d09asy

Upload: fkrasic

Post on 05-Apr-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/2/2019 D09asy

    1/64

    i

    KELANGSUNGAN HIDUP BENIH BAWAL AIR TAWAR

    Colossoma macropomum Cuvier. PADA SISTEM PENGANGKUTAN

    TERTUTUP DENGAN PADAT PENEBARAN 43, 86 DAN 129 EKOR/LITER

    ALFIE SYAUQI

    SKRIPSI

  • 8/2/2019 D09asy

    2/64

    i

    PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

    Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

    KELANGSUNGAN HIDUP BENIH BAWAL AIR TAWAR Colossoma

    macropomum Cuvier. PADA SISTEM PENGANGKUTAN TERTUTUP

    DENGAN PADAT PENEBARAN 43, 86 DAN 129 EKOR/LITER

    adalah benar merupakan karya sendiri dan belum digunakan dalam bentuk apapun

    kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasalatau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

    telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

    skripsi ini.

    Bogor, Januari 2009

    ALFIE SYAUQI

    C 14102027

  • 8/2/2019 D09asy

    3/64

    ii

    RINGKASAN

    ALFIE SYAUQI. Kelangsungan Hidup Benih Bawal Air Tawar Colossomamacropomum Cuvier. pada Sistem Pengangkutan Tertutup dengan PadatPenebaran 43, 86 dan 129 ekor/liter. Dibimbing oleh TATAG BUDIARDI dan

    IIS DIATIN.

    Permasalahan yang sering dihadapi oleh parasupplierdalam pengiriman ikan

    adalah survival rate yang rendah disebabkan oleh kualitas air yang memburuk

    selama pengangkutan. Untuk itu, maka perlu dilakukan penelitian tentang

    kelangsungan hidup benih ikan bawal air tawar dengan kepadatan berbeda dalamsistem pengangkutan tertutup dalam waktu lebih dari 24 jam.

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Oktober

    2008, bertempat di Laboratorium Sistem dan Teknologi Departemen Budidaya

    Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian

    terdiri dari beberapa tahap, yaitu penentuan kemampuan puasa ikan, penentuan laju

    ekskresi TAN, penentuan kapasitas zeolit dalam menyerap TAN, dan kepadatan

    optimal dalam media pengangkutan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah

    rancangan acak lengkap yang terdiri dari 3 perlakuan dan 4 ulangan. Parameter yangdigunakan dalam mengevaluasi percobaan adalah survival rate, konsentrasi Total

    Amoniak Nitrogen (TAN), NH3, pH, suhu, kadar oksigen terlarut, dan efisiensi

    ekonomi. Analisis data menggunakanAnalisis of Variance (ANOVA) dan uji lanjut

    analisis BNT (Beda Nyata Terkecil).

    Dari hasil penelitian disimpulkan, bahwa ikan bawal air tawar berukuran 0,5

    g/ekor mampu bertahan hidup secara normal sampai 3 hari. TKO ikan bawal air

    tawar (y, mgO2.g-1

    .jam-1

    ) dengan bobot rata-rata (x, gram) 0,4 g, 0,5 g dan 0,6 g

    menghasilkan persamaany = 0,022x+0,352 dengan R2

    = 0,935 untuk ikan sebelum

    makan, serta y = 0,013x+0,299 dengan R2 = 0,996 untuk ikan setelah makan.

    Konsentrasi TAN (y, mg/l) dalam media pemeliharaan (y, mg/l) menurut waktu

    (t, jam) berupa persamaan y = 0,921x0,471 dengan R2

    = 0,941. Penurunan

    konsentrasi TAN (y, mg/l) akibat penyerapan oleh zeolit menurut waktu (t, detik)

    digambarkan dalam persamaan y = -0,0184Ln(x)+0,1071 dengan R2

    = 0,9974.

    Konsentrasi amoniak (y, mg/l) dalam media pemeliharaan (y, mg/l) menurut waktu

    (t, jam) berturut-turut pada kepadatan 43, 86 dan 129 ekor/liter berupa persamaan

    y = 0,0003x+0,0019 dengan R2

    = 0,9404; y = 0,004x+0,002 dengan R2

    = 0,9652;

    y = 0,007x+0,0022 dengan R2 = 0,9205.Kepadatan optimal bagi pengangkutan benih ikan bawal air tawar ukuran 0,5

    g/ekor (1inci up) pada sistem pengangkutan tertutup adalah 129 ekor/liter dengan

    kelangsungan hidup 93,21%, keuntungan Rp 20.134.197,93, margin keuntungan

    18,96 %, R/C Ratio 1,13, titik impas Rp 85.705.361,72 per tahun atau 519.426 ekor

    per tahun, harga pokok penjualan Rp 135,74 per ekor dan pulang pokok 0,80 tahun.

  • 8/2/2019 D09asy

    4/64

    iii

    KELANGSUNGAN HIDUP BENIH BAWAL AIR TAWAR

    Colossoma macropomum Cuvier. PADA SISTEM PENGANGKUTAN

    TERTUTUP DENGAN PADAT PENEBARAN 43, 86 DAN 129 EKOR/LITER

    ALFIE SYAUQI

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

    pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

    Institut Pertanian Bogor

  • 8/2/2019 D09asy

    5/64

    iv

    Judul : Kelangsungan Hidup Benih Bawal Air Tawar

    Colossoma macropomum cuvier. pada Sistem Pengangkutan

    Tertutup dengan Padat Penebaran 43, 86 dan 129 Ekor/Liter

    Nama : ALFIE SYAUQI

    Nomor Pokok : C14102027

    Menyetujui,

    Pembimbing I Pembimbing II

    Dr. Tatag Budiardi Iis Diatin, M.M.

    NIP. 132169277 NIP. 131878936

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

    Prof. Dr. Indra Jaya

    NIP. 131578799

  • 8/2/2019 D09asy

    6/64

    v

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillaahirabbilaalamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

    SWT karena atas karunia-Nya. Skripsi yang berjudul Kelangsungan Hidup Benih

    Bawal Air Tawar Colossoma macropomum Cuvier. pada Sistem Pengangkutan

    Tertutup dengan Padat Penebaran 43, 86 dan 129 ekor/liter ini dapat

    diselesaikan. Penulisan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

    gelar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

    Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-

    tulusnya kepada :

    1. Bapak Dr. Tatag Budiardi selaku Pembimbing I dan Ibu Iis Diatin, M.M.

    selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan

    masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

    2. Ibu Prof. Dr. Ing Mokoginta selaku Pembimbing Akademik yang telah

    memberikan bimbingan dan arahan selama studi.

    3. Bapak Dr. D. Djokosetiyanto selaku Dosen Penguji Tamu yang telah

    memberikan banyak masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

    4. Ayahanda H. Abdul Chair dan Ibunda Hj. Sriyati, Adinda Azwita Fikri dan

    Amalia Natasya atas doa dan kasih sayang.

    5. Kania Permatasari SE. yang telah menjadikan hidupku lebih berarti.

    6. Seluruh staf BDP atas bantuan yang diberikan.

    7. Teman seperjuangan yang telah lebih dulu meninggalkan kampus

    BDP39,38,37,36,35,34 dan adik BDP40,41,42,43,44,45 tetap semangat.

    Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi Penulis dan juga bagi

    semua pihak yang memerlukan informasi yang berhubungan dengan tulisan ini.

    Amin.

    Bogor, Januari 2009

  • 8/2/2019 D09asy

    7/64

    vi

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Jakarta, 26 November 1984, adalah anak pertama dari

    tiga bersaudara dari pasangan Bapak Abdul Chair dan Ibu Sriyati. Penulis

    menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 09 Pagi pada 1996. Pada tahun 1999 penulis

    berhasil menyelesaikan pendidikan di SLTPN 87 Jakarta. Setelah menyelesaikan

    pendidikan di SMU Muhammadiyah 3 Jakarta pada tahun 2002, Penulis mendapat

    kesempatan untuk melanjutkan pendidikan tinggi ke Intitut Pertanian Bogor di

    Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Program Studi Teknologi dan

    Manajemen Akuakultur melalui Jalur USMI (Ujian Saring Masuk IPB).

    Selama kuliah, Penulis pernah aktif dalam organisasi HIMAKUA sebagai staf

    kewirausahaan 2004/2005 dan salah satu pendiri UKM MAX!! (Music Agriculture

    X-pression) 2005/2006.

    Untuk memperdalam wawasan di bidang budidaya perairan, penulis

    menjalani magang kerja di Bens Fish Farm, Bogor Juni-Agustus 2005. Tugas akhir

    di perguruan tinggi Penulis selesaikan dengan menulis Skripsi yang berjudul

    Kelangsungan Hidup Benih Bawal Air Tawar Colossoma macropomum Cuvier.

    pada Sistem Pengangkutan Tertutup dengan Padat Penebaran 43, 86 dan 129

    ekor/liter.

  • 8/2/2019 D09asy

    8/64

    vii

    DAFTAR ISI

    DAFTAR TABEL...................................................................................... ix

    DAFTAR GAMBAR.................................................................................. x

    DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi

    I. PENDAHULUAN................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1

    1.2. Tujuan ............................................................................................. 2

    II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 3

    2.1 Morfologi dan Biologi Ikan............................................................... 3

    2.2 Pengangkutan Ikan............................................................................ 32.2.1 Kemasan................................................................................... 6

    2.2.2 Padat Penebaran.................................................................... .... 6

    2.2.3 Kelangsungan Hidup................................................................. 7

    2.2.4 Zeolit ........................................................................................ 7

    2.2.5 Kualitas Air .............................................................................. 10

    2.3 Efisiensi Ekonomi............................................................................. 11

    III. BAHAN DAN METODE ..................................................................... 13

    3.1 Waktu dan Tempat........................................................................ .... 13

    3.2 Tahap Penelitian ............................................................................... 13

    3.3 Alat dan Bahan ................................................................................. 13

    3.3.1 Penentuan Kemampuan Puasa Ikan........................................... 13

    3.3.2 Penentuan Tingkat Konsumsi Oksigen........... ........................... 13

    3.3.3 Penentuan Laju Ekskresi TAN ......................................... ......... 14

    3.3.4 Penentuan Kapasitas Zeolit dalam Menyerap Total Amonia

    Nitrogen (TAN).................................................................... .... 14

    3.3.5 Penentuan Kepadatan Optimal dalam Media Pengangkutan ...... 143.4 Prosedur Kerja .................................................................................. 14

    3.4.1 Prosedur Penentuan Kemampuan Puasa Ikan ................... ......... 14

    3.4.2 Prosedur Penentuan Tingkat Konsumsi Oksigen (TKO)... ......... 15

    3.4.3 Prosedur Penentuan Kepadatan Ikan dalam Kemasan Tertutup . 15

    3.4.4 Prosedur Penentuan Laju Ekskresi TAN ................................... 16

    Halaman

  • 8/2/2019 D09asy

    9/64

    viii

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 19

    4.1 Hasil ................................................................................................. 194.1.1 Kemampuan Puasa Ikan................................................... ......... 19

    4.1.2 Tingkat Konsumsi Oksigen (TKO) ........................................... 19

    4.1.3 Laju Ekskresi TAN................................................................... 20

    4.1.4 Kapasitas Serap Zeolit .............................................................. 21

    4.1.5 Konsentrasi TAN dan NH3 Media Air Pengepakan ................... 21

    4.1.6 Suhu Media Air Pengepakan... .................................................. 24

    4.1.7 Konsentrasi DO Media Air Pengepakan................................ .... 24

    4.1.8 Nilai pH Media Air Pengepakan ............................................... 25

    4.1.9 Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) ........................................... 26

    4.1.10 Efisiensi Ekonomi................................................................... 26

    4.2 Pembahasan...................................................................................... 27

    V. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 34

    5. 1 Kesimpulan...................................................................................... 34

    5. 2 Saran................................................................................................ 34

    LAMPIRAN............................................................................................... 38

  • 8/2/2019 D09asy

    10/64

    ix

    DAFTAR TABEL

    1. Kualitas air yang optimal untuk ikan bawal air tawar

    Colossoma macropomum Cuvier. ........................................................... 10

    2. Kemampuan puasa ikan bawal air tawar ................................................. 19

    3. Konsentrasi TAN rata-rata pada media air pengepakan ........................... 22

    4. Konsentrasi NH3 rata-rata pada media pengepakan ........... ...................... 23

    5. Konsentrasi DO rata-rata pada media air pengepakan ............................. 24

    6. Tingkat kelangsungan hidup (SR) media air pengepakan .................... .... 26

    7. Analisis usaha pada tiap perlakuan............................... ........................... 27

    Halaman

  • 8/2/2019 D09asy

    11/64

    x

    DAFTAR GAMBAR

    1. Tingkat konsumsi oksigen ikan bawal air tawar ........... ........................... 20

    2. Laju ekskresi TAN per-24 jam selama 48 jam......................................... 20

    3. Laju penurunan konsentrasi TAN dalam menyerap zeolit ................... .... 21

    4. Konsentrasi TAN pada media air pengepakan.............. ........................... 22

    5. Konsentrasi NH3 pada media air pengepakan.................... ...................... 23

    6. Suhu media air pengepakan .................................................................... 24

    7. Konsentrasi DO pada media air pengepakan ........................................... 25

    8. Nilai pH media air pengepakan............................................................... 25

    Halaman

  • 8/2/2019 D09asy

    12/64

    xi

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Gambar selama penelitian..................................................................... 38

