d11dhn
TRANSCRIPT
PERSENTASE KARKAS DAN POTONGAN KOMERSIAL
AYAM BROILER YANG DIBERI PAKAN
NABATI DAN KOMERSIAL
SKRIPSI
DEDE HELENA MEGAWATI
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
RINGKASAN
Dede Helena Megawati. D14061313. 2011. Persentase Karkas dan Potongan
Komersial Ayam Broiler yang Diberi Pakan Nabati dan Komersial . Skripsi.
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Niken Ulupi, MS.
Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu Hidayati Soesanto, MS.
Broiler merupakan jenis ras unggul hasil persilangan dari bangsa-bangsa
ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging
ayam. Penggunaan pakan sangat erat kaitannya dengan produksi daging. Pakan
komersial didalamnya merupakan campuran dari bahan nabati dan hewani.
Pengurangan bahan asal hewan dapat mengurangi bau amis dan biaya produksi.
Pakan nabati digunakan karena kandungan gizi yang baik dan harga yang murah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase karkas dan potongan
komersial ayam broiler yang diberi pakan nabati dan komersial. Sampel yang
digunakan sebanyak 40 ekor yang diambil secara acak masing-masing 2 ekor dari
perlakuan ulangan dari pemeliharaan 200 ekor selama 35 hari dengan 4 macam
perlakuan pemberian pakan, yaitu pemberian pakan komersial selama pemeliharaan
(P1); pemberian pakan komersial tiga minggu pemeliharaan dan dua minggu terakhir
diberi pakan komersial ditambah DSP (P2); pemberian pakan nabati selama
pemeliharaan (P3) dan pemberian pakan nabati tiga minggu dan dua minggu terakhir
diberi pakan nabati ditambah DSP (P4). Setiap perlakuan diulang sebanyak lima kali
dan setiap ulangan terdiri dari 10 ekor. Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Peubah yang diamati adalah bobot (hidup akhir,
karkas, dada, paha, sayap dan punggung), persentase (karkas, dada, paha, sayap dan
punggung), meat bone ratio dada dan paha. Data yang diperoleh dianalisis dengan
sisdik ragam dan bila berbeda maka dilakukan uji Tukey.
Penggunaan pakan yang berbeda ternyata berpengaruh nyata (P<0,05)
terhadap bobot hidup akhir, bobot (karkas, dada, paha, sayap dan punggung), rasio
daging pertulang (dada dan paha) dan persentase bobot punggung. Hasil penelitian
menunjukan bobot hidup akhir ayam yang diberi pakan nabati sekitar 673,15 g/ekor,
sedangkan yang diberi pakan komersial sekitar 1628,80 g/ekor. Bobot (karkas, dada,
paha, sayap dan punggung) berturut-turut adalah 387,40-1256,80 g; 132,10- 476,80
g; 119,20-362,20 g; 52,90-131,40 g; dan 86,40-267,40 g. Persentase bobot (dada,
paha, sayap dan punggung) per bobot karkas berturut-turut adalah 34,11-38,12%;
28,86-30,77%; 10,52-13,75% dan 21,48-23,32%. Rasio daging per tulang (dada dan
paha) berturut-turut adalah 1,90-4,32 dan 1,82-2,78.
Kata-kata kunci : broiler, karkas, potongan komersial, pakan nabati, pakan
komersial
ABSTRACT
Percentage of Carcasses and Commercial Cut of Broiler
Chickens Fed Vegetable And Commercial Diet.
Megawati, D. H., N. Ulupi, dan H. S. Iman Rahayu
The use of feed is very closely related to meat production. Commercial feed
is a mixture of vegetables and animal materials. Reduction of animal material origin
could reduce the odor and production costs. Feed vegetable used as a good nutrient
content, low fat of animal origin and low prices. This study aims to determine the
percentage of carcass and commercial parting of broilers fed vegetable and
commercial. This study used 40 samples from 200 broiler chickens Cobb strain
reared for 35 days. Each treatment consisted of five replications and each replication
consisted of 10 broiler chickens. Variables measured were the weight (final live,
carcass, breast, thigh, wing and back), percentage of carcass (breast, thigh, wing and
back), meat bone ratio of breast and thigh. The result showed that the final live
weight of chicken fed with lower vegetable is 673,15 g /bird, while those given the
commercial diet produced about 1628,80 g / bird. Differences carcass, breast, thigh,
wings and back on commercial vegetable and row are 387,40 to 1256,80 g, 132,10
to 476,80 g, 119,20 to 362,20g ; from 52,90 to 131,40 g, and from 86,40 to 267,40 g
respectively. While the percentage of breast, thigh, wing and back with carcass
weight to vegetable feed and commercial feed in a row are 34,11-38,12%; 28,86-
30,77%; 10,52-13,75% and 21,48-23,32% respectively. Percentage meat bone ratio
of breast and thigh in a row is 1,90-4,32 and1,82-2,78.
Keywords: broiler, carcass, commercial cut, vegetable feed, commercial feed
PERSENTASE KARKAS DAN POTONGAN KOMERSIAL
AYAM BROILER YANG DIBERI PAKAN
NABATI DAN KOMERSIAL
DEDE HELENA MEGAWATI
D14061313
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Judul : Persentase Karkas dan Potongan Komersial Ayam Broiler yang Diberi
Pakan Nabati dan Komersial
Nama : Dede Helena Megawati
NIM : D14061313
Menyetujui
Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,
(Ir. Niken Ulupi, MS) (Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu H. S., MS)
NIP : 19570129 198303 2 001 NIP : 19590421 198403 2 002
Mengetahui:
Ketua Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc)
NIP : 19591212 198603 1 004
Tanggal Ujian : 24 Juni 2011 Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Bogor, Jawa Barat pada tanggal 30 Januari 1988
dari pasangan Bapak Goden Suganda dan Ibu Imas Lediasari. Penulis merupakan
anak kelima dari lima bersaudara.
Riwayat pendidikan penulis dimulai dari TK Kartini pada tahun 1993 sampai
dengan 1994. Penulis kemudian melanjutkan sekolah pendidikan dasar di SDN
Cibalagung 3 kota Bogor dan lulus pada tahun 2000. Penulis melanjutkan pendidikan
di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Ciomas kabupaten Bogor dan lulus
pada tahun 2003. Pada tahun 2006 penulis lulus Sekolah Menengah Atas Rimba
Madya Bogor, selama bersekolah di Sekolah Menengah Atas penulis aktif dalam
ekstrakurikuler paskibra.
Pada tahun 2006, penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan
Bersama Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI (Undangan Seleksi
Masuk IPB) dan merupakan mahasiswa angkatan kedua program mayor minor
Institut Pertanian Bogor. Penulis kemudian diterima di Departemen Produksi dan
Teknologi Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi dan kepanitiaan
dalam lingkungan kampus. Pada tahun 2007, penulis menjadi komisi disiplin dalam
kegiatan MPKMB IPB (Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB). Pada 2008
penulis menjadi staf Riset Pengembangan Mahasiswa di Badan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Peternakan. Penulis juga berkesempatan menjadi ketua penaggung jawab
program Studi Banding Indolivestock serta penulis menjadi seksi acara dalam acara
Dekan Cup 2008 dan Meet Cowboy 2008.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persentase Karkas dan Potongan Komersial
Ayam Broiler yang Diberi Pakan Nabati dan Komersial” serta tidak lupa
shalawat serta salam senantiasa penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini ditulis
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis beserta tim pada bulan
Februari sampai April 2010 bertempat di laboratorium lapang Bagian Ilmu Produksi
Ternak Unggas (pemeliharaan) dan laboratorium Bagian Ilmu Produksi Ternak
Unggas (pengamatan peubah), Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui persentase karkas dan potongan komersial ayam broiler yang
diberi pakan nabati daan komersial. Penggunaan pakan nabati bertujuan untuk
mendapatkan keunggulan dari produk akhir berupa daging yang dihasilkan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang memberikan
kesempatan untuk melakukan penelitian ini serta kepada semua pihak yang
membantu dalam proses penulisan skripsi ini. Penulis sangat menyadari bahwa
dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan belum dapat
dikatakan sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan
khususnya dunia peternakan.
Bogor, Juni 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ................................................................... ...........................
Error! Bookmark not defined.
ABSTRACT ................................................................... .............................
iError! Bookmark not defined.
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................
iiError! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... .....
Error! Bookmark not defined.
RIWAYAT HIDUP ................................................................... ..................
Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ................................................................... .............
vError! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI .................................................................................................. v8
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
.................................................................. vError! Bookmark not defined.
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... x
PENDAHULUAN...........................................................................................
Error! Bookmark not defined.
Latar Belakang ...............................................................................................
Error! Bookmark not defined. Tujuan ............................................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 3
Ayam Broiler ................................................................................................... 3
Pertumbuhan dan Bobot Badan ...................................................................... 5
Karkas Ayam Broiler ...................................................................................... 6
Pakan Nabati .................................................................................................... 7
MATERI DAN METODE ............................................................................. 14
Lokasi dan Waktu .......................................................................................... 14
Materi .............................................................................................................. 14
Rancangan Percobaan ......................................................................... 16
Prosedur .......................................................................................................... 17
Persiapan Pakan ...................................................................... 17
Pemeliharaan Broiler ............................................................. 17
Pelaksanaan Panen ................................................................. 18
Potongan Komersial ............................................................... 18
HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 21
Pakan Penelitian .............................................................................................. 21
Kandungan Nutrisi Pakan................................................................... 21
Konsumsi Pakan ................................................................................ 22
Bobot Hidup, Karkas dan Potongan Komersial ............................................ 24
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 29
Kesimpulan ...................................................................................................... 29
Saran................................................................................................................. 29
UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 32
LAMPIRAN………………………………………………………………. 35
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Bobot Badan Ayam Broiler Strain Cobb 500 ........................................... 3
2. Kebutuhan Nutrisi Ayam Broiler pada Tingkat Umur yang Berbeda .... 4
3. SNI Pakan Broiler Starter dan finisher ..................................................... 4
4. Kebutuhan Vitamin pada Ayam Broiler per Kg Pakan ........................... 12
5. Kebutuhan Mineral pada Ayam Broiler per kg Pakan ............................. 13
6. Komposisi dan Formula Pakan Nabati ..................................................... 15
7. Kandungan Nutrien Pakan Nabati dan Komersial ................................... 15
8. Hasil Analisis Laboratorium dan Hasil Perhitungan Kandungan Nutrisi
Pakan Perlakuan ........................................................................................ 21
9. Rataan Konsumsi dan Konversi Pakan selama Lima Minggu Pemeliharaan 22
10. Rataan Bobot Hidup, Bobot Karkas, Potongan Komersial (Dada, Paha,
Punggung dan Sayap) dan Rasio Bobot Daging pertulang (Dada dan Paha)
Ayam Broiler ............................................................................................ 24
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Analisis Ragam Bobot Hidup ............................................................. 36
2. Analisis Ragam Bobot Karkas ........................................................... 36
3. Analisis Ragam Bobot Dada .............................................................. 36
4. Analisis Ragam Persentase Daging Dada per Tulang ....................... 36
5. Analisis Ragam Persentase Bobot Dada per Bobot Karkas ............. 36
6. Analisis Ragam Bobot Paha ................................................................ 37
7. Analisis Ragam Persentase Daging Paha per Tulang ........................ 37
8. Analisis Ragam Bobot Paha per Bobot Karkas ................................ 37
9. Analisis Ragam Bobot Sayap .............................................................. 37
10. Analisis Ragam Persentase Bobot Sayap per Bobot Karkas ............ 37
11. Analisis Ragam Bobot Punggung……………………………………… 38
12. Analisis Ragam Persentase Bobot Punggung per Bobot Karkas…… 38
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggul
hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi,
terutama dalam memproduksi daging ayam. Broiler merupakan salah satu ternak
yang penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat. Peternakan
broiler terus mengalami peningkatan di Indonesia. Peningkatan tersebut ditunjang
dari segi pengetahuan tentang breeding, feeding dan manajemen.
