pdf (cover - abstrak)

155
i GAMBARAN GAYA HIDUP PENDERITA HIPERTENSI DI KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh AHMAD HANAFI NIM 22020111130037 JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG, JANUARI 2016

Upload: truongngoc

Post on 18-Jan-2017

250 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: pdf (cover - abstrak)

i

GAMBARAN GAYA HIDUP PENDERITA HIPERTENSI

DI KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh

AHMAD HANAFI

NIM 22020111130037

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG, JANUARI 2016

Page 2: pdf (cover - abstrak)

ii

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Yang bertandatangan di bawah ini, saya :

Nama : Ahmad Hanafi

NIM : 22020111130037

Fakultas/Jurusan : Kedokteran/Ilmu Keperawatan

Jenis : Skripsi

Judul : Gambaran Gaya Hidup Penderita Hipertensi di Kecamatan

Sumowono Kabupaten Semarang

Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk :

1. Memberikan hak bebas royalti kepada Perpustakaan Jurusan

Keperawatan Undip atas penulisan skripsi saya demi pengembangan

ilmu pengetahuan.

2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan,

mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), serta menampilkan

dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada

Perpustakaan Jurusan Keperawatan Undip, tanpa perlu meminta ijin dari

saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa

melibatkan pihak Perpustakaan Jurusan Keperawatan Undip dari semua

bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam

skripsi ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga

dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, Januari 2016

Yang menyatakan,

Ahmad Hanafi

Page 3: pdf (cover - abstrak)

iii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Yang bertandatangan di bawah ini, saya :

Nama : Ahmad Hanafi

Tempat, tanggal lahir : Semarang, 14 April 1993

Alamat : Jl. Hadiningrat 03 Candi, Bandungan, Semarang

No telp/HP : +6285742240029

Email : [email protected]

Dengan ini menyatakan bahwa penelitian saya yang berjudul “Gambaran Gaya

Hidup Penderita Hipertensi di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang ”

bebas dari plagiarisme dan bukan hasil karya dari orang lain.

Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian dari hasil penelitian

skripsi saya terdapat indikasi plagiarisme, saya bersedia menerima sanksi sesuai

dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Demikian pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan dari pihak

manapun.

Semarang, Januari 2016

Yang menyatakan,

Ahmad Hanafi

Page 4: pdf (cover - abstrak)

iv

LEMBAR PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa

Skripsi yang berjudul :

GAMBARAN GAYA HIDUP PENDERITA HIPERTENSI

DI KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

Dipersiapkan dan disusun oleh :

AHMAD HANAFI

NIM. 22020111130037

Telah disetujui sebagai usulan penelitian dan dinyatakan

telah memenuhi syarat untuk diseminarkan.

Pembimbing,

Ns. Ahmat Pujianto,S.Kep., M.Kep.

NIK. 201310222054

Page 5: pdf (cover - abstrak)

v

LEMBAR PENGESAHAN

Penelitian yang berjudul :

GAMBARAN GAYA HIDUP PENDERITA HIPERTENSI

DI KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

Disusun oleh :

AHMAD HANAFI

NIM. 22020111130037

Telah diuji pada 27 Januari 2016 yang berhasil dipertahankan dihadapan tim

penguji dan diterima sebagai bahan persyaratan yang diperlukan untuk

memperoleh gelar Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan

Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Unversitas Diponegoro.

Penguji I, Penguji II,

Ns. Nana Rochana, S.Kep., MN Ns. Henni Kusuma, S.Kep.,M.Kep.,Sp.KMB

NIP. 19830412 201404 2 001 NIP. 19851208 201404 2 001

Penguji III,

Ns. Ahmat Pujianto,S.Kep., M.Kep.

NIK. 201310222054

Telah diuji, direvisi, dan disetujui

Ns. Ahmat Pujianto,S.Kep., M.Kep.

NIK. 201310222054

Page 6: pdf (cover - abstrak)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, atas limpahan rahmat

dan inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Gambaran

Gaya Hidup Penderita Hipertensi di Kecamatan Sumowono Kabupaten

Semarang” yang diajukan sebagai salah satu syarat meraih gelar Sarjana

Keperawatan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang telah

mendukung penulis selama ini yaitu :

1. Dr. Untung Sujianto, S.Kp., M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan

2. Ns. Sarah Ulliya, S.Kep., M.kep selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan.

3. Ns. Ahmat Pujianto S.Kep,. M.Kep selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah memberikan banyak bimbingan dan masukan.

4. Ns. Nana Rochana, S.Kep., MNS dan Ns. Henni Kusuma S.Kep.,M.Kep.,

Sp.KMB selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan banyak

bimbingan dan masukan.

5. Ayah, Ibu dan kakak saya tercinta yang tidak pernah lelah mendoakan dan

mendukung.

6. Nur Ariffudin, Mutiana, Abdul, Thatit, Imanuel, Elmonita, Kiki, Anggi,

Andrian, Fahmi, dan Siska yang sudah banyak membantu dan memberi

semangat kepada saya dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.

7. Teman-teman angkatan 2011 terkhusus Gaza dan semua pihak yang telah

membantu saya dalam menyusun proposal skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan

dunia keperawatan pada khususnya.

Semarang, Januari 2016

Penulis

Page 7: pdf (cover - abstrak)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.................................................................................. i

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI ......................................................

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .................................

LEMBAR PERSETUJUAN.........................................................................

ii

iii

iv

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... v

KATA PENGANTAR................................................................................... vi

DAFTAR ISI.................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL......................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR..................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah............................................................................... 9

C. Tujuan................................................................................................. 10

D. Manfaat............................................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Definisi Hipertensi.............................................................................. 12

2. Klasifikasi Hipertensi.....……………………………………….........

3. Patofisiologi Hipertensi.……………….............................................

4. Manifestasi Klinis Hipertensi.............................................................

5. Diagnosis Hipertensi...........................................................................

13

15

20

22

Page 8: pdf (cover - abstrak)

viii

6. Faktor-faktor risiko Hipertensi...........................................................

7. Pengukuran tekanan darah..................................................................

8. Komplikasi Hipertensi........................................................................

9. Penatalaksanaan Hipertensi................................................................

25

27

30

32

B. Kerangka Teori................................................................................... 38

BAB III METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep............................................................................... 42

B. Jenis Penelitian.................................................................................... 42

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi ....................................................................................... 43

2. Sampel dan Teknik Sampling.................................................... 43

D. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................. 45

E. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Skala Ukur …........... 45

F. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

1. Instrumen penelitian..................................................................... 51

2. Uji Validitas Kuesioner................................................................ 53

3. Uji Reliabilitas Kuesioner............................................................

4. Cara Pengumpulan Data...............................................................

53

54

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Teknik Pengolahan....................................................................... 56

2. Analisis Data............................................................................... 59

H. Etika Penelitian................................................................................... 60

Page 9: pdf (cover - abstrak)

ix

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Penelitian ........................................................ 62

B. Hasil Peneltian .............................................................................. 63

BAB V PEMBAHASAN

A. Karakteristik Data Demografi Resonden ..................................... 81

B. Gambaran Gaya Hidup Responden ............................................. 85

C. Keterbatasan Penelitian ................................................................ 97

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................. 98

B. Saran ............................................................................................ 99

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: pdf (cover - abstrak)

x

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

1 Pengelompokan Tekanan Darah dan Hipertensi

Berdasarkan Pedoman JNC7

15

2 Definisi Operasional 43

3 Koding 55

4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

(n=135)

63

5 Distribusi frekuensi Kategori Kebiasaan Konsumsi

Makanan Responden (n=135)

64

6 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden

(n=135)

65

7 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden

berdasarkan Jenis Kelamin (n=135)

65

8 D Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden

berdasarkan Kategori Usia (n=135)

66

9 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden

berdasarkan tingkat pendidikan (n=135)

66

10 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden

berdasarkan pekerjaan (n=135)

67

11 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden

berdasarkan kategori hipertensi (n=135)

67

12 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden

berdasarkan lama menderita (n=135)

68

13 Distribusi frekuensi Kategori Kebiasaan Merokok

Responden (n=135)

68

14 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden

(n=135)

69

Page 11: pdf (cover - abstrak)

xi

15 Distribusi Frekuensi Kebiasaan merokok Responden

berdasarkan Jenis Kelamin (n=135)

70

16 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden

berdasarkan Kategori Usia (n=135)

70

17 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden

berdasarkan tingkat pendidikan (n=135)

71

18 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden

berdasarkan pekerjaan (n=135)

71

19 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden

berdasarkan kategori hipertensi (n=135)

72

20 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden

berdasarkan lama menderita (n=135)

72

21 Distribusi Frekuensi Kategori Kebiasaan Aktifitas

fisik (n=135)

73

22 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Aktifitas Fisik

Responden (n=135)

73

23 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden

berdasarkan Jenis Kelamin (n=135)

74

24 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden

berdasarkan Kategori Usia (n=135)

74

25 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden

berdasarkan tingkat pendidikan (n=135)

75

26 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden

berdasarkan pekerjaan (n=135)

75

27 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden

berdasarkan kategori hipertensi (n=135)

76

28 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden

berdasarkan lama menderita (n=135)

76

29 Distribusi Frekuensi Kategori Stress Responden

(n=135)

77

30 Distribusi Frekuensi Stress Responden berdasarkan 77

Page 12: pdf (cover - abstrak)

xii

Jenis Kelamin (n=135)

31 Distribusi Frekuensi Stress Responden berdasarkan

Kategori Usia (n=135)

77

32 Distribusi Frekuensi Stress Responden berdasarkan

tingkat pendidikan (n=135)

78

Page 13: pdf (cover - abstrak)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman

1 Kerangka Teori 38

2 Kerangka Konsep 39

Page 14: pdf (cover - abstrak)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul

1 Surat Permohonan Ijin Penelitian

2 Informed Consent & Persetujuan Menjadi Responden

3 Instrumen Penelitian

4 Permohonan Penggunaan Kuesioner

5 Data Kuesioner Responden

6 Hasil Analisis Data

7 Uji Normalitas

8 Surat Permohonan Pengambilan Data Awal

Page 15: pdf (cover - abstrak)

xv

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Jurusan Keperawatan

Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro

Januari 2016

ABSTRAK

Ahmad Hanafi

Gambaran Gaya Hidup Penderita Hipertensi di Kecamatan Sumowono

Kabupaten Semarang

xvi + 99 halaman + 32 tabel + 2 gambar + 8 lampiran

Gaya hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan makan yang tidak baik,

merokok, stres dan kurangnya aktifitas fisik dapat menjadi penyebab hipertensi.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan gaya hidup penderita hipertensi.

Desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif dengan metode Cross Sectional.

Sempel pada penelitian ini berjumlah 135 penderita hiertensi yang berada di

Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Data diambil dengan menggunakan

kuesioner yang menilai kebiasaan makan, kebiasaan merokok, aktifitas fisik, dan

stress. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 60% responden memiliki

kebiasaan makan yang tidak baik, sebanyak 80% responden dalam kategori tinggi

paparan asap rokok, sebanyak 70.4% responden mengalami stress dan sebanyak

50.4% responden memiliki kebiasaan aktifitas fisik yang cukup. Dengan data

tersebut Puskesmas Sumowono sebagai pelayanan kesehatan terdekat bisa

mengambil strategi dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang pola

makan, merokok dan koping stress pada penderita hipertensi di Kecamatan

Sumowono.

Kata Kunci : Hipertensi, gaya hidup, masyarakat rural

Daftar pustaka : 85

Page 16: pdf (cover - abstrak)

xvi

Bachelor Degree of Nursing Science

Nursing Science Department

Medical Faculty

Diponegoro University

January 2016

ABSTRACT

Ahmad Hanafi

Lifestyles of people with hypertension in Sumowono district Semarang city

xvi + 99 pages + 32 tables + 2 pictures + 8 attachments

Unhealthy lifestyle such as bad dietary, smoking, stress and lack of

physical activity that can be causing of hypertension. This study aims to describe

the lifestyle of people with hypertension. The study design was descriptive with

cross sectional method. One hundred and thirty-five patients of hypertension who

live in Sumowono district, Semarang city. Data were collected by using a

questionnaire that assessed of dietary, smoking habits, physical activity, and

stress. The results showed about 60% of respondents have a good dietary, 80% of

respondents are high exposure of smoke, as many as 70.4% of respondents

experienced stress and 50.4% of respondents have enough of physical activity.

Therefore, the Sumowono public health center should give health education about

dietary, smoking, stress and coping to patients of hypertension in Sumowono

district.

Keywords : Hypertension, Lifestyle, Rural people

References : 85

Page 17: pdf (cover - abstrak)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan ketika

tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik

lebih dari 80 mmHg.1

Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu

gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan

nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang

membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap,

maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.2

Ada dua macam hipertensi, yaitu hipertensi esensial (primer) dan

sekunder. Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui

etiologinya.3 Tidak ada penyebab yang jelas tentang hipertensi primer,

sekalipun ada beberapa teori yang menunjukkan adanya faktor-faktor

genetik, perubahan hormon, dan perubahan simpatis. Hipertensi sekunder

adalah hipertensi yang diakibatkan dari penyakit atau gangguan tertentu.

Sebanyak 90% dari semua kasus hipertensi adalah primer.4

Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi

masalah kesehatan penting di seluruh dunia karena prevalensinya yang

tinggi sebesar 22% pada kelompok usia ≥18 tahun ada tahun 2014 dan terus

meningkat, serta hubungannya dengan penyakit kardiovaskuler, stroke,

retinopati, dan penyakit ginjal. Hipertensi juga menjadi faktor risiko ketiga

terbesar penyebab kematian dini. The Third National Health and Nutrition

1

Page 18: pdf (cover - abstrak)

2

Examination Survey mengungkapkan bahwa hipertensi mampu

meningkatkan risiko penyakit jantung koroner sebesar 12% dan

meningkatkan risiko stroke sebesar 24%.5

Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran

pada kelompok umur ≥18 tahun sebesar 25,8%. Prevalensi hipertensi pada

setiap propinsi di Indonesia pada kelompok umur ≥18 tahun tergolong

cukup tinggi. Sebagai contoh prevalensi hipertensi di beberapa propinsi

antara lain Bangka Belitung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan

Jawa Barat pada tahun 2013 rata rata diatas 29,4%. Sedangkan prevalensi

hipertensi pada kelompok umur ≥18 tahun di Jawa Tengah pada tahun 2013

sebesar 26,4%.6

Data Riskesdas 2013 setiap propinsi di Indonesia, di Jawa Tengah

prevalensi hipertensi pada kelompok umur ≥18 tahun sebesar 26,4%.

Masyarakat rural atau bisa disebut masyarakat pedesaan di Jawa Tengah

pada tahun 2013 memiliki prevalensi hipertensi lebih tinggi dibandingkan

masyarakat yang tinggal di perkotaan, yakni sebesar 26,5%. Pada umumnya

masyarakat desa identik dengan tingkat pendidikan yang rendah, pekerjaan

sebagai petani/nelayan/buruh, dan angka Kuintil Indeks Kepemilikan yang

rendah. Dilihat dari prevalensi hipertensi di Jawa Tengah pada tahun 2013

karakteristik masyarakat dengan tingkat pendidikan tidak sekolah memiliki

prevalensi tertinggi sebesar 48,8% dibandingkan dengan tingkat pendidikan

yang lain. Prevalensi hipertensi di Jawa Tengah pada masyarakat dengan

status pekerjaan sebagai petani/nelayan/buruh sebesar 26,6%, angka ini

merupakan prevalensi tertinggi dibandingkan status pekerjaan yang lain.

Page 19: pdf (cover - abstrak)

3

Prevalensi dilihat dari Kuartil Indeks Kepemilikan, masyarakat dengan

status ekonomi tingkat bawah memiliki prevalensi tertinggi sebesar 29,4%.7

Berdasarkan hasil penelitian Farida8 tahun 2009 dengan prevalensi

hipertensi tertinggi di Jawa dan Sumatera secara umum prevalensi hipertensi

tertinggi dialami oleh golongan umur ≥75 tahun, laki-laki, status gizi

obesitas, tidak tamat sekolah, berstatus cerai hidup, dan tinggal di wilayah

pedesaan.

Pada tahun 2013 angka morbiditas hipertensi di Semarang yang

terdapat pada puskesmas sebesar 34.566 kasus. Kasus ini merupakan kasus

terbanyak kedua setelah ISPA.9

Sedangkan jumlah laporan penyakit

hipertensi di Kecamatan Sumowono pada tahun 2015 bulan Januari sampai

Juni sebanyak 784 kasus dan jumlah laporan kematian akibat penyakit

hipertensi sebanyak 35 kasus. Kecamatan Sumowono dikenal luas di

kalangan penduduk Jawa Tengah karena merupakan kawasan pertanian,

sehingga sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani. Lokasi

Kecamatan Sumowono berada pada bagian paling barat bagian Kabupaten

Semarang dimana jauh dari wilayah perkotaan, yang memungkinkan

jalannya informasi serta fasilitas seperti pendidikan masih rendah.

Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi yang menyerang beberapa

organ tubuh seperti jantung, ginjal, dan otak.1 Hipertensi juga menyebabkan

timbulnya penyakit jantung koroner dan penyakit stroke.10

Penyakit jantung

koroner ini sering dialami penderita hipertensi sebagai akibat terjadinya

pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung. Penyempitan lubang

pembuluh darah jantung menyebabkan berkurangnya aliran darah pada

Page 20: pdf (cover - abstrak)

4

beberapa bagian otot jantung. Hal ini menyebabkan rasa nyeri di dada dan

dapat berakibat gangguan pada otot jantung. Bahkan, dapat menyebabkan

timbulnya serangan jantung. Tekanan darah yang tinggi memaksa otot

jantung bekerja lebih berat untuk memompa darah. Kondisi itu berakibat

otot jantung akan menebal dan merenggang sehingga daya pompa otot

menurun. Pada akhirnya, dapat terjadi kegagalan kerja jantung. 11

Stroke adalah manifestasi dari rusaknya struktur jaringan otak sebagai

akibat rusaknya pembuluh darah yang menyuplai darah ke otak.12

Tekanan

darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah

otak (stroke). Stroke sendiri merupakan kematian jaringan otak yang terjadi

karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak.13

Stroke pada

penderita hipertensi sering terjadi pada mereka yang tidak melakukan

pengendalian tekanan darah secara teratur, baik pola hidup maupun

pengobatan.14

Hasil penelitian yang dilakukan Sastri tahun 2010-2012 di RSUD

Kabupaten Solok Selatan, faktor risiko stroke tertinggi pada seluruh pasien

adalah hipertensi sebesar 82,30%.15

Hasil penelitian yang dilakukan

Annamaria tahun 2015 tentang hubungan antara variabilitas tekanan darah

dan faktor risiko kardiovaskular pada pasien dengan hipertensi primer

terdapat perbedaan yang signifikan tekanan darah antara 2 kelompok

responden, dengan nilai-nilai yang jauh lebih tinggi pada kelompok kedua,

yang terkait diabetes atau penyakit ginjal kronis ( p = 0,012 ).16

Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Delima17

tahun 2009 tentang Prevalensi dan

Page 21: pdf (cover - abstrak)

5

Faktor Determinan Penyakit Jantung di Indonesia bahwa responden dengan

hipertensi berisiko 1,32 kali untuk menderita penyakit jantung.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hipertensi, diantaranya

faktor keturunan, karakteristik seseorang seperti usia, jenis kelamin, dan ras,

serta gaya hidup.18

Faktor keturunan menjadi salah satu penyebab hipertensi,

akan tetapi tidak setiap penderita hipertensi didapat dari garis keturunan.

Jika orang tuanya adalah penderita hipertensi maka potensi seseorang

memiliki hipertensi akan lebih tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Sugiharto19

tahun 2007 pada masyarakat di Kabupaten Karanganyar,

riwayat keluarga dengan hipertensi atau keturunan terbukti sebagai faktor

risiko terjadinya hipertensi. Risiko terjadinya hipertensi sebesar 4,04 kali

dibandingkan orang yang orang tuanya tidak menderita hipertensi.

Karakteristik seseorang yang mempengaruhi terjadinya hipertensi

adalah usia, jenis kelamin, serta ras. Semakin bertambah usia, kemungkinan

terjadinya hipertensi semakin besar.18

Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Sigarlaki20

tahun 2006 di Kecamatan Bulus, Kabupaten Kebumen pada

kelompok umur 56-77 tahun memiliki distribusi hipertensi terbanyak

sebesar 55,88%. Hal ini terjadi karena pada usia tersebut arteri besar

kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku karena itu darah pada setiap

pompa darah jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada

biasanya. Bustan menyatakan bahwa wanita lebih banyak yang menderita

hipertensi dibanding pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon

estrogen pada wanita.21

Hormon estrogen berperan dalam regulasi tekanan

darah, berhentinya produksi estrogen akibat proses penuaan berdampak

Page 22: pdf (cover - abstrak)

6

pada peningkatan tekanan darah pada wanita.22

Pada penelitian yang

dilakukan oleh Sugiri di Jawa Tengah menyebutkan prevalensi hipertensi

pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria dimana didapatkan angka

prevalensi 6% pada pria dan 11% pada wanita. Gen dari ras tertentu

memiliki kecenderungan yang tinggi untuk menjadi penderita hipertensi.

Ras yang membawa gen resesif kuat terkait hipertensi adalah ras Afrika dan

Afrika-Amerika. Di Amerika Serikat, prevalensi hipertensi pada orang kulit

hitam hampir dua kali lebih banyak dibandingkan dengan kulit putih.

Gaya hidup sering menjadi faktor risiko penting bagi timbulnya

hipertensi pada seseorang. Beberapa diantaranya adalah faktor kebiasaan

makan seperti konsumsi lemak dan garam tinggi, kegemukan atau makan

secara berlebihan. Gaya hidup yang tidak sehat seperti minum-minuman

mengandung alkohol, merokok, stres emosional dan kurangnya aktifitas

fisik yang dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan juga menjadi

penyebab hipertensi yang lebih banyak kasus terjadinya. 18,19,23,24

Perilaku makan yang tidak sehat, kebiasaan merokok, konsumsi

alkohol, stres, serta minimnya aktivitas fisik merupakan faktor-faktor risiko

penyakit degeneratif, disamping faktor-faktor risiko lain seperti usia, jenis

kelamin dan keturunan. Tentang perilaku makan, penduduk terutama

pedesaan telah berubah dari pola tradisional ke pola modern dengan

kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman berisiko seperti makanan

dengan kandungan lemak, gula, garam yang tinggi.25

Laporan Hasil

Riskesdas menggambarkan bahwa hampir di semua propinsi di Indonesia,

konsumsi sayuran dan buah-buahan tergolong rendah (tidak cukup).26

Page 23: pdf (cover - abstrak)

7

Para pakar juga menemukan faktor makanan modern sebagai

penyumbang utama terjadinya hipertensi. Makanan yang diawetkan dan

garam dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah tinggi, misalnya

monosodium glutamat (MSG), dapat menaikkan tekanan darah karena

mengandung natrium dalam jumlah yang berlebihan.2 Makanan yang

berlemak akan meningkatkan resiko tingginya kolesterol. Kolesterol ini

akan menempel pada permukaan sebelah dalam dinding pembuluh darah

yang dapat menyebabkan hipertensi.27

Hasil penelitian yang dilakukan

Arsyad28

terdapat 37 responden (82.3%) yang berpola makan tidak sehat

diantaranya terdapat 29 responden (46.8%) yang hipertensi dan 8 responden

(12.9%), yang tidak hipertensi. Setelah dilakukan uji statistik dengan chi-

square diperoleh nilai p = 0,000 < α (0,05) yang artinya terdapat hubungan

antara pola makan dengan kejadian hipertensi. Penelitian lainnya yang

dilakukan Sugiharto19

menyimpulkan bahwa sering mengkonsumsi lemak

jenuh mempunyai risiko untuk terserang hipertensi sebasar 7,72 kali, sering

mengkonsumsi jelantah sebesar 5,34 kali, dan sering mengkonsumsi asinan

sebesar 3,95 kali dibandingkan orang yang tidak biasa mengkonsumsinya.

