copy lapkas buerger disease gw

29
GANDES PN_08310129 LAPORAN KASUS BUERGER’S DISEASE LAPORAN KASUS BUERGER’S DISEASE I.1 Identitas Nama : Tn. AS Umur : 32 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Alamat : Sumberjaya RT 24/RW 11, Cihaurbeti Tanggal masuk : 04 Desember 2013 No. CM : 30 42 96 I.2 Anamnesis (Autoanamnesis) A. Keluhan utama : Pasien mengeluh nyeri pada ibu jari kaki sebelah kiri B. Keluhan tambahan : Nyeri ketika berjalan, nyeri saat istirahat, perasaan terbakar atau kesemutan pada kaki kiri dan kanan dan jari tampak berwarna kehitaman. C. Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke UGD RSUD Ciamis dengan keluhan nyeri pada ibu jari kaki sebelah kiri sejak 3 bulan yang lalu. Pasien mengatakan awalnya ibu jari kaki kiri luka akibat pasien memotong kuku, kemudian luka tidak KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RSUD CIAMIS FK UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 1

Upload: indah-rizky-almutaqqin

Post on 28-Dec-2015

68 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Lapkas Buerger Disease

TRANSCRIPT

Page 1: Copy Lapkas Buerger Disease Gw

GANDES PN_08310129 LAPORAN KASUS BUERGER’S DISEASE

LAPORAN KASUS

BUERGER’S DISEASE

I.1 Identitas

Nama : Tn. AS

Umur : 32 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Sumberjaya RT 24/RW 11, Cihaurbeti

Tanggal masuk : 04 Desember 2013

No. CM : 30 42 96

I.2 Anamnesis (Autoanamnesis)

A. Keluhan utama :

Pasien mengeluh nyeri pada ibu jari kaki sebelah kiri

B. Keluhan tambahan :

Nyeri ketika berjalan, nyeri saat istirahat, perasaan terbakar atau kesemutan pada

kaki kiri dan kanan dan jari tampak berwarna kehitaman.

C. Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang ke UGD RSUD Ciamis dengan keluhan nyeri pada ibu jari kaki

sebelah kiri sejak 3 bulan yang lalu. Pasien mengatakan awalnya ibu jari kaki kiri

luka akibat pasien memotong kuku, kemudian luka tidak juga sembuh, dan pasien

mulai merasakan nyeri pada ujung ibu jari kaki tersebut. Pasien mengatakan

sebelumnya luka pada ibu jari berwarna pucat, kemerahan lalu makin lama

tampak kehitaman sampai sekarang. Keluhan disertai nyeri ketika pasien berjalan,

nyeri saat istirahat, perasaan terbakar atau kesemutan pada kaki kiri dan kanan.

Pasien merasakan nyeri pada ibu jari kaki kiri makin lama bertambah nyeri

terutama bila keadaan dingin atau pada malam hari dan nyeri menghilang jika

kaki dalam keadaan menggantung. Riwayat merokok selama 15 tahun sampai

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RSUD CIAMISFK UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 1

Page 2: Copy Lapkas Buerger Disease Gw

GANDES PN_08310129 LAPORAN KASUS BUERGER’S DISEASE

sekarang, merokok 1 bungkus/ hari. Buang air kecil dan buang air besar pasien

tidak ada keluhan.

D. Riwayat penyakit dahulu :

Pasien tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.

E. Riwayat penyakit keluarga :

Pasien menyangkal bahwa dalam keluarganya ada yang pernah mengalami

keluhan seperti yang ia rasakan.

F. Riwayat pengobatan :

Pasien belum pernah berobat sebelumnya.