    2. Tingkat konsumsi oksigen ikan bawal air tawar .................................... 39

    3. Ekskresi TAN tiap 24 jam selama 48 jam.............................................. 39

    4. Laju penurunan TAN pada uji kapasitas serap zeolit ............................. 39

    5. Suhu media air pengepakan................................................................... 39

    6. Konsentrasi DO media air pengepakan.................................................. 40

    7. Nilai pH media air pengepakan ............................................................. 40

    8. Analisis ragam TAN............................................................................. 41

    9. Analisis ragam NH3 .............................................................................. 41

    10. Analisis ragam SR ................................................................................ 42

    11. Analisis ragam DO ............................................................................... 43

    12. Perhitungan dalam analisis usaha selama penelitian .............................. 45

    13. Analisis usaha....................................................................................... 47

    14. Efisiensi ekonomi untuk tiap perlakuan................................................. 51

    Halaman

  • 8/2/2019 D09asy

    13/64

    1

    I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Akuakultur merupakan kegiatan memproduksi biota (organisme) akuatik

    di lingkungan terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan (profit). Salah

    satu produk akuakultur yang potensial untuk terus diproduksi adalah ikan bawalair tawar (Colossoma macropomum). Ikan ini mempunyai prospek yang baik dan

    berkelanjutan karena permintaan terhadap kebutuhan protein hewani yang murah

    dan mudah didapat terus terbuka. Ikan bawal air tawar digolongkan sebagai

    komoditas ikan konsumsi dan ikan hias. Ikan ini berasal dari Amerika Selatan

    yakni Brazil, Venezuela, dan Ekuador (Martin dan Gunzman, 1994). Kondisi

    perairan di Indonesia menunjang untuk pembudidayaan ikan bawal air tawar,

    karena merupakan daerah tropis. Suhu perairan di habitat asli ikan bawal air tawar

    yaitu 27,2 29,10C (Eckman, 1987). Keuntungan lainnya, relatif lebih tahan

    terhadap penyakit dan kadar oksigen rendah (Lagleret.al, 1977).

    Secara umum, produk akuakultur seringkali dipasarkan dalam bentuk

    hidup. Oleh karena itu, diperlukan penangan khusus pascapanen sehingga produkakuakultur tersebut tetap hidup dan bermutu tinggi ketika sampai ke tangan

    konsumen. Ketika produk akuakultur tersebut mati atau bermutu rendah ketika

    sampai di konsumen maka harganya menjadi rendah atau bahkan tidak berharga

    sama sekali. Selanjutnya Effendi (2004) menyatakan bahwa kemampuan

    penanganan pascapanen merupakan bagian dari pemasaran produk akuakultur

    yang akan menentukan keberhasilan usaha akuakultur itu sendiri. Beberapa

    kegiatan penanganan pascapanen antara lain adalah pengangkutan (transportasi)

    ikan hidup, pengumpulan (holding), sortasi dangradingpenyajian (pengemasan)

    dan sebagainya.

  • 8/2/2019 D09asy

    14/64

    2

    luka fisik akibat penanganan yang kasar. Hal ini terjadi karena pengiriman ikan ke

    daerah memerlukan waktu yang cukup lama yaitu hingga 24 jam. Dengandemikian, maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk meningkatkan survival

    rate pada sistem pengepakan tertutup sebagai upaya untuk meningkatkan

    keuntungan pada penjualan ikan ke pasar domestik. Teknologi pengepakan

    menjadi kunci keberhasilan dalam pengiriman ikan dengan kuantitas dan kualitas

    yang baik dengan biaya yang seminimal mungkin.

    Amoniak yang timbul dalam media pengangkutan dapat dinetralisir oleh

    zeolit. Padat penebaran dalam pengepakan sangat diperlukan agar biaya

    pengangkutan semakin kecil. Untuk itu, maka perlu dilakukan penelitian lebih

    lanjut tentang padat penebaran berbeda pada sistem pengangkutan tertutup dalam

    waktu lebih dari 24 jam.

    1.2. Tujuan

    Penelitian bertujuan untuk menentukan kepadatan optimal diantara

    kepadatan 43, 86, dan 129 ekor/liter pada sistem pengangkutan tertutup benih

    bawal air tawarColossoma macropomum Cuvier. yang diangkut dalam waktu 48

    jam.

  • 8/2/2019 D09asy

    15/64

    3

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Morfologi dan Biologi Ikan

    Klasifikasi dan tata nama ikan bawal air tawar menurut Saanin (1984)

    adalah sebagai berikut :

    Filum : ChordataSubfilum : Craniata

    Kelas : Pisces

    Subkelas : Neopterigii

    Ordo : Cypriniformes

    Subordo : Cyprimoidea

    Famili : Characidea

    Genus : Colossoma

    Spesies : Colossoma macropomum

    Ikan bawal air tawar berasal dari Amerika Selatan yakni Brazil,

    Venezuela, dan Ekuador (Martin dan Gunzman, 1994). Salah satu kelebihan ikan

    ini mampu berkembang baik di kolam maupun di keramba jaring apung. Pada

    habitat aslinya, penyebaran ikan ini dimulai dari muara Sungai Orinoko di

    Venezuela sampai Sungai Rio de la Plata di Argentina. Ikan bawal air tawar juga

    memiliki banyak keunggulan, diantaranya pada tingkat produksi telur

    dibandingkan ikan bawal air laut. Ikan bawal air tawar betina dengan bobot tubuh

    10-15 kg dapat melepas telur sebanyak 1-2 juta butir telur. Ikan bawal air tawar

    termasuk suatu jenis ikan omnivora (Saint-Paul, 1986), serta pakan alaminya

    berupa plankton, rumput-rumputan, biji-bijian, buah-buahan, dan padi liar

    (Goulding, 1980). Ikan ini juga dapat diberi pakan buatan dengan kadar protein

    sekitar 35 % (Melora dan Cantelmo, 1987).

  • 8/2/2019 D09asy

    16/64

    4

    perubahan-perubahan sifat lingkungan yang relatif sangat mendadak sehingga

    dapat mengancam kehidupan ikan. Keberhasilan mengurangi pengaruh perubahanlingkungan yang mendadak ini akan memberi kemungkinan untuk mengurangi

    tingkat kematian yang berarti tercapainya tujuan pengangkutan (Huet, 1971).

    Pada dasarnya, ada dua metode pengangkutan ikan hidup. Pertama

    pengangkutan dengan menggunakan air sebagai media (sistem basah) dan kedua,

    pengangkutan tanpa menggunakan media air (sistem kering). Pengangkutan

    sistem basah terdiri dari dua cara yaitu terbuka dan tertutup. Pada pengangkutan

    jarak jauh dan lama (lebih dari 24 jam) biasanya digunakan sistem tertutup.

    Metode yang paling sederhana pada sistem tertutup ini adalah dengan

    menggunakan kantong plastik yang diisi air dan oksigen murni, dengan

    perbandingan antara volume air dan oksigen adalah 1 : 2, lalu diikat rapat

    (Jhingran dan Pullin, 1985).

    Sebelum transportasi, ikan sebaiknya dipuasakan terlebih dahulu selama

    48 jam. Hal ini bertujuan untuk mengosongkan saluran pencernaan agar

    metabolisme menurun. Faktor yang sangat penting pada pengangkutan ikan

    adalah tersedianya oksigen terlarut yang memadai. Akan tetapi hanya dengan

    faktor ini saja tidak cukup menjamin ikan berada dalam kondisi yang baik.

    Kemampuan ikan untuk mengkonsumsi oksigen juga dipengaruhi oleh toleransi

    terhadap stres, suhu air, pH, konsentrasi CO2, akumulasi amoniak, ikan terlalu

    aktif, infeksi bakteri, dan luka fisik akibat penanganan yang kasar (Jhingran dan

    Pullin, 1985).

    Saat ini, transportasi ikan dan distribusinya merupakan hal yang sangat

    penting sebagai bagian dari akuakultur dan manajemen perikanan. Salah satu

    bagian dari manajemen transportasi ikan hias adalah manajemen Life-Support

    System. Pengalaman selama ini desain Life-Support System didasarkan kepada

    beberapa informasi teknis mengenai respirasi, produk ekskresi toksik, toleransi

    terhadap stres dan kualitas air Kerangka masalah yang berguna untuk

  • 8/2/2019 D09asy

    17/64

    5

    trasportasi spesifik, dan teknik yang telah dikembangkan untuk mengurangi stres

    dan memperbaiki kelangsungan hidup (Wedemeyer, 1996).Pada suatu aktivitas pengangkutan dapat ditarik suatu garis besar masalah

    yang harus diperhatikan (Nemoto, 1957), yaitu:

    (a) Meningkatkan suplai oksigen dengan cara mengganti udara dengan oksigen

    murni, meningkatkan tekanan oksigen pada wadah, dan mengurangi

    konsumsi oksigen rata-rata.

    (b) Mengontrol metabolisme, dengan cara mengurangi laju buangan metabolisme

    dan menetralisasi atau menghilangkan hasil metabolisme.

    Huet (1971) menyatakan, bahwa faktor utama yang mempengaruhi

    pengangkutan ikan hidup dengan mempertimbangkan kesediaan oksigen dalam

    alat pengangkutan antara lain:

    (a) Spesies ikan: kebutuhan ikan terhadap oksigen bervariasi sesuai dengan

    spesiesnya.

    (b) Umur dan ukuran ikan: ikan yang lebih kecil memiliki kebutuhan oksigen

    lebih tinggi dibandingkan dengan ikan yang lebih besar.

    (c) Ketahanan relatif ikan: ikan yang diberi pakan alami lebih tahan

    dibandingkan dengan ikan yang diberi pakan buatan, serta ikan yang dalam

    kondisi yang siap memijah memiliki daya tahan yang rendah terhadap

    pengangkutan.

    (d) Suhu air : pada suhu rendah mengakibatkan kadar oksigen di dalam air lebih

    tinggi, karena kebutuhan oksigen akan menurun.

    (e) Lama waktu angkut: makin pendek waktu angkut makin tinggi kepadatannya.

    (f) Cara angkut dan lama istirahat: makin cepat pengangkutan dan makin baik

    prasarana serta waktu istirahat yang pendek, kemungkinan keberhasilan

    pengangkutan semakin besar.

    (g) Sifat alami alat pengangkut: pengangkutan dengan wadah kayu menyebabkan

    peningkatan suhu air lebih lamban dibandingkan dengan wadah logam tetapi

  • 8/2/2019 D09asy

    18/64

    6

    Liviawaty dan Afrianto (1990) mengatakan bahwa goncangan berdampak

    positif yaitu membantu difusi oksigen ke dalam air. Selain oksigen yang cukupdalam kantong plastik, yang harus diperhatikan adalah ikan harus sehat, serta

    kualitas air dan kondisi pengangkutan yang memadai.

    2.2.1 Kemasan

    Kemasan yang baik dalam pengangkutan sistem tertutup adalah

    menggunakan plastik jenis polietilen (PE) dengan ketebalan plastik 0,03 mm,

    karena ringan, mudah didapat, dan murah (Liviawaty dan Afrianto, 1990). Lebih

    lanjut dinyatakan, penggunaan kantong plastik pada pengangkutan jarak jauh

    sebaiknya diletakkan dalam kotak styrofoam untuk mengurangi kontak yang

    terjadi antara air di dalam kantong dengan temperatur lingkungan yang relatif

    lebih panas. Gerbhards (1965) menyatakan, bahwa penggunaan wadah plastik

    yang diletakkan pada kotakstyrofoam meningkatkan kelangsungan hidup sebesar

    99,99%.

    2.2.2 Padat Penebaran

    Kepadatan ikan adalah bobot ikan yang berada dalam suatu wadah dalamwaktu tertentu. Kepadatan ikan yang akan diangkut bergantung pada volume air,

    berat ikan, spesies, ukuran ikan, lama pengangkutan dan suplai oksigen dan suhu

    (Jhingran dan Pullin, 1985). Frose (1985) merumuskan jumlah ikan yang diangkut

    per volume air dalam kantong plastik dan lama pengangkutan tidak lebih dari 48

    jam untuk ikan air tawar adalah sebagai berikut :

    Fq = 38 x W0,5

    Keterangan :

    Fq = jumlah ikan per volume (g/liter)

    W = bobot rata-rata ikan per ekor (g)

  • 8/2/2019 D09asy

    19/64

    7

    Stickney (1979) menyatakan bahwa kepadatan ikan yang semakin tinggi

    dapat menyebabkan semakin banyak masalah yang timbul, seperti serangan

    penyakit, memburuknya kualitas air, terjadinya kompetisi dalam mengambil

    pakan yang pada akhirnya dapat menimbulkan kanibalisme. Pada kondisi

    kepadatan ikan yang tinggi, maka ketersediaan oksigen untuk setiap individu

    makin berkurang, sedangkan akumulasi bahan buangan metabolik ikan akan

    makin tinggi (Hepher, 1978).

