csr dan pembangunan
TRANSCRIPT
Latar Belakang
Pembangunan daerah merupakan suatu perwujudan dari tugas
pokok bagi suatu pemerintah daerah. Fungsi pembangunan daerah
dapat berwujud pembangunan fisik, maupun pembangunan
sumberdaya manusia. Untuk menjalankan fungsi pembangunan
tersebut pemerintah daerah memerlukan sokongan dana yang
biasanya didapatkan melalui APBD. Besarnya kebutuhan dana untuk
menyokong program-program pembangunan daerah tentunya tidak
dapat seluruhnya ditompang oleh APBD yang tersedia, masih banyak
program-program pembangunan yang belum tersentuh oleh
pembiayaan APBD.
Pemerintah hendaknya harus mencari solusi pembiayaan
alternative untuk mendanai program-program yang belum tersentuh
oleh APBD. Alternatif pembiayaan atas kekurangan APBD tersebut
hendakannya bersumber dari dana yang justru malah tidak membebani
pemerintah daerah dimasa mendatang seperti kekurangan tersebut
diambilkan dari dana hutang yang justru kedepanakan membebani
APBD lebih besar.
Sumber alternative yang bisa digali salah satunya adalah dari
dana-dana CSR (Corporate Social Resposibility) dimana dana tersebut
merupakan bagian keuntungan yang disisihkan perusahaan untuk
tujuan mengitegrasikan keperdulian social dalam interaks dengan
berbagai pihak. Dana CSR yang dikeluarkan oleh perusahaan mengacu
kepada UU No 25 tahun 2007 serta PT No. 40 tahun 2007 yang
mewajibkan setiap perusahaan untuk melaksanakan tanggungjawab
social perusahaan.
1
PENDAHULUAN
Sayangnya di Indonesia walaupun sudah ada Undang-Undang
yang mengatur perihal CSR, cangkupannya masih sangat terbatas
pada perusahan-perusahan yang ada kaitan langsung dengan
pemanfaatan sumberdaya alam. Alhasil maraknya kegiatan CSR yang
dilakukan pihak-pihak swasta dalam sepuluh tahun terakhir ini masih
terkesan tidak terarah dan untuk publikasi. Bahkan ada perusahan
yang salah kaprah mengartikan CSR dan menjadikan CSR sebagai
media promosi terselubung. Menurut Garriga dan Mele (2004)
perusahan semacam ini adalahperusahan yang masih menerapkan
asas instrument dalam pelaksaan CSR, asas yang melihat CSR sebagai
instrument penambah keuntungan semata.
Sepertihalnya permasalahan yang berkembang umum di
Indonesia permasalahan yang dihadapi oleh di Kabupaten Banyuwangi
juga serupa. Terbatasnya pembiayaan pembangunan dari APBD
membuat banyak program-program yang tidak terakomodir sehingga
pemerintah daerah Kabupeten Banyuwangi sangat perlu mencari
sumber pembiayaan program pembangunan alternative salah satunya
adalah dengan bersinergi dengan program CSR. Berdasarkan definisi,
fungsi dan manfaat dari CSR dengan fungsi pemerintah yang
dijabarkan sebelumnya maka sangat tepat jika antara pemeritah
dengan program CSR. Dana CSR ini dapat menjadi alternative
pembiayaan yang tepat dalam mendukung pembiayaan non APBD
sebab tidak membebani pemerintah dibandingkan apabila
menggunakan dana hutang.
Dalam penjelasan sebelumnya diuraikan bagaimana
permasalahan yang kerap terjadi dalam pengelolaan CSR yaitu tidak
terkoordinir dan terarah, yang mengakibatkan kurang efektifnya
pelaksanaan CSR. Kekurangefektifnya program CSR terlihat dari masih
seringnya terjadi tumpangtindih wilayah penyaluran program CSR,
terkadang terdapat daerah yang dimasuki oleh beberapa program CSR
dari beberapa perusahaan padahal didaerah lainnya terdapat daerah
yang tidak terjamah oleh program CSR padahal daerah tersebut
potensial. Selain permasalahan program yang kerap tumpangtindih
permasalahan lain adalah kurang terkontrolnya program CSR yang
mengakibatkan banyak program yang bersifat hit and run sehingga
2
dampak dan manfaat dari program tersebut tidak ada
keberlanjutannya.
Permasalahn yang terjadi dalam program CSR ini hendaknya
dapat di cari solusinya terutama oleh pemerintah daerah sebagai
lembaga yang memiliki fungsi regulator agar supaya program CSR
memiliki manfaat yang lebih luas baik manfaat bagi perusahaan
sebagai pihak yang mengeluarkan dana CSR juga bagi Pemerintah
Daerah sebagai dana non APBD yang membantu meringakan program
pembangunan tentunya juga manfaat bagi masyarakat Kabupaten
Banyuwangi. Berdasarkan uraian tersebut maka kajian mengenai
Sinergitas Pembiayaan Pembangun Non APBD ini adalah
memberikan gambaran yang komprehensif sebagai bahan kebijakan
Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi
Rumusan Masalah
1. Apakah program-program pembangunan Kabupaten
Banyuwangi yang potensial dibiayai oleh permbiayaan Non
APBD?
2. Bagaimana potensi dan permasalahan penyaluran CSR di
Kabupaten Banyuwangi?
3. Bagaimana strategi dalam mensinergikan program
Pembangunan Pemerintah Daerah dengan Program CSR di
Kabupaten Banyuwangi?
Tujuan Penelitian
1. Menganalisa Program-program pembangunan Kabupaten
Banyuwangi yang potensial di biayai oleh permbiayaan Non
APBD
2. Menganalisa Potensi dan permasalahan penyaluran CSR di
Kabupaten Banyuwangi.
3. Menyusun Strategi dalam mensinergikan program
Pembangunan Pemerintah Daerah dengan Program CSR di
Kabupaten Banyuwangi
3
Corporate Social Responsibility (CSR)
Definisi tertua dari CSR diartikan oleh Howard.R Bowen dalam
bukunya yang berjudul Social Responsibility of the businessman tahun
1953. Menurut Bowen, CSR adalah tanggungjawab seorang pengusaha
yang mencoba berkomitmen menunjukkan sebuah nilai misi sosial
Bradshaw dan Harahap mengemukakan ada tiga bentuk tanggung
jawab sosial perusahaan, yaitu :
1. Corporate Philanthrophy, tanggung jawab perusahaan sebatas
kedermawanan atau kerelaan belum sampai tanggung
jawabnya. Bentuk tanggung jawab ini biasanya merupakan
kegiatan amal, sumbangan atau kegiatan lain yang mungkin saja
tidak langsung berhubungan dengan kegiatan perusahaan.
Misalnya,perusahaan BUMN mengadakan bakti sosial dengan
membagikan sembako kepada masyarakat.
4
KAJIAN PUSTAKA
2. Corporate Responsibility, kegiatan pertanggungjawaban
merupakan bagian dari tanggung jawab perusahaan karena
ketentuan Undang-undang atau bagian dari kemauan atau
kesediaan perusahaan.
3. Tanggung jawab sosial perusahaan sudah merupakan bagian
dari kebijakannya. Misalnya,pada PT. Indosat menerapkan CSR
berdasarkan ISO 26000 yang dilakukan tidak terbatas hanya
pada pengembangan dan peningkatan kualitas masyarakat pada
umumnya, namun juga menyangkut tata kelola perusahaan
yang baik (Good Corporate Governance). Kepedulian terhadap
pelanggan, pengembangan Sumber Daya Manusia,
mengembangkan Green Environment serta memberikan
dukungan dalam pengembangan komunitas dan lingkungan
sosial
Carrol dalam Solihin menjelaskan komponen-komponen tanggung
jawab sosial perusahaan ke dalam empat kategori yaitu:
1. Ekonomi responsibilities
Tanggung jawab sosial utama perusahaan adalah tanggung
jawab ekonomi karena lembaga bisnis terdiri atas aktivitas
ekonomi yang mengahasilkan barang dan jasa bagi masyarakat
secara menguntungkan.
2. Legal responsibilities
Masyarakat berharap bisnis dijalankan dengan menaati hukum
dan peraturan yang berlaku dimana hukum dan peraturan
tersebut pada hakikatnya dibuat oleh masyarakat melalui
lembaga legislatif.
3. Ethical responsibilities
Masyarakat berharap perusahaan menjalankan bisnis secara
etis. Etika bisnis menunjukkan refleksi moral yang dilakukan oleh
pelaku bisnis secara perorangan maupun secara kelembagaan
(organisasi) untuk menilai sebuah isu dimana penilaian ini
merupakan pilhan terhadap nilai yang berkembang dalam suatu
masyarakat.
4. Discretionary responsibilities
5
Masyarakat mengharapkan keberadaan perusahaan dapat
memberikan manfaat bagi mereka. Ekspektasi masyarakat
tersebut dipenuhi oleh perusahaan melalui berbagai program
yang bersifat filantropis.
Carroll menggambarkan CSR sebagai sebuah piramida, yang
tersusun dari tanggung jawab ekonomi sebagai landasannya, kemudian
tanggung jawab hukum, lantas tanggung jawab etika , dan tanggung
jawab filantropis berada di puncak piramida.
6
Gambar 2.2 Piramida CSR Carrol
Masih menurut Carroll dalam Susanto (2007:32-33), tanggung
jawab ekonomi adalah memperoleh laba, sebuah tanggung jawab agar
dapat menghidupi karyawan, membayar pajak, dan kewajiban-
kewajiban perusahaan lainnya.Kemudian sebagai perwujudan dari
tanggung jawab sosial perusahaan di bidang hukum perusahaan mesti
mematuhi hukum yang berlaku sebagai representasi dari rule of the
game.Berikutnya tanggung jawab soial juga harus tercermin dalam
tindakan etis perusahaan, dan memuncaknya adalah tanggung jawab
filantrofis yang mengharuskan perusahaan untuk berkontribusi
terhadap komunitasnya.
Pengaturan dan Pelaksanaan CSR di Indonesia
Pelaksanaan Program CSR di Indonesia telah dilakukan dengan
berbagai aturan sebagai berikut
1. UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Ketentuan UU ini yang berkaitan dengan CSR adalah sebagai
berikut:
Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi
pencemaran dan perusakan (Pasal 6:1).
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
berkewajiban memberikan informasi yang benar dan
akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup (Pasal
6:2).
7
Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib
melakukan pengelolaan limbah hasil usaha dan/atau
kegiatan (Pasal 16:1).
Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib
melakukan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun
(Pasal 17:1).
2. UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Undang-undang ini banyak mengatur tentang kewajiban dan
tanggung jawab perusahaan terhadap konsumennya.
Perlindungan konsumen ini bertujuan untuk menumbuhkan
kesadaran corporate tentang pentingnya kejujuran dan
tanggung jawab dalam perilaku berusaha. Hal-hal lain yang
diatur di sini adalah larangan-larangan pelaku usaha,
pencantuman klausula baku dan tanggung jawab pelaku
usaha.
3. UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Beberapa ketentuan UU ini yang berkaitan dengan CSR
adalah sebagai berikut.
Setiap penanam modal berkewajiban (Pasal 15):
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;
menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar
lokasi kegiatan usaha penanaman modal;
Yang dimaksud dengan "tanggung jawab sosial
perusahaan" adalah tanggung jawab yang melekat
pada setiap perusahaan penanaman modal untuk
tetap menciptakan hubungan yang serasi,
seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai,
norma, dan budaya masyarakat setempat
(penjelasan pasal 15 Huruf b).
Setiap penanam modal bertanggung jawab (Pasal 16)
menjaga kelestarian lingkungan hidup;
8
menciptakan keselamatan, kesehatan,
kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja; … Pasal
34:
(1) Badan usaha atau usaha perseorangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang tidak
memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan
dalam Pasal 15 dapat dikenai sanksi administratif
berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pembatasan kegiatan usaha
b. pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas
penanaman modal; atau
c. pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas
penanaman modal.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan oleh instansi atau lembaga yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha
atau usaha perseorangan dapat dikenai sanksi
lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Berdasarkan pengaturan-pengaturan di atas, kewajiban dan
tanggung jawab perusahaan bukan hanya kepada pemilik
modal saja, melainkan juga kepada karyawan dan
keluarganya, konsumen dan masyarakat sekitar, serta
lingkungan hidup.