Gaya hidup berikutnya yang merupakan faktor penyebab hipertensi

adalah merokok. Merokok diketahui memberi efek perubahan metabolik

berupa pelepasan hormon pertumbuhan, ACTH, dan cortisol, serta

meningkatkan asam lemak bebas, gliserol, dan laktat, menyebabkan

penurunan HDL kolesterol, meningkatkan LDL kolesterol dan trigliserida,

serta meningkatkan kadar fibrinogen plasma dan jumlah sel darah putih.27

Hasil penelitian yang dilakukan Arsyad28

tahun 2014 tentang Hubungan

Page 24: pdf (cover - abstrak)

8

Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi, terdapat 12 responden (19,4%)

yang perokok, dari 12 responden tersebut 11 responden (17.7%) yang

hipertensi dan 1 responden (1.6%) yang tidak hipertensi. Setelah dilakukan

uji statistik dengan chi-square diperoleh nilai p = 0,008 < α (0,05) yang

artinya terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian

hipertensi.28

Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Agnesia29

,

didapatkan hasil bahwa kebiasaan merokok terbukti sebagai faktor risiko

hipertensi dengan nilai nilai p = 0,010; OR = 9,537 dan 95% CI = 1,728 –

52,634. Hal ini menunjukkan orang dengan kebiasaan merokok memiliki

risiko terserang hipertensi 9,537 kali lebih besar dibandingkan orang yang

tidak merokok.

Gaya hidup dengan aktifitas fisik yang cukup dan teratur dapat

mengurangi risiko terhadap penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah

selain dapat mengurangi berat badan pada penderita obesitas. Bagi yang

tidak hipertensi, aktifitas fisik akan menjauhkan dari risiko terkena

hipertensi di kemudian hari karena dapat mengoptimalkan kerja jantung dan

pembuluh darah.14

Penelitian yang dilakukan Sugiharto19

menyimpulkan

bahwa tidak biasa melakukan olah raga mempunyai risiko menderita

hipertensi sebesar 4,73 kali dan olah raga tidak ideal mempunyai risiko

sebesar 3,46 kali dibandingkan orang yang mempunyai kebiasaan olah raga

ideal. Hernelahti19

juga menyatakan bahwa tidak biasa melakukan olahraga

akan meningkatkan risiko terkena hipertensi sebesar 2,33 kali dibanding

dengan yang biasa berolahraga.

Page 25: pdf (cover - abstrak)

9

Gaya hidup dengan tingkat stres tinggi merupakan salah satu faktor

penyebab utama timbulnya hipertensi setelah kebiasaan makan yang buruk,

merokok, dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol yang terjadi di Indonesia.11

Stres dapat meningkatkan tekanan darah yang bersifat sementara, tetapi

apabila terjadi berkepanjangan, peningkatan tekanan darah pun dapat

menetap.14

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hu30

, stres secara signifikan

berhubungan dengan hipertensi dengan nilai rasio odds (OR) = 1,247 , 95 %

CI (1,076 , 1,446).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suoth31

pada tahun 2014 di

puskesmas Kolongan, kecamatan Kalawat, kabupaten Minahasa Utara

tentang hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi mendapatkan hasil

adanya hubungan yang bermakna antara tingkat gaya hidup : aktifitas fisik

berat seperti angkat beban, olahraga berat, mencangkul, Aktifitas fisik

sedang seperti berjalan kaki, kegiatan dirumah, menaiki tangga, dengan

kejadian hipertensi, nilai koefisien korelasi Spearman rho (r) sebesar 0,584

menunjukkan bahwa kekuatan korelasi yaitu kuat. Adanya hubungan yang

bermakna antara tingkat gaya hidup : stres yang sesuai Self Reporting

Questionnaire (SRQ) dengan kejadian hipertensi, nilai koefisien korelasi

Spearman rho (r) sebesar 0,537 menunjukkan bahwa kekuatan korelasi

yaitu kuat. Adanya hubungan yang bermakna antara tingkat gaya hidup :

konsumsi makanan seperti buah-buahan, sayuran, asinan, awetan, jeroan,

dan minuman berkafein dengan kejadian hipertensi, nilai koefisien korelasi

Spearman rho (r) sebesar 0,495 menunjukkan bahwa kekuatan korelasi

yaitu cukup. Tidak ada hubungan yang bermakna antara gaya hidup :

Page 26: pdf (cover - abstrak)

10

merokok dalam waktu sebulan terakhir dengan kejadian hipertensi dengan

nilai koefisien korelasi Spearman rho (r) sebesar 0,139 menunjukkan bahwa

kekuatan korelasi sangat lemah.

Sundari32

melakukan penelitian di wilayah desa pegunungan

menunjukkan adanya pengaruh faktor aktifitas fisik terhadap hipertensi

essensial. Hasil ini mendukung bahwa aktifitas fisik yang berat pada

umumnya cenderung mengalami kenaikan tekanan darah. Karena makin

keras dan makin sering otot jantung harus memompa, maka makin besar

tekanan yang dibebankan pada arteri sehingga tekanan darah semakin

meningkat.33

Hasil penelitian lain oleh Ariani34

dalam penelitiannya

didapatkan tekanan darah diastolik anak yang tinggal di daerah pesisir

pantai Kecamatan pantai Cermin lebih tinggi daripada anak yang tinggal di

daerah pegunungan Kecamatan Brastagi. Tapi seperti yang dilaporkan

meskipun berbeda tapi secara statistik tidak terdapat perbedaan yang

bermakna.

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di kecamatan Sumowono

tepatnya di puskesmas Sumowono, didapatkan hasil bahwa jumlah laporan

penyakit Hipertensi di kecamatan Sumowono pada kelompok umur ≥18

tahun terhitung bulan Juni tahun 2015 sebanyak 109 Jiwa. Dengan kategori

hipertensi essensial sebanyak 44 jiwa, dan kategori hipertensi lainnya

sebanyak 65 jiwa. Tidak ada registrasi kematian akibat penyakit Hipertensi

di Kecamatan Sumowono pada kelompok umur ≥18 tahun terhitung bulan

Juni 2015.

Page 27: pdf (cover - abstrak)

11

Dari hasil kuesioner tentang gaya hidup penderita hipertensi yang

diambil dari beberapa pertanyaan yang dibagikan kepada 5 penderita

hipertensi di Kecamatan Sumowono, pada poin aktifitas fisik 4 dari 5

resonden memiliki total aktifitas fisik kumulatif yang kurang, yakni

dibawah 150 menit dalam seminggu. Sebanyak 2 dari 5 responden merokok

selama 1 bulan terakhir. Pada poin tentang kebiasaan makan, 5 responden

dikategorikan baik pada konsumsi sayuran segar dan tidak mengkonsumsi

alkohol. Semua responden dikategorikan kurang baik kebiasaan makanan

dalam mengkonsumsi buah, konsumsi jeroan dan konsumsi makanan asin

dalam frekuensi lebih. Semua responden memiliki gejala-gejala yang

menunjukkan stress seperti merasa cemas, tegang, atau kuatir, merasa lelah

sepanjang waktu, merasa tidak bahagia, merasa sulit untuk menikmati

kegiatan sehari hari, dan merasa sering sakit kepala. Dapat disimpulkan

bahwa dari 5 responden mempunyai gaya hidup yang kurang baik, seperti

aktifitas fisik yang kurang, pola makan yang tidak baik (konsumsi makanan

asin, lemak dan jeroan dalam frekuensi yang sering), merokok dalam waktu

sebulan terakhir dan menunjukkan gejala stres.

Dari studi pendahuluan yang dilakukan, serta gaya hidup yang

berperan sebagai faktor risiko hipertensi yang masih dapat dimodifikasi,

maka penting untuk dilakukan penelitian tentang gambaran gaya hidup

penderita hipertensi.

B. Rumusan Masalah

Prevalensi hipertensi di Indonesia tergolong cukup tinggi. Faktor

perubahan gaya hidup diduga telah menyebabkan peningkatan besar kasus-

Page 28: pdf (cover - abstrak)

12

kasus penyakit tidak menular di Indonesia, termasuk dalam hal ini adalah

hipertensi. Penyebab terbesar hipertensi salah satunya adalah gaya hidup.35

Gaya hidup seperti faktor makanan, aktifitas fisik, stres dan merokok juga

menjadi penyebab hipertensi yang lebih banyak kasus terjadinya.24

Berdasarkan laporan hasil Riskesdas menggambarkan bahwa hampir di

semua propinsi di Indonesia, konsumsi sayuran dan buah-buahan tergolong

rendah. Serta secara nasional konsumsi masyarakat seperti makanan asinan,

kebiasaan merokok, serta aktifitas fisik yang kurang masih cukup tinggi

prevalensinya.26

Di propinsi Jawa Tengah pada data riset kesehatan terbaru

tahun 2013 prevalensi hipertensi pada masyarakat pedesaan lebih tinggi dari

masyarakat perkotaan. Angka morbiditas hipertensi di Kecamatan

Sumowono juga terhitung cukup tinggi. Dengan demikian penting untuk

dilakukan penelitian tentang gambaran gaya hidup penderita hipertensi di

Kecamatan Sumowono.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

gambaran gaya hidup penderita hipertensi di Kecamatan Sumowono.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain untuk :

a. Mendeskripsikan karakteristik, demografi (jenis kelamin, umur,

pendidikan, pekerjaan, derajat hipertensi, lama menderita, dan

komplikasi) penderita hipertensi pada masyarakat di

Kecamatan Sumowono.

Page 29: pdf (cover - abstrak)

13

b. Mendeskripsikan gaya hidup (aktifitas fisik, kebiasaan makan,

merokok, dan stress) penderita hipertensi pada masyarakat di

Kecamatan Sumowono.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan membuka wawasan baru peneliti

mengenai gambaran gaya hidup masyarakat pada kejadian hipertensi di

Kecamatan Sumowono.

2. Bagi Responden

Menjadi masukan bagi pelayanan kesehatan di sekitar subjek

penelitian untuk menyusun program promosi atau pelayanan kesehatan

yang lebih sesuai dan tepat untuk mengatasi kejadian hipertensi.

Kemudian dapat digunakan sebagai strategi meningkatkan kesadaran

subjek penelitian untuk meningkatkan gaya hidup yang lebih baik bagi

penderita hipertensi.

3. Bagi Institusi Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan

institusi pendidikan untuk mengembangkan strategi pembelajaran atau

kurikulum tentang gaya hidup hipertensi.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dijadikan sebagai acuan melakukan

penelitian selanjutnya tentang faktor risiko hipertensi dan memudahkan

dalam mendapat informasi terkait gambaran gaya hidup masyarakat

rural terhadap kejadian hipertensi.

Page 30: pdf (cover - abstrak)

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas tentang teori penelitian yang digunakan. Penulis

melakukan pencarian beberapa buku-buku literatur, jurnal, e-book, dan internet

dengan menggunakan kata kunci hipertensi, gaya hidup, serta menggunakan

kombinasi kata masyarakat rural, aktifitas fisik, kebiasaan makan, stress, dan

merokok sehingga menghasilkan 57 literatur yang dipakai. Teori dan konsep yang

tertera pada bab ini merupakan teori yang bersumber dari pustaka.

A. Tinjauan Teori

1. Definisi Hipertensi

Tekanan darah merupakan gaya yang diberikan darah terhadap

dinding pembuluh darah dan ditimbulkan oleh desakan darah terhadap

dinding arteri ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Besar

tekanan bervariasi tergantung pada pembuluh darah dan denyut jantung.

Tekanan darah paling tinggi terjadi ketika ventrikel berkontraksi (tekanan

sistolik) dan paling rendah ketika ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik).

Pada keadaan hipertensi, tekanan darah meningkat yang ditimbulkan karena

darah dipompakan melalui pembuluh darah dengan kekuatan berlebih.36

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan

tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg.37

Penderita hipertensi mengalami peningkatan tekanan darah melebihi batas

normal, di mana tekanan darah normal sebesar 110/90 mmHg. Tekanan darah

15

Page 31: pdf (cover - abstrak)

15

dipengaruhi oleh curah jantung, tahanan perifer pada pembuluh darah, dan

volume atau isi darah yang bersirkulasi.38

Hipertensi dapat menyebabkan

komplikasi seperti penyakit jantung koroner, left ventricle hypertrophy, dan

stroke yang merupakan pembawa kematian tinggi.39

Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi

berbagai faktor risiko yang dimiliki seseorang. Faktor pemicu hipertensi

dibedakan menjadi yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis

kelamin, dan umur, serta faktor yang dapat dikontrol seperti obesitas,

kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi makanan yang

mengandung natrium dan lemak jenuh.40

Hipertensi yang tidak terkontrol

akan meningkatkan angka mortalitas dan menimbulkan komplikasi ke

beberapa organ vital seperti jantung (infark miokard, jantung koroner, gagal

jantung kongestif), otak (stroke, enselopati hipertensif), ginjal (gagal ginjal

kronis), mata (retinopati hipertensif).41

2. Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi dua golongan

yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau

hipertensi esensial terjadi karena peningkatan persisten tekanan arteri akibat

ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal, dapat juga disebut

hipertensi idiopatik. Hipertensi ini mencakup sekitar 95% kasus.40

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal merupakan hipertensi yang

penyebabnya diketahui dan terjadi sekitar 10% dari kasus-kasus hipertensi.

Hampir semua hipertensi sekunder berhubungan dengan ganggaun sekresi

hormon dan fungsi ginjal. Penyebab spesifik hipertensi sekunder antara lain

Page 32: pdf (cover - abstrak)

16

penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,

hiperaldesteronisme primer, sindroma Cushing, feokromositoma, dan

hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. Umumnya hipertensi

sekunder dapat disembuhkan dengan penatalaksanaan penyebabnya secara

tepat. 37

Klasifikasi hipertensi menurut perjalanan penyakitnya dibagi menjadi

hipertensi benigna dan maligna. Bila timbulnya berangsur disebut benigna,

dan bila tekanannya naik secara progresif dan cepat disebut hipertensi

maligna dengan banyak komplikasi seperti gagal ginjal, CVA, hemoragi

retina, dan ensefalopati.42

Hipertensi benigna merupakan keadaan hipertensi

yang tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya ditemukan saat penderita cek

up. Hipertensi maligna merupakan keadaan hipertensi yang membahayakan

biasanya disertai keadaan kegawatan sebagai akibat komplikasi pada organ-

organ seperti otak, jantung dan ginjal.43

Hipertensi juga sering digolongkan sebagai ringan, sedang, atau berat,

berdasarkan tekanan diastole. Hipertensi ringan bila tekanan darah diastole

95-104, hipertensi sedang tekanan diastolenya 105-114, sedangkan hipertensi

berat tekanan diastolenya >115.42

Berdasarkan pedoman The Seventh Joint

National Comittee (JNC7), tekanan darah dan hipertensi dikelompokkan

sesuai tabel dibawah ini44

:

Page 33: pdf (cover - abstrak)

17

Tabel 1. Pengelompokan tekanan darah dan hipertensi berdasarkan

pedoman JNC7

Kategori Sistolik Diastolik

Optimal 115 atau kurang 75 atau kurang

Normal Kurang dari 120 Kurang dari 80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi tahap 1 140-159 90-99

Hipertensi tahap 2 Lebih dari 160 Lebih dari 100

3. Patofisiologi Hipertensi

Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh darah pada dinding

pembuluh darah. Pengaturan tekanan darah adalah proses yang kompleks

menyangkut pengendalian ginjal terhadap natrium dan retensi air, serta

pengendalian sistem saraf terhadap tonus pembuluh darah. Ada duafaktor

utama yang mengatur tekanan dara, yaitu darah yang mengalir dan tahanan

pembuluh darah perifer.45

Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan

Total Peripheral Resistance. Apabila terjadi peningkatan salah satu dari

variabel tersebut yang tidak terkompensasi maka dapat menyebabkan

timbulnya hipertensi.46

Tubuh memiliki 3 metode pengendalian tekanan darah. Pertama

adalah reseptor tekanan di berbagai organ yang dapat mendeteksi perubahan

kekuatan maupun kecepatan kontraksi jantung, serta resistensi total terhadap

tekanan tersebut. Kedua adalah ginjal yang bertanggung jawab atas

penyesuaian tekanan darah dalam jangka panjang melalui sistem renin-

Page 34: pdf (cover - abstrak)

18

angiotensin yang melibatkan banyak senyawa kimia. Kemudian sebagai

respons terhadap tingginya kadar kalium atau angiotensin, steroid aldosteron

dilepaskan dari kelenjar adrenal, yang salah satunya berada dipuncak setiap

ginjal, dan meningkatkan retensi (penahanan) natrium dalam tubuh.44

Darah yang mengalir ditentukan oleh volume darah yang dipompakan

oleh ventrikel kiri setiap kontraksi dan kecepatan denyut jantung. Tahanan

vaskuler perifer berkaitan dengan besarnya lumen pembuluh darah perifer.

Makin sempit pembuluh darah, makin tinggi tahanan terhadap aliran darah,

makin besar dilatasinya makin tinggi kurang tahanan terhadap aliran darah.

Jadi, semakin menyempit pembuluh darah, semakin meningkat tekanan

darah. Dilatasi dan konstriksi pembuluh-pembuluh darah dikendalikan oleh

sistem saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin. Apabila sistem saraf

simpatis dirangsang, katekolamin, seperti epinefrin dan norepinefrin akan

dikeluarkan. Kedua zat kimia ini menyebabkan kontriksi pembuluh darah,

meningkatnya curah jantung, dan kekuatan kontraksi ventrikel. Sama halnya

pada sistem renin-angiotensin, yang apabila distimulasi juga menyebabkan

vasokontriksi pada pembuluh-pembuluh darah.45

Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan

darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan

mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem

pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari

sistem reaksi cepat seperti refleks kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks

kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium,

dan arteri pulmonalis otot polos. Sedangkan sistem pengendalian reaksi

Page 35: pdf (cover - abstrak)

19

lambat melalui perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga

intertisial yang dikontrol oleh hormon angiotensin dan vasopresin. Kemudian

dilanjutkan sistem poten dan berlangsung dalam jangka panjang yang

dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah cairan tubuh yang melibatkan

berbagai organ.47

Jantung secara terus menerus bekerja memompakan darah ke seluruh

organ tubuh. Jika tanpa gangguan, porsi tekanan yang dibutuhkan sesuai

dengan mekanisme tubuh. Namun, akan meningkat begitu ada hambatan.

Inilah yang menyebabkan tekanandarah meninggi. Semakin besar

hambatanya, tekanan darah akan semakin tinggi.13

4. Manifestasi Klinis Hipertensi

Pemeriksaan fisik dapat pula tidak dijumpai kelainan apapun selain

peninggian tekanan darah yang merupakan satu-satunya gejala. Individu

penderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai bertahun-

tahun. Apabila terdapat gejala, maka gejala tersebut menunjukkan adanya

kerusakan vaskuler, dengan manifestasi khas sesuai sistem organ yang

divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.40

Bila timbul gejala, penyakit hipertensi ini sudah lanjut. Gejala klasik

yaitu sakit kepala, epistaksis, pusing, dan tinitus yang diduga berhubungan

dengan naiknya tekanan darah, ternyata sama seringnya dengan yang terdapat

pada yang tidak dengan tekanan darah tinggi. Namun gejala sakit kepala

sewaktu bangun tidur, mata kabur, depresi, dan nokturia, ternyata meningkat

pada hipertensi yang tidak diobati.42

fase hipertensi yang berbahaya bisa

ditandai oleh nyeri kepala dan hilangnya penglihatan (papiledema).48

Page 36: pdf (cover - abstrak)

20

Corwin menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul

setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun. Manifestasi klinis yang timbul

dapat berupa nyeri kepala saat terjaga yang kadang-kadang disertai mual dan

muntah akibat peningkatan tekanan darah intrakranium, penglihatan kabur

akibat kerusakan retina, ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan

susunan saraf, nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) karena

peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema dependen

akibat peningkatan tekanan kapiler.46

Gejala lain yang sering ditemukan

adalah epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk,

sukar tidur, dan mata berkunang-kunang.40

Terkadang hipertensi essensial

berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada

organ sasaran seperti pada ginjal, mata, otak, dan jantung.11

5. Diagnosis Hipertensi

Menurut Suyono, evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan

:49

a. Mengidentifikasi penyebab hipertensi.

b. Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit

kardiovaskuler, beratnya penyakit, serta respon terhadap

pengobatan.

c. Mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskuler yang lain

atau penyakit penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan

ikut menentukan panduan pengobatan.

Data yang diperlukan untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan

cara anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan

Page 37: pdf (cover - abstrak)

21

pemeriksaan penunjang. Peninggian tekanan darah kadang sering

merupakan satu-satunya tanda klinis hipertensi sehingga diperlukan

pengukuran tekanan darah yang akurat. Berbagai faktor yang

mempengaruhi hasil pengukuran seperti faktor pasien, faktor alat dan

tempat pengukuran.49

6. Faktor-faktor risiko Hipertensi

a. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikontrol

1) Usia

Semakin bertambahnya usia, risiko terkena hipertensi lebih besar

sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 %

dengan kematian sekitar 50% di atas umur 60 tahun. Arteri kehilangan

elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan

bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada

umur lima puluhan dan enam puluhan.50

Dengan bertambahnya umur, risiko terjadinya hipertensi meningkat.

Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering

dijumpai pada orang berusia 35 tahun atau lebih. Sebenarnya wajar bila

tekanan darah sedikit meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini

disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan

hormon. Tetapi bila perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa

memicu terjadinya hipertensi. 51,52

2) Jenis kelamin

Page 38: pdf (cover - abstrak)

22

Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya penyakit tidak

menular tertentu seperti hipertensi, di mana pria lebih banyak menderita

hipertensi dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmHg untuk

peningkatan darah sistolik.50

Sedangkan menurut Arif53

pria dan wanita

menapouse mempunyai pengaruh yang sama untuk terjadinya hipertensi.

Menurut Bustan bahwa wanita lebih banyak yang menderita hipertensi

dibanding pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen

pada wanita.21

Bustan menyatakan bahwa wanita lebih banyak yang menderita

hipertensi dibanding pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon

estrogen pada wanita.21

Hormon estrogen berperan dalam regulasi tekanan

darah, berhentinya produksi estrogen akibat proses penuaan berdampak

pada peningkatan tekanan darah pada wanita.22

Pada penelitian yang

dilakukan oleh Sugiri58

di Jawa Tengah menyebutkan prevalensi hipertensi

pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria dimana didapatkan angka

prevalensi 6% pada pria dan 11% pada wanita.

3) Riwayat keluarga

Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang

mempunyai hipertensi lebih sering menderita hipertensi.50

Riwayat

keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga

mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer.50

Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan

risiko hipertensi 2-5 kali lipat.54

Page 39: pdf (cover - abstrak)

23

Individu dengan riwayat keluarga memiliki penyakit tidak menular

lebih sering menderita penyakit yang sama. Jika ada riwayat keluarga

dekat yang memiliki faktor keturunan hipertensi, akan mempertinggi

risiko terkena hipertensi pada keturunannya. Keluarga dengan riwayat

hipertensi akan meningkatkan risiko hipertensi sebesar empat kali lipat.

