csr telkom

41
EFEKTIVITAS KEGIATAN CORPORATE SOSIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT TELKOM TERHADAP PELAYANAN PUBLIK FASILITAS WIFI MASYARAKAT KOTA BANDUNG SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Sidang Skripsi Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Oleh: REZA SANJAYA JUNIOR 122010100 PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Upload: reza-sanjaya-junior

Post on 23-Nov-2015

115 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

EFEKTIVITAS KEGIATAN CORPORATE SOSIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT TELKOM TERHADAP PELAYANAN PUBLIK FASILITAS WIFI MASYARAKAT KOTA BANDUNG SKRIPSIUntuk Memenuhi Persyaratan Sidang SkripsiGuna Memperoleh Gelar Sarjana SosialOleh:REZA SANJAYA JUNIOR122010100

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARAFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG2012

Untuk Memenuhi Persyaratan Sidang SkripsiGuna Memperoleh Gelar Sarjana SosialProgram Studi Administrasi NegaraFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikBandung, Desember 2010MenyetujuiPembimbingSaudara/i Pembimbing

Dekan,Ketua Program Studi

Drs. Aswandi Haryadi M.SiDr. Ikin Sodikin M.Si

MOTTOKerjakanlah pekerjaanmu dengan niat tulus dan penuh keikhlasan,Janganlah puaskan hasil kerjamu,Melainkan raihlah hasil yang memuaskan.

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, orientasi dari sebuah usaha adalah mencari keuntungan semata (profit-oriented). Prinsip dasar yang kemudian diterima secara luas dalam dunia usaha adalah business is business. Dengan berpegang pada prinsip ini, sebuah perusahaan bisa menghalalkan segala macam cara untuk bisa meraih keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Sehingga seringkali terjadi gesekan-gesekan kepentingan baik di dalam internal perusahaan sendiri ataupun antara perusahaan dengan pihak eksternal. Disisi lain, negara pemerintah harus mengedepankan prinsip-prinsip pelayanan publik. Sehingga, saat ini perusahaan tidak hanya dituntut untuk mencari keuntungan semata dan menghalalkan segala macam cara untuk meraihnya, tetapi juga harus memperhatikan tanggung jawab sosial dimasyarakat yang berguna untuk menjaga kelangsungan perusahaan itu sendiri. Untuk itu, sudah hampir beberapa tahun belakangan ini sering kali kita dengar istilah Corporate Social Responsibility atau yang bisasa disingkat dengan CSR. Pentingnya program CSR ini dilaksanakan di dunia usaha, mendorong PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk untuk melaksanakan program CSR yang sangat bermanfaat bagi masyarakat sekaligus memberikan manfaat tersendiri bagi perusahaan. Ini terbukti bahwa CSR tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat tetapi bagi perusahaan itu sendiri. Selain manfaat diatas tujuan dari CSR adalah untuk pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan bertujuan untuk mengkreasikan masyarakat mandiri. Ini sangat disadari benar oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk yang melakukan kegiatan CSR agar masyarakat berdaya dan menjadi mandiri dengan beberapa program atau agenda kegiatan yang dilakukan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk seperti: Telkom Peduli dimana ini merupakan suatu kemasan dari program CSR (Corporate Sosial Responsibility) Telkom untuk peduli kepada warga masyarakat. Termasuklah, bagaimana Telkom ingin mengembangkan sebuah kawasan yang sebelumnya tidak begitu tersentuh, khususnya perkembangan ICT (Information and Communication Technology) menjadi sebuah kawasan yang memiliki infrastruktur ICT. Melalui pendekatan Tripple Bottom Line, Telkom mendirikan Pusat Informasi Masyarakat dengan menyebar titik-titik akses (access points) semacam RT/RW-net dengan mendirikan Kampung Digital sebagai pusat penyaluran koneksi internet SPEEDY yang kemudian disalurkan ke Pusat Informasi Masyarakat (PIM). Maupun di kawasan-kawasan pendidikan di kota se-Indonesia.

1.2. Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah : Bagaimana efektivitas program CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Telkom Tbk. terhadap aktifitas pelayanan publik kota bandung ? Siapa saja sasaran program CSR PT.Telkom Tbk. ? Apa saja kewajiban PT.Telkom Tbk. Sebagai BUMN terkait CSR dan Administrasi Negara? Bagaimana Sinergi antara PT.Telkom Tbk dengan pejabat terkait di kota Bandung dalam menjalankan fungsi public service?1.3. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui bagaimana dampak program CSR (Corporate Social Responsibility) PT.Telkom Tbk. Mengetahui siapa saja sasaran progam CSR PT.Telkom Tbk. Memahami kewajiban PT.Telkom Tbk. Sebagai BUMN terkait CSR dan Administrasi Negara. Menguji ketepatan Sinergi antara PT.Telkom Tbk dengan pejabat terkait di kota Bandung dalam menjalankan fungsi public service.1.4. Manfaat Penelitian Penelitian dilakukan pada umumnya memiliki manfaat. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1.4.1. Manfaat teoritis Adapun manfaat teoritis pada penelitian ini adalah: 1. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan keilmuan administrasi negara peneliti mengenai Corporate Social Responsibility. 2. Dapat menjadi masukan dan menambah wawasan kajian ilmiah bagi para mahasiswa khususnya bagi mahasiswa administrasi negara serta dapat memberikan sumbangan dalam ilmu sosial dan masyarakat. 1.4.2. Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memperkaya informasi pemahaman tentang Corporate Social Responsibility PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk 2. Menambah referensi daripada hasil penelitian dan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti berikutnya yang ingin mengetahui lebih dalam lagi terkait dengan penelitian sebelumnya.

1.5. Definisi Konsep Setiap penelitian yang bersifat ilmiah, pada umumnya defenisi konsep sangatlah penting guna mempermudah dan memfokuskan penelitian. Agar tidak menimbulkan kesalahpahaman konsep yang dipakai. Oleh karena itu harus ada batasan-batasan makna dan arti tentang konsep yang dipakai dalam penelitian ini. Adapun konsep-konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dampak Dampak adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif). Dampak yang dibahas dalam penelitian ini adalah dampak yang didapat dalam melaksanakan program CSR PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk terhadap pengetahuan dan penghasilan masyarakat di Kota Bandung. 2. Program Program adalah rancangan mengenai asas-asas serta dengan usaha-usaha dalam ketatanegaraan, perekonomian dan sebagainya yang akan dijalankan. Program dalam penelitian ini mengenai program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Telkom Tbk. 3. Corporate Social Responsibility (CSR) Corporate social responsibility adalah komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (Untung, 2008 :1). Dengan demikian bisa dikatakan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) adalah sebuah bentuk kepekaan, kepedulian dan tanggung jawab sosial perusahaan untuk ikut memberikan manfaat terhadap masyarakat dan lingkungan dimana perusahaan itu beroperasi. 4. PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk adalah suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang jasa telekomunikasi dan sudah beroperasi sejak memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat demi terlaksananya pertukaran informasi antara beberapa pihak tanpa memandang jarak dan waktu. Memasuki repelita V, pemerintah merasakan perlunya percepatan pembangunan Telekomunikasi karena sebagai infrastruktur diharapkan dapat memacu pembangunan sektor lainnya. Untuk itu, berdasarkan PP No. 25 Tahun 1991, bentuk Perusahaan Umum (PERUM) dialihkan menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO). Dan sejak saat itu berdirilah Perusahaan Perseroan Telekomunikasi Indonesia Tbk atau yang lebih dikenal dengan sebutan PT. TELKOM. 5. Wilayah Peri-Urban Wilayah Peri-Urban merupakan wilayah di sekitar kota-kota besar yang dapat dicapai secara harian ke kota inti. Pada wilayah ini terjadi penurunan kegiatan ekonomi pedesaan, pertanian dan peralihan pemanfaatan lahan pertanian ke perkotaan. (Soegijoko, 2005:43).

Daftar Pustaka Chaskin, Robert. 1999. Defining Community Capacity : A Framework and Implications from a Comprehensive Community Initiative. The Capin Hall Center for Children : University of Chicago. Chaskin, Robert J. 2001. Building Community Capacity: A Definitional Framework and Case Studies from a Comprehensive Community Initiative. Sage Publikations. Duya, Arif. 2007. Pengembangan Kapasitas Masyarakat dalam Kaitannya dengan Corporate Social Responsibility (Studi Kasus : Program Pemberdayaan Komunitas Petani Melon oleh PT Krakatau Steel Cilegon, Provinsi Banten). Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Bandung : Bandung. Famiola, Melia dan Rudito, Bambang. 2007. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia. Penerbit Rekayasa Sains : Bandung. Keputusan Direksi Perusahaan Perseroan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Nomor: KD. 41/PR000/SDM-20/2006 tentang Telkom Corporate Social Responsibilities. Peraturan Menteri Nomor 05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Untung, Hendrik Budi. 2008. Corporate Social Responsibility. Sinar Grafika: Jakarta. Yulianita, Neni. 2008. Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai Aktivitas Social Marekting Public Relations. Jurnal Mediator, Volume 9, Nomor 1, Juni 20EFEKTIVITAS KEGIATAN CORPORATE SOSIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT TELKOM TERHADAP PELAYANAN PUBLIK MASYARAKAT KOTA BANDUNG Reza Sanjaya Junior Jalan Ciwastra no.68 Bandung Email: [email protected] Abstrak Corporate Sosial Responsibility (CSR) belum bisa memberikan kontribusi yang cukup signifikan, karena program CSR masih terbatas pada realisasi program charity yang belum mampu memberdayakan masyarakat miskin. Artikel ini bertujuan untuk melihat sustainability program CSR PT Telkom dari sisi kapasitas masyarakat dalam mengakses sumber daya. Metode pengumpulan data dalam artikel ini adalah dengan melakukan wawancara. Teknik sampling yang dilakukan untuk menentukan responden adalah purposive sampling dengan pendekatan snowball atau chain sampling, proses analisis yang dilakukan ialah bersifat induktif. Hasil dari artikel ini menunjukkan bagaimana dampak dari kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT Telkom di Kota Bandung terhadap pelayanan publik dengan melihat perbandingan sebelum dan sesudah kegiatan CSR dari PT Telkom. Di samping itu, di dalam artikel ini akan dilakukan pembahasan mengenai pembelajaran yang diperoleh warga terhadap berbagai kegiatan yang pernah dilaksanakan dengan berbagai pihak termasuk dengan PT Telkom dalam mengakses berbagai sumber daya yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sendiri. Kata Kunci: Corporate Sosial Responsibility (CSR), Public Service, Sinergi, Masyarakat Kota Bandung Corporate Social Responsibility (CSR) has not been able to contribute significantly, because the CSR program is limited to the realization of the charity program that has not been able to empower the poor. This article aims to look at PT Telkom CSR program sustainability in terms of people's capacity to access resources. Data collection methods in this article are interviews. Sampling techniques to determine the respondent is purposive sampling with snowball or chain sampling approach, the analysis process is inductive. The results of this article show how the impact of CSR activities by PT Telkom Bandung to Region Community ability to access resources with comparison of before and after the PT Telkom CSR activities. In addition, this article will be discussed about things that earned by residents in Area from variety of activities with PT Telkom that provide the ability development of communities to access resources which can be used to meet the needs of the community itself Keywords: Corporate Social Responsibility (CSR), empowerment, resources, Bandung Area