Broiler yang ada saat ini merupakan pengembangan lebih kurang 50-an tahun
yang lalu. Manajemen pemeliharaan ayam broiler sudah ditingkatkan mulai dari
budidaya, perkandangan, pengendalian penyakit ataupun pengelolaan pasca panen.
Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan keuntungan dari pemeliharaan broiler.
Pakan broiler sudah banyak beredar di pasaran dengan berbagai nutrisi yang
disediakan sesuai kebutuhan peternak. Pakan yang beredar di pasaran disebut dengan
pakan komersil.
Bahan baku yang digunakan dalam pakan komersial merupakan campuran
antara bahan asal nabati dan asal hewan. Penggunaan bahan asal hewan dimaksudkan
untuk mencukupi nutrisi yang dibutuhkan broiler. Penggunaan bahan asal hewan
dalam formulasi ransum komersial yang paling umum adalah tepung ikan. Masalah
yang sering muncul dalam penggunaan tepung ikan adalah adanya noda pada telur
dan daging yang dihasilkan dan juga erosi rempela pada ayam muda. Penggunaan
bahan asal hewan yang berlebihan juga dapat menyebabkan bau anyir dan
meningkatnya biaya produksi, padahal pakan mencapai 70% dari total biaya produksi
(Suprijatna et al.,2008). Bahan alternatif yang dipilih untuk menghindari masalah
yang timbul adalah bahan pakan asal nabati.
Bahan pakan asal nabati merupakan bahan baku yang murah sehingga dapat
menekan biaya produksi, tidak menimbulkan bau anyir dan merupakan bahan sumber
energi dan protein yang baik. Nutrisi ransum yang dibuat dari bahan asal nabati juga
menyamai nutrisi yang ditambahkan bahan asal hewan dengan formulasi pakan yang
tepat. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan bahan pakan asal nabati
dengan komersial terhadap persentase karkas dan potongan komersial.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase karkas dan potongan
komersial ayam broiler yang diberi pakan nabati dan komersial serta seberapa
banyak daging yang dapat dihasilkan dari setiap perlakuan pakan.
TINJAUAN PUSTAKA
Ayam Broiler
Broiler merupakan galur ayam hasil rekayasa teknologi yang memiliki
karakteristik ekonomi dan ciri khas pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil
daging, konversi ransum rendah, siap potong dalam usia relatif muda dan meng-
hasilkan daging yang memiliki serat yang lunak (Bell dan Weaver, 2002). Ciri-ciri
ayam broiler memiliki tekstur daging serta kulit yang lembut dan tulang dada yang
merupakan tulang rawan yang fleksibel. Broiler merupakan media yang efisien
dalam mengubah protein nabati dan bahan lain yang tak lazim untuk selera manusia
menjadi daging yang bermutu tinggi dan digemari.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bobot hidup ayam yaitu konsumsi ransum,
kualitas ransum, jenis kelamin, lama pemeliharaan dan aktivitas. Hal ini karena
adanya perbedaan kebutuhan nutrisi ayam broiler pada umur yang berbeda. Faktor
genetik dan lingkungan juga mempengaruhi laju pertumbuhan komposisi tubuh yang
meliputi distribusi bobot, komposisi kimia dan komponen karkas (Soeparno, 1994).
Bobot ayam broiler strain Cobb 500 menurut Vantress (2008) disajikan pada Tabel
1, sedangkan kebutuhan nutrisi broiler pada umur yang berbeda dapat dilihat pada
Tabel 2 dan SNI pakan broiler starter dan finisher pada Tabel 3.
Tabel 1. Bobot Badan Ayam Broiler Strain Cobb 500
Umur Bobot Badan (g)
(Minggu) Jantan Betina Jantan dan Betina
1 170 158 164
2 449 411 430
3 885 801 843
4 1478 1316 1397
5 2155 1879 2017
6 2839 2412 2626
Sumber : Vantress (2008)
Tabel 2. Beberapa Kebutuhan Nutrisi Ayam Broiler pada Tingkat Umur yang Berbeda
Kebutuhan Nutrisi Satuan 0-21 (hari) 22-42 (hari) 43-56 (hari)
Protein % 23 20 18
Energi Metabolis Kkal/kg 3.200 3.200 3.200
Kalsium % 1,00 0,90 0,80
Phosphor % 0,45 0,35 0,30
Natrium % 0,20 0,15 0,12
Khlor % 0,20 0,15 0,12
Magnesium Mg 600 600 600
Kalium % 0,30 0,30 0,30
Sumber: Nation Research Council (1994)
Tabel 3. SNI Pakan Broiler Starter dan Finisher
No Parameter Satuan Startera Finisherb
1 Kadar Air % Maks. 14,0 Maks. 14,0
2 Protein Kasar % Min. 19,0 Min. 18,0
3 Lemak Kasar % Maks. 7,4 Maks. 8,0
4 Serat Kasar % Maks. 6,0 Maks. 6,0
5 Abu % Maks. 8,0 Maks. 8,0
6 Kalsium % 0,90-1,20 0,90-1,20
7 Fosfor Total % 0,60-1,00 0,60-1,00
8 Fosfor tersedia % Min. 0,40 Min. 0,40
9 Total Aflatoksin mg/kg Maks. 50,0 Maks. 50,0
10 Energi Metabolis Kkal/kg Min. 2900 Min. 2900
11 Asam Amino
Lisin % Min. 1,10 Min. 0,90
Metionin % Min. 0,40 Min. 0,30
Metionin+sisitin % Min. 0,60 Min. 0,60
Sumber : aSNI 01-3930-2006
bSNI 01-3931-2006
Ayam broiler menurut Gordon dan Charles (2002) merupakan strain ayam
hibrida modern yang berjenis kelamin jantan dan betina yang dikembangbiakkan
oleh perusahaan pembibitan khusus. Banyak jenis Strain ayam broiler yang beredar
di pasaran yang pada umumnya perbedaan tersebut terletak pada pertumbuhan ayam,
konsumsi pakan, dan konversi pakan (Bell dan Weaver, 2002). Jenis strain tersebut
menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2000) adalah Super 77, Tegel
70, ISA, Kim cross, Lohman 202, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver starbro,
Pilch, Yabro, Goto, Arbor arcres, Tatum, Indian river, Hybro, Cornish, Brahma,
Langshans, Hypeco-broiler, Ross, Marshall ‘’in’’, Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex,
Bromo dan Cp 707.
Persyaratan mutu bibit ayam broiler atau DOC menurut SNI (2005) adalah
berat DOC per ekor minimal 37 g dengan kondisi fisik sehat, kaki normal, dapat
berdiri tegak, tampak segar dan aktif, tidak dehidrasi, tidak ditemukan kelainan
bentuk dan cacat fisik, sekitar pusar dan dubur kering. Warna dubur seragam sesuai
dengan warna galur, kondisi bulu kering dan berkembang serta jaminan kematian
DOC maksimal 2%. Patokan kebutuhan nutrisi ayam broiler menurut NRC (1994)
untuk kebutuhan protein umur 0-3 minggu, 3-6 minggu, dan 6-8 minggu berturut
turut adalah 23%, 20% dan 18% pada tingkat EMP 3200 kkal/kg. Kebutuhan nutrisi
tiap ayam bergantung pada strain masing-masing (Ensminger et al., 1992).
Pertumbuhan dan Bobot Badan
Pertumbuhan adalah suatu proses peningkatan dalam ukuran tulang, otot,
organ dalam dan bagian tubuh yang terjadi sebelum lahir (prenatal) dan setelah lahir
(postnatal) sampai mencapai dewasa (Ensminger et al., 1992). Faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan menurut Bell dan Weaver (2002) yaitu galur ayam,
jenis kelamin, dan faktor lingkungan yang mendukung.
Bell dan Weaver (2002) menyatakan bahwa peningkatan bobot badan
mingguan tidak terjadi secara seragam. Setiap minggu pertumbuhan ayam pedaging
mengalami peningkatan hingga mencapai pertumbuhan maksimal, setelah itu
mengalami penurunan. Bonnet et al. (1997) menyatakan bahwa PBB ayam pedaging
umur 4 s/d 6 minggu yang dipelihara pada suhu lingkungan 32 ºC sebesar 515 g/ekor
sedangkan pada suhu 22 ºC PBB ayam pedaging sebesar 1084 g/ekor.
Pertambahan bobot badan merupakan salah satu ukuran yang digunakan
untuk mengukur pertumbuhan. Menurut Rose (1997), pertumbuhan meliputi
peningkatan ukuran sel-sel tubuh akan peningkatan sel-sel individual dimana
pertumbuhan itu mencakup empat komponen utama yaitu adanya peningkatan
ukuran skeleton, peningkatan total lemak tubuh dalam jaringan adipose dan
peningkatan ukuran bulu, kulit dan organ dalam.
Berdasarkan catatan yang dihimpun oleh World Poultry (2004) selama kurun
waktu 20 tahun terakhir, genetik ayam broiler telah mengalami perkembangan yang
nyata pada tahun 1984 rataan bobot badan ayam pada umur 5 minggu adalah 1,345 g
dan pada umur 7 minggu adalah 2,160 g, sedangkan tahun 2004 pada umur yang
sama akan mendapat rataan bobot badan 1,882 g dan 3,052 g. Perbaikan mutu
genetik tersebut harus didukung dengan pemberian ransum Cobb untuk ayam jantan
sebesar 1,324 g dan ayam betina sebesar 1,195 g (Cobb Breeding Company, 2003).
Karkas Ayam Broiler
Karkas daging ayam merupakan salah satu komoditas penting yang ditinjau
dari aspek gizi, sosial budaya dan ekonomi. Industri karkas ayam mempunyai
prospek ekonomi yang cukup cerah, karena usaha peternakan ayam relatif mudah
dikembangkan, cepat menghasilkan, serta usaha pemotongannya yang sederhana.
Permintaan pasar yang cukup tinggi terhadap karkas ayam broiler maka selain
kuantitas, produsen diharapkan menyediakan karkas yang berkualitas (Abubakar
1992; International Meat and Poultry HACCP Aliance 1996).
Karkas ayam adalah bobot tubuh ayam setelah dipotong dikurangi kepala,
kaki, darah, bulu serta organ dalam. Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh
faktor sebelum pemotongan antara lain genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis
kelamin, umur dan pakan serta proses setelah pemotongan, diantaranya adalah
metode pelayuan, stimulasi listrik, metode pemasakan, pH karkas, bahan tambahan
termasuk enzim pengempuk daging, hormon, antibiotik, lemak intramuskular atau
marbling, metode penyimpanan serta macam otot daging (Abubakar et al., 1991 dan
Soeparno, 1994). Dwiyanto et al. (1979) juga menyatakan bahwa salah satu yang
mempengaruhi persentase bobot karkas adalah jumlah dan kualitas ransum selain
bobot hidup, perlemakan, jenis kelamin, umur dan aktivitas.