I.3 Pemeriksaan Fisik

A. Keadaan umum : tampak sakit sedang

B. Kesadaran : compos mentis

C. Vital sign

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Nadi : 84 x/menit

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 36,5 º C

D. Status Generalisata

Kepala : normocephal

Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat

isokor,

reflek cahaya (+/+)

Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung, mukosa tidak hiperemis,

sekret tidak ada, tidak ada deviasi septum

Telinga : Simetris, tidak ada kelainan, otore (-/-)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RSUD CIAMISFK UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 2

Page 3: Copy Lapkas Buerger Disease Gw

GANDES PN_08310129 LAPORAN KASUS BUERGER’S DISEASE

Mulut : Bibir tidak sianosis, gusi tidak ada perdarahan, lidah tidak

kotor,faring tidak hiperemis

Leher : Tidak ada deviasi trakhea, tidak ada pembesaran kelenjar

tiroid dan getah bening, JVP tidak meningkat

Thorax

Paru-paru :

Inspeksi : Bentuk dan pergerakan pernafasan kanan-kiri simetris

Palpasi : Fremitus taktil simetris kanan-kiri

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Suara nafas vesikuler pada seluruh lapangan paru,

wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Jantung :

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba.

Perkusi : Batas atas sela iga III garis mid klavikula kiri

Batas kanan sela iga V garis sternal kanan

Batas kiri sela iga V garis midklavikula kiri

Auskultasi : Bunyi jantung I – II murni reguler, murmur (-)

Abdomen :

Inspeksi : Perut datar simetris.

Palpasi : Hepar dan Lien tidak membesar, nyeri tekan

epigastrium (-), nyeri Lepas (-), defans muskuler (-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas

Superior : Sianosis (-), oedem (-), ikterik (-)

Inferior : Sianosis (-), oedem (-), ikterik (-)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RSUD CIAMISFK UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 3

Page 4: Copy Lapkas Buerger Disease Gw

GANDES PN_08310129 LAPORAN KASUS BUERGER’S DISEASE

E. Status Lokalis

Regio Pedis Sinistra

- Inspeksi : Tampak kulit kehitaman pada phalang distal digiti I, dan

tampak adanya jaringan nekrotik pada phalang distal digiti I.

- Palpasi : Akral dingin pada ujung jari, nyeri tekan phalang distal digiti I

pedis sinistra, arteri dorsalis pedis sinistra teraba lemah,

sensibilitas .

I.4 Resume

A. Anamnesis

Pasien laki-laki berumur 32 tahun datang dengan keluhan :

Nyeri pada ibu jari kaki sebelah kiri sejak 3 bulan yang lalu

Nyeri ketika berjalan

Nyeri saat istirahat

Perasaan terbakar pada ujung ibu jari kaki kiri

Perasaan baal atau kesemutan pada kaki kiri dan kanan

Terjadi trauma pada ibu jari kaki kiri

Nyeri dirasakan semakin hebat bila keadaan dingin dan malam hari

Nyeri berkurang bila kaki dalam keadaan menggantung

Awalnya ibu jari kaki kiri tampak kemerahan lalu makin lama tampak

berwarna kehitaman

Riwayat merokok selama 15 tahun sampai sekarang, merokok 1 bungkus/ hari

B. Pemeriksaan fisik

Status generalisata : Dalam batas normal

Status lokalis

- Regio Pedis Sinistra : Tampak kulit kehitaman pada phalang distal

digiti I, dan tampak adanya jaringan nekrotik

pada phalang distal digiti I, akral dingin pada

ujung jari, nyeri tekan pada phalang distal digiti

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RSUD CIAMISFK UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 4

Page 5: Copy Lapkas Buerger Disease Gw

GANDES PN_08310129 LAPORAN KASUS BUERGER’S DISEASE

I, arteri dorsalis pedis sinistra teraba lemah,

sensibilitas .

I.5 Diagnosis Kerja

Buerger’s Disease (Tromboangitis Obliterans)

I.6 Diagnosis Banding

Ulkus Diabetikum

1.7 Usulan Pemeriksaan

Arteriogram Ekstremitas superior dextra,sinistra dan Ekstremitas inferior dextra,

sinistra

Kimia Darah

I.8 Terapi

Operatif : Amputasi Phalanx Distal Digiti I Sinistra

I.9 Prognosis

Quo ad vitam : Ad bonam

Quo ad functionam : Ad bonam

Quo ad sanationam : Ad bonam

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RSUD CIAMISFK UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 5

Page 6: Copy Lapkas Buerger Disease Gw

GANDES PN_08310129 LAPORAN KASUS BUERGER’S DISEASE

TINJAUAN PUSTAKA

BUERGER’S DISEASE

II.1. DEFINISI

Penyakit Buerger atau Tromboangiitis Obliterans (TAO) adalah penyakit oklusi

kronis pembuluh darah arteri dan vena yang berukuran kecil dan sedang. Terutama mengenai

pembuluh darah perifer ekstremitas inferior dan superior. Penyakit pembuluh darah arteri dan

vena ini bersifat segmental pada anggota gerak dan jarang pada alat-alat dalam.