4. UU NO. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas
Undang-undang ini diundangkan secara resmi pada tanggal
16 Agustus 2007. Ketentuan dalam Pasal 74 ayat (1):
Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang
dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib
melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
9
Bagi BUMN yang sudah melakukan alokasi biaya untuk
bina wilayah atau yang sejenis sebelum diterbitkan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 (UUPT), maka
dalam pelaksanaannya agar dilakukan sesuai dengan
mekanisme korporasi dengan memperhatikan prinsip-
prinsip Good Corporate Governance (GCG).
Bagi BUMN yang sumber dana program kemitraan dan
bina lingkungan (PKBL)-nya berasal dari penyisishan laba,
maka tetap melaksanakan PKBL sesuai dengan alakosi
dana yang disetujui RUPS.
Bagi BUMN yang sumber dana program kemitraan
dan/atau bina lingkungan (PKBL)-nya dibebankan/menjadi
biaya perusahaan sebagai pelaksanaan Pasal 74
UUPT,maka dalam pelaksanaannya agar tetap
berpedoman pada peraturan menteri Negara BUMN No:
Per-05/MBU/2007, sampai adanya penetapan lebih lanjut
dari menteri Negara BUMN.
Selengkapnya tentang Pasal 74 UU No. 40 tahun 2007
tersebut adalah sebagai berikut:
Bab V – Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Pasal 74:
(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di
bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam
wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan.
(2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban
Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan
sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya
dilakukan dengan memperhitungkan kepatutan dan
kewajaran.
(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi
10
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan
Pemerintah
5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah
Bunyi Pasal 21 UU No. 20 Tahun 2008:…..Badan Usaha Milik
Negara dapat menyediakan pembiayaan dari penyisihan
bagian laba tahunan yang dialokasikan kepada Usaha Mikro
dan Kecil dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan,
hibah, dan pembiayaan lainnya. PKBL merupakan Program
Pembinaan Usaha Kecil dan pemberdayaan kondisi
lingkungan oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari
bagian laba BUMN. Jumlah penyisihan laba untuk pendanaan
program maksimal sebesar 2% (dua persen) dari laba bersih
untuk Program Kemitraan dan maksimal 2% (dua persen)
dari laba bersih untuk Program Bina Lingkungan (CSR).
Ketentuan UU inilah yang dijadikan dasar bagi penataan
tentang pemanfaatan CSR di Indonesia.
6. Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) 15 April 2009
Mahkamah Konstitusi (MK) dalam putusannya 15 April 2009
menolak gugatan uji material oleh Kadin terhadap pasal 74
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (UU PT) mengenai kewajiban Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan (TJSL) bagi perusahaan yang
berkaitan dengan sumber daya alam. Karena putusan MK
bersifat final dan mengikat, maka lebih baik kita melihat dari
sisi positifnya, yaitu sinergi antara pasal PJSL dengan UU
Pajak Penghasilan 36/2008 (UU PPh) pasal 6 ayat 1 huruf a
yang sekarang memberlakukan beberapa jenis sumbangan
sosil sebagai biaya, yaitu.
11
Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;
Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana
nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah;
Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan
yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah;
Biaya pembangunan infrasrtuktur sosial yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya
diatur dengan Peraturan Pemerintah:dan
Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan komitmen
perusahaan untuk membangun kualitas kehidupan yang lebih baik
bersama dengan para pihak yang terkait, utamanya masyarakat di
sekelilingnya dan lingkungan sosial dimana perusahaan tersebut
berada, yang dilakukan terpadu dengan kegiatan usahanya secara
berkelanjutan. Sayangnya, masih ada perusahaan yang mempersepsi
CSR sebagai bagian dari biaya atau tindakan reaktif untuk
mengantisipasi penolakan masyarakat dan lingkungan. Beberapa
perusahaan memang mampu mengangkat status CSR ke tingkat yang
lebih tinggi dengan menjadikannya sebagai bagian dari upaya brand
building dan peningkatan corporate image. Namun upaya-upaya CSR
tersebut masih jarang yang dijadikan sebagai bagian dari perencanaan
strategis perusahaan.
Jenis Penelitian
12
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini termasuk
jenis penelitian deskriptif kuantitatif, karena memberikan uraian
mengenai hasil penelitian yang dimuat dalam satu analisis yang terkait
dengan hasil penelitian. Sedangkan untuk menganalisis permasalahan
ini menggunakan deskriptif evaluatif
Lingkup Penelitian
Lingkup yang akan diteliti dalam penulisan ini adalah wilayah
yang mendapatkan progam CSR di Kabupaten Banyuwangi. Metode
pengambilan sampel adalah dalam penelitian ini adalah Purposive
random sampling, Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel
untuk tujuan tertentu saja. Purposive sampling juga bisa berarti
sampling yang menentukan target kelompok tertentu. Ketika populasi
yang diinginkan untuk penelitian ini adalah langka atau sangat sulit
untuk ditemukan dan diajak untuk menyelesaikan studi, purposive
sampling mungkin adalah satu-satunya pilihan.
Data danJenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
dan data primer. Data sekunder yaitu data yang tidak diusahakan
sendiri pengumpulannya oleh peneliti. Data ini diambil dengan tujuan
untuk melengkapi informasi yang akan disajikan pada penyusunan
rencana aksi.
a. Data Primer : pengumpulan data dilakukan melalui wawancara
terstruktur dan tidak terstruktur. Untuk wawancara terstruktur
seluruh pertanyaan akan dituangkan dalam sebuah uraian-
uraian maupun susunan pertanyaan yang akan diajukan kepada
responden dalam proses wawancara, telah disiapkan
sebelumnya dan dituangkan dalam wujud suatu kuesioner.
Wawancara terstruktur akan dipergunakan untuk
menggali informasi yang bersumber dari responden yang
merupakan pemangku kepentingan atau key informan yang
berkaitan dengan pengelolaan CSR di Kabupaten Banyuwangi
b. Data Sekunder : Data diperoleh dari literatur-literatur yang ada
serta badan-badan terkait yang sesuai dengan kajian yaitu
pengelolaan program CSR. Data tersebut dapat berupa dokumen
laporan SPJ dari dinas di Kabupaten Banyuwangi terkait
13
mengenai penyaluran CSR, literature peraturan – peraturan yang
mengatur pengelolaan CSR, dokumen – dokumen lainnya yang
yang berkaitan dengan implementasi CSR.
Metode Pengumpulan Data
Data penelitian ini, pengumpulan data dilakukan melalui
pengabungan atau kolaborasi dari beberapa pengumpulan data
penelitian yaitu:
1. Kuisioner,
2. Focus Group Discussion (FGD),.
3. Wawancara.
Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Pengolahan
dan analisis data dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan,
permasalahan, dan metode yang digunakan.Data penelitian yang
berupa data primer, data sekunder, dan informasi-informasi pendukung
lainnya diolah secara manual dan dianalisis.
Analisa Data Model Interaktif Pendekatan SWOT
Dalam merumuskan dan menyusun strategi sinergitas
pembiayaan no APBD, peneliti akan menggunakan model analisa
SWOT dimana Analisa SWOT (SWOT Analysis) adalah suatu metode
perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi faktor-
faktor yang menjadi kekuatan (Strengths), Kelemahan (Weaknesses),
Peluang (Opportunities), dan Ancaman (Threats) yang mungkin terjadi
dalam mencapai suatu tujuan dari kegiatan proyek/kegiatan usaha
atau institusi/lembaga dalam skala yang lebih luas. Untuk keperluan
tersebut diperlukan kajian dari aspek lingkungan baik yang berasal dari
lingkungan internal maupun eskternal yang mempengaruhi pola
strategi institusi/lembaga dalam mencapai tujuan.
Tabel Matrik Analisa SWOT
14
Dari hasil analisa SWOT ini kemudian akan digunakan untuk
mendapatkan gambaran yang lebih besar untuk kemudian bisa
digunakan sebagai visi misi institusi serta strategi yang ingin dicapai.
Visi merupakan capaian jangka panjang yang diinginkan dan diimpikan
oleh seluruh stakeholders dalam suatu proses pembangunan. Tujuan
penetapan visi antara lain adalah :
1) mencerminkan apa yang akan dicapai
2) memberikan arah dan fokus strategi yang jelas
3) menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategik
4) memiliki orientasi terhadap masa depan.
Analisa Ziel Orentierte Project Planung (ZOPP)
Metode Ziel Orentierte Project Plannung ZOPP adalah
perencanaan yang berorientasi kepada tujuan ZOPP adalah singkatan
dari
Ziel , Tujuan
Orienterte, berarti Berorientasi
Projekt berarti proyek
Planung berarti perencanaan
Perencanaan dengan menggunakan ZOPP mempunyai kegunaan
untuk meningkatkan kerjasama semua pihak yang terkait, mengetahui
keadaan yang ingin diperbaiki melalui proyek merumuskan tindakan-
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan
15
sebagai dasar pelaksanaan proyek. Metode ZOPP (Ziel Orentierte
Project Planung) ini adalah melalui tujuan yang bermanfaat yang dapat
di rumuskan apabila sebab-sebab dan akibat-akibat dari masalah-
masalah yang akan di tanggulangi telah di analisis secara mendalam,
yang digambarkan dalam suatu analisis permasalahan, dalam
pengertian, bukanlah hipotesis yang berdasarkan pemikiran teoritis,
tetapi masalah-masalah yang benar-benar yang di alami masyarakat.
Tabel Langkah langkah Dalam Metode ZOPP
Analisis Partisipasi Analisis dari kelompo sasaran proyek, serta orang orang atau instansi lain yang berpartisipasi dan terlibat dalam proyek.
Analisis Masalah 1 Mengidentifikasi semua masalah inti yang diekspresikan dalam kalimat negative.
Analisis Masalah 2 Menganalisis penyebab dan akibat dari masalah inti, menjadi pohon masalah.
Analisis Tujuan Pohon masalah yang ditransformasi menjadi pohon tujuan dengan cara mengubah pernyataan masalah menjadi kondisi positif yang akan dicapai di masa depan.
Diskusi Alternatif Mengidentifikasi solusi alternative yang potensial dengan menggunakan pohon tujuan yang ada.
Menyususn Matriks Perencanaan Proyek 1
Menentukan asumsi asumsi penting, menetapkan indicator, alat verifikasi.
Menyusun Matriks Perencanaan Proyek 2
Menganalisis seberapa relevan asumsi, resiko dan memasukkannya dalam konsep proyek dan mencek seberapa jauh pelaksanaan proyek menuju menjamin hasil/output.
Menyususn Matriks Perencanaan Proyek 3
Memutuskan spesifikasi dari jumlah dan biaya dari setiap aktualisasi.
Masalah dan penyebabnya tidak berada dalam isolasi, tetapi
terkait dengan orang, kelompok dan organisasi. Oleh sebab itu, kita
hanya bias berbicara tentang masalah jika kita meiliki pemahaman dan
gambaran yang komprehensif tentang kepentingan dari kelompok,
individu dan institusi yang terlibat. Hasil analisis dicatat dalam bentuk
dokumen sbb:
Review partisipasi
Pohon masalah
Pohon tujuan, indikasi alternative potensial.
Solusi
16
Kabupaten Banyuwangi dalam melaksanakan program
pembangunan ke depan masih dihadapkan beberapa persolan utama
dan mendasar. Sebagaimana tertuang dalam RPJMD Kabupaten
Banyuwangi 2011-2015 Persoalan pembangunan tersebut antara lain:
1) Pendidikan dan kesehatan, 2) Kemiskinan & pengangguran, 3)
Revitalisasi Sektor pertanian, 4) Akselarasi perkembangan pariwisata
yang masih lambat, 5) Infrastruktur, 6) Degradasi lingkungan, 7) Tata
kelola pemerintahan berbasis prinsip-prinsip good governance.
TERWUJUDNYA MASYARAKAT BANYUWANGI YANG MANDIRI,
SEJAHTERA DAN BERAKHLAK MULIA MELALUI PENINGKATAN
PEREKONOMIAN DAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA.
