copy of makalah-kepemimpinan-kepala-sekolah2
TRANSCRIPT
0
TUGAS METODOLOGI PENELITIAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
HUBUNGAN ANTARA SUVERVISI PENGAWAS DAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI
SMA SEKECAMATAN NAMLEA KAB. BURU
Dosen pengampuh: DR. WARDANI RAHAYU
OLEH:SYAMSUDDIN KASIM
NOREG: 7616100466
MANAJEMEN PENDIDIKANPROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA2O10
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam mewujudkan tujuan nasional, amanat UUD 1945 yakni mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pendidikan memegang peranan penting dalam proses
menentukan kemana arah pencapaian tujun tersebut. Pendidikan menjadi salah
satu barometer penentu manajemen peningkatan mutu Sumber daya manusia.
Karena mutu pendidikan sering diindikasikan dengan kondisi yang baik,
memenuhi syarat dan segala standar komponen yang harus terdapat dalam
pendidikan, yang dapat menjadi masukan, proses, input, autput, tenaga
kependidikan, sarana, prasarana, dan biayanya. Maka sekolah sebagai lembaga
unit pendidikan diberi wewenang, kepercayaan dan tanggung jawab penuh oleh
Negara melelui pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Sekolah sebagai
pendidikan formal bertujuan membentuk manusia yang berkepribadian, dalam
mengembangkan intelektual peserta didik dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan perannya
sangat penting, professional untuk membantu guru dan muridnya. Adanya
system diatas menunutut kerja sama diantara pimpinan dengan bawahan agar
sekolah sebagai organisasi berfungsi secara efektif. Sehubungan dengan hal
tersebut, organisasi dapat berfungsi baik atau berfungsi buruk bagi pencapaian
tujuan organisasi. Organisasi yang baik apabila memungkinkan terwujudnya
kerjasama yang efektif dalam melaksanakan volume dan beban kerja
organisasi. Sebaliknya kerja organisasi dikatakan buruk bilamana dalam
kenyataannya tidak memungkinnkan terwujudnya kerjasama dalam
menjalankan tugas sehari-hari. Keberhasilan pendidikan dietntukan oleh bayak
faktor diantaranya potensi siswa, kemampuan guru, kepemimpinan kepala
sekolah, kurikulum, lingkungan masyarakat, sarana prasarana dan sebagainya.
Diantara faktor-faktor tersebut keberhasilan sekolah tergantung pada unsur
2
manusianya, dalam hal ini adalah kharismatik kepala sekolah yang secara
langsung mempengaruhi membina dan mengembangkan kemampuan guru
untuk diteruskan kepada siswa. Didalam kepemimpinnya kepala harus dapat
mengawasi, memahami, mengatasi, mengoreksi dan mencari inisiatif
memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi di lingkunagn sekolah.Oleh
karena itu keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran disekolah
tidak dapat lepas pisahkan dari peranan kepala sekolah dalam mengelola kerja
sama dilingkungan lembaga pendidikan yang dipimpinnya.
Sejak diberlakukannya Undang-Undang Otonomi Daerah yang diatur dalam
peraturan pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah
dan kewenangan propinsi sebagai otonom, khusunya bidang pendidikan dan
kebudayaan yang menyatakan bahwa wewenang pemeintah pusat adalah
penetapan standar kompetensi peserta didik dan warga belajar serta pengaturan
kurikulum nasional dan penilaian hasil belajar secara nasional serta pedoman
pelaksanaaannyadan penetapan standar materi pokok. Dalam rangka
mempersiapkan lulusan pendidikan di era sekarang dan yang akan datang yang
penuh tantangan dan ketidak pastian duperlukan pendidikan yang dirancang
berdasarkan kebutuhan nyata dilapangan, sesuai dengan kondisi masyarakat,
keluaraga, kondisi sekolah dan siswa setempat. Hal tersebut diatas merupakan
tugas dan tanggung jawab kepala sekolah sebagai pengambil kebijakan atau
keputusan tertinggi ditingkat intitusional, dengan demikian kepala sekolah
diberi ruang gerak yang luas dalam pencapaian tujuan pendidikan.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan seorang kepala sekolah harus mampu
meningkatkan kinerja para guru atau bawahannya. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja sesorang, sebagai pemimpin sekolah harus mampu
memberikan pengaruh-pengaruh yang dapat menyebabkan guru tergerak untuk
melaksanakan tugasnya secara efektif sehingga kinerja mereka akan lebih baik.
Sebagai pemimipin yang mempunyai pengaruh, ia berusaha agar nasehat, saran
dan jika perlu perintahnya di ikuti oleh guru-guru. Dengan demikian ia dapat
mengadakan perubahan-perubahan dalam cara berfikir, sikap, tingkah laku
yang dipimpinnya. Dengan kelebihan yang dimilikinya yaitu kelebihan
3
pengetahuan dan pengalaman, ia membantu guru-guru berkembang menjadi
guru yang profesional.
Dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya kepala sekolah ahrus
melakaukan pengelolaan dan pembinaan sekolah melalui kegiatan administrasi,
manajemen dan kepemimpinan yang sangat tergantung pada kemampuannya.
Sehubungan dengan itu, kepemimipinan kepala sekolah berfungsi sebagai
suvervisor untuk mengawasi, membangun, mengkoreksi dan mencari inisiatif
terhadap jalannya seluruh kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di
lingkungan sekolah. Disamping itu kepala sekolah sebagai pemimpin
pendidikan berfungsi mewujudkan hubungan manusiawi (human relationship)
yang harmonis dalam rangka membina dan mengembangkan kerjasama antar
personal, agar secara serempak bergerak kearah pencapaian tujuan melalui
kesediaan melaksanakan tugas masing-masing secara efisien dan efektif.
Oleh karena itu, segala penyelenggaraan pendidikan akan mengarah kepada
usaha meningkatkan mutu pendidikan yang sangat dipengaruhi oleh guru
dalam melaksanakan tugasnya secara operasional. Untuk itu kepala sekolah
harus melakukan supervisi sekolah yang memungkinkan kegiatan operasional
itu berlangsung dengan baik.
Memandang pentingnya peran dan fungsi kepemimpinan kepala sekolah
sebagai pemimpin tertinggi dilembaga sekolah, maka mereka harus memiliki
professional yang handal, karena merupakan figure sentral yang harus menjadi
panutan dan suri teladan bagi guru dan tenaga kependidikan disekolah dalam
pengawasan kinerja guru, maka usaha untuk meningkatkan kinerja yang lebih
tinggi bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah bagi kepala sekolah. Karena
kegiatan berlangsung sebagai proses yang tidak muncul dengan sendirinya.
Pada kenyataannya banyak kepala sekolah yang sudah berupaya secara
maksimal untuk meningkatkan kualitas pendidikan, salah satu caranya
memotivasi para guru-guru akan memilki kinerja lebih baik tapi hasilnya masih
lebih jauh dari harapan.
Kepemimpinan kepala sekolah baik negeri maupun swawta di SMA
Kecamatan Namlea Kabupaten Buru Propinsi Maluku sangat beragam dan
4
variatif dari segi metode, gaya kepemimpinan dan tampilannya, tetapi ada satu
hal yang perlu di junjung tinggi yaitu kemampuan memimpin bawahan dan
sumber daya lainnya.Dan idealnya seorang kepala sekolah harus memiliki skill
dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Mengambil alternative dan memutuskan suatu persoalan yang merupakan
kebijakan strategis.
2. Mengetahui secara pasti kebutuhan,sasaran visi misi dan tujuan sekolah
3. Memimpin bawahan dalam pengembangan formal dan structural yang
dapat diukur.
4. Merencanakan, menyiapkan dan mengelola anggaran biaya yang
dibutuhkan dalam rencana belanja sekolah.
5. Mengevaluasi semua komponen pendidikan secara periodik demi
kepentingan perbaikan.