1.Apa yang dimaksud dengan metode ilmiah dan bagaimana penerapannya dalam penelitian?Metode ilmiah adalah suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Karena itu, penelitian dan metode ilmiah mempunyai hubungan yang dekat sekali, jika tidak dikatakan sama. Dengan adanya metode ilmiah, pertanyaan-pertanyaan dalam mencari dalil umum akan mudah terjawab2.Bagaimana langkah di dalam sistematika penelitian?1. Identifikasi, Pemilihan dan Perumusan Masalah Penelitian2. Penelaahan Kepustakaan3. Perumusan Hipotesis4. Identifikasi, Klasifikasi dan Pendefinisian Variabel5. Pemilihan atau Pengembangan Alat Pengambil Data6. Penyusunan rancangan penelitian7. Penentuan sampel8. Pengumpulan data9. Pengolahan dan analisis data10. Interpretasi hasil analisis11. Penyusunan laporan3.Jelaskan paradigma kuantitatif dan kualitatif berdasarkan atas pendekatan ontologis, Epistemologis, axiologis, retorik, dan metodologis!Istilah kuantitatif dan kualitatif menurut Borg and Gall (1989) dalam Sugiyono (2009) adalah sebagai berikut :Many labels have been used to distinguish between tradisional research methods and these new methods : positivistic versus postpositivistic reseach; scientivic versus artistic research; confirmatory versus discovery-oriented research; quantitative versus interpretative research; quantitative versus qualitative research. The quantitative- qualitative distinction seem most widely used. Both quantitative researchers and qualitative researchers go about inquiri in different ways.Metode kuantitatif dan kualitatif sering dipasangkan dengan nama metode tradisional dan metode baru; metode positivistik dan postposivistik; metode scientific dan metode artistik; metode konfirmasi dan temuan; serta kuantitatif dan interpretatifOntologis: Paradigma penelitian kuantitatif dan kualitatif :a. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan intrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.b. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secarapurposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.Berdasarkan pengetian tersebut maka secara ontologis hal-hal yang dikaji dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif berbeda. Perbedaan itu adalah sebagai berikut :KUANTITATIFKUALITATIF

A. Jenis penelitian terapanB. Hasil penelitian untuk mengukur :1. Hubungan simetris (korelasional)2. Hubungan Kausal (ex post facto, eksperimen)A. Jenis penelitian murniB. Hasil penelitian untuk :1. Menemukan budaya (etnografi)2. Menemukan teori baru (Grounded research)3. Pengembangan i

PARADIGMA PENELITIAN KUNTITATIF DAN KUALITATIFKUANTITATIFKUALITATIF

1. Positivistik (fenomena objektif)2. Deduktif hipotesis3. Partilaristik (terpisah)4. Objektif5. Berorientasi kepada hasil6. Menggunkan pandangan ilmupengetahuan penelitian.1. Fenomenologik/postpositivistik2. Induktif hipotesis3. Holistik (menyeluruh)4. Subyektif (peneliti sebagai instrumen)5. Berorientasi kepada proses6. Menggunakan pandangan ilmu sosial/Antropological

Sugiyono (2009) mengemukakan bahwa aksioma penelitian kuantitaif dan kualitatif meliputi aksioma tentang, hubungan peneliti dengan yang diteliti, hubungan variabel, kemungkinan generalisasi, dan peranan nilai, seperti ditunjukkan dalam tabel berikut :PERBEDAAN AKSIOMA PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIFAksioma DasarPenelitian KuantitatifPenelitian Kualitatif

Sifat realitasTunggal, dapat diklasifikasi-kan, konkrit, teramati, terukurGanda, holistik, dinamis, hasil kontruksi dan pemahaman

Hubungan peneliti dengan yang ditelitiPeneliti bersifat independen, supaya terbangun obyektivitasPeneliti interaktif dengan sumber data supaya memperoleh makna(human instrumens, participant observation, in depth interview)

Hubungan VariabelSebab-akibat (kausal)

X YTimbal balik/interaktif

X YZ

Kemungkinan generalisasiCenderung membuat generalisasiTransferability (hanya mungkin dalam ikatan konteks dan waktu)

Peranan nilaiCenderung bebas nilaiTerikat nilai-nilai yang dibawa peneliti dan sumber data

Metodologis: Penelitian Kuantitatif dan Penelitian KualitatifKarakteristik Penelitian Kuantitatif dan Penelitian Kualitatif adalah sebagai berikut.Penelitian KuantitatifPenelitian Kualitatif

A. Desaina. Spesifik, jelas, rincib. Ditentukan secara mantap sejak awalc. Menjadi pegangan langkah demi langkahA. Desaina. Umumb. Fleksibelc. Berkembang dan muncul dalam proses penelitian

B. Tujuana. Menunjukkan hubungan antarvariabelb. Menguji teoriMencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktifB. Tujuana. Menentukan pola hubungan yang bersifat interaktifb. Menemukan teoric. Menggambarkan realitas yang kompleksd. Memperoleh pemahaman makna

C. Teknik Pengumpulan Dataa. Kuesionerb. Observasi dan wawancara terstukturC. Tenik Pengumpulan Dataa.Participant observationb.In dept interviewc. Dokumentasid. Trianggulasi (gabungan)

D. Instrumen Penelitiana. Test, angket, wawancara terstrukturb. Instrumen yang telah terstandarD. Instrumen Penelitiana. Peneliti sebagai Instrumen (human instrumen)b. Buku catatan, tape recorder, camera, handycam dan lain-lain

E. Dataa. Kuantitatifb. Hasil pengukuran variabel yang dioperasionalkan dengan menggunakan instrumenE. Dataa. Deskriptif kualitatifb. Dokumen pribadi, catatan lapangan, ucapan dan tindakan responden, dokumen dan lain-lain

F. Sampela. Besar (minimal 30)b. Representatifc. sedapat mungkin randomd. Ditentukan sejak awalF. Sampela. Kecilb. Tidak representatifc. Purposive, Snowbaald. Berkembang selama proses penelitian

G. Analisisa. Setelah selesai pengumpulan datab. Deduktifc. Menggunakan statistik untuk menguji hipotesisG. Analisisa. Terus menerus sejak awal hingga akhir penelitianb. Induktifc. Mencari pola, model, thema, teori

H. Hubungan dengan Respondena. Dibuat berjarak, bahkan sering tanpa kontak supaya obyektifb. Kedudukan peneliti lebih tinggi dari respondenc. Jangka pendek sampai hipotesis dapat dibuktikanH. Hubungan dengan Respondena. Empati, akrap supaya memperoleh pemahaman yang mendalamb. Kedudukan sama bahkan sebagai guru atau konsultanc. Jangka lama, sampai datanya jenuh, dapat ditemukan hipotesis atau teori

I. Usulan Desaina. Luas dan rincib. Literatur yang berhubungan dengan masalah dan variabel yang ditelitic. Prosedur yang spesifik dan rinci langkah-langkahnya.d. Masalah dirumuskan dengan spesifik dan jelase. Hipotesis dirumuskan dengan jelasf. Ditulis secara rinci dan jelas sebelum terjun ke lapanganI. Usulan Desaina. Singkat, umum bersifat sementarab. Literatur yang digunakan bersifat sementara, tidak menjadi pegangan utama.c. Prosedur bersifat umum, seperti akan merencanakan tour/piknikd. Masalah bersifat sementara dan akan ditemukan setelah studi pendahuluane. Tidak dirumuskan hipotesis, karena justru akan menemukan hipotesisf. Fokus penelitian ditetapkan setelah diperoleh data awal dari lapangan

J. Kapan penelitian dianggap selesai?Setelah semua kegitan yang direnca-nakan dapat diselesaikanJ. Kapan penelitian dianggap selesai?Setelah tidak ada data yang dianggap baru/jenuh

K. Kepercayaan terhadap hasil PenelitianPengujian validitas dan realiabilitas instrumenK. Kepercayaan terhadap hasil PenelitianPengujian kredibilitas, depenabilitas, proses dan hasil penelitian

