tugas etls dan csr obgyn
DESCRIPTION
kasus obgyn etlsTRANSCRIPT
TUGAS ETLS dan CSR OBGYN
Dr. Moch Ma’roef, Sp. OG
KELOMPOK A
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
ANGGOTA
Denny Krisna Purnama 201110330311026
Seno Arif Amrullah 201110330311063
Putri Fajaria Anggraini 201110330311041
Adindha Sekar Ayu 201110330311103
Muhammad Yasirto Fujaya 201110330311166
Faiz Yusky Naufal 201110330311010
Izacha Hatma Panganugraha 201110330311002
Gusti Galang Pambudi 201110330311169
Sylvia Pica Septiana P. 201110330311030
Nada Soraya 201110330311062
M Priangga Akbar 201110330311085
KASUS OBGYN ETLS
ROLE PLAY
Poli Tanggal : 4 Juni 2014
IDENTITAS
ISTRI
Nama :Ny. Santi
Umur : 19 th
Alamat : Karangploso Malang
Pekerjaan : buruh pabrik
Pendidikan : SD
Lama menikah: 1 th
Suami
Nama : Tn Tukiman
Umur : 19 th
Pekerjaan : buruh tani
Pendidikan : SMP
Anamnesis
KU : Kenceng-kenceng, dan badan panas
RPS : kenceng-kenceng sejak tadi malam, lama ½ menit 3 kali dalam 10 menit.
Sebelumnya panas 4-5 hari yang lalu. Keluar cairan kehijauan sejak 2 bulan
yang lalu, gatal, tidak ada kebiasaan mengunakan sabun vagina.
RPD : HT –, DM –. Riw. Keputihan 8 bulan yang lalu kemudian berobat ke bidan dan
sembuh
RP. Sos : MCK di sungai, cebok seperti biasa
RP. OBS sekarang: kehamilan ke dua, TT tidak lengkap, hamil kedua, tidak pernah ANC, KB –
RP. OBS dahulu : kehamilan pertama abortus
PEMERIKSAAN FISIK :
KU : Baik
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 38.8 C
Nadi : 90x/ menit
RR : 18/x menit
KEPALA : anemis +, icterus -, dyspnea -, sianosis –
Leher : dbN
Thorax : dbN
Ekstremitas : dbN
Status Obstetri :
Leopold I : lunak tidak melenting (bokong), TFU 22 cm
Leolpold II : punggung kiri, Djj 168x/menit
Leopold III : kepala masuk PAP
Leopold IV : kepala sudah masuk PAP, 1/5
Pemeriksaan Genitalia :
Eksterna
Inspeksi : sekret keluar berwarna hijau
Palpasi : nyeri tekan (-), pembesaran kelenjar bartolin (-)
Interna
Inspeksi : ostium terbuka
Pemeriksaan VVP :
Whiff test : +
PH : Basa
Clue Cell : +
Pemeriksaan VT Obs :
Pembukaan : 2cm
Penipisan : 25%
Presentasi : kepala
Penurunan : Hodge I
Penyusupan : -
Denominator : UUK depan
Ketuban : -
Pemeriksaan UPD :
PAP
Konjugata Diagonalis : 12cm
Linea inominata : < 2/3
PTP
Sacrum : cekung
Spina Ischiadica : simetris, tumpul
PBP
Arcus Pubicum : < 90 derajat
Distansia Tuberum : 10,5 cm
Evaluasi : darah, lendir
Problem List :
Anemia
Bacterial Vaginosis
Ketuban Pecah
Kala I Fase Laten
Initial Diagnosis :
GII P0000 A100 Parturien UK 39-40 minggu Kala I Fase Laten T/H + korioamnionitis +
anemia & BV
Planning Diagnosis :
USG Abdomen (menghitung usia kehamilan bayi, jumlah cairan ketuban, denyut jantung
janin, kelainan pada janin)
NST
DL/UL
Hapusan Darah Tepi
Kadar Fe Serum, Feritin, TIBC
Pemeriksaan Gram
Planning Therapy :
MRS
Infus RL 20 tetes/ menit
Persiapan SC:
Jika Hb <8 maka transfuse PRC; jika Hb>8 siapkan transfusi (jaga-jaga jika
terjadi sesuatu saat operasi)
AB profilaksis Ampicillin 2g IV setiap 6 jam dengan Gentamycin
1,5mg/kgBB. Pemberian antibiotik untuk kuman anaerob seperti Metronidazole
500mg IV tiap 8 jam (skin test)
Kateter
Metronidazole 500 mg 2x1 selama 7 hari ( setelah bayi lahir )
Monitoring :
TTV
Kontraksi Uterus
DJJ
VT OBS ( 5P + DKU )
Produksi Urin
Edukasi :
Menjelaskan tentang kondisi ibu dan bayi
Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan (kemungkinan dilakukan section caesaria)
Menjelaskan kepada suami harus diperiksa
LANDASAN TEORI
1.1 Anemia pada kehamilan
Definisi Kadar HB < 11 g/dL pada trimester pertama dan ketiga, serta HB < 10,5 g/dL pada
trimester kedua.
