadaankrama adat lokocakromurti, bagaimana struktur kepengurusankrama adat lokocakromurti, bagaimana transformasi krama adatlokocakromurti, dan bagaimana sistem pelestarian lingkungan hidupkrama adat lokocakromurti. Tujuan penelitian ini yaitu:mendeskripsikan keberadaan krama adat lokocakromurti,menjelaskan struktur kepengurusan krama adat lokocakromurti,menggambarkan transformasi budaya krama adat lokocakromurti,dan menjelaskan sistem pelestarian lingkungan hidup krama adatlokocakromurti. Metode penelitian yang digunakan meliputi:pendekatan sejarah, teknik pengumpulan data yang digunakanterdiri dari: observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitiandilakukan di Desa Balinggi Jati. Pengolahan data terdiri atas Kritikekstern dan intern. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwakeberadaan krama adat lokocakromurti diawali denganpembentukan kelompok yang disebut dengan seke tani (kelompoktani), struktur kepengurusan Krama Adat Lokocakromurti terdiridari: ketua, wakil/sekretaris, dan bendahara, selain itu perubahanterjadi dibeberapa bidang: pemerintahan, sosial-budaya danekonomi. Sistem pelestarian lingkungan krama adat lokocakromurtidiawali dengan rasa keyakinan yang bersifat skala-niskala denganpemberian upacara yang disebut dengan tumpek warige.

Kata Kunci : Sejarah, Organisasi Krama Adat

1Pemerhati Sejarah di Kab. Parigi Moutong2Dosen tetap Pada program studi pendidikasn sejarah FKIP Untad

Page 40: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL ISSN :2460-2590

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

40

History of Lokocakromurti Krama Adat at Subdistrict (1972-2014).

ABSTRACT

The problem of this research was, how the existence oflokocakromurti krama adat, how the management formation oflokocakromurti krama adat, how the transformation oflokocakromurti krama adat, how the area conservation system oflokocakromurti krama adat. The objective of this research was,described the existence of lokocakromurti krama adat at subdistrict,explained the management formation of lokocakromurti kramaadat, described the transformation of lokocakromurti krama adat,explainedthe area conservation system of lokocakromurti kramaadat. This research used history method, heuristic that collected thedata from many sources like literature research that consisted of:observation, interview, and documentation, while on research criticwas done assessment with characteristic and grade of the sourcesthat was used. The critic divided into two part they were ekstern andintern. The result of this research can be concluded that, theexistence of Lokocakromurti Krama Adat vilage is started fromestablishment of group that is called famer seke (farmer group). Theformation of: Lokocakromurti Krama Adat consists of chairperson,secretary, and treasurerthat handle, the changing happens in someparts like government, social- culture, and economic, The areaconservation system of Lokocakromurti Krama Adat is started fromfeel conviction that has characteristic skala- niskala until producethe ceremony that is called tumpek warige.

Key Words: History, Krama Adat Organisation.

Page 41: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL ISSN :2460-2590

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

41

PENDAHULUAN

Masyarakat Bali merupakan

sekumpulan individu yang

mempunyai persatuan adat dan

tradisi yang mengikatkan diri pada

sistem kehidupan berkelompok.

Kehidupan berkelompok tersebut

tercermin pada kehidupan

berbanjar. Banjar pada umumnya

merupakan sebuah tradisi secara

turun-temurun warisan dari leluhur

masyarakat Bali sejak zaman dulu.

Keberadaan Krama Adat

Lokocakromurti, menjadi suatu

pandangan dan prioritas utama

dalam kehidupan masyarakat,

dengan adanya krama adat segala

kebutuhan masyarakat baik dalam

Banjar dan lingkungan pura menjadi

terpenuhi dengan upaya dan usaha

membangun bersama-sama demi

kelestarian desa dan lingkungan

hidup. Sikap kegotong royongan

Suka-Duka sudah terwujud sejak

dulu ketika adanya rasa kepedulian

terhadap budaya yang perlu

dilestarikan dan leluhur orang Bali

mempercayai adanya hukum adat

tersebut. Suka-Duka secara singkat

dapat di artikan sebagai suatu upaya

dalam susah maupun senang

menjadi tanggung jawab bersama

dan tanggung jawab tersebut

melahirkan apa yang disebut dengan

Bale Banjar. Banjar (Bale Desa)

merupakan tempat bagi suatu

lembaga permusyawaratan

masyarakat yang mempunyai sifat

terbuka, sejajar, dan sepaham dalam

segala bentuk prilaku maupun

pendapat yang menjadi satu

keputusan/kebulatan bersama.

Menurut Kadek Karsini. (2011: 1),

menyatakan bahwa: Banjar

merupakan kesatuan sosial dan salah

satu organisasi tradisional bagi

masyarakat Bali. Segala aktivitas

yang dilaksanakan oleh organisasi

Banjar ini di dasarkan atas semangat

kegotong royongan dan asas

kekeluargaan, baik yang berkaitan

dengan urusan Suka maupun Duka

yang berlaku untuk seluruh

anggotanya. Organisasi Banjar

Krama Adat Lokocakromurti di

Desa Balinggi Jati Kecamatan

Balinggi mempunyai struktur

kepengurusan terdiri dari; ketua,

sekretaris dan bendahara. Masing-

masing pengurus sudah mempunyai

tugas, kalau ketua yaitu memimpin

rapat, dan mengkoordinir

Page 42: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL ISSN :2460-2590

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

42

anggotanya agar bekerjasama dalam

program kerja yang disepakati

sebelumnya, sementara sekretaris

memantau keadaan desa apakah

sudah sesuai dengan aturan yang

berlaku dan ditaati sebagaimana

mestinya oleh masyarakat atau tidak

agar dikemudian hari bisa dilakukan

rapat desa kembali dan segala

pantauan tersebut dilaporkan kepada

ketua, dan terakhir yaitu bendahara

mempunyai tugas menghimpun dana

masyarakat sekaligus, memantau

keluar masuknya pendapatan banjar

dalam desa agar diketahui data-data

khas yang dimiliki oleh desa khusus

pada Krama Adat Lokocakromurti

sendiri. Pada dasarnya segala bentuk

aturan-aturan yang berkembang

dalam desa adat sesungguhnya

merupakan hasil perubahan secara

berangsur-angsur (transformasi)

yang datangnya dari leluhur

masyarakat Bali khususnya di

daerah Bali, hingga berdampak pada

kehidupan masyarakat di luar pulau

Bali. Krama Adat Lokocakromurti di

Desa Balinggi Jati merupakan

bagian dari perubahan yang

berdampak pada masyarakat Hindu.

Perubahan yang dialami bersifat

membangun dan mengikat. Hal

tersebut sudah ada sejak kehidupan

Berbanjar, tetap saja tradisi tersebut

menjadi landasan dasar memegang

teguh tatwa dan kerukunan umat,

hingga sampai saat ini Krama Adat

dipandang sebagai ajang pemersatu

umat Hindu kedalam wadah

organisasi pakraman yang bersifat

religius, dimana membangun

bersama-sama, saling bahu-

membahu dalam Suka dan Duka

selalu bersama dan hukumnya

adalah berlaku untuk seluruh

anggotanya. Dewasa ini bukan

hanya sikap kegotong royongan dan

sikap kepedulian kepada manusia

saja yang sering diperlihatkan oleh

krama adat, melainkan ada rasa

kepedulian terhadap lingkungan

hidup yang ditunjukkan melalui

upacara pelestarian lingkungan

hidup. Upacara ini dilakukan oleh

krama adat untuk menjaga hubungan

yang harmonis dengan alam agar

alam selalu memberikan keberkahan

terhadap manusia. Sistem pelestarian

lingkungan hidup ini sering

dilaksanakan setiap adanya hari raya

purnama, nyepi, galungan,

pagerwesi dan hari raya lainnya

Page 43: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL ISSN :2460-2590

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

43

dengan cara bersama-sama

membersihkan lingkungan dan

memberi upacara terhadap tumbuh-

tumbuhan. Upacara ini disebut

upacara tumpek warige/tumpek

bubuh. Kajian ini dari tahun 1972

sampai dengan tahun 2014 dengan

alasan bahwa, ditahun 1972 adalah

kedatangan masyarakat Bali

sekaligus terbentuknya pemukiman

dalam bentuk rumah kecil/pondok

dan batasan akhir dari penelitian ini

ialah ditahun 2014 bertepatan

dengan tahun tersebut kinerja dari

pengurus Krama Adat dalam

pembangunan pura baru diselesaikan

sekaligus dipilihnya pengurus baru

bernama “I Nyoman Dangin”.

Adapun rumusan masalah penelitian

ini yaitu: “Bagaimana keberadaan

Krama Adat Lokocakromurti ?”,

“Bagaimana Struktur kepengurusan

Krama Adat Lokocakromurti ?”

“Bagaimana transformasi Krama

Adat Lokocakromurti ?” dan

“Bagaimana sistem pelestarian

lingkungan hidup Krama Adat

Lokocakromurti ?”. Tujuan

penelitian ini yaitu: mendeskripsikan

keberadaan Krama Adat

Lokocakromurti, menjelaskan

struktur kepengurusan Krama Adat

Lokocakromurti, menggambarkan

transformasi budaya Krama Adat

Lokocakromurti, dan menjelaskan

sistem pelestarian lingkungan hidup

umat Hindu Krama Adat

Lokocakromurti.

METODE PENELITIAN

Pada tahap penelitian ini

peneliti melakukan pendekatan

terhadap objek penelitian yaitu

dengan menerapkan pendekatan

sejarah/metode sejarah berupa tahap

pengumpulan data yang terdiri dari:

observasi, teknik wawancara, dan

dokumentasi. Observasi dilakukan

peneliti dengan langkah mengambil

tindakan interaksi langsung dengan

objek lokasi penelitian. Semua

gejala-gejala sosial diamati untuk

mendapatkan data sesuai fakta

ditempat lokasi penelitian, sehingga

dari hal tersebut peneliti mendapat

gambaran umum tentang sub pokok

penelitian. Langkah berikutnya

adalah wawancara dimana pada

tahap ini peneliti berupaya

menyusun pertanyaan-pertanyaan

dengan terstruktur mengenai hal-hal

yang berkaitan langsung dengan

Page 44: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL ISSN :2460-2590

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

44

permasalahan penelitian. Melalui

wawancara, selain menyusun

pertanyaan untuk diajukan kepada

narasumber, maka terlebih dahulu

ditentukan informan-informan kunci

yang dianggap sebagai orang yang

mengetahui seluk-beluk

permasalahan penelitian tersebut

misalnya seperti: tokoh masyarakat

dan orang-orang dituakan di daerah

tersebut selain itu dianggap

mengetahui hal-hal peristiwa yang

berkaitan dengan tempat tersebut,

sehingga akan dapat mempermudah

peneliti untuk mendapatkan data-

data terpercaya tanpa harus meminta

informan lain untuk menjelaskan

pokok permasalahan penelitian,

tetapi meskipun demikian peneliti

beranggapan data dari berbagai

sumber perlu ditelusuri lebih jauh

dengan meminta informasi dari

masyarakat yang lain dengan cara

dipilih agar orang yang

diwawancarai bisa memberikan

keterangan yang dapat membantu

dari informan kunci. Langkah

terakhir dari tahap pengumpulan

data adalah dokumen atau data-data

berupa sumber tertulis yang

dianggap mempunyai hubungan erat

dengan kajian penelitian, misalnya

dapat ditemukan dalam bentuk:

catatan tahun, gambar, bentuk tabel

dan data-data kependudukan. Hal ini

diperlukan dengan maksud untuk

mendukung data-data yang telah

terkumpul dari hasil obsevasi dan

wawancara, dengan demikian akan

ditemukan kaitan-kaitan antara

kenyataan dan opini yang

ditemukan, apakah benar demikian

adanya atau tidak sehingga dapat

analisis dari data tersebut. Lain dari

pada hal itu, maka diperlukan pula

adanya pengolahan data yaitu

penyeleksian/mengkatagorikan data-

data yang terkumpul agar menjadi

sumber yang terpercaya, dalam

tahap ini juga perlu diterapkan kritik

sumber. Cara ini dilakukan dengan

menganalisa data secara berulang

agar ditemukan data yang sesuai,

maka dari itu kritik sumber yang

digunakan ada dua yaitu: kritik

internal dan eksternal. Kritik internal

yaitu melakukan pengujian terhadap

isi dan kritik eksternal yaitu

melakukan pengujian data diluar

sumber yang ada, misalnya

percakapan tanpa kesaksian. Setelah

data dikritik melalui sumber yang

Page 45: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL ISSN :2460-2590

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

45

ada, kemudian disejajarkan sehingga

dapat di interpretasikan agar dapat

menghasilkan kebenaran (fakta), dan

langkah terakhir adalah melakukan

penulisan sejarah (Historiografi).

Pada tahap ini melakukan

penyusunan secara kronologi, dari

tahap mengumpulkan,

membandingkan dan menganalisa

maka penulisan sejarah adalah tahap

untuk menyampaikan secara logis

mengenai hal apa yang didapat dari

permasalahan penelitian. Sehingga

apa yang terkandung dalam

penelitian diuraikan secara kultural

(sebenarnya) sehingga menghasilkan

penelitian murni yaitu penulisan

sejarah.

HASIL PENELITIAN

Data menunjukkan bahwa,

sejarah Krama Adat Lokocakromurti

berawal dari tanggal 8 Januari 1972

yaitu adanya program transmigrasi

masyarakat Hindu untuk tujuan

Sulawesi Tengah. Melalui

perjalanan yang cukup panjang

masyarakat Hindu berbondong-

bondong untuk mengikuti program

transmigrasi ini, karena sangat

membantu masyarakat untuk

mencari tempat penghidupan yang

lebih baik meskipun harus

meninggalkan sanak keluarganya

sendiri. Tepatnya pada tanggal 12

Januari 1972 masyarakat Hindu

Canggu-Kerobokan yang diketuai

oleh bapak I Made Ropet tiba di

Luwuk (Sulawesi Tengah), setelah

beberapa hari dalam perjalanan sejak

tanggal 14 Januari 1972 akhirnya

tiba di Desa Torue (Sulawesi

Tengah) dan tanggal 15 Januari 1972

rombongan Canggu-Kerobokan,

Buleleng dan Tabanan tiba di Desa

Balinggi Jati bersama hadirnya dua

orang tokoh masyarakat yaitu bapak

I Made Ropet dengan bapak I Made

Sueta. Setelah berada di Desa

Balinggi Jati masyarakat berusaha

untuk membagi lahan-lahan bersama

anggotannya dengan cara bergotong-

royong membabat hutan, hingga

umat Hindu mendapat lahan untuk

pemukiman ditandai dengan

berdirinya Obyek Lebagu (Desa

Balinggi Jati) pada tanggal 8 Maret

1972. Bergotong royong adalah

salah satu cara diterapkan oleh

masyarakat Hindu untuk

membangun persatuan sehingga

lahan yang sebelumnya diselimuti

Page 46: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL ISSN :2460-2590

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

46

oleh hutan belantara kini perlahan

menjadi pemukiman penduduk,

sebagian persawahan dan

pembangunan pura. Pura pertama

dibangun dengan bahan seadanya

bersifat sementara menggunakan

bahan dari kayu hutan yang ditebang

dan berdiri pada tanggal 22 Maret

1972 Wuku Buda Kliwon Sinta.

Anggota Krama Adat waktu itu

berjumlah 15 KK dalam bentuk

kelompok Suka-Duka. Dewasa ini

tatanan kehidupan mulai mengalami

perubahan yang begitu signifikan

terutama mengenai gejolak-gejolak

sosial yang mengarah pada

perbaikan-perbaikan sicara finansial

hal ini ditandai dengan jumlah

keanggotaan yang meningkat

ditahun 2014, dimana keanggotaan

umat Hindu dalam bentuk organisasi

Krama Adat Lokocakromurti secara

keseluruhan berjumlah 1.064 Jiwa

terdiri dari tiga banjar/dusun yaitu:

Lokosrayo, Cakrosari dan Murtisari.

Banjar/dusun Lokosrayo berjumlah

278 Jiwa/78 KK, banjar/dusun

Cakrosari berjumlah 355 Jiwa/81

KK dan banjar/dusun Murtisari

berjumlah 431 jiwa/111 KK. Hasil

data lain juga menunjukkan bahwa,

struktur kepengurusan Krama Adat

Lokocakromurti meliputi: PHDI

Provinsi sebagai pelindung, PHDI

Kabupaten atas nama I Made Suila,

A,Md, S.Pd, M.Si, PHDI Kecamatan

atas nama I Made Sena, PHDI Desa

I Wayan Mudita, Ketua Krama Adat

Lokocakromurti atas nama I

Nyoman Dangin, Wakilnya yaitu I

Nyoman Wedastra dan Bendahara I

Kadek Miasa. Terbentuknya struktur

kepengurusan Krama Adat

membawa perubahan-perubahan

dalam pemerintahannya baik dalam

bidang pembangunan yaitu segi

pemerintahan, sosial-budaya,

ekonomi dan terlihat pula dalam

catatan kepengurusan yaitu

perubahan awig-awig/aturan-aturan

dalam desa adat. Krama Adat

Lokocakromurti juga mengenal

adanya sistem pelestarian

lingkungan hidup yang mana

dijelaskan dalam kitab Atharwaweda

(XII:1), menegaskan bahwa umat

Hindu harus menjaga keindahan

dengan berpedoman pada rta/hukum

alam dengan selalu menjaga

lingkungan dengan landasan dharma

sehingga dapat mewujudkan siwam

Page 47: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL ISSN :2460-2590

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

47

(kesucian) yang dapat bermanfaat

bagi kehidupan manusia.

Berdasarkan hasil data diatas

dipertegas oleh beberapa narasumber

yaitu, menurut bapak I Nyoman

Candra (wawancara tanggal 16

Januari 2016) bahwa:

Keanggotaan Umat Hindusejak tahun 1972 berjumlahhanya 15 KK dengan namakelompok Suka-Duka. Lahanyang ditempati oleh umatHindu dulunya adalah hutanbelantara yang sangat lebat.Mereka berusaha membuattempat tinggal seadanya yangterbuat dari bahan kayu hutanyang disebut kayu lumbung.Masyarakat Hindu bergotongroyong untuk menebangi hutansecara satu persatu pertamayaitu untuk mendapatkanlahan tempat tinggal yanglayak. Setelah beberapa lamamenebang hutan barulahdibagi lahan persawahan.Kehidupan mereka masa itumasih sangat tradisional hidupberkelompok tinggal bersamasanak keluarga dengankehidupan yang nyaman danharmonis.

Wawancara dengan bapak I

Made Ropet, tanggal 11 Januari

2016 bahwa:

Kehidupan berkelompokterjadi karena adanyakesadaran dalam membentukadat yang kemudian merubahbentuk menjadi Banjar. Banjar

ini menandakan terciptanyasuasana kekeluargaan antarawarga Hindu. rasakekeluargaan ini mulai terjalinketika sudah terjalin kerjasamayang baik dalam desa Adat.Kehidupan sehari-harimasyarakat Hindu di DesaBalinggi Jati KecamatanBalinggi tidak bisa terlepasdari adat, budaya, dan agama.Masyarakat Hindu KramaAdat Lokocakromurti sejakterbentuk pada tanggal 8 Maret1972 sudah terbagi menjadi 3dusun (banjar) yaitudusun/banjar Lokosrayo,Cakrosari, dan Murtisari.Ketiga (3) dusun ini dihunioleh masyarakat Hindu dariKerobokan, Tabanan, danBuleleng. Pada tahun 1975jumlah Krama Adat sudahberjumlah 81 KK.

Wawancara dengan bapak I

Wayan Silaswana, tanggal 13

Februari 2016 bahwa:

Melalui jalan merintis bersamamasyarakat barulah dibagi-bagi beberapa kintelan(pembagian tanah) yaitu Sejaktanggal 8 Maret 1972 kintelan(pembagian tanah) sudahsebagian dapat dimiliki olehmasyarakat. Saat itulahlahirnya organisasi ini padatanggal 8 Maret 1972 dengannama awal Kelompok Suka-Duka. Karena waktu itu masihdalam perintisan maka KramaAdat belum mempunyaiseorang ketua yang memimpinbahkan Banjar baru dibangun

Page 48: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL ISSN :2460-2590

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

48

seadanya saja dari kayulumbung yang dipasang sepertitenda dan beratapkan daunibung.

Menurut bapak I Nyoman

Dangin (wawancara, tanggal 12

Januari 2016) menegaskan struktur

kepengurusan Krama Adat

Lokocakromurti bahwa;

Setiap desa tidaklah samatugas dan struktur darikepengurusannya. Masing-masing desa adat pekramanmemiliki strukturkepengurusan yang berbedameskipun dari kabupatenmenyampaikan struktur yanglengkap di desa, namun harustetap disesuaikan dengansituasi, waktu dan keadaan(desa, kala dan patra). PihakPHD Kabupaten mau tidakmau harus menyerahkanwewenang kepada desa adatuntuk mengatur strukturkepengurusan berdasarkankesepakatan dengankeanggotaan masyarakat desa.Krama Adat Lokocakromurtistruktur kepengurusannyameliputi: Ketua, Wakil /Sekretaris, dan Bendahara.Tapi kalau untuk tingkatKapupaten semua harusterhimpun dan tersusun sesuaidengan keputusan rapatLokasabha.

Menurut bapak I Made Sueta,

wawancara tanggal 12 Januari 2016

bahwa:

Kehidupan Krama AdatLokocakromurti sudahmengalami perubahan sejakberada di daerah transmigran.Transmigran sejak tahun1972 sampai sekarang sudah44 tahun berjalan perubahanterjadi dibeberapa bidangseperti pemerintahan, sosial-budaya dan ekonomi. Padatahun 1972-1974 belum adaseorang ketua yangmemimpin Krama Adatdalam kepemerintahannya,yang mendominasi adalahpengurus Dusun RK, dantokoh-tokohnya. Jangkawaktu 2 (dua) tahun KramaAdat masih dalampemerintahan kepala dusundi masing-masing BanjarAdat yang bersifat sementara.Kepala dusun dan tokoh-tokoh masyarakat berperanpenting dalam memberikanmasukan dan motivasi dalambidang pembangunan.

