cranio tom i

Upload: indah-amfotis

Post on 10-Jan-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kraniotomi adalah proses pembedahan cranial

TRANSCRIPT

BAB 1KONSEP DASAR TEORII. KONSEP DASAR HIPERTENSI EMERGENSI1. Pengertian Terdapat perbedaan dari beberapa sumber mengenai definisi peningkatan darah akut. Definisi yangpaing sering dipakai adalah:1) Hipertensi emergensi (darurat)Peningkatan tekanan darah sistolik >180 mmHg atau diastoik > 120 mmHg secara mendadak diserta kerusakan organ target. Hipertensi emergensi harus ditanggulangi sesegera mungkin dalam satu jam dengan memberikan obat-obatan anti hipertensi intravena.TD diastolik > 120 mmHg disertai dengan satu atau lebih kondisi akut Perdarahan intra prandial, ombolitik CVA atau perdarahan subarachnoid Hiperternsi ensefalopati Aorta diseksi akut Oedema paru akut Eklampsi Feokhromositoma Insufisiensi ginjal akut Infark miokard akut, angina unstable2) Hipertensi urgensi (mendesak)Peningkatan tekanan darah seperti pada hipertensi emergensi namun tanpa disertai kerusakan organ target. Pada keadaan ini tekanan darah harus segera diturunkan dalam 24 jam dengan memberikan obat-obatan anti hipertensi oral.Hipertensi terjadi dengan TD diastolik >120 mmHg, tetapi dengan minimal atau tanpa kerusakan organ sasaran dan tidak dijumpai keadaan pada hipertensi emergensi, hipertensi post poerasi, hipertensi tak terkontrol/tanpa diobati pada perioperative.2. Etiologi dan patofisiologiFaktor penyebab hipertensi intinya terdapat perubahan vascular, berupa disfungsi endotel, remodeling, dan arterial striffness. Namun faktor penyebab hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi masih belum dipahami. Diduga karena terjadinya peningkatan tekanan darah secara cepat disertai peningkatan resistensi vaskular. Peningkatan tekanan darah yang mendadak ini akan menyebabkan jejas endotel dan nekrosis fibrinoid arteriol sehingga membuat kerusakan vaskular, deposisi platelet, fibrin dan kerusakan fungsi autoregulasi.3. Manifestasi KlinisManifestasi klinis hipertensi krisis berhubungan dengan kerusakan organ target yang ada. Tanda dan gejala hipertensi krisis berbeda-beda setiap pasien. Pada pasien dengan hipertensi krisis dengan perdarahan intrakranial akan dijumpai keluhan sakit kepala, penurunan tingkat kesadaran dan tanda neurologi fokal berupa hemiparesis atau paresis nervus cranialis. Pada hipertensi ensefalopati didapatkan penurunan kesadaran dan atau defisit neurologi fokal. Pada pemeriksaan fisik pasien bisa saja ditemukan retinopati dengan perubahan arteriola, perdarahan dan eksudasi maupun papiledema. Pada sebagian pasien yang lain manifestasi kardiovaskular bisa saja muncul lebih dominan seperti; angina, akut miokardial infark atau gagal jantung kiri akut. Dan beberapa pasien yang lain gagal ginjal akut dengan oligouria dan atau hematuria bisa saja terjadi.