Visi pembangunan tersebut diwujudkan dalam misi
pembangunan sebagaimana tertuang dalam RPJMD Kabupaten
Banyuwangi tahun 2011-2015 sebagai berikut:
1. Mewujudkan pemerintahan yang efektif, bersih dan demokratis
melalui penyelenggaraan pemerintahan yang profesional, aspiratif,
partisipatif dan transparan;
2. Meningkatkan kebersamaan dan kerjasama antara pemerintah,
pelaku usaha dan kelompok-kelompok masyarakat untuk
mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat;
3. Membangun kemandirian ekonomi dan kesejahteraan masyarakat
dengan mengoptimalkan sumberdaya daerah yang berpijak pada
pemberdayaan masyarakat, berkelanjutan, dan aspek kelestarian
lingkungan;
4. Meningkatkan sumber-sumber pendanaan dan ketepatan alokasi
investasi pembangunan melalui penciptaan iklim yang kondusif
untuk pengembangan usaha dan penciptaan lapangan kerja;
17
ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN
KABUPATEN BANYUWANGI
5. Mengoptimalkan ketepatan alokasi dan distribusi sumber-sumber
daerah, khususnya APBD, untuk peningkatan kesejahteraan rakyat;
6. Meningkatkan kecerdasan dan kualitas sumber daya manusia (SDM)
yang beriman dan bertaqwa kehadhirat Tuhan Yang Maha Kuasa;
7. Meningkatkan kualitas pelayanan bidangkesehatan, pendidikan dan
sosial dasar lainnya dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta kearifan lokal;
8. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana publik
dengan memperhatikan kelestarian lingkungan;
9. Mendorong terciptanya ketentraman dan ketertiban dalam
kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat melalui
pembuatan peraturan daerah, penegakan peraturan dan
pelaksanaan hukum yang berkeadilan.
18
Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi dalam bab
sebelumnya setiap tahunnya menunjukan angka perkembangan yang
sangat baik. Hal tesebut terlihat dengan terus meningkatnya angka
pertumbuhan ekonomi dari tahun ketahun bahkan mendekati angka
pertumbuhan provinsi. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Banyuwangi pada umumnya merata disumbang oleh seluruh sektor
yang ada baik sektor pertanian, pertambangan , industri, jasa serta
sektor lainnya. tumbuhnya perekonomian tersebut menjadi indikator
bahwa kondisi usaha semakin berkembang yang konsekuensi akhirnya
adalah dengan meningkatnya keuntungan yang diperoleh dari usaha
tersebut.
Peningkatan keuntungan perusahaan semestinya harus dapat
dimanfaatkan bagi kepentingan yang beragam bukan hanya sebatas
peningkatan kesejahteraan pegawai namun harus diwujudkan dalam
bentuk lainnya seperti keperdulian sosial. Bentuk keperdulian terhadap
lingkungan diluar perusahaan merupakan hal yang harus dilakukan
sebab tanpa disadari bagi beberapa jenis usaha keberadaan mereka
akan membawa suatu dampak (eksternalitas) ke sekitar seperti dengan
dibangunya suatu pabrik akan membawa dampak terhadap
pencemaran baik air maupun udara. Wujud keperdulian tersebut
dikenal sebagai tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate
Social Responsibility (CSR).
Pentingnya keperdulian sosial perusahaan dipertegas dengan
munculnya UU No 25 tahun 2007 serta PT No. 40 tahun 2007 yang
mewajibkan perusahaan untuk melaksanakan tanggungjawab
sosialnya. Dalam pelaksanaan masih ditemui berbagai variasi kendala
dalam pelaksanaan program CSR tersebut seperti kurang
terencanaannya pelaksanaan yang akhirnya berdampak kepada
19
GAMBARAN UMUM
IMPLEMENTASI KEGIATAN CSR
kekurang tepatan sasaran pelaksanaan, adanya tumpang tindih
wilayah pelaksanaan dan berapa permasalahan lainnya. permasalahan
tersebut menunjukan bahwa belum terjadinya sinergitas dalam
pelaksanaan CSR baik dari segi perusahaan maupun dari segi tingkat
koordinasi dengan pemerintahn daerah.
Pada tahun 2012 di Kabupaten Banyuwangi terdapat sekitar 14
perusahaan yang melaporkan kegiatan CSR mereka ke Pemerintah
Daerah dengan total dana yang tersalurkan sebesar Rp. 17.422 milliar
dengan beragam kegiatan CSR. Perusahaan dan ragam kegiatan CSR
yang telah dilaksanakan oleh ke-14 perusahaan tersebut antara lain
sebagai berikut :
Tabel Ragam Kegiatan CSR di Kabupaten Banyuwangi Tahun
2012
No Uraian Kegiatan CSR1 PT. BCA Persero
- Sosialisasi Tabunganku & Pemberian Sumbangan- Pemberian Sumbangan
2 PT. PELNIPROGRAM KEMITRAAN
- Program Kemitraan Tahun 2007- Program Kemitraan Tahun 2008- Pelatihan Kewirausaan dan Manajemen Usaha 2008- Program Kemitraan Tahun 2009- Pelatihan Kewirausaan dan Manajemen Usaha 2009- Program Kemitraan Tahun 2010- Pelatihan Kewirausaan dan Manajemen Usaha 2010- Program Kemitraan Tahun 2011
PROGRAM BINA LINGKUNGAN- Program Bina Lingkungan Tahun 2008- Program Sembako Peduli Ketahanan Pangan Tahun 2008- Program Bina Lingkungan Tahun 2009- Program Bina Lingkungan Tahun 2010- Program Bazar Murah Tahun 2010- Program Gizi Sehat Tahun 2011- Program Penghijauan Tahun 2011
3 PT. Bank Jatim
20
No Uraian Kegiatan CSRPROGRAM KEMITRAAN (sudah dilaksanakan)
- Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Tahun 2010- Program Penanggulangan Kemiskinan (sedang dilaksanakan)- Rehabilitasi dan Plesterisasi Rumah
Masih Dikaji :- Pendidikan- Budaya- Kesehatan- Pelestarian Alam dan Lingkungan- Pengembangan prasarana dan /atau Prasarana Umum- Pemberian Armada Ambulance
4 PT. ASDP INDONESIA FERRY (PERSERO) KETAPANG
- ID Card- Kaos Lengan Pendek, Rompi dan Topi untuk asongan- Kotak Acrylyc untuk pedagan asongan- Kaos untuk pedagang lesehan- Khitanan Umum- Bantuan Pembangunan Masjid- Bantuan Renovasi Masjid- Bantuan Renovasi Musholla- Sepeda Motor Pengangkut Sampah- Renovasi Musholla- Renovasi Masjid- Khitanan Masal- Santunan Anak Yatim- Sosialisasi KUR- Tendanisasi PKL- Bantuan Pembangunan TPQ- Bantuan Bibit Tanaman Produktif
5 PT. Perhutani- Penyaluran PUKK (Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi ) yang sekarang
istilahnya adalah PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan)- Penyaluran PUKK (Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi ) yang sekarang
istilahnya adalah PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan)- Penyaluran PUKK (Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi ) yang sekarang
istilahnya adalah PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan)- Penyaluran PUKK (Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi ) yang sekarang
istilahnya adalah PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan)- Penyaluran PUKK (Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi ) yang sekarang
istilahnya adalah PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan)- Penyaluran PUKK (Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi ) yang sekarang
istilahnya adalah PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan)- Penyaluran PUKK (Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi ) yang sekarang
21
No Uraian Kegiatan CSRistilahnya adalah PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan)
- Penyaluran PUKK (Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi ) yang sekarang istilahnya adalah PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan)
- Penyaluran PUKK (Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi ) yang sekarang istilahnya adalah PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan)
- Penyaluran PUKK (Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi ) yang sekarang istilahnya adalah PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan)
- Penyaluran PUKK (Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi ) yang sekarang istilahnya adalah PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan)
- Penyaluran PUKK (Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi ) yang sekarang istilahnya adalah PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan)
- Penyaluran PUKK (Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi ) yang sekarang istilahnya adalah PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan)
- Penyaluran PUKK (Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi ) yang sekarang istilahnya adalah PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan)
- Penyaluran PUKK (Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi ) yang sekarang istilahnya adalah PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan)
- Penyaluran PUKK (Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi ) yang sekarang istilahnya adalah PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan)
- Penyaluran PUKK (Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi ) yang sekarang istilahnya adalah PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan)
- Penyaluran PUKK (Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi ) yang sekarang istilahnya adalah PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan)
- Penyaluran PUKK (Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi ) yang sekarang istilahnya adalah PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan)
- Penyaluran PUKK (Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi ) yang sekarang istilahnya adalah PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan)
- Penyaluran Dana Pinjamam Lunak CSR/PKBL (Tahap I)1. Sektor Perdagangan Obat2n Pertanian2. Sektor Perdagangan Empon23. Sektor Industri Ringan (aneka kripik)4. Sektor Pertanian (budaya buah naga)5. Sektor peternakan6. Sektor Peternakan
- Rencana Permohonan Dana Pinjaman Lunak CSR/PKBL (Tahap II)1. Sektor Pertanian2. Sektor Perikanan3. Sektor Peternakan4. Sektor Peternakan5. Sektor Pertanian6. Sektor Industri7. Sektor PeternakanPERHUTANI KPH BANYUWANGI BARAT
- Penyaluran dana pinjaman lunak
22
No Uraian Kegiatan CSR- Penyaluran dana pinjaman lunak
PERHUTANI KPH BANYUWANGI UTARA- Penyaluran Pinjaman PKBL- Bantuan Pendidikan SD Fillial- Bantuan Perbaikan Sarana MCK- Bantuan Genteng Kaca- Bantuan Sunatan Massal- Bantuan Hutan Kota- Bantuan Pelatihan PKBL
6 PERKEBUNAN KALIKLATAK
Kelurahan Gombengsari, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi
- Donatur Poskesdes- Posyandu- Donatur SLB, YPAC, Yayasan Kanker- Bantuan sarana pendidikan siswa siswi berprestasi- Bantuan kesejahteraan Guru-guru TK di Kec. Kalipuro- Bantuan kesejahteraan Guru-guru SDN II & IV Gombengsari- Pelatihan Lancar Baca Tulis (Pengentasan Buta Aksara)- TK (Taman Kanak-kanak)- Bantuan Honor Guru Ngaji serta lomba rohani untuk anak-anak
(Membaca Ayat Suci, Shalat)- PKK (Pembinaan/Pendidikan Kesejah-teraan keluarga) dalam wadah
PKP (Perkumpulan keluarga pegawai), PKK (perkumpulan keluarga karyawan) dan RIKA (rukun istri karyawan), mengadakan lomba kebersihan dan keindahan dalam rangka HUT perkebunan.