Epistemologis : Proses penelitian Kuantitatif dan Kualitatifa. Proses Penelitian KuantitatifPenelitian kuantitatif pada prinsipnya adalah untuk menjawab masalah. Penelitian ini bertolak dari studi pendahuluan terhadap obyek yang diteliti (preliminary study) untuk mendapatkan betul-betul masalah. Masalah harus digali melalui studi pendahuluan, melalui fakta-fakta empiris. Supaya peneliti dapat menggali masalah dengan baik, maka peneliti harus menguasai teori melalui membaca referensi. Selanjutnya masalah diidentifikasi dan dirumuskan secara spesifik. Rumusan masalah pada umumnya dibuat dalam bentuk kalimat tanya.Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis), maka peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan berfikir. Penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah (hipotesis).Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode/strategi/pendekatan/ desain penelitian yang sesuai. Pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat ketelitian data yang diharapkan dan konsisten yang dikehendaki. Sedangkan pertimbangan praktis adalah tersedianya dana, waktu, dan kemudahan yang lain. Misalnya metode survey,ex post facto, eksperimen, evaluasi dan lain-lain.Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrumen penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data yang dapat berbentuk tes, angket/kuesioner, wawancara terstruktur atau observasi. Instrumen ini harus diuji dahulu validitas dan reliabilitasnya sebelum digunakan.Pengumpulan data dilakukan pada obyek tertentu baik berbentuk populasi maupun sampel. Sampel harus representatif untuk menyimpulkan hasil penelitian dengan baik. Setelah data terkumpul, selanjutnya melakukan analisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik tertentu. Berdasarkan analisis ini apakah hipotesis ditolak atau diterima atau apakah penemuan itu sesuai dengan hipotesis yang diajukan atau tidak.Kesimpulan adalah langkah terakhir dari tahap penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah. Proses penelitian kuantitatif tampak jelas dari langkah-langkah merumuskan masalah, berteori, berhipotesis, mengumpulkan data, analisis data dan membuat kesimpulan dan saran. Sedangkan penggunaan konsep dan teori yang relevan serta pengkajian terhadap hasil-hasil penelitian yang mendahului guna untuk menyusun hipotesis merupakan aspek logika (logiko-hypothetico). Pemilihan metode penelitian, menyusun instrumen, mengumpulkan data dan analisisnya adalah aspek metodologi.b. Proses Penelitian KualitatifTahappertama,peneliti kualitatif yaitu memasuki obyek/lapangan. Pada waktu memasuki obyek, peneliti tentu merasa asing terhadap obyek tersebut. Tahap ini disebut tahap orientasi atau deskripsi, dengangrant tour question. Peneliti mulai mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan ditanyakan.Tahap kedua,yaitu tahap reduksi/fokus. Tahap ini peneliti mereduksi segala informasi yang diperoleh pada tahap pertama untuk memfokuskan pada masalah tertentu. Peneliti mulai menyortir data dengan cara memilih data yang menarik, penting, berguna, dan baru. Data-data tersebut dikelompokkan menjadi berbagai kategori yang ditetapkan sebagai fokus penelitian.Tahap ketiga,yaitu tahapselection. Peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan menjadi lebih rinci. Peneliti juga melakukan analisis yang mendalam terhadap data dan informasi yang diperoleh, maka peneliti dapat menemukan thema dengan cara mengkonstruksikan data menjadi suatu bangunan pengetahuan, hipotesis atau ilmu baru.Tahap keempat,peneliti harus mampu menghasilkan informasi-informasi yang bermakna, bahkan hipotesis atau ilmu baru yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan taraf hidup manusia. Proses memperoleh data atau informasi setiap tahapan (deskripsi, reduksi, seleksi) tersebut dilakukan secara sirkuler, berulang-ulang dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber. Setelah peneliti memasuki obyek peneltian atau sering disebut situasi sosial ( terdiri atas tempat, aktor/pelaku/orang-orang, dan aktivitas) peneliti berfikir apa yang akan ditanyakan (1). Setelah menemukan pertanyaan selanjutnya peneliti bertanya kepada orang-orang yang dijumpai di tempat tersebut (2). Jawaban yang diperoleh dianalisis apakah jawabannya betul atau tidak (3). Jika jawaban atas pertanyaan dirasa betul, maka dibuatkan kesimpulan (4).Tahap kelima,yaitu peneliti mencandra kembali kesimpulan yang dibuat. Apakah kesimpulan tersebut kredibel atau tidak. Untuk memastikan kesimpulan tersebut, peneliti masuk lapangan lagi dan mengulang pertanyaan dengan cara dan sumber yang berbeda, tetapi dengan tujuan sama. Kalau kesimpulan telah diyakini memiliki kredibelitas yang tinggi, maka pengumpulan data dinyatakan selesai.Axiologis : Penelitian Kuantitatif dan Kualitatifa. Penelitian KuantitatifPenelitian kuantitatif digunakan :1) Bila masalah yang merupakan titik tolak penelitian sudah jelas. Tampak adanya penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang terjadi, antara aturan dan pelaksanaan, antara teori dan praktik. Dalam proposal masalah ini harus ditunjukkan dengan data baik data hasil penelitian sendiri atau dokumentasi.2) Bila peneliti inginmendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi. Jika populasi terlalu luas penelitian dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.3) Bila ingin mengetahui pengaruh perlakukan/treatment tertentu terhadap yang lain. Untuk kepentingan ini peneliti dapat menggunakan metode eksperimen.4) Bila peneliti bermaksud menguji hipotesis penelitian. Hipotesis ini dapat berbentuk hipotesis deskriptif, komparatif, dan asosiatif.5) Bila peneliti ingin mendapatkan data yang akurat, berdasarkan fenomena yang empiris dan dapat dikukur.6) Bila peneliti ingin menguji terhadap adanya keragu-raguan tentang validitas pengetahuan, teori, dan produk tertentu.b. Penelitian KualitatifPenelitian kualitatif digunakan untuk kepentingan yang berbeda bila dibandingkan dengan penelitian kuantitatif. Penelititian kualitatif kapan digunakan, dikemukakan sebagai berikut.1) Bila masalah penelitian belum jelas, masih kabur, bahkan masih gelap. Kondisi semacam ini cocok dilakukan dengan penelitian kualitatif, karena peneliti kualitatif akan langsung ke obyek melakukan penjelajahan dengan grand tour question, sehingga masalah akan dapat ditemukan dengan jelas. Peneliti akan melakukan ekplorasi terhadap suatu obyek.2) Untuk memahami makna dibalik data yang tampak. Gejala sosial sering tidak bisa difahami berdasarkan ucapan atau tindakan seseorang. Setiap ucapan dan tindakan seseorang sering mempunyai makna tertentu. Data yang cocok untuk mencari makna dari setiap perbuatan tersebut hanya cocok diteliti dengan metode kualitatif, dengan teknik wawancara yang mendalam dan obserbasi berperan serta, dan dokumentasi.3) Untuk memahami interaksi sosial. Interaksi sosial yang kompleks hanya dapat diurai dengan penelitian kualitatif.4) Untuk memahami perasaan orang. Perasaan orang sulit dimengerti kalau tidak diteliti dengan metode kualitatif.5) Untuk mengembangkan teori. Penelitian kualitatif paling tepat digunakan untuk mengembangkan teori yang dibangun melalui data yang diperoleh di lapangan (grounded research).6) Untuk memastikan kebenaran data. Data sosial sering sulit dipastikan kebenarannya. Penelitian kulitatif dengan teknik pengumpulan data secara trianggulasi/gabungan, maka kepastian data akan lebih terjamin.7) Untuk meneliti sejarah perkembangan. Sejarah perkembangan kehidupan seorang tokoh masyarakat akan dapat dilacak dengan penelitian kualitatif. Dengan menggunakan data dokumentasi dan wawancara mendalam kepada pelaku yang dipandang tahu, maka dapat ditemukan sejarah perkembangan kehidupan seseorang.4.Apakah yang dimaksud dengan masalah penelitian ? Apakah ada perbedaan antara masalah penelitian dan masalah yang bukan penelitian ?Masalah penelitian adalah masalah yang pemecahannya memerlukan penelitianSyarat2 masalah penelitian:1. Fisibel dari segi dana, waktu, alat, keahlian peneliti, dan subjek penelitian yg dibutuhkan2. Interesting bagi penelitinya3. Novel, yaitu menguatkan, membantah, melengkapi dgn penelitian sebelumnya4. Etik penelitian tidak dilanggar5. Relevan bagi perkembangan ilmu saat ituBedanya jikamasalah yang bukan penelitiantidak memerlukan kajian mendalam dan dapat diselesaikan dalam waktu relative singkat5.Jelaskan sumber-sumber yang dapat kita gunakan untuk memperoleh masalah penelitian dan berikan contoh satu rumusan masalah penelitian kuantitatif dan satu rumusan penelitian kualitatif!Menurut Suharsimi Arikunto (1996:25), sumber masalah dapat diperoleh dari berbagai macam arah:1. kehidupan sehari-hari,2. dari membaca buku,3. dapat diberi dari orang lain.4. Akan tetapimenurutnya yang paling baik adalah datang dari dirinya sendiri sehingga ada dorongan kebutuhanuntuk memperoleh jawaban.

Pertanyaan Seputar Bab 3 Buku Metode Penelitian Sosial

Apakah fungsi paradigma Positivisme dalam membuat sebuah penelitian? Bagaimana membedakan asumsi Penelitian Kualitatif dengan Penelitian Kuantitatif? Bagaimana langkah di dalam sistematika penelitian?

1. Pendahuluan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (Suhandari, Kompas 2007). Kompleksitas permasalahan sosial yang semakin rumit dalam dekade terakhir dan implementasi desentralisasi telah menempatkan CSR sebagai suatu konsep yang