Keberadaan Krama Adat

Lokocakromurti di Desa Balinggi

Jati merupakan tonggak dalam

menjunjung persatuan umat Hindu.

Organisasi ini membawa pengaruh

besar terhadap perubahan dan

perkembangan umat Hindu didalam

kehidupan masyarakat. Menurut

Bapak I Nyoman Upadana

(wawancara tanggal 9 Januari 2016),

menyatakan bahwa:

Page 49: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL ISSN :2460-2590

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

49

Krama adat adalah orangyang berada di hukum adatdan dijerat oleh adat tersebut.Krama Adat dalam hukumadat ini tidak dapatdipisahkan dari kehidupanberbanjar. Ketika adanyakesadaran adat kelompokyang diikuti denganmunculnya persatuan antaraanggota kelompok.Kesadaran adat tersebut akantetap ada sampai kapanpunkecuali masyarakat dangenerasinya sudah tidak adadidunia ini. Adapun fungsidan tujuan banjar yaitu:banjar mempunyai duafungsi diantaranya (1).Menyatukan masyarakatdalam satu wadah organisasiuntuk mencapai tujuanbersama dan (2).Memperkecil persoalan yangada di desa dengan membagi-bagi beberapa kelompokpersoalan kemudianmenerima pendapat untukmemecahkan persoalantersebut. sedangkan tujuanbanjar adalah (1). Salingbergotong royong dengansesama anggota banjar dalamhal perkawinan dan kematianyang bersifat suka-dukasampai urusan warganyaselesai, (2). Bekerjasamadalam hal perbaikan puradesa, pura kahyangan,perbaikan jalan desa,pembangunan sekolah,pembangunan pelatihan senidan budaya, (3).Melaksanakan aktifitasbersama dalam bidangekonomi dalam menambah

pendapatan khas banjaruntuk kepentingan dan hakbersama, 4). Melaksanakanaktifitas dalam bidangagama, upacara-upacarakeagamaan seperti upacaranyadnya, terdiri dari nista,madya dan utama (upacarakecil, sedang dan besar).

Organisasi Krama Adat

Lokocakromurti selain sebagai

wadah untuk menaungi umat Hindu

juga mempunyai struktur

kepengurusan yang terdiri dari

ketua, sekretaris dan bendahara.

Menurut bapak I Nengah Cengkug

(wawancara tanggal 16 Januari

2016), menyatakan bahwa :

Tugas dari ketua krama adatyaitu: 1). Melaksanakan awig-awig (aturan-aturan) desapekraman, 2). Mengaturpenyelenggaraan upacarakeagamaan di desa pekramansesuai dengan sastra dantradisi masing-masing, 3).Mengupayakan perdamaiandan menyelesaikan sengketaadat, 4). Mewakili desapekraman dalam bertindakuntuk melakukan perbuatanhukum baik di dalam maupundiluar peradilan ataspersetujuan paruman desa, 4).Mengurusi dan mengaturpengelolaan harta kekayaandesa pekraman, 5). Membinakerukunan umat beragamadalam wilayah desa pekraman,6). Membina dan

Page 50: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL ISSN :2460-2590

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

50

mengkoordinasikan denganpemerintah dalampembangunan desa pekramanyang didasarkan adat-istiadatyang berlaku pada setiap desapekraman.

Struktur kepengurusan krama

adat dalam hal ini dapat memberikan

dan mampu menciptakan

kesejahteraan serta kedamaian

dengan melaksanakan awig-awig

(aturan-aturan) desa sesuai

kesepakatan paruman desa adat,

dengan demikian akan tercipta umat

Hindu yang dapat membawa

perubahan yang positif dalam

pemerintahannya. Menurut bapak I

Made Ropet (wawancara tanggal 11

Januari 2016) bahwa, sejak tahun

1974-1977 pemerintahan Krama

Adat Lokocakromurti diketuai oleh I

Nyoman Siman sebagai ketua

Krama Adat pertama sekaligus

merangkap sebagai sekretaris dan

dipilih seorang bendahara bernama I

Ketut Mudia. Menurut bapak Ketut

Sugiarta (wawancara tanggal 15

Januari 2016), menyatakan bahwa,

tahun 1977-1980 krama adat dalam

bidang sosial budaya yaitu adanya

sistem kekerabatan yang sudah

menyatu dalam sebuah pekraman

Hindu ditandai dengan saling jenguk

menjenguk antar warga. Menurut

bapak I Nyoman Dangin

(wawancara tanggal 12 Februari

2016) bahwa, pada tahun 1980-1983

terjadi perubahan dalam bidang

ekonomi yang ditandai dengan luas

lahan persawahan masyarakat

mencapai 20 are per KK.

Wawancara dengan bapak I Made

Rana tanggal 10 Februari 2016

bahwa, pada tahun 1983-1986

bentuk seni budaya bali mulai

diwariskan oleh tokoh-tokoh

masyarakat seperti seni ukir, seni

pahat, dan seni sastra. Tahun 1986-

1989 krama adat diketuai oleh I

Wayan Karta dengan program

pembangunan Pura Merajapatih,

menginjak ditahun 1989-1992 krama

adat diketuai oleh I Wayan Jogog

dengan program pembuatan Bale

Persembahyangan. Program

selanjutnya yaitu pembuatan

penyengker (pondasi) pura puseh

yang diketuai oleh I Ketut Raka

sejak tahun 1992-1995. Tahun 1995-

1998 terjadi perubahan kembali

dalam pemerintahan I Nyoman Sedri

yaitu pembuatan penyengker

(pondasi) dalam pura dengan luas 30

Page 51: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL ISSN :2460-2590

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

51

are. Menurut I Wayan Jogog

(wawancara tanggal 16 Januari 2016

bahwa jumlah keanggotaan Krama

Adat sejak tahun 2000 berjumlah

184 KK dan mengalami perubahan

ditahun 2001 berjumlah 190 KK.

Menurut I Made Suriana

(wawancara tanggal 15 Februari

2016), menyatakan bahwa, terjadi

pertambahan angka penduduk pada

tahun 2004 menjadi 225 KK,

demikian halnya dalam bidang

ekonomi kemakmuran dan

kesejahteraan masyarakat semakin

membaik ditandai dengan perluasan

lahan persawahan 65-75 are per-KK.

Menurut bapak I Wayan Ripun

(wawancara tanggal 16 Januari

2016) bahwa, ketua Krama Adat

Lokocakromurti sejak tahun 2004-

2007 adalah I Ketut Lana dengan

program pembangunan lampu

penerangan dengan persediaan dana

sebesar 50.000.000”-. Tahun 2007-

2011 krama adat diketuai oleh bapak

I Wayan Ripun dengan program

penyelenggaraan upacara ngaben

(pembakaran mayat) yang mulai

dilaksanakan setiap 5 tahun sekali.

Menurut bapak I Gusti Ketut

Sugiarta (wawancara tanggal 15

Januari 2016) menyatakan bahwa

pada tanggal 23 Juli 2013 terjadi

perubahan dalam pembangunan

Pura Puseh dengan menghabiskan

dana sebesar 210 juta dan

penyelesaian pembangunan pada

tanggal 14 April 2014. Hal lainnya

khusus dalam bidang pelestarian

lingkungan hidup Krama Adat

Lokocakromurti yaitu adanya

upacara tumpek yang dilaksanakan

setiap 210 hari sekali. Hal ini

diungkapkan oleh bapak I Made

Banuyasa (wawancara tanggal 21

Maret 2016) bahwa:

Pelestarian lingkungan hidupKrama Adat Lokocakromurtidikenal dengan upacaratumpek bubuh/tumpek warigeyang dilaksanakan setiap 210hari sekali dilaksanakan padahari Saniscare Kliwon Warigesebelum 25 hari, hari rayagalungan. Tujuannya adalahuntuk mengucapkan rasaterimakasih kepada TuhanYang Maha Esa dalammanisfestasinya sebagai DewaSangkara, sekaligus memohonagar tumbuh-tumbuhanberbuah baik dan banyaksehingga menjelang hari rayagalungan dapat dipergunakansebagai sarana persembahan.

Page 52: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL ISSN :2460-2590

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

52

PEMBAHASAN

Berbicara mengenai

Organisasi Krama Adat

Lokocakromurti tidak terlepas dari

peran-peran tokoh-tokohnya yang

sangat tanggap terhadap keberadaan

sebuah organisasi yang

berkecimpung dalam kepribadian

umat Hindu. Melalui merintis

menjalin kerjasama hingga dapat

membagi lahan untuk tempat tinggal

yaitu tepatnya pada tanggal 8 Maret

1972 krama adat sudah dapat

membagi lahan untuk tempat

pemukiman. Bersandar pada sebuah

kesatuan, tekad yang bulat untuk

membangun dan demi mendapatkan

penghidupan yang lebih baik, krama

adat saling berpangku tangan untuk

mendirikan pura dan lahan

persawahan. Pada akhirnya pura

berdiri sejak tanggal 22 Maret 1972

bersifat sementara yang terbuat dari

kayu hutan dengan jumlah

keanggotaan sebanyak 15 KK

bertepatan dengan hal itu pula lahan

persawahan sudah mulai terbuka

seluas 5 are yang masih dimiliki

oleh perkelompok sebelum dibagi

kepada masing-masing anggota.

Namun seiring dengan lajunya arus

transmigrasi membuat petambahan

penduduk semakin memusat disatu

tempat hingga menyebabkan

terbentuklah kelompok-kelompok

dimasing-masing wilayah yang

diketuai oleh kepala suku.

Masyarakat Hindu yang berada di

Sulawesi tentunya adalah

masyarakat transmigran yang karena

terhimpit oleh kebutuhan hidup yang

sulit maka ikut arus program

pemerintah sampai mendapatkan

tempat yang layak di tempat yang

baru meskipun bukan dalam

wilayahnya sendiri, namun budaya

kesatuan, adat dan budaya tidak

pernah dihilangkan hal ini ditandai

dengan keberadaan banjar di setiap

pemukiman orang Bali. Hal itu

menandakan bahwa kesatuan dalam

gotong royong yang bersifat suka-

duka masih ada dalam kehidupan

orang Bali diluar pulau Bali

termasuk khususnya di Desa

Balinggi Jati saat ini yang mayoritas

dihuni oleh masyarakat Hindu

hingga dapat membentuk berbagai

macam organisasi-organisasi sosial

seperti: organisasi Peradah,

Organisasi Subak, Organisasi

WHDI, organisasi, PKK hingga

Page 53: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL ISSN :2460-2590

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

53

pada organisasi yang sangat tinggi

yaitu PHDI dan perpanjangan dari

semua organisasi itu adalah

organisasi yang dibentuk oleh

masyarakat Hindu berdasarkan

keputusan rapat desa adalah

Organisasi Krama Adat

Lokocakromurti yang khusus berada

di Desa Balinggi Jati. Organisasi ini

merupakan perpanjangan dari segala

masalah yang ada dalam

kepentingan umat Hindu sehingga

keberadaanya sangat dirasakan,

karena mencakup seluruh lapisan

masyarakat Hindu yang berada di

desa tersebut. Kelompok ini

terbentuk dari awal kerjasama dan

asas kegotong royongan dalam

berbagai kepentingan. Khusus untuk

Krama Adat Lokocakromurti

keberadaannya diawali dengan

pembentukkan kelompok tani atau

yang disebut dengan seke tani.

kelompok ini meliputi beberapa

bagian yaitu: seke meabian

(bercocok tanam), seke ngaret

(mensabit padi), seke ngerontok

(melepaskan padi dari batangnya),

seke mejukut/mencabut rumput

dipetakan sawah, seke memula

(menanam padi) dan seke

ngengsuben (mengisi bibit padi yang

kosong pada petakan sawah). Pada

tahap pembentukkannya Krama

Adat Lokocakromurti terdiri dari tiga

dusun/banjar yaitu Lokosrayo,

Cakrosari, dan Murtisari, maka

digabunglah menjadi satu adat

Lokocakromurti. “Loko” artinya

bumi, “Cakro” Artinya Canggu-

Kerobokan, dan “Murti” artinya

membangun / bersatu / rejeki besar.

Jadi Lokocakromurti adalah

warga/masyarakat Canggu-

Kerobokan yang mempunyai

keinginan besar untuk membangun

desanya / dunianya. Berdasarkan

keputusan Lokasabha II Parisade

Hindu Dharma Indonesia (PHDI)

Kabupaten Parigi Moutong tentang

bentuk organisasi keparisadaan yaitu

Parisade Tingkat Provinsi, Parisade

Tingkat Kabupaten, Parisade

Tingkat Kecamatan dan Parisade

Tingkat Desa. Apabila diwilayah

desa terdapat satu atau lebih dari

satu pura maka dapat dibentuk Ketua

Krama Adat yang disebut dengan

pengempon pura dimasing-masing

Pura. Tugas susunan Personalia

Krama Adat Lokocakromurti terdiri

dari ketua, wakil/sekretaris, dan

Page 54: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL ISSN :2460-2590

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

54

bendahara yang langsung turun

tangan dalam mengatur upacara dan

menaungi umat. Pada tahap

pelaksanaan tugasnya seorang ketua

Krama Adat dibantu oleh wakil,

guna meringankan tugas dan

tanggung jawab seorang ketua dalam

menghimpun data-data keanggotaan

dan pengharsipan, sementara

bendahara yaitu menghimpun dana

dari keanggotaan untuk hal-hal yang

bermanfaat bagi umat baik mengenai

upacara, seni dan pembangunan.

Pada tahun 1972-1974 krama adat

diawal pemerintahannya dinaungi

oleh para tokoh-tokohnya dan sejak

tanggal 22 Maret 1972 perubahan

mulai dirasakan oleh Krama Adat

ketika terbentuknya pembangunan

Pura pertama yang sebelumnya

hanya dinaungi oleh dua banjar saja.

Jumlah keanggotaan waktu itu

sebanyak 15 KK, tahun 1973

berjumlah 26 KK dan tahun 1974

berjumlah 40 KK. Sejak tahun 1974-

1977 perubahan terjadi dalam

bidang pemerintahan yaitu

terbentuknya seorang ketua yaitu

ketua terpilih bapak I Nyoman

Siman dan jumlah keanggotaan

sejak tahun 1975 yaitu 55 KK.

Tahun 1977-1980 yaitu

pemerintahan diketuai oleh Wayan

Kardi dengan program perenovasian

Pura Puseh dan pada masa

pemerintahannya terjadi tradisi

jenguk menjenguk antar warga,

ditandai dengan bertambahnya

jumlah keanggotaan sejak tahun

1978 sebanyak 78 KK, sementara

ditahun 1980-1983 krama adat

diketuai oleh I Ketut Mudia

(Almrm) dengan program

pembuatan Pura Dalem, selain itu

terjadi perubahan dalam bidang

sosial-budaya yaitu munculnya

tradisi tari-tarian seperti tarian

rejang, manuk rawo dan legong

sebagai pengiring upacara

keagamaan. Menginjak periode

tahun 1983-1986 krama adat

dipimpin oleh I Ketut Raka dengan

program penyelesaian pembangunan

Pura Dalem yang sempat tersendat

pada masa pemerintahan I Ketut

Mudia, namun pembangunan dapat

diselesaikan pada tanggal 6 April

1983 dengan menghabiskan dana

sebesar 27 juta, pada bidang sosial

budaya munculnya tradisi

metulungan antar sesama anggota

masyarakat. Perubahan lain terjadi

Page 55: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL ISSN :2460-2590

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

55

ketika menginjak periode 1986-1989

dimana ditahun 1986 terjadi

pembangunan Pura Merajapatih

dalam bentuk bangunan permanen

dan juga terajdi pembangunan jalan

dan sekolah dan ditahun 1989 dalam

bidang ekonomi lahan persawahan

penduduk rata-rata mencapai 30 are

per KK. Pada tahun 1989-1992

Krama Adat Lokocakromurti di

ketuai oleh bapak I Wayan Jogog

dengan program Bale (tempat)

persembahyangan yang dapat

terselesaikan pada tanggal 1 Januari

1991. Hal lainnya tahun 1990

jumlah keanggotaan 137 KK dan di

tahun 1991 berjumlah 143 KK.

Setelah berakhirnya pemerintahan I

wayan Jogog maka pemrintahan

beralih kembali kepada bapak I

Ketut Raka yang memerintah sejak

tahun 1992-1995 dengan program

kerja pembuatan penyengker

(pondasi) luar Pura Puseh dan sejak

tanggal 23 Desember 1993 upacara

keagamaan sudah mulai diringi

dengan gambelan/gong. Menginjak

ditahun 1995-1998 krama adat

diketuai oleh I Nyoman Sedri

dengan program pembuatan

penyengker dalam pura yang

direnovasi dengan luas mencapai 30

are. Pembangunan dapat

diselesaikan pada tanggal 25

Desember 1998, selain itu terbentuk

pula budaya mesilin (saling pinjam)

antar warga, perubahan juga terjadi

sejak tahun 1998-2001 ketika terjadi

pergantian pemerintahan yang

diketuai oleh I Ketut Nitia. Pada

masa pemerintahannya terbentuk

budaya silahturahmi ditandai dengan

kebiasaan-kebiasaan metulungan

(membantu) dan pertambahan

jumlah kenggotaan di tahun 2001

berjumlah 190 KK. Menuju ditahun

2001-2004 krama adat diketuai oleh

I Gusti Made Suarya pada masa

pemerintahannya pembangunan

dihentikan, hanya saja jumlah

keanggotaan Krama Adat tetap

mengalami perubahan sejak tahun

2004 berjumlah 225 KK dan pada

bidang ekonomi ditahun 2003 rata-

rata luas persawahan mencapai 65-

75 are per KK. Periode selanjutnya

ditahun 2004-2007 krama adat

diketuai oleh bapak I Ketut Lana

dengan program penerangan jalan

dengan jumlah dana 50.000.000”-.

program ini dapat diselesaikan pada

tanggal 14 Desember 2007,

Page 56: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL ISSN :2460-2590

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

56

sementara perubahan pada bidang

sosial budaya yaitu terjadinya

akulturasi budaya masyarakat Hindu

yang berbeda kasta yang

menggambarkan terjalinnya

hubungan antara masyarakat yang

berkasta sudra dengan masyarakat

yang berkasta brahmana pada

periode ini berjumlah 8 KK. Periode

tahun 2007-2011 krama adat

diketuai oleh bapak I Wayan Ripun

dengan program upacara ngaben

(pembakaran mayat) yang mulai

dilaksanakan setiap 5 tahun sekali,

pada bidang sosial budaya juga

terlihat budaya ngabas (bersih-

bersih) lingkungan setiap hari raya

purnama dan hari raya tumpek,

sementara itu pada bidang ekonomi

luas lahan persawahan penduduk

mencapai 1 sampai dengan 2 hektar

per KK, dan periode terakhirnya

yaitu ditahun 2011-2014 Krama

Adat Lokocakromurti diketuai oleh

bapak I Made Sukarganti dengan

program perenovasian pembangunan

pura lama yang diperkirakan sudah

berumur 42 tahun akhirnya dibangun

kembali pada tanggal 23 Juli 2013

dan selesai pada tanggal 14 April

2014. Setelah itu pemerintahan

beralih kepada bapak I Nyoman

Dangin sebagai penerus

pemerintahan selanjutnya. Namun

pada masa pemerintahan bapak I

Made Sukarganti pada bidang sosial

budaya muncul kebiasaan-kebiasaan

dari masyarakat pelatihan

mengambel dipura dan berupaya

untuk mencari generasi baru sebagai

anggota seke gong, hal ini

dimaksudkan agar generasi muda

mempunyai ilmu dalam kesenian

dengan jalan membentuk organisasi

seke gong. Umat Hindu adalah

masyarakat yang tidak luput dari

segala tatanan upacara terutama

mengenai upacara yang bersifat

keagamaan, kepercayaan umat

Hindu terdiri dari dua sisi yang

berbeda yaitu skala dan niskala.

Niskala berarti percaya akan adanya

roh diluar jangkauan pemikiran

manusia (abstrak), dan skala berarti

percaya dengan adanya ciptaan

Tuhan yang bersifat nyata

(kongkrit). Hal tersebut sangat erat

kaitannya dengan pelestarian

lingkungan hidup yang dikenal

dengan upacara tumpek

bubuh/tumpek warige. Upacara

dilaksanakan secara bersamaan

Page 57: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL ISSN :2460-2590

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

57

setiap 210 hari Saniscare Kliwon

Warige atau 25 hari sebelum hari

hari raya galungan. Upacara tumpek

bubuh/tumpek warige ini

dilaksanakan sebagai ungkapan rasa

syukur yang tak terhingga terhadap

Dewa Sangkara sebagai

manifestasinya dewa Tumbuh-

tumbuhan. Upacara ini dilakukan

dengan cara membersihkan

lingkungan secara bersama-sama

disekitar tumbuh-tumbuhan, setelah

itu tumbuhan ditoki-toki dengan

menggunakan sebuah batu,

kemudian diberi bubuh berwarna

putih ditempelkan pada tumbuhan

tersebut sambil dipuja mantra

dengan harapan tumbuh-tumbuhan

bisa menghasilkan buah pada saat

digunakan ketika menjelang hari

raya galungan, karena pada saat raya

tersebutlah semua sarana tumbuh-

tumbuhan dipergunakan sebagai

persembahan.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan

masalah hasil temuan tentang

penelitian Krama Adat

Lokocakromurti di Desa Balinggi

Jati Kecamatan Balinggi (1972-

2014), dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1). Krama Adat Lokocakromurti

keberadaannya diawali dengan

pembentukan kelompok yang

disebut dengan seke. Seke

adalah sekumpulan masyarakat

yang membentuk kelompok.

Kelompok ini adalah kelompok

tani seperti seke meabian

(bercocok tanam), seke mejukut

(mencabut rumput dari petakan

sawah), seke ngerontok

(melepaskan padi dari

batangnya), seke ngaret

(mensabit padi), dan seke

memula (menanam padi).