II. KONSEP DASAR INTRACRANIAL HEMORAGE1. DefinisiPerdarahan intracerebral adalah perdarahan yang terjadi pada jaringan otak biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak. Secara klinis ditandai dengan adanya penurunan kesadaran yang kadang-kadang disertai lateralisasi, pada pemeriksaan CT Scan didapatkan adanya daerah hiperdens yang indikasi dilakukan operasi jika Single, Diameter lebih dari 3 cm, Perifer, Adanya pergeseran garis tengah.Intra Cerebral Hematom adalah perdarahan kedalam substansi otak. Hemorragi ini biasanya terjadi dimana tekanan mendesak kepala sampai daerah kecil dapat terjadi pada luka tembak ,cidera tumpul.Intra Cerebral Hematom (ICH) merupakan koleksi darah focus yang biasanya diakibatkan oleh cidera regangan atau robekan rotasional terhadap pembuluh pembuluh darah dalam jaringan fungsi otak atau kadang kerena cidera tekanan .ukuran hematom bervariasi dari beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter dan dapat terjadi pada 2- 16 kasus cidera.Intra secerebral hematom adalah pendarahan dalam jaringan otak itu sendiri . hal ini dapat timbul pada cidera kepala tertutup yang berat atau cidera kepala terbuka intraserebral hematom dapat timbul pada penderita strok hemorgik akibat melebarnya pembuluh nadi.4. Komplikasi dan OutcomeKomplikasi intraserebral hematom dapat berupa: Oedem serebri, pembengkakan otak Kompresi batang otak, meningealSedangkan outcome intraserebral hematom dapat berupa: Mortalitas 20%-30% Sembuh tanpa deficit neurologis Sembuh dengan deficit neurologis5. penatalaksanaan terapi konservatif dan operatif (craniotomy) pengendalian tekanan intracranial pengobatan hipertensi untuk memelihara tekanan perfusi serebral antara 60 sampai 70 mmHg, anticonvulsant pengendalian peningkatan TIK dilakukan hiperventilasi, diuretika dan mortikosteroid tetapi dapat memberi kerugian, misalnya mudah terkena ulcer2. Etiologi Etiologi dari Intra Cerebral Hematom adalah :1) Kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala2) Fraktur depresi tulang tengkorak3) Gerak akselerasi dan deselerasi tiba-tiba4) Cedera penetrasi peluru5) Jatuh6) Kecelakaan kendaraan bermotor7) Hipertensi8) Malformasi Arteri Venosa9) Aneurisma10) Distrasia darah11) Obat12) Merokok.

3. PatofisiologiICH primer biasa terjadi pada kapsul internal dan hematoma meluas kemedial kesubstansi kelabu dalam dan kelateral melalui substansi putih yang relatif aseluler korona radiata. Pembuluh yang ruptur adalah satu dari arteria perforating kecil yang meninggalkan arteria serebral media dekat pangkalnya dikarotid internal dan sering dijelaskan sebagai arteria lentikulostriata. Pemeriksaan postmortem menunjukkan pada arteria perforating pasien hipertensif terdapat banyak dilatasi aneurismal yang sangat kecil yang diduga rupturnya menjadi sumber perdarahan. Lebih jarang perdarahan terjadi pada fossa posterior yang dimulai pada pons atau hemisfer serebeler.ICH akut sering terjadi saat atau setelah latihan fisik. Sekitar duapertiga akan mengalami perburukan neurologis progresif dan sepertiganya dalam defisit maksimal saat datang kerumah sakit. Penurunan kesadaran terjadi pada 60% dan duapertiganya jatuh kedalam koma. Nyeri kepala dan mual dengan muntah terjadi pada 20-40% kasus. Gejala ini karena peninggian TIK akibat perdarahan. Kejang kurang umum terjadi, sekitar 7-14%. Gejala dan tanda lainnya tergantung ukuran dan lokasi spesifik dari bekuan darah. Tanda khas perdarahan ganglia basal, biasanya putaminal, adalah defisit motor kontralateral dan gaze ipsi lateral dengan perubahan sensori, visual dan tabiat. Perubahan pupil terjadi akibat ancaman herniasi unkal lobus temporal akibat peninggian TIK dan pergeseran garis tengah. Gejala afasik bila hemisfer dominan terkena.Perdarahan menyebabkan kerusakan neurologis melalui dua cara yaitu:1) Kerusakan otak yang nyata terjadi pada saat perdarahan. Ini terutama pada kasus dimana hematoma meluas kemedial dan talamus serta ganglia basal rusak.2) Hematoma yang membelah korona radiata menyebabkan kerusakan yang kurang selluler namun mungkin berukuran besar dan menyebabkan penekanan serta gangguan fungsi neurologis yang mungkin reversibel. 80% pasien adalah hipertensif dan biasanya dalam eksaserbasi akut dari hipertensinya pada saat datang. Kebanyakan kasus hematoma memecah kesistema ventrikuler atau rongga subarakhnoid menimbulkan gambaran klinis PSA. ICH terjadi pada teritori vaskuler arteria perforating kecil seperti lentikulostriata pada ganglia basal, talamoperforator diensefalon, cabang paramedian basiler pada pons. Karenanya kebanyakan terjadi pada struktur dalam dari hemisfer serebral. Berikut ini struktur beserta frekuensi kejadiannya: putamen 30-50%, substansi putih subkortikal 30%, serebelum 16%, talamus 10-15%, serta pons 5-12%. Arteria yang paling sering menimbulkan perdarahan adalah cabang lentikulostriata lateral dari arteria serebral media yang mencatu putamen.Kematian akibat ICH sekitar 50% dengan 3/4 pasien yang hidup, tetap dengan defisit neurologis nyata. Penelitian memperlihatkan bahwa prognosis terutama tergantung pada derajat klinis saat pasien masuk, lokasi serta ukuran perdarahan. Pasien sadar tentu lebih baik dari pada pasien koma. Penelitian Dixon 1984 memperlihatkan bahwa satu-satunya prediktor terpenting atas outcome adalah Skala Koma Glasgow. Pasien dengan hematoma lober superfisial cenderung lebih baik dari perdarahan batang otak yang lebih dalam. Pasien dengan perdarahan dengan diameter lebih dari 3 cm atau volumenya lebih dari 50 sk, lebih buruk. Pasien dengan kondisi medis buruk dan yang berusia 70 tahun atau lebih cenderung mempunyai outcome buruk.4. Manifestasi Klinis Intracerebral hemorrhage mulai dengan tiba-tiba. Dalam sekitar setengah orang, hal itu diawali dengan sakit kepala berat, seringkali selama aktifitas. Meskipun begitu, pada orang tua, sakit kepala kemungkinan ringan atau tidak ada. Dugaan gejala terbentuknya disfungsi otak dan menjadi memburuk sebagaimana peluasan pendarahaan. Beberapa gejala, seperti lemah, lumpuh, kehilangan perasa, dan mati rasa, seringkali mempengaruhi hanya salah satu bagian tubuh. orang kemungkinan tidak bisa berbicara atau menjadi pusing. Penglihatan kemungkinan terganggu atau hilang. Mata bisa di ujung perintah yang berbeda atau menjadi lumpuh. Pupil bisa menjadi tidak normal besar atau kecil. Mual, muntah, serangan, dan kehilangan kesadaran adalah biasa dan bisa terjadi di dalam hitungan detik sampai menit.Menurut Corwin 2000 manifestasi klinik dari dari Intra cerebral Hematom yaitu : Kesadaran mungkin akan segera hilang, atau bertahap seiring dengan membesarnya hematom. Pola pernapasaan dapat secara progresif menjadi abnormal Respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra cranium Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan motorik dapat timbul segera atau secara lambat Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan peningkatan tekanan intra kranium.

