copd - copy

15
PENDAHULUAN Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Pengobatan PPOK sekarang ini untuk mengobati dan mengurangi gejala – gejala yang timbul, sebagaimana mengurangi risiko lebih lanjut yaitu eksaserbasi. Epidemiologi PPOK yaitu dimana pada tahun 2000, WHO memperkirakan 274.000 kematian seluruh dunia oleh PPOK. PPOK terus meningkat prevalensi dan kematiannya dengan luasnya penggunaan tembakau. PPOK merupakan suatu penyakit yang bersifat ireversibel. Ireversibel ini terjadi akibat hilangnya elastic recoil paru akibat kerusakan pada alveolus dan bisa juga terjadi akibat penyempitan saluran pernafasan. Selain itu PPOK juga bersifat progresif. Orang yang menderita PPOK pada usia muda itu terjadi karena defisiensi alfa 1 antitripsin, sedangkan pada orang usia tuam dikarenakan penggunaan rokok yang berlangsung lama. Faktor risiko utama yang menjadi penyebab terjadinya PPOK adalah rokok. Dimana perokok pasif lebih tinggi risiko terkena PPOK dibandingkan perokok aktif. Ini dikarenakan pada perokok aktif, asap yang dihirupnya tidak melalui filter terlebih dahulu terutama asap yang berasal dari ujung rokok. Selain itu, asap rokok yang dihirup oleh perokok pasif

Upload: hanifa-insani-kamal

Post on 01-Dec-2015

18 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: COPD - Copy

PENDAHULUAN

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyebab utama

morbiditas dan mortalitas di dunia. Pengobatan PPOK sekarang ini untuk

mengobati dan mengurangi gejala – gejala yang timbul, sebagaimana mengurangi

risiko lebih lanjut yaitu eksaserbasi.

Epidemiologi PPOK yaitu dimana pada tahun 2000, WHO memperkirakan

274.000 kematian seluruh dunia oleh PPOK. PPOK terus meningkat prevalensi

dan kematiannya dengan luasnya penggunaan tembakau.

PPOK merupakan suatu penyakit yang bersifat ireversibel. Ireversibel ini

terjadi akibat hilangnya elastic recoil paru akibat kerusakan pada alveolus dan bisa

juga terjadi akibat penyempitan saluran pernafasan. Selain itu PPOK juga bersifat

progresif. Orang yang menderita PPOK pada usia muda itu terjadi karena

defisiensi alfa 1 antitripsin, sedangkan pada orang usia tuam dikarenakan

penggunaan rokok yang berlangsung lama. Faktor risiko utama yang menjadi

penyebab terjadinya PPOK adalah rokok. Dimana perokok pasif lebih tinggi

risiko terkena PPOK dibandingkan perokok aktif. Ini dikarenakan pada perokok

aktif, asap yang dihirupnya tidak melalui filter terlebih dahulu terutama asap yang

berasal dari ujung rokok. Selain itu, asap rokok yang dihirup oleh perokok pasif

juga bercampur dengan sisa respirasi dari perokok aktif.

Yang membedakan asthma dengan PPOK dapat dilakukan dengan uji

bronkodilator. Dimana pada PPOK akan terdapat perubahan apabila dilakukan uji

bronkodilator. Pada pasien PPOK, sebaiknya jika ingin melakukan kegiatan

olahraga sebaiknya harus dihindari olahraga yang memerlukan pergerakan dari

ekstremitas atas. Terapi utama PPOK adalah pemberian Bronkodilator yang Short

Acting dan Long Acting. Short Acting Bronkodilator diberikan pada eksaserbasi

akut sedangkan Long Acting yang dikombinasikan dengan Kortikosteroid

diberikan pada pasien dengan kondisi yang stabil. Yang perlu diperhatikan adalah

bahwa pasien PPOK akan mendapatkan terapi bronkodilator dan kadang-kadang

beberapa sumber mengatakan kortikosteroid juga berpengaruh, sehingga kita

harus mempertimbangkan beberapa aspek dari terapi jangka panjang tersebut yang

Page 2: COPD - Copy

meliputi efek samping dari obat tersebut dan juga tingkat kemampuan ekonomi

dari pasien tersebut.

Terapi non-farmakologi yang utama dilakukan pada penderita PPOK ialah

menghentikan penggunaan rokok. Berdasarkan sumber yang didapat, dikatakan

bahwa apabila seorang perokok berhenti dari kebiasaannya merokok dalam kurun

waktu satu tahun, maka resiko terkena penyakit akibat rokok akan menurun

sampai 50%.