Kepala sekolah sebagai penanggung jawab pengelola proses belajar mengajar
dalam penyelenggraan pendidikan jalur sekolah dituntut memiliki kemampuan
dan manajemen sekolah agar mampu mencapai tujuan proses belajar mengajar
secara keseluruhan. Kepala sekolah memiliki fungsi kepemimpinan
intruksional sebagai pemegang kendali komando guru dan staf membuat
keputusan secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pendidikan
para siswa disekolah. Oleh karena itu keberhasilan kepala sekolah dalam
pengelolaan sekolah bergantung pada kemampuan mengatur dan mengelola
semua sumber daya kependidikan disekolahya secara efektif.
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa kepala sekolah memegang peranan
yang sangat strategis dalam menentukan mutu pendidikan di sekolah yang
dipimpinnya. Kepela sekolah menentukan peran yang cukup efektif dalam
mempertahankan dan meningkatkan standar mutu pendidikan yang harus
dicapai. Oleh sebab itu menjadi tuntutan dan kewajiban bagi kepala sekolah
untuk berupaya mengelola sekolah dengan baik demi meningkatkan dan
memperthankan mutu pendidikan di sekolah yang dipimpinya.
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat yang terkait dengan
kepemimpinan kepala sekolah, menganalisis masalah tersebut tergambar
dalam pernyataan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat huungan antara suvervisi pengawas dan motivasi kerja
kepeimimpinan kepala sekolah.
2. Apakah terdapat factor kecerdasan dalam meningkatkan kepemimpinan
kepalasekolah.
3. Apakah terdapat hubungan antara sikap terhadap profesi dengan
kepemimpinan kepala sekolah
4. Apakah kepuasan kerja dapat mempengaruhi efektifitas kepala sekolah
5. Apakah terdapat hubungan antara situasi kondisi lingkungan dengan
kepemimpinan kepala sekolah
6. Apakah terdapat hubungan antara suvervisi pengawas dengan
kepemimpinan kepala sekolah
7. Apakah kapasitas pendidikan kepala berfungsi signifikan terhadap
peningkatan kepemimpinan kepla sekolah
8. Apakah terdapat hubungan antara suvervisi pengawas dan sikap terhadap
profesi secara brsama-sama dengan kepemimpinan kepala sekolah
9. Apakah terdapat hubungan antara suvervisi pengawas terhadap kinerja
guru
10.Apakah terdapat hubungan signifikan antara kepemimpinan
Kepala sekolah terhadap kinerja guru.
11.Apakah terdapat kemampuan kepala sekolah terhadap kinerja
guru merupakan suatu hal yang harus dipelajari
12.Apakah terdapat hubungan suvervisi pengawas dan kepemimpinan
kepala sekolah terhadap kinerja guru
6
C. Pembatasan Masalah.
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut diatas sehingga masalah ini
tidak terlalu jauh dari masalah yang diharapkan maka penulis perlu
membatasi pembahasan ini hanya pada persoalan yang dianggap paling
utama yaitu meliputi dua vaiabel bebas dan satu variabel terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Suvervisi Pengawas dan
kepemimpinan kepala sekolah, sedangkan variabel terikantnya Kinerja
guru di sekolah
D. Perumusan Masalah
Peumusan masalah tentang penelitian tentang hubungsn antara suvervisi
pengawas dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru
disusun dalam pernyataan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat hubungan antara suvervisi pengawas dengan
kepemimpinan kepala sekolah
2. Apakah terdapat hubungan antara Kepemimpinan kepala sekolah as
terhadap kinerja guru
3. Apakah terdapat hubungan antara suvervisi pengawan dan
kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru
E. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui kejelasan
tentang pengaruh kepemimpinan kepala sekolah sebagai suvervisor dalam
pengawasan kinerja guru dalam pendidikan. Sedangakan secara rinci dapat
dilihat dalam beberapa point dari tujuan yang hendak diketahuai, yaitu:
1. Suvervisi pengawas dalam pendidikan
2. Kinerja kepemimpinan kepalasekolah dalam pendidikan
3. Hubungan pengawas dan kepemimpinan kepala sekola dalam pengawasan
kinerja guru dalam pendidikan.
7
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya,
dalam memperoleh imformasi mengenai kepemimpinan sekolah sebagai
suvervisor terhadap kinerja guru dalam pendidikan. Dalam hal ini pengawasan
dimaksudkan untuk perbaikan dalam pelaksanaan proses program pendidikan,
baik dalam kesesuian program, imput program, efektifitas proses program
maupun ketercapaian produk yang diperoleh.
Secara praktis Kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru dalam
pendidikan dapat dibagai menjadi dua scope dari manfaat yang dapat diambil.
Pertama, dapat meningkatkan wawasan keilmuan sesuai dengan disiplin ilmu.
Kedua, sebagai masukan bagi sekolah khususnya kepala sekolah dan sebagai
upaya peningkatan kualitas pendidikan di sekolah tersebut.
8
BAB II.
KERANGKA TEORTIK
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Deskriftif teoritik
1.Kepemimpinan Kepala Sekolah .
Dalam teori klasik mengatakan bahwa kepemimpinan adalah sifat unggul yang
dimilki oleh seseorang yang memmbedakan statusnya dengan orang lain atau
orang yang dipimpinnya.
Teori social mengatakan bahwa kepemimpinan berkaitan dengan upaya
perubahan manusia, organisasi dan tujuan yang akan dicapai.
Menurut James M.Black pada management a Guide to Exsecutif Command,
dalam Sadili Syamsuddin (206: 287) mengatakan, yang dimaksud dengan
kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan dan memggerakkan orang lain
agar mau bekerja sama dibawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
Hadari Nawawi mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan
menggerakkan, memberikan motivasi dan mempengaruhi orang agar bersedia
melakukan tindakan pada pencapaian tujuan (1999:81)
Kepemimpinan didefenisikan sebagai pengaruh atau proses mempengaruhi
orang lain sehingga mereka akan berusaha keras dengan penuh semangat
mencapai prestasi yang dicita-citakan bersama.1 Pendapat lain mengatakan
bahwa kepemimpinan merupakan perpaduan kualitas pribadi dan kemampuan
yang memungkinkan seorang bawahan untuk menanggapi dengan semangat,
bersatu dan efektif ketika orang lain pada situasi yang sama tidak mencapai
hasil seperti itu. Jadi kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan
mempengaruhi orang lain sehingga menreka berusaha keras dan penuh
semangat serta tanggung jawab untuk mencapai prestasi yang dicita-citakan
9
bersama.2 Selanjutnya Cattel yang dikutif oleh J Saluy1u berpendapat
Pemimpin adalah orang yang menciptakan perubahan yang paling efektif.
Kepala Sekolah sebagai pemimpin pendidikan, di lihat dari status dan cara
pengangkatan tergolong pemimpin resmi, formal leader, atau status leader.
Status leader bisa meningkat menjadi functional leader. Tergantung dari
prestasi dan kemampuan didalam memainkan peranannya sebagai pemimpin
pendidikan sebagai sekolah yang telah diserahkan pertanggungjawaban
kepadanya.
Istilah kepemimpinan pendidikan mengandung dua pengertian dimana kata
“pendidikan” menerangkan dalam lapangan apa dan dimana kepemimpinan itu
berlangsung, dan sekaligus menjadi sifat dan ciri-ciri bagaimana yang harus
dimilki pemimpin itu. Menurut Hadari Nawawi: kepemimpinan adalah
kemampuan menggerakkan, memberikan motivasi dan mempengaruhi orang-
orang agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada
pencapaian tujuan (1993:81).3
Berangkat dari pengertian tersebut diatas dapatlah disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain
untuk bekerja sama agar mau melakukan suatu perbuatan yang bermanfaat
untuk kepentingan bersama dalam mencapai tujuan.
