cover, abstrak, pendahuluan

27
RESPONSI SEORANG P2A0 45 TAHUN DENGAN TOTALIS PLASENTA PREVIA PADA SEKUNDI PARA HAMIL ATERM DENGAN ANEMIA Oleh : Siska Dewi Agustina Candra Aji Setiawan Pritha Fajar Abriati Annisa Pertiwi Coraega Genna Ernestine G99141013 G99141014 G99141017 G99141019 G99141021 Pembimbing : Dr. Uki Retno B., dr., SpOG (K)

Upload: siska-dewi-agustina

Post on 01-Feb-2016

230 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pendahuluan

TRANSCRIPT

Page 1: cover, Abstrak, Pendahuluan

RESPONSI

SEORANG P2A0 45 TAHUN DENGAN TOTALIS PLASENTA PREVIA

PADA SEKUNDI PARA HAMIL ATERM DENGAN ANEMIA

Oleh :

Siska Dewi Agustina

Candra Aji Setiawan

Pritha Fajar Abriati

Annisa Pertiwi

Coraega Genna Ernestine

G99141013

G99141014

G99141017

G99141019

G99141021

Pembimbing :

Dr. Uki Retno B., dr., SpOG (K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI

SURAKARTA

Page 2: cover, Abstrak, Pendahuluan

2015

ABSTRAK

Latar Belakang: Mioma uteri merupakan pertumbuhan jinak dari sel-sel otot

polos rahim yang banyak menimbulkan gangguan seperti nyeri, gejala penekanan

pada organ visera yang lain, perdarahan dan anemia serta menyebabkan

permasalahan kehamilan.

Metode: Observasi analitik pada seorang wanita 45 tahun P0A0 dengan benjolan

di atas sympisis os pubis dengan teraba massa padat terfiksir, berbatas tegas,

permukaan rata, batas atas pertengahan antara sympisis dan pusat, batas kanan dan

kiri linea sternalis dextra-sinistra, batas bawah kesan masuk panggul. Selain itu,

terdapat perdarahan jalan lahir diluar siklus menstruasi dengan volume banyak

serta pemeriksaan USG yang menyokong gambaran mioma uteri.

Hasil: Kuretase diagnostik dilakukan sebelum pembedahan untuk menyingkirkan

adanya keganasan. Hasilnya tidak mengarah pada suatu keganasan, sehingga

histerektomi dapat dilaksanakan. Histerektomi sebagai penatalaksanaan pada

kasus ini bertujuan untuk mencegah timbulnya keganasan dan atas indikasi berupa

keluhan menorrhagi, metrorrhagi, keluhan obstruksi pada traktus urinarius, dan

ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14 minggu.

Kesimpulan: Seorang wanita 45 tahun P0A0 dengan mioma uteri pro histrektomi

Kata Kunci: mioma uteri, perdarahan jalan lahir, histrektomi

2

Page 3: cover, Abstrak, Pendahuluan

BAB I

PENDAHULUAN

Mioma uteri merupakan suatu pertumbuhan jinak dari sel-sel otot polos

rahim. Neoplasma jinak ini berasal dari otot uterus dan jaringan ikat, sehingga

dalam kepustakaan dikenal dengan istilah fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid

(Rayburn, 2001).

Mioma banyak menimbulkan gangguan tapi ada juga yang tidak

menimbulkan keluhan dan bahkan akan mengecil pada usia menopause. Tetapi

beberapa mioma akan menimbulkan gejala nyeri, gejala penekanan pada organ

visera yang lain, perdarahan dan anemia atau menyebabkan permasalahan

kehamilan (Coronado, 2000).

Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi (20-25%), dimana prevalensi

mioma uteri meningkat lebih dari 70 % dengan pemeriksaan patologi anatomi

uterus, membuktikan banyak wanita yang menderita mioma uteri asimptomatik.

Gejala mioma uteri secara medis dan sosial cukup meningkatkan morbiditas,

termasuk menoragia, ketidaknyamanan daerah pelvis, dan disfungsi reproduksi.

Karena bermacam-macamnya gejala yang muncul akibat mioma uteri

sehingga diperlukan suatu cara mendiagnosis mioma supaya tidak terjadi

kesalahan diagnosa. Presentasi kasus ini kami menekankan secara lebih mengenai

bagaimana mendiagnosa mioma uteri.

