csr dan kesejahteraan masyarakat

23
MAMPUKAH PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT ? I Putu Fery Karyada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga Abstrak Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu partisipasi perusahaan dalam konsep pembangunan berkelanjutan dengan program yang mencerminkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. Perusahaan yang hidup dalam suatu komunitas sosial memiliki tanggungjawab terhadap komunitas dan lingkungannya agar dapat menciptakan konsep bisnis yang sustainble. Namun fakta dilapangan memperlihatkan hal yang berbeda. Sebagian besar perusahaan di Indonesia menerapkan CSR hanya sebagai strategi dalam meningkatkan nilai perusahaan untuk kepentingan laba. Banyak program CSR yang hanya bersifat jangka pendek. Maka dari itu, pemerintah dalam hal ini sebagai regulator dapat melakukan intervensi kepada perusahaan untuk menerapkan program CSR agar lebih dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat secara jangka panjang. Perusahaan dan pemerintah dapat melakukan kerja sama dalam pembuatan program pemberdayaan guna meningkatkan perekonomian masyarakat. Peningkatan perekonomian masyarakat akan dapat memberikan keuntungan bagi semua pihak yaitu pemerintah, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. 1 POST GRADUATE ROUND TABLE 2014 S2 MEDKOM UA

Upload: karyada-fery

Post on 02-Oct-2015

15 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Paper mengenai peran pemerintah dalam program CSR.

TRANSCRIPT

MAMPUKAH PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT ?I Putu Fery KaryadaMahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga

AbstrakCorporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu partisipasi perusahaan dalam konsep pembangunan berkelanjutan dengan program yang mencerminkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. Perusahaan yang hidup dalam suatu komunitas sosial memiliki tanggungjawab terhadap komunitas dan lingkungannya agar dapat menciptakan konsep bisnis yang sustainble. Namun fakta dilapangan memperlihatkan hal yang berbeda. Sebagian besar perusahaan di Indonesia menerapkan CSR hanya sebagai strategi dalam meningkatkan nilai perusahaan untuk kepentingan laba. Banyak program CSR yang hanya bersifat jangka pendek. Maka dari itu, pemerintah dalam hal ini sebagai regulator dapat melakukan intervensi kepada perusahaan untuk menerapkan program CSR agar lebih dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat secara jangka panjang. Perusahaan dan pemerintah dapat melakukan kerja sama dalam pembuatan program pemberdayaan guna meningkatkan perekonomian masyarakat. Peningkatan perekonomian masyarakat akan dapat memberikan keuntungan bagi semua pihak yaitu pemerintah, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Kata Kunci: Corporate Social Responsibility, Intervensi Pemerintah, Community DevelopmentPendahuluanMajalah Warta Ekonomi menyatakan bahwa kehadiran PT Freeport di tanah Papua makin dipertanyakan, setelah berpuluh-puluh tahun tidak dapat membuat masyarakat disana sejahtera. Padahal sejak 1996 Freeport mulai mengucurkan dana kompensasi sebesar 1% dari pendapatan kotor untuk masyarakat sekitar. Pada tahun 2005 dana 1% mencapai 393 miliar yang dialokasikan ke berbagai bidang seperti pendidikan sebesar Rp 63,32 miliar (24%) dan dana kesehatan sebesar Rp 70,61 miliar (27%). Sektor lainnya yang dibiayai dana 1% itu adalah pengembangan ekonomi dan desa, dukungan adat, dukungan agama, serta manajemen dan capital dengan jumlah yang variatif (Warta Ekonomi, 2010: 44). Dengan jumlah dana yang cukup besar tersebut ternyata belum dapat memberikat manfaat nyata terhadap kesejahteraan masyarakat.Kasus tersebut merupakan salah satu cermin kegagalan pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat yang merupakan salah satu tanggung jawab perusahaan kepada lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini perusahaan memang tidak mempunyai tanggung jawab penuh untuk mensejahterakan masyarakat, akan tetapi perusahaan memiliki tanggung jawab moral terhadap komunitas dan lingkungan yang telah mereka manfaatkan untuk kepentingan pribadi. Salah satu cara mempertanggungjawabkannya adalah perusahaan dapat menyisihkan laba untuk membantu masyarakat