2). Tiap-tiap organisasi tentunya

memiliki struktur kepengurusan

didalamnya, maka struktur

kepengurusan Krama Adat

Lokocakromurti terdiri dari:

ketua, sekretaris dan bendahara

yang langsung turun tangan

dalam mengatur tata upacara

dan menaungi umat. Pengurus

inilah nantinya sebagai ujung

tombak pelaksanaan kegiatan

program kerja dari krama adat

sesuai dengan bidang tugasnya

masing-masing.

Page 58: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL ISSN :2460-2590

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

58

3). Dewasa ini tahap perkembangan

dan perkembangan Krama Adat

Lokocakromurti mengalami

perubahan yang cukup

signifikan dan tanggap terhadap

perubahan-perubahan sosial

tentunya berarah kesuatu hal

yang lebih baik, semuanya tidak

lepas dari satu faktor yaitu

kerjasama / kegotong royongan.

Pada bidang budaya terlihat

masyarakat Hindu secara umum

adanya pernikahan antar

masyarakat yang berbeda kasta

seperti sudra dengan brahmana,

sampai saat ini mencapai 8 KK

sehingga perpaduan dalam segi

budaya amat sering terjadi pada

kehidupan masyarakat.

4). Hal lain pula dapat dilihat dalam

segi upacara pelestarian

lingkungan hidup yaitu adanya

upacara tumpek warige/tumpek

bubuh yang dilaksanakan setiap

210 hari sekali/25 hari sebelum

hari raya galungan sebagai

ungkapan rasa terimakasih

terhadap Dewa Sangkara

manifestasinya Dewa Tumbuh-

tumbuhan.

SARAN-SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas

dapat disarankan sebagai berikut:

1. Hendaknya persatuan Krama

Adat dalam bentuk kelompok

suka-duka lebih ditingkatkan

dengan melibatkan semua

komponen dalam melaksanakan

tugas dan membantu

masyarakatnya dalam prihal suka

dan duka.

2. Perangkat- perangkat

kepengurusan hendaknya selalu

berbaur dengan masyarakat untuk

menjalankan aturan-aturan (awig-

awig) yang telah ditetapkan dan

dijadikan pedoman untuk

mengelola segala aktifitas dalam

Suka dan Duka.

3. Hendaknya sistem budaya tetap

dilestarikan tanpa menghilangkan

tradisi yang sudah ada sejak dulu,

tetapi tetap diperbaharui dengan

jalan melestarikannya secara

bersama-sama seperti halnya

pernikahan yang terjadi dengan

perbedaan kasta.

4. Hendaknya Krama Adat tetap

selalu melestarikan lingkungan

hidup sebagai asas membentuk

hubungan yang harmonis dengan

Page 59: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL ISSN :2460-2590

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

59

alam agar segala keperluan dalam

organisasi seperti upacara suka

dan duka tetap terpenuhui.

DAFTAR RUJUKAN

Abdullah, T. (2005). Sejarah Lokaldi Indonesia KumpulanTulisan. Yogyakarta: GadjahMada University Press.

Karsini, K. (2011). Sejarah KramaAdat Kertha Winangun KotaPalu (1980-2007). Palu:Universitas Tadulako.

Kartodirdjo, S. (1993). PendekatanIlmu Sosial DalamMetodologi Sejarah. PT.Jakarta: Gramedia PustakaUtama.

Sjamsuddin, H. (2012). MetodologiSejarah. Ombak:Yogyakarta

Sudjarwo. (2001). MetodologiPenelitian Sosial.Bandung: Mandar Maju.

Sugiyono. (2014). MemahamiPenelitian Kualitatif.Bandung: CV. Alfabeta.

Page 60: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

60

NOSARARA NOSABATUTU DALAM MASYARAKAT KONTEMPORER(ANALISIS BERDASARKAN PERSPEKTIF EMIK)

Oleh :

Kaharuddin Nawing1

Abstrak

Nosarara Nosabatutu, merupakan salah satu nilai dan simbol budaya

lokal komunitas To Kaili yang sarat dengan berbagai nilai universal.

Penggalian nilai-nilai universal tersebut diperoleh dari para sesepuh

komunitas To Kaili melalui perspektif emik. Berdasarkan perspektif

tersebut, dapat dianalisis bahwa Nosarara Nosabatutu sangat

fungsional dalam konteks masyarakat kontemporer; suatu konteks

sosial dimana masyarakat dalam berbagai latar belakang etnis, budaya,

bahasa, agama, dan ras, dapat hidup berdampingan, berkomunikasi

dan berinteraksi dalam wilayah teritorial yang sama. Nosarara

Nosabatutu, pada masyarakat kontemporer yang berbasis multikultur,

dinilai sangat fungsional karena memuat prinsip kesederajatan, dan

kesetaraan, serta keterbukaan untuk bisa saling memberi dan

menerima berdasarkan etika sosial dan kemanusiaan.

Kata Kunci : Nosara, Nosabatutu, Pemaknaan emik, masyarakat

kontemporer.

1 Dosen Tetap Pada Jurusan P.IPS FKIP Universitas Tadulako Palu

Page 61: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

61

PENDAHULUAN

Nosarara nosabatutu,

merupakan salah satu nilai budaya

yang tumbuh dan berkembang pada

masyarakat (komunitas) etnis Kaili.

Orang-orang dari komunitas ini

disebut dengan “To Kaili”. Suku

Kaili ini hidup dan berkembang

secara turun temurun di daerah

(provinsi Sulawesi Tengah).

Sebahagian besar dari komunitas ini

mendiami wilayah kabupaten

Donggala, kabupaten Sigi dan kota

Palu.

Nosarara nosabatutu yang

berarti “bersaudara dan bersatu”

merupakan bagian dari nilai budaya

yang masih hidup dalam alam

pikiran komunitas Kaili. Nilai

budaya tersebut, mempengaruhi

perilaku To Kaili, dalam konteks

hubungan sosial, baik terhadap

sesama komunitas maupun terhadap

etnis (komunitas) lainnya.

Nosarara nosabatutu sebagai

nilai budaya, sarat dengan makna

yang lugas baik konotatif maupun

denotatif. Konsep ini menjadi

semacam nilai yang berada di bawah

alam sadar atau berada pada struktur

terdalam (deep structure) yang

mempengaruhi struktur luar (Surface

Strukture) atau tampilan perilaku

dan kebudayaan To Kaili (Haliadi

dkk, 2008).

Berkenaan dengan realitas

sosial tersebut, maka para “local

genius” komunitas Kaili memiliki

kecenderungan menjadikan

nosarara nosabatutu, sebagai simbol

budaya, yang dapat diaplikasikan

baik pada tataran pemerintah

maupun dalam konteks kehidupan

masyarakat. Agar simbol budaya

tersebut bertahan dan dapat

dilestarikan maka pada bulan juni

2007, kaum cendekia kota Palu

bersepakat dalam suatu seminar

untuk menjadikan Nosarara

Nosabatutu sebagai semboyan kota

Palu.

Sehubungan dengan gagasan

dan kebijakan yang telah

dikemukakan diatas, tulisan ini

bermaksud memberikan konstribusi

dan penguatan berdasarkan

pendekatan keilmuan sosial. Fokus

kajian ini akan mengungkapkan

pemaknaan nosarara nosabatutu,

dari perspektif emik, dan selanjutnya

akan menganalisis secara fungsional

Page 62: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

62

perspektif tersebut dalam konteks

kekinian (konteks kontemporer).

A. Makna Nosarara Nosabatutu :

Perspektif Emik

Nosarara nosabatutu pada

dasarnya dapat dimaknai dan

didefinisikan menurut pendekatan

etik maupun pendekatan emik.

Namun konsep tentang nosarara

nosabatutu dalam konteks tulisan

ini menggunakan perspektif emik.

Pendekatan ini berupaya untuk

memahami pemaknaan suatu

simbol sosial budaya berdasarkan

pengungkapan orang dalam atau

komunitas yang memiliki dan

sekaligus sebagai aktor budaya

(Native point of view).

Perspektif emik ini

digunakan berdasarkan asumsi

bahwa aktor (pelaku) suatu

simbol dan nilai sosial budaya

pada dasarnya lebih memahami,

mengapa mereka melakukan

sesuatu, menerima, dan

mempertahankan nilai-nilai

budaya tertentu, dan mengapa

pula mereka bermaksud

melestarikannya dalam konteks

komunikasi sosial yang lebih

luas. Selain itu perspektif ini

diasumsikan lebih obyektif dalam

mengungkapkan realitas.

Argumentasi yang melatarinya

adalah bahwa nilai-nilai budaya

hanya dapat dipahami secara

komprehensif, jika dikemukakan

atau diungkapkan oleh

pendukung suatu komunitas

budaya.

Nurhayati Ponulele

mengemukakan bahwa makna

denotasi nosarara adalah

berkeluarga, sedangkan

nosabatutu berarti sepundi-pundi.

Nosarara nosabatutu yang berarti

berkeluarga (dan) sepundi-pundi

merupakan penunjukkan makna

yang lugas di luar bahasa, dalam

hal ini bahasa kaili (Haliadi,

2008). Sementara Syamsuddin H.

Chalid, memberikan pemaknaan

secara konotatif dalam arti

sosiologis kultural yang luas,

tanpa mengurangi makna asli

(yang sesungguhnya). Nosarara

menurut Syamsuddin H. Chalid,

menunjukkan makna ikatan

kekeluargaan karena ikatan

(hubungan) darah (geneologis)

dan ikatan pernikahan baik antar

suku (komunitas To Kaili) dan

Page 63: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

63

diluar suku To Kaili. Syamsuddin

H.Chalid selanjutnya menuturkan

bahwa “Batutu”, merupakan

tempat penyimpanan harta

kekayaan (pundi-pundi) dan

memanfaatkan isi (pundi-pundi)

tersebut untuk kepentingan

bersama (Haliadi, 2008).

Iskandar Ahmad (dalam

Haliadi) mengemukakan bahwa

konsep nosarara secara

etimologis berarti bersatu hati,

bersatu perasaan, dan bersatu

emosi. Sedangakan “batutu”,

berarti ras. Jika konsep batutu

dihubungkan dengan rara, maka

dapat diartikan bersatu ras

Iskandar mengembangkan

lebih jauh bahwa konsep

nosarara bukan saja bersatunya

jiwa berdasarkan faktor gen dan

ikatan pernikahan, tetapi dapat

dimaknai secara luas sebagai

sarana penyatuan jiwa dalam

berbagai aktivitas dan interaksi

sosial kultural lintas etnik, simbol

budaya ini berbasis etika dan

perilaku yang baik berdasarkan

kesadaran kemanusiaan. Dengan

demikian nosarara melampaui

ikatan darah dan tempat sekat-

sekat kultural dan etnik dilebur ke

dalam kesadaran kemanusiaan

sejati.

Adapun konsep nosabatutu

menurut Iskandar (dalam Haliadi,

2008) menunjukkan bahwa setiap

anggota masyarakat perlu

berpartisipasi mengembangkan

potensi sumber daya ekonomi,

serta manfaatkan secara bersama

dan proporsional. Konsep

Nosabatutu juga merupakan

motivasi yang mendorong

masyarakat untuk bekerjasama,

saling tolong menolong serta

bergotong royong. Pandangan

serupa dikemukakan oleh H.

Tuwu Kau bahwa nosarara

nosabatutu yang disepakati

artinya sebagai “bersaudara dan

bersatu”, memiliki makna yang

relatif sama dengan Bhineka

Tunggal Ika, karena semboyan

tersebut memiliki semangat

menyatukan warga masyarakat

untuk hidup berdmpingan,

bekerja sama dan saling

membantu satu dengan yang

lainnya

(Alpianto:alfiantoip07.blogspot.c

Page 64: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

64

o.id/2010/05/nosarara-

nosabatutu_30.html)

Berdasarkan pendefinisian

emik yang dikemukakan diatas

dapat disimpulkan bahwa

nosarara nosabatutu, sebagai

nilai-nilai budaya To Kaili yang

diwariskan dari sejarah masa lalu,

kini masih tetap memperoleh

pengakuan baik sebagai wacana

maupun sebagai realitas sosial.

Agar nilai-nilai budaya tersebut

bisa tumbuh dan berkembang,

maka pemerintah daerah

menjadikan nosarara nosabatutu

sebagai semboyan kota Palu, atau

simbol budaya yang sarat dengan

makna dan pemaknaan. Makna

dan pemaknaan semboyan atau

simbol budaya yang bersifat

objektif pada suatu masyarakat

dalam perspektif

interaksionalisme simbolik,

dinilai sangat urgen. G.H. Mead,

seorang tokoh perspektif tersebut

menyatakan bahwa mengkaji

simbol dalam kehidupan manusia

sangat urgen karena berkaitan

dengan pemaknaan. Semua objek

sosial, gagasan, keyakinan, nilai-

nilai dan kondisi tertentu, semua

dapat dipahami keberadaannya

karena memiliki kekhasan makna

(Susilo, 2008).

Perspektif Interaksionalisme

Simbolik juga menekankan

bahwa makna simbol yang

disepakati melalui pendefinisian

emik, memiliki fungsi untuk

menata dan mempertahankan

suatu kehidupan sosial. Untuk

tujuan tersebut para aktor yang

terlibat dalam interaksi sosial

semestinya menghayati kesamaan

makna simbolik tersebut. Hal ini

dipandang urgen karena

kesamaan berfikir, bertindak dan

berkomunikasi dengan efektif

diantara aktor-aktor yang terlibat,

hanya mungkin terwujud jika

simbol-simbol yang penting

mempunyai pemaknaan yang

sama bagi masyarakat

(Kaharuddin, 2015).

Kesepakatan akan makna

suatu semboyan atau simbol

budaya bagi suatu masyarakat

dalam pandangan Berger dinilai

sebagai kebutuhan. Berger (dalam

Susilo, 2008) menyatakan bahwa

kebutuhan terhadap makna harus

mempunyai dua dimensi yakni

Page 65: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

65

dimensi kognitif dan normatif.

Dengan kata lain, manusia harus

mengetahui apa adanya dan apa

yang seharusnya termuat dalam

suatu simbol. Berger pada

akhirnya menempatkan makna

sebagai bagian dari realitas sosial

dan menyatakan bahwa pada

hakikatnya semua manusia

membutuhkan makna dan

berusaha untuk hidup dalam

dunia yang bermakna. Karena itu

makna dari suatu semboyan atau

simbol harus di informasikan

karena makna bukan hanya untuk

dipahami oleh diri sendiri tetapi

juga dapat (harus) dipahami oleh

orang lain. (Rosyadi, 2008). Dan

yang lebih urgen dari itu adalah

bahwa suatu simbol budaya,

yangmengandung makna

signifikan dapat memiliki

pengaruh yang signifikan pula

terhadap cara berfikir, sikap, dan

tindakan masyarakat.

B. Nosarara Nosabatutu : Konteks

Kekinian

Nosarara nosabatutu, dalam

perspektif emik diatas

mengandung nilai-nilai luhur

yang sangat bermakna bagi

komunitas To Kaili karena itu

nilai budaya tersebut menjadi

pandangan hidup dalam

kehidupan masyarakat.

Berkenaan dengan makna

tersebut maka Nosarara

Nosabatutu yang hidup dalam

dimensi ruang tersebut kini tetap

bertahan dan berkembang dalam

dimensi waktu yang berbeda

yakni pada konteks masa lalu dan

dalam konteks kekinian, atau

yang disebut masyarakat

kontemporer.

Karakteristik masyarakat

masa lalu pada umumnya dan

khususnya masyarakat Kaili,

hidup terbelah-belah berdasarkan

pembelahan wilayah teritorial.

Hubungan antara suatu komunitas

dengan komunitas lainnya yang

berbasis teritorial tersebut relatif

sangat terbatas. Karakteristik

masyarakat tersebut relatif

homogen dimana masing-masing

komunitas hidup dengan bahasa

dan kebiasaan-kebiasaan tertentu,

yang ditularkan secara turun

temurun. Atas kesadaran wilayah

teritorial, bahasa, adat istiadat,

Page 66: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

66

dan asal keturunan yang sama,

mereka mengembangkan

berbagai nilai sosial budaya yang

berbasis lokal.

Karakteristik masyarakat

tersebut dalam konteks kekinian

pada dasarnya masih tetap hidup

dan dipertahankan namun dalam

berbagai hal cara berfikir dan

berperilaku setiap komunitas

secara bertahap mengalami

berbagai perubahan dan

pergeseran sosial. Perubahan

sosial tersebut terjadi sebagai

dampak dari transformasi sosial

yang disebut masyarakat

kontemporer.

Masyarakat kontemporer

adalah masyarakat yang hidup

dalam konteks kekinian.

Masyarakat yang memiliki

tingkat mobilitas sosial yang

tinggi sebagai dampak

perkembangan teknologi

informasi, komunikasi dan

transportasi yang melampaui

batas etnis, budaya dan wilayah

teritorial. Karakteristik tersebut

memberikan dampak yang sangat

besar terhadap masyarakat.

Masyarakat yang awalnya hidup

terbelah-belah berdasarkan batas

wilayah teritorial, kini

masyarakat tersebut kini bisa

berkomunikasi dan berinteraksi

secara aktif diluar komunitas

etnis mereka, bahkan

mobilitasnya menunjukkan

bahwa masyarakat dalam wilayah

etnis dan teritorial tertentu,

sejumlah orang dari berbagai

etnis dapat hidup berdampingan

sebagai tetangga, sebagai teman

bekerja, sebagai kawan seprofesi,

serta berbagai hubungan sosial

lainnya yang bersifat fungsional.

Karakteristik masyarakat

diatas, direduksi oleh para ahli

sebagai masyarakat kontemporer

yang berbasis multikultur.

Masyarakat multikultur

menunjukkan realitas

keberagaman masyarakat yang

hidup dalam wilayah teritorial

tertentu. Keberagaman tersebut

dicirikan oleh berbagai latar

perbedaan seperti bahasa, etnis,

budaya, agama dan ras.

Masyarakat multikultur

merupakan masyarakat yang

hidup dan menetap pada suatu

wilayah tertentu yang masing-

Page 67: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

67

masing sub kelompok sosial

memiliki ciri kebudayaan

tersendiri. Ciri khas tersebut

menjadi perbedaan antara satu

masyarakat dengan masyarakat

lainnya. Kekhasan tersebut

direproduksikan dan

dipertahankan dari generasi ke

generasi. Clifford Geertz dalam

Nasikun (2006), menyatakan

bahwa masyarakat multikultur

merupakan masyarakat yang

terbagi kedalam sub sistem yang

kurang lebih berdiri sendiri dan

masing sub sistem terikat oleh

ikatan primordial. Sementara

Nasikun (2006) menyatakan

bahwa masyarakat multikultural

yang hidup dalam sub

kebudayaan yang bersifat

deverse, kurang bisa

mengembangkan sistem nilai

yang dapat disepakati oleh

seluruh anggota masyarakat.

Implikasi dari realitas tersebut

dapat memicu konflik-konflik

sosial antar etnis atau antar sub

kebudayaan yang berbeda.

Keberadaan masyarakat

multikultural dari sudut pandang

antologis (dalam) konteks

masyarakat kontemporer, tidak

mungkin diatasi bahkan akan

menunjukan kondisi keragaman

terus menerus. Berkenaan dengan

realitas tersebut, dibutuhkan suatu

gagasan tentang kehidupan

masyarakat kontemporer berbasis

multikulturalisme.

Multikulturalisme sebagai

gagasan dipahami sebagai suatu

isme (doktrin) yang menekankan

pentingnya kesederajatan dan

kesetaraan serta pengakuan

martabat manusia yang hidup

dalam komunitas kebudayaan nya

masing-masing yang unik. Pada

konteks kehidupan ini setiap

individu merasa butuh dihargai

sekaligus harus bertanggung

jawab untuk hidup bersama

komunitasnya (Mahfud, 2006).

Dalam perspektif aksiologis

multikulturalisme mengandung

dimensi, dan semangat etika

untuk mewujudkan tindakan

sosial yang baik dan benar

berdasarkan prinsip-prinsip

kebersamaan dan keadilan.

Salah satu diskursus yang

mengemukakan dalam mengatasi

permasalahan masyarakat

Page 68: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

68

kontemporer yang berbasis

multikultur adalah membangun

dan melestarikan kembali

berbagai nilai budaya lokal, yang

diasumsikan menjadi pilar

pengembangan kebudayaan

nasional yang berbasis Bhineka

Tunggal Ika. Nosarara

nosabatutu dalam wacana diatas

pada dasarnya dapat memperkuat

nilai kebangsaan dan dapat

beradaptasi dengan semangat

masyarakat kontemporer.

Argumen yang melatarinya antara

lain bahwa berdasarkan

pemaknaan emik yang

dikemukakan diatas, nosarara

nosabatutu mengandung nilai

universal; nilai-nilai yang

menjunjung kelangsungan

kehidupan manusia secara

kolektif, nosarara nosabatutu

memiliki keunggulan untuk

memelihatra sifat dasar manusia

yakni menghargai harkat dan

martabat tanpa memandang

perbedaan asal keturunan, etnis,

adat istiadat, agama, kebudayaan

dsb. Dengan demikian nilai dan

simbol budaya tersebut sangat

permisif dengan kesederajatan

dan kesetaraan.

Masyarakat kontemporer

yang berbasis meltikultur harus

menunjukkan berbagai karakter

yakni;1) Pengakuan terhadap

berbagai perbedaan dan

kompleksitas kehidupan dalam

masyarakat, 2) Perlakuan yang

sama terhadap berbagai

komunitas dan budaya baik yang

mayoritas maupun minoritas, 3)

Kesederajatan kedudukan dalam

berbagai keanekaragaman dan

perbedaan, 4) Penghargaan yang

tinggi terhadap hak asasi manusia

dan saling menghormati dalam

perbedaan, 5) Unsur

kebersamaan, kerjasama dan

hidup berdampingan secara damai

dalam perbedaan.

(geoenviron.blogspot.co.id/2013/

04/masyarakat-multicultural

dan_1110.html).