Penyakit Tromboangiitis Obliterans merupakan kelainan yang mengawali terjadinya

obstruksi pada pembuluh darah tangan dan kaki. Pembuluh darah mengalami konstriksi atau

obstruksi sebagian yang dikarenakan oleh inflamasi sehingga mengurangi aliran darah ke

jaringan.

Gambar 1. Buerger Disease

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RSUD CIAMISFK UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 6

Page 7: Copy Lapkas Buerger Disease Gw

GANDES PN_08310129 LAPORAN KASUS BUERGER’S DISEASE

II.2. ANATOMI PEMBULUH DARAH

Pembuluh darah terdiri atas 3 jenis : arteri, vena, dan kapiler.

1. Arteri

Arteri membawa darah dari jantung dan disebarkan ke berbagai jaringan tubuh

melalui cabang-cabangnya. Arteri yang terkecil, diameternya kurang dari 0,1 mm,

dinamakan arteriol. Persatuan cabang-cabang arteri dinamakan anastomosis. Pada arteri

tidak terdapat katup.

End arteri anatomik merupakan pembuluh darah yang cabang-cabang terminalnya

tidak mengadakan anastomosis dengan cabang-cabang arteri yang memperdarahi daerah

yang berdekatan. End arteri fungsional adalah pembuluh darah yang cabang-cabang

terminalnya mengadakan anastomosis dengan cabang-cabang terminal arteri yang

berdekatan, tetapi besarnya anastomosis tidak cukup untuk mempertahankan jaringan

tetap hidup bila salah satu arteri tersumbat.

2. Vena

Vena adalah pembuluh darah yang mengalirkan darah kembali ke jantung,

banyak vena mempunyai kutup. Vena yang terkecil dinamakan venula. Vena yang lebih

kecil atau cabang-cabangnya, bersatu membentuk vena yang lebih besar, yang seringkali

bersatu satu sama lain membentuk pleksus vena. Arteri profunda tipe sedang sering

diikuti oleh dua vena masing-masing pada sisi-sisinya, dan dinamakan venae cominantes.

3. Kapiler

Kapiler adalah pembuluh mikroskopik yang membentuk jalinan yang

menghubungkan arteriol dengan venula. Pada beberapa daerah tubuh, terutama pada

ujung-ujung jari dan ibu jari, terdapat hubungan langsung antara arteri dan vena tanpa

diperantai kapiler. Tempat hubungan seperti ini dinamakan anastomosis arteriovenosa.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RSUD CIAMISFK UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 7

Page 8: Copy Lapkas Buerger Disease Gw

GANDES PN_08310129 LAPORAN KASUS BUERGER’S DISEASE

Gambar 2. Anatomi Pembuluh Darah

II.3. HISTOLOGI PEMBULUH DARAH

Tunica intima.

Merupakan lapisan yang kontak langsung dengan darah. Lapisan ini dibentuk terutama oleh

sel endothel.

Tunica media.

Lapisan yang berada diantara tunika media dan adventitia, disebut juga lapisan media.

Lapisan ini terutama dibentuk oleh sel otot polos dan and jaringan elastic.

Tunica adventitia.

Merupakan Lapisan yang paling luar yang tersusun oleh jaringan ikat.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RSUD CIAMISFK UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 8

Page 9: Copy Lapkas Buerger Disease Gw

GANDES PN_08310129 LAPORAN KASUS BUERGER’S DISEASE

Gambar 3. Histologi Pembuluh Darah

II.4. ETIOLOGI

Penyebabnya tidak jelas, tetapi biasanya tidak ada faktor familial serta tidak ada

hubungannya dengan penyakit Diabetes Mellitus. Penderita penyakit ini umumnya perokok

berat yang kebanyakan mulai merokok pada usia muda, kadang pada usia sekolah .