melalui program CSR. The World Business Council for Sustainable Development mendefinisikan CSR sebagai komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan, komunitas lokal, dan komunitas secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan (Anatan, 2010: 2). Hal ini sesuai dengan konsep Triple Bottom Line (planet, people, profit) dimana perusahaan tidak hanya mementingkan profit semata akan tetapi juga mempertimbangkan komunitas sekitar dan lingkungannya. Program CSR merupakan salah satu peran nyata perusahaan dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat.Di Indonesia, CSR merupakan program yang bersifat wajib dilaksanakan oleh perusahaan. Terdapat beberapa dasar hukumnya seperti pasal 74 dalam Undang- Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, pasal 15b dan 15d Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dan pasal 2e Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. Beberapa pasal dalam peraturan tersebut tertulis jelas bahwa perusahaan memiliki tanggungjawab untuk ikut berperan dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat. Peraturan ini merupakan bentuk intervensi pemerintah kepada perusahaan untuk bersama-sama membantu menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera. Perkembangan pelaksanaan CSR di Indonesia memang sudah mulai muncul, namun masih belum terlihat manfaatnya dalam skala nasional. Pelaksanaan program CSR ini seolah-olah berjalan sendiri oleh perusahaan tanpa adanya suatu kerjasama dengan pemerintah. Padahal salah satu tujuan pokok dari program CSR ini sama dengan tujuan pemerintah yaitu dapat menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera. Tak menampik pula bahwa terkadang manajer perusahaan menggunakan CSR hanya sebatas strategi dalam meningkatkan nilai perusahaan.Maka dari itu, pemerintah sebagai regulator perlu melakukan intervensi melalui peraturan-peraturan yang lebih jelas tentang pengelolaan dana CSR ini agar dapat secara nyata dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Manfaat yang diharapkan tidak hanya yang bersifat sementara namun harus bersifat berkelanjutan sehingga pada akhirnya dapat menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera. Untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera tentunya diawali dengan cara meningkatkan perekonomiannya. Peningkatan perekonomian tidak dapat dilakukan dengan program yang hanya bersifat short term melainkan perlu program yang longtherm atau bersifat jangka panjang dan berkelanjutan melalui suatu pemberdayaan masyarakat.Pemerintah dengan keterbatasan dana tidak mungkin berhasil menciptakan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Perlunya peran serta dari segala pihak untuk mewujudkannya, salah satunya melalui bantuan dari pihak perusahaan. Perusahaan dengan alokasi dana CSR diharapkan dapat membantu pemerintah dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Ketika perekonomian masyarakat telah baik, maka yang diuntungkan bukan hanya masyarakat melainkan seluruh pihak (perusahaan, pemerintah, masyarakat dan lingkungan).Tulisan ini menjelaskan bagaimana CSR dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Bagian pertama akan membahas tentang CSR dan perekonomian masyarakat. Bagian kedua merefleksi dan menelaah literatur tentang perkembangan CSR di Indonesia. Bagian Ketiga menjelaskan tentang pembangunan berbasis pemberdayaan. Bagian Keempat menjelaskan tentang pemberdayaan menggunakan program CSR. Bagian terakhir dari tulisan ini akan menyimpulkan seluruh pembahasanCSR dan Perekonomian MasyarakatSecara umum Corporate Social Responsibility (CSR) didefinisikan sebagai aktifitas sosial yang dilakukan oleh perusahaan di luar kepentingan ekonomi perusahaan dan ketentuan hukum. (Nuzula, 2009 : 13). CSR merupakan sebuah kesepakatan dari World Summit on Sustainable Development (WS-SD) di Johannesburg Afrika Selatan pada tahun 2002 yang bertujuan untuk mendorong seluruh perusahaan di dunia dalam rangka tercip-tanya suatu pembangunan yang berke-lanjutan (sustainable development) (Mapisangka, 2009:1). Dalam perkembangannya, CSR dapat dikatakan merupakan sebuah parameter era kebangkitan masyarakat atau civil society (Tanudjaja, 2009: 2). Maka dari itu, sudah seharusnya CSR tidak hanya bergerak dalam aspek