3

Page 4: cover, Abstrak, Pendahuluan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Plasenta Previa

1. Definisi

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi

pada tempat abnormal, yaitu segmen bawah rahim sehingga menutupi

seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum (Chalik, 2010).

Gambar 1. Plasenta Previa (Yoseph,1996)

2. Klasifikasi

Didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan

jalan lahir pada waktu tertentu :

a. Plasenta previa totalis, bila seluruh pembukaan tertutup oleh

jaringan plasenta.

4

Page 5: cover, Abstrak, Pendahuluan

Gambar 2. Plasenta previa totalis (Yoseph, 1996)

b. Plasenta previa lateralis, bila sebagian pembukaan tertutup oleh

jaringan plasenta.

Gambar 3. Plasenta previa lateralis (Yoseph, 1996)

c. Plasenta previa marginalis, bila pinggir plasenta berada tepat pada

pinggir pembukaan.

5

Page 6: cover, Abstrak, Pendahuluan

Gambar 4. Plasenta previa marginalis (Yoseph, 1996)

d. Plasenta letak rendah bila plasenta yang letaknya abnormal di

segmen bawah uterus, akan tetapi belum sampai menutupi

pembukaan jalan lahir. Pinggir plasenta kira-kira 3 atau 4 cm diatas

pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan

jalan lahir.

A. Letak plasenta

normal B. Plasenta letak

rendah

Gambar 5. Plasenta letak

rendah (Yoseph,

1996)

3. Etiologi

Beberapa faktor dan etiologi dari plasenta previa tidak diketahui.

Tetapi diduga hal tersebut berhubungan dengan abnormalitas dari

vaskularisasi endometrium yang mungkin disebabkan oleh timbulnya

parut akibat trauma operasi/infeksi. Perdarahan berhubungan dengan

adanya perkembangan segmen bawah uterus pada trimester ketiga.

Plasenta yang melekat pada area ini akan rusak akibat

6

Page 7: cover, Abstrak, Pendahuluan

ketidakmampuan segmen bawah rahim. Kemudian perdarahan akan

terjadi akibat ketidakmampuan segmen

4. Faktor Risiko

Faktor risiko plasenta previa termasuk (Winda, 2007):

a. Riwayat plasenta previa sebelumnya

b. Riwayat seksio cesarea

c. Riwayat aborsi

d. Kehamilan ganda

e. Umur ibu yang telah lanjut, wanita lebih dari 35 tahun

f. Multiparitas

g. Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim, sehingga

mempersempit permukaan bagi penempatan plasenta

h. Adanya jaringan rahim pada tempat yang bukan seharusnya.

Misalnya dari indung telur setelah kehamilan sebelumnya atau

endometriosis.

i. Adanya trauma selama kehamilan

j. Sosial ekonomi rendah/gizi buruk, patofisologi dimulai dari usia

kehamilan 30 minggu segmen bawah uterus akan terbentuk dan

mulai melebar serta menipis

k. Mendapat tindakan kuretase.

5. Patofisiologi

Implantasi plasenta diprakarsai (initiate) oleh embrio (embryonic

plate) menempel diuterus (cauda) bagian bawah. Dengan pertumbuhan

dan penambahan plasenta, perkembangan plasenta dapat menutupi

mulut rahim (cervical os). Bagaimanapun juga, diperkirakan bahwa

suatu vaskularisasi decidua (jaringan epitel endometrium) defective

terjadi di atas (over) serviks, mungkin ini sekunder terhadap inflamasi

atau perubahan atrofik. Sebagian plasenta yang sedang mengalami

perubahan atrofik dapat berlanjut sebagai vasa previa.