Penghentian kebiasaan merokok memberikan perbaikan pada penyakit ini.

Walaupun penyebab penyakit Buerger belum diketahui, suatu hubungan yang erat

dengan penggunaan tembakau tidak dapat disangkal. Penggunaan maupun dampak dari

tembakau berperan penting dalam mengawali serta berkembangnya penyakit tersebut.

Hampir sama dengan penyakit autoimune lainnya, Tromboangitis Obliterans dapat memiliki

sebuah predisposisi genetik tanpa penyebab mutasi gen secara langsung. Sebagian besar

peneliti mencurigai bahwa penyakit imun adalah suatu endarteritis yang dimediasi sistem

imun.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RSUD CIAMISFK UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 9

Page 10: Copy Lapkas Buerger Disease Gw

GANDES PN_08310129 LAPORAN KASUS BUERGER’S DISEASE

II.5. PATOGENESIS

Mekanisme penyebaran penyakit Buerger sebenarnya belum jelas, tetapi beberapa

penelitian telah mengindikasikan suatu implikasi fenomena imunologi yang mengawali tidak

berfungsinya pembuluh darah dan wilayah sekitar thrombus. Pasien dengan penyakit ini

memperlihatkan hipersensitivitas pada injeksi intradermal ekstrak tembakau, mengalami

peningkatan sel yang sangat sensitive pada kolagen tipe I dan III, meningkatkan serum titer

anti endothelial antibody sel , dan merusak endothel terikat vasorelaksasi pembuluh darah

perifer. Meningkatkan prevalensi dari HLA-A9, HLA-A54, dan HLA-B5 yang dipantau pada

pasien ini, yang diduga secara genetic memiliki penyakit ini.

Akibat iskemia pembuluh darah (terutama ekstremitas inferior), akan terjadi perubahan

patologis : (a) otot menjadi atrofi atau mengalami fibrosis, (b) tulang mengalami osteoporosis

dan bila timbul gangren maka terjadi destruksi tulang yang berkembang menjadi

osteomielitis, (c) terjadi kontraktur dan atrofi, (d) kulit menjadi atrofi, (e) fibrosis perineural

dan perivaskular, (f) ulserasi dan gangren yang dimulai dari ujung jari.

II.6. MANIFESTASI KLINIS

Gambaran klinis Tromboangitis Obliterans terutama disebabkan oleh iskemia. Gejala

yang paling sering dan utama adalah nyeri yang bermacam-macam tingkatnya.

Pengelompokan Fontaine tidak dapat digunakan disini karena nyeri terjadi justru waktu

istirahat. Nyerinya bertambah pada waktu malam dan keadaan dingin, dan akan berkurang

bila ekstremitas dalam keadaan tergantung. Serangan nyeri juga dapat bersifat paroksimal dan

sering mirip dengan gambaran penyakit Raynaud. Pada keadaan lebih lanjut, ketika telah ada

tukak atau gangren, maka nyeri sangat hebat dan menetap.

Manifestasi terdini mungkin klaudikasi (nyeri pada saat berjalan) lengkung kaki yang

patognomonik untuk penyakit Buerger. Klaudikasi kaki merupakan cermin penyakit oklusi

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RSUD CIAMISFK UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 10

Page 11: Copy Lapkas Buerger Disease Gw

GANDES PN_08310129 LAPORAN KASUS BUERGER’S DISEASE

arteri distal yang mengenai arteri plantaris atau tibioperonea. Nyeri istirahat iskemik timbul

progresif dan bisa mengenai tidak hanya jari kaki, tetapi juga jari tangan dan jari yang terkena

bisa memperlihatkan tanda sianosis atau rubor, bila bergantung. Sering terjadi radang lipatan

kuku dan akibatnya paronikia. Infark kulit kecil bisa timbul, terutama pulpa phalang distal

yang bisa berlanjut menjadi gangren atau ulserasi kronis yang nyeri.