Page 3: COPD - Copy

Definisi,eti,epi,GK,komplikasi,dd,prognosis

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah suatu penyakit yang dapat

dicegah dan diobati, yang digambarkan dengan terbatasnya aliran udara persisten

yang bersifat progresif dan dihubungkan dengan respon inflamasi kronik pada

jalan nafas dan adanya gas dan partikel – partikel yang berbahaya di paru – paru.

Eksaserbasi dan faktor komorbit menambah keparahan pada individu.

Definisi ini tidak dipakai untuk bronkitis kronik dan emfisema dan tidak

termasuk asthma (terbatasnya aliran udara yang dapat diperbaharui).

Epidemiologi PPOK yaitu dimana pada tahun 2000, WHO memperkirakan

274.000 kematian seluruh dunia oleh PPOK. PPOK terus meningkat prevalensi

dan kematiannya dengan luasnya penggunaan tembakau.

Gejala – gejala PPOK yaitu :

Dispnea

Batuk kronik

Produksi sputum kronik

Spirometri diperlukan untuk membuat diagnosa PPOK, adanya suatu post-

bronkodilator FEV1/FVC < 0,70 menunjukkan adanya batasan aliran udara

persisten dan terjadilah PPOK.

Di seluruh dunia, kebanyakan ditemukan faktor risiko PPOK adalah

merokok tembakau. Polusi udara luar, pekerjaan dan polusi udara di dalam

ruangan merupakan hasil pembakaran yang merupakan faktor risiko lain. Perokok

pasif juga dapat menderita PPOK.

Faktor genetik yang ditemukan pada PPOK adalah defisiensi alfa – 1

antitripsin.

Faktor risiko terjadinya PPOK dihubungkan dengan total beban partikel – partikel

yang dihirup seseorang seperti :

Asap rokok tembakau termasuk rokok, pipa cangkelong, cerutu dan jenis –

jenis rokok tembakau lain yang terkenal di banyak negara seperti

environmental tobacco smoke (ETS)

Page 4: COPD - Copy

Polusi udara di dalam rumah dari sisa bahan bakar yang digunakan untuk

memasak dan ventilasi yang sempit, merupakan faktor risiko yang

mempengaruhi wnaita di negara berkembang.

Debu pekerjaan dan bahan – bahan kimia (asap, bahan – bahan iritan,

dan uap) ketika terpapar sangat lama.

Polusi udara luar juga berperan dalam masalah di paru – paru, walaupun

kecil kemungkinan sebagai penyebab terjadinya PPOK.

Sebagai tambahan, banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan paru – paru

selama masa gestasi dan anak – anak (berat bayi lahir rendah, infeksi paru – paru,

dan lain – lain) yang berpotensi meningkatkan risiko seseorang menderita PPOK.

Suatu diagnosa klinis PPOK harus dipertimbangkan pada pasien yang

dispnea, batuk kronik dan menghasilkan sputum dan memiliki riwayat terpapar

faktor risiko terjadinya PPOK.

Dispnea bersifat progresif (semakin lama semakin parah), dan semakin memberat

saat beraktivitas dan persisten.

Batuk kronik dapat terjadi secara intermiten dan dapat juga tidak menghasilkan

sputum.

Produksi sputum yang kronik biasanya mengindikasikan terjadinya PPOK.

Riwayat terpapar faktor risiko seperti asap rokok, asap dari memasak dan

bahan bakar lainnya, debu pekerjaan dan bahan – bahan kimiawi.

Riwayat keluarga yang menderita PPOK.

Spirometri diperlukan untuk membuat diagnosa klinis PPOK, adanya

postbronkodilator FEV1/FVC <0,70 menunjukkan adanya batasan aliran udara

yang persisten dan mengindikasikan terjadinya PPOK.

Perjalanan klinis penderita PPOK terbentang mulai dari apa yang dikenal

sebagai pink puffers sampai blue bloaters. Tanda klinis utama pada pink puffers

adalah timbulnya dispnea tanpa disertai batuk dan produksi sputum yang berarti.

Biasanya dispnea mulai timbul antara usia 30 sampai 40 tahun dan semakin lama

semakin berat. Pada penyakit lanjut, pasien mungkin begitu kehabisan nafas

sehingga tidak dapat makan lagi dan tubuhnya tampak kurus tak berotot. Pada

perjalanan penyakit lebih lanjut, pink puffer dapat berlanjut menjadi bronkitis

Page 5: COPD - Copy

kronik sekunder. Dada pasien berbentuk tong; diafragma terletak rendah dan

bergerak tak lancar. Polisitemia dan sianosis jarang ditemukan sedangkan kor

pulmonale jarang ditemukan sebelum penyakit sampai pada tahap terakhir.