Realita masyarakat

kontemporer tersebut pada

masyarakat dapat diwujudkan

melalui konsep nosarara

nosabatutu. Elaborasi nilai

budaya seperti diatas menurut

Berger (1989) harus dikonstruksi

Page 69: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

69

secara sosial melalui proses

pelembagaan. Proses

pelembagaan terwujud melalui

intersubyektivitas dan legitimasi

intersubyektivitas, merujuk pada

suatu realitas sosial dimana

masing orang (individu) dalam

berbagai komunitas, saling bisa

memaknai tindakan mereka,

sehingga pada gilirannya

menimbulkan kohesi dan

integrasi sosial. Sementara

legitimasi merujuk pada

penerimaan dan pengintegrasian

makna-makna, norma dan nilai-

nilai sosial tersebut pada lembaga

sosial.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian tersebut

diatas dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Nosarara nosabatutu yang

mengandung makna

bersaudara dan bersatu,

merupakan nilai dan simbol

budaya komunitas To Kaili.

Nilai budaya tersebut dapat

menjadi ukuran perilaku

dalam konteks hubungan

antar warga masyarakat baik

dalam wilayah privat

maupun dalam wilayah

publik

2. Nosarara nosabatutu yang

digali dari pemaknaan emik,

merupakan nilai budaya lokal

yang mengandung nilai-nilai

universal. Berkenaan dengan

pemaknaan emik tersebut,

dapat dielaborasi bahwa

Nosarara Nosabatutu sangat

fungsional dalam masyarakat

kontemporer yang berbasis

masyarakat

multikulturalisme.

3. Relevansi antara nilai dan

simbol budaya Nosarara

nosabatutu dengan

masyarakat kontemporer,

terletak pada kecenderungan

untuk menerima dan

mengkonstruksi suatu

masyarakat multikultur yang

hidup dalam kesetaraan dan

kesederajatan dalam

kehidupan yang damai

berdasarkan prinsip-prinsip

keadilan

Page 70: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

70

DAFTAR PUSTAKA

Berger, Peter L & Luckmann,Thomas. 1989. The SocialConstruction of Reality. A.Treatise in the Sosiolohi ofKnowledge. New York, USA.Anchorbooks A. Division ofRandom House,Inc.

Haliadi dkk. 2008. NosararaNosabatutu. Yogyakarta.Riska Sari Perdana & PUSSEJUWTKD

Kaharuddin. 2015. Konstruksi SosialAgama dalam PenguatanModal Sosial, pada KomunitasLembaga Dakwah IslamIndonesia. Makassar. PPSUniversitas Negeri Makassar

Mahfud, Choirul. 2008. Pendidikan

Multikultural. Yogyakarta.

Pustaka Pelajar

Nasikun. 2006. Sistem Sosial

Indonesia. Jakarta. Rajawali

Press.

Susilo & Dwi, R.K. 2008. DuaPuluh Tokoh SosiologiModern : Biografi ParaPeletak Sosiologi Modern.Yogyakarta. Ar-Ruzz Media

Rosyadi & Muhammad Arwan.

2008. Teori Konstruksi Sosial

Peter L. Berger. (Online).

(http://newblueprint.wordpress

.com/2008/01/11/teori-

konstruksi-sosial-peter-l-

berger).

http://alfiantoip07.blogspot.co.id/20

10/05/nosarara-

nosabatutu_30.html

http://geoenviron.blogspot.co.id/2013/04/masyarakat-multicultural-dan_1110.html

Page 71: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

71

PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA PENDEKATANKONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

DENGAN KONVENSIONAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAHSISWA KELAS X SMA NEGERI I POSO PESISIR UTARA

KABUPATEN POSO

Oleh

Lukman Nadjamuddin1

Erwin Rasyid2

A B S T R A K

Pada penelitian ini diambil 2 (dua) kelas sebagai sampel. Satu kelassebagai kelas eksperimen, satu kelas yang lain sebagai kelaskontrol. Ada 2 (dua) variabel yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu: (1) pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstualdengan pendekatan konvensional, (2) hasil belajar siswa berupanilai tes. Metode pengumpulan data yang digunakan dalampenelitian ini adalah tes hasil belajar siswa. Hasil uji t yangdiperoleh, menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual denganpendekatan konvensional pada siswa kelas X terdapat perbedaan.Hal ini ditunjukkan dari nilai thitung sebesar 4,940 > ttabel sebesar1,697, maka dapat diperoleh suatu kesimpulan antara kelompokeksperimen dan kelompok kontrol memiliki kemampuan yangberbeda atau kelompok eksperimen memiliki kemampuan yanglebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol dan nilai rata-rata post test dengan pendekatan kontekstual sebesar 87,69sedangkan dengan pendekatan konvensional diperoleh hasil posttest rata-rata sebesar 71,50. Penggunaan pendekatan kontekstualternyata menghasilkan hasil belajar yang lebih baik dibandingkanpendekatan konvensional.

Kata Kunci : Pendekatan Kontekstual, Konvensional dan HasilBelajar

1 Dekan dan Dosen Tetap Pada Prodi Pend. Sejarah FKIP Universitas Tadulako2 Guru Tetap Pada SMAN 1 Poso Pesisir Utara Kabupaten Poso

Page 72: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

72

DIFFERENCES IN LEARNING OUTCOMES BETWEEN CONTEXTUAL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) AND CONVENTIONAL

APPROACH IN HISTORY LEARNINGAT TENTH GRADE STUDENTS OF SMANEGERI 1 NORTH COASTAL POSO OF POSO REGENCY.

ABSTRACT

There were 2 (two) variables examined in this research, namely (1)teaching through contextual approach and conventional approachand (2) students’ learning outcomes in form of test. The datacollection method used in this research was test of students’learning outcomes. The result of t-test acquired showed that therewere significant differences between contextual and conventionalapproach to the thetenth grade students. It was revealed based onthe value of tcount4.940 >ttable1.697, so it can be concluded thatexperimental group and control group had different abilitiesrespectively or the experimental group had higher ability comparedwith control group. In addition, the average score of posttest withcontextual approach was 87.69, while the one with conventionalapproach was 71.50.In actual fact, the use of contextual approachresulted in better learning outcomes compared with conventionalapproach.Key Words: Contextual Approach, Conventional and LearningOutcomes

Page 73: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

73

PENDAHULUAN

Keberhasilan dan kualitas

pendidikan dipengaruhi oleh

berbagai faktor seperti sistem

pendidikan, sarana dan prasarana

pendidikan, kualitas dan

profesionalisme guru, kurikulum

yang sedang digunakan, serta

kualitas pembelajaran. Terlepas

faktor mana yang menjadi penentu

utama, kualitas pembelajaran tetap

memegang porsi yang besar terhadap

keberhasilan dan kualitas hasil

pendidikan. Peningkatan kualitas

pendidikan merupakan dampak logis

dari pembelajaran yang baik.

Pembelajaran yang baik

mengharuskan penyesuaian dan

peningkatan proses pembelajaran

secara terus menerus. Di samping

itu, perlu adanya perbaikan dalam

pemilihan konsep-konsep

pembelajaran yang digunakan untuk

meningkatkan kualitas lulusan itu

sendiri.

Mata pelajaran sejarah yang

menanamkan pengetahuan, sikap,

dan nilai-nilai mengenai proses

perubahan dan perkembangan

masyarakat Indonesia dan dunia dari

masa lampau hingga kini. Namun

akan tetapi, sampai saat ini tujuan

tersebut belum tercapai secara

maksimal (Leo Agung dan Sri

Wahyuni 2013 :55). Salah satu

faktor penyebabnya adalah mata

pelajaran sejarah dianggap sebatas

memuat materi berupa fakta, konsep,

dan prinsip-prinsip. Siswa dianggap

berprestasi dan tujuan pendidikan

dianggap berhasil manakala siswa

hafal dan mampu menjawab

pertanyaan-pertanyaan tentang fakta-

fakta yang ada. Tetapi, penekanan

dalam penerapan konsep-konsep

tersebut dalam kehidupan siswa

masih sangat minim dilakukan oleh

guru (Aman, 2011 : 7).

Anggapan tersebut

menyebabkan guru lebih suka

menggunakan pembelajaran

konvensional. Dalam kegiatan

belajar mengajar sejarah, seorang

pengajar harus mampu menciptakan

proses belajar mengajar yang

dialogis, sehingga dapat memberi

peluang untuk terjadinya atau

terselenggarannya proses belajar

mengajar yang aktif. Dengan cara

ini, peserta didik akan mampu

memahami sejarah lebih benar, tidak

hanya mampu menyebutkan fakta

Page 74: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

74

sejarah belaka. Pembelajaran sejarah

yang diimplementasikan secara baik,

tidak saja dapat mengembangkan

kemampuan kognitif pada peserta

didik, melainkan juga dapat

mengembangkan potensi dan

menguasai ranah afektif, bahkan

ranah psikomotor dan konatif. Bahan

pelajaran yang disampaikan oleh

guru dapat dikuasai oleh peserta

didik secara tuntas, maka proses

belajar mengajar yang berkualitas

menjadi sesuatu yang penting.

Kedudukan siswa menjadi titik pusat

proses pembelajaran. Siswa harus

dipandang sebagai subyek dan

obyek pendidikan. Hal ini

menyebabkan proses pembelajaran

harus dialami oleh setiap siswa.

Pembelajaran tidak hanya

menekankan kepada apa yang

dipelajari, tetapi juga menekankan

kepada keaktifan siswa dalam

memperoleh informasi (Aman, 2011

: 110-112).

Pada hakikatnya siswa telah

memiliki kemampuan awal yang

diterima di kelas sebelumnya.

Kemampuan awal siswa ini harus

digali agar siswa lebih belajar

mandiri dan kreatif, khususnya

ketika mereka akan mengkaitkan

pengetahuan yang mereka miliki

dengan pelajaran baru. Salah satu

cara yang dapat ditempuh adalah

menggunakan pembelajaran yang

mendekatkan siswa pada

lingkungan. Seiring dengan

perkembangan dunia pendidikan,

banyak ditemukan pendekatan

belajar yang lebih menarik. Salah

satunya adalah dengan

menggunakan Pembelajaran

kontekstual. Mengenai Pembelajaran

kontekstual. Sanjaya (2009 : 255)

menyatakan bahwa:

“Contextual Teaching andLearning (CTL) adalah suatustrategi pembelajaran yangmenekankan pada prosesketerlibatan siswa secarapenuh untuk dapatmenemukan materi yangdipelajari danmenghubungkannya dengansituasi kehidupan nyatasehingga mendorong siswadapat menerapkannya dalamkehidupan mereka.”

Pembelajaran kontekstual

bukan hanya mendengarkan dan

mencatat, tetapi merupakan proses

pencarian pengalaman secara

langsung. Melalui proses ini

diharapkan siswa tidak hanya

Page 75: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

75

mengembangkan aspek kognitif saja

tetapi juga mengembangkan aspek

afektif dan psikomotor. Hal ini,

tentunya akan membentuk

pembelajaran dan proses belajar

yang sesungguhnya bagi diri peserta

didik.

Bertolak dari latar belakang

masalah tersebut di atas, maka

muncul permasalahan sebagai

berikut ; Apakah ada perbedaan hasil

belajar sejarah antara pendekatan

kontekstual dengan pendekatan

konvensional pada siswa kelas X

SMA Negeri I Poso Pesisir Utara

Kabupaten Poso? Dan Hasil belajar

manakah yang lebih baik, yang

menggunakan pendekatan

kontekstual atau dengan pendekatan

konvensional pada siswa kelas X

SMA Negeri I Poso Pesisir Utara

Kabupaten Poso?, dengan tujuan

yang hendak dicapai dalam

penelitian ini adalah untuk ; ingin

Mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan hasil belajar sejarah

antara pendekatan kontekstual

dengan pendekatan konvensional

pada siswa kelas X SMA Negeri I

Poso Pesisir Utara Kabupaten Poso

dan serta hasil belajar manakah

yang lebih baik antara yang

menggunakan pendekatan

kontekstual atau pendekatan

konvensional pada siswa kelas X

SMA Negeri 1 Poso Pesisir Utara

Kabupaten Poso, dan manfaat atau

kegunaan yang diharapkan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut

secara praktis penelitian ini

diharapkan bermanfaat untuk : Bagi

siswa, Membantu memudahkan

siswa dalam rangka mengingat,

memahami dan menerima pelajaran.

Dalam belajar tidak hanya sekedar

menghafal, akan tetapi siswa dapat

mengkonstruksikan pengetahuan di

benak mereka sendiri. Siswa belajar

dari mengalami sendiri. Bagi Guru

(1) Memudahkan Guru dalam

memfasilitasi agar informasi yang

baru diperoleh dapat bermakna (2)

Memudahkan Guru untuk

memimpin, menuntun dan

memudahkan siswa mengingat,

memahami dan menerima pelajaran

(3) Membantu guru dalam

membangun hubungan antara guru

dengan siswa yang akan

mempengaruhi keterlibatan siswa

dalam proses pembelajaran. Secara

praktis penelitian ini diharapkan

Page 76: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

76

bermanfaat untuk : (1) Bagi dunia

pendidikan : Memberi masukan pada

dunia pendidikan atau sekolah

tentang perlunya pemilihan

pendekatan pembelajaran yang akan

digunakan dalam kegiatan belajar

dan pembelajaran. (2) Bagi Guru :

Memberikan informasi kepada guru

mata pelajaran sejarah bahwa di

dalam pelaksanaan kegiatan

pembelajaran perlu adanya

persiapan, ketrampilan dan motivasi

yang tinggi agar tercapai hasil

belajar yang baik. (3) Bagi Siswa :

Memperbaiki persepsi siswa

terhadap mata pelajaran sejarah yang

semula tidak menarik dan tidak ada

gunanya bagi kehidupan mereka di

masa yang akan datang, tetapi

ternyata mata pelajaran sejarah

adalah mata pelajaran yang

menyenangkan serta mampu

memberikan ide-ide bahan

pertimbangan bagi masyarakat

dalam memecahkan permasalahan

masa kini dan yang akan datang.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah

penelitian kuantitatif di mana

penelitian ini banyak dituntut

menggunakan angka, mulai dari

pengumpulan data, penafsiran

terhadap data tersebut, serta

penampilan dari hasilnya (Arikunto,

2003 :10). Dalam penelitian ini

terdapat dua jenis variabel, yaitu

variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel terikat merupakan suatu

akibat yang keadaannya dipengaruhi

oleh variabel bebas. Populasi dalam

penelitian ini adalah siswa kelas X

semester genap SMA Negeri I Poso

Pesisir Utara Tahun Ajaran

2014/2015, yang terdiri dari 4 kelas

dan berjumlah 129 siswa sedangkan

sampel dari penelitian ini adalah

kelas XA dan kelas X B, dimana

kelas X A yang berjumlah 32 siswa

berfungsi sebagai kelas kontrol yang

dalam pembelajarannya

menggunakan pendeketan

konvensional dan kelas X B yang

berjumlah 32 siswa berfungsi

sebagai kelas eksperimen yang

mendapat perlakuan pendekatan

kontekstual. Metode ini dipilih,

karena dianggap sebagai metode

yang paling tepat dalam rangka

mencari pemecahan terhadap

masalah yang terdapat dalam

penelitian yang menjadi dasar

Page 77: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

77

penulisan skripsi ini. Tes yang

digunakan pada penelitian ini adalah

:

a. Pre-test, merupakan uji awal

sebelum dilakukan eksperimen

pada sampel penelitian. Dalam

penelitian ini yang digunakan

sebagai nilai pre tes yaitu hasil

nilai ulangan blok kelas X

semester 1 untuk kelas XA dan

XB.

b. Post-test, merupakan uji akhir

eksperimen atau tes akhir, yaitu

tes yang dilaksanakan setelah

eksperimen. Tujuan post-tes ini

adalah untuk mendapatkan nilai

sampel kelompok eksperimen

setelah diberi perlakuan berupa

penggunaan pendekatan CTL dan

kontekstual.

Posttest berfungsi untuk

melihat peningkatan ketercapaian

KKM setelah diberi perlakuan. Tes

dilakukan terhadap dua kelas yang

berbeda yaitu kelas kontrol dan kelas

eksperimen dalam Rustaman, et al.

(2005 : 45). Menurut Hake dalam

Liliawati (2010 : 56), data hasil

belajar di dapat dari pretest, posttest

dan nilai lembar kerja siswa, di

analisis secara kuantitatif. Adapun

langkah-langkahnya adalah sebagai

berikut ;

Menghitung nilai pretest dan

posttest ditunjukkan dengan rumus:

= ℎ ℎℎ 100Untuk pengujian hipotesis

dilakukan dengan membandingkan

hasil belajar dan aktivitas siswa

antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol menggunakan pengujian

hipotesis menggunakan Uji t dua

pihak dengan taraf signifikansi 5 %,

dengan rumus sebagai berikut:

t=

Keterangan :

X1 : rata – rata kelas eksperimen

X2 : rata – rata kelas kontrol

S12 : varians kelompok

eksperimen

S22 : varians kelompok kontrol

n1 : jumlah siswa kelompok

eksperimen

n2 : jumlah siswa kelompok

kontrol (Sugiyono, 2007: 119)

Page 78: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

78

Untuk menguji hipotesis

yaitu dengan membandingkan harga

t yang diperoleh dari perhitungan

dengan t tabel. Adapun kriteria yang

digunakan untuk menguji hipotesis

adalah : jika thitung > ttabel maka H0

ditolak dan H1 diterima. Hipotesis

yang digunakan:

H0 : tidak ada perbedaan hasil belajar

sejarah antara pendekatan

kontekstual dengan

pendekatan konvensional pada

siswa kelas X

H1 : ada perbedaan hasil belajar

sejarah yang signifikan antara

pendekatan kontekstual dengan

pendekatan konvensional pada

siswa kelas X

HASIL PENELITIAN

Harga rhitung yang lebih

besar diperoleh dibandingkan

dengan rtabel dengan taraf

signifikansi 5 %. Jika harga rhitung

> r tabel maka item soal yang

diujikan memiliki kriteria valid.

Berdasarkan hasil uji coba diperoleh

harga rtabel = 1,697. Berikut hasil

validitas soal menggunakan rumus

product moment serta data diolah

pada Microsoft Office Excel 2010.

Tabel 1 hasil analisis uji validitasinstrumen denganrumus product moment

Soal No Butir Soal Jumlah

Valid 1,2,3,4,5,6,8,9,10,

11,12,13,14,15,16

,17,19,20,24,30

20

Tidak

Valid

7,18,21,22,23,25,

26,27,28,29

10

(Sumber : Data diolah 2015)

Hasil uji realibilitas

instrumen soal yang dianalisis

dengan bantuan computer program

Microsoft Office Excel 2010, maka

hasil uji reliabilitas diperoleh nilai

Cronbach’s Alpha 0,672, nilai

terletak pada 0,60 < r11 0,80

sehingga dapat disimpulkan nilai

reliabilitas tinggi. Sebelum diadakan

perlakuan pertama pada maisng-

masing kelas eksperimen dan

kontrol dilakukan Pre-test soal yang

digunakan untuk melihat

kemampuan awal masing-masing

peserta test. Dimana test yang

digunakan dengan melihat hasil nilai

ulangan Blok/Harian siawa kelas

XA dan XB. Hasil dari ulangan

tersebut diambilah sebagai acuan

nilai Pre-test dimana nilai dari kedua

kelas yakni kelas eksperimen rata-

rata nilai 71,38 sedangkan nilai dari

Page 79: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

79

kelas kontrol dengan rata-rata 63,09.

Setelah diadakan Post-Tes tampak

bahwa pada kelas eksperimen (XA)

diperoleh rata-rata hasil post-test

mencapai 87,40 sedangkan kelas

kontrol (XB) yaitu 71,56

menunjukkan bahwa rata-rata hasil

post-test kelas eksperimen (XA)

lebih besar daripada post-test kelas

kontrol (XB). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran

yang dilakukan di kelas eksperimen

(XA) terjadi perbandingan yang

signifikan yang teramati melalui

hasil post-test tersebut. Hasil uji

hipotesis dimana taraf signifikansi 5

% (0,05) dan ttabel 1,697, maka

hipotesis dari penelitian ini adalah

dimana nilai thitung sebesar 4,940 >

ttabel sebesar 1,697, maka diperoleh

jawaban bahwa H0 ditolak dan H1

diterima dan dapat ditarik satu

kesimpulan bahwa terdapat

perbedaan hasil belajar antara kelas

XA dan XB. Berikut diagram batang

perbandingan hasil belajar dari

kedua kelas tersebut ;

Gambar 1 Diagram PerbandinganHasil Belajar Pretest dan PostestKelas XA dan XB

PEMBAHASAN

Penggunaan pendekatan

kontekstual tersebut siswa

diharapkan dapat mengkaitkan

materi pelajaran yang diberikan oleh

guru dengan kehidupan mereka

sehari-hari. Pembelajaran CTL

memberikan kesempatan kepada

siswa untuk menemukan serta

memecahkan sendiri permasalahan

yang diberikan kepada guru dan

dimana proses pembelajaran tersebut

yang ditonjolkan adalah siswa atau

student centered pembelajarn

berpusat pada siswa. Permasalahan

yang dibahas dalam skripsi ini

adalah hasil belajar manakah yang

lebih baik antara siswa yang

menggunakan pendekatan

kontekstual dengan siswa yang

menggunakan pendekatan

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

79

71.38 63.09

87.6971.50

020406080

100

NILAI

Pretest XA

Pretest XB

Posttest XA

Posttest XB

kelas kontrol dengan rata-rata 63,09.