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 21/No.2 Agustus 2010

130

diharapkan mampu memberikan alternatif terobosan baru dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Sejarah pembangunan ekonomi di Indonesia yang diyakini telah mencapai tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi, ternyata masih menyisakan permasalahan socsial yang cukup serius. Dalam keterbatasan peranan negara menyelesaikan permasalahan sosial, desentralisasi sebagai wujud pengakuan pada sektor privat telah memberi peluang yang cukup besar bagi sektor tersebut untuk menyumbangkan resources yang dimilikinya guna menyelesaikan permasalahan sosial tersebut. Dengan demikian, era desentralisasi merupakan momentum yang relevan bagi realisasi program CSR sebagai wujud keterlibatan sektor privat dalam memberdayakan masyarakat miskin sehingga mereka terlepas dari permasalahan sosial yang mereka hadapi. Dari sudut pandang perencanaan wilayah dan kota, penggabungan pelaksanaan teori community development dengan konsep CSR merupakan konsep yang baik untuk pelibatan masyarakat-swasta dalam pembangunan. Walaupun dalam hal ini kegiatan CSR dari suatu perusahaan adalah suatu strategi bisnis yang memiliki tujuan-tujuan tertentu yang memiliki manfaat untuk perusahaan dan program community development pada umumnya memiliki tujuan untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat, namun pemerintah harus dapat memanfaatkan dan mengarahkan kegiatan CSR perusahaan tersebut untuk kepentingan bersama. Hal ini akan sangat menarik untuk dikaji karena hingga saat ini belum terdapat standar baku untuk implementasi, mekanisme pelaporan, dan proses verifikasi CSR yang dapat berguna sebagai panduan di Indonesia. Sebagai kontribusi kepada masyarakat dan wujud tanggung jawab sosial, PT Telkom menjalin kerjasama dengan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) yang dalam hal ini adalah masyarakat. Berdasarkan Keputusan Direksi Perusahaan Perseroan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Nomor: KD. 41/PR000/SDM-20/2006 tentang Telkom Corporate Social Responsibilities, dalam memenuhi harapan stakeholder tersebut, PT Telkom melaksanakan CSR sebagai bagian dari strategi bisnis perusahaan yang dalam pelaksanaannya mencakup ke dalam tiga aspek keberlanjutan (sustainability), yaitu: ekonomi, sosial, dan lingkungan. PT Telkom meyakini bahwa pelestarian lingkungan termasuk perubahan iklim global adalah salah satu kepedulian utama pada saat ini. Hal itu tidak saja untuk kepentingan generasi mendatang, tetapi juga untuk kepentingan usaha PT Telkom sendiri. Sebagai konsekuensi pertumbuhan bisnis, pemakaian energi di PT Telkom tentu akan meningkat. Ini adalah salah satu dampak operasi PT Telkom terhadap lingkungan. Oleh karena itu, pihak manajemen PT Telkom menyadari bahwa peran PT Telkom dalam meningkatkan efisiensi pemakaian energi harus mendapatkan prioritas yang tinggi. Penerapan CSR sudah semakin digalakkan oleh beberapa perusahaan dalam beberapa tahun belakangan ini di Indonesia. Karena pengertian dan lingkup CSR yang sangat beragam akhirnya perusahaan mencoba dengan caranya sendiri untuk menyelaraskan semua tuntutan yang timbul. Selain itu, adanya anggapan bahwa program CSR yang kurang mengembangkan kapasitas masyarakat dan meningkatkan ketergantungan masyarakat terhadap pihak lain sehingga berdampak pada sustainability program ini dalam jangka panjang. Setelah melihat gambaran umum mengenai CSR di Indonesia, studi kali ini bertujuan untuk meninjau sustainability program CSR PT Telkom dari sisi kapasitas masyarakat dalam mengakses sumber daya. Dalam artikel ini pembahasan artikel dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama membahas tentang latar belakang artikel dan fokus atau tujuan yang akan dicapai dalam artikel ini. Bagian kedua merupakan tinjauan literatur mengenai pengembangan masyarakat dalam pelaksanaan CSR. Bagian ketiga merupakan pembahasan utama yang secara umum membahas dampak pelaksanaan CSR PT Telkom di Kota Bandung terhadap kemampuan masyarakat dalam mengakses sumber daya. Di bagian terakhir akan disimpulkan hasil dari studi yang terdapat dalam artikel ini berikut dengan rekomendasi yang diusulkan. 2. Pengembangan Masyarakat dalam Pelaksanaan CSR Menurut Chaskin (2001), yang dimaksud dengan kapasitas komunitas ialah interaksi antara sumber daya manusia, organisasi, dan modal sosial yang ada di dalam komunitas yang bisa digunakan secara khusus untuk menyelesaikan masalah secara kolektif dan meningkatkan atau mempertahankan kebaikan komunitas tersebut. Hal tersebut bisa berlangsung baik melalui proses informal maupun proses yang terencana (Chaskin, 2000). Dalam upaya pengembangan masyarakat, terdapat ciri-ciri atau indikator yang menunjukkan terjadinya upaya pengembangan masyarakat tersebut seperti yang diungkapkan oleh Chaskin (2001), yaitu: a sense of community (rasa memiliki terhadap komunitas); a level of commitment (tingkat komitmen); the ability to solve problems (kemampuan untuk memecahkan masalah); dan access to resources (akses kepada sumber daya). Adapun pembahasan mengenai indikator upaya pengembangan masyarakat pada artikel kali ini lebih ditekankan pada indikator ketiga, yaitu akses masyarakat terhadap sumber daya, terutama setelah tidak adanya intervensi program dari PT Telkom. Sumber daya merupakan salah satu komponen penting dalam pengembangan kapasitas masyarakat. Chaskin (1999) berpendapat bahwa terdapat dua penekanan yang harus diperhatikan pada indikator ini yakni : (1) penggunaan sumber daya dapat diperoleh baik dari dalam komunitas (internal) maupun dari luar komunitas (eksternal); dan (2) akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan oleh komunitas itu sangat beragam. Karena karaktersitiknya yang berbeda tersebut, maka perolehan sumber daya komunitas dapat dipandang dalam perspektif yang luas maupun secara lebih sempit. Dalam perspektif yang luas, perolehan sumber daya komunitas ditentukan oleh suatu sistem ekonomi-sosial yang luas (makrostruktural), misalnya seperti kebijakankebijakan yang dibuat oleh pemerintah baik pusat atau daerah sehingga hal tersebut dirasa sangat jauh dari jangkauan komunitas tersebut (Jargowsky, 1997 dalam Chaskin, 1999). Dalam perspektif yang lebih sempit, sumber daya komunitas dapat diperoleh dalam lingkup yang lebih mikro seperti dalam lingkungan komunitas itu sendiri terdapat sumber daya yang berupa keterampilan penduduk, pengetahuan lokal, komitmen terhadap kegiatan asosiasi lingkungan, dan pelayanan lokal dari suatu lembaga yang dilakukan untuk memberikan kontribusi terhadap peningkatan kapasitas masyarakat (Kretzman dan McKnight, 1993 dalam Chaskin, 1999). Dalam artikel ini, perolehan sumber daya masyarakat dihipotesiskan diperoleh melalui CSR, yang menurut Kretzman dan McKnight (1993) dalam Chaskin (1999) adalah termasuk ke dalam pelayanan lokal dari suatu lembaga yang dilakukan untuk memberikan kontribusi terhadap peningkatan kapasitas masyarakat. Dengan adanya sumber daya tersebut, masyarakat dapat memanfaatkannya untuk berbagai kepentingan dengan cara yang berbeda-beda walaupun dalam tahap awal hanya dimulai dengan memanfaatkan pihak yang bekerjasama dengan masyarakat untuk membukakan akses ke berbagai sumber daya potensial yang masyarakat belum mengetahuinya sebelumnya. Seiring dengan berjalannya proses, masyarakat semakin banyak menimba pelajaran dan pengalaman dari interaksi dengan berbagai pihak tersebut, masyarakat akan semakin mampu memilih dan memilah berbagai pihak dan sumber daya yang potensial untuk bisa dimanfaatkan sebagai mitra kerjasama dalam program-program berikutnya. 2.1 Community Development Perusahaan Community Development perusahaan menurut Nigam (1999) dalam Duya (2007) dipandang sebagai suatu upaya pengembangan masyarakat yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kondisi sosial, ekonomi, pendidikan, keahlian, kesehatan, keadaan lingkungan, dan kesejahteraan bagi penduduk yang tinggal dekat dan/atau dipengaruhi oleh kegiatan perusahaan tersebut. Community Development yang dijalankan oleh perusahaan, merupakan tanggungjawab sosial dan moral terhadap masyarakat yang ada di sekitar lokasi usaha (Jalal, Sukada, dan Wibowo, 2004). Untuk mempertanggungjawabkan investasi sosial yang diberikan oleh perusahaan dan mengetahui bahwa kinerja program pengembangan masyarakat yang dilakukan telah memadai, maka diperlukan adanya pengukuran keberhasilan melalui indikator terukur (Jalal, Sukada, dan Wibowo, 2004). Menurut Duya (2007), hasil yang diharapkan dari dilakukannya kegiatan community development tersebut adalah : (1) pembangunan komunitas yang mandiri secara ekonomi dan demokratis secara sosial; (2) masyarakat terberdaya untuk mengambil keputusan dan melakukan tindak sosial; (3) meningkatnya kualitas kehidupan dari masyarakat; dan (4) perusahaan secara umum diterima keberadaannya di tengah-tengah masyarakat karena memiliki tanggung jawab dan komitmen secara sosial. 2.2 Konsep dan Definisi Corporate Social Responsibility CSR merupakan suatu upaya kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk meningkatkan kualitas kehidupan bagi komunitas atau para stakeholder di sekitar lingkungan perusahaan baik secara internal maupun eksternal (Yulianita, 2008). Yulianita (2008) juga berpendapat bahwa kegiatan CSR dilakukan untuk dapat merespon keadaan sosial yang terjadi di lingkungan sekitar yang tidak hanya dinikmati atau dimanfaatkan oleh lingkungan sekitar yang menjadi sasaran saja tetapi juga perusahaan tersebut akan menerima manfaaat atas kegiatan yang mereka lakukan tersebut khususnya dalam penciptaan, peningkatan, dan pemeliharaan citra perusahaan di mata masyarakat. Pada dasarnya program CSR dari suatu perusahaan dapat dikategorikan dalam tiga bentuk seperti berikut (Famiola dan Rudito, 2007). (1) Publik Relations Usaha untuk menanamkan persepsi positif kepada komunitas tentang kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan yang biasanya berbentuk kampanye yang tidak terkait sama sekali dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Bentuk ini lebih ditekankan pada penanaman persepsi tentang perusahaan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan sosial maka akan tertanam dalam image masyarakat bahwa perusahaan tersebut banyak melakukan kegiatan sosial hingga masyarakat/komunitas tidak mengetahui produk apa yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Atau dapat juga terjadi sebaliknya di mana masyarakat/komunitas mengetahui produk dari perusahaan tersebut akan tetapi masyarakat/komunitas mengetahui bahwa perusahaan selalu menyisihkan sebagian dari keuntungannya untuk kegiatan social. (2) Strategi Defensif Usaha yang dilakukan oleh perusahaan yang bertujuan untuk menangkis anggapan negatif masyarakat/komunitas luas yang sudah tertanam terhadap kegiatan perusahaan. Kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan merupakan bentuk perlawanan terhadap pandangan negatif masyarakat/komunitas dan perusahaan berusaha mengubah pandangan tersebut menjadi positif. (3) Keinginan tulus untuk melakukan kegiatan yang baik yang benar-benar berasal dari visi perusahaan tersebut Perusahaan melakukan program CSR untuk kebutuhan masyarakat/komunitas dan tidak mengambil keuntungan secara materiil. Program CSR yang dijalankan merupakan keinginan tulus dari perusahaan, yang bisa dilihat dari komitmen perusahaan terhadap kegiatan CSR dengan menuangkannya ke dalam visi dan misi CSR. Untung (2008) menyatakan bahwa keberadaan perusahaan idealnya bermanfaat untuk masyarakat sekitar karena prinsip dasar dari CSR adalah pemberdayaan masyarakat setempat yang tergolong ekonomi rendah agar terbebas dari kemiskinan. Di samping itu, CSR juga dilakukan agar operasional perusahaan berjalan lancar tanpa gangguan (Untung, 2008). Pernyataan Untung tersebut selaras dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Duya (2007). Menurut Duya (2007), konsep dari CSR dipandang dapat menjadi ke dalam dua perspektif yang berbeda seperti yang dikemukakan oleh Friedman (1970) dan Carroll (1979) dalam Duya (2007) berikut. (1) Menurut Friedman (1970), business of business is business. Pernyataan tersebut menyatakan bahwa urusan bisnis adalah untuk memaksimumkan profit sehingga dapat memperoleh investasi yang baik dengan menaati hukum yang berlaku dan menjadi corporate citizen yang baik. Konsep ini memandang bahwa CSR tidak memiliki potensi yang menguntungkan dan terlalu memperhitungkan biaya dari keterlibatan sosial bisnis dalam masyarakat. (2) Berbeda dengan Friedman (1970), Carroll (1979) menyatakan bahwa tanggung jawab sosial dari perusahaan terhadap masyarakat berkaitan dengan beberapa komponen yang berbeda yakni : dimulai dari adanya perusahaan sendiri untuk memperoleh keuntungan (ekonomi); taat terhadap hukum yang berlaku (hukum); dan perusahaan perlu memiliki etika dan menjadi corporate citizen yang baik melaui phylantrophy. Dalam konsep ini, disadari bahwa asal-mula CSR adalah merupakan suatu fungsi dari syarat-syarat persetujuan bersama antara bisnis dan masyarakat. Di samping perusahaan harus patuh terhadap hukum yang berlaku, perusahaan juga harus berupaya untuk bertanggung jawab kepada seluruh stakeholder yang salah satunya adalah masyarakat. Hal tersebut dilakukan demi kepentingan perusahaan juga karena di dalam kepentingan perusahaan terdapat pula kepentingan masyarakat. 3. Dampak Pelaksanaan CSR PT Telkom di Kota Bandung terhadap Kemampuan Masyarakat Pengambilan data yang dilakukan dalam artikel ini dilakukan dengan wawancara. Metode penentuan sampel yang digunakan untuk wawancara dalam artikel kali ini ialah metode purposive sampling. Metode purposive sampling ialah metode yang tujuannya lebih mengarah kepada generalisasi teoretis. Sumber data yang digunakan tidak sebagai sumber yang mewakili populasinya, akan tetapi lebih cenderung mewakili informasinya. Informannya dipilih berdasarkan posisi dengan akses tertentu yang dianggap memiliki informasi yang berkaitan dengan permasalahannya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Bahkan di dalam pelaksanaan pengumpulan data sesuai dengan sifat artikel yang lentur dan terbuka, pilihan informan dan jumlahnya dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data (Patton, 1984, dalam Sutopo, 2006). Strategi pendekatan yang digunakan dalam metode ini adalah snowball atau chain sampling, yaitu strategi yang digunakan bila peneliti ingin mengumpulkan data yang berupa informasi dari informan dalam satu lokasi, tetapi peneliti tidak mengetahui siapa yang tepat untuk dipilih sebagai narasumber. Karakteristik responden dalam artikel ini adalah pihak yang terlibat langsung dalam kegiatan CSR dari PT Telkom, yang terdiri dari: wakil PT Telkom di bidang CDC; fasilitator kegiatan; tokoh-tokoh petani; petani penerima bibit pohon mangga paling banyak saat kegiatan CSR PT Telkom; warga yang dianggap sebagai tokoh dan dihormati di masyarakat. Proses wawancara dan pemilihan responden berjalan dengan sistem snow ball sampling, artinya penentuan responden berikutnya berdasarkan usulan dari responden sebelumnya yang diwawancarai, sampai informasi yang didapatkan dari masing-masing sumber sudah mirip. Dari hasil wawancara dengan Bagian CDC Telkom Divre III, program di Bagian Community Development Center PT Telkom secara umum dibagi menjadi dua bidang besar, yaitu (1) Program Kemitraan dan (2) Bina Lingkungan. Menurut Peraturan Menteri Nomor 05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, definisi dari Program Kemitraan ialah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari penyisihan laba BUMN. Sedangkan Program Bina Lingkungan mempunyai definisi sebagai program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN di wilayah usaha BUMN tersebut melalui pemanfaatan dana dari penyisihan laba bersih BUMN. PT Telkom mempunyai mekanismemekanisme tertentu dalam menilai layak atau tidaknya usulan kegiatan pada suatu daerah, baik pertama kali maupun kegiatan lanjutan, yaitu sebagai berikut: melihat jenis kegiatan yang akan dijalankan, apakah masih tergolong dalam lingkup bidang yang ditangani oleh Bagian CDC PT Telkom; melihat ketersediaan anggaran di bulan berjalan; adanya disposisi dari atasan atau rekomendasi dari bagian lain; dan melihat kelayakan program. Bidang CDC saat ini menjadi salah satu cost center perusahaan. Akan tetapi, PT Telkom berpandangan jauh ke depan, sehingga PT Telkom juga melaksanakan dengan serius program-program CSR yang ada karena dampaknya bisa dirasakan dalam jangka panjang, dan dampak itu akan berupa profit kepada perusahaan sendiri. Dengan terbentuknya corporate image yang baik dari PT Telkom, konsumen juga akan memberikan penilaian yang positif kepada PT Telkom dan masyarakat akan dengan suka rela menggunakan produk-produk yang dimiliki oleh PT Telkom. 3.1 Kapasitas Masyarakat dalam Mengakses Sumber Daya Identifikasi terhadap beberapa faktor untuk mendapatkan gambaran mengenai kemampuan masyarakat dalam mengakses sumber daya sebelum dan sesudah adanya program CSR PT Telkom yang dilaksanakan.Dari hasil identifikasi ini, dilakukan analisis yang meliputi analisis terhadap kemampuan masyarakat untuk menggunakan sumber daya di dalam komunitas dan mengakses sumber daya dari luar komunitasnya yang masyarakat butuhkan dalam tiap agenda kegiatan dari masyarakat. (1) Penggunaan Sumber Daya Milik Masyarakat Secara umum, kondisi masyarakat dalam mengidentifikasi sumber daya tergambar dalam tabel 1. Tabel 1 Identifikasi Sumber Daya MasyarakatSebelum dan Sesudah CSR PT TelkomUkuran Kondisi Sebelum Kondisi Sesudah