philantropy atau dorongan sukarela atas dasar kemanusiaan, melainkan harus lebih merupakan suatu kebijakan (policy) yang lebih makro dan riil.Kegiatan CSR yang awalnya hanya bersifat sementara dan jangka pendek sudah mulai ditinggalkan oleh sebagian besar perusahaan. Perusahaan mulai menyadari bahwa manfaat dari kegiatan CSR adalah ikut menanggulangi permasalahan sosial dan lingkungan sebagai kegiatan CSR yang diintegrasikan kedalam perencanaan program bisnis perusahaan (Kementerian Lingkungan Hidup, 2012 : 1). Dalam hal ini pemerintah dapat melirik potensi perusahaan dalam membantu kegiatan pemerintah dalam hal mewujudkan kesejahteraan masyarakat.Pemerintah yang mempunyai tanggungjawab penuh untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat telah berusaha menyusun segala program melalui jumlah anggaran dana yang dimiliki. Anggaran dana yang terbatas menyebabkan pemerintah kesulitan dalam mewujudkan kesejahteraan tersebut. Namun, ketika masyarakat telah sejahtera atau perekonomiannya telah terangkat, maka aliran perekonomian mereka selain untuk memenuhi kebutuhan hidup, tentunya akan digunakan untuk konsumsi barang atau jasa yang dimiliki oleh perusahaan. Sudah jelas dengan proses seperti ini sangat dinikmati oleh perusahaan dan akhirnya akan menciptakan gab yang lebih besar antara yang kaya dan yang miskin.Untuk menghindari hal itu, pemerintah sebagai regulator harus mengatur ulang proses ini agar dapat bersama-sama mewujudkan perekonomian yang adil dan merata. Masyarakat harus ditempatkan bukan hanya sebagai konsumen akan tetapi dibentuk sebagai pelaku ekonomi atau produsen. Pemerintah dapat mengintervensi perusahaan dengan menerapkan beberapa peraturan perundang-undangan dalam mengatur peran perusahaan untuk mewujudkan hal tersebut. Selain itu intervensi terkalit politik juga dapat dijalankan dengan memberikan keringanan dalam perizinan-perizinan bisnis mereka. Salah satu cara yang paling memungkinkan agar dampak adanya program CSR di beberapa daerah lebih baik adalah dengan memasukkan program CSR kedalam program perencanaan dan pembangunan daerah (Anugrah, 2009: 345). Program CSR juga dapat dijadikan salah satu sumber pendanaan pembangunan daerah di luar APBN, APBD, DAU, DAK serta perta program pembiayaan pemerintah lainnya. Pemerintah daerah dapat mengelola langsung sumber dana tersebut sehingga tidak terjadi tumpang tindih antara kegiatan perusahaan dan pemerintah. Pemerintah daerah setempat harus lebih memerhatikan dan senantiasa memantau kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan diharapkan selalu berkoordinasi dengan pemerintah mulai dari perencanaan program, pelaksanaan dan sampai dengan tahap evaluasi. Ketika perusahaan tidak dapat selalu senantiasa mendampingi programnya, maka pemerintah daerah setempat dapat membantu dalam pengawasan dan pelaksanaan program yang telah dibuat bersama. Dengan sinergitas seperti ini diharapkan akan dapat menghasilkan suatu program yang bersifat jangka panjang.Pada akhirnya, saat tercapainya prioritas kegiatan pembangunan antara pemerintah dan perusahaan baik itu berupa pemberdayaan ataupun pembangunan maka diharapkan terjadi pembangunan yang bersifat merata diberbagai daerah. Dengan pemerataan pembangunan di setiap daerah maka dapat meningkatkan perekonomian masyarakat secara nasional.Perkembangan CSR di IndonesiaKonsep CSR pertama kali dikemukakan oleh Howard R. Bowen pada tahun 1953 telah banyak mengalami perkembangan konsep dalam pelaksanaannya. CSR yang mulanya merupakan kepedulian perusahaan terhadap komunitas lingkungannya berkembang menjadi sebuah strategi dalam meningkatkan nilai perusahaannya. Tidak menampik juga penerapan CSR ini digunakan untuk mempercantik citra perusahaan agar para investor tertarik untuk berinvestasi didalamnya. Sehingga pada akhirnya, konsep CSR ini tidak dapat berbicara banyak dalam perkembangan perekonomian secara nasional. Pelaksanaan CSR di Indonesia saat ini diharapkan bukan hanya sebagai aktifitas sosial yang bersifat kedermawanan, namun CSR menjadi suatu keharusan bagi perusahaan untuk menjalankannya. Telah terdapat beberapa dasar hukum dalam perundang-undangan pemerintah yang mewajibkan perusahaan ikut bertanggungjawab terhadap lingkungan sosial mereka Perhatian dari pemerintah terhadap