7

Page 8: cover, Abstrak, Pendahuluan

Sebagai penyebab penting perdarahan pada trimester ketiga,

plasenta previa memberikan gambaran sebagai perdarahan tanpa

disetai rasa nyeri (painless bleeding). Perdarahan ini dipercaya

memiliki hubungan dengan perkembangan segmen bawah rahim (the

lower uterine segmen) pada trimester ketiga. Tambahan (attachment)

plasenta terganggu (distrupted) karena daerah ini (segmen bawah

rahim) menipis secara bertahap dalam rangka persiapan untuk

permulaan kelahiran (the onset of labor). Saat ini berlangsung, maka

perdarahan terjadi pada daerah implantasi/nidasi darah dari pembuluh

darah yang terbuka. Thrombin yang dilepaskan dari area perdarahan

memacu (promotes) kontraksi uterus dan timbulnya lingkaran setan

(vicious cycle) : perdarahan-kontraksi-pemisahan plasenta-perdarahan

(Pritchard, 2001)

6. Diagnosis dan Gejala

Untuk mendapatkan diagnosis plasenta previa secara tepat dan

akurat maka perlu dilakukan pemeriksaan yang komprehensif mulai

dari anamnesa sampai pemeriksaan penunjang. Hal – hal yang harus

diperhatikan dalam mendiagnosis plasenta previa (Sastrawinata, 2004):

a. Anamnesis

Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu

berlangsung tanpa nyeri terutama pada multigravida, banyaknya

perdarahan tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan dari pada

pemeriksaan hematokrit.

b. Pemeriksaan luar

Bagian bawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul

presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung di atas pintu atas

panggul mengarah ke samping dan sukar didorong ke dalam pintu

atas panggul.

c. Pemeriksaan inspekulo

8

Page 9: cover, Abstrak, Pendahuluan

Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan

berasal dari ostium uteri eksternum atau dari ostium uteri internum,

adanya plasenta previa harus dicurigai.

d. Penentuan letak plasenta tidak langsung

Penentuan letak plasenta secara tidak langsung dapat dilakukan

radiografi, radioisotope, dan ultrasonografi. Ultrasonografi

penentuan letak plasenta dengan

cara ini ternyata sangat tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi

bagi ibu dan janinnya dan tidak menimbulkan rasa nyeri (Abdala,

2011). Pemeriksaan ultrasonografi, dengan pemeriksaan ini dapat

ditentukan implantasi plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap

ostium bila jarak tepi 5 cm disebut plasenta letak rendah.

e. Diagnosis plasenta previa secara definitif

Dilakukan dengan Pemeriksaan Dalam Meja Operasi (PDMO)

yaitu melakukan perabaan secara langsung melalui pembukaan

serviks pada perdarahan yang sangat banyak dan pada ibu dengan

anemia berat, tidak dianjurkan melakukan PDMO sebagai upaya

menentukan diagnosis (Wiknjosastro, 2005)

Perbandingan plasenta previa terhadap perdarahan antepartum lain:

9

Page 10: cover, Abstrak, Pendahuluan

7. Tatalaksana

a. Terapi Ekspektatif

1) Tujuan supaya janin tidak lahir premature, penderita dirawat tanpa

melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Syarat-

syarat terapi ekspektatif :

- Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian

berhenti

- Belum ada tanda-tanda inpartu

- Keadaan umum ibu cukup baik

- Janin masih hidup

2) Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotik profilaksis.

10

Page 11: cover, Abstrak, Pendahuluan

3) Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta

4) Berikan tokolitik bila ada kontraksi :

- MgSO4 i.v dosis awal tunggal dilanjutkan 4 gram setiap 6 jam

- Nifedipin 3 x 20 mg perhari

- Dexamethason 24 mg i.v dosis tunggal untuk pematangan paru

janin.

5) Pada terapi ekspektatif kita rawat pasien di Rumah Sakit sampai

berat anak ±

2500 gram atau kehamilan sudah sampai 37 minggu. Kalau

kehamilan 37 minggu telah tercapai kehamilan diakhiri.

b. Terapi Aktif (Tindakan segera)

Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervagina yang

aktif dan banyak, harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa

memandang maturitas janin.

Lakukan PDMO jika :

- Infus I transfusi telah terpasang

- Kehamilan > 37 minggu (berat badan > 2500 gram) dan inpartu

- Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor,

seperti anesefali.

- Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati

pintu atas panggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar).

c. Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa seksio

caesarea

- Prinsip utama adalah menyelamatkan ibu, walaupun janin

meninggal atau tidak punya harapan untuk hidup, tindakan ini

tetap dilakukan. Tujuan seksio caesarea : persalinan dengan segera

sehingga uterus segera berkontraksi dan menghentikan

pendarahan, menghindarkan kemungkinan terjadi robekan pada

serviks, jika janin dilahirkan pervagina.

- Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi

ibu (Wiknjosastro, 2005).

11

Page 12: cover, Abstrak, Pendahuluan

d. Perawatan post operasi seksio caesarea

- Analgesia

Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntik 75 mg

Meperidin (intramuskuler) setiap 3 jam sekali, bila diperlukan

untuk mengatasi rasa sakit atau dapat disuntikan dengan cara

serupa 10 mg morfin.

Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis Meperidin yang

diberikan adalah 50 mg.

Wanita dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat adalah 100

mg Meperidin

Obat-obatan antiemetik, misalnya protasin 25 mg biasanya

diberikan bersama-sama dengan pemberian preparat narkotik

- Tanda-tanda vital

Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan

darah, nadi jumlah urin serta jumlah darah yang hilang dan

keadaan fundus harus diperiksa.

- Terapi cairan dan diet

Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL terbukti

sudah cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama

berikutnya, meskipun demikian jika output urin jauh dibawah 30

ml/jam, pasien harus segera dievaluasi kembali paling lambat

pada hari kedua.

- Vesika urinarius dan usus

Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam, post operasi atau pada

keesokan paginya setelah operasi. Biasanya bising usus belum

terdengar pada hari pertama setelah pembedahan, pada hari kedua

bising usus masih lemah, dan usus baru aktif kembali pada hari

ketiga.

- Ambulasi

12

Page 13: cover, Abstrak, Pendahuluan

Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan

perawatan dapat bangun dari tempat sebentar, sekurang-kurang 2

kali pada hari kedua pasien dapat berjalan dengan pertolongan.

- Perawatan luka

Luka insisi diinspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang

alternatif ringan tanpa banyak plester sangat menguntungkan,

secara normal jahitan kulit dapat diangkat setelah hari keempat

setelah pembedahan. Paling lambat hari ketiga post partum, pasien

dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.

- Laboratorium

Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi

hematokrit tersebut harus segera dicek kembali bila terdapat

kehilangan darah yang tidak biasa atau keadaan lain yang

menunjukan hipovolemia.

- Perawatan payudara

Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu

memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara

yang mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan

kompresi, biasanya mengurangi rasa nyeri.

- Memulangkan pasien dari Rumah Sakit

Seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman bila

diperbolehkan pulang dari rumah sakit pada hari keempat dan

kelima post operasi, aktivitas ibu seminggunya harus dibatasi

hanya untuk perawatan bayinya dengan bantuan orang lain

(Cunningham, 2001)

8. Komplikasi

Komplikasi pada plasenta previa dapat terjadi pada ibu maupun janin

(Winda, 2007):

13

Page 14: cover, Abstrak, Pendahuluan

a. Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan,

anemia karena perdarahan plasentitis, dan endometritis pasca

persalinan.

b. Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasi

seperti Asfiksia berat.

9. Prognosis

Prognosis pada pasien dengan plasenta previa adalah (Chalik, 2010;

Rachimhadi, 2005):

a. Ibu

Dengan adanya fasilitas diagnosa dini (USG), transfusi darah,

teknik anestesi dan operasi yang baik dengan indikasi SC yang

lebih liberal, prognosis ibu cukup baik. Prognosis kurang baik jika

penolong melakukan VT di luar Rumah Sakit dan mengirim pasien

sangat terlambat dan tanpa infus.

b. Janin

Kematian janin umumnya disebabkan prematuritas.