- Pelestarian Budaya (kesenian) dan kegiatan Olahraga- Bantuan untuk BBM / operasional kepala lingkungan
7 PT. CANDI NGRIMBI- Bantuan Rutin- Bantuan Sembako- Pembersihan kanan-kiri jalan buat sudetan air- Pembersihan kanan-kiri jalan- Bantuan rutin- Pemberian Sembako- Pembersihan dan potong rumput kanan kiri jalan
8 PT. ASKES BANYUWANGI
- Bantuan Rumah Sehat Layak Huni untuk RTM- Bantuan Sarana Peningkatan Kesehatan- Bantuan Pos Kamling dan MCK
9 PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Cabang Banyuwangi- Mandiri Peduli Pendidikan- Business Meeting
23
No Uraian Kegiatan CSR- Bantuan pembangunan sarana ibadah- Mandiri Peduli Pendidikan- Program Kemitraan Bina Lingkungan (Kelompok tani benih)- Mandiri Peduli Kesehatan
10 Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai dan Penyeberangan (GAPASDAP) Banyuwangi- Bantuan Bedah Rumah
11 PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Tanjung Wangi- Beasiswa Pendidikan- Bantuan 1.028 Kacamata Baca Siswa- Penghijauan Penanaman 500 Bibit Trembesi- Peningkatan Kualitas Rumah Miskin- Pemberdayaan Usaha Mandiri Masyarakat Pembuatan dan Pengolahan
Kerupuk Ikan- Perlindungan Keanekaragaman Hayati (Budidaya Penyu Laut)- Pertamina Sehati (Bantuan Sarana Posyandu & Pemantapan Kinerja
Kader Posyandu)- Penataan PKL Pelabuhan Tanjung Wangi
12 PDAM Kabupaten Banyuwangi
- Gebyar Hadiah Pelanggan- Penghijauan- Bantuan Sosial- Bantuan Sosial- Pipa Langring- Persewangi- Zakat dan Yatim Piatu- Qurban- Bantuan Kekeringan- Kemitraan dengan Kepolisian
13 PT. BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) PERSERO TBK Kantor Cabang Jember
- Sarana Promosi Neon Box- Sarana Promosi Tenda
Pembangunan Jalan Mushola Mbah Saeran- Pembangunan Jalan Mushola Pak Tarip- Pembangunan Pemasaran Keramik Lantai Miftahul Hidayat Blok Agung
14 PTPN XII (Persero) Wil. 1 Jember
BINA LINGKUNGAN- Pasewaran
a. Kegiatan Anak Yatim Lomba Tartir Al-Qur'an, Adzan, dllb. Bantuan biaya pendidikanc. Sarana ibadah
24
No Uraian Kegiatan CSR- Kaliselogiri
a. Bantuan biaya pendidikanb. Pembangunan saluran air bersih
- Sumberjambea. Bantuan biaya pendidikanb. Bantuan perbaikan jalanc. Bantuan kayu & batu utk pemb. Desad. Pembuatan taman terbukae. Infaq Bayuwangi (Ibuwangi)f. Bantuan Pondok Pesantren Darul Atam
- Sungailembua. Perbaikan Jalan Ds. Gunung Gamping; S.Lembu 3,78 Km lbr 4 Mtrb. Pembangunan Balai Desa Sumberagungc. Bantuan biaya pendidikand. Partisipasi perbaikan gerejae. Partisipasi perbaikan gereja
- Kalisepanjanga. Bantuan biaya pendidikanb. Rehab Masjid Ar Roudlohc. Rebab Mushola Al Burdah
- Kaletelpaka. Bantuan biaya pendidikanb. Pembangunan asramac. Pembangunan Madrasah Dinniyahd. Pengadaan Mebel
- Kalirejoa. 2 rehab Masjidb. Bantuan Ponpesc. Bantuan Puskesmasd. Bantuan biaya pendidikan
- Kalikempita. Pengaspalan Jalan desab. Rehab Gedung Madrasah
- Jatirono
a. Sarana belajar meja dan bangkub. Renovasi Mushola
- MalangsariBantuan Biaya Pendidikan Anak Sekolah
- Gunung GumitirNIHIL
MITRA BINAAN- Kendenglembu (Sapi Kereman)
25
No Uraian Kegiatan CSR- Jatirono (Sapi Kereman)- Gunung Gumitir (Perdagangan/Toko)- Malangsari (Pembinaan Kopi Rakyat)- Sumberjambe (Sapi Kereman)- Kalirejo (Sapi ISS)
15 BANK INDONESIA JEMBER
- Bantuan buku perpustakaan- Program pemberdayaan usaha tani beras organik dengan pendekatan
Solitude Coorperative Farming di Kab. Bwi- Program cooling unit koperasi ternak sapi perah "Dadi Mulyo" Kab. Bwi- Program bantuan sarana dan prasarana wilayah karesidenan Besuki- Program bantuan sarana dan prasarana wilayah karesidenan Besuki
Sumber : Bappeda Kabupaten Banyuwangi
Pemerintah daerah salah satu fungsi utamanya adalah
melaksanakan pembangunan daerah yang biasanya didanai oleh dana
APBD, namun karena keterbatasan dalam segi jumlah anggaran maka
tidak keseluruhan program mampu untuk dijalankan. CSR merupakan
salah satu alternatif sumberdana bagi pembangunan, namun dengan
dengan berbagai permasalahan yang terjadi tersebut dimana apabila
program CSR tersebut dilaksanakan dengan terencana dan merata
mampu membantu pelaksanaan program pembangunan pemerintah.
Dalam kajian ini sampel penelitian yang diambil adalah
didasarkan kepada 3 (tiga) jenis perusahaan yaitu perusahaan BUMN
yang ada di Kabupaten Banyuwangi, Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD), serta perusahaan swasta. Dimana pada dasarnya dari sampel
yang diambil mereka pada umumnya telah melakukan kegiatan CSR
dengan beragam entuk serta beragam permasalahan yang
melingkupinya. Berbagai implementasi dalam pelaksanaan program
CSR dari sampel yang diambil adalah sebagai berikut :
A. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Untuk perusahaan dengan jenis BUMN sampel yang dapat diambil
keterangannya adalah perusahaan PT. Pelindo, PT. ASDP, PT. Bank
Mandiri
26
1. PT. Pelindo
a. Profil Perusahaan dan Responden
Kami mewawancarai Ibu Indah sebagai responden, Beliau
adalah salah satu staff di bidang keuangan yang juga mengurusi
CSR Pelindo.
b. Penjelasan Mengenasi CSR Perusahaan
PT. Pelindo memiliki 2 jenis CSR yang diberikan kepada
masyarakat dan kebijakan megnenai CSR ini merupakan
kebijakan dari pusat. CSR yang mereka lakukan adalan Progam
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan dimana biasa disebut
PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan). Keduanya
merupakan program yang sangat berbeda.
Program Kemitraan merupakan program yang mefokuskan
pada aspek ekonomi, dimana dalam program ini masyarakat
desa dibina dan diberikan permodalan untuk melakukan usaha.
Bagian keuangan PT. Pelindo membentuk tim yang bertugas
untuk melakukan survey untuk mencari desa yang sekiranya
pantas untuk dibina.
Pembinaan dilakukan melalui kerjasama dengan konsultan
luar. Sebelum dana diturunkan PT. Pelindo dan konsultan
tersebut memberikan pembinaan yang intens di awal dan
pembinaan secara berkala selanjutnya. Hal ini ditujukan agar
warga desa tersebut memiliki keahlian khusus yang nantiknya
dapat menciptakan produk khusus dari desa tersebut serta tentu
saja pengelolaan keuangan dan organsiasi yang baik. Salah satu
contohnya adalah Desa Gombongsari yang dibina serta diberi
dana untuk menciptakan produk berupa anyaman kayu.
Selain itu sebelum dana dicairkan pengaju dana perlu
mengajukan proposal yang nantinya harus disetujui oleh PT.
Pelindo dan juga pihak Pelindo pusat yang bertanggung jawab
mengenai hal ini. Setelah proposal diajukan maka tim akan
melakukan survey ke tempat yang bersangkutan untuk menilai
apakah benar-benar ada usaha yang akan didanai. Apabila lolos
tahap ini, maka pengaju dana harus menyertakan agunan
27
berupa BPKB kendaran, surat tanah, atau surat rumah
tergantung dari jumlah yang diajukan.
Dana yang diberikan nanti harus dikembalikan ke PT.
Pelindo melalui Bank Jatim sebagai perantara. Seluruh dana
wajib dikembalikan dalam waktu sekurang-kurangnya 3 bulan
dengan bunga ringan. Apabila dalam tiga bulan dana belum
kembali maka tim CSR akan mendatangi rumah warga untk
mencari tahu penyebabnya. Apabila penyebabnya adalah
adanya kendala dalam pengelolaan maka tim akan membantu
semampunya untuk memperbaiki pengelolaan. Pelindo tidak
berniat untuk menyita barang jaminan, namun menunggu
hingga dana dapat kembali.
Kendala dari program ini adalah letak desa binaan yang
cukup terpencil sehingga relatif sulit dijangkau. Selain itu juga
masalah pengembalian yang terkadang sulit (kredit macet).
Namun untuk masalah kredit macet ini, perusahaan akan terus
berusaha melakukan penagihan.
Program selanjutnya adalah Program Bina Lingkungan.
Program ini pada intinya adalah memberikan dana sosial secara
sukarela kepada masyarakat. Yang paling sering dilakukan
adalah bantuan dana dalam pembangunan masjid dan fasilitas
umum seperti sekolah dsb. Selain itu dalam aspek lingkungan,
perusahaan juga telah melakukan penghijauan di beberapa
daerah. Dana hibah PKBL ini juga Program ini tidak memiliki
banyak hambatan karena sifatnya sosial.
Penentu kebijakan dari Program Ini adalah dari pusat.
Ketika ditanya mengenai motivasi mengapa melakukan bina
lingkungan dalam hal tertentu maka jawaban yang diberikan
adalah karena memang hal tersebut keputusan dari pusat. Tim
yang melakukan survey adalah tim dari Pelindo Banyuwangi dan
juga perwakilan dari pusat Pelindo.
c. Pemahaman Mengenai CSR
Pemahaman mengenai CSR yang dimiliki responden sudah
cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari pemberian kejelasan dua
program CSR hingga teknis pelaksanaan CSR tersebut.
28
Responden telah memahai kewajiban CSR meskipun belum
sampai pemahaman ke ranah undang-undang. Selain itu,
responden juga telah dapat memahami tujuan dari diadakan CSR
dimana memang CSR merupakan kewajiban yang dibebankan
kepada perusahaan. Responden juga telah mengerti bahwa
setiap BUMN pasti memiliki CSR dimana hal tersebut merupakan
instruksi yang diberikan dari pusat.
d. Sinergitas Dengan Pemerintah
Dalam malakukan CSR, selama ini Pelindo selalu
melakukan koordinasi dengan pemerintah. Hal ini ditujukan agar
daerah yang dituju benar-benar tepat sasaran. Responden
mengatakan bahwa memang yang lebih mengerti kondisi
masyarkat adalah peerintah itu sendiri oleh karena itu sinergitas
perlu dibangun agar CSR dapat tepat sasaran
Berdasarkan temuan lapang sementara dari hasil wawancara
dengan perusahan PT. Pelindo maka jika di petakan dalam analisa
SWOT maka hasil analisa adalah sebagai berikut :
Tabel Analisa SWOT kegiatan CSR PT. Pelindo
No Indikator Deskripsi
1 Strength (kekuatan) Perusahaan memiliki tim khusus untuk
melakukan CSR
Keterlibatan pusat sangat tinggi, hal ini
terlihat ketika melakukan survey tim pusat
selalu mendampingi
Perusahaan melakukan koordinasi dengan
baik dengan pemerintah
2 Weakness
(Kelemahan)
Pemahaman CSR yang terbatas pada PKBL
Program CSR merupakan kebijakan dari
pusat
3 Oportunity
(Peluang)
Perusahaan memiliki konsultan eksternal
yang bekerja sama untuk melaksanakan
29
CSR
Luasnya daerah yang menjadi lingkup CSR
perusahaan, sehingga banyak daerah yang
berpotensi mendapat penyaluran CSR
4 Threat (Ancaman) Dana kemitraan yang dikeluarkan tidak
semuanya dapat kembali dalam waktu
yang ditentunkan (3 bulan)
Sumber : wawancara lapang diolah
2. PT. ASDP
a. Profil Perusahaan dan Responden
PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) adalah BUMN di
Indonesia yang bergerak dalam jasa angkutan
penyeberangan dan pengelola pelabuhan penyeberangan
untuk penumpang, kendaraan dan barang. Dalam kajian ini
responden adalah Bapak Thoyib Armanu selaku Kabag Umum
b. Penjelasan tentang CSR Perusahaan
Seperti BUMN pada umumnya, program CSR yang
dilakukan oleh ASDP sampai saat ini adalah program
PKBL( Program Kemitraan dan Bina Lingkungan). Program
Kemitraan diwujudkan dalam bentuk pemberian modal usaha
kepada masyarakat yang membutuhkan dengan adanya
jaminan atau agunan. Namun sampai saat ini program
kemitraan belum bs dilaksanakan dikarenakan masyarakat
sekitar ASDP keberatan dengan adanya agunan yang
disyaratkan untuk mendapatkan pinjaman lunak dari
perusahaan. Sedangkan program lainnya adalah program
Bina lingkungan yang sampai saat ini masih berjalan.