Gangguan keseimbangan ventilasi dan perfusi minimal sehingga dengan

hiperventilasi, penderita pink puffers biasanya dapat mempertahankan gas-gas

darah dalam batas normal sampai penyakit ini mencapai tahap lanjut. Paru

biasanya membesar sekali sehingga kapasitas paru total (TLC) dan volume residu

(RV) sangat meningkat.

Pada keadaan PPOK yang ekstrem yang lain didapatkan pasien-pasien

blue bloaters. Pasien ini biasanya mendertita batuk produktif dan berulang kali

mengalami infeksi pernafasan yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun

sebelum tampak gangguan fungsi. Akan tetapi, akhirnya timbul gejala dispnea

pada waktu pasien melakukan kegiatan fisik. Pasien-pasien ini memperlihatkan

gejala berkurangnya dorongan untuk bernafas; mengalami hipoventilasi dan

menjadi hipoksia dan hiperkapnia. Rasio ventilasi/ perfusi juga tampak sangat

berkurang.

Perjalanan klinis PPOK yang khas adalah berlangsung lama, dimulai pada

usia 20-30 tahun sengan “batuk merokok” atau “batuk pagi” disertai pembentukan

sedikit sputum mukoid. Infeksi pernafasan ringan cenderung berlangsung lebih

lama dari biasanya pada pasien-pasien ini. Meskipun mungkin terdapat penurunan

toleransi terhadap kerja fisik, tetapi biasanya keadaan ini tidak diketahui karena

berlangsung dalam jangka waktu lama. Akhirnya serangan bronkitis akut makin

sering timbul, terutama pada musim dingin, dan kemampuan kerja pasien

berkurang, sehingga waktu mencapai usia 50-60an, pasien mungkin harus

berhenti bekerja. Pada pasien dengan tipe emfisematosa yang mencolok,

perjalanan klinis tampaknya tidak begitu lama, yaitu tanpa riwayat batuk

produktif; dan dalam beberapa tahun timbul dispnea yang membuat pasien

menjadi sangat lemah.

Page 6: COPD - Copy

Bila timbul hiperkapnia, hiposekmia, dan kor pulmonale, prognosisnya buruk dan

biasanya kematian terjadi beberapa tahun sesudah timbul penyakit. Gabungan

gagal nafas dan gagal jantung yang dipercepat oleh pneumonia merupakan

penyebab kematian yang lazim.

Pink Puffer Blue Bloater

PERBANDINGAN TIPE – TIPE KLINIS PPOK

GAMBARAN PINK PUFFER

(EMFISEMATOSA)

BLUE BLOATER

(BRONKITIS KRONIK)

Awitan Usia 30 – 40 tahun Usia 20-an dan 30-an;

batuk akibat rokok

Usia saat diagnosis 60 tahun 50 tahun

Etiologi -genetik

-merokok

-polusi udara

-merokok

-polusi udara

-cuaca

Sputum Sedikit Banyak sekali

Dispnea Relatif dini Relatif lambat

Rasio V/Q Ketidakseimbangan V/Q

minimal

Ketidakseimbangan V/Q

nyata

Bentuk tubuh Kurus dan langsing Gizi cukup

Diameter AP dada Sering berbentuk tong Tidak bertambah

Page 7: COPD - Copy

Patologi anatomi paru Emfisema panlobular Emfisema sentrilobular

banyak ditemukan

Pola pernafasan Hiperventilasi dan dispnea

yang jelas, dapat timbul

pada waktu istirahat

Sering terjadi

hipoventilasi, berakibat

hipoksia dan hiperkapnea

Volume paru FEV1 rendah, TCL dan

RV meningkat

FEV1 rendah, TCL

normal dan RV

meningkat sedang

PaCO2 Normal atau rendah (35 –

40 mmHg)

Meningkat (50 - 60

mmHg)

PaO2 65 – 75 mmHg 45 – 60 mmHg

SaO2 Normal Desatuirasi tinggi karena

ketidakseimbangan V/Q

Hematokrit 35 – 45 % 50 – 55 %

Polisitemia Hemoglobin dan

hematokrit normal sampai

tahap akhir

Sering terjadi peningkatan

hemoglobin dan

hematokrit

Sianosis Jarang Sering

Kor pulmonale Jarang, kecuali tahap akhir Sering, disertai banyak

serangan

Penilaian PPOK yaitu :

Gejala

Derajat batasan aliran udara (menggunakan spirometri)

Risiko eksaserbasi

Komorbid

Nilai gejala : pertanyaan yang valid seperti COPD Assessment Test (CAT) atau

the Modified British Medical Research Council (mMRC).