    2.2.3 Kelangsungan Hidup

    Kelangsungan hidup merupakan persentase organisme yang hidup pada

    akhir pemeliharaan dari jumlah seluruh organisme awal yang dipelihara dalam

    suatu wadah (Effendie, 1985). Royce (1973) menyatakan bahwa kelangsungan

    hidup sebagai salah satu parameter uji kualitas benih adalah peluang hidup suatu

    individu dalam waktu tertentu, sedangkan mortalitas adalah kematian yang terjadi

    pada sesuatu populasi organisme yang dapat menyebabkan turunnya populasi.

    Peningkatan kepadatan mempengaruhi proses fisiologis dan tingkah laku

    ikan terhadap ruang gerak. Hal ini pada akhirnya dapat menurunkan kondisi

    kesehatan dan fisiologis ikan sehingga pemanfaatan makan, pertumbuhan, dan

    kelangsungan hidup mengalami penurunan (Handajani dan Hastuti 2002). Respon

    stres terjadi dalam 3 tahap yaitu stres, bertahan, dan kelelahan. Ketika ada stres

    dari luar ikan mulai mengeluarkan energinya untuk bertahan dari stres. Selama

    proses bertahan ini pertumbuhan dapat menurun dan selanjutnya terjadi kematian

    (Wedemeyer, 1996).

    2.2.4 Zeolit

    Zeolit merupakan senyawa alumino silikat terhidrasi, dengan unsur utama

    yang terdiri dari kation alkali dan alkali tanah. Senyawa ini berstruktur tiga

  • 8/2/2019 D09asy

    20/64

    8

    Selanjutnya Anwar et al. (1985) membagi zeolit menjadi dua golongan

    yaitu : zeolit alami yang terbentuk secara sedimentasi, yang terjadi karena alterasi

    asam dan zeolit sintesis yang dibuat berdasarkan gel alumino silikat yang sangat

    reaktif. Zeolit buatan lebih sering digunakan dibanding zeolit alam karena

    kemurnian dari zeolit buatan lebih tinggi disbanding zeolit alam. Zeolit alam

    mengandung modernit [Na8(Al8Si40O96).24H2O] dan klinoptilolit

    [(Na4K4)(Al8Si40O96).24H2O] yang dapat mempengaruhi penyerapan ion pada

    zeolit. Senyawa-senyawa ini dapat dihilangkan dengan jalan mengaktifkan zeolit

    melalui salah satu dari 3 cara berikut, yaitu dengan pengaktifan asam (H2SO4),

    basa (NaOH) dan pemanasan. Zeolit yang telah jenuh oleh NH4+

    dapat diaktivasi

    pada suhu 300-4000C dan akan melepaskan NH3 (Harjono, 2004). Tujuan dari

    aktifasi adalah untuk mengeluarkan air mekanis (dehidrasi) dan air kristal

    (dehidratasi), yang terdapat pada pori dan saluran-saluran zeolit dan modifikasi

    lainnya menjadikan kondisinya lebih baik untuk penyerapan dan pertukaran ion

    dengan sekelilingnya.

    Zeolit bersifat selektif dan mempunyai kapasitas tinggi sebagai penyerap,

    karena zeolit dapat memisahkan molekul-molekul berdasarkan ukuran dan

    konfigurasi molekul. Selain itu zeolit merupakan penyerap molekul yang memiliki

    asam dipole permanen dan efek interaksi lainnya (Anwar et al., 1985), sehingga

    CO2 yang besifat polar akan disukai untuk diserap oleh zeolit. Dalam hal kapasitas

    pertukaran ion maka mineral klinoptilolit mempunyai urutan kation yang dapat

    ditukar sebagai berikut : Cs > Rb > K > NH4 > Ba > Sr > Na > Ca > Fe > Al > Mg

    > Li. Dengan demikian klinoptilolit akan lebih mudah melakukan pertukaran

    dengan NH4 dibandingkan dengan Na, Mg, dan Ca. Secara kimia kandungan

    zeolit yang utama adalah : SiO2 = 62,75%; Al2O3 = 12,71%; K2O = 1,28%; CaO =

    3,39%;Na2O = 1,29%; MnO = 5,58%; Fe2O3 = 2,01%; MgO = 0,85%; Lg loss =

    10,2% (Harjono, 2004).

    Larutan NaOH 1% selain dapat mencuci zeolit juga dapat meningkatkan

  • 8/2/2019 D09asy

    21/64

    9

    dinyatakan bahwa ukuran butiran zeolit -35/+50 mesh adalah ukuran yang baik

    dalam percobaan penyerapan amoniak di dalam air limbah.

    Penggunaan zeolit sebagai penyerap TAN sangat efektif, sebab zeolit

    dalam bekerja tidak bergantung pada suhu, kisaran pH 4-8 dan tidak terpengaruh

    oleh desinfektan dan zat kemoterapik yang terdapat pada lingkungan perairan

    tersebut. Menurut Setyawan (2003) selain dapat dipakai sebagai penyerap ion

    NH4+, Fe

    +, Mn

    +, juga dapat menyerap CO2 dan dapat mengakibatkan kenaikan pH

    air. Untuk itu zeolit baik digunakan di dalam wadah pengangkutan karena selain

    dapat menghilangkan amoniak juga dapat mencegah terjadinya penurunan pH air

    yang diakibatkan oleh sisa respirasi organisme yang diangkut.

    Dalam sistem pengangkutan tertutup, kegunaan utama zeolit yang

    terutama adalah sebagai penyerap ion NH4+. Sebenarnya yang dimaksud dengan

    penyerapan ion NH4+

    itu adalah pertukaran ion antara NH4+

    dengan Ca2+

    atau Na+

    atau ion-ion lainnya. Pertukaran ion merupakan suatu proses dimana ion-ion yang

    terserap pada suatu permukaan media filter ditukar dengan ion-ion lain yang

    berada dalam air. Proses ini dimungkinkan melalui suatu fenomena tarik menarik

    antara permukaan media bermuatan dengan molekul-molekul bersifat polar (O-

    Fish, 2006)

    Apabila suatu molekul bermuatan menyentuh suatu permukaan yang

    memiliki muatan yang berlawanan maka molekul tersebut akan terikat secara

    kimiawi pada permukaan tersebut. Pada kondisi tertentu molekul-molekul ini

    dapat ditukar posisinya dengan molekul lain yang berada dalam air yang memiliki

    kecenderungan lebih tinggi untuk diikat. Proses pertukaran ion yang berlangsung

    secara umum di dalam perairan mengikuti dua kaidah. Pertama, kation-kation

    dengan valensi lebih besar akan dipertukarkan terlebih dahulu sebelum kation-

    kation dengan valensi lebih kecil. Sebagai contoh apabila akuarium terdapat besi

    (ber-valensi 3), kalsium (ber-valensi 2) dan ammonium (ber-valensi 1) dalam

    jumlah yang sama maka besi akan terlebih dahulu diserap oleh zeolit menyusul

  • 8/2/2019 D09asy

    22/64

    10

    ammonium akan cenderung diserap terlebih dahulu (O-Fish, 2006). Pemberian

    zeolit sebesar 20 g/liter pada pengangkutan ikan maanvis, menghasilkan SR

    sebesar 100 % dengan lama pengangkutan 120 jam (Riza, 2007).

    2.2.5 Kualitas Air

    Kualitas air dinyatakan dalam beberapa parameter, yaitu parameter fisika

    (suhu, kekeruhan, padatan terlarut), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD,

    kadar logam), dan parameter biologi (keberadaan plankton, dan bakteri) (Boyd,

    1991). Ikan bawal air tawar termasuk tidak banyak menuntut lingkungan bagus

    sebagai media hidupnya. Ikan ini mampu bertahan pada perairan yang kondisinya

    jelek sekalipun, namun akan tumbuh dengan normal dan optimal pada perairan

    yang sesuai dengan persyaratan habitatnya. Tabel 1 menunjukkan kisaran kualitas

    yang baik untuk ikan bawal air tawar.

    Tabel 1. Kualitas air yang optimal untuk ikan bawal air tawar Colossoma

    macropomum Cuvier.Parameter Nilai Sumber

    Suhu 27-290C

    Oksigen terlarut 2,4-6 mg/l

    Karbondioksida Maksimal 5,6 mg/l

    pH 7-8

    Djarijah (2001)

    Amoniak Maksimal 0,1 mg/l

    Nitrit Maksimal 1 mg/l

    Alkalinitas 50-300 mg/l CaCO3

    Effendi (2003)

    CO2 dalam media pengangkutan merupakan hasil respirasi dan dapat

    mengancam kelangsungan hidup ikan. Jumlah CO2 yang terlampau banyak akan

    bersifat racun bagi ikan (Jhingran dan Pullin, 1985).

    Kadar CO2 terlarut lebih dapat ditoleransi oleh ikan dibandingkan dengan

  • 8/2/2019 D09asy

    23/64

    11

    Amoniak adalah suatu produk hasil dari metabolisme protein dan disisi

    lain amoniak merupakan racun bagi ikan sekalipun konsentrasinya sangat rendah

    (Zonneveld et al., 1991). Amoniak dan nitrit yang tinggi dalam perairan bersifat

    berbahaya bagi ikan. Persentase amoniak bebas meningkat dengan meningkatnya

    nilai pH dan suhu perairan, apabila konsentrasinya tinggi dapat mempengaruhi

    kehidupan ikan (Boyd, 1991). Selain amoniak, senyawa nitrogen yang dihasilkan

    ikan berupa NO2-(nitrit) dan NO3

    -(nitrat). Jika nitrit NO2

    -terabsorpsi secara terus

    menerus oleh ikan, maka nitrit akan bereaksi dengan haemoglobin sehingga

    membentuk metemoglobin (Hb+NO2-

    = Met-Hb). Adapun reaksi yang terjadi

    adalah unsur besi yang terdapat dalam haemoglobin akan dioksidasi dari ferro

    menjadi ferri dan akan membentuk Met-Hb. Metemoglobin ini bersifat

    menurunkan kemampuan haemoglobin dalam mengikat oksigen, sehingga dapat

    mengakibatkan stres dan kematian pada ikan. Darah yang mengandung

    metemoglobin berwarna coklat biasanya disebut dengan brown blood disease

    (Boyd, 1991).

    Nilai pH (power of hydrogen) merupakan ukuran konsentrasi ion H+ di

    dalam air. Keasaman adalah kapasitas air untuk menetralkan ion-ion hidroksil

    (OH-). Nilai pH disebut asam bila kurang dari 7, pH 7 disebut netral dan pH di

    atas 7 disebut basa. Jaringan insang merupakan target organ pertama akibat stres

    asam. Ketika ikan berada pada pH rendah, peningkatan lendir akan terlihat pada

    permukaan insang (Boyd, 1990). Begitu juga dengan pH tinggi, karena insang

    ikan sangat sensitif dan berbahaya bagi mata ikan. Kriteria pH yang ideal menurut

    Pescod (1973) adalah 6,5-8,5.

    2.3 Efisiensi Ekonomi

    Efisiensi ekonomi atau disebut juga analisis usaha menentukan sejauh

    mana usaha yang dilakukan menguntungkan atau tidak serta mengukur

  • 8/2/2019 D09asy

    24/64

    12

    menentukan tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan keuntungan dalam

    perusahaannya.

    Beberapa parameter yang digunakan dalam analisis usaha adalah

    keuntungan, revenue-cost ratio (R/C), break even point (BEP) dan payback

    periode (PP). Keuntungan adalah selisih dari pendapatan dan biaya total yang

    dikeluarkan. Menurut Hernanto (1989) dalam Amaliya (2007), keuntungan relatif

    usaha dapat diketahui dengan analisis imbang penerimaan dan biaya atau revenue-

    cost ratio (R/C). Analisis R/C bertujuan untuk melihat seberapa jauh setiap nilai

    rupiah biaya yang digunakan dalam kegiatan usaha dapat memberikan sejumlah

    nilai penerimaan. Kegiatan usaha yang menguntungkan memiliki nilai R/C yang

    besar. Rahardi et al. (1998), menyatakan bahwa break even point (BEP)

    merupakan suatu nilai pada saat hasil penjualan produksi sama dengan biaya

    produksi sehingga pengeluaran sama dengan pendapatan atau impas. Analisis

    payback periode (PP) digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang

    diperlukan untuk menutup biaya investasi (Lukito, 2008).