Muchtadi dan Sugiyono (1992), menyatakan komponen karkas terdiri dari
otot, lemak, tulang dan kulit. Merkley et al.(1980), membagi karkas menjadi lima
bagian besar potongan komersial yaitu dada, sayap, punggung, pangkal paha dan
paha. Bagian dada banyak disukai konsumen karena serat dagingnya lebih lunak
dibandingkan paha atau bagian lainnya. Bagian-bagian tubuh ayam broiler memiliki
rasa yang tidak sama satu dengan yang lainnya. Bagian punggung memiliki tulang
yang lebih banyak. Bagian betis lebih keras karena berotot. Sebaliknya, bagian dada
lebih empuk dan sedikit mengandung lemak. Faktor yang menentukan nilai karkas
meliputi bobot karkas, jumlah daging yang dihasilkan, dan kualitas daging dari
karkas yang bersangkutan. Nilai karkas dikelompokan berdasarkan jenis kelamin,
umur, dan jumlah lemak intramuskular dalam otot (Abubakar dan Wahyudi, 1994).
Faktor nilai karkas dapat diukur secara objektif seperti bobot karkas dan daging, dan
secara subjektif misalnya dengan pengujian organoleptik atau panel. Daging dada
ayam memiliki warna yang agak putih sedangkan daging pada bagian paha berwarna
lebih merah, hal ini dikarenakan kandungan mioglobin pada daging paha lebih
banyak dari pada bagian dada (Blakely dan Bade, 1991).
Menurut Murtidjo (1987), persentase karkas ayam broiler yang normal
berkisar antara 65-75% dari bobot hidup waktu siap potong. Standar Nasional
Indonesia (1997) menyatakan ukuran karkas berdasarkan bobotnya yaitu: (1) ukuran
kecil: 0,8-1,0 kg, (2) ukuran sedang : (1): 1,0-1,2 kg, (3) ukuran besar: 1,2-1,5 kg.
Hasil dari komponen tubuh broiler berubah dengan meningkatnya umur dan bobot
badan (Brake et al., 1993). Perbandingan kalsium dan phosphor yang ditetapkan
sebanyak 2:1, tetapi umumnya 1,2:1 dianggap ideal, karena hal ini berkaitan dengan
pembentukan tulang untuk tempat melekatnya otot yang menjadi titik awal
pertumbuhan ternak (Anggordi,1995).
Pakan Nabati
Bahan pakan nabati adalah bahan pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Bahan pakan nabati ini umumnya mempunyai serat kasar tinggi, misalnya dedak dan
daun-daunan yang suka dimakan oleh ayam. Bahan pakan nabati banyak pula yang
mempunyai kandungan protein tinggi seperti bungkil kelapa, bungkil kedele dan
bahan pakan asal kacang-kacangan. Jagung merupakan sumber energi yang besar
bagi pakan.
Bahan pakan nabati banyak yang diberikan pada unggas. Bahan pakan nabati
menyebabkan harga ransum dapat ditekan karena biaya pakan pada pemeliharaan
ayam diperkirakan mencapai 70% dari total biaya produksi (Suprijatna et al.,2008).
Bahan makanan nabati sebagian besar merupakan sumber energi yang baik. Bahan
pakan sumber energi diantaranya adalah jagung, gandum, oat, barlei, beras dan hasil
ikutan padi (Amrullah, 2004)
Dedak Halus
Dedak merupakan bahan yang mengandung karbohidrat tinggi tetapi
pemakaian dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan kekurangan isoleusin dan
treonin (Suprrijatna et al., 2008 dan Wahju, 2004). Dedak halus lebih banyak
mengandung serat kasar karena dedak halus didapat dari padi yang ditumbuk
(Wahju, 2004). Hadipermata (2007) menyatakan bahwa bekatul adalah lapisan
sebelah dalam dari butiran padi, termasuk sebagian kecil endosperm berpati. Namun,
karena alat penggiling padi tidak dapat memisahkan antara dedak dan bekatul maka
dedak dan bekatul bercampur menjadi satu sehingga disebut dengan dedak atau
bekatul saja. Komposisi dedak padi pada pakan broiler dapat mencapai 20-30% tanpa
menurunkan performans, tetapi apabila sampai mencapai 40% maka kecepatan
pertumbuhan menurun (Farell, 1994). Kelemahannya dedak padi mengandung fitat
fosforus yang cukup tinggi yang sulit dicerna oleh unggas.
Jagung
Jagung merupakan bijian yang banyak digunakan untuk pakan unggas karena
diperkirakan sekitar sepertiga dari total ransum yang dikonsumsi adalah jagung
(Ensminger, 1992). Komposisi kimia jagung menurut NRC (1994) yaitu
mengandung bahan kering 89% dengan kandungan energi metabolis 3350 kkal/kg;
8,5% protein; 3,8% lemak; 2,2% serat kasar; 0,28% total fosfor dan 0,08% fosfor
non fosfat. McDonal et al. (2002) menyatakan bahwa jagung kuning mengandung
pigmen cryptoxanthin, merupakan perkursor vitamin A. Pigmen tersebut berguna
dalam pakan unggas sebagai pemberi warna daging dan kuning telur.
Jagung memiliki serat kasar yang rendah, sehingga memungkinkan jagung
dapat digunakan dalam tingkat yang lebih tinggi. Pemakian jagung dalam pakan
broiler dapat mencapai taraf 70%. Jagung memiliki lemak yang tidak terlalu banyak.
Lima puluh persen dari jumlah lemak tersebut mengandung asam linolenat, yang
merupakan sumber asam lemak esensial dalam ransum unggas. Jagung juga
mengandung karoten tetapi memiliki kadar metionin dan lisin yang rendah (Wahju,
2004).
Minyak Nabati
Salah satu bahan makanan unggas pedaging yang kerap digunakan adalah
minyak nabati. Minyak nabati yang digunakan oleh kebanyakan unggas pedaging
adalah minyak kelapa dan sejenisnya. Minyak dalam ransum unggas selain
membantu dalam memenuhi kebutuhan energi yang tinggi, juga menambah selera
makan unggas dan mengurangi sifat berdebu.
Penggunaan minyak kelapa dalam penyusunan ransum adalah untuk
melengkapi kekurangan energi. Selain itu, bahan ini sangat membantu dalam
pembuatan pakan bentuk pellet karena dapat memperlicin atau mempermudahkan
keluarnya pakan saat melewati sarang mesin pembuat pakan. Namun, pengunaan
minyak nabati yang berlebihan juga akan merusak kualitas pellet yang dihasilkan
karena dapat menyebakan pellet mudah pecah dan menaikan kadar debu. Untuk itu
sebaiknya minyak nabati tersebut hanya digunakan dalam jumlah yang terbatas.
Campuran minyak pada pakan maksimal dibawah 5%. Apabila berlebihan akan
menyebabkan pakan mudah tengik (Widodo, 2010)
Protein Kedelai
Protein kedelai sebagian besar merupakan globulin, mempunyai titik
isoelektris 4,1 - 4,6. Globulin akan mengendap pada pH 4,1 sedangkan protein
lainnya seperti proteosa, prolamin dan albumin bersifat larut dalam air sehingga
diperkirakan penurunan kadar protein tak terekstrak dalam perebusan disebabkan
terlepasnya ikatan struktur protein karena panas yang menyebabkan terlarutnya
komponen protein dalam air. Protein merupakan senyawa organik yang molekulnya
sangat besar dan susunannya kompleks. Tersusun atas rangkaian asam-asam amino.
Apabila protein dihidrolisa, maka akan menghasilkan asam-asam amino yang
merupakan penyusun protein. Hidrolisa protein menggunakan larutan asam atau
dengan bantuan enzim. Hidrolisa secara sempurna akan menghasilkan asam amino.
Kegunaan Protein antara lain sebagai Zat pembangun, Zat pengemulsi, Zat Buffer,
dan membentuk enzim (Saputri,2009). Bungkil kedelai sesuai sebagai sumber protein
dalam pakan karena kandungan lisin yang tinggi, walaupun kandungan sistin dan
metionin terbatas (Swick, 2001). Kandungan protein bungkil kedelai 41-50% dan
merupakan bahan pakan sumber protein nabati terbaik dibandingkan sumber lain
(Suprijatna et al., 2008). Protein kedelai masih memiliki anti tripsin yang dapat
diinaktivasi dengan cara pemanasan (Fadli, 2009) selain itu protein ini memiliki
keunggulan yaitu dapat menurunkkan kadar trigliserida dalam darah, anti kanker,
anti oksidan dan sebagai sistem imun menutut Sugano (2006).
Pemacu Pertumbuhan
Pemacu pertumbuhan atau growth promoter diberikan pada pakan unggas
yang bertujuan untuk penggemukan dan meningkatkan palatabilitas pakan sehingga
pemanfaatan pakan lebih efisisen. Pemacu pertumbuhan pada umumnya
menggunakan antibiotik. Antibiotik berfungsi untuk memacu pertumbuhan dengan
cara menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen dalam saluran pencernaan.
Wahju (2004) juga menambahkan bahwa antibiotik mengefektifkan penggunaan zat
makanan, mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang menghasilkan amonia
berlebihan, memperbaiki absorpsi zat makanan tertentu, mempertinggi penyerapan
zat makanan, mempertinggi konsumsi makanan atau air, serta mencegah dan
mengobati patologis yang timbul di saluran usus dan bagian lainnya.
Penggunaan antibiotik dapat bersifat buruk bagi ternak, karena resistensi
ternak terhadap jenis-jenis mikroorganisme patogen tertentu serta residu antibiotik
akan terbawa dalam produk-produk unggas (Mulyantini, 2010). Sebagai pengganti
antibiotik banyak alternatif pemacu pertumbuhan diantaranya adalah probiotik,
bahan organik, imunomodulator, asam-asam organik, minyak esensial dan enzim.
Probiotik adalah suatu mikrobial hidup yang diberikan sebagai suplemen pakan dan
memberikan keuntungan bagi induk semang dengan cara memperbaiki
keseimbangan populasi mikroba usus (Choct, 2000). Bahan organik diantaranya
adalah bawang putih dan ekstrak daun Gujava L. Imunomodulator dapat
meningkatkan fungsi kekebalan tubuh. Minyak esensial dalam pakan dapat
meningkatkan konsumsi pakan, meningkatkan produksi enzim pencernaan serta
menstimulasi antiseptik dan antioksidan.
Vitamin dan Mineral
Vitamin merupakan substansi organik yang dibutuhkan oleh hewan dalam
jumlah yang sangat kecil yang berfungsi untuk mengatur berbagai proses dalam
tubuh bagi kesehatan, pertumbuhan, produksi dan reproduksi yang normal. Vitamin
juga merupakan komponen yang ada dalam makanan tetapi berbeda dengan
karbohidrat, protein, lemak, dan air terdapat didalam makanan dalam jumlah yang
sedikit, penggunaan yang rendah dapat mengakibatkan penyakit serta tidak bisa
disintesis oleh hewan dan harus ada dalam makanan. Di antara vitamin-vitamin ada
beberapa pengecualian terhadap satu atau lebih dari klasifikasi di atas. Misalnya,
vitamin D yang dapat disintesis pada permukaan kulit oleh radiasi sinar ultra violet
dan asam nikotinat (niasin) dalam beberapa hal dapat disintesisi dari triptofan
(Wahju, 2004).