Setelah diadakan Post-Tes tampak

bahwa pada kelas eksperimen (XA)

diperoleh rata-rata hasil post-test

mencapai 87,40 sedangkan kelas

kontrol (XB) yaitu 71,56

menunjukkan bahwa rata-rata hasil

post-test kelas eksperimen (XA)

lebih besar daripada post-test kelas

kontrol (XB). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran

yang dilakukan di kelas eksperimen

(XA) terjadi perbandingan yang

signifikan yang teramati melalui

hasil post-test tersebut. Hasil uji

hipotesis dimana taraf signifikansi 5

% (0,05) dan ttabel 1,697, maka

hipotesis dari penelitian ini adalah

dimana nilai thitung sebesar 4,940 >

ttabel sebesar 1,697, maka diperoleh

jawaban bahwa H0 ditolak dan H1

diterima dan dapat ditarik satu

kesimpulan bahwa terdapat

perbedaan hasil belajar antara kelas

XA dan XB. Berikut diagram batang

perbandingan hasil belajar dari

kedua kelas tersebut ;

Gambar 1 Diagram PerbandinganHasil Belajar Pretest dan PostestKelas XA dan XB

PEMBAHASAN

Penggunaan pendekatan

kontekstual tersebut siswa

diharapkan dapat mengkaitkan

materi pelajaran yang diberikan oleh

guru dengan kehidupan mereka

sehari-hari. Pembelajaran CTL

memberikan kesempatan kepada

siswa untuk menemukan serta

memecahkan sendiri permasalahan

yang diberikan kepada guru dan

dimana proses pembelajaran tersebut

yang ditonjolkan adalah siswa atau

student centered pembelajarn

berpusat pada siswa. Permasalahan

yang dibahas dalam skripsi ini

adalah hasil belajar manakah yang

lebih baik antara siswa yang

menggunakan pendekatan

kontekstual dengan siswa yang

menggunakan pendekatan

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

79

Pretest XA

Pretest XB

Posttest XA

Posttest XB

kelas kontrol dengan rata-rata 63,09.

Setelah diadakan Post-Tes tampak

bahwa pada kelas eksperimen (XA)

diperoleh rata-rata hasil post-test

mencapai 87,40 sedangkan kelas

kontrol (XB) yaitu 71,56

menunjukkan bahwa rata-rata hasil

post-test kelas eksperimen (XA)

lebih besar daripada post-test kelas

kontrol (XB). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran

yang dilakukan di kelas eksperimen

(XA) terjadi perbandingan yang

signifikan yang teramati melalui

hasil post-test tersebut. Hasil uji

hipotesis dimana taraf signifikansi 5

% (0,05) dan ttabel 1,697, maka

hipotesis dari penelitian ini adalah

dimana nilai thitung sebesar 4,940 >

ttabel sebesar 1,697, maka diperoleh

jawaban bahwa H0 ditolak dan H1

diterima dan dapat ditarik satu

kesimpulan bahwa terdapat

perbedaan hasil belajar antara kelas

XA dan XB. Berikut diagram batang

perbandingan hasil belajar dari

kedua kelas tersebut ;

Gambar 1 Diagram PerbandinganHasil Belajar Pretest dan PostestKelas XA dan XB

PEMBAHASAN

Penggunaan pendekatan

kontekstual tersebut siswa

diharapkan dapat mengkaitkan

materi pelajaran yang diberikan oleh

guru dengan kehidupan mereka

sehari-hari. Pembelajaran CTL

memberikan kesempatan kepada

siswa untuk menemukan serta

memecahkan sendiri permasalahan

yang diberikan kepada guru dan

dimana proses pembelajaran tersebut

yang ditonjolkan adalah siswa atau

student centered pembelajarn

berpusat pada siswa. Permasalahan

yang dibahas dalam skripsi ini

adalah hasil belajar manakah yang

lebih baik antara siswa yang

menggunakan pendekatan

kontekstual dengan siswa yang

menggunakan pendekatan

Page 80: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

80

konvensional. Berdasarkan hasil

penelitian pada kelompok

eksperimen yang dalam

pembelajaran sejarah digunakan

metode pendekatan konstektual,

Hasil uji t menunjukkan bahwa pada

penggunaan kedua metode

pendekatan konstektual memberikan

pengaruh yang lebih baik terhadap

hasil belajar sejarah dibandingkan

dengan penggunaan metode

konvensional pada kelompok

kontrol. Berdasarkan hasil uji t yang

diperoleh, menunjukkan bahwa

pendekatan kontekstual dengan

pendekatan konvensional pada siswa

kelas X terdapat perbedaan hasil

belajar. Hal ini ditunjukkan dari

thitung sebesar 4,940 > ttabel sebesar

1,697, maka dapat diperoleh suatu

kesimpulan antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol

memiliki perbedaan hasil belajar

berarti Ho ditolak. Ditolaknya Ho

berarti diterimanya H1, maka secara

statistik hipotesis penelitian yang

berbunyi ada perbedaan hasil belajar

sejarah antara pendekatan

konstektual dengan pendekatan

konvensional pada siswa kelas X

SMA Negeri I Poso Pesisir Utara

diterima.

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa nilai rata-rata

post test yang menggunakan

pendekatan kontekstual lebih tinggi

dibandingkan dengan kelas yang

menggunakan pendekatan

konvensional yaitu nilai rata-rata

post test dengan pendekatan

kontekstual untuk kelas XA sebesar

87,69, sedangkan dengan

pendekatan konvensional untuk

kelas XB diperoleh hasil post test

rata-rata sebesar 71,50. Penggunaan

pendekatan kontekstual ternyata

menghasilkan hasil belajar yang

lebih baik dibandingkan pendekatan

konvensional yang selama ini

digunakan oleh sebagian besar guru

sejarah, artinya siswa yang

mengikuti pelajaran dengan

penyajian pendekatan konstektual

memiliki kemampuan lebih tinggi

dibandingkan dengan pendekatan

konvensional pada hasil belajar

pelajaran sejarah pada siswa kelas X

SMA Negeri I Poso Pesisir Utara.

Hal ini dikarenakan keberhasilan

pada pembelajaran dengan

pendekatan konstektual memberikan

Page 81: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

81

pola pikir kepada siswa untuk

mengaitkan materi yang diberikan

oleh guru dengan pengalaman-

pengalaman dalam kehidupan

sehari-hari siswa. Pendekatan

kontekstual lebih berpihak dan

memberdayakan siswa serta

mendorong siswa

mengkonstruksikan pengetahuan di

benak mereka.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis

data dan pembahasan penelitian pada

bab IV, maka dapat ditarik

kesimpulan:

Berdasarkan hasil uji t yang

diperoleh, menunjukkan bahwa

pendekatan kontekstual dengan

pendekatan konvensional pada siswa

kelas X terdapat perbedaan yang

signifikan. Hal ini ditunjukkan dari

nilai thitung sebesar 4,940 > ttabel

sebesar 1,697, maka dapat diperoleh

suatu kesimpulan antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol

memiliki kemampuan yang berbeda

atau kelompok eksperimen memiliki

kemampuan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan kelompok

kontrol.

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa nilai rata-rata

post test yang menggunakan

pendekatan kontekstual lebih tinggi

dibandingkan dengan kelas yang

menggunakan pendekatan

konvensional yaitu nilai rata-rata

post test dengan pendekatan

kontekstual sebesar 87,40 sedangkan

dengan pendekatan konvensional

diperoleh hasil post test rata-rata

sebesar 71,56. Penggunaan

pendekatan kontekstual ternyata

menghasilkan hasil belajar yang

lebih baik dibandingkan pendekatan

konvensional yang selama ini

digunakan oleh sebagian besar guru

sejarah, artinya siswa yang

mengikuti pelajaran dengan

penyajian pendekatan konstektual

memiliki kemampuan lebih tinggi

dibandingkan dengan pendekatan

konvensional pada hasil belajar pada

mata pelajaran sejarah pada siswa

kelas X.

Berdasarkan pembahasan,

kesimpulan dalam penelitian ini.

Peneliti mengemukakan saran-saran

sebagai berikut: Kepada guru bidang

studi sejarah sebaiknya mulai

mengembangkan pembelajaran

Page 82: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

82

dengan pendekatan kontekstual

dalam rangka menimbulkan motivasi

belajar sejarah yang nantinya akan

berpengaruh terhadap hasil belajar

sejarah siswa. Dalam pembelajaran

dengan pendekatan kontekstual

siswa diharapkan dapat

mengembangkan dan menggunakan

kemampuan masing-masing dalam

mengkaitkan antara materi pelajaran

dengan kehidupan nyata sehari-hari,

karena jika siswa pasif dalam

pendekatan kontekstual ini proses

pembelajaran tidak akan dapat

berjalan sesuai yang diharapkan.

Bagi peneliti selanjutnya

hendaknya diadakan kajian yang

lebih mendalam lagi mengenai

penerapan pendekatan Contextual

Teaching and Learning dalam

pembelajaran sejarah secara umum

sehingga diharapkan dapat diperoleh

data pendukung yang lebih banyak

tentang kelebihan pendekatan

kontekstual dalam meningkatkan

hasil belajar sejarah siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-

dasar Evaluasi Pendidikan.

Jakarta: Bumi Aksara.

Aman. 2011. Model Evaluasi

Pembelajaran Sejarah.

Yogyakarta : Ombak

Liliawati W. & Erna P. 2010.

Efektivitas pembelajaran

berbasis masalah dalam

meningkatkan keterampilan

berpikir kreatif siswa.

Proseding Seminar Nasional

Fisika: Jurusan Pendidikan

Fisika UPI.di Unduh pada

tanggal 23 November 2014

pada pukul 22.46 WITA.

Rustaman,N.et al., 2005. Strategi

Belajar Mnegajar Biologi.

Malang. Universitas Negeri

Malang.

Sanjaya ,Wina. 2009. Strategi

Pembelajaran Berorientasi

Standar Proses

Pendidikan.Jakarta. Kencana

Prenada Media Group.

Sugiyono. 2007. Metode PenelitianKuantitatif Kualitatif danR&D. Bandung: PenerbitAlfabeta.

Page 83: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

83

SEJARAH TARI LUMINDA PADA MASYARAKAT MENUI

KABUPATEN MOROWALI ( 2003-2010 )

Oleh :

Mutawakkil1

Moh. Yakin 2

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana Sejarah TariLuminda Pada Masyarakat Menui Kabupaten Morowali (2003-2010).?penelitian ini menggunakan Teori sejarah dan Teori kebudayaan sertaKonsep kebudayaan, Konsep tari, Konsep Kesenian. Metode yangdigunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang terdiri dari(1) Heuristik, (2) Analisis, (3) Historiografi. Pengumpulan sumbersejarah dilakukan melalui penelitian kepustakaan dan penelitianlapangan.Hasil penelitian menunjukan bahwa Lahirnya Tari Lumindadiawali dengan Tari Modero, setelah itu muncul tarian lagi dalamkalangan masyarakat yaitu Tari Luminda yang dikenal sampai padasaat ini.Tarian ini diciptakan oleh Wa Ode Mpety. Perubahan sertaperkembangan Tari Luminda di dasarkan atas pesatnya perkembanganIlmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di era modernisasi hinggasekarang ini, pelaksanaan serta manfaat nilai-nilai yang ada dalam tariitu sendiri ikut berkembang dan berubah.Perubahan tesebut sepertiperubahan dalama model pakaian, alat pengiring, bentuknyanyian.hingga yang tidak kalah pentingnya yaitu manfaat dari nilai-nilai yang terkandung di dalam tari itu sendiri, dimana masyarakatMenui percaya tari luminda sendiri berfungsi sebagai salah satu adatuntuk proses cuci kampung/bersih atau Tolak Bala. Setelah adanyaperubahan membawa pengaruh terhadap fungsi dari nilai-nilai dalamtradisi Tari Luminda hingga pada saat ini masyarakat percaya bahwaApu (tuhan) adalah pemberi dari segala-galanya sehingganya melaluipelaksanaan tari ini akan diberikan nikmat berupa hujan dankesuburan tanah dari yang maha kuasa Nilai-nilai yang terkandungdalam Tari Luminda adalah : nilai religius, nilai etika, nilai estetika,nilai pendidikan dan nilai seni.

Kata kunci: Sejarah; Tari Luminda

1Dosen Tetap Pada Prodi. Sejarah FKIP Untad2 Pemerhati Budaya Kabupaten Morowali

Page 84: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

84

Historical Dance Society Menui Luminda In Morowali (2003-

2010)"

ABSTRACT

The problem in this research are: 1) How to Dance History LumindaIn Menui Morowali Society (2003-2010).? This research uses thehistory and theory of culture theory and concepts of culture, danceConcept, Concept Art. The method used in this study is the historicalmethod which consists of (1) Heuristic, (2) analysis, (3)Historiography. The collection of historical sources is done throughliterature research and field study consisted of observation, interviewsand documentation. The results showed that begins with the birth ofLuminda Dance Dance Modero this dance has long grown anddeveloped in the community Menui, after it emerged a dance again ina society that is Dancing Luminda known until today. This dance wascreated by Wa Ode Mpety. Changes and developments LumindaDance is based on the rapid development of Science and Technology(Science and Technology) in the era of modernization until now,implementation and benefits of the values that exist in the dance itselfinvolved developing and changing. Tesebut changes such as changesglittering underwear model. In the model the clothes, before thechange of use is very simple masi customized with prayer clothes,while the after the change until now been using the kebaya. b.Changes in the form of an accompaniment instrument, accompanistinstrument used before the change is very simple adapted to thecircumstances such as the community-gong or Tafa Tafa and drum,after the change until now using gong / Tafa-Tafa, drum rincing andrebana.c. Changes in the form of motion does not change anything upuntil now. Changes in the form of singing before any significantchange is to the same man always keeps himself, while the periodafter the change nyayian Luminda meaningful dance on development,education and religion. up is no less important that the benefits of thevalues embodied in the dance itself, where people believe Menuiluminda dance itself serves as one of the indigenous to the villagewash / clean or Reject Bala. After the changes take effect on thefunction of the values in the tradition of dance Luminda up at this timepeople believed that Apu (god) is the giver of everything sehingganyathrough the implementation of this dance will be given favors in theform of rain and fertility of the soil of the almighty Value Dance-valuecontained in Luminda is: religious values, ethical values, aestheticvalues, the value of education and the value of art.

Keywords: History; Dance Luminda

Page 85: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

85

PENDAHULUANCiri khas kehidupan suatu

bangsa dapat dilihat dari bagaimana

pelaksanaan tradisi budaya yang

dimilikinya.Hal tersebut

mencerminkan bagaimana

masyarakat tersebut memegang

teguh nilia-nilai luhur yang

diwariskan secara turun-temurun

dari generasi ke generasi.Diharapkan

dapat bertahan secara permanen dan

kekal abadi dalam kehidupan

masyarakat suku bangsa tersebut

sebagai bentuk identitas terhadap

keberadaan suku bangsa tersebut.

Menurut Siswanto. B ( 1978 : 22-23

) mengungkapkan bahwa:

Kemajemukan masyarakatIndonesia yang antara lainditandai oleh keanekaragamansuku bangsa dengan beragambudayanya merupakankekayaan nasional. Di sampingkeanekaragaman suku bangsaterdapat pula keanekaragamanras, agama, kebudayaan, adatistiadat, tradisi di setiapdaerah. Kemajemukan ataukeanekaragaman itulah bangsaIndonesia menganut sistemsosial budaya yangberdasarkan “ BhinekaTunggal Ika “.

Kebudayaan merupakan

bagian dari kehidupan masyarakat.

Kebudayaan sebagai hasil dari

kreatifitas manusia dijadikan sebagai

milik dari manusia dan kemudian

dijadikan sebagai sebuah pola

perilaku dalam kehidupan

bermasyarakat. Oleh karen itu

perubahan dan perkembanganya

banyak dipengaruhi oleh

pertumbuhan dan perkembangan

masyarakat pendukungnya. Salah

satu yang turut mempengaruhi

perubahan dan perkembangan

tersebut adalah perkembangan dan

kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK).

Di Desa Menui sendiri

sebagaimana di daerah-daerah lain

yang ada di Indonesia banyak

diwarnai oleh aneka ragam budaya

yang berbeda.Salah satunya yaitu

mengenai adat istiadatnya.Pada

masyarakat Menui sendiri yang ada

di Kabupaten Morowali terdapat

salah satu kebudayaan atau adat

istiadat yang merupakan salah satu

tradisi yaitu Tari Luminda yang

sampai dengan sekarang masih

dilaksanakan yang tentunya hal ini

perlu untuk dikembangkan sebagai

wujud dari peradaban itu sendiri.

Keadaan ini pula didukung oleh

Page 86: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

86

adanya informasi dari beberapa

masyarakat dari hasil observasi dan

wawancara pada tanggal 8

November 2014 dapat diketahui

bahwa masyarakat Menui

merupakan salah satu suku bangsa

indonesia yang cenderung

terlupakan kebudayaanya dan juga

dalam penggolongan pemerintah

dikelompokan sebagai adat terpencil.

Dalam kurun waktu 2003 – 2010

masyarakat Menui telah menunjukan

perkembangan dan mempertahankan

Tari Luminda tersebut yang sampai

sekarang masi digunakan sebagai

upacara adat mereka. Hal ini

ditandai dengan perkembangan dan

perubahan baik dari model pakaian,

bentuk alat pengiring, bentuk

nyanyian serta fungsi dan manfaat

dari adat itu sendiri. Secara umum

kita ketahui bersama bahwa tidak

ada fenomena sosial yang hadir di

ruang hampa sejarah tanpa

dipengaruhi oleh faktor historis dan

sosiologis, atau dengan kata lain

tidak ada fenomena yang muncul

tanpa sebab-sebab tertentu. Dari

hasil wawancara awal dengan

Lamande (2003-2010) yang

merupakan salah satu tokoh adat

(peapua) di Desa Menui dengan hal

inilah sehingga tari luminda sendiri

dapat tumbuh dan berkembang dari

sebelumnya.

Tari Luminda sendiri telah

berkembang hingga sekarang yang

secara umum dipengaruhi oleh

perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang ada. Masyarakat

mulai mempercaya bahwa

pelaksanaan dari tari tersebut

memiliki beberapa tujuan lain

diantaranya sebagai upacara untuk

kesuburan tanah lahan serta upacara

meminta hujan. Dasar inilah yang

mendorong penulis mendekati

permasalahan tersebut dari sudut

pandang sejarah dan menempatkan

masyarakat Menui sebagai aktor

aktif di panggung sejarah.

Tari Luminda sebagai budaya

pada masyarakat Menui memiliki

latar belakang sejarah dan nilai-nilai

budaya yang luhur sebagai

masyarakat.Sudah selayaknya

dikembangkan dan dilestarikan

karena dapat memperkaya khasanah

budaya bangsa pada umumnya dan

membuktikan bahwa masyarakat

pada masa lampau melahirkaan dan

memiliki suatu kebudayaa yang

Page 87: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

87

bernilai tinggi yang mengandung

unsur filsafah kehidupan sebagai

dasar kelangsungan kehidupan

bermasyarakat di lingkungan

masyarakat Menui yang telah

tumbuh dan berkembang sejak masa

lampau atau merupakan pedoman

hidup bagi kelangsungan hidup

masyarakat.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang

digunakan adalah metode penelitian

deskriptif kualitatif. Jenis penelitian

yang dilakukan menggunakan

penelitian sejarah dengan

mengunakan beberapa tahapan yaitu:

pengumpulan sumber sejarah

(heuristic), pengolahan data,

interpretasi (analisis), dan penulisan

sejarah (historiografi).

Penelitian ini dilakukan di

Desa Ulunambo Kecamatan Menui

Kabupaten Morowali dengan subjek

kebudayaan Tari Luminda yang ada

pada masyarakat Menui.Lokasi ini

dipilih menjadi objek penelitian

berdasarkan berbagai pertimbangan

dengan alasan yang rasional yaitu

pertama karena tari Luminda sebagai

budaya pada masyarakat Menui yang

memiliki latar belakang sejarah dan

nilai-nilai budaya yang luhur bagi

masyarakat.Selain itu tempat ini

belum sepenuhnya dilakukan

penelitian yang mendalam tentang

tari luminda itu sendiri, serta

informan yang dapat memberikan

beberapa informasi menyangkut

judul penelitian dapat dijangkau

dengan mudah dengan waktu yang

cukup efesien.

Untuk mempermudah

penelitian maka peneliti

menggunakan pendekatan dengan

disiplin ilmu lain. Pendekatan

merupakan hal yang mutlak yang

harus digunakan dalam mengkaji

penelitian sejarah karenah

merupakan acuan bagi peneliti untuk

melihat dari sudut pandang mana

yang akan dilihat sebuah objek yang

akan diteliti.

Jenis penelitian ini adalah

penelitian sejarah yang bersifat

deskriptif kualitatif sedangkan

pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan

strukturis. Dasar penggunaan

pendekatan strukturis dalam

penelitian ini yakni individu dan

massa. Individu yang dimaksudkan

Page 88: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

88

disini adalah beberapa toko utama

terwujudnya tari Luminda pada

masyarakat Menui Kabupaten

Morowali sedangkan massa yang

dimaksud disini adalah semua

masyarakat yang terlibat dalam

sejarah Tari Luminda pada

Masyarakat Menui Kabupaten

Morowali sebagai obyek penelitian

ini.

Dalam penelitian ini

digunakan sumber sejarah yaitu

sumber tertulis, sumber lisan, dan

sumber visual, sumber tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Sumber lisan yaitu data

yang diperoleh melalui

keterangan-keterangan

informan yang memiliki

pengalaman pengetahuan

mengenai Tari Luminda

pada Masyarakat Menui.

b. Sumber tertulis yaitu

data yang diperoleh

dalam bentuk tulisan

terhadap aspek

penelitian berupa buku

atau leterature, skripsi,

laporan Penelitian yang

Relavan dan mendukung

perolehan data dalam

rangka penyusunan

skripsi.

c. Sumber visual yaitu data

yang akan diperoleh

melalui pengamatan

langsung dilapangan

pada bulan mei sampai

selesai terhadap benda-

benda atau alat-alat yang

dipakai dalam Tari

Luminda seperti:

pelaksanaan Tari

Luminda, Gong

(mbololo), “(Gong

berukuran sedang), dan

(Gong berukuran kecil).

HASIL

Hasrat untuk mengekspresikan

diri selalunya muncul ketika

manusia mulai mengenal

lingkunganya dan melakukan

aktivitasnya, ekspresi itu dituangkan

dalam bentuk seni, baik seni ukir,

seni lukis maupun seni tari.