Nilai derajat batasan aliran udara mengunakan Spirometri

Klasifikasi Derajat Batasan Aliran Udara pada PPOK

Page 8: COPD - Copy

Pada pasien dengan FEV1/FCV<0,70

GOLD 1 Ringan FEV1≥ 80% prediksi

GOLD 2 Sedang 50%≤ FEV1<80% prediksi

GOLD 3 Berat 30%≤ FEV1<50% prediksi

GOLD 4 Sangat berat FEV1<30% prediksi

Nilai risiko eksaserbasi : suatu eksaserbasi PPOK digambarkan sebarai suatu

kejadian akut digambarkan dengan memburuknya gejala pernafasan pasien yang

hari demi hari berbeda dan dapat berubah dalam pengobatan. Prediksi tebaik

terjadinya eksaserbasi ( 2 atau lebih per tahun) merupakan riwayat sebelumnya

diobati, risiko eksaserbasi juga meningkat sebagaimana memburuknya batasan

aliran udara.

Nilai Komorbid :penyakit jantun pembuluh darah, osteoporosis, depresi dan

kecemasan, disfungsi otot skeletal, sindroma metabolik dan kanker paru

merupakan penyakit yang sering terjadi pada pasien PPOK.

Penilaian gabungan PPOK :

Gejala :

Gejala sedikit (mMRC 0 -1 atau CAT <10) : pasien (A) atau (C)

Gejala banyak (mMRC ≥ 2 atau CAT ≥ 10) : pasien (B) atau (D)

Batasan aliran udara :

Risiko rendah (GOLD 1 atau 2) : pasien (A) atau (B)

Risiko tinggi (GOLD 3 atau 4) : pasien (C) atau (D)

Eksaserbasi :

Risiko rendah (≤ 1 kali per tahun) : pasien (A) atau (B)

Risiko tinggi (≥ 2 kali per thaun ) : pasien (C) atau (D)

Pasien Karakteristik Klasifikasi

spirometri

Eksaserbasi

per tahun

mMRC CAT

Page 9: COPD - Copy

A Risiko rendah

Gejala sedikit

GOLD 1-2 ≤1 0 – 1 <10

B Risiko rendah

Gejala banyak

GOLD 1-2 ≤1 ≥2 ≥10

C Risiko tinggi

Gejala sedikit

GOLD 3-4 ≥2 0 - 1 <10

D Risiko tinggi

Gejala banyak

GOLD 3-4 ≥2 ≥2 ≥10

Diagnosa Banding PPOK :

PPOK Onset usia pertengahan

Gejala berjalan lambat dan progresif

Adanya riwayat merokok dan terpapar asap rokok

Asthma Onset pada anak – anak

Gejala bervariasi dari waktu ke waktu

Gejala memburuk pada malam hari / pagi hari

Ada alergi dan rinitis

Ada riwayat keluarga menderita asthma

Gagal jantung kongestif Foto toraks adanya pembesaran jantung dan edema

paru

Tidak ada batasan aliran udara

Bronkiektasis Volume sputum purulen yang banyak

Dikarenakan infeksi bakteri

Adanya dilasi bronkial

Tuberkulosis Onset pada semua usia

Pada foto toraks ada infiltrasi paru

Konfirmasi ke bagian mikrobiologi

Bersifat lokal

Bronkiolitis Onset usia muda dan tidak perokok

Ada riwayat rheumatoid artritis dan paparan debu

akut

Page 10: COPD - Copy

Pada CT-scan terdapat gambaran hiperdense

Panbronkiolitis difus Sering terjadi pada orang Asia

Kebanyakan pada laki – laki dan tidak perokok

Disertai sinusitis kronik

Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah :

1. Gagal nafas : gagal nafas kronik dan gagal nafas akut pada gagal nafas

kronik

2. Infeksi berulang

3. Kor pulmonal

Gagal nafas kronik :

Hasil analisis gas darah PO2 < 60 mmHg dab PCO2 > 60 mmHg dan pH normal.

Gagal nafas akut pada gagal nafas kronik ditandai oleh :

- sesak nafas dengan atau tanpa sianosis

- sputum bertambah dan purulen

- demam

- kesadaran menurun

Infeksi berulang : pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan

menyebabkan terbentuknya koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi

berulang. Pada kondisi kronik ini imunitas menjadi rendah ditandai dengan

menurunnya kadar limfosit darah.

Kor pulmonal : ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit > 50 % dapat

disertai gagal jantung kanan.