Data statistik membuktikan jika seseorang memiliki riwayat salah satu

orang tuanya menderita penyakit tidak menular, maka dimungkinkan

sepanjang hidup keturunannya memiliki peluang 25% terserang penyakit

tersebut. Jika kedua orang tua memiliki penyakit tidak menular maka

kemungkinan mendapatkan penyakit tersebut sebesar 60%.37

b. Faktor Risiko yang Dapat Dikontrol

Modifikasi gaya hidup merupakan hal yang penting diperhatikan,

karena berperan dalam keberhasilan penanganan hipertensi. Pasien hipertensi

yang terkontrol, pendekatan modifikasi gaya hidup ini dapat membantu

pengurangan dosis obat pada sebagian penderita.50

Gaya hidup yang

berhubungan dengan kejadian hipertensi antara lain meliputi aktivitas fisik,

kebiasaan makan, kebiasaan merokok, dan stress.8,23,24

Kebiasaan makan yang

diamati adalah kebiasaan konsumsi buah dan sayur; makanan manis, asin,

berlemak, jeroan, makanan yang diawetkan dan minuman berkafein.8

Menurut Mulyono, gaya hidup merupakan ciri pribadi yang dimiliki

oleh setiap orang. Sebagai ciri atau karakteristik, gaya hidup banyak

berpengaruh terhadap tingkah laku dalam kehidupan individu. Dengan kata

lain, gaya hidup merupakan disposisi atau watak yang melatarbelakangi

perilaku, reaksi atau respon seseorang terhadap diri dan lingkungan yang

Page 40: pdf (cover - abstrak)

24

mempengaruhinya. Sedangkan, menurut Sanjur, gaya hidup adalah hasil

pengaruh beragam peubah bebas yang terjadi di dalam individu atau keluarga.

Perubah yang membentuk gaya hidup termasuk penyediaan materi, sifat

situasi, kerangka ide budaya, dan sifat-sifat psikologis serta kesehatan.

Menurut Suhardjo8 gaya hidup merupakan hasil penyaringan dari sejumlah

interaksi sosial, budaya, keadaan dan hasil pengaruh beragam variabel bebas

yang terjadi di dalam keluarga atau rumah tangga. Gaya hidup dapat diartikan

sebagai cara hidup masyarakat.

Gaya hidup yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi antara

lain :

1) Konsumsi garam dan makanan awetan

Makanan asin dan makanan yang diawetkan adalah makanan

dengan kadar natrium tinggi. Natrium adalah mineral yang sangat

berpengaruh pada mekanisme timbulnya hipertensi. Makanan asin dan

awetan biasanya memiliki rasa gurih (umami), sehingga dapat

meningkatkan nafsu makan. Pengaruh asupan natrium terhadap hipertensi

terjadi melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan

darah.8

Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme

timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi melalui

peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini

akan diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali

pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal. Pada

Page 41: pdf (cover - abstrak)

25

hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain

yang berpengaruh.55

Orang-orang peka natrium akan lebih mudah mengikat natrium

sehingga menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan darah.37

Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik

cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume

dan tekanan darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3 gram atau

kurang ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan asupan

garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi. Konsumsi

garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari setara dengan 110

mmol natrium atau 2400 mg/hari.50,55,56

Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada kelompok dengan

asupan garam minimal. Konsumsi natrium kurang dari 3 gram perhari

prevalensi hipertensi presentasinya masih rendah, namun jika konsumsi

natrium meningkat antara 5-15 gram perhari, prevalensi hipertensi akan

meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya

hipertensi terjadai melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan

tekanan darah.55,51

2) Konsumsi makanan manis dan tinggi energi

Makanan atau minuman manis mengandung unsur karbohidrat

sederhana yang menghasilkan energi tinggi. Kelebihan konsumsi energi

dan aktivitas fisik yang rendah merupakan faktor penting yang

menyebabkan epidemik obesitas. Menurut penelitian Johnson, dosis

fruktosa yang tinggi (10% air menghasilkan ½ asupan energi,

Page 42: pdf (cover - abstrak)

26

dibandingkan dengan jumlah fruktosa yang biasa dikonsumsi 60%) dapat

meningkatkan tekanan darah dan perubahan mikrovaskular. Fruktosa (gula

sederhana yang menghasilkan rasa manis), tidak memberikan efek

kepuasan setelah makan. Seseorang yang mengkonsumsi

makanan/minuman manis tidak akan merasa puas dan akan makan terus

menerus. Konsumsi yang berlebihan akan meningkatkan asupan energi

yang selanjutnya disimpan tubuh sebagai cadangan lemak. Penumpukan

lemak tubuh pada perut akan menyebabkan obesitas sentral, sedangkan

penumpukan pada pembuluh darah akan menyumbat peredaran darah dan

membentuk plak (aterosklerosis) yang berdampak pada hipertensi dan

jantung koroner.8

3) Konsumsi Lemak dan jeroan

Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan

peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi

lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan

dengan kenaikan tekanan darah.19

Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis

yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah.37,57

Penurunan konsumsi

lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan

dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal

dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari

tanaman dapat menurunkan tekanan darah.57

Jeroan (usus, hati, babat, lidah, jantung, dan otak, paru) banyak

mengandung asam lemak jenuh (saturated fatty acid/ SFA). Jeroan

Page 43: pdf (cover - abstrak)

27

mengandung kolesterol 4-15 kali lebih tinggi dibandingkan dengan

daging. Secara umum, asam lemak jenuh cenderung meningkatkan

kolesterol darah, 25-60% lemak yang berasal dari hewani dan produknya

merupakan asam lemak jenuh. Setiap peningkatan 1% energi dari asam

lemak jenuh, diperkirakan akan meningkatkan 2.7 mg/dL kolesterol darah,

akan tetapi hal ini tidak terjadi pada semua orang. Lemak jenuh terutama

berasal dari minyak kelapa, santan dan semua minyak lain seperti minyak

jagung, minyak kedelai yang mendapat pemanasan tinggi atau dipanaskan

berulang-ulang. Kelebihan lemak jenuh akan menyebabkan peningkatan

kadar LDL kolesterol (Almatsier 2003).8

4) Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan

hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin. Menghisap rokok

menyebabkan nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil dalam paru-paru

dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak. Di otak, nikotin akan

memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau

adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung

untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi.58

Tembakau memiliki efek cukup besar dalam peningkatan tekanan

darah karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah.

Kandungan bahan kimia dalam tembakau juga dapat merusak dinding

pembuluh darah.55

Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan

oksigen dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah

Page 44: pdf (cover - abstrak)

28

meningkat karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen

yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh lainnya.58

Berdasarkan hasil Penelitian yang dilakukan oleh Anggara tahun

2012 uji statistik antara kebiasaan merokok dengan tekanan darah didapat

ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan tekanan

darah (p = 0,000) dan sebeser 52,9% responden yang hipertensi

merokok.59

5) Aktifitas fisik

Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada

orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai

frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan

otot jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras usaha

otot jantung dalam memompa darah, makin besar pula tekanan yang

dibebankan pada dinding arteri sehingga meningkatkan tahanan perifer

yang menyebabkan kenaikkan tekanan darah.37

Kurangnya aktifitas fisik

juga dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang akan

menyebabkan risiko hipertensi meningkat.19

Studi epidemiologi membuktikan bahwa olahraga secara teratur

memiliki efek antihipertensi dengan menurunkan tekanan darah sekitar 6-

15 mmHg pada penderita hipertensi.60

Olahraga banyak dihubungkan

dengan pengelolaan hipertensi, karena olahraga isotonik dan teratur dapat

menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah.

Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi.37

Page 45: pdf (cover - abstrak)

29

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Anggara tahun 2012

uji statistik kebiasaan olahraga dengan hipertensi, tidak teratur olah raga

terbukti adanya hubungan yang bermakna denganhipertensi, dengan

(p=0,000) ; OR = 44,1; 95% CI = 8,85 – 219,74).Artinya, orang yang tidak

teratur berolah raga memiliki risiko terkenahipertensi sebesar 44,1 kali

dibandingkan dengan orang yangmemiliki kebiasaan olah raga teratur.59

6) Stress

Menurut Sarafindo yang dikutip oleh Bart Smet, stres adalah suatu

kondisi disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang

menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari

situasi dengan sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari

seseorang.61

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas

saraf simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap.

Apabila stress menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah

menjadi tetap tinggi. Hal ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada

binatang percobaan yang diberikan pemaparan tehadap stress ternyata

membuat binatang tersebut menjadi hipertensi.62

Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, bingung, cemas,

berdebar-debar, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat

merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan

memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan

darah akan meningkat. Jika stres berlangsung cukup lama, tubuh berusaha

mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau

Page 46: pdf (cover - abstrak)

30

perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau

penyakit maag.51,62

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Herke tentang Karakteristik

Dan Faktor Berhubungan Dengan Hipertensi, didapatkan bahwa terdapat

hubungan antara faktor stres terhadap hipertensi, responden yang

menderita prehipertensi yang mengaku tidak mengalami stres ( 6,86 % ),

sementara yang menderita hipertensi grade I (37,25 %), dan yang

menderita hipertensi grade II (22,57 %).20

7) Konsumsi kafein

Penelitian mengenai pengaruh kafein terhadap kejadian hipertensi

belum menunjukkan hasil yang konsisten. Beberapa penelitian

menunjukkan adanya pengaruh negatif antara konsumsi kafein dengan

kejadian hipertensi. Dua studi kohort yang dilakukan selama 15 tahun

pada 155 594 wanita berusia 30-55 tahun dari Nurses Health Studies

(NHSs), keduanya tidak menunjukkan hubungan linear antara konsumsi

kafein dengan risiko kejadian hipertensi. Namun ditemukan adanya

hubungan dengan pola invers U antara konsumsi kopi dengan kejadian

hipertensi.8

7. Komplikasi Hipertensi

a. Otak

Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang

diakibatkan oleh hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan, tekanan

intra kranial yang meninggi, atau akibat embolus yang terlepas dari

pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada

Page 47: pdf (cover - abstrak)

31

hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang mendarahi otak mengalami

hipertropi atau penebalan, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang

diperdarahinya akan berkurang. Arteri-arteri di otak yang mengalami

arterosklerosis melemah sehingga meningkatkan kemungkinan

terbentuknya aneurisma.58

Hasil penelitian yang dilakukan Sastri tahun 2010-2012 di RSUD

kabupaten Solok Selatan, faktor risiko stroke tertinggi pada seluruh pasien

adalah hipertensi sebesar 82,30%.15

b. Kardiovaskular

Beban kerja jantung akan meningkat pada hipertensi. Jantung yang

terus-menerus memompa darah dengan tekanan tinggi dapat menyebabkan

pembesaran ventrikel kiri sehingga darah yang dipompa oleh jantung akan

berkurang. Apabila pengobatan yang dilakukan tidak tepat atau tidak

adekuat pada tahap ini, maka dapat menimbulkan komplikasi gagal

jantung kongestif. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan

perubahan-perubahan waktu hantaran listrik saat melintasi ventrikel

sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko

pembentukan bekuan.58

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Delima tentang Prevalensi dan

Faktor Determinan Penyakit Jantung di Indonesia bahwa responden

dengan hipertensi berisiko 1,32 kali untuk menderita penyakit jantung.17

c. Ginjal

Page 48: pdf (cover - abstrak)

32

Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif

akibat tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal dan glomerolus.

Kerusakan glomerulus akan mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit

fungsional ginjal, sehingga nefron akan terganggu dan berlanjut menjadi

hipoksia dan kematian ginjal. Kerusakan membran glomerulus juga akan

menyebabkan protein keluar melalui urin sehingga sering dijumpai edema

sebagai akibat dari tekanan osmotik koloid plasma yang berkurang. Hal

tersebut terutama terjadi pada hipertensi kronik.46

Hasil penelitian yang dilakukan Annamaria tentang Hubungan

antara variabilitas tekanan darah dan faktor risiko kardiovaskular pada

pasien dengan hipertensi primer terdapat perbedaan yang signifikan

tekanan darah antara kelompok 2 kelompok responden, dengan nilai-nilai

yang jauh lebih tinggi pada kelompok kedua, yang terkait diabetes atau

penyakit ginjal kronis ( p = 0,012 ).16

d. Retinopati

Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan

pembuluh darah pada retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama

hipertensi tersebut berlangsung, maka makin berat pula kerusakan yang

dapat ditimbulkan. Kelainan lain pada retina yang terjadi akibat tekanan

darah yang tinggi adalah iskemik optik neuropati atau kerusakan pada

saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi arteri dan vena retina

akibat penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina. Penderita

Page 49: pdf (cover - abstrak)

33

hypertensive retinopathy pada awalnya tidak menunjukkan gejala, yang

pada akhirnya dapat menjadi kebutaan pada stadium akhir.63

Berdasar hasil penelitian yang dilakukan oleh Antika tahun 2013

mendapatkan hasil kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

retinopati hipertensif (p=0,005) dan hipertensi tidak terkontrol merupakan

faktor resiko menderita retinopati hipertensif derajat sedang-berat. (RP

5,25 IK 95% 1,9-46,9). Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan

dengan derajat retinopati hipertensif dan hipertensi tidak terkontrol

merupakan faktor resiko menderita retinopati hipertensif derajat sedang-

berat.

8. Penatalaksanaan

a. Nonfarmakologis

Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal sebelum

penambahan obat-obatan hipertensi, disamping perlu diperhatikan oleh

seorang yang sedang dalam terapi obat. Sedangkan pasien hipertensi yang

terkontrol, pendekatan nonfarmakologis ini dapat membantu pengurangan

dosis obat pada sebagian penderita. Oleh karena itu, modifikasi gaya hidup

merupakan hal yang penting diperhatikan, karena berperan dalam

keberhasilan penanganan hipertensi.50

Pendekatan nonfarmakologis dibedakan menjadi beberapa hal:

1) Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan aterosklerosis.

Menurut Corwin berhenti merokok penting untuk mengurangi efek

jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran

Page 50: pdf (cover - abstrak)

34

darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan beban kerja jantung. Selain

itu pengurangan makanan berlemak dapat menurunkan risiko aterosklerosis.46

Penderita hipertensi dianjurkan untuk berhenti merokok dan

mengurangi asupan alkohol. Berdasarkan hasil penelitian eksperimental,

sampai pengurangan sekitar 10 kg berat badan berhubungan langsung dengan

penurunan tekanan darah rata-rata 2-3 mmHg per kg berat badan.50

2) Olahraga dan aktifitas fisik

Selain untuk menjaga berat badan tetap normal, olahraga dan aktifitas

fisik teratur bermanfaat untuk mengatur tekanan darah, dan menjaga

kebugaran tubuh. Olahraga seperti jogging, berenang baik dilakukan untuk

penderita hipertensi. Dianjurkan untuk olahraga teratur, minimal 3 kali

seminggu, dengan demikian dapat menurunkan tekanan darah walaupun berat

badan belum tentu turun.50

Olahraga yang teratur dibuktikan dapat menurunkan tekanan perifer

sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga dapat menimbulkan

perasaan santai dan mengurangi berat badan sehingga dapat menurunkan

tekanan darah. Yang perlu diingatkan kepada kita adalah bahwa olahraga saja

tidak dapat digunakan sebagai pengobatan hipertensi.51,61

3) Perubahan pola makan

a) Mengurangi asupan garam

Page 51: pdf (cover - abstrak)

35

Pada hipertensi derajat I, pengurangan asupan garam dan upaya

penurunan berat badan dapat digunakan sebagai langkah awal pengobatan

hipertensi. Nasihat pengurangan asupan garam harus memperhatikan

kebiasaan makan pasien, dengan memperhitungkan jenis makanan tertentu

yang banyak mengandung garam. Pembatasan asupan garam sampai 60 mmol

per hari, berarti tidak menambahkan garam pada waktu makan, memasak

tanpa garam, menghindari makanan yang sudah diasinkan, dan menggunakan

mentega yang bebas garam. Cara tersebut diatas akan sulit dilaksanakan

karena akan mengurangi asupan garam secara ketat dan akan mengurangi

kebiasaan makan pasien secara drastis.51,64

b) Diet rendah lemak jenuh

Lemak dalam diet meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis yang

berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh,

terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan

konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran,

biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan

tekanan darah.57

c) Memperbanyak konsumsi sayuran, buah buahan dan susu rendah lemak

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa mineral bermanfaat

mengatasi hipertensi. Kalium dibuktikan erat kaitannya dengan penurunan

tekanan darah arteri dan mengurangi risiko terjadinya stroke. Selain itu,

mengkonsumsi kalsium dan magnesium bermanfaat dalam penurunan tekanan

darah. Banyak konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan mengandung banyak

mineral, seperti seledri, kol, jamur (banyak mengandung kalium), kacang-

Page 52: pdf (cover - abstrak)

36

kacangan (banyak mengandung magnesium). Sedangkan susu dan produk

susu mengandung banyak kalsium.50,64

4) Tidak merokok

Merokok sangat besar perananya dalam meningkatkan tekanan darah,

hal tersebut disebabkan oleh nikotin yang terdapat didalam rokok yang

memicu hormon adrenalin yang menyebabkan tekanan darah meningkat.

Tekanan darah akan turun secara perlahan dengan berhenti merokok. Selain

itu merokok dapat menyebabkan obat yang dikonsumsi tidak bekerja secara

optimal.58

5) Menghilangkan stress

Stres menjadi masalah bila tuntutan dari lingkungan hampir atau

bahkan sudah melebihi kemampuan kita untuk mengatasinya. Cara untuk

menghilangkan stres yaitu perubahan pola hidup dengan membuat perubahan

dalam kehidupan rutin sehari-hari dapat meringankan beban stres. Perubahan-

perubahan itu ialah: 37

a) Rencanakan semua dengan baik. Buatlah jadwal tertulis untuk kegiatan setiap

hari sehingga tidak akan terjadi bentrokan acara atau kita terpaksa harus

terburu-buru untuk tepat waktu memenuhi suatu janji atau aktifitas.

b) Sederhanakan jadwal. Cobalah bekerja dengan lebih santai.

c) Bebaskan diri dari stres yang berhubungan dengan pekerjaan.

d) Siapkan cadangan untuk keuangan

e) Berolahraga.

f) Makanlah yang benar.

Page 53: pdf (cover - abstrak)

37

g) Tidur yang cukup.

h) Ubahlah gaya. Amati sikap tubuh dan perilaku saat sedang dilanda stres.

i) Sediakan waktu untuk keluar dari kegiatan rutin.

j) Binalah hubungan sosial yang baik.

k) Ubalah pola pikir. Perhatikan pola pikir agar dapat menekan perasaan kritis

atau negatif terhadap diri sendiri.

l) Sediakan waktu untuk hal-hal yang memerlukan perhatian khusus.

m) Carilah humor.

n) Berserah diri pada Yang Maha Kuasa.

b. Farmakologis

Selain cara pengobatan nonfarmakologis, penatalaksanaan utama

hipertensi primer alah dengan obat. Keputusan untuk mulai memberikan obat

antihipertensi berdasarkan beberapa faktor seperti derajat peninggian tekanan

darah, terdapatnya kerusakan organ target dan terdapatnya manifestasi klinis

penyakit kardiovaskuler atau faktor risiko lain.6 Terapi dengan pemberian

obat antihipertensi terbukti dapat menurunkan sistole dan mencegah

terjadinya stroke pada pasien usia 70 tahun atau lebih.52

Menurut Arif Mansjoer, penatalaksanaan dengan obat antihipertensi

bagi sebagian besar pasien dimulai dengan dosis rendah kemudian

ditingkatkan secara titrasi sesuai umur dan kebutuhan. Terapi yang optimal

harus efektif selama 24 jam dan lebih disukai dalam dosis tunggal karena

kepatuhan lebih baik, lebih murah dan dapat mengontrol hipertensi terus

menerus dan lancar, dan melindungi pasien terhadap risiko dari kematian

mendadak, serangan jantung, atau stroke akibat peningkatan tekanan darah

Page 54: pdf (cover - abstrak)

38

mendadak saat bangun tidur. Sekarang terdapat pula obat yang berisi

kombinasi dosis rendah 2 obat dari golongan yang berbeda. Kombinasi ini

terbukti memberikan efektifitas tambahan dan mengurangi efek samping.

Setelah diputuskan untuk untuk memakai obat antihipertensi dan bila tidak

terdapat indikasi untuk memilih golongan obat tertentu, diberikan diuretik

atau beta bloker. Jika respon tidak baik dengan dosis penuh, dilanjutkan

sesuai dengan algoritma. Diuretik biasanya menjadi tambahan karena dapat

meningkatkan efek obat yang lain. Jika tambahan obat yang kedua dapat

mengontrol tekanan darah dengan baik minimal setelah 1 tahun, dapat dicoba

menghentikan obat pertama melalui penurunan dosis secara perlahan dan

progresif.40

Page 55: pdf (cover - abstrak)

39

B. Kerangka Teori

Faktor resiko hipertensi

Dapat dikontrol

Gaya Hidup :

1. Kebiasaan

makan

2. Aktifitas fisik

3. Stress

4. Kebiasaan

merokok

Tidak dapat dikontrol

1. Umur

2. Jenis Kelamin

3. Riwayat Keluarga

Hipertensi

Penatalaksanaan

Farmakologis

Nonfarmakologis

Perubahan gaya hidup :

1. Kurangi faktor

penyebab

ateroskelrosis

2. Olahraga dan

aktifitas fisik

3. Tidak merokok

4. Menghilangkan

stress

Gambar 1 Kerangka Teori.8,23,24

Page 56: pdf (cover - abstrak)

40

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang metodologi penelitian yang digunakan. Penulis

melakukan pembelajaran dari beberapa buku-buku literatur yang membahas

tentang jenis, rancangan, dan desain penelitian. Formula yang tertera pada bab ini

merupakan formula baku bersumber dari pustaka.

A. Kerangka Konsep

Gambar 2 Kerangka Konsep

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan

desain deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian deskriptif

adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan

mengenai suatu fenomena yang ditemukan.65

Metode cross sectional yaitu

penelitian yang dilakukan hanya pada satu waktu.66

Penelitian ini digunakan

untuk mengetahui gambaran gaya hidup penderita hipertensi di Kecamatan

Sumowono.

Gambaran gaya hidup penderita hipertensi

42

Page 57: pdf (cover - abstrak)

41

C. Populasi dan Rancangan Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subyek penelitian yang diteliti.67

Populasi dalam penelitian ini terdiri dari objek atau subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan.68

Populasi terdapat

dua populasi target dan populasi terjangkau.69

Populasi target adalah

populasi yang memenuhi sampling kriteria dan menjadi sasaran akhir

penelitian. Populasi terjangkau adalah populasi yang memenuhi kriteria

dalam penelitian dan dapat dijangkau oleh peneliti dari kelompoknya.69

Populasi pada penelitian ini adalah penderita hipertensi di

Kecamatan Sumowono karena angka morbiditas hipertensi yang cukup

tinggi, serta Kecamatan Sumowono memenuhi kriteria sebagai daerah

rural. Data yang diambil adalah penderita hipertensi dalam 3 bulan

terakhir sebanyak 404 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang ciri-cirinya

diteliti.70

Dalam penelitian ini kriteria sampel yang digunakan adalah

kriteria inklusi dan ekslusi, yang menentukan dapat dan tidaknya sampel

tersebut digunakan dalam penelitian. Sampling merupakan proses

menyeleksi populasi yang dapat mewakili populasi yang ada.69

Adapun sampel penelitian ini yaitu sebagian responden yang

mempunyai penyakit hipertensi dan tercatat dalam register laporan

Page 58: pdf (cover - abstrak)

42

penyakit tidak menular di Puskesmas kecamatan Sumowono bulan

September sampai November 2015.

a. Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam

mengambil sampel, untuk memperoleh sampel yang benar-benar

sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian.69

Teknik pengambilan

data yang digunakan pada penelitian ini yaitu Simple Random

Sampling, yaitu pengambilan sampel dari populiasi secara acak

berdasarkan frekuensi probabilitas semua anggota populasi.66

b. Besar Sampling

Besarnya sampel dalam penelitian ini semua penderita

hipertensi di Kecamatan Sumowono yang memenuhi kriteria inklusi

dan ekslusi yang jumlahnya 135 responden.

c. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria subyek penelitian mewakili

sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel.68

Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Berusia ≥18 tahun.

b) Bisa membaca dan menulis.