III. KONSEP DASAR KRANIOTOMI1. DefinisiTrepanasi/kraniotomi adalah suatu tindakan membuka tulang kepala yang bertujuan mencapai otak untuk tindakan pembedahan definitif. 2. Tujuan kraniotomiKraniotomi paling sering dilakukan untuk mengangkat tumor otak. Prosedur ini dapat pula ditujukan untuk menghilangkan hematoma, mengontrol perdarahan dari pembuluh darah yang ruptur (aneurysma cerebri ) memperbaiki nalformasi arteriovena (hubungan abnormal pembuluh darah), mengeluarkan abses cerebri, untuk menurunkan tekanan intrakranial, untuk melakkukan biopsi ataupun untuk menginspeksi otak.Pembedahan dilakukan untuk menghilangkan gejala atau manifestasi tersebut yang tidak mungkin diatasi dengan obat-obatan biasa.3. Indikasi Indikasi tindakan kraniotomi atau pembedahan intrakranial adalah sebagai berikut:1) Epiduralis haematoma Pada frontal, parietal, occipital dan fossa posterior, sin. transversus. epiduralis haematoma adalah suatu kejadian yang gawat dan harus segera ditangani. 2) Subduralis haematoma akutKejadian akut haematoma di antara durameter dan corteks, dimana pembuluh darah kecil sinus vena pecah atau terjadi perdarahan. Atau jembatan vena bagian atas pada interval yang akibat tekanan lalu terjadi perdarahan. Kejadian dengan cepat memberi tanda-tanda meningginya tekanan intra kranial. Dalam kasus ini sering dijumpai kombinasi dengan intracerebral haematoma sehingga mortalitas subdural haematoma akut sangat tinggi (80%).3) PenyakitPenyakit yang menimbulkan penambahan volume otak, sehinggga resiko terjadi kegawatan. Misalnya tumor otak, cva bleeding.