Perubahan Fisiologis pada Kehamilan
Pada kehamilan terjadi ekspansi volume plasma relative lebih besar dibandingkan dengan
peningkatan jumlah sel darah merah. Volume plasma naik sebanyak 40-45%. Disproporsi ini
paling besar saat trimester kedua. Pada trimester ketiga, volume plasma menurun dan massa
hemoglobin meningkat. Diperkirakan selama kehamilan, volume plasma meningkat tiga kali
lebih banyak dibandingkan eritrosit. Anemia dalam kehamilan mempengaruhi vaskularisasi
plasenta. Angiogenesis, yang terjadi pada masa awal kehamilan, menjadi tidak optimal.
Etiologi
Penyebab anemia dalam kehamilan bisa bersifat didapat atau memang penyebab yang
diturunkan. Penyebab terseringnya adalah anemia defesiensi besi (ADB) dan perdarahan akut.
Tabel Penyebab Anemia dalam Kehamilan
Didapat Diturunkan
Anemia defesiensi besi Talasemia
Perdarahan akut Hemoglobinopati sel sabit
Inflamasi atau keganasan Hemoglobinopati bentuk lain
Anemia megaloblastik Anemia hemolitik herediter
Anemia hemolitik didapat
Anemia aplastic atau hipoplastik
Anemia Defisiensi besi (ADB)
Selama kehamilan, terjadi peningkatan kebutuhan zat besi menjadi 1000 mg. Sebanyak 300 mg
digunakan untuk fetus dan plasenta, 500 mg untuk produksi Hb, 200 mg hilang melalui saluran
ceerna, urin, maupun kulit. ADB dalam kehamilan merupakan konsekuensi utama ekspansi
volume plasma relative terhadap massa hemoglobin.
Faktor umur ibu hamil berkontribusi terhadap kejadian anemia selama hamil, Ibu hamil yang
berusia kurang dari 20 tahun masih membutuhkan zat besi lebih untuk keperluan kebutuhan
pertumbuhan diri sendiri dan juga untuk janinnya. Oleh karena itu, hamil di usia 20 tahun dengan
asupan gizi yang tidak adekuat memiliki resiko anemia defisiensi besi. Penelitian menemukan
bahwa ibu hamil yang menderita anemia paling bayak pada usia resiko yaitu kurang dari 20
tahun sebesar 58%.
Manifestasi Klinis
Gejala yang dirasakan biasanya nonspesifik:lemas, mudah lelah, pucat, sakit kepala, palpitasi,
takikardia, dan sesak nafas. Apabila anemia berat sudah bertahan lama, dapat muncul stomatitis
angularis, glossotos dan koilonikia (kuku seperti sendok).