penggunaan CSR diharapkan dapat memperkecil gap antara yang kaya dan yang miskin. Masyarakat kecil yang telah dimanfaatkan sebagai konsumen sudah saatnya mulai diberdayakan oleh perusahaan melalui pelaksanaan CSR.Beberapa peraturan terkait CSR telah lama diatur oleh pemerintah. Pihak-pihak yang diikat oleh ketentuan itu cukup banyak mulai dari Badan Usaha Milik Negara, penanam modal, pemilik usaha, dan pemilik hak atas tanah. Hal ini jelas bahwa ketika seseorang telah menggunakan hak untuk kepentingan mereka, maka perlu adanya suatu kewajiban yang dilaksanakan. Meskipun aturan telah diberlakukan oleh pemerintah, masih banyak kegiatan perusahaan yang merugikan aspek sosial dan lingkungan seperti PT Lapindo Brantas di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur yang menimbulkan dampak kepada lingkungan dari keluarnya lumpur, pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh PT Newmont di Teluk Buyat, konflik masyarakat Papua dengan PT Freeport, serta konflik masyarakat Aceh dengan Exxon Mobil yang mengelola gas bumi di Arun (Utomo, Nugroho Adi et.al., 2010: 7). Selain itu, hasil survei pada 12 negara yaitu Australia, China, Hong Kong, India, Indonesia, Jepang, Malaysia, Selandia Baru, Philipina, Singapura, Korea, dan Thailand. Dari ke-12 negara yang disurvei, Australia, Malaysia dan Korea memiliki regulasi yang baik terkait pelaksanaan CSR, sedangkan Indonesia dan Thailand adalah 2 negara yang belum mempunyai arah yang jelas dalam praktek CSR, bahkan dalam tahap guidelines sekalipun (Prang, 2014: 2). Lemahnya penerapan peraturan tentang kegiatan CSR berdampak pada banyak terjadinya pelanggaran terhadap eksploitasi lingkungan dan juga ketidaktepatan sasaran penggunaan CSR. Perlu adanya penerapan aturan yang lebih tegas terkait penerapan CSR di masyarakat. Tidak menutup kemungkinan perlu adanya pemidanaan korporasi dikarenakan korporasi memiliki peran penting dan dampak yang besar dalam kehidupan masyarakat (Wijayanti, 2014: 9). Dalam menyukseskan pelaksanaan CSR yang lebih bermanfaat secara berkelanjutan, perlu adanya peran partisipatif antara ketiga pihak yaitu pemerintah, perusahaan dan masyarakat. (Utomo, Nugroho Adi et.al., 2010: 6-7). Pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Pemerintah dapat memberikan dorongan kepada seluruh instansinya untuk dapat lebih menegakkan peraturan terkait pelaksanaan CSR. Selain itu, pemerintah juga dapat bermitra dengan unsur masyarakat lain dalam pengawasan CSR seperti pers, akademisi, LSM, dan kelompok masyarakat lainnya. Perusahaan. Karena penegakkan CSR masih lemah, Asosiasi perusahaan bisa berperan penting dalam mengawasi anggotanya dan memberikan tekanan agar perusahaan anggota ikut menjaga citra sektor usaha. Masyarakat Madani. Masyarakat dapat turut serta mengawasi kegiatan dan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Masyarakat perlu mengetahui peraturan tentang hak dan kewajiban perusahaan agar nanti dapat memberikan masukkan ataupun keputusan ketika terjadi pelanggaran. Selain itu, masyarakat juga dapat menuntut perusahaan agar melakukan perbaikan secara sungguh-sungguh, bukan hanya kegiatan yang bersifat sumbangan saja.Untuk itu, perlu membangun kembali pemahaman bersama tentang pengertian CSR secara utuh agar semua pihak dapat bersinergi dan berkolaborasi dalam pelaksanaannya. Partisipatif antara ketiga pihak ini diharapkan dapat mewujudkan pelaksanaan CSR yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi masyarakat. Manfaat yang didapatkan masyarakat tidak hanya yang bersifat sementara, melainkan manfaat yang berkelanjutan dengan suatu program pemberdayaan.Program Pemberdayaan MasyarakatKesejahteraan merupakan salah satu ukuran dalam keberhasilan pembangunan. Untuk mencapai keberhasilan tersebut tentunya tidak dapat hanya bergantung kepada pemerintah saja. Pemerintah juga membutuhkan peran serta dari berbagai pihak dan stakeholder lain seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Koperasi, Perbankan, Para Pengusaha, dan pihak lainnya (Rohman, 2011: 5). Dengan bergeraknya seluruh pihak maka akan dapat mempercepat proses pembangunan yang telah diagendakan pemerintah. Di Indonesia, pencapaian dalam pembangunan nampaknya masih jauh dari harapan. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kegagalan proyek seperti: (1) ketidaktepatan antara kebutuhan masyarakat dan bantuan yang diberikan (2) kegiatan proyek tidak dilengkapi dengan ketrampilan yang mendukung (3) tidak ada kegiatan monitoring yang terencana (4) tidak ada kelembagaan di tingkat masyarakat yang melanjutkan kegiatan proyek (Rahayu , 2013: 2). Selain itu maraknya praktik korupsi juga memperburuk hal ini.Proses pembangunan melahirkan suatu kekecewaan terhadap hasil dari upaya pembangunan di banyak negara berkembang. Semakin melebarnya kesenjangan antara yang kaya dengan yang miskin menyebabkan masyarakat miskin semakin terpuruk. Belum tepatnya fokus pembangunan membuat pembangunan hanya sebuah proyek-proyek dalam meraup keuntungan semata. Maka dari itu pembangunan harus di targetkan kepada masyarakat dimana pemerintah dapat menempatkan masyarakat umum sebagai subyek dan pelaku ekonomi. Salah satu cara untuk mencapainya adalah dengan memberdayakan masyarakat kecil. Kelompok masyarakat ini diberi kesempatan untuk ikut memegang kendali perekonomian, bukan hanya sebagai konsumen melainkan dapat memproduksi barang maupun jasa.Pemerintah baru yang telah dilantik tahun ini telah mencanangkan peningkatan perekonomian melalui sektor mikro atau pedesaan. Hal ini dikarenakan pemerintah melihat kurang sejahteranya masyarakat yang ada di daerah pedesaan. Banyak masyarakat desa potensial dengan pendidikan yang baik lebih memilih untuk merantau ke kota sehingga daerah desa minim masyarakat yang berpendidikan tinggi. Apabila hal ini terus terjadi, maka daerah pedesaan akan kekurangan dalam sebuah inovasi pembangunan. Padahal penduduk yang mengalami kemiskinan terjadi di daerah pedesaan. Jika tidak ditanggulangi segera, maka masyarakat kecil di pedesaan akan selalu terpuruk dalam kemiskinan. Maka dari itu, pemerintahan sekarang semestinya mengubah paradigma pembangungannya kearah pemberdayaan. Untuk melakukan pemberdayaan dalam meningkatkan perekonomian, pembangunan perdesaan harus bersifat keperansertaan (participatory) dimana masyarakat yang menentukan prioritas mereka sendiri untuk perubahan. Pemerintah harus beralih dari kebijakan yang bersifat top-down yang ditandai dengan teknologi eksternal dan kebijakan tingkat nasional ke pendekatan yang bersifat bottom up, lebih memerhatikan akar rumbut (grass-roots). Pendekatan pembangunan ini dicirikan oleh penghargaan pada eksistensi sumber daya alam dan lingkungan sangat tinggi, kemandirian lokalitas, partisipasi dan berbasis kekuatan lokal yang kokoh (Arsyad, Lincolin et.al., 2011: 22).Pendekatan buttom up sering kita sebut sebagai pemberdayaan masyarakat atau community development (CD). Secara umum community development didefinisikan sebagai kegiatan pengembangan masyarakat yang diarahkan untuk dapat memperbesar akses masyarakat dalam mencapai kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang lebih baik. Kegiatan ini diharapkan dapat menciptakan masyarakat yang lebih mandiri, terorganisir, beradab dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik. Terdapat beberapa prinisp dalam community development adalah sebagai berikut (Gunawan, 2008: 22).1) Kebutuhan komunitas harus dilihat dalam pendekatan yang holistik yang mampu menjelaskan keterkaitannya dalam perencanaan secara menyeluruh.2) CD merupakan sebuah proses sehingga perlu dilakukan monitor dan evaluasi secara baik.3) Pemberdayaan merupakan hasil dari pengaruh, partisipasi, dan pendidikan komunitas. 4) Aktifitas yang dijalankan harus menjamin bahwa itu memperhatikan lingkungan sekitar.5) Mempertimbangkan keberlanjutannya (sustainability).6) Terciptanya kemiteraan antar seluruh pelaku agar akses sumberdaya diperoleh secara lebih adil.Pendekatan pemberdayaan masyarakat dapat diawali dari pendekatan paradigma pembangunan perdesaan yang dikenal dengan istilah endogenous rural development approach atau pendekatan pembagunan endogen perdesaan. Walaupun pengertian pembangunan endogen ini beragam, dapat disimpulkan bahwa esensi dari pembangunan ini adalah strategi pembangunan mengandalkan kebutuhan, seluruh potensi, dan pelaku lokal dari suatu daerah tertentu (locality) (Arsyad et.al., 2011: 16). Pembangunan pedesaan secara mendasar mencakup tiga dimensi utama yaitu dimensi ekonomi, dimensi sosial, dan dimensi politik (Gambar 3).