2. Kriteria Ekslusi

Page 59: pdf (cover - abstrak)

43

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan subyek penelitian

yang memenuhi kriteria inklusi namun karena berbagai sebab.67

Dalam penelitian ini kriteria ekslusi adalah sebagai berikut :

a) Penderita hipertensi mengalami komplikasi yang menyebabkan

proses penelitian terganggu.

b) Responden tidak ada ditempat selama penelitian.

c) Menderita gangguan jiwa.

d) Hipertensi gravidarum.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sumowono dan bekerjasama

dengan puskesmas Sumowono sebagai sumber data kesehatan masyarakat.

Pemilihan Kecamatan Sumowono dikarenakan angka morbiditas

hipertensi yang cukup tinggi, serta Kecamatan Sumowono memenuhi

kriteria sebagai daerah rural atau pedesaan.

2. Waktu Penelitian

Pengambilan data dilakukan pada bulan Desember 2015.

E. Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

1. Variabel Penelitian

Variabel merupakan karakteristik subyek penelitian yang berubah

dari satu subjek ke subjek lainnya.68

Adapun variabel dalam penelitian ini

adalah variabel tunggal yaitu gaya hidup penderita hipertensi.

2. Definisi Operasional

Page 60: pdf (cover - abstrak)

44

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga peneliti

dapat melakukan pengukuran yang tepat terhadap suatu fenomena yang

ada.68

Tabel 2 Definisi Operasional

Variabel

Penelitian Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1.Gaya hidup kebiasaan hidup

individu yang terdiri

dari aktivitas fisik,

kebiasaan makan,

kebiasaan merokok

dan pengendalian

stress.

a.Aktifitas fisik Kebiasaan olah raga

yang biasa dilakukan

oleh subjek penelitian

secara rutin yaitu 2-3

kali setiap minggu.

Serta durasi ideal

yang dilakukan oleh

subjek penelitian pada

setiap kali berolah

raga.

Kuesioner terdiri

dari 2 pertanyaan.

Subjek penelitian

diminta mengisi

kuesioner yang

berisi pernyataan

tentang kebiasaan

olah raga rutin

yang dilakukan.

Hasil ukur

dikelompokkan

menjadi:

1. Iya, jika

melakukan olah

raga rutin setiap

minggu. Skor = 0

2. Tidak, jika tidak

melakukan olah

raga rutin setiap

minggu. Skor = 1

Subjek penelitian

diminta mengisi

kuesioner yang

berisi pernyataan

tentang durasi olah

raga ideal yang

dilakukan.

Hasil ukur

dikelompokkan

menjadi:

1. Iya, jika subjek

penelitian

menyatakan

berolahraga dengan

durasi waktu yang

ideal. Skor = 0

Telah dilakukan uji

normalitas dengan

hasil data

terdistribusi

normal, sehingga

cut of point

pengkategorian

menggunakan nilai

mean (0.99).

Responden

dikategorikan tidak

cukup aktifitas fisik

jika nilai ≥ mean,

dan dikategorikan

cukup aktifitas fisik

jika nilai < mean.

Nominal

Page 61: pdf (cover - abstrak)

45

2. Tidak, jika

subjek penelitian

menyatakan tidak

berolah raga

dengan durasi

waktu yang ideal.

Skor = 1

b.Kebiasaan

makan

Kebiasaan makan

kelompok dewasa

dalam mengonsumsi

makanan, yang

meliputi jenis

makanan rata-rata

setiap hari, khususnya

makanan asin.

Kebiasaan makan

dalam mengonsumsi

makanan, yang

meliputi jenis

makanan rata-rata

setiap hari, khususnya

makanan lemak

jenuh.

Kuesioner terdiri

dari 2 pertanyaan.

Jenis makanan

diukur dengan

melakukan

pengisian

kuesioner dengan

pernyataan tentang

sering atau

tidaknya konsumsi

makanan asin.

Hasil ukur

dikelompokkan

menjadi:

1.Iya, jika

mengonsumsi

makanan asin 3x

seminggu atau

lebih. Skor = 1

2.Tidak, jika

mengonsumsi

makanan asin

kurang dari 3x

seminggu. Skor = 0

Jenis makanan

diukur dengan

melakukan

pengisian

kuesioner dengan

pernyataan tentang

sering atau

tidaknya konsumsi

makanan lemak

jenuh.

Hasil ukur

dikelompokkan

menjadi:

1.Iya, jika

mengonsumsi

makanan lemak

jenuh 3x seminggu

atau lebih. Skor = 1

2.Tidak, jika

mengonsumsi

makanan lemak

jenuh kurang dari

3x seminggu. Skor

= 0

Telah dilakukan uji

normalitas dengan

hasil data

terdistribusi tidak

normal, sehingga

cut of point

pengkategorian

menggunakan nilai

median (2).

Responden

dikategorikan baik

jika nilai <

median, dan

dikategorikan tidak

baik jika nilai ≥

median.

Nominal

c.Stress segala situasi di mana

tuntunan non-spesifik

Pengkajian dengan

menggunakan

1. Stress: nilai hasil

pengkajian pada

Ordinal

Page 62: pdf (cover - abstrak)

46

mengharuskan

seorang individu

untuk merespon atau

melakukan tindakan.

kuesioner khusus

yang mengkaji

tingkat stress

responden, dengan

jumlah pertanyaan

10. Kuesioner

dibagi menjadi 2,

bagian pertama

terdiri dari 5

pertanyaan

favorable. Dan

bagian kedua

terdiri dari

pertanyaan

unfavorable.

perempuan > 14

atau pada laki-laki

> 12.

2. Tidak stress:

nilai hasil

pengkajian pada

perempuan ≤ 14

atau pada lakilaki ≤

12.

d.Merokok :

Kebiasaan

Merokok

Kebiasaan/perilaku

menghisap rokok dan

atau pernah merokok

dalam sehari-hari

Kuesioner terdiri

dari 4 pertanyaan.

Subjek penelitian

diminta mengisi

kuesioner yang

berisi pernyataan

tentang pernah atau

tidaknya merokok

Hasil ukur

dikelompokkan

menjadi:

1. Iya, jika subjek

penelitian

menyatakan

merokok. Skor = 1

2. Tidak, jika

subjek penelitian

menyatakan tidak

merokok. Skor = 0

Subjek penelitian

diminta mengisi

kuesioner yang

berisi pernyataan

tentang pernah atau

tidaknya merokok

sejumlah dua

bungkus rokok per

hari.

Hasil ukur

dikelompokkan

menjadi:

1. Iya, jika subjek

penelitian

menyatakan

terbiasa merokok

sejumlah lebih dari

dua bungkus rokok

per hari. Skor = 1

2. Tidak, jika

subjek penelitian

menyatakan tidak terbiasa merokok

Telah dilakukan uji

normalitas dengan

hasil data

terdistribusi

normal, sehingga

cut of point

pengkategorian

menggunakan nilai

mean (2.07).

Responden

dikategorikan

rendah paparan

asap rokok jika

nilai < mean, dan

dikategorikan

tinggi paparan asap

rokok jika nilai ≥

mean.

Nominal

Page 63: pdf (cover - abstrak)

47

sejumlah lebih dari

dua bungkus rokok

per hari. Skor = 0

Subjek penelitian

diminta mengisi

kuesioner yang

berisi pernyataan

tentang ada

tidaknya anggota

keluarga yang

merokok.

Hasil ukur

dikelompokkan

menjadi:

1. Iya, jika subjek

penelitian

menyatakan

mempunyai

anggota keluarga

yang merokok.

Skor = 1

2. Tidak, jika

subjek penelitian

menyatakan tidak

mempunyai

anggota keluarga

yang merokok.

Skor = 0

Subjek penelitian

diminta mengisi

kuesioner yang

berisi pernyataan

tentang frekuensi

terpapar asap

rokok.

Hasil ukur

dikelompokkan

menjadi:

1. Iya, jika subjek

penelitian

menyatakan sering

terpapar asap

rokok. Skor = 1

2. Tidak, jika

subjek penelitian

menyatakan tidak

sering terpapar

asap rokok. Skor =

0

2.Karakteristik

a.Jenis Kelamin Penggolongan jenis

kelamin responden.

Subjek penelitian

diminta untuk

memberikan tanda

check list (v) pada

pilihan jenis

kelamin yang telah

1. Laki laki

2. Perempuan

Nominal

Page 64: pdf (cover - abstrak)

48

tersedia di

kuesioner.

b.Umur Usia responden saat

ini.

Umur dihitung

sejak tanggal

kelahiran sampai

dengan tanggal

penelitian

dilakukan.

Pengkategorian

usia menurut teori

Hurlock :

1. Dewasa Awal

(18-40 tahun)

2. Dewasa Madya

(41-60 tahun)

3. Dewasa Lanjut

(61 tahun sampai

kematian)

Interval

c.Pendidikan Tingkat pendidikan

terakhir yang telah

dilalui oleh subjek

penelitian

Subjek penelitian

diminta mengisi

pendidikan terakhir

yang telah dilalui

dengan cara

memberikan tanda

(check list) pada

pilihan yang

tersedia di

kuesioner.

Hasil ukur tingkat

pendidikan terakhir

dikelompokkan

menjadi:

1. Tidak tamat

SD/sederajad

2. Tamat

SD/sederajad

3. Tamat

SMP/sederajad

4. Tamat

SMA/sederajad

5. Tamat

sarjana/diploma

Ordinal

d.Pekerjaan Jenis pekerjaan yang

dilakukan subjek

penelitian secara rutin

dan menghasilkan

penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan

hidup.

Subjek penelitian

diminta mengisi

jenis pekerjaan

dengan cara

memberikan tanda

(check list) pada

pilihan yang

tersedia di

kuesioner.

Hasil ukur

dikelompokkan

menjadi:

1. Pegawai Swasta

2. Wiraswasta

3. Pensiun

4. Tidak bekerja

5. Lainnya

Nominal

e.Hipertensi kondisi seseorang

yang memiliki

tekanan darah sistolik

lebih dari 140 mmHg

dan diastolik lebih

dari 90mmHg atau

keduanya.

Data sekunder. 1. Hipertensi

tingkat 1 (TDS

140-159 mmHg;

TDD 90-99

mmHg)

2. Hipertensi

tingkat 2 (TDS

≥160 mmHg; TDD

≥100 mmHg)

Ordinal

f. Lama

menderita

hipertensi

Jangka waktu

responden menderita

hipertensi dari awal

didiagnosis sampai

saat dilakukan

penelitian

Subjek penelitian

diminta mengisi

lama waktu

menderita.

Hasil ukur

dikelompokkan

dalam jangka

waktu sebagai

berikut :

1. 1-5 tahun

2. 6-10 tahun

3. Lebih dari 10

tahun

Ordinal

g. Komplikasi Penyakit penyerta

responden selain

hipertensi

Subjek penelitian

diminta mengisi

komplikasi

penyakit yang

menyertai selain

Hasil ukur

dikelompokkan

sebagai berikut :

1. Stroke

2. Gagal jantung

Nominal

Page 65: pdf (cover - abstrak)

49

hipertensi. 3. Gagal ginjal

4. Lainnya

5. Tidak ada

F. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

1. Alat Penelitian

Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner,

alat tulis, dan alat pengolah data seperti kalkulator dan komputer. Instrumen

yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data demografi, dan kuesioner

tentang gaya hidup penderita hipertensi yang pernah digunakan oleh Hesti72

.

Penggunaan kuesioner ini dikarenakan sesuai dengan teori gaya hidup

hipertensi baik aktifitas fisik, kebiasaan merokok, kebiasaan makan, dan

stress.24

Kuesioner terdiri dari dua bagian. Bagian A bersisi tentang data

demografi responden yang terdiri atas inisial nama, umur, jenis kelamin,

pendidikan terakhir, dan pekerjaan. Variabel umur, pendidikan terakhir,

pekerjaan dan jenis kelamin termasuk variabel yang diteliti sebagai

karekteristik subjek penelitian.

Bagian B berisi pernyataan yang menggambarkan variabel yang

diteliti sebagai gambaran gaya hidup penderita hipertensi yaitu kebiasaan

mengonsumsi makanan asin, kebiasaan mengonsumsi makanan lemak jenuh,

kebiasaan merokok, kebiasaan olah raga, dan stress. Terdapat 8 pernyataan

dengan pilihan jawaban „Ya‟ atau „Tidak‟ untuk menggambarkan variabel

yang diteliti pada subjek penelitian. Variabel stress tidak termasuk variabel

Page 66: pdf (cover - abstrak)

50

yang diteliti dengan 10 pernyataan tersebut karena variabel ini diteliti dengan

format pernyataan tersendiri.

Penelitian tentang variabel stress menggunakan format pernyataan

yang berbeda. Instrumen ini terdiri dari 10 pernyataan dengan skala likert.

Pernyataan pernyataan ini dikelompokkan menjadi dua bagian. Bagian

pertama terdiri dari peryataan satu sampai enam dengan pilihan jawaban:

„Tidak pernah‟ (0), „Hampir tidak pernah‟ (1), „Kadang-kadang‟ (2), „Cukup

sering‟ (3), dan „Sangat sering‟ (4). Bagian kedua terdiri dari pernyataan tujuh

sampai sepuluh dengan pilihan jawaban: „Tidak pernah‟ (4), „Hampir tidak

pernah‟ (3), „Kadang-kadang‟ (2), „Cukup sering‟ (1), dan „Sangat sering‟ (0).

Nilai normal hasil pengkajian ini pada laki-laki adalah 12 dan pada

perempuan adalah 14. Semakin tinggi nilai hasil pengkajian stress, semakin

tinggi tingkat stress subjek penelitian.

2. Uji Validitas

Validitas merupakan sesuatu yang menyatakan apa yang seharusnya

diukur.73

Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana ketepatan suatu

alat ukur dalam mengukur suatu data.74

Pada ini peneletian ini menggunakan kuesioner faktor risiko gaya

hidup hipertensi yang sebelumnya telah dilakukan uji validitas oleh Hesti.72

pada kuesioner ini ada 2 bagian yang dilakukan uji validitas. Bagian pertama

terdiri dari 8 pernyataan yang meneliti faktor risiko hipertensi dinyatakan

valid dengan nilai hitung diatas r tabel (0.361) antara 0.371 - 0.653. Bagian

Page 67: pdf (cover - abstrak)

51

kedua terdiri atas 10 pernyataan yang khusus membahas faktor stress

dinyatakan valid dengan nilai hitung diatas r tabel (0.361) antara 0.561 -

0.822.

3. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan adanya suatu kesamaan hasil apabila

pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda dan pada waktu yang

berbeda.67

Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap

konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih

terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama.75

Pengujian instrumen dilakukan pada 30 masyarakat RW 01 Srengseng

Sawah. Bagian pertama terdiri dari 8 pernyataan yang meneliti faktor risiko

hipertensi dengan nilai cronbach alpha 0.685 dan dikategorikan reliabel.

Bagian kedua terdiri atas 10 pernyataan yang khusus membahas faktor stress

dengan nilai cronbach alpha 0.867 dan dikategorikan sangat reliabel.

4. Prosedur Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

a) Prosedur Penelitian

1) Pengajuan surat izin pengambilan data awal kepada Bagian

Persuratan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro.

2) Memperoleh surat izin pengambilan data awal dari Fakultas

Kedokteran Universitas Diponegoro.

3) Pengajuan izin pengambilan data awal di Kesatuan Bangsa dan

Politik Kabupaten Semarang.

Page 68: pdf (cover - abstrak)

52

4) Memperoleh surat izin pengambilan data awal dari Kesatuan

Bangsa dan Politik Kabupaten Semarang.

5) Pengajuan izin pengambilan data awal di Dinas Kesehatan

Kabupaten Semarang.

6) Memperoleh surat izin pengambilan data awal dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Semarang.

7) Pengajuan izin pengambilan data awal di Puskesmas Sumowono

Kabupaten Semarang.

8) Memperoleh surat izin pengambilan data awal dari Puskesmas

Sumowono Kabupaten Semarang.

9) Pengajuan surat izin seminar proposal penelitian kepada Bagian

Persuratan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro.

10) Peneliti mengajukan permohonan penelitian kepada Kesatuan

Bangsa dan Politik Kabupaten Semarang.

11) Peneliti mengajukan permohonan penelitian kepada Dinas

Kesehatan Kabupaten Semarang.

12) Peneliti mengajukan permohonan penelitian kepada Kepala

Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang.

13) Peneliti akan mengajukan izin seminar hasil penelitian kepada

Bagian Persuratan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Diponegoro.

b) Cara Pengumpulan Data

Page 69: pdf (cover - abstrak)

53

1) Pengumpulan data dilakukan di Kecamatan Sumowono. Data

sekunder tentang informasi hipertensi masyarakat Sumowono

didapatkan dari Puskesmas Sumowono. Penelitian dilakukan

selama 16 hari.

2) Peneliti dibantu oleh satu asisten (Nur Ariffudin,S.Kep). Dasar

pendidikan yang sama antara peneliti dengan asisten

mempermudah dalam penjelasan tujuan penelitian oleh peneliti

dan mempermudah penjelasan prosedur penelitian kepada

responden yang ditangani oleh asisten. Asisten peneliti hanya

bertugas untuk membantu pengumpulan data.

3) Peneliti membagi wilayah pengumpulan data menjadi Sumowono

bagian utara dengan Sumowono bagian selatan antara peneliti

dengan asisten peneliti.

4) Peneliti memberikan penjelasan kepada asisten peneliti. Dimulai

dari latar belakang secara umum, tujuan dilakukan penelitian,

metode penelitian, prosedur penjelasan penelitian kepada

responden, pertanyaan pada kuesioner, prosedur pengisian

kuesioner, dan prosedur pengambilan kuesioner.

5) Peneliti menemui kepala desa tempat tinggal responden untuk

meminta ijin melakukan penelitian dan menanyakan secara tepat

lokasi rumah responden.

6) Peneliti menemui masyarakat penderita hipertensi di Kecamatan

Sumowono sesuai informasi yang didapat dari data sekunder.

Page 70: pdf (cover - abstrak)

54

7) Peneliti memberikan penjelasan mengenai tujuan dan prosedur

penelitian kepada responden terlebih dahulu. Responden yang

setuju kemudian diminta untuk menandatangani lembar

persetujuan menjadi responden dan selanjutnya mengisi kuesioner

sesuai dengan petunjuk.

8) Kuesioner diambil pada hari berikutnya. Kuesioner yang telah diisi

dikumpulkan oleh peneliti, lalu diperiksa kelengkapannya. Semua

data yang sudah terkumpul akan diolah dan dianalisis.

G. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

1. Teknik Pengolahan Data

a) Editing

Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data,

keterbacaan, konsistensi dan kelengkapan data yang terkumpul.75

Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah

data terkumpul. Sehingga jika terdapat beberapa data yang belum diisi

atau pengisian yang tidak sesuai dengan petunjuk, maka kuesioner

segera diperbaiki dengan jalan meminta responden untuk melengkapi

kuesioner yang belum diisi atau kurang lengkap.

b) Coding

Coding merupakan kegiatan mengklasifikasikan jawaban-jawaban

dari responden kedalam kategori tertentu. Klasifikasi dilakukan

dengan cara memberikan kode berbentuk angka pada masing-masing

jawaban.67

Pemberian kode ini bertujuan untuk mempermudahkan

Page 71: pdf (cover - abstrak)

55

peneliti dalam pengklasifikasian serta dalam pengolahan dan analisis

data menggunakan komputer.70

Page 72: pdf (cover - abstrak)

56

Tabel 3 Koding

Keterangan Coding

Bagian A Umur - -

Jenis Kelamin 1. Laki-laki 1

2. Perempuan 2

Tingkat Pendidikan

1. Tidak tamat SD/sederajat 1

2. Tamat SD/sederajat 2

3. Tamat SMP/sederajat 3

4. Tamat SMA/sederajat 4

5. Tamat Sarjana/diploma 5

Pekerjaan Utama

1. PNS 1

2. Pegawai swasta 2

3. Wiraswasta 3

4. Pensiun 4

5. Tidak bekerja 5

6. Petani 6

Kategori Hipertensi

1. Hipertensi tingkat 1 1

2. Hipertensi tingkat 2

2

Bagian B

Gaya Hidup : Bagian 1 1. Ya 1

2. Tidak 0

Gaya Hidup : Bagian 2

1. Ya 0

2. Tidak 1

Stress : Bagian 1

1. Tidak pernah 0

2. Hampir tidak pernah 1

3. Kadang-kadang 2

4. Cukup sering 3

5. Sangat sering 4

Stress : bagian 2

1. Tidak pernah 4

2. Hampir tidak pernah 3

3. Kadang-kadang 2

4. Cukup sering 1

5. Sangat sering 0

Page 73: pdf (cover - abstrak)

57

c) Entry Data

Entry data merupakan kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master table atau database computer,

kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau membuat table

kontingensi.70

d) Tabullating

Tabullating merupakan kegiatan menggambarkan jawaban responden

dengan cara tertentu. Peneliti melakukan tabulasi dengan

memasukkan data kedalam tabel yang telah dibuat. Peneliti

menggunakan program komputer untuk memudahkan dalam proses

tabulasi,. Selanjutnya data dihitung untuk mengetahui distribusi

frekuensinya.70

2. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa

univariat. Analisa univariat adalah suatu prosedur untuk menganalisa data

dari suatu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil

penelitian.74

Analisa univariat dilakukan untuk menganalisa tiap variabel

dari suatu penelitian dan berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil

pengukuran sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi

yang berguna.75

Variabel yang dianalisis adalah karakteristik responden

(usia, tingkat pendidikan, pekerjaan,dan kategori hipertensi) serta gaya

hidup penderita hipertensi dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

H. Etika Penelitian

Page 74: pdf (cover - abstrak)

58

Pengambilan data yang dilakukan dengan memperhatikan etika

penelitian, yaitu :66

1. Respect to Person / Autonomy

Respect to Person / Autonomy merupakan menghormati hak-hak

yang dimiliki responden. Peneliti memberikan lembar persetujuan dan

penjelasan mengenai prosedur pengambilan data. Lembar persetujuan

adalah cara persetujuan antara peneliti dan responden dengan cara

memberikan lembar persetujuan sebelum dilakukan penelitian. Peneliti

menjelaskan secara singkat mengenai tujuan penelitian, lalu memberikan

lembar persetujuan kepada responden dan responden yang bersedia

menandatangani lembar persetujuan tersebut. Peneliti memberikan

jaminan perlindungan pada responden tentang kerugian atau

penyalahgunaan penelitian.

2. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan merupakan etika penelitian dengan cara menjamin

kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi yang diberikan secara lisan

maupun tertulis pada lembar kuesioner. Data dan informasi yang

ditampilkan dalam laporan penelitian hanya berupa kode responden dan

jawaban dari kuesioner. Peneliti meminta responden untuk tidak

mencantumkan nama pada lembar kuesioner, namun menggunakan kode

yang telah disiapakan peneliti. Etika anonymity ini bertujuan untuk

menjaga privasi responden.

3. Bermanfaat (Beneficence)

Page 75: pdf (cover - abstrak)

59

Prinsip bermanfaat yaitu menyangkut kewajiban membantu dan

tidak merugikan responden. Penelitian dilakukan dengan mengupayakan

manfaat yang maksimal dengan kerugian yang minimal. Peneliti tidak

melakukan hal-hal yang berbahaya bagi responden penelitian.