Program bina lingkungan ini diwujudkan dalam bentuk
bantuan pembangunan sarana umum dan tempat ibadah
yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Di tahun
30
2013 nanti berdasarkan permintaan dari pemerintah
Kabupaten Banyuwangi untuk merapikan pedagang kaki lima
di sekitar pelabuhan ketapang, maka direncanakan akan
diberikan gerobak oleh PT ASDP kepada para pedagang kaki
lima yang sering berjualan di areal pelabuhan dengan
harapan para pedagang itu bisa berjualan lebih tertib dan
tidak mengganggu keindahan jalan sekitar Pelabuhan.
c. Sinergitas dengan Pemerintah
bentuk sinergi yang selama ini sudah dilakukan oleh PT
ASDP dengan pemerintah baru sebatas koordinasi dengan
pemerintah wilayah setempat yang akan menjadi tempat
mereka memberikan dana hibah bina lingkungan seperti
perangkat Desa,kelurahan atau Kecamatan. Sehingga
diharapkan bantuan dana hibah yang diberikan bisa tepat
sasaran dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Sedangkan koordinasi dengan pemerintah kabupaten baru
sebatas pelaporan terkait kegiatan sosial apa saja yang telah
dilakukan perusahaan
Berdasarkan temuan lapang sementara dari hasil wawancara
dengan perusahan PT. ASDP maka jika di petakan dalam analisa SWOT
maka hasil analisa adalah sebagai berikut :
Tabel Analisa SWOT kegiatan CSR PT. ASDP
No Indikator Deskripsi
1 Strength (kekuatan) Program PKBL sudah diupayakan untuk
berjalan dengan rutin setiap tahun
Kesediaan untuk berkoordinasi dengan
pemerintah terkait pengelolaan dana hibah
bina lingkungan
2 Weakness
(Kelemahan)
Cakupan program CSR masih sebatas di
sekitar masyarakat yang tinggal di daerah
ketapang( Cakupan wilayah terbatas)
3 Oportunity Cakupan wilayah yang diberikan dana
31
(Peluang) hibah bina lingkungan masih bisa diperluas
4 Threat (Ancaman) Program Kemitraan belum bisa dijalankan
karena masyarakat sekitar blm mampu
mengikuti prosedur pemberian dana
program kemitraan yang mensyaratkan
adanya jaminan atau agunan
Minimnya koordinasi dengan pemerintah
Kabupaten Banyuwangi terkait pengelolaan
CSR Perusahaan dikarenakan koordinasi
hanya dilakukan dengan perangkat desa
setempat
Sumber : wawancara lapang diolah
3. PT. Bank Mandiri
a. Profil Perusahaan dan Responden
Responden kami bernama Bpk. Dandung M. Qomari.
Beliau adalah kepala cabang PT. Bank Mandiri Banyuwangi.
b. Penjelasan Mengenai CSR Perusahaan
Perusahaan memiliki program CSR dari beberapa
aspek yaitu: pendidikan, kesehatan, pelestarian lingkungan
hidup, pembangunan prasarana umum, dan pemberdayaan
perekonomian masyarakat. Dari kelima aspek CSR tersebut
yang menjadi fokus utama perusahaan adalah dibidang
pendidikan dan pemberdayaan masyarakat.
Ada beberapa hal CSR yang dilakukan perusahaan
dalam aspek pendidikan. Yang pertama adalah, perusahaan
memberikan sumbangan berupa buku untuk perpustakaan.
Kedua, perusahaan juga memberikan edukasi kepada anak-
anak SMA dan juga mahasiswa mengenai perbankan. Hal ini
ditujukan supaya siswa SMA dan juga memiliki pandangan
yang lebih luar mengenai aktivitas-aktivitas perbankan dan
32
juga memberikan pemahaman mengenai dunia perbankan
dalam konteks dunia kerja.
Dalam hal pemberdayaan masyarakat, perusahaan
memiliki program PKBL dimana program ini bertujuan untuk
memberikan permodalan dengan suku bunga yang lunak.
Bank Mandiri memberikan suku bunga sebesar 6%. Sasaran
dari program ini adalah masyarakat yang sebenarnya tidak
cukup secara prasyarat untuk mendapatkan pendanaan dari
Bank, namun mereka memiliki usaha dan membutuhkan
tambahan dana. Selain memberikan kredit lunak, perusahaan
juga memberikan pembinaan. Dalam melakukan hal ini, bank
harus bersifat sangat selektif. Tahun lalu, perusahaan
mengeluarkan CSR melalui program ini seesar 800 juta.
Keharusan bersikap selektif akhirnya membawa
perusahaan dalam keputusan untuk membentuk tim khusus
yang bertugas untuk melakukan validasi secara langsung
kepada calon pihak yang akan diberikan dana PKBL tersebut.
Dalam beberapa kasus, pemberian dana tidak disetujui
karena ketika dilakukan validasi ternyata tidak sesuai dengan
data yang diterima perusahaan. Dengan adanya validasi ini
maka perusahaan dapat memastikan bahwa dana diberikan
kepada pihak yang tepat dan menghindari moral hazard yang
merugikan mental masyarakat itu sendiri.
Selain itu masih dalam program PKBL, perusahana juga
memberikan bantuan langsung. Dalam hal ini perusahaan
telah memberikan dana langsung kepada beberapa pura
yang ada dan beberapa bantuan langsung alinnya.
Hambatan dari program CSR PKBL adalah adanya
anggapan di masyarakat bahwa program CSR ini hanya
memberikan bantuan tanpa ada prasyarat-prasyarat. Hal ini
juga karena ada perusahaan lain yang memberikan bantuan
serupa tanpa prasyarat atau dengan prasyarat yang lunak
serta dengan pengawasan dan validasi yang kurang
memadai. Hal ini menyebabkan munculnya mindset yang
buruk di masyarakat dan juga menumbuhkan sikap konsumtif
33
dalam masyarakat. Dengan adanya bantuan semacam ini,
perusahaan selalu mendapat masukan yang bersifat
membanding-bandingkan dengan perusahaan lain yang
memiliki CSR sejenis yang akhirnya berdampak pada
berkurangnya masyarakat yang mengajukan dana pada
perusahaan.
Hambatan lainnya adalah pemahaman kurangnya
peran dari pemerintah dalam memberikan data sasaran
masyarakat. Data yang diberikan pemerintah seringkali
kurang bagus. Hal ini menyebabkan selama ini dalam
mencari pihak-pihak yang membutuhkan bantuan,
perusahaan melakukan survey sendiri dan tidak hanya
bersandarkan dari data pemerintah.
c. Pemahaman Mengenai CSR
CSR yang baik adalah CSR yang menyentuh
masyarkat. Hal ini lah yang dipahami perusahaan
sebagaimana terucap oleh responden. Selain itu perusahaan
mamahami bahwa CSR yang diberikan perusahaan adalah
CSR yang harus dapat membangun tidak hanya secara
ekonomi namun juga secara mental . Hal ini teercermin dari
pernyataan responden bahwa CSR yang diberikan
perusahaan adalah CSR yang bersifat bantuan finansial
permodalan agar pihak yang menerima CSR dapat merdeka
secara ekonomi.
Perusahaan juga memahami bahwa CSR harus
diberikan dan dialokasikan setiap tahunnya. Hal ini tercermin
dari pernyataan responden bahwa perusahaan tanpa dipaksa
tetap harus mengeluarkan dana CSR dan alokasi dana
tersebut harus dikeluarkan secara efektif dan tepat sasaran.
d. Sinergitas Dengan Pemerintah
Perusahan menganggap pemerintah kurang memberikan
kontribusi yang baik dalam membantu terlaksananya
program CSR perusahaan. Responden mengatakan bahwa
data yang diberikan pemerintah terkadang merupakan data
yang kurang baik sehingga perusahaan masih harus
34
melakukan validasi sendiri terhadap target CSR. Namun
perusahaan telah melakukan komunikasi secara terus
menerus dengan pemerintah.
Berdasarkan temuan lapang sementara dari hasil wawancara
dengan perusahan PT. Bank Mandiri maka jika dipetakan dalam analisa
SWOT maka hasil analisa adalah sebagai berikut :
Tabel Analisa SWOT kegiatan CSR PT. Bank Mandiri
Indikator Deskripsi
1 Strength (kekuatan) Pemahaman yang baik mengenai CSR (CSR
bersifat keharusan, CSR harus menyentuh
masyarakat, dsb.)
Besarnya dana yang dialokasikan untuk
CSR (tahun lalu PKBL 800jt)
Perusahaan memiliki CSR dari beberapa
aspek (Pendidikan, kesehatan, PLH,
pembangunan saran umum, dan
pemberdayaan ekonomi masy.) meskipun
tergantung fokus mana yang dipilih
perusahaan.
Perusahaan dapat secara bebas
melaksanakan CSR sesuai dengan
kebijakan cabang (karena cabang lebih
mengerti masyarakat sekitar).
2 Weakness
(Kelemahan)
Kurang memiliki data yang baik untuk
mencari target CSR yang tepat
Data yang diberikan pemerintah untuk
keperluan CSR bukan data yang baik
3 Oportunity
(Peluang)
Masih banyak aspek yang dapat dijangkau
4 Threat (Ancaman) Pengetahuan masyarakat yang kurang
mengenai CSR (CSR hanya pemberian
cuma-Cuma)
35
4. PT. Askes
a. Profil Perusahaan dan Responden
PT Askes adalah BUMN yang bergerak di bidang
asuransi kesehatan yang mengcover seluruh Pegawai Negeri
di indonesia. Responden dalam penelitian lapang di PT Askes
adalah Bapak Agus selaku Staf PKBL dan Bagian Umum
b. Penjelasan Tentang CSR perusahaan
Program CSR yang dilakukan oleh PT ASKES sampai
saat ini berbentuk PKBL(Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan). Program kemitraan ini dilakukan dengan cara
pemberian pinjaman lunak kepada masyarakat yang
membutuhkan modal untuk menjalankan sebuah bisnis baru.
Pinjaman ini bisa diberikan selama masyarakat memiliki
barang yang bisa dijaminkan seperti surat kendaraan
bermotor,rumah dan tanah. Sedangkan program Bina
lingkungan sampai saat ini dilakukan dengan pemberian dana
hibah untuk pembangunan sarana pendidikan,sosial maupun
tempat ibadah. Pada tahun 2012 lalu, Program Bina
lingkungan PT ASKES dilakukan dengan pemberian dana
hibah untuk pembangunan rumah sehat di sebuah
kecamatan yang ada di kabupaten banyuwangi. Pemberian
dana hibah untuk pembangunan 100 rumah sehat ini
dilakukan atas permintaan bupati banyuwangi kepada
direktur PT ASKES secara langsung yang mengharapkan ada
perusahaan yang bersedia memberikan dana nya untuk
merehabilitasi rumah kurang layak yang ada di Kabupaten
Banyuwangi. Selain itu PT ASKES juga memiliki program
beasiswa untuk anak-anak dari karyawan PT ASKES yang
berprestasi.
Untuk PT ASKES Banyuwangi sendiri dalam proses
pelaksanaan program CSR hanya sebagai fasilitator yang
menghubungkan masyarakat yang membutuhkan dengan
penentu kebijakan CSR di perusahaan yaitu kantor pusat di
36
Jakarta. Sehingga ASKES banyuwangi tidak memiliki
wewenang untuk menentukan bisa atau tidaknya bantuan
diberikan pada masyarakat yang membutuhkan. Untuk
pelaporan program CSR yang telah dilakukan oleh
perusahaan sampai saat ini pertanggungjawaban perusahaan
hanya pada Kementrian BUMN secara langsung meskipun PT
ASKES Banyuwangi tetap memberikan laporan CSR mereka
pada pemerintah setempat sebagai bentuk pemberitahuan.
c. Pemahaman mengenai CSR
Pemahaman PT ASKES terkait program CSR sendiri
sampai saat ini sesuai dengan Undang-Undang Tentang CSR
yang mewajibkan 2,5% dari laba bersih perusahaan
digunakan untuk kegiatan-kegiatan sosial sebagai bentuk
tanggung jawab perusahaan. Untuk pemahaman mengenai
program CSR sendiri perusahaan hanya terfokus pada
program-program PKBL
d. Sinergitas dengan pemerintah
sampai saat ini sinergitas PT ASKES dengan
pemerintah Kabupaten Banyuwangi hanya sebatas
pemberian laporan formal mengenai kegiatan sosial yang
telah dilakukan perusahaan. Untuk sinergitas dengan
pemerintah setempat,PT ASKES Banyuwangi masih belum
bisa dilakukan dikarenakan sampai saat ini mereka hanya
sebagai fasilitator saja dan bukan sebagai penentu kebijakan
terkait program CSR itu sendiri. Berdasarkan temuan lapang
sementara dari hasil wawancara dengan perusahan PT. Askes
maka jika dipetakan dalam analisa SWOT maka hasil analisa
adalah sebagai berikut :
Tabel Analisa SWOT kegiatan CSR PT. Askes
37
No Indikator Deskripsi
1 Strength
(kekuatan)
Dana PKBL yang disediakan oleh ASKES
pusat tergolong tinggi
2 Weakness
(Kelemahan)
Kesadaran perusahaan tentang CSR baru
sebatas pengaplikasian PKBL
Penyaluran dana PKBL hanya tergantung
permintaan masyarakat
Penyaluran dana PKBL ditentukan terpusat
oleh PT ASKES Jakarta
3 Oportunity
(Peluang)
-
4 Threat (Ancaman) Ketidakmampuan PT ASKES Banyuwangi
untuk berkoordinasi dengan pemerintah
setempat mengenai pengelolan CSR
Sumber : wawancara lapang diolah
B. BUMD
1. PDAM
a. Profil Perusahaan dan Responden
PDAM adalah Perusahaan Daerah Air Minum yang
bergerak pada penyediaan air bersih di Kabupaten
Banyuwangi. Sampai saat ini jangkauan Wilayah PDAM
Banyuwangi mencakup 9 Kecamatan yang ada di Kabupaten
Banyuwangi. Dalam penelitian lapang yang menjadi
responden adalah bapak Agus Tjahyono selaku kepala bagian
produksi dan distribusi PDAM Banyuwangi
b. Penjelasan tentang CSR perusahaan
PDAM termasuk salah satu perusahaan yang rutin dan
konsisten menerapkan prinsip CSR meskipun tidak instruksi
mengenai keharusan melakukan program ini. Program CSR
yang telah dilakukan oleh PDAM terbagi ke dalam beberapa
hal :
38
1) Pemberian Kompensasi 5-10 juta per tahun pada desa yang
salah satu sumber airnya digunakan oleh PDAM
2) Pemberian fasilitas air gratis untuk sarana umum seperti
tempat ibadah,pendidikan dan sosial yang dilewati oleh pipa
air PDAM
3) Pemberian fasilitas air siap minum gratis untuk acara-acara
sosial dan keagamaan yang diadakan oleh masyarakat.