4.

5. Komplikasi operasi Perdarahan Infeksi Mortalitas tergantung beratnya cedera otak6. Pemeriksaan DiagnostikProsedur diagnostik praoperasi dapat meliputi :a. Tomografi komputer (pemindaian CT)Untuk menunjukkan lesi dan memperlihatkan derajat edema otak sekitarnya, ukuran ventrikel, dan perubahan posisinya/pergeseran jaringan otak, hemoragik.Catatan : pemeriksaan berulang mungkin diperlukan karena pada iskemia/infark mungkin tidak terdeteksi dalam 24-72 jam pasca trauma.b. Pencitraan resonans magnetik (MRI)Sama dengan skan CT, dengan tambahan keuntungan pemeriksaan lesi di potongan lain.c. Electroencephalogram (EEG)Untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patologisd. Angiografy Serebral Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan traumae. Sinar-XMendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran struktur dari garis tengah (karena perdarahan,edema), adanya fragmen tulangf. Brain Auditory Evoked Respon (BAER) : menentukan fungsi korteks dan batang otakg. Positron Emission Tomography (PET) : menunjukkan perubahan aktivitas metabolisme pada otakh. Fungsi lumbal, CSS : dapat menduga kemungkinan adanya perdarahan subarakhnoidi. Gas Darah Artery (GDA) : mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang akan dapat meningkatkan TIKj. Kimia/elektrolit darah : mengetahui ketidakseimbangan yang berperan dalam meningkatkan TIK/perubahan mentalk. Pemeriksaan toksikologi : mendeteksi obat yang mungkin bertanggung jawab terhadap penurunan kesadaranl. Kadar antikonvulsan darah : dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat terapi yang cukup efektif untuk mengatasi kejang.

7. PENATALAKSANAAN MEDISa. PraoperasiPada penatalaksaan bedah intrakranial praoperasi pasien diterapi dengan medikasi antikonvulsan (fenitoin) untuk mengurangi resiko kejang pascaoperasi. Sebelum pembedahan, steroid (deksametason) dapat diberikan untuk mengurangai edema serebral. Cairan dapat dibatasi. Agens hiperosmotik (manitol) dan diuretik (furosemid) dapat diberikan secara intravena segera sebelum dan kadang selama pembedahan bila pasien cenderung menahan air, yang terjadi pada individu yang mengalami disfungsi intrakranial. Kateter urinarius menetap di pasang sebelum pasien dibawa ke ruang operasi untuk mengalirkan kandung kemih selama pemberian diuretik dan untuk memungkinkan haluaran urinarius dipantau. Pasien dapat diberikan antibiotik bila serebral sempat terkontaminasi atau deazepam pada praoperasi untuk menghilangkan ansietas.Kulit kepala di cukur segera sebelum pembedahan (biasanya di ruang operasi) sehingga adanya abrasi superfisial tidak semua mengalami infeksi.b. Pascabedah Mengurangi Edema Serebral Terapi medikasi untuk mengurangi edema serebral meliputi pemberian manitol, yang meningkatkan osmolalitas serum dan menarik air bebas dari area otak (dengan sawar darah-otak utuh). Cairan ini kemudian dieksresikan melalui diuresis osmotik. Deksametason dapat diberikan melalui intravena setiap 6 jam selama 24 sampai 72 jam ; selanjutnya dosisnya dikurangi secara bertahap.Meredakan Nyeri dan Mencegah Kejang Asetaminofen biasanya diberikan selama suhu di atas 37,50C dan untuk nyeri. Sering kali pasien akan mengalami sakit kepala setelah kraniotomi, biasanya sebagai akibat syaraf kulit kepala diregangkan dan diiritasi selama pembedahan. Kodein, diberikan lewat parenteral, biasanya cukup untuk menghilangkan sakit kepala. Medikasi antikonvulsan (fenitoin, deazepam) diresepkan untuk pasien yang telah menjalani kraniotomi supratentorial, karena resiko tinggi epilepsi setelah prosedur bedah neuro supratentorial. Kadar serum dipantau untuk mempertahankan medikasi dalam rentang terapeutik.