Tanda dan gejala lain dari penyakit ini meliputi rasa gatal dan bebal pada tungkai dan

penomena Raynaud ( suatu kondisi dimana ekstremitas distal : jari, tumit, tangan, kaki,

menjadi putih jika terkena suhu dingin). Ulkus dan gangren pada jari kaki sering terjadi pada

penyakit buerger (gambar 4). Sakit mungkin sangat terasa pada daerah yang terkena.

Gambar 4. Manifestasi Klinis Buerger Disease

Perubahan kulit seperti pada penyakit sumbatan arteri kronik lainnya kurang nyata.

Pada mulanya kulit hanya tampak memucat ringan terutama di ujung jari. Pada fase lebih

lanjut tampak vasokonstriksi yang ditandai dengan campuran pucat-sianosis-kemerahan bila

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RSUD CIAMISFK UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 11

Page 12: Copy Lapkas Buerger Disease Gw

GANDES PN_08310129 LAPORAN KASUS BUERGER’S DISEASE

mendapat rangsangan dingin. Berbeda dengan penyakit Raynaud, serangan iskemia disini

biasanya unilateral. Pada perabaan, kulit sering terasa dingin. Selain itu, pulsasi arteri yang

rendah atau hilang merupakan tanda fisik yang penting.

Tromboflebitis migran superfisialis dapat terjadi beberapa bulan atau tahun sebelum

tampaknya gejala sumbatan penyakit Buerger. Fase akut menunjukkan kulit kemerahan,

sedikit nyeri, dan vena teraba sebagai saluran yang mengeras sepanjang beberapa milimeter

sampai sentimeter di bawah kulit. Kelainan ini sering muncul di beberapa tempat pada

ekstremitas tersebut dan berlangsung selama beberapa minggu. Setelah itu tampak bekas

yang berbenjol-benjol. Tanda ini tidak terjadi pada penyakit arteri oklusif, maka ini hampir

patognomonik untuk tromboangitis obliterans.

Gejala klinis Tromboangiitis Obliterans sebenarnya cukup beragam. Ulkus dan

gangren terjadi pada fase yang lebih lanjut dan sering didahului dengan udem dan dicetuskan

oleh trauma. Daerah iskemia ini sering berbatas tegas yaitu pada ujung jari kaki sebatas kuku.

Batas ini akan mengabur bila ada infeksi sekunder mulai dari kemerahan sampai ke tanda

selulitis.

Gambar 5 merupakan gambar jari pasien penyakit Buerger yang telah terjadi gangren.

Kondisi ini sangat terasa nyeri dan dimana suatu saat dibutuhkan amputasi pada daerah yang

tersebut.

Gambar 5. Ujung jari pada Buerger Disease

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RSUD CIAMISFK UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 12

Page 13: Copy Lapkas Buerger Disease Gw

GANDES PN_08310129 LAPORAN KASUS BUERGER’S DISEASE

Perjalanan penyakit ini khas, yaitu secara bertahap bertambah berat. Penyakit

berkembang secara intermitten, tahap demi tahap, bertambah falang demi falang, jari demi

jari. Datangnya serangan baru dan jari mana yang bakal terserang tidak dapat diramalkan.

Morbus buerger ini mungkin mengenai satu kaki atau tangan, mungkin keduanya. Penderita

biasanya kelelahan dan payah sekali karena tidurnya terganggu oleh nyeri iskemia.

Diagnosis pasti penyakit Tromboangitis Obliterans sering sulit jika kondisi penyakit

ini sudah sangat parah. Ada beberapa kriteria yang dapat dijadikan kriteria diagnosis

walaupun kriteria tersebut kadang-kadang berbeda antara penulis yang satu dengan yang

lainnya.