4. Keadilan (Justice)

Peneliti memberikan perlakuan yang sama pada setiap responden

tanpa membeda-bedakan satu dengan lainnya. Setiap responden

diperlakukan sama dan tidak diskriminatif dalam memperoleh haknya.

Prinsip etika keadilan termasuk keadilan distributif yang mempersyaratkan

pembagian seimbang antara beban dan manfaat.

Page 76: pdf (cover - abstrak)

60

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 7 bulan dengan pengambilan data

dilakukan pada tanggal 22 Desember - 9 Januari 2015 di Balai Pengobatan

Umum (BP Umum) Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang dan rumah

responden yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sumowono yaitu desa

Bumen, Candigaron, Duren, Jubelan, Kebonagung, Kemawi, Kemitir,

Keseneng, Lanjan, Losari, Mendongan, Ngadikerso, Piyanggang, Pledokan,

Sumowono, dan Trayu. Responden dalam penelitian ini berjumlah 135

penderita hipertensi.

Pada Bab ini menguraikan tentang gambaran karakteristik demografi

responden (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, kategori

hipertensi, lama menderita penyakit hipertensi, dan komplikasi), dan gaya

hidup responden (kebiasaan makanan, kebiasaan merokok, aktifitas fisik, dan

stress). Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan dengan pengolah data

yang menghasilkan frekuensi. Hasil analisis dari penelitian ini disajikan dalam

tabel distribusi frekuensi.

62

Page 77: pdf (cover - abstrak)

61

B. Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi Responden

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (n=135)

Karakteristik responden Frekuensi %

Jenis Kelamin

Laki-laki 80 59.3%

Perempuan 55 40.7%

Umur responden

18-40 tahun 28 20.7%

41-60 tahun 82 60.7%

61 tahun keatas 25 18.5%

Tingkat pendidikan

Tidak tamat SD/Sederajat 28 20.7%

Tamat SD/Sederajat 52 38.5%

Tamat SMP/Sederajat 34 25.2%

Tamat SMA/Sederajat 21 15.6%

Pekerjaan

Pegawai Swasta 21 15.6%

Wiraswasta 30 22.2%

Pensiun 3 2.2%

Tidak bekerja 3 2.2%

Petani 78 57.8%

Page 78: pdf (cover - abstrak)

62

Kategori Hipertensi

Tingkat 1 92 68.1%

Tingkat 2 43 31.9%

Lama menderita Hipertensi

1-5 tahun 101 74.8%

6-10 tahun 23 17.0%

Lebih dari 10 tahun 11 8.1%

Komplikasi

Tidak ada komplikasi penyakit 135 100%

Total 135 100%

Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden adalah laki-laki

(59.3%), sebagian besar memiliki usia antara 41-60 tahun (60.7%), dengan tingkat

pendidikan responden paling banyak pada kelompok tamat SD/Sederajat (38.5%),

dan pekerjaan responden lebih dari separuh adalah sebagai petani (57.8%).

Berkaitan dengan penyakit hipertensi responden, sebagian besar menderita

kategori hipertensi tingkat 1 (68.1%), dan mayoritas sudah menderita 1-5 tahun

(74.8%). Semua responden tidak memiliki komplikasi penyakit selain hipertensi

(100%).

C. Distribusi Frekuensi Gaya Hidup Responden

1. Kebiasaan Makan Responden

Page 79: pdf (cover - abstrak)

63

Tabel 5

Distribusi frekuensi Kategori Kebiasaan Konsumsi Makanan Responden

(n=135)

Kategori Kebiasaan Makan

Responden

Frekuensi %

Baik 54 40.0%

Tidak baik 81 60.0%

Total 135 100%

Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki

kategori kebiasaan makan yang tidak baik (60.0%).

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden (n=135)

Kebiasaan makan responden Frekuensi %

Konsumsi makanan asin

Ya 104 77.0%

Tidak 31 23.0%

Total 135 100%

Konsumsi makanan berlemak

Ya 87 64.4%

Page 80: pdf (cover - abstrak)

64

Tidak 48 35.6%

Total 135 100%

Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden suka

menkonsumsi makanan asin 3 kali dalam seminggu atau lebih (77.0%).

Sebagian besar responden juga suka menkosumsi makanan berlemak

seperti gorengan, jeroan, daging kambing, telur ayam, daging sapi, dan

memakannya 3 kali dalam seminggu atau lebih (64.4%).

a. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan Jenis

Kelamin

Tabel 7

Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan Jenis

Kelamin (n=135)

Jenis Kelamin f(%)

Total

Laki laki Perempuan

Kebiasaan makan

Baik 27 (50.0%) 27 (50.0%) 54

Tidak baik 53 (65.4%) 28 (34.6%) 81

Total 80 (59.3%) 55 (40.7%) 135

Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden

yang memiliki kategori kebiasaan makan tidak baik adalah laki laki

(65.4%) dan yang memiliki kategori kebiasaan makan baik setara

antara laki-laki dan perempuan.

b. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan

Kategori Usia

Tabel 8

Page 81: pdf (cover - abstrak)

65

Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan

Kategori Usia (n=135)

Kategori Usia f(%)

Total

18-40 th 41-60 th > 61 th

Kebiasaan makan

Baik 7 (13.0%) 37 (68.5%) 10 (18.5%) 54

Tidak

baik 21 (25.9%) 45 (55.6%) 15 (18.6%) 81

Total 28 (20.7%) 82 (60.7%) 25 (18.5%) 135

Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden

yang memiliki kategori kebiasaan makan tidak baik berada pada

kategori usia dewasa madya (41-60 th)(55.6%).

c. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan

Tingkat Pendidikan

Tabel 9

Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan

tingkat pendidikan (n=135)

Tingkat Pendidikan f(%)

Total Tidak tamat

SD/

sederajat

Tamat

SD/

sederajat

Tamat

SMP/

sederajat

Tamat

SMA/

sederajat

Kebiasaan

makan

Baik 8 (14.8%) 36

(66.7%) 7 (13.0%) 3 (5.6%) 54

Tidak baik 20 (24.7%) 16

(19.8%)

27

(33.3%)

18

(22.2%) 81

Total 28 (20.7%) 52

(38.5%)

34

(25.2%)

21

(15.6%) 135

Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa responden yang memiliki

kategori kebiasaan makan tidak baik paling banyak pada kelompok

responden dengan tingkat tamat SMP/sederajat (33.3%).

Page 82: pdf (cover - abstrak)

66

d. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan

Pekerjaan

Tabel 10

Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan

pekerjaan (n=135)

Pekerjaan f(%)

Total Pegawai

swasta

Wira

swasta Pensiun

Tidak

bekerja

Petani

Kebiasaan

makan

Baik 8

(14.8%) 5 (9.3%) 3 (5.6%) 0 (0%)

38

(70.4%) 54

Tidak

baik

13

(16.0%)

25

(30.9%) 0 (0%) 3 (3.7%)

40

(49.4%) 81

Total 21

(15.6%)

30

(22.2%) 3 (2.2%) 3 (2.2%)

78

(57.8%) 135

Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang

memiliki kategori kebiasaan makan tidak baik bekerja sebagai petani

(49.4%).

e. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan

Kategori Hipertensi

Tabel 11

Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan

kategori hipertensi (n=135)

Kategori Hipertensi f(%)

Total Tingkat 1 Tingkat 2

Kebiasaan makan Baik 33 (61.1%) 21 (38.9%) 54

Tidak baik 59 (72.8%) 22 (27.2%) 81

Total 92 (68.1%) 43 (31.9%) 135

Page 83: pdf (cover - abstrak)

67

Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden yang

memiliki kategori kebiasaan makan tidak baik berada pada kategori

hipertensi tingkat 1 (72.8%).

f. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan Lama

Menderita Hipertensi

Tabel 12

Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan lama

menderita (n=135)

Lama menderita f(%)

Total

1-5 th 6-10 th > 10 th

Kebiasaan makan

Baik 39 (72.2%) 8 (14.8%) 7 (13.0%) 54

Tidak

baik 62 (76.5%) 15 (18.5%) 4 (4.9%) 81

Total 101 (74.8%) 23 (17.0%) 11 (8.1%) 135

Tabel 12 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden yang

memiliki kategori kebiasaan makan tidak baik sudah menderita

hipertensi selama 1-5 tahun (76.5%).

2. Data Kebiasaan Merokok Responden

Tabel 13

Distribusi frekuensi Kategori Kebiasaan Merokok Responden (n=135)

Kategori Kebiasaan Merokok Frekuensi %

Rendah paparan asap rokok 27 20.0%

Tinggi paparan asap rokok 108 80.0%

Total 135 100%

Tabel 13 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki

kategori tinggi paparan asap rokok (80.0%).

Page 84: pdf (cover - abstrak)

68

Tabel 14

Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden (n=135)

Kebiasaan merokok responden Frekuensi %

Responden yang saat ini perokok

Ya 66 48.9%

Tidak 69 51.1%

Total 135 100%

Mempunyai kebiasaan merokok

lebih dari 2 bungkus setiap hari

Ya 32 35.6%

Tidak 103 64.4%

Total 135 100%

Anggota keluarga responden ada

yang merokok

Ya 100 74.1%

Tidak 35 25.9%

Total 135 100%

Sering terpapar dengan asap

rokok

Ya 81 60.0%

Tidak 54 40.0%

Total 135 100%

Page 85: pdf (cover - abstrak)

69

Tabel 14 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden saat ini

bukan perokok (51.1%), anggota keluarga responden sebagian besar ada

yang merokok (74.1%) dan responden sebagian besar sering terpapar asap

rokok (60.0%).

a. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan

Jenis Kelamin

Tabel 15

Distribusi Frekuensi Kebiasaan merokok Responden berdasarkan

Jenis Kelamin (n=135)

Jenis Kelamin f(%)

Total Laki laki Perempuan

Kebiasaan merokok

(paparan asap rokok)

Rendah 14 (51.9%) 13 (48.1%) 27

Tinggi 66 (61.1%) 42 (38.9%) 108

Total 80 (59.3%) 55 (40.7%) 135

Tabel 15 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang

memiliki kategori tinggi paparan asap rokok adalah laki laki (61.1%).

b. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan

Kategori Usia

Tabel 16

Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan

Kategori Usia (n=135)

Kategori Usia f(%)

Total 18-40 th 41-60 th > 61 th

Page 86: pdf (cover - abstrak)

70

Kebiasaan

merokok

(paparan asap

rokok)

Rendah 6 (22.2%) 9 (33.3%) 12 (44.4%) 27

Tinggi 22 (20.4%) 73 (67.6%) 13 (12.0%) 108

Total 28 (20.7%) 82 (60.7%) 25 (18.5%) 135

Tabel 16 di atas menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden

yang memiliki kategori tinggi paparan asap rokok berada pada

kategori usia dewasa madya (41-60 th)(67.6%).

c. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan

Tingkat Pendidikan

Tabel 17

Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan

tingkat pendidikan (n=135)

Tingkat Pendidikan f(%)

Total Tidak tamat

SD/

sederajat

Tamat

SD/

sederajat

Tamat

SMP/

sederajat

Tamat

SMA/

sederajat

Kebiasaan

merokok

(paparan

asap rokok)

Rendah 12 (44.4%) 5 (18.5%) 6 (22.2%) 4

(14.8%) 27

Tinggi 16 (14.8%) 47

(43.5%)

28

(25.9%)

17

(15.7%) 108

Total 28 (20.7%) 52

(38.5%)

34

(25.2%)

21

(15.6%) 135

Tabel 17 di atas menunjukkan bahwa responden yang memiliki

kategori tinggi parapan asap rokok paling banyak pada kelompok

responden dengan tingkat tamat SD/sederajat (43.5%).

Page 87: pdf (cover - abstrak)

71

d. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan

Pekerjaan

Tabel 18

Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan

pekerjaan (n=135)

Pekerjaan f(%)

Total Pegawai

swasta

Wira

swasta Pensiun

Tidak

bekerja

Petani

Kebiasaan

merokok

(paparan

asap

rokok)

Rendah 0 (0%) 5 (18.5%) 3

(11.1%)

3

(11.1%)

16

(59.3%) 27

Tinggi 21

(19.4%)

25

(23.1%) 0 (0%) 0 (0%)

62

(57.4%) 108

Total 21

(15.6%)

30

(22.2%) 3 (2.2%) 3 (2.2%)

78

(57.8%) 135

Tabel 18 di atas menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden

yang memiliki kategori tinggi paparan asap rokok bekerja sebagai

petani (57.4%).

e. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan

Kategori Hipertensi

Tabel 19

Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan

kategori hipertensi (n=135)

Kategori Hipertensi f(%)

Total

Tingkat 1 Tingkat 2

Kebiasaan merokok

(paparan asap rokok)

Rendah 14 (51.9%) 13 (48.1%) 27

Tinggi 78 (72.2%) 30 (27.8%) 108

Total 92 (68.1%) 43 (31.9%) 135

Page 88: pdf (cover - abstrak)

72

Tabel 19 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden yang

memiliki kategori tinggi paparan asap berada pada kategori hipertensi

tingkat 1 (72.2%).

f. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan

Lama Menderita Hipertensi

Tabel 20

Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan

lama menderita (n=135)

Lama menderita f(%)

Total

1-5 th 6-10 th > 10 th

Kebiasaan merokok

(paparan asap

rokok)

Rendah 17 (63.0%) 4 (14.8%) 6 (22.2%) 27

Tinggi 84 (77.8%) 19 (17.6%) 5 (4.6%) 108

Total 101 (74.8%) 23 (17.0%) 11 (8.1%) 135

Tabel 20 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden yang

memiliki kategori kebiasaan makan tidak baik sudah menderita

hipertensi selama 1-5 tahun (77.8%).

3. Data Kebiasaan Aktifitas Fisik Responden

Tabel 21

Distribusi Frekuensi Kategori Kebiasaan Aktifitas fisik (n=135)

Kategori Kebiasaan aktifitas fisik Frekuensi %

Cukup 68 50.4%

Tidak cukup 67 49.6%

Total 135 100%

Tabel 21 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar kateogri aktifitas fisik

responden cukup (50.4%).

Page 89: pdf (cover - abstrak)

73

Tabel 22

Distribusi Frekuensi Kebiasaan Aktifitas Fisik Responden (n=135)

Kebiasaan aktifitas fisik Frekuensi %

Berolah raga

Ya 68 50.4%

Tidak 67 49.6%

Total 135 100%

Waktu 30-45 menit setiap berolah

raga

Ya 68 50.4%

Tidak 67 49.6%

Total 135 100%

Tabel 22 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden terbiasa

berolah raga rutin 2-3 kali setiap minggu dan menggunakan waktu 30-45

menit setiap kali berolah raga (50.4%).

a. Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin

Tabel 23

Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden berdasarkan Jenis

Kelamin (n=135)

Jenis Kelamin f(%)

Total

Laki laki Perempuan

Aktifitas fisik Cukup 37 (54.4%) 31 (45.6%) 68

Tidak cukup 43 (64.2%) 24 (35.8%) 67

Total 80 (59.3%) 55 (40.7%) 135

Page 90: pdf (cover - abstrak)

74

Tabel 23 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang

memiliki kategori aktifitas fisik tidak cukup adalah laki laki (64.2%).

b. Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden Berdasarkan Kategori

Usia

Tabel 24

Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden berdasarkan Kategori

Usia (n=135)

Kategori Usia f(%)

Total

18-40 th 41-60 th > 61 th

Aktifitas fisik

Cukup 13 (19.1%) 52 (76.5%) 3 (4.4%) 68

Tidak

cukup 15 (22.4%) 30 (44.8%) 22 (32.8%) 67

Total 28 (20.7%) 82 (60.7%) 25 (18.5%) 135

Tabel 24 di atas menunjukkan bahwa responden yang memiliki

kategori aktifitas fisik tidak cukup paling banyak berada pada

kelompok kategori usia dewasa madya (41-60 th)(44.8%).

c. Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan

Tabel 25

Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden berdasarkan tingkat

pendidikan (n=135)

Tingkat Pendidikan f(%)

Total Tidak tamat

SD/

sederajat

Tamat

SD/

sederajat

Tamat

SMP/

sederajat

Tamat

SMA/

sederajat

Page 91: pdf (cover - abstrak)

75

Aktifitas

fisik

Cukup 11 (16.2%) 38

(55.9%)

19

(27.9%) 0 (0%) 68

Tidak

cukup 17 (25.4%)

14

(20.9%)

15

(22.4%)

21

(31.3%) 67

Total 28 (20.7%) 52

(38.5%)

34

(25.2%)

21

(15.6%) 135

Tabel 25 di atas menunjukkan bahwa responden yang memiliki

kategori aktifitas fisik tidak cukup paling banyak pada kelompok

responden dengan tingkat tamat SMA/sederajat (31.3%).

d. Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 26

Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden berdasarkan pekerjaan

(n=135)

Pekerjaan f(%)

Total Pegawai

swasta

Wira

swasta Pensiun

Tidak

bekerja

Petani

Aktifitas

fisik

Cukup 18

(26.5%)

17

(25.0%) 0 (0%) 0 (0%)

33

(48.5%) 68

Tidak

cukup 3 (4.5%)

13

(19.4%) 3 (4.5%) 3 (4.5%)

45

(67.2%) 67

Total 21

(15.6%)

30

(22.2%) 3 (2.2%) 3 (2.2%)

78

(57.8%) 135

Tabel 26 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang

memiliki kategori aktifitas fisik cukup bekerja sebagai petani (48.5%).

e. Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden Berdasarkan Kategori

Hipertensi

Tabel 27

Page 92: pdf (cover - abstrak)

76

Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden berdasarkan kategori

hipertensi (n=135)

Kategori Hipertensi f(%)

Total

Tingkat 1 Tingkat 2

Aktifitas fisik

Cukup 48 (70.6%) 20 (29.4%) 68

Tidak cukup 44 (65.7%) 23 (34.3%) 67

Total 92 (68.1%) 43 (31.9%) 135

Tabel 27 di atas menunjukkan bahwa sebagian responden yang

memiliki kategori tinggi paparan asap berada pada kategori hipertensi

tingkat 1 (65.7%).

f. Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden Berdasarkan Lama

Menderita

Tabel 28

Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden berdasarkan lama

menderita (n=135)

Lama menderita f(%)

Total 1-5 th 6-10 th > 10 th

Aktifitas

fisik

Cukup 57 (83.8%) 9 (13.2%) 2 (2.9%) 68

Tidak cukup 44 (65.7%) 14 (20.9%) 9 (13.4%) 67

Total 101 (74.8%) 23 (17.0%) 11 (8.1%) 135

Tabel 28 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang

memiliki kategori aktifitas fisik tidak cukup sudah menderita

hipertensi selama 1-5 tahun (65.7%).

4. Data Stress Responden

Tabel 29

Page 93: pdf (cover - abstrak)

77

Distribusi Frekuensi Kategori Stress Responden (n=135)

Kategori Stress Frekuensi %

Stress 95 70.4%

Tidak stress 40 29.6%

Total 135 100%

Tabel 29 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden

mengalami stress (70.4%).

a. Distribusi Frekuensi Stress Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 30

Distribusi Frekuensi Stress Responden berdasarkan Jenis Kelamin

(n=135)

Jenis Kelamin f(%)

Total Laki laki Perempuan

Kategori Stress Stress 61 (64.2%) 34 (35.8%) 95

Tidak stress 19 (47.5%) 21 (52.5%) 40

Total 80 (59.3%) 55 (40.7%) 135

Tabel 30 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang

mengalami stress adalah laki-laki (64.2%).

b. Distribusi Frekuensi Stress Responden Berdasarkan Kategori Usia

Tabel 31

Distribusi Frekuensi Stress Responden berdasarkan Kategori Usia

(n=135)

Kategori Usia f(%)

Total 18-40 th 41-60 th > 61 th

Kategori Stress Stress 22 (23.2%) 65 (68.4%) 8 (8.4%) 94

Tidak 6 (15.0%) 17 (42.5%) 17 (42.5%) 40

Page 94: pdf (cover - abstrak)

78

stress

Total 28 (20.7%) 82 (60.7%) 25 (18.5%) 135

Tabel 31 di atas menunjukkan bahwa responden yang mengalami

stress paling banyak berada pada kelompok kategori usia dewasa

madya (41-60 th) dan dewasa lanjut (61 tahun keatas) dengan jumlah

yang sama (42.5%).

c. Distribusi Frekuensi Stress Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan

Tabel 32

Distribusi Frekuensi Stress Responden berdasarkan tingkat pendidikan

(n=135)

Tingkat Pendidikan f(%)

Total Tidak tamat

SD/

sederajat

Tamat

SD/

sederajat

Tamat

SMP/

sederajat

Tamat

SMA/

sederajat

Kategori

Stress

Stress 15 (15.8%) 36

(37.9%)

26

(27.4%)

18

(18.9%) 95

Tidak

stress 13 (32.5%)

16

(40.0%) 8 (20.0%) 3 (7.5%) 40

Total 28 (20.7%) 52

(38.5%)

34

(25.2%)

21

(15.6%) 135

Tabel 25 di atas menunjukkan bahwa responden yang mengalami

stress paling banyak pada kelompok responden dengan tingkat tamat

SD/sederajat (31.3%).

Page 95: pdf (cover - abstrak)

79

d. Distribusi Frekuensi Stress Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 33

Distribusi Frekuensi Stress Responden berdasarkan pekerjaan (n=135)

Pekerjaan f(%)

Total Pegawai

swasta

Wira

swasta Pensiun

Tidak

bekerja

Petani

Kategori

Stress

Stress 18

(26.5%)

17

(25.0%) 0 (0%) 0 (0%)

33

(48.5%) 68

Tidak

stress 3 (4.5%)

13

(19.4%) 3 (4.5%) 3 (4.5%)

45

(67.2%) 67

Total 21

(15.6%)

30

(22.2%) 3 (2.2%) 3 (2.2%)

78

(57.8%) 135

Tabel 33 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden yang

mengalami stress bekerja sebagai petani (67.2%).

e. Distribusi Frekuensi Stress Responden Berdasarkan Kategori

Hipertensi

Tabel 34

Distribusi Frekuensi Stress Responden berdasarkan kategori hipertensi

(n=135)

Kategori Hipertensi f(%)

Total

Tingkat 1 Tingkat 2

Kategori Stress

Stress 67 (70.5%) 28 (29.5%) 95

Tidak stress 25 (62.5%) 15 (37.5%) 40

Total 92 (68.1%) 43 (31.9%) 135

Page 96: pdf (cover - abstrak)

80

Tabel 34 di atas menunjukkan bahwa sebagian responden yang

mengalami stress berada pada kategori hipertensi tingkat 1 (65.7%).

f. Distribusi Frekuensi Stress Responden Berdasarkan Lama Menderita

Tabel 35

Distribusi Frekuensi Stress Responden berdasarkan lama menderita

(n=135)

Lama menderita f(%)

Total 1-5 th 6-10 th > 10 th

Kategori

Stress

Stress 75 (78.9%) 19 (20.0%) 1 (1.1%) 95

Tidak stress 26 (65.0%) 4 (10.0%) 10 (8.1%) 40

Total 101 (74.8%) 23 (17.0%) 11 (8.1%) 135

Tabel 35 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang

mengalami stress sudah menderita hipertensi selama 1-5 tahun

(65.0%).

Page 97: pdf (cover - abstrak)

81

BAB V

PEMBAHASAN

A. Gambaran Karakteristik Demografi Responden

Karakteristik demografi responden pada penelitian ini adalah usia,

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, lama waktu menderita hipertensi,

kategori hipertensi, dan komplikasi. Pembahasan hasil penelitian didasarkan

pada hasil analisis univariat dan bivariat di Bab IV Hasil Penelitian.