Memantau Tekanan Intrakranial Kateter ventrikel, atau beberapa tipe drainase, sering dipasang pada pasien yang menjalani pembedahan untuk tumor fossa posterior. Kateter disambungkan ke sistem drainase eksternal. Kepatenan kateter diperhatikan melalui pulsasi cairan dalam selang. TIK dapat di kaji dengan menyusun sistem dengan sambungan stopkok ke selang bertekanan dan tranduser. TIK dalam dipantau dengan memutar stopkok. Perawatan diperlukan untuk menjamin bahwa sistem tersebut kencang pada semua sambungan dan bahwa stopkok ada pada posisi yang tepat untuk menghindari drainase cairan serebrospinal, yang dapat mengakibatkan kolaps ventrikel bila cairan terlalu banyak dikeluarkan. Kateter diangkat ketika tekanan ventrikel normal dan stabil. Ahli bedah neuro diberi tahu kapanpun kateter tanpak tersumbat. Pirau ventrikel kadang dilakuakan sebelum prosedur bedah tertentu untuk mengontrol hipertensi intrakranial, terutama pada pasien tumor fossa posterior

8. KOMPLIKASI PASCABEDAHBeberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pasien pascabedah intrakranial atau kraniotomi adalah sebagai berikut :a. Peningkatan tekanan intrakranialb. Perdarahan dan syok hipovolemikc. Ketidakseimbangan cairan dan elekrolitd. Nyeri Nyeri pasca kraniotomi sering terjadi dan derajat nyerinya mulai dari sedang sampai berat. Nyeri ini dapat dikontrol dengan penggunaan: scalp infiltrations, pemblokiran saraf kulit kepala, pemberian parexocib dan morphine morphine merupakan pereda rasa nyeri yang paling efektif.e. InfeksiMeningitis bakterial terjadi pada sekitar 0,8 1,5 % dari sekelompok individu yang menjalani kraniotomi.f. KejangPasien diberikan obat anti kejang selama tujuh hari pasca operasi. Biasanya pasien diberikan Phenytoin, akan tetapi penggunaan Levetiracetam semakin meningkat karena risiko interaksi obat yang lebih rendah.g. Kematian

9. WOCTerdapat jaringan abnormal baik tumor maupun kanker, Peningkatan tekanan intracranial, terdapat bekuan darah, mengontrol bekuan darah, pembedahan organ-organ intracranial, perdarahan (hemorage), kelemahan dalam pembuluh darah, peradangan dalam otak trauma pada tengkorak

Inflamasi jaringan otakPK: Peningkatan tekanan intracranial

POST-CRANIOTOMYPernafasan dalam, penggunaan otot bantu nafas, peningkatan RR

Penekanan pada pons dan medula oblongata

Terganggunya pusat pernafasan

Peningkatan TIK

perdarahan di otakBreathPola nafas tidak efektifKetidakefektifan perfusi jaringan perifer

Bradipnea, CRT > 3 detik, bradikardi

Penurunan aliran darah perifer

Respon tubuh dengan alirkan banyak darah ke otak untuk penuhi kebutuhan oksigen

Hipoksia serebral

Blood

Terpajan dengan organisme sekunderBrain

Adanya luka postcraniotomy

Pelepasan mediator kimia (bradikinin, prostaglandin, histamin)

Resiko tinggi infeksi

Membuka gerbang serabut C

Berikatan dengan nocireseptorPenurunan sirkulasi O2 ke perifer

Rangsangan nyeri

Gangguan rasa nyaman: Nyeri

BoneBleder

Bowel

Iskemia dan penekanan pada saraf asesorius Kemampuan yang kurang baik dan kesulitan membuka mulut Hipoksia di otak dan peningkatan TIK

Post Kraniotomi: peningkatan TIKHipoksia serebral

Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan ginjalPenurunan pasokan O2 ke ginjalRespon tubuh dengan alirkan banyak darah ke otak untuk penuhi kebutuhan oksigenGangguan asupan nutrisiKetidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Mengaktivasi pusat mual dan muntah di otakMual/muntahReflesk muntahAktivasi dan eksitasi beberapa saraf kranialis ke wajah dan kerongkongan serta neuron-neuron motorik spinalis ke otot abdomen dan diafragma