Beberapa hal di bawah ini dapat dijadikan dasar untuk mendiagnosis penyakit Buerger :

1. Adanya tanda insufisiensi arteri

2. Umumnya pria dewasa muda

3. Perokok berat

4. Adanya gangren yang sukar sembuh

5. Riwayat tromboflebitis yang berpindah

6. Tidak ada tanda arterosklerosis di tempat lain

7. Yang terkena biasanya ekstremitas bawah

Sebagian besar pasien (70-80%) yang menderita penyakit Buerger mengalami nyeri

iskemik bagian distal saat istirahat dan atau ulkus iskemik pada tumit, kaki atau jari-jari kaki.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RSUD CIAMISFK UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 13

Page 14: Copy Lapkas Buerger Disease Gw

GANDES PN_08310129 LAPORAN KASUS BUERGER’S DISEASE

Gambar 6. Kaki penderita dengan penyakit Buerger

Ulkus iskemik pada jari kaki pertama, kedua dan kelima. Walaupun kaki kanan

penderita ini kelihatan normal, dengan angiographi aliran darah terlihat terhambat pada kedua

kakinya.

II.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak terdapat pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk mendiagnosis penyakit

Buerger. Tidak seperti penyakit vaskulitis lainnya, reaksi fase akut (seperti angka sedimen

eritrosit dan level protein C reaktif) pasien penyakit Buerger adalah normal.

Pengujian yang direkomendasikan untuk mendiagnosis penyebab terjadinya vaskulitis

termasuk didalamnya adalah pemeriksaaan darah lengkap; uji fungsi hati; determinasi

konsentrasi serum kreatinin, peningkatan kadar gula darah dan angka sedimen, pengujian

antibody antinuclear, faktor rematoid, tanda-tanda serologi pada CREST (calcinosis cutis,

Raynaud phenomenon, sklerodaktili and telangiektasis) sindrom dan scleroderma dan

screening untuk hiperkoagulasi, screening ini meliputi pemeriksaan antibodi antifosfolipid

dan homocystein pada pasien buerger sangat dianjurkan.

Angiogram pada ekstremitas atas dan bawah dapat membantu dalam mendiagnosis

penyakit Buerger. Pada angiografii tersebut ditemukan gambaran “corkscrew” dari arteri

yang terjadi akibat dari kerusakan vaskular, bagian kecil arteri tersebut pada bagian

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RSUD CIAMISFK UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 14

Page 15: Copy Lapkas Buerger Disease Gw

GANDES PN_08310129 LAPORAN KASUS BUERGER’S DISEASE

pergelangan tangan dan kaki. Angiografi juga dapat menunjukkan oklusi (hambatan) atau

stenosis (kekakuan) pada berbagai daerah dari tangan dan kaki.

Gambar 7. Gambaran angiogram

Gambar Sebelah kiri merupakan angiogram normal dan sebelah kanan merupakan

angiogram abnormal dari arteri tangan yang ditunjukkan dengan adanya gambaran khas

“corkscrew” pada daerah lengan. Perubahannya terjadi pada bagian kecil dari pembuluh

darah lengan kanan bawah pada gambar (distribusi arteri ulna).

Penurunan aliran darah (iskemi) pada tangan dapat dilihat pada angiogram. Keadaan

ini akan memgawali terjadinya ulkus pada tangan dan rasa nyeri.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RSUD CIAMISFK UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 15

Page 16: Copy Lapkas Buerger Disease Gw

GANDES PN_08310129 LAPORAN KASUS BUERGER’S DISEASE

Gambar 8. Hasil Angiogram abnormal dari tangan

Meskipun iskemik (berkurangannya aliran darah) pada penyakit Buerger terus terjadi

pada ekstrimitas distal yang terjadi, penyakit ini tidak menyebar ke organ lainnya , tidak

seperti penyakit vaskulitis lainnya. Saat terjadi ulkus dan gangren pada jari, organ lain sperti

paru-paru, ginjal, otak, dan traktus gastrointestinal tidak terpengaruh. Penyebab hal ini terjadi

belum diketahui.

Pemeriksaan dengan Doppler dapat juga membantu dalam mendiagnosis penyakit ini,

yaitu dengan mengetahui kecepatan aliran darah dalam pembuluh darah.

Pada pemeriksaan histopatologis, lesi dini memperlihatkan oklusi pembuluh darah

oleh trombus yang mengandung PMN dan mikroabses, penebalan dinding pembuluh darah

secara difus. LCsi yang lanjut biasanya memperlihatkan infiltrasi limfosit dengan

rekanalisasi.