Gambar 3. Dimensi Utama dalam Pembangunan ( Fernando, dalam Arsyad et.al, 2011: 18)

Dimensi ekonomi mencakup penyediaan kapasitas dan peluang bagi masyarakat miskin dan masyarakat dengan pendapatan rendah untuk mendapatkan manfaat dari proses pertumbuhan ekonomi. Dimensi ini juga mencakup kebijakan dalam mengurangi ketidakmerataan pendapatan baik intra maupun antarsektor. Kedua, Dimensi sosial berisikan tentang dukungan pembangunan sosial masyarakat miskin, masyarakat berpendapatan rendah dan kelompok-kelompok masyarakat yang tidak beruntung, menghilangkan ketidakmerataan dalam beberapa indikator sosial, dan penyediaan jaringan pengaman sosial. Ketiga, Dimensi Politik, dimensi ini memperbaiki peluang masyarakat miskin dan masyarakat berpendapatan rendah untuk berpartisipatif secara efektif dan setara dalam proses politik pada tingkat desa.Selain ketiga dimensi tersebut, dalam implementasi pembangunan perdesaan perlu mempertimbangkan prinsip lain seperti berorientasi pada komunitas (community oriented), berbasiskan pada sumberdaya komunitas (communitys resources-based), dan dikelola komunitas (community managed) (Arsyad et.al., 2011: 19). Untuk itu maka perlu dilakukan pemberdayaan masyarakat (community empowerment) dan pengembangan kapasitas (capacity building) agar mereka dapat meningkatkan kemampuan dan produktifitasnya melalui serangkaian program pembangunan dan diharapkan akan terwujud suatu masyarakat yang lebih sejahtera secara berkelanjutan.CSR Berbentuk Pemberdayaan Masyarakat (Community Development)Seperti yang dijelaskan sebelumnya, dalam menerapkan konsep pemberdayaan tentunya pemerintah tidak dapat melaksanakannya sendiri. Pemerintah dapat menggandeng perusahaan dan para pengusaha untuk membantu membedayakan masyarakatnya. Perusahaan yang juga memiliki tanggungjawab kepada masyarakat sekitar melalui program CSR dapat disinergikan dengan tujuan pemerintah. Selama ini CSR hanya dianggap untuk kegiatan amal dan publikasi semata guna meningkatkan nilai perusahaan. Padahal, terkumpulnya dana CSR yang cukup besar tiap tahunnya, semestinya program ini memiliki potensi yang cukup besar. Menurut survey di 2011 terhadap 59 perusahaan besar papan atas rata-rata memiliki keuntungan Rp 1,5 triliun pertahun. Apabila setiap perusahaan menganggarkan 3% dari keuntungan untuk kegiatan CSR, maka akan terkumpul dana Rp5 triliun. Namun faktanya berbeda, hanya sebagian kecil perusahan yang menggunakannya untuk dana CSR (Glinmourinse, 2014).Pemerintah harus bekerja sama dan tidak membiarkan perusahaan berjalan sendiri dalam penerapan CSR nya. Secara umum CSR di lapangan dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu (1) CSR berbasis karikatif (charity), (2) CSR berbasis kedermawanan (philanthropy), dan (3) CSR berbentuk pemberdayaan masyarakat (community development (Gunawan, 2008: 15-18). Diantara ketiga bentuk CSR tersebut, Community Development (CD) sebagai CSR yang paling efektif. Kegiatan ini sejalan dengan program pembangunan pemerintah yang berbasis pemberdayaan.Seperti halnya konsep pembangunan button-up yang diterapkan pemerintah, program CSR Community Development juga memiliki tiga karakter utama yaitu berbasis masyarakat (community based), berbasis sumber daya setempat (local resource based) dan berkelanjutan (sustainable). Melihat hal ini, tentunya pemerintah seharusnya sadar bahwa perusahaan telah berupaya untuk membantu mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Pemerintah harus mendukung kegiatan CSR ini dan melakukan intervensi baik itu secara hukum maupun politik bagi perusahaan yang belum melakukan program ini. Tentunya kegiatan pemberdayaan tidak akan memberatkan perusahaan jika program CSR telah terintegrasi dalam rantai bisnis perusahaan. Program CSR dapat membuat usaha mereka berkembang karena akan muncul sumber bisnis baru. Beberapa kajian dibawah ini merupakan suatu proses CSR berbasis pemberdayaan yang tepat dilakukan oleh perusahaan.1) Hadi (2014) melakukan penelitian terhadap penerapan program CSR berbasis pemberdayaan yang dilakukan oleh PT Holcim Cilacap. Dalam hasil kajiannya, program CSR yang dilakukan perusahaan dapat meningkatkan ketahanan pangan. Model pemberdayaan petani yang dilakukan oleh PT