dinamika total organic matter (tom) pada …repository.ub.ac.id/12467/1/deo rizky...

71
DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI UPBAT PUNTEN KOTA BATU, JAWA TIMUR SKRIPSI Oleh : DEO RIZKY PRAMUDYO NIM. 145080100111022 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018

Upload: hahanh

Post on 07-Apr-2019

242 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN

IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI UPBAT PUNTEN

KOTA BATU, JAWA TIMUR

SKRIPSI

Oleh :

DEO RIZKY PRAMUDYO NIM. 145080100111022

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2018

Page 2: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) di UPBAT PUNTEN

KOTA BATU, JAWA TIMUR

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

Oleh :

DEO RIZKY PRAMUDYO

NIM. 145080100111022

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2018

Page 3: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

iii

Page 4: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

iv

IDENTITAS TIM PENGUJI

Judul : DINAMIKA TOTAL ORGANIC MATTER (TOM) PADA KEGIATAN

PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI UPBAT PUNTEN,

KOTA BATU, JAWA TIMUR

Nama Mahasiswa : DEO RIZKY PRAMUDYO

NIM : 145080100111022

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

PENGUJI PEMBIMBING

Pembimbing 1 : Prof. Dr. Ir. Diana Arfiati, MS

PENGUJI BUKAN PEMBIMBING

Dosen Penguji 1 : Ir. Kusriani, MP

Dosen Penguji 2 : Evellin Dewi Lusiana, S.Si, M.Si

Tanggal Ujian : 17 Mei 2018

Page 5: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

v

PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi yang saya tulis ini

benar- benar merupakan hasil karya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya

juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh

orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar

pustaka.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Skripsi ini hasil

jiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut

sesuai hukum yang berlaku. Penelitian ini berada dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir.

Diana Arfiati, MS.

Malang, 17 Mei 2018

Mahasiswa,

Deo Rizky Pramudyo NIM. 145080100111022

Page 6: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

vi

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus atas segala rahmat serta karunia-Nya yang tiada henti

diberikan.

2. Bapak Sujarwadi dan Ibu Mamik Lelana sebagai orangtua terbaik yang

selalu memberikan dukungan baik berupa materiil dan moril yang tiada henti-

hentinya diberikan kepada saya.

3. Dhavid Sena Nugraha dan Kiki Dewanti yang telah berperan dalam

menggantikan peran ayah dan menjadi sosok seorang kakak yang menjadi

teladan bagi adik-adiknya.

4. Dosen pembimbing skripsi yaitu ibu Prof. Dr. Ir. Diana Arfiati, MS yang selalu

menuntun saya sehingga penelitian dan laporan skripsi saya dapat

terselesaikan dengan baik.

5. Seluruh Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

yang telah memberikan ilmu nya kepada saya.

6. Seluruh laboran yang telah membantu penelitian saya terutama Ibu Iwin,

sehingga penelitian saya dapat berjalan dengan baik.

7. Klaudia Dea yang merupakan sahabat kecil saya yang kembali hadir dalam

kehidupan saya untuk menjadi pendamping dalam kehidupan saya dan

alasan saya untuk terus bekerja dan bersemangat dalam menempuh skripsi.

8. Keluarga Pak Totok yang selalu mendoakan dan memberi semangat selama

penelitian, pengerjaan laporan, tahap ujian maupun kepengurusan berkas-

berkas sehingga diberi kelancaran.

9. Sahabat satu perjuangan dan satu kontrakan selama tiga tahun terakhir di

kota malang yaitu Wahyu Rianto, Fadhilah Haromain, Muhamad Lutfi,

Syahril Ramadhan dan Chandrica Dwipa.

Page 7: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

vii

10. Tim penelitian bimbingan Prof. Diana yang terdiri dari sembilan orang Defina,

Fadhila Septi, Rizal Prabowo, Chandrica Dwipa, Muhammad Lutfi, Alhadi,

Catur, Neni dan Purwanti yang selalu membantu selama berjalannya

penelitian maupun dalam penyusunan laporan dan keperluan surat menyurat

selama penelitian dan setelah penelitian.

11. Teman-teman MSP 14 JAYA yang sama-sama berjuang dalam

menyelesaikan tugas akhir ini dan saling memberikan semangat, dukungan

dan doa agar bisa LULUS bersama.

Malang, 17 Mei 2018

Penulis

Page 8: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

viii

RINGKASAN

Deo Rizky Pramudyo. DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI UPBAT PUNTEN KOTA BATU, JAWA TIMUR. dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Diana Arfiati, MS.

Kegiatan budidaya ikan akan menimbulkan limbah organik yang dapat menurunkan kualitas perairan disekitarnya, jika air limbah tersebut tidak diolah terlebih dahulu. Secara umum seluruh kegiatan budidaya ikan berpotensi untuk meningkatkan kadar bahan organik di perairan salah satunya adalah kegiatan pembesaran ikan mas (Cyprinus carpio) yang dilaksanakan di UPBAT Punten,

kota Batu yang berasal dari sisa pakan dan feses ikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika bahan organik total pada hasil kegiatan pembesaran ikan mas di UPBAT Punten. Penelitian ini dilakukan dalam metode survei, penjelasan deskriptif dan analisa regresi. Pengambilan sampel dilakukan pada 5 titik yaitu stasiun 1 (inlet), stasiun 2 (kolam pengendapan), stasiun 3 (saluran setelah kolam pengendapan), stasiun 4 (kolam pembesaran ikan mas) dan stasiun 5 (outlet). Kadar bahan organik total tiap setiap stasiun sebesar

31,49 ± 10,58 mg/l pada stasiun 1, 48,45 ± 17,06 mg/l pada stasiun 2, 59,09 ± 9,92 mg/l pada stasiun 3, 68,09 ± 4,32 mg/l pada stasiun 4 dan 85,95 ± 5,66 mg/l pada stasiun 5. Kadar bahan organik total meningkat mulai dari stasiun 1 menuju ke stasiun 5. Peningkatan ini disebabkan oleh adanya kegiatan budidaya ikan mas yang menyumbang bahan organik melalui sisa pakan dan feses ikan. Hal ini dibuktikan dengan tingginya nilai regresi pengaruh amoniak dan bahan organik total dengan nilai R-square 0,93 yang dapat diinterpretasikan bahwa pengaruh bahan organik terhadap nilai amoniak sebesar 93%. Peningkatan bahan organik pada outlet meningkat sebesar 172,94% yang mulanya dari inlet sebesar 31,49 ± 10,58 mg/l menjadi 85,95 ± 5,66 mg/l di saluran outlet. Peningkatan bahan

organik disebabkan karena air sisa kegiatan pembesaran ikan mas dialirkan secara langsung ke saluran outlet tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Kadar bahan organik pada perairan secara umum sekitar 26-60 mg/l agar tidak mencemari ingkungan. Dengan demikian nilai bahan organik pada penelitian ini telah melebihi ambang batas aman untuk bahan organik di perairan. Hasil pengukuran parameter kualitas air yang lain seperti suhu berkisar antara 25oC–30oC, pH berkisar antara 6,3-7,5, oksigen terlarut (DO) berkisar antara 6,07 mg/l-8,98 mg/l dan amonia berkisar antara 0,04 mg/l – 0,58 mg/l. Parameter kualitas air (suhu, pH, DO dan amonia) mendukung untuk kegiatan budidaya ikan mas. Sedangkan, untuk perairan umum kadar amonia dari air sisa buangan budidaya ikan mas telah melebihi ambang batas yaitu sebesar <0,5 mg/L, yang dapat mempengaruhi nilai bahan organik total di perairan. Terlebih lagi pengaruh tingginya nilai amonia dapat mempengaruhi tingginya nilai bahan organik total di perairan. Dengan bertambahnya kadar bahan organik total (TOM) terutama pada outlet, maka disarankan untuk adanya pengolahan air buangan sisa budidaya ikan mas terlebih dahulu sebelum air sisa tersebut dikeluarkan ke perairan umum.

Page 9: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

ix

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyajikan Proposal Skripsi yang

berjudul DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN

PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI UPBAT PUNTEN, KOTA

BATU, JAWA TIMUR

Sangat disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang

dimiliki penulis, walaupun telah dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti,

tetapi masih dirasakan banyak kekurangtepatan dalam pengerjaan laporan, oleh

karena itu penulis mengharap saran yang membangun agar tulisan ini dapat

bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Malang, 17 April 2018

Penulis

Page 10: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ..................................... Error! Bookmark not defined.

IDENTITAS TIM PENGUJI.................................................................................. iii

PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................................... v

UCAPAN TERIMAKASIH .................................................................................... vi

RINGKASAN ..................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .................................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................xiv

1. PENDAHULUAN............................................ Error! Bookmark not defined. 1.1 Latar Belakang ....................................... Error! Bookmark not defined. 1.2 Rumusan Masalah .................................. Error! Bookmark not defined. 1.3 Tujuan .................................................... Error! Bookmark not defined. 1.4 Manfaat Penelitian .................................. Error! Bookmark not defined. 1.5 Tempat dan Waktu Penelitian ................. Error! Bookmark not defined.

2. TINJAUAN PUSTAKA ................................... Error! Bookmark not defined.

2.1 Klasifikasi Ikan Mas (Cyprinus carpio) .... Error! Bookmark not defined. 2.2 Ekosistem Sungai ................................... Error! Bookmark not defined. 2.3 Bahan Organik ........................................ Error! Bookmark not defined. 2.4 Parameter Kualitas Air ............................ Error! Bookmark not defined.

2.4.1 Parameter Fisika ............................. Error! Bookmark not defined. 2.4.2 Parameter Kimia .............................. Error! Bookmark not defined.

3. MATERI DAN METODE PENELITIAN ........... Error! Bookmark not defined.

3.1 Materi Penelitian ..................................... Error! Bookmark not defined. 3.2 Alat dan Bahan ....................................... Error! Bookmark not defined. 3.3 Metode Penelitian ................................... Error! Bookmark not defined.

3.3.1 Data Primer ..................................... Error! Bookmark not defined. 3.3.2 Data Sekunder................................. Error! Bookmark not defined.

3.4 Prosedur Penelitian ................................ Error! Bookmark not defined. 3.4.1 Penentuan Stasiun Penelitian .......... Error! Bookmark not defined. 3.4.2 Pengambilan Sampel Air ................. Error! Bookmark not defined.

3.5 Parameter Kualitas Air ............................ Error! Bookmark not defined. 3.5.1 Pramater Fisika ............................... Error! Bookmark not defined. 3.5.2 Parameter Kimia .............................. Error! Bookmark not defined.

Page 11: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

xi

3.6 Analisa Data ........................................... Error! Bookmark not defined. 3.7 Analisa Hubungan Bahan Organik Total dengan Amoniak............. Error! Bookmark not defined.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................... Error! Bookmark not defined.

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian........ Error! Bookmark not defined. 4.2 Deskripsi Stasiun Pengambilan Sampel . Error! Bookmark not defined.

4.2.1 Stasiun Pengamatan 1 .................... Error! Bookmark not defined. 4.2.2 Stasiun Pengamatan 2 .................... Error! Bookmark not defined. 4.2.3 Stasiun Pengamatan 3 .................... Error! Bookmark not defined. 4.2.4 Stasiun Pengamatan 4 .................... Error! Bookmark not defined. 4.2.5 Stasiun Pengamatan 5 .................... Error! Bookmark not defined.

4.3 Analisa Bahan Organik Total .................. Error! Bookmark not defined. 4.3.1 Bahan Organik Total di Stasiun 1 .... Error! Bookmark not defined. 4.3.2 Bahan Organik Total di Stasiun 2 .... Error! Bookmark not defined. 4.3.3 Bahan Organik Total di Stasiun 3 .... Error! Bookmark not defined. 4.3.4 Bahan Organik Total di Stasiun 4 .... Error! Bookmark not defined. 4.3.5 Bahan Organik Total di Stasiun 5 .... Error! Bookmark not defined. 4.3.6 Rata-Rata Bahan Organik Total Setiap StasiunError! Bookmark not defined.

4.4 Analisa Kualitas Air ................................. Error! Bookmark not defined. 4.4.1 Suhu ................................................ Error! Bookmark not defined. 4.4.2 pH.................................................... Error! Bookmark not defined. 4.4.3 Oksigen Terlarut .............................. Error! Bookmark not defined. 4.4.4 Ammonia ......................................... Error! Bookmark not defined.

4.5 Hubungan Bahan Organik Total dengan AmoniakError! Bookmark not defined.

5. KESIMPULAN ............................................... Error! Bookmark not defined. 5.1 Kesimpulan ............................................. Error! Bookmark not defined. 5.2 Saran ...................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA .............................................. Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN ........................................................... Error! Bookmark not defined.

Page 12: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Baku Mutu Parameter FIsika, Kimia dan Bahan Organik. ............. Error!

Bookmark not defined.

Tabel 2. Koefisien Korelasi manurut Kurniawan dan Yuniarto (2016) .......... Error!

Bookmark not defined.

Tabel 3. Data Pengukuran Suhu di UPBAT PuntenError! Bookmark not

defined.

Tabel 4. Data Pengukuran pH di UPBAT Punten. . Error! Bookmark not defined.

Tabel 5. Data Pengukuran Oksigen Terlarut di UPBAT PuntenError! Bookmark

not defined.

Tabel 6. Data pengukuran Amoniak di UPBAT Punten.Error! Bookmark not

defined.

Tabel 7. Hasil Analisis Korelasi ............................ Error! Bookmark not defined.

Tabel 8. Hasil analisis regresi total bahan organik terhadap amoniak .......... Error!

Bookmark not defined.

Page 13: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Ikan Mas (Cyprinus carpio) (Supriatna, 2013).Error! Bookmark not

defined.

Gambar 2. Stasiun 1 saluran inlet di UPBAT PuntenError! Bookmark not

defined.

Gambar 3. Stasiun 2 kolam pengendapan di UPBAT PuntenError! Bookmark

not defined.

Gambar 4. Saluran setelah kolam pengendapan di UPBAT Punten ............ Error!

Bookmark not defined.

Gambar 5. Kolam pembesaran ikan mas (Cyprinus carpio) di UPBAT Punten

............................................................................. Error! Bookmark not defined.

Gambar 6. Outlet kolam pembesaran ikan mas (Cyprinus carpio) ............... Error!

Bookmark not defined.

Gambar 7. Hasil pengukuran Bahan Organik Total di Stasiun 1. ................. Error!

Bookmark not defined.

Gambar 8. Hasil pengukuran Bahan Organik Total di Stasiun 2. ................. Error!

Bookmark not defined.

Page 14: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

xiv

Gambar 9. Hasil pengukuran Bahan Organik Total di Stasiun 3. ................. Error!

Bookmark not defined.

Gambar 10. Hasil pengukuran Bahan Organik Total di Stasiun 4. ............... Error!

Bookmark not defined.

Gambar 11. Hasil pengukuran Bahan Organik Total di Stasiun 5. ............... Error!

Bookmark not defined.

Gambar 12. Hasil Pengamatan Rata-Rata TOM Setiap StasiunError! Bookmark

not defined.

Gambar 13. Grafik Hubungan Bahan Organik Total dan Aminiak ................ Error!