1. Usia

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa usia responden

terbanyak adalah rentang 41 sampai 60 tahun dengan presentase 60.7%.

Penelitian yang dilakukan oleh Indrawati76

juga menyatakan bahwa umur

adalah faktor risiko yang paling tinggi pengaruhnya terhadap kejadian

hipertensi.

Umur merupakan faktor risiko kuat yang tidak dapat dimodifikasi.

Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan seiring bertambahnya usia,

kebanyakan orang hipertensinya meningkat ketika berumur lima puluhan

dan enam puluhan.52

Dengan bertambahnya umur, risiko terjadinya

hipertensi meningkat. Hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun

paling sering dijumpai pada usia 35 tahun atau lebih. Hal ini disebabkan

oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon. Apabila

81

Page 98: pdf (cover - abstrak)

82

perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya

hipertensi.51, 52

2. Jenis kelamin

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jenis kelamin

responden terbanyak adalah laki-laki dengan presentase 59.3%. Black

dan Izzo77

yang menyebutkan bahwa tingkat kejadian hipertensi akan

lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan pada usia di bawah

55 tahun.

Beberapa ahli masih mempunyai kesimpulan berbeda tentang hal

ini. Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat

angka yang cukup bervariasi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah

didapatkan angka prevalensi hipertensi sebesar 6,0% untuk pria dan

11,6% untuk wanita. Prevalensi hipertensi di Sumatera Barat sebesar

18,6% pria dan 17,4% perempuan, sedangkan daerah perkotaan di

Jakarta didapatkan 14,6% pria dan 13,7% wanita.78

Hasil penelitian ini berbeda dengan teori Bustan yang

menyatakan bahwa wanita lebih banyak yang menderita hipertensi

dibanding pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen

pada wanita.21

Hormon estrogen berperan dalam regulasi tekanan darah,

berhentinya produksi estrogen akibat proses penuaan berdampak pada

peningkatan tekanan darah pada wanita.22

Page 99: pdf (cover - abstrak)

83

3. Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden dengan

tingkat pendidikan tamat SD/Sederajat memiliki presentase terbanyak

yaitu sebesar 38.5%. Hubungan antara pendidikan dengan tekanan darah

pada penelitian Febby59

ada hubungan yang bermakna (p = 0,042).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Yusida79

yang menemukan ada

hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kejadian hipertensi

dengan nilai p = 0,023 dan OR = 1,721. Hal ini juga sejalan dengan hasil

Riskesdas6 yang menyatakan bahwa penyakit hipertensi cenderung tinggi

pada pendidikan rendah dan menurun sesuai dengan peningkatan

pendidikan. Tingginya angka hipertensi pada responden yang memiliki

tingkat pendidikan rendah ini dimungkinkan karena tingkat pengetahuan

dan pemahaman yang dimiliki oleh responden juga kurang tentang

hiepertensi. Saputro pada penelitianya menyatakan bahwa ada hubungan

yang bermakna antara tingkat pengetahuan klien tentang hipertensi

dengan kepatuhan dalam menjalankan diit hipertensi.

4. Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan

responden terbanyak adalah sebagai petani sebesar 57.8%. Hal ini juga

sejalan dengan hasil Riskesdas6

yang menyatakan bahwa penyakit

hipertensi cenderung tinggi pada masyarakat dengan pekerjaan sebagai

petani/buruh/nelayan. Sigarlaki20

pada penelitianya juga mendapatkan

hasil bahwa responden hipertensi paling banyak adalah pada petani dengan

presentase 82,35%. Pada penelitian ini dimungkinkan responden dengan

Page 100: pdf (cover - abstrak)

84

pekerjaan sebagai petani akan mempengaruhi keadaan sosial ekonomi

yang rendah, yang mungkin berkontribusi pada tingginya angka stress

pada subjek penelitian.

5. Kategori hipertensi, lama waktu menderita hipertensi dan komplikasi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden

terbanyak adalah kategori hipertensi tingkat 1 dengan presentase sebesar

68.1%, sedangkan kategori tingkat 2 sebesar 31.9%. Kemudian hasil

penelitian dari lawa waktu responden menderita hipertensi menunjukkan

bahwa responden paling banyak sudah menderita hipertensi antara 1

sampai 5 tahun, dengan presentase sebesar 74.8%. Tidak ada responden

yang menyatakan memiliki komplikasi penyakit selain hipertensi. Hasil

penelitian juga menunjukkan bahwa responden yang memiliki kategori

hipertensi tingkat 1 mayoritas sudah menderita selama 1 sampai 5 tahun

(73.9%). Responden yang memiliki kategori tingkat 2 sebagian besar juga

sudah menderita selama 1 sampai 5 tahun (76.7%).

Pada penelitian ini, peneliti tidak menggambarkan antara kategori

hipertensi, lama waktu menderita hipertensi dan komplikasi dengan

kejadian hipertensi. Peneliti lebih memprioritaskan untuk mengetahui

sebaran kategori hipertensi di subjek penelitian yang akan digunakan

sebagai dasar tindak lanjut dari penelitian ini, misalnya pemberian

penyuluhan kesehatan tentang pencegahan hipertensi melalui pengendalian

faktor risiko hipertensi.

B. Gambaran Gaya Hidup Responden

Page 101: pdf (cover - abstrak)

85

Gaya Hidup responden pada penelitian ini adalah kebiasaan makanan,

kebiasaan merokok, aktifitas fisik, dan stress. Pembahasan hasil penelitian

didasarkan pada hasil analisis univariat dan bivariat di Bab IV Hasil

Penelitian.

1. Gaya Hidup : Kebiasaan Makanan

Pada penelitian tentang kebiasaan makanan responden ini menilai

kebiasaan konsumsi makanan asin dan makanan berlemak seperti

gorengan, jeroan, daging kambing, telur ayam, dan daging sapi. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki

kebiasaan makan yang tidak baik dengan presentase 60.0%. Responden

dengan kategori kebiasaan makanan tidak baik berada pada rentang usia

40 sampai 60 tahun, dengan jenis kelamin laki-laki dan tingkat pendidikan

tamat SMP/sederajat, serta memiliki pekerjaan sebagai petani. Sebagian

besar responden yang memiliki kebiasaan makanan tidak baik berada pada

hipertensi tingkat 1, dan sebagian besar juga telah menderita hipertensi

pada rentang 1 sampai 5 tahun.

Hasil penelitian juga menunjukkan responden dengan kebiasaan

makanan tidak baik terbagi dalam semua kategori rentang usia dewasa,

dengan presentase terbanyak sebesar 55.6% pada rentang usia dewasa

madya (40-60 tahun). Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara

jenis kelamin laki-laki dan perempuan, dengan presentase terbanyak

sebesar 65.4% pada jenis kelamin laki-laki. Berdasarkan tingkat

pendidikan responden presentase setiap tingkat pendidikan hampir sama,

presentase terbesar pada tingkat tamat SMP/sederajat sebesar 33.3%, tetapi

Page 102: pdf (cover - abstrak)

86

terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada pekerjaan responden,

presentase terbesar adalah pada petani sebesar 49.4%. Kemudian

berdasarkan kategori hipertensi responden yang memiliki kebiasaan

makanan tidak baik sebesar 72.8% pada hipertensi tingkat 1, dan terdapat

perbedaan yang cukup signifikan dalam lama waktu menderita hipertensi,

yaitu sebesar 76.5% pada kategori 1 sampai 5 tahun.

Terdapat 2 pertanyaan tentang kebiasaan konsumsi makanan

responden. Pertanyaan pertama menilai apakah responden mengkonsumsi

makanan asin dan memakannya 3 kali dalam seminggu atau lebih.

Sebagian besar responden menyatakan mengkonsumsi dengan presentase

sebesar 77%. Pertanyaan kedua menilai apakah responden mengkonsumsi

makanan berlemak seperti gorengan, jeroan, daging kambing, telur ayam,

daging sapi dan memakannya 3 kali dalam seminggu atau lebih. Sebagian

besar responden menyatakan mengkonsumsi dengan presentase sebesar

64.4%.

Hasil penelitian ini sebanding dengan peneltian Aris19

yang

menyatakan sering mengkonsumsi asin merupakan faktor risiko terjadinya

hipertensi. Aris juga menyatakan kebiasaan sering mengkonsumsi lemak

jenuh merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi. Penelitian Agnesia29

juga menyatakan bahwa kebiasaan sering mengkonsumsi garam

merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi, tetapi berbeda

pada kebiasaan konsumsi lemak, oleh karena nilai p tidak < 0,05, maka

kebiasaan konsumsi lemak tidak signifikan sebagai faktor risiko

hipertensi. Hesti72

juga menyatakan bahwa subjek penelitian yang sering

Page 103: pdf (cover - abstrak)

87

mengonsumsi makanan asin lebih cenderung menderita hipertensi

dibandingkan subjek penelitian yang tidak pernah mengonsumsi makanan

asin, tetapi hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara

kebiasaan mengonsumsi makanan lemak jenuh dengan kejadian hipertensi.

Suoth31

pada penelitianya menyatakan ada hubungan yang bermakna

antara tingkat gaya hidup : konsumsi makanan dengan kejadian hipertensi

di Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat. Selanjutnya nilai koefisien

korelasi Spearman rho (r) sebesar 0,495 menunjukkan bahwa kekuatan

korelasi yaitu cukup.

Pada penelitian ini mendapatkan hasil bahwa lebih banyak

responden yang memiliki kategori kebiasaan makan tidak baik. Data

karakteristik dan gemografi responden menunjukkan hasil responden

mayoritas memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Kelompok paling

banyak adalah tamat SD/sederajat (38.5%), dan tamat SMP/sederajat

(25.2%). Tidak ada responden yang memiliki tingkat tamat

Sarjana/Diploma, bahkan untuk responden dengan tingkat tamat

SMA/sederajat cukup sedikit (15.6%). Hasil ini sejalan dengan masyarakat

desa yang identik dengan tingkat pendidikan rendah. Masyarakat yang

berpendidikan rendah berkaitan dengan rendahnya kesadaran untuk

berperilaku hidup sehat dan rendahnya akses terhadap sarana pelayanan

kesehatan.79

Saputro82

pada penelitianya menyatakan ada hubungan yang

bermakna antara tingkat pengetahuan klien tentang hipertensi dengan

kepatuhan dalam menjalankan diit hipertensi. Rendahnya tingkat

pendidikan masyarakat desa bisa menjadi faktor penyebab kurangnya

Page 104: pdf (cover - abstrak)

88

pengetahuan serta kepatuhan dalam menjalani gaya hidup yang baik untuk

penderita hipertensi.

Garam khususnya kandungan sodium di dalamnya berkontribusi

pada peningkatan tekanan darah. Konsumsi sodium akan mengaktifkan

mekanisme vasopresor dalam sistem saraf pusat dan menstimulasi

terjadinya retensi air yang berakibat pada peningkatan tekanan darah.80

Kemudian adanya keterkaitan antara konsumsi lemak jenuh dengan

kejadian hipertensi. Konsumsi makanan tinggi lemak, khususnya lemak

jenuh merupakan salah satu faktor risiko hipertensi.81

Lemak jenuh tidak

menyehatkan jantung karena dapat meningkatkan kolesterol LDL (Low

Density Lippoprotein).82

Kolesterol tinggi merupakan faktor risiko utama

atherosklerosis yang merupakan penyebab masalah kardiovaskuler

termasuk hipertensi.81

2. Gaya Hidup : Aktifitas Fisik

Pada penelitian tentang kebiasaan aktifitas fisik responden ini

menilai kebiasaan olah raga secara rutin serta waktu yang digunakan

dalam setiap olah raga tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

hampir tidak ada perbedaan yang signifikan antara responden yang

memiliki kebiasaan atifitas fisik yang cukup dan yang tidak cukup.

Responden dengan kategori aktifitas fisik yang cukup memiliki presentase

yang sedikit lebih tinggi sebesar 50.4%, sedangkan responden yang

memiliki kategori kebiasaan aktifitas fisik yang tidak cukup sebesar

49.6%. Responden dengan kategori kebiasaan aktifitas fisik tidak cukup

berada pada rentang usia 40 sampai 60 tahun, dengan jenis kelamin laki-

Page 105: pdf (cover - abstrak)

89

laki dan tingkat pendidikan tamat SMA/sederajat, serta memiliki pekerjaan

sebagai petani. Sebagian besar responden yang memiliki kebiasaan

aktifitas tidak cukup berada pada hipertensi tingkat 1, dan sebagian besar

juga telah menderita hipertensi pada rentang 1 sampai 5 tahun.

Hasil penelitian juga menunjukkan responden dengan kebiasaan

aktifitas fisik tidak cukup terbagi dalam semua kategori rentang usia

dewasa, dengan presentase terbanyak sebesar 44.8% pada rentang usia

dewasa madya (40-60 tahun). Terdapat perbedaan yang cukup signifikan

antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan, dengan presentase terbanyak

sebesar 64.2% pada jenis kelamin laki-laki. Berdasarkan tingkat

pendidikan responden presentase setiap tingkat pendidikan hampir sama,

presentase terbesar pada tingkat tamat SMA/sederajat sebesar 31.3%,

tetapi terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada pekerjaan responden,

presentase terbesar adalah pada petani sebesar 47.2%. Kemudian

berdasarkan kategori hipertensi responden yang memiliki kebiasaan

makanan tidak baik sebesar 65.7% pada hipertensi tingkat 1, dan terdapat

perbedaan yang cukup signifikan dalam lama waktu menderita hipertensi,

yaitu sebesar 65.7% pada kategori 1 sampai 5 tahun.

Terdapat 2 pertanyaan tentang aktifitas fisik responden. Pertanyaan

pertama menilai apakah responden terbiasa berolah raga secara rutin 2-3

kali setiap minggu. Sebagian besar responden menyatakan melakukannya

dengan presentase sebesar 50.4%. pertanyaan kedua menilai apakah

responden terbiasa menggunakan waktu selama 30-45 menit setiap kali

Page 106: pdf (cover - abstrak)

90

berolah raga. Sebagian besar responden menyatakan melakukannya

dengan presentase sebesar 50.4%.

Hasil peneltian Febby59

menyatakan tidak teratur olah raga terbukti

adanya hubungan yang bermakna dengan hipertensi, orang yang tidak

teratur berolah raga memiliki risiko terkena hipertensi sebesar 44,1 kali

dibandingkan dengan orang yang memiliki kebiasaan olah raga teratur.

Aris19

juga menyatakan dalam penelitianya jika tidak biasa olah raga

dibandingkan dengan kebiasaan olah raga ideal, maka tidak biasa olah

raga terbukti sebagai faktor risiko hipertensi. Suoth31

pada penelitianya

menyatakan ada hubungan yang bermakna antara tingkat gaya hidup :

aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Kolongan

Kecamatan Kalawat. Selanjutnya nilai koefisien korelasi Spearman rho (r)

sebesar 0,584 menunjukkan bahwa kekuatan korelasi yaitu kuat.

Pada penelitian ini mendapatkan hasil responden dengan kategori

aktifitas fisik cukup sedikit lebih banyak. Data karakteristik dan demografi

responden menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden bekerja

sebagai petani (57.8%). Sangat sedikit responden yang menyatakan tidak

bekerja (2.2%) atau sebagai pensiunan (2.2%). Masyarakat desa

pegunungan sangat identik dengan pekerjaan sebagai petani, dikarena

kondisi geografis yang sangat mendukung untuk melakukan perkejaan di

perkebunan atau peternakan. Anwas80

megemukakan bahwa petani adalah

orang yang melakukan cocok tanam dari lahan pertaniannya atau

memelihara ternak. Pada pekerjaanya petani lebih sering aktif untuk

melakukan olah fisik. Yusida79

pada penelitianya menyebutkan bahwa

Page 107: pdf (cover - abstrak)

91

melakukan aktivitas secara teratur diketahui sangat efektif dalam

mengurangi risiko relatif hipertensi hingga mencapai 19% hingga 30%.

Hal ini bisa menjadi faktor dimana tidak terlalu banyak responden pada

penelitian ini yang memiliki kategori aktifitas fisik tidak cukup.

Menurut Syatria64

olah raga secara teratur dapat menurunkan

tekanan darah. Latihan fisik (olah raga) yang adekuat dapat menurunkan

risiko penyakit kardiovaskuler dan semua penyebab mortalitas, termasuk

hipertensi.81

Pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang terlalu

signifkan antara responden yang memiliki kebiasaan aktifitas fisik (olah

raga) yang cukup dan tidak cukup. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh

pekerjaan responden yang juga sebagian besar adalah sebagai petani,

dimana seorang petani memiliki aktifitas fisik yang lebih aktif bergerak

dalam pekerjaanya.

3. Gaya Hidup : Merokok

Pada penelitian tentang kebiasaan merokok responden ini

menilai apakah saat dilakukan peneltian responden adalah seorang

perokok, kebiasaan jumlah rokok yang dikonsumsi, adakah anggota

keluarga yang merokok, dan sering atau tidaknya terpapar dengan asap

rokok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

memiliki kategori tinggi paparan asap rokok dengan presentase 80.0%.

Responden dengan kategori tinggi paparan asap rokok berada pada rentang

usia 40 sampai 60 tahun, dengan jenis kelamin laki-laki dan tingkat

pendidikan tamat SD/sederajat, serta memiliki pekerjaan sebagai petani.

Sebagian besar responden yang memiliki kebiasaan merokok tidak baik

Page 108: pdf (cover - abstrak)

92

berada pada hipertensi tingkat 1, dan sebagian besar juga telah menderita

hipertensi pada rentang 1 sampai 5 tahun.

Hasil penelitian juga menunjukkan responden dengan tinggi

paparan asap rokok terbagi dalam semua kategori rentang usia dewasa,

dengan presentase terbanyak sebesar 67.6% pada rentang usia dewasa

madya (40-60 tahun). Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara

jenis kelamin laki-laki dan perempuan, dengan presentase terbanyak

sebesar 61.1% pada jenis kelamin laki-laki. Berdasarkan tingkat

pendidikan responden terdapat perbedaan yang cukup sifgnifikan,

presentase terbesar pada tingkat tamat SD/sederajat sebesar 43.5%, serta

pada pekerjaan responden presentase terbesar adalah pada petani sebesar

57.4%. Kemudian berdasarkan kategori hipertensi responden yang

memiliki kebiasaan merokok tidak baik sebesar 72.2% pada hipertensi

tingkat 1, dan terdapat perbedaan yang cukup signifikan dalam lama waktu

menderita hipertensi, yaitu sebesar 77.8% pada kategori 1 sampai 5 tahun.

Terdapat 4 pertanyaan tentang kebiasaan merokok responden.

Pertanyaan pertama menilai apakah responden saat ini seorang perokok.

Sebagian besar responden menyatakan saat ini bukan seorang perokok

dengan presentase sebesar 51.1%. Pertanyaan kedua menilai apakah

responden mempunyai kebiasaan merokok lebih dari 2 bungkus setiap

hari. Sebagian besar responden menyatakan tidak dengan presentase

sebesar 76.3%. Pertanyaan ketiga menilai apakah keluarga responden ada

yang merokok. Sebagian besar responden menyatakan ada dengan

presentase sebesar 74.1%. Pertanyaan keempat menilai apakah responden

Page 109: pdf (cover - abstrak)

93

sering terpapar asap rokok. Sebagian besar responden menyatakan sering

terpapar dengan presentase sebesar 60.0%.

Hasil penelitian Febby59

menyatakan berdasarkan hasil uji

statistik antara kebiasaan merokok dengan tekanan darah didapat ada

hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan tekanan

darah. Akan tetapi hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian

Retnowati83

didapatkan hasil tidak ada hubungan yang signifikan antara

kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi. Penelitian ini sebanding

dengan penelitian Roslina84

yang menyatakan adanya hubungan antara

kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi. Aris19

juga menyatakan

untuk perokok berat terbukti merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi.

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar

responden memiliki kebiasaan merokok yang buruk sebagai perokok atau

terpapar asap rokok. Data karakteristik dan demografi menunjukkan

bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan yang

rendah. Hal ini berhubungan kembali dengan masyarakat yang

berpendidikan rendah berkaitan dengan rendahnya kesadaran untuk

berperilaku hidup sehat dan rendahnya akses terhadap sarana pelayanan

kesehatan.79

Rendahnya kesadaran masyarakat ini bisa menjadi faktor

yang menyebabkan masyarakat desa tidak memperhatikan bahaya

merokok yang menjadi salah satu faktor risiko hipertensi. Hasil penelitian

Jatmika76

yang dilakukan pada masyarakat pedesaan menunjukkan sebesar

56,67% responden beranggapan bahwa merokok sangat baik dipakai untuk

menyambut tamu di acara-acara selamat di kampung. Sebesar 40%

Page 110: pdf (cover - abstrak)

94

responden setuju bahwa tidak ada orang yang meninggal karena merokok,

maka merokok tidak perlu dilarang. Sebesar 30% responden setuju bahwa

merokok itu merupakan hak asasi manusia sehingga merokok dapat

dimana saja dan kapan saja.

Rokok mengandung zat berbahaya yang salah satunya

berdampak pada peningkatan tekanan darah. Kandungan nikotin dalam

rokok dapat meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan

vasokonstriksi perifer, yang akan meningkatkan tekanan darah arteri pada

jangka waktu yang pendek, selama dan setelah merokok.85

Pada penelitian

ini responden yang menyatakan sebagai perokok berjumlah 69 orang, tapi

responden dengan kategori kebiasaan merokok tidak baik sebanyak 108

orang, hal ini dikarenakan masih ada responden yang dalam anggota

keluarganya merupakan seorang perokok dan responden sering terpapar

oleh asap rokok.

4. Gaya Hidup : Stress

Pada penelitian tentang stress ini menilai apakah responden

mengalami stress atau tidak stress. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebagian besar responden mengalami stress dengan presentase 70.4%.

Responden dengan kategori stress berada pada rentang usia 40 sampai 60

tahun, dengan jenis kelamin laki-laki dan tingkat pendidikan tamat

SD/sederajat, serta memiliki pekerjaan sebagai petani. Sebagian besar

responden yang mengalami stress berada pada hipertensi tingkat 1, dan

sebagian besar juga telah menderita hipertensi pada rentang 1 sampai 5

tahun.

Page 111: pdf (cover - abstrak)

95

Hasil penelitian juga menunjukkan responden yang mengalami

stress terdapat perbedaan yang signifikan pada kategori usia, dengan

presentase terbanyak sebesar 68.4% pada rentang usia dewasa madya (40-

60 tahun). Terdapat perbedaan yang cukup signifikan juga antara jenis

kelamin laki-laki dan perempuan, dengan presentase terbanyak sebesar

64.2% pada jenis kelamin laki-laki. Berdasarkan tingkat pendidikan

responden presentase setiap tingkat pendidikan hampir sama, presentase

terbesar pada tingkat tamat SD/sederajat sebesar 37.9%, tetapi terdapat

perbedaan yang cukup signifikan pada pekerjaan responden, presentase

terbesar adalah pada petani sebesar 49.5%. Kemudian berdasarkan

kategori hipertensi responden yang mengalami stress sebesar 70.5% pada

hipertensi tingkat 1, pada lama waktu menderita hipertensi, yaitu sebesar

78.9% pada kategori 1 sampai 5 tahun.

Pada penelitian Aris19

menyatakan bahwa Stres kejiwaan secara

statistik merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi. Suoth31

juga

meyatakan ada hubungan yang bermakna antara tingkat gaya hidup : stres

dengan kejadian hipertens, nilai koefisien korelasi Spearman rho (r)

sebesar 0,537 menunjukkan bahwa kekuatan korelasi yaitu kuat. Hasil

penelitian yang dilakukan Sigarlaki20

menyatakan adanya hubungan antara

faktor stres terhadap jenis hipertensi. Hasil penelitian ini berbeda dengan

peneltian Hesti72

yang menunjukkan bahwa 64,4% subjek penelitian

mengalami stress. Berdasarkan hasil olah data penelitian diperoleh bahwa

terdapat 33,8% subjek penelitian yang mengalami stress dan menderita

Page 112: pdf (cover - abstrak)

96

hipertensi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

antara stress dengan kejadian hipertensi.