Holcim telah membentuk mekanisme pemberdayaan masyarakat tani dengan membentuk Community Comunication Conection (CCC) bersama pemerintah desa di dalam setiap desa binaan perusahaan. Kemudian kedua lembaga tersebut baik CCC dan pemerintah desa membentuk kelompok kerja posdaya dan CTA (sosial, lingkungan, pertanian dan ekonomi) yang saling berinteraksi satu dengan yang lain.2) Agustina (2012) menganalisis peran CSR PT. Pertamina Hulu Energi WMO di kecamatan Gersik. Perusahaan menerapkan program CSR dalam beberapa bidang seperti pendidikan, usaha kecil menengah (UKM), kesehatan, pelestarian lingkungan, dan perbaikan fasilitas umum. Hasil menarik dalam kajian ini adalah program pemberdayaan dalam kegiatan UKM. Dalam memajukan usaha kecil tersebut, perusahaan tidak hanya memberikan bantuan fisik berupa pengadaan peralatan saja melainkan usaha kecil diberdayakan melalui pelatihan usaha, pendampingan manajemen, dan membantu dalam pembentukan pasar atau jaringan pasar dari produk yang dihasilkan.3) Zulfitri (2011) meneliti komitmen perusahaan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Unit Citeureup dalam menerapkan program CSR di dua desa dari dua belas desa binaan. Desa yang diteliri adalah desa Nambo dan Bantarjati. Seperti beberapa penelitian sebelumnya, beberapa program pelatihan dan keterampilan masih paling umum dilaksanakan dalam pemberdayaan masyarakat. Hal menarik dalam program yang dilakukan perusahaan adalah dalam membentuk suatu lembaga pusat pelatihan dan pemberdayaan masyarakat (P3M) yang bekerja sama dengan instansi pemerintah dan pendidikan yaitu fakultas peternakan IPB dalam memberdayakan masyarakat dalaam beberapa bidang seperti pertanian, perikanan, perkebunan, peternakan domba dan pengolahan kotoran sapi menjadi biogas. Selain itu perusahaan juga memberikan pelatihan untuk berwirausaha sendiri dalam program pelatihan bengkel terpadu.4) Khafsoh (2013) melakukan penelitian analisa program CSR PT. Djarum di desa Sodo, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. CSR yang diterapkan adalah CSR yang berbentuk community empowerment dengan memberdayakan sumber daya yang ada baik itu sumber daya manusia maupun alamnya. Perusahaan mengembangkan potensi pengrajin bambu yang telah ada di desa tersebut agar lebih produktif dan inovatif. Hal dilakukan adalah memberikan bantuan peralatan guna menunjang proses produksi dan beberapa program pelatihan seperti pelatihan komputer, koperasi dan bahasa inggris. Program ini sangat dirasakan manfaatnya dalam meningkatkan perekonomian mereka.Sebagian kecil contoh tersebut merupakan manfaat CSR ketika dilakukan secara bersama-sama dengan berbagai pihak. Pada intinya dapat dikatakan bahwa program pemberdayaan melalui CSR sama sekali bukan menjadi beban bagi perusahaan. Justru dengan menerapkan CSR berbasis pemberdayaan akan memberikan dampak positif yang luar biasa dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perusahaan dapat mensinergikan program ini dengan program perusahaan dan juga bekerja sama dengan pemerintah dan masyarakat.Berdasarkan data BPS tahun 2013, jumlah perusahaan industri besar dan sedang berdasarkan subsektor mencapai kurang lebih 23.940 (bps.go.id). Jika seluruh perusahaan tersebut dapat menerapkan program CSR dengan baik maka pemerataan perekonomian akan dapat diwujudkan dan pada akhirnya dapat menciptakan masyarakat yang lebih mandiri, terorganisasi, berkeadaban dan sejahtera.SimpulanCSR adalah suatu bentuk tanggungjawab sosial perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan. Di Indonesia, kegiatan CSR tidak hanya bersifat suka rela namun telah diatur di dalam undang-undang. Sudah waktunya pemerintah lebih memerhatikan pengelolaan dana ini agar dapat lebih bermanfaat terhadap kesejahteraan masyarakat. Program CSR harus dikembangkan kearah pemberdayaan yang bersifat jangka panjang dan berkelanjutan. Pemerintah dan perusahaan bersama-sama membuat program pemberdayaan berbasis button up dengan mengembangkan kebutuhan, seluruh potensi, dan pelaku lokal dari suatu daerah tertentu. Sinergitas antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat dalam mengembangkan program pemberdayaan diharapkan mampu meningkatkan perekonomian yang adil dan merata.