    Menurut Effendi (2004), produksi akan mencapai nilai maksimal jika ikan

    dapat dipelihara dalam padat penebaran tinggi yang diikuti dengan pertumbuhan

    yang tinggi. Hepher dan Pruginin (1981) menyatakan bahwa hasil panen

    persatuan luas (yield) merupakan fungsi dari laju pertumbuhan ikan dan tingkat

    padat penebaran ikan. Peningkatan padat tebar dapat mengakibatkan penurunan

    pertumbuhan ikan, tetapi selama penurunannya tidak terlalu besar dibandingkan

    peningkatan padat tebar maka produksi akan tetap meningkat. Produksi yang

    meningkat akan meningkatkan pula keuntungan.

    Harga pokok penjualan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk

    memperoleh barang yang dijual atau harga perolehan dari barang yang dijual. Ada

    dua manfaat dari harga pokok penjualan yaitu sebagai patokan untuk menentukan

    harga jual dan untuk mengetahui laba yang diinginkan perusahaan. Apabila harga

    jual lebih besar dari harga pokok penjualan maka akan diperoleh laba dan

  • 8/2/2019 D09asy

    25/64

    13

    III. BAHAN DAN METODE

    3.1 Waktu dan Tempat

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Oktober

    2008, bertempat di Laboratorium Sistem dan Teknologi Departemen Budidaya

    Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

    3.2 Tahap Penelitian

    Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu penentuan kemampuan

    puasa ikan, tingkat konsumsi oksigen, penentuan kepadatan ikan, penentuan laju

    ekskresi TAN, penentuan kapasitas zeolit dalam menyerap TAN, serta penentuan

    kepadatan optimal dalam media pengangkutan.

    3.3 Alat dan Bahan

    3.3.1 Penentuan Kemampuan Puasa Ikan

    Alat yang digunakan adalah 4 akuarium berukuran (25x25x25) cm3

    untuk

    wadah pemeliharaan ikan. Pengukuran kualitas air berupa erlenmeyer, botol

    bervolume 30 ml sebanyak 10 buah, alat suntik, termometer, pH-meter. Bahan

    yang digunakan adalah air dan ikan uji yaitu ikan bawal air tawar dengan bobot

    rata-rata 0,5 g/ekor serta bahan pengukuran oksigen terlarut berupa MnSO4,

    NaOH, H2SO4, dan Na-tiosulfat dengan indikator amilum.

    3.3.2 Penentuan Tingkat Konsumsi Oksigen

    Alat yang digunakan yaitu stoples bervolume 3 liter sebanyak 8 buah,

    lakban, karet ban. Pengukuran oksigen terlarut berupa erlenmeyer, botol

    14

  • 8/2/2019 D09asy

    26/64

    14

    3.3.3 Penentuan Laju Ekskresi TAN

    Alat yang digunakan yaitu stoples bervolume 3 liter, pH-meter,

    termometer, gelas piala, pipet Mohr dan spektofotometer. Pengukuran oksigen

    terlarut berupa erlenmeyer, botol bervolume 30 ml sebanyak 10 buah, alat suntik.

    Bahan yang digunakan yaitu air, pereaksi uji amoniak per sampel @ 25 ml (1 tetes

    MnSO4, 0,6 ml phenate, 0,5 ml chlorox) dan ikan bawal air tawar.

    3.3.4 Penentuan Kapasitas Zeolit dalam Menyerap Total Amonia Nitrogen

    (TAN)

    Alat yang digunakan yaitu botol plastik untuk melewatkan air pada

    sejumlah zeolit, kain kasa, pH-meter, termometer, gelas piala, pipet Mohr dan

    spektofotometer. Bahan yang digunakan yaitu air dengan kadar TAN 0,1 mg/l

    sebanyak 1 liter, pereaksi uji amoniak, 10 g zeolit ukuran -40/+60mesh.

    3.3.5 Penentuan Kepadatan Optimal dalam Media Pengangkutan

    Alat yang digunakan yaitu kantong plastik ukuran (40x60) cm2

    sebanyak

    12 lembar, karet gelang, termometer, pH-meter, spektofotometer. Pengukuran

    oksigen terlarut berupa erlenmeyer, botol bervolume 30 ml sebanyak 10 buah, alat

    suntik. Bahan yang digunakan yaitu air bersih, zeolit yang telah dikemas

    berukuran -40/+60mesh, reagent amoniak, dan ikan uji yaitu ikan bawal air tawar.

    Bahan pengukuran oksigen terlarut berupa MnSO4, NaOH, H2SO4, dan Na-

    tiosulfat dengan indikator amilum.

    3.4 Prosedur Kerja

    3.4.1 Prosedur Penentuan Kemampuan Puasa Ikan

    Penentuan puasa ikan dilakukan dengan cara menyiapkan akuarium

    15

  • 8/2/2019 D09asy

    27/64

    15

    mengamati tingkah laku ikan uji setiap hari dan mencatat pada hari ke berapa ikan

    mulai mengalami lemas dan akhirnya mengalami kematian. Selama pemuasaan

    dilakukan pengamatan kualitas air yaitu suhu, pH, dan DO.

    3.4.2 Prosedur Penentuan Tingkat Konsumsi Oksigen (TKO)

    Tingkat konsumsi oksigen (TKO) ditentukan dengan menyiapkan 3 toples

    bervolume 3 liter yang telah dibersihkan dan dikeringkan, kemudian diisi air yang

    sebelumnya diberi aerasi selama 3 hari (sampai kandungan oksigen dalam air

    jenuh) hingga penuh. Ikan uji setelah makan dan pada saat puasa ukuran 0,5

    g/ekor dimasukkan ke dalam wadah masing-masing dengan biomassa 3 g/wadah,

    kemudian ditutup dengan tutup yang sebelumnya sudah dimasukkan selang aerasi

    sehingga rapat dan tidak ada lagi gelembung udara. Lalu diukur kandungan DO

    tiap satu jam selama 6 jam.

    3.4.3 Prosedur Penentuan Kepadatan Ikan dalam Kemasan Tertutup

    Penentuan kepadatan yang tepat dalam kemasan tertutup, bertujuan untuk

    menghindari kematian akibat kepadatan yang terlalu tinggi karena ruang gerak

    yang terbatas. Penentuan kepadatan yang tepat untuk pengangkutan selama 48 jam

    dengan menggunakan rumus :

    Fq = 38 x W0,5

    Keterangan :

    Fq = jumlah ikan per volume (g/l)

    W = berat rata-rata ikan per ekor (g)

    Bobot rata-rata ikan digunakan adalah 0,5 gram sehingga :

    Fq = 38 x 0,50,5

    = 27 g/l atau 54 ekor/l

    Maka jumlah ikan per kantong = 43 ekor

    Volume air = 0,8 liter

    16

  • 8/2/2019 D09asy

    28/64

    16

    3.4.4 Prosedur Penentuan Laju Ekskresi TAN

    Prosedur penentuan laju ekskresi amoniak ikan bertujuan untuk

    mengetahui jumlah amoniak yang dieksresikan tiap satuan waktu, sehingga dapat

    diketahui jumlah akumulasi amoniak pada waktu tertentu. Percobaan ini

    dilakukan dengan menyiapkan 3 stoples bervolume 3 liter yang telah dibersihkan

    dan dikeringkan selama 2 hari, kemudian diisi air hingga volume 2 liter. Ikan uji

    dimasukkan ke dalam wadah masing-masing 40 ekor per wadah. Kemudian

    melakukan pengambilan sampel air sebanyak 30 ml setiap 24 jam untuk

    mengukur suhu, pH, oksigen, dan konsentrasi TAN.

    3.4.5 Penentuan Kapasitas Zeolit

    Hal ini bertujuan untuk mengetahui jumlah TAN yang diadsorpsi tiap

    satuan waktu tertentu, sehingga dapat diketahui jumlah zeolit yang harus

    diberikan untuk mengadsorpsi akumulasi TAN.

    Prosedur yang dilakukan adalah dengan cara menyiapkan 2 buah potongan

    botol plastik yang telah dibersihkan dan dikeringkan, lalu pada masing-masing

    leher botol tersebut diisi dengan zeolit sebanyak 10 gram. Selanjutnya melakukan

    pengaliran air yang mengandung TAN 0,1 mg/l dengan volume 1 liter pada

    masing-masing botol. Langkah ini dilakukan setiap 10 menit selama 7 kali. Setiap

    setelah pengaliran air, diambil sampel sebanyak 30 ml, kemudian mengukur kadar

    TAN, pH, dan suhu.

    3.4.6 Prosedur Penentuan Kepadatan Optimal dalam Media Pengangkutan

    Penentuan dosis optimum dari zeolit diperlukan untuk mengetahui dosis

    zeolit yang tepat untuk diaplikasikan pada pengepakan tertutup. Prosedur

    percobaan ini dimulai dengan memuasakan ikan selama 2 hari. Selanjutnya

    sampel air diambil untuk diukur pH suhu kadar okasigen terlarut dan kadar

    17

  • 8/2/2019 D09asy

    29/64

    17

    plastik dengan padat penebaran 43, 86, dan 129 ekor/l. Zeolit yang telah

    dibungkus kain dimasukkan ke dalam kantong dengan dosis 20 g/l.

    Masingmasing perlakuan terdiri dari 4 ulangan. Setiap kantong kemudian

    diisi air dan oksigen dengan perbandingan 1 : 2 dan mengikatnya dengan karet

    gelang, kemudian dimasukkan ke dalam kotakstyrofoam. Selanjutnya styrofoam

    diberi batu es agar suhu stabil sekitar 200C, kemudian ditutup. Pengamatan

    keadaan ikan dilakukan setiap 6 jam, dan pengambilan sampel air sebanyak 30

    mL per kantong setiap 24 jam. Pengamatan sampel dihentikan hingga 48 jam.

    Nilai NH3 diperoleh dari nilai TAN dengan memperhitungakan kondisi pH

    dan suhu sesuai rumus (Boyd, 1990) :

    NH3 N = [(100/(1+antilog (pKa-pH))]

    3.5 Rancangan Penelitian

    Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga

    perlakuan dan masing-masing menggunakan empat ulangan, yaitu :

    1) Perlakuan A dengan padat tebar 43 ekor/liter

    2) Perlakuan B dengan padat tebar 86 ekor/liter

    3) Perlakuan C dengan padat tebar 129 ekor/liter

    Perhitungan kepadatan pada perlakuan diatas diperoleh dari penentuan kepadatan

    ikan dalam kemasan tertutup yang diangkut kurang dari 48 jam (Frose, 1985).

    Model percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

    Yij = + i + ij (Steel dan Torrie, 1982)

    Keterangan :

    Yij = Data hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j = Nilai tengah dari pengamatan

    i = Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i

    ij = Pengaruh galat hasil percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

    18

  • 8/2/2019 D09asy

    30/64

    18

    3.6 Efisiensi Ekonomi

    Efisiensi ekonomi dihitung melalui empat parameter, yaitu:1) Keuntungan (profit), dihitung dengan rumus menurut Martin et al. (1991) :

    Keuntungan = Penerimaan-Total biaya produksi

    2) R/C, dihitung dengan rumus menurut Rahardi et al. (1998):

    R/C = Penerimaan total/biaya total

    3) Break Even Point (BEP), dihitung dengan rumus menurut Martin et al. (1991):

    BEP (Rp) = Biaya tetap /(1-(biaya variabel/penerimaan total))

    BEP (ekor) = Biaya tetap/(harga jual-(biaya variabel/jumlah produksi))

    4) Payback Period (PP), dihitung dengan rumus menurut Martin et al. (1991) :

    PP = Investasi /keuntungan x 1 tahun

    5) Harga Pokok Penjualan (HPP), dihitung dengan rumus menurut Dikmenkum

    (2009):HPP = Total pengeluaran/volume produksi

    3.7 Analisis Data

    Data yang telah diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisis menggunakan

    program SPSS 11.5, yang meliputi :

    1) Analisis Ragam (ANOVA) dengan uji F pada selang kepercayaan 95 %,

    digunakan untuk menentukan apakah perlakuan berpengaruh nyata terhadap

    kelangsungan hidup. Apabila berpengaruh nyata, untuk melihat perbedaan

    antar perlakuan akan diuji lanjut dengan menggunakan uji Tukey.

    2) Analisis deskripsi kuantitatif, digunakan untuk menentukan efisiensi ekonomi

    dan kualitas air pada media pengangkutan yang disajikan dalam bentuk tabel.

    19

  • 8/2/2019 D09asy

    31/64

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil

    4.1.1 Kemampuan Puasa Ikan

    Ikan bawal air tawar dengan bobot rata-rata 0,5 gram/ekor sebanyak 20

    ekor mampu bertahan hidup dalam keadaan puasa hingga 3 hari. Kemudian ikanmati mulai ditemukan pada hari ke-4 sebanyak 2 ekor, sedangkan pengamatan

    pada hari ke-6, SR ikan bawal air tawar sebesar 85 % dengan kondisi ikan yang

    sudah lemas.