Terjadi penurunan aliran darah ke organ-organ lain, termasuk ginjalHilangnya fungsi kontrol folunter terhadap gerakan motorikHemiplegia, hemiparesisHambatan mobilitas fisikPenekanan pada saraf motorik

A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN POST-KRANIOTOMI1. PengkajianAnamnese1) Identitas: Nama, Jenis kelamin, Usia, Pekerjaan2) Riwayat penyakit dahuluAda riwayat hipertensi, cedera kepala sebelumnya, penyakit jantung3) Riwayat penyakit keluargaAdanya riwayat anggota anggota keluarga yang menderita hipertensi4) Keluhan utamaNyeri kepala. 2. Pemeriksaan fisik (post op)a. BreathPerubahan pada pola pernafasan dapat berubah ketika ada perdarahan pada pusat Pons Varoli dan Medulla oblongata, namun dapat juga akibat efek anastesi yang masih tersisa karena lemahnya otot pernafasan. b. BloodPada perdarahan darah otak dan pemasangan drainage dapat menyebabkan edema pada soft tissue yang menimbulkan penambahan massa otak sehingga beresiko untuk tekanan intracranial meningkat. Pada pasien yang hipertensi bisa didapatkan perdarahan berulang akibat dari tingginya tekanan pembuluh darah.c. BrainPembengkakan lokasi pemasangan drainage.0. Defisit Motorik Hemiparese, hemiplegia Distria (kerusakan otot-otot bicara) Disfagia (kerusakn otot-otot menelan)0. Defisit Sensori Defisit visual (umum karena jaras visual terpotong sebagian besar pada hemisfer serebri) Hemianopsia homonimosa (kehilangan pandangan pada setengah bidang pandang pada sisi yang sama) Diplopia (penglihatan ganda) Penurunan ketajaman penglihatan Tidak memberikan atau hilangnya respon terhadap sensasi superfisial (sentuhan, nyeri, tekanan, panas dan dingin) Tidak memberikan atau hilangnya respon terhadap proprioresepsi (pengetahuan tentang posisi bagian tubuh)0. Defisit Perseptual (Gangguan dalam merasakan dengan tepat dan menginterpretasi diri dan/atau lingkungan) Gangguan skem/maksud tubuh (amnesia atau menyangkal terhadap ekstremitas yang mengalami paralise; kelainan unilateral) Disorientasi (waktu, tempat, orang) Apraksia (kehilangan kemampuan untuk menggunakan obyek-obyek dengan tepat) Agnosia (ketidakmampuan untuk mengidentifikasi lingkungan melalui indera) Kelainan dalam menemukan letak obyek dalam ruang, memperkirakan ukurannya dan menilai jauhnya Kerusakan memori untuk mengingat letak spasial obyek atau tempat Disorientasi kanan kiri0. Defisit Bahasa/Komunikasi Afasia reseptif pada area wernick (kesulitan memahami kata) Afasia ekspresif pada area broca (kerusakan kelengkapan kata yang diucapkan - mampu untuk berbicara, tetapi menggunakan kata-kata dengan tidak tepat dan tidak sadar tentang kesalahan ini) Afasia global (kombinasi afasia ekspresif dan reseptif) tidak mampu berkomunikasi pada setiap tingkat Aleksia (ketidakmampuan untuk mengerti kata yang dituliskan) Agrafasia (ketidakmampuan untuk mengekspresikan ide-ide dalam tulisan)0. Defisit Intelektual Kehilangan memori Rentang perhatian singkat Peningkatan distraktibilitas (mudah buyar) Penilaian buruk Ketidakmampuan untuk mentransfer pembelajaran dari satu situasi ke situasi yang lain Ketidakmampuan untuk menghitung, memberi alasan atau berpikir secara abstrak0. Disfungsi Aktivitas Mental dan Psikologis Labilitas emosional (menunjukkan reaksi dengan mudah atau tidak tepat) Kehilangan kontrol diri dan hambatan sosial Penurunan toleransi terhadap stres Ketakutan, permusuhan, frustasi, marah Kekacauan mental dan keputusasaand. System perkemihan (B4 = bladder.)Post operasi: Distensi kandung kemih merupakan dampak dari anestesi pada melemahnya kontraksi otot detrusor, vesika urinaria teraba keras, nyeri tekan pada saat palpasi.e. System pencernaan (B5 = bowel)Post operasi: distensi abdomen, penurunan atau tak ada bising usus (dampak anastesi)f. System musculoskeletal (B6 = Bone) Post operasi Ketidakaktifan fisik atau imobilitas dan kelemahan estremitas bawah (SAB anastesi)