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar

responden mengalami stress. Data demografi dan karakteristik responden

menunjukkan lebih dari separuh adalah bekerja seabagai petani. Pekerjaan

sebagai petani identik dengan tingkat pendapatan atau penghasilan yang

rendah. Asfiana83

pada penelitianya menyatakan bahwa terdapat korelasi

yang sangat bermakna antara tingkat penghasilan dan tingkat stres dengan

kekuatan korelasi kuat. Semakin rendah tingkat penghasilan, maka tingkat

stres semakin tinggi. Menurut American Psychological Association

masalah keuangan dalam kehidupan sehari-hari ternyata merupakan salah

satu stresor utama dalam rumah tangga seseorang.86

Misalnya, pendapatan

lebih kecil dari pengeluaran, terlibat hutang, kebangkrutan usaha, soal

warisan dan lain sebagainya. Hal tersebut bisa menjadi faktor penyebab

cukup tingginya responden pada peneltitian ini yang mengalami stress.

Stress mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap tingkat

kejadian hipertensi. Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah

perifer dan keluaran jantung. Stress dapat memicu pengeluaran hormon

kortisol dan epinefrin yang berhubungan dengan imunosupresi, aritmia,

dan peningkatan tekanan darah dan denyut jantung.81

Stress yang tidak

dikelola dengan baik dapat menimbulkan berbagai penyakit yang salah

satunya adalah hipertensi.52

Dixon19

dalam penelitiannya menyebutkan

bahwa seseorang yang mengalami depresi berisiko 1,78 kali menderita

hipertensi dibandingkan dengan yang tidak mengalami depresi.

Page 113: pdf (cover - abstrak)

97

C. Keterbatasan penelitian

Metode pengambilan data melalui kuesiner mempunyai kelemahan

yaitu tidak dapat menggali informasi terkait variabel yang diteliti secara lebih

lengkap. Selain itu, metode yang dilakukan pada penelitian ini dengan

kuesioner yang diberikan kepada responden memungkinkan masih ada faktor

lain yang belum diketahui, peneliti menyarankan untuk penelitian berikutnya

bisa menggunakan metode kualitatif.

Page 114: pdf (cover - abstrak)

98

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Sebaran usia terbanyak adalah dewasa madya (40-60 tahun) (60.7%),

berjenis kelamin laki-laki (59.3%) dengan tingkat pendidikan tamat

SD/sederajat (38.5%) dan bekerja sebagai petani (57.8%). Sebagian

responden berada pada kategori hipertensi tingkat 1 (68.1%), dan

sebagian besar telah menderita hipertensi 1-5 tahun (74.8%). Tidak ada

responden yang menyatakan memiliki komplikasi penyakit selain

hipertensi.

2. Sebagian besar responden memiliki kebiasaan makan yang tidak baik yaitu

sebanyak 81 orang (60.0%).

3. Mayoritas responden dalam kategori tinggi paparan asap rokok yaitu

sebanyak 108 orang (80.0%).

4. Lebih dari separuh responden memiliki kebiasaan aktifitas fisik yang

cukup yaitu sebanyak 68 orang (50.4%).

5. Sebagian besar responden berada dalam kondisi stress yaitu sebanyak 95

orang (70.4%).

98

Page 115: pdf (cover - abstrak)

99

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat

disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kesadaran subjek penelitian untuk meningkatkan gaya

hidup yang lebih baik bagi penderita hipertensi.

2. Menjadi masukan bagi pelayanan kesehatan di sekitar subjek penelitian

untuk menyusun program promosi atau pelayanan kesehatan yang lebih

sesuai dan tepat untuk mengatasi kejadian hipertensi.

3. Sebagai sumber referensi bagi institusi pendedidikan atau komunitas

kesehatan yang dapat meningkatkan strategi pengendalian hipertensi.

4. Menjadi dasar bagi penelitian berikutnya dan sebagai bahan evaluasi untuk

penelitian yang lebih baik misalnya memperdalam lagi faktor faktor yang

mempengaruhi kejadian hipertensi, atau menganalisa faktor gaya hidup

yang memiliki efek paling tinggi terhadap hipertensi.

Page 116: pdf (cover - abstrak)

100

DAFTAR PUSTAKA

1. Muttaqin A. Pengantar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem

kardiovaskular. Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2009.

2. Sustrani L. Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2004.

3. Saunders C. Pemilihan uji laboratorium yang efektif. Jakarta: Kedokteran

EGC; 1994.

4. Baradero M. Klien gangguan kardiovaskular : seri asuhan keperawatan.

Jakarta: Kedokteran EGC; 2005.

5. A T. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Gaya Baru; 2001.

6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan

RI. Riset kesehatan dasar (RISKESDAS) 2013 [Internet]. 2013 [cited 2015

May 20]. Available from: http://www.dinkes.go.id

7. Kemenkes. Riskesdas dalam angka provinsi Jawa Tengah 2013. 2013.

8. Aisyiyah FN. Faktor risiko hipertensi pada empat kabupaten/kota dengan

prevalensi hipertensi tertinggi di Jawa dan Sumatera [Internet]. 2009 [cited

2015 May 20]. Available from:

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/12249

9. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI. Riset

kesehatan dasar (RISKESDAS) 2012. 2012 [cited 2015 May 20]. Available

from: www.dinkes-kotasemarang.go.id/?p=bank_data/profil-kesehatan-

jawa-tengah-2012

10. Prasetyaningrum Y. Hipertensi bukan untuk ditakuti. Jakarta: Fmedia;

2014.

11. Setiawan D. Care your self, Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus; 2008.

12. Rachmawati E. Atasi stroke dengan tanaman obat. Depok: Penebar

Swadaya; 2005.

13. Prapti U. Solusi Sehat mengatasi Hipertensi. Jakarta: PT AgroMedia; 2009.

14. Lili M. 100 Questions & Answer Hipertensi. Jakarta: Elex Media

Komputindo; 2007.

Page 117: pdf (cover - abstrak)

101

15. Dinata CA, Safrita Y, Sastri S. Artikel Penelitian Gambaran Faktor Risiko

dan Tipe Stroke pada Pasien Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RSUD

Kabupaten Solok Selatan Periode 1 Januari 2010 - 31 Juni 2012. J Kesehat.

2013;2(2):57–61.

16. Magdás A, Benedek I, Belényi B, Carasca C, Gábos G, Incze a. The

relationship between blood pressure variability and cardiovascular risk

factors in patients with primary hypertension. Acta Medica Marisiensis

[Internet]. 2015;61(1):31–3. Available from:

http://www.degruyter.com/view/j/amma.2015.61.issue-1/amma-2015-

0022/amma-2015-0022.xml

17. Delima, Mihardja L, Siswoyo H. Prevalensi dan faktor determinan penyakit

jantung di Indonesia. Bull Peneliti Kesehat Vo 37 no 3. 2009;06:142–59.

18. Anies. Waspada ancaman penyakit tidak menular : Solusi pencegahan dari

aspek perilaku & lingkungan. Jakarta: Elex Media Komputindo; 2006.

19. Sugiharto A. Faktor-faktor risiko hipertensi grade II pada masyarakat (studi

kasus di kabupaten Karanganyar). Univ Diponegoro. 2007;1(2):60–4.

20. Sigarlaki HJO. Karakteristik dan faktor berhubungan dengan hipertensi di

desa bocor, kecamatan bulus pesantren, kabupaten kebumen, jawa tengah,

tahun 2006. Makara, Kesehat. 2006;10(2):78–88.

21. Bustan M. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka; 1997.

22. Failasufa H. Tekanan darah wanita premenopause dan pascamenopause

[Internet]. 2013 [cited 2015 Dec 1]. Available from:

http://pustaka.unpad.ac.id/archives/123639/

23. Julianti E. Bebas hipertensi dengan terapi jus. Jakarta: Niaga Swadaya;

2011.

24. Puspitorini M. Hipertensi cara mudah mengatasi tekanan darah tinggi. 3rd

ed. Yogyakarta: Image Press; 2009.

25. Nuryati S. Gaya hidup dan status gizi serta hubungannya dengan hipertensi

dan diabetes melitus pada pria dan wanita dewasa di DKI Jakarta. 2009.

26. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset kesehatan dasar

(RISKESDAS) 2007. Lap Nas 2007. 2008;1–384.

27. Hembing W. Ramuan tradisional untuk pengobatan darah tinggi. Jakarta:

PT AgroMedia;

28. A. Syahri Ainun, MS, Dian Sidik Arsyad R. Hubungan Gaya Hidup dengan

Kejadian Hipertensi pada Mahasiswa di Lingkup Kesehatan Universitas

Page 118: pdf (cover - abstrak)

102

Hasanuddin. Bagian Epidemiol Fak Kesehat Masy Univ Hasanuddin.

2012;1–10.

29. N A. Faktor risiko hipertensi pada masyarakat di desa kabongan kidul,

kabupaten rembang laporan hasil penelitian karya tulis ilmiah. 2012.

30. Hu B, Liu X, Yin S, Fan H, Feng F, Yuan J. Effects of Psychological Stress

on Hypertension in Middle-Aged Chinese: A Cross-Sectional Study. PLoS

One [Internet]. 2015;10(6):e0129163. Available from:

http://dx.plos.org/10.1371/journal.pone.0129163

31. Suoth M, Bidjuni H, Malara RT, Studi P, Keperawatan I, Kedokteran F, et

al. Hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi di puskesmas

Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara. 2014;2.

32. Sakit R, Blambangan U, Ilmu L, Dalam P, Kedokteran F, Brawijaya U, et

al. Faktor Risiko Non Genetik dan Polimorfisme Promoter Region Gen

CYP11B2 Varian T ( -344 ) C Aldosterone Synthase pada Pasien

Hipertensi Esensial di Wilayah Pantai dan Pegunungan Non Genetic Risk

Factor and Polymorphism of Aldosterone Synthase T ( -344 ) C .

2013;27(3):169–77.

33. Alice H. Summary of American Heart Association Diet and Lifestyle

Recommendations Revision 2006. Arterioscler Thromb Vasc Biol.

2006;26:2186–95.

34. Ariani A. Study of blood pressure in elementary school children at hill and

seashore areas. Peadiatrica Indones. 2003;43:7–8.

35. Sutomo B. Menu Sehat Penakluk Hipertensi. Jakarta: DrMedia Pustaka;

2009.

36. WHO. Regional Office for South-East Asia. Department of Sustainable

Development and Healthy Environments [Internet]. WHO. 2011 [cited

2015 Aug 30]. Available from: http://www.searo.who.int/

37. Sheldon G S. Mayo Clinic Hipertension. Jakarta: Intisari Mediatama; 2005.

38. Wexler B. Encylopedia of Nursing and Alied Health [Internet]. 2002 [cited

2015 Aug 30]. Available from: http://symptomchecker.aarp.org/

39. Brashers V. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan & Manajemen. 2nd

ed. Jakarta: Kedokteran EGC; 2004.

40. Arif M. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I : Nefrologi dan Hipertensi.

Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2001.

Page 119: pdf (cover - abstrak)

103

41. Anggraini. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi

pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang

Periode Januari sampai Juni 2008 [Internet]. 2008 [cited 2015 Oct 7].

Available from: http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/

42. Tamboyang J. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: Kedokteran EGC;

2000.

43. Sari MAP. Gambaran Faktor-faktor Determinan pada Pasien Hipertensi di

Desa Sudimara Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan Mei 2010. 2010.

44. Kowalski R. Terpai hipertensi : program 8 minggu menurunkan tekanan

darah tinggi dan mengurangi risiko serangan jantung dan stroke secara

alami. Bandung: Mizan Pustaka; 2010.

45. Baradero M. Klien gangguan kardiovaskuler : seri asuhan keperawatan.

Jakarta: Kedokteran EGC; 2005.

46. E.J C. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Kedokteran EGC; 2001.

47. Saleh S. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi

pada Pasien di Ruang Inap di RSUP MM Dunda Limboto Kabupaten

Gorontalo Tahun 2009 [Internet]. 2010 [cited 2015 Nov 22]. Available

from: http://dc252.4shared.com/doc/4ce64UhQ/preview.html.

48. Davey P. At a glance : Medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2006.

49. Suyono S. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka; 2001.

50. Nurkhalida. Warta Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Depkes RI; 2003. 19-21

p.

51. Gunawan. Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia; 2001.

52. Wang J. Essential Hyppertension. The Lancet; 2003.

53. Arif M. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius

FKUI; 2001.

54. Qiu C. Family History of Hypertension. North Seattle: American Heart

Association, Inc.; 2003.

55. Thomas R. Hypertension: Salt is a Major Risk Factor. USA: J Cardiovasc.;

2000.

56. Norman K. Measurenment of Blood Pressure and Primary Hypertension:

Pathogenesis in Clinical Hypertension: Seventh Edition.Baltimore.

Maryland USA: Williams & Wilkins; 1998.

Page 120: pdf (cover - abstrak)

104

57. Alison H. Penyakit Jantung, Hipertensi, dan Nutrisi. Jakarta: Bumi Aksara;

1996.

58. Sagala LMB. Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah oleh Keluarga

Suku Batak dan Suku Jawa di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe [Internet].

2011 [cited 2015 Oct 9]. Available from: http://repository.usu.ac.id/

59. Anggara, & Prayitno N. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tekanan

darah dipuskesmas telaga murni cikarang barat tahun 2012. J Ilm Kesehat.

2013;volume 5(1(1):20–5.

60. Sianturi E. Strategi Pencegahan Hipertensi Esensial Melalui Pendekatan

Faktor Risiko di RSU dr. Pirngadi Kota Medan [Internet]. 2004 [cited 2015

Nov 26]. Available from: http://repository.usu.ac.id/

61. Smet B. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia; 1994.

62. Ferketich. Links Among Depression, Race, Hypertension, and the Heart.

USA: J Clin Hypertens; 2000.

63. Lusby FW. Hypertensive Retinopathy [Internet]. 2010 [cited 2015 Oct 28].

Available from: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/

64. Khomsan A. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada; 2005.

65. Alatas H. Desain penelitian. Dasar-dasar metodelogi penelitian klinis. 3rd

ed. Jakarta: Sagung Set; 2005.

66. Saryono A. Metodologo penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam bidang

kesehatan. Yogyakarta: Nusa Medika; 2013.

67. Setiadi. Konsep & penulisan riset keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu;

2007.

68. Aziz AH. Metodelogi penelitian kesehatan. Jakarta: Salemba Medika;

2008.

69. Nursalam. Konsep dan penerapan metodelogi penelitian ilmu keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika; 2008.

70. Sumantri. Metodelogi penelitian kesehatan. Jakarta: Kencana Perdana

Media Grup; 2011.

71. Sumantri A. Metodelogi penelitian kesehatan. Jakarta: Kencana Perdana

Media Group; 2011.

Page 121: pdf (cover - abstrak)

105

72. Rahayu H. Faktor risiko hipertensi pada masyarakat RW 01 Srengseh

Sawah, Kecamatan Jagakarsa Kota Jakarta Selatan. 2012;59–61.

73. Arikuntono S. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Bina

Aksara; 2002.

74. Tambunan M. Hubungan efikasi diri dengan kualitas hidup pasien

tuberkulosis paru di rsup haji adam malik medan tahun 2013. Univ

Sumatera Utara. 2014;

75. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;

2010.

76. Indrawati L. Hubungan pola kebiasaan konsumsi makanan masyarakat

miskin dengan kejadian hipertensi di Indonesia. Pus Penelit dan Pengemb

Biomedis dan Farm [Internet]. 2009;4(19):174–84. Available from:

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/19409174184.pdf.

77. Izzo J. Hypertension primer: the essentials of high blood pressure. USA:

Lippincott Williams & Willkins; 1999.

78. Yundini. Faktor Risiko Hipertensi. Jakarta: Warta; 2006.

79. Yusida H. Hubungan Faktor Demografi & Medis Dengan Kejadian

Hipertensi Pada Kelompok Lansia Di Kota Depok Tahun 2000/2001.

2001;2(12):173–8.

80. Dirksen, S.R., Heitkemper, M.M, & Lewis S. Medical surgical nursing:

assessment and management of clinical problems. USA: Mosby; 2000.

81. Braverman, E.R & Braverman D. Penyakit jantung dan penyembuhannya

secara alami. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Komputer; 2004.

82. Darmoutomo E. Kolesterol dipicu makanan lemak jenuh [Internet]. 2011

[cited 2016 Jan 12]. Available from:

http://health.kompas.com/read/2011/07/02/09344944/Kolesterol.Dipicu.

83. Retnowati Y. Gambaran Hipertensi Dan Hubungannya Dengan Pola

Makan, Gaya Hidup, Dan Status Gizi Pada Pralansia Dan Lansia Di

Posbindu Kelurahan Bantar Jati Bogor Tahun 2010. Skripsi peminatan gizi

kesmasFakultas Univ Indones. 2010;

84. Roslina. Analisa determinan hipertensi esensial di wilayah kerja Tiga

Puskesmas Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007 [Internet]. USU. 2010

[cited 2016 Jan 10]. Available from:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6783/1/09E01491.pdf.

Page 122: pdf (cover - abstrak)

106

85. Black, J.M & Hawks JH. Medical surgical nursing: clinical management

for positive outcomes. 7th ed. St. Louis: Elsevier Saunders; 2005.

Page 123: pdf (cover - abstrak)

107

Lampiran

Page 124: pdf (cover - abstrak)

1

Lampiran 1

Page 125: pdf (cover - abstrak)

2

Page 126: pdf (cover - abstrak)

3

Page 127: pdf (cover - abstrak)

4

Page 128: pdf (cover - abstrak)

5

Page 129: pdf (cover - abstrak)

6

Informed Consent

Persetujuan menjadi Responden

Selamat Pagi/Siang/Sore

Perkenalkan nama Saya Ahmad Hanafi mahasiswa S1 Program Studi Ilmu

Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro, Saya bermaksud

melakukan penelitian mengenai “ Gambaran Gaya Hidup Penderita Hipertensi di

Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang ”. Penelitian ini dilakukan sebagai

tahap akhir dalam penyelesaian studi.

Saya berharap Bapak/Ibu/Saudara/i bersedia untuk menjadi responden dalam

penelitian ini dimana akan dilakukan pengisian angket yang terkait dengan

penelitian. Semua informasi yang Saudara berikan terjamin kerahasiaannya.

Pengumpulan kembali kuesioner ini diharapkan paling lambat satu hari setelah

kuesioner ini diterima. Setelah Bapak/Ibu/Saudara/i membaca maksud dan

kegiatan penelitian diatas, maka saya mohon untuk mengisi nama dan tanda

tangan dibawah ini.

Saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini.

Nama : _________________________________________

Tanda tangan : _________________________________________

Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk ikut serta di dalam

penelitian ini.

Lampiran 2

Page 130: pdf (cover - abstrak)

7

Bagian A: Data Demografi

Jawablah daftar pertanyaan berikut ini dengan menuliskan tanda checklist (v)

pada kotak dan mengisi pada isian titik-titik yang telah tersedia.

1. Inisial nama : ..............

2. Umur (tahun) : .............. (tahun)

3. Jenis kelamin :

Laki-laki Perempuan

4. Pendidikan Terakhir :

Tidak tamat SD/sederajat Tamat SMA/sederajat

Tamat SD/sederajat Tamat Sarjana/diploma

Tamat SMP/sederajat

5. Pekerjaan :

PNS Pensiun

Pegawai swasta Tidak bekerja

Wiraswasta Lainya (tuliskan)

6. Kategori Hipertensi : ..............

7. Lama waktu mengalami hipertensi / tekanan darah tinggi : ..........

8. Komplikasi atau penyakit penyerta selain hipertensi : ..........

v

v

Lampiran 3

Page 131: pdf (cover - abstrak)

8

Bagian B:

B.1 Gambaran Faktor Risiko Hipertensi:

(kebiasaan mengonsumsi makanan asin, kebiasaan mengonsumsi makanan lemak

jenuh, kebiasaan merokok, kebiasaan olah raga)

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan menuliskan tanda check list (v) pada

pilihan jawaban Ya atau Tidak.

No Pertanyaan Ya Tidak

Bagian 1 1 0

1 Saya suka makan makanan asin dan memakannya 3 kali

dalam seminggu atau lebih.

2 Saya suka makan makanan berlemak seperti gorengan,

jeroan, daging kambing, telur ayam, daging sapi dan

memakannya 3 kali dalam seminggu atau lebih.

3 Saya saat ini adalah perokok.

4 Saya mempunyai kebiasaan merokok lebih dari 2 bungkus

setiap hari.

5 Anggota keluarga saya ada yang merokok.

6 Saya sering terpapar dengan asap rokok.

Bagian 2 0 1

7 Saya terbiasa berolah raga secara rutin 2-3 kali setiap

minggu.

8 Saya terbiasa menggunakan waktu selama 30-45 menit

setiap kali berolah raga.

Page 132: pdf (cover - abstrak)

9

Bagian B.1 Faktor Risiko Hipertensi: Stress

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda check list (v).

No Di satu bulan yang lalu, seberapa

sering Anda merasakan hal ini:

Tidak

pernah

Hampir

tidak

pernah

Kadang-

kadang

Cukup

sering

Sangat

sering

Bagian 1 0 1 2 3 4

1 Saya merasa kecewa karena

mengalami hal yang tidak

diharapkan.

2 2 Saya merasa tidak mampu

mengatasi hal penting dalam hidup

saya.

3 Saya merasa gugup dan tertekan.

4 Saya merasa tidak mampu

mengatasi segala sesuatu yang

seharusnya saya atasi.

5 Saya marah karena sesuatu di luar

kontrol saya telah terjadi.

6 Saya merasa kesulitan-kesulitan

menumpuk semakin berat sehingga

saya tidak mampu mengatasinya.

Bagian 2 4 3 2 1 0

7 Saya percaya terhadap kemampuan

sendiri untuk mengatasi masalah

pribadi.

8 Saya merasa segala sesuatu telah

berjalan sesuai dengan rencana

saya.

9 Saya mampu mengatasi semua

masalah dalam

Page 133: pdf (cover - abstrak)

10

hidup saya.