Bookmark not defined.

Page 15: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Alat dab Bahan Penelitian ................ Error! Bookmark not defined.

Lampiran 2. Peta Lokasi Penelitian di UPBAT PuntenError! Bookmark not

defined.

Lampiran 3. Denah pengambilan stasiun penelitian.Error! Bookmark not

defined.

Lampiran 4. Perhitungan Total Organic Matter (TOM)Error! Bookmark not

defined.

Lampiran 5. Pengolahan Data Hubungan Bahan Oganik Total dan Amoniak

............................................................................. Error! Bookmark not defined.

Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian ................... Error! Bookmark not defined.

Page 16: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Umumnya kegiatan budidaya perikanan intensif dilakukan dengan

menerapkan padat tebar tinggi dan peningkatan pemberian pakan buatan yang

kaya protein. Menurut Rachmansyah (2004), secara umum, dari jumlah pakan

yang diberikan, sebesar 30% pakan tertinggal sebagai sisa pakan yang tidak

dikonsumsi dan sebanyak 25%-30% dari pakan yang dikonsumsi akan

diekresikan oleh ikan. Adanya sisa pakan akan mengakibatkan terjadinya

peningkatan limbah nitrogen toksik di perairan. Limbah nitrogen toksik dalam

perairan pada umumnya berasal dari sisa pakan yang tidak termakan dan feses

ikan. Didalam perairan limbah nitrogen ini terdapat dalam bentuk ammonia atau

nitrat dan nitrit (Iswandi et al, 2016).

Pada dasarnya setiap kegiatan budidaya dengan jenis ikan apapun dapat

meningkatkan bahan organik total (TOM) di perairan. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Triyatmo (2002), bahwa peningkatan bahan organik total (TOM) di

tentukan dengan lama waktu kegiatan budidaya berlangsung dan peningkatan

bahan organik total (TOM) disebabkan oleh adanya kegiatan biologis ikan seperti

feses dan urin.

Dampak dari peningkatan bahan organik total (TOM) di perairan tidak

secara langsung berpengaruh terhadap organisme budidaya. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Pariwono dalam Manengkey (2010), bahwa pencemaran

lingkungan perairan akibat masuknya bahan organik adalah hal yang sering

terjadi dan dampaknya tidak dirasakan secara langsung. Masalah yang

ditimbulkan adalah menurunnya kandungan oksigen terlarut dan timbulnya

proses eutrofikasi. Menurunnya kadar oksigen terlarut di perairan dikarenakan

meningkatnya kebutuhan oksigen untuk melakukan proses dekomposisi bahan

Page 17: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

2

organik yang dilakukan oleh dekomposer. Apabila masukan bahan organik ke

perairan semakin meningkat, maka oksigen yang dibutuhkan untuk dekomposisi

semakin banyak pula. Sedangkan proses eutrofikasi terjadi karena meningkatnya

laju bertumbuh-kembangnya organisme perairan karena kesuburan perairan

yang meningkat. Pada umumnya proses eutrofikasi akan berdampak negatif bagi

ekosistem perairan.

Menurut Craigh & Helfrich (2002) dalam Gunadi dan Hafsaridewi (2008),

pemberian pakan pada ikan tetap menghasilkan limbah meskipun dengan

penerapan manajemen yang sangat baik. Hal ini diumpamakan dengan tiap 100

unit pakan yang diberikan kepada ikan, sekitar 10% akan terbuang percuma,

10% akan terbuang dalam bentuk padatan, dan 30% ajan menjadi limbah cair

yang dihasilkan oleh ikan. Sedangkan sisanya sebesar 25% akan digunakan

untuk pertumbuhan ikan dan 25% akan digunakan untuk kegiatan metabolisme

ikan. Angka persentase ini bergantung pada jenis ikan, ukuran ikan, aktivitas,

suhu air dan kondisi lingkungan lainnya.

Sumber amoniak dalam sistem budidaya diawali dengan adanya nitrogen

yang berasal dari sisa pakan yang diberikan pada ikan, feses dan hasil

metabolisme yang masuk ke perairan. Amoniak merupakan senyawa beracun

dan faktor penghambat pertumbuhan ikan apabila kadar konsentrasinya

0,18mg/l. Sedangkan fosfor di perairan sering dijumpai dalam bentuk fosfat. Hasil

metabolisme organisme dan sisa pakan yang mengendap di dasar kolam dapat

meningkatkan kadar fosfat dan mengakibatkan perairan menjadi keruh. Semakin

keruh suatu perairan dapat mengurangi intensitas cahaya matahari yang dapat

masuk ke dalam perairan dan dapat menghambat laju fotosintesis yang

dilakukan oleh fitoplankton. Jika hal ini terjadi terus menerus akan mengurangi

kadar oksigen terlarut di perairan dan menurunkan produktivitas perairan yang

diikuti dengan penurunan kualitas air (Afriansyah et al., 2016)

Page 18: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

3

Menurut Febrianto et al, (2016), pembuangan limbah cair ke badan

lingkungan dari kegiatan budidaya secara langsung dan terus menerus dapat

menyebabkan pencemaran lingkungan. Limbah cair bekas pemeliharaan ikan

mengandung bahan organik yang relatif tinggi dari sisa-sisa pakan dan

metabolisme ikan, seperti urine dan feses. Oleh karena itu diperlukan adanya

kajian lebih lanjut mengenai dinamika bahan organik di perairan sebagai hasil

adanya kegiatan budidaya perikanan di UPBAT Punten. Lokasi penelitian berada

di UPBAT Punten, Kota Batu, Jawa Timur karena UPBAT Punten merupakan

salah satu lokasi yang melakukan kegiatan budidaya ikan dan aktivitas budidaya

berlangsung terus menerus setiap harinya. Selain itu lokasi UPBAT Punten

berada dekat dengan pemukiman warga. Sehingga perlu dilakukan pengawasan

terhadap air sisa kegiatan budidaya perikanan di UPBAT Punten agar air sisa

kegiatan budidaya yang masuk ke perairan umum tidak mengakibatkan

pencemaran lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah

Kegiatan budidaya akan menghasilkan limbah buangan yang berasal dari

hasil ekskresi dan sisa pakan. Adanya sisa pakan tersebut dapat terakumulasi

didasar kolam dan merupakan salah satu sumber bahan organik di perairan.

Selain sisa pakan, bahan organik juga dapat berasal dari sisa metabolisme ikan

seperti feses dan urine. Kemudian air limbah hasil budidaya ini biasanya

langsung di buang melalui outlet kolam menuju perairan terbuka (sungai) dan

menyebabkan pencemaran. Kadar bahan organik yang tinggi di perairan juga

dapat menyebabkan eutrofikasi sehingga dapat mengakibatkan pencemaran di

perairan dengan adanya blooming algae. Hal ini dapat membahayakan

kehidupan organisme perairan bahkan dapat mengakibatkan kematian.

Page 19: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

4

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini

adalah apakah kandungan bahan organik yang berasal dari kegiatan budidaya

ikan di UPBAT Punten mengalami dinamika dari inlet balai sampai outlet balai

sebelum masuk ke perairan umum?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika bahan

organik total pada hasil kegiatan budidaya ikan di UPBAT Punten.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika bahan

organik total dari aktivitas budidaya ikan agar dapat dilakukan pengelolaan lebih

lanjut sebelum air sisa budidaya masuk ke perairan umum sehingga tidak

mencemari perairan.

1.5 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Maret 2018.

Pengambilan air sampel di UPBAT Punten, Kota Batu, Jawa timur. Pengukuran

kualitas air dilakukan di Unit Pelaksanaan Teknis Perikanan Air Tawar

Universitas Brawijaya Sumber Pasir, Pakis, Kabupaten Malang.

Page 20: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

5

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan salah satu primadona ikan

konsumsi di Indonesia. Terdapat berbagai jenis ikan mas yang saat ini

dibudidayakan di Indonesia, salah satunya adalah ikan mas punten (Gambar 1.)

yang dibudidayakan di UPBAT Punten, Batu Jawa Timur. Menurut Supriatna

(2013), ikan mas ras Punten mulai dikembangkan di Desa Punten, Batu, Jawa

Timur pada tahun 1933. Ciri-cirinya bertubuh relatif pendek, tetapi bagian

punggungnya lebar dan tinggi. Untuk menggambarkan ikan mas punten sering

dibilang tubuhnya berbentuk membuntak atau bulat pendek (big belly). Panjang

total dan tinggi badan ikan mas punten memiliki perbandingan 2,3-2,4 : 1. Ikan

mas ini memiliki sisik berwarna hijau gelap dan mempunyai sepasang mata agak

menonjol. Dari perilakunya, ikan mas punten cenderung memiliki gerakan lambat

dan bersifat jinak.

MenurutBachtiar (2002), pada umumnya ikan mas dapat hidup dengan baik

pada tempat dengan ketinggian 150-600 meter di atas permukaan laut. Ikan mas

juga termasuk jenis ikan thermofil karena mampu menyesuaikan diri dengan

perubahan suhu lingkungan yang ditempatinya dengan kisaran suhu 4-30oC dan

suhu optimumnya sekitar 25-30oC. Sedangkan menurut Khairuman (2013),

kondisi lingkungan yang optimum untuk mendukung kehidupan ikan mas antara

lain memiliki kandungan oksigen terlarut lebih dari 2mg/l. Sedangkan nilai pH

sekitar 6,5-8,5 dan kadar ammonia maksimum 0,02 mg/l.

Karena sifatnya yang adaptif, maka ikan mas banyak dibudidayakan

diberbagai daerah di Indonesia. Hal ini pula mengakibatkan ikan mas memiliki

beberapa strain di Indonesia. Berdasarkan pernyataan Khairuman et al, (2008),

penggolongan ikan mas berdasarkan ilmu taksonomi hewan (sistem

Page 21: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

6

pengelompokan hewan berdasarkan bentuk tubuh dan sifat-sifatnya) dapat

dipaparkan sebagai berikut :

Phyllum : Chordata Subphyllum : Vertebrate Superclass : Pisces Class : Osteichthyes Subclass : Actinopterygii Ordo : Cypriniformes Subordo : Cyprinoidea Family : Cyprinidae Subfamily : Cyprininae Genus : Cyprinus Species : Cyprinus carpio

Gambar 1. Ikan Mas (Cyprinus carpio) (Supriatna, 2013).

2.2 Ekosistem Sungai

Perairan tawar dapat dibedakan ke dalam dua kelompok yaitu perairan

lentik dan perairan lotik. Perairan lentik merupakan kumpulan masa air yang

relatif diam dan tenang. Contohnya seperti danau, situ, rawa, waduk atau telaga.

Sedangkan perairan lotik merupakan suatu habitat perairan mengalir seperti

sungai dan kanal (Marwoto dan Isnaningsih, 2014). Sungai dapat diartikan

sebagai aliran terbuka dengan ukuran geometrik berubah seiring waktu,

tergantung pada debit, material dasar dan tebing serta jumlah dan jenis sedimen

Page 22: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

7

yang terangkut oleh air. Sungai akan selalu menyesuaikan diri dengan

perubahan yang terjadi. Proses penyesuaian ini terdiri dari pengikisan,

pengangkutan dan pengendapan (Putra, 2014).

Sungai tergolong perairan yang mengalir sehingga kualitas airnya selalu

berubah setiap saat. Sungai memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan

manusia baik untuk kepentingan domestik maupun industri. Selain itu sungai

juga berperan bagi kehidupan beberapa biota dan kehidupan manusia seperti

sarana air minum, pertanian, perikanan dan peternakan (Sutanto dan Purwasih,

2012). Sungai menjadi habitat dari beberapa organisme yang ada di dalamnya

sebagai tempat tinggal, tempat mencari makan dan tempat berkembangbiak.

Dengan adanya kegiatan budidaya ikan kegiatan masyarakat di sekitar sungai

akan dapat menimbulkan dampak yang negatif terhadap kualitas air sungai yang

akan dapat merusak ekosistem sungai (Mushthofa et al., 2014). Menurut Odum

(1971), kecepatan arus pada sungai merupakan salah satu faktor yang sangat

mempengaruhi kualitas fisika dan kimia perairan sungai. Sungai dengan arus

yang deras memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk berdifusi dengan gas

oksigen di atmosfer dibanding dengan sungai berarus lambat. Selain itu

kandungan oksigen terlarut di perairan sungai juga dipengaruhi oleh proses

fotosintesis dan respirasi oerganisme perairan.

2.3 Bahan Organik

Bahan organik merupakan kumpulan senyawa-senyawa kompleks yang

telah mengalami proses dekomposisi oleh organisme pengurai, baik berupa

humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi.

Bahan organik sendiri berfungsi sebagai indicator kualitas perairan, karena

bahan organic secara alami berasal dari perairan itu sendiri melalui pelapukan,

penguraian dan dekomposisi buangan limbah daratan seperti domestik, industri,

Page 23: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

8

pertanian dan limbah peternakan maupun sisa pakan yang dengan adanya

bakteri terurai menjadi zat hara (Supriyantini et al, 2017). Menurut pernyataan

Effendi (2003), penyusun utama bahan organik adalah unsur karbon yang

banyak terdapat pada semua makhluk hidup. Senyawa karbon merupakan

sumber energi bagi seluruh makhluk hidup. Sedangkan sumber utama karbon di

perairan berasal dari aktivitas fotosintesis dan aktivitas fiksasi karbon oleh

bakteri. Berbagai jenis bahan organik dapat di rombak melalui proses oksidasi

yang berlangsung secara aerob maupun anaerob. Hasil akhir perombakan bahan

organik secara aerob adalah senyawa-senyawa yang stabil, sedangkan produk

akhir dari dekomposisi secara anaerob selain berkarbondioksida, senyawa-

senyawa yang tidak stabil dan bersifat toksik, seperti ammonia, metana dan

hidrogen sulfida.

Semua bahan organik mengandung karbon (C) berkombinasi dengan

satu atau lebih elemen lainnya. Menurut Tebbut (1992) dalam Effendi (2003),

biasanya bahan organik tersebut tersusun atas :

1. Karbohidrat (CHO) 25% - 50%. Bahan bahan organik yang mengandung

karbon, hidrogen dan oksigen misalnya glukosa (C6H12O6), kanji (starch),

dan selulosa.

2. Senyawa nitrogen (CHONS) 40% - 60%. Bahan organik yang

mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan kadang-kadang

sulfur misalnya protein, asam amino, dan urea.

3. Lemak (lipids atau fats) (CHO) 10%, yakni bahan organik yang

mengandung karbon, hiodrogen, dan sediikit oksigen. Lemak memiliki

sifat kelarutan yang buruk dalam air, akan tetapi larut dalam pelarut

organik.