3. Masalah KeperawatanPost operasia) PK: Peningkatan tekanan intracranialb) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan sekunderc) Ketidakefektifan perfusi jaringan periferd) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhe) Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat operasif) Resiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organism sekunder akibat pembedahan g) Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan ginjalh) Hambatan mobilitas fisik4. Intervensia. PK: Peningkatan tekanan intracranialTujuan: Pasien tidak mengalami peningkatan tekanan intracranial berulang setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil tidak ada tanda peningkatan TIK, tidak ada peningkatan tekanan darah, tidak terjadi penurunan kesadaran.Intervensi:1. Jelaskan kepada pasien dan keluarganya tentang resiko perdarahan berulang yang menyebabkan peningkatan TIKR/ Pasien mengerti bahwa CVA bleeding terjadi akibat pecahnya pembuluh darah otak akibat tekanan tinggi sehingga akan menyebabkan peningkatan TIK dan kejadian ini bisa berulang.2. Anjurkan kepada pasien dan keluarganya untuk tidak batuk, bersin, maupun mengejan.R/ Manuver valsafah akan meningkatkan tekanan pembuluh darah dan beresiko tinggi untuk perdarahan.

3. Anjurkan pasien untuk tirah baring.R/ Aktivitas akan membuat tubuh beradaptasi dengan meningkatkan tekanan darah dan nadi sehingga beresiko untuk perdarahan berulang.4. Kolaborasi pemberian microlax.R/ Microlax akan membantu pasien untuk mengurangi mengejan saat BAB.5. Kolaborasi pemberian manitol.R/ Manitol merupakan obat diuretic yang berfungsi untuk menurunkan akumulasi cairan di otak sehingga TIK menurun.6. Lakukan suction bila perlu.R/ Suction akan mengurangi penggunaan manuver valsafah.7. Observasi tekanan darah, nadi, kesadaran dan tanda TIK.R/ Memantau adanya perdarahan berulang yang dapat meningkatkan TIK.

b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat operasiTujuan: Nyeri berkurang setelah diberikan tindakan keperawatan, dengan kriteria hasil: Pasien mengungkapkan nyeri berkurang, VAS 1-2, Tekanan darah 12080 mmHg, Nadi 60-100x menitIntevensi1) Jelaskan penyebab nyeriR/ pengetahuan yang akan diraskan membantu mengurangi nyeri dan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik2) Berikan posisi yang nyamanR/ Penekanan pada daerah yang operasi akan meningkatkan rasa nyeri.3) Berikan lingkungan yang tenangR/ istirahat akan menurunkan kebutuhan O2 jaringan perifer sehingga akan meningkatkan suplai darah dan oksigen ke otak

4) Kolaborasi dalam pemberian analgetikR/ memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang5) Observasi TTV: tekanan darah, nadiR/ Peningkatan tekanan darah, pernafasan dan nadi merupakan respon nyeri pada sistem saraf autonom. Keluhan klien merupakan indikator keberhasilan tindakan keperawatan.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder akibat pembedahanTujuan: Tidak terjadi infeksi setelah dilakukan tindakan keperawatan, dengan kriteria: Meningkatnya penyembuhan luka, Tidak ada tanda-tanda inflamasi (bengkak, kemerahan, nyeri)Intervensi1) Gunakan teknik aseptic pada perawatan luka insisi terbukaR/ mencegah meluas dan membatasi penyebaran organism infeksi dan kontaminasi silang2) Berikan asupan kalori dan nutrisiR/ mempercepat proses penyembuhan luka3) Kolaborasi dalam pemberian antibioticR/ Dapat membunuh dan menghambat perkembangan kuman 4) Observasi tanda-tanda infeksi, TTV (nadi dan suhu dalam batas normal) setiap 3 jam

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, linda Juall. 2004. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa: Yasmin Asih. 2006. Jakarta : EGCDoengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: Yasmin Asih. 1999. Jakarta : EGCDevicaisarea, 2014. Hipertensi Kritis. Fakultas Kedokteran Universitas IndonesiaCorwin. 2007. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC