csr

8
Dalam mempelajari teori-teori CSR ada banyak literatur tentang pendekatan teori CSR.Klonoski (1991) menyatakan ada 3 pendekatan mengenai CSR. Pendekatan pertama ialah perusahaan hanya artefak legal dan tanggung jawab memaksimalkan keuntungan ialah harus mengikuti ketentuan hukum yang berlaku. Yang kedua teori dimana membela moral seorang dan menitikberatkan aka ide agen moral. Yang terakhir Teori ketiga berdasarkan pemikiran bahwa dimensi sosial relevan terhadap perusahaan, akar dari teori ini adalah teori-teori politik dan teori-teori etik. Tak hanya itu Windsor dalam pendekatannya membagi tiga bagian. Yang pertama Ethical responsibility theory yang merepresentasikan kebijakan pengendalian diri perusahaan, memperhatikan kepentingan pihak lain dan kebijakan memperluas hak publik untuk memperkuat hak-hak. Yang kedua adalah tanggung jawab ekonomi yang bersifat minimal terhadap kebijakan publik dan yang terakhir adalah corporate citizenship. Namun dalam tulisan Mele hanya diklasifikasikan 4 bagian yaitu Corporate Social Performance, Shareholder Value Theory, Stakeholder Theory dan Corporate Citizenship Theory dalam usaha merangkum dan memberi pendekatan yang komprehensif dari pemikir pemikir di atas. Corporate Social Performance

Upload: pieter-andreas-basoeki

Post on 29-Nov-2015

23 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kosep CSR yang dipaparkan George mele

TRANSCRIPT

Page 1: Csr

Dalam mempelajari teori-teori CSR ada banyak literatur tentang pendekatan

teori CSR.Klonoski (1991) menyatakan ada 3 pendekatan mengenai CSR. Pendekatan

pertama ialah perusahaan hanya artefak legal dan tanggung jawab memaksimalkan

keuntungan ialah harus mengikuti ketentuan hukum yang berlaku. Yang kedua teori

dimana membela moral seorang dan menitikberatkan aka ide agen moral. Yang

terakhir Teori ketiga berdasarkan pemikiran bahwa dimensi sosial relevan terhadap

perusahaan, akar dari teori ini adalah teori-teori politik dan teori-teori etik.

Tak hanya itu Windsor dalam pendekatannya membagi tiga bagian. Yang

pertama Ethical responsibility theory yang merepresentasikan kebijakan pengendalian

diri perusahaan, memperhatikan kepentingan pihak lain dan kebijakan memperluas

hak publik untuk memperkuat hak-hak. Yang kedua adalah tanggung jawab ekonomi

yang bersifat minimal terhadap kebijakan publik dan yang terakhir adalah corporate

citizenship.

Namun dalam tulisan Mele hanya diklasifikasikan 4 bagian yaitu Corporate

Social Performance, Shareholder Value Theory, Stakeholder Theory dan Corporate

Citizenship Theory dalam usaha merangkum dan memberi pendekatan yang

komprehensif dari pemikir pemikir di atas.

Corporate Social Performance

Secara garis besar, Corporate Social Performance bisa diartikan bahwa bisnis

mempunyai tanggung jawab sosial diluar daripada tanggung jawab legal dan

ekonomi. Dengan kata lain, Corporate Social Performance adalah aksi filantropis

yang bermaksud menciptakan hasil yang baik bagi masyarakat dan meminimalisir

dampak buruk yang ditimbulkan perusahaan. Untuk bisa lebih mengerti apa yang

sebenarnya menjadi tanggung jawab dalam pendekatan teori Corporate Social

Performance, beberapa penulis menekankan bahwa tanggung jawab yang dimaksud

ialah pentingnya suatu perusahaan memperhatikan ekspektasi masyarakat terkait

kehadiran perusahaan tersebut.

Terkait ekspektasi tersebut, Harold R. Bowen memulai pertanyaan awal yaitu

apa yang sebenarnya menjadi tanggung jawab suatu perusahaan terhadap masyarakat?

Dalam tulisannya ia menjelaskan bahwa setiap businessmen mempunyai kewajiban

membangun kebijakan, menciptakan rumusan yang diinginkan dalam artian menjadi

tujuan atau nilai yang dianut masyarakat. Pada tahun 1970an, yang saat itu ada protes

Page 2: Csr

terhadap kapitalisme yang menyangkut masalah sosial, ada perkembangan literatur

Corporate Social Performance yang patut diperhatikan bahwa social responsiveness

adalah salah satu aspek yang penting dalam meminimalisir hal-hal yang tidak

diinginkan. Ini menunjukkan mau tidak mau perusahaan harus proaktif dalam

mengatur segala kemungkinan resiko yang ada sehingga perubahan atau masalah

sosial dapat terhindarkan. Maka tak jarang ini yang disebut sebagai risk management.