Komunitas memiliki pencatatan sumber daya komunitas Ada (tidak terstruktur dengan baik) Ada (tidak detail dan tidak terstruktur dengan baik)

Terdapat pusat sumber daya Ada Ada

Terdapat organisasi komunitas Ada (3 kelompok tani) Ada (3 kelompok tani)

Banyaknya sumber pendanaan lokal yang tersedia Satu sumber (swadaya para petani) Satu sumber (swadaya para petani)

Jumlah sumber keahlian 20 orang Kurang lebih 20 orang

Kualitas sumber keahlian yang ada Cukup baik Cukup baik

Sumber: Hasil Analisis, 2010 Setelah pelaksanaan kegiatan CSR PT Telkom, pencatatan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat tidak begitu mengalami perubahan. Pencatatan masih dilakukan di tiap kelompok tani yang ada dan pencatatannya juga masih belum begitu baik, terstruktur, dan detail. Sifat dari masyarakat yang memang tidak begitu senang jika terikat yang mengakibatkan organisasi hingga pencatatan yang dilakukan juga tidak terlalu detail dan terstruktur. Mengenai organisasi komunitas, tidak begitu mengalami perubahan, masih berupa komunitas-komunitas penghijauan petani yang terdiri dari 3 kelompok (Kelompok Tani Rereongan Sarupi, Pasir Salam, dan Cipicung) yang masing-masing kelompok kurang lebih beranggotakan 20 orang petani. Sedangkan untuk sumber pembiayaan lokal yang ada, masih mengandalkan iuran dari tiap petani yang nantinya dikoordinir untuk dibelikan barang-barang kebutuhan para petani. Yang menjadi lokasi penghijauan yang diadakan oleh PT Telkom sebagai bentuk kegiatan CSR-nya, sebagian besar bekerja sebagai pedagang kecil, buruh, dan petani. Kondisi ekonomi dari masyarakat juga cukup rendah, dilihat dari jenis mata pencaharian dari masyarakat, yang akhirnya memaksa masyarakat untuk bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Dilihat dari keadaan ekonomi yang seperti itu, sulit bagi masyarakat untuk secara rutin melakukan kegiatan penghijauan dengan biaya dari masyarakat sendiri. Sumbangan dari pihak luar memang sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan , terutama kegiatan penghijauan. Kesediaan dari masyarakat untuk memberikan sumbangan kurang bisa diandalkan jika harus dalam bentuk dana, yang persentasenya menurut Pak Kuntum hanya 5 % saja. Akan tetapi, jika dalam bentuk lain, seperti kesediaan dan tenaga, masyarakat akan dengan senang hati untuk membantu. Data mengenai jumlah pasti dari masyarakat yang ikut serta dalam kegiatankegiatan komunitas tidak tercatat dengan baik, diperkirakan antara 50-100 orang yang terlibat dalam setiap kegiatan, terkadang juga bisa mencapai lebih dari 100 orang. Dalam aspek perekonomian, inisiatif pengembangan ekonomi oleh masyarakat dilakukan dengan mengembangkan dua hal, yaitu pengembangan warung-warung makan yang dikembangkan secara sendiri-sendiri dan penjualan hasil panen yang dikembangkan secara sendiri-sendiri dan berkelompok dalam penjualannya. Jika kita pergi

Tabel 2 Mobilisasi Sumber Daya Internal Masyarakat Sebelum dan Sesudah CSR PT Telkom Ukuran Kondisi Sebelum Kondisi Sesudah

Kontribusi masyarakat terhadap kegiatan/program masyarakat Ada Ada

Persentase penduduk yang memberikan sumbangan dana untuk kepentingan masyarakat 5 % Dalam kegiatan CSR Telkom, hampir tidak ada karena dana yang dikucurkan Telkom sangat besar sehingga sudah bisa memenuhi kebutuhan dana untuk program tersebut (Rp 55.000.000,00)

Jumlah warga yang terlibat dalam kegiatan komunitas Tidak ada data pasti, diperkirakan sekitar 50-100 orang tiap kegiatan. Terkadang lebih dari 100 orang. Sekitar 60 orang