.kepala sekolah dapat diartikan sebagai ketua atau pemimpin dalam suatu
perkumpulan atau kelompok organisasi. Sedangkan kata sekolah dalam bahasa
Yunani scule dan bahasa inggeris dikenal dengan istilah school, dapat diartikan
sebagai suatu tempat atau gedung. Tempat atau gedung ini dibuat dengan tujuan
untuk menampung manusia-manusia yang ingin belajar atau mau dididik dengan
berbagai macam ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Dengan demikian bahwa
kepala sekolah adalah orang yang dipilih, dipercayai untuk menjabat ketua atau
pemimpin dalam suatu organisasi sekolah atau
1 Weichrich Heinz, Management a Global Perpective (New York McGrow-Hill. Inc 1995 ) h. 490
2. J. Saluyu M.A. Pengambilan Keputusan Strategi (Jakarta: PT Grasindo 2003 ) h.191
3. Nawawi Hadari, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas (Jakarta Haji Mas Agung 1993)
10
lembaga pendidikan. Kepala sekolah harus berperan dan bertanggung jawab atas
seluruh kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan
disekolahnya. Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 12 ayat 1 PP Nomor 28
tahun 1990 bahwa: Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan
kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan
lainnya, pendayagunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana.
Kepala sekolah sebagai orang yang terpandang dilingkunag masyarakat sekolah.
Ia sebagai pusat teladan bagi warga sekolah dan warga masyarakat di sekitar
sekolah, karena itu kepala sekolah wajib melaksanakan petunjuk tentang usaha
peningkatan ketahanan sekolah. Pada umumnya kepala sekolah memiliki
tanggungjawab sebagi pemimpin dibidang pengajaran dan pengembangan
kurikulum, administrasi personalia, administrasi personalia staf, hubungan
masyarakat, “school Plant” dan perlengkapan organisasi di sekolah (W.
Soemanto dan Hendiyat; 1982:38).4 Kepala sekolah dapat menerima
tanggungjawab tersebut namun ia belum tentu mengerti dengan jelas bagaimana
ia dapat menyumbang kearah perbaikan program pengajaran.
1.1. Kepala sekolah yang professional
Dalam implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) kepala sekolah
menupakan kunci kunci keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan di
sekolahnya. Ia adalah orang yang berperan diberi tanggungjawab untuk
mengelola dan memberdayakan semua sumber daya/potensi orang tua
masyarakat untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah. Kepala sekolah
harus memiliki wawasan yang luas, berpikir efektif serta memiliki kemampuan
professional tentang sekolahnya. Juga dituntut untuk menjalin hubungan kerja
sama yang harmonis dengan berbagai pihak yang terkait dengan program
pendidik2an disekolahnya. Kepala sekolah harus mampu berperan sebagai
educator, manajer, administrator, suvervisor, leader, innovator, dan moivator
pendidikan
1.2.Tipe Kepemimpinan
24. Hidayat Sutopo dan Wasty Sumantu, Kepemimpinan dan Suvervisi Pendidikan ( Jakarta Bina Aksara 1994 ) h. 39
11
Dalam upaya menggerakkan dan memotivasi orang lain agar melakukan
tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan, seorang pemimpin
melakukan dalam beberapa cara. Cara yang ia lakuakn merupakan pencerminan
sikap serta gambaran tentang tipe (bentuk) kepemimpinan yang dijalankannya.
Adapun gaya atau tipe kepemimpinan yang pokok atau juga disebut ekstrem
ada tiga tipe atau bentuk kepemimpinan yaitu:
a.Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan otoriter adalah kepemimpinan yang bertindak sebagai
diktor terhadap anggota-anggota kelompoknya. Baginya memimpin adalah
menggerakkan dan memaksa kelompok. Apa yang diperintahnya harus
dilaksanakan secara utuh, ia bertindak sebagai penguasa dan tidak dapat
dibantah sehingga orang lain harus tunduk kepada kekuasaanya. Ia
menggunakan ancaman dan hukuman untuk menegakkan kepemimpinannya.
Kepemimpian otoriter hanya akan menyebabkan ketidakpuasan dikalangan
guru.
b.Kepemimpinan Laissez Faire
Bentuk kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari kepemimpinan otoriter.
Yang mana kepemimpinan laissez faire menitik beratkan kepada kebebasan
bawahan untuk melakukan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Pemimpin
lasses faire banyak memberikan kebebasan kepada personil untuk menentukan
sendiri kebijaksanaan dalam melaksanakan tugas, tidak ada pengawasan dan
sedikit sekali memberikan pengarahan kepada personilnya.
Kepemimpinan Laissez Faire tidak dapat diterapkan secara resmi di lembaga
pendidikan, kepemimpinan laissez faire dapat mengakibatkan kegiatan yang
dilakuakn tidak terarah, perwujudan kerja simpang siur, wewenang dan
tanggungjawab tidak jelas, yang akhirnya apa yang menjadi tujuan pendidikan
tidak tercapai
c. Kepemimpinan Demokratis
Bentuk kepemimpinan demokratis menempatkan manusia atau personilnya
sebagai factor utama dan terpenting. Hubungan antara pemimpin dan orang-
12
orang yang dipimpin atau bawahannya diwujudkan dalam bentuk human
relationship atas dasar prinsip saling harga-menghargai dan hormat-
menghormati.
Dalam melaksanakan tugasnya, pemimpin demokratis mau menerima dan
bahkan mengharapkan pendapat dan saran-saran dari bawahannya, juga kritik-
kritik yang membangun dari anggota diterimanya sebagai umpan balik atau
dijadikan bahan pertimbangan kesanggupan dan kemampuan kelompoknya.
Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis, terarah
yang berusaha memanfaatkan setiap personil untuk kemajuan dan
perkembangan organisasi pendidikan.
d. Fungsi Kepemimpinan Pendidikan
Kependidikan adalah proses menggerakkan, mempengaruhi, memberikan
motivasi dan mengarahkan orang-orang dilembaga pendidikan untuk mencapai
tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Untuk mewujudkan tugas tersebut
seorang pemimpin harus mampu bekerjasama dengan orang yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin harus tahu fungsi dan peranannya sebagai pemimpin.
Adapun fungsi kepemimpinan pendidikan menurut Soekarto Indrafachrudi
(1993:33) adalah pada dasarnya dapat dibagai menjadi dua yaitu:
a. Fungsi yang bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai
-Pemimpin berfungsi memikirkan dan merumuskan dengan teliti tujuan
kelompok serta menjelaskan supaya anggota dapat berkerjasama mencapai
tujuan itu.
-Pemimpin berfungsi memberi dorongan kepada anggota-anggota kelompok
untuk menganalisis situasi supaya dapat dirumuskan rencana kegiatan
kepemimpinan yang dapat memberi harapan baik.
- Pemimpin berfungsi membantu anggota kelompok dalam memberikan
keterangan yang perlu supaya dapat mengadakan pertimbangan yang sehat.
- Pemimpin berfungsi menggunakan kesempatan dan minat khusus anggota
kelompok.
b. Fungsi yang bertalian dengan suasana pekerjaan yang sehat dan
menyenangkan
13
- Pemimpin berfungsi memupuk dan memelihara kebersamaan di dalam
kelompok.
- Pemimpin berfungsi mengusahakan suatu tempat bekerja yang
menyenangkan, sehingga dapat dipupuk kegembiraan dan semangat
bekerja dalam pelaksanaan tugas.
- Pemimpin dapat menanamkan dan memupuk perasaan para anggota bahwa
mereka termasuk dalam kelompok dan merupakan bagian dari kelompok.
1. Syarat-Syarat Kepemimpinan Pendidikan Mengenai syarat-syarat
kepemimpinan, Tead (1935:31-34) dalam (Soekarna Indrafachrudin)
bahwa syarat kepemimpinan pendidikan adalah:
a. Memiliki kesehatan jasmaniah dan rohaniah yang baik.
b. Berpegang teguh pada tujuan yang hendak dicapai.
c. Bersemangat
d. Jujur
e. Cakap dalam memberi bimbingan
f. Cepat serta bijaksana dalam mengambil keputusan
g. Cerdas
h. Cakap dalam hal mengajar dan menaruh kepercayaan kepada yang
baik dan berusaha mencapainya
2. Suvervisi Pengawas
Suvervisi pengawas kepqda para Kepala sekolah adalah merupakan orang yang
paling bertnggungjawab dalam proses penyelenggaraan pendidikan disekolah.