Terlepas dari sejarah perkembangan literatur Corporate Social Performance,

salah satu teori yang lebih menampilkan teori Corporate Social Performance lebih

lengkap dan komprehensif adalah model yang dipaparkan oleh Wood. Ia menjelaskan

bahwa (i) prinsip csr diekspresikan dalam 3 level, institusional, organisasional dan

individual (ii) proses corporate social responsiveness (iii) hasil dari perilaku

perusahaan.

Dalam prinsip institusional atau bisa disebut prinsip legitimasi, Wood

menyampaikan alasan fondasi mengenai relasi antara kekuasaan perusahaan dengan

tanggung jawab perusahaan. Wood percaya seiring dengan adanya kekuasaan, suatu

perusahaan mempunyai tanggung jawab. Salah satu alasannya ialah bahwa kekuasaan

perusahaan menyebabkan dampak sosial yang dirasa masyarakat. Maka karena itu

formulasi kekuasaan-tanggung jawab tercipta dalam rumusan "Jumlah tangggung

jawab perusahaan terefleksikan dari jumlah kekuasaan yang dipunyai perusahaan"

Dengan kata lain semakin besar kekuasaan perusahaan, semakin besar juga tanggung

jawabnya. Terlepas dari pada itu tujuan dari prinsip instistusional adalah menganalisis

legitimasi perusahaan. Wood mengatakan bahwa masyarakatlah yang memberikan

legitimasi suatu perusahaan dapat beroperasi oleh karena itu jelas bahwa suatu

perusahaan mempunyai tanggung jawab terhadap masyarakat.Dalam prinsip

organisasional atau prinsip tanggung jawab publik dijelaskan bahwa CSR harus turut

mengambil bagian dari kebijakan publik. Asumsi ini didasarkan bahwa bisni dan

masyarakat adalah 2 hal yang saling bergantung sama lain oleh karena itu CSR harus

peka akan pandangan masyarakat yang terefleksikan dalam kebijakan publik. Lalu

Prinsip Individual menjelaskan bahwa manajer adalah aktor moral dimana ia harus

mengerjakan tanggung jawab sosial.

Proses corporate social responsiveness bisa dikatakan adalah kumpulan

manajemen yang memperhitungkan dan mengatur hubungan antara stakeholder, baik

mengatur ketergantungan antara beberapa pihak maupun strategi isu eksternal. Dan

Page 3: Csr

yang terakhir hasil dari perilaku perusahaan. adalah termasuk didalamnya dampak

sosial , program dan kebijakan sosial.

Salah satu kelemahan teori pendekatan CSP secara keseluruhan adalah tidak

mengadvokasikan motivasi moral dalam membangun legitimasi melainkan hanya

menekankan kontrol bisnis dengan memberi perhatian kepada tanggung jawab publik.

Tak hanya itu terliha beberapa penulis CSP kurang menekankan sisi etika dan hanya

menjelaskan ekspektasi sosial yang layaknya perusahaan harus ikuti.

Shareholder Value Theory

Teori ini berpegang teguh kepada kepercayaan dimana satu-satunya tanggung

jawab sosial perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan perusahaan yang sejalan

dengan ketentuan hukum yang berlaku. Oleh karena itu yang ingin dibela disini

adalah keuntungan para shareholder perusahaan maka pendekatan ini sering disebut

shareholder value-oriented.

Teori ini berakar pada teori ekonomi dan erat kaitannya dengan konsep

fundamentalism dari Klonoski dan economic responsibility theory dari Windsor.

Pendukung utama teori ini adalah Milton Friedman, bersama istrinya ia menyatakan:

“Dalam suatu perekonomian hanya satu tanggung-jawab sosial perusahaan yaitu

menggunakan sumberdaya dan melakukan kegiatan untuk meningkatkan profit

sepanjang patuh pada aturan main yang ditetapkan, yaitu berkompetisi secara bebas

dan terbuka tanpa melakukan kecurangan daan penggelapan”. (Friedman dan

Friedman, 1962 : 133).

Menurut Mele (2008), pada umumnya teori ini searah dengan Agency Theory yang

disampaikan oleh Ross (1973), Jensen dan Meckling (1976) menyebutkan bahwa

pemilik perusahaan sebagai principal dan manajer sebagai agent, diperlukan

mekanisme insentif agar kepentingan ekonomi agen searah dengan principal dan

bertujuan untuk memaksimalkan nilai pemegang saham.

Page 4: Csr

Stakeholder Theory

Teori ini merupakan versi normatif yang didasarkan pada perspektif etika. Berbeda

dengan Shareholders Theory, Stakeholders Theory berpegang pada individual atau

kelompok-kelompok yang mempunyai kepentingan atau tuntutan (klaim) kepada

perusahaan. Berdasarkan perspektif ini istilah CSR mempunyai arti bahwa perusahaan

mempunyai kewajiban terhadap kelompok konstituen di dalam masyarakat selain

pemegang saham dan bukan hanya berkaitan dengan hukum dan hubungan serikat

pekerja. Konsep stakeholders theory menurut Freeman (1984) memberikan pemikiran

baru tentang strategic management, yaitu bagaimana perusahaan dapat menyusun dan

mengimplementasikan arah, merupakan normative theory yang mengisyaratkan

management mempunyai kewajiban moral untuk melindungi perusahaan secara

keseluruhan dan berhubungan dengan pencapaian tujuan melegitimasi seluruh

kepentingan stakeholders. Top management harus mengupayakan kesehatan

perusahaan yang memerlukan keseimbangan dari berbagai tuntutan stakeholders.

Dalam Stakeholders Theory, perusahaan harus dikelola untuk memberikan manfaat

pada stakeholders yaitu pelanggan, pemilik, karyawan, dan komunitas lokal serta

memelihara kemampuan hidup perusahaan. Berdasarkan teori ini, apabila dilihat

lingkup CSR secara luas maka Stakeholders Theory dapat dipertimbangkan sebagai

CSR Theory (Mele 2008 ).

Corporate Citizenship Theory

Teori ini berakar pada studi-studi politik. Windsor (2006) dan Klonoski (1991)

menyebut teori ini sebagai salah satu pendekatan kunci. Istilah "citizen" diambil dari

ilmu politik, berhubungan dengan hak dan kewajiban di dalam komunitas politik

sebagai bagian dari masyarakat.

Walaupun "corporate citizenship" seringkali berhubungan dengan harapan sosial

tetapi juga erat kaitannya dengan perspektif etika. Perusahaan seperti juga individu

merupakan bagian dan hadiah dari masyarakat yang menciptakan dan tanggung-

jawabnya sangat nyata sebagai entitas sosial. Menurut Caroll (1991), menjadi

corporate citizen yang baik adalah secara aktif terikat pada kegiatan atau program

untuk mempromosikan kesejahteraan manusia atau "nama baik" dan menjadi

corporate citizen yang baik secara global berhubungan dengan tanggung- jawab

Page 5: Csr

filantropi yang merefleksikan harapan masyarakat global bahwa perusahaan akan

terikat pada kegiatan sosial yang tidak diharuskan oleh hukum dan secara umum

diharapkan perusahaan dari segi etika. Waddock dan Smith (2000) berpendapat

bahwa pada dasarnya citizenship adalah hubungan yang dikembangkan perusahaan

dengan stakeholders. Menjadi good corporate global citizen pada dasarnya adalah

respek kepada pihak lain, menjalin hubungan yang baik dengan stakeholders seperti

menjalankan usaha dengan sebaik-baiknya.

Kesimpulan

Setelah mereview keempart teori diatas, bisa dijelaskan bahwa semuanya

adalah penggambaran bagaimana perusahaan menanggapi isu CSR atau ada yang

beberapa menjadi teori normatif apa yang seharusnya perusahaan lakukan terhadap

masyarakat.

Terlepas dairpada itu, setiap negara punya prakarsa yang berbeda-beda dalam

menanggapi isu CSR. Dalam prakteknya Amerika erikat lebih condong ke arah share

holder model dan Jepang serta Eropa lebih ke arah stakeholder model.

Apabila kita melihat keempat teori ini sebagai teori normatif, perlu

diperhatikan setiap kelemaha satu sama lain, landasan filosofis disertai analisis

komprehensif mengingat setiap teori mempunyai aspek perhatian yang berbeda-beda.

Oleh karena itu, dengan tulisan ini diharapkan kedepannya ada pengembangan

filosofis yang lebih baik dalam menjelaskan relasi anatara bisnis dan masyarakat