Pengaruh Anemia Dalam Kehamilan
Pengaruh anemia kehamilan pada ibu dapat menyebabkan resiko dan komplikasi antara lain:
pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi. Resiko
meninggal dalam proses persalinan 3,6 kali lebih besar dibanding ibu hamil yang tidak anemia
terutama karena pendarahan dan atau sepsis. Dari beberapa penelitian di Asia disimpulkan
bahwa anemia memberikan kontribusi minimal 23% dari tot al ke matian ibu di Asia Pada saat
proses persalinan, masalah yang timbul adalah persalinan sebelum waktunya (prematur),
pendarahan setelah persalinan dengan operasi cenderung meningkat. Anemia pada ibu hamil juga
mempengaruhi proses pertumbuhan janin. Akibat yang ditimbulkan seperti keguguran, abortus,
bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi asfiksia intrapartum (mati
dalam kandungan), lahir dengan berat badan rendah (BBLR).
Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang
Pemerisaan darah tepi : hemoglobin, hematocrit, indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC),
kadar Fe serum, Feritin, TIBC.
Morfologi darah tepi: anemia mikrositik hipokrom.
Diagnosis Banding
Anemia akibat penyakit kronis atau keganasan, talasemia, hemoglobinopati, dan anemia
sideroblastik.
Tata Laksana
1. Terapi Non-medikamentosa
Konsumsi makanan mengandung banyak zat besi : hati, daging merah, sayuran
hijau. Selain itu meningkatkan konsumsi enhancer penyerapan besi : sayuran
mengandung vitamin C.
Menghindari penghambat penyerapan besi seperti kopi dan the
2. Terapi Medikamentosa
Pemberian preparat besi oral: fero sulfat, fero fumarat, atau fero glukonat. Sediaan
dan dosis preparat besi di tabel. Sebelum dilakukan pengobatan harus
dikalkulasikan terlebih dahulu jumlah zat besi yang dibutuhkan. Misalnya
hemoglobin sebelumnya adalah 6 gr/dl, maka kekurangan hemoglobin adalah 12 –
6 = 6gr/dl, sehingga kebutuhan zat besi adalah : 6 x 200 mg. kebutuhan besi untuk
mengisi cadangan adalah 500 mg, maka dosis Fe secara keseluruhan adalah 1200 +
500 = 1700 mg. maka pemberian dapat berupa Fero sulfat : 3 tablet / hari, @ 300
mg mengandung 600 mg Fe atau Fero glukonat: 5 tablet/hari, @ 300 mg
mengandung 37 mg Fe atau bisa juga Fero Fumarat : 3 tablet / hari, @ 200 mg
mengandung 67 mg Fe. Maka respon hasil yang tercapai adalah Hb meningkat 0,3-
1 gr perminggu.
Apabila preparat oral tidak bisa ditoleransi, dapat diberikan secara IV : fero
sukrosa/fero dekstran. Preparat intravena juga diberikan pada pasien anemia berat
(Hb < 8g/dL)
Pemberian tablet vitamin C.
Sediaan Kanduangan besi Elemental (%) Dosis mengandung 60 mg Besi
Elemental (mg)
Fe Fumarat 30 200
Fe glukonat 11 550
Fe sulfat 20 300
2.1 Ketuban pecah dini
Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) atau spontaneous/early/premature rupture of membrans (PROM)
adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan pada saat belum menunjukkan tanda-tanda
persalinan/inpartu atau bila satu jam kemudian tidak timbul tanda-tanda awal persalinan atau
secara klinis jika ditemukan pembukaan kurang dari 3 cm pada primigravida dan kurang dari 5
cm pada primigravida.
Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi kapan saja baik pada kehamilan aterm maupun preterm.
Saat aterm sering disebut dengan aterm premature rupture of membrane atau ketuban pecah dini
aterm. Bila terjadi sebelum umur kehamilan 37 minggu bisa disebut ketuban pecah dini preterm/
preterm premature rupture of membrane (PPROM) dan bila terjadi lebih dari 12 jam maka
disebut prolonged PROM.
Gejala Klinis
Pasien dengan ketuban pecah dini umumnya dating dengan keluhan keluarnya cairan dalam
jumlah cukup banyak secara mendadak dari vagina. Mungkin juga merasakan ‘kebocoran’ cairan
yang terus menerus atau kesan ‘basah’ di vagina atau perineum. Pemeriksaan yang terbaik untuk
diagnosis pasti adalah melalui observasi langsung keluarnya cairan amnion dari lubang vagina.