4) Berdasarkan kesepakatan seluruh karyawan PDAM
banyuwangi, maka setiap bulannya akan ada pemotongan
gaji mulai 10rb-50rb tergantung dari jabatannya yang
nantinya dari dana yang terkumpul itu akan digunakan untuk
program santunan dan tali asih pada masyarakat yang
membutuhkan
c. Pemahaman Mengenai CSR
Pemahaman mengenai CSR yang dimiliki oleh PDAM
banyuwangi sampai saat ini tergolong sudah tepat karena
bagi manajemen PDAM sendiri keberadaan mereka sudah
sepantasnya juga berdampak positif bagi lingkungan disekitar
mereka. Hal ini sebagai kompensasi kegiatan produksi dan
distribusi mereka yang mungkin menyebabkan masyarakat
sekitar terganggu ketika ada pemasangan pipa PDAM
maupun ketika sumber air di desa mereka diambil.
d. Sinergitas dengan pemerintah
Sampai saat ini PDAM Banyuwangi belum memiliki alur
koordinasi yang intensif dengan pemerintah kabupaten
terkait pelaksanaan CSR di perusahaan. Koordinasi yang
dilakukan sampai saat ini baru sebatas adanya surat edaran
bupati yang menyebutkan mengenai keharusan perusahaan
untuk melakukan tanggung jawab sosialnya. Namun PDAM
secara tersirat mengungkapkan kesiapannya untuk
berkoordinasi dengan pemerintah terkait program CSR
asalkan tidak mempengaruhi dan berdampak negatif pada
kebijakan CSR perusahaan yang telah ada sebelumnya.
Kesiapan PDAM ini dikarenakan pada kenyataannya
39
walaupun belum ada intruksi terkait CSR pun perusahaan
telah melakukan program tanggungjawab sosialnya secara
rutin sebagai bentuk kesadaran dan tanggungjawab
perusahaan secara moral kepada masyarakat sekitar
Berdasarkan temuan lapang sementara dari hasil wawancara
dengan perusahan PDAM maka jika dipetakan dalam analisa SWOT
maka hasil analisa adalah sebagai berikut:
Tabel Analisa SWOT kegiatan CSR PDAM Kabupaten
Banyuwangi
Indikator Deskripsi
1 Strength (kekuatan) Kesadaran mengenai pentingnya CSR bagi
perusahaan sudah terbentuk dengan atau
tanpa peraturan pemerintah
Laba Perusahaan Cukup tinggi dan
cenderung meningkat dari tahun ke tahun
Kesiapan untuk berkoordinasi dengan
pemerintah terkait pengelolaan CSR
2 Weakness
(Kelemahan)
Program CSR yang di buat masih belum
beragam. Karena sampai saat ini program-
programnya CSR nya masih berupa
kompensasi dari pengelolaan air mereka
Kurangnya data yang dimiliki perusahaan
terkait wilayah yang membutuhkan
bantuan perusahaan
3 Oportunity
(Peluang)
Masih banyak bidang lainnya yang
potensial untuk dikembangkan melalui
program CSR perusahaan
4 Threat (Ancaman) Belum adanya koordinasi secara intensif
dengan pemerintah setempat
Karena belum ada koordinasi menyebabkan
jalannya CSR perusahaan masih tergantung
dari internal perusahaan sendiri
Sumber : wawancara lapang diolah
40
C. SWASTA
1. PT. Candi Ngrimbi
a. Profil Perusahaan dan Responden
PT. Candi Ngrimbi adalah perusahaan swasta dengan
pusat di Surabaya yang bergerak di Bidang penambangan
belerang yang terletak di Desa Tamansari dan dekat dengat
tempat wisata yang juga sumber belerang Kawah Ijen.
Penambangan aktif diadakan mulai pukul 6 pagi higga pukul
4 sore hari.
Responden bernama Bapak Budi. Beliau adalah kepala
bagian keuangan PT. Candi Ngrimbi. Beliau bertempat tinggal
tidak jauh dari tempatnya bekerja.
b. Penjelasan Mengenai CSR Perusahaan
Responden menjelaskan bahwa CSR yang dilakukan
oleh perusahaan adalah CSR yang bersifat sosial, yakni
pemberian satunan kepada yayasan yatim piatu di sekitar
Tamansari. Santunan diberikan dalam bentuk uang tunai
sebersar Rp 1.000.000,- setiap bulannya dimana uang
tersebut nantinya bebas digunakan oleh pengurus yayasan
yatim piatu tersebut.
Selain itu perusahaan juga aktif dalam memberikan
bantuan dana pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
warga sekitar. Salah satu contoh yang diutarakan responden
adalah membantu memberikan dana dalam kegiatan
kompetisi bola voli warga sekitar.
Berdasarkan apa yang diucapkan responden, ada
beberapa alasan yang menyebabkan mengapa perusahaan
memilih untuk melakukan CSR dalam bentuk tersebut.
Adanya kepedulian terhadap yatim piatu di kalangan warga
sekitar menjadi salah satu penyebabnya. Selain itu, PT. Candi
Ngrimbi pusat juga menyarankan agar unit tersebut menjalan
CSR di kalangan sekitar warga saja.
41
Responden juga mengatakan bahwa perusahaan
bertanggung jawab juga terhadap kondisi jalan yang setiap
hari dilalui untuk melakukan kegiatan penambangan. Oleh
karena itu, perusahaan juga harus memastikan bahwa kondisi
jalan tesebut selalu dala keadaan yang baik. Mengingat juga
bahwa jalan yang dilalui juga merupakan jalan utama menuju
wisata kawah ijen yang cukup terkenal secara Internasional.
Responden kurang yakin kapan edaran mengenai CSR
dari pemerintah diterima oleh perusahaan, antara tahun 2010
atau 2011. Namun bukan berarti CSR belum dilakukan sebelu
itu. Perusahaan telah lama memberikan bantuan keapda
warga sekitar bahkan sejak beberapa tahun sebelum surat
edaran tersebut diberikan. Bantuan yang diberikan adalah
dalam bentuk uang tunai yang diberikan sesuai dengan
keperluan warga selama warga mengajukan permohonan
kepada perusahaan.
Ada satu hal yang cukup menarik dari CSR PT. Candi
Ngrimbi. Ketika kondisi Gunung Ijen sedang aktif, ada
larangan dari pemerintah untuk mendekati kawah gunung
tersebut. Hal ini menyebabkan perusahaan tidak dapat
melakukan produksi sehingga tidak ada pemasukan sama
sekali. Namun karena ada rasa “sungkan” dengan yayasan
yang selalu diberikan dana CSR, perusahaan tetap
memberikan dana CSR sebesar 1 juta pada yayasan tersebut.
c. Pemahaman Mengenai CSR
Pemahaman yang dimiliki oleh respoden mengenai
CSR masih kurang. Sebelum surat edaran dari bupati masuk,
responden belum mengerti apa-apa mengenai CSR meskipun
perusahaan telah melaksanakan CSR dalam bentuk bantuan
kepada masyarakat. Responden baru menyadari bahwa
perusahaan telah melakukan CSR setelah edaran diterima.
Pengetahuan responden hanya sebatas dari edaran
dari Bupati yang intinya adalah mewajibkan perusahaan
untuk meluangkan sekian persen pendapatannya untuk
42
membangun masyarakat sekitar perusahaan. Ketika
dilakukan wawancara dan diberi pertanyaan mengenai
undang-undang yang mewajibkan CSR, responden menjawab
belum mengerti hal tersebut.
Responden juga sempat kebingungan dengan biaya
yang dikeluarkan untuk membantu warga sekitar yang
membutuhkan dimana sifatnya individu. Responden
menganggap hal tersebut bukan terasuk CSR meskipun hal
tersebut dapat digolongkan dalam kegiatan sosial. Dan
seiring dengan berjalannya wawancara, responden
menganggap bahwa hal tersebut bukan termasuk CSR.
d. Sinergitas Dengan Pemerintah
Komunikasi antara perusahaan dan aparat pemerintah
setempat masih terus dilakukan. Responden menyatakan
bahwa kepala desa setempat selalu meminta perusahana
agar terus melaporkan kegiatan CSR yang dilakukan. Untuk
perihal sinegitas antara pemeritah dan perusahaan,
responden belum berani menjawab dikarenakan apabila
benar-benar terjadi maka perusahaan tersebut, yang
merupakan unit usaha dengan pusat di Surabaya, masih
perlu mengkomunikasikan perihal sinergitas tersebut kepada
pusat.
Berdasarkan temuan lapang sementara dari hasil wawancara
dengan perusahan PT. Ngrimbi maka jika dipetakan dalam analisa
SWOT maka hasil analisa adalah sebagai berikut:
Tabel Analisa SWOT kegiatan CSR PT. Ngrimbi
No Indikator Deskripsi
1 Strength (kekuatan) Pemahaman CSR yang merupakan bagian
dari ibadah (sehingga tetap memberi CSR
meskipun kondisi rugi)
2 Weakness
(Kelemahan)
Pemahaman CSR yang masih lemah karena
hanya berdasar dari edaran pemerintah.
Keputusan pemberian CSR harus sesuai
43
dengan persetujuan pusat
Koordinasi yang dilakukan hanya dengan
kepala desa
3 Oportunity
(Peluang)
Masyarakat sekitar perusahaan merasa
cukup terbantu dengan CSR perusahaan
4 Threat (Ancaman) Perusahaan belum berani melakukan
sinergi lebih lanjut karena semua
tergantung dari keputusan PT. Candi
Ngrimbi pusat
Sumber : wawancara lapang diolah
2. PT. Bank Central Asia (BCA)
a. Profil Perusahaan dan Responden
Bank BCA adalah salah satu perusahaan swasta yang
ada di kabupaten banyuwangi dan bergerak di bidang jasa
perbankan. Responden kami adalah Bapak Hadi Waskito
selaku Kepala Operasional BCA Banyuwangi
b. Penjelasan Tentang CSR yang telah dilakukan perusahaan
Berdasarkan penjelasan responden,sampai saat ini
BCA tidak hanya concern pada bidang bisnis belaka namun
juga concern pada pemberdayaan sosial kemasyarakatan.