Karena itu salah satu peran pengawas pada kepala sekolah adalah sebagai
seorang suvervisor di lembaga pendidikan disekolah. Sebagai seorang
suvervisor bertanggung jawab dalam upaya mengawasi, membimbing dan
mengembangkan kualitas system pendidikan sehingga segala bentuk
kekurangan dan kelemahan yang dimiliki oleh guru dapat diantisipasi dan
diminimalkan. Suvervisi pengawas terhadap kepala sekolah sebagai suvervisor
memiliki makna yang sangat luas dan umum yaitu, segala bantuan yang akan
diarahkan kepada bawahannya.5 Fungsi pengawasan dalam pendidikan bukan
sekedar kontol melihat apakah segala kegiatan telah dilaksanakan sesuai
14
dengan program yang telah ditetapkan, tetapi lebih dari itu, pengawasan kepala
sekolah dalam pendidikan mencakup penentuan kondisi, syarat personil
maupun materi yang diperlukan untuk terciptanya situasi berlajar yang efektif.6
Pengawasan kepala sekolah dalam usaha memperbaiki pengajaran guru, dan
perkembangan guru serta merevisi tujuan pendidikan, bahan pengajaran,
metode mengajar dan evaluasi pengajaran. Oleh karena itu pengawasan kepala
sekolah dalam lembaga pendidikan disekolahnya merupakan upaya dalam
melakukan perbaikan dan penyempurnaaan, maka secara operasional memiliki
tujuan sebagai beriktu:
1. Membantu guru melihat secara jelas tujuan pendidikan
2. Membantu guru membimbing murid dalam belajar.
3. Membantu guru dalam menggunakan metode dan media pengajaran.
4. Membantu guru dalam memilih dan memenuhi kebutuhan mengajar
5. Membantu guru dalam hal menilai kemajuan murid
6. Membantu guru dalm menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar3
7. Membantu guru agar waktu dan tenaga dicurahkan sepenuhnya terhadap
pembinaan murid disekolah.
8. Membantu guru baru disekolah sehingga merasa senang dengan tugas
yang diperolehnya.
Adapun fungsi kepala sekolah sebagai suvervisor adalah sebagai berikut:
1. Mengkoodinasikan semua usaha pendidikan di sekolah.
2. Memperluas pengalaman guru
3. Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif
4. Menjembati komonikasi kepala sekolah dengan staf gurunya.
5. Memberikan fasilitas dan penilaian yang terus menerus.
6. Menganalisa situasi belajar mengajar.
7. Mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan
kemampuan mengajar guru
35. Hidayat dan Sumanto, Ibid h. 39
6. Ngalin Purwnto, Administrasi dan Suvervisi Pendidikan (Bandung, Remaja Rosdakaya 1998) h.76
15
8. Memberkan Pengetahuan dan Ketrampilan kepada setiap guru.
Seorang pengawas sebagai suvervisor harusmemiliki ciri-ciri sebgai
berikut:
1. Berpengetahuan luas tentang seluk beluk semua bidang pekerjaan yang
yang berada dibawah pengawasannya.
2. Memahami dan menguasai rencana dan program yang telh digariskan
yang akan dicapai oleh lembaga pendidikan disekolah.
3. Berwibawa dan memiliki kecakpan praktis tentang tekhnk
kepengqwasan terutama human reletion
4. Berkemauan keras, giat bekerja demi tercapai tujuan atau program
yang telah ditetapkan.7
3. 4Sikap terhadap profesi
Sikap terhadap profesi merupakan produk dari sosilisai dimana seseorang
bereaksi sesuai dengan rangsangan yang telah diterimanya. Jika mengarah
pada objek tertentu berarti bahwa penyesuaian diri terhadap objek tersebut
dipengaruhi oleh lingkunagan social dan kesediaan untuk bereaksi dari
orang tersebut terhadap objek.8
Dalam Webster student Dictinory dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
sikap (attitude) yakni, Attitude as an a pearsons positin or bearing as
digunakan bahwa sikap akan mencari kesesuaian antara kepercayaan dan
perasaan mereka terhadap objek, dan menyarankan bahwa perubahan sikap
tergantung dari salah satu persaaan (feeling) atau kepercayaan (belief).
milki kopetensi profesionalisme yang tinggi biasanya disebut guru yang
professional.
Menurut Wirawan bahwa suatu pekerjaan dapat dikatakan sebagai profesi
apabila memiliki persyaratan sebagai berikut :
1. Merupakan pekerjaan penuh artinya pekerjaan tersebut diperlukan oleh
masyarakat agar masyarakat dapa melaksanakan fungsinya.
47. Ma,raf, Sikap Manusia : Perubahan dan Pengukuran ( Jakarta, Ghalia Indonesia 1981 ) h. 9
8. A. Merriam Webster, Webster’s Students Dictionory ( New York : G & C Merriam Co. 1995 )h.4.
16
2. Memiliki ilmu pengetahuan artinya untuk melaksanakan suatu profesi
diperluakan suatu ilmu pengetahuan atau sains.
3. Aplikasi ilmu pengetahuan artinya bahwa profesi merupakan
penerapan ilmu pengetahuan untuk mengerjakan, menyelesaikan dan
membuat sesuatu.9
Ada beberapa ciri pokok pekerjaan yang bersifat professional diantaranya :
1. Pekerjaan tersebut dipersiapkan melalui proses pendidikan dan latihan
secara formal
2. Pekerjaan tersebut mendapat pengakuan dari masyarakat
3. Adanya lembaga profesi dan
4. Mempunyai kode etik sebagai landasan dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab pekerjaan profesi tersebut.10
Profesi sebagai kepala sekolah memiliki tugas pokok dan fungsi tanggung
jawab, khususnya sekolah yang dipimpinnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Salah satu tugas dan tanggung jawab kepala
sekolah adalah program pelayanan siswa di sekolah. Ada beberapa biang
yang menjadi tanggung jawab seorang kepala sekolah antara lain :
1. Kehadiran siswa disekolah dan masalah- masalah yang berhubungan
dengan siswa.
2. Penerimaan, orientasi klasifikasi dan penunjukan kelas dan program
studi5
3. Evaluasi dan pelaporan kemajuan siswa
4. Suvervisi program-program bagi siswa yang mempunyai kelainan
5. Pengendalian disiplin siswa
6. Program bimbingan
7. Program kesehatan dan keamanan
8. Peneyesuaian pribadi, social dan emosional siswa.11
59. Saifudi Azwar, Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya ( Yogyakarta: Liberty 1998) h.4
10. Jhon Hardin Best and William Robinowatz, Encyclopedia of Education Reasearch ( London Collier Macamilan Publishers, 1969 ) h. 180.
17
Kepala sekolah pada hakekatnya adalah guru yang memegang jabatan
fungsional. Jabatan guru sebagai profesi menuntut adanya keahlian dan
ketrampilan khusus di bidang pendidikan dan pengajaran. Jabatan guru
bukan sekedar okupasi atau pekerjaan yang hanya pelampiasan mencari
nafkah dengan modal pengetahuan dan keahlian yang seadanya atau
paspasan.12
B.Kerangka Berpikir
1. Hubungan antara suvervisi Pengawas dengan kepemimipnan kepala sekolah.
Suvervisi pengawasan adalah kegiatan yang dilakukan atasan dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan Indikasi dari suvervisi pengawasan ini an
adalah: 1. Pateri pengawasan 2. Kohorensi pengawasan dengan kondisi ril
3. Intensitas pengawasan dan 4. Evaluasi pengawasan
Pengawas dalam lingkup sekolah adalah merupakan orang yang diberi
kewenangan mengawasi seyiap item kegiatan, program dan aktifitas lainnya
sehingga semua dapat berjalan secara sistematis dan brkesinambungan. Sasaran
utama suvevisi yang dilakukan pengawas adalah kepala sekolah dalam arti sebgi
manajer yang perlu control atas kepemimpinannya itu.