Jumlah inisiatif pengembangan ekonomi lokal 2 buah (warung makanan dan penjualan hasil panen) 2 buah (warung makanan dan penjualan hasil panen)

Jumlah usaha/bisnis yang dimiliki masyarakat 50 (warung makan) 60 - 70 (warung makan)

Sumber: Hasil Analisis, 2010 Mengenai mobilisasi sumber daya masyarakat , jumlah sumbangan yang masuk dari PT Telkom untuk melaksanakan kegiatan penghijauan tersebut ialah sebesar Rp 55.000.000 (lima puluh lima juta rupiah). Dari jumlah tersebut, oleh Pak Kuntum dan Pak Adin dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan penanaman pohon dan tidak terlalu diekspos ke masyarakat dengan tujuan agar bisa lebih efektif dan tepat sasaran dalam pelaksanaan kegiatannya. Sedangkan sumbangan dana dari masyarakat/petani dalam kegiatan PT Telkom ini hampir tidak ada karena dana dari PT Telkom yang sudah sangat besar untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Untuk sumbangan dalam bentuk tenaga, jumlah orang yang terlibat, kegiatan penghijauan dari PT Telkom ini cukup banyak, yaitu melibatkan kurang lebih 60 orang dalam pelaksanaannya. Jumlah inisiatif pengembangan ekonomi lokal tidak begitu mengalami perkembangan, hanya ada dua, yaitu warung-warung makanan dan penjualan hasil panen dari para petani. Untuk jumlahnya, warung-warung makanan mengalami penambahan yang cukup banyak, dari 50 warung, menjadi kurang lebih 60-70 warung yang ada sekarang ini. Pengembangan ini diperkirakan lebih banyak dipengaruhi oleh inisiatif pribadi dari masyarakat sendiri. Sebelum adanya program CSR PT Telkom, masyarakat sudah memiliki proses untuk membicarakan suatu masalah atau issue, yang terkadang dibicarakan dalam masing-masing kelompok tani dan terkadang juga dibicarakan secara terpusat. Masyarakat/petani cukup antusias jika ada undangan rapat untuk membicarakan sesuatu. Gambaran umum mengenai distribusi sumber daya masyarakat Kawasan digambarkan pada tabel 3. Tabel 3 Distribusi Sumber Daya Masyarakat Kawasan Sebelum dan Sesudah CSR PT Telkom Ukuran Kondisi Sebelum Kondisi Sesudah

Proses untuk membicarakan prioritas kebutuhan/peluang masyarakat Ada (dibicarakan di kelompokkelompok tani atau terpusat) Ada (dibicarakan di kelompokkelompok tani atau terpusat)

Penetapan target komunitas Belum Ada (target penanaman pohon dalam satu tahun)

Persentase populasi yang ikut serta dalam pengambilan keputusan 70 80 % 70 80 %

Sumber: Hasil Analisis, 2010 Pada kegiatan-kegiatan penghijauan sebelum dengan PT Telkom, mekanisme pembahasan untuk mengalokasikan sumber daya yang ada, baik yang ada dalam masyarakat maupun yang diterima oleh masyarakat dari pihak lain dilakukan melalui rapat. Hanya saja, dalam rapatnya, terkadang melibatkan masyarakat dan petani secara langsung dan terkadang hanya rapat kecil yang dihadiri oleh para wakil masyarakat. Salah satu rapat yang dilaksanakan bersama dengan masyarakat dan petani ialah rapat dengan Dinas Pertanian yang membahas persiapan untuk kegiatan penghijauan. Pada rapat tersebut, masyarakat dan petani secara aktif memberikan usulan dan pertanyaan mengenai kegiatan penghijauan yang akan dilaksanakan agar bisa terlaksana dengan lebih baik. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, tidak seperti yang sudah dijanjikan dalam rapat, seperti misalnya, akan diadakan pemupukan rutin tiap 3 (tiga) bulan, tetapi sampai sekarang tidak pernah sekalipun dilaksanakan seperti yang dijanjikan tersebut. Hal tersebutlah yang membuat masyarakat dan petani kecewa dan pesimis terhadap kegiatan penghijauan seperti itu. Keadaan berbeda ketika PT Telkom masuk untuk melaksanakan kegiatan CSR-nya, muncul optimis dan harapan baru di masyarakat, khususnya petani, karena perhatian dari PT Telkom yang sangat baik kepada petani. Walaupun di dalam proses persiapannya berbeda dengan yang dilaksanakan dengan Dinas Pertanian. Pada saat persiapan kegiatan dengan Dinas Pertanian, masyarakat dan petani diikutsertakan dalam rapatnya, tetapi pada saat persiapan kegiatan dengan PT Telkom, petani dan masyarakat tidak mendapatkan kabar mengenai rapat-rapatnya. Walaupun demikian, efektivitas yang dirasakan justru lebih baik dengan program yang berasal dari PT Telkom. Dinas Pertanian hampir tidak pernah melakukan pengecekan terhadap kondisi tanaman yang dilakukan oleh petani, sedangkan PT Telkom melakukan pengecekan secara berkala kepada petani untuk melihat secara langsung dan mendengarkan baik perkembangan tanaman, usulan, hingga keluhan-keluhan yang dirasakan langsung oleh petani. Input yang didapatkan dari petani menjadi masukan bagi PT Telkom untuk dipelajari dan diperbaiki untuk programprogram yang akan dilakukan selanjutnya. Sedangkan bagi petani, pengecekan langsung yang dilakukan oleh PT Telkom membuat mereka mampu menganalisis keadaan dan kondisi mereka sendiri, kemudian memutuskan langkah-langkah seperti apa yang akan mereka ambil selanjutnya. Sebagai contoh, dalam hal ini, petani mengajukan usulan kepada PT Telkom sebagai berikut: pupuk dan obat yang tersedia masih belum optimal untuk memenuhi kebutuhan; menanam tanaman palawija secara tumpang sari di sela-sela pohon mangga, agar lahan bisa lebih produktif; agar dibuat kolamkolam penampungan air untuk mengantisipasi datangnya musim kering. Mengadakan pelatihan lebih lanjut mengenai teknik-teknik pertanian lainnya, beserta dengan pendampingan dalam jangka waktu tertentu. (2) Penggunaan Sumber Daya dari Luar Masyarakat Kemampuan untuk menggunakan sumber daya yang baik juga ditandai dengan kapasitas dalam mengidentifikasi dan mengakses organisasi, kelompok dan sumber daya di luar komunitas yang berpotensi tersedia untuk kepentingan komunitas tersebut. Hal ini dilihat dalam tiga indikator yakni identifikasi sumber daya/akses terhadap sumber daya, mobilisasi sumber daya dan kemitraan sumber daya. Identifikasi Sumber Daya (Akses) Kemampuan untuk mengidentifikasi sumber daya yang berasal dari luar masyarakat sangat tergantung dari tingkat wawasan dan pengetahuan masyarakat. Sumber daya yang berasal dari luar ini menekankan kepada pengetahuan terhadap pendanaan, pendampingan teknis, pendampingan ahli/ proffesional serta pelayanan pemerintah yang berpotensi untuk di akses masyarakat . Informasi keberadaaan dan cara mengakses sumber daya potensial tersebut juga termasuk dalam kategori sumber daya luar yang dimaksud. Pengetahuan masyarakat dan petani akan alternatif sumber daya yang berasal dari luar komunitasnya, ketika masa-masa sebelum Telkom datang dengan programnya, banyak terpusat di tokoh-tokoh masyarakatnya sebagai penerima langsung tawaran kerjasama dari berbagai pihak untuk melakukan kegiatan penghijauan. Masyarakat, khususnya petani, langsung menerima distribusi untuk penanaman pohonnya tanpa bisa terlibat di dalam pembahasan dengan pihak-pihak yang terkait. Ketika PT Telkom datang dengan programnya, awalnya hampir sama dengan program-program yang lain, yaitu diterima oleh tokoh masyarakatnya yang kemudian tidak melibatkan masyarakat, terutama petani dalam pembahasannya. Akan tetapi, ada hal yang membedakan PT Telkom dengan pihakpihak lainnya yang pernah bekerjasama dengan masyarakat sebelumnya. PT Telkom melakukan pengecekan langsung secara berkala, terutama kepada petani, yang menerima bagian pohon cukup banyak. Pengecekan berkala itu memberikan manfaat bagi petani untuk bisa langsung berinteraksi dengan PT Telkom, petani bisa semakin baik kemampuannya untuk menganalisis keadaannya, menyampaikan pendapatnya, dan memperoleh pengetahuan baru sedikit demi sedikit dari interaksinya dengan PT Telkom. Program dari Telkom memang bagus, dibanding dengan yang lain. Kalau yang lain cuma sekali jalan, abis itu ngga ada kelanjutannya, beda dengan Telkom, perhatiannya lebih, ga cuma pas penanamannya, tapi sampai pemeliharaannya. Selain itu, Bapak bisa ngomong langsung sama Pak Luluk, jadi ngga usah lewat pengurus, (Pak Edi, Petani ). Mobilisasi Sumber Daya Eksternal Selain menggunakan sumber daya milik masyarakat sendiri, sumber daya dari luar juga dimanfaatkan oleh masyarakat dan petani, terutama untuk kegiatan-kegiatan penghijauan dalam jumlah yang besar. Kurang lebih sebesar 80 % kontribusi berbagai sumber daya yang berasal dari luar masyarakat, jumlah tersebut menunjukkan betapa besarnya bantuan yang datang dari berbagai pihak. Besar dana yang diterima juga beragam, seperti misalnya program CSR PT Telkom sebesar Rp 55.000.000,00 (lima puluh lima juta rupiah). Gambaran mengenai mobilisasi sumber daya ini digambarkan pada tabel 4. Tabel 4 Mobilisasi Sumber Daya Eksternal Masyarakat Sebelum dan Sesudah Program CSR PT Telkom Ukuran Kondisi Sebelum Kondisi Sesudah

Rasio sumber daya dari luar yang mendukung proyek masyarakat 80 % 80 %

Jumlah sumbangan yang diberikan dari luar untuk kegiatan masyarakat Bervariasi, tergantung masing-masing donatur Bervariasi, tergantung masingmasing donatur

Jumlah proposal yang diajukan ke pihak luar Tidak ada data pasti, diperkirakan sekitar 50-100 proposal 100 proposal (2008), 200 proposal (2009)