Masyarakat dan kebudayaan

merupakan dua bagian yang tidak

bisa terpisahkan, masyarakat

menciptakan kebudayaan sebagai

sebuah tatanan yang diharapkan bisa

mengatur segala perilaku bagi

Page 89: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

89

anggota-anggota masyarakat dan

pada akhirnya akan mampu

menciptakan sebuah keteraturan

sosial dalam kehidupan bersama.

Koentjaraningrat (1987: 201)

mengemukakan bahwa: kebudayaan

itu terdiri atas tiga wujud: wujud

ideal (adat istiadat), wujud sistim

sosial (tindakan manusia dalam

masyarakat menurut pola-pola

tertentu), dan wujud fisik. Dari

wujud kebudayaan seperti yang

dikemukakan diatas tentu tidak

dapat terpisah antara yang satu

dengan yang lainnya, tetapi

merupakan suatu rangkaian di

tengah-tengah masyarakat

pendukungnya.

Masyarakat Menui memiliki

beberapa tari tradisional, salah satu

diantaranya yaitu Tari Luminda.

Sebelum adanya tari Luminda ada

yang dikenal dengan Tari Modero

tarian ini telah lama tumbuh dan

berkembang pada masyarakat Menui

yang merupakan tarian tradisi adat

pada masa itu. Tarian ini merupakan

tarian untuk mengungkapkan rasa

syukur Kepada Tuhan karena telah

terhindar dari marabahaya.

Setelah itu muncul suatu tarian

lagi dalam kalangan masyarakat

Menui yaitu Tari Luminda yang

dikenal sampai pada saat ini. Tarian

ini di ciptakan oleh Wa Ode Mpety

putri keturunan bangsawan Buton

yakni anak dari Wakaka dan Lamali

Geno, yang menjadi Boki

(permaisuri) kedua dari Raja I,

Marhum Sangiang Kinambuka,

setelah mangkatnya permaisuri

pertama, masa pemerintahan

Wakaka dalam kesultanan Buton

yakni pada tahun 1311. Kedatangan

Wa Ode Mpety ke Bungku atas

utusan dari Murhum Sangiang

Kinambuka, yang merupakan Raja

pertama pada kerajaan Bungku.

Kedatangan Wa Ode Mpety ke

Bungku menggunakan perahu layar,

Wa Ode Mpety inilah yang

membawa sebuah tarian yang

disebut Linda, atau Tari Luminda

yang kita kenal sekarang ini.

Luminda berasal dari kata Lumi,

yang artinya halus atau perlahan-

lahan, dan mepinda, yang artinya

menginjakan kaki atau bergerak

dengan gerakan melingkar dan

berbanjar.Sehingga secara etimologi

kata Luminda memiliki arti bergerak

Page 90: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

90

indah secara halus dan perlahan-

lahan yang dilakukan secara

melingkar dan berbanjar. Tarian ini

adalah salah satu tarian rakyat

masyarakat Menui yang telah lama

berkembang di tengah-tengah

masyarakat seiring dengan

pertumbuhan tradisi adat di daerah

itu. Tari Luminda lahir di tengah-

tengah masyarakat Menui pada

tahun 1558.(Tahiya, wawancara 2

Maret 2015).

Dalam Tari Luminda dikenal 4

( empat ) gerak dasar yang dilakukan

dengan gerakan halus atau perlahan-

lahan yang disebut :

1. Gerak Tumadeako Sambadengan pola berbanjar/salingberhadapan.

2. Gerak Palampa dengan polamelingkar.

3. Gerak Losa-losa dengan polamelingkar.

4. Gerak Tumadentina (mompangifi ) dengan polaberbanjar dan melingkar.

Adapun fungsi yang

terkandung dalam setiap gerakan

yaitu gerak tumadeako samba adalah

gerakan dengan pola saling

berbanjar/saling berhadapan

memiliki fungsi hidup bersama

membuat mufakat/pendapat.Gerak

Palampa adalah gerak pola

melingkar. Menurut informan

gerakan ini merupakan perlambang

ikatan yang kokoh dan kuat secara

kekeluargaan supaya tidak tercerai

berai. Gerak Losa-losa adalah gerak

melingkar memiliki fungsi simbol

sifat kekeluargaan dan kerukunan

yang tercipta melalui adanya

perkawinan, sedangkan gerak

Tumadentina (mompangifi) adalah

gerak dengan pola berbanjar dan

melingkar memiliki memiliki fungsi

simbol pentingnya persatuan dan

kesatuan dalam rangka menjalin

hidup yang harmonis dan serasi

diantara sesama manusia.

Tarian ini di ciptakan sebagai

suatu perwujudan tradisi masyarakat

menui dalam hal ungkapan rasa

syukur kepada tuhan agar terhindar

dari marabahaya/ Tolak bala serta

permintaan nikmat alam kepada

tuhan agar bisa diberikan hujan

hingga kesuburan tanah pada saat

musim kemarau tiba.Pertumbuhan

tarian tersebut kemudian meluas

sampai seluruh wilayah Kecamatan

Menui Kepulauan khususnya pada

masyarakat Menui sehingga

sekarang ini telah menjadi tarian

Page 91: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

91

tradisional yang sangat populer di ke

daerah tersebut.Pesertanya terdiri

dari laki-laki dan wanita yang

jumlahnya 12 orang, 6 orang laki-

laki dan 6 orang wanita.Wanita

memakai baju adat, yakni baju poko,

atau kubaeya (kebaya) dengan

sarung sehelai salenda (selendang)

serta rambut diuraikan. Sedangkan

untuk penari pria menggunakan baju

adat, memakai saluara (celana),

dengan sebuah palulu (sapu tangan),

yang diselipkan pada lipatan kain

sarung yang menambah keindahan

tarian tersebut serta songko mpolulu

(destar). Keunikan dari tarian ini

adalah gerak penari wanita yang

tidak boleh

mengangkat/menggerakan bahu

sampai siku sehingga tumpuan gerak

hanya siku sampai jari tangan.

Dari data yang dihimpun oleh

penulis melalui wawancara dengan

tokoh masyarakat yang mengenal

sejarah dan budaya masyarakat

Menui, bahwa seiring

perkembangan zaman dan

perkembangan islam serta pesatnya

perkembangan Ilmu Pengetahuan

dan Teknologi (IPTEK) di era

modernisasi hingga sekarang ini,

membuat kesenian daerah menjadi

tidak murni dan mengalami

perubahan. manfaat serta nilai-nilai

yang ada dalam tari itu sendiri ikut

berkembang dan berubah

masyarakat sendiri mulai percaya

akan hal-hal serta makna lain yang

terkandung di dalam tari itu sendiri,

Tari ini sendiri memiliki keunikan,

karena mengandung unsur-unsur

kekuatan yang diluar nalar manusia

biasa atau magis di dalam setiap

pelaksanaanya. Selain itu Tari

Luminda ini dijadikan sebagai

tempat dan sarana penyebaran

agama islam. Karena didalam tarian

tersebut terjadi proses interaksi

masyarakat satu dengan masyarakat

lainnya terbangun dengan penuh

keakrabatan dan keharmonisan

sehingga dikatakan bahwa tarian ini

merupakan kegiatan budaya yang

sangat penting dan penyebaran

agama islam secara cepat pada

masyarakat Menui. Kehadiran tari

ini sebagai sarana pengungkapan

kepercayaan atau keyakinan.

PEMBAHASAN

Disetiap daerah dan suku

bangsa ditanah air tentu memiliki

Page 92: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

92

suatu tarian yang menjadi ciri khas

daripada daerah suku bangsa

tersebut dan sangat di junjung tinggi

oleh segenap masyarakat

pendukungnya karena dianggap

sebagai warisan paling luhur

daripada nenek moyang mereka pada

masa lampau. Hal ini membuat

masyarakat tersebut berupaya untuk

mempertahankan tarian

tersebut.Maka demikian pula dengan

masyarakat Menui yang telah

melahirkan suatu tarian yakni Tari

Luminda yang sangat dijunjung

tinggi karena didalamnya

mengandung unsur-unsur falsafah

kehidupan bermasyarakat. Untuk

mengetahui lebih lanjut mengenai

perubahan Tari Luminda baik dari

bentuk pelaksanaan serta nilai-nilai

yang terkandung didalamnya,

diuraikan seperti berikut ini:

Periode Sebelum Adanya

Perubahan

Perkembangan serta perubahan

dari suatu budaya khususnya Tari

Luminda pada masyarakat Menui

yang ada pada saat ini tidak terlepas

dari perkembangan agama islam

serta bentuk kepercayaan akan nilai-

nilai lain yang terkandung

didalamnya yang ternyata cukup

banyak membawah pengaruh

terhadap kehidupan masyarakat

Menui pada khususnya. Pengaruh ini

dapat dilihat dari segi keyakinan

serta kepercayaan masyarakat

terhadap suatu budaya yang ada

serta nilai-nilai yang terkandung

didalamnya. Perkembangan serta

perubahan Tari Luminda dapat

dilihat dari perubahan yang terjadi,

perubahan tersebut diantaranya :

1. Bentuk pakaian

Sebelum adanya perubahan,

pakaian yang digunakan

sangat sederhana hal ini

disesuaikan dengan keadaan

masyarakat pada saat

itu.Bagi laki-laki memakai

pakaian adat yang terdiri

pakaian baju koko, memakai

celana panjang, serta songko

mpolulu (destar), khsusunya

bagi pria, bagi wanita

memakai baju kebaya, serta

sehelai selenda (selendang)

dan rambut diuraikan.

Pakaian ini tidak ada

perbedaan antara tokoh adat

dengan masyarakat biasa.

Page 93: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

93

Kelengkapan lain bagi

pakaian pria adalah sapu

tangan sebagai penambah

keindahan tarian tersebut,

yang sebelum pelaksanaan

tarian diselipkan pada lipatan

sarung.

2. Bentuk alat pengiring

Alat pengiring merupakan

hal yang perlu juga sangat

dibutuhkan dalam mengiringi

tarian Luminda. Dalam

pelaksanaan Tari Luminda

alat pengring yang

dibutuhkan dalam mengiringi

tarian adalah alat berupa

gong besar dan gong kecil

dilengkapi dengan gendang.

Hal ini disesuaikan dengan

keadaan masyarakat pada

saat itu dengan memakai

alat-alat sederhana.

3. Bentuk gerakannya

Tari ini dilakukan oleh laki-

laki dan perempuan dewasa

yang membentuk lingkaran

dan berbanjar.Mereka

bergerak perlahan-lahan

mengikuti iringan musik

tradisional. Semuanya

dilakukan dengan seksama

dan tanpa terburu-buru

karena setiap gerakan yang

dilakukan harus seirama

dengan musik yang

mengiringnya. Bentuk tarian

dapat berbentuk melingkar

dan berbanjar. Seperti halnya

molulo, bedanya terletak

gerakan kaki dan tangan

yang tidak saling

berpegangan sedangkan

posisinya adalah satu-satu

yakni lelaki berikutnya

peserta wanita, mulai dari

yang tua dan yang muda

ketemu. Hal ini

menggambarkan adanya

saling membutuhkan antara

yang tua dan yang muda.

4. Bentuk nyanyian

Nyanyian yang digunakan

untuk mengiringi tari

Luminda sebelum

mengalami perubahan. Yang

bermakna peringatan kepada

manusia agar kita senantiasa

menjaga diri dari perbuatan

yang tidak bermanfaat seperti

tertuang dalam penggalan

syair berikut ini :

“Sare ............................ (adat)

Page 94: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

94

Aruange kita mobuso ............. 2x(disana dipantai sudah mau pasang)Napu to baleo bangkato..............(jangkar belum diturunkan) “.

Yang bermakna bahwa umur

kita semakin tua, oleh karena itu kita

harus melakukan perbuatan yang

bermanfaat. Pelaksanaan Tari

luminda sebelum adanya perubahan

diawali dengan pemandian bagi

seluruh masyarakat Menui yang

dipimpin langsung oleh ketua adat,

dan sangat dikhususkan bagi anak-

anak, karena anak sebagai generasi

penerus harus memiliki kekuatan

terhadap pengaruh roh

jahat.Pemandian ini dilangsungkan

pada petang hari tiga hari sebelum

pelaksanaan tarian.Baru setelah tiga

hari kemudian dilangsungkanlah

Tari Luminda.Tarian ini di ciptakan

sebagai suatu perwujudan tradisi

masyarakat menui dalam hal

ungkapan rasa syukur kepada tuhan

agar terhindar dari marabahaya/

Tolak bala.

Periode Sesudah Adanya

Perubahan Hingga Saat Ini

Budaya merupakan bagian dari

kehidupan masyarakat sebagai hasil

cipta, rasa dan karsa manusia yang

dimiliki bersama dari anggota-

anggota masyarakat. Pesatnya

perkembangan Ilmu Pengetahuan

dan Teknologi (IPTEK) di era

modernisasi hingga sekarang ini

serta berkembangnya agama islam

ternyata cukup banyak membawah

pengaruh terhadap kehidupan

masyarakat indonesia pada

umumnya dan masyarakat Menui

pada khususnya.

Pesatnya perkembangan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi

(IPTEK) di era modernisasi hingga

sekarang ini, membuat kesenian

daerah menjadi tidak murni dan

mengalami perubahan.IPTEK juga

sangat berpotensi untuk menggerus

nilai-nilai sosial yang ada di

kesenian tersebut.kesenian tari

Luminda yang hingga kini terus

dilestarikan tidak menutup

kemungkinan kesenian tersebut tidak

mengalami perubahan. Nilai-nilai

yang dianut oleh masyarakat bukan

tidak mungkin terkikis karena

perubahan zaman dan pola fikir yang

semakin positif di era teknologi

moderen hingga saat ini.Perubahan

tersebut bisa saja terjadi karena

berkembangnya ilmu pengetahuan

Page 95: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

95

dan teknologi yang maju dan tingkat

pendidikan yang tinggi di era

modernisasi sekarang

ini.Perkembangan tersebut membuat

masyarakat menjadi berpikir lebih

maju dan kritis. Menurut Bapak

Kurunia mengatakan bahwa

Perubahan yang terjadi Pada tari

Luminda di era modernisasi hingga

sekarang ini yaitu perubahan akan

kepercayaan terhadap nilai lain yang

terkandung didalam tari tersebut.

Dalam tradisi tari Luminda hingga

pada saat ini masyarakat percaya

bahwa apu (tuhan) adalah pemberi

dari segala-galanya sehingganya

melalui pelaksanaan tari ini akan

diberikan nikmat berupa hujan dan

kesuburan tanah dari yang maha

kuasa. Perkembangan pendidikan

membuat masyarakat lebih berpikir

rasional dan berusaha meninggalkan

adat yang dirasa salah dan tidak

sesuai dengan norma yang berlaku di

masyarakat serta mengembangkan

adat yang menurut kepercayaan

mereka sesuai dengan nilai-nilai adat

yang mereka anggap benar.

Dalam pelaksanaan tari

Luminda pada periode sesudah

adanya perubahan hingga sekarang

dapat dilihat perubahan yang terjadi,

perubahan tersebut diantaranya:

1. Bentuk pakaian

Pakaian yang yang

digunakan dalam

pelaksanaan Tari Luminda

saat ini adalah yakni baju

koko, atau kubaeya (kebaya

atau baju adat) serta sehelai

salenda (selendang) dan

rambut diurai. Sedangkan

untuk penari pria

menggunakan baju yang

disebut baju adat, memakai

saluara (celana), dengan

sebuah palulu (sapu tangan),

yang diselipkan pada lipatan

kain sarung yang menambah

keindahan tarian tersebut

serta songko mpolulu

(destar), dan warna pakaian

yang digunakan adalah

warna kuning.

2. Bentuk alat pengring

Dalam pelaksanaan Tari

Luminda alat pengring juga

sangat dibutuhkan dalam

mengiringi tarian. Karena

tidak akan mungkin kita

melakukan Tari Luminda

tanpa ada pengiringnya. Pada

Page 96: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

96

periode sebelum adanya

perubahan tari ini bentuk

peralatan pengiring mulai

dikenal dengan namanya

gong yang disebut tafa-tafa,

yang terdiri sebuah gong

besar dan gong kecil

sedangkan periode sesudah

adanya perubahan hingga

sekarang sudah dilengkapi

dengan dua buah gendang,

pede-pede (rincing) serta

rebana.

3. Bentuk nyanyian

Dalam Tari Luminda selalu

diiringi dengan

nyanyian.pada periode ini

nyanyian yang sering

digunakan bertema tentang

pembangunan, pendidikan,

agama dan perjuangan

seperti tertuang pada berikut

ini berikut ini :

Syair yang berisi tentang

Pembangunan

“ Sare ............................ (adat)

Tosama turu fumanguho

inianto.........2x (mari kita bersama-

sama membangun kampung

halaman.

Yang bermakna mari kita sama-

sama membangun kampung halaman

kita ini.

Syair yang berisi tentang Pendidikan

“ Sare ............................ (adat)

Topokondau buri.............. 2x(kita

memberikan pelajaran tentang

menulis).

bermakna tentang mari kita

memberikan pelajaran tentang

menulis agar menambah wawasan

mereka tentang ilmu pengetahuan.

Syair yang berisi tentang Agama

Sare ............................ (adat)

Itaho tokolumpeyo......2x

(Jangan kita sampai lupa)

Tumadeyako olima fakitu

(mendirikan sholat lima waktu)

Yang bermakna mendirikan

sholat lima waktu karena itu

merupakan kewajiban kita sebagai

umat muslim dan tiang agama.

Pelaksanaan Tari luminda

sesudah adanya perubahan tidak

terlalu berbeda dengan pelaksanaan

sebelum adanya perubahan diawali

dengan pemandian bagi seluruh

masyarakat Menui yang dipimpin

langsung oleh ketua adat Proses

pelaksanaan Tari Luminda diawali

dengan permandian, pemandian ini

Page 97: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

97

dilangsungkan pada petang hari tiga

hari sebelum pelaksanaan tarian.

Baru setelah tiga hari kemudian

dilangsungkanlah Tari

Luminda.permandian ini dilakukan

menjelang hari raya Idul Fitri dan

Idul Adha. Tujuannya untuk

menyegarkan kembali masyarakat

setelah berjuang selama 30 hari

melawan hawa nafsu. Proses

pelaksanaan sejak hari Raya Idul

Fitri sampai hari Raya Idul Adha

kemudian sesudah pelaksanaan

tersebut segala peralatan di simpan.

Dan pada hari-hari lain tidak di

perkenangkan melakukan tarian

tersebut, kecuali dapat dilaksanakan

jika pada hari waktu bercocok tanam

telah tiba serta apabila terjadi

serangan penyakit yang datang

menimpa secara tiba-tiba menyerang

masyarakat menui.Masyarakat

Menui dapat melakukan kegiatan

adat secara bersamaan waktu dan

hari untuk melakukan monteo

pompangaha (pemberian adat)

dengan tujuan memohon agar

diberikan nikmat berupa hujan serta

diberikanya kesuburan tanah serta

apabila penyakit yang menimpa

masyarakat Menui segera hilang,

dan pada malam harinya

dilaksanakan Tari Luminda.selesai

melaksanakan Tari Luminda maka

peralatan di simpan kembali yang

peralatan di maksud: gendang dan

gong.

Budaya merupakan bagian dari

kehidupan masyarakat sebagai hasil

cipta, rasa dan karsa manusia yang

dimiliki bersama dari anggota-

anggota masyarakat. Pada

perkembangan selanjutnya

pelaksanaan baik itu bentuk pakaian,

bentuk alat pengiring, bentuk

nyanyian hingga waktu pelaksanaan

serta fungsi dan kegunaan adat Tari

Luminda ini mulai berubah serta

biasanya tari ini sekarang digunakan

sebagai acara penyambutan tamu

agung dan pejabat yang melakukan

kunjungan kerja didaerah ini.

Kemudian pada mulanya Tari

Luminda ini hanya boleh dilakukan

oleh orang tua.tetapi seiring

berkembangnya zaman serta

pengetahuan masyarakat maka tari

ini sudah bisa ditarikan oleh remaja

dan anak-anak.

Makna dari pelaksanaan Tari

Luminda tersebut adalah sebagai

suatu usaha masyarakat untuk

Page 98: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

98

menghindari segala bentuk

keburukan yang ada atau sering

disebut dengan tolak bala hingga

pada saat ini makna serta nilai-nila

yang terkandung di dalam tari

tersebut telah berkembang

masyarakat percaya akan kekuatan

lain yang terkandung didalamnya

diantaranya yaitu kepercayaan akan

kekuatan gaib pada pelaksanaan tari

yang bisa mendatangkan hujan

ketika musim kemarau tiba dan

mensuburkan tanah ketika musim

bercocok tanam tiba.

Masyarakat Desa Menui

melaksanakan ritual yang berbeda

dari sebelumnya hingga di era

modernisasi sekarang ini, alasannya

yaitu karena mereka percaya akan

kekuatan besar dari yang maha

kuasa, masyarakat Menui yang

penduduknya secara umumnya

adalah islam lebih meyakini bahwa

diatas kekuatan apapun hanya allah

yang bisa mengetahuinya.

Kepercayaan mereka yaitu

menganggap bahwa (apu) atau tuhan

adalah maha pemberi dari segala-

galanya. Karena manusia hidup di

dunia ini tidak akan bisa berbuat

apa-apa tanpa campur tangan dari

yang maha kuasa (apu). Mereka

percaya bahwa dengan ritual yang

dialakukan dengan pementasan tari

ini akan menghindarkan mereka dari

hal-hal yang tidak diinginkan serta

permintaan akan nikmat alam dari

tuhan yang maha kuasa. Ada alasan

lainnya yang menyebabkan

masyarakat Menui melaksanakan

ritual tersebut yaitu karena mereka

masih ingin mempertahankan adat

istiadat yang sudah sejak dulu

dilakukan oleh para leluhur mereka

sebagai bentuk budaya. Pola

perilaku mereka juga bergerak sesuai

dengan apa yang mereka yakini

sebagai suatu kebenaran yang

hakiki.