14

Page 15: cover, Abstrak, Pendahuluan

BAB III

ANALISA KASUS

Seorang G2P1A0, 27 tahun, usia kehamilan 33+4 minggu datang rujukan

dari RS PKU Muhammadiyah Surakarta dengan keterangan G2P1A0 usia

kehamilan 33+3 minggu dengan placenta previa. Pasien mengeluh keluar darah

dari jalan lahir berwarna merah segar sejak 1 hari yang lalu. Jumlah perdarahan

cukup banyak. Pasien berganti pembalut 4 kali dalam sehari. Keluhan perdarahan

tidak diikuti dengan keluhan nyeri pada perut. Kenceng-kenceng teratur belum

dirasakan. Air kawah belum dirasakan keluar. Keluhan keluar lebdir dan darah

dari jalan lahir disangkal. Gerakan janin masih dirasakan. Pasien merasa saat ini

hamil 8 bulan dengan HPMT tanggal 21 Februari 2015 dan HPL 27 November

2015. Riwayat penyakit sebelumnya disangkal. Riwayat trauma disangkal. Pasien

saat ini mengandung anak kedua, dimana anak pertama berjenis kelamin

perempuan, dengan berat badan lahir 3400 gram, dan lahir spontaan. Saat hamil

pertama, pasien tidak mengalami gejala yang serupa. Pada pemeriksaan fisik

didapatkan vital sign dalam batas normal, dari pemeriksaan palpasi abdomen

didapatkan perut supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal intra uterin,

memanjang, punggung kanan, presentasi kepala, kepala belum masuk panggul, his

(-), DJJ 149x/menit, tinggi fundus uteri 25 cm. dari pemeriksaan genitalia, dari

pemeriksaan inspekulo didapatkan vulva dan uretra tenang, dinding vagina dalam

batas normal, portio utuh, OUE tertutup, darah (-), flek (+). Dari hasil USG,

tampak janin tunggal intrauterine, memanjang, punggung kanan, presentasi

kepala, DJJ (+); tampak placenta menutupi OUI, batas tegas antara uterus dengan

placenta (+); placenta previa totalis (+), menempel di dinding posterior; PB (8,29),

AC (30,0), FL (6,18), EFW (2189 gram); AFI kesan cukup; tak tampak kelainan

kongenital mayor; saat ini janin dalam keadaan baik. Pasien diidagnosis dengan

riwayat APH e.c. palcenta previa totalis pada sekundigravida hamil preterm belum

dalam persalinan. Tatalaksana yang diberikan adalah konservatif pertahankan

kehamilan, injeksi asam tranexamat 500 mg/ 8 jam, Nifedipin 3 x 10 mg, Asam

Mefenamat 3 x 500 mg, dan awasi KU, VS, DJJ, dan tanda perdarahan.

15

Page 16: cover, Abstrak, Pendahuluan

Perdarahan antepartum merupakan perdarahan dari jalan lahir yang terjadi

setelah umur kehamilan 22 minggu, umumnya terjadi pada triwulan ketiga atau

setelah kehamilan 28 minggu. Perdarahan antepartum biasanya bersumber dari

kelainan plasenta seperti placenta previa, solusio plasenta, rupture sinus

marginalis dan vasa previa.

Pada pasien ini perdarahan antepartum yang terjadi akibat dari plasenta

previa yaitu suatu keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal,

yaitu pada segmen bawah uterus sehingga plasenta menutupi seluruh jalan lahir.

Hal ini didukung oleh terjadinya perdarahan dari jalan lahir berupa darah merah

segar, tidak terasa nyeri, terjadi secara tiba-tiba tanpa sebab pada trimester 3 (usia

kehamilan 33+3 minggu) serta hasil USG yang menunjukkan pertumbuhan

plasenta pada SBR dan menutupi OUI yang memberi kesan plasenta previa totalis.

Perdarahan pervaginam pada plasenta previa terjadi tiba-tiba tanpa sebab.

Hal ini terjadi karena pembentukan segmen bawah rahim berlangsung

berkelanjutan secara bertahap dan perlahan, laserasi baru akan terjadi dan

perdarahan pun akan berulang sekalipun tanpa sebab, seperti coitus ataupun

trauma. Perdarahan dapat pula terjadi karena pinggir plasenta terlepas akibat tidak

dapat mengikuti kontraksi uterus (Braxton Hicks/kontraksi palsu) yang meningkat

pada kehamila aterm. Beberapa faktor predisposisi terjadinya plasenta previa

adalah sebagai berikut:

a. Multiparitas dan umur lanjut (> 35 tahun).

b. Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat perubahan

atrofik dan inflamatorotik.

c. Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan (SC,

Kuret, dll).

d. Chorion leave persisten.

e. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap

menerima hasil konsepsi.

f. Konsepsi dan nidasi terlambat.

g. Plasenta besar pada hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis.