Daftar PustakaAgustina, Nike. Peran Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Pertamina Hulu Energy WMO dalam Pengembangan Masyarakat di Kecamatan Gresik (Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, ejournal.unesa.ac.id., Vol 1, No 1,, 2012)Anatan, Lina, Corporate Social Responsibility (CSR): Tinjauan Teoritis dan Praktik di Indonesia. (Bandung: Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha, Jurnal Manajemen, - majour.maranatha.edu , 2010 )Anugrah, Iwan Setiajie, Pemberdayaan Masyarakat (Petani) Pedesaan dalam Perspektif Corporate Social Responsibility (CSR), (Bogor: Pusat Sosial dan Ekonomi, 2009)Arsyad, Lincolin et.al, Strategi Pembangunan Pedesaan Berbasis Lokal, (Yogyakarta:Unit Penerbit dan Percetakan STIM YKPN, 2011)Gunawan, Alex, Membuat Program CSR Berbasis Pemberdayaan Partisipatif, (Yogyakarta: xa.yimg.com, 2008)Hadi, Pramono, Nurlela, Siti, dan Suwardi. Pemberdayaan Petani Pada Bidang Pertanian: Kasus CSR PT HOLCIM Cilacap, (Surakarta: journal.uniba.ac.id., 2014)Khafsoh, Nur Afni, Pelaksanaan Program Kerja CSR PT. Djarum dalam Meningkatkan Produktivitas Masyarakat, (Yogyakarta: Universitas UIN Sunan Kalijaga, 2013)Kementerian Lingkungan Hidup, Petunjuk Pelaksanaan CSR di Bidang Lingkungan, (Jakarta: Deputi Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat, 2012)Mapisangka, Andi, Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat. (Malang: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang, fe.um.ac.id JESP Vol. 1, No. 1, 2009)Nuzula, Nila Firdausi, Corporate Social Responsibility: Sebuah Keniscayaan Strategi Bisnis di Indonesia, (Malang: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, ejournal.uin-malang.ac.id, 2009).Prang, Steve, Prinsip-Prinsip Pengelolaan Perusahan yang Baik Dalam Perbandingan Antar Negara Sebagai Upaya Perwujudan Corporate Social Responsibility (CSR), (Sulawesi Utara: Universitas Sam Ratulangi Manado Sulawesi Utara, Jurnal Hukum Unsrat, - repo.unsrat.ac.id. Vol.II/No.1/Januari-Maret, 2014)Rahayu, MG Ana Budi. Pembangunan Perekonomian Nasional Melalui Pemberdayaan Masyarakat Desa.(Jakarta: www. kelembagaandas. Wordpress, 2013)Rohman, Mujibur, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Keuangan Mikro (Jakarta Selatan: Yayasan Mitra Dhuafa (Yamida), 2011)Tanudjaja, Bing Bedjo, Perkembangan Corporate Social Responsibility Di Indonesia, (Surabaya: Universitas Kristen Petra, cpanel.petra.ac.id, 2009)Utomo, Nugroho Adi et.al., Peraturan Saja Tidak Cukup, Pelajaran Dari Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (CSR) di Taman Nasional Kutai dan Gagasan Perbaikan Ke Depan, (Brief CIFOR. www.cifor.cgiar.org, 2010)WARTA EKONOMI, Di Bawah Kedaulatan Multinational Corporations. (Perpustakaan Fakultas Ekonomi UII: Induk Koperasi pegawai RI, Majalah No. 06/Th. XXII/22 Maret 4 April, 2010)Zulfiri, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Corporate Social Responsibility PT Indocement Tunggal Prakarsa TBK, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011)

Website:Badan Pusat Statistik, Jumlah Industri Besar dan Sedang Menurut Subsektor, (BPS: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subyek=09&notab=2, diakses pada senin, 24 Nopermber 10:19 WIB, 2014)Glinmourinse, Disfiyant, Kadin Dorong Pertumbuhan Wirausaha Melalui CSR, (Sindonews.com: http://ekbis.sindonews.com/read/869559/34/kadin-dorong-pertumbuhan-wirausaha-melalui-csr (diakses pada sabtu, 1 Nopermber 12:27 WIB, 2014)15 POST GRADUATE ROUND TABLE 2014 S2 MEDKOM UA