Proses pemberdayaan sosial masyarakat ini ada sebagai
bentuk tanggungjawab sosial perusahaan. Pelaksanaan CSR
di BCA sendiri ada yang dilakukan oleh BCA pusat namun ada
pula yang pelaksanaannya diserahkan kepada daerah yang
itu artinya dilakukan oleh kantor cabang masing-masing
Sampai saat ini ada beberapa program perusahaan
yang telah dilaksanakan sebagai bentuk CSR perusahaan:
1. Donor darah untuk karyawan BCA setiap 2 bulan sekali
2. Bantuan beasiswa secara rutin tiap tahun untuk karyawan
agar dapat melanjutkan sekolahnya
3. Bantuan dana hibah untuk tempat-tempat ibadah
masyarakat
4. Bantuan alat olahraga untuk sekolah maupun universitas
yang menjalin kerjasama dengan Bank BCA
44
Selain beberapa program diatas,ada pula program
khusus dari BCA pusat untuk berkontribusi pada
pengembangan sosial masyarakat dan budaya seperti:
1. Diterbitkannya kartu kredit dengan motif batik beberapa
saat setelah batik diresmikan sebagai warisan budaya
indonesia
2. Pemberian bantuan dana untuk atlet nasional kita yang
akan berlaga di luar negeri
c. Sinergitas dengan pemerintah
Menurut pengakuan responden, untuk kerjasama
dengan pihak pemerintah setempat yang dalam hal ini
adalah pemerintah Kabupaten masih belum masimal. selama
ini koordinasi masih sebatas surat edaran yang dikeluarkan
oleh bupati tentang kewajiban melaksanakan program CSR
bagi perusahaan. Selain itu belum ada forum yang digunakan
untuk keperluan koordinasi intens antara pihak BCA dengan
pemerintah padahal untuk Bank BCA sendiri selalu
melakukan koordinasi intens dengan bank-bank lainnya
melalui forum komunikasi perbankan se Banyuwangi. Inilah
yang menyebabkan sampai saat ini pihak BCA Banyuwangi
masih mengalami kesulitan dalam mengimplementasikan
program-program CSR yang dimiliki. karena kurangnya data
dan informasi yang dimiliki oleh pihaknya terkait kebutuhan
masyarakat banyuwangi sendiri. Untuk itu ke depannya pihak
BCA Banyuwangi mengharapkan adanya komunikasi yang
jelas dengan pemerintah sehingga program-program
perusahaan bisa benar-benar menimbulkan kemanfaatan
yang jelas bagi masyarakat Kabupaten Banyuwangi secara
keseluruhan.
Berdasarkan temuan lapang sementara dari hasil wawancara
dengan perusahan PT. Bank Central Asia (BCA) maka jika dipetakan
dalam analisa SWOT maka hasil analisa adalah sebagai berikut:
Tabel Analisa SWOT kegiatan CSR PT.Bank Centra Asia (BCA)
45
No Indikator Deskripsi
1 Strength (kekuatan) BCA memiliki program CSR pusat dan juga
memiliki program CSR dari cabang,
sehingga banyak CSR yang dilakukan
2 Weakness
(Kelemahan)
CSR yang diberikan belum memiliki alasan
dan fokus yang jelas, seperti ada donor
darah, operasi katarak, bantuan terhadap
acara sekitar, dsb.
Kurangnya data yang dimiliki untuk
menunjang CSR
3 Oportunity
(Peluang)
Banyaknya aspek dan lingkup yang bisa
dijangkau oleh persuahaan
4 Threat (Ancaman) kurang data untuk menunjang jalannya
CSR perusahaan
Sumber : wawancara lapang diolah
Berdasarkan pengamatan dilapangan terhadap beberapa sampel
dari perusahaan BUMN, BUMD, serta Swasta terhadap dinamika
pelaksanaan program tanggungjawab sosial perusahaan atau corporate
social responsibility (CSR) didapatkan gambaran umum sebagai
berikut:
46
MEMBANGUN SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
Tabel Uraian Temuan Lapang Kegiatan CSR dunia usaha di Kabupaten Banyuwangi
No Indikator Deskripsi
1 Strength (kekuatan) Adanya kesadaran beberapa perusahaan
mengenai pelaksanaan program CSR
Peraturan beberapa perusahan yang
mendukung
Dukungan finansial perusahaan
Beragamnya kegiatan CSR yang dilakukan
perusahaan.
2 Weakness
(Kelemahan)
Lemahnya koordinasi, baik antara
perusahaan dengan perusahaan ataupun
antara perusahaan dengan pemerintah.
Lemahnya koordinasi berdampak kepada
lemahnya tingkat fokus sasaran kegiatan
CSR
Belum terbentuknya forum yang menaungi
Belum adanya payung hukum yang
memayungi adanya sinergitas
3 Oportunity
(Peluang)
Peraturan daerah yang menghimbau
kegiatan CSR dari masing-masing
perusahaan
Semakin bertambahnya dunia usaha di
Kabupaten Banyuwangi
Semakin tumbuhnya perekonomian yang
berimbas kepada peningkatan laba
perusahaan.
Adanya kemauan dari beberapa
perusahaan untuk saling bersinergi
4 Threat (Ancaman) Pemahaman yang salah dari masyarakat
mengenai program CSR.
Otoritas terbatas dari beberapa
perusahaan
Perbedaan kepentingan dari masing-
47
No Indikator Deskripsi
masing perusahaan
Minimnya data dalam menunjang
pelaksanan CSR
Salah satu yang paling menonjol dari beberapa bentuk kekuatan
dalam kegiatan CSR dari berbagai dunia usaha yang berada di
Kabupaten Banyuwangi adalah sudah mulai munculnya kesadaran
akan pentingnya kegiatan CSR, kekuatan tersebut semakin tumbuh
dengan didukung oleh peraturan perusahaan dalam pelaksanaan
program CSR di perusahaan. Hal tersebut memang bukan muncul
disemua jenis usaha namun masih sebagian, terdapat perusahaan
yang malah tidak memahami apa yang dimaksud dengan CSR tersebut
sehingga mereka tidak melakukan kegiatan CSR. Pemahaman
mengenai CSR ini dapat menjadi suatu hambatan dalam pelaksanaan
program CSR yang dapat berimbas kepada kekurangtepatan bentuk
kegiatan CSR yang dilakukan serta salahnya sasaran dari kegiatan
tersebut.
Pengetahuan perusahaan terhadap pemahaman CSR juga
ditunjang oleh belum adanya komunikasi yang intensif antara
perusahaan dengan perusahaan maupun perusahaan dengan
pemerintah daerah. Pemerintah daerah sebenarnya telah
mengeluarkan Peraturan Bupati yang menghimbau setiap perusahaan
melakukan program keperdulian sosial / CSR namun karena masih
kurang intensifnya sosialisasi dan pengawasan masih banyak
perusahaan yang masih enggan untuk melakukan program tersebut
terutama untukperusahaan-perusahaan swasta, sedangkan
perusahaan BUMN pengamatan dilapangan seluruhnya telah
melakukan program CSR karena diperkuat dengan adanya peraturan
menteri BUMN yang mengharuskan setiap perusahaan BUMN untuk
menjalankan program CSR. Tingkat kesadaran dan pemahaman
perusahaan yang kurang, ditunjang oleh lemahnya sosialisasi semakin
diperparah dengan tingkat kepentingan perusahaan yang berbeda-
beda dapat menjadi ancama terhadap sinergitas pembiayan non APBD
48
sebab dengan perusahaan yang tingkat kepentingan yang berbeda
apalagi berseberangan maka akan sangat sulit untuk bersinergi dalam
program CSR ini.
Setelah mendapatkan IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE
(Eksternal Factor Evaluation) maka langkah selanjutnya adalah
membuat matrik SWOT dimana Matriks Strength – Weaknesses –
Opportunities - Threat (SWOT) merupakan matching tool yang penting
untuk membantu mengembangkan empat tipe strategi, yaitu strategi
SO (Strength-Opportunity), strategi WO (Weakness-Opportunity),
strategi ST (Strength-Threat), dan strategi WT (Weakness-Threat).
Keempat tipe strategi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Strategi SO (Strength-Opportunitiy), strategi ini
menggunakan kekuatan internal pemerintah daerah untuk
meraih peluang-peluang yang ada di luar pemerintah daerah.
Strategi WO (Weakness-Opportunity), strategi bertujuan
untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal
pemerintah daerah sinergitas pembiayaan non APBD dengan
memanfaatkan peluang-peluang eksternal.
Strategi ST (Strength-Threat), melalui strategi ini
pemerintah daerah berusaha untuk menghindari atau
mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal.
Strategi WT (Weakness-Threat), strategi ini merupakan
taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan
internal serta menghindari ancaman.
Berdasarkan matrik IFE dan EFE maka matrik SWOT bagi
program Sinergitas Pembiayaan Non APBD diuraikan sebagai berikut:
Tabel Matching Tool Strategi Sinergitas Pembiayaan Non APBD
Streght (Kekuatan)
Adanya kesadaran beberapa perusahaan mengenai pelaksanaan program CSR
Peraturan beberapa perusahan yang
Weakness (Kelemahan)
Kurang bervariasinya kegiatan CSR disebabkan kurangnya pengetahuan dari beberapa perusahaan
Lemahnya koordinasi, baik antara perusahaan dengan
49
Faktor Internal
mendukung Dukungan finansial
perusahaan Beragamnya kegiatan CSR
yang dilakukan perusahaan.
perusahaan ataupun antara perusahaan dengan pemerintah.
Lemahnya koordinasi berdampak kepada lemahnya tingkat fokus sasaran kegiatan CSR
Belum terbentuknya forum yang menaungi
Belum adanya payung hukum yang memayungi adanya sinergitas
Opportunity (Peluang)
Peraturan daerah yang menghimbau kegiatan CSR dari masing-masing perusahaan
Semakin bertambahnya dunia usaha di Kabupaten Banyuwangi
Semakin tumbuhnya perekonomian yang berimbas kepada peningkatan laba perusahaan.
Adanya kemauan dari beberapa perusahaan untuk saling bersinergi.
Strategi SO
Mengembangkan ragam kegiatan program CSR yang lebih bermanfaat dan cakupan wilayah yang semakin luas.
Strategi WO
Membentuk sebuah forum yang menaungi kegiatan CSR di Kabupaten Banyuwangi
Membentuk payung hukum untuk pelaksanaan CSR.
Membuat sebuah pertemuan rutin untuk membahas isu strategis pembangunan
Treath (Ancaman)
Pemahaman yang salah dari masyarakat mengenai program CSR.
Otoritas terbatas dari beberapa perusahaan
Perbedaan kepentingan dari masing-masing perusahaan
Minimnya data dalam menunjang pelaksanan CSR
Strategi ST
Intensitas sosialisasi program CSR ke Masyarakat
Peningkatan koordinasi dan komunikasi antar perusahaan serta pemerintah
Strategi WT
Memperkuat fungsi dari forum, utamanya terhadap komunikasi baik antar perusahaan maupun pemerintah.
Dari berbagai daftar kekuatan (streght), kelemahan (weakness),
peluang (opportunity) serta ancaman (treath) akan di dapatkan
matching tool dimana tujuan matching tool ini juga untuk melihat
strategi yang akan muncul bilamana diketahui jenis kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman. Apabila dalam upaya untuk
50
mensinergikan pembiayaan non APBD diketahui kekuatannya adalah
sudah mulai munculnya kesadaran untuk melakukan CSR serta adanya
peluang yang dimiliki yaitu semakin berkembangnya dunia usaha
dengan semakin meningkatnya perekonomian di Kabupaten
Banyuwangi maka strategi yang dapat diambil adalah dengan semakin
meningkatkan ragam kegiatan CSR dari saat ini.
Lalu pendekatan ini bila dikaitkan antara kelemahan dan
peluang maka dapat dimana dalam upaya sinergitas pembiayaan non
APBD memiliki kelemahan berupa masih rendahnya koordinasi antar
perusahaan maupun dengan pemerintah dilihat dari sisi peluang yang
memperlihatkan adanya kemauan perusahaan untuk bersinergi maka
alternatf terhadap strateginya adalah dengan membentuk forum yang
menaungi kegiatan CSR dimana elemen dalam forum tersebut terdiri
dari perusahaan-perusahaan baik perusahaan sejenis maupun lintas
perusahaan serta elemen pemerintah. Agenda yang terdapat dalam
forum tersebut setidakanya dapat membahas mengenai berbagai
perpektif CSR , isu-isu strategis pengembangan CSR di Banyuwangi
maupun membahas permasalahan-permasalahan yang melingkupi
kegiatan CSR.