Metode penggambaran secara modern, seperti computerize tomography (CT) dan

Magnetic resonance imaging (MRI) dalam diagnosis dan diagnosis banding dari penyakit

Buerger masih belum dapat menjadi acuan utama. Pada pasien dengan ulkus kaki yang

dicurigai Tromboangiitis Obliterans, Allen test sebaiknya dilakukan untuk mengetahui

sirkulasi darah pada tangan dan kaki.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RSUD CIAMISFK UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 16

Page 17: Copy Lapkas Buerger Disease Gw

GANDES PN_08310129 LAPORAN KASUS BUERGER’S DISEASE

II.8. DIAGNOSIS BANDING

Penyakit Buerger harus dibedakan dari penyakit oklusi arteri kronik aterosklerotik.

Keadaan terakhir ini jarang mengenai ekstremitas atas. Penyakit oklusi aterosklerotik

diabetes timbul dalam distribusi yang sama seperti Tromboangitis Obliterans, tetapi neuropati

penyerta biasanya menghalangi perkembangan klaudikasi kaki.

Diabetic Foot Buerger’s Disease

Usia geriatri <45 tahun

Faktor Risiko = faktor risiko DM Perokok

Jenis Kelamin Perempuan=laki-laki Laki- laki lebih banyak

Etiologi Diabetes Mellitus Smokers

Keluhan Utama Luka sukar sembuh Nyeri terutama malam hari

Patofisiologi Polineuropati

Angiopati

Angiopati

Predileksi Pada daerah2 yang sering terkena tekanan

(bagian dorsal ibu jari dan bagian proksimal dan dorsal plantar

metatarsal)

Terutama mengenai pembuluh darah perifer ekstremitas inferior dan

superior

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RSUD CIAMISFK UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 17

Page 18: Copy Lapkas Buerger Disease Gw

GANDES PN_08310129 LAPORAN KASUS BUERGER’S DISEASE

Terapi Sesuai derajat Wagner Konservatif : berhenti merokok

Operasi : amputasi

Tabel 1. Perbedaan kaki Diabetikum Dan Buerger’s Disease

II.9. PENATALAKSANAAN

Terapi medis penderita penyakit Buerger harus dimulai dengan usaha intensif untuk

meyakinkan pasien untuk berhenti merokok. Jika pasien berhasil berhenti merokok, maka

penyakit ini akan berhenti pada bagian yang terkena sewaktu terapi diberikan. Sayangnya,

kebanyakan pasien tidak mampu berhenti merokok dan selalu ada progresivitas penyakit.

Untuk pembuluh darahnya dapat dilakukan dilatasi (pelebaran) dengan obat vasodilator,

misalnya Ronitol yang diberikan seumur hidup. Perawatan luka lokal, meliputi mengompres

jari yang terkena dan menggunakan enzim proteolitik bisa bermanfaat. Antibiotik

diindikasikan untuk infeksi sekunder.

Terapi bedah untuk penderita buerger meliputi debridement konservatif jaringan

nekrotik atau gangrenosa , amputasi konservatif dengan perlindungan panjang maksimum

bagi jari atau ekstremitas, dan kadang-kadang simpatektomi lumbalis bagi telapak tangan

atau simpatektomi jari walaupun kadang jarang bermanfat.

Revaskularisasi arteri pada pasien ini juga tidak mungkin dilakukan sampai terjadi

penyembuhan pada bagian yang sakit. Keuntungan dari bedah langsung (bypass) pada arteri

distal juga msih menjadi hal yang kontroversial karena angka kegagalan pencangkokan

tinggi. Bagaimanapun juga, jika pasien memiliki bebrapa iskemik pada pembuluh darah

distal, bedah bypass dengan pengunaan vena autolog sebaiknya dipertimbangkan.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RSUD CIAMISFK UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 18

Page 19: Copy Lapkas Buerger Disease Gw

GANDES PN_08310129 LAPORAN KASUS BUERGER’S DISEASE

Gambar 9. Bypass arteri

Simpatektomi dapat dilakukan untuk menurunkan spasme arteri pada pasien penyakit

Buerger. Melalui simpatektomi dapat mengurangi nyeri pada daerah tertentu dan

penyembuhan luka ulkus pada pasien penyakit buerger tersebut, tetapi untuk jangka waktu

yang lama keuntungannya belum dapat dipastikan.