Page 24: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

9

2.4 Parameter Kualitas Air

Pengukuran kualitas air terdiri dari parameter fisika (suhu) dan parameter

kimia (pH, oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen (DO), Total Organic Matter

(TOM), dan amoniak). Parameter yang paling penting untuk diamati adalah TOM

dan amonia sedangkan parameter yang lain adalah parameter pendukung untuk

membuktikan keberadaan kedua parameter tersebut dalam pendugaan

kandungan bahan organik di perairan

2.4.1 Parameter Fisika

a. Suhu

Suhu adalah derajat panas dan dingin suatu benda atau ruang yang

dinyatakan dalam satuan derajat chelsius (oC). Suhu sangat mempengaruhi laju

metabolisme yang dilakukan oleh organisme perairan. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Ghufran dan Kordi (2010), suhu merupakan salah satu faktor

pembatas dalam persebaran organisme baik di perairan tawar maupun laut. Hal

ini dikarenakan suhu sangat mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme

dan kehidupan serta pertumbuhan biota air. Secara umum laju pertumbuhan

akan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dapat menekan kehidupan

hewan budi daya, bahkan dapat menyebabkan kematian apabila kenaikan suhu

terlalu ekstrim.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rend ahnya suhu menurut

Haslam (1995) dalam Wahikum (2016), yaitu musim, letak garis lintang,

ketinggian dari permukaan laut,sirkulasi udara, penutupan awan, aliran air (arus)

dan kedalaman air. Temperatur yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah dapat

menyebabkan ikan tidak dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik. Suhu

perairan yang baik untuk pertumbuhan ikan adalah berkisar antara 15 oC - 30oC

dengan perbedaan suhu antara siang dan malam kurang dari 5oC. Perubahan

Page 25: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

10

suhu yang mendadak dapat berpengaruh buruk terhadap kehidupan ikan

(Cahyono, 2000).

2.4.2 Parameter Kimia

a. pH

Derajat keasaman atau lebih sering disebut pH sangat mempengaruhi

tingkat kesuburan dari suatu perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad

renik. Pada pH yang rendah kandungan oksigen terlarut akan berkurang,

sehingga mengakibatkan konsumsi oksigen menurun, aktivitas pernapasan akan

meningkat dan akan mempengaruhi proses metabolisme organimse air. Selain

itu nilai pH juga mempengaruhi proses biokimiawi perairan, seperti proses

nitrifikasi akan berhenti pada pH yang rendah dan tingkat toksisitas logam berat

akan mengalami kenaikan pada pH yang rendah. Oleh sebab itu biasanya

perairan dengan pH yang lebih tinggi (alkali) lebih produktif dibanding dengan

perairan yang memiliki pH rendah (asam). Pada umumnya nilai pH di perairan

berkisar antara 4 sampai 9 (Ghufran dan Kordi, 2010).

Nilai pH yang ideal bagi kehidupan biota air tawar berkisar antara 6,8 –

8,5. pH yang terlalu rendah dapat menyebabkan kelarutan logam-logam dalam

perairan semakin besar dan bersifat racun bagi organimse perairan. Sedangkan

pada pH yang tinggi dapat meningkatkan kandungan amoniak di dalam perairan

yang juga bersifat racun bagi organisme perairan (Tatangindaty et al., 2013).

Rendahnya nilai pH mengindikasikan menurunnya kualitas perairan yang pada

akhirnya akan berdampak pada kehidupan biota di dalamnya. Terjadinya

perubahan nilai pH akan membunuh biota yang paling peka sekalipun. Hal ini

dikarenakan jaringan makanan dalam perairan akan terganggu. Selain itu nilai

pH yang kurang dari 4 juga akan membunuh sebagian besar tumbuhan air

karena tidak dapat bertoleransi terhadap pH yang rendah (Susana, 2009).

Page 26: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

11

b. Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh

tanaman dan hewan di dalam air. Kehidupan setiap makhluk hidup di dalam air

bergantung pada kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen

minimum didalam air yang diperlukan untuk kehidupan organisme air.

Berdasarkan kebutuhan oksigen terlarut, organisme ikan merupakan organisme

air yang memerlukan oksigen tertinggi, kemudian invertebrata dan yang terkecil

adalah bakteri. Biota air hangat memerlukan oksigen terlarut minimal 5 ppm.

Sedangkan konsentrasi yang baik untuk kehidupan organisme air tidak boleh

kurang dari 6 ppm (Fardiaz, 1992). Menurut pernyataan Sumeru dan Anna

(1992), berdasarkan jumlah kandungan di perairan oksigen terlarut merupakan

gas terlarut kedua setelah nitrogen. Namun jika dilihat kepentingan bagi

organisme perairan, oksigen menempati urutan pertama. Sumber utama oksigen

dalam perairan adalah hasil difusi dari udara, terbawa melalui parsipitasi air

hujan dan melalui proses fotosintesis oleh fitoplankton. Kandungan oksigen

terlarut dalam air dapat berkurang karena digunakan untuk aktivitas respirasi dan

perombakan bahan organik.

Selain itu penurunan kadar oksigen terlarut di perairan juga dapat

disebabkan oleh adanya penemaran bahan organik yang berasal dari kegiatan

manusia. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Salmin (2005), bahwa

pencemaran dapat menurunkan kualitas perairan karena adanya muatan zat-zat

beracun atau muatan bahan organik. Kondisi ini dapat menyebabkan kondisi

oksigen terlarut diperairan menjadi kritis dan merusak kadar kimia air. Selain itu

kekurangan oksigen terlarut juga dapat menyebabkan kelumpuhan pada ikan

karena otak tidak mendapat suplai oksigen bahkan dapat menyebabkan kematin

bagi ikan akibat jaringan tubuh ikan tidak dapat mengikat oksigen yang terlarut

dalam darah. Sedangkan menurut pernyataan dari Ali et. al, (2013), parameter

Page 27: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

12

oksigen dapat digunakan dalam menentukan kualitas suatu perairan. Hal ini

dikarenakan oksigen memegang peranan dalam oksidasi dan reduksi bahan

organik dan anorganik. Akibat proses inilah maka peranan oksigen terlarut

sangat penting untuk membantu mengurangi beban penemaran pada perairan

seara alami.

c. Kadar Bahan Organik

Total Organi Matter (TOM) atau biasa disebut dengan bahan organik total

merupakan gambaran kandungan bahan organik yang terdapat pada suatu

perairan. Bahan organik yang terdapat di perairan dapat berupa bahan organik

terlarut, tersuspensi dan koloid. Kandungan bahan organik merupakan salah satu

indikator kesuburan dari suatu perairan. Bahan organik dalam jumlah tertentu

akan berguna bagi perairan, tetapi apabila jumlah yang masuk melebihi daya

dukung perairan maka akan akan menggangu perairan itu sendiri. Gangguan

yang diakibatkan dapat berupa pendangkalan dan penurunan mutu air (Sari et

al., 2014).

Menurut pernyataan Maulana et al, (2014), pengertian dari bahan organik

adalah kumpulan dari berbagai jenis senyawa-senyawa organik kompleks yang

sedang maupun telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil

humifikasi maupun senyawa dari proses mineralisasi, termasuk mikroba

heterotrofik dan ototrofik yang terlibat. Komponen penyusun bahan organik pada

umumnya terdiri dari unsur karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) bersama-

sama dengan nitrogen (N) serta tak jarang ditemukan unsur fosfor (P), belerang

(S) dan besi (Fe). Menurut Effendi (2003), proses oksidasi bahan organik di

perairan dipengaruhi oleh suhu, derajat keasaman, oksigen terlarut, jenis bahan

organik dan nitrogen. Selain itu keberadaan oksigen terlarut di perairan sangat

diperlukan untuk dimanfaatkan oleh mikroba untuk mengoksidasi bahan organik.

Page 28: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

13

d. Amoniak

Kegiatan budidaya perikanan secara umum tidak terlepas dari limbah

organik yang dihasilkan. Menurut Norjanna et al, (2015), kegiatan budidaya ikan

dapat menghasilkan limbah dari sisa pakan dan sisa metabolisme yang banyak

mengandung amoniak. Jumlah amoniak yang dikeluarkan ikan sebesar 80%-

90% melalui proses osmoregulasi, feses dan urin. Peningkatan nilai amoniak

pada kegiatan budidaya dipengaruhi oleh jumlah padat tebar dan lama waktu

pemeliharaan ikan. Amoniak yang tidak teroksidasi oleh bakteri dalam kurun

waktu yang lama akan bersifat racun. Tingginya konsentrasi amoniak di perairan

dapat merusak insang sehingga biota air mudah terserang penyakit serta

menghambat laju pertumbuhan. Secara biologis, perombakan amoniak dapat

terjadi secara alami menjadi bentuk nitrat (NO3) yang tidak berbahaya di

perairan. Proses perombakan amoniak menjadi nitrat disebut nitrifikasi dengan

bantuan bakteri nitrifikasi yaitu Nitrosomonas dan Nitrobater. Selain itu dalam

proses perombakan diperlukan sumber karbon dan oksigen terlarut yang cukup

sebagai sumber energi (Ghufran dan Kordi, 2010).

Tinggi rendahnya kadar amoniak juga bergantung kepada beberapa

parameter kualitas perairan lainnya, seperti suhu, pH dan oksigen terlarut.

Semakin tinggi nilai pH dan suhu dari suatu perairan, maka konsentrasi amoniak

juga akan meningkat. Sedangkan pada oksigen yang tinggi kadar amoniak

hampir tidak ada, namun pada kadar oksigen rendah kadar amoniak relatif

meningkat (Rangka dan Paena, 2012). Kadar amoniak yang baik di perairan

pada umumnya sebesar 0,1 ppm. ikan akan mulai terganggu pertumbuhannya

pada perairan dengan kandungan amoniak menapai 1,2 ppm. Sedangkan

konsentrasi amoniak sebesar 2 ppm dapat membunuh sebagian besar jenis ikan.

Sedangkan kadar amoniak bebas yang tidak terionisasi menjadi nitrat (NH3) di

perairan tawar sebaiknya tidak melebihi nilai 0,02 mg/l (Kordi dan Tamsil, 2010).

Page 29: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

14

3. MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Materi Penelitian

Materi dari penelitian ini adalah pengamatan dinamika Total Organic Metter

(TOM) yang berasal dari air yang sebelum, sedang dan telah digunakan dalam

kegiatan budidaya ikan mas (Cyprinus carpio). Pengambilan air sampel

dilaksanakan pada 5 stasiun pengamatanyaitu saluran sebelum memasuki kolam

pengendapan (inlet), kolam pengendapan, aliran air setelah melalui kolam

pengendapan, kolam pembesaran ikan mas (Cyprinus carpio) dan saluran

pembuangan air kolam (outlet).Kelima sampel air tersebut akan diukur

kandungan Total Organic Matter (TOM) di laboratorium. Untuk mendukung data

dari parameter Total Organic Matter (TOM) maka dilakukan pengukuran

parameter kualitas perairan lainnya yang terdiri dari parameter fisika (suhu) dan

parameter kimia (pH, oksigen terlarut dan amonia). Pengukuran kualitas air dari 5

titik stasiun pengamatan tersebut dilakukan 6 kali ulangan dengan durasi waktu 3

minggu, dengan pengukuran seminggu dua kalipada pukul 09.00 WIB.

Pengukuran dan pengambilan sampel air dilakukan setelah ikan mas (Cyprinus

carpio) diberi makan.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan sangat dibutuhkan dalam suatu penelitian bertujuan agar

dapat mempermudah dan memperlancar dalam melakukan suatu penelitian. Alat

dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini cukup mudah didapatkan,

sehingga dalam pencarian alat bahan dapat dikatakan berjalan lancar. Daftar

alat-alat dan bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam

Lampiran 1.

Page 30: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

15

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei

dengan penjelasan secara deskriptif dengan menggambarkan keadaan lokasi

penelitian secara nyata sesuai dengan keadaan di lapang dan dibuktikan melalui

analisa data. Menurut Mubyarto dan Suratno (1981), metode survei adalah

kegiatan penelitian semacam pengamatan atau observasi secara pasif dalam

pengumpulan data. Survei merupakan satu cara utama dalam pengumpulan data

apabila data sekunder dianggap belum cukup lengkap untuk menjawab suatu

pertanyaan. Dalam metode ini pengambilan data dilakukan tidak hanya terbatas

pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan

pembahasan tentang data tersebut. Metode ini bertujuan untuk memberikan

gambaran secara umum, sistematis, aktual dan valid mengenai fakta dan sifat-

sifat populasi daerah tersebut.

Menurut Sasmaya (2011), metode survei deskriptif adalah metode yang

digunakan untuk memperoleh data yang ada saat penelitian dilakukan dan

bertujuan untuk menjelaskan pembahasan dari permasalahan dalam penelitian.

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: data primer dan

data sekunder.

3.3.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang biasanya didapatkan dari sumber

pertama yaitu perseorangan atau individu yang sedang membutuhkan

pengelolaan yang lebih banyak yang dapat berbentuk beberapa aspek yaitu

wawancara atau hasil pengisian kuisioner. Data primer adalah data yang

diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya.

Data primer disebut juga data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk

memperoleh data primer, seorang peneliti harus mengumpulkan data secara

Page 31: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

16

langsung. Teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data primer antara

lain antara lain observasi, wawancara, dan partisipasi aktif (Siyoto dan Sodik,

2015). Data primer yang diambil dalam memperoleh data untuk menentukan

kadar bahan organik dan kualitas air pada setiap titik sampling yaitu pada jalan

masuk air (inlet), kolam budidaya dan jalan keluar air (outlet).

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan suatu data yang diperoleh lebih lanjut dan

biasanya telah disajikan dan dikemas sangat rapi oleh pihak pengumpul data

primer. Data sekunder dikumpulkan dari beberapa tokoh yang berhubungan

langsung dengan penelitian tersebut yaitu pihak internal, karyawan tetap, struktur

organisasi dan sejarah dari perusahaan tersebut (Wandasari, 2013). Data

sekunder adalah data yang terlebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh

orang diluar peneliti sendiri. Pengumpulan data sekunder dapat diperoleh dari

pustaka-pustaka, laporan-laporan, lembaga pemerintah dan masyarakat

(Surakhmad, 1985 dalam Qomariyati, 2010). Data sekunder dalam penelitian

skripsi didapatkan dari pihak lembaga berupa informasi yang terkait dengan

informasi lokasi UPBAT Punten dan juga tentang kegiatan budidaya ikan mas

(Cyprinus carpio). Selain data yang didapat dilapang, untuk mempertegas

kebenaran hasil tersebut juga didukung dari laporan, jurnal, majalah, skripsi,

tesis, disertasi dan dari situs internet serta kepustakaan yang dapat dijadikan

sebagai pustaka untuk menunjang hasil pengamatan.

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Penentuan Stasiun Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di UP BAT Punten, Kota Batu, Jawa Timur.

Lokasi titik pengambilan sampel berdasarkan dari tujuan penelitian ini yaitu untuk

mengetahui dinamika Total Organic Matter (TOM) akibat adanya kegiatan

Page 32: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

17

pembesaran ikan mas (Cyprinus carpio). Stasiun pengambilan sampel berjumlah

5 titik yaitu saluran sebelum memasuki kolam pengendapan (inlet), kolam

pengendapan, aliran air setelah melalui kolam pengendapan, kolam pembesaran

ikan mas (Cyprinus carpio) dan saluran pembuangan air kolam (outlet). Stasiun

pertama terletak di saluran inlet yang bersumber dari aliran sungai Brantas

sebelum memasuki kolam pengendapan di UP BAT Punten. Stasiun 2

merupakan stasiun yang terletak pada kolam pengendapan yang berfungsi untuk

menyaring kotoran dari saluran inlet sebelum digunakan untuk kegiatan budidaya

ikan. stasiun 3 terletak pada aliran air yang terletak setelah kolam pengendapan.