10 Saya merasa sukses.

Page 134: pdf (cover - abstrak)

1

NoResp Usia Jkel Pend Pekerjaan TD Kat.HT Lama Komp B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10

1 45 1 3 2 180/120 2 5 0 1 1 1 0 1 1 0 0 2 2 3 1 3 1 1 2 1 2

2 50 1 2 3 150/100 1 5 0 1 0 0 0 1 1 0 0 2 2 3 1 3 1 1 1 1 2

3 35 2 3 3 140/100 1 4 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 2 3 1 3 1 1 2 1 2

4 50 2 2 2 150/100 1 3 0 1 1 0 0 1 0 0 0 2 2 3 2 2 1 0 1 0 2

5 51 1 1 6 160/110 2 3 0 1 1 1 1 1 1 0 0 2 2 2 2 2 2 0 1 0 2

6 49 1 2 6 150/100 1 2 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 2 2 1 3 2 2 1 0 2

7 40 1 2 6 140/100 1 2 0 1 0 1 0 1 1 0 0 2 3 2 1 2 1 1 1 1 2

8 53 2 2 6 150/90 1 3 0 0 0 0 0 1 1 0 0 2 1 2 0 2 2 1 2 1 1

9 38 2 2 6 140/100 1 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 3 1 0 3 1 2 2 1 1

10 43 2 3 6 160/100 2 3 0 1 0 0 0 1 1 0 0 2 3 3 0 2 1 1 3 1 2

11 40 1 3 3 140/90 1 5 0 1 1 1 1 1 1 0 0 2 0 2 0 2 2 2 3 1 2

12 45 1 3 2 140/80 1 4 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 2 2 3 2 1 1 2 2

13 52 1 2 2 160/100 2 5 0 0 1 1 0 1 1 0 0 2 0 1 3 2 1 1 1 1 2

14 55 1 2 2 150/100 1 6 0 0 0 1 0 1 1 0 0 2 0 2 1 3 1 1 1 1 1

15 57 2 1 3 150/100 1 3 0 1 1 0 0 1 0 0 0 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1

16 56 1 2 3 160/110 2 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 2 0 3 1 1 1 1 2 1 2

17 55 2 2 6 160/100 2 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 2 0 2 1 2 1 2 2 1 1

18 43 2 3 6 150/110 1 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 1 2 2 2 1 1 2 2 1

19 56 2 1 6 150/100 1 3 0 0 0 0 0 1 1 0 0 2 0 2 2 1 1 0 2 1 1

20 46 1 2 2 150/110 1 6 0 1 1 1 1 1 1 0 0 3 0 2 3 1 2 1 1 1 2

21 83 1 1 5 160/100 2 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

22 85 1 2 4 185/100 2 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 2 1

23 40 1 1 6 140/90 1 5 0 1 1 1 1 0 0 1 1 2 3 3 2 3 3 3 4 4 3

24 33 1 4 3 140/90 1 5 0 1 1 0 0 0 0 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Lampiran 5

Page 135: pdf (cover - abstrak)

2

25 65 1 2 6 150/90 1 10 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2

26 20 2 4 2 150/90 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

27 55 2 4 6 160/100 2 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3

28 60 1 4 3 140/90 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

29 42 2 3 6 150/90 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3

30 70 1 3 6 150/90 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 0 0

31 54 1 4 6 140/90 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 3 3 3 2 3 2 2 2 2 4

32 45 1 4 3 160/100 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 3 3 3 4 3 3 3 4

33 63 1 3 6 150/90 1 10 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1

34 31 1 4 3 140/90 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4

35 90 1 2 6 160/90 2 20 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 2 4

36 60 2 1 6 160/90 2 10 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3

37 52 1 3 6 140/90 1 3 0 1 1 1 0 1 1 1 1 2 2 2 2 2 4 3 2 2 4

38 69 1 3 6 150/90 1 10 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 2 1 0 1 0 1 2 2 4

39 58 1 1 6 145/90 1 8 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1

40 65 1 1 6 140/80 1 5 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1

41 70 1 2 6 140/80 1 30 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1

42 33 2 3 6 140/80 1 3 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1

43 60 2 1 6 160/115 2 20 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1

44 51 2 2 6 150/90 1 20 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 2 1 0

45 62 2 2 6 160/90 2 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1

46 30 1 3 3 140/80 1 3 0 1 1 1 1 1 1 0 0 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2

47 60 1 2 6 150/100 1 10 0 1 1 0 0 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4

48 80 2 1 3 160/90 2 10 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3

49 90 2 1 3 140/90 1 30 0 1 1 0 0 0 0 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Page 136: pdf (cover - abstrak)

3

50 58 1 4 6 160/110 2 8 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3

51 60 2 1 6 160/100 2 10 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 3 3 3

52 56 2 2 6 160/100 2 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3

53 30 1 3 3 140/80 1 3 0 1 1 1 1 1 1 0 0 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2

54 44 1 3 2 180/120 2 5 0 1 1 1 0 1 1 0 0 2 2 3 1 3 1 2 2 1 2

55 49 1 2 3 150/100 1 6 0 1 0 0 0 1 1 0 0 2 2 3 1 3 1 1 1 1 2

56 34 2 3 3 140/100 1 4 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 2 3 1 3 1 1 2 1 2

57 49 2 2 2 150/100 1 3 0 1 1 0 0 1 0 0 0 2 2 3 2 2 1 0 1 0 2

58 52 1 1 6 160/110 2 3 0 1 1 1 1 1 1 0 0 2 2 2 2 2 2 0 1 0 2

59 48 1 2 6 150/100 1 2 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 2 2 1 3 2 2 1 0 2

60 41 1 2 6 140/100 1 2 0 1 0 1 0 1 1 0 0 2 3 2 1 2 1 1 1 1 2

61 51 2 2 6 150/90 1 3 0 0 0 0 0 1 1 0 0 2 1 2 0 2 2 1 2 2 1

62 39 2 2 6 140/100 1 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 3 1 0 3 1 2 2 1 1

63 45 2 3 6 160/100 2 3 0 1 0 0 0 1 1 0 0 2 3 3 0 2 1 1 3 1 2

64 41 1 3 3 140/90 1 5 0 1 1 1 1 1 1 0 0 2 0 2 0 2 2 2 3 2 2

65 46 1 3 2 140/80 1 4 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 2 2 3 2 1 1 2 2

66 51 1 2 2 160/100 2 5 0 0 1 1 0 1 1 0 0 2 0 1 3 2 1 1 1 1 2

67 53 1 2 2 150/100 1 6 0 0 0 1 0 1 1 0 0 2 0 2 1 3 1 2 1 1 1

68 56 2 1 3 150/100 1 3 0 1 1 0 0 1 0 0 0 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1

69 55 1 2 3 160/110 2 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 2 0 3 1 1 1 1 2 1 2

70 54 2 2 6 160/100 2 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 2 0 2 1 2 1 2 2 1 1

71 45 2 3 6 150/110 1 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1

72 57 2 1 6 150/100 1 3 0 0 0 0 0 1 1 0 0 2 0 2 2 1 1 0 2 1 1

73 50 1 2 2 150/110 1 6 0 1 1 1 1 1 1 0 0 3 0 2 3 1 2 1 2 1 2

74 81 1 1 5 160/100 2 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Page 137: pdf (cover - abstrak)

4

75 80 1 2 4 185/100 2 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 2 1

76 39 1 1 6 140/90 1 5 0 1 1 1 1 0 0 1 1 2 3 3 2 3 3 3 4 4 3

77 32 1 4 3 140/90 1 5 0 1 1 0 0 0 0 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

78 64 1 2 6 150/90 1 10 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2

79 21 2 4 2 150/90 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1

80 54 2 4 6 160/100 2 2 0 1 0 0 0 1 1 1 1 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3

81 59 1 4 3 140/90 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

82 41 2 3 6 150/90 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3

83 69 1 3 6 150/90 1 2 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 0 0

84 45 1 4 3 160/100 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 3 3 3 4 3 3 3 4

85 38 2 2 6 140/100 1 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 3 1 0 3 1 2 2 1 1

86 38 2 2 6 140/100 1 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 3 1 0 3 1 2 2 1 1

87 55 2 2 6 160/100 2 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 2 0 2 1 2 1 2 2 1 1

88 43 2 3 6 150/110 1 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1

89 57 2 1 3 150/100 1 3 0 1 1 0 0 1 0 0 0 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1

90 33 2 3 6 140/80 1 3 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1

91 60 2 1 6 160/115 2 30 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

92 51 2 2 6 150/90 1 20 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0

93 51 1 2 2 160/100 2 5 0 0 1 1 0 1 1 0 0 2 0 1 3 2 1 1 1 1 2

94 53 1 2 2 150/100 1 6 0 0 0 1 0 1 1 0 0 2 0 2 1 3 1 1 1 1 1

95 51 1 1 6 160/110 2 2 0 1 1 1 1 1 1 0 0 2 2 2 2 2 2 0 1 0 2

96 49 1 2 6 150/100 1 2 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 2 2 1 3 2 2 1 0 2

97 40 1 2 6 140/100 1 2 0 1 0 1 0 1 1 0 0 2 3 2 1 2 1 1 1 1 2

98 53 2 2 6 150/90 1 3 0 0 0 0 0 1 1 0 0 2 1 2 0 2 2 1 2 1 1

99 38 2 2 6 140/100 1 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 3 1 0 3 1 2 2 1 1

Page 138: pdf (cover - abstrak)

5

100 43 2 3 6 160/100 2 3 0 1 0 0 0 1 1 0 0 2 3 3 0 2 1 1 3 1 2

101 40 1 3 3 140/90 1 5 0 1 1 1 1 1 1 0 0 2 0 2 0 2 2 2 3 1 2

102 45 1 3 2 140/80 1 4 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 2 2 3 2 1 2 2 2

103 52 1 2 2 160/100 2 5 0 0 1 1 0 1 1 0 0 2 0 1 3 2 1 1 1 1 2

104 55 1 2 2 150/100 1 6 0 0 0 1 0 1 1 0 0 2 0 2 1 3 1 1 1 1 1

105 57 2 1 3 150/100 1 3 0 1 1 0 0 1 0 0 0 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1

106 56 1 2 3 160/110 2 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 2 0 3 1 1 1 1 2 1 2

107 52 2 2 6 160/100 2 2 0 1 1 0 0 1 0 0 0 2 0 2 1 2 1 2 2 1 1

108 41 2 3 6 150/110 1 4 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1

109 54 2 1 6 150/100 1 3 0 0 0 0 0 1 1 0 0 2 0 2 2 1 1 0 2 1 1

110 42 1 2 2 150/110 1 6 0 1 1 1 1 1 1 0 0 3 0 2 3 1 2 1 1 2 2

111 81 1 1 5 160/100 2 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1

112 82 1 2 4 185/100 2 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 2 1

113 38 1 1 6 140/90 1 5 0 1 1 1 1 0 0 1 1 2 3 3 2 3 3 3 4 4 3

114 31 1 4 3 140/90 1 5 0 1 1 0 0 0 0 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

115 62 1 2 6 150/90 1 10 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2

116 24 2 4 2 150/90 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1

117 52 2 4 6 160/100 2 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3

118 58 1 4 3 140/90 1 2 0 1 1 1 0 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

119 41 2 3 6 150/90 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3

120 68 1 3 6 150/90 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 0 0

121 52 1 4 6 140/90 1 2 0 1 1 1 0 1 1 1 1 3 3 3 2 3 2 2 2 2 4

122 42 1 4 3 160/100 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 3 3 3 4 3 3 3 4

123 61 1 3 6 150/90 1 10 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

124 29 1 4 3 140/90 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4

Page 139: pdf (cover - abstrak)

6

125 88 1 2 6 160/90 2 20 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 4

126 58 2 1 6 160/90 2 10 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3

127 50 1 3 6 140/90 1 2 0 1 1 1 0 1 1 1 1 2 2 2 2 2 4 3 2 1 4

128 67 1 3 6 150/90 1 10 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 2 1 0 1 0 1 2 2 4

129 56 1 1 6 145/90 1 8 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 2 2 2 1

130 62 1 1 6 140/80 1 5 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 1 1 0 0 1 1 1 0 1

131 68 1 2 6 140/80 1 30 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1

132 31 2 3 6 140/80 1 3 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1

133 58 2 1 6 160/115 2 20 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1

134 46 2 2 6 150/90 1 20 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0

135 28 1 4 3 140/90 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4

Page 140: pdf (cover - abstrak)

7

NoRes STRESS MAKAN MEROKOK AKTIFTAS Aktifitas Merokok Makan Stress Usia Kat. Lama HT

1 18 2 3 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

2 17 1 2 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

3 17 2 2 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun

4 15 2 1 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

5 15 2 4 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

6 16 2 4 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

7 16 1 3 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun

8 14 0 2 0 Cukup Buruk Baik Tidak Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

9 16 0 1 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun

10 18 1 2 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

11 16 2 4 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun

12 16 2 3 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

13 14 1 3 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

14 13 0 3 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 6 sampai 10 tahun

15 15 2 1 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

16 14 1 4 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

Lampiran 5

Page 141: pdf (cover - abstrak)

8

17 14 2 1 0 Cukup Buruk Buruk Tidak Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

18 16 0 1 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

19 12 0 2 0 Cukup Buruk Baik Tidak Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

20 16 2 4 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 6 sampai 10 tahun

21 10 2 0 2 Kurang Baik Buruk Tidak Stress Dewasa Lanjut 1 sampai 5 tahun

22 9 1 0 2 Kurang Baik Baik Tidak Stress Dewasa Lanjut 1 sampai 5 tahun

23 30 2 2 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun

24 30 2 0 2 Kurang Baik Buruk Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun

25 14 2 4 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Lanjut 6 sampai 10 tahun

26 10 2 2 2 Kurang Buruk Buruk Tidak Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun

27 29 1 2 2 Kurang Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

28 20 2 3 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

29 27 2 0 2 Kurang Baik Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

30 9 2 3 2 Kurang Buruk Buruk Tidak Stress Dewasa Lanjut 1 sampai 5 tahun

31 26 2 3 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

32 30 2 4 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

33 11 2 3 2 Kurang Buruk Buruk Tidak Stress Dewasa Lanjut 6 sampai 10 tahun

34 28 2 4 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun

35 11 1 3 2 Kurang Buruk Baik Tidak Stress Dewasa Lanjut 10 tahun keatas

Page 142: pdf (cover - abstrak)

9

36 18 2 0 2 Kurang Baik Buruk Stress Dewasa Madya 6 sampai 10 tahun

37 25 2 3 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

38 13 2 3 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Lanjut 6 sampai 10 tahun

39 8 1 1 2 Kurang Buruk Baik Tidak Stress Dewasa Madya 6 sampai 10 tahun

40 7 0 0 2 Kurang Baik Baik Tidak Stress Dewasa Lanjut 1 sampai 5 tahun

41 8 1 0 0 Cukup Baik Baik Tidak Stress Dewasa Lanjut 10 tahun keatas

42 6 2 0 2 Kurang Baik Buruk Tidak Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun

43 11 2 0 2 Kurang Baik Buruk Tidak Stress Dewasa Madya 10 tahun keatas

44 9 0 2 2 Kurang Buruk Baik Tidak Stress Dewasa Madya 10 tahun keatas

45 17 0 2 2 Kurang Buruk Baik Stress Dewasa Lanjut 1 sampai 5 tahun

46 26 2 4 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun

47 22 2 2 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 6 sampai 10 tahun

48 18 2 0 0 Cukup Baik Buruk Stress Dewasa Lanjut 6 sampai 10 tahun

49 20 2 0 2 Kurang Baik Buruk Stress Dewasa Lanjut 10 tahun keatas

50 18 2 0 2 Kurang Baik Buruk Stress Dewasa Madya 6 sampai 10 tahun

51 19 1 2 2 Kurang Buruk Baik Stress Dewasa Madya 6 sampai 10 tahun

52 18 1 2 2 Kurang Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

53 26 2 4 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun

54 19 2 3 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

Page 143: pdf (cover - abstrak)

10

55 17 1 2 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 6 sampai 10 tahun

56 17 2 2 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun

57 15 2 1 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

58 15 2 4 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

59 16 2 4 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

60 16 1 3 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

61 15 0 2 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

62 16 0 1 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun

63 18 1 2 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

64 17 2 4 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

65 16 2 3 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

66 14 1 3 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

67 14 0 3 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 6 sampai 10 tahun

68 16 2 1 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

69 14 1 4 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

70 14 2 1 0 Cukup Buruk Buruk Tidak Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

71 17 0 1 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

72 12 0 2 0 Cukup Buruk Baik Tidak Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

73 17 2 4 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 6 sampai 10 tahun

Page 144: pdf (cover - abstrak)

11

74 10 2 0 2 Kurang Baik Buruk Tidak Stress Dewasa Lanjut 1 sampai 5 tahun

75 9 1 0 2 Kurang Baik Baik Tidak Stress Dewasa Lanjut 1 sampai 5 tahun

76 30 2 2 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun

77 30 2 0 2 Kurang Baik Buruk Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun

78 14 2 4 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Lanjut 6 sampai 10 tahun

79 12 2 2 2 Kurang Buruk Buruk Tidak Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun

80 29 1 2 2 Kurang Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

81 20 2 3 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

82 27 2 0 2 Kurang Baik Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

83 10 2 3 2 Kurang Buruk Buruk Tidak Stress Dewasa Lanjut 1 sampai 5 tahun

84 30 2 4 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

85 16 0 1 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun

86 16 0 1 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun

87 14 2 1 0 Cukup Buruk Buruk Tidak Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

88 17 0 1 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

89 15 2 1 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

90 6 2 0 2 Kurang Baik Buruk Tidak Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun

91 10 2 0 2 Kurang Baik Buruk Tidak Stress Dewasa Madya 10 tahun keatas

92 8 0 2 2 Kurang Buruk Baik Tidak Stress Dewasa Madya 10 tahun keatas

Page 145: pdf (cover - abstrak)

12

93 14 1 3 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

94 13 0 3 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 6 sampai 10 tahun

95 15 2 4 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

96 16 2 4 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

97 16 1 3 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun

98 14 0 2 0 Cukup Buruk Baik Tidak Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

99 16 0 1 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun

100 18 1 2 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

101 16 2 4 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun

102 17 2 3 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

103 14 1 3 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

104 13 0 3 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 6 sampai 10 tahun

105 16 2 1 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

106 14 1 4 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

107 14 2 1 0 Cukup Buruk Buruk Tidak Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

108 17 0 1 0 Cukup Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

109 12 0 2 0 Cukup Buruk Baik Tidak Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

110 17 2 4 0 Cukup Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 6 sampai 10 tahun

111 11 2 0 2 Kurang Baik Buruk Tidak Stress Dewasa Lanjut 1 sampai 5 tahun

Page 146: pdf (cover - abstrak)

13

112 9 1 0 2 Kurang Baik Baik Tidak Stress Dewasa Lanjut 1 sampai 5 tahun

113 30 2 2 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun

114 30 2 0 2 Kurang Baik Buruk Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun

115 15 2 4 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Lanjut 6 sampai 10 tahun

116 14 2 2 2 Kurang Buruk Buruk Tidak Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun

117 29 1 2 2 Kurang Buruk Baik Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

118 20 2 3 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

119 27 2 0 2 Kurang Baik Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

120 11 2 3 2 Kurang Buruk Buruk Tidak Stress Dewasa Lanjut 1 sampai 5 tahun

121 26 2 3 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

122 30 2 4 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

123 10 2 3 2 Kurang Buruk Buruk Tidak Stress Dewasa Lanjut 6 sampai 10 tahun

124 28 2 4 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun

125 10 1 3 2 Kurang Buruk Baik Tidak Stress Dewasa Lanjut 10 tahun keatas

126 18 2 0 2 Kurang Baik Buruk Stress Dewasa Madya 6 sampai 10 tahun

127 24 2 3 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Madya 1 sampai 5 tahun

128 13 2 3 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Lanjut 6 sampai 10 tahun

129 11 1 1 2 Kurang Buruk Baik Tidak Stress Dewasa Madya 6 sampai 10 tahun

130 8 0 0 2 Kurang Baik Baik Tidak Stress Dewasa Lanjut 1 sampai 5 tahun

Page 147: pdf (cover - abstrak)

14

131 8 1 0 0 Cukup Baik Baik Tidak Stress Dewasa Lanjut 10 tahun keatas

132 6 2 0 2 Kurang Baik Buruk Tidak Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun

133 11 2 0 2 Kurang Baik Buruk Tidak Stress Dewasa Madya 10 tahun keatas

134 8 0 2 2 Kurang Buruk Baik Tidak Stress Dewasa Madya 10 tahun keatas

135 28 2 4 2 Kurang Buruk Buruk Stress Dewasa Awal 1 sampai 5 tahun

Page 148: pdf (cover - abstrak)

15

Data Demografi

Kategori Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Dewasa Awal 28 20.7 20.7 20.7

Dewasa Lanjut 25 18.5 18.5 39.3

Dewasa Madya 82 60.7 60.7 100.0

Total 135 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki laki 80 59.3 59.3 59.3

Perempuan 55 40.7 40.7 100.0

Total 135 100.0 100.0

Tingkat Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak tamat SD/sederajat 28 20.7 20.7 20.7

Tamat SD/sederajat 52 38.5 38.5 59.3

Tamat SMP/sederajat 34 25.2 25.2 84.4

Tamat SMA/sederajat 21 15.6 15.6 100.0

Total 135 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Pegawai swasta 21 15.6 15.6 15.6

Wiraswasta 30 22.2 22.2 37.8

Pensiun 3 2.2 2.2 40.0

Tidak bekerja 3 2.2 2.2 42.2

Petani 78 57.8 57.8 100.0

Total 135 100.0 100.0

Lampiran 6

Page 149: pdf (cover - abstrak)

16

Lama menderita HT

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 sampai 5 tahun 101 74.8 74.8 74.8

10 tahun keatas 11 8.1 8.1 83.0

6 sampai 10 tahun 23 17.0 17.0 100.0

Total 135 100.0 100.0

Kategori HT

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tingkat 1 92 68.1 68.1 68.1

Tingkat 2 43 31.9 31.9 100.0

Total 135 100.0 100.0

Page 150: pdf (cover - abstrak)

17

Gaya Hidup Makanan

B1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 31 23.0 23.0 23.0

1 104 77.0 77.0 100.0

Total 135 100.0 100.0

B2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 48 35.6 35.6 35.6

1 87 64.4 64.4 100.0

Total 135 100.0 100.0

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Baik 54 40.0 40.0 40.0

Buruk 81 60.0 60.0 100.0

Total 135 100.0 100.0

Gaya Hidup Merokok

B3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 69 51.1 51.1 51.1

1 66 48.9 48.9 100.0

Total 135 100.0 100.0

B4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 103 76.3 76.3 76.3

1 32 23.7 23.7 100.0

Total 135 100.0 100.0

Page 151: pdf (cover - abstrak)

18

B5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 35 25.9 25.9 25.9

1 100 74.1 74.1 100.0

Total 135 100.0 100.0

B6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 54 40.0 40.0 40.0

1 81 60.0 60.0 100.0

Total 135 100.0 100.0

Gaya Hidup Aktifitas Fisik

B7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 68 50.4 50.4 50.4

1 67 49.6 49.6 100.0

Total 135 100.0 100.0

B8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 68 50.4 50.4 50.4

1 67 49.6 49.6 100.0

Total 135 100.0 100.0

Gaya Hidup Stress

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Stress 95 70.4 70.4 70.4

Tidak Stress 40 29.6 29.6 100.0

Total 135 100.0 100.0

Page 152: pdf (cover - abstrak)

19

Uji normalitas

1. Kebiasaan makan

Descriptives

Statistic Std. Error

MAKAN Mean 1.41 .068

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 1.28

Upper Bound 1.55

5% Trimmed Mean 1.46

Median 2.00

Variance .618

Std. Deviation .786

Minimum 0

Maximum 2

Range 2

Interquartile Range 1

Skewness -.884 .209

Kurtosis -.808 .414

Nilai : -4.23, hasil tidak normal, maka menggunakan nilai median.

Lampiran 7

Page 153: pdf (cover - abstrak)

20

2. Kebiasaan merokok

Descriptives

Statistic Std. Error

MEROKOK Mean 2.07 .121

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 1.83

Upper Bound 2.31

5% Trimmed Mean 2.07

Median 2.00

Variance 1.973

Std. Deviation 1.405

Minimum 0

Maximum 4

Range 4

Interquartile Range 2

Skewness -.136 .209

Kurtosis -1.250 .414

Nilai : -0,65, hasil normal, maka menggunakan nilai mean.

Page 154: pdf (cover - abstrak)

21

3. Aktifitas fisik

Descriptives

Statistic Std. Error

AKTIFTAS Mean .99 .086

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound .82

Upper Bound 1.16

5% Trimmed Mean .99

Median .00

Variance 1.007

Std. Deviation 1.004

Minimum 0

Maximum 2

Range 2

Interquartile Range 2

Skewness .015 .209

Kurtosis -2.030 .414

Nilai : -0,07, hasil normal, maka menggunakan nilai mean.

Page 155: pdf (cover - abstrak)

22

Lampiran 8