Vitamin juga dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu vitamin
yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, K) yang diabsorpsi bersama dengan lemak
yang terdapat dalam pakan dan vitamin yang larut dalam air (vitamin B1, B2, B6, B12,
niasin, asam pantotenat, asam folat, biotin dan kolin) yang tidak dipengaruhi oleh
absorpsi lemak. Vitamin yang ditambahkan dalam pakan unggas biasanya dalam
bentuk premix. Premix merupakan istilah untuk bahan biologi aktif yang sudah
bercampur secara homogen. Jumlah premix yang biasanya digunakan dalam
campuran komposisis pakan adalah 1,0-2,0%.
Mineral secara umum berfungsi sebagai bahan pembentuk tulang dan gigi
yang membuat adanya jaringan yang keras dan kuat, mempertahankan keadaan
kolodial dari beberapa senyawa yang ada dalam tubuh, menjaga keseimbangan asam
dan basa dalam tubuh (Santoso dan Sudaryani, 2009). Zat mineral yang dibutuhkan
ternak kurang lebih 3 sampai 5 persen dari tubuh. Hewan tidak dapat membuat
mineral sendiri dalam tubuh maka harus disediakan dalam makannya. Defisiensi
suatu zat mineral jarang menimbulkan kematian tetapi menurunkan kesehatan.
Mineral merupakan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang
tidak banyak tetapi sangat penting untuk pembentukan alat-alat tubuh antara lain
pembentukan tulang (Ca dan P) dan darah (Fe). Bahan-bahan sumber mineral antara
lain adalah tepung kerang, tepung batu, tepung tulang dan kapur yang jumlahnya
banyak di alam dan dapat diolah. Sumber mineral buatan pabrik antara lain kalsium
karbonat, kalsium fosfat, fosfat koloidal dan natrium fosfst monobasic. Vitamin dan
mineral biasanya diberikan dalam bentuk premix. Kebutuhan vitamin dan mineral
berturut-turut pada ayam broiler berdasarkan umur pemeliharaan dalam tingkat
energi metabolis 3200 kkal/kg dan bahan kering 90% dapat dilihat pada Tabel 4 dan
5 yang bersumber dari NRC (1994).
Tabel 4. Kebutuhan Vitamin pada Ayam Broiler per Kg Pakan
Vitamin 0-3 minggu 3-6 minggu 6-9 minggu
Vitamin A (IU) 1500 1500 1500
Larut D3 (ICU) 200 200 200
Lemak E (IU) 10 10 10
K (mg) 0,50 0,50 0,50
Vitamin B12 (mg) 0,01 0,01 0,01
Larut Biotin (mg) 0,15 0,15 0,12
Air Koline (mg) 1300 1000 750
Folasin (mg) 0,55 0,55 0,50
Niasin (mg) 35 35 25
Asam pantotenat (mg) 10 10 10
Pyridoxine (mg) 3,5 3,5 3,0
Riboflavin (mg) 3,6 3,6 3,0
Tiamin (mg) 1,80 1,80 1,80
Sumber : NRC (1994)
Tabel 5. Kebutuhan Mineral pada Ayam Broiler per kg Pakan
Mineral 0-3 minggu 3-6 minggu 6-9 minggu
Mineral makro Kalsium *(%) 1,00 0,90 0,80
Klorin (%) 0,20 0,15 0,12
Magnesium (mg) 600 600 600
Fosfor nonfitat (%) 0,45 0,35 0,30
Potassium (%) 0,30 0,30 0,30
Natrium (%) 0,20 0,15 0,12
Mineral mikro Tembaga (mg) 8 8 8
Iodin (mg) 0,35 0,35 0,35
Besi (mg) 80 80 80
Mangan (mg) 60 60 60
Selenium (mg) 0,15 0,15 0,15
Zinkum (mg) 40 40 40
Sumber: NRC (1994)
Keterangan: *kebutuhan dapat lebih tinggia apabila terdapat fitat yang mengikat fosfor
MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di kandang blok B laboratorium lapang Bagian
Produksi Ternak Unggas (pemeliharaan ayam), dan laboratorium Bagian Produksi
Ternak Unggas (pengamatan peubah), Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian terdiri dari
pemeliharaan dan pengamatan peubah dari bulan Februari sampai dengan April 2010.
Materi
Ternak
Ternak yang digunakan adalah ayam broiler yang diproduksi oleh PT
Charoen Phokphand Jaya Farm sebanyak 40 ekor yang diambil dengan metode
sampling dari 200 ekor yang dipelihara sampai berumur 35 hari.
Kandang dan Peralatan
Kandang yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah sistem litter
dengan alas sekam padi, yang berjumlah 20 buah berukuran 1,2 x 1,2 x 2,5 m
dengan masing-masing kandang berisi 10 ekor ayam. Setiap kandang dilengkapi
dengan satu lampu 40 watt sebagai pemanas (brooder) dan penerangan, satu buah
tempat pakan, serta satu buah tempat minum.
Peralatan yang akan digunakan adalah tempat pakan (nampan dan gantung),
tempat minum 7 liter, tirai penutup kandang, kertas koran, lampu, gelas ukur, ember,
alat desinfektan, kertas label, termometer, bambu untuk penyekat kandang, alat tulis,
pisau, cutter, pinset, gunting operasi, timbangan digital.
Pakan
Pakan yang digunakan adalah pakan komersial BR 511 untuk starter dan BR
512 untuk finisher yang diproduksi oleh PT. Charoen Phokphand Jaya Farm, pakan
nabati yang diformulasikan oleh PT. Benny Putra yang diproduksi di Laboratorium
Industri Pakan Fakultas Peternakan IPB dan komposisinya disajikan pada Tabel 6,
serta DSP (dysapro) berupa bahan baku pakan yang diperoleh dari PT. Benny Putra.
Kandungan nutrisi pakan komersial, nabati dan DSP disajikan pada Tabel 7.
Tabel 6. Komposisi dan Formula Pakan Nabati
Bahan Baku % Bahan Protein
Kasar (%)
Energi
Metabolis
(kkal/kg)
Komposisis
160 Kg
Dysapro/soya protein 34,3 16,12 1098 54,88
Bekatul 13 1,43 286 20,80
Jagung 48 4,32 1584 76,80
Minyak Kelapa Sawit kasar 2,9 0,00 100 3,20
Dikalsium fosfat 0,9 0,00 0 1,44
Vitamin Premix 0,02 0,00 0 0,03
Mineral Premix 0,05 0,00 0 0,08
Garam 0,25 0,00 0 0,40
Growth Promotor 0,014 0,00 0 0,02
Limestone (Tepung Batu) 1,5 0,00 0 2,40
Total 100 21,87 3068 160,05
Sumber : PT. Benny Putra (2010)
Tabel 7. Kandungan Nutrien Pakan Nabati dan Komersial
Kandungan Komersial BR 511 Komersial BR 512 Nabati Dysapro*
Bahan Kering (%) 86,05 86,47 86,04 86,72
Abu (%) 7,21 4,57 5,69 4,33
Protein Kasar (%) 19,55 18,52 20,93 47,66
Serat Kasar (%) 4,51 4,63 4,70 2,73
Lemak Kasar (%) 4,66 3,87 4,48 2,22
Beta-N (%) 50,12 54,88 50,24 29,77
Energi Broto (kkal/kg) 4085 4002 3976 2850,22
Sumber : Hasil Analisisi Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fapet IPB (2010)
*Hasil Analisis Unit Layanan Pemeriksaan Laboratoris, konsultasi, dan pelatihan FKH
UNAIR (2009)
Vitamin
Vitamin yang akan diberikan berupa vitamin tambahan (Vitachick) yang
diberikan saat hari kedua setelah DOC datang. Vitamin lain yang diberikan adalah
anti stress (Vitastress) yang diberikan setiap setelah penimbangan tiap minggu.
Rancangan Percobaan
Perlakuan pada penelitian ini adalah pakan yang diberikan pada broiler.
Pakan yang diberikan terdiri dari empat macam. Setiap perlakuan diambil masing-
masing 2 ekor dengan metode sampling dengan lima kali ulangan. Perlakuan yang
diberikan adalah sebagai berikut P1 yaitu pemberian pakan komersial selama lima
minggu, P2 yaitu pemberian pakan komersial selama tiga minggu dan dua minggu
terakhir pemberian pakan komersial ditambahkan DSP, P3 yaitu pemberian pakan
nabati selama lima minggu dan pada P4 yaitu tiga minggu pertama diberikan pakan
nabati dan dua minggu terakhir diberikan pakan nabati yang ditambahkan DSP.
Rancangan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL) pola searah dengan lima kali ulangan. Model matematis yang
digunakan menurut Steel dan Torrie (1991) adalah
Yij = + i + ij
Keterangan:
Yij : Nilai pengamatan satuan percobaan ke-j dengan perlakuan pakan ke-i
: Nilai tengah umum
i : Pengaruh perlakuan pemberian pakan
ij : Pengaruh galat percobaan pakan ke-i pada satuan percobaan ke-j
i : 1,2,3,4
j : 1,2,3,4,5
Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of variance (ANOVA) untuk
mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati. Jika pada analisis
ANOVA didapatkan hasil yang berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji Tukey
(Steel dan Torrie, 1993). Peubah yang diamati adalah berat (hidup akhir, karkas,
dada, paha, sayap dan punggung), persentase (karkas, dada, paha, sayap dan
punggung) serta rasio daging pertulang atau meat bone ratio dada dan paha.
Prosedur
Persiapan Pakan
Pakan dipersiapkan sebelum pemeliharaan karena pada hari pertama langsung
diberi pakan perlakuan. Periode starter diberi pakan komersial dengan kode BR 511
sampai berumur 3 minggu, sedangkan pada periode grower diberi pakan dengan
kode BR 512 sampai akhir pemeliharaan. Perlakuan dengan pakan nabati diberikan
selama masa pemeliharaan.
Pemberian Dysapro diberikan pada minggu ke-4 dan ke- 5 pemeliharaan pada
perlakuan 2 dan 4 (P2 dan P4). Formulasi pada minggu ke-4 yaitu sebanyak 18%
DSP ditambah dengan 82% pakan perlakuan baik pakan komersial maupun pakan
nabati. Pencampuran pakan dengan DSP dilakukan dengan cara DSP 18% ditambah
sedikit pakan perlakuan dan selanjutnya diberi air sebanyak 12% sampai semua
tercampur kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit sisa pakan perlakuan samapai
semua tercampur dengan rata. Formulasi pada minggu ke-5 yaitu sebanyak 17% DSP
ditambah pakan perlakuan sebanyak 83%. Pencampuran pakan dengan DSP
dilakukan dengan cara DSP 17% ditambah sedikit pakan perlakuan dan selanjutnya
diberi air sebanyak 12% sampai semua tercampur kemudian ditambahkan sedikit
demi sedikit sisa pakan perlakuan sampai semua tercampur dengan rata. Pengadukan
dilakuan dengan cara manual yaitu dengan penggunaan tangan. Ayam dipuasakan
terlebih dahulu sebelum diberikan pakan yang telah dicampur DSP, hal ini bertujuan
agar ayam tersebut dapat menghabiskan pakan yang telah dicampur dengan DSP.