Simpatektomi lumbal dilakukan dengan cara mengangkat paling sedikit 3 buah

ganglion simpatik, yaitu Th12, L1 dan L2. Dengan ini efek vasokonstriksi akan dihilangkan

dan pembuluh darah yang masih elastis akan melebar sehingga kaki atau tangan dirasakan

lebih hangat.

Terapi bedah terakhir untuk pasien penyakit Buerger (yaitu pada pasien yang terus

mengkonsumsi tembakau) adalah amputasi tungkai tanpa penyembuhan ulcers, gangrene

yang progresif, atau nyeri yang terus-menerus serta simpatektomi dan penanganan lainnya

gagal. Hidarilah amputasi jika memungkinkan, tetapi, jika dibutuhkan, lakukanlah operasi

dengan cara menyelamatkan tungkai kaki sebanyak mungkin.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RSUD CIAMISFK UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 19

Page 20: Copy Lapkas Buerger Disease Gw

GANDES PN_08310129 LAPORAN KASUS BUERGER’S DISEASE

II.10. KOMPLIKASI

- Ulcerations

- Ganggren

- Infeksi

- Amputasi

II.11. PENCEGAHAN

Beberapa usaha berikut sangat penting untuk mencegah komplikasi dari penyakit buerger:

- Gunakanlah alas kaki yang dapat melindungi untuk menghindari trauma kaki dan

panas atau juga luka karena kimia lainnya.

- Lubrikasi dan perawatan kaki dengan pelembab.

- Lakukanlah perawatan lebih awal dan secara agresif pada luka untuk menghindari

terjadinya infeksi.

- Menghindar paparan terhadap suhu yang ekstrim.

II.12. PROGNOSIS

Pada pasien yang berhenti merokok, 94% pasien tidak perlu mengalami amputasi;

apalagi pada pasien yang berhenti merokok sebelum terjadi gangrene, angka kejadian

amputasi mendekati 0%. Hal ini tentunya sangat berbeda sekali dengan pasien yang tetap

merokok, sekitar 43% dari mereka berpeluang harus diamputasi selama periode waktu 7

sampai 8 tahun kemudian, bahkan pada mereka harus dilakukan multiple amputasi. Pada

pasien ini selain umumnya dibutuhkan amputasi tungkai, pasien juga terus merasakan

klaudikasi (nyeri pada saat berjalan) atau fenomena raynaud’s walaupun sudah benar-benar

berhenti mengkonsumi tembakau.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RSUD CIAMISFK UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 20

Page 21: Copy Lapkas Buerger Disease Gw

GANDES PN_08310129 LAPORAN KASUS BUERGER’S DISEASE

DAFTAR PUSTAKA

1. Eric J Hanly, MD, Resident, Department of Surgery, The Johns Hopkins University School of Medicine; Fellow, Department of Surgery, The Johns Hopkins University School of Medicine. Buerger Disease (Thromboangiitis Obliterans). http://emedicine.medscape.com/article/460027-media. [diakses tanggal 11Desember 2013]

2. 2.Schwartz’s. Principle of surgery. eighth edition. United States of America. Mc Graw Hill, 2005; 792-793.

3. 3.Sabiston. Textbook of Surgery, The Biological Basis of Modern Surgical Practice. 18 edition. Philadelphia. Saunders Elsevier, 2008; 1944.

4. 4.Penyakit Buerger (Thromboabgiitis Obliterans) http://doctorology.net/?p=172. [diakses tanggal 11 Desember 2013]

5. Diabetes Foot Care. Last Up Date at Desember, 2013. Available from file //www.diabetes.org/

6. Powers A C, Diabetes Mellitus in Horrison”s Principles ofInternal Medicine –15 th Edition [monographin CD Room] , Mc GrawHill ; 2001.

7. Scope Management of type 2 diabetes : prevention and management of Foot problems. Diabetes Care, Volume 25, June 2002;S 1085 - 1094. Available at http://w w w .nice.org.uk/nice medi a/pdf/footcare_s cope.pdf

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RSUD CIAMISFK UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 21