Stasiun 4 terletak pada kolam pembesaran ikan mas (Cyprinus carpio). Jumlah

kolam yang akan diamati dan diambil sampel airnya yaitu berjumlah 2 kolam (4a,

4b). Hal ini bertujuan untuk memperkuat adanya dugaan penambahan bahan

organik akibat adanya kegiatan budidaya ikan. Stasiun 5 terletak di saluran

pengeluaran (outlet) yang digunakan untuk membuang air yang telah digunakan

dalam kegiatan pembesaran ikan mas. Untuk lebih jelas, stasiun pengambilan

sampeldapat dilihat pada lampiran 2.

3.4.2 Pengambilan Sampel Air

Pengambilan sampel air pada lokasi penelitian dilakukan pada 5 stasiun

yang berbeda yaitu saluran sebelum memasuki kolam pengendapan (inlet),

kolam pengendapan, aliran air setelah melalui kolam pengendapan, kolam

pembesaran ikan mas (Cyprinus carpio) dan saluran pembuangan air kolam

(outlet). Semua stasiun tersebut dilakukan pengujian kualitas air dengan

pengulangan 6 kali dalam 3 minggu. Dalam setiap pengambilan sampel air juga

dilakukan pengukuran kualitas air baik secara fisika (suhu) dan kimia (pH,

oksigen terlarut) pada setiap titik stasiun. Pengambilan sampel air dan

pengukuran kualitas air dilaksanakan setiap dua kali dalam seminggu.

Page 33: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

18

Pengambilan sampel air pada stasiun 1 (inlet), stasiun 3 (aliran setelah

kolam pengendapan) dan stasiun 5 (outlet) dilakukan pada bagian permukaan

perairan. Hal ini dikarenakan dangkalnya saluran pada ketiga stasiun tersebut.

Kedalaman saluran inlet sekitar 40cm. Sedangakan saluran aliran setelah kolam

pengendapan maupun outlet memiliki kedalaman 10-30 cm. Selain itu pada

ketigastasiun ini memiliki aliran air yang relatif cepat sehingga terjadinya

pengadukan yang rata antara permukaan perairan dan dasar perairan. Kemudian

sampel air yang telah didapat dimasukkan kedalam botol air berukuran 1,5 liter

untuk diukur kadar total organic matter (TOM) dan amoniak. Sampel tersebut lalu

diletakan pada coolbox yang berisikan es batu agar bahan organik tidak terurai

oleh aktivitas bakteri pengurai selama perjalanan kurang lebih 40 menit menuju

Unit Pelaksanaan Teknis Perikanan Air Tawar Uniersitas Brawijaya Sumber

Pasir, Pakis, Kabupaten Malang. Sedangkan pengukuran kualitas air pada

stasiun 1, stasiun 3 dan stasiun 5 yang meliputi parameter fisika (suhu) dan

parameter kimia (pH dan oksigen terlarut) dilakukan secara langsung di lokasi (in

situ).

Pengambilan sampel air pada stasiun 2 (kolam pengendapan) dan

stasiun 4 (kolam pembesaran ikan mas (Cyprinus carpio)) dilakukan secara

komposit. Kolam pengendapan dan kolam pembesaran ikan mas memiliki

kedalaman 80 cm – 100 cm. Selain itu kecepatan arus pada bagian inlet kolam,

tengah kolam dan outlet kolam memiliki perbedaan arus sehingga

memungkinkan terjadinya stratifikasi kualitas air antara bagian permukaan

perairan, tengah perairan maupun dasar perairan. Pengambilan sampel air

secara komposit yaitumengambil sampel air pada setiap kedalaman kolam yang

diinginkan dengan alat bantu kemerer water sampler. Pengambilan sampel air

dilakukan pada 3 kedalaman (permukaan, tengah, dasar) perairan pada 3 titik

(inlet kolam, tengah kolam dan outlet kolam). Air yang telah didapatkan pada

Page 34: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

19

setiap 3 titik tersebut kemudian dicampurkan menjadi satu dalam bak plastik

untuk mendapatkan sampel air. Kemudian mengambil air sampel yang telah

tercampur sebanyak 1,5 liter ke dalam botol plastik dan disimpan kedalam cool

box yang telah berisi es batu. Pada stasiun 2 (kolam pengendapan) pengambilan

sampel air dilakukan dengan metode komposit dengan mencampurkan air pada

bagian dasar perairan, tengah perairan dan permukaan pada 3 titik yaitu pada

bagian dekat inlet kolam pengendapan, bagian tengah kolam pengendapan dan

pada bagian outlet kolam pengendapan. Kemudian air yang telah didapat diukur

kualitas air fisika (suhu) dan kimia (pH dan oksigen terlarut) ketika air sampel

masih berada pada kemerer water sampler. Sedangkan air sampel untuk

pengukuran total organic matter (TOM) dan amoniak didapatkan dengan

mencampurkan air yang telah diambil dengan menggunakan kemerer water

samplerpada 3 titik pengambilan (inlet kolam, tengah kolam dan outlet kolam)

dengan pengambilan setiap titiknya pada 3 kedalaman (permukaan, tengah dan

dasar) perairan. Air yang telah didapat dicampurkan pada bak plastik dan diambil

sebanyak 1,5 liter air sampel yang dimasukkan kedalam botol plastik. Air sampel

tersebut disimpan pada cool bo yang telah berisi es batu.

Sedangkan pada stasiun ke 4 (kolam pembesaran ikan mas (Cyprinus

carpio)), pengambilan sampel air dilakukan pada 2 kolam pembesaran ikan mas

dengan 3 titik berbeda pada masing-masing kolam, yaitu titik pertama berada

agak jauh dari inlet kolam, titik kedua pada bagian tengah kolam dan pada titik

ketiga berada agak jauh dari saluran outlet kolam. Pada masing-masing titik

pengambilan sampel dilakukan pengambilan sampel air setiap kedalaman yaitu

pada permukaan perairan, tengah perairan dan dasar perairan sesuai dengan

tiap titik kedalaman yang telah ditentukan. Kemudian sampel yang sudah didapat

dilakukan pengukuran kualitas air yang meliputi parameter fisika (suhu) dan

parameter kimia (pH dan oksigen terlarut) ketika berada di dalam kemerer water

Page 35: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

20

sampler. Sedangkan air sampel untuk pengukuran total organic matter (TOM)

dan amoniak didapatkan dengan mencampurkan air yang telah diambil dengan

menggunakan kemerer water samplerpada 3 titik pengambilan (inlet kolam,

tengah kolam dan outlet kolam) dengan pengambilan setiap titiknya pada 3

kedalaman (permukaan, tengah dan dasar) perairan. Air yang telah didapat

dicampurkan pada bak plastik dan diambil sebanyak 1,5 liter air sampel yang

dimasukkan kedalam botol plastik. Air sampel tersebut disimpan pada cool bo

yang telah berisi es batu. Sampel air diletakan pada coolbox yang berisikan es

batu agar meminimalisir aktivitas bakteri pengurai dalam memanfaatkan bahan

organik selama perjalanan (40 menit) menuju Unit Pelaksanaan Teknis

Perikanan Air Tawar Uniersitas Brawijaya Sumber Pasir, Pakis, Kabupaten

Malang.

3.5 Parameter Kualitas Air

3.5.1 Pramater Fisika

a. Suhu

Prosedur pengukuran suhu menggunakan Thermometer Hg. Menurut

Kiwol (2008), pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan Thermometer

Hg. Adapun prosedur pengukurannya adalah :

1. Memasukkan Thermometer Hg ke dalam perairan.

2. Menunggu 3 sampai 5 menit.

3. Saat pengukuran Thermometer bagian atas ditutup saat pengukuran

untuk menghindari pengaruh sinar matahari secara langsung.

4. Tubuh diusahakan tidak menyentuh Thermometer karena suhu tubuh

dapat mempengaruhi suhu pada Thermometer.

Page 36: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

21

5. Diusahakan dalam membaca skala suhu di thermometer, posisi

sebagian thermometer masih berada di perairan agar suhu udara

tidak mempengaruhi skala pada thermometer.

6. Mencatat angka yang tertera pada skala tersebut dalam satuan

derajat Celcius (0C).

3.5.2 Parameter Kimia

a. pH (Potential of Hydrogen)

Menurut Hariyadi et al. (1992), prosedur pengukuran pH menggunakan

pH meter tipe pH pen hanna hi 98107 pada perairan adalah sebagai berikut:

1. Melepaskan tutup pelindung pH meter .

2. Membersihkan elektroda dengan air suling dan metiriskan dengan

kertas saring.

3. Menghidupkan pH dengan tombol ON-OFF yang terletak di bagian

atas kotak baterai.

4. Merendam elektroda pH meter dalam air sampel yang akan diuji

sampai terlihat tampilan angka di tampilan atas pH meter.

5. Setelah digunakan, mematikan pH meter dengan tombol off.

6. Menggunakan air suling untuk membersihkan elektroda dan

mengganti tutup pelindungnya

b. Oksigen Terlarut (DO)

Metode yang digunakan untuk mengukur kadar oksigen terlarut di suatu

perairan berbeda-beda. Pada penelitian ini menggunakan DO meter YSI 52,

sesuai dengan manual prosedur penggunaan, cara kerja DO meter ini adalah

sebagai berikut:

1. Mengkalibrasi DO meter tipe YSI 52 dengan larutan penyangga.

Page 37: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

22

2. Elektroda dikeringkan dengan kertas tisu selanjutnya dibilas dengan

air suling.

3. Elektroda dibilas dengan air sampel yang akan diuji.

4. Elektroda dicelupkan ke dalam air sampel yang diuji sampai DO

meter menunjukkan pembacaan yang tetap.

5. Dicatat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari DO

c. Total Organic Matter (TOM)

Menurut Hariadi et al, (1992), Kadar bahan organik diukur dengan metode

titrasi, adapun langkahnya sebagai berikut:

1. Memasukkan 25 ml air sampel ke dalam Erlenmeyer.

2. Menambahkan 4,75 ml KMnO4 dari buret dan menambahkan 5 ml

H2SO4.

3. Memanaskan di atas water bath sampai suhu mencapai 70-80ºC

kemudian diangkat.

4. Bila suhu turun menjadi 60-70 ºC kemudian ditambahkan Na-

oxalate 0,01 N perlahan sampai tidak berwarna.

5. Dititrasi dengan KMnO4 0,01 N sampai terbentuk warna (merah

jambu/pink) dan volume KMnO4dicatat sebagi ml titran (x ml).

6. Melakukan prosedur (1-5) dengan menggunakan sampel berupa

aquadest dan dicatat titran yang digunakan sebagai (y ml). Kadar

TOM dalam peraian tersebut dihitung dengan menggunakan rumus:

𝑇𝑂𝑀 =(x − y) x 31,6 x 0,01 x 1000

ml sampel

Keterangan : x : ml titran untuk air sampel y : ml titran untuk aquadest 3,16 : dari BM KMnO4 (1 mol KMnO4 melepas 5 oksigen dalam reaksi) 0,01 : N KMnO4

Page 38: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

23

d. Amoniak

Menurut SNI (1990), Prosedur pengukuran amoniak di perairan sebagai

berikut :

1 Melakukan penyaringan air sampel sebanyak 25 ml dengan

menggunakan kertas saring dengan cara.

2 Memasukan air sampel tersebut ke dalam erlenmeyer, menambahkan 0,5

ml larutan Nessler.

3 Mengocok dan dibiarkan proses reaksi berlangsung selama 30 menit.

4 Memasukan larutan yang telah tercampur ke dalam cuvet pada alat

spektrofotometer dengan Panjang gelombang 425nm, lalu membaca dan

mencatat hasilnya.

3.6 Analisa Data

Kandungan bahan organik yang telah diukur kemudian dianalisa secara

deskriptif, yaitu dengan cara membandingkan bahan organik yang didapatkan

saat penelitian dengan baku mutu kualitas air menurut Peraturan Pemerintah RI

NO. 82 Tahun 2001 kelas III. Baku mutu air Kelas III disini dimaksudkan adalah

air yang dapat dipergunakan untuk kegiatan budidaya perikanan. Data yang

diperoleh dari penelitian dapat ditampilkan dalam bentuk tabel, gambar dan

grafik dari beberapa tahap penelitian, sehingga menghasilkan suatu informasi

untuk mengetahui tingkat bahan organik pada UP BAT Punten.

Analisa parameter fisika dan kimia yang berpengaruh terhadap

kandungan bahan organik dibandingkan dengan PP RI No. 82 Tahun 2001, yang

selanjutnya dapat digambarkan dalam bentuk grafik. Nilai baku mutu dari tiap

parameter fisika dan kimia dapat dilihat pada tabel 1.

Page 39: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

24

Tabel 1. Baku Mutu Parameter FIsika, Kimia dan Bahan Organik.

Parameter Nilai Baku Mutu Sumber

Suhu 27 ± 3 OC Hariyadiet. al, (1992)

pH 6-9 PP RI No. 82 Tahun 2001

Oksigen Terlarut (DO) ≥ 3 mg/l PP RI No. 82 Tahun 2001

Amoniak (NH3) ≤0,5 mg/l PP RI No. 82 Tahun 2001

TOM 26-60 mg/l Tarunamulia et al, (2016)

Hasil data bahan organik dan kualitas air dapat dianalisis secara

deskriptif. Setelah hasil kandungan bahan organik didapat, data dapat dilakukan

perbandingan dengan kandungan batas optimal yang telah ditentukan oleh

literatur dan PP RI No. 82 Tahun 2001 digunakan sebagai pembanding dari hasil

analisis kadar bahan organik. Perbandingan bahan organik dapat dilakukan pada

proses sebelum masuknya air , pada kolam kegiatan budidaya ikan dan saluran

pembuangan kegiatan budidaya (outlet).

3.7 Analisa Hubungan Bahan Organik Total dengan Amoniak

Untuk melakukan analisa hubungan antara nilai bahan organik total

dengan amoniak diperlukan uji korelasi dan uji regresi antara nilai bahan organik

total dengan nilai amoniak selama penelitan berlangsung. Menurut Kurniawan

dan Yuniarto (2016), uji korelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antar variabel dan keeratan hubungannya. Uji korelasi menunjukkan

arah dan kuatnya hubungan antar variabel yang diteliti. Arah hubungan dapat

bernilai positif, negatif dan juga tidak berhubungan. Sedangkan kuatnya

Page 40: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

25

hubungan antar variabel dapat diukur dengan koefisien korelasi dimana nilai

koefisien korelasi berada pada rentang -1 hingga 1. Apabila nilai koefisien

korelasi mendekati angka -1 atau 1 maka hubungan antar variabel semakin kuat.