    Tabel 2. Kemampuan puasa ikan bawal air tawar Ikan

    Hidup

    Ikan

    MatiDOHari

    ke- (ekor) (ekor)

    SR

    (%)

    Suhu

    (C)

    pH

    (mg/l)

    Tingkah Laku

    Ikan1 20 0 100 25,10 7,60 5,51 Berenang Aktif

    2 20 0 100 25,00 7,60 5,01 Berenang Aktif

    3 20 0 100 25,10 7,65 4,42 Berenang Aktif

    4 18 2 90 25,30 7,70 5,17 Berenang Lemas

    5 17 1 85 25,50 7,60 5,09 Berenang Lemas

    6 17 0 85 25,30 7,60 4,92 Berenang Lemas

    Hasil

    Akhir17 3 85

    4.1.2 Tingkat Konsumsi Oksigen (TKO)

    Gambar 1 menunjukkan nilai TKO rata-rata ikan bawal air tawar tiap

    ukuran bobot yaitu 0,4, 0,5, dan 0,6 gram. Grafik TKO (y, mg O2. g-1

    . jam-1

    ) dan

    bobot (x, gram) tersebut berbentuk linier dengan persamaany = -0,022x + 0,352

    dan R

    2

    = 0,935 (p

  • 8/2/2019 D09asy

    32/64

    Gambar 1. Tingkat konsumsi oksigen ikan bawal air tawar

    Dari Gambar 1 dapat diketahui TKO ikan bawal air tawar ukuran 0,5 g

    adalah sebesar 0,27 mg O2. g

    -1

    . jam

    -1

    . Jadi dalam waktu pengangkutan selama 48jam oksigen yang diperlukan untuk respirasi 43 ekor ikan dengan ukuran 0,5 g

    adalah 279 mg O2.

    4.1.3 Laju Ekskresi TAN

    Grafik ekskresi TAN pada Gambar 2 diambil dari nilai rata-rata ekskresi

    TAN (Lampiran 2) ikan bawal air tawar per 24 jam selama 48 jam. Grafik

    ekskresi TAN (y, mg/l) dan waktu (x, jam) tersebut berbentuk linier dengan

    persamaany = 0,921x-0,471 dengan R2

    = 0,941 (p

  • 8/2/2019 D09asy

    33/64

    0.107

    0.0250.017

    0.0080.000

    y = -0.0184Ln(x) + 0.1071

    R2 = 0.9974

    0.000

    0.020

    0.040

    0.060

    0.080

    0.100

    0.120

    0 50 100 150 200 250 300 350

    Waktu (detik)

    TotalAm

    oniakNitrogen

    (m

    g/l)

    Dari Gambar 2 dapat diketahui bahwa nilai TAN maksimum yang

    diekskresikan ikan bawal air tawar ukuran 0,5 g adalah 0,055 mg l-1

    .48 jam-1

    sehingga dapat diprediksi pada jam ke-48 akumulasi TAN mencapai 2,365 mg/l.

    4.1.4 Kapasitas Serap Zeolit

    Gambar 3 menunjukkan grafik laju penurunan konsetrasi TAN dalam

    menyerap zeolit (y, mg/l) dan waktu (x, detik), grafik tersebut berpola logaritmik

    dengan persamaany = -0,0184Ln(x)+0,1071 dengan R2 = 0,9971 (p

  • 8/2/2019 D09asy

    34/64

    y = -0.0007x2

    + 0.0721x + 0.3097

    R2

    = 0.99

    y = -0.0011x2

    + 0.0963x + 0.3073

    R2

    = 0.9952

    y = -0.0015x2

    + 0.1232x + 0.3046

    R2 = 0.9969

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.5

    3

    0 24 48

    Waktu (Jam ke-)

    TotalAmoniak

    Nitrogen(mg/l)

    43 e/l86 e/l

    129 e/l

    Tabel 3. Konsentrasi TAN rata-rata pada media air pengepakanPadat Penebaran (ekor/liter)

    Jam ke-

    43 86 1290 0,3169 0,3169 0,3169

    24 1.63780.1034a

    1.99030.1188b

    2.36920.1019c

    48 2.16060.1168a

    2.41430.0484b

    2.65090.0538c

    Keterangan : Huruf superscript di belakang nilai standar deviasi yang berbeda pada setiap baris

    menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (p

  • 8/2/2019 D09asy

    35/64

    y = 0.0003x + 0.0019

    R2

    = 0.9404

    y = 0.0004x + 0.002

    R2

    = 0.9652

    y = 0.0007x + 0.0022

    R2

    = 0.9205

    0.0000

    0.0050

    0.0100

    0.0150

    0.0200

    0.0250

    0.0300

    0.0350

    0.0400

    0.0450

    0.0500

    0.0 24.0 48.0

    Waktu (Jam ke-)

    Amoniak(mg/l)

    43 e/l

    86 e/l

    129 e/l

    Tabel 4. Konsentrasi NH3 rata-rata pada media pengepakanPadat Penebaran (ekor/liter)

    Jam ke-

    43 86 1290 0,0023 0,0023 0,0023

    24 0.00880.0009a

    0.01230.0017b

    0.01980.0034c

    48 0.01760.0028a

    0.02810.0092b

    0.03750.0077c

    Keterangan : Huruf superscript di belakang nilai standar deviasi yang berbeda pada setiap baris

    menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (p

  • 8/2/2019 D09asy

    36/64

    4.1.6 Suhu Media Air Pengepakan

    Suhu air dalam media pengepakan diturunkan dengan penambahan es padakotakstyrofoam. Suhu awal sama untuk setiap unit percobaan yaitu 25

    0C. Gambar

    6 menunjukkan bahwa suhu mengalami penurunan dalam waktu sekitar 8 jam

    sebesar suhu 200C. Pada jam ke-8 sampai jam ke-48 suhu berkisar antara 19-22

    0C.

    Gambar 6. Suhu media air pengepakan

    4.1.7 Konsentrasi DO Media Air Pengepakan

    Dari Tabel 5 dapat terlihat bahwa nilai oksigen mengalami kenaikan pada

    jam ke-8 karena adanya penambahan dan tekanan dari oksigen murni. Penurunan

    konsentrasi DO mulai pada jam ke-16 sampai akhir penelitian. Pengaruh secara

    nyata antar perlakuan terjadi pada jam ke-8 sampai akhir penelitian.

    Tabel 5. Konsentrasi DO rata-rata media air pengepakanPadat Penebaran (ekor/liter)

    Jam ke-43 86 129

    0 6,34 6,34 6,348 8.880.11

    a8.360.14

    b8.090.07

    c

    16 8.650.08a

    7.990.08b

    7.490.14c

    24 8.430.15a 7.650.10b 6.940.21c

    32 8.130.11a

    7.220.20b

    6.320.24c

    40 7.920.07a

    6.860.18b

    5.820.27c

    25

  • 8/2/2019 D09asy

    37/64

    Gambar 7. Konsentrasi DO media air pengepakan

    Grafik konsentrasi oksigen terlarut pada Gambar 7 menunjukkan

    penurunan seiring dengan penambahan waktu dan padat penebaran dalam media

    air pengepakan. Hal ini berarti, bahwa nilai DO akan mempengaruhi

    kelangsungan hidup benih ikan bawal air tawar. Nilai DO pada akhir penelitian

    sebesar 7,70 mg/l untuk kepadatan 43 ekor/l, kemudian nilai DO sebesar 6,45

    mg/l untuk kepadatan 86 ekor/l, dan nilai DO sebesar 5,34 mg/l untuk kepadatan

    129 ekor/l.

    4.1.8 Nilai pH Media Air Pengepakan

    Gambar 8 menunjukkan kisaran pH masing-masing perlakuan selama

    pengepakan, adapun kisaran pH selama pengepakan adalah 7,0 7,6. Perubahan

    nilai pH selama pengamatan pada semua perlakuan tidak terlalu signifikan dan

    masih layak untuk kehidupan ikan uji. Fluktuasi pH tidak terjadi secara cepat pada

    media pengepakan.

    26

  • 8/2/2019 D09asy

    38/64

    4.1.9 Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)

    Berdasarkan analisis statistik, dapat dilihat bahwa pada jam ke-0 sampaijam ke-16 belum menunjukkan perbedaan SR pada masing-masing perlakuan.

    Adanya perbedaan SR yang nyata antara tiap perlakuan mulai terjadi pada jam ke-

    24 meskipun ada beberapa perlakuan yang tidak berbeda nyata. Pada akhir

    penelitian (jam ke-48) kepadatan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap

    kelangsungan hidup ikan (p

  • 8/2/2019 D09asy

    39/64

    h. Jumlah tenaga kerja sebanyak 3 orang dengan waktu efektif kerja sebanyak 8

    jam dan gaji Rp 600.000,00/bulan untuk 1 orang. Bonus produksi Rp

    2.000/kantong diberikan saat pengepakan berlangsung.

    i. Biaya listrik Rp 300,00/KWH.

    j. Harga benih bawal air tawar berukuran 1 inci sebesar Rp 90,00/ekor.

    k. Setiap 1000 ekor maka dikeluarkan biaya panen sebesar Rp 5.000,00. Biaya

    plastikpackingsebesar Rp 500,00 dan gaspackingsebesar Rp 1.000,00.

    l. Sewa mobil pick-up dari Bogor-Bandara Soekarno-Hatta PP Rp 500.000,00dan tiket masuk bandara sebesar Rp 15.000,00/orang.

    m. Dokumen karantina Rp 85.000,00/spesies setiap 1 kali pengiriman.

    n. Biaya kargo Rp 17.000,00/kg minimal 16 kg/box setiap 1 kali pengiriman.

    o. Harga pokok penjualan perlakuan B sebesar Rp 153,34/ekor dan perlakuan C

    sebesar Rp 135,06/ekor dengan harga jual ke bandara yang dituju sebesar Rp

    165,00/ekor.

    Perhitungan analisis usaha disajikan pada Tabel 6. Perlakuan A

    mengalami kerugian karena tingginya biaya investasi. Keuntungan perlakuan C,

    karena volume produksi yang tinggi dengan asumsi biaya investasi tiap perlakuan

    dianggap sama.

    Tabel 7. Analisis usaha pada tiap perlakuanPerlakuan

    Uraian43 ekor/liter 86 ekor/liter 129 ekor/liter

    Investasi Rp 15.829.000,00 Rp 15.829.000,00 Rp 15.829.000,00

    Biaya tetap Rp 9.904.866,67 Rp 9.904.866,67 Rp 9.904.866,67

    Biaya variabel Rp 68.191.520,00 Rp 104.786.240,00 Rp 141.380.960,00

    Biaya total Rp 78.096.386,67 Rp 114.691.106,67 Rp 151.285.826,67

    Penerimaan Rp 58.448.780,28 Rp 115.830.926,64 Rp 171.420.024,60

    Keutungan - Rp 19.646.073,87 Rp 1.139.819,97 Rp 20.134.197,93

    R/C Ratio - 1,01 1,13BEP (Rp) - Rp 440.102.052,20 Rp 85.705.361,72

    BEP (ekor) - 2.667.285 519.426

    HPP (Rp/ekor) - Rp 154,35 Rp 135,74

    % Margin

    Keuntungan- 6,90 18,96

    28

  • 8/2/2019 D09asy

    40/64

    mg O2. g-1

    . jam-1

    , ukuran 0,5 g sebesar 0,270,0 mg O2. g-1

    . jam-1

    , dan ukuran 0,6

    g sebesar 0,260,1 mg O2. g-1

    . jam-1

    . Nilai TKO setelah makan lebih tinggi

    daripada sebelum makan (puasa). Aktivitas makan pada ikan memerlukan oksigen

    lebih tinggi. Sesuai dengan pernyataan Boyd (1990), bahwa nilai TKO berbeda-

    beda bergantung pada spesies, ukuran, aktivitas, jenis kelamin, tingkat konsumsi

    pakan, suhu, dan konsentrasi oksigen terlarut.

    Tingkat konsumsi oksigen pada perlakuan ikan bawal air tawar sebelum

    dan sesudah makan menunjukkan bahwa ikan yang mempunyai bobot kecilmemiliki TKO lebih tinggi daripada yang berukuran besar. Menurut Boyd (1990)

    organisme kecil mengkonsumsi oksigen lebih tinggi per satuan waktu dan bobot

    daripada ikan berukuran besar. Hal ini disebabkan karena pada ikan berukuran

    kecil lebih banyak memerlukan energi untuk pertumbuhan. Spotte (1970)

    menyatakan, bahwa laju metabolisme tubuh organisme berukuran kecil lebih

    tinggi dari pada yang berukuran besar. Dari Gambar 1 dapat diketahui TKO ikan

    bawal air tawar ukuran 0,5 gram adalah sebesar 0,27 mg O2. g-1

    . jam-1

    . Jadi dalam

    waktu pengangkutan selama 48 jam oksigen yang diperlukan untuk respirasi 43

    ekor ikan ukuran 0,5 g diperkirakan sebesar 279 mg O2.

    Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa ikan bawal air tawar ukuran 0,5 g

    memiliki laju ekskresi TAN sebesar 0,0550 mg/l/48jam sehingga dapat diprediksibahwa TAN yang diekresikan ikan bawal air tawar dalam media pengepakan

    dengan jumlah ikan 43 ekor/l per kantong dan dalam waktu 48 jam adalah sekitar

    2,365 mg/l. Dalam wadah pengangkutan ekskresi TAN penting diketahui karena

    akumulasinya akan berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup organisme yang

    diangkut.

    Pada uji kapasitas serap zeolit terhadap TAN didapat hasil bahwa air yang

    mengandung TAN 0,107 mg/l dapat diturunkan hingga mencapai konsentrasi 0

    mg/l dalam waktu 295 detik atau sekitar 5 menit. Penurunan TAN yang drastis

    pada detik ke 0 sampai detik ke 80 karena daya serap dari zeolit masih tinggi serta

    29

  • 8/2/2019 D09asy

    41/64

    Konsentrasi TAN rata-rata (Tabel 3) dari setiap perlakuan pada jam ke-0,

    24, dan 48 dapat terlihat meningkat seiring dengan bertambahnya waktu. Pada jam

    ke-24 dapat dilihat bahwa kadar TAN terendah terjadi pada perlakuan padat

    penebaran 43 ekor/l dengan konsentrasi TAN 1,63780,1034 mg/l, kemudian

    meningkat pada padat penebaran 86 ekor/l dengan konsentrasi TAN

    1,99030,1188 mg/l, dan konsentrasi TAN tertinggi terdapat pada padat

    penebaran 129 ekor/liter sebesar 2,36920,1019 mg/l.

    Kenaikan TAN akan meningkat seiring dengan peningkatan padatpenebaran pada media pengepakan dan lama waktu pengangkutan. Secara umum

    1 g zeolit dapat menyerap 1 mg amoniak, karena zeolit bersifat selektif dan

    mempunyai efektifitas yang tinggi sebagai adsorban dan penukaran ion terutama

    ion NH4+, Fe

    +, Mn

    +, dan juga dapat menyerap CO2 dalam suatu perairan

    (Setyawan, 2003).

    Pada jam ke-48 nilai TAN pada perlakuan dengan padat penebaran 43

    ekor/l sebesar 2,16060,1168 mg/l, kemudian meningkat pada padat penebaran 86

    ekor/l sebesar 2,41430,0484 mg/l, dan padat penebaran 129 ekor/l sebesar

    2,65090,0538 mg/l. Nilai TAN akan meningkat seiring dengan peningkatan

    biomassa karena akumulasi dari hasil buangan metabolisme meningkat pula.

    Frose (1985) menyatakan bahwa dalam wadah pengangkutan laju metabolismeikan lebih cepat bahkan sampai tiga kali dari metabolisme rutin, yang

    menyebabkan laju ekskresi hasil metabolisme selama proses pengangkutan

    meningkat pula.

    Di dalam perairan, TAN terdapat dalam dua bentuk yaitu NH4+

    dan NH3.

    Menurut Spotte (1970), NH3 adalah bentuk TAN yang lebih beracun bagi

    organisme perairan. Rendahnya fraksi NH3 terhadap TAN disebabkan oleh

    rendahnya pH dan suhu media air pengepakan. Data NH3 ini memiliki pola yang

    sama dengan data TAN, yaitu semakin meningkat konsentrasi NH3 dengan

    semakin meningkatnya padat penebaran Hal ini bisa dilihat pada jam ke 48 nilai

    30

  • 8/2/2019 D09asy

    42/64

    Kematian ikan terjadi ketika konsentrasi NH3 dalam media air

    pengepakan melebihi 0,1 mg/l. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan McCarty

    dalam Effendi (2003) bahwa, kadar NH3 pada perairan tawar sebaiknya tidak

    melebihi 0,1 mg/l, karena bersifat toksik bagi beberapa jenis ikan. Konsentrasi

    NH3 melebihi 0,1 mg/l dapat menurunkan kapasitas darah untuk membawa

    oksigen sehingga jaringan akan kekurangan oksigen yang dapat mengakibatkan

    kematian pada ikan. Selain itu Stickney (1979) menyatakan bahwa kepadatan ikan

    yang semakin tinggi akan dapat menyebabkan semakin banyak masalah yangtimbul, seperti serangan penyakit dan memburuknya kualitas air. Pada kondisi

    kepadatan ikan yang tinggi, maka oksigen untuk setiap individu makin

    berkurang, sedangkan akumulasi bahan buangan metabolik ikan akan makin

    tinggi (Hepher, 1978)

    Dari data yang diperoleh, SR ikan bawal air tawar semakin rendah tapi

    tidak berbeda nyata seiring dengan meningkatnya padat penebaran media

    pengepakan. Peningkatan kepadatan mempengaruhi proses fisiologis dan tingkah

    laku ikan terhadap ruang gerak. Hal ini pada akhirnya akan mempengaruhi

    kondisi fisiologis ikan sehingga pemanfaatan makan, pertumbuhan, dan

    kelangsungan hidup mengalami penurunan (Handajani dan Hastuti, 2002). Selama

    48 jam, SR tidak berbeda nyata antar perlakuan. Hal ini berarti, bahwa sampaikepadatan 129 ekor/liter kualitas air belum dipengaruhi oleh perlakuan.

    Parameter kualitas air lainnya yaitu suhu, pH, dan DO selama penelitian

    masih dalam kisaran yang baik bagi kehidupan organisme. Suhu media berkisar

    antara 20220C masih dalam batas kisaran suhu optimum ikan bawal air tawar.

    Fluktuasi suhu yang terjadi tidak membahayakan bagi kelangsungan hidup ikan

    karena menurut Stickney (1979), secara umum fluktuasi suhu yang

    membahayakan ikan adalah 50C dalam waktu 1 jam. Hal ini tidak terjadi selama

    penelitian berlangsung. Fluktuasi suhu harian hanya berkisar dari 120C selama

    24 jam Penrunan suhu akan menurunkan metabolisme dan tingkat konsumsi

    31

  • 8/2/2019 D09asy

    43/64

    pengepakan tidak berbahaya bagi kelangsungan hidup ikan bawal air tawar.

    Rendahnya nilai suhu dan pH pada media air pengepakan akan menyebabkan

    rendahnya konsentrasi NH3 dalam air.

    Konsentrasi DO dalam media air pengepakan semakin menurun dengan

    bertambahnya waktu dan padat penebaran. Pada jam ke-48, konsentrasi DO

    berkisar antara 5,340,307,700,08 mg/l. Nilai tersebut masih baik untuk

    kehidupan ikan bawal air tawar dalam media pengepakan seperti yang dikemukan

    oleh Pescod (1973) bahwa kandungan oksigen terlarut yang baik untuktransportasi ikan harus lebih dari 2 mg/l. Dari pembahasan kualitas air (suhu, pH,

    dan DO) dapat disimpulkan bahwa selama penelitian, kualitas air tersebut masih

    layak untuk kehidupan ikan bawal air tawar. Kelayakan kualitas air tersebut

    digunakan untuk menjaga agar kelangsungan hidup ikan bawal air tawar tetap

    tinggi dalam media pengepakan.

    Dari data yang diambil pada jam ke-48 dapat disimpulkan bahwa

    perlakuan dengan padat tebar paling rendah yaitu 43 ekor/l lebih bagus

    dibandingkan dengan pelakuan lain jika dilihat dari SR dan kualitas air. Namun

    demikian, perlakuan 129 ekor/liter menunjukkan efisiensi teknis yang lebih tinggi

    diantrara dua perlakuan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil akhir jumlah ikan

    yang masih hidup selama transportasi 48 jam, yaitu berturut-turut dari perlakuan43, 86, dan 129 ekor/liter adalah 41 ekor/liter, 81 ekor/liter, dan 120 ekor/liter.

    Selama waktu tersebut, kualitas air juga masih mendukung kelayakan hidup bagi

    ikan yang ditransportasikan.

    Dari Tabel 7, diketahui keuntungan tertinggi didapat pada perlakuan padat

    tebar 129 ekor/liter yaitu Rp 20.134.197,93 sedangkan pada perlakuan 86

    ekor/liter keuntungan yaitu Rp 1.139.819,97. Kerugian terjadi pada perlakuan 43

    ekor/liter yaitu - Rp 19.646.073,87 sehingga perhitungan efisiensi ekonomi tidak

    perlu dihitung. Pada padat tebar 129 ekor/liter peningkatan produksi lebih tinggi

    dibandingkan penurunan laju pertumbuhan ikan dan kematian ikan sehingga

    32

  • 8/2/2019 D09asy

    44/64

    pertumbuhan ikan dan tingkat padat penebaran ikan. Peningkatan padat tebar

    dapat mengakibatkan penurunan pertumbuhan ikan, tetapi selama penurunannya

    tidak terlalu besar dibandingkan peningkatan padat tebar maka produksi akan

    tetap meningkat.

    Analisis R/C bertujuan untuk melihat seberapa jauh setiap nilai rupiah

    biaya yang digunakan dalam kegiatan usaha dapat memberikan sejumlah nilai

    penerimaan. Kegiatan usaha yang menguntungkan memiliki nilai R/C lebih dari

    1. Nilai R/C tertinggi diperoleh pada perlakuan 129 ekor/liter yaitu 1,13. NilaiR/C sebesar 1,13 artinya setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan akan

    mendapatkan penerimaan sebesar Rp 1,13. Pada perlakuan 86 ekor/liter nilai R/C

    yaitu 1,01 artinya setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan

    penerimaan sebesar Rp. 1,01. Dari perhitungan yang dilakukan terhadap nilai R/C

    dapat diketahui bahwa dengan peningkatan padat tebar akan meningkatkan nilai

    R/C. Peningkatan kepadatan ikan akan meningkatkan total produksi (Hepher dan

    Pruginin, 1981) dan menurunkan biaya produksi per unit (Islam et.al, 2006),

    sehingga nilai R/C meningkat seiring peningkatan padat tebar.

    Pada perlakuan 86 ekor/liter, nilai HPP (Rp/ekor) sebesar Rp 154,35

    dengan persen margin keuntungan sebesar 6,90 %, BEP (ekor) sebesar 2.667.285

    ekor per tahun, dan BEP (Rp) Rp 440.102.052,20 per tahun artinya titik impasdicapai saat penjualan mencapai Rp 154,35 dengan produksi benih sebanyak

    2.667.285 ekor. Rahardi et.al(1998), menyatakan bahwa break even point(BEP)

    merupakan suatu nilai pada saat hasil penjualan produksi sama dengan biaya

    produksi sehingga pengeluaran sama dengan pendapatan atau impas. Pada

    perlakuan 129 ekor/liter HPP (Rp/ekor) sebesar Rp 135,74 dengan persen margin

    keuntungan sebesar 18,96 %, BEP (ekor) sebanyak 519.426 ekor per tahun dan

    BEP (Rp) Rp 85.705.361,72 per tahun artinya titik impas pada perlakuan 129

    ekor/liter dicapai saat penjualan mencapai Rp. 135,74 dengan produksi benih

    sebanyak 519 426 ekor Hal ini berarti bahwa perlakuan dengan padat penebaran

    33

  • 8/2/2019 D09asy

    45/64

    harga jual dan untuk mengetahui laba yang diinginkan perusahaan. Apabila harga

    jual lebih besar dari harga pokok penjualan maka akan diperoleh laba, dan

    sebaliknya apabila harga jual lebih rendah dari harga pokok penjualan akan

    diperoleh kerugian (Dikmenkum, 2009). Padat penebaran yang tinggi pada

    perlakuan 129 ekor/liter, dapat dikatakan sebagai produksi yang maksimal.

    Menurut Effendi (2004), produksi akan mencapai nilai maksimal jika ikan dapat

    dipelihara dalam padat penebaran tinggi yang diikuti dengan pertumbuhan yang

    tinggi.Analisis payback periode (PP) digunakan untuk mengetahui berapa lama

    waktu yang diperlukan untuk menutup biaya investasi. Nilai PP pada perlakuan

    padat penebaran 86 ekor/liter yaitu 5,99 tahun artinya nilai investasi yang

    ditanamkan dalam usaha pendederan dengan perlakuan 86 ekor/liter dapat

    diperoleh kembali setelah 5,99 tahun (2186 hari atau 156 siklus). Nilai PP

    perlakuan 129 ekor/liter yaitu 0,80 tahun artinya nilai investasi yang ditanamkan

    dalam usaha pengangkutan dengan perlakuan 129 ekor/liter dapat diperoleh

    kembali setelah 0,80 tahun (292 hari atau 21 siklus). Menurut Gomes et al.

    (2000), padat tebar yang rendah akan menyebabkan produksi per area yang

    rendah, hal ini berdampak pada tingginya biaya investasi dan rendahnya

    keuntungan yang diperoleh.

    34

  • 8/2/2019 D09asy

    46/64

    V. KESIMPULAN DAN SARAN

    5. 1 Kesimpulan

    Dari hasil penelitian disimpulkan, bahwa ikan bawal air tawar ukuran rata-

    rata 0,5 g/ekor mampu bertahan hidup lebih dari 3 hari. TKO ikan bawal air tawar

    (y, mgO2.g-1

    .jam-1

    ) dengan bobot rata-rata (x, gram) 0,4 g, 0,5 g dan 0,6 g

    menghasilkan persamaan y = 0,022x+0,352 dengan R2

    = 0,935 untuk ikan

    sebelum makan, serta y = 0,013x+0,299 dengan R2 = 0,996 untuk ikan setelah

    makan. Konsentrasi TAN (y, mg/l) dalam media pemeliharaan (y, mg/l) menurut

    waktu (t, jam) berupa persamaany = 0,921x0,471 dengan R2

    = 0,941. Penurunan

    konsentrasi TAN (y, mg/l) akibat penyerapan oleh zeolit menurut waktu (t, detik)

    digambarkan dalam persamaan y = -0,0184Ln(x)+0,1071 dengan R2

    = 0,9974.

    Konsentrasi amoniak (y, mg/l) dalam media pemeliharaan (y, mg/l) menurutwaktu (t, jam) berturut-turut pada kepadatan 43, 86 dan 129 ekor/liter berupa

    persamaan y = 0,0003x+0,0019 dengan R2

    = 0,9404; y = 0,004x+0,002 dengan

    R2

    = 0,9652; y = 0,007x+0,0022 dengan R2

    = 0,9205.

    Kepadatan optimal bagi pengangkutan benih ikan bawal air tawar ukuran

    0,5 g/ekor (1inci up) pada sistem pengangkutan tertutup adalah 129 ekor/liter

    dengan kelangsungan hidup 93,21%, keuntungan Rp 20.134.197,93, margin

    keuntungan 18,96 %, R/C Ratio 1,13, titik impas Rp 85.705.361,72 per tahun atau

    519.426 ekor per tahun, harga pokok penjualan Rp 135,74 per ekor dan pulang

    pokok 0,80 tahun. Peningkatan padat penebaran cenderung menurunkan kualitas

    air media pengangkutan, namun sampai akhir penelitian masih dalam batas

    kelayakan bagi kehidupan ikan.

    5. 2 Saran

    Disarankan untuk pengepakan sistem tertutup ikan bawal air tawar ukuran

    35

  • 8/2/2019 D09asy

    47/64

    DAFTAR PUSTAKA

    Amaliya RW. 2007. Analisis Finansial Usaha Tambak Garam di Desa Pinggir

    Papas Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa Timur.

    Skripsi. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

    Anwar KP, Suharto S, Syarifudin A. 1985. Prospek Pemakaian Zeolit sebagai

    Penyerap NH4+

    dalam Air Limbah. Jakarta: Departemen Pertambangan

    dan Energi (PPTM).

    Boyd CE. 1990. Water Quality in Pond Aquaculture. Alabama: BirminghamPublishing Co.

    . 1991. Water Quality Management and Aeration in Shirmp Farming.

    Fisheries and Allied Aquaculture Departement, Auburn University.

    . 1992. Water Quality in Pond Aquaculture. Alabama: Birmingham

    Publishing Co.

    Dikmenkum. 2009. Laporan Keuangan Perusahaan Dagang. http://www.

    Dikmenkum.go.id.dataapp/e-learning/bahan/kelas2/images. (05 Januari

    2009).

    Djarijah AS. 2001. Budidaya Ikan Bawal. Yogyakarta: Kanisius.

    Eckman R. 1987. Growth and body composition of juvenile Colossoma

    macropomum Cuvier 1818 (Caracoidea) : Feeding on Artificial Diets.

    Aquaculture 64: 293-303.

    Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan

    Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.

    Effendie I, Oktariza W. 2006. Manajemen Agribisnis Perikanan. Penebar

    Swadaya, Jakarta.

    Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta: Penebar Swadaya.

    Effendi IM. 1985. Biologi Perikanan. Bagian I: Studi Natural History. Bogor:Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor.

    Frose, R. 1985. Improved fish transport in plastic bag. ICLARM Newsletter 8 (4):

    8-9.

    36

  • 8/2/2019 D09asy

    48/64

    Gomes L C, Baldisserotto B, Senhorini JA. 2000. Effect of stocking density on

    water quality, survival, and growth of larvae of the matrinx, Brycon

    cephalus (characidae), in ponds.Journal Aquaculture 183 (1): 73-81.

    Goulding M. 1980. The Fishes and The Forest. Exploration in Amazonize Natural

    History. Berkeley: Univ. of California Press.

    Handajani H, Hastuti SD. 2002. Budidaya Perairan. Malang: Bayu Media.

    Hardjono. 2004. Zeolit Bahan Pembenah Tanah. Suara Merdeka. (23 Februari

    2004).

    Hepher B. 1978. Nutrition of Fishes. England: Cambridge University Press.

    Hepher B, Pruginin Y. 1981. Commercial Fish Farming with Special Reference to

    Fish Culture in Israel. New York: John Willey and Sons.

    Hernanto F. 1989. Ilmu Usaha Tani. Jakarta: Penebar Swadaya.

    .1994. Text Book of Fish Culture, Breeding and Cultivated of Fishes.

    London, Fishing News (Books) Ltd.

    Husnan S, Pujiastuti E. 1994. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta:

    AMP YKPN.

    Islam MS, Rahman M, Tanaka M. 2006. Stocking density positively influences

    the yield and farm profitability in cage aquaculture of Sutchi Catfish,

    Pangasius sutchi.Journal of apllied Ichtyology 22(5):

    Jhingran VG, Pullin, RSV. 1985. Hatchery Manual of Common Carp, Chinese,

    and Indian Major Carp. ICLARM Studies and Reviews II. Bangkok:Asian Development Bank.

    Lagler KF, Bardach JE, Miller LL. 1977. Ichtyology. New York: John Wiley and

    Sons Inc.

    Liviawaty E, Afrianto, E. 1990. Budidaya Mas Koki dan Pemasarannya.

    Yogyakarta: Kanisius.

    Lukito RI. 2008. Analisis Finansial Usaha Pembenihan Ikan Patin (Pangasiuspangasius) (Kasus Bapak Leman di Kelurahan Cilangkap, Kota Jakarta

    Timur). Skripsi. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

    Martin JD, Petty JW, Keown AJ, Scott DF. 1991. Basic Financial Management 5th

    Edition. New Jersey USA, Prentice Hall Inc.

    37

  • 8/2/2019 D09asy

    49/64

    Merola N, Cantelmo OA. 1987. Growth feed conversion and mortality of cage-

    reared Tambaqui Colossoma macropomum Feed Various Dietary

    Feeding Regimens and Protein Level.Aquaculture 66: 223-233.

    Nemoto CM. 1957. Experiments with Methods for Asia Transport of Live Fish.

    Proggesive Fish Culturist 19 (4): 147-157.

    O-Fish. 2006. Filter Kimia. http://www.O-Fish/filter/filter_kimia.php.htm. (02

    Januari 2007).

    Pescod MB. 1973. Investigation of Rational Effluent and Stream Standart for

    Trophical Countries. Bangkok: AIT.

    Rahardi F, Kristiawati R, Nazarudin. 1998. Agribisnis Perikanan. Jakarta: Penebar

    Swadaya.

    Riza MF. 2007. Pengaruh Penambahan Zeolit dan Karbon Aktif Terhadap Tingkat

    Kelangsungan Hidup Ikan Maanvis (Pterophyllum scalare) Pada

    Pengangkutan Sistem Tertutup. Skripsi. Bogor: Program Sarjana, Institut

    Pertanian Bogor.

    Royce WF. 1973. Introduction to Fishery Sciences. New York: Academic Press.

    Saanin H. 1984. Taksonomi dan Kuci Identifikasi Ikan. Bandung: Binacipta.

    Saint-Paul U. 1986. Potensial for aqculture of South American feshwater fishes.

    Aquaculture 54: 205-240.

    Setyawan DP. 2003. Aktivitas katalis Cr/Zeolit dalam reaksi konversi katalitik

    fenol dan metil isobutil keton. Journal. ILMU DASAR 4 (2). FMIPA

    Universitas Negeri Jember.

    Steel RGD, Torrie JH. 1982. Principle and Procedures of Statistics A Biometrical

    Aprroach 2nd

    . Florida: CRC Press.

    Stickney RR. 1979. Principles of Warmwater Aquaculture. New York: John

    Wiley and Sons.

    Wedemeyer GA. 1996. Physiology of Fish in Intensive Culture Systems. New

    York: Champman and Hall.

    Wikipedia Indonesia. 2006. Zeolit. http://id.wikipedia.org/wiki/zeolit. (23 Januari

    2007)

    Zonneveld N, Huisman EA, Bonn JH. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan.

    38

  • 8/2/2019 D09asy

    50/64

    LAMPIRAN

    Lampiran 1. Gambar selama penelitian

    A. Kemasan zeolit B. Wadah pemeliharaan

    C. Re-pack D. Wadah pengangkutan

    39

  • 8/2/2019 D09asy

    51/64

    Lampiran 2. Tingkat konsumsi oksigen ikan bawal air tawar

    Tingkat Konsumsi Oksigen Ikan Bawal (mg O2/g/jam)

    Bobot Ikan Sebelum Makan (g) Bobot Ikan Sesudah Makan (g)Ulangan

    0,4 0,5 0,6 0,4 0,5 0,6

    1 0,29 0,27 0,26 0,32 0,30 0,30

    2 0,30 0,27 0,26 0,33 0,30 0,29

    3 0,28 0,28 0,26 0,33 0,30 0,29

    4 0,29 0,27 0,27 0,33 0,30 0,29

    Rata-rata 0.290.1 0.270.0 0.260.1 0.330.1 0.300.0 0.290.0

    Lampiran 3. Ekskresi TAN tiap 24 jam selama 48 jam

    Padat Penebaran (e/L)Jam ke-

    43 86 129

    0 0,3169 0,3169 0,3169

    24 1.63780.1034 1.99030.1188 2.36920.1019

    48 2.16060.1168 2.41430.0484 2.65090.0538

    Lampiran 4. Laju penurunan TAN pada uji kapasitas serap zeolit

    No Waktu (detik) TAN (mg/L)

    1 0 0,107

    2 80 0,025

    3 160 0,017

    4 224 0,0085 295 0,000

    6 363 0,000

    7 427 0,000

    8 494 0,000

    Lampiran 5. Suhu media air pengepakan

    Padat Penebaran (e/L)Jam ke-

    43 86 129

    0 25 25 25

    8 20.140.09 19.900.39 20.080.17

    40

  • 8/2/2019 D09asy

    52/64

    Lampiran 6. DO media air pengepakan

    Padat Penebaran (e/L)Jam ke-

    43 86 129

    0 6,34 6,34 6,34

    8 8.880.11 8.360.14 8.090.07

    16 8.650.08 7.990.08 7.490.14

    24 8.430.15 7.650.10 6.940.21

    32 8.130.11 7.220.20 6.320.24

    40 7.920.07 6.860.18 5.820.27

    48 7.700.08 6.450.18 5.340.30

    Lampiran 7. pH media air pengepakan

    Padat Penebaran (e/L)Jam ke-

    43 86 129

    0 7,10 7,10 7,10

    8 7.250.13 7.230.17 7.130.10

    16 7.140.05 7.130.13 7.100.08

    24 7.090.12 7.180.05 7.300.08

    32 7.080.10 7.130.13 7.180.13

    40 7.190.10 7.160.14 7.290.17

    48 7.250.06 7.390.15 7.490.10

    41

  • 8/2/2019 D09asy

    53/64

    Lampiran 8. Analisis ragam TAN

    A. Analisis ragam TAN jam ke-24

    SK JK dB KT F hitung P F tabelp 1,070577645 2 0,535288823 45,63704833 1,9442E-05 4,256494729