Pemeliharaan Broiler
Kandang dan alat disiapkan terlebih dahulu. Masing-masing kandang diberi
kode perlakuan. Broiler yang baru datang diberi air minum yang dicampurkan
dengan gula yang bertujuan untuk mengembalikan energi DOC setelah perjalanan.
Setiap kandang diberi lampu 40 watt yang dinyalakan selama 24 jam sampai ayam
berumur 14 hari dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar.
Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari yaitu pada pukul 07.00, 12.30 dan
16.00. Pakan diberikan ad libitum dan dihitung setiap satu minggu sekali. Pakan
perlakuan sudah mulai diberikan pada hari pertama pemeliharaan. Air minum
diberikan ad libitum. Pemberian pakan yang dicampur DSP 3% diberikan setelah
broiler berumur 21 hari. Tempat air minum dan tempat makan selalu dibersihkan
setelah dilakukan penambahan pakan atau minum. Penimbangan bobot akhir broiler
dilakukan pada hari ke-35.
Pelaksanaan Panen
Pelaksanaan panen dilakukan pada hari ke-35, sebanyak 40 ekor ayam (dua
ekor dari masing-masing kandang setiap perlakuan ulangan) diambil dan dipuasakan
selama kurang lebih 12 jam, setelah itu dilakukan penimbangan bobot hidup akhir
kemudian dipotong. Pemuasaan sebelum pemotongan bertujuan agar memudahkan
pengeluaran jeroan dan daging tidak banyak terkontaminasi kotoran. Pemotongan
dilakukan pada bagaian leher dengan cara memotong esofagus, pembuluh darah vena
jugularis, trakea dan arteri karotidae. Setelah dipotong ayam dibiarkan dalam kondisi
kepala berada di bawah selama 2 sampai 3 menit yang bertujuan agar darah dapat
keluar dengan cepat dan sempurna. Ayam yang sudah dipotong selanjutnya direndam
dalam air panas selama kurang lebih 2 menit kemudian dilakukan pencabutan bulu
dengan menggunakan mesin pencabut bulu. Perendaman dengan air panas bertujuan
untuk mempermudah proses pencabutan bulu. Setelah itu dilakukan pengeluaran
organ dalam (hati, usus, rempela, jantung) dan dipotong bagian kepala, leher, dan
ceker. Selanjutnya dapat dihitung persentase karkas yaitu dengan cara menghitung
bobot karkas dibagi dengan bobot hidup dikali seratus persen dan dilakukan
potongan komersial serta penimbangan bagian-bagian yang terdiri dari dada, paha,
sayap dan punggung.
Potongan Komersial
Potongan komersial bagian dada diperoleh dengan cara memotong bagian
karkas pada daerah scapula sampai bagian tulang dada dan selanjutnya ditimbang
(g). Persentase bagian dada diperoleh dengan cara menghitung bobot dada dibagi
dengan bobot karkas dikali seratus persen. Rasio daging dada per tulang diperoleh
dengan cara perbandingan antara bobot daging dada dan bobot tulang dada. Daging
dada diperoleh dengan cara menimbang daging bagian dada yang telah mengalami
proses pengambilan tulang dari tulang scapula sampai tulang dada serta tanpa kulit
(proses deboning).
Bagian paha diperoleh dari pemisahan antara persendian pinggul dan
selanjutnya ditimbang (g). Persentase bobot paha diperoleh dari penimbangan bobot
paha dibagi bobot karkas dikali seratus persen. Rasio daging paha per tulang
diperoleh dengan cara menghitung perbandingan antara bobot daging paha dibagi
dengan bobot tulang. Bobot daging paha diperoleh dengan menimbang bagian paha
yang telah mengalami proses pengambilan tulang dan dipisahkan dari persendian
pinggul serta tanpa kulit (g).
Potongan komersial bagian sayap diperoleh dengan cara memotong bagian
persendian antara lengan atas dengan scapula dan selanjutnya dilakukan
penimbangan. Persentase sayap diperoleh dengan cara menghitung bobot sayap
dibagi dengan bobot karkas dikali seratus persen. Potongan komersial bagian
punggung diperoleh dari pemisahan tulang belakang sampai tulang panggul dan
selanjutnya dilakukan penimbangan (g). Bobot punggung dibagi dengan bobot
karkas dikali seratus persen merupakan cara untuk mengetahui persentase punggung.
Pengukuran Peubah
Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah bobot hidup, bobot karkas,
bobot dada, bobot paha, bobot sayap dan bobot punggung. Persentase karkas,
persentase dada, persentase paha, persentase sayap dan persentase punggung. Rasio
daging pertulang (dada dan paha) atau meat bone ratio (breast and tight).
1. Bobot hidup akhir diperoleh dengan penimbangan bobot badan ayam umur
35 hari sebelum dipotong atau disembelih (g/ekor).
2. Bobot karkas diperoleh dari ayam yang telah disembelih tanpa bulu, darah,
jeroan, kepala dan kaki (g/ekor).
3. Bobot dada diperoleh dengan cara menimbang bagian karkas yang diambil
pada daerah scapula sampai bagian tulang dada (g).
4. Persentase daging dada per tulang dada diperoleh dari bobot daging dada
dibagi dengan bobot tulang dada dikali seratus persen (%).
5. Persentase berat dada terhadap berat karkas diperoleh dengan cara bobot dada
dibagi bobot karkas dikali seratus persen (%).
6. Bobot paha diperoleh dengan cara menimbang bagian karkas yang diambil
pada daerah tulang paha dan dipisahkan dengan persendian pinggul (g).
7. Persentase daging paha per tulang paha diperoleh dari bobot daging paha
dibagi dengan bobot tulang paha dikali seratus persen (%).
8. Persentase bobot paha terhadap bobot karkas diperoleh dengan cara bobot
paha dibagi bobot karkas dikali seratus persen (%).
9. Bobot punggung diperoleh dengan cara menimbang bobot karkas yang
diambil pada daerah tulang belakang sampai tulang panggul (g).
10. Persentase bobot punggung terhadap bobot karkas diperoleh dengan cara
bobot punggung dibagi bobot karkas dikali seratus persen (%).
11. Bobot sayap diperoleh dengan cara menimbang bagian karkas yang diambil
pada daerah persendian antara lengan atas dengan scapula (g).
12. Persentase bobot sayap terhadap bobot karkas diperoleh dengan cara bobot
sayap dibagi bobot karkas dikali seratus persen (%).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pakan Penelitian
Kandungan Nutrisi Pakan
Kandungan nutrisi pakan tergantung pada bahan pakan yang digunakan
dalam pakan tersebut. Kandungan nutrisi pakan penelitian dari analisis proksimat dan
hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Analisa Laboratorium dan Perhitungan Kandungan Nutrisi Pakan
Penelitian
Kandungan Pakan
Nutrisi P1*
P2**
P3*
P4**
Starter Finisher Starter Finisher Starter Finisher Starter Finisher
Protein
Kasar (%)
19,55 18,52 19,55 23,67 20,93 20,93 20,93 26,61
Lemak Kasar (%)
4,66 3,87 4,66 3,58 4,48 4,48 4,48 4,08
Serat Kasar
(%)
4,51 4,63 4,51 4,30 4,70 4,70 4,70 4,35
Energi Bruto
(kkal/kg)
4085,00 4002,00 4085,00 3800,44 3976,00 3976,00 3976,00 3778,99
Keterangan : P1 : Pakan Komersial; P2 : Pakan Komersial + DSP; P3 :Pakan Nabati; P4 : Pakan Nabati + DSP.
* Hasil Analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fapet IPB (2010)
**Hasil Perhitungan Kandungan Nutrisi Pakan penelitian
Nilai protein kasar menurut SNI (2006) untuk starter dan finisher adalah 19%
dan 18%, kandungan nutrisi protein kasar pada pakan perlakuan komersial (P1)
untuk starter 19,55% dan 18,52% finisher; untuk pakan komersial yang ditambah
DSP (P2) periode starter19,55% dan 23,67% periode finisher; untuk pakan nabati
(P3) protein kasar periode starter dan finisher 20,93% serta untuk pakan nabati yang
ditambah DSP (P4) protein kasar periode starter 20,93% dan finisher 26,66%. Pakan
yang ditambahkan DSP memiliki nilai protein kasar yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pakan yang tidak ditambahkan DSP, hal ini dikarenakan protein yang
terkandung dalam DSP cukup tinggi yaitu 47,66% yang berasal dari ekstrak protein
kedelai (Hasil Analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fapet IPB, 2010).
Lemak kasar pada hasil analisis proksimat pakan perlakuan pakan komersial
(P1), pakan komersial ditambah DSP (P2), pakan nabati (P3) dan pakan nabati
ditambah DSP (P4) periode starter berturut-turut sebesar 4,66%; 4,66%; 4,48% dan
4,48% yang tidak melebihi batas maksimal yang dianjurkan SNI (2006) untuk starter
7,4% dan lemak kasar periode finisher pakan perlakuan secara berturut-turut adalah
3,87%, 3,58%, 4,48% dan 4,08% yang tidak melebihi batas maksimal yang
dianjurkan SNI (2006) yaitu 8,0% untuk periode finisher. Lemak pada pakan nabati
berasal dari minyak nabati yang kebanyakan adalah minyak kelapa. Minyak dalam
ransum unggas selain membantu dalam memenuhi kebutuhan energi yang tinggi,
juga menambah selera makan unggas dan mengurangi sifat berdebu (Amrullah,
2004). Pengunaan minyak nabati yang berlebihan juga akan merusak kualitas pellet
yang dihasilkan karena dapat menyebakan pellet mudah pecah dan menaikan kadar
debu. Untuk itu sebaiknya minyak nabati tersebut hanya digunakan dalam jumlah
yang terbatas.
Serat kasar hasil analisis proksimat perlakuan pakan komersial (P1), pakan
komersial ditambah DSP (P2), pakan nabati (P3) dan pakan nabati ditambah DSP
(P4) periode starter berturut-turut adalah 4,51%; 4,51%; 4,70% dan 4,70% yang
tidak melebihi SNI (2006) batas maksimal 6% untuk starter dan periode finisher
secara berturut-turut adalah 4,63%, 4,30%, 4,70% dan 4,35% juga tidak melebihi
batas yang ditentukan SNI (2006) batas maksimal 6% untuk finisher. Serat kasar dari
pakan nabati tersebut diperoleh dari dedak halus dan jagung sedangkan untuk pakan
komersial berasal dari jagung, dedak, bungkil kedelai, bungkil kacang dan gandum.
Energi bruto hasil analisis proksimat perlakuan pakan komersial (P1), pakan
komersial ditambah DSP (P2), pakan nabati (P3) dan pakan nabati ditambah DSP
(P4) periode starter berturut-turut adalah 4085,00 kkal/kg, 4085,00 kkal/kg, 3976,00
kkal/kg dan 3976,00 kkal/kg sedangkan untuk periode finisher secara berturut-turut
adalah 4002,00 kkal/kg, 3800,44 kkal/kg, 3976,00 kkal/kg dan 3778,99 kkal/kg.
Sumber energi pada pakan komersial berasal dari jagung, dedak dan pecahan
gandum, sedangkan sumber energi dari pakan nabati berasal dari jagung, bekatul,
CPO dan DSP (EM 3300 kkal/kg). Jagung mengandung protein agak rendah (sekitar
9,4%), tetapi kandungan energi metabolismenya tinggi sebesar 3430 kkal/kg.
Komposisi kimia jagung menurut NRC (1994) yaitu mengandung bahan kering 89%
dengan kandungan energi metabolis 3350 kkal/kg; 8,5% protein; 3,8% lemak; 2,2%
serat kasar; 0,28% total fosfor dan 0,08% fosfor non fosfat. Menurut NRC (1994),
komposisi bekatul pada kadar bahan kering 90% mengandung 3090 kkal/kg energi
metabolis; 11,0% lemak; 4,1% serat kasar; 1,31% total fosfor dan 0,14% fosfor non
fitat.
Konsumsi dan Konversi Pakan
Konsumsi pakan sangat erat kaitannya dengan laju pertumbuhan yang pada
akhirnya akan berhubungan dengan bobot akhir dan bobot karkas serta potongan
komersial. Kekurangan pakan akan mengganggu laju pertumbuhan. Konsumsi pakan
merupakan jumlah pakan yang dimakan oleh ternak dalam jangka waktu tertentu
selama periode pemeliharaan. Konversi pakan merupakan perbandingan antara
jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan dalam jangka
waktu tertentu. Rataan konsumsi pakan perlakuan selama lima minggu pemeliharaan
disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Rataan Konsumsi dan Konversi Pakan selama Lima Minggu Pemeliharaan
Perlakuan Konsumsi (g/ekor) Konversi
P1 2985,38
1,81
P2 2836,46
1,67
P3 2082,35
4,39
P4 1940,87
3,70
Keterangan : P1 : Pakan Komersial; P2 : Pakan Komersial + DSP; P3 :Pakan Nabati;
P4 : Pakan Nabati + DSP
Rataan konsumsi pakan selama pemeliharaan menunjukan hasil perlakuan
pakan komersial (P1) dan perlakuan pakan komersial ditambah DSP (P2) yaitu
berkisar antara 2836,46 dan 2985,38 g/ekor sedangkan perlakuan pakan nabati (P3)
sebesar 2082,35 g/ekor dan perlakuan pakan nabati ditambah DSP (P4) jauh lebih
sedikit konsumsinya dari ketiga perlakuan yaitu 1947,80 g/ekor. Hal ini menunjukan
bahwa pakan nabati sebagai pakan alternatif tidak disukai oleh ayam broiler,
walaupun penggunaan protein kedelai dan jagung tinggi. Konsumsi pakan komersial
dan pakan nabati sangat jauh berbeda, hal ini dikarenakan palatabilitas pakan nabati
yang rendah. Pakan komersial dan nabati memiliki warna yang sama, tetapi pada
pakan nabati memiliki bau yang kurang sedap dari pakan komersial (Usman, 2010).
Wahju (2004) menyatakan bahwa secara umum konsumsi meningkat dengan
meningkatnya umur dan bobot badan ayam yang besar mempunyai kemampuan
menampung makanan lebih banyak.
Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan pakan komersial (P1) dan
pakan komersial ditambah DSP (P2) menghasilkan nilai konversi pakan yang lebih
kecil dibandingan dengan perlakuan pakan nabati (P3) maupun perlakuan pakan
nabati yang ditambah DSP (P4). Rataan konversi pakan komersial (P1) dan pakan
komersial ditambah DSP (P2) adalah 1,81 dan 1,67 sedangkan untuk perlakuan
pakan nabati (P3) dan Perlakuan pakan nabati ditambah DSP (P4) adalah 4,39 dan
3,70. Semakin tinggi nilai konversi pakan menunjukan semakin banyak pakan yang
dibutuhkan untuk meningkatkan bobot badan per satuan berat.
Konversi pakan yang tinggi disebabkan oleh jumlah pakan yang dikonsumsi
banyak, tetapi pertambahan bobot badan yang rendah. Hal ini diduga terdapat
senyawa anti nutrisi yang dapat menghambat penyerapan nutrisi sehingga
pertambahan bobot badan juga terganggu serta kemungkinan ketersediaan asam
amino yang kurang seperti asam amino lisin dan metionin. Sebagai sumber protein
utama dalam pakan nabati adalah DSP yang merupakan ekstrak kacang kedelai.
Kacang kedelai, seperti juga produk nabati lain mempunyai kandungan asam-asam
amino yang tidak proporsional, terutama lisin dan metionin (Wahju, 2004).
Anti tripsin adalah senyawa penghambat kerja enzim tripsin yang secara
alami terdapat dalam kacang-kacangan. Anti tripsin akan memacu pembentukan dan
sekaligus pelepasan zat seperti pankreozimin yang bersifat hormon dalam dinding
usus. Banyaknya kandungan anti tripsin dalam pakan yang dikonsumsi dapat
merangsang pengeluaran enzim dari pankreas yang berlebihan. Enzim tersebut
merupakan protein, sehingga asupan protein yang masuk bersama pakan yang
dikonsumsi tidak dapat dimanfaatkan oleh ternak itu sendiri bahkan ternak tersebut
akan kehilangan protein dari dalam tubuhnya melalui pengeluaran enzim yang
berlebihan tersebut. Selain itu, faktor yang mempengaruhi konversi pakan adalah
suhu lingkungan, bentuk fisisk pakan, komposisi pakan, dan zat-zat nutrisi yang
terdapat dalam pakan.
Bobot Hidup, Karkas dan Potongan Komersial Broiler
Bobot hidup sangat dipengaruhi oleh pakan yang diberikan dan juga akan
mempengaruhi bobot karkas dan potongan komersial. Hasil penelitian untuk rataan
bobot hidup, karkas dan potongan komersial dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.
Tabel 10. Rataan Bobot Hidup, Bobot Karkas, Potongan Komersial (Dada, Paha,
Punggung dan Sayap) dan Rasio Bobot Daging pertulang (Dada dan
Paha) Ayam Broiler.
Peubah Pakan
P1 P2 P3 P4
Bobot Hidup
g/ekor
1577,90±143,30a
1679,70±187,00a
625,00±68,30b
721,30±111,30b
Karkas
g/ekor 1101,10±138,10 1256,80±177,30 387,40±55,00 419,50± 73,30
% 69,66±4,19a 74,66±3,39a 61,86±4,55b 58,45±7,73b
Dada
g/ekor 406,50±57,20 476,80±56,10 132,10±19,92 157,30±28,27
% (perbobot karkas) 36,92± 2,06a 38,12± 2,92a 34,11± 1,80b 37,60± 3,58c
rasio daging pertulang 3,89 ± 0,85a 4,32 ±1,29a 1,90 ±0,47b 2,38 ± 0,61b
Paha
g/ekor 327,60 ± 47,40 362,20±53,60 119,20±17,47 124,30±23,42
% (perbobot karkas) 29,73± 1,61 28,86± 2,14 30,77±1,02 29,61±1,41
rasio daging pertulang 2,78± 0,38a 2,51± 0,60a 1,82±0,36b 1,93±0,52b
Sayap
g/ekor 119,30±11,10 131,40±15,30 52,90±6,03 54,80±8,55
% (perbobot karkas) 10,89±0,78a 10,52±0,97a 13,75±1,15b 13,14±0,98b
Punggung
g/ekor 256,90±43,40 267,40±31,42 86,40±13,30 95,30±20,07
% (perbobot karkas) 23,31±2,52 21,48±2,76 22,32±1,59 22,68±2,09
Keterangan : Superskrip yang berbeda menunjukan perbedaan nyata (P<0,05) P1 : Pakan Komersial; P2 : Pakan Komersial + DSP; P3 :Pakan Nabati; P4 : Pakan
Nabati + DSP
Bobot Hidup Broiler
Bobot hidup akhir hasil penelitian menunjukan bahwa diantara pakan
komersial (P1 dan P2) tidak berbeda dan demikian juga pakan nabati (P3 dan P4),
tetapi antara pakan komersial (P1 dan P2) berbeda dengan pakan nabati (P3 dan P4).
Pemberian pakan komersial menghasilkan bobot hidup yang lebih besar
dibandingkan dengan pemberian pakan nabati, hal ini disebabkan ayam yang diberi
pakan komersial memiliki tingkat konsumsi yang tinggi serta kandungan gizi yang
cukup untuk menghasilkan bobot hidup yang optimal. Konversi pakan yang berbeda
juga mempengaruhi bobot hidup yang dihasilkan. Penyebab konversi pakan yang
berbeda dikarenakan pada pakan nabati zat-zat gizi terikat oleh senyawa yang sulit
dicerna. Sumber protein utama dari pakan nabati adalah DSP (dysapro protein)
sehingga protein pada pakan nabati semakin sulit dicerna dan diserap karena diduga
mengandung anti tripsin. Hal tersebut merupakan penyebab tingginya konversi pakan
yang berdampak pada rendahnya pencapaian bobot hidup karena pakan yang
diberikan dapat mempengaruhi bobot hidup ayam (Bell dan Weaver, 2002). Rataan
bobot hidup akhir ayam penelitian yang diperoleh lebih tinggi 14,24% dari standar
yang diberikan Vantress (2008) untuk strain Cobb adalah 1397g.
Karkas Broiler
Karkas ayam adalah bobot tubuh ayam setelah dipotong dikurangi kepala,
kaki, darah, bulu serta organ dalam. Muchtadi dan Sugiyono (1992), menyatakan
komponen karkas terdiri dari otot, lemak, tulang dan kulit. Dwiyanto et al. (1979)
juga menyatakan bahwa salah satu yang mempengaruhi persentase bobot karkas
adalah jumlah dan kualitas ransum selain bobot hidup, perlemakan, jenis kelamin,
umur dan aktivitas.
Bobot karkas yang diperoleh dari hasil pengukuran menunjukan bahwa ayam
yang diberi pakan komersial menghasilkan bobot karkas yang lebih besar
dibandingkan dengan pemberian pakan nabati, hal tersebut karena bobot hidup ayam
yang diberi pakan komersial lebih tinggi. Hasil analisa statistik menunjukan
pemberian pakan komersial (P1) dan pakan komersial ditambah DSP (P2) tidak
berbeda, pemberian pakan nabati (P3) dan pemberian pakan nabati titambah DSP
(P4) tidak berbeda tetapi antara pakan komersial (P1 dan P2) berbeda nyata (P<0,05)
dengan pakan nabati (P3 dan P4). Hal tersebut karena bobot hidup ayam yang diberi
pakan komersial lebih besar daripada bobot hidup ayam yang diberi pakan nabati.
Persentase karkas yang dihasilkan dari perlakuan pemberian pakan komersial (P1)
adalah 69,66% dari bobot 1101,10 g/ekor, perlakuan pemberian pakan komersial
ditambah DSP (P2) adalah 74.66% dari bobot 1256,80 g/ekor, perlakuan pemberian
pakan nabati adalah 61.86% dari bobot 387,40 g/ekor dan perlakuan pemberian
pakan nabati ditambah DSP (P4) adalah 58,45% dari bobot 419,50 g/ekor. Nilai
tersebut masih termasuk normal jika dibandingkan dengan yang diperoleh Brake dan
Havensin (1993) yaitu berkisar antara 60,52-69,91% untuk ayam broiler umur 5
minggu.