Nilai koefisien korelasi dan tipe hubungan korelasi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Koefisien Korelasi manurut Kurniawan dan Yuniarto (2016)

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 - 0,199 Sangat Rendah

0,20 - 0,399 Rendah

0,40 - 0,599 Cukup Kuat

0,60 - 0,799 Kuat

0,80 - 1,000 Sangat Kuat

Sedangkan analisis regresi linier menurut Syilfi et al. (2012) merupakan

metode statistika yang digunakan untuk membentuk model atau hubungan

antara satu atau lebih variabel bebas (X) dengan variabel tak bebas (Y). Analisis

regresi dengan satu variabel bebas (X) disebut dengan regresi linier sederhana.

Jadi analisis korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara

dua variabel atau lebih tanpa memperhatikan ada tidaknya hubungan kausal

atau timbal balik diantara variabel-variabel tersebut. Kemudian analisis regresi

digunakan untuk mengetahui bentuk hubungan dua variabel.

Page 41: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

26

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Secara geografis, Unit Pengelola Budidaya Air Tawar (UPBAT) Punten,

Kota Batu terletak di lereng Gunung Arjuna, tepatnya di Jalan Mawar Putih No.

86, Desa Sidomulyo, Punten, Kota Batu, Jawa Timur. Dibangun pada tahun

1918, tempat ini merupakan balai benih pertama yang didirikan di Jawa Timur.

Bahkan merupakan balai pertama di Indonesia yang bertujuan mengembangkan

penyuluhan perikanan dan penelitian ikan air tawar.

Berada di ketinggian sekitar 1.100 meter diatas permukaan laut,

pengairan Unit Pengelola Budidaya Air Tawar (UPBAT) Punten, Kota Batu

diambil dari Sungai Prambatan yang merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS)

Brantas dengan suhu udara antara 19oC-27,5oC dan suhu air antara 17oC-25oC

dan kemiringan lokasi 35 derajat. Di sini, para pengunjung balai dapat

menyaksikan berbagai jenis ikan air tawar dan jenis unggulan. Di antaranya ikan-

ikan konsumsi seperti ikan mas dan ikan nila. Sementara jenis ikan yang

termasuk ikan hias yakni ikan koi, ikan komet dan ikan koki. Adapun batas-batas

Unit Pengelola Budidaya Air Tawar (UPBAT) Punten, Kota Batu yaitu :

Sebelah utara : Desa Punten

Sebelah selatan : Kota Batu

Sebelah barat : Gunung Sari

Sebelah timur : Desa Bumiaji

Unit Pengelola Budidaya Air Tawar (UPBAT) Punten, Kota Batu juga

dijadikan pasar ikan tawar yang menyediakan berbagai jenis ikan air tawar, dari

ukuran benih hingga ukuran siap konsumsi. Unit Pengelola Budidaya Air Tawar

(UPBAT) Punten, Kota Batu ini juga melayani pembibitan sampai penjualan

produksi. Jenis ikan yang ada bervariasi, mulai dari ikan mas Punten yang

Page 42: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

27

merupakan jenis ikan unggulan, ikan nila (merah, putih dan hitam), ikan koi, ikan

komet hingga ikan Red Devil.

4.2 Deskripsi Stasiun Pengambilan Sampel

Pengambilan air sampel dilakukan pada 5 titik stasiun yang terletak di

UPBAT Punten, Kota Batu. Kelima titik pengambilan sampel tersebut yaitu

stasiun pertama pada saluran inlet air sumber yang digunakan dalam kegiatan

budidaya di UPBAT Punten. Stasiun kedua terletak pada kolam pengendapan

setelah saluran inlet. Stasiun ketiga terletak pada sebuah saluran setelah kolam

pengendapan. Stasiun keempat berada pada kolam pembesarn ikan mas

(Cyprinus carpio). Sedangkan stasiun kelima berada pada saluran outlet setelah

kolam pembesaran ikan mas.

4.2.1 Stasiun Pengamatan 1

Pada stasiun pengamatan 1 di UPBAT Punten, Kota Batu terletak pada

sumber air yang dipergunakan untuk segala kegiatan perikanan di UPBAT

Punten. Sumber air ini berasal dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas yang

masuk menuju UPBAT Punten melalui saluran inlet seperti ditunjukkan pada

Gambar 2.

Gambar 1. Stasiun 1 saluran inlet di UPBAT Punten

(Dokumentasi Pribadi, 2018).

Page 43: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

28

Saluran inlet ini memiliki kedalaman 40-60 cm dan memiliki panjang 5

meter sebelum masuk ke kolam pengendapan. Sedangkan ketinggian air pada

saluran inlet bergantung pada kondisi lingkungan disekitar. Pada umumnya

setelah terjadi hujan maka volume air pada saluran inlet akan meningkat akibat

adanya tambahan air hujan yang masuk ke DAS Brantas. Sumber air pada

saluran inlet mengalir terus menerus setiap harinya sehingga memiliki arus yang

relatif cepat dan mengakibatkan pengadukan yang merata dari permukaan

perairan hingga dasar perairan di saluran inlet.

4.2.2 Stasiun Pengamatan 2

Stasiun pengamatan 2 terletak pada kolam pengendapan yang berada di

UPBAT Punten, Kota Batu (Gambar 3). Kolam pengendapan di UPBAT Punten

berfungsi untuk menyaring air yang masuk melalui saluran inlet supaya sampah-

sampah plastik tidak dapat masuk ke kolam dan mengendapkan lumpur atau

pasir yang mungkin terbawa oleh arus agar tidak menyebabkan pendangkalan

pada kolam budidaya.

Gambar 2. Stasiun 2 kolam pengendapan di UPBAT Punten

(Dokumentasi Pribadi, 2018).

Page 44: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

29

Kolam pengendapan berukuran 3 m x 5 m dengan kedalaman 1 m. Kolam

pengendapan terbuat dari beton pada dinding dan dasar kolam. Pada bagian

inlet dan outlet kolam pengendapan terdapat besi-besi penghalang sampah

plastik. Setiap satu bulan sekali endapan lumpur pada bagian dasar kolam

diangkat agar tidak terjadi pendangkalan dan menyebabkan keracunan bagi ikan

di UPBAT Punten. Pada kolam pengendapan juga digunakan sebagai kolam

penampungan indukan ikan mas.

4.2.3 Stasiun Pengamatan 3

Stasiun pengamatan 3 terletak pada saluran setelah kolam pengendapan.

Saluran ini berbentuk persegi berukuran 1 m x 1 m dengan kedalaman 30 cm.

Stasiun pengamatan yang ke 3 dapat dilihat pada Gambar 4. Pada saluran ini

juga terjadi pengendapan lumpur maupun kotoran yang mungkin lolos dari kolam

pengendapan. Arus air pada saluran ini relatif cepat dan memiliki ketinggian air

yang cukup dangkal. Pada saluran ini air mengalir dari kolam pengendapan

menuju ke kolam pembesaran ikan mas. Pada bagian atas dilindungi dengan

ram yang terbuat dari besi.

Gambar 3. Saluran setelah kolam pengendapan di UPBAT Punten

(Dokumentasi Pribadi, 2018).

Page 45: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

30

4.2.4 Stasiun Pengamatan 4

Stasiun pengamatan 4 terbagi menjadi 2 yaitu kolam pembesaran ikan

mas (Cyprinus carpio) 4A dan kolam 4B (Gambar 5). Pada kedua kolam ini

memiliki ukuran yang sama yaitu 5 m x 8 m dengan konstruksi dinding terbuat

dari beton dan dasar kolam dari tanah. Kedua kolam ini dipilih karena memiliki

saluran outletyang menjadi satu sebelum keluar dari UPBAT Punten. Pada kedua

kolam ini berisi ikan mas dengan ukuran antara 15 cm – 30 cm dengan jumlah

kurang lebih 500 ekor. Ikan mas yang berada di kolam ini merupakan ikan mas

yang akan dibesarkan menjadi alon indukan ikan mas.

Gambar 4. Kolam pembesaran ikan mas (Cyprinus carpio) di UPBAT Punten

(Dokumentasi Pribadi, 2018).

Pengambilan pada kedua kolam dilakukan dengam metode komposit yaitu

dengan mencampurkan air sampel pada 3 titik di kolam yaitu dekat inlet kolam,

tengah kolam dan dekat outlet kolam. Pengambilan air sampel pada tiap titik

dikolam dilakukan dengan alat bantu kemerrer water sampler untuk mengambil

sampel air setiap kedalaman di tiap titik. Kemudian air yang telah didapat

diampurkan pada ember plastik dan diambil 1,5 liter air sampel.

Page 46: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

31

4.2.5 Stasiun Pengamatan 5

Stasiun pengamatan ke 5 terletak pada pertemuan 2 outlet kolam antara

kolam pembesaran ikan mas (Cyprinus carpio) 4A dan kolam 4B. Ukuran dari

outlet ini tidak terlalu besar hanya berukuran 1,5 m x 50 cm dengan kedalaman 1

meter. Namun ketinggian air hanya berkisar 5-15cm setiap harinya. Gambar

outlet pada stasiun 5 dapat dilihat pada Gambar 6. Dikarenakan kolam

pembesaran ikan mas yang terus mengalir setiap harinya, maka selalu terdapat

buangan air. Tetapi air yang terbuang setiap harinya hanya berupa air

permukaan yang berasal dari kolam 4A dan 4B. Sedangkan pembuangan air dan

endapan di dasar kolam dilakukan setiap 1 kali sebulan.

Gambar 5. Outlet kolam pembesaran ikan mas (Cyprinus carpio)

(Dokumentasi Pribadi, 2018). 4.3 Analisa Bahan Organik Total

Pada penelitian ini parameter kualitas air yang menjadi pokok bahasan

adalah Total Organic Matter (TOM) pada kegiatan pembesaran ikan mas

(Cyprinus carpio) di UPBAT Punten, kota Batu. Pengambilan air sampel

dilaksanakan di UPBAT Punten dan selanjutnya pengukuran Total Organic

Page 47: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

32

Matter di lakukan di Unit Pelaksanaan Teknis Perikanan Air Tawar Universitas

Brawijaya Sumber Pasir, Pakis, Kabupaten Malang.

4.3.1 Bahan Organik Total di Stasiun 1

Pengukuran dan analisa nilai bahan organik total di stasiun 1 dilakukan

pada saluran inlet yang menuju ke UPBAT Punten. Berdasarkan hasil

pengamatan kadar bahan organik total di stasiun 1 menunjukan hasil yang

berbeda-beda selama 6 kali pengamatan. Grafik pengamatan TOM pada stasiun

1 dapat dilihat pada Gambar 7. Kisaran nilai kadar bahan organik total pada

stasiun 1 yaitu antara 21,49 mg/l – 45,50 mg/l. Berdasarkan 6 kali pengukuran

bahan organik total pada stasiun 1, nilai TOM tertinggi berada pada pengukuran

ke 3 dan nilai bahan organik total terendah berada pada pengukuran ke 4.

Gambar 6. Hasil pengukuran Bahan Organik Total di Stasiun 1.

Perbedaan nilai bahan organik total pada stasiun 1 disebabkan karena

berbedaan kondisi lingkungan dan aktivitas daratan yang berlangsung sebelum

memasuki wilayah UPBAT Punten. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mushthofa

et al. (2014), tingginya bahan organik yang masuk ke perairan berasal dari

43.61

30.34

45.50

21.4925.28 22.75

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

100.00

1 2 3 4 5 6

Kad

ar

TO

M(m

g/l

)

Ulangan

Bahan Organik Total Stasiun 1

Page 48: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

33

peningkatan aktivitas di daratan seperti pemupukan di sawah dan tambak,

budidaya baik tumbuhan dan ikan, industri dan aktivitas rumah tangga yang

masuk ke dalam badan air dan mengendap di dasar perairan. Sedangkan faktor

kondisi lingkungan yang mempengaruhi masukan bahan organik menurut Faizal

et al. (2011), yaitu besaran limpasan (debit) sungai, curah hujan, luas daerah

aliran sungai serta musim. Pada musim penghujan jumlah suplai nutrien lebih

besar daripada saat musim kemarau. Sehingga meningkatkan masukan bahan

organik ke badan perairan.

4.3.2 Bahan Organik Total di Stasiun 2

Pengukuran dan analisa nilai bahan organk total di stasiun 2 dilakukan

pada kolam pengendapan setelah saluran inlet yang berada di UPBAT Punten.

Berdasarkan hasil pengamatan kadar bahan organik total TOM di stasiun 2

menunjukan hasil yang berbeda-beda selama 6 kali pengamatan. Kisaran nilai

kadar bahan organik total pada stasiun 1 yaitu antara 27,81 mg/l – 79,63 mg/l.

Grafik pengamatan TOM pada stasiun 2 dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 7. Hasil pengukuran Bahan Organik Total di Stasiun 2.

46.7741.71

79.63

27.81

49.30 45.50

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

1 2 3 4 5 6

Kad

ar

TO

M(m

g/l

)

Ulangan

BAHAN ORGANIK TOTAL STASIUN 2

Page 49: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

34

Berdasarkan 6 kali pengukuran bahan organik total pada stasiun 2, nilai

TOM tertinggi berada pada pengukuran ke 3 sebesar 79,63 mg/l dan nilai bahan

organik total terendah berada pada pengukuran ke 4 dengan nilai 27,81 mg/l.

Berdasarkan hasil pengamatan, nilai bahan organik total pada stasiun 2

mengalami peningkatan dibanding dengan nilai bahan organik total di stasiun 1.

Hal ini dikarenakan pada stasiun 2 yang terletak di kolam pengendapan terjadi

sedimentasi lumpur di dasar kolam yang terbawa oleh aliran air. Hal ini sesuai

dengan pernyataan dari Wulansari (2011), yang menyatakan bahwa kolam

pengendapan dibutuhkan untuk mengendapkan materi tidak terlarut dan

mengeluarkannya dari dasar kolam sebagai suspensi yang disebut lumpur.

Sedangkan menurut pernyataan Maslukah (2013), tinggi rendahnya kandungan

bahan organik erat kaitannya dengan dengan ukuran butir sedimen. Pada

umumnya sedimen dengan ukuran partike yang lebih halus (lumpur) akan diikuti

dengan kenaikan bahan organik. Semakin halus sedimen kemampuan dalam

mengakumulasi bahan organik semakin besar.

4.3.3 Bahan Organik Total di Stasiun 3

Pengukuran dan analisa nilai bahan organik total di stasiun 3 dilakukan

pada saluran setelah kolam pengendapan yang berada di UPBAT Punten.

Berdasarkan hasil pengamatan kadar bahan organik total TOM di stasiun 3

menunjukan hasil yang berbeda-beda selama 6 kali pengamatan. Kisaran nilai

kadar bahan organik total pada stasiun 3 yaitu antara 50,56 mg/l – 78,37 mg/l.

Grafik pengamatan TOM pada stasiun 3 dapat dilihat pada Gambar 9.

Berdasarkan 6 kali pengukuran bahan organik total pada stasiun 3, nilai TOM

tertinggi berada pada pengukuran ke 3 sebesar 78,37 mg/l dan nilai bahan

organik total terendah berada pada pengukuran ke 2 dengan nilai 50,56 mg/l.

Page 50: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

35

Secara keseluruhan nilai bahan organik total pada stasiun 3 mengalami

peningkatan dibandingkan stasiun 2.