Pengawasan pada intinya adalah sebuah proses pembinaan berkelanjiutan dan
terprogram dengan tujuan adanya perubahan kearah yang lebih positif baik dari
segi proses pendidikan yang sedang berjalan maupun autput yang diharapkan. 6
Fungsi-fungsi Manajerial kepala sekolah sulit akan terkontrol dan terevaluasi
secara baik jika tidak ada pengawasan, kecendrungan kepemimpinan kepala
sekolah juga tidak menutup kemungkinan keluar dari garis visi , misi dan program
yang dicanangkan. Kepemimpinan yang baik yang diakui oleh bawahannya
611. Steven Robbins, Organization Behavior, Concept, Controvercies, and Application ( Englewood eliffs , Prentice Hall, 1989 ) h. 26
12. Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis untuk Praktik Profesinal ( Bandung Aksara, !995) h. 302
18
merupakan salah satu kunci keberhasilan lembaga pendidikan disekolah. Juga
sebaliknya kepemimpinan yang tidak professional, otoriter dan tidak diterima oleh
bawahan maka menghasilkan interaksi dan motivasi kerja yang lemah. Dengan
adanya suvervisi diharapkan kepemimipnan tidak menyimpang dari job kerja
yang dilakuannya. Berdasarkan pemikiran demikan diduga terdapat hubungan
positif antara suvervisi pengawas dengan kepemimpinan kepala sekolah.
2. Hubungan antara kepala sekolah dengan kinerja guru dalam pendidikan
Kinerja berasal dari pengertian performance, yang dapat pula dimknai
sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Hal yang senada disampaikan juga
oleh Purnomo yang menyatakan bahwa pengertian performance berarti
aktifitas pelaksanaan fungsi secara nyata dari seseorang atau suatu lembaga
pendidikan disekolah berdasarkan standar yang ditetapkan didalam sekolah
yang bersangutan.
Kinerja menurut kamus besar bahasa Indonesia (1985:503) adalah segala sesuatu
yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja. Sedangkan menurut
U. Husna Asmara (1996:3), dalam total Quality Manajemen (TQM) kinerja atau
unjuk kerja selalu dihubungkan dengan kemampuan memberikan pelayanan dan
memuaskan pihak yang berkepentingan dalam ruang lingkupnya. Kepala sekolah
merupakan manejer dalam orgnisasi dalamorganisasi pendidikan. Ia membuat
perencanaan, pengorganisasian, mengarahkan dan mengadakan pengawasan
terhadap program –program pendidikan. Sebagai seorang manejer dalam
organisasi pendidikan secara ex officio pimpinan sekolah juga bertindak sebagai
pengawas (suvervisor) pendidikan.
Tugas kepala sekolah sebagai suvervisor atau pengawas memang tidaklah ringan
sebab tugasnya meliputi 1. Pengembangan kurikulum 2. Mengorganisasi proses
belajar mengajar 3. Menyiapkan staf 4. Menyiapkan fasilitas belajar 5.
Menyiapkan materi pelajaran 6. Menatar guru-guru 7. Memberikan konsultasi
dan membimbing staf. 8. Mengkordinasi layanan terhadap para murid 9.
Mengadakan hubungan dengan masyarakat 10. Menilai pengajaaran (Naegly dan
Evans, 1980), jelaslah bahwa yang dikerjakan oleh kepala sekolah sebagai
19
seorang suvervisor relative banyak dan memerlukan kesungguhan. Tugas lai dari
kepala sekolah adalah tentunya memberikan motivasi kepada guru agar dalam
menjalankan tugasnya melengkapi diri dengan tugas pokok, sehingga dalam
proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tidak merugikan murid. Kepala
sekolah harus menanamkan kesan kepada guru bahwa setip guru harus berperan
aktif melaksanakan pembelajaran.
Guru harus menyadari bahwa pendidikan itu berpusat pada anak sebab dalam
kontek mutu lembaga pendidikan dianggap sebagai produsen dan masyarakat
dianggap sebagai pelanggan (costumer) yang harus dipuaskan karena pelanggan
selalu bertanya; bagaimana pengetahuan anaknya pada hari ini, dan apakah ilmu
mereka bertambah hari ini untuk pengalaman yang akan dijadikannya sebagai
bekal dimasa yang akan dtang (Chargel 1994)
Untukm itu perlu diperjelas warna profesionalisme pekerjaan guru. Jabatan
professional harus mampu menerjemahkan kapasitas mereka sendiri kedalam
pekerjaan atau profesinya sehari-hari yaitu, mengajar, mendidik, membimbing dan
mengelola belajar murid serta melakukan penilaian. Salah satu warna profesi
yang perlu dimiliki seorang guru ialah berupaya secara terus-menerus untuk
meningkatkan kemampuannya dalm mengelola proses belajar mengajar. Dalam
mengelola proses belajar mengajar seorang guru harus melqkukan evaluasi.
Evaluasi merupakan tahapan terpenting dalam satuan kegiatan pendidikan sekolah
yang mana evaluasi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan serta factor-faktor yang mendukung
atau menghambat keberhasilan siswa. Tingkat keberhasilan kerja diukur dengan
membandingkan hasil dengan target yang dirumuskan dalam rencana
pembelajaran . Oleh karena itu seorang guru perlu mengadakan penilaian cara dan
hasil kerja siswa.
B. Hubungan Suvervisi pengawas dan kepala sekolah dalam pengawasan
Kinerja Guru dalam Pendidikan
20
Keberhasilan seorang pemimpin akan terwujud apabila pemimpin tersebut
memperlakukan orang lain atau bawahannya dengan baik, serta memberikan
motivasi agar mereka menunjukan performance yang tinggi dalam melaksanakan
tugas. Menurut Hadari Nawawi (1983:81) kepemimpinan adalah kemampuan
menggerakan, memberikan motivasi dan mempengaruhi orang-orang agar
bersedia melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan
melalui keberanian mengambil keputusan tentang kegiatan yang harus dilakukan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan kepada sekolah
sebagai Seorang leader dalam menggerakkan, memotivasi, dan pengawasan
Kinerja Guru dan tenaga kependikan akan berahasil jika kepala sekolah
memperhatikan hasil yang dicapai serta memperlakukan guru - guru dengan baik,
sehingga mereka mampu menunjukan performace yang lebih baik.
Kinerja guru dan tenaga kependidikan merupakan aktivitas yang dilakukan oleh
guru-guru sesuai dengan profesi yang diembannya, untuk dapat melakukan
tindakan yang sesuai dengan profesi yang diembannya sangat terkait dengan ada
tidaknya kepuasan dalam bekerja. Kepuasan bekerja berhubungan erat dengan
kepemimpinan sekolah dalam kerja. Asmara (dalam Hamid Darmadi;1994:118)
menjelaskan bahwa tindakan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kematangan
kerja guru dan kepuasan kerja guru berkorelasi positif, maksudnya kematangan
kerja yang tinggi cenderung diikuti oleh kepuasan kerja yang tinggi pula.
Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa suvrvisi pengawas
dan kepemimpinan kepala sekolah sebagai seorang suvervisor – suvervisor dalam
pengawasan kinerja guru sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan mereka yang
dapat meningkatkan kepuasan sehingga aktivitas kerja guru meningkat.
Kepemimpinan akan terwujud apabila seseorang suvervisor pengawas dan
kepemimpinan kepala sekolah memberikan petunjuk-petunjuk kepada
bawahannya, mengadakan pengawasan, motivasi sehigga dapat menimbulkan
kepuasan bagi guru-guru sebagai staf pengajar dalam suatu lembaga pendidikan
sekolah. Suvervisor pengawas, guru dan kepemimpinan kepala sekolah murid dan
keberhasilan pendidikan merupakan serangkaian objek sekalgus subjek dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Pengawas yang bermutu adalah pengawas yang
21
dapat memberikan bantuan peningkatan mutu pembeljaran bagi guru. Guru yang
bermutu adalah guru yang dapat meningkatkan kemampuan murid dalam
menyerap pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan. Murid
atau lulusan yang bermutu adalah yang memiliki kompetensi sesuai dengan
dengan tujuan kurikulum yang telah ditetspkan. Oleh karenanya, semua
komponen terlibat dalam menyelenggarakan pendidikan, dituntut untuk berkinerja
sesuai dengan tuntutan kinerja masing-masing. Jika semua proses ini berjalan
sesuai dengan tuntutan kinerja masing-masing, maka pengawas bermutu akan
melahirkan guru bermutu, guru bermutu akan melahirkan murit atau lulusan
bermutu, murid atau lulusan yang bermutu akan melahirkan masyarakat yang
cerdas dan bermutu. Implikasi dari semua ini tentu saja akan melahirkan
masyarakat yang memiliki tinggkat produktifitas yang tinggi.
C. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan penjelasan penjelasan yang telah dikemukakan diatas maka dapat lah
memberikan rumusan hipoesis penelitian sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan yang langgeng dan positif antara suvervisi pengawas
dengan kepemimpinan sekolah.
2. Terdapat hubungan yang dinamis dan sangat familiar antara kepala sekolah
dengan staf guru sebagai barisan pengajarnya.
3. Terdapat hubungan yang sinergis antara suvervisi pengawas,
kepemimpinan kepala sekolah dan guru secara bersama-sama mengembosi
peningkatan mutu pendidikan disekolah secara kontinyu dan
berkesinambungan.
BAB III.
METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai
Berikut :
22
1. Untuk mengetahui dan memahami secara emperik kepemimpinan
kepala sebagai suvervisor
2. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis kinerja guru dalam
pendidikan
3. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis pengaruh
Kepemimpinan kepala sekolah sebagai suvervisor dalam pengawsan
kinerja guru dalam pendidikan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di ……. dan Waktu penelitian ……
C. Metode Peneltian
Dalam penelitian ini digunakan metode survey dengan tujuan untuk
menbuat suatu gambaran atau diskripsi yang secara sistimatis, factual
terhadap feomena yang diteliti
Proses pengumpulan data dilakukan melalui survei dan menggunakan
Instrument angket sebagai instrumen penelitian. Adapun model antara
hubungan variabel adalah sebagai berikut
Terdapat tiga variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini yaitu :
1. Kepemimpnan kepala sekolah X1
2. Kepala sekolah sebagai seorang suvervisor.X2
3. Dan kinerja guru dalam pendidikan. Y
D. Tekhnik Pengumpulan Data.
Y
X1
X2
23
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tekhnik
populasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua kepala sekolah di………….
Dan Sampling dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan random
Sampling, uji coba instrument sebanyak ….. responden.
Langkah-langkah pemgambilan sampel penelitian adalah sebagai berikut :
1. Menetapkan wilayah tempat penelitian
2. Membuat nomor urut 1 s/d …… di …..
3. Melakukan pengundian secara proporsional untuk mengambil …….
4. Menetapkan ….. orang sebagai sampel penelitian
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah model kussioner
(angket) yang disusun model skala lickert. Instrumen ini disusun dalam bentuk
pernyataan yang terbagi menjadi dua pernyataan yaitu bentuk positif dan
bentuk negatif dengan empat katagori, yaitu Selalu (S), Sering (Sr), Jarang (J),
Tidak pernah (TP). Skor tertinggi 4 untuk jawaban Selalu (S), dan Skor
terendah 1 untuk jawaban tidak pernah (Tp). Sedangkan untuk pernyataan
negtif dibalik dari yang terkecil yaitu 1 hingga yang terbesar yaitu 4.
Alternatif kedua berupa kategori Sangat setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu
(R), Tidak setuju (TS). Skor tertinggi adalah 4 untuk jawaban SS dan skor
terendah 1 untuk jawaban TS. Sedangkan untuk jawaban pernyataan negatif
skor dibalik dari yang terkecil yaitu 1 hingga yang terbesar yaitu 4.
Untuk perhitungan validitas dan releabilitas dilakukan dengan cara sejumlah
skor keseluruhan responden dengan skor butir kemudian dilakukan
perhitungan.
F. Tekhnik Analisa Data
Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan
analisis infrensial.Pada hipotesis pertama dan kedua diuji dengan menggunakan
Tekhnik korelasi sederhana yang dilanjuktan dengan ujit. Sedangkan untuk
hipotesis yang ketiga diuji dengan menggunakan tekhnik korelasi dan regeresi
24
ganda dilanjukan dengan uji F. Statistika digunakan untuk memudahkan
statistika imferensial, yaitu mnghitung ukuran gejala pusat yang meliputi rata-
rata, median, modus, median dan varians standar diviasi setiap variabel serta
penyajian data dalam bentuk tabel digram dan histogram
G. Hipotesis Statistik
1. Ho : P 3 1 < 0
H1 : P 3 1 > 0
2. Ho : P 2 1 < 0
H1 : P 2 1 > 0
3. Ho : P 3 2 < 0
H1 : P 3 2 > 0
4. Ho : P 3 2 1 < 0
H1 : P 3 2 1 > 0
Keterangan :
P 3 1 = Berhubungan secara tidak langsung Kepemimpinan (X1) terhadap
Kinerja gurdalam pendidikan (Y)
P 3 2 = Berhubungan secara langsung kepemimpnan (X1) terhadap kepemim
pinan kepeala sekolah (X2)
P 3 2 = Berhubungan secara langsung kepala sekolah (X2) terhadap kinerja
Guru dalam pendidikan (Y)
P3 2 1=Berhubungan secara signifikan Suvervisi pengawas (X1), Kepemimpin
an kepala sekolah (X2), terhadap kinerja guru dalam pendidikan (Y)
DAFTAR KEPUSTA
1. Atmodiwiro, Subagio, Managemen Pendidikan Indonesia ( Jakarta Ardadizya
Jaya , 2000 )
25
2. Azwar, Saifudin, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya ( Yogyakarta
Liberty, 1998 )
3. Best, Jhon Hardin and William Robbinowazt, Enciclopedia of Education
Research ( London, Collier Macamillan Publishers 1996 )
4. Heinz, Wienchrich, Management a Global Perspective ( New York McGraw-
Hill, Inc 1995 )
5. Mar,at, Sikap Manusia : Perubahan serta Pengukurannya ( Jakarta, Ghalia
Indonesia 1998 )
6. Nawawi, Hadari, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas ( Jakarta Haji
Mas Agung 1998 )
7. Purwanto, Ngalim, Administrasi dan Suvervisi Pendidikan ( Bandung
Remaja Rosdakarya 1998 )
8. Robbin, Steven, Organisation Behavior, Concept, Controvercius and
Application ( New , Jersey Prentice Hall Inc.A.Simon & Schutster
Company, 1979 )
9. Sutisna , Oteng, Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritis dan Praktik
Profesional ( Bandung, Aksara 1985 )
10. Sutopo, Hendiyat dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi
Pendidikan ( Jakarta, Bina Aksara 1984 )
11. Webster, A Merriam, Websters Dictinory ( New York : G & C Merriam Co
1995)
12. Wirwan, Evaluasi Program Pendidikan ( Jakarta, 2001 )
26
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
27
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan beberapa poin
utama mengenai kepemimpinan kepala sekolah sebgai seorang Leader
yaitu:
1. Kepala sekolah adalah pemimpin sekolah yang mengatur dan
menetapkan fungsi administrasi termasuk didalamnya fungsi
mendorong, menggerakkan, kinerja guru dan tenaga kependidikan.
2. kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan juga mempunyai peran
yang sangat menentukan tercapainya tujuan pendidikan.
3. Kepala Sekolah mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam
menentukan arah jalannya pocily yang ada di sekolah dalam rangka
pencapaian mutu pendidikan yang maksimal.
B. Saran
Adapun beberapa saran yang dapat disampaikan adalah;
1. Sebagai seorang top manager (kepala sekolah) harus menjaga dan
memelihara keharmonisan lingkungan sekolahnya dan jangan
mencari-cari kesalahan atau kekurangan yang ada pada guru dan
tenaga kependiidkan dalam menjalankan fungsi kepemimpinnanya.
2. Guru sebaiknya selalu mencari inisiatif lain untuk menutupi
kekurangan yang ada untuk mencapai tujaun pendidikan.
3. Kepala sekolah diharapkan mampu memberi pengaruh yang baik
dalam menetapkan fungsi planning, organizing, actuating maupun
controlling demi pencapaian mutu pendidikan yang maksimal.