Gejala klinis dan diagnosis dapat juga ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik antara
lain :
1. Anamnesis :
a. Kapan keluarnya cairan, lama dan baunya
b. Adakah partikel-partikel dalam cairan
2. Inspeksi : keluar cairan pervaginam
3. Inspekulo : bila fundus uteri ditekan atau bagian terendah digoyangkan keluar cairan
dari ostium uteri internum
4. Pemeriksaan dalam
a. Ada cairan dalam vagina
b. Selaput ketuban sudah pecah
Catatan : beberapa hal yang perlu diperhatikan pada ketuban pecah dini adalah
1. Saat ketuban pecah ditentukan berdasarkan anamnesis diketahui pasti saat ketuban
pecah
2. Bila anamnesis tidak dapat memastikan kapan ketuban pecah, maka saat ketuban
pecah adalah saat penderita masuk rumah sakit
Bila berdasarkan anamnesis dapat dipastikan bahawa ketuban pecah lebih dari 12 jam makan
dikamar bersalin dilakukan observasi selama 2 jam. Bila setelah 2 jam tidak ada tanda-tanda
inpartu dilakukan terminasi kehamilan.
KPD berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Jarak antara pecahnya ketuban dan
permulaan persalinan disebut periode laten (Lag period : LP) makin muda umur kehamilan
makin memanjang LP nya.
3.1 Chorioamnionitis
Definisi
Korioamnionitis adalah infeksi jaringan membarana fetalis beserta cairan amnion yang terjadi
sebelum partus sampai 24 jam post partum. Insidensi dari chorioamnionitis adalah 1 – 5% dari
kehamilam term dan sekitar 25% dari partus preterm.
Korioamnionitis merupakan inflamasi pada membrane fetal / selaput ketuban yang merupakan
manifestasi dari infeksi intrauterine (IIU). Seringkali berhubungan dengan pecahnya selabut
ketuban yang lama dan persalinan yang lama. Hal ini dapat dilihat dengan menjadi keruhnya
( seperti awan) selaput membrane. Selain itu bau busuk dapat tercium, tergantung jenis dan
konsentrasi bakteri. Ketika mono dan leukosit polimononuklear (PMN) menginfiltrasi korion,
dalam penemuan mikroskopik maka hal ini dikatakan korioamnionitis. Sel-sel tersbut berasal
dari ibu. Sebaliknya, jika leukosit ditemukan pada cairan amnion ( amnionitis ) atau selaput
plasenta ( funisitis ), sel-sel ini berasal dari fetus. Sebelum usia 20 minggu, hampir seluruh sel
PMN berasal dari ibu, namun kemudian respon inflamasi berasal dari ibu dan fetus. Pembuktian
mikroskopik adanya gambaran struktur inflamasi lebih banyak ditemukan pada persalianan
preterm. Para peneliti menemukan bahwa reaksi inflamasi dapat bersifat tidak spesifik dan tidak
selalu terbukti terjadi infeksi pada ibu. Sebagai contoh, bahwa cairan yang terwarna mekonium
merupaka penarik kimiawi bagi leukosit. Korioamnionitis sering berhubungan dengan rupture
membran, kelahiran preterm, ataupun keduanya. Seing kali sulit dibedakan apakah infeksi
terlebih dahulu atau ruptur membran terlebih dahulu yang terjadi.
Infeksi pada membran dan cairan amnion dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang
bervariasi. Bakteri dapat ditemukan melalui amniosintersis transabdominal sebanyak 20% pada
wanita dengan persalinan preterm tanpa manifestasi klinis infeksi dan dengan membrane fetalis
yang intak. Produk viral juga ditemukan. Infeksi tidak terbatas pada cairan amnion.