Gambar 8. Hasil pengukuran Bahan Organik Total di Stasiun 3.

Berdasarkan Gambar 9 menunjukkan bahwa kurang maksimalnya atau

tidak berfungsinya kolam pengendapan pada stasiun 2, dimana menurut Syah et

al. (2017), kolam sedimentasi atau kolam pengendapan merupakan suatu sistem

pengolahan air yang menyaring air secara fisik untuk mengurangi kandungan

padatan tersuspensi melalui proses pengendapan dengan bentuk kolam

bersekat untuk memperlambat arus aliran air sehingga memacu pengendapan

partikel padat. Selain itu terjadinya peningkatan bahan organik di stasiun 3 juga

disebabkan masukan limbah padatan yang berasal dari ikan mas (Cyprinus

carpio) dalam bentuk berupa feses dan sisa pakan yang tidak dikonsumsi oleh

ikan yang berada di kolam pengendapan. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Jamal et al. (2013), yang menyatakan bahwa sisa pakan yang tidak dikonsumsi

oleh ikan dan feses hasil metabolisme ikan pada kegiatan budidaya dapat

menjadi sumber masukan bahan organik di perairan.

54.3550.56

78.37

57.51 54.3559.41

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

100.00

1 2 3 4 5 6

Kad

ar

TO

M(m

g/l

)

Pengamatn

BAHAN ORGANIK TOTAL STASIUN 3

Page 51: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

36

4.3.4 Bahan Organik Total di Stasiun 4

Pengukuran kadar bahan organik total pada stasiun 4 dilakukan pada 2

kolam pembesaran ikan mas (Cyprinus carpio) di UPBAT Punten, kota Batu.

Kolam pertama yaitu kolam 4A sedangkan kolam kedua yaitu 4B. Kemudaian

nilai bahan organik total pada kedua kolam tersebut dirata-rata. Pada kedua

kolam menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Kadar nilai bahan organik

total di stasiun 4 terendah terdapat pada ulangan ke 4 dengan nilai 63,2 mg/l.

Sedangkan nilai bahan organik total tertinggi terdapat pada penguuran ke 3

dengan nilai 75,84 mg/l. Grafik pengamatan TOM pada stasiun 4 dapat dilihat

pada Gambar 10.

Gambar 9. Hasil pengukuran Bahan Organik Total di Stasiun 4.

Berdasarkan hasil pengukuran TOM pada Stasiun 4 dapat dilihat bahwa

terjadi peningkatan kadar TOM di stasiun 4 dibandingkan dengan stasiun 3. Hal

ini dapat disebabkan karena adanya masukan bahan organik dari pemberian

pakan yang tidak dikonsumsi oleh ikan dan juga fesses ikan. Hal ini sesuai

dengan pendapat dari Liang et al. (2013), bahwa peningkatan limbah padatan

66.12469.52

75.84

63.266.36 67.52

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3 4 5 6

Kad

ar

TO

M(m

g/l

)

Ulangan

BAHAN ORGANIK TOTAL STASIUN 4

Page 52: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

37

atau lebih dikenal sebagai partikel bahan organik yang berada dalam kegiatan

budidaya berasal dari fesses atau pakan yang dikonsumsi. Lebih jauh lagi

dijelaskan bahwa peningkatan bahan organik dalam sistem budidaya sebaiknya

dicegah karena hal ini dapat menurunkan kadar oksigen terlarut dan dapat

meningkatkan tingkat toksisitas amoniak ketika terurai. Berdasarkan data di

lapang jumlah ikan mas (Cyprinus carpio) yang ditebar di kolam pembesaran

stasiun 4A dan 4B masing-masing kolam berjumlah 500 ekor dengan panjang

ikan antara 15-30 cm. Sedangkan berat ikan rata-rata tiap individu sekitar 120

gram. Berdasarkan pernyataan Daelami (2001), takaran pemberian pakan harian

sebesar 5% per hari dari bobot total populasi yang dibagikan menjadi tiga

bagian, yaitu pagi, siang dan sore. Lebih lanjut lagi dijelaskan oleh Rahayu et al.

(2007), yang menyatakan bahwa besarnya pakan ikan yang tidak termakan oleh

ikan sebesar 27%-31%. Kemudian dari pakan yang dikonsumsi oleh ikan,

sebesar 20% akan dikeluarkan dalam bentuk feses, dapat dihitung bahwa

besaran pemberian pakan tiap hari sebesar 3 kg. Dari pemberian pakan tersebut,

sisa pakan yang tidak termakan sebesar 0,86 kg. Sedangkan bahan organik

yang berasal dari sisa metabolisme berupa fesses sebesar 0,42 kg. Dari

perhitungan tersebut maka jumlah bahan organik yang berasal dari sisa pakan

yang tidak termakan dan fesses berjumlah 1,29 kg tiap harinya.

4.3.5 Bahan Organik Total di Stasiun 5

Pengukuran nilai bahan organik total pada stasiun 5 dilakukan pada

saluran outlet setelah kolam pembesaran ikan mas (Cyprinus carpio).

Berdasarkan hasil pengukuran bahan organik total di stasiun 5 didapatkan nilai

yang berbeda-beda namun dengan rentang selisih yang tidak terlalu jauh. Nilai

bahan organik total tertinggi pada pengukuran ke 3 dengan nilai 94,80 mg/l.

Sedangkan nilai bahan organik total terendah terletak pada pengukuran ke 4

Page 53: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

38

dengan nilai 78,37 mg/l. Grafik pengamatan TOM pada stasiun 5 dapat dilihat

pada Gambar 11. Secara keseluruhan nilai bahan organik total pada stasiun 5

telah melebihi batas maksimum bahan organik total yang dapat ditolerir di

perairan.

Gambar 10. Hasil pengukuran Bahan Organik Total di Stasiun 5.

Berdasarkan pendapat dari Tarunamulia et al. (2016), kandungan bahan

organik total yang masih dapat diterima oleh perairan berkisar antara 26mg/l – 60

mg/l. Selain itu perairan yang memiiki kandungan bahan organik total lebih dari

26 mg/l tergolong subur. Tingginya nilai bahan organik di perairan ini disebabkan

karena adanya masukan yang berasal dari sisa pakan dan feses ikan dari kolam

pembesaran ikan mas (Cyprinus carpio). Tingginya nilai bahan organik di

perairan dapat memicu terjadinya proses eutrofikasi, yaitu suatu kondisi di

perairan dimana perairan mengalami peningkatan kadar bahan organik dengan

ditandai adanya peningkatan jumlah fitoplankton dan tumbuhan air (bloomig

algae) (Simbolon, 2016).

87.22 88.4894.80

78.3782.16 84.69

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

100.00

1 2 3 4 5 6

Kad

ar

TO

M(m

g/l

)

Ulangan

BAHAN ORGANIK TOTAL STASIUN 5

Page 54: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

39

4.3.6 Rata-Rata Bahan Organik Total Setiap Stasiun

Pada perhitungan nilai rata-rata bahan organik total selama 6 kali

pengukuran setiap stasiun didapatkan hasil rata-rata TOM pada stasiun 1

sebesar 31,49 ± 10,58 mg/l. Pada stasiun 2 nilai rata-rata TOM sebesar 48,45 ±

17,06 mg/l. Di stasiun 3 memiliki nilai rata-rata TOM sebesar 59,09 ± 9,92 mg/l.

Nilai rata-rata TOM pada stasiun 4 sebesar 68,09 ± 4,32 mg/l. Sedangkan pada

stasiun 5 memiliki nilai rata-rata TOM sebesar 85,95 ± 5,66 mg/l. Grafik

pengamatan rata-rata TOM pada setiap stasiun dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 11. Hasil Pengamatan Rata-Rata TOM Setiap Stasiun

Berdasarkan nilai rata-rata bahan organik total tiap stasiun, presentase

kenaikan bahan organik dari stasiun 1 ke stasiun selanjutnya sebesar 53,85%

pada stasiun 2. Pada stasiun 3 mengalami kenaikan bahan organik sebesar

87,64%. Sedangkan pada stasiun 4 mengalami kenaikan bahan organik total

sebesar 116,22%. pada stasiun 5 kenaikan bahan organik total sebesar

172,94%. Hasil pengamatan rata-rata bahan organik total tiap setasiun terlihat

31.49 48.45 59.09 68.09 85.950.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

100.00

1 2 3 4 5

Kad

ar

TO

M (m

g/l

)

Stasiun

Rata-rata Bahan Organik Total

Page 55: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

40

bahwa terjadi kenaikan nilai bahan organik total dari saluran inlet di stasiun 1

hingga saluran outlet pada stasiun 5. Namun nilai bahan organik total pada

stasiun 1, 2 dan 3 masih berada pada dalam batas normal nilai bahan organik

total yang dapat diterima oleh perairan dimana menurut Tarunamulia et al. Batas

normal nilai bahan organik total antara 26mg/l-60mg/l. Sedangkan pada stasiun 4

dan 5 nilai bahan organik total pada kedua stasiun telah melampaui kadar batas

normal bahan organik total di perairan. Kenaikan nilai bahan organik total di

perairan disebabkan adanya masukan bahan organik yang berasal dari kegiatan

pembesaran ikan mas (Cyprinus carpio) di UPBAT Punten. Bahan Organik yang

berasal dari sisa pakan dan fesses ikan dapat meningkatkan nilai bahan organik

total. Apabila kenaikan nilai bahan organik total ini dibiarkan saja dapat memacu

eutrofikasi. Meskipun secara alami bahan organik dapat dimanfaatkan oleh

mikroorganisme melalui proses dekomposisi, namun apabila jumlah bahan

organik yang terlalu banyak maka proses dekomposisi juga memerlukan oksigen

terlarut di perairan cukup besar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ling et al.

(2007), yang menyatakan bahwa konsekuensi dari tingginya bahan organik di

perairan adalah menurunnya kadar osigen terlarut akibat proses dekomposisi

bahan organik oleh mikroorganisme. Selain itu juga beresiko timbulnya ledakan

alga diperairan. Apabila hal ini dibiarkan akan berakibat matinya organisme

perairan.

4.4 Analisa Kualitas Air

Pada pengukuran kualitas air terdiri dari faktor fisika (suhu) dan faktor

kima (pH, oksigen terlarut dan ammonia). Pengukuran kualitas air ini dilakukan

secara in situ dan ex situ. Pengukuran kualitas air suhu, pH dan oksigen terlarut

di lakukan secara in situ yang dilaksanakan di UPBAT Punten, kota Batu.

Page 56: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

41

Sedangkan pengukuran ammonia dilakukan secara ex situ yang dilaksanakan di

Unit Pelaksana Teknis Sumber Pasir, kabupaten Malang.

4.4.1 Suhu

Pengukuran suhu dilakukan setiap pengambilan sampel air di UPBAT

Punten di setiap stasiun pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan kualitas

air, suhu perairan di UPBAT Punten berkisar antara 21,5oC–27,6oC. Hasil

pengukuran suhu dapat dilihat pada Tabel 3. Suhu di UPBAT Punten sudah

tergolong baik untuk kegiatan pembesaran ikan mas (Cyprinus carpio). Hal ini

sesuai dengan pernyataan Bachtiar (2002), bahwa ikan mas masih dapat hidup

pada perairan dengan suhu 4oC–30oC.

Tabel 1. Data Pengukuran Suhu di UPBAT Punten

PENGUKURAN SUHU DI UPBAT PUNTEN (oC)

Stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 3

Stasiun 4A

Stasiun 4B

Stasiun 5

Pengukuran 1 22,7 22,4 23,6 26,3 25,8 27,4

Pengukuran 2 22 23,1 21,5 24,9 27 25,5

Pengukuran 3 23,7 25,3 24 26,3 26,8 27,6

Pengukuran 4 23,1 24,2 25,3 27,3 27,6 27,4

Pengukuran 5 22,4 21,5 22,3 25,5 26,9 26,1

Pengukuran 6 22,9 22,5 24,8 26,9 27,5 27,5

Hal ini dikarenakan ikan mas merupakan jenis ikan yang bersifat

thermofil, yaitu mampu menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan perubahan

suhu lingkungan yang ditempatinya. Sedangkan suhu optimum untuk

pemeliharaan ikan mas sekitar 25oC–30 oC. Suhu air sangat mempunyai peran

penting dalam menentukan pertumbuhan dan kehidupan organisme perairan

yang dibudidayakan. Suhu juga mempengaruhi laju metabolisme. Hal ini sesuai

Page 57: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

42

dengan penyataan Jaja dan Sumantadinata (2013), yang menyatakan bahwa

suhu rendah dibawah normal dapat menghilangkan nafsu makan pada ikan

sehingga ikan lebih rentang terserang penyakit. Sebaliknya pada suhu yang

melebihi batas normal akan mengakibatkan ikan stress pernafasan dan bahkan

keruskan insang.

Suhu juga mempengaruhi kandungan oksigen terlarut di perairan yang

sangat dibutuhkan organisme budidaya maupun diperlukan dalam proses

dekomposisi bahan organik. Menurut pernyataan dari Kelabora (2010), pada

suhu yang tinggi dapat mengurangi kandungan oksigen sehingga mempengaruhi

nafsu makan ikan. Kenaikan suhu akan berbanding lurus dengan derajat

metabolisme dan kebutuhan oksigen. Hal ini sesuai dengan hukum Van’t Hoff

yang menyatakan bahwa untuk setiap perubahan kimiawi, kecepatan reaksinya

naik 2-3 kali lipat setiap kenaikan 10 oC. Sedangkan perubahan suhu secara

derastis sebesar 5 oC dapat mengakibatkan stress pada ikan atau

membunuhnya. Berdasarkan pernyataan tersebut, apabila pada suhu yg terlalu

rendah dapat menurunkan nafsu makan maka akan memungkinkan

meningkatnya akumulai pakan yang tidak termakan pada saat pemberian pakan

pada ikan budidaya. Sedangkan pada suhu yang terlalu tinggi, dapat

meningkatkan kerja metabolisme tubuh ikan dan meningkatnya nafsu makan

ikan. Sehingga masukan bahan organik akan meningkat dengan bertambahnya

jumlah fesses ikan yang dikeluarkan.

4.4.2 pH

Berdasarkan hasil pengamatan kualitas air, nilai pH di UPBAT Punten

berkisar antara 6,3-7,5. Hasil Pengukuran pH dapat dilihat pada Tabel 4. Nilai pH

di UPBAT Punten sudah tergolong baik untuk kehidupan organisme budidaya

terutama bagi ikan mas (Cyprinus carpio). Seperti pendapat dari Cahyono

Page 58: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

43

(2001), Kisaran derajat keasaman (pH) perairan yang cocok untuk budidaya ikan

secara umum berkisar antara 5-8,7. Pada kisaran pH tersebut cukup memenuhi

syarat untuk kehidupan ikan. Sedangkan secara khusus pH optimum untuk

kegiatan budidaya ikan mas berkisar antara 7,5-8,5. Tinggi atau rendahnya nilai

pH berhubungan erat dengan kadar CO2 terlarut di perairan. Kadar CO2 terlarut

yang tinggi dapat meningkatkan keasaman air (pH air rendah). Kadar CO2 tinggi

pada umumnya berlangsung pada pagi hari, sehingga nilai pH akan rendah.