Rasio sumbangan yang diberikan dari proposal yang diajukan Besarnya sumbangan yang diterima bervariasi Rp 750.000,-00 Rp 2.000.000,00 untuk tiap proposal yang disetujui

Sumber: Hasil Analisis, 2010 Setelah program dari Telkom, masyarakat pernah bermitra lagi dengan pemerintah kota yang mengucurkan dana sekitar Rp 17.000.000,00 untuk melakukan kegiatan penghijauan. Pada kegiatan itu, sumbangan dana dari masyarakat juga hampir tidak ada karena memperhatikan kondisi ekonomi masyarakat yang masih pada taraf menengah ke bawah. Akan tetapi, jumlah warga yang berpartisipasi dalam kegiatan ini diperkirakan mencapai 100 orang. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan saat program dengan Telkom karena penginformasian yang lebih umum kepada masyarakat dan banyak acara seremonial dari pemerintah kota yang membuat banyak warga yang datang menyaksikan dan kemudian ikut serta. Kemitraan Sumber Daya Kemitraan sumber daya dengan pihak di luar belum terjadi di kawasan ini. Interaksi yang terjadi biasanya ketika hari-hari libur saja, dimana masyarakat banyak yang datang untuk berjalan-jalan ke dan masyarakat menyediakan jasa warung makanan dengan jumlah dan menu-menu yang sangat banyak. Selain itu, ketika para petani yang menjual hasil panennya secara berkelompok, biasanya pedagang dari Pasar Caringin akan datang ke untuk membeli hasil panen para petani dalam jumlah yang sekaligus besar. Gambaran umum tentang kondisi kemitraan sumber daya masyarakat ialah sebagai berikut. Tabel 5 Kemitraan Sumber Daya Masyarakat Sebelum dan Sesudah CSR PT Telkom Ukuran Kondisi Sebelum Kondisi Sesudah

Pelayanan lokal yang menggunakan sumber daya external Tidak ada Tidak ada

Pelayanan lokal yang diminta masyarakat luar komunitas Ada (warung makan dan penjualan hasil panen) Ada (warung makan dan penjualan hasil panen)