Seiring berkembangnnya

daerah yang semakin maju maka

pemerintah daerah, para tokoh adat,

dan tokoh masyarakat tetap

berupaya mempertahankan fungsi,

nilai-nilai serta menjaga kelestarian

Tari Luminda tersebut. Pada periode

ini masyarakat Menui masih tetap

mementaskan Tari Luminda untuk

memperingati hari-hari besar islam

dan kegiatan adat daerah setempat

misalnya di hari Raya Idul Fitri dan

Idul Adha Tari ini dipergunakan

Page 99: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

99

sebagai adat untuk menolak bala,

selain itu pada hari-hari lain yang

dianggap penting, masyarakat

percaya bahwa dengan Tari ini

dipergunakan sebagai adat untuk

meminta hujan serta kesuburan

tanah kepada yang maha kuasa pada

saat musim kemarau tiba. Kemudian

seiring berkembangnnya daerah

maka tari Luminda tersebut bahkan

sering dipentaskan di tingkat

propinsi jika ada kegiatan kegiatan

budaya, bahkan sampai ketingkat

nasional.

KESIMPULAN DAN SARAN

Lahirnya Tari Luminda

diawali dengan Tari Modero tarian

ini telah lama tumbuh dan

berkembang pada masyarakat

Menui, tarian ini di ciptakan oleh

Wa Ode Mpety putri keturunan

bangsawan buton.Perubahan serta

perkembangan Tari Luminda di

dasarkan atas pesatnya

perkembangan Ilmu Pengetahuan

dan Teknologi (IPTEK) di era

modernisasi hingga sekarang ini,

membuat Tari Luminda yang

merupakan tarian daerah menjadi

tidak murni dan mengalami

perubahan. Pelaksanaan serta

manfaat nilai-nilai yang ada dalam

tari itu sendiri ikut berkembang dan

berubah.

Kesenian Tari Luminda yang

hingga kini terus dilestarikan tidak

menutup kemungkinan kesenian

tersebut tidak mengalami

perubahan.Nilai-nilai yang dianut

oleh masyarakat bukan tidak

mungkin terkikis karena perubahan

zaman dan pola fikir yang semakin

positif di era teknologi moderen

hingga saat ini.Perubahan tersebut

terjadi karena berkembangnya ilmu

pengetahuan dan teknologi yang

maju dan tingkat pendidikan yang

tinggi.Kesenian tersebut mengalami

perubahan untuk menyesuaikan

dengan tata kehidupan atau

masyarakat setempat.Dari tahun ke

tahun dan dari generasi ke generasi

Tari Luminda mengalami berbagai

perkembangan. Meskipun

perkembangan tersebut tidak

merubah dari bentuk aslinya tetapi

ada beberapa perubahan yang cukup

signifikan antara lain mengenai

pelaksanaan serta fungsi dari nialai-

nilai yang ada di dalam tari itu

sendiri.

Page 100: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

100

Perubahan tersebut terlihat

dari model pakaian, bentuk nyanyian

(syair) serta waktu pelaksanaa dari

Tari itu sendiri hingga yang tidak

kalah pentingnya yaitu manfaat dari

nilai-nilai yang terkandung di dalam

tari itu sendiri, dimana sebelum

adanya perubahan Masyarakat

Menui percaya dengan pelaksanaan

dari tari luminda sendiri hanya

digunakan atau berfungsi sebagai

salah satu adat untuk proses cuci

kampung/bersih kampung atau yang

biasa disebut Tolak Bala. Namun

setelah adanya perubahan hingga

sekarang seiring dengan

perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi membawa pengaruh

terhadap fungsi dari nilai-nilai yang

terkandung didalam tari itu sendiri

dalam tradisi Tari Luminda hingga

pada saat ini masyarakat percaya

bahwa Apu (tuhan) adalah pemberi

dari segala-galanya sehingganya

melalui pelaksanaan tari ini akan

diberikan nikmat berupa hujan dan

kesuburan tanah dari yang maha

kuasa ketika musim kemarau dan

waktu untuk bercocok tanam telah

tiba.

DAFTAR RUJUKAN

Hidayat, Robby, 2005.Menerobos

Pembelajaran Tari

Pendidikan. Malang: Banjar

Seni Gontar Gumelar.

Koentjaraningrat. 1980. Pengantar

Ilmu Antropologi. Jakarta:

Aksara Baru.

Kuntowijoyo. 2003. Metodologi

Sejarah. Yogyakarta: PT

Tiara Wacana Yogya

Siswanto, B. 1978.Sosiologi.Jakarta:

Gramedia

Page 101: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

101

KEBERADAAN ORGANISASI KERUKUNAN KELUARGA

MANDAR SULAWESI BARAT (KKMSB) DI PROVINSI

SULAWESI TENGAH

Oleh :

Syakir Mahid 1

Nurdiana 2

ABSTRAK

Penelitian menunjukkan bahwa Keberadaan Organisasi KerukunanKeluarga Mandar Sulawesi Barat (KKMSB) di Provinsi SulawesiTengahmerupakan salah satu wadah berkumpulnya orang orangMandar guna menghimpun sumber daya manusia suku Mandardiperantauan guna memberikan kontribusi bagi kemajuan daerah,sekaligus mempererat hubungan kekeluargaan dan silaturahmi dikalangan masyarakat Sulawesi Barat di Provinsi Sulawesi Tengah.Struktur Organisasi Kerukunan Keluarga Mandar Sulawesi Barat(KKMSB) di Provinsi Sulawesi Tengah terdiri atas Dewanpembina/penasehat, Dewan Pakar, pengurus harian, yang meliputiKetua Umum.KetuaUmum terdiri dari Ketua I-Ketua V sertaSekretaris yang terdiri atas Sekretaris s/d sekretaris IV hinggaBendahara. Adapun seksi meliputi: Biro Usaha dan Kesejahteraan,hingga Biro Pendidikan dan Sumber Daya Manusia. Kohesi sosialmasyarakat Mandar diperantauan Sulawesi Tengah terjalin sangat baikterlihat dari terbentuknya organisasi paguyuban Kerukunan KeluargaMandar Sulawesi Barat KKMSB, aktif dalam kegiatan Majelis taklim,tarwih keliling serta halal bi halal.

Kata Kunci :Organisasi, Orang Mandar, struktur organisasi dankohesi sosial.

1Dosen Tetap Pada Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Untad2Pemerhati Sejarah di Sulawesi Barat

Page 102: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

102

The Existence of Mandar Family Harmony of West Sulawesi(KKMSB)Organizationof Central Sulawesi Province Branch

ABSTRACT

The research findings show that the existence of Mandar FamilyHarmony of West Sulawesi (KKMSB) Organization in CentralSulawesi Province is one of the forum where Mandar people gather soas to pool human resources of Mandar ethnic in the migration place inorder to contribute to the progress of the region, and also to strengthenthe kinship and relationship among the people of West Sulawesi inCentral Sulawesi Province. The structure of Mandar Family Harmonyof West Sulawesi (KKMSB) Organization in Central SulawesiProvinceconsists of Advisory Board, Board of Expert, ExecutiveBoard which includes the chairman. The chairman consists ofChairman I – Chairman V and the Secretary includes Secretary toSecretary IV and the treasurer.The sections include: Business andWelfare Bureau to Bureau of Education and Human Resources. Socialcohesion of Mandar People in Central Sulawesi exists very well seenfrom the existence of Mandar Family Harmony of West SulawesiKKMSB Organization which was active in Taklim forum, Tarawihprayer, and Eid gathering.

Key Words :Organization, Mandar People, Structure ofOrganization and Social Cohesion.

Page 103: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

103

PENDAHULUAN

Sebuah organisasi dapat

terbentuk karena dipengaruhi oleh

beberapa aspek diantaranya

penyatuan visi dan misi serta tujuan

organisasi yang disepakati oleh

seluruh anggota organisasi yang

tergabung.Organisasi yang dianggap

baik adalah organisasi yang diakui

keberadaannya oleh masyarakat

disekitarnya.Orang-orang yang ada

di dalam sebuah organisasi

mempunyai suatu keterkaitan yang

terus menerus. Rasa keterkaitan ini,

bukan berarti keanggotaan seumur

hidup akan tetapi sebaliknya,

organisasi mengalami perubahan

yang konstan di dalam keanggotaan

mereka, meskipun pada saat mereka

menjadi anggota, orang-orang dalam

organisasi berpartisipasi secara

relatif teratur.

Kerukunan Keluarga Mandar

Sulawesi Barat (KKMSB)

sebelumnya bernama Kerukunan

Keluarga Indonesia Mandar (KKIM)

didirikan pada tahun 1968.

Organisasi ini berganti nama

menjadi Organisasi Kerukunan

Keluarga Mandar Sulawesi Barat

(KKMSB) pada tanggal 23 April

2007. Perubahan nama organisasi ini

merupakan peralihan atau kelanjutan

dari Kerukunan Keluarga Indonesia

Mandar (KKIM) dengan dasar,

tujuan, dan sifat tidak berubah /

tidak berbeda. Tujuan dari

perubahan nama organisasi ini agar

provinsi Sulawesi barat dapat

dengan mudah dikenal oleh

masyarakat Indonesia. Maka dari itu,

penulis merasa tertarik meneliti apa

yang melatar belakangi dibentuknya

organisasi Kerukunan Keluarga

Mandar dan organisasi ini masih

bertahan sampai saat ini di Sulawesi

Tengah khususnya kota Palu.

Berdasarkan permasalahan di atas

maka penulis tertarik melakukan

penelitian mengenai keberadaan

organisasi Kerukunan Keluarga

Mandar Sulawesi Barat (KKMSB)

Provinsi Sulawesi Tengah. Dalam

hal ini penulis membatasi penelitian

khusus kota Palu tentang

“Keberadaan Organisasi Kerukunan

Keluarga Mandar Sulawesi Barat

(KKMSB) di Provinsi Sulawesi

Tengah”.

Page 104: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

104

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara

yang digunakan dalam penelitian

yang berfungsi sebagai alat untuk

menjelaskan berbagai permasalahan

yang terkait dengan hal yang ingin

diteliti. Sebagai ilmu, sejarah

mempunyai metode sendiri dalam

melakukan penelitian yaitu metode

penelitian sejarah. Menurut

Suhartono W. Pranoto (2010: 11)

menyatakan bahwa “Metode adalah

cara untuk berbuat atau mengerjakan

sesuatu dalam suatu sistem yang

terencana dan teratur. Jadi metode

selalu erat hubungannya dengan

prosedur, proses, atau teknik yang

sistematis untuk melakukan

penelitian disiplin ilmu tertentu hal

ini dimaksud untuk mendapatkan

objek penelitian.

Penelitian ini dilakukan

bertujuan untuk mendapatkan

referensi yang berkaitan dengan

penelitan di lapangan, selain itu

bertujuan untuk mendapatkan

gambaran umum tentang teori dan

konsep ilmiah yang mempunyai

relevansi dengan masalah-masalah

penelitian. Penelitian ini dilakukan

dengan mempelajari dan menelaah

berbagi buku-buku literature,

dokumen-dokumen, situs-situs

internet serta sumber-sumber lainnya

yang peneliti anggap perlu.

Penelitian kepustakaan

dilakukan dengan mengunjungi

berbagai perpustakaan yang terdapat

di Kota Palu, seperti Perpustakaan

Wilayah Sulawesi Tengah,

Perpustakaan Pusat Untad,

Perpustakaan FKIP Untad, Melalui

upaya ini, peneliti memperoleh

beberapa literatur yang dapat

menunjang permasalahan yang

dikaji seperti tulisan Didit

Darmawan (2013) ”Prinsip-Prinsip

Perilaku Organisasi”, Suhartono W

Pranoto (2010)”Dasar-dasar

Oraganisasi”,Mohammad Ridwan

Alimuddin (2011)“Mandar Nol

kilometer:Membaca Mandar

Lampau dan Hari Ini”, Ratna (2011)

“Perkembangan Saeyyang Pattuddu

Dalam Kebudayaan Mandar, Amad

Al – Qadry (2010) “Sejarah

Mandar,Arni Muhammad (2002)

“Komunukasi Organisasi”, Haliadi

(2010) “Nosarara Nosabatutu”, Nur

Hasmilawati (2012) “Migrasi Orang

Selayar di Kota Palu (1957-2011)”,

dan tulisan lain yang memberikan

Page 105: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

105

kontribusi tak kalah menariknya

tulisan Pertras Cristian (2006),

tentang Manusia Bugis, serta

beberapa tulisan penulis sejarah dan

budaya, diantaranya tulisan Syakir

Mahid (2009)“Sejarah Sosial

Sulawesi Tengah”, Syakir Mahid,

(2013)Sejarah Pahlawan Daerah

Sulawesi Tengah Muhammad Idrus

(2009)“Metode Penelitian Ilmu

Sosial”, serta beberapa tulisan lain

yang banyakmemberikan kontribusi

berharga untuk tulisan ini.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan penelitian di

lapangan, ditemukan fakta

berdasarkan hasil wawancara,

observasi dan dokumentasi, maka

peneliti mencoba menguraikan satu

persatu untuk memecahkan masalah

dalam penelitian yang dapat dilihat

sebagai berikut :

Keberadaan Organisasi

Kerukunan Keluarga Mandar

Sulawesi Barat (KKMSB) di Kota

Palu

Berdasarkan hasil wawancara

dengan H. Abdul Latief Ma’da

menjelaskan bahwa:

Awalnya organisasi inibernama Kerukunan KeluargaIndonesia Mandar (KKIM)didirikan pada tahun 1968yang di koordinatori oleh H.Abdul Rauf Daeng Thalib danrekan-rekannya. Beliaumenjabat selama 2 (dua)periode, kemudian pada tahun2002 organisasi ini diketuaioleh Mujirin M. Yamin, SE.MS dan sekertarisnya adalahIr. Abd. Kadir Paloloang, MP.Masa kepengurusan organisasiKerukunan Keluarga Mandarsatu periode adalah 5 (lima)tahun. Organisasi ini bergantinama menjadi KerukunanKeluarga Mandar SulawesiBarat (KKMSB) pada tanggal23 April 2007 Salah satualasan yang menjadi dasarpergantian nama dariorganisasi ini memilikiketerkaitan dengan awalterbentuknya PropinsiSulawesi Barat dengan tujuanagar provinsi ini dapat denganmudah dikenal olehmasyarakat luas.Adapun proses berdirinyaorganisasi KerukunanKeluarga Mandar SulawesiBarat (KKMB) di Kota Palu,awalnya orang Mandar datangke perantauan khususnya kotaPalu Keberadaan orangMandar di Kota Palu tidakjauh berbeda dengan suku-suku pendatang lainnya, sepertSuku Bugis, Selayar, Jawa,Bali dan sebagainya merekamenetap di Kota Palu untukmendapatkan kehidupan yanglebih baik. Mencaripendidikan, lapangan

Page 106: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

106

pekerjaan.Baik itu karenatuntutan pekerjaan atau profesiada yang sebagai nelayan,pedagang, guru, dosen,mahasiswa dan sebagainyadari berbagai kalangan.Awalnya kita orang Mandaryang datang ke SulawesiTengah ini tidak salingmengenal satu sama lain, tapiketika adanya organisasi ini,dengan informasi dari mulutke mulut hingga berkembangsampai sekarang..Silatuhrahmi kami terjalinsangat baik. KerukunanKeluarga Mandar SulawesiBarat (KKMSB) di bentukdengan tujuan menghimpunSumber Daya Manusiamasyarakat Sulawesi Baratyang memberikan kontribusibagi kemajuan daerah,mempererat hubungankekeluargaan dan silaturahmidikalangan masyarakatSulawesi Barat yangberdomisili di kota Palu sertamelestarikan nilai-nilai luhurbudaya Mandar. Kegiatanyang dilakukan organisasiKerukunan Keluarga MandarSulawesi Barat (KKMSB)yaitu khususnya kegiatankeagamaan seperti Majelistaklim, Arisan, Tarawihkeliling di bulan SuciRamadhan, Halal bihalal, Iduladha, Maulid Nabi, dan lain-lain., kegiatan sosialpemberian bantuan di pantiasuhan, serta korban bencanaalam yang terjadi di SulawesiTengah. (Wawancara17Januari 2014).

Berdasarkan wawancara

dengan H. Abdul Latief

Ma’damengenai Kerukunan

Keluarga Mandar Sulawesi Barat

(KKMSB)bahwa organisasi ini

didirikan pada tahun 1968 di

koordinatori oleh H. Abdul Rauf

Daeng Thalib dan rekan-rekannya

selama dua periode. Penjelasan

bapak tersebut belum lengkap

berdasarkan ingatannya. Sehingga

penjelasan lebih rinci akan di

utarakan oleh Bapak Drs. H.

Baharudin HT., M.Si.

Dengan berkembangnya

organisasi ini Hi. Burhan Abu Bakar

menjelaskan bahwa:

Organisasi KerukunanKeluarga Mandar SulawesiBarat (KKMB) ini PerananKKMSB ini dapat dirasakandengan adanya berbagaimacam kegiatan sosial yangdiadakan.KKMSB adalahwadah berkumpulnya orangorang Mandar, tanpa mengenalasal daerah.Tidak ada lagiyang di bilang MandarMajene, Mandar Tinambung,Mandar Balanipa dan masihbanyak lagi.Kita semubersaudara dan saling tolongmenolong. Jika ada keluragamandar ( luluare’ sipembolongatta’) yangmemerlukan bantuan ataumendapat musibah kami

Page 107: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

107

semua anggota kerukunankumpulkan dana untukmeringankan beban saudarasesuku kita. Walaupun merekabukan anggota dari kerukunankami tetap membantu saudarakita yang lagi kesusahan ataukena musibah.OrganisasiKerukunan Keluarga MandarSulawesi Barat saat inimemiliki sarana fasilitassendiri yaitu Ambulance.(Wawancara 23 Januari 2015)

Dilanjutkan penjelasan dariIbu Hj. Nurhayati mengatakan:

Kegiatan rutin kitadikerukunan ini adalahpengajian bulanan yangdiadakan setiap tanggal 20bulan berjalan, nama majelistalim kami dikerukunan iniNurul Taubah, selainpengajian kita juga, arisansilaturahmi sesama anggotatau orang-orang mandar yangberada dikota palu, kita jugamengadakan tarawih keliling,kegitan halal bilhalal setelahlebaran idul fitri. Manfaatyang saya rasakan setelah sayabergabung dikerukunankeluarga Mandar itu sangatbanyak manfaatnya, salahsatunya saya jadi banyakkenalan orang-orang Mandarbaik itu dari kalangan bawahsampai atas tanpamembedakan status sosialkami. Di kerukunan ini kitabiasa saling berbagipengalaman satu sama lain.(Wawancara 21 Agustus2015)

Organisasi ini mengalami

pasang surut faktor penghambatnya

seperti yang dijelaskan oleh

Alimuddin Samad bahwa :

Adanya kesibukan darimasing-masing anggotanyadengan profesi masingsehingga sebagian anggotatidak bisa datang dalam suatuacara yang dilakukan dalamorganisasi seperti kegiatanMa’jelis Ta’lim sekaligusarisan para anggota organisasiKerukunan Keluarga MandarSulawesi Barat (KKMB).Walaupun organisasipaguyuban ini seringmengalami pasang surut dalamperkembangannya di kota Palutapi peran kerukunan ini tetapmenjadi wadah pemersatuantar orang Mandar di kotaPalu. Kehidupan orangMandar di kota Palumengalami perkembangan,banyak diantara mereka sudahtidak pernah lagi menginjakankaki di daerah tanah asalnyayaitu Mandar, kebanyakansudah menetap di perantauandengan dari mereka menikahdiperantauan berbagai macamfaktor. Seperti telahmelakukan perkawinandidaerah perantauan, setelahmemiliki keluarga danmempunyai anak tidak jarangdari anak-anak mereka tidakpenah menginjakan kaki ditanah kampunghalamannya.(Wawancara 02Juli 2015).

Page 108: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

108

Struktur Organisasi Kerukunan

Keluarga Mandar Sulawesi Barat

(KKMSB) di Kota Palu

Berdasarkan dokumen yang

diperoleh dari bapak Ir. Awaluddin

Djuaeni mengenai badan pengurus

pusat Kerukunan Keluarga Mandar

Sulawesi Barat (KKMSB),

Komposisi personalia badan

pengurus pusat Kerukunan Keluarga

Mandar Sulawesi Barat (KKMSB)

Masa bakti 2009-2013 dapat dilihat

pada lampiran 4. Komposisi badan

pengurus wilayah Kerukunan

Keluarga Mandar Sulawesi Barat

(KKMSB) Provinsi Sulawesi

Tengah periode tahun 2013-2017:

Dewan Pembina/Penasehat : Drs. H. Longki Djanggola, M.SiProf. Drs. H. Zainal MangitungDrs. H. Muhammad SaalDrs. Muchlis A. Mahmud, MMDrs. Aminuddin Atjo, M.SiH. Wardah YunusFirdaus jahja, SHAbdul Latef MadaH. Andi Tanrin Andi WawoDrs. H. Alimin Amin, M.SiH. Burhan AbubakarH. Arifuddin BidinHafid Yahya

Dewan Pakar : Drs. H. Abdullah, MTDr. Ir. Kadir Paloloang, M.PDr. Muchlis Najamuddin, MADrs. H. Saleh Muliadi, SH., MHAndi Alimuddin Rauf, SE

Pengurus HarianKetua UmumKetua IKetua IIKetua IIIKetua IVKetua V

::::::

Drs. H. Baharuddin Ht, M.SiDr. H. Hasanuddin Atjo, M.SDr. H. Burhanuddin Idris, M.SiDrs. H. Abdul Chair AM, M.SiDr. Chairul Anam, SE, M.SiDra. Hj. Rosdiati

Sekretaris UmumSekretaris ISekretaris IISekretaris IIISekretaris IV

:::::

Ir. Awaluddin DjuaeniDrs. H. Kasman, M.PdNy. Andi Nirmawaty RahmatH. Asgar Basir, SERahmawati

Bendahara UmumBendahara I

::

Ir. Hj. Sri Mustika Salim, M.SiHj. Nurhayati Burhan

Page 109: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

109

Bendahara IIBendahara III

::

HJ. Rahmawati HermantoHj. Dra. Dahria Alia Alimin

I. Biro Usaha danKesejahteraanKoordinatorAnggata

: drg. Heri Muliadi, M.Kesdr. Jumriani YunusDra. Mas’idaHj. Niharti Saleh MuliadiJirani Zabel

II. Biro PengembanganOrganisasi

KoordinatorAnggota

: Hardy D. Yambas, SHNaharuddin, S.Pd, M.HutMuhdar IbrahimSunardi Saeri

III. Biro Hukum danHAM

KoordinatorAnggota

: AKBP Sahidi, SH., MHAKBP Petrus PawanAbdul Gafar Salam, SHMuh. Arfan

IV. Biro PengembanganSeni dan BudayaKoordinatorAnggota

::

Muhammad Ramli, S.Ag., M.AgHj. Ida Nursanti, SH, M.SiHj. Wardah waris S.PdiFebriani Yunus

V. Biro Pemuda danOlahraga

KoordinatorAnggota

::

Samsir AburaeraAndi AmaluddinAndi HermanRusdin Andi Subair, MMHasnur

VI. Biro PembinaanSosial danKerohanianKoordinatorAnggota

::

Drs. H. Arifin MusaDrs. H. Abd. Waris HasanNy. Nurmala Azis, SEGusri

VII. Biro InfokomKoordinatorAnggota

::

Drs. Gazali, M.AgDrs. H. Masruhim ParukkaiAndi AlwyTaufan SP Bustan

Page 110: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

110

VIII. Biro Pemberdayaan PerempuanKoordinatorAnggota

::

Dr. Hj. Hatijah Yahya, M.SiDra Nurjannah YunusNy. Anna AwaluddinIrmawati AburaeraNuraiman Tahir, AptH. Kasturi Hafid, S.Pd

IX. Biro Pendidikan dan Sumber Daya ManusiaKoordinatorAnggota

::

Dr. Hartawan, M.SiDrs. Baharuddin Paloloang, M.SiIr. Alimuddin Syam, M.SiAhmad Salam, S.Pd

Sumber : Dokumen Surat Keputusan Badan Pengurus WilayahKerukunan Keluarga Mandar Sulawesi Barat.(Terlihat pada lampiran 7).