Namun pH akan kembali normal pada siang hari saat pemanfaatan CO2 untuk

proses fotosintesis.

Tabel 2. Data Pengukuran pH di UPBAT Punten.

PENGUKURAN pH DI UPBAT PUNTEN

Stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 3

Stasiun 4A

Stasiun 4B

Stasiun 5

Pengukuran 1 6,7 6,6 6,7 7,1 7 7,1

Pengukuran 2 6,7 6,7 6,3 6,7 6,7 6,8

Pengukuran 3 6,5 6,5 6,4 7,1 7,5 7,4

Pengukuran 4 6,6 6,4 6,7 6,9 6,6 7,2

Pengukuran 5 6,7 6,5 6,5 6,9 7,2 7,2

Pengukuran 6 6,8 6,5 6,6 7,3 7,2 6,9

Menurut pernyataan dari Supriyantini et al. (2017), Tinggi rendahnya nilai

pH juga dapat dipengaruhi tinggi rendahnya nilai total organic matter di perairan.

Tingginya nilai total organic matter diikuti dengan menurunnya nilai pH. Hal ini

dikarenakan hasil rekasi oksidasi bahan organik menghasilkan sejumlah ion H+

yang dapat menurunkan pH. Sedangkan pernyataan Supriyantini et al. (2017),

menambahkan bahwa pH air yang sedikit basa dapat mendorong proses

perombakan bahan organik dalam air menjadi mineral-mineral (garam amoniak

dan nitrat) yang dapat diasimilasikan oleh tumbuhan. Hal ini sesuai dengan

Page 59: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

44

pendapat Rosmarkam dan Yuwono (2002), yang menyatakan bahwa

perombakan bahan organik terjadi cukup lancar pada pH yang sedikit tinggi. Hal

ini disebabkan pH berpengaruh terhadap kegiatan dan kehidupan jasad renik.

4.4.3 Oksigen Terlarut

Berdasarkan hasil pengamatan kualitas air, oksigen terlarit (DO) di

UPBAT Punten berkisar antara 6,07 mg/l-8,98 mg/l. Data hasil pengukuran

oksigen terlarut dapat dilihat pada Tabel 5. Dilihat dari datatersebut, nilai rata-

rata selama 6 kali pengukuran tiap stasiun yaitu pada stasiun 1 sebesar 8,17

mg/l, stasiun 2 sebesar 7,94 mg/l, stasiun 3 sebesar 7,81 mg/l, stasiun 4 sebesar

7,70 mg/l dan stasiun 5 sebesar 7,30 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa kadar

oksigen terlarut di UPBAT Punten sudah tergolong baik untuk kegiatan budidaya

ikan mas, sesuai dengan pernyataan dari Cahyono (2000), kandungan oksigen

terlarut yang ideal untuk kehidupan ikan secara umum adalah > 4 mg/l.

Tabel 3. Data Pengukuran Oksigen Terlarut di UPBAT Punten

PENGUKURAN OKSIGEN TERLARUT DI UPBAT PUNTEN (mg/l)

Stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 3

Stasiun 4A

Stasiun 4B

Stasiun 5

Pengukuran 1 7,34 8,74 8,86 7,53 8,32 7,98

Pengukuran 2 8,30 7,63 8,34 7,79 8,23 7,76

Pengukuran 3 7,48 6,07 7,21 6,31 6,33 6,43

Pengukuran 4 8,98 8,73 7,56 8,47 7,74 7,39

Pengukuran 5 8,46 8,52 7,62 8,05 7,93 7,55

Pengukuran 6 8,46 7,93 7,29 8,53 7,64 6,68

Sedangkan nilai oksigen terlarut yang optimal untuk kehidupan ikan mas

berkisar antara 5 mg/l-7mg/l. Menurut Solichin et al. (2013), Kebutuhan ikan

terhadap oksigen tergentung pada jenis, ukuran, aktivitas, suhu dan kualitas

Page 60: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

45

pakan. Pada ikan yang berukuran kecil masih dapat bertahan pada DO 1,0 mg/l-

3,0 mg/l. Pada DO 0,0 mg/l-0,3mg/l ikan akan mati, sedangkan pada DO 1,0

mg/l-5,0mg/l ikan akan mengalami pertumbuhan yang lambat. Pendapat ini di

perjelas lagi oleh pernyataan Susanto (2000), bahwa kadar oksigen yang rendah

akan mempengaruhi nafsu makan ikan. Apabila kadar oksigen terlarut 1,5 mg/l,

nafsu makan ikan akan berkurang dan jika kandungan oksigen terlarut kurang

dari 1,5 mg/l maka ikan akan berhenti makan. Apabila oksigen dalam jumlah

yang banyak ikan-ikan akan jarang mati. Tetapi dalam keadaan tertentu dapat

mematikan ikan, sebab dalam pembuluh-pembuluh darah terjadi emboli gas yang

mengakibatkan tertutupnya pembuluh-pembuluh rambut dalam daun-daun

insang.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa terjadinya penurunan nilai

oksigen terlarut dari stasiun 1 (inlet) hingga stasiun 5 (outlet). Hal ini disebabkan

karena adanya peningkatan nilai bahan organik dari setiap stasiun, dimana nilai

rata-rata total organic matter tertinggi berada di stasiun 5 dengan nilai 85,95 mg/l.

Hal ini diperkuat dengan pernyataan Mushthofa et al. (2014), berkurangnya nilai

oksigen terlarut dapat berakibat cukup serius bagi organisme perairan.

Berkurangnya nilai oksigen terlarut erat kaitannya dengan kandungan bahan

organik di perairan. Semakin tinggi nilai bahan organik akan menurunkan nilai

oksigen terlarut. Apabila penurunan oksigen terlarut terjadi terus menerus akan

mengakibatkan kondisi perairan menjadi anaerob dan mengakibatkan kematian

organsme perairan.

4.4.4 Ammonia

Berdasarkan hasil pengamatan kualitas air, amoniak pada UPBAT Punten

berkisar antara 0,04 mg/l – 0,58 mg/l. Data hasil pengukuran amoniak dapat

dilihat pada Taabel 6. Dari nilai tersebut menunjukkan bahwa kadar amoniak di

Page 61: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

46

UPBAT Punten tergolong cukup baik untuk kehidupan ikan mas. Hal ini sesuai

dengan pernyataan dari Ghufran dan Kordi (2004), bahwa kadar amoniak yang

masih dapat di tolerir oleh ikan mas sebesar < 1,2 mg/l. Sedangkan menurut

Putri et al. (2014), tingginya akumulasi amoniak berasal dari penumpukan sisa

pakan yang tidak termakan oleh ikan dan kotoran ikan yang terdapat di dasar

kolam. Selain itu peningkatan kadar amoniak juga disebabkan oleh aktivitas

jasad renik dalam melakukan proses dekomposisi bahan organik. Tinggi

rendahnya nilai amoniak juga dipengaruhi oleh suhu, pH dan kandungan oksigen

terlarut d perairan. Hal ini didukung oleh pernyataan Masitoh et al. (2015),

semakin tinggi konsentrasi oksigen, suhu dan pH maka makin tinggi pula

konsentrasi amoniak di perairan. Amoniak dapat mempengaruhi pertumbuhan

ikan, serta amonia yang tinggi dapat menyebabkan racun pada kondisi perairan

yang memiliki kadar oksigen terlarut rendah dan berbahaya bagi kehidupan

organisme.

Tabel 4. Data pengukuran Amoniak di UPBAT Punten.

PENGUKURAN AMMONIAK DI UPBAT PUNTEN

Stasiun

1 Stasiun

2 Stasiun

3 Stasiun

4A Stasiun

4B Stasiun

5

Pengukuran 1

0,11 0,16 0,21 0,32 0,23 0,49

Pengukuran 2

0,08 0,10 0,17 0,27 0,29 0,54

Pengukuran 3

0,15 0,44 0,42 0,35 0,40 0,58

Pengukuran 4

0,04 0,06 0,20 0,25 0,24 0,45

Pengukuran 5

0,05 0,18 0,20 0,27 0,26 0,48

Pengukuran 6

0,04 0,16 0,21 0,24 0,37 0,48

Page 62: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

47

Berdasarkan data diatas terlihat bahwa adanya peningkatan nilai rata-rata

amoniak dari setiap stasiun. Nilai rata-rata amoniak pada setiap stasiun berada

diambang batas aman yang dapat diterima oleh perairan umum, dimana menurut

PP RI No. 82 Tahun 2001 yang menyatakan bahwa ambang batas nilai amoniak

yang baik untuk perairan sebesar < 0,5 mg/l. Menurut Effendi et al. (2015),

amoniak bebas (NH3) bersifat toksik bagi biota perairan, sedangkan NH4+ dapat

dimanfaatkan langsung oleh tumbuhan. Daya racun amonia akan meningkat

sebanding dengan adanya penurunan nilai oksigen terlarut dan peningkatan nilai

pH di peraian. Pada pH > 8,75 sebesar 30% amoniak akan berubah menjadi

amoniak bebas yang lebih toksik. Secara alami amoniak dapat tereduksi melalui

proses nitrifikasi dengan bantuan bakteri Nitrosomonas dan Nitrobacter.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Wicaksana et al. (2015), bahwa salah

satu upaya penurunan nilai amoniak adalah dengan penerapan biofilter seperti

akuaponik. Sistem biofilter akan merombak amonia menjadi senyawa yang tidak

membahayakan kelangsungan hidup organisme perairan. Amoniak akan

dioksidasi oleh bakteri Nitrosomonas menjadi nitrit. Selanjutnya dalam kondisi

aerob, nitrit akan dioksidasi oleh bakteri Nitrobacter menjadi nitrat. Nitrat yang

dihasilkan merupakan salah satu sumber utama tanaman untuk tumbuh dan

berkembang. Proses nitrifikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti oksigen

terlarut, bahan organik, suhu dan pH. Nitrifikasi akan berjalan dengan baik pada

oksigen terlarut > 1 mg/l, suhu 25-35oC dan pH 7,5-8,6. Selama pengamatan

berlangsung nilai oksigen terlarut sebesar 6,07 mg/l-8,98 mg/l., pH 6,3-7,5 dan

suhu 21,5oC–27,6oC sehingga proses nitrifikasi dapat berjalan cukup baik.

4.5 Hubungan Bahan Organik Total dengan Amoniak

Hubungan bahan organik total dan amoniak dapat dicari melalui analisis

korelasi dan analisis regresi linier sederhana. Analisis korelasi dan analisis

Page 63: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

48

regresi linier sederhana dibantu dengan aplikasi SPSS 16 dalam pengolahan

data. Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara

dua variabel atau lebih tanpa memperhatikan ada tidaknya hubungan kausal

atau timbal balik diantara variabel-variabel tersebut. Kemudian analisis regresi

digunakan untuk mengetahui bentuk hubungan dua variabel. Berdasarkan

pengelolaan data dengan aplikasi SPSS 16 didapatkan hasil nilai koefisien

korelasi yang ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 5. Hasil Analisis Korelasi

Hubungan

Parameter Koefisen Korelasi (r)

Tingkat Hubungan

P-Value

Bahan Organik Total dan Amoniak

0,964 Sangat Kuat 0,000

Hasil analisis korelasi antara bahan organik total dan amoniak ditunjukkan

oleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar +0,964. Nilai ini menyatakan bahwa

hubungan bahan organik total dan amoniak berkorelasi positif dan sangat kuat.

Menurut Arikunto (2006), jika nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,80-1,000

artinya antar variabel memiliki hubungan yang sangat kuat. Berdasarkan output

P-Value yang diperoleh sebesar 0,000 yang mana lebih kecil dari α= 0,05 dapat

di interpretasikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara bahan

organik total dengan amoniak. Sedangkan hasil analisis regresi bahan organik

total dan amoniak dengan aplikasi SPSS 16 ditunjukkan pada Tabel 8.

Berdasarkan Tabel 7. diperoleh nilai koefisien determinasi R2 sebesar 0,930. Hal

ini memberikan informasi bahwa sebesar 93% nilai amoniak di UPBAT Punten

dipengaruhi oleh konsentrasi bahan organik total di perairan. Sedangkan 7%

lainnya dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti parameter fisika kimia perairan

seperti suhu, pH dan oksigen terlarut

Page 64: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

49

Tabel 6. Hasil analisis regresi total bahan organik terhadap amoniak

Variabel Entered/Removed

Variabel Independent Bahan Organik Total

Variabel Dependent Amoniak

Coefficients

Parameter Koefisien Std. Error T-

Hitung P-

Value

Intersep/Konstanta -0,179 0.022 -8,195 0

In (X) 0,007 0,000 21,267 0

Summary

R 0,964

R Square 0,930

Adjusted R Square 0,928

Model Regresi Y = - 0,179 + 0,007 X

Berdasarkan analisis regresi menggunakan SPSS 16, persamaan model

linier yang diperoleh yaitu Y = - 0,179 + 0,007 X. Y merupakan niali amoniak dan

X adalah niali bahan organik total. Apabila nilai bahan organik total naik 1%

maka akan meningkatkan nilai amoniak sebesar 0,007%. Disisi lain, intersep

yang bernilai -0,179 menunjukkan bahwa jika nilai bahan organik bersifat konstan

maka estimasi nilai amoniak sebesar e(-0,179) yaitu 0,83 mg/l. Grafik hubungan

bahan organik total dan amoniak dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 12. Grafik Hubungan Bahan Organik Total dan Aminiak

R = 0,964 R-Square = 0,93

Y = - 0,179 + 0,007 X

Page 65: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

50

Berdasarkan Gambar 13. dapat dilihat bahwa setiap kenaikan 1 satuan

bahan organik total akan menaikkan nilai amoniak sebesar 0,007%. Hal tersebut

sesuai dengan hasil uji analisis regresi antara bahan organik total dan amoniak di

UPBAT Punten. Amoniak merupakan salah satu hasil perombakan bahan

organik yang berada di perairan. Amoniak bersifat racun di perairan apabila tidak

teroksidasi oleh bakteri. Tingginya nilai amoniak di perairan dapat merusak

insang dan mengakibatkan kematian. Menurut Wulandari et al. (2015), semakin

meningkatnya kadar bahan organik maka akan meningkatkan kadar amoniak di

perairan. Hal ini disebabkan karena bahan organik yang mengendap dan

terdekomposisi menjadi senyawa beracun seperti amoniak (NH3) dan nitrit (NO2).

Berdasarkan perhitungan persamaan regresi pada Gambar 13 maka kadar

bahan organik sebesar 60 mg/l (batas maksimum bahan organik diperairan

umum) dapat menghasilkan amoniak sebesar 0,24 mg/l. Sedangkan bahan

organik 85,95 mg/l (rata-rata bahan organik pada outlet) dapat menghasilkan

amoniak sebesar 0,42 mg/l dimana nilai tersebut merupakan batas maksimum

nilai amoniak di perairan (≤ 0,5 mg/l).