Potongan Komersial Broiler
1. Dada
Merkley et al.(1980), membagi karkas menjadi lima bagian besar potongan
komersial yaitu dada, sayap, punggung, pangkal paha dan paha bawah. Potongan
komersial yang banyak mengandung daging adalah potongan komersial bagian dada.
Bagian dada memiliki daging yang lebih empuk dan sedikit menganding lemak.
Bobot dada yang dihasilkan menunjukan bahwa pemberian pakan komersial
menghasilkan bobot dada yang lebih tinggi. Persentase bobot dada juga dipengaruhi
oleh pemberian pakan. Perlakuan pakan komersial (P1) dan perlakuan pakan
komersial ditambah DSP (P2) tidak berbeda, tetapi perlakuan pakan nabati (P3)
berbeda dengan perlakuan pakan komersial (P1) dan perlakuan pakan komersial
ditambah DSP (P2) serta perlakuan pakan nabati ditambah DSP (P4) berbeda dengan
semua perlakuan pakan. Hal ini dikarenakan pada pakan nabati (P3) terdapat
senyawa anti tripsin yang dapat menghambat penyerapan protein, tetapi pada pakan
nabati yang ditambahkan DSP (P4) berbeda nyata karena DSP tersebut memiliki
protein yang tinggi sehingga zat anti tripsin tidak dapat berfungsi menyerap protein
secara sempurna.
Pemberian pakan memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap rasio daging
dada per tulang (breast meat bone ratio) karena pakan akan mempengaruhi
pembentukan tulang dan daging. Pemberian pakan komersial (P1) dan pemberian
pakan komersial ditambah DSP (P2) tidak berbeda, Pemberian pakan nabati (P3) dan
pemberian pakan nabati ditambah DSP (P4) tidak berbeda tetapi pakan komersial (P1
dan P2) berbeda dengan pakan nabati (P3 dan P4). Penambahan DSP tidak
berpengaruh terhadap rasio daging dada per tulang. Breast Meat bone ratio tertinggi
untuk bagian dada dihasilkan oleh pakan dengan perlakuan pakan komersial
ditambah DSP (P2) yaitu sebanyak 4,32%. Bahij (1991) menyatakan bahwa
potongan komersial dada merupakan bagian karkas yang banyak mengandung
jaringan otot sehingga perkembangannya lebih banyak dipengaruhi oleh zat makanan
khususnya protein. Kandungan protein pada setiap perlakuan ternyata lebih besar
dari yang ditetapkan SNI (2006) yaitu 19% untuk grower dan 18% untuk finisher.
2. Paha
Bobot paha yang dihasilkan oleh ayam yang diberi perlakuan pakan nabati
menghasilkan bobot yang lebih rendah. Bobot paha mempengaruhi bobot daging dan
tulang paha yang dihasilkan. Pemberian pakan tidak berpengaruh terhadap bobot
paha. Pemberian pakan komersial ditambah DSP (P2) menghasilkan bobot paha
paling besar yaitu 362,20±53,60 g dan bobot paha paling terendah dihasilkan dengan
pemberian pakan nabati (P3) dan bobot paha terendah tersebut sebesar 119,27±17,47
g. Pemberian pakan komersial (P1) menghasilkan bobot paha sebesar 327,60 ± 47,40
g dan pemberian pakan nabati ditambah DSP (P4) menghasilkan bobot paha sebesar
124,30±23,42 g.
Pemberian pakan tidak berpengaruh terhadap persentase bobot paha perbobot
karkas. Persentase tertinggi pada P3 atau pemberian pakan nabati sebesar
30,77±1,02%, P4 atau pemberia pakan nabati ditambah DSP sebesar 29,61±1,41%,
P1 atau pemberian pakan komersial sebesar 29,73± 1,61% dan P2 atau pemberian
pakan komerial ditambah DSP sebesar 28,86± 2,14%. P3 atau pakan perlakuan
dengan pakan nabati menghasilkan persentase tertinggi karena pada P3 menghasilkan
berat karkas 387,40±55,00 g dan berat paha 119,20±17,47 g.
Tight meat bone ratio atau rasio daging paha pertulang menunjukan P1 dan
P2 tidak berbeda, P3 dan P4 tidak berbeda. Persentase daging paha pertulang paha
menghasilkan persentase tertinggi sampai terendah berturut-turut adalah pada
pemberian pakan komersial (P1) sebesar 2,78±0,38 %, pemberian pakan komersial
ditambah DSP (P2) sebesar 2,51±0,60 %, pemberian pakan nabati ditambah DSP
(P4) sebesar 1,93±0,52 % dan pemberian pakan nabati (P3) sebesar 1,82±0,36 %.
Penambahan DSP berarti tidak berpengaruh terhadap rasio daging paha pertulang.
Rasio daging pertulang paha pada pemberian pakan nabati lebih kecil daripada pakan
komersial 34,53%.
3. Sayap
Pemberian pakan komersial dan pakan nabati menghasilkan bobot sayap yang
berbeda. Persentase sayap menunjukan P1 dan P2 tidak berbeda, P3 dan P4 tidak
berbeda tetapi pemberian pakan komersial (P1 dan P2) berbeda dengan pakan nabati
(P3 dan P4). Nilai rataan persentase sayap berkisar antara 10,52-13,75%, nilai
tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan nilai hasil penelitian Yulia (2004) bahwa
persentase potongan komersial bagian sayap sebesar 7,54% untuk ayam broiler yang
berumur 6 minggu.
Ayam yang diberi pakan komersial (P1 dan P2) menghasilkan bobot
punggung yang lebih besar dari pada ayam yang diberi pakan nabati (P3 dan P4).
Persentase punggung menunjukan hasil yang tidak berbeda antara setiap perlakuan
pakan. Berat punggung dengan pemberian pakan komersial (P1) menghasilkan berat
sebesar 256,90±43,40 g, berat punggung dengan pemberian pakan komersial
ditambah DSP (P2) menghasilkan berat sebesar 267,40±31,42 g, berat punggung
dengan pemberian pakan nabati (P3) menghasilkan berat sebesar 86,40±13,30 g dan
berat punggung dengan pemberian pakan nabati ditambah DSP (P4) menghasilkan
berat sebesar 95,30±20,07 g. Berat punggung terbesar dihasilkan oleh pemberian
pakan komersial ditambah DSP (P2).
4. Punggung
Bagian punggung broiler merupakan bagian karkas yang lebih banyak tulang
dibandingkan dengan bagian yang lain. Perlakuan pemebrian pakan ternyata tidak
mempengaruhi bobot punggung dan persentase punggung per bobot karkas. Bobot
punggung terberat dihasilkan oleh pemberian pakan komersial yang ditambah DSP
(P2) dan pakan komersial (P1) yaitu 267,40±31,42 g dan 256,90±43,40 g sedangkan
bobot punggung broiler yang diberi pakan nabati (P3) 86,40±13,30 g dan pakan
nabati ditambah DSP (P4) 95,30±20,07 g.
Persentase bobot punggung terbesar dihasilkan oleh P1 atau pemberian pakan
komersial, hal ini disebabkan bobot karkas yang dihasilkan juga besar. Persentase
berat punggung perberat karkas dari yang terbesar sampai yang terkecil secara
berturut-turut adalah pemberian pakan komersial (P1) 23,31±2,52%, pemberian
pakan nabati ditambah DSP (P4) 22,68±2,09%, pemberian pakan nabati (P3)
22,32±1,59% dan pemberian pakan komersial ditambah DSP (P2) 21,48±2,76%.
Persentase bobot punggung pada hasil penelitian ini lebih tinggi bila dibandingkan
dengan pernyataan Kidd dan Kerr (1996) bahwa rataan persentase punggung ayam
broiler berkisar 18%.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pakan nabati yang diberikan pada ayam broiler dalam penelitian ini
menghasilkan bobot hidup, karkas, persentase karkas, potongan komersial maupun
meat bone ratio (paha dan dada) nyata lebih rendah (P<0,05) dari pada ayam yang
diberi pakan komersial. Penambahan DSP (dysapro protein) tidak mampu
meningkatkan bobot hidup, karkas maupun potongan komersial pada ayam baik yang
diberi pakan nabati maupun pakan komersial.
Saran
Pemuasaan lebih dari satu jam sebaiknya dilakuan untuk perlakuan pakan
yang menggunakan penambahan DSP agar pakan yang diberikan dapat habis. Asam
amino sintetis sebaiknya juga ditambahkan pada pakan nabati agar asam amino
menjadi lengkap yang dapat meningkatkan pertumbuhan. Penelitian mengenai
analisis kimia, fisik dan organoleptik juga perlu dilakukan untuk mengetahui
pengaruh pemberian pakan nabati terhadap nilai gizi, karakteristik dan tingkat
kesukaan konsumen serta perlu juga dilakukan analisis ekonomi untuk mengetahui
sisi ekonomis dari pemberian pakan perlakuan tersebut. Pakan nabati dapat diberikan
pada dua minggu terakhir sebelum pelaksanaan panen, hal ini bertujuan untuk
mengurangi residu anti biotik yang dapat terbawa dalam produk-produk unggas
khususnya daging ayam.
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan
hidayah, rahmat dan taufik-Nya sehingga penulis dapat menyelesikan studi,
penelitian, seminar serta skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat serta pengikutnya sampai akhir zaman.
Terima kasih yang tak terhingga kepada ibunda tercinta Imas Lediasari,
Suamiku tercinta Ery Erdiansyah. S.Pt dan anakku terkasih Azka Leryna Putri,
kakak-kakakku Prof. Dr. drh. I Wayan T Wibawan, MS dan Neneng Sielvia A, mas
Jhon dan teh Trie, Akang Ivan Apliantoni dan teh Selvie, teh Upuy dan A Alex yang
telah mencurahkan perhatian, pengorbanan, nasehat, motivasi dan kasih sayang yang
sangat besar kepada penulis. Terima kasih telah mengarahkan, mendidik dan
mengajarkan arti hidup, kejujuran, tanggung jawab dan menghargai orang lain.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu H. S, M.S yang
telah memberikan kesempatan untuk ikut terlibat dalam penelitian bersama tim
sehingga dapat menulis skripsi ini. Terima kasih kepada kedua pembimbing skripsi
Ir. Niken Ulupi, MS dan Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu H. S, MS yang dengan penuh
kesabaran dan keyakinan memberikan bimbingan, tuntunan, pengajaran, pengarahan
serta mengorbankan waktu dan pikiran dari mulai penelitian sampai skripsi ini
selesai. Terima kasih kepada M Baihaqi S.Pt. MSc sebagai pembahas seminar yang
telah banyak memberikan masukan, saran dan pemahaman dalam penyelesaian
skripsi ini. Trima kasih penulis ucapkan kepada Ir. Widya Hermana. MSi dan Dr.
Irma Iznafia Arif. S.Pt. MSi selaku penguji serta Dr. Jakaria. S.Pt. MSi selaku panitia
ujian sidang atas saran dan masukan yang diberikan.. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M. Agr.Sc sebagai pembimbing
akademik yang selalu memberi pelajaran, saran, motivasi dan pengarahan selama
masa studi.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman satu
penelitian (Dani dan Asep) untuk semangat dan pengorbananya serta teman-teman
satu bimbingan (Listy, Gagah, Krisna, Dimas, Ridho, Wahid, dan Alif). Teman-
teman IPTP 43 dan IPTP 44, terima kasih untuk kebersamaanya dan kekeluargaan
yang telah diberikan. Kepada pihak perusahaan PT. Beny Putra, seluruh staf
Laboratorium Ilmu Produksi Ternak Unggas (Pak Hamzah, Pak Eka dan Bu Leli).