Kohesi Sosial Masyarakat Mandar

diperantauan Sulawesi Tengah

Kohesi sosial masyarakat

Mandar di perantauan Sulawesi

Tengah sangat erat dan kekompakan

selalu terjalin dengan baik.

Berdasarkan hasil wawancara

dengan Ibu Hj Amanah mengatakan

bahwa:

Masyarakat Mandar diSulawesi Tengah khususnyakota Palu ini peran merekasangat aktif dan kekompakanselalu terjaga, ini dapatdilihat dengan adanyakegiatan yang dilakukandalam organisasi sepertiMa’jelis ta’lim, pengajian,dan sebagainya.Dibandingkan dengan dahulujustru sekarang lebihberkembang. (Wawancara 21Agustus 2015)

Kohesi sosial masyarakat

Mandar diperantuan Sulawesi

Tengah diperjelas oleh Hj. Nurhayati

bahwa :

Dengan kekompakan dansilaturahmi yang baik, orangMandar dalam organisasi inimenciptakan kerjasama yangbaik pula, dalam suatukegiatan yang dilakukan olehorganisasi dapat berjalandengan lancar dan baik.Halinilah yang membuatOrganisasi KerukunanKeluarga Mandar SulawesiBarat (KKMSB) bertahanhingga sekarang.(Wawancara 21 Agustus2015)

Hasil wawancara denganDrs. Tabran Batiran,menyatakan bahwa:

Page 111: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

111

Kekompakan yang terjalinantara anggota kerukunanMandar ini sangatlah baikdan silaturahmi yang baiksesama orang mandar dalamorganisasi KerukunanKeluarga Mandar SulawesiBarat ini, tentunya salingmembutuhkan satu samalain, dikarenakan namanyamanusia pastinyamembutuhkan manusia lain.Misalnya kami di dalamkerukunan melaksanakkansatu kegiatan halal bilhalalnah kegiatan dapat berjalandengan baik dengan adanyakerja sama dalam segalabidang yang bisa dilakukanoleh panitia pelaksana padakhususnya dan anggotakeseluruhan pada umumnya.(Wawancara 21 Agustus2015).

PEMBAHASAN

Keberadaan Organisasi

Kerukunan Keluarga Mandar

Sulawesi Barat (KKMSB) di

Provinsi Sulawesi Tengah

Awal mula organisasi ini

berkembang di Kota Palu dengan

nama Kerukunan Keluarga

Indonesia Mandar (KKIM) didirikan

pada tahun 1968 yang dicetuskan

oleh H. Abdul Rauf Daeng Thalib,

Drs. M. Rasid. Drs H M.

Yunus.Prof. Drs. H. Zainal

Mangitung. K. Hj Talib M. Tahir

dan Mayor Piter. Ide dari toko-toko

diatas adalah mewujudkan satu

kerukunan yang orientasinya untuk

persatuan senasip dan

seperjuangan.Terbentuknya ide

Kerukunan Keluarga Indonesia

Mandar (KKIM) brmula dari 3 (tiga)

Kabupaten, yakni Kabupaten Polmas

(Polewali Mamasa), Kabupaten

Majene, Kabupaten Mamuju.Enam

tokoh diatas menghimpun seluruh

warga mandar di tiga kabupaten

tersebut.Aktivitasnya terbatas pada

aspek-aspek kekeluargaan non

politis.Jadi organisasi kekerabatan

nonpolitis semata-mata untuk

membangun satu rasa solidaritas dan

kerukunan warga masyarakat

Sulawesi Tengah yang berasal dari

tanah Mandar.Dalam perjalanannya

berkembang sedemikian rupa artinya

tidak hanya orang Mandar tetapi

juga termaksud orang-orang yang

pernah bertugas disana.

Masa kepengurusan organisasi

Kerukunan Keluarga Mandar

Sulawesi Barat (KKMSB) di Kota

Palu satu periode adalah 5 (lima)

tahun.

Page 112: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

112

1) Periode pertama diketuai H.Abdul Rauf Daeng Thalib(1968-1973)

2) Periode kedua diketuai H.Abdul Rauf Daeng Thalib(1973-1978)

3) Periode ketiga diketuai H.Abdul Rauf Daeng Thalib(1978-1983)

4) Periode keempat di ketuai H.Muhammad Basir Jugarangsekertarisnya Drs. H. BaharudinTanriwana M.Si (1983-1988)

5) Periode kelima diketuai H.Muhammad Basir Jugarangsekertarisnya Drs. H. BaharudinTanriwana M.Si (1988-1993)

6) Periode keenam H. MuhammadBasir Jugarang sekertarisnyaDrs. H. Baharudin TanriwanaM.Si (1993-1998)

7) Periode ke tujuh diketuaiMuhjirin M. Yamin, SE, MSwakilnya Ir. Abd. KadirPaloloang, yaitu pada tahun(1998-2003)

8) Periode ke delapan diketua Drs.H. Muhammad Saal wakilnyaadalah Drs. Muhlis A.Mahmud MM (2003-2008)

9) Periode kesembilan diketua Drs.H. Muhammad Saal wakilnyaadalah Drs. Muhlis A.Mahmud MM (2008-2013)Sebelum berakhirnya masajabatannya beliaumengundurkan diri dandigantikan oleh wakilnyaDrs. Muhlis A. Mahmud MMsebagai ketua sementaramengakhiri masa jabatan Drs.H. Muhammad Saal

10) Periode kesepuluh (2013-2017)diketuai oleh Drs. H. BaharudinTanriwana M.s, sekertaris Ir.Awaluddin Djuaeni, dan

bendahara yaitu Ir. Hj. SriMustika Salim, M,Si

Organisasi ini berganti

menjadi Organisasi Kerukunan

Keluarga Mandar Sulawesi Barat

(KKMSB) menyesuaikan UUD

pembentukan Sulawesi Barat pada

tanggal 23 April 2007.Perubahan

nama organisasi ini merupakan

peralihan atau kelanjutan dari

Kerukunan Keluarga Indonesia

Mandar (KKIM) dengan dasar,

tujuan, dan sifat tidak berubah /

tidak berbeda. Hal ini didasari pula

dengan tujuan agar provinsi ini dapat

dengan mudah dikenal oleh

masyarakat melalui wadah

perkumpulan ataupaguyuban yang

sifatnya kedaerahan.

Proses berdirinya organisasi

Kerukunan Keluarga Mandar

Sulawesi Barat (KKMSB) di

Provinsi Sulawesi Tengah diawali

dengan perantauan yang dilakukan

oleh individu maupun kelompok ke

Provinsi Sulawesi Tengah.

Keberadaan orang Mandar di

Provinsi Sulawesi Tengah tidak jauh

berbeda dengan suku-suku

pendatang lainnya seperti Bugis,

Page 113: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

113

Selayar, Jawa, Bali dan sebagainya,

mereka menetap di Kota Palu untuk

mendapatkan kehidupan yang lebih

baik. Mencari rejeki diperantauan

dengan berbagai macam profesi

masing-masing ada yang sebagai

dosen, guru, mahasiswa, nelayan,

pedagang, dan sebagainya dari

berbagai kalangan.

Awalnya orang Mandar di

Sulawesi Tengah tidak saling

mengenal satu sama lain, tapi ikatan

organisasi membawa perubahan,

terlebih lagi dengan informasi dari

mulut ke mulut sudah tersebar luas

dikalangan orang Mandar,

mengakibatkan antar individu yang

satu dengan individu yang lain

akhirnya saling mengenal dan

menjalin ikatan solidaritas yang

tinggi. Jalinan solidaritas yang tinggi

terbentuk melalui ikatan

paguyuban.Paguyuban sesama suku

Mandar disebut perkumpulan

Kerukunan Keluarga Mandar

Sulawesi Barat (KKMSB), dengan

tujuan: menghimpun sumber daya

manusia masyarakat Sulawesi Barat

yang mampu memberikan

kontribusi bagi kemajuan daerah,

mempererat hubungan kekeluargaan

dan silaturahmi di kalangan

masyarakat Sulawesi Barat yang

berdomisili di kota Palu, serta

melestarikan nilai-nilai luhur budaya

Mandar. Berkumpulnya masyarakat

Mandar di organisasi ini awalnya

berita didapatkan dari mulut ke

mulut hingga berkembang sampai

sekarang. Adapun berbagai kegiatan

yang dilakukan organisasi

Kerukunan Keluarga Mandar

Sulawesi Barat (KKMSB) yaitu

kegiatan keagamaan seperti Isra’

Mi’raj, Maulid Nabi, Pengajian,

Arisan, Halal Bi halal, Serta

kegiatan sosial berupa bantuan di

pantai asuhan, serta memberi

sumbangan ke bencana alam yang

terjadi di wilayah Sulawesi Tengah

dan sekitarnya.

Kerukunan Keluarga Mandar

Sulawesi Barat (KKMSB)

merupakan salah satu wadah

berkumpulnya orang orang Mandar,

tanpa mengenal asal daerah.Tidak

ada lagi yang menyatakan Mandar

Majene, Mandar Tinambung,

Mandar Balanipa dan masih banyak

lagi. Kita semua bersaudara dan

saling tolong menolong jika ada

keluarga Mandar (Luluare’ si

Page 114: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

114

pembolongatta’) yang memerlukan

bantuan atau mendapat musibah,

semua anggota kerukunan

mengumpulkan dana untuk

meringankan beban mereka.

Organisasi ini mengalami

pasang surut.Salah satu faktor

penghambatnya adalah profesi dari

masing-masing anggotanya dengan

tingkat kesibukan yang tinggi,

sehingga anggota kadang-kadang

tidak menghadiri kegiatan yang

dilakukan organisasi, misalnya

kegiatan Ma’jelis Ta’lim dan Arisan

Anggota Kerukunan Keluarga

Mandar Sulawesi Barat (KKMSB).

Walaupun organisasi paguyuban ini

mengalami pasang surut dalam

perkembangannya di kota Palu, tapi

peran organisasi ini telah menjadi

wadah pemersatu antar orang

Mandar di kota Palu.

Struktur Organisasi Kerukunan

Keluarga Mandar Sulawesi Barat

(KKMSB) di Kota Palu

Struktur berarti susunan dan

hubungan antar tiap bagian serta

posisi yang ada pada suatu

organisasi dalam menjalankan

kegiatan. Stuktur organisasi

merupakan faktor yang sama

pentingnya dalam menentukan dan

melihat cara kerja suatu organisasi,

yang mana dapat dianalisa melalui

stukturnya yang tergambar dan akan

bisa diketahui bagian dan sub

bagian, wewenag masing-masing

serta hubungan kordinasi antar

bagian dan sub bagian dalam suatu

organisasi. Stuktur organisasi juga

merupakan faktor yang penting

dalam suatu perkembangan

organisasi dalam mencapai

tujuannya.

Kohesi Sosial Masyarakat Mandar

di Perantauan Sulawesi Tengah

Kegiatan rutin dikerukunan ini

adalah pengajian bulanan yang

diadakan setiap tanggal 20, nama

majelis talim kerukunan Keluarga

Mandar diberi nama Nurul Taubah,

selain pengajian mereka

mengadakan kegiatan arisan yang

merupakan wadah silaturahmi

sesama angota orang-orang Mandar

yang berada di Kota Palu, setiap

bualn Ramadan organisasi ini juga

melaksanakan kegiatan tarawih

keliling di beberapa rumah

anggotanya serta ke daerah-daerah

pelosok seperti desa Palolo, Marta

Jaya, desa Ako, dan desa

Page 115: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

115

Lalompang.yang didiami oleh suku

Mandar sekaligus dirangkaikan

dengan pemberian bantuan berupa

sembako bagi masyarakat yang

kurang mampu, dan melaksanakan

kegiatan halal bil halal setelah

lebaran Idul Fitri.

Adapun manfaat yang

didapatkan oleh orang-orang Mandar

yang bergabung menjadi anggota

organisasi Kerukunan Keluarga

Mandar Sulawesi Barat (KKMSB)

sangat banyak, salah satunya mereka

semakin mengenal satu sama lain

sehingga terjalin kohesi sosial di

antara sesama anggota kerukunan

dengan profesi yang berbeda pula,

mereka saling berbagi pengalaman

tanpa mempersoalkan status sosial

masing-masing, baik itu dari

kalangan bawah maupun golongan

menengah ke atas.

KESIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan Pembahasan yang

telah diuraikan pada bab

sebelumnya, maka dapat dirumuskan

beberapa kesimpulan sebagai

jawaban akhir atas permasalahan

yang telah dikemukakan

sebelumnya.Adapun kesimpulan

penelitian ini bertitik tolak pada

permasalahan penelitian yang dapat

dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Keberadaan Organisasi

Kerukunan Keluarga Mandar

Sulawesi Barat (KKMSB) di

Kota Palu sebagai wadah

berkumpulnya orang Mandar.

Kerukunan ini menghimpun

sumber daya manusia

keberagaman guna memberikan

kontribusi terhadap Kota Palu.

Mempererat hubungan

kekeluargaan dan silaturahmi di

kalangan masyarakat Sulawesi

Barat yang berdomisi di Kota

Palu serat meminilisir terjadi

konflik horizon, saling bantu-

bantu dalam menyelesaikan

persoalan ekonomi melalui

arisan, memperkuat ide tentang

tata ruang Mandar sebagai

pengamat insan yang taat.

2. Struktur Organisasi Kerukunan

Keluarga Mandar Sulawesi Barat

(KKMSB) di Provinsi Sulawesi

Tengahperiode 2009-2013 terdiri

atas Komposisi Dewan

Penasehat: Drs. Longki

Djanggola, M.Si, Prof. Drs. H.

Page 116: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

116

Zainal Mangitung, Dewan Pakar:

Drs. H. Abdullah, MT,Dr. Ir.

Kadir Paloloang, M.P, Dr.

Muchlis Najamuddin, SH.

Pengurus harian, yang meliputi:

ketua umum: Drs. H. Baharuddin

HT, M.Si, ketua I: Dr. H.

Hasanuddin Atjo, M.S, ketua II:

Dr. H. Baharuddin Idris, M.Si,

ketua III: Drs. H. Abd. Chair A.

Mahmud, M.Si ketua IV: Dr.

Chairul Anam, SE, M.Si, ketua

V: Dra. Hj. Rosdiati. Sekretaris

yang terdiri atas sekertaris umum:

Ir. Awaluddin Djuaeni sekertaris

I: Drs. H. Kasman, M.Pd

sekertaris II: Ny. Andi

Nirmawaty Rahmat, sekertaris

III: H. Asgar Basir, SE, sekretaris

IV: Rahmawati. Bendahara

Umum: Ir. Hj. Sri Mustika Salim,

M.Si bedahara I: Hj. Nurhayati

Burhan bendahara II: HJ.

Rahmawati Hermanto, bendahara

III: Hj. Dra. Dahria Alia Alimin.

Adapun seksi meliputi: Biro

Usaha dan Kesejahteraan: drg.

Heri Muliadi, M.Kes, Biro

Pengembangan Organisasi: Hardy

D. Yambas, SH. Biro Hukum dan

HAM: AKBP Sahidi, SH., MH.

Biro Pengembangan Seni dan

Budaya: Muhammad Ramli,

S.Ag., M.Ag. Biro Pemuda dan

Olahraga: Samsir Aburaera. Biro

Pembinaan Sosial dan

Kerohaniaan: Drs. H. Arifin

Musa. Biro Infokom: Drs. Gazali,

M.Ag. Biro pemberdayaan

perempuan: Dr. Hj. Hatijah

Yahya, M.Si, serta Biro

Pendidikan dan Sumber Daya

Manusia: Dr. Hartawan, M.Si.

Struktur yang telah terbentuk

bekerja secara terorganisir.

3. Kohesi sosial masyarakat Mandar

diperantauan Sulawesi Tengah

terjalin sangat baik terlihat dari

terbentuknya organisasi

paguyuban Kerukunan Keluarga

Mandar Sulawesi Barat KKMSB,

manfaat dari adanya organisasi

ini salah satunya ialah mereka

semakin mengenal satu sama lain,

nampak dalam kegiatan Majelis

taklim “Nurul Taubah”, Arisan

anggota, Tarwih keliling di bulan

Suci Ramadhan, halal bihalal

setelah hari raya Idhul Fitri, hari

raya Maulid, dan lain-lain .

Terjalinnya silaturahmi yang

sangat dekat antara sesama

Page 117: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

117

anggota kerukunan dari berbagai

profesi yang ada, menjadi wadah

pemersatu diantar masyarakat

Mandar di Kota Palu, sehingga

para anggota biasa saling berbagi

pengalaman satu sama lain tanpa

membedakan status sosial

mereka.

Saran

Melalui tulisan ini, penulis

dapat memberikan saran beberapa

hal sebagai berikut:

1. Agar penelitian ini dapat berguna

untuk dijadikan sebagai sumber

informasi awal kepada mahasiswa

maupun peneliti yang akan

melakukan penelitian sejenis

ataupun serupa. Selain itu tulisan

ini juga diharapkan dapat menjadi

bahan masukan bagi pemerintah

kota Palu tentang perkembangan

kota Palu baik dari segi ekonomi

dan lainya menyebabkan banyak

pendatang dari daerah lain yang

ingin mencari lapangan pekerjaan

di kota Palu. Oleh karena itu kota

Palu diharpkan dapat menerima

arus pertumbuhan penduduk

selanjutnya.

2. Pengurus kerukunan keluarga

Mandar seharusnya dapat

menghimpun seluruh suku

Mandar yang berada di Sulawesi

Tengah khususnya kota Palu,

Baik itu yang sudah bekerja

maupun mahasiswa. Agar selalu

terjalin kerukunan atau

silaturahmi atar sesama suku

Mandar di perantauan.

3. Dengan adanya organisasi ini

diharapkan masyarakat Mandar

yang berada di Perantauan biasa

lebih mengenal dan menghargai

budaya Mandar.

DAFTAR RUJUKAN

Amad Al – Qadry.(2010). SejarahMandar. [Online] Tersedia:http://ahmadalqadry. blogspot.com/2010/01/dari-sini-latar-budaya-itu-dimulai.html.Diakses, [17 September 2013].

Arni Muhammad. (2002).Komunukasi Organisasi.Jakarta: BumiAksara.

Didit Darmawan. (2013). Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi.Surabaya: Pena Semesta.

Haliadi.(2010). NosararaNosabatutu (Bersaudara danBersatu). Yogyakarta: P-IdealDengan Rizka Sari Perdanadan PUSSEJ UNTAD.

Page 118: DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN ... - jurnalnosarara.comjurnalnosarara.com/download/1548378851VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2016.pdfmengalami peningkatan lagi pada siklus III pertemuan pertama

NOSARARA : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL E-ISSN:2614-2554

Volume 3 No. 2 Oktober 2016

118

Mohammad Ridwan Alimuddin.(2011). Mandar Nol kilometer:Membaca Mandar Lampaudan Hari Ini. Yogyakarta:Ombak Indonesia.

Nur Hasmilawati. (2012). Migrasiorang Selayar diKotapalu.(1957-2011) (Skripsitidak diterbitkan) padaFakultas Keguruan dan IlmuPendidikan UniversitasTadulako.

Pertras Cristian. (2006). ManusiaBugis. Jakarta: Nalara bekerjasama dengan Forum Jakarta-Paris. EFEO.

Ratna.(2011). “PerkembanganSaeyyang Pattuddu DalamKebudayaan Mandar”. (skipsitidak diterbitkan) padaFakultas Keguruan dan IlmuPendidikan UniversitasTadulako.

Syakir Mahid, dkk. (2009). ”SejarahSosial Sulawesi Tengah”Yogyakarta: Pilar Media.

Suhartono W Pranoto. (2010).Dasar-dasar Oraganisasi.Yogyakarta: University PressBahasa Depdiknas.

Syakir Mahid, dkk. (2013). SejarahPahlawan Daerah SulawesiTengah. Badan Perpustakaan,Arsip dan DokumentasiDaerah Provinsi SulawesiTengah dengan PusatPenelitian Sejarah (PusSEJ)Lembaga PenelitianUniversitas Tadulako.