Page 66: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

51

5. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Terjadinya fluktuasi kadar bahan organik total TOM pada kegiatan pembesaran ikan

mas (Cyprinus carpio) yang dilaksanakan di UPBAT Punten, kota Batu. Kadar bahan

organik total terendah dari 5 stasiun terdapat pada stasiun 1 yang terletak pada inlet UPBAT

Punten sebesar 31,49 ± 10,58 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi perairan sebelum

kegiatan budidaya masih tergolong baik. Rata-rata bahan organik total setiap stasiun

sebesar 31,49 ± 10,58 mg/l pada stasiun 1, 48,45 ± 17,06 mg/l pada stasiun 2, 59,09 ± 9,92

mg/l pada stasiun 3, 68,09 ± 4,32 mg/l pada stasiun 4 dan 85,95 ± 5,66 mg/l pada stasiun 5.

Peningkatan rata-rata kada bahan organik pada kegiatan pembesaran ikan mas pada outlet

sebesar 172,94%. Bila dibandingkan dengan rata-rata bahan organik total di inlet mulanya

31,49 ± 10,58 mg/ menjadi 85,95 ± 5,66 mg/l.

5.2 Saran

Air sisa kegiatan pembesaran ikan mas (Cyprinus carpio) di UPBAT Punten, kota

Batu disarankan agar melalui proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dikeluarkan ke

perairan umum. Hal ini bertujuan untuk mengurangi konsentrasi bahan organik total TOM

yang mencapai 85,95 ± 5,66 mg/l agar dapat diturunkan sesuai baku mutu yang ada yaitu

antara 26-60 mg/l. maupun amonia yang ada pada air buangan kegatan budidaya tersebut.

Hal ini bertujuan agar air sisa kegiatan pembesaran ikan mas di UPBAT Punten tidak

menambah bahan organik di sungai.

Page 67: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

52

DAFTAR PUSTAKA

Afriansyah, I. Dewiyanti dan I. Hasri. 2016. Keragaan Nitrogen dan T-Phosfat pada Pemanfaatan Limbah Budidaya Ikan Lele (Clarias gariepinus) oleh Ikan Peres (Osteochilus kappeni) dengan Sistem Resirkulasi. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsiyah. 1(2): 252-261.

Ali, A., Soemarno dan M. Purnomo. 2013. Kajian Kualitas Air dan Status Mutu Air

Sungai Metro di Keamatan Sukun Kota Malang. Jurnal Bumi Lestari.

13(2): 265-274. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.

Jakarta. Bachtiar, Y. 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Pekarangan. AgroMedia :

Jakarta Selatan. Hlm 3-4. Basmi, J. 1991. Pola Distribusi dan Peran Bahan Organik terhadap Kualitas Air

pada Zona Eutrofik di Sekitar Perikanan Net Apung di Danau Lido Jawa Barat. Tesis Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor

Cahyono, B. 2000. Budi Daya Ikan Air Tawar. Kanisius: Yogyakarta. Hlm 38. Daelami, A.S., Deden. 2001. Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar. Jakarta:

Penebar Swadaya. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan

Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. Hlm 117. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan

Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. Hlm 117-118. Faizal, A., J. Jompa. dan C. Rani. 2011. Dinamika Spasio-Temporal Tingkat

Kesuburan Perairan di Kepulauan Spermonde Sulawesi Selatan. Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP Universitas Hasanuddin, Sulawesi Selatan

Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius: Yogyakarta. Hlm 32. Febrianto,J., M. Y. J. Purwanto dan R. Santoso. 2016. Pengolahan Air Limbah

Perikanan Melalui Proses Anaerob Menggunakan Bantuan Material Bambu. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan. 1(2): 83-90.

Ghufran, M dan Kordi K. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan.

Penerbit Bina Adiaksa dan Rineka Cipta. Jakarta. Hal 190. Ghufran, M. dan H. Kordi. 2010. Budi Daya Perairan Buku Kedua. Itra Aditya

Bakti: Bandung. Hlm 488. Gunadi, Bambang dan Hafsaridewi, Rani. 2008. Pengendalian limbah ammonia

budidaya ikan lele dengan system heterotrofik menuju system akuakultur nir-limbah. J. Ris. Akuakultur. Vol. 3 (3) : 437-448.

Page 68: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

53

Hariyadi, S., I. N. N Supriyadiputra., B Widigdo. 1992. Limnologi. Institut

Pertanian Bogor: Bogor. Iswandi, F., S. A. El-Rahimi dan I. Hasri. 2016. Pemanfaatan Limbah Budidaya

IkanLele (Clarias gariepinus) Sebagai Pakan Alami Ikan Peres (Osteochillus sp.) Pada Sistem Resirkulasi. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah. Vol 1(3) : 307-317.

Jaja, A. S. dan K. Sumantadinata. 2013. Usaha Pembesaran dan Pemasaran

Ikan Lele Serta Strategi Pengembangan di UD Sumber Rezeki Parung, Jawa Barat. Manajemen IKM. 8(1): 45-56.

Jamal, E., N. Pieris, F. Piris, R. Sudharma dan E. Septiningsih. 2013.

Konsentrasi Amonia, Nitrit dan Fosfat pada Lingkungan Budidaya Ikan di Perairan Poka Teluk Ambon Dalam. Jurnal TIRTON. 9(2): 87-93.

Kelabora. D. M. 2010. Pengaruh Suhu Terhadap Kelangsungan Hidup dan

Pertumbuhan Larva Ikan Mas (Cyprinus carpio). 38(1): 71-81.

Khairuman, H. 2013. Budi Daya Ikan Mas. AgroMedia Pustaka : Jakarta Selatan.

Hlm 14. Khairuman, H., D. Sudenda dan B. Gunadi. 2008. Budi Daya Ikan Mas Secara

Intensif. AgroMedia Pustaka : Jakarta Selatan. Hlm 7. Kiwol, C. B. D. J. 2008. Analisis Logam Berat Merkuri (Hg) pada Gastropoda

Lumpur dan Air Di teluk Amurang Kabupaten Minahasa Selatan. Chem

Prog. I(2): 71-77. Kordi, H. dan A. Tamsil. 2010. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis Secara Buatan.

Lily Publisher: Yogyakarta. Hlm 45. Kurniawan, R. dan B. Yuniarto. 2016. Analisis Regresi: Dasar dan Penerapannya

dengan R. Kencana: Jakarta. Hlm 19-22. Ling C., Weimin W., Yi Y., Chengtai Y., Zonghui Y., Shanbo X. dan James D.

2013. Environmental Impact of Aquaculture and Countermeasures to Aquaculture Pollution in China. Environmental Science and Pollution Research. 14 (7): 452-462.

Manengkey, Hermanto W.K. 2010. Kandungan Bahan Organik pada Sedimen Di

Perairan Teluk Buyat dan Sekitarnya. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis. Vol. VI(3).

Marwoto, R. M. dan N. R. Isnaningsih. 2014. Tinjauan Keanekaragaman Moluska

Air Tawar di Beberapa Situ di DAS Ciliwung-Cisadane. Berita Biologi. 13(2): 181-189.

Maulana, M. H., L. Maslukah dan S. Y. Wulandari. 2014. Studi Kandungan Fosfat

Bioavailabel dan Karbon Organik Total pada Sedimen Dasar di Muara Sungai Manyar Kabupaten Gresik. Buletin Oseanografi Marina Januari. 3(1): 32-36.

Page 69: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

54

Maslukah, L. 2013. Hubungan Antara Konsentrasi Logam Berat Pb, Cd, Cu, Zn dengan Bahan Organik dan Ukuran Butir dalam Sedimen di Estuari Banjir Kanal Barat, Semarang. Buletin Oseanografi Marina. 2 : 55-62

Mubyarto dan Suratno. 1981. Metode Penelitian Ekonomi. Yayasan Agro

Ekonomika Mushthofa, A., M.R. Muskananfola dan S. Rudiyanti. 2014. Analisis struktur

komunitas makrozoobenthos sebagai bioindikator kualitas perairan Sungai Wedung Kebupaten Demak. Diponegoro Journal of Marques. 3(1): 81-88.

Nangin, S. R., M. L. Langoya dan D. Y. Katili. 2015. Makrozoobentos Sebagai

Indikator Biologis dalam Menentukan Kualitas Air Sungai Suhuyon Sulawesi Utara. Jurnal MIPA UNSRAT Online. 4(2): 165-168.

Norjanna, F., E. Efendi dan Q. Hasani. 2015. Reduksi Amonia pada Sistem

Resirkulasi dengan Penggunaan Filter yang Berbeda. Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. 4(1): 427-432.

Odum, E.P. 1971. Dasar-dasar ekologi of Ecology. Ed.2. W. B. Saunders

Company. Philadelphia and London. 574 hlm. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Pembudidayaan Ikan. No 28

Tahun 2017 pasal 65 ayat 1 Peraturan pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001. Tentang Pengelolaan Kualitas

Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Putra, A. D. 2014. Analisis Distribusi Kecepatan Aliran Sungai Musi (Ruas Sungai

: Pulau Kenaro Sampai dengan Muara Sungai Komering). Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan. 2(3): 603-608.

Putri, T. D., D. P. Priadi dan Sariati. 2014. Dampak Usaha Perikanan Budidaya

Terhadap Kondisi Lingkungan dan Sosial Ekonomi Masyarakat pada Lahan Pasang Surut Kabupaten Banyuasin Propinsi Sumatra Selatan. Jurnal Akuakultur Rawa Inonesia. 2(1): 43-54.

Rachmansyah. 2004. Analisis Daya Dukung Lingkungan Perairan Teluk

Awarange Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan Bagi Pengembangan Budidaya Bandeng dalam Keramba Jaring Apung. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Hlm 4.

Rahayu S. Y. S., Widiyati A. dan Hotimah L. 2007. Kelimpahan dan

Keanekaragaman Jenis Plankton Secara Stratifikasi di Perairan Karamba Jaring Apung, Waduk Cirata. Ekologia. 7 (2): 9-18

Rangka, N. dan M. Paena. 2012. Potensi dan Kesesuaian Lahan Budidaya

Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) di Sekitar Perairan Kabupaten Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 4(2): 151-159.

Page 70: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

55

Rosmarkan, A dan N.W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.

Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)

Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana. 30(3) : 21-26.

Sari, T. A., W. Atmodjo dan R. Zuraida. 2014. Studi Bahan Organik Total (BOT)

Sedimen Dasar Laut di Perairan Nabire, Teluk Cendrawasih, Papua. Jurnal Oseanografi. 3(1): 81-86.

Sasmaya. 2011. Metodologi Penelitian. Universitas Pendidikan Indonesia.

Jakarta. Simbolon, A. R. 2016. Pencemaran Bahan Organik dan Eutrofikasi di Perairan

Cituis, Pesisir Tangerang. Jurnal Pro-Life. 3 (2): 109-118. Siyoto, S. dan A. Sodik. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Literasi Media

Publishing: Yogyakarta. Hlm 67-68. Solichin, A., N. Widyorini dan D. S. M. Wijayanto. 2013. Pengaruh Ekstrak

Bawang Putih (Allium stivum) dengan Dosis yang Berbeda terhadap Lepasan Suckers Kutu Ikan (Argulus sp.) pada Ikan Koi (Cyprinus carpio). Journal of Management of Aqutic Resources. 2(2): 46-53.

Sudaryono. 2002. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu, Konsep

Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Teknologi Lingkungan. 3(2): 153-158.

Sujianto, A. E. 2009. Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0. PT. Prestasi Pustaka

Karya. Jakarta Sukadi, M. F. 2002. Peningkatan Teknologi Budidaya Perikanan. Jurnal Iktiologi

Indonesia. 2 (2) : 61-66 Sumeru, S. U. dan S. Anna. 1992. Pakan Udang Windu (Penaeus monodon).

Kanisius: Yogyakarta. Hlm 82. Supriatna, Y. 2013. Budi Daya Ikan Mas di Kolam Hemat Air. AgroMedia

Pustaka: Jakarta Selatan. Hlm 5. Supriyantini, E., N. Soenardjo dan S. A. Nurtania. 2017. Konsentrasi Bahan

Organik pada Perairan Mangrove di Pusat Informasi Mangrove (PIM), Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan. Buletin Oseanografi Marina. 6(1): 1-8.

Supriyantini, E., R. A. T. Nuraini dan A. P. Fadmawati. 2017. Studi Kandungan

Bahan Organik pada Beberapa Muara Sungai di Kawasan Ekosistem Mangrove, di Wilayah Pesisir Pantai Utara Kota Semarang, Jawa Tengah. Buletin Oseanografi Marina. 6(1): 29-38.

Page 71: DINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA …repository.ub.ac.id/12467/1/Deo Rizky Pramudyo.pdfDINAMIKA Total Organic Matter (TOM) PADA KEGIATAN PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

56

Susana, T. 2009. Tingkat Keasaman (pH) dan Oksigen Terlarut Sebagai Indikator Kualitas Perairan Sekitar Muara Sungai Cisadane. Jurnal Teknologi Lingkungan. 5(2): 33-39.

Susanto,Heru.2000. Budidaya ikan di pekarangan. Penebar Swadaya.Jakarta. Sutanto, A. dan Purwasih. 2012. Analisis Kualitas Perairan Sungai Raman Desa

Pujodadi Trimurjo Sebagai Sumber Belajar Biologi SMA Pada Materi Ekosistem. Bioedukasi. 3(2): 1-9.

Syah, R., M. Fahrur, H. S. Suwoyo dan Makmur. 2017. Performansi Instalasi

Pengolahan Air Limbah Tambak Superintensif. Media Akuakultur. 12 (2):

95-103. Syilfi, D. Ispriyanti dan D. Safitri. 2012. Analisis Regresi Linier Piecewise Dua

Segmen. Jurnal Gaussian. 1(1): 219-228. Tatangindatu, F., O. Kalesaran dan R. Rompas. 2013. Studi Parameter Fisika

Kimia Air pada Areal Budidaya Ikan di Danau Tondano, Desa Paleloan, Kabupaten Minahasa. Budidaya Perairan. 1(2): 8-19.

Tarunamulia, Kamariah dan A. Mustafa. 2016. Keterkaitan Spasial Kualitas

Lingkungan dan Keberadaan Fitoplankton Berpotensi HABs pada Tambak Ekstensif di Kecamatan Losari Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Jurnal Riset Akuakultur. 11(2): 181-195.

Triyatmo, B. 2002. Kualitas dan Kesuburan Air Budidaya Lele Dumbo (Clarias

gariepinus) dengan Volume Pergantian Air Berbeda. Jurnal Perikanan UGM. 4(2): 15-21.

Wahikun. 2016. Radioaktivitas pada Perairan Pesisir Cilacap. Deepublish:

Seleman. Hlm 37. Wicaksana, S. N., S. Hastuti dan E. Arini. 2015. Performa Produksi Ikan Lele

Dumbo (Clarias gariepinus) yang Dipelihara dengan Sistem Biofilter Akuaponik dan Konvensional. Journal of Aquaculture Management and Technology. 4(4): 109-116.

Wulandari, T., N. Widyorini dan P. Wahyu. 2015. Hubungan Pengelolaan Kualitas

Air dengan Kandungan Bahan Organik NO2 dan NH3 pada Budidaya Udang Vanamei (Litopenaeus vannamei) di Desa Keburuhan Purworejo. Journal of Maquares. 4(3): 42-48.