16

Page 17: cover, Abstrak, Pendahuluan

Prinsip penanganan awal pada semua pasien dengan perdarahan

antepartum adalah mencegah keadaan syok karena pendarahan yang banyak,

untuk itu harus segera diperbaiki keadaan umumnya dengan pemberian cairan

atau tranfusi darah. Selanjutnya dapat dilakukan penanganan lanjutan yang

disesuaikan dengan keadaan umum, usia kehamilan, jumlah perdarahan, maupun

jenis plasenta previa.

Pada awal masuk rumah sakit dilakukan terapi konservatif

mempertahankan kehamilan terhadap pasien ini dikarenakan umur kehamilan <

37 minggu, perdarahan sedikit, belum ada tanda-tanda persalinan, keadaan umum

pasien baik (Hb = 9,8 gr%). Manajemen ini bertujuan supaya janin tidak lahir

premature. Penanganan tersebut berupa :

- Rawat inap, tirah baring mutlak, berikan antibiotik profilaksis

- Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia

kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin

- Infus D 5% dan elektrolit

- Spasmolitik. Tokolitik (bila ada kontraksi: MgSO4 4 g IV dosis awal

dilanjutkan 4 g setiap 6 jamNifedipin 3×20 mg/hariBetamethason 24 mg

IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin), plasentotrofik, roboransia.

- Pematangan paru pada janin 28-34 minggu

- Persiapan transfusi autologus bila Hb ibu < 11g%

- Awasi perdarahan terus-menerus, tekanan darah, nadi dan denyut jantung

janin.

- Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu, plasenta masih berada

disekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi

jelas, sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi

kemungkinan keadaan gawat darurat.

- Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih

lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah

pasien di luar kota dan jarak untuk mencapai rumah sakit lebih dari 2 jam).

17

Page 18: cover, Abstrak, Pendahuluan

DAFTAR PUSTAKA

Anderson JM, Etches D (2007). Prevention and management of postpartum

hemorrhage. American Family Physician Volume 75, Number 6.

Chalik TMA (2009). Perdarahan pada kehamilan lanjut dan persalinan. Ilmu

Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Chalik TMA (2010). Plasenta previa. Hemoragi Utama Obstetri dan Ginekologi

Ed I. Jakarta: Widya Medika, pp: 129-43.

Cunningham, FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, and Spong CY

(2005). Obstetrical hemorrhage. In: Williams Obstetrics 23th Edition.

USA: The McGraw-Hil Companies.

Giordani R, Cacciatore A, Cignini P, Vigna R, Romano M (2010). Antepartum

hemorrhage. Prenat Med. 4(1): 12–16.

JNPK-KR (2008). Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Jaringan

Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi.

John YO (2006). Types of Placenta Previa. Scientific Figure on Research Gate.

Available from: http://www.researchgate.net/figure/7197992_fig6_Figure-

1-Types-of-placenta-previa.-Illustration-John-Yanson.Oyelese.-Placenta-

Previa [accessed Oct 18, 2015]

Manuaba IBG, IA Chandranita Manuaba, IBG Fajar Manuaba (2007). Pengantar

Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Oswari (2005). Bedah dan Perawatannya Edsi Ke-4, Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

Rachimhadi T, Wibowa B (2005). Perdarahan antepartum. Dalam: Prawirohardjo

S., Winkjosastro H., Saifudin A B., Rachimhadi T., (eds). Ilmu Kebidanan

Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,

pp:362-76.

18

Page 19: cover, Abstrak, Pendahuluan

Royal College of Obstetricians and Gynaecologists (RCOG) (2005). Placenta

praevia and placenta praevia accreta: diagnosis and management.

Guideline No. 27. London: RCOG.

Wardana GA, Karkata MK (2007). Faktor risiko plasenta revia. Cermin Dunia

Kedokteran 34: 229-32. Available From:

Winkjsosastro, Hanifa dkk (2007). Perdarahan antepartum. Sinopsis Obstetri,

Edisi 1. Jakarta: EGC.

19