    S 0,105563343 9 0,01172926

    Total 1,176140989 11

    TINV = (t/2) x dBs = (0,05/2) x 9 = 0,225

    BNT = TINV x (2KTS/j)1/2

    = 0,225 x (2x0,01172926/4)1/2

    = 0,017231

    Kesimpulan: P

  • 8/2/2019 D09asy

    54/64

    Lampiran 10. Analisis ragam SR

    A. Analisis ragam SR jam ke-24SK JK dB KT F hitung P F tabel

    p 4,839067 2 2,414533 9,762264 0,005567 4,256494729

    s 2,226 9 0,247333

    Total 7,055067 11

    TINV = 0,225

    BNT = 0,079124

    Kesimpulan: P0,05 berarti perlakuan padat penebaran tidak berpengaruh nyata

    terhadap SR

    C. Analisis ragam SR jam ke-40SK JK dB KT F hitung P F tabel

    p 12,72747 2 6,363733 2,255752 0,160666 4,256494729

    s 25,39003 9 2,821114

    Total 38,11749 11

    Kesimpulan: P>0,05 berarti perlakuan padat penebaran tidak berpengaruh nyata

    terhadap SR

    D. Analisis ragam SR jam ke-48SK JK dB KT F hitung P F tabel

    p 9,220467 2 4,610233 1,313689 0,315808 4,256494729

    s 31,58443 9 3,509381

    Total 40,80489 11

    Kesimpulan: P>0,05 berarti perlakuan padat penebaran tidak berpengaruh nyata

    terhadap SR

    43

  • 8/2/2019 D09asy

    55/64

    Lampiran 11. Analisis ragam DO

    A. Analisia ragam DO jam ke-8SK JK dB KT F hitung P F tabel

    P 1,298617 2 0,649308 53,18567 1,03E-05 4,256495

    S 0,109875 9 0,012208

    Total 1,408492 11

    TINV = 0,225

    BNT = 0,017579

    Kesimpulan : P

  • 8/2/2019 D09asy

    56/64

    Lampiran 11. (Lanjutan)

    E. Analisis ragam DO jam ke-40

    SK JK dB KT F hitung P F tabel

    p 8,862317 2 4,431158 116,9685 3,63E-07 4,256495

    S 0,34095 9 0,037883

    Total 9,203267 11

    TINV = 0,225

    BNT = 0,030966

    Kesimpulan : P

  • 8/2/2019 D09asy

    57/64

    Lampiran 12. Perhitungan dalam analisis usaha selama penelitian

    A.Perhitungan yang digunakan dalam penentuan biaya listrik :Komponen Watt Jumlah Jam (28 hari x 24 jam) WH

    Blower 125 1 672 84.000

    Heaater 100 5 672 336.000

    Pompa 250 1 672 168.000

    Lampu 25 4 672 67.200

    Jumlah 655.200

    Sehingga daya listrik yang digunakan 655.200 WH atau 655,20 KWH, denganbiaya listrik Rp. 300,00/KWH sehingga biaya listrik dalam 10 siklus sebesar

    Rp. 1.965.600,00.

    B.Perhitungan yang digunakan dalam penentuan biaya tenaga kerja :Setiap tenaga kerja menerima gaji Rp. 600.000,00/bulan termasuk uang

    makan, sehingga dalam 1 tahun menerima gaji sebesar Rp. 7.200.000,00/orang.

    Pemberian bonus akan diberikan ketika produksi berlangsung.

    C.Perhitungan yang digunakan dalam penentuan biaya benih :

    PerlakuanUraian43 ekor/liter 86 ekor/liter 129 ekor/liter

    Kepadatan (ekor/liter) 258 516 774

    Volume air (liter) 3 3 3

    Jumlah kantong dalam box 6 6 6

    Jumlah box styrofoam 40 40 40

    Siklus produksi 20 20 20

    Jumlah benih (ekor) 3.715.200 7.430.400 11.145.600

    Harga benih (Rp. 90,00/ekor) Rp334.368.000,00 Rp668.736.000,00 Rp1.003.104.000,00

    D.Perhitungan yang digunakan dalam penentuan biaya panen :Setiap kantong dikeluarkan biaya panen sebesar Rp. 2000,00 kepadatan 43

    ekor/liter, Rp. 4000,00 kepadatan 86 ekor/liter, dan Rp. 6000,00 kepadatan 129

    ekor/liter.

    Pada perlakuan 43 ekor/liter :Perlakuan 43 ekor/liter

    UraianUlangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4

    ikan yang dibeli 185.760 185.760 185.760 185.760

    Kelangsungan hidup 95,35% 97,67% 95,35% 93,02%

    ikan dalam 1 siklus 177 122 181 432 177 122 172 794

    46

    Lampiran 12 (Lanjutan)

  • 8/2/2019 D09asy

    58/64

    Lampiran 12. (Lanjutan)

    Pada perlakuan 86 ekor/liter :

    Perlakuan 86 ekor/literUraian

    Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4

    ikan yang dibeli 371.520 371.520 371.520 371.520

    Kelangsungan hidup 95,35% 96,51% 94,19% 91,86%

    ikan dalam 1 siklus 354.244 358.554 349.935 341.278

    kantong 1 siklus 720 720 720 720

    Biaya panen/siklus Rp2.880.000,00 Rp2.880.000,00 Rp2.880.000,00 Rp2.880.000,00

    Biaya panen 20 siklus Rp57.600.000,00 Rp57.600.000,00 Rp57.600.000,00 Rp57.600.000,00

    Pada perlakuan 129 ekor/liter :Perlakuan 86 ekor/liter

    UraianUlangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4

    ikan yang dibeli 557.280 557.280 557.280 557.280

    Kelangsungan hidup 93,80% 95,35% 92,25% 91,45%

    ikan dalam 1 siklus 522.729 531.366 514.091 509.633

    kantong 1 siklus 720 720 720 720

    Biaya panen/siklus Rp4.320.000,00 Rp4.320.000,00 Rp4.320.000,00 Rp4.320.000,00

    Biaya panen 20 siklus Rp86.400.000,00 Rp86.400.000,00 Rp86.400.000,00 Rp86.400.000,00

    E.Perhitungan yang digunakan dalam penentuan biaya kemasan :Asumsi pada biaya pengemasan dianggap sama setiap perlakuan selama proses

    produksi berlangsung.No Komponen Satuan Jumlah Harga (per-unit) Total Biaya

    1 Plastik unit 240 Rp 500,00 Rp 120.000,00

    2 Karet Kg 1 Rp 30.000,00 Rp 30.000,00

    3 Zeolit unit 240 Rp 100,00 Rp 24.000,00

    4 Gas unit 240 Rp 1.000,00 Rp 240.000,005 Es batu unit 120 Rp 100,00 Rp 12.000,00

    6 Styrofoam (maks.6 pcs) unit 40 Rp 42.500,00 Rp 1.700.000,00

    Total biaya kemasan Rp 2.126.000,00

    F.Perhitungan yang digunakan dalam penentuan biaya transportasi :Tiket masuk bandara Rp. 15.000,00/orang maksimal 3 orang. Dokumen karantina

    sebesar Rp. 85.000,00/spesies ikan yang dikirim. Kargo Rp. 17.000,00/Kg dengan

    kuota minimal 16 Kg/box styrofoam. PerlakuanNo Komponen

    43 ekor/liter 86 ekor/liter 129 ekor/liter

    1 Sewa mobil Rp 500.000,00 Rp 500.000,00 Rp 500.000,00

    2 Tiket bandara Rp 45.000,00 Rp 45.000,00 Rp 45.000,00

    3 Dokumen karantina Rp 85.000,00 Rp 85.000,00 Rp 85.000,00

    47

    Lampiran 13 Analisis usaha

  • 8/2/2019 D09asy

    59/64

    Lampiran 13. Analisis usaha

    A.Komponen investasi dan penyusutan pada tiap perlakuanHarga Umur Teknis Total

    No Komponen Satuan Jumlah (per-unit) Total BiayaNilai

    Sisa (tahun) Biaya

    1 Utama

    a. Bak fiber unit 4 2.000.000 8.000.000 800.000 5 1.440.000

    b. Akuarium unit 1 150.000 150.000 15.000 5 27.000

    c. Rak akuarium unit 1 500.000 500.000 50.000 3 150.000d. Pompa unit 2 500.000 1.000.000 40.000 3 320.000e. Heater unit 5 25.000 125.000 0 2 62.500

    f. Kabel roll box unit 4 16.500 66.000 0 2 33.000

    g. Generatorset unit 1 4.000.000 4.000.000 400.000 5 720.000h. Selang inchi 10 6.000 60.000 0 3 20.000

    i. Tabung gas unit 1 1.000.000 1.000.000 100.000 5 180.000

    Jumlah 14.901.000 Jumlah 2.952.500

    2 Sistem aerasi

    a. Blower unit 1 750.000 750.000 75.000 5 135.000,00b. Selang silikon m 10 1.000 10.000 0 3 3.333,33c. Batu aerasi unit 8 2.000 16.000 0 3 5.333,33

    d. Paralon PVC inchi 1 38.000 38.000 5.000 5 6.600,00

    e. Kran aerasi unit 8 1.000 8.000 0 3 2.666,67

    Jumlah 822.000 Jumlah 152.933,33

    3 Sarana produksi

    a. Ember 5 L 2 10.000 20.000 2.000 3 6.000

    b. Serokan 30 cm 4 5.000 20.000 0 3 6.667c. Baskom 2 L 12 5.000 60.000 2.000 3 19.333d. Centong plastik unit 3 2.000 6.000 500 3 1.833

    Jumlah 106.000 Jumlah 33.833

    Total investasi 15.829.000 Total peyusutan 3.139.266,67

    B.Biaya tetap pada tiap perlakuanNo Komponen Satuan Jumlah Harga (per-unit) Total Biaya

    1 Biaya tetap

    a. Biaya penyusutan -- -- -- Rp 3.139.266,67b. Tenaga kerja orang 3 Rp 600.000,00 Rp 1.800.000,00

    c. Sewa lahan dan bangunan unit 12 Rp 250.000,00 Rp. 3.000.000,00

    c. Listrik KWH 6552 Rp 300,00 Rp 1.965.600,00

    Jumlah Rp 9.904.866,67

    C.Biaya dan penerimaan untuk kepadatan 43 ekor/liter ulangan 11.BiayaNo Komponen Satuan Jumlah Harga (per-unit) Total Biaya

    1 Biaya tetap* Rp 9.904.866,672 Biaya variabel

    a. Biaya benih ekor 371520 Rp 90,00 Rp 33.436.800,00

    b. Biaya pengiriman kali 2 Rp 17.377.360,00 Rp 34.754.720,00

    Total biaya Rp 78.096.386,67

    48

    Lampiran 13. (Lanjutan)

  • 8/2/2019 D09asy

    60/64

    Lampiran 13. (Lanjutan)

    D.Biaya dan penerimaan untuk kepadatan 43 ekor/liter ulangan 2

    1.BiayaNo Komponen Satuan Jumlah Harga (per-unit) Total Biaya

    1 Biaya tetap* Rp 9.904.866,67

    2 Biaya variabel

    a. Biaya benih ekor 371520 Rp 90,00 Rp 33.436.800,00

    b. Biaya pengiriman kali 2 Rp 17.377.360,00 Rp 34.754.720,00

    Total biaya Rp 78.096.386,67

    2.Penerimaan

    No Uraian Nilai1 Jumlah ikan (ekor) 362.864

    2 Penerimaan (Rp. 165/ekor) Rp 59.872.491,36

    Total penerimaan Rp 59.872.491,36

    E.Biaya dan penerimaan untuk kepadatan 43 ekor/liter ulangan 31.BiayaNo Komponen Satuan Jumlah Harga (per-unit) Total Biaya

    1 Biaya tetap* Rp 9.904.866,67

    2 Biaya variabela. Biaya benih ekor 371520 Rp 90,00 Rp 33.436.800,00

    b. Biaya pengiriman kali 2 Rp 17.377.360,00 Rp 34.754.720,00

    Total biaya Rp 78.096.386,67

    2.PenerimaanNo Uraian Nilai

    1 Jumlah ikan (ekor) 354.244

    2 Penerimaan (Rp. 165/ekor) Rp 58.450.312,80

    Total penerimaan Rp 58.450.312,80

    F.Biaya dan penerimaan untuk kepadatan 43 ekor/liter ulangan 41.BiayaNo Komponen Satuan Jumlah Harga (per-unit) Total Biaya

    1 Biaya tetap* Rp 9.904.866,67

    2 Biaya variabel

    a. Biaya benih ekor 371520 Rp 90,00 Rp 33.436.800,00

    b. Biaya pengiriman kali 2 Rp 17.377.360,00 Rp 34.754.720,00

    Total biaya Rp 78.096.386,67

    2.PenerimaanNo Uraian Nilai

    1 Jumlah ikan (ekor) 345.588

    2 Penerimaan (Rp. 165/ekor) Rp 57.022.004,16

    49

    Lampiran 13. (Lanjutan)

  • 8/2/2019 D09asy

    61/64

    p ( j )

    G.Biaya dan penerimaan untuk kepadatan 86 ekor/liter ulangan 1

    1.BiayaNo Komponen Satuan Jumlah Harga (per-unit) Total Biaya

    1 Biaya tetap* Rp 9.904.866,67

    2 Biaya variabel

    a. Biaya benih ekor 743040 Rp 90,00 Rp 66.873.600,00

    b. Biaya pengiriman kali 2 Rp 18.956.320,00 Rp 37.912.640,00

    Total biaya Rp 114.691.106,67

    2.Penerimaan

    No Uraian Nilai1 Jumlah ikan (ekor) 708.489

    2 Pener