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAISEORANG SPERVISOR DALAM PENGAWASAN KINERJA
GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
28
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas matakuliah
Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam
Dosen Pengampuh
Dr. Ani Kadarwati, M.pd
Drs. Hidayatulloh, M.Si
Disusun Oleh:
Fitrotun Nufus
ROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
29
Sekolah sebagai pendidikan formal bertujuan membentuk manusia yang
berkepribadian, dalam mengembangkan intelektual peserta didik dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan
perannya sangat penting untuk membantu guru dan muridnya. Didalam
kepemimpinnya kepala harus dapat memahami, mengatasi dan memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang terjadi di lingkunagn sekolah.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan seorang kepala sekolah harus
mampu meningkatkan kinerja para guru atau bawahannya. Banyak faktor yang
dapat mempengaruhi kinerja sesorang, sebagai pemimpin sekolah harus mampu
memberikan pengaruh-pengaruh yang dapat menyebabkan guru tergerak untuk
melaksanakan tugasnya secara efektif sehingga kinerja mereka akan lebih baik.
Sebagai pemimipin yang mempunyai pengaruh, ia berusaha agar nasehat, saran
dan jika perlu perintahnya di ikuti oleh guru-guru. Dengan demikian ia dapat
mengadakan perubahan-perubahan dalam cara berfikir, sikap, tingkah laku yang
dipimpinnya. Dengan kelebihan yang dimilikinya yaitu kelebihan pengetahuan
dan pengalaman, ia membantu guru-guru berkembang menjadi guru yang
profesional.
Dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya kepala sekolah ahrus
melakaukan pengelolaan dan pembinaan sekolah melalui kegiatan administrasi,
manajemen dan kepemimpinan yang sangat tergantung pada kemampuannya.
Sehubungan dengan itu, kepala sekolah sebagai supervisor berfungsi untuk
mengawasi, membangun, mengkoreksi dan mencari inisiatif terhadap jalannya
seluruh kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di lingkungan sekolah. Disamping
itu kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan berfungsi mewujudkan
hubungan manusiawi (human relationship) yang harmonis dalam rangka membina
dan mengembangkan kerjasama antar personal, agar secara serempak bergerak
kearah pencapaian tujuan melalui kesediaan melaksanakan tugas masing-masing
secara efisien dan efektif.
Oleh karena itu, segala penyelenggaraan pendidikan akan mengarah
kepada usaha meningkatkan mutu pendidikan yang sangat dipengaruhi oleh guru
dalam melaksanakan tugasnya secara operasional. Untuk itu kepala sekolah harus
30
melakukan supervisi sekolah yang memungkinkan kegiatan operasional itu
berlangsung dengan baik.
Melihat pentingnya fungsi kepemimpinan kepala sekolah sebagai
supervisor dalam pengawasan kinerja guru Pendidikan Agama Islam, maka usaha
untuk meningkatkan kinerja yang lebih tinggi bukanlah merupakan pekerjaan
yang mudah bagi kepala sekolah. Karena kegiatan berlangsung sebagai proses
yang tidak muncul dengan sendirinya. Pada kenyataannya banyak kepala sekolah
yang sudah berupaya secara maksimal untuk meningkatkan kualitas pendidikan,
salah satu caranya memotivasi para guru-guru akan memilki kinerja lebih baik
tapi hasilnya masih lebih jauh dari harapan.
B. Masalah dan Sub Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah umum yang timbul
adalah “Bagaimana hubungan kepemimpinan kepala sekolah sebagi supervisor
dalam pengawasan kinerja guru Pendidikan Agama Islam”. Untuk mempermudah
menganalisis masalah tersebuh perlu dirinci kedalam sub-sub masalah sebagai
berikut:
10. Bagaiamana kepemimpinan kepala sekolah sebagai seorang
supervisor?
11. Bagaimaan kinerja guru Pendidikan Agama Islam?
12. Apakah ada hubungan yang signifikan kepemimpinan kepala
sekola sebagai supervisor dalam pengawasan kinerja guru Pendidikan
Agama Islam ?
C. Tujuan
Secara umum pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui
kejelasan tentang hubungan kepemimpinan kepala sekolah sebagai supervisor
dalam pengawasan kinerja guru Pendidikan Agama Islam. Sedangakan secara
rinci dapat dilihat dalam beberapa point dari tujuan yang hendak diketahuai, yaitu:
4. Kepemimpinan kepala sekolah dalam bidang supervisi.
5. Kinerja para guru-guru Pendidikan Agama Islam
31
6. Hubungan kepemimpinan kepala sekolah sebagai supervisor dalam
pengawasan kinerja guru Pendidikan Agama Islam
D. Manfaat
Dalam hal ini, dapat dibagai menjadi dua scope dari manfaat yang dapat
diambil. Pertama, dapat meningkatkan wawasan keilmuan sesuai dengan disiplin
ilmu. Kedua, sebagai masukan bagi sekolah khususnya kepala sekoalh dan
sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan di sekoalh tersebut.
32
BAB II
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOALH SEBAGAI
SEORANG SUPERVISOR DALAM PENGAWASAN KINERJA GURU
PENDIDIKAN AGAMA ISALAM
D. Kepemimpinan Kepala Sekolah
4. Pengertian Kepemimpinan
Kepala Sekolah sebagai pemimpin pendidikan, di lihat dari status
dan cara pengangkatan tergolong pemimpin resmi, formal leader, atau
status leader. Status leader bisa meningkat menjadi functional leader.
Tergantung dari prestasi dan kemampuan didalam memainkan peranannya
sebagai pemimpin pendidikan sebagai sekolah yang telah diserahkan
pertanggungjawaban kepadanya.
Istilah kepemimpinan pendidikan mengandung dua pengertian
dimana kata “pendidikan” menerangkan dalam lapangan apa dan dimana
kepemimpinan itu berlangsung, dan sekaligus menjadi sifat dan ciri-ciri
bagaimana yang harus dimilki pemimpin itu. Menurut Hadari Nawawi:
kepemimpinan adalah kemampuan menggerakkan, memberikan motivasi
dan mempengaruhi orang-orang agar bersedia melakukan tindakan-
tindakan yang terarah pada pencapaian tujaun (1993:81).
Kepala sekolah sebagai orang yang terpandang dilingkunag masyarakat
sekolah. Ia sebagi pusat teladan bagi warga sekolah dan warga masyarakat
di sekitar sekolah, karena itu ia kepala sekolah wajib melaksanakan
petunjuk tentang usaha peningkatan ketahanan sekolah. Pada umumnya
kepala sekolah memiliki tanggungjawab sebagi pemimpin dibidang
pengajaran dan pengembangan kurikulum, administrasi personalia,
administrasi personalia staf, hubungan masyarakat, “school Plant” dan
perlengkapan organisasi di sekolah (W. Soemanto dan Hendiyat; 1982:38).
33
Kepala sekolah dapat menerima tanggungjawab tersebut namun ia belum
tentu mengerti dengan jelas bagaimana ia dapat menyumbang kearah
perbaikan program pengajaran.
5. Tipe Kepemimpinan
Dalam upaya menggerakkan dan memotivasi orang lain agar
melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan,
seorang pemimpin melakukan dalam beberapa cara. Cara yang ia lakuakn
merupakan pencerminan sikap serta gambaran tentang tipe (bentuk)
kepemimpinan yang dijalankannya. Adapun gaya atau tipe kepemimpinan
yang pokok atau juga disebut ekstrem ada tiga tipe atau bentuk
kepemimpinan yaitu:
e. Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan otoriter adalah kepemimpinan yang bertindak
sebagai diktor terhadap anggota-anggota kelompoknya.
Baginya memimpin adalah menggerakkan dan memaksa
kelompok. Apa yang diperintahnya harus dilaksanakan secara
utuh, ia bertindak sebagai penguasa dan tidak dapat dibantah
sehingga orang lain harus tunduk kepada kekuasaanya. Ia
menggunakan ancaman dan hukuman untuk menegakkan
kepemimpinannya. Kepemimpian otoriter hanya akan
menyebabkan ketidakpuasan dikalangan guru.
f. Kepemimpinan Laissez Faire
Bentuk kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari
kepemimpinan otoriter. Yang mana kepemimpinan laissez faire
menitik beratkan kepada kebebasan bawahan untuk melakukan
tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Pemimpin lasses faire
banyak memberikan kebebasan kepada personil untuk
menentukan sendiri kebijaksanaan dalam melaksanakan tugas,
tidak ada pengawasan dan sedikit sekali memberikan
pengarahan kepada personilnya.