Teman-teman seperjuangan BEM IPTP 2008 terima kasih atas semangatnya.
Mahmudah, Ica dan Susan terimakasih atas semangat yang telah diberikan.Serta
tidak lupa penulis sampaikan kepada semua pihak yang terlibat secara langsung
maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.
Terakhir penulis ucapkan terima kasih kepada civitas akademik Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor yang selama ini telah membantu penulis.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan yang membacanya.
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar. 1992. Grading karkas broiler. Prosiding Seminar ISPI Bogor. Ikatan
Sarjana Peternakan Indonesia Caringin, Bogor. hlm. 12-14.
Abubakar, Triyantini & H. Setiyanto. 1991. Kualitas fisik karkas broiler (Studi kasus
diempat ibu kota di P. Jawa). Prosiding Seminar Pengembangan Peternakan
dalam Menunjang Pembangunan Ekonomi Nasional. Fakultas Pertanian
Universitas Jendral Sudirman, Purwokerto. hlm. 31-35.
Abubakar & M Wahyudi, 1994. Pengaruh pemotongaan sebelum dan sesudah rigor
mortis terhadap penampakan ayam broiler. Prosiding Seminar Nasional Sains
dan Teknologi Peternakan. Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor. hlm. 135-
139.
Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi, Bogor.
Anggordi, R. 1995. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
Badan Pembangunan Nasional. 2000. Proyek pengembangan ekonomi masyarakat
pedesaan.http:// www. digilib. brawijaya. ac.id/ virtual_library/mlg_warintek/
ristek-pdii-lipi/ Data/ bididaya%20 peter [29 Desember 2010]
Bahij, A. 1991. Tumbuh kembang potongan karkas komersial ayam broiler akibat
penurunan tingkat protein ransum pada minggu ketiga keempat. Karya
Ilmiah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Bell, D. D., & W. D. Weaver, Jr. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg
Production. 5th
edition. Springer Science and business Media Inc. New York.
Bonnet, S., P.A. Geraert, M. Lessire, M.B. Cerre & S. Guillaumin. 1997. Effect of
high ambient temperature on feed digestibility in broilers. Poultry Sci.
76:857-863.
Blakely. J & Bade. D. H. 1991. Ilmu Petrenakan. Edisi Keempat. Penerjemah: B.
Srigandono. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Brake, J.G.B. & S.E. Havenstein. 1993. Relationship of sex, age and body weight to
broiler carcass yield and offal production. Poult. Sci. 72: 1137 - 1145.
Choct, M. 2000. The role of feed enzyme in animal nutrition towards 2000 (interim
report). Proceedings of the World Poultry Science Congress. New Delhi.
India. 2: 125-133.
Cobb Breeding Company Ltd. 2003. Cobb 500 Maintaining the Momentum. East
Hanning Field. Cheismford. England.
Dwiyanto, K., H. Resnawati, M. Sabrani & Sumarni. 1979. Evaluasi produksi daging
dari ayam jantan final stock tipe dwiguna. Proceding Seminar Penelitian dan
pengembangan Peternakan. Lembaga penelitian Peternakan, Bogor.
Ensminger, M. E., J. E. Oldfield & W. W. Heinemann. 1992. Feed and Nutrition. 2nd
Edition. Ensminger publishing Company, California, USA.
Fadli, M. A. 2009. Optimasi formula dan evaluasi mutu minuman berpotensi tinggi
berbasiskan isolate protein kedelai dan sweet whey. Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Farell, D. J., 1994. Utilization of rice bran in diets for domestic fowl and ducklings.
World Poultry Science Journal, 50: 116-131.
Gordon, S. H. & D. R. Charles. 2002. Niche and Organic Chicken Product: Their
Technology and Scientific Principles. Nottingham University Press, UK.
Hadipermata, M. 2007. Mengolah dedak padi menjadi minyak (Rice Bran Oil).
Dalam Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 29 (4): 8-10.
International Meat and Poultry HACCP Aliance. 1996. Generic HACCP model for
poultry slaughter. The International Meat and Poultry HACCP Aliance,
Kansas City, Missouri. P. 2-5.
Kahlon, T. S., F. I. Chow, & R. N. Sayre. 1994. Cholesterol lowering properties of
rice bran. J Cereal Food Word. 39 (2): 99-102
Kidd, M. T., & B. J. Kerr. 1996. Growth and carcass characteristic of broilers fed
low-protein, threonine-suplemented diets. J. Poult. Sci. 5 : 180-190.
Luh, B. 1991. Rice Utilization. Vol II. Van Norstrand Reinhold, New York.
McDonald, P., R. A. Edwars, J. F. D. Greenhalgh, & C. A. Morgan. 2002. Animal
Nutrition. 6th
Edition. Ashford Coulour Press. Gospot.
Merkley, S. W., B. T. Weinland., G. W. Malone & G. W. Chaloupka. 1980.
Evaluation of five commercial broiler crosses 2. Eviscerated yield and
compnent parts. J. Poult. Sci. 59: 1755-1760.
Muchtadi, T. R. & Sugiono. 1992. Petunjuk Laboratorium: Ilmu Pengetahuan Bahan
Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Pusat antar Universitas Pangan dan gizi. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Mulyantini, N. G. A. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.
Murtidjo, B.A. 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius, Yogyakarta.
National Reasearch Council. 1994. Nutrient Requirement of Poultry. 9th revised
edition. National Academy Press, Washington DC.
Rose, S. P. 1997. Principle of Poultry Science. CAB International. New York.
Ross Breeders. 2007. Ross 708 broiler performance objectivies.
http://www.rossbreeders.com. [14 Maret 2008].
Santoso, H., & T. Sudaryani. 2009. Pembesaran Ayam Pedaging di Kandang
Panggung Terbuka. Cetakan Pertama. Penebar Swadaya, Jakarta.
Saputri, S. D. 2009. Pengaruh lama pemasakan dan temperatur pemasakan kedelai
terhadap proses ekstraksi protein kedelai untuk pembuatan tahu. Skripsi.
Fakultas Tekhnik. Universitas Diponegoro.
Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta. Hlm. 5-6;11-12.
Standar Nasional Indonesia. 1996. [SNI 01-4227-1996] Bungkil Kedelai. Badan
Standardisasi Nasional. Jakarta.
Standar Nasional Indonesia. 1997. [SNI 01-4869-1997] Potongan Karkas Broiler.
Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.
Standar Nasional Indonesia. 2005. [SNI 01-4868.1-2005] Bibit niaga (final stock)
ayam ras tipe pedaging umur sehari (kuri/doc). Badan Standardisasi Nasional.
Jakarta.
Standar Nasional Indonesia. 2006a. [SNI 01-3930-2006] Pakan anak ayam ras
pedaging (broiler starter). Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.
Standar Nasional Indonesia. 2006b. [SNI 01-3931-2006] Pakan ayam ras pedaging
masa akhir (broiler finisher). Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.
Steel, R.G.D. & J.W. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan
Biometrik. Terjemahan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sugano, M. 2006. Soy in health and disease prevention. Taylor and Francis Group,
Boca Raton.
Suprijatna, E., A. Umiyati, & K. Ruhyat. 2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Swick, R. A. 2001. An update an soybean meal quality consideration. American
Soybean Association. Orchad Road, Liat Tower, Singapore.
Usman. A, N. 2010. Pertumbuhan ayam broiler (melalui sistem pencernaanya) yang
diberi pakan nabati dan komersial dengan penambahan DSP. Skripsi.
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Vantress. 2008. Broiler performance and nutrition supplement. Cobb 500. Cobb
Vantress Inc., Arkansas.
Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan kelima. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Widodo, W. 2010. Bahan Pakan Unggas Non Konvensional. www:
http;//wahyuwidodo.staff.umm.ac.id/files/2010/01/BAHAN PAKAN UNG
GAS NON KONVENSIONAL.pdf. [30 Desember 2010]
World Poultry. 2004. Twenty years of production enhancement. Reed Business
Information 20: 42 – 43.
Yulia. 2004. Pengaruh suplementasi kolin klorida terhadap potongan karkas komersil
ayam broiler umur 6 minggu. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis Ragam Bobot Hidup
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Ftabel
Pakan 3 9230854 3076951 169.62*
2,87 (5%)
Eror 36 65304 18140
Total 39 9883899
Keterangan : *berbeda nyata (P<0,05)
Lampiran 2. Analisis Ragam Bobot Karkas
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Ftabel
Pakan 3 6140367 2046789 139.00*
2,87 (5%)
Eror 36 530099 14725
Total 39 6670466
Keterangan : *berbeda nyata (P<0,05)
Lampiran 3. Analisis Ragam Bobot Dada
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Ftabel
Pakan 3 909679 303226 159.15*
2,87 (5%)
Eror 36 68589 1905
Total 39 978268
Keterangan : *berbeda nyata (P<0,05)
Lampiran 4. Analisis Ragam Rasio Daging Dada per Tulang
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Ftabel
Pakan 3 40,53 13,51 18,13*
2,87 (5%)
Eror 36 26,82 0,74
Total 39 67,35
Keterangan : *berbeda nyata (P<0,05)
Lampiran 5. Analisis Ragam Persentase Bobot Dada per Bobot Karkas
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Ftabel
Pakan 3 95,504 31,83 4.41*
2,87 (5%)
Eror 36 259,95 7,22
Total 39 355,45
Keterangan : *berbeda nyata (P<0,05)
Lampiran 6. Analisis Ragam Bobot Paha
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Ftabel
Pakan 3 504075 168025 112.39*
2,87 (5%)
Eror 36 53822 1495
Total 39 557897
Keterangan : *berbeda nyata (P<0,05)
Lampiran 7. Analisis Ragam Rasio Daging Paha per Tulang
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Ftabel
Pakan 3 6,35 2,12 9.35*
2,87 (5%)
Eror 36 8,16 0,22
Total 39 14,51
Keterangan : *berbeda nyata (P<0,05)
Lampiran 8. Analisis Ragam Persentase Bobot Paha perbobot Karkas
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Ftabel
Pakan 3 18,45 6,15 2,42 2,87 (5%)
Eror 36 91,64 2,54
Total 39 110,09
Lampiran 9. Analisis Ragam Bobot Sayap
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Ftabel
Pakan 3 51873 17291 148.24*
2,87 (5%)
Eror 36 4199 117
Total 39 56072
Keterangan : *berbeda nyata (P<0,05)
Lampiran 10. Analisis Ragam Persentase Bobot Sayap per Bobot Karkas
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Ftabel
Pakan 3 77,65 25,88 27,02*
2,87 (5%)
Eror 36 34,48 0,96
Total 39 112,13
Keterangan : *berbeda nyata (P<0,05)
Lampiran 11. Analisis Ragam Bobot Punggung
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit
Ftabel
Pakan 3 294384 98128 113,77*
2,87 (5%)
Eror 36 31050 862
Total 39 325434
Keterangan : *berbeda nyata (P<0,05)
Lampiran 12. Analisis Ragam Bobot Punggung per Bobot Karkas
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Ftabel
Pakan 3 17,44 5,81 1,11 2,87 (5%)
Eror 36 187,78 5,22
Total 39 205,22