Kerjasama dengan masyarakat di sekitarnya Tidak ada Tidak ada

Sumber: Hasil Analisis, 2010 Kemitraan sumber daya masyarakat belum banyak berubah dari waktu ke waktu, masih berupa warung-warung makan yang ramai saat hari libur karena menjadi salah satu alternative lokasi wisata yang murah. Selain itu, penjualan hasil panen dari para petani yang dilakukan secara berkelompok juga masih berlangsung hingga kini. 3.2 Praktek Penggabungan Community Development dan Konsep CSR PT Telkom Secara umum, program CSR PT Telkom di bidang lingkungan yang dilakukan ini, tergolong sebagai kombinasi dari Community Relation dan Community Empowering. Tergolong Community Relation disebabkan PT Telkom melakukan pembicaraan dengan pihak masyarakat melalui wakil-wakilnya dalam menentukan program yang akan dijalankan di kawasan tersebut. Masyarakat memang tidak dilibatkan oleh PT Telkom dalam perencanaan awal di dalam perusahaan. PT Telkom sudah mengalokasikan sejumlah dana di bidang lingkungan untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut, yang kemudian dilanjutkan dengan pembicaraan dengan wakil-wakil masyarakat. Setelah itu, PT Telkom menyerahkan sepenuhnya kepada masyarakat untuk membahas dan mengalokasikan dana yang dikucurkan oleh PT Telkom tersebut. Tujuan akhir yang ingin dicapai oleh PT Telkom sesuai dengan apa yang dimaksud oleh Community Empowering, yaitu mencapai kemandirian masyarakat, selain untuk membantu memperbaiki kondisi kritis yang ada . Pengalaman yang didapatkan dari kegiatan yang dilakukan bersama PT Telkom menunjukkan masyarakat, khususnya petani, mampu membandingkan program dari PT Telkom dengan program yang dilakukan dengan pihak lain, yang memang dirasakan jauh lebih baik dibandingkan dengan pihak lain. Setelah itu, petani mampu melakukan analisis apa yang menjadi keunggulan dan kekurangan program yang dilakukan bersama dengan PT Telkom ini, bagaimana keefektifan peran dari para wakil masyarakat (fasilitator) seperti Pak Kuntum. Output yang dihasilkan ialah petani mampu mengidentifikasi apa saja yang masih dibutuhkan oleh petani, seperti kebutuhan akan pupuk dan obat-obatan, kebutuhan untuk mendapatkan pelatihan lebih lanjut mengenai pertanian, dsb. Unsur berikutnya, ialah self-development and coordination, yaitu kemampuan untuk melakukan pengembangan diri dan melakukan koordinasi dengan pihak lain secara lebih luas. Unsur ini bisa dilihat dari kemampuan masyarakat untuk menerima dan bekerja sama dengan baik dengan berbagai pihak untuk melakukan proses penghijauan, mulai dari pihak pemerintah, instansi-instansi swasta, mahasiswa, LSM, hingga TNI, dan kemudian dengan PT Telkom. Dari pengalaman dan pembelajaran yang terjadi selama proses tersebut, masyarakat dan petani mampu bekerjasama dan menghargai setiap program yang mereka kerjakan secara bersama dengan pihak-pihak tersebut. Masyarakat dan petani yang menerima bibit dan pohon dari pihakpihak tersebut, juga bersedia untuk menanam dan merawatnya walaupun dengan keterbatasan yang ada, seperti biaya untuk pemeliharaan. Begitu juga dengan unsur berikutnya, yaitu self-selection. Setelah masyarakat bekerjasama dengan berbagai pihak, mendapatkan pengalaman dan pembelajaran dari kegiatankegiatan tersebut, ketika PT Telkom masuk dan bermaksud melaksanakan program serupa , masyarakat bisa menerima dengan baik. Hal ini dikarenakan program PT Telkom memiliki nilai lebih dibandingkan dengan program-program pihak lain, terutama perhatian PT Telkom setelah proses penanaman, yaitu pada tahap pemeliharaan. Unsur self-decision juga masyarakat dan petani dapatkan dari rangkaian proses pembelajaran ini. Ketika ada kegiatan penghijauan, masyarakat menilai program tersebut, terkadang jika tidak disertai dengan program pemeliharaannya, seperti disertai pupuk atau obat-obatan, masyarakat tidak mau menerima pohon atau bibit yang ditawarkan. Demikian juga yang dilakukan oleh tokoh masyarakat, yang pernah menolak penawaran kerjasama dari suatu partai politik untuk mengadakan kegiatan penghijauan karena kegiatan yang dilakukan lebih bersifat politis dan lebih mempublikasikan nama partai tersebut dibandingkan kepentingan penghijauan itu sendiri, serta hanya dilakukan secara insidental saja, tidak berkesinambungan. Dari rangkaian proses pemberdayaan yang dialami oleh masyarakat tersebut, masyarakat memperoleh manfaat dan pembelajaran yang sangat banyak dalam upayanya mencapai kemandirian masyarakat, terutama dalam kemampuan masyarakat mengakses sumbersumber daya yang diperlukan. Semua proses tersebut dilakukan dengan berbagai pihak, termasuk dengan PT Telkom, dilakukan secara bertahap dan tidak terjadi dalam waktu yang singkat. Hal tersebut disebabkan pembelajaran yang didapatkan dari satu kegiatan dengan kegiatan lainnya belum tentu sama. Seperti ketika program dengan Dinas Pertanian, masyarakat memang dilibatkan dalam rapatrapat yang dilaksanakan. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, masyarakat, khususnya petani sangat kecewa karena hal-hal yang disepakati saat rapat tidak dilaksanakan, terutama usulan petani untuk melakukan pemupukan rutin dalam 3 bulan sekali. Dalam kerjasamanya dengan PT Telkom, masyarakat memang tidak dilibatkan dalam rapat-rapat persiapan yang dilakukan oleh fasilitator dan para perwakilan masyarakatnya. Akan tetapi, dalam kerjasama ini, masyarakat bisa mendapatkan berbagai tambahan informasi mengenai alternatif-alternatif sumber daya yang bisa digunakan untuk kepentingan masyarakat dan petani, seperti informasi mengenai obat-obatan, pupuk, dan alat-alat pertanian lainnya yang bisa dimanfaatkan sendiri oleh petani dan kelompoknya saat dibutuhkan. Selain informasi mengenai perlengkapan pertanian, masyarakat juga terbantu dalam hal peningkatan kemampuan dan keahlian dalam bidang pertanian, karena PT Telkom melakukan pelatihan singkat dalam hal penanaman, pemupukan, dan pemeliharaan tanaman kepada para petani , walaupun dirasakan oleh para petani masih belum mencukupi. Komunikasi yang dilakukan secara berkala oleh PT Telkom kepada petani juga dirasakan sangat membantu petani untuk bisa menyuarakan secara langsung semua pendapatnya kepada perwakilan PT Telkom. Upaya komunikasi langsung tersebut bisa meningkatkan kapasitas petani dalam menganalisis keadaan diri, tanaman, usulan perbaikan program, dsb yang akan menjadi input informasi bagi PT Telkom untuk melakukan proses perbaikan. 3.3 Tingkat Kemampuan Masyarakat dalam Mengakses Sumber Daya Masyarakat, terutama petani yang mendapat support dari PT Telkom, sudah lebih berkembang dibandingkan dengan sebelumnya. Saat bekerjasama dengan pihak lain, program yang dijalankan tidak efektif, walaupun program yang berasal dari Dinas Pertanian / Pemerintah. Petani-petani mendapatkan tambahan pengetahuan dan perhatian yang cukup besar dari keikutsertaannya dalam program dari PT Telkom ini. Secara umum, tanggapan masyarakat dan tokoh-tokohnya terhadap program yang dari PT Telkom ini sangat baik karena tidak hanya bersifat incidental saja, tetapi akan dilaksanakan secara berkesinambungan. Program yang dijalankan saat ini baru berupa penghijauan dan pelatihan singkat mengenai teknik penanaman dan perawatan tanaman. Efek jangka panjang terhadap sustainability lingkungan dan masyarakat belum bisa terlihat secara langsung. Akan tetapi, dalam jangka pendek, kemandirian masyarakat sudah mulai terbentuk dari pengalaman dan pembelajaran yang dialami masyarakat, baik sebelum dan sesudah bekerjasama dengan PT Telkom. Nilai tambah dari yang didapatkan masyarakat dari PT Telkom ialah akses masyarakat, terutama petani untuk belajar dan menambah informasi mengenai sumber-sumber daya lain yang bermanfaat bagi pertaniannya semakin bertambah. Berbeda dengan program-program sejenis yang pernah dilakukan dengan berbagai pihak sebelumnya, program dari PT Telkom menekankan kepada keberlangsungan program dalam jangka panjang untuk membentuk kemandirian masyarakat dan sebagai bagian dari strategi membentuk Corporate Image dari PT Telkom sendiri. Masyarakat, khususnya petani bisa merasakan, membandingkan, dan menganalisis perbedaan yang dirasakan tersebut. Bila program dengan pihak lain hanya sekedar cari sensasi dan sekali saja dilaksanakan, program PT Telkom lebih dari itu. Walaupun masih banyak dirasakan kekurangan yang ada dalam program ini, petani bisa berinteraksi secara langsung dan berlangsung secara berkala dengan PT Telkom secara langsung. Akibatnya, petani bisa mengungkapkan pendapat, usulan, dan pertanyaan secara langsung kepada PT Telkom, tanpa harus melalui para pengurus. Selain itu, petani juga lebih dimudahkan ketika ingin mendapatkan tambahan pupuk dan obatobatan, walaupun hingga saat ini belum ada tambahan pupuk yang diturunkan lagi. Selain itu, mulai muncul inisiatif dari para petani yang lahannya berdekatan untuk membentuk paguyuban sendiri, dengan anggota sekitar 5-7 orang petani. Pembentukan ini dimaksudkan untuk mempermudah para petani dalam mengakses sumber daya, seperti saat membeli pupuk, yang dilakukan secara berkelompok, sehingga bisa mempercepat dan menghemat tenaga dan waktu yang digunakan. Hanya saja, dalam perkembangannya, dirasakan ada satu sumber daya yang belum bisa dimiliki masyarakat, yaitu sumber daya dana (uang). Kebutuhan akan uang ini bisa menjadi suatu penghambat dalam keberlangsungan kegiatan penghijauan dan pelestarian lingkungan karena biaya operasional untuk perawatan dan pemeliharaan memerlukan uang yang jumlahnya juga tidak sedikit. Programprogram yang ada, termasuk program PT Telkom, hingga saat ini menciptakan suatu ketergantungan dari masyarakat terhadap kebutuhan akan uang tersebut. Masyarakat memang mampu untuk menganalisis kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki, kondisi mereka saat ini, tetapi ketika sampai kepada kebutuhan akan uang untuk memenuhi kebutuhan perawatan dan pemeliharaan pohonpohon dari program dengan satu instansi terkait, seperti PT Telkom, mereka akan mempunyai opsi yang dirasa paling mudah untuk mengajukan kembali permohonan dana kepada PT Telkom. Walaupun sebenarnya para petani juga berusaha dengan kemampuan dan terkadang dana sendiri untuk merawat pohonpohon yang mereka terima dari suatu program penghijauan karena tidak adanya biaya pemeliharaan dari pihak penyelenggara, tetapi sebaiknya dalam waktu-waktu di masa yang akan datang, petani dan masyarakat bisa jauh lebih mandiri. Artinya, tidak terlalu tergantung kepada pihak penyelenggara dalam proses pembiayaan untuk pemeliharaannya. Berdasarkan hasil pembahasan mengenai kapasitas masyarakat terlihat ada perbedaan atau terjadi peningkatan kapasitas masyarakat dalam aspek sumber daya setelah adanya program CSR dari PT Telkom. Apabila membandingkan kondisi masyarakat sebelum dan sesudah program CSR dari PT Telkom, tidak terlalu banyak perubahan yang terjadi. Perubahan hanya terjadi dalam bidang mobilisasi sumber daya baik sumber daya internal maupun external, serta sedikit peningkatan pada identifikasi sumber daya masyarakat (Akses). 4. Kesimpulan Masyarakat di kawasan tersebut mendapatkan banyak pembelajaran dari program PT Telkom ini. Dari indikator-indikator di atas dan dari temuan yang ada, masyarakat belum cukup sustainable dengan ada atau tidaknya program dari PT Telkom ini dikarenakan program dari PT Telkom sejauh ini dirasa belum cukup untuk menuju ke kemandirian masyarakat. Akan tetapi, program dari PT Telkom ini menurut masyarakat, khususnya petani, masih dirasakan jauh lebih baik dibandingkan program-program dari pihak lainnya. Masyarakat, khususnya petani, mendapatkan banyak pelajaran dan pengetahuan baru dari program-program ini, diantaranya: Mampu menganalisis kemampuan dan kelemahan dari petani sendiri; Mampu menganalisis program dari PT Telkom dengan membandingkan dengan program dari pihak lainnya; Mampu mengutarakan pendapat dan pemikirannya mengenai perbaikan program ini untuk di waktu-waktu berikutnya. Selain itu, dari faktor penggunaan sumber daya, terjadi perubahan di mobilisasi sumber daya baik internal maupun eksternal masyarakat, dan sedikit peningkatan pada identifikasi sumber daya masyarakat (Akses). Setelah ikut serta dalam program CSR PT Telkom, terlihat adanya peningkatan usaha dari masyarakat untuk bisa mendapatkan dana untuk menjalankan kegiatan. Terlihat dari jumlah proposal yang diajukan kepada pemerintah dan pihak luar lainnya semakin meningkat dari tahun ke tahun (100 proposal pada tahun 2008 menjadi 200 proposal pada tahun 2009 ini). Masyarakat memang masih belum bisa mengandalkan sokongan dana yang berasal dari masyarakat sendiri karena melihat kondisi ekonomi masyarakat yang pas-pasan. Oleh karena itu, mereka menutupinya dengan banyak mengajukan proposal kepada pihak luar, terutama pemerintah. Dengan terjalin baiknya hubungan dengan masyarakat, pada akhirnya PT Telkom juga yang akan mendapat manfaat dari programprogramnya. Masyarakat juga mendapatkan banyak manfaat dan pembelajaran dari program-program CSR PT Telkom. Dalam kaitannya dengan akses masyarakat terhadap sumber daya, masyarakat mendapatkan berbagai pelajaran dan informasi mengenai akses sumber daya, termasuk dalam program dari PT Telkom. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan program ini ialah perhatian yang baik dari PT Telkom khususnya kepada petani. PT Telkom tidak hanya berkonsentrasi terhadap persiapan pelaksanaan kegiatannya, akan tetapi juga membantu petani pada masa pasca penanaman, yaitu bagian perawatannya. PT Telkom secara berkala memonitor secara langsung perkembangan tanaman yang ditanam oleh para petani. Dari proses itulah, terjadi komunikasi dua arah yang sangat bermanfaat bagi kedua pihak, PT Telkom dan petani. PT Telkom mendapatkan informasi apa yang dibutuhkan, disarankan oleh petani. Sedangkan, dari petani bisa menyampaikan pendapat, usulan, pertanyaan, dsb secara langsung kepada perwakilan PT Telkom. Rekomendasi bagi PT Telkom ialah sebagai berikut: Dalam perencanaan program-program CSR berikutnya, sebaiknya melibatkan stakeholder lainnya, seperti masyarakat dan perwakilannya di lokasi yang akan menjadi tujuan program CSR. Secara bertahap, PT Telkom meningkatkan program CSR-nya, tidak hanya sekedar menurunkan dana dan mengecek secara berkala. Akan lebih terasa manfaatnya dengan membina kelompok masyarakat yang ada di sana dengan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik dalam hal teknis maupun manajerial, baik secara individu maupun kelompok. Hal tersebut diharapkan akan bisa menambah tingkat kreativitas dari masyarakat untuk bisa lebih mengerti tentang dirinya dan bisa memutuskan bagaimana harus bertindak untuk menyelesaikan masalah tersebut, tidak hanya dengan menyampaikan pendapat kepada PT Telkom saja. Selain itu, untuk menambah tingkat kemandirian masyarakat agar tidak bergantung kepada satu pihak seperti PT Telkom. Rekomendasi bagi masyarakat yang ada ialah sebagai berikut: Menguatkan kembali institusi lokal, seperti paguyuban petani, agar bisa saling membantu di antara petani untuk mendapatkan hasil pertanian yang lebih baik; Memperbaiki kualitas sumber daya manusia, baik secara individu maupun kelompok, dengan lebih banyak belajar, mengevaluasi, dan memperbaiki kesalahan-kesalahan di masa lalu melalui program-program lainnya, baik dari PT Telkom atau pihak lain. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Tubagus Furqon Sofhani, MA., Ph.D untuk arahan dan bimbingan sehingga artikel ini dapat ditulis. Terima kasih juga kepada dua mitra bestari yang telah memberikan komentar yang berharga. Daftar Pustaka Chaskin, Robert. 1999. Defining Community Capacity : A Framework and Implications from a Comprehensive Community Initiative. The Capin Hall Center for Children : University of Chicago. Chaskin, Robert J. 2001. Building Community Capacity: A Definitional Framework and Case Studies from a Comprehensive Community Initiative. Sage Publikations. Duya, Arif. 2007. Pengembangan Kapasitas Masyarakat dalam Kaitannya dengan Corporate Social Responsibility (Studi Kasus : Program Pemberdayaan Komunitas Petani Melon oleh PT Krakatau Steel Cilegon, Provinsi Banten). Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Bandung : Bandung. Famiola, Melia dan Rudito, Bambang. 2007. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia. Penerbit Rekayasa Sains : Bandung. Jalal, Sukada, dan Wibowo. 2004. Program Pengembangan Masyarakat Perusahaan dan Penilaian Kinerja Lingkungan Perusahaan : Masukan untuk Program PROPER Kementerian KLH. A+ CSR Indonesia - Lingkar Studi CSR Indonesia : Jakarta. Keputusan Direksi Perusahaan Perseroan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Nomor: KD. 41/PR000/SDM-20/2006 tentang Telkom Corporate Social Responsibilities. Peraturan Menteri Nomor 05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Universitas Sebelas Suhandari. 2007. Schema CSR. Kompas Untung, Hendrik Budi. 2008. Corporate Social Responsibility. Sinar Grafika: Jakarta. Yulianita, Neni. 2008. Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai Aktivitas Social Marekting Public Relations. Jurnal Mediator, Volume 9, Nomor 1, Juni 2008. .