Patofisiologi
Jalur bakteri memasuki cairan amnion yang intak masih belum jelas diketahui. Escherichia coli
dapat mempenetrasi membrane yang hidup; sehingga, membran bukan barier yang absolut untuk
infeksi ascending. Jalur lain inisiasi bakteri pada persalinan preterm mungkin tidak
membutuhkan cairan amnion. Penelitian lain menemukan bahwa sitokin dan sel-sel mediasi
imunitas dapat teraktivasi di dalam jaringan desidual yang membatasi membrane fetalis. Pada
peristiwa ini, produk bakteri seperti endotoksin menstimulasi monosit desidual untuk
memproduksi sitokin, yang kemudian menstimulasi asam arakidonat dan produksi prostaglandin.
Prostaglandin E2 dan F2 bekerja pada parakrin untuk menstimulasi miometrium sehingga
berkontraksi.
Manifestasi Klinis
Ruptur membrane yang memanjang berhubungan dengan morbiditas infeksi yang meningkat.
Jika korioamnionitis terdiagnosis, usaha untuk mempengaruhi persalinan, pervaginam yang
disarankan, segera dimulai. Tanda dan gejala yang dapat ditemukan :
Demam, suhu di atas 38°C (100.4°F) atau lebih tinggi disertai ruptur membrane
menandakan adanya infeksi.
Leukositosis pada ibu tersendiri ridak ditemukan berhubungan secara signifikan oleh para
peneliti.
takikardia ibu dan takikardia fetus
uterine tenderness
vaginal discharge yang berbau.
Dengan adanya korioamnionitis, morbiditas fetus meningkat secara substansif. Para bayi yang
baru lahir dengan grup terinfeksi mempunyai insidensi yang lebih tinggi menderita sepsis,
respiratory distress syndrome, kejang dengan onset awal, perdaraham intraventrikular, dan
leukomalasia periventrikular. Para peneliti mengkonklusi bahwa bayi-bayi dengan berat badan
sangat rendah tersebut rentan terhadap perlukaan neurologis karena korioamnionitis.
Pemeriksaan penunjang
Uji laboratorium untuk diagnosis seperti pemeriksaan hapusan Gram atau kultur pada cairan
amnion biasanya tidak dilakukan. Pemeriksaan amniosentesis biasanya dilakukan pada preterm
labour yang refrakter (supaya dpt diputuskan apabila tokolisis tetap dilanjutkan atau tidak) dan
pada pasien yang PROM (apakah induksi perlu dilakuka). Indikasi lain dari amniosentesis
adalah untuk mencari diagnosis diferensial dari Infeksi intramnion, prenatal genetic studies,
memprediksi lung maturity.
Tatalaksana
Setelah diagnosis ditegakkan maka percepatan persalinan dan antibiotik sistemik merupakan
terapi pilihan.
Untuk antibiotik empiris biasanya diberikan Ampicillin 2g IV setiap 6 jam dengan Gentamycin
1,5mg/kgBB. Pemberian antibiotik untuk kuman anaerob seperti Metronidazole 500mg IV tiap 8
jam atau Clindamycin 900mg IV tiap 8 jam dapat diberikan apabila pasien direncanankan untuk
operasi sectio cesar. Untuk pasien dengan alergi terhadap penisilin dapat diberikan vancomycin
Pemberian antibiotik ini biasanya diberikan sampai pasien tidak demam dan asimptomatik
selama 24 – 48 jam post partum.
DAFTAR PUSTAKA
1. William Obstetricss, 22 nd. “ Abnormal of the Plasenta, Umbilical Cord and
Membranes”. 2007; chapter 36: p 866, chapter 6:p 178, chapter 36: p 859 )
2. Gibbs RS, Duff P. Progress in pathogenesis and management of clinical intraamniotic
infection. Am J Obstet Gynecol. 1991; 164(5, pt. 1):1317-26
3. Duff P. Maternal and perinatal infection. In: Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL, eds.
Obstetrics: normal and problem pregnancies, 4th ed. Philadelphia, PA: Churchill
Livingston; 2002:1301-3
4. ACOG educational bulletin. Antimicrobial therapy for obstetric patients. Number 245,
March 1998. Int J Gynaecol Obstet. 1998; 61:299-308.
5. Intauterine infection and preterm delivery, NEJM vol 342 no 20.