34
Kepemimpinan Laissez Faire tidak dapat diterapkan secara
resmi di lembaga pendidikan, kepemimpinan laissez faire dapat
mengakibatkan kegiatan yang dilakuakn tidak terarah,
perwujudan kerja simpang siur, wewenang dan tanggungjawab
tidak jelas, yang akhirnya apa yang menjadi tujuan pendidikan
tidak tercapai.
g. Kepemimpinan Demokratis
Bentuk kepemimpinan demokratis menempatkan manusia atau
personilnya sebagai factor utama dan terpenting. Hubungan
antara pemimpin dan orang-orang yang dipimpin atau
bawahannya diwujudkan dalam bentuk human relationship atas
dasar prinsip saling harga-menghargai dan hormat-
menghormati.
Dalam melaksanakan tugasnya, pemimpin demokratis mau
menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran-saran
dari bawahannya, juga kritik-kritik yang membangun dari
anggota diterimanya sebagai umpan balik atau dijadikan bahan
pertimbangan kesanggupan dan kemampuan kelompoknya.
Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif,
dinamis, terarah yang berusaha memanfaatkan setiap personil
untuk kemajuan dan perkembangan organisasi pendidikan.
h. Fungsi Kepemimpinan Pendidikan
Kependidikan adalah proses menggerakkan, mempengaruhi,
memberikan motivasi dan mengarahkan orang-orang
dilembaga pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan sebelumnya. Untuk mewujudkan tugas tersebut
seorang pemimpin harus mampu bekerjasama dengan orang
yang dipimpinnya. Seorang pemimpin harus tahu fungsi dan
peranannya sebagai pemimpin. Adapun fungsi kepemimpinan
pendidikan menurut Soekarto Indrafachrudi (1993:33) adalah
pada dasarnya dapat dibagai menjadi dua yaitu:
35
a. Fungsi yang bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai
Pemimpin berfungsi memikirkan dan merumuskan
dengan teliti tujuan kelompok serta menjelaskan supaya
anggota dapat berkerjasama mencapai tujuan itu.
Pemimpin berfungsi memberi dorongan kepada
anggota-anggota kelompok untuk menganalisis situasi
supaya dapat dirumuskan rencana kegiatan
kepemimpinan yang dapat memberi harapan baik.
Pemimpin berfungsi membantu anggota kelompok
dalam memberikan keterangan yang perlu supaya dapat
mengadakan pertimbangan yang sehat.
Pemimpin berfungsi menggunakan kesempatan dan
minat khusus anggota kelompok.
b. Fungsi yang bertalian dengan suasana pekerjaan yang
sehat dan menyenangkan
Pemimpin berfungsi memupuk dan memelihara
kebersamaan di dalam kelompok.
Pemimpin berfungsi mengusahakan suatu tempat
bekerja yang menyenangkan, sehingga dapat dipupuk
kegembiraan dan semangat bekerja dalam pelaksanaan
tugas.
Pemimpin dapat menanamkan dan memupuk perasaan
para anggota bahwa mereka termasuk dalam kelompok
dan merupakan bagian dari kelompok.
6. Syarat-Syarat Kepemimpinan Pendidikan Mengenai syarat-syarat
kepemimpinan, Tead (1935:31-34) dalam (Soekarna Indrafachrudin) bahwa
syarat kepemimpinan pendidikan adalah:
i. Memiliki kesehatan jasmaniah dan rohaniah yang baik.
j. Berpegang teguh pada tujuan yang hendak dicapai.
k. Bersemangat
l. Jujur
36
m. Cakap dalam memberi bimbingan
n. Cepat serta bijaksana dalam mengambil keputusan
o. Cerdas
p. Cakap dalam hal mengajar dan menaruh kepercayaan kepada yang
baik dan berusaha mencapainya
E. Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Kinerja
Kinerja menurut kamus besar bahasa Indonesia (1985:503) adalah
segala sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan
kerja. Sedangkan menurut U. Husna Asmara (1996:3), dalam total Quality
Manajemen (TQM) kinerja atau unjuk kerja selalu dihubungkan dengan
kemampuan memberikan pelayanan dan memuaskan pihak yang
berkepentingan dalam ruang lingkupnya.
2. Penilaian Dan Hasil Kerja
Evaluasi merupakan tahapan terpenting dalam satuan kegiatan,
yang mana evaluasi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan serta factor-faktor yang
mendukung atau menghambat keberhasilan tersebut. Tingkat keberhasilan
kerja diukur dengan membandingkan hasil dengan target yang dirumuskan
dalam rencana. Oleh karena itu seorang guru perlu mengadakan penilaian
cara dan hasil kerja.
F. Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah sebagai Seorang Supervisor
dalam pengawasan Kinerja Guru Agama Islam
Keberhasilan seorang pemimpin akan terwujud apabila pemimpin tersebut
memperlakukan orang lain atau bawahannya dengan baik, serta memberikan
motivasi agar mereka menunjukan performance yang tinggi dalam
melaksanakan tugas. Menurut Hadari Nawawi (1983:81) kepemimpinan adalah
kemampuan menggerakan, memberikan motivasi dan mempengaruhi orang-
orang agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada
37
pencapaian tujuan melalui keberanian mengambil keputusan tentang kegiatan
yang harus dilakukan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan kepada sekolah sebagai Seorang Supervisor dalam pengawasan
Kinerja Guru akan berahasil jika kepala sekolah memperhatikan hasil yang
dicapai serta memperlakukan guru dengan baik, sehingga mereka mampu
menunjukan performace yang lebih baik.
Kinerja guru merupakan aktivitas yang dilakukan guru sesuai dengan
profesi yang diembannya, untuk dapat melakukan tindakan yang sesuai dengan
profesi yang diembannya sangat terkait dengan ada tidaknya kepuasan dalam
bekerja. Kepuasan bekerja berhubungan erat dengan motivasi kerja. Menurut
Hamid Darmadi (1994:107) kepuasan kerja timbul dengan baik jika seseorang
memiliki motivasi kerja yang baik pula.
Asmara (dalam Hamid Darmadi;1994:118) menjelaskan bahwa tindakan
kepemimpinan kepala sekolah terhadap kematangan kerja guru dan kepuasan
kerja guru berkorelasi positif, maksudnya kematangan kerja yang tinggi
cenderung diikuti oleh kepuasan kerja yang tinggi pula. Berdasarkan pendapat
tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah sebagai
seorang supervisor dalam pengawasan kinerja guru sangat dipengaruhi oleh
kepemimpinannya yang dapat meningkatkan kepuasan sehingga aktivitas kerja
guru meningkat. Kepemimpinan akan terwujud apabila seseorang pemimpin
atau kepala sekolah memberikan petunjuk-petunjuk kepada bawahannya,
mengadakan pengawasan, motivasi sehigga dapat menimbulkan kepuasan bagi
guru.
38
BAB III
PENUTUP
C. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan beberapa poin
utama mengenai kepemimpinan kepala sekolah sebgai seorang supervisor,
yaitu:
4. Kepala sekolah adalah pemimpin sekolah yang mengatur dan
menetapkan fungsi administrasi termasuk didalamnya fungsi
pengawasan (supervisi)
5. Selain kepala sekolah, guru juga mempunyai peran yang sangat
menentukan tercapainya tujuan pendidikan.
6. Kepala Sekolah mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam
menentukan arah jalannya pocily yang ada di sekolah dalam rangka
pencapaian mutu pendidikan yang maksimal.
D. Saran
Adapun beberapa saran yang dapat disampaikan adalah;
4. Sebagai seorang top manager (kepala sekolah) tidak seharunya
mencari kesalahan atau kekurangan yang ada di sekolah dalam
menjalankan fungsi pengawasan.
5. Guru sebaiknya selalu mencari inisiatif lain untuk menutupi
kekurangan yang ada untuk mencapai tujaun pendidikan.
6. Kepala sekolah diharapkan mampu memberi pengaruh yang baik
dalam menetapkan fungsi planning, organizing, actuating maupun
controlling demi pencapaian mutu pendidikan yang maksimal.