Dari segi kekuatan dilihat dari segi ancaman terhadap sinergitas
pembiayaan non APBD dapat terlihat alternatif strategi yang dapat
dimunculkan bilamana terdapat kemauan perusahaan untuk
melakukan CSR namun terdapat ancaman yaitu persepsi masyarakat
yang salah mengenai program CSR maka alternative straegi yag dapat
muncul adalah dengan mengintensifkan sosialisasi kepada masyarakat
agar tujuan dari pelaksanaan program CSR dapat terlaksana.
Dilihat dari segi kelemahan dan ancaman salah satu alternatif
yang dapat muncul apabila melihat jenis kelemahan dilihat dari segi
ancaman seperti bila kelemahan berupa kurangnya komunikasi dengan
melihat ancaman mengenai tingkat kepentingan masing-masing
perusahaan yang berbeda bahkan terdapat perusahaan yang tingkat
otoritasnya ditentukan oleh perusahaan pusat maka strategi yang
muncul adalah dengan mengintensifkan keberadaan forum agar
51
komunikasi antar perusahaan dapat meningkat dan tercipta berbagai
solusi terhadap permasalahn komunikasi antar perusahaan.
Penggunaan analisa SWOT sangat berguna untuk membuat
alternatif-alternatif terhadap suatu tujuan dengan mempertimbangkan
unsur kekuatan (streght), kelemahan (weakness), peluang
(opportunity), dan ancaman (treath). Berdasarkan unsur-unsur tersebut
akan tercipta berbagai alternatif strategi untuk mencapai tujuan yang
akan dicapai jika dalam kajian ini adalah untuk tujuannya membuat
sinergitas pembiayaan non APBD maka dengan pendekatan tersebut
akan lahir alternatif strategi terhadap tujuan yang hendak dicapai.
52
Strategi Sinergitas Pembiayaan Non APBD
Masalah Internal
jenis dan ragam kegiatan terbatas
Pemahaman CSR yang masih
kurang
Otoritas Terbatas
peraturan perusahaan
Masalah Ekternal
sasaran kurang tepat
kurangnya data yang akurat
kekurang berhasilan kegiatan
Pandangan salah mengenai
masyarakat
Masalah Kelembagaan
Berjalan Sendiri-sendiri
Belum adanya forum
kepentingan berbeda
Belum adanya ketentuan yang
tegas
tidak dijalankanya
CSR
Fungsi Pengawasan
kurang
keterbatasan aparatur
Gambar Diagram Pohon Masalah Sinergitas Pembiayaan Non APBD
81
Untuk mencapai tujuan terciptanya sinergitas pembiayaan non APBD
di kabupaten Banyuwangi berdasarkan pendekatan alat analisis akar
masalah terdapat beberapa permasalahan yang dapat menjadi
penghambat tersinerginya pembiayaan non APBD. Dalam gambar tersebut
permasalahn-permasalahan yang terdapat pada bagian yang paling bawah
adalah permasalahan yang harus segera di buatkan solusinya, semisal
adanya pemahaman yang kurang dari perusahaan mengenai definisi CSR
maka berdampak kepada kurang beragamnya pelaksanaan CSR atau
perusahaan bingun mengenai kegiatan CSR apa yang hendak dilakukan.
Artinya dengan permasalahan tersebut pemerintah daerah harus membuat
solusi agar perusahaan mendapatkan pemahaman yang luas mengenai
kegiatan CSR, berdasarkan analisa akar masalah maka solusi untuk
mengatasi permasalahn tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel Jenis Masalah Dan Solusi permasalah Berdasarkan Analisa
Akar Masalah Sinergitas Pembiayaan Non APBD
No Jenis Permasalahan Solusi Permasalahan
1 Pemahaman CSR yang masih
kurang
Diadakannya sosialisasi
ataupun workshop mengenai
kegiatan CSR kepada
perusahaan
2 Peraturan perusahaan Pemerintah Daerah Melakukan
Mediasi kepada perusahaan
induk
3 Kurangnya data yang akurat Pengakurasian dan
Pensinergian data dari masing-
masing SKPD
4 Pandangan masyarakat yang
salah terhadap program CSR
Mengintensifkan sosialisasi
kepada masyarakat
5 Belum adanya forum dan
perbedaan kepentingan.
Mensinergikan kegiatan CSR
dari masing-masing
perusahaan dalam suatu
wadah forum.
6 Tidak terlaksanakannya CSR oleh Sosialisasi dan Pembuatan
87
beberapa perusahaan peraturan yang tegas
88
Kesimpulan
Merujuk kepada hasil pengamatan di lapangan mengenai
pelaksanaan program CSR yang kemudian dianalisa sesuai dengan
tujuan penelitian mengenai sinergitas pembiayaan non APBD terdapat
beberapa poin yang dapat dikemukanan yaitu :
1. Program – program pembangunan yang potensial dibiayai oleh
pembiayaan non APBD berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah kabupaten Banyuwangi bersadarkan isu strategis
terdapat enam hal yaitu
a. Mengenai pembangunan bidang pendidikan dan kesehatan
b. Pengentasan kemiskinan dan pengangguran,
c. Pembangunan pertanian dan peningkatan pariwisata
d. Pembangunan infrastruktur,
e. Mengatasi permasalahn degradasi lingkungan,
f. serta peningkatan good government pemerintah daerah
Program tersebut potensial sesuai dengan perencanaan
pembangunan pembangunan jangka menengah daerah, sehingga
pelaksanaan pembiayaan non APBD dapat lebih terarah dan dapat
mendukung program karena sejalan dengan rencana pembangunan
daerah Kabupaten Banyuwangi.
2. Potensi dan permasalahan penyaluran CSR di Kabupaten Banyuwangi
berdasarkan observasi lapangan adalah:
a. Potensi :
PENUTUP
89
Sudah banyak perusahaan yang melakukan program CSR
dengan berbagai variasi pelaksanaan kegiatan
Sudah munculnya kesadaran untuk melakukan CSR
Adanya dukungan peraturan perusahaan untuk melakukan CSR
Adanya keterbukaan perusahaan untuk saling bersinergi
Pertumbuhan ekonomi yang memungkinkan semakin
berkembangnya usaha dan industri yang kemudian akan
berimbas kepada semakin besarnya dana CSR yang akan
disalurkan ke Masyarakat
b. Permasalahan:
Masih minimnya pengetahuan mengenai CSR yang
menyebabkan banyak perusahaan tidak memahami definisi
dan manfaat CSR sehingga mereka tidak melakukan CSR.
Minimnya data yang akurat menyebabkan perusahaan
kesulitan untuk menetapkan sasaran kegiatan sehingga kerap
mereka masih harus melakukan observasi ulang saran
kegiatan.
Otoritas terbatas dari beberapa perusahaan utamanya
perusahaan yang meiliki induk di Jakarta atau Surabaya karena
otoritas penentuan program CSR ditentukan oleh pusat.
3. Permasalahan umum yang terjadi di Kabupaten Banyuwangi
mengenai pelaksanaan program CSR adalah kurang terarahnya dan
terkoordinirnya pelaksanaan yang diakibatkan belum adanya forum
yang mampu mengakomodir pelaksanaan kegiatan CSR dari semua
stakehorlder yang melaksanakan CSR.
Saran
a. Agar pelaksanaan program CSR tidak terjadi simpang siur maka
hendaknya disesuaikan dengan perencanaan pembangunan daerah.
Terdapat beberapa alternatif bentuk CSR dengan mengacu kepada
rencana pembangunan jangka menengah daerah yaitu:
Tabel 8.1 Program Pembangunan Yang Dapat Dibantu Dengan CSR
90
N
O
PRIORITAS
PEMBANGUNAN
BENTUK BANTUAN CSR
1 Pendidikan
1. Rehabilitasi bangunan sekolah dan sarana
penunjang
2. Penyediaan buku-buku sekolah
3. Penyediaan alat-alat praktek & peraga
pengajaran
4. Pemberian beasiswa untuk siswa
berprestasi dan tidak mampu
5. Pemberian seragam sekolah bagi siswa
tidak mampu
6. Pelatihan dan bimibingan bagi peningkatan
kompetensi guru
7. Memberikan pelatihan kewirausahaan bagi
siswa
8. Mempermudah akses magang bagi siswa
SMK dan sederajat.
2 Kesehatan
1. Peningkatan program sosial melalui layanan
gratis, misalnya operasi katarak, khitan
massal, pemeriksaan gigi, konsultasi dan
pemeriksaan kesehatan.
2. Penyuluhan kesehatan masyarakat dan
lingkungan.
3. Peningkatan gizi masyarakat.
4. Bantuan peralatan kesehatan di tingkat
posyandu dan puskesmas pembantu.
5. Peningkatan partisipasi dalam pencegahan
wabah penyakit, misalanya bantuan
fogging.
3 Infrastruktur 1. Bantuan penyediaan air bersih di daerah
terisolasi dan daerah kekeringan.
2. Penydiaan sanitasi di pusat-pusat
kemiskinan bayuwangi.
3. Bantuan perbaikan infrastruktur jalan
91
N
O
PRIORITAS
PEMBANGUNAN
BENTUK BANTUAN CSR
pedesaan.
4. Bantuan penyediaan penerangan di
kawasan terpencil
5. Peningkatan akses informasi bagi
masyarakat melalui penyediaan Wifi gratis
di pusat-pusat bertemunya masyarakat,
misalnya Alun-alun, pusat perbelanjaan, dan
kantor pemerintahan.
4 Kemiskinan
1. Rehabilitasi rumah bagi keluarga miskin
2. Bantuan modal usaha untuk keluarga
miskin.
3. Pelatihan dan pendampingan
pemberdayaan ekonomi masyarakat.
4.
5 Pengangguran
1. Pelatihan-pelatihan kewirausahaan bagi
masyarakat, khususnya generasi muda di
banyuwangi
2. Prioritas tenaga kerja lokal untuk tenaga
kerja bagi perusahaan-perusahaan yang
berada di banyuwangi
3. Bantuan modal usaha bagi calon wirausaha
muda melalui kompetisi (dengan kompetisi
busines plan atau proposal usaha)
6 Sektor UMKM
1. Pembinaan dan pendampingan UMKM di
banyuwangi
2. Peningkatan kerjasama antara UMKM dan
industri besar.
3. Bantuan modal usaha bagi UMKM yang
berpotensi ekspor.
4. Bantuan modal usaha untuk pemberdayaan
ekonomi kaun perempuan
7 Sektor Pertanian 1. Bantuan sarana dan prasarana pertanian
92
N
O
PRIORITAS
PEMBANGUNAN
BENTUK BANTUAN CSR
bagi petani miskin
2. Membuat pilot project untuk pengembangan
vaietas tertentu dalam rangka
meningkatkan produktivitas pertanian
3. Memberikan prnyuluhan dan pendampingan
bagi petani dalam rangka proses produksi
dan pengendalian hama serta pasca panen.
4. Kerjasama petani dan industri besar untuk
kepastian pembilian hasil-hasil pertanian
yang dapat mendukung input industri di
banyuwangi.
7 Sektor Pariwisata
1. Promosi wisata di banyuwangi
2. Memberikan paket-paket murah untuk
wisatawan berlibur di banyuwangi
3. Peningkatan frekwensi gelar wisata dan
festival seni dan budaya banyuwangi
4. Pembangunan infrastruktur penunjang
pariwisata
8 Lingkungan
1. Bantuan rehabilitasi lingkungan, misalnya
penanaman pohon.
2. Membantu dalam pengelolalaan sampah
3. Memberikan kompensasi bagi masyarakat di
sekitar industri besar yang terkena dampak
polusi akibat proses produksi
9
Peningkatan good
governance pemerintah
daerah
1. Bantuan teknis penyusunan perencanaan
pembangunan yang dapat diberikan oleh
lembaga perguruan tinggi.
2. Mempublikasikan program-program
pembangunan daerah dan keberhasilannya
melalui media cetak dan media informasi
lainnya.
93
Mendorong terbentuknya forum yang mampu menfasilitasi segala
kebutuhan yang berkaitan pelaksanaan kegiatan CSR ini. Forum
tersebut merupakan kumpulan dari beragam perusahaan yang
mempunya visi dan misi yang sama terhadap pentingnya
pelaksanaan program CSR. Dengan adanya forum tersebut
diharapkan akan berfungsi sebagai:
a. Wadah untuk menampung aspirasi mengenai kegiatan CSR.
b. Wadah untuk bertukar fikir mengenai permasalahan yang
melingkupi pelaksanaan CSR yang kemudian dicarikan solusi
terhadap permasalahn tersebut.
94